ANALISIS IKLAN DAN MEREK TERHADAP LOYALITAS KONSUMEN KEK PISANG VILLA DI KOTA BATAM TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Untuk Meraih Gelar Diploma III Akutansi Disusun Oleh : RUDY NIM.11002799 AKADEMI AKUTANSI PERMATA HARAPAN BATAM 2016 ABSTRAK ANALISIS IKLAN DAN MEREK TERHADAP LOYALITAS KONSUMEN KEK PISANG VILLA DI KOTA BATAM Oleh: Rudy 11002799 Dosen Pembimbing Rahmi Oktarina,S.Pd.,M.Pd.T Pada saat ini banyak produk kuliner yang menjadikan produk mereka sebagai ciri khas kota Batam, Persaingan yang semakin ketat tentunya berpengaruh dalam pangsa pasar konsumen dari kek pisang Villa, Oleh karena itu untuk meraih pangsa pasar yang lebih besar perusahaan maka promosi sangat diperlukan untuk menarik minat konsumen. Faktor yang mempengaruhi minat beli konsumen dipengaruhi faktor harga, merek yang kurang menarik minat konsumen dan iklan yang kurang maksimal merupakan faktor penting yang harus diperhatikan perusahaan. Penelitian ini menggunakan cara dengan melakukan pengisian kuesioner untuk mendapatkan estimasi dan interpretasi yang baik dari penelitian ini maka sampel yang diteliti ditetapkan sebanyak 30 responden. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan purposive sampling. Maka sampel yang digunakan adalah 30 kostumer yang berada di Outlet kek pisang villa Batam Center yang telah melakukan pembelian kek pisang villa. Berdasarkan hasil penelitian membuktikan bahwa variabel independen yaitu Iklan (X1) dan Merek (X2) mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap variabel dependen yaitu loyalitas konsumen (Y). Hal ini dapat diartikan bahwa jika Iklan (X1) dan Merek (X2) meningkat maka loyalitas konsumen (Y) juga akan meningkat. Kata kunci : Loyalitas konsumen (Y), iklan (X1), merek (X2). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di era globalisasi saat ini perusahaan dalam menghadapi pasar yang semakin kompetitif, maka dunia usaha dituntut untuk lebih profesional dan bisa membaca peluang yang ada, lebih inovatif dalam menciptakan ide-ide dan harus dapat menanggapi kebutuhan masyrakat. Pemasaran yang baik oleh perusahaan berperan penting untuk menarik minat konsumen. Pemasaran dengan sistem dan aktivitasnya mampu mengakrabkan konsumen dengan produk dan merek dari produk tersebut karena itu dalam aspek pemasaran tidak hanya mengarah pada fungsi produk saja, tapi lebih fokus pada merek. Menurut Ferrina dewi (2008:150), kepercayaan konsumen terhadap merek hanya dapat diperoleh bila pemasar dapat menciptakan dan mempertahankan hubungan emosional yang positif dengan konsumen. Hubungan emosional yang positif ini harus dibangun dalam jangka waktu yang tidak pendek dan harus dilakukan secara konsisten dan persisten. Kepercayaan yang terus dipelihara akan menghasilkan loyalitas. Untuk menciptakan loyalitas pemasar harus dapat menciptakan kepercayaan konsumen terhadap suatu merek, karena loyalitas konsumen terhadap merek tidak dapat diuji tanpa adanya kepercayaan kosumen terhadap merek. Dalam kondisi saat ini, Pelanggan dihadapkan dengan berbagai produk dan merek yang beragam dalam memenuhi kebutuhannya. Merek menjadi identitas dari perusahaan dan menjadi “added value” dalam menjual 1 produknya. Merek memang bukan sekedar nama, istilah, tanda ataupun simbol saja, lebih dari itu merek merupakan sebuah janji konsisten memberikan gambaran dan pelayanan pada konsumen. Hanya merek yang dikelola dengan baik dan profesional yang dapat menarik perhatian konsumen. Merek yang mempunyai nilai lebih akan mendapatkan tempat tersendiri dibenak konsumen, Jadi dalam pemilihan jenis promosi, media promosi, bentuk penyajian promosi harus meyakinkan konsumen bahwa produk yang di iklankan merupakan produk bermutu dan bermanfaat. Jika suatu merek mampu memenuhi harapan konsumen atau bahkan melebihi harapan konsumen dan memberikan jaminan kualitas pada setiap kesempatan penggunaan- nya, serta merek tersebut diproduksi oleh perusahaan yang memiliki reputasi, maka konsumen akan semakin yakin dengan pilihannya dan konsumen akan memiliki kepercayaan merek, dan menyukai merek. Menurut Tjahyadi (2006:84), istilah loyalitas pelanggan menujukan pada kesetiaan pelanggan pada objek tertentu, seperti merek, produk, jasa, atau toko. Pada umumnya merek seringkali dijadikan sebagai objek loyalitas pelanggan. Loyalitas pelanggan mencerminkan loyalitas pada merek tertentu. Loyalitas merupakan suatu kondisi dimana konsumen memiliki sikap yang positif terhadap merek, memiliki komitmen terhadap merek, dan memiliki kecenderungan untuk meneruskan pembelianya di masa yang akan datang. Kesetiaan pada suatu merek adalah kondisi dimana konsumen mempunyai sikap positif terhadap merek, mempunyai komitmen terhadap merek dan bermaksud meneruskan pembeliannya di masa mendatang. Rangkuti (2009) menjelaskan bahwa kesetiaan pelanggan terhadap merek sangat perlu dipertahankan dan ditingkatkan karena dengan mempertahankan pelanggan yang sudah ada akan lebih mudah dan lebih menghemat biaya dibandingkan dengan mencari pelanggan baru. Loyalitas dapat dijadikan nilai yang berarti bagi pelanggan dan perusahaan. Dari sisi pelanggan, pelanggan akan menanamkan loyalitas mereka pada bisnis yang dapat memberikan nilai superior dibanding nilai yang ditawarkan pesaingnya. Jika pelanggan loyal pada perusahaan, pelanggan dapat meminimalkan waktu yang diperlukannya untuk mencari, menempatkan, dan mengevaluasi alternatif pembelian. Pelanggan juga dapat menghindari proses pembelajaran yang mungkin terlalu banyak menghabiskan waktu dan usaha yang diperlukan untuk menjadi biasa dengan vendor yang baru. Dari sisi perusahaan, loyalitas pelanggan dapat menjadi sumber penting untuk mempertahankan pertumbuhan, profit, dan aset yang bernilai bagi perusahaan Menurut Kotler & Keller (2007:244) Iklan adalah segala bentuk presentasi nonpribadi dan promosi gagasan, barang, atau jasa oleh sponsor tertentu yang harus dibayar. Persaingan yang semakin ketat dalam industri makanan menjadikan masingmasing produsen berusaha membangun dan mempertahankan loyalitas konsumen atau kesetiaan pelanggan. Lupiyoadi (2006) menjelaskan bahwa persaingan bukanlah antara apa yang di produksi berbagai perusahaan dalam suatu pabrik, tetapi antara apa yang di tambahkan pada hasil pabrik tersebut dalam bentuk pengemasan, pelayanan, iklan, konsultasi bagi pelanggan, pendana, pengaturan pengiriman, pergudangan dan hal lain yang orang anggap bernilai. Konteks ini perusahaan di tuntut bukan saja mampu memberikan berbagi nilai atau benefit untuk membuat pelanggan memilih merek yang dipasarkan, namun perusahaan harus terus menerus melakukan berbagi upaya untuk membangun citra merek dan kepuasan konsumen. Perusahaan harus benar-benar jeli membaca keingian dan kebutuhan sesungguhnya dari para konsumen dalam membangun loyalitas konsumen, jangan sampai produk yang di tawarkan tidak sesuai dengan keadaan pasar. Menurut Kotler (2007:178) Persaingan antara produk dipasaran mendorong produsen gencar berpromosi untuk menarik perhatian konsumen, oleh karena itu perusahaan tidak hanya melakukan pengembangan strategi bauran pemasaran, melainkan juga pengembangan suatu program komunikasi efektif dengan para pelanggan atau yang disebut dengan bauran promosi. Bauran promosi (promotion mix) sendiri terdiri dari lima alat yaitu sales promotion, advertising, personal selling, public relation and direct marketing. Namun di antara alat-alat promosi tersebut per-iklanan lah di percaya sebagai pilihan yang tepat untuk menarik minat konsumen dan lebih efektif. Iklan merupakan cara yang efektif untuk menyebarkan pesan atau memberi informasi suatu merek kepada konsumen. Iklan dirancang untuk mengkomunikasikan simbol-simbol dan citra yang menunjukkan bagaimana merek tersebut dapat memberikan benefit, sehingga dapat menciptakan sikap positif terhadap merek tersebut dan mendorong konsumen untuk mencoba produk tersebut. Iklan berfungsi mempengaruhi konsumen agar melakukan pembelian ulang terhadap merek yang menjadi pilihannya, selain itu juga iklan dapat di gunakan untuk membangun citra jangka panjang dan mampu menjangkau calon konsumen walau letaknya berjauhan. Melalui iklan orang akan mempunyai sebuah kesan tertentu tentang apa yang di iklan kan, dengan berbagai bentuk visualisasi antara lain adalah penggunaan endoser, pesan kreatif, serta berbagai bonus dan penawaran harga yang di berikan produsen untuk mempersuasi konsumen. Maka dari itu produsen yang bertindak sebagai pemasar berusaha untuk menciptakan iklan sebaik-baiknya. Kotler dan Keller (2009:172) berpendapat bahwa merek adalah nama, istilah, lambang, atau desain, atau kombinasinya yang dimaksud- kan untuk mengindentifikasi barang atau jasa dari salah satu penjual atau kelompok penjual dan membedakan mereka dari pesaing. Berbagai merek kuliner dengan keunggulan masing-masing berlomba agar bisa dipilih oleh konsumen, dari sekian banyak merek yang ada di pasaran, masingmasing merek akan dipersepsikan secara berbeda oleh konsumen dalam bentuk citra merek yang akan mengantarkan konsumen pada kesimpulannya atas merek tersebut. Peranan merek bukan lagi sekedar nama ataupun pembeda dari merek pesaing, lebih dari itu, merek sudah menjadi faktor penentu keunggulan bersaing. merek bisa memiliki posisi yang sangat kuat dan menjadi modal/ekuitas. Alasan penting untuk mengelola dan mengembangkan ekuitas merek adalah merek lebih bermakna daripada sekedar produk. Produk hanya menjelaskan atribut dimensinya yang akan dipertukarkan dan mudah ditiru oleh perusahaan lain, sedangkan merek dapat menjelaskan emosi serta hubungan secara spesifik dengan pelanggan serta sifatnya tidak berwujud (intangible) sehingga tidak mudah ditiru oleh pesaing. Semakin kuat ekuitas merek suatu produk, semakin kuat daya tariknya di mata konsumen untuk termotivasi memilih produk tersebut (Darmawan, 2005). Menurut Rangkuti (2004:224) Merek dapat menumbuhkan loyalitas, apabila para konsumen beranggapan bahwa merek tertentu secara fisik berbeda dari merek pesaing, citra merek tersebut akan melekat secara terus-menerus sehingga dapat membentuk kesetiaan terhadap merek tertentu yang pada akhirnya akan menciptakan loyalitas pelanggan. Objek penelitian ini adalah kek pisang villa, oleh-oleh khas Batam. Berdasarkan sumber yang peneliti peroleh dari website perusahaan kek pisang villa tentang pendirian perusahaan, sejarah perusahaan, dan referensi tentang perusahaan kek pisang oleh pimpinan cabang perusahaan juga karyawan kek pisang villa. Sejarah perusahaan kek pisang villa berawal dari Cv.Media Kreasi Bangsa perusahaan yang fokus menggarap produk berupa oleh-oleh khas Batam. Pada awal mula Pak.Denny yang merupakan karyawan sebuah perusahaan pabrik elektronika, memutuskan untuk keluar dari pekerjaan nya tahun 2006, memutuskan untuk menjadi wirausaha. Sepanjang tahun, ia mencoba berbagai jenis usaha. Pada Februari 2007 Pak.Denny dan istrinya Bu.Selvi Nurlia, mulai membuat bolu pisang dengan nama Banana Cake mereka memulai usaha dari rumah sederhana kawasan Batu Aji di pinggiran Batam. Memulai dengan 2 kilogram pisang sehari, rata-rata dibuat 40 kotak kue sehari kue tersebut dipasarkan dalam bentuk potongan ke warung-warung. Kek pisang Villa ini resmi berdiri pada 20 Februari 2007 disebuah rumah type 36, Pada juli 2007 kemudian memutuskan untuk pindah di depan komplek mereka di Villa Muka Kuning, Batu Aji dan mengubah nama produk mereka menjadi Villa sebagai merek dagang oleh Bu.Selvi karena mereka tinggal di perumahan Villa Muka Kuning nama ini cepat dihapal dan tidak susah diucapkan oleh masyarakat, kemudian mereka meminjam uang untuk tambahan modal, dari Kredit Tanpa Agunan(KTA) sebesar Rp.40.000.000,-. Mereka menyewa ruko di kompleks tempat mereka tinggal saat itu produksi naik menjadi 100 kotak perhari, mereka mulai meningkatkan promosi untuk menjadikan produk khas Batam. Juni 2008, Pak.Denny mendapat kredit usaha rakyat sebesar Rp.500.000.000,- (Lima Ratus Juta Rupiah), pinjaman tanpa agunan tersebut ia gunakan untuk mengembangkan sayap. Ia menambah dua gerai dipusat kota dan satu lagi di kawasan pinggiran. Pabrik dipindahkan dari kawasan Batu Aji ke gerai baru di Batam Center di kawasan industri Citra Buana III. Pabrik itu memasok produk untuk gerai di Batu Aji, Penuin, Tiban, Nagoya, dan Bandara Hang Nadim. (http://kekpisangvilla.com/info/owner-kek-pisang-villa-berbagi-sukses- wirausaha-di-bpes.html, diakses tanggal 08 juli 2016). Pada saat ini banyak produk kuliner yang menjadikan produk mereka sebagai ciri khas kota Batam, tentunya berpengaruh dalam pangsa pasar konsumen dari kek pisang Villa, Oleh karena itu untuk meraih pangsa pasar yang lebih besar perusahaan maka promosi sangat diperlukan untuk menarik minat konsumen. Menurut Wawancara yang dilakukan kepada pimpinan Cabang Batam Center Bapak Chendra Mexi, permasalahan yang dihadapi yaitu persaingan yang semakin ketat, dimana banyak produk-produk jenis baru yang bermunculan akan menggerus pangsa pasar dari penjualan kek pisang villa, oleh karena itu peningkatan mutu produk sangat dibutuhkan agar konsumen dapat menjadi pelanggan tetap serta inovasi yang dilakukan untuk agar pelanggan tidak jenuh terhadap produk. Strategi pemasaran yang dilakukan oleh kek pisang villa adalah melalui promosi pada event-event hari besar nasional, dengan melakukan penjualan langsung kepada konsumen. Penelitian ini bertujuan menjelaskan pengaruh iklan terhadap penjualan perusahaan karena menurut wawancara dengan pimpinan cabang kek pisang villa dimana promosi yang dilakukan adalah secara langsung dengan pendekatan terhadap konsumen, maka peneliti tertarik untuk menganalisis pengaruh iklan agar dapat dijadikan referensi bagi perusahaan dalam melakukan promosi dan pengaruh merek terhadap loyalitas konsumen. Seperti yang kita ketahui bahwa Kota Batam merupakan lokasi yang strategis untuk para wisatawan baik lokal maupun mancan Negara untuk berkunjung ke lokasi wisata atau sebagai transit dimana posisi Batam yang berdekatan dengan kota Singapura dan Malaysia dan memiliki Bandar udara international Hang Nadim dengan memaksimalkan promosi akan dapat meningkatkan penjualan perusahaan agar lebih maksimal, dengan penempatan iklan dilokasi yang stragetis dikota Batam maka para wisatawan lokal yang masih belum mengenal produk akan tertarik untuk melakukan pembelian dan dapat menarik minat wisatawan untuk membeli. kemudian pengaruh merek terhadap penjualan dimana produk yang lebih dikenal masyarakat akan lebih diminati oleh para wisatawan karena produk yang terjamin serta konsumen akan lebih percaya diri untuk dijadikan sebagai oleh-oleh dan bagaimana untuk menjadikan konsumen loyal serta mempertahankan loyalitas dari konsumen. Loyalitas konsumen akan terbentuk apabila konsumen merasa puas dan senang ketika melakukan pembelian produk. Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis terdorong untuk melakukan penelitian dengan lebih lanjut agar dapat meningkatkan daya saing dengan produk sejenis dengan judul “ANALISIS IKLAN DAN MEREK TERHADAP LOYALITAS KONSUMEN KEK PISANG VILLA DI KOTA BATAM” 1.2 Batasan Masalah Agar tujuan penelitian dapat tercapai, maka penulis membuat batasan masalah, untuk Objek penelitian yaitu outlet kek pisang Villa pada Komplek Nusantara Golden, Jl. Raja H. Fisabilillah Blok A No.3, Kota Batam, Kepulauan Riau. 1.3 Rumusan Masalah Adapun permasalahan penelitian yang dapat dirumuskan berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas adalah sebagai berikut 1. Apakah iklan berpengaruh parsial terhadap loyalitas konsumen kek pisang villa di kota Batam? 2. Apakah merek berpengaruh parsial terhadap loyalitas konsumen kek pisang villa di kota Batam? 3. Apakah Iklan dan merek berpengaruh simultan terhadap loyalitas konsumen kek pisang villa di kota Batam? 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui apakah iklan berpengaruh parsial terhadap loyalitas konsumen kek pisang villa di kota Batam 2. Untuk mengetahui apakah merek berpengaruh parsial terhadap loyalitas konsumen kek pisang villa di kota Batam 3. Untuk mengetahui apakah Iklan dan merek berpengaruh simultan terhadap loyalitas konsumen kek pisang villa di kota Batam. 1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat Teoris Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan konsep dan kajian yang lebih mendalam tentang manajemen pemasaran melalui Analisi Iklan dan merek. Penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai sumber ilmu untuk menambah wawasan dan juga bahan pertimbangan serta referensi untuk pengembangan penelitian selanjutnya. 1.5.2 Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan dan informasi bagi perusahaan yang berkaitan dengan kebijakan lembaga mengenai cara meningkatkan Loyalitas konsumen ditinjau dari sisi Iklan dan Merek. BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Loyalitas Konsumen 2.1.1 Pengertian Loyalitas Konsumen Menurut kesetiaan Oliver dalam Kotler sebagai “ komitmen yang dan Keller (2007 : 175) Mendefinisikan dipegang kuat untuk membeli lagi atau berlangganan lagi produk atau jasa tertentu dimasa depan meskipun ada pengaruh situasi dan usaha pemasaran yang berpotensi menyebabkan peralihan perilaku” Gramer dan Brown (dalam Utomo 2006: 27) memberikan definisi mengenai Loyalitas, yaitu derajat sejauh mana seorang konsumen menunjukkan perilaku pembelian berulang dari suatu penyedia produk, memiliki suatu desposisi atau kecenderungan sikap positif terhadap penyedia produk dan hanya mempertimbangkan untuk menggunakan penyedia produk ini pada saat muncul kebutuhan untuk memakai jasa ini. Dari definisi yang disampaikan Gramer dan Brown, konsumen yang loyal tidak hanya seorang pembeli yang melakukan pembelian berulang, tetapi juga mempertahankan sikap positif terhadap penyedia produk. Menurut Supranto dalam Sinta (2009:13) loyalitas dapat didefinisikan sebagai sikap konsumen terhadap suatu produk / merek yang diwujudkan dengan membeli terus menerus produk yang sama sepanjang waktu yang merupakan hasil dari pembelajaran dimana produk dapat memuaskan kebutuhannya. Menurut Wahyu Nugroho (2005:11) loyalitas konsumen didefinisi- kan sebagai suatu ukuran kesetiaan dari pelanggan dalam menggunakan suatu merek produk atau merek jasa pada kurun waktu tertentu pada situasi dimana banyak pilihan produk ataupun jasa yang dapat memenuhi kebutuhannya dan pelanggan memiliki kemampuan mendapatkannya. Berdasarkan beberapa definisi loyalitas konsumen diatas dapat disimpulkan bahwa Loyalitas konsumen adalah kesetiaan konsumen yang dipresentasikan dalam pembelian yang konsisten terhadap produk atau jasa sepanjang waktu dan ada sikap yang baik untuk merekomendasikan orang lain untuk membeli produk Indikasi loyalitas yang sesunggunhnya diperlukan suatu pengukuran terhadap sikap yang dikombinasikan dengan pengukuran terhadap perilaku. 2.1.2 Faktor mempengaruhi Loyalitas Konsumen Swastha dan Handoko (dalam Joko Riyadi 2004: 83) menyebutkan lima faktor utama yang mempengaruhi loyalitas konsumen, sebagai berikut : 1. Kualitas Produk, kualitas produk yang baik secara langsung akan mempengaruhi tingkat kepuasan konsumen, dan bila hal tersebut berlangsung secara terus-menerus akan mengakibatkan konsumen yang selalu setia membeli atau menggunakan produk tersebut dan disebut loyalitas konsumen. 2. Kualitas Pelayanan, selain kualitas produk ada hal lain yang mempengaruhi loyalitas konsumen yaitu kualitas pelayanan. 3.aEmosional, emosional di sini lebih diartikan sebagai keyakinan penjual itu sendiri agar lebih maju dalam usahanya. Keyakinan tersebut nantinya akan mendatangkan ide-ide yang dapat meningkatkan usahanya. 4. Harga, sudah pasti orang menginginkan barang yang bagus dengan harga yang lebih murah atau bersaing. Jadi harga di sini lebih diartikan sebagai akibat,atau dengan kata lain harga yang tinggi adalah akibat dari kualitas produk tersebut yang bagus, atau harga yang tinggi sebagi akibat dari kualitas pelayanan yang bagus. 5.aBiaya, orang berpikir bahwa perusahaan yang berani mengeluarkan biaya yang banyak dalam sebuah promosi atau produksi pasti produk yang akan dihasilkan akan bagus dan berkualitas, sehingga konsumen lebih loyal terhadap produk tersebut. 2.1.3 Mempertahankan dan Meningkatkan Loyalitas konsumen Strategi yang dapat dikembangkan untuk menciptakan dan mempertahankan loyalitas konsumen terhadap suatu merek tertentu (Loudon, David dan Albert J. Della Bitta, 2002; 654 – 655; dalam Sapto Handoyo, 2004; 164) adalah: a. Meningkatkan mutu pelayanan purna jual. b. Menurunkan harga, misal: dengan memberikan diskon. c. Mengembangkan pesan-pesan periklanan yang baik dan persuasif. d. Pemberian kupon belanja. e. Pemberian contoh produk secara cuma-cuma. f. Meningkatkan citra produk melalui program promosi yang gencar. g. Menghindari terjadinya kehabisan persediaan. Lupiyoadi (2006:158) mengemukakan bahwa dalam meningkatkan kepuasan konsumen atau loyalitas konsumen ada lima faktor yang perlu diperhatikan yaitu: 1. Kualitas Produk Konsumen akan merasa puas jika membeli dan menggunakan produk tersebut dan kualitasnya baik. Terdapat enam elemen dalam kualitas produk yaitu : performance, durability, feature, reliability, consistency dan desaign. 2. Harga Bagi konsumen yang sensitive harga yang lebih murah adalah sumber kepuasan terpenting, karena mereka akan mendapatkan value for money yang tinggi. Komponen ini sangat penting bagi beberapa perusahaan yang ingin menciptakan kepuasan konsumen. 3. Service Quality Komponen ini terdiri dari tiga hal yaitu sistem,teknologi dan manusia. Faktor manusia memegang kontribusi terbesar 70% sehingga tidak mengherankan kepuasan konsumen tidak dapat diikuti. 4. Emotional Factor Komponen ini berlaku untuk konsumen dengan gaya hidup seperti : mobil, pakaian, kosmetik dan sebaginya. Rasa bengga, symbol sukses dan rasa percaya diri, bagian orang penting dan sebagainya adalah contoh-contoh emotional value yang mendasari kepuasan konsumen. 5. Biaya dan Kemudahan Mendapatkan Produk Pelanggan akan merasa puas jika biaya dan produk yang diperoleh relative mudah, nyaman dan efisien dalam mendapatkan produk dan pelayanan. 2.1.4 Indikator Loyalitas Konsumen Konsumen yang loyal sangat besar artinya bagi perusahaan. Menurut (2002:25) ada lima indikator konsumen yang loyal yaitu : 1. Konsumen cenderung membeli lebih banyak dan setia lebih lama. 2. Konsumen tidak sensitive terhadap harga. 3. Konsumen akan melakukan word of mouth yang positif. Kotler 4. Menawarkan gagasan barang atau jasa kepada perusahaan 2.2 Iklan 2.2.1 Pengertian Iklan Menurut Kotler dan Keller, 2007, Iklan adalah segala bentuk presentasi nonpribadi dan promosi gagasan, barang, atau jasa oleh sponsor tertentu yang harus dibayar. Sedangkan Menurut Lee dan Johnson yang dialih bahasakan oleh Munandar dan Priatna (2007:3) Periklanan merupakan salah satu bentuk promosi yang paling banyak digunakan perusahaan dalam mempromosikan produknya. Pengertian periklanan menurut Fandy Tjiptono (2005:226) mengatakan bahwa: “Iklan adalah bentuk komunikasi tidak langsung yang didasari pada informasi tentang keungulan atau keuntungan suatu produk, yang disusun sedemikian rupa sehingga menimbulkan rasa Menyenangkan yang akan mengubah pikiran seseorang untuk melakukan pembelian”. Menurut Kasali (2007:11) Periklanan adalah komunikasi komersil dan nonpersonal tentang sebuah organisasi dan produk-produknya yang ditransmisikan ke suatu khalayak target melalui media bersifat massal seperti televisi, radio, koran, majalah, direct mail (pengeposan langsung), reklame luar ruang, atau kendaraan umum. Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa iklan adalah semua bentuk presentasi nonpersonal yang dimaksudkan untuk mempromosi- kan gagasan, atau memberikan informasi tentang keungulan dan keuntungan suatu produk yang dibiayai pihak sponsor tertentu. 2.2.2 Klastifikasi Iklan Menurut Fandy Tjiptono (2005:227) iklan dapat diklasifikasi kan berdasarkan berbagai aspek, di antaranya dari aspek isi pesan, tujuan, dan pemilik iklan. 1. Dari aspek isi pesan a. Product advertising, yaitu iklan yang berisi informasi produk (barang dan jasa) suatu perusahaan. Ada dua jenis iklan yang termasuk kategori ini, yaitu : 1. Direct-action advertising, yaitu iklan produk yang didesain sedemikian rupa untuk mendorong tanggapan segera dari khalayak atau pemirsa 2. Indirect-action advertising, yaitu iklan produk yang didesain untuk menumbuhkan permintaan dalam jangka panjang. b. Institutional advertising, yaitu iklan yang didesain untuk memberi informasi tentang usaha bisnis pemilik iklan dan membangun goodwill serta image positif bagi organisasi. Institutional advertising terbagi atas: 1.aPatronage advertising, yakni iklan yang memenginformasi kanuusaha bisnis pemilik iklan. 2. Iklan layanan masyarakat (public service advertising), yakni iklan yang menunjukan bahwa pemilik iklan adalah warga yang baik, karena memiliki kepedulian terhadap masyarakat dan lingkungan. 2. Dari aspek tujuan a. Pioneering advertising (informative advertising), yaitu iklan yang berupaya menciptakan permintaan awal (primary demand). b. Competitive advertising (persuasive advertising), yaitu iklan yang berupaya mengembangkan pilihan pada merek tertentu. c. Reminder advertising, yaitu iklan yang berupaya melekatkan nama atau merek produk tertentu di benak khalayak. 3. Dari aspek pemilik iklan Ada dua jenis iklan berdasarkan aspek pemilik iklan, yaitu : a. Vertical cooperative advertising, yaitu iklan bersama para anggota saluran distribusi, misalnya di antara para produsen, pedagang grosir, agen, dan pengecer. b. Horizontal cooperative advertising, yaitu iklan bersama dari beberapa perusahaan sejenis. 2.2.3 Jenis Iklan Menurut Fandy Tjiptono (2008:370) periklanan dapat dibedakan ke dalam dua golongan. Jenis periklanan tersebut adalah : 1. Pull Demand Advertising Pull demand advertising adalah periklanan yang ditujukan kepada pembeli akhir agar permintaan produk bersangkutan meningkat. Biasanya produsen menyarankan kepada para konsumen untuk membeli produknya ke penjual terdekat. Pull demand advertising juga disebut consumer advertising. 2. Push Demand Advertising Push demand advertising adalah periklanan yang ditujukan kepada para penyalur. Maksudnya agar para penyalur bersedia meningkatkan permintaan produk bersangkutan dengan menjualkan sebanyak-banyaknya ke pembeli/pengecer. Barang yang diiklankan biasanya berupa barang industri. Push demand advertising juga disebut trade advertising. 2.2.4 Tujuan Iklan Adapun tujuan dari periklanan sebagai pelaksanaan yang beragam dari alat komunikasi yang penting bagi perusahaan bisnis dan organisasi lainnya, menurut Fandy Tjiptono (2005:206) adalah sebagai berikut: 1. Informing (memberikan informasi), periklanan membuat konsumen sadar akan merek-merek baru, mendidik mereka tentang berbagai fitur dan manfaat merek, serta memfasilitasi penciptaan citra merek yang positif. 2. Persuasing (mempersuasi), iklan yang efektif akan mampu membujuk konsumen untuk mencoba produk dan jasa yang di iklankan. 3. Remainding (mengingatkan), iklan menjaga agar merek perusahaan tetap segar dalam ingatan para konssumen. 4. Adding Value (memberikan nilai tambah), periklanan memberikan nilai tambah dengan cara penyempurnaan kualitas dan inovasi pada merek dengan mempengaruhi persepsi konsumen. 5.AAssisting (mendampingi), peranan periklanan adalah sebagai pendamping yang menfasilitasi upaya-upaya lain dari perusahaan dalam proses komunikasi pemasaran. 2.2.5 Sifat Iklan Dalam konteks komunikasi, Iklan sangat dibutuhkan karena aktivitas perpindahan informasi harus mengandung daya tarik dan menggugah suatu perasaan tertentu. Suatu iklan menurut Fandy Tjiptono (2005:226-227) mempunyai sifat – sifat sebagai berikut: a. Public Presentation Iklan memungkinkan setiap orang menerima pesan yang sama tentang produk yang diiklankan. b. Persuasiveness Pesan iklan yang sama dapat diulang-ulang untuk memantapkan penerimaan informasi. c. Amplifed Expresiveness Iklan mampu mendramatisasi produk perusahaan melalui gambar dan suara untuk menggugah dan mempengaruhi perasaan khalayak. d. Impersonality Iklan tidak bersifat memaksa khalayak untuk memperhati kan dan menanggapinya, karena merupakan komunikasi yang monolog (satu arah). 2.2.6 Indikator Iklan Indikator Iklan menurut Nila Kasuma Dewi dkk. (2012:22) adalah sebagai berikut : 1. Daya tarik pesan Daya tarik pesan merupakan salah satu faktor pendorong timbulnya efek dari konsumen. Dengan demikian sebuah pesan idealnya harus mendapat perhatian (attention), mempertahankan minat (interst), menimbulkan keinginan (desire) dan memperoleh tindakan (action). 3. Slogan Slogan adalah motto atau frasa yang dipakai pada konteks politik, komersial, agama, dan lainnya, sebagai ekspresi sebuah ide atau tujuan yang mudah diingat. Kata "slogan" sendiri diambil dari istilah dalam bahasa Gaelik, sluagh-ghairm, yangberarti "teriakan bertempur". Secara umum, Slogan yaitu perkataan atau kalimat pendek yang menarik ataumencolok dan mudah diingat untuk prinsip atau sebagai semboyan . 4. Gambar dan warna Warna dan gambar dapat memberikan pengaruh terhadap psikologi emosi serta cara bertindak manusia. Warna dan gambar juga menjadi bentuk komunikasi non verbal yang bisa mengungkapkan pesan secara instan dan lebih bermakna yang sering digunakan para marketer atau komunikasi visual yang handal untuk tujuan branding, sales/penjualan serta marketing perusahaan. 5. Kata-kata mudah di ingat dan menarik perhatian Promosi dalam bentuk lisan lebih mudah diterima calon konsumen. Kata-kata Promosi dengan isi yang bertema trend situasi dan familiar cenderung diperhatikan dan berpeluang mempengaruhi orang, Sehingga Kata-kata promosi yang kuat akan diingat dan akan selalu menempatkan nama produk dengan kalimat promosinya. 2.3 Merek 2.3.1 Pengertian merek Menurut Aaker, David (2009) Merek adalah salah satu atribut yang penting dari sebuah produk, dimana merek suatu produk dapat memberikan nilai tambah bagi produk tersebut.Merek tidak hanya sebuah nama bagi produk, tetapi lebih dari itu merupakan identitas untuk membedakan dari produk-produk yang dihasilkan dari perusahaan lain. Dengan identitas khusus, produk tertentu akan lebih mudah dikenali oleh konsumen dan pada gilirannya tentu akan memudahkan pada saat pembelian ulang produk tersebut. Untuk lebih mengetahui tentang merek, maka penulis menyajikan teori pengertian merek dari beberapa ahli. Fandy Tjiptono (2005:2) berpendapat bahwa pengertian merek adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka, susunan warna atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa” Menurut Kotler dan Armstrong (2008:275), merek (brand) adalah sebuah nama, istilah, tanda, lambang, atau desain, atau kombinasi semua ini, yang menunjukkan identitas pembuat atau penjual produk atau jasa”. Di samping itu, merek melindungi konsumen maupun produsen dari para kompetitor yang berusaha memberikan produkproduk yang tampak identik. Pada intinya merek adalah penggunaan nama, logo, trade mark, serta slogan untuk membedakan perusahaan-perusahaan dan individu-individu satu sama lain dalam hal apa yang mereka tawarkan. Pengertian menurut Kotler (2002:443): A brand is a name, term,sign, symbol, or design, or a combination of them, intended to identify the goods or services of one seller or group of sellers and to differentiate them from those of competitors. Artinya: Merek adalah nama, istilah, tanda, symbol, rancangan, atau kombinasi dari halhal tersebut, yang dimaksudkan untuk mengidentifikasikan barang atau jasa dari seorang atau sekelompok penjual dan untuk membedakannya dari produk pesaing. Sedangkan menurut Warren J. Keegan (2006:379) sebagai berikut : A brand is a complex bundle of images and experiences in the customer’s mind. Artinya: Merek adalah sebuah berkas yang komplek dari kesan dan pengalaman menurut pikiran konsumen. Merek memungkinkan konsumen untuk mengatur dengan lebih baik pengalaman tempat belanja mereka,membantu mereka mencari dan menemukan keterangan produk. Sedangkan fungsi merek adalah untuk membedakan kepentingan perusahaan, penawaran dari semuanya. Informasi tentang produk dan merek datang dari bermacam-macam sumber, memasang iklan, pemberitaan,penjualan dan pengemasan. 2.3.2 Kepercayaan Merek Kepercayaan terhadap merek memegang peranan yang penting dalam terciptanya loyalitas konsumen terhadap suatu merek tertentu. Menurut Ferrinadewi (2008:150), “kepercayaan konsumen terhadap merek hanya dapat diperoleh bila pemasar dapat menciptakan dan mempertahankan hubungan emosional yang positif dengan konsumen”. Kepercayaan adalah sejumlah spesifik terhadap integritas (kejujuran pihak yang dipercaya dan kemampuan menepati janji), benevolence (perhatian dan motivasi yang dipercaya untuk bertindak sesuai dengan kepentingan yang mempercayai mereka), competency (kemampuan pihak yang dipercaya untuk melaksanakan kebutuhan yang mempercayai) dan konsistensi perilaku pihak yang dipercaya (Luarn dan Lin dalam Ferrinadewi, 2008:147). Dalam riset Costabile (Ferrinadewi, 2008:147) kepercayaan atau trust didefinisikan sebagai persepsi akan kehandalan dari sudut pandang konsumen didasarkan pada pengalaman atau terpenuhinya harapan akan kinerja produk. Kepercayaan merek merupakan variabel psikologis yang mencermin kan sejumlah akumulasi awal yang melibatkan kredibilitas, integritas dan benevolence yang dilekatkan pada merek tertentu. Menurut Lau dan Lee yang dikutip dari Cahyo dan Wahyudi (2009:92), kepercayaan atas merek adalah kesedian seseorang untuk menggantungkan dirinya pada suatu merek dan risikonya karena adanya harapan bahwa merek itu akan memberikan hasil yang positif. terdapat tiga faktor yang mempengaruhi kepercayaan terhadap merek. Hubungan ketiga faktor tersebut dengan kepercayaan merek dapat digambarkan sebagai berikut: a. Brand characteristic (karakteristik merek) Karakteristik merek mempunyai peran yang sangat penting dalam menentukan pengambilan keputusan konsumen untuk mempercayai suatu merek. Hal ini disebabkan oleh konsumen melakukan penilaian sebelum membeli. karakteristik merek meliputi dapat diramalkan, mempunyai reputasi, dan kompeten. b. Company characteristic (karakteristik perusahaan) Yang ada dibalik suatu merek juga dapat mempengaruhi tingkat kepercayaan konsumen terhadap merek tersebut. Pengetahuan konsumen tentang perusahaan yang ada di balik merek suatu produk merupakan dasar awal pemahaman kosumen terhadap merek suatu produk. Karakteristik ini meliputi reputasi suatu perusahaan, motivasi perusahaan yang diinginkan, dan integritas suatu perusahaan. c. Consumer-brand characteristic (karakteristik konsumenrmerek) Karakteristik konsumen-merek merupakan dua kelompok yang mempengaruhi. Oleh sebab itu, karakteristik konsumen-merek dapat mempengaruhi kepercayaan terhadap merek. Karaktersitik ini meliputi kemiripan antara konsep emosional konsumen dengan kepribadian merek, kesukaan terhadap merek, dan pengalaman terhadap merek. 2.3.3 Manfaat Merek Beberapa manfaat memiliki merek yang kuat menurut Susanto dan Wijanarko (2004 : 12) sebagai berikut : 1. Merek yang kuat akan membangun loyalitas dan loyalitas akan mendorong binis terulang kembali. Studi dari Bob Psokoff menunjukkan bahwa peningkatan loyalitas konsumen sebesar 5% dapat menaikkan keuntungan lifetime dari konsumen hingga 100%. Selain itu peningkatan loyalitas konsumen sebesar 2 % setara dengan penurunan biaya sebesar 10 %. 2. Merek yang kuat memungkinkan tercapainya harga premium dan akhirnya memberikan harga yang lebih tinggi. 3. Merek yang kuat merupakan suatu pembeda yang jelas, bernilai dan berkesinambungan menjadi ujung tombak bagi daya saing perusahaan serta sangat membantu dalam strategi pemasaran. 4. Merek yang kuat memberikan jaminan fokus internal dan eksekusi merek. 5. Merek yang kuat umumnya memberikan pemahaman bagi karyawan tentang posisi merek tersebut dan apa yang dibutuhkan untuk menopang reputasi atau janji yang diberikan merek itu. 6. Merek yang kuat juga akan memberikan kejelasan atau strategi karena setiap anggota organisasi mengetahui posisinya dan bagaimana cara menghidupkannya dimata pelanggan. 7. Dengan basis merek yang kuat, pelanggan yang loyal mungkin mengabaikan jika suatu saat perusahaan membuat akan kesalahan. 2.3.4 Elemen Merek Menurut Kotler & Keller (2008:269), elemen merek (brand element) adalah alat pemberi nama dagang yang mengidentifikasikan dan mendiferensiasikan merek. Terdapat enam kriteria utama untuk memilih elemen merek sebagai berikut: 1. Dapat diingat. Seberapa mudah elemen merek itu diingat dan dikenali. 2. Berarti. Apakah elemen merek itu kredibel dan mengindikasikan kategori yang berhubungan dengannya. Apakah elemen merek itu menyiratkan sesuatu tentang bahan produk atau tipe orang yang mungkin menggunakan merek. 3. Dapat disukai. Seberapa menarik estetika elemen merek itu. 4. Dapat ditransfer. Apakah elemen merek itu dapat digunakan untuk memperkenalkan produk baru dalam kategori yang sama atau berbeda. Apakah elemen merek itu manambah ekuitas merek melintasi batas geografis dan segmen pasar. 5. Dapat disesuaikan. Seberapa mudah elemen merek itu disesuaikan dan diperbarui. 6. Dapat dilindungi. Seberapa mudah elemen merek itu dapat dilindungi secara hukum.Selain nama merek, semboyan juga merupakan sarana yang efisien untuk membangun ekuitas merek. Fungsinya sebagai pegangan untuk membantu konsumen memahami merek dan menerjemahkan maksud program pemasaran. 2.3.5 Manfaat Loyalitas Merek Menurut Susanto dan Wijanarko (2004) Jika loyalitas merek para pelanggan dikelola dan dieksploitasi dengan benar, maka akan mempunyai potensi untuk memberikan nilai dan keuntungan dalam beberapa bentuk. Adapun nilai dan keuntungan loyalitas merek adalah sebagai berikut: a. Pengurangan biaya pemasaran Perusahaan yang memiliki bisnis pelanggan yang mempunyai loyalitas merek yang tinggi dapat mengurangi biaya pemasaran perusahaan, karena biaya untuk mempertahankan pelanggan jauh lebih murah dibandingkan mendapatkan pelanggan baru. b. Peningkatan perdagangan Loyalitas merek yang kuat akan menyakinkan pihak pengecer untuk memajang dirak-raknya, karena mereka mengetahui bahwa para pelanggan akan mencantumkan merek-merek tersebut dalam daftar belanjanya. c. Menarik konsumen baru Perasaan puas dan suka terhadap suatu merek akan menimbulkan perasaan yakin bagi calon konsumen untuk mengkonsumsi merek tersebut dan biasanya akan merekomendasikan/mempromosikan merek yang ia pakai kepada orang lain, sehingga kemungkinan dapat menarik pelanggan baru. d. Waktu merespon Loyalitas merek memberikan waktu, semacam ruang bernafas pada suatu perusahaan untuk cepat merespon gerakan-gerakan pesaing. Misal: jika salah satu pesaing mengembangkan produk yang unggul, seorang pengikut yang loyal akan member waktu pada perusahaan agar memperbaharui produknya. 2.3.6 Indikator Merek Indikator merek menurut Rully Arlan Tjahyadi, (2006:72) terdiri dari: a. Prediktabilitas Merek (Brand Predictability) b. Kesukaan pada Merek (Brand Liking) c. Kompetensi Merek (Brand Competence) d. Reputasi Merek (Brand Reputation) e. Kepercayaan pada Perusahaan (Trust in The Company) 2.4 Hubungan Antar Variabel 2.4.1 Iklan dengan Loyalitas Pelanggan Menurut Kotler (2002:658) iklan pada dasarnya bertujuan untuk memperkenalkan, mengingatkan, mengajak dan menjaga hubungan dengan konsumen akan tertarik pada produk yang ditawarkan, serta salah satu tugas komunikasi spesifik dan level keberhasilan yang harus dicapai atas audiens spesifik pada periode waktu yang spesifik. Pesan yang disampaikan dalam iklan harus mampu menarik perhatian, mempertahankan ketertarikan, membangkit kan keinginan dan menggerakkan tindakan, sehingga citra merek dapat terbentuk dibenak konsumen disaat konsumen mengenal, memakai produk. Konsumen yang puas akan membeli kembali produk, memuji produk yang dibelinya dihadapan orang lain dan sedikit menaruh perhatian pada merek pesaing. Maka hal ini akan sangat menguntungkan sekali bagi perusahaan karena konsumen tersebut akan cenderung loyal karena kepuasan yang telah mereka peroleh dari produk yang dikonsumsinya. Untuk itu perusahaan selalu berupaya untuk menampilkan produk, me-renew produk yang dapat memuas-kan kebutuhan dan keinginan konsumen sehingga memunculkan loyalitas konsumen. 2.4.2 Merek Dengan Loyalitas Konsumen Merek merupakan nama, istilah, tanda, simbol atau kombinasi semuanya yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi barang atau jasa seorang atau sekelompok penjual dan untuk membedakannya dari barang atau jasa pesaing. Konsumen yang mempunyai sikap positif terhadap suatu merek, mempunyai komitmen terhadap merek tersebut dan bermaksud meneruskan pembelian di masa mendatang sehingga mereka akan loyal terhadap merek tersebut. Loyalitas terhadap merek adalah suatu kondisi dimana seorang pelanggan menunjukkan sikap positif terhadap suatu merek, mempunyai komitmen pada merek tertentu dan berniat untuk terus membelinya di masa mendatang (Mowen Minor, 2002; 108). Jadi terjadinya loyalitas terhadap merek pada konsumen disebabkan oleh adanya pengaruh kepuasan atau ketidak-puasan dengan suatu merek yang terakumulasi secara terus-menerus disamping adanya persepsi tentang kualitas produk. Konsumen yang loyal terhadap suatu merek produk akan melakukan pembelian ber-ulang terhadap produk dengan merek yang sama. Konsumen memandang merek sebagai bagian penting dari produk. Pemberian merek dapat membantu konsumen dalam beberapa hal. Nama merek dapat digunakan untuk mengidentifikasi produk, menyampaikan beberapa hal mengenai kualitas produk dan membantu konsumen untuk berbelanja secara efisien (Kotler, 2002:121). Jika konsumen belum mengetahui kualitas produk yang dibeli, konsumen akan merasakan tingkat resiko yang tinggi dalam pembelian. Melalui kepercayaan kepada nama merek yang memiliki reputasi kualitas dapat menjadi cara efektif untuk mengurangi resiko (Paul W. Miniard, 2005:223). Oleh karena itu merek sangat menentukan terhadap loyalitas konsumen di mana tanpa merek konsumen tidak dapat membedakan produk satu dan yang lainnya. Dengan begitu loyalitas konsumen tidak dapat terwujud tanpa adanya merek. 2.4.3 Iklan dan Merek Dengan Loyalitas Pelanggan Untuk membangun dan mempertahankan Loyalitas konsumen terhadap merek, perusahaan harus mengelola prediktabilitas merek (brand predictability), kesukaan pada merek (brand liking), kompetensi merek (brand competence), reputasi merek (brand reputation), dan kepercayaan pada perusahaan (trust in the company) yang merupakan indikator dari kepercayaan merek. Philip Kotler(2007:13) Periklanan adalah salah satu bentuk promosi paling banyak digunakan perusahaan dalam mempromosikan produknya, iklan adalah bentuk promosi tidak langsung yang didasari pada informasi tentang keunggulan atau keuntungan suatu produk, yang disusun sedemikian rupa sehingga menimbulkan rasa menyenangkan yang akan mengubah pikiran seseorang untuk melakukan pembelian Menurut Susanto dan Wijanarko (2004 : 2) manfaat memiliki merek yang kuat akan membangun loyalitas dan loyalitas akan mendorong binis terulang kembali. Menurut Aaker (2009:12) mendefinisikan loyalitas terhadap merek merupakan suatu ukuran keterkaitan pelanggan terhadap sebuah merek. Ukuran ini mampu memberikan gambaran tentang kemungkinan seorang pelanggan beralih ke produk lain terutama pada suatu merek tersebut didapatinya adanya perubahan, baik menyangkut harga atau atribut lain. Iklan dan merek berpengaruh dalam keputusan pembelian dan menarik minat pembeli agar menjadi pelanggan atas suatu produk. Menurut Rangkuti (2009:129) dalam bukunya Management Strategi dan Kebijakan Perusahaan, fungsi dari Periklanan : 1. Menyampaikan informasi : menganjurkan cara penggunaan baru untuk produk tertentu, menjelaskan cara kerja suatu produk, dan membangun citra perusahaan 2. Untuk membujuk : memilih merek tertentu, mengharuskan pembeli merek tertentu, mengubah persepsi konsumen tentang ciri-ciri merek tertentu, dan membujuk pelanggan untuk membeli. 3. Untuk mengingatkan : mengingatkan konsumen bahwa produk itu mungkin akan sangat dibutuhkan dalam waktu dekat, mengingatkan konsumen dimana membeli produk itu, menjaga agar pelanggan selalu ingat akan produk atau merek itu. Iklan dan merek sangat berpengaruh untuk menentukan loyalitas dari pelanggan tanpa iklan perusahaan tidak akan dapat menyanpaikan informasi produk dan tanpa merek pembeli tidak akan dapat membedakan produk satu dengan lainnya, dengan keberhasilan dari suatu iklan dan merek sangat menentukan dalam keputusan pembelian, apabila konsumen merasa puas akan produk tersebut loyalitas konsumen akan terbentuk dan biasanya konsumen akan sulit untuk berpindah ke produk lainnya apabila telah puas dengan produk tersebut. komitmen yang tinggi untuk membeli kembali suatu produk atau jasa yang disukai dimasa mendatang. Dengan kata lain konsumen akan setia untuk melakuka pembelian ulang secara terus-menerus. 2.5 Penelitian Terdahulu Penelitian mengenai Loyalitas Pelanggan telah dilakukan oleh para peneliti terdahulu. Penelitian terdahulu ini diambil dari berbagai jurnal yang telah diterbitkan oleh lembaga penelitian maupun instansi-instansi pendidikan. Adapun penelitian terdahulu dijelaskan sebagai berikut: Tabel 2.1 : Penelitian terdahulu yang Relevan No 1. Peneliti Teguh Waluyo Jud Pengaruhul terhadap Tahun iklan loyalitas 2013 konsumen sepeda motor studi kasus pada konsumen sepeda motor merek Honda Hasil Penelitian Hasil dari penelitian menunjukan bahwa iklan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap loyalitas konsumen sepeda motor Honda disemarang. disemarang 2. Hasil Muhammad Pengaruh Edris Kepercayaan Merek Loyalitas 2009 Terhadap Merek dari penelitian menunjukan bahwa Kepercayaan Merek mempunyai pengaruh Studi Kasus pada yang signifikan terhadap Detergen Loyalitas merek Rinso Merek Rinso di Kabupaten Kudus. di kabupaten kudus 3. Nila Kasuma Dewi,SE, Gus Andri,SE.,M M, dan Sepris Yonaldi,SE., MM Pengaruh Iklan, Citra Merek, dan Kepuasan Konsumen Terhadap Loyalitas Konsumen Dalam Menggunakan Vaseline Hand and Body Lotion di kota padang. Hasil 2012 dari yang menunjukkan Penelitian dilakukan bahwa Serta secara simultan Iklan, Citra merek, dan Kepuasan konsumen berpengaruh positif dan signifikan terhadap Loyalitas konsumen. 4. Danny Alexander Bastian Analisa Pengaruh Citra Merek (Brand Image) dan Kepercayaan Merek (Brand Trust) Terhadap Loyalitas Merek (Brand Loyalty) PT. Ades Alfindo Putra Setia 1.Variabel brand image 2014 berpengaruh signifikan positif terhadap brand loyalty dipt.ades kota Surabaya 2.Variabel brand trust berpengaruh signifikan terhadap brand loyalty di pt.ades kota surabaya 5. E.Desiarista Analisis Pengaruh dan Sri Rahayu Iklan, Kepercayaan Tri Astuti Merek, dan Citra Merek terhadap Minat Beli Konsumen Hasil dari penelitian ini 2011 menunjukkan Variabel berpengaruh bahwa iklan signifikan untuk mendorong minat beli konsumen, Variabel kepercayaan merek memiliki signifikansi yang memenuhi syarat pendukung bagi minat beli konsumen, Variabel Citra merek tidak memenuhi syarat tingkat signifikansi sehingga tidak memiliki pengaruh terhadap signifikan minat beli produk. 2.6 Kerangka Berfikir Banyaknya produk yang berada dipasaran akhir-akhir ini menyebabkan banyaknya pilihan bagi konsumen dalam mencari variasi untuk memilih produk. Pemasaran merupakan persepsi bagi konsumen tidak hanya produk. Beberapa produk dengan kualitas,model,fitur(karakteristik tambahan produk), serta kualitas yang relative saman, dapat memiliki kinerja berbeda-beda dipasar karena perbedaan persepsi dibenak konsumen. Hal itu membuat konsumen lebih selektif dalam melakukan seleksi terhadap produk. Penelitian ini melihat pengaruh iklan dan citra merek terhadap konsumen, sehingga adanya pengaruh iklan dan citra merek mendorong konsumen melakukan pembelian berulang atau disebut loyalitas konsumen. Iklan digunakan untuk mempengaruhi konsumen terhadap citra merek produk perusahaan yang baik dibenak konsumen sehingga konsumen melakukan keputusan pembelian produk. Untuk mengembangkan produk dengan merek perusahaan memerlukan biaya yang cukup besar khususnya untuk iklan,promosi, dan pengemasan. Namun dengan image yang positif terhadap merek lebih memungkinkan untuk melakukan pembelian. Iklan yang dilakukan oleh Kek pisang villa diberapa lokasi di Batam,dan menjadikannya sebagai Oleh-oleh Khas dari Kota Batam memiliki dampak yang positif bagi perusahaan dan menjadikan produk lebih di kenal oleh Konsumen.Kerangka pemikiran dimaksudkan untuk menggambarkan hubungan pengaruh antara variabel independen dengan variabel dependen. Variabel independen disimbol-kan dengan (X), Sedangkan variabel dependen disimbolkan dengan(Y). Iklan dan merek merupakan variabel independen, sedangkan Loyalitas konsumen merupakan variabel dependen. Gambar 2.1 Diagram Kerangka Pemikiran 2.7 Perumusan Hipotesis Berdasarkan Kerangka pemikiran di atas, Maka hipotesis untuk penelitian ini dirumuskan sebagai berikut : Ho1 : Diduga tidak ada pengaruh parsial Iklan terhadap Loyalitas konsumen. Ha1 :aDiduga konsumen Ho2 : Ha2 : ada pengaruh parsial Iklan terhadap Loyalitas Diduga tidak ada pengaruh parsial Merek terhadap Loyalitas konsumen Diduga ada pengaruh parsial Merek terhadap Loyalitas konsumen Ho3 : Diduga tidak ada pengaruh Simultan Iklan dan Merek terhadap Loyalitas konsumen. Ha3 : Diduga ada pengaruh Simultan Iklan dan Merek terhadap Loyalitas konsumen BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis Penelitian ini merupakan penelitian Kuantitatif yang berfungsi dalam pengukuran data kuantitatif dan statistik objektif melalui perhitungan ilmiah berasal dari sampel orang-orang atau penduduk yang diminta menjawab atas sejumlah pertanyaan tentang survei untuk menentukan frekuensi dan persentase tanggapan mereka (Sugiyono, 2005:11). 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Dalam rangka menelaah masalah iklan dan merek terhadap Loyalitas konsumen kek pisang villa. Untuk mendapatkan data penelitian dilakukan di Outlet Kek Pisang Villa pada komplek Nusantara Golden, Jl.Raja H Fisabilillah Blok A No.3, Kota Batam, Kepulauan Riau. Waktu penelitian dilakukan mulai bulan Juni 2016 sampai dengan Agustus 2016 3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi Penelitian Populasi merupakan subyek penelitian. Menurut Sugiyono (2010:117) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Jadi populasi bukan hanya orang, tetapi juga obyek dan benda-benda alam yang lain. Populasi dalam penelitian ini yaitu konsumen di Outlet kek pisang villa pada komplek Nusantara Golden, Jl.Raja H Fisabilillah Blok A No.3, Kota Batam, Kepulauan Riau. 3.3.2 Sampel Penelitian Menurut Sugiyono (2010:118) sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Apabila peneliti melakukan penelitian terhadap populasi yang besar, sementara peneliti ingin meneliti tentang populasi tersebut dan peneliti memiliki keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti menggunakan teknik pengambilan sampel, sehingga generalisasi kepada populasi yang diteliti. Makna nya sampel yang diambil dapat mewakili atau representatif bagi populasi tersebut. 3.3.3 Teknik Pengambilan Sampel 1. Purposive Sampling Menurut Sugiyono (2014: 85), Purposive Sampling yaitu pemilihan sampel berdasarkan kriteria tertentu. Dengan demikian yang menjadi objek penelitian adalah kostumer di Outlet kek pisang villa. Kostumer yang dimaksud adalah kostumer yang bersedia mengisi data dengan sungguh-sungguh, mencermati isi pernyataan dan yang berusia diatas 18 tahun. Sehingga tidak semua populasi memperoleh peluang yang sama untuk dijadikan sampel. 2. Sampling Insidental Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan sampling incidental. Menurut Sugiyono, 2010:122 sampling insidental, yaitu teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan/incidental bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan itu cocok sebagai sumber data. Untuk membatasi ruang lingkup pembahasan dalam penelitian ini yang menjadi sampel adalah 30 orang diantara kostumer yang melakukan pembelian produk pada outlet kek pisang villa di Batam Centre. 3.4 Variabel Penelitian Penelitian ini melibatkan tiga variabel yang terdiri dari satu variabel terikat (dependen) dan dua variabel bebas (independen). Variabel bebas tersebut adalah Iklan dan Merek, Sedangkan variabel terikatnya adalah Loyalitas konsumen. Adapun definisi dari masing-masing variabel tersebut adalah sebagai berikut : 3.4.1 Variabel Bebas (Independen) Menurut Sugiyono (2014: 39), variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat). Dalam penelitian ini yang menjadi variabel-variabel bebas yaitu sebagai berikut : 1. Iklan(X1) Menurut Fandy Tjiptono (2005:226) Iklan adalah bentuk komunikasi tidak langsung yang didasari pada informasi tentang keungulan atau keuntungan suatu produk, yang disusun sedemikian rupa sehingga menimbulkan rasa menyenangkan yang akan mengubah pikiran seseorang untuk melakukan pembelian. Indikator dalam iklan antara lain: a. Daya Tarik Pesan b. Media yang digunakan c. Slogan d. Gambar dan warna e. Kata-kata mudah di ingat dan menarik perhatian 2. Merek (X2) Menurut Kotler dan Keller (2007) Merek adalah identitas tambahan dari suatu produk yang tak hanya membedakannya dari produk pesaing, namun merupakan janji produsen atau kontrak kepercayaan dari produsen kepada konsumen dengan menjamin konsistensi bahwa sebuah produk akan selalu dapat menyampaikan nilai yang diharapkan konsumen dari sebuah produk. Indikator dalam merek antara lain : a. Prediktabilitas Merek b. Kesukaan Merek c. Kompetisi Merek d. Reputasi Merek e. Kepercayaan pada perusahaan 3.4.2 Variabel Terikat (Dependen) Menurut Sugiyono (2014: 39), variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah : Loyalitas Konsumen (Y). Indikator dalam Loyalitas Konsumen antara lain: 1. Konsumen cenderung membeli lebih banyak dan setia lebih lama. 2. Konsumen tidak sensitive terhadap harga. 3. Konsumen akan melakukan word of mouth yang positif. 4. Menawarkan gagasan barang atau jasa kepada perusahaan 3.5 Jenis dan Sumber Data 3.5.1 Jenis data Jenis data dalam penelitian ini berupa : 1. Menurut Sugiyono (2014: 137) Data primer, Jenis data yang digunakan adalah data yang dikumpul- kan oleh peneliti sendiri dicatat dan diamati untuk mencapai tujuan penelitian. Ini merupakan sumber data yang langsung diberikan oleh kuesioner kepada penulis. Tempat melakukan wawancara atau memberikan kuesioner yaitu ditempat Objek penelitian yaitu di Outlet Kek pisang villa Batam Centre. 2. Menurut Sugiyono (2014: 137) Data Sekunder, adalah sumber data yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul. Jenis Data yang diperoleh diluar responden yang diperlukan guna mendukung penelitian ini. Data ini diperoleh melalui study pustaka berupa literatur, jurnal, internet,media dan lain sebagainya sesuai dengan topik penelitian. 3.5.2 Sumber Data Sumber data penelitian yaitu sumber subjek dari tempat mana data bisa didapatkan. Peneliti memakai kuesioner atau wawancara didalam pengumpulan datanya, maka sumber data itu dari responden, yakni orang yang menjawab pertanyaan peneliti, yaitu tertulis ataupun lisan. Sumber data berbentuk responden ini digunakan didalam penelitian. 3.5.3 Metode Pengumpulan Data Metode Pengumpulan Data merupakan teknik atau cara yang dilakukan untuk mengumpulkan data. Metode menunjuk suatu cara sehingga dapat diperlihatkan penggunaannya melalui angket/kuesioner, wawancara, pengamatan, tes, dokumentasi dan sebagainya. Dalam memperoleh data yang dibutuhkan, metode yang digunakan peneliti adalah kuesioner, yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan kepada orang lain yang dijadikan responden untuk dijawabnya. Sehubungan dalam penelitian ini peneliti memberikan kuesioner kepada kostumer kek Pisang Villa di Cabang Batam Centre . 3.6 Skala Pengukuran Menurut Sugiyono (2014:92), Skala pengukuran merupakan kesepakatan yang digunakan sebagai acuan untuk menentukan panjang pendeknya interval yang ada dalam alat ukur, sehingga alat ukur tersebut bila digunakan dalam pengukuran akan menghasilkan data kuantitatif. Dalam Penelitian ini menggunakan Skala Likert pengukuran pada skala Likert terdapat 1,2,3,4,5 interval, dari kata “sangat setuju” sampai “sangat tidak setuju”, maka pada skala guttman hanya ada dua interval yaitu “setuju” dan “tidak setuju”. Penelitian menggunakan skala Likert, maka variabel yang diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun itemitem instrument yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan. Jawaban setiap item instrument yang menggunakan skala likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif, yang dapat berupa kata-kata antara lain: a. Sangat Setuju (SS) a. Sangat Sering (SS) b. Setuju (S) c. Ragu-Ragu (RR) d. Tidak Setuju (TS) d. Tidak Sering (TS) e. Sangat Tidak Setuju (STS) e. Sangat Tidak Sering (STS) b. Sering (S) c. Ragu-Ragu (RR) Untuk keperluan Analisis kuantitatif, maka jawaban itu dapat diberi skor, misalnya : 1. Setuju/selalu/sangat Positif diberi skor 5 2. Setuju/sering/positif diberi skor 4 3.7 3. Ragu-ragu/kadang-kadang/netral, diberi skor 3 4. Tidak setuju/hamper tidak pernah/negatif diberi skor 2 5. Sangat tidak setuju/tidak pernah diberi skor 1 Uji Validitas dan Reliabilitas 3.7.1 Uji Validitas Menurut Priyatno (2010), validitas adalah teknik untuk mengukur sejauh mana ketepatan dan kecermatan terhadap apa yang akan di ukur, sah atau valid tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Uji validitas ini akan dilakukan dengan penggunaan program SPSS (Statistical Package for Social Sciences) versi 21. Teknik pengujian yang digunakan penelitian dalam penelitian ini dengan cara membandingkan r-hitung dengan r-tabel untuk degree of freedom (df) = n-2, dalam hal ini n adalah jumlah sampel. Untuk menguji apakah masing-masing indicator valid atau tidak, dapat dilihat dalam tampilan ouput Cronbach Alpha pada kolom Correlated Item-Total Correlation. Jika r-hitung lebih besar dan nilai positif maka butir atau pertanyaan atau indikator tersebut dinyatakan valid. Pernyataan rhitung rtabel IK1 IK2 IK3 IK4 IK5 0.507 0.742 0.442 0.602 0.596 0,374 0,374 0,374 0,374 0,374 Validitas (status) Valid Valid Valid Valid Valid IK6 IK7 IK8 IK9 IK10 IK11 IK12 IK13 IK14 IK15 0.455 0.572 0.392 0.618 0.769 0.707 0.539 0.496 0.616 0.418 0,374 0,374 0,374 0,374 0,374 0,374 0,374 0,374 0,374 0,374 Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Table 3.1 Hasil Uji Validitas Iklan (X1) Uji validitas dihitung dengan membandingkan nilai rhitung (correlated item-total correlation) dengan nilai rtabel. Jika rhitung > rtabel dan nilai positif, maka butir pertanyaan tersebut dinyatakan valid. rtabel MK1 rhitung 0.562 Validitas (status) 0,374 Valid MK2 0.584 0,374 Valid MK3 0.542 0,374 Valid MK4 0.762 0,374 Valid MK5 0.533 MK6 0.407 0,374 0,374 Valid Valid MK7 0.628 0,374 Valid MK8 0.485 0,374 Valid MK9 0.721 0,374 Valid MK10 0.643 0,374 Valid MK11 0.570 0,374 Valid MK12 0.768 0,374 Valid MK13 0.711 0,374 Valid MK14 0.691 0,374 Valid MK15 0.381 0,374 Valid Pernyataan Table 3.2 Hasil Uji Validitas Merek (X2) Uji validitas membandingkan nilai item-total dengan nilai rtabel. dihitung rhitung dengan (correlated correlation) Jika rhitung>rtabel dan nilai positif, maka butir pertanyaan tersebut dinyatakan valid. Pernyataan LK1 LK2 LK3 LK4 LK5 LK6 LK7 LK8 LK9 LK10 rhitung 0.684 0.563 0.452 0.761 0.542 0.786 0.451 0.394 0.629 0.499 rtabel 0,374 0,374 0,374 0,374 0,374 0,374 0,374 0,374 0,374 0,374 Validitas (status) Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Table 3.3 Hasil Uji Validitas Loyalitas konsumen (Y) Uji validitas dihitung dengan membandingkan nilai rhitung (correlated item-total correlation) dengan nilai rtabel. Jika rhitung>rtabel dan nilai positif, maka butir pertanyaan tersebut dinyatakan valid. 3.7.2 Uji Reabilitas Menurut Priyatno (2010:97), uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui sejauh mana konsistensi alat ukur tersebut, apakah alat pengukur yang digunakan dapat diandalkan dan tetap konsisten jika pengukuran tersebut diulang. Ghozali (2009) menyatakan bahwa reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari peubah atau konstruk. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Reliabilitas suatu test merujuk pada derajat stabilitas, konsistensi, daya prediksi, dan akurasi. Pengukuran yang memiliki reliabilitas yang tinggi adalah pengukuran yang dapat menghasilkan data yang reliable. Uji reliabilitas ini akan dilakukan dengan penggunaan program SPSS (Statistical Package for Social Sciences) versi 21. Untuk menguji reliabilitas kuesioner adalah koefisien Cronbach Alpha, dengan kriteria penilaian uji reliabilitas sebagai berikut (Ghozali, 2009:89): 1. Apabila koefisien Cronbach Alpha lebih besar dari 0,6 maka susuatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel. 2. Apabila koefisien Cronbach Alpha lebih kecil dari 0,6 maka suatu kokonstruk atau variabel dikatakan tidak reliabel. No. Variabel Cronbach’s Alpha Cronbach’s Alpha yang disyaratkan Keterangan 1. Iklan (X1) 0,685 0,60 Reliabel 2. Merek (X2) 0,730 0,60 Reliabel 3. Loyalitas konsumen (Y) 0,708 0,60 Reliabel Tabel 3.4 hasil perhitungan uji reabilitas Hasil pada Tabel 3.4 tersebut diatas menunjukkan bahwa variabel Iklan, Merek dan Loyalitas konsumen mempunyai Cronbach’s Alpha lebih besar dari 0,60, sehingga dapat dikatakan semua konsep pengukur variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah reliabel. 3.8 Metode Analisis Data 3.8.1 Uji Asumsi Klasik Uji asumsi klasik adalah persyaratan statistik yang harus dipenuhi pada analisis regresi linear berganda yang berbasis ordinary least square (OLS). Jadi analisis regresi yang tidak berdasarkan OLS tidak memerlukan persyaratan asumsi klasik, misalnya regresi logistik atau regresi ordinal. Demikian juga tidak semua uji asumsi klasik harus dilakukan pada analisis regresi linear, misalnya uji multikolinearitas tidak dilakukan pada analisis regresi linear sederhana dan uji autokorelasi tidak perlu diterapkan pada data cross sectional. Uji asumsi klasik yang sering digunakan yaitu uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas, uji normalitas, uji autokorelasi dan uji linearitas. Tidak ada ketentuan yang pasti tentang urutan uji mana dulu yang harus dipenuhi. Analisis dapat dilakukan tergantung pada data yang ada. Sebagai contoh, dilakukan analisis terhadap semua uji asumsi klasik, lalu dilihat mana yang tidak memenuhi persyaratan. Kemudian dilakukan perbaikan pada uji tersebut, dan setelah memenuhi persyaratan, dilakukan pengujian pada uji yang lain. a. Uji Normalitas Menurut Imam Ghozali (2013,160), Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki disribusi normal, bila asumsi ini dilanggar maka uji statistic menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil. Uji normalitas data dilakukan dengan uni Kolmogorov Smirnov, untuk mempermudah dalam melakukan perhitungan secara statistik, maka yang dilakukan dalam penelitian ini akan diolah dengan penggunaaan program SPSS (Statistical Package for Social Sciences) versi 21. Suatu data dinyatakan berdistribusi normal jika nilai Asymp Sig (2-tailed) hasil perhitungan Kolmogorov-Smirnov lebih besar dari 1/2α. Dasar pengambilan keputusan: a. Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya, menunjukkan pola terdistribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. b. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan/atau tidak mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya, tidak menunjukkan pola terdistribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas b. Uji Multikolinearitas Menurut Imam Ghozali (2009,105), uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas(independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas didalam model regresi pada penelitian ini menggunakan besaran VIF (Variance Inflation Factor) dan Tolerance, untuk mendekteksi multikolinearitas adalah sebagai berikut : 1. Apabila nilai Tolerance Value lebih besar dari 0,1 atau VIF (Variace Inflation Factor) lebih kecil dari 10, maka tidak terjadi multikolonieritas. 2. Apabila nilai Tolerance Value lebih kecil dari 0,1 atau VIF (Variace Inflation Factor) lebih besar dari 10, maka terjadi multikolonieritas. c. Uji Heterokedastisitas Menurut Imam Ghozali (2009), Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terdapat ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lainnya. Jika variance dari satu residual satu ke pengamatan lainnya tetap maka terjadi homoskedastisitas dan jika berbeda maka disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang tidak terjadi heteroskedastisitas. Pengujian heteroskedastisitas menggunakan cara grafik scatterplot. Dasar analisis uji heterokedastisitas menurut Ghozali (2013:187) : 1. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi heterokedastisitas. 2. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik – titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heterokedastisitas. d. Uji autokorelasi Menurut Ghozali (2013) Uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan asumsi klasik autokorelasi yaitu korelasi yang terjadi antara residual pada satu pengamatan dengan pengamatan lain pada model regresi. Prasyarat yang harus terpenuhi adalah tidak adanya autokorelasi dalam model regresi. Metode pengujian yang sering digunakan adalah dengan uji Durbin-Watson (uji DW) dengan ketentuan sebagai berikut: 1) Jika d lebih kecil dari dL atau lebih besar dari (4-dL) maka hopotesis nol ditolak, yang berarti terdapat autokorelasi. 2) Jika d terletak antara dU dan (4-dU), maka hipotesis nol diterima, yang berarti tidak ada autokorelasi. 3) Jika d terletak antara dL dan dU atau diantara (4-dU) dan (4-dL), maka tidak menghasilkan kesimpulan yang pasti. Nilai du dan dl dapat diperoleh dari tabel statistik Durbin Watson yang bergantung banyaknya observasi dan banyaknya variabel yang menjelaskan. 3.9 Pengujian Hipotesis Metode pengambilan keputusan yang didasarkan dari analisis data, baik dari percobaan yang terkontrol, maupun dari observasi (tidak terkontrol). Dalam statistik sebuah hasil bisa dikatakan signifikan secara statistik jika kejadian tersebut hampir tidak mungkin disebabkan oleh faktor yang kebetulan, sesuai dengan batas probabilitas yang sudah ditentukan sebelumnya Uji hipotesis ini bertujuan untuk mengetahui besar kontribusi dan pengaruh masing-masing variabel bebas iklan dan merek terhadap variabel terikat yaitu Loyalitas konsumen Penelitian ini dianalisis dengan menggunakan program SPSS untuk melihat hasil uji F, uji t dan uji R2. 3.9.1 Uji F atau Uji Anova Uji F, digunakan untuk menguji pengaruh seluruh variabel bebas yang dimasukkan dalam model regresi terhadap variabel terikat secara bersamaan. Model regresi dikatakan mempunyai pengaruh yang signifikan jika memiliki nilai probabilitas kurang dari 0,05. Dan sebaliknya dikatakan tidak mempunyai pengaruh yang signifikan jika nilai probabilitas lebih besar dari 0,05 (Ghozali, 2013:102). 3.9.2 Uji T atau Uji Parameter Individual Uji statistik t pada dasarnya menunjukan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas/indpenden secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali, 2013). Kriteria yang dipakai untuk membuat keputusan terhadap hasil uji hipotesis yang diuji adalah berdasarkan tingkat signifikansi sebesar 0,05 yang merupakan probabilitas kesalahan sebesar 5%. Dasar pengambilan keputusan adalah sebagai berikut : -Jika tingkat signifikansi > 0,05 maka Ho diterima. -Jika tingkat signifikansi < 0,05 maka Ha diterima. 3.9.3 Uji Koefisien Determinasi (R2) Uji Koefisien Determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol (0) dan satu (1). Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variabel- variabel dependen amat terbatas (Ghozali, 2013:97). Uji R2 digunakan untuk menjelaskan hubungan antara variabel dan adanya faktor lain yang mempengaruhi hubungan tersebut. Adapun rumus hipotesis regresi linear berganda sebagai berikut: Y = a + b1.X1 + b2.X2 + e Dimana: Y = Variabel Terikat (Perfomance) X1 = Variabel Bebas (Intelectual Quotient) X2 = Variabel Bebas (Emotional Quotient) a = Konstanta b = Koefisien Regresi Variabel e = Error