Evaluasi Hasil Pembelajaran PAK1 Oleh: Delipiter Lase a. Pengertian Ditinjau dari sudut bahasa, penilaian atau evaluasi diartikan sebagai proses menentukan nilai suatu objek. Untuk dapat menentukan suatu nilai suatu objek diperlukan adanya ukuran/kriteria. Dari pengertian ini, maka ciri penilaian adalah adanya objek atau program yang dinilai dan adanya kriteria sebagai dasar untuk membandingkan antara kenyataan dengan kriteria atau apa yang seharusnya. Sependapat dengan itu, Edwind Wandt dan Gerald W. Browon dalam Anas Sudijono, mengatakan bahwa Evaluation refer to the act process to determining the value of something. Menurut definisi ini, istilah evaluasi itu menunjuk kepada suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai dari sesuatu(dalam dunia pendidikan).2 b. Fungsi Arikunto mengatakan bahwa tujuan atau fungsi penilaian ada beberapa hal, yaitu:3 1) Penilaian berfungsi Selektif Dengan cara mengadakan penilaian guru mempunyai cara untuk mengadakan penilaian terhadap siswanya, yang bertujuan untuk (1) memilih siswa yang dapat diterima di sejolah tertentu, (2) memilih siswa yang dapat naik ke kelas atau tingkat berikutnya, (3) memilih siswa yang seharusnya mendapat beasiswa, (4) memilih siswa yang sudah berhak meninggalkan sekolah, dsb. 2) Penilaian berfungsi dagnostik Dengan dilakukannya penilaian, sebenarnya guru mengadakan diagnosis kepada siswa tentang kebaikan dan kelemahannya. Dengan diketahui sebab-sebab kelemahan ini, akan lebih mudah dicari cara mengatasinya. 3) Penilaian berfungsi sebagai penempatan Pendekatan yang lebih bersifat melayani perbedaan kemampuan peserta didik, adalah pengajaran secara kelompok.Untuk dapat menentukan dengan pasti di kelompok mana seorang siswa harus ditempatkan, digunakan suatu penilaian. 4) Penilaian berfungsi sebagai pengukur keberhasilan Dimaksudkan untuk mengetahui sejauhmana suatu program berhasil diterapkan. c. Objek atau Sasaran Evaluasi Pendidikan Yang dimaksud dengan objek atau sasaran evaluasi pendidikan ialah segala sesuatu yang bertalian dengan kegiatan atau proses pendidikan, yang dijadikan titik pusat perhatian atau pengamatan, karena pihak penilai ingin memperoleh informasi tentang kegiatan atau proses pendidikan tersebut. Anas Sudijono mengemukakan bahwa salah satu cara untuk mengenal atau menghayati objek dari evaluasi pendidikan adalah dengan jalan menyorotinya dari tiga segi, yaitu dari segi input, transformasi dan output.4 Adapun dari segi output, yang menjadi sasaran evaluasi pendidikan adalah tingkat pencapaian atau prestasi belajar yang berhasil diraih oleh masing-masing peserta didik, setelah mereka terlibat dalam proses pendidikan selama jangka waktu yang telah 1 Disampaikan pada kegiatan Pembekalan Mahasiswa PPL Tahun 2011, Gunungsitoli – 6 September 2011 Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006. 3 Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2006, hal. 10 – 11. 4 Anas Sudijono, Op Cit., hal. 25. 2 1 ditentukan. Untuk mengetahui seberapa jauh tingkat pencapaian atau prestasi belajar yang diraih oleh peserta didik itu, dipergunakan alat berupa Tes Hasil Belajar, yang dikenal dengan istilah tes pencapaian (achievement test). d. Alat Evaluasi Hasil Belajar Dalam kegiatan evaluasi, alat juga berfungsi untuk memperoleh hasil yang lebih baik sesuai dengan kenyataan yang dievaluasi. Dalam menggunakan alat tersebut evaluator menggunakan cara atau teknik, dan oleh karena itu dikenallah istilah Teknik Evaluasi, yang terdiri dari teknik tes dan teknik nontes.5 Yang dimaksud dengan tes adalah cara yang dapat dipergunakan atau prosedur yang perlu ditempuh dalam rangka pengukuran atau penilaian di bidang pendidikan, yang berbentuk pemberian tugas atau serangkaian tugas baik berupa pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab, atau perintah-perintah yang harus dikerjakan oleh testee (pihak yang dikenai ujian = peserta didik), sehingga atas dasar data yang diperoleh dari pengukuran tersebut dapat dihasilkan nilai yang melambangkan tingkah laku atau prestasi testee; nilai mana dapat dibandingkan dengan nilai-nilai yang dicapai oleh testee lainnya, atau dibandingkan dengan nilai standar tertentu.6 1. Tes Diagnostik Tes diagnostik adalah tes yang dilaksanakan untuk menentukan secara tepat, jenis kesukaran yang dihadapi oleh para peserta didik dalam suatu mata pelajaran tertentu.7Seiring dengan pendapat itu, Arikunto mengemukakan bahwa tes diagnostik digunakan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan sehingga berdasarkan kelemahan tersebut dapat diberikan perlakuan secara tepat.8 2. Tes Formatif Formatif berasal dari kata form yang berarti bentuk, dalam kaitannya dengan evaluasi maka tes formatif adalah tes hasil belajar yang bertujuan untuk mengetahui sejauh mana siswa telah terbentuk setelah mengikut sesuatu program tertentu. Dalam kedudukannya seperti ini tes formatif dapat juga dipandang sebagai tes diagnostik pada akhir pelajaran.9Tes formatif ini biasa dilaksanakan di tengah-tengah perjalanan program pengajaran, yaitu setiap kali satuan pelajaran atau subpokok bahasan berakhir atau diselesaikan.Di sekolah-sekolah tes formatif ini biasa dikenal dengan istilah ulangan harian.10 Menurut Arikunto tes formatif ini mempunyai manfaat, baik bagi siswa, guru, maupun program itu sendiri.11 a. Manfaat bagi siswa (1) Digunakan untuk mengetahui apakah siswa sudah menguasai bahan program secara menyeluruh. 5 SuharsimiArikunto, Op Cit., hal. 26; dan Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008, hal. 65 & 75. 6 Anas Sudijono, Op Cit., hal. 66 – 67. 7 Anas Sudijono, Ibid, hal. 70. 8 SuharsimiArikunto, Op Cit., hal. 34. 9 Ibid., hal. 36. 10 Anas Sudijono, Op Cit., hal. 71. 11 SuharsimiArikunto, Op Cit., hal. 36. 2 (2) Merupakan penguatan (reinforcement) bagi siswa yang memperoleh skor yang tinggi. (3) Usaha perbaikan bagi siswa yang belum menguasai bahan, untuk meningkatkan penguasaan. (4) Sebagai diagnosis, dengan hasil tes formatif ini, siswa dengan jelas mengetahui bagian mana dari bahan yang masih dirasakan sulit. b. Manfaat bagi guru (1) Mengetahui sampai sejauh mana bahan yang diajarkan sudah dapat diterima oleh siswa. Hal ini akan menentukan pula apakah guru itu harus mengganti strategi mengajar atau tetap dengan strategi lama. (2) Mengetahui bagian-bagian mana dari bahan pelajaran yang belum menjadi milik siswa, terkait bila bahan menjadi prasyarat bagi mata pelajaran lain. (3) Dapat meramalkan sukses tidaknya seluruh program yang akan diberikan. c. Manfaat bagi program Setelah diadakan tes formatif maka diperoleh hasil. Dari hasil tersebut dapat diketahui: (1) Apakah program yang telah diberikan merupakan program yang tepat dalam arti sesuai dengan kecakapan anak. (2) Apakah program tersebut membutuhkan pengetahuan-pengetahuan prasyarat yang belum diperhitungkan. (3) Apakah diperlukan alat, sarana, dan prasarana untuk mempertinggi hasil yang akan dicapai. (4) Apakah metode, pendekatan, dan alat evaluasi yang sudah digunakan sudah tepat. 3. Tes Sumatif Tes sumatif (summative test) adalah tes hasil belajar yang dilaksanakan setelah sekumpulan satuan program pengajaran diselesaikan.Di sekolah tes ini dikenal dengan istilah “Ulangan Umum” yang biasanya dilaksanakan pada tiap akhir semester.12 Ada beberapa manfaat tes sumatif, dan tiga di antaranya yang terpenting adalah:13 a. Untuk menentukan nilai. Nilai sebagai hasil dari tes sumatif dapat digunakan untuk menentukan kedudukan anak, dalam penentuan nilai ini setiap anak dibandingkan dengan anak lainnya.Misalnya, penentuan prestasi kelompok siswa dalam satu kelas. Berdasarkan tes ini, dapat ditentukan prestasi belajar siswa apakah berada pada kelompok rendah, sedang dan prestasi tinggi. b. Untuk menentukan seorang anak dapat atau tidaknya mengikuti kelompok dalam menerima program berikutnya. c. Untuk mengisi catatan kemajuan belajar siswa yang akan berguna bagi orangtua siswa, pihak bimbingan dan penyuluhan di sekolah, dan pihak-pihak lain apabila siswa tersebut pindah ke sekolah lain, akan melanjutkan belajar atau akan memasuki lapangan kerja. 4. Teknik Nontes Dalam praktek, teknik tes-lah yang lebih sering dipergunakan dalam rangka mengevaluasi hasil belajar peserta didik.Pernyaataan tersebut tidak berarti bahwa teknik tes adalah satusatunya teknik melakukan evaluasi hasil belajar, sebab masih teknik lainnya yang dapat dipergunakan, yaitu teknik nontes. Dengan teknik nontes maka evaluas hasil belajar 12 13 Anas Sudijono, Op Cit., hal. 73. SuharsimiArikunto, Op Cit., hal. 39. 3 peserta didik dilakukan dengan tanpa menguji peserta didik, melainkan dilakukan dengan melakukan pengamatan secara sistematis (observation), melakukan wawancara (interview), menyebarkan angket (questionnaire), dan memeriksa atau meneliti dokumendokumen (documentary analysis).14 Teknis nontes ini pada umumnya memegang peranan penting dalam rangka mengevaluasi hasil belajar peserta didik dari segi ranah sikap (affective domain), dan ranah keterampilan (psychomotor domain). Sedangkan teknik tes lebih banyak digunakan untuk mengevaluasi hasil belajar peserta didik dari segi ranah proses berpikirnya (cognitive domain). e. Ciri-ciri Tes yang Baik Sebuah tes yang dapat dikatakan baik sebagai alat pengukur harus memenuhi persyaratan tes, yaitu:15 a. Validitas Sebuah tes disebut valid apabila tes itu dapat tepat mengukur apa yang hendak diukur. Contoh:Untuk mengukur besarnya partisipasi siswa dalam proses belajar-mengajar, tidak dapat diukur melalui nilai yang diperoleh pada waktu ulangan, tetapi dilihat melalui kehadiran; terpusatnya perhatian pada pelajaran; dan ketepatan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh guru dalam arti relevan pada permasalahannya. b. Reliabilitas Kata reliabilitas berasal dari bahasa Inggris yaitu reliable yang artinya dapat dipercaya.Suatu tes dikatakan reliabel atau dapat dipercaya jika memberikan hasil yang tetap apabila diteskan berkali-kali. Misalnya jika para siswa diberikan tes yang sama pada waktu yang berlainan, maka setiap siswa akan tetap berada dalam urutan (ranking) yang sama dalam kelompoknya. Walaupun tampaknya hasil tes kali kedua lebih baik, tetapi karena kenaikannya dialami oleh semua siswa, maka tes yang digunakan itu dapat dikatakan memiliki reliabilitas yang tinggi. c. Objektivitas Dalam pengertian sehari-hari objektif berarti tidak adanya unsur yang mempengaruhi.Lawan dari objektif adalah subjektif artinya terdapat unsur yang mempengaruhi. Sebuah tes dikatakan memiliki objektivitas apabila dalam pelaksanaan tes tidak ada faktor subjektif yang mempengaruhi.Hal ini terutama terjadi pada sistem skoring. f. Bentuk-bentuk Tes Hasil Belajar Di sekolah-sekolah, tes yang sering digunakan oleh guru adalah tes buatan guru (bukan standardized test). Tes yang dibuat oleh guru (teacher made test) ini terutama untuk menilai kemajuan siswa dalam hal pencapaian terhadap apa yang dipelajari.Dalam kaitan itu, tes akan dibedakan atas dua bentuk, yaitu:16 1. Tes Subjektif Tes subjektif pada umumnya berbentuk esai (uraian).Tes bentuk esai adalah jenis tes kemajuan belajar yang memerlukan jawaban yang bersifat pembahasan atau uraian kata-kata. 14 Anas Sudijono, Op Cit., hal. 76. Ibid., hal. 59. 16 Suharsimi Arikunto, Op Cit., hal. 162 – 176. 15 4 2. Tes Objektif Tes objektif adalah tes yang dalam pemeriksaannya dapat dilakukan secara objektif.Hal ini dimaksudkan untuk mengatasi kelemahan dari tes esai. G. Ranah Kogintif, Afektif dan Psikomotor sebagai Objek Evaluasi Hasil Belajar Di muka telah diuraikan bahwa seorang evaluator dalam melaksanakan evaluasi hasil belajar dituntut untuk mengevaluasi secara menyeluruh terhadap peserta didik, baik dari segi pemahamannya terhadap materi atau bahan pelajaran yang telah diberikan (aspek kognitif), maupun dari segi penghayatan (aspek afektif) dan pengalamannya (aspek Psikomotor). Seiring dengan itu, Benjamin S. Bloom dan kawan-kawannya dalam Anas Sudijono, berpendapat bahwa taksonomi atau pengelompokan tujuan pendidikan itu harus senantiasa mengacu kepada tiga jenis domain yang melekat pada diri peserta didik, yaitu (1) Ranah proses berpikir (cognitive domain), (2) Ranah nilai atau sikap (affective domain), dan (3) Ranah keterampilan (psychomotor domain).17Dalam konteks evaluasi hasi belajar, maka ketiga domain inilah yang harus dijadikan sasaran dalam setiap kegiatan evaluasi hasil belajar. 1. Ranah Kognitif Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan atau aktivitas mental (otak). Dalam ranah kognitif ini terdapat enam jenjang proses berpikir, mulai dari yang terendah sampai dengan yang tertinggi, yakni: a. Pengetahuan (knowledge) b. Pemahaman (comprehension) c. Penerapan atau aplikasi (application) d. Analisis (analisys) e. Sintesis (synthesis) f. Penilaian (Evaluation) 2. Ranah Afektif a. b. c. d. e. Ranah afektif ini dikelompokan ke dalam lima jenjang, yakni: Receiving atau attending (menerima atau memperhatikan) Responding (menanggapi) Valuing (menilai) Organization (mengatur) Characterization by Value or Value Complex (Karakterisasi) 3. Ranah Psikomotor Ranah psikomotor adalah ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill) atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu.Hasil belajar psikomotor ini tampak dalam bentuk keterampilan dan kemampuan individu, dan merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif serta hasil belajar afektif. Hasil belajar kognitif dan afektif akan menjadi hasil belajar psikomotor bila peserta didik telah menunjukan perilaku atau perbuatan tertentu sesuai dengan makna yang terkandung dalam ranah kognitif dan ranah afektifnya. Evaluasi atau penilaian merupakan suatu proses yang tak terpisahkan dalam kegiatan belajar mengajar (pembelajaran). Belajar dan mengajar sebagai suatu proses mengandung tiga unsur, yaitu tujuan pengajaran (instruksional), pengalaman (proses) belajar-mengajar, 17 Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2006, hal. 48-59. 5 dan hasil belajar. Dalam kaitan ini penilaian (evaluasi) merupakan tindakan untuk melihat sejauh mana tujuan-tujuan instruksional telah dapat dicapai atau dikuasai oleh siswa dalam bentuk hasil-hasil belajar yang tampak setelah mereka menempuh pengalaman belajar (proses belajar-mengajar). Penilaian Sikap Peserta Didik Dalam lampiran Permen Diknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi dikatakan bahwa 70% lebih Kompetensi Dasar (KD) mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen (PAK), pada tingkat satuan pendidikan dasar dan menengah ditetapkan untuk mengembangkan sikap peserta didik.18Hal ini menunjukkan bahwa tugas dan panggilan utama mata pelajaran Pendidikan Agama Kristen adalah untuk mengembangkan sikap, tanpa mengabaikan pengembangan kedua ranah lainnya. Bertolak dari uraian di atas, maka guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai pembelajar, dituntut untuk mendisain dan menentukan kegiatan pembelajaran dengan tujuan agar peserta didik dapat belajar secara aktif, efektif, kreatif dan menyenangkan.Kegiatan pembelajaran yang dimaksudkan di sini adalah penentuan strategi pembelajaran yang tidak boleh mengabaikan pengembangan sikap (afektif) peserta didik.Artinya bahwa rencana tindakan atau rangkaian kegiatan pembelajaran termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai macam sumber daya dalam pembelajaran perlu diletakkan dalam kerangka pengembangan sikap tanpa mengabaikan pengembangan kedua ranah lainnya. Setelah melaksanakan proses pembelajaran, guru PAK akan melaksanakan penilaian untuk menentukan tingkat keberhasilan peserta didik, baik secara kognitif, afektif dan psikomotoris. Pertanyaannya adalah teknik penilaian yang bagaimana yang harus dikembangkan. Tentu saja teknik penilaian yang dilaksanakan adalah teknik penilaian hasil pembelajaran PAK yang tidak hanya didominasi oleh penilaian kognitif, tetapi wajib memperhatikan penilaian afektif (=sikap), sebab dominansi kompetensi dasar mata pelajaran agama ditetapkan untuk mengembangkan domain sikap peserta didik. Sebagaimana dimaklumi bahwa pada umumnya, mata pelajaran memiliki domain tujuan yang akan dicapai, yakni berupa peningkatan kemampuan kognitif (pengetahuan), afektif (sikap hati) dan psikomotor (perilaku terampil) peserta didik. Tetapi pada kenyataannya, tidak jarang pembelajaran yang wujud adalah pembelajaran yang mengakibatkan peserta didik mengetahui dan memahami apa yang telah diajarkan. Tetapi, setelah peserta didik diminta untuk mengimplementasikan apa yang mereka ketahui tadi, mereka menjadi ragu-ragu dan tidak mampu. Hal tersebut tentu saja didorong oleh beberapa faktor, salah satu faktor yang meyebabkan hal tersebut adalah pembelajaran dan penilaian yang lebih mengutamakan domain kognitif, dibanding kedua ranah lainnya, yakni: ranah afektif dan psikomotoris. Dalam kaitan itu, tentu Pendidikan Agama Kristen (PAK) sepatutnya mengutamakan ranah sikap, walaupun tidak mengabaikan kedua ranah lainnya. Di depan telah dijelaskan bahwa teknik tes pada umumnya lebih banyak digunakan untuk mengevaluasi hasil belajar peserta didik dari segi ranah proses berpikirnya (cognitive domain). Sedangkan teknis nontes memegang peranan penting dalam rangka mengevaluasi hasil belajar peserta didik dari segi ranah sikap (affective domain), dan ranah keterampilan (psychomotor domain). Sehubungan dengan mata pelajaran Pendidikan Agama Kristen bertujuan untuk mengembangkan sikap peserta didik, maka tanpa mengabaikan kedua ranah 18 Sitanggang, Sariaman, Konsep, Strategi Pembelajaran & Penilaian Sikap Peserta Didik (Hal Mendasar dalam Pendidikan Agama Kristen), Jakarta: CV. Engkrateia Putra Jaya, 2007, hal 1. 6 lainnya, pembahasan berikut ini akan difoukuskan pada aspek penilaian yang berhubungan dengan ranah afektif (sikap). Menurut Arikunto, pengukuran ranah afektif ini bertujuan untuk:19 1. Untuk mendapatkan umpan balik (feedback) baik bagi guru maupun siswa sebagai dasar untuk memperbaiki proses belajar-mengajar dan mengadakan program perbaikan (remedial program) bagi anak didik; 2. Untuk mengetahui tingkat perubahan tingkah laku yang dicapai yang antara lain diperlukan sebagai bahan bagi perbaikan tingkah laku anak didik, pemberian laporan kepada orangtua, dan penentuan lulus tidaknya anak didik; 3. Untuk menempatkan anak didik dalam situasi belajar-mengajar yang tepat, sesuai dengan tingkat pencapaian dan kemampuan serta karakteristik anak didik. 4. Untuk mengenal latar belakang kegiatan belajar dan kelainan tingkah laku anak didik. Lebih lanjut, dikatakan bahwa teknik yang digunakan untuk melakukan pengukuran atau penilaian hasil belajar pada ranah afektif, adalah: Pengamatan (Observation), Wawancara (Interview), Angket (Questionnare), dan Analisis Dokumen (Documentary Analysis).20 A. Pengertian Penilaian Sikap Yang dimaksud dengan penilaian sikap adalah proses pengumpulan dan pengelolaan informasi yang berkaitan dengan ranah sikap untuk menentukan proses dan hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran tertentu.21Untuk dapat mengumpulkan informasi ini dapat dilakukan melalui Ulangan Harian, Ulangan Tengah Semester, Ulangan Akhir Semester dan Ujian Sekolah. Dan hasil belajar berupa nilai sikap peserta didik dimaksud akan dimuat pada kolom tersendiri di buku laporan hasil belajar peserta didik (rapor). B. Beberapa Aspek Sikap yang akan Dinilai Pada umumnya, guru PAK dapat membagi arah sikap peserta didik yang akan dinilai menjadi lima bagaian, antara lain: a) Bagaimana Sikap Peserta Didik terhadap Mata Pelajaran Peserta didik yang menunjukkan sikap positif terhadap mata pelajaran PAK, akan dapat mempengaruhi hal-hal, seperti: (a) Minat belajar pada mata pelajaran PAK akan berkembang dan meningkat, (b) guru PAK akan lebih mudah mengarahkan dan memotivasi peserta didik untuk belajar, (c) peserta didik akan lebih mudah menyerap materi pembelajaran PAK. Berdasarkan hal tersebut, guru PAK perlu melaksanakan penilaian terhadap bagaimana sikap peserta didik terhadap mata pelajaran. b) Bagaimana Sikap Peserta Didik terhadap Guru Mata Pelajaran PAK Guru PAK perlu membangun komunikasi positif dengan setiap peserta didik.Dengan demikian, setiap peserta didik mampu menunjukkan penerimaan yang baik, wajar dan positif terhadap kehadiran, tugas dan panggilan guru PAK dalam lingkungan institusi pendidikannya. Selain itu, setiap peserta didik perlu membangun, memiliki dan menunjukkan sikap positif terhadap guru kelas atau mata pelajaran. Peserta didik yang mampu menunjukkan sikap positifnya terhadap guru, akan membantu peserta didik yang 19 Ibid., hal. 178. Anas Sudijono, Op Cit., hal. 76 – 91. 21 Sariaman Sitanggang, Op Cit., hal. 29. 20 7 bersangkutan untuk mempercepat memahami pembelajaran yang dilakukan. Sebaliknya, peserta didik yang tidak dapat bersikap positif pada kehadiran guru, sikap itu akan mendorong peserta didik untuk mengabaikan mata pelajaran yang disampaikan gurunya. c) Bagaimana Sikap Peserta Didik terhadap terhadap Nilai-nilai Mata Pelajaran Pada umumnya, setiap mata pelajaran pada tingkat satuan pendidikan memiliki ranah sikap (=afektif) yang akan dinilai. Sebagai contoh, mata pelajaran PAK, untuk SD Kelas I: Terdiri dari 1 standar kompetensi (SK) dan 4 kompetensi dasar (KD). Keempat KD dimaksud akan lebih tepat jika digolongkan ke dalam ranah sikap. Perhatikan kata yang huruf tebal dan miring berikut ini. • Menerima keberadaan diri sebagai pemberian Allah. • Menjawab kasih Allah dengan cara mengasihi. • Mensyukuri alam ciptaan Allah dan isinya. • Mensyukuri hidup bersama orangtua …………………, dst. Kelas XII: • Menjelaskan ……… • Bersikap kritis ……… • Bersikap kritis ……… • Mewujudkan ……… Dari 44 KD mata pelajaran PAK mulai dari tingkat satuan pendidikan dasar dan menengah, seperti dipaparkan di atas, 31 KD di antaranya dapat digolongkan ke dalam ranah sikap (=afektif). Artinya 70% lebih, KD PAK berasal dari ranah sikap.Dengan demikian, penilaian berorientasi sikap sangat penting dilakukan. d) Bagaimana Sikap Peserta Didik pada Materi Pembelajaran Bagaimana sikap peserta didik trhadap materi pembelajaran sangat mempengaruhi efektifitas pembelajaran yang akan dilakukan. Karena hal ini sangat penting, guru PAK perlu melaksanakan penilaian terhadap hal itu. e) Bagaimana Sikap Peserta Didik terhadap Pembelajaran Yang dimaksud dengan pembelajaran dalam hal ini adalah segala upaya yang dilakukan oleh guru mulai dari perencanaan pembelajaran, proses pembelajaran dan penilaian proses dan hasil pembelajaran, yang menyebabkan peserta didik belajar. Pengertian ini sekaligus membedakan pengajaran dan pembelajaran.Pengajaran dari kata “ajar” berarti guru mengajar.Sementara guru mengajar, belum tentu menyebabkan peserta didik belajar.Sedangkan pembelajaran berasal dari kata belajar, berarti menyebabkan peserta didik belajar. C. Teknik Penilaian Sikap Di atas telah diuraikan bahwa teknik nontes memegang peranan penting dalam rangka mengevaluasi hasil belajar peserta didik dari segi ranah sikap (affective domain), dan ranah keterampilan (psychomotor domain). Dan dalam kaitannya dengan 8 pembelajaran PAK, penilaian sikap dapat dilakukan dengan beberapa teknik.Teknik itu sendiri diadopsi dari teknik penilaian sikap yang dikembangkan oleh Sairaman Sitanggang, yakni: (1) Observasi/mengamati perilaku, (2) Pertanyaan langsung, dan (3) Laporan Pribadi.22 1. Observasi/mengamati perilaku peserta didik Pada Lampiran Permendeknas Nomor 20 tahun 2007 tentang standar Penilaian Pendidikan pada bagian C ayat 3 bahwa penilaian dengan melaksanakan teknik observasi adalah sah dan diharapkan, khususnya dalam penilaian sikap peserta didik. Yang dimaksud dengan observasi adalah pelaksanaan pengamatan langsung tingkah laku peserta didik. Hal ini dijadikan sebagai salah satu teknik penilaian sikap peserta didik karena apa yang dilakukan peserta didik adalah cerminan sikap. Dan ini tidak perlu diragukan, Amsal 4:23 berkata demikian: “Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan”. Saat guru melaksanakan observasi tingkah laku peserta di dalam atau di luar kelas, khususnya untuk menilai bagaimana sikap peserta didik terhadap mata pelajaran, atau terhadap guru, atau terhadap nilai-nilai Kristiani, seperti takun akan Tuhan, tanggung jawab, beriman, dan lain-lain atau terhadap materi pembelajaran dan proses pembelajaran, sebaiknya guru telah didukung oleh format penilaian. Tabeltabel berikut ini menggambarkan format penilaian berorientasi sikap. LEMBAR PENILAIAN SIKAP PESERTA DIDIK TERHADAP MATA PELAJARAN KELAS : …………………………………… SEMESTER : …………………………………… NO NAMA SISWA SM SKALA PENGAMATAN M CM*) KM TM JUMLAH**) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10 dst. Gunungsitoli, ………………………2010 Guru Mata Pelajaran PAK (Delipiter Lase) 22 Sariaman Sitanggang, Op Cit., hal. 39. 9 Keterangan: SM = Sangat Memperhatikan M = Memperhatikan CM = Cukup Memperhatikan KM = Kurang Memperhatikan TM = Tidak Memperhatikan *) = Besaran pada kolom ini, diisi sesuai dengan SKBM **) = Konversi dari nilai kuantitatif menjadi nilai normatif LEMBAR PENILAIAN SIKAP PESERTA DIDIK TERHADAP GURU MATA PELAJARAN KELAS : …………………………………… SEMESTER : …………………………………… NO NAMA SISWA SB SKALA PENGAMATAN B CB*) KB TB JUMLAH**) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10 dst. Gunungsitoli, ………………………2010 Guru Mata Pelajaran PAK (Delipiter Lase) Keterangan: SB = Sangat Baik B = Baik CB = Cukup Baik KB = Kurang Baik TB = Tidak Baik *) = Besaran pada kolom ini, diisi sesuai dengan SKBM **) = Konversi dari nilai kuantitatif menjadi nilai normatif 10 LEMBAR PENILAIAN SIKAP PESERTA DIDIK TERHADAP NILAI –NILAI MATA PELAJARAN PAK KELAS : …………………………………… SEMESTER : …………………………………… NO NAMA SISWA DSK SKALA PENGAMATAN D CD*) KD TD JUMLAH**) 1. 2. 3. 4. 5. 6. dst. Gunungsitoli, ………………………2010 Guru Mata Pelajaran PAK (Delipiter Lase) Keterangan: DSK = Dianut Scara Kuat D = Diabut CD = Cukup Dianut KD = Kurang Dianut TD = Tidak Dianut *) = Besaran pada kolom ini, diisi sesuai dengan SKBM **) = Konversi dari nilai kuantitatif menjadi nilai normatif LEMBAR PENILAIAN SIKAP PESERTA DIDIK TERHADAP MATERI PEMBELAJARAN PAK KELAS : …………………………………… SEMESTER : …………………………………… NO NAMA SISWA SM SKALA PENGAMATAN M CM*) KM TM JUMLAH**) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10 dst. 11 Gunungsitoli, ………………………2010 Guru Mata Pelajaran PAK (Delipiter Lase) Keterangan: SM = Sangat Memperhatikan M = Memperhatikan CM = Cukup Memperhatikan KM = Kurang Memperhatikan TM = Tidak Memperhatikan *) = Besaran pada kolom ini, diisi sesuai dengan SKBM **) = Konversi dari nilai kuantitatif menjadi nilai normatif LEMBAR PENILAIAN SIKAP PESERTA DIDIK TERHADAP PEMBELAJARAN PAK KELAS : …………………………………… SEMESTER : …………………………………… NO NAMA SISWA SKALA PENGAMATAN SAKEM AKEM CAKEM*) KAKEM TAKEM JUMLAH**) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10 dst. Gunungsitoli, ………………………2010 Guru Mata Pelajaran PAK (Delipiter Lase) Keterangan: SAKEM = Sangat aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan AKEM = Aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan CAKEM = Cukup aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan KAKEM = Kurang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan TAKEM = Tidak aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan *) = Besaran pada kolom ini, diisi sesuai dengan SKBM **) = Konversi dari nilai kuantitatif menjadi nilai normatif 12 2. Pertanyaan Langsung Dalam menilai bagaimana sikap peserta didik terhadap materi pembelajaran contohnya, dapat jua dilakukan dengan menanyakan secara langsung. Saat melaksanakan penilaian ini, guru PAK sebaiknya telah didukung oleh perangkat, seperti lembar penilaian sikap terhadap komponen yang akan dinilai. Perhatikan contoh format berikut. LEMBAR PENILAIAN SIKAP PESERTA DIDIK TERHADAP PERTANYAAN LANGSUNG KELAS : …………………………………… SEMESTER : …………………………………… NO NAMA SISWA SKALA PENGAMATAN ST&B T&B CT&B*) KT&B TT&B JUMLAH**) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. dst. Gunungsitoli, ………………………2010 Guru Mata Pelajaran PAK (Delipiter Lase) Keterangan: ST&B = Sangat tepat dan baik T&B = Tepat dan baik CT&B = Cukup tepat dan baik KT&B = Kurang tepat dan baik TT&B = Tidak tepat dan baik *) = Besaran pada kolom ini, diisi sesuai dengan SKBM **) = Konversi dari nilai kuantitatif menjadi nilai normatif 13 3. Laporan Pribadi Untuk mengetahui bagaimana sikap peserta didik, guru PAK dapat juga menggunakan laporan pribadi siswa.Sebagai contoh, bagaimana sikap peserta didik pada “kerusuhan antar etnis” yang sering terjadi di Indonesia, khususnya pada dua dasawarsa terakhir ini.Peserta didik diminta bagaimana tanggapannya.Dari ulasan peserta didik tersebut, guru dapat membaca dan memahami bagaimana sikap setiap peserta didik.Dalam menggunakan teknik ini, guru membutuhkan waktu yang cukup lama untuk membaca, menganalisa dan memberi skornya. LEMBAR PENILAIAN SIKAP PESERTA DIDIK TERHADAP PERTANYAAN LANGSUNG KELAS : …………………………………… SEMESTER : …………………………………… NO NAMA SISWA SKALA PENGAMATAN ST&B T&B CT&B*) KT&B TT&B JUMLAH**) 1. 2. 3. 4. 5. 6. dst. Gunungsitoli, ………………………2010 Guru Mata Pelajaran PAK (Delipiter Lase) Keterangan: ST&B = Sangat tepat dan baik T&B = Tepat dan baik CT&B = Cukup tepat dan baik KT&B = Kurang tepat dan baik TT&B = Tidak tepat dan baik *) = Besaran pada kolom ini, diisi sesuai dengan SKBM **) = Konversi dari nilai kuantitatif menjadi nilai normatif Berdasarkan penilaian sikap peserta didik di atas, maka hasil penilaian peserta didik perlu ditindak-lanjuti. Hal ini penting karena akan bermanfaat memberikan masukan terhadap beberapa hal, seperti 1) untuk mengefektifkan usaha yang dilakukan peserta didik dan guru dalam meningkatkan hasil penilaian sikap peserta didik, 2) meningkatkan usaha pembinaan sikap peserta didik, baik secara pribadi dan klasikal, 3) untuk melaksanakan perbaikan terhadap proses pembelajaran, khususnya pembelajaran yang berorientasi sikap peserta didik, dan 4) merancang materi berorientasi sikap untuk pembinaan guru PAK, baik oleh MGMP PAK, gereja dan Kementerian Agama, atau instansi terkait lainnya. 14