(Studi Deskriptif Kualitatif Strategi Public Relations dalam

advertisement
STRATEGI PUBLIC RELATIONS DALAM MANAJEMEN KRISIS
(Studi Deskriptif Kualitatif Strategi Public Relations dalam
Manajemen Krisis di PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara)
TIA MALINDA MANURUNG
100904079
ABSTRAK
Penelitian ini berjudul Strategi Public Relations dalam Manajemen Krisis (Studi
Deskriptif Kualitatif Strategi Public Relations dalam Manajemen Krisis di PT
PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara). Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pemetaan krisis yang terjadi di PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera
Utara dan untuk mengetahui strategi manajemen krisis yang dilakukan public
relations PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara. Public Relations merupakan
kegiatan berkesinambungan dari usaha-usaha untuk memperoleh pengertian dan
simpati dari masyarakat khususnya pelanggan. Sedangkan manajemen krisis
merupakan salah satu tugas praktisi public relations saat perusahaan mengalami
krisis. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah Teori Public Relations
dan Teori Manajemen Krisis. Metode penelitian yang dipilih adalah metode
deskriptif kualitatif yang dapat menggambarkan tujuan penelitian ini dan
dinarasikan secara positivis, sehingga melalui penelitian ini dapat dipahami
bagaimana pemetaan krisis dan strategi manajemen krisis yang dilakukan public
relations PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara. Informasi diperoleh melalui
observasi dan wawancara mendalam (in depth interwiev) terhadap empat orang
pegawai divisi public relations PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara. Selain
itu peneliti juga memaksimalkan metode dokumentasi dan penelusuran data online
untuk menghimpun data. Berdasarkan penelitian ini ditemukan bahwa krisis listrik
di PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara sudah terjadi sejak tahun 1999
yakni pasca krisis moneter 1998. Krisis moneter tersebut mengakibatkan
terjadinya kegagalan membangun pembangkit listrik hingga memunculkan krisis
listrik di wilayah Sumatera Utara dan berakhir dengan pemadaman listrik bergilir.
Untuk mengendalikan situasi krisis di tengah-tengah masyarakat, public relations
PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara menggunakan corrective action
strategy dan adaptive strategy yang disampaikan melalui above the line (media
lini atas), below the line (media pendukung) dan activity (aktivitas pendukung).
Kata Kunci: PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara, Public Relations,
Manajemen Krisis
PENDAHULUAN
Konteks Masalah
PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara adalah satu-satunya
perusahaan kelistrikan di Indonesia. Menjelang akhir tahun 2013 pemberitaan
tentang perusahaan monopolistik ini banyak muncul di media cetak, elektronik
dan media baru. Pasalnya sejak bulan Mei 2013 terjadi pemadaman listrik bergilir
di seluruh wilayah Sumatera Utara. Meningkatnya frekuensi pemadaman listrik
bergilir pada akhir bulan Juli 2013 yang sebelumnya hanya dua jam setiap sekali
1
pemadaman kini mencapai tiga kali sehari dengan durasi tiga jam setiap sekali
pemadaman. PT PLN (Persero) wilayah Sumatera Utara mengakui bahwa
pemadaman listrik bergilir ini terjadi dikarenakan Indonesia sedang mengalami
defisit daya listrik bersamaan dengan jadwal pemeliharaan sejumlah mesin
pembangkit listrik yang ada di wilayah Sumatera bagian utara.
Pemadaman listrik bergilir yang terjadi hingga tahun 2013 ini
mengundang respon dan reaksi negatif dari masyarakat. Mulai dari kecamankecaman sinis di jejaring sosial, pemberitaan negatif di surat kabar hingga aksi
demo ratusan orang di kantor wilayah PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara,
Medan. Reaksi negatif masyarakat dalam menyikapi pemadaman listrik bergilir
terbilang cukup beralasan, mengingat pemadaman listrik bergilir yang dilakukan
PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara sudah sangat meresahkan masyarakat.
Bahkan kondisi demikian dapat dinyatakan sebagai situasi krisis yang harus
segera ditanggapi dengan serius oleh pihak terkait dalam hal ini melibatkan PT
PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara.
Banyak sekali dampak buruk akibat krisis listrik yang melanda wilayah
Sumatera Utara. Kebijakan PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara
memberlakukan pemadaman listrik bergilir berdampak buruk pada banyak sektor
kehidupan diantaranya sektor ekonomi, pendidikan, dan kesehatan. Oleh sebab
itu, situasi krisis yang terjadi di PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara
membutuhkan penanganan serius demi menghindari hal-hal yang tidak diinginkan
kedepannya. Untuk itulah public relations (PRs) dihadirkan dalam sebuah
perusahaan.
Berdasarkan uraian konteks masalah yang telah dijelaskan sebelumnya di
atas, maka dalam penelitian ini peneliti mengambil judul Strategi Public Relations
dalam Manajemen Krisis (Studi Deskriptif Kualitatif Strategi Public Relations
dalam Manajemen Krisis di PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara).
Fokus Masalah
Berdasarkan konteks masalah diatas maka yang menjadi fokus masalah
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: “Bagaimanakah strategi public
relations PT PLN (Persero) dalam menangani manajemen krisis di PT PLN
(Persero) Sumatera Utara?”
Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang telah dirumuskan dan agar penelitian ini
memiliki arah yang lebih jelas maka perlu ditetapkan beberapa tujuan sebagai
berikut:
1. Untuk mengetahui pemetaan krisis yang terjadi di PT PLN (Persero)
Wilayah Sumatera Utara.
2. Untuk mengetahui strategi manajemen krisis yang dilakukan public
relations PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara.
KAJIAN PUSTAKA
Strategi Public Relations
J.L Thompson (1995) mendefinisikan strategi sebagai cara untuk mencapai
sebuah hasil akhir: „Hasil akhir menyangkut tujuan dan sasaran organisasi. Public
adalah orang-orang yang mempunyai kaitan kepentingan dengan suatu organisasi
2
yang melancarkan kegiatan public relations tersebut, sedangkan relation berarti
hubungan, dan huruf „s‟ dalam kata public relations tidak untuk menyatakan
jamak namun untuk menunjukkan hubungan dua arah yang dibangun. Menurut
Frank Jefkins, public relations adalah bentuk komunikasi yang terencana, baik itu
ke dalam maupun ke luar, antara suatu organisasi dengan semua khalayaknya
dalam rangka mencapai tujuan-tujuan spesifik yang berlandaskan pada saling
pengertian (Jefkins, 2004: 10).
Beberapa peran penting seorang Public Relations di dalam perusahaan
yaitu:
a. Teknisi Komunikasi
Deskripsi kerja dalam lowongan pekerjaan biasanya menyebutkan keahlian
komunikasi dan jurnalistik sebagai syarat. Teknisi komunikasi disewa untuk
menulis dan mengedit newsletter karyawan, menulis news release dan
feature, mengembangkan isi web, dan menangani kontak media. Praktisi
tidak hanya mengawali kariernya dengan peran ini, tetapi juga banyak
menghabiskan waktu mereka dalam aspek teknis dari komunikasi.
b. Pakar Perumus (Expert Prescriber)
Peran “pakar perumus” atau expert prescriber ini menarik perhatian praktisi
karena menjalani peran ini akan membuat orang dilihat sebagai pihak yang
punya otoritas untuk menentukan bagaimana cara mengerjakan segala
sesuatu.
c. Fasilitator komunikasi
Peran fasilitator komunikasi bagi seorang praktisi PRs adalah sebagai
pendengar yang peka dan broker (perantara) komunikasi. Fasilitator
komunikasi bertindak sebagai perantara (liaison), interpreter, dan mediator
antara organisasi dan publiknya. Mereka menjaga komunikasi dua arah dan
memfasilitasi percakapan dengan menyingkirkan rintangan dalam hubungan
dan menjaga agar saluran komunikasi tetap terbuka. Tujuannya adalah
memberi informasi yang dibutuhkan oleh baik itu manajemen maupun publik
untuk membuat keputusan demi kepentingan bersama.
d. Fasilitator Pemecah Masalah
Ketika praktisi PRs melakukan peran sebagai fasilitator pemecah masalah,
mereka berkolaborasi dengan manajer lain untuk mendefinisikan dan
memecahkan masalah. Mereka menjadi bagian dari tim perencanaan strategis.
Kolaborasi dan musyawarah dimulai dengan persoalan pertama dan
kemudian sampai ke evaluasi program final. Praktisi pemecah masalah
membantu manajer lain dan organisasi untuk mengaplikasikan PRs dalam
proses manajemen bertahap yang juga dipakai untuk memecahkan masalah
organisasional.
Fasilitator pemecah masalah dimasukkan ke dalam tim manajemen karena
mereka punya keahlian dan keterampilan dalam membantu manajer lain
untuk menghindari masalah atau memecahkan masalah. Akibatnya,
pandangan PRs akan dipertimbangkan dalam pembuatan keputusan
manajemen (Ruslan, 1999: 21-23).
Manajemen Krisis
Manajemen krisis merupakan proses perencanan strategis terhadap krisis
atau titik balik negatif, sebuah proses yang mengubah beberapa resiko dan
3
ketidakpastian dari keadaan negatif dan berusaha agar perusahaan dapat
mengendalikan sendiri aktivitasnya (Fearn-Banks, dalam Prayudi, 1998:2).
Mengingat dampak negatif dan kerugian yang sedemikan besar maka krisis tidak
dapat dibiarkan begitu saja tanpa disertai penanganan yang serius. Kasali (1994:
231) menguraikan langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam menangani
krisis.
1. Identifikasi krisis
Identifikasi krisis dilakukan dengan penelitian. Bila krisis terjadi dengan
cepat, maka penelitian harus dilakukan secara informal dan kilat, harus
diusahakan kesimpulan atas identifikasi krisis yang terjadi ditarik pada hari
yang sama saat data dikumpulkan.
2. Analisis krisis
Dari data yang telah diperoleh, maka tugas praktisi PRs selanjutnya adalah
menganalisis krisis yang dilakukan baik secara parsial maupun integral.
Dalam tahap ini dibutuhkan kemampuan membaca permasalahan yang baik.
3. Isolasi krisis
Krisis bisa identikkan sebagai penyakit, maka agar penyakit itu tidak menular
dan menyebar luas, perlu dilakukan isolasi krisis. Langkah mengkarantina
krisis juga dilakukan sebagai langkah untuk mencegah meluasnya krisis.
4. Pilihan strategi
Sebelum mengambil langkah pengendalian krisis, perusahaan perlu
melakukan penetapan strategi generik yang akan diambil. Ada tiga strategi
generik yang dapat dilakukan untuk menangani krisis, yaitu:
- Defensive Strategy (Strategi Defensif) dengan langkah-langkah sebagai
berikut:
Mengulur waktu
Tidak melakukan apa-apa
Membentengi diri dengan kuat
- Adaptive Strategy (Strategi Adaptif) dengan langkah-langkah yang
mencakup hal-hal yang lebih luas sebagai berikut:
Mengubah kebijakan
Modifikasi operasional
Kompromi
Meluruskan citra
- Dynamic Strategy (Strategi Dinamis), strategi ini sudah bersifat agak
makro dan dapat mengakibatkan berubahnya karakter perusahaan.
Pilihannya adalah:
Merger dan akuisisi
Investasi baru
Menjual saham
Meluncurkan produk baru/menarik peredaran produk lama
Menggandeng kekuasaan
Melempar isu baru untuk mengalihkan perhatian
5. Program Pengendalian
Program pengendalian merupakan langkah penerapan yang dilakukan menuju
strategi generik yang dirumuskan. Program pengendalian biasanya disusun di
lapangan ketika krisis muncul.
Implementasi pengendalian diterapkan pada:
4
-
Perusahaan (beserta cabang)
Industri (gabungan usaha sejenis)
Komunitas
Divisi-divisi perusahaan (Iriantara, 2004:124-125).
METODOLOGI PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif kualitatif dengan objek pada penelitian ini adalah strategi public
relations dalam menangani manajemen krisis di PT PLN (Persero) Wilayah
Sumatera Utara. Subjek penelitian yang akan diteliti adalah Public Relations
Officer dan para staf public relations PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara
yang akan dipilih dengan menggunakan teknik purposive sampling. Teknik
pengumpulan datanya dilakukan dengan wawancara mendalaman, observasi,
dokumentasi, penelitian kepustakaan dan penelusuran data online. Teknik analisis
data yang digunakan adalah teknik analisis data Miles dan Huberman diantaranya
reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Informan
Informan
No
Bahasan
Pertama
Kedua
1
Nama
Martha Retniati Raidir
Lengkap
Situmeang
Sigalingging
2
Tempat/Tgl
Jakarta, 7 Maret Dolok Sanggul,
lahir
1988
16 Februari 1962
3
Usia
26 tahun
52 Tahun
4
Agama
Kristen
Islam
5
Suku
Batak Toba
Batak Toba
6
7
Status
Pendidikan
terakhir
8
Bergabung di
divisi
PRs
PLN
Jabatan
di
divisi PRs
Waktu
terjadinya
9
10
11
12
Penyebab
Krisis
Siklus Krisis
Informan
Ketiga
Syaiful Lubis
Informan
Keempat
Agus Mulyadi
Serbelawan, 16
November 1958
56 tahun
Islam
Batak
Mandailing
Menikah
Menikah
Menikah
D3 Adm. Niaga S1
Ekonomi, S1 Adm. Negara,
Bisnis, Politeknik Univ. Tri Sakti
UMSU
Negeri Jakarta
Belawan,
17 Agustus 1967
47 tahun
Islam
2011
2010
2009
Staf divisi PRs
Deputi divisi PRs
Defisit
Defisit
2009
Jawa
Menikah
SMA Widyautama,
Medan
Plt. Spv divisi Staf divisi PRs
PRs
Sudah lumayan Sejak tahun 1999 Pasca
krisis Pasca
krisis
lama namun tidak Pasca
krisis moneter 1998
moneter 1998
tahu
tepatnya moneter 1998
kapan,
sekitar
tahun 2007
Defisit
Defisit
Sudah melewati Sudah melewati Sudah melewati Sudah
melewati
siklus prodromal siklus prodromal siklus prodromal siklus
prodromal
tetapi
belum tetapi
belum tetapi
belum tetapi belum sampai
5
Ket
sampai ke siklus
akut
Internal:
Jam
kerja
bertambah
dan
menjadi
tidak
teratur
Eksternal:
Meresahkan
masyarakat
hingga
menimbulkan
demonstrasi,
perusakan kantor
cabang
PLN,
Somasi
13
Dampak
Krisis
14
Langkah awal
yang
dilakukan PT
PLN (Persero)
wilayah
Sumatera
Utara
Strategi
manajemen
krisis divisi
public
relations
15
sampai ke siklus
akut
Krisis
listrik
meresahkan,
merugikan,
mengecewakan
dan menyakitkan
semua
pihak.
tidak
hanya
masyarakat, para
pegawai PLN pun
merasakannya.
Eksternal:
Demonstrasi
sampai ke siklus
akut
Internal: Krisis
listrik menjadi
beban
mental
bagi
pegawai
PLN.
Eksternal:
Masyarakat
mengalami
kerugian
khususnya dalam
sektor ekonomi
masyarakat
menengah
ke
bawah
Melakukan
Melakukan
Melakukan
penyewaan
penyewaan genset penyewaan genset
genset
Corrective action
strategy
ke siklus akut
Internal:
perusahaan
mengalami
penurunan
pendapatan
dari
tagihan listrik
Eksternal:
krisis
listrik merugikan
masyarakat
sehingga
tidak
dapat
menikmati
listrik
seperti
biasanya
Melakukan
penyewaan genset
- Corrective
- Corrective
- Corrective action CA
action strategy
action strategy
strategy
- Adaptive
- Adaptive
- Adaptive strategy: ASstrategy:
strategy:
mengubah
EP
mengubah
mengubah
kebijakan dengan
kebijakan
kebijakan
menempatkan
dengan
dengan
salah satu direksi
menempatkan
menempatkan
PLN di Medan
salah
satu
salah
satu
direksi PLN di
direksi PLN di
Medan
Medan
Pembahasan
Hasil penelitian dan analisis menunjukkan bahwa krisis listrik yang terjadi
di Sumatera Utara sudah terjadi sejak terjadinya krisis moneter 1998. Kenyataan
ini diungkapkan oleh tiga informan terakhir yang secara sistematis mencoba
mengurutkan riwayat krisis yang akhirnya kembali bergejolak di pertengahan
tahun 2013.
Public relations PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara melakukan
usaha-usaha penanganan krisis namun tidak mengikuti persis sistematika
penanganan krisis yang ditawarkan. Public relations PT PLN (Persero) wilayah
Sumatera Utara lebih cenderung menerapkan strategi corrective action yakni
langkah yang diambil untuk memperbaiki kerusakan akibat krisis dan akan
melakukan pencegahan apabila akan terjadi.
6
Public relations PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara juga
melakukan strategi generik yang kedua yaitu Adaptive Strategy (Strategi adaptif)
dengan langkah-langkah sebagai berikut: (1) Mengubah kebijakan, (2) Modifikasi
operasional, (3) Kompromi, (4) Meluruskan citra. Dalam hal ini peneliti tidak
mendapati adanya langkah kompromi yang dilakukan PLN Sumut. Informan
kedua, ketiga dan keempat mengatakan bahwa langkah mengubah kebijakan
melalui pemindahtugasan salah satu direksi PLN ke Medan, Sumatera Utara.
Upaya ini diharapkan dapat lebih mempercepat segala proses perbaikan dan
pengoperasian pembangkit listrik.
Langkah modifikasi operasional dilakukan melalui perbaikan-perbaikan
mesin pembangkit diikuti dengan percepatan pengoperasian mesin pembangkit
listrik yang pembangunannya sudah dimulai sejak tahun 2008. Kerusakan mesin
pembangkit listrik yang mengakibatkan pemadaman listrik bergilir harus terjadi
karena rusaknya PLTU Labuhan Angin Unit I dan Unit II Sibolga. Kerusakan ini
menimbulkan defisit listrik hingga 200 megawatt (MW). Informan keempat
menambahkan kendala perizinan untuk pengoperasian pembangkit listrik di
Kuala Namu semakin memperparah kondisi defisit listrik di Sumatera Utara.
Sedangkan langkah meluruskan citra ditunjukkan melalui kepedulian PT PLN
(Persero) Wilayah Sumatera Utara terhadap korban gunung Sinabung. Kepedulian
perusahaan ini dilakukan melalui penyerahan 600 paket sumbangan berisi tas
ransel, buku dan alat tulis kepada pengungsi Gunung Sinabung. Strategi
manajemen krisis berupa corrective action dan Adaptive Srategy tersebut
disampaikan melalui above the line (media lini atas), below the line (media
pendukung) dan activity (aktivitas pendukung).
PENUTUP ATAU SIMPULAN
Simpulan
Sebagai penutup, berdasarkan hasil penelitian tentang strategi public
relations dalam manajemen krisis, dapat dekemukakan bagian-bagian penting
yang merupakan simpulan dari penelitian sebagai berikut:
1. Krisis listrik yang terjadi di wilayah Sumatera Utara pada tahun 2013 berawal
dari terjadinya krisis moneter 1998. Krisis keuangan dan ekonomi negara ini
akhirnya menggagalkan rencana pembangunan mesin pembangkit yang sudah
dicanangkan sejak 1995. Pada tahun 2007 krisis yang sama sudah pernah
terjadi di wilayah Sumatera Utara namun beberapa mesin pembangkit dan
genset masih bisa mengkover kebutuhan listrik hingga beberapa tahun
berikut. Kondisi tersebut tidak berlangsung lama karena krisis yang sama
kembali terjadi di pertengahan 2013 lalu. Kegagalan membangun mesin
pembangkit dan semakin menuanya mesin pembangkit yang ada diiringi
dengan meningkatnya kebutuhan dan konsumsi listrik di Sumatera Utara
menjadi penyebab utama krisis listrik saat itu. Jumlah cadangan listrik PT
PLN (Persero) wilayah Sumatera Utara yang seimbang dengan kebutuhan
listrik masyarakat akhirnya membawa Sumatera Utara pada tren pemadaman
listrik bergilir.
2. Dalam menghadapi situasi krisis, divisi public relations PT PLN (Persero)
wilayah Sumatera Utara telah melakukan beberapa strategi yang dianggap
berpotensi meminimalisir krisis yang terjadi. Dari sekian banyak strategi yang
ditawarkan, corrective action strategy dan adaptive strategy menjadi strategi
7
yang paling tepat untuk diterapkan. Strategi ini digunakan untuk
menyampaikan permohonan maaf disertai dengan upaya menginformasikan
segala sesuatu yang terjadi terkait krisis juga upaya mengajak masyarakat
untuk melaksanakan gerakan hemat listrik. Strategi ini pun melibatkan
hampir semua media yang ada, yakni above the line, below the line dan
activity.
Saran
Setelah melakukan penelitian mengenai strategi public relations dalam
menajemen krisis di PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara, peneliti
mengajukan beberapa saran yang kiranya bermanfaat bagi berbagai pihak.
1. Kepada perusahaan peneliti memberikan beberapa saran yakni:
- Sebaiknya Perusahaan bersikap lebih kooperatif dan tidak memberi batasan
yang berlebihan bagi peneliti. Apalagi pada penelitian yang mengangkat isu
manajemen krisis, peneliti yang notabene adalah mahasiswa dan dianggap
kaum terpelajar di masyarakat, dapat dilibatkan sebagai pihak yang ikut
menyosialisasikan, menginformasikan bahkan mempersuasi masyarakat
untuk prihatin akan kondisi krisis yang terjadi. Melalui informasi dan data
akurat yang disampaikan perusahaan, hal ini dapat menjadi bahan sosialisasi
yang cukup efektif tanpa harus mengeluarkan biaya apapun.
- Upaya sosialisasi yang dilakukan PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara
terbilang cukup minim. Hal ini didapati melalui verifikasi yang dilakukan
peneliti. Seperti dalam hal pemasangan spanduk, PLN hanya memasang
spanduk di beberapa kantor cabang PLN di daerah. Peneliti menyarankan
agar pemasangan spanduk tersebut dilakukan di tempat-tempat strategis agar
seluruh masyarakat mengetahui. Demikian juga dengan penyebaran brosur
dan selebaran, peneliti menyarankan agar praktisi PRs PLN memerhatikan
penyusunan kata dan bahasa di dalamnya. Brosur maupun selebaran
sebaiknya diisi dengan kata-kata yang singkat, jelas dan mudah dimengerti.
Media yang lain disarankan oleh peneliti adalah SMS Center. Upaya
penginformasian jadwal pemadaman listrik bergilir akan lebih efektif jika
dilakukan melalui SMS.
2. Ketika melakukan penelitian ini ada baiknya kita sebagai peneliti, mengetahui
dan menguasai benar medan penelitian yang dipilih. Bahkan sudah mulai
mencari tahu siapa yang akan menjadi informan sehingga dapat merumuskan
secara sederhana wawancara mendalam seperti apa yang ingin diterapkan
ketika penelitian.
DAFTAR REFERENSI
Iriantara, Yosal. 2004. Manajemen Strategis Public Relations. Jakarta: Ghalia
Indonesia.
Jefkins, Franks dan Daniel Yadin. Public Relations (edisi kelima). 2004. Jakarta:
Erlangga.
Rusady, Ruslan. 2001. Manajemen Humas dan Manajemen Komunikasi: (Konsep
dan Aplikasi). Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
http:// www. analisadaily. com/ news /52323 /ratusan-buruh-demo-pln-tuntuttidak lakukan-pemadaman-listrik diakses pada hari Minggu, 01 Desember
2013 pukul 15.00 WIB.
8
Download