Potensi Minyak Mentah Dedak Padi sebagai Bahan Baku Pembuatan Biodiesel Orchidea Rachmaniah* , Yi-Hsu Ju**, dan Shaik Ramjan Vali** *Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Kampus Sukolilo, Surabaya–60111, INDONESIA. Telp. 031-5947118, Fax. 031-5999282. Email: [email protected] **Chemical Engineering Department, National Taiwan University of Science and Technology, 43 Sec.4 Keelung Rd., Taipei 106-107, TAIWAN. Abstrak Biodiesel adalah bahan bakar tak beracun, renewable, dan biodegradable. Tingginya harga bahan baku minyakmenjadi masalah utama dalam pengembangan biodiesel. Minyak edible (minyak kedelai dan minyak kanola) sebagai komoditas pangan berharga tinggi menjadi hambatan dalam proses produksi biodiesel dan mempengaruhi 60-70% harga biodiesel. Nonedible, inexpensive, low-grade oils dapat digunakan sebagai bahan baku alternatif dan diyakini dapat menurunkan biaya produksi. Penggunaan minyak dedak padi sebagai bahan baku disertai recovery dan pemurnian senyawa-senyawa bioaktif sebagai produk samping dapat memberikan nilai tambah sehingga diharapkan akan menurunkan biaya produksi. Lipase dalam dedak padi mengakibatkan tingginya kandungan fatty acid minyak dedak padi dibandingkan minyak mentah lain. Metode transesterifikasi berkatalis asam sesuai untuk memproduksi biodiesel dari minyak dedak padi berkandungan asam lemak tinggi. Kata kunci: biodiesel; dedak padi; esterifikasi; komponen bioaktif; minyak mentah dedak padi; transesterifikasi. Abstract Biodiesel is a nontoxic fuel, renewable, and biodegradable. The high value of raw oil is the main hurdle to the commercialization of biodiesel. Use of edible oils as biodiesel feedstock such as soybean oil and canola oil, can account for 60-70% of biodiesel cost. Nonedible, inexpensive, low-grade oils could be use as an alternative raw material. Using rice bran oil as a raw material followed by recovery and purification of bioactive compounds from biodiesel by-product are primary options to be considered to lower the cost of biodiesel. Due to presence of active lipase in the bran will be increased free fatty acid content in rice bran oil, thus content is higher compared to the other crude oils. Acid catalyzed-transesterification method is suitable to applied on rice bran oil high free fatty acid for biodiesel production. Keywords: biodiesel; rice bran; transesterification. esterification; PENDAHULUAN Biodiesel dari minyak-lemak nabati maupun hewani menjadi salah satu topik utama penelitian renewable energy sources dalam beberapa dekade akhir. Biodiesel didefinisikan sebagai monoalkyl ester asam lemak minyak nabati dan minyak hewani. Biodiesel merupakan bahan bakar alternatif menjanjikan yang diperoleh melalui proses transesterifikasi minyak-lemak dengan alkohol. Biodiesel diyakini lebih ramah lingkungan dibandingkan conventional fossil- bioactive compounds; crude rice bran oil; fuel. Bahan baku pembuatan biodiesel umumnya diambil dari bahan mentah minyak nabati hasil pertanian di wilayah tersebut. Jerman, Perancis dan Austria menggunakan biodiesel berbahan baku minyak-lemak tanaman kanola/rapeseed oil yang tumbuh baik di daerah subtropis. Amerika Serikat menggunakan minyak kedelai/soybean oil sebagai bahan baku, Spanyol dengan minyak zaitun/olive oil, Italia dengan minyak bunga matahari/sunflower oil. Mali dan Afrika Selatan menggunakan minyak jarak pagar, sedangkan Filiphina dengan minyak kelapa dan Malaysia dengan minyak sawit/palm oil. Minyak jelantah/used frying oil juga telah banyak digunakan sebagai bahan baku di beberapa kota besar di negara maju. Sekitar 60-70% harga biodiesel dipengaruhi oleh harga bahan bakunya (Fukuda, dkk., 2001). Penggunaan minyak mentah nonedible berharga murah disertai pemanfaatan by-products diharapkan dapat menekan biaya produksi sehingga dihasilkan biodiesel berharga murah. Transesterifikasi merupakan cara umum yang digunakan untuk memproduksi biodiesel. Reaksi ini melibatkan katalis antara alkohol dengan minyak nabati maupun hewani untuk menghasilkan fatty acid alkyl ester atau biodiesel (Zhang, dkk., 2003). Triacylglyserida (triglyserida) sebagai komponen utama dalam minyak nabati memiliki tiga rantai panjang asam lemak pada gugus glyserolnya yang akan teresterifikasi. Ketika triglyserida bereaksi dengan alkohol, ketiga rantai asam lemak akan terlepas dan bergabung dengan gugus alkohol membentuk fatty acid alkyl ester (fatty acid methyl ester atau FAME) dan Glyserol sebagai by-product (Solomon, dan T.W. Graham, 1990). Methanol, ethanol, propanol, butanol dan amyl alkohol banyak digunakan dalam reaksi ini. Namun methanol lebih banyak digunakan karena berharga lebih murah dibandingkan alkohol lain, senyawa polar dengan rantai karbon terpendek sehingga bereaksi lebih cepat dengan triglyserida, dan melarutkan semua jenis katalis, baik basa maupun asam (Zhang, dkk., 2003). Transesterifikasi berkatalis basa umum digunakan pada proses produksi biodiesel secara komersial. Metode ini dapat mencapai 90% konversi dengan waktu reaksi 12 jam pada suhu ruang. Sedangkan metode transesterifikasi berkatalis asam berlangsung pada suhu di atas 100oC dengan waktu reaksi 348 jam kecuali jika reaksi dilakukan pada suhu dan tekanan tinggi. Bahan baku minyak anhydrous diperlukan pada metode berkatalis basa. Ma, dkk., (1998). Freedman dkk., (1984), menyarankan kandungan asam lemak minyak <0,5%-b, dan kandungan moisture minyak <0,06%-b. Penurunan yield ester akan terjadi jika kedua persyaratan tersebut tidak dipenuhi oleh reaktan yang digunakan. Adanya sedikit kandungan asam lemak dan moisture dalam reaktan menyebabkan terbentuknya sabun, menurunkan yield ester dan mempersulit pemisahan ester dan glyserol. Kehadiran asam lemak dalam minyak dapat mengkonsumsi katalis basa sehingga efisiensi katalis menurun. Indonesia memanfaatkan padi sebagai sumber bahan makanan pokok. Proses penggilingan padi menghasilkan dedak padi yang cukup melimpah, hingga saat ini dedak padi belum banyak dimanfaatkan dan masih terbatas untuk campuran pakan ternak dan bahan bakar reboiler. Oleh sebab itu, perlu dilakukan usaha peningkatan nilai ekonomi dedak padi (rice bran) sebagai by product usaha penggilingan padi. Penelitian biodiesel yang umum dilakukan berbahan baku minyak jarak/castor oil dan minyak kelapa sawit/palm oil. Pada penelitian ini digunakan alternatif bahan baku lain berkualitas rendah yang diharapkan akan menekan biaya produksi pembuatan biodiesel dengan maksimal. Penelitian ditekankan pada eksplorasi potensi minyak mentah dedak padi sebagai bahan baku biodiesel, baik pada recovery senyawa-senyawa bioaktif maupun senyawa antioxidan, waxes, gum serta by-product lain yang berdaya jual tinggi. Penelitian yang dilakukan yaitu mengekstrak minyak dedak padi dengan berbagai kandungan asam lemak; melakukan analisa komponen-komponen minyak dedak padi dan dedak terekstrak untuk mengetahui nutrisi yang ada; dan melakukan reaksi transesterifikasi berkatalis asam. MATERI DAN METODE Sampel dedak padi diperoleh dari penggilingan padi yang berlokasi di sekitar kota Taipei-Taiwan. Lempeng aluminum berukuran 20 x 20 cm dan tebal 250 m untuk Thin-layer chromatography (TLC) diperoleh dari Machery-Nagel (Schweiz, Germany). Semua jenis pelarut dan reagen kimia (methanol, asam klorida, hexane, ethyl asetat, asam asetat, dan alcohol) adalah HPLC-grade atau AR-grade diperoleh dari perusahaan kimia komersial. Dedak padi (50 g) di letakkan dalam extraction thimble dan meletakkannya dalam soxhlet. Selanjutnya dilakukan proses ekstraksi menggunakan 250 mL hexane teknis sebagai pelarut. Proses dilakukan 12 jam hingga semua minyak terekstrak. Minyak mentah dedak padi dipisahkan dari pelarutnya/hexane menggunakan rotary evaporator. Transesterifikasi berkatalis asam minyak dedak padi/substrat dilakukan dengan 1:20 molar ratio, minyak dedak padi terhadap methanol (MeOH) dan 10%HCl sebagai katalis (%-berat). Reaksi berskala laboratorium dengan three-bottom flask dilengkapi reflux kondenser dan termometer. Campuran reaksi direflux pada suhu konstan 70C menggunakan magnetik stirrer dalam oil bath. Setiap interval waktu tertentu, diambil 100 L campuran reaksi untuk keperluan analisa. Campuran reaksi (100 L) diambil setiap interval waktu tertentu dimasukkan dalam botol sampel berisi 2 mL air-distillate dan 2 mL hexane p.a. Selanjutnya larutan dikocok hingga homogen hingga terbentuk dua lapisan. Lapisan atas, fase organik, mengandung FAME, TG, DG dan MG sedangkan fase aqueous-nya mengandung sisa MeOH, glyserol dan katalis. Jalannya reaksi dipantau secara kuantitatif menggunakan Thin Layer Chromatography (TLC). 1 L sampel hasil reaksi (fase hexane) di teteskan pada lempeng TLC untuk dielusikan dalam sistem solvent nhexane/ethyl-asetate/asam asetat (90:10:1, v/v/v). Komposisi asam lemak dianalisa menggunakan gas khromatografi setelah terlebih dahulu dikonversikan menjadi FAME yang bersesuaian dengan penambahan 20% BF3/methanol pada 60oC. Model khromatografi yang digunakan adalah China 8700F (Taipei, Taiwan) dilengkapi FID. Kolom yang digunakan SP-2330 (30 x 0.25 mm i.d; Supelco, Bellefonte, PA). Suhu injektor dan detektor di set pada 250 dan 260oC. Suhu kolom dijaga pada 160oC selama 2 menit selanjutnya dinaikkan hingga 235oC dengan laju konstan 15oC /menit, selama 8 menit. Menggunakan 1:50 sebagai split ratio. Komposisi produk hasil reaksi berupa senyawa bioaktif, FAME, TG, FA, DG dan MG dianalisa dengan gas kromatografi tipe Shimadzu GC-17A (Kyoto, Japan) yang dilengkapi FID. Kolom yang digunakan adalah DB-5HT (5-Phenyl)methylpolysiloxane nonpolar (15 meters 0.32 mm i.d.; Agilent Tech. Palo Alto, California). Suhu injektor dan detektor diset pada 365 dan 370oC. Suhu kolom dijaga pada 80C selama 0 menit, meningkat hingga 370C dengan laju 15C /menit dan dijaga pada 370C selama 10 menit. Digunakan 1:50 split ratio pada tekanan 60 kPa dengan nitrogen sebagai gas pembawa. Analisa wax dan gums memerlukan 20 mg wax minyak mentah dedak padi yang telah dilarutkan dalam 1 mL khloroform. Sampel 1L diinjeksikan pada HT-GC. Kondisi dan jenis kolom yang digunakan sama dengan kondisi dan kolom untuk keperluan analisa produk reaksi. HASIL DAN PEMBAHASAN Indonesia dikenal sebagai negara dengan keanekaragaman hayati darat terbesar di dunia memiliki banyak tumbuhan potensial penghasil minyak-lemak nabati selain minyak kelapa sawit. Dedak padi yang selama ini hanya digunakan sebagai bahan campuran pakan ternak dan bahan bakar reboiler ternyata memiliki kandungan nutrisi yang cukup tinggi. Minyak mentah dedak padi mengandung fatty acids, senyawasenyawa biologis aktif serta senyawasenyawa antioxidant (-oryzanol, tocopherol, tocotrienol, phytosterol, polyphenol dan squalene) (Rukmini,C., 1988) yang hingga saat ini belum banyak dimanfaatkan. Mengingat kandungannya bermanfaat dan berdaya jual tinggi, minyak mentah dedak padi diteliti sebagai bahan baku pembuatan biodiesel. Pemanfaatan nonedible, lowgrade oils seperti minyak dedak padi yang berharga murah sebagai bahan baku, disertai recovery dan pemurnian senyawasenyawa tersebut di atas sebagai produk samping diharapkan dapat menghasilkan biodiesel berharga murah yang bersaing dengan petrofuel. Hasil penelitian ini juga diharapkan memaksimalkan pengakomodasian aneka minyak-lemak hayati lokal sebagai komoditi bernilai jual. Terlebih dahulu dilakukan analisa GC untuk mengetahui komponen-komponen minyak mentahdedak padi guna menentukan tahap penelitian berikutnya. Gambar 1 menunjukkan khromatogram minyak mentah dedak padi. Terlihat kandungan asam lemak yang tinggi dan senyawa antioxidant. 2)6.235 450 400 FA Asam Stearat C18:0 Asam Oleat C18:1 Asam Linoleat C18:2 Asam Linolenat C18:3 Asam Arachidat C20:0 1.7112 45.7510 33.4208 0.3645 1.2063 Kromatogram kandungan wax dalam minyak mentah dedak padi ditunjukkan Gambar 2. Wax tersebut direcovery menggunakan centrifuge 3000-4000 rpm selama 15 menit dengan menambahkan air mendidih. Wax banyak diperlukan di industri kosmetik, cat, vernish, lem dll. 350 TG Vit E + tocopherol 100 50 5 10 8)19.463 MG 150 Oryzanol, waxes 5)18.057 DG 3)14.422 4)15.015 200 1)5.035 mv 250 mV 6)18.532 7)18.978 300 15 Retentiontime(min) Gambar 1. Khromatogram minyak mentah dedak padi menggunakan HT-GC Hasil analisa kuantitatif komposisi minyak mentah dedak padi di tampilkan pada Tabel 1 dan kandungan asam lemak minyak dedak padi ditampilkan pada Tabel 2. Tabel 1. Komposisi minyak mentah dedak padi high free fatty acid Komponen Triglyserida Diglyserida Monoglyserida Asam lemak γ-oryzanol Vitamin E dan tocopherol Komposisi (%-berat) 18,90 6,69 0,19 69,54 3,77 0,91 Tabel 2. Komposisi asam lemak pada minyak mentah dedak padi Jenis asam lemak Asam Miristat C14:0 Asam Palmitat C16:0 Komposisi (%-berat) 0.3366 17.2096 5 10 15 minute 20 25 30 Gambar 2. Khromatogram wax minyak mentah dedak padi menggunakan HT-GC Keunggulan lain dari dedak padi adalah tingginya kandungan protein (1215%). Dedak padi mengandung lysine dengan ratio efisiensi protein tinggi yang mudah dicerna (< 90%). Sembilan asam amino essensial (threonine, valine, leucine, isoleucine, lysine, tryptophan, phenylalanine, methionine, dan histidine) diidentifikasi terkandung dalam dedak. Kesembilan asam amino tersebut diperlukan bagi pertumbuhan dan perkembangan balita (Rukmini, C., 1988). Gambar 3 menampilkan kromatogram asam-asam amino dalam dedak padi. reaksi transesterifikasi minyak kedelai (~99%-berat TG) dan minyak dedak padi (~60%-berat FA) dengan katalis asam, HCl. Tabel 3. Hasil analisa asam amino Dedak padi juga diyakini mengandung komponen-komponen yang diperlukan untuk menyusun makanan balita. Penambahan komponen-komponen tersebut dapat digunakan sebagai makanan diet bagi anakanak penderita alergi makanan tertentu. Selain sebagai sumber vitamin dan mineral, dedak padi adalah sumber serat/dietary fiber. Kandungan seratnya berkisar 12%. Serat-diet terlarut/dietary soluble fiber pada dedak padi digunakan untuk treatment hyperlipidemia. Dedak beserta kandungan serat di dalamnya bermanfaat pada perawatan penyakit jantung koroner-arteri (Rukmini, C., 1988). Dedak padi terekstrak/defatted rice bran memiliki berbagai kegunaan selain pemanfaatannya sebagai bahan pakan ternak mengingat kandungan proteinnya hanya berkurang sedikit akibat proses ekstraksi. Tabel 3 menampilkan data asam-asam amino dalam dedak padi dan defatted rice bran hasil analisa kromatografi pertukaran ion. Penggunaan katalis basa lebih direkomendasikan pada reaksi transesterifikasi daripada katalis asam (Fukuda, dkk., 2001). Hanya minyak dan lemak anhydrous bebas asam lemak yang dapat digunakan dalam transesterifikasi berkatalis basa (Ma, dkk., 1998). Kandungan asam lemak dan air dalam minyak harus dihindari karena menyebabkan penyabunan trigliserida sehingga menurunkan yield methyl ester dan mempersulit proses pemisahan antara methyl ester dengan glycerol (Sridharan, R., dan I.M., Mathai, 1974). Tingginya kandungan asam lemak bebas pada minyak dedak padi menyebabkan katalis basa tidak dapat digunakan dalam proses transesterifikasi. Gambar 4 dan Gambar 5 menunjukkan hasil Jenis asam amino Aspartate (Asp) Threonine (Thr) Serine (Ser) Glutamate (Glu) Glycine (Gly) Alanine (Ala) Cysteine (Cys) Valine (Val) Methionine (Met) Isoleucine (Ile) Leucine (Leu) Tyrosine (Tyr) Phenylalanine (Phe) Lysine (Lys) NH3 Histidine (His) Arginine (Arg) Proline (Pro) TOTAL Komposisi (%-berat) Dedak padi defatted rice bran 1,104 0,944 0,551 0,432 0,634 0,533 2,192 1,930 0,616 0,559 0,767 0,676 0,213 0,221 0,748 0,649 0,249 0,202 0,639 0,481 1,130 0,924 0,602 0,436 0,663 0,566 0,491 0,454 0,254 0,258 0,282 0,270 0,927 0,864 0,586 0,511 12,649 10,919 100 FAME FA TG MG/ DG 90 80 70 60 (%-b) Gambar 3. Kromatogram IEC asam amino menggunakan kromatografi pertukaran ion (High Speed Amino Acid Analyzer-Hitachi Model 835, Ninhydrin postcolumn-reaction detection) 50 40 30 20 10 0 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 waktu reaksi (jam) Gambar 4. Methanolisis minyak kedelai (1:20 minyak/methanol, 10%HCl, 70oC). Transesterifikasi berkatalis asam minyak kedelai murni (~99%-berat TG) hanya mencapai <65% konversi FAME setelah 45 jam reaksi. Sedangkan pada transesterifikasi minyak dedak padi (60%-berat FA) tercapai konversi FAME yang cukup tinggi >90% dengan waktu reaksi 6 jam (Gambar 5). 100 90 80 70 50 FAME FA TG MG/DG 40 30 20 70 10 0 0 1 2 3 4 5 A 60 6 w aktu reaksi (jam) Gambar 5. Methanolisis minyak dedak padi (60%FA) (1:20 minyak/methanol, 10%HCl, 70oC). kandungan FA (%-berat) (%-b) 60 dan 6.8% dan kondisi penyimpanan suhu kamar 25-32C dalam wadah. Sedangkan Gambar 7 menunjukkan pengaruh waktu penyimpanan dan kandungan moisture terhadap kandungan FA dalam minyak dedak padi. Penelitian menggunakan 500 g dedak padi berkandungan moisture dan FA awal 8,6% dan 5,5% dengan kondisi penyimpanan suhu kamar 25-32C dalam wadah tertutup. 50 40 30 20 10 Dedak padi memiliki beberapa enzym, salah satu diantaranya adalah enzym lipase yang berperan dalam hidrolisa triglyserida menjadi asam lemak dan partial glyserida lainnya (MG dan DG). Peningkatan kandungan asam lemak dalam minyak menyebabkan minyak tengik. Saat padi tumbuh, lipase dan minyak terisolasi dalam sel yang berbeda. Seiring dengan proses penggilingan sesaat setelah padi dipanen, sel-sel tersebut rusak sehingga lipase dan minyak akan bertemu. Enzym lipase hanya memerlukan beberapa jam untuk membuat minyak menjadi tengik akibat hidrolisa triglyserida (Orthoefer, F.T., 1996). Laju hidrolisa triglyserida oleh lipase dipengaruhi beberapa kondisi: waktu penyimpanan, suhu, dan kandungan moisture. Gambar 6 menunjukkan pengaruh waktu penyimpanan terhadap kandungan FA dalam minyak dedak padi. Penelitian menggunakan 500 g dedak padi berkandungan moisture dan FA awal 10.2% 0 0 50 100 waktu penyimpanan (hari) Gambar 6. Pengaruh waktu penyimpanan terhadap kandungan FA dalam minyak dedak padi. 35 B 30 kandungan FA (%-berat) Kedua hasil tersebut menunjukkan, katalis asam sesuai untuk low grade high fatty acid oils seperti minyak dedak padi. Pada tahap awal reaksi, minyak dedak padi terkonversi dengan cepat menjadi FAME >85% untuk 1 jam reaksi. Peningkatan waktu reaksi lebih lanjut, tidak dapat meningkatan konversi FAME. 25 20 15 10 no addition water 5%wt water 8%wt water 15%wt water 5 0 0 2 4 6 8 10 waktu penyimpanan (hari) Gambar 7. Pengaruh waktu penyimpanan dan kandungan moisture terhadap kandungan FA dalam minyak dedak padi. Jenis asam lemak dalam minyak sangat berpengaruh terhadap karakteristik fisik dan kimia biodiesel dikarenakan asam lemak inilah yang akan membentuk ester atau biodiesel. Freedman dan Bagby (1990), melalui serangkaian pengujian analisis regresi terhadap data hasil pengukuran , mendapatkan korelasi antara angka setane metil ester asam-asam lemak jenuh berantai lurus dengan beberapa sifat fisiknya. Tabel 4 menyajikan korelasi-korelasi tersebut. Sementara Tabel 5 menampilkan nilai-nilai hasil pengukuran sifat-sifat fisik penting beberapa ester metal asam-asam lemak yang paling umum (Knothe, dkk., 1997). diantaranya: tak berlakunya korelasi bagi ester metal asam lemak tak jenuh; koefisien persamaan diperoleh secara empirik sehingga masih diperlukan eksperimeneksperimen untuk melengkapi keperluan data; perlu diperoleh korelasi yang dapat mencakup pengaruh antara metal ester yang ada (baik sesama jenuh maupun jenuh-tak jenuh). Walaupun korelasi-korelasi tersebut belum tersedia, setidaknya dapat dijadikan basis perhitungan taksiran awal akan kualitas biodiesel yang akan dihasilkan. Tabel 4. Persamaan regresi hubungan angka setan (Y) ester metil asam lemak dan sifat fisiknya (X) KESIMPULAN Sifat Fisik Titik didih (oC) Viskositas (cSt) Panas penguapan (kal/gr) Nilai kalor netto (kkal/mol) Banyak atom C asam Teg. Permukaan (dyne/cm) Titik leleh (oC) Indeks bias Densitas (gr/cm3) Persamaan Y = (41.3) + 0.2785X + 0.001209X2 + 3E-06X3 Y = (-23.48) + 61.6828X + (-12.7738X2) + 0.8769X3 Y = (-1054.9) + 32.324X + (-0.23097X2) Y = (-62.96) + 0.097X + (-1.69E-05X2) Y = (-57.26) + 14.892X + (-0.4149X2) Y = (-1500.58) + 104.656X + (-1.733X2) Y = 58.22 + 0.556X Y = (-2107.38) + 1522.21X Y = 7216.14 + (-8648.96X) Tabel 5. Sifat-sifat fisik terukur beberapa metil ester Metil ester Metil laurat Metil miristat Metil palmitat Metil stearat Metil oleat Metil linoleat Metil linolenat Angka setan 60,8 73,5 74,3 75,6 55 33 13*) Titik didih [oC] 224 262 323 330 356 218.5 215 Viskositas Nilai kalor netto 40oC[cSt] 1.69 2.28 3.23 4.32 5.79 4.47 3.68 [kkal/mol] 1940 2254 2550 2859 2828 2794 2750 Titik leleh [oC] 5 18.4 28 39 -20 -35 -57 Data komposisi asam lemak dari suatu minyak nabati, seperti yang dicantumkan pada Tabel 2, sangat berguna dalam analisis awal suatu biodiesel. Korelasi-korelasi yang tertera dalam Tabel 4 tersebut masih belum memadai untuk mendapatkan angka hasil perhitungan seluruh sifat-sifat penting biodiesel dengan tepat. Beberapa kekurangan tersebut Pengembangan biodiesel sebagai bahan bakar terbarukan berbasis minyak nabati merupakan suatu prakarsa yang urgen dan strategis, karena situasi produksi-konsumsi minyak mentah dan solar (terutama sektor transportasi) telah mencapai taraf mengkhawatirkan, sementara potensi keanekaragaman sumberdaya hayati domestik sangat melimpah. Minyak mentah dedak padi berkandungan senyawa bioaktif serta senyawa antioxidant tinggi, wax dan gum yang dapat direcovery dengan baik dan bernilai jual tinggi sebagai by-product. Kondisi penyimpanan dan kandungan moisture dedak padi sangat mempengaruhi kandungan asam lemaknya. Tingginya kandungan asam lemak dalam minyak memperbesar prosen konversi FAME yang dicapai dan berdasarkan kandungan asam lemaknya, biodiesel dari minyak mentah dedak padi dapat memenuhi karakteristik biodiesel yang ditetapkan. Transesterifikasi minyak mentah dedak padi high fatty acid (60%FA) berkondisi reaksi: 1:20 minyak/methanol, 10%HCl, dan 70oC memberikan 85% konversi FAME untuk satu jam reaksi. Oleh sebab itu, pemanfaatan minyak dedak padi sebagai nonedible, inexpensive, low-grade oils sebagai bahan baku alternatif pembuatan biodiesel diyakini dapat menurunkan biaya produksi. Akan tetapi, diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi transefterifikasi minyak mentah dedak padi menjadi biodiesel. DAFTAR NOTASI DG = diglyserida/diacylglyserida FA = fatty acid/asam lemak FAME = fatty acid methyl ester GC = gas kromatografi IEC = ion exchange chromatography HT-GC = high temperature gas chromatography MeOH = methanol MG = monoglyserida/monoacylglyserida TG = triglyserida/triacylglyserida TLC = thin layer chromatography DAFTAR RUJUKAN Abhaysah, B. K. D. Agrawal and L.S. Shukla, (1983), “A New Approach in Dewaxing and Refining Rice Bran Oil”, J. Am. Oil Chem. Soc.,60, hal. 466. Freedman,B., E.H. Pryde and T.L. Mounts., (1984), “Variables Affecting the Yields of Fatty Esters from Transesterified Vegetable Oils”, J. Am. Oil Chem. Soc.,61, hal. 16381643. Freedman,B., and M. O. Bagby., (1990), “Predicting Cetane Numbers of n-Alcohols and Methyl Esters from their Physical Properties”, J. Am. Oil Chem. Soc.,67, hal. 565-571. Fukuda, H., A. Kondo, and H. Noda, (2001), “Biodiesel Fuel Production by Transesterification of Oils”, J. Biosci. Bioeng., 92, hal. 405-416. Goffman, F.D., S. Pinson, and C. Bergman., (2003), “Genetic diversity for Lipid Content and Fatty Acid Profile in Rice Bran”, J. Am. Oil Chem. Soc., 80, hal. 485-490. Klopfenstein, W.E., and Walker, H.S., (1983), “Efficiencies of Various Esters of Fatty Acids as Diesel Fuels”. J. Am. Oil Chem. Soc., 60, hal. 8. Knothe, Gerhard, Robert O. Dunn, Marvin O. Bagby, (1997), “Biodiesel : The use of vegetable oils and their derivates as alternative diesel fuels”, Research Report of Oil Chemical Research, National Center for agricultural utilization research. Peoria. USA. Ma, F. and M.A. Hanna, (1999), “Biodiesel Production: A Review”, Bioresour. Technol., 70, hal. 1-15. Orthoefer, F.T., (1996), “Rice Bran Oil in Bailey’s Industrial Oils and Fat Products”, Vol.2, Y.H.Hui (eds.), A Wiley-Interscience, hal. 393-410. Rukmini, C., (1988), “Chemical, Nutritional, and Toxicological Studies of Rice Bran Oil’, Food Chemistry, 30, hal. 257-268. Solomon, T.W. Graham, (1990), “Fundamentals of organic chemistry”, edisi 3, John Wiley & Sons. Canada. Sridharan, R., and I.M., Mathai, (1974), “Transesterification Reactions”, J. Scient. Ind. Res., 33, hal. 178-187. Zhang, Y., Dube, M.A., McLean, D.D., Kates, M., (2003), “Review paper : Biodiesel production from waste cooking oil : 1. Process design and technological assessment”, Bioresour Technol., 89, hal. 116.