UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN AQIDAH AKHLAK MATERI SIFAT WAJIB DAN MUSTAHIL BAGI ALLAH DENGAN MENGGUNAKAN METODE MAKE A MATCH (PTK di kelas VII SMP Islam Nurul Hikmah Kecamatan legok Kabupaten Tangerang) Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi salah satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd. I) Oleh Ganda Putra NIM 1110011000053 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1438 H/2017 M i LEMBAR PENGESA}IAN DOSEN PEMBIMtsING UPAYA PENTNGKATAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN AQIDAH AKHLAK IT{ATERI SIFAT WAJIB DAN MUSTAHIL BAGI ALLAH DENGAN MENGGUNAKAN METODE MAKE A VI,.{TCH (PTK di Kelas VII SMp Islam Nurul Hikmah Kecamatan Legok Kabupaten Tangerang) .. Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Persya.ratan Memperoleh Gelar Sarjana pendidikan Islam (S.pd.I) Oleh : Ganda Putra NIM: 11100110000s3 Dibawah Bimbingan: Drs. H., Achmad Gholib. M,Ae l[IP: 19541015 197902 I OOt JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF' HIDAYATULLAII ,-'*ff;li* LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI Skripsi berjudul "Upaya Peningkatan Ilasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Akidah Akhlak Materi Sifat Wajib dan Mustahil Bagi Allah Dengan Menggunakan Metode Make A Match" disusun oleh Ganda Putra, I\[IM. 1110011000053. Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dinyatakan lulus dalam ujian munaqasah pada tanggal 22 juni20l7 di depan dewan penguji' Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar sarjana Pendidikan ( S.Pd ). Jakarta, 05 Juli 2017 Panitia Penguji Munaqasah Tanggal Ketua Panitia ( Ketua Jurusan PAI ) Dr. H. Abdul Majid Khon. M.Ag NIP. 19580707 198703 1005 Sekretaris Jurusan PAI Marhamah Shaleh Lc. MA NrP. 19720313 200801 2 010 Penguji I Prof. Dr.Ahmad Syaf ie Noor NIP. 19470902 196712 1 001 Penguji II Dr. Dimyati. M. As NrP. 19640704 199303 1003 Tanda Tangan SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama Ganda Putra NIM 1110011000053 Jurusan Pendidikan Agama Islam Alamat Jl. Diklat Pemda Desa Bojongnangka Kec. Kelapa Dua Tangeran! MEI\TYATAKAN DENGAN SESUNGGTJH}IYA Bahwa skripsi yang berjudul Upaya Peningkatan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Aqidah Akhlak Materi Sifat Wajib dan Mustahil Bagi Allah Dengan Menggunakan Metode Make a Match adalah benar hasil karya sendiri di bawah bimbingan dosen: Nama Pembimbing : Drs. H. Achmad Gholib, M.Ag }rIIP : 19541015 197902 Demikian surat pernyataan ini I 001 saya buat dengan sestmgguhnya dan saya siap menerima segala konsekuensi apabila terbukti bahwa skripsi ini bukan hasil karya sendiri. Jakarta, l7 Juli 2017 v{i Menyatakari ABSTRAK Ganda Putra (NIM: 1110011000053). Upaya Peningkatan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Aqidah Akhlak Materi Sifat Wajib dan Mustahil Bagi Allah Dengan Menggunakan Metode Make a Match (PTK di Kelas VII SMPI Nurul Hikmah Kecamatan Legok Kabupaten Tangerang). Penelitian ini dilatarbelakangi oleh hasil belajar siswa rendah pada mata pelajaran Aqidah Akhlak materi sifat wajib dan mustahil bagi Allah di kelas VII SMPI Nurul Hikmah.. Hal ini disebabkan karena dalam pembelajaran Aqidah Akhlak kegiatan pembelajaran masih berpusat kepada guru, kurang tepatnya guru dalam memilih metode pembelajaran dan pengelolaan kelas, sehingga siswa menjadi kurang aktif dalam pembelajaran. untuk mengatasai masalah tersebut, peneliti menerapkan metode make a match, dengan metode ini diharapkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Aqidah Akhlak materi sifat wajib dan mustahil bagi Allah dapat meningkat. Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat ditentukan rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1) Bagaimana impelementasi metode Make a Match pada mata pelajaran Aqidah Akhlak materi Sifat Wajib dan Mustahil bagi Allah di kelas VII SMPI Nurul Hikmah? 2) Apakah metode make a match dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Aqidah Akhlak materi Sifat wajib dan mustahil bagi Allah di kelas VII SMPI Nurul Hikmah ? Adapun penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut: 1) Untuk mengetahui impelementasi metode Make a Match pada mata pelajaran Aqidah Akhlak materi Sifat Wajib dan Mustahil bagi Allah di kelas VII SMPI Nurul Hikmah. 2) Untuk mengetahui hasil belajar siswa dengan menggunakan metode make a match pada mata pelajaran Aqidah Akhlak materi sifat wajib dan mustahil bagi Allah di kelas VII SMPI Nurul Hikmah. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Pada penelitian ini dilaksanakan 2 siklus, setiap siklus terdiri dari empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi (pengamatan) dan refleksi. Subjek penelitian ini adalah siswa-siswi kelas VII SMPI Nurul Hikmah. Untuk mengumpulkan data, instrument pengumpulan data yang digunakan berupa: lembar soal tes dan lembar observasi kegiatan belajar mengajar. Berdasarkan hasil yang diperoleh dari pra siklus, siklus I dan siklus II, menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar siswa. Data-data tersebut diambil dari hasil ketuntasan belajar siswa pada pra siklus (29,1 %), dengan nilai rata-rata 61,66, siklus I (54,2 %), dengan nilai rata-rata 72,09 dan siklus II (87,5 %), dengan nilai rata-rata 85,2, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode make a match dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Aqidah Akhlak materi Sifat wajib dan mustahil bagi Allah. i KATA PENGANTAR Bismillahirrahmaanirrahiim Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Puji syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam yang telah memberikan segala nikmat, taufik dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi dengan judul “Upaya Peningkatan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Aqidah Akhlak Materi Sifat Wajib dan Mustahil bagi Allah dengan Menggunakan Metode Make a Match (PTK di kelas VII SMPI Nurul Hikmah Kecamatan Legok Kabupaten Tangerang)”. Shalawat serta salam senantiasa penulis sanjungkan kepada Rasul-Nya yang agung baginda Nabi Muhammad SAW. Rasul terakhir yang membawa risalah, penyejuk dan penerang hati umat sehingga selamat bahagia dunia dan akhirat serta mendapatkan syafaat kelak di yaumul akhir nanti. Dalam penulisan skripsi ini penulis banyak mendapatkan bimbingan, saran dan bantuan dari berbagai pihak yang secara langsung maupun tidak langsung sehingga penulisan skripsi ini terselesaikan. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada: 1. Prof. Dr. Komarudin Hidayat, Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Nurlena Rifa’I, MA, Ph.D, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. ii 3. Dr. H. Abdul Majid Khon, M.Ag, Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 4. Hj. Marhamah Saleh, Lc, MA, Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 5. Drs. H. Achmad Gholib, M.Ag sebagai dosen pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan serta pengarahan dalam penyusunan skripsi ini 6. Para Dosen di lingkungan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan pada umumnya dan Jurusan Pendidikan Agama Islam khususnya yang telah membekali berbagai ilmu pengetahuan sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi. 7. Bapak/Ibu karyawan Perpustakaan Tarbiyah dan Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta atas pelayanan selama penyusunan skripsi 8. Bapak Abdul Halim Soepomo, S.Pd selaku Kepala SMPS Islam Nurul Hikmah yang telah memberikan izin bagi penulis untuk melakukan penelitian di SMPS Islam Nurul Hikmah. 9. Ibu Annisa Naufalia, S.Pd.I yang telah memberikan arahan dan informasi kepada penulis. 10. Siswa/siswi SMPS Islam Nurul Hikmah yang telah mendukung penulis mengumpulkan data-data untuk penelitian. 11. Orangtua Tercinta (Ibu Yusnawati dan Bapak Muhammad Ali) serta eluruh keluarga dan sahabat penulis yang selalu mendo’akan, memotivasi dan memberikan kasih sayangnya kepada penulis dalam setiap kondisi apapun. iii 12. Mertua Tercinta (Ibu Tuti Mulyati dan Bapak Tresna Sumantri) serta eluruh keluarga dan sahabat penulis yang selalu mendo’akan, memotivasi dan memberikan kasih sayangnya kepada penulis dalam setiap kondisi apapun. 13. Istri Tercinta Annisa Naufalia Rafiqa, S.Pd.I yang selalu mendo’akan, membantu, memotivasi dan memberikan kasih sayangnya kepada penulis dalam setiap kondisi apapun. 14. Teman-teman Pendidikan Agama Islam angkatan 2009 pada umumnya dan kelas D pada khususnya terimakasih atas semnagat, saran-saran, motivasi, bantuan dan kebersamaan selama menimba ilmu di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 15. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu penulis. Akhir kata penulis mohon maaf atas segala kekurangan dan ketidaksempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Alhamdulillahi Rabbil’alamin Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Serang, 18 April 2016 Penulis iv DAFTAR ISI ABSTRAK ............................................................................................... i KATA PENGANTAR ............................................................................. ii DAFTAR ISI ............................................................................................ v DAFTAR TABEL ................................................................................... vii DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... vii BAB I BAB II PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ..................................................... 1 B. Identifikasi Masalah ........................................................... 6 C. Batasan Masalah ................................................................. 7 D. Perumusan Masalah ............................................................ 7 E. Tujuan Penelitian ................................................................ 7 F. Manfaat Penelitian .............................................................. 8 LANDASAN TEORETIS, KERANGKA BERPIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS PENELITIAN A. Kajian Teoretis ................................................................... 9 1. Metode Make a Match ................................................ 9 a. Pengertian Metode Make a Match ........................... 9 b. Langkah-langkah Metode Make a Match ................ 12 c. Kelebihan dan Kelemahan Metode Make a match......................................................................... 12 2. Hasil Belajar ................................................................ 14 a. Pengertian Hasil Belajar........................................... 14 b. Tipe-tipe Hasil Belajar ............................................. 17 1) Hasil Belajar Kognitif ........................................ 17 2) Hasil Belajar Afektif .......................................... 23 3) Hasil Belajar Psikomotorik................................ 25 c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar .... 29 1) Faktor Internal .................................................... 29 2) Faktor Eksternal ................................................. 35 d. Indikator Hasil Belajar ............................................. 37 v 3. Mata Pelajaran Aqidah Akhlak ................................ 39 a. Pengertian Aqidah Akhlak ....................................... 39 b. Mata Pelajaran Aqidah Akhlak ................................ 41 B. Hipotesis Penelitian............................................................ 44 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Setting Penelitian ............................................................... 46 1. Tempat Penelitian ........................................................ 46 2. Waktu Penelitian .......................................................... 46 B. Latar Penelitian .................................................................. 47 C. Metode Penelitian .............................................................. 47 D. Data dan Sumber Data ....................................................... 50 E. Desain Penelitian ............................................................... 50 F. Prosedur Penelitian ............................................................ 54 G. Prosedur Pengumpulan Data .............................................. 58 H. Analisis Data ...................................................................... 60 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V A. Deskripsi Hasil Belajar Siswa ....................................... 62 1. Pra Siklus ..................................................................... 62 2. Siklus I ......................................................................... 64 3. Siklus II ....................................................................... 68 B. Pembahasan Hasil Penelitian ......................................... 73 1. Pra Siklus ..................................................................... 74 2. Siklus I ......................................................................... 74 3. Siklus II ....................................................................... 75 PENUTUP A. Kesimpulan ........................................................................ 76 B. Saran-saran ......................................................................... 77 DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 78 LAMPIRAN-LAMPIRAN vi DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Jenis, Indikator dan cara Evaluasi Prestasi Tabel 2.2 Perbandingan Nilai Angka dan Huruf Tabel 3.1 Time Line Kegiatan Penelitian DAFTAR DIAGRAM Diagram 4.1 Hasil Belajar Pra Siklus Diagram 4.2 Hasil Belajar Siklus 1 Diagram 4.3 Hasil Belajar Siklus 2 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus 1 Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus 2 Lampiran 3 Hasil Observasi Siswa Pra Siklus Lampiran 4 Hasil Belajar Siswa Pra Siklus Lampiran 5 Hasil Observasi Guru Siklus 1 Lampiran 6 Hasil Observasi Siswa Siklus 1 Lampiran 7 Hasil Belajar Siswa Siklus 1 Lampiran 8 Hasil Observasi Guru Siklus 2 Lampiran 9 Hasil Observasi Siswa Siklus 2 Lampiran 10 Hasil Belajar Siswa Siklus 2 Lampiran 11 Hasil Belajar Siswa Pra Siklus, Siklus 1 dan Siklus 2 Lampiran 12 Foto-foto Kegiatan Metode Pembelajaran Make a match vii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu permasalahan yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah rendahnya kualitas hasil dan proses belajar yang dicapai siswa. Rendahnya kualitas hasil belajar ditandai oleh pencapaian prestasi belajar yang belum memenuhi standar kompetensi seperti tuntutan kurikulum. Menurut Bloom dalam buku karangan Muhammad Thobroni dan Arif Mustofa, hasil belajar mencakup tiga aspek, yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik.1 Prestasi belajar di bidang pendidikan adalah hasil belajar dari pengukuran terhadap siswa yang meliputi faktor kognitif, afektif dan psikomotorik setelah mengikuti proses pembelajaran yang diukur dengan menggunakan instrumen tes atau instrumen yang relevan. Dari pendapat di atas jelas bahwa hasil belajar dapat dilihat dan diukur dengan menggunakan instrumen tes ataupun non tes dimulai dari aspek pengetahuan yang kemudian dikembangkan ke dalam aspek sikap dan keterampilan yang tercermin dalam perilaku kehidupan sehari-hari. Dalam perspektif Islam, belajar merupakan kewajiban bagi setiap individu Muslim- 1 Muhammad Thobroni dan Arif Mustofa, Belajar & Pembelajaran Pengembangan Wacana dan Praktik Pembelajaran Dalam Pembangunan Nasional, (Jogjakarta : Ar-Ruzz Media, 2013), 23. 1 2 Muslimat dalam rangka memperoleh ilmu pengetahuan sehingga derajat kehidupannya meningkat. Firman Allah dalam surat al-Mujadalah [58] ayat 11: ََّٰٰٓٓللَُٰٓل ُكم ََّٰٓ حَٰٓٱ َِٰٓ سَٰٓفَٰٓٱفَٰٓسحُىآََٰٰٓيفَٰٓس َِٰٓ ِيَٰٓأيُّهآَٰٱلَّ ِذيهََٰٰٓٓءامىُىَٰٓآََٰٰٓإِذآَٰقِيلََٰٰٓٓل ُكمََٰٰٓٓتف َّسحُىآََٰٰٓفِيَٰٓٱلَٰٓمجَٰٓل ََّٰٰٓٓللَُٰٓٱلَّ ِذيهََٰٰٓٓءامىُىآََٰٰٓ ِمى ُكمََٰٰٓٓوَٰٓٱلَّ ِذيهََٰٰٓٓأُوتُىآََٰٰٓٱلَٰٓ ِعلَٰٓم ََّٰٓ وإِذآَٰقِيلََٰٰٓٓٱو ُش ُزوآََٰٰٓفَٰٓٱو ُش ُزوآََٰٰٓيزَٰٓف َِٰٓعَٰٓٱ َٰٓ َٰٓ١١ََّٰٰٓٓللَُٰٓبِمآَٰتعَٰٓملُىنََٰٰٓٓخبِيز ََّٰٓ درجَٰٓتََٰٰٓٓوَٰٓٱ 11. Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapanglapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. Proses belajar-mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa itu merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses belajar-mengajar. Dalam hal ini bukan hanya penyampaian pesan berupa materi pelajaran, melainkan penanaman sikap dan nilai pada diri siswa yang sedang belajar.2 Oleh karena itu, salah satu faktor penting dalam keberhasilan suatu pembelajaran di sekolah tergantung kepada penggunaan strategi belajar aktif (active learning strategy). SMP Islam Nurul Hikmah menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). SMP Islam Nurul Hikmah ini berada dibawah naungan Diknas dengan menggabungkan kurikulum yang ada di Kementrian Agama 2 Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), Cet. 24, h. 4. 3 SMP Islam Nurul Hikmah menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). SMP Islam Nurul Hikmah ini berada dibawah naungan Diknas dengan menggabungkan kurikulum yang ada di Kementrian Agama (Kemenag) karena sekolah ini adalah sekolah yang berbasis Islam. Maka di SMP Islam Nurul Hikmah mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) terbagi lagi menjadi 4 mata pelajaran yaitu mata pelajaran Al-Qur’an Hadits, Fiqih, Aqidah Akhlak dan SKI. Salah satu pelajaran Agama Islam yakni adanya pelajaran aqidah akhlak yang memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi kepada peserta didik untuk mempelajari dan mempraktikkan akidahnya dalam bentuk pembiasaan untuk melakukan akhlak terpuji dan menghindari akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari. Pada kenyataannya dalam mata pelajaran aqidah akhlak siswa/siswi kelas VII SMP Islam Nurul Hikmah hasil belajar dalam aspek kognitif (pengetahuan) belum mencapai KKM yang telah ditetapkan oleh sekolah yakni 75, sehingga untuk dikembangkan ke dalam aspek sikap dan keterampilan akan sulit karena belum memahami konsep pada materi yang diajarkan. Proses belajar mengajar yang terjadi di kelas pun para siswa kurang antusias dalam pembelajaran sehingga suasana pembelajaran menjadi tidak aktif. Selain itu kurang memperhatikan ketika diberi tugas dan adanya isu gender antara siswa laki-laki dan perempuan. Tanpa dipungkiri hal tersebut juga terjadi karena guru yang kurang kreatif dalam menggunakan strategi atau metode pembelajaran. 4 Kelemahan proses belajar khususnya dalam mata pelajaran aqidah akhlak dapat diidentifikasi dari kurangnya perhatian siswa dan suasana pembelajaran yang tidak aktif akibat kurang tepatnya pengelolaan pembelajaran di kelas. Mereka beranggapan bahwa pembelajaran di kelas kurang menarik, hanya mendengarkan penjelasan guru, tanya jawab kemudian evaluasi berupa tes. Sebagian besar dari mereka menginginkan pembelajaran yang menyenangkan dengan melakukan suatu tindakan pembelajaran, tidak hanya lebih banyak mendengarkan. Menurut Oemar Hamalik dalam buku psikologi belajar karangan Muhibbin Syah,Belajar tidak hanya mempelajari mata pelajaran, tetapi juga penyusunan, kebiasaan, persepsi, kesenangan atau minat, penyesuaian sosial, bermacam-macam keterampilan lain dan cita-cita.3 Dalam menyampaikan pembelajaran Agama Islam, seorang guru memerlukan metode khusus. Metode ialah istilah yang digunakan untuk mengungkapkan pengertian cara yang paling tepat dan cepat dalam melakukan sesuatu. Karena metode berarti cara yang paling tepat dan cepat, maka urutan kerja dalam suatu metode harus diperhitungkan benar-benar secara ilmiah. Karena itulah suatu metode selalu merupakan hasil eksperimen. Suatu konsep yang dieksperimenkan haruslah telah lulus uji teori, dengan kata lain suatu konsep yang telah diterima secara teoritis yang boleh dieksperimenkan.4 Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa metode pengajaran Agama Islam adalah cara yang paling tepat dan cepat dalam mengajarkan agama 3 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2010), 94 4 Ahmad Tafsir, Metododlogi Pengajaran Agama Islam, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2011), 9 5 Islam. Kata tepat dan cepat inilah yang sering diungkapkan dalam ungkapan efektif dan efisien. Pengajaran yang efektif artinya pengajaran yang dapat dipahami murid secara sempurna.Adapun pengajaran yang cepat ialah pengajaran yang tidak memrlukan waktu yang lama dan tidak memerlukan biaya yang mahal. Metode khusus Pendidikan Agama ini penting sekali karena ia merupakan suatu teori yang dipersiapkan lebih dahulu untuk menghadapi tugastugas dalam melaksanakan pendidikan agama. Selain itu metodik khusus pendidikan agama merupakan sarana yang dapat memimpin dan menunjukkan arah hingga tercapainya tujuan pendidikan agama. Dalam metodik khusus pendidikan agama dibahas bermacam-macam metode beserta contoh-contoh penggunaannya dalam setiap pokok materi pendidikan agama, dengan demikian guru agama dapat menyesuaikan metode-metode tersebut dengan sifat khusus bahan pelajaran yang akan diberikan dan dengan kemampuan dan perkembangan anak didik, sehingga bahan pelajaran yang diberikan lebih dapat menarik perhatian murid.5 Adanya fenomena di atas, mendorong peneliti untuk memperbaiki proses pembelajaran dalam mata pelajaran Aqidah Akhlak dengan menggunakan metode pembelajaran agar proses belajar mengajar sesuai dengan tujuan yang diharapkan serta hasil belajar semakin baik. Salah satu cara untuk dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Aqidah Akhlak, maka peneliti memilih dan menerapkan metode Make 5 Ramayulis, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta : Kalam Mulia, 2001), 5 6 a Match (mencari pasangan). Metode ini merupakan salah satu tipe model pembelajaran kooperatif. Dengan metode ini diharapkan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik siswa dapat berkembang secara maksimal dan hasil belajar siswa pun akan meningkat lebih baik. Make a match pertama kali dikembangkan pada tahun 1994 oleh Lorna Curran, strategi make a match saat ini menjadi salah satu strategi penting dalam ruang kelas. Salah satu keunggulan make a match adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan. Teknik ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik.6 Metode make a match ini tidak hanya mengarahkan siswa untuk duduk dan mendengarkan tetapi siswa akan ikut berperan langsung dalam proses belajar mengajar. Siswa diharuskan untuk mencari pasangannya sesuai dengan apa yang mereka dapatkan. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dibuatlah penelitian dengan judul “Upaya Peningkatan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Aqidah Akhlak Materi Sifat Wajib dan Mustahil bagi Allah Dengan Menggunakan Metode Make a Match“ B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas, maka telah di identifikasi masalah-masalah yang ada dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Rendahnya hasil belajar siswa 6 Anita Lie, Cooperative Learning Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-ruang Kelas, (Jakarta : Grasindo, 2010), 55 7 2. Kurang aktifnya pembelajaran di dalam kelas antara siswa dan guru 3. Kurang efektifnya metode pembelajaran yang digunakan oleh guru dalam mata pelajaran Aqidah Akhlak materi sifat wajib dan mustahil bagi Allah C. Batasan Masalah Agar penelitian ini lebih terarah, terfokus dan tidak meluas, maka penelitian ini dibatasi pada korelasi metode pembelajaran make a match dengan hasil belajar siswa. Adapun untuk melihat hasil belajar siswa dilakukan tes secara tertulis dengan beberapa criteria penilaian. Penelitian ini difokuskan pada siswa kelas VII SMP Islam Nurul Hikmah Legok Tangerang. D. Perumusan Masalah Untuk memperjelas permasalahan yang akan diteliti, maka permasalahan penelitian dirumuskan sebagai berikut: Apakah penggunaan metode Make a Match dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Aqidah Akhlak materi Sifat Wajib dan Mustahil bagi Allah di di SMP Islam Nurul Hikmah kelas VII tahun ajaran 2016/2017? E. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Aqidah Akhlak materi sifat wajib dan mustahil bagi Allah di SMP Islam Nurul Hikmah kelas VII tahun ajaran 2016/2017 F. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut : 8 1. Untuk siswa, agar lebih termotivasi dan selalu aktif dalam proses belajar mengajar, mengembangkan kreatifitasnya dalam belajar dan dapat lebih meningkat dalam prestasi belajarnya. 2. Untuk guru terkhususnya untuk saya sebagai peneliti, dapat mengetahui metode apa yang tepat digunakan dalam setiap pembelajaran. 3. Sebagai bahan informasi kepada guru-guru mengenai pencapaianhasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan metode Make a Match. 4. Untuk pihak sekolah, penelitian ini dapat memberikan kesempatan kepada guru untuk memperluas wawasan dan pengetahuan dalam proses belajar mengajar dan meningkatkan kualitas sekolah. 9 BAB II KAJIAN TEORETIS A. Landasan Teori 1. Metode Pembelajaran Make a Match a. Pengertian Metode Pembelajaran Make a Match Metode secara harfiah berarti “cara”. Dalam pemakaian yang umum, metode diartikan sebagai cara melakukan suatu kegiatan atau cara melakukan pekerjaan dengan menggunakan fakta dan konsep-konsep secara sistematis.1 Pembelajaran adalah membimbing kegiatan siswa dalam memperoleh informasi dan pengetahuan serta mengarahkan perubahan tingkah laku pada diri siswa yang meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotor.2 Wina Sanjaya mengartikan pembelajaran sebagai proses pengaturan lingkungan yang diarahkan untuk mengubah perilaku siswa ke arah yang positif dan lebih baik sesuai dengan potensi dan perbedaan yang dimiliki siswa.Tugas guru dalam rangka optimalisasi proses belajar mengajar adalah sebagai fasilitator yang mampu mengembangkan kemauan belajar siswa, mengembangkan kondisi belajar yang relevan 1 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru,198. Supardi,Perencanaan Sistem Pembelajaran, (Ciputat : Haja Mandiri, 2011), 18 2 10 agar tercipta suasana belajar secara wajar dengan penuh kegembiraan, dan mengadakan pembatasan positif terhadap dirinya sebagai seorang guru. Metode pembelajaran yang termuat dalam Al-Qur‟an pun memiliki banyak macam diantaranya metode pembelajaran dalam Q.S An-Nahl : 125. ۡج ِدلۡهمۡۡبِٱلَّتِيۡ ِه َي َۡ ِّكۡۡبِٱلۡ ِحكۡ َم ِۡةۡ َۡوٱلۡ َمىۡ ِعظَ ِۡةۡٱلۡ َح َسنَ ِۡةۡ َو َۡ يلۡ َرب ِۡ ِٱدۡعۡۡإِلَىۡۡ َسب ۡيه َۡ لۡ َعهۡ َسبِيلِ ِۡهۦۡ َوه َۡىۡأَعۡلَمۡۡۡبِٱلۡمهۡتَ ِد َّۡ ض َۡ نۡ َرب َّۡ ِۡأَحۡ َسهۡۡإ َ َّۡكۡه َۡىۡأَعۡلَمۡۡبِ َمه ۡ ۡ٥٢١ 125. Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orangorang yang mendapat petunjuk Dari surah An-Nahl ini tercantum 3 metode pembelajaran, diantaranya : 1) Metode hikmah (bijaksana) 2) Metode nasihat/pengajaran yang baik (mauizhah hasana) 3) Metode diskusi (jidal) Metode pembelajaran adalah cara yang digunakan guru untuk menyampaikan pelajaran kepada siswa. Karena penyampaian itu berlangsung dalam interaksi edukatif, metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang dipergunakan oleh guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran. Dengan 11 berlangsung dalam interaksi edukatif, metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang dipergunakan oleh guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran. Dengan demikian, metode pembelajaran merupakan alat untuk menciptakan proses belajar mengajar.3 Sedangkan Metode pembelajaran Make a match adalah salah satu metode yang termasuk dalam pendekatan informatif. Pendekatan informatif adalah pendekatan pembelajaran yang memfokuskan siswa untuk mencari pengetahuan dan informasi dengan baik, siswa diharapkan mampu mengakses informasi, menyeleksi dan mengolah informasi serta berperilaku tulus.4 Make a match pertama kali dikembangkan pada tahun 1994 oleh Lorna Curran, strategi make a match saat ini menjadi salah satu strategi penting dalam ruang kelas. Salah satu keunggulan make a match adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan. Teknik ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik.5 Tujuan dari strategi ini antara lain : 1) Pendalaman materi; 2) penggalian materi; dan 3) edutainment. Tata laksananya cukup mudah, tetapi guru perlu melakukan beberapa persiapan khusus sebelum menerapkan strategi ini. Beberapa persiapannya antara lain : 3 Hamdani, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung, CV. Pustaka Setia, 2011), 80 Miftahul Huda, Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran Isu-Isu Metodis dan Paradigmatis, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2014), 244. 5 Anita Lie, Cooperative Learning Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-ruang Kelas, 55 4 12 Membuat beberapa pertanyaan yang sesuai dengan materi yang dipelajari kemudian menuliskannya dalam kartu-kartu pertanyaan. Membuat kunci jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang telah dibuat dan menulisnya dalam kartu-kartu jawaban. Akan lebih baik jika kartu pertanyaan dan kartu jawaban berbeda warna Membuat aturan yang berisi penghargaan bagi siswa yang berhasil dan sanksi bagi siswa yang gagal (disini, guru dapat membuat aturan ini bersama-sama dengan siswa) Menyediakan lembaran untuk mencatat pasangan-pasangan yang berhasil sekaligus untuk penskoran presentasi.6 Jadi, metode pembelajaran make a match ini dapat digunakan untuk merangsang keaktifan belajar peserta didik dengan suasana yang menyenangkan. Tugas guru pun cukup mudah hanya mempersiapkan soal-soal berikut dengan jawabannya yang akan dibagikan kepada peserta didik. b. Langkah-langkah Metode Pembelajaran Make a Match Langkah-langkah dalam kegiatan pembelajaran make a match adalah sebagai berikut : 1) Guru menyampaikan materi atau memberi tugas kepada siswa untuk mempelajari materi di rumah. 2) Siswa dibagi ke dalam 2 kelompok, misalnya kelompok A dan kelompok B. kedua kelompok diminta untuk berhadap-hadapan. 3) Guru membagikan kartu pertanyaan kepada kelompok A dan kartu jawaban kepada kelompok B. Untuk variasi yang lain, kartu – kartu yang berisi pertanyaan dan jawaban dicampur dan kocok beberapa kali sampai benar-benar tercampur kemudian dibagikan kepada setiap siswa secara acak.7 4) Guru menyampaikan kepada siswa bahwa mereka harus mencari / mencocokkan kartu yang dipegang dengan kartu kelompok lain. Guru juga perlu menyampaikan batasan maksimum waktu yang ia berikan kepada mereka. 5) Guru meminta semua anggota kelompok A untuk mencari pasangannya di kelompok B. Untuk variasi lain siswa bisa juga bergabung dengan dua atau tiga siswa lain yang memegang kartu 6 Miftahul Huda, Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran Isu-Isu Metodis dan Paradigmatis , 251-252 7 Mel Silberman, Active Learning : 101 Strategi Pembelajaran Aktif, (Yogyakarta : Pustaka Insan madani, 2002), 240. 13 6) 7) 8) 9) yang cocok.8 Jika mereka sudah menemukan pasangannya masingmasing, guru meminta mereka melaporkan diri kepadanya. Guru mencatat mereka pada kertas yang sudah dipersiapkan. Jika waktu sudah habis, siswa yang belum menemukan pasangan diminta untuk berkumpul sendiri. Guru memanggil satu pasangan untuk presentasi. Pasangan lain dan siswa yang tidak mendapat pasangan memperhatikan dan memeberikan tanggapan apakah pasangan itu cocok atau tidak. Terakhir, guru memberikan konfirmasi tentang kebenaran dan kecocokan pertanyaan dan jawaban dari pasangan yang memberikan presentasi. Guru memanggil pasangan berikutnya, begitu seterusnya sampai seluruh pasangan melakukan presentasi. Jadi, langkah-langkah metode pembelajaran make a match ini dapat menjadikan suasana pembelajaran menyenangkan dan peserta didikpun berperan aktif untuk menemukan pasangan / jawaban yang dicarinya. c. Kelebihan dan Kelemahan Metode Pembelajaran Make a match Kelebihan strategi ini antara lain : 1) Dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa, baik secara kognitif maupun fisik; 2) karena ada unsur permainan, pemahaman siswa metode terhadap ini menyenangkan; materi yang 3) dipelajari meningkatkan dan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa; 4) efektif sebagai sarana melatih keberanian siswa untuk tampilpresentasi; dan 5) efektif melatih kedisiplinan siswa menghargai waktu untuk belajar. Adapun kelemahan starategi make a match adalah : 1) jika strategi ini tidak dipersiapkan dengan baik, akan banyak waktu yang terbuang; 2) pada awal-awal penerapan metode, banyak siswa yang akan malu 8 Anita Lie, Cooperative Learning Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-ruang Kelas , 56 14 berpasangan dengan lawan jenisnya; 3) jika guru tidak mengarahkan siswa dengan baik, akan banyak siswa yang kurang memperhatikan pada saat presentasi pasangan; 4) guru harus berhati-hati dan bijaksana saat memberi hukuman pada siswa yang tidak mendapat pasangan, karena mereka bisa malu; 5) menggunakan metode ini secara terus menerus akan menimbulkan kebosanan. Jadi, metode pembelajaran make a match ini dapat digunakan dalam semua mata pelajaran dan semua tingkatan peserta didik. Namun jika menggunakan metode ini terlalu sering akan memberikan kesan membosankan pada peserta didik. 2. Hasil Belajar a. Pengertian Hasil Belajar Hasil belajar terdiri dari dua kata yang membentuknya, yaitu “hasil” dan “belajar”. hasil (product) merupakan perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas atau proses yang mengakibatkan berubahnya input secara fungsional. Belajar merupakan proses yang terjadi dalam diri individu, dengan cara berinteraksi dengan lingkungan untuk mendapatkan perubahan dalamperilakunya. Belajar dilakukan untuk mengusahakan adanya perubahan perilaku pada individu yang belajar. Perubahan perilaku itu merupakan perolehan yang menjadi hasil belajar.9 Adapun pengertian belajar menurut W.S. Winkel dalam bukunya yang berjudul Psikologi Pengajaran, belajar adalah suatu aktivitas mental/psikis yang 9 Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014), 45. 15 berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan nilai-nilai sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas. Perolehan perubahan itu dapat berupa suatu hasil yang baru atau pula penyempurnaan terhadap hasil yang telah diperoleh. Hasil belajar dapat berupa hasil yang utama, dapat juga berupa hasil sebagai efek sampingan. Proses belajar dapat berlangsung dengan penuh kesadaran, dapat juga tidak demikian.10 Hasil belajar merupakan perubahan-perubahan yang terjadi pada diri siswa, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotornya sebagai hasil dari kegiatan belajar. Secara sederhana, yang dimaksud dengan hasil belajar siswa adalah kemampuan yang diperoleh siswa setelah melaksanakan kegiatan belajar. Karena belajar itu sendiri merupakan suatu proses yang dilakukan oleh seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap. Begiru juga dalam kegiatan pembelajaran, seorang guru biasanya menetapkan tujuan belajar. Siswa yang berhasil dalam belajar yaitu siswa yang berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan oleh guru. Penilaian hasil belajar siswa mencakup segala hal yang dipelajari di sekolah, baik itu menyangkut aspek kognitif, sikap, 10 W.S Winkel, Psikologi Pengajaran, (Yogyakarta, Media Abadi, 2004), 61 16 dan psikomotor yang berkaitan dengan mata pelajaran yang diberikan kepada siswa.11 Berdasarkan paparan diatas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa merupakan perubahan yang menetap dalam diri siswa, yang diperoleh dari proses kegiatan pembelajaran, baik yang menyangkut aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotor siswa. Prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seseorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya.12Dengan demikian, prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari aktivitas dalam belajar. Hasil belajar siswa dapat diketahui setelah diadakan evaluasi.Hasil dari evaluasi dapat memperlihatkan tinggi-rendahnya prestasi belajar siswa. Evaluasi terdiri dari evaluasi sumatif dan evaluasi formatif. Evaluasi “sambil jalan” itu merupakan evaluasi formatif, sedangkan evaluasi terhadap produk yang akhirnya dicetak setelah keseluruhan rangkaian tindakan selesai dilaksanakan, merupakan evaluasi sumatif. Evaluasi formatif adalah penggunaan tes-tes selama proses belajar-mengajar masih berlangsung, agar siswa dan tenaga pengajar mendapatkan informasi (feedback) mengenai kemajuan yang telah dicapai. Yang dimaksud dengan evaluasi sumatif adalah penggunaan tes-tes pada akhir suatu periodenpengajaran tertentu, yang 11 Ahmad susanto,Teori Belajar & Pembelajaran di Sekolah Dasar, (Jakarta: Kencana, 2013), 5. W.S Winkel, Psikologi Pengajaran,162 12 17 meliputi beberapa unit pelajaran atau semua unit pelajaran yang diajarkan dalam satu caturwulan, bahkan mungkin pada saat suatu bidang studi selesai dipelajari.13 Jadi, hasil belajar ini akan diketahui setelah diadakan evaluasi baik berupa tes ataupun non tes, baik evaluasi formatif maupun evaluasi sumatif. Dari hasil evaluasi tersebut, akan terlihat tinggi rendahnya hasil belajar siswa serta tercapai atau tidakkah tujuan pembelajaran yang diinginkan. b. Tipe-tipe Hasil Belajar Menurut Benyamin S. Bloom “secara garis besar hasil belajar dibagi menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor”.14 1) Hasil Belajar Kognitif Hasil belajar kognitif yaitu hasil belajar yang ada hubungannya dengan ingatan atau hafalan, kemampuan berpikir atau intelektual. Di dalam ranah ini, hasil belajar terdiri dari enam tingkatan. Ke enamhasil belajar ranah kognitif ini, yaitu meliputi: 1) pengetahuan atau ingatan, 2) pemahaman, 3) aplikasi, 4) analisis, 5) sintesis, dan 6) evaluasi.15 Belajar kognitif merupakan suatu kemahiran tersendiri, orang yang memiliki kemahiran ini mampu mengontrol dan menyalurkan 13 W.S Winkel, Psikologi Pengajaran, 533 Muhammad Thobroni & Arif Mustofa, Belajar dan Pembelajaran Pengembangan Wacana dan Praktik Pembelajaran Dalam Pembangunan nasional, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2013), 23. 15 Deni Kurniawan, Pembelajaran Terpadu Tematik Teori, Praktik dan Penilaian, (Bandung: Alfabeta, 2014), 10. 14 18 aktivitas kognitif yang berlangsung dalam dirinya sendiri, bagaimana dia memusatkan perhatian, bagaimana dia belajar, bagaimana dia menggali dari ingatan, bagaimana dia menggunakan pengetahuan yang dimilikinya, bagaimana dia berpikir dengan menggunakan konsep, kaidah dan pengetahuan yang dimilikinya, khususnya bila menghadapi problem atau masalah.16 a) Tipe hasil belajar pengetahuan hafalan (knowledge) Pengetahuan hafalan merupakan terjemahan dari kata “knowledge” menurut Bloom. Cakupan dalam pengetahuan hafalan termasuk pula pengetahuan yang sifatnya faktual, di samping pengetahuan yang mengenai hal-hal yang perlu diingat kembali seperti batasan, peristilahan, pasal, hukum, bab, ayat, rumus, dan lain-lain. Dari sudut respons belajar siswa, pengetahuan itu perlu di ingat, agar dapat dikuasai dengan baik.17 Kemampuan ini merupakan kemampuan untuk mengingat kembali fakta yang disimpan dalam otak yang akan digunakan untuk merespons suatu masalah.18 Pengetahuan, mencakup ingatan akan halhal yang pernah dipelajari dan disimpan dalam ingatan. Hal-hal itu dapat meliputi fakta, kaidah dan prinsip, serta metode yang diketahui.Pengetahuan yang disimpan dalam ingatan, digali pada saat dibutuhkan melalui bentuk ingatan mengingat (recall) atau mengingat kembali (recognition).19 Tipe hasil belajar pengetahuan termasuk ke dalam tingkatan kognitif yang paling rendah. Akan tetapi, tipe hasil belajar ini dijadikan 16 W.S Winkel, Psikologi Pengajaran, 374 Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar (Bandung: Sinar Baru Algensido, 2011), 17 50. 18 Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar, 50. W.S Winkel, Psikologi Pengajaran, 274 19 19 sebagai prasarat bagi tipe hasil belajar berikutnya. Hafal menjadi prasarat bagi pemahaman. Misalnya hafal suatu rumus akan menyebabkan paham bagaimana menggunakan rumus tersebut; hafal kata-kata akan memudahkan membuat kalimat, hafal 20 sifat wajib bagi Allahbeserta artinya akan memudahkan siswa dalam memahami sifat wajib dan mustahil bagi Allah.20 Jadi, tipe hasil belajar kognitif ini merupakan tingkatan hasil belajar yang paling rendah karena bersifat pengetahuan. Ketika siswa sudah dapat menyebutkan, menjelaskan dan menghafal pembelajaran maka hasil belajar kognitif ini dapat dikatakan berhasil. b) Tipe hasil belajar Pemahaman (comprehention) Tipe hasil belajar yang lebih tinggi daripada pengetahuan yaitu pemahaman. Di dalam tingkatan Pemahaman memerlukan kemampuan menangkap makna atau arti dari suatu konsep. Misalnya menjelaskan dengan susunan kalimatnya sendiri yang sesuai dengan apa yang dibaca atau didengarnya. Kesanggupan memahami setingkat lebih tinggi daripada pengetahuan, tidaklah berarti bahwa pengetahuan tidak perlu ditanyakan, sebab, untuk dapat memahami sesuatu perlu terlebih dahulu mengetahui atau mengenalnya.21 Pemahaman didefinisikan sebagai kemampuan untuk menangkap makna dan arti dari bahan yang dipelajari. Pemahaman 20 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013), 23. 21 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar , 24. 20 juga dikenali dari kemampuan untuk membaca dan memahami gambaran, laporan, tabel, diagram, arahan, peraturan, dan sebagainya. Jadi, tipe hasil belajar pemahaman ini setingkat lebih tinggi dari pengetahuan. Karena sampai siswa dapat menguraikan isi pokok dari suatu bacaan, mengubah data yang disajikan dalam bentuk tertentu ke bentuk lain pembelajaran dapat dikatakan berhasil. c) Tipe hasil belajar penerapan (aplikasi) Penerapan (application) adalah kemampuan menggunakan pengetahuan (knowledge) untuk memecahkan masalah atau menerapkan pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari, atau kemampuan dalam menggunakan atau menafsirkan suatu bahan yang sudah dipelajari ke dalam situasi baru atau situasi yang kongkrit, seperti menerapkan suatu dalil, metode, konsep, prinsip atau teori. Kemampuan ini lebih tinggi tingkatannya daripada pemahaman.22 Misalnya, memecahkan persoalan dengan menggunakan rumus tertentu, menerapkan suatu dalil atau hukum dalam suatu persoalan. Jadi, dalam aplikasi harus ada konsep, teori, hukum, rumus. Dalil hukum tersebut, diterapkan dalam pemecahan suatu masalah (situasi tertentu). Jadi, tipe hasil belajar penerapan ini dapat dilihat setelah siswa mengetahui dan memahami materi pembelajaran yang kemudian akan diterapkan dalam kehidupannya. 22 Heri Gunawan, Kurikulum dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Bandung: Alfabeta, 2013), 121. 21 d) Tipe hasil belajar analisis Analisis adalah kesanggupan memecah, mengurai suatu integritas (kesatuan yang utuh) menjadi unsur-unsur atau bagianbagian yang mempunyai arti atau mempunyai tingkatan. Kata-kata operasional yang biasanya dipakai untuk analisis yaitu: menguraikan, memecahkan, membuat diagram, memisahkan, membuat garis besar, merinci, membedakan, menghubungkan, memilih alternatif dan lainlain.23 Analisis merupakan kemampuan menguraikan materi ke dalam komponen-komponen atau faktor penyebabnya, dan mampu memahami hubungan di antara bagian yang satu dengan yang lainnya sehingga struktur dan aturannya dapat lebih dimengerti. Analisis lebih tinggi tingkatan kemampuan berpikirnya daripada aspek pemahaman maupun penerapan.24 Jadi, tipe hasil belajar analisis ini adalah menganalisa atau meneliti hal-hal yang tidak sesuai dengan pengetahuan dan pemahaman yang didapat. Tipe analisis ini lebih tinggi tingkaan kemampuan berpikirnya. e) Tipe hasil belajar sintesis Belajar sintesis yaitu menggabungkan atau merangkai berbagai informasi menjadi satu kesimpulan ataumenjadi satu hal yang baru. Contoh kemampuan ini adalah seseorang yang memiliki kemampuan 23 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar , 52. Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional ( Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2006), 35. 24 22 untuk memilih nada dan irama dan kemudian menggabungkannya sehingga menjadi gubahan musik yang baru, memberi nama yang sesuai bagi suatu temuan baru, menciptakan logo organisasi, memahami iman kepada Allah, Malaikat, Kitab-kitab Allah, Rasulrasul Allah, Hari Akhir, Qada dan Qadar jika digabungkan yaitu memahami Rukun Iman.25 Hasil belajar sintesis ini adalah kemampuan untuk membentuk suatu kesatuan atau pola baru.Adanya kemampuan ini dinyatakan dalam membuat suatu rencana, seperti penyusunan satuan pelajaran atau proposal penelitian ilmiah.26 f) Tipe hasil belajar evaluasi. Kemampuan evaluasi yaitu kemampuan untuk memberikan pendapat atau menentukan baik dan tidak baik atas sesuatu dengan menggunakan suatu kriteria tertentu. kemampuan evaluasi akan terbentuk setelah kemampuan pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, dan sistesis telah ada.27 Tingkah laku operasional dilukiskan dalam kata-kata; menilai, membandingkan, mengeritik, menyimpulkan, mendukung mempertimbangkan, mempertentangkan, menyarankan, memberikan pendapat dan lain-lain. Misalnya memberikan pendapat tentang kegiatan belajar yang di lakukan di SMPI Nurul Hikmah, menyimpulkan materi tentang sifat wajib dan mustahil bagi Allah.28 25 Heri Gunawan, Kurikulum dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam , 122. W.S Winkel, Psikologi Pengajaran, 275 27 Deni Kurniawan, Pembelajaran Terpadu Tematik Teori, Praktik dan Penilaian, 10. 28 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar , 53. 26 23 Jadi, hasil belajar evaluasi ini adalah tipe hasil belajar yang terakhir karena tingkatan kemampuan peserta didik harus sudah dapat memberikan pendapat sendiri, membandingkan dan menyimpulkan dari hasil pembelajaran yang dipelajari. 2) Hasil Belajar Afektif Hasil belajar ranah afektif yaitu merujuk pada hasil belajar yang berupa kepekaan rasa atau emosi seperti disiplin dan menghargai guru yang sedang mengajar. Jenis hasil belajar ini terdiri dari lima jenis antara lain, yaitu: 1) penerimaan (receiving/attending); 2) sambutan (responding); 3) penilaian (valuing);4) Pengorganisasian (organization); dan 5). Karakterisasi (characterization). a) Penerimaan (receiving/attending) Menurut Sholeh Hidayat, dalam bukunya yang berjudul „Pengembangan Kurikulum Baru‟ bahwa “Penerimaan adalah sikap kesadaran atau kepekaan seseorang terhadap gejala, kondisi, keadaaan, atau suatu masalah”.29 Penerimaan (receiving/attending) terdiri dari tiga tahap yaitu: a) kesiapan untuk menerima (awareness), yaitu adanya kesiapan untuk menerima fenomena atau objek yang akan dipelajari, yang ditandai dengan kehadiran dan usaha untuk memberi perhatian pada stimulus yang bersangkutan, b) kemauan untuk menerima (willingness to receive), yaitu usaha untuk mengalokasikan perhatian pada stimulus yang bersangkutan, 29 Sholeh Hidayat, Pengembangan Kurikulum Baru (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2013), 59. 24 c) mengkhususkan perhatian (controlled or selected attention), seperti perhatian itu hanya tertuju pada warna, suara atau kata-kata tertentu saja.30 b) Sambutan (responding) Sambutan (responding) dari segi pendidikan yaitu perubahan sikap siswa yang terjadi setelah ada rangsangan pada saat ia belajar, 31 yang meliputi proses a) kesiapan menanggapi (acquiescence of responding), contoh: mengajukan pertanyaan tentang tajwid, khusunya hukum bacaan idzhar halqi, b) kemauan menanggapi (willingness to respond), yaitu usaha untuk melihat hal khusus yang ada dalam bagian tertentu yang diperhatikan, contohnya pada desain atau warna saja, siswa memperhatikan warna baju yang dipakai oleh gurunya, c) kepuasan menanggapi (satisfaction in response), yaitu kegiatan yang berkaitan dengan usaha untuk memuaskan rasa ingin tahunya, contohnya bertanya tentang materi sifat wajib dan mustahil bagi Allah yang belum dimengerti.32 c) Penilaian (valuing) Menurut Hamdani, dalam bukunya yang berjudul „Strategi Belajar Mengajar‟ bahwa Penilaian adalah kemauan untuk menerima suatu objek atau kenyataan setelah seseorang itu sadar bahwa objek tersebut mempunyai nilai atau kekuatan, dengan cara menyatakan dalam bentuk sikap atau perilaku positif atau negatif33 Pada tahap ini sudah mulai timbul rasa untuk memiliki dan menghayati nilai dari stimulus yang dihadapi seperti menerima pelajaran 30 Heri Gunawan, Kurikulum dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam , 123. Hamdani, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: Pustaka Setia, 2011), 153. 32 Heri Gunawan, Kurikulum dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam , 123. 33 Hamdani, Strategi Belajar Mengajar, 152. 31 25 yang diberikan oleh guru, menolak ajakan teman untuk bolos ketika jam pelajaran, menghargai pendapat orang lain. d) Pengorganisasian (organization) Menurut Hamdani, dalam bukunya yang berjudul „Strategi Belajar Mengajar‟ bahwa “Organisasi adalah proses konseptualisasi nilai-nilai dan menyusun hubungan antar nilai, kemudian memilih nilai-nilai yang paling baik untuk diterapkan”.34Pada tahap ini siswa melihat beberapa nilai yang relevan untuk disusun menjadi satu sistem nilai, seperti menilai hasil karya orang lain. e) Karakterisasi (characterization) Menurut Hamdani, dalam bukunya yang berjudul „Strategi Belajar Mengajar‟ bahwa Karakterisasi adalah sikap dan perbuatan yang secara konsisten dilakukan seseorang selaras dengan nilai-nilai yang dapat diterimanya, sehingga sikap dan perbuatan itu seolah-olah menjadi ciri-ciri perilakunya.35 Jadi karakterisasi siswa adalah sikap yang dimiliki siswa secara konsisten dari hasil belajarnya baik di sekolah maupun di rumah serta nilai-nilai budaya yang diajarkan sehingga menjadikan siswa tersebut memiliki karakter / ciri-cirinya. 3) Hasil Belajar Psikomotor Hasil belajar psikomotor yaitu hasil belajar yangberkenaan dengan keterampilan dan kemampuan bertindak. Menurut Simpson “hasil belajar psikomotorik ada enam: persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan kompleks dan kreativitas”. 34 Hamdani, Strategi Belajar Mengajar, 153. Hamdani, Strategi Belajar Mengajar, 154 35 26 a) Persepsi (perception) Menurut Purwanto, dalam bukunya yang berjudul „Evaluasi Hasil Belajar‟ bahwa “Persepsi (perception) adalah kemampuan hasil belajar psikomotorik yang paling rendah. Persepsi adalah kemampuan membedakan suatu gejala dengan gejala lain”.36 Kata-kata kerja operasional yang menandai kemampuan tersebut adalah sebagai berikut: 1) Menyeleksi 2) Memilih 3) Menggambarkan 4) Membedakan.37 5) Menunjukkan 6) Menghubungkan 7) Mengidentifikasikan b) Kesiapan (set) Menurut Purwanto, dalam bukunya yang berjudul „Evaluasi Hasil Belajar‟ bahwa “Kesiapan (set) adalah kemampuan menempatkan diri untuk memulai suatu gerakan. Misalnya kesiapan menempatkan diri sebelum lari, menari, mengetik, memperagakan sholat, mendemonstrasikan penggunaan thermometer dan sebagainya”.38 Kata kerja operasional sebagai indikator pencapaian kemampuan tersebut adalah sebagai berikut: 1) Memulai 2) Mempersiapkan diri 3) Mendemonstrasikan 4) Mengawali 5) Menanggapi 6) Menunjukkan39 36 Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar, 53. Kosasih, Strategi Belajar dan Pembelajaran Implementasi Kurikulum,(Bandung: Yrama widya, 2014), 25. 38 Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar, 53. 39 Kosasih, Strategi Belajar dan Pembelajaran Implementasi Kurikulum, 25. 37 27 c) Gerakan terbimbing (guided response) Menurut Purwanto, dalam bukunya yang berjudul „ Evaluasi Hasil Belajar‟ bahwa “Gerakan terbimbing (guided response) adalah kemampuan melakukan gerakan meniru model yang dicontohkan”.40 Kata kerja operasional yang dapat digunakan, antara lain: 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8) Meniru Mengikuti Mempraktikkan Mengerjakan Membuat Mencoba Memperlihatkan Membuat41 d) Gerakan terbiasa (mechanisme) Menurut Purwanto, dalam bukunya yang berjudul „Evaluasi Hasil Belajar‟ bahwa “Gerakan terbiasa (mechanisme)adalah kemampuan melakukan gerakan tanpa ada model contoh. Kemampuan dicapai karena latihan berulang-ulang sehingga menjadi kebiasaan”. 42 Kata kerja operasioanal yang menandai kemampuan tersebut adalah sebagai berikut: 1) Menggunakan 2) Memperlancar 3) Memperbaiki 4) Membangun 5) Memainkan 6) Mengoperasikan 7) Memasang43 40 Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar, 53. Kosasih, Strategi Belajar dan Pembelajaran Implementasi Kurikulum, 25. 42 Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar, 53. 43 W.S Winkel, Psikologi Pengajaran, 284 41 28 e) Gerakan kompleks (adaptation) Menurut kosasih, dalam bukunya yang berjudul „Strategi Belajar dan Pembelajaran‟ bahwa “Gerakan Kompleks (adaptation) adalah kemampuan mengembangkan keahlian dan memodifikasikan sesuai dengan kebutuhan.”. Kata kerja operasional yang dapat menjadi indikator pencapaian adalah sebagai berikut: 1) Mengubah 2) Merevisi 3) Mengatur kembali 4) Menyusun 5) Memainkan 6) Merancang kembali.44 f) Kreativitas (origination) Menurut Purwanto, dalam bukunya yang berjudul „Evaluasi Hasil Belajar‟ bahwa “kreativitas (origination) adalah kemampuan menciptakan gerakan-gerakan baru yang tidak ada sebelumnya.45 Kata kerja yang dapat digunakan sebagai indikator pencapaian adalah sebagai berikut: 1) Merancang 2) Membangun 3) Menciptakan 4) Mendesain 5) Membuat.46 Menurut Nana Sudjana dalam bukunya, yang berjudul „Penilaian hasil proses belajar mengajar‟ bahwa “ketiga ranah tersebut menjadi objek penilaian hasil belajar. Diantara ketiga ranah itu, ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh para guru di sekolah karena berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai bahan pengajaran”.47 44 Kosasih, Strategi Belajar dan Pembelajaran Implementasi Kurikulum, 26 Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar, 53. 46 Kosasih, Strategi Belajar dan Pembelajaran Implementasi Kurikulum, 27. 47 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, 22-23. 45 29 Berdasarkan paparan diatas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa dibagi tiga, yaitu hasil belajar dari ranah kognitif seperti hafalan, dan kemampuan berfikir, hasil belajar dari ranah afektif seperti disipilin, dan menghargai guru dan teman, hasil belajar dari ranah psikomotorik seperti menciptakan suatu karya. c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Adapun Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah sebagai berikut: 1) Faktor Internal Faktor internal merupakan faktor yang bersumber dari dalam diri peserta didik, yang mempengaruhi kemampuan belajarnya, yakni keadaan/kondisi jasmani dan rohani siswa.Faktor yang berasal dari dalam diri siswa sendiri meliputi dua aspek, yakni: aspek Fisiologis (yang bersifat jasmaniah); dan aspek psikologis (yang bersifat rohaniah).48 a) Aspek Fisiologis Faktor fisik adalah faktor yang bersifat jasmaniah. Dan bisa kita kelompokkan lagi menjadi dua kelompok antara lain faktor kesehatan dan faktor cacat tubuh. (1) Faktor Kesehatan Sehat adalah anggota badan dalam keadaan baik dan bebas dari penyakit. Kesehatan seseorang sangat berpengaruh terhadap 48 Muhibbin Syah, Psikologi Belajar , (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), 146. 30 belajarnya. Proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehatan seseorang terganggu, selain itu juga ia akan cepat lelah, kurang bersemangat, mudah pusing, ngantuk jika badannya lemah, kurang darah ataupun ada gangguan/kelainan-kelainan fungsi alat inderanya serta tubuhnya.49 Kondisi organ tubuh yang lemah, apalagi jika disertai pusing kepala berat misalnya, dapat menurunkan kualitas ranah cipta (kognitif) sehingga materi yang dipelajarinyapun kurang atau tidak berbekas. Untuk mempertahankan tonus jasmani agar tetap bugar, siswa sangat dianjurkan mengkonsumsi makanan dan minuman yang bergizi. Selain itu, siswa juga dianjurkan memilih istirahat dan olahraga yang sedapat mungkin terjadwal secara tetap dan berkesinambungan.50 (2) Cacat Tubuh “Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan anggota badan kurang baik atau kurang sempurna. Cacat tubuh itu dapat berupa buta, setengah buta, tuli, setengah tuli, lumpuh dan sebagainya”.51 Keadaan cacat juga dapat menghambat keberhasilan seseorang. Misalnya siswa tersebut bisu, tuli sejak lahir. Keadaan seperti inijuga dapat menjadi hambatan dalam perkembangan siswa, sehingga siswa tersebut sulit untuk 49 Slameto, Belajar & Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya,(Jakarta: Rineka Cipta, 2010), 54. Alex Sobur, Psikologi Umum,( Bandung: Pustaka Setia, 2003), 243. 51 Slameto, Belajar & Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya, 55. 50 31 bereaksi, dan berinteraksi dengan lingkungan sekelilingnya. Untuk mengatasi kemungkinan timbulnya masalah pendengaran atau penglihatan, pihak guru seyogianya bekerja sama dengan pihak sekolah untuk memperoleh bantuan emeriksaan rutin dari dinas-dinas kesehatan setempat.52 b) Aspek Psikologis Yang termasuk ke dalam faktor psikologis adalah sebagai berikut: 1) tingkat kecerdasan/ intelegensi siswa; 2) sikap siswa; 3) bakat siswa; 4) Minat siswa; 5) Motivasi siswa. (1) Kecerdasan (intelegensi) Intelegensi besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar. Dalam situasi yang sama, siswa yang mempunyai tingkat intelegensi yang tinggi akan lebih berhasil daripada yang mempunyai tingkat intelegensi yang rendah. Walaupun begitu siswa yang mempunyai tingkat intelegensi yang tinggi belum pasti berhasil dalam belajarnya. Hal ini disebabkan karena belajar adalah suatu proses yang kompleks dengan banyak factor yang mempengaruhinya, sedangkan intelegensi adalah salah satu factor diantara factor yang lain. Jika factor lain itu bersifat menghambat / bepengaruh negative terhadap belajar, akhirnya siswa gagal dalam belajarnya. 52 Alex Sobur, Psikologi Umum, 244. 32 (2) Sikap Sikap, yaitu suatu kecenderungan untuk mereaksi terhadap suatu hal, orang atau benda dengan suka, tidak suka, atau acuh tak acuh.Sikap seseorang dapat dipengaruhi oleh faktor pengetahuan, kebiasaan dan keyakinan.Sikap yaitu suatu kecenderungan untuk mereaksi terhadap suatu hal, orang, atau benda dengan suka, tidak suka, atau acuh tak acuh. Di dalam diri siswa harus ada harus ada sikap yang positif (menerima) kepada sesama siswa atau kepada gurunya, karena sikap yang positif akan mendorong kemauan siswa untuk belajar, dan sebaliknya sikap negatif akan mengakibatkan siswa malas untuk belajar.53 Untuk mencegah kemungkinan munculnya sikap negatif siswa, seorang guru dituntut untuk terlebih dahulu bersikap positif terhadap dirinya sendiri dan terhadap mata pelajarannya. Dalam hal ini, seorang guru sangat dianjurkan untuk senantiasa menghargai dan mencintai profesinya. Jadi seorang guru tidak hanya memahami materi bidang studinya, tetapi juga mampu meyakinkan akan manfaat bidang studi itu bagi kehidupan mereka. Karena dengan meyakini manfaat bidang studi, siswa akan merasa membutuhkannya, dan dari perasaan butuh itulah diharapkan muncul sikap positif terhadap 53 Hamdani, Strategi Belajar Mengajar,142. 33 bidang studi tersebut sekaligus terhadap guru yang mengajarkannya.54 (3) Bakat Bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Setiap orang memiliki bakat dalam arti berpotensi untuk mencapai prestasi sampai tingkat tertentu sesuai dengan kapasitas masing-masing.55 Bakat mempengaruhi tinggi-rendahnya prestasi belajar bidang-bidang studi tertentu. Dalam proses belajar, terutama belajar keterampilan, bakat memegang peranan penting dalam mencapai suatu hasil akan prestasi yang baik. (4) Minat Minat menurut para ahli psikologi adalah suatu kecenderungan untuk selalu memperhatikan dan mengingat sesuatu secara terus menerus.Minat ini erat kaitannya dengan perasaan, terutama perasaan senang.Dan dikatakan minat itu terjadi karena perasaan senang pada sesuatu.56 Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat 54 Muhibbin Syah, Psikologi Belajar ,150. Hamdani, Strategi Belajar Mengajar, 141 56 Hamdani, Strategi Belajar Mengajar, 140 55 34 siswa, siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya, karena tidak ada daya tarik baginya. (5) Motivasi Pengertian dasar motivasi ialah keadaan internal organisme baik manusia ataupun hewan yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu. Dalam perkembangan selanjutnya, motivasi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu 1) motivasi intrinsik; 2) motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah hal dan keadaan yang berasal dari dalam diri siswa sendiri yang dapat mendorongnya melakukan tindakan belajar. Termasuk dalam motivasi intrinsik siswa adalah perasaan menyenangi materi dan kebutuhan masa depan siswa yang bersangkutan. Adapun motivasi ekstrinsik adalah hal dan keadaan yang datang dari luar individu siswa yang juga mendorongnya untuk melakukan kegiatan belajar. Pujian dan hadiah, peraturan/ tata tertib sekolah, suri teladan orangtua, guru, dan seterusnya merupakan contoh-contoh konkret motivasi ekstrinsik yang dapat menolong siswa untuk belajar.57 Jadi motivasi siswa merupakan dorongan untuk belajar, dan mempunyai pengaruh yang besar, karena jika siswa tersebut tidak memiliki motivasi baik internal atau eksternal, maka siswa tersebut tidak mempunyai dorongan untuk belajar 57 Muhibbin Syah, Psikologi Belajar,153. 35 baik di rumah atau di sekolah, sehingga mengakibatkan hasil belajarnyapun rendah. 2) Faktor Eksternal Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar diri siswa yang mempengaruhi hasil belajar, yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa. Seperti faktor internal siswa, faktor eksternal siswa juga terdiri dari dua macam, yakni: faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan non sosial. Lingkungan merupakan bagian dari kehidupan anak didik. Di dalam lingkunganlah anak didik hidup dan berinteraksi dalam kehidupan.58 a) Lingkungan Sosial Lingkungan sosial sekolah seperti para guru, para staf administrasi, dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi semangat belajar seorang siswa. Para guru yang selalu menunjukkan sikap dan perilaku yang simpatik dan memperlihatkan suri teladan yang baik dan rajin khususnya dalam hal belajar, misalnya rajin membaca dan berdiskusi, dapat menjadi daya dorong yang positif bagi kegiatan belajar siswa. Keberhasilan siswa dalam belajar tergantung pula pada model penyajian materi. Model penyajian materi yang menyenangkan, tidak membosankan, menarik, dan mudah 58 Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar (Jakarta: Rineka Cipta, 2011), 176. 36 dimengerti oleh para siswa tentunya berpengaruh secara positif terhadap keberhasilan belajar.59 Selanjutnya, yang termasuk lingkungan sosial siswa adalah masyarakat dan tetangga juga teman-teman sepermainan di sekitar perkampungan siswa tersebut.Kondisi masyarakat di lingkungan kumuh (slum area) yang serba kekurangan dan anakanak penganggur, misalnya akan sangat mempengaruhi aktivitas belajar siswa. Paling tidak, siswa tersebut akan menemukan kesulitan ketika memerlukan teman belajar atau berdiskusi atau meminjam alat-alat belajar tertentu yang kebetulan belum dimilikinya. b) Lingkungan Nonsosial Lingkungan nonsosial ini dapat dikatakan lingkungan yang terjadi diluar dari diri seseorang dan terjadi bukan karena adanya hubungan social seseorang. Faktor-faktor yang termasuk lingkungan nonsosial ialah gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa, alat-alat belajar, keadaan cuaca danwaktu belajar yang digunakan siswa.60 Dapat disimpulkan bahwa yang mempengaruhi hasil belajar siswa ada dua faktor, yaitu: 1) faktor internal (faktor yang ada di dalam diri siswa) seperti kesehatan, cacat tubuh, minat, 59 Ahmad susanto,Teori Belajar & Pembelajaran di Sekolah Dasar, 17. Muhibbin Syah, Psikologi Belajar,138. 60 37 motivasi, bakat, intelegensi dan sikap. 2) faktor ekternal (faktor yang berada di luar diri siswa) seperti lingkungan yang berada di sekitarnya. Faktor-faktor di atas dalam banyak hal sering saling berkaitan dan mempengaruhi satu sama lain. d. Indikator Hasil Belajar Pada prinsipnya, pengungkapan hasil belajar ideal meliputi segenap ranah psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar siswa. Namun demikian, pengungkapan perubahan tingkah laku seluruh ranah itu, khususnya ranah rasa murid, sangat sulit.Hal ini disebabkan perubahan hasil belajar itu ada yang bersifat intangible (tak dapat diraba).Oleh karena itu, yang dapat dilakukan guru dalam hal ini hanya mengambil cuplikan perubahan tingkah laku yang dianggap penting dan diharapkan dapat mencerminkan perubahan yang terjadi sebgai hasil belajar siswa, baik yang berdimensi cipta dan rasa maupun yang berdimensi karsa. Kunci pokok untuk memperoleh ukuran dan data hasil belajar siswa sebagaimana yang terurai di atas adalah mengetahui garis-garis besar indikator (penunjuk adanya prestasi tertentu) dikaitkan dengan jenis prestasi yang hendak diungkapkan atau diukur.61 61 Muhibbin Syah, Psikologi Belajar,148 38 TABEL 2.1 Jenis, Indikator, dan Cara Evaluasi Prestasi Sumber : Buku Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, 2010 Ranah / Jenis Indikator Prestasi A. Ranah Cipta (Kognitif) 1. Pengamatan 1. Dapat menunjukkan 2. Dapat membandingkan 3. Dapat menghubungkan 2. Ingatan 1. Dapat menyebutkan 2. Dapat menunjukkan kembali 3. Pemahaman 4. Penerapan 5. Analisis 6. Sintesis B. Ranah Rasa (Afektif) 1. Penerimaan 2. Sambutan 3. Apresiasi (sikap menghargai) 1. Dapat menjelaskan 2. Dapat mendefinisikan dengan lisan sendiri 1. Dapat memberikan contoh 2. Dapat menggunakan secara tepat 1. Dapat menguraikan 2. Dapat mengklasifikasikan 1. Dapat menghubungkan 2. Dapat menyimpulkan 3. Dapat menggeneralisasikan (membuat prinsip umum) 1. Menunjukkan sikap menerima 2. Menunjukkan sikap menolak 1. Kesediaan berpartisipasi 2. Kesediaan memnafaatkan 1. Menganggap penting dan bermanfaat 2. Menganggap indah dan harmonis 3. Mengagumi Cara Evaluasi 1. 2. 3. 1. 2. 3. 1. 2. Tes lisan Tes tertulis Observasi Tes lisan Tes tertulis Observasi Tes lisan Tes tertulis 1. 2. 3. 1. 2. 1. 2. Tes tertulis Pemberian tugas Observasi Tes tertulis Pemberian tugas Tes tertulis Pemberian tugas 1. 2. 3. 1. 2. 3. 1. Tes tertulis Tes skala sikap Observasi Tes skala sikap Pemberian tugas Observasi Tes skala penilaian / sikap 2. Pemberian tugas 3. Observasi 39 4. Internalisasi (pendalaman) 1. Mengakui dan meyakini 2. Mengingkari 5. Karakterisasi 1. Melembagakan atau (penghayatan) meniadakan 2. Menjelmakan dalam pribadi dan perilaku sehari-hari C. Ranah Karsa (Psikomotor) 1. Keterampilan 1. Mengkoordinasikan gerak bergerak dan mata, tangan, kaki dan bertindak anggota tubuh lainnya 2. Kecakapan 1. Mengucapkan ekspresi verbal 2. Membuat mimik dan gerakan dan nonverbal jasmani 1. Tes skala sikap 2. Pemberian tugas ekspresif (yang menyatakan sikap) dan proyektif (yang menyatakan perkiraan / ramalan) 3. Observasi 1. Pemberian tugas ekspresif dan proyektif 2. Observasi 1. Observasi 2. Tes tindakan 1. Tes lisan 2. Observasi 3. Tes tindakan 3. Mata Pelajaran Aqidah Akhlak a. Pengertian Aqidah Akhlak Aqidah menurut bahasa berasal dari kata „aqada yang berarti mengikat.Maksudnya, mengikat dan memercayai sesuatu dengan akal dan sepenuh hati.62 Adapun yang dimaksud dengan Aqidah adalah kepercayaan yang mantap kepada Allah, para malaikat-Nya, kitab-kitab suci-Nya, para rasul-Nya, hari akhir, qadar yang baik dan yang buruk, serta seluruh 62 Teguh Prawiro, Akidah Akhlak Kelas VII Madrasah Tsanawiyah, (Jakarta : Yudishtira, 2011), 2 40 muatan Al-Qur‟an Al-Karim dan As-sunnah Ash-Shahihah berupa pokok-pokok agama, perintah-perintah dan berita-beritanya, serta apa saja yang disepakati oleh generasi Salafush Shalih (ijma‟), dan kepasrahan total kepada Allah ta‟ala dalam hal keputusan hokum, perintah, takdir maupun syara, serta ketundukan kepada Rasulullah SAW dengan cara mengikutinya. mematuhi, Dengan menerima kata lain, keputusan aqidah hukumnya adalah dan pokok-pokok kepercayaan yang harus diyakini kebenarannya oleh setiap muslim berdasarkan dalil naqli dan aqli (nash dan akal).63 Sementara itu kata akhlak berasal dari bahasa arab “khuluq”, jamaknya “khuluqun”, menurut lughat diartikan sebagai budi pekerti, perangai, tingkah laku, atau tabiat. Imam Al-Ghazali dalam Ihya Ulumuddin menyatakan bahwa akhlak ialah daya kekuatan (sifat) yang tertanam dalam jiwa dan mendorong perbuatan-perbuatan spontan tanpa memerlukan pertimbangan pikiran. Selain itu, definisi lain dari akhlak menurut AlGhazali adalah suatu sikap yang mengakar dalam jiwa yang darinya lahir berbagai perbuatan dengan mudah dan gampang tanpa perlu pemikiran dan pertimbangan. Jika dari sikap itu lahir perbuatan tepuji, baik menurut akal sehat maupun syara‟ maka ia disebut akhlak terpuji (akhlak mahmudah). Jika yang lahir perbuatan tercela, ia disebut akhlak tercela 63 Rosihon Anwar, Akidah Akhlak,(Bandung : CV Pustaka Setia, 2008), 14 41 (akhlak mazmumah).64jadi, akhlak merupakan sikap yang melekat pada diri seseorang dan secara spontan diwujudkan dalam tingkah laku dan perbuatan. b. Mata Pelajaran Aqidah Akhlak Struktur kelompok mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab dalam kurikulum meliputi: 1) Al-Qur‟an Hadis, 2) Akidah Akhlak, 3) Fikih, 4) Sejarah Kebudayaan Islam (SKI), dan 5) Bahasa Arab. Masing-masing mata pelajaran tersebut pada dasarnya saling terkait dan melengkapi. Akidah-Akhlak di sekolah berbasis Islam adalah salah satu mata pelajaran PAI yang merupakan peningkatan dari akidah dan akhlak yang telah dipelajari oleh peserta didik di Madrasah Ibtidaiyah/Sekolah Dasar. Peningkatan tersebut dilakukan dengan cara mempelajari tentang rukun iman mulai dari iman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitabNya, rasul-rasul-Nya, hari akhir, sampai iman kepada Qada dan Qadar yang dibuktikan dengan dalil-dalil naqli dan aqli, serta pemahaman dan penghayatan terhadap al-asma‟ al-husna dengan menunjukkan ciriciri/tanda-tanda perilaku seseorang dalam realitas kehidupan individu dan sosial serta pengamalan akhlak terpuji dan menghindari akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari. Secara substansial mata pelajaran Akidah-Akhlak memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi kepada peserta didik untuk 64 Al-ghazali, Ihya Ulumuddin, III, (Beirut: Dar al-Fikr, tt), 109 42 mempelajari dan mempraktikkan akidahnya dalam bentuk pembiasaan untuk melakukan akhlak terpuji dan menghindari akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari. Al-akhlak al-karimah ini sangat penting untuk dipraktikkan dan dibiasakan oleh peserta didik dalam kehidupan individu, bermasyarakat dan berbangsa, terutama dalam rangka mengantisipasi dampak negatif dari era globalisasi dan krisis multidimensional yang melanda bangsa dan Negara Indonesia. Pendidikan Akidah Akhlaq di Madrasah memiliki karakteristik sebagai berikut: Akidah Akhlak menekankan pada kemampuan memahami keimanan dan keyakinan Islam sehingga memiliki keyakinan yang kokoh dan mampu mempertahankan keyakinan / keimanannya serta menghayati dan mengamalkan nilai-nilai al-asma‟ al-husna. Akhlak menekankan pada pembiasaan untuk menerapkan dan menghiasi diri akhlak terpuji (mahmudah) dan menjauhi serta menghindari diri dari akhlak tercela (madzmumah) dalam kehidupan sehari-hari. Akidah adalah gudang akhlak yang kokoh. Ia mampu menciptakan kesadaran diri bagi manusia untuk berpegang teguh kepada norma dan nilai-nilai akhlak yang luhur. Akhlak mendapatkan perhatian istimewa dalam akidah Islam. Adapun yang dimaksud dengan Akidah Islam adalah kepercayaan yang mantap kepada Allah, para Malaikat Nya, kitab-kitab suci Nya, para rasul Nya, hari akhir, qada yang baik dan yang buruk, serta seluruh muatan Al-Qur‟an Al-Karim dan As-Sunnah Ash- 43 Shahihah.65 Selanjutnya, pengertian akhlak menurut Imam Al-ghazali dalam Ihya Ulumuddin ialah daya kekuatan (sifat) yang tertanam dalam jiwa dan mendorong perbuatan-perbuatan spontan tanpa memerlukan pertimbangan pikiran. Jadi, akhlak merupakan sikap yang melekat pada diri seseorang dan secara spontan diwujudkan dalam tingkah laku dan perbutan.66 Hal ini dapat diidentifikasi dari tujuan Mata pelajaran AkidahAkhlak sesuai dengan kurikulum, yakni : a. Menumbuhkembangkan akidah melalui pemberian, pemupukan, dan pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, pembiasaan, serta pengalaman peserta didik tentang akidah Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang keimanan dan ketakwaannya kepada Allah SWT; b. Mewujudkan manusia Indonesia yang berakhlak mulia dan menghindari akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam kehidupan individu maupun sosial, sebagai manifestasi dari ajaran dan nilai-nilai akidah Islam. Untuk mencapai tujuan di atas, maka ruang lingkup mata pelajaran Akidah-Akhlak di Madrasah Tsanawiyah meliputi: a. Aspek akidah terdiri atas dasar dan tujuan akidah Islam, sifat-sifat Allah, al-asma' al-husna, iman kepada Allah, Malaikat-malaikat 65 Rosihon Anwar, Akidah Akhlak, 14. Rosihon Anwar, Akidah Akhlak, 206 66 44 Allah, Kitab-Kitab Allah, Rasul-Rasul Allah, Hari Akhir serta QadaQadar. b. Aspek akhlak terpuji yang terdiri atas ber-tauhiid, ikhlaas, ta‟at, khauf, taubat, tawakkal, ikhtiyaar, shabar, syukur, qanaa‟ah, tawaadu', husnuzh-zhan, tasaamuh dan ta‟aawun, berilmu, kreatif, produktif, dan pergaulan remaja. c. Aspek akhlak tercela meliputi kufur, syirik, riya, nifaaq, anaaniah, putus asa, ghadlab, tamak, takabbur, hasad, dendam, giibah, fitnah, dan namiimah. d. Aspek adab meliputi: Adab beribadah: adab Shalat, membaca Al Qur‟an dan adab berdoa, adab kepada kepada orang tua dan guru, adab kepada kepada, saudara, teman, dan tetangga, adab terhadap lingkungan, yaitu: kepada binatang dan tumbuhan, di tempat umum, dan di jalan e. Aspek kisah teladan meliputi: Nabi Sulaiman dan umatnya, Ashabul Kahfi, Nabi Yunus dan Nabi Ayub, Kisah Shahabat: Abu Bakar ra, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib B. Hipotesis Tindakan Penelitian ini direncanakan dua siklus dan setiap siklus dengan prosedur perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Melalui prosedur tersebut dapat diamati peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Aqidah Akhlak materi sifat wajib dan mustahil bagi Allah. Sehingga hipotesis tindakan yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah “Dengan menggunakan metode make a 45 match hasil belajar siswa pada mata pelajaran Aqidah Akhlak materi sifat wajib dan mustahil bagi Allah dapat meningkat”. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Setting Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMP Islam Nurul Hikmah yang terletak di Jl. Jaya Ningrat Desa legok Kecamatan Legok Kabupaten Tangerang, 15820. Telp (021) 54210926. Website www.nurulhikmah.sch.id tahun ajaran 2016/2017. 2. Waktu Penelitian Penelitian ini diawali dengan penyerahan revisi proposal penelitian kepada jurusan pada bulan Agustus, kemudian dilanjutkan dengan pengumuman dosen pembimbing, bimbingan awal dengan dosen pembimbing dan dilanjutkan dengan studi lapangan. Penelitian lapangan di SMP Islam Nurul Hikmah pada tanggal 24 Januari-1 Februari 2017. Adapun jadwal kegiatan penelitian yang dilakukan dapat dilihat pada table berikut: Tabel 3.1 Time Line kegiatan penelitian NO KEGIATAN 1 Penyerahan revisi proposal ke jurusan dan pengumuman dosen pembimbing AGS SEP OKT 46 BULAN NOV DES JAN FEB MAR 47 2 3 4 5 6 Bimbingan awal dengan dosen pembimbing Membuat instrument penelitian Pengajuan surat izin penelitian ke sekolah Penelitian di sekolah Pengolahan data dan penyusunan skripsi B. Latar Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMP Islam Nurul Hikmah Legok Tangerang. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research) yang dilakukan melalui pengamatan langsung ke lokasi yang di jadikan obyek penelitian yang berorientasi pada temuan atau gejala yang bersifat alami. Penelitian ini menggambarkan proses peningkatan hasil belajar dengan menggunakan metode active learning yang meliputi kegiatan pendahuluan, inti dan penutup dalam pembelajaran Aqidah Akhlak di SMP Islam Nurul Hikmah Legok Tangerang. C. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas atau biasa disingkat menjadi PTK. Penelitian tindakan kelas merupakan suatu penelitian yang mengangkat masalah-masalah aktual yang dihadapi oleh guru di lapangan. Dengan menggabungkan batasan pengertian tiga kata inti, yaitu (1) penelitian, (2) tindakan, dan (3) kelas, segera dapat 48 disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama.1 Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dapat dilakukan dalam bidang pengembangan organisasi, manajemen, kesehatan, pendidikan dan sebagainya. Di dalam bidang pendidikan penelitian ini dapat dilakukan pada skala makro ataupun mikro. Dalam skala mikro misalnya dilakukan di dalam kelas pada waktu berlangsungnya kegiatan belajar-mengajar untuk suatu pokok bahasan tertentu pada suatu mata pelajaran.2 Untuk dapat melakukan praktik Penelitian Tindakan Kelas secara efektif dan tepat guna terlebih dahulu harus memahami tujuan dan manfaat PTK yang akan melandasi prosedur PTK selanjutnya. Pemahaman terhadap tujuan dan manfat PTK akan mengarahkan guru dan peneliti dalam pelaksanaannya, serta memotivasi untuk mencari berbagai sumber yang mengarah pada pencapaian tujuan tersebut. Dapat dikatakan bahwa semua penelitian bertujuan untuk memecahkan suatu masalah, namun khusus PTK di samping tujuan tersebut tujuan PTK yang utama adalah untuk perbaikan dan peningkatan layanan profesional guru dalam menangani proses belajar mengajar. Berdasarkan pemahaman terseubt, secara umum PTK bertujuan untuk: 1. Memperbaiki dan meningkatkan kondisi-kondisi belajar serta kualitas pembelajaran. 1 Suharsimi Arikunto, Penelitian Tindakan Kela,s (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), 3. Samsu Somadayo, Penelitian Tindakan Kelas, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013), 20 2 49 2. Meningkatkan layanan professional dalam konteks pembelajaran, khusunya layanan kepada peserta didik sehingga tercipta layanan prima. 3. Memberikan kesempatan kepada guru berimprovisasi dalam melakukan tindakan pembelajaran yang direncanakan secara tepat waktu dan sasarannya. 4. Memberikan kesempatan kepada guru mengadakan pengkajian secara bertahap terhadap kegiatan pembelajaran yang dilakukannya sehingga tercipta perbaikan yang berkesinambungan. 5. Membiasakan guru mengembangkan sikap ilmiah, terbuka, dan jujur dalam pembelajaran. Adapun manfaat dari PTK antara lain dapat dikemukakan sebagai berikut: 1. Mengembangkan dan melakukan inovasi pembelajaran sehingga pembelajaran yang dilakukan senantiasa tampak baru di kalangan peserta didik. 2. Merupakan upaya pengembangan Kurikulum sesuai dengan karakteristik pembelajaran, serta situasi dan kondisi kelas. 3. Meningkatkan profesionalisme guru melalui upaya penelitian yang dilakukannya, sehingga pemahaman guru senantiasa meningkat, baik berkaitan dengan metode maupun isi pembelajaran. Dengan kemampuan demikian, guru dalam praktik PTK mengelola diharapkan pembelajaran, dapat meningkatkan memecahkan dan 50 memperbaiki berbagai persoalan pembelajaran, sehingga dapat meningkatkan kualitas pembelajaran dan kualitas pendidikan pada umumnya.3 D. Data dan Sumber Data Peneliti kualitatif sebagai human instrument, berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atau temuannya. 4 Data yang digunakan dalam penelitian yakni data yang didapat secara langsung saat melakukan penelitian yang diperoleh melalui kata-kata dan perilaku guru dalam pelaksanaan pembelajaran Aqidah Akhlak. Selain itu juga terdapat data pendukung seperti silabus, RPP, dan juga catatan lapangan penelitian. Dalam penelitian yang dilakukan ini, dari jumlah populasi 50 siswa, sample yang diambil sekitar 24 siswa yakni seluruh siswa-siswi di kelas 7B. E. Desain Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilakukan selama dua siklus. Adapun mengenai model penelitian tindakan kelas, dalam hal ini menggunakan desain PTK model Kemmis-Mc Taggart. Model ini merupakan pengembangan dari konsep dasar yang diperkenalkan oleh Kurt Lewin. Secara garis besar ada 4 (empat) tahapan utama yang harus dilakukan dalam penelitian tindakan kelas yaitu perencanaan, (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting). Selanjutnya melakukan perencanaan ulang, melaksanakan 3 H. E. Mulyasa, Praktik Penelitian Tindakan Kelas, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2012), 89-90 4 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT RemajaRosdakarya, 2009), 6. 51 tindakan, melaksanakan observasi, melaksanakan refleksi, dan seterusnya. Hanya saja, komponen acting (tindakan) dengan observing (pengamatan) dijadikan sebagai satu kesatuan. Disatukannya kedua komponen tersebut disebabkan oleh adanya kenyataan bahwa antara implementasi acting dan observing merupakan dua kegiatan yang tidak terpisahkan. Maksudnya, begitu berlangsungnya suatu tindakan begitu pula observasi harus dilaksanakan.5 Sebagaimana telah dipaparkan di atas, bahwa PTK dilakukan dalam beberapa siklus atau putaran terdiri dari empat komponen, yaitu antara lain: 1. Perencanaan Pada tahap ini, peneliti menentukan titik atau fokus peristiwa yang perlu mendapatkan perhatian khusus untuk diamati, dan merancang bagian isi mata pelajaran dan bahan belajarnya yang disesuaikan dengan metode make a match, dan merancang strategi dan skenario penerapan pembelajaran. 2. Tindakan Pada tahap ini, pelaksanaaan tindakan menyangkut apa yang dilakukan peneliti sebagai upaya perbaikan, peningkatan atau perubahan yang dilaksanakan berpedoman pada rencana tindakan. Misalnya peneliti menerapkan strategi dan skenario penerapan pembelajaran.6 3. Observasi Pada tahap ini sebenarnya sejalan dengan pelaksanaan tindakan, jadi keduanya berlangsung secara bersama. Dalam kegiatan ini peneliti 5 Hamzah B. uno, dkk, Menjadi Peneliti PTK Profesional (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), 87. Suharsimi Arikunto,Penelitian Tindakan Kelas,75-76. 6 52 mengamati hasil atau dampak dari tindakan yang dilaksanakan atau dikenakan terhadap siswa. 4. Refleksi Pada tahap ini, peneliti mengkaji, melihat, dan mempertimbangkan hasil-hasil atau dampak dari tindakan, berdasarkan data yang telah terkumpul, kemudian dilakukan evaluasi agar dapat menyempurnakan tindakan berikutnya. Jika terdapat masalah dari proses refleksi, maka dilakukan perbaikan pada siklus berikutnya.7 Untuk lebih tepatnya, berikut ini dikemukakan bentuk desain PTK model Kemmis-Mc Taggart.8 4. Refleksi 3. Observasi Siklus I 1. Perencanaan 2. Tindakan 4. Refleksi Siklus II 3. Observasi 1. Perencanaan 2. Tindakan Berhasil ? Gambar Siklus PTK (diadopsi dari Model Kemmis-Mc. Taggart (1988) 7 Suharsimi Arikunto,Penelitian Tindakan Kelas, 78-80. Wijaya Kusumah dan Dedu Dwitagama, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta : Indeks Penerbit, 2012), 20 8 53 Apabila dicermati, model yang dikemukakan oleh Kemmis Mc.Taggart pada hakikatnya berupa perangkat-perangkat atau untaian-untaian dengan satu perangkat terdiri dari empat komponen. Komponen-komponen yang berupa untaian tersebut dipandang sebagai 1 siklus. Oleh karena itu pengertian siklus pada kesempatan ini adalah suatu putaran kegiatan yang terdiri dari perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi.9 Alur siklus tersebut saling berkelanjutan dan berkesinambungan. Pada penelitian tindakan kelas ini, peneliti menggambil model KemmisMC. Taggart karena Penggunaan model Kemmis-Mc. Taggart lebih mudah dan lebih simpel dari model-model Penelitian yang lain dan model ini hanya melakukan 2 siklus saja. Pelaksanaan PTK dimulai dengan siklus pertama yang terdiri dari empat kegitan. Apabila sudah diketahui letak keberhasilan dan hambatan dari tindakan yang dilaksanakan pada siklus pertama tersebut, guru (bersama peneliti, apabila PTK nya tidak dilakukan sendiri oleh guru) menentukan rancangan untuk siklus kedua. Kegiatan pada siklus kedua mempunyai berbagai tambahan perbaikan dari tindakan terdahulu yang tentu saja ditujukan untuk memperbaiki berbagai hambatan atau kesulitan yang ditemukan dalam siklus pertama. Dengan model ini diharapkan hasil belajar siswa dapat meningkat pada mata pelajaran Aqidah Akhlak materi sifat wajib dan mustahil bagi Allah. 9 Hamzah B. uno, dkk, Menjadi Peneliti PTK Profesional,87 54 Demikian desain penelitian tindakan kelas yang dapat diterapkan guru dalam kegiatan pembelajaran. F. Prosedur Penelitian Prosedur penelitian atau langkah-langkah penelitian yang dilakukan terbagi dalam bentuk siklus, mengacu pada model yang diadopsi oleh KemmisMc. Taggart. Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan dalam dua siklus, yang setiap siklusnya terdiri dari 4 langkah yaitu perencanaan (plan), Tindakan (action), Observasi (observation), dan Refleksi (reflection). Adapun prosedur dalam penelitian ini yaitu dapat dideskripsikan sebagai berikut: 1. Pra Siklus Peneliti melakukan ini untuk memperoleh gambaran tentang bagaimana proses pembelajaran Aqidah Akhlak pada materi sifat wajib dan mustahil bagi Allah. Apakah guru sudah menggunakan pendekatan yang menuntut keterampilan siswa untuk menggunakan metode make a match. Namun di bawah ini hanya dilakukan dua kali pelaksanaan tindakan pra siklus, yaitu sebagai berikut: a. Observasi Peneliti mengamati setiap permasalahan yang muncul dan bersamasama dengan guru kelas mengevaluasi data untuk menentukan tindakan. b. Refleksi Peneliti dan guru kelas bersama merumuskan tindakan yang akan dilakukan pada siklus I dan siklus II. 55 2. Siklus I a. Perencanaan Pada tahap ini peneliti perlu mempersiapkan segala sesuatu yang berkaitan dengan proses belajar mengajar, diantaranya menyusun rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), meminta izin kepada guru mata pelajaran Aqidah Akhlak untuk melaksanakan dan menerapkan metode pembelajaan make a match dalam kelas, menyediakan alat atau media pembelajaran dan menyusun kisi-kisi soal dan test untuk instrument. b. Pelaksanaan Tindakan Pada tahap ini peneliti melaksanakan proses belajar mengajar yaitu dengan mengenalkan dan menjelaskan prosedur pembelajaran dengan menggunakan metode make a match kepada siswa. Dalam siklus ini siswa mulai dikenalkan metode make a match dengan materi sifat wajib dan mustahil bagi Allah. Adapun langkah-langkah dalam pelaksanaan tindakan adalah sebagai berikut: 1) Guru menjelaskan materi tentang sifat wajib dan mustahil bagi Allah 2) Guru menjelaskan dan memberikan dalil naqli tentangsifat wajib dan mustahil bagi Allah 3) Siswa dibagi ke dalam 2 kelompok secara acak. 4) Guru membagikan beberapa kertas yang berisikan soal dan jawaban yang sesuai dengan materi yang sedang dipelajari, 56 5) Guru menyampaikan kepada siswa bahwa mereka harus mencari / mencocokkan kartu yang dipegang dengan kartu kelompok lain. Guru juga perlu menyampaikan batasan maksimum waktu yang ia berikan kepada mereka 6) Siswa mulai mencari pasangannya masing-masing sesuai kertas yang didapatnya selama waktu yang sudah ditentukan, 7) Siswa yang sudah menemukan pasangannya maka akan mendapatkan point atau reward, sedangkan siswa yang tidak dapat menemukan pasangannya maka akan diberikan hukuman sesuai kesepakatan bersama. 8) Guru memberikan konfirmasi tentang kebenaran dan kecocokkan pertanyaan dan jawaban dari pasangan yang memberikan presentasi. c. Observasi Pengamatan yang dilakukan oleh peneliti sebagai berikut: 1) Melakukan pengamatan terhadap peran aktif guru, 2) Melakukan pengamatan terhadap aktivitas siswa, 3) Melakukan pengamatan dengan lembar pengamatan untuk mengetahui keterlibatan siswa dalam pembelajaran, 4) Hasil tes. d. Refleksi 1) Menganalisis temuan saat melakukan pelaksanaan pengamatan atau observasi, 2) Melakukan refleksi terhadap penerapan metode make a match, 3) Melakukan refleksi terhadap siswa dalam pembelajaran Aqidah Akhlak. 57 3. Siklus II a. Perencanaan Rencana siklus II merupakan hasil dari revisi siklus I. Rencana siklus II ini disusun berdasarkan kesulitan dan kelemahan yang ditemukan pada kegiatan siklus I. b. Pelaksanaan tindakan Pelaksanaan tindakan pada siklus II merupakan implementasi serangkaian kegiatan pembelajaran yang telah direvisi atau di daur ulang kembali untuk mengatasi masalah-masalah yang terdapat pada siklus I. 1) Memberikan materi tentang sifat wajib dan mustahil bagi Allah 2) Menerangkan tentang sifat wajib dan mustahil bagi Allah 3) Mengulang materi tentangsifat wajib dan mustahil bagi Allah beserta dalilnya 4) Siswa dibagi ke dalam 2 kelompok secara acak. 5) Guru membagikan beberapa kertas yang berisikan soal dan jawaban yang sesuai dengan materi yang sedang dipelajari, 6) Guru menyampaikan kepada siswa bahwa mereka harus mencari / mencocokkan kartu yang dipegang dengan kartu kelompok lain. Guru juga perlu menyampaikan batasan maksimum waktu yang ia berikan kepada mereka 7) Guru mempersilahkan kepada semua siswa untuk keluar kelas sambil membawa sebuah kertas yang mereka simpan 58 8) Siswa mulai mencari pasangannya masing-masing sesuai kertas yang didapatnya selama waktu yang sudah ditentukan, 9) Siswa yang sudah menemukan pasangannya maka akan mendapatkan point atau reward, sedangkan siswa yang tidak dapat menemukan pasangannya maka akan diberikan hukuman sesuai kesepakatan bersama. 10) Guru memberikan konfirmasi tentang kebenaran dan kecocokkan pertanyaan dan jawaban dari pasangan yang memberikan presentasi. c. Observasi Peneliti melakukan pengamatan terhadap aktivitas pembelajaran sifat wajib dan mustahil bagi Allah dengan menggunakan metode make a match. d. Refleksi Kegiatan refleksi ini pada akhir siklus II bertujuan untuk mengetahui kemajuan maupun kekurangan yang masih harus dihadapi. Dengan adanya hasil refleksi tersebut maka akan terlihat berhasil atau tidaknya semua tindakan implementasi pembelajaran di dalam kelas terhadap peningkatan hasil belajar siswa. G. Prosedur Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam pendidikan, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan.10 10 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2010), Cet. 10, . 308-309. 59 1. Metode Pengamatan (Observasi) Metode observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian. Metode observasi yang akan digunakan adalah observasi langsung dengan cara pengambilan data dengan menggunakan mata tanpa ada pertolongan alat standar lain untuk kepentingan tersebut.11 Dalam hal ini, teknik yang akan digunakan adalah participant observation dimana peneliti mengamati kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru Aqidah Akhlak. Metode ini digunakan peneliti untuk mengetahui pelaksanaan metode make a match dalam pembelajaran Aqidah Akhlak di SMP Islam Nurul Hikmah. 2. Metode Tes Tes digunakan untuk mengetahui nilai hasil belajar siswa setelah dilakukan pembelajaran dengan menggunakan metode make a match pada mata pelajaran Aqidah Akhlak. Dalam penelitian ini, jenis tes yang akan diujikan yaitu tes tertulis, dengan bentuk tes objektif isian sebanyak 10 soal. 3. Metode Dokumentasi Metode dokumentasi merupakan sumber non manusia, sumber iniadalah sumber yang cukup bermanfaat, merupakan sumber yang stabil dan akurat sebagai cermin situasi/kondisi yang sebenarnya serta dapat dianalisis secara berulang-ulang dengan tidak mengalami perubahan.12 11 Tim Penyusun Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, (Jakarta: FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013), 66. 12 Tim Penyusun Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Pedoman Penulisan ..., 67 60 Data yang peneliti peroleh dilapangan melalui observasi, wawancara, dan studi dokumentasi tersebut dikelompokkan sesuai pertanyaan penelitian, kemudian dilakukan penyesuaian data. Data dari ketiga metode tersebut tidak bisa dipisahkan, karena satu sama lain saling melengkapi. Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data sebagai acuan kegiatan pembelajaran diantaranya adalah silabus, RPP dan daftar nilai siswa di SMPS Islam Nurul Hikmah. H. Analisis Data Data yang diperoleh dan dikumpulkan oleh peneliti, kemudian akan dianalisis. Pengolahan data dilakukan untuk menganalisis dan memastikan bahwa data yang ada benar sesuai dengan kenyataan dan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Data yang diperoleh kemudian dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif. Data yang berasal dari tes hasil belajar yaitu data kuantitatif, sedangkan data yang diperoleh dari hasil observasi yaitu data kualitatif. Teknik kuantitatif digunakan untuk mendeskripsikan hasil belajar siswa setelah setelah proses pembelajaran, hasil belajar siswa dilihat dari hasil tes yang dilakukan. Hasil tes siswa dianalisis untuk menentukan peningkatan hasil belajar anak tiap siklus, dengan mengikuti langkah-langkah sebagai berikut: 1. Sesuai dengan ketentuan sekolah siswa dinyatakan tuntas belajar dalam setiap tes jika nilai yang diperoleh adalah 75. 2. Peningkatan hasil belajar jika dilihat dari hasil nilai rata-rata, dengan menggunakan rumus sebagai berikut: 61 Keterangan: ΣX ΣN = Nilai rata-rata = Jumlah semua nilai siswa = Jumlah siswa 3. Peningkatan individu dilakukan dengan membandingkan skor tes terbaru dengan skor awal. 4. Skor siswa ditentukan dengan mencari rata-rata skor siswa. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Belajar Siswa 1. Pra Siklus Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SMPS Islam Nurul Hikmah, tepatnya di kelas VII. Pada tahap pra siklus ini peneliti mengadakan observasi ke sekolah untuk mendapatkan data-data terkait dengan proses pembelajaran Aqidah Akhlak dan merefleksi permasalahan yang muncul dalam pembelajaran Aqidah Akhlak. a. Observasi Pada kegiatan pelaksanaan pra siklus, dilakukan observasi yaitu peneliti mengadakan pengamatan terhadap proses pembelajaran Aqidah Akhlak tentang Sifat wajib dan mustahil bagi Allah. Pada tahap pra siklus ini, peneliti belum mempunyai rencana tindakan. Dari hasil pengamatan ini, peneliti menemukan beberapa masalah dalam proses pembelajaran, diantaranya siswa kurang aktif dalam menanggapi pertanyaan atau perintah dari guru, guru lebih banyak menggunakan metode ceramah dan adanya isu gender dalam kegiatan pembelajaran. Hal-hal tersebutlah menjadikan siswa merasa jenuh dan kurang diantaranya yang berperan aktif dalam proses pembelajaran yang sedang berlangsungsertahasil belajar siswapun rendah. 62 63 Saat observasi berlangsung, kegiatan siswa kelas VII pada pra siklus ini siswa cukup memahami pembelajaran yang disampaikan oleh guru, siswa kurang aktif dalam kegiatan pembelajaran, siswa kurang merespon dan menjawab pertanyaan yang disampaikan oleh guru, siswa kurang aktif dalam mengajukan pertanyaan sehingga hasil belajar yang diperoleh siswa yang belum tuntas mencapai nilai kkm lebih banyak dari siswa yang tuntas. Dari jumlah siswa 24, siswa yang tuntas hanya terdapat 7 siswa sedangkan yang belum tuntas terdapat 17 siswa denga nnilai rata-rata 61,66. Jika dilihat dalam hitungan persen, siswa yang tuntas hanya 29,1 % sedangkan yang belum tuntas sebanyak 70,9 %. Diagram 4.1 Hasil Belajar Pra Siklus b. Refleksi Pada tahap ini, peneliti dan guru Aqidah Akhlak mengadakan diskusi serta refleksi untuk mengevaluasi permasalahan yang muncul dalam pembelajaran, baik dirasakan oleh guru maupun hasil pantauan yang dilakukan oleh peneliti dengan mencoba menerapkan metode pembelajaran make a match pada mata pelajaran Aqidah akhlak pokok materi sifat wajib dan mustahil bagi Allah. Dengan menerapkan metode 64 make a match diharapkan masalah-masalah yang dihadapi dapat teratasi dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Aqidah akhlak di kelas VII . Berdasarkan hasil refleksi pada pra siklus, maka peneliti melakukan siklus 1. 2. Siklus 1 a. Perencanaan Peneliti dan guru secara kolaboratif merencanakan segala upaya untuk melaksanakan kegiatan penelitian yang berupa tindakan-tindakan yang akan dilakukan dalam memperbaiki kegiatan pembelajaran. maka peneliti merancang rencana kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode make a match yang disusun dalam bentuk RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) yang sebelumnya didiskusikan antara peneliti dan guru Aqidah Akhlak. Selain itu peneliti juga membuat soal pertanyaan untuk siswa, dan menyiapkan alat/sumber belajar untuk mendukung pembelajaran. b. Pelaksanaan Pelaksanaan siklus 1 dilaksanakan pada tanggal 24 Januari 2017 di kelas VII B dengan jumlah 24 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Dalam proses pembelajaran ini peneliti mengacu pada rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang telah dipersiapkan. Adapun hasil kegiatan pembelajaran adalah sebagai berikut: 1) Guru menjelaskan materi tentang sifat wajib dan mustahil bagi Allah 65 2) Guru menjelaskan dan memberikan dalil naqli tentang sifat wajib dan mustahil bagi Allah 3) Siswa dibagi ke dalam 2 kelompok secara acak. 4) Guru membagikan beberapa kertas yang berisikan soal dan jawaban yang sesuai dengan materi yang sedang dipelajari, 5) Guru menyampaikan kepada siswa bahwa mereka harus mencari / mencocokkan kartu yang dipegang dengan kartu kelompok lain. Guru juga perlu menyampaikan batasan maksimum waktu yang ia berikan kepada mereka 6) Siswa mulai mencari pasangannya masing-masing sesuai kertas yang didapatnya selama waktu yang sudah ditentukan, 7) Siswa yang sudah menemukan pasangannya maka akan mendapatkan point atau reward, sedangkan siswa yang tidak dapat menemukan pasangannya maka akan diberikan hukuman sesuai kesepakatan bersama. 8) Guru memberikan konfirmasi tentang kebenaran dan kecocokkan pertanyaan dan jawaban dari pasangan yang memberikan presentasi. c. Observasi Berdasarkan hasil pelaksanaan siklus 1 maka peneliti dan guru melakukan pengamatan terhadap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan dengan menggunakan metode make a match, apakah tindakan itu sesuai dengan apa yang telah direncanakan, atau ada permasalahan baru yang muncul pada tindakan sebagai bahan refleksi. Instrument yang 66 digunakan pada tahap ini yaitu lembar observasi, yang terdiri dari lembar observasi untuk guru dan lembar observasi untuk siswa. Pada hasil lembar observasi guru (data terlampir) pada siklus I dalam kegiatan awal guru melakukan semuanya dengan baik. Seperti memberi salam, mengajak berdo’a sebelum belajar, mengabsen siswa, memberikan motivasi, dan menjelaskan tujuan pembelajaran. Namun dalam hal memberikan apersepsi belum terlalu meluas. Pada kegiatan inti guru juga sudah baik dalam menjelaskan materi tentang sifat wajib dan mustahil bagi Allah, menggunakan metode make a match walaupun ada sedikit kendala ketika metode make a match dilaksanakan, guru menggunakan bahasa yang mudah dipahami serta membimbing siswa dalam proses belajar. Pada kegiatan penutup, guru cukup baik dalam menyimpulkan materi, memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya, mengadakan evaluasi dan penilaian. Pada hasil observasi kegiatan siswa (data terlampir), siswa cukup berperan aktif dalam pembelajaran terutama pada kegiatan awal karena diadakannya apersepsi. Siswa sudah memahami pembelajaran yang disampaikan oleh guru, siswa cukup baik merespon dan menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru, walaupun dalam hal mengajukan pertanyaan masih belum aktif. Pada akhir kegiatan pembelajaran peneliti memberikan 10 soal isian / essay kepada siswa dengan tujuan untuk mengetahui tingkat 67 keberhasilan siswa pada mata pelajaran Aqidah Akhlak materi sifat wajib dan mustahil bagi Allah dengan menggunakan metode make a match. Adapun data hasil belajar siswa pada siklus 1 dibuat dalam bentuk table (data terlampir). Dilihat dari hasil tes belajar siswa pada siklus I mengalami peningkatan dari hasil tes pada pra siklus. Dengan jumlah siswa yang tuntas sebanyak 13 siswa dengan presentase ketuntasan 54,2 %, sementara siswa yang belum tuntas belajar sebanyak 11 siswa dengan presentase ketidaktuntasan 45,8 %. Nilai rata-rata hasil belajar siswa pada siklus I mencapai 72,09, namun masih dibawah standar ketuntasan minimal. Diagram 4.2 Hasil Belajar Siswa Tuntas d. Refleksi Pada kegiatan refleksi dari hasil penelitian tindakan siklus 1 yaitu: 1) Masih ada siswa yang belum memahami pengertian dan macam-macam sifat wajib dan mustahil bagi Allah 2) Siswa kurang aktif dalam mengajukan pertanyaan 3) Hasil belajar pada siklus 1 belum semua mencapai KKM 4) Ruang kelas yang kurang memadai untuk memakai metode make a match 68 5) Kurangnya managemen waktu sehingga setiap kegiatan terlihat terburuburu. 6) Kurangnya komunikasi antar guru dan siswa ketika mempresentasikan hasil belajar metode make a match Dengan adanya kekurangan atau kendala yang disebutkan di atas berarti peneliti harus melakukan revisi dalam melaksanakan siklus II, untuk dapat menyelesaikan masalah yang ada. Revisi yang dilakukan adalah memperbaiki kelemahan yang terjadi pada siklus 1, memberikan motivasi dan bimbingan kepada siswa yang masih mengalami kesulitan pada mata pelajaran Aqidah Akhlak materi sifat wajib dan mustahil bagi Allah, dan guru harus memanage waktu dan tempat ketika menggunakan metode, memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang materi yang sulit dipahami. 3. Siklus II a. Perencanaan Perencanaan pada siklus II berdasarkan revisi yang dihasilkan pada kekurangan refleksi dari siklus I pada mata pelajaran Aqidah Akhlak materi sifat wajib dan mustahil bagi Allah, yang tidak lepas dari tujuan utama penelitian yaitu dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Aqidah Akhlak materi sifat wajib dan mustahil bagi Allah dengan menggunakan metode make a match, dengan demikian peneliti merancang suatu kegiatan yang dapat menarik perhatian siswa dan berusaha melibatkan siswa langsung dalam kegiatan pembelajaran di 69 kelas. Peneliti memperbaiki Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang lebih baik lagi, menyiapkan kartu berpasangan yang akan digunakan dalam metode make a match, membuat lembar observasi guru dan siswa, serta membuat lembar soal siklus II. b. Pelaksanaan Pelaksanaan tindakan pada siklus II ini dilaksanakan pada tanggal 31 Januari 2017 di kelas VII dengan jumlah siswa 24 siswa. Dalam hal ini peneliti kembali menjadi guru yang mengajar di kelas. Adapun proses pembelajaran mengacu pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Hasil dari kegiatan pembelajaran adalah sebagai berikut: 1) Guru sedikit mengulang kembali pembahasan materi minggu lalu 2) Guru memperjelas materi tentang sifat wajib dan mustahil bagi Allah, 3) Guru menjelaskan dalil naqli tentang sifat wajib dan mustahil bagi Allah 4) Siswa dibagi ke dalam 2 kelompok secara acak. 5) Guru membagikan beberapa kertas yang berisikan soal dan jawaban yang sesuai dengan materi yang sedang dipelajari, 6) Guru menyampaikan kepada siswa bahwa mereka harus mencari / mencocokkan kartu yang dipegang dengan kartu kelompok lain. Guru juga perlu menyampaikan batasan maksimum waktu yang ia berikan kepada mereka 7) Guru mempersilahkan semua siswa untuk keluar kelas karena akan melaksanankan metode make a match di lapangan. 70 8) Siswa mulai mencari pasangannya masing-masing sesuai kertas yang didapatnya selama waktu yang sudah ditentukan, 9) Siswa yang sudah menemukan pasangannya maka akan mendapatkan point atau reward, sedangkan siswa yang tidak dapat menemukan pasangannya maka akan diberikan hukuman sesuai kesepakatan bersama. 10) Guru memberikan konfirmasi tentang kebenaran dan kecocokkan pertanyaan dan jawaban dari pasangan yang memberikan presentasi. c. Observasi Pada tahap ini peneliti dan guru melakukan pengamatan terhadap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan pada siklus II dengan metode make a match apakah tindakan itu sesuai dengan apa yang telah direncanakan atau ada permasalahan yang muncul sebagai bahan refleksi. Instrument yang digunakan pada tahap ini yaitu lembar observasi guru atau siswa. Pada hasil lembar observasi guru (data terlampir) pad asiklus II dalam kegiatan awal, kegaiatan inti dan kegiatan penutup guru sudah melakukan semua kegiatannya dengan sangat baik sesuai dengan waktu yang telah ditentukan dalam RPP. Penjelasan materi yang diberikan kepada siswa sudah jelas, langkah-langkah dalam metode pembelajaran make a match juga sudah sesuai dan terencana. Komunikasi antara guru dengan siswa sudah baik, memberikan kesempatan kepada siswa untuk 71 bertanya, memberikan motivasi kepada siswa, menyimpulkan materi pembelajaran juga sudah baik. Berdasarkan data dari hasil observasi guru pada siklus II dapat dilihat bahwa guru (peneliti) sudah memenuhi aspek yang ditentukan dan melaksanakan proses pembelajaran dengan baik. Dari hasil kegiatan yang dilakukan guru pada pembelajaran siklus II akanberpengaruh terhadap kegiatan belajar siswa di kelas.Pada hasil observasi kegiatan siswa (data terlampir), semua kegiatan belajar siswa sudah sangat baik dan aktif. Siswa sudah memahami pembelajaran yang disampaikan oleh guru, berani dan percaya diri dalam menjawab dan mengajukan pertanyaan kepada guru, tidak ada lagi isu gender antara siswa laki-laki dan perempuan setelah menggunakan metode pembelajaran make a match, menjawab soal-soal evaluasi dengan baik dan benar. Pada akhir kegiatan pembelajaran peneliti memberikan 10 soal isian / essay terkait dengan materi sifat wajib dan mustahil bagi Allah kepada siswa-siswi kelas VII untuk mendapatkan hasil belajar pada siklus II dengan menggunakan metode make a match. Adapun data hasil belajar siswa pada siklus II dibuat dalam bentuk table (data terlampir). Dilihat dari hasil tes belajar siswa pada siklus II mengalami peningkatan dari hasil tes pada siklus I. Dengan jumlah siswa yang tuntas sebanyak 21 siswa dengan presentase ketuntasan 87,5 %, sementara siswa yang belum tuntas hanya berjumlah 3 siswa dengan presentase ketidaktuntasan 12,5 %. Nilai rata-rata hasil 72 belajar siswa pada siklus II mencapai 85,2 dan sudah mencapai nilai ketuntasan minimum. Diagram 4.3 Hasil Belajar Siswa Tuntas d. Refleksi Pada tahap ini data-data yang diperoleh adalah bahwa dalam proses pembelajaran guru sudah lebih baik menggunakan metode make a match dalam menyampaikan materi sifat wajib dan mustahil bagi Allah, serta aktifitas siswa dan hasil belajarnya pun mengalami peningkatan menjadi lebih baik. Nilai rata-rata siswa pada siklus II sebesar 85,2 dan sudah memenuhi KKM, serta telah menutupi kekurangan yang terdapat pada siklus I. Dengan demikian peneliti telah menerapkan metode make a match dengan baik, maka peneliti tidak diperlukan revisi kembali. Berdasarkan hasil akhir dari pra siklus, siklus I dan siklus II, terjadi peningkatan dalam setiap siklusnya. Hasil belajar siswa pada mata pelajaran Aqidah Akhlak materi sifat wajib dan mustahil bagi Allah dengan menggunakan metode make a match dapat dilihat dalam bentuk table (data terlampir). 73 Berdsarkan data hasil penelitian tindakan kelas dapat dideskripsikan sebagai berikut: 1) Kegiatan pelaksanaan penelitian tindakan kelas pada tahap pra siklus, siswa belum berhasil dengan baik, hal ini terlihat dari nilai rata-rata 61,66 dan siswa yang sudah tuntas hanya 7 siswa, sedangkan yang belum tuntas berjumlah 17 siswa. 2) Kegiatan pelaksanaan penelitian tindakan kelas pada tahap siklus I siswa mengalami peningkatan hasil belajar, hal ini terlihat dari nilai rata-rata 61,66 dan siswa yang sudah tuntas berjumlah 13 siswa, sedangkan yang belum tuntas berjumlah 11 siswa. 3) Kegiatan pelaksanaan penelitian tindakan kelas pada tahap siklus II siswa mengalami peningkatan hasil belajar, hal ini terlihat dari nilai rata-rata 85,2 dan siswa yang sudah tuntas berjumlah 21 siswa, sedangkan yang belum tuntas hanya berjumlah 3 siswa. B. Pembahasan Hasil Penelitian Hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan di kelas VII SMPS Islam Nurul Hikmah pada mata pelajaran Aqidah Akhlak materi sifat wajib dan mustahil bagi Allah dengan menggunakan metode make a match. Peneliti dan guru Aqidah Akhlak melaksanakan pengamatan dan pembelajaran dengan beberapa tindakan, mulai dari pra siklus, siklus I dan siklus II. Peneliti mendapatkan temuan-temuan pada saat pelaksanaan penelitian tindakan kelas. Adapun temuan-temuan tersebut dapat diuraikan pada setiap siklus. 74 1. Pra Siklus Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada saat pembelajaran berlangsung, proses pembelajaran pada tahap pra siklus ini terlihat kurang aktif dan menyenangkan. Hal ini dikarenakan guru lebih banyak menggunakan metode ceramah, tempo penjelasan guru yang terlalu cepat dan siswa yang kurang percaya diri dalam bertanya, sehingga mengakibatkan kegiatan pembelajaran siswa-siswi di kelas VII SMPS Islam Nurul Hikmah kurang aktif dalam merespon penjelasan dan perintah guru, kurang aktif dalam bertanya dan saat kegiatan belajar. Terutama pada materi sifat wajib dan mustahil bagi Allah yang harus menghafalkan dan mencermati 20 sifat wajib Allah dan 20 sifat mustahil bagi Allah. Maka dari itu, beberapa hal inilah yang menyebabkan hasil belajar siswa rendah dalam pembelajaran Aqidah Akhlak materi sifat wajib dan mustahil bagi Allah. Nilai rata-rata yang diperoleh hanya 61,66 dari 24 siswa. 2. Siklus I Pada siklus I peneliti mencoba menerapkan metode yang menarik dan sesuai dengan kondisi kelas, yaitu peneliti menggunakan metode make a match. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada saat pembelajaran berlangsung, proses pembelajaran pada tahap siklus I ini terlihat bahwa aktivitas siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran mengalami peningkatan menjadi lebih baik, karena siswa dapat berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran, walaupun hasil yang diinginkan masih belum mencapai KKM dan tujuan pembelajaran. Dengan penerapan metode make 75 a ,hasil belajar siswa mengalami peningkatan, dengan nilai rata-rata 72,09 dari 24 siswa, tetapi di dalam siklus I masih banyak siswa yang belum berhasil dalam proses pembelajaran. Maka peneliti perlu melakukan siklus II untuk memperbaiki dan meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajan Aqidah Akhlak materi Sifat wajib dan mustahil bagi Allah. 3. Siklus II Pada siklus II, berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti bahwa kegiatan belajar siswa dalam mengikuti pembelajaran aqidah Akhlak materi sifat wajib dan mustahil bagi Allah terdapat peningkatan yang cukup signifikan. Suasana pembelajaran terlihat sangat aktif, walaupun mereka sudah sedikit banyak mengetahui metode pembelajaran make a match, namun pembelajaran tersebut dapat dikatakan berhasil karena seluruh siswa dapat menjawab pertanyaan melalui kartu berpasangan, seluruh siswa berperan aktif dalam mencari jawaban, sehingga rata-rata hasil belajar siswa pada siklus II ini meningkat dan sudah mencapai KKM yakni dengan nilai rat-rata 85,2 dengan jumlah siswa yang tuntas sebanyak 21 siswa, sedangkan yang tidak tuntas sebanyak 3 siswa. BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Setelah peneliti melakukan penelitian yang telah tertuang dalam bab-bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Upaya peningkatan hasil belajar di kelas VII B yaitu dengan mengimplementasikan metode make a match pada mata pelajaran Aqidah Akhlak materi sifat wajib dan mustahil bagi Allah. Diwujudkan dalam beberapa komponen yang saling mempengaruhi yaitu tujuan pembelajaran, pemilihan metode dan media pembelajaran yang sesuai dengan isi/materi pelajaran serta guru dan siswa. Metode make a match ini merupakan metode yang menyenangkan, membuat siswa menjadi aktif dalam kegiatan belajar, menjadikan siswa saling menghargai antar teman, siswa menjadi lebih semangat belajar karena akan menggunakan metode pembelajaran yang menyenangkan serta dapat meningkatkan hasil belajar siswa. 2. Peningkatan hasil belajar siswa melalui metode pembelajaran make a match dapat dilihat dari nilai rata-rata saat pra siklus yang dicapai hanya 61,66 dan masih dibawah KKM. Pada siklus I terdapat peningkatan dengan nilai ratarata 72,09, lanjut pada siklus II hasil belajarnya mengalami peningkatan yang cukup signifikan yaitu dengan nilai rata-rata 85,02. Dari hasil belajar tersebut, 76 77 penggunaan metode belajar make a match pada materi Sifat wajib dan mustahil bagi Allah dapat dikatakan berhasil. B. Saran-saran Berdasarkan hasil penelitian, maka ada beberapa saran yang harus dipergunakan sebagai bahan pertimbangan, antara lain: 1. Kualitas pembelajaran Aqidah Akhlak di Sekolah Menengah Pertama khususnya di kelas VII perlu ditingkatkan lagi untuk menambah minat belajar dan meningkatkan hasil belajar siswa. 2. Profesionalitas guru PAI perlu ditingkatkan lagi melalui berbagai training yang diselenggarakan di sekolah ataupun di luar sekolah agar pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki oleh guru PAI terus bertambah dan berkembang mengikuti majunya dunia pendidikan. Sehingga dalam proses pembelajaran PAI guru mampu mengaktualisasikan situasi pembelajaran agar lebih efektif dan efesien. 78 DAFTAR PUSTAKA Anwar, Rosihon, Akidah Akhlak, Bandung: CV Pustaka Setia, 2008. Arikunto, Suharsimin, et al, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Bumi Aksara, 2006. Djamarah, Syaiful Bahri, dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002. Ghazali, Al, Ihya Ulumuddin,III, Beirut: Daar al-Fikr,tt. Gunawan, Heri, Kurikulum dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Bandung: Alfabeta, 2013 Hamalik, Oemar, Proses Belajar Mengajar, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2008. Hamdani, Strategi Belajar Mengajar, Bandung: CV. Pustaka Setia, 2011. Hidayat, Sholeh, Pengembangan Kurikulum Baru, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2013. Huda, Miftahul, Model-model Pengajaran dan Pembelajaran, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014. Kosasih, Strategi Belajar dan Pembelajaran Implementasi Kurikulum, Bandung: Yrama Widya, 2014. Kurniawan, Deni, Pembelajaran Terpadu Tematik Teori, Praktik dan Penilaian, Bandung: Alfabeta, 2014. Kusumah, Wijaya dan Dedi Dwitagama, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Indeks Penerbit, 2012 Lie, Anita, Cooperative Learning Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruangruang Kelas, Jakarta: Grasindo, 2010. Moleong, Lexy J, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009. Mulyasa, H. E., Praktik Penelitian Tindakan Kelas, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2012. 79 Prawiro, Teguh, Akidah Akhlak Kelas VII Madrasah Tsanawiyah, Jakarta: Yudishtira, 2011. Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014. Ramayulis, Metodologi Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2001. Silberman, Mel, Active Learning : 101 Strategi Pembelajaran Aktif, Yogyakarta: Pustaka Insan Madani, 2002. Slameto, Belajar & Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta: Rineka Cipta, 2010. Sobur, Alex, Psikologi Umum, Bandung: CV Pustaka Setia, 2003. Somadayo, Samsu, Penelitian Tindakan Kelas, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013. Sudjana, Nana, Penelitian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1999. _____________, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2011. Supardi, et al, Perencanaan Sistem Pembelajaran, Ciputat: haja Mandiri, 2011. Susanto, Ahmad, Teori Belajar & Pembelajaran di Sekolah dasar, Jakarta: Kencana, 2013. Syah, Muhibin, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005. Tafsir, Ahmad, Metodologi Pengajaran Agama Islam, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011. Tarbiyah, Fakultas dan Keguruan, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, IAIN SMH Banten, Serang: 2013 Thobroni, Muhammad, dan Arif Mustofa, Belajar & Pembelajaran Pengembangan Wacana dan Praktik Pembelajaran Dalam Pembangunan Nasional, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2013. Tim Penyusun Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Jakarta: FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013. Uno, Hamzah B, et al , Menjadi Peneliti PTK yang Profesional, Jakarta: Bumi Aksara, 2011. Usman, Moh. Uzer, Menjadi Guru Profesional, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006. 80 Winkel, W.S, Psikologi Pengajaran, Yogyakarta: Media Abadi, 2004. LAMPIRAN - LAMPIRAN Lampiran 1 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Nama Sekolah Mata Pelajaran Kelas /Semester Pertemuan Ke Materi Pokok Alokasi Waktu : SMPS Islam Nurul Hikmah : Aqidah Akhlak : VII (Tujuh) / I : 1 (satu) : Sifat wajib dan mustahil bagi Allah : 2 x 40 menit A. Kompetensi Inti KI.1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya KI.2.Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin,tanggungjawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya KI.3. Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata KI.4. Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi Dasar 1.1. Meyakini sifat-sifat wajib Allah yang nafsiyah, salbiyah, ma’ani, dan ma’nawiyah, sifat-sifat mustahil serta sifat jaiz Allah SWT Indikator 2.1. 3.1. 4.1. Menampilkan perilaku mengimani sifat-sifat Allah Mengidentifikasi sifat-sifat wajib Allah yang nafsiyah, salbiyah, ma’ani dan ma’nawiyah beserta bukti / dalil naqli dan aqlinya, sifat-sifat mustahil dan jaiz bagi Allah SWT. Menyajikan contoh fenomenafenomena kehidupan yang muncul sebagai bukti dari sifat wajib, mustahil dan jaiz bagi Allah SWT. 1. Menjelaskan pengertian sifat wajib dan mustahil bagi Allah 2. Menyebutkan macam-macam sifat wajib, mustahil dan jaiz bagi Allah 1. Menunjukkan perilaku orang yang mempercayai sifat wajib, mustahil dan jaiz bagi Allah. C. Tujuan Pembelajaran Melalui metode pendekatan scientific peserta didik mampu : 1. Menjelaskan pengertian sifat wajib dan mustahil bagi Allah 2. Menyebutkan macam-macam sifat wajib, mustahil dan jaiz bagi Allah 3. Memberikan contoh perilaku orang yang mempercayai sifat wajib, mustahil dan jaiz bagi Allah D. Materi Pembelajaran Sifat wajib dan mustahil dan bagi Allah Perilaku orang yang mempercayai sifat wajib, mustahil dan jaiz bagi Allah E. Metode dan Strategi Pembelajaran 1. Ceramah 2. Make a Match 3. Diskusi F. Alat dan Sumber Belajar Buku Paket Akidah Akhlak kelas VII Mts, Teguh Prawiro, M. Ag, Jakarta : Yudhistira, 2011 Kartu berpasangan Al-Qur’an Spidol G. Langkah-langkah Pembelajaran No Kegiatan 1 2 Pendahuluan a. Membuka pelajaran dengan mengucapkan salam dan membaca do’a belajar yang dipimpin oleh ketua kelas b. Bertegur sapa c. Mengajukan pertanyaan secara komunikatif berkaitan dengan materi pelajaran d. Menyampaikan kompetensi dasar dan tujuan yang akan dicapai e. Menyampaikan tahapan kegiatan pembelajaran Kegiatan Inti a. Mengamati Guru menyampaikan tema dan tujuan pembelajaran tentang sifat wajib dan mustahil bagi Allah Guru mengajak siswa mengamati dan memperhatikan materi tentang sifat wajib dan mustahil bagi Allah b. Menanya Guru mengajak siswa berkomentar dan bertanya tentang sifat-sifat wajib dan mustahil bagi Allah dan kita harus mempercayainya c. Mengeksplorasi Guru mengajak siswa membuka cakrawala fikirannya dengan membaca ringkasan materi tentang Sifat wajib dan mustahil bagi Allah d. Mengasosiasi Siswa dibagi ke dalam 2 kelompok secara acak, yakni kelompok orange dan Waktu 10 Menit 60 Menit e. kelompok biru. Kedua kelompok diminta untuk saling berhadapan. Guru membagikan beberapa kartu orange yang berisikan nama-nama malaikat dan kartu biru yang berisikan tugas-tugas malaikat Guru menyampaikan kepada siswa bahwa mereka harus mencari / mencocokkan kartu yang dipegang dengan kartu kelompok lain. Guru juga perlu menyampaikan batasan maksimum waktu yang ia berikan kepada mereka Guru meminta semua anggota kelompok orange untuk mencari pasangannya di kelompok biru. Jika mereka sudah menemukan pasangannya masingmasing, guru meminta mereka melaporkan diri kepadanya kemudian guru mencatat pada kertas yang sudah dipersiapkan. Jika waktu sudah habis, siswa yang belum menemukan pasangan diminta untuk berkumpul sendiri. Mengkomunikasikan Guru memanggil satu pasangan untuk presentasi. Pasangan lain dan siswa yang tidak mendapat pasangan memperhatikan dan memberikan tanggapan apakah pasangan itu cocok atau tidak. Guru memberikan konfirmasi tentang kebenaran dan kecocokkan pertanyaan dan jawaban dari pasangan yang memberikan presentasi. Guru memanggil pasangan berikutnya, begitu seterusnya sampai seluruh pasangan melakukan presentasi. 3 Penutup a. Di bawah bimbingan guru, peserta didik menyimpulkan materi pembelajaran b. Mengadakan evaluasi (tes) tentang materi sifat wajib dan mustahil bagi Allah c. Melakukan kegiatan tindak lanjut dengan memberikan tugas secara untuk membuat macam-macam sifat wajib dan mustahil bagi Allah dalam bentuk mind map d. Bersama-sama menutup pelajaran dengan berdo’a 10 Menit H. Penilaian Penilaian N o Teknik Waktu Bentuk Instrumen Sampel Instrumen Aspek Penilaian 1. Pengamatan Sikap a) Terlibat aktif dalam pembelajaran b) Bekerjasama dalam kegiatan kelompok Selama pembelajaran dan saat diskusi Non tes: 1. Tugas 2.Observasi - Tugas Mengumpulkan data (gambar, berita, artikel) tentang pengalaman yang mempercayai sifatsifat wajib dan mustahil bagi Allah - Observasi Mengamati Keaktifan siswa selama presentasi ke depan dan Tanya jawab 2. Pengetahuan a) Menyebutkan kembali sifatsifat wajib dan mustahil bagi Pengamatan dan tes Penyelesaian Soal tes Tes tertulis 1. Apa yang dimaksud dengan sifat wajib dan mustahil bagi Allah ? Allah b) Menunjukkan kembali perilaku orang yang mempercayai sifat-sifat wajib dan mustahil bagi Allah 3. Keterampilan Terampil menerapkan 2. Ada berapa macam sifat wajib Allah dan sifat mustahil Allah ? 3. Tuliskan 5 sifat wajib Allah beserta artinya ! 4. Tuliskan 5 sifat mustahil bagi allah beserta artinya! 5. Allah bersifat Qidam, mustahil Allah bersifat ? 6. Allah bersifat mukhalafatul lilhawaditsi yang artinya ? 7. Allah mustahil bersifat karohah, karena Allah bersifat ? 8. Allah mustahil bersifat fana, yang artinya ? 9. Tuliskan 1 bukti bahwa Allah memiliki sifat Qudroh ! 10. Tuliskan 2 contoh perilaku orang yang percaya bahwa Allah Bersifat wujud ! Pengamatan Penyelesaian tugas kelompok tugas: Tugas kelompok Memaparkan hasil pengamatan tentang hasil konsep/prinsip dan menjalani kehidupan yang sesuai dengan ajaran Agama Islam Mengetahui Kepala SMPS Islam Nurul Hikmah Abdul Halim Soepomo, S.Pd.I yang diraih bagi orangorang yang mempercayai sifat-sifat wajib dan mustahil bagi Allah Legok, 21 Januari 2016 Guru Bidang Studi Nana Supriatna, S.Pd..I Lampiran 2 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Nama Sekolah Mata Pelajaran Kelas /Semester Pertemuan Ke Materi Pokok Alokasi Waktu : SMPS Islam Nurul Hikmah : Aqidah Akhlak : VII (Tujuh) / I : 2 (Dua) : Sifat wajib dan mustahil bagi Allah : 2 x 40 menit A. Kompetensi Inti KI.1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya KI.2. Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin,tanggung jawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya KI.3. Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata KI.4. Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi Dasar Meyakini sifat-sifat wajib Allah yang nafsiyah, salbiyah, ma’ani, dan ma’nawiyah, sifat-sifat mustahil serta sifat jaiz Allah SWT 2.1. Menampilkan perilaku mengimani sifat-sifat Allah 3.1. Mengidentifikasi sifat-sifat wajib Allah yang nafsiyah, salbiyah, ma’ani dan ma’nawiyah beserta bukti / dalil naqli dan aqlinya, sifat-sifat mustahil dan jaiz bagi Allah SWT. Indikator 1.1. Menjelaskan pengertian sifat nafsiyah, salbiyah, ma’ani dan ma’nawiyah 2. Membagi sifat wajib Allah ke dalam sifat nafsiyah, salbiyah, 1. ma’ani dan ma’nawiyah 3. Menjelaskan pengertian sifat jaiz bagi Allah 4.1. Menyajikan contoh fenomena- 1. fenomena kehidupan yang muncul sebagai bukti dari sifat wajib, mustahil dan jaiz bagi Allah SWT. Menunjukkan perilaku orang yang mempercayai sifat-sifat wajib, mustahil dan jaiz bagi Allah C. Tujuan Pembelajaran Melalui metode pendekatan scientific peserta didik mampu : 1. Menjelaskan pengertian sifat nafsiyah, salbiyah, ma’ani dan ma’nawiyah 2. Membagi sifat wajib Allah ke dalam sifat nafsiyah, salbiyah, ma’ani dan ma’nawiyah 3. Menjelaskan pengertian sifat jaiz bagi Allah 4. Menunjukkan perilaku orang yang mempercayai sifat-sifat wajib, mustahil dan jaiz bagi Allah D. Materi Pembelajaran Pembagian sifat-sifat wajib bagi Allah (sifat nafsiyah, salbiyah, ma’ani, ma’nawiyah) Pengertian sifat jaiz bagi Allah E. Metode dan Strategi Pembelajaran 1. Ceramah 2. Make a Match 3. Diskusi F. Alat dan Sumber Belajar Buku Paket Akidah Akhlak kelas VII Mts, Teguh Prawiro, M. Ag, Jakarta : Yudhistira, 2011 Kartu berpasangan Al-Qur’an Spidol G. Langkah-langkah Pembelajaran Waktu No Kegiatan 1 Pendahuluan a. Membuka pelajaran dengan mengucapkan salam dan membaca do’a belajar yang dipimpin oleh ketua kelas b. Bertegur sapa c. Mengajukan pertanyaan secara komunikatif berkaitan dengan materi pelajaran 10 Menit 2 d. Menyampaikan kompetensi dasar dan tujuan yang akan dicapai e. Menyampaikan tahapan kegiatan pembelajaran Kegiatan Inti a. Mengamati Guru menyampaikan tema dan tujuan pembelajaran tentang sifat wajib dan mustahil bagi Allah Guru mengajak siswa mengamati dan memperhatikan materi tentang sifat wajib dan mustahil bagi Allah b. Menanya Guru mengajak siswa berkomentar dan bertanya tentang sifat wajib dan mustahil bgai Allah dan kita harus mempercayainya c. Mengeksplorasi Guru mengajak siswa membuka cakrawala fikirannya dengan membaca ringkasan materi tentang sifat wajib dan mustahil bagi Allah d. Mengasosiasi Siswa dibagi ke dalam 2 kelompok secara acak, yakni kelompok A dan kelompok B. Guru membagikan beberapa kartu yang berisikan pertanyaan dan jawaban. Kartu-kartu tersebut kemudian dicampur dan dikocok beberapa kali sampai benar-benar tercampur kemudian dibagikan kepada setiap siswa secara acak. Guru menyampaikan kepada siswa bahwa mereka harus mencari / mencocokkan kartu yang dipegang dengan kartu kelompok lain. Guru juga perlu menyampaikan batasan maksimum waktu yang ia berikan kepada mereka Guru meminta semua siswa untuk pergi ke lapangan sekolah sambil membawa kartu yang tadi sudah dibagikan. Guru meminta semua anggota kelompok untuk mencari pasangannya. Jika mereka sudah menemukan pasangannya masing-masing, guru meminta mereka melaporkan diri kepadanya kemudian guru mencatat pada kertas yang sudah 60 Menit 3 dipersiapkan. Jika waktu sudah habis, siswa yang belum menemukan pasangan diminta untuk berkumpul sendiri. e. Mengkomunikasikan Guru memanggil satu pasangan untuk presentasi. Pasangan lain dan siswa yang tidak mendapat pasangan memperhatikan dan memberikan tanggapan apakah pasangan itu cocok atau tidak. Guru memberikan konfirmasi tentang kebenaran dan kecocokkan pertanyaan dan jawaban dari pasangan yang memberikan presentasi. Guru memanggil pasangan berikutnya, begitu seterusnya sampai seluruh pasangan melakukan presentasi. Penutup a. Di bawah bimbingan guru, peserta didik menyimpulkan materi pembelajaran b. Mengadakan evaluasi (tes) tentang materi sifat wajib dan mustahil bagi Allah c. Melakukan kegiatan tindak lanjut dengan memberikan tugas secara kelompok untuk membuat macam-macam sifat wajib, mustahil dan wajib bagi Allah dalam bentuk mind map d. Bersama-sama menutup pelajaran dengan berdo’a 10 Menit H. Penilaian Penilaian No Teknik Aspek Penilaian 1. Sikap a) Terlibat aktif dalam pembelajaran b) Bekerjasama dalam kegiatan kelompok Waktu Bentuk Instrumen Pengamatan Selama Non tes: pembelajaran 1. Tugas dan saat 2. Observasi diskusi Sampel Instrumen - Tugas Membuat mind map tentang pembagian sifat-sifat Allah - Observasi Mengamati Keaktifan siswa selama presentasi ke depan dan Tanya jawab 2. Pengetahuan a) Menyebutkan kembali sifat-sifat wajib dan mustahil bagi Allah b) Menyebutkan kembali pembagian sifat-sifat wajib bagi Allah Pengamatan Penyelesaian dan tes Soal tes Tes tertulis 3. Keterampilan Terampil menerapkan konsep/prinsip dan menjalani kehidupan yang sesuai dengan Pengamatan Penyelesaian tugas kelompok tugas: Tugas kelompok 1. Allah bersifat qiyamuhu binafsihi, mustahil Allah bersifat ? 2. Allah bersifat sami’an yang artinya ? 3. Allah mustahil bersifat mautun, karena Allah bersifat ? 4. Allah mustahil bersifat ‘adam yang artinya ? 5. Allah mustahil bersifat jahlun yang artinya ? 6. Ada berapa sifat wajib Allah yang nafsiyah ? sebutkan! 7. Ada berapa sifat wajib Allah yang salbiyah ? sebutkan! 8. Ada berapa sifat wajib Allah yang ma’ani ? sebutkan ! 9. Ada berapa sifat wajib Allah yang ma’nawiyah ? sebutkan ! 10. Tuliskan 1 contoh bahwa Allah bersifat jaiz ! Memaparkan hasil pengamatan tentang hasil yang diraih bagi orangorang yang mempercayai sifat wajib dan mustahil ajaran Agama Islam Mengetahui Kepala SMPS Islam Nurul Hikmah Abdul Halim Soepomo, S.Pd.I bagi Allah Legok, 28 Januari 2016 Guru Bidang Studi Nana Supriatna, S.Pd.I Lampiran 3 Tabel 4.1 Hasil Observasi Siswa Pra Siklus Hasil Pengamatan No Sangat Aspek yang diamati Kurang Cukup Baik Baik 1. Siswa berperan aktif dalam pembelajaran 2. Siswa memahami pembelajaran yang disampaikan oleh guru 3. Siswa dapat menjawab pertanyaan yang disampaikan kepadanya melalui Tanya jawab 4. Siswa aktif dalam mengajukan pertanyaan Tangerang, 18 Oktober 2016 Peneliti Ganda Putra Lampiran 4 Tabel 4.2 Hasil Belajar Siswa Pra Siklus No KKM Nilai Keterangan Alya Sucinda Dewi 75 76 Tuntas 2. Anti Nur Intan 75 62 Tidak Tuntas 3. Dadi Wahyudi 75 32 Tidak Tuntas 4. Dava Haiqal 75 38 Tidak Tuntas 5. Defri Setiawan 75 76 Tuntas 6. Fathul Korib 75 56 Tidak Tuntas 7. Hening Tyas 75 54 Tidak Tuntas 8. Mega Rani 75 48 Tidak Tuntas 9. M. Elgy Capricorn 75 60 Tidak Tuntas 10. M. Ghofur 75 62 Tidak Tuntas 11. M. Harsya Wisudawan 75 66 Tidak Tuntas 12. Mutiara Santi Anggraeni 75 84 Tuntas 13. M. Rafly Widjaya 75 90 Tuntas 14. Ogest Davina Nathasha 75 64 Tidak Tuntas 15. Rafial Shiddiq Fatiha 75 62 Tidak Tuntas 16. Rama Ichtarom 75 56 Tidak Tuntas 17. Salma Septania Putrizal 75 32 Tidak Tuntas 18. Siti Ulfatul Farihah 75 76 Tuntas 1. Nama 19. Surya Arifin Ilham 75 74 Tidak Tuntas 20. Syahrul Fahmi Al Farizi 75 80 Tuntas 21. Zian Family Suherman 75 34 Tidak Tuntas 22. M. Fauzan Ramadhan 75 76 Tuntas 23. Dewi Nurliana 75 48 Tidak Tuntas 24. Ugi Astriya 75 74 Tidak Tuntas Jumlah Nilai 1480 Nilai Rata-rata 61,66 Presentase Ketuntasan Belajar 29,1% Presentase Ketidaktuntasan Belajar 70,9% Tangerang, 18 Oktober 2016 Guru MAPEL Aqidah Akhlak Wahyu Mardeni, S.Pd.I Lampiran 5 Tabel 4.3 Hasil Observasi Guru Siklus 1 Hasil Pengamatan No Aspek yang diamati Kurang 1. Kegiatan Awal a. Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam b. Guru mengajak berdoa sebelum belajar c. Guru mengabsensi siswa d. Guru memberikan apersepsi e. Guru memberikan motivasi f. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran 2. Kegiatan Inti a. Guru menjelaskan materi tentang sifat wajib dan mustahil bagi Allah. b. Guru menggunakan metode make a match. c. Guru membimbing siswa dalam Cukup Baik Sangat Baik proses belajar d. Guru menggunakan bahasa yang jelasdanmudah dipahami 3. Kegiatan Penutup a. Guru menyimpulkan materi b. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya. c. Guru bersama-samamengajak berdo’a setelah belajar d. Guru memberi salam Tangerang, 24 Januari 2017 Guru MAPEL Aqidah Akhlak Wahyu Mardeni, S.Pd.I Lampiran 6 Tabel 4.4 Hasil Observasi Siswa Siklus 1 Hasil Pengamatan No Aspek yang diamati Sangat Kurang 1. Cukup Baik Baik Siswa berperan aktif dalam pembelajaran 2. Siswa memahami pembelajaran yang disampaikan oleh guru 3. Siswa dapat menjawab pertanyaan yang disampaikan kepadanya melalui kartu berpasangan 4. Siswa aktif dalam mengajukan pertanyaan Tangerang, 24 Januari 2017 Guru MAPEL Aqidah Akhlak Wahyu Mardeni, S.Pd.I Lampiran 7 Tabel 4.5 Hasil Belajar Siswa Siklus I No Nama KKM Nilai Keterangan 1. Alya Sucinda Dewi 75 90 Tuntas 2. Anti Nur Intan 75 60 Tidak Tuntas 3. Dadi Wahyudi 75 65 Tidak Tuntas 4. Dava Haiqal 75 65 Tidak Tuntas 5. Defri Setiawan 75 95 Tuntas 6. Fathul Korib 75 60 Tidak Tuntas 7. Hening Tyas 75 75 Tuntas 8. Mega Rani 75 45 Tidak Tuntas 9. M. Elgy Capricorn 75 90 Tuntas 10. M. Ghofur 75 85 Tuntas 11. M. Harsya Wisudawan 75 75 Tuntas 12. Mutiara Santi Anggraeni 75 95 Tuntas 13. M. Rafly Widjaya 75 60 Tidak Tuntas 14. Ogest Davina Nathasha 75 90 Tuntas 15. Rafial Shiddiq Fatiha 75 95 Tuntas 16. Rama Ichtarom 75 90 Tuntas 17. Salma Septania Putrizal 75 50 Tidak Tuntas 18. Siti Ulfatul Farihah 75 75 Tuntas 19. Surya Arifin Ilham 75 60 Tidak Tuntas 20. Syahrul Fahmi Al Farizi 75 75 Tuntas 21 Zian Family Suherman 75 50 Tidak Tuntas 22. M. Fauzan Ramadhan 75 95 Tuntas 23. Dewi Nurliana 75 30 Tidak Tuntas 24. Ugi Astriya 75 60 Tidak Tuntas Jumlah Nilai 1730 Nilai Rata-rata 72,09 Presentase Ketuntasan Belajar 54,1 % Presentase Ketidaktuntasan Belajar 45,8 % Keterangan: Nilai rata-rata siswa = Jumlah nilai = 1730 = 72,09 Jumlah siswa 24 Presentase Ketuntasan = Jumlah Siswa Tuntas = 13 x 100% = 54,2 % Jumlah Siswa 24 PresentaseKetidaktuntasan = Jumlah Siswa Belum Tuntas= 11x100% =45,8% JumlahSiswa 24 Tangerang, 24 Januari 2017 Peneliti Ganda Putra Lampiran 8 Tabel 4.6 Hasil Observasi Guru Siklus II Hasil Pengamatan No Aspek yang diamati Sangat Kurang Cukup Baik Baik 1. Kegiatan Awal a. Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam b. Guru mengajak berdoa sebelum belajar c. Guru mengabsensi siswa d. Guru memberikan apersepsi e. Guru memberikan motivasi f. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran 2. Kegiatan Inti a. Guru menjelaskan materi tentang sifat wajib dan mustahil bagi Allah. b. Guru menggunakan metode make a match. c. Guru membimbing siswa dalam proses belajar d. Guru menggunakan bahasa yang jelasdanmudah dipahami 3. Kegiatan Penutup a. Guru menyimpulkan materi b. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya. c. Guru bersama-samamengajak berdo’a setelah belajar d. Guru memberi salam Tangerang, 30 Januari 2017 Guru MAPEL Aqidah Akhlak Wahyu Mardeni, S.Pd.I Lampiran 9 Tabel 4.7 Hasil Observasi Siswa Siklus II Hasil Pengamatan No Aspek yang diamati Sangat Kurang Cukup Baik Baik 1. Siswa berperan aktif dalam pembelajaran 2. Siswa memahami pembelajaran yang disampaikan oleh guru 3. Siswa dapat menjawab pertanyaan yang disampaikan kepadanya melalui kartuberpasangan 4. Siswa aktif dalam mengajukan pertanyaan Tangerang, 30 Januari 2017 Guru MAPEL Aqidah Akhlak Wahyu Mardeni, S.Pd.I Lampiran 10 Tabel 4.8 Hasil Belajar Siswa Siklus II No Nama KKM Nilai Keterangan 1. Alya Sucinda Dewi 70 100 Tuntas 2. Anti Nur Intan 70 60 Tidak Tuntas 3. Dadi Wahyudi 70 75 Tuntas 4. Dava Haiqal 70 80 Tuntas 5. Defri Setiawan 70 100 Tuntas 6. Fathul Korib 70 80 Tuntas 7. Hening Tyas 70 90 Tuntas 8. Mega Rani 70 60 Tidak Tuntas 9. M. Elgy Capricorn 70 100 Tuntas 10. M. Ghofur 70 95 Tuntas 11. M. Harsya Wisudawan 70 90 Tuntas 12. Mutiara Santi Anggraeni 70 100 Tuntas 13. M. Rafly Widjaya 70 80 Tuntas 14. Ogest Davina Nathasha 70 100 Tuntas 15. Rafial Shiddiq Fatiha 70 100 Tuntas 16. Rama Ichtarom 70 100 Tuntas 17. Salma Septania Putrizal 70 75 Tuntas 18. Siti Ulfatul Farihah 70 80 Tuntas 19. Surya Arifin Ilham 70 80 Tuntas 20. Syahrul Fahmi Al Farizi 70 80 Tuntas 21. Zian Family Suherman 70 75 Tuntas 22. M. Fauzan Ramadhan 70 100 Tuntas 23. Dewi Nurliana 70 65 Tidak Tuntas 24. Ugi Astriya 70 80 Tuntas Jumlah Nilai 2045 Nilai Rata-rata 85,2 Presentase Ketuntasan Belajar 87,5 % Presentase Ketidaktuntasan Belajar 12,5 % Keterangan: Nilai rata-rata siswa = Jumlah nilai = 2045 = 85,2 Jumlah siswa 24 Presentase Ketuntasan =JumlahSiswaTuntas = 21 x 100% = 87,5 % Jumlah Siswa 24 Presentase Ketidaktuntasan = Jumlah Siswa Tidak Tuntas= 3 x100% = 12,5 % JumlahSiswa 24 Tangerang, 30 Januari 2017 Peneliti Ganda Putra Lampiran 11 Tabel 4.9 Hasil Belajar Siswa Pra Siklus, Siklus 1 dan Siklus II No Hasil Belajar Siswa Pra Siklus Siklus I Siklus II 61,66 72,09 85,2 1. Nilai rata-rata siswa 2. Jumlah siswa yang tuntas 7 13 21 3. Jumlah siswa yang tidak tuntas 17 11 3 Tangerang, 30 Januari 2017 Peneliti Ganda Putra KEMENTERIAN AGAMA UIN JAKARTA FITK : FITK-FR-AKD-082 : l Maret 2010 Tgl. Terbit FORM (FR) No. Dokumen No. Revisi: : Hal Jl. lt. H. Juanda llo 95 Ciputat 15412 tndonesa 01 111 PENELITIAN Jakarta, Nomor : Un.01/F.1 |KM.O1.31........12012 Lamp.'. Outline/ProPosal : Permohonan lzin Penelitian 2012 Hal Kepada Yth. Kepala Sekolah SMPS lslam Nurul Hikmah H. Abdul Halim SuPomo S. Pd di Tempat Assalamu'alaikum wr.wb. Dengan hormat kami sampaikan bahwa, Nama : Ganda Putra NIM :1110011000053 Jurusan : Pendidikan Agama lslam Semester : Xlll (Tiga Belas) : Upaya Peningkatan Hasil Balajar Siswa Pada Mata Pelajaran Akidah Akhiak Materi Sifat Wajib dan Mustahil Bagi Allah dengan Menggunakan Judul Skripsi Metode "Make a Match" adalah benar mahasiswa/i Fakultas llmu Tarbiyah dan'Keguruan ulN Jakarta yang sedang menyusun skripsi, dan akan mengadakan penelitian (riset) di instansi/sekolah/madrasah yang Saudara pimpin. untuk itu kami mohon saudara dapat mengizinkan mahasiswa melaksanakan peneiitian dimaksud. Atas perhatian dan kerja sama Saudara, kami ucapkan terima kasilt. wassatamu'ataikufit wr.wb. a.n. Dekan Kajur Dr. H. NIP. 1 Dekan FITK Pembantu Dekan Bidang Akademik Mahasiswa yang bersangkutan 1. 2. Agama Islam id Khon, M.Ag 198703 1 005 tersebut Lampiran 12 Foto-foto kegiatan Metode Pembelajaran Make a Match