Immanuel Jurnal Ilmu Kesehatan Volume 10, Nomor 2, Desember 2016 ISSN 1410-234X Manfaat Pemberian ASI dan Upaya Peningkatannya Imelda Martina Gloria Sianipar1 1 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Immanuel Bandung Abstrak Sampai saat ini, Air Susu Ibu masih merupakan gizi terbaik bagi bayi karena komposisi zat-zat gizi didalamnya mampu menjamin pertumbuhan dan perkembangan yang optimal. ASI juga mengandung zat untuk perkembangan kecerdasan, zat kekebalan dan dapat menjalin hubungan cinta kasih antara bayi dengan ibu. Tidak hanya manfaat pada bayi, pemberian ASI juga bermanfaat dalam memelihara kesehatan ibu dan juga sebagai alat kontrasepsi. Ada cukup bukti epidemiologi yang mendukung dan merekomendasikan bahwa menyusui terbukti unggul dalam memberikan keuntungan kesehatan, keuangan, sosial dan psikologis. Para profesional kesehatan mempunyai peran yang sangat penting memanfaatkan informasi terkini dan keterampilan dalam memberikan upaya peningkatan ASI. Kata kunci: ASI, laktasi dan menyusui. 749 Immanuel Jurnal Ilmu Kesehatan Volume 10, Nomor 2, Desember 2016 ISSN 1410-234X Pendahuluan Inisiasi Menyusu Dini Program Pembangunan Nasional (PROPENAS) mengamanatkan bahwa pembangunan diarahkan pada meningkatnya mutu sumber daya manusia (SDM). Modal dasar pembentukan manusia berkualitas dimulai sejak bayi dalam kandungan disertai dengan pemberian ASI sejak usia dini dan pemberian ASI Eksklusif. Mengingat pentingnya pemberian ASI bagi tumbuh kembang yang optimal, pemerintah telah menetapkan dengan Kepmenkes RI No. 450/ MENKES/ IV/ 2004 tentang pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara ekslusif pada bayi Indonesia. Pemerintah juga mendukung kebijakan WHO yang merekomendasikan inisiasi menyusu dini sebagai tindakan ‘penyelamatan kehidupan’, karena inisiasi menyusu dini dapat menyelamatkan 22 persen dari bayi yang meninggal sebelum usia 1 bulan. Menyusui satu jam pertama kehidupan yang diawali dengan kontak kulit antara ibu dan bayi dinyatakan sebagai indikator global.1 Tenaga kesehatan mempunyai peranan yang sangat istimewa di dalam penatalaksanaan pemberian ASI. Sebagian besar aspek penatalaksanaan kebidanan dari pemberian ASI adalah didasarkan atas pemahaman yang mendalam tentang ASI, baik dalam hal manfaat maupun upaya peningkatannya. Inisiasi menyusui dini adalah proses bayi menyusu segera setelah dilahirkan, di mana bayi dibiarkan mencari puting susu ibunya sendiri (tidak disodorkan ke puting susu). 14 hari pertama setelah melahirkan sangat penting untuk kesuksesan dalam menyusui, karena menyusui pada awal kelahiran, merupakan momen pembelajaran intensif bagi ibu dan bayinya. Ibu harus mulai menyusui sesegera mungkin, sebaiknya selama satu jam pertama setelah melahirkan. Manfaat yang diberikan : kontak kulit-ke-kulit segera setelah lahir sangat penting dengan demikian ada interaksi ibu-bayi, menjaga kestabilisasian suhu bayi baru lahir, hisap awal payudara dapat mengurangi risiko perdarahan postpartum dengan dikeluarkannya ocytocin dan mengurangi risiko penyakit kuning. 1-3 Menyusui Secara Eksklusif Pada tahun 1991, Organisasi Kesehatan Dunia menetapkan defenisi ASI Eksklusif yang telah digunakan di seluruh dunia. Kategori menyusui yang diakui secara internasional adalah Ibu memberikan bayi hanya ASI, tanpa makanan lain, kecuali dari tetes atau sirup yang mengandung vitamin, suplemen mineral atau obat; selama waktu 6 bulan. Studi etnografi menunjukkan bahwa bayi dulu (tradisional) menyusui selama 3 atau 4 tahun. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) 750 Immanuel Jurnal Ilmu Kesehatan Volume 10, Nomor 2, Desember 2016 ISSN 1410-234X merekomendasikan menyusui eksklusif selama periode 4-6 bulan dan selanjutnya dapat menyusui sampai anak 2 tahun atau lebih. ASI masih merupakan sumber nutrisi penting untuk bayi di tahun kedua kehidupan mereka, juga memberikan perlindungan terhadap penyakit menular.2, 4 membutuhkan volume susu atau kolosterum dalam jumlah yang besar segera setelah lahir, karena kebutuhan tersebut telah tersedia secara fisiologis.7 ASI matang adalah ASI yang dihasilkan 21 hari setelah melahirkan dengan volume bervariasi yaitu 300 – 850 ml/hari tergantung pada besarnya stimulasi saat laktasi. Kandungan ASI adalah zat gizi yang sangat sesuai dengan kebutuhan bayi dalam meningkatkan masa pertumbuhan dan perkembangan bayi serta meningkatkan daya tahan tubuh. Zat tersebut meliputi; vitamin, mineral, protein, lemak dan zat gizi lainnya.8-9 Komposisi ASI ASI terdiri dari berbagai komponen gizi dan non gizi. Komposisi ASI tidak sama selama periode menyusui, pada akhir menyusui kadar lemak 4-5 kali dan kadar protein 1,5 kali lebih tinggi daripada awal menyusui. Juga terjadi variasi dari hari ke hari selama periode laktasi. Kolostrum adalah cairan yang pertama kali keluar dari payudara, mengandung zat bergizi untuk bayi baru lahir dan melindunginya dari infeksi karena terdapat kandungan antibodi. Kolostrum dihasilkan sampai hari kedua atau ketiga.5-6 ASI transisi adalah ASI yang dihasilkan setelah kolostrum (820 hari) dimana kadar lemak dan laktosa lebih tinggi dan kadar protein, mineral lebih rendah. Bayi aterm yang tumbuh sehat lahir dengan cadangan glikogen yang baik dan kadar hormone antideuritik yang tinggi. Pada 24 jam pertama bayi mengkosumsi 7 ml susu pada setiap kali menyusui, pada 24 jam kedua kosumsi meningkat hingga 14 ml setiap kali menyusui. Oleh karena itu, bayi tidak Manfaat ASI:2 1. 2. 3. 751 Pelindung terhadap beberapa infeksi umum seperti : diare, infeksi saluran pernafasan akut, otitis media, infeksi neonatal beberapa dan infeksi lainnya2, 10 Melindungi bayi dari kematian akibat keterpaparan demografi, perubahan sosial ekonomi, makanan dan lingkungan yang buruk. Hasil meta-analisis, data dari 6 negara (Brazil, Filipina, Gambia, Ghana, Pakistan, dan Senegal) di 3 benua yang berbeda, mengungkapkan angka kematian yang terkait dengan penyakit menular 6 kali lebih tinggi pada bayi yang tidak diberikan ASI jika dibandingkan dengan bayi yang diberi ASI. Immanuel Jurnal Ilmu Kesehatan Volume 10, Nomor 2, Desember 2016 4. 5. 6. 7. Menyusui mencegah kematian dari hari-hari pertama kehidupan, seperti yang dibuktikan oleh sebuah studi multicenter Eropa terhadap mortalitas yang disebabkan oleh necrotizing enterocolitis. Bayi baru lahir dengan usia prematur yang tidak disusui atau yang minum susu formula, lebih tinggi mengalami resiko kematian akibat enterokolitis jika dibandingkan dengan bayi yang menerima ASI eksklusif.11 Metaanalisis dari 20 studi yang dilakukan, menunjukkan adanya korelasi dari kemampuan kognitif yang dimiliki anak dengan durasi menyusui. Menyusui juga memberikan kontribusi untuk kesehatan perempuan, memberikan perlindungan terhadap kanker payudara dan kanker ovarium, 98% efisien sebagai alat kontrasepsi dalam 6 bulan pertama setelah melahirkan dimana ibu terus amenorrheic. Keuntungan lain bagi ibu menyusui adalah bahwa mereka memiliki involusi uterus lebih cepat, dan akibatnya mengurangi perdarahan postpartum dan anemia.10 Aspek ekonomi sangat penting bagi keluarga miskin. Biaya bulanan rata-rata menurun. Ibu Menyusui Tertentu2 1. ISSN 1410-234X Dengan Tidak ada bukti bahwa menyusui meningkatkan risiko penularan virus ibu kepada bayi. Oleh karena itu, menyusui tidak kontra-indikasi untuk ibu HBsAg positif. Vaksin dan penggunaan imunoglobulin hepatitis B setelah melahirkan, cukup praktis untuk menghilangkan risiko penularan virus melalui ASI. The American Academy of Pediatrics Committee on Infectious Diseases merekomendasikan bahwa bayi yang lahir dari ibu yang HbsAg positif menerima dosis awal vaksin dan immunoglobulin (0,5 ml) selama 12 jam pertama kehidupan. Tidak perlu untuk menunda inisiasi menyusui sampai bayi diimunisasi. 2. Ibu dengan Positiv HIV Studi epidemiologis membuktikan bahwa virus HIV dapat ditularkan melalui ASI. Sebuah dokumen baru-baru ini dirilis oleh WHO, UNICEF dan UNAIDS merekomendasikan agar setiap wanita hamil diberi saran dan tes sukarela, perempuan yang terinfeksi dengan virus HIV diberitahu tentang risiko penularan melalui ASI sehingga mereka dapat membuat keputusan tentang bagaimana untuk memberi makan bayi. Di antara pilihan yang aman untuk menghindari penularan virus adalah pasteurisasi (pemanasan ASI pada 62,5 oC selama 30 menit). 3. Ibu yang menggunakan obat selama menyusui Penggunaan obat selama menyusui harus dihindari. Beberapa obat dapat dikeluarkan dalam ASI Kasus Ibu dengan hepatitis B 752 Immanuel Jurnal Ilmu Kesehatan Volume 10, Nomor 2, Desember 2016 ISSN 1410-234X • dalam jumlah yang cukup untuk menyebabkan efek merugikan pada bayi. The American Academy of Pediatrics Committee on Drugs mengelompokkan obat ke dalam kategori berikut, sesuai dengan risiko yang diakibatkan pada bayi: • Obat-obatan yang kontraindikasi selama menyusui – obat yang mengakibatkan toksisitas selama menyusui. Obat yang harus dihindari selama menyusui meliputi: amfetamin, bromocryptine, cyclophosphamide, cyclosporine, doxorubicin, ergotamine, phencyclidine, phenindione, lithium dan metrotexate, selain yang disebut narkoba (kokain, heroin dan ganja). • Obat yang harus hati-hati diresepkan untuk ibu menyusui, karena efek samping yang ditimbulkan pada bayi: - asam 5aminosalicillic, aspirin, clemastine, fenobarbital, primidone dan sulphazaladine. • Obat-obatan yang tidak diketahui efek pada ASI: anxiolytics, antidepresan, antipsikotik, kloramfenikol, metoclopramide, metronidazol dan tinidazol. • Obat-obatan yang kompatibel dengan menyusui. 4. Ibu menyusui dengan merokok Efek tembakau dapat mengganggu perkembangan anak • Tembakau dapat mempengaruhi produksi ASI 5. Ibu yang mengkonsumsi alkohol The American Academy of Pediatrics Committee on Drugs merekomendasikan bahwa konsumsi alkohol oleh ibu tidak boleh melebihi 0,5 g / kg / hari, setara dengan 225 g anggur atau 2 kaleng bir. Faktor Yang Produksi ASI Mempengaruhi Produksi ASI dapat meningkat atau menurun tergantung pada stimulasi pada kelenjar payudara terutama pada minggu pertama laktasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ASI antara lain : 1. Frekuensi Penyusuan Pada studi 32 ibu dengan bayi prematur disimpulkan bahwa produksi ASI akan optimal dengan pemompaan ASI lebih dari 5 kali per hari selama bulan pertama setelah melahirkan. Pemompaan dilakukan karena bayi prematur belum dapat menyusu. Studi lain yang dilakukan pada ibu dengan bayi cukup bulan menunjukkan bahwa frekuensi penyusuan 10 ± 3 kali perhari selama 2 minggu pertama setelah melahirkan berhubungan dengan produksi ASI yang cukup. Berdasarkan hal ini direkomendasikan penyusuan paling sedikit 8 kali perhari pada periode awal setelah melahirkan. Frekuensi penyusuan ini berkaitan dengan 753 Immanuel Jurnal Ilmu Kesehatan Volume 10, Nomor 2, Desember 2016 ISSN 1410-234X kemampuan stimulasi hormon dalam kelenjar payudara. 2. Berat Lahir Prentice (1984) mengamati hubungan berat lahir bayi dengan volume ASI. Hal ini berkaitan dengan kekuatan untuk mengisap, frekuensi, dan lama penyusuan disbanding bayi yang lebih besar. Berat bayi pada hari kedua dan usia 1 bulan sangat erat berhubungan dengan kekuatan mengisap yang mengakibatkan perbedaan intik yang besar dibanding bayi yang mendapat formula. De Carvalho (1982) menemukan hubungan positif berat lahir bayi dengan frekuensi dan lama menyusui selama 14 hari pertama setelah lahir. Bayi berat lahir rendah (BBLR) mempunyai kemampuan mengisap ASI yang lebih rendah dibanding bayi yang berat lahir normal (> 2500 gr). Kemampuan mengisap ASI yang lebih rendah ini meliputi frekuensi dan lama penyusuan yang lebih rendah dibanding bayi berat lahir normal yang akan mempengaruhi stimulasi hormone prolaktin dan oksitosin dalam memproduksi ASI. 3. Umur Kehamilan saat Melahirkan Umur kehamilan dan berat lahir mempengaruhi intik ASI. Hal ini disebabkan bayi yang lahir prematur (umur kehamilan kurang dari 34 minggu) sangat lemah dan tidak mampu mengisap secara efektif sehingga produksi ASI lebih rendah daripada bayi yang lahir tidak prematur. Lemahnya kemampuan mengisap pada bayi prematur dapat disebabkan berat badan yang rendah dan belum sempurnanya fungsi organ. 4. Umur dan Paritas Umur dan paritas tidak berhubungan atau kecil hubungannya dengan produksi ASI yang diukur sebagai intik bayi terhadap ASI. Ibu menyusui usia remaja dengan gizi baik, intik ASI mencukupi berdasarkan pengukuran pertumbuhan 22 bayi dari 25 bayi. Pada ibu yang melahirkan lebih dari satu kali, produksi ASI pada hari keempat setelah melahirkan lebih tinggi dibanding ibu yang melahirkan pertama kali, meskipun oleh Butte et al (1984) dan Dewey et al (1986) secara statistik tidak terdapat hubungan nyata antara paritas dengan intik ASI oleh bayi pada ibu yang gizi baik. 5. Stres dan Penyakit Akut Ibu yang cemas dan stres dapat mengganggu laktasi sehingga mempengaruhi produksi ASI karena menghambat pengeluaran ASI. Pengeluaran ASI akan berlangsung baik pada ibu yang merasa rileks dan nyaman. Studi lebih lanjut diperlukan untuk mengkaji dampak dari berbagai tipe stres ibu khususnya kecemasan dan tekanan darah terhadap produksi ASI. Penyakit infeksi baik yang kronik maupun akut yang mengganggu proses laktasi dapat mempengaruhi produksi ASI. 6. Konsumsi Rokok Merokok dapat mengurangi volume ASI karena akan mengganggu hormone prolaktin dan 754 Immanuel Jurnal Ilmu Kesehatan Volume 10, Nomor 2, Desember 2016 ISSN 1410-234X oksitosin untuk produksi ASI. Merokok akan menstimulasi pelepasan adrenalin dimana adrenalin akan menghambat pelepasan oksitosin. Studi Lyon,(1983); Matheson, (1989) menunjukkan adanya hubungan antara merokok dan penyapihan dini meskipun volume ASI tidak diukur secara langsung. Meskipun demikian pada studi ini dilaporkan bahwa prevalensi ibu perokok yang masih menyusui 6 – 12 minggu setelah melahirkan lebih sedikit daripada ibu yang tidak perokok dari kelompok sosial ekonomi sama, dan bayi dari ibu perokok mempunyai insiden sakit perut yang lebih tinggi. Anderson et al (1982) mengemukakan bahwa ibu yang merokok lebih dari 15 batang rokok/hari mempunyai prolaktin 3050% lebih rendah pada hari pertama dan hari ke 21 setelah melahirkan dibanding dengan yang tidak merokok. 7. Konsumsi Alkohol Meskipun minuman alkohol dosis rendah disatu sisi dapat membuat ibu merasa lebih rileks sehingga membantu proses pengeluaran ASI namun disisi lain etanol dapat menghambat produksi oksitosin. Kontraksi rahim saat penyusuan merupakan indikator produksi oksitosin. Pada dosis etanol 0,5-0,8 gr/kg berat badan ibu mengakibatkan kontraksi rahim hanya 62% dari normal, dan dosis 0,9-1,1 gr/kg mengakibatkan kontraksi rahim 32% dari normal (Matheson, 1989). 8. Pil Kontrasepsi Penggunaan pil kontrasepsi kombinasi estrogen dan progestin berkaitan dengan penurunan volume dan durasi ASI (Koetsawang, 1987 dan Lonerdal, 1986, sebaliknya bila pil hanya mengandung progestin maka tidak ada dampak terhadap volume ASI (WHO Task Force on Oral Contraceptives, 1988 dalam ACC/SCN, 1991). Berdasarkan hal ini WHO merekomendasikan pil progestin untuk ibu menyusui yang menggunakan pil kontrasepsi. Upaya Peningkatan Produksi Asi 4, 10 1. Dukungan dari dokter dan keluarga secara signifikan dapat mempengaruhi keputusan seorang ibu untuk menyusui. Dukungan yang diberikan selama prenatal, manajemen rumah sakit dan kunjungan anak dan ibu merupakan komponen penting dalam mempromosikan pemberian ASI oleh ibu. Praktek rumah sakit harus fokus pada praktek-praktek; rooming-in, menyusui seawal dan sesering mungkin, pendidikan kesehatan, menghindari pemberian susu dengan dot dan pemberian susu formula. 12 2. Menyusui sedini mungkin Suatu penelitian yang dilakukan pada tahun 1995 terhadap 11.422 bayi dari 427 Rumah Sakit untuk melihat keberhasilan asi eksklusif, dan hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian ASI pada 2 jam pertama kelahiran adalah faktor prognostik utama untuk menyusui secara eksklusif.13 3. Dukungan emosional 755 Immanuel Jurnal Ilmu Kesehatan Volume 10, Nomor 2, Desember 2016 ISSN 1410-234X Persiapan psikologis ibu untuk menyusui pada saat kehamilan sangat berarti, karena keputusan atau sikap yang positip harus sudah terjadi pada saat kehamilan atau bahkan jauh sebelumnya. Dukungan dari dokter/petugas kesehatan, teman atau kerabat dekat sangat dibutuhkan terutama pada ibu yang baru pertama hamil. Sikap ibu terhadap pemberian ASI dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain adat istiadat, kebiasaan dan kepercayaan tentang menyusui di daerah masing-masing. Pengalaman menyusui pada kelahiran anak sebelumnya, kebiasaan menyusui dalam keluarga, pengetahuan ibu dan keluarga tentang manfaat ASI juga sikap ibu terhadap kehamilannya (diinginkan/ tidak) berpengaruh terhadap keputusan ibu apakah ia mau menyusui atau tidak. Suatu penelitian yang dilakukan di Inggris terhadap 279 ibu-ibu yang baru melahirkan dengan tujuan untuk memprediksi apakah proses menyusui dapat bertahan selama 3 tahun. Penelitian dilakukan pada 1) Wanita muda dengan dukungan emosional yang buruk 2) wanita muda yang masih dalam tahap pendidikan. Ditemukan mereka tidak lagi memberikan ASI pada tiga bulan pertama kelahiran bayinya. Studi pragmatis ini menggambarkan bahwa wanita yang tidak mendapatkan dukungan sosial sangat berpengaruh terhadap kegagalan dalam pemberian ASI.14 Suatu penelitian yang dilakukan di ghana yang bertujuan untuk mengukur pengaruh konseling laktasi pada perilaku menyususi secara eksklusif. Subyek penelitian adalah ibu hamil dari klinik prenatal di 2 rumah sakit (1 pemerintah dan swasta 1). Ibu-ibu dibagi dalam 3 kelompok, kelompok intervensi pertama diberi konseling pre, peri dan pasca natal, sedangkan kelompok intervensi ke dua diberi konseling peri dan pasca natal, dan kelompok kontrol tidak diberikan konseling apapun. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa pengaruh konseling memberikan hasil yang signifikan terhadap pemberian asi secara ekslusif.14 4. Faktor psikologis ibu Beberapa faktor psikologis mampu meningkatkan produksi ASI seperti: Bila melihat bayi naluri keibuannya akan timbul, perasaan ibu yang memikirkan bayinya dengan penuh kasih sayang, mendengar bayinya menangis, mencium bayinya. Perasaan ini mengkibat naluri keibuan ini menghasilkan hormon yang akan bekerja pada payudara sehingga siap dalam mengeluarkan ASI. Penutup Menyusui secara eksklusif selama 6 bulan, terbukti unggul dalam memberikan keuntungan kesehatan, keuangan, sosial dan psikologis. Para profesional kesehatan mempunyai peran yang sangat penting dalam memberikan asuhan kepada ibu-ibu yang memiliki bayi. Dengan demikian, diharapkan 756 Immanuel Jurnal Ilmu Kesehatan Volume 10, Nomor 2, Desember 2016 ISSN 1410-234X pada tenaga kesehatan untuk memanfaatkan informasi terkini dan keterampilan bukan hanya menyangkut manajemen klinis laktasi tetapi juga teknik konseling. Dengan cara ini, tenaga kesehatan akan berkomitmen sebagai profesional kesehatan menjamin hak setiap anak untuk disusui sebagaimana ditetapkan oleh Statuta Hak Anak dan Remaja. Promosi dan dukungan menyusui harus menjadi prioritas tinggi untuk tenaga kesehatan dan keluarga. Tenaga kesehatan harus fokus pada masalah pemberian ASI yang sebaiknya diberikan pada masa prakonsepsi melalui kehamilan dan kelahiran bayi selanjutnya. 7. 8. 9. 10. 11. DAFTAR PUSTAKA 1. 2. 3. 4. 5. 6. Roesli U. Mengenal Asi Eksklusif. Jakarta: Trubus Agriwidya; 2000. Giugliani ERJ. Breast-feeding in the Clinical Practice. J Pediatr (Rio J). 2000;76. Yetti. Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Yogyakarta: Pustaka Rihama; 2010. Bridget A. Aidam RPr-EaAL. Lactation Counseling Increases Exclusive Breast-Feeding Rates in Ghana. The Journal of Nutrition. 2005:1691-5. Depkes. Pedoman Pelayanan Kebidanan Dasar. In: Depkes, editor. Jakarta1999. Neil WR. Panduan Lengkap Perawatan Kehamilan. Jakarta: Dian Rakyat; 2007. 12. 13. 14. 757 Fraser D. Myles Buku Ajar Bidan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2009. Gao X MR, Woo JG, Davidson BS, Morrow AL, Zhang Q. Temporal changes in milk proteomes reveal developing milk functions. J Proteome Res. 2012. Depkes RI DBDGM. Ibu Bekerja Tetap Memberikan ASI. Jakarta2002. Aguiar H SA. Breastfeeding: the importance of intervening. Acta Med Por. 2011:889-96. Kainonen E RS, Isolauri E. Immunological programming by breast milk creates an antiinflammatory cytokine milieu in breast-fed infants compared to formula-fed infants. Br J Nutr. 2012:1-9. Jay Moreland aJC. Promoting and Supporting Breast-Feeding. American Family Physician. 2000:2093-100. Mazur J M-KK. Determinants of newborn feeding in maternity hospital care. Part II: factors associated with exclusive breast feeding. 2000:604-10. Pat Hoddinott RP, Kerenza Hood. Identifying which Women will Stop Breast Feeding Before Three Months in Primary Care: A pragmatic study. British Journal of General Practice. 2000:888-91. Immanuel Jurnal Ilmu Kesehatan Volume 10, Nomor 2, Desember 2016 ISSN 1410-234X 758