Manfaat Pemberian ASI dan Upaya Peningkatannya Imelda Martina

advertisement
Immanuel
Jurnal Ilmu Kesehatan
Volume 10, Nomor 2, Desember 2016
ISSN 1410-234X
Manfaat Pemberian ASI dan Upaya Peningkatannya
Imelda Martina Gloria Sianipar1
1
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Immanuel Bandung
Abstrak
Sampai saat ini, Air Susu Ibu masih merupakan gizi terbaik bagi bayi karena komposisi zat-zat
gizi didalamnya mampu menjamin pertumbuhan dan perkembangan yang optimal. ASI juga
mengandung zat untuk perkembangan kecerdasan, zat kekebalan dan dapat menjalin hubungan
cinta kasih antara bayi dengan ibu.
Tidak hanya manfaat pada bayi, pemberian ASI juga bermanfaat dalam memelihara kesehatan ibu
dan juga sebagai alat kontrasepsi.
Ada cukup bukti epidemiologi yang mendukung dan merekomendasikan bahwa menyusui terbukti
unggul dalam memberikan keuntungan kesehatan, keuangan, sosial dan psikologis. Para
profesional kesehatan mempunyai peran yang sangat penting memanfaatkan informasi terkini dan
keterampilan dalam memberikan upaya peningkatan ASI.
Kata kunci: ASI, laktasi dan menyusui.
749
Immanuel
Jurnal Ilmu Kesehatan
Volume 10, Nomor 2, Desember 2016
ISSN 1410-234X
Pendahuluan
Inisiasi Menyusu Dini
Program
Pembangunan
Nasional
(PROPENAS)
mengamanatkan
bahwa
pembangunan
diarahkan
pada
meningkatnya mutu sumber daya
manusia (SDM). Modal dasar
pembentukan manusia berkualitas
dimulai sejak bayi dalam kandungan
disertai dengan pemberian ASI sejak
usia dini dan pemberian ASI
Eksklusif.
Mengingat
pentingnya
pemberian ASI bagi tumbuh
kembang yang optimal, pemerintah
telah
menetapkan
dengan
Kepmenkes RI No. 450/ MENKES/
IV/ 2004 tentang pemberian Air Susu
Ibu (ASI) secara ekslusif pada bayi
Indonesia.
Pemerintah
juga
mendukung kebijakan WHO yang
merekomendasikan inisiasi menyusu
dini sebagai tindakan ‘penyelamatan
kehidupan’, karena inisiasi menyusu
dini dapat menyelamatkan 22 persen
dari bayi yang meninggal sebelum
usia 1 bulan. Menyusui satu jam
pertama kehidupan yang diawali
dengan kontak kulit antara ibu dan
bayi dinyatakan sebagai indikator
global.1
Tenaga
kesehatan
mempunyai peranan yang sangat
istimewa di dalam penatalaksanaan
pemberian ASI. Sebagian besar
aspek penatalaksanaan kebidanan
dari
pemberian
ASI
adalah
didasarkan atas pemahaman yang
mendalam tentang ASI, baik dalam
hal
manfaat
maupun
upaya
peningkatannya.
Inisiasi menyusui dini adalah
proses bayi menyusu segera setelah
dilahirkan, di mana bayi dibiarkan
mencari puting susu ibunya sendiri
(tidak disodorkan ke puting susu). 14
hari pertama setelah melahirkan
sangat penting untuk kesuksesan
dalam menyusui, karena menyusui
pada awal kelahiran, merupakan
momen pembelajaran intensif bagi
ibu dan bayinya. Ibu harus mulai
menyusui
sesegera
mungkin,
sebaiknya selama satu jam pertama
setelah melahirkan.
Manfaat yang diberikan :
kontak kulit-ke-kulit segera setelah
lahir sangat penting dengan demikian
ada interaksi ibu-bayi, menjaga
kestabilisasian suhu bayi baru lahir,
hisap
awal
payudara
dapat
mengurangi
risiko
perdarahan
postpartum dengan dikeluarkannya
ocytocin dan mengurangi risiko
penyakit kuning. 1-3
Menyusui Secara Eksklusif
Pada tahun 1991, Organisasi
Kesehatan
Dunia
menetapkan
defenisi ASI Eksklusif yang telah
digunakan di seluruh dunia. Kategori
menyusui yang diakui secara
internasional adalah Ibu memberikan
bayi hanya ASI, tanpa makanan lain,
kecuali dari tetes atau sirup yang
mengandung vitamin, suplemen
mineral atau obat; selama waktu 6
bulan. Studi etnografi menunjukkan
bahwa bayi dulu (tradisional)
menyusui selama 3 atau 4 tahun.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)
750
Immanuel
Jurnal Ilmu Kesehatan
Volume 10, Nomor 2, Desember 2016
ISSN 1410-234X
merekomendasikan
menyusui
eksklusif selama periode 4-6 bulan
dan selanjutnya dapat menyusui
sampai anak 2 tahun atau lebih. ASI
masih merupakan sumber nutrisi
penting untuk bayi di tahun kedua
kehidupan mereka, juga memberikan
perlindungan terhadap penyakit
menular.2, 4
membutuhkan volume susu atau
kolosterum dalam jumlah yang besar
segera
setelah
lahir,
karena
kebutuhan tersebut telah tersedia
secara fisiologis.7
ASI matang adalah ASI yang
dihasilkan 21 hari setelah melahirkan
dengan volume bervariasi yaitu 300
– 850 ml/hari tergantung pada
besarnya stimulasi saat laktasi.
Kandungan ASI adalah zat gizi yang
sangat sesuai dengan kebutuhan bayi
dalam
meningkatkan
masa
pertumbuhan dan perkembangan
bayi serta meningkatkan daya tahan
tubuh. Zat tersebut meliputi; vitamin,
mineral, protein, lemak dan zat gizi
lainnya.8-9
Komposisi ASI
ASI terdiri dari berbagai
komponen gizi dan non gizi.
Komposisi ASI tidak sama selama
periode menyusui, pada akhir
menyusui kadar lemak 4-5 kali dan
kadar protein 1,5 kali lebih tinggi
daripada awal menyusui. Juga terjadi
variasi dari hari ke hari selama
periode laktasi.
Kolostrum adalah cairan yang
pertama kali keluar dari payudara,
mengandung zat bergizi untuk bayi
baru lahir dan melindunginya dari
infeksi karena terdapat kandungan
antibodi.
Kolostrum
dihasilkan
sampai hari kedua atau ketiga.5-6
ASI transisi adalah ASI yang
dihasilkan setelah kolostrum (820
hari) dimana kadar lemak dan laktosa
lebih tinggi dan kadar protein,
mineral lebih rendah.
Bayi aterm yang tumbuh
sehat lahir dengan cadangan glikogen
yang baik dan kadar hormone
antideuritik yang tinggi. Pada 24 jam
pertama bayi mengkosumsi 7 ml
susu pada setiap kali menyusui, pada
24 jam kedua kosumsi meningkat
hingga 14 ml setiap kali menyusui.
Oleh karena itu, bayi tidak
Manfaat ASI:2
1.
2.
3.
751
Pelindung terhadap beberapa
infeksi umum seperti : diare,
infeksi saluran pernafasan akut,
otitis media, infeksi neonatal
beberapa dan infeksi lainnya2, 10
Melindungi bayi dari kematian
akibat keterpaparan demografi,
perubahan
sosial
ekonomi,
makanan dan lingkungan yang
buruk.
Hasil meta-analisis, data dari 6
negara (Brazil, Filipina, Gambia,
Ghana, Pakistan, dan Senegal) di
3
benua
yang
berbeda,
mengungkapkan angka kematian
yang terkait dengan penyakit
menular 6 kali lebih tinggi pada
bayi yang tidak diberikan ASI
jika dibandingkan dengan bayi
yang diberi ASI.
Immanuel
Jurnal Ilmu Kesehatan
Volume 10, Nomor 2, Desember 2016
4.
5.
6.
7.
Menyusui mencegah kematian
dari
hari-hari
pertama
kehidupan,
seperti
yang
dibuktikan oleh sebuah studi
multicenter Eropa terhadap
mortalitas yang disebabkan oleh
necrotizing enterocolitis. Bayi
baru lahir dengan usia prematur
yang tidak disusui atau yang
minum susu formula, lebih
tinggi
mengalami
resiko
kematian akibat enterokolitis
jika dibandingkan dengan bayi
yang menerima ASI eksklusif.11
Metaanalisis dari 20 studi yang
dilakukan, menunjukkan adanya
korelasi
dari
kemampuan
kognitif yang dimiliki anak
dengan durasi menyusui.
Menyusui juga memberikan
kontribusi
untuk kesehatan
perempuan,
memberikan
perlindungan terhadap kanker
payudara dan kanker ovarium,
98% efisien sebagai alat
kontrasepsi dalam 6 bulan
pertama setelah melahirkan
dimana ibu terus amenorrheic.
Keuntungan lain bagi ibu
menyusui adalah bahwa mereka
memiliki involusi uterus lebih
cepat, dan akibatnya mengurangi
perdarahan postpartum dan
anemia.10
Aspek ekonomi sangat penting
bagi keluarga miskin. Biaya
bulanan rata-rata menurun.
Ibu Menyusui
Tertentu2
1.
ISSN 1410-234X
Dengan
Tidak ada bukti bahwa
menyusui
meningkatkan
risiko
penularan virus ibu kepada bayi.
Oleh karena itu, menyusui tidak
kontra-indikasi untuk ibu HBsAg
positif. Vaksin dan penggunaan
imunoglobulin hepatitis B setelah
melahirkan, cukup praktis untuk
menghilangkan risiko penularan
virus melalui ASI.
The American Academy of Pediatrics
Committee on Infectious Diseases
merekomendasikan bahwa bayi yang
lahir dari ibu yang HbsAg positif
menerima dosis awal vaksin dan
immunoglobulin (0,5 ml) selama 12
jam pertama kehidupan. Tidak perlu
untuk menunda inisiasi menyusui
sampai bayi diimunisasi.
2. Ibu dengan Positiv HIV
Studi
epidemiologis
membuktikan bahwa virus HIV dapat
ditularkan melalui ASI. Sebuah
dokumen baru-baru ini dirilis oleh
WHO, UNICEF dan UNAIDS
merekomendasikan
agar
setiap
wanita hamil diberi saran dan tes
sukarela, perempuan yang terinfeksi
dengan virus HIV diberitahu tentang
risiko penularan melalui ASI
sehingga mereka dapat membuat
keputusan tentang bagaimana untuk
memberi makan bayi. Di antara
pilihan
yang
aman
untuk
menghindari penularan virus adalah
pasteurisasi (pemanasan ASI pada
62,5 oC selama 30 menit).
3. Ibu yang menggunakan obat
selama menyusui
Penggunaan obat selama
menyusui harus dihindari. Beberapa
obat dapat dikeluarkan dalam ASI
Kasus
Ibu dengan hepatitis B
752
Immanuel
Jurnal Ilmu Kesehatan
Volume 10, Nomor 2, Desember 2016
ISSN 1410-234X
•
dalam jumlah yang cukup untuk
menyebabkan efek merugikan pada
bayi. The American Academy of
Pediatrics Committee on Drugs
mengelompokkan obat ke dalam
kategori berikut, sesuai dengan risiko
yang diakibatkan pada bayi:
• Obat-obatan
yang
kontraindikasi
selama
menyusui – obat yang
mengakibatkan
toksisitas
selama menyusui. Obat yang
harus
dihindari
selama
menyusui
meliputi:
amfetamin, bromocryptine,
cyclophosphamide,
cyclosporine,
doxorubicin,
ergotamine, phencyclidine,
phenindione, lithium dan
metrotexate, selain yang
disebut narkoba (kokain,
heroin dan ganja).
• Obat yang harus hati-hati
diresepkan
untuk
ibu
menyusui,
karena
efek
samping yang ditimbulkan
pada bayi: - asam 5aminosalicillic,
aspirin,
clemastine,
fenobarbital,
primidone
dan
sulphazaladine.
• Obat-obatan
yang
tidak
diketahui efek pada ASI:
anxiolytics,
antidepresan,
antipsikotik, kloramfenikol,
metoclopramide,
metronidazol dan tinidazol.
• Obat-obatan yang kompatibel
dengan menyusui.
4. Ibu menyusui dengan merokok
Efek
tembakau
dapat
mengganggu perkembangan
anak
• Tembakau
dapat
mempengaruhi produksi ASI
5. Ibu yang mengkonsumsi alkohol
The American Academy of
Pediatrics Committee on Drugs
merekomendasikan bahwa konsumsi
alkohol oleh ibu tidak boleh melebihi
0,5 g / kg / hari, setara dengan 225 g
anggur atau 2 kaleng bir.
Faktor
Yang
Produksi ASI
Mempengaruhi
Produksi
ASI
dapat
meningkat atau menurun tergantung
pada stimulasi pada kelenjar
payudara terutama pada minggu
pertama laktasi. Faktor-faktor yang
mempengaruhi produksi ASI antara
lain :
1. Frekuensi Penyusuan
Pada studi 32 ibu dengan bayi
prematur
disimpulkan
bahwa
produksi ASI akan optimal dengan
pemompaan ASI lebih dari 5 kali per
hari selama bulan pertama setelah
melahirkan. Pemompaan dilakukan
karena bayi prematur belum dapat
menyusu. Studi lain yang dilakukan
pada ibu dengan bayi cukup bulan
menunjukkan
bahwa
frekuensi
penyusuan 10 ± 3 kali perhari selama
2 minggu pertama setelah melahirkan
berhubungan dengan produksi ASI
yang cukup. Berdasarkan hal ini
direkomendasikan penyusuan paling
sedikit 8 kali perhari pada periode
awal setelah melahirkan. Frekuensi
penyusuan ini berkaitan dengan
753
Immanuel
Jurnal Ilmu Kesehatan
Volume 10, Nomor 2, Desember 2016
ISSN 1410-234X
kemampuan stimulasi hormon dalam
kelenjar payudara.
2. Berat Lahir
Prentice (1984) mengamati
hubungan berat lahir bayi dengan
volume ASI. Hal ini berkaitan
dengan kekuatan untuk mengisap,
frekuensi, dan lama penyusuan
disbanding bayi yang lebih besar.
Berat bayi pada hari kedua dan usia 1
bulan sangat erat berhubungan
dengan kekuatan mengisap yang
mengakibatkan perbedaan intik yang
besar dibanding bayi yang mendapat
formula. De Carvalho (1982)
menemukan hubungan positif berat
lahir bayi dengan frekuensi dan lama
menyusui selama 14 hari pertama
setelah lahir. Bayi berat lahir rendah
(BBLR) mempunyai kemampuan
mengisap ASI yang lebih rendah
dibanding bayi yang berat lahir
normal (> 2500 gr). Kemampuan
mengisap ASI yang lebih rendah ini
meliputi
frekuensi
dan
lama
penyusuan yang lebih rendah
dibanding bayi berat lahir normal
yang akan mempengaruhi stimulasi
hormone prolaktin dan oksitosin
dalam memproduksi ASI.
3. Umur Kehamilan saat
Melahirkan
Umur kehamilan dan berat
lahir mempengaruhi intik ASI. Hal
ini disebabkan bayi yang lahir
prematur (umur kehamilan kurang
dari 34 minggu) sangat lemah dan
tidak mampu mengisap secara efektif
sehingga produksi ASI lebih rendah
daripada bayi yang lahir tidak
prematur. Lemahnya kemampuan
mengisap pada bayi prematur dapat
disebabkan berat badan yang rendah
dan belum sempurnanya fungsi
organ.
4. Umur dan Paritas
Umur dan paritas tidak
berhubungan atau kecil hubungannya
dengan produksi ASI yang diukur
sebagai intik bayi terhadap ASI. Ibu
menyusui usia remaja dengan gizi
baik,
intik
ASI
mencukupi
berdasarkan
pengukuran
pertumbuhan 22 bayi dari 25 bayi.
Pada ibu yang melahirkan lebih dari
satu kali, produksi ASI pada hari
keempat setelah melahirkan lebih
tinggi dibanding ibu yang melahirkan
pertama kali, meskipun oleh Butte et
al (1984) dan Dewey et al (1986)
secara statistik tidak terdapat
hubungan nyata antara paritas
dengan intik ASI oleh bayi pada ibu
yang gizi baik.
5. Stres dan Penyakit Akut
Ibu yang cemas dan stres
dapat mengganggu laktasi sehingga
mempengaruhi produksi ASI karena
menghambat
pengeluaran
ASI.
Pengeluaran ASI akan berlangsung
baik pada ibu yang merasa rileks dan
nyaman.
Studi
lebih
lanjut
diperlukan untuk mengkaji dampak
dari berbagai tipe stres ibu
khususnya kecemasan dan tekanan
darah terhadap produksi ASI.
Penyakit infeksi baik yang kronik
maupun akut yang mengganggu
proses laktasi dapat mempengaruhi
produksi ASI.
6. Konsumsi Rokok
Merokok dapat mengurangi
volume
ASI
karena
akan
mengganggu hormone prolaktin dan
754
Immanuel
Jurnal Ilmu Kesehatan
Volume 10, Nomor 2, Desember 2016
ISSN 1410-234X
oksitosin untuk produksi ASI.
Merokok
akan
menstimulasi
pelepasan
adrenalin
dimana
adrenalin
akan
menghambat
pelepasan
oksitosin.
Studi
Lyon,(1983); Matheson, (1989)
menunjukkan adanya hubungan
antara merokok dan penyapihan dini
meskipun volume ASI tidak diukur
secara langsung. Meskipun demikian
pada studi ini dilaporkan bahwa
prevalensi ibu perokok yang masih
menyusui 6 – 12 minggu setelah
melahirkan lebih sedikit daripada ibu
yang tidak perokok dari kelompok
sosial ekonomi sama, dan bayi dari
ibu perokok mempunyai insiden sakit
perut yang lebih tinggi. Anderson et
al (1982) mengemukakan bahwa ibu
yang merokok lebih dari 15 batang
rokok/hari mempunyai prolaktin 3050% lebih rendah pada hari pertama
dan hari ke 21 setelah melahirkan
dibanding dengan yang tidak
merokok.
7. Konsumsi Alkohol
Meskipun minuman alkohol dosis
rendah disatu sisi dapat membuat ibu
merasa lebih rileks sehingga
membantu proses pengeluaran ASI
namun disisi lain etanol dapat
menghambat produksi oksitosin.
Kontraksi rahim saat penyusuan
merupakan
indikator
produksi
oksitosin. Pada dosis etanol 0,5-0,8
gr/kg berat badan ibu mengakibatkan
kontraksi rahim hanya 62% dari
normal, dan dosis 0,9-1,1 gr/kg
mengakibatkan kontraksi rahim 32%
dari normal (Matheson, 1989).
8. Pil Kontrasepsi
Penggunaan pil kontrasepsi
kombinasi estrogen dan progestin
berkaitan dengan penurunan volume
dan durasi ASI (Koetsawang, 1987
dan Lonerdal, 1986, sebaliknya bila
pil hanya mengandung progestin
maka tidak ada dampak terhadap
volume ASI (WHO Task Force on
Oral Contraceptives, 1988 dalam
ACC/SCN, 1991). Berdasarkan hal
ini WHO merekomendasikan pil
progestin untuk ibu menyusui yang
menggunakan pil kontrasepsi.
Upaya Peningkatan Produksi Asi
4,
10
1.
Dukungan dari dokter dan
keluarga secara signifikan dapat
mempengaruhi
keputusan
seorang ibu untuk menyusui.
Dukungan yang diberikan
selama prenatal, manajemen rumah
sakit dan kunjungan anak dan ibu
merupakan komponen penting dalam
mempromosikan pemberian ASI oleh
ibu. Praktek rumah sakit harus fokus
pada praktek-praktek; rooming-in,
menyusui seawal dan sesering
mungkin, pendidikan kesehatan,
menghindari pemberian susu dengan
dot dan pemberian susu formula. 12
2. Menyusui sedini mungkin
Suatu
penelitian
yang
dilakukan pada tahun 1995 terhadap
11.422 bayi dari 427 Rumah Sakit
untuk melihat keberhasilan asi
eksklusif, dan hasil penelitian
menunjukkan bahwa pemberian ASI
pada 2 jam pertama kelahiran adalah
faktor prognostik utama untuk
menyusui secara eksklusif.13
3. Dukungan emosional
755
Immanuel
Jurnal Ilmu Kesehatan
Volume 10, Nomor 2, Desember 2016
ISSN 1410-234X
Persiapan psikologis ibu
untuk menyusui pada saat kehamilan
sangat berarti, karena keputusan atau
sikap yang positip harus sudah
terjadi pada saat kehamilan atau
bahkan jauh sebelumnya. Dukungan
dari dokter/petugas kesehatan, teman
atau kerabat dekat sangat dibutuhkan
terutama pada ibu yang baru pertama
hamil. Sikap ibu terhadap pemberian
ASI dipengaruhi oleh beberapa
faktor antara lain adat istiadat,
kebiasaan dan kepercayaan tentang
menyusui di daerah masing-masing.
Pengalaman
menyusui
pada
kelahiran
anak
sebelumnya,
kebiasaan menyusui dalam keluarga,
pengetahuan ibu dan keluarga
tentang manfaat ASI juga sikap ibu
terhadap kehamilannya (diinginkan/
tidak)
berpengaruh
terhadap
keputusan ibu apakah ia mau
menyusui atau tidak.
Suatu
penelitian
yang
dilakukan di Inggris terhadap 279
ibu-ibu yang baru melahirkan dengan
tujuan untuk memprediksi apakah
proses menyusui dapat bertahan
selama 3 tahun. Penelitian dilakukan
pada 1) Wanita muda dengan
dukungan emosional yang buruk 2)
wanita muda yang masih dalam
tahap pendidikan. Ditemukan mereka
tidak lagi memberikan ASI pada tiga
bulan pertama kelahiran bayinya.
Studi pragmatis ini menggambarkan
bahwa
wanita
yang
tidak
mendapatkan dukungan sosial sangat
berpengaruh terhadap kegagalan
dalam pemberian ASI.14
Suatu
penelitian
yang
dilakukan di ghana yang bertujuan
untuk mengukur pengaruh konseling
laktasi pada perilaku menyususi
secara eksklusif. Subyek penelitian
adalah ibu hamil dari klinik prenatal
di 2 rumah sakit (1 pemerintah dan
swasta 1). Ibu-ibu dibagi dalam 3
kelompok, kelompok intervensi
pertama diberi konseling pre, peri
dan
pasca
natal,
sedangkan
kelompok intervensi ke dua diberi
konseling peri dan pasca natal, dan
kelompok kontrol tidak diberikan
konseling apapun. Dari hasil
penelitian
disimpulkan
bahwa
pengaruh konseling memberikan
hasil yang signifikan terhadap
pemberian asi secara ekslusif.14
4. Faktor psikologis ibu
Beberapa faktor psikologis
mampu meningkatkan produksi ASI
seperti: Bila melihat bayi naluri
keibuannya akan timbul, perasaan
ibu yang memikirkan bayinya
dengan
penuh
kasih
sayang,
mendengar
bayinya
menangis,
mencium bayinya. Perasaan ini
mengkibat naluri keibuan ini
menghasilkan hormon yang akan
bekerja pada payudara sehingga siap
dalam mengeluarkan ASI.
Penutup
Menyusui secara eksklusif
selama 6 bulan, terbukti unggul
dalam memberikan keuntungan
kesehatan, keuangan, sosial dan
psikologis.
Para
profesional
kesehatan mempunyai peran yang
sangat penting dalam memberikan
asuhan kepada ibu-ibu yang memiliki
bayi. Dengan demikian, diharapkan
756
Immanuel
Jurnal Ilmu Kesehatan
Volume 10, Nomor 2, Desember 2016
ISSN 1410-234X
pada tenaga kesehatan untuk
memanfaatkan informasi terkini dan
keterampilan
bukan
hanya
menyangkut
manajemen
klinis
laktasi tetapi juga teknik konseling.
Dengan cara ini, tenaga kesehatan
akan
berkomitmen
sebagai
profesional kesehatan menjamin hak
setiap
anak
untuk
disusui
sebagaimana ditetapkan oleh Statuta
Hak Anak dan Remaja. Promosi dan
dukungan menyusui harus menjadi
prioritas tinggi
untuk tenaga
kesehatan dan keluarga. Tenaga
kesehatan harus fokus pada masalah
pemberian ASI yang sebaiknya
diberikan pada masa prakonsepsi
melalui kehamilan dan kelahiran bayi
selanjutnya.
7.
8.
9.
10.
11.
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Roesli U. Mengenal Asi
Eksklusif.
Jakarta:
Trubus
Agriwidya; 2000.
Giugliani ERJ. Breast-feeding in
the Clinical Practice. J Pediatr
(Rio J). 2000;76.
Yetti. Asuhan Kebidanan Masa
Nifas. Yogyakarta: Pustaka
Rihama; 2010.
Bridget A. Aidam RPr-EaAL.
Lactation Counseling Increases
Exclusive Breast-Feeding Rates
in Ghana. The Journal of
Nutrition. 2005:1691-5.
Depkes. Pedoman Pelayanan
Kebidanan Dasar. In: Depkes,
editor. Jakarta1999.
Neil WR. Panduan Lengkap
Perawatan Kehamilan. Jakarta:
Dian Rakyat; 2007.
12.
13.
14.
757
Fraser D. Myles Buku Ajar
Bidan. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2009.
Gao X MR, Woo JG, Davidson
BS, Morrow AL, Zhang Q.
Temporal changes in milk
proteomes reveal developing
milk functions. J Proteome Res.
2012.
Depkes RI DBDGM. Ibu
Bekerja Tetap Memberikan ASI.
Jakarta2002.
Aguiar H SA. Breastfeeding: the
importance of intervening. Acta
Med Por. 2011:889-96.
Kainonen E RS, Isolauri E.
Immunological programming by
breast milk creates an antiinflammatory cytokine milieu in
breast-fed infants compared to
formula-fed infants. Br J Nutr.
2012:1-9.
Jay Moreland aJC. Promoting
and Supporting Breast-Feeding.
American Family Physician.
2000:2093-100.
Mazur J M-KK. Determinants of
newborn feeding in maternity
hospital care. Part II: factors
associated with exclusive breast
feeding. 2000:604-10.
Pat Hoddinott RP, Kerenza
Hood. Identifying which Women
will Stop Breast Feeding Before
Three Months in Primary Care:
A pragmatic study. British
Journal of General Practice.
2000:888-91.
Immanuel
Jurnal Ilmu Kesehatan
Volume 10, Nomor 2, Desember 2016
ISSN 1410-234X
758
Download