pembelajaran berbasis paikem

advertisement
TU
T
NI
YA
HAND
URI
A
W
PEMBELAJARAN BERBASIS
PAIKEM
(CTL, Pembelajaran Terpadu, Pembelajaran Tematik)
Materi Pelatihan Penguatan Penguatan
Pengawas Sekolah
DIREKTORAT TENAGA KEPENDIDIKAN
DIREKTORAT JENDERAL
PENINGKATAN MUTU PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL
2010
SAMBUTAN
DIREKTUR JENDERAL
PENINGKATAN MUTU PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN
Di dalam pelaksanaan program penguatan kemampuan kepala sekolah dan
pengawas sekolah yang merupakan agenda dari program 100 hari Mendiknas,
Direktorat Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik
dan Tenaga Kependidikan (Ditjen PMPTK) telah menyusun materi untuk
penguatan kemampuan kepala sekolah dan pengawas sekolah.
Di dalam pengembangan materi tersebut telah mengacu kepada standar
pengawas sekolah sebagaimana diatur dalam Permendiknas No. 12 tahun 2007.
Saya memberikan penghargaan yang tinggi kepada Direktorat Tenaga
Kependidikan atas dihasilkannya materi penguatan kemampuan pengawas
sekolah dalam rangka meningkatkan kompetensi pengawas sekolah.
Materi ini diharapkan dapat dijadikan referensi bagi individu pengawas sekolah
dan lembaga yang terkait dalam penguatan kemampuan pengawas sekolah di
Propinsi dan Kab/Kota. Berbagai pihak yang ingin berkontribusi terhadap
program penguatan pengawas sekolah dapat memperkaya dengan berbagai
referensi dan khasanah bacaan lainnya untuk mewujudkan pengawas sekolah
yang profesional dan akuntabel.
Semoga semua usaha kita untuk penguatan kemampuan pengawas sekolah
sesuai dengan standar pengawas sekolah sebagaimana diamanahkan dalam
Permendiknas No. 12 tahun 2007 dapat diwujudkan, sehingga dapat
meningkatkan mutu pendidikan di sekolahnya dan menghasilkan lulusan yang
cerdas, kreatif, inovatif dan berpikir kritis.
Jakarta, Januari 2010
Direktur Jenderal PMPTK
Prof. Dr. Baedhowi, M.Si
NIP 19490828 197903 1 001
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah
i
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah
ii
KATA PENGANTAR
Pada tahun 2007, Direktorat Tenaga Kependidikan, Ditjen PMPTK bekerjasama
dengan Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) telah berhasil merumuskan
standar pengawas sekolah/madrasah yang ditetapkan melalui Permendiknas No
12 tahun 2007. Untuk mengoperasionalkan dan mengimplementasikan
Permendiknas tersebut, Direktorat Tenaga Kependidikan telah berupaya
menyusun materi pelatihan sesuai dengan masing-masing komponen
kompetensi pengawas sekolah yang diatur dalam Permendiknas No 12 tahun
2007.
Materi yang telah disusun ini
merupakan bagian dari rencana pelaksanaan
program penguatan pengawas sekolah, program kedua dari delapan program
100 hari Mendiknas. Program penguatan kemampuan pengawas sekolah sangat
penting mengingat peran strategis pengawas sekolah di dalam proses
peningkatan mutu pendidikan.
Pengawas sekolah mempunyai tugas yang sangat penting di dalam mendorong
guru untuk malakukan proses pembelajaran untuk mampu menumbuhkan
kemampuan kreatifitas, daya inovatif, kemampuan pemecahan masalah, berpikir
kritis dan memiliki naluri jiwa kewirausahaan bagi siswa sebagai produk suatu
sistem pendidikan. Materi ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi
peningkatan kompetensi pengawas sekolah sesuai yang diamanahkan
Permendiknas No 12 tahun 2007.
Kami menyadari bahwa buku ini masih jauh dari sempurna, namun kami perlu
menyampaikan penghargaan kepada tim penyusun buku ini yang telah berusaha
dan berhasil mempersiapakan materi yang dapat dijadikan bahan bacaan bagi
usaha peningkatan kompetensi pengawas sekolah. Berbagai pihak yang terkait
dengan penguatan kemampuan pengawas sekolah dapat memperkaya dengan
materi yang lain sepanjang mencapai tujuan yang sama yaitu meningkatkan
kompetensi pengawas sekolah sesuai dengan Permendiknas No 12 tahun 2007.
Semoga buku ini bermanfaat bagi usaha penguatan kemampuan pengawas
sekolah di seluruh Kab/Kota di Indonesia.
Jakarta, Januari 2010
Direktur Tenaga Kependidikan
Surya Dharma, MPA, Ph.D
19530927 197903 1 001
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah
iii
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah
iv
DAFTAR ISI
SAMBUTAN DIRJEN PMPTK ........................................................................
i
KATA PENGANTAR ................………………………….…………..………
iii
DAFTAR ISI .......................................................................................................
v
PENDAHULUAN ...…………………………….…………..………………..
1
A. Latar belakang .......................................................................................
1
B. Dimensi Kompetensi ..............................................................................
1
C. Kompetensi yang Hendak Dicapai .......................................................
2
D. Indikator Pencapaian Kompetensi .......................................................
2
E. Alokasi Waktu ......................................................................................
2
F. Skenario ..................................................................................................
2
PEMBELAJARAN PAIKEM ……………………….……..………..………………………….
4
A. Latar Belakang ………………………................……………………....
4
B. Konsep Dasar Pembelajaran ………………………………………..…….…………
7
C. Tujuan PAIKEM …………..……………………………………………
14
D. Karakteristik PAIKEM ……………………………………….......…....
15
E. Jenis-jenis PAIKEM ……………………………………………………………………………
16
F. Penerapan PAIKEM……………………………………………………
17
PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL (CTL) ……………………..........…
21
A. Latar Belakang Filosofis dan Psikologis ......…………………………
21
B. Pengertian Pembelajaran Kontekstual ................................................
24
C. Langkah-langkah CTL ………………………………………………...
26
D. Karakteristik Pembelajaran CTL……………….......…………………
26
E. Strategi Pembelajaran Kontekstual .....................................................
29
F. Perbedaan Pembelajaran Kontekstual Dengan Pembelajaran
Tradisional ...............................................................................................
31
G. Evaluasi Otentik dalam CTL .................................................................
33
H. Penerapan Pembelajaran Kontekstual di Kelas .................................
34
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah
v
PEMBELAJARAN TERPADU ..........................................................……….
55
A. Latar Belakang ........................................................................................
55
B. Tujuan Pembelajaran Terpadu .............................................................
58
C. Jenis-jenis Pembelajaran ......................................................................
59
D. Pembelajaran IPA Terpadu ..................................................................
59
E. Pembelajaran IPS Terpadu ...................................................................
90
PEMBELAJARAN TEMATIK .......................................................................
109
A. Latar Belakang ........................................................................................
109
B. Kerangka Berpikir ..................................................................................
111
C. Pengertian Pembelajaran Tematik .......................................................
115
D. Landasan Pembelajaran Tematik .........................................................
118
E. Karakteristik Pembelajaran Tematik ...................................................
119
F. Rambu-rambu Pembelajaran Tematik .................................................
121
G. Implikasi Pembelajaran Tematik ..........................................................
121
H. Tahap Persiapan Pembelajaran ............................................................
123
I. Tahap Pelaksanaan Pembelajaran ........................................................
127
J. Penilaian Pembelajaran Tematik ..........................................................
130
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah
vi
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Tugas pengawas satuan pendidikan tidak hanya melakukan supervisi
manajerial kepala sekolah, namun juga membina guru melalui supervisi akademik. Dalam pembinaan guru tentu harus mengacu pada kompetensi guru,
terutama kompetensi profesional berkaitan dengan proses pembelajaran. Sejalan dengan perkembangan teknologi serta teori-teori pembelajaran, maka
guru pun dituntut mampu menguasai dan memilih pendekatan, strategi dan
metode pembelajaran yang tepat, sehingga menjadikan siswa aktif, kreatif,
dan belajar dalam suasana senang serta efektif.
Menghadapi tugas tersebut pengawas tentu harus menguasai strategi/
metode/ teknik pembelajaran/bimbingan yang up to date. Bila pengetahuan
pengawas sudah ketinggalan, apa lagi hanya mengandalkan pengalaman
tan-pa didukung teori-teori, maka pengawas tidak akan mandapatkan
respek dari para guru yang dibinanya. Paling tidak, untuk jenjang
pendidikan dasar pe-ngawas harus memahami garis besar strategi
pembelajaran mata pelajaran utama antara lain: matematika, IPA, IPS,
bahasa Indonesia, dan bahasa Inggris.
Materi pelatihan ini dimaksudkan memberikan wawasan dan pengalaman
langsung
melalui
praktek-praktek
simulasi
bagi
pengawas
dalam
melaksanakan tugas supervisi akademik di tingkat TK, SD, SMP, SMA,
SMK, SLB.
B.
Dimensi Kompetensi
Dimensi kompetensi yang diharapkan dibentuk pada akhir Diklat ini adalah
dimensi Kompetensi Supervisi Akademik.
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah
1
C. Kompetensi yang Hendak Dicapai
Setelah mengikuti pelatihan ini pengawas diharapkan dapat membim-bing
guru dalam memahami, memilih dan menggunakan strategi/metode/teknik pembelajaran/bimbingan yang dapat mengembangkan potensi siswa
agar kritis, kreatif, inovatif, mampu memecahkan masalah melalui matamata pelajaran yang relevan.
D. Indikator Pencapaian Kompetensi
Indikator pencapaian hasil diklat ini adalah apabila pengawas dapat:
1.
Memahami Hakikat Pendekatan Pembelajaran
2.
Mengidentifikasi Berbagai Jenis Pembelajaran PAIKEM
3.
Membimbing guru dalam menggunakan Berbagai Metode Pembelajaran
Berbasis PAIKEM pada setiap mata pelajaran sesuai dengan tingkat
berpikir peserta didik.
E.
Alokasi Waktu
No.
F.
Materi Diklat
Alokasi
1. Pembelajaran Berbasis CTL
4 jam
2. Pembelajaran Terpadu (IPA Terpadu, IPS Terpadu)
4 jam
3. Pembelajaran Tematik
4 jam
Skenario
1. Perkenalan
2. Pejelasan tentang dimensi kompetensi, indikator, alokasi waktu dan
skenario pendidikan dan pelatihan strategi pembelajaran.
3. Pre-test
4. Eksplorasi pemahaman peserta berkenaan dengan strategi pembelajaran,
melalui pendekatan andragogi.
5. Penyampaian Materi Diklat:
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah
2
a. Menggunakan pendekatan andragogi, yaitu lebih mengutamakan pengungkapan kembali pengalaman peserta pelatihan, menganalisis, menyimpulkan, dan mengeneralisasi dalam suasana diklat yang aktif, inovatif, kreatif, efektif, menyenangkan, dan bermakna. Peranan pelatih
lebih sebagai fasilitator.
b. Diskusi tentang indikator keberhasilan pelatihan strategi pembelajaran.
c. Praktik pengembangan strategi pembelajaran.
6. Post test.
7. Refleksi bersama antara peserta dengan pelatih mengenai jalannya
pelatihan.
8. Penutup
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah
3
PEMBELAJARAN
PAIKEM
A. Latar Belakang
Para ahli pendidikan berpendapat bahwa proses pembelajaran di sekolah
sampai saat ini cenderung berpusat kepada guru. Tugas guru adalah
menyampaikan materi-materi dan siswa diberi tanggung jawab untuk
menghafal semua pengetahuan. Memang pembelajaran yang berorientasi
target penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetisi mengingat
dalam jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan
masalah dalam kehidupan jangka panjang.
Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami apa yang mereka pelajari
bukan mengetahuinya, oleh karena itu para pendidik telah berjuang dengan
segala cara dengan mencoba untuk membuat apa yang dipelajari siswa
disekolah agar dapat dipergunakan dalam kehidupan mereka sehari-hari.
Salah satu prinsip paling penting dari psikologi pendidikan adalah guru
tidak boleh semata-mata memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa
harus membangun pengetahuan di dalam benaknya sendiri. Guru dapat
membantu proses ini dengan cara-cara mengajar yang membuat informasi
menjadi sangat bermakna dan sangat relevan bagi siswa, dengan
memberikan ide-ide, dan dengan mengajak siswa agar menyadari dan
menggunakan sendiri ide-ide, dan mengajak siswa agar menyadari dan
menggunakan strategi-strategi mereka sendiri dalam belajar. Guru dapat
memberikan kepada siswa tangga yang dapat membantu mereka mencapai
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah
4
tingkat pemahaman yang lebih tinggi, tetapi harus di upayakan sendiri
siswa yang memanjat tangga itu.
Tingkat
pemahaman
siswa
menurut
model
Gagne
(1985)
dapat
dikelompokan menjadi delapan tipe belajar, yaitu: (1) belajar isyarat, (2)
stimulus-respon, (3) rangkaian gerak, (4) rangkaian verbal, (5) membedakan,
(6) pembentukan konsep, (7) pembentukan aturan dan (8) pemecahan
masalah (problem solving).
Di lihat dari urutan belajar, belajar pemecahan masalah adalah tipe belajar
paling tinggi karena lebih kompleks, Dalam tipe belajar pemecahan masalah,
siswa berusaha menyeleksi dan menggunakan aturan-aturan yang telah
dipelajari terdahulu untuk membuat formulasi pemecahan masalah. Lebih
jauh Gagne (1985) mengemukakan bahwa kata-kata seperti penemuan
(discovery) dan kreatifitas (creativity) kadang-kadang diasosiasikan sebagaii
pemecahan masalah.
Pendekatan pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning
/CTL), Pembelajaran Pembelajaran Terpadu , Pembelajaran Inkuiri dengan
menggunakan metode pembelajaran berbuat seperti: kerja kelompok,
eksperimen, pengamatan, penelitian sederhana, pemecahan masalah, dan
pembelajaran praktik dengan dikombinasikan dengan metode ekspositori
seperti ceramah, tanya jawab dan demonstrasi adalah pendekatan
pembelajaran yang karakteristiknya memenuhi harapan itu. Pendekatan
atau model-model pembelajaran tersebut menjadi tumpuan harapan para
ahli pendidikan dan pengajaran dalam upaya menghidupkan kelas secara
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah
5
optimal. Kelas yang hidup diharapkan dapat mengimbangi perubahan yang
terjadi di luar sekolah yang demikian cepat.
Setiap pendekatan memiliki ciri-ciri dasar atau karakteristik sendiri.
Karakteristik ini berhubungan dengan apa yang menjadi fokus dan
mendapat tekanan dalam pembelajaran. Ada pendekatan pembelajaran yang
berfokus pada siswa yang meliputi perkembangan, kemampuan berpikir,
aktivitas, pengalaman siswa. Pendekatan pembelajaran berfokus pada guru
yang meliputi fungsi, peran, dan aktivitas guru. Pendekatan pembelajaran
berfokus pada masalah meliputi masalah personal, sosial, lingkungan, atau
pendekatan
pembelajaran
yang
berfokus
pada
teknologi,
sistem
instruksional, sistem informasi, media, sumber belajar, dll.
Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita
terhadap proses pembelajaran. Istilah pendekatan merujuk pada pandangan
tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum. Oleh
karenanya strategi dan metode pembelajaran yang digunakan dalam
pembelajaran tergantung pada pendekatannya. Hal ini sesuai dengan
Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses untuk Satuan
Pendidikan Dasar dan Menengah yang menyatakan bahwa dalam kegiatan
inti pembelajaran merupakan proses untuk mencapai Kompetensi Dasar
(KD) yang harus dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan,
menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta
memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, krativitas, dan kemadirian
sesuai denganbakat, minat, dan perkembangan fisik dan psikologis peserta
didik. Kegiatan pembelajaran ini dilakukan secara sistematis dan sistemik
melalui proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah
6
B. Konsep Dasar Pembelajaran
1. Belajar dan Pembelajaran
Belajar dan pembelajaran merupakan konsep yang saling berkaitan.
Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku akibat interaksi
dengan lingkungan. Proses perubahan tingkah laku merupakan upaya
yang dilakukan secara sadar berdasarkan pengalaman ketika berinteraksi
dengan lingkungan. Pola tingkah laku yang terjadi dapat dilihat atau
diamati dalam bentuk perbuatan reaksi dan sikap secara mental dan fisik.
Tingkah laku yang berubah sebagai
hasil proses
pembelajaran
mengandung pengertian luas, mencakup pengetahuan, pemahaman,
sikap, dan sebagainya. Perubahan yang terjadi memiliki karakteristik: (1)
perubahan terjadi secara sadar, (2) perubahan dalam belajar bersifat
sinambung dan fungsional, (3) tidak bersifat sementara, (4) bersifat positif
dan aktif, (5) memiliki arah dan tujuan, dan (6) mencakup seluruh aspek
perubahan tingkah laku, yaitu pengetahuan, sikap, dan perbuatan.
Keberhasilan belajar peserta didik dipengaruhi oleh faktor internal dan
eksternal. Faktor internal, yaitu kondisi dalam proses belajar yang berasal
dari dalam diri sendiri, sehingga terjadi perubahan tingkah laku. Ada
beberapa hal yang termasuk faktor internal, yaitu: kecerdasan, bakat
(aptitude), keterampilan (kecakapan), minat, motivasi, kondisi fisik, dan
mental.
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah
7
Faktor eksternal, adalah kondisi di luar individu peserta didik
yang
mempengaruhi belajarnya. Adapun yang termasuk faktor eksternal
adalah: lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat (keadaan sosioekonomis, sosio kultural, dan keadaan masyarakat).
Pada hakikatnya belajar dilakukan oleh siapa saja, baik anak-anak
maupun manusia dewasa. Pada kenyataannya ada kewajiban bagi
manusia dewasa atau orang-orang yang memiliki kompetensi lebih
dahulu agar menyediakan ruang, waktu, dan kondisi agar terjadi proses
belajar pada anak-anak. Dalam hal ini proses belajar diharapkan terjadi
secara optimal pada peserta didik melalui cara-cara yang dirancang dan
difasilitasi oleh guru di sekolah. Dengan demikian diperlukan kegiatan
pembelajaran yang disiapkan oleh guru.
Pembelajaran merupakan seperangkat tindakan yang dirancang untuk
mendukung proses belajar peserta didik, dengan memperhitungkan
kejadian-kejadian eksternal yang berperanan terhadap rangkaian kejadiankejadian internal yang berlangsung di dalam peserta didik (Winkel, 1991).
Pengaturan peristiwa pembelajaran dilakukan secara seksama dengan
maksud agar terjadi belajar dan membuat berhasil guna (Gagne, 1985).
Oleh karena itu pembelajaran perlu dirancang, ditetapkan tujuannya
sebelum dilaksanakan, dan dikendalikan pelaksanaannya (Miarso, 1993)
Proses pembelajaran yang berhasil guna memerlukan teknik, metode, dan
pendekatan tertentu sesuai dengan karakteristik tujuan, peserta didik,
materi, dan sumber daya. Sehingga diperlukan strategi yang tepat dan
efektif.
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah
8
Strategi pembelajaran merupakan suatu seni dan ilmu untuk membawa
pembelajaran sedemikian rupa sehingga tujuan yang telah ditetapkan
dapat dicapai secara efesien dan efektif (T. Raka Joni, 1992). Cara-cara
yang dipilih dalam menyusun strategi pembelajaran meliputi sifat,
lingkup dan urutan kegiatan yang dapat memberikan pengalaman belajar
kepada peserta didik (Gerlach and Ely). Strategi belajar mengajar tidak
hanya terbatas pada prosedur dan kegiatan, melainkan juga termasuk di
dalamnya materi pengajaran atau paket pengajarannya (Dick and Carey).
Faktor yang memengaruhi proses pembelajaran terdiri dari faktor
internal dan eksternal. Faktor internal adalah faktor-faktor yang berkaitan
dengan pribadi guru sebagai pengelola kelas. Guru harus dapat
melaksanakan proses pembelajaran, oleh sebab itu guru harus memiliki
persiapan mental, kesesuaian antara tugas dan tanggung jawab,
penguasaan bahan, kondisi fisik, dan motivasi kerja.
Faktor eksternal adalah kondisi yang timbul atau datang dari luar pribadi
guru, antara lain keluarga dan lingkungan pergaulan di masyarakat.
Faktor lingkungan, yang dimaksud adalah faktor lingkungan alam,
lingkungan sosial, dan lingkungan sekolah.
Berdasarkan pendekatan yang digunakan, secara umum ada dua strategi
pembelajaran yaitu strategi yang berpusat pada guru (teacher centre
oriented) dan strategi yang berpusat pada peserta didik (student centre
oriented).
Pendekatan
pembelajaran
yang
berpusat
pada
guru
menggunakan strategi ekspositori, sedangkan pendekatan pembelajaran
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah
9
yang berpusat pada peserta didik menggunakan strategi diskoveri inkuiri
(discovery inquiry).
Pemilihan strategi ekspositori atau diskoveri inkuiri dilakukan atas
pertimbangan karakteristik kompetensi yang menjadi tujuan yang terdiri
dari sikap, pengetahuan dan keterampilan, serta karakteristik peserta
didik dan sumber daya yang dimiliki. Oleh karena itu tidak ada strategi
yang tepat untuk semua kondisi dan karakteristik yang dihadapi. Guru
diharapkan mampu memilah dan memilih dengan tepat strategi yang
digunakan agar hasil pembelajaran efektif dan maksimal.
Pemilihan strategi ekspositori dilakukan atas pertimbangan:
a. karakteristik peserta didik dengan kemandirian belum memadai;
b. sumber referensi terbatas;
c. jumlah pesera didik dalam kelas banyak;
d. alokasi waktu terbatas; dan
e. jumlah materi (tuntutan kompetensi dalam aspek pengetahuan) atau
bahan banyak.
Langkah-langkah yang dilakukan pada strategi ekspositori adalah
sebagai berikut.
a. Preparasi, guru menyiapkan bahan/materi pembelajaran
b. Apersepsi diperlukan untuk penyegaran
c. Presentasi (penyajian) materi pembelajaran
d. Resitasi, pengulangan pada bagian yang menjadi kata kunci
kompetensi atau materi pembelajaran.
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah
10
Pemilihan strategi diskoveri inkuiri dilakukan atas pertimbangan:
a. karakteristik peserta didik dengan kemandirian cukup memadai;
b. sumber referensi, alat, media, dan bahan cukup;
c. jumlah peserta didik dalam kelas tidak terlalu banyak;
d. materi pembelajaran tidak terlalu luas; dan
e. alokasi waktu cukup tersedia.
Langkah-langkah yang dilakukan pada strategi diskoveri inkuiri adalah
sebagai berikut.
a. Guru atau peserta didik mengajukan dan merumuskan masalah
b. Merumuskan logika berpikir untuk mengajukan hipotesis atau
jawaban sementara
c. Merumuskan langkah kerja untuk memperoleh data
d. Menganalisis data dan melakukan verifikasi
e. Melakukan generalisasi
Strategi ekspositori lebih mudah bagi guru namun kurang melibatkan
aktivitas peserta didik. Kegiatan pembelajaran berupa instruksional
langsung (direct instructional) yang dipimpin oleh guru. Metode yang
digunakan adalah ceramah atau presentasi, diskusi kelas, dan tanya
jawab. Namun demikian ceramah atau presentasi yang dilakukan secara
interaktif dan menarik dapat meningkatkan keterlibatan peserta didik
dalam pembelajaran.
Strategi diskoveri inkuiri memerlukan persiapan yang sungguh-sungguh,
oleh karena itu dibutuhkan kreatifitas dan inovasi guru agar pengaturan
kelas maupun waktu lebih efektif. Kegiatan pembelajaran berbentuk
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah
11
Problem Based Learning yang difasilitasi oleh guru. Strategi ini melibatkan
aktivitas peseserta didik yang tinggi. Metode yang digunakan adalah
observasi, diskusi kelompok, eksperimen, ekplorasi, simulasi, dan
sebagainya.
2.
PAIKEM Sebagai Model Pembelajaran Berbasis Kompetensi
PAIKEM
adalah
singkatan
dari
Pembelajaran
Aktif,
Inspiratif/Interaktif/Inovatif, Kritis /Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan.
Dalam PAIKEM digunakan prinsip-prinsip pembelajaran berbasis
kompetensi. Pembelajaran berbasis kompetensi adalah pembelajaran
yang dilakukan dengan orientasi pencapaian kompetensi peserta didik.
Sehingga
muara
akhir
hasil
pembelajaran
adalah
meningkatnya
kompetensi peserta didik yang dapat diukur dalam pola sikap,
pengetahuan, dan keterampilannya.
Prinsip pembelajaran berbasis kompetensi adalah sebagai berikut:
a. Berpusat pada peserta didik agar mencapai kompetensi yang
diharapkan. Peserta didik menjadi subjek pembelajaran sehingga
keterlibatan aktivitasnya dalam pembelajaran tinggi. Tugas guru
adalah mendesain kegiatan pembelajaran agar tersedia ruang dan
waktu bagi peserta didik belajar secara aktif dalam mencapai
kompetensinya.
b. Pembelajaran terpadu agar kompetensi yang dirumuskan dalam KD
dan SK tercapai secara utuh. Aspek kompetensi yang terdiri dari
sikap, pengetahuan, dan keterampilan terintegrasi menjadi satu
kesatuan.
c. Pembelajaran dilakukan dengan sudut pandang adanya keunikan
individual setiap peserta didik. Peserta didik memiliki karakteristik,
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah
12
potensi, dan kecepatan belajar yang beragam. Oleh karena itu dalam
kelas dengan jumlah tertentu, guru perlu memberikan layanan
individual agar dapat mengenal dan mengembangkan peserta
didiknya.
d. Pembelajaran
dilakukan
secara
bertahap
dan
terus
menerus
menerapkan prinsip pembelajaran tuntas (mastery learning) sehingga
mencapai ketuntasan yang ditetapkan. Peserta didik yang belum
tuntas diberikan layanan remedial, sedangkan yang sudah tuntas
diberikan layanan pengayaan atau melanjutkan pada kompetensi
berikutnya.
e. Pembelajaran dihadapkan pada situasi pemecahan masalah, sehingga
peserta didik menjadi pembelajar yang kritis, kreatif, dan mampu
memecahkan masalah yang dihadapi. Oleh karena itu guru perlu
mendesain pembelajaran yang berkaitan dengan permasalahan
kehidupan atau konteks kehidupan peserta didik dan lingkungan.
Berpikir kritis adalah kecakapan nalar secara teratur, kecakapan
sistematis dalam menilai, memecahkan masalah, menarik keputusan,
memberi keyakinan, menganalisis asumsi dan pencarian ilmiah.
Berpikir kreatif adalah suatu kegiatan mental untuk meningkatkan
kemurnian (originality) dan ketajaman pemahaman (insigt) dalam
mengembangkan sesuatu (generating). Kemampuan memecahkan
masalah (problem solving) adalah kemampuan tahap tinggi siswa
dalam mengatasi hambatan, kesulitan maupun ancaman. Metode
problem solving (metode pemecahan masalah) bukan hanya sekedar
metode mengajar tetapi juga merupakan suatu metode berpikir, sebab
dalam problem solving dapat menggunakan metode-metode lainnya
dimulai dengan mencari data sampai kepada menarik kesimpulan.
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah
13
f.
Pembelajaran dilakukan dengan multi strategi dan multimedia
sehingga memberikan pengalaman belajar beragam bagi peserta
didik.
C. Tujuan PAIKEM
Pembelajaran
berbasis
PAIKEM
membantu
siswa
mengembangkan
kemampuan berpikir tahap tinggi, berpikir kritis dan berpikir kreatif (critical
dan creative thinking). Berpikir kritis adalah suatu kecakapan nalar secara
teratur, kecakapan sistematis dalam menilai, memecahkan masalah menarik
keputusan, memberi keyakinan, menganalisis asumsi dan pencarian ilmiah.
Berpikir kreatif adalah suatu kegiatan mental untuk meningkatkan
kemurnian
(orginality),
ketajaman
pemahaman
(insigt)
dalam
mengembangkan sesuatu (generating). Kemampuan memecahkan masalah
merupakan kemampuan berpikir tingkat tinggi.
Dalam pembelajaran pemecahan masalah, siswa secara individual atau
kelompok
diberi
tugas
untuk
memecahkan
suatu
masalah.
Jika
memungkinkan masalah diidentifikasi dan dipilih oleh siswa sendiri, dan
diidentifikasi hendaknya yang penting dan mendesak untuk diselesaikan
serta sering dilihat atau diamati oleh siswa sendiri, umpamanya masalah
kemiskinan, kejahatan, kemacetan lalu lintas, pembusukan makanan, wabah
penyakit, kegagalan panen, pemalsuan produk, atau soal-soal dalam setiap
mata pelajaran yang membutuhkan analisis dan pemahaman tingkat tinggi,
Dsb.
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah
14
D. Karakteristik PAIKEM
Sesuai dengan singkatan PAIKEM, maka pembelajaran yang berfokus pada
siswa, makna, aktivitas, pengalaman dan kemandirian siswa, serta konteks
kehidupan dan lingkungan ini memiliki 4 ciri yaitu: mengalami,
komunikasi, interaksi dan refleksi.
1. Mengalami (pengalaman belajar) antara lain:
 Melakukan pengamatan

Melakukan percobaan
 Melakukan penyelidikan
 Melakukan wawancara

Siswa belajar banyak melalui berbuat

Pengalaman langsung mengaktifkan banyak indera.
2. Komunikasi, bentuknya antara lain:
 Mengemukakan pendapat
 Presentasi laporan
 Memajangkan hasil kerja
 Ungkap gagasan
3. Interaksi, bentuknya antara lain:
 Diskusi
 Tanya jawab
 Lempar lagi pertanyaan
o
Kesalahan makna berpeluang terkoreksi
o
Makna yang terbangun semakin mantap
o
Kualitas hasil belajar meningkat
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah
15
4. Kegiatan Refleksi yaitu memikirkan kembali apa yang
diperbuat/dipikirkan.
 mengapa demikian?
 apakah hal itu berlaku untuk …?
 Untuk perbaikan gagasan/makna
 Untuk tidak mengulangi kesalahan
 Peluang lahirkan gagasan baru
Dari karakteristik PAIKEM tersebut, maka guru perlu memberikan
dorongan kepada siswa untuk menggunakan otoritas atau haknya dalam
membangun gagasan. Tanggung jawab belajar, memang berada pada diri
siswa, tetapi guru bertanggung jawab dalam memberikan situasi yang
mendorong prakarsa, motivasi, perhatian, persepsi, retensi, dan transfer
dalam belajar, sebagai bentuk tanggung jawab siswa untuk belajar sepanjang
hayat.
E. Jenis-Jenis PAIKEM
Pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik PAIKEM antara
lain adalah pembelajaran kotekstual (CTL), Pembelajaran Terpadu (Tematik,
IPA Terpadu, IPS Terpadu), Pembelajaran berbasis TIK (ICT), Pembelajaran
Pengayaan dengan menggunakan berbagai strategi antara
lain dengan
Lesson Study.
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah
16
F. Penerapan PAIKEM
Sebagai tahapan strategis pencapaian kompetensi, kegiatan PAIKEM perlu
didesain dan dilaksanakan secara efektif dan efisien sehingga memperoleh
hasil maksimal. Berdasarkan panduan penyusunan KTSP (KTSP), kegiatan
pembelajaran terdiri dari kegiatan tatap muka, kegiatan tugas terstruktur,
dan kegiatan mandiri tidak terstruktur. Sekolah standar, beban belajarnya
dinyatakan dalam jam pelajaran ditetapkan bahwa satu jam pelajaran
tingkat SMA/SMK terdiri dari 45 menit, SMP terdiri dari 40 menit, dan
untuk SD terdiri dari 35 menit tatap muka untuk Tugas Terstruktur dan
Kegiatan Mandiri Tidak Terstruktur. Dalam hal ini guru perlu mendesain
kegiatan pembelajaran tatap muka, tugas terstruktur dan kegiatan mandiri.
1. Kegiatan Tatap Muka
Untuk kegiatan tatap muka dilakukan dengan strategi bervariasi baik
ekspositori maupun diskoveri inkuiri. Metode yang digunakan seperti
ceramah
interaktif,
presentasi,
diskusi
kelas,
diskusi
kelompok,
pembelajaran kolaboratif dan kooperatif, demonstrasi, eksperimen,
observasi di sekolah, ekplorasi dan kajian pustaka atau internet, tanya
jawab, atau simulasi. Tapi jika sudah ada sekolah yang menerapkan
sistem SKS, maka kegiatan tatap muka lebih disarankan dengan strategi
ekspositori.
Namun
demikian
tidak
menutup
kemungkinan
menggunakan strategi diskoveri inkuiri. Metode yang digunakan seperti
ceramah
interaktif, presentasi, diskusi kelas, tanya jawab, atau
demonstrasi.
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah
17
2. Kegiatan Tugas terstruktur
Bagi sekolah yang menerapkan sistem paket, kegiatan tugas terstruktur
tidak dicantumkan dalam jadwal pelajaran namun dirancang oleh guru dalam
silabus maupun RPP (Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran). Oleh
karena itu pembelajaran dilakukan dengan strategi diskoveri inkuiri.
Metode yang digunakan seperti penugasan, observasi lingkungan, atau
proyek.
Kegiatan tugas terstruktur merupakan kegiatan pembelajaran yang
mengembangkan kemandirian belajar peserta didik, peran guru sebagai
fasilitator, tutor, teman belajar. Strategi yang disarankan adalah diskoveri
inkuiri dan tidak disarankan dengan strategi ekspositori. Metode yang
digunakan seperti diskusi kelompok, pembelajaran kolaboratif dan
kooperatif, demonstrasi, eksperimen, observasi di sekolah, ekplorasi dan
kajian pustaka atau internet, atau simulasi.
3. Kegiatan Mandiri Tidak Terstruktur
Kegiatan mandiri tidak terstruktur adalah kegiatan pembelajaran yang
dirancang oleh guru. Strategi pembelajaran yang digunakan adalah
diskoveri
inkuiri
dengan
metode
seperti
penugasan,
observasi
lingkungan, atau proyek.
PAIKEM dapat diterapkan pada pembelajaran Pembelajaran kontekstual
dengan pendekatan konstruktivisme dipandang sebagai salah satu
strategi yang memenuhi prinsip pembelajaran berbasis kompetensi.
Dengan lima strategi pembelajaran kontekstual (contextual teaching and
learning), yaitu relating, experiencing, applying, cooperating, dan transferrini
diharapkan peserta didik mampu mencapai kompetensi secara maksimal.
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah
18
Pemilihan strategi ekspositori dilakukan atas pertimbangan:
a. karakteristik peserta didik dengan kemandirian belum memadai;
b. sumber referensi terbatas;
c. jumlah pesera didik dalam kelas banyak;
d. alokasi waktu terbatas; dan
e. jumlah materi (tuntutan kompetensi dalam aspek pengetahuan) atau
bahan banyak.
Langkah-langkah yang dilakukan pada strategi ekspositori adalah
sebagai berikut.
a. Preparasi, guru menyiapkan bahan/materi pembelajaran
b. Apersepsi diperlukan untuk penyegaran
c. Presentasi (penyajian) materi pembelajaran
d. Resitasi, pengulangan pada bagian yang menjadi kata kunci
kompetensi atau materi pembelajaran.
Pemilihan strategi diskoveri inkuiri dilakukan atas pertimbangan:
a. karakteristik peserta didik dengan kemandirian cukup memadai;
b. sumber referensi, alat, media, dan bahan cukup;
c. jumlah peserta didik dalam kelas tidak terlalu banyak;
d. materi pembelajaran tidak terlalu luas; dan
e. alokasi waktu cukup tersedia.
Langkah-langkah yang dilakukan pada strategi diskoveri inkuiri adalah
sebagai berikut.
a. Guru atau peserta didik mengajukan dan merumuskan masalah
b. Merumuskan logika berpikir untuk mengajukan hipotesis atau
jawaban sementara
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah
19
c. Merumuskan langkah kerja untuk memperoleh data
d. Menganalisis data dan melakukan verifikasi
e. Melakukan generalisasi
Strategi ekspositori lebih mudah bagi guru namun kurang melibatkan
aktivitas peserta didik. Kegiatan pembelajaran berupa instruksional
langsung (direct instructional) yang dipimpin oleh guru. Metode yang
digunakan adalah ceramah atau presentasi, diskusi kelas, dan tanya
jawab. Namun demikian ceramah atau presentasi yang dilakukan secara
interaktif dan menarik dapat meningkatkan keterlibatan peserta didik
dalam pembelajaran.
Strategi diskoveri inkuiri memerlukan persiapan yang sungguh-sungguh,
oleh karena itu dibutuhkan kreatifitas dan inovasi guru agar pengaturan
kelas maupun waktu lebih efektif. Kegiatan pembelajaran berbentuk
Problem Based Learning yang difasilitasi oleh guru. Strategi ini melibatkan
aktivitas peseserta didik yang tinggi. Metode yang digunakan adalah
observasi, diskusi kelompok, eksperimen, ekplorasi, simulasi, dan
sebagainya.
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah
20
PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL
A. Latar Belakang Filosofis dan Psikologis
Penerapan pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) di
Amerika Serikat bermula dari pandangam ahli pendidikan klasik John
Dewey yang pada tahun 1916 mengajukan teori kurikulum dan metodologi
pengajaran yang berhubungan dengan pengalaman dan minat siswa.
Filosofi pembelajaran kontekstual berakar dari paham progressivisme John
Dewey. Intinya, siswa akan belajar dengan baik apabila apa yang mereka
pelajari berhubungan dengan apa yang telah mereka ketahui, serta proses
belajar akan produktif jika siswa terlibat dalam proses belajar di sekolah.
Pokok-pokok pandangan progressivisme antara lain:
1. Siswa
belajar
dengan
baik
apabila
mereka
secara
aktif
dapat
mengkonstruksi sendiri pemahaman mereka tentang apa yang diajarkan
oleh guru.
2. Siswa harus bebas agar dapat berkembang wajar.
3. Penumbuhan minat melalui pengalaman langsung untuk merangsang
belajar.
4. Guru sebagai pembimbing dan peneliti.
5. Harus ada kerja sama antara sekolah dan masyarakat.
6. Sekolah progresif harus merupakan laboratorium untuk melakukan
eksperimen.
Selain teori progressivisme John Dewey, teori kognitif melatarbelakangi pula
filosofi pembelajaran kontekstual. Siswa akan belajar dengan baik apabila
mereka terlibat secara aktif dalam segala kegiatan di kelas dan
berkesempatan untuk menemukan sendiri. siswa menunjukkan belajar
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah
21
dalam bentuk apa yang mereka ketahui dan apa yang dapat mereka
lakukan. Belajar dipendang sebagai usaha atau kegiatan intelektual untuk
membangkit ide-ide yang masih laten melalui kegiatan introspeksi.
Sejauh ini pendidikan kita masih di dominasi oleh pandangan bahawa
pengetahuan sebagai perangkat fakta-fakta yang harus dihafal. Kelas masih
berfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan, kemudian ceramah
sebagai pilihan utama strategi belajar. Untuk itu, diperlukan sebuah strategi
belajar baru yang lebih memberdayakan siswa. Sebuah strategi belajar yang
tidak mengharuskan siswa menghapal fakta-fakta, tetapi sebuah strategi
yang mendorong siswa mengkontruksi pengetahuan di benak mereka
sendiri.
Berpijak pada dua pandangan itu, filosofi konstruksivisme berkembang.
Dasarnya pengetahuan dan keterampilan siswa diperoleh dari konteks yang
terbatas dan sedikit demi sedikit. Siswa yang harus mengkontruksikan
sendiri pengetahuannya.
Melalui landasan filosofi konstruksivisme, CTL dipromosikan menjadi
alternatif strategi belajar yang baru. Melalui strategi, siswa diharapkan
belajar melalui mengalami bukan menghafal.
Menurut filosofi konstruktivisme, pengetahuan bersifat non-objektif,
temporer, dan selalu berubah. Segala sesuatu bersifat temporer, berubah dan
tidak menentu. Belajar adalah pemaknaan pengetahuan, bukan perolehan
pengetahuan dan mengajar diartikan sebagain kegiatan atau menggali
makna, bukan memindahkan pengetahuan kepada orang yang belajar. Otak
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah
22
atau akal manusia berfungsi sebagai alat untuk melakukan interpretasi
sehingga muncul makna yang unik.
Dengan paham kontruksivisme, siswa diharapkan dapat membangun
pemahaman sendiri dari pengalaman/pengetahuan terdahulu. Pemahaman
yang mendalam dikembangkan melalui pengalaman-pengalam belajar
bermakna.
Siswa
diharapkan
memapu
mempraktikkan
pengetahuan/pengalaman yang telah diperoleh dalam konteks kehidupan.
Siswa diharapkan juga melakukan refleksi terhadap strategi pengembangan
pengetahuan tersebut. Dengan demikian, siswa dapat memiliki pemahaman
yang berbeda terhadap pengetahuan yang dipelajari. Pemahaman ini
diperoleh siswa karena ia dihadapkan kepada lingkungan belajar yang bebas
yang merupakan unsur yang sangat esensial.
Hakikat teori kontruksivisme adalah bahwa siswa harus menjadikan
informasi itu menjadi miliknya sendiri. teori kontruksivisme memandang
siswa secara terus menerus memeriksa informasi-informasi baru yang
berlawanan dengan aturan-aturan lama dn memperbaiki aturan-aturan yang
tidak sesuai lagi. Teori konstruksivis menuntut siswa berperan aktif dalam
pembelajaran mereka sendiri. Karena penekanannya pada siswa aktif, maka
strategi kontruksivis sering disebut pengajaran yang berpusat pada siswa
(student-centered instruction). Di dalam kelas yang pengajarannya terpusat
kepada siswa, peranan guru adalah membantu siswa menemukan fakta,
konsep, atau prinsip bagi diri mereka sendiri, bukan memberikan ceramah
atau mengendalikan seluruh kegiatan di kelas.
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah
23
Beberapa proposisi yang dapat dikemukakan sebagai implikasi dari teori
kontruktivistik dalam praktek pembeljaran di sekolah-sekolah kita sekarang
adalah sebagai berikut:
1. Belajar adalah proses pemaknaan informasi baru
2. Kebebasan merupakan unsur esensial dalam lingkungan belajar.
3. Strategi belajar yang digunakan menentukan proses dan hasil belajar.
4. Belajar pada hakikatnya memiliki aspeksosial dan budaya.
5. Kerja kelompok dianggap sangat berharga.
Dalam pandangan kontruksivistik, kebebasan dipandangan sebagai penentu
keberhasilan karena kontrol belajar dipegang oleh siswa sendiri. Tujuan
pembelajaran konstruktivistik menekankan pada penciptaan pemahaman
yang menuntut aktivitas yang kreatif dan produktif dalam konteks nyata.
Dengan
demikian,
paham
konstruktivistik
menolak
pandangan
behavioristik.
B.
Pengertian Pembelajaran Kontekstual
Pembelajaran
merupakan
Kontekstual
(Contextual
suatu proses
pendidikan
Teaching
yang
and
holistik
Learning/CTL)
dan
bertujuan
memotivasi siswa untuk memahami makna materi pelajaran yang
dipelajarinya dengan mengkaitkan materi
tersebut dengan konteks
kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial, dan kultural)
sehingga siswa memiliki pengetahuan/keterampilan yang secara fleksibel
da-pat diterapkan (ditransfer) dari satu permasalahan /konteks ke
permasalahan/ konteks lainnya.
CTL merupakan suatu konsep belajar dimana guru menghadirkan situasi
dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan
antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam
kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan
konsep ini, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa.
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah
24
Proses pembelajaran berlangsung lebih alamiah dalam bentuk kegiatan
siswa bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke
siswa.
Pembelajaran kontekstual dengan pendekatan konstruktivisme dipandang
sebagai salah satu strategi yang memenuhi prinsip-prinsip pembelajaran
berbasis kompetensi. Dengan lima strategi pembelajaran kontekstual
(contextual teaching and learning), yaitu relating, experiencing, applying,
cooperating, dan transferrini diharapkan peserta didik mampu mencapai
kompetensi secara maksimal.
Dalam kelas kontekstual, tugas guru adalah membantu siswa mencapai
tujuannya. Guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi
informasi. Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi anggota kelas (siswa). Sesuatu yang baru datang dari menemukan sendiri bukan dari apa kata guru.
Begitulah peran guru di kelas yang dikelola dengan pendekatan kontekstual.
Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) adalah konsep
belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan-nya
dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan
antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama
pembelaaran efektif, yakni: konstruktivisme (constructivism), bertanya
(questioning), menemukan (inquiri), masyarakat belajar (learning community),
pemodelan (modeling), dan penilaian sebenarnya (authentic assessment).
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah
25
C. Langkah-langkah CTL
CTL dapat diterapkan dalam kurikulum apa saja, bidang studi apa saja, dan
kelas yang bagaimanapun keadaannya. Pendekatan CTL dalam kelas cukup
mudah. Secara garis besar, langkah-langkah yang harus ditempuh dalam
CTL adalah sebagai berikut:
1. Kembangkan pemikiran bahwa siswa akan belajar lebih bermakna
dengan cara bekerja sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan
dan keterampilan barunya.
2. Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik.
3. Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.
4. Ciptakan masyarakat belajar.
5. Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran.
6. Lakukan refleksi di akhir pertemuan.
7. Lakukan penilaian yang sebenarnya (authentic assessment) dengan
berbagai cara.
D. Karakteristik Pembelajaran CTL
1. Kerjasama.
2. Saling menunjang.
3. Menyenangkan, tidak membosankan.
4. Belajar dengan bergairah.
5. Pembelajaran terintegrasi.
6. Menggunakan berbagai sumber.
7. Siswa aktif.
8. Sharing dengan teman.
9. Siswa kritis guru kreatif.
10. Dinding dan lorong-lorong penuh dengan hasil kerja siswa, peta-peta,
gambar, artikel, humor dan lain-lain.
11. Laporan kepada orang tua bukan hanya rapor tetapi hasil karya siswa,
laporan hasil pratikum, karangan siswa dan lain-lain
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah
26
Dalam pembelajaran kontekstual, program pembelajaran lebih merupakan
rencana kegiatan kelas yang dirancang guru, yang berisi skenario tahap
demi tahap tentang apa yang akan dilakukan bersama siswanya sehubungan
dengan topik yang akan dipelajarinya. Dalam program tercermin tujuan
pembelajaran, media untuk mencapai tujuan tersebut, materi pembelajaran,
lang-kah-langkah pembelajaran, dan authentic assessment-nya.
Dalam konteks itu, program yang dirancang guru benar-benar rencana
pribadi tentang apa yang akan dikerjakannya bersama siswanya. Secara
umum tidak ada perbedaan mendasar format antara program pembelajaran
konvensional
dengan
program
pembelajaran
kontekstual.
Program
pembelajaran konvensional lebih menekankan pada deskripsi tujuan yang
akan
dicapai
pembelajaran
(je-las
dan
kontekstual
operasional),
le-bih
sedangkan
menekankan
program
pada
untuk
skenario
pembelajarannya.
Beberapa komponen utama dalam pembelajaran Kontekstual menurut
Johnson (2000: 65), yang dapat di uraikan sebagai berikut:
1. Melakukan hubungan yang bermakna (making meaningful connections)
Keterkaitan
yang
pembelajaran
dan
mengarah
pada
pengajaran
makna
adalah
jantung
kontekstual.
Ketika
siswa
dari
dapat
mengkaitkan isi dari mata pelajaran akademik, ilmu pengetahuan alam.
Atau
sejarah
dengan
pengalamannya
mereka
sendiri,
mereka
menemukan makna, dan makna memberi mereka alasan untuk belajar.
Mengkaitkan pembelajaran dengan kehidupan seseorang membuat
proses belajar menjadi hidup dan keterkaitan inilah inti dari CTL.
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah
27
2. Melakukan kegiatan-kegiatan yang berarti (doing significant works)
Model pembelajaran ini menekankan bahwa semua proses pembelajaran
yang dilakukan di dalam kelas harus punya arti bagi siswa sehingga
mereka dapat mengkaitkan materi pelajaran dengan kehidupan sisw
3. Belajar yang diatur sendiri (self-regulated Learning)
Pembelajaran yang diatur sendiri, merupakan pembelajaran yang aktif,
mandiri, melibatkan kegiatan menghubungkan masalah ilmu dengan
kehidupan sehari-hari dengan cara-cara yang berarti bagi siswa.
Pembelajaran yang diatur siswa sendiri, memberi kebebasan kepada
siswa menggunakan gaya belajarnya sendiri.
4.
Bekerjasama (collaborating)
Siswa dapat bekerja sama. Guru membantu siswa bekerja secara efektif
dalam kelompok, membantu siswa bekerja secara efektif dalam
kelompok, membantu mereka memahami bagaimana mereka saling
mempengaruhi dan saling berkomunikasi.
5.
Berpikir kritis dan kreatif (critical dan creative thinking)
Pembelajaran
kontekstual
membantu
siswa
mengembangkan
kemampuan berpikir tahap tinggi, nerpikir kritis dan berpikir kreatif.
Berpikir kritis adalah suatu kecakapan nalar secara teratur, kecakapan
sistematis dalam menilai, memecahkan masalah menarik keputusan,
memberi keyakinan, menganalisis asumsi dan pencarian ilmiah.
Berpikir kreatif adalah suatu kegiatan mental untuk meningkatkan
kemurnian, ketajaman pemahaman dalam mengembangkan sesuatu.
6.
Mengasuh atau memelihara pribadi siswa (nuturing the individual)
Dalam pembelajaran kontekstual siswa bukan hanya mengembangkan
kemampuan-kemampuan intelektual dan keterampilan, tetapi juga
aspek-aspek kepribadian: integritas pribadi, sikap, minat, tanggung
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah
28
jawab, disiplin, motif berprestasi, dsb. Guru dalam pembelajaran
kontekstual juga berperan sebagai konselor, dan mentor. Tugas dan
kegiatan yang akan dilakukan siswa harus sesuai dengan minat,
kebutuhan dan kemampuannya.
7.
Mencapai standar yang tinggi (reaching high standards)
Pembelajaran kontekstual diarahkan agar siswa berkembang secara
optimal, mencapai keunggulan (excellent). Tiap siswa bisa mencapai
keunggulan, asalkan sia dibantu oleh gurunya dalam menemukan
potensi dan kekuatannya.
8.
Menggunakan Penilaian yang otentik (using authentic assessment)
Penilaian autentik menantang para siswa untuk menerapkan informasi
dan keterampilan akademik baru dalam situasi nyata untuk tujuan
tertentu. Penilaian autentik merupakan antitesis dari ujian stanar,
penilaian
autentik
memberi
kesempatan
kepada
siswa
untuk
menunjukkan kemampuan terbaik mereka sambil mempertunjukkan
apa yang sudah mereka pelajari.
E.
Strategi Pembelajaran Kontekstual
Pembelajaran kontekstual menempatkan siswa di dalam konteks bermakna
yang menghubungkan pengetahuan awal siswa dengan materi yang sedang
dipelajari (Nurhadi, Yasin dan Senduk, 2004: 56). Strategi yang berasosiasi
dengan pembelajaran kontekstual adalah sebagai berikut.
1.
Belajar berbasis Masalah (Problem-Based Learning)
Suatu pendekatan pengajaran yang menggunakan masalah dunia nyata
sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang berpikir kritis
dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh
pegetahuan dan konsep yang esensi dari materi pelajaran. Dalam
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah
29
pengetahuan dan konsep yang esensi dari mata pelajaran. Dalam hal ini
siswa terlibat dalam penyelidikan untuk pemecahan masalah yang
mengintegrasikan keterampilan dan konsep dari berbagai isi materi
pelajaran. Pendekatan ini mencakup pengumpulan informasi yang
berkaitan dengan pertanyaan, mensintesis, dan mempresentasikan
penemuannya kepada orang lain.
2. Pembelajaran Autentik (Authentic Instruction)
Suatu pendekatan pengajaran yang memperkenankan siswa untuk
mempelajari konteks bermakna. Ia mengembangkan keterampilan
berpikir dan memecahkan masalah yang penting di dalam konteks
kehidupan nyata.
3. Belajar Berbasis Inquiry (Inquiry-Based Learning)
Suatu pendekatan pembelajaran yang mengikuti metodologi sains dan
menyediakan kesempatan untuk pembelajaran bermakna.
4. Belajar berbasis Proyek/Tugas (Project-Based Learning)
Suatu pendekatan pembelajaran komprehensif di mana lingkungan
belajar siswa (kelas) didesain agar siswa dapat melakukan penyelidikan
terhadap masalah autentik termasuk pendalaman materi dari suatu
topik mata pelajaran, dan melaksanakan tugas bermakna lainnya.
Pendekatan ini memperkenankan siswa untuk bekerja secara mandiri
dalam mengkonstruk pembelajarannya, dan mengkulminasikan dengan
produk nyata.
5. Belajar Berbasis Kerja (Work-Based Learning)
Suatu
pendekatan
pembelajaran
yang
memungkinkan
siswa
menggunakan konteks tempat kerja untuk mempelajari materi pelajaran
berbasis sekolah dan bagaimana materi tersebut dipergunakan kembali
di tempat kerja. Jadi dalam hal ini, tempat kerja atau sejenisnya dan
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah
30
berbagai
aktifitas dipadukan
dengan
materi
pelajaran untuk
kepentingan siswa.
6. Belajar Berbasis Jasa-Layanan (Service Learning)
Suatu pendekatan pembelajaran yang mengkombinasikan jasa layanan
masyarakat dengan suatu struktu berbasis sekolah untuk merefleksikan
jasa-layanan tersebut, jadi menekankan hubungan antara pengalaman
jasa-layanan dan pembelajaran akademis. Dengan kata lain, pendekatan
ini menyajikan suatu penerapan praktis dari pengetahuan baru yang
diperlukan dan berbagi keterampilan untuk memenuhi kebutuhan
dalam masyarkat melalui proyek/tugas terstruktur dan kegiatan
lainnya.
7. Belajar Kooperatif (Cooperatif Learning)
Pendekatan pembelajaran yang menggunakan kelompok kecil siswa
untuk bekerjasama dalam memaksimalkan kondisi belajar dalam
mencapai tujuan.
F.
Perbedaan Pembelajaran Kontekstual Dengan Pembelajaran Tradisional
Terlihat jelas perbedaan proses pembelajaran kontekstual
yang berpijak
pada pandangan kontrukstivisme dengan pembelajaran tradisional yang
berpijak padangan behaviorisme-objektivis. Menurut Sanjaya (2006 : 256)
ada beberapa perbedaan yang dapat diuraikan sebagai berikut:
1.
Dalam pembelajaran kontekstual, siswa secara aktif terlibat dalam
proses pembelajaran, sedangkan dalam pembelajaran tradisional siswa
adalah penerima informasi yang pasif.
2.
Dalam pembelajaran kontekstual, siswa belajar dari teman melalui kerja
kelompok, diskusi, saling mengoreksi, sedangkan dalam pembelajaran
tradisional siswa belajar secara individual.
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah
31
3.
Dalam pembelajaran kontekstual, pembelajaran dikaitkan dengan
kehidupan nyata dan atau masalah yang disimulasikan, sedangkan
dalam pemebelajaran tradisional pembelajaran sangat abstrak.
4.
Dalam pembelajaran kontekstual, perilaku dibangun atas kesadaran
sendiri sedangkan dalam pembelajaran tradisional perilaku dibangun
atas kebiasaan.
5.
Dalam
pembelajaran
kontekstual,
keterampilan
dibangun
atas
kesadaran diri,, sedangkan dalam pembelajaran tradisional ketrampilan
dikembangkan atas dasar latihan.
6.
Dalam pembelajaran kontekstual, hadiah untuk perilaku baik adalah
kepuasan diri, sedangkan dalam pembelajaran tradisional hadiah untuk
perilaku baik adalah pujian atau nilai (angka) rapor.
7.
Dalam pembelajaran kontekstual, seseorang tidak melakukan yang jelek
karena dia sadar hal itu keliru dan merugikan., sedangkan dalam
pembelajaran tradisional seseorang tidak melakukan yang jelek karena
dia takut hukuman.
8.
Dalam pembelajaran kontekstual, bahasa diajarkan dengan pendekatan
komunikatif, yakni siswa diajak menggunakan bahasa dalam konteks
nyata, sedangkan dalam pembelajaran tradisional, bahasa diajarkan
dengan pendekatan struktural: rumus diterapkan sampai paham,
kemudian dilatihkan (drill).
9.
Dalam pembelajaran kontekstual, pemahaman rumus dikembangkan
atas dasar skemata yang sudah ada dalam diri siswa, sedangkan dalam
pembelajaran tradisional rumus itu ada di luar diri siswa, yang harus
dikembangkan, diterima dan dilafalkan, dan dilatihkan.
10. Dalam pembelajaran kontekstual, siswa menggunakan kemampuan
berpikir kritis, terlibat penuh dalam pengupayakan terjadinya proses
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah
32
pembelajaran yang efektif, ikut bertanggungjawab atas terjadinya proses
pembelajaran yang efektif, dan membawa skemata masing-masing ke
dalam proses pembelajaran sedangkan dalam pembelajaran tradisional
siswa
secara
pasif
menrima
rumus
atau
kaidah
(membaca,
mendengarkan, mencatat, menghapal), tampa memberikan kontribusi
ide dalam proses pembelajaran.
11. Dalam pembelajaran kontekstual, pengetahuan yang dimiliki oleh
manusia dikembangkan oleh manusia itu sendiri. Manusia menciptakan
atau membangun pengetahuan dengan cara memberi arti dan
memahami pengalamannya sedangkan dalam pembelajaran tradisional
pengetahuan adalah penangkapan terhadap serangkaian fakta, konsep,
atau hukum yang brada di luar diri manusia.
G. Evaluasi Otentik Sebagai Ciri Penilaian Pembelajaran Kontekstual
Pembelajaran kontekstual menuntur evaluasi yang bersifat komprehensif,
menyeluruh dan terus menerus, karena dilakukan oleh guru kontekstual
sepanjang proses pembelajaran. Setiap saat terjadi perubahan dan
perkembangan pada para siswa. Perubahan dan perkembangan bidang atau
aspek tertentu mungkin sangat banyak/tinggi, tetapi pada bidang atau
aspek lainnya sedikit, sedikit sekali atau bahkan hampir tidak ada.
Perubahan atau perkembangan tersebut mungkin berkenaan dengan aspek
yang menjadi tujuan atau terumuskan dalam tujuan pembelajaran.
Evaluasi dilakukan pada waktu para siswa merencanakan sesuatu kegiatan,
melaksanakan maupun melaporkan hasil kegiatannya. Evaluasi juga
dilakukan pada waktu siswa berdiskusi, mengerjakan tugas, mengerjakan
tugas, melakukan latihan, percobaan, pengamatan, penelitian, pemecahan
masalah, dan penyelesaian soal. Bagaimana siswa melakukan berbagai
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah
33
kegiatan tersebut serta hasil-hasil yang mereka tunjukkan, baik berupa
rancangan, makalah, laporan, rangkuman, gambar, model, ataupun hasil
pemecahan dan jawaban soal, merupakan wujud dari perkembangan dan
kemampuan hasil belajar mereka.
Evaluasi terhadap proses pembelajaran dan hasil karya merupakan evaluasi
otentik, evaluasi kenyataan, karena mengevaluasi apa yang secara nyata
dilakukan dan dihasilkan oleh para siswa. Hal ini tidak berarti, bahwa
evaluasi dengan menggunakan tes tidak bisa digunakan, karena evaluasi
dengan menggunakan tes, mengukur hasil pembelajaran pada akhir periode,
akhir semester, tengah semester atau akhir unit. Makin pendek periode
waktu pembelajaran yang dievaluasi, maka makin mendekati evaluasi
otentik.
Dalam evaluasi hasil pembelajaran, biasanya hanya digunakan tes,
berbentuk tes obyektif atau essay, maka dalam evaluasi proses juga
digunakan evaluasi perbuatan (pengamatan), lisan, hasil karya dan
portfolio. Portfolio merupakan kumpulan dokumen yang disusun secara
sistematik dan terarah yang menggambarkan perkembangan atau kemajuan
siswa dalam bidang tertentu.
H. Penerapan Pembelajaran Kontekstual di Kelas
Ada tujuh komponen utama pembelajaran yang mendasari penerapan
pembelajaran
kontekstual
konstruktivisme
dikelas.
(constructivism),
Ketujuh
bertanya
komponen
(questioning),
itu
adalah
menemukan
(inquiry), masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modeling)
refleksi (reflection), dan penilaian sebenarnya (authentic assessment)
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah
34
1. Konstruktivisme (Constructivism)
Konstruktivisme merupakan landasan berpikir pendekatan kontekstual,
yaitu pengetahuan dibangun sedikit demi sedikit demi sedikit, yang
hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak dengan tibatiba. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah
yang siap untuk diambil dan diingat. Tetapi siswa harus mengkontruksi
pengetahuan itu dan memberi makna melalaui pengalaman nyata. Siswa
perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang
berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide, yaitu siswa harus
mengkontruksikan pengetahuan dibenak mereka sendiri.
Esensi dari teori kontruksivisme adalah ide bahwa siswa haarus
menemukan dan mentransfomasikan suatu informasi kompleks ke situasi
lain, dan apabila dikehendaki informasi itu menjadi milik mereka sendiri.
Dengan
dasar
mengkontruksi
ini
pembelajaran harus
bukan
mnerima
dikemas
pengetahuan.
menjadi
Landasan
proses
berpikir
konstruktivisme agak berbeda dengan kaum objektif, yang lebih
menekaankan
pada
hasil
pembelajaran.
Dalam
pandangan
konstruktivisme, strategi memperoleh lebih diutamakan dibandingkan
seberapa banyak siswa memperoleh dan mengingat diutamakan
dibandingkan seberapa banyak siswa memperoleh dan mengingat
pengetahuan. Untuk itu tugas guru adalah memfasilitasi proses tersebut
dengan : (1) menjadikan pengetahuan bermakana dan relevan bagi siswa;
(2) memberi kesempatan siswa menemukan dan menerapkan idenya
sendiri; dan (3) menyadarkan siswa agar menerapkan strategi mereka
sendiri dalam belajar.
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah
35
2. Bertanya (questioning)
Pengetahuan yang dimiliki seseorang, selalu bermula dari bertanya
karena
bertanya
merupakan
strategi
utama
pembelajaran
yang
produkstif, kegiatan bertanya berguna untuk: (1) menggaliinformasi baik
administrasi maupun akademia; (2) mengecek pemahaman siswa; (3)
membangkitkan respon pada siswa; (4) mengetahui sejauh mana keingin
tahuan siswa; (5) mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa; (6)
memfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang dikehendaki gur; (7)
untuk membangkitkan lebihbanyak lagi pertanyaan dari siswa; (8) untuk
menyegarkan kembali pengetahuan siswa. Pada semua aktivitas belajar,
questioning dapat diterapkan antara siswa dengan siswa, antara guru dan
siswa, antara siswa dengan guru, antara siswa dengan orang lain yang
didatangkan ke kelas dan sebagainya.
3. Menemukan (inquiry)
Menemukan
merupakan bagian inti
dari
kegiatan pembelajaran
menggunakan pendekatan kontekstual. Pengetahuan dan keterampilan
yang diperoleh siswa diharapkan bukan hanya hasil mengingat
seperangkat fakta-fakta tetapi juga hasil dari menemukan sendiri. Siklus
inquiry adalah (1) observasi, (2) bertanya, (3) mengajukan dugaan, (4)
pengumpulan data, (5) penyimpulan. Kata kunci dari strategi inquiry
adalah siswa menemukan sendiri, adapun langkah-langkah kegiatan
menemukan sendiri adalah: (1) merumuskan masalah dalam mata
pelajaran apapun; (2) mengamati atau melakukan observasi; (3)
menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar,laporan, bagan
tabel, dan karya lainnya; dan (4) mengkomunikasikan atau menyajikan
hasil karya pada pembaca, teman kelas, guru, atau audience lainnya.
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah
36
4. Masyarakat Belajar (learning community)
Konsep learning community menyarankan agar hasil pembelajaran
diperoleh dari kerja sama dengan orang lain. Hasil belajar didapat dari
berbagi anatara kawan, kelompok, dan antara yang tahu ke yang belum
tahu. Di ruang kelas ini, di sekitar sini, juga dengan orang-orang yang
diluar sana semua adalah anggota masyarakat belajar. Dalam kelas yang
menggunakan
pendekatan
kontekstual,
guru
disarankan
dalam
melaksanakan pembelajaran dalam kelompok-kelompok belajar. Siswa
dibagi dalam kelompok-kelompok yang anggotanya heterogen. Yang
pandai mengajari yang lemah, yang tahu memberiyahu yang belum tahu,
yang cepat menangkap mendorong temannya yang lambat, yang
mempunyai gagasan segera memberikan usul dan seterusnya. Kelompok
siswa bisa sanagt bervariasi bentuknya, baik keanggotaan, jumlah,
bahkan bisa melibatkan siswa di dalam kelas atasnya, atau guru
mengadakan kolaborasi dengan mendatangkan seorang ahli ke kelas.
5. Permodelan (modelling)
Dalam sebuah pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu, ada
model yang bisa ditiru. Model itu, memberi peluang yang besar bagi guru
untuk memberi contoh cara mngerjakan sesuatu, dengan begitu guru
memberi
model
tentang
bagaimana
belajar.
Dalam
pendekatan
kontekstual guru bukan satu-satunya model. Model dapat dirancang
dengan melibatkan siswa, seorang siswa dapat ditunjuk untuk
memberikan contoh temannya, misalnya cara melafalkan suatu kata.
Siswa contoh tersebur dikatakan sebagai model, siswa lain dapat
menggunakan model tersebut sebagai standar kompetensi yang harus
dicapai.
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah
37
6. Refleksi (reflection)
Refleksi adalah cara berfikir tentang apa yang baru dipelajari atau
berpikir kebelakng tentang apa-apa yang sudah kita lakukan dalam hal
belajar di masa lalu. Siswa mengendapkan apa yang dipelajarinya sebagai
struktur pengetahuan yang baru, yang merupakan pengayaan atau revisi
dari pengetahuan sebelummnya. Refleksi merupakan respons terhadap
kejadian, aktivitas, atau pengetahuan yang baru diterima.
7. Penilaian Sebenarnya (authentic assessment)
Assessment adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa
memberikan gambaran belajar siswa. Gambaran perkembangan belajar
siswa perlu diketahui olehb guru agar bisa memastikan bahwa siswa
mengalami proses pembelajaran yang benar. Apabila data yang
dikumpulkan
guru
mengidentifikasikan
bahwa
siswa
mengalami
kemacetan dalam belajar, maka guru segera bisa mengambil tindakan
yang tepat agar siswa agar siswa terbebas dari kemacetan belajar. Karena
gambaran tentang kemajuanbelajar itu diperlukan disepanjang proses
pembelajaran, maka penilaian tidak dilakukan diakhir periode seperti
akhir semester. Kemajuan belajar dinilai dari proses, bukan melalui hasil,
dan dengan berbagai cara. Tes hanyalah salah satunya, itulah hakekat
penilaian yang sebarnya. Penilai tidak hanya guru, tetapi bisa juga teman
lain atau orang lain. Karakteristik penilain sebenarnya adalah (1)
dilaksanakan selama dan sesuadah proses pembelajaran berlangsung; (2)
bisa digunakan untuk formatif maupun sumatif; (3) yang diukur
keterampilan dan performasi, bukan hanya mengingat fakta; (4)
berkesinambungan; (5) terintegrasi; (6) dapat dipergunakan sebagaifeed
back. Dengan demikian pembelajaran yang benar memang seharusnya
ditekankan pada upaya membantu siswa agar mampu mempelajari
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah
38
(learning how to learn) sesuatu, bukan ditekankan pada diperolehnya
sebanyak mungkin informasi diakhir periode pembelajaran.
Berikut contoh Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) berbasis CTL pada
mata pelajaran IPA di SMP.
CONTOH RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
BERBASIS CTL
Sekolah
Mata Pelajaran
Kelas/Semester
Alokasi Waktu
:
:
:
:
SMP ..........................................
IPA (Ilmu Pengetahuan Alam)
IX (Sembilan)/ 2 (Dua)
10 x 40 menit (5 pertemuan)
A. Standar Kompetensi
: 4.
Memahami konsep kemagnetan dan
penerapannya dalam kehidupan seharihari.
B. Kompetensi Dasar
: 4.1. Menyelidiki gejala kemagnetan dan cara
membuat magnet.
C. Tujuan Pembelajaran
Pertemuan 1:
Setelah pembelajaran ini selesai siswa diharapkan dapat:
1. mengidentifikasi bahan magnetik dan bahan bukan magnetik.
2. menunjukkan kutub-kutub magnet.
3. menentukan daerah gaya di sekitar magnet (medan magnet).
4. mendeskripsikan sifat kutub-kutub magnet.
5. memberikan pemaknaan terhadap keberadaan kutub-kutub magnet
(kutub utara dan kutub selatan).
6. memberikan pemaknaan terhadap sifat-sifat interaksi antara kutub-kutub
magnet.
Pertemuan 2:
Setelah pembelajaran ini selesai siswa diharapkan dapat:
1. mendemonstrasikan pembuatan magnet dengan cara menggosok.
2. mendemonstrasikan pembuatan magnet dengan cara induksi.
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah
39
3.
4.
5.
6.
mendemonstrasikan pembuatan magnet dengan cara elektromagnetik.
memberikan pemaknaan terhadap pembuatan magnet dengan cara
menggosok.
memberikan pemaknaan terhadap pembuatan magnet dengan cara
induksi.
memberikan pemaknaan terhadap pembuatan magnet dengan cara
elektromagnetik.
Pertemuan 3:
Setelah pembelajaran ini selesai siswa diharapkan dapat:
1. menyebutkan cara-cara menghilangkan sifat kemagnetan.
2. mendeskripsikan kemagnetan bumi.
3. memberikan pemaknaan terhadap cara-cara menghilangkan
kemagnetan.
4. memberikan pemaknaan terhadap keberadaan kemagnetan bumi.
sifat
Pertemuan 4:
Setelah pembelajaran ini selesai siswa diharapkan dapat:
1. menjelaskan secara kualitatif sifat medan magnet di sekitar kawat berarus
listrik.
2. memberikan pemaknaan terhadap sifat medan magnet di sekitar kawat
berarus listrik.
Pertemuan 5:
Penilaian pencapaian KD 4.1 (Ulangan Harian, materi Pertemuan 1 s.d. 4).
D. Materi Pelajaran: Kemagnetan
KEMAGNETAN
Lebih dari 2000 tahun yang lalu, orang Yunani yang hidup di suatu daerah di
Turki yang dikenal sebagai Magnesia menemukan batu aneh. Batu tersebut
menarik benda-benda yang mengandung besi. Karena batu tersebut
ditemukan di Magnesia, orang Yunani memberi nama batu tersebut magnet.
Sifat benda yang teramati sebagai suatu gaya tarik atau gaya tolak antara
kutub-kutub magnet disebut kemagnetan.
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah
40
Secara sederhana kita dapat mengelompokkan bahan-bahan menjadi dua
kelompok, yaitu: bahan magnetik dan bahan bukan magnetik. Bahan-bahan
yang dapat ditarik oleh magnet disebut bahan magnetik. Sedangkan bahanbahan yang tidak dapat ditarik oleh magnet disebut bahan bukan magnetik.
Besi, baja, nikel, dan kobalt termasuk bahan magnetik. Sedangkan kayu, kaca,
aluminium, dan plastik adalah contoh-contoh bahan bukan magnetik.
Semua magnet mempunyai sifat-sifat tertentu. Setiap magnet, bagaimanapun
bentuknya, mempunyai dua ujung di mana pengaruh magnetiknya paling
kuat. Dua ujung tersebut dikenal sebagai kutub magnet, yang diberi nama
kutub utara (U) dan kutub selatan (S). Jika kutub-kutub magnet senama (U
dan U atau S dan S) saling didekatkan, kedua kutub tersebut akan tolakmenolak. Namun, jika kutub utara (U) salah satu magnet didekatkan ke
kutub selatan (S) magnet lain, kutub-kutub tersebut akan tarik-menarik.
Sifat-sifat magnetik suatu bahan bergantung pada struktur atomnya. Para
ilmuwan mengetahui bahwa atom itu sendiri memiliki sifat-sifat magnetik.
Sifat-sifat magnetik tersebut disebabkan gerak elektron atom-atom tersebut.
Oleh karena itu, tiap atom di dalam suatu bahan magnetik adalah seperti
sebuah magnet kecil yang disebut magnet atom (magnet elementer).
PEMAKNAAN

Semua magnet memiliki dua kutub yang berlawanan, yaitu utara (U) dan
selatan (S).
”Allah, Tuhan yang Maha Esa menciptakan manusia secara berpasangpasangan.” Hanya Allah-lah dzat yang tunggal, Allah itu satu, tidak
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah
41
beranak dan tidak diperanakkan. Bagi ajaran agama Islam, hal ini sesuai
dengan kandungan dalam Surat Al-Ikhlas.
Secara kodrati, manusia mempunyai dua jenis kelamin, yaitu: laki-laki (L)
dan perempuan (P).

Kutub-kutub magnet yang senama (U-U atau S-S), jika didekatkan akan
tolak-menolak. Sedangkan kutub-kutub magnet yang tidak senama (U-S),
jika didekatkan akan tarik-menarik.
Agama melarang manusia sesama jenis untuk saling jatuh cinta. Manusia
hanya boleh menikah dengan lawan jenisnya. Perilaku ”menyimpang”
seperti homoseksual (L-L) atau lesbian (P-P) dilarang oleh agama.

Sebatang logam (besi) dapat dijadikan magnet dengan cara menggosokkan
magnet pada logam tersebut. Penggosokan magnet harus dilakukan secara
terarah, dan semakin lama penggosokan semakin kuat serta bertahan
lama sifat kemagnetannya.
”Rajin pangkal pandai.” Apabila kita ingin pandai, kita harus rajin
belajar, dan tidak mudah menyerah.

Sebatang logam (besi) dapat dijadikan magnet dengan cara menginduksi
logam tersebut dengan magnet pada logam tersebut.
Lingkungan sangat mempengaruhi perilaku dan perkembangan kognitif
seseorang. Apabila kita ingin menjadi orang ”baik-baik” maka kita harus
bergaul dan berteman dengan orang yang berperilaku baik pula. Apabila
kita ingin menjadi orang yang pandai, maka kita juga harus banyak
bergaul dan berteman dengan orang yang pandai.

Sebatang logam (besi) dapat dijadikan magnet dengan cara melilitkan
kawat pada logam dan mengalirkan arus listrik pada kawat yang dililitkan
pada logam tersebut.
Agar kemampuan (pengetahuan) kita semakin bertambah, kita harus
sering berdiskusi dan mendapat masukan-masukan dari banyak orang
yang memiliki kemampuan melebihi kemampuan kita.

Sebuah magnet dapat hilang sifat kemagnetannya diantaranya apabila
kita bakar dan kita pukul-pukul. Sifat kemagnetan dimiliki oleh suatu
bahan apabila magnet-magnet elementer bahan itu tersusun secara
teratur.
”Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh.” Dalam suatu komunitas,
apabila kita rukun tidak terjadi saling permusuhan, maka apapun yang
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah
42
kita cita-citakan akan dengan lebih mudah untuk kita capai. Namun,
dengan adanya suatu pengaruh ”negatif” dari luar, misalnya munculnya
para provokator-provokator, maka adanya provokasi tersebut dapat
memecah-belah persatuan dan kesatuan bangsa.
E. Alat/Bahan/Sumber belajar
1. Buku Siswa CTL untuk SMP Direktorat PSMP
2. Buku Sumber (Referensi) lain
3. LKS Kemagnetan
4. Alat peraga magnet, bel listrik, dan motor listrik
5. Serbuk besi
6. Animasi pemaknaan untuk penanaman sikap
7. Kabel/kawat listrik (kawat untuk kumparan)
8. Catu daya (baterai)
F. Model Pembelajaran:
Pembelajaran Kooperatif (CL) dengan ”Pemaknaan”
G. Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan 1
Tahap Pembelajaran
Terlaksana
Ya
Tidak
Kegiatan Awal
 Demonstrasi menarik benda-benda dari logam (besi) dengan
sebuah ”magnet”. Menanyakan kepada siswa, mengapa benda
tersebut dapat menempel?
 Menginformasikan bahwa magnet ba nyak digu nakan
dalam kehidu pan sehari-hari di sekitar kit a sambil
me mberikan cont oh misalnya bel listrik, mot or listrik,
tape recorder, dll.
 Menya mpaikan tuju an pembelaja ran (Pertemuan 1).
Kegiatan Inti
 Memperlihatkan magnet batang, mendemon strasikan
bahwa ada beberapa benda yang da pat ditarik oleh
magnet dan ada yang tidak dapat ditarik oleh magnet.
 Menginformasikan magn et batang me mpunyai dua
kutub yang dinamai kutub utara dan selatan sambil
mende monstrasikan me nggantungkan magne t batang
dengan benang. Menje laskan k onse p ke magnetan.
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah
43
Tahap Pembelajaran






Terlaksana
Ya
Tidak
Meminta siswa dudu k dalam tatanan pe mbelajaran
koope ratif
sambil
men gingatka n
keterampilan
koope ratif yan g akan dilatihkan dan baga imana cara
mengikuti pe latihan kete rampilan k oo pe ratif tersebut
dan me mba gikan LKS 2 “Pandu an Belajar Pengaruh
magnet”.
Meminta siswa me mba ca Pengaruh Mag net dan
me mbimb ing
mengerjakan
LKS
tersebut
dan
menggarisbawahi kalimat pokok setelah mendisku sikan
di kelompokn ya masing-masing.
Membagika n LKS 1 serta alat dan bahan yang
dibutu hkan
dan
memb imbing
tiap
kelompok
mengerjaka n LKS tersebu t.
Meminta satu-du a kelompok untu k menulis di pa pan
tu lis Tabel 1 yang telah diisi dan ditanggapi kelompok
lain.
Selanjutnya guru memaknai setiap materi yang telah
didiskusikan sebagai contoh atau model perilaku dan budi
pekerti. Adapun materi-materi yang perlu diberikan pemaknaan,
antara lain berkaitan dengan:
- magnet dapat menarik benda;
- magnet memiliki dua kutub, yaitu: U dan S;
- sifat gaya magnet antar kutub-kutub magnet.
(Lain-lainnya dapat dikembangkan sesuai kreativitas guru).
Kegiatan Penutup
 Untuk memantapkan pemahaman siswa tentang ”Pengaruh
Magnet” guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan sesuaikan
dengan tujuan pembelajaran pada Pertemuan 1 ini.
 Meminta siswa merangkum materi sesuai dengan tujuan-tujuan
yang ingin dicapai dan mempresentasikan jawaban benar dari
LKS 1 dan LKS 2.
Pertemuan 2
Tahap Pembelajaran
Terlaksana
Ya
Tidak
Kegiatan Awal
 Mendemonstrasikan dengan menempelkan sebuah paku besar
ke paku-paku kecil dan meminta siswa memperhatikan pakupaku kecil itu apakah dapat menempel pada sebuah paku besar
tersebut.
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah
44
Tahap Pembelajaran



Terlaksana
Ya
Tidak
Demonstrasi dilanjutkan dengan menempelkan paku besar
tersebut dengan sebuah magnet batang dan kemudian
menempelkannya pada paku-paku kecil. Siswa diminta
memperhatikan paku-paku kecil itu apakah dapat menempel
pada sebuah paku besar tersebut.
Menginformasikan ba hwa ha ri ini akan dilakukan
percobaa n me mbuat magnet dengan cara mengg osok,
induksi, dan mengalirka n arus listrik.
Menya mpaikan tuju an pembelaja ran (Pertemuan 2).
Kegiatan Inti
 Menyajikan informasi ba hwa dalam b esi yang bukan
magnet su su nan atom-at omnya masih acak. Agar besi
menjadi magnet, susunan atom-at omnya harus dibuat
searah. Salah satu cara yang dapat dilaku kan adalah
dengan ca ra mendekatkan sebuah magnet ke besi
tersebut.
 Meminta siswa dudu k dalam tatanan pe mbelajaran
koope ratif.
 Membagika n LKS 3 dan me mbimbing sisw a u ntuk
mengerjaka n LKS tersebu t.
 Meminta salah satu kelompok untuk menu liskan hasil
kegiatann ya di papan tulis dan kelompok lain diminta
mena nggapinya.
 Memberi penghargaan pada siswa/kelompok yang
kine rjanya bagu s.
 Selanjutnya guru memaknai setiap materi yang telah
didiskusikan sebagai contoh atau model perilaku dan budi
pekerti. Adapun materi-materi yang perlu diberikan pemaknaan,
antara lain berkaitan dengan:
- pembuatan magnet dengan cara menggosok;
- pembuatan magnet dengan cara induksi;
- pembuatan magnet dengan cara elektromagnetik.
 (Lain-lainnya dapat dikembangkan sesuai kreativitas guru).
Kegiatan Penutup
 Untuk memantapkan pemahaman siswa tentang ”Cara
Pembuatan Magnet” guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan
sesuaikan dengan tujuan pembelajaran pada Pertemuan 2 ini.
 Meminta siswa merangkum materi sesuai dengan tujuan-tujuan
yang ingin dicapai dan mempresentasikan jawaban benar dari
LKS 3.
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah
45
Pertemuan 3
Tahap Pembelajaran
Terlaksana
Ya
Tidak
Kegiatan Awal
 Sambil menggantung bebas sebuah magnet batang, menanyakan
kepada siswa: ”ke arah mana magnet batang itu selalu
menghadap?” Mengapa?
 Menanyakan kepada siswa, apakah suatu magnet, sifat
kemagnetannya tidak dapat dihilangkan?
 Menya mpaikan tuju an pembelaja ran (Pertemuan 3).
Kegiatan Inti
 Menginformasikan bahwa garis gaya ma gn et dapat
digambar untuk mempe rlihatkan lintasan medan
magnet, menjelaskan pola-pola garis gay a untuk
berbagai maca m su su nan magnet batang.
 Menginformasikan bahwa terdapat perb edaan antara
kutub magnetik dan kutu b geografik bu mi, serta
menje laskan baga imana kompas da pat membantu u ntuk
mene ntukan arah.
 Meminta siswa dudu k dalam tatanan pe mbelajaran
koope ratif
sambil
mengingatka n
keterampila n
koope ratif yan g akan dilatihkan dan baga imana cara
mengikuti pe latihan kete rampilan k oope ratif tersebut
dan memba gikan LKS 5.
 Meminta siswa memba ca Buku Siswa, tentang Pengaruh
Magnet;
Kemagnetan
Bumi,
dan
me mbimbing
mengerjaka n LKS 5 tersebut dan menggarisbawahi
kalimat pokok setelah mendiskusikan di kelompoknya
masin g-masing.
 Membagika n LKS 4 serta alat dan bahan yang
dibutu hkan
dan
memb imbing
tiap
kelompok
mengerjaka n LKS tersebu t.
 Meminta satu dua kelompok untuk menggambar pola
serbuk besi untuk tiap su sunan magnet batang dan
ditanggapi kelompok lain.
 Selanjutnya guru memaknai setiap materi yang telah
didiskusikan sebagai contoh atau model perilaku dan budi
pekerti. Adapun materi-materi yang perlu diberikan pemaknaan,
antara lain berkaitan dengan:
- cara menghilangkan sifat kemagnetan;
- keberadaan kemagnetan bumi.
 (Lain-lainnya dapat dikembangkan sesuai kreativitas guru).
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah
46
Terlaksana
Ya
Tidak
Tahap Pembelajaran
Kegiatan Penutup
 Untuk memantapkan pemahaman siswa tentang cara
menghilangkan sifat kemagnetan dan keberadaan kemagnetan
bumi, guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan sesuaikan dengan
tujuan pembelajaran pada Pertemuan 3 ini.
 Meminta siswa merangkum materi sesuai dengan tujuan-tujuan
yang ingin dicapai dan mempresentasikan jawaban benar dari
LKS 4 dan LKS 5.
Pertemuan 4
Terlaksana
Ya
Tidak
Tahap Pembelajaran
Kegiatan Awal
 Mendemonstrasikan terjadinya penyimpangan suatu jarum
kompas ketika diletakkan dekat suatu magnet. Menanyakan
pada siswa, mengapa jarum kompas itu dapat mengalami
penyimpangan arah?
 Mengingatkan kembali tentang cara membuat magnet dengan
mengalirkan arus listrik.
 Menya mpaikan tuju an pembelaja ran (Pertemuan 4).
Kegiatan Inti
 Meng informasikan bahwa arus listrik yang mengalir
melalui sebuah penghanta r akan menimbu lka n medan
mag net yang arahnya bergantung pada arah arus listrik.
 Meng informasikan bahwa medan magnet solenoida
dapat diperbesar dengan memperbesar jumlah lilitan
maupun besar aru s yang mengalir melalu inya.
 Me minta siswa duduk dalam tatanan pe mbelajara n
kooperatif
sa mbil
mengingatka n
ket era mpilan
kooperatif ya ng akan dilatihkan dan ba gaimana cara
men giku ti pe latihan k eterampila n k ooperatif tersebut
dan membagika n LKS 8.
 Me minta siswa memba ca Buku Siswa, subbab Medan
Magnet di Se kitar Arus Listrik, dan membimbing
men gerjakan LKS 8 tersebut dan me ngga risbawah i
kalimat pokok setelah mendiskusikan di kelompok nya
masing-masing.
 Me mbagikan
LKS
7
serta
alat
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah
dan
bahan
yang
47
Tahap Pembelajaran



Terlaksana
Ya
Tidak
dibutuhkan
dan
me mbimbing
tia p
kelompok
men gerjakan LKS tersebut.
Meminta satu-du a kelompok untu k menulis di pa pa n
tu lis u ntuk melengkapi Tabel 1 hasil penyelidikan dan
ditanggapi kelompok lain.
Selanjutnya guru memaknai setiap materi yang telah
didiskusikan sebagai contoh atau model perilaku dan budi
pekerti. Adapun materi-materi yang perlu diberikan pemaknaan,
yaitu:
- sifat medan magnet di sekitar kawat berarus listrik.
(Lain-lainnya dapat dikembangkan sesuai kreativitas guru).
Kegiatan Penutup
 Untuk memantapkan pemahaman siswa tentang medan magnet
di sekitar kawat berarus listrik, guru mengajukan pertanyaanpertanyaan sesuaikan dengan tujuan pembelajaran pada
Pertemuan 4 ini.
 Meminta siswa merangkum materi sesuai dengan tujuan-tujuan
yang ingin dicapai dan mempresentasikan jawaban benar dari
LKS 7 dan LKS 8.
H. Penilaian (Instrumen Penilaian Terlampir pada Lembar Penilaian)
 Bentuk tes tertulis: pilihan ganda dan uraian singkat
 Kinerja saat melakukan kegiatan
 Laporan/presentasi
Tes tertulis dilaksanakan setelah proses pembelajaran (Pertemuan 5)
dengan menggunakan Lembar Penilaian (LP) 4.1.
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah
48
CONTOH 2: RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN BERBASIS CTL
Sekolah
: SMP
Mata Pelajaran
: IPA
Kelas / Semester : VII / 1
Standar Kompetensi
3. Memahami wujud zat dan perubahannya
4. Memahami berbagai sifat dalam perubahan fisika dan kimia.
6. Memahami keanekara-gaman makhluk hidup.
Kompetensi Dasar
3.1 Menyelidiki sifat-sifat zat berdasarkan wujudnya dan penerapannya dalam
kehidupan sehari-hari
4.2 Melakukan pemisahan campuran dengan berbagai cara berdasarkan sifat fisika dan
sifat kimia
6.2 Mengklasifikasikan makhluk hidup berdasarkan ciri-ciri yang dimiliki
Indikator
 Mengidentifikasi cara-cara pemisahan campuran dengan cara fisika
 Mengidentifikasi cara-cara pemisahan campuran dengan cara kimia
 Menentukan cara pemisahan campuran berdasarkan karakteristik campuran
 Menerapkan cara pemisahan campuran berdasarkan karakteristik campuran
PERTEMUAN 1
A. Tujuan Pembelajaran
Peserta didik mampu:
1. Mengidentifikasi cara-cara pemisahan campuran dengan cara penyaringan
2. Menentukan cara pemisahan campuran berdasarkan karakteristik campuran
3. Menerapkan cara pemisahan campuran berdasarkan karakteristik campuran
4. Melakukan pengamatan, menuliskan data hasil pengamatan, melakukan
inferensi, berkomunikasi
B. Materi Pembelajaran
Pemisahan campuran dengan cara penyaringan
C. Metode Pembelajaran
1.Model
:Cooperatif Learning
2.Metode : Demonstrasi
Eksperimen
Diskusi
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah
49
D.Langkah-langkah
1. Kegiatan Pendahuluan
Motivasi: Menunjukkan pada siswa air kotor dan air jernih, kemudian
menanyakan kepada siswa: “Terdiri dari apa sajakah campuran tersebut, apakah
terdapat organisme di dalamnya? Apakah air tersebut dapat dijernihkan?”
Pengetahuan Prasyarat: Mengajukan pertanyaan tentang pengertian campuran
Menyampaikan tujuan pembelajaran
2. Kegiatan Inti
- Menegaskan tentang permasalahan yang muncul dalam sesi pemotivasian.
- Membagi peserta didik kedalam kelompok-kelompok, Tiap kelompok terdiri
dari 4-5 siswa.
- Meminta peserta didik untuk membaca LKS dan mendiskusikan dalam
kelompok sebelum melakukan percobaan.
- Membinbing siswa melakukan percobaan dan memeriksa kegiatan peserta
didik apakah sudah dilakukan dengan benar.
- Jika masih ada peserta didik /kelompok yang belum dapat melakukan
dengan benar ,guru dapat langsung memberikan bimbingan.
- Peserta didik mempresentasikan hasil kerja kelompoknya
- Memberi penghargaan pada semua kelompok yang telah melakukan
percobaan dan mempresentasikan hasilnya sesuai kinerja kelompok.
- Mengklarifikasi konsep yang telah didapat siswa, dilanjutkan dengan
diskusi tentang berbagai kemungkinan pemisahan campuran selain
penyaringan.
3. Kegiatan Penutup
- Guru membimbing siswa merangkum pelajaran.
- Penugasan Terstruktur: Memberikan tugas lanjutan dari kegiatan yang telah
dilakukan yaitu menggunakan bahan-bahan lain yang dapat digunakan
untuk menyaring air dan membandingkan hasilnya dengan kelompok lain.
Tugas dikumpulkan pada pertemuan berikutnya.ahan- apakah yang kamu
pikir dapat digunakan sebagai penyaring air? Lakukan kegiatan ini dengan
menggunakbahan-bahan yang
E. Sumber Belajar
1. Buku siswa
2. LKS
3. Alat dan bahan untuk kegiatan siswa dalam pertemuan ini, meliputi:
a. botol plastik 2l bekas air mineral
b. air kolam
c. kerikil
d. pasir
e. ijuk
f. pisau
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah
50
PERTEMUAN 2
A.Tujuan Pembelajaran
Peserta didik dapat :
1. Mengidentifikasi cara-cara pemisahan campuran dengan cara destilasi
2. Menentukan cara pemisahan campuran berdasarkan karakteristik campuran
3. Menerapkan cara pemisahan campuran berdasarkan karakteristik campuran
4. Melakukan pengamatan, menuliskan data hasil pengamatan, melakukan
inferensi, berkomunikasi
B.Materi Pembelajaran
Pemisahan campuran dengan cara destilasi dan kristalisasi
C.Model Pembelajaran
Pendekatan
: Pembelajaran Kooperatif
Metode
: Pengamatan, Diskusi
D.Langkah-langkah
1. Kegiatan pendahuluan
Motivasi: Menanyakan kegiatan tugas lanjutan, selanjutnya menanyakan:
“Bagaimanakah memperoleh air tawar dari air asin? ” (Arahkan dalam konteks
penjernihan air untuk memperoleh air tawar)
Pengetahuan Prasyarat: Mengajukan pertanyaan tentang penguapan dan
pengembunan
Menyampaikan tujuan pembelajaran
2. Kegiatan inti
- Menegaskan tentang permasalahan yang muncul dalam sesi pemotivasian
dan berdiskusi tentang penguapan dan pengembunan.
- Membagi peserta didik kedalam kelompok-kelompok, Tiap kelompok terdiri
dari 4-5 siswa.
- Meminta peserta didik untuk membaca LKS dan mendiskusikan dalam
kelompok sebelum melakukan percobaan.
- Membinbing siswa melakukan percobaan dan memeriksa kegiatan peserta
didik apakah sudah dilakukan dengan benar.
- Jika masih ada peserta didik /kelompok yang belum dapat melakukan
dengan benar ,guru dapat langsung memberikan bimbingan.
- Peserta didik mempresentasikan hasil kerja kelompoknya
- Memberi penghargaan pada semua kelompok yang telah melakukan
percobaan dan mempresentasikan hasilnya sesuai kinerja kelompok.
- Mengklarifikasi konsep yang telah didapat siswa, dilanjutkan dengan
diskusi tentang penerapan lain destilasi. Mendiskusikan pemisahan
campuran selain penyaringan dan destilasi, yakni kristalisasi.
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah
51
3. Kegiatan penutup
- Guru besama peserta didik membuat kesimpulan rangkuman hasil belajar
- Guru memberikan kuis untuk mengetahui daya serap materi yang baru saja
dipelajari
E. Sumber Belajar
1. Buku siswa
2. LKS
3. Alat dan bahan untuk kegiatan siswa dalam pertemuan ini, meliputi:
a. botol plastik 2l bekas air mineral
b. air kolam
c. kerikil
d. pasir
e. ijuk
f. pisau
PERTEMUAN KETIGA
A. Tujuan
Peserta didik dapat
1. Mengidentifikasi cara-cara pemisahan campuran dengan cara kimia
(koagulasi)
2. Menentukan cara pemisahan campuran berdasarkan karakteristik campuran
3. Menerapkan cara pemisahan campuran berdasarkan karakteristik campuran
B. Materi Pembelajaran
Pemisahan campuran
C.Model Pembelajaran
Pendekatan
: Pembelajaran Kooperatif
Metode
: Diskusi dan Penerapan Strategi Belajar (membuat peta konsep)
D. Langkah-langkah
1. Kegiatan Pendahuluan
Motivasi dan apersepsi
- Menanyakan:”Pernahkah kamu melihat tawas?” Guru menunjukkan tawas.
Menanyakan kegunaan tawas (diarahkan untuk penjernihan air)
- Menyampaikan tujuan pembelajaran
2. Kegiatan inti
- Guru meminta peserta didik membaca secara individual materi tentang cara
pemisahan campuran secara kimia dalam di Buku Siswa (Pengelolaan Air
Minum)
- Membagi peserta didik kedalam kelompok-kelompok, Tiap kelompok terdiri
dari 4-5 siswa.
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah
52
-
-
Meminta kelompok untuk membuat poster tentang proses pengolahan air
sungai atau danau menjadi air minum. Poster dapat berupa diagram alir,
peta konsep, atau sesuai kreasi anak.
Membinbing siswa melakukan kegiatannya.
Jika masih ada peserta didik /kelompok yang belum dapat melakukan
dengan benar ,guru dapat langsung memberikan bimbingan.
Peserta didik menempelkan poster hasil kerja kelompoknya dan diamati
kelompok lain
Memberi penghargaan pada semua kelompok yang telah melakukan
percobaan dan mempresentasikan hasilnya sesuai kinerja kelompok.
Mengklarifikasi konsep yang telah didapat siswa, dilanjutkan dengan
diskusi tentang pemisahan campuran secara kimia yang lain.
3. Kegiatan penutup
- Guru besama peserta didik membuat kesimpulan rangkuman hasil belajar
- Kegiatan Mandiri Tidak Terstruktur: Guru menginformasikan untuk
membaca dan mempelajari Buku Siswa dan sumber belajar yang lain.
E. Sumber belajar
1.Buku Siswa
2.Peralatan untuk membuat poster
F. Penilaian
1.Teknik penilaian dan bentuk instrumen
Teknik
Tes unjuk kerja
Bentuk Instrumen
Lembar Observasi (rating scale)
Tes tulis
Isian
2. Contoh instrumen
Tes Tulis:
Misalkan terdapat campuran air asin dan pasir. Tuliskan langkah-langkah
pemisahannya, sehingga kamu mendapatkan air tawar, garam, dan pasir!
Kriteria penskoran:
4: semua langkah teridentifikasi, urutan langkah ditulis dengan benar
3: ada langkah yang tidak terlalu prinsip tidak teridentifikasi, urutan langkah
ditulis dengan benar
2: ada langkah prinsip tidak teridentifikasi, ada langkah yang ditulis tidak urut
1: ada langkah prinsip tidak teridentifikasi, ada langkah prinsip tidak tertulis
0: tidak mengerjakan
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah
53
Lembar Observasi yang dikembangkan sebagai berikut.
Lembar Observasi terhadap Kinerja Ilmiah Siswa
No
Aspek Yang Diamati
0 (tidak ada)
1
2
3
4
Skor
1 (kurang)
2 (sedang)
3 (baik)
Melakukan pengamatan
Menuliskan data
pengamatan
Melakukan tafsiran
terhadap data
Mengkomunikasikan
Kriteria Penilaian
nilai 
skor yang didapat
 100
skor total
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah
54
PEMBELAJARAN TERPADU
A. LATAR BELAKANG
Pembelajaran terpadu merupakan proses pembelajaran yang bersifat
menyeluruh atau holistik. Pendekatan ini menempatkan siswa dalam posisi
sentral, siswa sebagai peserta didik yang aktif, terutama dalam keterampilan
berpikir.
Beberapa
pembelajaran
menduga
hipotesis,
dan
ini,
keterampilan
seperti:
mengukur,
mengamati,
menilai,
dikembangkan
membedakan,
mengelompokan,
membandingkan,
menggenarilasisikan,
berpikir
bertanya,
menganalisis,
memperkirakan,
dalam
mengurutkan,
merumuskan
memadukan,
menginterpretasikan,
merencanakan, melakukan percobaan, berkomunikasi, berpikir konvergen,
berpikir divergen, berpikir induktif, berpikir deduktif, menyimpulkan,
mengambil keputusan.
Kemungkinan Bentuk Penerapan Pembelajaran Terpadu (IPA Terpadu, IPS
Terpadu. Tematik)
Menurut Joni (1996) didasarkan pada pengaitan
konseptual intra dan/atau antar bidang studi yang terjadi secara spontan,
dengan program kegiatan belajar-mengajar yang dilaksanakan secara
sepenuhnya mengikuti kurikulum yang isinya masih terkotak-kotak
berdasarkan bidang studi agar terorganisasi secara terstruktur, lebih
eksplisit dan bertolak dari tema-tema. Model Pengintegrasian Kurikulum
tersebut menurut Forgaty (1991) digambarkan seperti pada tabel berikut:
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah
55
PENGINTEGRASIAN KURIKULUM
MODEL
Mata Pelajaran Terpisah
RENTANGAN
fragmented
connected
nested
Integrasi beberapa Mata
Pelajaran
Sequenced
shared
Webbed
(terjala/tematik)
threaded
integrated
Lintas Peserta didik
immersed
networked
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah
DESKRIPSI
Tiap Mapel disampaikan terpisah.
Suatu konsep dipertautkan dengan
konsep lain.
Selain target di Mapel ada target
multiketerampilan
beberapa topik diatur ulang serta
diurutkan agar dapat serupa satu sama
lain.
dua mata pelajaran yang sama-sama
diajarkan
dengan
menggunakan
konsep-konsep atau keterampilanketerampilan yang tumpang tindih
(overlap).
Berangkat dari tema yang dibangun
bersama-sama antara guru dengan
siswa, atas dasar beberapa topik pada
beberapa
mata
pelajaran
yang
berhubungan.
pendekatan metakurikuler digunakan
untuk
mencapai
beberapa
keterampilan dan tingkatan logika
para siswa dengan berbagai mata
pelajaran.
guru masing-masing mata pelajaran
bekerja sama melihat dan memberikan
topik-topik yang berkaitan dan
tumpang tindih.
berpusat untuk mengakomodasikan
kebutuhan para siswa, di mana mereka
akan melihat apa yang dipelajarinya
dari minat dan pengalaman mereka
sendiri.
jaringan kerja dengan orang-orang
yang
memiliki
keahlian
untuk
membantu bagian dari pekerjaannya
yang lebih bersifat implementatif.
Mereka akan bekerja secara terpadu
sesuai dengan topik pekerjaan yang
mengikat mereka.
56
Model-model
pembelajaran
pembelajaran
terpadu
berpikir
adalah:
yang
pemecahan
dapat
digunakan
masalah,
evaluasi
dalam
kritis,
penyelidikan, pengambilan keputusan, berpikir kritis, berpikir kreatif.
Beberapa kegiatan utama dari model-model pembelajaran berpikir ini
diuraikan sebagai berikut:
1. Pemecahan Masalah

Menghimpun fakta-fakta,

Merumuskan masalah,

Mengembangkan ide, pemikiran, alternative pemecahan,

Menentukan alternatif pemecahan,

Menyusun rencana tindakan pelaksanaan.
2. Berpikir Kritis

Menjelaskan ide dan pemikiran

Menentukan tingkat ketepatan informasi dasar (hasil pengamatan dan
komunikasi).

Menyusun argumentasi dan penyimpulan (berdasarkan data dan konsep)
3. Berpikir Kreatif

Pengembangan ide-ide dalam beberapa kategori (kelenturan berpikir)

Pengembangan ide baru (kemurnian berpikir)

Penyempurnaan ide (elaborasi pemikiran)
4. Evaluasi Kritis

Menentukan kriteria

Menyusun alternative pemikiran, pemecahan,

Membuat perkiraan dan menentukan keputusan,

Memberikan alas an, argumentasi bagi keputusan.
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah
57
B.
TUJUAN DAN MANFAAT PEMBELAJARAN TERPADU
• Meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran
• Meningkatkan minat dan motivasi
• Beberapa kompetensi dasar dapat dicapai sekaligus
• Motivasi belajar peserta didik dapat diperbaiki dan ditingkatkan.
• Pembelajaran terpadu membantu menciptakan struktur kognitif yang
dapat menjembatani antara pengetahuan awal peserta didik dengan
pengalaman belajar yang terkait, sehingga pemahaman menjadi lebih
terorganisasi
dan
mendalam,
sehingga
memudahkan
memahami
hubungan materi dari satu konteks ke konteks lainnya.
• Akan terjadi peningkatan kerja sama
antar guru sub bidang kajian
terkait, guru dengan peserta didik, peserta didik dengan peserta didik,
peserta didik/guru dengan nara sumber; sehingga belajar lebih
menyenangkan, belajar dalam situasi nyata, dan dalam konteks yang
lebih bermakna.
• Dengan
menggabungkan
berbagai
bidang
kajian
akan
terjadi
penghematan waktu, karena ketiga atau lebih disiplin ilmu dapat
dibelajarkan sekaligus. Tumpang tindih materi juga dapat dikurangi
bahkan dihilangkan.
• Peserta didik dapat melihat hubungan yang bermakna antar konsep
dalam disiplin ilmu tersebut.
• Meningkatkan taraf kecakapan berpikir peserta didik, karena peserta
didik dihadapkan pada gagasan atau pemikiran yang lebih luas dan lebih
dalam ketika menghadapi situasi pembelajaran.
• Pembelajaran terpadu menyajikan penerapan/aplikasi tentang dunia
nyata yang dialami dalam kehidupan sehari-hari, sehingga memudahkan
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah
58
pemahaman konsep dan kepemilikan kompetensi dari mata pelajaran
yang dipadukan.
C. JENIS-JENIS PEMBELAJARAN TERPADU
Pembelajaran yang dimungkinkan untuk dipadukan adalah mata pelajaran
Kimia, Biologi dan Fisika menjadi Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Terpadu.
Sedangkan kajian tentang sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik,
antropologi, filsafat, psikologi sosial
menjadi mata pelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS) Terpadu. Dalam hal ini Guru bekerja sama melihat
dan memberikan topik-topik yang berkaitan dan tumpang tindih (dengan
mencermati
indikator
yang
telah
disusun)
dan
memadukannya.
Kemungkinan pada pemaduan IPA adalah Connected, Webbed (tematik) dan
Integrated.
D. PEMBELAJARAN IPA TERPADU
1. PENGERTIAN ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA)
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu
tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan
kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau
prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan
(discovery). Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi
peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta
prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam
kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada
pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi
agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan
IPA diarahkan untuk inkuiri
dan berbuat sehingga dapat membantu
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah
59
peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam
tentang alam sekitar.
Secara umum Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di SMP/MTs, meliputi mata
pelajaran fisika, bumi antariksa, biologi, dan kimia yang sebenarnya
sangat berperan dalam membantu anak untuk memahami fenomena
alam. Ilmu Pengetahuan Alam merupakan pengetahuan ilmiah, yaitu
pengetahuan yang telah mengalami uji kebenaran melalui metode ilmiah,
dengan ciri: objektif, metodik, sistematis, universal, dan tentatif. Ilmu
Pengetahuan Alam merupakan ilmu yang pokok bahasannya adalah alam
dan segala isinya.
Carin dan Sund (1993) mendefinisikan IPA sebagai “pengetahuan yang
sistematis dan tersusun secara teratur, berlaku umum (universal), dan
berupa kumpulan data hasil observasi dan eksperimen”.
Merujuk pada pengertian IPA itu, maka dapat disimpulkan bahwa
hakikat IPA meliputi empat unsur utama yaitu:
 sikap: rasa ingin tahu tentang benda, fenomena alam, mahluk hidup,
serta hubungan sebab akibat yang menimbulkan masalah baru yang
dapat dipecahkan melalui prosedur yang benar; IPA
bersifat open
ended;
 proses: prosedur pemecahan masalah melalui metode ilmiah; metode
ilmiah meliputi penyusunan hipotesis, perancangan eksperimen atau
percobaan, evaluasi, pengukuran, dan penarikan kesimpulan;
 produk: berupa fakta, prinsip, teori, dan hukum;
 aplikasi: penerapan metode ilmiah dan konsep IPA dalam kehidupan
sehari-hari.
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah
60
Keempat unsur itu merupakan ciri IPA yang utuh yang sebenarnya
tidak dapat dipisahkan satu sama lain.
Dalam proses pembelajaran IPA keempat unsur itu diharapkan dapat
muncul, sehingga peserta didik dapat mengalami proses pembelajaran
secara utuh, memahami fenomena alam melalui kegiatan pemecahan
masalah, metode ilmiah, dan meniru cara ilmuwan bekerja dalam
menemukan fakta baru. Kecenderungan pembelajaran IPA
kini adalah peserta didik hanya mempelajari IPA
pada masa
sebagai produk,
menghafalkan konsep, teori dan hukum. Keadaan ini diperparah oleh
pembelajaran yang beriorientasi pada tes/ujian. Akibatnya IPA sebagai
proses, sikap, dan aplikasi tidak tersentuh dalam pembelajaran.
Pengalaman belajar yang diperoleh di kelas tidak utuh dan tidak
berorientasi tercapainya standar kompetensi dan kompetensi dasar.
Pembelajaran lebih bersifat teacher-centered, guru hanya menyampaikan
IPA
sebagai produk dan peserta didik menghafal informasi faktual.
Peserta didik hanya mempelajari IPA
pada domain kognitif yang
terendah. Peserta didik tidak dibiasakan untuk mengembangkan potensi
berpikirnya. Fakta di lapangan menunjukkan bahwa banyak peserta didik
yang cenderung menjadi malas berpikir secara mandiri. Cara berpikir
yang dikembangkan dalam kegiatan belajar belum menyentuh domain
afektif dan psikomotor. Alasan yang sering dikemukakan oleh para guru
adalah keterbatasan waktu, sarana, lingkungan belajar, dan jumlah
peserta didik per kelas yang terlalu banyak.
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah
61
Abad 21 ditandai oleh pesatnya perkembangan IPA dan teknologi dalam
berbagai bidang kehidupan di masyarakat, terutama teknologi informasi
dan komunikasi. Oleh karena itu, diperlukan cara pembelajaran yang
dapat menyiapkan peserta didik untuk melek IPA dan teknologi, mampu
berpikir logis, kritis, kreatif, serta dapat berargumentasi secara benar.
Dalam kenyataan, memang tidak banyak peserta didik yang menyukai
mata pelajaran IPA, karena dianggap sukar, keterbatasan kemampuan
peserta didik, atau karena mereka tak berminat menjadi ilmuwan atau
ahli
teknologi.
Namun
demikian,
mereka
tetap
berharap
agar
pembelajaran IPA di sekolah dapat disajikan secara menarik, efisien, dan
efektif.
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang akan dicapai peserta
didik yang dituangkan dalam empat aspek yaitu, makhluk hidup dan
proses kehidupan, materi dan sifatnya, energi dan perubahannya, serta
bumi dan alam semesta.
Indikator
pencapaian
kompetensi
dikembangkan
oleh
sekolah,
disesuaikan dengan lingkungan setempat, dan media serta lingkungan
belajar yang ada di sekolah. Semua ini ditujukan agar guru dapat lebih
aktif, kreatif, dan melakukan inovasi dalam pembelajaran tanpa
meninggalkan isi kurikulum. Melalui pembelajaran IPA terpadu,
diharapkan peserta didik dapat membangun pengetahuannya melalui
cara kerja ilmiah, bekerja sama dalam kelompok, belajar berinteraksi dan
berkomunikasi, serta bersikap ilmiah.
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah
62
2. KARAKTERISTIK MATA PELAJARAN IPA
Ilmu Pengetahuan Alam didefinisikan sebagai pengetahuan yang
diperoleh melalui pengumpulan data dengan eksperimen, pengamatan,
dan deduksi untuk menghasilkan suatu penjelasan tentang sebuah gejala
yang dapat dipercaya. Ada tiga kemampuan dalam IPA yaitu: (1)
kemampuan untuk mengetahui apa yang diamati, (2) kemampuan untuk
memprediksi apa yang belum diamati, dan kemampuan untuk menguji
tindak lanjut hasil eksperimen, (3) dikembangkannya sikap ilmiah.
Kegiatan pembelajaran IPA mencakup pengembangan kemampuan
dalam mengajukan pertanyaan, mencari jawaban, memahami jawaban,
menyempurnakan jawaban tentang “apa”, “mengapa”, dan “bagaimana”
tentang gejala alam maupun karakteristik alam sekitar melalui cara-cara
sistematis yang akan diterapkan dalam lingkungan dan teknologi.
Kegiatan tersebut dikenal dengan kegiatan ilmiah yang didasarkan pada
metode ilmiah. Metode ilmiah dalam mempelajari IPA itu sendiri telah
diperkenalkan sejak abad ke-16 (Galileo Galilei dan Francis Bacon) yang
meliputi mengidentifikasi masalah, menyusun hipotesa, memprediksi
konsekuensi dari hipotesis, melakukan eksperimen untuk menguji
prediksi, dan merumuskan hukum umum yang sederhana yang
diorganisasikan dari hipotesis, prediksi, dan eksperimen.
Dalam belajar IPA peserta didik diarahkan untuk membandingkan hasil
prediksi peserta didik dengan teori
melalui eksperimen dengan
menggunakan metode ilmiah. Pendidikan IPA di sekolah diharapkan
dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri
dan alam sekitarnya, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari, yang didasarkan pada
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah
63
metode ilmiah.
Pembelajaran IPA menekankan pada pengalaman
langsung untuk mengembangkan kompetensi agar peserta didik mampu
memahami alam sekitar melalui proses “mencari tahu” dan “berbuat”,
hal ini akan membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman
yang lebih mendalam.
Keterampilan dalam mencari tahu atau berbuat tersebut dinamakan
dengan keterampilan proses penyelidikan atau “enquiry skills” yang
meliputi
mengamati,
mengukur,
menggolongkan,
mengajukan
pertanyaan, menyusun hipotesis, merencanakan eksperimen untuk
menjawab pertanyaan, mengklasifikasikan, mengolah, dan menganalisis
data, menerapkan ide pada situasi baru, menggunakan peralatan
sederhana serta mengkomunikasikan informasi dalam berbagai cara,
yaitu dengan gambar, lisan, tulisan, dan sebagainya.
Melalui keterampilan proses dikembangkan sikap dan nilai yang meliputi
rasa ingin tahu, jujur, sabar, terbuka, tidak percaya tahyul, kritis, tekun,
ulet, cermat, disiplin, peduli terhadap lingkungan, memperhatikan
keselamatan kerja, dan bekerja sama dengan orang lain.
Oleh karena itu pembelajaran IPA di sekolah sebaiknya: (1) memberikan
pengalaman pada peserta didik sehingga mereka kompeten melakukan
pengukuran berbagai besaran fisis, (2) menanamkan pada peserta didik
pentingnya pengamatan empiris dalam menguji suatu pernyataan ilmiah
(hipotesis). Hipotesis ini dapat berasal dari pengamatan terhadap kejadian
sehari-hari yang memerlukan pembuktian secara ilmiah, (3) latihan
berpikir kuantitatif yang mendukung kegiatan belajar matematika, yaitu
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah
64
sebagai penerapan matematika pada masalah-masalah nyata yang
berkaitan dengan peristiwa alam, (4) memperkenalkan dunia teknologi
melalui kegiatan kreatif dalam kegiatan perancangan dan pembuatan alatalat sederhana maupun penjelasan berbagai gejala dan keampuhan IPA
dalam menjawab berbagai masalah.
3. TUJUAN PEMBELAJARAN IPA TERPADU
Tujuan pembelajaran IPA Terpadu adalah sebagai berikut.
a. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran
Dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang harus dicapai
peserta didik masih dalam lingkup disiplin ilmu fisika, kimia, dan
biologi. Banyak ahli yang menyatakan pembelajaran IPA
yang
disajikan secara disiplin keilmuan dianggap terlalu dini bagi anak usia
7-14 tahun, karena anak pada usia ini masih dalam transisi dari tingkat
berpikir operasional konkret ke berpikir abstrak. Lagi pula, anak
melihat dunia sekitarnya masih secara holistik. Atas dasar itu,
pembelajaran IPA hendaknya disajikan dalam bentuk yang utuh dan
tidak parsial. Di samping itu pembelajaran yang disajikan terpisahpisah
dalam
fisika,
biologi,
kimia,
dan
bumi-alam
semesta
memungkinkan adanya tumpang tindih dan pengulangan, sehingga
membutuhkan
waktu
dan
energi
yang
lebih
banyak,
serta
membosankan bagi peserta didik. Bila konsep yang tumpang tindih
dan pengulangan dapat dipadukan, maka pembelajaran akan lebih
efisien dan efektif.
Keterpaduan
mata
pelajaran
dapat
mendorong
guru
untuk
mengembangkan kreativitas tinggi karena adanya tuntutan untuk
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah
65
memahami keterkaitan antara satu materi dengan materi yang lain.
Guru dituntut memiliki kecermatan, kemampuan analitik, dan
kemampuan kategorik agar dapat memahami keterkaitan atau
kesamaan materi maupun metodologi.
b. Meningkatkan minat dan motivasi
Pembelajaran
terpadu
memberikan
peluang
bagi
guru
untuk
mengembangkan situasi pembelajaan yang utuh, menyeluruh, dinamis,
dan bermakna sesuai dengan harapan dan kemampuan guru, serta
kebutuhan dan kesiapan peserta didik. Dalam hal ini, pembelajaran
terpadu memberikan peluang bagi pengembangan ilmu pengetahuan
yang berkaitan dengan tema yang disampaikan.
Pembelajaran IPA Terpadu dapat mempermudah dan memotivasi
peserta didik untuk mengenal, menerima, menyerap, dan memahami
keterkaitan atau hubungan antara konsep pengetahuan dan nilai atau
tindakan yang termuat dalam tema tersebut.
Dengan model
pembelajaran yang terpadu dan sesuai dengan kehidupan sehari-hari,
peserta didik digiring untuk berpikir luas dan mendalam untuk
menangkap dan memahami hubungan konseptual yang disajikan
guru. Selanjutnya peserta didik akan terbiasa berpikir terarah, teratur,
utuh, menyeluruh, sistemik, dan analitik. Peserta didik akan lebih
termotivasi dalam belajar bila mereka merasa bahwa pembelajaran itu
bermakna baginya, dan bila mereka berhasil menerapkan apa yang
telah dipelajarinya.
c. Beberapa kompetensi dasar dapat dicapai sekaligus
Model pembelajaran IPA terpadu dapat menghemat waktu, tenaga, dan
sarana, serta biaya karena pembelajaran beberapa kompetensi dasar
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah
66
dapat diajarkan sekaligus. Di samping itu, pembelajaran terpadu juga
menyederhanakan langkah-langkah pembelajaran. Hal ini terjadi karena
adanya proses pemaduan dan penyatuan sejumlah standar kompetensi,
kompetensi dasar, dan langkah pembelajaran yang dipandang memiliki
kesamaan atau keterkaitan.
4. PEMADUAN KONSEP DALAM PEMBELAJARAN IPA
Salah satu kunci pembelajaran terpadu yang terdiri atas beberapa mata
pelajaran adalah menyediakan lingkungan belajar yang menempatkan
peserta
didik
mendapat
pengalaman
belajar
yang
dapat
menghubungkaitkan konsep-konsep dari berbagai submata-pelajaran.
Pengertian terpadu di sini mengandung makna menghubungkan IPA
dengan berbagai mata pelajaran (Carin 1997;236). Lintas submata
pelajaran dalam IPA adalah mengkoordinasikan berbagai disiplin ilmu
seperti biologi, fisika, kimia, geologi, dan astronomi. Sebenarnya IPA
dapat juga dipadukan dengan mata pelajaran lain di luar bidang kajian
IPA dan hal ini lebih sesuai untuk jenjang pendidikan Sekolah Dasar.
Mengingat pembahasan materi IPA pada tingkat lebih tinggi semakin
luas dan mendalam, maka pada jenjang pendidikan SMP/MTs dan
SMA/MA, akan lebih baik bila keterpaduan dibatasi pada mata pelajaran
yang termasuk bidang kajian IPA saja. Hal ini dimaksudkan agar tidak
terlalu banyak guru yang terlibat, yang akan membuka peluang
timbulnya kesulitan dalam pembelajaran dan penilaian, mengingat
semakin tinggi jenjang pendidikan, maka semakin dalam dan luas pula
pemahaman konsep yang harus diserap oleh peserta didik.
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah
67
Pembelajaran terpadu diawali dengan penentuan TEMA, karena
penentuan tema akan membantu peserta didik dalam beberapa aspek
yaitu:
a. peserta didik yang bekerja sama dengan kelompoknya akan lebih
bertanggung jawab, berdisiplin, dan mandiri;
b. peserta didik menjadi lebih percaya diri dan termotivas dalam belajar
bila mereka berhasil menerapkan apa yang telah dipelajarinya;
c. peserta didik lebih memahami dan lebih mudah mengingat karena
mereka
‘mendengar’,
‘berbicara’,
‘membaca’,
‘menulis’
dan
‘melakukan’ kegiatan menyelidiki masalah yang sedang dipelajarinya;
d. memperkuat kemampuan berbahasa peserta didik;
e. belajar akan lebih baik bila peserta didik terlibat secara aktif melalui
tugas proyek, kolaborasi, dan berinteraksi dengan teman, guru, dan
dunia nyata.
Oleh karena itu, jika guru hendak melakukan pembelajaran terpadu
dalam IPA, sebaiknya memilih tema yang menghubungkaitkan antara
IPA–lingkungan- teknologi-masyarakat.
Berikut ini diberikan contoh pembelajaran IPA Terpadu dengan tema
yang bernuansa IPA-lingkungan-teknologi-masyarakat.
Contoh 1: TEMA SERANGGA/INSEKTA
Insekta merupakan hewan invertebrata yang banyak ditemukan peserta
didik dalam kehidupan sehari-hari. Insekta merupakan salah satu kelas
dari Phylum Arthropoda dengan anggota yang terbanyak dan tingkat
keanekaragaman yang sangat tinggi. Pada umumnya insekta bersayap,
namun ada pula yang tak bersayap. Ada yang bermetamorfosis sempurna
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah
68
dan ada pula yang tidak. Habitat insekta juga tersebar sangat luas, di
darat sebagai hewan yang hidup di tanah, di pohon,di dalam air, dan
sebagai hewan terbang. Peranannya dalam kehidupan juga sangat luas,
sebagai komponen penting dalam rantai makanan, sebagai hama
tanaman, sebagai penyerbuk tanaman, sebagai vektor berbagai penyakit
pada hewan dan manusia, dan masih banyak lagi peranan insekta.
Begitu luasnya pembahasan tentang insekta, sehingga bila disampaikan
dalam pembelajaran akan memerlukan waktu yang cukup banyak, dan
mungkin juga konsepnya sulit dipahami peserta didik. Topik/pokok
bahasan tentang Insekta juga tidak ditemukan dalam Standar Kompetensi
dan Kompetensi Dasar. akan tetapi guru dapat memilih tema insekta
mengingat banyak masalah kesehatan dan lingkungan yang terkait
dengan insekta. Misalnya, merebaknya penyakit demam berdarah,
malaria, penyakit kaki gajah yang vektor penyebarannya adalah insekta.
Jadi pembahasan topik ini dapat menjadi bahan pengayaan untuk
meningkatkan pengetahuan peserta didik tentang peranan insekta dalam
ekosistem, mengasah kepekaan peserta didik terhadap kebersihan
lingkungan, memahami rantai makanan, dan penyebab timbulnya
ledakan hama. Topik ini bersifat kontekstual di daerah pertanian dan
daerah pantai, tetapi untuk daerah perkotaan mungkin agak sulit
dilaksanakan, namun dapat dicoba. Dengan insekta sebagai tema sentral,
maka dapat dibuat jaringan tema berikut:
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah
69
Mencari
informasi dari
buku yang
relevan
Proyek:Koleksi
insekta
Mempelajari
klasifikasi
insekta
Kunjungan ke tempat
pemeliharaan lebah
dan mewawancarai
peternak
INSEKTA
seran
Menyelidiki
tentang serangga
penyerbuk
Menyelidiki siklus
hidup berbagai
insekta
Penyelidikan tentang
siklus hidup nyamuk
Mempelajari
istilah tentang
bagian tubuh
insekta
Menyelidiki pengaruh
perubahan lingkungan
thd populasi serangga
vektor penularan
penyakit
Menyelidiki
habitat serangga
dalam ekosistem
Gambar 2.1. Jaringan tema insekta
Kompetensi dasar untuk jaringan tema ”insekta” pada gambar 2.1 di atas
mungkin tidak termuat dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi
Dasar seluruhnya, namun dapat menjadi inspirasi untuk memotivasi
peserta didik yang berminat melakukan penyelidikan tentang insekta.
Dalam pembelajaran ini sekaligus kita menerapkan metode ilmiah dan
mengembangkan keterampilan proses IPA dan kemampuan pemecahan
masalah. Inilah contoh fleksibilitas kurikulum untuk mengembangkan
potensi peserta didik.
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah
70
5. PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN IPA TERPADU
a. PERENCANAAN
Keberhasilan
pembelajaran
terpadu
akan
lebih
optimal
jika
perencanaan mempertimbangkan kondisi dan potensi peserta didik
(minat, bakat, kebutuhan, dan kemampuan). Standar kompetensi dan
kompetensi dasar yang harus dimiliki peserta didik sudah tercantum
dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar per submata
pelajaran IPA.
Ada berbagai model dalam mengembangkan pembelajaran IPA
Terpadu yang dapat dilihat pada alur penyusunan perencanaan
pembelajaran terpadu berikut ini:
Menetapkan mata
pelajaran yang akan
dipadukan
Mempelajari Standar
kompetensi dan
kompetensi dasar mata
pelajaran yang
dipadukan
Memilih/menetapkan
tema atau topik
pemersatu
Membuat matriks atau
bagan hubungan
kompetensi dasar dan
tema atau topik
pemersatu
Merumuskan indikator
pembelajaran terpadu
Menyusun silabus
pembelajaran terpadu
Menyusun desain
pembelajaran/rencana
pelaksannan
pembelajaran terpadu
Gambar 3.1 Alur Penyusunan Perencanaan Pembelajaran Terpadu
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah
71
Langkah (1):
Menetapkan mata pelajaran yang akan dipadukan. Pada saat
menetapkan beberapa mata pelajaran yang akan dipadukan sebaiknya
sudah disertai dengan alasan atau rasional yang berkaitan dengan
pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar oleh peserta
didik dan kebermaknaan belajar. Contoh lihat lampiran.
Langkah (2):
Mempelajari standar kompetensi dan kompetensi dasar dari mata
pelajaran yang akan dipadukan. Pada tahap ini dilakukan pengkajian
atas kompetensi dasar pada semester dan kelas yang sama, antarsemester
pada kelas yang sama, antarsemester dan kelas yang berbeda dari beberapa
submata pelajaran IPA yang memungkinkan untuk diajarkan secara
terpadu. Berikut ini contoh peta kompetensi dasarIPA terpadu untuk
SMP kelasVII
CONTOH PETA KOMPETENSI DASAR IPA TERPADU
Mata Pelajaran : IPA
Kelas : VII
KD MP Fisika
1.1 Mendeskripsik
an besaran
pokok dan
besaran
turunan beserta
satuannya
3.1
Menyelidiki
sifat-sifat
zat
berdasarkan
wujudnya
dan
penerapannya
dalam kehidupan
sehari-hari
KD MP Kimia
2.2 Melakukan
percobaan
sederhana
dengan bahanbahan yang
diperoleh
dalam
kehidupan
sehari-hari.
2.3 Melakukan
pemisahan
campuran
dengan
berbagai cara
berdasarkan
sifat fisika dan
sifat kimia
KD MP Biologi
5.1
Melaksanakan
pengamatan
objek
secara terencana dan
sistematis
untuk
memperoleh
informasi gejala alam
biotik dan a-biotik.
6.2
Mengklasifikasikan
makhluk
hidup
berdasarkan ciri-ciri
yang dimiliki
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah
Tema
Kerja
Ilmiah
Penjernih
an Air
Waktu
20 x 40’
20 x 40’
72
Langkah (3):
Memilih dan menetapkan tema atau topik pemersatu. Dalam memilih
tema/topik dapat dirumuskan dengan melihat isu-isu yang terkini,
misalnya penyakit demam berdarah, HIV/AIDS, dan lainnya, kemudian
baru dilihat koneksitasnya dengan kompetensi dasar dari berbagai
submata pelajaran IPA. Contoh lihat lampiran.
Langkah (4):
Membuat matriks keterhubungan kompetensi dasar dan tema/topik
pemersatu. Tujuannya adalah untuk menunjukkan kaitan antara
tema/topik dengan kompetensi dasar yang dapat dipadukan. Contoh lihat
lampiran.
Langkah (5):
Menyusun dan merumuskan indikator pencapaian hasil belajar untuk
setiap kompetensi dasar dari submata pelajaran yang dipadukan. Contoh
lihat lampiran.
Langkah (6):
Menyusun silabus pembelajaran IPA terpadu, dikembangkan dari
berbagai indikator submata pelajaran IPA menjadi beberapa pengalaman
belajar yang konsep keterpaduan atau keterkaitan menyatu antara
beberapa submata pelajaran IPA. Contoh lihat lampiran.
Langkah (7):
Menjabarkan silabus menjadi desain pembelajaran atau rencana
pelaksanaan pembelajaran untuk setiap pertemuan. Contoh lihat lampiran.
b. MODEL PELAKSANAAN PEMBELAJARAN IPA TERPADU
(Desain Pembelajaran/Rencana Pelaksanaan Pembelajaran)
Model pembelajaran dalam hal ini adalah menjabarkan silabus menjadi
desain
pembelajaran/rencana
pelaksanaan
pembelajaran
terpadu,
dikemas dalam kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan
penutup/tindak lanjut.
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah
73
Kegiatan Awal/Pendahuluan
Kegiatan pendahuluan merupakan kegiatan awal yang harus ditempuh
guru dan peserta didik pada setiap kali pelaksanaan pembelajaran
terpadu. Fungsinya untuk menciptakan suasana awal pembelajaran yang
efektif, yang memungkinkan peserta didik dapat mengikuti proses
pembelajaran dengan baik. Efisiensi waktu dalam kegiatan awal ini perlu
diperhatikan, karena waktu yang tersedia relatif singkat yaitu antara 5-10
menit. Dengan waktu yang relatif singkat tersebut, diharapkan guru
dapat menciptakan kondisi awal pembelajaran dengan baik sehingga
peserta didik siap mengikuti pembelajaran dengan seksama.
Langkah-langkah dalam kegiatan pendahuluan ini terdiri atas beberapa
tahap yaitu:

menarik perhatian peserta didik untuk menumbuhkan kesiapan
belajar;

memotivasi peserta didik: membangkitkan semangat dan minat
peserta didik untuk siap menerima pelajaran;

memberikan acuan topik yang akan dibahas;

mengaitkan topik yang akan dipelajari dengan topik yang telah
dipelajari yang dapat dilakukan dengan mengajukan pertanyaan
tentang topik yang sudah dipelajari sebelumnya dan memberikan
komentar atas jawaban peserta didik
Dalam kegiatan pendahuluan ini guru dapat pula melakukan penilaian
awal peserta didik (tes awal) yang dapat diberikan secara lisan maupun
tertulis.
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah
74
Kegiatan Inti
Kegiatan inti merupakan kegiatan pelaksanaan pembelajaran terpadu
yang menekankan pada proses pembentukan pengalaman belajar peserta
didik (learning experience). Pengalaman belajar dapat terjadi melalui
kegiatan tatap muka dan kegiatan nontatap muka. Kegiatan tatap muka
dimaksudkan sebagai kegiatan pembelajaran yang peserta didik dapat
berinteraksi langsung dengan guru maupun dengan peserta didik
lainnya. Kegiatan nontatap muka dimaksudkan sebagai kegiatan
pembelajaran yang dilakukan peserta didik dengan sumber belajar lain di
luar kelas atau di luar sekolah.
Kegiatan inti pembelajaran terpadu bersifat situasional, yakni disesuaikan
dengan situasi dan kondisi setempat. Terdapat beberapa kegiatan yang
dapat dilakukan dalam kegiatan inti pembelajaran terpadu, di antaranya
adalah sebagai berikut ini.
 Kegiatan yang paling awal: Guru
memberitahukan tujuan atau
kompetensi dasar yang harus dicapai oleh peserta didik beserta garis
besar materi yang akan disampaikan. Cara yang paling praktis adalah
menuliskannya di papan tulis dengan penjelasan secara lisan
mengenai pentingnya kompetensi tersebut yang akan dikuasai oleh
peserta didik.
 Alternatif kegiatan belajar yang akan dialami peserta didik. Guru
menyampaikan kepada peserta didik kegiatan belajar yang harus
ditempuh peserta didik dalam mempelajari tema atau topik yang
telah ditentukan. Kegiatan belajar hendaknya lebih mengutamakan
aktivitas peserta didik, atau berorientasi pada aktivitas peserta didik.
Guru hanya sebagai fasilitator yng memberikan kemudahan kepada
peserta
didik untuk belajar. Peserta
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah
didik diarahkan untuk
75
menemukan sendiri apa yang dipelajarinya. Prinsip belajar sesuai
dengan
’konstruktivisme’
hendaknya
dilaksanakan
dalam
pembelajaran terpadu
Dalam membahas dan menyajikan materi/bahan ajar terpadu harus
diarahkan pada suatu proses perubahan tingkah laku peserta didik,
penyajian harus dilakukan secara terpadu melalui penghubungan
konsep di mata pelajaran yang satu dengan konsep di mata pelajaran
lainnya. Guru harus berupaya untuk menyajikan bahan ajar dengan
strategi mengajar yang bervariasi, yang mendorong peserta didik
pada upaya penemuan pengetahuan baru, melalui pembelajaran
yang bersifat klasikal, kelompok, dan perorangan.
Kegiatan Akhir/Penutup dan tindak lanjut
Waktu yang tersedia untuk kegiatan penutup atau kegiatan akhir
pembelajaran terpadu ini cukup singkat. Oleh karena itu guru perlu
mengatur dan memanfaatkan waktu seefisien mungkin. Secara umum
kegiatan penutup ini terdiri atas hal-hal sebagai berikut ini.
a) Mengajak peserta didik untuk
menyimpulkan materi yang telah
diajarkan.
b) Melaksanakan tindak lanjut pembelajaran dengan pemberian tugas
atau latihan yang harus dikerjakan di rumah, menjelaskan kembali
bahan yang dianggap sulit oleh peserta didik, membaca materi
pelajaran tertentu, memberikan motivasi atau bimbingan belajar.
c) Mengemukakan topik yang akan dibahas pada pertemuan selanjutnya.
d) Memberikan evaluasi lisan atau tertulis.
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah
76
c. MODEL PENILAIAN IPA TERPADU
Model
penilaian yang
dikembangkan
mencakup
prosedur
yang
digunakan, jenis dan bentuk penilaian, serta alat evaluasi yang
digunakan. Model penilaian ini disesuaikan dengan penilaian berbasis
kelas pada Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Objek penilaian
mencakup penilaian terhadap proses dan hasil belajar peserta didik.
Hasil belajar pada hakikatnya merupakan kompetensi-kompetensi yang
mencakup aspek pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang
diwujudkan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Kompetensi dapat
diukur melalui sejumlah hasil belajar yang indikatornya dapat diukur
dan diamati. Penilaian proses dan hasil belajar saling berkaitan satu
dengan yang lainnya karena hasil belajar merupakan akibat dari proses
belajar.
Jenis penilaian terpadu terdiri atas tes dan bukan tes. Sistem penilaian
dengan menggunakan tes merupakan sistem penilaian konvensional.
Sistem ini kurang dapat menggambarkan kemampuan peserta didik
secara menyeluruh, sebab hasil belajar digambarkan dalam bentuk angka
yang gambaran maknanya sangat abstrak. Oleh karena itu untuk
melengkapi gambaran kemajuan belajar secara menyeluruh maka
dilengkapi dengan non-tes.
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah
77
PENILAIAN
Non
tes
Pengetahuan,
keterampilan,
sikap, dan nilai
Tes lisan








Skala sikap
Daftar periksa
Kuesioner
Catatan
anekdot
Portofolio
Catatan
sekolah
Jurnal
Cuplikan
kerja
Tes
Tes tertulis
Tes perbuatan
Tes tertulis/ uraian

a.






Tes tertutup/
terbatas/
terstruktur
b. Bebas terbuka
Tes tertulis/
objektif
Pilihan ganda
Benar salah
Menjodohkan
Isian singkat
Isian panjang
Isian khusus
Model penilaian pembelajaran terpadu
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah
78
Berikut ini adalah contoh penilaian untuk
LINGKUNGAN SEKITAR KITA
tema/topik
tentang
TEMA: LINGKUNGAN SEKITAR KITA
KD
Indikator
Prosedur
Menentukan
ekosistem dan
saling
hubungan
antara
komponen
ekosistem
Mengidentifikasi
satuan dalam
ekosistem dan
menyatakan
bahwa matahari
merupakan
sumber energi
utama dalam
biosfer
Menggambarkan
dalam bentuk
diagram rantai
makanan dan
jaring-jaring
kehidupan dan
menjelaskan
peranan masingmasing tingkat
trofik
Memprediksi
pengaruh
kepadatan
populasi
manusia
terhadap
lingkungan
Memperkirakan
hubungan antara
populasi
penduduk
dengan
kebutuhan air
bersih dan udara
bersih
Tes awal
Dapat
dilakukan
dapat pula
tidak
tergantung
kondisi
Penugasan
Sistem penilaian
Jenis dan
Jenis tagihan
bentuk
Pilihan ganda
Laporan
dan isian
hasil
pengamatan
Instrumen
Soal pilihan
ganda yang
berkaitan
dengan
pemahaman
awal peserta
didik
mengenai
tema
Nontes
Lembar
penilaian
laporan
Penugasan
Nontes
Praktikum
1.
2.
Memperkirakan
hubungan ukuran
penduduk
dengan
kebutuhan
pangan
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah
Nontes
Tes
perbuatan
Laporan
hasil
pengamatan
Lembar
penilaian
laporan
Laporan
praktikum
Lembar
penilaian
laporan
Lembar
penilaian
kinerja
79
KD
Indikator
Prosedur
Sistem penilaian
Jenis dan
Jenis tagihan
bentuk
Instrumen
Memperkirakan
hubungan ukuran
penduduk
dengan
kebutuhan lahan
Menjelaskan
pengaruh
meningkatnya
populasi
penduduk
dengan
kerusakan
lingkungan
Menjelaskan
pengaruh
meningkatnya
populasi
penduduk
dengan kesehatan
Mengaplikasik
an peran
manusia
dalam
pengelolaan
lingkungan
untuk
mengatasi
pencemaran
dan kerusakan
lingkungan
Menjelaskan
pengaruh
pencemaran air,
udara, dan tanah
dalam kaitannya
dengan kegiatan
manusia
Penugasan
Nontes
Karya tulis
Lembar
penilaian
karya tulis
Mengemukakan
contoh langkahlangkah upaya
pengelolaan
lingkungan hidup
untuk
kesejahteraan
manusia
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah
80
KD
Indikator
Prosedur
Mencari
informasi
tentang
kegunaan dan
efek samping
bahan kimia
dalam
kehidupan
sehari-hari
Mengelompokkan
bahan kimia dari
kemasan yang
digunakan
sebagai pemutih,
pembersih,
pengharum, dan
pembasmi
serangga
Praktikum
Sistem penilaian
Jenis dan
Jenis tagihan
bentuk
Nontes
Tes perbuatan
Instrumen
Lembar
penilaian
laporan
Lembar
penilaian
kinerja
Menyelidiki
pengaruh
penggunaan
bahan kimia yang
digunakan
sebagai pemutih,
pembersih,
pengharum, dan
pembasmi
serangga
Menjelaskan efek
samping
penggunaan
bahan kimia
dalam rumah
tangga
Menjelaskan
hubungan
bentuk energi
dan
perubahannya, prinsip
"usaha dan
energi" serta
penerapan-nya
dalam
kehidupan
sehari-hari
Menunjukkan
bentuk energi dan
perubahannya
dalam kehidupan
sehari-hari
Penugasan
Nontes
Laporan
hasil
pengamatan
Lembar
penilaian
laporan
Mengaplikasikan
konsep energi
dan
perubahannya
dalam kehidupan
sehari-hari
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah
81
KD
Indikator
Prosedur
Menjelaskan
hubungan
antara proses
yang terjadi di
lapisan litosfer
dan atmosfer
dengan
kesehatan dan
permasalah-an
lingkungan
Menjelaskan
proses pelapukan
di lapisan bumi
berkaitan dengan
masalah
lingkungan
Penugasan
Menjelaskan
proses
pemanasan global
dan pengaruhnya
terhadap masalah
lingkungan
Tes akhir
Sistem penilaian
Jenis dan
Jenis tagihan
bentuk
Nontes
Laporan
Soal Pilihan
ganda
Instrumen
Lembar
penilaian
Kunci
jawaban dan
cara
penilaian
Soal uraian
singkat
Menjelaskan
pengaruh prosesproses di
lingkungan
terhadap
kesehatan
manusia
Berdasarkan contoh itu, maka guru dapat mempraktikkan beberapa
teknik penilaian, baik yang termasuk dalam ranah kognitif, afektik,
maupun psikomotor. Tugas berupa laporan baik secara individu maupun
kelompok sebaiknya berupa tugas aplikasi, misalnya merupakan hasil
pengamatan di luar kelas. Dapat pula berupa tugas sintesis dan evaluasi,
misalnya tugas pemecahan masalah
lingkungan dan usulan cara
penanggulangannya. Melalui penugasan ini maka kemampuan berpikir
dan kepekaan peserta didik akan terasah.
Untuk keperluan pelaporan hasil penilaian guru dapat memberikan bobot
bagi setiap tugas yang diberikan tergantung pada pertimbangan guru
sesuai dengan karakteristik tugas, baik tes maupun nontes. Penilaian
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah
82
untuk pelaporan mengacu pada pedoman penilaian dari Pusat
Kurikulum Balitbang Depdiknas. Oleh karena keterpaduan pembelajaran
IPA meliputi mata pelajaran fisika, kimia, biologi, maka dalam pelaporan
hasil penilaian tidak menjadi masalah. Ketiganya akan dipadukan
menjadi nilai mata pelajaran IPA .
6. IMPLIKASI PEMBELAJARAN IPA TERPADU
Sesuatu yang baru atau merupakan inovasi tentu tidak mudah untuk
dilaksanakan, karena memerlukan penyesuaian diri dan kemauan untuk
beradaptasi.
Begitu
pula
dengan
pembelajaran
IPA
Terpadu.
Pembelajaran terpadu biasa dilakukan jenjang pendidikan usia dini,
namun tidak menutup kemungkinan untuk diterapkan di jenjang
pendidikan yang lebih tinggi, yaitu jenjang SMP/MTs dan SMA/MA.
Hasil uji coba menunjukkan bahwa pembelajaran terpadu dapat
dilaksanakan.
a. Guru
Dalam pelaksanaannya, pembelajaran dapat dilakukan oleh tim
pengajar atau guru tunggal. Hal ini tergantung pada kondisi sekolah.
Bila di suatu sekolah guru IPA terdiri atas guru fisika, kimia, biologi,
maka
dalam
penyusunan
silabus,
perencanaan
pembelajaran,
penggunaan media, dan strategi mengajar sebaiknya dibuat bersama
hingga penyusunan alat penilaiannya. Namun dalam pembelajarannya
dapat dilakukan oleh guru tunggal. Bila di sekolah,
seorang guru
mengajar semua mata pelajaran IPA, dan mengalami kesulitan untuk
memadukan kompetensi dasar, indikator, dan materi, maka sangat
dianjurkan agar guru tersebut bekerja sama dalam kelompok MGMP
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah
83
agar
dapat terjadi
diskusi
tentang perencanaan strategi
dan
pelaksanaan KBM. Indikator yang sudah dipadukan tidak perlu
diajarkan
dua kali karena tujuan pembelajaran terpadu adalah
efisiensi dan efektivitas dalam pembelajaran.
Dalam pelaksanaannya di lapangan, pembelajaran IPA Terpadu
terbentur pada masalah-masalah berikut ini.
 Jadwal pelajaran yang sudah diatur sedemikian rupa dan tak dapat
diubah begitu saja.
 Masalah guru mata pelajaran IPA yang terpisah.
 Program semester yang telah memuat urutan materi yang akan
diajarkan.
 Penguasaan bahan ajar.
 Keterpaduan kompetensi yang terjadi lintas kelas.
Dalam mengajarkan bahan ajar dilakukan oleh guru mata pelajaran
yang dominan. Misalnya bahan ajar tersebut dominan biologi maka
yang mengajar sebaiknya guru biologi, atau bersama-sama. Oleh
karena itu, pembelajaran IPA
terpadu dapat diajarkan oleh guru
tunggal atau tim pengajar tergantung pada kesepakatan dan waktu.
Dalam bab sebelumnya telah diuraikan, bahwa yang terpenting adalah
kerja sama antarguru IPA yang ada di suatu sekolah dalam membuat
perencanaan
pembelajaran,
mulai
dari
silabus,
desain
pembelajaran/rencana pelaksanaan pembelajaran hingga kesepakatan
dalam bentuk penilaian. Bila hal ini dapat dilaksanakan, maka
pembelajaran terpadu dapat meningkatkan kerja sama antarguru IPA,
baik yang ada di sekolah maupun dalam lingkup MGMP. Kerja sama
ini meliputi saling mempelajari materi dari mata pelajaran yang lain.
Selain
meningkatkan
kerja
sama,
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah
pembelajaran
terpadu
juga
84
meningkatkan keharusan bagi guru untuk memperluas wawasan
pengetahuannya.
Pembelajaran terpadu oleh guru tunggal dapat
memperkecil masalah pelaksanaannya yang menyangkut jadwal
pelajaran. Secara teknis, pengaturannya dapat dilakukan sejak awal
semester atau awal tahun pelajaran. Hal yang perlu dihindarkan
adalah pembahasan materi yang tidak seimbang karena wawasan
pengetahuan tentang materi pelajaran yang lain kurang memadai. Hal
utama yang harus dilakukan guru adalah memahami model
pembelajaran terpadu secara konseptual maupun praktikal.
b. Peserta didik
Bagi peserta didik, pembelajaran terpadu dapat mempertajam
kemampuan analitis terhadap konsep-konsep yang dipadukan,
karena dapat mengembangkan kemampuan asosiasi konsep dan
aplikasi konsep. Pembelajaran terpadu perlu dilakukan dengan
variasi
metode
yang
tidak
membosankan.
Aktivitas
pembelajaran harus lebih banyak berpusat pada peserta didik
agar dapat mengembangkan berbagai potensi yang dimilikinya.
c. Bahan Ajar
Bahan ajar yang digunakan tidak hanya buku mata pelajaran
saja, tetapi dapat dari berbagai mata pelajaran yang direkatkan oleh
tema. Peserta didik dapat juga mencari berbagai sumber belajar
lainnya. Bahkan bila memungkinkan mereka dapat menggunakan
teknologi informasi yang ada. Aktivitas peserta didik dalam
penugasan dapat menjadi nilai tambah yang menguntungkan.
Dalam pembelajaran terpadu, suatu bahan ajar dapat dibahas dari
berberapa mata pelajaran sehingga wawasan peserta didik diharapkan
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah
85
akan lebih terbuka. Di samping itu karena konsep-konsep itu
dipadukan dalam suatu pembelajaran, maka akan mengurangi
kebosanan peserta didik terhadap pengulangan bahan ajar pada
berbagai mata pelajaran.
d. Sarana dan Prasarana
Dalam pembelajaran terpadu diperlukan berbagai alat dan media
pembelajaran. Karena digunakan untuk pembelajaran konsep yang
direkatkan oleh tema, maka penggunaan sarana pembelajaran dapat
lebih efisien jika dibandingkan dengan pemisahan mata pelajaran.
Memang tidak semua konsep dapat dipadukan. Konsep-konsep yang
dipilih untuk direkat oleh tema dapat menghemat waktu dan ruang.
Berikut contoh Pemetaan Kompetensi Dasar untuk menjadi Tema
dalam pembelajaran IPA Terpadu.
e. Kekuatan dan Kelemahan Pembelajaran Terpadu
Walaupun standar kompetensi dan kompetensi dasar IPA
dikembangkan
dalam
submata
pelajaran,
pada
tingkat
pelaksanaan guru memiliki keleluasaan dalam membelajarkan
peserta didiknya untuk mencapai kompetensi tersebut. Salah
satu contoh yang akan dikembangkan dalam model ini adalah
guru
dapat
mengidentifikasi
standar
kompetensi
dan
kompetensi dasar yang dekat dan relevan untuk dikemas dalam
satu tema dan disajikan dalam kegiatan pembelajaran yang
terpadu. Yang perlu dicatat ialah pemaduan kegiatan dalam
bentuk tema sebaiknya dilakukan pada jenjang kelas yang sama
dan masih dalam lingkup IPA .
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah
86
Kekuatan/manfaat yang dapat dipetik melalui pelaksanaan pembelajaran
terpadu antara laian sebagai berikut.
 Dengan menggabungkan berbagai mata pelajaran akan terjadi
penghematan waktu, karena ketiga disiplin ilmu (Fisika, Kimia, dan
Biologi) dapat dibelajarkan sekaligus. Tumpang tindih materi juga
dapat dikurangi bahkan dihilangkan.
 Peserta didik dapat melihat hubungan yang bermakna antarkonsep
Fisika, Kimia, dan Biologi.
 Meningkatkan taraf kecakapan berpikir peserta didik, karena peserta
didik dihadapkan pada gagasan atau pemikiran yang lebih luas dan
lebih dalam ketika menghadapi situasi pembelajaran.
 Pembelajaran terpadu menyajikan penerapan/aplikasi tentang dunia
nyata
yang
dialami
dalam
kehidupan
sehari-hari,
sehingga
memudahkan pemahaman konsep dan kepemilikan kompetensi IPA.
 Motivasi belajar peserta didik dapat diperbaiki dan ditingkatkan.
 Pembelajaran terpadu membantu menciptakan struktur kognitif yang
dapat menjembatani antara pengetahuan awal peserta didik dengan
pengalaman belajar yang terkait, sehingga pemahaman menjadi lebih
terorganisasi dan mendalam, sehingga memudahkan memahami
hubungan materi IPA dari satu konteks ke konteks lainnya.
 Akan terjadi peningkatan kerja sama
antarguru submata pelajaran
terkait, guru dengan peserta didik, peserta didik dengan peserta didik,
peserta didik/guru dengan narasumber; sehingga belajar lebih
menyenangkan, belajar dalam situasi nyata, dan dalam konteks yang
lebih bermakna.
Di
samping
kekuatan/manfaat
yang
dikemukakan
itu,
model
pembelajaran IPA Terpadu juga memiliki kelemahan. Perlu disadari,
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah
87
bahwa sebenarnya
tidak ada model pembelajaran yang cocok untuk
semua konsep, oleh karena itu model pembelajaran harus disesuaikan
dengan konsep yang akan diajarkan. Begitu pula dengan pembelajaran
terpadu dalam IPA memiliki beberapa kelemahan, akan tetapi kelemahan
tersebut sebagai tantangan untuk terus berupaya diatasi oleh pihak-pihak
yang terlibat di sekolah. Beberapa kelemahan yang perlu diatasi
diuraikan sebagai berikut ini.
a. Aspek Guru: Guru harus berwawasan luas, memiliki kreativitas tinggi,
keterampilan metodologis yang handal, rasa percaya diri yang tinggi,
dan berani mengemas dan mengembangkan materi. Secara akademik,
guru dituntut untuk terus menggali informasi ilmu pengetahuan yang
berkaitan dengan materi yang akan diajarkan dan banyak membaca
buku agar penguasaan bahan ajar tidak terfokus pada mata pelajaran
tertentu saja. Tanpa kondisi ini, maka pembelajaran terpadu dalam
IPA akan sulit terwujud.
b. Aspek peserta didik: Pembelajaran terpadu menuntut kemampuan
belajar peserta didik yang relatif “baik”, baik dalam kemampuan
akademik maupun kreativitasnya. Hal ini terjadi karena model
pembelajaran
terpadu
menekankan
(mengurai),
kemampuan
asosiatif
pada
kemampuan
analitik
(menghubung-hubungkan),
kemampuan eksploratif dan elaboratif (menemukan dan menggali).
Bila kondisi ini tidak dimiliki, maka penerapan model pembelajaran
terpadu ini sangat sulit dilaksanakan.
c. Aspek sarana dan sumber pembelajaran: Pembelajaran terpadu
memerlukan bahan bacaan atau sumber informasi yang cukup banyak
dan bervariasi, mungkin juga fasilitas internet. Semua ini akan
menunjang,
memperkaya,
dan
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah
mempermudah
pengembangan
88
wawasan.
Bila
sarana
ini
tidak
dipenuhi,
maka
penerapan
pembelajaran terpadu juga akan terhambat.
d. Aspek
kurikulum:
Kurikulum
harus
luwes, berorientasi
pada
pencapaian ketuntasan pemahaman peserta didik (bukan pada
pencapaian
target
penyampaian
materi).
Guru
perlu
diberi
kewenangan dalam mengembangkan materi, metode, penilaian
keberhasilan pembelajaran peserta didik.
e. Aspek penilaian: Pembelajaran terpadu membutuhkan cara penilaian
yang menyeluruh (komprehensif), yaitu menetapkan keberhasilan
belajar peserta didik dari beberapa mata pelajaran terkait yang
dipadukan. Dalam kaitan ini, guru selain dituntut untuk menyediakan
teknik dan prosedur pelaksanaan penilaian dan pengukuran yang
komprehensif, juga dituntut untuk berkoordinasi dengan guru lain,
bila materi pelajaran berasal dari guru yang berbeda.
f. Suasana pembelajaran: Pembelajaran terpadu berkecenderungan
mengutamakan salah satu mata pelajaran dan ‘tenggelam’nya mata
pelajaran lain. Dengan kata lain, pada saat mengajarkan sebuah
TEMA,
maka
mengutamakan
guru
substansi
berkecenderungan
gabungan
menekankan
tersebut
sesuai
atau
dengan
pemahaman, selera, dan latar belakang pendidikan guru itu sendiri.
Sekalipun pembelajaran terpadu mengandung beberapa kelemahan selain
keunggulannya, sebagai sebuah bentuk inovasi dalam implementasi
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar perlu dikembangkan lebih
lanjut. Untuk mengurangi kelemahan-kelemahan di atas, perlu dibahas
bersama antara guru mata pelajaran terkait dengan sikap terbuka.
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah
89
Kesemuanya ini ditujukan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi
dalam pembelajaran IPA.
E. PEMBELAJARAN IPS TERPADU
1. PENGERTIAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan integrasi dari berbagai cabang
ilmu-ilmu sosial seperti: sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik,
hukum, dan budaya. Ilmu Pengetahuan Sosial dirumuskan atas dasar
realitas dan fenomena sosial yang mewujudkan satu pendekatan
interdisipliner dari aspek dan cabang-cabang ilmu-ilmu sosial (sosiologi,
sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya). IPS atau studi
sosial itu merupakan bagian dari kurikulum sekolah yang diturunkan
dari isi materi cabang-cabang ilmu-ilmu sosial: sosiologi, sejarah,
geografi, ekonomi, politik, antropologi, filsafat, dan psikologi sosial.
Geografi, sejarah, dan antropologi merupakan disiplin ilmu yang
memiliki keterpaduan yang tinggi. Pembelajaran geografi memberikan
kebulatan wawasan yang berkenaan dengan wilayah-wilayah, sedangkan
sejarah memberikan wawasan berkenaan dengan peristiwa-peristiwa dari
berbagai periode. Antropologi meliputi studi-studi komparatif yang
berkenaan dengan nilai-nilai, kepercayaan, struktur sosial, aktivitasaktivitas ekonomi, organisasi politik, ekspresi-ekspresi dan spiritual,
teknologi, dan benda-benda budaya dari budaya-budaya terpilih. Ilmu
politik dan ekonomi tergolong ke dalam ilmu-ilmu tentang kebijakan
pada aktivitas-aktivitas yang berkenaan dengan pembuatan keputusan.
Sosiologi dan psikologi sosial merupakan ilmu-ilmu tentang perilaku
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah
90
seperti konsep peran, kelompok, institusi, proses interaksi dan kontrol
sosial. Secara intensif konsep-konsep seperti ini digunakan ilmu-ilmu
sosial dan studi-studi sosial.
Gambar 1: Keterpaduan Cabang Ilmu Pengetahuan Sosial
Sejarah
Ilmu Politik
Geografi
Sosiologi
Ekonomi
Ilmu
Pengetahuan
Sosial
Antropologi
Psikologi
Sosial
Filsafat
2. KARAKTERISTIK MATA PELAJARAN IPS
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Ilmu-Ilmu Sosial di tingkat
Sekolah Menengah Pertama (SMP), meliputi bahan kajian: sosiologi,
sejarah, geografi, ekonomi, politik, antropologi, filsafat, psikologi sosial.
Bahan kajian itu menjadi mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).
Mata pelajaran IPS bertujuan mengembangkan potensi peserta didik agar
peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap
mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan
terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari baik yang
menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa kehidupan masyarakat
(Nursid Sumaatmaja, 1980;20)
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah
91
Dalam implementasinya, perlu dilakukan berbagai studi yang mengarah
pada peningkatan efisiensi dan efektivitas layanan dan pengembangan
sebagai konsekuensi dari suatu inovasi pendidikan. Salah satu bentuk
efisiensi dan efektivitas implementasi kurikulum, perlu dikembangkan
berbagai model pembelajaran kurikulum.
Karateristik mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial SMP/MTs antara
lain sebagai berikut.
 Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan gabungan dari unsur-unsur
geografi, sejarah, ekonomi, hukum dan politik, kewarganegaraan,
sosiologi, bahkan juga bidang humaniora, pendidikan dan agama
(Numan Soemantri, 2001).
 Kompetensi Dasar IPS berasal dari struktur keilmuan geografi, sejarah,
ekonomi, hukum dan politik, sosiologi, yang dikemas sedemikian rupa
sehingga menjadi pokok bahasan atau topik (tema) tertentu.
 Kompetensi Dasar IPS juga menyangkut berbagai masalah sosial yang
dirumuskan dengan pendekatan interdisipliner dan multidisipliner.
 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar dapat menyangkut
peristiwa dan perubahan kehidupan masyarakat dengan prinsip sebab
akibat, kewilayahan, adaptasi dan pengelolaan lingkungan, struktur,
proses dan masalah sosial serta upaya-upaya perjuangan hidup agar
survive seperti pemenuhan kebutuhan, kekuasaan, keadilan dan
jaminan keamanan (Daldjoeni, 1981).
 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS menggunakan
tiga dimensi dalam mengkaji dan memahami fenomena sosial
serta kehidupan manusia secara keseluruhan. Ketiga dimensi
tersebut terlihat pada tabel berikut.
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah
92
Dimensi IPS Dalam Kehidupan Manusia
Dimensi dalam
kehidupan manusia
Ruang
Waktu
Nilai/Norma
Area dan substansi
pembelajaran
Alam sebagai
tempat dan
penyedia
potensi sumber
daya
Alam dan
kehidupan yang
selalu berproses,
masa lalu, saat ini,
dan yang akan
datang
Kaidah atau aturan
yang menjadi perekat
dan penjamin
keharmonisan
kehidupan manusia dan
alam
Contoh Kompetensi
Dasar yang
dikembangkan
Adaptasi spasial
dan eksploratif
Berpikir
kronologis,
prospektif,
antisipatif
Konsisten dengan
aturan yang disepakati
dan kaidah alamiah
masing-masing disiplin
ilmu
Alternatif penyajian
dalam mata
pelajaran
Geografi
Sejarah
Ekonomi,
Sosiologi/Antropologi
Sumber: Sardiman, 2004
3. TUJUAN PEMBELAJARAN IPS
Tujuan utama Ilmu Pengetahuan Sosial ialah untuk mengembangkan
potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di
masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala
ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang
terjadi
sehari-hari baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang
menimpa masyarakat. Tujuan tersebut dapat dicapai manakala programprogram pelajaran IPS di sekolah diorganisasikan secara baik. Dari
rumusan tujuan tersebut dapat dirinci sebagai berikut (Awan Mutakin,
1998).
 Memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap masyarakat atau
lingkungannya, melalui pemahaman terhadap nilai-nilai sejarah dan
kebudayaan masyarakat.
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah
93
 Mengetahui dan memahami konsep dasar dan mampu menggunakan
metode yang diadaptasi dari ilmu-ilmu sosial yang kemudian dapat
digunakan untuk memecahkan masalah-masalah sosial.
 Mampu menggunakan model-model dan proses berpikir serta
membuat keputusan untuk menyelesaikan isu dan masalah yang
berkembang di masyarakat.
 Menaruh perhatian terhadap isu-isu dan masalah-masalah sosial, serta
mampu membuat analisis yang kritis, selanjutnya mampu mengambil
tindakan yang tepat.
 Mampu
mengembangkan
berbagai
potensi
sehingga
mampu
membangun diri sendiri agar survive yang kemudian bertanggung
jawab membangun masyarakat.
4. KONSEP PEMBELAJARAN TERPADU DALAM IPS
Pendekatan pembelajaran terpadu dalam IPS sering disebut dengan
pendekatan interdisipliner. Model pembelajaran terpadu pada hakikatnya
merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa baik
secara individual maupun kelompok aktif mencari, menggali, dan
menemukan konsep serta prinsip-prinsip secara holistik dan otentik
(Depdikbud, 1996:3). Salah satu di antaranya adalah memadukan
Kompetensi
Dasar
melalui
pembelajaran
terpadu
siswa
dapat
memperoleh pengalaman langsung, sehingga dapat menambah kekuatan
untuk menerima, menyimpan, dan memproduksi kesan-kesan tentang
hal-hal yang dipelajarinya. Dengan demikian, siswa terlatih untuk dapat
menemukan sendiri berbagai konsep yang dipelajari.
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah
94
Pada pendekatan pembelajaran terpadu, program pembelajaran disusun
dari berbagai cabang ilmu dalam rumpun ilmu sosial. Pengembangan
pembelajaran terpadu, dalam hal ini, dapat mengambil suatu topik dari
suatu cabang ilmu tertentu, kemudian dilengkapi, dibahas, diperluas, dan
diperdalam dengan cabang-cabang ilmu yang lain. Topik/tema dapat
dikembangkan dari isu, peristiwa, dan permasalahan yang berkembang.
Bisa membentuk permasalahan yang dapat dilihat dan dipecahkan dari
berbagai disiplin atau sudut pandang, contohnya banjir, pemukiman
kumuh, potensi pariwisata, IPTEK, mobilitas sosial, modernisasi, revolusi
yang dibahas dari berbagai disiplin ilmu-ilmu sosial.
a. Model Integrasi Berdasarkan Topik
Dalam pembelajaran IPS keterpaduan dapat dilakukan berdasarkan
topik yang terkait, misalnya ‘pariwisata’. Pariwisata dalam contoh
yang dikembangkan ditinjau dari berbagai disiplin ilmu yang tercakup
dalam Ilmu Pengetahuan Sosial. Pengembangan pariwisata dalam hal
ini ditinjau dari persebaran dan kondisi fisis-geografis yang tercakup
dalam disiplin Geografi.
Secara sosiologis, pariwisata itu juga dapat ditinjau dari partisipasi
masyarakat, pengaruhnya terhadap kondisi sosial budaya setempat,
dan interaksi antara wisatawan dengan masyarakat lokal. Secara
historis dapat dikembangkan melalui sejarah daerah pariwisata
tersebut. Keadaan politik juga dapat dikaji pula pada topik
pengembangan pariwisata berkaitan dengan pengaruhnya terhadap
perkembangan pariwisata. Selanjutnya, dampak pariwisata terhadap
perkembangan ekonomi lokal maupun nasional dapat dikembangkan
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah
95
melalui kompetensi yang berkaitan dengan ekonomi. Skema berikut
memberikan gambaran keterkaitan suatu topik/tema dengan berbagai
disiplin ilmu.
Sejarah
perkembangan
daerah wisata
Sejarah
Geografi
Persebaran,
kondisi fisik
daerah objek
wisata
PENGEMBANGAN
PARIWISATA
Partisipasi
masyarakat
Sosiologi
Pengaruh terhadap
perkembangan
masyarakat di sekitar
objek wisata
Ekonomi
Politik
Dampak
terhadap
kesejahteraan
masyarakat
Gambar 2: Model Integrasi IPS Berdasarkan Topik/Tema
b. Model Integrasi Berdasarkan Potensi Utama
Keterpaduan IPS dapat dikembangkan melalui topik yang didasarkan
pada potensi utama yang ada di wilayah setempat; sebagai contoh,
“Potensi Bali Sebagai Daerah Tujuan Wisata”. Dalam pembelajaran
yang dikembangkan dalam Kebudayaan Bali dikaji dan ditinjau dari
faktor alam, sosial/antropologis, historis kronologis dan kausalitas,
serta perilaku masyarakat terhadap aturan. Melalui kajian potensi
utama yang terdapat di daerahnya, maka siswa selain dapat
memahami kondisi daerahnya juga sekaligus memahami Kompetensi
Dasar yang terdapat pada beberapa disiplin yang tergabung dalam
Ilmu Pengetahuan Sosial.
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah
96
Sosiologis/
antropologis
Keadaan
Alam

Potensi objek wisata
BALI SEBAGAI
DAERAH
TUJUAN
WISATA

kesenian
Keadaan Politik

Memupuk aspirasi terhadap
Ekonomi
Keamanan dan stabilitas daerah
 Azas manfaat terhadap
kesejahteraan penduduk
Gambar 3: Model Integrasi IPS Berdasarkan Potensi Utama
c. Model Integrasi Berdasarkan Permasalahan
Model
pembelajaran
terpadu pada
IPS yang lainnya
adalah
berdasarkan permasalahan yang ada, contohnya adalah “Pemukiman
Kumuh”. Pada pembelajaran terpadu, Pemukiman Kumuh ditinjau
dari beberapa faktor sosial yang mempengaruhinya. Di antaranya
adalah faktor ekonomi, sosial, dan budaya. Juga dapat dari faktor
historis kronologis dan kausalitas, serta perilaku masyarakat terhadap
aturan/norma.
Faktor Ekonomi
Faktor sosial,
dan budaya
PEMUKIMAN
KUMUH
Perilaku
terhadap aturan
Faktor historis
Gambar 4. Model Integrasi IPS Berdasarkan Permasalahan
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah
97
5. PELAKSANAAN PEMBELAJARAN TERPADU
a. Perencanaan
Keberhasilan pelaksanaan pembelajaran terpadu bergantung pada
kesesuaian rencana yang dibuat dengan kondisi dan potensi siswa
(minat, bakat, kebutuhan, dan kemampuan). Untuk menyusun
perencanaan pembelajaran terpadu perlu dilakukan langkah-langkah
berikut ini.
 Pemetaan Kompetensi Dasar
 Penentuan Topik/tema
 Penjabaran (perumusan) Kompetensi Dasar ke dalam indikator
sesuai topik/tema
 Pengembangan Silabus
 Penyusunan Desain/Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Langkah-langkah tersebut secara rinci dijelaslan sebagai berikut ini.
1) Pemetaan Kompetensi Dasar
Langkah pertama dalam pengembangan model pembelajaran
terpadu adalah melakukan pemetaan pada semua Standar
Kompetensi dan Kompetensi Dasar mata pelajaran IPS per kelas
yang dapat dipadukan. Kegiatan pemetaan ini dilakukan untuk
memperoleh gambaran secara menyeluruh dan utuh.
Kegiatan yang dapat dilakukan pada pemetaan ini antara lain
dengan:
 mengidentifikasi Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
pada mata pelajaran IPS yang dapat dipadukan dalam satu
tingkat kelas yang sama; dan
 menentukan tema/topik pengikat antar-Standar Kompetensi dan
Kompetensi Dasar.
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah
98
Beberapa
ketentuan
dalam
pemetaan
Kompetensi
Dasar
dalam
pengembangan model pembelajaran terpadu Ilmu Pengetahuan Sosial
adalah sebagai berikut.

Mengidentifikasikan beberapa Kompetensi Dasar dalam berbagai
Standar Kompetensi yang memiliki potensi untuk dipadukan.

Beberapa Kompetensi Dasar yang tidak berpotensi dipadukan, jangan
dipaksakan untuk dipadukan dalam pembelajaran. Kompetensi Dasar
yang tidak diintegrasikan dibelajarkan/disajikan secara tersendiri.

Kompetensi Dasar dipetakan tidak harus berasal dari semua Standar
Kompetensi yang ada pada mata pelajaran IPS pada kelas yang sama,
melainkan memungkinkan hanya dua atau tiga Kompetensi Dasar
saja.

Kompetensi Dasar yang sudah dipetakan dalam satu topik/tema
masih bisa dipetakan dengan topik/tema lainnya.
Berikut ini contoh pemetaan Kompetensi Dasar pada mata pelajaran IPS
yang dapat diintegrasikan/dipadukan.
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah
99
Peta Kompetensi Dasar yang Berpotensi IPS Terpadu
Kelas VII
No.
Geografi
Sosiologi
Ekonomi
Sejarah
1.
Semester 2
6.1 Mendeskripsikan
pola kegiatan
ekonomi
penduduk,
penggunaan
lahan, dan pola
pemukiman
berdasarkan
kondisi fisik
permukaan bumi.
Semester 1
2.1 Mendeskripsikan
interaksi sebagai
proses sosial.
Semester 2
6.2 Mendeskripsikan
kegiatan pokok
ekonomi yang
meliputi kegiatan
konsumsi,
produksi, dan
distribusi
barang/jasa.
Semester 2
5.1 Mendeskripsikan
perkembangan
masyarakat,
kebudayaan, dan
pemerintahan
pada masa Islam
di Indonesia,
serta
peninggalanpeninggalannya
Kegiatan
Ekonomi
Penduduk
2
Semester 2
4.3 Mendeskripsikan
kondisi geografis
dan penduduk
Semester 2
2.1 Mendeskripsikan
interkasi sebagai
proses sosial.
2.3 Mengidentifikasi
bentuk-bentuk
interaksi sosial
Semester 2
5.3 Mendeskripsikan
perkembangan
masyarakat,
kebudayaan, dan
pemerintahan
pada masa
Kolonial Eropa
Kelangkaan
Sumber
Daya
6.1 Mendeskripsikan
pola kegiatan
ekonomi
penduduk,
penggunaan lahan
dan pola
pemukiman
berdasarkan
kondisi fisik
permukaan bumi.
Semester 2
4.1 Menggunakan
peta, atlas dan
globe untuk
mendapatkan
informasi
keruangan.
Semester 1
3.1 Mendeskripsikan
manusia sebagai
makhluk sosial
dan ekonomi yang
bermoral dalam
kaitannya dengan
usaha memenuhi
kebutuhan dan
pemanfaatan
sumber daya yang
tersedia.
Semester 2
6.2 Mendeskripsikan
kegiatan pokok
ekonomi yang
meliputi kegiatan
konsumsi,
produksi dan
distribusi
barang/jasa.
Semester 1
5.1 Mendeskripsikan
perkembangan
masyarakat,
kebudayaan, dan
pemerintahan
pada masa
Hindu-Buddha,
serta
peninggalanpeningalannya
Pemanfaatan
Peta
3.
2.4 Menguraikan
proses interaksi
sosial
Tema
5.2 Mendeskripsikan
perkembangan
masyarakat,
kebudayaan, dan
pemerintahan
pada masa Islam
di Indonesia,
serta
peninggalanpeningalannya
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah
100
No.
Geografi
Sosiologi
Ekonomi
Sejarah
Tema
5.3 Mendeskripsikan
perkembangan
masyarakat,
kebudayaan, dan
pemerintahan
pada masa
Kolonial Eropa
Peta Kompetensi Dasar yang Berpotensi IPS Terpadu
Kelas VIII
No.
1.
Geografi
Semester 1
1.1 Mendeskripsikan
kondisi fisik
wilayah dan
penduduk.
Sosiologi
Semester 2
6.1 Mendeskripsikan
bentuk-bentuk
hubungan sosial
6.2 Mendeskripsikan
pranata sosial
dalam kehidupan
masyarakat
2.
Semester 1
1.1 Mendeskripsikan
kondisi fisik
wilayah dan
penduduk.
6.3 Mendeskripsikan
upaya
pengendalian
penyimpangan
sosial
Semester 1
6.2 Mendeskripsikan
pranata sosial
dalam kehidupan
masyarakat
3.
Semester 1
1.1 Mendeskripsikan
kondisi fisik
wilayah dan
penduduk.
Semester 2
6.2 Mendeskripsikan
pranata sosial
dalam kehidupan
masyarakat
Ekonomi
Semester 1
4.3 Mengidentifikasi
bentuk pasar
dalam kegiatan
ekonomi
masyarakat.
Semester 2
7.2 Mendeskripsikan
pelaku-pelaku
ekonomi dalam
sistem
perekonomian
Indonesia.
Semester 2
7.1 Mendeskripsikan
permasalahan
angkatan kerja
dan tenaga kerja
sebagai sumber
daya dalam
kegiatan ekonomi,
serta peran
pemerintah dalam
upaya
penanggulangannya.
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah
Sejarah
Semester 1
2.1 Menjelaskan
proses
perkembangan
kolonialisme dan
imperialisme
Barat, serta
pengaruh yang
ditimbulkannya di
berbagai daerah di
Indonesia.
Tema
Globalisasi
Peran
Indonesia
dalam
Pergaulan
Antarbangsa
Semester 1
2.2 Menguraikan
proses
terbentuknya
kesadaran
nasional, identitas
Indonesia, dan
perkembangan
pergerakan
kebangsaan
Indonesia.
Otonomi
Daerah
101
No.
Geografi
Sosiologi
Ekonomi
Sejarah
Tema
2.1 Menjelaskan
proses
perkembangan
kolonialisme dan
imperialisme
Barat, serta
pengaruh yang
ditimbulkannya di
berbagai daerah di
Indonesia.
Pelestarian
Lingkungan
7.2 Mendeskripsikan
palaku-pelaku
ekonomi dalam
sistem
perekonomian
Indonesia.
4.
Semester 2
1.3 Mendeskripsikan
permasalahan
lingkungan hidup
dan upaya
penanggulangannya
dalam
pembangunan
berkelanjutan.
Semester 2
6.1 Mendeskripsikan
bentuk-bentuk
hubungan sosial
6.2 Mendeskripsikan
pranata sosial
dalam kehidupan
masyarakat
Semester 2
4.1 Mendeskripsikan
hubungan antara
kelangkaan
sumber daya
dengan
kebutuhan
manusia yang
tidak terbatas
6.3 Mendeskripsikan
upaya
pengendalian
penyimpangan
sosial
Peta Kompetensi Dasar yang Berpotensi IPS Terpadu
Kelas IX
No.
1.
Geografi
Semester 2
5.1 Menginterpretasikan peta tentang
bentuk dan pola
muka bumi.
Sosiologi
Semester 1
3.1Mendeskripsikan perubahan
sosial-budaya
pada
masyarakat
Ekonomi
Sejarah
Semester 1
7.1Mendeskripsikan
uang dan
lembaga
keuangan.
Semester 2
7.2 Menguraikan
perkembangan
lembagalembaga
internasional
dan peran
Indonesia dalam
kerjasama
internasional
3.2 Menguraikan
tipe-tipe
perilaku
masyarakat
dalam
menyikapi
perubahan
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah
Tema
Pengembangan
Pariwisata
102
No.
2
3.
Geografi
Sosiologi
Semester 2
5.2 Mendeskripsikan
keterkaitan unsurunsur geografis
dan penduduk di
kawasan Asia
Tenggara
Semester 2
7.3 Menguraikan
perilaku
masyarakat
dalam
perubahan
sosial-budaya di
era global
Semester 2
7.4 Mendeskripsikan
Semester 2
5.2 Mendeskripsikan
keterkaitan unsurunsur geografis
dan penduduk di
kawasan Asia
Tenggara
Semester 2
7.3 Menguraikan
perilaku
masyarakat
dalam
perubahan
sosial-budaya di
era global
Semester 2
7.4 Mendeskripsikan
Semester 1
1.1 Mengidentifikasi
ciri-ciri negara
berkembang dan
negara maju.
Ekonomi
kerjasama antar
negara di bidang
ekonomi
kerjasama antar
negara di bidang
ekonomi
7.5 Mengidentifikasi
dampak
kerjasama antar
negara terhadap
perekonomian
Indonesia
Sejarah
Tema
Semester 2
7.2Menguraikan
perkembangan
lembagalembaga
internasional
dan peran
Indonesia dalam
kerjasama
internasional
Modernisasi
Semester 2
7.2 Menguraikan
perkembangan
lembagalembaga
internasional
dan peran
Indonesia dalam
kerjasama
internasional
Kerjasama
Internasional
2) Penentuan Topik/Tema
Setelah pemetaan Kompetensi Dasar selesai, langkah selanjutnya
dilakukan penentuan topik/tema. Topik/tema
yang ditentukan
harus relevan dengan Kompetensi Dasar yang telah dipetakan.
Dengan demikian, dalam satu mata pelajaran IPS pada satu
tingkatan kelas terdapat beberapa topik yang akan dibahas.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penentuan topik/tema
pada pembelajaran IPS Terpadu antara lain meliputi hal-hal berikut.
 Topik, dalam pembelajaran IPS Terpadu, merupakan perekat
antar-Kompetensi Dasar yang terdapat dalam satu rumpun mata
pelajaran IPS.
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah
103
 Topik yang ditentukan selain relevan dengan Kompetensikompetensi Dasar yang terdapat dalam satu tingkatan kelas, juga
sebaiknya relevan dengan pengalaman pribadi siswa, dalam arti
sesuai dengan keadaan lingkungan setempat. Hal ini agar
pembelajaran yang dilakukan dapat lebih bermakna bagi siswa;
contohnya, untuk kelas VII ada 3 (tiga) topik/tema yaitu:
aktivitas ekonomi penduduk, kelangkaan sumber daya alam,
dan pemanfaatan peta.
 Dalam menentukan topik, isu sentral yang sedang berkembang
saat ini, dapat menjadi prioritas yang dipilih dengan tidak
mengabaikan keterkaitan antar-Kompetensi Dasar pada satu
rumpun yang telah dipetakan. Contohnya, Pemberlakuan
Otonomi Daerah, Pertumbuhan Industri, Pemilihan Kepala
Daerah Secara Langsung, Pasca Gempa Bumi dan Tsunami,
Penyakit Folio, Penyakit Busung Lapar.
Berikut ini beberapa contoh Topik yang relatif relevan dengan
pemetaan Kompetensi Dasar.
Kelas VII SMP
i) Topik: Kegiatan Ekonomi Penduduk
No
1.
Geografi
Semester 2
6.1 Mendeskripsikan pola
kegiatan ekonomi
penduduk,
penggunaan lahan,
dan pola pemukiman
berdasarkan kondisi
fisik permukaan bumi.
Sosiologi
Semester 1
2.1 Mendeskripsikan
interaksi sebagai
proses sosial.
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah
Ekonomi
Semester 2
6.2 Mendeskripsikan
kegiatan pokok
ekonomi yang
meliputi kegiatan
konsumsi, produksi,
dan distribusi
barang/jasa.
Sejarah
Semester 2
5.2 Mendeskripsikan
perkembangan
masyarakat,
kebudayaan, dan
pemerintahan pada
masa Islam di
Indonesia, serta
peninggalanpeninggalannya
104
Kelas VIII SMP
ii) Topik : Pelestarian Lingkungan
No
Geografi
1.
Semester 2
1.3 Mendeskripsikan
permasalahan
lingkungan hidup dan
upaya penanggulangannya dalam
pembangunan
berkelanjutan.
Sosiologi
Semester 2
6.1 Mendeskripsikan
bentuk-bentuk
hubungan sosial
6.2 Mendeskripsikan
pranata sosial dalam
kehidupan
masyarakat
6.3 Mendeskripsikan
upaya pengendalian
penyimpangan sosial
Ekonomi
Semester 2
4.1 Mendeskripsikan
hubungan antara
kelangkaan sumber
daya dengan
kebutuhan manusia
yang tidak terbatas
Sejarah
2.1 Menjelaskan proses
perkembangan
kolonialisme dan
imperialisme Barat,
serta pengaruh yang
ditimbulkannya di
berbagai daerah di
Indonesia.
Kelas IX SMP.
iii) Topik: Pengembangan Pariwisata
No
Geografi
1.
Semester 2
5.1 Menginterpretasi-kan
peta tentang bentuk
dan pola muka bumi.
Sosiologi
Semester 1
3.1 Mendeskripsi-kan
perubahan sosialbudaya pada
masyarakat
Ekonomi
Semester 1
7.1 Mendeskripsikan
uang dan lembaga
keuangan.
3.2 Menguraikan tipe-tipe
perilaku masyarakat
dalam menyikapi
perubahan
Sejarah
Semester 2
7.2 Menguraikan
perkembangan
lembaga-lembaga
internasional dan
peran Indonesia
dalam kerjasama
internasional
3) Penjabaran Kompetensi Dasar ke dalam Indikator
Setelah melakukan langkah Pemetaan Kompetensi Dasar dan
Penentuan Topik/Tema sebagai pengikat keterpaduan, maka
Kompetensi-kompetensi Dasar tersebut dijabarkan ke dalam
indikator pencapaian hasil belajar yang nantinya digunakan untuk
penyusunan silabus.
Contoh perumusan Kompetensi Dasar ke dalam berbagai indikator
pencapaian
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah
105
Kompetensi Dasar Geografi:
Mendeskripsikan pola kegiatan ekonomi penduduk, pengunaan
lahan, dan pola pemukiman berdasarkan kondisi fisik permukaan
bumi.
Perumusan indikatornya:
 Mengidentifikasikan mata pencaharian penduduk (pertanian,
nonpertanian).
 Mendeskripsikan bentuk penggunaan lahan di pedesaan dan
perkotaan.
 Mendiskripsikan persebaran permukiman penduduk di berbagai
bentang lahan dan mengungkapkan alasan penduduk memilih
bermukim di lokasi tersebut.
Kompetensi Dasar Sosiologi:
Mendeskripsikan interaksi sebagai proses sosial.
Perumusan indikatornya:
 Mengidentifikasi pola-pola keselarasan sosial dalam keluarga
dan masyarakat.
 Menentukan sikap dalam keragaman sosial untuk mewujudkan
keselarasan sosial.
Kompetensi Dasar Ekonomi:
Mendeksripsikan kegiatan pokok ekonomi yang meliputi kegiatan
konsumsi, produksi, dan distribusi barang/jasa.
Perumusan indikatornya:
 Menguraikan kegiatan konsumsi barang dan jasa.
 Menguraikan kegiatan produksi barang dan jasa.
 Menguraikan kegiatan distribusi barang dan jasa.
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah
106
Kompetensi Dasar Sejarah:
Mendeksripsikan perkembangan masyarakat, kebudayaan, dan
pemerintahan pada masa Islam di Indonesia, serta peninggalanpeninggalannya.
Perumusan indikatornya:
 Menyusun kronologis proses masuk berkembangnya Islam di
Indonesia dengan menggunakan ensiklopedi dan referensi
relevan lainnya.
 Menjelaskan peranan pedagang dan ulama dalam proses awal
perkembangan Islam di Indonesia.
4) Penyusunan Silabus
Hasil seluruh proses yang telah dilakukan pada langkah-langkah
sebelumnya dijadikan sebagai dasar dalam penyusunan silabus
pembelajaran terpadu. Komponen penyusunan silabus terdiri dari
Standar
Kompetensi
IPS
(Sosiologi,
Sejarah,
Geografi,
dan
Ekonomi), Kompetensi Dasar, Indikator, Pengalaman belajar,
alokasi waktu, dan penilaian.
5) Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan
Pelaksanaan Proses Pembelajaran serta Penilaian Hasil
Pembelajaran.
Penyusunan RPP dijabarkan dari silabus untuk mengarahkan
kegiatan peserta didik dalam upaya mencapai KD. Demikian pula
untuk pelaksanaan proses pembelajaran, maupun penilaian hasil
pembelajaran untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensi
siswa, menggunakan prinsi-prinsip minimal sesuai dengan standar
isi, standar proses, standar penilaian, dan dikembangkan dengan
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah
107
prinsip-prinsip utama dalam pembelajaran dan penilaian pada
pembelajaran kontekstual (CTL).
b. Implikasi Pembelajaran IPS Terpadu
Implikasi pembelajaran IPS terpadu terhadap guru, peserta didik,
bahan ajar, sarana dan prasarana dalam pelaksanaannya bergantung
pada sekolah masing-masing sama seperti pada pembelajaran IPA
terpadu. Diharapkan guru yang profesional sesuai dengan PP 74 dan
minimal standar proses dapat melaksanakan pembelajaran IPS
terpadu tanpa mengalami kendala.
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah
108
PEMBELAJARAN TEMATIK
A. LATAR BELAKANG
Peserta didik yang berada pada sekolah dasar kelas satu, dua, dan tiga
berada pada rentangan usia dini. Pada usia tersebut seluruh aspek
perkembangan kecerdasan seperti IQ, EQ, dan SQ tumbuh dan berkembang
sangat luar biasa. Pada umumnya tingkat perkembangan masih melihat
segala sesuatu sebagai satu keutuhan (holistik) serta mampu memahami
hubungan antara konsep secara sederhana. Proses pembelajaran masih
bergantung kepada objek-objek konkrit dan pengalaman yang dialami
secara langsung.
Saat ini, pelaksanaan kegiatan pembelajaran di SD kelas I – III kelas awal)
untuk setiap mata pelajaran masih banyak dilakukan secara terpisah. Dalam
pelaksanaan kegiatannya dilakukan secara murni mata pelajaran yaitu
hanya mempelajari standar kompetensi dan kompetensi dasar yang
berhubungan
dengan
mata
pelajaran
itu.
Sesuai
dengan
tahapan
perkembangan anak yang masih melihat segala sesuatu sebagai suatu
keutuhan (holistic), pembelajaran yang menyajikan mata pelajaran secara
terpisah akan menyebabkan kurang mengembangkan anak untuk berpikir
holistik dan membuat kesulitan bagi peserta didik.
Seperti pada Mata pelajaran Matematika, perlu diberikan kepada semua
peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik
dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif,
serta kemampuan bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan agar
peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah
109
memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu
berubah, tidak pasti, dan kompetitif.
Demikian pula untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia dengan tujuan agar
peserta didik dapat berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan
etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulis, menghargai dan bangga
menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa
negara, memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat
dan kreatif untuk berbagai tujuan, menggunakan bahasa Indonesia untuk
meningkatkan kemampuan intelektual, serta kematangan emosional dan
sosial, menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas
wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan
kemampuan berbahasa, menghargai dan membanggakan sastra Indonesia
sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia. Demikian pula
pada Kompetensi dasar Pendidikan Agama, Bahasa Indonesia, Matematika,
Ilmu Pengetahuan Alam, Pendidikan Kewarganegaraan, Ilmu Pengetahuan
Sosial, Seni Budaya dan Keterampilan, serta Pendidikan Jasmani,Olahraga
dan Kesehatan perlu dikaji
Jika mata pelajaran- mata pelajaran tersebut dipadukan menjadi sebuah
tema akan diperoleh suatu kemampuan berkomunikasi secara baik sebagai
indikator dalam kemampuan peserta didik dalam berpikir logis, analitis,
sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama, yang pada
akhirnya pembelajaran menjadi menyenangkan.
Permasalahan menunjukkan bahwa kesiapan sekolah sebagian besar peserta
didik kelas awal sekolah dasar di Indonesia cukup rendah. Sementara itu,
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah
110
hasil penelitian menunjukkan bahwa peserta didik yang telah masuk Taman
Kanak-Kanak memiliki kesiapan bersekolah lebih baik dibandingkan dengan
peserta didik yang tidak mengikuti pendidikan Taman Kanak-Kanak. Selain
itu, perbedaan pendekatan, model, dan prinsip-prinsip pembelajaran antara
kelas satu dan dua sekolah dasar dengan pendidikan pra-sekolah dapat juga
menyebabkan peserta didik yang telah mengikuti pendidikan pra-sekolah
pun dapat saja mengulang kelas atau bahkan putus sekolah.
Atas dasar pemikiran di atas dan dalam rangka implementasi Standar Isi,
standar proses yang termuat dalam Standar Nasional Pendidikan, maka
pembelajaran pada kelas awal sekolah dasar yakni kelas satu, dua, dan tiga
lebih sesuai jika dikelola dalam pembelajaran terpadu melalui pendekatan
pembelajaran tematik. Untuk memberikan gambaran tentang pembelajaran
tematik yang dapat menjadi acuan dan contoh konkret, disiapkan model
pelaksanaan pembelajaran tematik untuk SD/MI kelas I hingga kelas III.
B.
KERANGKA BERPIKIR
1. Karakteristik Perkembangan anak usia kelas awal SD
Anak yang berada di kelas awal SD adalah anak yang berada pada
rentangan usia dini. Masa usia dini ini merupakan masa yang pendek
tetapi merupakan masa yang sangat penting bagi kehidupan seseorang.
Oleh karena itu, pada masa ini seluruh potensi yang dimiliki anak perlu
didorong sehingga akan berkembang secara optimal.
Karakteristik perkembangan anak pada kelas satu, dua dan tiga SD
biasanya pertumbuhan fisiknya telah mencapai kematangan, mereka
telah mampu mengontrol tubuh dan keseimbangannya. Mereka telah
dapat melompat dengan kaki secara bergantian, dapat mengendarai
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah
111
sepeda roda dua, dapat menangkap bola dan telah berkembang
koordinasi tangan dan mata untuk dapat memegang pensil maupun
memegang gunting. Selain itu, perkembangan sosial anak yang berada
pada usia kelas awal SD antara lain mereka telah dapat menunjukkan
keakuannya tentang jenis kelaminnya, telah mulai berkompetisi dengan
teman sebaya, mempunyai sahabat, telah mampu berbagi, dan mandiri.
Perkembangan emosi anak usia 6-8 tahun antara lain anak telah dapat
mengekspresikan reaksi terhadap orang lain, telah dapat mengontrol
emosi, sudah mampu berpisah dengan orang tua dan telah mulai belajar
tentang benar dan salah. Untuk perkembangan kecerdasannya anak usia
kelas awal SD ditunjukkan dengan kemampuannya dalam melakukan
seriasi, mengelompokkan obyek, berminat terhadap angka dan tulisan,
meningkatnya perbendaharaan kata, senang berbicara, memahami sebab
akibat dan berkembangnya pemahaman terhadap ruang dan waktu.
2. Cara Anak Belajar
Piaget (1950) menyatakan bahwa setiap anak memiliki cara tersendiri
dalam menginterpretasikan dan beradaptasi dengan lingkungannya (teori
perkembangan kognitif). Menurutnya, setiap anak memiliki struktur
kognitif yang disebut schemata yaitu sistem konsep yang ada dalam
pikiran sebagai hasil pemahaman terhadap objek yang ada dalam
lingkungannya. Pemahaman tentang objek tersebut berlangsung melalui
proses asimilasi (menghubungkan objek dengan konsep yang sudah ada
dalam pikiran) dan akomodasi (proses memanfaatkan konsep-konsep
dalam pikiran untuk menafsirkan objek). Kedua proses tersebut jika
berlangsung terus menerus akan membuat pengetahuan lama dan
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah
112
pengetahuan baru menjadi seimbang. Dengan cara seperti itu secara
bertahap anak dapat membangun pengetahuan melalui interaksi dengan
lingkungannya. Berdasarkan hal tersebut, maka perilaku belajar anak
sangat
dipengaruhi
oleh
aspek-aspek
dari
dalam
dirinya
dan
lingkungannya. Kedua hal tersebut tidak mungkin dipisahkan karena
memang proses belajar terjadi dalam konteks interaksi diri anak dengan
lingkungannya.
Anak usia sekolah dasar berada pada tahapan operasi konkret. Pada
rentang usia tersebut anak mulai menunjukkan perilaku belajar sebagai
berikut: (1) Mulai memandang dunia secara objektif, bergeser dari satu
aspek situasi ke aspek lain secara reflektif dan memandang unsur-unsur
secara
serentak,
(2)
Mulai
berpikir
secara
operasional,
(3)
Mempergunakan cara berpikir operasional untuk mengklasifikasikan
benda-benda, (4) Membentuk dan mempergunakan keterhubungan
aturan-aturan, prinsip ilmiah sederhana, dan mempergunakan hubungan
sebab akibat, dan (5) Memahami konsep substansi, volume zat cair,
panjang, lebar, luas, dan berat.
Memperhatikan
tahapan
perkembangan
berpikir
tersebut,
kecenderungan belajar anak usia sekolah dasar memiliki tiga ciri, yaitu:
a. Konkrit
Konkrit mengandung makna proses belajar beranjak dari hal-hal yang
konkrit yakni yang dapat dilihat, didengar, dibaui, diraba, dan diotak
atik, dengan titik penekanan pada pemanfaatan lingkungan sebagai
sumber belajar. Pemanfaatan lingkungan akan menghasilkan proses
dan hasil belajar yang lebih bermakna dan bernilai, sebab siswa
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah
113
dihadapkan dengan peristiwa dan keadaan yang sebenarnya, keadaan
yang alami, sehingga lebih nyata, lebih faktual, lebih bermakna, dan
kebenarannya lebih dapat dipertanggungjawabkan.
b. Integratif
Pada tahap usia sekolah dasar anak memandang sesuatu yang
dipelajari sebagai suatu keutuhan, mereka belum mampu memilahmilah konsep dari berbagai disiplin ilmu, hal ini melukiskan cara
berpikir anak yang deduktif yakni dari hal umum ke bagian demi
bagian.
c. Hierarkis
Pada tahapan usia sekolah dasar, cara anak belajar berkembang secara
bertahap mulai dari hal-hal yang sederhana ke hal-hal yang lebih
kompleks. Sehubungan dengan hal tersebut, maka perlu diperhatikan
mengenai urutan logis, keterkaitan antar materi, dan cakupan keluasan
serta kedalaman materi .
3. Belajar dan Pembelajaran Bermakna
Belajar pada hakekatnya merupakan proses perubahan di dalam
kepribadian yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, dan kepandaian.
Perubahan ini bersifat menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai
suatu hasil dari latihan atau pengalaman.
Pembelajaran pada hakekatnya adalah suatu proses interaksi antar anak
dengan anak, anak dengan sumber belajar dan anak dengan pendidik.
Kegiatan pembelajaran ini akan menjadi bermakna bagi anak
jika
dilakukan dalam lingkungan yang nyaman dan memberikan rasa aman
bagi anak. Proses belajar bersifat individual dan kontekstual, artinya
proses
belajar
terjadi
dalam
diri
individu
sesuai
dengan
perkembangannya dan lingkungannya.
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah
114
Belajar bermakna (meaningfull learning)
merupakan suatu proses
dikaitkannya informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat
dalam struktur kognitif seseorang. Kebermaknaan belajar sebagai hasil
dari peristiwa mengajar ditandai oleh terjadinya hubungan antara aspekaspek, konsep-konsep, informasi atau situasi baru dengan komponenkomponen yang relevan di dalam struktur kognitif siswa. Proses belajar
tidak sekadar menghafal konsep-konsep atau fakta-fakta belaka, tetapi
merupakan
kegiatan
menghubungkan
konsep-konsep
untuk
menghasilkan pemahaman yang utuh, sehingga konsep yang dipelajari
akan dipahami secara baik dan tidak mudah dilupakan. Dengan
demikian, agar terjadi belajar bermakna maka guru harus selalu berusaha
mengetahui dan menggali konsep-konsep yang telah dimiliki siswa dan
membantu memadukannya secara harmonis konsep-konsep tersebut
dengan pengetahuan baru yang akan diajarkan.
Dengan kata lain, belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami
langsung apa yang dipelajarinya dengan mengaktifkan lebih banyak
indera daripada hanya mendengarkan orang/guru menjelaskan.
C. PENGERTIAN PEMBELAJARAN TEMATIK
Sesuai dengan tahapan perkembangan anak, karakteristik cara anak belajar,
konsep belajar dan pembelajaran bermakna, maka kegiatan pembelajaran
bagi anak kelas awl SD sebaiknya dilakukan dengan Pembelajaran tematik.
Pembelajaan tematik adalah pembelajaran tepadu yang menggunakan tema
untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan
pengalaman bermakna kepada siswa. Tema adalah pokok pikiran atau
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah
115
gagasan pokok yang menjadi pokok pembicaraan (Poerwadarminta, 1983).
Dengan tema diharapkan akan
memberikan banyak keuntungan, di
antaranya:
1. Siswa mudah memusatkan perhatian pada suatu tema tertentu,
2. Siswa mampu mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai
kompetensi dasar antar matapelajaran dalam tema yang sama;
3. pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan;
4. kompetensi dasar dapat dikembangkan lebih baik dengan mengkaitkan
matapelajaran lain dengan pengalaman pribadi siswa;
5. Siswa mampu lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi
disajikan dalam konteks tema yang jelas;
6. Siswa lebih bergairah belajar karena dapat berkomunikasi dalam situasi
nyata, untuk mengembangkan suatu kemampuan dalam satu mata
pelajaran sekaligus mempelajari matapelajaran lain;
7. guru dapat menghemat waktu karena mata pelajaran yang disajikan
secara tematik dapat dipersiapkaan sekaligus dan diberikan dalam dua
atau tiga pertemuan, waktu selebihnya dapat digunakan untuk kegiatan
remedial, pemantapan, atau pengayaan.
Pembelajaran tematik lebih menekankan pada keterlibatan siswa dalam
proses belajar secara aktif dalam proses pembelajaran, sehingga siswa dapat
memperoleh pengalaman langsung dan terlatih untuk dapat menemukan
sendiri berbagai pengetahuan yang dipelajarinya. Melalui pengalaman
langsung siswa akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari dan
menghubungkannya dengan konsep lain yang telah dipahaminya. Teori
pembelajaran ini dimotori para tokoh Psikologi Gestalt, termasuk Piaget
yang menekankan bahwa pembelajaran haruslah bermakna dan berorientasi
pada kebutuhan dan perkembangan anak.
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah
116
Pembelajaran tematik lebih menekankan pada penerapan konsep belajar
sambil melakukan sesuatu (learning by doing). Oleh karena itu, guru perlu
mengemas atau merancang pengalaman belajar yang akan mempengaruhi
kebermaknaan belajar siswa. Pengalaman belajar yang menunjukkan kaitan
unsur-unsur konseptual menjadikan proses pembelajaran lebih efektif.
Kaitan konseptual antar mata pelajaran yang dipelajari akan membentuk
skema, sehingga siswa akan memperoleh keutuhan dan kebulatan
pengetahuan. Selain itu, dengan penerapan pembelajaran tematik di sekolah
dasar akan sangat membantu siswa, karena sesuai dengan tahap
perkembangannya siswa yang masih melihat segala sesuatu sebagai satu
keutuhan (holistik).
Beberapa ciri khas dari pembelajaran tematik antara lain: 1) Pengalaman dan
kegiatan belajar sangat relevan dengan tingkat perkembangan dan
kebutuhan anak usia sekolah dasar; 2) Kegiatan-kegiatan yang dipilih dalam
pelaksanaan pembelajaran tematik bertolak dari minat dan kebutuhan siswa;
3) Kegiatan belajar akan lebih bermakna dan berkesan bagi siswa sehingga
hasil belajar dapat bertahan lebih lama; 4) Membantu mengembangkan
keterampilan berpikir siswa; 5) Menyajikan kegiatan belajar yang bersifat
pragmatis sesuai dengan permasalahan yang sering ditemui siswa dalam
lingkungannya; dan 6) Mengembangkan keterampilan sosial siswa, seperti
kerjasama, toleransi, komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan orang lain.
Dengan pelaksanaan pembelajaran dengan memanfaatkan tema ini, akan
diperoleh beberapa manfaat yaitu: 1) Dengan menggabungkan beberapa
kompetensi dasar dan indikator serta isi mata pelajaran akan terjadi
penghematan, karena tumpang tindih materi dapat dikurangi bahkan
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah
117
dihilangkan, 2) Siswa mampu melihat hubungan-hubungan yang bermakna
sebab isi/materi pembelajaran lebih berperan sebagai sarana atau alat,
bukan tujuan akhir, 3) Pembelajaran menjadi utuh sehingga siswa akan
mendapat pengertian mengenai proses dan materi yang tidak terpecahpecah. 4) Dengan adanya pemaduan antar mata pelajaran maka penguasaan
konsep akan semakin baik dan meningkat,
D. LANDASAN PEMBELAJARAN TEMATIK
Landasan Pembelajaran tematik mencakup:
Landasan filosofis dalam pembelajaran tematik sangat dipengaruhi oleh
tiga aliran filsafat yaitu: (1) progresivisme, (2) konstruktivisme, dan (3)
humanisme. Aliran progresivisme memandang proses pembelajaran perlu
ditekankan pada pembentukan kreatifitas, pemberian sejumlah kegiatan,
suasana yang alamiah (natural), dan memperhatikan pengalaman siswa.
Aliran konstruktivisme melihat pengalaman langsung siswa (direct
experiences) sebagai kunci dalam pembelajaran. Menurut aliran ini,
pengetahuan adalah hasil konstruksi atau bentukan manusia. Manusia
mengkonstruksi
pengetahuannya
melalui
interaksi
dengan
obyek,
fenomena, pengalaman dan lingkungannya. Pengetahuan tidak dapat
ditransfer begitu saja dari seorang guru kepada anak, tetapi harus
diinterpretasikan sendiri oleh masing-masing siswa. Pengetahuan bukan
sesuatu yang sudah jadi, melainkan suatu proses yang berkembang terus
menerus. Keaktifan siswa yang diwujudkan oleh rasa ingin tahunya sangat
berperan dalam perkembangan pengetahuannya.
Aliran humanisme
melihat siswa dari segi keunikan/kekhasannya, potensinya, dan motivasi
yang dimilikinya.
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah
118
Landasan psikologis dalam pembelajaran tematik terutama berkaitan
dengan psikologi perkembangan peserta didik dan psikologi belajar.
Psikologi perkembangan diperlukan terutama dalam menentukan isi/materi
pembelajaran tematik yang diberikan kepada siswa agar tingkat keluasan
dan kedalamannya sesuai dengan tahap perkembangan peserta didik.
Psikologi belajar memberikan kontribusi dalam hal bagaimana isi/materi
pembelajaran tematik tersebut disampaikan kepada siswa dan bagaimana
pula siswa harus mempelajarinya.
Landasan yuridis dalam pembelajaran tematik berkaitan dengan berbagai
kebijakan atau peraturan yang mendukung pelaksanaan pembelajaran
tematik di sekolah dasar. Landasan yuridis tersebut adalah UU No. 23
Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang menyatakan bahwa setiap
anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka
pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat
dan bakatnya (pasal 9). UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional menyatakan bahwa setiap peserta didik pada setiap satuan
pendidikan berhak mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan
bakat, minat, dan kemampuannya (Bab V Pasal 1-b).
E.
KARAKTERISTIK PEMBELAJARAN TEMATIK
Sebagai suatu model pembelajaran di sekolah dasar, pembelajaran tematik
memiliki karakteristik-karakteristik sebagai berikut:
1. Berpusat pada siswa
2. Pembelajaran tematik berpusat pada siswa (student centered), hal ini
sesuai
dengan
pendekatan
belajar
modern
yang
lebih
banyak
menempatkan siswa sebagai subjek belajar sedangkan guru lebih banyak
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah
119
berperan sebagai fasilitator yaitu memberikan kemudahan-kemudahan
kepada siswa untuk melakukan aktivitas belajar.
3. Memberikan pengalaman langsung
4. Pembelajaran tematik dapat memberikan pengalaman langsung kepada
siswa (direct experiences). Dengan pengalaman langsung ini, siswa
dihadapkan pada sesuatu yang nyata (konkrit) sebagai dasar untuk
memahami hal-hal yang lebih abstrak.
5. Pemisahan matapelajaran tidak begitu jelas
6. Dalam pembelajaran tematik pemisahan antar mata pelajaran menjadi
tidak begitu jelas. Fokus pembelajaran diarahkan kepada pembahasan
tema-tema yang paling dekat berkaitan dengan kehidupan siswa.
7. Menyajikan konsep dari berbagai matapelajaran
8. Pembelajaran tematik menyajikan konsep-konsep dari berbagai mata
pelajaran dalam suatu proses pembelajaran. Dengan demikian, Siswa
mampu memahami konsep-konsep tersebut secara utuh. Hal ini
diperlukan untuk membantu siswa dalam memecahkan masalah-masalah
yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.
9. Bersifat fleksibel
10.Pembelajaran tematik bersifat luwes (fleksibel) dimana guru dapat
mengaitkan bahan ajar dari satu mata pelajaran dengan mata pelajaran
yang lainnya, bahkan mengaitkannya dengan kehidupan siswa dan
keadaan lingkungan dimana sekolah dan siswa berada.
11.Hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa
12.Siswa
diberi
kesempatan
untuk
mengoptimalkan
potensi
yang
dimilikinya sesuai dengan minat dan kebutuhannya.
13.Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah
120
F.
RAMBU-RAMBU
1. Tidak semua mata pelajaran harus dipadukan
2. Dimungkinkan terjadi penggabungan kompetensi dasar lintas semester
3. Kompetensi dasar yang tidak dapat dipadukan, jangan dipaksakan untuk
dipadukan. Kompetensi dasar yang tidak diintegrasikan dibelajarkan
secara tersendiri.
4. Kompetensi dasar yang tidak tercakup pada tema tertentu harus tetap
diajarkan baik melalui tema lain maupun disajikan secara tersendiri.
5. Kegiatan pembelajaran ditekankan pada kemampuan membaca, menulis,
dan berhitung serta penanaman nilai-nilai moral.
6. Tema-tema yang dipilih disesuaikan dengan karakteristik siswa, minat,
lingkungan, dan daerah setempat.
G. IMPLIKASI PEMBELAJARAN TEMATIK
Implikasi implementasi pembelajaran tematik di sekolah dasar mencakup
implikasi terhadap guru, terhadap siswa, terhadap sarana-prasarana,
sumber belajar media, pengaturan ruangan, dan pemilihan metode
pembelajaran.
Implikasi bagi guru
Pembelajaran
tematik
memerlukan
guru
yang
kreatif
baik
dalam
menyiapkan kegiatan/pengalaman belajar bagi anak, juga dalam memilih
kompetensi
dari
berbagai
mata
pelajaran
dan
mengaturnya
agar
pembelajaran menjadi lebih bermakna, menarik, menyenangkan dan utuh.
Implikasi bagi siswa
 Siswa harus siap mengikuti kegiatan pembelajaran yang dalam
pelaksanaannya dimungkinkan untuk bekerja baik secara individual,
pasangan, kelompok kecil ataupun klasikal.
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah
121
 Siswa harus siap mengikuti kegiatan pembelajaran yang bervariasi secara
aktif misalnya melakukan diskusi kelompok, mengadakan penelitian
sederhana, dan pemecahan masalah
Implikasi terhadap sarana, prasarana, sumber belajar dan media
 Pembelajaran tematik pada hakekatnya menekankan pada siswa baik
secara individual maupun kelompok untuk aktif mencari, menggali dan
menemukan konsep serta prinsip-prinsip secara holistik dan otentik. Oleh
karena itu, dalam pelaksanaannya memerlukan berbagai sarana dan
prasarana belajar.
 Pembelajaran ini perlu memanfaatkan berbagai sumber belajar baik yang
sifatnya
didisain
secara
khusus
untuk
keperluan
pelaksanaan
pembelajaran (by design), maupun sumber belajar yang tersedia di
lingkungan yang dapat dimanfaatkan (by utilization).
 Pembelajaran ini juga perlu mengoptimalkan penggunaan media
pembelajaran yang bervariasi sehingga akan membantu siswa dalam
memahami konsep-konsep yang abstrak.
 Penerapan pembelajaran tematik di sekolah dasar masih dapat
menggunakan buku ajar yang sudah ada saat ini untuk masing-masing
mata pelajaran dan dimungkinkan pula untuk menggunakan buku
suplemen khusus yang memuat bahan ajar yang terintegrasi
Implikasi terhadap Pengaturan ruangan
Dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran tematik perlu melakukan
pengaturan ruang agar suasana belajar menyenangkan. Pengaturan ruang
tersebut meliputi:
 Ruang perlu ditata disesuaikan dengan tema yang sedang dilaksanakan.
 Susunan bangku peserta didik dapat berubah-ubah disesuaikan dengan
keperluan pembelajaran yang sedang berlangsung
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah
122
 Peserta didik tidak selalu duduk di kursi tetapi dapat duduk di
tikar/karpet
 Kegiatan hendaknya bervariasi dan dapat dilaksanakan baik di dalam
kelas maupun di luar kelas
 Dinding kelas dapat dimanfaatkan untuk memajang hasil karya peserta
didik dan dimanfaatkan sebagai sumber belajar
 Alat, sarana dan sumber
belajar hendaknya dikelola sehingga
memudahkan peserta didik untuk menggunakan dan menyimpannya
kembali.
Implikasi terhadap Pemilihan metode
Sesuai
dengan
karakteristik
pembelajaran
tematik,
maka
dalam
pembelajaran yang dilakukan perlu disiapkan berbagai variasi kegiatan
dengan menggunakan multi metode. Misalnya percobaan, bermain peran,
tanya jawab, demonstrasi, bercakap-cakap.
H. TAHAP PERSIAPAN PELAKSANAAN
Dalam pelaksanaan pembelajaran tematik, perlu dilakukan beberapa hal
yang meliputi tahap perencanaan yang mencakup kegiatan pemetaan
kompetensi dasar, pengembangan jaringan tema, pengembangan silabus
dan penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran.
1. Pemetaan Kompetensi Dasar
Kegiatan pemetaan ini dilakukan untuk memperoleh gambaran secara
menyeluruh dan utuh semua standar kompetensi, kompetensi dasar dan
indikator dari berbagai mata pelajaran yang dipadukan dalam tema yang
dipilih. Kegiatan yang dilakukan adalah:
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah
123
a. Penjabaran Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar ke dalam
indikator
Melakukan kegiatan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi
dasar dari setiap mata pelajaran ke dalam indikator. Dalam
mengembangkan indikator perlu memperhatikan hal-hal
sebagai
berikut:
 Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik
 Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik mata pelajaran
 Dirumuskan dalam kata kerja oprasional yang terukur dan/atau
dapat diamati.
1) Menentukan tema
Dalam menentukan tema dapat dilakukan dengan dua cara yakni:
Cara pertama, mempelajari standar kompetensi dan kompetensi
dasar yang terdapat dalam masing-masing mata pelajaran,
dilanjutkan dengan menentukan tema yang sesuai.
Cara kedua, menetapkan terlebih dahulu tema-tema pengikat
keterpaduan, untuk menentukan tema tersebut, guru dapat
bekerjasama dengan peserta didik sehingga sesuai dengan minat
dan kebutuhan anak.
2) Prinsip Penentuan tema
Dalam menetapkan tema perlu memperhatikan beberapa prinsip
yaitu:
 Memperhatikan lingkungan yang terdekat dengan siswa:
 Dari yang termudah menuju yang sulit
 Dari yang sederhana menuju yang kompleks
 Dari yang konkret menuju ke yang abstrak.
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah
124
 Tema yang dipilih harus memungkinkan terjadinya proses
berpikir pada diri siswa
 Ruang
lingkup
perkembangan
tema
siswa,
disesuaikan
termasuk
dengan
minat,
usia
dan
kebutuhan,
dan
kemampuannya
b. Identifikasi dan analisis Standar Kompetensi, Kompetensi dasar dan
Indikator
Lakukan identifikasi dan analisis untuk setiap Standar Kompetensi,
Kompetensi Dasar dan indikator yang cocok untuk setiap tema
sehingga semua standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator
terbagi habis.
2. Menetapkan Jaringan Tema
Buatlah jaringan tema yaitu menghubungkan kompetensi dasar dan
indikator dengan tema pemersatu. Dengan jaringan tema tersebut akan
terlihat kaitan antara tema, kompetensi dasar dan indikator dari setiap
mata pelajaran. Jaringan tema ini dapat dikembangkan sesuai dengan
alokasi waktu setiap tema.
3. Penyusunan Silabus
Hasil seluruh proses yang telah dilakukan pada tahap-tahap sebelumnya
dijadikan dasar dalam penyusunan silabus. Komponen silabus terdiri dari
standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, pengalaman belajar,
alat/sumber, dan penilaian.
4. Penyusunan Rencana Pembelajaran
Untuk keperluan pelaksanaan pembelajaran guru perlu menyusun
rencana pelaksanaan pembelajaran. Rencana pembelajaran ini merupakan
realisasi dari pengalaman belajar siswa yang telah ditetapkan dalam
silabus pembelajaran. Komponen rencana pembelajaran tematik meliputi:
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah
125
1)
Identitas mata pelajaran (nama mata pelajaran yang akan dipadukan,
kelas, semester, dan waktu/banyaknya jam pertemuan yang
dialokasikan).
2)
Standar kompetensi
3)
Kompetensi dasar
4)
Indikator pencapaian kompetensi
5)
Tujuan pembelajaran
6)
Materi ajar beserta uraiannya yang perlu dipelajari siswa dalam
rangka mencapai kompetensi dasar dan indikator.
7)
Alokasi waktu
8)
Metode
pembelajaran
dan
strategi
pembelajaran
(kegiatan
pembelajaran secara konkret yang harus dilakukan siswa dalam
berinteraksi dengan materi pembelajaran dan sumber belajar untuk
menguasai kompetensi dasar dan indikator, kegiatan ini tertuang
dalam kegiatan pembelajaran mulai dari pendahuluan, inti dan
penutup).
9)
Penilaian dan tindak lanjut (prosedur dan instrumen yang akan
digunakan untuk menilai pencapaian belajar peserta didik serta
tindak lanjut hasil penilaian).
10) Sumber
belajar,
alat
dan
media
yang
digunakan
untuk
memperlancar pencapaian kompetensi dasar, serta sumber bahan
yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran tematik sesuai dengan
kompetensi dasar yang harus dikuasai.
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah
126
I.
TAHAP PELAKSANAAN
1. Tahapan kegiatan
Pelaksanaan pembelajaran tematik setiap hari dilakukan dengan
menggunakan
tiga
tahapan
kegiatan
yaitu
kegiatan
pembukaan/awal/pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup.
Alokasi waktu untuk setiap tahapan adalah kegiatan pembukaan kurang
lebih satu jam pelajaran (1 x 35 menit), kegiatan inti 3 jam pelajaran (3 x 35
menit) dan kegiatan penutup satu jam pelajaran (1 x 35 menit)
a. Kegiatan Pendahuluan/awal/pembukaan
Kegiatan ini dilakukan terutama untuk menciptakan suasana awal
pembelajaran untuk mendorong siswa menfokuskan dirinya agar
mampu mengikuti proses pembelajaran dengan baik.
Sifat dari kegiatan pembukaan adalah kegiatan untuk pemanasan.
Pada tahap ini dapat dilakukan penggalian terhadap pengalaman anak
tentang tema yang akan disajikan. Beberapa contoh kegiatan yang
dapat dilakukan adalah bercerita, kegiatan fisik/jasmani, dan
menyanyi
b. Kegiatan Inti
Dalam kegiatan inti
difokuskan pada
kegiatan-kegiatan yang
bertujuan untuk pengembangan kemampuan baca, tulis dan hitung.
Penyajian bahan pembelajaran dilakukan dengan menggunakan
berbagai strategi/metode yang bervariasi dan dapat dilakukan secara
klasikal, kelompok kecil, ataupun perorangan.
c. Kegiatan Penutup/Akhir dan Tindak Lanjut
Sifat dari kegiatan penutup adalah untuk menenangkan. Beberapa
contoh kegiatan akhir/penutup yang dapat dilakukan adalah
menyimpulkan/mengungkapkan
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah
hasil
pembelajaran
yang
telah
127
dilakukan, mendongeng, membacakan cerita dari buku, pantomim,
pesan-pesan moral, musik/apresiasi musik.
Contoh jadwal pelaksanaan pembelajaran perhari dapat dijabarkan menjadi:
Contoh 1:
Kegiatan
Kegiatan
pembukaan
Jenis kegiatan
Anak berkumpul bernyanyi sambil
mengikluti irama musik
Kegiatan inti
 Kegiatan untuk pengembangan membaca
 Kegiatan untuk pengembangan menulis
 Kegitan untuk pengembangan berhitung

Mendongeng atau membaca cerita dari buku cerita
Kegiatan penutup
menari
Contoh 2:
Kegiatan
Kegiatan
pembukaan
Jenis kegiatan
Waktu
berkumpul
(anak
m,enceritakan
pengalkaman, menyanyi, melakukan kegiatan fisik
sesuai dengan tema)
Kegiatan inti



Kegiatan penutup



Pengembnagan kemmapuan menulis (kegiatan
kelompok besar)
Pengembnagan
kemampuan
berhitung
kegiatan kelompok kecil atau berpasangan)
Melakukan pengamatan sesuai dengan tema,
misalnya mengamati jenis kendaraan yang
lewat pada tema transporasi, menggambar
hewan hasil pengamatan
Mendongeng
Pesan-pesan moral
Musik/menyanyi
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah
128
2. Pengaturan Jadwal pelajaran
Untuk memudahkan administrasi sekolah terutama dalam penjadwalan.
Guru bersama dengan guru mata pelajaran pendidikan agama, guru
pendidikan Jasmani dan guru muatan lokal perlu bersama-sama
menyusun Jadwal pelajaran.
Contoh jadwal yang dapat dikembangkan seperti pada tabel berikut:
JADWAL PELAJARAN SD KELAS I, II
Waktu
Senin
Selasa
Rabu
Kamis
Jumat
Sabtu
7.00-
Matematika B. Ind.
Matematika B. Ind. Penjaskes IPA
Matematika B.Ind.
Matematika B.Ind.
Penjaskes IPA
Matematika B.Ind.
Matematika KTK
P.Agama
MULOK
P.
Mulok
7.35
7.358.10
8.108.45
8.45-
Istirahat
9.00
9.00-
B.ind
Matematika IPS
KTK
9.35
9.35-
Agama
B.Ind
Matematika IPS
KTK
10.10
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah
129
J.
PENILAIAN PEMBELAJARAN TEMATIK
1. Prinsip
a. Penilaian di kelas I dan II mengikuti aturan penilaian mata-mata
pelajaran lain di sekolah dasar. Mengingat bahwa siswa kelas I SD
belum semuanya lancar membaca dan menulis, maka cara penilaian di
kelas I tidak ditekankan pada penilaian secara tertulis.
b. Kemampuan
membaca, menulis dan
berhitung
merupakan
kemampuan yang harus dikuasai oleh peserta didik kelas I dan II.
Oleh karena itu, penguasaan terhadap ke tiga kemampuan tersebut
adalah prasyarat untuk kenaikan kelas.
c. Penilaian dilakukan dengan mengacu pada indikator dari masingmasing Kompetensi Dasar dan Hasil Belajar dari mata-mata pelajaran.
d. Penilaian dilakukan secara terus menerus dan selama proses belajar
mengajar berlangsung, misalnya sewaktu siswa bercerita pada
kegiatan awal, membaca pada kegiatan inti dan menyanyi pada
kegiatan akhir.
e. Hasil karya/kerja siswa dapat digunakan sebagai bahan masukan
guru dalam mengambil keputusan siswa misalnya: Penggunaan tanda
baca, ejaan kata, maupun angka.
2. Alat Penilaian
Alat penilaian dapat berupa Tes dan Non Tes. Tes mencakup: tertulis,
lisan, atau perbuatan, catatan harian perkembangan siswa, dan porto
folio. Dalam kegiatan pembelajaran di kelas awal penilaian yang lebih
banyak digunakan adalah melalui pemberian tugas dan portofolio. Guru
menilai anak melalui pengamatan yang lalu dicatat pada sebuiah buku
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah
130
bantu. Sedangkan Tes tertulis digunakan untuk menilai kemampuan
menulis siswa, khususnya untuk mengetahui tentang penggunaan tanda
baca, Jean, kata atau angka.
Berikut adalah contoh penilaian yang dapat dilakukan guru:
A. Kewarganegaraan dan
Pengetahuan Sosial
Tes Lisan



Menyebutkan peristiwa/kegiatan yang
dialami
Mengemukakan peristiwa/kegiatan yang
berkesan
Mengekspresikan perasaan waktu
memberi kesan.
B. Bahasa Indonesia
: Perbuatan
 Kelancaran membaca
 Melafalkan kata
 Melagukan/intonasi
 Cara bertanya jawab
Tugas
 Melengkapi kalimat
C. Ilmu Pengetahuan Alam
: Perbuatan
 Mendemonstrasikan cara menggosok gigi
: Lisan
 Menyebutkan cara memelihara gigi
 Menjelaskan manfaat menggosok gigi
3. Aspek Penilaian
Pada pembelajaran tematik penilaian dilakukan untuk mengkaji
ketercapaian Kompetensi Dasar dan Indikator pada tiap-tiap mata
pelajaran yang terdapat pada tema tersebut. Dengan demikian penilaian
dalam hal ini tidak lagi terpadu melalui tema, melainkan sudah terpisahpisah sesuai dengan Kompetensi Dasar, Hasil Belajar dan Indikator mata
pelajaran.
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah
131
Nilai akhir pada laporan (raport) dikembalikan pada kompetensi mata
pelajaran yang terdapat pada kelas satu dan dua Sekolah Dasar, yaitu:
Bahasa Indonesia, Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam, Pendidikan
Kewarganegaraan dan Ilmu Pengetahuan Sosial, Seni Budaya dan
Keterampilan, dan Pendidikan Jasmani, Olahraga dan kesehatan.
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah
132
DAFTAR PUSTAKA
Depdiknas. Direktorat Pembinaan SMP. 2008. Bahan Sosialisasi KTSP.
Jakarta.
Depdiknas. Direktorat Pembinaan SMA. 2009. Pengembangan
Pembelajaran Yang Efektif. Bahan Bimbingan Teknis KTSP. Jakarta.
Depdiknas. Direktorat Tenaga Kependidikan. 2009. Bahan TOT untuk
Calon Master Trainer Pengawas Sekolah. Jakarta.
Hamalik, Oemar. 1990. Metode Belajar dan Kesulitan-Kesulitan Belajar.
Bandung: Tarsito
Ibrahim R, Syaodih S Nana. 2003. Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rineka
Cipta.
Joyce Bruce. Et al. 2000. Models of Teaching. 6th Ed. Allyn & Bacon: London
Lestari, Tita. 1997. Dampak Penerapan Metode Pemecahan Masalah
Terhadap Tingkat Kemampuan Berpikir SMA Pada Pembelajaran
Matematika. Tesis-S-2 Program Studi Pengembangan Kurikulum.
Pasca Sarjana IKIP Bandung.
Nasution. S. 2005. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Menga-jar.
Jakarta: Bumi Aksara.
Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Media Prenada
Sudjana, Nana. 1989. Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses Belajar Menga-jar.
Bandung: Sinar Baru.
Sudjana, Nana. 1989. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar
Baru.
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah
133
Syaodih, Nana. 2004. Kurikulum dan Pembelajaran Kompetensi. andung.
Kesuma Karya.
Uno, B. Hamzah. 2006. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Yamin, Martinis. 2006. Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi. Jakarta:
Gaung Persada Press.
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah
134
LAMPIRAN PETA STANDAR KOMPETENSI DAN
KOMPETENSI DASAR IPA TERPADU
A.
PETA STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR YANG BERPOTENSI
IPA TERPADU
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah
135
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah
136
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah
137
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah
138
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah
139
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah
140
Lampiran3: CONTOH SILABUS
Mata Pelajaran
BAHASA INDONESIA
KOMPETENSI
DASAR
MENDENGARKAN
Membedakan bunyi
bahasa
INDIKATOR

KEGIATAN BELAJAR
Menirukan

bunyi/suara tertentu
seperti: suara burung, 
ombak,
kendaraan,
dan lain-lain.

BERBICARA
Memperkenalkan diri
sendiri dengan
kalimat sederhana
dan bahasa yang
santun

Menyebutkan nama 
orangtua
dan
saudara kandung
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah
Menirukan bunyi
suara burung
Bermain peran
menjadi
berbagai
kendaraan
Menirukan suara
ombak
tanya jawab
tentang nama
orang tuanya
dan saudara
kandungnya
(berpasangan)
141
SARANA/SUMBER
Kaset dan tape
PENILAIAN
Pengamatan

Menanyakan
data 
diri
dan
nama
orangtua
serta
saudara
teman
sekelas

MENULIS
Menjiplak berbagai
bentuk gambar,
lingkaran dan
bentuk huruf
tanya jawab
tentang nama
orang tuanya
dan saudara
kandungnya
(berpasangan)
melakukan
permainan
menanyakan
data diri
temannya

Menyebutkan data 
diri (nama, kelas,
sekolah,
dan
tempat
tinggal)
dengan
kalimat 
sederhana
melakukan
permainan
menanyakan
data diri
bercerita
tentang data
dirinya

Menjiplak berbagai 
bentuk
gambat,
lingkaran,
dan 
bentuk huruf
Menjiplak kartu
kata
Menjiplah
bentuk-bentuk
gambar
Menjiplak
bentuk-bentuk
geometri

Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah
142



Kartu kata
Kartu bentuk
gambar
Kartu bentuk
geometri
MATEMATIKA
Membilang banyak
benda

Membilang atau
menghitung secara
urut


Menentukan waktu
(pagi, siang,
malam, hari dan
jam (bulat)
Membilang
benda-benda di
kelas
Membilang
sambil
Memantulkan
bola

Menyebutkan
banyak benda

Mengamati lalu
menyebutkan
nama benda
yang dilihatnya

Membandingkan
dua kumpulan
benda melalui
istilah lebih
banyak, lebih
sedikit, atau sama
banyak

Praktek langsung
mengambil dua
kumpulan benda
lalu dihitung

Menceritakan
pengalamannya
saat pagi, siang
atau malam hari

Bercerita
tentnag
pengalamannya
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah
143

Bola

Batu-batuan
IPS
Menguindentifikasi
identitas
diri,keluarga, dan
kerabat

Menyebutkan
nama
lengkapnya
Menyebutkan

alamat
tempat
tinggal
Menyebutkan
alamat
rumahnya
Menyebutkan
nama bagianMenyebutkan
kegunaan bagianbagian tubuh

Menggambarkan
tubuhnya lalu
menyebutkan
nama bagianbagian tubuhnya
dan
kegunaannya

Mengelompokkan
benda dengan
berbagai cara yang
diketahui anak.

Praktek
pengelompokkan

Menunjukkan
sebanyakbanyaknya benda
yang mempunyai
warna, bentuk dan
ciri tertentu

Praktek langsung
mengamati
lingkungan dan
menyebutkan
sebanyakbanyaknya
benda yang
mempunyai
warna, bentuk
dan ciri
tertentu
 Menyebutkan nama
lengkap dan nama
panggilan

IPA
Makhluk Hidup
dan Proses
kehidupannya
Mengenal bagianbagian tubuh dan
kegunaannya


Mengindetifikasi
benda yang ada di
lingkungan sekitar
berdasarkan
cirinya melalui
pengamatannya

Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah

144
Batu, daun, biji
salak
PENDIDIKAN
JASMANI, OLAHRAGA
DAN KESEHATAN
SENI BUDAYA DAN
KETERAMPILAN
Mempraktikkan

gerak dasar jalan,
lari dan loncat
dalam permainan
sederhana, serta
nilai sportivitas,

kejujuran,

kerjasama,
toleransi dan
percaya diri
Menerapkan konsep
arah dalam
berjalan, berlari
dan melompat.

Praktek langsung
Menerapkan
konsep arah
dalam berjalan,
berlari dan
melompat.
Berjalan dengan
berbagai pola
langkah dan
kecepatan

Praktek langsung
berjalan dengan
pola
SENI RUPA
Mengidentifikasi
unsur rupa pada
benda di alam
sekitar

Menyebutkan unsur
rupa di lingkungan
sekolah

Mengamati
lingkungan lalu
menyebutkan
benda-benda
yang dilihatnya

Mengelompokkan
berbagai jenis:
bintik gari, bidang,
warna dan bentuk
pada benda dua
dan tiga dimensi di
alam sekitar

Mengamati
lingkungan lalu
mengelompokka
n benda
berdasarkan
garis, bintik dsb
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah
145
PENDIDIKAN
KEWARGANEGARAAN
SENI MUSIK
Mengidentifikasi
unsur/elemen
musik dari
berbagai sumber
bunyi yang
dihasilkan tubuh
manusia

Bertepuk tangan
dengan pola

Bermain tepuk
tangan dengan
berbagai pola
yang
dicontohkan
SENI TARI
Mengidentifikasi
fungsi tubuh dalam
melaksanaan gerak
di tempat

Bergerak bebas
sesuai irama musik

Mendengarkan
musik dan
bergerak bebas
mengikuti irama

Menyebutkan jenis
kelamin anggota
keluarga.

Menyebutkan
jenis kelamin
teman
sebangkunya

Meyebutkan agamaagama yang ada di
Indonesia

Menyebutkan
agama yang
dikenalnya
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah
146
Lampiran 4: Contoh Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
KELAS
TEMA
MINGGU/HARI
ALOKASI WAKTU
: I
: LINGKUNGAN
: I/Senin
: 5 x 35 menit
INDIKATOR:
Bahasa Indonesia:
 Menanyakan data diri dan nama orangtua serta saudara teman sekelas
 Menjiplak berbagai bentuk gambar, lingkaran, dan bentuk huruf
Matematika:
 Membilang atau menghitung secara urut
 Menyebutkan banyak benda
 Menceritakan pengalamannya saat pagi, siang atau malam hari
IPA
 Menunjukkan sebanyak-banyaknya benda yang mempunyai warna,
bentuk dan ciri tertentu
IPS
 Menyebutkan nama lengkap dan nama panggilan
SENI BUDAYA DAN KETERAMPILAN
 Bertepuk tangan dengan pola
PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA DAN KESEHATAN
 Menerapkan konsep arah dalam berjalan, berlari dan melompat.
SARANA DAN SUMBER BELAJAR:
 Kartu-kartu kata
 Lembar kerja (jam)
 Bola
STRATEGI KEGIATAN
A. Pembukaan (1 X 35 menit)
 Berdoa bersama
 Menyanyi lagu kasih ibu sambil bertepuk dengan variasi 1-2-1-2
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah
147
Guru meminta beberapa anak untuk menyebutkan identitas dirinya
seperti nama dan alamatnya, dan menceritakan suatu pengalaman
yang menyenangkan dirinya
 Guru meminta anak untuk berkeliling di kelas sambil melompat satu
kaki dengan membilang (menghitung secara urut) lompatannya
 Guru meminta beberapa anak mengemukakan tentang kegiatan
yang dapat dilakukan pada waktu pagi hari, siang hari dan malam
hari

B.



C.
Inti (3 x 35 menit)
Di kelas anak secara individual diminta untuk mengamati berbagai
benda yang ada dalam kelasnya. memilih benda yang ada di kelas,
menghitungnya dan menuliskan lambang bilangan dari jumlah
benda yang dihitungnya (kegiatan ini dilakukan beberapa kali)
Kegiatan berikutnya (atau bagi yang sudah menyelesaikan kegiatan
pertama) dapat membaca kalimat sederhana dari kartu-kartu kata
yang sudah disiapkan guru
Guru meminta anak untuk melihat jam dinding dikelasnya, lalu anak
diminta untuk menggambarkan jam didinding tersebut dilengkapi
dengan penunjukkan jarum jam pada saat anak melihat dan
menggambarkannya.
Penutup (1 x 35 menit)
 Guru bercerita tentang perlunya air bagi makhluk hidup, yang
dilanjutkan dengan tanya jawab
 Pesan-pesan moral bagi anak misalnya tentang perlunya hemat air,
perlunya mandi/menjaga kebersihan
 Berdoa pulang
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah
148
Download