uji-bakteriologis-air-sumur-di-kecamatan-semampir

advertisement
UJI BAKTERIOLOGIS AIR SUMUR DI KECAMATAN
SEMAMPIR SURABAYA
SKRIPSI
HARIYONO PURBOWARSITO
DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2011
i
UJI BAKTERIOLOGIS AIR SUMUR DI KECAMATAN SEMAMPIR
SURABAYA
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Sains Bidang Biologi pada
Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Airlangga
HARIYONO PURBOWARSITO
080610349
Disetujui oleh :
Pembimbing I,
Pembimbing II,
Drs. Agus Supriyanto, M.Kes
NIP. 19620824 198903 1 002
Dr. Ir. Tini Surtiningsih, DEA
NIP. 19511012 1980032 001
ii
LEMBAR PENGESAHAN NASKAH SKRIPSI
Judul
:
Penyusun
Nomor Induk
Tanggal Ujian
UJI BAKTERIOLOGIS AIR SUMUR
KECAMATAN SEMAMPIR SURABAYA
: Hariyono Purbowarsito
: 080610349
: 18 Agustus 2011
DI
Disetujui oleh :
Pembimbing I,
Pembimbing II,
Drs. Agus Supriyanto, M.Kes
NIP. 19620824 198903 1 002
Dr. Ir. Tini Surtiningsih, DEA
NIP. 19511012 1980032 001
Mengetahui
Ketua Program Studi S-1 Biologi
Departemen Biologi
Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Airlangga
Dr. Alfiah Hayati
NIP. 19640418 198810 2 001
iii
PEDOMAN PENGGUNAAN SKRIPSI
Skripsi ini tidak dipublikasikan, namun tersedia di perpustakaan dalam
lingkungan Universitas Airlangga, diperkenankan untuk dipakai sebagai referensi
kepustakaan, tetapi pengutipan harus seizin penyusun dan harus menyebutkan
sumbernya sesuai kebiasaan ilmiah.
Dokumen skripsi ini merupakan hak milik Universitas Airlangga.
iv
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah Subhannallahu wata’ala
atas segala limpahan rahmat, karunia, dan hidayah-Nya, penulis dapat
menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul ”Uji Bakteriologis Air Sumur Di
kecamatan Semampir Surabaya”. Skripsi ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Sains (S.Si) pada Fakultas Sains dan Teknologi,
Universitas Airlangga.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih atas segala
bantuan yang diberikan oleh berbagai pihak sehingga penulisan skripsi ini dapat
terselesaikan dengan baik.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, segala kritik, tanggapan maupun komentar yang
bersifat membangun diharapkan dapat dijadikan perbaikan di masa datang.
Penyusun berharap semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi semua pihak.
Surabaya, Agustus 2011
Penulis
Hariyono Purbowarsito
v
UCAPAN TERIMA KASIH
Alhamdulillah, segala puji dan syukur selalu penulis panjatkan ke hadirat
Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang telah menganugerahkan rahmat, taufik, dan
berkah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan
baik.
Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada:
1. Drs. Agus Supriyanto, M. Kes. dan Dr. Ir. Tini Surtiningsih, DEA selaku
dosen pembimbing I dan II yang senantiasa mencurahkan segenap ilmu,
waktu, dan tenaga untuk memberikan bimbingan, arahan, masukan yang
sangat berharga.
2. Drs. Salamun, M. Kes. selaku dosen penguji III atas ilmu dan arahan yang
telah diberikan.
3. Dr. Dwi Winarni, Dra., M.Si. selaku dosen penguji IV atas ilmu dan
arahan yang telah diberikan.
4. Dekan Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga Prof. Win
Darmanto, Ph. D.
5. Ketua Departemen dan Program Studi Biologi Fakultas Sains dan
Teknologi Universitas Airlangga Dr. Alfiah Hayati dan wakil ketua Drs.
Tri Nurhayati, M. Kes yang senantiasa memberikan dorongan semangat
kepada penulis agar dapat menyusun skripsi ini dengan baik.
6. Team RBL (Research-based leraning) Lantang, Doni, Ricky.
7. Drs. Noer Moehammadi, M. Kes. selaku dosen wali yang memberikan dan
arahan selama perkuliahan.
8. Dosen-dosen
Mikrobiologi
Drs
Agus
Supriyanto,
M.
Kes,
Dr.
Ni’matuzahro, Dr. Ir. Tini Surtiningsih, DEA, Drs. Fatimah, S.Si, M. Kes,
dan Drs. Tri Nurhayati, M. Kes. Saya ucapkan banyak terima kasih telah
memberikan ilmu mikrobiologi yang lebih luas dan mudah dimengerti.
9. Bapak dan Ibu dosen Biologi yang telah memberikan ilmu, bimbingan,
dan arahan selama perkuliahan.
vi
10. Karyawan Departemen Biologi Pak Suwarni, Pak Sukadji, Mas Eko S, Pak
Sunarto, Mas Joko, Mas Yanto, Mbak Arie, dan Mbak Yatminah yang
senantiasa memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya kepada penulis.
11. Teman-teman senasib sepenanggungan di Laboratorium Mikrobiologi
Anis Faricha, Bani, Nimas, Mbak Daya, Desweri, dan Arif.
12. Teman-teman seperjuangan Biologi 2006 Ricky, Prima, Doni, Nanang,
Albait, Bayu, Dimas, Hafid, Andi, Rizky, Sumo, Suko, Lantang, Rory,
Alfian, Cici, Okta, Tyas, Nathan, Anis, Arnis, Amprin, Wahyu, Hesti,
Amel, Riska, Ifa, Ayu Esti, Bella, Binti, Farida, Ratih, Novita, Endah,
Gading, Erzi, Erni, Lutfi, Titin, Shelly, Ummu, Risa, Grandhis, Pipit,
Adita, Aldila, Sisca, Nur Laili.
13. Teman-teman KKN-BBM 41 kecamatan Tanjek Wagir Sidoarjo terima
kasih telah mendukung dalam penulisan skripsi ini.
14. Semua himbionis dan semua pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu
persatu. Saya ucapkan banyak terima kasih.
15. Keluargaku yang selalu memberikan dukungan dan doa dalam penulisan
skripsi ini. Saya ucapkan banyak terima kasih.
Surabaya, Agustus 2011
Penulis,
Hariyono Purbowarsito
vii
Hariyono Purbowarsito, 2011. Uji Bakteriologis Air Sumur Di Kecamatan
Semampir Surabaya. Skripsi ini di bawah bimbingan Drs. Agus Supriyanto
M.Kes dan Dr. Ir. Tini Surtiningsih, DEA. Departemen Biologi, Fakultas
Sains dan Teknologi Universitas Airlangga Surabaya.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui indeks MPN bakteri coliform dan
bakteri E. coli yang mencemari air sumur di kecamatan Semampir Surabaya.
Pengambilan sampel air sumur dilakukan dengan menggunakan botol yang telah
disterilkan. Sampel air sumur diambil sekitar 250 ml. Penelitian ini dirancang
sebagai penelitian eksploratif yang dianalisis secara deskriptif. Rangkaian metode
yang dilakukan meliputi uji bakteriologis diantaranya uji pendugaan, uji
penegasan, dan uji pelengkap, serta uji IMVIC. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa dari 5 kelurahan yang memiliki indeks MPN bakteri coliform tertinggi
yaitu kelurahan Pegirian 2400 per 100 ml dan terendah kelurahan Ampel dan
Sidotopo 1750 per 100 ml. Sedangkan untuk indeks MPN bakteri E. coli tertinggi
yaitu kelurahan Sidotopo 426,66 per 100 ml dan terendah kelurahan Ujung 57,33
per 100 ml.
Kata kunci : Air sumur, MPN, Koliform, E. coli
viii
Hariyono Purbowarsito, 2011. Bacteriological Test Ground water SubDistrict Semampir In Surabaya. This study was written under guided by Drs.
Agus Supriyanto M.Kes and Dr. Ir. Tini Surtiningsih Biology Departement,
Science and Technology Faculty of Airlangga University, Surabaya.
ABSTRACT
The purpose of this research was to know the MPN index of coliform bacteria and
the bacteria E. coli that contaminate ground water in the district Semampir
Surabaya. Sampling was conducted using ground water that has been sterilized
bottle. This study was designed as an exploratory study that analyzed descriptive.
The series of methods that include bacteriological testing including presumptive
test, confirmed test, and a completed test, and IMVIC test. The results of this
study indicate that Of the five villages that have the highest coliform bacteria
MPN index of sub-Pegirian 2400 per 100 ml and the lowest administrative
Sidotopo Ampel and 1750 per 100 ml. As for the bacteria E. coli MPN index
highest administrative Sidotopo 426.66 per 100 ml and the lowest sub-Ujung
57.33 per 100 ml.
Key word : Ground water, MPN, Coliform, and E. coli
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
LEMBAR PERNYATAAN...................................................................................ii
LEMBAR PENGESAHAN..................................................................................iii
PEDOMAN PENGGUNAAN SKRIPSI.............................................................iv
KATA PENGANTAR……………………….................................................…...v
UCAPAN TERIMA KASIH................................................................................vi
ABSTRAK...........................................................................................................viii
ABSTRACT...........................................................................................................ix
DAFTAR ISI...........................................................................................................x
DAFTAR TABEL................................................................................................xii
DAFTAR GAMBAR...........................................................................................xiii
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................xiv
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah........................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................4
1.4 Tujuan Penelitian..................................................................................4
1.5 Manfaat Penelitian................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................6
2.1 Tinjauan Tentang Semampir..................................................................6
2.2 Tinjauan Tentang Air.............................................................................7
2.2.1 Manfaat air tanah dangkal (sumur)..............................................9
2.2.2 Siklus air.....................................................................................10
2.2.3 Peran air bagi kehidupan............................................................11
2.2.4 Pengertian air bersih...................................................................12
2.2.5 Kebutuhan air bersih..................................................................12
2.3 Persyaratan Kualitas Air Bersih...........................................................15
2.3.1 Persyaratan fisik air.....................................................................16
2.3.2 Persyaratan kimia air...................................................................18
2.3.3 Persyaratan mikrobiologis air.....................................................19
2.4 Penilaian Kualitas Air..........................................................................19
2.4.1 Klasifikasi air..............................................................................20
2.4.2 Mikroorganisme yang hidup di air..............................................23
2.5 Penyakit yang Berhubungan dengan Air.............................................24
2.6 Tinjauan Tentang Bakteri Koliform.....................................................25
2.7 Tinjauan Tentang Escherichia coli......................................................27
2.7.1 Klasifikasi bakteri E. coli............................................................27
2.7.2 Morgologi dan sifat-sifatnya.......................................................27
2.8 Uji Bakteriologis pada Air...................................................................29
x
BAB III METODE PENELITIAN....................................................................31
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian..............................................................31
3.2 Teknik Sampling..................................................................................31
3.3 Alat dan Bahan Penelitian....................................................................32
3.3.1 Alat penelitian............................................................................32
3.3.2 Bahan penelitian.........................................................................32
3.4 Rancangan Penelitian..........................................................................32
3.5 Prosedur Penelitian..............................................................................33
3.5.1 Pengambilan sampel air sumur.............................................33
3.5.2 Kerangka operasional............................................................34
3.5.3 Cara kerja..............................................................................35
3.6 Analisi Data.........................................................................................38
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................39
4.1 Nilai MPN Koliform Pada Masing-masing Kelurahan di Kecamatan
Semampir Surabaya............................................................................39
4.2 Nilai MPN E. coli Pada Masing-masing Kelurahan di Kecamatan
Semampir Surabaya............................................................................44
4.2 Uji karakterisasi dengan Uji IMVIC..................................................46
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN............................................................50
5.1 Kesimpulan..........................................................................................50
5.2 Saran....................................................................................................51
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................52
LAMPIRAN........................................................................................................55
xi
DAFTAR TABEL
No.
Judul Tabel
Halaman
2.1
Jumlah penduduk dan luas wilayah
masing-masing kelurahan di kecamatan
Semampir
7
2.2
Parameter kualitas air
21
2.3
Batasan maksimum cemaran mikroba
dalam air minum
27
4.1
Indeks MPN coliform pada uji penegasan
pada masing-masing kelurahan di
kecamatan Semampir
40
4.2
Kondisi air sumur dimasing-masing
kelurahan di kecamatan Semampir
Surabaya
41
4.3
Indeks MPN E. coli pada uji
kesempurnaan
pada
masing-masing
kelurahan
dikecamatan
Semampir
Surabaya
45
4.4
Hasil uji IMVIC
46
xii
DAFTAR GAMBAR
No.
Judul gambar
Halaman
1
Peta kelurahan di kecamatan Semampir
7
2
Koloni bakteri E. coli
27
3
Prosedur identifikasi bakteri pada sampel
air sumur
33
4
Skema pengambilan sampel air sumur di
kecamatan Semampir Surabaya
34
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
No.
Judul lampiran
Halaman
1
Hasil uji pendugaan (presumptive test)
pada media LB (Lactose broth)
55
2
Hasil uji penegasan (confirmed test) pada
media BGLB (Briliant green lactose
broth)
56
3
Hasil uji kesempurnaan (completed test)
pada media EMB (Eosin methylen blue)
57
4
Proses pengambilan sampel air sumur dan
kondisi sekitar sumur
58
5
Hasil uji pendugaan, penegasan, dan
kesempurnaan serta pewarnaan gram
bakteri E. coli pada mikroskop cahaya
59
6
Tabel MPN
61
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Semampir adalah salah satu kecamatan di Kota Surabaya, Provinsi Jawa
Timur. Sebagian besar penduduknya adalah urbanisasi dari utara kota Surabaya,
yaitu Madura. Tingkat kemiskinan di kecamatan ini merupakan yang tertinggi di
kota Surabaya. Semampir memiliki 5 kelurahan yang terdiri atas Kelurahan
Ujung, Ampel, Pegirian, Wonokusumo, dan Sidotopo. Data dari kecamatan
menyebutkan bahwa ada 15.675 kepala keluarga (KK) yang terkategorikan
sebagai keluarga miskin, dengan penyumbang terbesar dari Kelurahan
Wonokusumo (4.702 KK) dan Ujung (5.486 KK). Sebagian besar penduduk di
kecamatan tersebut, bermata pencaharian sebagai buruh dan tukang (20.874 jiwa),
sedangkan tingkat pendidikannya sekitar 35.386 penduduk yang tersebar di lima
kelurahan (Ujung, Ampel, Pegirian, Wonokusumo, dan Sidotopo) hanya lulusan
SD, lulusan SMP sebanyak 26.191 orang dan SMA berjumlah 28.099 orang
(Anonim, 2009).
Dalam mencukupi kebutuhan sehari-hari dalam hal sumber daya air,
masyarakat di Kecamatan Semampir sebagian masyarakatnya menggunakan air
sumur atau air tanah. Masyarakat sekitar tidak tahu air sumur tersebut layak atau
tidak di gunakan untuk kebutuhan sehari-hari misal, untuk mandi, mencuci dan
lain-lain. Oleh karena itu perlu peninjauan ulang masalah kelayakan air sumur
1
2
atau air tanah di kecamatan Semampir apabila di gunakan oleh masyarakat sekitar.
Kedalaman air sumur di dikecamatan Semampir 100 – 200 m.
Air merupakan suatu sarana utama untuk meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat, karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam
penularan penyakit (Kusnaedi, 2004). Air bersih adalah air yang jernih, tidak
berwarna, tawar dan tidak berbau (Untung, 2004). Melalui penyediaan air bersih
dan sebagai pemenuhan kebutuhan sehari-hari, masyarakat melakukan suatu usaha
dengan swadaya dana masyarakat sendiri yaitu dengan membuat sumur atau air
tanah. Kemampuan penyediaan air bersih untuk kehidupan sehari-hari bagi
manusia adalah hal yang sangat penting. Air tanah dan manusia adalah hal yang
tidak dapat dipisahkan (Rismunandar, 2001).
Masalah utama yang dihadapi oleh sumber daya air di Indonesia meliputi
kuantitas air yang sudah tidak mampu memenuhi kebutuhan yang terus meningkat
dan kualitas air untuk keperluan domestik yang semakin menurun. Kegiatan
industri, domestik dan kegiatan lain berdampak negatif terhadap sumber daya air,
antara lain menyebabkan penurunan kualitas air. Kondisi ini dapat menimbulkan
gangguan, kerusakan dan berbahaya bagi semua makhluk hidup yang tergantung
pada sumber daya air (Effendi, 2003)
Air sumur adalah air permukaan tanah atau air tanah dangkal, umumnya
dengan kedalaman lebih dari 15 m. Air tanah dangkal disebut juga air tanah bebas
karena lapisan air tersebut tidak berada dalam tekanan. Pengambilan air tanah
dalam harus menggunakan bor dan memasukan pipa dengan kedalamanya (antara
100–300 m) akan didapatkan suatu lapisan air tanah (Sutrisno dan Suciastuti,
1996).
3
Uji bakteriologis air sumur pada umumnya digunakan untuk mengetahui
kualitas air untuk keperluan hidup manusia. Pada dasarnya bakteri yang hidup di
dalam air dibedakan atas bakteri patogen dan non-patogen. Bakteri patogen yang
hidup di dalam air ini dapat menyebabkan penyakit atau gangguan kesehatan.
Beberapa contohnya adalah Salmonella thyposa, Shigella dysenteriae, Vibrio
colerae, Salmonella parathypi, Salmonella thypi. Untuk bakteri non-patogen
terdiri atas golongan bakteri coliform, fecal streptococci, iron bakteri,
Actinomycetes.
Menurut Badley (1974) yang dikutip oleh Soesetyono ada beberapa
penyakit yang berhubungan dengan air diklasifikasikan menjadi empat macam,
yaitu pertama, penyakit yang penyebarannya melalui persediaan air yang
terkontaminasi oleh mikroorganisme patogen dari kotoran manusia atau hewan
yang sakit, kedua penyakit yang dapat dipindahkan ke orang lain dengan jalan
melalui air dan juga dapat terjadi penyebaran langsung dari feses ke mulut atau
lewat makanan kotor atau tercemar, sebagai akibat kurangnya air bersih untuk
keperluan kebersihan pribadi. Selanjutnya ketiga penyakit yang dikembangkan
oleh binatang yang berperan sebagai perantara dari mokroorganisme patogen yang
hidup di dalam air, dan yang terakhir penyakit yang dipindahkan serangga yang
siklus hidupnya di dalam atau tergantung pada adanya air.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penelitian tentang uji
bakteriologis air sumur di Kecamatan Semampir, Surabaya perlu dilakukan. Hal
ini dikarenakan agar masyarakat di kecamatan Semampir mengetahui bagaimana
kualitas air sumur yang ada di wilayah tersebut.
4
1.2 Rumusan Masalah
1. Berapakah nilai MPN bakteri koliform pada air sumur dari 5 kelurahan di
Kecamatan Semampir, Surabaya ?
2. Berapakah nilai MPN bakteri E. coli pada air sumur dari 5 kelurahan di
Kecamatan Semampir, Surabaya ?
3. Bagaimana kualitas air sumur yang digunakan masyarakat di Kecamatan
Semampir, Surabaya ?
4. Bagaimana karakterisasi bakteri patogen pada air sumur dari 5 kelurahan
di Kecamatan Semampir, Surabaya ?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Mengetahui nilai MPN bakteri koliform pada air sumur dari 5 kelurahan di
Kecamatan Semampir, Surabaya
2. Mengetahui nilai MPN bakteri E. coli pada air sumur dari 5 kelurahan di
Kecamatan Semampir, Surabaya
3. Mengetahui kualitas air sumur yang dikonsumsi masyarakat di Kecamatan
Semampir, Surabaya
4. Mengetahui karakterisasi bakteri patogen pada air sumur dari 5 kelurahan
di Kecamatan Semampir, Surabaya
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi masyarakat di
kecamatan Semampir Surabaya. Manfaat tersebut untuk mendapatkan
perhatian dalam segala aspek, khususnya aspek kesehatan bagi pengguna air
5
sumur. Selain itu hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemikiran
serta masukan dalam rangka peningkatan kebutuhan air bersih di kecamatan
Semampir Surabaya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Tinjauan tentang Semampir
Semampir adalah salah satu kecamatan di Kota Surabaya, Provinsi Jawa
Timur. Sebagian besar penduduknya adalah urbanisasi dari utara Kota Surabaya,
yaitu Madura. Semampir memiliki 5 kelurahan yang terdiri atas kelurahan Ujung,
Ampel, Pegirian, Sidotopo, dan Wonokusumo. Tingkat kemiskinan di kecamatan
ini merupakan yang tertinggi di Kota Surabaya. Data dari kecamatan
menyebutkan bahwa ada 15.675 kepala keluarga (KK) yang terkategorikan
sebagai keluarga miskin, dengan penyumbang terbesar dari Kelurahan
Wonokusumo (4.702 KK) dan Ujung (5.486 KK). Sebagian besar penduduk di
kecamatan tersebut, bermata pencaharian sebagai buruh dan tukang (20.874 jiwa),
sedangkan tingkat pendidikannya sekitar 35.386 penduduk yang tersebar di lima
Kelurahan Ujung, Wonokusumo, Ampel, Pegirian, Sidotopo hanya lulusan SD,
lulusan SMP sebanyak 26.191 orang dan SMA berjumlah 28.099 orang (Anonim,
2009). Dari data kantor Kecamatan Semampir didapatkan jumlah penduduk dan
luas wilayah pada masing-masing kelurahan pada tahun 2010 seperti yang
tercantum pada Tabel 2.1.
6
7
Tabel 2.1. Jumlah penduduk dan luas wilayah masing-masing kelurahan di
kecamatan Semampir
No.
Kelurahan
1.
2.
3.
4.
5.
Ujung
Ampel
Pegirian
Sidotopo
Wonokusumo
Jumlah penduduk
Laki-laki
Perempuan
16. 027 jiwa
16. 678 jiwa
10.885 jiwa
11.069 jiwa
15.433 jiwa
15.018 jiwa
14.266 jiwa
15.177 jiwa
27.789 jiwa
28.729 jiwa
Luas wilayah
298.400 ha
38.000 ha
125.068 ha
40.852 ha
163.050 ha
Sumber: (Kantor Kecamatan Semampir, 2010)
Berikut ini gambar 1. menunjukkan peta kelurahan Kecamtan Semampir
dan letak dari kelurahan Ujung, Ampel, Pegirian, Sidotopo, dan Wonokusumo.
Gambar 1. Peta kelurahan di kecamatan Semampir (Google map)
2.2
Tinjauan Tentang Air
Air merupakan bahan esensial bagi hidupnya organisme, oleh karena itu
air selalu penuh dengan benda-benda hidup. Manusia dan makhluk-makhluk lain
yang tidak hidup di dalam air senantiasa mencari tempat-tempat tinggal dekat air
8
supaya mudah mengambil air untuk keperluan hidupnya, maka desa atau kota
zaman dulu tumbuh di sekitar sumber air, di tepi sungai, atau di tepi danau.
Sesudah manusia lebih maju, tempat tinggalnya tidak perlu dekat air dengan
sumber jauh yang disalurkan dengan pipa dan didistribusikan (Prawiro, 1989).
Sumber daya alam yaitu air, dapat diperoleh dari air permukaan meliputi
air sungai, danau, waduk, rawa dan genangan air lainya. Pada air tanah dapat
dibedakan menjadi dua macam, yaitu air tanah tidak tertekan (bebas) adalah air
terletak pada suatu dasar yang kedap air dan mempunyai permukaan bebas. Pada
air tanah tertekan adalah air yang sepenuhnya jenuh dengan bagian atas dan
bawah dibatasi oleh lapisan yang kedap air, salah satunya sumur (Effendi, 2003).
Pentingnya air di dalam tubuh manusia, berkisar antara 50%– 70% dari
seluruh total berat badan. Tulang manusia mengandung air sebanyak 22% berat
tulang, dalam darah dan ginjal sebanyak 83%. Pentingnya air bagi kesehatan
dapat dilihat dari jumlah air yang ada di dalam organ, 80% dari darah terdiri atas
air, dalam tulang mengandung 25%, sedangkan dalam urat syaraf terdapat 75%
air, dalam ginjal mengandung 80% air, dalam hati 70% air, dan otot 75% air.
Kekurangan air menyebabkan penyakit batu ginjal dan kandung kemih, karena
terjadi kristalisasi unsur-unsur yang ada di dalam cairan tubuh. Kehilangan air
sebanyak 15% dari berat badan dapat mengakibatkan kematian. Kebutuhan
minum orang dewasa adalah minimum 1,5–2 liter air sehari (Slamet, 2002). Selain
pentingnya air bagi tubuh manusia, air dibutuhkan bagi kehidupan lainnya, baik
untuk kebutuhan hidup sehari-hari yaitu keperluan untuk kebutuhan domestik
rumah tangga maupun kebutuhan dalam pertanian, industri, perikanan,
pembangkit listrik tenaga air, dan navigasi, serta rekreasi (Soerjani, dkk, 1997).
9
Pertumbuhan penduduk yang begitu pesat, mengakibatkan sumber daya air
di dunia telah menjadi salah satu kekayaan yang sangat penting. Air merupakan
hal pokok bagi konsumsi dan sanitasi umat manusia, air juga penting untuk
produksi barang industri, serta untuk produksi industri makanan dan industri
tekstil. Air tidak tersebar merata di atas permukaan bumi, sehingga
ketersediaannya disuatu tempat akan sangat bervariasi menurut waktu (Linsley,
1989).
Air juga merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat berharga,
tanpa air tidak mungkin ada kehidupan di muka bumi ini. Salah satu sumber air
yang dapat dimanfaatkan adalah air tanah (Johanes dalam Suparmin, 2000). Air
tanah adalah air yang bergerak pada tanah yang terdapat di dalam ruang-ruang
butir tanah, air tanah juga dapat menyebabkan retak-retak pada batuan (Suyono,
1993). Air tanah ditemukan pada zone geologi permeable (tembus air) yang
dikenal dengan akuifer yang merupakan formasi pengikat air. Berdasarkan pada
kondisi air tanah, air tanah diklasifikasikan dalam lima jenis antara lain air tanah
dalam dataran alluvial, air tanah dalam kipas detrital, air tanah dilluvial, air tanah
di kaki gunung api dan air tanah dalam zone batuan retak (Suyono, 1993). Air
juga mengalami sirkulasi yang disebut daur hidrologi, yaitu pola pendauran air
yang umum dan terdiri susunan gerakan-gerakan air yang rumit dan
transformasinya (Lee, 1988).
2.2.1 Manfaat air tanah dangkal (Sumur)
Air tanah dangkal adalah air tanah sampai kedalaman 15 m. Dinamakan
juga air tanah bebas karena lapisan air tersebut tidak berada di dalam tekanan.
10
Profil permukaan air tanah dangkal tergantung dari profil permukaan tanah
dan lapisan tanah sendiri (Surbakti, 1987).
Pemanfaatan air tanah dangkal untuk memenuhi keperluan rumah tangga
akan air bersih dan air untuk industri sudah banyak dilakukan. Di daerah dataran
rendah umumnya didapat cukup air tanah dangkal. Bila tidak ada sumber air
minum lainnya air tanah dangkal merupakan sumber utama dan sebagian besar
dieksploitasi dengan jalan membuat sumur. Sehingga air sumur merupakan
sumber air yang penting maka dari itu lingkungan sumur maupun konstruksinya
harus diperhatikan (Surbakti, 1987).
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membuat sumur dangkal adalah:
1. Sumur harus diberi tembok kedap air 3,00 m² dari muka tanah, agar
perembesan air permukaan dapat dihindari.
2. Sekeliling sumur harus diberi lantai kedap air selebar 1 – 1,5 m² untuk
mencegah terjadinya pengotoran dari luar.
3. Pada lantai sekelilingnya harus diberi saluran pembuangan air kotor agar
air dapat tersalurkan dan tidak akan mengotori sumur.
4. Pengambilan air sebaiknya dengan pipa kemudian air dipompa ke luar.
5. Pada bibir sumur hendaknya diberi tembok pengaman setinggi 1 m².
(Sutrisno, 2004)
2.2.2
Siklus air
Air jumlahnya relatif konstan, tetapi air tidak diam, melainkan bersirkulasi
akibat pengaruh cuaca, sehingga terjadi suatu siklus yang disebut siklus
hidrologis. Siklus ini penting, dikarenakan dengan siklus tersebut air dapat
mensuplai daerah daratan. Air menguap akibat panasnya matahari. Penguapan
11
terjadi pada air permukaan, air yang berada di dalam lapisan tanah bagian atas
(wevaporasi), air yang ada didalam tumbuhan (transpirasi), hewan dan manusia
(transpirasi, respirasi). Uap air memasuki atmosfir didalam atmosfir uap ini akan
menjadi awan, dan dalam kondisi cuaca tertentu dapat mendingin dan berubah
bentuk menjadi tetesan-tetesan air dan jatuh kembali ke permukaan bumi sebagai
hujan. Air hujan ini ada yang mengalir lansung masuk kedalam air permukaan
(runoff), ada yang meresap kedalam tanah (perkolasi) dan menjadi air tanah baik
yang dangkal maupun yang dalam, ada yang diserap oleh tumbuhan. Air tanah
dalam akan timbul ke permukaan sebagai mata air dan menjadi air permukaan. Air
permukaan bersama-sama dengan air tanah dangkal, dan air yang berada didalam
tubuh akan menguap kembali untuk menjadi awan. Maka siklus hidrologis ini
kembali terulang (Slamet, 2002).
2.2.3
Peran air bagi kehidupan
Air sangat besar pengaruhnya terhadap kehidupan, baik itu kehidupan
manusia maupun kehidupan binatang dan tumbuh-tumbuhan. Air merupakan
bahan yang sangat vital bagi kehidupan dan juga merupakan sumber dasar untuk
kelangsungan kehidupan di atas bumi. Selain itu air merupakan kebutuhan dasar
bagi kehidupan, juga manusia selama hidupnya selalu memerlukan air. Dengan
demikian semakin naik jumlah penduduk serta laju pertumbuhanya semakin naik
pula laju pemanfatan air. Air adalah bagian dari lingkungan fisik yang sangat
ensensial, tidak hanya dalam proses-proses hidup, tetapi juga dalam proses-proses
yang lain, seperti untuk industri, pertanian, pemadam kebakaran dan lain-lain
(Slamet, 2002).
12
Tubuh Manusia sebagian terdiri dari air, kira-kira 60-70% dari berat badannya.
Untuk kelangsungan hidupnya, tubuh manusia membutuhkan air yang jumlahnya
antara lain tergantung berat badan. Untuk orang dewasa kira-kira memerlukan air
2.200 gram setiap harinya (Sutrisno dan Suciastuti, 1996).
2.2.4
Pengertian air bersih
Dalam program kesehatan lingkungan dikenal adanya 2 (dua) jenis air
yang dari aspek kesehatan layak digunakan masyarakat untuk memenuhi
kebutuhan hidup sehari-hari, yaitu air minum dan air bersih. Berdasarkan
Peraturan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
Nomor
416/Menkes/Per/IX/1990 tentang pengawasan dan syarat-syarat kualitas air yang
disebut sebagai air minum adalah air yang memenuhi syarat kesehatan yang dapat
langsung diminum, sedangkan yang disebut sebagai air bersih adalah air yang
memenuhi syarat kesehatan, yang harus dimasak terlebih dahulu sebelum
diminum. Syarat kesehatan dimaksud meliputi syarat-syarat fisika, kimia,
mikrobiologi dan radioaktifitas.
2.2.5
Kebutuhan air bersih
Kebutuhan manusia akan sumber daya air menjadi sangat nyata, diketahui
bahwa jumlah air di bumi ini tetap. Perubahanya pada bentuk dalam mengikuti
siklus hidrologi yang berputar sepanjang masa (air di daratan-air laut- uap airhujan). Padahal penduduk dunia selalu bertambah dan kehidupannya semakin
maju pula, sehingga pemakaian air semakin bertambah banyak. Penduduk yang
berkembang cepat, cepat pula merosotkan persediaan air per kapita per tahun.
Lebih-lebih perkembangan itu terjadi di tempat yang sumber airnya kecil.
distribusi air yang secara geografis tidak merata ditambah distribusi kepadatan
13
penduduk yang tidak merata pula jelas menimbulkan ketidak seimbangan
persediaan dan permintaan (supply and demand) akan air yang sukar untuk diatasi
(Soerjani, dkk, 1997).
Banyaknya air yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan air dalam
kegiatan sehari-hari misalnya mandi, mencuci, memasak, menyiram tanaman dan
lain sebagainya. Sumber air bersih untuk kebutuhan hidup seharihari secara umum
harus memenuhi standar kuantitas dan kualitas.
1. Ditinjau dari segi kuantitas
Air adalah salah satu diantara kebutuhan hidup yang paling penting. Air
termasuk dalam sumber alam yang dapat diperbaharui, karena secara terus
menerus dipulihkan melalui siklus hidrologi yang berlangsung menurut kodrat.
Namun air merupakan sumber alam yang lain dari pada yang lain dalam arti
bahwa jumlah keseluruhan air yang bisa didapat di seluruh dunia adalah tetap,
persediaan totalnya tidak dapat ditingkatkan atau dikurangi melalui upaya-upaya
pengelolaan untuk mengubahnya. Persediaan total dapat diatur secara lokal
dengan dibuatnya bendungan atau sarana-sarana lainnya. Disepakati bahwa
volume total air di bumi adalah sekitar 1,4 milyar Km yang 97 % adalah air laut.
Sisanya 2.7 % adalah air tawar yang terdapat didaratan dan berjumlah 37,8 juta
km berupa lapisan es di puncak-puncak gunung gletser (77,3%), air tanah resapan
(22,4%), air danau dan rawa-rawa (0,35%), uap air diatmosfir (0.04%), dan air
sungai (0,01%) (Salim, 1986).
Kebutuhan dasar air bersih adalah jumlah air bersih minimal yang perlu
disediakan agar manusia dapat hidup secara layak yaitu dapat memperoleh air
yang diperlukan untuk melakukan aktivitas dasar sehari-hari
14
(Sunjaya dalam Karsidi, 1999). Ditinjau dari segi kuantitasnya, kebutuhan air
rumah tangga menurut Sunjaya adalah:
a. Kebutuhan air untuk minum dan mengolah makanan 5 liter / orang perhari.
b. Kebutuhan air untuk mandi dan membersihkan dirinya 25 – 30 liter / orang
perhari.
c. Kebutuhan air untuk mencuci pakaian dan peralatan 25 – 30 liter / orang
perhari. Kebutuhan air untuk menunjang pengoperasian dan pemeliharaan
fasilitas sanitasi atau pembuangan kotoran 4 – 6 liter / orang perhari,
sehingga total pemakaian perorang adalah 60 – 70 liter / hari di kota.
Banyaknya pemakaian air tiap harinya untuk setiap rumah tangga
berlainan, selain pemakaian air tiap harinya tidak tetap banyak keperluan
air bagi tiap orang atau setiap rumah tangga itu masih tergantung dari
beberapa faktor diantaranya adalah pemakaian air di daerah panas akan
lebih banyak dari pada di daerah dingin, kebiasaan hidup dalam rumah
tangga misalnya ingin rumah dalam keadaan bersih selalu dengan
mengepel lantai dan menyiram halaman, keadaan sosial rumah tangga
semakin mampu atau semakin tinggi tingkat sosial kehidupannya semakin
banyak menggunakan air serta pemakaian air dimusim panas akan lebih
banyak dari pada dimusim hujan.
2. Ditinjau Dari Segi Kualitas (Mutu) Air
Secara langsung atau tidak langsung pencemaran akan berpengaruh
terhadap kualitas air. Sesuai dengan dasar pertimbangan penetapan kualitas air
minum, usaha pengelolaan terhadap air yang digunakan oleh manusia sebagai air
minum berpedoman pada standar kualitas air terutama dalam penilaian terhadap
15
produk air minum yang dihasilkannya, maupun dalam merencanakan sistem dan
proses yang akan dilakukan terhadap sumber daya air. Kualitas air tanah
dipengaruhi beberapa hal antara lain iklim, litologi, waktu dan aktivitas manusia.
Seperti diuraikan berikut:
a. Iklim meliputi curah hujan dan temperatur. Perubahan temperatur
berpengaruh terhadap pelarutan gas. Semakin rendah temperatur maka
gas yang tertinggal sebagai larutan semakin banyak. Curah hujan yang
jatuh ke permukaan tanah akan melarutkan unsur – unsur kimia antara
lain, oksigen, karbon dioksida, nitrogen, dan unsur lainnya.
b. Litologi yaitu jenis tanah dan batuan dimana air akan melarutkan
unsur-unsur padat dalam batuan tersebut.
c. Waktu yaitu semakin lama air tanah itu tinggal disuatu tempat akan
semakin banyak unsur yang terlarut.
d. Aktivitas manusia yaitu kepadatan penduduk berpengaruh negatif
terhadap air tanah apabila kegiatannya tidak memperhatikan
lingkungan seperti pembuangan sampah dan kotoran manusia
(Suparmin, 2000).
2.3
Persyaratan Kualitas Air Bersih
Kualitas adalah kadar, mutu, tingkat baik buruknya sesuatu (tentang
barang dan sebagainya) (Fajri dan Senja, 2005). Menurut peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 416/ Menkes/Per/IX/1990, Air bersih
adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya
memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum setelah dimasak (Pitojo dan
16
Purwantoyo, 2003). Air bersih didapat dari sumber mata air yaitu air tanah,
sumur, air tanah dangkal, sumur artetis atau air tanah dalam. Air bersih ini
termasuk golongan B yaitu air yang dapat digunakan sebagai air baku air minum.
Kualitas air bersih apabila ditinjau berdasarkan kandungan bakterinya
menurut SK. Dirjen PPM dan PLP No. 1/PO.03.04.PA.91 dan SK JUKLAK PKA
Tahun 2000/2001, dapat dibedakan ke dalam 5 kategori sebagai berikut :
1) Air bersih kelas A ketegori baik mengandung total koliform kurang dari 50
2) Air bersih kelas B kategori kurang baik mengandung koliform 51 – 100
3) Air bersih kelas C kategori jelek mengandung koliform 101 – 1000
4) Air bersih kelas D kategori amat jelek mengandung koliform 1001 – 2400
5) Air bersih kelas E kategori sangat amat jelek mengandung koliform lebih 2400
(Pitojo dan Purwantoyo, 2003).
2.3.1
Persyaratan fisik air
Air yang berkualitas baik harus memenuhi persyaratan fisik seperti berikut
(Slamet, 2002) :
1. Jernih atau tidak keruh (kekeruhan)
Air yang keruh disebabkan oleh adanya butiran-butiran koloid dari
bahan tanah liat. Semakin banyak kandungan koloid maka air semakin
keruh. Derajat kesatuan dinyatakan dengan satuan unit.
2. Tidak berwarna (warna)
Air untuk keperluan rumah tangga harus jernih. Air yang berwarna
berarti mengandung bahan-bahan lain yang berbahaya bagi kesehatan.
17
3. Rasa
Secara fisika, air bisa dirasakan oleh lidah. Air yang terasa asam,
manis, pahit, atau asin menunjukkan bahwa kualitas air tersebut tidak baik.
Rasa asin disebabkan adanya garam-garam tertentu yang larut dalam air,
sedangkan rasa asam diakibatkan adanya asam organik maupun asam
anorganik.
4. Tidak berbau
Air yang baik memiliki ciri tidak berbau bila dicium dari jauh
maupun dari dekat. Air yang berbau busuk mengandung bahan-bahan
organik
yang sedang mengalami dekomposisi (penguraian) oleh
mikroorganisme air.
5. Temperatur normal (Suhu)
Air yang baik harus memiliki temperatur sama dengan tempertur
udara (20°C sampai dengan 60°C). Air yang secara mencolok mempunyai
temperatur di atas atau di bawah temperatur udara berarti mengandung zatzat tertentu (misalnya fenol yang terlarut di dalam air cukup banyak) atau
sedang terjadi proses tertentu (proses dekomposisi bahan organik oleh
mikroorganisme yang menghasilkan energi) yang mengeluarkan atau
menyerap energi dalam air.
6. Jumlah Zat Padat Terlarut (TDS)
TDS biasanya tersdiri atas zat organik, garam anorganik dan gas
terlarut. Bila TDS bertambah maka kesadahan akan naik. Efek TDS
ataupun kesadahan terhadap kesehatan tergantung pada spesies kimia
penyebab masalah tersebut.
18
2.3.2
Persyaratan kimia air
Kualitas air tergolong baik bila memenuhi persyaratan kimia menurut
(Kusnaedi, 2004) berikut ini :
1. pH netral
Derajat keasaman air harus netral, tidak boleh bersifat asam
maupun basa. Air yang mempunyai pH rendah akan bersifat asam,
sedangkan pH tinggi akan bersifat basa. Air yang murni mempunyai pH =
7, pH di bawah 7 akan bersifat asam sedangkan pH di atas 7 akan bersifat
basa.
2. Tidak mengandung bahan kimia beracun
Air yang berkualitas baik tidak mengandung bahan kimia beracun
seperti sianida, sulfida, fenolik.
3. Tidak mengandung ion-ion logam
Air yang berkualitas baik tidak mengandung garam atau ion logam
seperti Fe, Mg, Ca, K, Hg, Zn, Mn, Cl, Cr, dan lain-lain.
4. Kesadahan rendah
Tingginya kesadahan berhubungan dengan garam-garam yang
terlarut di dalam air terutama garam Ca dan Mg.
5. Tidak mengandung bahan organik
Kandungan bahan organik dalam air dapat terurai menjadi zat-zat
yang berbahaya bagi kesehatan. Bahan-bahan organik itu seperti
NH4,H2S, SO²¯4 dan NO₃.
19
2.3.4
Persyaratan mikrobiologis air
Persyaratan mikrobiologis yang harus dipenuhi oleh air dapat diketahui
melalui uji bakteriologis. Pada umumnya uji bakteriologis yang harus dipenuhi
oleh air sebagai berikut (Pitojo dan Purwantoyo, 2003) :
1. Tidak mengandung bakteri patogen, misalnya bakteri golongan coli,
Shigella dysenteriae, Salmonella typhi, Salmonella parathypi, Vibrio
colerae. Bakteri-bakteri ini mudah tersebar melalui air (transmitted by
water).
2. Tidak
mengandung
bakteri
non-patogen,
seperti
Actinomycetes,
Phytoplankton coliform, Ciadocera, Coliform, Fecal streptococci, Iron
bakteri.
2.4
Penilaian Kualitas Air
Penilaian fisik air dapat dianalisis secara visual dengan panca indra.
Misalnya keruh atau berwarna dapat langsung dilihat, bau dapat dicium
menggunakan hidung. Penilaian tersebut tentu saja bersifat kualitatif. Misalnya,
bila tercium bau yang berbeda maka rasa air pun berbeda (Kusnaedi, 2004).
Faktor yang dijadikan sebagai pertimbangan dalam penetapan standar
kualitas air, yaitu :
1. Kesehatan : faktor kesehatan dipertimbangkan dalam penetapan standar guna
menghindarkan dampak merugikan kesehatan.
2. Estetika : faktor estetika diprhatikan guna memperoleh kondisi yang nyaman.
3. Teknis : faktor tekhnis ditinjau dengan mengingat bahwa kemampuan
teknologi dalam pengolahan air sangat terbatas, atau untuk tujuan
20
4. menghindarkan efek-efek kerusakan dan gangguan instalasi atau peralatan
yang berkaitan dengan pemakaian air yang dimaksud.
5. Toksisitas : faktor toksisitas ditinjau guna menghindarkan terjadinya efek
racun bagi manusia.
6. Populasi
:
faktor
populasi
dimaksudkan
dalam
kaitannya
dengan
kemungkinan terjadinya pencemaran air oleh suatu polutan.
7. Proteksi : faktor proteksi dimaksudkan untuk menghindarkan atau melindungi
kemungkinan terjadinya kontaminasi.
8. Ekonomi : faktor ekonomi dipertimbangkan dalam rangka menghindarkan
kerugian-kerugian ekonomi.
2.4.1
Klasifikasi air
Klasifikasi ini didasarkan atas tujuan penggunaan air tersebut.
Berdasarkan SK Menteri KLH No. 02/MenKLH/1/1988, air digolongkan
sebagai berikut :
1.
Golongan A
: Air yang dapat digunakan sebagai air
minum secara langsung tanpa pegolahan.
2.
Golongan B
: Air baku untuk air minum dan kebutuhan
rumah tangga.
3.
Golongan C
: Air yang dapat digunakan untuk keperluan
perikanan dan peternakan, tidak dapat digunakan untuk A
dan B.
4.
Golongan D
: Air yang baik untuk keperluan indsutri dan
dapat digunakan untuk usaha perkotaan, listrik, tenaga air,
tidak untuk A, B, dan C.
21
5.
Golongan E
: Air yang tidak sesuai untuk keperluan A,
B, C, dan D.
Sesuai peraturan Menteri Kesehatan No.416/Menkes/Per/IX/1990 yang
disebut sebagai air minum adalah air yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan
dan dapat langsung diminum. Kualitas air harus memenuhi syarat kesehatan yang
meliputi persyaratan mikrobiologi, fisika, kimia, dan radioaktif.
Parameter-parameter yang sering diuji dan kandungan maksimum yang
diizinkan dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2.2 Parameter kualitas air.
No.
PARAMETER
SATUAN
MAKSIMUM
-
Tidak berbau
mg/l
1000
Skala NTU
5
-
Tidak berasa
Skala TCU
15
A. Fisika
1.
Bau
2.
TDS (Total Zat Padat Terlarut)
3.
Kekeruhan
4.
Rasa
5.
Warna
B. Kimia (a. Kimia Anorganik)
1.
Air raksa (Hg)
mg/l
0,001
2.
Aluminium (Al)
mg/l
0,2
3.
Arsen (As)
mg/l
0,05
4.
Besi (Fe)
mg/l
0,3
5.
Kesadahan (CaCO₃)
mg/l
500
6.
Klorida (Cl)
mg/l
250
7.
Mangan (Ma)
mg/l
0,1
8.
Nitrat sebagai N (NO₃)
mg/l
10
9.
Nitrit sebagai N (NO₂)
mg/l
1,0
22
10.
PH
-
6,5 s/d 8,5
11.
Sianida (Si)
mg/l
0,1
12.
Sulfat (SO₄)
mg/l
400
13.
Tembaga (Cu)
mg/l
1,0
14.
Timbel (Pb)
mg/l
0,05
Kimia (b. Oganik)
1.
Benzene
mg/l
0,1
2.
Chloroform
mg/l
0,03
3.
DDT
mg/l
0,03
4.
Detergen
mg/l
0,05
5.
Pestisida total
mg/l
0,10
6.
Zat organik (KMnO₄)
mg/l
10
A. Mikrobiologi
1.
E. coli
Koloni/100 ml
0
2.
Total koliform
Koloni/100 ml
0
B. Radioaktif
1.
Gross Alpha Activity
Bq/l
0,1
2.
Gross Beta Activity
Bq/l
1,0
Keterangan : mg = miligram, ml = mililiter, l = liter, Bq = Bequerel, NTU =
Nephelometrik Turbidity Units, TCU = True Colour Units.
23
2.4.2
Mikroorganisme yang hidup di air
Mikroorganisme yang hidup di dalam air dapat digolongkan dalam 2
kelompok (Pitojo dan Purwantoyo, 2003), yaitu :
1. Mikroorganisme patogen
Mikroorganisme ini dapat menyebabkan penyakit atau gangguan
kesehatan.
Beberapa
contohnya
adalah
Salmonellathyposa,
Shigelladysenteriae, Vibrio colerae, Salmonella parathypi, Salmonella
thypi.
2. Mikroorganisme non patogen
Terdiri atas golongan bakteri coliform, fecal streptococci, iron
bakteri, Actinomycetes.
Mikroorganisme penyebeb penyakit (patogen) tidak dapat tumbuh dan
berkembang baik dalam air bersih, tetapi dapat bertahan hidup sampai beberapa
minggu lamanya.
Dari penyelidikan MC. Peter (1974) pada beberapa mikroorganisme
pathogen dan mikroorganisme yang dipakai sebagai indikator diperoleh angka
lamanya hidup (survival rates) pada temperatur 9,5⁰C – 12,5⁰C. Dalam air yang
mengandung sedikit atau bebas dari bahan-bahan organik. Beberapa spesies
mikroorganisme mempunyai survival rates sebagai berikut ; Shigella flexneri 26,8
jam, Salmonella sonnei 24,5 jam, Salmonella dysenteriae 22,4 jam, Enterococci
22 jam, Coliform bakteri 17 jam, Salmonella enteritidis 15 jam, Vibrio colerae 7,2
jam, dan Salmonella thypi 5 jam.
24
Pada daerah tropis khususnya pada permukaan air dangkal, temperatur
dapat sampai 30⁰C atau lebih dan dalam keadaan demikian saprofit dapat tahan
hidup pada temperatur sampai 37⁰C (Soesetyono, 1980).
2.5 Penyakit yang Berhubungan dengan Air
Badley (1974) seperti yang dikutip oleh Soesetyono (1980) penyakit yang
berhubungan dengan air dapat diklasifikasikan menjadi 4 macam, yaitu :
1.
Penyakit yang penyebarannya melalui persediaan air yang terkontaminasi
oleh mikroorganisme pathogen dari penderita (water borne disease).
Penyakit-penyakit tersebut adalah typhus, cholera, amoebiasis, desentrae,
dan hepatitis infeksiosa.
2.
Penyakit yang dapat dipindahkan ke orang lain dengan jalan melalui air,
juga dapat terjadi penyebaran langsung dari feses ke mulut atau lewat
makanan kotor atau tercemar, sebagai akibat kurangnya air bersih untuk
keperluan kebersihan pribadi (water washed disease). Penyakit kulit
Scabies yang disebabkan oleh Sarcobies scabei adalah sebagai akibat
kebersihan tubuh yang kurang conjunctivitis acuta (peradangan pada
kelopak mata) disebabkan oleh air yang banyak mengandung debu dan
kuman serta kotoran.
3.
Penyakit yang dikembangkan oleh binatang yang merupakan perantara
(secondary host) dari mikroorganisme patogen yang hidup di dalam air
(water based disease), sebagian besar disebabkan oleh infeksi cacing
golongan Trematoda. Contoh dari penyakit ini adalah Schistosomiasis,
Fascioliasis, dan Paragonimiasis dengan ketam dan ikan sebagai
perantara.
25
4.
Penyakit yang dipindahkan serangga yang perjalanan hidupnya di dalam
atau tergantung pada adanya air (water related insect vector disease).
Serangga yang siklus hidupnya atau tempat bersarangnya di dalam air
adalah nyamuk dan sejenis lalat yang hidup di Afrika (lalat Tse-Tse).
Manson dan Ross (1877) menemukan perbedaan penyebaran penyakit
yang berhubungan dengan air yaitu penyakit Filariasis dan Malaria.
Sedangkan penyakit yang ditimbulkannya adalah malaria oleh nyamuk
Anopheles, yang terdiri dari beberapa spesies. Untuk demam berdarah
vektornya adalah Aedes aegypti. Filariasis disebabkan oleh nyamuk Culek
fatigan. Sedangkan penyakit yang disebabkan oleh lalat adalah penyakit
tidur (sleeping sickness) penyebabnya adalah Trypanosoma gambiense.
2.6
Tinjauan Tentang Bakteri Koliform
Koliform merupakan suatu grup bakteri yang digunakan sebagai indikator
adanya polusi kotoran dan kondisi yang tidak baik terhadap air, makanan, susu
dan produk-produk susu. Koliform sebagai suatu kelompok bakteri dicirikan
sebagai bakteri berbentuk batang, gram negatif, tidak membentuk spora, aerobik
dan anaerobik fakultatif yang memfermentasi laktosa dengan menghasilkan asam
dan gas dalam waktu 48 jam pada suhu 35⁰ C. Adanya bakteri koliform di dalam
makanan/minuman menunjukkan kemungkinan adanya mikroba yang bersifat
enteropatogenik dan atau toksigenik yang berbahaya bagi kesehatan.
26
Bakteri koliform dapat dibedakan menjadi 2 kelompok (Fardiaz, 1993),
diantaranya :
1. Koliform fekal
Kelompok bakteri koliform fekal ini diantarnya Escherichia coli.
Escherichia coli merupakan bakteri yang berasal dari kotoran hewan atau
manusia. Jadi, adanya Escherichia coli pada air menunjukkan bahwa air
tersebut pernah terkontaminasi feses manusia dan mungkin dapat
mengandung patogen usus. Oleh karena itu, standar air minum
mensyaratkan bakteri Escherichia coli harus nol dalam 100 ml.
2. Koliform non-fekal
Pada kelompok koliform non-fekal diantaranya, Enterobacter
aerogenes. Bakteri ini biasanya ditemukan pada hewan atau tanamantanaman yang telah mati.
Untuk mengetahui jumlah koliform di dalam air digunakan metode (MPN)
Most Probable Number. Pemeriksaan kehadiran bakteri E. coli dari air dilakukan
berdasarkan penggunaan medium kaldu laktosa yang ditempatkan di dalam
tabung reaksi berisi tabung durham (tabung kecil yang letaknya terbalik,
digunakan untuk menangkap gas yang terjadi akibat fermentasi laktosa menjadi
asam dan gas). Kehadiran bakteri E. coli besar pengaruhnya terhadap kehidupan
manusia, terbukti dengan kualitas air secara bakteriologis tingkatannya ditentukan
oleh kehadiran bakteri tersebut.
27
Tabel 2.3. Menunjukkan batasan maksimum cemaran mikroba dalam air minum.
Bahwa angka lempeng total air minum 102 gram/ml, untuk MPN
koliform <3 dan nilai E. coli harus 0, Clostridium prefringens harus 0,
dan Salmonella negatif. Dapar dilihat pada tabel dibawah ini.
Nomor
Jenis makanan
Jenis Pengujian
Batas maksimum
per gram/per ml
Air minum
Angka lempeng total
10²
MPN koliform
<3
Escherichia coli
0
Clostridium prefrigens 0
Salmonella
negatif
Sumber : Lampiran Surat keputusan Dirjen POM Nomor :
037267/B/SK/VII/1989
2.7 Tinjauan Tentang Escherichia coli
2.7.1 Klasifikasi bakteri E. coli
Berikut ini klasifikasi dari bakteri E.
coli.
Devisi
: Protophyta
Klas
: Schizomycetes
Ordo
: Eubacteriales
Familia
: Enterobacteriaceae
Genus
: Escherichia
Spesies
: Escherichia coli (Dwidjoseputro, 1987)
Gambar 2. Koloni bakteri E. coli.
Dasar-dasar mikrobiologi (Pelczar
dan Chan, 2006).
2.7.2 Morfologi dan sifat – sifatnya
Berbentuk basil, bergerak dengan flagel peritrik, bersifat gram negatif.
mampu menguraikan glukosa dan menghasilkan gas. (Dwidjoseputro, 1987).
Bakteri E. coli dalam keadaan normal menghuni saluran pencernaan manusia dan
hewan berdarah panas, tidak membentuk spora, aerob dan anaerob fakultatif yang
memfermentasi laktosa dan mampu menghasilkan asam dan gas dalam waktu 48
28
jam pada suhu 35⁰C. (Pelczar dan Chan, 2006). E. coli juga mempunyai sifat
motil tak berspora coccobacili pendek, berbentuk menyerupai tongkat dengan
ukuran 0,5 – 1,0 X 4,0 µ, tersusun tunggal atau berpasangan dan rantai, bentuk
koloni putih kelabu gelap rata dengan sisi tepi yang teratur, dalam kaldu
turbiditasnya sama dan memproduksi sedimen tebal, pada media biasa
diameternya beberapa millimeter. Tergolong bakteri aerob dan anaerob pada suhu
40⁰C, mati pada pemanasan 60⁰C selama 30 menit, pada umumnya tidak resisten
terhadap desinfektan dan pada keadaan yang kering, ada dalam intestinal dan
feses manusia sehat dan vertebrata tinggi dan jumlahnya di colon, tumbuh
menempel pada media sintetik yang berisi NaCl dan glukosa ditambah vitamin.
(Kelly F. C, et. al,1951).
Bakteri E. coli terdiri atas 5 (lima) strain yang patogen pada manusia,
diantaranya enteropathogenic E. coli yang menyebabkan diare pada bayi dan anak
di negara berkembang dan mekanisme penyakit belum jelas, enterotoxigenic E.
coli penyebab sekretori diare seperti pada kolera dan mekanisme diare : perlekatan
kuman pada sel mukosa usus (epitel usus) serta kuman yang mengeluarkan bahan
toksin yang mengakibatkan penyakit diare, enteroinvasive E. coli yang
menyebabkan diare seperti disentri oleh Shigella (tinja mengandung darah,
mukus) dan mekanisme diare : kuman menginvasi sel mukosa usus
mengakibatkan kerusakan sel mukosa, lapisan mukosa terlepas, enterohemoragik
E. coli dengan mekanisme kolitis hemoragik, tinja bercampur darah banyak,
toksinnya bersifat sitotoksik terhadap sel vero dan hela, diare terjadi karena toksin
merusak sel endotel pembuluh darah, terjadi pendarahan kemudian darah masuk
ke usus, dan enteroagregative E. coli yang menyebabkan diare akut dan kronik
29
dalam waktu lebih dari 14 hari terutama di negara sedang berkembang, kuman
melekat pada mukosa intestinal menghasilkan enterotoksin dan sitotoksin
sehingga mukosa rusak, mukus keluar, dan terjadi diare.
2.8
Uji Bakteriologis pada Air
Pada pemeriksaan bakteriologis yang rutin terhadap air untuk menentukan
aman tidaknya air tersebut untuk diminum seringkali digunakan organisme
indikator. Yang seringkali digunakan sebagai organisme indikator di Indonesia
adalah E. coli. Sedangkan di Inggris yang digunakan sebagai indikatornya adalah
Clostridium perfrigens, dan di USA adalah Streptococcus feacalis. Organisme ini
pada keadaan normal terdapat pada usus manusia. Adanya organisme ini pada air
sumur sebagai petunjuk bahwa air tersebut terpopulasi oleh feses manusia atau
hewan berdarah panas, dan tidak mustahil terdapat berbagai macam organisme
pathogen yang secara berkala terdapat dalam saluran pencernaan manusia untuk
masuk ke dalam air.
Dalam uji bakteriologis air sumur digunakan metode tabung fermentasi
(Most probable number) yang meliputi beberapa tes, diantaranya tes pendugaan
(presumptive test), tes penegasan (comfirmed test), dan tes kesempurnaan
(completed test). Metode tabung fermentasi ini bersifat kualitatif, karena tidak
dilakukan penghitungan secara langsung terhadap jumlah bakteri. Beberapa ciri
penting dari suatu mikroorganisme indikator adalah terdapat dalam air tercemar,
mempunyai
kemampuan
bertahan
hidup
yang
lebih
lama
dari
pada
mikroorganisme pathogen, mempunyai sifat seragam, jumlah mikroorganisme
indikator berkolerasi dengan kadar polusi, tidak berbahaya bagi manusia dan
30
hewan, terdapat dalam jumlah yang lebih banyak dari pada mikroorganisme
patogen, dan mudah diteliti dengan menggunakan teknik-teknik laboratorium
yang sederhana. (Pelczar dan Chan, 2006).
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Pada penelitian ini sampel air sumur diambil di rumah-rumah penduduk
sekitar Kecamatan Semampir Surabaya dari 5 kelurahan yaitu kelurahan Ujung,
Ampel, Pegirian, Sidotopo, dan Wonokusumo. Masing-masing kelurahan di ambil
3 RW sampel air sumur. Pada tiap-tiap kelurahan tiap sampel air sumur diambil ±
sebanyak 250 ml. Sampel air diuji secara bakteriologis di Laboratorium
Mikrobiologi Departemen Biologi Universitas Airlangga Fakultas Sains dan
Teknologi Universitas Airlangga Surabaya pada bulan Mei 2010 sampai
November 2010.
3.2 Teknik Sampling
Pada teknik sampling dilakukan pengambilan sampel air sumur dari 5
kelurahan yang sudah ditetapkan, kemudian dari masing-masing kelurahan
diambil 3 sampel air sumur dari 3 RW yang berbeda. Sehingga dari 5 kelurahan
didapatkan sebanyak 15 sampel air sumur. Dari 15 sampel air yang sudah
didapatkan dilakukan uji bakteriologis dengan menggunakan seri tabung
fermentasi 3-3-3 dan dilanjutkan dengan uji IMVIC. Pengambilan sampel air
sumur didasarkan pada faktor kepadatan penduduk dan sumur yang dipakai untuk
umum serta beberapa kepala keluarga.
31
32
3.3 Alat dan Bahan Penelitian
3.3.1 Alat Penelitian
Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah : botol, tabung reaksi dan
rak tabung reaksi, cawan petri, pipet, pipet volume, jarum ose, bunsen, gelas ukur,
tabung Erlenmeyer, kapas, spatula, vortex, tabung Durham, kertas label,
alumunium foil, mikroskop cahaya, kertas tissu, ice box, penangas air, autoclave.
3.3.2 Bahan Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi : sampel air sumur
yang diambil dari rumah-rumah penduduk di kecamatan Semampir Surabaya dari
5 kelurahan, akuades, alkohol, spiritus, media nutrient agar, media BGLB
(Briliant green lactose bile broth), media LB (lactose broth), media EMB (Eosin
methylen blue), sukrosa, glukosa, laktosa, media TSIA, media SIM .
3.4 Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian observasional dilakukan melalui
pendekatan deskriptif yaitu melalui uji bakteriologis air dengan keberadaan
mikroorganisme baik patogen maupun non-patogen.
33
Menyiapkan sampel air sumur
Sampel air sumur diambil sebanyak 10 ml, 1 ml, dan 0,1 ml
kemudian dimasukkan ke dalam masing-masing tabung reaksi
yang berisi media LB dan didalamnya terdapat tabung Durhan
akuades steril
Dilakukan uji bakteriologis
Diinkubasi selama 24 jam pada dan dilakukan
pengamatan
Uji IMVIC dilakukan pada tabung yang menghasilkan gas
Gambar. 3 Prosedur identifikasi bakteri dari sampel air sumur
3.5 Prosedur Penelitian
3.5.1 Pengambilan sampel air sumur
Sebelum melakukan pengambilan sampel, terlebih dahulu melakukan
persiapan terhadap botol – botol yang akan digunakan sebagai penampung air
sampel. Botol-botol sampel terbuat dari gelas, mempunyai sumbat atau penutup
yang pas dan kuat, keduanya sudah benar-benar steril, dan dapat menampung ±
250 ml air sampel.
34
Adapun cara pengambilan sampel, diantaranya sebagai berikut :
1. Penutup botol diangkat atau diputar.
2.
Botol dipegang pada bagian agak bawah, dicelupkan ke dalam air sampai ±
20 cm dengan mulut botol menghadap ke atas bilamana ada aliran dalam air,
mulut botol harus menghadap arah datangnya aliran air tersebut.
3.
Botol disumbat atau ditutup dengan memutar, kemudian dimasukkan ke
dalam ice box
3.5.2 Kerangka operasional
Berikut skema pengambilan sampel air sumur masing-masing kelurahan di
kecamatan Semampir :
RW 12
Kelurahan ujung
RW 04
RW 14
RW 15
Kelurahan ampel
RW 05
RW 13
Kecamatan
Semampir
Kelurahan pegirian
RW 02
RW 03
RW 01
Kelurahan sidotopo
RW 05
RW 07
RW 08
Kelurahan
wonokusumo
RW 11
RW 14
RW 12
Gambar 4. Skema pengambilan sampel air sumur di kecamatan Semampir
Surabaya
35
3.5.3 Cara Kerja
A. Pembuatan media
Beberapa media biakan yang digunakan untuk tes pendugaan adalah media
LB (Lactose broth). Sedangkan media untuk tes penegasan adalah Brilliant green
lactose bile broth (BGLB), dan untuk media tes kesempurnaan menggunakan
media EMB (Eosin methylen mlue) persiapannya adalah sebagai berikut:
1. Melarutkan media terdiri dari media LB (Lactosa Broth), BGLB (Brilliant
green lactose bile broth) dan EMB (Eosin methylen blue). Masing-masing
media dilarutkan dengan akuades 500 ml untuk media LB sebanyak 16 gram,
akuades 520 ml untuk media BGLB sebanyak 16,6 gram dan 300 ml akuades
untuk media EMB sebanyak 10,8 gram.
2. Menuangkan masing-masing media pada tabung reaksi dengan seri tabung
fermentasi 3-3-3 sebanyak 10 ml, 1 ml, dan 0,1 ml ke dalam tabung reaksi
yang berisi tabung Durham kemudian menutup tabung reaksi dengan kapas.
3. Mensterilkan di dalam autoklaf pada suhu 112ºC – 114ºC.
4. Media yang telah steril harus disimpan pada ruangan, untuk menjamin agar
tetap steril.
B. Pemeriksaan Bakteriologis
Pemeriksaan bakteriologis ini berdasarkan penghitungan bakteri dengan
metode MPN, diantaranya :
a. Tes Pendugaan (Presumptive test)
36
Tes pendugaan dilakukan dengan menggunakan prosedur sebagai berikut :
1. Membuka penutup botol sampel air
2. Dengan penutup botol masih ditempatnya, botol sampel air dikocok dengan
kuat supaya bakteri menyebar atau homogen.
3. Membuat tiga baris tabung reaksi masing-masing tiga tabung reaksi masingmasing berisi media Lactosa broth beserta tabung Durham .
4. Dengan menggunakan pipet steril ditambahkan sampel air sumur sebanyak
6 ml pada masing-masing tabung reaksi yang berisi media lactose broth 10 ml,
1 ml dan 0,1 ml yang berada disetiap baris.
5. Sesudah dikocok secara perlahan untuk mengaduk campuran antara media
dengan sampel air, kemudian menginkubasi tabung tersebut pada suhu 35ºC
atau 37ºC. selama 24 jam.
6. Sesudah 24 jam waktu inkubasi, dilakukan pengamatan pada masing – masing
tabung akan adanya gas, yang merupakan hasil positif. Kemudian dilanjutkan
pada uji penegasan.
b. Tes Penegasan (Confirmed test)
Tes penegasan ini dilakukan dengan menggunakan prosedur sebagai
berikut :
1. Dengan mempergunakan ose, dipindahkan satu atau dua tetes air dari tabung
tes pendugaan yang positif ke dalam tabung reaksi yang berisi media BGLB.
Sebelum melakukan pemindahan cairan terlebih dahulu dilakukan sterilisasi
37
pada ose dengan cara membakarnya dan kemudian didinginkan sebentar
sebelum dipakai.
2. Menginkubasi tabung – tabung reaksi tersebut pada suhu 35⁰ C selama 24
jam.
3. Setelah 24 jam atau 48 jam waktu inkubasi tabung – tabung yang positif
ditegaskan dengan adanya gas dan kemudian di catat pada tabel. Dengan
melihat kombinasi tabung – tabung yang positif kita dapat mengetahui jumlah
perkiraan terdekat bakteri coliform dengan menggunakan tabel MPN.
c. Tes Kesempurnaan (Completed test)
Tes kesempurnaan dilakukan sebagai kelanjutan dari uji – uji yang
dilakukan dari uji test penegasan yang positif (adanya gas pada tabung durham).
Tes kesempurnaan ini dilakukan dengan menggunakan prosedur sebagai
berikut:
1. Dengan menggunakan ose ambil 1 ose atau 2 ose dari tabung BGLB yang
positif, kemudian dilakukan goresan atau streak pada media eosin methylen
blue (EMB).
2. Menginkubasi plate EMB pada suhu 35⁰ C selama 24 jam. Hasil streak
dinyatakan positif jika terdapat koloni yang berwarna hijau sampai kebiruan
mengkilat (methalic shine).
3. Hasil dari uji kesempuranaan merupakan penentuan indeks MPN bakteri
E. coli.
38
C. Uji IMVIC
Uji identifikasi merupakan suatu bentuk uji terhadap mikroorganisme yang
ingin diketahui karakteristik bakteri. Uji ini bagian terakhir dari uji bakteriologis
yang dilakukan terhadap sampel air.
Prosedur yang digunakan dalam melakukan uji identifikasi adalah sebagai
berikut:
1. Dengan menggunakan ose diambil beberapa koloni dari media EMB yang
dicurigai atau ingin diketahui spesiesnya, kemudian 1 ose dari EMB
diinokulasikan pada tabung reaksi yang mengandung media yang berisi TSIA
(Triple Sugar Agar), SIM, dan Simon Citrat Agar.
2. Menginkubasi tabung reaksi yang telah diinokulum koloni dari EMB pada
suhu 35 ⁰ C selama 24 jam.
3. Setelah 24 jam dilakukan pengamatan.
4. Hasil uji identifikasi ini akan didapatkan data karakteristik bakeri dari masingmasing media uji IMVIC.
3.6 Analisis Data
Penelitian ini bersifat deskriptif. Data yang didapatkan berupa suatu
perhitungan untuk menghitung jumlah bakteri pada air khusunya untuk
mendeteksi adanya bakteri coliform dan E. coli yang merupakan kontaminan
utama sumber air sumur dengan metode MPN (Most Probable Number)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari hasil penelitian yang dilakukan di kecamatan Semampir, Surabaya
yang meliputi 5 kelurahan diantaranya kelurahan Ujung, Ampel, Pegirian,
Sidotopo, dan Wonokusumo.yang dilakukan pada bulan Juli 2010, diperoleh
sampel air sumur sejumlah 15 sampel air sumur. Hasil rata-rata per 100 ml sampel
air dapat dilihat pada tabel 4.1dan tabel 4.3. Selain itu hasil penelitian diperoleh
secara analisis kuantitatif terhadap mikroorganisme yang terdapat dalam sampel
air sumur.
Data itu kemudian di bandingkan dengan parameter yang ditentukan
berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan, SK MenKLH, dan sumber lain yang
di gunakan sebagai standart.
4.1. Nilai MPN Koliform Pada Masing-masing Kelurahan di Kecamatan
Semampir Surabaya
Pada hasil uji MPN coliform dari masing-masing kelurahan meliputi
kelurahan Ujung, Ampel, Pegirian, Sidotopo, dan Wonokusumo. Untuk
mengetahui nilai MPN coliform dilihat pada uji penegasan (Confirmed test).
39
40
Hasil uji penegasan dihitung berdasarkan hasil pengamatan (lampiran 4) dan dapat
dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 4.1. Indeks MPN coliform pada uji penegasan pada masing-masing
kelurahan di kecamatan Semampir
Kelurahan
Ujung
Ampel
Pegirian
Sidotopo
Wonokusumo
Indeks MPN koliform pada sampel pada air
sumur
Ujung I
Ujung II
Ujung III
460
2400
460
Ampel I
Ampel II
Ampel III
1100
1100
1100
Pegirian I
Pegirian II
Pegirian III
2400
2400
2400
Sidotopo I
Sidotopo II
Sidotopo III
1100
1100
1100
Wonokusumo Wonokusumo Wonokusumo
I
II
III
460
2400
2400
Rerata
nilai
MPN
± 1106,66
± 1100
± 2400
± 1100
± 1753,33
.
Pada uji penegasan dapat dilihat yang mempunyai nilai MPN koliform
yang tinggi adalah kelurahan Pegirian ± 2400 per 100 ml. Sedangkan untuk nilai
MPN koliform yang terendah terdapat pada kelurahan Ampel dan Sidotopo yaitu
±1100 per 100 ml. Untuk kelurahan Ujung memiliki nilai MPN koliform
±1106,66 per 100 ml dan Wonokusumo ±1753,33 per 100 ml. Uji penegasan dari
hasil tes di atas adalah sangat perlu, mengingat bahwa tes pendugaan dihasilkan
positif oleh mikroorganisme coliform, yang
menunjukkan adanya indikator
terhadap polusi fecal. Banyaknya jumlah bakteri koliform yang terdapat pada
masing-masing kelurahan juga dipengaruhi lingkungan sekitar sumur. Kondisi air
sumur dimasing-masing kelurahan tercantum dalam Tabel 4.2.
41
Tabel 4.2. Kondisi air sumur dimasing-masing kelurahan di kecamatan Semampir
Surabaya
No.
1.
Kelurahan
Ujung
I
-
II
-
2.
III
-
2.
Ampel
I
-
II
-
III
-
Kondisi sumur
Sumur dipakai untuk umum
Digunakan untuk mandi dan mencuci
Dekat dengan septic tank dengan jarak
±5m
Dekat dengan selokan dengan jarak ± 3 m
Kondisi air keruh dan bau
Termasuk sumur gali
Termasuk sumur bor
Sumur dipakai untuk umum
Digunakan untuk mandi dan mencuci
Dekat dengan septic tank dengan jarak
±6m
Dekat dengan selokan dengan jarak ± 3 m
Kondisi air keruh dan bau
Termasuk sumur gali
Sumur dipakai untuk keluarga sendiri
Digunakan untuk mandi dan mencuci
Dekat dengan septic tank dengan jarak
±5m
Dekat dengan selokan dengan jarak ± 1 m
Kondisi air keruh
Termasuk sumur gali
Sumur dipakai untuk umum
Digunakan untuk mandi dan mencuci
Dekat dengan septic tank dengan jarak
±3m
Dekat dengan selokan dengan jarak ± 4 m
Kondisi air keruh dan bau
Termasuk sumur gali
Sumur digunakan untuk 10 KK
Digunakan untuk mandi dan mencuci
Dekat dengan septic tank dengan jarak
±5m
Dekat dengan selokan dengan jarak ± 1 m
Kondisi air keruh
Termasuk sumur gali
Sumur digunakan untuk 4 KK
Digunakan untuk mandi dan mencuci
Dekat dengan septic tank dengan jarak
±6m
Dekat dengan selokan dengan jarak ± 3 m
Kondisi air keruh dan bau
Termasuk sumur gali
42
No.
3.
Kelurahan
Pegirian
I
II
-
III
-
4.
Sidotopo
I
II
-
III
5.
Wonokusumo
I
-
Kondisi sumur
Sumur digunakan untuk umum
Digunakan untuk mandi dan mencuci
Dekat dengan septic tank dengan jarak
±6m
Dekat dengan selokan dengan jarak ± 1 m
Kondisi air keruh dan bau
Termasuk sumur gali
Sumur digunakan untuk umum
Digunakan untuk mandi dan mencuci
Dekat dengan septic tank dengan jarak
±5m
Dekat dengan selokan denga jarak ± 1 m
Kondisi air keruh dan bau
Teramsuk sumur gali
Sumur digunakan untuk umum
Digunakan untuk mandi dan mencuci
Dekat dengan septic tank dengan jarak
±5m
Dekat dengan selokan dengan jarak ± 1 m
Kondisi air keruh dan bau
Termasuk sumur gali
Sumur dipakai untuk umum
Digunakan untuk mandi dan mencuci
Dekat dengan septic tank dengan jarak
±6m
Dekat dengan selokan dengan jarak ± 1 m
Kondisi air keruh
Termasuk sumur gali
Sumur dipakai untuk umum
Digunakan untuk mandi dan mencuci
Dekat dengan septic tank dengan jarak
±5m
Dekat denga selokan dengan jarak ± 1 m
Kondisi air keruh dan bau
Termasuk sumur gali
Sumur digunakan untuk 5 KK
Digunakan untuk mandi dan mencuci
Dekat dengan septic tank dengan jarak
±5m
Dekat dengan selokan denga jarak ± 1 m
Kondisi air keruh dan bau
Termasuk sumur gali
Sumur dipakai untuk umum
Digunakan untuk mandi dan mencuci
Dekat dengan septic tank dengan jarak
±5m
Dekat dengan selokan dengan jarak ± 3 m
Kondisi air keruh dan bau
43
No.
5.
Kelurahan
Kondisi sumur
Wonokusumo
I
II
-
Teramasuk sumur gali
-
Sumur dipakai untuk umum
Digunakan untuk mandi dan mencuci
Dekat dengan spetic tank dengan jarak
±5m
Dekat dengan selokan dengan jarak ± 3m
Kondisi air keruh
Teramasuk sumur gali
III
-
Sumur dipakai untuk 1 KK
Digunakan untuk mencuci
Dekat dengan septic tanki dengan jarak
±5m
Dekat dengan selokan dengan jarak ± 1 m
Kondisi air keruh dan bau
Termasuk sumur gali
Tabel 4.2. Menunjukkan bahwa air sumur dari masing-masing kelurahan di
kecamatan Semampir Surabaya termasuk air sumur gali, kondisi air keruh dan
berbau, dipakai untuk mencuci dan mandi, bangunan sumur dekat dengan selokan
dan septic tank.
Masih tingginya angka organisme indikator dalam air menunjukkan bahwa
air tersebut telah terkontaminasi oleh feses manusia. Proses pemurnian air yang
meliputi sedimentasi, filtrasi, dan klorinasi kurang sempurna menyebabkan air
terkontaminasi dengan bakteri (Lim, 1988). Tingginya angka bakteri coliform ini
kemungkinan disebabkan selain karena sejak awal air tersebut telah mengandung
bakteri coliform.
Pengamatan
terhadap
air
sumur
pada
masing-masing
kelurahan
menunjukkan hasil positif dalam uji pendugaan terhadap adanya bakteri coliform.
Hal ini ditandai dengan adanya kekeruhan dan gelembung gas didalam tabung
durham pada seluruh tabung dari semua seri pegenceran. Timbulnya gas ini
disebabkan karena kemampuan bakteri coliform yang terdapat pada sampel air
44
dalam memfermentasikan laktosa dengan menghasilkan asam dan gas dalam
waktu 48 jam pada suhu 35°C (Pelczar dan Chan, 2008). Air sumur termasuk air
dibawah permukaan tanah dimana terdapat pori-pori tanah dan batuan yang jenuh
air pada daerah ini karena dipengaruhi oleh proses penyaringan. Mikroorganisme
tertahan oleh bahan-bahan partikulat dalam tanah yang berfungsi sebagai
penyaring (filter). Dengan demikian besar kemungkinan perairan yang berada
jauh di bawah tanah bebas dari mikoorganisme (Pelczar dan Chan, 2008). Dari
hasil uji pendugaan untuk masing-masing kelurahan bila dibandingkan menurut
SK. Dirjen PPM dan PLP No. 1/PO.03.04.PA.91 dan SK JUKLAK PKA Tahun
2000/2001 termasuk dalam kelas D yang berarti dalam kategori air tersebut amat
jelek untuk di konsumsi (Pitojo dan Purwantoyo, 2003).
4.2 Nilai MPN E. coli pada masing-masing kelurahan dikecamatan
Semampir Surabaya
Pada hasil nilai MPN E. coli dari masing-masing kelurahan meliputi
kelurahan Ujung, Ampel, Pegirian, Sidotopo, dan Wonokusumo. Untuk
mengetahui nilai MPN coli dilihat pada uji kesempurnaan (completed test). Hasil
uji kesempurnaan (completed test) dihitung berdasarkan pengamatan (lampiran 6)
dan tercantum pada tabel 4.3.
45
Tabel 4.3 Indeks MPN E. coli pada uji kesempurnaan pada masing-masing
kelurahan dikecamatan Semampir Surabaya
Kelurahan
Ujung
Ampel
Pegirian
Sidotopo
Wonokusumo
Indeks MPN E. coli pada sampel air sumur
Ujung I
35
Ampel I
71
Pegirian I
7
Sidotopo I
150
Wonokusumo
I
71
Ujung II
7
Ampel II
30
Pegirian II
30
Sidotopo II
30
Wonokusumo
II
1
Ujung III
14
Ampel III
71
Pegirian III
1100
Sidotopo III
1100
Wonokusumo
III
1100
Rerata
nilai MPN
18,66
57,33
379
426,66
390,66
Dari Tabel 4.3 uji kesempurnaan (completed test) pada tabel di atas dapat
dilihat untuk nilai MPN E. coli yang paling tinggi terdapat pada kelurahan
Sidotopo yaitu 426,66 per 100 ml dan untuk nilai MPN paling rendah terdapat
pada kelurahan Ujung yaitu 18,66 per 100 ml. Sedangkan untuk kelurahan Ampel
nilai MPN E.coli sebanyak 57,33 per 100 ml, Pegirian 379 per 100 ml, dan
Wonokusumo 390,66 per 100 ml. Tes kesempurnaan ini dilakukan sebagai isolasi
dan sekaligus mendeteksi bakteri golongan E. coli. Media yang digunakan dalam
tes ini mengandung
zat warna eosin methylen blue (EMB) yang mampu
menghambat pertumbuhan bakteri gram positif. Dengan adanya suasana asam,
media EMB akan membentuk suatu komplek yang mempercepat tumbuhnya
koloni bakteri coliform dan menghasilkan warna gelap di tengah serta kelihatan
hijau sampai biru dengan mengkilat logam (methalic shine).
Adanya bakteri golongan E. coli pada tiap kelurahan kemungkinan banyak
disebabkan jarak antara tempat pembuangan kotoran manusia (septic tank) yang
letaknya berdekatan dengan bangunan sumur. Hal ini dapat di lihat pada lampiran
46
VI kondisi air sumur di masing-masing kelurahan. Dari jarak sumur dengan septic
tank yang terlalu dekat memungkinkan resapan air dari septic tank menyebabkan
bakteri tersebut mampu tumbuh pada air sumur tersebut. Selain itu kemungkinan
lain dipengaruhi kondisi lingkungan yang terdapat banyak sampah berserakan.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI NO.907/MENKES/SK/VII/2002
jumlah bakteri E. coli di air minum adalah nol.
Penyebaran bakteri E. coli di tanah sangat dipengaruhi oleh porositas
tanah. Pergerakan horizontal sukar dipastikan karena tergantung pada faktor
antara lain; jenis tanah, ketinggian permukaan air tanah, aliran air tanah,
konstruksi sumur pompa tangan, jumlah pemakai sumur pompa tangan dangkal
dan jumlah orang yang membuang feses.
4.3 Uji Karakterisasi dengan Uji IMVIC
Uji IMVIC meliputi uji TSIA, SIM, dan SCA dapat dilhat berdasarkan
karaketerisasi pada masing-masing media dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 4.4 Hasil uji IMVIC
No
1.
2.
3.
4.
Macam Uji
Pewarnaan Gram dan
bentuk sel
Uji TSIA (Triple Sugar
Iron Agar)
Uji SIM (Sulfite Indol
Motility)
Uji SCA (Simmons Citrate
Agar)
Hasil Pengamatan
Gram negatif (-), berwarna merah, bentuk sel
batang,
Pada media sukrosa dan laktosa : (+)terbentuk
rongga-rongga dibagian bawah media dan media
berwarna kuning
Pada media glukosa: (+) pada bagian bult
berwarna kuning dan slant berwarna merah
(+) Pada media terlihat warna hitam, terlihat ada
pertumbuhan koloni pada bekas tusukkan
Warna media tetap hijau (-)
47
Dari Tabel 4.4. Dapat dilihat pada pewarnaan Gram bakteri E. coli
termasuk Gram negatif (-) terlihat berwarna merah dan mempunyai bentuk sel
batang. Pada uji TSIA warna media slant (permukaan bawah) berubah merah
karena bakteri bersifat basa, ini menandakan bahwa bakteri ini tidak
memfermentasikan laktosa dan sukrosa (Anonim, 2008). Hasil dari uji TSIA dapat
dilihat pada sukrosa dan laktosa hasil positif (+) dengan terbentuknya ronggarongga dibagian bawah media dan media berwarna kuning. Sedangkan pada
glukosa hasilnya positif (+) menandakan media berwarna kuning pada permukaan
atas berarti bakteri E. coli berdasarkan sumber Buku Panduan Determinasi Bakteri
: Bergey’s Manual of Determinative Bacteriology (Holt et al., 2000) mampu
memfermentasi glukosa dan warna merah pada permukaan atas. Pada uji SIM
terlihat bahwa media berubah warna menjadi hitam yang menunjukkan hasil
positif (+), hal ini menjadi penting dalam memisahkan bakteri E. coli.
Sedangkan untuk uji sitrat terlihat pada Tabel 4.4. Hasil uji negatif (-)
warna media tetap hijau untuk bakteri E. coli. Hal ini dikarenakan E. coli tidak
menggunakan sitrat sebagai sumber karbon.
Pada dasarnya dalam metode MPN (Most Probable Number) untuk uji
kualitas mikrobiologi air digunakan kelompok koliform sebagai indikator. Metode
MPN merupakan uji deretan tabung yang menyuburkan pertumbuhan koliform
sehingga diperoleh nilai untuk menduga jumlah koliform dalam sampel yang
diuji. Uji ini diawali dengan memasukkan 10 ml cairan dari sampel ke dalam
lactose broth, uji awal ini disebut uji penduga (presumptive test). Dalam uji
pendugaan, setiap tabung yang menghasilkan gas dalam masa inkubasi diduga
mengandung bakteri koliform. Uji dinyatakan positif bila terlihat gas dalam
48
tabung Durham. Tabung yang memperlihatkan gas diuji lebih lanjut dengan uji
penegasan. Untuk uji penegasan dilakukan untuk menegaskan bahwa gas yang
terbentuk disebabkan oleh kuman koliform dan bukan disebabkan oleh kerja sama
beberapa spesies sehingga menghasilkan gas. Uji penegasan menggunakan BGLB
(Briliant Green Bile Lactose Broth) yang diinokulasikan dengan satu mata ose
media yang memperlihatkan hasil positif pada uji pendugaan (Lay, 1994). Hasil
uji penegasan dapat dilihat dari tabung reaski yang positif bila terlihat gas didalam
tabung durham. Hasil bakteri coliform dapat dilihat dengan menggunakan Tabel
MPN Mc Crady.
Dalam bidang mikrobiologi pangan, dikenal istilah bakteri indikator
sanitasi. Dalam hal ini pengertian pangan adalah pangan seperti yang tercantum
pada Undang-Undang Pangan No. 7 tahun 1996 yang mencakup makanan dan
minuman (termasuk air minum). Bakteri indikator sanitasi adalah bakteri yang
keberadaannya dalam pangan menunjukkan bahwa air atau makanan tersebut
pernah tercemar oleh kotoran manusia. Bakteri-bakteri indikator sanitasi tersebut
pada umumnya adalah bakteri yang lazim terdapat dan hidup pada usus manusia.
Jadi adanya bakteri tersebut pada air atau makanan menunjukkan bahwa dalam
satu atau lebih tahap pengolahan air atau makanan tersebut pernah mengalami
kontak dengan kotoran yang berasal dari usus manusia dan oleh karenanya
mungkin mengandung bakteri patogen lainnya yang berbahaya.
Bakteri yang paling banyak digunakan sebagai indikator sanitasi adalah
E. coli , karena bakteri ini adalah bakteri komensial pada usus manusia hal ini
dikarenakan bakteri tersebut menguntungkan tidak hanya membantu mencerna
makanan tetapi juga melindungi organisme berbahaya yang mungkin masuk ke
49
saluran gastrointestinal melalui air dan makanan, umumnya bukan patogen
penyebab penyakit sehingga pengujiannya tidak membahayakan dan relatif tahan
hidup di air sehingga dapat dianalisis keberadaannya di dalam air yang notabene
bukan merupakan medium yang ideal untuk pertumbuhan bakteri. Keberadaan
E. coli dalam air atau makanan juga dianggap memiliki korelasi tinggi dengan
ditemukannya patogen pada pangan. Karena uji E. coli yang kompleks, maka
beberapa standar, misalnya Standar Nasional Indonesia (SNI), mensyaratkan tidak
adanya coliform dalam 100 ml air minum.
Selain itu sesuai dengan sesuai dengan ditinjau berdasarkan kandungan
bakterinya menurut SK. Dirjen PPM dan PLP No. 1/PO.03.04.PA.91 dan SK
JUKLAK PKA Tahun 2000/2001 termasuk dalam kelas E dengan kategori air
tersebut sangat amat jelek mengandung koliform lebih 2400.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil dan pembahasn dapat disumpulkan bahwa:
1.
Nilai MPN bakteri coliform masing-masing kelurahan di kecamatan
Semampir, Surabaya terdiri dari kelurahan Ujung 1106,66 per 100 ml,
Ampel 1100 per 100 ml, Pegirian 2400 per 100 ml, Sidotopo 1100 per 100
ml, dan Wonokusumo 1753,33 per 100 ml.
2. Nilai MPN bakteri E. coli masing-masing kelurahan di kecamatan
Semampir, Surabaya terdiri dari kelurahan Ujung 18,66 per 100 ml,
Ampel 57,33 per 100 ml, Pegirian 379 per 100 ml, Sidotopo 426,66 per
100 ml, dan Wonokusumo 390,66 per 100 ml.
3. Kualitas baku air dikecamatan Semampir yang meliputi kelurahan Ujung,
Ampel, Pegirian, Sidotopo, dan Wonokusumo ditinjau berdasarkan
kandungan bakterinya menurut SK. Dirjen PPM dan PLP No.
1/PO.03.04.PA.91 dan SK JUKLAK PKA Tahun 2000/2001 termasuk
dalam kelas E dengan kategori air tersebut sangat amat jelek mengandung
koliform lebih 2400 per 100 ml. Sehingga air sumur pada tiap kelurahan
kualitasnya sangat buruk apabila digunakan untuk mandi maupun
mencuci.
4. Berdasarakan hasil uji IMVIC bakteri yang mendominasi pada air sumur
di kecamatan Semampir adalah E. coli.
50
51
5.2 Saran
Mengingat masyarakat di Kecamatan Semampir Surabaya yang terbagi
atas 5 kelurahan diantaranya kelurahan Ujung, Ampel, Pegirian, Sidotopo, dan
Wonokusumo yang pada umumnya menggunakan air sumur untuk keperluan
rumah tangga untuk mandi dan mencuci. Dari hasil penelitian menunujukkan
bahwa jumlah MPN (Most Probable Number) coliform dan MPN E. coli pada
masing-masing kelurahan sangat tinggi. Apabila air sumur tersebut digunakan
untuk mandi dan mencuci, maka air tersebut diolah baik secara fisik, kimia, dan
biologis. Sehingga masyarakat sekitar perlu memperhatikan dalam segi
penggunaan air sumur tersebut agar tidak menjadi sarang penyakit.
52
DAFTAR PUSTAKA
Anonim,2008:http://hafizluengdaneun.multiply.com/journal/item/1/Laporan_Koas
istensi_Mikrobiologi_
Black, J.G. 1999. Microbiology Principles and Exploration 4th Edition. PrenticeHall Inc. New Jersey.
Dwidjoseputro. D, 1987. Dasar – dasar Mikrobiologi. Djambatan. Malang
EM Zulfajri dan Ratu AS, 2005. Dasar-dasar Klimatologi, Jakarta : Raja
Grafindo Persada. (Page: 328)
Fardiaz, S. 1992. Mikrobiologi Pangan 1. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta
Fardiaz, S. 1993. Analisis Mikrobiologi Pangan. PAU. IPB
Hefni Effendi, 2003. Telaah Kualitas Air, Yogyakarta : Kanisius. p 17
Hartanto Sulih, 2007. Studi Kasus Kualitas Dan Kuantitas Kelayakan Air Sumur
Artetis Sebagai Air Bersih Untuk Kebutuhan Sehari – hari Di Daerah
Kelurahan Sukorejo Kecamatan Gunungpati Semarang. Skripsi.
Universitas Negeri Semarang.
Juli Soemirat Slamet, 2002, Kesehatan Lingkungan, Yogyakarta : Gajah Mada
University Press. p 85 – 112
Karsidi, 1999. Hubungan antara Tingkat Pendidikan dan Pendapatan dengan
Penggunaan Air Sungai oleh Penduduk di Sekitar Sungai Kali Jajar Demak.
Semarang : Skripsi.
Kay, D and Fricker, C. 1997. Coliforms and E. Coli; Problem or Solution? The
Royal Society of Chemistry, UK
Kusnaedi, 2004, Mengolah Air Gambut dan Air Kotor untuk Air Minum, Jakarta :
Puspa Swara. p 1-6
Kelly. F. C, et al, 1951. Microbiology, Edition 2. Appleeton Century – Crofts,
New York. p 379 – 380
Lay, W. Bibiana. 1994. Analisis Mikroba di Laboratorium. PT Raja Grafindo
Persada. Jakarta
Lee, Richard, 1986. Hidrologi Hutan. Gadjah Mada University Press.
53
Lim, D. 1998. Microbiology 2nd Edition. McGraw Hill. United State
Linsley, Ray, K. & Franzini, JB., 1989. Teknik Sumber Daya Air. Jakarta :
Erlangga.
Moh Soerjani, Rofiq Ahmad dan Rozy Munir, 1997, Sumber Daya Alam dan
Kependudukan dalam Pembangunan, Jakarta : Universitas Indonesia. p 62
– 79.
Onny Untung, 2004. Menjernihkan Air Kotor, Jakarta : Puspa Swara. p 6
Prawiro, 1989. Dasar-Dasar Pengelolaan Air Limbah, Jakarta : Penerbit
Universitas Indonesia. p 65
Pelczar, M.J dan E.C.S. Chan. 2006. Dasar-dasar Mikrobiologi. UI Press. Jakarta.
Prasojo Editur, 1990. Uji Mikrobiologi Air Minum Yang Dikonsumsi oleh
Masyarakat Desa Deket Wetan Kec. Deket Kab. Lamongan. Skripsi.
Universitas Airlangga. Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Airlangga, Surabaya
Rismunandar, 2001. Air Fungsi dan Kegunaanya Bagi Pertanian, Bandung :
SinarBaru Algaesindo. p 2
Sabarwati Yoel, 1991. Uji Mikrobiologi Air Sumur Gali Di Tepi Anak Kali
Surabaya, Di Daerah Gunungsari Dan Sekitarnya Kotamadya Surabaya.
Skripsi. Universitas Airlangga. Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Airlangga, Surabaya
Salim, E. 1986. Baku Mutu Lingkungan. KLH, Jakarta: p 193
Sutrisno, Totok C, 2004. Teknologi Penyediaan Air Bersih, Jakarta : Rineka
Cipta.
Suparmin, 2000. Studi Air Tanah Bebas Untuk Air Minum Penduduk di
Kelurahan Plarangan Kecamatan Karanganyar Kabupaten Kebumen.
Skripsi, FIS. p 7-11
Suyono, 1993. Pengelolaan Sumber Daya Air. Fakultas Geografi Universitas
Gadjah Mada. Yogyakarta
Soesetyono. H, 1980. Peranan Air Dalam Hubungannya dengan Penularan
Penyakit, Majalah Kesehatan Masyarakat Th IX (24)
54
Sutejo P dan Eling P, 2003. Prinsip Dasar-Dasar Lingkungan, Surabaya :
Airlangga University Press. p 21 – 22
Surbakti, BM. 1987. Air Minum Sehat. Surakarta : CV Mutiara solo. p 4
Sari Wulan, Anisa Intan, 2005, Kualitas Air Bersih Untuk Pemenuhan Kebutuhan
Rumah Tangga Di Desa Pesarean Kecamatan Adiewerna Kabupaten
Tegal. Skripsi. Universitas Negeri Semarang.
Totok Sutrisno, dan Eni S, 1996, Air untuk Masa Depan, Jakarta : Rineka Cipta.
55
Lampiran 1
Hasil uji pendugaan (presumptive test) pada media LB (Lactose broth)
Kelurahan
Ujung I
Ujung II
Ujung III
Ampel I
Ampel II
Ampel III
Pegirian I
Pegirian II
Pegirian III
Sidotopo I
Sidotopo II
Sidotopo III
Wonokusumo I
Wonokusumo II
Wonokusumo III
LB (10 ml)
1 2
3
+ +
+
+ +
+
+ +
+
+ +
+
+ +
+
+ +
+
+ +
+
+ +
+
+ +
+
+ +
+
+ +
+
+ +
+
+ +
+
+ +
+
+ +
+
1
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
LB (1 ml)
2
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
3
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
1
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
LB (0,1 ml)
2
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
3
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
Pembacaan kombinasi
tabung
3, 3, 3
3, 3, 3
3, 3, 3
3, 3, 3
3, 3, 3
3, 3, 3
3, 3, 3
3, 3, 3
3, 3, 3
3, 3, 3
3, 3, 3
3, 3, 3
3, 3, 3
3, 3, 3
3, 3, 3
56
Lampiran II
Hasil uji penegasan (confirmed test) pad a media BGLB (Briliant green lactose broth)
BGLB
BGLB
BGLB
Kelurahan
(10 ml)
(1 ml)
(0,1 ml)
Pembacaan kombinasi
tabung
1
2
3
1 2 3 1 2 3
Ujung I
Ujung II
Ujung III
Ampel I
Ampel II
Ampel III
Pegirian I
Pegirian II
Pegirian III
Sidotopo I
Sidotopo II
Sidotopo III
Wonokusumo I
Wonokusumo II
Wonokusumo III
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
3, 3, 1
3, 3, 3
3, 3, 1
3, 3, 2
3, 3, 2
3, 3, 2
3, 3, 3
3, 3, 3
3, 3, 3
3, 3, 2
3, 3, 2
3, 3, 2
3, 3, 1
3, 3, 3
3, 3, 3
MPN per
100 ml
Selang probabilitas
95%
460
2400
460
1100
1100
1100
2400
2400
2400
1100
1100
1100
460
2400
2400
71 – 2400
71 – 2400
150 – 4800
150 – 4800
150 – 4800
150 – 4800
150 – 4800
150 - 4800
71 – 2400
-
57
Lampiran III
Hasil uji kesempurnaan (completed test) pada media EMB (Eosin methylen blue)
EMB
EMB
EMB
Kelurahan
(10 ml)
(1 ml)
(0,1 ml)
Pembacaan kombinasi
tabung
1
2
3
1 2 3 1 2 3
Ujung I
Ujung II
Ujung III
Ampel I
Ampel II
Ampel III
Pegirian I
Pegirian II
Pegirian III
Sidotopo I
Sidotopo II
Sidotopo III
Wonokusumo I
Wonokusumo II
Wonokusumo III
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
3, 2, 2
2, 1, 1
3, 1, 1
3, 3, 1
3, 2, 1
3, 3, 1
3, 1, 0
3, 2, 1
3, 3, 3
3, 3, 2
3, 1, 2
3, 3, 3
3, 3, 1
1, 0, 1
3, 3, 3
MPN per
100 ml
Selang probabilitas
95%
210
20
75
460
150
460
43
150
2400
1100
120
2400
460
7
2400
35 – 470
7 – 89
14 - 230
71 – 2400
30 – 440
71 – 2400
7 - 210
30 – 440
150 – 4800
30 – 380
71 – 2400
1 – 21
-
58
Lampiran IV
Proses pengambilan sampel air sumur
Kondisi sumur di rumah penduduk
Kondisi lingkungan sekitar bangunan sumur
59
Lampiran V
Hasil uji pendugaan (Presumptive test) pada sampel air sumur sumur yang menunjukkan hasil positif
dengan adanya gelembung pada tabung durham
Hasil uji penegasan (Confirmed test) pada sampel air sumur yang menunjukkan hasil positif dengan
adanya gelembung pada tabung durham
Hasil uji kesempurnaan (Completed test) pada sampel air sumur yang menunjukkan warna hijau
metalik pada media EMB yaitu bakteri E. Coli
60
Proses inokulasi hasil dari uji pendugaan ke uji penegasan
Perbesaran 40x
Perbesaran 100x
Pemeriksaan pada mikroskop cahaya dengan menggunakan perbesaran 40x dan 100x
dengan pewarnaan Gram terlihat koloni bakteri E. Coli
61
Lampiran VI
Tabel MPN
Download