UJI BAKTERIOLOGIS AIR SUMUR DI KECAMATAN SEMAMPIR SURABAYA SKRIPSI HARIYONO PURBOWARSITO DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS AIRLANGGA 2011 i UJI BAKTERIOLOGIS AIR SUMUR DI KECAMATAN SEMAMPIR SURABAYA SKRIPSI Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains Bidang Biologi pada Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga HARIYONO PURBOWARSITO 080610349 Disetujui oleh : Pembimbing I, Pembimbing II, Drs. Agus Supriyanto, M.Kes NIP. 19620824 198903 1 002 Dr. Ir. Tini Surtiningsih, DEA NIP. 19511012 1980032 001 ii LEMBAR PENGESAHAN NASKAH SKRIPSI Judul : Penyusun Nomor Induk Tanggal Ujian UJI BAKTERIOLOGIS AIR SUMUR KECAMATAN SEMAMPIR SURABAYA : Hariyono Purbowarsito : 080610349 : 18 Agustus 2011 DI Disetujui oleh : Pembimbing I, Pembimbing II, Drs. Agus Supriyanto, M.Kes NIP. 19620824 198903 1 002 Dr. Ir. Tini Surtiningsih, DEA NIP. 19511012 1980032 001 Mengetahui Ketua Program Studi S-1 Biologi Departemen Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga Dr. Alfiah Hayati NIP. 19640418 198810 2 001 iii PEDOMAN PENGGUNAAN SKRIPSI Skripsi ini tidak dipublikasikan, namun tersedia di perpustakaan dalam lingkungan Universitas Airlangga, diperkenankan untuk dipakai sebagai referensi kepustakaan, tetapi pengutipan harus seizin penyusun dan harus menyebutkan sumbernya sesuai kebiasaan ilmiah. Dokumen skripsi ini merupakan hak milik Universitas Airlangga. iv KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah Subhannallahu wata’ala atas segala limpahan rahmat, karunia, dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul ”Uji Bakteriologis Air Sumur Di kecamatan Semampir Surabaya”. Skripsi ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains (S.Si) pada Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih atas segala bantuan yang diberikan oleh berbagai pihak sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, segala kritik, tanggapan maupun komentar yang bersifat membangun diharapkan dapat dijadikan perbaikan di masa datang. Penyusun berharap semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi semua pihak. Surabaya, Agustus 2011 Penulis Hariyono Purbowarsito v UCAPAN TERIMA KASIH Alhamdulillah, segala puji dan syukur selalu penulis panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang telah menganugerahkan rahmat, taufik, dan berkah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan baik. Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Drs. Agus Supriyanto, M. Kes. dan Dr. Ir. Tini Surtiningsih, DEA selaku dosen pembimbing I dan II yang senantiasa mencurahkan segenap ilmu, waktu, dan tenaga untuk memberikan bimbingan, arahan, masukan yang sangat berharga. 2. Drs. Salamun, M. Kes. selaku dosen penguji III atas ilmu dan arahan yang telah diberikan. 3. Dr. Dwi Winarni, Dra., M.Si. selaku dosen penguji IV atas ilmu dan arahan yang telah diberikan. 4. Dekan Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga Prof. Win Darmanto, Ph. D. 5. Ketua Departemen dan Program Studi Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga Dr. Alfiah Hayati dan wakil ketua Drs. Tri Nurhayati, M. Kes yang senantiasa memberikan dorongan semangat kepada penulis agar dapat menyusun skripsi ini dengan baik. 6. Team RBL (Research-based leraning) Lantang, Doni, Ricky. 7. Drs. Noer Moehammadi, M. Kes. selaku dosen wali yang memberikan dan arahan selama perkuliahan. 8. Dosen-dosen Mikrobiologi Drs Agus Supriyanto, M. Kes, Dr. Ni’matuzahro, Dr. Ir. Tini Surtiningsih, DEA, Drs. Fatimah, S.Si, M. Kes, dan Drs. Tri Nurhayati, M. Kes. Saya ucapkan banyak terima kasih telah memberikan ilmu mikrobiologi yang lebih luas dan mudah dimengerti. 9. Bapak dan Ibu dosen Biologi yang telah memberikan ilmu, bimbingan, dan arahan selama perkuliahan. vi 10. Karyawan Departemen Biologi Pak Suwarni, Pak Sukadji, Mas Eko S, Pak Sunarto, Mas Joko, Mas Yanto, Mbak Arie, dan Mbak Yatminah yang senantiasa memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya kepada penulis. 11. Teman-teman senasib sepenanggungan di Laboratorium Mikrobiologi Anis Faricha, Bani, Nimas, Mbak Daya, Desweri, dan Arif. 12. Teman-teman seperjuangan Biologi 2006 Ricky, Prima, Doni, Nanang, Albait, Bayu, Dimas, Hafid, Andi, Rizky, Sumo, Suko, Lantang, Rory, Alfian, Cici, Okta, Tyas, Nathan, Anis, Arnis, Amprin, Wahyu, Hesti, Amel, Riska, Ifa, Ayu Esti, Bella, Binti, Farida, Ratih, Novita, Endah, Gading, Erzi, Erni, Lutfi, Titin, Shelly, Ummu, Risa, Grandhis, Pipit, Adita, Aldila, Sisca, Nur Laili. 13. Teman-teman KKN-BBM 41 kecamatan Tanjek Wagir Sidoarjo terima kasih telah mendukung dalam penulisan skripsi ini. 14. Semua himbionis dan semua pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu. Saya ucapkan banyak terima kasih. 15. Keluargaku yang selalu memberikan dukungan dan doa dalam penulisan skripsi ini. Saya ucapkan banyak terima kasih. Surabaya, Agustus 2011 Penulis, Hariyono Purbowarsito vii Hariyono Purbowarsito, 2011. Uji Bakteriologis Air Sumur Di Kecamatan Semampir Surabaya. Skripsi ini di bawah bimbingan Drs. Agus Supriyanto M.Kes dan Dr. Ir. Tini Surtiningsih, DEA. Departemen Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga Surabaya. ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui indeks MPN bakteri coliform dan bakteri E. coli yang mencemari air sumur di kecamatan Semampir Surabaya. Pengambilan sampel air sumur dilakukan dengan menggunakan botol yang telah disterilkan. Sampel air sumur diambil sekitar 250 ml. Penelitian ini dirancang sebagai penelitian eksploratif yang dianalisis secara deskriptif. Rangkaian metode yang dilakukan meliputi uji bakteriologis diantaranya uji pendugaan, uji penegasan, dan uji pelengkap, serta uji IMVIC. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari 5 kelurahan yang memiliki indeks MPN bakteri coliform tertinggi yaitu kelurahan Pegirian 2400 per 100 ml dan terendah kelurahan Ampel dan Sidotopo 1750 per 100 ml. Sedangkan untuk indeks MPN bakteri E. coli tertinggi yaitu kelurahan Sidotopo 426,66 per 100 ml dan terendah kelurahan Ujung 57,33 per 100 ml. Kata kunci : Air sumur, MPN, Koliform, E. coli viii Hariyono Purbowarsito, 2011. Bacteriological Test Ground water SubDistrict Semampir In Surabaya. This study was written under guided by Drs. Agus Supriyanto M.Kes and Dr. Ir. Tini Surtiningsih Biology Departement, Science and Technology Faculty of Airlangga University, Surabaya. ABSTRACT The purpose of this research was to know the MPN index of coliform bacteria and the bacteria E. coli that contaminate ground water in the district Semampir Surabaya. Sampling was conducted using ground water that has been sterilized bottle. This study was designed as an exploratory study that analyzed descriptive. The series of methods that include bacteriological testing including presumptive test, confirmed test, and a completed test, and IMVIC test. The results of this study indicate that Of the five villages that have the highest coliform bacteria MPN index of sub-Pegirian 2400 per 100 ml and the lowest administrative Sidotopo Ampel and 1750 per 100 ml. As for the bacteria E. coli MPN index highest administrative Sidotopo 426.66 per 100 ml and the lowest sub-Ujung 57.33 per 100 ml. Key word : Ground water, MPN, Coliform, and E. coli ix DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL...............................................................................................i LEMBAR PERNYATAAN...................................................................................ii LEMBAR PENGESAHAN..................................................................................iii PEDOMAN PENGGUNAAN SKRIPSI.............................................................iv KATA PENGANTAR……………………….................................................…...v UCAPAN TERIMA KASIH................................................................................vi ABSTRAK...........................................................................................................viii ABSTRACT...........................................................................................................ix DAFTAR ISI...........................................................................................................x DAFTAR TABEL................................................................................................xii DAFTAR GAMBAR...........................................................................................xiii DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................xiv BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1 1.1 Latar Belakang Masalah........................................................................1 1.2 Rumusan Masalah.................................................................................4 1.4 Tujuan Penelitian..................................................................................4 1.5 Manfaat Penelitian................................................................................4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................6 2.1 Tinjauan Tentang Semampir..................................................................6 2.2 Tinjauan Tentang Air.............................................................................7 2.2.1 Manfaat air tanah dangkal (sumur)..............................................9 2.2.2 Siklus air.....................................................................................10 2.2.3 Peran air bagi kehidupan............................................................11 2.2.4 Pengertian air bersih...................................................................12 2.2.5 Kebutuhan air bersih..................................................................12 2.3 Persyaratan Kualitas Air Bersih...........................................................15 2.3.1 Persyaratan fisik air.....................................................................16 2.3.2 Persyaratan kimia air...................................................................18 2.3.3 Persyaratan mikrobiologis air.....................................................19 2.4 Penilaian Kualitas Air..........................................................................19 2.4.1 Klasifikasi air..............................................................................20 2.4.2 Mikroorganisme yang hidup di air..............................................23 2.5 Penyakit yang Berhubungan dengan Air.............................................24 2.6 Tinjauan Tentang Bakteri Koliform.....................................................25 2.7 Tinjauan Tentang Escherichia coli......................................................27 2.7.1 Klasifikasi bakteri E. coli............................................................27 2.7.2 Morgologi dan sifat-sifatnya.......................................................27 2.8 Uji Bakteriologis pada Air...................................................................29 x BAB III METODE PENELITIAN....................................................................31 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian..............................................................31 3.2 Teknik Sampling..................................................................................31 3.3 Alat dan Bahan Penelitian....................................................................32 3.3.1 Alat penelitian............................................................................32 3.3.2 Bahan penelitian.........................................................................32 3.4 Rancangan Penelitian..........................................................................32 3.5 Prosedur Penelitian..............................................................................33 3.5.1 Pengambilan sampel air sumur.............................................33 3.5.2 Kerangka operasional............................................................34 3.5.3 Cara kerja..............................................................................35 3.6 Analisi Data.........................................................................................38 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................39 4.1 Nilai MPN Koliform Pada Masing-masing Kelurahan di Kecamatan Semampir Surabaya............................................................................39 4.2 Nilai MPN E. coli Pada Masing-masing Kelurahan di Kecamatan Semampir Surabaya............................................................................44 4.2 Uji karakterisasi dengan Uji IMVIC..................................................46 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN............................................................50 5.1 Kesimpulan..........................................................................................50 5.2 Saran....................................................................................................51 DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................52 LAMPIRAN........................................................................................................55 xi DAFTAR TABEL No. Judul Tabel Halaman 2.1 Jumlah penduduk dan luas wilayah masing-masing kelurahan di kecamatan Semampir 7 2.2 Parameter kualitas air 21 2.3 Batasan maksimum cemaran mikroba dalam air minum 27 4.1 Indeks MPN coliform pada uji penegasan pada masing-masing kelurahan di kecamatan Semampir 40 4.2 Kondisi air sumur dimasing-masing kelurahan di kecamatan Semampir Surabaya 41 4.3 Indeks MPN E. coli pada uji kesempurnaan pada masing-masing kelurahan dikecamatan Semampir Surabaya 45 4.4 Hasil uji IMVIC 46 xii DAFTAR GAMBAR No. Judul gambar Halaman 1 Peta kelurahan di kecamatan Semampir 7 2 Koloni bakteri E. coli 27 3 Prosedur identifikasi bakteri pada sampel air sumur 33 4 Skema pengambilan sampel air sumur di kecamatan Semampir Surabaya 34 xiii DAFTAR LAMPIRAN No. Judul lampiran Halaman 1 Hasil uji pendugaan (presumptive test) pada media LB (Lactose broth) 55 2 Hasil uji penegasan (confirmed test) pada media BGLB (Briliant green lactose broth) 56 3 Hasil uji kesempurnaan (completed test) pada media EMB (Eosin methylen blue) 57 4 Proses pengambilan sampel air sumur dan kondisi sekitar sumur 58 5 Hasil uji pendugaan, penegasan, dan kesempurnaan serta pewarnaan gram bakteri E. coli pada mikroskop cahaya 59 6 Tabel MPN 61 xiv BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Semampir adalah salah satu kecamatan di Kota Surabaya, Provinsi Jawa Timur. Sebagian besar penduduknya adalah urbanisasi dari utara kota Surabaya, yaitu Madura. Tingkat kemiskinan di kecamatan ini merupakan yang tertinggi di kota Surabaya. Semampir memiliki 5 kelurahan yang terdiri atas Kelurahan Ujung, Ampel, Pegirian, Wonokusumo, dan Sidotopo. Data dari kecamatan menyebutkan bahwa ada 15.675 kepala keluarga (KK) yang terkategorikan sebagai keluarga miskin, dengan penyumbang terbesar dari Kelurahan Wonokusumo (4.702 KK) dan Ujung (5.486 KK). Sebagian besar penduduk di kecamatan tersebut, bermata pencaharian sebagai buruh dan tukang (20.874 jiwa), sedangkan tingkat pendidikannya sekitar 35.386 penduduk yang tersebar di lima kelurahan (Ujung, Ampel, Pegirian, Wonokusumo, dan Sidotopo) hanya lulusan SD, lulusan SMP sebanyak 26.191 orang dan SMA berjumlah 28.099 orang (Anonim, 2009). Dalam mencukupi kebutuhan sehari-hari dalam hal sumber daya air, masyarakat di Kecamatan Semampir sebagian masyarakatnya menggunakan air sumur atau air tanah. Masyarakat sekitar tidak tahu air sumur tersebut layak atau tidak di gunakan untuk kebutuhan sehari-hari misal, untuk mandi, mencuci dan lain-lain. Oleh karena itu perlu peninjauan ulang masalah kelayakan air sumur 1 2 atau air tanah di kecamatan Semampir apabila di gunakan oleh masyarakat sekitar. Kedalaman air sumur di dikecamatan Semampir 100 – 200 m. Air merupakan suatu sarana utama untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam penularan penyakit (Kusnaedi, 2004). Air bersih adalah air yang jernih, tidak berwarna, tawar dan tidak berbau (Untung, 2004). Melalui penyediaan air bersih dan sebagai pemenuhan kebutuhan sehari-hari, masyarakat melakukan suatu usaha dengan swadaya dana masyarakat sendiri yaitu dengan membuat sumur atau air tanah. Kemampuan penyediaan air bersih untuk kehidupan sehari-hari bagi manusia adalah hal yang sangat penting. Air tanah dan manusia adalah hal yang tidak dapat dipisahkan (Rismunandar, 2001). Masalah utama yang dihadapi oleh sumber daya air di Indonesia meliputi kuantitas air yang sudah tidak mampu memenuhi kebutuhan yang terus meningkat dan kualitas air untuk keperluan domestik yang semakin menurun. Kegiatan industri, domestik dan kegiatan lain berdampak negatif terhadap sumber daya air, antara lain menyebabkan penurunan kualitas air. Kondisi ini dapat menimbulkan gangguan, kerusakan dan berbahaya bagi semua makhluk hidup yang tergantung pada sumber daya air (Effendi, 2003) Air sumur adalah air permukaan tanah atau air tanah dangkal, umumnya dengan kedalaman lebih dari 15 m. Air tanah dangkal disebut juga air tanah bebas karena lapisan air tersebut tidak berada dalam tekanan. Pengambilan air tanah dalam harus menggunakan bor dan memasukan pipa dengan kedalamanya (antara 100–300 m) akan didapatkan suatu lapisan air tanah (Sutrisno dan Suciastuti, 1996). 3 Uji bakteriologis air sumur pada umumnya digunakan untuk mengetahui kualitas air untuk keperluan hidup manusia. Pada dasarnya bakteri yang hidup di dalam air dibedakan atas bakteri patogen dan non-patogen. Bakteri patogen yang hidup di dalam air ini dapat menyebabkan penyakit atau gangguan kesehatan. Beberapa contohnya adalah Salmonella thyposa, Shigella dysenteriae, Vibrio colerae, Salmonella parathypi, Salmonella thypi. Untuk bakteri non-patogen terdiri atas golongan bakteri coliform, fecal streptococci, iron bakteri, Actinomycetes. Menurut Badley (1974) yang dikutip oleh Soesetyono ada beberapa penyakit yang berhubungan dengan air diklasifikasikan menjadi empat macam, yaitu pertama, penyakit yang penyebarannya melalui persediaan air yang terkontaminasi oleh mikroorganisme patogen dari kotoran manusia atau hewan yang sakit, kedua penyakit yang dapat dipindahkan ke orang lain dengan jalan melalui air dan juga dapat terjadi penyebaran langsung dari feses ke mulut atau lewat makanan kotor atau tercemar, sebagai akibat kurangnya air bersih untuk keperluan kebersihan pribadi. Selanjutnya ketiga penyakit yang dikembangkan oleh binatang yang berperan sebagai perantara dari mokroorganisme patogen yang hidup di dalam air, dan yang terakhir penyakit yang dipindahkan serangga yang siklus hidupnya di dalam atau tergantung pada adanya air. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penelitian tentang uji bakteriologis air sumur di Kecamatan Semampir, Surabaya perlu dilakukan. Hal ini dikarenakan agar masyarakat di kecamatan Semampir mengetahui bagaimana kualitas air sumur yang ada di wilayah tersebut. 4 1.2 Rumusan Masalah 1. Berapakah nilai MPN bakteri koliform pada air sumur dari 5 kelurahan di Kecamatan Semampir, Surabaya ? 2. Berapakah nilai MPN bakteri E. coli pada air sumur dari 5 kelurahan di Kecamatan Semampir, Surabaya ? 3. Bagaimana kualitas air sumur yang digunakan masyarakat di Kecamatan Semampir, Surabaya ? 4. Bagaimana karakterisasi bakteri patogen pada air sumur dari 5 kelurahan di Kecamatan Semampir, Surabaya ? 1.3 Tujuan Penelitian 1. Mengetahui nilai MPN bakteri koliform pada air sumur dari 5 kelurahan di Kecamatan Semampir, Surabaya 2. Mengetahui nilai MPN bakteri E. coli pada air sumur dari 5 kelurahan di Kecamatan Semampir, Surabaya 3. Mengetahui kualitas air sumur yang dikonsumsi masyarakat di Kecamatan Semampir, Surabaya 4. Mengetahui karakterisasi bakteri patogen pada air sumur dari 5 kelurahan di Kecamatan Semampir, Surabaya 1.4 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi masyarakat di kecamatan Semampir Surabaya. Manfaat tersebut untuk mendapatkan perhatian dalam segala aspek, khususnya aspek kesehatan bagi pengguna air 5 sumur. Selain itu hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemikiran serta masukan dalam rangka peningkatan kebutuhan air bersih di kecamatan Semampir Surabaya. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan tentang Semampir Semampir adalah salah satu kecamatan di Kota Surabaya, Provinsi Jawa Timur. Sebagian besar penduduknya adalah urbanisasi dari utara Kota Surabaya, yaitu Madura. Semampir memiliki 5 kelurahan yang terdiri atas kelurahan Ujung, Ampel, Pegirian, Sidotopo, dan Wonokusumo. Tingkat kemiskinan di kecamatan ini merupakan yang tertinggi di Kota Surabaya. Data dari kecamatan menyebutkan bahwa ada 15.675 kepala keluarga (KK) yang terkategorikan sebagai keluarga miskin, dengan penyumbang terbesar dari Kelurahan Wonokusumo (4.702 KK) dan Ujung (5.486 KK). Sebagian besar penduduk di kecamatan tersebut, bermata pencaharian sebagai buruh dan tukang (20.874 jiwa), sedangkan tingkat pendidikannya sekitar 35.386 penduduk yang tersebar di lima Kelurahan Ujung, Wonokusumo, Ampel, Pegirian, Sidotopo hanya lulusan SD, lulusan SMP sebanyak 26.191 orang dan SMA berjumlah 28.099 orang (Anonim, 2009). Dari data kantor Kecamatan Semampir didapatkan jumlah penduduk dan luas wilayah pada masing-masing kelurahan pada tahun 2010 seperti yang tercantum pada Tabel 2.1. 6 7 Tabel 2.1. Jumlah penduduk dan luas wilayah masing-masing kelurahan di kecamatan Semampir No. Kelurahan 1. 2. 3. 4. 5. Ujung Ampel Pegirian Sidotopo Wonokusumo Jumlah penduduk Laki-laki Perempuan 16. 027 jiwa 16. 678 jiwa 10.885 jiwa 11.069 jiwa 15.433 jiwa 15.018 jiwa 14.266 jiwa 15.177 jiwa 27.789 jiwa 28.729 jiwa Luas wilayah 298.400 ha 38.000 ha 125.068 ha 40.852 ha 163.050 ha Sumber: (Kantor Kecamatan Semampir, 2010) Berikut ini gambar 1. menunjukkan peta kelurahan Kecamtan Semampir dan letak dari kelurahan Ujung, Ampel, Pegirian, Sidotopo, dan Wonokusumo. Gambar 1. Peta kelurahan di kecamatan Semampir (Google map) 2.2 Tinjauan Tentang Air Air merupakan bahan esensial bagi hidupnya organisme, oleh karena itu air selalu penuh dengan benda-benda hidup. Manusia dan makhluk-makhluk lain yang tidak hidup di dalam air senantiasa mencari tempat-tempat tinggal dekat air 8 supaya mudah mengambil air untuk keperluan hidupnya, maka desa atau kota zaman dulu tumbuh di sekitar sumber air, di tepi sungai, atau di tepi danau. Sesudah manusia lebih maju, tempat tinggalnya tidak perlu dekat air dengan sumber jauh yang disalurkan dengan pipa dan didistribusikan (Prawiro, 1989). Sumber daya alam yaitu air, dapat diperoleh dari air permukaan meliputi air sungai, danau, waduk, rawa dan genangan air lainya. Pada air tanah dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu air tanah tidak tertekan (bebas) adalah air terletak pada suatu dasar yang kedap air dan mempunyai permukaan bebas. Pada air tanah tertekan adalah air yang sepenuhnya jenuh dengan bagian atas dan bawah dibatasi oleh lapisan yang kedap air, salah satunya sumur (Effendi, 2003). Pentingnya air di dalam tubuh manusia, berkisar antara 50%– 70% dari seluruh total berat badan. Tulang manusia mengandung air sebanyak 22% berat tulang, dalam darah dan ginjal sebanyak 83%. Pentingnya air bagi kesehatan dapat dilihat dari jumlah air yang ada di dalam organ, 80% dari darah terdiri atas air, dalam tulang mengandung 25%, sedangkan dalam urat syaraf terdapat 75% air, dalam ginjal mengandung 80% air, dalam hati 70% air, dan otot 75% air. Kekurangan air menyebabkan penyakit batu ginjal dan kandung kemih, karena terjadi kristalisasi unsur-unsur yang ada di dalam cairan tubuh. Kehilangan air sebanyak 15% dari berat badan dapat mengakibatkan kematian. Kebutuhan minum orang dewasa adalah minimum 1,5–2 liter air sehari (Slamet, 2002). Selain pentingnya air bagi tubuh manusia, air dibutuhkan bagi kehidupan lainnya, baik untuk kebutuhan hidup sehari-hari yaitu keperluan untuk kebutuhan domestik rumah tangga maupun kebutuhan dalam pertanian, industri, perikanan, pembangkit listrik tenaga air, dan navigasi, serta rekreasi (Soerjani, dkk, 1997). 9 Pertumbuhan penduduk yang begitu pesat, mengakibatkan sumber daya air di dunia telah menjadi salah satu kekayaan yang sangat penting. Air merupakan hal pokok bagi konsumsi dan sanitasi umat manusia, air juga penting untuk produksi barang industri, serta untuk produksi industri makanan dan industri tekstil. Air tidak tersebar merata di atas permukaan bumi, sehingga ketersediaannya disuatu tempat akan sangat bervariasi menurut waktu (Linsley, 1989). Air juga merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat berharga, tanpa air tidak mungkin ada kehidupan di muka bumi ini. Salah satu sumber air yang dapat dimanfaatkan adalah air tanah (Johanes dalam Suparmin, 2000). Air tanah adalah air yang bergerak pada tanah yang terdapat di dalam ruang-ruang butir tanah, air tanah juga dapat menyebabkan retak-retak pada batuan (Suyono, 1993). Air tanah ditemukan pada zone geologi permeable (tembus air) yang dikenal dengan akuifer yang merupakan formasi pengikat air. Berdasarkan pada kondisi air tanah, air tanah diklasifikasikan dalam lima jenis antara lain air tanah dalam dataran alluvial, air tanah dalam kipas detrital, air tanah dilluvial, air tanah di kaki gunung api dan air tanah dalam zone batuan retak (Suyono, 1993). Air juga mengalami sirkulasi yang disebut daur hidrologi, yaitu pola pendauran air yang umum dan terdiri susunan gerakan-gerakan air yang rumit dan transformasinya (Lee, 1988). 2.2.1 Manfaat air tanah dangkal (Sumur) Air tanah dangkal adalah air tanah sampai kedalaman 15 m. Dinamakan juga air tanah bebas karena lapisan air tersebut tidak berada di dalam tekanan. 10 Profil permukaan air tanah dangkal tergantung dari profil permukaan tanah dan lapisan tanah sendiri (Surbakti, 1987). Pemanfaatan air tanah dangkal untuk memenuhi keperluan rumah tangga akan air bersih dan air untuk industri sudah banyak dilakukan. Di daerah dataran rendah umumnya didapat cukup air tanah dangkal. Bila tidak ada sumber air minum lainnya air tanah dangkal merupakan sumber utama dan sebagian besar dieksploitasi dengan jalan membuat sumur. Sehingga air sumur merupakan sumber air yang penting maka dari itu lingkungan sumur maupun konstruksinya harus diperhatikan (Surbakti, 1987). Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membuat sumur dangkal adalah: 1. Sumur harus diberi tembok kedap air 3,00 m² dari muka tanah, agar perembesan air permukaan dapat dihindari. 2. Sekeliling sumur harus diberi lantai kedap air selebar 1 – 1,5 m² untuk mencegah terjadinya pengotoran dari luar. 3. Pada lantai sekelilingnya harus diberi saluran pembuangan air kotor agar air dapat tersalurkan dan tidak akan mengotori sumur. 4. Pengambilan air sebaiknya dengan pipa kemudian air dipompa ke luar. 5. Pada bibir sumur hendaknya diberi tembok pengaman setinggi 1 m². (Sutrisno, 2004) 2.2.2 Siklus air Air jumlahnya relatif konstan, tetapi air tidak diam, melainkan bersirkulasi akibat pengaruh cuaca, sehingga terjadi suatu siklus yang disebut siklus hidrologis. Siklus ini penting, dikarenakan dengan siklus tersebut air dapat mensuplai daerah daratan. Air menguap akibat panasnya matahari. Penguapan 11 terjadi pada air permukaan, air yang berada di dalam lapisan tanah bagian atas (wevaporasi), air yang ada didalam tumbuhan (transpirasi), hewan dan manusia (transpirasi, respirasi). Uap air memasuki atmosfir didalam atmosfir uap ini akan menjadi awan, dan dalam kondisi cuaca tertentu dapat mendingin dan berubah bentuk menjadi tetesan-tetesan air dan jatuh kembali ke permukaan bumi sebagai hujan. Air hujan ini ada yang mengalir lansung masuk kedalam air permukaan (runoff), ada yang meresap kedalam tanah (perkolasi) dan menjadi air tanah baik yang dangkal maupun yang dalam, ada yang diserap oleh tumbuhan. Air tanah dalam akan timbul ke permukaan sebagai mata air dan menjadi air permukaan. Air permukaan bersama-sama dengan air tanah dangkal, dan air yang berada didalam tubuh akan menguap kembali untuk menjadi awan. Maka siklus hidrologis ini kembali terulang (Slamet, 2002). 2.2.3 Peran air bagi kehidupan Air sangat besar pengaruhnya terhadap kehidupan, baik itu kehidupan manusia maupun kehidupan binatang dan tumbuh-tumbuhan. Air merupakan bahan yang sangat vital bagi kehidupan dan juga merupakan sumber dasar untuk kelangsungan kehidupan di atas bumi. Selain itu air merupakan kebutuhan dasar bagi kehidupan, juga manusia selama hidupnya selalu memerlukan air. Dengan demikian semakin naik jumlah penduduk serta laju pertumbuhanya semakin naik pula laju pemanfatan air. Air adalah bagian dari lingkungan fisik yang sangat ensensial, tidak hanya dalam proses-proses hidup, tetapi juga dalam proses-proses yang lain, seperti untuk industri, pertanian, pemadam kebakaran dan lain-lain (Slamet, 2002). 12 Tubuh Manusia sebagian terdiri dari air, kira-kira 60-70% dari berat badannya. Untuk kelangsungan hidupnya, tubuh manusia membutuhkan air yang jumlahnya antara lain tergantung berat badan. Untuk orang dewasa kira-kira memerlukan air 2.200 gram setiap harinya (Sutrisno dan Suciastuti, 1996). 2.2.4 Pengertian air bersih Dalam program kesehatan lingkungan dikenal adanya 2 (dua) jenis air yang dari aspek kesehatan layak digunakan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, yaitu air minum dan air bersih. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 416/Menkes/Per/IX/1990 tentang pengawasan dan syarat-syarat kualitas air yang disebut sebagai air minum adalah air yang memenuhi syarat kesehatan yang dapat langsung diminum, sedangkan yang disebut sebagai air bersih adalah air yang memenuhi syarat kesehatan, yang harus dimasak terlebih dahulu sebelum diminum. Syarat kesehatan dimaksud meliputi syarat-syarat fisika, kimia, mikrobiologi dan radioaktifitas. 2.2.5 Kebutuhan air bersih Kebutuhan manusia akan sumber daya air menjadi sangat nyata, diketahui bahwa jumlah air di bumi ini tetap. Perubahanya pada bentuk dalam mengikuti siklus hidrologi yang berputar sepanjang masa (air di daratan-air laut- uap airhujan). Padahal penduduk dunia selalu bertambah dan kehidupannya semakin maju pula, sehingga pemakaian air semakin bertambah banyak. Penduduk yang berkembang cepat, cepat pula merosotkan persediaan air per kapita per tahun. Lebih-lebih perkembangan itu terjadi di tempat yang sumber airnya kecil. distribusi air yang secara geografis tidak merata ditambah distribusi kepadatan 13 penduduk yang tidak merata pula jelas menimbulkan ketidak seimbangan persediaan dan permintaan (supply and demand) akan air yang sukar untuk diatasi (Soerjani, dkk, 1997). Banyaknya air yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan air dalam kegiatan sehari-hari misalnya mandi, mencuci, memasak, menyiram tanaman dan lain sebagainya. Sumber air bersih untuk kebutuhan hidup seharihari secara umum harus memenuhi standar kuantitas dan kualitas. 1. Ditinjau dari segi kuantitas Air adalah salah satu diantara kebutuhan hidup yang paling penting. Air termasuk dalam sumber alam yang dapat diperbaharui, karena secara terus menerus dipulihkan melalui siklus hidrologi yang berlangsung menurut kodrat. Namun air merupakan sumber alam yang lain dari pada yang lain dalam arti bahwa jumlah keseluruhan air yang bisa didapat di seluruh dunia adalah tetap, persediaan totalnya tidak dapat ditingkatkan atau dikurangi melalui upaya-upaya pengelolaan untuk mengubahnya. Persediaan total dapat diatur secara lokal dengan dibuatnya bendungan atau sarana-sarana lainnya. Disepakati bahwa volume total air di bumi adalah sekitar 1,4 milyar Km yang 97 % adalah air laut. Sisanya 2.7 % adalah air tawar yang terdapat didaratan dan berjumlah 37,8 juta km berupa lapisan es di puncak-puncak gunung gletser (77,3%), air tanah resapan (22,4%), air danau dan rawa-rawa (0,35%), uap air diatmosfir (0.04%), dan air sungai (0,01%) (Salim, 1986). Kebutuhan dasar air bersih adalah jumlah air bersih minimal yang perlu disediakan agar manusia dapat hidup secara layak yaitu dapat memperoleh air yang diperlukan untuk melakukan aktivitas dasar sehari-hari 14 (Sunjaya dalam Karsidi, 1999). Ditinjau dari segi kuantitasnya, kebutuhan air rumah tangga menurut Sunjaya adalah: a. Kebutuhan air untuk minum dan mengolah makanan 5 liter / orang perhari. b. Kebutuhan air untuk mandi dan membersihkan dirinya 25 – 30 liter / orang perhari. c. Kebutuhan air untuk mencuci pakaian dan peralatan 25 – 30 liter / orang perhari. Kebutuhan air untuk menunjang pengoperasian dan pemeliharaan fasilitas sanitasi atau pembuangan kotoran 4 – 6 liter / orang perhari, sehingga total pemakaian perorang adalah 60 – 70 liter / hari di kota. Banyaknya pemakaian air tiap harinya untuk setiap rumah tangga berlainan, selain pemakaian air tiap harinya tidak tetap banyak keperluan air bagi tiap orang atau setiap rumah tangga itu masih tergantung dari beberapa faktor diantaranya adalah pemakaian air di daerah panas akan lebih banyak dari pada di daerah dingin, kebiasaan hidup dalam rumah tangga misalnya ingin rumah dalam keadaan bersih selalu dengan mengepel lantai dan menyiram halaman, keadaan sosial rumah tangga semakin mampu atau semakin tinggi tingkat sosial kehidupannya semakin banyak menggunakan air serta pemakaian air dimusim panas akan lebih banyak dari pada dimusim hujan. 2. Ditinjau Dari Segi Kualitas (Mutu) Air Secara langsung atau tidak langsung pencemaran akan berpengaruh terhadap kualitas air. Sesuai dengan dasar pertimbangan penetapan kualitas air minum, usaha pengelolaan terhadap air yang digunakan oleh manusia sebagai air minum berpedoman pada standar kualitas air terutama dalam penilaian terhadap 15 produk air minum yang dihasilkannya, maupun dalam merencanakan sistem dan proses yang akan dilakukan terhadap sumber daya air. Kualitas air tanah dipengaruhi beberapa hal antara lain iklim, litologi, waktu dan aktivitas manusia. Seperti diuraikan berikut: a. Iklim meliputi curah hujan dan temperatur. Perubahan temperatur berpengaruh terhadap pelarutan gas. Semakin rendah temperatur maka gas yang tertinggal sebagai larutan semakin banyak. Curah hujan yang jatuh ke permukaan tanah akan melarutkan unsur – unsur kimia antara lain, oksigen, karbon dioksida, nitrogen, dan unsur lainnya. b. Litologi yaitu jenis tanah dan batuan dimana air akan melarutkan unsur-unsur padat dalam batuan tersebut. c. Waktu yaitu semakin lama air tanah itu tinggal disuatu tempat akan semakin banyak unsur yang terlarut. d. Aktivitas manusia yaitu kepadatan penduduk berpengaruh negatif terhadap air tanah apabila kegiatannya tidak memperhatikan lingkungan seperti pembuangan sampah dan kotoran manusia (Suparmin, 2000). 2.3 Persyaratan Kualitas Air Bersih Kualitas adalah kadar, mutu, tingkat baik buruknya sesuatu (tentang barang dan sebagainya) (Fajri dan Senja, 2005). Menurut peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 416/ Menkes/Per/IX/1990, Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum setelah dimasak (Pitojo dan 16 Purwantoyo, 2003). Air bersih didapat dari sumber mata air yaitu air tanah, sumur, air tanah dangkal, sumur artetis atau air tanah dalam. Air bersih ini termasuk golongan B yaitu air yang dapat digunakan sebagai air baku air minum. Kualitas air bersih apabila ditinjau berdasarkan kandungan bakterinya menurut SK. Dirjen PPM dan PLP No. 1/PO.03.04.PA.91 dan SK JUKLAK PKA Tahun 2000/2001, dapat dibedakan ke dalam 5 kategori sebagai berikut : 1) Air bersih kelas A ketegori baik mengandung total koliform kurang dari 50 2) Air bersih kelas B kategori kurang baik mengandung koliform 51 – 100 3) Air bersih kelas C kategori jelek mengandung koliform 101 – 1000 4) Air bersih kelas D kategori amat jelek mengandung koliform 1001 – 2400 5) Air bersih kelas E kategori sangat amat jelek mengandung koliform lebih 2400 (Pitojo dan Purwantoyo, 2003). 2.3.1 Persyaratan fisik air Air yang berkualitas baik harus memenuhi persyaratan fisik seperti berikut (Slamet, 2002) : 1. Jernih atau tidak keruh (kekeruhan) Air yang keruh disebabkan oleh adanya butiran-butiran koloid dari bahan tanah liat. Semakin banyak kandungan koloid maka air semakin keruh. Derajat kesatuan dinyatakan dengan satuan unit. 2. Tidak berwarna (warna) Air untuk keperluan rumah tangga harus jernih. Air yang berwarna berarti mengandung bahan-bahan lain yang berbahaya bagi kesehatan. 17 3. Rasa Secara fisika, air bisa dirasakan oleh lidah. Air yang terasa asam, manis, pahit, atau asin menunjukkan bahwa kualitas air tersebut tidak baik. Rasa asin disebabkan adanya garam-garam tertentu yang larut dalam air, sedangkan rasa asam diakibatkan adanya asam organik maupun asam anorganik. 4. Tidak berbau Air yang baik memiliki ciri tidak berbau bila dicium dari jauh maupun dari dekat. Air yang berbau busuk mengandung bahan-bahan organik yang sedang mengalami dekomposisi (penguraian) oleh mikroorganisme air. 5. Temperatur normal (Suhu) Air yang baik harus memiliki temperatur sama dengan tempertur udara (20°C sampai dengan 60°C). Air yang secara mencolok mempunyai temperatur di atas atau di bawah temperatur udara berarti mengandung zatzat tertentu (misalnya fenol yang terlarut di dalam air cukup banyak) atau sedang terjadi proses tertentu (proses dekomposisi bahan organik oleh mikroorganisme yang menghasilkan energi) yang mengeluarkan atau menyerap energi dalam air. 6. Jumlah Zat Padat Terlarut (TDS) TDS biasanya tersdiri atas zat organik, garam anorganik dan gas terlarut. Bila TDS bertambah maka kesadahan akan naik. Efek TDS ataupun kesadahan terhadap kesehatan tergantung pada spesies kimia penyebab masalah tersebut. 18 2.3.2 Persyaratan kimia air Kualitas air tergolong baik bila memenuhi persyaratan kimia menurut (Kusnaedi, 2004) berikut ini : 1. pH netral Derajat keasaman air harus netral, tidak boleh bersifat asam maupun basa. Air yang mempunyai pH rendah akan bersifat asam, sedangkan pH tinggi akan bersifat basa. Air yang murni mempunyai pH = 7, pH di bawah 7 akan bersifat asam sedangkan pH di atas 7 akan bersifat basa. 2. Tidak mengandung bahan kimia beracun Air yang berkualitas baik tidak mengandung bahan kimia beracun seperti sianida, sulfida, fenolik. 3. Tidak mengandung ion-ion logam Air yang berkualitas baik tidak mengandung garam atau ion logam seperti Fe, Mg, Ca, K, Hg, Zn, Mn, Cl, Cr, dan lain-lain. 4. Kesadahan rendah Tingginya kesadahan berhubungan dengan garam-garam yang terlarut di dalam air terutama garam Ca dan Mg. 5. Tidak mengandung bahan organik Kandungan bahan organik dalam air dapat terurai menjadi zat-zat yang berbahaya bagi kesehatan. Bahan-bahan organik itu seperti NH4,H2S, SO²¯4 dan NO₃. 19 2.3.4 Persyaratan mikrobiologis air Persyaratan mikrobiologis yang harus dipenuhi oleh air dapat diketahui melalui uji bakteriologis. Pada umumnya uji bakteriologis yang harus dipenuhi oleh air sebagai berikut (Pitojo dan Purwantoyo, 2003) : 1. Tidak mengandung bakteri patogen, misalnya bakteri golongan coli, Shigella dysenteriae, Salmonella typhi, Salmonella parathypi, Vibrio colerae. Bakteri-bakteri ini mudah tersebar melalui air (transmitted by water). 2. Tidak mengandung bakteri non-patogen, seperti Actinomycetes, Phytoplankton coliform, Ciadocera, Coliform, Fecal streptococci, Iron bakteri. 2.4 Penilaian Kualitas Air Penilaian fisik air dapat dianalisis secara visual dengan panca indra. Misalnya keruh atau berwarna dapat langsung dilihat, bau dapat dicium menggunakan hidung. Penilaian tersebut tentu saja bersifat kualitatif. Misalnya, bila tercium bau yang berbeda maka rasa air pun berbeda (Kusnaedi, 2004). Faktor yang dijadikan sebagai pertimbangan dalam penetapan standar kualitas air, yaitu : 1. Kesehatan : faktor kesehatan dipertimbangkan dalam penetapan standar guna menghindarkan dampak merugikan kesehatan. 2. Estetika : faktor estetika diprhatikan guna memperoleh kondisi yang nyaman. 3. Teknis : faktor tekhnis ditinjau dengan mengingat bahwa kemampuan teknologi dalam pengolahan air sangat terbatas, atau untuk tujuan 20 4. menghindarkan efek-efek kerusakan dan gangguan instalasi atau peralatan yang berkaitan dengan pemakaian air yang dimaksud. 5. Toksisitas : faktor toksisitas ditinjau guna menghindarkan terjadinya efek racun bagi manusia. 6. Populasi : faktor populasi dimaksudkan dalam kaitannya dengan kemungkinan terjadinya pencemaran air oleh suatu polutan. 7. Proteksi : faktor proteksi dimaksudkan untuk menghindarkan atau melindungi kemungkinan terjadinya kontaminasi. 8. Ekonomi : faktor ekonomi dipertimbangkan dalam rangka menghindarkan kerugian-kerugian ekonomi. 2.4.1 Klasifikasi air Klasifikasi ini didasarkan atas tujuan penggunaan air tersebut. Berdasarkan SK Menteri KLH No. 02/MenKLH/1/1988, air digolongkan sebagai berikut : 1. Golongan A : Air yang dapat digunakan sebagai air minum secara langsung tanpa pegolahan. 2. Golongan B : Air baku untuk air minum dan kebutuhan rumah tangga. 3. Golongan C : Air yang dapat digunakan untuk keperluan perikanan dan peternakan, tidak dapat digunakan untuk A dan B. 4. Golongan D : Air yang baik untuk keperluan indsutri dan dapat digunakan untuk usaha perkotaan, listrik, tenaga air, tidak untuk A, B, dan C. 21 5. Golongan E : Air yang tidak sesuai untuk keperluan A, B, C, dan D. Sesuai peraturan Menteri Kesehatan No.416/Menkes/Per/IX/1990 yang disebut sebagai air minum adalah air yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. Kualitas air harus memenuhi syarat kesehatan yang meliputi persyaratan mikrobiologi, fisika, kimia, dan radioaktif. Parameter-parameter yang sering diuji dan kandungan maksimum yang diizinkan dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 2.2 Parameter kualitas air. No. PARAMETER SATUAN MAKSIMUM - Tidak berbau mg/l 1000 Skala NTU 5 - Tidak berasa Skala TCU 15 A. Fisika 1. Bau 2. TDS (Total Zat Padat Terlarut) 3. Kekeruhan 4. Rasa 5. Warna B. Kimia (a. Kimia Anorganik) 1. Air raksa (Hg) mg/l 0,001 2. Aluminium (Al) mg/l 0,2 3. Arsen (As) mg/l 0,05 4. Besi (Fe) mg/l 0,3 5. Kesadahan (CaCO₃) mg/l 500 6. Klorida (Cl) mg/l 250 7. Mangan (Ma) mg/l 0,1 8. Nitrat sebagai N (NO₃) mg/l 10 9. Nitrit sebagai N (NO₂) mg/l 1,0 22 10. PH - 6,5 s/d 8,5 11. Sianida (Si) mg/l 0,1 12. Sulfat (SO₄) mg/l 400 13. Tembaga (Cu) mg/l 1,0 14. Timbel (Pb) mg/l 0,05 Kimia (b. Oganik) 1. Benzene mg/l 0,1 2. Chloroform mg/l 0,03 3. DDT mg/l 0,03 4. Detergen mg/l 0,05 5. Pestisida total mg/l 0,10 6. Zat organik (KMnO₄) mg/l 10 A. Mikrobiologi 1. E. coli Koloni/100 ml 0 2. Total koliform Koloni/100 ml 0 B. Radioaktif 1. Gross Alpha Activity Bq/l 0,1 2. Gross Beta Activity Bq/l 1,0 Keterangan : mg = miligram, ml = mililiter, l = liter, Bq = Bequerel, NTU = Nephelometrik Turbidity Units, TCU = True Colour Units. 23 2.4.2 Mikroorganisme yang hidup di air Mikroorganisme yang hidup di dalam air dapat digolongkan dalam 2 kelompok (Pitojo dan Purwantoyo, 2003), yaitu : 1. Mikroorganisme patogen Mikroorganisme ini dapat menyebabkan penyakit atau gangguan kesehatan. Beberapa contohnya adalah Salmonellathyposa, Shigelladysenteriae, Vibrio colerae, Salmonella parathypi, Salmonella thypi. 2. Mikroorganisme non patogen Terdiri atas golongan bakteri coliform, fecal streptococci, iron bakteri, Actinomycetes. Mikroorganisme penyebeb penyakit (patogen) tidak dapat tumbuh dan berkembang baik dalam air bersih, tetapi dapat bertahan hidup sampai beberapa minggu lamanya. Dari penyelidikan MC. Peter (1974) pada beberapa mikroorganisme pathogen dan mikroorganisme yang dipakai sebagai indikator diperoleh angka lamanya hidup (survival rates) pada temperatur 9,5⁰C – 12,5⁰C. Dalam air yang mengandung sedikit atau bebas dari bahan-bahan organik. Beberapa spesies mikroorganisme mempunyai survival rates sebagai berikut ; Shigella flexneri 26,8 jam, Salmonella sonnei 24,5 jam, Salmonella dysenteriae 22,4 jam, Enterococci 22 jam, Coliform bakteri 17 jam, Salmonella enteritidis 15 jam, Vibrio colerae 7,2 jam, dan Salmonella thypi 5 jam. 24 Pada daerah tropis khususnya pada permukaan air dangkal, temperatur dapat sampai 30⁰C atau lebih dan dalam keadaan demikian saprofit dapat tahan hidup pada temperatur sampai 37⁰C (Soesetyono, 1980). 2.5 Penyakit yang Berhubungan dengan Air Badley (1974) seperti yang dikutip oleh Soesetyono (1980) penyakit yang berhubungan dengan air dapat diklasifikasikan menjadi 4 macam, yaitu : 1. Penyakit yang penyebarannya melalui persediaan air yang terkontaminasi oleh mikroorganisme pathogen dari penderita (water borne disease). Penyakit-penyakit tersebut adalah typhus, cholera, amoebiasis, desentrae, dan hepatitis infeksiosa. 2. Penyakit yang dapat dipindahkan ke orang lain dengan jalan melalui air, juga dapat terjadi penyebaran langsung dari feses ke mulut atau lewat makanan kotor atau tercemar, sebagai akibat kurangnya air bersih untuk keperluan kebersihan pribadi (water washed disease). Penyakit kulit Scabies yang disebabkan oleh Sarcobies scabei adalah sebagai akibat kebersihan tubuh yang kurang conjunctivitis acuta (peradangan pada kelopak mata) disebabkan oleh air yang banyak mengandung debu dan kuman serta kotoran. 3. Penyakit yang dikembangkan oleh binatang yang merupakan perantara (secondary host) dari mikroorganisme patogen yang hidup di dalam air (water based disease), sebagian besar disebabkan oleh infeksi cacing golongan Trematoda. Contoh dari penyakit ini adalah Schistosomiasis, Fascioliasis, dan Paragonimiasis dengan ketam dan ikan sebagai perantara. 25 4. Penyakit yang dipindahkan serangga yang perjalanan hidupnya di dalam atau tergantung pada adanya air (water related insect vector disease). Serangga yang siklus hidupnya atau tempat bersarangnya di dalam air adalah nyamuk dan sejenis lalat yang hidup di Afrika (lalat Tse-Tse). Manson dan Ross (1877) menemukan perbedaan penyebaran penyakit yang berhubungan dengan air yaitu penyakit Filariasis dan Malaria. Sedangkan penyakit yang ditimbulkannya adalah malaria oleh nyamuk Anopheles, yang terdiri dari beberapa spesies. Untuk demam berdarah vektornya adalah Aedes aegypti. Filariasis disebabkan oleh nyamuk Culek fatigan. Sedangkan penyakit yang disebabkan oleh lalat adalah penyakit tidur (sleeping sickness) penyebabnya adalah Trypanosoma gambiense. 2.6 Tinjauan Tentang Bakteri Koliform Koliform merupakan suatu grup bakteri yang digunakan sebagai indikator adanya polusi kotoran dan kondisi yang tidak baik terhadap air, makanan, susu dan produk-produk susu. Koliform sebagai suatu kelompok bakteri dicirikan sebagai bakteri berbentuk batang, gram negatif, tidak membentuk spora, aerobik dan anaerobik fakultatif yang memfermentasi laktosa dengan menghasilkan asam dan gas dalam waktu 48 jam pada suhu 35⁰ C. Adanya bakteri koliform di dalam makanan/minuman menunjukkan kemungkinan adanya mikroba yang bersifat enteropatogenik dan atau toksigenik yang berbahaya bagi kesehatan. 26 Bakteri koliform dapat dibedakan menjadi 2 kelompok (Fardiaz, 1993), diantaranya : 1. Koliform fekal Kelompok bakteri koliform fekal ini diantarnya Escherichia coli. Escherichia coli merupakan bakteri yang berasal dari kotoran hewan atau manusia. Jadi, adanya Escherichia coli pada air menunjukkan bahwa air tersebut pernah terkontaminasi feses manusia dan mungkin dapat mengandung patogen usus. Oleh karena itu, standar air minum mensyaratkan bakteri Escherichia coli harus nol dalam 100 ml. 2. Koliform non-fekal Pada kelompok koliform non-fekal diantaranya, Enterobacter aerogenes. Bakteri ini biasanya ditemukan pada hewan atau tanamantanaman yang telah mati. Untuk mengetahui jumlah koliform di dalam air digunakan metode (MPN) Most Probable Number. Pemeriksaan kehadiran bakteri E. coli dari air dilakukan berdasarkan penggunaan medium kaldu laktosa yang ditempatkan di dalam tabung reaksi berisi tabung durham (tabung kecil yang letaknya terbalik, digunakan untuk menangkap gas yang terjadi akibat fermentasi laktosa menjadi asam dan gas). Kehadiran bakteri E. coli besar pengaruhnya terhadap kehidupan manusia, terbukti dengan kualitas air secara bakteriologis tingkatannya ditentukan oleh kehadiran bakteri tersebut. 27 Tabel 2.3. Menunjukkan batasan maksimum cemaran mikroba dalam air minum. Bahwa angka lempeng total air minum 102 gram/ml, untuk MPN koliform <3 dan nilai E. coli harus 0, Clostridium prefringens harus 0, dan Salmonella negatif. Dapar dilihat pada tabel dibawah ini. Nomor Jenis makanan Jenis Pengujian Batas maksimum per gram/per ml Air minum Angka lempeng total 10² MPN koliform <3 Escherichia coli 0 Clostridium prefrigens 0 Salmonella negatif Sumber : Lampiran Surat keputusan Dirjen POM Nomor : 037267/B/SK/VII/1989 2.7 Tinjauan Tentang Escherichia coli 2.7.1 Klasifikasi bakteri E. coli Berikut ini klasifikasi dari bakteri E. coli. Devisi : Protophyta Klas : Schizomycetes Ordo : Eubacteriales Familia : Enterobacteriaceae Genus : Escherichia Spesies : Escherichia coli (Dwidjoseputro, 1987) Gambar 2. Koloni bakteri E. coli. Dasar-dasar mikrobiologi (Pelczar dan Chan, 2006). 2.7.2 Morfologi dan sifat – sifatnya Berbentuk basil, bergerak dengan flagel peritrik, bersifat gram negatif. mampu menguraikan glukosa dan menghasilkan gas. (Dwidjoseputro, 1987). Bakteri E. coli dalam keadaan normal menghuni saluran pencernaan manusia dan hewan berdarah panas, tidak membentuk spora, aerob dan anaerob fakultatif yang memfermentasi laktosa dan mampu menghasilkan asam dan gas dalam waktu 48 28 jam pada suhu 35⁰C. (Pelczar dan Chan, 2006). E. coli juga mempunyai sifat motil tak berspora coccobacili pendek, berbentuk menyerupai tongkat dengan ukuran 0,5 – 1,0 X 4,0 µ, tersusun tunggal atau berpasangan dan rantai, bentuk koloni putih kelabu gelap rata dengan sisi tepi yang teratur, dalam kaldu turbiditasnya sama dan memproduksi sedimen tebal, pada media biasa diameternya beberapa millimeter. Tergolong bakteri aerob dan anaerob pada suhu 40⁰C, mati pada pemanasan 60⁰C selama 30 menit, pada umumnya tidak resisten terhadap desinfektan dan pada keadaan yang kering, ada dalam intestinal dan feses manusia sehat dan vertebrata tinggi dan jumlahnya di colon, tumbuh menempel pada media sintetik yang berisi NaCl dan glukosa ditambah vitamin. (Kelly F. C, et. al,1951). Bakteri E. coli terdiri atas 5 (lima) strain yang patogen pada manusia, diantaranya enteropathogenic E. coli yang menyebabkan diare pada bayi dan anak di negara berkembang dan mekanisme penyakit belum jelas, enterotoxigenic E. coli penyebab sekretori diare seperti pada kolera dan mekanisme diare : perlekatan kuman pada sel mukosa usus (epitel usus) serta kuman yang mengeluarkan bahan toksin yang mengakibatkan penyakit diare, enteroinvasive E. coli yang menyebabkan diare seperti disentri oleh Shigella (tinja mengandung darah, mukus) dan mekanisme diare : kuman menginvasi sel mukosa usus mengakibatkan kerusakan sel mukosa, lapisan mukosa terlepas, enterohemoragik E. coli dengan mekanisme kolitis hemoragik, tinja bercampur darah banyak, toksinnya bersifat sitotoksik terhadap sel vero dan hela, diare terjadi karena toksin merusak sel endotel pembuluh darah, terjadi pendarahan kemudian darah masuk ke usus, dan enteroagregative E. coli yang menyebabkan diare akut dan kronik 29 dalam waktu lebih dari 14 hari terutama di negara sedang berkembang, kuman melekat pada mukosa intestinal menghasilkan enterotoksin dan sitotoksin sehingga mukosa rusak, mukus keluar, dan terjadi diare. 2.8 Uji Bakteriologis pada Air Pada pemeriksaan bakteriologis yang rutin terhadap air untuk menentukan aman tidaknya air tersebut untuk diminum seringkali digunakan organisme indikator. Yang seringkali digunakan sebagai organisme indikator di Indonesia adalah E. coli. Sedangkan di Inggris yang digunakan sebagai indikatornya adalah Clostridium perfrigens, dan di USA adalah Streptococcus feacalis. Organisme ini pada keadaan normal terdapat pada usus manusia. Adanya organisme ini pada air sumur sebagai petunjuk bahwa air tersebut terpopulasi oleh feses manusia atau hewan berdarah panas, dan tidak mustahil terdapat berbagai macam organisme pathogen yang secara berkala terdapat dalam saluran pencernaan manusia untuk masuk ke dalam air. Dalam uji bakteriologis air sumur digunakan metode tabung fermentasi (Most probable number) yang meliputi beberapa tes, diantaranya tes pendugaan (presumptive test), tes penegasan (comfirmed test), dan tes kesempurnaan (completed test). Metode tabung fermentasi ini bersifat kualitatif, karena tidak dilakukan penghitungan secara langsung terhadap jumlah bakteri. Beberapa ciri penting dari suatu mikroorganisme indikator adalah terdapat dalam air tercemar, mempunyai kemampuan bertahan hidup yang lebih lama dari pada mikroorganisme pathogen, mempunyai sifat seragam, jumlah mikroorganisme indikator berkolerasi dengan kadar polusi, tidak berbahaya bagi manusia dan 30 hewan, terdapat dalam jumlah yang lebih banyak dari pada mikroorganisme patogen, dan mudah diteliti dengan menggunakan teknik-teknik laboratorium yang sederhana. (Pelczar dan Chan, 2006). BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Pada penelitian ini sampel air sumur diambil di rumah-rumah penduduk sekitar Kecamatan Semampir Surabaya dari 5 kelurahan yaitu kelurahan Ujung, Ampel, Pegirian, Sidotopo, dan Wonokusumo. Masing-masing kelurahan di ambil 3 RW sampel air sumur. Pada tiap-tiap kelurahan tiap sampel air sumur diambil ± sebanyak 250 ml. Sampel air diuji secara bakteriologis di Laboratorium Mikrobiologi Departemen Biologi Universitas Airlangga Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga Surabaya pada bulan Mei 2010 sampai November 2010. 3.2 Teknik Sampling Pada teknik sampling dilakukan pengambilan sampel air sumur dari 5 kelurahan yang sudah ditetapkan, kemudian dari masing-masing kelurahan diambil 3 sampel air sumur dari 3 RW yang berbeda. Sehingga dari 5 kelurahan didapatkan sebanyak 15 sampel air sumur. Dari 15 sampel air yang sudah didapatkan dilakukan uji bakteriologis dengan menggunakan seri tabung fermentasi 3-3-3 dan dilanjutkan dengan uji IMVIC. Pengambilan sampel air sumur didasarkan pada faktor kepadatan penduduk dan sumur yang dipakai untuk umum serta beberapa kepala keluarga. 31 32 3.3 Alat dan Bahan Penelitian 3.3.1 Alat Penelitian Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah : botol, tabung reaksi dan rak tabung reaksi, cawan petri, pipet, pipet volume, jarum ose, bunsen, gelas ukur, tabung Erlenmeyer, kapas, spatula, vortex, tabung Durham, kertas label, alumunium foil, mikroskop cahaya, kertas tissu, ice box, penangas air, autoclave. 3.3.2 Bahan Penelitian Bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi : sampel air sumur yang diambil dari rumah-rumah penduduk di kecamatan Semampir Surabaya dari 5 kelurahan, akuades, alkohol, spiritus, media nutrient agar, media BGLB (Briliant green lactose bile broth), media LB (lactose broth), media EMB (Eosin methylen blue), sukrosa, glukosa, laktosa, media TSIA, media SIM . 3.4 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian observasional dilakukan melalui pendekatan deskriptif yaitu melalui uji bakteriologis air dengan keberadaan mikroorganisme baik patogen maupun non-patogen. 33 Menyiapkan sampel air sumur Sampel air sumur diambil sebanyak 10 ml, 1 ml, dan 0,1 ml kemudian dimasukkan ke dalam masing-masing tabung reaksi yang berisi media LB dan didalamnya terdapat tabung Durhan akuades steril Dilakukan uji bakteriologis Diinkubasi selama 24 jam pada dan dilakukan pengamatan Uji IMVIC dilakukan pada tabung yang menghasilkan gas Gambar. 3 Prosedur identifikasi bakteri dari sampel air sumur 3.5 Prosedur Penelitian 3.5.1 Pengambilan sampel air sumur Sebelum melakukan pengambilan sampel, terlebih dahulu melakukan persiapan terhadap botol – botol yang akan digunakan sebagai penampung air sampel. Botol-botol sampel terbuat dari gelas, mempunyai sumbat atau penutup yang pas dan kuat, keduanya sudah benar-benar steril, dan dapat menampung ± 250 ml air sampel. 34 Adapun cara pengambilan sampel, diantaranya sebagai berikut : 1. Penutup botol diangkat atau diputar. 2. Botol dipegang pada bagian agak bawah, dicelupkan ke dalam air sampai ± 20 cm dengan mulut botol menghadap ke atas bilamana ada aliran dalam air, mulut botol harus menghadap arah datangnya aliran air tersebut. 3. Botol disumbat atau ditutup dengan memutar, kemudian dimasukkan ke dalam ice box 3.5.2 Kerangka operasional Berikut skema pengambilan sampel air sumur masing-masing kelurahan di kecamatan Semampir : RW 12 Kelurahan ujung RW 04 RW 14 RW 15 Kelurahan ampel RW 05 RW 13 Kecamatan Semampir Kelurahan pegirian RW 02 RW 03 RW 01 Kelurahan sidotopo RW 05 RW 07 RW 08 Kelurahan wonokusumo RW 11 RW 14 RW 12 Gambar 4. Skema pengambilan sampel air sumur di kecamatan Semampir Surabaya 35 3.5.3 Cara Kerja A. Pembuatan media Beberapa media biakan yang digunakan untuk tes pendugaan adalah media LB (Lactose broth). Sedangkan media untuk tes penegasan adalah Brilliant green lactose bile broth (BGLB), dan untuk media tes kesempurnaan menggunakan media EMB (Eosin methylen mlue) persiapannya adalah sebagai berikut: 1. Melarutkan media terdiri dari media LB (Lactosa Broth), BGLB (Brilliant green lactose bile broth) dan EMB (Eosin methylen blue). Masing-masing media dilarutkan dengan akuades 500 ml untuk media LB sebanyak 16 gram, akuades 520 ml untuk media BGLB sebanyak 16,6 gram dan 300 ml akuades untuk media EMB sebanyak 10,8 gram. 2. Menuangkan masing-masing media pada tabung reaksi dengan seri tabung fermentasi 3-3-3 sebanyak 10 ml, 1 ml, dan 0,1 ml ke dalam tabung reaksi yang berisi tabung Durham kemudian menutup tabung reaksi dengan kapas. 3. Mensterilkan di dalam autoklaf pada suhu 112ºC – 114ºC. 4. Media yang telah steril harus disimpan pada ruangan, untuk menjamin agar tetap steril. B. Pemeriksaan Bakteriologis Pemeriksaan bakteriologis ini berdasarkan penghitungan bakteri dengan metode MPN, diantaranya : a. Tes Pendugaan (Presumptive test) 36 Tes pendugaan dilakukan dengan menggunakan prosedur sebagai berikut : 1. Membuka penutup botol sampel air 2. Dengan penutup botol masih ditempatnya, botol sampel air dikocok dengan kuat supaya bakteri menyebar atau homogen. 3. Membuat tiga baris tabung reaksi masing-masing tiga tabung reaksi masingmasing berisi media Lactosa broth beserta tabung Durham . 4. Dengan menggunakan pipet steril ditambahkan sampel air sumur sebanyak 6 ml pada masing-masing tabung reaksi yang berisi media lactose broth 10 ml, 1 ml dan 0,1 ml yang berada disetiap baris. 5. Sesudah dikocok secara perlahan untuk mengaduk campuran antara media dengan sampel air, kemudian menginkubasi tabung tersebut pada suhu 35ºC atau 37ºC. selama 24 jam. 6. Sesudah 24 jam waktu inkubasi, dilakukan pengamatan pada masing – masing tabung akan adanya gas, yang merupakan hasil positif. Kemudian dilanjutkan pada uji penegasan. b. Tes Penegasan (Confirmed test) Tes penegasan ini dilakukan dengan menggunakan prosedur sebagai berikut : 1. Dengan mempergunakan ose, dipindahkan satu atau dua tetes air dari tabung tes pendugaan yang positif ke dalam tabung reaksi yang berisi media BGLB. Sebelum melakukan pemindahan cairan terlebih dahulu dilakukan sterilisasi 37 pada ose dengan cara membakarnya dan kemudian didinginkan sebentar sebelum dipakai. 2. Menginkubasi tabung – tabung reaksi tersebut pada suhu 35⁰ C selama 24 jam. 3. Setelah 24 jam atau 48 jam waktu inkubasi tabung – tabung yang positif ditegaskan dengan adanya gas dan kemudian di catat pada tabel. Dengan melihat kombinasi tabung – tabung yang positif kita dapat mengetahui jumlah perkiraan terdekat bakteri coliform dengan menggunakan tabel MPN. c. Tes Kesempurnaan (Completed test) Tes kesempurnaan dilakukan sebagai kelanjutan dari uji – uji yang dilakukan dari uji test penegasan yang positif (adanya gas pada tabung durham). Tes kesempurnaan ini dilakukan dengan menggunakan prosedur sebagai berikut: 1. Dengan menggunakan ose ambil 1 ose atau 2 ose dari tabung BGLB yang positif, kemudian dilakukan goresan atau streak pada media eosin methylen blue (EMB). 2. Menginkubasi plate EMB pada suhu 35⁰ C selama 24 jam. Hasil streak dinyatakan positif jika terdapat koloni yang berwarna hijau sampai kebiruan mengkilat (methalic shine). 3. Hasil dari uji kesempuranaan merupakan penentuan indeks MPN bakteri E. coli. 38 C. Uji IMVIC Uji identifikasi merupakan suatu bentuk uji terhadap mikroorganisme yang ingin diketahui karakteristik bakteri. Uji ini bagian terakhir dari uji bakteriologis yang dilakukan terhadap sampel air. Prosedur yang digunakan dalam melakukan uji identifikasi adalah sebagai berikut: 1. Dengan menggunakan ose diambil beberapa koloni dari media EMB yang dicurigai atau ingin diketahui spesiesnya, kemudian 1 ose dari EMB diinokulasikan pada tabung reaksi yang mengandung media yang berisi TSIA (Triple Sugar Agar), SIM, dan Simon Citrat Agar. 2. Menginkubasi tabung reaksi yang telah diinokulum koloni dari EMB pada suhu 35 ⁰ C selama 24 jam. 3. Setelah 24 jam dilakukan pengamatan. 4. Hasil uji identifikasi ini akan didapatkan data karakteristik bakeri dari masingmasing media uji IMVIC. 3.6 Analisis Data Penelitian ini bersifat deskriptif. Data yang didapatkan berupa suatu perhitungan untuk menghitung jumlah bakteri pada air khusunya untuk mendeteksi adanya bakteri coliform dan E. coli yang merupakan kontaminan utama sumber air sumur dengan metode MPN (Most Probable Number) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Dari hasil penelitian yang dilakukan di kecamatan Semampir, Surabaya yang meliputi 5 kelurahan diantaranya kelurahan Ujung, Ampel, Pegirian, Sidotopo, dan Wonokusumo.yang dilakukan pada bulan Juli 2010, diperoleh sampel air sumur sejumlah 15 sampel air sumur. Hasil rata-rata per 100 ml sampel air dapat dilihat pada tabel 4.1dan tabel 4.3. Selain itu hasil penelitian diperoleh secara analisis kuantitatif terhadap mikroorganisme yang terdapat dalam sampel air sumur. Data itu kemudian di bandingkan dengan parameter yang ditentukan berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan, SK MenKLH, dan sumber lain yang di gunakan sebagai standart. 4.1. Nilai MPN Koliform Pada Masing-masing Kelurahan di Kecamatan Semampir Surabaya Pada hasil uji MPN coliform dari masing-masing kelurahan meliputi kelurahan Ujung, Ampel, Pegirian, Sidotopo, dan Wonokusumo. Untuk mengetahui nilai MPN coliform dilihat pada uji penegasan (Confirmed test). 39 40 Hasil uji penegasan dihitung berdasarkan hasil pengamatan (lampiran 4) dan dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 4.1. Indeks MPN coliform pada uji penegasan pada masing-masing kelurahan di kecamatan Semampir Kelurahan Ujung Ampel Pegirian Sidotopo Wonokusumo Indeks MPN koliform pada sampel pada air sumur Ujung I Ujung II Ujung III 460 2400 460 Ampel I Ampel II Ampel III 1100 1100 1100 Pegirian I Pegirian II Pegirian III 2400 2400 2400 Sidotopo I Sidotopo II Sidotopo III 1100 1100 1100 Wonokusumo Wonokusumo Wonokusumo I II III 460 2400 2400 Rerata nilai MPN ± 1106,66 ± 1100 ± 2400 ± 1100 ± 1753,33 . Pada uji penegasan dapat dilihat yang mempunyai nilai MPN koliform yang tinggi adalah kelurahan Pegirian ± 2400 per 100 ml. Sedangkan untuk nilai MPN koliform yang terendah terdapat pada kelurahan Ampel dan Sidotopo yaitu ±1100 per 100 ml. Untuk kelurahan Ujung memiliki nilai MPN koliform ±1106,66 per 100 ml dan Wonokusumo ±1753,33 per 100 ml. Uji penegasan dari hasil tes di atas adalah sangat perlu, mengingat bahwa tes pendugaan dihasilkan positif oleh mikroorganisme coliform, yang menunjukkan adanya indikator terhadap polusi fecal. Banyaknya jumlah bakteri koliform yang terdapat pada masing-masing kelurahan juga dipengaruhi lingkungan sekitar sumur. Kondisi air sumur dimasing-masing kelurahan tercantum dalam Tabel 4.2. 41 Tabel 4.2. Kondisi air sumur dimasing-masing kelurahan di kecamatan Semampir Surabaya No. 1. Kelurahan Ujung I - II - 2. III - 2. Ampel I - II - III - Kondisi sumur Sumur dipakai untuk umum Digunakan untuk mandi dan mencuci Dekat dengan septic tank dengan jarak ±5m Dekat dengan selokan dengan jarak ± 3 m Kondisi air keruh dan bau Termasuk sumur gali Termasuk sumur bor Sumur dipakai untuk umum Digunakan untuk mandi dan mencuci Dekat dengan septic tank dengan jarak ±6m Dekat dengan selokan dengan jarak ± 3 m Kondisi air keruh dan bau Termasuk sumur gali Sumur dipakai untuk keluarga sendiri Digunakan untuk mandi dan mencuci Dekat dengan septic tank dengan jarak ±5m Dekat dengan selokan dengan jarak ± 1 m Kondisi air keruh Termasuk sumur gali Sumur dipakai untuk umum Digunakan untuk mandi dan mencuci Dekat dengan septic tank dengan jarak ±3m Dekat dengan selokan dengan jarak ± 4 m Kondisi air keruh dan bau Termasuk sumur gali Sumur digunakan untuk 10 KK Digunakan untuk mandi dan mencuci Dekat dengan septic tank dengan jarak ±5m Dekat dengan selokan dengan jarak ± 1 m Kondisi air keruh Termasuk sumur gali Sumur digunakan untuk 4 KK Digunakan untuk mandi dan mencuci Dekat dengan septic tank dengan jarak ±6m Dekat dengan selokan dengan jarak ± 3 m Kondisi air keruh dan bau Termasuk sumur gali 42 No. 3. Kelurahan Pegirian I II - III - 4. Sidotopo I II - III 5. Wonokusumo I - Kondisi sumur Sumur digunakan untuk umum Digunakan untuk mandi dan mencuci Dekat dengan septic tank dengan jarak ±6m Dekat dengan selokan dengan jarak ± 1 m Kondisi air keruh dan bau Termasuk sumur gali Sumur digunakan untuk umum Digunakan untuk mandi dan mencuci Dekat dengan septic tank dengan jarak ±5m Dekat dengan selokan denga jarak ± 1 m Kondisi air keruh dan bau Teramsuk sumur gali Sumur digunakan untuk umum Digunakan untuk mandi dan mencuci Dekat dengan septic tank dengan jarak ±5m Dekat dengan selokan dengan jarak ± 1 m Kondisi air keruh dan bau Termasuk sumur gali Sumur dipakai untuk umum Digunakan untuk mandi dan mencuci Dekat dengan septic tank dengan jarak ±6m Dekat dengan selokan dengan jarak ± 1 m Kondisi air keruh Termasuk sumur gali Sumur dipakai untuk umum Digunakan untuk mandi dan mencuci Dekat dengan septic tank dengan jarak ±5m Dekat denga selokan dengan jarak ± 1 m Kondisi air keruh dan bau Termasuk sumur gali Sumur digunakan untuk 5 KK Digunakan untuk mandi dan mencuci Dekat dengan septic tank dengan jarak ±5m Dekat dengan selokan denga jarak ± 1 m Kondisi air keruh dan bau Termasuk sumur gali Sumur dipakai untuk umum Digunakan untuk mandi dan mencuci Dekat dengan septic tank dengan jarak ±5m Dekat dengan selokan dengan jarak ± 3 m Kondisi air keruh dan bau 43 No. 5. Kelurahan Kondisi sumur Wonokusumo I II - Teramasuk sumur gali - Sumur dipakai untuk umum Digunakan untuk mandi dan mencuci Dekat dengan spetic tank dengan jarak ±5m Dekat dengan selokan dengan jarak ± 3m Kondisi air keruh Teramasuk sumur gali III - Sumur dipakai untuk 1 KK Digunakan untuk mencuci Dekat dengan septic tanki dengan jarak ±5m Dekat dengan selokan dengan jarak ± 1 m Kondisi air keruh dan bau Termasuk sumur gali Tabel 4.2. Menunjukkan bahwa air sumur dari masing-masing kelurahan di kecamatan Semampir Surabaya termasuk air sumur gali, kondisi air keruh dan berbau, dipakai untuk mencuci dan mandi, bangunan sumur dekat dengan selokan dan septic tank. Masih tingginya angka organisme indikator dalam air menunjukkan bahwa air tersebut telah terkontaminasi oleh feses manusia. Proses pemurnian air yang meliputi sedimentasi, filtrasi, dan klorinasi kurang sempurna menyebabkan air terkontaminasi dengan bakteri (Lim, 1988). Tingginya angka bakteri coliform ini kemungkinan disebabkan selain karena sejak awal air tersebut telah mengandung bakteri coliform. Pengamatan terhadap air sumur pada masing-masing kelurahan menunjukkan hasil positif dalam uji pendugaan terhadap adanya bakteri coliform. Hal ini ditandai dengan adanya kekeruhan dan gelembung gas didalam tabung durham pada seluruh tabung dari semua seri pegenceran. Timbulnya gas ini disebabkan karena kemampuan bakteri coliform yang terdapat pada sampel air 44 dalam memfermentasikan laktosa dengan menghasilkan asam dan gas dalam waktu 48 jam pada suhu 35°C (Pelczar dan Chan, 2008). Air sumur termasuk air dibawah permukaan tanah dimana terdapat pori-pori tanah dan batuan yang jenuh air pada daerah ini karena dipengaruhi oleh proses penyaringan. Mikroorganisme tertahan oleh bahan-bahan partikulat dalam tanah yang berfungsi sebagai penyaring (filter). Dengan demikian besar kemungkinan perairan yang berada jauh di bawah tanah bebas dari mikoorganisme (Pelczar dan Chan, 2008). Dari hasil uji pendugaan untuk masing-masing kelurahan bila dibandingkan menurut SK. Dirjen PPM dan PLP No. 1/PO.03.04.PA.91 dan SK JUKLAK PKA Tahun 2000/2001 termasuk dalam kelas D yang berarti dalam kategori air tersebut amat jelek untuk di konsumsi (Pitojo dan Purwantoyo, 2003). 4.2 Nilai MPN E. coli pada masing-masing kelurahan dikecamatan Semampir Surabaya Pada hasil nilai MPN E. coli dari masing-masing kelurahan meliputi kelurahan Ujung, Ampel, Pegirian, Sidotopo, dan Wonokusumo. Untuk mengetahui nilai MPN coli dilihat pada uji kesempurnaan (completed test). Hasil uji kesempurnaan (completed test) dihitung berdasarkan pengamatan (lampiran 6) dan tercantum pada tabel 4.3. 45 Tabel 4.3 Indeks MPN E. coli pada uji kesempurnaan pada masing-masing kelurahan dikecamatan Semampir Surabaya Kelurahan Ujung Ampel Pegirian Sidotopo Wonokusumo Indeks MPN E. coli pada sampel air sumur Ujung I 35 Ampel I 71 Pegirian I 7 Sidotopo I 150 Wonokusumo I 71 Ujung II 7 Ampel II 30 Pegirian II 30 Sidotopo II 30 Wonokusumo II 1 Ujung III 14 Ampel III 71 Pegirian III 1100 Sidotopo III 1100 Wonokusumo III 1100 Rerata nilai MPN 18,66 57,33 379 426,66 390,66 Dari Tabel 4.3 uji kesempurnaan (completed test) pada tabel di atas dapat dilihat untuk nilai MPN E. coli yang paling tinggi terdapat pada kelurahan Sidotopo yaitu 426,66 per 100 ml dan untuk nilai MPN paling rendah terdapat pada kelurahan Ujung yaitu 18,66 per 100 ml. Sedangkan untuk kelurahan Ampel nilai MPN E.coli sebanyak 57,33 per 100 ml, Pegirian 379 per 100 ml, dan Wonokusumo 390,66 per 100 ml. Tes kesempurnaan ini dilakukan sebagai isolasi dan sekaligus mendeteksi bakteri golongan E. coli. Media yang digunakan dalam tes ini mengandung zat warna eosin methylen blue (EMB) yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri gram positif. Dengan adanya suasana asam, media EMB akan membentuk suatu komplek yang mempercepat tumbuhnya koloni bakteri coliform dan menghasilkan warna gelap di tengah serta kelihatan hijau sampai biru dengan mengkilat logam (methalic shine). Adanya bakteri golongan E. coli pada tiap kelurahan kemungkinan banyak disebabkan jarak antara tempat pembuangan kotoran manusia (septic tank) yang letaknya berdekatan dengan bangunan sumur. Hal ini dapat di lihat pada lampiran 46 VI kondisi air sumur di masing-masing kelurahan. Dari jarak sumur dengan septic tank yang terlalu dekat memungkinkan resapan air dari septic tank menyebabkan bakteri tersebut mampu tumbuh pada air sumur tersebut. Selain itu kemungkinan lain dipengaruhi kondisi lingkungan yang terdapat banyak sampah berserakan. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI NO.907/MENKES/SK/VII/2002 jumlah bakteri E. coli di air minum adalah nol. Penyebaran bakteri E. coli di tanah sangat dipengaruhi oleh porositas tanah. Pergerakan horizontal sukar dipastikan karena tergantung pada faktor antara lain; jenis tanah, ketinggian permukaan air tanah, aliran air tanah, konstruksi sumur pompa tangan, jumlah pemakai sumur pompa tangan dangkal dan jumlah orang yang membuang feses. 4.3 Uji Karakterisasi dengan Uji IMVIC Uji IMVIC meliputi uji TSIA, SIM, dan SCA dapat dilhat berdasarkan karaketerisasi pada masing-masing media dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 4.4 Hasil uji IMVIC No 1. 2. 3. 4. Macam Uji Pewarnaan Gram dan bentuk sel Uji TSIA (Triple Sugar Iron Agar) Uji SIM (Sulfite Indol Motility) Uji SCA (Simmons Citrate Agar) Hasil Pengamatan Gram negatif (-), berwarna merah, bentuk sel batang, Pada media sukrosa dan laktosa : (+)terbentuk rongga-rongga dibagian bawah media dan media berwarna kuning Pada media glukosa: (+) pada bagian bult berwarna kuning dan slant berwarna merah (+) Pada media terlihat warna hitam, terlihat ada pertumbuhan koloni pada bekas tusukkan Warna media tetap hijau (-) 47 Dari Tabel 4.4. Dapat dilihat pada pewarnaan Gram bakteri E. coli termasuk Gram negatif (-) terlihat berwarna merah dan mempunyai bentuk sel batang. Pada uji TSIA warna media slant (permukaan bawah) berubah merah karena bakteri bersifat basa, ini menandakan bahwa bakteri ini tidak memfermentasikan laktosa dan sukrosa (Anonim, 2008). Hasil dari uji TSIA dapat dilihat pada sukrosa dan laktosa hasil positif (+) dengan terbentuknya ronggarongga dibagian bawah media dan media berwarna kuning. Sedangkan pada glukosa hasilnya positif (+) menandakan media berwarna kuning pada permukaan atas berarti bakteri E. coli berdasarkan sumber Buku Panduan Determinasi Bakteri : Bergey’s Manual of Determinative Bacteriology (Holt et al., 2000) mampu memfermentasi glukosa dan warna merah pada permukaan atas. Pada uji SIM terlihat bahwa media berubah warna menjadi hitam yang menunjukkan hasil positif (+), hal ini menjadi penting dalam memisahkan bakteri E. coli. Sedangkan untuk uji sitrat terlihat pada Tabel 4.4. Hasil uji negatif (-) warna media tetap hijau untuk bakteri E. coli. Hal ini dikarenakan E. coli tidak menggunakan sitrat sebagai sumber karbon. Pada dasarnya dalam metode MPN (Most Probable Number) untuk uji kualitas mikrobiologi air digunakan kelompok koliform sebagai indikator. Metode MPN merupakan uji deretan tabung yang menyuburkan pertumbuhan koliform sehingga diperoleh nilai untuk menduga jumlah koliform dalam sampel yang diuji. Uji ini diawali dengan memasukkan 10 ml cairan dari sampel ke dalam lactose broth, uji awal ini disebut uji penduga (presumptive test). Dalam uji pendugaan, setiap tabung yang menghasilkan gas dalam masa inkubasi diduga mengandung bakteri koliform. Uji dinyatakan positif bila terlihat gas dalam 48 tabung Durham. Tabung yang memperlihatkan gas diuji lebih lanjut dengan uji penegasan. Untuk uji penegasan dilakukan untuk menegaskan bahwa gas yang terbentuk disebabkan oleh kuman koliform dan bukan disebabkan oleh kerja sama beberapa spesies sehingga menghasilkan gas. Uji penegasan menggunakan BGLB (Briliant Green Bile Lactose Broth) yang diinokulasikan dengan satu mata ose media yang memperlihatkan hasil positif pada uji pendugaan (Lay, 1994). Hasil uji penegasan dapat dilihat dari tabung reaski yang positif bila terlihat gas didalam tabung durham. Hasil bakteri coliform dapat dilihat dengan menggunakan Tabel MPN Mc Crady. Dalam bidang mikrobiologi pangan, dikenal istilah bakteri indikator sanitasi. Dalam hal ini pengertian pangan adalah pangan seperti yang tercantum pada Undang-Undang Pangan No. 7 tahun 1996 yang mencakup makanan dan minuman (termasuk air minum). Bakteri indikator sanitasi adalah bakteri yang keberadaannya dalam pangan menunjukkan bahwa air atau makanan tersebut pernah tercemar oleh kotoran manusia. Bakteri-bakteri indikator sanitasi tersebut pada umumnya adalah bakteri yang lazim terdapat dan hidup pada usus manusia. Jadi adanya bakteri tersebut pada air atau makanan menunjukkan bahwa dalam satu atau lebih tahap pengolahan air atau makanan tersebut pernah mengalami kontak dengan kotoran yang berasal dari usus manusia dan oleh karenanya mungkin mengandung bakteri patogen lainnya yang berbahaya. Bakteri yang paling banyak digunakan sebagai indikator sanitasi adalah E. coli , karena bakteri ini adalah bakteri komensial pada usus manusia hal ini dikarenakan bakteri tersebut menguntungkan tidak hanya membantu mencerna makanan tetapi juga melindungi organisme berbahaya yang mungkin masuk ke 49 saluran gastrointestinal melalui air dan makanan, umumnya bukan patogen penyebab penyakit sehingga pengujiannya tidak membahayakan dan relatif tahan hidup di air sehingga dapat dianalisis keberadaannya di dalam air yang notabene bukan merupakan medium yang ideal untuk pertumbuhan bakteri. Keberadaan E. coli dalam air atau makanan juga dianggap memiliki korelasi tinggi dengan ditemukannya patogen pada pangan. Karena uji E. coli yang kompleks, maka beberapa standar, misalnya Standar Nasional Indonesia (SNI), mensyaratkan tidak adanya coliform dalam 100 ml air minum. Selain itu sesuai dengan sesuai dengan ditinjau berdasarkan kandungan bakterinya menurut SK. Dirjen PPM dan PLP No. 1/PO.03.04.PA.91 dan SK JUKLAK PKA Tahun 2000/2001 termasuk dalam kelas E dengan kategori air tersebut sangat amat jelek mengandung koliform lebih 2400. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dari hasil dan pembahasn dapat disumpulkan bahwa: 1. Nilai MPN bakteri coliform masing-masing kelurahan di kecamatan Semampir, Surabaya terdiri dari kelurahan Ujung 1106,66 per 100 ml, Ampel 1100 per 100 ml, Pegirian 2400 per 100 ml, Sidotopo 1100 per 100 ml, dan Wonokusumo 1753,33 per 100 ml. 2. Nilai MPN bakteri E. coli masing-masing kelurahan di kecamatan Semampir, Surabaya terdiri dari kelurahan Ujung 18,66 per 100 ml, Ampel 57,33 per 100 ml, Pegirian 379 per 100 ml, Sidotopo 426,66 per 100 ml, dan Wonokusumo 390,66 per 100 ml. 3. Kualitas baku air dikecamatan Semampir yang meliputi kelurahan Ujung, Ampel, Pegirian, Sidotopo, dan Wonokusumo ditinjau berdasarkan kandungan bakterinya menurut SK. Dirjen PPM dan PLP No. 1/PO.03.04.PA.91 dan SK JUKLAK PKA Tahun 2000/2001 termasuk dalam kelas E dengan kategori air tersebut sangat amat jelek mengandung koliform lebih 2400 per 100 ml. Sehingga air sumur pada tiap kelurahan kualitasnya sangat buruk apabila digunakan untuk mandi maupun mencuci. 4. Berdasarakan hasil uji IMVIC bakteri yang mendominasi pada air sumur di kecamatan Semampir adalah E. coli. 50 51 5.2 Saran Mengingat masyarakat di Kecamatan Semampir Surabaya yang terbagi atas 5 kelurahan diantaranya kelurahan Ujung, Ampel, Pegirian, Sidotopo, dan Wonokusumo yang pada umumnya menggunakan air sumur untuk keperluan rumah tangga untuk mandi dan mencuci. Dari hasil penelitian menunujukkan bahwa jumlah MPN (Most Probable Number) coliform dan MPN E. coli pada masing-masing kelurahan sangat tinggi. Apabila air sumur tersebut digunakan untuk mandi dan mencuci, maka air tersebut diolah baik secara fisik, kimia, dan biologis. Sehingga masyarakat sekitar perlu memperhatikan dalam segi penggunaan air sumur tersebut agar tidak menjadi sarang penyakit. 52 DAFTAR PUSTAKA Anonim,2008:http://hafizluengdaneun.multiply.com/journal/item/1/Laporan_Koas istensi_Mikrobiologi_ Black, J.G. 1999. Microbiology Principles and Exploration 4th Edition. PrenticeHall Inc. New Jersey. Dwidjoseputro. D, 1987. Dasar – dasar Mikrobiologi. Djambatan. Malang EM Zulfajri dan Ratu AS, 2005. Dasar-dasar Klimatologi, Jakarta : Raja Grafindo Persada. (Page: 328) Fardiaz, S. 1992. Mikrobiologi Pangan 1. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta Fardiaz, S. 1993. Analisis Mikrobiologi Pangan. PAU. IPB Hefni Effendi, 2003. Telaah Kualitas Air, Yogyakarta : Kanisius. p 17 Hartanto Sulih, 2007. Studi Kasus Kualitas Dan Kuantitas Kelayakan Air Sumur Artetis Sebagai Air Bersih Untuk Kebutuhan Sehari – hari Di Daerah Kelurahan Sukorejo Kecamatan Gunungpati Semarang. Skripsi. Universitas Negeri Semarang. Juli Soemirat Slamet, 2002, Kesehatan Lingkungan, Yogyakarta : Gajah Mada University Press. p 85 – 112 Karsidi, 1999. Hubungan antara Tingkat Pendidikan dan Pendapatan dengan Penggunaan Air Sungai oleh Penduduk di Sekitar Sungai Kali Jajar Demak. Semarang : Skripsi. Kay, D and Fricker, C. 1997. Coliforms and E. Coli; Problem or Solution? The Royal Society of Chemistry, UK Kusnaedi, 2004, Mengolah Air Gambut dan Air Kotor untuk Air Minum, Jakarta : Puspa Swara. p 1-6 Kelly. F. C, et al, 1951. Microbiology, Edition 2. Appleeton Century – Crofts, New York. p 379 – 380 Lay, W. Bibiana. 1994. Analisis Mikroba di Laboratorium. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta Lee, Richard, 1986. Hidrologi Hutan. Gadjah Mada University Press. 53 Lim, D. 1998. Microbiology 2nd Edition. McGraw Hill. United State Linsley, Ray, K. & Franzini, JB., 1989. Teknik Sumber Daya Air. Jakarta : Erlangga. Moh Soerjani, Rofiq Ahmad dan Rozy Munir, 1997, Sumber Daya Alam dan Kependudukan dalam Pembangunan, Jakarta : Universitas Indonesia. p 62 – 79. Onny Untung, 2004. Menjernihkan Air Kotor, Jakarta : Puspa Swara. p 6 Prawiro, 1989. Dasar-Dasar Pengelolaan Air Limbah, Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia. p 65 Pelczar, M.J dan E.C.S. Chan. 2006. Dasar-dasar Mikrobiologi. UI Press. Jakarta. Prasojo Editur, 1990. Uji Mikrobiologi Air Minum Yang Dikonsumsi oleh Masyarakat Desa Deket Wetan Kec. Deket Kab. Lamongan. Skripsi. Universitas Airlangga. Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Airlangga, Surabaya Rismunandar, 2001. Air Fungsi dan Kegunaanya Bagi Pertanian, Bandung : SinarBaru Algaesindo. p 2 Sabarwati Yoel, 1991. Uji Mikrobiologi Air Sumur Gali Di Tepi Anak Kali Surabaya, Di Daerah Gunungsari Dan Sekitarnya Kotamadya Surabaya. Skripsi. Universitas Airlangga. Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Airlangga, Surabaya Salim, E. 1986. Baku Mutu Lingkungan. KLH, Jakarta: p 193 Sutrisno, Totok C, 2004. Teknologi Penyediaan Air Bersih, Jakarta : Rineka Cipta. Suparmin, 2000. Studi Air Tanah Bebas Untuk Air Minum Penduduk di Kelurahan Plarangan Kecamatan Karanganyar Kabupaten Kebumen. Skripsi, FIS. p 7-11 Suyono, 1993. Pengelolaan Sumber Daya Air. Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta Soesetyono. H, 1980. Peranan Air Dalam Hubungannya dengan Penularan Penyakit, Majalah Kesehatan Masyarakat Th IX (24) 54 Sutejo P dan Eling P, 2003. Prinsip Dasar-Dasar Lingkungan, Surabaya : Airlangga University Press. p 21 – 22 Surbakti, BM. 1987. Air Minum Sehat. Surakarta : CV Mutiara solo. p 4 Sari Wulan, Anisa Intan, 2005, Kualitas Air Bersih Untuk Pemenuhan Kebutuhan Rumah Tangga Di Desa Pesarean Kecamatan Adiewerna Kabupaten Tegal. Skripsi. Universitas Negeri Semarang. Totok Sutrisno, dan Eni S, 1996, Air untuk Masa Depan, Jakarta : Rineka Cipta. 55 Lampiran 1 Hasil uji pendugaan (presumptive test) pada media LB (Lactose broth) Kelurahan Ujung I Ujung II Ujung III Ampel I Ampel II Ampel III Pegirian I Pegirian II Pegirian III Sidotopo I Sidotopo II Sidotopo III Wonokusumo I Wonokusumo II Wonokusumo III LB (10 ml) 1 2 3 + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + 1 + + + + + + + + + + + + + + + LB (1 ml) 2 + + + + + + + + + + + + + + + 3 + + + + + + + + + + + + + + + 1 + + + + + + + + + + + + + + + LB (0,1 ml) 2 + + + + + + + + + + + + + + + 3 + + + + + + + + + + + + + + + Pembacaan kombinasi tabung 3, 3, 3 3, 3, 3 3, 3, 3 3, 3, 3 3, 3, 3 3, 3, 3 3, 3, 3 3, 3, 3 3, 3, 3 3, 3, 3 3, 3, 3 3, 3, 3 3, 3, 3 3, 3, 3 3, 3, 3 56 Lampiran II Hasil uji penegasan (confirmed test) pad a media BGLB (Briliant green lactose broth) BGLB BGLB BGLB Kelurahan (10 ml) (1 ml) (0,1 ml) Pembacaan kombinasi tabung 1 2 3 1 2 3 1 2 3 Ujung I Ujung II Ujung III Ampel I Ampel II Ampel III Pegirian I Pegirian II Pegirian III Sidotopo I Sidotopo II Sidotopo III Wonokusumo I Wonokusumo II Wonokusumo III + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + 3, 3, 1 3, 3, 3 3, 3, 1 3, 3, 2 3, 3, 2 3, 3, 2 3, 3, 3 3, 3, 3 3, 3, 3 3, 3, 2 3, 3, 2 3, 3, 2 3, 3, 1 3, 3, 3 3, 3, 3 MPN per 100 ml Selang probabilitas 95% 460 2400 460 1100 1100 1100 2400 2400 2400 1100 1100 1100 460 2400 2400 71 – 2400 71 – 2400 150 – 4800 150 – 4800 150 – 4800 150 – 4800 150 – 4800 150 - 4800 71 – 2400 - 57 Lampiran III Hasil uji kesempurnaan (completed test) pada media EMB (Eosin methylen blue) EMB EMB EMB Kelurahan (10 ml) (1 ml) (0,1 ml) Pembacaan kombinasi tabung 1 2 3 1 2 3 1 2 3 Ujung I Ujung II Ujung III Ampel I Ampel II Ampel III Pegirian I Pegirian II Pegirian III Sidotopo I Sidotopo II Sidotopo III Wonokusumo I Wonokusumo II Wonokusumo III + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + 3, 2, 2 2, 1, 1 3, 1, 1 3, 3, 1 3, 2, 1 3, 3, 1 3, 1, 0 3, 2, 1 3, 3, 3 3, 3, 2 3, 1, 2 3, 3, 3 3, 3, 1 1, 0, 1 3, 3, 3 MPN per 100 ml Selang probabilitas 95% 210 20 75 460 150 460 43 150 2400 1100 120 2400 460 7 2400 35 – 470 7 – 89 14 - 230 71 – 2400 30 – 440 71 – 2400 7 - 210 30 – 440 150 – 4800 30 – 380 71 – 2400 1 – 21 - 58 Lampiran IV Proses pengambilan sampel air sumur Kondisi sumur di rumah penduduk Kondisi lingkungan sekitar bangunan sumur 59 Lampiran V Hasil uji pendugaan (Presumptive test) pada sampel air sumur sumur yang menunjukkan hasil positif dengan adanya gelembung pada tabung durham Hasil uji penegasan (Confirmed test) pada sampel air sumur yang menunjukkan hasil positif dengan adanya gelembung pada tabung durham Hasil uji kesempurnaan (Completed test) pada sampel air sumur yang menunjukkan warna hijau metalik pada media EMB yaitu bakteri E. Coli 60 Proses inokulasi hasil dari uji pendugaan ke uji penegasan Perbesaran 40x Perbesaran 100x Pemeriksaan pada mikroskop cahaya dengan menggunakan perbesaran 40x dan 100x dengan pewarnaan Gram terlihat koloni bakteri E. Coli 61 Lampiran VI Tabel MPN