INTISARI KESESUAIAN PENULISAN RESEP DENGAN

advertisement
INTISARI
KESESUAIAN PENULISAN RESEP DENGAN FORMULARIUM PADA
PASIEN UMUM RAWAT JALAN DI RSUD SULTAN IMANUDDIN
PANGKALAN BUN
Fahrurazi 1; Yugo Susanto, S.Si., Mpd., Apt 2; Soufia Ardiani, S.Si., Apt.3
Formularium rumah sakit yang telah disusun oleh Panitia Farmasi dan
Terapi (PFT) diharapkan akan memudahkan dokter dalam menulis resep, namun
dalam pelaksanaannya, justru menimbulkan permasalahan kebanyakan dokter
dalam menulis resep karena tidak sesuai dengan formularium. Karena belum ada
studi pendahuluan yang melakukan penelitian seperti judul tersebut, Maka
peneliti tertarik untuk melakukan studi penelitian secara deskriptif tentang
kesesuaian penulisan resep dengan formularium.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesesuaian dan ketidaksesuaian
penulisan resep dengan formularium pada pasien umum rawat jalan di RSUD
Sultan Imanuddin Pangkalan Bun. Populasi dalam penelitian ini adalah semua
resep yang ditulis oleh dokter, sedangkan sampelnya adalah item obat yang
diresepkan oleh dokter untuk pasien umum rawat jalan di RSUD Sultan
Imanuddin bulan Juli 2013 sampai Juni 2014. Penelitian dilakukan dengan metode
Probability Sampling dan perhitungan secara komputerisasi dengan seluruh resep
yang ditulis oleh dokter dimasing-masing Poli di RSUD Sultan Imanuddin
Pangkalan Bun.
Hasil penelitian selama dua bulan tersebut diperoleh kesesuaian penulisan
resep dengan formularium pada pasien umum rawat jalan di RSUD Sultan
Imanuddin Pangkalan Bun periode bulan Juli 2013 sampai Juni 2014 Resep
sebanyak 357 lembar dengan persentase 94,20%, sedangkan item obat sebanyak
1197 R/ dengan persentase 98,08% dan ketidaksesuaian penulisan Resep
sebanyak 22 lembar dengan persentase 5,80%,sedangkan Item obat sebanyak 23
lembar dengan persentase 1,20%. Sedangkan hasil dari masing-masing poli ada 6
poli yang tingkat Kesesuaian penulisan resep 100%,dan sisa 6 poli lainnya yaitu
Poli Neuro (4%), THT (6,06%), Dalam (6,40%), Anak (6,45%), Kulit dan
Kelamin (14,81%), dan Mata (21,05%). Dari 12 Poli terdapat 397 lembar resep
dengan 1197 item obat (R/) diambil rata-ratanya 3,16 R/ dalam setiap lembar
resep. Jadi bisa disimpulkan bahwa penulisan resep dengan formularium oleh
dokter di RSUD Sultan Iamnuddin Pangkalan Bun masih sangat wajar dan sesuai
yang diharapkan.
Kata Kunci; Kesesuaian resep, Formularium, Pasien rawat jalan, RSUD Sultan
Imanuddin Pangkalan Bun.
1,2 Akademi Farmasi ISFI Banjarmasin
3 RSUD Sultan Imanuddin Pangkalan Bun
ABSTRACT
PRESCRIPTION
COMPATIBILITY
WITH
FORMULARYIN
AMBULATORY PATIENT SULTAN IMANUDDIN PANGKALAN BUN
HOSPITAL YEAR 2013-2014.
Fahrurazi 1; Yugo Susanto, S.Si., Mpd., Apt 2; Soufia Ardiani, S.Si., Apt.3
Hospital formulary that has been prepared by the Pharmacy and
Therapeutics Committee (PTC) is expected to facilitate the doctor to write a
prescription, but in practice, most doctors would lead to problems in writing a
prescription because it does not conform to the formulary. Because there is no
preliminary studies were conducted research such as the title, so the researchers
interested in conducting research studies are descriptive about the suitability of
prescribing with formulary.
This study aims to determine the suitability and incompatibility with
formulary prescribing in general patients in hospital outpatient Sultan Imanuddin
Pangkalan Bun. The population in this study were all prescriptions written by
physicians, while the sample is an item drugs prescribed by doctors to patients in
the hospital outpatient general Sultan Imanuddin July 2013 to June 2014. The
study was conducted by the method of Probability Sampling and computerized
calculation of the entire recipe written by doctors in the respective Poly in
hospitals Sultan Imanuddin Pangkalan Bun.
The results of the study for two months earned conformity with formulary
prescribing in general patients in hospital outpatient Sultan Imanuddin Pangkalan
Bun period July 2013 to June 2014 a total of 357 sheets Recipe by percentage of
94.20%, while drug items as much as 1197 R / with the percentage 98.08% and
mismatches Prescription writing as many as 22 sheets with a percentage of
5.80%, while as many as 23 sheets of drug items with a percentage of 1.20%.
While the results of each poly poly that there are 6 levels of Conformity
prescribing 100%, and the remaining 6 are poly Neuro other poly (4%), ENT
(6.06%), In (6.40%), Children (6 , 45%), Dermatology (14.81%), and eyes
(21.05%). From 12 Poly contained 397 sheets with 1197 items prescription
medications (R /) be averaged
3.16 R / in any recipe sheet. So it can be concluded that the formulary prescribing
by doctors in hospitals Sultan Imanuddin Pangkalan Bun is still very reasonable
and as expected.
Keywords; Suitability prescribing, formulary, general patient in hospital
outpatient Sultan Imanuddin Pangkalan Bun.
Academy of Pharmaceutical ISFI
Banjarmasin 3 Hospital Sultan Imanuddin
Pangkalan Bun
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang Penelitian
Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan, bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang
optimal bagi masyarakat. Upaya kesehatan diselenggarakan dengan pendekatan
pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif),
penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif), yang
dilaksanakan secara menyeluruh terpadu dan berkesinambungan. Konsep kesatuan
upaya kesehatan ini menjadi pedoman dan pegangan bagi semua fasilitas
kesehatan di Indonesia termasuk rumah sakit (Anonim, 2004, b).
Rumah sakit yang merupakan salah satu dari sarana kesehatan,
merupakan rujukan pelayanan kesehatan dengan fungsi utama menyelenggarakan
upaya kesehatan yang bersifat penyembuhan dan pemulihan bagi pasien.
Perubahan lingkungan mendorong rumah sakit menjadi organisasi
multiproduk. Secara garis besar konsep ini dapat diuraikan sebagai berikut, rumah
sakit adalah sebuah badan usaha yang mempunyai berbagai macam produk
misalnya, instalasi farmasi, instalasi rawat inap, instalasi rawat jalan, instalasi
laboratorium, gizi, hingga urusan pemulasaran jenazah. Dengan demikian rumah
sakit secara keseluruhan dapat dianggap sebagai suatu lembaga usaha yang
mempunyai berbagai unit pelayanan. Unit-unit ini dipergunakan secara langsung
oleh masyarakat, dinilai, dan mempunyai kuntabilitas .
Rumah sakit sebagai tempat pelayanan kesehatan seyogyanya dapat
memberikan pelayanan yang bermutu dan terjangkau oleh seluruh lapisan
masyarakat sehingga usaha untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
dapat tercapai.
Pelayanan bermutu merupakan isu yang paling kompleks dalam dunia
pelayanan kesehatan.Ruang lingkupnya sangat luas, mulai dari kemungkinan
derajat kesempurnaan teknik intervensi klinik, sampai pada peranannya dalam
menurunkan angka morbiditas dan mortalitas.Salah satu aspek tersebut adalah
bahwa pelayanan kesehatan di rumah sakit tidak dapat dipisahkan dari obat. Oleh
karena itu rumah sakit harus mempunyai unit yang berwenang untuk mengatur
dan mengelola segala hal yang berkaitan dengan obat. Unit yang berwenang ini
secara struktural menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 553/Menkes/SK/1994 disebut Instalasi Farmasi Rumah Sakit merupakan
bagian dari rumah sakit yang berada di bawah pengawasan dan koordinator wakil
direktur penunjang medik.
Obat
merupakan
unsur
yang
sangat
penting
dalam
upaya
penyelenggaraan kesehatan.Sebagian besar intervensi medik menggunakan obat,
oleh karena itu obat tersedia pada saat diperlukan dalam jenis dan jumlah yang
cukup, berkhasiat nyata dan berkualitas baik. Biaya obat dalam realitasnya
merupakan bagian yang cukup besar dari biaya intervensi medik secara
keseluruhan
Pemilihan obat yang aman, tepat dan rasional akan mempengaruhi proses
penyembuhan. Dengan makin banyaknya macam dan jenis obat akan menyulitkan
pemilihan obat yang tepat bagi dokter. Kurangnya pengetahuan farmakologis
terutama untuk obat baru, bersamaan dengan sikap bebas dokter dalam memilih
obat menimbulkan selera yang berbeda. Selain itu adanya promosi obat yang
terdorong oleh target penjualan tertentu akanmenimbulkan konsumsi berlebihan
berupa penggunaan obat yang tidak rasional dan merugikan pemakai obat. Untuk
mengatasi hal ini maka diperlukan seleksi obat yang di rumah sakit lebih dikenal
dengan nama
Formularium rumah sakit yaitu merupakan buku yang berisi kumpulan
nama – nama obat yang dipakai di rumah sakit tersebut. Dengan diberlakukannya
formularium rumah sakit maka mengganggu kebebasan dokter dalam memilih
obat dan ini sering menimbulkan konflik bagi dokter sehingga formularium rumah
sakit belum dipergunakan sebagaimana mestinya.
Strategi pengelolaan obat yang baik perlu didukung dengan kebijakan
internal yang mengikat seluruh komponen yang terlibat didalamnya oleh karena
obat ini merupakan salah satu unit bisnis yang penting dalam mendukung
pendapatan rumah sakit (center of revenue). Salah satu kebijakan yang penting
adalah penerapan formularium rumah sakit yang dibuat oleh Panitia Farmasi dan
Terapi (PFT). Formularium Rumah Sakit merupakan suatu daftar obat baku
beserta peraturan-peraturannya yang digunakan sebagai pedoman dalam
pemakaian obat di suatu rumah sakit yang dipilih secara rasional, berdasarkan
informasi obat yang sahih dan sesuai kebutuhan pasien di rumah sakit.
Penulisan resep di Rumah SAkit pemerintah selain mengacu pada Formularium
Rumah Sakit, juga mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan
nomor
085/Menkes/Per/I/1989
tentang
kewajiban
menuliskan
resep
dan
atau
menggunakan obat generik di rumah sakit umum (RSU) pemerintah. Studi
Harahap (1990) menunjukkan bahwa penulisan resep
obat generik di Rumah Sakit Umum pemerintah berkisar antara 45-60%. Maka atas
beberapa analisa dan kesimpulan penguji tertarik untuk membuat suatu penelitian
tentang kesesuaian penulisan resep dengan formularium pada pasien umum rawat
jalan di Rumah Sakit Daerah Sultan Imanuddin Pangkalan Bun.
Download