BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada tahun 1990-an mulai dikenal satu istilah baru yang disebut internet. Internet sendiri adalah singkatan dari interconnection networking, yang merupakan suatu sistem global dari jaringan komputer yang saling terhubung satu sama lain menggunakan standard Internet Protocol Suite (Transmission Control Protocol / Internet Protocol) untuk bisa melayani milyaran lebih pengguna di seluruh dunia. Sejarahnya internet telah ada sejak tahun 1969, tapi penggunaannya secara komersial baru mulai dilakukan pada tahun 1990-an. Wynants dan Cornelis (2005: 13) mengemukakan bahwa Internet membuka sebuah dunia baru yang penuh keterbukaan, hal apapun dapat dimasukkan ke dalam internet dan siapapun bebas mengaksesnya tanpa perlu mengeluarkan biaya tambahan atau dibatasi oleh hak cipta dan hak paten. Internet bahkan dianggap sebagai sebuah bentuk media baru yang akan menggantikan media konvensional, media baru dengan dasar open source. Sebagai media baru dengan basis open source, internet dapat digunakan dalam beragam bidang, seperti politik, bisnis, dan pemasaran. Pemanfaatan internet dalam bidang bisnis dan pemasaran dapat dilihat dari banyaknya bisnis online atau yang lebih dikenal dengan istilah online shopping, dan tingkat penjualan serta pembelian dalam bisnis online merupakan pasar yang berpeluang besar. Para pelaku ekonomi mulai dari perusahaan besar sampai dengan perorangan melakukan berbagai kegiatan pemasaran melalui internet, hanya dengan bermodalkan website ataupun social media untuk menarik lebih banyak konsumen yang tidak dapat dicapai dengan media konvensional. Di Indonesia pemanfaatan internet sebagai media baru, terbatas pada wilayah – wilayah tertentu yang umumnya adalah wilayah perkotaan yang memiliki sumber daya yang memadai dan masyarakatnya memiliki pengetahuan tentang teknologi internet. Sedangkan wilayah pedesaan atau perkampungan belum memiliki akses terhadap internet sehingga pemanfaatannya sendiri sebagai media bisnis dan pemasaran untuk meningkatkan ekonomi masyarakat kurang dapat terlihat. Penelitan ini menjadi penting dikarenakan bagaimana suatu perkampungan yang biasanya masih terisolasi dari teknologi dan jauh dari modernitas, kemudian hadir dan menamakan dirinya sebagai “kampung cyber” yang memanfaatkan internet sebagai media baru untuk meningkatkan dan memberdayakan UKM (Usaha Kemandirian Masyarakat) yang ada di kampung tersebut. 1.2 Rumusan Masalah Setelah melihat latar belakang permasalahan, maka diperoleh pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana pelaku UKM memanfaatkan new media, khususnya internet dalam menjalankan usahanya? 2. Bagaimana peran internet dalam memberdayakan UKM (Usaha Kemandirian Masyarakat) yang ada di “Kampung Cyber”? 1.3 Tujuan Penelitian Dari pertanyaan penelitian di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui bagaimana cara para pelaku UKM di “Kampung Cyber” menggunakan new media sebagai bagian dari kegiatan usaha bisnisnya. 2. Untuk mengetahui bagaimana peranan media baru, internet dalam memajukan dan memberdayakan para pelaku UKM (Usaha Kemandirian Masyarakat) di “Kampung Cyber”. 1.4 Manfaat Penelitian Berikut adalah manfaat penelitian: 1. Praktis Penelitian ini diharapkan dapat membantu dalam meningkatkan taraf kehidupan masyarakat di “Kampung Cyber”, Yogyakarta. Diharapkan dengan adanya penelitian ini kemampuan dan pemahaman masyarakat atau para pelaku UKM semakin maju mengenai teknologi new media, sehingga adanya new media ini dapat semakin dimanfaatkan. 2. Akademis Penelitian ini diharapkan menambah khasanah ilmu pengetahuan, khususnya di bidang ilmu komunikasi mengenai komunikasi massa melalui pengembangan teknologi new media. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi bagi pihak lain yang terkait, seperti institusi pendidikan dan mahasiswa yang akan melakukan penelitian dengan tema serupa. 1.5 Sistematika Penelitian Sistematika penulisan penelitian ini terdiri dari: BAB I PENDAHULUAN Pendahuluan berisi tentang latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. BAB II KERANGKA TEORI Kerangka teori berisi tentang teori yang digunakan untuk menjelaskan konsepkonsep yang digunakan dalam penelitian ini. BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian ini menjelaskan tentang metode yang digunakan dalam penelitian seperti, pendekatan penelitian, metode penelitia, subjek penelitian, metode pengumpulan data, dan dll. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISA DATA Bab ini berisikan tentang sejarah Kampung Cyber, serta menjelaskan tentang data hasil penelitian. Kemudian data hasil penelitian tersebut akan dianalisa berdasarkan metode analisa yang telah ditentukan pada bab sebelumnya. BAB V PENUTUP Bab penutup ini berisikan tentang kesimpulan dan saran dari hasil penelitian ini BAB II KERANGKA TEORI 2.1 Komunikasi Pada Bab ini akan dikemukakan tentang teori yang dipakai guna menganalisis permasalahan yang terdapat dalam penelitian ini. Teori utama yang menjadi landasan dalam penelitian ini adalah teori komunikasi. Kata komunikasi atau communication dalam bahasa Inggris berasal dari bahasa latin, yaitu kata communis yang berarti “sama” dan kata communico, communicatio, atau communicare yang berarti “membuat sama”. Kata communis lebih sering digunakan sebagai asal kata dari komunikasi. Dengan demikian, kata komunikasi merujuk pada tindakan untuk membuat suatu pikiran, makna, atau pesan dianut secara sama. Ada banyak definisi tentang komunikasi yang telah dikemukakan oleh para ahli. Beragamnya definisi tersebut harus dilihat dari kemanfaatan untuk menjelaskan berbagai fenomena yang diteliti masing – masing ahli. Selain itu, banyaknya definisi tersebut juga dikarenakan oleh adanya perbedaan persepsi yang dianut oleh para ahli. Tokoh akademik di bidang komunikasi Dance dan Larson, dalam Mulyana (2007: 60) telah mengumpulkan sebanyak 126 definisi komunikasi yang berlainan pada tahun 1976. Tentunya, sekarang ini jumlah definisi tersebut terus bertambah seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan. Dance mengemukakan ada tiga dimensi konseptual penting yang mendasari definisi – definisi komunikasi. Dimensi pertama adalah tingkat observasi (level of observation), atau derajat keabstrakannya, yang menilai apakah suatu definisi komunikasi terlalu umum atau terlalu khusus. Dimensi kedua adalah kesengajaan (intentionality). Sebagaian definisi mencakup hanya pengiriman dan penerimaan pesan yang disengaja, sedangkan sebagaian definisi lainnya tidak menuntut syarat tersebut. Dimensi ketiga adalah penilaian normatif, dimana suatu definisi komunikasi dinilai berdasarkan adanya unsur keberhasilan atau kecermatan. Kesimpulannya komunikasi adalah suatu proses pemindahan dan pengertian dari suatu makna. Maksud dari kata pemindahan makna adalah jika informasi atau ide tidak disampaikan, maka komunikasi tidak ada. Komunikasi juga menyangkut pengertian dari makna yang akan dikomunikasikan, bila sasaran komunikasi tidak mengerti makna yang dikomunikasikan maka komunikasi tidak akan terjadi. Ada banyak definisi yang diberikan oleh berbagai ahli mengenai definisi dari komunikasi. Salah satunya adalah pendapat Carl I.Hovland dalam buku Deddy Mulyana yang mengatakan bahwa komunikasi merupakan proses yang memungkinkan seseorang atau sekelompok orang, yang disebut komunikator, menyampaikan rangsangan biasanya berupa lambang lambang verbal guna merubah prilaku orang lain (Mulyana, 2007:68). Komunikasi baru mungkin terjadi apabila elemen elemen komunikasi terpenuhi semuanya. Seperti ada yang berbicara, ada ide yang disampaikan, ada media yang digunakan dan ada lawan bicara. Onong Uchyana Effendy merumuskan bahwa elemen elemen dalam berkomunikasi itu adalah sender, encoding, message, media ,decoding, message, media, decoding receiver, response, feedback dan noise (2007:18-19). Komunikasi menyediakan banyak fungsi dan mengambil tempat dalam keberagaman dari pengaturan. Ketika sudah mengetahui bahwa komunikasi menyajikan beragam tujuan dan fungsi, ini akan membantu untuk lebih memahami situasi komunikasi lebih baik lagi. Menurut Verderber dan Verderber (2008: 10) ada beberapa fungsi penting dari komunikasi, yaitu : Komunikasi merupakan alat untuk memenuhi kebutuhan sosial. Seperti halnya manusia membutuhkan makanan, minuman, dan tempat tinggal, maka manusia sebagai makhluk sosial juga membutuhkan hubungan dengan orang lain. Komunikasi merupakan alat untuk mengembangkan dan menjaga kesadaran diri manusia. Melalui interaksi manusia belajar untuk mengetahui siapa dirinya, dimana letak kelebihannya, dan apa reaksi orang terhadap tindakannya. Komunikasi merupakan alat untuk membangun hubungan. Komunikasi berfungsi tidak hanya untuk mengenal orang lain, tetapi juga berfungsi untuk menjalin hubungan dengan orang lain. Komunikasi sebagai alat pertukaran informasi. Informasi dapat diperoleh dengan cara observasi, membaca, melalui media, dan tentunya dengan komunikasi secara langsung dengan orang lain, baik secara tatap muka maupun online. Komunikasi sebagai alat untuk mempengaruhi pihak lain. Dalam kehidupan sosialnya manusia, baik secara sadar maupun tidak akan berusaha untuk mempengaruhi orang lain agar sesuai dengan pendapatnya masing – masing melalui komunikasi. Kegiatan mempengaruhi dalam komunikasi ini dapat dimulai dari hal kecil, seperti mempengaruhi orang lain untuk pergi ke restoran favorit. Berikutnya adalah teori tentang tujuan komunikasi. Pada umumnya komunikasi bertujuan agar idea atau gagasan yang disampaikan dapat dimengerti. Oleh karena itu komunikator harus mampu menjelaskan isi pesan dengan baik sehingga komunikan dapat mengerti isi pesan tersebut. Hal ini diperkuat oleh Widjaya yang mengatakan bahwa komunikator harus mampu melakukan pendekatan persuasif dan tidak memaksakan kehendak dalam menggerakan komunikan untuk melakukan hal yang diinginkan komunikator (Widjaja,2000:66-67) 2.2New Media Guna memenuhi kebutuhan hidup manusia maka komunikasi menjadi hal yang sangat penting untuk dilakukan. Karena dengan berkomunikasi maka semua aturan sosial yang mengatur berbagai aspek antar manusia dapat dilakukan. Hal ini selaras dengan pendapat yang dikemukakan oleh Jalalludin Rakhmat yang mengatakan bahwa manusia primitif maupun modern mempertahankan persetujuan mengenai beraneka peraturan sosial melalui komunikasi. Karena menurutnya, dengan kemampuan untuk berkomunikasi dengan individu lainnya maka manusia dapat mencapai persetujuan tersebut. Dalam proses komunikasi diperlukan media sebagai saluran penyampaian pesan. Oleh karena itu kemudian berkembang konsep mengenai komunikasi massa.Gagasan awal mengenai komunikasi massa terjadi ketika sebuah sumber, yang biasanya adalah sebuah organisasi menggunakan sebuah teknologi sebagai medium untuk berkomunikasi dengan banyak audience (Baran&Davis, 2009: 5). Perlu diperhatikan bahwa lingkungan awal komunikasi massa mengalami perubahan. Komunikasi massa sekarang ini tidak harus dilakukan oleh sebuah organisasi, seorang individu dapat menjadi sumber komunikasi massa dengan menggunakan teknologi. Saat seseorang menerima sebuah email, itu menunjukkan bahwa hanya ada satu audience bukan banyak audience, seperti yang dikemukakan dalam gagasan lama mengenai komunikasi massa. Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa dalam kegiatan komunikasi massa maka media merupakan salah satu unsur penting yang mampu mempengaruhi hubungan dan kegiatan manusia. Menurut Starubhaar,LaRose dan Davenport, dalam konteks tempo dulu, media selalu dikaitkan dengan radio, televisi, film dan koran maka perkembangan teknologi saat ini media berarti sebagai media baru yang terkait dengan penggunaan teknologi media interaktif seperti internet (Straubhaar et al, 2010:21). Pendapat yang hampir sama dikatakan pula oleh Marshall Mc Luhan dalam buku Apriadi Tamburaka yang mengatakan bahwa teknologi komunikasi memainkan peran penting dalam membawa perubahan dari penggunaan media tradisional ke media elektronik (Tamburaka,2013:71). Tidak dapat disangkal bahwa perkembangan internet membawa perubahan yang amat dahsyat. Hal tersebut diungkapkan oleh Cutlip,Center dan Broom yang mengatakan bahwa perubahan komunikasi yang sangat luas dan mendalam disebabkan kehadiran internet (Cutlip et al,2009:287). Rob Brown ditempat lain mengatakan bahwa internet telah membawa manusia modern kedalam suatu proses komunikasi yang lebih berarti dibandingkan dengan media lainnya (Brown, 2009:1). Padahal penggunaan internet saat ini hampir mendominasi hampir seluruh kegiatan manusia. Manusia tidak hanya mencari informasi dari internet akan tetapi juga juga memperlakukannya sebagai sebuah media komunikasi. Hal tersebut menguatkan pendapat McLuhan tentang Global Village, yang akan dibahas secara lebih jelas pada bagian berikutnya, yaitu setiap manusia di dunia ini dapat terhubung dan berkomunikasi tanpa halangan waktu maupun jarak karena tergabung dalam suatu komunitas maya (Tamburaka, 2013:75). Menurut Nancy K.Baym dalam bukunya yang berjudul Personal Connections in the Digital Age terbitan Polity Press, mengatakan salah satu hal yang paling mencolok dalam dunia digital ini adalah transformasi yang cepat dalam bentuk media teknologi sehingga manusia dapat bertemu dengan manusia lainnya (Baym,2010:1-5). Komunikasi tatap muka, percakapan melalui telepon, dan berkirim surat, sekarang dilengkapi dengan email, bertelepon melalui telepon genggam, mengirim SMS, instant message, chatting, media sosial, photo sharing, video sharing, games multiplayers dan banyak lagi. Masih menurut Baym, ada tujuh konsep yang dapat membedakan media satu dengan yang lain yaitu (1), interactivity, artinya adalah kemampuan dari satu media untuk memungkinkan seseorang berinteraksi dengan kelompok maupun secara individual. Kedua adalahtemporal structureyang merupakan komunikasi yang tersinkronisasi seperti komunikasi antar persona, bercakap melalui telepon atau instant message semua terjadi pada waktu yang sama. Konsep ketiga adalah media menyiapkan kunci yang penuh sementara media lain menyiapkannya sedikit. Apabila komunikasi antar persona orang dapat sumber komunikasi yang kaya karena mereka saling berbagi pengaruh lingkungan yang sama dan gangguan yang terjadi. Sementara digital media hanya menyediakan sedikit kunci yang kontekstual, maupun visual dan yang bersifat auditori. Konsep selanjutnya adalah “storage” (penyimpanan) dan replika. Kalau seseorang tidak membuat rekaman audio maupun video lewat telepon dan komunikasi anatar persona, maka semua percakapan yang dilakukan hilang lenyap. Selanjutnya konsep “reach”. Komunikasi antar persona hanya mampu menjangkau orang dalam ruang yang sama. Dan terakhir konsep mobilitas yaitu sampai berapa jauh seseorang dapat mengirim dan menerima pesan berdasarkan lokasinya berada. Setelah memahami perbedaan antara media satu dengan media lainnya, berikutnya akan dibahas mengenai media baru. McQuail (2010: 136) mengemukakan bahwa “media baru” sangat berbeda dan tidak mudah dijelaskan. Ketertarikan mengenai media baru ini berhubungan erat dengan komunikasi massa yang secara langsung ataupun tidak langsung mempunyai pengaruh untuk media massa tradisional. Perhatian mengenai “media baru” ini terutama berpusat pada keseluruhan aktivitas yang dihasilkan oleh internet. Internet menyatukan radio, film, dan televisi, serta mendistribusikan kesemua media tersebut melalui alat bantu teknologi. Media baru melebihi batas media cetak dan broadcasting melalui: (1) memungkinkan percakapan many-to-many; (2) memungkinkan penerimaan, perubahan, dan redistribusi dari objek kebudayaan secara bersama-sama; (3) menyediakan keterhubungan secara global dengan segera; (4) memasukkan unsur subjek modernitas atau pasca modernitas kedalam sebuah mesin yang disebut jaringan (networked). Rice (1999) seperti yang dikutip dalam (McQuail, 2010: 143) mengidentifikasikan lima kategori dari “media baru”, yang memiliki kesamaan saluran tertentu dan dibedakan hanya berdasarkan jenis kegunaan, konten, dan konteks : Media komunikasi interpersonal Media dalam hal ini mencakup telepon dan email, yang secara umum kontennya bersifat pribadi dan mudah hilang dan hubungan yang tercipta lebih penting dibandingkan dengan informasi yang disampaikan. Media interaktif Media jenis ini biasanya didasarkan pada komputer dan video games. Inovasi utama yang terletak dalam media ini ada pada interaktifitasnya dan dominasi proses. Media pencari informasi Contoh paling mudah dalam media kategori ini adalah internet, yang dipandang sebagai perpustakaan dan sumber data, yang aktual dan mudah diakses. Mesin pencari berada dalam posisi memegang kendali sebagai alat bagi para pengguna sebagaimana juga menjadi sumber pendapatan dari internet. Collective participatory media Kategori ini meliputi khususnya penggunaan internet untuk tujuan berbagi dan menukar informasi, ide, pengalaman, dan pembangunan hubungan personal. Jejaring sosial berada dibawah kategori ini. Substitution of broadcast media Referensi utama adalah untuk menggunakan media untuk menerima atau mengunduh konten yang telah disiarkan atau didistribusikan oleh media lain. Contohnya seperti menonton program televisi yang telah disiarkan. Perbedaan yang diindikasikan dalam tipologi diatas membuat sulit untuk menggambarkan karakteristik medium dari new media. Fortunate (2005) seperti yang dikutip dalam McQuail (2010: 144) menegaskan bahwa kecenderungan pararel atas mediatisasi dari internet dan internetisasi dari media massa, sebagai sebuah cara untuk memahami proses konvergensi yang saling menguntungkan. Pembahasan lebih lanjut mengenai new media sesuai dengan thesis yang dikemukakan oleh Marshall McLuhan yang menyebutkan bahwa manusia sekarang hidup ditempat yang disebutnya sebagai “global village”, dimana media komunikasi modern memungkinkan jutaan orang di dunia untuk saling terhubung dimanapun dalam waktu singkat. McLuhan menjelaskan bahwa media, terpisah dari konten apapun yang ditransmisikannya mempengaruhi individu dan masyarakat. Gagasan awal McLuhan ini, kemudian diformulasikan menjadi sebuah teori yang disebut dengan teori medium. (Littlejohn, 2002: 303) Teori medium menjelaskan media sebagai perpanjangan dari pikiran manusia, sehingga perhatian utama dari semua periode historikal mengalami pembiasan oleh media utama yang digunakan saat itu. Dengan kata lain apa yang terjadi dan apa yang terlihat penting dalam periode waktu historikal ditententukan oleh media. McLuhan menyimpulkan bahwa manusia beradaptasi terhadap lingkungannya melalui sebuah rasio kesadaran tertentu, dan medium utama pada masa itu membawa keluar kesadaran tertentu dari rasio tersebut, dan kemudian mempengaruhi persepsi. McLuhan melihat setiap medium sebagai sebuah perpanjangan dari kemampuan manusia, melebihkan kesadaran. Sebelum mesin cetak ditemukan, komunikasi utama manusia berdasarkan sesuatu yang didengar, mendengar berarti percaya. Setalah ditemukannya mesin cetak, penglihatan merupakan unsur utama yang mendominasi yang mendorong manusia memiliki persepsi linear, logikal, dan kategorikal. Teknologi elektronik membawa kembali unsur pendengaran menjadi utama. Media cetak menciptakan sebuah ledakan dalam masyarakat, memisahkan dan membagi individu dari individu lainnya, tetapi media masa elektronik (radio dan televisi) menciptakan sebuah ledakan yang membawa kembali dunia ke dalam “global village”. Sebagai hasilnya, hal ini mendorong manusia untuk mempertimbangkan dan mengevaluasi kembali setiap pikiran, tindakan, dan institusi. Gagasan McLuhan mengenai medium teori kemudian dituangkan kedalam ungkapan terkenal, “the medium is the message”, yang menyatakan bentuk baru dari tranformasi media yang mengubah pengalaman individu tentang dirinya dan masyarakat, dan pengaruh yang ditimbulkan lebih penting daripada isi atau konten yang dikirimkan dalam bentuk pesan tertentu. Atau dengan kata lain, teknologi menentukan pengalaman. Pada penelitian ini yang menjadi subjek pembahasan adalah internet yang menjadi new media menggantikan media elektronik. New media tetap membuat manusia berada di tempat yang oleh McLuhan disebut sebagai “global village”, teknologi komunikasi internet bahkan membuat jarak dan waktu antar manusia diseluruh dunia menjadi lebih tidak ada bila dibandingkan pada masa media elektronik. New media ini membawa pengaruh besar kedalam kehidupan setiap masyarakat, ketidakadaan jarak menjadikan perbedaan semakin terlihat dan tidak dapat dibendung. McLuhan (1967) berpendapat bahwa semakin kondisi “global village” tercipta, maka semakin tercipta keterpisahan, pembagian, dan perbedaan. Berdasarkan penjelasan di atas perlu ditambahakan pula bahwa perkembangan teknologi internet dan mobile phone diiringi pula dengan pertumbuhan media sosial yang semakin pesat. Dengan munculnya beragam media sosial maka para pengguna internet semakin dimudahkan untuk saling berkomunikasi. Pada tahun 2004, media sosial facebook yang muncul langsung diikuti fenomena bergabungnya berjuta juta orang dari berbagai belahan bumi ke dalam jejaring sosial tersebut. Besarnya minat orang untuk menggunakan facebook member peluang bagi penyedia layanan situs internet untuk mengembangkan media sosial lainnya, masing masing memiliki keunggulannya masing masing yang menarik perhatian pengguna internet. Salah satu media sosial tersebut adalah twitter. Sejak facebook muncul di tahun 2004 maka ia menjadi media sosial kesayangan pengguna internet, maka kemunculan twitter memunculkan fakta bahwa saat ini twitter lebih disukai daripada facebook. Data terbaru penggunaan twitter hingga saat ini penggunannya adalah 218,3 juta diseluruh dunia (okezone.com,14 Oktober 2013). Hal inilah yang menjadi salah satu alasan mengapa twitter dipilih sebagai bahan penelitian. 2.3 UKM (Usaha Kecil Mikro) Usaha Kecil Mikro (UKM) merupakan sumber kehidupan ekonomi terbesar bagi masyarakat Indonesia. UKM merupakan menopang perekonomian bangsa telah terbukti, karena sektor ini mampu bertahan hidup dan bersaing di tengah krisis ekonomi. Menurut Panjaitan (dalam Lumbanjara, 2011: 88) mengatakan ketua umum DPP Himpunan Pengusaha Mikro dan Kecil Indonesia (HIPMIKINDO), keunggulan usaha mikro ini, dibuktikan pasca kerusuhan Mei 1998, mereka mampu bertahan sampai sekarang sebagai penyelamat perekonomian nasional. Sementara bidang usaha lain justru tiarap dan porak-poranda. Usaha kecil-mikro merupakan jenis usaha yang menyerap banyak tenaga kerja dan memiliki daya tahan dan fleksibilitas yang lebih baik dalam mengha dapi dinamika kehidupan ekonomi suatu negara. Perkembangan usaha kecil-mikro terus meningkat. Secara sektoral, sekitar 60% dari total usaha kecil-mikro adalah usaha yang bergerak dibidang pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan, kemudian sekitar 23% bergerak di sektor perdagangan, hotel dan restoran dan sekitar 7% bergerak dibidang industri pengolahan dan komunikasi dan sisanya tersebar di sektor pertambangan dan penggalian, jasa keuangan, bangunan, listrik, gas dan air bersih. Mengingat pentingnya peranan sektor usaha kecil-mikro, khususnya dalam penyerapan tenaga kerja dan peningkatan kesejahteraan masyarakat, maka sudah sewajarnya sektor ini mendapat perhatian untuk lebih dikembangkan sehingga benarbenar bisa menjadi penyangga utama perekonomian nasional. Bahkan di era globalisasi saat ini, sektor usaha kecilmikro memiliki potensi besar untuk berkembang menjadi kompetitif dan berintegrasi dengan perekonomian modern. Menjelang pergantian tahun 2003, dua tahun yang lalu ILO (International Labor Organization) memprediksikan jumlah pemuda pengangguran pada tahun 2003 cukup mencengangkan. Jumlah pengangguran muda di seluruh dunia diperkirakan 74 juta orang atau 41 persen dari jumlah pengangguran pada tahun 2002. Di Indonesia angka ini melonjak dari 8.6 juta orang tahun lalu (tahun 2003), menjadi 10,3 juta orang dan pengangguran terbuka di Indonesia pada tahun yang sama mencapai 45 juta orang (Sumber Bappenas dan Kompas 29 Mei 2004). 70 Dari catatan itu sekitar 15 persen di pedesaan dan 25 persen di perkotaan. Pengangguran muda yang sebagian termasuk kategori terdidik, haruslah menjadi perhatian. Usaha kecil Menengah (UKM) menurut worldbank merupakan salah satu kekuatan pendorong terdepan dan pembangunan ekonomi. Gerak sektor UKM amat vital untuk menciptakan pertumbuhan dan lapangan pekerjaan. UKM cukup fleksibel dan dapat dengan mudah beradaptasi dengan pasang surut dan arah permintaan pasar. UKM juga menciptakan lapangan pekerjaan lebih cepat dibandingkan sektor usaha lainnya, dan UKM juga cukup terdiversifikasi dan memberikan kontribusi penting dalam ekspor dan perdagangan. Karena itu UKM merupakan aspek penting dalam pembangunan ekonomi yang kompetitif. Di Indonesia, sumber penghidupan amat bergantung pada sektor UKM. Kebanyakan usaha kecil ini terkonsentrasi pada sektor perdagangan, pangan, olahan pangan, tekstil dan garmen, kayu dan produk kayu, serta produksi mineral non-logam. Mereka bergerak dalam kondisi yang amat kompetitif dan ketidakpastian; juga amat dipengaruhi oleh situasi ekonomi makro. Lingkungan usaha yang buruk lebih banyak merugikan UKM daripada usaha besar. Secara keseluruhan, sektor UKM diperkirakan menyumbang sekitar lebih dari 50% PDB (kebanyakan berada di sektor perdagangan dan pertanian) dan sekitar 10 % dari ekspor. Meski tidak tersedia data yang terpercaya, ada indikasi bahwa pekerja industri skala menengah telah menurun secara relatif dari sebesar 10% dari keseluruhan pekerja pada pertengahan tahun 1980an menjadi sekitar 5% di akhir tahun 1990an. Dibandingkan dengan negara maju, Indonesia kehilangan kelompok industri menengah dalam struktur industrinya. Akibatnya disatu sisi terdapat sejumlah kecil perusahaan besar dan di sisi lain melimpahnya usaha kecil yang berorientasi pasar domestik. BAB III METODOLOGI 3.1 Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif ini dipilih karena peneliti menganggap bahwa pendekatan kualitatif merupakan pendekatan paling sesuai untuk menggambarkan tujuan penelitian ini, yaitu untuk mengetahui cara para pelaku UKM dalam menggunakan internet dan untuk mengetahui peranan new media dalam memajukan dan memberdayakan pelaku UKM di Kampung Cyber. Definisi penelitian kualitatif menurut Creswell (2008), seperti yang dikutip oleh Raco (2010:7) adalah suatu pendekatan atau penelusuran untuk mengeksplorasi dan memahami suatu gejela sentral. Untuk memahami gejala sentral tersebut peneliti mewawancarai perserta penelitian atau partisipan dengan mengajukan pertanyaan umum dan agak luas. Informasi yang disampaikan kemudian dikumpulkan. Informasi tersebut biasanya berupa kata atau teks. Data yang berupa kata atau teks tersebut kemudian dianalisis. Hasil analisis itu dapat berupa penggambaran atau deskripsi atau dapat pula dalam bentuk tema-tema. Dari data-data itu peneliti membuat interpretasi untuk menangkap arti terdalam. Sesudahnya peneliti membuat perenungan pribadi (self-reflection) dan menjabarkannya dengan penelitian-penelitian ilmuwan lain yang dibuat sebelumnya. Hasil akhir dari penelitian kualitatif dituangkan dalam bentuk laporan tertulis, yang fleksibel karena tidak ada ketentuan baku tentang struktur dan bentuk laporan hasil penelitian kualitatif. Berdasarkan definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh sukjek penelitian dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah, yang kemudian disusun menjadi sebuah laporan tertulis. Pada intinya penelitian dengan menggunakan metode kualitatif memiliki keuntungan bila ingin mencari tahu sesuatu secara mendalam. Bila gejala kurang diketahui dan kurang jelas. Tambahan pula bila penelitian tidak dapat dilakukan di dalam laboratorium. 3.2 Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian studi kasus deskriptif agar hasil penelitian dapat menggambarkan dan mendeskripsikan studi kasus berurutan dari objek penelitian. Peneliti disini harus dapat menggambarkan dan mendeskripsikan definisi kasus yang akan diselidiki, menentukan data yang akan dikumpulkan itu relevan dan apa yang seharusnya dikerjakan sehubungan dengan data yang telah terkumpul (Yin, 2008: 2). Untuk membedah fenomena tersebut, dibutuhkan metode yang tepat untuk mengupas permasalahan tersebut. oleh sebab itu metode yang tepat digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif studi kasus deskriptif. Menutut Yin studi kasus adalah sebuah metode penelitian di mana pertanyaan how (bagaimana) dan why (mengapa) diajukan dalam sebuah penelitian, saat peneliti memiliki sedikit kontrol atas sebuah kejadian dan berfokus pada fenomena kontemporer yang memiliki konteks dengan kehidupan nyata dari individu, kelompok, komunitas, maupun organisasional. Lebih lanjut Yin membagi model studi kasus ke dalam tiga bagian. Pertama, descriptive, yaitu merupakan metode penelitian studi kasus yang fokus pada penguraian kasus yang sedang diteliti. Kedua, exploratory, yaitu penyelidikan secara mendalam misalnya peneliti yang terlibat langsung dengan obyek yang sedang diteliti. Ketiga, explanatory, yaitu peneliti memberikan keterangan-keterangan yang rinci dan penjelasan terhadap kasus yang diteliti. Studi kasus menurut Robert K. Yin adalah suatu penelitian sistematis yang menyelidiki fenomena di dalam konteks kehidupan nyata, bilamana batas-batas antara fenomena dan konteks tidak tampak dengan tegas, dan di mana multisumber bukti dimanfaatkan (2011: 5). Studi kasus digunakan untuk mendekati sumber penelitian dengan cara (observasi, artefak, arsip, dokumen, wawancara, sumber-sumber majemuk) secara sistematik terhadap individu, kelompok, organisasi atau kegiatan.Studi kasus dapat dimanfaatkan untuk mendapatkan pengertian atau penjelasan dari sebuah fenomena secara menyeluruh. Suatu kasus dapat terdiri atas hubungan antar bagian-bagian yang harus dipahami dalam kontek keseluruhan, sedangkan jika hubungan antar bagian dianggap hubungan kausalitas, maka yang lebih penting adalah mengapa dan bagaimana itu terjadi. Oprasional yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Peneliti menyusun pertanyaan-pertanyaan yang akan digunakan untuk memperoleh data primer dengan landasan teori yang relevan. 2. Peneliti akan mengumpulakan data primer berupa data observasi dan wawancara dari pihak Kampung Cyber diwakili oleh Bapak A. Heri Sutanto sebagai ketuaRT 36 Kampung Cyber, Bapak Soedarmodjo selaku pengrajin batik yang usahanya dipasarkan melalui internet, Mbak Dije Titik selaku pembuat makanan ringan yang juga usahanya dipasarkan melalui internet. 3. Peneliti akan mengamati hasil temuan yang didapat dari data primer tersebut. 4. Peneliti akan menganalisis hasil temuan tersebut ke dalam kategori-kategori dalam penelitian ini. 5. Kemudian peneliti akan menyajikan hasil temuan dan analisis penelitian ini ke dalam bentuk laporan penelitian. 3.3 Objek Penelitian Objek dari penelitian ini adalah kegiatan UKM yang dilakukan di Kampung Cyber, serta bagaimana para pelaku UKM ini mengembangkan usahanya melalui internet. Kemudian bagaimana penggunaan internet ini berdampak pada kehidupan masyakarat di Kampung Cyber secara menyeluruh. 3.4 Tempat dan Waktu Penelitian Peneliti akan mengumpulkan data wawancara dari pihak Kampung Cyber yang diwakili oleh Bapak Heri sebagai kepala desa dan Bapak Sasongko sebagai koordinator, dan wawancara dilakukan di Yogyakarta tepatnya di rumah kepala desa. Wawancara dilakukan pada waktu kunjungan ke Kampung Cyber pada bulan Desember. 3.5 Narasumber Data dalam penelitian ini diperoleh melalui wawancara mendalam dengan beberapa sumber yang terpercaya dan diyakini dapat memberikan informasi yang dibutuhkan dalam menjawab pertanyan penelitian. Berikut adalah narasumber dalam penelitian ini : 1. Kepala Desa Kampung Cyber Bapak Heri Sutanto merupakan Kepala Desa di Kampung Cyber sejak tahun 2005 dan akan menjabat sampai tahun 2015 nanti. Bapak Heri Sutanto merupakan salah satu pelopor yang menggagas penggunaan internet di kampung ini dan beliau paham sekali mengenai perkembangan dan kendala yang dihadapi dalam mengembangkan Kampung Cyber sampai sekarang. 2. Koordinator Pengurus Penggunaan Media Internet Jabatan ini merupakan salah satu jabatan yang tertera dalam cabinet perangkat desa, dimana yang dipercaya untuk bertanggung jawab dalam posisi ini adalah Bapak Koko. Beliau merupakan warga asli dari Kampung Cyber, yang sejak awal turut terlibat dalam membangun kampung untuk menggunakan media internet sampai menjadi seperti sekarang ini. 3.6 Teknik Pengumpulan Data Pada penelitian kualitatif sumber data utamanya adalah kata-kata dan tindakan, maka data dalam bentuk angka-angka ataupun ukuran yang pasti akan sulit untuk didapatkan. Oleh karena itu, cara yang paling tepat untuk mendapatkan data atau informasi dalam penelitian kualitatif adalah melalui kegiatan mendengar, melihat, dan bertanya untuk hal-hal yang membutuhkan penjelasan lebih mendalam. Pada intinya teknik utama yang digunakan dalam pengumpulkan data dalam penelitian adalah menggunakan teknik wawancara mendalam. Berikut adalah pendapat beberapa ahli mengenai definisi wawancara untuk lebih memahami lagi tentang apa itu wawancara: (1) menurut Baxter dan Babbie, wawancara adalah sebuah interaksi antara pewawancara dan partisipan, dimana pewawancara mempunyai sebuah daftar pertanyaan yang akan ditanyakan kepada partisipan; (2) menurut Moleong, wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu, dimana percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa wawancara adalah sebuah percakapan antara dua pihak, yaitu pewawancara (peneliti) dan terwawancara (partisipan), dimana pewawancara mengajukan sejumlah pertanyaan yang telah disusun terlebih dahulu. Raco (2010: 117) mengemukakan bahwa dalam wawancara peneliti bukan hanya mengajukan pertanyaan, tetapi mendapatkan pengertian tentang pengalaman hidup orang lain. Dan hal ini hanya dapat diperoleh dengan indepth interview (wawancara mendalam). Dengan wawancara yang mendalam peneliti akan menangkap arti yang diberikan partisipan pada pengalamannya. Pengalaman dan pendapat inilah yang menjadi bahan dasar data yang nantinya dianalisis.Berdasarkan penjelasan diatas peneliti memutuskan untuk menggunakan wawancara sebagai teknik pengumpulan data. Wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini dimulai dari wawancara terstruktur yang kemudian menjadi wawancara mendalam untuk menggali lebih jauh lagi mengenai informasi yang dimiliki partisipan. 3.7 Teknik Analisis Data Analisis data kualitatif menurut Moleong (2009: 248) adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain. Setiap studi kualitatif adalah unik, pendekatan analisisnya juga unik, yaitu mengubah data menjadi temuan (findings). Analisis data kualitatif sangat tergantung pada keahlian, insight, training, dan kemampuan peneliti. Faktor kemampuan manusia dari peneliti sangat besar, karena pengalaman dan pengetahuan luas yang dimiliki oleh peneliti. Analisis data kualitatif berarti mengatur secara sistematis bahan hasil wawancara dan observasi, manafsirkannya dan menghasilkan suatu pemikiran, pendapat, teori atau gagasan yang baru. Inilah yang disebut hasil temuan atau findings. Findings dalam analisis kualitatif berarti mencari dan menemukan tema, pola, konsep, insight, dan pengertian. Semuanya diringkas dengan istilah’penegasan yang memiliki arti’ (statement of meanings). (Raco, 2010: 121) BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Kampung Cyber Kampung Cyber adalah sebuah kampung yang penuh potensi dan ingin selalu berkembang, yang terutama berkembang melalui teknologi informasi. Kampung Cyber yang penuh dinamika ini selalu ingin bergerak maju mengikuti perkembangan jaman. Semua berdasar karena kesadaran untuk berkembang dan dengan semangat gotong royong membangun diri. Kampoeng Cyber RT 36 Taman adalah sebuah perkampungan padat penduduk terletak di tengah kota Yogyakarta, berdampingan dengan obyek wisata pemandian Taman Sari. Penduduk mayoritas bekerja di sektor informal dan berlatar belakang pendidikan menengah, dengan jumlah penduduk 142 jiwa, terdiri dari 43 Kepala Keluarga. Secara mandiri membangun wawasan pengembangan wilayah dan sumber daya manusia melalui teknologi informasi. Gambar 4.1 Peta Kampung Cyber Mengikuti perkembangan teknologi informasi menjadi dasar keinginan bagi para pengurus Kampung Cyber untuk maju sebagai ujung tombak dalam memimpin sebuah masyarakat kecil di wilayahnya. Dengan teknologi informasi para pengurus Kampung Cyber berkeyakinan untuk dapat maju mengejar ketertinggalan dan menjembatani keterbatasan akan kekurangan kami. Selaku pengurus RT 36 RW 09 Taman Kelurahan Patehan, Kecamatan Kraton, Yogyakarta memberanikan diri untuk mencanangkan program "Kampung Cyber (Internet)", sebuah proses panjang dan penuh tantangan. 4.1.1 Sejarah Kampung Cyber Berawal pada bulan Agustus 2008 pencanangan program Kampung Cyber ini, mulai dari penggunaan media blog (www.rt36taman.multiply.com) untuk pengenalan program ke warga dan sebagai publikasi kegiatan RT yang senantiasa terjaga keberlangsungannya dengan semangat kebersamaannya bahkan sebagai ikatan silahturahmi dengan warga yang ada diperantauan. Dari semangat inilah para pengurus kampung kemudian ingin menghadirkan media internet di tengah-tengah warga tentunya dengan harga yang terjangkau. Dengan modal kebersamaan dan kegotong-royonganlah usaha ini dapat terwujud sekitar bulan Juni 2009. Sebuah jaringan internet (kabel) dari rumah ke rumah. Bahkan cita-cita para pengurus sekaligus para pelopor Kampung Cyberuntuk menghadirkan akses internet secara gratis di ruang publik (Pos Kamling) dapat terlaksana juga. Hingga saat ini akses internet sudah tersambung ke rumah penduduk sejumlah 25 rumah. Semua itu berjalan sesuai dengan tahap-tahap yang telah direncanakan. Media internet tersebut hanyalah sebuah sarana, sedangkan muatannya juga sudah berjalan seiring, mulai dari pembekalan dengan pelatihan, pendampingan dan pemberdayaan untuk berbagai macam kepentingan baik itu pribadi maupun bersama. 4.1.2 Profil Kampung Cyber Berikut akan dijelaskan tentang susunan kepengurusan di Kampung Cyber, serta visi dan misi yang dimilikinya. Pengurus Kampoeng Cyber RT 36 Taman Ketua RT 36 : A. Heri Sutanto Koordinator KC : A. Sasongko WK. Sekretaris I : Bunar Usanto Sekretaris II : Rujito Bendahara I : St. Iwan Setiawan Bendahara II : Sri Kadarwati Seksi Pembangunan : Saryadi Seksi Budaya n Wisata : Edi Wahyanto Seksi Lingkungan : Syahrudi Seksi Keamanan : Agung Purnomo Visi Secara mandiri membangun masyarakat sadar informasi dan teknologi yang diharapkan mampu meningkatkan kemajuan di bidang sosial, pendidikan, ekonomi, seni dan budaya di wilayah RT 36 Taman. Misi Menghadirkan teknologi informasi kepada warga dengan akses yang merata, termasuk di ruang publik RT 36 Taman. Membuka wawasan pengetahuan dan peningkatan komunikasi warga dengan pendekatan teknologi informasi. Mendorong warga untuk mengembangkan potensinya masing-masing agar dapat memanfaatkan teknologi informasi secara optimal dan diharapkan ada peningkatan dari segi kesejahteraan. Pengenalan potensi-potensi wilayah di antaranya potensi sosial, seni budaya, ekonomi dan potensi wisata diintegrasikan dan dikembangkan melalui teknologi informasi. Membuka ruang kepada publik untuk mengenal lebih dekat wilayah RT 36 Taman beserta potensinya dan diharapkan membawa dampak yang positif kepada warga. Menjadi laboratorium dan leader dalam hal pemberdayaan masyarakat berbasis teknologi informasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan. 4.1.3 UKM di Kampung Cyber UKM yang berada di Kampung Cyber terdiri dari sektor barang dan jasa. Dari sektor barang, Kampung Cyber memiliki UKM sebagai berikut: (1) batik tulis milik Bapak Soedharmojo dan Bapak Saryadi, serta terdapat pula batik tulis dengan nuansa Ubud; (2) penjualan makanan pastel milik Ibu Dije, ayam goring Larisqy, serta Omah pancing. Sedangkan dalam sektor jasa, terdapat UKM sebagai berikut: (1) Bonar Production yang bergerak di bidang percetakan dan sablon; (2) Tour Guide milik Bapak Supri dan Indarto; (3) KOKO Grafic Design; (4) Persewaan WA-Sound System; (5) Konveksi Musiyati; (6) pijat bayi tradisional milik Mbah Kam. 4.2 Analisis dan Pembahasan DAFTAR PUSTAKA Baran,Stanlay J.,Davis, Dennis K.2009. Mass Communication Theory: Foundation, Ferment, and Future 5th Edition. USA: Wadsworth Cengage Learning. Effendy, Onong Uchjana.2007. Ilmu Komunikasi (Teori dan Praktek). Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Littlejohn,Stephen W. 2002. Theories of Human Communication, 7th Edition. USA: Wadsworth Thomson Learning. Lumbanraja, Prihatin. 2011. Bersama UKM Membangan Ekonomu Rakyat dan Lingkungan Hidup. Jurnal Fakultas Ilmu Ekonomi: Universitas Sumatra Utara. McQuail,Denis.2010.Mass Communication Theory,6th Edition. London: Sage Publication Ltd. Mulyana,Deddy.2007.Ilmu komunikasi suatu pengantar.Bandung: PT. Remaja Rosda Karya. Raco,J.R.(2010).Metode Penelitian Kualitatif: Jenis, Karakteristik, dan Keunggulannya.Jakarta: Grasindo. Sihono, Teguh. 2005. Usaha kecil menengah (Ukm) Dan Upaya mengatasi Pengangguran. Jurnal Ekonomika: Universitas Megri Yogyakarta. Verderber,Rudolph.F.,Verderber,Kathleen.S.2008. Communicate,12th Edition.Belmont: Thompson Higher Education. Widjaja.2000. Ilmu Komunikasi Pengantar Studi. Jakarta: PT. Rineka Cipta Wynants,Marleen.,Cornelis,Jan.2008. How Open Is the Future?: Economic, Social & Cultural Scenarios Inspired by Free & Open-Source Software. USA: Crosstalks. Yin, K. Robert. 2006. Studi Kasus; Desain dan Metode. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. “Sejarah dan Perkembangan Internet” Diakses pada 25 Juni 2014. Data terarsip di: http://ilmupengetahuan.org/sejarah-perkembangan-internet/ “Sejarah Perkembangan Internet Dunia dan Indonesia” Diakses pada 25 Juni 2014. Data terarsip di: http://www.jaringankomputer.org/sejarah-perkembangan-internet-dunia-indonesia/ “Pemanfaata Internet Sebagai New Media Dalam Bidang Politik, Bisnis, Pendidikan, dan Sosial Budaya” Diakses pada 25 Juni 2014. Data terarsip di: http://journal.unpar.ac.id/index.php/JABCebis/article/view/658/591 “Mendukung Usaha Kecil dan Menengah” Data diakses pada 1 Desember 20014. Data terarsib di: http://siteresources.worldbank.org/INTINDONESIA/Resources/Publication/2800161106130305439/617331-1110769011447/810296-1110769073153/SME.pdf