1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Pasar modal merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka
panjang yang dapat diperjualbelikan baik dalam bentuk hutang maupun modal
sendiri baik yang diterbitkan oleh pemerintah, public authorities, maupun
perusahaan swasta. Pasar modal merupakan konsep yang lebih sempit dari pasar
keuangan, dalam pasar keuangan diperdagangkan semua bentuk hutang dan modal
sendiri, baik dana jangka pendek maupun jangka panjang, baik negotiable ataupun
tidak (Suad Husnan, 2009:3).
Pasar modal dikatakan efisien bila harga sekuritas-sekuritasnya telah
mencerminkan semua informasi yang tersedia dan relevan. Banyak penelitian
yang menyebutkan adanya beberapa fenomena yang tidak sesuai dengan hipotesis
pasar efisien, salah satunya adalah fenomena pembalikan harga (price reversal).
Price reversal merupakan fenomena perubahan arah harga saham setelah
terjadinya suatu perubahan besar dalam harga saham dalam satu bulan
perdagangan tertentu baik berupa kenaikan maupun penurunan harga saham.
Fenomena
pembalikan
harga
(price
reversal)
berlawanan
dengan
karakteristik pasar modal yang efisien. W.Sean Cleary (2011:130) yang dialih
bahasakan oleh G.A.Ticolau menyatakan bahwa dalam fenomena pembalikan
harga (price reversal) harga saham dapat berubah secara besar-besaran dan diikuti
oleh perubahan kembali ke arah yang berlawanan, yaitu kenaikan harga secara
1
2
ekstrim akan diikuti dengan penurunan harga pada periode selanjutnya, demikian
pula sebaliknya penurunan harga secara ekstrim akan diikuti oleh kenaikan harga
pada periode selanjutnya.
Perubahan harga saham besar-besaran yang diikuti dengan perubahan
kembali ke arah yang berlawanan juga tercermin dalam saham LQ-45 yang dapat
dilihat pada Tabel 1.1 yang menunjukkan kenaikan atau penurunan secara besarbesaran pada periode 2010-2014. Perubahan indeks tersebut dikategorikan besar
apabila return untuk kenaikan adalah lebih dari 2,5 % dan untuk penurunan lebih
dari -2,5% Iramani dan Umaiyanti (2002) dalam Rizkada (2008). Harga saham
yang digunakan pada perusahaan yang ada di saham LQ-45 dengan menggunakan
harga saham pada awal bulan, karena data yang digunakannya data per bulan.
Contoh pada tahun 2014 perubahan indeks yang terjadi di saham LQ-45 pada
perusahaan yang ada di saham LQ-45 yaitu perusahaan Bank Central Asia Tbk
(BBCA) pada tahun 2014 sebagai berikut :
Tabel 1.1
Data Perubahan Harga Saham LQ-45 di Perusahaan BBCA 2014
Bulan
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
Price Index
Perubahan
Price Index
Return
3,385%
9.925
325
3,023%
10.225
300
3,667%
10.600
375
3,773
11.000
400
-2,045%
10.775
-225
2,088%
11.000
225
5,454%
11.600
600
-3,448%
11.200
-400
16,741%
13.075
1875
-0,191%
13.050
-25
0,383%
13.100
50
0,191%
13.125
25
Sumber: www.idx.co.id, (diolah penulis)
3
Berdasarkan Tabel 1.1 tersebut perubahan harga saham yang terjadi di Bank
Central Asia (BBCA) selama tahun 2014 menunjukan harga saham yang terbesar
terjadi pada bulan september, dimana bulan September. Kenaikan harga secara
ekstrim diikuti dengan penurunan harga pada periode selanjutnya. Informasi
perubahan besar harga saham dari data tersebut menunjukkan masalah yang
menarik untuk diteliti mengenai faktor-faktor apa yang mempengaruhi
pembalikan harga.
Faktor yang mempengaruhi pambalikan harga dikemukakan W.Sean Cleary
(2011:134) yang dialih bahasakan oleh G.A.Ticolau overreaction hypothesis
merupakan reaksi yang berlawanan dengan kondisi normal. Hypothesis Market
Overreaction menyatakan bahwa pada dasarnya investor selalu overreact terhadap
informasi yang diperolehnya. Reaksi berlebihan tersebut dapat mengakibatkan
perubahan arah harga saham ke arah yang berlawanan setelah terjadinya suatu
perubahan besar, investor akan melakukan tindakan koreksi dengan melakukan
tindakan yang berlawanan, dari menjual saham akan membeli saham dan
sebaliknya.
Overreaction adalah peristiwa yang dianggap dramatis oleh para investor
yang dapat menyebabkan para investor bereaksi secara berlebihan (W.Sean Cleary
(2011:135)) yang dialih bahasakan oleh G.A.Ticolau. Dalam hal ini, para pelaku
pasar cenderung menetepkan harga terlalu tinggi sebagai reaksi terhadap berita
yang dinilai sebagai good news, dan sebaliknya mereka akan memberikan harga
yang terlalu rendah sebagai reaksi terhadap bad news. Pembalikan harga
umumnya disebabkan oleh overreaction terhadap informasi baru, para investor
4
bereaksi secara berlebihan terhadap berita-berita yang tidak diantisipasi yang akan
merugikan keberadaan ekonomi entitas, hal ini akan memaksa harga turun terlalu
jauh, kemudian diikuti koreksi yang mengakibatkan harga akan menaik.
Pembalikan ini ditunjukkan oleh turunnya harga setelah terjadi kenaikkan secara
ekstrim.
Menurut (W.Sean Cleary (2011:138)) yang dialih bahasakan oleh
G.A.Ticolau
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
price
reversal
adalah
overreaction, firm size, likuditas dan bid-ask-spread. Dalam penelitian ini variabel
yang digunakan yaitu overreaction, firm size dan bid-ask-spread, variabel tersebut
menjadi penelitian ini karena variabel tersebut variabel yang relatif mempengaruhi
pembalikan harga. Variabel likuiditas tidak diambil dalam penelitian ini karena
likuiditas mempunyai hubungan dengan bid-ask-spread, dimana semakin jauh
jarak antara bid dan ask maka semakin tidak likuid karena semakin besar kerugian
yang harus ditanggung oleh investor (Emma Febryanti dan Nadia Asandimitra,
2014).
Firm size menggambarkan kondisi tingkat kekayaan yang dimiliki oleh
perusahaan tersebut (W.Sean Cleary (2011:138)) yang dialih bahasakan oleh
G.A.Ticolau menyebutkan bahwa ukuran besarnya perusahaan dapat ditentukan
dengan menggunakan 2 cara tolak ukur yaitu, dengan menggunakan total aktiva
atau total penjualan perusahaan yang bersangkutan dan market capitalization
(kapitalisasi pasar) atau dikenal dengan istilah market value (nilai pasar). Dalam
penelitian ini diukur dengan menggunakan kapitalisasi pasar, besar atau kecil
suatu perusahaan dalam dunia bursa dilihat dari total surat berharga yang tercatat
5
di bursa (nilai saham). Dikatakan big firm size jika kapitalisasi pasarnya besar,
sedangkan dikatakan small firm size jika kapitalisasi pasarnya kecil.
Pengaruhnya firm size dengan price reversal yaitu bahwa semakin besar
ukuran perusahaan maka semakin lengkap informasi yang diperoleh investor
dengan mudah dan cepat (laporan keuangan sudah dipublikasikan meskipun
belum diaudit). Investor tidak terlalu overreact terhadap informasi baru dari
perusahaan yang ukurannya besar (hampir semua investor mengetahui
infomasinya). Selain itu, saat investor menerima informasi bad news seperti isu
kebangkrutan, investor beranggapan resiko kebangkrutan relatif rendah karena
membutuhkan dana yang besar untuk bisa bermain di perusahaan yang berukuran
besar sehingga harga tidak mudah dipengaruhi. Maka semakin kecil kemungkinan
investor memperoleh abnormal return.
Menurut W.Sean Cleary (2011:140)
yang dialih bahasakan oleh
G.A.Ticolau Bid-ask spread adalah selisih antara bid price dan ask price. Bid
price adalah harga tertinggi yang menyebabkan pedagang saham setuju membeli
saham, ask price adalah harga terendah yang menyebabkan pedagang saham
setuju untuk menjual saham. Semakin besar spread (selisih) maka saham
dikatakan tidak likuid karena semakin besar kerugian yang harus ditanggung oleh
investor. Sehingga minat investor untuk menjual saham kurang dan kemungkinan
kecil terjadi price reversal.
Penelitian terdahulu mengenai price reversal dilakukan oleh Robert Cressy
dan Hisham Farag (2011) dengan judul Do Size and Unobservable Company
Factors Explain Stock Price Reversal periode 2004-2007. Hasil penelitian
6
menunjukkan bahwa Hasil penelitian menunjukan bahwa ukuran perusahaan
berpengaruh signifikan terhadap pembalikan harga, umunya pembalikan harga di
portofolio Mesir ini terjadi pada perusahaan yang berukuran kecil.
Penelitian terdahulu mengenai price reversal juga dilakukan oleh Emma dan
Nadia (2014) dengan judul pengaruh likuiditas, bid-ask-spread, earning dan firm
size terhadap fenomena price reversal pada saham winner-loser. Hasil penelitian
menunjukan bahwa periode 2008-2013, likuiditas, bid ask spread, earning, dan
firm size secara simultan berpengaruh terhadap price reversal baik pada saham
winner maupun losser. Secara parsial likuiditas, bid ask spread, dan firm size
berpengaruh positif terhadap price reversal pada saham winner sedangkan
earning tidak berpengaruh terhadap price reversal pada saham winner. Pada
saham losser hanya earning yang berpengaruh positif terhadap price reversal
sedangkan likuiditas, bid ask spread, dan earning tidak berpengaruh.
Berdasarkan adanya perbedaan antara teori pasar modal dengan kenyataan
yang terjadi di pasar modal, adanya fenomena dan adanya research gap dari para
peneliti sebelumnya serta paparan di atas telah menjelaskan mengenai market
overreaction sebagai salah satu anomali pasar dan beberapa variabel yang
memengaruhinya sebagai research gap juga yang menjadi latar belakang
penelitian ini. Berdasarkan uraian latar belakang yang sebelumnya dibahas
tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul
FENOMENA PRICE REVERSAL: ANOMALI OVERREACTION PADA
SAHAM LQ-45 DI BURSA EFEK INDONESIA.
7
1.2
Identifikasi Masalah dan Rumusan Masalah Penelitian
1.2.1
Identifikasi Masalah Penelitian
Untuk menyelesaikan masalah yang akan dibahas pada bab-bab selanjutnya,
maka perlu adanya pengindentifikasi masalah, sehingga hasil analisis selanjutnya
terarah dan sesuai dengan tujuan penelitian. Berdasarkan latar belakang di atas,
dapat diidentifikasi permasalahan-permasalahan yang muncul dalam penelitian ini
yaitu:
1. Pelaku pasar (investor) cenderung menetepkan harga terlalu tinggi sebagai
reaksi terhadap berita yang dinilai sebagai good news, dan sebaliknya mereka
akan memberikan harga yang terlalu rendah sebagai reaksi terhadap bad
news.
2.
Investor tidak terlalu overreact terhadap informasi baru dari perusahaan yang
ukurannya besar.
3.
Semakin besar spread (selisih) maka saham dikatakan tidak likuid karena
semakin besar kerugian yang harus ditanggung oleh investor. Sehingga minat
investor untuk menjual saham kurang dan kemungkinan kecil terjadi price
reversal.
4.
Ketidakmampuan investor dalam memprediksi secara tepat baik waktu
ataupun besaran perubahan harga yang terjadi dalam fenomena price
reversal.
5.
Kenaikan harga secara ekstrim akan diikuti dengan penurunan harga pada
periode selanjutnya, demikian pula sebaliknya penurunan harga secara
8
ekstrim akan diikuti oleh kenaikan harga pada periode selanjutnya sehingga
terjadi pembalikan harga.
1.2.2
Rumusan Masalah Penelitian
Masalah yang akan dibahas dalam proposal penelitian ini dirumuskan
sebagai berikut:
1.
Bagaimana kondisi perkembangan overreaction pada saham LQ-45 tahun
2010-2014.
2.
Bagaimana kondisi perkembangan firm size pada saham LQ45 tahun 20102014.
3.
Bagaimana kondisi perkembangan bid-ask-spread pada saham LQ45 tahun
2010-2014.
4.
Bagaimana kondisi perkembangan price reversal pada saham LQ45 tahun
2010-2014
5.
Seberapa besar pengaruh overreaction terhadap price reversal pada saham
LQ45 tahun 2010-2014.
6.
Seberapa besar pengaruh firm size terhadap price reversal pada saham LQ-45
tahun 2010-2014.
7.
Seberapa besar pengaruh bid-ask-spread terhadap price reversal pada saham
LQ-45 tahun 2010-2014.
8.
Seberapa besar pengaruh overreaction, firm size dan bid-ask spread secara
simultan terhadap price reversal pada saham LQ-45 tahun 2010-2014.
9
1.3
Tujuan Penelitian
Penyusunan proposal penelitian ini mempunyai tujuan yang merupakan
acuan dan dasar penulisan proposal, berdasarkan latar belakang di atas maka dapat
dirumuskan tujuan penelitian adalah untuk mengetahui dan menganalisis:
1. Kondisi perkembangan overreaction pada saham LQ45 tahun 2010-2014.
2. Kondisi perkembangan firm size pada saham LQ45 tahun 2010-2014.
3. Kondisi perkembangan bid-ask-spread pada saham LQ45 tahun 2010-2014.
4. Kondisi perkembangan price reversal pada saham LQ45 tahun 2010-2014.
5. Besarnya pengaruh overreaction yang berlebihan terhadap pembalikan harga
pada saham LQ-45 di Pasar Modal Indonesia.
6. Besarnya pengaruh firm size terhadap price reversal pada saham LQ-45
tahun 2010-2014.
7. Besarnya pengaruh bid-ask spread tehadap price reversal pada saham LQ-45
tahun 2010-2014.
8. Besarnya pengaruh overreaction, firm size, dan bid-ask-spread secara
simultan terhadap price reversal pada saham LQ45 tahun 2010-2014.
1.4
Kegunaan Penelitian
Berdasarkan latar belakang, permasalahan dan tujuan penelitian yang ingin
dicapai dalam penelitian ini, maka kegunaan penelitian ini sebagai berikut:
1.4.1
Kegunaan Teoritik
Adapun kegunaan teoritik yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah:
10
1.
Bagi peneliti, hasil penelitian ini diharapakan dapat bermanfaat untuk
memperoleh dan mengaplikasikan teori-teori mengenai pembalikan harga
saham dan mendorong pengembangan lebih lanjut dalam penelitian di bidang
keuangan khususnya mengenai anomali pasar berupa market overreaction.
2.
Bagi peneliti selanjutnya, penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi
sumber informasi dan referensi untuk memungkinkan peneliti mengenai
topik-topik yang berkaitan dengan penelitian ini, baik yang bersifat
melanjutkan maupun melengkapi.
1.4.2
Kegunaan Praktis
Adapun kegunaan praktis yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah:
1.
Bagi para investor hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan
pertimbangan dalam pengambilan keputusan investasi baik pada saat
membeli maupun menjual saham, sehingga investor dapat mendapatkan
keuntungan dengan memperoleh abnormal return.
2.
Bagi para perusahaan hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan
pertimbangan dan masukan untuk kebaikan perusahaan yang terdaftar di BEI.
3.
Bagi instansi pendidikan, diharapkan memperoleh masukan tentang informasi
kualitas sarjana yang dibutuhkan dunia kerja dalam rangka peningkatan mutu
kelulusannya serta sebagai alat evaluasi terhadap kurikulum yang digunakan.
4.
Bagi pihak lain, diharapkan dapat memberikan informasi dan gambaran
kepada pihak lain, sehingga skripsi ini dapat digunakan sebagai bahan
referensi dan sebagai dasar penelitian selanjutnya.
Download