lampiran vi - jdih

advertisement
LAMPIRAN IX PERATURAN BUPATI POLEWALI MANDAR
NOMOR
: 29 TAHUN 2014
TANGGAL : 27 OKTOBER 2014
KEBIJAKAN AKUNTANSI NOMOR 08
AKUNTANSI PERSEDIAAN
Paragraf-paragraf yang ditulis dengan huruf tebal dan
miring adalah paragraf kebijakan akuntansi, yang harus
dibaca dalam konteks paragraf-paragraf penjelasan yang
ditulis dengan huruf biasa dan Kerangka Konseptual Akuntansi
Pemerintah Daerah.
PENDAHULUAN
Tujuan
1.
Tujuan Kebijakan Akuntansi ini adalah untuk mengatur
perlakuan akuntansi untuk persediaan dan informasi lainnya
yang dianggap perlu disajikan dalam laporan keuangan.
Ruang Lingkup
2.
Kebijakan
Akuntansi
Pemerintah
Daerah
tentang
Akuntansi Persediaan ini diterapkan dalam penyajian
seluruh persediaan dalam laporan keuangan untuk tujuan
umum oleh seluruh entitas Pemerintah Daerah tidak
termasuk perusahaan daerah.
3.
Kebijakan Akuntansi ini tidak mengatur:
a. Persediaan bahan baku dan perlengkapan yang dimiliki
proyek swakelola dan dibebankan ke suatu akun konstruksi
dalam pengerjaan; dan
b. Instrumen keuangan.
4.
Kebijakan ini mengatur perlakuan akuntansi persediaan pada
entitas pelaporan dan entitas akuntansi yang meliputi:
a. Definisi,
b. Pengakuan
c. Pengukuran, dan
d. Pengungkapan.
DEFINISI
5.
Berikut adalah istilah-istilah yang digunakan
Kebijakan Akuntansi dengan pengertian:
dalam
Asetadalah sumber daya ekonomi yang dikuasai
dan/atau dimiliki oleh Pemerintah Daerah sebagai
akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat
ekonomi dan/atau sosial di masa depan diharapkan dapat
diperoleh, baik oleh Pemerintah Daerah maupun
masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan uang,
termasuk sumber daya nonkeuangan yang diperlukan
untuk penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan
sumber-sumber daya yang dipelihara karena alasan
sejarah dan budaya.
Nilai wajar adalah nilai tukar aset atau penyelesaian
kewajiban
antara
pihak
yang
memahami
dan
berkeinginan untuk melakukan transaksi wajar.
Persediaan adalah aset lancar dalam bentuk barang
atau
perlengkapan
yang
dimaksudkan
untuk
mendukung kegiatan operasional Pemerintah Daerah,
dan barang-barang yang dimaksudkan untuk dijual
dan/atau diserahkan dalam rangka
pelayanan
kepada masyarakat.
Perusahaan daerah adalah badan usaha yang seluruh
atau sebagian modalnya dimiliki oleh Pemerintah
Daerah.
UMUM
6.
Persediaan merupakan aset yang berwujud:
a. Barang atau perlengkapan (supplies) yang digunakan
dalam rangka kegiatan operasional Pemerintah Daerah;
b. Bahan
atau perlengkapan
(supplies) yang
digunakan dalam proses produksi;
akan
c. Barang dalam proses produksi yang dimaksudkan untuk
dijual atau diserahkan kepada masyarakat.
d. Barang yang disimpan untuk dijual atau diserahkan
kepada
masyarakat
dalam
rangka
kegiatan
Pemerintahan Daerah;
7.
Persediaan mencakup barang atau perlengkapan yang dibeli dan
disimpan untuk digunakan, misalnya barang habis pakai seperti
alat tulis kantor, barang tak habis pakai seperti komponen
peralatan dan pipa, dan barang bekas pakai seperti komponen
bekas.
8.
Dalam hal Pemerintah Daerah memproduksi sendiri, persediaan
juga meliputi barang yang digunakan dalam proses produksi
seperti bahan baku pembuatan alat-alat pertanian.
9.
Barang hasil proses produksi yang belum selesai dicatat sebagai
persediaan, contohnya alat-alat pertanian setengah jadi.
Lampiran IX- 2
10. Persediaan dapat meliputi:
a. Barang konsumsi;
b. Barang pakai habis;
c. Barang cetakan;
d. Perangko dan materai,
e. Obat-obatan dan bahan farmasi;
f.
Amunisi;
g. Bahan untuk pemeliharaan;
h. Suku cadang;
i.
Persediaan untuk tujuan strategis/berjaga-jaga;
j.
Barang kuasi;
k. Bahan baku;
l.
Barang dalam proses/setengah jadi;
m. Tanah/bangunan/barang
lainnya
diserahkan kepada masyarakat.
untuk
dijual
atau
n. Hewan dan tanaman, untuk dijual atau diserahkan kepada
masyarakat
11. Dalam hal Pemerintah Daerah menyimpan barang untuk tujuan
cadangan strategis seperti cadangan energi (misalnya minyak)
atau untuk tujuan berjaga-jaga seperti cadangan pangan
(misalnya beras), barang-barang dimaksud diakui sebagai
persediaan.
12. Hewan dan tanaman untuk dijual atau diserahkan kepada
masyarakat antara lain berupa sapi, kuda, ikan, benih padi, dan
bibit tanaman.
13. Persediaan dengan kondisi rusak atau usang tidak dilaporkan
dalam neraca, tetapi diungkapkan dalam Catatan atas Laporan
Keuangan.
PENGAKUAN
14. Persediaan diakui pada saat :
a. Potensi manfaat ekonomi masa depan diperoleh
Pemerintah Daerah dan mempunyai nilai atau biaya
yang dapat diukur dengan andal:
b. Diterima
atau
hak
kepemilikannya
kepenguasaannya berpindah.
dan/atau
Lampiran IX- 3
15. Pada akhir periode akuntansi, catatan persediaan disesuaikan
dengan hasil inventarisasi fisik.
16. Persediaan bahan baku dan perlengkapan yang dimiliki proyek
swakelola dan dibebankan ke suatu perkiraan aset untuk
kontruksi dalam pengerjaan, tidak dimasukkan sebagai
persediaan.
PENGUKURAN
17. Persediaan disajikan sebesar:
a. Biaya perolehan apabila diperoleh dengan pembelian;
b. Harga pokok produksi
memproduksi sendiri;
apabila
diperoleh
dengan
c. Nilai wajar, apabila diperoleh dengan cara lainnya
seperti donasi/rampasan;
18. Biaya perolehan persediaan meliputi harga pembelian, biaya
pengangkutan, biaya penanganan dan biaya lainnya yang secara
langsung dapat dibebankan pada perolehan persediaan.
Potongan harga, rabat, dan lainnya yang serupa mengurangi
biaya perolehan.
Contoh :
Dinas Pendidikan merencanakan membeli kertas HVS 300 rim.
Adapun komponen biaya perolehan kertas HVS 300 rim adalah
sebagai berikut :
a. Harga kertas HVS setiap
15.000.000,00
rim adalah Rp 50.000,00
Rp
b. Ongkos angkut
Rp
900.000,00
c. Potongan harga 10%
(Rp 1.500.000,00)
Total biaya perolehan kertas HVS 300 rim Rp 14.400.000,00
Biaya perolehan kertas HVS per rim
Rp
48.000,00
19. Barang persediaan yang memiliki nilai nominal yang
dimaksudkan untuk dijual, seperti Barang kuasi, dinilai dengan
biaya perolehan terakhir.
Contoh :
Dinas Pendapatan dan Perizinan pada akhir tahun memiliki
1.550 lembar karcis dengan nilai nominal Rp5.000,00 atau nilai
nominal keseluruhan karcis adalah Rp7.750.000,00. Biaya
perolehan setiap lembar karcis adalah Rp900,00 atau jumlah
biaya perolehan adalah Rp1.395.000,00. Nilai persediaan karcis
pada akhir tahun adalah Rp1.395.000,00
Lampiran IX- 4
20. Harga pokok produksi persediaan meliputi biaya langsung yang
terkait dengan persediaan yang diproduksi dan biaya tidak
langsung yang dialokasikan secara sistimatis.
Contoh :
Dinas Pertaniandan Peternakan memproduksi pakan ayam
petelur. Untuk menghasilkan setiap 100 kg pakan ayam petelur
dibutuhkan biaya sebagai berikut :
a. Biaya langsung :
 Harga jagung 100 kg
Rp 200.000,00
 Obat-obatan
Rp 100.000,00
 Biaya tenaga kerja
Rp
Jumlah biaya langsung
30.000,00
Rp 330.000,00
b. Biaya Tidak Langsung
 Biaya pemeliharaan pabrik
Rp
10.000,00
 Alat tulis kantor untuk pabrik
Rp
2.000,00
Jumlah biaya tidak langsung
Harga pokok produksi
Rp 12.000,00
Rp 342.000,00
21. Persediaan hewan dan tanaman yang dikembangbiakkan dinilai
dengan menggunakan nilai wajar.
22. Harga/nilai wajar persediaan meliputi nilai tukar aset atau
penyelesaian kewajiban antar pihak yang memahami dan
berkeinginan melakukan transaksi wajar.
Contoh :
Dinas Peternakan memiliki 30 ekor sapi Bali. Pada saat dibeli
biaya perolehan sapi Bali tersebut adalah Rp65.000.000,00 atau
2.250.000,00 per ekor. Pada akhir tahun harga per ekor sapi bali
dipasar seukuran dengan sapi Bali yang dimiliki Dinas
Peternakan adalah adalah Rp4.000.000,00 atau seluruhnya
sebesar Rp120.000.000,00. Nilai persediaan sapi bali 30 ekor
adalah Rp120.000.000,00.
23. Persediaan dinilai dengan menggunakan:
a. Metode Pertama Masuk Pertama Keluar (First In First
Out/FIFO)untuk persediaan yang sering diadakan
seperti kertas atau persediaan yang jarang diadakan
namun memiliki nilai minimal Rp1.000.000,00 per
unit/ekor/buah.
Lampiran IX- 5
b. Harga pembelian terakhir apabila persediaan
jarang
diadakan
dan
nilai
kurang
dari
Rp1.000.000,00 per unit/ekor/buah.
Contoh pencatatan persediaan dengan menggunakan metode
FIFO dapat dilihat pada ilustrasi 8.
PENGUNGKAPAN
24. Laporan keuangan mengungkapkan:
a. Kebijakan
akuntansi
yang
pengukuran persediaan;
digunakan
dalam
b. Penjelasan lebih lanjut persediaan seperti barang
atau
perlengkapan
yang
digunakan
dalam
pelayanan masyarakat, barang atau perlengkapan
yang digunakan dalam proses produksi, barang
yang disimpan untuk dijual atau diserahkan
kepada masyarakat, dan barang yang masih
dalam proses produksi yang dimaksudkan untuk
dijual atau diserahkan kepada masyarakat; dan
c. Jenis, jumlah, dan nilai persediaan dalam kondisi
rusak atau usang.
TANGGAL EFEKTIF
25. Kebijakan Akuntansi Pemerintah Daerah ini berlaku efektif
untuk laporan keuangan atas pertanggungjawaban
pelaksanaan anggaran mulai Tahun Anggaran 2015.
BUPATI POLEWALI MANDAR,
ANDI IBRAHIM MASDAR
Lampiran IX- 6
Download