JURNAL LITERASI MEDIA REMAJA (Studi

advertisement
JURNAL
LITERASI MEDIA REMAJA
(Studi Deskriptif Kualitatif Literasi Media Dalam Menonton Tayangan
Sinetron Ganteng- Ganteng Serigala Di SCTV Oleh Remaja Heavy Viewer Di
SMA Negeri Colomadu Kabupaten Karanganyar)
Disusun oleh:
ARUM SEJATI
D0210017
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2016
0
LITERASI MEDIA REMAJA
(Studi Deskriptif Kualitatif Literasi Media Dalam Menonton Tayangan
Sinetron Ganteng-Ganteng Serigala Di SCTV Oleh Remaja Heavy Viewer Di
SMA Negeri Colomadu Kabupaten Karanganyar)
Arum Sejati
Sofiah
Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Abstract
Many soap opera teenager audiences believes that the characters in the
soap opera is exist in the real life. To minimize the occurrence of such an
assumption would require a media literacy.This study aims to determine how
media Literacy In Watching Impressions of Ganteng-Ganteng Serigala Soap
Opera on SCTV By Heavy Viewer Teens, Students of SMA Colomadu,
Karanganyar.Type of this research is descriptive qualitative. The sampling of this
research was purposive sampling. Informants of this research were students of
SMA Colomadu Karanganyar specially heavy type of viewer of Ganteng-Ganteng
Serigala, where the informants watch the Ganteng-Ganteng Serigala soap opera
every day. There are 6 informants included in those type of viewer this
study.Media literacy that studied in this research is the ability to access, analyze,
evaluate, and communicate messages in a variety of forms.the informant is a
heavy viewer type audience that had high media literacy skills in terms of media
access categoryThe informant was able to explain, identify and analyze the
purpose of the message. The ability to evaluate, each informant has a difference
in that regard, because they are highly subjective answers. As for communicating
the messages they receive they did it through interpersonal communication,
because there is a environmental equation in terms of experience and
understanding the Ganteng-Ganteng Serigala soap opera.
Keywords: Media Literacy, Teens, Soap Opera
1
2
Pendahuluan
Konsumsi masyarakat Indonesia terhadap televisi masih sangat tinggi
keberadaannya. Menurut data Nielsen pada Mei 2014, televisi masih menjadi
medium utama yang dikonsumsi masyarakat Indonesia (95%), disusul oleh
Internet (33%), Radio (20%), Suratkabar (12%), Tabloid (6%) dan Majalah (5%).
(Http://Www.Nielsen.Com/, diakses Pada Rabu, 29 Oktober 2014 Pukul 23.27
WIB). Menonton televisi pun kini bukan sekedar hanya menjadi aktivitas biasa,
bahkan sepertinya sudah menjadi rutinitas sehari-hari masyarakat Indonesia.Saatsaat menonton televisi kemudian dikemas sebagai bagian koheren dari jadwal
aktivitas sehari-hari, menjadi bagian dari agenda harian (Triwardani, 2011: 206).
Pertelevisian kita sedang dibanjiri dengan adanya tayangan hiburan dengan
berbagai format pengemasannya, salah satunya adalah sinetron yang memiliki
banyak penggemar. Menurut riset audiens terhadap penonton sinetron remaja
dalam artikel Jurnal Mimbar oleh Astuti (2010), remaja senang menonton
sinetron, dan tidak ada batasan sinetron macam apa yang ditonton. Mereka senang
menonton sinetron apa saja, termasuk sinetron dewasa dan anak-anak, asal seru
(Astuti, 2010: 28).
Sinetron yang banyak dikagumi oleh para remaja salah satunya Ganteng
Ganteng Serigala.Namun, sinetron ini ternyata menjadi polemik di masyarakat
dan menjadi sorotan KPI. Pada Bulan Mei 2014, KPI mengeluarkan siaran pers
mengenai 10 sinetron & FTV bermasalah dan tidak layak ditonton karena
pelanggaran terhadap UU Penyiaran serta Pedoman Perilaku Penyiaran dan
Standar Program Siaran (P3SPS). Dampak yang ditimbulkan dari menonton
Sinetron Ganteng- Ganteng Serigala ini ternyata didapati terjadi pada anak- anak
di Desa Cangkir Kecamatan Driyorejo, Gresik.Anak laki-laki memotong rambut
agar terlihat seperti Digo dan Tristan sedangkan anak perempuan memanjangkan
rambut agar terlihat seperti Prilly dan Nayla. Selain itu anak juga meminta kepada
orangtua kaos, jaket kacamata, sepatu dan jam tangan seperti yang dipakai oleh
idolanya. Memanggil orangtua dengan sebutan Papsky dan Mamsky.(Adwiyanti
dan Listyaningsih, 2015: 694).
3
Jika dilihat dari kasus yang terjadi di atas, kemampuan audiens televisi
dalam menyaring apa yang ditontonnya sangat kurang. Penonton sangat mudah
dalam menirukan dan menyerap pesan secara langsung dari apa yang ditayangkan
di televisi. Apalagi, ternyata penonton Sinetron Ganteng- Ganteng Serigala masih
anak-anak maupun remaja.Mereka senantiasa masih belum dapat memilih dan
memilah yang mana baik maupun buruk dari apa yang mereka lihat.
Menilik pada uraian di atas, selanjutnya peneliti menarik untuk meneliti
remaja sebagai penonton Sinetron Ganteng-Ganteng Serigala.Peneliti ingin
melihat sejauh manakah daya kritis remaja menempatkan dirinya sebagai
penonton program televisi khususnya sinetron Sinetron Ganteng-Ganteng
Serigala (GGS). Peneliti memilih judul Studi Deskriptif Kualitatif Literasi Media
Dalam Menonton Tayangan Sinetron Ganteng-Ganteng Serigala Di SCTV Oleh
Remaja Heavy Viewer Di SMA Negeri Colomadu Kabupaten Karanganyar untuk
judul penelitian ini.
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas maka
dikemukakan perumusan masalah yaitu, “Bagaimana Literasi Media Dalam
Menonton Tayangan Sinetron Ganteng-Ganteng Serigala Di SCTV Oleh Remaja
Heavy Viewer Di SMA Negeri Colomadu Kabupaten Karanganyar?”
Tujuan Penulisan
Tujuan penelitian ini didasarkan pada rumusan masalah di atas yaitu, untuk
mengetahui bagaimana Literasi Media Dalam Menonton Tayangan Sinetron
Ganteng-Ganteng Serigala Di SCTV Oleh Remaja Heavy Viewer Di SMA Negeri
Colomadu Kabupaten Karanganyar.
4
Tinjauan Pustaka
a. Komunikasi Massa
Komunikasi
massa
tak
ubahnya
adalah
kegiatan
dalam
mengomunikasikan pesan kepada khalayak. Komunikasi massa pun memiliki
fungsi, menurut Jay Black dan Frederick C. Whitney (1988) dalam Nurudin
(2007: 64) menjelaskan, fungsi komunikasi massa antara lain: (1) to inform
(menginformasikan), (2) to entertain (memberi hiburan), (3) to persuade
(membujuk), dan transmission of the culture (transmisi budaya). Sementara itu
fungsi komunikasi massa menurut John Vivian dalam bukunya The Media of
Mass Communication (1991) disebutkan; (1) providinginformation, (2)
providing entertainment, (3) helping to persuade, dan (4) contributing to social
cohesion (mendorong kohesi sosial).
b. Media Massa
Menurut Kuswandi media massa terbagi menjadi dua, yaitu: 1. Media
massa elektronik (televisi dan radio); 2. Media massa cetak (koran, majalah
dan sejenisnya). Masing-masing media massa mempunyai kekuatan masingmasing. Tetapi pada prinsipnya media massa merupakan satu institusi yang
melembaga dan berfungsi bertujuan untuk menyampaikan informasi kepada
khalayak agar well informed (tahu informasi). (Kuswandi, 1996: 98).
c. Televisi
Istilah televisi terdiri dari perkataan “tele” yang berarti jauh dan “visi”
(vision) yang berarti penglihatan.(Effendy, 1993: 22). Sedangkan dalam Baksin
(2006: 16) didefinisikan bahwa: “Televisi merupakan hasil produk teknologi
tinggi (hi-tech) yang menyampaikan isi pesan dalam bentuk audiovisual gerak.
Isi pesan audiovisual gerak memiliki kekuatan yang sangat tinggi untuk
mempengaruhi mental, pola pikir, dan tindak individu”.
5
d. Sinetron di Indonesia
Menurut Veven Sp. Wardhana, sinetron merupakan penggabungan dari
kata “sinema” dan “elektronik”. Namun, elektronika disini tidak mengacu pada
pita kaset yang proses perekamannya tetap berdasarkan kaidah-kaidah
elektronis itu. Elektronis dalam sinetron mengacu pada medium penyiarannya,
yaitu
televisi,
atau
televisual,
yang
memang
merupakan
medium
elektronik.(Wardhana, 1994: 27).
Ada beberapa faktor yang membuat paket acara yang satu ini disukai
pemirsa yaitu:
1. Isi pesannya sesuai dengan realitas sosial pemirsa
2. Isi pesannya mengandung cermin tradisi luhur budaya masyarakat
(pemirsa)
3. Isi pesannya lebih banyak mengangkat permasalahan atau persoalan yang
terjadi dalam kehidupan masyarakat (Kuswandi, 1996: 130).
e. Dampak Menonton Televisi
Menurut
Prof.
Dr.
R.
Ma’rat
dari
Universitas
Padjajaran
(Unpad)Bandung, acara televisi pada umumnya memang mempengaruhi
sikap,pandangan, persepsi dan perasaan para penonton; ini adalah hal yang
wajar.Jadi,bila ada hal-hal yang mengakibatkan penonton terharu, terpesona
atau latah,bukanlah sesuatu yang istimewa.Alasannya, salah satu pengaruh
psikologis daritelevisi ialah seakan-menghipnotis penonton, sehingga mereka
seolah hanyutdalam keterlibatan pada kisah atau peristiwa yang dihidangkan
televisi (Effendy, 2004: 122).
f. Remaja
Sekiranya usia remaja ada di antara anak dan orang dewasa. Remaja
masih
belum
mampu
untuk
menguasai
fungsi-fungsi
fisik
maupun
psikisnya.Ditinjau dari segi tersebut mereka masih termasuk golongan kanakkanak, mereka masih harus menemukan tempat dalam masyarakat. Pada
6
umumnya mereka masih belajar di sekolah Menengah atau Perguruan Tinggi
(Monks, A.M.P Knoers, dan Rahayu, 1999: 259)
Monks &dkk, juga menambahkan batasan usia masa remaja adalah masa
di antara 12-21 tahun dengan perincian 12-15 tahun masa remaja awal, 15-18
tahun masa remaja pertengahan, dan 18-21 tahun masa remaja akhir. (Monks,
dkk, 1999: 288).
g. Literasi Media ( Media Literacy)
Penelitian ini akan menggunakan model konsep literasi media dari
National Leadership Conferenceon Media Education yang menyatakan
bahwaliterasi media yaitu kemampuan untuk mengakses, menganalisis,
mengevaluasi dan mengkomunikasikan pesan dalam berbagai bentuknya
(Hobbs, 1999 dalam Judhita, 2013: 52).
Tabel 1.1. Model Konsep Literasi Media
Kategori Literasi
Menurut National
No.
Leadership
Conference on
Media Education
Mengakses
1.
2.
Menganalisa
3.
Mengevaluasi
Keterangan
Pemahaman dan
pengetahuan
menggunakan dan
Mengakses Media dan
mampu memahami isi pesan
Mampu memahami
tujuan pesan media dan dapat
mengidentifikasi
pengirim pesan melalui
media dan apa isi
pesan tersebut.
Mampu menilai pesan yang
diterima kemudian
dibandingkan
dengan perspektif
Indikator
 Media yang digunakan
 Frekuensi penggunaan
 Tujuan penggunaan
 Mengerti isi pesan
 Kemampuan mengingat pesan
yang diterima melalui media.
 Mampu menjelaskan maksud
dari pesan.
 Mampu mengidentifikasi
pengirim pesan.
 Mampu menilai pesan media
yang dapat menarik perhatian
 Sikap, perasaan atau reaksi
yang
dirasakan
setelah
menerima pesan dari media.
 Mengungkapkan
informasi
7
4.
sendiri. Hal ini mencakup
apa saja yang menyarankan
penilaian
atau memberikan informasi
subjektif seorang
yang berguna bagi pengguna
individu atau reaksi
sikap terhadap pesan serta
implikasi lain dari pesan
Mengkomunikasikan Mampu
 Pesan
yang
diterima
mengkomunikasikan
dikomunikasikan
dalam
pesan yang diterima
bentuk apa
dari media dalam
bentuk apa saja kepada orang
lain
Sumber :National Leadership Conference on Media Education (Hobbs,1999)
dikutip dari Juditha (2013: 52).
h. Teori Kultivasi
Cultivation analysis pertama kali diperkenalkan oleh George Gerbner
pada 1968.Menurutnya ada dua tipe penonton TV, yaitu “Heavy-viewers”
(orang yang menghabiskan waktu cukup banyak untuk menonton TV) dan
“Light-viewers” (orang yang menghabiskan sedikit waktu untuk menonton
TV). Khalayak yang termasuk “Heavy-viewers” (penonton berat) menurut
Gerbner akan memandang dunia nyata ini sama dengan gambaran yang ada di
TV. Semakin sering dia menonton acara kekerasan di TV, maka dia akan
menganggap bahwa dunia ini penuh dengan kekerasan. (Kriyantono, 2010:
285).
Metodologi
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif.Pengumpulan data
primer diperoleh dari hasil wawancara dengan objek penelitian dengan
pengambilan
sampel
dilakukan
dengan
menggunakan
teknik
purposive
sampling.Informan yaitu siswa-siswi SMA Negeri Colomadu, Kabupaten
Karanganyar khususnya yang merupakan penonton Sinetron Ganteng-Ganteng
Serigala di SCTV dengan tipe heavy viewer.Heavy viewer yaitu dimana informan
8
yang melakukan kegiatan menonton Sinetron Ganteng- Ganteng Serigala setiap
hari dan informan dalam penelitian ini berjumlah 6 orang.
Dalam upaya mendapatkan validitas data, hasil temuan data dianalisis
dengan menggunakan trianggulasi teori, dimana dalam membahas permasalahan
yang dikaji menggunakan teori yang berhubungan dengan permasalahan.Data
dikumpulkan berdasarkan teori- teori yang sudah dijelaskan pada telaah pustaka
yang dipergunakan sebagai referensi dan seperangkat alat pertanyaan.Data yang
sudah terkumpul dianalisis dengan menggunakan model Interaktif Miles dan
Huberman yang terdapat tiga komponen yaitu reduksi data, penyajian data dan
penarikan kesimpulan atau verifikasi.
Sajian Data
1. Kegiatan Mengakses
Kegiatan mengakses media di dalam penelitian ini tertuju hanya pada
media televisi saja.Untuk mengakses televisi, masing- masing informan memiliki
kebiasaan setiap harinya menonton televisi dengan intensitas yang lama yaitu
lebih dari 3 jam.Sedangkan untuk kegiatan menonton Sinetron Ganteng- Ganteng
Serigala.Informan sebagian besar menonton Sinetron Ganteng- Ganteng Serigala
setiap hari.
Para informan dalam penelitian ini memiliki tujuan menonton Sinetron
Ganteng- Ganteng Serigala hanya sebatas pada mencari hiburan semata.Fungsi
televisi yaitu fungsi hiburan saja yang dianggap dapat terpenuhi oleh informan
dan tidak ada tujuan khusus dalam menonton Sinetron Ganteng- Ganteng
Serigala.Fungsi lain yang didapat dari televisi dengan melakukan kegiatan
menonton Sinetron Ganteng- Ganteng Serigala adalah mendapatkan informasi.
Informasi yang didapat oleh informan dalam menonton Sinetron GantengGanteng Serigala adalah pengetahuan tentang tokoh-tokoh yang bermain di
Sinetron Ganteng- Ganteng Serigala.
9
2. Kemampuan dalam Menganalisis
a.
Kemampuan Menjelaskan Maksud Pesan
Sinetron striiping yang penayangannya setiap hari, nampaknya menjadi
keharusan untuk mengikuti cerita sinetron tersebut setiap episodenya.Informan
pun berpendapat bahwa maksud dari keharusan menonton sinetron tiap
episodenya agar mengetahui isi cerita dari sinetron tersebut. Seperti yang
diungkapkan oleh Erdina berikut ini:
“Harus ngikutin tiap episodenya ya biar tau isi dari sinetron itu.”
(Wawancara Erdina, 16 April 2015)
Perlakuan terhadap tayangan sinetron sepertinya sangat berbeda dengan
tayangan lain. Program acara lain kemungkinan ditayangkan hanya sekali atau
dua kali dalam seminggu. Sinetron tidak perlu menunggu lama untuk
menonton cerita kelanjutan yang disajikan.Cerita dari sinetron yang dibuat
bersambung tiap episodenya dan ditayangkan setiap hari membuat sinetron
harus selalu ditonton agar tidak ketinggalan alur ceritanya.
b. Mengidentifikasi Pengirim Pesan
Semua informan dalam penelitian ini mengetahui beberapa tokoh yang
bermain di Sinetron Ganteng- Ganteng Serigala.Selain itu para informan juga
menyebutkan dan menjelaskan karakter dari tokoh yang ada. Riska berujar
bahwa ia tahu semua akan tokoh- tokoh yang ada di Sinetron GantengGanteng Serigala. Seperti yang dijelaskan oleh Riska sebagai berikut:
“Iya tahu semua tokoh-tokohnya. Misal, Sissy karakternya romantis
kayak gitu, Digo juga sama romantis. Tristan agak cuek tapi juga
romantis. Nayla orangnya tu kayak lembut kayak gitu, trus kalo Galang
orangnya lucu banget sama Toby, Mamsky, Papsky juga.” (Wawancara
Riska, 17 April 2015).
Penilaian para informan terhadap pemeran dari tokoh- tokoh yang
bermain di Sinetron Ganteng- Ganteng Serigala terhadap peran masing- masing
tokoh dianggap sudah baik dalam memerankannya.Walaupun itu juga masih
ada informan yang menganggap bahwa ada juga aktor dan aktris yang belum
bagus dalam memerankan tokoh di Sinetron Ganteng- Ganteng Serigala.
10
c.
Kemampuan Mengingat dan Menjelaskan Isi Pesan
Penjelasan kembali mengenai apa yang diceritakan di Sinetron Ganteng-
Ganteng Serigala oleh para informan nampaknya sangat menggambarkan
bahwa para informan merupakan penonton setia Sinetron Ganteng- Ganteng
Serigala. Cerita tentang Nayla, Tristan, dan Galang menjadi sorotan utama bagi
informan.Begitu juga yang diceritakan kembali oleh Riska.
“….. ceritanya GGS itu tentang sepasang kekasih Nayla dan Tristan yang
lagi jatuh cinta kayak gitu, terus ada serigala yang juga cinta sama
Nayla,,Tristan juga cemburu kayaknya.” (Wawancara Riska, 17 April
2015)
Tidak lupa juga perebutan dan peperangan dari bangsa vampir dan
serigala akan perebutan darah suci menjadi sorotan informan.
d.
Kemampuan Menilai Pesan yang Menarik
Ketertarikan informan menonton Sinetron Ganteng- Ganteng Serigala
jika dibandingkan dengan program acara lain nampaknya sangat tinggi. Seperti
yang menjadi alasan para informan, ketertarikan mereka menonton Sinetron
Ganteng- Ganteng Serigala karena tokoh dan ceritanya yang menarik. Novita
memberikan alasannya menonton Sinetron Ganteng- Ganteng Serigala sebagai
berikut:
“GGS itu ceritanya menarik, pemaine cantik-cantik sama gantengganteng.” (Wawancara Novita, 17 April 2015).
Selain dari wajah tampan dan cantik dari tokoh yang bermain di Sinetron
Ganteng- ganteng Serigala, ternyata tingkah laku dari tokoh juga menjadi daya
tarik tersendiri bagi Riska
e.
Pengetahuan Tentang Adegan- Adegan di Sinetron Ganteng- Ganteng
Serigala
Sinetron Ganteng- Ganteng Serigala pun sempat mendapatkan sanksi
administratif penghentian sementara oleh KPI (Komisi Penyiaran Indonesia)
selama 3 (tiga) hari berturut-turut. Penerimaan sanksi dari KPI ini dikarenakan
dalam Sinetron Ganteng- Ganteng Serigala ditemukan terjadi adegan yang
melanggar terhadap UU Penyiaran serta Pedoman Perilaku Penyiaran dan
Standar Program Siaran (P3SPS) dan adegan tersebut berulang sehingga
11
diberikanlah sanksi pemberhentian sementara kepada sinetron ini karena
sebelumnya juga mendapatkan sanksi administratif.
Adegan dalam Sinetron Ganteng- Ganteng Serigala yang ditengarai
menjadi adegan tidak pantas adalah adegan mesra. Para informan dalam
penelitian ini pun juga menyetujui bahwa Sinetron Ganteng- Ganteng Serigala
ini adalah sinetron yang memiliki banyak adegan mesra yang dilakukan oleh
para tokoh-tokohnya
Adegan pelukan merupakan salah satu adegan tidak pantas yang disoroti
oleh KPI.Informan dalam hal ini berpendapat bahwa adegan pelukan yang ada
di Sinetron Ganteng- Ganteng Serigala tidaklah pantas.Apalagi dilakukan oleh
siswa-siswi yang memakai seragam sekolah. Menurut Kara, adegan pelukan
yang dilakukan di sekolah dan memakai seragam tidaklah pantas dan
melanggar kode etik.
“Uhh, sangat tidak pantas. Ya karena kan itu gimana ya, eehh, apa ya..ya
kalo pelukan di sekolah, pake seragam pula ya itu tadi melanggar kode
etik.” (Wawancara Kara, 14 Mei 2015)
Adegan pelukan memang dirasa kurang pantas apalagi di lingkungan
sekolah dan dilakukan oleh murid yang berbeda jenis. Lingkungan pendidikan
tidak semestinya dicampuri dengan tindakan tidak pantas
oleh siswa-
siswinya.
3. Kemampuan dalam Mengevaluasi
a. Sikap, Perasaan atau Reaksi yang Dirasakan Setelah Menerima Pesan
dari Media
1) Perasaan ketika menonton dan tidak menonton Sinetron GantengGanteng Serigala
Kegiatan menonton Sinetron Ganteng- Ganteng Serigala yang biasa
dilakukan hampir setiap hari ini, menjadikan kekecewaan tersendiri bagi
penonton apabila tidak menonton sinetron tersebut. Seperti yang
diungkapkan oleh Yulia yang apabila tidak menonton Sinetron GantengGanteng Serigala,
12
“Rasanya kecewa ya, karena terbiasa nonton setiap hari.” (Wawancara
Yulia, 10 April 2015).
Rasa yang timbul selain kecewa apabila tidak menonton Sinetron
Ganteng- Ganteng Serigala adalah rasa kekhawatiran akan ketinggalan
cerita yang disajikan pada episode yang tidak di tonton.
Novita
mengungkapkan, perasaan yang biasa saja jika tidak menonton Sinetron
Ganteng- Ganteng Serigala, akan tetapi rasa takut ketinggalan akan cerita
tetap ada.
“Gak nonton ya biasa aja, tapi takut ketinggalan ceritanya gitu.”
(Wawancara Novita, 17 April 2015).
2) Kesamaan kisah di sinetron dengan realita
Kisah cerita yang ada di cerita Sinetron Ganteng- Ganteng Serigala
diakui informan ada yang sama dengan cerita di kehidupannya juga di
lingkungan sekitar informan. Ema mengungkapkan, bahwa cerita yang ada
di Sinetron Ganteng- Ganteng Serigala sama dengan kejadian terhadap
temannya.
“Iya itu ada, antara perebutan Nayla dengan Tristan dengan Galang
itu, pada teman saya juga.Perebutan teman saya dengan teman saya
yang memperebutkan seorang laki-laki.Tapi, pada akhirnya mereka ya
gak jadi apa-apa cuma jadi temen.” (Wawancara Ema, 2 April 2015)
Akan tetapi informan lebih banyak mengatakan bahwa tidak ada
kesamaan cerita di Sinetron Ganteng- Ganteng Serigala dengan cerita di
kehidupan maupun lingkungan sekitarnya seperti Yulia, Erdina, Novita, dan
Riska
3) Keinginan menjadi seperti tokoh Sinetron Ganteng- Ganteng Serigala
Mempertanyakan apakah ada keinginan seperti tokoh yang ada di
Sinetron Ganteng- Ganteng Serigala, informan mengatakan bahwa tidak ada
keinginan seperti tokoh yang ada di Sinetron Ganteng- Ganteng Serigala.
Seperti yang diungkapkan oleh Erdina sebagai berikut:
“Nggak begitu pingin kayak tokoh-tokoh.Lebih pingin jadi diri sendiri
aja.”(Wawancara Erdina, 16 April 2015)
Selain itu informan lain, Kara, juga mengungkapkan bahwa tidak ada
keinginan seperti tokoh, Kara menganggap bahwa keiinginan menjadi
13
seperti tokoh yang ada di Sinetron Ganteng- Ganteng Serigala tidak ada
manfaatnya.
4) Sinetron Ganteng- Ganteng Serigala belum sesuai umur
Sinetron Ganteng- Ganteng Serigala sebenarnya merupakan tayangan
yang diperuntukkan bagi remaja, karena dilihat dari ceritanya saja berlatar
belakang anak SMA.Akan tetapi ternyata informan menganggap bahwa
sinetron yang mereka tonton yakni Ganteng- Ganteng Serigala belum sesuai
dengan umur mereka.Kara pun mengakui bahwa usianya yang masih di
bawah umur dan belum sesuai jika menonton Sinetron Ganteng- Ganteng
Serigala.
“Belum, karena saya juga masih di bawah umur. Karena sinetron itu
yang biasanya ditonton oleh anak remaja, karena ya saya masih
apa,,umur di bawah umur yang masih untuk melaksanakan belajar.”
(Wawancara Kara, 14 Mei 2015)
Pengakuan akan usia yang belum dewasa juga diakui oleh Riska.
Walaupun Riska tahu umurnya belum sesuai untuk menonton Sinetron
Ganteng- Ganteng, akan tetapi Riska tetap menonton Sinetron GantengGanteng Serigala tersebut.
b. Mengungkapkan Informasi Apa Saja Yang Menyarankan atau
Memberikan Informasi Yang Berguna Bagi Pengguna
1) Sinetron GGS mengandung hal negatif dan positif
Sinetron Ganteng- Ganteng Serigala yang ditonton oleh para informan
dianggap memiliki hal positif walaupun di sisi lain sinetron seringkali
dianggap banyak mengandung hal yang negatif. Hal positif yang didapatkan
dari menonton Sinetron Ganteng- Ganteng Serigala menurut informan
mengatakan bahwa terhibur dengan program acara tersebut. Seperti yang
diungkapkan oleh Ema seperti berikut ini,
“Hal positifnya kita dapat terhibur dengan ceritanya yang menarik.”
(Wawancara Ema, 2 April 2015)
Benar adanya jika sinetron seringkali dianggap memiliki hal negatif,
dari adegan bahkan dampak yang ditimbulkan dengan menonton sinetron
tersebut.Selain itu adegan yang ada di Sinetron Ganteng- Ganteng Serigala
14
juga masih ada yang dianggap negatif oleh para informan, dari adegan
mesra sampai ciuman.
“……hal negatifnya adalah ketika ada adegan Digo dan Sissy saat
pelukan dan ciuman.” (Wawancara Yulia, 10 April 2015).
Nampaknya Sinetron Ganteng- Ganteng Serigala dirasa masih banyak
memiliki unsur negatif daripada positif menurut para informan.Kehadiran
Sinetron Ganteng- Ganteng Serigala menjadi sebuah hiburan adalah hal
positif dan adegan romantis oleh para pemainnya masih menjadi sesuatu
yang negatif bagi para informan.
2) Cerita Sinetron GGS tidak ada di lingkungan kita
Cerita dari Sinetron Ganteng- Ganteng Serigala mengenai tokoh
vampir dan serigala dianggap oleh Novita sebagai cerita yang tidak ada di
lingkungan kita. Seperti yang diungkapkan Novita sebagai berikut ini,
“Kalo yang vampir serigala tu gak ada, gak ada di dunia nyata, tu
kayaknya gak ada.” (Wawancara Novita, 17 April 2015)
Ema pun juga menyatakan bahwa cerita tentang perebutan darah suci
yang ada di Sinetron Ganteng- Ganteng Serigala adalah hal yang mustahil.
4. Kemampuan Mengkomunikasikan Pesan
a. Kegiatan mengkomunikasikan setelah menonton
Kegiatan informan dalam mengkomunikasikan cerita Sinetron GantengGanteng
Serigala
yang
ditontonnya
sangat
beragam.Tindakan
mengkomunikasikan setelah menonton terkait cerita dari Sinetron GantengGanteng Serigala dalam bentuk bercerita maupun menyebarkan lewat media
kepada teman- teman mereka.
Seperti Ema yang menyebarkan kegiatan menceritakan kembali cerita
Sinetron Ganteng- Ganteng Serigala lewat SMS (Short Message Service)
kepada teman- temannya.
“Pertama, membuat pos di SMS ke temen-temen trus kalo udah di
sekolahan diceritakan ke temen-temen sana-sini buat gosip, buat hiburan
waktu jam kosong atau istirahat.” (Wawancara Ema, 2 April 2015)
15
Walaupun sudah menyebarkannya lewat SMS, Ema tetap bercerita secara
langsung kepada teman-temannya di sekolah.Sebagaimana juga dengan Yulia,
Yulia menceritakan adegan- adegan lucu yang ada di Sinetron GantengGanteng Serigala secara langsung kepada teman- teman.
b. Usaha ketika tidak sempat menonton
Ketertinggalan akan cerita dari Sinetron Ganteng- Ganteng Serigala
kadang terjadi jika tidak sempat menonton. Informan mengusahakan agar tidak
ketinggalan cerita apabila tidak sempat menonton dengan cara menanyakan
kepada teman terkait cerita yang tidak ditonton. Seperti Novita dan juga Ema
yang melakukan hal yang sama yaitu menanyakan kepada teman terkait
ketertinggalan cerita.
“Ya, kalo gak nonton ya tanya temen yang nonton.” (Wawancara
Novita, 17 April 2015).
Selain bertanya kepada teman, Ema juga menggunakan internet yaitu
youtube untuk melihat ketertinggalannya cerita dari Sinetron GantengGanteng Serigala.Penggunaan media sosial seperti youtube oleh para informan
dimanfaatkan untuk mengakses episode Sinetron Ganteng- Ganteng Serigala
yang tidak sempat mereka tonton.Selain itu menanyakan kepada teman adalah
tindakan yang para informan lakukan juga.
c. Memiliki lingkungan yang sama
Kemudahan untuk mendapatkan informasi mengenai Sinetron GantengGanteng Serigala bisa didapat karena adanya lingkungan yang sama juga
membicarakan terkait sinetron tersebut. Jika dilihat dari bagaiman para
informan mengkomunikasikan dan usaha yang dilakukan para informan apabila
tidak menonton dapat diketahui bahwa lingkungan juga mendukung dengan
adanya informasi yang didapat.Lingkungan dari para informan yang juga
membicarakan tentang Sinetron Ganteng- Ganteng Serigala sebagaimana para
informan juga menyukainya. Seperti yang diutarakan oleh Novita,
“…sama temenku yang suka nonton GGS itu suka ngobrol tentang
sinetron itu..temen rumah, tetanggaku. (Wawancara Novita, 17 April
2015).
16
Orang- orang di sekitar informan memiliki kesamaan akan pengetahuan
mengenai Sinetron Ganteng- Ganteng Serigala yang membuat komunikasi
antara informan dengan lingkungannya menjadi lebih intens dan jelas.
d. Kegiatan like fanpages
Para informan juga memanfaatkan jejaring sosial untuk mengetahui info
terkait Sinetron Ganteng- Ganteng Serigala. Memanfaatkan facebook
dan
melakukan liking pada halaman- halaman yang berhubungan dengan Sinetron
Ganteng- Ganteng Serigala. Seperti yang dilakukan oleh Kara, Kara melakukan
liking halaman tokoh-tokoh Sinetron Ganteng- Ganteng Serigala di
facebook.Seperti yang diutarakan Kara sebagai berikut,
“Kalo fanpages sih ada di facebook.Saya nge-likes tokoh- tokohnya
GGS gitu.” (Wawancara Kara, 14 Mei 2015).
Berhubungan dengan fanpages atau halaman untuk para fans Sinetron
Ganteng- Ganteng Serigala, Yulia juga mengikutinya di facebook. Bahkan
Yulia juga bergabung dengan obrolan admin di halaman Ganteng- Ganteng
Serigala
Analisis Data
1. Kegiatan Mengakses
Informan dalam penelitian ini mengakses televisi setiap hari dengan
intensitas yang lebih dari 3 jam. Seperti Ema dan Novita yang mengakses televisi
bahkan lebih dari 4 jam. Kegiatan mengakses televisi yang cukup tinggi itu,
mereka bisa dikatakan termasuk sebagai tipe penonton Heavy-viewers seperti
yang diperkenalkan Gerbner dalam Cultivation analysis, yaitu orang yang
menghabiskan waktu cukup banyak untuk menonton TV (Kriyantono, 2010:
285).Menurut informan dalam penelitian ini, mereka sebernarnya tidak ada tujuan
khusus dalam menonton Sinetron Ganteng- Ganteng Serigala. Mereka hanya
mencari hiburan dan menghilangkan rasa bosan dengan cara menonton Sinetron
Ganteng- Ganteng Serigala. Hal ini seperti yang dikatakan Nurudin poin penting
yang bisa kita lekatkan pada sinetron Indonesia yaitu tujuannya yang penting
adalah menghibur. Ini Bahkan bisa dikatakan “kodrat sinetron itu menghihur”.
17
(https://www.academia.edu/5706785/Nurudin_Kodrat_Sinetron_itu_Menghibur_
Kata_Pengantar_Buku_TV_Menghibur_diri_Sampai_Mati_, diakses pada Rabu,
23 Desember 2015, pkl 20.51 WIB).
2. Kemampuan dalam Menganalisis
Mengidentifikasi pengirim pesan pada kemampuan literasi media dalam
menonton Sinetron Ganteng- Ganteng Serigala oleh informan dalam penelitian ini
tertuju pada bagaimana informan menjelaskan mengenai tokoh- tokoh dan
karakteristiknya.Sebagian besar informan mengetahui dan mengenal semua tokoh
yang bermain di Sinetron Ganteng- Ganteng Serigala, akan tetapi ada juga yang
mengaku bahwa tidak mengenal semuanya,
Pengetahuan tentang adegan- adegan di Sinetron Ganteng- Ganteng
Serigala yang mendapat teguran dari KPI oleh para informan sangat
beragam.Salah satu dari adegan yang ada yaitu pelukan. Menurut informan yaitu
Ema, adegan pelukan merupakan adegan biasa, akan tetapi jika adegan tersebut
dilakukan di sekolah tidaklah pantas. Adegan perkelahian yang juga menjadi
sorotan KPI dianggap oleh semua informan adalah hal yang biasa di sinetron
tersebut.Sinetron Ganteng- Ganteng Serigala banyak memiliki adegan- adegan
yang tidak pantas.Hampir semua sinetron-sinetron remaja yang ada sekarang
mengekploitasi kekerasan, seksualitas dan kadang mengabaikan moralitas
(Alkhajar, 2009: 19).
3. Kemampuan dalam Mengevaluasi
Kemampuan dalam mengavaluasi adalah bagaimana individu mampu
menilai pesan yang diterima kemudian dibandingkan dengan perspektif sendiri.
Walaupun informan lain juga sebagai penonton tipe heavy viewer tidak
mempengaruhi dirinya mempunyai keinginan untuk menjadi seperti tokoh- tokoh
yang ada. Selain itu, beberapa informan yang mengatakan bahwa ada kesamaan
antara cerita di Sinetron Ganteng- Ganteng Serigala dengan kisah yang ada di
sekitarnya, seperti Ema dan Kara. Terkait dengan adanya kesamaan cerita dengan
18
realitas dari penonton Sinetron Ganteng- Ganteng Serigala, ini menjadi salah satu
alasan mengapa sinetron digemari oleh penontonnya yaitu, menurut Wawan
Kuswandi karena isi pesannya sesuai dengan realitas sosial pemirsa (Kuswandi,
1996: 130).
4. Kemampuan Mengkomunikasikan Pesan
Komunikasi antar pribadi juga dilakukan oleh informan untuk mengetahui
cerita dari Sinetron Ganteng- Ganteng Serigala
yang tidak informan
tonton.Informan juga menggunakan youtube untuk mengakses episode yang tidak
ditontonnya. Wilbur Schramm dalam Effendy (1994: 62) menyatakan bahwa
komunikasi akan berhasil (terdapat kesamaan makna) apabila pesan yang
disampaikan oleh komunikator cocok dengan kerangka acuan (frame of
reference), yakni paduan pengalaman dan pengertian (collection of experiences
and meanings) yang diperoleh oleh komunikan. Informan juga memanfaatkan
jejaring sosial yaitu facebook untuk mengetahui informasi terbaru dari Sinetron
Ganteng- Ganteng Serigala dan para tokohnya dengan caraliking fanpages dari
tokoh- tokoh dan halaman tentang Sinetron Ganteng- Ganteng Serigala.
Kesimpulan
Remaja dengan tipe Heavy Viewer dalam menonton Sinetron GantengGanteng Serigala sudah memiliki kemampuan literasi media yang cukup untuk
mengkritisi tayangan televisi yaitu sinetron terutama Ganteng- Ganteng
Serigala.Literasi media dengan kategori mengakses media terutama televisi, oleh
6 informan terbilang sangat tinggi.Sedangkan dalam hal menonton Sinetron
Ganteng- Ganteng Serigala oleh semua informan dalam penelitian ini memiliki
frekuensi yang tinggi pula.
Kemampuan dalam menganalisis informan sudah mampu menjelaskan
maksud dari sinetron yang harus ditonton setiap hari. Pengidentifikasian dari
tokoh- tokoh yang ada di sinetron beserta karakteristiknya didapati bahwa
sebagian besar informan mengetahui dan mengenal semua tokoh yang ada,
19
akantetapi ada juga yang mengaku bahwa tidak mengenal semuanya. Sedangkan
untuk pengetahuan mengenai adegan- adegan yang disoroti oleh KPI di Sinetron
Ganteng- Ganteng Serigala yang kurang pantas, para informan berpendapat bahwa
hanyalah suatu peran yang dilakukan oleh para pemainnya saja.
Kemampuan dalam mengevaluasi, hal ini masing- masing dari 6 informan
memiliki perbedaan dalam hal tersebut, karena jawaban informan sangatlah
subjektif. Dengan kata lain bahwa informan sudah mampu menilai pesan yang
diterima, kemudian dibandingkan dengan perspektif sendiri
Kemampuan dalam mengkomunikasikan, informan mengkomunikasikan
pesan yang informan terima yaitu menceritakan kembali dan mengetahui akan
ketertinggalan informasi dari Sinetron Ganteng- Ganteng Serigala kepada orang
lain lewat komunikasi antar pribadi dengan orang lain.
Saran
1. Untuk remaja diharapkan lebih selektif dalam memilih tayangan- tayangan
yang berkualitas agar dapat membawa dirinya ke arah yang positif dan
mendapatkan informasi yang berguna pula bagi diri mereka.
2. Remaja juga harus mengedepankan betapa pentingnya literasi media dalam hal
membentengi diri untuk dampak dari tayangan- tayangan yang mereka tonton.
3. Untuk akademisi, pemerintah, maupun orang tua supaya dapat memberikan
pendidikan literasi media sejak dini kepada remaja maupun anak- anak dengan
kegiatan yang menunjang sehubungan dengan literasi media.
4. Untuk penelitian yang terkait dengan penelitian ini, peneliti harapkan dapat
menjadi sebuah sumbangan acuan untuk meneliti terkait penelitian literasi
media selanjutnya.
Daftar Pustaka
Adwiyanti, Wifi., dan Listyaningsih. (2015). Perilaku Anak Dalam Keluarga
Yang Gemar Menonton Tayangan Sinetron Ganteng-Ganteng Serigala Di
Desa
Cangkir
Kecamatan
Driyorejo-Gresik.Kajian
Moral
dan
Kewarganegaraan.02 (03).681-695.
20
Alkhajar, Eka Nada Shofa. (2009).“Televisi, Hiperealitas Remaja Dan Media
Literacy”, DalamAnomi Media Massa, Eka Nada Shofa Alkhajar, Dkk. Solo
: Katta.
Astuti, Santi Indra. (2010). Sinetron Remaja Dan Penonton Belia: Riset Audiens
Terhadap Penonton Sinetron Remaja. Jurnal Mimbar Vol. Xxvi (1). 17- 29.
Baksin, Askurifai. (2006). Jurnalistik Televisi: Teori dan Praktik. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya
Effendy, Onong Uchjana. (1993). Televisi Siaran Teori dan Praktek.Bandung:
Mandar Maju.
____________________. (1994). Ilmu Komunikasi Teori Dan Praktek , Cet. 8,
Bandung: Remaja Rosdakarya.
____________________.(2004). Dinamika Komunikasi.Bandung : Remaja
Rosdakarya
Guntarto, B. (2011). Perkembangan Program Literasi Media di
Indonesia.Http://indonesia-medialiteracy.net/.Diakses pada Hari Selasa, 10
Februari 2015, Pukul 20.44 WIB.
Judhita, Christiany. (2013). Literasi Media Pada Anak Di Daerah Perbatasan
Indonesia Dan Timor Leste.Jurnal IPTEK Komunikasi.15 (1).47-62.
http://balitbang.kominfo.go.id/balitbang/bppkiyogyakarta/files/2013/07/04_A
rtikelChristiany Juditha-Juni-2013.pdf. Diakses pada Jumat, 28 November
2014, 11:47 WIB
Kriyantono, Rachmat. (2010). Teknik Praktis Riset Komunikasi: Disertai Contoh
Praktis Riset Media, Public Relations, Advertising, Komunikasi Organisasi,
Komunikasi Pemasaran. Jakarta: Kencana
Kuswandi, Wawan. (1996). Komunikasi Massa Sebuah Analisis Media Televisi.
Jakarta: Rineka Cipta
Monks, F.J, A.M.P Knoers dan Siti Rahayu Haditono. (1999). Psikologi
Perkembangan.Pengantar dalam Berbagai Bagiannya. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.
Nielsen. (2014). Nielsen: Konsumsi Media Lebih Tinggi Di Luar
Jawa.Http://Www.Nielsen.Com/. Diakses Pada Rabu, 29 Oktober 2014
Pukul 23.27 WIB.
Nurudin.(2007). Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada.
_______. (2011). Nurudin: Kodrat Sinetron itu Menghibur (Kata Pengantar Buku
TV
Menghibur
diri
Sampai
Mati.Https://www.academia.edu/5706785/Nurudin_Kodrat_Sinetron_itu_Me
nghibur_Kata_Pengantar_Buku_TV_Menghibur_diri_Sampai_Mati_, diakses
pada Rabu, 23 Desember 2015, pkl 20.51 WIB
Triwardani, Reny.(2011). Televisi Dalam Ruang Keluarga: Menyoal Menonton
Televisi Sebagai Praktik Konsumsi Dalam Konfigurasi Ruang Domestik.
Jurnal Ilmu Komunikasi. 8 (2). Hal 190- 206
Wardhana, Veven Sp. (1994). Kapitalisme TV dan Strategi Budaya
Massa.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Download