Daftar Pustaka............mdi - Repository Politeknik Pertanian Negeri

advertisement
PENGGUNAAN LEGUME COVER CROP DAN JAMUR
TRICHODERMA Sp. UNTUK MEMPERBAIKI SIFAT KIMIA
TANAH PADA LAHAN BEKAS TAMBANG BATUBARA
Oleh :
ARDIANSYAH
NIM.130500083
PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN
JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA
SAMARINDA
2016
PENGGUNAAN LEGUME COVER CROP DAN JAMUR
TRICHODERMA Sp. UNTUK MEMPERBAIKI SIFAT KIMIA
TANAH PADA LAHAN BEKAS TAMBANG BATUBARA
Oleh :
ARDIANSYAH
NIM.130500083
Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Sebutan Ahli Madya
pada Program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN
JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA
SAMARINDA
2016
HALAMAN PENGESAHAN
Judul Karya Ilmiah
:
Penggunaan Legume Cover Crop dan Jamur
Trichoderma Sp. untuk Memperbaiki Sifat Kimia
Tanah Pada Lahan Bekas Tambang Batubara
Nama
:
Ardiansyah
NIM
:
130500083
Program Studi
:
Budidaya Tanaman Perkebunan
Jurusan
:
Manajemen Perkebunan
Pembimbing,
Nur Hidayat, SP, M.Sc
NIP. 197210252001121001
F. Silvi Dwi Mentari, S. Hut, MP
NIP. 197707232003122002
Menyetujui,
Ketua Program Studi Budidaya
Tanaman Perkebunan
Nur Hidayat, SP, M.Sc
NIP. 197210252001121001
/XO
Penguji II,
Penguji I,
Rossy Mirasari, SP, MP
NIP. 197806242005012002
Mengesahkan,
Ketua Jurusan Manajemen
Pertanian
Ir. M. Masrudy, MP
NIP.196008051988031003
RIWAYAT HIDUP
Ardiansyah lahir pada tanggal 6 Desember 1995 di Desa
Sungai Keledang Kecamatan Samarinda Seberang Kota
Samarinda Provinsi Kalimantan Timur. Merupakan anak
pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Syahrani
dan Ibu Rukayah.
Tahun
2001
memulai
Pendidikan
Sekolah
Dasar
Swasta
SD
Muhammadiyah 003 Desa Sungai Keledang Kecamatan Samarinda Seberang
Kota Samarinda Provinsi Kalimantan Timur lulus pada tahun 2007, melanjutkan
Pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di SMP Swasta Muhammadiyah
004 Desa Sungai Keledang Kecamatan Samarinda Seberang lulus tahun 2010
dan melanjutkan Pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan SPP-SPMAN
Samarinda dengan Program Perkebunan Sempaja Samarinda Kalimantan Timur
lulus tahun 2013.
Tahun 2013 memulai Pendidikan Tinggi di Perguruan Tinggi Politeknik
Pertanian Negeri Samarinda Jurusan Manajemen Pertanian Program Studi
Budidaya Tanaman Perkebunan. Selama dalam pendidikan pernah mengikuti
program Praktik Kerja Lapang yang dilaksanakan selama 2 (dua) bulan terhitung
dari tanggal 3 Maret sampai dengan 3 Mei 2016 di PT. Sentosa Kalimantan Jaya
Kecamatan Pulau Derawan Kabupaten Berau Provinsi Kalimatan Timur.
ABSTRAK
ARDIANSYAH. Penggunaan Legume Cover Crop dan Jamur Trichoderma Sp,
Untuk Memperbaiki Sifat Kimia Tanah Pada Lahan Bekas Tambang Batubara
(di bawah bimbingan NUR HIDAYAT).
Kegiatan pertambangan batubara menimbulkan kerusakan ekosistem.
seperti rusaknya keadaan struktur, kimia, dan biologi tanah. Apabila tidak
dilaksanakan tindakan penanggulangan, maka akan terjadi kerusakan yang lebih
parah. Untuk itu perlu dilakukan perbaikan lingkungan agar tidak terjadi
kerusakan lebih lanjut.
Penelitian ini bertujuan untuk memperbaiki sifat kimia tanah yang rusak
akibat tambang batubara dengan menggunakan tanaman LCC dan jamur
Trichoderma. Penelitian dilakukan di lokasi tambang batubara Kecamatan
Palaran Samarinda. Perlakuan terdiri dari pemberian LCC (P1), pemberian
Trichoderma (P2) dan pemberian LCC+Trichoderma (P3) selama 8 bulan.
Penelitian ini untuk mengetahui perbaikan unsur Kimia Tanah (N, P, K, pH,C/N,
C-Organik, KTK) yang diuji di Laboratorium Pusrehut Fakultas Kehutanan Unmul
Samarinda.
Hasil uji laboratorium menunjukkan bahwa terjadi peningkatan unsur pada
tanah yang diberi perlakuan LCC (p1) yaitu unsur N, K2O, Ratio C/N dan KTK.
Perlakuan dengan pemberian Trichoderma (p2) meningkatakan C-Organik
Tanah, Unsur K2O, Ratio C/N dan KTK. Perlakuan dengan pemberian LCC dan
Trichoderma (p3) meningktakan unsur K2O, Ratio C/N dan KTK.
Kata Kunci : Lahan Tambang Batubara, Legume Cover Crop,Trichoderma.
/
s
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
Karya Ilmiah. Keberhasilan dan kelancaran dalam pelaksanaan Karya Ilmiah ini
juga tidak terlepas dari peran serta dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena
itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Bapak Nur Hidayat, SP, M.Sc selaku dosen pembimbing dan selaku ketua
Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan.
2. Bapak F. Silvi Dwi Mentari, S.Hut, MP selaku dosen penguji I.
3. Ibu Ros sy Mirasari, SP, MP selaku dosen penguji II.
4. Bapak Ir. M. Masrudy, MP Selaku Ketua Jurusan Manajemen Pertanian.
5. Para staff pengajar, administrasi dan teknisi di Program Studi Budidaya
Tanaman Perkebunan.
6. Kedua orang tua dan keluarga yang telah memberi dukungan dan doa
kepada penulis selama ini baik materi dan moril.
7. Rekan-rekan mahasiswa yang telah membantu dalam penyusunan laporan
ini.
Penulis menyadari dalam penyusunan Karya Ilmiah ini masih terdapat
kekurangan,
namun
semoga
Karya
Ilmiah
ini
dapat
bermanfaat
bagi
pembacanya.
Penulis,
Kampus Sei Keledang......
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR
i
DAFTAR ISI
ii
DAFTAR TABEL
iii
DAFTAR LAMPIRAN
iv
I.
PENDAHULUAN
1
II.
TINJAUAN PUSTAKA
III.
IV.
V.
A. Kegiatan Pertambangan dan Aspek Lingkungan ........................
4
B. Reklamasai Lahan Bekas Tambang
7
C. Tinjauan Umum Tanaman LCC
10
D. Tinjauan Umum Trichoderma ......................................................
13
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian .....................................................
15
B. Alat dan Bahan ...........................................................................
15
C. Prosedur Penelitian.....................................................................
15
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil ...........................................................................................
18
B. Pembahasan...............................................................................
23
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan .................................................................................
31
B. Saran ..........................................................................................
31
DAFTAR PUSTAK A ...................................................................................
32
LAMPIRAN.................................................................................................
35
DAFTAR TABEL
Nomor
Halaman
1. Tabel Rata-rata kandungan semua unsur pada seluruh Perlakuan
Reklamasi yang diberikan ke Lahan Bekas Tambang Batubara .............
18
2. Tabel Rata-rata kandungan unsur C Organik pada Perlakuan
Reklamasi di Lahan Bekas Tambang Batubara ......................................
19
3. Tabel Rata-rata kandungan unsur P2O5 pada Perlakuan Reklamasi
di Lahan Bekas Tambang Batubara .......................................................
19
4. Tabel Rata-rata kandungan unsur K2O pada Perlakuan
Reklamasi di Lahan Bekas Tambang Batubara ......................................
20
5. Tabel Rata-rata kandungan unsur N Total pada Perlakuan
Reklamasi di Lahan Bekas Tambang Batubara ......................................
21
6. Tabel Rata-rata kandungan unsur Ratio C/N pada Perlakuan
Reklamasi di Lahan Bekas Tambang Batubara......................................
22
7. Tabel Rata-rata kandungan unsur KTK pada Perlakuan
Reklamasi di Lahan Bekas Tambang Batubara ......................................
22
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Halaman
1. Lay Out Penelitian ..................................................................................
36
2. Dokumentasi Hasil Penelitian.................................................................
37
3. Hasil Analisa Sifat Kimia Tanah .............................................................
45
4. Kriteria Sifat Kimia Tanah .......................................................................
46
5. Tabel Anova Sifat Kimia Tanah ......................................................................
47
?
I. PENDAHULUAN
Reklamasi adalah kegiatan yang bertujuan untuk memperbaiki atau
menata kegunaan lahan yang terganggu sebagai akibat kegiatan usaha
pertambangan agar dapat berfungsi dan berdaya guna sesuai peruntukannya.
Pembangunan berwawasan lingkungan menjadi suatu kebutuhan penting bagi
setiap bangsa dan Negara yang menginginkan kelestarian sumberdaya alam.
Oleh sebab itu, sumber daya alam perlu dijaga dan dipertahankan untuk
kelangsungan hidup manusia kini maupun generasi yang akan dat ang (Arif,
2007).
Kegiatan pertambangan dapat berdampak pada perubahan/rusaknya
ekosistem, sehingga tidak dapat lagi menjalankan fungsinya se cara optimal,
seperti perlindungan tanah, tata air, pengatur cuaca, dan fungsi-fungsi lainnya
dalam mengatur perlindungan alam lingkungan. Dikutip dari Harian Kompas 1
April 2011 bahwa, saat ini untuk wilayah Kalimantan Timur terdapat tidak kurang
dari 1.302 izin tambang batubara. Untuk wilayah Samarinda khususnya sudah
72% wilayah Samarinda yang totalnya 718 km persegi atau 718.000 hektar
merupakan lahan izin penambangan batubara dan dari 72% tersebut, 40%
diantaranya sudah dan sedang ditambang.
Kegiatan
penambangan
bertanggung
jawab
terhadap
kerusakan
ekosistem yang terjadi. Akibat yang ditimbulkan antara lain kondisi fisik, kimia
dan biologis tanah menjadi buruk, seperti lapisan tanah tidak berprofil, terjadi
pemadatan, kekurangan unsur hara yang penting, pH rendah, pencemaran. Oleh
logam-logam berat pada lahan bekas tambang, serta penurunan populasi
mikroba tanah. Upaya pelestarian lingkungan perlu dilakukan agar tidak terjadi
kerusakan lebih lanjut.
?
Penggunaan LCC merupakan salah satu cara yang tepat untuk
memperbaiki atau menjaga kesuburan tanah dengan menekan gulma yang ada,
mengurangi laju erosi, serta meningkatkan ketersediaan karbon dan nitrogen
dalam tanah (Barthes, 2004). Pemilihan jenis tanaman penutup tanah dan jenis
tanaman pioner sangat menentukan keberhasilan rehabilitasi lahan. Tanaman
penutup yang baik adalah tanaman yang memiliki kriteria mudah ditanam, cepat
tumbuh
dan
rapat,
menguntungkan,
bersimbiosis
menghasilkan
dengan
biomassa
bakteri
yang
ataupun
melimpah
fungi
dan
yang
mudah
terdekomposisi, tidak berkompetisi dengan tanaman pokok serta tidak melilit
(Ambodo, 2008).
Trichoderma merupakan salah satu agen antagonis cendawan yang
berfungsi mengganggu kehidupan suatu organisme pengganggu tumbuhan,
khususnya penyakit tular tanah (Soil born), sehingga organisme pengganggu
tumbuhan tersebut dapat dihambat atau ditekan. Selain itu jamur Trichoderma
berperan sebagai akti vator bagi mikroorganisme lain di dalam tanah serta
stimulator pertumbuhan tanaman. Trichoderma merupakan jamur tanah yang
berperan dalam menguraikan bahan organik tanah, dimana bahan organik tanah
ini mengandung beberapa komponen zat seperti N, P, S dan Mg dan unsur hara
lain yang dibutuhkan tanaman dalam pertumbuhannya (Embriani, 2015).
Untuk itu dalam penelitian ini dilakukan reklamasi lahan bekas tambang
yang rusak dan miskin unsur hara dengan penanaman LCC dan jamur
Trichoderma untuk memperbaiki sifat kimia tanahnya.
Adapun hasil yang diharapkan dari
penelitian ini adalah dapat
memperbaiki sifat kimia tanah lahan yang rus ak akibat pertambangan batubara
sehingga meningkatkan produktifitas lahan, selain itu juga dapat memberikan
?
informasi ke pemerhati lingkungan dan pemerhati dunia pertanian bahwa
tanaman LCC dan jamur Trichoderma dapat memperbaiki sifat kimia tanah lahan
bekas tambang batubara.
?
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Kegiatan Penambangan dan Aspek Lingkungan
Kegiatan pertambangan merupakan kegiatan usaha yang kompleks
dan sangat rumit, sarat resiko, merupakan kegiatan usaha jangka panjang,
melibatkan teknologi tinggi, padat modal, dan aturan regulasi yang
dikeluarkan dari beberapa sektor. Selain itu, kegiatan pertambangan
mempunyai daya ubah lingkungan yang besar, sehingga memerlukan
perencanaan total yang matang sejak tahap awal sampai pasca tambang.
Pada saat membuka tambang, sudah harus dipahami bagaimana menutup
tambang (Arif, 2007).
Rehabilitasi lokasi penambangan dilakukan sebagai bagian dari
program terakhir tambang yang mengacu pada penataan lingkungan hidup
yang berkelanjutan. Salah satu kegiatan akhir tambang yaitu reklamasi, yang
merupakan upaya penataan kembali daerah bekas tambang agar bisa
menjadi daerah bermanfaat dan berdaya guna. Reklamasi tidak berarti akan
mengembalikan seratus persen sama dengan kondisi lingkungan awal.
Sebuah lahan atau gunung yang dikupas untuk diambil isinya hinggga
kedalaman ratusan meter bahkan sampai ribuan meter walaupun sistem gali
timbun (back filling) diterapkan tetap akan meninggalkan lubang besar
seperti danau (Herlina, 2004).
Pada prinsipnya kawasan atau sumber daya alam yang dipengaruhi
oleh kegiatan pertambangan harus dikembalikan ke kondisi yang aman dan
produktif melalui rehabilitasi. Tujuan jangka pendek rehabilitasi adalah
membentuk bentang alam yang stabil terhadap erosi, selain itu juga
bertujuan
untuk
mengembalikan
lokasi
tambang
ke
kondisi
yang
?
memungkinkan untuk digunakan sebagai lahan produktif. Bentuk lahan
produktif yang akan dicapai menyesuaikan dengan tataguna lahan pasca
tambang. Penentuan tataguna lahan pasca tambang sangat tergantung pada
berbagai faktor antara lain potensi ekologis lokasi tambang dan keinginan
masyarakat serta pemerintah. Bekas lokasi tambang yang telah direhabilitasi
harus dipertahankan agar tetap terintegrasi dengan ekosistem bantang alam
sekitarnya (Suprapto, 2006).
1. Lahan Bekas Tambang Sebagai Ekosistem Rusak
Menurut Jordan (1985) dalam Rahmawaty (2002), bahwa
kegiatan pertambangan dapat berdampak pada perubahan/rusaknya
ekosistem. Ekosistem yang rusak diartikan sebagai suatu ekosistem yang
tidak
dapat
lagi
menjalankan
fungsinya
secara
optimal,
seperti
perlindungan tanah, tata air, pengatur cuaca, dan fungsi-fungsi lainnya
dalam mengatur perlindungan alam lingkungan.
Intensitas gangguan ekosistem dikategorikan menjadi tiga, yaitu :
a. Ringan, apabila struktur dasar suatu ekosistem tidak terganggu,
sebagai contoh jika sebatang pohon besar mati atau kemudian roboh
yang menyebabkan pohon lain rusak, atau penebangan kayu yang
dilakukan secara selektif dan hati-hati.
b. Menengah, apabila struktur hutannya rusak berat/hancur, namun
produktivitas tanahnya tidak menurun, misalnya penebangan hutan
primer untuk ditanami jenis tanaman lain seperti kopi, coklat, palawija
dan lain-lainnya.
c. Berat, apabila struktur hutan rusak berat/hancur dan produktifitas
tanahnya menurun, contohnya terjadi aliran larva dari gunung berapi,
?
penggunaan peralatan berat untuk membersihkan hutan, termasuk
dalam hal ini akibat kegiatan pertambangan.
2. Degradasi Lahan Akibat Penambangan Batubara
Menurut Anonim (2006), penambangan batubara secara terbuka
diawali dengan menebas vegetasi penutup tanah, mengupas tanah
lapisan atas yang relatif subur kemudian menimbun kembali areal bekas
penambangan. Cara ini berpotensi menimbulkan kerusakan lahan, antara
lain terjadinya perubahan sifat tanah, munculnya lapisan bahan induk
yang produktivitasnya rendah, timbulnya lahan masam dan garam-garam
yang dapat meracuni tanaman, rusaknya bentang alam, serta terjadinya
erosi dan sedimentasi. Perubahan sifat tanah terjadi karena dalam proses
penambangan batubara, bahan-bahan non batubara yang jumlahnya 3-6
kali jumlah batubara yang diperoleh perlu dibongkar dan dipindahkan.
Tanah hasil bongkaran tersebut, yaitu tanah terlalu padat, struktur tidak
mantap, aerasi dan drainase buruk, serta lambat meresap air. Dalam
proses penimbunan, lapisan tanah menjadi tercampur aduk. Tidak jarang
bahan induk berada di lapisan atas dan lapisan subur yang berada di
bawah. Bahan induk yang berada di lapisan teratas dapat menjadi
masalah karena bahan tersebut miskin unsur hara.
Masalah lain adalah timbulnya tanah masam, pirit (FeS2), jarosit,
dan epsonit bila teroksidasi menyebabkan pH tanah menjadi masam (45), bahkan pada areal timbunan yang baru, pH tanah sangat masam (2,63,6). Kandungan garam-garam sulfat yang tinggi seperti MgSO4, CaSO4,
dan AlSO4, dapat menyebabkan tanaman mengalami keracunan. Pada
musim kemarau, garam-garam ini akan muncul ke permukaan tanah
??
sebagai kerak putih. Perubahan bentang alam juga dapat mengganggu
keseimbangan alam. Penambangan batubara secara terbuka akan
memunculkan lubang-lubang galian yang sangat dalam dan luas. Tanah
yang dibongkar kemudian dipindahkan ke areal tertentu. Sering terjadi
lahan yang sebelumnya bukit setelah tanahnya dibongkar berubah
menjadi lembah, atau lahan yang sebelumnya lembah lalu ditimbun
menjadi bukit. Hal ini menyebabkan stabilitas lingkungan berubah dan
tanah mudah longsor. Pada tanah timbunan yang dibiarkan terbuka
sering terjadi erosi yang hebat karena air yang jatuh cepat mengalir di
permukaan tanah. Erosi selanjutnya menimbulkan masalah sedimentasi
di badan-badan air (Anonim, 2006).
B. Reklamasi Lahan Bekas Tambang
Secara umum yang harus diperhatikan dan dilakukan dalam
merehabilitasi/reklamasi lahan bekas tambang yaitu dampak perubahan dari
kegiatan pertambangan, rekonstruksi tanah, revegetasi, dan pengaturan
drainase. Kegiatan pertambangan dapat mengakibatkan perubahan kondisi
lingkungan. Hal ini dapat dilihat dengan hilangnya fungsi proteksi terhadap
tanah, yang juga berakibat pada terganggunya fungsi-fungsi lainnya. Di
samping itu, juga dapat mengakibatkan hilangnya keanekaragaman hayati,
terjadinya degradasi pada daerah aliran sungai, perubahan bentuk lahan,
dan terlepasnya logam-logam berat yang dapat masuk ke lingkungan
perairan.
1. Rekonstruksi Tanah
Untuk mencapai tujuan restorasi perlu dilakukan upaya seperti
rekonstruksi lahan dan pengelolaan tanah pucuk. Pada kegiatan ini,
??
lahan yang masih belum rata harus terlebih dahulu ditata dengan
penimbunan kembali (back filling) dengan memperhatikan jenis dan asal
bahan urugan, ketebalan, dan ada tidaknya sistem aliran air (drainase)
yang kemungkinan terganggu. Pengembalian bahan galian ke asalnya
diupayakan mendekati keadaan aslinya. Ketebalan penutupan tanah
(sub-soil) berkisar 70-120 cm yang dilanjutkan dengan re-distribusi
tanah pucuk. Lereng dari bekas tambang dibuat bentuk teras, selain
untuk menjaga kestabilan lereng, diperuntukan juga bagi penempatan
tanaman revegetasi.
2. Revegetasi
Perbaikan kondisi tanah meliputi perbaikan ruang tubuh,
pemberian tanah pucuk dan bahan organik serta pemupukan dasar dan
pemberian kapur. Kendala yang dijumpai dalam merestorasi lahan
bekas tambang yaitu masalah fisik, kimia (nutrients dan toxicity), dan
biologi. Masalah fisik tanah mencakup tekstur dan struktur tanah.
Masalah kimia tanah
berhubungan dengan reaksi tanah (pH),
kekurangan unsur hara, dan mineral toxicity. Untuk mengatasi pH yang
rendah dapat dilakukan dengan cara penambahan kapur. Sedangkan
kendala biologi seperti tidak adanya penutupan vegetasi dan tidak
adanya mikroorganisme potensial dapat diatasi dengan perbaikan
kondisi tanah, pemilihan jenis pohon, dan pemanfaatan mikroorganisme.
Secara ekologi, spesies tanaman lokal dapat beradaptasi dengan iklim
setempat tetapi tidak untuk kondisi tanah. Untuk itu diperlukan pemilihan
spesies yang cocok dengan kondisi setempat.
??
Untuk menunjang keberhasilan dalam merestorasi lahan bekas
tambang, maka dilakukan langkah-langkah seperti perbaikan lahan pratanam, pemilihan spesies yang cocok, dan penggunaan pupuk. Untuk
mengevaluasi tingkat keberhasilan pertumbuhan tanaman pada lahan
bekas tambang, dapat ditentukan dari persentasi daya tumbuhnya,
persentasi
penutupan
tajuknya,
pertumbuhannya,
perkembangan
akarnya, penambahan spesies pada lahan tersebut, peningkatan
humus, pengurangan erosi, dan fungsi sebagai filter alam. Dengan cara
tersebut, maka dapat diketahui sejauh mana tingkat keberhasilan yang
dicapai dalam merestorasi lahan bekas tambang (Rahmawaty, 2002).
3. Pengaturan Drainase
Drainase pada lingkungan pasca tambang dikelola secara
seksama untuk menghindari efek pelarutan sulfida logam dan bencana
banjir yang sangat berbahaya, dapat menyebabkan rusak atau jebolnya
bendungan penampung tailing serta infrastruktur lainnya. Kapasitas
drainase harus memperhitungkan iklim dalam jangka panjang, curah
hujan maksimum, serta banjir besar yang biasa terjadi dalam kurun
waktu tertentu baik periode waktu jangka panjang maupun pendek. Arah
aliran yang tidak terhindarkan harus meleweti zona mengandung sulfida
logam, perlu pelapisan pada badan alur drainase menggunakan bahan
impermeabel. Hal ini untuk menghindarkan pelarutan sulfida logam yang
potensial menghasilkan air asam tambang (Rahmawat y, 2002).
C. Tinjauan Umum Tanaman Legume Cover Crop (LCC)
Menurut Purwanto. (2011) bahwa tanaman LCC atau leguminoseae
adalah tanaman polong-polongan dengan sistem perakaran yang mampu
??
bersimbiosis dengan bakteri rhizobium dan membentuk bintil akar yang
mempunyai kemampuan mengikat nitrogen dari udara. Berdasarkan sifat
pertumbuhannya, tanaman legume dibedakan menjadi tiga kelompok yaitu
legume menjalar, legume perdu, dan legume pohon. Sebagai tanaman
rehabilitasi lahan legume memiliki beberapa faktor pendukung antara lain:
cepat tumbuh hingga banyak menghasilkan bahan organik dan pupuk hijau,
banyak mengandung nitrogen (N) hingga menghasilkan hijauan makanan
ternak dan menghasilkan makanan yang dapat diolah. Sementara sebagai
tanaman penguat teras, tanaman legume harus mampu menghasilkan
bahan organik, menghasilkan kayu bakar serta dalam pertumbuhannya tidak
mengganggu pertumbuhan dan produktifitas tanaman utama.
Menurut Ahmad. dkk (1990) bahwa beberapa jenis tanaman legume
yang berfungsi sebagai sumber bahan organik untuk memperbaiki
kesuburan tanah sudah lama dikenal oleh sebagian petani kita. Jenis-jenis
tanaman legume yang biasa digunakan antara lain adalah munggur,
trembesi, orok-orok, lamtoro, dan daun dadap. Pemberian dilakukan dengan
cara menyebarkan daun tanaman legum tersebut pada permukaan lahan
sebelum pengolahan tanah pertama, namun demikian selama ini baik petani
maupun praktisi pertanian sering mengalami kesulitan untuk mendiskripsikan
suatu jenis tanaman berdasarkan kondisi sebarannya di lapangan.
Beberapa jenis tanaman legume yang t ermasuk dalam kelompok
tanaman legume menjalar adalah :
1. Calopogonium carreuleum (CC)
Calopogonium carreuleum adalah kelompok legume atau polongpolongan yang mempunyai kemampuan mengikat nitrogen dari udara
??
dengan bantuan bakteri rhizobium yang terdapat dalam bintil akarnya.
Tanaman ini tumbuh menjalar pada permukaan tanah, dan bisa
merambat ke atas pada tanaman yang tumbuh didekatnya. Tanaman
CC selama ini banyak digunakan sebagai tanaman penutup tanah
diantara tanaman karet, kelapa, dan kelapa sawit. Disamping itu dapat
berfungsi pula sebagai sumber pakan ternak, tanaman penghasil pupuk
hijau dan bahan organik, serta penekan pertumbuhan alang-alang.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa penanaman
tanaman karet disertai dengan penanaman CC sebagai penutup tanah
mampu meningkatkan hasil getah karet 15% lebih tinggi dibandingkan
bila penutup tanahnya berupa rumput biasa. Bahan organik atau hijauan
segar yang mampu dihasilkan dari penanaman CC diantara tanaman
karet adalah sebesar 6 ton per 5 bulan. Sementara kemampuannya
mengikat N adalah sebesar 173 kg N per ha per 6 bulan.
2. Calopogonium mucunoides (CM)
Legume ini berasal dari Amerika Latin Tropik, masuk ke
Indonesia untuk digunakan sebagai tanaman penutup tanah pada
tanaman karet muda, kopi dan kelapa. Tanaman CM tergolong tanaman
legume perenial (berumur lebih dari satu tahun), tanaman ini tumbuh
menjalar pada permukaan tanah dan bisa membelit ke kiri dan keatas
tanaman yang tumbuh didekatnya. Tanaman ini dapat digunakan
sebagai pionir untuk merehabilitasi lahan yang telah mengalami
degradasi karena erosi. Sebagai penutup tanah, tanaman ini mampu
mencapai ketebalan sekitar 40-60 cm tergantung tingkat kesuburan
??
tanahnya. Kemampuan produksi hijauan segar mencapai 25 ton per ha
per tahun pada tanah berpasir.
Banyaknya
akar
yang
tumbuh
pada
ruas-ruas
tanaman
meningkatkan kemampuan akar-akar tersebut untuk memegang tanah,
sehingga tanah dapat bertahan dan tidak terhanyut oleh aliran
permukaan. Selain itu, juga dapat menambah bahan organik tanah.
Selama ini, CM banyak digunakan sebagai tanaman penyubur tanah
pada lahan perkebunan kelapa sawit, karet, maupun lahan bekas
tanaman ubi kayu. Hasil analisis kandungan hara CM menunjukkan
persentase kandungan hara K yang lebih besar dibandingkan legum CC
dan CP. Kandungan protein cukup tinggi pada batang dan daun.
Buahnya cukup baik untuk makanan ternak seperti kambing dan sapi.
3. Centrosoma pubescens (CP)
Tanaman legume ini tumbuh menjalar pada permukaan tanah
atau bisa membelit ke kiri atas pada tanaman lain yang tumbuh di
dekatnya. Tanaman CP berguna sebagai tanaman penutup lahan,
tanaman ini pencegah erosi, tanaman pupuk hijau dan tanaman sumber
pakan ternak. Penanaman CP di perkebunan kelapa sawit bertujuan
untuk menekan pertumbuhan alang-alang maupun gulma serta
meningkatkan kesuburan tanah. Manfaat lain adalah sebagai tanaman
penguat teras, ditanam pada bibir teras. Daunnya disukai oleh ternak.
Kemampuan produksi hijauan tertinggi dicapai pada umur 5-6
bulan, yaitu sebesar 15-18 ton per ha. Sementara kemampuan fiksasi
nitrogen dari udara sebesar 75-100 kg N per ha per tahun. Kandungan
nitrogen (N) dalam daun CP ternyata lebih tinggi dibandingkan daun CC
??
maupun CM. Legume ini dapat digunakan pula sebagai tanaman sela
diantara musim tanam padi karena disamping tahan akan kekeringan
juga dapat meningkatkan bahan organik tanah (Tejoyuwono, 1970
dalam Reksohadiprojo, 1994).
D. Tinjauan Umum Jamur Trichoderma Sp.
Jamur Trichoderma sp. merupakan salah satu agen antagonis yang
bersifat saprofit dan bersifat parasit terhadap jamur lain. Klasifikasi jamur
Trichoderma sebagai berikut menurut Katriani (2013) :
Divisi
:
Deuteromycota
Kelas
:
Deuteromycetes
Ordo
:
Moniliales
Famili
:
Moniliaceae
Genus :
Trichoderma sp.
Pada umumnya jamur Trichoderma sp. hidup ditanah yang lembab,
asam
dan
peka
terhadap
cahaya
secara
langsung.
Pertumbuhan
Trichoderma sp. yang optimum membutuhkan media dengan pH 4-5.
Kemampuan jamur ini dalam menekan jamur patogen lebih berhasil pada
tanah masam daripada tanah alkalis. Kelembaban yang dibutuhkan berkisar
antara 80-90%.
Trichoderma sp merupakan mikroorganisme fungsional yang dikenal
luas
sebagai
pupuk
biologis
tanah.
Biakan
jamur
Trichoderma
diberikan ke areal pertanaman dan berlaku sebagai biodekomposer,
mendekomposisi limbah organik (rontokan dedaunan dan ranting tua)
menjadi kompos yang bermutu. Trichoderma sp mempunyai kemampuan
??
untuk mendekomposisi seresah yang sulit terurai seperti tanaman Akasia
(Acacia mangium) (Widyaastuti, 1999 dalam Mahardiansyah, 2007).
Trichoderma
merupakan
jamur
tanah
yang
berperan
dalam
menguraikan bahan organik tanah, dimana bahan organik tanah ini
mengandung beberapa komponen zat seperti N, P, S dan Mg dan unsur
hara lain yang dibutuhkan tanaman dalam pertumbuhannya. Trichoderma
sp. berrfungsi untuk memecah bahan -bahan organik seperti N yang terdapat
dalam senyawa kompeks dengan demikian Nitrogen ini akan dimanfaatkan
tanaman dalam merangsang pertumbuhan di atas tanah terutama tinggi
tanaman dan memberikan warna hijau pada daun. Beberapa keuntungan
dan keunggulan Trichoderma yang lain adalah mudah dimonitor dan dapat
berkembang biak, sehingga keberadaannya di lingkungan dapat bertahan
lama serta aman bagi lingkungan, hewan dan manusia lantaran tidak
menimbulkan residu kimia berbahaya di dalam tanah ( Anonim, 2002).
Pemanfaatan Trichoderma sebagai mikroorganisme potensial yang
bersifat antagonis. Trichoderma ialah jamur asli tanah yang bersifat
menguntungkan karena mempunyai sifat antagonis yang tinggi terhadap
jamur patogen dan jika diberikan ke tanah dapat memperbaiki sifat kimia
tanah(Lilik et al., 2010 dalam Ismail-Tenrirawe, 2010).
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan di lokasi tambang batubara Kecamatan
Palaran Samarinda (meliputi : pelaksanaan survei tanah, pengambilan
sampel tanah, demplot, serta pemberian perlakuan), dan di Laboratorium
Pusrehut (Pusat Rehabilitasi Hutan) Fakultas Kehutanan Unmul Samarinda
(meliputi : analisis kimia tanah sebelum dan sesudah pemberian perlakuan).
Waktu yang digunakan untuk penelitian ini adalah selama 8 (delapan)
bulan dimulai pada Mei 2015 sampai Desember 2015.
B. Alat dan Bahan
1. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah pisau, timbangan,
parang, cangkul, meteran, alat tulis kantor, ember, kantung plastik hitam,
tali rafia dan kamera.
2. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih LCC jenis
Calopogonium mucunoides 5 kg, air, jamur Trichoderma, Atonik, furadan
3G, pupuk kandang dan dedak.
C. Prosedur Penelitian
1. Survei lahan ke lokasi tambang.
Tahap kegiatan survei lahan ke lokasi tambang dengan tujuan
untuk mengetahui lokasi tempat penelitian berlangsung dan melihat
keadaan alam serta lingkungannya sehingga memudahkan dalam
kegiatan pelaksanaan penelitian.
2. Pengambilan sampel tanah
Sampel tanah tambang bekas batubara diambil secara acak
dengan menggunakan cangkul sebanyak 3 kg kemudian dimasukkan ke
??
dalam plastik. Sampel tanah kemudian dibawa ke laboratorium ilmu
tanah untuk dianalisis kimia tanah (unsur hara makro dan mikro). Tanpa
perlakuan (p0) sampel diambil pada awal pengamatan sedangkan
perlakuan p1, p2 dan p3 sampel tanah diambil setelah perlakuan.
3. Persiapan perlakuan
Trichoderma, pupuk kandang dan dedak dicampur rata dengan
perbandingan 1 : 2 : 1 (30 kg Trichoderma : 75 kg pupuk kandang : 30
kg dedak) lalu dimasukkan ke dalam kantung plastik hitam. Pembuatan
konsentrasi larutan Atonik dengan perbandingan 1 ml atonik : 1 l air,
kemudian masukkan LCC ke dalam ember dan diamkan selama 1 jam.
4. Pembuatan demplot penelitian
Pembuatan demplot penelitian yang digunakan dalam penelitian
ini dibuat dengan ukuran 10 m x 5 m = 50 m2 sebanyak 3 demplot yang
akan diberi perlakuan (P1) tanaman LCC, (P2) jamur Trichoderma, dan
(P3) Tanaman LCC + jamur Trichoderma. Demplot dipersiapkan terlebih
dahulu guna memudahkan dalam pemberian perlakuan, dengan cara
membuat batas/tanda untuk masing-masing perlakuan.
5. Pengolahan tanah dan pemberian perlakuan
Lahan bekas tambang batubara yang sudah dibuat demplot
kemudian tanah diolah dengan cara digemburkan dengan cangkul,
setelah
itu
masing-masing
demplot
ditanami
LCC
dan
jamur
Trichoderma sesuai dengan perlakuan. Penanaman LCC dengan cara
dibuat tugal agar benih tidak hanyut pada saat hujan lebat turun. Lama
pemberian perlakuan selama 6 bulan dengan cara LCC dicacah dan
ditaburkan ditanah kemudian dibiarkan menjadi kompos selama 2 bulan.
??
6. Pengamatan variabel
Variabel yang diamati dalam penelitian ini yaitu sifat kimia tanah
khusunya pH, C-Organik, N, P 2O5, K2O, C/N, KTK sebelum dan sesudah
perlakuan.
Selanjutnya
data
yang
diperoleh
dianalisis
menggunakan uji korelasi menggunakan program SPSS.
dengan
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Tanah dari demplot yang sudah diberikan perlakuan lalu dibawa ke
Laboratorium Pusrehut Fakultas Kehutanan Unmul Samarinda untuk
menganalisa sifat kimia tanah seperti pH tanah, C-Organik, P2O5, K2O, NTotal, Ratio C/N, KTK.
Tabel 1.
Rata-rata kandungan semua unsur pada seluruh
perlakuan yang diberikan ke lahan bekas tambang
batubara
p0
p1
p2
p3
1,2767b
1,8033b
3,6833a
1,6133b
C?Organik
W?K ?
34,2200a 5,1500c
14,6067b 7,6000c
40,0133c 73,3100b 72,2933b 83,2267a
<? K
0,0967b
1,1400a
0,1700b
0,1600b
E ?dŽlAu
12,7967b
21,3700a
24,2167a
23,4333a
ZAlsŽ ?E
<d<
4,8367d
34,6300c 49,1233a 40,6867b
a. pH Tanah
Berdasarkan hasil penelitian perlakuan reklamasi (P) pada lahan
bekas tambang batubara berpengaruh tidak nyata pada variabel
pengamatan pH tanah
(lampiran 5.)
sehingga tidak dilakukan
perhitungan uji lanjut.
b. C Organik
Berdasarkan hasil penelitian perlakuan pemberian
Reklamasi
(P) pada lahan bekas tambang batubara memberikan pengaruh sangat
nyata pada variabel pengamatan unsur C Organik (lampiran 5),
sehingga dilakukan uji lanjut DMRT 5%.
??
Tabel 2. Rata-rata kandungan unsur C Organik pada perlakuan
Reklamasi di lahan bekas tambang Batubara.
Rata-rata
p0
1,2767b
p1
1,8033b
p2
3,6833a
p3
1,6133b
Angka rata-rata yang diikuti dengan huruf yang sama menunjukkan
berbeda tidak nyata pada taraf alpha 5% UJI BNT (T) = 0,60
Berdasarkan tabel di atas terdapat perbedaan yang tidak nyata
antar perlakuan p0 terhadap p1 dan p3. Namun berbeda nyata terhadap
p2. Rata-rata kandungan unsur C Organik tertinggi diperoleh pada
pelakuan p2 sebesar 3,6833 meq/100 g dan rata-rata kandungan unsur
C Organik terendah diperoleh pada perlakuan p0 sebesar 1,2767
meq/100 g. Kandungan unsur C Organik pada perlakuan p0, p1 dan p3
termasuk rendah sedangkan kandungan C Organik pada perlakuan p2
termasuk
tinggi
berdasarkan
tabel
kriteria
sifat
kimia
tanah
Hardjowigeno (2010) lampiran 4.
c. P2O5
Berdasarkan hasil penelitian perlakuan pemberian
Reklamasi
(P) pada lahan bekas tambang batubara memberikan pengaruh sangat
nyata pada variabel pengamatan unsur P2O5 (lampiran 5), sehingga
dilakukan uji lanjut DMRT 5%.
Tabel 3. Rata-rata kandungan unsur P 2O5 pada perlakuan Reklamasi di
lahan bekas tambang Batubara
p0
p1
p2
p3
Rata-rata
34,2200a
5,1500c
14,6067b
7,6000c
Angka rata-rata yang diikuti dengan huruf yang sama menunjukkan
berbeda tidak nyata pada taraf alpha 5% UJI BNT (T) = 2,75
Berdasarkan tabel di atas terdapat perbedaan yang nyata antar
perlakuan p0 terhadap p1, p2, danp3. P1 berbeda tidak nyata terhadap
p3, namun berbeda nyata terhadap p2. Rata-rata kandungan unsur P2O5
??
tertinggi diperoleh pada perlakuan p0 sebesar 34,2200 meq/100 g dan
rata-rata kandungan unsur P2O5 terendah diperoleh pada perlakuan p1
sebesar 5,1500 meq/100 g. Kandungan unsur P2O5 pada perlakuan p0
termasuk tinggi sedangkan kandungan unsur P2O5 pada perlakuan p1
dan p3 termasuk sangat rendah serta pada perlakuan p2 termasuk
rendah berdasarkan lampiran 4.
d. K2O
Berdasarkan hasil penelitian perlakuan pemberian
Reklamasi
(P) pada lahan bekas tambang batubara memberikan pengaruh sangat
nyata pada variabel pengamatan unsur K2O (lampiran 5), sehingga
dilakukan uji lanjut DMRT 5%.
Tabel 4. Rata-rata kandungan unsur K2O pada perlakuan Reklamasi di
lahan bekas tambang Batubara
p0
p1
p2
p3
Rata-rata
40,0133c
73,3100b
72,2933b
83,2267a
Angka rata-rata yang diikuti dengan huruf yang sama menunjukkan
berbeda tidak nyata pada taraf alpha 5% UJI BNT (T) = 4, 08
Berdasarkan tabel di atas terdapat perbedaan yang nyata antar
perlakuan p0 terhadap p1, p2, dan p3. P1 berbeda tidak nyata terhadap
p2, namun berbeda nyata terhadap p3. Rata-rata kandungan unsur K2O
tertinggi diperoleh pada pelakuan p3 sebesar 83,2267 meq/100 g dan
rata-rata kandungan unsur K2O terendah diperoleh pada perlakuan p0
sebesar 40,0133 meq/100 g. Kandungan unsur K2O pada perlakuan p0
termasuk sedang dan kandungan unsur K2O pada perlakuan p1, p2 dan
p3 termasuk tinggi berdasarkan lampiran 4.
??
e. N Total
Berdasarkan hasil penelitian perlakuan pemberian
Reklamasi
(P) pada lahan bekas tambang batubara memberikan pengaruh sangat
nyata pada variabel pengamatan unsur N Total (lampiran 5), sehingga
dilakukan uji lanjut DMRT 5%.
Tabel 5. Rata-rata kandungan unsur N Total pada perlakuan Reklamasi
di lahan bekas tambang Batubara
Rata-rata
p0
0,0967b
p1
1,1400a
p2
0,1700b
p3
0,1600b
Angka rata-rata yang diikuti dengan huruf yang sama menunjukkan
berbeda tidak nyata pada taraf alpha 5% UJI BNT (T) = 0,15
Berdasarkan tabel di atas terdapat perbedaan yang nyata antar
perlakuan p0 terhadap p1, p2, dan p3. P1 berbeda nyata terhadap p2
dan p3, namun p2 berbeda tidak nyata terhadap p3. Rata-rata
kandungan unsur N tertinggi diperoleh pada pelakuan p1 sebesar
1,1400 meq/100 g dan rata-rata kandungan unsur N terendah diperoleh
pada perlakuan p0 sebesar 0,0967 meq/100 g. Kandungan unsur N
pada perlakuan p0 termasuk sangat rendah sedangkan kandungan
unsur N pada perlakuan p1, p2 dan p3 termasuk rendah berdasarkan
lampiran 4.
f.
Ratio C/N
Berdasarkan hasil penelitian perlakuan pemberian
Reklamasi
(P) pada lahan bekas tambang batubara memberikan pengaruh sangat
nyata pada variabel pengamatan Ratio C/N (lampiran 5), sehingga
dilakukan uji lanjut DMRT 5%.
??
Tabel 6. Rata-rata kandungan unsur Ratio C/N
pada perlakuan
Reklamasi di lahan bekas tambang Batubara
Rata-rata
p0
12,7967b
p1
21,3700a
p2
24,2167a
p3
23,4333a
Angka rata-rata yang diikuti dengan huruf yang sama menunjukkan
berbeda tidak nyata pada taraf alpha 5% UJI BNT (T) = 4,23
Berdasarkan tabel di atas terdapat perbedaan yang
nyata
sangat
antar perlakuan p0 terhadap p1 dan p2 dan p3, namun p1
berbeda tidak nyata terhadap p2 dan p3, demikian juga antara p2 dan
p3. Ratio C/N tertinggi diperoleh pada p2 dengan rata-rata sebesar
24,2167 meq/100 g sedangkan ratio C/N terendah diperoleh perlakuan
p0 dengan rata-rata ratio C/N 12,7967 meq/100 . Kandungan unsur C/N
pada perlakuan p0 termasuk sedang dan kandungan unsur C/N pada
perlakuan p1, p2 dan p3 termasuk tinggi berdasarkan lampiran 4 ..
g. KTK
Berdasarkan hasil penelitian perlakuan pemberian
Reklamasi
(P) pada lahan bekas tambang batubara memberikan pengaruh sangat
nyata pada variabel pengamatan Unsur KTK (lampiran 5), sehingga
dilakukan uj i lanjut DMRT 5%.
Tabel 7. Rata-rata kandungan unsur KTK pada perlakuan Reklamasi di
lahan bekas tambang Batubara
p0
p1
p2
p3
Rata-rata
4,8367d
34,6300c
49,1233a
40,6867b
Angka rata-rata yang diikuti dengan huruf yang sama menunjukkan
berbeda tidak nyata pada taraf alpha 5% UJI BNT (T) = 1,62
Berdasarkan tabel di atas terdapat perbedaan yang nyata antar
perlakuan p0 terhadap p1, p2 dan
p3. Perlakuan p1 berbeda nyata
terhadap p2 dan p3, serta p2 berbeda nyata terhadap p3. Rata-rata nilai
tertinggi unsur KTK diperoleh pada perlakuan p2 yaitu 49,1233 meq/
??
100 g dan rata-rata nilai terendah diperoleh pada perlakuan p0 sebesar
4,8367 meq/ 100 g. Kandungan unsur KTK pada perlakuan p0 termasuk
sangat rendah dan kandungan unsur KTK pada perlakuan p1 termasuk
tinggi serta perlakuan p2 dan p3 termasuk sangat tinggi berdasarkan
lampiran 4.
B. PEMBAHASAN
a. pH Tanah
Perlakuan reklamasi lahan dengan menggunakan tumbuhan
LCC
(p1),
perlakuan
pemberian
jamur
Trichoderma
(p2)
dan
menggunakan tumbuhan LCC+Trichoderma (p3) berpengaruh tidak
nyata terhadap pengamatan pH tanah yaitu pada kisaran pH 4 dan pH
ini bersifat asam sesuai lampiran 4, hal ini diduga karena pengaruh
kemasaman tanah terhadap tanaman cukup besar baik secara langsung
terhadap tingkat toleransi suatu tanaman ataupun terhadap perubahan
kimiawi tanah, unsur-unsur hara, dan aktivitas biologi tanah. Menurut
Agus et. al (2014) untuk meningkatkan pH tanah menjadi netral
memerlukan waktu yang lama sekitar 5 tahun apabila menggunakan
suatu vegetasi, sedangkan penelitian ini hanya dilaksanakan selama 8
bulan sehingga tidak ada perubahan yang nyata pada pengamatan pH.
Kemasaman tanah dapat mempengaruhi ketersediaan hara
tanah dan bisa menjadi faktor yang berhubungan dengan kualitas tanah.
Nilai pH sangat penting dalam menentukan aktivitas dan dominasi
mikroorganisme tanah yang berhubungan dengan proses-proses yang
sangat
erat
kaitannya
dengan
siklus
hara,
penyakit
tanaman,
??
dekomposisi dan sintesa senyawa kimia organik dan transpor gas ke
atmosfir oleh mikroorganisme, seperti metan (Sudaryono, 2009).
b. C Organik
Kesuburan tanah sangat bergantung pada kandungan bahan
organik dalam tanah. Ukuran kesuburan tanah dapat diukur melalui
kadar bahan organik dalam tanah atau disebut kadar C Organik. Bahan
organik tanah merupakan fraksi bukan mineral yang berasal dari
organisme hidup, dimana ditemukan sebagai bahan penyusun tanah.
Bahan organik merupakan jaringan tanaman, hewan atau jasad renik
yang telah mati dan sebagian telah mengalami perombakan, karena
dipengaruhi oleh faktor biologi, fisika, dan kimia.
Nilai
C-organik pada perlakuan reklamasi lahan
menggunakan LCC (p1) 1,8033%, dan
dengan
menggunakan tumbuhan
LCC+jamur Trichoderma (p3) sebesar 1,6133% berbeda sangat nyata
terhadap perlakuan pemberian jamur
Trichoderma
(p2) sebesar
3,6833% dan kandungan C-organik tanah pada perlakuan p0, p1 dan
p3 termasuk rendah sedangkan pada perlakuan p2 termasuk sedang
sesuai lampiran 4. Hal ini diduga karena secara umum fungi atau jamur
mampu menguraikan bahan organik dan membantu proses mineralisasi
di dalam tanah, sehingga mineral yang dilepas akan diambil oleh
tanaman. Jamur merupakan salah satu mikroorganisme yang secara
umum mendominasi (hidup) dalam ekosistem tanah.
Sesuai pendapat Sari et al. (2010) peningkatan C-organik pada
tanah
setelah
perlakuan
diduga
sebagai
hasil
aktivitas
dari
mirkoorganisme. Secara biologis organisme tanah baik mikro maupun
??
makro dapat mengubah sisa tumbuhan atau hewan yang mati menjadii
senyawa organik sederhana.
c. Nitrogen
Nitrogen tanah merupakan unsur esensial bagi tanaman. Bahan
organik merupakan sumber N utama di dalam tanah. Kadar N tanah
biasanya sebagai indikator basis untuk menentukan dosis pemupukan
Urea. Fungsi N adalah memperbaiki pertumbuhan vegetatif tanaman.
Kadar N total tanah di daerah penelitian tergolong sangat
rendah. Dari hasil uji lanjut dapat terlihat bahwa perlakuan p1(LCC)
berbeda nyata dengan perlakuan p0, p2, dan p3. Hal ini disebabkan
pemberian LCC ke lahan bekas Tambang dapat memberi pengaruh
meningkatkan kadar N total di dalam tanah. Dimana LCC merupakan
tanaman yang banyak mengandung unsur N sehingga jika diberikan ke
tanah maka akan memperbaiki unsur hara tanah yaitu menambah unsur
N Total dalam tanah. Selain itu LCC memiliki bintil akar yang bisa
mengikat N dari udara. Unsur N tergolong unsur esensial bagi tanaman.
Perilaku unsur ini sangat labil di dalam larutan tanah oleh proses
pencucian sehingga tidak tersedia bagi tanaman.
Sumber N berasal dari atmosfer sebagai sumber primer, dan
lainnya berasal dari aktifitas di dalam tanah sebagai sumber sekunder.
Fiksasi N secara simbiotik khususnya terdapat pada tanaman jenis
leguminoseae
sebagai
bakteri
tertentu.
Bahan
organik
juga
membebaskan N dan senyawa lainnya setelah mengalami proses
dekomposisi oleh aktifitas jasad renik tanah. Nitrogen dalam tanah
berasal dari bahan organik tanah, pengikatan oleh mikroorganisme dari
??
N udara, pupuk, air hujan (Hardjowigeno, 2010). Rendahnya nilai unsur
N pada perlakuan P3 diduga karena N pada LCC digunakan
Trichoderma untuk kegiatannya. Sesuai pendapat Pelczar (1986),
Beberapa mikroorganisme menggunakan nitrogen atmosferik dan yang
lain membutuhkan nitrogen dalam bentuk senyawa nitrogen.
d. P2O5
Informasi kadar P2O5 sangat penting, dikarenakan Phospat
dalam bentuk ini merupakan phospat yang tersedia dalam tanah yang
dapat diserap oleh tanaman. Fosfor (P) merupakan unsur hara esensial
bagi tanaman. Tidak ada unsur lain yang dapat menggantikan fungsinya
di dalam tanaman, sehingga tanaman harus mendapatkan unsur hara P
secara cukup untuk pertumbuhannya.
Unsur P dianalisis dengan metoda Bray I tergolong sangat
rendah untuk semua
perlakuan. Berdasarkan hasil sidik ragam
perlakuan p0 berbeda nyata dengan p1, p2, dan p3, sedangkan
perlakuan p1 tidak berbeda nyata dengan p3. Penurunan nilai P pada
perlakuan p1, p2, dan p3 diduga semakin berkurangnya unsur P di
dalam tanah karena diserap oleh tanaman LCC untuk kebutuhannya
Suhariyono
dan Menry (2005), demikian juga dengan jamur
Trichoderma memanfaatkan unsur P untuk kebutuhan hidup dan
perkembangannya. Unsur P yang mudah larut akan diambil oleh
mikroorganisme untuk pertumbuhannya Novizan (2002).
Unsur P biasanya dalam bentuk ion ortophosphat (H2PO4- dan
HPO42-) yang merupakan jenis paling tersedia untuk tanaman sehingga
??
keberadaan unsur P berkurang setelah diberi perlakuan baik LCC
maupun Trichoderma.
e. K2O
Unsur K2O dalam tanah mengalami peningkatan setelah diberi
perlakuan. Berdasarkan hasil sidik ragam, perlakuan p0 berbeda nyata
dengan p1, p2, dan p3 sedangkan perlakuan p1 dan p2 tidak berbeda
nyata. Peningkatan unsur K dalam tanah diduga disebabkan dari
perlakuan yang diberikan ke tanah, ketiga perlakuan baik LCC,
Trichoderma, maupun LCC+Trichoderma semuanya dapat memperbaiki
unsur K tanah sehingga unsur K mengalami peningkatan.
Sumber utama unsur K di dalam tanah adalah berasal dari
bahan-bahan mineral, dapat dalam keadaan bebas/tersedia, kurang
tersedia, dan tidak tersedia bagi tanaman. Namun biasanya unsur ini di
dalam tanah selalu dalam keadaan seimbang, karena kalium yang
diserap tanaman akan dapat diganti oleh kalium yang semula tidak
tersedia menjadi tersedia Chaubey et al,. (2002)..
Kalium tanah terbentuk dari pelapukan batuan dan mineralmineral yang mengandung kalium. Melalui proses dekomposisi bahan
tanaman dan jasad renik maka kalium akan larut dan kembali ke tanah.
Di daerah penelitian kadar kalium tersedia tergolong tinggi yaitu
35,16 meq/100g. Oleh karena sifat unsur K berantagonisme dengan
unsur-unsur Ca, Mg, dan Na, maka keseimbangan unsur-unsur tersebut
perlu dijaga mengingat hara K di dalam tanah sangat mudah hilang
tercuci atau larut karena erosi (Foth, 1995).
??
Selain menambah unsur N di dalam tanah LCC dapat
meningkatkan hara K di dalam tanah, ha ini berdasarkan pendapat
Tejoyuwono (1970) dalam Reksohadiprojo (1994) bahwa LCC
khususnya Calopogonium mucunoides (CM) dapat meningkatkan hara
dalam tanah dibandingkan dengan jenis lain seperti Calopogonium
carreuleum (CC) dan Centrosema pubescens (CP).
f.
Rasio C/N
Rasio C/N berfungsi untuk mengatur apakah bahan organik
dalam kondisi cepat hancur atau sulit hancur. Bahan organik dapat
berbentuk halus dan kasar. Bahan organik halus mempunyai kadar N
tinggi dengan C/N rasio rendah, sedangkan bahan organik kasar
mempunyai
N
mempengaruhi
rendah
dengan
pengancuran
C/N
bahan
rasio
organik
tinggi.
antara
Faktor
yang
lain
suhu,
kelembaban, tata udara tanah, pengolahan tanah, pH dan jenis bahan
organik.
Rasio C/N tanah di lokasi studi 12,7967 nilai ini tergolong
sedang. Pemberian perlakuan dapat meningkatkan rasio C/N menjadi
24,2167 (trichoderma) tergolong sangat tinggi, 21,3700 (LCC) tergolong
sangat tinggi dan 23,4333 (trichoderma+LCC) tergolong sangat tinggi.
Rasio C/N: 12-14 adalah merupakan nilai tengah, artinya
kandungan bahan organiknya cukup baik apabila digunakan sebagai
bahan pendukung pertumbuhan tanaman. Nilai kurang dari 11 artinya
bahan organiknya sudah sangat melapuk dalam tanah dan sebaiknya
ditambahkan bahan yang mengandung organik, seperti kompos atau
kotoran ternak. Sedang nilai diatas 15 berarti bahwa bahan organik
??
belum
terdekomposisi
sehingga
perlu
waktu
untuk
mendukung
pertumbuhan tanaman (Sudaryono, 2009). Disamping itu untuk
pertumbuhannya
fungi
membutuhkan
karbon
dan
nitrogen.
Mikroorganisme heterotrof, seperti halnya fungi mensyaratkan senyawa
organik sebagai sumber karbon (Pelczar, 1986). Rasio C/N tinggi
merupakan petunjuk kekurangan nitrogen di dalam tanah.
Mikroorganisme tanah merupakan agen pertama penghancuran
bahan organik dan memerlukan makanan tertentu. Satu masalah timbul
apabila kandungan nitrogen dari perombakan bahan organik kecil,
sebab mikroorganisme akan bersaing dengan tanaman tingkat tinggi
untuk mendapatkan nitrogen yang tersedia di tanah. Kandungan karbon
bahan organik relatif konstan, antara 40 sampai 50 persen, sementara
kandungan nitrogen bervariasi. Rasio C/N merupakan cara untuk
menunjukkan gambaran kandungan nitrogen (Foth, 1995).
g. Kapasitas Tukar Kation (KTK)
Menurut Sudaryono (2009) Kapasitas Tukar Kation (KTK)
merupakan sifat kimia tanah yang sangat erat hubungannya dengan
kesuburan tanah. Tanah dengan KTK tinggi mampu menyerap dan
menyediakan unsur hara lebih baik daripada tanah dengan KTK rendah.
Karena unsur-unsur hara terdapat dalam kompleks serapan koloid maka
unsur-unsur hara tersebut tidak mudah hilang tercuci oleh air. Tanahtanah dengan kandungan bahan organik atau dengan kadar liat tinggi
mempunyai KTK lebih tinggi dari pada tanah-tanah dengan kadar bahan
organik rendah atau berpasir. KTK tanah menggambarkan kation -kation
??
tanah seperti kation Ca, Mg, Na dan K dapat ditukarkan dan diserap
oleh perakaran tanaman.
Kapasitas Tukar Kation (KTK) tanah di daerah penelitian
mengalami peningkatan setelah diberi perlakuan, dan tergolong tinggi.
Berdasarkan hasil uji lanjut dapat dilihat bahwa perlakuan p0 berbeda
nyata dengan perlakuan p1, p2, dan p3. Peningkatan nilai KTK ini
disebabkan dari semua perlakuan yang diberikan ke lahan bekas
tambang dapat memperbaiki kondisi tanah terutama dapat memperbaiki
sifat kimia tanah dengan peningkatan nilai kation-kation tanah sehingga
nilai KTK tanah bekas Tambang dapat diperbaiki. KTK tanah yang
rendah menunjukkan bahwa kemampuan tanah mengabsorpsi kation
adalah rendah. Hal ini sangat menentukan tingkat kesuburan tanah dan
tingkat respon tanah terhadap pemberian pupuk. Semakin tinggi KTK
tanah semakin respon terhadap pemupukan. Untuk meningkatkan KTK
tanah dapat dilakukan dengan pemberian pupuk organik ke dalam
tanah. Dalam penelitian ini KTK tanah mengalami peningkatan, hal ini
disebabkan karena perlakuan yang diberikan ke lahan seperti tanaman
LCC, jamur Trichoderma serta kombinasi LCC + Trichoderma semua
bertujuan untuk memperbaiki kondisi tanah lahan bekas Tambang dan
terbukti dengan peningkatan nilai KTK tanah. Konsentrasi kation
hidrogen menentukan besarnya KTK tergantung-muatan dan dengan
demikian akan mempengaruhi aktivitas semua kation tukar (Soemarno,
2010).
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Tanaman LCC dan jamur Trichoderma dapat dimanfaatkan untuk
memperbaiki sifat kimia tanah lahan bekas tambag batubara seperti :
1. Pemberian tanaman LCC dapat memperbaiki unsur kimia tanah yaitu
unsur N, K 2O, C/N dan KTK.
2. Pemberian jamur Trichoderma dapat memperbaiki unsur kimia tanah
yaitu C-Organik, K2O, Ration C/N dan KTK.
3. Pemberian tanaman LCC dan jamur Trichoderma dapat memperbaiki
unsur kimia tanah yaitu unsur K 2O, Ratio C/N dan KTK.
4. Unsur P2O5 pada seluruh perlakuan mengalami penurunan, dikarenakan
unsur P2O5 digunakan oleh LCC dalam proses pertumbuhannya serta
dimanfaatkan oleh Trichoderma sebagai bahan makanannya.
B. Saran
Tanaman LCC dan jamur Trichoderma
dapat di gunakan untuk
memperbaiki sifat kimia tanah lahan bekas tambang batubara. Perlu
dilakukan penelitian lanjutan untuk menganalisa sifat fisik dan biologis tanah.
??
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad. R, dkk. 1990 . Hasil Hijauan Legum, Panen Tanaman Pangan, dan
Pembentukan Teras Dalam Sistem Pertanaman Lorong. Dalam :
Risalah Pe mbahasan Hasil Penelitian Pertanian Lahan Kering dan
Konservasi Tanah. Proyek penyelamatan Hutan dan Air. Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Bogor.
Anonim. 2002. Pedoman Penerapan Agen Hayati Dalam Pengendalian OPT
Tanaman Sayuran. Direktorat Jenderal Bina Produksi Hortikultura.
Direktorat Perlindungan Hortikultura. Jakarta. 49 hal.
Anonim.
2006.
Bisakah Lahan Bekas Tambang Batubara Untuk
Pengembangan Pertanian? Warta Penelitian dan Pengembangan
Pertanian Vol. 28, No.2. Balai Penelitian Tanah, Bogor.
Arif I. 2007. Perencanaan Tambang Total Sebagai Upaya Penyelesaian
Persoalan Lingkungan Dunia Pertambangan. Universitas Sam
Ratulangi, Manado.
Ambodo. A.P. 2008. Rehabilitasi Pasca Tambang Sebagai Inti dari Rencana
Penutupan tambang. Makalah Seminar dan Workshop Reklamasi dan
Pengelolaan Kawasan Pasca Penutupan Tambang. Pusdi Reklatam.
Bogor.
Agus C., Eka P., Dewi W., Haryono S., Saridi, Dody H. 2014. Peran
Revegetasi Terhadap Restorasi Tanah Pada Lahan Rehabilitasi
Tambang Batubara Di Daerah Tropika. Jurnal Manusia dan
Lingkungan. Vol. 21 No. 1
Barthes, B., A. Azontonde., E. Blanchart., G. Girardin., R. Oliver. 2004 . Effect
of legume cover crop (Mucuna pruriens var Utilis ) on soil carbon in an
ultisol undermaize cultivation in Southren Benin, Soil Use Manag.
20:231-239
Chaubey OP, Bohre P, dan Singhal PK. 2002. Impact of Bio-reclamation of
Coal Mine Spoil on Nutritional and Microbial Characteristics - A Case
Study. State Forest Research Institute dan Rani Durgawati University,
Jabalpur. India
Embriani. 2015. Kompos, Mikroorganisme Fungsional dan Kesuburan Tanah.
BBPPTP, Surabaya.
Foth, H. D. 1995. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Diterjemahkan Purbayanti, E.,
Lukiwati, D.W., Mulatsih, R.T., UGM Press. Yogyakarta. 762.
Herlina. 2004. Melongok Aktivitas Pertambangan Batu Bara Di Tambang,
Reklamasi 100 Persen Mustahil. Banjarmasin Post, Banjarmasin.
??
Hardjowigeno, S. 2010. Ilmu Tanah. Mediyatama Sarana Perkasa, Jakarta.
Iskandar. 2012. Morfologi Tanah. Universitas Gorontalo. Gorontalo.
Kompas.
2011.
Presiden
Harus
Stop
http://regional.kompas.com (1 April 2011)
Ijin
Pertambangan.
Katriani. 2013. Analisis Morfofisiologi dan Hasil Jagung Yang Diaplikasikan
Trichoderma Spp dan NPK Pada Lahan Kering. Program Pascasarjana
Universitas Hasanuddin. Makassar.
Ismail N. & Tenrirawe A. 2010. Potensi Agens Hayati Trihoderma spp. Sebagai
Agens Pengendali Hayati. Seminar Regional Inovasi Teknologi
Pertanian, Mendukung Program Pembangunan Pertanian Provinsi
Sulawesi Utara. Badan Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)
Sulawesi Utara.
Novizan. 2002. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. AgroMedia Pustaka. Jakarta
Pelczar MJ. 1986. Dasar-Dasar Mikrobiologi. UI-Press, Jakarta.
Purwanto. I, 2011. Mengenal Lebih Dekat Leguminoseae. Kanisius Yogyakarta.
Rahardjo. 2000. Pengaruh Macam Sumber Bahan Organik dan Pupuk Ure
Tablet terhadap Karakteristik Kimiawi Tanah. Mapeta ISSN-1411-2817.
Kediri
Rahmawaty. 2002. Restorasi Lahan Bekas Tambang Berdasarkan Kaidah
Ekologi , Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.
Reksohadiprojo. 1994. Produksi Tanaman Hijauan Makanan Ternak Tropika.
Yogyakarta: BPFE.
Sari, P.K. dkk. 2010. Perbaikan Lahan Bekas Tambang Batubara dengan
Teknologi Probiotik (genus aspergillus) di Kecamatan Cempaka,
Kodya Banjarbaru. Fakultas MIPA, Universitas Lambung Mangkurat,
Banjarbaru PKMT-2-12-1
Setiawan
IA. 2003. Penghijauan Dengan Tanaman Potensial. Penebar
Swadaya, Jakarta.
Soemarno. 2010. Kesediaan Unsur Hara dalam Tanah. Jakarta. 15
Suhariyono, G dan Menry, 2005. Analisis Karakteristik Unsur-Unsur Dalam
Tanah Di Berbagai Lokasi Dengan Menggunakan Xrf. Puslitbang
Teknologi Maju BATAN Jogjakarta.
Suprapto SJ. 2006. Pemanfaatan dan Permasalahan Endapan Mineral Sulfida
pada Kegiatan Pertambangan. Buletin Sumber Daya Geologi. Vol. 1
no.2.
??
Sudaryono. 2009. Tingkat Keuburan Tanah Ultisol pada Lahan Pertambangan
Batubara Sangatta, Kalimantan Timur. Peneliti Pusat Teknologi Badan
Lingkungan Pengkajian dan Penerapan Teknologi. Jakarta
LAMPIRAN
36
Lampiran 1. Lay Out Penelitian
U
P3
P2
P1
Keterangan :
Luas masing-masing petak 10 x 5 m
P1 = LCC
P2 = Trichoderma
P3 = trichoderma + LCC
37
Lampiran 2. Dokumentasi Hasil Penelitian
Gambar 1. Persiapan Pembuatan Campuran Trichoderma
Gambar 2. Pencampuran Dedak, Pupuk Kandang dan Trichoderma
38
Gambar 3. Trichoderma siap aplikasi
Gambar 4. Persiapan Lahan
39
Gambar 5. Pembuatan batas demplot
Gambar 6. Pengerjaan lahan
40
Gambar 7. Aplikasi Trichoderma dan LCC di lapangan
Gambar 8. Lahan diberi perlakuan Trichoderma
41
Gambar 9. Lahan diberi perlakuan LCC
Gambar 9. Lahan diberi perlakuan Trichoderma + LCC
42
Gambar 10. Tumbuhan LCC
43
Gambar 11. Tumbuhan LCC umur 3 bulan
Gambar 12. Tumbuhan LCC umur 3 bulan
44
Gambar 13. LCC yang dipangkas dan dibiarkan di lahan
Gambar 14. LCC yang dipangkas dan dibiarkan di lahan
45
Lampiran 3. Tabel Hasil Analisa Sifat Kimia Tanah
Tabel 1. Hasil Analisa Awal
No
Parameter
Metode
Satuan
Hasil Analisa
Tanah 1
Tanah 2
Tanah 3
-
4,45
4,24
4,45
%
1,65
0,82
1,65
ppm
35,09
36,52
35,09
1
pH
2
C. organik
3
P2 O5
Electrode
Walkley and
Black
Spectronic
4
K2 O
AAS
ppm
35,16
42,2
35,16
5
N total
Kjeladahi
%
0,17
0,1
0,17
6
Ratio C/N
Hitung
%
13,89
11,86
13,89
7
KTK
Hitung
Meq/100gr
4,95
5,1
4,95
Tabel 2. LCC
No
Parameter
Metode
Satuan
1
2
3
4
5
6
7
pH
C. organik
P2O5
K2O
N total
Ratio C/N
KTK
Electrode
Walkley and Black
Spectronic
AAS
Kjeladahi
Hitung
Hitung
%
ppm
ppm
%
%
Meq/100gr
LCC 1
4,33
1,88
5,04
72,14
1,02
25,18
35,12
Hasil Analisa
LCC 2
4,47
1,74
5,23
73,89
1,15
26,34
34,36
LCC 3
4,32
1,79
5,18
73,9
1,25
26,34
34,41
Tabel 3. Trichoderma Sp.
No
Parameter
Metode
Satuan
Trichoderma
1
Hasil Analisa
Trichoderma
2
Trichoderma
3
Electrode
-
4,44
4,31
4,52
1
pH
2
C. organic
Walkley and Black
%
4,12
3,75
3,18
3
P 2O 5
Spectronic
ppm
15,23
14,28
14,31
4
K 2O
AAS
ppm
72,33
72,13
72,42
5
N total
Kjeladahi
%
0,13
0,21
0,17
6
Ratio C/N
Hitung
%
20,12
24,1
22,03
7
KTK
Hitung
Meq/100gr
49,87
50,22
47,28
46
Tabel 4. LCC + Trichoderma Sp.
No
Parameter
1
pH
2
C. organik
Metode
Hasil Analisa
Satuan
LCC + Tri 1
LCC +Tri 2
LCC + Tri 3
Electrode
-
4,35
4,57
4,35
Walkley and Black
%
1,6
1,6
1,64
3
P2O 5
Spectronic
Ppm
7,96
7,13
7,71
4
K2O
AAS
Ppm
83,12
83,44
83,12
5
N total
Kjeladahi
%
0,13
0,23
0,12
6
Ratio C/N
Hitung
%
13,22
13,24
13,21
7
KTK
Hitung
Meq/100gr
40,38
40,91
40,77
Lampiran 4. Kriteria Sifat Kimia Tanah
Sifat Tanah
Sangat
Rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat
tinggi
C -Organik (%)
< 1,00
1,00 - 2,00
2,01 - 3,00
3,01 - 5,00
> 5,00
Nitrogen (%)
< 0,10
0,10 - 0,20
0,21 - 0,50
0,51 - 0,75
> 0,75
C/N
<5
5 - 10
11 - 15
16 - 25
> 25
P2O 5 HCl (mg/100g)
< 10
10 - 20
21 - 40
41 - 60
> 60
P2O 5 Bray-1 (ppm)
< 10
10 - 15
16 - 25
26 - 35
> 35
P2O 5 Olsen (ppm)
< 10
10 - 25
26 - 45
46 - 60
> 60
K2O HCl 25% (mg/100g)
< 10
10 - 20
21 - 40
41 - 60
> 60
KTK (me/100g)
<5
5 - 16
17 - 24
25 - 40
> 40
K (me/100g)
< 0,1
0,1 - 0,2
0,3 - 0,5
0,6 - 1,0
>1,0
Na (me/100g)
< 0,1
0,1 - 0,3
0,4 - 0,7
0,8 - 1,0
>1,0
Mg (me/100g)
< 0,4
0,4 - 1,0
1,1 - 2,0
2,1 - 8,0
> 8,0
Ca (me/100g)
< 0,2
2 -5
6 - 10
11 - 20
> 20
Kejenuhan Basa (%)
< 20
20 - 35
36 - 50
51 - 70
> 70
Kejenuhan Aluminium (%)
< 10
10 - 20
21 - 30
31 - 60
> 60
Netral
Agak Alkalis
Alkalis
6,6-7,5
7,6-8,5
> 8,5
Susunan Kation :
Sangat
Masam
pH H2O
< 4,5
Masam
4,5 - 5,5
aSumber : Hardjowigeno (2010)
Agak
Masam
5,6- 6,5
47
Lampiran 5. Tabel Anova Sifat Kimia Tanah :
pH
SK
P
Galat
TOTAL
Db
3
8
11
JK
0,0160
0,0913
0,1073
KT
0,0053
0,0114
F-hit
0,4682tn
Ftabel 5%
4,0662
Ftabel 1%
7,591
KT
0,3154
0,0008
F-hit
**
415,8285
Ftabel 5%
4,0662
Ftabel 1%
7,591
KT
3,5095
0,01018
F-hit
34,4721**
Ftabel 5%
4,0662
Ftabel 1%
7,591
Catatan :
tn = berpengaruh tidak nyata
KK = 2,4335 %
K:
SK
P
Galat
TOTAL
Db
3
8
11
JK
0,9461
0,0061
,9522
Catatan :
** = berpengaruh sangat nyata
KK = 12,8639 %
C Organik :
SK
P
Galat
TOTAL
Db
3
8
11
JK
10,5286
0,8145
11,3431
Catatan :
** = berpengaruh sangat nyata
KK = 15,2363 %
P2O5 :
SK
P
Galat
TOTAL
db
3
8
11
JK
1.562,1724
17,0611
1.579,2335
KT
520,7241
2,1326
F-hit
244,170**
Ftabel 5%
4,0662
Ftabel
1%
7,591
Catatan :
** = berpengaruh sangat nyata
KK = 9,4864 %
K2O :
SK
P
Galat
TOTAL
Db
3
8
11
JK
3.177,7279
37,6132
3.215,3411
Catatan :
** = berpengaruh sangat nyata
KK = 3,2262 %
KT
1.059,2426
4,7017
F-hit
**
225,292
Ftabel 5%
4,0662
Ftabel 1%
7,591
48
N Total :
SK
P
Galat
TOTAL
Db
3
8
11
JK
2,2495
0,0485
2,2980
KT
0,7498
0,0061
F-hit
123,769**
Ftabel 5%
4,0662
Ftabel 1%
7,591
Catatan :
** = berpengaruh sangat nyata
KK = 19,8728 %
Ratio C/N :
SK
P
Galat
TOTAL
db
3
8
11
JK
386,2886
10,9193
397,2079
KT
128,7629
1,3649
F-hit
**
94,338
Ftabel 5%
4,0662
Ftabel
1%
7,591
Catatan :
** = berpengaruh sangat nyata
KK = 6,3103 %
KTK :
SK
P
Galat
TOTAL
db
3
8
11
JK
3.339,0685
5,8944
3.344,9629
Catatan :
** = berpengaruh sangat nyata
KK = 2,6559 %
KT
1.113,0228
0,7368
F-hit
1.510,616**
Ftabel 5%
4,0662
Ftabel
1%
7,591
Download