Pengaruh Penggunaan Ponsel Pada Remaja

advertisement
PENGARUH PENGGUNAAN PONSEL PADA REMAJA
TERHADAP INTERAKSI SOSIAL REMAJA
(Kasus SMUN 68, Salemba Jakarta Pusat, DKI Jakarta)
Oleh :
INA ASTARI UTAMININGSIH
A 14202036
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2006
RINGKASAN
INA ASTARI UTAMININGSIH. Pengaruh Penggunaan Ponsel Pada
Remaja
Terhadap
Interaksi
Sosial
Remaja.
Di
bawah
bimbingan
NURMALA K. PANDJAITAN.
Seiring arus globalisasi dengan tuntutan kebutuhan pertukaran informasi
yang cepat membuat peranan teknologi komunikasi menjadi sangat penting.
Teknologi komunikasi dalam wujud ponsel merupakan fenomena yang paling
unik dan menarik dalam penggunaannya. Tetapi dari sekian kelebihan yang telah
ditawarkan dari suatu ponsel, juga terdapat banyak dampak negatif bermunculan.
Bentuk pendekatan komunikasi yang paling ideal adalah yang bersifat
transaksional, dimana proses komunikasi dilihat sebagai suatu proses yang sangat
dinamis dan timbal balik. Menurut Budyatna (2005) munculnya penggunaan
ponsel dapat mempengaruhi proses yang bersifat transaksional tersebut. Seringkali
komunikasi yang dinamis dan timbal balik dirasakan menurun pada interaksi tatap
muka. Pengguna ponsel terbesar merupakan kelompok remaja perkotaan terutama
pada pulau Jawa. Dengan begitu permasalahan yang muncul dalam penelitian ini
yaitu mengenai penggunaan ponsel dalam kehidupan sehari-hari dan bagaimana
pengaruhnya terhadap interaksi yang ada, dalam hal ini antara remaja dengan
lingkungan sosial mereka.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi tingkat
penggunaan ponsel pada remaja saat ini, menganalisis faktor-faktor yang
mempengaruhi tingkat penggunaan ponsel pada remaja serta menganalisis
pengaruh tingkat penggunaan ponsel terhadap interaksi sosial remaja. Penelitian
ini menitikberatkan pada tiga kajian studi, yaitu media teknologi komunikasi
ponsel, interaksi sosial dan mengenai remaja itu sendiri.
Penelitian dilakukan di Sekolah Menengah Umum Negeri (SMUN) 68
Salemba, Jakarta Pusat, DKI Jakarta dan pada waktu April sampai dengan Juli
2006. Pengambilan sampel penelitian ditentukan dengan sengaja (purposive)
secara accidental sampling. Populasi dibagi dalam kelas-kelas SMUN 68 (kelas
X, XI, XII) dan masing-masing sejumlah 16 orang (8 laki-laki dan 8 perempuan).
Jumlah sampel secara keseluruhan sebanyak 48 orang. Penelitian ini dapat
dikatakan sebagai penelitian atau studi pendahuluan, sehingga tidak dimaksudkan
untuk menggeneralisasikan secara meluas dan membutuhkan penelitian-penelitian
berikutnya untuk mengkaji lebih lanjut. Penelitian ini merupakan jenis deskriptif
korelasional dengan metode penelitian survey. Pendekatan penelitian yang
digunakan adalah kuantitatif. Data primer diperoleh dari responden melalui
pengisian kuisioner dan hasil wawancara, sedangkan data sekunder diperoleh
melalui dokumentasi Kantor SMUN 68. Dalam hal pengolahan data, untuk data
kuantitatif diuji melalui Chi-Square dan korelasi Spearman yang dilakukan
dengan menggunakan program SPSS for windows versi 12.0. Untuk data hasil
wawancara (kualitatif) digunakan sebagai ilustrasi untuk melengkapi hasil statistik
tersebut.
Penelitian ini menunjukkan karakteristik internal dan karakteristik
eksternal responden. Jenis kelamin responden dibagi sama rata antara laki-laki dan
perempuan. Status ekonomi keluarga responden mayoritas tergolong kategori
menengah keatas (berkecukupan). Tujuan penggunaan ponsel oleh responden
mayoritas untuk kegiatan-kegiatan yang tidak terlalu penting, yang berkisar pada
sosialisasi serta kegiatan sekolah/les/kursusnya dan untuk hiburan (pemenuhan
hobi). Tingkat aktivitas responden mayoritas tergolong aktivitas yang rendah di
luar jam sekolahnya. Tingkat pengaruh teman dekat mayoritas tergolong kategori
pengaruh yang kuat bagi responden. Sedangkan mengenai media massa mayoritas
responden memiliki tingkat terpaan yang tergolong cukup tinggi.
Penelitian ini melihat tingkat penggunaan ponsel dari frekuensi
penggunaan ponsel, pemanfaatan fasilitas ponsel, tingkat biaya pengeluaran, dan
pihak yang diajak berkomunikasi. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa
penggunaan ponsel oleh responden (sebagai kelompok remaja perkotaan)
sebagian besar menunjukkan penggunaannya cenderung tinggi. Faktor pada
karakteristik internal yang mempengaruhi penggunaan ponsel adalah status
ekonomi keluarga dan tujuan penggunaan ponsel, sedangkan pada karakteristik
eksternal adalah keberadaan teman dekat responden.
Mengenai interaksi, penelitian ini melihat suatu variabel interaksi sosial
dari waktu dan intensitas (tingkat keluasan pembicaraan) interaksi secara tatap
muka antara responden dengan lingkungan sosialnya. Berdasarkan semua data
yang diperoleh dapat diketahui bahwa interaksi antara responden dengan
lingkungan teman atau pacar lebih baik dalam hal kuantitas. Sedangkan interaksi
antara responden dengan lingkungan keluarga lebih baik dalam hal kualitas.
Penelitian
ini
menyimpulkan
bahwa
penggunaan
ponsel
tidak
mempengaruhi interaksi remaja secara tatap muka. Hal tersebut berlawanan
dengan teori yang dikemukakan oleh Budyatna (2005), yaitu dengan munculnya
penggunaan ponsel dapat mempengaruhi suatu proses yang bersifat transaksional
dalam interaksi tatap muka. Penggunaan ponsel remaja (laki-laki maupun
perempuan) memang cenderung tinggi. Tetapi dalam hal interaksi tatap muka
antara remaja dengan lingkungan sosialnya tetap saja cenderung kurang. Dapat
disimpulkan bahwa interaksi remaja tersebut tidak hanya disebabkan oleh tingkat
penggunaan ponsel yang tinggi. Banyak terdapat faktor-faktor lainnya dalam
karakteristik remaja, seperti semakin tingginya beban akademik, mulai
mengkonsumsi media-media massa atau teknologi dengan tinggi serta cenderung
lepas dengan lingkungan sosial keluarganya. Dengan begitu terlihat bahwa
memang kelompok usia remaja cenderung kurang interaksinya secara tatap muka
dengan lingkungan sosialnya.
PENGARUH PENGGUNAAN PONSEL PADA REMAJA
TERHADAP INTERAKSI SOSIAL REMAJA
(Kasus SMUN 68, Salemba Jakarta Pusat, DKI Jakarta)
Oleh :
INA ASTARI UTAMININGSIH
A 14202036
SKRIPSI
Sebagai Bagian Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian
Pada
Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2006
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Dengan ini menyatakan bahwa Skripsi yang ditulis oleh :
Nama
: Ina Astari Utaminingsih
NRP
: A14202036
Program Studi
: Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
Judul Skripsi
:Pengaruh Penggunaan Ponsel Pada Remaja Terhadap
Interaksi Sosial Remaja (Kasus SMUN 68, Salemba Jakarta
Pusat, DKI Jakarta)
dapat diterima sebagai syarat kelulusan untuk memperolah gelar Sarjana Pertanian
pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Menyetujui,
Dosen Pembimbing
Dr. Nurmala K. Pandjaitan, MS. DEA
NIP. 131 803 654
Mengetahui,
Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Supiandi Sabiham, M.Agr
NIP. 130 422 698
Tanggal Kelulusan : 22 Agustus 2006
PERNYATAAN
DENGAN
INI
SAYA
MENYATAKAN
BAHWA
SKRIPSI
YANG
BERJUDUL “PENGARUH PENGGUNAAN PONSEL PADA REMAJA
TERHADAP
INTERAKSI
SOSIAL
REMAJA
(KASUS
SMUN
68,
SALEMBA JAKARTA PUSAT, DKI JAKARTA)” BELUM PERNAH
DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI LAIN MANAPUN UNTUK
TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SAYA
JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL
KARYA SAYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN
YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN
KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM
NASKAH.
Bogor, Agustus 2006
Ina Astari Utaminingsih
A 14202036
RIWAYAT HIDUP
Penulis adalah anak terakhir dari pasangan H.Supriyadi dan Hj.Eka
Hikmawati yang lahir pada tanggal 11 Juli 1984 di Jakarta. Pendidikan pertama
ditempuh di Taman Kanak-Kanak Kayuputih, Jakarta Timur. Selanjutnya pada
tahun 1991 meneruskan sekolah di Sekolah Dasar Negeri Pulogadung 07, Jakarta
Timur. Pada tahun 1999 penulis lulus dari SLTP Perguruan Cikini, Jakarta Pusat
dan meneruskan di SMU Negeri 68, Jakarta Pusat yang kemudian lulus pada
tahun 2002.
Pada tahun 2002 selanjutnya penulis diterima di Institut Pertanian Bogor
melalui jalur SPMB pada program studi Komunikasi dan Pengembangan
Masyarakat (KPM), Departemen Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas
Pertanian.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, kekuatan serta jalan yang terbaik menurut-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan lancar. Skripsi (SEP 495)
yang berjudul “Pengaruh Penggunaan Ponsel Pada Remaja Terhadap Interaksi
Sosial Remaja” ini merupakan syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian.
Skripsi ini merupakan penelitian dan studi yang pertama kali mengenai
ponsel di Institut Pertanian Bogor. Oleh karena itu diharapkan dapat menjadi
masukan atau referensi berguna dalam kajian mengenai pengaruh ponsel terhadap
interaksi remaja dengan lingkungan sosial mereka. Namun penulis menyadari
adanya kekurangan dalam pembuatan skripsi ini. Oleh karena itu saran dan kritik
membangun dari para pembaca diperlukan untuk langkah selanjutnya yang lebih
baik lagi.
Bogor, Agustus 2006
Penulis
UCAPAN TERIMAKASIH
Skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik tidak terlepas dari bantuan
berbagai pihak. Untuk itu penulis mengemukakan ucapan terima kasih kepada
pihak tersebut, baik secara langsung maupun tidak langsung, antara lain :
1. Allah SWT, yang atas izin dan restu-Nya lah penulis dapat menyelesaikan
Skripsi ini. In every step i take, it always start with u’r name God.
2. Dr. Nurmala K. Pandjaitan. MS. DEA selaku Dosen Pembimbing yang
dengan sabar telah memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis
dalam proses pembuatan skripsi ini.
3. Ir. Sarwititi S. Agung, MS yang telah bersedia menjadi dosen penguji
utama pada saat sidang skripsi
4. Martua Sihaloho, SP, MS yang telah bersedia menjadi dosen penguji
Komisi Pendidikan pada saat sidang skripsi
5. Papa & Mama. Love u both more than life & all the things i’ve done is
only to make u proud of me. Juga untuk Mba Lia & Mas Herry
6. Ivan, My Little Boy. The cuttest baby in the world. Karena dengan fotonya
dikomputer-lah yang membuat semangat setiap mengerjakan tugas
7. Hemo-hemo, For good times and bad times. Thank’s for teaching me how
to laugh all the time, no matter how sad we are. Just keep our faith!
8. Pihak-pihak yang telah membantu dalam pengumpulan data : Ica HPT ’40,
Dila, Tio, serta pihak dari SMUN 68
9. Rika Apriyanti (Teh’ Rika) atas segala saran dan masukan mengenai
penulisan skripsi
10. Mulyandari, for making me believe that there’s always opportunity in
every difficulty
11. KPM ’39, yang telah membuat waktu selama hampir 4 tahun terakhir
menjadi berkesan dan tidak terlupakan
12. Seluruh teman-teman ’38, ’39 dan ’40 serta tim KKP atas kebersamaannya
selama ini
13. Teman-teman di Jakarta, yang selalu memberi semangat melalui SMS dan
telfon. Serta yang selalu membuat hidup kembali menjadi ’normal’
sepulang dari Bogor. Thank’s a lot
14. Para pengajar dan tim MSC (Mathematic Study Club) yang dengan sabar
dan baik hati membuat penulis ’mengerti’ akan hitung-hitungan
15. Tim dosen KPM IPB dan seluruh staff Sosek Pertanian, terima kasih telah
memberikan pengajaran yang terbaik dan telah membantu selama
perkuliahan sampai pada pelaksanaan seminar dan sidang
Juga untuk mereka yang senantiasa mendukung serta membantu tetapi
tidak bisa disebutkan satu per satu. Akhir kata penulis mengucapkan semoga
skripsi ini dapat bermanfaat dan memberi inspirasi kepada pembaca.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ······································································································
i
DAFTAR TABEL ······························································································
iii
DAFTAR GAMBAR ·························································································
v
DAFTAR LAMPIRAN ······················································································
vi
BAB I. PENDAHULUAN ·················································································
1
1.1 Latar Belakang ·················································································
1
1.2 Perumusan Masalah ··········································································
5
1.3 Tujuan Penelitian ··············································································
5
1.4 Kegunaan Penelitian ·········································································
6
BAB II. PENDEKATAN TEORITIS ·································································
7
2.1. Tinjauan Pustaka ·············································································
7
2.1.1. Media Teknologi Komunikasi Ponsel ·····································
7
2.1.2. Interaksi Sosial ·······································································
13
2.1.3. Remaja ····················································································
18
2.2. Kerangka Pemikiran ········································································
22
2.3. Hipotesa ···························································································
25
2.4. Definisi Operasional ········································································
26
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ··························································
33
3.1. Metode Penelitian ············································································
33
3.2. Lokasi Dan Waktu Penelitian ··························································
33
3.3. Penentuan Sampel ···········································································
34
3.4. Metode Pengumpulan Data ······························································
35
3.5. Metode Pengolahan dan Analisis Data ············································
35
ii
BAB IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN
KARAKTERISTIK RESPONDEN ······················································
36
4.1 Sekolah Menengah Umum Negeri 68 ···············································
36
4.2 Karakteristik Internal ········································································
39
4.3 Karakteristik Eksternal ·····································································
43
BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN ····························································
47
5.1 Penggunaan Ponsel Pada Remaja ·····················································
47
5.1.1 Frekuensi Penggunaan Ponsel ··················································
47
5.1.2 Pemanfaatan Fasilitas Ponsel ···················································
48
5.1.3 Tingkat Biaya Pengeluaran ······················································
51
5.1.4 Pihak Yang Diajak Berkomunikasi ··········································
52
5.1.5 Tingkat Penggunaan Ponsel Secara Umum ······························
54
5.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Penggunaan Ponsel
Pada Remaja ······················································································
56
5.2.1 Karakteristik Internal ·······························································
56
5.2.2 Karakteristik Eksternal ····························································
62
5.3 Pengaruh Penggunaan Ponsel Pada Remaja Terhadap
Interaksi Sosial Remaja ····································································
65
5.3.1 Interaksi Sosial Remaja ···························································
65
5.3.1.1 Waktu Interaksi Tatap Muka ········································
65
5.3.1.2 Intensitas Interaksi Tatap Muka ····································
68
5.3.1.3 Interaksi Sosial Remaja Secara Umum ························
70
5.3.2 Pengaruh Penggunaan Ponsel Pada Remaja
Terhadap Interaksi Sosial Remaja ············································
71
5.4 Ikhtisar ······························································································
74
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ·····························································
78
6.1 Kesimpulan ·······················································································
78
6.2 Saran ·································································································
80
DAFTAR PUSTAKA ·························································································
82
LAMPIRAN ········································································································
85
iii
DAFTAR TABEL
Nomor
Teks
Halaman
Tabel 1. Kegiatan-Kegiatan Ekstrakurikuler Pada SMUN 68,
Sampai Tahun Ajaran 2005/2006 ······················································· 38
Tabel 2.
Jumlah Responden Berdasarkan Status Ekonomi Keluarga ················ 39
Tabel 3.
Jumlah Responden Berdasarkan Tujuan Penggunaan Ponsel ············· 40
Tabel 4.
Jumlah Responden Berdasarkan Tingkat Aktivitas ····························· 42
Tabel 5.
Jumlah Responden Berdasarkan Tingkat Pengaruh Teman Dekat ······ 44
Tabel 6. Jumlah Responden Berdasarkan Tingkat Terpaan Media
Massa ································································································· 45
Tabel 7.
Jumlah Responden Berdasarkan Frekuensi Penggunaan Ponsel ········· 47
Tabel 8. Jumlah Responden Berdasarkan Pemanfaatan Fasilitas Ponsel ··········· 49
Tabel 9. Jumlah Responden Berdasarkan Tingkat Biaya Pengeluaran ·············· 51
Tabel 10. Jumlah Responden Berdasarkan Pihak Yang Diajak
Berkomunikasi ···················································································· 53
Tabel 11. Jumlah responden Berdasarkan Tingkat Penggunaan Ponsel ·············· 54
Tabel 12. Hubungan Jenis Kelamin Dengan Tingkat Penggunaan
Ponsel ································································································ 56
Tabel 13. Hubungan Status Ekonomi Keluarga Dengan Tingkat
Penggunaan Ponsel ············································································· 58
Tabel 14. Hubungan Tujuan Penggunaan Ponsel Dengan Tingkat
Penggunaan Ponsel ············································································ 59
Tabel 15. Hubungan Tingkat Aktivitas Dengan Tingkat Penggunaan
Ponsel ································································································· 61
Tabel 16. Hubungan Tingkat Pengaruh Teman Dekat Dengan Tingkat
Penggunaan Ponsel ············································································· 63
Tabel 17. Hubungan Tingkat Terpaan Media Massa Dengan Tingkat
Penggunaan Ponsel ············································································· 64
Tabel 18. Jumlah Responden Berdasarkan Waktu Interaksi Tatap Muka
Dengan Keluarga ·············································································
66
vi
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Teks
Halaman
Lampiran 1. Perbandingan Pengguna Ponsel di Indonesia ································· 86
Lampiran 2. Output SPSS Uji Chi-Square ························································· 88
Lampiran 3. Output SPSS Uji Spearman ····························································· 89
v
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Teks
Halaman
Gambar 1. Jenis Telepon Bergerak ···································································· 9
Gambar 2. Kerangka Pemikiran ········································································ 25
iv
Tabel 19. Jumlah Responden Berdasarkan Waktu Interaksi Tatap Muka
Dengan Teman/Pacar ···········································································
66
Tabel 20. Jumlah Responden Berdasarkan Intensitas Interaksi Tatap
Muka Dengan Keluarga ······································································· 68
Tabel 21. Jumlah Responden Berdasarkan Intensitas Interaksi Tatap
Muka Dengan Teman/Pacar ································································ 68
Tabel 22. Jumlah Responden Berdasarkan Interaksi Sosial Remaja ···················· 70
Tabel 23. Hubungan Tingkat Penggunaan Ponsel Dengan Interaksi
Sosial ···································································································
72
Tabel 24. Hubungan Variabel Pengaruh Dengan Variabel
Terpengaruh ·························································································
74
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Sebuah teknologi pada hakikatnya diciptakan untuk membuat hidup
manusia menjadi semakin mudah dan nyaman. Kemajuan teknologi yang semakin
pesat saat ini membuat hampir tidak ada bidang kehidupan manusia yang bebas
dari penggunaannya, baik secara langsung maupun tidak langsung. Seiring arus
globalisasi dengan tuntutan kebutuhan pertukaran informasi yang cepat, peranan
teknologi komunikasi menjadi sangat penting.
Hassan
(1999)
mengemukakan
teknologi
komunikasi
cenderung
memungkinkan terjadinya transformasi berskala luas dalam kehidupan manusia.
Transformasi tersebut telah memunculkan perubahan dalam berbagai pola
hubungan antar manusia (patterns of human communication), yang pada
hakikatnya adalah interaksi antar pribadi (interpersonal relations). Pertemuan
tatap muka (face to face) secara berhadapan dapat dilaksanakan dalam jarak yang
sangat jauh melalui tahap citra (image to image).
Isi pesan media komunikasi seringkali tidak mempengaruhi masyarakat
yang kini melainkan bentuk dan jenis media itu sendiri. Banyak bentuk-bentuk
teknologi baru dalam komunikasi yang kita kenal, seperti telepon selular (ponsel),
surat elektronik, satelit, mesin faksmili, dan lain-lain. Teknologi komunikasi
dalam wujud ponsel merupakan fenomena yang paling unik dan menarik dalam
penggunaannya. Ponsel yang mudah dibawa kemana saja kini tidak lagi mengenal
2
usia dan kalangan, bahkan disebut sekarang ini ponsel telah menjadi “teknologi
yang merakyat”.
Penggunaan ponsel menjadi kebutuhan yang sangat penting bagi
kehidupan saat ini yang memerlukan mobilitas tinggi. Fasilitas-fasilitas yang
terdapat didalamnya pun tidak hanya terbatas pada fungsi telepon dan SMS (short
messages service) saja. Ponsel dapat digunakan sebagai sarana bisnis, penyimpan
berbagai macam data, sarana musik/hiburan, bahkan sebagai alat dokumentasi.
Hal ini menjadikan ponsel sebagai salah satu perkembangan komunikasi yang
paling aktual di Indonesia selama lebih dari lima tahun terakhir (Nurudin, 2005).
Terlihat juga pada kompetitif kualitas dari berbagai merk ponsel seperti Nokia,
Ericsson, Samsung, Siemens, Motorola, Alcatel, dan lain-lain. Masing-masing
tidak berhenti bersaing mencari pangsa pasar melalui produk terbaru hanya dalam
kurun waktu yang relatif singkat.
Simanjuntak (2004) dalam tulisannya mengenai aspek sosial telepon
selular menyatakan paling tidak ada lima implikasi dari penggunaan ponsel.
Pertama, terhadap setiap individu yang menggunakan ponsel tersebut. Kedua,
terhadap interaksi-interaksi antar individu. Ketiga, terhadap pertemuan tatap
muka. Keempat, terhadap suatu kelompok-kelompok atau organisasi. Selanjutnya
yang kelima adalah terhadap sistem hubungan di organisasi dan kelembagaankelembagaan masyarakat.
Penggunaan ponsel sekarang bukan hanya sebagai alat komunikasi semata,
melainkan juga mendorong terbentuknya interaksi yang sama sekali berbeda
dengan interaksi tatap muka. Disini interaksi yang terbentuk kemudian
“dipercepat” prosesnya melalui suara dan teks atau tulisan (Brotosiswoyo, 2002).
3
Hal ini berbeda dengan dahulu yang biasa disebut “telepati” (komunikasi antara
dua manusia yang tidak bergantung pada tempatnya) dan sudah menjadi
perwujudan riil yang biasa, yang dapat dilakukan oleh siapa saja. Ponsel
disamping itu juga dapat merubah makna dari “kesendirian”. Kesendirian itu
dapat menjadi suatu suasana yang lebih ramai dan hidup. Dengan satu ponsel yang
canggih saja, kita dapat mendengarkan musik, bermain games, internet, foto-foto,
menonton video, dan lain-lain meskipun kita berada dalam satu ruangan sendirian
tanpa ada apapun.
Dari sekian kelebihan yang telah ditawarkan dari suatu ponsel, tetapi
terdapat
juga
banyak
dampak
negatif
bermunculan.
Budyatna
(2005)
mengemukakan bahwa bentuk pendekatan komunikasi yang paling ideal adalah
yang bersifat transaksional, dimana proses komunikasi dilihat sebagai suatu
proses yang sangat dinamis dan timbal balik. Disini Budyatna melihat bahwa
dengan munculnya penggunaan ponsel mempengaruhi proses yang transaksional
tersebut. Seringkali komunikasi yang dinamis dan timbal balik dirasakan menurun
kualitas dan kuantitasnya pada interaksi tatap muka.
Terdapat banyak fenomena dimana tidak jarang individu lebih memilih
memainkan atau menggunakan ponselnya, meskipun ia berada ditengah-tengah
suatu kegiatan atau sosialisasi dengan orang-orang disekitarnya. Berdasarkan
Survey Siemens Mobile Lifestyle III, menyebutkan bahwa 60% dari respondennya
lebih senang mengirim dan membaca SMS atau memainkan games ponselnya
ditengah acara keluarga yang dianggap membosankan (Nurudin, 2005).
Beberapa penelitian telah dikumpulkan oleh Badwilan (2004) mengenai
dampak dari penggunaan ponsel. Contoh penelitian pertama yaitu pada bulan
4
Februari 2002 jumlah layanan SMS yang dikirimkan mencapai 156 milyar; dan
pada bulan Maret jumlahnya bertambah menjadi 167 milyar. Dengan kata lain
bahwa pengguna ponsel telah menghabiskan uang sebesar 165,5 milyar untuk
mengirimkan layanan SMS saja. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan ponsel
yang semula dimaksudkan untuk mempermudah pembicaraan dan menekan biaya
pengeluaran, justru terkadang menjadi hal sebaliknya.
Kumpulan penelitian Badwilan yang menunjukkan dampak negatif dari
penggunaan ponsel lainnya yaitu menonjol pada aspek psikologis dan sosial.
Banyaknya peredaran gambar-gambar maupun video-video porno sekarang ini
sudah dianggap hal biasa dalam lalu lintas data komunikasi melalui ponsel. Selain
itu adanya pesan SMS yang memberikan kesan rasisme dan unsur-unsur SARA
didalamnya dapat mengancam serta merusak kehidupan interaksi masyarakat atau
kelompok tertentu.
Pattiradjawane pernah melakukan penelitian terhadap pemakaian dan
penggunaan ponsel di Indonesia. Hasilnya menunjukkan bahwa persentase
terbesar pengguna ponsel berdasarkan usia yaitu usia 15-24 tahun (31%),
berdasarkan kota-desa yaitu kota (71%), dan berdasarkan kota-desa pada lima
pulau (Jawa, Sumatera, Sulawesi, Kalimantan, dan Bali) yaitu kota (>55% dari
masing-masing pulau). Sedangkan untuk perbandingan berdasarkan masingmasing pulau tersebut persentase terbesar adalah pulau Jawa (71%). Hal ini
menunjukkan pengguna ponsel terbesar merupakan kelompok remaja perkotaan
terutama pada pulau Jawa.
Remaja merupakan kelompok manusia yang penuh potensi yang perlu
untuk dimanfaatkan. Secara psikologis, masa remaja adalah usia dimana individu
5
berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi merasa
dibawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkat yang
sama (Hurlock, 1980). Respon kaum remaja terhadap barang-barang baru,
termasuk dalam hal ini adalah kecanggihan ponsel, cukup tinggi. Walaupun belum
tentu penggunaan ponsel tersebut dimanfaatkan seluruhnya secara optimal dalam
kehidupan sehari-hari mereka.
1.2
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan tersebut, maka dapat
diketahui bahwa penggunaan media teknologi komunikasi ponsel saat ini
dirasakan penting. Penggunaan ponsel sebagai alat komunikasi seharusnya dapat
mempererat interaksi sosial remaja dengan lingkungannya. Perumusan masalah
yang akan menjadi fokus kajian dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana penggunaan ponsel pada remaja saat ini?
2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi penggunaan ponsel pada
remaja?
3. Bagaimana pengaruh penggunaan ponsel pada remaja terhadap interaksi
sosial remaja?
1.2
Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang dikemukakan tersebut, maka tujuan
dari penelitian ini adalah :
1. Mengidentifikasi penggunaan ponsel pada remaja saat ini
6
2. Menganalisis faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi penggunaan
ponsel pada remaja
3. Menganalisis pengaruh penggunaan ponsel pada remaja terhadap interaksi
sosial remaja
1.3
Kegunaan Penelitian
Penelitian ini berguna bagi peneliti dalam rangka mengembangkan studi
dan memperluas wawasannya mengenai kehidupan interaksi remaja perkotaan
pada saat ini, terkait dengan perkembangan teknologi komunikasi ponsel.
Penelitian ini juga dapat menjadi informasi tambahan atau acuan literatur untuk
penelitian-penelitian selanjutnya, khususnya bagi para akademisi atau bagi mereka
yang tertarik untuk memahami pengaruh penggunaan media teknologi komunikasi
ponsel terhadap interaksi sosial remaja.
BAB II
PENDEKATAN TEORITIS
2.1
Tinjauan Pustaka
2.1.1
Media teknologi Komunikasi Ponsel
Teknologi Komunikasi
Menurut Kamus Sosial Edisi Baru, istilah Teknologi yaitu : (1) Penerapan
ilmu pengetahuan; (2) Pola praktek menggunakan semua sumber daya untuk
mencapai tujuan-tujuan tertentu; serta (3) Semua ciri untuk mencapai tujuan
organisasi. Sedangkan menurut Johannesen (1996) teknologi diartikan sebagai
aktivitas budaya yang khas ketika manusia membentuk dan mengubah realitas
alami
demi
tujuan-tujuan
praktis.
Setiap
langkah
kemajuan
teknologi
menyebabkan serangkaian perubahan yang berinteraksi dengan perubahan lainnya
yang timbul dari sistem teknologi secara keseluruhan.
Menurut Gouzali Saydam (2005), teknologi komunikasi pada hakikatnya
adalah penyaluran informasi dari satu tempat ke tempat lain melalui perangkat
telekomunikasi (kawat, radio atau perangkat elektromagnetik lainnya). Informasi
tersebut dapat berbentuk suara (telepon), tulisan dan gambar (telegraf), data
(komputer), dan sebagainya. Sedangkan Shiroth dan Amin (1998) mengemukakan
teknologi komunikasi merupakan teknologi yang cepat berkembang, seiring
dengan berkembangnya industri elektronika dan komputer. Trend teknologi ini
semakin kearah teknologi wireless (tanpa kabel).
Bentuk-bentuk teknologi komunikasi menurut Kadir dan Triwahyuni
(2003) mencangkup telepon, radio, dan televisi. Sedangkan dalam buku Human
8
Communication (Tubbs dan Moss, 2001), bentuk-bentuk teknologi komunikasi
ditampilkan dalam tingkat antarpesona, kelompok, organisasional, dan publik.
Pada tingkat antarpersona yaitu telepon, telepon genggam (handphone), surat
elektronik, dan voicegram. Pada tingkat kelompok yaitu konferensi telepon,
telekomunikasi komputer, dan surat elektronik. Pada tingkat organisasional yaitu
interkom, konferensi telepon, surat elektronik, manajemen dengan bantuan
komputer, sistem informasi, dan faksimili. Sedangkan pada tingkat publik yaitu
televisi, radio, film, videotape, vidoedisc, TV kabel, TV satelit langsung, video
dengan teks, teleteks, dan sistem informasi digital.
Pada saat ini telepon merupakan alat komunikasi yang banyak ditemukan
dalam dunia bisnis. Bahkan setiap hari sekitar lebih dari 500 juta panggilan
telepon dilakukan diseluruh dunia (Morey, 2004). Menurut Gouzali Saydam
(2005), istilah telepon pada awalnya merupakan suara dari jarak jauh. Selain itu
keberadaan telepon itu sendiri dibagi menjadi dua, yaitu telepon biasa (fix
telephone) dan telepon bergerak.
Perkembangan Ponsel
Ponsel atau bisa juga disebut Handphone (telepon genggam atau telepon
seluler) merupakan telepon yang termasuk dalam sambungan telepon bergerak,
dimana yang menghubungkan antar sesama ponsel tersebut adalah gelombanggelombang radio yang dilewatkan dari pesawat ke BTS (Base Tranceiver Station)
dan MSC (Mobile Switching Center) yang bertebaran di sepanjang jalur
perhubungan kemudian diteruskan ke pesawat yang dipanggil (Gouzali Saydam,
9
2005). Telepon bergerak ini pada awalnya dikategorikan dalam bentuk seperti
gambar berikut :
TELEPON
BERGERAK
Kendaraan
Bermotor
Selular/
Ponsel
Telkom
Fleksi
Gambar 1. Jenis Telepon Bergerak
Sumber : Gouzali Saydam, Teknologi Telekomunikasi: Perkembangan dan Aplikasi (2005).
Ponsel merupakan bentuk yang dianggap paling fenomenal dan juga unik.
Dalam pemakaian ponsel, besarnya tagihan bergantung pada lama waktu
percakapan serta jarak atau zona jangkau (SLJJ) percakapan yang telah dilakukan
dalam percakapan. Terdapat tiga hal penting mengenai biaya yang dikeluarkan
bagi pelanggan ponsel, yaitu biaya airtime, biaya bulanan dan biaya pulsa atau
pemakaian (Kadir dan Triwahyuni, 2003).
Semakin maraknya penggunaan ponsel saat ini, muncul ide untuk
menciptakan kebergantungan pemilik ponsel tersebut pada kartu telepon prabayar
(voucher). Perkembangan produk kartu prabayar dalam waktu yang singkat dapat
menyaingi penggunaan sistem abonemen (pascabayar). Salah satu yang paling
menarik pada prabayar adalah layanan transfer pulsa (Ariyanti, 2004). Layanan ini
menyediakan solusi bagi para pengguna prabayar yang membutuhkan pulsa dalam
10
waktu cepat atau berada dalam keadaan darurat serta kesulitan mencari pulsa isi
ulang.
Harmandini (2005) mengatakan bahwa sekarang ini terdapat beberapa
orang yang menggunakan 2 (dua) ponsel, dimana yang satu pada umumnya
merupakan ponsel CDMA. Kartu-kartu CDMA ini antara lain StarOne, Esia,
Flexi dan Fren. Para pemakai ponsel yang menggunakan kartu prabayar biasanya
digolongkan pada konsumen ‘konsumen kelas dua’, sedangkan ‘konsumen kelas
satu’ di mata operator penyelenggara ponsel adalah mereka yang menjadi
pelanggan tetap jaringan ponsel (Ariyanti, 2004).
Fasilitas Pada Ponsel
Disamping berfungsi sebagai alat komunikasi yang personal, ponsel juga
berpotensi sebagai sarana bisnis yang efektif. Ponsel sangat bervariasi tergantung
pada modelnya, yang seiring dengan perkembangan teknologi mempunyai fungsifungsi antara lain (Fiati, 2005) :
1. Penyimpan informasi
2. Pembuat daftar pekerjaan atau perencanaan kerja
3. Reminder (pengingat waktu) atau appointment
4. Alat perhitungan (kalkulator)
5. Pengiriman atau penerimaan e-mail
6. Permainan (games)
7. Integrasi ke peralatan lain seperti PDA, MP3
8. Chatting dan Browsing internet
9. Video
11
Mengenai fitur-fitur lain dalam ponsel terdapat beberapa macam, antara
lain : profile, voice mail, caller ID, memory, numeric paging dan text messaging
(SMS)/multimedia messaging (MMS), tones, locking/unlocking, call waiting, call
forwarding, three-way calling, calling history, one-touch emergency dialing dan
lain-lain. Diantara sekian banyak fitur tersebut, mungkin yang paling menarik
untuk dibahas adalah SMS, MMS dan kamera.
SMS (Short message service) adalah layanan langsung dalam dua arah
yang mampu mengirimkan pesan singkat 160 karakter yang bisa disimpan dan
direkam oleh pengelola ponsel. Selain itu SMS juga dapat digunakan dalam mode
cell broadcast guna mengirim berita-berita terbaru dan pemberitahuan penting
penting lain yang bersifat massal (Fiati, 2005). Sedangkan MMS (multimedia
message service) disebut juga sebagai sms multimedia, yang memiliki daya
angkut data yang besar. MMS memberikan layanan pengiriman berbasis teks
menuju pesan multimedia (gambar, suara, video) dan dapat juga memberikan
layanan berupa gambar diam berupa kartu, peta, kartu nama, layer saver (untuk
PC). Fitur lainnya yang saat ini sedang gencarnya ditonjolkan oleh ponsel yaitu
kamera, mulai dari jenis kamera opsional atau terpisah hingga kamera yang builtin yang sudah menyatu dengan ponselnya.
Mengenai kecanggihan teknologi, ponsel juga memiliki beberapa
keunggulan seperti adanya teknologi Infrared dan Bluetooth. Bluetooth
merupakan teknologi nirkabel yang dapat menyambungkan beberapa perangkat
melalui gelombang radio berfrekuensi rendah (daya jangkau maksimal 50 meter)
tanpa dihubungkan dengan kabel. Sedangkan pada infrared kedua perangkat
harus dibuat berhadapan (Fiati, 2005).
12
Mengenai media hiburan, MP3 pada ponsel sudah menggunakan teknologi
yang lebih canggih lagi saat ini. Telah dibuat suatu pengembangan yang lebih
lanjut, dinamakan MP3 Surround (Subarkah, 2005). MP3 Surround atau bisa
disebut suara keliling ini pada dasarnya akan memberikan ilusi suara pada
pendengarnya seolah-olah berada dalam sebuah lingkungan tertentu. Selain itu,
teknologi pada ponsel yang paling terbaru saat ini yaitu menyaksikan televisi
melalui layar ponsel tersebut (Subarkah, 2006). Ponsel seperti ini termasuk dalam
ponsel generasi ketiga, atau disebut dengan 3G.
Dampak Penggunaan Ponsel
Menurut Badwilan (2004), penggunaan ponsel dapat membawa dampakdampak tertentu. Dampak-dampak tersebut dibagi pada aspek psikologis, sosial,
keuangan dan kesehatan atau keselamatan jiwa seseorang. Tetapi yang akan
dijelaskan disini adalah pada aspek psikologis dan sosial (Badwilan, 2004) :
1. Aspek Psikologis
Banyaknya pesan melalui SMS yang berisi ajakan-ajakan bersifat rasisme
dapat mempengaruhi kondisi psikologis seseorang. Contohnya yang marak
ditemukan adalah pesan yang berisi pemboikotan barang produksi
Amerika. Selain itu juga terdapat peredaran pesan teks, gambar, maupun
video yang bersifat pornografi. Mudahnya akses keluar-masuk pesan
tersebut melalui ponsel membawa dampak negatif, terutama untuk
generasi muda sekarang ini.
13
2. Aspek Sosial
Salah satu hal yang sering terjadi adalah tindakan seseorang yang
membiarkan ponsel miliknya tetap dalam keadaan hidup atau aktif
sehingga mengeluarkan bunyi yang nyaring. Hal ini jelas mengganggu
konsentrasi serta mengejutkan orang-orang disekitarnya. Seperti ketika
sedang rapat bisnis, di rumah sakit, sedang di tempat-tempat ibadah, dan
lain-lain. Selain itu penggunaan ponsel sebagai media komunikasi tidak
langsung dapat menurunkan kualitas dan kuantitas dari komunikasi secara
langsung (tatap muka). Sering terjadi kesalah pahaman dalam pemaknaan
pesan melalui komunikasi secara tidak langsung.
2.1.2
Interaksi Sosial
Definisi dan Bentuk Interaksi Sosial
Menurut Soekanto (2002), interaksi sosial adalah bentuk-bentuk yang
tampak apabila orang-orang perorangan ataupun kelompok-kelompok manusia
mengadakan hubungan satu sama lain terutama dengan mengetengahkan
kelompok serta lapisan sosial sebagai unsur pokok struktur sosial. Interaksi sosial
dapat dipandang sebagai dasar proses-proses sosial yang ada, menunjuk pada
hubungan-hubungan sosial yang dinamis.
Interaksi sosial adalah suatu hubungan antar dua atau lebih individu
manusia, dimana kelakuan individu yang satu mempengaruhi, mengubah, atau
memperbaiki kelakuan individu yang lain (Gerungan, 2004). Kelangsungan
interaksi sosial ini, sekalipun dalam bentuknya yang sederhana, tenyata
merupakan proses yang kompleks. Sedangkan Tubbs dan Moss dalam bukunya
14
Human Communication (2001), suatu interaksi sosial diartikan sebagai suatu
sistem sosial dua orang atau lebih yang dilengkapi dengan beberapa aturan dan
harapan, serta beberapa ganjaran dan hukuman yang berlaku diantaranya.
Gea, Wulandari, dan Babari (2003) melihat suatu kebutuhan berinteraksi
manusia dimana setiap orang membutuhkan hubungan sosial dengan orang-orang
lainnya. Kebutuhan ini terpenuhi melalui pertukaran pesan yang berfungsi sebagai
jembatan untuk mempersatukan manusia yang satu dengan lainnya, yang tanpa
berkomunikasi akan terisolasi.
Mengenai interaksi yang terjalin tersebut, yang dianggap paling ideal
adalah secara tatap muka (langsung). Interaksi tatap muka lebih memungkinkan
suatu proses yang bersifat dinamis dan timbal balik secara langsung. Selain itu
menurut Morey (2004), pertukaran informasi secara tatap muka dapat
mempercepat proses saling mempengaruhi antara pihak-pihak yang berinteraksi
didalamnya. Sedangkan menurut Soekanto (2002), suatu interaksi sosial tidak
akan mungkin terjadi apabila tidak memenuhi dua syarat, yaitu :
1. Adanya kontak sosial (social-contact)
2. Adanya komunikasi
Kontak dan Komunikasi
Kata kontak berasal dari bahasa Latin con atau cum (yang artinya bersamasama) dan tango (yang artinya menyentuh), jadi artinya secara harafiah adalah
bersama-sama menyentuh. Tetapi secara gejala sosial, kontak tidak perlu berarti
suatu hubungan badaniah. Seperti pada perkembangan teknologi dewasa ini
15
orang-orang dapat berhubungan satu dengan yang lainnya melalui telepon,
telegrap, radio, surat, dan seterusnya (Soekanto, 2002).
Kontak dapat bersifat primer maupun sekunder. Kontak primer terjadi
apabila yang mengadakan hubungan langsung bertemu dan berhadapan muka atau
face-to-face (berjabat tangan, saling senyum, dll). Sebaliknya, kontak sekunder
memerlukan suatu perantara. Hubungan-hubungan sekunder tersebut dapat
dilakukan melalui perantara seperti telepon, telegrap, radio, surat dll.
Mengenai komunikasi dapat dilihat secara bahasa, yakni berasal dari kata
Latin kommunicatio yang artinya hal memberitahukan, hal memberi bagian dalam,
atau pertukaran. Secara lebih sempit dapat diartikan sebagai pesan yang
dikirimkan seseorang kepada satu atau lebih penerima dengan maksud sadar untuk
mempengaruhi tingkah laku si penerima (Gea, Wulandari, dan Babari, 2003).
Menurut Soekanto (2002), menyatakan bahwa komunikasi adalah ketika
seseorang memberikan tafsiran pada perilaku orang lain (yang berwujud
pembicaraan, gerak-gerik badaniah atau sikap), perasaan-perasaan apa yang ingin
disampaikan oleh orang tersebut. Dengan begitu orang yang bersangkutan
kemudian akan memberikan reaksi terhadap perasaan yang ingin disampaikan
oleh orang lain tersebut.
Gea, Wulandari, dan Babari (2003) menggambarkan suatu komunikasi
yang efektif apabila si penerima pesan menginterpretasikan pesan yang
diterimanya sebagaimana dimaksudkan oleh pengirim pesan. Salah satu cara
terbaik untuk memastikan bahwa pesan yang diberikan benar-benar diterima
secara tepat sebagaimana yang dimaksud adalah dengan mendapatkan umpan
balik pesan tersebut. Umpan balik adalah proses yang memungkinkan seorang
16
pengirim mengetahui bagaimana pesan yang dikirimkannya telah ditangkap oleh
si penerima atau tidak. Selain itu cara seseorang mendengarkan dan menanggapi
lawan bicara juga sangatlah penting dalam berkomunikasi. Memberikan
tanggapan
penuh
pemahaman
dalam
mendengarkan
dapat
menghindari
kecenderungan kesalahpahaman komunikasi antara pihak terkait.
Menurut Sarwono (2002) dari berbagai jenis komunikasi yang ada,
komunikasi antar manusia yang langsung (bertatap muka) adalah yang efektif
serta paling lengkap mengandung berbagai aspek psikologis. Aspek tersebut
antara lain :
1. Tatap muka itu sendiri yang membedakannya dengan komunikasi jarak
jauh atau komunikasi menggunakan alat.
Dalam komunikasi tatap muka ada peran yang harus dijalankan oleh
masing-masing pihak (pemberi informasi-penerima informasi, ibu-anak,
ayah-anak, suami-istri, guru-murid dan lain-lain) dan ditunjukkan dengan
jelas
2. Adanya hubungan dua arah secara langsung
Dengan adanya pertukaran pesan dalam komunikasi tatap muka, terjadi
saling pengertian akan makna atau arti pesan. Jadi dalam komunikasi ini
yang penting bukanlah pesannya semata, melainkan arti (meaning) dari
pesan tersebut.
3. Adanya niat, kehendak, atau intensi dari kedua belah pihak
Hal tersebut akan mempercepat proses adanya saling pengertian secara
kognitif dalam komunikasi antar manusia.
17
Komunikasi yang dilakukan secara tidak langsung (memerlukan perantara,
seperti telepon, telegrap, radio, surat dll.) mempunyai dampak yang berbeda
dengan komunikasi secara langsung (tatap muka). Menurut Gea, Wulandari, dan
Babari (2003), komunikasi tidak langsung dapat menyebabkan timbulnya
kegagalan untuk saling berkomunikasi (hambatan-hambatan), dalam arti si
penerima menangkap makna pesan berbeda dari yang dimaksud oleh si pengirim.
Hambatan-hambatan tersebut antara lain :
1. Gagal menangkap maksud konotatif di balik maksud seseorang
2. Hanya mengartikan kata atau kalimat secara murni dan tidak
mengembangkan pemahamannya
3. Kesalahpahaman atau distorsi dalam komunikasi
4. Adanya gangguan fisik, misalnya gangguan suara pada telepon, hasil
cetakan yang tidak baik, tampilan layar yang kurang jelas (kabur), desain
format yang tidak baik, dan lain-lain.
Dalam menilai kualitas komunikasi antar manusia, DeVito (1997)
mengatakan bahwa komunikasi antar manusia dapat berbeda-beda. Hal ini dapat
dilihat menurut keluasannya atau breadth (banyaknya atau jenis-jenis topik yang
dibicarakan) dan kedalamannya atau depth (derajat “kepersonalan” atau inti dalam
membicarakan topik itu). Sedangkan menurut penelitian Mardiyanti (1996),
secara garis besar terdapat beberapa hal yang dapat dilihat dalam kaitannya
dengan kontak sosial dan komunikasi sebagai pengukuran dari interaksi secara
langsung (tatap muka), antara lain adalah minat, frekuensi, ruang lingkup rekanrekan, jenis dan banyaknya topik pembicaraan, tempat melakukan kegiatan,
18
kedalaman komunikasi serta pola dari interaksi itu sendiri (asosiatif dan
disosiatif).
2.1.3
Remaja
Definisi dan Rentangan Usia Remaja
Istilah Adolescence atau remaja berasal dari kata latin adolescere yang
berarti “tumbuh” atau “tumbuh menjadi dewasa”. Istilah ini mempunyai arti yang
lebih luas, mencangkup kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik (Hurlock,
1980). Apabila digolongkan sebagai anak-anak maka golongan remaja sudah
melewati masa tersebut, tetapi bila digolongkan dengan orang dewasa juga masih
belum sesuai. Oleh karena itu banyak istilah golongan remaja ini dirasakan
tumpang tindih pengertiannya. Istilah lain yang sering digunakan adalah menurut
Rumini dan Sundari H.S (2004), dimana masa remaja merupakan masa peralihan
dari masa anak dengan masa dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek
atau fungsi untuk memasuki masa dewasa.
Hurlock (1980) juga menambahkan definisi masa remaja dengan
menggunakan ciri-ciri tertentu yang dapat membedakannya dengan periode
sebelum dan sesudahnya, yaitu : Masa remaja sebagai periode yang penting, masa
remaja sebagai periode peralihan, masa remaja sebagai periode perubahan, masa
remaja sebagai usia yang bermasalah, masa remaja sebagai masa mencari
identitas, masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan, masa remaja
sebagai masa yang tidak realistik, dan yang terakhir yaitu masa remaja sebagai
ambang masa dewasa.
19
Menurut Mappiare dalam bukunya Psikologi Remaja (1982), dapat
disimpulkan bahwa secara teoritis dan empiris dari segi psikologis, rentangan usia
remaja berada dalam usia 12 tahun sampai 21 tahun bagi wanita, dan 13 sampai
22 tahun bagi pria. Jika dibagi atas remaja awal dan remaja akhir, maka remaja
awal berada dalam dalam usia 12/13 tahun sampai 17/18 tahun, dan remaja akhir
dalam rentangan usia 17/18 tahun sampai 21/22 tahun.
Lingkungan Sosial Remaja
Menurut Gea, Wulandari, dan Babari (2003), lingkungan sosial yang
paling dekat serta berpengaruh dalam kehidupan remaja adalah lingkungan sosial
awal, yakni keluarga. Lalu kemudian dilanjutkan dengan lingkungan sebayanya,
yang terdiri dari kelompok pertemanan atau kelompok permainan (sahabat).
Keluarga adalah lingkungan yang paling utama dimana kita mengalami
kedekatan dan kebersamaan yang sangat intensif, serta lingkungan tempat kita
menjalani proses sosialisasi berbagai nilai dasar kemanusiaan. Menurut Soekanto
(2002), orang tua dan saudara melakukan sosialisasi yang biasa diterapkan melalui
kasih sayang. Atas dasar kasih sayang tersebut, seorang individu dididik untuk
mengenal nilai-nilai tertentu. Menurut Hurlock (1980), konsep hubungan keluarga
mempengaruhi konsep diri remaja dimana seorang remaja yang mempunyai
hubungan erat dengan seorang anggota keluarga akan mengidentifikasikan diri
dengan orang lain dan ingin mengembangkan pola kepribadian yang sama.
Menurut Mappiare (1982), kelompok teman sebaya merupakan lingkungan
sosial pertama dimana remaja belajar untuk hidup bersama dengan orang lain
yang bukan anggota keluarganya. Didalamnya timbul persahabatan yang
20
merupakan ciri khas pertama dan sifat interaksinya dalam pergaulan. Manfaat
penting dari adanya persahabatan dalam masa remaja ini adalah mereka dapat
bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama dan mengisi waktu luang. Lebih
penting lagi, bahwa dalam persahabatan itu remaja dapat merasa dibutuhkan,
dihargai dan dengan demikian mereka dapat merasa adanya kepuasan dalam
interaksi sosialnya (Mappiare, 1982).
Perilaku Remaja
Suatu perilaku (behavior) yang merupakan cara bertindak dapat dipandang
sebagai reaksi yang bersifat sederhana maupun yang bersifat kompleks (Azwar,
2003). Sebagai mahkluk sosial, perilaku remaja banyak dipengaruhi oleh berbagai
faktor baik dari dalam diri remaja itu sendiri maupun dari lingkungannya.
Menurut Kurt Lewin dalam Azwar (2003), perilaku adalah fungsi karakteristik
individu dan lingkungan. Karakteristik individu meliputi berbagai variabel seperti
motif, nilai-nilai, sifat kepribadian, dan sikap yang saling berinteraksi satu sama
lain dan kemudian berinteraksi pula dengan faktor-faktor lingkungan dalam
menentukan perilaku. Sedangkan menurut Rakhmat (2001), terdapat dua faktor
yang mempengaruhi perilaku manusia yaitu :
1. Faktor-faktor personal, yaitu faktor biologis dan faktor sosio-psikologis
2. Faktor-faktor situasional, yaitu faktor ekologis, faktor rancangan dan
arsitektural, faktor temporal, suasana perilaku, teknologi, faktor-faktor
sosial, dan lingkungan psiko-sosial.
Kompleksitas perilaku remaja telah menjadi bahasan yang penting,
terutama memahami perilaku remaja dalam lingkungan sosialnya, memahami
21
motivasi perbuatan dan mencoba meramalkan respon remaja agar dapat
memperlakukan sesama manusia dengan sebaik-baiknya (Hurlock, 1980).
Perilaku terhadap suatu obyek dapat dilihat dari beberapa dimensi (Calhoun,
1995), yaitu :
1. Frekuensi
Menunjukkan jumlah atau kuantitas dari perilaku seseorang
2. Kepada siapa berperilaku
Perilaku yang dilakukan tidak hanya ditujukan untuk diri sendiri tetapi
juga ditujukan bagi orang lain
3. Untuk apa
Perilaku yang dilakukan seseorang itu mempunyai manfaat atau tujuan
baik untuk dirinya sendiri maupun bagi orang lain
4. Bagaimana
Menunjukkan upaya atau cara yang dilakukan oleh seseorang dalam
berperilaku untuk mencapai tujuan yang diinginkan
Perilaku remaja juga berkaitan dengan minat mereka terhadap keberadaan
media massa yang termasuk pada minat rekreasi. Menurut Hurlock (1980) minat
rekreasi tersebut juga sangat dipengaruhi oleh derajat kepopulerannya. Beberapa
bentuk rekreasi yang digemari remaja saat ini antara lain mendengarkan radio dan
kaset, menonton televisi, serta membaca. Selain itu perilaku remaja yang
menonjol terletak pada nilai kemandiriannya. Mereka cenderung melepaskan diri
dengan lingkungan sosial, terutama dengan lingkungan keluarganya sendiri
(Hurlock, 1980).
22
Remaja laki-laki dengan perempuan juga terdapat perbedaan-perbedaan
dalam perilakunya. Remaja perempuan cenderung memiliki tingkat keintiman
yang dalam dengan orang-orang sekitarnya dibanding dengan remaja laki-laki.
Hal ini dikarenakan remaja laki-laki ingin menunjukkan kemandirian yang lebih
dan adanya jarak dengan sekitarnya (Hurlock, 1980). Selain itu menurut Apriyanti
(2005) secara spesifik mengemukakan remaja putri lebih banyak membutuhkan
sejumlah barang-barang baru yang perlu dibeli dan juga barang-barang baru yang
disesuaikan dengan kebutuhannya.
2.2
Kerangka Pemikiran
Ponsel merupakan salah satu perkembangan teknologi komunikasi paling
aktual di Indonesia selama lebih dari lima tahun terakhir. Ponsel disamping
memiliki fungsi utama sebagai alat komunikasi, juga dapat digunakan sebagai
sarana bisnis, penyimpan berbagai macam data, sarana musik atau hiburan,
bahkan sebagai alat dokumentasi. Dalam hal ini pengguna ponsel terbesar
merupakan kelompok remaja perkotaan, terutama pada pulau Jawa. Respon
kelompok remaja terhadap keberadaan ponsel cukup tinggi, walaupun belum tentu
penggunaan ponsel tersebut dimanfaatkan seluruhnya secara optimal dalam
kehidupan sehari-hari mereka.
Tingkat penggunaan ponsel pada remaja diduga dapat dipengaruhi oleh
beberapa karakteristik, antara lain karakteristik yang berkaitan dengan diri
individu (internal) maupun yang berkaitan dengan lingkungannya (eksternal).
Karakteristik internal mencangkup jenis kelamin, status ekonomi keluarga, tujuan
penggunaan ponsel serta aktivitas-aktivitas atau kegiatan yang dilakukan oleh
23
remaja tersebut. Karakteristik eksternal mencangkup pengaruh dari teman-teman
dekat remaja serta terpaan media (media exposure) massa.
Jenis kelamin diduga dapat mempengaruhi tingkat penggunaan ponsel,
karena remaja putri cenderung memiliki gaya hidup dan pola konsumtif yang
tinggi dalam melihat setiap perkembangan ponsel yang ada dibandingkan remaja
putra. Selain itu remaja putri juga cenderung sering dan intens berkomunikasi
melalui ponsel dengan sesamanya, dimana dalam komunikasi yang berlangsung
tersebut biasanya banyak hal-hal yang dibicarakan. Status ekonomi keluarga
diduga dapat mempengaruhi tingkat penggunaan ponsel, karena terdapat biayabiaya yang harus disediakan oleh para pengguna ponsel. Semakin tinggi
pendapatan orang tua tiap bulannya yang menggambarkan status ekonomi dalam
keluarga diduga dapat meningkatkan penggunaan ponsel pada remaja, yang pada
akhirnya dapat meningkatkan biaya pengeluaran setiap bulannya.
Tujuan dalam menggunakan ponsel diduga dapat mempengaruhi tingkat
penggunaan ponsel, karena dengan tujuan yang berbeda dapat menyebabkan
perbedaan pula remaja menggunakan ponselnya. Aktivitas-aktivitas yang diikuti
remaja diduga dapat mempengaruhi tingkat penggunaan ponsel, karena dengan
semakin banyak aktivitas atau kegiatan yang dilakukan dapat menunjukkan bahwa
remaja tersebut memiliki mobilitas yang tinggi (di dalam maupun di luar sekolah).
Diduga hal tersebut dapat meningkatkan penggunaan ponsel sebagai alat
komunikasi dalam kehidupan sehari-hari mereka.
Pengaruh teman dekat diduga dapat mempengaruhi tingkat penggunaan
ponsel, karena pada masa remaja inilah kelompok persahabatan atau teman sebaya
merupakan lingkungan sosial yang memegang peranan penting dalam sosialisasi
24
remaja. Hal tersebut menyebabkan remaja dalam menggunakan ponselnya akan
melihat dan bergantung pada lingkungan teman sebayanya. Terpaan media massa
diduga dapat mempengaruhi tingkat penggunaan ponsel, karena melalui media
massa (cetak maupun elektronik) tersebut remaja memperoleh berbagai informasi
mengenai perkembangan ponsel. Semakin sering frekuensi dan beragam jenis
media massa tentang ponsel yang diterpa oleh remaja diduga mempunyai
pengaruh penting, disamping pengaruh dari teman dekat remaja tersebut.
Tingkat penggunaan ponsel pada remaja dapat dilihat melalui empat hal,
yaitu frekuensi penggunaan, pemanfaatan fasilitas, tingkat biaya pengeluaran, dan
pihak yang diajak berkomunikasi. Selanjutnya tingkat penggunaan teknologi
komunikasi ponsel tersebut sebagai pengaruh dari luar masyarakat diduga dapat
mempengaruhi interaksi sosial pada remaja tersebut. Penggunaan ponsel sebagai
alat komunikasi seharusnya dapat meningkatkan interaksi sosial remaja dengan
lingkungannya. Tetapi diduga justru dapat menurunkan interaksi tatap muka
antara remaja dengan lingkungan sosialnya, yang terdiri dari lingkungan keluarga
dan lingkungan persahabatan (teman sebaya).
Interaksi sosial remaja secara tatap muka itu sendiri dilihat dari lamanya
waktu serta intensitas (tingkat keluasan atau banyaknya topik pembicaraan)
interaksi tatap muka. Berdasarkan literatur-literatur yang telah dibahas, maka
dapat dirumuskan suatu kerangka pemikiran sebagai berikut (Gambar 2) :
25
Karakteristik Internal :
- Jenis kelamin
- Tingkat status
ekonomi keluarga
- Tujuan penggunaan
ponsel
- Tingkat aktivitas
Karakteristik Eksternal :
- Tingkat pengaruh teman
dekat
- Tingkat terpaan media
(media exposure) massa
-
Tingkat Penggunaan Ponsel Pada
Remaja:
Frekuensi penggunaan
Pemanfaatan fasilitas
Tingkat biaya pengeluaran
Pihak yang diajak berkomunikasi
-
Interaksi Sosial Remaja (Tatap muka) :
Waktu interaksi
Intensitas interaksi
Keterangan :
Mempengaruhi
Gambar 2. Kerangka Pemikiran
2.3
Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah dirumuskan, maka dapat
disusun hipotesis penelitian sebagai berikut :
1. Diduga remaja memiliki tingkat penggunaan ponsel yang cenderung tinggi
2. Diduga karakteristik internal mempengaruhi penggunaan ponsel pada
remaja
26
3. Diduga karakteristik eksternal mempengaruhi penggunaan ponsel pada
remaja
4. Diduga penggunaan ponsel pada remaja mempengaruhi interaksi sosial
remaja
2.4
Definisi Operasional
Variabel-variabel yang dikemukakan dalam penelitian ini diukur dengan
merumuskan batasan dari masing-masing variabel terlebih dahulu. Adapun
variabel-variabel tersebut adalah :
1. Karakteristik internal adalah karakteristik yang mencirikan responden dan
berkaitan dengan diri individu. Terdiri dari jenis kelamin, status ekonomi
keluarga, tujuan responden dalam menggunakan ponselnya, serta tingkat
aktivitas.
2. Jenis kelamin adalah perbedaan identitas seks responden berdasarkan
aspek biologis. Dibagi menjadi kategori (skala nominal) :
a. Laki-laki
b. Perempuan
3. Tingkat status ekonomi keluarga adalah status dari keluarga responden
dalam masyarakat yang dilihat melalui penghasilan orang tua (ayah dan
ibu) responden setiap bulannya. Dibagi menjadi kategori (skala ordinal) :
a. Status ekonomi keluarga tinggi, apabila penghasilan orang tua
>Rp. 6.000.000,b. Status ekonomi keluarga sedang, apabila penghasilan orang tua
antara Rp. 3.000.000,- hingga Rp. 6.000.000,-
27
c. Status ekonomi keluarga rendah, apabila penghasilan orang tua
<Rp. 3.000.000,4. Tujuan penggunaan ponsel adalah tujuan menurut responden dari berbagai
kegiatan yang dilakukan dengan menggunakan ponsel. Dibagi menjadi
kategori (skala nominal) :
a. Untuk informasi yang penting dan mendesak (urgent)
b. Untuk bersosialisasi dan urusan sekolah/les/kursus
c. Untuk hiburan atau pemenuhan hobi
Kategori (a) merupakan tujuan penggunaan ponsel menurut responden
untuk memberikan informasi atau kabar yang sangat penting (kerabat
sakit, kecelakaan, meninggal, mengadakan suatu perayaan, dan lain-lain)
yang harus disampaikan dengan cepat dan langsung. Kategori (b)
merupakan tujuan penggunaan ponsel menurut responden untuk
berhubungan dengan lingkungan sosialnya dan mengenai kegiatan atau
aktivitasnya sehari-hari. Kategori (c) merupakan tujuan penggunaan
ponsel menurut responden untuk sekedar hiburan atau hal yang tidak
bersifat urgent, untuk mengisi waktu luang dan memenuhi hobinya.
5. Tingkat aktivitas adalah banyaknya aktivitas atau kegiatan yang dilakukan
oleh responden, baik di dalam maupun di luar sekolah (masing-masing 5
jenis kegiatan). Aktivitas ini dibagi menjadi dua yaitu aktivitas di dalam
sekolah (ekstrakurikuler olahraga, musik, organisasi sekolah) dan aktivitas
di luar sekolah (bimbingan belajar, kursus bahasa asing, kursus musik,
perkumpulan/organisasi remaja).
28
Pengukuran tingkat aktivitas ini menggunakan skor yaitu sangat aktif (3),
aktif (2), kurang aktif (1), serta tidak aktif (0). Dibagi menjadi kategori (skala
ordinal) :
a. Aktivitas tinggi, total skor 21-30
b. Aktivitas sedang, total skor 11-20
c. Aktivitas rendah, total skor ≤ 10
6. Karakteristik eksternal adalah karakteristik yang mencirikan responden
dan berkaitan dengan lingkungannya, terdiri dari pengaruh teman dekat
serta terpaan media massa.
7. Tingkat pengaruh teman dekat adalah pengaruh dari teman dekat
responden dan khususnya yang berkaitan dengan penggunaan ponsel oleh
responden. Pengukuran tingkat pengaruh teman dekat ini terdiri dari 4
butir pertanyaan, masing-masing 3 pilihan jawaban. Dengan skor yaitu
pengaruh kuat (3), sedang (2), serta kecil (1). Dibagi menjadi kategori
(skala ordinal) :
a. Pengaruh dari teman dekat kuat, total skor 10-12
b. Pengaruh dari teman dekat sedang, total skor 7-9
c. Pengaruh dari teman dekat kecil, total skor 4-6
8. Tingkat terpaan media (media exposure) massa adalah frekuensi
responden dalam menerima informasi tentang ponsel melalui berbagai
media, baik media cetak maupun elektronik (6 jenis media : televisi, radio,
koran, majalah/tabloid, brosur/selebaran dan internet). Pengukuran tingkat
terpaan media informasi ini menggunakan skor yaitu sering (3), kadang-
29
kadang/jarang (2), tidak pernah (1). Dibagi menjadi kategori
(skala
ordinal) :
a. Terpaan media massa tinggi, total skor 15-18
b. Terpaan media massa sedang, total skor 10-14
c. Terpaan media massa rendah, total skor 6-9
9. Tingkat penggunaan ponsel adalah suatu suatu tingkat yang menunjukkan
perilaku penggunaan ponsel oleh responden dan terdiri dari ; (1) frekuensi
penggunaan, (2) pemanfaatan fasilitas, (3) tingkat biaya pengeluaran, dan
(4) pihak-pihak yang diajak berkomunikasi. Pengukuran tingkat
penggunaan ponsel dengan melihat akumulasi skor keempat variabel
tersebut (7 butir pertanyaan). Dibagi menjadi kategori (skala ordinal) :
a. Penggunaan ponsel tinggi, total skor 29-42
b. Penggunaan ponsel sedang, total skor 15-28
c. Penggunaan ponsel rendah, total skor ≤ 14
10. Frekuensi penggunaan adalah tingkat keseringan responden yang berkaitan
dengan penggunaan atau pemakaian ponselnya. Pengukuran frekuensi
penggunaan ponsel ini terdiri dari 3 butir pertanyaan, masing-masing 4
pilihan jawaban. Dengan skor yaitu frekuensi tinggi (3), sedang (2), serta
rendah (1 dan 0). Dibagi menjadi kategori (skala ordinal) :
a. Frekuensi penggunaan ponsel tinggi, total skor 7-9
b. Frekuensi penggunaan ponsel sedang, total skor 4-6
c. Frekuensi penggunaan ponsel rendah, total skor ≤ 3
11. Pemanfaatan fasilitas adalah pemanfaatan fasilitas-fasilitas yang terdapat
pada ponsel yang dilakukan oleh responden (8 jenis fasilitas : telepon,
30
SMS, MMS, kamera, video, permainan, radio/MP3, dan internet).
Pengukuran pemanfaatan fasilitas ini menggunakan skor yaitu sering (3),
kadang-kadang/jarang (2), tidak pernah (1). Dibagi menjadi kategori (skala
ordinal) :
a. Pemanfaatan ponsel tinggi, total skor 18-24
b. Pemanfaatan ponsel sedang, total skor 14-18
c. Pemanfaatan ponsel rendah, total skor 8-13
12. Tingkat biaya pengeluaran adalah biaya yang dikeluarkan oleh responden
berkaitan dengan penggunaan ponselnya tiap bulan. Dibagi menjadi
kategori (skala ordinal) :
a. Biaya pengeluaran tinggi (skor 3), apabila > Rp. 300.000,b. Biaya pengeluaran sedang (skor 2), apabila Rp. 150.000,- hingga
Rp. 300.000,c. Biaya pengeluaran rendah (skor 1), apabila < Rp. 150.000,13. Pihak yang diajak berkomunikasi adalah pihak-pihak yang berada dalam
lingkungan sosial responden dan yang paling sering diajak berkomunikasi
melalui ponsel. Dibagi menjadi kategori (skala nominal) :
a. Keluarga
b. Teman/pacar
c. Lainnya
14. Interaksi sosial adalah interaksi secara tatap muka yang terjadi antara
responden dengan lingkungan sosialnya dan dilihat dari ; (1) waktu
interaksi serta (2) intensitas interaksi. Pengukuran interaksi sosial dengan
31
melihat akumulasi skor kedua variabel tersebut (5 butir pertanyaan).
Dibagi menjadi kategori (skala ordinal) :
a. Interaksi sosial dekat, total skor 12-15
b. Interaksi sosial sedang, total skor 9-11
c. Interaksi sosial renggang, total skor 5-8
15. Waktu interaksi adalah lamanya waktu yang digunakan untuk melakukan
interaksi tatap muka antara responden dengan lingkungan sosial mereka,
terdiri dua yaitu dengan (1) keluarga; (2) teman/pacar. Dibagi menjadi
kategori (skala ordinal) :
a. Waktu interaksi tatap muka tinggi (skor 3)
b. Waktu interaksi tatap muka sedang (skor 2)
c. Waktu interaksi tatap muka rendah (skor 1)
16. Intensitas interaksi adalah tingkat keluasan interaksi tatap muka yang
terjadi pada responden dengan lingkungan sosial mereka. Diukur
berdasarkan banyaknya jenis topik yang dibicarakan didalamnya, yaitu :
1. Pendidikan dan pekerjaan di masa mendatang 6. Hobi
2. Keluarga dan agama
7. Film/musik
3. Uang
8. Trend/mode
4. Hubungan dengan sesama teman/pacar
9. Gosip
5. Seks
Intensitas interaksi tatap muka dibagi menjadi kategori (skala ordinal) :
a. Interaksi tatap muka sangat intens (skor 3), apabila jenis
pembicaraan sebanyak > 6
32
b. Interaksi tatap muka cukup intens (skor 2), apabila jenis
pembicaraan sebanyak 4-6
c. Interaksi tatap muka tidak intens (skor 1), apabila jenis
pembicaraan sebanyak < 4
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1
Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis deskriptif korelasional. Penelitian deskriptif
korelasional dapat memastikan berapa besar pengaruh yang disebabkan oleh satu
variabel dalam hubungannya dengan variasi yang disebabkan oleh variabel lain
(Rakhmat, 2005). Pendekatan penelitian adalah kuantitatif. Data yang digunakan
dalam penelitian adalah data kuantitatif yang didukung oleh data kualitatif. Data
kuantitatif dilakukan dengan metode survei, yaitu melalui kuisioner sebagai
instrumen utama penelitian. Sedangkan data kualitatif sebagai pendukung
penelitian melalui wawancara untuk mendapatkan keterangan tambahan dari
responden.
3.2
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Sekolah Menengah Umum Negeri (SMUN) 68
Salemba, Jakarta Pusat, DKI Jakarta. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara
sengaja (purposive) berdasarkan pertimbangan bahwa SMUN 68 merupakan salah
satu SMUN yang terletak di pusat kota dengan sampel yang tergolong dalam
keluarga berkecukupan sehingga memiliki asumsi bahwa banyak sampel yang
sudah memiliki ponsel dan menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari
mereka. Hal ini disesuaikan dengan hasil penelitian Pattiradjawane (2005) yang
menunjukkan bahwa pengguna ponsel terbesar di Indonesia merupakan kelompok
remaja perkotaan di pulau Jawa.
34
Waktu pelaksanaan penelitian dilakukan pada 2 tahap. Tahap pertama
yaitu pengumpulan data pada bulan April-Mei 2006, dimana sebelumnya
dilakukan studi penjajagan lapang terlebih dahulu. Sedangkan pada tahap kedua
yaitu pengolahan data sampai penyelesaian draft skripsi pada Juni-Agustus 2006.
3.3
Penentuan Sampel
Unit analisis penelitian adalah individu sedangkan populasi penelitian
adalah remaja SMUN 68. Hal ini berdasarkan pertimbangan bahwa SMU
merupakan tempat sosialisasi utama para remaja dengan lingkungan sosial mereka
(selain keluarga). Sampel penelitian ini adalah remaja (laki-laki dan perempuan)
SMUN 68 yang menggunakan ponsel. Pengambilan sampel penelitian ditentukan
dengan sengaja (purposive) secara accidental sampling. Populasi dibagi dalam
kelas-kelas SMUN 68 (kelas X, XI, XII) dan masing-masing sejumlah 16 orang (8
laki-laki dan 8 perempuan). Jumlah sampel secara keseluruhan yang diambil
sebanyak 48 orang (24 laki-laki dan 24 perempuan).
Pengambilan sampel secara sengaja (purposive) ini dikarenakan padatnya
jadwal akademik SMUN 68 serta menjelang ujian akhir (terutama untuk kelas
XII) pada bulan April hingga Mei, sehingga peneliti diberikan keterbatasan oleh
pihak sekolah untuk mencari responden. Untuk populasi yang berjumlah besar dan
sulit untuk menemukan sampel secara individual melalui metode acak, maka
dapat dilakukan secara accidental atau diketemukan seadanya (Singarimbun,
1989). Penelitian ini juga dapat dikatakan sebagai penelitian atau studi
pendahuluan, sehingga tidak dimaksudkan untuk menggeneralisasikan secara
35
meluas dan membutuhkan penelitian-penelitian berikutnya untuk mengkaji lebih
lanjut.
3.4
Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian adalah data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh dari responden melalui pengisian kuisioner dan
hasil wawancara. Kuisioner dan wawancara berisi sejumlah pertanyaan dan
pernyataan yang berkaitan dengan karakteristik responden (internal maupun
eksternal), tingkat penggunaan ponsel dan interaksi sosial yang terjadi. Sedangkan
data sekunder diperoleh melalui dokumentasi Kantor SMUN 68 Salemba, Jakarta
Pusat, DKI Jakarta. Hal ini guna memenuhi kebutuhan untuk informasi mengenai
gambaran umum lokasi penelitian.
3.5
Metode Pengolahan dan Analisis Data
Data primer yang telah terkumpul dibuat dalam bentuk tabel kemudian
dilakukan analisis secara statistik. Hasil dari analisis tersebut diinterpretasikan
untuk memperoleh kesimpulan atau fakta yang terjadi. Data kuantitatif diuji
dengan menggunakan uji statistik non-parametrik melalui uji chi-kuadrat (chisquare) untuk antar variabel dengan skala nominal, sedangkan data dengan skala
ordinal diolah dengan menggunakan uji Spearman. Pengolahan data tersebut
dilakukan dengan menggunakan komputer melalui program SPSS for windows
versi 12.0. Hal ini dilakukan guna ketepatan, kecepatan proses perhitungan dan
kepercayaan hasil pengujian. Sedangkan data hasil wawancara digunakan sebagai
ilustrasi untuk melengkapi hasil statistik tersebut.
BAB IV
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN
KARAKTERISTIK RESPONDEN
4.1
Sekolah Menengah Umum Negeri 68
Sekolah Menengah Umum Negeri (SMUN) 68 terletak di Jalan Salemba
Raya No. 18, Kelurahan Salemba, Jakarta Pusat, Daerah Khusus Ibukota (DKI)
Jakarta. Lokasi SMUN 68 berada dalam kompleks pendidikan Salemba, yang juga
terdapat SLTP 216, SDN Kenari dan Gedung Pertemuan (Menza). Kompleks ini
termasuk wilayah pusat perkotaan dimana sekelilingnya terdapat bangunanbangunan penting, seperti Departemen Sosial, Perpustakaan Nasional, Hotel
Atlantic, Salemba Residence, Kampus Universitas Indonesia (UI) Salemba,
Rumah Sakit CiptoMangunkusumo (RSCM), Rumah Sakit Carolus, dan lain-lain.
Bagian depan kompleks pendidikan Salemba juga terlihat beberapa sentra pulsa
yang menyediakan jenis pulsa yang lengkap dan cukup bervariasi.
SMUN 68 merupakan salah satu SMUN unggulan dan favorit wilayah
Jakarta Pusat, serta dengan segala kelengkapan fasilitas yang memadai dan diakui.
SMUN 68 terdiri dari 4 lantai, seluruh ruang belajar-mengajar maupun ruangan
lainnya menggunakan AC, lahan parkir (dalam dan samping) yang nyaman, dan
didukung dengan lingkungan kompleks yang asri dan indah.
SMUN 68 pada tahun ajaran 2005/2006 terdiri dari 8 kelas X (ada 1 kelas
bertaraf internasional), 8 kelas XI (5 kelas IPA dan 3 kelas IPS), begitu juga kelas
XII yang jumlahnya sama dengan kelas XI. Total jumlah siswa seluruhnya pada
37
tahun ajaran ini sebanyak 1032 orang, dengan jumlah laki-laki sebanyak 432
orang dan perempuan sebanyak 600 orang.
Responden yang termasuk dalam penelitian ini adalah 48 siswa laki-laki
maupun perempuan SMUN 68 yang menggunakan ponsel. Responden dibagi
sama rata antara laki-laki dan perempuan yaitu masing-masing berjumlah 24
orang (kelas X, XI, XII). Hal tersebut dilakukan untuk melihat perbandingan
kedua jenis kelamin secara seimbang dalam hal pengaruhnya terhadap tingkat
penggunaan ponsel pada remaja.
Waktu berlangsungnya kegiatan belajar-mengajar SMUN 68 yaitu pada
hari senin sampai kamis pukul 07.00 WIB sampai pukul 15.30 WIB, sedangkan
untuk hari jumat pukul 07.00 WIB sampai pukul 11.30 WIB. Khusus hari sabtu
hanya untuk kegiatan ekstrakurikuler, praktikum dan pelajaran tambahan saja.
Dalam hal biaya, SMUN 68 membebankan biaya SPP sebesar Rp. 201.000,00setiap bulannya kepada seluruh siswa kelas biasa dan Rp. 2.000.000,00- kepada
siswa khusus kelas internasional.
SMUN 68 memiliki organisasi sekolah (OSIS) serta berbagai kegiatan
ekstrakurikuler. OSIS SMUN 68 dipimpin oleh seorang ketua, dibantu oleh 2
orang wakil ketua, 2 orang bendahara, 3 orang sekretaris dan 8 orang ketua bidang.
Selain itu terdapat MPK (Majelis Permusyawaratan Kelas) yang dipimpin oleh
seorang ketua dan dibantu oleh wakil serta sekretaris. Kegiatan ekstrakurikuler
SMUN 68 terdiri dari estrakurikuler olahraga, seni dan musik, kegiatan rohani dan
ekstrakurikuler lainnya (Tabel 1).
38
Tabel 1. Kegiatan-Kegiatan Ekstrakurikuler Pada SMUN 68, Sampai Tahun
Ajaran 2005/2006
No.
1.
Jenis
Olahraga
2.
Seni dan musik
3.
Kegiatan Rohani
4.
Lainnya
Kegiatan Ekstrakurikuler
Basket, Voli, Bola (Futsal), Baseball dan Softball,
Taekwondo, Perisai Diri, Dance
Vokal, M-Brass, TOSLA (Teater Olah Seni) Band,
Baron (Fotografi), Cheers, Drama
Rohis (Rohani Islam), SRP (Sie Rohani Protestan),
SRK (Sie Rohani Katolik)
ELPALA (Enam’Lapan Pencinta Alam), KIR (Karya
Ilmiah Remaja), JGC (Jakarta Green Centre), PMR
(Palang Merah Remaja), Pramuka, Execom
(Komputer)
SMUN 68 memiliki berbagai macam prestasi akademik dan non-akademik
yang cukup membanggakan. Pada tahun ajaran 2004/2005 untuk kesekian kalinya
SMUN 68 berhasil memperoleh peringkat 1 wilayah Jakarta Pusat dalam hal
perolehan nilai UAN (Ujian Akhir Nasional) secara keseluruhan. Selain itu para
siswa SMUN 68 setiap tahunnya berhasil masuk dalam Perguruan Tinggi Negeri
terkemuka (mayoritas Universitas Indonesia, Institut Teknologi Bandung,
Universitas Padjajaran, Universitas Diponegoro, dan Universitas Gajah Mada)
sebanyak lebih dari 65 %.
Prestasi akademik lainnya yaitu untuk tahun ajaran 2005/2006 SMUN 68
mengirimkan siswa-siswa terbaiknya untuk mengikuti olimpiade bidang IPA dan
bahasa Inggris, dimana pada fisika dan matematika berhasil sampai tingkat
nasional sedangkan lainnya berhasil sampai tingkat propinsi. Pada prestasi nonakademik, SMUN 68 pernah mendapatkan juga gelar juara untuk perlombaan
bidang olahraga (khusus pada basket, bola/futsal, dan softball) dan juga bidang
seni (khusus pada M-Brass dan drama).
39
4.2
Karakteristik Internal
Status Ekonomi Keluarga
Status ekonomi keluarga dalam penelitian ini dilihat dari penghasilan
orang tua (ayah maupun ibu) tiap bulannya (Tabel 2). Selain penghasilan orang
tua tersebut, perlu diketahui pula sumber biaya pendidikan responden tersebut.
Tabel 2. Jumlah Responden Berdasarkan Status Ekonomi Keluarga
Status Ekonomi Keluarga
Tinggi
Sedang
Rendah
Jumlah
Frekuensi (n)
12
23
13
48
Persen (%)
25
47,9
27,1
100
Status ekonomi keluarga ini ditanyakan pada responden dengan
pertanyaan terbuka, dimana responden mengisi sendiri berapa kira-kira
penghasilan orang tuanya tiap bulan. Berdasarkan data yang diperoleh lalu
dilakukan perhitungan rata-rata secara keseluruhan, yaitu untuk kategori status
ekonomi keluarga yang rendah dengan penghasilan ≤ Rp. 3.000.000,00- (27,1 %),
status ekonomi keluarga sedang antara >Rp. 3.000.000,00- sampai dengan Rp.
6.000.000,00- (47,9 %), dan status ekonomi keluarga yang tinggi yaitu > Rp.
6.000.000,00- (25 %).
Mengenai sumber biaya pendidikan bagi responden, hampir semua
responden (97,9 %) mengemukakan berasal dari orang tua dan yang sumber
biayanya berasal dari wali (saudara kandungnya) hanya 1 orang responden
(2,1 %). Hal ini menunjukkan bahwa responden masih sepenuhnya bergantung
pada keluarga dan belum ada yang bekerja untuk membantu perekonomian
keluarganya tersebut. Mengingat bahwa responden masih merupakan siswa
40
sekolah sehingga lebih berkonsentrasi pada sekolahnya terlebih dahulu dibanding
mencari pekerjaan.
Tujuan Penggunaan Ponsel
Hasil yang diperoleh mengenai tujuan penggunaan ponsel (Tabel 3)
menunjukkan bahwa sebenarnya menurut responden penggunaan ponsel
cenderung untuk kegiatan-kegiatan yang tidak terlalu penting dan mendesak, yang
berkisar pada sosialisasi serta kegiatannya dengan sesama teman/pacar. Sesuai
dengan masa remaja yang identik dengan adanya persahabatan untuk dapat
bekerja sama mencapai tujuan bersama dan kegiatan-kegiatan yang dianggapnya
menarik untuk mengisi waktu luang (Mappiare, 1982).
Tabel 3. Jumlah Responden Berdasarkan Tujuan Penggunaan Ponsel
Tujuan Penggunaan Ponsel
Frekuensi (n)
Untuk informasi penting dan mendesak
11
Untuk
sosialisasi
dan
kegiatan
20
sekolah/les/kursus
Untuk hiburan atau pemenuhan hobi
17
JUMLAH
48
Persen (%)
22,9
41,7
35,4
100
Dapat dilihat bahwa dalam kategori tujuan penggunaan ponsel untuk
bersosialisasi, yang paling utama adalah agar dapat terus berhubungan dengan
lingkungan sosial responden itu sendiri (terutama dengan lingkungan sebaya).
Responden sering berkomunikasi atau mengobrol melalui ponsel dengan mereka
baik melalui telepon maupun pengiriman pesan-pesan (SMS).
41
Mengenai hiburan atau pemenuhan hobi, melalui ponsel responden dapat
mengisi waktu luangnya serta menghilangkan kebosanan. Hal tersebut diperkuat
dengan pernyataan responden dalam salah satu kutipan berikut :
”Kalo handphone paling buat sekitar komunikasi ato gak ngobrol ama orangorang terdekat. Sekalian juga bisa buat mengisi waktu luang dan ga’ bosen sih
sebenernya..yah tergantung gimana kebutuhan orangnya masing-masing. Sukasukanya dia aja” (Jy, perempuan, kelas XI)
Kategori tujuan penggunaan ponsel untuk informasi yang penting dan
mendesak menurut banyak responden bukanlah merupakan tujuan yang utama.
Hal tersebut diperkuat dengan pernyataan responden dalam salah satu kutipan
berikut :
”Menurut aku klo make HP itu lebih untuk yang seneng-senengnya ajah..paling
sesekali nanya tugas kaya PR gitu. Itu juga sebenernya ga terlalu urgent banget
sih..Kalo yang kaya urgent gitu pernah waktu itu ada bokap temen yang
meninggal. Langsung aku kabarin ke yang lain cepet-cepet..yah tapi yang kaya
gitu kan jarang-jarang” (Na, perempuan, kelas X)
Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa tujuan penggunaan ponsel untuk
informasi urgent justru jarang dilakukan. Responden lebih memanfaatkannya
untuk kegiatan yang lebih bersifat fun dan tidak terlalu penting. Sedangkan untuk
kegiatan yang berhubungan dengan sekolah/les/kursus, responden mengemukakan
bahwa mereka menggunakan ponselnya untuk menanyakan tugas-tugas (PR).
Tingkat Aktivitas
Hasil yang diperoleh mengenai tingkat aktivitas responden menunjukkan
bahwa sebagian besar responden memiliki tingkat aktivitas yang rendah (Tabel 4).
42
Tingkat aktivitas rendah disini mempunyai arti bahwa aktivitas di dalam
(ekstrakurikuler olahraga, musik, organisasi sekolah) maupun di luar sekolah
(bimbingan belajar, kursus bahasa asing, kursus musik, perkumpulan/organisasi
remaja) yang diikuti oleh responden tidak banyak jumlahnya.
Tabel 4. Jumlah Responden Berdasarkan Tingkat Aktivitas
Tingkat Aktivitas
Tinggi
Sedang
Rendah
JUMLAH
Frekuensi (n)
3
6
39
48
Persen (%)
6,25
12,5
81,25
100
Perlu diketahui bahwa untuk responden kelas XI dan XII telah mengurangi
aktivitasnya agar lebih berkonsentrasi pada penjurusan bidang yang telah
diambilnya (IPA atau IPS). Bahkan khusus untuk responden kelas XII dalam
penelitian ini seluruhnya (100 %) memiliki aktivitas yang rendah. Hal ini
menunjukkan bahwa responden sebenarnya tidak memiliki banyak aktivitas di
luar jam atau waktu sekolahnya. Mengingat bahwa SMUN 68 merupakan SMUN
unggulan Jakarta Pusat sehingga responden tidak banyak mengambil kegiatan lain
di luar jam sekolah yang dapat menghabiskan waktu, tenaga serta pikiran mereka
untuk berkonsentrasi pada bidang akademiknya.
Berdasarkan data yang diperoleh mengenai macam-macam aktivitas itu
sendiri, diketahui bahwa persentase tingkat keaktifan responden pada aktivitas
dalam sekolah yang diikuti adalah sebagai berikut : ekstrakurikuler olahraga
(50 %), ekstrakurikuler musik (22,9 %), ekstrakurikuler lainnya (16,7 %), OSIS
(8,3 %), dan aktivitas lainnya (20,8 %). Sedangkan pada aktivitas luar sekolah
adalah sebagai berikut : bimbingan belajar (43,75 %), kursus bahasa asing
43
(47.9 %), kursus musik (4,17 %), organisasi/perkumpulan-perkumpulan remaja
(10,42 %), dan aktivitas lainnya (12,5 %). Hal ini menunjukkan bahwa tingkat
keaktifan responden paling tinggi untuk kegiatan dalam sekolah adalah
ekstrakurikuler olahraga dan untuk kegiatan luar sekolah adalah kursus-kursus
bahasa asing. Terdapat pernyataan responden mengenai aktivitas atau kegiatan
yang diikutinya dalam kutipan berikut :
”Diluar jam sekolah ya emang ikut kegiatan laennya..tapi gak ngeganggu waktu
sekolah dan ngambil yang manfaatnya banyak. Aku cuma ngikut ekskul basket
ama les di-ILP sih, tapi ya itu bermanfaat banget. Trus bisa nambah teman
pergaulan baru juga, bisa tau sana-sini” (WI, laki-laki, kelas X)
Kegiatan atau aktivitas yang diikuti oleh responden selain tidak boleh
mengganggu jam sekolah mereka, juga harus dapat membawa manfaat yang dapat
dirasakan untuk jangka pendek maupun panjang. Ekstrakurikuler olahraga
misalnya, dapat menyalurkan hobi positif
dan menjaga kebugaran tubuh
responden. Selain itu kursus-kursus seperti bahasa asing juga dapat menambah
wawasan dan referensi tentang bahasa serta dapat menjadi nilai tambah dalam
rekomendasi mereka nantinya sebagai mahasiswa atau ketika bekerja.
4.3
Karakteristik Eksternal
Tingkat Pengaruh Teman Dekat
Tingkat pengaruh teman dekat dalam penelitian ini menunjukkan hasil
bahwa keberadaan teman dekat mempunyai pengaruh yang cukup kuat bagi
responden. Hal tersebut dilihat dari 91,7 % responden mengemukakan keberadaan
teman dekat mereka mempunyai pengaruh yang sedang hingga kuat (Tabel 5).
44
Tabel 5. Jumlah Responden Berdasarkan Tingkat Pengaruh Teman Dekat
Tingkat Pengaruh Teman Dekat
Kuat
Sedang
Kecil
JUMLAH
Frekuensi (n)
20
24
4
48
Persen (%)
41,7
50
8,3
100
Responden sebagai kelompok remaja memiliki kecenderungan untuk
mengikuti bagaimana atau seperti apa keadaan teman-teman dekatnya yang
merupakan kelompok sebaya. Seperti yang diungkapkan oleh Mappiare (1982)
bahwa dalam persahabatan itu remaja dapat merasa dibutuhkan, dihargai dan
dengan demikian mereka dapat merasa adanya kepuasan dalam interaksi sosialnya.
Berdasarkan data yang diperoleh mengenai jumlah teman, diketahui bahwa
sebagain besar responden (64,6 %) memiliki > 5 orang teman dekat, lalu 3-4
orang teman dekat (20,8 %) dan hanya 1-2 orang teman dekat (14,6 %). Hal ini
menunjukkan bahwa responden memiliki teman dekat dalam jumlah yang cukup
banyak. Dengan semakin banyak jumlah teman dekat dapat membuat keberadaan
responden semakin diakui dalam lingkungan teman sebayanya tersebut.
Selain itu keberadaan teman dekat juga dapat menjadi tempat berkeluh
kesah, menambah percaya diri dan mempunyai pikiran yang sejalan dimana pada
akhirnya dapat mempengaruhi responden dalam kesehariannya. Terdapat
pernyataan responden mengenai keberadaan teman dekat baginya dalam kutipan
berikut :
”Kalo temen kaya geng-geng gitu sih pasti ada disini, ada yang pake nama juga
malahan...yang pasti cari temen yang setipe lah, yang nyambung ama kita. Bisa
buat curhat ama ngobrolin segala macem juga. Ga mungkinkan punya temen
deket tapi ga sejalan” (Na, perempuan, kelas X)
45
Mengenai respon dari teman dekat responden mengenai penggunaan
ponsel, sebagian besar responden (50 %) mengatakan bahwa teman dekat mereka
sangat mendukung dalam menggunakan ponsel untuk kegiatan sehari-hari.
Sisanya cukup mendukung (41,7 %) dan tidak mendukung (8,3 %). Hal ini
menunjukkan
bahwa
teman-teman
dekat
responden
hampir
seluruhnya
mendukung dan merasa setuju dengan hal-hal yang berkaitan penggunaan ponsel
dalam keseharian mereka.
Tingkat Terpaan Media Massa
Tingkat terpaan media massa dalam penelitian ini menunjukkan bahwa
responden menerima informasi mengenai ponsel menggunakan media massa
tergolong cukup tinggi. Hal tersebut dilihat dari sebagian besar responden (hampir
80 %) yang memiliki tingkat terpaan media massa sedang hingga tinggi (Tabel 6).
Media massa yang dimaksud disini meliputi media cetak maupun elektronik yaitu
televisi, radio, koran, majalah/tabloid, brosur/selebaran, dan internet.
Tabel 6. Jumlah Responden Berdasarkan Tingkat Terpaan Media Massa
Tingkat Terpaan Media Massa
Tinggi
Sedang
Rendah
JUMLAH
Frekuensi (n)
17
21
10
48
Persen (%)
35,4
43,8
20,8
100
Responden merasa bahwa informasi-informasi mengenai teknologi seperti
ponsel penting untuk diketahui agar tidak membuat mereka menjadi ketinggalan
informasi dan tidak mengerti perkembangan teknologi terbaru (gaptek : gagap
46
teknologi). Terdapat pernyataan responden mengenai media massa dalam kutipan
berikut :
”Biar ga ketinggalan informasi-informasi yang canggih emang harus seringsering liat media buat cari tau. Apalagi tentang HP, itukan cepet banget
perkembangannya. Hampir tiap bulan ada aja yang baru modelnya dikeluarin.
Masa ntar ga tau masalah begituan, jadi orang gaptek dong!” (AFP, laki-laki,
kelas XI)
Berdasarkan data yang diperoleh mengenai media massa itu sendiri,
diketahui bahwa persentase tingkat keseringan responden dalam menerpa media
mengenai ponsel adalah sebagai berikut : televisi (45,8 %), radio (16,7 %), koran
(47,9 %), majalah/tabloid (41,7 %), brosur/selebaran (4,17 %) dan internet
(22,9 %). Hal ini menunjukkan bahwa media massa yang paling sering diterpa
oleh responden dalam kaitannya dengan informasi ponsel adalah koran. Diduga
biasanya hampir setiap keluarga berlangganan koran, sehingga setiap hari
responden dapat mengetahui perkembangan yang paling akurat. Selain itu koran
pada umumnya secara intens memberikan informasi mengenai ponsel, baik
melalui iklan, promosi maupun informasi khusus yang biasanya disediakan pada
kolom-kolom tertentu.
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1
Penggunaan Ponsel Pada Remaja
5.1.1
Frekuensi Penggunaan Ponsel
Frekuensi penggunaan ponsel menunjukkan tingkat keseringan responden
dalam penggunaan atau pemakaian ponselnya sehari-hari. Berdasarkan data yang
diperoleh (Tabel 7) menunjukkan bahwa sebagian besar responden menggunakan
ponselnya dengan frekuensi sedang hingga tinggi. Ponsel pada saat ini dianggap
menjadi suatu kebutuhan sehari-hari yang penting bagi responden, sebagai
kelompok remaja perkotaan.
Tabel 7. Jumlah Responden Berdasarkan Frekuensi Penggunaan Ponsel
Frekuensi Penggunaan Ponsel
Tinggi
Sedang
Rendah
JUMLAH
Frekuensi (n)
13
24
11
48
Persen (%)
27,1
50
22,9
100
Dari data lain yang diperoleh mengenai frekuensi penggunaan ponsel,
diketahui bahwa sebagian besar responden yaitu sebanyak 47,9 % menggunakan
ponsel sekitar 20 kali dalam satu hari. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata setiap
harinya responden menggunakan ponsel sekitar 20 kali. Penggunaan ponsel
tersebut sebagian besar (52,1 %) untuk menerima dan mengirim panggilan, baik
itu panggilan berupa telepon maupun SMS, dan selanjutnya hanya untuk sekedar
48
hiburan atau bermain sebanyak 31,2 %. Lalu sisanya hanya untuk menerima atau
mengirim panggilan saja. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata responden
menggunakan ponsel mereka setiap harinya tersebut lebih banyak pada kegiatan
menerima dan mengirim panggilan (telepon atau SMS). Kegiatan ini yang
menyebabkan frekuensi penggunaan ponsel oleh responden menjadi cukup tinggi.
Penggunaan ponsel tertinggi dilakukan pada waktu yang tidak tentu yaitu
sebanyak 58,3 % responden menjawab hal tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa
responden menggunakan ponsel dapat kapan saja pada waktu yang tidak tentu,
tergantung dari panggilan yang ada dan keinginan untuk mengisi waktunya.
Sisanya pada waktu malam hari (18,75 %), siang sampai sore hari (18,75 %) dan
pagi hari (4,2 %). Terlihat bahwa responden jarang menggunakan ponselnya
ketika pagi hari, karena pada waktu tersebut responden lebih sibuk untuk
menyiapkan diri berangkat sekolah atau justru sebaliknya masih tidur ketika
sedang hari libur misalnya. Terdapat pernyataan responden mengenai frekuensi
penggunaan ponsel dalam kutipan berikut :
”Klo gunain hp sih tiap hari. Tiap saat malah..sering banget. Pokoknya gak bisa
lepas seharipun tanpa hp. Makenya juga ga bisa ditentuin kapan aja waktunya
yang paling sering. Ya bisa pagi, siang, ato justru pas malem juga malah bisa
sering make hp aku” (Wy, perempuan, kelas XII)
5.1.2
Pemanfaatan Fasilitas Ponsel
Pemanfaatan fasilitas ponsel dalam penelitian ini menunjukkan bagaimana
responden memanfaatkan berbagai jenis fasilitas yang terdapat pada ponselnya.
Berdasarkan data yang diperoleh (Tabel 8) menunjukkan bahwa sebagian besar
responden (87,5 %) berada dalam kategori pemanfaatan fasilitas ponsel sedang
hingga tinggi. Hal ini berarti responden memanfaatkan fasilitas-fasilitas yang
49
terdapat pada ponselnya tergolong cenderung tinggi. Fasilitas ponsel biasanya
dibagi menjadi dua bagian, yaitu fasilitas untuk menerima dan mengirim
panggilan serta fasilitas dalam hal hiburan.
Tabel 8. Jumlah Responden Berdasarkan Pemanfaatan Fasilitas Ponsel
Pemanfaatan Fasilitas Ponsel
Pemanfaatan ponsel tinggi
Pemanfaatan ponsel sedang
Pemanfaatan ponsel rendah
JUMLAH
Frekuensi (n)
15
27
6
48
Persen (%)
31,25
56,25
12,5
100
Dari data lain mengenai jenis fasilitas yang diperoleh, diketahui bahwa
fasilitas untuk menerima dan mengirim panggilan terbanyak berupa SMS yaitu
sebanyak 87,5 % responden sering memanfaatkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Sisanya berupa fasilitas telepon (37,5 %) dan hanya 1 orang responden (2,1 %)
yang sering memanfaatkan fasilitas MMS. Hal ini menunjukkan bahwa responden
lebih menyukai fasilitas SMS, dikarenakan faktor biaya yang lebih murah serta
dapat mencakup banyak karakter tulisan untuk sekali kirim.
Menurut responden untuk fasilitas telepon mempunyai kelebihan yaitu
pada komunikasinya secara lebih langsung yang tentu saja dapat meminimkan
terjadinya kesalahpahaman. Tetapi fasilitas telepon ini membebankan biaya yang
lebih tinggi dibanding SMS. Sedangkan untuk MMS hanya satu orang responden
yang sering memanfaatkannya, hal ini dikarenakan MMS dirasa tidak terlalu
penting dan hanya untuk mengirim gambar atau suara tertentu saja dengan
kapasitas yang besar dan biaya yang lebih. Disamping itu sekarang responden
lebih menyukai untuk mengirim melalui infrared atau bluetooth, dimana kedua
50
hal ini tidak dikenai biaya. Terdapat pernyataan responden mengenai dalam
kutipan berikut :
”Paling enak dari Handphone itu SMS-nya. Udah paling top lah itu, bisa ga
brenti-brenti kalo dah mulai SMS-an. Bisa nulis banyak apa aja, cepet, murah
pula apalagi kalo sesama operator. Paling praktis langsung nyampe, tapi itu kalo
ga error sih ya tapi..kalo mau yang lebih jelas sih lewat telfon emang lebih
bagus” (CF, perempuan, Kelas XI)
Fasilitas ponsel dalam hal hiburan, terbanyak responden (31,25 %) paling
sering memanfaatkan fasilitas radio dan MP3. Selanjutnya diikuti secara berurutan
dengan fasilitas permainan (games), kamera, video, dan yang terakhir adalah
internet. Hal ini menunjukkan bahwa untuk fasilitas hiburan yang paling banyak
dimanfaatkan adalah radio dan MP3. Fasilitas ini semakin menarik mengingat
semakin maraknya variasi lagu MP3 dari artis-artis lokal maupun internasional
yang dapat dijadikan nada dering ponsel. Begitu juga dengan fasilitas radio, yang
membuat responden dapat mendengarkan radio dimana saja dan kapan saja
melalui ponselnya.
Fasilitas ponsel yang paling sedikit dimanfaatkan adalah internet, hal ini
dikarenakan tingkat kecanggihan yang sangat tinggi sehingga masih tidak banyak
ponsel yang memiliki fasilitas tersebut. Selain itu dengan memanfaatkan fasilitas
internet melalui ponsel dapat dikenai biaya yang cukup tinggi. Terdapat
pernyataan responden dalam kutipan berikut :
”HP yang aku punya sekarang ama temen-temen aku termasuk yang lagi
lumayanlah. Lengkap fasilitasnya, jadi bisa buat macem-macem hpnya gak
garing. Klo cuma radio, MP3 ama kamera ato video itu dah standar banget
sekarang. Yang makin keren tuh klo bisa internet ato chatting, sama kualitas tiap
fasilitasnya yang lebih canggih ” (RKJ, perempuan, kelas X)
51
Ponsel yang terdapat sekarang ini semakin canggih dan menjadi semakin
multifungsi, dimana hal tersebut menjadikan respon (khususnya bagi kelompok
remaja perkotaan) cukup tinggi. Walaupun belum tentu penggunaan ponsel
tersebut dimanfaatkan seluruhnya secara optimal dan penting dalam kehidupan
sehari-hari mereka.
5.1.3
Tingkat Biaya Pengeluaran
Tingkat biaya pengeluaran menunjukkan biaya yang dikeluarkan oleh
responden berkaitan dengan penggunaan ponselnya tiap bulan (Tabel 9). Biaya
yang dikeluarkan untuk ponsel ini bervariasi mulai dari < Rp. 150.000,00- hingga
> Rp. 300.000,00-.
Tabel 9. Jumlah Responden Berdasarkan Tingkat Biaya Pengeluaran
Tingkat Biaya Pengeluaran
Tinggi
Sedang
Rendah
JUMLAH
Frekuensi (n)
7
6
35
48
Persen (%)
14,6
12,5
72,9
100
Berdasarkan tabel 9 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden
(72,9 %) memiliki biaya pengeluaran ponsel yang rendah yaitu < Rp. 150.000,00setiap bulannya. Selanjutnya sebanyak 14,6 % responden memiliki biaya
pengeluaran ponsel yang tinggi yaitu > Rp. 300.000,00- dan terakhir sebanyak
12,5 % responden memiliki biaya pengeluaran ponsel yang sedang yaitu Rp.
150.000,00- hingga Rp. 300.000,00- setiap bulannya. Hal ini menunjukkan bahwa
hampir seluruh responden mengeluarkan biaya untuk keperluan ponsel setiap
52
bulannya tergolong rendah (tidak banyak), yaitu sekitar < Rp. 150.000,-. Terdapat
pernyataan responden mengenai hal tersebut dalam salah satu kutipan berikut :
”Kalo biaya pulsa perbulan untuk gw kaya anak SMA sekarang gini lumayanlah.
Ga terlalu tinggi, tapi juga ga terlalu sedikit banget. Mungkin ntar kalo gw udah
jadi mahasiswa pas kuliah bakal lebih gede lagi kali yah biaya pulsa
perbulannya” (T, laki-laki, kelas XII)
Sumber biaya untuk penggunaan atau pemakaian ponsel tersebut sebagian
besar (50 %) responden mengatakan sebagian dari orang tua lalu sebagian lagi
disisihkan dari uang saku setiap bulannya. Sedangkan dari sumber dari orang tua
seluruhnya sebanyak 39,6 % responden, lalu sisanya hanya 10,4 % responden
yang mengatakan bahwa biaya seluruhnya dari uang saku responden itu sendiri.
Hal ini menunjukkan bahwa orang tua cukup mendukung penggunaan
ponsel responden, dengan memberikan uang untuk biaya pengunaan atau
pemakaian ponsel mereka. Pemberian uang tersebut dapat dipisahkan dari uang
saku responden, atau secara sekaligus dalam sebulan itu diberi sejumlah uang
(baik itu untuk uang saku atau jajan, maupun untuk keperluan ponsel dan lainlain). Terdapat pernyataan responden mengenai biaya pengeluaran mereka untuk
ponsel tiap bulannya dalam kutipan berikut :
”Setiap bulan kira-kira gak nyampe dua ratus ribulah gw keluarin duit buat
urusan hp gw, dibawah sgitu. Sgitu ya standarlah buat jaman sekarang klo punya
hp. Yang bayarin ya bokap gw, jadi tiap bulan gw dikasih uang jajan ama uang
buat hp ini. Dipisahin gitu uangnya” (H, laki-laki, kelas X)
5.1.4
Pihak Yang Diajak Berkomunikasi
Pihak yang diajak berkomunikasi menunjukkan pihak-pihak yang berada
dalam lingkungan sosial responden dan yang paling sering diajak berkomunikasi
53
melalui ponsel (Tabel 10). Berdasarkan data yang diperoleh dapat diketahui
bahwa sebagian besar responden (68,7 %) paling sering menghubungi pihak dari
teman atau pacarnya. Sedangkan hanya 4,2 % responden menghubungi pihakpihak lainnya yaitu kakak les (pengajar les privat) dan supir pribadi.
Tabel
10.
Jumlah
Responden
Berdasarkan
Pihak
Yang
Diajak
Berkomunikasi
Pihak Yang Diajak Berkomunikasi
Keluarga
Teman atau Pacar
Lainnya
JUMLAH
Frekuensi (n)
13
33
2
48
Persen (%)
27,1
68,7
4,2
100
Hal ini menunjukkan meskipun responden sering bertemu dengan teman
atau pacar mereka di sekolah atau tempat-tempat lain, tetapi dirasakan belum
cukup bagi mereka untuk berkomunikasi atau berhubungan satu sama lain.
Seringkali komunikasi yang berlangsung melalui ponsel tersebut merupakan
pembicaraan ringan sehari-hari, gosip, seputar tugas atau pekerjaan sekolah dan
hal-hal lain yang bersifat kurang penting (urgent). Terdapat pernyataan responden
mengenai hal tersebut dalam kutipan berikut :
”Sebenernya ga bisa ditentuin sih siapa-siapa aja yang mo kita hubungin lewat
hp, tergantung sikonnya lagi ngapain ama lagi butuh apa. Tapi biasanya paling
sering ya temen-temen kitalah, apalagi klo orangnya gaul trus temennya banyak.
Pasti itu makin sering aja contact-contact ama semua temennya” (FH,
perempuan, kelas XI)
Mengenai pihak keluarga, hanya sedikit responden yang menjadikannya
sebagai pihak yang paling sering diajak berkomunikasi melalui ponsel. Hal ini
54
dapat dikarenakan faktor orang tua responden yang sibuk pada jam kantor, atau
juga karena responden menganggap hal-hal yang ingin dibicarakan dengan
keluarga lebih baik ketika bertemu di rumah saja. Terdapat pernyataan responden
mengenai hal tersebut dalam kutipan berikut :
”Kalo ama keluarga agak jarang yah..Pada sibuk masing-masing di kantor sih
soalnya kalo pas siang sampe magrib, jadi seketemunya di rumah ajah” (FH,
perempuan, kelas XI)
5.1.5
Tingkat Penggunaan Ponsel Secara Umum
Tingkat penggunaan ponsel dalam penelitian menunjukkan perilaku
penggunaan ponsel oleh responden dan dilihat dari akumulasi skor frekuensi
penggunaan ponsel, pemanfaatan fasilitas ponsel, tingkat biaya pengeluaran, dan
pihak-pihak yang diajak berkomunikasi (Tabel 11). Berdasarkan data yang
diperoleh dapat diketahui bahwa sebagian besar responden (hampir 96 %)
mempunyai tingkat penggunaan ponsel yang sedang hingga tinggi. Penggunaan
ponsel sebagai media komunikasi dan juga media hiburan dianggap menjadi
kebutuhan sehari-hari yang penting bagi responden.
Tabel 11. Jumlah Responden Berdasarkan Tingkat Penggunaan Ponsel
Tingkat Penggunaan Ponsel
Tinggi
Sedang
Rendah
JUMLAH
Frekuensi (n)
14
32
2
48
Persen (%)
29,2
66,6
4,2
100
Berdasarkan keempat indikator tingkat penggunaan ponsel, dapat
diketahui bahwa sebagian besar responden menggunakan ponsel setiap hari
55
dengan frekuensi yang cukup tinggi. Rata-rata mereka menggunakan ponsel setiap
harinya sekitar 20 kali, yang terutama dilakukan untuk kegiatan menerima dan
mengirim panggilan. Responden juga tidak dapat ditentukan kapan saja waktu
yang paling sering dihabiskan ketika menggunakan ponselnya. Hal ini
menunjukkan bahwa responden menggunakan ponsel dapat kapan saja pada waktu
yang tidak tentu, tergantung dari panggilan yang ada dan keinginan untuk mengisi
waktunya.
Sebagian besar responden juga memanfaatkan fasilitas-fasilitas pada
ponsel mereka cenderung tinggi. Dalam hal fasilitas untuk menerima dan
mengirim panggilan, responden cenderung memanfaatkan fasilitas berupa SMS.
Hal ini dikarenakan alasan biaya yang lebih murah serta faktor kepraktisan (dapat
mencangkup banyak karakter tulisan untuk sekali kirim). Sedangkan fasilitas
dalam hal hiburan, responden cenderung memanfaatkan fasilitas berupa radio atau
MP3. Hal ini dikarenakan adanya sisi menarik dari fasilitas tersebut dan dapat
dimanfaatkan sambil melakukan kegiatan lainnya tanpa mengganggu.
Responden dalam memanfaatkan fasilitas-fasilitas pada ponselnya cukup
mempertimbangkan faktor biaya. Sehingga tidak terlalu memberatkan pihak orang
tua sebagai sumber biaya pengeluaran sehari-hari. Walaupun orang tua
mendukung penggunaan ponsel responden, tetapi biaya pengeluarannya juga perlu
dibatasi. Oleh karena itu biaya pengeluaran ponsel oleh responden setiap bulannya
tergolong rendah (< Rp. 150.000,-). Tetapi biaya tersebut diperkirakan akan
meningkat ketika responden mulai memasuki kegiatan perkuliahan nantinya.
Responden dalam menggunakan ponselnya sebagian besar menghubungi
pihak yang berada dalam lingkungan sebayanya, yaitu teman atau pacar. Hal ini
56
dikarenakan keberadaan mereka tergolong kuat pengaruhnya bagi responden.
Sehingga responden merasa belum cukup untuk berkomunikasi atau berhubungan
ketika bertemu saja. Selain itu faktor kesibukan orang tua atau saudara dapat
menjadikan responden jarang menghubungi pihak keluarga melalui ponsel.
5.2
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Penggunaan Ponsel
Pada Remaja
5.2.1
Karakteristik Internal
Pengaruh Jenis Kelamin Terhadap Tingkat Penggunaan Ponsel
Pengaruh jenis kelamin (data nominal) terhadap tingkat penggunaan
ponsel (data ordinal) menggunakan uji Chi-square. Hasil analisis menunjukkan
nilai P-Value adalah 0,440, yang nilainya lebih besar dari 0,1 (α = 10 %). Tidak
terdapat hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dengan tingkat
penggunaan ponsel.
Tabel 12. Hubungan Jenis Kelamin Dengan Tingkat Penggunaan Ponsel
Tingkat
Penggunaan Ponsel
Rendah
Sedang
Tinggi
Jumlah
Jenis kelamin
Laki-laki
n
1
14
9
24
%
4,2
58,3
37,5
100
*p-value : 0,440
Perempuan
n
1
18
5
24
%
4,2
75
28
100
Hal ini menunjukkan bahwa jenis kelamin responden tidak mempengaruhi
tingkat penggunaan ponsel. Tidak adanya pengaruh tersebut dapat terjadi karena
baik remaja laki-laki maupun perempuan saat ini tidak jauh berbeda dalam
57
menggunakan ponselnya. Pada tabel 12, dapat diketahui bahwa responden lakilaki dan perempuan memang memiliki tingkat penggunaan ponsel cenderung
sedang hingga tinggi dengan proporsi yang tidak jauh berbeda. Sedangkan pada
kategori tingkat penggunaan ponsel yang rendah, baik responden laki-laki maupun
perempuan jumlahnya sama.
Ponsel saat ini dirasakan menjadi kebutuhan sehari-hari yang penting bagi
remaja laki-laki maupun perempuan. Jika melihat lagi pada penjelasan tabel 7,
memang setiap responden menggunakan ponsel setiap harinya. Terdapat
pernyataan responden dalam salah satu kutipan berikut :
”Kalo hari gini emang anak muda kayak kita pasti suka banget make HP..Udah
jadi kebiasaan. Mau itu cewek ato cowok, yang pasti ga bisa lepas dari make HP
tiap hari” (RRS, perempuan, kelas X)
Pendugaan penelitian ini sebelumnya mengenai remaja perempuan lebih
sering dan intens berkomunikasi dengan sesamanya memang terlihat juga dalam
penggunaan ponselnya. Sedangkan remaja laki-laki cenderung menggunakan
ponsel lebih kepada fungsinya sebagai media hiburan. Dengan begitu penggunaan
ponsel oleh remaja perempuan dan laki-laki memang cenderung sama dalam
kategori sedang hingga tinggi. Seperti yang dikemukakan dalam pernyataan
responden dalam salah satu kutipan berikut :
“Biasanya yang cewe senengnya hp tuh buat terus-terusan ngobrol ato ceritacerita apa kek, nah kalo yang cowo senengnya make yang bagian teknologinya
gitulah..” (Jy, perempuan, kelas XI)
58
Pengaruh Status Ekonomi Keluarga Terhadap Tingkat Penggunaan Ponsel
Pengaruh status ekonomi keluarga (data ordinal) terhadap tingkat
penggunaan ponsel (data ordinal) menggunakan uji Spearman. Hasil analisis
menunjukkan nilai P-Value adalah 0,000, yang nilainya lebih kecil dari 0,1 (α =
10 %). Terdapat hubungan yang signifikan antara status ekonomi keluarga dengan
tingkat penggunaan ponsel.
Tabel 13. Hubungan Status Ekonomi Keluarga Tingkat Penggunaan Ponsel
Tingkat
Penggunaan
Ponsel
Rendah
Sedang
Tinggi
Jumlah
Status Ekonomi Keluarga
Rendah
Sedang
Tinggi
n
%
n
%
n
%
0
0
1
4,3
1
8,3
11
84,6
14
60,9
7
58,3
2
15,4
8
34,8
4
33,3
13
100
23
100
12
100
*p-value : 0,000
Dari adanya hubungan tersebut dapat dilihat pengaruh antara status
ekonomi keluarga terhadap tingkat penggunaan ponsel. Pengaruh tersebut bersifat
searah (nilai korelasi positif : 0,524) dan dapat terjadi karena status ekonomi
keluarga yang dilihat dari penghasilan orang tua responden setiap bulannya (tabel
2) tersebut mempengaruhi tingkat penggunaan ponsel responden. Dilihat dari nilai
korelasinya menunjukkan bahwa semakin tinggi status ekonomi keluarga
responden maka semakin tinggi responden menggunakan ponselnya. Sebaliknya
semakin rendah status ekonomi keluarga responden maka semakin rendah
responden menggunakan ponselnya. Pada variabel tingkat penggunaan ponsel ini
didalamnya terdapat indikator tingkat biaya pengeluaran ponsel yang dihitung
59
setiap bulannya (tabel 9), sehingga status ekonomi keluarga dapat mempengaruhi
tingkat penggunaan ponsel tersebut.
Namun jika melihat pada tabel 13, dapat diketahui bahwa pada tingkat
penggunaan ponsel yang rendah paling banyak berada dalam kategori status
ekonomi keluarga yang sedang dan tinggi. Hal ini diduga karena mungkin
responden yang berada dalam tingkat penggunaan ponsel rendah (hanya 2 orang
responden) tersebut memang tingkat penggunaan ponselnya cenderung sedang
dan tinggi.
Pengaruh Tujuan Penggunaan Ponsel Terhadap Tingkat Penggunaan Ponsel
Pengaruh tujuan penggunaan ponsel (data nominal) terhadap tingkat
penggunaan ponsel (data ordinal) menggunakan uji hubungan. Hasil analisis
menunjukkan nilai P-Value adalah 0,020, yang nilainya lebih kecil dari 0,1 (α =
10 %). Terdapat hubungan yang signifikan antara tujuan penggunaan ponsel
dengan tingkat penggunaan ponsel.
Tabel 14. Hubungan Tujuan Penggunaan Ponsel Dengan Tingkat
Penggunaan Ponsel
Tingkat Penggunaan
Ponsel
Rendah
Sedang
Tinggi
Jumlah
Tujuan Penggunaan Ponsel
Untuk
Untuk sosialisasi
informasi
dan kegiatan
Untuk hiburan atau
penting dan
sekolah/les/
pemenuhan hobi
mendesak
kursus
n
%
n
%
n
%
2
11,8
0
0
0
0
11
64,7
15
75
6
54,5
4
23,5
5
25
5
45,5
17
100
20
100
11
100
*p-value : 0,020
60
Dari adanya hubungan tersebut dapat dilihat pengaruh antara tujuan
penggunaan ponsel menurut responden terhadap tingkat penggunaan ponsel.
Pengaruh ini diduga terjadi karena apabila responden menganggap penggunaan
ponselnya ditujukan untuk hal-hal tertentu maka dapat menentukan pula tingkat
penggunaan ponselnya. Jika melihat pada tabel 3 dapat diketahui bahwa menurut
responden penggunaan ponsel cenderung untuk kegiatan-kegiatan yang berkisar
pada sosialisasi serta kegiatan sekolah/les/kursusnya.
Pada tabel 4 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki
tingkat aktivitas yang rendah. Dengan begitu aktivitas di dalam maupun di luar
sekolah yang diikuti oleh responden tidak banyak jumlahnya. Tetapi justru ketika
menggunakan ponselnya, responden cenderung untuk kegiatan-kegiatan yang
berkisar
pada
menunjukkan
sosialisasi
bahwa
serta
memang
kegiatan
sekolah/les/kursusnya.
responden
cenderung
Hal
membahas
ini
atau
membicarakan kegiatan-kegiatannya melalui ponsel, tetapi pada kenyataannya
kegiatan mereka sendiri itu tidak banyak dilakukan. Selain itu seperti yang telah
dijelaskan sebelumnya, melalui ponsel responden lebih sering membahas
mengenai tugas-tugas atau PR (pekerjaan rumah).
Pada tabel 14 dapat diketahui bahwa responden memang cenderung berada
dalam tingkat penggunaan ponsel yang sedang hingga tinggi untuk semua tujuan
penggunaan ponsel menurut mereka. Baik tujuan tersebut untuk yang hal-hal
penting, untuk bersosialisasi ataupun untuk hiburan. Sedangkan responden dengan
tingkat penggunaan ponsel yang rendah (hanya 2 orang responden) justru
mengemukakan ponselnya untuk tujuan yang bersifat hiburan atau pemenuhan
hobi.
61
Pengaruh Tingkat Aktivitas Terhadap Tingkat Penggunaan Ponsel
Pengaruh tingkat aktivitas (data ordinal) terhadap tingkat penggunaan
ponsel (data ordinal) menggunakan uji hubungan. Hasil analisis menunjukkan
nilai P-Value adalah 0,494, yang nilainya lebih besar dari 0,1 (α = 10 %). Tidak
terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat aktivitas dengan tingkat
penggunaan ponsel.
Tabel 15. Hubungan Tingkat Aktivitas Dengan Tingkat Penggunaan Ponsel
Tingkat
Penggunaan
Ponsel
Rendah
Sedang
Tinggi
Jumlah
Hal
ini
Tingkat Aktivitas
Rendah
Sedang
n
%
n
%
1
2,6
0
0
28
71,8
4
66,7
10
25,6
2
33,3
39
100
6
100
*p-value : 0,494
menunjukkan
bahwa
tingkat
aktivitas
Tinggi
n
1
0
2
3
%
33,3
0
66,7
100
responden
tidak
mempengaruhi tingkat penggunaan ponsel. Tidak adanya pengaruh tersebut dapat
terjadi karena banyak atau tidaknya aktivitas yang diikuti oleh responden baik di
dalam maupun di luar sekolah kurang dapat menentukan bagaimana tingkat
penggunaan ponsel mereka. Terdapat pernyataan responden dalam salah satu
kutipan berikut :
”Aku ga banyak ikut ekskul tuh, tapi ya kalo mau make HP ya ga ngaruh ama
banyak gak-nya ekskul aku itu” (Na, perempuan, kelas X)
Melihat pada tabel 4 mengenai tingkat aktivitas responden, dapat diketahui
bahwa hampir seluruh responden mempunyai tingkat aktivitas yang rendah.
Ternyata dengan aktivitas yang rendah tersebut tidak membuat responden menjadi
62
berkurang penggunaan ponselnya, hal ini menjadi berbeda dengan pendugaan
penelitian ini sebelumnya. Justru jika melihat pada tabel 15 dapat diketahui bahwa
responden yang memiliki tingkat penggunaan ponsel sedang berada pada tingkat
aktivitas yang cenderung rendah. Tetapi pada responden yang penggunaan
ponselnya rendah menunjukkan bahwa tingkat aktivitasnya tidak jauh berbeda
antara rendah dan tinggi.
Hal tersebut menunjukkan bahwa bagaimanapun aktivitas yang diikuti
oleh responden, tetap saja penggunaan ponsel mereka dalam kesehariannya
cenderung sedang atau tinggi. Responden tetap menggunakan ponselnya seharihari untuk berhubungan dengan kerabatnya atau untuk tujuan lainnya. Terdapat
pernyataan responden dalam salah satu kutipan berikut :
”Soal orangnya mau banyak kegiatan atau gak kayaknya ga bikin orang itu jadi
jarang make HP deh..Bisa aja orang yang ga sibuk malah lebih sering makenya,
buat iseng-iseng aja gitu” (WI, laki-laki, kelas X)
5.2.2
Karakterisitik Eksternal
Tingkat Pengaruh Teman Dekat Terhadap Tingkat Penggunaan Ponsel
Tingkat pengaruh teman dekat (data ordinal) terhadap tingkat penggunaan
ponsel (data ordinal) menggunakan uji hubungan. Hasil analisis menunjukkan
nilai P-Value adalah 0,011, yang nilainya lebih kecil dari 0,1 (α = 10 %). Terdapat
hubungan antara tingkat pengaruh teman dekat dengan frekuensi penggunaan
ponsel.
63
Tabel 16. Hubungan Tingkat Pengaruh Teman Dekat Dengan Tingkat
Penggunaan Ponsel
Tingkat
Penggunaan
Ponsel
Rendah
Sedang
Tinggi
Jumlah
Tingkat Pengaruh Teman Dekat
Kecil
Sedang
Kuat
n
%
n
%
n
%
1
25
0
0
1
5
1
25
20
83,3
11
55
2
50
4
16,7
8
40
4
100
24
100
20
100
*p-value : 0,011
Dari adanya hubungan tersebut dapat dilihat pengaruh antara teman dekat
terhadap tingkat penggunaan ponsel. Pengaruh tersebut bersifat searah (nilai
korelasi positif : 0,364) dan dapat terjadi karena teman dekat responden
merupakan lingkungan sosial yang penting dalam kehidupan responden sebagai
kelompok remaja (tabel 5). Dengan begitu responden dalam hal penggunaan
ponselnya juga dipengaruhi oleh keberadaan teman dekatnya. Teman dekat
responden tersebut pada umumnya mendukung penggunaan ponsel dalam
kehidupan sehari-hari mereka. Terdapat pernyataan responden dalam salah satu
kutipan berikut :
”Ga kebayang deh kalo bestfriend-ku pada ga punya HP. Ga bisa ngapangapain itu pasti temenannya.” (Na, perempuan, kelas X)
Dilihat dari nilai korelasinya menunjukkan bahwa semakin kuat pengaruh
teman dekat responden, semakin tinggi tingkat penggunaan ponselnya. Demikian
juga sebaliknya jika pengaruh teman dekat kecil, maka tingkat penggunaan
ponselnya rendah. Namun jika melihat pada tabel 16, dapat diketahui bahwa untuk
responden dengan tingkat penggunaan ponsel yang rendah berada dalam kategori
pengaruh teman dekat yang kecil dan kuat. Hal ini diduga karena jumlah
64
responden untuk kategori tingkat penggunaan ponsel yang rendah sangat kecil
sehingga perbandingannya pun tidak merata.
Pengaruh Tingkat Terpaan Media Massa Terhadap Tingkat Penggunaan
Ponsel
Pengaruh tingkat terpaan media massa (data ordinal) terhadap tingkat
penggunaan ponsel (data ordinal) menggunakan uji hubungan. Hasil analisis
menunjukkan nilai P-Value adalah 0,584, yang nilainya lebih besar dari 0,1 (α =
10 %). Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat terpaan media
massa dengan tingkat penggunaan ponsel.
Tabel 17. Hubungan Tingkat Terpaan Media Massa Dengan Tingkat
Penggunaan Ponsel
Tingkat Penggunaan
Ponsel
Rendah
Sedang
Tinggi
Jumlah
Tingkat Terpaan Media Massa
Rendah
Sedang
Tinggi
n
%
n
%
n
%
0
0
1
4,8
1
5.9
6
60
15
71,4
11
64,7
4
40
5
23,8
5
29,4
10
100
21
100
17
100
*p-value : 0,584
Hal ini menunjukkan bahwa tingkat terpaan media massa tidak
mempengaruhi tingkat penggunaan ponsel. Karena bagaimana responden
menerima informasi mengenai ponsel melalui media massa, tidak mempengaruhi
mereka untuk menjadi lebih tinggi atau rendah dalam menggunakan ponselnya.
Seperti yang terlihat pada penjelasan tabel 6 mengenai tingkat terpaan media
massa, biasanya informasi yang mereka peroleh dari media massa tersebut hanya
65
untuk menambah pengetahuan dan mengikuti perkembangan informasi terbaru
(bersifat informatif saja). Hal tersebut tidak sampai mempengaruhi bagaimana
perilaku responden dalam menggunakan ponselnya.
Jika melihat pada tabel 17 dapat diketahui bahwa tingkat penggunaan
ponsel oleh responden kategori rendah dan sedang berada dalam kategori tingkat
terpaan media massa yang sama yaitu sedang hingga tinggi. Bahkan untuk tingkat
penggunaan ponsel yang rendah pun di dalamnya tidak terdapat responden dengan
terpaan media massa kategori rendah pula. Hal ini menunjukkan bahwa memang
sebagian besar responden tergolong tinggi dalam menerima informasi mengenai
ponsel melalui media massa. Tetapi hal itu tidak sampai mempengaruhi
bagaimana perilaku responden menggunakan ponselnya sehari-hari. Terdapat
pernyataan responden dalam salah satu kutipan berikut :
”Iya kan kalo masalah cari-cari informasi di media emang penting banget. Buat
tau segala macem. Tapi kalo sampe ngaruh ke make ponselnya itu gak juga sih..”
(AFP, laki-laki, kelas XI)
5.3
Pengaruh Penggunaan Ponsel Pada Remaja Terhadap Interaksi
Sosial Remaja
5.3.1
Interaksi Sosial Remaja
5.3.1.1 Waktu Interaksi Tatap Muka
Waktu interaksi menunjukkan banyaknya waktu yang dihabiskan untuk
melakukan interaksi secara tatap muka antara responden dengan lingkungan sosial
keluarga (Tabel 36) dan lingkungan sosial pertemanan atau pacar (Tabel 37).
66
Tabel 18. Jumlah Responden Berdasarkan Waktu Interaksi Tatap Muka
Dengan Keluarga
Waktu Interaksi Tatap Muka
Tinggi
Sedang
Rendah
JUMLAH
Frekuensi (n)
7
22
19
48
Persen (%)
14,6
45,8
39,6
100
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden
(hampir 86 %) memiliki waktu interaksi yang sedang hingga rendah dengan
lingkungan keluarga mereka. Hal ini menunjukkan bahwa waktu interaksi secara
tatap muka (langsung) antara responden dengan lingkungan keluarga mereka
tergolong kurang setiap harinya.
Pembagian waktu untuk lingkungan keluarga tersebut yaitu kategori waktu
interaksi yang tinggi yaitu > 7 jam, waktu interaksi yang sedang yaitu 5-7 jam,
dan waktu interaksi yang rendah yaitu < 5 jam. Hal ini dikarenakan dengan
perhitungan sebagian waktu responden rata-rata dihabiskan dalam sekolah, tempat
les, dan sisanya untuk istirahat.
Tabel 19. Jumlah Responden Berdasarkan Waktu Interaksi Tatap Muka
Dengan Teman/Pacar
Waktu Interaksi Tatap Muka
Tinggi
Sedang
Rendah
JUMLAH
Frekuensi (n)
12
21
15
48
Persen (%)
25
43,75
31,25
100
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden
(75 %) memiliki waktu interaksi yang sedang hingga rendah dengan teman atau
67
pacar mereka. Hal ini menunjukkan bahwa waktu interaksi secara tatap muka
(langsung) antara responden dengan lingkungan teman atau pacar juga tergolong
kurang setiap harinya.
Pembagian waktu untuk lingkungan teman atau pacar tersebut yaitu
kategori waktu interaksi yang tinggi yaitu > 11 jam, waktu interaksi yang sedang
yaitu 9-11 jam, dan waktu interaksi yang rendah yaitu < 9 jam. Hal ini
dikarenakan dengan perhitungan waktu sekolah SMUN 68 sebanyak 8,5 jam yaitu
pukul 07.00 WIB sampai pukul 15.30 WIB, lalu ditambah dengan kegiatan lain
yang diikuti baik di dalam maupun di luar sekolah (apabila ada).
Variabel waktu interaksi tatap muka antara responden dengan keluarga dan
teman atau pacar tersebut dapat menunjukkan bahwa keduanya hampir sama,
yaitu memiliki waktu yang mayoritas berada dalam kategori sedang hingga rendah.
Hal ini sangat disayangkan mengingat dari berbagai jenis komunikasi yang ada,
komunikasi antar manusia yang langsung (bertatap muka) adalah yang efektif
serta paling lengkap mengandung berbagai aspek psikologis (Sarwono, 2002).
Hanya saja untuk kategori waktu interaksi yang tinggi, lebih banyak pada
responden dengan teman atau pacar dibanding dengan keluarga mereka.
Dapat diketahui bahwa dalam waktu interaksi tatap muka yang dihabiskan
responden dengan lingkungan sosial mereka, teman atau pacar sedikit lebih tinggi
dibanding dengan keluarga. Terdapat pernyataan responden mengenai waktu
interaksi mereka dengan lingkungan sosialnya dalam kutipan berikut :
”Pas hari-hari sekolah yang senin-jumat ya biasanya gw paling sering
ketemunya ama temen-temen. Kan banyaknya diabisin di luar rumah waktunya.
Sabtu-minggu paling cuma sore ato malemnya aja klo jalan ama mereka. Tapi
diusahain seimbang jugalah waktu buat bareng-bareng keluarga gw, walopun
pada sibuk masing-masing sih” (H, laki-laki, kelas X)
68
5.3.1.2 Intensitas Interaksi Tatap Muka
Intensitas interaksi pada penelitian ini menunjukkan bagaimana keluasan
pembicaraan dalam interaksi tatap muka yang terjadi pada responden dengan
lingkungan sosial keluarga (Tabel 20) dan lingkungan sosial pertemanan atau
pacar (Tabel 21).
Tabel 20. Jumlah Responden Berdasarkan Intensitas Interaksi Tatap Muka
Dengan Keluarga
Intensitas Interaksi Tatap Muka
Sangat intens
Cukup intens
Tidak intens
JUMLAH
Frekuensi (n)
22
17
9
48
Persen (%)
45,8
35,4
18,8
100
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden
(hampir 82 %) memiliki interaksi yang tergolong cukup hingga sangat intens
dengan lingkungan keluarga mereka. Hal ini menunjukkan bahwa interaksi secara
tatap muka (langsung) antara responden dengan lingkungan keluarga mereka
tergolong intens, yang artinya bahwa topik pembicaraan diantara mereka luas.
Tabel 21. Jumlah Responden Berdasarkan Intensitas Interaksi Tatap Muka
Dengan Teman/Pacar
Intensitas Interaksi Tatap Muka
Sangat intens
Cukup intens
Tidak intens
JUMLAH
Frekuensi (n)
11
25
12
48
Persen (%)
22,9
52,1
25
100
69
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden
(52,1 %) memiliki intensitas interaksi yang cukup dengan teman atau pacar
mereka. Hal ini menunjukkan bahwa interaksi secara tatap muka (langsung) antara
responden dengan lingkungan teman atau pacar mereka tergolong sedang (cukup
rendah) intensitasnya, yang artinya bahwa topik pembicaraan diantara mereka
tidak terlalu luas.
Variabel intensitas interaksi tatap muka antara responden dengan keluarga
dan teman atau pacar tersebut dapat menunjukkan bahwa topik pembicaraan
antara responden dengan lingkungan keluarga lebih luas dibanding lingkungan
pertemanan atau pacar. Hal ini berarti interaksi responden tatap muka lebih intens
dengan keluarga mereka. Biasanya remaja ketika sedang berhubungan atau
berkomunikasi dengan lingkungan teman sebayanya lebih kearah topik yang
bersifat fun, menarik, seru dan hal-hal yang berkaitan dengan keadaan sehari-hari
mereka (tidak terlalu menyangkut hal-hal yang sangat penting/urgent).
Responden
dengan
keluarga
biasanya
topik
pembicaraan
lebih
memungkinkan mulai dari hal-hal yang ringan bahkan sampai topik yang penting
menyangkut masa depan remaja tersebut. Sehingga tingkat interaksinya dapat
dikatakan lebih intens dalam hal keluasan topik pembicaraan. Terdapat pernyataan
responden mengenai intensitas interaksi mereka secara tatap muka dengan
lingkungan sosialnya dalam kutipan berikut :
”Yang diomongin aku ama temen-temen aku kalo ketemu banyak sih, biasanya
gosip ato trend sekarang-sekarang ini. Trus ngomongin soal nyontek-nyontekan
ato cowo masing-masing juga seru. Tapi klo ama keluarga lebih banyak lagi itu
biasanya. Abis dari yang masalah kecil urusan sehari-hari ampe yang soal masa
depan aku suka diomongin ama keluarga, apalagi ama kakak aku kebetulan
sama-sama perempuan juga sih kita berdua.” (FH, perempuan, kelas XI)
70
5.3.1.3 Interaksi Sosial Remaja Secara Umum
Interaksi sosial dalam penelitian ini menunjukkan bagaimana interaksi
secara tatap muka yang terjadi antara responden dengan lingkungan sosialnya dan
dilihat dari waktu serta intensitas interaksi tersebut (Tabel 22). Berdasarkan data
yang diperoleh dapat diketahui bahwa sebagian besar responden (56,3 %) berada
dalam kategori interaksi sosial yang sedang dengan lingkungan sosialnya.
Lingkungan sosial yang dimaksudkan disini adalah lingkungan sosial sosial yang
paling dekat serta berpengaruh dalam kehidupan remaja, yaitu lingkungan
keluarga dan lingkungan pertemanan.
Tabel 22. Jumlah Responden Berdasarkan Interaksi Sosial Remaja
Interaksi Sosial
Dekat
Sedang
Renggang
JUMLAH
Frekuensi (n)
11
27
10
48
Persen (%)
22,9
56,3
20,8
100
Interaksi sosial dalam penelitian ini dapat diketahui bahwa dalam hal
waktu interaksi tatap muka yang dihabiskan responden dengan lingkungan sosial
mereka cenderung sedang hingga rendah. Tetapi apabila dibandingkan, maka
lingkungan teman atau pacar sedikit lebih tinggi dibanding dengan keluarga.
Sedangkan dalam hal intensitas interaksi tatap muka, topik pembicaraan antara
responden dengan lingkungan keluarga lebih luas dibanding lingkungan
pertemanan atau pacar. Dengan begitu menjadikan interaksi responden lebih
intens dengan keluarga mereka.
71
Hal tersebut mempunyai makna bahwa dalam keseharian responden
tergolong kurang dalam menghabiskan waktu mereka secara tatap muka dengan
lingkungan sosialnya. Tetapi dalam hal intensitas dari interaksi itu sendiri, yaitu
keluasan atau banyaknya topik pembicaraan yang sering dibicarakan, maka antara
responden dengan keluarga mereka lebih intens dibandingkan dengan teman atau
pacar. Responden lebih banyak membicarakan beragam topik pembicaraan
dengan keluarga mereka, mulai dari pembicaraan ringan sampai pada
pembicaraan yang penting (menyangkut masa depan responden).
Dengan begitu dapat diketahui bahwa responden berinteraksi secara tatap
muka dengan kurang terhadap lingkungan keluarga maupun lingkungan
pertemanan atau pacar. Waktu yang dihabiskannya cenderung dalam waktu yang
sedang hingga rendah. Namun dalam hal intensitas, responden berinteraksi lebih
intens dengan keluarga mereka dibanding dengan teman atau pacar. Dalam hal ini
topik pembicaraannya lebih luas dibanding responden dengan teman-teman atau
pacarnya.
5.3.2
Pengaruh Penggunaan Ponsel Pada Remaja Terhadap Interaksi
Sosial Remaja
Pengaruh tingkat penggunaan ponsel (data ordinal) terhadap interaksi
sosial remaja secara tatap muka (data ordinal) menggunakan uji hubungan. Hasil
analisis menunjukkan nilai P-Value adalah 0,926, yang nilainya lebih besar dari
0,1 (α = 10 %). Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat
penggunaan ponsel dengan interaksi sosial remaja secara tatap muka.
72
Tabel 23. Hubungan Tingkat Penggunaan Ponsel Dengan Interaksi Sosial
Interaksi Sosial
(Tatap Muka)
Renggang
Sedang
Dekat
Jumlah
Tingkat Penggunaan Ponsel
Rendah
Sedang
Tinggi
n
%
n
%
n
%
2
100
4
12,5
4
28,6
0
0
20
62,5
7
50
0
0
8
25
3
21,4
2
100
32
100
14
100
*p-value : 0,926
Dari tidak adanya hubungan yang signifikan tersebut, dapat dianalisis
mengenai tingkat penggunaan ponsel dan interaksi sosial responden. Jika melihat
pada tabel 11 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden menggunakan
ponselnya dalam kategori yang cukup tinggi. Melalui penggunaan ponsel (sebagai
media komunikasi) yang cenderung tinggi tersebut, seharusnya dapat mempererat
interaksi sosial antara responden dengan lingkungannya. Ternyata dalam hal
interaksi secara tatap muka, penggunaan ponsel itu tidak menjadikan responden
jauh lebih dekat dengan lingkungan keluarga maupun lingkungan sebayanya.
Terlihat pada tabel 23 dapat diketahui bahwa untuk responden dengan
tingkat penggunaan ponsel yang sedang maupun tinggi sebagian besar hanya
berada dalam interaksi sosial secara tatap muka yang sedang. Sedangkan untuk
responden dengan tingkat penggunaan ponsel yang rendah, semuanya berada
dalam interaksi sosial secara tatap muka yang renggang. Hal ini menunjukkan
bahwa penggunaan ponsel tidak mempengaruhi bagaimana interaksi sosial yang
terjalin secara tatap muka antara responden dengan lingkungannya.
Hal tersebut tidak sesuai seperti yang dikemukakan Budyatna (2005)
bahwa bentuk pendekatan komunikasi yang paling ideal adalah yang bersifat
transaksional, dimana proses komunikasi dilihat sebagai suatu proses yang sangat
73
dinamis dan timbal balik. Budyatna (2005) melihat bahwa dengan munculnya
penggunaan ponsel mempengaruhi proses yang transaksional tersebut. Seringkali
komunikasi yang dinamis dan timbal balik dirasakan menurun kualitas dan
kuantitasnya pada interaksi tatap muka.
Interaksi sosial secara tatap muka tetap saja cenderung sedang walaupun
responden semakin tinggi menggunakan ponselnya. Responden menganggap
ponsel sebagai media komunikasi dan juga media hiburan yang menjadi
kebutuhan sehari-hari yang penting. Jadi memang responden menjadi cenderung
tinggi tingkat penggunaan ponselnya, tetapi dengan tidak diikuti dengan interaksi
tatap muka yang semakin dekat.
Berdasarkan semua data yang telah diperoleh, dapat dilakukan analisis
lebih mendalam mengenai interaksi sosial responden. Jika melihat pada tabel 10,
dapat diketahui bahwa pihak yang diajak berkomunikasi melalui ponsel paling
sering adalah pihak teman atau pacar dibanding keluarga. Tetapi bila melihat pada
tabel 18 dan 19, dapat diketahui bahwa waktu interaksi secara tatap muka antara
responden dengan lingkungan sosialnya tergolong kurang dalam rata-rata setiap
harinya. Hanya saja apabila dibandingkan, untuk lingkungan teman atau pacar
sedikita lebih tinggi dibanding keluarga. Hal ini menunjukkan bahwa responden
memang lebih sering berinteraksi dengan teman atau pacarnya dibanding dengan
keluarganya.
Mengenai intensitas interaksi, jika melihat pada tabel 20 dan 21 maka
interaksi antara responden dengan keluarga jauh lebih intens dibanding dengan
teman atau pacar. Hal ini menunjukkan ketika bertemu secara tatap muka, topik
pembicaraan yang sedang berlangsung lebih luas (banyak) antara responden
74
dengan keluarga. Mulai dari pembicaraan ringan sampai pada pembicaraan yang
penting (menyangkut masa depan responden). Sedangkan responden dengan
lingkungan sebayanya cenderung membicarakan mengenai pembicaraan ringan
sehari-hari, gosip, seputar tugas atau pekerjaan sekolah dan hal-hal lain yang
bersifat kurang penting (urgent). Baik pembicaraan tersebut ketika melalui ponsel
maupun secara langsung (tatap muka). Dengan begitu dapat diketahui bahwa
interaksi antara responden dengan lingkungan teman atau pacar lebih baik dalam
hal kuantitas. Sedangkan interaksi antara responden dengan lingkungan keluarga
lebih baik dalam hal kualitas.
5.4
Ikhtisar
Penelitian ini menghubungkan antara variabel pengaruh dan variabel
terpengaruh dalam hal karakteristik responden, penggunaan ponsel dan interaksi
sosial remaja dengan lingkungannya (tabel 24).
Tabel 24. Hubungan Variabel Pengaruh Dan Variabel Terpengaruh
Variabel Pengaruh
Jenis Kelamin
Status Ekonomi
Keluarga
Tujuan Penggunaan
Ponsel
Tingkat Aktivitas
Tingkat Pengaruh
Teman Dekat
Tingkat Terpaan
Media Massa
Tingkat Penggunaan
Ponsel
Variabel
Terpengaruh
Tingkat Penggunaan
Ponsel
Tingkat Penggunaan
Ponsel
Tingkat Penggunaan
Ponsel
Tingkat Penggunaan
Ponsel
Tingkat Penggunaan
Ponsel
Tingkat Penggunaan
Ponsel
Interaksi Sosial
Koefisien
Korelasi
0,182
0,524
0,442
0,101
0,364
-0,081
0,014
Keterangan
Tidak terdapat
hubungan
Terdapat
hubungan
Terdapat
hubungan
Tidak terdapat
hubungan
Terdapat
hubungan
Tidak terdapat
hubungan
Tidak terdapat
hubungan
75
Tingkat penggunaan ponsel diduga dipengaruhi oleh beberapa variabel
karakteristik responden (internal dan eksternal). Berdasarkan tabel 24 dapat
diketahui bahwa karakteristik internal yang mempengaruhi tingkat penggunaan
ponsel responden adalah status ekonomi keluarga dan tujuan penggunaan ponsel.
Sedangkan karakteristik eksternal yang mempengaruhi tingkat penggunaan ponsel
responden adalah teman dekat.
Status ekonomi keluarga yang dilihat dari penghasilan orang tua tiap
bulannya dapat mempengaruhi tingkat penggunaan ponsel responden. Semakin
tinggi status ekonomi keluarga maka memungkinkan peningkatan dalam hal
penggunaan pulsa ponsel responden. Mengingat bahwa dalam penggunaan ponsel
responden bukan hanya pada kegiatan hiburan, tetapi juga terdapat kegiatan
mengirim dan menerima panggilan yang membutuhkan biaya pulsa.
Tujuan penggunaan ponsel dapat mempengaruhi tingkat penggunaan
ponsel responden. Menurut responden penggunaan ponsel cenderung untuk
kegiatan-kegiatan
yang
berkisar
pada
sosialisasi
serta
kegiatan
sekolah/kursus/lesnya. Hal ini yang membuat tingkat penggunaan ponsel oleh
responden menjadi cenderung tinggi. Responden dengan tujuan penggunaan untuk
hal-hal yang penting atau mendesak justru cenderung rendah penggunaan
ponselnya. Dengan begitu dapat dilihat bahwa memang responden cenderung
memandang ponsel sebagai suatu media hiburan dan komunikasi yang sifatnya
tidak untuk hal-hal penting atau mendesak (urgent).
Teman dekat responden dapat mempengaruhi tingkat penggunaan ponsel
karena keberadaan teman dekat tersebut kuat pengaruhnya dalam kehidupan
responden. Teman dekat responden tersebut pada umumnya mendukung
76
penggunaan ponsel dalam kehidupan sehari-hari mereka. Hal ini mengingat
bahwa responden merupakan kelompok remaja dimana mereka ingin masuk serta
diterima dalam kelompok sebayanya (peer-group), sehingga mereka cenderung
mengikuti dan mengacu pada keberadaan teman-temannya tersebut.
Variabel lainnya seperti jenis kelamin, tingkat aktivitas dan terpaan media
massa tidak mempengaruhi tingkat penggunaan ponsel responden. Remaja
perempuan lebih sering dan intens berkomunikasi dengan sesamanya melalui
ponsel. Sedangkan remaja laki-laki cenderung menggunakan ponsel cenderung
fungsinya sebagai media hiburan. Dengan begitu penggunaan ponsel oleh remaja
perempuan dan laki-laki memang cenderung sama yaitu tinggi. Tingkat aktivitas
responden yang cenderung rendah tidak mempengaruhi penggunaan ponsel.
Responden dengan aktivitas di dalam maupun di luar sekolahnya yang rendah
tidak menjadikan penggunaan ponselnya menjadi menurun. Dengan aktivitas
bagaimanapun, penggunaan ponsel responden tetap saja cenderung tinggi.
Terpaan media massa menunjukkan sebagian besar responden tergolong tinggi
dalam menerima informasi mengenai ponsel melalui media massa. Tetapi
informasi tersebut hanya bersifat informatif saja, tidak sampai mempengaruhi
bagaimana perilaku responden menggunakan ponselnya sehari-hari.
Mengenai interaksi responden secara tatap muka, dalam hal waktu
interaksi tatap muka yang dihabiskan responden dengan lingkungan sosial mereka
cenderung sedang hingga rendah. Tetapi apabila dibandingkan, maka lingkungan
teman atau pacar sedikit lebih tinggi dibanding dengan keluarga. Sedangkan
dalam hal intensitas interaksi tatap muka, topik pembicaraan antara responden
77
dengan lingkungan keluarga lebih luas dibanding lingkungan pertemanan atau
pacar.
Tingkat penggunaan ponsel tidak mempengaruhi interaksi sosial
responden dengan lingkungan sosialnya secara tatap muka. Responden
menganggap ponsel sebagai media komunikasi dan juga media hiburan yang
menjadi kebutuhan sehari-hari yang penting. Sehingga penggunaan ponsel oleh
responden (baik laki-laki maupun perempuan) memang cenderung tinggi. Tetapi
dalam hal interaksi tatap muka dengan lingkungan sosialnya, responden sebagai
kelompok remaja memang tergolong sedang hingga rendah. Hal ini menunjukkan
bahwa interaksi responden yang cenderung rendah tersebut tidak hanya
disebabkan oleh penggunaan ponsel yang tinggi. Terdapat faktor-faktor lainnya,
mengingat bahwa responden bersekolah pada SMUN unggulan Jakarta sehingga
sangat berkonsentrasi pada pelajaran akademiknya serta semakin tingginya
penggunaan media-media teknologi lainnya yang dapat memungkinkan interaksi
responden menjadi rendah secara tatap muka dengan lingkungan sosialnya.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1
Kesimpulan
Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tingkat penggunaan ponsel pada
remaja cenderung tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa ponsel sebagai media
komunikasi dan juga media hiburan dianggap menjadi kebutuhan sehari-hari yang
penting bagi remaja, baik remaja laki-laki maupun perempuan. Selain itu juga
remaja menggunakan ponsel cenderung pada waktu yang tidak tentu, tergantung
dari panggilan yang ada dan keinginan untuk mengisi waktunya. Mengenai
fasilitas
pada
ponsel,
remaja
cenderung
tinggi
memanfaatkan
dalam
kesehariannya. Tetapi dari jenis-jenis fasilitas yang dimanfaatkan tersebut dapat
terlihat bahwa remaja juga mempertimbangkan faktor-faktor biaya, sehingga tidak
terlalu memberatkan pihak orang tua sebagai sumber biaya pengeluaran seharihari. Dengan begitu biaya pengeluaran ponsel remaja tergolong rendah, tetapi
biaya tersebut diperkirakan akan meningkat ketika remaja mulai memasuki
kegiatan perkuliahan nantinya. Remaja dalam menggunakan ponselnya sebagian
besar menghubungi pihak yang berada dalam lingkungan sebayanya, yaitu teman
atau pacar. Hal ini dikarenakan remaja merasa belum cukup untuk berkomunikasi
atau berhubungan ketika bertemu saja dengan teman atau pacar. Selain itu faktor
kesibukan
orang
tua
atau
saudara
dapat
menjadikan
remaja
jarang
menghubunginya melalui ponsel.
Karakteristik internal yang mempengaruhi penggunaan ponsel adalah
status ekonomi keluarga dan tujuan penggunaan ponsel. Status ekonomi keluarga
79
yang dilihat dari penghasilan orang tua tiap bulannya dapat mempengaruhi tingkat
penggunaan ponsel. Semakin tinggi status ekonomi keluarga maka dapat
meningkatkan pembelian pulsa, menyangkut penggunaan ponsel remaja.
Sedangkan mengenai tujuan penggunaan ponsel, menurut remaja penggunaan
ponsel cenderung lebih banyak untuk kegiatan-kegiatan yang berkisar pada
sosialisasi serta kegiatan sekolah/kursus/lesnya dan untuk hiburan (pemenuhan
hobi), bukan untuk hal-hal yang cenderung penting atau mendesak. Hal ini yang
membuat tingkat penggunaan ponsel remaja menjadi cenderung tinggi.
Karakteristik eksternal yang mempengaruhi penggunaan ponsel remaja
adalah keberadaan teman dekat. Teman dekat tersebut sebagian besar mempunyai
pengaruh yang kuat terhadap remaja dan pada umumnya mendukung penggunaan
ponsel dalam kehidupan sehari-hari mereka. Disini kelompok remaja memiliki
kecenderungan untuk mengikuti bagaimana atau seperti apa keadaan teman-teman
dekatnya yang merupakan kelompok sebaya (peer-group).
Mengenai interaksi remaja, penelitian ini melihat suatu variabel interaksi
sosial dari waktu dan intensitas (tingkat keluasan pembicaraan) interaksi antara
remaja dengan lingkungan sosialnya secara tatap muka. Berdasarkan semua data
yang diperoleh dapat diketahui bahwa interaksi antara remaja dengan lingkungan
teman atau pacar lebih baik dalam hal kuantitas, yang berarti lebih sering
waktunya dalam bertemu secara tatap muka. Sedangkan interaksi antara remaja
dengan lingkungan keluarga lebih baik dalam hal kualitas, yang berarti topik
pembicaraan yang dibicarakan lebih intens. Remaja lebih membicarakan beragam
topik pembicaraan dengan keluarga mereka, mulai dari pembicaraan ringan
sampai pada pembicaraan yang penting (menyangkut masa depan remaja).
80
Penelitian ini juga menyimpulkan bahwa penggunaan ponsel tidak
mempengaruhi interaksi remaja secara tatap muka. Hal tersebut berlawanan
dengan teori yang dikemukakan oleh Budyatna (2005), yaitu dengan munculnya
penggunaan ponsel dapat mempengaruhi suatu proses yang bersifat transaksional
dalam interaksi tatap muka. Penggunaan ponsel remaja (laki-laki maupun
perempuan) memang cenderung tinggi. Tetapi dalam hal interaksi tatap muka
antara remaja dengan lingkungan sosialnya tetap saja cenderung kurang. Dapat
disimpulkan bahwa interaksi remaja tersebut tidak hanya disebabkan oleh tingkat
penggunaan ponsel yang tinggi. Banyak terdapat faktor-faktor lainnya dalam
karakteristik remaja, seperti semakin tingginya beban akademik, mulai
mengkonsumsi media-media massa atau teknologi dengan tinggi serta cenderung
lepas dengan lingkungan sosial keluarganya. Dengan begitu terlihat bahwa
memang kelompok usia remaja cenderung kurang interaksinya secara tatap muka
dengan lingkungan sosialnya.
6.2
Saran
Berdasarkan kesimpulan yang dikemukakan tersebut, maka penulis
memberikan saran kepada beberapa pihak :
1. Masyarakat
Kepada kelompok remaja hendaknya dapat meluangkan waktu yang lebih
banyak lagi secara tatap muka (langsung) dengan lingkungan sosialnya
serta menambah kegiatan atau aktivitas di luar jam sekolahnya. Mengingat
dalam penelitian ini sebagian besar remaja memiliki tingkat aktivitas yang
rendah dan adanya karakteristik remaja cenderung melepaskan diri dengan
81
lingkungan keluarganya. Dengan begitu dapat meningkatkan kualitas
maupun kuantitas interaksi secara tatap muka remaja tersebut.
Khusus kepada orang tua hendaknya lebih berperan dalam meminimalkan
pengaruh-pengaruh negatif yang dapat muncul dari pergaulan remaja saat
ini. Mengingat bahwa pengaruh eksternal dari teman dekat sangatlah kuat
bagi remaja itu sendiri.
2. Pengusaha ponsel
Selain memberikan iklan atau promosi yang semakin gencar mengenai
produknya, hendaknya pengusaha ponsel juga memberikan informasi
mengenai dampak-dampak lain dari penggunaan ponsel itu sendiri.
Misalnya dampak yang timbul dari segi sosial, psikologis, maupun
keuangan (finansial).
3. Penelitian selanjutnya
Kepada
penelitian
selanjutnya
yang
ingin
membahas
mengenai
permasalahan serupa dengan penelitian ini hendaknya menggunakan lokasi
dan sampel dari lapisan masyarakat yang berbeda. Dengan begitu dapat
ditemukan suatu hasil yang berbeda pula serta relevansinya dengan teori
tertentu.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. Kamus Sosial. Edisi baru. Depok : FISIP UI, 2001.
Apriyanti, Rika. Pengaruh Majalah Remaja Terhadap Gaya Hidup Remaja Putri.
Skripsi. Bogor : Fakultas Pertanian IPB, 2005.
Azwar, Saifuddin. Sikap Manusia, Teori Dan Pengukurannya. Edisi Kedua.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2003.
Badwilan, Rayyan Ahmad. Rahasia Dibalik Handphone. Jakarta : Darul Falah,
2004.
Brotosiswoyo, B. Suprapto. ‘Dampak Sistem Jaringan Global Pada Pendidikan
Tinggi : Peta Permasalahan’. Komunika. No 28/IX. Tangerang : Universitas
Terbuka, 2002.
Budyatna, M. ’Pengembangan Sistem Informasi : Permasalahan Dan Prospeknya’.
Komunika. Vol 8 No 1, 2005.
Calhoun, James F dan Joan Ross Acocella. Psikologi Tentang Penyesuaian dan
Hubungan Kemanusiaan. Semarang : IKPI Semarang Press, 1995.
DeVito, Joseph A. Komunikasi Antar Manusia. Edisi Kelima. Jakarta :
Professional Books, 1997.
Fiati, Rina. Akses Internet Via Ponsel. Yogyakarta : Penerbit Andi Yogyakarta,
2005.
Gea, Antonius Atosokhi, Antonio Panca Yuni Wulandari & Yohanes Babari.
Character Building II, Relasi Dengan Sesama. Jakarta : PT Gramedia, 2003.
Gerungan, W.A. Psikologi Sosial. Bandung : PT Refika Aditama, 2004.
Harmandini, Felicitas. ‘Ponsel CDMA, Murah Tapi Terbatas’. Kompas, 23
Desember 2005.
Hassan, M. Iqbal. Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian Dan Aplikasinya.
Jakarta : Ghalia Indonesia, 2002.
Hassan, Fuad. Teknologi Dan Dampak Kebudayaannya: Tantangan Dalam Laju
Teknologi. Orasi Ilmiah Dies Natalis Institut Teknologi Sepuluh November
ke-39. Surabaya, 11 November 1999.
83
Hurlock, Elizabeth B. Psikologi Perkembangan, Suatu Pendekatan Sepanjang
Rentang Kehidupan. Edisi Kelima. Jakarta : Erlangga, 1980.
Johannesen, Richard L. Etika Komunikasi. Bandung : PT Remaja Rosdakarya,
1996.
Kadir, Abdul & Terra CH Triwahyuni. Pengenalan Teknologi Informasi.
Yogyakarta : Penerbit Andi Yogyakarta, 2003.
Mappiare, Andi. Psikologi Remaja. Surabaya : Usaha Nasional, 1982
Mardiyanti, Nurcahya. Studi Pola Interaksi Sosial Masyarakat Nelayan. Skripsi.
Bogor : Fakultas Pertanian IPB, 1996.
Morey, Doc. Phone Power : Meningkatkan Keefektifan Berkomunikasi di Telepon.
Jakarta : PT Gramedia, 2004.
Nurudin. Sistem-Sistem Komunikasi di Indonesia. Jakarta : PT RajaGrafindo
Persada, 2005.
Pattiradjawane, Rene L. ’Meningkatkan Teledensitas’. Kompas, 10 Oktober 2005.
Rakhmat, Jalaluddin. Psikologi Komunikasi. Edisi Revisi. Bandung : PT Remaja
Rosdakarya, 2001.
__________________ Metode Penelitian Komunikasi, Dilengkapi Contoh
Analisis Statistik. Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2005.
Rumini, Sri & Siti Sundari H.S. Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta : PT
Rineka Cipta, 2004.
Sarwono, Sarlito Wirawan. Psikologi Sosial, Individu dan Teori-teori Psikologi
Sosial. Jakarta : Balai Pustaka, 2002.
Saydam, Gouzali. Teknologi Telekomunikasi, Perkembangan dan Aplikasi.
Bandung: Alfabeta, 2005.
Shiroth, Muhammad & Nur Mohammad Amin. Trend Industri Telekomunikasi di
Indonesia. Depok : Fakultas Ekonomi UI, 1998.
Simanjuntak, Fritz E. Aspek Sosial Telepon Selular. www.kompas.com. 13 Mei
2004.
Singarimbun, Masri dan sofian Effendi. Metode Penelitian Survai. Edisi Revisi.
Jakarta : LP3ES, 1989.
84
Soerjono, Soekanto. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : PT RajaGrafindo, 2002.
Subarkah, AW. “Cara Baru Menikmati Hiburan Televisi”. Kompas, 13 Januari
2006.
____________. “Ponsel Surround Lahirkan Gagasan Mobile Theatre”. Kompas,
23 Desember 2005.
Tubbs, Steward L & Sylvia Moss. Human Communication, Konteks-konteks
Komunikasi. Cetakan Ketiga. Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2001.
86
Lampiran 1. Perbandingan Pengguna Ponsel Di Indonesia
Pengguna Berdasarkan Umur
35%
31%
30%
25%
19.40%
20%
15.50%
15%
10%
5.60%
5%
0%
15-24 thn
25-34 thn 1
35-50 thn
50+ thn
Pengguna Berdasarkan Kota-Desa Pada Beberapa
Pulau
120
100
80
Pedesaan
60
Perkotaan
40
20
La
in
ny
a
Ba
li
Ka
lim
an
ta
n
es
i
Su
la
w
a
at
er
Su
m
Ja
w
a
0
87
Pengguna Berdasarkan Kota-Desa
Desa
29%
Kota
71%
Pengguna Berdasarkan Lima Pulau di Indonesia
80%
71%
70%
60%
50%
40%
30%
17%
20%
10%
3%
5%
4%
0%
Jawa
Sumatera
Sulawesi
Kalimantan
Bali
Sumber : Rene L. Pattiradjawane. Meningkatkan Teledensitas. Kompas, 10 Oktober 2005.
88
Lampiran 2. Output SPSS Uji Chi-Square
Hubungan Jenis Kelamin Dengan Tingkat Penggunaan Ponsel
Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square
Likelihood Ratio
Linear-by-Linear
Association
N of Valid Cases
Value
1.643a
1.660
2
2
Asymp. Sig.
(2-sided)
.440
.436
1
.272
df
1.205
48
a. 2 cells (33.3%) have expected count less than 5. The
minimum expected count is 1.00.
Symmetric Measures
Nominal by Nominal
N of Valid Cases
Contingency Coefficient
Value
.182
48
Approx. Sig.
.440
a. Not assuming the null hypothesis.
b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
Hubungan Tujuan Penggunaan Ponsel Dengan Tingkat Penggunaan Ponsel
Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square
Likelihood Ratio
Linear-by-Linear
Association
N of Valid Cases
Value
11.665a
11.103
.054
4
4
Asymp. Sig.
(2-sided)
.020
.025
1
.816
df
48
a. 5 cells (55.6%) have expected count less than 5. The
minimum expected count is .46.
Symmetric Measures
Nominal by Nominal
N of Valid Cases
Contingency Coefficient
Value
.442
48
Approx. Sig.
.020
a. Not assuming the null hypothesis.
b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
89
Lampiran 3. Output SPSS Uji Spearman
Hubungan Status Ekonomi Keluarga Dengan Tingkat Penggunaan Ponsel
Correlations
Spearman's rho
status ekonomi keluarga
tingkat penggunaan
ponsel
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
status
tingkat
ekonomi
penggunaan
keluarga
ponsel
1.000
.524**
.
.000
48
48
.524**
1.000
.000
.
48
48
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Hubungan Tingkat Aktivitas Dengan Tingkat Penggunaan Ponsel
Correlations
Spearman's rho
tingkat aktivitas
tingkat penggunaan
ponsel
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
tingkat
aktivitas
1.000
.
48
.101
.494
48
tingkat
penggunaan
ponsel
.101
.494
48
1.000
.
48
Hubungan Tingkat Pengaruh Teman Dekat Dengan Tingkat Penggunaan Ponsel
Correlations
Spearman's rho
tingkat pengaruh
teman dekat
tingkat penggunaan
ponsel
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
tingkat
pengaruh
teman dekat
1.000
.
48
.364*
.011
48
tingkat
penggunaan
ponsel
.364*
.011
48
1.000
.
48
90
Hubungan Tingkat Terpaan Media Massa Dengan Tingkat Penggunaan Ponsel
Correlations
Spearman's rho
tingkat terpaan
media massa
tingkat penggunaan
ponsel
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
tingkat
terpaan
media massa
1.000
.
48
-.081
.584
48
tingkat
penggunaan
ponsel
-.081
.584
48
1.000
.
48
Hubungan Tingkat Penggunaan Ponsel Dengan Interaksi Sosial
Correlations
Spearman's rho
tingkat penggunaan
ponsel
interaksi sosial remaja
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
tingkat
penggunaan
ponsel
1.000
.
48
.014
.926
48
interaksi
sosial remaja
.014
.926
48
1.000
.
48
Download