PERILAKU KONSUMEN

advertisement
PERILAKU KONSUMEN
A. Pengertian Konsumen dan Perilaku Konsumen
Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia
dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain,
maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan.
Perilaku konsumen merupakan tindakan-tindakan individu yang melibatkan
pembelian penggunaan barang dan jasa termasuk proses pengambilan keputusan
yang
mendahului
dan
menentukan
tindakan-tindakan
tersebut
sebagai
pengalaman dengan produk, pelayanan dari sumber lainnya.
Masing-masing konsumen merupakan pribadi unik dimana antara konsumen yang
satu dengan yang lain memiliki kebutuhan yang berbeda juga perilaku yang berbeda
dalam memenuhi kebutuhannya. Namun, dari perbedaan-perbedaan yang unik
tersebut ada satu persamaan yakni setiap saat konsumen akan berusaha untuk
memaksimalkan kepuasannya pada saat mengkonsumsi suatu barang ataupun jasa.
Tingkat kepuasan yang diperoleh konsumen dalam mengkonsumsi barang disebut
dengan utilitas. Dalam perekonomian, konsumen tidak hanya bertindak sebagai
pengguna barang dan jasa tapi juga sebagai penyedia faktor-faktor produksi. Dengan
menggunakan pokok-pokok dari teori mikro maka perilaku-perilaku konsumen di
pasar menjadi lebih mudah dipahami. Teori perilaku konsumen akan menjelaskan
bagaimana seorang konsumen memilih suatu produk yang diyakininya akan
memberikan kepuasan yang maksimum dengan kendala pendapatan dan harga barang
tersebut.
Untuk memahami mengenai perilaku konsumen yang dinyatakan pada hukum
permintaan, digunakan dua pendekatan, yakni:
1. Pedekatan marginal utility (kardinal)
2. Pendekatan indifference curve (ordinal)
B. Pendekatan Perilaku Konsumen
1. Pendekatan Marginal Utility (Kardinal)
Pendekatan kardinal didasarkan pada asumsi bahwa tingkat kepuasan yang diperoleh
konsumen dari mengkonsumsi barang dapat diukur dengan satuan tertentu seperti
rupiah, jumlah, unit atau buah dan lain-lain. Semakin besar jumlah barang yang
dapat dikonsumsi maka semakin tinggi tingkat kepuasannya. Konsumen yang
rasional akan berusaha untuk memaksimalkan kepuasannya pada tingkat pendapatan
yang dimilikinya. Besarnya nilai kepuasan akan sangat bergantung pada individu
(konsumen) yang bersangkutan.
Konsumen dapat mencapai kondisi equilibrium atau mencapai kepuasan yang
maksimum apabila dalam membelanjakan pendapatannya mencapai kepuasan
yang sama pada berbagai barang. Tingkat kepuasan konsumen terdiri dari dua
konsep yaitu kepuasan total (total utility) dan kepuasan tambahan (marginal
utility). Kepuasan total adalah kepuasan menyeluruh yang diterima oleh individu
dari mengkonsumsi sejumlah barang atau jasa. Sedangkan kepuasan tambahan adalah
perubahan total per unit dengan adanya perubahan jumlah barang atau jasa yang
dikonsumsi.
Berikut ini adalah perbedaan antara kepuasan total dan kepuasan tambahan yang
diperoleh konsumen saat mengkonsumsi barang yang disajikan lewat contoh numerik dan
gambar :
Keseimbangan Konsumen
Semua konsumen akan berusaha mencapai kepuasan maksimum dari barang-barang
yang dikonsumsinya. Namun, permasalahan timbul bila konsumen mengkonsumsi
barang dalam jumlah banyak dengan harga yang berbeda-beda.
Kepuasan maksimum terjadi apabila alokasi pengeluaran pada komoditi-komoditi
terjadi pada saat kepuasan setiap rupiah terakhir yang dikeluarkan adalah sama.
Secara matematis dapat ditunjukkan sebagai berikut:
MUA = MUB = MUC = ...... = MUZ
PA
PB
PC
PZ
Kondisi yang diperlukan bagi konsumen untuk memaksimalkan kepuasannya pada
dua macam barang adalah:
MUA = MUB atau MUA = PA PA
PB MUB PB
atau
M=
PAQA + PBQB
U=
f (QA, QB)
2. Pendekatan Indifference Curve (Ordinal)
Pendekatan ordinal mengasumsikan bahwa konsumen mampu meranking/membuat
urutan-urutan kombinasi barang yang akan dikonsumsi berdasarkan kepuasan yang
akan diperolehnya tanpa harus menyebutkan secara absolut.
Pendekatan ordinal digunakan dengan menggunakan analisis kurva indiferensi.
Kurva indiferensi adalah kurva yang menunjukkan berbagai titiktitik kombinasi dua
barang yang memberikan kepuasan yang sama.
Mengukur kepuasan konsumen dengan pendekatan kurva indiferensi didasarkan pada 4
(empat) asumsi, yakni:
- Konsumen
Konsumen memiliki pola preferensi akan barang-barang konsumsi yang
dinyatakan dalam bentuk peta indiferensi
- Konsumen Konsumen memiliki dana dalam jumlah tertentu
- Konsumen Konsumen selalu berusaha untuk mencapai kepuasan maksimum
- Semakin Semakin jauh dari titik origin, maka kepuasan konsumen semakin tinggi
Kurva indiferensi memiliki karakteristik atau ciri-ciri umum sebagai berikut:
1. Memiliki kemiringan yang negatif
Bila jumlah suatu barang dikurangi maka jumlah barang yang lain harus ditambah
agar dapat memperoleh tingkat kepuasan yang sama.
2. Tidak dapat berpotongan
Perpotongan antara dua kurva indiferensi tidak mungkin terjadi.
3. Cembung terhadap titik origin
KONSEP DASAR ELASTISITAS
Elastisitas merupakan salah satu konsep penting untuk memahami beragam
permasalahan di bidang ekonomi. Konsep elastisitas sering dipakai sebagai dasar
analisis ekonomi, seperti dalam menganalisis permintaan, penawaran, penerimaan
pajak, maupun distribusi kemakmuran.
Dalam bidang perekonomian daerah, konsep elastisitas dapat digunakan untuk
memahami dampak dari suatu kebijakan. Sebagai contoh, Pemerintah Daerah
dapat mengetahui dampak kenaikan pajak atau susidi terhadap pendapatan daerah,
tingkat pelayanan masyarakat, kesejahteraan penduduk, pertumbuhan ekonomi,
pertumbuhan investasi, dan indikator ekonomi lainnya dengan menggunakan
pendekatan elastisitas. Selain itu, konsep elastisitas dapat digunakan untuk
menganalisis dampak kenaikan pendapatan daerah terhadap pengeluaran daerah
atau jenis pengeluaran daerah tertentu. Dengan kegunaannya tersebut, alat analisis
ini dapat membantu pengambil kebijakan dalam memutuskan prioritas dan
alternatif kebijakan yang memberikan manfaat terbesar bagi kemajuan daerah.
Elastisitas dapat mengukur seberapa besar perubahan suatu variabel terhadap
perubahan variabel lain. Sebagai contoh, elastisitas Y terhadap X mengukur
berapa persen perubahan Y karena perubahan X sebesar 1 persen.
Elastisitas Y terhadap X= % perubahan Y / % perubahan X
Elastisitas Permintaan (Price Elasticity of Demand)
Elastisitas permintaan adalah tingkat perubahan permintaan terhadap barang/jasa,
yang diakibatkan perubahan harga barang/jasa tersebut. Besar atau kecilnya
tingkat perubahan tersebut dapat diukur dengan angka-angka yang disebut
koefisien elastisitas permintaan.
Macam-macam Elastisitas Permintaan
Berdasarkan nilainya, elastisitas permintaan dapat dibedakan menjadi lima, yaitu
permintaan inelastis sempurna, inelastis, elastis uniter, elastis, dan elastis
sempurna.
1. Permintaan Inelastis Sempurna (E = 0)
Permintaan inelastis sempurna terjadi ketika perubahan harga yang terjadi tidak
berpengaruh terhadap jumlah permintaan (koefisien E = 0). Sebagai contoh adalah
permintaan terhadap garam.
2. Permintaan Inelastis (E < 1)
Permintan inelastis terjadi jika perubahan harga kurang berpengaruh pada
perubahan permintaan. Nilai E < 1, artinya kenaikan harga sebesar 1 persen hanya
diikuti penurunan jumlah yang diminta kurang dari satu persen, sebaliknya
penurunan harga sebesar 1 persen menyebabkan kenaikan jumlah barang yang
diminta kurang dari 1 persen. Sebagai contoh adalah permintaan masyarakat
terhadap beras atau kebutuhan pokok lainnya.
3. Permintaan Elastis Uniter (E = 1)
Permintaan elastis uniter terjadi jika perubahan permintaansebanding dengan
perubahan harga. Koefisien elastisitas permintaan uniter adalah satu (E = 1),
artinya kenaikan harga sebesar 1 persen diikuti oleh penurunan jumlah permintaan
sebesar 1 persen, dan sebaliknya.
4. Permintaan Elastis (E > 1)
Permintaan elastis terjadi jika perubahan permintaan lebih besar dari perubahan
harga. Koefisien permintaan elastis bernilai lebih dari satu (E > 1), artinya
kenaikan harga sebesar 1 persen menyebabkan kenaikan jumlah permintaan lebih
dari 1 persen, dan sebaliknya. Kondisi ini biasanya terjadi pada permintaan
permintaan terhadap mobil dan barang mewah lainnya.
5. Permintaan Elastis Sempurna (E = ~)
Permintaan elastis sempurna terjadi jika perubahan permintaan tidak dipengaruhi
sama sekali oleh perubahan harga. Kurvanya akan sejajar dengan sumbu X atau Q
(kuantitas barang) .
Elastisitas Permintaan dan Total Penerimaan
Perhitungan elastisitas biasanya dimanfaatkan oleh pengambil keputusan yang
ditujukan untuk meningkatkan penerimaan. Secara sederhana, total penerimaan
dapat didefinisikan sebagai perkalian antara harga dengan kuantitas barang dan
jasa yang terjual, misalnya jumlah pendapatan yang diterima sebagai hasil dari
penjualan barang dan jasa. Total penerimaan dapat dihitung dengan menggunakan
rumus berikut.
TR = P x Q
Keterangan:
TR
: total penerimaan
P
: harga output
Q
: kuantitas/jumlah output
Salah satu faktor yang menentukan total penerimaan produsen adalah perubahan
permintaan. Untuk mengetahui perubahan total penerimaan terhadap perubahan
permintaan ditentukan oleh elastisitas permintaannya. Perbedaan tingkat
elastisitas permintaan akan menentukan besarnya total penerimaan.
1. Permintaan Elastis
Ketika bentuk permintaan suatu barang adalah elastis, maka perubahan kecil
dalam harga barang tersebut akan mengakibatkan perubahan total penerimaan
yang relatif lebih besar. Sebagai contoh, perusahaan melakukan kebijakan
penurunan harga produknya. Jika bentuk permintaan produk tersebut adalah
elastis berarti konsumen sangat responsif terhadap perubahan harga. Penurunan
harga walaupun kecil akan direspon oleh konsumen dengan membeli barang
tersebut dalam jumlah yang relatif banyak. Dengan bentuk permintaan yang
elastis, maka keputusan produsen untuk menurunkan harga produknya akan
potensial meningkatkan total penerimaan.
2. Permintaan Inelastis
Dengan bentuk permintaan yang inelastik, perubahan harga hanya memberikan
pengaruh yang kecil terhadap perubahan barang yang diminta, sehingga apabila
produsen menetapkan kenaikan harga yang cukup tinggi sekalipun, permintaan
terhadap barang tersebut tidak terlalu berubah. Pada kondisi ini, produsen dapat
memperoleh tambahan penerimaan dengan menaikkan harga.
3. Permintaan Elastis Uniter
Apabila permintaan suatu barang adalah elastis uniter maka kenaikan (penurunan)
harga akan direspon secara proporsional dengan penurunan (peningkatan) jumlah
yang diminta. Oleh karena itu, baik produsen melakukan peningkatan atau
penurunan harga, jika elastisitas barang adalah elastis uniter maka total
penerimaannya konstan. Dengan kata lain, peningkatan ataupun penurunan harga
tidak merubah total penerimaan produsen.
Elastisitas Penawaran (Price Elasticity of Supply)
Elastisitas penawaran adalah tingkat perubahan penawaran atas barang dan jasa
yang diakibatkan karena adanya perubahan harga barang dan jasa tersebut. Untuk
mengukur besar/kecilnya tingkat perubahan tersebut diukur dengan angka-angka
yang disebut koefisien elastisitas penawaran.
Macam-macam Elastisitas Penawaran
Seperti dalam permintaan, elastisitas penawaran dapat dibedakan menjadi lima
macam, yaitu:
1. Penawaran Inelastis Sempurna (E = 0)
Penawaran inelastis sempurna terjadi bilamana perubahan harga yang terjaditidak
berpengaruh terhadap jumlah penawaran. Kurva penawaran sejajar dengan sumbu
vertikal Y atau P (tingkat harga).
2. Penawaran Inelastis (E < 1)
Penawaran inelastis terjadi jika perubahan harga kurang berpengaruh pada
perubahan penawaran. Dengan kata lain, jumlah yang ditawarkan relatif tidak
sensitif terhadap perubahan harga.
3. Penawaran Elastis Uniter (E = 1)
Penawaran elastis uniter terjadi ketika perubahan hargasebanding dengan
perubahan jumlah penawaran.
4. Penawaran Elastis (E > 1)
Penawaran elastis terjadi jika perubahan harga diikuti dengan jumlah penawaran
yang lebih besar.
5. Penawaran Elastis Sempurna (E = ~ )
Penawaran elastis sempurna terjadi jika perubahan penawaran tidak dipengaruhi
sama sekali oleh perubahan harga, sehingga kurva penawaran akan sejajar dengan
sumbu horisontal (X) atau Q (jumlah output yang ditawarkan).
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Elastisitas Penawaran
1. Sifat ketahanan barang
Apabila suatu barang tidak tahan lama (mudah rusak/membusuk) seperti halnya
hasil- hasil pertanian, maka barang tersebut cenderung memiliki penawaran yang
inelastis. Barang tersebut biasanya tidak terlalu sensitif terhadap perubahan harga.
Sebagai contoh, peningkatan harga sayuran tidak serta merta mengakibatkan
perubahan (kenaikan) jumlah barang yang ditawarkan.
2. Biaya dan kemudahan penyimpanan barang
Barang dengan biaya penyimpanan yang mahal cenderung memiliki derajat
elastisitas penawaran yang rendah.
3. Waktu
Dalam jangka pendek, penawaran cenderung inelastis karena tidak mudah bagi
produsen untuk menyesuaikan jumlah barang yang ditawarkan secara cepat
sebagai respon dari perubahan harga. Sementara itu, dalam jangka panjang,
penawaran
akan
lebih
responsif
terhadap
perubahan
harga
sehingga
penawarannya lebih elastis.
4. Sifat alamiah suatu barang
Produk-produk primer memiliki elastisitas yang rendah (inelastis) dibandingkan
dengan produk-produk manufaktur yang memiliki elastisitas penawaran yang
tinggi (elastis) relatif terhadap perubahan harga.
PERILAKU PRODUSEN
Pengertian Produsen
Menurut pengertian Pasal 1 angka 3 UU PK, “pelaku usaha adalah setiap orang
perorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum maupun bukan
badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam
wilayah hukum negara Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama
melalui perjanjian menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai bidang
ekonomi.”
Fungsi Produksi
Seorang produsen atau pengusaha dalam melakukan proses produksi untuk
mencapai tujuannya harus menentukan dua macam keputusan:
1) berapa output yang harus diproduksikan, dan
2) berapa dan dalam kombinasi bagaimana faktor-faktor produksi (input)
dipergunakan. Untuk menyederhanakan pembahasan secara teoritis, dalam
menentukan keputusan tersebut digunakan dua asumsi dasar:
1) bahwa produsen atau pengusaha selalu berusaha mencapai keuntungan yang
maksimum, dan
2) bahwa produsen atau pengusaha beroperasi dalam pasar persaingan sempurna.
Dalam teori ekonomi, setiap proses produksi mempunyai landasan teknis
yang disebut fungsi produksi. Fungsi produksi adalah suatu fungsi atau
persamaan yang menunjukkan hubungan fisik atau teknis antara jumlah
faktor-faktor produksi yang dipergunakan dengan jumlah produk yang
dihasilkan per satuan waktu, tanpa memperhatikan harga-harga, baik
harga faktor-faktor produksi maupun harga produk. Secara matematis
fungsi produksi tersebut dapat dinyatakan:
Y = f (X 1 , X 2 , X 3 , ......... ., X n ) ; dimana Y = tingkat produksi
(output) yang dihasilkan dan
X1,
X 2 , X 3 , ......, X n adalah berbagai
faktor produksi (input) yang digunakan. Fungsi ini masih bersifat
umum, hanya bisa menjelaskan bahwa produk yang dihasilkan tergantung
dari
faktor-faktor
produksi
yang
dipergunakan,
tetapi
belum
bisa
memberikan penjelasan kuantitatif mengenai hubungan antara produk
dan faktor-faktor produksi tersebut. Untuk dapat memberikan penjelasan
kuantitatif, fungsi produksi tersebut harus dinyatakan dalam bentuknya yang
spesifik, seperti misalnya:
a) Y = a + bX
( fungsi linier)
b) Y = a + bX – cX ( fungsi kuadratis)
2
c) Y = aX1 X2 X3 ( fungsi Cobb-Douglas), dan lain-lain.
b
c
d
Dalam teori ekonomi, sifat fungsi produksi diasumsikan tunduk pada suatu
hukum yang disebut: The Law of Diminishing Returns (Hukum Kenaikan
Hasil Berkurang). Hukum ini menyatakan bahwa apabila penggunaan satu
macam input ditambah sedang input-input yang lain tetap maka tambahan
output yang dihasilkan dari setiap tambahan satu unit input yang ditambahkan
tadi mula-mula naik, tetapi kemudian seterusnya menurun jika input tersebut
terus ditambahkan.
Fungsi Produksi Dengan Satu Faktor Produksi Variabel
Fungsi produksi dengan satu faktor produksi adalah hubungan antara
tingkat produksi dengan satu macam faktor produksi yang digunakan ,
sedangkan faktor-faktor produksi yang lain dianggap penggunaannya tetap
pada tingkat tertentu (ceteris paribus). Secara matematis fungsi produksi
tersebut dapat dinyatakan:
Y = f (X1/ X2, X3 ....., Xn)
,
Fungsi ini dibaca : produk Y adalah fungsi dari faktor produksi X 1 , jika
faktor-faktor produksi X2, X3, ......, Xn ditetapkan penggunaannya pada suatu
tingkat tertentu. Jadi, satusatunya faktor produksi yang dapat diubah jumlah
penggunaannya adalah faktor produksi X1.
Di dalam mempelajari fungsi produksi terdapat tiga ukuran penting yang perlu
diperhatikan, yaitu (1) Produk Total (PT), (2) Produk Rata-Rata (PR), dan
(3) Produk Marjinal (PM). Produk Total adalah tingkat produksi total ( = Y ,
dalam fungsi produksi diatas). Produk Rata-Rata adalah hasil rata-rata per
unit input variabel ( = Y/X). Produk Marjinal adalah tambahan output yang
dihasilkan dari tambahan satu unit input variabel ( ∂Y/∂X atau ÄY /ÄX). Untuk
menganalisis fungsi produksi tersebut perlu dipahami kurvekurve yang
berkaitan dengan ketiga ukuran di atas, yaitu:
(1) Kurve Produk Total (KPT) atau Total Physical Product Curve (TPP)
yaitu kurve yang menunjukkan tingkat produksi total (=Y) pada
berbagai tingkat penggunaan input variabel.
(2) Kurve Produk Rata-Rata (KPR) atau Average Physical Product Curve
(APP), yaitu kurve yang menunjukkan hasil rata-rata per unit
input variabel pada berbagai tingkat penggunaan input tersebut.
(3) Kurve Produk Marginal (KPM) atau Marginal Physical Product
Curve (MPP), yaitu kurve yang menunjukkan tambahan output (Y)
yang disebabkan oleh penggunaan tambahan satu unit input variabel.
Efisiensi dan Produksi Optimum
Konsep efisiensi dapat dipandang dari dua aspek, yaitu dari aspek teknis dan
dari aspek ekonomis. Konsep efisiensi dari aspek teknis dinamakan konsep
efisiensi teknis. Efisiensi teknis maksimum dicapai pada saat dicapai produk
rata-rata maksimum. Tingkat pemakaian faktor produksi yang menghasilkan
produk rata-rata maksimum, secara teknis dipandang sebagai tingkat produksi
optimum. Untuk menentukan tingkat efisiensi dan produksi optimum secara
teknis ini cukup dengan diketahuinya fungsi produksi.
Konsep efisiensi dari aspek ekonomis dinamakan konsep efisiensi ekonomis atau
efisiensi harga. Dalam teori ekonomi produksi, pada umumnya menggunakan
konsep ini. Dipandang dari konsep efisiensi ekonomis, pemakaian faktor
produksi dikatakan efisien apabila ia dapat menghasilkan keuntungan
maksimum. Untuk menentukan tingkat produksi optimum menurut konsep
efisiensi ekonomis, tidak cukup hanya dengan mengetahui fungsi produksi. Ada
syarat lagi yang harus diketahui, yaitu rasio harga harga input-output. Secara
matematis, syarat tersebut adalah sebagai berikut. Keuntungan
(π)
dapat ditulis
:
ð
= PY.Y - Px.X, di mana Y = jumlah produk; PY = harga produk; X = faktor
produksi; PX = harga faktor produksi. Agar supaya ð mencapai maksimum maka
turunan pertama fungsi tersebut harus sama dengan nol atau dapat ditulis sebagai
berikut:
Jadi jelaslah bahwa untuk menentukan tingkat produksi optimum menurut konsep
efisiensi ekonomis diperlukan dua syarat , yaitu:
(1) Syarat keharusan (necessary condition) : hubungan teknis antara produk
dan faktor produksi atau fungsi produksi;
(2) Syarat kecukupan ( sufficiency condition) : nilai produk marginal dari
faktor produksi yang dipakai harus sama dengan harga satuan faktor
produksi itu.
Fungsi Produksi Dengan Dua Faktor Produksi Variabel
Dalam analisis ini dimisalkan hanya ada dua faktor produksi yang dapat diubahubah penggunaannya di dalam proses produksi. Dimisalkan pula bahwa kedua
faktor produksi tersebut dapat saling menggantikan. Misalnya, faktor produksi X1
dapat menggantikan faktor produksi X2, demikian pula sebaliknya X2 dapat
menggantikan X1. Masalah yang dihadapi produsen atau pengusaha dalam
kasus ini adalah kombinasi mana dari penggunaan dua faktor produksi itu
yang memerlukan biaya tertendah untuk menghasilkan suatu jumlah produk
tertentu ( least cost combination).
Untuk menjawab masalah tersebut perlu pemahaman beberapa konsep, (1)
isoquant atau isoproduct atau kurve produksi sama; (2) daya substitusi marginal
atau marginal rate of technical substitution (MRTS); dan (3) isocost atau price
line atau garis harga.
Kombinasi Dua Input Dengan Biaya Terendah (Least Cost Combination)
Persoalan least cost combination adalah menentukan kombinasi input
mana yang memerlukan biaya terendah apabila jumlah produksi yang ingin
dihasilkan telah ditentukan. Dalam hal ini pengusaha masih dapat menghemat
biaya untuk menghasilkan produk tertentu selama nilai input yang digantikan
atau disubstitusi masih lebih besar dari nilai input yang menggantikan atau yang
mensubstitusi. Jadi, selama ÄX2.P2 > ÄX1.P1 maka penggantian ÄX2 oleh ÄX1
masih menguntungkan. Biaya sudah mencapai minimum apabila ÄX2 . P2 =
ÄX1.P1 atau ÄX2/ ÄX1 = P1/P2 atau MRTSX1X2 = P1/P2.
Dengan demikian untuk menentukan kombinasi dua input dengan biaya terendah
diperlukan dua syarat :
(1) isoquant untuk tingkat output yang dikehendaki dan daya substitusi
marginal antara kedua input harus diketahui (syarat keharusan), dan
(2) daya substitusi marginal dari X1 untuk X2 ( MRTSX1X2) harus sama dengan
rasio harga X1 dan harga X2 (syarat kecukupan) atau MRTS X 1 X 2 = P 1 /P 2
atau
PM X 1 /PM X 2 = P 1 /P 2 atau PMX1/P1 = PMX2/P2.
Download