studi komparasi model pembelajaran kooperatif metode tai

advertisement
STUDI KOMPARASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
METODE TAI (TEAMS ASSISTED INDIVIDUALIZATION ) DAN JIGSAW
DITINJAU DARI KEMAMPUAN MEMORI TERHADAP PRESTASI
BELAJAR
SISWA PADA MATERI POKOK TATA NAMA SENYAWA
KELAS X SEMESTER I SMA NEGERI 1 NGUTER
TAHUN AJARAN 2009/2010
Oleh:
DIAN PURNAMASARI
K 3305005
Skripsi
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana
Pendidikan Program Pendidikan Kimia Jurusan Pendidikan Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
2
HALAMAN PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji
Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Surakarta,
Desember 2009
Pembimbing I
Pembimbing II
Prof. Dr. H. Ashadi
NIP. 19510102 197501 1 001
Sri Retno Dwi Ariani, S.Si., M.Si.
NIP. 19711216 199802 2 004
3
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima
untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Pada hari
:
Tanggal
:
Tim Penguji Skripsi
Nama Terang
Tanda Tangan
Ketua
…………….
: Dra. Bakti Mulyani, M.Si.
Sekretaris : Elfi Susanti, V.H., S.Si, M.Si.
Anggota I : Prof. Dr. H. Ashadi.
……………..
Anggota II : Sri Retno Dwi Ariani, S.Si, M.Si.
Disahkan Oleh
Fakultas
Keguruan
dan
Ilmu
Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
Dekan
Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd
NIP. 19600727 198702 1 001
……………..
………………
4
ABSTRAK
Dian Purnamasari. STUDI KOMPARASI MODEL PEMBELAJARAN
KOOPERATIF METODE TAI (TEAMS ASSISTED INDIVIDUALIZATION)
DAN JIGSAW DITINJAU DARI KEMAMPUAN MEMORI TERHADAP
PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK TATA NAMA
SENYAWA KELAS X SEMESTER I SMA NEGERI 1 NGUTER TAHUN
AJARAN 2009/2010. Skripsi. Surakarta. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
Universitas Sebelas Maret surakarta. Februari, 2010.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) perbedaan prestasi
belajar siswa yang diberi metode pembelajaran TAI dan Jigsaw. (2) perbedaan
prestasi belajar bagi siswa yang mempunyai kemampuan memori tinggi dan
rendah.
(3) interaksi antara metode pembelajaran TAI dan Jigsaw dengan
kemampuan memori siswa terhadap prestasi belajar siswa.
Penelitian ini adalah penelitian eksperimen dengan rancangan factorial
2x2. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas X-2 dan X-4 di SMA Negeri
1 Nguter yang diambil dengan teknik cluster random sampling. Data
dikumpulkan menggunakan tes kognitif, angket afektif dan dokumentasi. Teknik
analisis data menggunakan analisis variansi dua jalan yang dilanjutkan dengan uji
Scheffe.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pada siswa kelas X
semester I SMA Negeri 1 Nguter tahun pelajaran 2009/2010 dilihat dari prestasi
belajar kognitif siswa : (1) terdapat perbedaan prestasi belajar siswa yang diberi
metode pembelajaran TAI dan Jigsaw, ini ditunjukkan dengan rerata selisih nilai
kognitif kelas TAI dan Jigsaw adalah 27,50 dan 21,10. (2) terdapat perbedaan
prestasi belajar bagi siswa yang mempunyai kemampuan memori tinggi dan
rendah, ini ditunjukkan dengan nilai prestasi belajar kognitif siswa untuk kategori
kemampuan memori tinggi dan rendah adalah 27,6191 dan 20,6316. (3) tidak
terdapat interaksi antara metode pembelajaran kooperatif TAI dan Jigsaw dengan
tinggi rendahnya kemampuan memori siswa terhadap prestasi belajar kimia siswa.
Sedangkan dari prestasi belajar afektif : (1) tidak terdapat perbedaan prestasi
belajar siswa yang diberi metode pembelajaran TAI dan Jigsaw, hal ini
ditunjukkan dengan rerata selisih nilai afektif kelas TAI dan Jigsaw adalah 8,3300
5
dan 6,7975.
(2) tidak terdapat perbedaan prestasi belajar bagi siswa yang
mempunyai kemampuan memori tinggi dan rendah, ini ditunjukkan dengan nilai
prestasi belajar afektif siswa kategori kemampuan memori tinggi dan rendah
adalah 8,2357 dan 6,8211. (3) tidak terdapat interaksi antara metode pembelajaran
kooperatif TAI dan Jigsaw dengan tinggi rendahnya kemampuan memori siswa
terhadap prestasi belajar kimia siswa pada materi pokok yang sama.
6
ABSTRACT
Dian Purnamasari. COMPARISON STUDY OF COOPERATIVE LEARNING
IN METHOD TAI (TEAMS ASSISTED INDIVIDUALIZATION) AND
JIGSAW OBSERVED FROM MEMORY TOWARD STUDENTS’S
ACHIEVEMENT AT SUBJECT MATTER NOMENCLATURE OF
COMPOUNDS OF TENTH GRADES OF THE 1st SEMESTER IN SMA
NEGERI 1 NGUTER OF ACADEMIC YEAR 2009/2010. Skripsi. Surakarta.
Teacher Training and Education Faculty of Sebelas Maret University. February,
2010.
The aims of this research were knowing : (1) different of students’s
achievement who have been given TAI and Jigsaw learning method. (2) different
of students’s achievement who had high and low memory. (3) interaction between
TAI and Jigsaw learning method with students memory to students achievement.
Research used experiment method with factorial 2 x 2 design. The samples
were students in class X-2 and X-4 SMA Negeri 1 Nguter used cluster random
sampling technique. The datas were submited with cognitive test, afective test and
filing. The analysis technique used anova and Scheffe trial.
Based on the result of research can be concluded that students were in
tenth grades of the 1st semester in SMA Negeri 1 Nguter of academic year
2009/2010, from the cognitive achievement : (1) there is different of students’s
achievement who have been given TAI and Jigsaw learning method, it was shown
with average of cognitive achievement TAI and Jigsaw class were 27,50 and
21,10. (2) there is different of achievement for students who had high and low
memory, it was shown with cognitive achievement were 27,6191 dan 20,6316.
(3) there is no interaction between TAI and Jigsaw learning with memory to
students’s achievement. From the afective achievement : (1) there is no different
of students’s achievement who have been given TAI and Jigsaw learning method,
it was shown with average of afective achievement were 8,3300 and 6,7975. (2)
there is no different of learning achievement for students who had high and low
memory, it was shown with afective achievement were 8,2357 dan 6,8211. (3)
there is no interaction between TAI and Jigsaw learning with memory to
students’s achievement.
7
MOTTO
“Sekecil apapun sesuatu akan berarti apabila kita tahu akan cara memanfaatkannya”
(Penulis)
”Aku akan berjalan dengan bentukku sendiri. Karena jika ku berjalan dengan bentuk orang
lain, hanya kelelahan yang akan kudapatkan dari perjalananku”.
(Penulis)
8
PERSEMBAHAN
Karya sederhana ini penulis persembahkan untuk:
v Bapak, Ibu dan Adikku atas segala cinta, doa dan
dukungan untuk terus berusaha.
v Maz Catur atas segala pengorbanan dan kesabarannya.
v Seluruh keluarga dan saudaraku.
v Sahabatku, Rika.
v Teman-temanku Kimia ’05.
v Semua pihak yang telah membantu terselesainya skripsi
ini.
v Almamater.
9
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbil’alamin. Segala puji syukur penulis panjatkan
kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik, hidayah dan
inayah-Nya, sehingga setelah melalui perjuangan panjang penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini guna memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan
gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Kimia Jurusan P. MIPA FKIP UNS
Surakarta.
Banyak
hambatan
dan
kesulitan-kesulitan
dalam
penelitian
dan
penyelesaian penulisan skripsi ini. Namun berkat bantuan dari berbagai pihak,
akhirnya hambatan dan kesulitan-kesulitan yang timbul dapat teratasi. Untuk itu
penulis mengucapkan terima kasih secara tulus ikhlas kepada yang terhormat :
1. Bapak Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd, selaku Dekan FKIP UNS
yang telah memberikan ijin penyusunan skripsi ini.
2. Ibu Dra. Hj. Kus Sri Martini, M.Si, selaku Ketua Jurusan P. MIPA UNS yang
telah memberikan izin atas penyusunan skripsi ini.
3. Ibu Dra. Hj. Tri Redjeki, M.S, selaku Ketua Program Kimia Jurusan P. MIPA
FKIP UNS yang telah memberikan ijin atas penyusunan skripsi ini.
4. Bapak Prof. Dr. H. Ashadi, selaku pembimbing I atas waktu, bimbingan,
petunjuk, nasehat dan inspirasi bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Ibu Sri Retno Dwi Ariani, S.Si, M.Si., selaku pembimbing II atas waktu, saran
dan masukan yang berguna bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Bapak Drs. Harmani, M.Hum., selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Nguter
yang telah memberi ijin untuk melaksanakan tryout dan penelitian.
7. Bapak Sunaryo, S.Pd., selaku Wakasek Kurikulum SMA Negeri 1 Nguter
yang telah banyak membantu dalam penelitian skripsi ini.
8. Ibu Nur Mubiyarsih, S.Pd., selaku Guru Kimia SMA Negeri 1 Nguter atas
bimbingan, petunjuk dan kerjasamanya dalam pelaksanakan penelitian.
9. Siswa-siswi kelas X-2, X-4, dan XI IPA 2 SMA N1Nguter, atas kerjasamanya.
10
10. Berbagai pihak yang tidak memungkinkan untuk disebutkan satu persatu yang
telah membantu dan memberikan dukungan dalam penyelesaian skripsi ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih
jauh dari kesempurnaan, maka penulis mengharapkan saran dan kritik yang
membangun demi sempurnanya penulisan ini.
Akhirnya semoga Allah SWT membalas kebaikan dan keikhlasan beliaubeliau yang tersebut di atas. Harapan penulis semoga skripsi ini bermanfaat bagi
pembaca. Allahumma amin.
Surakarta, Januari 2010
Penulis
11
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAM JUDUL ....................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... iii
HALAMAN ABSTRAK.................................................................................. iv
HALAMAN MOTTO ...................................................................................... vii
HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... viii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... ix
DAFTAR ISI .................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiv
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xvii
BAB I
PENDAHULUAN ............................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah.............................................................. 1
B. Identifikasi Masalah .................................................................... 5
C. Pembatasan Masalah ................................................................... 5
D. Perumusan Masalah .................................................................... 6
E. Tujuan Penelitian ........................................................................ 6
F. Manfaat Penelitian ...................................................................... 7
BAB II LANDASAN TEORI ........................................................................ 8
A. Tinjauan Pustaka ......................................................................... 8
1. Studi Komparasi .................................................................... 8
2. Metode Pembelajaran ............................................................ 8
3. Model Pembelajaran Kooperatif ........................................... 9
4. Model Pembelajaran Kooperatif Metode TAI ...................... 13
5. Model Pembelajaran Kooperatif Metode Jigsaw .................. 16
6. Kemampuan Memori ............................................................ 18
12
7. Prestasi Belajar ...................................................................... 21
8. Tata Nama Senyawa.............................................................. 23
B. Kerangka Berpikir ....................................................................... 29
C. Hipotesis...................................................................................... 32
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ....................................................... 33
A. Tempat Penelitian ....................................................................... 33
1. Tempat penelitian .................................................................. 33
2. Waktu penelitian ................................................................... 33
B. Metode Penelitian ....................................................................... 33
C. Penetapan Populasi dan teknik Pengambilan sampel ................. 34
1. Penetapan Populasi ............................................................... 34
2. Teknik Pengambilan Sampel ................................................ 34
D. Variabel Penelitian ...................................................................... 34
1. Definisi Operasional Variabel Penelitian .............................. 34
a. Variabel Bebas ................................................................ 34
b. Variabel Terikat .............................................................. 35
2. Skala Pengukuran Variabel Bebas ........................................ 35
E. Teknik Pengumpulan Data .......................................................... 35
1. Metode Pengumpulan Data ................................................... 35
2. Instrumen Penelitian ............................................................. 36
a. Tes Kognitif .................................................................... 36
b. Angket Afektif ................................................................ 36
c. Tes Kemampuan Memori................................................ 37
3. Uji Coba Instrumen ............................................................... 37
a. Uji Coba Kognitif............................................................ 38
1) Validitas ...................................................................... 38
2) Reliabilitas .................................................................. 39
3) Tingkat Kesukaran ...................................................... 40
4) Daya Pembeda ............................................................ 40
b. Uji Coba Angket Afektif ................................................. 41
1) Validitas ...................................................................... 41
13
2) Reliabilitas .................................................................. 42
c. Uji Coba Tes Memori ..................................................... 43
F. Teknik Analisis Data ................................................................... 44
1. Uji Prasyarat Analis .............................................................. 44
a. Uji Normalitas ................................................................. 44
b. Uji Homogenitas ............................................................. 45
2. Uji Hipotesis ......................................................................... 45
3. Uji Komparasi Ganda............................................................ 49
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................ 50
A. Deskripsi Data ............................................................................. 50
1. Skor Kemampuan Memori Siswa Materi Pokok
Tata Nama Senyawa Kelas TAI dan Jigsaw ......................... 50
2. Prestasi Belajar Materi Pokok
Tata Nama Senyawa Kelas TAI ............................................ 52
4. Prestasi Belajar Materi Pokok
Tata Nama Senyawa Kelas Jigsaw ....................................... 52
5. Selisih Nilai Kognitif Materi Pokok Tata Nama Senyawa
pada Kelas TAI dan Jigsaw .................................................. 53
6. Selisih Nilai Afektif Materi Pokok Tata Nama Senyawa
pada Kelas TAI dan Jigsaw .................................................. 54
B. Hasil Penelitian dan Prasyarat Analis ........................................ 55
1. Uji Keseimbangan ................................................................. 55
2. Uji Normalitas ....................................................................... 55
3. Uji Homogenitas ................................................................... 57
C. Hasil Pengujian dan Pembahasan Hipotesis ............................... 58
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN........................................ 71
A. Simpulan ..................................................................................... 71
B. Implikasi...................................................................................... 72
C. Saran............................................................................................ 73
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 74
LAMPIRAN ..................................................................................................... 76
14
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.
Daftar Nama Ion Positif (Kation)................................................
25
Tabel 2.
Daftar Nama Ion Negatif (Anion) ...............................................
26
Tabel 3.
Daftar Nama Senyawa Alkana ....................................................
27
Tabel 4.
Daftar Nama Senyawa Alkena ....................................................
28
Tabel 5.
Daftar Nama Senyawa Alkuna ....................................................
28
Tabel 6.
Rancangan Penelitian Faktorial 2x2 ...........................................
33
Tabel 7.
Skor Penilain Afektif ..................................................................
37
Tabel 8.
Rangkuman Hasil Uji Validitas Soal Kognitif............................
38
Tabel 9.
Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Soal Kognitif ........................
39
Tabel 10. Rangkuman Hasil Uji Taraf Kesukaran Soal Kognitif ...............
40
Tabel 11. Rangkuman Hasil Uji Daya Beda Soal Kognitif ........................
41
Tabel 12. Rangkuman Hasil Uji Validitas Angket Afektif .........................
42
Tabel 13. Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Angket Afektif .....................
43
Tabel 14. Data Amatan, Rataan dan Jumlah Kuadrat Deviasi ....................
46
Tabel 15. Perbandingan Skor Kemampuan Memori Siswa
Kelas Eksperimen TAI dan Kelas Eksperimen Jigsaw................
51
Tabel 16. Rangkuman Deskripsi Data Penelitian.........................................
52
Tabel 17. Perbandingan Distribusi Frekuensi Selisih Nilai Kognitif
Kelas Eksperimen TAI dan Kelas Eksperimen Jigsaw..................
53
Tabel 18. Perbandingan Distribusi Frekuensi Selisih Nilai Afektif
Kelas Eksperimen TAI dan Kelas Eksperimen Jigsaw...................
54
Tabel 19. Rangkuman Hasil Uji Normalitas Nilai Keadaan Awal Siswa.......
56
Tabel 20. Rangkuman Hasil Uji Normalitas Nilai Kemampuan
Memori Siswa.................................................................................
56
Tabel 21. Rangkuman Hasil Uji Normalitas Nilai Kemampuan Kognitif......
56
Tabel 22. Rangkuman Hasil Uji Normalitas Nilai Kemampuan Afektif........
56
15
Tabel 23. Rangkuman Hasil Uji Homogenitas................................................
57
Tabel 24. Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan Sel Tak Sama
Aspek kognitif................................................................................
58
Tabel 25. Rangkuman Uji Komparasi Ganda Aspek Kognitif.......................
59
Tabel 26. Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan Sel Tak Sama
Aspek Afektif.................................................................................
64
16
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.
Tim-tim Jigsaw ........................................................................
17
Gambar 2.
Paradigma Penelitian................................................................
31
Gambar 3.
Histogram Perbandingan Skor Kemampuan Memori Siswa
Kelas Eksperimen TAI dan Kelas Eksperimen Jigsaw............
Gambar 4.
51
Histogram Perbandingan Distribusi Frekuensi Selisih Kognitif
Kelas Eksperimen TAI dan Kelas Eksperimen Jigsaw ............
53
Gambar 5. Histogram Perbandingan Distribusi Frekuensi Selisih Afektif
Kelas Eksperimen TAI dan Kelas Eksperimen Jigsaw..............
54
17
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1.
Silabus ...................................................................................
76
Lampiran 2.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran .....................................
78
Lampiran 3.
Lembar Kerja Siswa Metode TAI dan Jigsaw ......................
86
Lampiran 4.
Kunci Jawaban Tugas Kelompok .........................................
97
Lampiran 5.
Kunci Jawaban Tugas Individu..............................................
98
Lampiran 6.
Kisi-Kisi Soal Kognitif .........................................................
99
Lampiran 7.
Instrumen Soal Prestasi Belajar Tata Nama Senyawa
Kelas X Semester 1 ...............................................................
100
Lampiran 8.
Kunci Jawaban Soal Kognitif ...............................................
106
Lampiran 9.
Lembar Jawaban ...................................................................
107
Lampiran 10. Instrumen Tes Afektif ...........................................................
108
Lampiran 11. Instrumen Tes Kemampuan Memori ....................................
111
Lampiran 12. Contoh Perhitungan Uji Coba Instrumen Kognitif ...............
113
Lampiran 13. Rangkuman Hasil Perhitungan Uji Coba Kognitif ...............
116
Lampiran 14. Daftar Nama dan Nilai UTS Semester 1 Kelas X-2..............
117
Lampiran 15. Daftar Nama dan Nilai UTS Semester 1 Kelas X-4..............
118
Lampiran 16. Daftar Nama Kelompok Siswa Kelas X-2 yang Diajar
Metode TAI ...........................................................................
119
Lampiran 17. Daftar Nama Kelompok Siswa Kelas X-4 yang Diajar
Metode Jigsaw ......................................................................
120
Lampiran 18. Uji Validitas, Reliabilitas, Taraf Kesukaran,
dan Daya Pembeda Soal Kognitif .........................................
122
Lampiran 19. Uji Validitas dan Reliabilitas Angket Afektif .......................
125
Lampiran 20. Uji Reliabilitas Tes Kemampuan Memori ............................
127
Lampiran 21. Data Induk Penelitian ............................................................
128
Lampiran 22. Distribusi Frekuensi ..............................................................
142
18
Lampiran 23. Perhitungan Uji T-Matching Keadaan Awal Siswa ..............
153
Lampiran 24. Uji Normalitas .......................................................................
154
Lampiran 25. Uji Homogenitas ...................................................................
182
Lampiran 26. Anava 2 Jalan Sel Tak Sama Kemampuan Kognitif .............
192
Lampiran 27. Anava 2 Jalan Sel Tak Sama Kemampuan Afektif ...............
197
Lampiran 28. Uji Pasca Kemampuan Kognitif ...........................................
202
Lampiran 29. Dokumentasi Penelitian ........................................................
204
Lampiran 30. Jurnal Internasional ...............................................................
205
Lampiran 31. Perijinan ................................................................................
217
19
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan pada dasarnya merupakan proses untuk membantu manusia
dalam mengembangkan dirinya sehingga mampu menghadapi setiap perubahan
yang terjadi. Berbicara tentang pendidikan pada umumnya, maka harus disadari
segala proses pendidikan selalu diarahkan untuk dapat menyediakan tenaga
terdidik bagi kepentingan bangsa Indonesia. Salah satu usaha untuk memenuhi
upaya tersebut adalah dengan peningkatan kualitas pendidikan yang ada. Oleh
karena itu pembangunan pendidikan diarahkan ke peningkatan harkat, martabat
dan kualitas sumber daya manusia. Diberlakukannya Kurikulum Berbasis
Kompetensi (KBK) dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
merupakan salah satu upaya untuk membenahi sistem pendidikan di Indonesia.
Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik
memiliki posisi sentral untuk mengembangkan kompetensinya agar menjadi
manusia yang beriman dan betakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, akhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis
serta bertanggung jawab. Untuk mendukung pencapaian tujuan tersebut
pengembangan
kompetensi
peserta
didik
disesuaikan
dengan
potensi,
perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik serta tuntutan
lingkungan. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) disusun dengan
mengacu pada Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) yang telah
ditetapkan pemerintah untuk menjamin pencapaian tujuan pendidikan nasional.
Penyusunan KTSP berpedoman pada panduan yang disusun Badan Standar
Nasional Pendidikan (BSNP) dan ketentuan lain yang menyangkut kurikulum
dalam UU 20/2003 dan PP 19/2005 (http://media.diknas.go.id).
Seperti yang dijelaskan di dalam http://guruw.wordpress.com KTSP
dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut:
1. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta
didik dan lingkungannya.
1
20
2. Beragam dan terpadu.
3. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.
4. Relevan dengan kebutuhan kehidupan.
5. Menyeluruh dan berkesinambungan.
6. Belajar sepanjang hayat.
7. Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah.
Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, kimia adalah salah satu mata
pelajaran yang ada di kurikulum SMA. Kimia merupakan salah satu pelajaran IPA
yang pada hakekatnya merupakan pengetahuan yang berdasarkan fakta, hasil
pemikiran dan produk hasil penelitian yang dilakukan para ahli, sehingga untuk
kemudian perkembangan ilmu kimia diarahkan pada produk ilmiah, metoda
ilmiah dan sikap ilmiah yang dimiliki siswa dan akhirnya bermuara pada
peningkatan prestasi belajar siswa.
Kimia diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, namun tidak sedikit orang
yang menganggap kimia sebagai ilmu yang kurang menarik. Hal ini disebabkan
kimia erat hubungannya dengan ide-ide atau konsep-konsep abstrak yang
membutuhkan penalaran ilmiah, sehingga belajar kimia merupakan kegiatan
mental yang membutuhkan penalaran tinggi. Berkaitan dengan hal itu, tenaga
pendidik harus pandai memilih metode pembelajaran sehingga siswa tidak
mengalami kesulitan ataupun kejenuhan ketika belajar kimia.
Salah satu upaya yang dapat ditempuh oleh guru dalam rangka
memperbaharui model pembelajaran agar tujuan belajar siswa dapat tercapai
adalah dengan penerapan strategi pembelajaran kooperatif. Ada beberapa alasan
digunakannya model pembelajaran kooperatif, diantaranya adalah dapat
meningkatkan prestasi para siswa, dan juga akibat positif lainnya yang dapat
mengembangkan hubungan antar kelompok, penerimaan terhadap teman sekelas
yang lemah di bidang akademik, dan meningkatkan rasa harga diri. (Slavin,
2008:4).
Dalam proses belajar, keberhasilan belajar siswa tidak terlepas dari faktor
internal dan faktor eksternal. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2002:239-240)
“Keberhasilan belajar siswa dipengaruhi oleh banyak faktor yang secara garis
21
besar dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu faktor dari dalam diri siswa
(faktor internal) dan faktor dari luar siswa (faktor eksternal)”. Intelegensi
merupakan salah satu faktor internal yang banyak diakui oleh ahli dan masyarakat
sebagai faktor yang penting dalam menentukan keberhasilan belajar siswa.
Thurston dalam Dewa Ketut Sukardi (2003:18) menuturkan, “Intelegensi terdiri
dari tujuh kecakapan primer yaitu kemampuan menggunakan bahasa, kefasihan
kata-kata, kecakapan menghitung, kemampuan orientasi ruang, kemampuan
memori, kemampuan mengamati dengan cermat dan tepat dan kemampuan
berpikir logis”. Salah satu komponen intelegensi yang perlu diperhatikan sebagai
penyebab keberhasilan belajar adalah kemampuan memori.
Menurut Agus Sujanto (2004:41), “Memori atau ingatan ialah suatu daya
jiwa yang dapat menerima, menyimpan dan mereproduksi kembali pengertianpengertian atau tanggapan-tanggapan yang telah lampau”. Kemampuan memori
sangat dibutuhkan seseorang di dalam kehidupannya, terutama dalam kegiatan
belajar. Segala macam belajar melibatkan ingatan, tanpa ingatan seseorang tidak
dapat mengingat sesuatu mengenai pengalamannya. Tanpa ingatan tidak akan
terjadi proses belajar pada diri seseorang, bahkan tidak dapat melakukan
percakapan yang sederhana sekalipun. Siswa yang memiliki kemampuan memori
tinggi dimungkinkan lebih berhasil dalam proses belajar bila dibandingkan
dengan siswa yang memiliki kemampuan memori rendah.
Materi pokok Tata Nama Senyawa bersifat hafalan dan membutuhkan
pemahaman. Oleh karena itu diharapkan dengan model pembelajaran kooperatif
yang memungkinkan siswa berdiskusi dan bertukar pikiran dengan temantemannya dapat memudahkan pemahaman siswa terhadap materi tersebut. Dua
diantara model pembelajaran kooperatif adalah metode Teams Assisted
Individualization (TAI) dan Jigsaw. Penggunaan metode ini diharapkan dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa mata pelajaran kimia khususnya materi pokok
Tata Nama Senyawa.
Metode TAI merupakan metode pembelajaran secara kelompok dimana
terdapat seorang siswa yang lebih mampu berperan sebagai asisten yang bertugas
membantu secara individual siswa lain yang kurang mampu dalam suatu
22
kelompok. Dalam hal ini peran pendidik hanya sebagai fasilitator dan mediator
dalam proses belajar mengajar. Pendidik cukup menciptakan kondisi lingkungan
belajar yang kondusif bagi peserta didiknya. Metode TAI akan memotivasi siswa
saling membantu anggota kelompoknya sehingga tercipta semangat dalam sistem
kompetensi dengan lebih mengutamakan peran individu tanpa mengorbankan
aspek kooperatif.
Metode lain adalah Jigsaw, pada Jigsaw siswa menjadi anggota
kelompok asal (home group) dan sebagai kelompok ahli (expert group). Para
siswa dalam kelompok ahli bertanggung jawab terhadap penguasaan materi yang
menjadi bagian yang dipelajari dan wajib mengajarkan kepada anggota lain di
dalam kelompok asal/ home group (Arends, 2008:13). Adanya tanggung jawab
dari masing-masing siswa untuk menguasai materi dan mengajarkan kepada
anggota kelompoknya diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
SMA Negeri 1 Nguter merupakan bagian pendidikan pada umumnya.
Dalam kegiatan belajar mengajarnya guru masih menggunakan metode ceramah
(metode konvensional). Hal ini menyebabkan siswa tidak aktif selama proses
belajar mengajar berlangsung, akibatnya prestasi belajar siswa dari tahun ke tahun
tidak mengalami peningkatan. Salah satu penerapan metode ceramah adalah pada
materi pokok Tata Nama Senyawa yang diajarkan pada siswa kelas X semester 1.
Materi pokok Tata Nama Senyawa bersifat hafalan dan membutuhkan
pemahaman, jika guru hanya menggunakan metode ceramah maka pembelajaran
hanya terpusat pada guru sedangkan siswa hanya duduk dan mendengarkan materi
yang disampaikan oleh guru. Ini menyebabkan tujuan pembelajaran tidak akan
tercapai sehingga prestasi belajar siswa turun. Hal ini terlihat pada nilai rata-rata
kimia Ujian Tengah Semester tahun 2009/2010 SMA Negeri 1 Nguter di kelas
X-2 dan X-4 masing-masing adalah 51,12 dan 50,40.
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, maka perlu adanya
pembaharuan yaitu mengubah model pembelajaran konvensional yang selama ini
digunakan dengan model pembelajaran kooperatif. Pada penelitian ini akan dicoba
untuk mengembangkan model pembelajaran kooperatif metode TAI dan Jigsaw
23
ditinjau dari kemampuan memori siswa pada materi pokok Tata Nama Senyawa
kelas X semester 1.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas dapat
diidentifikasi permasalahan sebagai berikut :
1. mengapa siswa SMA Negeri 1 Nguter sukar mempelajari ilmu kimia?
2. perlukah pengembangan metode pembelajaran yang dapat melibatkan
keikutsertaan siswa dalam proses belajar di SMA Negeri 1 Nguter?
3. apakah guru di SMA Negeri 1 Nguter perlu memperhatikan kemampuan
memori siswa saat memulai pelajaran?
4. apakah perbedaan penggunaan metode pembelajaran mempengaruhi prestasi
belajar siswa?
5. apakah perbedaan kemampuan memori menyebabkan perbedaan prestasi
belajar siswa?
6. apakah perbedaan kemampuan memori siswa dengan metode TAI dan Jigsaw
dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa?
C. Pembatasan Masalah
Agar permasalahan dan pembahasan dalam penelitian ini lebih terarah
dan jelas, maka penelitian ini membatasi masalah pada :
1. model pembelajaran kooperatif yang digunakan adalah metode TAI (Teams
Assisted Individualization) dan Jigsaw.
2. materi pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini dibatasi pada
pelajaran kimia kelas X semester 1 pada materi pokok Tata Nama Senyawa.
3. siswa yang dimaksud dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Negeri 1
Nguter tahun ajaran 2009/2010.
4. prestasi belajar siswa adalah hasil belajar siswa materi pokok Tata Nama
Senyawa yang meliputi ranah kognitif dan afektif dengan memperhatikan
kemampuan memori siswa.
24
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah di atas, maka
dapat disusun rumusan masalah sebagai berikut :
1. apakah terdapat perbedaan prestasi belajar siswa yang diberi metode TAI dan
Jigsaw pada materi pokok Tata Nama Senyawa kelas X semester 1 SMA
Negeri 1 Nguter tahun ajaran 2009/2010?
2. apakah terdapat perbedaan prestasi belajar bagi siswa yang mempunyai
kemampuan memori tinggi dan rendah pada materi pokok Tata Nama
Senyawa kelas X semester 1 SMA Negeri 1 Nguter tahun ajaran 2009/2010?
3. apakah terdapat interaksi antara metode TAI dan Jigsaw dengan kemampuan
memori siswa terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok Tata Nama
Senyawa kelas X semester 1 SMA Negeri 1 Nguter tahun ajaran 2009/2010?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui:
1. perbedaan prestasi belajar siswa yang diberi metode TAI dan Jigsaw pada
materi pokok Tata Nama Senyawa kelas X semester 1
SMA Negeri 1 Nguter
tahun ajaran 2009/2010.
2. perbedaan prestasi belajar bagi siswa yang mempunyai kemampuan memori
tinggi dan rendah pada materi pokok Tata Nama Senyawa kelas X semester 1
SMA Negeri 1 Nguter tahun ajaran 2009/2010.
3. interaksi antara metode TAI dan Jigsaw dengan kemampuan memori siswa
terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok Tata Nama Senyawa kelas
X semester 1 SMA Negeri 1 Nguter tahun ajaran 2009/2010.
25
F. Manfaat Penelitian
Dengan penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain:
1. Manfaat Teoritis
Memperkuat teori yang sudah ada dalam bidang pendidikan, khususnya teori
pembelajaran dengan metode TAI dan Jigsaw yang ditinjau dari kemampuan
memori terhadap pencapaian prestasi belajar materi pokok Tata Nama
Senyawa.
2. Manfaat Praktis
a. Memberi masukan kepada tenaga pengajar khususnya di SMA Negeri 1
Nguter dalam mengembangkan suatu metode pembelajaran kooperatif
untuk meningkatkan prestasi belajar siswa.
b. Bahan acuan bagi para praktisi pendidikan untuk melakukam penelitian
metode pembelajaran kooperatif lebih lanjut.
26
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Teori
1. Studi Komparasi
Studi komparasi berasal dari dua kata yaitu studi dan komparasi.
a. Studi
Studi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia artinya kajian; telaah;
penelitian; penyelidikan ilmiah (Depdikbud, 1997:965). Dalam skripsi ini studi
berarti penelitian.
b. Komparasi
Komparasi berasal dari bahasa inggris “comparation”, yang artinya
perbandingan (Depdikbud, 1997:516). Menurut Van Dalen dalam Suharsimi
Arikunto (1997:246) “Penelitian komparasi yaitu ingin membandingkan dua atau
tiga kejadian dengan melihat penyebab-penyebabnya”.
Jadi studi komparasi merupakan suatu kegiatan untuk meneliti sesuatu hal
yang akan dibandingkan, dimana dalam penelitian ini yang dibandingkan adalah
proses belajar mengajar, kemampuan memori, prestasi belajar kognitif dan
prestasi belajar afektif siswa yang diberi metode TAI dan Jigsaw.
2. Metode Pembelajaran
Ada beberapa pendapat mengenai pengertian metode. Menurut Mulyani
Sumantri (2001:114) metode merupakan cara-cara yang ditempuh guru untuk
menciptakan situasi pengajaran yang benar-benar menyenangkan dan mendukung
bagi kelancaran proses belajar mengajar dan tercapainya prestasi belajar anak
yang memuaskan.
Menurut Mulyati Arifin (1995:107) metode mengajar menyangkut
permasalahan fisik apa yang harus diberikan kepada siswa, sehingga kemampuan
intelektualnya dapat berkembang, sehingga belajar dapat berjalan secara efisien
dan bermakna bagi siswa. Metode mengajar menurut Slameto (2003:65) adalah
suatu cara atau jalan yang harus dilalui di dalam mengajar.
27
Untuk mencapai hal- hal tersebut, maka guru harus dapat memilih dan
mengembangkan metode mengajar yang tepat, efisien dan efektif sesuai dengan
materi yang diajarkan. Dengan pemilihan metode yang tepat, maka akan
mempengaruhi belajar siswa dengan baik sehingga siswa benar-benar memahami
materi yang diberikan.
Terdapat beberapa faktor yang yang mempengaruhi baik dan tidaknya
suatu metode mengajar. Empat faktor yang dimaksud adalah “tujuan yang ingin
dicapai, siswa, situasi dan guru”.
Dari
pengertian
di
atas,
dapat
disimpulkan
pengertian
metode
pembelajaran adalah cara-cara yang ditempuh guru untuk menciptakan situasi
pengajaran yang benar-benar menyenangkan dan membuat kemampuan
intelektual siswa berkembang, sehingga belajar dapat berjalan secara efisien dan
bermakna bagi siswa.
3. Model Pembelajaran Kooperatif
Falsafah yang mendasari model pembelajaran gotong-royong dalam
pendidikan adalah falsafah homo homoni socius. Berlawanan dengan teori
Darwin, falsafah ini menekankan bahwa manusia adalah makhluk sosial. Kerja
sama merupakan kebutuhan yang sangat penting artinya bagi kelangsungan hidup.
Tanpa kerja sama, individu, keluarga, organisasi, atau sekolah tidak akan dapat
berjalan. Ironisnya, model pembelajaran kooperatif belum banyak diterapkan
dalam pendidikan, walaupun orang Indonesia sangat membanggakan diri dengan
adanya sifat gotong-royong dalam masyarakat.
Model pembelajaran kooperatif learning tidak sama dengan sekedar
belajar dalam kelompok. Ada unsur-unsur dasar yang membedakannya dengan
pembagian kelompok yang dilakukan tanpa pertimbangan. Pelaksanaan prosedur
pembelajaran kooperatif dengan benar akan memungkinkan pendidik mengelola
kelas dengan lebih baik dan efektif. Menurut Roger dan David Johnson dalam
Anita Lie (2004:31) untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur model
pembelajaran gotong-royong harus diterapkan, yaitu:
28
a. Saling ketergantungan positif
Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu menyusun
tugas
sedemikian
rupa
sehingga
setiap
anggota
kelompok
harus
menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain bisa mencapai tujuan mereka.
Intinya setiap anggota mempunyai tugas yang berlainan, kemudian berkumpul
dan bertukar pikiran atau informasi. Selanjutnya pengajar akan mengevaluasi
semua anggota mengenai seluruh bagian, sehingga dengan cara ini mau tidak
mau setiap anggota harus merasa bertanggung jawab untuk menyelesaikan
tugasnya agar anggota yang lain juga dapat berhasil.
b. Tanggung Jawab Perseorangan
Unsur ini merupakan akibat langsung dari unsur yang pertama. Jika tugas dan
prosedur penilaian dibuat menurut prosedur cooperative learning, setiap siswa
akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik.
c. Tatap Muka
Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertemu muka dan
berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan para pembelajar untuk
membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota. Hasil pemikiran
beberapa anggota akan lebih baik dari pada hasil pemikiran dari individu saja.
d.
Komunikasi Antar anggota
Unsur ini juga menghendaki agar para pembelajar dibekali dengan berbagai
ketrampilan berkomunikasi. Sebelum menugaskan siswa dalam kelompok,
pengajar perlu mengajarkan cara-cara berkomunikasi. Tidak setiap siswa
mempunyai keahlian mendengarkan dan berbicara. Keberhasilan suatu
kelompok bergantung pada kesediaan para anggotanya untuk saling
mendengarkan dan kemampuan mereka mengutarakan pendapat mereka.
e.
Evaluasi Proses Kelompok
Pengajar perlu
menjadwalkan
waktu
khusus
bagi
kelompok untuk
mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama kelompok tersebut
agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif (Anita Lie, 2004:31).
29
Dalam model pembelajaran kooperatif berarti siswa belajar bersama,
saling membantu dalam pembelajaran agar setiap anggota kelompok dapat
mencapai tujuan atau menyelesaikan tugas yang diberikan dengan baik. Dalam
model pembelajaran kooperatif, para siswa dikelompokkan secara variatif
(beraneka ragam) berdasarkan prestasi mereka sebelumnya, kesukaan/kebiasaan,
jenis kelamin, budaya, dan tingkat sosio-ekonomi yang berbeda.
Para siswa dalam kelompok kooperatif belajar bersama-sama dan
memastikan bahwa setiap anggota kelompok telah benar-benar menguasai
konsep-konsep yang dipelajari, karena keberhasilan mereka dalam kelompok
tergantung dari pemahaman masing-masing anggota. Ada beberapa keuntungan
yang bisa diperoleh dari penggunaan model pembelajaran kooperatif ini, yaitu
siswa dapat mencapai prestasi akademis yang bagus, menerima pelajaran dengan
senang hati/sebagai hiburan karena adanya kontak fisik antar siswa, serta dapat
mengembangkan kemampuan sosial siswa. Namun, selain keuntungan tersebut
model pembelajaran kooperatif juga mempunyai problem utama yang timbul baik
bagi guru ataupun murid, antara lain:
a. Membutuhkan persiapan materi ekstra untuk kelas yang digunakan.
Seorang guru membutuhkan kerja keras untuk persiapan materi mengajar, oleh
karena itu menjadi beban bagi mereka.
b. Timbul kekhawatiran hilangnya isi/kadar materi yang dibahas.
Model pembelajaran kooperatif lebih banyak memberikan ceramah/nasehat,
sehingga ini adalah pemborosan waktu bagi para guru.
c. Jangan mempercayakan kepada siswa dalam mempelajari pengetahuan tanpa
bimbingan guru.
Guru berpikir mereka harus berkata apa dan bagaimana cara belajar, hanya
guru yang mempunyai pengetahuan dan keahlian.
d. Kurangnya keakraban dengan metode pembelajaran kooperatif.
Model pembelajaran kooperatif adalah sesuatu yang baru bagi beberapa guru.
Jadi mereka butuh waktu untuk terbiasa, dengan latihan yang intensif
diharapkan dapat mengatasi problem tersebut.
30
e. Siswa belum terbiasa untuk belajar dalam kelompok.
Para guru kurang memperhatikan aktivitas siswa di dalam kelompok, padahal
banyak siswa yang belum terbiasa belajar menyampaikan pengetahuan dalam
kelompok. sehingga seorang guru harus mengajarkan dan meninjau kembali
materi yang belum dimengerti siswa, serta menguatkan materi yang telah
dipahami siswa (Zakaria dan Iksan:38).
Dalam model pembelajaran kooperatif siswa akan melihat sejauh mana
pemahaman teman mereka, sehingga mendorong mereka untuk berusaha lebih
keras dalam memahami materi pelajaran agar mereka juga dapat membantu teman
lain dan dapat saling mengisi kekosongan pemahaman yang lain, sehingga di sini
peran guru menjadi lebih minimal.
Metode kerja kelompok sebenarnya bukan hal baru dalam dunia
pendidikan. Akhir-akhir ini metode kerja kelompok mengalami kemajuan yang
pesat berhubungan dengan ditemukannya inovasi-inovasi baru dalam kerja
kelompok.
Slavin
(2008:5)
memperkenalkan
metode
mengajar
yang
menggunakan metode kerja kelompok:
a. Student Team Learning
b. Student Team-Achievement Division (STAD)
c. Teams Games Tournament (TGT)
d. Jigsaw
e. Team Assisted Individualization (TAI)
f. Cooperatif Integrated Reading and Composition (CIRC)
Dari kelima metode belajar kelompok di atas, masing-masing
mempunyai ciri khusus dalam pelaksanaannya seperti yang dijelaskan dalam
Slavin (2008:26), yaitu:
a. Tujuan kelompok
b. Tanggung jawab individu
c. Kesempatan yang sama untuk sukses
d. Kompetisi antar kelompok
e. Tugas khusus
f. Penyesuaian diri dengan kebutuhan
31
Model pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode
pengajaran dimana para siswa bekerja dalam kelompok kecil untuk saling
membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran. Dalam kelas
kooperatif, para siswa diharapkan dapat saling membantu, berdiskusi dan
berargumentasi untuk mengasah pengetahuan yang mereka kuasai. Ada banyak
alasan mengapa model pembelajaran kooperatif banyak digunakan. Salah satunya
adalah efektif untuk meningkatkan pencapaian prestasi siswa, dan akibat positif
lainnya yang dapat mengembangkan hubungan antar kelompok, penerimaan
terhadap teman sekelas yang lemah di bidang akademik, dan meningkatkan rasa
harga diri. Alasan lain adalah tumbuhnya kesadaran bahwa siswa perlu belajar
untuk berpikir, menyelesaikan masalah, dan mengaplikasikan kemampuan dan
pengetahuan mereka. Pembelajaran kooperatif merupakan sarana yang sangat baik
untuk mencapai hal-hal semacam itu. (Slavin, 2008:4-5)
4. Model Pembelajaran Kooperatif Metode TAI
Metode TAI adalah suatu model pembelajaran kooperatif yang
dikemukakan oleh Slavin, 2008. “Teams Assisted Individualization” dapat
diartikan sebagai kelompok yang dibantu secara individual atau kelompok dimana
ada seorang asisten yang membantu secara individual atau
TAI merupakan
metode pembelajaran secara kelompok dimana terdapat terdapat seorang siswa
yang lebih mampu berperan sebagai asisten yang bertugas membantu secara
individual siswa lain yang kurang mampu dalam satu kelompok.
Dalam hal ini peran guru hanya sebagai fasilitator dan mediator dalam
proses belajar mengajar. Secara umum TAI terdiri dari delapan komponen utama
yaitu :
a. Kelompok / Tim
Siswa dalam satu kelas dibagi menjadi beberapa kelompok yang masingmasing terdiri dari 4-5 orang siswa yang mewakili bagian dari kelasnya dalam
menjalankan aktivitas akademik, jenis kelamin, dan suku atau etnik. Fungsi
utama dari kelompok adalah membentuk semua anggota kelompok agar
mengingat materi yang telah diberikan dan lebih memahami materi yang
nantinya digunakan dalam persiapan mengerjakan lembar kerja.
32
b. Tes Pengelompokan
Siswa-siswa diberi tes awal pada awal program pengajaran. Hasil dari tes awal
ini digunakan sebagai pedoman dalam pembentukan kelompok berdasarkan
point yang mereka peroleh.
c. Materi Kurikulum
Proses pengajaran harus sesuai dengan materi yang terdapat dalam kurikulum
yang berlaku dengan menerapkan teknik dan strategi pemecahan masalah
untuk penguasaan materi.
d. Kelompok Belajar
Berdasarkan tes pengelompokan maka dibentuk kelompok belajar. Siswa
dalam kelompoknya mendengarkan presentasi dari guru dan mengerjakan
lembar kerja. Jika ada siswa yang belum paham tentang materi dapat bertanya
pada anggota lainnya atau ketua yang telah ditunjuk, kalau belum paham juga
baru meminta penjelasan dari guru.
e. Penilaian dan Pengakuan Tim
Setelah diberikan tes, kemudian tes tersebut dikoreksi dan dinilai berdasarkan
kriteria tertentu. Tim akan mendapatkan sertifikat atau penghargaan jika dapat
melampaui kriteria yang telah ditentukan.
f. Mengajar Kelompok
Materi yang belum dipahami oleh suatu kelompok dapat ditanyakan kepada
guru dan guru memberikan penjelasan pada kelompok tersebut. Pada saat guru
mengajar, siswa dapat sambil memahami materi baik secara individual dan
kelompok dengan kebebasan yang bertanggung jawab. Dalam hal ini keaktifan
siswa sangat diutamakan.
g. Lembar Kerja
Pada setiap materi yang diajarkan diberikan lembar kerja secara individual
untuk mengetahui pemahaman individu.
h. Mengajar Seluruh Kelas
Setelah akhir dari pengajaran pokok bahasan suatu materi guru menghentikan
program pengelompokan dan menjelaskan konsep-konsep yang belum
33
dipahami dengan strategi pemecahan masalah yang relevan serta memberikan
kesimpulan dari materi tersebut.
Dalam pelaksanaannya metode TAI dibagi dalam :
a. Pengelompokan
Sebelum pengajaran TAI, dilaksanakan suatu tes awal yang menyangkut
tentang konsep-konsep yang akan diajarkan. Tes awal ini berguna dalam
pembentukan kelompok agar penyebaran siswa berdasarkan point yang
didapat pada tes awal tersebut secara homogen. Selain itu tes awal ini juga
digunakan untuk menunjuk ketua atau asisten yang memimpin suatu
kelompok.
b. Tahap Penyajian Materi
Penyajian materi dilakukan melalui :
1) pengajaran kelompok
jika terdapat materi pelajaran yang kurang dipahami dalam suatu
kelompok, maka kelompok tersebut dapat meminta penjelasan dari guru
untuk menjelaskan materi yang belum dipahami tersebut., sedangkan
kelompok lain dapat melanjutkan pekerjaannya.
2) pengajaran seluruh kelas
pengajaran ini dilakukan pada akhir proses pembelajaran. Guru
menyimpulkan penekanan materi yang dianggap penting.
c. Kegiatan Kelompok
Setelah
terbagi
dalam
kelompok-kelompok,
masing-masing
individu
mengerjakan tugas yang diberikan guru melalui lembar kerja. Mereka bekerja
sebagai satu tim, jika terdapat kesulitan dipecahkan secara bersama-sama
dengan kelompoknya.
Kelebihan
model
pembelajaran
kooperatif
metode
Teams
Assisted
Individualization (TAI) antara lain:
a. Dengan model pembelajaran kooperatif metode TAI guru dapat menciptakan
suasana lingkungan kelas yang saling menghargai nilai-nilai ilmiah.
b. Guru semakin bersemangat dan mantap dalam mempersiapkan diri untuk
melaksanakan pembelajaran.
34
c. Peserta didik merasa senang karena dilibatkan dalam proses belajar dan
semakin tertantang dengan persoalan-persoalan baru yang belum pernah
mereka temui sebelumnya sehingga memicu mereka untuk terus melakukan
penemuan-penemuan.
d. Memungkinkan peran aktif peserta didik dalam proses penilaian, mereka
melakukan penilaian diri sendiri, refleksi, pemikiran yang kritis dan
memberikan kesempatan untuk meningkatkan kemampuan pemecahan
masalah peserta didik.
e. Model pembelajaran kooperatif metode TAI memungkinkan guru dan peserta
didik secara bersama-sama bertanggungjawab untuk merancang proses
pembelajaran dan untuk mengevaluasi kemajuan belajar yang sesuai dengan
tujuan pembelajaran.
f. Pada model pembelajaran kooperatif metode TAI peserta didik mendapatkan
penghargaan atas usaha mereka.
g. Melatih peserta didik untuk bekerja secara kelompok, melatih keharmonisan
dalam hidup bersama atas dasar saling menghargai.
Sedangkan kelemahan model pembelajaran kooperatif metode TAI antara lain:
a. Tidak semua mata pelajaran cocok diajarkan dengan model pembelajaran
kooperatif metode Teams Assisted Individualization (TAI).
b. Apabila metode ini merupakan metode yang baru diketahui, kemungkinan
sejumlah peserta didik bingung, sebagian kehilangan rasa percaya diri dan
sebagian mengganggu antar peserta didik lain (Ana Kurniati, 2007:68-69).
5. Model Pembelajaran Kooperatif Metode Jigsaw
Jigsaw dikembangkan dan diuji oleh Elliot Aronson dan rekan-rekan
sejawatnya. Menggunakan Jigsaw, siswa-siswa ditempatkan dalam tim-tim belajar
heterogen beranggotakan lima sampai enam orang (Arrends, 2008:13). Pada
model Jigsaw siswa menjadi anggota kelompok asal (home group) dan sebagai
kelompok ahli (expert group). Para siswa dalam kelompok ahli bertanggung
jawab terhadap penguasaan materi yang menjadi bagian yang dipelajari dan wajib
mengajarkan kepada anggota lain dalam kelompok asal/home group.
35
Tim Asal
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
Tim Ahli
(Setiap tim ahli memiliki satu anggota dari masing-masing tim asal)
Gambar 1. Tim-tim Jigsaw
Jigsaw sangat mudah dilakukan, dimana pelaksanaannya meliputi
langkah-langkah berikut:
a. Membentuk kelompok Jigsaw yang terdiri dari 5 siswa.
b. Menunjuk salah satu siswa sebagai ketua kelompok.
c. Membagi materi menjadi 5 bagian.
d. Meminta siswa untuk mempelajari satu bagian. Guru memeriksa dan
memastikan setiap siswa hanya mendapat satu bagian dan mempelajari bagian
mereka sendiri.
e. Memberikan waktu kepada siswa untuk membaca bagiannya agar mereka tahu
apa yang harus mereka lakukan. Dalam langkah ini siswa tidak perlu
menghafal materi.
f. Membentuk kelompok sesaat (kelompok ini disebut juga kelompok ahli atau
kelompok expert). Siswa yang memiliki bagian yang sama membentuk satu
kelompok dan mendiskusikannya agar mereka benar-benar paham.
g. Siswa kembali ke kelompok asal.
h. Memberi waktu pada setiap siswa untuk menjelaskan apa yang mereka peroleh
dalam kelompok ahli dan siswa lain diberi kesempatan untuk bertanya.
i. Guru berkeliling dari kelompok yang satu ke kelompok yang lain untuk
mengobservasi prosesnya.
j. Pada akhir pelajaran siswa diminta untuk mengerjakan tes atau kuis agar mereka
sadar bahwa pelajaran berlangsung serius.
36
Bila dibandingkan dengan metode tradisional, metode Jigsaw memiliki
beberapa kelebihan sebagai berikut :
a. Mempermudah pekerjaan guru dalam mengajar,karena sudah ada kelompok ahli
yang bertugas menjelaskan materi kepada rekan-rekannya.
b. Pemerataan penguasaan materi dapat dicapai dalam waktu yang lebih singkat.
c. Metode pembelajaran ini dapat melatih siswa untuk lebih aktif dalam berbicara
dan berpendapat.
Dalam penerapannya sering dijumpai beberapa kekurangan yaitu :
a. Siswa yang aktif akan lebih mendominasi diskusi, dan cenderung mengontrol
jalannya diskusi. Untuk mengantisipasi masalah ini guru harus benar-benar
memperhatikan jalannya diskusi. Guru harus menekankan agar para anggota
kelompok menyimak terlebih dahulu penjelasan dari tenaga ahli. Kemudian baru
mengajukan pertanyaan apabila tidak mengerti.
b.Siswa yang memiliki kemampuan membaca dan berpikir rendah akan
mengalami kesulitan untuk menjelaskan materi apabila ditunjuk sebagai tenaga
ahli. Untuk mengantisipasi hal ini guru harus memilih tenaga ahli secara tepat,
kemudian memonitor kinerja mereka dalam menjelaskan materi, agar materi
dapat tersampaikan secara akurat.
c. Siswa yang cerdas cenderung merasa bosan. Untuk mengantisipasi hal ini guru
harus pandai menciptakan suasana kelas yang menggairahkan agar siswa yang
cerdas tertantang untuk mengikuti jalannya diskusi.
d. Siswa yang tidak terbiasa berkompetisi akan kesulitan untuk mengikuti proses
pembelajaran.
6. Kemampuan Memori
a. Pengertian dan Proses Memori
Menurut Agus Sujanto (2004:41) ”Memori atau ingatan ialah suatu daya
jiwa yang dapat menerima, menyimpan dan mereproduksi kembali pernyataanpernyataan atau tanggapan-tanggapan yang telah lampau”.
Kemampuan memori memegang hubungan yang penting kaitannya
dalam peningkatan prestasi belajar siswa. Seperti yang dijelaskan oleh Gupta
(2008:381-386), ”Dengan mengandalkan besarnya pertemuan dalam pembelajaran
37
akan meningkatkan prestasi belajar siswa, didorong oleh faktor lain yang saling
berhubungan seperti kesadaran siswa, memori/ingatan, motivasi dan pengertian
serta kemampuan menjelaskan apa yang kita pikir untuk orang lain”.
Proses memori menurut Atkinson, R.L, Atkinson, R.C, dan Smith, E
(1991:478-479) ”Ada tiga tahap memori meliputi : penyandian (encoding),
penyimpanan (storage), dan pengambilan (retriveal)”.
1) Tahap penyandian, merupakan tahap transformasi masukan fisik yang
bersesuaian dengan ucapan namanya menjadi sandi (kode) yang diterima
memori.
2) Tahap penyimpanan, tahap menyimpan kode yang diterima dalam memori
selama waktu tertentu.
3) Tahap pengambilan, tahap pengingatan kemabli sebuah kode dari tahap
penyimpanan.
b. Tipe Memori
Ada empat tipe memori menurut Atkinson et al (1991:480-481) yaitu
memori jangka pendek, memori jangka panjang, memori eksplisit, dan memori
implisit.
1) Memori jangka pendek, memori yang mengharuskan kita menyimpan
materi selama beberapa detik.
2) Memori jangka panjang, memori yang mengharuskan kita menyimpan
materi untuk interval waktu yang lebih panjang, dari beberapa menit
sampai tahunan.
3) Memori eksplisit, memori yang diingat secara sadar akan pengalaman di
masa lalu.
4) Memori implisit, mencakup memori untuk kecakapan.
c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Memori
Menurut
Agus
Sujanto
(2004:41)
ada
beberapa
faktor
yang
mempengaruhi memori, diantaranya sebagai berikut:
1) Sesuatu yang mempunyai makna akan lebih mudah diingat daripada yang
tidak bermakna.
38
2) Lama interval, yaitu jarak waktu antara memasukkan informasi sampai
ditimbulkannya kembali informasi itu. Semakin lama interval akan
semakin berkurang kemampuan memori seseorang.
3) Isi interval, yaitu aktivitas-aktivitas yang mengisi interval. Jika
mempelajari suatu materi kemudian mempelajari materi lain, maka materimateri itu akan saling mengganggu dalam proses memori.
4) Situasi seseorang, istirahat akan memperkuat daya retensi.
5) Perulangan, makin sering informasi diulang akan makin baik diingat.
6) Emosi dapat memberikan blocking dalam mengeluarkan kembali informasi
yang telah dimasukkan dalam memori.
7) Keadaan jiwa (kemauan dan perasaan).
8) Umur.
d. Metode Pengukuran Kemampuan Memori
Pengukuran memori atau ingatan seseorang dapat dilakukan melalui
beberapa metode, yaitu:
1)
Metode Dengan Melihat Waktu Belajar
Metode ini untuk menyelidiki kemampuan ingatan dengan cara melihat
berapa lama waktu yang diperlukan oleh subyek untuk dapat menguasai materi
yang dipelajari dengan baik; misalnya dapat menimbulkan kembali materi tersebut
tanpa kesalahan.
2)
Metode Mempelajari Kembali
Metode ini merupakan metode yang berbentuk di mana subyek disuruh
mempelajari materi kembali yang pernah dipelajari sampai pada suatu kriteria
tertentu seperti pada saat mempelajari materi tersebut yang pertama kali.
3)
Metode Mengingat Kembali
Metode ini menggunakan cara pengingatan kembali. Subyek disuruh
mengingat kembali apa yang telah dipelajarinya. Misal ujian yang berbentuk
essay.
4)
Metode Asosiasi Berpasangan
Dalam metode ini subyek disuruh mempelajari materi secara berpasangpasangan. Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan mengingat, dalam evaluasi
39
salah satu pasangan digunakan sebagai stimulus, dan subyek disuruh
menyebutkan atau menimbulkan kembali pasangannya. Dalam penelitian ini
untuk mengukur kemampuan memori siswa digunakan metode asosiasi
berpasangan, karena instrumennya lebih sederhana dan menarik.
e. Meningkatkan Kemampuan Memori
Ada beberapa cara untuk meningkatkan kemampuan memori seperti
yang dijelaskan dalam bukunya Atkinson et al (1991:528-535).
1) Penguraian dan Penyandian
Meningkatkan
kemampuan
memori
dapat
dilakukan
dengan
menguraikan maknanya. Semakin banyak hubungan makna yang dibentuk
diantara butir-butir fakta, semakin besar pula kemungkinan kita mengingatnya.
2) Organisasi
Mengorganisasikan kata-kata dengan menggunakan pohon hierarkis
dapat meningkatkan kemampuan memori.
3) Melatih Pengingatan
Cara lain untuk meningkatkan kemampuan memori adalah melatihnya,
artinya bertanya pada diri sendiri tentang apa yang akan dipelajari.
4) Metoda PQRST
Metode ini dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam
mempelajari dan mengingat materi yang dipresentasikan dalam sebuah buku.
Metoda PQRST memiliki lima tahap yaitu: preview (peninjauan), question
(pertanyaan), read (membaca), self-recitation (menceritakan kembali untuk diri
sendiri), dan test (ujian). Metoda ini mengandalkan tiga prinsip dasar yaitu:
mengorganisasikan, menguraikan dan melatih pengingatan materi.
7. Prestasi Belajar
a. Pengertian Prestasi Belajar
Dalam dunia pendidikan proses pendidikan di sekolah yaitu kegiatan
belajar mengajar merupakan kegiatan yang paling penting. Dapat dikatakan
berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada proses
kegiatan belajar mengajar yang dilakukan siswa sebagai anak didik. Untuk
mengetahui seberapa jauh atau pengetahuan siswa terhadap suatu pelajaran maka
40
dilakukan penilaian. Dalam proses pendidikan penilaian memegang peranan
penting, karena dengan penilaian yang disajikan dalam bentuk angka-angka dapat
digunakan sebagai tolak ukur keberhasilan prestasi belajar siswa.
Nana Sudjana (1996:22) mengatakan, “hasil belajar adalah kemampuankemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya”.
Pendapat ini dapat dijelaskan bahwa prestasi belajar merupakan kemampuankemampuan yang dimiliki siswa baik yang berbentuk kognitif, afektif,
maupun psikomotor setelah melakukan pembelajaran.
Berdasarkan pendapat di atas, maka prestasi belajar dapat diartikan
sebagai hasil yang dicapai siswa setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar yang
berupa nilai atau angka.
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belaiar
Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu baik dari dalam
diri siswa maupun luar diri siswa. Secara garis besar Ngalim Purwanto
(1990:102) menyebutkan, faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa
dibedakan menjadi dua, yaitu faktor eksternal dan faktor internal.
1) Faktor Eksternal
Faktor eksternal yang dapat mempengaruhi prestasi belajar adalah
faktor lingkungan dan faktor instrumental. Faktor lingkungan meliputi
lingkungan alam dan sosial, sedang faktor instrumental meliputi kurikulum,
bahan ajar, guru, model pembelajaran, sarana dan prasarana, serta administrasi.
2) Faktor Internal
Faktor internal yang dapat mempengaruhi prestasi belajar adalah
faktor fisik dan psikologis. Faktor fisik meliputi fisik individu yang belajar seperti
kelelahan, kesehatan, cacat tubuh dan lain-lain, sedang faktor psikologis meliputi
bakat, minat, kecerdasan, motivasi dan kemampuan kognitif.
Salah satu faktor internal yang mempengaruhi prestasi belajar adalah
intelegensi (kecerdasan). Menurut Thurston dalam Syamsu Yusuf (2004:107) ada
tujuh kemampuan primer dalam intelegensi, yaitu: kemampuan berbahasa,
mengingat, berpikir logis, tilikan ruang, bilangan, menggunakan kata-kata,
mengamati dengan cepat dan cermat.
41
b. Kegunaan Prestasi Belajar
Prestasi belajar merupakan suatu hal yang penting yang diperlukan
siswa sebagai tolak ukur penilaian keberhasilan dalam kegiatan belajarnya.
Berkaitan dengan prestasi belajar, Cronbach dalam bukunya Tabrani Rusyan A.
(1990: 4) mengemukakan bahwa:
Kegunaan prestasi belajar banyak ragamnya, tergantung kepada ahli dan
versinya masing-masing, namun diantaranya adalah sebagai berikut :
1) Sebagai umpan balik bagi pendidikan dalam mengajar
2) Untuk keperluan diagnotis
3) Untuk keperluan bimbingan dan penyuluhan
4) Untuk keperluan seleksi
5) Untuk keperluan penempatan dan penjurusan
6) Untuk menentukan isi kurikulum
7) Untuk menentukan kebijakan sekolah
Kegunaan prestasi tersebut dapat dijelaskan bahwa dengan mengetahui
prestasi belajar siswa, guru dapat mengambil tindakan-tindakan yang diperlukan.
Misalnya apabila dalam pencapaian prestasi tidak mencapai target yang
direncanakan, perlu adanya pengayaan dalam materi yang disampaikan oleh guru
sehingga siswa dapat dengan mudah menerima materi yang disampaikan.
Selain itu juga prestasi dapat memberikan informasi kepada guru untuk
melakukan bimbingan dan penyuluhan.
8. Tata Nama Senyawa
Senyawa dapat berupa senyawa molekul maupun senyawa ion. Senyawa
molekul terbentuk dari gabungan dua atau lebih atom-atom unsur yang
berbeda,misalnya : NO dan NO2. Sedangkan senyawa ion terbentuk dari gabungan
ion positif (kation) dan ion negatif (anion), misalnya : Na2S, FeCl3, dan Ca3N2.
Senyawa diberi nama dengan aturan tertentu. Selain itu, suatu senyawa
kadang-kadang diberi nama khusus, misalnya urea dan glukosa. Pemberian nama
suatu senyawa diatur oleh badan internasional IUPAC (International Union and
Pure Applied Chemistry) dan diikuti oleh semua negara. Aturan penamaan
senyawa menurut IUPAC sebagai berikut.
42
a. Senyawa Biner
Senyawa biner adalah senyawa yang hanya terdiri dari dua atom unsur.
Senyawa biner dapat berupa senyawa biner ionik dan senyawa biner kovalen.
1) Tata nama senyawa biner ionik
Aturan penamaan senyawa biner ionik adalah :
a) Unsur yang berada di depan (unsur logam) disebut sesuai dengan nama
unsur tersebut.
b) Unsur yang berada di belakang disebut sesuai dengan nama unsur
tersebut dengan menambahkan akhiran ida.
c) Jika unsur logam mempunyai lebih dari sejenis bilangan oksidasi,
senyawa-senyawanya
dibedakan
dengan
menuliskan
bilangan
oksidasinya, ditulis dalam tanda kurung dengan angka Romawi di
belakang nama unsur logam itu (Unggul Sudarmo, 2006:64).
Contoh :
Apakah nama senyawa berikut:
(1) NaCl
(2) Na Br
Jawab:
(1)
NaCl
Logam
(2)
non logam
NaBr
Logam
: natrium klor = (ida) → natrium klorida
: natrium brom = (ida) → natrium bromida
non logam
2) Tata nama senyawa biner kovalen (unsur non logam + unsur non
logam)
Aturan penamaan senyawa biner kovalen adalah :
a) Unsur yang berada di depan disebut dengan awalan yang menyatakan
jumlah atom.
b) Unsur yang berada di belakang disebut dengan awalan yang
menyatakan jumlah atom dan diakhiri ida.
c) Jumlah masing-masing atom ditulis dengan memakai awalan :
1 = mono
3 = tri
5 = penta
7 = hepta
9 = nona
2 = di
4 = tetra
6 = heksa
8 = okta
10 = deka
43
Contoh:
Apakah nama senyawa berikut :
(1)
NO
(3) N2O3
(2)
NO2
(4) CO2
Jawab:
(1)
NO = nitrogen monoksida
(2)
NO2 = nitrogen dioksida
(3)
N2O3 = dinitrogen trioksida
(4)
CO2 = karbon dioksida.
b. Senyawa Ion Poliatom
Senyawa ion poliatom adalah senyawa yang mengandung ion poliatom
yaitu terdiri dari dua atau lebih atom yang terikat bersama dalam satu ion.
Contoh kation poliatomik : NH4+
Contoh anion poliatomik : SO42-, NO3-, Rumus kimia senyawa yang terbentuk
dari ion poliatom didahului dengan ion positif (kation) kemudian ion negatif
(anion). Tata nama senyawa ion poliatom adalah sesuai dengan nama kation dan
bilangan oksidasinya, diikuti nama anionnya (Unggul Sudarmo, 2006:65).
Contoh : Apakah nama senyawa berikut ini?
1) CaSO4
2) Pb(NO3)2
3) (NH4)2SO4
Jawab: 1) CaSO4
: kalsium sulfat
2) Pb(NO3)2 : timbel (II) nitrat
3) (NH4)2SO4 : amonium sulfat
Daftar nama kation dan anion yang banyak dipergunakan dan banyak
dijumpai di laboratorium dapat dilihat pada Tabel 1 dan Tabel 2 (Unggul
Sudarmo, 2006:66).
44
Tabel 1. Daftar Nama Ion Positif (kation)
Kation bermuatan +1
Rumus
H+
NH4+
Na+
K+
Ag+
Li+
Kation bermuatan +2
Kation bermuatan +3 dan +4
Nama
Asam
Amonium
Natrium
Kalium
Perak
litium
Rumus
Nama
Rumus
2+
Mg
Magnesium
Fe3+
Ca2+
Kalsium
Cr3+
2+
Sr
Stronsium
Al3+
Ba2+
Barium
Co3+
2+
Fe
Besi(II)
Ni3+
2+
Cu
Tembaga(II)
Sn4+
Zn2+
Zink
Pb4+
2+
Pb
Timbel(II)
Tabel 2. Daftar Nama Ion Negatif (anion)
Anion bermuatan -1
Rumus
FClBrINO3NO2CH3COOClOClO2ClO3ClO4CN-
Nama
Fluorida
Klorida
Bromida
Iodida
Nitrat
Nitrit
Asetat
Hipoklorit
Klorit
Klorat
Perklorat
Sianida
Anion bermuatan -2
Rumus
SO32SO42CO32SiO32CrO42Cr2O72AsO32AsO42-
Nama
Sulfit
Sulfat
Karbonat
Silikat
Kromat
dikromat
Arsenit
arsenat
Nama
Besi(III)
Kromium(III)
Alumunium
Kobalt(III)
Nikel(III)
Timah(IV)
Timbel(IV)
Anion bermuatan -3
Rumus
PO33PO43-
Nama
Fosfit
Fosfat
c. Asam dan Basa
1) Asam
Adalah zat yang menghasilkan ion H+ jika dilarutkan dalam air. Tata
nama senyawa ini adalah diawali dengan kata asam, diikuti nama sisa asam.
Misal : HCl → H+ + Cl-
= asam klorida
Sisa asam
H2SO4 → 2H+ + SO42- = asam sulfat
Sisa asam
2) Basa
Adalah zat yang menghasilkan ion hidroksida (OH-) bila dilarutkan
dalam air.
45
Tata nama unuk senyawa basa ini adalah diawali dengan nama unsur di depan
(logam), diikuti kata hidroksida. Misal :
NaOH
: natrium hidroksida
Ba(OH)2
: barium hidroksida
KOH
: kalium hidroksida
Al(OH)3
: alumunium hidroksida.
c. Tata Nama Senyawa Organik Sederhana
Senyawa organik adalah senyawa yang mengandung atom C dan H
sebagai unsur utama, dan unsur lain seperti N, P, S dengan kekhasan antar atom C
membentuk rantai karbon. Senyawa organik jauh lebih banyak dan lebih
kompleks dibandingkan dengan senyawa anorganik. Oleh sebab itu diperlukan
penggolongan dan penamaan senyawa organik (karbon) secara sistematis selain
nama lazim (trivial). Senyawa organik yang hanya terdiri atas unsur karbon (C)
dan hidrogen disebut senyawa hidrokarbon. Senyawa hidrokarbon diklasifikasikan
menjadi senyawa alkana, alkena, dan alkuna.
1) Alkana
Senyawa alkana merupakan senyawa rantai karbon dengan ikatan
tunggal. Alkana mempunyai rumus umum CnH2n+2. Tata nama alkana berdasarkan
aturan IUPAC adalah nama alkana diambil berdasarkan jumlah atom karbon yang
menyusunnya dan diakhiri dengan akhiran ana. Beberapa nama senyawa alkana
berdasarkan jumlah atom karbon dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Daftar Nama Senyawa Alkana
Jumlah atom C
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Rumus
senyawa
CH4
C2H6
C3H8
C4H10
C5H12
C6H14
C7H16
C8H18
C9H20
C10H22
Nama senyawa
Metana
Etana
Propana
Butana
Pentana
Heksana
Heptana
Oktana
Nonana
dekana
46
2) Alkena
Senyawa alkena merupakan senyawa karbon yang mempunyai ikatan
rangkap, rumus umum alkena CnH2n. Nama alkena diturunkan dari nama alkana
dengan akhiran ana diganti dengan akhiran ena (Unggul Sudarmo, 2006:153).
Beberapa senyawa alkena dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Daftar Nama Senyawa Alkena
Jumlah
atom C
2
3
4
5
6
7
Rumus senyawa
C2H4
C3H6
C4H8
C5H10
C6H12
C7H14
Nama
1- Etena
1- Propena
1- Butena
1- Pentena
1- Heksena
1- Heptena
Rumus struktur
H2C=CH2
H2C=CH2-CH3
H2C= CH2-CH2-CH3
H2C= CH2-CH2-CH2- CH3
H2C= CH2-(CH2)3 -CH3
H2C= CH2-(CH2)4 -CH3
2) Alkuna
Senyawa alkuna merupakan senyawa hidrokarbon yang mempunyai
ikatan rangkap tiga antar atom karbonnya dengan rumus umum CnH2n-2. Alkuna
diberi nama seperti alkena, akhiran ena diganti dengan una (Unggul Sudarmo,
2006:157). Beberapa nama dan struktur dari senyawa alkuna dapat dilihat pada
tabel 5.
Tabel 5. Daftar Nama Senyawa Alkuna
Jumlah
atom C
2
3
4
5
6
7
Rumus senyawa
C2H2
C3H4
C4H6
C5H8
C6H10
C7H12
Nama
1- Etuna
1- Propuna
1- Butuna
1- Pentuna
1- Heksuna
1- Heptuna
Rumus struktur
HC≡CH
HC≡C-CH3
HC≡ C-CH2-CH3
HC≡ C-CH2-CH2- CH3
HC≡ C-(CH2)3 -CH3
HC≡ C-(CH2)4 -CH3
47
B.
Kerangka Pemikiran
Kualitas dan kuantitas pendidikan sampai saat ini masih tetap merupakan
suatu masalah yang amat menonjol dalam setiap pembaharuan sistem
pendidikan nasional, sejalan dengan itu upaya pembaharuan pendidikan terus
dilakukan.
Salah
satunya
adalah
pembaharuan
Kurikulum
Berbasis
Kompetensi (KBK) menjadi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Metode TAI merupakan suatu model pembelajaran kooperatif dimana
siswa diharapkan dapat bekerjasama, berdiskusi dan berdebat dengan
temannya,
menilai
kemampuan
dan
mengisi
kekurangan
anggota
kelompoknya. Adanya sumbangan yang diberikan oleh seorang asisten kepada
anggota kelompok dapat membuat mereka memahami materi dan belajar lebih
baik. Keberhasilan proses belajar kelompok akan membantu siswa dalam
berkomunikasi dengan siswa lain karena pada metode ini dituntut adanya
kemampuan untuk mengkomunikasikan informasi atau ide dalam pikirannya.
Dalam metode Jigsaw setiap kelompok memiliki kemampuan yang
hampir sama sehingga setiap anggota memiliki hak dan kedudukan yang sama
pula. Dalam metode ini, siswa sebagai anggota kelompok asal dan kelompok
ahli. Pada saat siswa berada dalam kelompok ahli, siswa harus mempelajari
dan memahami materi yang sudah menjadi bagiannya. Hasil diskusi di dalam
kelompok ahli tersebut ditransfer kepada anggota yang lain di dalam
kelompok asal. Dengan adanya kelompok ahli, setiap siswa akan merasa
bertanggung jawab terhadap materi yang harus dipelajari masing-masing,
sehingga hasil pembelajaran dapat dikomunikasikan kepada anggota lain
dalam kelompok asal. Dalam metode Jigsaw, pada akhir diskusi siswa
diberikan tugas/kuis agar mereka sadar bahwa kegiatan belajar berlangsung
serius.
Dari pemikiran diatas, diduga metode Jigsaw dapat lebih meningkatkan
prestasi belajar siswa pada materi pokok Tata Nama Senyawa dari pada siswa
yang diajar dengan metode TAI.
48
Kemampuan memori atau ingatan adalah kemampuan jiwa untuk
memasukkan (learning), menyimpan (retention) dan menimbulkan kembali
(remembering) hal-hal yang telah terjadi atau dipelajari di masa lampau. Siswa
yang memiliki kemampuan memori yang tinggi akan mampu menjalankan
perannya sebagai seorang peserta didik yang baik, sebaliknya dengan siswa
yang memiliki kemampuan memori rendah sehingga prestasi belajarnya pun
akan lebih baik ketika diajar dengan metode TAI maupun Jigsaw pada materi
pokok Tata Nama Senyawa.
Pada pengajaran materi pokok Tata Nama Senyawa dengan metode TAI
dan Jigsaw dengan memperhatikan kemampuan memori siswa, dimungkinkan
akan terjadi fenomena dimana siswa yang memiliki kemampuan memori
tinggi yang diajar dengan metode Jigsaw prestasi belajarnya akan lebih baik
dari pada siswa dengan kemampuan memori rendah. Hal ini dikarenakan
dalam metode Jigsaw, siswa dapat menggunakan kemampuan memorinya
yang tinggi untuk mengingat kembali materi apa yang sudah mereka pelajari
di dalam kelompok ahli dan mengkomunikasikannya kepada anggota lain saat
mereka kembali ke kelompok asal. Sedangkan siswa yang mempunyai
kemampuan memori rendah yang diajar dengan metode TAI diharapkan akan
mempunyai prestasi belajar yang lebih baik karena siswa lebih dituntut untuk
dapat lebih berkomunikasi baik dengan guru maupun dengan sesama murid di
dalam kelompoknya.
Dari pemikiran diatas, diduga terdapat interaksi antara metode TAI dan
Jigsaw dengan kemampuan memori siswa terhadap prestasi belajar siswa pada
materi pokok Tata Nama Senyawa.
49
Y1
X1Y1
X1
Y2
X1Y2
X
Y1
X2Y1
X2
Y2
Gambar 2. Paradigma Penelitian
Keterangan :
X
: Model pembelajaran kooperatif
X1
: Metode TAI
X2
: Metode Jigsaw
Y1
: kemampuan memori tinggi
Y2
: kemampuan memori rendah
X2Y2
50
C. Hipotesis
Berdasarkan kerangka berpikir yang dikemukakan diatas, maka dalam
penelitian ini diajukan hipotesis sebagai berikut :
1 Terdapat perbedaan prestasi belajar siswa yang diberi metode TAI dan Jigsaw
pada materi pokok Tata Nama Senyawa kelas X semester 1 SMA Negeri 1
Nguter.
2 Terdapat perbedaan prestasi belajar bagi siswa yang mempunyai kemampuan
memori tinggi dan rendah pada materi pokok Tata Nama Senyawa kelas X
semester 1 SMA Negeri 1 Nguter .
3 Terdapat interaksi antara metode TAI dan Jigsaw dengan tinggi rendahnya
kemampuan memori siswa terhadap prestasi belajar kimia materi pokok Tata
Nama Senyawa kelas X semester 1 SMA Negeri 1 Nguter.
51
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat penelitian
Penelitian dilaksanakan di SMA Negeri 1 Nguter pada kelas X semester
ganjil tahun pelajaran 2009/2010.
2.
Waktu Penelitian
Penelitian ini dimulai pada agustus 2009, pelaksanaan penelitian ini
meliputi beberapa tahap yaitu:
a. Tahap
persiapan,
meliputi
:
pengajuan
judul
skripsi,
permohonan
pembimbing, pembuatan proposal, perijinan penelitian, survei sekolah yang
bersangkutan dan konsultasi instrumen penelitian.
b. Tahap penelitian, yaitu semua kegiatan yang dilaksanakan di tempat penelitian
yang meliputi uji instrumen penelitian dan pengambilan data yang disesuaikan
dengan alokasi waktu penyampaian materi pokok tata nama senyawa.
c. Tahap penyelesaian, yaitu meliputi pengolahan data dan penyusunan laporan.
B.
Metode Penelitian
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen.
Dengan menggunakan rancangan faktorial 2x2. Faktor pertama adalah model
pembelajaran kooperatif yaitu metode TAI dan Jigsaw. Faktor kedua adalah
kemampuan memori, yaitu kemampuan memori tinggi dan rendah.
Tabel 6. Rancangan Penelitian
Faktor A (Model Pembelajaran
Kooperatif)
Metode TAI (A1)
Metode Jigsaw (A2)
Keterangan : A1
A2
B1
B2
Faktor B (kemampuan Memori)
Tinggi (B1)
Rendah (B2)
A1B1
A1B2
A2B1
A2B2
= metode pembelajaran TAI pada siswa kelas X
= metode pembelajaran Jigsaw pada siswa kelas X
= kemampuan memori tinggi
= kemampuan memori rendah
52
C. Penetapan Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel
1. Penetapan Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Negeri 1 Nguter
tahun pelajaran 2009/2010 yaitu X-1, X-2, X-3, X-4, dan X-5.
2. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah menggunakan
teknik cluster random sampling. Pemilihan sampel cluster adalah pemilihan
sampel dimana yang dipilih secara random/acak bukan individual, tetapi
kelompok-kelompok. Dalam penelitian ini didapat 2 sampel yaitu kelas X-2 dan
X-4. Kelas yang mendapat perlakuan dengan metode TAI adalah kelas X-2,
sedangkan yang mendapat perlakuan dengan metode jigsaw adalah kelas X-4.
D. Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel bebas yaitu metode
pembelajaran dan kemampuan memori yang dikategorikan dalam tinggi dan
rendah. Variabel terikat penelitian adalah prestasi belajar.
1.
Definisi Operasional Variabel Penelitian
a. Variabel Bebas
1) Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran adalah cara yang digunakan oleh guru dalam
mengajarkan konsep-konsep pada materi pokok Tata Nama dalam upaya
mencapai tujuan pembelajaran. Dalam penelitian ini digunakan metode TAI dan
Jigsaw.
Metode TAI merupakan metode kerja kelompok dimana terdapat terdapat
seorang siswa yang lebih mampu berperan sebagai asisten yang bertugas
membantu secara individual siswa lain yang kurang mampu dalam satu kelompok.
Metode Jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif dimana siswa menjadi
anggota kelompok asal (home group) dan sebagai kelompok ahli (expert group).
Para siswa dalam kelompok ahli bertanggung jawab terhadap penguasaan materi
yang menjadi bagian yang dipelajari dan wajib mengajarkan kepada anggota lain
dalam kelompok asal.
53
2) Kemampuan memori
Kemampuan memori adalah kemampuan yang ada dalam diri seseorang
untuk memasukkan, menyimpan dan mengeluarkan kembali informasi yang
pernah diperoleh sebelumnya.
b. Variabel Terikat
Prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh sebagai akibat dari aktivitas
progresif selama mengikuti pelajaran kimia materi pokok Tata Nama yang dapat
mengakibatkan perubahan dalam diri siswa yang dilambangkan dalam bentuk
nilai.
2. Skala Pengukuran dari Variabel Bebas Penelitian
Variabel metode pembelajaran berupa metode pembelajaran TAI dan
Jigsaw berskala pengukuran nominal. Variabel kemampuan memori berskala
pengukuran interval yang dibedakan menjadi kategori tinggi dan rendah.
Perbedaan kategori ini berdasarkan pada nilai rata-rata sampel. Siswa dengan
perolehan nilai diatas atau sama dengan nilai rata-rata dimasukkan dalam kategori
tinggi, sedangkan siswa dengan perolehan nilai dibawah nilai rata-rata
dimasukkan dalam kategori rendah.
E. Teknik Pengumpulan Data
1. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode tes, metode angket serta metode.
a. Metode Tes
Tes adalah alat yang digunakan untuk mengukur kemampuan individu
yang dalam penelitian ini untuk mengukur kemampuan memori dan prestasi
belajar kognitif pada materi pokok tata nama senyawa kelas X SMA Negeri 1
Nguter tahun pelajaran 2009/2010.
b . Metode Angket
Angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis angket
langsung dan tertutup, karena daftar pertanyaan diberikan langsung kepada
54
responden dan jawabannya sudah disediakan, sehingga responden tinggal memilih
jawaban yang ada. Metode angket ini digunakan untuk mendapatkan data nilai
prestasi belajar afektif.
c. Metode Dokumentasi
Dokumen dalam penelitian ini adalah nilai ujian tengah semester 1 tahun
pelajaran 2009/2010 SMA N 1 Nguter.
2. Instrumen Penelitian
Berdasarkan variabel yang diteliti maka instrumen penelitian yang
diperlukan adalah tes kognitif, tes afektif dan tes kemampuan memori.
a. Tes Kognitif Materi Pokok Tata Nama Senyawa
Tes adalah alat yang digunakan dalam pengumpulan data, berupa suatu
daftar pertanyaan atau butir-butir soal. Tes yang digunakan untuk mengumpulkan
data berupa tes objektif yang disusun oleh peneliti berdasarkan rancangan
pembelajaran dan kisi-kisi tes. Tes yang berisi perolehan hasil belajar kimia
tersebut digunakan untuk mengambil data prestasi belajar materi pokok tata nama
senyawa.
Tes objektif tersebut terdiri dari 25 butir soal yang berupa pilihan ganda
dengan lima pilihan. Sebelum digunakan untuk menguji subjek penelitian, tes
tersebut diujicobakan terlebih dahulu pada siswa kelas XI A2 yang telah mendapat
materi tata nama. Skala penilaian menggunakan skala 100, dengan penilaian
sebagai berikut:
Nilai =
Jumlah Jawaban Benar
x 100
25
b . Angket Afektif Materi Pokok Tata Nama Senyawa
Instrumen penilaian afektif berupa angket. Jenis angket yang digunakan
adalah angket langsung dan tertutup yaitu siswa memberikan jawaban dengan
memilih salah satu alternatif jawaban yang telah disediakan. Skala penskoran
digunakan skala likert, adapun ketentuannya dapat dilihat pada tabel 7.
55
Jumlah pernyataan dalam angket afektif sebanyak 16 butir, dengan skala
penilaian 100, dengan perhitungan nilai :
Nilai Prestasi Belajar Afektif =
Jumlah jawaban
X 100
64
Tabel 7. Skor Penilaian Afektif
Nilai
Skor untuk aspek yang dinilai
(+) (-)
4
1
SS (Sangat setuju)
3
2
S (Setuju)
2
3
TS (Tidak setuju)
1
4
STS (Sangat tidak setuju)
(Depdiknas, 2003: 14)
c. Tes Kemampuan Memori
Dalam penelitian ini tes yang digunakan untuk mengukur kemampuan
memori menggunakan metode asosiasi berpasangan. Dalam prakteknya siswa
sebagai subyek diminta untuk mempelajari selama beberapa saat materi berupa
kata yang berpasang-pasangan. Salah satu bagian pasangan digunakan sebagai
soal dan bagian yang lain merupakan jawaban yang disertai pengecoh. Setelah
beberapa saat, materi ditarik dan siswa diminta untuk mengungkapkan kembali
materi yang telah diberikan dengan cara menjawab soal yang ada dalam waktu
yang telah ditentukan. Jumlah soal tes kemampuan memori sebanyak 50 butir
dengan skala penilaian 100, dengan perhitungan nilai :
Nilai Kemampuan Memori = Jumlah jawaban benar X 100
50
3. Uji Coba Instrumen
Sebelum digunakan untuk mengambil data dalam penelitian, instrumen
terlebih dahulu diujicobakan untuk mengetahui kelayakan instrumen tersebut. Uji
coba instrumen dilakukan pada siswa kelas XI IPA 2.
Kelayakan soal tes kognitif ditinjau dari aspek :
a. Validitas
b. Reliabilitas
c. Tingkat kesukaran soal
d. Daya pembeda soal
56
Kelayakan angket afektif ditinjau dari dua aspek yaitu
a. Validitas
b. Reliabilitas
Sedangkan kelayakan tes kemampuan memori dapat diketahui dengan uji
reliabilitas.
a. Uji Coba Soal Tes Kognitif
1) Uji Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat
kevalidanatau kesahihan suatu instrumen (Suharsimi, 1996:158). Validitas yang
diuji dalam penelitian ini adalah validitas item atau validitas butir. Validitas item
dari suatu tes adalah ketepatan mengukur yang dimiliki oleh sebutir item. Uji
validitas butir dilakukan dengan menggunakan rumor korelasi product moment
dari Karl Pearson sebagai berikut :
rxy =
N å CU - (å C )(å U )
[N (å C ) - (å C ) N (å U ) - (å U ) ]
2
2
2
2
Keterangan :
X
: skor butir item nomor tertentu
Y
: skor total
rxy
: koefisien validitas
N
: jumlah subjek
Klasifikasi validitas soal adalah sebagai berikut :
0,91-1,00
: Sangat tinggi
0,71-0,90
: Tinggi
0,41-0,70
: Cukup
0,21-0,40
: Rendah
Negatif-0,20 : Sangat rendah
Item dikatakan valid bila harga rxy > rtabel.
(Masidjo, 1995 : 243)
Hasil uji validitas soal tes kognitif terangkum dalam Tabel 8.
Tabel 8. Rangkuman Hasil Uji Validitas Soal Tes Kognitif
Variabel
Jumlah
Soal
30
Kriteria
Valid
25
Drop
5
Soal tes kognitif materi
pokok tata nama senyawa
Hasil uji validitas soal tes kognitif yang lebih rinci dapat dilihat pada
Lampiran 18.
57
2) Uji Reliabilitas
Soal dinyatakan reliabel bila memberikan hasil yang relatif sama saat
dilakukan pengukuran kembali pada subjek yang berbeda pada waktu berlainan.
Pengujian reliabilitas menggunakan rumus sebagai berikut :
2
é n ù é S t - å pq ù
rtt = ê
ê
ú
2
ë n - 1úû ë S t
û
Keterangan :
rtt
: koefisien reliabilitas
n
: jumlah item
2
St
: standar deviasi
P
: proporsi subyek yang menjawab item dengan benar
q
: proporsi subyek yang menjawab item dengan salah
Σpq
: jumlah hasil perkalian antara p dan q
Hasil perhitungan tingkat reliabilitas tersebut kemudian dikonsultasikan
dengan r product moment. Apabila harga rtt > rtabel maka tes instrumen tersebut
adalah reliabel.
Klasifikasi reliabilitas adalah sebagai berikut :
0,91-1,00
: Sangat Tinggi
0,71-0,90
: Tinggi
0,41-0,70
: Cukup
0,21-0,40
: Rendah
Negatif-0,20 : Sangat Rendah
(Masidjo, 1995 : 243)
Hasil uji reliabilitas soal-soal tes kognitif yang dilakukan terangkum
dalam Tabel 9.
Tabel 9. Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Soal Tes Kognitif
Variabel
Jumlah Soal
Reliabilitas
Kriteria
Soal-soal tes kognitif materi tata
nama senyawa
30
0,836
Tinggi
Hasil uji reliabilitas soal-soal tes kognitif yang lebih rinci dapat dilihat
pada Lampiran 18.
58
3) Uji Taraf Kesukaran Soal
Indeks kesukaran item adalah bilangan yang merupakan hasil
perbandingan antara jawaban yang diperoleh dengan jawaban yang seharusnya
diperoleh dari suatu item (Masidjo, 1995:189). Indeks kesukaran soal ini
digunakan untuk menunjukkan sukar atau mudahnya suatu soal. Untuk
menentukan indeks kesukaran digunakan rumus sebagai berikut :
IK =
B
N ´ S max
Keterangan :
IK
B
N
Smax
N x Smax
: indeks kesukaran
: jumlah jawaban benar yang diperoleh siswa dari suatu item
: kelompok siswa
: besarnya skor yang dituntut suatu jawaban benar dari suatu item
: jumlah jawaban benar seharusnya diperoleh siswa dari suatu item
Adapun kriterianya adalah sebagai berikut :
0,81-1,00
: mudah sekali (SM)
0,61-0,80
: mudah (Md)
0,41-0,60
: sedang/cukup (Sd)
0,21-0,40
: sukar (S)
0,00-0,20
: sukar sekali (SS)
(Masidjo, 1995 : 243)
Hasil uji taraf kesukaran soal kognitf yang dilakukan terangkum
dalam Tabel 10.
Tabel 10. Rangkuman Uji Taraf Kesukaran Soal Kognitf
Variabel
Soal-soal kognitif materi pokok tata
nama senyawa
Jumlah
Soal
30
Kriteria
SM
4
Md
8
Sd
15
S
1
SS
2
Hasil uji taraf kesukaran soal kognitif yang lebih rinci dapat dilihat pada
Lampiran 18.
59
4) Daya Pembeda Soal
Taraf pembeda item adalah kemampuan suatu item untuk membedakan
antara siswa yang berkemampuan tinngi (pandai) dengan siswa yang
berkemampuan rendah (kurang pandai).
Bilangan yang menunjukkan disebut indeks diskriminasi dengan rumus :
ID =
KA - KB
NKA atau NKB ´ Smax
Keterangan :
ID
KA
: indeks diskriminasi
: jumlah jawaban benar yang diperoleh dari siswa
yang tergolong kelompok atas
KB
: jumlah jawaban benaryang diperoleh dari siswa
yang tergolong kelompok bawah
NKA atau NKB
: jumlah siswa yang tergolong kelompok atas atau
kelompok bawah
NKA atau NKB x Smax `
: perbedaan jawaban benar dari siswa-siswa yang
tergolong kelompok atas dan bawah yang
seharusnya diperoleh.
Klasifikasi taraf pembeda soal:
0,80 -1,00 : sangat membedakan (SM)
0,60-0,79
: lebih membedakan (LM)
0,40-0,59
: cukup membedakan (CM)
0,20-0,39
: kurang membedakan (KM)
0,00-0,19
: sangat kurang membedakan (SKM)
(Masidjo, 1995: 201)
Hasil uji daya beda soal kogntif yang dilakukan terangkum dalam Tabel 11.
Tabel 11. Rangkuman Hasil Uji Daya Beda Soal Kognitf
Variabel
Soal-soal kognitif materi
pokok tata nama senyawa
Jumlah
Soal
SM LM
30
4
Kriteria
CM
10
KM
10
SKM
6
Hasil uji daya beda soal kognitif yang lebih rinci dapat dilihat pada
Lampiran 18.
60
b. Uji Coba Angket Afektif
1) Uji Validitas
Sebuah instrumen tes dikatakan valid, apabila dapat tepat mengukur apa
yang hendak diukur. Validitas yang diuji adalah validitas item. Validitas item
adalah ketepatan mengukur yang dimiliki oleh sebutir item.
Uji validitas item dilakukan dengan menggunakan rumus korelasi
product moment dari Karl Pearson sebagai berikut :
rxy =
N å CU - (å C )(å U )
[N (å C ) - (å C ) N (å U ) - (å U ) ]
2
2
2
2
Keterangan :
X : skor butir item nomor tertentu
Y : skor total
rxy : koefisien validitas
N : jumlah subjek
Klasifikasi validitas soal adalah sebagai berikut :
0,91-1,00
: Sangat tinggi
0,71-0,90
: Tinggi
0,41-0,70
: Cukup
0,21-0,40
: Rendah
Negatif-0,20 : Sangat rendah
Item dikatakan valid bila harga rxy > rtabel.
(Masidjo, 1995 : 243)
Hasil uji validitas angket afektif yang telah dilakukan terangkum dalam
Tabel 12.
Tabel 12. Rangkuman Hasil Uji Validitas Angket Afektif
Variabel
Angket afektif
Jumlah
Soal
20
Kriteria
Valid
16
Drop
4
Hasil uji validitas untuk angket afektif yang lebih terinci dapat dilihat
pada Lampiran 19.
61
2) Uji Reliabilitas
Soal dinyatakan reliabel bila memberikan hasil yang relatif sama saat
dilakukan pengukuran kembali pada subjek yang berbeda pada waktu berlainan.
Pengujian reliabilitas menggunakan rumus sebagai berikut :
2
é n ùé å si ù
r11 = ê
ú ê1 - s 2 ú
ë n - 1û ëê
t
ûú
Keterangan :
: reliabilitas instrumen
r11
n
: banyak butir pertanyaan atau banyaknya soal
2
ås i : jumlah varians skor tiap-tiap item
s
2
t
: varians total
Selanjutnya pemberian interprestasi terhadap koefesien reliabilitas
digunakan patokan sebagai berikut:
1. r11 ≥ 0.70; reliabelitas tinggi (riliable)
2. r11 < 0.70; reliabilitas rendah (un-reliable)
(Anas Sudijono, 2005: 208)
Hasil uji reliabilitas untuk angket afektif yang telah dilakukan terangkum
dalam Tabel 13.
Tabel 13. Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Angket Afektif
Variabel
Jumlah Soal
Reliabilitas
Kriteria
20
0,789
Tinggi
Angket Afektif
c. Uji Coba Tes Kemampuan Memori
Standarisasi tes kemampuan memori dilakukan dengan uji reliabilitas.
Pengujian
reliabilitas
mengggunakan
formula
Spearman-Brown,
dengan
membelah dua menjadi bagian yang sama berdasarkan waktu yang telah
ditentukan. Waktu yang digunakan dalam uji ini dibagi menjadi empat bagian,
skor waktu pertama dan keempat dikorelasikan dengan skor waktu kedua dan
ketiga. Adapun rumusnya sebagai berikut :
é 2rhh ù
rtt = ê
ú
ë1 + rhh û
62
Keterangan :
rtt
: koefesien reliabilitas tes
rhh
: koefesien korelasi product moment antara skor waktu ke-1 dan 4
dengan waktu ke-2 dan 3 dari tes memori.
1 & 2 : Bilangan konstan.
Selanjutnya pemberian interprestasi terhadap koefesien reliabilitas
digunakan patokan sebagai berikut:
rtt ≥ 0.70; reliabilitas tinggi (riliable)
rtt < 0.70; reliabilitas rendah (un-reliable)
(Anas Sudijono, 2005: 216)
Dari Proses perhitungan pada Lampiran 20, diperoleh koefesien
reliabilitas sebesar 0,953. Sehingga dapat disimpulkan bahwa soal kemampuan
memori mempunyai reliabilitas tinggi.
F. Teknik Analisis Data
1. Uji Prasyarat Analisis
Setelah syarat-syarat di atas terpenuhi maka instrument hasil try out
dapat diterapkan. Sebagai uji prasarat analisis dilakukan uji normalitas dengan
menggunakan uji Liliefors dan uji homogensitas dengan menggunakan uji
Bartlett.
a. Uji Normalitas
Untuk mengetahui apakah sampel yang digunakan dalam penelitian ini
berasal dari populasi yang terdistribusi normal atau tidak digunakan uji Liliefors.
Rumus yang digunakan :
Lo = F(zi) – S(zi) ; i : 1, 2, 3…
Keterangan :
F(zi) : peluang zn yang lebih kecil atau sama dengan zi
S(zi) : proporsi cacah zn yang lebih kecil atau sama dengan zi
(zi)
: skor standar
Lo
: koefisien Liliefors pengamatan
-
X -X
zi = i
; dengan S adalah standar deviasi
S
63
Langkah - langkah uji Liliefors :
1) Hipotesis : Ho = sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal
H1 = sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal
2) Dipilih = α = 0,05
3) Statistik uji yang digunakan
L = Maks [F(Zi) – S(Zi)]
Dengan :
Z berdistribusi N (0,1)
F(Zi) = P(Z<Zi)
S(Zi) = proporsi cacah Z<Zi terhadap seluruh Zi
4) Daerah kritik (DK)
DK = {L / Lo ≥ Lα;n}
5) Keputusan Uji
Kriteria : Ho diterima jika Lo < Ltabel
(Sudjana, 1996:466)
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas digunakan untuk menguji apakah sampel penelitian
berasal dari populasi yang homogen, maka digunakan uji Barlett. Rumus yang
digunakan adalah :
c 2 = (ln10) {D D = (log S2)
å (n
å (n
i
- 1) log S i }
2
i
- 1)
é å (ni - 1) S i 2 ù
S = ê
ú
êë å (ni - 1) úû
Keterangan :
X2 : chi kuadrat
S
: simpangan baku
2
S
: variasi semua gabungan sampel
(Sudjana, 1996:263)
Hipotesis : Ho = sampel berasal dari variasi yang sama (homogen)
Hi = sampel berasal dari variasi yang tidak sama (tidak homogen)
Kriteria : Ho diterima jika c 2 hitung < c 2 tabel
64
2. Uji Hipotesis
Dalam penelitian ini digunakan Analisis Variansi Dua Jalan dengan isi sel
tak sama.
a. Model
Xijk = m + a i + b j + (ab) ij + e ijk
Dengan:
Xijk
= data amatan ke-k pada baris ke-i dan kolom ke-j
m
= rerata dari seluruh amatan
ai
= efek faktor A kategori i
bj
= efek faktor B kategori j
( ab )ij = interaksi baris ke-I dan kolom ke-j
e ijk
= deviasi data amatan terhadap rataan populasinya ( m ij) yang
berdistribusi normal dengan rataan 0 dan variansi s
i = 1,2; 1. pemberian pembelajaran dengan metode TAI
2. pemberian pembelajaran dengan metode Jigsaw
j = 1,2; 1. Kemampuan memori tinggi
2. Kemampuan memori rendah
k =1,2,3….,k = banyaknya data amatan pada setiap sel
b. Notasi dan Tata Letak Data
Tabel 14. Data Amatan, Rataan dan Jumlah Kuadrat Deviasi
B
Kemampuan memori
A
siswa
B1
B2
A1
n11
n12
å X 11 k
å X12 k
k
k
X 11
åX
Metode
pembelajaran
A2
2
11 k
X12
åX
2
12 k
k
k
C11
SS11
n21
å X 21 k
C12
SS12
n22
å X 22 k
X 21
X 22
k
åX
2
21 k
k
k
åX
2
22 k
k
C21
SS21
C22
SS22
65
Dengan :
2
æåX ö
ç
ijk ÷
ø ; SS = X 2 - C
Cij = è k
å ijk
ij
ij
k
n ij
c. Hipotesis
HoA : a i = 0 untuk semua i
H1A : a i ¹ 0 untuk paling sedikit satu harga i
2) HoB : b i = 0 untuk semua j
H1B : b j ¹ 0 untuk paling sedikit satu harga j
3) HoAB : ( a b )ij = 0 untuk semua pasang (ij)
H1AB : ( a b )ij ¹ 0 untuk paling sedikit satu pasang harga (ij)
Ketiga pasang hipotesis ini ekivalen dengan ketiga pasang hipotesis berikut :
1)
1)
H0A : tidak ada perbedaan efek antar baris terhadap variabel terikat
H1A : ada perbedaan efek antar baris terhadap variabel terikat.
H0B : tidak ada perbedaan efek antar kolom terhadap variabel terikat.
H1B : ada perbedaan efek antar kolom terhadap variabel terikat.
H0AB : tidak ada interaksi baris dan kolom terhadap variabel terikat.
H1AB : ada interaksi baris dan kolom terhadap variabel terikat.
2)
3)
d. Komputasi
Didefinisikan
Rerata harmonik frekuensi seluruh sel
nh =
pq
å n ij
ij
Dengan : n h
p
q
nij
= rataan harmonik frekuensi seluruh sel
= banyaknya baris
= banyaknya kolom
= cacah data amatan tiap sel ij
Komponen jumlah kuadrat
(1)
G2
=
pq
(2)
= å SS ij
ij
(3)
Ai2
=å
i q
66
(4)
=å
j
(5)
B 2j
p
= å ABij2
i, j
Jumlah Kuadrat
Jumlah kuadrat baris (JKA) = n h (3) - (1)
Jumlah kuadrat kolom (JKB) = n h (4) - (1)
Jumlah kuadrat interaksi (JKAB) = n h {(1) + (5) - (3) - (4)}
Jumlah kuadrat galat/error (JKG) = (2)
Jumlah kuadrat total (JKT) = JKA + JKAB + JKG
Derajat kebebasan untuk masing-masing jumlah kuadrat tersebut adalah :
Derajat kebebasan (dkA) = p-1
Derajat kebebasan baris (dkB) = q-1
Derajat kebebasan kolom (dkAB) = (p-1) (q-1)
Derajat kebebasan error (dkG) = N-pq
Derajat kebebasan total (dkt) = N-1
Rataan kuadrat (RK)
Rataan kuadrat baris (RKA)
= JKA/dkA
Rataan kuadrat kolom (RKB)
= JKB/dkB
Rataan kuadrat interaksi (RKAB) = JKAB/dkAB
Rataan kuadrat error (RKG)
e. Statistik Uji
Statistik uji yang digunakan adalah:
1) Untuk HoA adalah Fa
=
2) Untuk HoB adalah Fb =
3) Untuk HoAB adalah Fab =
RKA
RKG
RKB
RKG
RKAB
RKG
= JKG/dkG
67
f. Daerah Kritik
Untuk Fa adalah DK = { F | F > F0,05;1;60} = { F | F > 3.97}
Untuk Fb adalah DK = { F | F > F0,05;1;60} = { F | F > 3.97}
Untuk Fab adalah DK = { F | F > F0,05;1;60} = { F | F > 3.97}
g. Keputusan Uji
HoA, HoB, dan HoAB ditolak apabila statistik uji yang bersesuaian melebihi
harga kritik masing-masing.
3. Uji komparasi Ganda (Uji Scheffe)
Uji komparasi ganda digunakan untuk mengetahui lebih lanjut rerata mana
yang berbeda dan rerata mana yang sama. Setelah dilakukan analisis variansi.
Jadi, uji komparasi ganda merupakan analisis pasca variansi.
Metode yang digunakan untuk penelitian ini adalah Uji Scheffe dengan
rumus :
F = (k – 1) Fij dimana Fij =
(X
- X j)
2
i
é1
1ù
RKG ê + ú
êë ni n j úû
Keterangan :
Xi
= rerata (sampel) kolom ke i
Xj
= rerata (sampel) kolom ke j
RKG = rerata kuadrat galat, diperoleh dari perhitungan analisis variabel
Ni
= banyaknya observasi kolom i
Nj
= banyaknya observasi kolom j
F > F(1, N – k) dimana
N
= cacah semua observasi
K
= cacah kolom, perlakuan (treatment)
(Budiyono, 2000:209)
68
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah skor kemampuan memori
siswa dan nilai prestasi belajar pada materi pokok Tata Nama Senyawa. Prestasi
belajar siswa meliputi aspek kognitif dan aspek afektif. Data-data tersebut diambil
dari kelompok eksperimen 1 dan kelompok eksperimen 2. Jumlah siswa yang
dilibatkan pada penelitian ini adalah 80 siswa dari kelas X-2 dan X-4 SMA
Negeri 1 Nguter tahun pelajaran 2009/2010. Untuk lebih jelasnya di bawah ini
disajikan deskripsi data penelitian dari masing-masing variabel.
1. Skor Kemampuan Memori Siswa pada Materi Pokok Tata Nama
Senyawa Kelas Eksperimen TAI dan Jigsaw
Data kemampuan memori diperoleh dari tes kemampuan memori sebanyak
50 butir soal yang sebelumnya telah diuji coba untuk mengetahui reliabilitasnya.
Dari data yang terkumpul, skor terendah pada kelas eksperimen TAI adalah 18
dan skor tertinggi adalah 100. Sedangkan pada kelas eksperimen Jigsaw, skor
terendah adalah 14 dan skor tertinggi 100. Skor kemampuan memori
dikategorikan menjadi dua yaitu skor di atas atau sama dengan rerata termasuk
dalam kemampuan memori tinggi, sedangkan skor di bawah rerata termasuk
dalam kemampuan memori rendah. Ini didasarkan pada mean (rerata) untuk kedua
kelas (kelas eksperimen TAI dan kelas eksperimen Jigsaw).
Pada kelas eksperimen TAI terdapat 22 siswa yang mempunyai
kemampuan memori tinggi dan 18 siswa yang mempunyai kemampuan memori
rendah. Sedangkan pada kelas eksperimen Jigsaw terdapat 20 siswa yang
mempunyai kemampuan memori tinggi dan 20 siswa yang mempunyai
kemampuan memori rendah. Deskripsi data skor kemampuan memori dan
kriterianya dapat dilihat pada lampiran 21.
69
Perbandingan distribusi frekuensi skor kemampuan memori siswa untuk
kelas eksperimen TAI dan kelas eksperimen Jigsaw dapat dilihat pada tabel
berikut :
Tabel 15. Perbandingan Skor Kemampuan Memori Siswa Antara Kelas
Eksperimen TAI dan Kelas Eksperimen Jigsaw
No
Interval
Nilai
Frekuensi
Tengah
TAI
Jigsaw
1
14,0 – 26,2
20,1
3
2
2
26,3 – 38,5
32,4
3
6
3
38,6 – 50,8
44,7
4
6
4
50,9 – 63,1
57,0
9
6
5
63,2 – 75,4
69,3
8
12
6
75,5 – 87,7
81,6
6
3
7
87,8 - 100
93,9
7
5
Jumlah
40
40
Histogram
perbandingan
skor
kemampuan
memori
antara
eksperimen TAI dan Jigsaw disajikan dalam gambar di bawah ini:
Frekuensi
15
12
10
3
5
3
2
5
6
6
6
9
3
8
4
6
7
0
20,1
32,4
44,7
57
69,3
81,6
93,9
Nilai Tengah
Metode TAI
Metode Jigsaw
Gambar 3. Kelas Eksperimen TAI dan Kelas Eksperimen Jigsaw
kelas
70
2. Prestasi Belajar Materi Pokok Tata Nama Senyawa
Kelas Eksperimen TAI
Data penelitian mengenai prestasi belajar meliputi aspek kognitif dan
afektif siswa pada materi pokok tata nama senyawa kelas eksperimen TAI kelas
X-2 SMA Negeri 1 Nguter dengan sampel sebanyak 40 siswa. Selengkapnya
dapat dilihat pada Lampiran 21. Sedangkan deskripsi data penelitian mengenai
prestasi belajar secara ringkas disajikan dalam Tabel 16.
3. Prestasi Belajar Materi Pokok Tata Nama Senyawa
Kelas Eksperimen Jigsaw
Data penelitian mengenai prestasi belajar meliputi aspek kognitif dan
afektif siswa pada materi pokok tata nama senyawa kelas eksperimen Jigsaw kelas
X-4 dengan sampel sebanyak 40 siswa. Selengkapnya dapat dilihat di Lampiran
21. Sedangkan deskripsi data penelitian mengenai prestasi belajar secara ringkas
disajikan dalam Tabel 16.
Tabel 16. Rangkuman Deskripsi Data Penelitian
Uraian
Rata-rata pretest kognitif
Rata-rata posttest kognitif
Rata-rata pretest afektif
Rata-rata posttest afektif
Rata-rata selisih nilai kognitif
Rata-rata selisih nilai afektif
Metode TAI
Metode Jigsaw
37,20
64,70
73,1525
81,4825
27,50
8,3300
36,30
57,40
71,0350
77,8325
21,10
6,7975
Data penelitian dipaparkan dalam sel distribusi frekuensi. Hal ini dilakukan untuk
mempermudah dalam pengamatan hasil penelitian.
71
4. Selisih Nilai Kognitif Kelas Eksperimen TAI dan Jigsaw pada
Materi Pokok Tata Nama Senyawa
Perbandingan distribusi frekuensi selisih nilai kognitif siswa antara kelas
eksperimen TAI dan kelas eksperimen Jigsaw pada materi pokok Tata Nama
Senyawa disajikan dalam tabel berikut :
Tabel 17. Perbandingan Distribusi Frekuensi Selisih Nilai Kognitif Siswa Antara
Kelas Eksperimen TAI dan Kelas Eksperimen Jigsaw
No
Interval
Nilai
Frekuensi
Tengah
TAI
Jigsaw
1.
4,0 – 11,4
9,7
2
8
2.
11,5 – 18,9
15,2
8
11
3.
19,0 – 26,4
22,7
9
8
4.
26,5 – 33,9
30,2
9
7
5.
34,0 – 41,4
37,7
8
3
6.
41,5 – 48,9
45,2
3
3
7.
49,0 – 56,4
52,7
1
0
Jumlah
40
40
Histogram perbandingan selisih nilai kognitif siswa antara kelas
Frekuensi
eksperimen TAI dan Jigsaw disajikan dalam gambar berikut ini :
12
10
8
6
4
2
0
11
8
8
8
9
7
9
8
3
2
9,7
3
3
15,2
22,7
30,2
37,7
45,2
1 0
52,7
Nilai Tengah
Metode TAI
Metode Jigsaw
Gambar 4. Histogram Perbandingan Distribusi Frekuensi Selisih Nilai Kognitif
Siswa Antara Kelas Eksperimen TAI dan Kelas Eksperimen Jigsaw
72
5. Selisih Nilai Afektif Kelas Eksperimen TAI dan Jigsaw pada
Materi Pokok Tata Nama Senyawa
Angket yang digunakan untuk menilai aspek afektif, seperti yang tertera
dalam kurikulum 2004 Pedoman Khusus Pengembangan Silabus dan Penilaian
(Depdiknas, 2003: 88-91).
Perbandingan distribusi frekuensi nilai afektif siswa antara kelas
eksperimen TAI dan Jigsaw pada materi pokok Tata Nama Senyawa disajikan
dalam tabel berikut :
Tabel 18. Perbandingan Distribusi Frekuensi Selisih Nilai Afektif Siswa Antara
Kelas Eksperimen TAI dan Kelas Eksperimen Jigsaw
No
Interval
Nilai Tengah
Frekuensi
TAI
Jigsaw
1.
1,5 – 3,9
2,7
5
8
2.
4,0 – 6,4
5,2
11
14
3.
6,5 – 8,9
7,7
8
7
4.
9,0 – 11,4
10,2
8
6
5.
11,5 – 13,9
12,7
4
4
6.
14,0 – 16,4
15,2
3
1
7.
16,5 – 18,9
17,7
1
0
Jumlah
40
40
Histogram perbandingan selisih nilai afektif siswa antara kelas eksperimen
Frekuensi
TAI dan Jigsaw disajikan dalam gambar di bawah ini :
14
12
10
8
6
4
2
0
14
8
7
6
11
8
4
8
5
2,7
4
5,2
7,7
10,2
12,7
1
3
15,2
0
1
17,7
Nilai Tengah
Metode TAI
Gambar 5.
Metode Jigsaw
Histogram Perbandingan Distribusi Frekuensi Selisih Nilai Afektif
Siswa Antara Kelas Eksperimen TAI dan Kelas Eksperimen Jigsaw
73
B. Hasil Penelitian dan Prasyarat Analisis
1. Uji Keseimbangan
Uji keseimbangan ini diambil dari nilai ujian tengah semester 1 kelas X
SMA Negeri 1 Nguter tahun pelajaran 2009/2010. Untuk kelas X-2 (kelas metode
TAI) dengan jumlah siswa 40 diperoleh rata-rata 51,1250 dan variansi 248,1635.
Sedangkan untuk kelas X-4 (kelas
metode Jigsaw) dengan jumlah siswa 40
diperoleh rata-rata 50,40 dan variansi 213,1179.
Hasil uji keseimbangan dengan menggunakan uji t diperoleh thit = 0,216
dengan t0,975 = 2,0 atau – t0,975 = - 2,0. Karena – t0,975 < thit < t0,975, maka dapat
disimpulkan bahwa kelas eksperimen 1 (kelas X-2 yang diajar dengan metode
TAI) dan Kelas eksperimen 2 (kelas X-4 yang diajar dengan metode Jigsaw)
mempunyai rata-rata kemampuan awal yang sama atau kedua kelas tersebut dalam
keadaan seimbang (perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 23).
2. Uji Normalitas
Salah satu syarat agar teknik analisis variansi dapat diterapkan maka harus
normal pada distribusi populasinya. Untuk mengetahui apakah prasyarat telah
dipenuhi, maka dilakukan uji liliefors. Uji ini bertujuan untuk menyelidiki apakah
sampel dalam penelitian ini berasal dari populasi normal atau tidak.
Hasil uji normalitas nilai keadaan awal siswa, nilai kemampuan memori,
selisih nilai kognitif dan nilai afektif siswa tercantum dalam lampiran 24. Hasil uji
normalitas telah terangkum dalam tabel-tabel berikut.
74
Tabel 19. Rangkuman Hasil Uji Normalitas Nilai Keadaan Awal Siswa
Kelompok Siswa
Eksperimen 1(metode TAI)
Eksperimen 2 (metode Jigsaw)
Harga L
L0 maks
Tabel
0,0776
0,1401
0,1021
0,1401
Kesimpulan
Berdistribusi
Normal
Normal
Tabel 20. Rangkuman Hasil Uji Normalitas Nilai Kemampuan Memori Siswa
Kelompok Siswa
Eksperimen 1(metode TAI)
Eksperimen 2 (metode Jigsaw)
Harga L
L0 maks
Tabel
0,0615
0,1401
0,0717
0,1401
Kesimpulan
Berdistribusi
Normal
Normal
Tabel 21. Rangkuman Hasil Uji Normalitas Nilai Kemampuan Kognitif
Kelompok Siswa
A1
A2
B1
B2
A1B1
A2B1
A1B2
A2B2
Harga L
L0 maks
Tabel
0,0891
0,1401
0,1378
0,1401
0,1228
0,1367
0,1125
0,1437
0,0919
0,1832
0,1704
0,1900
0,1470
0,2000
0,1551
0,1900
Kesimpulan
Berdistribusi
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Tabel 22. Rangkuman Hasil Uji Normalitas Nilai Kemampuan Afektif
Kelompok Siswa
A1
A2
B1
B2
A1B1
A2B1
A1B2
A2B2
Harga L
L0 maks
Tabel
0,1188
0,1401
0,1057
0,1401
0,0926
0,1367
0,1424
0,1437
0,1307
0,1832
0,0983
0,1900
0,1216
0,2000
0,1871
0,1900
Tampak dari tabel-tabel di atas bahwa harga L
hitung
Kesimpulan
Berdistribusi
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
< L
tabel
, dengan
demikian dapat dikatakan bahwa sampel pada penelitian ini berdistribusi normal.
75
3. Uji Homogenitas
Syarat yang harus dipenuhi dalam penggunaan analisis variansi adalah
varians populasi harus homogen. Untuk menguji homogenitas pada penelitian ini
menggunakan metode Bartlett. Hasil uji homogenitas nilai keadaan awal siswa,
nilai kemampuan memori, selisih nilai kognitif dan afektif siswa tercantum dalam
lampiran 25. Hasil uji homogenitas telah terangkum dalam tabel 23 berikut.
Tabel 23. Rangkuman Hasil Uji Homogenitas
Kelompok
Keadaan awal siswa
Memori
Selisih nilai kognitif
Selisih nilai kognitif ditinjau
dari memori
Selisih nilai afektif
Selisih nilai afektif ditinjau dari
memori
χ2Hitung
0,226
0,013
0,019
1,945
χ2Tabel
3,841
3,841
3,841
3,841
Kesimpulan
Homogen
Homogen
Homogen
Homogen
0,545
0,043
3,841
3,841
Homogen
Homogen
Tampak dari tabel-tabel di atas bahwa harga statistik uji χ2 tidak
melampaui harga kritik χ2 , dengan demikian dapat dikatakan bahwa sampel pada
penelitian ini berasal dari populasi yang homogen.
76
C. Hasil Pengujian dan Pembahasan Hipotesis
1. Analisis Variansi Dua Jalan dengan Sel Tak Sama Aspek Kognitif
Hasil perhitungan analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama untuk
aspek kognitif disajikan pada tabel berikut :
Tabel 24. Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan Sel Tak Sama Aspek kognitif
Sumber
JK
dk
RK
Metode Mengajar (A)
Kemampuan Memori (B)
Interaksi (AB)
Galat
755,74237
1 755,74237
886,29915
1 886,29915
73,83684
1 73,83684
10370,86869 76 136,45880
Total
12086,74705 79
Fobs
Fa
Keputusan
5,538
6,495
0,541
-
3.97
3.97
3.97
-
H0A Ditolak
H0B Ditolak
H0AB Diterima
-
-
-
-
-
Berdasarkan Tabel 24 di atas menunjukkan bahwa :
a. Pada Aspek Kognitif
1) Pada Efek Utama Baris (A), H0A ditolak.
Hal ini berarti terdapat perbedaan yang signifikan antara prestasi belajar
kognitif siswa yang diberi metode pembelajaran TAI dan prestasi belajar
kognitif siswa yang diberi metode pembelajaran Jigsaw pada materi pokok
tata nama senyawa kelas X semester ganjil SMA Negeri 1 Nguter, maka
diperlukan uji pasca anava yaitu uji komparasi ganda.
2) Pada Efek Utama Kolom (B), H0B ditolak.
Hal ini berarti terdapat perbedaan prestasi belajar kognitif bagi siswa yang
mempunyai kemampuan memori tinggi dan rendah pada materi pokok tata
nama senyawa kelas X semester ganjil SMA Negeri 1 Nguter, maka
diperlukan uji komparasi ganda.
3) Pada Efek Utama Interaksi (AB), H0AB diterima.
Hal ini berarti tidak terdapat interaksi antara metode pembelajaran
kooperatif TAI dan Jigsaw dengan tinggi rendahnya kemampuan memori
siswa terhadap prestasi belajar kognitif siswa pada materi pokok tata nama
senyawa kelas X semester ganjil SMA Negeri 1 Nguter, maka tidak
dilakukan uji komparasi ganda.
77
2. Uji Lanjut Pasca Analisis Variansi Dua Jalan
Dalam penelitian ini uji komparasi ganda hanya dilakukan pada aspek
kognitif, yaitu hipotesis pertama dan hipotesis kedua sedangkan hipotesis ketiga
tidak diperlukan uji komparasi ganda karena H0 diterima. Begitu juga pada aspek
afektif tidak diperlukan uji komparasi ganda karena H0A, H0B dan H0AB diterima.
(Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 27 ). Hasil perhitungan
uji lanjut anava disajikan pada Tabel 25.
Tabel 25. Rangkuman Uji Komparasi Ganda Aspek Kognitif
Komparasi
Rerata
Rerata
Fij
Harga
Kesimpulan
Kritik
Xi
Xj
A1 Vs A2
27,50
21,10
6,003
3,97
H0 ditolak
B1 Vs B2
27,61905
20,63158
7,138
3,97
H0 ditolak
Dari Tabel 25 di atas terlihat bahwa pada uji komparasi ganda antar baris
dapat disimpulkan H0 ditolak karena Fij > F
tabel
. Hal ini berarti bahwa terdapat
perbedaan rerata yang signifikan antara baris A1 (metode TAI) dengan baris A2
(metode Jigsaw). Pada uji komparasi ganda antar kolom dapat disimpulkan
H0 ditolak karena Fij > Ftabel. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
rerata yang signifikan antara kolom B1 (kemampuan memori kategori tinggi) dan
kolom B2 (kemampuan memori kategori rendah).
Dari data penelitian didapatkan rata-rata nilai kognitif pada kelas
eksperimen 1 yang diberi metode TAI adalah 27,50, nilai rata-rata pada kelas
eksperimen 2 yang diberi metode Jigsaw adalah 21,10. Nilai rata-rata kognitif
kelas TAI dengan memperhatikan kemampuan memori siswa kategori tinggi
29,6364, untuk kategori rendah 24,8889. Sedangkan nilai rata-rata kognitif untuk
kelas Jigsaw dengan memperhatikan kemampuan memori siswa kategori tinggi
25,4000, untuk kategori rendah 16,8000 (Perhitungan selengkapnya dapat dilihat
pada Lampiran 21).
78
Dari hasil analisa variansi dua jalan dengan sel tak sama yang disajikan
dalam Tabel 24 dan uji lanjut anava pada Tabel 25 dapat dijelaskan sebagai
berikut:
a. Hipotesis Pertama
Dari anava dua jalan dengan sel tak sama aspek kognitif didapatkan
Fhitung = 5,538 > Ftabel = 3,97, hal ini berarti terdapat perbedaan prestasi belajar
kognitif siswa yang diberi metode TAI dan Jigsaw pada materi pokok tata nama
senyawa. Dari jumlah rataan menunjukkan bahwa rerata baris A1= 27,50 > 21,10
= rerata baris A2. Ini berarti penggunaan metode pembelajaran TAI dan Jigsaw
memberikan perbedaan yang signifikan terhdap prestasi belajar kognitif siswa
yaitu penggunaan metode TAI lebih baik dalam meningkatkan prestasi belajar
kognitif siswa daripada penggunaan metode Jigsaw.
Penggunaan metode TAI ternyata memberikan hasil yang lebih baik bagi
prestasi belajar kognitif siswa untuk materi tata nama senyawa, hal ini
dikarenakan pada metode TAI terdapat beberapa tahap yang memudahkan siswa
untuk belajar kimia khususnya dalam hal ini pada materi pokok tata nama
senyawa. Proses-proses dalam pembelajaran TAI bisa mendorong siswa lebih giat
dalam mempelajari materi kimia pada materi pokok tata nama senyawa, karena
adanya sebuah kerja sama dalam belajar. Sistem belajar kooperatif atau belajar
kelompok bagi siswa yang kurang memahami dapat dibantu oleh temannya yang
sudah memahami, jadi ada suatu interaksi antar siswa.
Dalam metode TAI pada setiap kelompok dipimpin oleh seorang asisten
yang mempunyai
kemampuan
lebih
dibandingkan
anggota lain
dalam
kelompoknya. Asisten ini dipilih berdasarkan skor nilai ulangan tengah
semester 1 tahun pelajaran 2009/2010. Skor nilai dari seluruh siswa dalam
kelompok diurutkan kemudian yang mempunyai skor nilai tertinggi menjadi
asisten dengan pertimbangan nilai yang tertinggi tersebut mempunyai penguasaan
konsep yang lebih banyak dibandingkan dengan siswa yang lain dalam
kelompoknya. Pembagian anggota kelompok berdasarkan penguasaan konsep
yang diperoleh siswa sehingga dalam suatu kelompok mempunyai kemampuan
yang heterogen tetapi pada setiap kelompok yang terbentuk mempunyai rata-rata
79
penguasaan konsep yang hampir sama. Hal ini dimaksudkan agar penyebaran dan
komposisi siswa dalam pembentukan kelompok merata dan seimbang.
Metode TAI sebagai salah satu contoh dari metode pembelajaran
kooperatif juga mempunyai beberapa keuntungan (kelebihan) :
1). Dengan model pembelajaran kooperatif metode TAI guru dapat menciptakan
suasana lingkungan kelas yang saling menghargai nilai-nilai ilmiah.
2). Peserta didik merasa senang karena dilibatkan dalam proses belajar dan
semakin tertantang dengan persoalan-persoalan baru yang belum pernah
mereka temui sebelumnya sehingga memicu mereka untuk terus melakukan
penemuan-penemuan.
3). Memungkinkan peran aktif peserta didik dalam proses penilaian, mereka
melakukan penilaian diri sendiri, refleksi, pemikiran yang kritis dan
memberikan kesempatan untuk meningkatkan kemampuan pemecahan
masalah peserta didik.
4). Model pembelajaran kooperatif metode TAI memungkinkan guru dan peserta
didik secara bersama-sama bertanggungjawab untuk merancang proses
pembelajaran dan untuk mengevaluasi kemajuan belajar yang sesuai dengan
tujuan pembelajaran.
5). Melatih peserta didik untuk bekerja secara kelompok, melatih keharmonisan
dalam hidup bersama atas dasar saling menghargai.
Dengan adanya kelebihan dari metode TAI di atas pada intinya siswa
memiliki
kesempatan
yang
luas
untuk
mengadakan
kerjasama
dalam
kelompoknya dengan bantuan asisten untuk mempelajari dan memecahkan
masalah dalam materi pokok tata nama senyawa. Keberhasilan proses belajar
kelompok dalam metode TAI dituntut adanya ketrampilan dalam kelompoknya
untuk mengkomunikasikan informasi atau ide dalam pikirannya. Dengan adanya
otonomi yang dimiliki oleh setiap kelompok membuat siswa dalam belajar
menjadi lebih tekun karena merasa tertantang. Kelompok yang tidak bisa
menyelesaikan masalah yang dihadapi tidak akan bertanya kepada kelompok
lainnya karena masing-masing kelompok memiliki otonomi agar kelompoknya
menjadi yang terbaik.
80
Metode Jigsaw adalah metode kooperatif dimana dalam pelaksanaannya
siswa berperan sebagai kelompok asal (home group) dan kelompok ahli (expert
group). Metode ini juga dilandasi adanya kerjasama kelompok, namun dalam
pelaksanaannya ternyata penggunaan metode Jigsaw terdapat kelemahan sebagai
berikut:
1). Siswa yang aktif lebih mendominasi diskusi, dan cenderung mengontrol
jalannya diskusi.
2). Siswa yang cerdas cenderung bosan.
3). Siswa yang tidak terbiasa berkompetisi kesulitan dalam mengikuti
pembelajaran.
Di samping ketiga hal di atas, ternyata siswa kelas X-4 SMA Negeri 1 Nguter
belum terbiasa dalam penggunaan metode Jigsaw, sehingga dalam prosesnya
siswa masing bingung ketika harus menjalankan dua perannya dalam kelompok
asal dan kelompok ahli. Hal ini mengakibatkan siswa tidak memfokuskan pikiran
mereka dalam mempelajari materi tata nama senyawa dan akibatnya prestasi
belajar kognitif siswa rendah.
Dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode TAI lebih baik dari pada
metode Jigsaw pada materi pokok tata nama senyawa terhadap prestasi belajar
kognitif siswa kelas X semester ganjil SMA Negeri 1 Nguter.
b. Hipotesis Kedua
Berdasarkan hasil perhitungan pada analisis variansi dua jalan dengan sel
tak sama aspek kognitif diperoleh Fhitung =6,495 > Ftabel = 3,97. Hal ini berarti
terdapat perbedaan prestasi belajar kognitif bagi siswa yang mempunyai
kemampuan memori tinggi dan rendah pada materi pokok tata nama senyawa.
Rangkuman hasil anava dapat dilihat pada Tabel 33 dan perhitungan
selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 26. Dari jumlah rataan diperoleh rerata
kolom B1 = 7,138 > B2 = 3,97 (perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada
Lampiran 28), hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan rerata yang
signifikan antara kemampuan memori tinggi dan kemampuan memori rendah
terhadap prestasi belajar kognitif siswa. Dapat disimpulkan, siswa dengan
kemampuan memori tinggi akan menghasilkan prestasi belajar kognitif yang lebih
81
baik daripada siswa dengan kemampuan memori rendah pada materi pokok tata
nama senyawa.
Kemampuan memori atau ingatan merupakan kemampuan yang ada dalam
diri seseorang untuk menerima, memasukkan informasi, menyimpan dan
menimbulkan kembali hal-hal yang telah diperoleh sebelumnya sesuai dengan
keinginan, hal-hal yang dimaksud dalam penelitian ini adalah materi tata nama
senyawa. Siswa yang mempunyai kemampuan memori yang tinggi akan lebih
mudah dalam menyimpan dan menimbulkan kembali materi yang mereka pelajari.
Materi tata nama senyawa adalah materi yang sifatnya hafalan, dalam
pembelajarannya siswa dituntut dapat mengingat nama-nama kation dan anion
yang nantinya digunakan dalam memberikan nama suatu senyawa. Siswa yang
memiliki kemampuan memori tinggi lebih mudah untuk mengingat nama-nama
kation dan anion, mereka dapat memberikan nama-nama senyawa tanpa harus
melihat tabel kation dan anion, akibatnya prestasi belajar kognitifnya lebih baik
jika dibandingkan siswa berkemampuan rendah. Sebaliknya, siswa dengan
kemampuan memori yang rendah tentunya akan sulit dalam mengingat namanama kation dan anion, ini akan menghambat mereka dalam memberikan namanama senyawa, akibatnya ketika diadakan tes kognitif mereka akan mengalami
kesulitan dalam menjawab soal-soal, prestasi belajarnya pun lebih rendah
dibanding siswa dengan kemampuan memori tinggi.
c. Hipotesis Ketiga
Berdasarkan data penelitian untuk aspek kognitif diperoleh hasil bahwa
Fhitung = 0,541 < Ftabel = 3,97 (Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada
Lampiran 26). Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat interaksi antara metode
TAI dan Jigsaw dengan tinggi rendahnya kemampuan memori siswa terhadap
prestasi belajar kognitif siswa pada materi pokok tata nama senyawa.
Tidak adanya interaksi antara metode pembelajaran dengan kemampuan
memori siswa kemungkinan dikarenakan banyak faktor yang dapat mempengaruhi
proses pencapaian prestasi belajar baik dalam maupun luar diri siswa disamping
faktor metode pembelajaran dan kemampuan memori siswa yang digunakan
dalam penelitian ini, serta peneliti tidak dapat mengontrol faktor-faktor tersebut di
82
luar kegiatan belajar mengajar. Dengan demikian tidak ada interaksi antara
metode pembelajaran dan kemampuan memori siswa terhadap prestasi belajar
siswa.
3. Analisis Variansi Dua Jalan dengan Sel Tak Sama Aspek Afektif
Hasil perhitungan analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama untuk
aspek afektif disajikan pada tabel berikut :
Tabel 26. Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan Sel Tak Sama Aspek Afektif
Sumber
JK
dk
RK
Fobs
Fa
Keputusan
Metode Mengajar (A)
Kemampuan Memori (B)
Interaksi (AB)
Galat
46,66119
35,44526
34,16928
999,84768
1
1
1
76
46,66119
35,44526
34,16928
13,15589
3,547
2,694
2,597
-
3.97
3.97
3.97
-
H0A Diterima
H0B Diterima
H0AB Diterima
-
Total
1116,12341
79
-
-
-
-
Berdasarkan Tabel 26 di atas menunjukkan bahwa :
a. Pada Aspek Afektif
1) Pada Efek Utama Baris (A), H0A diterima.
Hal ini berarti tidak terdapat perbedaan prestasi belajar afektif siswa yang
diberi metode TAI dan Jigsaw pada materi pokok tata nama
senyawa kelas X semester ganjil SMA Negeri 1 Nguter, maka tidak
dilakukan uji komparasi ganda.
2) Pada Efek Utama Kolom (B), H0B diterima.
Hal ini berarti tidak terdapat perbedaan prestasi belajar afektif bagi siswa
yang mempunyai kemampuan memori tinggi dan rendah pada materi
pokok tata nama senyawa kelas X semester ganjil SMA Negeri 1 Nguter,
maka tidak dilakukan uji komparasi ganda.
3) Pada Efek Utama Interaksi (AB), H0AB diterima.
Hal ini berarti tidak terdapat interaksi antara metode TAI dan Jigsaw
dengan tinggi rendahnya kemampuan memori siswa terhadap prestasi
belajar afektif siswa pada materi pokok tata nama senyawa kelas X
semester ganjil SMA Negeri 1 Nguter, sehingga tidak dilakukan uji
83
komparasi ganda (Perhitungan dapat dilihat selengkapnya pada Lampiran
27 ).
Dari data penelitian didapatkan rata-rata nilai afektif pada kelas
eksperimen 1 yang diberi metode TAI adalah 8,33, nilai rata-rata kelas
eksperimen 2 yang diberi metode Jigsaw adalah 6,79. Nilai rata-rata afektif kelas
TAI dengan memperhatikan kemampuan memori untuk kategori tinggi 8,3409,
untuk kategori rendah 8,3167. Sedangkan nilai rata-rata afektif untuk kelas Jigsaw
dengan memperhatikan kemampuan memori untuk kategori tinggi 8,1200, untuk
kategori rendah 5,4750 (Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran
21).
Dari hasil analisa variansi dua jalan dengan sel tak sama yang disajikan
dalam Tabel 26 dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Hipotesis Pertama
Dari anava dua jalan dengan sel tak sama aspek afektif didapatkan
Fhitung = 3,547 < Ftabel = 3,97. Hal ini berarti tidak terdapat perbedaan prestasi
belajar afektif siswa yang diberi metode TAI dan Jigsaw pada materi pokok tata
nama senyawa. Pengukuran prestasi belajar afektif dalam penelitian ini
menggunakan angket afektif yang mencakup penilaian sikap, minat, nilai dan
konsep diri. Keempat penilaian tersebut pada dasarnya berasal dari internal
masing-masing siswa, jadi jika hasil penelitian menunjukkan tidak adanya
perbedaan prestasi belajar afektif siswa yang diberi metode TAI dan Jigsaw
kemungkinan karena kedua kelompok siswa ini memang benar-benar memiliki
minat atau keinginan yang sama dalam mempelajari materi tata nama senyawa,
namun ketika diberi metode pembelajaran yang berbeda akan terjadi perbedaan
prestasi belajar kognitif antara kedua kelompok siswa. Hal ini karena metode TAI
lebih unggul daripada metode Jigsaw seperti yang sudah dijelaskan di atas. Jadi
pengukuran aspek afektif ini bersifat untuk mengetahui seberapa besar minat atau
keinginan siswa dalam mendorong mereka mempelajari materi tata nama
senyawa, meskipun tidak ada perbedaan prestasi belajar afektif siswa namun
bukan berarti prestasi belajar kognitifnya akan sama. Metode pembelajaran
ternyata memiliki peran penting dalam pembelajaran siswa. Selain itu, dalam
84
mengukur prestasi belajar afektif ini cukup sulit karena banyak siswa yang tidak
jujur dalam mengisi angket. Ini terbukti dengan banyaknya jawaban sama di
antara sesama teman, sehingga mempengaruhi dalam perhitungan prestasi
belajarnya. Di samping itu, peneliti juga mengalami kesulitan untuk mengontrol
siswa agar menjawab secara jujur karena tidak memungkinkannya mendampingi
siswa satu persatu.
b. Hipotesis Kedua
Dari data hasil anava dua jalan dengan sel tak sama untuk aspek afektif
diperoleh Fhitung = 2,694 < Ftabel = 3,97 (Perhitungan selengkapnya dapat dilihat
pada Lampiran 27). Hal ini berarti tidak terdapat perbedaan prestasi belajar afektif
bagi siswa yang mempunyai kemampuan memori tinggi dan rendah pada materi
pokok tata nama senyawa. Tidak adanya perbedaan disini kemungkinan
disebabkan oleh sulitnya pengontrolan peneliti terhadap siswa ketika pengisian
angket afektif. Sifat angket afektif ini adalah membutuhkan jawaban yang jujur
dari responden ( yang dimaksud di sini adalah semua siswa kelas X-2 dan X-4),
karena peneliti mengalami kesulitan dalam pengontrolan siswa agar jawaban
mereka benar-benar jujur akibatnya berdasarkan hasil data penelitian banyak dari
jawaban siswa yang sama. Meskipun dari aspek afektif tidak ada perbedaan yang
signifikan antara siswa berkemampuan memori tinggi dan rendah terhadap
prestasi belajar materi pokok tata nama senyawa, namun bukan berarti dengan
minat yang sama tersebut akan menghasilkan prestasi belajar kognitif yang sama
pula. Siswa dengan kemampuan memori tinggi memiliki prestasi belajar kognitif
yang lebih baik seperti yang sudah dijelaskan di atas.
c. Hipotesis Ketiga
Berdasarkan data penelitian untuk aspek afektif diperoleh hasil bahwa
Fhitung = 2,597 < Ftabel = 3,97 (Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada
Lampiran 27). Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat interaksi antara metode
pembelajaran kooperatif TAI dan Jigsaw dengan tinggi rendahnya kemampuan
memori siswa terhadap prestasi belajar afektif siswa pada materi pokok tata nama
senyawa.
85
Tidak adanya interaksi antara metode pembelajaran dengan kemampuan
memori siswa kemungkinan dikarenakan banyak faktor yang dapat mempengaruhi
proses pencapaian prestasi belajar baik dalam maupun luar diri siswa disamping
faktor metode pembelajaran dan kemampuan memori siswa yang digunakan
dalam penelitian ini, serta peneliti tidak dapat mengontrol faktor-faktor tersebut di
luar kegiatan belajar mengajar. Dengan demikian tidak ada interaksi antara
metode pembelajaran dan kemampuan memori siswa terhadap prestasi belajar
siswa.
4. Pelaksanaan Pembelajaran
a. Pelaksanaan Pembelajaran pada Kelas Eksperimen TAI
Dalam penelitian ini kelas yang diajar dengan metode TAI adalah kelas
X-2. Dalam pelaksanaannya waktu yang digunakan adalah 4 kali pertemuan (8
jam pelajaran). Pelaksanaan pembelajaran pada kelas TAI pada awalnya
mengalami hambatan. Baik dari siswa maupun guru masih merasa canggung
dalam proses pembelajaran. Pada pertemuan I siswa masih gaduh dalam
melakukan diskusi, sehingga menyita waktu untuk tahapan proses pembelajaran
berikutnya. Hambatan juga terjadi pada tahap penularan, karena dalam proses
penguasaan materi tata nama senyawa dalam kelompok masih didominasi oleh
siswa berkemampuan tinggi dan sebagian siswa lain hanya menyalin pekerjaan
teman sehingga hasil pembelajaran kurang optimal. Pertemuan I pada kelas TAI
diisi dengan pretest, tes memori dan pembentukan kelompok. Setiap kelompok
beranggotakan 5 siswa, dengan asisten di tiap kelompoknya. Pembentukan
kelompok dan pemilihan assisten didasarkan atas nilai ujian tengah semester.
Kelompok bersifat heterogen, sedangkan assiten dari tiap kelompok memiliki nilai
tertinggi dari anggota kelompok yang lain.
Pada pertemuan II, peneliti mengadakan diskusi untuk sub bab tata nama
senyawa biner dan senyawa ion poliatom. Diskusi dilakukan selama 20 menit
yang dilanjutkan dengan presentasi dua kelompok. Hal ini juga dilakukan pada
pertemuan III, guru melanjutkan diskusi untuk sub bab tata nama senyawa organik
dan asam basa. Diskusi dilakukan dalam waktu 20 menit, dilanjutkan
86
mengerjakan latihan soal dari LKS selama 50 menit. Hasil diskusi dan
mengerjakan soal dipresentasikan oleh dua kelompok dan dilanjutkan tanya jawab
dari kelompok lain. Dengan adanya tanya jawab tersebut, peneliti menjadi tahu
bagian mana yang belum dipahami oleh siswa sehingga pada akhir pembelajaran
dapat dilakukan penekanan terhadap bagian materi tersebut. Sebagai tahap
evaluasi dilakukan post test pada pertemuan IV.
Pada intinya dengan penerapan model pembelajaran kooperatif metode
TAI, aktivitas siswa menjadi lebih baik. Tahapan pembelajaran yang diterapkan
menuntut siswa untuk selalu melakukan kegiatan, berinteraksi satu sama lain dan
mengembangkan kemampuan berkomunikasi dan pemecahan masalah. Pada awal
pembelajaran aktivitas siswa masih kurang baik, siswa banyak yang bingung
dengan tugas yang diberikan, tanggung jawab dan model pembelajaran yang
diterapkan. Pada proses pembelajaran berikutnya kegaduhan semakin berkurang
dan rasa tanggung jawab serta aktivitas siswa dalam bertanya, menjelaskan,
bekerjasama dan berdiskusi juga meningkat. Hasil itu diikuti oleh rasa percaya
diri, kemampuan siswa menemukan ide-ide dalam menyelesaikan masalah, dan
kemampuan siswa dalam tahap penularan materi dan presentasi hasil diskusi.
Presentase kemampuan peneliti dalam mengelola pembelajaran untuk
setiap pembelajaran juga mengalami peningkatan. Kekurangan dan hambatan dari
pembelajaran sebelumnya dikoreksi oleh peneliti sehingga tidak terjadi pada
pembelajaran berikutnya. Pengalaman dalam pembelajaran I yaitu kegaduhan
pada saat diskusi tidak terulang lagi pada tahap berikutnya. Hal ini karena peneliti
memotivasi siswa dan memberikan petunjuk proses pembelajaran dengan baik.
b. Pelaksanaan Pembelajaran pada Kelas Eksperimen Jigsaw
Pada penelitian ini kelas yang diajar dengan metode Jigsaw adalah kelas
X-4. Pelaksanaan pembelajaran dilakukan selama 4 kali pertemuan (8 jam
pelajaran). Sama halnya dengan kelas TAI, awal pembelajaran baik siswa maupun
peneliti merasa canggung. Bahkan banyak siswa membuat kegaduhan ketika
peneliti menjelaskan tahap metode Jigsaw yang akan digunakan nanti. Pada
pertemuan I, dilakukan pretest dan tes memori dilanjutkan pembentukan
87
kelompok. Pada saat proses pembentukan kelompok, banyak siswa yang bingung
dengan adanya kelompok asal dan kelompok ahli. Untuk memudahkan pembagian
kelompok, peneliti mencatat dan menempelkan hasil pembagian kelompok dengan
tujuan memudahkan pembelajaran berikutnya.
Pada pertemuan II, dibagikan LKS kepada siswa sebagai bahan diskusi
materi tata nama senyawa. Pada tahap ini juga dilakukan pembagian sub bab
materi dengan rincian sebagai berikut:
siswa I
: materi tata nama senyawa biner
siswa II
: materi tata nama senyawa ion poliatom
siswa III
: materi tata nama senyawa asam dan basa
siswa IV
: materi tata nama senyawa organik sederhana.
Pada pertemuan II dijumpai hambatan yaitu masih adanya beberapa siswa yang
bingung masuk kelompok yang mana. Ini menyita waktu karena peneliti harus
mengarahkan kembali siswa ke dalam kelompoknya masing-masing. Tahap
selanjutnya adalah mengadakan diskusi yaitu 15 menit di kelompok ahli dan 45
menit di kelompok asal. Pada saat diskusi di kelompok ahli tidak dijumpai adanya
hambatan, karena tiap siswa dalam kelopok ahli mendiskusikan materi yang sama
sehingga memudahkan pemahaman materi pada siswa. Namun, ketika siswa
kembali ke kelompok asal dijumapai hambatan yaitu siswa yang aktif cenderung
mengontrol jalannya diskusi dan siswa yang kurang cakap berkomunikasi
mengalami kesulitan ketika harus mentransfer materi yang didapat dalam
kelompok ahli. Ini membuat peneliti harus memberikan pengarahan dan
penjelasan pada tiap kelompok.
Pertemuan III, pembelajaran dilaksanakan dengan melanjutkan diskusi di
kelompok asal. Pertemuan kali ini diisi dengan memberikan soal dari LKS, pada
tahap ini siswa ditantang untuk memecahkan masalah dalam kelompoknya.
Peneliti mengobservasi pekerjaan tiap kelompok, apabila ada kesulitan terlebih
dahulu ditanyakan pada tenaga ahlinya, jika memang belum mendapat jawaban
dapat ditanyakan pada guru/peneliti. Setelah diskusi, diadakan presentasi oleh dua
kelompok yang dilanjutkan dengan tanya jawab dari kelompok lain. Dari tanya
jawab, ternyata masih banyak siswa yang belum paham dan mendapat kesulitan
88
dalam mengerjakan latihan soal tata nama senyawa. Ternyata metode Jigsaw
adalah metode yang masih sangat baru bagi siswa kelas X-4 di SMA Negeri 1
Nguter, sehingga mereka belum bisa menyesuaikan dengan model pembelajaran
kooperatif ini saat belajar materi tata nama senyawa. Di samping itu, kesulitan
siswa dalam memahami materi tata nama senyawa juga dikarenakan beberapa hal
sebagai berikut:
1) Siswa yang aktif cenderung mengontrol jalannya diskusi.
2) Siswa yang mempunyai kemampuan berpikir dan membaca rendah mengalami
kesulitan ketika ditunjuk sebagai tenaga ahli.
3) Siswa yang cerdas cenderung bosan.
Adanya kesulitan siswa dalam pemahaman materi yang dikarenakan halhal di atas membuat prestasi belajar kognitif siswa di kelas Jigsaw lebih rendah
dibandingkan siswa di kelas TAI.
89
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan kajian teori dan didukung adanya hasil analisis serta mengacu
pada perumusan masalah yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, dapat
disimpulkan sebagai berikut :
1. Terdapat perbedaan prestasi belajar kognitif siswa yang diberi metode TAI
dan Jigsaw, ini ditunjukkan dengan rerata selisih nilai kognitif masing-masing
adalah 27,50 dan 21,10. Sedangkan untuk aspek afektif tidak terdapat
perbedaan prestasi belajar siswa yang diberi metode pembelajaran TAI dan
Jigsaw, ini ditunjukkan dengan rerata selisih nilai afektif masing-masing
adalah 8,3300 dan 6,7975.
2. Terdapat perbedaan prestasi belajar kognitif bagi siswa yang mempunyai
kemampuan memori tinggi dan rendah, ini ditunjukkan dari rerata selisih nilai
kognitif siswa dengan memperhatikan kemampuan memori tinggi dan rendah
adalah 27,6191 dan 20,6316. Sedangkan untuk aspek afektif tidak terdapat
perbedaan prestasi belajar bagi siswa yang mempunyai kemampuan memori
tinggi dan rendah, hal ini ditunjukkan dari rerata selisih nilai afektif siswa
kategori kemampuan memori tinggi dan rendah adalah 8,2357 dan 6,8211.
3. Tidak terdapat interaksi antara metode TAI dan Jigsaw dengan tinggi
rendahnya kemampuan memori siswa terhadap prestasi belajar kognitif dan
afektif. Artinya metode TAI dan Jigsaw memberikan efek yang sama terhadap
kelompok siswa dengan kemampuan memori yang berbeda, metode TAI
selalu lebih unggul daripada Jigsaw baik untuk kelompok siswa dengan
kemampuan memori tinggi ataupun rendah.
90
B. Implikasi
Dari hasil penelitian penggunaan metode TAI memberikan efek yang
lebih baik daripada metode Jigsaw bagi prestasi belajar kognitif siswa. Sehingga
dalam hal ini perlu bagi guru kimia untuk menggunakan metode TAI dalam
proses belajar kimia.
Metode TAI merupakan suatu metode pembelajaran dimana siswa akan
saling bekerja sama dan berinteraksi sehingga banyak mendapatkan informasi.
Mengingat materi tata nama senyawa merupakan materi yang membutuhkan
hafalan dan pemahaman yang cukup tinggi, maka dengan adanya diskusi
kelompok dalam metode TAI dapat lebih memudahkan siswa dalam usaha
memahami materi serta mendistribusikannya pada masing-masing kelompok,
sehingga kompetensi dan tujuan pembelajaran yang diharapkan dapat tercapai.
Penelitian ini juga membuktikan bahwa tingkat kemampuan memori
berpengaruh terhadap prestasi belajar kognitif siswa. Dengan adanya tingkat
kemampuan memori yang tinggi maka diharapkan dapat mencapai prestasi belajar
kimia yang lebih baik dan optimal. Dalam rangka menumbuhkan kemampuan
memori, seorang guru harus dapat memberikan latihan yang tujuannya
membiasakan diri siswa untuk dapat menghafal hal-hal yang dianggap siswa sulit.
Sehingga dengan cara tersebut siswa akan mudah dalam memahami materi-materi
kimia terutama yang bersifat hafalan seperti tata nama senyawa.
91
C. Saran
Berdasarkan kesimpulan dan implikasi dalam penelitian ini, maka penulis
mengajukan saran-saran sebagai berikut:
1. Pada penggunaan metode TAI pemilihan asisten harus cermat dari segala segi,
diantaranya dari segi nilai prestasi kimia dan ketrampilan berkomunikasi.
Asisten dipilih berdasarkan nilai prestasi belajar yang lebih tinggi dari anggota
kelompoknya dan mampu berkomunikasi dengan baik agar proses distribusi
materi dalam kelompok dapat berjalan baik sehingga proses pembelajaran
dapat berjalan dengan optimal.
2. Karena kemampuan memori lebih ditentukan oleh bakat alamiah maka untuk
membantu siswa yang memiliki kemampuan memori rendah dalam
pembelajaran di kelas, disarankan kepada guru untuk:
a. Sering mengulang kata yang dianggap penting.
b. Menerapkan metode rantai atau jembatan keledai dalam menghafal materi
tingkat pengenalan.
c. Menggunakan gambar, peta atau bagan untuk menjelaskan ikhtisar suatu
materi.
d. Meminta siswa untuk membaca garis besar suatu materi lalu membiasakan
agar siswa mencatat hal-hal penting atau membuat peta konsep.
3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap metode TAI dengan
memperhatikan kemampuan memori pada materi pokok lain yang sesuai.
92
DAFTAR PUSTAKA
Agus Sujanto. 2004. Psikologi Umum. Jakarta:Bumi Aksara.
Ana Kurniati. 2007. Efektifitas Penggunaan Model Pembelajaran Tipe Team
Assisted Individualization (TAI) terhadap Kemampuan Pemecahan
Masalah Peserta Didik Kelas VIII SMP N I Ngadirejo Temanggung.
Skripsi.UNNES.http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi.1/import/274
0.pdf. Diakses tanggal 10 September 2009.
Anas Sudijono. 2005. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Gravindo
Persada.
Anita Lie. 2004. Cooperative Learning. Jakarta: Grasindo.
Arends, Richard I, 2008. Learning To Teach(Belajar untuk Mengajar).
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Atkinson, Rita L., Richard C., Smith, E.E., & Bem, D.J. 1997. Pengantar
Psikologi (jilidI). Terjemahan Widjaja Kusuma. Batam:Interaksara.
Budi
Sanjaya. 2007. KTSP Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
Http://guruw.wordpress.com/2007/04/30/ktspkurikulumtingkatsatuanpendi
dik. Diakses tanggal 3 Sepetember 2009.
Budiyono. 2000. Statistika Untuk Penelitian. Surakarta:Sebelas Maret University
Press.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1997. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta: Depdikbud.
Depdiknas. 2003. Pedoman Khusus Pengembangan Silabus dan Penilaian.
Jakarta : Direktorat Pendidikan Menengah Umum. Depdiknas.
Dewa Ketut Sukardi. 2003. Analisis Tes Psikologi. Jakarta: Rineka Cipta.
Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Gupta, A. 2008. ”Constructivism and Peer Collaboration in Elementary
Mathematics Education: The Connection to Epistemology”. 4 (4), 381386.
Iksan, Z., & Zakaria, E. 2007. “Promoting Cooperative Learning in Science and
Mathematics Education:A Malaysian Perspective”. 3 (1), 35-39.
93
Masidjo I. 1995. Penilaian Pencapaian Hasil Belajar Siswa Di Sekolah.
Yogyakarta : Kanisius.
Mulyani Sumantri. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Bandung : Maulana.
Mulyati Arifin. 1995. Pengembangan Program Pengajaran Bidang Studi Kimia.
Bandung : Erlangga.
Nana Sudjana. 1996. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Ngalim Purwanto. 1990. Psikologi Pendidikan. Bandung. Remaja Rosdakarya.
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta :
Rineka Cipta.
Slavin, R.E. 2008. Cooperative Learning : Teori, Riset dan Praktik. Terjemahan
Nurulita Yusron. Bandung:Nusa Media.
Sudjana. 1996. Metode Statistika. Bandung : Penerbit Tarsito.
Suharsimi Arikunto. 1997. Manajemen Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta.
Syamsu Yusuf. 2004. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Tabrani Rusyan A, Atang Kusdinara, Zaenal Arifin. 1990. Pendekatan dalam
Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Ummul Murtafiah Hasan. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
Probolinggo:MTsNusantara.Http://media.diknas.go.id/media/document/57
83.pdf. Diakses tanggal 3 September 2009.
Unggul Sudarmo. 2006. Kimia SMA/MA Kelas X. Jakarta : PHibETA.
Download