90 JUPEDASMEN, Volume 2, Nomor 2, Agustus 2016 MELALUI PENERAPAN PERMAINAN BURUNG PELATUK DAN SERANGGA MENINGKATKAN KEMAMPUAN GERAK DASAR DAN LARI CEPAT BIDANG STUDI PENJASKES PADA SISWA KELAS IV SEMESTER I TAHUN 2014/2015 SDN 4 NGADIRENGGO KECAMATAN POGALAN KABUPATEN TRENGGALEK Oleh: Hardi Sasongko SDN 4 Ngadirenggo, Pogalan, Trenggalek Abstrak. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) Peningkatan kemampuan gerak dasar jalan dan lari cepat siswa setelah guru menggunakan permainan burung pelatuk dan serangga pada pembelajaran Penjaskes. Penelitian ini dilaksanakan di SDN 4 Ngadirenggo Kecamatan Pogalan di Kelas IV. Jumlah siswa Kelas IV adalah 17 siswa. Penelitian ini dilaksanakan selama 2 bulan. Yaitu antara bulan Oktober sampai dengan bulan Nopember 2014 pada Semester I. Dari hasil data di atas prestasi belajar siswa (hasil tes belajar) dengan menggunakan permainan burung pelatuk dan serangga menunjukkan prestasi belajar yang meningkat dari setiap siklusnya. Hal ini dapat diketahui bahwa nilai rata-rata praktek siswa kelas IV sebelum siklus: 68,24 siklus I: 71,18 dan siklus II: 76,76 dengan persentase ketuntasan belajar siswa secara klasikal yang tercapai pada akhir siklus II sebesar 100,00%. Hal ini menandakan keberhasilan dalam meningkatkan minat dan prestasi belajar pada siswa kelas IV SDN 4 Ngadirenggo Tahun 2014/2015, dengan hasil penelitian yang selalu meningkat setiap siklusnya berarti bahwa penelitian tersebut berhasil. Kata Kunci: Permainan Burung Pelatuk Dan Serangga, Gerak dasar lari dan jalan cepat Aktivitas jasmani merupakan aktivitas manusia sehari-hari tidak pernah lepas. Aktivitas jasmani itu berupa gerak yang membutuhkan keaktifan setiap anggota badan, sesuai dengan fungsinya masingmasing. Kemampuan bergerak merupakan wujud dari pengembangan, peningkatan dan pemeliharaan kesegaran jasmani. Salah satu kemampuan gerak yang banyak digemari manusia yaitu olahraga. (Sudjana, Nana. 1991) Setiap anak menggunakan seluruh waktunya untuk bergerak, yaitu gerakan kasar yang menggunakan sebagian besar tubuhnya, seperti, berlari, melompat dan melempar. Seiring dengan pertambahan usia dan banyak latihan, gerakan-gerakan tersebut akan menjadi semakin sempurna. Hal tersebut juga diiringi dengan jumlah makanan yang dkonsumsi sesuai dengan ukuran tubuh masing-masing anak. Kebiasaan memakan berbagai macam makanan yang bergizi akan mempengaruhi pertumbuhan tulang dan bentuk tubuh.( Surachmad Winarno,2006) Aip Syaifudin dan Muhadi, (1992:20) mengemukakan bahwa Program pembelajaran pendidikan jasmani yang diselenggarakan di sekolah hendaknya mampu menciptakan berbagai bentuk ketrampilan dasar bagi gerak anak kelas pemula sekolah dasar, maka akan meningkatkan aktivitas pengembangan kemampuan jasmani. Samsudin (2008:6) menjelaskan bahwa Pendidikan dasar mempunyai tujuan untuk memberikan bekal kemampuan dasar Hardi Sasongko, Melalui Penerapan Permainan Burung Pelatuk... kepada peserta didik untuk mengembangkan kehidupan sebagai pribadi anggota masyarakat, warga negara dan anggota umat manusia serta mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti pendidikan menengah. Masalah utama dalam pendidikan jasmani di Indonesia hingga dewasa ini adalah belum efektifnya pengajaran Penjas di sekolah-sekolah. Pengajaran pendidikan jasmani yang efektif dalam kenyataan lebih dari sekadar mengembangkan ketrampilan olahraga. Pengajaran tersebut pada hakikatnya merupakan proses sistematis yang diarahkan pada pengembangan pribadi anak seutuhnya. Salah satu materi pendidikan jasmani di sekolah dasar adalah permainan. Permainan diharapkan mampu mengembangkan anak didik sesuai dengan tujuan pendidikan yang ingin dicapai. Permainan merupakan salah satu bentuk kegiatan dalam pendidikan jasmani. Oleh karena itu permainan mempunyai fungsi dan tujuan pendidikan jasmani di sekolah. Menurut Soemitro (1992:1), Bermain merupakan peristiwa hidup yang sangat digemari oleh anak-anak maupun orang dewasa. Melalui kegiatan yang ada dalam olahraga permainan disekolah, banyak fungsi-fungsi kejiwaan dan kepribadian yang dapat dikembangkan, misalnya keseimbangan mental, daya konsentrasi, keakraban, kecepatan proses berpikir, kepemimpinan dan tanggung jawab. Kesempatan anak untuk melatih potensi-potensi adalah pada waktu mereka bermain. Bermain merupakan dorongan dari dalam diri anak atau disebut sebagai naluri. Semua naluri ini harus diusahakan untuk disalurkan secara baik dan terkontrol. Oleh karena itu, bermain bagi anak merupakan kebutuhan hidupnya. 91 Olah raga adalah serangkaian gerak raga atau tubuh yang teratur dan terencana yang dilakukan orang untuk mencapai suatu maksud atau tujuan tertentu. (Y.S. Santoso Giriwijoyo, dkk 2005:10). Olahraga merupakan aktifitas fisik manusia yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupannya. Dalam melakukan olahraga, manusia mempunyai empat tujuan dasar, yaitu: 1. Olahraga untuk pendidikan, 2. Olahraga untuk rekreasi, 3. Olahraga untuk kesegaran jasmani, 4. Olahraga untuk mencapai prestasi tertentu. (M. Sajoto, 1995:10) Olahraga permainan juga dapat dilakukan melalui permainan tradisional. Di dalam permainan yang terkesan sederhana, sebenarnya permainan tradisional memiliki manfaat yang baik untuk perkembangan pertumbuhan anak. Banyak hal yang di dapat dari seorang anak dari sebuah permainan tradisional lewat proses bermain. Dalam hal ini si anak terlibat secara langsung baik fisik maupun emosi sehingga sangat mempengaruhi masa pertumbuhannya. Dalam pembelajaran lari belum efektif. Belum efektifnya kegiatan pembelajaran tersebut disebabkan oleh beberapa faktor di antaranya ialah kurangnya sarana dan prasarana olahraga, kurangnya model pembelajaran dalam memberikan materi pelajaran membuat siswa cepat bosan saat mengikuti pelajaran olahraga karena materi yang terlalu monoton, dan tidak menjadikan pelajaran olahraga menjadi bagian pelajaran yang menarik dan dinanti-nantikan. Pembelajaran lari yang diberikan untuk siswa hanya bersifat teknik dasar tidak menjurus kepada prestasi. Pembelajaran lari yang disampaikan berupa penjelasan tentang teknik dasar lari setelah itu siswa mempraktekkan secara bersama-sama. Materi penjas tidak dapat di sampaikan secara 92 JUPEDASMEN, Volume 2, Nomor 2, Agustus 2016 maksimal sehingga tidak semua siswa mampu mencapai batas kkm. Masih ada 50,00% siswa yang dikatakan belum tuntas dalam pembelajaran Gerak dasar jalan dan lari cepat. Batas minimal ketuntasan siswa yang telah ditentukan oleh sekolah 70. Siswa cenderung lebih menyukai pembelajaran penjas yang bersifat permaianan karena siswa seusia ini masih senang dengan permainan sederhana seperti kasti, sepak bola, dll. Cowell dan Hozeltn (1955:146) dalam Sukintaka (1992:6) menyatakan bahwa untuk membawa anak kepada cita-cita pendidikan, maka perlu adanya usaha peningkatan keadaan jasmani, sosial, mental dan moral anak yang optimal. Agar memperoleh peningkatan tersebut, anak dapat dibantu dengan permainan, karena anak dapat menampilkan dan memperbaiki ketrampilan jasmani, rasa sosial, percaya diri, peningkatan moral dan spiritual lewat “fair play” dan “sportmanship” atau bermain dengan jujur, sopan dan berjiwa olahragawan sejati. Wardani (1992:3) dalam Edy riyanto (2014:11) menyatakan bahwa Bermain merupakan salah satu dari sisi kehidupan anak secara keseluruhan kehidupan anak, kehidupan anak akan kurang bermakna tanpa disertai dengan kegiatan bermain. Bermain merupakan kesenangan bagi anak, oleh karena itu kegiatan bermain sangat menunjang anak, anak akan memperoleh kemajuan dalam proses perkembangan melalui kegiatan bermain, dalam bermaian anak akan belajar berbagai pola gerak dengan teratur dan belajar bergaul dengan jenis yang sama atau berbeda dengan mengembangkan kreatifitas dan sebagainya. Dalam hal ini bermain merupakan ciri kegiatan belajar anak asia sekolah dasar. Proses pembelajaran harus berlangsung dalam suasana yang menyenangkan sebagaimana dalam permainan. Dikelas kecil atau rendah permainan merupakan suatu sarana proses pembelajaran, yaitu anak bermain sambil belajar dan anak belajar sambil bermain, dikelas yang lebih tinggi kegiatan bermain masih merupakan karakteristik pembelajaran anak sekolah dasar. Guru dalam hal ini harus dapat menciptakan dan mengkondisikan dalam suasana permainan dalam pembelajaran, begitu sebaliknya dalam aktivitas gerak jasmani sehingga anak akan memperoleh banyak manfaat dan gembira serta antusias dalam pembelajaran. Dalam kamus besar bahasa indonesia menyebutkan bahwa partisipasi adalah perihal turut berperan serta dalam suatu kegiatan, keikutsertaan peserta. Sedangkan berpartisipasi dalam kamus besar Bahasa Indonesia adalah melakukan partisipasi, berperan serta (dalam suatu kegiatan), ikut serta. Dari penjelasan di atas dalam pelajaran pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan (penjasorkes) ditemukan beberapa masalah yang komplek pada saat proses pembelajaran Gerak dasar jalan dan lari cepat. Dalam kegiatan pembelajaran tersebut seharusnya seorang pengajar harus menciptakan modifikasi pembelajaran penjasorkes sehingga dapat meningkatkan partisipasi yang diukur melalui peningkatan minat dan motivasi belajar, agar serta hasil belajar disetiap proses pembelajaran. Berdasarkan hal di atas maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan tujuan untuk meningkatkan prestasi Penjaskes melalui penerapan permainan burung pelatuk dan serangga Pada Siswa Kelas IV SDN 4 Ngadirenggo Kecamatan Pogalan Kabupaten Trenggalek Semester I Tahun 2014/2015 Hardi Sasongko, Melalui Penerapan Permainan Burung Pelatuk... METODE PENELITIAN Prosedur penelitian tindakan Kelas ini terdiri dari 2 siklus. Tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang ingin dicapai, seperti apa yang telah didesain dalam faktor yang diteliti. Nilai pada semester sebelumnya merupakan prestasi belajar awal, sedangkan observasi awal dilakukan untuk dapat mengetahui tindakan yang tepat yang diberikan dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa SDN 4 Ngadirenggo Kecamatan Pogalan. Dari evaluasi dan observasi awal, maka dalam refleksi ditetapkanlah bahwa tindakan yang dipergunakan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa SDN 4 Ngadirenggo Kecamatan Pogalan adalah dengan menggunakan permainan burung pelatuk dan serangga yang disiplin. Dengan berpatokan pada refleksi awal tersebut, maka dilaksanakan penelitian tindakan Kelas ini dengan 2 siklus, di mana setiap siklus terdiri dari tahap Perencanaan, Observasi, Tindakan, dan Refleksi. Secara lebih rinci prosedur penelitian tindakan untuk siklus pertama dapat dijabarkan sebagai berikut. Siklus I Perencanaan, meliputi: (a) Menyusun Satuan Pembelajaran (SP) dan Rencana Pembelajaran (RP) yang mengacu pada permainan burung pelatuk dan serangga; (b) Membuat lembar observasi untuk melihat bagaimana kondisi belajar mengajar di kelas ketika metode tersebut diaplikasikan; (c) Membuat/mempersiapkan alat bantu mengajar yang diperlukan dalam rangka memperlancar proses pembelajaran tersebut; (d) Mendesain alat evaluasi tes prestasi; (e) Mempersiapkan prosedur monitoring, kola- 93 boratif kunjungan kelas, format/bahan wawancara siswa, perangkat tes kuesioner, dan buku catatan lapangan. Tindakan, meliputi: (a) Siswa berlari secara teratur mengelilingi lapangan sebanyak 2 kali; (b) Siswa melakukan pemanasan (senam) dalam formasi berbaris 4 bersap; (c) Melakukan lempar tangkap dalam Gerak dasar jalan dan lari cepat; (d) Melakukan service bawah kontrol yang baik; (e) Mengembangkan kerjasama tim dalam permainan pembelajaran; (f) Penenangan; (g) Pada akhir pembelajaran diadakan evaluasi, diambil beberapa anak disuruh melakukan passing bawah/atas dan service bawah/atas (unjuk kebolehan); (h) Melaksanakan analisis evaluasi; (i) Pengumuman pelajaran yang akan datang. Observasi, meliputi: (a) Kerjasama siswa dalam tim; (b) Kesulitan yang dialami siswa; (c) Tanggapan siswa terhadap pembelajaran; (d) Perhatian, minat, dan motivasi siswa. Refleksi. Hasil yang didapatkan dalam tahap observasi dikumpulkan serta dianalisa dalam tahap ini. Dari hasil observasi, guru dapat merefleksi diri dengan melihat data observasi, apakah kegiatan yang dilakukan telah dapat meningkatkan prestasi belajar. Di samping data hasil observasi, dipergunakan pula jurnal yang dibuat oleh guru pada saat guru selesai melaksanakan kegiatan pembelajaran. Data dari jurnal dapat juga dipergunakan sebagai acuan bagi guru untuk dapat mengevaluasi dirinya sendiri. Hasil analisa data yang dilaksanakan dalam tahap ini akan dipergunakan sebagai acuan untuk merencanakan siklus berikutnya, dengan tujuan meningkatkan keefektifan proses dan hasil belajar siswa SDN 4 Ngadirenggo Kecamatan Pogalan . 94 JUPEDASMEN, Volume 2, Nomor 2, Agustus 2016 Siklus II Tahap-tahap penelitian pada siklus kedua pada prinsipnya sama dengan siklus pertama, tetapi penelitian pada siklus kedua ini berdasarkan hasil refleksi dari siklus pertama. Penelitian ini dilaksanakan di SDN 4 Ngadirenggo Kecamatan Pogalan di Kelas IV. Jumlah siswa Kelas IV adalah 17 siswa. Penelitian ini dilaksanakan selama 2 bulan. Yaitu antara bulan Oktober sampai dengan bulan Nopember 2014 pada Semester I. Untuk mengumpulkan data hasil penelitian, maka peneliti menggunakan beberapa instrument penelitian antara lain: (1) Lembar Observasi, yang digunakan adalah observasi terstruktur dan supervisi. Lembar observasi terstruktur digunakan untuk meningkatkan aktifitas siswa selama proses pembelajaran. Sedangkan lembar supervisi digunakan untuk mengungkapkan aktifitas guru. Butir-butir observasi supervisi dan observasi terstruktur terlebih dahulu didiskusikan oleh tim peneliti; (2) Daftar nilai, berisi kesimpulan angka yang diperoleh dari praktek siswa selama 2 siklus. Metode Pengumpulan Data / Sumber Data yaitu dengan: (1) Tes. Peneliti melakukan tes pada tiap akhir siklus (siklus I dan siklus II). Data berupa hasil tes praktek siswa juga dianalisis dengan acuan terhadap ketuntasan belajar. Ketuntasan belajar yang digunkan adalah berdasarkan KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yang ditetapkan oleh sekolah yaitu sebesar 75. Seorang siswa dianggap tuntas belajarnya apabila siswa tersebut telah menyelesaikan sekurang-kurangnya 75% dari tujuan pembelajaran yang harus dicapai dan secara klasikal jika 85% dari banyaknya siwa kelas tersebut menyelesaikan sekurang-kurangnya 85% dari tujuan pembelajaran yang harus dicapai. (2) Observasi, dilakukan untuk mengamati aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran di kelas berlangsung. Observasi dimaksudkan untuk mengetahui adanya peningkatan aktivitas atau respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran. Observasi dilakukan oleh kolaborator penelitian. Kriteria keberhasilan proses ditentukan dengan menggunakan lembar observasi yang dilakukan oleh pengamat. Untuk menganalisa data yang diperlukan dalam penelitian digunakan pengumpul data sebagai berikut: (1) Melaksanakan tes serta membuat rerata nilai tes; (2) Membandingkan hasil tes rata-rata siklus I dan II; (3) Menyimpulkan temuan-temuan dari anggota tim berupa hasil observasi lapangan berdasarkan instrumen yang telah dipersiapkan. HASIL DAN PEMBAHASAN Refleksi Awal Peneliti bersama mitra guru mengidentifikasi permasalahan yang muncul di Kelas IV yaitu merosotnya perolehan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Penjaskes materi pokok Gerak dasar jalan dan lari cepat. Dengan merosotnya prestasi belajar ini, peneliti bersama mitra guru mengadakan tindakan kelas untuk memperbaiki pembelajaran melalui permainan burung pelatuk dan serangga. Siklus I Planning (perencanaan) Persiapan yang perlu dilakukan sebelum pelaksanaan tindakan ini adalah: (1) Menentukan topik yang akan diterapkan Hardi Sasongko, Melalui Penerapan Permainan Burung Pelatuk... dalam pembelajaran; (2) Merumuskan Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK); (3) Merumuskan butir-butir pengarahan, petunjuk dan tindakan-tindakan lain untuk kelancaran jalannya penelitian tindakan. Action (pelaksanaan) Pada tahap ini peneliti akan mendiskripiskan scenario pembelajaran Gerak dasar jalan dan lari cepat dengan menggunakan permainan burung pelatuk dan serangga: (1) Kegiatan awal, meliputi: (a) Siswa diarahkan oleh guru menuju lapangan sekolah; (b) Guru meminta salah satu siswa untuk memimpin doa; (c) Tiba di lapangan, guru meminta siswa terlebih dahulu melakukan pemanasan. (2) Kegiatan inti, meliputi: (a) Secara ringkas, guru menjelaskan kepada siswa tentang tata cara melakukan permainan Burung Pelatuk dan Serangga; (b) Guru mendemonstrasikan permainan dan memastikan setiap siswa memahami instruksi yang diberikan; (c) Burung pelatuk berdiri membelakangi serangga yang berbaris; 95 Kalau burung pelatuk tidak memberikan reaksi, serangga bertanya kembali: „Burung pelatuk, burung pelatuk, berapa langkah kami harus maju?”; (h) Burung pelatuk menjawab sesuai keinginannya (misalnya, sembilan langkah); (i) Serangga maju sembilan langkah, dan begitu seterusnya; (j) Ketika serangga semakin dekat, burung pelatuk siap-siap memangsa serangga. Serangga berusaha menyelamatkan diri. Serangga yang tertangkap akan berganti peran menjadi burung pelatuk; (k) Serangga yang tidak pernah tertangkap akan jadi pemenang; (l) Guru juga mengingatkan siswa untuk senantiasa menjunjung tinggi sportivitas ketika bermain. (3) Kegiatan penutup, meliputi: (a) Siswa mengakhiri kegiatan olahraga dengan saling bersalam-salaman untuk menunjukkan sikap sportif; (b) Siswa diminta untuk memimpin doa untuk mengakhiri pelajaran. Observation (pengamatan) (d) Serangga mengucapkan: „Burung pelatuk, burung pelatuk, berapa langkah kami harus maju?‟; (e) Burung pelatuk memberi tanggapan dengan mengucapkan: misalnya, tujuh langkah; (f) Serangga yang berbaris maju tujuh langkah, kemudian berdiri menunggu reaksi dari burung pelatuk; (g) Observasi dilakukan oleh observer selaku kolaborator penelitian. Sedangkan untuk hasil observasi yang dilakukan oleh observer pada aktivitas pembelajaran gerak dasar jalan dan lari cepat selama kegiatan pembelajaran di lapangan SDN 4 Ngadirenggo menunjukkan bahwa guru dalam menerapkan permainan burung pelatuk dan serangga sudah dalam tingkat baik dengan 96 JUPEDASMEN, Volume 2, Nomor 2, Agustus 2016 persentase aktivitas sebesar 60,00%. Artinya metode pembelajaran yang telah direncanakan dapat diaplikasikan secara baik pada siklus I. Selanjutnya peneliti tampilkam beberapa aktivitas guru yang paling menonjol, baik yang bersifat negative maupun positif sebagai berikut: Sedangkan untuk aktivitas siswa dalam menerima tindakan perbaikan pembelajaran yag diberikan guru pada siklus I sudah dalam tingkat baik dengan persentase aktivitas sebesar 60,00%. Artinya siswa dapat secara baik merespon dan melaksanakan tindakan perbaikan pembelajaran yang diberikan oleh guru. Untuk mengetahui kecapakan siswa dalam melakukan gerak dasar jalan dan lari cepat guru melakukan unjuk kerja. Adapun hasil dari unjuk kerja siswa dalam Gerak dasar jalan dan lari cepat peneliti tampilkan dalam tabulasi data berikut. Nama Siswa 1 BAYU TRI WIDODO 2 DIMAS HERU P 3 AMY ISZRUL P 4 AZIZAH SEPTIANA K 5 DAVID KEVIN S. 6 DEWI MASITOH 7 DENIS RAGIATNO 8 FARHAN FAIZAL R 9 FEBRIAN HAQI P 10 M. KHASAN M 11 PRASASTI TRISNA 12 REGITA FASYSAFIN 13 SELA DWI P. 14 WAHYU DAWAI A 15 M. MIFHAL HANIF 16 BAHA'ATU WULAINIL M 17 WAHYU RAYHAN D JUMLAH RATA-RATA Jumlah 65 65 65 65 80 80 75 80 75 70 75 75 70 70 65 70 65 1210 71.18 Siklus II Planning (perencanaan) Secara garis besar perencanaannya sama dengan siklus I dengan materi yang sama pada siklus I. Ditambah dengan perubahan perencanaan drai hasil relfleksi pada siklus sebelumnya. Action (pelaksanaan) Tabel 1 Prestasi Belajar Siswa Siklus I No yang dicapai belum optimal. Untuk itu diperlukan tindakan perbaikan pembelajaran lagi pada siklus selanjutnya. Beberapa perubahan perencanaan pada siklus selanjutnya adalah sebagai berikut: (a) Guru dapat meminta perwakilan dari tim untuk maju ke depan lapangan agar dapat mengikuti gerakan dan petunjuk melakukan gerak dasar jalan dan lari cepat, secara tepat; (b) Guru memotivasi siswa untuk lebih berani melakukan gerak dasar jalan dan lari cepat tanpa takut salah dan ditertawakan oleh teman. % Ketuntasan TT TT TT TT T T T T T T T T T T TT T 11 64.71 TT 6 35.29 Reflection (refleksi) Dari hasil observasi dapat direfleksikan bahwa aktivitas pembelajaran sudah dapat berjalan secara baik, meskipun hasil Pada siklus II pelaksanaan tindakannya secara garis besar sama dengan siklus I. Adapun diskripsi proses pembelajaran pada siklus II peneliti tampilkan dalam diskripsi berikut ini: (1) Kegiatan awal, meliputi: (a) Siswa diarahkan oleh guru menuju lapangan sekolah; (b) Guru meminta salah satu siswa untuk memimpin doa; (c) Tiba di lapangan, guru meminta siswa terlebih dahulu melakukan pemanasan. (2) Kegiatan inti, meliputi: (a) Secara ringkas, guru menjelaskan kepada siswa tentang tata cara melakukan permainan Burung Pelatuk dan Serangga; (b) Guru mendemonstrasikan permainan dan memastikan setiap siswa memahami instruksi yang diberikan; (c) Burung pelatuk berdiri membelakangi serangga yang berbaris; Hardi Sasongko, Melalui Penerapan Permainan Burung Pelatuk... 97 ingatkan siswa untuk senantiasa menjunjung tinggi sportivitas ketika bermain. (3) Kegiatan penutup, meliputi: (a) Siswa mengakhiri kegiatan olahraga dengan saling bersalam-salaman untuk menunjukkan sikap sportif; (b) Siswa diminta untuk memimpin doa untuk mengakhiri pelajaran Observation (pengamatan) (d) Serangga mengucapkan: „Burung pelatuk, burung pelatuk, berapa langkah kami harus maju?‟; (e) Burung pelatuk memberi tanggapan dengan mengucapkan: misalnya, tujuh langkah; (f) Serangga yang berbaris maju tujuh langkah, kemudian berdiri menunggu reaksi dari burung pelatuk; (g) Kalau burung pelatuk tidak memberikan reaksi, serangga bertanya kembali: „Burung pelatuk, burung pelatuk, berapa langkah kami harus maju?”; (h) Burung pelatuk menjawab sesuai keinginannya (misalnya, sembilan langkah); (i) Serangga maju sembilan langkah, dan begitu seterusnya; (j) Ketika serangga semakin dekat, burung pelatuk siap-siap memangsa serangga. Serangga berusaha menyelamatkan diri. Serangga yang tertangkap akan berganti peran menjadi burung pelatuk; Dari hasil observasi yang dilakukan oleh observer pada aktivitas pembelajaran Gerak dasar jalan dan lari cepat selama kegiatan pembelajaran berlangsung di lapangan SDN 4 Ngadirenggo menunjukkan bahwa guru dalam menerapkan permainan burung pelatuk dan serangga sudah dalam tingkat yang baik dengan persentase aktivitas sebesar 68,75%. Artinya metode pembelajaran yang telah direncanakan dapat diaplikasikan dengan baik pada siklus II. Sedangkan untuk aktivitas siswa dalam menerima tindakan perbaikan pembelajaran yang diberikan guru pada siklus II sudah menunjukkan perkembangan yang baik dengan persentase aktivitas sebesar 68,75%. Artinya siswa dapat secara baik merespon dan melakasanakan tindakan perbaikan pembelajaran yang diberikan oleh guru. Selanjutnya untuk mengetahui perkembangan tingkat kecakapan siswa dalam Gerak dasar jalan dan lari cepat , peneliti kembali melakukan tes unjuk kerja. Adapun hasil dari tes unjuk kerja peneliti tampilkan pada tabulasi data berikut ini: Tabel 2 Prestasi Belajar Siswa Siklus II No (k) Serangga yang tidak pernah tertangkap akan jadi pemenang; (l) Guru juga meng- 1 2 3 4 5 6 7 8 Nama Siswa BAYU TRI WIDODO DIMAS HERU P AMY ISZRUL P AZIZAH SEPTIANA K DAVID KEVIN S. DEWI MASITOH DENIS RAGIATNO FARHAN FAIZAL R Jumlah 70 70 70 70 85 85 80 85 % Ketuntasan T T T T T T T T 98 JUPEDASMEN, Volume 2, Nomor 2, Agustus 2016 No Nama Siswa Jumlah 9 FEBRIAN HAQI P 10 M. KHASAN M 11 PRASASTI TRISNA 12 REGITA FASYSAFIN 13 SELA DWI P. 14 WAHYU DAWAI A 15 M. MIFHAL HANIF 16 BAHA'ATU WULAINIL M 17 WAHYU RAYHAN D JUMLAH 75 75 85 85 75 75 70 80 70 1305 RATA-RATA 76.76 % Ketuntasan T T T T T T T T T 17 100. 00 0 0.0 0 Reflection (refleksi) Dari hasil observasi dapat direfleksikan bahwa kendala pembelajaran yang muncul pada siklus I dapat teratasi dengan baik pada siklus II, sehingga dapat tercapai ketuntasan belajar siswa secara klasikal sebesar 100%. Persentase ini sudah sesuai dengan ketuntasan minimal yang telah ditentukan sebesar 85%. Dengan demikian tidak diperlukaan lagi penambahan pertemuan atau siklus selanjutnya. Penerapan Permainan Burung Pelatuk Dan Serangga Peneliti dalam menerapkan permainan burung pelatuk dan serangga pada pembelajaran gerak jalan dan lari cepat terlebih dahulu membagi siswa dalam beberapa 2 tim. Guru dalam mendemonstrasikan per- mainan burung pelatuk dan serangga dibantu oleh perwakilan siswa dalam tim. Hal ini dilakukan untuk lebih memudahkan siswa memahami teknik gerakan dalam Gerak dasar jalan dan lari cepat. Guru dalam pembelajaran bertindak sebagai motivator dan fasilitator. Guru senantiasa memotivasi siswa uintuk tidak takut salah dan ragu dalam melakukan gerakan. Prestasi Belajar Siswa Dari hasil data di atas prestasi belajar siswa dengan menggunakan permainan burung pelatuk dan serangga menunjukkan prestasi belajar yang meningkat dari setiap siklusnya. Hal ini dapat diketahui bahwa nilai rata-rata pada siswa kelas IV sebelum siklus: 68,24 siklus I: 71,18 dan siklus II: 76,76 dengan persentase ketuntasan belajar siswa secara klasikal yang tercapai pada akhir siklus II sebesar 100,00%. Hal ini menandakan keberhasilan dalam meningkatkan minat dan prestasi belajar pada siswa kelas IV SDN 4 Ngadirenggo Tahun 2014/2015, dengan hasil penelitian yang selalu meningkat setiap siklusnya berarti bahwa penelitian tersebut berhasil. Untuk dapat lebih jelasnya dalam peningkatan prestasi belajar ini peneliti sajikan dalam bentuk Gambar 1. Gambar 1 Peningkatan Prestasi belajar Siswa Hardi Sasongko, Melalui Penerapan Permainan Burung Pelatuk... 99 Saran PENUTUP Kesimpulan Dari hasil data di atas prestasi belajar siswa (hasil tes belajar) dengan menggunakan permainan burung pelatuk dan serangga menunjukkan prestasi belajar yang meningkat dari setiap siklusnya. Hal ini dapat diketahui bahwa nilai rata-rata praktek siswa kelas IV sebelum siklus: 68,24 siklus I: 71,18 dan siklus II: 76,76 dengan persentase ketuntasan belajar siswa secara klasikal yang tercapai pada akhir siklus II sebesar 100,00 %. Hal ini menandakan keberhasilan dalam meningkatkan minat dan prestasi belajar pada siswa kelas IV SDN 4 Ngadirenggo Tahun 2014/2015, dengan hasil penelitian yang selalu meningkat setiap siklusnya berarti bahwa penelitian tersebut berhasil. Pembelajaran yang menggunakan Permainan burung pelatuk dan serangga perlu dikembangkan untuk Mata Pelajaran Penjaskes untuk dapat meningkatkan pemahaman siswa. Perlu dicoba melakukan kombinasi pola pembelajaran yang menggunakan Permainan burung pelatuk dan serangga dengan model belajar yang lain. Penggunaan model Pembelajaran yang menggunakan Permainan burung pelatuk dan serangga perlu terus dilakukan karena pembelajaran ini lebih menyenangkan bagi siswa, mendorong dan membiasakan siswa untuk belajar mandiri, tidak bergantung kepada guru. Untuk meningkatan kemampuan guru dalam mengembangkan model Pembelajaran yang menggunakan Permainan burung pelatuk dan serangga, pelatihan perlu diberikan agar guru dapat mengembangkan kemampuannya. DAFTAR RUJUKAN ………. 1994. Kurikulum Pendidikan Dasar, GBPP Penjaskes. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Soemitro. 1992. Cabang cabang olahraga. Bandung: Eresco Riyanto, Edy 2014. Permainan Anak. Jakarta: Bumi Aksara. Sudjana, Nana. 1991. Dasar-dasar Pendidikan Jasmani dan Rohani. Bandung: Sinar Baru. Sajoto, M. 1995.Kesehatan Jasmani Dan Rohani. Bandung: Tarsito. Sukintaka. 1992. Pendidikan Anak. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Samsudin. 2008. Pendidikan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia Syaifudin, Aip dan Muhadi. 1992. Pendidikan Jasmani dan Rohani. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Santoso Giriwijoyo, Y.S., dkk. 2005. Jasmani dan Rohani. Jakarta: UI Press Winarno, Surachmad. 2006. Dasar dan Teknik Olahraga. Bandung: Tarsito.