melalui penerapan permainan burung pelatuk dan serangga

advertisement
90
JUPEDASMEN, Volume 2, Nomor 2, Agustus 2016
MELALUI PENERAPAN PERMAINAN BURUNG PELATUK DAN
SERANGGA MENINGKATKAN KEMAMPUAN GERAK DASAR DAN
LARI CEPAT BIDANG STUDI PENJASKES PADA SISWA KELAS IV
SEMESTER I TAHUN 2014/2015 SDN 4 NGADIRENGGO
KECAMATAN POGALAN KABUPATEN TRENGGALEK
Oleh:
Hardi Sasongko
SDN 4 Ngadirenggo, Pogalan, Trenggalek
Abstrak. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) Peningkatan kemampuan gerak dasar
jalan dan lari cepat siswa setelah guru menggunakan permainan burung pelatuk dan serangga pada
pembelajaran Penjaskes. Penelitian ini dilaksanakan di SDN 4 Ngadirenggo Kecamatan Pogalan
di Kelas IV. Jumlah siswa Kelas IV adalah 17 siswa. Penelitian ini dilaksanakan selama 2 bulan.
Yaitu antara bulan Oktober sampai dengan bulan Nopember 2014 pada Semester I. Dari hasil data
di atas prestasi belajar siswa (hasil tes belajar) dengan menggunakan permainan burung pelatuk
dan serangga menunjukkan prestasi belajar yang meningkat dari setiap siklusnya. Hal ini dapat
diketahui bahwa nilai rata-rata praktek siswa kelas IV sebelum siklus: 68,24 siklus I: 71,18 dan
siklus II: 76,76 dengan persentase ketuntasan belajar siswa secara klasikal yang tercapai pada
akhir siklus II sebesar 100,00%. Hal ini menandakan keberhasilan dalam meningkatkan minat dan
prestasi belajar pada siswa kelas IV SDN 4 Ngadirenggo Tahun 2014/2015, dengan hasil
penelitian yang selalu meningkat setiap siklusnya berarti bahwa penelitian tersebut berhasil.
Kata Kunci: Permainan Burung Pelatuk Dan Serangga, Gerak dasar lari dan jalan cepat
Aktivitas jasmani merupakan aktivitas
manusia sehari-hari tidak pernah lepas.
Aktivitas jasmani itu berupa gerak yang
membutuhkan keaktifan setiap anggota
badan, sesuai dengan fungsinya masingmasing. Kemampuan bergerak merupakan
wujud dari pengembangan, peningkatan dan
pemeliharaan kesegaran jasmani. Salah satu
kemampuan gerak yang banyak digemari
manusia yaitu olahraga. (Sudjana, Nana.
1991)
Setiap anak menggunakan seluruh
waktunya untuk bergerak, yaitu gerakan
kasar yang menggunakan sebagian besar
tubuhnya, seperti, berlari, melompat dan
melempar. Seiring dengan pertambahan usia
dan banyak latihan, gerakan-gerakan tersebut akan menjadi semakin sempurna. Hal
tersebut juga diiringi dengan jumlah
makanan yang dkonsumsi sesuai dengan
ukuran tubuh masing-masing anak. Kebiasaan memakan berbagai macam makanan
yang bergizi akan mempengaruhi pertumbuhan tulang dan bentuk tubuh.(
Surachmad Winarno,2006)
Aip Syaifudin dan Muhadi, (1992:20)
mengemukakan bahwa Program pembelajaran pendidikan jasmani yang diselenggarakan
di sekolah hendaknya mampu menciptakan
berbagai bentuk ketrampilan dasar bagi
gerak anak kelas pemula sekolah dasar,
maka akan meningkatkan aktivitas pengembangan kemampuan jasmani.
Samsudin (2008:6) menjelaskan bahwa Pendidikan dasar mempunyai tujuan
untuk memberikan bekal kemampuan dasar
Hardi Sasongko, Melalui Penerapan Permainan Burung Pelatuk...
kepada peserta didik untuk mengembangkan
kehidupan sebagai pribadi anggota masyarakat, warga negara dan anggota umat manusia serta mempersiapkan peserta didik untuk
mengikuti pendidikan menengah.
Masalah utama dalam pendidikan
jasmani di Indonesia hingga dewasa ini
adalah belum efektifnya pengajaran Penjas
di sekolah-sekolah. Pengajaran pendidikan
jasmani yang efektif dalam kenyataan lebih
dari sekadar mengembangkan ketrampilan
olahraga. Pengajaran tersebut pada hakikatnya merupakan proses sistematis yang diarahkan pada pengembangan pribadi anak
seutuhnya.
Salah satu materi pendidikan jasmani
di sekolah dasar adalah permainan. Permainan diharapkan mampu mengembangkan anak didik sesuai dengan tujuan pendidikan yang ingin dicapai. Permainan merupakan salah satu bentuk kegiatan dalam
pendidikan jasmani. Oleh karena itu
permainan mempunyai fungsi dan tujuan
pendidikan jasmani di sekolah.
Menurut Soemitro (1992:1), Bermain
merupakan peristiwa hidup yang sangat
digemari oleh anak-anak maupun orang
dewasa. Melalui kegiatan yang ada dalam
olahraga permainan disekolah, banyak fungsi-fungsi kejiwaan dan kepribadian yang
dapat dikembangkan, misalnya keseimbangan mental, daya konsentrasi, keakraban,
kecepatan proses berpikir, kepemimpinan
dan tanggung jawab. Kesempatan anak
untuk melatih potensi-potensi adalah pada
waktu mereka bermain. Bermain merupakan
dorongan dari dalam diri anak atau disebut
sebagai naluri. Semua naluri ini harus
diusahakan untuk disalurkan secara baik dan
terkontrol. Oleh karena itu, bermain bagi
anak merupakan kebutuhan hidupnya.
91
Olah raga adalah serangkaian gerak
raga atau tubuh yang teratur dan terencana
yang dilakukan orang untuk mencapai suatu
maksud atau tujuan tertentu. (Y.S. Santoso
Giriwijoyo, dkk 2005:10). Olahraga merupakan aktifitas fisik manusia yang tidak
dapat dipisahkan dari kehidupannya. Dalam
melakukan olahraga, manusia mempunyai
empat tujuan dasar, yaitu: 1. Olahraga untuk
pendidikan, 2. Olahraga untuk rekreasi, 3.
Olahraga untuk kesegaran jasmani, 4.
Olahraga untuk mencapai prestasi tertentu.
(M. Sajoto, 1995:10)
Olahraga permainan juga dapat
dilakukan melalui permainan tradisional. Di
dalam permainan yang terkesan sederhana,
sebenarnya permainan tradisional memiliki
manfaat yang baik untuk perkembangan pertumbuhan anak. Banyak hal yang di dapat
dari seorang anak dari sebuah permainan
tradisional lewat proses bermain. Dalam hal
ini si anak terlibat secara langsung baik fisik
maupun emosi sehingga sangat mempengaruhi masa pertumbuhannya.
Dalam pembelajaran lari belum
efektif. Belum efektifnya kegiatan pembelajaran tersebut disebabkan oleh beberapa
faktor di antaranya ialah kurangnya sarana
dan prasarana olahraga, kurangnya model
pembelajaran dalam memberikan materi pelajaran membuat siswa cepat bosan saat
mengikuti pelajaran olahraga karena materi
yang terlalu monoton, dan tidak menjadikan
pelajaran olahraga menjadi bagian pelajaran
yang menarik dan dinanti-nantikan. Pembelajaran lari yang diberikan untuk siswa
hanya bersifat teknik dasar tidak menjurus
kepada prestasi. Pembelajaran lari yang
disampaikan berupa penjelasan tentang
teknik dasar lari setelah itu siswa mempraktekkan secara bersama-sama. Materi
penjas tidak dapat di sampaikan secara
92
JUPEDASMEN, Volume 2, Nomor 2, Agustus 2016
maksimal sehingga tidak semua siswa mampu mencapai batas kkm. Masih ada 50,00%
siswa yang dikatakan belum tuntas dalam
pembelajaran Gerak dasar jalan dan lari
cepat. Batas minimal ketuntasan siswa yang
telah ditentukan oleh sekolah 70. Siswa cenderung lebih menyukai pembelajaran penjas
yang bersifat permaianan karena siswa
seusia ini masih senang dengan permainan
sederhana seperti kasti, sepak bola, dll.
Cowell dan Hozeltn (1955:146) dalam
Sukintaka (1992:6) menyatakan bahwa
untuk membawa anak kepada cita-cita pendidikan, maka perlu adanya usaha peningkatan keadaan jasmani, sosial, mental dan
moral anak yang optimal. Agar memperoleh
peningkatan tersebut, anak dapat dibantu
dengan permainan, karena anak dapat
menampilkan dan memperbaiki ketrampilan
jasmani, rasa sosial, percaya diri, peningkatan moral dan spiritual lewat “fair play” dan
“sportmanship” atau bermain dengan jujur,
sopan dan berjiwa olahragawan sejati.
Wardani (1992:3) dalam Edy riyanto
(2014:11) menyatakan bahwa Bermain
merupakan salah satu dari sisi kehidupan
anak secara keseluruhan kehidupan anak,
kehidupan anak akan kurang bermakna tanpa disertai dengan kegiatan bermain. Bermain merupakan kesenangan bagi anak, oleh
karena itu kegiatan bermain sangat menunjang anak, anak akan memperoleh kemajuan dalam proses perkembangan melalui
kegiatan bermain, dalam bermaian anak
akan belajar berbagai pola gerak dengan teratur dan belajar bergaul dengan jenis yang
sama atau berbeda dengan mengembangkan
kreatifitas dan sebagainya. Dalam hal ini
bermain merupakan ciri kegiatan belajar
anak asia sekolah dasar. Proses pembelajaran harus berlangsung dalam suasana
yang menyenangkan sebagaimana dalam
permainan. Dikelas kecil atau rendah
permainan merupakan suatu sarana proses
pembelajaran, yaitu anak bermain sambil
belajar dan anak belajar sambil bermain,
dikelas yang lebih tinggi kegiatan bermain
masih merupakan karakteristik pembelajaran anak sekolah dasar. Guru dalam hal ini
harus dapat menciptakan dan mengkondisikan dalam suasana permainan dalam pembelajaran, begitu sebaliknya dalam aktivitas
gerak jasmani sehingga anak akan memperoleh banyak manfaat dan gembira serta
antusias dalam pembelajaran.
Dalam kamus besar bahasa indonesia
menyebutkan bahwa partisipasi adalah perihal turut berperan serta dalam suatu kegiatan, keikutsertaan peserta. Sedangkan
berpartisipasi dalam kamus besar Bahasa
Indonesia adalah melakukan partisipasi, berperan serta (dalam suatu kegiatan), ikut
serta.
Dari penjelasan di atas dalam pelajaran pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan (penjasorkes) ditemukan beberapa masalah yang komplek pada saat proses
pembelajaran Gerak dasar jalan dan lari
cepat. Dalam kegiatan pembelajaran tersebut seharusnya seorang pengajar harus
menciptakan modifikasi pembelajaran penjasorkes sehingga dapat meningkatkan partisipasi yang diukur melalui peningkatan
minat dan motivasi belajar, agar serta hasil
belajar disetiap proses pembelajaran.
Berdasarkan hal di atas maka penulis
tertarik untuk mengadakan penelitian
dengan tujuan untuk meningkatkan prestasi
Penjaskes melalui penerapan permainan
burung pelatuk dan serangga Pada Siswa
Kelas IV SDN 4 Ngadirenggo Kecamatan
Pogalan Kabupaten Trenggalek Semester I
Tahun 2014/2015
Hardi Sasongko, Melalui Penerapan Permainan Burung Pelatuk...
METODE PENELITIAN
Prosedur penelitian tindakan Kelas
ini terdiri dari 2 siklus. Tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang
ingin dicapai, seperti apa yang telah didesain dalam faktor yang diteliti. Nilai pada
semester sebelumnya merupakan prestasi
belajar awal, sedangkan observasi awal dilakukan untuk dapat mengetahui tindakan
yang tepat yang diberikan dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa SDN 4
Ngadirenggo Kecamatan Pogalan. Dari evaluasi dan observasi awal, maka dalam refleksi ditetapkanlah bahwa tindakan yang
dipergunakan untuk meningkatkan prestasi
belajar siswa SDN 4 Ngadirenggo Kecamatan Pogalan adalah dengan menggunakan
permainan burung pelatuk dan serangga
yang disiplin.
Dengan berpatokan pada refleksi
awal tersebut, maka dilaksanakan penelitian
tindakan Kelas ini dengan 2 siklus, di mana
setiap siklus terdiri dari tahap Perencanaan,
Observasi, Tindakan, dan Refleksi. Secara
lebih rinci prosedur penelitian tindakan
untuk siklus pertama dapat dijabarkan
sebagai berikut.
Siklus I
Perencanaan, meliputi: (a) Menyusun
Satuan Pembelajaran (SP) dan Rencana
Pembelajaran (RP) yang mengacu pada
permainan burung pelatuk dan serangga; (b)
Membuat lembar observasi untuk melihat
bagaimana kondisi belajar mengajar di kelas
ketika metode tersebut diaplikasikan; (c)
Membuat/mempersiapkan alat bantu mengajar yang diperlukan dalam rangka memperlancar proses pembelajaran tersebut; (d)
Mendesain alat evaluasi tes prestasi; (e)
Mempersiapkan prosedur monitoring, kola-
93
boratif kunjungan kelas, format/bahan
wawancara siswa, perangkat tes kuesioner,
dan buku catatan lapangan.
Tindakan, meliputi: (a) Siswa berlari
secara teratur mengelilingi lapangan sebanyak 2 kali; (b) Siswa melakukan pemanasan (senam) dalam formasi berbaris 4
bersap; (c) Melakukan lempar tangkap dalam Gerak dasar jalan dan lari cepat; (d)
Melakukan service bawah kontrol yang
baik; (e) Mengembangkan kerjasama tim
dalam permainan pembelajaran; (f) Penenangan; (g) Pada akhir pembelajaran diadakan evaluasi, diambil beberapa anak disuruh melakukan passing bawah/atas dan
service bawah/atas (unjuk kebolehan); (h)
Melaksanakan analisis evaluasi; (i) Pengumuman pelajaran yang akan datang.
Observasi, meliputi: (a) Kerjasama
siswa dalam tim; (b) Kesulitan yang dialami
siswa; (c) Tanggapan siswa terhadap
pembelajaran; (d) Perhatian, minat, dan
motivasi siswa.
Refleksi. Hasil yang didapatkan dalam
tahap observasi dikumpulkan serta dianalisa
dalam tahap ini. Dari hasil observasi, guru
dapat merefleksi diri dengan melihat data
observasi, apakah kegiatan yang dilakukan
telah dapat meningkatkan prestasi belajar.
Di samping data hasil observasi, dipergunakan pula jurnal yang dibuat oleh guru
pada saat guru selesai melaksanakan kegiatan pembelajaran. Data dari jurnal dapat juga
dipergunakan sebagai acuan bagi guru untuk
dapat mengevaluasi dirinya sendiri. Hasil
analisa data yang dilaksanakan dalam tahap
ini akan dipergunakan sebagai acuan untuk
merencanakan siklus berikutnya, dengan
tujuan meningkatkan keefektifan proses dan
hasil belajar siswa SDN 4 Ngadirenggo
Kecamatan Pogalan .
94
JUPEDASMEN, Volume 2, Nomor 2, Agustus 2016
Siklus II
Tahap-tahap penelitian pada siklus
kedua pada prinsipnya sama dengan siklus
pertama, tetapi penelitian pada siklus kedua
ini berdasarkan hasil refleksi dari siklus
pertama.
Penelitian ini dilaksanakan di SDN 4
Ngadirenggo Kecamatan Pogalan di Kelas
IV. Jumlah siswa Kelas IV adalah 17 siswa.
Penelitian ini dilaksanakan selama 2 bulan.
Yaitu antara bulan Oktober sampai dengan
bulan Nopember 2014 pada Semester I.
Untuk mengumpulkan data hasil
penelitian, maka peneliti menggunakan beberapa instrument penelitian antara lain: (1)
Lembar Observasi, yang digunakan adalah
observasi terstruktur dan supervisi. Lembar
observasi terstruktur digunakan untuk
meningkatkan aktifitas siswa selama proses
pembelajaran. Sedangkan lembar supervisi
digunakan untuk mengungkapkan aktifitas
guru. Butir-butir observasi supervisi dan
observasi terstruktur terlebih dahulu didiskusikan oleh tim peneliti; (2) Daftar nilai,
berisi kesimpulan angka yang diperoleh dari
praktek siswa selama 2 siklus.
Metode Pengumpulan Data / Sumber
Data yaitu dengan: (1) Tes. Peneliti melakukan tes pada tiap akhir siklus (siklus I dan
siklus II). Data berupa hasil tes praktek
siswa juga dianalisis dengan acuan terhadap
ketuntasan belajar. Ketuntasan belajar yang
digunkan adalah berdasarkan KKM (Kriteria
Ketuntasan Minimal) yang ditetapkan oleh
sekolah yaitu sebesar 75. Seorang siswa dianggap tuntas belajarnya apabila siswa
tersebut telah menyelesaikan sekurang-kurangnya 75% dari tujuan pembelajaran yang
harus dicapai dan secara klasikal jika 85%
dari banyaknya siwa kelas tersebut menyelesaikan sekurang-kurangnya 85% dari tujuan pembelajaran yang harus dicapai.
(2) Observasi, dilakukan untuk mengamati aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran di kelas berlangsung. Observasi
dimaksudkan untuk mengetahui adanya
peningkatan aktivitas atau respon siswa
terhadap kegiatan pembelajaran. Observasi
dilakukan oleh kolaborator penelitian. Kriteria keberhasilan proses ditentukan dengan
menggunakan lembar observasi yang
dilakukan oleh pengamat.
Untuk menganalisa data yang diperlukan dalam penelitian digunakan pengumpul data sebagai berikut: (1) Melaksanakan
tes serta membuat rerata nilai tes; (2)
Membandingkan hasil tes rata-rata siklus I
dan II; (3) Menyimpulkan temuan-temuan
dari anggota tim berupa hasil observasi
lapangan berdasarkan instrumen yang telah
dipersiapkan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Refleksi Awal
Peneliti bersama mitra guru mengidentifikasi permasalahan yang muncul di
Kelas IV yaitu merosotnya perolehan hasil
belajar siswa pada mata pelajaran Penjaskes
materi pokok Gerak dasar jalan dan lari
cepat. Dengan merosotnya prestasi belajar
ini, peneliti bersama mitra guru mengadakan
tindakan kelas untuk memperbaiki pembelajaran melalui permainan burung pelatuk
dan serangga.
Siklus I
Planning (perencanaan)
Persiapan yang perlu dilakukan sebelum pelaksanaan tindakan ini adalah: (1)
Menentukan topik yang akan diterapkan
Hardi Sasongko, Melalui Penerapan Permainan Burung Pelatuk...
dalam pembelajaran; (2) Merumuskan Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK); (3) Merumuskan butir-butir pengarahan, petunjuk
dan tindakan-tindakan lain untuk kelancaran
jalannya penelitian tindakan.
Action (pelaksanaan)
Pada tahap ini peneliti akan mendiskripiskan scenario pembelajaran Gerak
dasar jalan dan lari cepat dengan menggunakan permainan burung pelatuk dan
serangga: (1) Kegiatan awal, meliputi: (a)
Siswa diarahkan oleh guru menuju lapangan
sekolah; (b) Guru meminta salah satu siswa
untuk memimpin doa; (c) Tiba di lapangan,
guru meminta siswa terlebih dahulu melakukan pemanasan. (2) Kegiatan inti, meliputi: (a) Secara ringkas, guru menjelaskan
kepada siswa tentang tata cara melakukan
permainan Burung Pelatuk dan Serangga;
(b) Guru mendemonstrasikan permainan dan
memastikan setiap siswa memahami instruksi yang diberikan; (c) Burung pelatuk berdiri
membelakangi serangga yang berbaris;
95
Kalau burung pelatuk tidak memberikan
reaksi, serangga bertanya kembali: „Burung
pelatuk, burung pelatuk, berapa langkah
kami harus maju?”; (h) Burung pelatuk
menjawab sesuai keinginannya (misalnya,
sembilan langkah); (i) Serangga maju sembilan langkah, dan begitu seterusnya; (j) Ketika serangga semakin dekat, burung pelatuk
siap-siap memangsa serangga. Serangga
berusaha menyelamatkan diri. Serangga
yang tertangkap akan berganti peran menjadi burung pelatuk;
(k) Serangga yang tidak pernah tertangkap
akan jadi pemenang; (l) Guru juga mengingatkan siswa untuk senantiasa menjunjung tinggi sportivitas ketika bermain. (3)
Kegiatan penutup, meliputi: (a) Siswa
mengakhiri kegiatan olahraga dengan saling
bersalam-salaman untuk menunjukkan sikap
sportif; (b) Siswa diminta untuk memimpin
doa untuk mengakhiri pelajaran.
Observation (pengamatan)
(d) Serangga mengucapkan: „Burung pelatuk, burung pelatuk, berapa langkah kami
harus maju?‟; (e) Burung pelatuk memberi
tanggapan dengan mengucapkan: misalnya,
tujuh langkah; (f) Serangga yang berbaris
maju tujuh langkah, kemudian berdiri
menunggu reaksi dari burung pelatuk; (g)
Observasi dilakukan oleh observer selaku kolaborator penelitian. Sedangkan untuk hasil observasi yang dilakukan oleh observer pada aktivitas pembelajaran gerak dasar jalan dan lari cepat selama kegiatan
pembelajaran di lapangan SDN 4 Ngadirenggo menunjukkan bahwa guru dalam
menerapkan permainan burung pelatuk dan
serangga sudah dalam tingkat baik dengan
96
JUPEDASMEN, Volume 2, Nomor 2, Agustus 2016
persentase aktivitas sebesar 60,00%. Artinya
metode pembelajaran yang telah direncanakan dapat diaplikasikan secara baik pada
siklus I. Selanjutnya peneliti tampilkam beberapa aktivitas guru yang paling menonjol,
baik yang bersifat negative maupun positif
sebagai berikut:
Sedangkan untuk aktivitas siswa dalam menerima tindakan perbaikan pembelajaran yag diberikan guru pada siklus I sudah
dalam tingkat baik dengan persentase
aktivitas sebesar 60,00%. Artinya siswa dapat secara baik merespon dan melaksanakan
tindakan perbaikan pembelajaran yang
diberikan oleh guru.
Untuk mengetahui kecapakan siswa
dalam melakukan gerak dasar jalan dan lari
cepat guru melakukan unjuk kerja. Adapun
hasil dari unjuk kerja siswa dalam Gerak
dasar jalan dan lari cepat peneliti tampilkan
dalam tabulasi data berikut.
Nama Siswa
1 BAYU TRI WIDODO
2 DIMAS HERU P
3 AMY ISZRUL P
4 AZIZAH SEPTIANA K
5 DAVID KEVIN S.
6 DEWI MASITOH
7 DENIS RAGIATNO
8 FARHAN FAIZAL R
9 FEBRIAN HAQI P
10 M. KHASAN M
11 PRASASTI TRISNA
12 REGITA FASYSAFIN
13 SELA DWI P.
14 WAHYU DAWAI A
15 M. MIFHAL HANIF
16 BAHA'ATU WULAINIL M
17 WAHYU RAYHAN D
JUMLAH
RATA-RATA
Jumlah
65
65
65
65
80
80
75
80
75
70
75
75
70
70
65
70
65
1210
71.18
Siklus II
Planning (perencanaan)
Secara garis besar perencanaannya sama dengan siklus I dengan materi yang
sama pada siklus I. Ditambah dengan perubahan perencanaan drai hasil relfleksi pada
siklus sebelumnya.
Action (pelaksanaan)
Tabel 1 Prestasi Belajar Siswa Siklus I
No
yang dicapai belum optimal. Untuk itu
diperlukan tindakan perbaikan pembelajaran
lagi pada siklus selanjutnya. Beberapa perubahan perencanaan pada siklus selanjutnya
adalah sebagai berikut: (a) Guru dapat
meminta perwakilan dari tim untuk maju ke
depan lapangan agar dapat mengikuti gerakan dan petunjuk melakukan gerak dasar jalan dan lari cepat, secara tepat; (b) Guru
memotivasi siswa untuk lebih berani melakukan gerak dasar jalan dan lari cepat tanpa
takut salah dan ditertawakan oleh teman.
%
Ketuntasan
TT
TT
TT
TT
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
TT
T
11
64.71
TT
6
35.29
Reflection (refleksi)
Dari hasil observasi dapat direfleksikan bahwa aktivitas pembelajaran sudah
dapat berjalan secara baik, meskipun hasil
Pada siklus II pelaksanaan tindakannya secara garis besar sama dengan siklus I.
Adapun diskripsi proses pembelajaran pada
siklus II peneliti tampilkan dalam diskripsi
berikut ini: (1) Kegiatan awal, meliputi: (a)
Siswa diarahkan oleh guru menuju lapangan
sekolah; (b) Guru meminta salah satu siswa
untuk memimpin doa; (c) Tiba di lapangan,
guru meminta siswa terlebih dahulu melakukan pemanasan. (2) Kegiatan inti, meliputi:
(a) Secara ringkas, guru menjelaskan kepada
siswa tentang tata cara melakukan permainan Burung Pelatuk dan Serangga; (b) Guru
mendemonstrasikan permainan dan memastikan setiap siswa memahami instruksi yang
diberikan; (c) Burung pelatuk berdiri
membelakangi serangga yang berbaris;
Hardi Sasongko, Melalui Penerapan Permainan Burung Pelatuk...
97
ingatkan siswa untuk senantiasa menjunjung
tinggi sportivitas ketika bermain. (3) Kegiatan penutup, meliputi: (a) Siswa mengakhiri kegiatan olahraga dengan saling bersalam-salaman untuk menunjukkan sikap
sportif; (b) Siswa diminta untuk memimpin
doa untuk mengakhiri pelajaran
Observation (pengamatan)
(d) Serangga mengucapkan: „Burung pelatuk, burung pelatuk, berapa langkah kami
harus maju?‟; (e) Burung pelatuk memberi
tanggapan dengan mengucapkan: misalnya,
tujuh langkah; (f) Serangga yang berbaris
maju tujuh langkah, kemudian berdiri menunggu reaksi dari burung pelatuk; (g)
Kalau burung pelatuk tidak memberikan
reaksi, serangga bertanya kembali: „Burung
pelatuk, burung pelatuk, berapa langkah
kami harus maju?”; (h) Burung pelatuk
menjawab sesuai keinginannya (misalnya,
sembilan langkah); (i) Serangga maju sembilan langkah, dan begitu seterusnya; (j)
Ketika serangga semakin dekat, burung
pelatuk siap-siap memangsa serangga. Serangga berusaha menyelamatkan diri. Serangga yang tertangkap akan berganti peran
menjadi burung pelatuk;
Dari hasil observasi yang dilakukan
oleh observer pada aktivitas pembelajaran
Gerak dasar jalan dan lari cepat selama
kegiatan pembelajaran berlangsung di lapangan SDN 4 Ngadirenggo menunjukkan
bahwa guru dalam menerapkan permainan
burung pelatuk dan serangga sudah dalam
tingkat yang baik dengan persentase aktivitas sebesar 68,75%. Artinya metode pembelajaran yang telah direncanakan dapat diaplikasikan dengan baik pada siklus II. Sedangkan untuk aktivitas siswa dalam menerima tindakan perbaikan pembelajaran yang
diberikan guru pada siklus II sudah menunjukkan perkembangan yang baik dengan
persentase aktivitas sebesar 68,75%. Artinya
siswa dapat secara baik merespon dan
melakasanakan tindakan perbaikan pembelajaran yang diberikan oleh guru.
Selanjutnya untuk mengetahui perkembangan tingkat kecakapan siswa dalam
Gerak dasar jalan dan lari cepat , peneliti
kembali melakukan tes unjuk kerja. Adapun
hasil dari tes unjuk kerja peneliti tampilkan
pada tabulasi data berikut ini:
Tabel 2 Prestasi Belajar Siswa Siklus II
No
(k) Serangga yang tidak pernah tertangkap
akan jadi pemenang; (l) Guru juga meng-
1
2
3
4
5
6
7
8
Nama Siswa
BAYU TRI WIDODO
DIMAS HERU P
AMY ISZRUL P
AZIZAH SEPTIANA K
DAVID KEVIN S.
DEWI MASITOH
DENIS RAGIATNO
FARHAN FAIZAL R
Jumlah
70
70
70
70
85
85
80
85
%
Ketuntasan
T
T
T
T
T
T
T
T
98
JUPEDASMEN, Volume 2, Nomor 2, Agustus 2016
No
Nama Siswa
Jumlah
9 FEBRIAN HAQI P
10 M. KHASAN M
11 PRASASTI TRISNA
12 REGITA FASYSAFIN
13 SELA DWI P.
14 WAHYU DAWAI A
15 M. MIFHAL HANIF
16 BAHA'ATU WULAINIL M
17 WAHYU RAYHAN D
JUMLAH
75
75
85
85
75
75
70
80
70
1305
RATA-RATA
76.76
%
Ketuntasan
T
T
T
T
T
T
T
T
T
17
100.
00
0
0.0
0
Reflection (refleksi)
Dari hasil observasi dapat direfleksikan bahwa kendala pembelajaran yang muncul pada siklus I dapat teratasi dengan baik
pada siklus II, sehingga dapat tercapai
ketuntasan belajar siswa secara klasikal sebesar 100%. Persentase ini sudah sesuai
dengan ketuntasan minimal yang telah
ditentukan sebesar 85%. Dengan demikian
tidak
diperlukaan
lagi
penambahan
pertemuan atau siklus selanjutnya.
Penerapan Permainan Burung Pelatuk
Dan Serangga
Peneliti dalam menerapkan permainan
burung pelatuk dan serangga pada pembelajaran gerak jalan dan lari cepat terlebih
dahulu membagi siswa dalam beberapa 2
tim. Guru dalam mendemonstrasikan per-
mainan burung pelatuk dan serangga dibantu oleh perwakilan siswa dalam tim. Hal ini
dilakukan untuk lebih memudahkan siswa
memahami teknik gerakan dalam Gerak
dasar jalan dan lari cepat. Guru dalam
pembelajaran bertindak sebagai motivator
dan fasilitator. Guru senantiasa memotivasi
siswa uintuk tidak takut salah dan ragu
dalam melakukan gerakan.
Prestasi Belajar Siswa
Dari hasil data di atas prestasi belajar
siswa dengan menggunakan permainan burung pelatuk dan serangga menunjukkan
prestasi belajar yang meningkat dari setiap
siklusnya. Hal ini dapat diketahui bahwa
nilai rata-rata pada siswa kelas IV sebelum
siklus: 68,24 siklus I: 71,18 dan siklus II:
76,76 dengan persentase ketuntasan belajar
siswa secara klasikal yang tercapai pada
akhir siklus II sebesar 100,00%. Hal ini
menandakan keberhasilan dalam meningkatkan minat dan prestasi belajar pada siswa
kelas IV SDN 4 Ngadirenggo
Tahun
2014/2015, dengan hasil penelitian yang selalu meningkat setiap siklusnya berarti
bahwa penelitian tersebut berhasil.
Untuk dapat lebih jelasnya dalam peningkatan prestasi belajar ini peneliti sajikan
dalam bentuk Gambar 1.
Gambar 1 Peningkatan Prestasi belajar Siswa
Hardi Sasongko, Melalui Penerapan Permainan Burung Pelatuk...
99
Saran
PENUTUP
Kesimpulan
Dari hasil data di atas prestasi belajar
siswa (hasil tes belajar) dengan menggunakan permainan burung pelatuk dan serangga
menunjukkan prestasi belajar yang meningkat dari setiap siklusnya. Hal ini dapat diketahui bahwa nilai rata-rata praktek siswa kelas IV sebelum siklus: 68,24 siklus I: 71,18
dan siklus II: 76,76 dengan persentase ketuntasan belajar siswa secara klasikal yang
tercapai pada akhir siklus II sebesar 100,00
%. Hal ini menandakan keberhasilan dalam
meningkatkan minat dan prestasi belajar
pada siswa kelas IV SDN 4 Ngadirenggo
Tahun 2014/2015, dengan hasil penelitian
yang selalu meningkat setiap siklusnya
berarti bahwa penelitian tersebut berhasil.
Pembelajaran yang menggunakan Permainan burung pelatuk dan serangga perlu
dikembangkan untuk Mata Pelajaran Penjaskes untuk dapat meningkatkan pemahaman
siswa. Perlu dicoba melakukan kombinasi
pola pembelajaran yang menggunakan Permainan burung pelatuk dan serangga dengan
model belajar yang lain. Penggunaan model
Pembelajaran yang menggunakan Permainan burung pelatuk dan serangga perlu terus
dilakukan karena pembelajaran ini lebih
menyenangkan bagi siswa, mendorong dan
membiasakan siswa untuk belajar mandiri,
tidak bergantung kepada guru. Untuk meningkatan kemampuan guru dalam mengembangkan model Pembelajaran yang menggunakan Permainan burung pelatuk dan serangga, pelatihan perlu diberikan agar guru
dapat mengembangkan kemampuannya.
DAFTAR RUJUKAN
………. 1994. Kurikulum Pendidikan
Dasar, GBPP Penjaskes. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Soemitro. 1992. Cabang cabang olahraga.
Bandung: Eresco
Riyanto, Edy 2014. Permainan Anak. Jakarta: Bumi Aksara.
Sudjana, Nana. 1991. Dasar-dasar Pendidikan Jasmani dan Rohani. Bandung:
Sinar Baru.
Sajoto, M. 1995.Kesehatan Jasmani Dan
Rohani. Bandung: Tarsito.
Sukintaka. 1992. Pendidikan Anak. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Samsudin. 2008. Pendidikan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia
Syaifudin, Aip dan Muhadi. 1992. Pendidikan Jasmani dan Rohani. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya
Santoso Giriwijoyo, Y.S., dkk. 2005. Jasmani dan Rohani. Jakarta: UI Press
Winarno, Surachmad. 2006. Dasar dan Teknik Olahraga. Bandung: Tarsito.
Download