Penegakan Aturan Pasar Modal Harus Tegas Sistem Rekening Tunggal Dilakukan Tahun Depan Kompas : 5 Juli 2007 Jakarta, Kompas - Penegakan aturan di pasar modal seharusnya tegas dan keras guna memberikan efek jera bagi pelanggarnya. Penundaan penyelesaian transaksi (settlement) saham perusahaan elektronik PT Agis yang bermasalah merupakan bentuk pemberian dispensasi terhadap sistem itu sendiri. Pengamat hukum pasar modal Indra Safitri, Rabu (4/7) di Jakarta, mengatakan, otoritas bursa harusnya benarbenar meminta para broker mengikuti aturan. "Jika dikatakan settlement harus dilakukan tiga hari setelah transaksi (T+3), harusnya dilakukan seperti itu. Broker yang melanggar dihukum," ujar Indra. Pekan lalu, KPEI menunda penyelesaian beberapa transaksi saham Agis sampai dua pekan. Walaupun pada akhirnya semua broker yang melakukan transaksi itu membayar dan menyerahkan saham sesuai kewajibannya, perpanjangan waktu tersebut menurut Indra tidak memberikan dampak jera bagi broker. Ketika broker sudah menyelesaikan kewajibannya, secara yuridis agak sulit bagi BEJ dan Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) untuk menyelidiki lebih jauh. "Secara yuridis tidak lagi memiliki dasar kuat karena mereka (broker) sudah menyelesaikan kewajibannya. Agak sukar nanti menyelidiki ada apa di balik itu, apakah ada manipulasi pasar atau bagaimana," ujar Indra. Indra pun menekankan agar broker tetap menaati undang-undang Pasar Modal yang sudah mencantumkan kewajiban broker. "Antara lain mengenal nasabahnya atau know your customer (KYC). Jangan sampai menjalankan transaksi nasabah yang di luar kebiasaan. Misalnya, nasabah yang biasa transaksi Rp 10 juta tiba-tiba bertransaksi Rp 100 miliar, hal-hal seperti ini tidak terlepas dari etika bisnis broker sendiri," kata Indra. Hindari "atas nama" Direktur Utama BEJ Erry Firmansyah mengakui, aturan yang sudah diterapkan banyak dilanggar oleh broker anggota bursa. "Kami juga sedang mempelajari aturan-aturan yang ditabrak oleh anggota bursa," katanya. Untuk mengatasi pelanggaran transaksi yang menggunakan rekening atas nama atau nominee account, manajemen BEJ akan menerapkan aturan pembukaan rekening atau akun tunggal (single account) pada Juli 2008. Rekening atas nama atau dikenal dengan sebutan nominee account merupakan rekening dana atas nama pihak lain, yang digunakan bertransaksi saham di bursa efek. Pemilik rekening atas nama itu sering kali berlapis-lapis sehingga tidak jelas lagi siapa sebenarnya pemilik rekening yang melakukan transaksi. Harapannya, dengan penggunaan akun tunggal ini, maka dalam setiap transaksi dapat diketahui siapa investornya secara langsung. Dengan demikian, tidak ada lagi transaksi menggunakan atas nama yang sulit dilacak pelaku transaksi. "Sistem ini akan diintegrasikan dengan sistem yang dimiliki Kustodian Sentral Efek Indonesia dan Kliring Penjaminan Efek Indonesia," ujar Erry. Transaksi saham Agis yang menggunakan nominee account menyebabkan otoritas kesulitan mencari siapa sebenarnya yang melakukan transaksi tersebut. Penggunaan nominee account ini pernah terjadi dalam kasus transaksi saham Bank Bali sebelum bergabung menjadi Bank Permata. Pada tahun 2000, Badan Pengawas Pasar Modal kesulitan mengetahui pemegang saham Bank Bali yang tergabung dalam Deutche Bourse Clearing AG, sebuah bank kustodian Jerman yang menyimpan nominee account. Hingga saat ini belum ada kepastian siapa di balik nominee account tersebut. (joe)