BAB 3 - Cronyos

advertisement
Sistem Kelistrikan dan Elektronika pada Kendaraan
BAB
3
DASAR-DASAR
ELEKTRONIKA
3.1. Pendahuluan
Sistem kelistrikan pada kendaraan merupakan bagian yang tidak dapat
dipisahkan dari sistem-sistem penting yang menunjang kerja dari suatu kendaraan.
Sistem kelistrikan digunakan baik pada sistem yang menunjang kerja mesin maupun
sistem yang menunjang kebutuhan-kebutuhan lain yang ada pada chasis dan bodi
pada kendaraan. Dewasa ini sistem kelistrikan pada kendaraan tidak bisa lepas dari
sistem elektronik yang berkembang semakin pesat. Sistem pengaturan secara
elektronik sudah menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan lagi.
Sistem kelistrikan pada kendaraan memerlukan pengontrolan-pengontrolan
khusus agar kerja sistem kelistrikan menjadi sesuai dengan yang diharapkan. Salah
satu contoh misalnya pada sistem pengisian baterai. Sistem ini mensyaratkan
tegangan output yang stabil sehingga baterai dapat terisi tanpa mengalami kelebihan
tegangan meskipun putaran mesin naik dan turun. Pengontrolan tegangan pada
sistem ini dilakukan secara elektromagnetis dan mekanis pada bagian regulator.
Dalam perkembangannya, regulator dengan kerja magnetis dan elektronis dapat
digantikan dengan rangkaian elektronika yang lebih sederhana dan ringan dengan
kerja pengaturan yang lebih baik.
Contoh lain lagi misalnya pada sistem pengapian, yang selalu membutuhkan
proses pemutusan dan penyambungan arus pada kumparan primer koil secara cepat.
Gerakan mekanis yang bekerja sebagai pemutus arus pada sistem itu memiliki
kelemahan-kelemahan. Pada sistem yang lebih modern, kerja pemutus arus tersebut
dilaksanakan oleh transistor yang bekerja secara elektronis memutus dan
menghubungkan arus pada kumparan primer koil dengan cepat dan dapat mengatasi
kekurangan yang dimiliki oleh kontak pemutus atau platina (lihat pada bab sistem
pengapian).
Perkembangan bidang elektronika yang semakin pesat terutama yang
diterapkan pada sistem kelistrikan pada kendaraan, perlu diikuti dan dipelajari. Pada
bab ini akan diperkenalkan dasar-dasar elektronika meliputi bahan semi konduktor,
komponen elektronika, cara kerja komponen elektronik, penggunaan komponen
elektronik pada kendaraan, dan pengukuran komponen elektronik.
3.2. Bahan Semikonduktor Tipe P dan Tipe N
Atom merupakan bagian terkecil dari suatu benda yang memiliki propertis yang
sama dari benda yang dibentuk olehnya. Inti dari sebuah atom disebut dengan
nukleus yang terbentuk dari gabungan antara proton dan neutron dan dikelelingi oleh
partike lain yang disebut elektron. Setiap patikel atom mempunyai muatan listrik.
Proton bermuatan positif, elektron bermuatan negatif, dan neutron tidak bermuatan
atau netral. Jumlah elektron bebas pada orbit paling luar dari suatu atom akan
mempengaruhi sifat-sifat listrik dari suatu bahan. Sifat listrik dari suatu bahan dapat
dibagi menjadi tiga macam yaitu 1) sifat bahan yang dapat menghantarkan arus listrik
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
49
Sistem Kelistrikan dan Elektronika pada Kendaraan
atau konduktor, 2) sifat bahan yang dapat menghantarkan dan tidak dapat
menghantarkan atau semikonduktor, dan 3) sifat bahan yang tidak dapat
menghantarkan arus listrik atau isolator.
Bahan yang termasuk konduktor adalah bahan yang mempunyai satu sampai
tiga elektron pada orbit terluar dari atomnya dan mempunyai sifat sebagai penghantar
listrik yang baik, misalnya tembaga, besi, aluminium, dan logam-logam lain pada
umumnya. Bahan yang termasuk dalam isolator adalah bahan yang mempunyai lima
sampai delapan elektron pada orbit terluar dari atomnya dan mempunyai sifat sebagai
penghantar listrik yang tidak baik. Elektron tertahan sangat kuat dan elektron sangat
sulit untuk mengalir. Bahan yang termasuk isolator misalnya kaca, plastik, karet, kayu,
dll. Bahan yang termasuk semikonduktor adalah bahan yang mempunyai empat
elektron pada orbit terluar dari atomnya dan mempunyai sifat sebagai penghantar
listrik yang baik pada kondisi tertentu dan sebagai isolator yang baik juga pada kondisi
lainnya, misalnya karbon, germanium, dan silikon.
Gambar 3.1. Atom bahan semikonduktor
Tahanan listrik dari bahan semi konduktor bisa sangat tinggi seperti isolator
dan dapat sangat rendah seperti suatu penghantar. Konduktivitas semikonduktor
tergantung pada keberadaan dua tipe pembawa muatan (charge carrier) pada bahan
semikonduktor tersebut. Salah satu pembawa muatan ini adalah elektron bebas yang
bermuatan negatif yang bergerak dari satu atom ke atom lainnya. Pembawa muatan
lainnya adalah lubang (hole) yang bermuatan positif, yang dapat berpindah dari satu
atom ke atom lainnya. Berdasarkan pembawa muatan, bahan semi konduktor terbagi
menjadi dua macam, yaitu bahan semikonduktor tipe P (positif) dan bahan
semikonduktor tipe N (negatif).
Gambar 3.2. Susunan kristal silikon murni
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
50
Sistem Kelistrikan dan Elektronika pada Kendaraan
Bahan semi konduktor yang paling penting adalah silikon dan germanium.
Bahan semikonduktor murni seperti silikon dan germanium mempunyai sifat
konduktivitas listrik yang kurang baik. Untuk meningkatkan konduktivitasnya maka
ditambahkan arsenik, boron, dan bahan lain. Penambahan bahan lain pada
semikonduktor disebut dengan doping. Banyaknya doping digunakan untuk mengatur
konduktivitas semikonduktor untuk mendapatkan sifat yang cocok pada penerapan
tertentu.
3.2.1. Bahan Semikonduktor Tipe P
Gambar 3.3. Susunan kristal bahan semikonduktor tipe P
Bahan yang ditambahkan pada semikonduktor tipe P adalah indium,
aluminium, galium dan boron. Penambahan bahan ini akan menghasilkan hole
(bermuatan positif) pada bahan silikon. Elemen-elemen ini merupakan atom trivalen
(mempunyai tiga elektron valensi pada orbit luarnya). Dengan demikian atom-atom
tambahan ini hanya dapat membentuk tiga ikatan kovalen dengan atom-atom
semikonduktor yang berdekatan. Hal ini dapat menyebabkan elektron ke empat dari
atom semikonduktor membentuk ikatan tidak lengkap. Bagian tidak lengkap ini disebut
hole atau bagian yang kehilangan elektron, sehingga hole tersebut bermuatan positif.
Dengan demikian, konduksi pada semikonduktor tipe P merupakan perpindahan hole
dari satu atom ke atom lainnya, tidak ada elektron yang dilepaskan. Secara sederhana
bahan semikonduktor tipe P merupakan semikonduktor yang mempunyai kelebihan
hole.
Gambar 3.4. Aliran hole pada bahan semikonduktor tipe P
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
51
Sistem Kelistrikan dan Elektronika pada Kendaraan
Apabila bahan semi konduktor tipe P dihubungkan dengan sumber tegangan
(baterai), maka hole yang terdapat pada bahan tersebut akan bergerak. Arah gerakan
hole adalah ke arah terminal negatif baterai. Jadi, apabila bahan semikonduktor tipe P
dihubungkan dengan suatu sumber tegangan, maka aliran hole yang terdapat pada
bahan semikonduktor tipe P adalah dari positif baterai ke negatif baterai atau mengalir
ke arah di mana terdapat kelebihan elektron.
3.2.2. Bahan Semikonduktor Tipe N
Gambar 3.5. Susunan kristal bahan semikonduktor tipe N
Konduktivitas bahan semikonduktor dapat ditingkatkan dengan menambahkan
tipe atom lain (doping) untuk menambah jumlah elektron bebas di dalam struktur
kristalnya. Bahan tambahan pada semikonduktor ini misalnya pospor, arsenitk,
antimoni, dan bismut yang merupakan atom penvalen (mempunyai lima elektron
valensi pada orbit luarnya). Bahan tersebut ditambahkan pada semikonduktor,
misalnya silikon, yang dapat membentuk empat ikatan kovalen pada atom
semikonduktor. Sementara itu, elektron kelima diikatkan hanya pada orbit terluarnya.
Karena elektron kelima ini tidak dapat dipasangkan dengan elektron lainnya, elektron
tersebut mempunyai ikatan yang lemah dengan atom tambahannya sehingga mudah
lepas dari orbitnya. Atom-atom tambahan ini menjadi elektron bebas yang diperlukan
untuk meningkatkan aliran arus. Jadi bahan semikonduktor tipe N secara sederhana
dinyatakan sebagai bahan semikonduktor yang mempunyai kelebihan elektron.
Gambar 3.6. Aliran elektron pada bahan semikonduktor tipe N
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
52
Sistem Kelistrikan dan Elektronika pada Kendaraan
3.3. Komponen-komponen Elektronika
Komponen-komponen elektronika dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu
komponen pasif dan komponen aktif. Berikut dijelaskan tentang kedua komponen
elektronika tersebut.
3.3.1. Komponen pasif
Komponen pasif dalam bidang elektronika merupakan komponen yang dengan
sendirinya tidak dapat membangkitkan tegangan atau arus. Yang termasuk komponen
pasif di antaranya adalah resistor, kapasitor, dan induktor. Pemahaman karakteristik
dan aplikasi komponen pasif tersebut merupakan hal yang sangat penting untuk
memahami cara kerja dari rangkaian-rangkaian yang digunakan dalam sistem
kelistrikan pada kendaraan.
3.3.1.1. Resistor
Resistor merupakan komponen yang berfungsi untuk mengatur arus dan
tegangan dalam rangkaian-rangkaian elektronik. Spesifikasi suatu resistor umumnya
meliputi nilai resistansi (dalam ohm, kilo ohm, mega ohm), nilai ketepatan atau
toleransi (yaitu penyimpangan nilai maksimum yang diijinkan dari nilai yang tertera),
rating daya (yang harus sama dengan atau lebih besar dari disipasi daya
maksimumnya).
Nilai resistor umumnya tertera pada bodi resistor tersebut. Salah satu
penunjukkan nilai resistor adalah dengan kode warna. Ada dua metode pengkodean
yang umumnya digunakan, yaitu kode warna dengan empat cincin warna dan kode
warna dengan lima cincin warna. Nilai warna dari kode warna pada resistor
ditunjukkan pada tabel berikut.
Kode Warna
Hitam
Coklat
Merah
Orange
Kuning
Hijau
Biru
Ungu
Abu-abu
Putih
Emas
Perak
Tak berwarna
Tabel 3.1. Kode Warna pada Resistor
Kode Angka
Faktor Pengali
0
1
1
10
2
100
3
1000
4
10000
5
100000
6
1000000
7
10000000
8
100000000
9
1000000000
0,1
0,01
-
Toleransi
1%
2%
5%
10%
20%
Gambar 3.7 memperlihatkan contoh resistor dengan menggunakan empat
cincin warna. Cincin warna pada resistor menunjukkan nilai resistror tersebut. Cincin
warna pertama (dari kiri ke kanan pada gambar 3.7) dan kedua menunjukkan nilai
resistor tersebut, cincin warna ketiga menunjukkan faktor pengali, dan cincin warna
keempat menunjukkan toleransi dari resistor tersebut. Warna pertama dari resistor
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
53
Sistem Kelistrikan dan Elektronika pada Kendaraan
tersebut adalah coklat, warna kedua hijau, warna ketiga merah, dan warna keempat
adalah emas. Nilai resistansi resistor tersebut adalah sebagai berikut.
Warna pertama
: coklat
= 1
Warna kedua
: hijau
= 5
Warna ketiga
: merah
= dikalikan 100
Warna keempat
: emas
= tolerasi 5%
Besarnya resistansi adalah : 15 x 100
= 1500 ohm atau 1,5 kilo ohm dengan
toleransi ± 5% atau 5% x 1500 = 75 ohm. Jadi nilai resistansi resistor dengan kode
warna tersebut adalah 1,5 kΩ ±75Ω.
Gambar 3.7. Resistor dengan empat cincin warna
Gambar 3.8 memperlihatkan contoh resistor dengan menggunakan lima cincin
warna. Cincin warna pertama (dari kiri ke kanan), kedua, dan ketiga menjunjukkan
nilai resistor tersebut, cincin warna keempat menunjukkan faktor pengali, dan cincin
warna kelima menunjukkan toleransi dari resistor tersebut. Warna pertama dari
resistor tersebut adalah coklat, warna kedua hijau, warna ketiga hitam, warna keempat
hitam, dan warna kelima adalah perak. Nilai resistansi resistor tersebut adalah
sebagai berikut.
Warna pertama
Warna kedua
Warna ketiga
Warna keempat
Warna kelima
: coklat
: hijau
: hitam
: hitam
: perak
=
=
=
=
=
1
5
0
dikalikan 1
tolerasi 10%
Besarnya resistansi adalah : 150 x 1
= 150 ohm dengan toleransi ± 10% atau
10% x 150 = 15 ohm. Jadi nilai resistansi resistor dengan kode warna tersebut adalah
150 Ω ± 15Ω.
Gambar 3.8. Resistor dengan lima cincin warna
Resistor yang digunakan pada kendaraan ada beberapa tipe, yaitu tipe nilai
tetap (seperti gambar di atas), tipe nilai bertingkat, dan tipe variabel. Resistor yang
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
54
Sistem Kelistrikan dan Elektronika pada Kendaraan
mempunyai nilai tetap yang banyak digunakan adalah resistor tipe gulungan kawat,
dan resistor karbon. Resistor model kumparan kawat terbuat dari kawat yang
mempunyai nilai resistansi tertentu yang digulungkan pada suatu inti isolator. Resistor
jenis karbon banyak digunakan pada rangkaian elektronik. Karbon dicampur dengan
bahan pengikat, makin banyak karbon, makin rendah resistansinya. Nilai resistor tipe
karbon ini umumnya ditunjukkan dengan kode warna.
Gambar 3.9. Resistor tipe gulungan kawat dan tipe karbon
Resistor tipe nilai beringkat mempunyai dua nilai resistansi atau lebih. Resistor
dengan nilai resistansi yang berbeda dihubungkan ke terminal yang berbeda di dalam
suatu saklar. Jika saklar posisinya dipindahkan, nilai resistansi yang berbeda akan
bekerja pada rangkaian kelistrikan. Biasanya resistor ini digunakan pada pemanas,
saklar motor penggerak kipas dan lain-lain.
Gambar 3.10. Resistor tipe bertingkat
Resistor variable merupakan resistor yang nilainya tidak tetap atau dapat
diubah-ubah. Resistor tipe ini ada beberapa macam, yaitu reostat, potensiometer,
termistor, dan resistor peka cahaya (light depend resistor, LDR). Reostat biasanya
digunakan untuk saklar lampu kepala untuk mengatur tingkat terangnya panel
penerangan. Potensiometer mempunyai tiga terminal yaitu dua terminal pada ujung
potensiometer dan satu terminal pada bagian kontak geser (siliding contact). Dengan
memutar poros potensiometer, nilai resistansinya bisa bertambah atau berkurang.
Gambar 3.11. Reostat
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
55
Sistem Kelistrikan dan Elektronika pada Kendaraan
Resistor lain yang termasuk resistor variable adalah termistor atau resistor
peka suhu, dan LDR atau resistor peka cahaya. Resistansi termistor akan berubahubah jika terkena suhu. Resistor ini ada dua jenis, yaitu NTC (negative temperature
coeficient) dan PTC (positive temperature coeficient). Resistor NTC nilainya akan
makin kecil jika temperatur yang mengenainya semakin tinggi, sedangkan pada PTC
nilai resistansinya akan naik jika temperatur yang mengenainya semakin tinggi.
Resistor peka cahaya menggunakan bahan semikonduktor yang karakteristik listriknya
dapat berubah-ubah sesuai dengan cahaya yang diterimanya. Dua jenis bahan
semikonduktor yang digunakan adalah kadmiun sulfida dan kadmiun selenida. Bahanbahan ini paling sensitif terhadap cahaya.
Gambar 3.12. Karakteristik termistor dan LDR
3.3.1.2. Kapasitor (Kondensor)
Kapasitor adalah komponen yang dapat digunakan untuk menyimpan muatan
listrik yang pada keadaan tertentu muatan tersebut dapat dikeluarkan lagi. Kapasitor
menggunakan suatu medan elektrostatik untuk menyimpan muatan listrik. Jika
kapasitor dihubungkan dengan suatu sumber tegangan, maka muatan listrik akan
tersimpan pada kapasitor tersebut. Besarnya tegangan yang ada pada kapasitor sama
dengan besarnya tegangan sumber. Berikut gambar beberapa macam kapasitor.
Gambar 3.13. Kapasitor
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
56
Sistem Kelistrikan dan Elektronika pada Kendaraan
Konstruksi dasar kapasitor sangat sederhana. Dua plat yang dipasang secara
sejajar, di antara kedua plat tersebut diberi isolator. Masing-masing plat diberi kawat
penghantar sebagai kaki dari kapasitor tersebut. Bahan penyekat atau isolator di
dalam kapasitor disebut dielektrikum. Besar kecilnya kapasitas kapasitor tergantung
dari besar kecilnya plat kondensator, jenis bahan dielektrikumnya, dan jarak antara
kedua plat tersebut.
Gambar 3.14. Efek penerapan tegangan pada kapasitor
Perhatikan gambar di atas, jika kapasitor dirangkaikan dengan sebuah saklar
dan sumber tangangan tetapi saklar dalam keadaan terbuka, maka tidak ada arus
yang mengalir sehingga tidak akan ada muatan pada kapasitor. Jika saklar ditutup,
arus mengalir ke kapasitor dan elektron yang berada di plat positif akan mengalir ke
terminal positif baterai sehingga plat bagian atas akan bermuatan positif. Muatanmuatan positif pada plat bagian bawah akan mengalir ke terminal negatif baterai
sehingga plat bagian bawah mempunyai banyak elektron atau bermuatan negatif.
Pada kondisi ini terdapat banyak elektron yang sudah pindah sehingga beda potensial
yang ada di antara kedua plat tersebut sama dengan yang ada pada baterai. Dalam
keadaan ini kapasitor dikatakan bermuatan dan akan terbentuk medan listrik di dalam
ruang di antara kedua plat tersebut.
Jika kemudian saklar dibuka kembali, maka plat positif akan mengalami
kekurangan elektron sementara plat negatif akan mengalami kelebihan elektron.
Karena tidak ada penghantar yang dapat menghubungkan kedua plat tersebut, maka
kapasitor akan tetap bermuatan dan beda potensial akan selalu ada pada kedua plat
kapasitor tersebut. Namun dalam kenyataannya, muatan yang tersimpan akan
berkurang sedikit demi sedikit karena adanya resistansi bocor (leakage resistance) di
dalam kapasitor. Muatan yang dapat disimpan di dalam medan listrik antara plat-plat
kapasitor sebanding dengan tegangan yang diberikan dan kapasitas kapasitor.
Q = C.V
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
(3.1)
57
Sistem Kelistrikan dan Elektronika pada Kendaraan
Di mana Q adalah muatan (dalam Coulomb), C adalah kapasitansi (dalam Farad), dan
V adalah beda potensial (dalam volt). Energi yang tersimpan dalam suatu kapasitor
adalah
(3.2)
E = 0,5 CV2
Di mana E adalah energi dalam satuan joule, C adalah kapasitas dalam satuan farad,
dan V adalah beda potensial dalam satuan volt.
3.3.2. Komponen Semikonduktor
Komponen-komponen elektronika yang terbuat dari bahan semi konduktor dan
banyak digunakan pada sistem kelistrikan kendaraan adalah dioda, transistor, dan
thyristor. Berikut dijelaskan masing-masing komponen tersebut.
3.3.2.1. Dioda
Apabila bahan semikonduktor tipe P dan tipe N digabungkan menjadi satu,
maka akan terbentuk sambungan PN (PN junction). Tiap bahan semikonduktor
tersebut diberi terminal dan diberi nama anoda dan katoda. Karakteristik bahan
semikonduktor tipe P dan tipe N saat dialiri arus (sudah dijelaskan pada bagian 3.2.1
dan 3.2.2) jika digabungkan menghasilkan karakteristik yang istimewa, yaitu
sambungan PN (dioda) hanya dapat dialiri arus dalam satu arah saja. Arus dapat
dengan mudah mengalir dari kaki anoda ke kaki katoda, namun jika arus dialirkan dari
katoda ke anoda arus tersebut akan diblok (tidak dapat mengalir).
Gambar 3.15. Sambungan PN, simbol dioda dan bentuk dioda
Penerapan tegangan pada dioda ditunjukkan pada gambar 3.16. Apabila
saklar dalam keadaan terbuka, ada perpindahan elektron pada kedua bahan tersebut
namun sangat kecil sehingga pada kenyataannya dalam kondisi ini dioda dikatakan
tidak menghantarkan arus listrik.
Gambar 3.16. Saklar dalam kondisi terbuka
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
58
Sistem Kelistrikan dan Elektronika pada Kendaraan
Apabila saklar ditutup (gambar 3.17), maka akan terjadi rangkaian tertutup
antara dioda dan baterai. Pada kondisi ini elektron bebas pada bahan tipe N akan
bergerak ke arah sambungan PN dan sebaliknya hole akan bergerak juga ke arah
sambungan PN. Karena dihubungkan dengan baterai, elektron yang berasal dari
terminal negatif baterai juga dapat mengalir melintasi sambungan PN menuju terminal
positif baterai. Pada saat yang bersamaan hole mengalir melewati sambungan PN dan
hole dari terminal positif baterai juga dapat mengalir menuju terminal negatif baterai.
Dalam kondisi ini, maka dapat dikatakan bahwa dioda dapat menghantarkan arus.
Jika pada rangkaian dioda tersebut dipasang sebuah lampu, maka lampu akan
menyala.
Gambar 3.17. Saklar dalam kondisi tertutup, bias maju
Apabila polaritas sumber tegangan dibalik (bias mundur), maka elektron bebas
pada bahan semi konduktor tipe N akan mengalir ke arah terminal positif baterai,
sedangkan hole pada bahan semikonduktor tipe P akan bergerak ke arah terminal
negatif baterai. Hal ini menyebabkan daerah lapisan defleksi semakin lebar dan tidak
ada aliran arus atau elektron yang melintasi sambungan PN. Pada kondisi ini dapat
dikatakan bahwa dioda tidak menghantarkan arus listrik. Jika pada rangkaian dioda
tersebut dipasang sebuah lampu, maka lampu tidak akan menyala karena arus tidak
dapat mengalir melalui dioda.
Gambar 3.18. Saklar dalam kondisi tertutup, bias mundur
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
59
Sistem Kelistrikan dan Elektronika pada Kendaraan
Berdasarkan penjelasan di atas, maka jika tegangan anoda nol terhadap
katoda ada aliran elektron yang sangat kecil sehingga pada kondisi ini dapat dikatakan
dioda tidak menghantarkan arus. Jika tegangan anoda positif terhadap katoda, maka
terjadi aliran arus yang besar sehingga pada keadaan ini dioda dapat menghantarkan
arus. Jika tegangan anoda negatif terhadap katoda, maka tidak ada aliran arus yang
melintasii dioda atau dioda memblok arus. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
dioda hanya dapat dialiri arus hanya dalam satu arah saja.
Kerja dioda yang hanya dapat dialiri arus dari satu arah saja dapat difungsikan
sebagai penyearah arus atau untuk mengubah arus bolak balik (AC, alternating
current) menjadi arus searah (DC, direct current). Penyearahan arus bolak balik
menjadi arus searah dikategorikan menjadi dua, yaitu penyearahan setengah
gelombang, dan penyearahan gelombang penuh. Rangkaian penyearahan setengah
gelombang ditunjukkan pada gambar di bawah.
Gamba 3.19. Penyearahan setengah gelombang
Kerja rangkaian tersebut adalah sebagai berikut. Pada saat arus bolak balik
dialirkan melalui kaki anoda dioda, maka hanya sinyal positif (+) saja yang dapat
masuk atau mengalir melalui dioda ke arah katodanya. Namun Jika sinyal yang masuk
adalah negatif (-) maka arus listrik tidak dapat mengalir ke katoda karena arahnya
terbalik. Berdasarkan gambar di atas, maka keluaran dari dioda hanya sinyal positif
saja atau dapat dikatakan arus listrik yang semula bolak-balik, setelah melewati dioda
menjadi arus searah. Di antara sinyal positif keluaran dari dioda, terdapat bagian dari
gelombang yang hilang sehingga disebut setengah gelombang. Sistem penyearahan
gelombang penuh menggunakan lebih dari satu dioda. Pada gambar di bawah
ditunjukkan empat buah dioda yang dipasang dengan sistem jembatan.
Gambar 3.20. Penyearahan gelombang penuh
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
60
Sistem Kelistrikan dan Elektronika pada Kendaraan
Apabila arus bolak-balik diberikan pada rangkaian sistem jembatan di atas,
arus listrik akan mengalir melalui dioda-dioda tersebut. Jika sinyal tegangan pada
bagian atas rangkaian adalah positif, maka sinyal positif tersebut akan mengalir
melewati dioda D1 dan saat sinyalnya negatif akan diblok oleh dioda tersebut. Pada
saat sinyal di atas negatif, sinyal di bawah rangkaian akan positif sehingga sinyal
tersebut dapat mengalir melalui dioda D4 sehingga outputnya akan menghasilkan
sinyal tegangan positif yang berurutan tanpa ada gelombang yang kosong. Jenis
sirkuit yang mengalirkan arus listrik pada kedua sisinya setengah gelombang disebut
sirkuit penyearah gelombang penuh.
Dioda Zener
Dioda zener pada prinsipnya sama dengan dioda PN lainnya tetapi dibuat
untuk dapat mengalirkan arus dengan arah tegangan bias mundur tanpa
menyebabkan kerusakan pada dioda zener tersebut. Arus dapat mengalir apabila
tegangan mundur yang diberikan mencapai atau melebihi tegangan kerja dioda zener
yang sudah ditentukan. Dioda zener digunakan untuk menstabilkan tegangan
sehingga output tegangan tetap stabil.
Gambar 3.21. Simbol dioda zener dan rangkaian penstabil tegangan
Saat dioda zener dibiaskan ke arah maju, maka akan bereaksi seperti saklar
tertutup dan dapat mengalirkan arus seperti pada dioda biasa. Namun demikian, dioda
zener memiliki keunikan yaitu dapat mengalirkan arus listrik dari arah yang
berlawanan (bias mundur), sehingga agak berbeda dengan dioda biasa. Dioda zener
dapat mengalirkan arus listrik dari arah balik dengan tegangan bervariasi. Besar
tegangan yang ingin dialirkan secara terbalik tergantung jenis zener dioda yang
dipakai. Beberapa tipe tegangan arah balik tersebut adalah: 2.4V, 5.1V, 6.0V, 9.1V,
12.V, dan sebagainya. Pada bagian ujung dengan simbol garis miring, saat diberikan
tegangan yang meningkat, arus listrik yang mengalir pun akan meningkat. Aliran kecil
arus balik ini dapat mengalir sampai dioda mencapai titik breakdown. Titik breakdown
dioda zener dapat mempertahankan tegangan secara tetap meskipun tegangan yang
bekerja padanya naik-turun. Karena itu, dioda zener dapat dipakai untuk menstabilkan
tegangan.
Photo dioda
Dioda jenis ini adalah dioda yang bila tingkat cahaya yang mengenainya
berubah, arus listrik yang dapat mengalir sesuai dengan banyaknya cahaya. Arus
listrik akan mengalir bila ada cahaya mengenai permukaan sambungan PN. Bila ada
cahaya mengenai dioda tersebut, secara spontan elektron dan hole diaktifkan oleh
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
61
Sistem Kelistrikan dan Elektronika pada Kendaraan
energi cahaya dari luar dengan ion positive (+) pada sisi N dan ion negative (-) pada
sisi P sehingga terjadi aliran arus. Dioda tersebut digunakan pada rangkaian yang
diterapkan pada daerah yang cahayanya berubah-ubah. Bila tegangan yang diberikan
tetap konstan, arus listrik mengalir pada rangkaian sesuai dengan kekuatan cahaya
yang diterima oleh photo dioda. Photo dioda dihubungkan dengan arah balik seperti
pada rangkaian di bawah. Bila cahaya menyinari photo dioda, maka arus akan
mengalir dari baterai melalui diode sehingga lampu menyala.
Gambar 3.22. Rangkaian dengan photo dioda
LED (Light emitting dioda)
Dioda ini mengeluarkan cahaya sebagai akibat dari mengalirnya arus listrik.
Sisi anoda diberi tegangan (+) dan sisi katoda diberi tegangan (-) searah dioda
sambungan PN. Karakteristiknya diode ini adalah lebih tahan lama dan pemakaian
tenaga listrik lebih rendah dibanding dengan lampu pijar, responnya lebih cepat,
menyala walau hanya dengan tegangan 2-3 V, pemakaian daya rendah (sekitar 0.05
W), respon perubahan ON dan OFF cepat (dengan satuan seper sejuta detik),
berbagai warna penyalaan seperti, merah, hijau, kuning dan lain-lain.
Hambar 3.23. Dioda bercahaya (LED)
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
62
Sistem Kelistrikan dan Elektronika pada Kendaraan
Pada sirkuit di atas, bila switch tertutup maka arus listrik mengalir kemudian LED
menyala. Penggunaan resistor adalah untuk menurunkan tegangan yang diberikan
pada LED.
3.3.2.2. Transistor
Transistor kependekan dari tranfer dan resistor, yang berarti pengubahan
tahanan atau menjadikan bahan yang bukan penghantar menjadi penghantar pada
keadaan tertentu. Transistor merupakan komponen semikonduktor yang dapat
berfungsi sebagai penguat sinyal dan saklar elektronik. Pada suatu transistor, arus
yang sangat kecil (dari emitor ke basis atau dari basis ke emitor, tergantung tipe
transistornya) dapat mengontrol arus yang jauh lebih besar dari suatu sistem pencatu
caya ke beban melalui kaki kolektornya.
Gambar 3.24. Transistor
Transistor terdiri dari dua tipe yaitu tipe PNP dan NPN. Transistor tipe PNP
merupakan transistor dengan lapisan semikonduktor tipe N dalam kristal
semikonduktor disisipkan di antara dua semikonduktor tipe P, sebaliknya transistor
tipe NPN adalah semikonduktor tipe P disisipkan di antara dua semikonduktor tipe N.
Kaki-kaki pada transistor dinamakan E untuk terminal emittor, B terminal Basis dan C
untuk terminal kolektor. Berikut susunan semikonduktor dan simbol transistor tipe PNP
dan NPN.
Gambar 3.25. Transistor tipe NPN dan PNP
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
63
Sistem Kelistrikan dan Elektronika pada Kendaraan
Prinsip kerja transistor tipe NPN
Apabila kaki basis transistor NPN dihubungkan dengan positif baterai dan
emitornya dihubungkan dengan negatif baterai, kaki kolektornya dihubungkan dengan
terminal positif baterai yang lain dan kaki emitornya dihubungkan dengan negatif
baterai, maka jika saklar dihubungkan arus akan mengalir dari baterai ke kaki basis
transistor (IB), kemudian ke emitor, terus ke negatif baterai. Aliran arus basis ini
menyebabkan transistor menjadi aktif sehingga kaki kolektor dan emitornya
terhubung. Arus yang lebih besar akan mengalir dari baterai ke kolektor (IC), ke emitor,
kemudian ke negatif baterai. Jadi dengan memberikan arus (yang kecil) ke kaki basis
transistor tersebut, maka arus yang lebih besar akan mengalir lewat kaki kolektor dan
emitornya.
Gambar 3.26. Kerja transistor tipe NPN
Prinsip kerja transistor tipe PNP
Apabila kaki basis transistor PNP dihubungkan dengan negatif baterai (melalui
saklar, lihat gambar di bawah) dan emitornya dihubungkan dengan positif baterai,
kaki kolektornya dihubungkan dengan terminal negatif baterai yang lain dan kaki
emitornya dihubungkan dengan positif baterai, maka jika saklar dihubungkan arus
akan mengalir dari baterai ke kaki emitor transistor, kemudian ke basis, terus ke
negatif baterai melalui saklar. Aliran arus basis ini menyebabkan transistor menjadi
aktif sehingga kaki emitor dan kolektornya terhubung. Arus yang lebih besar akan
mengalir dari baterai ke emitor, ke kolektor, kemudian ke negatif baterai. Jadi dengan
memberikan arus (yang kecil) ke kaki emitor-basis transistor tersebut, maka arus yang
lebih besar akan mengalir lewat kaki emitor dan kolektornya.
Gambar 3.27. Kerja transistor tipe PNP
Fungsi saklar pada transistor
Berdasarkan penjelasan di atas, maka jika ada arus mengalir dari basis ke
emitor atau dari emitor ke basis, maka transistor akan ON dan dapat menyebabkan
arus yang besar mengalir melalui transistor tersebut. Dengan karakteristik tersebut
maka transistor dapat digunakan untuk menghidupkan atau mematikan suatu
rangkaian listrik. Prinsip kerja transistor sebagai saklar ini mirip dengan fungsi saklar
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
64
Sistem Kelistrikan dan Elektronika pada Kendaraan
pada sebuah relai. Gambar 3.28 menggambarkan kesamaan kerja relai dengan
transistor. Apabila arus mengalir melalui kumparan pada suatu relai kemudian ke
massa, maka akan terjadi medan magnet pada kumparan relai tersebut. Hal ini akan
menyebabkan plat kontak pada relai tertarik dan terminal-terminal pada kontak akan
saling terhubung. Hal ini menyebabkan arus dari baterai dapat mengalir ke beban
(load), ke kontak, kemudian ke massa. Jika beban tersebut adalah sebuah lampu,
maka lampu akan menyala. Pada rangkaian transistor gambar di atas, jika kaki basis
transistor mendapat sinyal atau arus kemudian mengalir ke kaki emitor dan ke massa,
maka transistor akan ON sehingga kaki kolektor dan emitornya terhubung.
Gambar 3.28. Kesamaan prinsip kerja relai dan trasistor
Hal ini menyebabkan arus dari baterai dapat mengalir ke beban, ke kaki
kolektor, ke kaki emitor, kemudian ke massa. Jika bebannya adalah lampu, maka
lampu akan menyala. Dengan demikin, transistor dapat bekerja seperti sebuah relai
(saklar) yang dipicu dengan arus yang kecil dapat mengalirkan arus yang lebih besar.
Kelebihan transistor sebagai saklar adalah kecepatan ON dan OFF-nya yang sangat
tinggi jika dibandingkan dengan relai yang mengandalkan gerakan mekanis dengan
tingkat kelambatan yang lebih tinggi.
Aliran arus kolektor yang besar sangat menguntungkan, karena hanya dengan
memberi arus yang kecil ke kaki basis transistor didapat aliran arus yang besar.
Penerapan transistor tipe NPN dalam rangkaian ditunjukkan pada gambar 3.29.
Apabila saklar dalam keadaan terbuka, maka tidak ada arus yang mengalir ke kaki
basis sehingga transistor tidak bekerja. Jika saklar ditutup, maka arus akan mengalir
dari baterai ke kaki basis, kemudian ke kaki emitor dan ke massa (negatif baterai).
Aliran arus ke kaki basis ini menyebabkan transistor ON atau bekerja sehingga kaki
kolektor dan emitor transistor tersebut terhubung. Arus yang lebih besar akan mengalir
dari baterai, ke lampu, ke kaki kolektor, ke emitor, kemudian ke massa. Akibatnya,
lampu menyala.
Gambar 3.29. Pemanfaatan transistor NPN sebagai saklar untuk menyalakan lampu
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
65
Sistem Kelistrikan dan Elektronika pada Kendaraan
Penerapan transistor tipe PNP dalam rangkaian ditunjukkan pada gambar
3.30. Apabila saklar dalam keadaan terbuka, maka tidak ada arus yang mengalir ke
kaki basis sehingga transistor tidak bekerja. Jika saklar ditutup, maka arus akan
mengalir dari baterai ke kaki emitor, ke basis, kemudian ke massa (negatif baterai).
Aliran arus ke B ini menyebabkan transistor ON atau bekerja sehingga kaki emitor dan
kolektor transistor tersebut terhubung. Arus yang lebih besar akan mengalir dari
baterai, ke lampu, ke kaki emitor, ke kolektor, kemudian ke massa. Akibatnya, lampu
menyala.
Gambar 3.30. Pemanfaatan transistor NPN sebagai saklar untuk menyalakan lampu
3.3.2.3. Thermistor
Thermistor (disebut NTC dan PTC) adalah resistor yang nilainya dapat
berubah jika terkena panas. Gambar 3.31 adalah contoh penggunaan thermistor
dalam rangkaian. Karakteristik NTC (negative temperature coefficient) adalah jika
temperature naik, maka nilai tahanannya semakin kecil. Tegangan bias transistor NPN
akan tergantung pada nilai tahanan thermistor NTC. Dari rangkaian tersebut (a), bila
temperatur naik maka tahanan NTC tersebut akan turun sehingga tegangan antara
basis dan emitor turun. Jika tegangan basis tidak mencapai tegangan batas minimum,
maka transistor tidak ON dan lampu tidak menyala. Apabila temperatur yang
mengenai NTC turun, maka tahanan NTC akan bertambah besar sehingga tegangan
pada kaki basis transistor naik dan transistor menjadi ON. Arus dari baterai akan
mengalir melalui lampu, kaki kolektor, emitor, kemudian ke massa sehingga lampu
menyala. Jika PTC dipasangkan (gambar b), kerja rangkaian akan berbalikan yaitu
jika temperatur naik maka tahanannya naik sehingga transistor ON dan lampu
menyala. Jika temperatur turun, tahanan turun dan transistor menjadi OFF sehingga
lampu padam.
(a)
(b)
Gambar 3.31. Contoh penggunaan NTC dan PTC pada rangkaian
PTC (Positive Temperature Coefficient) merupakan resistor yang nilai
tahanannya dapat berubah jika terkena panas. Karakteristiknya adalah jika
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
66
Sistem Kelistrikan dan Elektronika pada Kendaraan
temperature naik, maka nilai tahanannya juga akan naik. Rangkaian di bawah ini
memperlihatkan contoh penggunaan PTC pada sistem kelistrikan. Apabila saklar diON-kan, arus dari baterai akan mengalir ke lampu, termistor, saklar, kemudian ke
massa sehingga lampu menyala. Apabila arus yang mengalir berlebihan, maka panas
akibat arus tersebut akan mempengaruhi thermistor sehingga tahanannya akan naik.
Naiknya nilai tahanan ini akan menyebabkan berkurangnya arus yang mengalir
sehingga tidak akan terjadi arus yang berlebihan pada rangkaian ini.
Gambar 3.32. Rangkaian dengan menggunakan PTC
3.3.2.4. Photoconductive cell (LDR)
Nilai tahanan komponen ini akan berubah-ubah (bertambah atau berkurang)
sesuai dengan tingkat cahaya yang diterimanya. Material aktif pada komponen ini
adalahs Cds (Cadmium sulfide) dan CdSe (Cadmium selenide). Karakteristiknya
adalah bila tingkat keterangan cahaya tinggi maka tahanannya akan turun dan
tahanan akan naik apabila cahayanya redup. Contoh penggunaan LDR ditunjukkan
pada rangkaian di bawah. Jika CDS mendapat cahaya yang terang, maka tahanannya
akan kecil sehingga arus dari baterai akan mengalir ke CDS dan tegangan pada basis
TR2 akan naik. Hal ini menyebabkan TR2 menjadi ON sehingga kolektor TR2
langsung terhubung dengan massa yang menyebabkan tegangan pada basis TR1
rendah (mendekati nol) sehingga transistor TR1 menjadi OFF. Pada kondisi ini lampu
padam.
Gambar 3.33. Rangkaian dengan menggunakan LDR
Apabila cahaya yang mengenai LDR (CDS) redup, maka tahanannya akan
naik sehingga tegangan pada basis TR2 menjadi kecil. Hal ini menyebabkan TR2
menjadi OFF sehingga kaki kolektornya tidak terhubung dengan massa. Oleh karena
itu, tegangan pada basis transistor TR1 menjadi naik yang mengakibatkan TR1
menjadi ON sehingga kaki kolektornya terhubung langsung dengan massa. Akibatnya,
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
67
Sistem Kelistrikan dan Elektronika pada Kendaraan
arus dari baterai akan mengalir melalui lampu kemudian ke massa melalui transistor
TR1. Aliran arus ke lampu ini menyebabkan lampu menyala. Jadi, jika cahaya terang
mengenai rangkaian di atas, maka lampu akan padam dan jika cahaya redup maka
lampu akan menyala.
3.3.2.5. Thyristor
Thyristor berasal dari kata thyratron dan transistor. Thyristor identik dengan
thiratron. Pada dasarnya thiristor merupakan susunan dioda empat lapis seperti
digambarkan di bawah ini dengan tambahan satu kaki yang disebut gerbang. Thiristor
mempunyai tiga buah kaki yang disebut kaki anoda (A), kaki katoda (K), dan kaki
gerbang (G, gate). Kaki G adalah kaki untuk memberikan arus untuk memicu kerja
thiristor. Komponen yang termasuk dalam keluarga thiristor adalah SCR (silicon
controlled rectifier) yang berarti penyearah silicon yang terkendali dan dalam
praktiknya digunakan untuk pengaturan daya dan untuk saklar.
Gambar 3.34. Lapisan bahan semi konduktor pada thiristor
Penggunaan thiristor untuk pengaturan daya atau untuk saklar sangat
menguntungkan bila dibanding dengan komponen mekanik atau saklar biasa karena
tidak ada gerakan mekanik sehingga tidak ada kontak yang aus atau terbakar, tidak
menimbulkan percikan api, dan hanya membutuhkan sedikit komponen tambahan.
Kerja SCR pada dasarnya sama seperti dioda yang dapat menghantarkan arus dari
anoda ke katoda, dan jika diberi tegangan mundur atau bias mundur tidak akan
menghantarkan arus. Susunan dioda empat lapis ini identik dengan dua buah
transistor, tipe PNP dan tipe NPN yang digabung menjadi satu (gambar 3.35). Dalam
praktiknya, anoda dihubungkan dengan positif sumber tegangan dan katoda
dihubungkan dengan negatif. Jika kaki G diberi tegangan pemicu yang melebihi
tegangan kerja (breakdown) SCR, maka arus akan mengalir ke kaki G sehingga SCR
bekerja atau menghantarkan arus dari anoda ke katoda.
Gambar 3.35. SCR
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
68
Sistem Kelistrikan dan Elektronika pada Kendaraan
3.4. Penggunaan Komponen Elektronika pada Kelistrikan Kendaraan
Komponen-komponen elektronika banyak digunakan pada sistem kelistrikan
pada kendaraan. Perkembangan teknologi otomotif yang sangat pesat terutama dalam
bidang kelistrikannya menuntut penggunaan komponen-komponen ini sebagai
pelengkap dan penyempurna kerja sistem kelstrikan. Beberapa penggunaan
komponen-komponen elektronik dalam bidang kelistrikan kendaraan dijelaskan
sebagai berikut.
3.4.1. Penggunaan Resistor pada Rangkaian Kelistrikan Kendaraan
Penggunaan resistor pada rangkaian kelistrikan otomotif sangat beragam.
Beberapa contoh penggunaannya adalah sebagai berikut.
1. Resistor dipasang pada regulator tipe konvensional untuk menurunkan arus dan
tegangan yang masuk ke kumparan rotor pada alternator sehingga medan
magnet yang dihasilkan oleh kumparan rotor (rotor coil) dapat diatur (secara
khusus penjelasan ini diuraikan pada bab sistem pengisian)
2. Resistor dipasang pada koil sistem pengapian. Resistor ini dipasang untuk
mengurangi tahanan kumparan primer koil. Tahanan rangkaian primer sekitar 3
ohm dengan rincian 1,5 ohm tahanan resistor dan 1,5 ohm tahanan dari gulungan
primer koil. Resistor ini berguna untuk mengurangi efek counter electromotive
force (emf) atau gaya elektromotif lawan yang dapat memperlambat tercapainya
arus listrik maksimum pada kumparan primer koil.
3. Resistor digunakan pada rangkaian elektronik yang banyak digunakan pada
sistem kelistrikan misalnya pada sistem pengapian elektronik, sistem pengisian
dengan regulator elektronik, flasher elektronik, dan lain-lain.
4. Resistor variabel pada sistem EFI digunakan untuk pengukur jumlah udara (air
flow meter) yang masuk ke mesin.
Gambar 3.36. Air Flow Meter
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
69
Sistem Kelistrikan dan Elektronika pada Kendaraan
5.
Resistor variabel pada sistem EFI digunakan untuk sensor posisi katup gas
(trhottle position sensor, TPS) agar ECU (electronic control unit) dapat
mengetahui seberapa dalam pengemudi menginjak pedal gas, dan penggunaanpenggunaan lainnya.
Gambar 3.37. Throttle Position Sensor
3.4.2. Penggunaan Kapasitor pada Rangkaian Kelistrikan Kendaraan
Penggunaan kapasitor pada rangkaian kelistrikan otomotif juga sangat
beragam. Beberapa penggunaannya adalah sebagai berikut.
1. Sebagai perata arus pada rangkaian penyearah pada sistem pengisian. Biasanya
kapasitor pada alternator dipasang pada terminal B alternator dan massa.
2. Sebagai kopel atau penghubung antar penguat yang pertama ke penguat
berikutnya, sebagai by pass untuk mencegah arus bolak-balik dan menerima arus
searah yang berfungsi sebagai filter untuk menyaring frekuensi tinggi dan
meneruskan frekuensi rendah. Penerapan kapasitor ini banyak terdapat pada
rangkaian elektronik pada sistem kelistrikan kendaraan.
3. Sebagai komponen utama kerja sistem pengapian CDI (capasitive discharge
ignition) atau sistem pengapian yang bekerja berdasarkan pembuangan muatan
kapasitor. Secara khusus penjelasan ini diberikan pada bab sistem pengapian.
4. Sebagai komponen untuk mencegah loncatan bunga api pada kontak pemutus
(breaker point) pada sistem pengapian konvensional. Kapasitor pada sistem
pengapian ini berfungsi untuk menyerap energy listrik yang dihasilkan saat
terjadinya induksi diri pada kumparan primer koil dan dibuang kembali muatannya
saat kontak pemutus tertutup, dan masih banyak lagi penggunaan kapasitor
dalam sistem kelistrikan lainnya.
3.4.3. Penggunaan Dioda pada Rangkaian Kelistrikan Kendaraan
Penggunaan dioda pada rangkaian kelistrikan kendaraan sangat banyak.
Beberapa di antaranya dijelaskan sebagai berikut.
1. Penyearah pada sistem pengisian. Tegangan AC yang dihasilkan oleh stator coil
diubah menjadi tegangan DC oleh dioda.
Gambar 3.38. Skema penyearahan oleh dioda pada sistem pengisian
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
70
Sistem Kelistrikan dan Elektronika pada Kendaraan
2.
Dioda dipasang pada relay untuk menetralisir tegangan induksi diri. Saat power
transistor On, kumparan pada relay menjadi electromagnet sehingga kontak
terhubung dan arus dapat mengalir ke motor. Bila power transistor off, arus yang
mengalir ke kumparan pada relai akan terputus dengan cepat.
Gambar 3.39. Pemasangan dioda pada relai
Terputusnya arus tersebut mengakibatkan medan magnet yang sebelumnya
terbentuk hilang dengan cepat sehingga akan timbul tegangan induksi diri pada
kumparan relai ini. Tegangan induksi diri yang dibangkitkan ini cukup tinggi
sehingga dapat merusak transistor. Untuk itu dipasang sebuah dioda agar
tegangan tinggi yang dihasilkan tidak mengalir dari titik A ke titik B melainkan
dinetralisir melalui diode ke titik C
3.4.4. Penggunaan Dioda Zener pada Rangkaian Kelistrikan Kendaraan
Zener dioda adalah suatu alat yang dapat digunakan sebagai regulator
(pengatur) tegangan. Beberapa penggunaan dioda zener yang banyak dipakai di
antaranya adalah sebagai berikut.
1. Sebagai penstabil tegangan, seperti ditunjukkan pada rangkaian di bawah. Jika
tegangan breakdown dioda zener pada rangkaian adalah 12 V, maka suplai
tegangan kontroler melalui kondensor tidak akan melebihi 12 V. Bila tegangan
melebihi 12 V maka akan dialihkan ke ground melalui dioda zener sehingga
tegangan yang ke kontroler akan selalu stabil 12 V.
Gambar 3.40. Dioda zener pada rangkaian pestabil tegangan
2.
Mendeteksi kelebihan tegangan yang masuk ke baterai pada sistem pengisian
dengan mengaktifkan dan menonaktifkan TR2 sehingga output sistem pengisian
menjadi stabil. Penjelasan secara lengkap bagian ini dapat dilihat pada bab
sistem pengisian tentang dasar kerja regulator IC.
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
71
Sistem Kelistrikan dan Elektronika pada Kendaraan
Gambar 3.41. Penggunaan dioda zener pada regulator elektronik
3.
Penstabil tegangan pada sistem pengapian elektronik. Pada gambar di bawah,
dioda zener dipasang untuk menstabilkan tegangan yang masuk ke lampu (GA)
pada sistem pengapian tersebut. Penstabilan tegangan tersebut dimaksudkan
agar tingkat intensitas cahaya yang dihasilkan GA tetap stabil sehingga kerja
phototransistor juga stabil karena cahaya yang diterimanya juga stabil.
Gambar 3.42. Penggunaan dioda zener pada sistem pengapian
3.4.5. Penggunaan Transistor pada Rangkaian Kelistrikan Kendaraan
Penggunaan transistor pada rangkaian kelistrikan kendaraan sangat banyak.
Beberapa di antaranya dijelaskan sebagai berikut.
1. Sebagai pengganti kontak point pada regulator tipe konvensional. Transistor pada
regulator elektronik sistem pengisian (lihat gambar 3.41) digunakan sebagai
pemutus atau penghubung arus ke kumparan rotor pada alternator. Kerja ON dan
OFF transistor ini untuk mengatur medan magnet pada kumparan tersebut.
2. Sebagai power transistor pada sistem pengapian. Transistor pada rangkaian ini
(lihat gambar 3.42) digunakan sebagai pemutus dan penghubung (saklar) arus
pada kumparan primer koil pengganti kontak pemutus pada sistem pengapian
konvensional.
3. Sebagai penguat sinyal. Sinyal tegangan yang dihasilkan oleh pototransistor
(gambar 3.42) yang lemah dikuatkan lagi oleh beberapa transistor lainnya
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
72
Sistem Kelistrikan dan Elektronika pada Kendaraan
4.
sehingga power transistor dapat aktif dan tidak aktif tergantung dari sinyal yang
telah dikuatkan tersebut.
Sebagai rangkaian flip-flop atau multi vibrator pada rangkaian sistem pengapian
CDI (capasitive discharge ignition) seperti pada gambar 3.43 pada daerah kotak
putus-putus A, dan masih banyak lagi penggunaan transistor untuk rangkaian
kelistrikan kendaraan.
3.4.6. Penggunaan Thyristor pada Rangkaian Kelistrikan Kendaraan
Beberapa penggunaan thyristor (SCR, silicon controlled rectifier) dalam
rangkaian kelistrikan kendaraan dijelaskan sebagai berikut.
1. Sebagai saklar untuk membuang muatan kapasitor pada sistem pengapian CDI.
Apabila kaki G thiristor pada rangkaian di bawah mendapat arus, maka thyristor
akan bekerja sehingga anoda dan katoda terhubung. Muatan listrik yang
tersimpan di dalam kapasitor akan dengan cepat dikeluarkan melalui thiristor.
Penjelasan lengkap bagian ini ada pada bab sistem pengapian.
Gambar 3.43. Thiristor pada rangkaian pengapian CDI
2.
Sebagai pengatur kecepatan motor. Dengan pengaturan arus G pada thyristor,
maka arus yang dapat dialirkan pada kaki anoda dan ke katoda juga akan
bervariasi sehingga motor listrik yang dipasang pada rangkaian tersebut akan
dapat diatur kecepatannya.
3.4.7. Penggunaan Thermistor pada Rangkaian Kelistrikan Kendaraan
Beberapa penggunaan termistor dalam rangkaian kelistrikan kendaraan
dijelaskan sebagai berikut.
1. Sebagai sensor temperatur air pendingin (ECT, engine coolant temperature
sensor). Pada mesin dengan sistem bahan bakar injeksi (EFI), temperatur air
pendingin dideteksi oleh termistor sebagai salah satu masukan kepada
electronic control unit (ECU) atau electronic control module (ECM) untuk
menentukan jumlah bahan bakar yang sesuai untuk disemprotkan.
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
73
Sistem Kelistrikan dan Elektronika pada Kendaraan
Gambar 3.44. Sensor temperature air pendingin
2. Sebagai sensor temperatur udara masuk (intake air temperature,IAT) ke dalam
saluran masuk (intake manifold). Sensor ini mendeteksi suhu udara yang
masuk ke intake manifold pada mesin dengan sistem bahan bakar injeksi.
Gambar 3.45. Sensor temperatur udara masuk pada intake manifold
3.4.8. Penggunaan LED pada Rangkaian Kelistrikan Kendaraan
Dioda yang dapat memancarkan cahaya (LED) pada sistem kelistrikan
digunakan sebagai sumber cahaya pada alat pengukur jumlah udara yang masuk
pada sistem EFI model Karman Vortex (Karman Vortex Air Flow Meter). LED ini
menghasilkan cahaya dan cahayanya ditangkap oleh pototransistor. Variasi aliran
udara masuk akan menghasilkan frekuensi sistem Karman vortex yang kemudian
dapat dibaca oleh ECU.
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
74
Sistem Kelistrikan dan Elektronika pada Kendaraan
Gambar 3.46. Air Flow Meter model Karman Vortex
3.4.9. Penggunaan phototransistor pada Rangkaian Kelistrikan Kendaraan
Penggunaan phototransistor dalam rangkaian kelistrikan otomotif di antaranya
adalah pada sistem pengapian model iluminasi (dengan sensor cahaya) seperti
ditunjukkan pada gambar 3.42 sebagai sensor cahaya yang digunakan untuk memicu
kerja transistor power. Penggunaan lain dari transistor jenis ini adalah seperti
ditunjukkan pada gambar 3.46 sebagai sensor cahaya untuk mengetahui jumlah udara
yang masuk ke dalam intake manifold.
3.5. Pengukuran Komponen-komponen Elektronika
Pengukuran atau pengujian pada komponen elektronika perlu dilakukan untuk
mengetahui apakah komponen-komponen tersebut masih bagus atau sudah rusak.
Berikut dijelaskan pengukuran dan pengujian komponen elektronika.
3.5.1. Pengukuran Resistor
Pengukuran pada resistor dilakukan untuk mengetahui besarnya nilai
resistansi resistor yang diukur. Di samping untuk mengetahui nilai resistansinya,
pengukuran ini juga dapat mengetahui apakah resistor tersebut masih baik atau sudah
rusak dengan membandingkan nilai yang terukur dengan nilai yang tertera pada
badan resistor dengan memperhatikan toleransi resistor tersebut. Pengukuran dapat
dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut.
1. Posisikan selektor multitester pada skala Ohm, sesuaikan skala yang digunakan
dengan besarnya resistansi yang akan diukur (selektor diposisikan pada skala
terdekat di atas nilai resistansi yang akan diukur).
2. Jika menggunakan multitester analog, hubungkan kaki positif dan negatif baterai,
lihat penunjukkan jarum. Jika jarum tidak menunjuk nol, set tombol kalibrasi Ohm
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
75
Sistem Kelistrikan dan Elektronika pada Kendaraan
3.
sampai jarum menunjuk nol ohm (jika multitesternya digital, maka langsung pada
langkah ke tiga).
Ukur resistor seperti ditunjukkan pada gambar di bawah.
Gambar 3.47. Pengukuran resistor
4.
5.
6.
Baca penunjukkan jarum pada multitester. Jika jarum tidak bergerak, berarti
resistor putus. Jika jarum menunjuk harga resistansi sesuai dengan nilai atau
masih masuk dalam toleransi resistor, berarti resistor masih baik.
Jika nilai resistansi resistor yang akan diukur tidak diketahui, dapat dilakukan
dengan memilih skala dari yang terbesar dulu. Jika hasil penunjukkan tidak dapat
dibaca atau ketelitiannya kurang, turunkan skalanya sampai mendapatkan hasil
yang pembacaanya jelas. Jangan lupa mengkalibrasi ke posisi nol setiap
memindah posisi selektor pada skala ohm tertentu.
Perlu diingat, saat pengukuran resistansi tidak boleh ada tegangan yang bekerja
pada komponen yang akan diukur tahanannya untuk mendapatkan hasil
pengukuran yang akurat dan tidak merusak alat ukur. Kaki-kaki alat ukur dapat
dibolak-balik saat melakukan pengukuran dan tidak mempengaruhi hasil
pembacaan.
3.5.2. Pengujian Dioda
Dioda hanya dapat dialiri arus dari satu arah saja. Dengan karakteristik
tersebut, maka dengan melakukan pengukuran dapat diketahui kondisi dioda tersebut.
Berikut dijelaskan pemeriksaan dioda dengan menggunakan multitester.
3.5.2.1. Memeriksa dioda menggunakan Digital Multi-Meter
Beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mengukur dioda dengan
multitester digital adalah sebagai berikut.
1. Posisikan selektor pada skala ohm atau pada skala khusus untuk pengukuran
dioda jika pada multitester tersebut terdapat simbol dioda.
2. Tempelkan kaki warna merah tester ke kaki anoda dan kaki hitamnya ke katoda
dari dioda.
3. Baca hasil pengukurannya. Harga resistansi yang ditampilkan harus kecil.
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
76
Sistem Kelistrikan dan Elektronika pada Kendaraan
Gambar 3.48. Pengukuran dioda dengan multitester digital
4.
5.
6.
7.
Balikkan dioda sehingga kaki merah tester dihubungkan dengan kaki katoda dan
kaki hitam tester ke anoda. Hasilnya menunjukkan tahanan yang sangat besar
atau tak terhingga.
Jika pengukuran menunjukkan seperti hasil pada langkah 3 dan 4, maka dioda
dalam kondisi baik.
Jika hasil pengukuran pada langkah 3 menunjukkan tahanan kecil, dan langkah 4
juga menunjukkan tahanan kecil, berarti dioda sudah bocor atau hubung singkat.
Jika hasil pengukuran pada langkah 3 menunjukkan tahanan sangat besar atau
tak terhingga, dan langkah 4 juga menunjukkan tahanan sangat besar atau tak
terhingga juga, berarti dioda sudah putus.
3.5.2.2. Memeriksa dioda menggunakan multitester analog
Beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mengukur dioda dengan
multitester analog adalah sebagai berikut.
1. Posisikan selektor pada skala ohm atau pada skala khusus untuk pengukuran
dioda jika pada multitester tersebut terdapat simbol dioda.
2. Tempelkan kaki warna merah tester ke kaki katoda dan kaki hitamnya ke anoda
dari dioda.
3. Baca hasil pengukurannya. Harga resistansi yang ditampilkan harus kecil.
Gambar 3.49. Pengukuran dioda dengan multitester analog
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
77
Sistem Kelistrikan dan Elektronika pada Kendaraan
4.
5.
6.
7.
Balikkan dioda sehingga kaki merah tester dihubungkan dengan kaki anoda dan
kaki hitam tester ke katoda. Hasilnya menunjukkan tahanan yang sangat besar
atau tak terhingga.
Jika pengukuran menunjukkan seperti hasil pada langkah 3 dan 4, maka dioda
dalam kondisi baik.
Jika hasil pengukuran pada langkah 3 menunjukkan tahanan kecil, dan langkah 4
juga menunjukkan tahanan kecil, berarti dioda sudah bocor atau hubung singkat.
Jika hasil pengukuran pada langkah 3 menunjukkan tahanan sangat besar atau
tak terhingga, dan langkah 4 juga menunjukkan tahanan sangat besar atau tak
terhingga juga, berarti dioda sudah putus.
3.5.3. Pengujian Transistor
Beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mengukur transistor dengan
multitester digital adalah sebagai berikut.
Transistor PNP
Gambar 3.50. Pengukuran transistor PNP dengan multitester digital
1.
2.
3.
4.
5.
Posisikan selektor pada simbol dioda atau pada skala ohm.
Hubungkan kaki hitam multitester ke kaki basis transistor, sedangkan kaki merah
multitester ke kaki kolektor, kemudian ke kaki emitor.
Jika multitester menunjuk hubungan antara kaki basis dengan kolektor dan
dengan emitor berarti transistor dalam kondisi baik. Jika pada salah satu atau
kedua pengukuran tersebut tidak ada hubungan berarti transistor sudah rusak
(putus).
Balikan polaritas alat ukur, tempatkan kaki merah multitester ke kaki basis
transistor dan kaki hitam multitester ke kaki kolektor, kemudian ke kaki emitor.
Jika multitester menunjukan tidak ada hubungan antara kaki basis dengan
kolektor dan dengan emitor, berarti transistor dalam kondisi baik. Jika pada salah
satu atau kedua pengukuran tersebut menunjukkan adanya hubungan berarti
transistor sudah rusak atau bocor.
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
78
Sistem Kelistrikan dan Elektronika pada Kendaraan
6.
Terakhir, tes hubungan antara kolektor dan emitor. Transistor yang baik tidak
menunjukkan hubungan antara kedua kaki tersebut. Jika terdapat hubungan
berarti transistor hubung singkat.
Transistor NPN
1. Posisikan selektor pada simbol dioda atau pada skala ohm.
2. Hubungkan kaki merah multitester ke kaki basis transistor, sedangkan kaki hitam
multitester ke kaki kolektor, kemudian ke kaki emitor.
3. Jika multitester menunjuk hubungan antara kaki basis dengan kolektor dan
dengan emitor berarti transistor dalam kondisi baik. Jika pada salah satu atau
kedua pengukuran tersebut tidak ada hubungan berarti transistor sudah rusak
(putus).
Gambar 3.51. Pengukuran transistor NPN dengan multitester digital
4.
5.
6.
Balikan polaritas alat ukur, tempatkan kaki hitam multitester ke kaki basis
transistor dan kaki merah multitester ke kaki kolektor, kemudian ke kaki emitor.
Jika multitester menunjukan tidak ada hubungan antara kaki basis dengan
kolektor dan dengan emitor, berarti transistor dalam kondisi baik. Jika pada salah
satu atau kedua pengukuran tersebut menunjukkan adanya hubungan berarti
transistor sudah rusak atau bocor.
Terakhir, tes hubungan antara emitor dan kolektor. Transistor yang baik tidak
menunjukkan hubungan antara kedua kaki tersebut. Jika terdapat hubungan
berarti transistor hubung singkat.
3.6. Ringkasan
Bahan yang termasuk semikonduktor adalah bahan yang mempunyai empat
elektron pada orbit terluar dari atomnya dan mempunyai sifat sebagai penghantar
listrik yang baik pada kondisi tertentu dan sebagai isolator yang baik juga pada kondisi
lainnya, misalnya karbon, germanium, dan silikon. Secara sederhana bahan
semikonduktor tipe P merupakan semikonduktor yang mempunyai kelebihan hole.
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
79
Sistem Kelistrikan dan Elektronika pada Kendaraan
Bahan semikonduktor tipe N secara sederhana dinyatakan sebagai bahan
semikonduktor yang mempunyai kelebihan elektron.
Komponen pasif dalam bidang elektronika merupakan komponen yang dengan
sendirinya tidak dapat membangkitkan tegangan atau arus. Yang termasuk komponen
pasif di antaranya adalah resistor, kapasitor, dan induktor. Komponen-komponen
elektronika yang terbuat dari bahan semi konduktor dan banyak digunakan pada
sistem kelistrikan kendaraan adalah dioda, transistor, dan thyristor. Dioda hanya dapat
dialiri arus dari satu arah saja sehingga dapat difungsikan sebagai penyearah arus
atau untuk mengubah arus bolak balik (AC, alternating current) menjadi arus searah
(DC, direct current). Transistor merupakan komponen semikonduktor yang dapat
berfungsi sebagai penguat sinyal dan saklar elektronik. Pada suatu transistor, arus
yang sangat kecil (dari emitor ke basis atau dari basis ke emitor, tergantung tipe
transistornya) dapat mengontrol arus yang jauh lebih besar dari suatu sistem pencatu
daya ke beban melalui kaki kolektornya.
Thiristor merupakan susunan dioda empat lapis dengan tambahan satu kaki
yang disebut gerbang. Thiristor mempunyai tiga buah kaki yang disebut kaki anoda
(A), kaki katoda (K), dan kaki gerbang (G, gate). Kaki G adalah kaki untuk
memberikan arus untuk memicu kerja thiristor. Komponen yang termasuk dalam
keluarga thiristor adalah SCR (silicon controlled rectifier) yang berarti penyearah
silicon yang terkendali dan dalam praktiknya digunakan untuk pengaturan daya dan
untuk saklar.
3.7. Soal-soal Latihan
Jawablah soal-soal berikut dengan singkat dan jelas.
1. Jelaskan yang dimaksud bahan semi konduktor tipe P dan tipe N, dan bagaimana
bahan semikonduktor tersebut jika dihubungkan dengan tegangan?
2. Sebutkan komponen-komponen elektronika yang bayak dipakai pada kendaraan.
3. Jelaskan fungsi dan cara kerja komponen elektronika yang banyak dipakai pada
kendaraan.
4. Sebut dan jelaskan penggunaan komponen-komponen elektronika pada
rangkaian sistem kelistrikan kendaraan.
5. Bagaimanakah cara mengukur resistor, dioda, dan transistor dengan
menggunakan multitester?
6. Carilah berbagai macam dioda dan transistor yang banyak dijual di pasaran.
Ukurlah komponen-komponen tersebut dan bandingkan hasilnya satu sama lain.
Buat kesimpulannya.
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
80
Download