analisis penilaian tingkat kesehatan bpr hasa mitra dengan metode

advertisement
ANALISIS PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN
BPR HASA MITRA DENGAN METODE CAMEL
(PERIODE 2006-2010)
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
OLEH :
A. DHARNAENY TAUFIK
A 211 08 281
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2012
ii
iii
iv
ABSTRAKSI
A. Dharnaeny Taufik, A211 08 281, Analisis Penilaian Tingkat Kesehatan
BPR Hasa Mitra dengan Metode CAMEL (Periode 2006-2010), dibawah
bimbingan Dr. Muh. Yunus Amar, MT., selaku pembimbing I, dan Drs.
Armaya Sida, M.Si., selaku pembimbing II, Jurusan Manajemen, Fakultas
Ekonomi, Universitas Hasanuddin.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kesehatan BPR Hasa
Mitra dengan menggunakan metode CAMEL selama periode tahun 2006-2010
apakah masuk dalam kategori sehat, cukup sehat, kurang sehat atau tidak sehat.
CAMEL memiliki lima aspek, yaitu aspek permodalan menggunakan rasio
CAR (Capital Adequacy Ratio), aspek kualitas aktiva produktif menggunakan
rasio KAP (Kualitas Aktiva Produktif) dan PPAP (Penyisihan Penghapusan
Aktiva Produktif), aspek manajemen menggunakan perhitungan manajemen
umum dan manajemen risiko, aspek rentabilitas menggunakan rasio ROA (Return
On Assets) dan BOPO (Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional),
dan aspek likuiditas menggunakan rasio Cash Ratio dan LDR (Loan to Deposit
Ratio).
Penelitian ini adalah penelitian yang bersifat kuantitatif. Alat analisis yang
digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode CAMEL
berdasarkan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 30/12/KEP/DIR
tanggal 30 April 1997 perihal Tata Cara Penilaian Tingkat Kesehatan BPR.
Adapun tolak ukur untuk menentukan tingkat kesehatan suatu bank setelah
dilakukan penilaian terhadap masing-masing variabel, yaitu dengan menentukan
hasil penelitian yang digolongkan menjadi predikat kesehatan BPR. Jenis data
yang digunakan adalah data primer yang diperoleh melalui wawancara dan data
sekunder yaitu laporan keuangan berupa neraca dan laporan laba rugi BPR Hasa
Mitra tahun 2006-2010.
Berdasarkan hasil penelitan yang telah dilakukan pada BPR Hasa Mitra
menyatakan bahwa tingkat kesehatan BPR Hasa Mitra periode tahun 2006 sampai
2010 mendapat predikat SEHAT karena nilai kredit CAMEL lebih dari 81 (batas
minimum sehat) yaitu 98,98 pada tahun 2006, 99,40 pada tahun 2007, 98,68 pada
tahun 2008, 99,40 pada tahun 2009 dan 99,40 pada tahun 2010.
v
ABSTRACT
A. Dharnaeny Taufik, A211 08 281, Analysis of the Rating of BPR Hasamitra
Health through CAMEL Method (period 2006-2010), under the guidance of
Dr. Muh. Yunus Amar, MT., as supervisor I, and Drs. Armaya Sida, M.Si.,
as supervisor II, Department of Management, Faculty of Economics,
University of Hasanuddin.
This research aims to determine the health of BPR Hasa Mitra through
CAMEL method over the period 2006-2010 are included in the category of
healthy, quite healthy, less healthy or unhealthy.
CAMEL has five aspects, namely the aspect ratio of capital to use CAR
(Capital Adequacy Ratio), the aspect ratio of earning assets quality using KAP
(Earning Assets) and PPAP (Allowance for Earning Assets), using the calculation
of the management aspects of general management and risk management,
profitability aspects using the ratio of ROA (Return On Assets) and BOPO
(Operating Expenses to Operating Income), and the aspect ratio of liquidity using
the Cash Ratio and LDR (Loan to Deposit Ratio).
The research is a quantitative reseacrh. The analysis tools which used in
this research is the CAMEL method based on the SK of Bank Indonesia Number
30/12/KEP/DIR April 30, 1997 concerning the Rating Procedure Health BPR. As
a benchmark to determine the health of a bank after an assessment of each
variable, namely by determining the results of research that are organized into
predicate BPR health. The types of datas consist of primary and secondary data.
Primary data obtained through interviews and secondary data are financial
statements the balance sheet and income statement BPR Hasa Mitra 2006-2010.
Based on the results of research that has been done on the BPR Hasa Mitra
showed that the health of BPR Hasa Mitra period 2006 to 2010 received the title
HEALTHY because the CAMEL credit score more than 81 (the minimum score),
i.e. 98.98 in 2006, 99.40 in 2007, 98.68 in 2008, 99.40 in 2009 and 99.40 in 2010.
vi
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbilalamiin,
dengan Menyebut Nama Allah yang Maha Mengetahui lagi Maha Pengasih
Setelah melewati hari-hari melelahkan, untuk sampai ke tahap ini,
membuat saya sadar betapa kuasa diriNya. “Jika, buku-buku mengarahkan ‘isi
kepala’ manusia, maka pengalaman membimbing hati insani”. Kali ini syukur
alhamdulillah, saya belajar sesuatu yang sungguh besar dan berarti, perihal
manajemen secara multidemnsional hingga sampai pada tahap ini.
Dalam kurun waktu intensif selama satu bulan lebih Syukur
Alhamdulillah saya berhasil merampungkan skrisi ini ini, bermula dari penetapan
judul, ujian proposal, masa-masa penelitian hingga terselesaikan dan melewati
tahap ujian akhir. Meski bukan yang terbaik dari saya, namun skripsi ini bernilai
lebih dari sekedar apa yang tertuang dari hasil belajar saya selama ini. Ucapan
terima kasih dengan tulus saya haturkan, kepada:
1. Bapak Dr. Darwis Said, SE., M.SA, Ak selaku Pembantu Dekan I Fakultas
Ekonomi Universitas Hasanuddin.
2. Semua dosen pengajar yang telah sungguh sangat berbaik hati dalam
membantu proses pembelajaran saya, khususnya pembimbing skripsi saya,
Dr. Muh. Yunus Amar, MT. dan Drs. Armayah Sida, M.Si.
3. Kepada Dosen penguji skripsi saya Dr. Maat Pono, SE., M.Si., Dr. Jusni,
SE., M.Si., dan H. M. Sobarsyah, SE., M.Si. yang telah menguji,
vii
memberikan nasehat dan bimbingannya yang membuat skripsi saya
menjadi lebih baik lagi.
4. Para pegawai akademik Fakultas Ekonomi dan Bisnis, terimakasih atas
kerjasama dan bantuannya.
5. Kepada orangtua saya tercinta A. Taufik dan (Almrh.) Munira, kakak saya
A. Citramulia Taufik atas segala nasehat dan bantuannya dalam menyusun
skripsi ini dan Tante Rina yang selalu menjaga saya, terima kasih atas
segala kasih sayang kalian.
6. Seluruh teman-teman yang telah bersama belajar dan berbagi cerita di
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Angkatan 2008 di setiap jurusan, teruslah
berjuang dan menjadi manusia yang selalu haus akan ilmu pengetahuan.
Sungguh telah sangat berarti pelajaran dan pengalaman yang saya
temukan dalam proses penyusunan skripsi ini hingga akhirnya bisa menyelesaikan
seluruh mata kuliah saya di fakultas Ekonomi dan Bisnis universitas Hasanuddin.
Saya menyadari adanya kekurangan maupun kesalahan dalam skripsi ini,
oleh karena itu kritik dan saran sangat saya harapkan dari semua pihak. Harapan
saya semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi saya khususnya dan bagi para
pembaca serta masyarakat pada umumnya.
Makassar,
Mei 2012
A. DHARNAENY TAUFIK
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL…………………………………………....... i
LEMBARAN PENGESAHAN………………………………....... ii
ABSTRAKSI………………………………..……………………. iv
ABSTRACT………………………………..…………………….. v
KATA PENGANTAR………………………………………......... vi
DAFTAR ISI…………………………………………………....... viii
DAFTAR TABEL………………………….....………………….. x
DAFTAR GAMBAR…………………………………………….. xii
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………....... xiii
BAB I PENDAHULUAN
1
1.1. LATAR BELAKANG……………………………………
7
1.2. RUMUSAN MASALAH………………………………....
1.3. TUJUAN PENELITIAN……………………………......... 7
7
1.4. MANFAAT PENELITIAN……………………………....
8
1.5. SISTEMATIKA PENULISAN……………………............
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 TINJAUAN TEORITIS……………………..................… 10
2.1.1 Bank…………………………… ........................... 10
2.1.2 Bank Perkreditan Rakyat (BPR) ...………….……….. 11
2.1.3 Laporan Keuangan BPR………………………......... 15
2.1.4 Tingkat Kesehatan Bank……………………………. 22
2.1.5 Metode CAMEL………..………….....……………. 24
2.2 PENELITIAN TERDAHULU……………………………. 30
2.3 KERANGKA PEMIKIRAN…………………………....… 32
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1. VARIABEL PENELITIAN DAN DEFENISI
OPERASIONAL…………………………………...........
33
3.2 OBJEK PENELITIAN……………………………...........
35
3.3 JENIS DAN SUMBER DATA…………………………....
35
3.4 METODE PENGUMPULAN DATA……………………....
36
3.5 METODE ANALISIS DATA…………………………......
36
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
4.1 GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN……………...
45
ix
4.1.1 Profil PT.BPR Hasamitra…………………………....
45
4.1.2 Produk dan Layanan…………………………..........
47
4.1.3 Struktur Organisasi…………………………............
51
4.2 ANALISIS DATA…………………………...………….
51
4.2.1 Analisis terhadap Faktor Permodalan………………....
52
4.2.2 Analisis terhadap Faktor Kualitas Aktiva Produktif…….
54
4.2.3 Analisis terhadap Faktor Manajemen…………...…….
58
4.2.4 Analisis terhadap Faktor Rentabilitas…………...…….
63
4.2.5 Analisis terhadap Faktor Likuiditas…………...……...
67
4.3 PEMBAHASAN…………………………...……….......
4.3.1 Perhitungan Nilai Bersih Rasio CAMEL BPR Hasa Mitra
Tahun 2006…………………………...……….......
4.3.2 Perhitungan Nilai Bersih Rasio CAMEL BPR Hasa Mitra
Tahun 2007…………………………...……….......
4.3.3 Perhitungan Nilai Bersih Rasio CAMEL BPR Hasa Mitra
Tahun 2008…………………………...……….......
4.3.4 Perhitungan Nilai Bersih Rasio CAMEL BPR Hasa Mitra
Tahun 2009…………………………...……….......
4.3.5 Perhitungan Nilai Bersih Rasio CAMEL BPR Hasa Mitra
Tahun 2010…………………………...……….......
4.4 PENENTUAN PREDIKAT KESEHATAN BPR HASA
MITRA MENURUT CAMEL………………………….....
71
71
74
76
79
81
83
BAB V PENUTUP
5.1. KESIMPULAN…………………………...………..........
85
5.2. SARAN…………………………...………....................
86
5.3. KETERBATASAN PENELITIAN………………………...
86
88
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………......
LAMPIRAN…………………………………………………........
90
x
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Jumlah Bank dan Kegiatan Usaha BPR di Indonesia
bulan Desember 2007-Januari 2012……………………….... 2
Tabel 1.2 Rasio Keuangan BPR Hasa Mitra Tahun 2008-2010………...... 6
Tabel 2.1 Faktor Penilaian dan Bobotnya Dalam Penilaian Kesehatan
Bank…………………………………………………...... 23
Tabel 2.4 Predikat Penilaian Kesehatan BPR…………………….......... 24
Tabel 3.1 Kriteria Penilaian Capital Adequeency Ratio (CAR) ………….
37
Tabel 3.2 Kriteria Penilaian Rasio Aktiva Produktif …………………...
38
Tabel 3.3 Kriteria Penilaian Rasio Penyisihan Penghapusan Aktiva
Produktif……………………………………………….... 39
Tabel 3.4 Kriteria Penilaian Manajemen…………………………….... 40
Tabel 3.5 Kriteria Penilaian Return On Asset………………………...... 41
Tabel 3.6 Kriteria Penilaian BOPO…………………………………... 42
Tabel 3.7 Kriteria Penilaian Cash Ratio………………………............. 43
Tabel 3.8 Kriteria Penilaian Loan to Deposit Ratio…………………...... 43
Tabel 3.9 Predikat Tingkat Kesehatan BPR………………………….... 44
Tabel 4.1 Perhitungan CAR…………………………………………. 52
Tabel 4.2 Nilai Kredit Faktor CAR…………………………………... 53
Tabel 4.3 Perhitungan KAP…………………………………............. 55
Tabel 4.4 Nilai Kredit Faktor KAP…………………………………... 56
Tabel 4.5 Perhitungan PPAP…………………………………............ 57
Tabel 4.6 Nilai Kredit Faktor PPAP………………………………….. 58
xi
Tabel 4.7 Penilaian Aspek Manajemen……………………………….. 59
Tabel 4.8 Nilai Kredit Aspek Manajemen…………………………….. 63
Tabel 4.9 Perhitungan ROA …………………………………............ 64
Tabel 4.10 Nilai Kredit Faktor ROA ………………………………… 65
Tabel 4.11 Perhitungan BOPO…………………………………......... 66
Tabel 4.12 Nilai Kredit Faktor BOPO………………………………... 67
Tabel 4.13 Perhitungan Cash Ratio…………………………………..
68
Tabel 4.14 Nilai Kredit Faktor Cash Ratio……………………………. 69
Tabel 4.15 Perhitungan LDR…………………………………........... 69
Tabel 4.16 Nilai Kredit Faktor LDR…………………………………. 70
Tabel 4.17 Nilai Bersih Rasio CAMEL Tahun 2006…………………… 71
Tabel 4.18 Nilai Bersih Rasio CAMEL Tahun 2007…………………… 74
Tabel 4.19 Nilai Bersih Rasio CAMEL Tahun 2008…………………… 76
Tabel 4.20 Nilai Bersih Rasio CAMEL Tahun 2009…………………… 79
Tabel 4.21 Nilai Bersih Rasio CAMEL Tahun 2010…………………… 81
Tabel 4.22 Predikat Penilaian Tingkat Kesehatan BPR………………… 83
Tabel 4.23 Predikat Penilaian Tingkat Kesehatan BPR Hasa Mitra……… 84
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Skema Kerangka Pemikiran……………………............... 32
Gambar 4.1 Logo PT.BPR HASA MITRA……………………............ 46
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.
Surat Keterangan Penelitian
Lampiran 2.
Struktur Organisasi BPR Hasa Mitra
Lampiran 3.
Laporan Neraca BPR Hasa Mitra tahun 2006-2010
Lampiran 4.
Laporan Laba Rugi BPR Hasa Mitra tahun 2006-2010
Lampiran 5.1.
Perhitungan CAR BPR Hasa Mitra tahun 2006
Lampiran 5.2.
Perhitungan CAR BPR Hasa Mitra tahun 2007
Lampiran 5.3.
Perhitungan CAR BPR Hasa Mitra tahun 2008
Lampiran 5.4.
Perhitungan CAR BPR Hasa Mitra tahun 2009
Lampiran 5.5.
Perhitungan CAR BPR Hasa Mitra tahun 2010
Lampiran 6.
Perhitungan Rasio Kualitas Aktiva Produktif BPR Hasa Mitra
tahun 2006-2010
Lampiran 7.
Perhitungan Rasio Rentabilitas BPR Hasa Mitra tahun 20062010
Lampiran 8.
Perhitungan Rasio Likuiditas BPR Hasa Mitra tahun 2006-2010
Lampiran 9.
Kuesioner Penilaian Faktor Manajemen BPR Hasa Mitra
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Dunia perbankan merupakan salah satu institusi yang sangat
berperan dalam bidang perekonomian suatu negara (khususnya dibidang
pembiayaan perekonomian). Perbankan adalah segala sesuatu yang
menyangkut tentang bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta
cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Bank merupakan
sarana yang memudahkan aktivitas masyarakat untuk menyimpan uang,
dalam hal perniagaan, maupun untuk investasi masa depan. Dana yang
merupakan sarana vital bagi proses pertumbuhan perekonomian akan
menjadi lebih produktif melalui perbankan. Bank menjadi industri jasa
yang dipercaya sebagai perantara antara pihak yang mempunyai kelebihan
dana dengan pihak yang kekurangan dan memerlukan dana.
Dilihat dari segi fungsinya, dibagi menjadi dua yaitu yang pertama
adalah Bank Umum yaitu bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara
konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Yang kedua adalah Bank
Perkreditan Rakyat (BPR) yaitu bank yang melaksanakan kegiatan usaha
secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah, tetapi tidak
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. BPR merupakan lembaga
perbankan resmi yang diatur berdasarkan Undang-Undang No. 7 tahun
2
1992 tentang Perbankan dan sebagaimana telah diubah dengan UndangUndang No. 10 tahun 1998.
Keberadaan BPR sangat membantu usaha mikro, kecil dan
menengah karena kegiatan usaha BPR terutama ditujukan untuk melayani
usaha-usaha kecil dan masyarakat di pedesaan. Tapi dengan semakin
berkembangnya kebutuhan msyarakat, tugas BPR tidak hanya ditujukan
bagi masyarakat pedesaan saja tetapi juga mencakup
pemberian jasa
perbankan bagi masyarakat golongan ekonomi lemah di daerah perkotaan
(Malayu: 2006). Perkembangan BPR di Indonesia selama kurun waktu
tahun Desember 2007 sampai dengan Januari 2012 dapat terlihat dalam
tabel berikut:
Table 1.1
Jumlah Bank dan Kegiatan Usaha BPR di Indonesia
bulan Desember 2007-Januari 2012
Rp (miliar)
INDIKATOR
2007
2008
2009
Jumlah bank BPR
1.817
1.772
1.733
Jumlah Asset (Nominal)
27,741
32,533
37,554
BPR
Sumber dana (nominal)
22,629
26,345
30,367
BPR
Penyaluran Dana BPR
26,549
31,313
36,076
Sumber: Statistik Perbankan Indonesia,Januari 2012
2010
2011
1.706
45,742
1.669
55,799
Januari
2012
1.663
56,172
37,034
38,209
38,794
43,877
41,099
41,424
Jumlah BPR terus mengalami penyusutan dari waktu ke waktu. Per
Januari 2012, jumlah BPR menjadi 1.663 unit atau berkurang 6 dari posisi
Desember 2011 yang sebanyak 1.669 BPR. Terus berkurangnya jumlah
BPR menunjukan industri ini dihuni BPR-BPR yang tak sehat. Namun, di
sisi lain, kinerja BPR secara industri terus mengalami pertumbuhan.
3
Seperti jumlah aset BPR per Januari 2012 naik sebesar 0,6% dari yang
sebelumnya pada tahun 2011 sebesar Rp 55,799 miliar menjadi Rp 56,172
miliar. Hal yang sama terjadi pada jumlah sumber dana yang berhasil
didapatkan BPR juga mengalami kenaikan yaitu Rp. 38,209 miliar pada
tahun 2011 dan meningkat menjadi Rp 38,794 miliar pada januari 2012.
Dari sisi penyaluran dana pada tahun 2011 BPR dalam skala nasioanl
mampu menyalurkan dananya sebesar Rp 41,099 miliar dan mengalami
kenaikan pada januari 2012 yaitu menjadi Rp 41,424 miliar.
Sekitar 8,6% dari 1.706 Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di
Indonesia berada dalam kondisi tidak sehat (metrotvnews.com: Juni 2011).
Sedangkan 91,4% BPR sisanya dinyatakan sehat dan beberapa diantaranya
mampu memiliki aset Rp 100 miliar keatas.
Bank Pekreditan Rakyat (BPR) yang merupakan bagian dari sistem
Perbankan harus sehat dan dapat dipercaya oleh masyarakat supaya bisa
berkontribusi maksimal dalam menggerakan perekonomian secara
keseluruhan. Perkembangan usaha BPR yang terus menunjukkan kinerja
yang positif, didorong oleh tiga faktor utama yaitu kebijakan pemerintah
yang memberikan peluang pendirian BPR, deregulasi perbankan yang
memperbesar ruang gerak BPR dan besarnya kebutuhan masyarakat
terutama di daerah pinggiran kota dan pedesaan terhadap jasa pelayanan
perbankan. Kontribusi BPR akan semakin nyata jika BPR dalam kondisi
sehat dan kuat. Penilaian kesehatan BPR telah menjadi indikator penting
dalam upaya peningkatan kinerja bank.
4
Berdasarkan
Surat
Keputusan
Direksi
Bank
Indonesia
No.30/12/KEP/DIR tanggal 30 April 1997 menetapkan bahwa cara yang
digunakan dalam menilai tingkat kesehatan bank adalah dengan
menggunakan metode CAMEL (Capital, Asset, Management, Earning dan
Liquidity). Dalam melakukan penilaian atas tingkat kesehatan bank pada
dasarnya dilakukan dengan pendekatan kualitatif atas berbagai faktor yang
berpengaruh terhadap kondisi dan perkembangan suatu bank. Pendekatan
tersebut dilakukan dengan menilai faktor-faktor permodalan, kualitas
aktiva produktif, manajemen, rentabilitas dan likuiditas.
Penilaian permodalan (Capital) merupakan penilaian terhadap
kecukupan
modal
bank untuk
mengcover
resiko
saat
ini
dan
mengantisipasi masa yang akan datang. Penilaian kualitas aktiva produktif
(Asset) merupakan penilaian terhadap kondisi aset bank dan kecukupan
manajemen resiko audit. Penilaian manajemen (Management) merupakan
penilaian terhadap kemampuan
manajerial pengurus
bank untuk
menjalankan usahanya, kecukupan manajemen resiko dan manajemen
kepatuhan terhadap ketentuan yang berlaku serta komitmen kepada pihak
lainnya atau Bank Indonesia. Penilaian rentabilitas bank (Earning),
merupakan penilaian terhadap kondisi dan kemampuan rentabilitas bank
untuk mendukung kegiatan operasional dan permodalan. Penilaian
likuidasi (Liquidity) yang memadai dan kecukupan manajemen resiko
likuiditas.
5
Kelima aspek diatas harus dikelola secara seimbang dan maksimal
untuk menciptakan suatu BPR yang sehat. Bila suatu aspek mengalami
gangguan maka hal ini akan merembet ke aspek lainya yang menyebabkan
BPR tidak sehat dan berpengaruh buruk terhadap perekonomian suatu
wilayah.
Penilaian tingkat kesehatan bank ini pada prinsipnya merupakan
kepentingan pemilik dan pengelola bank, masyarakat pengguna jasa bank
maupun bagi pengawas dan pembina bank. Ketentuan penilaian tingkat
kesehatan bank dimaksudkan untuk dapat dipergunakan sebagai standar
bagi manajemen bank untuk menilai apakah pengelolan bank telah sesuai
dengan asas-asas perbankan yang sehat dan ketentuan-ketentuan yang
berlaku serta sebagai standar untuk menetapkan arah pembinaan dan
pengembangan bank secara individual maupun untuk industri perbankan
secara keseluruhan.
BPR Hasa Mitra adalah salah satu bank perkreditan rakyat di
wilayah Makassar yang mampu bertahan di tengah ketatnya persaingan
antara BPR-BPR yang ada di Sulawesi Selatan maupun di Indonesia.
Dengan visi “Menjadi Bank Lokal Dengan Reputasi Nasional Yang
Sehat, Kuat dan Terpercaya” BPR Hasa Mitra hadir sebagai Lembaga
Keuangan Mikro yang dapat menghimpun dana masyarakat dan
memberikan pinjaman modal kerja maupun kebutuhan pinjaman
konsumtif bagi masyarakat. Pada tahun 2011 berdasarkan Kajian Biro
Riset Infobank, BPR Hasa Mitra berhasil menduduki ranking 8 diantara
6
186 BPR yang berkinerja terbaik dan berpredikat “sangat bagus” dan
memiliki
total aset diatas Rp 100 miliar. Data mengenai rasio-rasio
keuangan BPR Hasa Mitra dalam kurun waktu 2006-2010 dapat dilihat
pada tabel berikut ini:
Table 1.2
Rasio Keuangan BPR Hasa Mitra Tahun 2008-2010
INDIKATOR
2006
2007
2008
2009
18,97%
13,19%
13,57%
CAR
16,52%
ROA
4,21%
7,03%
6,44%
4,93%
LDR
78,46%
87,87%
93,65%
84,30%
KAP
0,77%
0,23%
0,15%
0,07%
Sumber: Laporan Keuangan BPR Hasa Mitra
2010
15,50%
5,10%
86,87%
0,01%
Tabel 1.2 mengindikasikan bahwa terdapat fluktuasi rasio modal
(CAR), rasio aktiva produktif, rasio laba sebelum pajak (ROA) dan LDR
dari BPR Hasa Mitra. Menentukan kebijakan-kebijakan yang tepat dalam
rangka mempertahankan kelangsungan operasional perusahaan dalam
menghadapi persaingan sesama jenis usaha, maka sangat penting untuk
menilai tingkat kesehatan bank tersebut. Menilai tingkat kesehatan BPR
Hasa Mitra yang sempurna adalah dengan menggunakan kelima unsur
CAMEL yaitu permodalan, aset, manajemen, rentabilitas dan likuiditas.
Atas dasar latar belakang tersebut, maka penulis ingin melakukan
penelitian untuk menganalisis kesehatan BPR Hasa Mitra dengan metode
CAMEL yang terdiri dari Capital, Asset, Management, Earning dan
Liquidity
dengan
judul
“ANALISIS
PENILAIAN
TINGKAT
KESEHATAN BPR HASA MITRA DENGAN METODE CAMEL
(PERIODE 2006-2010)”
7
1.2.
Rumusan Masalah
Sehubungan dengan latar belakang diatas, penelitian ini akan
menilai tingkat kesehatan Bank Perkreditan Rakyat dengan metode
CAMEL. Masalah yang diteliti, selanjutnya dirumuskan dalam bentuk
pertanyaan sebagai berikut:
“Apakah tingkat kesehatan BPR Hasa Mitra dengan menggunakan metode
CAMEL selama periode tahun 2006-2010 berada dalam kondisi sehat?”
1.3.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kesehatan BPR
Hasa Mitra selama tahun 2006-2010 dengan menggunakan metode
CAMEL.
1.4.
Manfaat Penelitian
Adapun hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat
sebagai berikut:
1.
Bagi perusahaan
Sebagai tolok ukur bagi manajemen BPR Hasa Mitra untuk menilai
apakah pengelolaan bank sudah dilaksanakan dengan baik sesuai
dengan peraturan yang telah ditetapkan dan sebagai acuan untuk
menentukan strategi usaha dan kebijakan dimasa akan datang.
2.
Bagi Pemerintah
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan dalam
pembuatan kebijakan perbankan selanjutnya.
3.
Bagi masyarakat
8
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan bagi para pemilik
dana untuk menyimpan uangnya pada bank yang memiliki kondisi
sehat, karena akan memberikan jaminan bahwa dalam kurun waktu
tertentu dana yang disimpan dalam keadaan aman. Dan bagi bankbank lain, penelitian ini dapat dijadikan masukan dalam melakukan
hubungan koresponden yang akan memudahkan bank tersebut untuk
memenuhi kebutuhan likuiditasnya.
1.5.
Sistematika Penulisan
Untuk memperoleh gambaran yang utuh mengenai penulisan
skripsi ini, maka dalam penulisannya akan dibagi menjadi lima bab,
dengan rincian sebagai berikut:
1.
Pada Bab I yaitu Pendahuluan, akan diuraikan mengenai latar
belakang masalah yang diambil dalam penyusunan penelitian,
perumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, serta sistematika
penulisan skripsi ini.
2.
Pada Bab II yaitu Tinjauan Pustaka, akan diuraikan mengenai
landasan teori penelitian,
penelitian terdahulu dan kerangka
konseptual yang disajikan dalam penelitian ini. Landasan teori
berguna sebagai dasar pemikiran ketika melakukan pembahasan
masalah yang diteliti dan untuk mendasari analisis dalam Bab IV yang
diambil dari literatur-literatur mengenai sistem nilai individual dan
persepsi atas intensitas moral.
9
3.
Pada Bab III yaitu Metodologi Penelitian, akan diuraikan mengenai
variabel penelitian yang akan diambil dan definisi operasional
mengenai variabel yang digunakan dalam penelitian, penentuan
sampel, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data dan metode
analisis.
4.
Pada Bab IV yaitu Hasil dan Pembahasan, berisi mengenai deskripsi
objek penelitian dan analisis data serta pembahasan mengenai
permasalahan dalam penelitian skripsi ini. Bab ini juga berisi
mengenai pengujian variabel dependen dan independen penelitian
sesuai dengan alat analisis yang digunakan.
5.
Pada Bab V yaitu Penutup merupakan bab terakhir dan penutup dari
penulisan skripsi ini. Pada bab ini akan dilakukan penarikan
kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian ini dan akan
disampaikan pula saran bagi pihak-pihak yang terkait.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 TINJAUAN TEORITIS
2.1.1 Bank
Istilah bank diperkirakan berasal dari bahasa Italia yaitu Banco
yang kemudian diubah ke dalam bahasa Inggris yaitu bank. Bank
adalah salah satu lembaga keuangan sebagai tempat bagi perusahaan,
badan-badan pemerintah swasta maupun perorangan untuk menyimpan
dana-dananya.
Sedangkan menurut UU RI Pasal 1 ayat 2 No. 10 Tahun 1998
tentang Perbankan mendefenisikan bahwa:
“Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat
dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam
bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka
meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.”
Melalui kegiatan perkreditan dan berbagai jasa yang diberikan
bank untuk melayani kebutuhan pembiayaan serta meluncurkan
mekanisme sistem pembangunan bagi semua sektor perekonomian,
kedudukan bank itu sendiri adalah sebagai penghimpun dana dari
masyarakat, sebab bank itu sendiri memperoleh pendapatan dan
modalnya dari simpanan masyarakat pada bank tersebut.
Dalam prakteknya bank dibagi dalam beberapa jenis. Perbedaan
jenis bank dapat dilihat dari segi fungsi, status, kepemilikan, kegiatan
dan cara menentukan harga.
11
2.1.2 Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
1.
Pengertian BPR
Landasan Hukum BPR adalah UU No.7/1992 tentang
Perbankan sebagaimana telah diubah dengan UU No.10/1998.
Dalam UU tersebut secara tegas disebutkan bahwa BPR adalah
Bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau
berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Kegiatan usaha
BPR terutama ditujukan untuk melayani usaha-usaha kecil dan
masyarakat di daerah pedesaan. Bentuk hukum BPR dapat berupa
Perseroan Terbatas, Perusahaan Daerah, atau Koperasi.
2.
Asas, Fungsi, Tujuan dan Sasaran BPR
Dalam melaksanakan usahanya BPR berasaskan demokrasi
ekonomi dengan menggunakan prinsip kehati-hatian. Demokrasi
ekonomi adalah sistem ekonomi Indonesia yang dijalankan sesuai
dengan pasal 33 UUD 1945 yang memiliki 8 ciri positif sebagai
pendukung dan 3 ciri negatif yang harus dihindari (free fight
liberalism, etatisme, dan monopoli). Fungsi BPR sendiri sudah
sangat jelas yaitu sebagai badan usaha yang bertugas menghimpun
dan menyalurkan dana masyarakat.
Tujuan BPR adalah menunjang pelaksanaan pembangunan
nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan
ekonomi, dan stabilitas nasional ke arah peningkatan kesejahteraan
12
rakyat banyak. BPR memiliki sasaran yaitu melayani kebutuhan
petani, peternak, nelayan, pedagang, pengusaha kecil, pegawai, dan
pensiunan karena sasaran ini belum dapat terjangkau oleh bank
umum dan untuk
perbankan,
lebih
pemerataan
mewujudkan pemerataan
kesempatan
berusaha,
layanan
pemerataan
pendapatan, dan agar mereka tidak jatuh ke tangan para pelepas
uang/rentenir.
3.
Kegiatan Usaha BPR
Usaha BPR meliputi usaha untuk menghimpun dan
menyalurkan dana dengan tujuan mendapatkan keuntungan.
Keuntungan BPR diperoleh dari spread effect dan pendapatan
bunga.Kegiatan usaha yang dapat dilakukan BPR antara lain:
a. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan
berupa deposito berjangka, tabungan dan/atau bentuk lainnya
yang dipersamakan dengan itu.
b. Memberikan kredit.
c. Menempatkan dananya dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia
(SBI), deposito berjangka, sertifikat deposito dan atau tabungan
pada Bank lain.
Sedangkan Kegiatan usaha yang tidak dapat dilakukan oleh
BPR antara lain adalah:
a. Menerima simpanan berupa giro dan ikut serta dalam lalu lintas
pembayaran.
13
b. Melakukan kegiatan usaha dalam valuta asing kecuali sebagai
pedagang valuta asing (dengan izin Bank Indonesia).
c. Melakukan penyertaan modal.
d. Melakukan usaha perasuransian.
e. Melakukan usaha lain di luar kegiatan usaha sebagaimana yang
dimaksud dalam usaha BPR.
4.
Perijinan BPR
Dalam mendirikan BPR ada beberapa ketentuan dan
perijinan yang harus dipenuhi yaitu:
1. Usaha BPR harus mendapatkan ijin dari Menteri Keuangan,
kecuali apabila kegiatan menghimpun dana dari masyarakat
diatur dengan undang-undang tersendiri.
2. Ijin usaha BPR diberikan Menteri Keuangan setelah mendengar
pertimbangan Bank Indonesia.
3. Untuk
mendapatkan
persyaratan
tentang
ijin usaha,
susunan
BPR wajib
organisasi,
memenuhi
permodalan,
kepemilikan, keahlian di bidang perbankan, kelayakan rencana
kerja, hal-hal lain yang ditetapkan Menteri Keuangan setelah
mendengar pertimbangan Bank Indonesia, dan memenuhi
persyaratan tentang tempat kedudukan kantor pusat BPR di
kecamatan. BPR dapat pula didirikan di ibukota kabupaten atau
kotamadya sepanjang di ibukota kabupaten dan Kotamadya
belum terdapat BPR.
14
4. Pembukaan kantor cabang BPR di ibukota negara, ibukota
propinsi, ibukota kabupaten, dan kotamadya hanya dapat
dilakukan dengan ijin Menteri Keuangan setelah mendengar
pertimbangan Bank Indonesia.
Persyaratan
dan tatacara
pembukaan kantor tersebut ditetapkan Menteri Keuangan
setelah mendengar pertimbangan Bank Indonesia.
5. Pembukaan kantor cabang BPR di luar ibukota negara, ibukota
propinsi, ibukota Kabupaten, dan kotamadya serta pembukaan
kantor di bawah kantor cabang BPR wajib dilaporkan kepada
Bank Indonesia. Persyaratan dan tatacara pembukaan kantor
tersebut ditetapkan Menteri Keuangan setelah mendengar
pertimbangan Bank Indonesia.
6. BPR tidak dapat membuka kantor cabangnya di luar negeri
karena BPR dilarang rnelakukan kegiatan usaha dalam valuta
asing (transaksi valas).
5.
Alokasi Kredit BPR
Dalam mengalokasikan kredit, ada beberapa hal yang harus
diperhatikan oleh BPR, yaitu :
1. Dalam memberikan kredit, BPR wajib mempunyai keyakinan
atas kemampuan dan kesanggupan debitur untuk melunasi
utangnya sesuai dengan perjanjian.
2. Dalam memberikan kredit, BPR wajib memenuhi ketentuan
Bank Indonesia mengenai batas maksimum pemberian kredit,
15
pemberian jaminan, atau hal lain yang serupa, yang dapat
dilakukan oleh BPR kepada peminjam atau sekelompok
peminjam yang terkait, termasuk kepada perusahaan-perusahaan
dalam kelompok yang sama dengan BPR tersebut. Batas
maksimum tersebut adalah tidak melebihi 30% dari modal yang
sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan Bank Indonesia.
3. Dalam memberikan kredit, BPR wajib memenuhi ketentuan
Bank Indonesia mengenai batas maksimum pemberian kredit,
pemberian jaminan, atau hal lain yang serupa, yang dapat
dilakukan oleh BPR kepada pemegang saham (dan keluarga)
yang memiliki 10% atau lebih dari modal disetor, anggota
dewan komisaris (dan keluarga), anggota direksi (dan keluarga),
pejabat BPR lainnya, serta perusahaan-perusahaan yang di
dalamnya terdapat kepentingan pihak pemegang saham (dan
keluarga) yang memiliki 10% atau lebih dari modal disetor,
anggota dewan komisaris (dan keluarga), anggota direksi (dan
keluarga), pejabat BPR lainnya. Batas maksimum tersebut tidak
melebihi 10% dari modal yang sesuai dengan ketentuan yang
ditetapkan Bank Indonesia.
2.1.3 Laporan Keuangan BPR
Laporan keuangan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) bertujuan
untuk menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan,
kinerja serta perubahan posisi keuangan. Selain itu laporan keuangan
16
BPR juga bertujuan untuk membantu pengambilan keputusan (Pedoman
Akuntansi Bank Perkreditan Rakyat: 2010). Komponen laporan
keuangan BPR untuk tujuan umum terdiri dari:
1. Neraca
Laporan neraca adalah laporan keuangan utama yang
diterbitkan pada akhir periode akuntansi yaitu per tanggal 31
Desember. Tanggal tersebut adalah syarat minimal dan sifatnya
formal berdasarkan suatu kewajiban perusahaan melaporkan
transaksi keuangan bukan berdasarkan kebutuhan. Dalam laporan
neraca terdiri atas dua sisi yaitu aktiva di sebelah kiri dan passiva
ditambah modal di sebelah kanan.
a. Aktiva
Aktiva adalah sumber daya yang dikuasai BPR sebagai
akibat dari peristiwa masa lalu dan diharapkan menjadi sumber
perolehan manfaat ekonomi di masa depan. Pos-pos aktiva yang
umum dimiliki oleh BPR adalah sebagai berikut:
 Kas;
 Kas dalam valuta asing;
 Sertifikat Bank Indonesia;
 Pendapatan bunga yang akan diterima;
 Penempatan pada bank lain (giro, tabungan, deposito dan
sertifikat deposito);
 Restrukturisasi Kredit;
17
 Agunan yang diambil alih;
 Aset tetap dan inventaris;
 Aset tidak berwujud;
 Aset lain-lain.
b. Passiva
Passiva (kewajiban) adalah utang masa kini BPR yang
timbul dari peristiwa masa lalu dan penyelesaiannya diharapkan
mengakibatkan arus keluar dari sumber daya milik BPR yang
mengandung manfaat ekonomi. Pos-pos kewajiban yang umum
dimiliki oleh BPR adalah sebagai berikut:
 Kewajiban segera;
 Utang bunga;
 Utang pajak;
 Simpanan;
 Simpanan dari bank lain;
 Pinjaman diterima;
 Dana setoran modal – kewajiban;
 Kewajiban imbalan kerja;
 Pinjaman subordinasi;
 Modal pinjaman;
 Kewajiban lain-lain.
18
c. Modal
Modal atau ekuitas adalah hak residual atas aset BPR
setelah dikurangi semua kewajiban. Unsur ekuitas dapat
disubklasifikasikan dalam neraca menjadi pos-pos ekuitas,
misalnya modal disetor, tambahan modal disetor, saldo laba,
cadangan umum, dan cadangan tujuan yang disajikan dalam pospos terpisah. Klasifikasi semacam itu dapat menjadi relevan untuk
pengambilan keputusan pemakai laporan keuangan apabila pos
tersebut mengindikasikan pembatasan hukum atau pembatasan
lainnya terhadap kemampuan perseroan untuk membagikan atau
menggunakan ekuitas.
2. Laporan Laba Rugi
Laporan laba rugi adalah laporan yang menunjukkan
seluruh penghasilan dan beban BPR dalam suatu periode.
Penghasilan terdiri dari pendapatan operasional dan pendapatan nonoperasional. Beban terdiri dari beban operasional dan beban nonoperasional. Pos-pos yang terdapat dalam laporan laba rugi BPR
adalah sebagai berikut:
a. Pendapatan operasional
adalah semua pendapatan yang berasal
dari kegiatan utama BPR. Pendapatan operasional terdiri dari
pendapatan bunga dan pendapatan operasional lainnya.
b. Beban operasional
adalah semua beban yang dikeluarkan atas
kegiatan yang lazim sebagai usaha BPR.
19
c. Pendapatan non-operasional
adalah semua pendapatan yang
berasal dari kegiatan yang bukan merupakan kegiatan utama
BPR.
d. Beban non-operasional
adalah semua beban yang berasal dari
kegiatan yang bukan merupakan kegiatan utama BPR.
e. Beban pajak penghasilan
adalah jumlah agregat beban pajak
kini yang diperhitungkan dalam penghitungan laba atau rugi pada
satu periode.
3. Laporan Perubahan Ekuitas
Laporan
menunjukan
perubahan
perubahan
ekuitas
ekuitas
BPR
adalah
yang
laporan
yang
menggambarkan
peningkatan atau penurunan aset neto atau kekayaan BPR selama
periode pelaporan. Laporan perubahan ekuitas, kecuali untuk
perubahan yang berasal dari transaksi dengan pemegang saham
seperti setoran modal dan pembayaran dividen, menggambarkan
jumlah keuntungan dan kerugian yang berasal dari kegiatan BPR
selama periode pelaporan. Laporan perubahan ekuitas BPR antara
lain meliputi:
a. Modal saham, misalnya penambahan modal saham
b. Laba/rugi yang belum direalisasi dalam Sertifikat Bank Indonesia
c. Surplus revaluasi aset tetap
d. Dana setoran modal – ekuitas
e. Saldo laba (laba ditahan).
20
4. Laporan Arus Kas
Laporan arus kas merupakan laporan yang menunjukkan
penerimaan dan pengeluaran kas BPR selama periode tertentu yang
dikelompokkan dalam aktivitas operasi, investasi dan pendanaan.
Aktivitas operasi (operating) adalah aktivitas penghasil utama
pendapatan BPR (principal revenue-producing activities) dan
aktivitas lain yang bukan merupakan aktivitas investasi dan
pendanaan. Aktivitas investasi (investing) adalah perolehan dan
pelepasan aset jangka panjang serta investasi lain yang tidak
termasuk setara kas. Aktivitas pendanaan (financing) adalah aktivitas
yang mengakibatkan perubahan dalam jumlah serta komposisi modal
dan pinjaman BPR. Kas adalah saldo kas dan rekening giro di Bank
Umum. Setara kas adalah penempatan dana dalam jangka waktu
paling lama 3 (tiga) bulan dan sangat likuid yang dimiliki untuk
memenuhi komitmen kas jangka pendek.
5. Catatan Atas Laporan Keuangan
Catatan atas laporan keuangan merupakan bagian tak
terpisahkan dari laporan keuangan BPR. Catatan atas laporan
keuangan memuat penjelasan mengenai gambaran umum BPR,
ikhtisar kebijakan akuntansi, penjelasan pos-pos laporan keuangan
dan informasi penting lainnya. Catatan atas laporan keuangan harus
disajikan secara sistematis. Setiap pos dalam neraca, laporan laba
21
rugi, laporan perubahan ekuitas dan laporan arus kas harus berkaitan
dengan informasi yang ada dalam catatan atas laporan keuangan.
2.1.4 Tingkat Kesehatan Bank
1.
Pengertian dan Pentingnya Tingkat Kesehatan Bank
Menurut Triandaru dan Totok (2006), menyebutkan bahwa
pengertian kesehatan bank adalah kemampuan suatu bank untuk
melakukan kegiatan operasional perbankan secara normal dan
mampu memenuhi semua kewajibannya dengan baik dengan caracara yang sesuai dengan peraturan perbankan yang berlaku.
Sedangkan menurut Taswan (2006) yang dikutip oleh Novi (2009),
tingkat kesehatan bank merupakan hasil penilaian kualitatif atas
berbagai aspek yang berpengaruh terhadap kondisi atau kinerja
suatu bank melalui penilaian faktor permodalan, kualitas aset,
manajemen, rentabilitas, dan likuiditas. Penilaian terhadap faktorfaktor tersebut dilakukan melalui penilaian kuantitatif dan atau
kualitatif setelah mempertimbangkan unsur judgement yang
didasarkan atas materialitas dan signifikansi dari faktor-faktor
penilaian serta pengaruh dari faktor lainnya seperti kondisi industri
perbankan dan perekonomian nasional.
Penilaian tingkat kesehatan perbankan pada prinsipnya
merupakan kepentingan semua pihak yang terkait, baik pemilik,
pengelola (manajemen) bank, masyarakat pengguna jasa bank,
Bank Indonesia selaku otoritas pengawasan bank dan pihak
22
lainnya. Informasi mengenai suatu bank dapat digunakan oleh
pihak-pihak tersebut untuk mengevaluasi kinerja bank dalam
menerapkan prinsip kehati-hatian, kepatuhan terhadap ketentuan
yang berlaku dan manajemen risiko.
Hal ini dilakukan dengan cara menyesuaikan beberapa
aspek ketentuan dengan kriteria yang ditetapkan dalam tata cara
penilaian tingkat kesehatan bank, yang belum disertai dengan
kesadaran untuk benar-benar sehat secara utuh. Ketentuan penilaian
tingkat kesehatan bank, dipergunakan sebagai bahan untuk menilai,
menetapkan arah pembinaan dan pengembangan bank agar bankbank dapat dikelola menjadi bank-bank yang layak dan sehat untuk
terus berkembang dalam dunia perbankan.
2.
Tata Cara Penilaian Tingkat Kesehatan BPR
Metodologi penilaian kesehatan BPR saat ini mengacu pada
Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 30/12/KEP/DIR
tanggal 30 April 1997 perihal Tata Cara Penilaian Tingkat
Kesehatan BPR. Sumber penilaian tingkat kesehatan BPR berasal
dari laporan bulanan dan tahunan, laporan Batas Minimum
Pemberian Kredit (BMPK) dan manajemen BPR tersebut. Tingkat
kesehatan BPR dinilai dengan atas berbagai aspek yang
berpengaruh terhadap kondisi dan perkembangan suatu BPR, yang
meliputi
aspek
Manajemen,
Permodalan,
Rentabilitas,
dan
Kualitas
Likuiditas
Aktiva
Produktif,
(CAMEL)
serta
23
mempertimbangkan faktor-faktor yang lain yang dapat menurunkan
dan atau menggugurkan tingkat kesehatan bank.
Berdasarkan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia
Nomor 30/12/KEP/DIR tanggal 30 April 1997 tersebut juga
ditetapkan bobot masing-masing untuk faktor CAMEL sebagai
berikut:
Tabel 2.1
FAKTOR
1. Permodalan
2. KAP
3. Manajemen
4. Rentabilitas
5. Likuiditas
Sumber:
Faktor Penilaian dan Bobotnya
Dalam Penilaian Kesehatan Bank
KOMPONEN
Rasio modal terhadap ATMR
a. Rasio APYD terhadap AP
b. Rasio PPAP terhadap PPAPWD
a. manajemen umum
b. manajemen resiiko
a. ROA
b. BO/PO
a. Cash Ratio
b. LDR
BOBOT
30%
25%
5%
10%
10%
5%
5%
5%
5%
Booklet SK Direksi Bank Indonesia Nomor 30/12/KEP/DIR
tanggal 30 April 1997 Tentang Tata Cara Penilaian Tingkat
Kesehatan Bank Perkreditan Rakyat.
Jumlah bobot
untuk kelima faktor tersebut adalah 100.
Penilaian faktor dan komponen dilakukan dengan sistem kredit
yang dinyatakan dalam nilai kredit 0 sampai dengan 100. Seluruh
nilai kredit dari faktor permodalan, aktiva produktif, manajemen,
rentabilitas dan likuiditas dijumlahkan untuk memperoleh nilai
kredit gabungan. Nilai kredit gabungan akan menghasilkan predikat
penilaian tingkat kesehatan yaitu:
24
Tabel 2.2
Predikat Penilaian Kesehatan BPR
Nilai kredit
Predikat
81 – 100
Sehat
66 - < 81
Cukup sehat
51 - < 66
Kurang sehat
0 - < 51
Tidak sehat
Sumber: SK Direksi Bank Indonesia Nomor 30/12/KEP/DIR tanggal 30
April 1997 Tentang Tata Cara Penilaian Tingkat Kesehatan
Bank Perkreditan Rakyat.
Predikat tingkat kesehatan bank yang sehat atau cukup
sehat atau kurang sehat akan diturunkan menjadi tidak sehat
apabila terdapat perselisihan intern, campur tangan pihak lain,
window dressing dalam pembukuan dan laporan bank, praktek
“bank dalam bank”, kesulitan keuangan yang mengakibatkan tidak
mampu memenuhi kewajiban dan jika terjadi praktek perbankan
yang menyimpang.
2.1.5 Metode CAMEL
Unsur-unsur penilaian tingkat kesehatan bank dalam analisis
CAMEL berdasarkan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor
30/12/KEP/DIR tanggal 30 April 1997 perihal Tata Cara Penilaian
Tingkat Kesehatan BPR, adalah sebagai berikut :
1.
Permodalan (Capital)
Kekurangan modal merupakan gejala umum yang dialami
bank-bank di negara-negara berkembang. Kekurangan modal
tersebut dapat bersumber dari dua hal, yang pertama adalah karena
25
modal yang jumlahnya kecil, yang kedua adalah kualitas modalnya
yang buruk. Dengan demikian, pengawas bank harus yakin bahwa
bank harus mempunyai modal yang cukup, baik jumlah maupun
kualitasnya. Selain itu, para pemegang saham maupun pengurus
bank harus benar-benar bertanggung jawab atas modal yang sudah
ditanamkan (Hernawa: 2006).
Penilaian permodalan dimaksudkan untuk mengevaluasi
kecukupan modal bank dalam mengcover eksposur risiko saat ini
dan mengantisipasi eksposur risiko di masa datang. Standar yang
ditetapkan oleh Bank indonesia tentang kewajiban penyediaan
modal minimum atau Capital Adequacy Ratio (CAR) yaitu sebesar
8%. CAR dihitung untuk mengukur seberapa kuat permodalan
bank menutupi resiko yang ada pada bank. Rasio ini digunakan
untuk menilai keamanan dan kesehatan bank dari sisi modal
pemiliknya. Semakin tinggi resiko CAR, maka semakin baik
kinerja bank tersebut. Tinggi rendahnya CAR suatu bank akan
dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu besarnya modal yang dimiliki bank
dan jumlah Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR) yang
dikelola oleh bank tersebut. ATMR merupakan penjumlahan pospos aktiva setelah masing-masing pos dikalikan dengan bobotnya.
CAR =
= 8% (minimum)
*modal = modal inti + modal pelengkap
26
2.
Kualitas Aktiva Produktif (Asset Quality)
Aktiva produktif adalah penyediaan dana oleh BPR dalam
rupiah untuk memperoleh penghasilan dalam bentuk kredit, SBI
dan penempatan dana antar bank (diluar giro). Penilaian didasarkan
kepada kualitas aktiva yang dimiliki Bank. Rasio yang diukur ada 2
macam yaitu :
a.
Rasio Aktiva Produktif Yang Diklasifikasikan terhadap Aktiva
Produktif (rasio APYD terhadap AP)
APYD (aktiva produktif yang diklasifikasikan) adalah
penjumlahan aktiva produktif yang tergolong non lancar
setelah dikalikan bobotnya. Rasio ini digunakan untuk
mengukur tingkat kemungkinan diterimanya kembali dana
yang ditanamkan. Semakin kecil rasio KAP, maka semakin
besar tingkat kemungkinan diterimanya kembali dana yang
ditanamkan.
b.
Rasio Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif terhadap
Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif Yang Wajib
Dibentuk (rasio PPAP terhadap PPAPWD)
Rasio ini digunakan untuk menunjukkan kemampuan bank
dalam menjaga kolektabilitas atau pinjaman yang disalurkan
semakin baik.
27
3.
Manajemen (Management)
Manajemen atau pengelolaan suatu bank akan menentukan
sehat tidaknya suatu bank. Mengingat hal tersebut, maka
pengelolaan suatu manajemen sebuah bank mendapatkan perhatian
yang besar dalam penilaian tingkat kesehatan suatu bank
diharapkan dapat menciptakan dan memelihara kesehatannya.
Penilaian faktor manajemen dalam penilaian tingkat
kesehatan BPR dilakukan dengan melakukan evaluasi terhadap
pengelolaan
terhadap
didasarkan
kepada
bank
yang
manajemen
bersangkutan.
umum
yang
Penilaian
meliputi
strategi/sasaran BPR, struktur, sistem dan kepemimpinan. Lalu juga
dilakukan penilaian kepeda manajemen risiko yang meliputi risiko
likuiditas, risiko kredit, risiko operasional, risiko hukum serta
risiko pemilik dan pengurus.
4.
Rentabilitas (Earning)
Salah satu parameter untuk mengukur tingkat kesehatan
suatu
bank
adalah
kemampuan
bank
untuk
memperoleh
keuntungan. Perlu diketahui bahwa apabila bank selalu mengalami
kerugian dalam kegiatan operasinya maka tentu saja lama kelamaan
kerugian tersebut akan memakan modalnya. Bank yang dalam
kondisi demikian tentu saja tidak dapat dikatakan sehat.
Penilaian rentabilitas dimaksudkan untuk mengevaluasi
kondisi dan kemampuan rentabilitas bank dalam mendukung
28
kegiatan operasional dan permodalan dalam rangka menciptakan
laba. Penilaian dalam unsur ini didasarkan kepada 2 macam yaitu :
a.
Rasio laba terhadap total asset (Return on Assets-ROA)
ROA adalah perbandingan laba sebelum pajak dalam 12
bulan terakhir terhadap rata-rata volume usaha dalam periode
yang sama. Semakin besar ROA suatu bank, maka semakin
besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan
semakin baik pula posisi bank tersebut dari penggunaan aset.
b.
Rasio beban operasional terhadap pendapatan operasional
(BOPO).
Rasio BOPO adalah perbandingan biaya operasional dalam
12 bulan terakhir terhadap pendapatan operasional dalam
periode yang sama.
Rasio ini digunakan untuk mengukur
tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan
kegiatan operasionalnya. Semakin kecil rasio BOPO, maka
semakin efisien suatu bank dalam melakukan kegiatan
operasionalnya, karena biaya yang dikeluarkan lebih kecil
dibandingkan pendapatan yang diterima.
5.
Likuiditas (Liquidity)
Penilaian likuiditas dimaksudkan untuk mengevaluasi
kemampuan Bank memelihara tingkat likuiditas yang memadai dan
kecukupan manajemen resiko likuiditas. Penilaian dalam unsur ini
yaitu didasarkan pada dua rasio yaitu:
29
a.
Cash ratio (CR)
Cash ratio merupakan perbandingan antara aktiva likuid
terhadap hutang lancar. Aktiva likuid yaitu kas dan penanaman
pada bank lain dalam bentuk giro dan tabungan (setelah
dikurangi tabungan bank lain pada bank). Hutang lancar yaitu
meliputi kewajiban segera, tabungan dan deposito.
b.
Loan to Deposit Ratio (LDR)
LDR merupakan perbandingan antara kredit terhadap dana
yang diterima bank. Dana yang diterima bank meliputi
deposito dan tabungan, pinjaman bukan dari bank lain lebih
dari 3 bulan. Deposito dan pinjaman dari bank lain lebih dari 3
bulan, modal inti dan modal pinjaman. Rasio ini digunakan
untuk mengukur kemampuan bank dalam membayar kembali
penarikan dana yang dilakukan oleh deposan dengan
mengandalkan
kredit
yang
diberikan
sebagai
sumber
likuiditasnya. Semakin tinggi rasio ini, maka menunjukkan
tingkat kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan
dana yang dilakukan oleh deposan.
30
2.2 PENELITIAN TERDAHULU
NO
JUDUL
PENULIS
PERSAMAAN
PERBEDAAN
KESIMPULAN
1.
SKRIPSI
Penilaian Tingkat
Kesehatan Bank
Dengan
Menggunakan
Metode Camel Pada
PT. Bank
Pembangunan
Daerah Jawa Tengah
Tahun 2006 - 2009
Oktafrida
Anggraeni,
Mahasiswa
Fakultas
Ekonomi
Universitas
Diponegoro
(Semarang,
2011).
Penilaian
Tingkat
Kesehatan
Bank dengan
Menggunakan
Metode Camel
Menganalisis
tingkat
kesehatan Bank
BPD
2.
SKRIPSI
Analisis Tingkat
Kesehatan Bank
Dengan Bantuan
Program Komputer
(Studi Kasus : PT
BPR Agro Cipta
Adiguna Pare, Kediri)
Novi
Nurmia
Sari,
Mahasiswa
Fakultas
Ekonomi dan
Manajemen
Institut
Pertanian
Bogor (Bogor,
2009).
Penilaian
Tingkat
Kesehatan
BPR dengan
Menggunakan
Metode Camel
Pengolahan
data
menggunakan
program Visual
Basic 6.
3.
SKRIPSI
Analisis Tingkat
Kesehatan
Pada BPR Klepu
Mitra Kencana Di
Semarang
Periode Tahun 2001
– 2004
Iwan Haryo
Fakultas
Ekonomi
Universitas
Islam
Indonesia
Yogyakarta
(Yogyakarta,
2005)
Penilaian
Tingkat
Kesehatan
BPR dengan
Menggunakan
Metode Camel
Menganalisis
tingkat
kesehatan bank
dalam priode 4
tahun
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa
tingkat kesehatan
PT. Bank
Pembangunan
Daerah Jawa
Tengah selama 4
tahun yakni periode
2006 – 2009
termasuk dalam
kategori sehat.
Hasil penelitian
menyatakan bahwa
tingkat kesehatan
BPR Agro Cipta
Adiguna periode
Januari sampai
dengan Desember
2008 mendapat
predikat sehat
karena nilai kredit
CAMEL lebih dari
81 (batas minimum
sehat)
Meskipun rasiorasio keuangan Pada
BPR Klepu Mitra
Kencana mengalami
fluktuasi tapi selama
periode 2001-2004
predikat BPR ini
dinyatakan cukup
sehat.
2.3 KERANGKA PEMIKIRAN
BPR Hasa Mitra merupakan salah satu BPR di Sulawesi Selatan yang
memiliki aset diatas 100 miliar rupiah. Laporan keuangan berupa neraca dan
laporan laba rugi digunakan untuk melihat kinerja keuangan suatu BPR
tersebut. Setiap bank baik itu bank umum maupun BPR perlu melakukan
penilaian kesehatan bank agar bank tersebut dapat berjalan dan berfungsi
31
sebagai mana mestinya serta semakin dapat dipercaya oleh para nasabah. Oleh
karena itu, untuk menilai tingkat kesehatan BPR Hasa Mitra adalah dengan
menggunakan metode CAMEL (Capital, Assets, Management, Earning,
Liquidity). Faktor Capital dinilai dengan rasio CAR, faktor assets dinilai
dengan rasio KAP dan PPAP, faktor management dinilai dengan perhitungan
manajemen umum dan manajemen risiko, faktor earning dinilai dengan rasio
ROE dan BOPO, dan faktor liquidity dinilai dengan Cash Ratio dan rasio
LDR. Berdasarkan kelima faktor CAMEL tersebut akan dihitung dan
diperoleh predikat kesehatan BPR Hasa Mitra. Berikut ini adalah skema
kerangka pemikiran dapat dilihat melalui gambar 2.1 dibawah ini :
32
BPR Hasa
Mitra
Laporan
Keuangan BPR
Neraca:
- rupa rupa aktiva
- rupa rupa passiva
Laporan
Laba Rugi
ATMR
Penilaian TKS
BPR
Capital
- CAR
Asset Quality
- KAP
- PPAP
Management
- m. umum
- m. risiko
Earning
- ROA
- BOPO
Metode Perhitungan
CAMEL
Predikat Kesehatan BPR
Gambar 2.1 Skema Kerangka Pemikiran
Liquidity
- Cash Ratio
- LDR
33
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1.
Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
Variabel penelitian pada penelitian ini meliputi faktor-faktor
penilaian yang tergabung dalam metode CAMEL untuk menentukan
tingkat kesehatan BPR yaitu:
1.
Permodalan (Capital)
Defenisi
1. Penilaian permodalan didasarkan pada
rasio jumlah Modal terhadap Aktiva
Tertimbang menurut resiko (ATMR)
2. Jumlah modal = modal inti + modal
pelengkap
3. ATMR merupakan jumlah setiap pos
aktiva yang diberikan bobot sesuai
dengan kadar risiko yang melekat
pada setiap pos tersebut.
2.
Rumus
CAR ={
}
Kualitas Aktiva Produktif (Asset Quality)
1.
2.
3.
4.
Defenisi KAP
Faktor kualitas aktiva produktif terdiri
dari dua komponen yaitu, rasio KAP dan
rasio Penyisihan Penghapusan Aktiva
Produktif (PPAP).
Rasio KAP dihitung dari rasio Aktiva
Produktif Yang Diklasifikasikan (APYD)
terhadap Aktiva Produktif (AP).
APYD terdiri dari : 50% AP kurang
lancar, 75% dari AP diragukan, 100%
dari AP macet.
Aktiva produktif berupa kredit yang
diberikan dan penempatan pada bank lain
diluar giro.
Rumus
KAP ={
}
34
Defenisi PPAP
1. PPAP merupakan antisipasi kerugian
yang dibentuk bank atas kemungkinan
tidak tertagihnya aktiva produktif.
2. PPAPWD merupakan antisipasi kerugian
yang
seharusnya
dibentuk
bank
berdasarkan
kolektibilitas
aktiva
produktif.
3. PPAPWD terdiri dari PPAP umum dan
PPAP khusus.
4. PPAP umum minimal 0,5% dari aktiva
produktif lancar
5. PPAP khusus minimal:
 10% x (AP kurang lancar - nilai
agunan)
 50% x (AP diragukan - nilai agunan)
 100% x (AP macet - nilai agunan)
6. Rasio PPAP dibentuk dari PPAP yang
dibentuk bank terhadap PPAP yang
wajib dibentuk.
3.
4.
Rumus
PPAP ={
}
Manajemen (Management)
Defenisi
Rumus
1. Didasarkan pada penilaian terhadap
aspek
manajemen
umum
dan
manajemen risiko.
2. Aspek manajemen umum terdiri atas
10 pertanyaan dan aspek manajemen
risiko terdiri dari 15 pertanyaan.
3. Setiap jawaban diberi nilai 0 s.d. 4
M. Umum + M. Risiko
Rentabilitas (Earning)
Defenisi
1. Terdiri dari dua komponen yaitu rasio
laba terhadap rata-rata aktiva dalam 12
bulan terakhir (ROA) dan rasio biaya ROA = {
operasional
terhadap
pendapatan
operasional dalam 12 bulan terakhir BOPO = {
(BOPO)
2. ROA
menunjukkan
kemampuan
Rumus
}
}
35
pengelolaan
aktiva
bank
untuk
menghasilkan laba.
3. BOPO menunjukkan tingkat efisiensi
dalam pengelolaan kegiatan operasional
bank.
5.
Likuiditas (Liquidity)
Defenisi
Rumus
1. Terdiri atas 2 komponen yaitu rasio
kecukupan alat likuid (Cash Ratio)
dan rasio kredit terhadap dana yang
Cash Ratio = {
diterima (LDR).
2. Rasio
kecukupan
alat
likuid
menunjukkan kemampuan bank untuk
LDR = {
memenuhi kewajiban lancarnya.
3. Rasio kredit terhadap dana yang
diterima
menunjukkan
besarnya
penggunaan dana yang diterima dalam
penjualan kredit.
3.2.
Objek Penelitian
Objek penelitian yaitu laporan keuangan PT. BPR Hasa Mitra,
variabel yang digunakan dalam penelitian terdiri analisa rasio-rasio
keuangan meliputi: rasio CAR, rasio NPL, rasio LDR, rasio BOPO dan
rasio ROA dan analisis aspek manajemen yaitu manajemen umum dan
manajemen risiko.
3.3.
Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan adalah data kualitatif dan kuantitatif yang
merupakan data yang diukur dalam suatu skala numerik (angka). Jenis
data yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Data primer adalah
data yang didapatkan dari proses wawancara dan data sekunder diambil
}
}
36
dari Laporan Keuangan bank yang diperoleh langsung dari kantor BPR
Hasa Mitra dari tahun 2006-2010. Laporan keuangan bank yang digunakan
adalah Neraca dan Laporan laba-rugi.
3.4.
Metode Pengumpulan Data
Pada penelitian ini untuk memperoleh data yang relevan dalam
menganalisis permasalahan tersebut maka penulis menggunakan dua
metode yaitu :
1. Penelitian Pustaka (Library Research), yaitu pengumpulan data teoritis
dengan cara menelaah berbagai buku literatur, pustaka yang lainnya
yang berkaitan dengan masalah yang dibahas
2. Penelitian Lapangan (Field Research) yaitu pengumpulan data lapangan
dengan cara sebagai berikut :
a. Observasi, yaitu mengadakan pengamatan secara langsung terhadap
objek yang diteliti dan mengumpulkan data yang diperlukan.
b. Interview, yaitu mengadakan wawancara dan tanya jawab dengan
pimpinan serta karyawan untuk mendapatkan data yang berkaitan
dengan masalah yang dibahas.
c. Dokumentasi adalah pengumpulan data yang menyangkut dokumendokumen BPR Hasa Mitra yang ada kaitannya dengan masalah yang
akan diteliti.
3.5.
Metode Analisis Data
Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan metode CAMEL berdasarkan Surat Keputusan Direksi
37
Bank Indonesia Nomor 30/12/KEP/DIR tanggal 30 April 1997 perihal
Tata Cara Penilaian Tingkat Kesehatan BPR. Adapun tolak ukur untuk
menentukan tingkat kesehatan suatu bank setelah dilakukan penilaian
terhadap masing-masing variabel, yaitu dengan menentukan hasil
penelitian yang digolongkan menjadi peringkat kesehatan BPR. Hasil
akhir penilaian tingkat kesehatan bank terhadap masing-masing faktor atau
komponen dalam CAMEL dapat digolongkan menjadi kedalam predikat
dengan kriteria sebagai berikut:
1.
Permodalan (Capital)
Perhitungan didasarkan pada rasio CAR yaitu rasio kecukupan modal.
Penilaian:
 Jika rasio modal 0% atau negatif dinilai 1
 Untuk setiap kenaikan rasio 0,1 dari 0%, nilai kredit ditambah 1
dengan maksimum nilai 100.
 Untuk mencari nilai kreditnya, dengan formulasi sebagai
berikut:
 Nilai kredit rasio CAR = 1 + {
, %
}x1
 NK Faktor CAR = NK Rasio CAR X Bobot Rasio CAR
Tabel 3.1
Kriteria Penilaian Capital Adequeency Ratio (CAR)
Nilai kredit
Predikat
≥ 8%
Sehat
6,5 % - < 8 %
Kurang sehat
38
< 6,5 %
Tidak sehat
Sumber : SK DIR BI Nomor : 30/12/KEP/DIR tanggal 30 April 1997 tentang
tata cara penilaian tingkat kesehatan BPR
2.
Kualitas Aktiva Produktif (Asset Quality)
Perhitungan meliputi 2 rasio:
a. Rasio Aktiva Produktif Yang Diklasifikasikan Terhadap Aktiva
Produktif (KAP)
Penilaian:
 Jika rasionya 22,5% atau lebih dinilai 0.
 Untuk setiap penurunan 0,15 dari 22,5%, nilai kredit ditambah 1
dengan maksimum nilai 100.
 Untuk mencari nilai kreditnya, dengan formulasi sebagai
berikut:
 Nilai kredit rasio KAP = 1 + {
, %
,
%
}x1
 NK Faktor KAP = NK KAP X Bobot KAP
Tabel 3.2
Kriteria Penilaian Rasio Aktiva Produktif
Nilai kredit
Predikat
0,0% – ≤ 10,35 %
Sehat
> 10,35% – ≤ 12,60 %
Cukup sehat
> 12,61% – ≤ 14,85 %
Kurang sehat
>14,85 %
Tidak sehat
Sumber : SK DIR BI Nomor : 30/12/KEP/DIR tanggal 30 April 1997 tentang
tata cara penilaian tingkat kesehatan BPR
39
b. Rasio Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif Yang Dibentuk
Terhadap Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif Yang Wajib
Dibentuk (PPAP)
Penilaian:
 Jika rasionya 0% dinilai 0
 Untuk setiap kenaikan 1% nilai kredit ditambah 1 dengan
maksimum nilai 100.
 Untuk mencari nilai kreditnya, dengan formulasi sebagai
berikut:
 Nilai kredit rasio PPAP = 1 + {
%
}x1
 NK Faktor PPAP = NK Rasio PPAP X Bobot PPAP
Tabel 3.3
Kriteria Penilaian
Rasio Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif
Nilai kredit
Predikat
≥ 81,0 %
Sehat
≥ 66,0% – < 81,0 %
Cukup sehat
≥ 51,0% – < 66,0 %
Kurang sehat
< 51,0 %
Tidak sehat
Sumber : SK DIR BI Nomor : 30/12/KEP/DIR tanggal 30 April 1997 tentang
tata cara penilaian tingkat kesehatan BPR
3.
Manajemen (Management)
Kuantifikasi penilaian kesehatan faktor manajemen yang memakai
sistem kredit. Perhitungan nilai kredit di dasarkan pada hasil penilaian
jawaban pertanyaan dari komponen manajemen yang secara
40
keseluruhan berjumlah 25. penilaian di dasarkan pada 2 aspek
meliputi :
a. Manajemen umum, penilaian terhadap aspek manajemen umum
meliputi penilaian terhadap strategi atau sasaran, struktur, sistem
dan kepemimpinan dengan jumlah total 10 pertanyaan.
b. Manajemen risiko, penilaian terhadap manajemen risiko meliputi
penilaian terhadap risiko likuiditas, risiko kredit, risiko operasional,
risiko hukum dan risiko pemilik dengan jumlah total 15 pertanyaan.
Penilaian:
 Setiap jawaban diberi nilai 0,1,2,3 atau 4 dengan rincian sebagai
berikut:
nilai 0 = kondisi lemah
nilai 4 = kondisi baik
nilai 1, 2, 3 = kondisi antara
 NK Faktor Manajemen = NK Manajemen x Bobot Rasio
Manajemen
Tabel 3.4
Kriteria Penilaian Manajemen
Nilai kredit
Predikat
≥ 81
Sehat
≥ 66 – < 81
Cukup sehat
≥ 51 – < 66
Kurang sehat
< 51
Tidak sehat
Sumber : SK DIR BI Nomor : 30/12/KEP/DIR tanggal 30 April 1997 tentang
tata cara penilaian tingkat kesehatan BPR
41
4.
Rentabilitas (Earning)
Perhitungan rentabilitas meliputi 2 rasio:
a. Rasio laba terhadap rata-rata volume usaha (ROA)
Penilaian:
 Rasio sebesar 0% atau negatif diberi nilai 0.
 Untuk setiap kenaikan 0,015% mulai dari 0% nilai kredit
ditambah 1 dengan maksimum nilai 100.
 Untuk mencari nilai kreditnya, dengan formulasi sebagai
berikut:
 Nilai kredit ROA = {
,
}x1
%
 NK Faktor ROA = NK Rasio ROA x Bobot Rasio ROA
Tabel 3.5
Kriteria Penilaian Return On Asset
Nilai kredit
Predikat
≥ 1,215%
Sehat
≥ 0,99% – < 1,215%
Cukup sehat
≥ 0,765% – < 0,99%
Kurang sehat
< 0,765%
Tidak sehat
Sumber : SK DIR BI Nomor : 30/12/KEP/DIR tanggal 30 April 1997 tentang
tata cara penilaian tingkat kesehatan BPR
b. Rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional
Penilaian:
 Jika rasionya sebesar 100% atau lebih diberi nilai kredit 0.
 Untuk setiap penurunan 0,08% nilai kredit ditambah 1 dengan
maksimum nilai 100.
42
 Untuk mencari nilai kreditnya, dengan formulasi sebagai
berikut:
%
 Nilai kredit BOPO = {
,
}x1
%
 NK Faktor BOPO = NK BOPO X Bobot Rasio BOPO
Tabel 3.6
Kriteria Penilaian BOPO
Nilai kredit
Predikat
≤ 93,52%
Sehat
> 93,52% – ≤ 94,72%
Cukup sehat
> 94,72% – ≤ 95,92%
Kurang sehat
> 95,92 %
Tidak sehat
Sumber : SK DIR BI Nomor : 30/12/KEP/DIR tanggal 30 April 1997 tentang
tata cara penilaian tingkat kesehatan BPR
5.
Likuiditas (Liquidity)
Perhitungan likuiditas menggunakan 2 rasio, yaitu :
a. Rasio Alat Likuiditas terhadap Hutang Lancar (Cash Ratio)
Penilaian:
 Jika rasionya sebesar 0% diberi nilai kredit 0.
 Untuk setiap kenaikan 0,05% nilai kredit ditambah 1 dengan
maksimum 100.
 Untuk mencari nilai kreditnya, dengan formulasi sebagai
berikut:
 Nilai kredit Cash Ratio = {
,
}x1
%
 NK Faktor Cash Ratio = NK Cash Ratio X Bobot Cash Ratio
43
Tabel 3.7
Kriteria Penilaian Cash Ratio
Nilai kredit
Predikat
≥ 4,05%
Sehat
≥ 3,30% – < 4,05%
Cukup sehat
≥ 2,55% – < 3,30%
Kurang sehat
< 2,55%
Tidak sehat
Sumber : SK DIR BI Nomor : 30/12/KEP/DIR tanggal 30 April 1997 tentang
tata cara penilaian tingkat kesehatan BPR
b. Loan to Deposit Ratio (LDR)
Penilaian:
 Jika rasionya sebesar 115% atau lebih diberi nilai kredit 0.
 Untuk setiap penurunan 1% mulai dari 115% nilai kredit
ditambah 4 dengan maksimum 100.
 Untuk mencari nilai kreditnya, dengan formulasi sebagai
berikut:
%
 Nilai kredit LDR = = {
}x4
%
 NK Faktor LDR = NK Rasio LDR X Bobot Rasio LDR
Tabel 3.8
Kriteria Penilaian Loan to Deposit Ratio
Nilai kredit
Predikat
≤ 94,75%
Sehat
> 94,75% – ≤ 98,50 %
Cukup sehat
> 98,50% – ≤ 102,25 % Kurang sehat
> 102,5 %
Tidak sehat
Sumber : SK DIR BI Nomor : 30/12/KEP/DIR tanggal 30 April 1997 tentang
tata cara penilaian tingkat kesehatan BPR
44
6.
Penentuan Predikat Tingkat Kesehatan Bank
Seluruh nilai kredit dari faktor permodalan, aktiva
produktif, manajemen, rentabilitas dan likuiditas dijumlahkan
untuk memperoleh nilai kredit gabungan. Nilai kredit gabungan
akan menghasilkan predikat penilaian tingkat kesehatan yaitu:
Tabel 3.9
Predikat Tingkat Kesehatan BPR
Nilai kredit
Predikat
81 – 100
Sehat
66 - < 81
Cukup sehat
51 - < 66
Kurang sehat
0 - < 51
Tidak sehat
45
BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
4.1
Gambaran Umum Objek Penelitian
4.1.1 Profil PT.BPR Hasamitra
PT. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Hasa Mitra didirikan di
Makassar pada tanggal 15 November 2005 berdasarkan Akte
Pendirian Perseoran Terbatas No. 12 tanggal 24 Maret 2004 yang
dibuat oleh Notaris Lieke Tunggal, SH di Makassar dan telah
mendapat pengesahan dari Departemen Hukum dan Hak Asasi
Manusia R.I. berdasarkan Surat Keputusan Menteri Hukum dan Hak
Asasi Manusia R.I Nomor C-29168 HT.01.01.TH.2004 tanggal 2
Desember 2004. Selanjutnya mengalami perubahan sesuai Akta
Notaris Nomor 26 tanggal 9 April 2008 tentang Risalah Rapat, yang
dibuat dihadapan Notaris Michiko Sodikim, SH. Di Makassar, dan
telah mendapat pengesahan dari Menteri Hukum dan HAM R.I.
Nomor: AHU-28548.AH.01.02 Tahun 2008 tanggal 28 Mei 2008.
Hasa Mitra diambil dari bahasa Sanskerta. Hasa berarti harapan
dan bahagia. Sedangkan Mitra adalah rekan atau sahabat. Hasa Mitra
berarti tekad ketulusan dalam menjalin persahabatan untuk meraih
kebahagiaan bersama. Bentuk logogram Hasa Mitra terinspirasi oleh
koin yang terdiri atas dua buah kurva setengah lingkar yang
dihubungkan oleh simbol equality dan dibungkus oleh lingkaran
penuh yang mendeskripsikan makna logo seperti diatas, dan
46
merefleksikan value BPR Hasamitra: Trust (kepercayaan), Integrity
(Kejujuran),
Prudence
(Kehati-hatian)
dan
Professionalism
(profesionalisme).
Gambar 4.1
Logo PT.BPR HASA MITRA
PT. BPR Hasa Mitra, sebagai Lembaga Keuangan Mikro yang
dapat menghimpun dana masyarakat dan memberikan pinjaman modal
kerja maupun kebutuhan pinjaman konsumtif bagi masyarakat. Visi
BPR Hasa Mitra adalah “menjadi Bank lokal dengan reputasi
Nasional yang sehat, kuat dan terpercaya”. Misi Perusahaan
adalah Sebagai sosial bisnis enterprise dalam mensejahterakan
masyarakat.
BPR Hasa Mitra bergerak dalam usaha perbankan, melayani
Tabungan, Deposito dan Kredit. Pelayanan yang baik menjadi
prioritas utama dari BPR ini dengan maksud agar setiap nasabah
merasa menjadi bagian dari keluarga besar BPR Hasa Mitra. Untuk
memudahkan pelayanan kepada nasabah dan lebih menjangkau daerah
lain di Sulawesi Selatan, BPR Hasa Mitra juga merencanakan untuk
membuka jaringan kantor baru.
47
BPR Hasa Mitra sangat peduli dan mendukung setiap program
pemerintah dalam hal ini Bank Indonesia dalam mensosialisasikan
manfaat menabung dan wawasan akan dunia perbankan itu sendiri
khususnya BPR. Maka dari itu, senantiasa mengadakan pendekatan
langsung ke masyarakat lewat berbagai penyuluhan dan kegiatan yang
bermuatan edukasi perbankan, khususnya pada calon nasabah usia
pelajar dan dunia usaha mikro, kecil dan menengah. Dampak nyata
dari usaha itu sangat positif dalam membangun citra BPR dimata
masyarakat; para pelajar, pedagang pasar, pemilik warung, pegawai
negeri maupun swasta dan para wirausahawan mulai bergabung
menjadi nasabah.
4.1.2 Produk dan Layanan
1. Tabungan
a. Si
Mitra
adalah
tabungan
yang
dipersembahkan
bagi
masyarakat dan mitra usaha dalam mewujudkan kemudahan
bertransaksi dengan mutu pelayanan yang baik sehingga dapat
memberikan keuntungan yang maksimal.
Keunggulan Si Mitra:
 Suku bunga menarik dan fleksibel;
 Perhitungan bunga berdasarkan saldo harian.
 Biaya administrasi bulanan sangat ringan.
 Dapat dijadikan jaminan kredit.
48
 Aman karena diikut sertakan dalam program penjaminan
simpanan (LPS).
b. Ariska (arisan keluarga) adalah tabungan yang dikemas dalam
bentuk arisan keluarga, terjamin dan menguntungkan AMAN &
TERJAMIN. Ariska dikelola secara profesional oleh Bankir
berpengalaman dan untuk setiap peserta akan diberikan
Sertifikat Tabungan Ariska.
Hanya dengan setoran Rp.
100.000,-/bulan anda akan mendapatkan keuntungan:
 Uang Tunai senilai Rp. 1 Juta bagi pemenang arisan.
 Uang Tunai senilai Rp. 5 Juta bagi pemenang arisan pada
bulan ke 12, 24 dan 36.- Setiap 3 (tiga) bulan akan diikutkan
dalam undian Door Prize.
 Simpanan arisan anda tetap utuh & akan mendapatkan bunga
tabungan harian yang besarnya ditetapkan oleh BPR Hasa
Mitra.
 Penarikan simpanan arisan dapat dilakukan setelah masa
arisan selesai (36 bulan).
c. Si Deka (Simpanan Deposito Berjangka) adalah deposito
berjangka yang sangat fleksibel dan sangat aman dalam
berinvestasi di Hasa Mitra. Bunga deposito yang tinggi + hadiah
yang disesuaikan dengan penempatan deposito. Simpanan anda
akan aman karena dijamin oleh LPS (Lembaga Penjamin
Simpanan).
49
Keunggulan Si Deka:
 Suku bunga tinggi dengan pilihan jangka waktu penempatan
yang fleksibel 1,3,6 dan 12 bulan.
 Pembayaran bunga setiap bulan dapat dilakukansecara tunai
atau pemindah-bukuan ke rekening tabungan.
 Aman karena diikut sertakan dalam program penjaminan
simpanan.
 Dapat dijadikan jaminan kredit.
2. Kredit
a. KSG (Kredit Serba Guna) adalah kredit yang diberikan kepada
pegawai yang berpenghasilan tetap, dalam memenuhi kebutuhan
konsumsinya.
b. KMK (Kredit Mikro Kecil) adalah kredit yang diperuntukkan
bagi usaha mikro & menengah untuk membiayai modal usaha
dan atau investasi, dengan suku bunga yang sangat kompetitif.
Manfaat KMK:
 Menambah modal kerja, seperti penyediaan stok barang,
meningkatkan volume penjualan, pengembangan/perluasan
usaha.
 Investasi jangka pendek, seperti menambah inventarisasi
usaha, dll.
c. KuRT (Kredit usaha Rumah Tangga) adalah fasilitas kredit atau
pembiayaan yang disediakan oleh BPR Hasa Mitra, diberikan
50
kepada pegawai yang memiliki penghasilan tetap. Tujuan
penggunaan kredit ini adalah untuk modal kerja dan atau
investasi di sektor usaha mikro, kecil dan menengah yang
produktif dan layak untuk dibiayai.
Misi KuRT: Pro terhadap para istri/suami PNS, TNI,
POLRI, BUMN dan para wirausaha mikro, kecil dan menengah.
Program Kredit Usaha Rumah Tangga dari Bank Hasa Mitra
diharapkan akan berdampak positif terhadap penciptaan
lapangan kerja, peningkatan taraf hidup masyarakat dan dapat
memperkuat basis perekonomian dari sektor riil.
3. Layanan
Sebagai upaya memberi kemudahan dan kenyamanan
melakukan transaksi bagi para pelaku bisnis, BPR Hasa Mitra
kembali meluncurkan alat transaksi Mirco PAY dan SMS
Banking.
a. Mirco PAY dapat juga dikatakan sebagai ATM berjalan.
Fungsinya dapat memudahkan transaksi, transfer uang dan
pulsa, hingga pembayaran tagihan rekening telepon bagi
nasabah pengguna ATM elektronik tanpa kabel. Sebelum
melakukan peluncuran, BPR Hasa Mitra telah melakukan studi
kelayakan dan desain transaksi jumlah pengguna Micro di
Bandung, dan ditemukan jumlah transaksi terjadi cukup besar
hingga mencapai Rp. 25 miliar dari 1911 jumlah mitra.
51
b. SMS Banking dengan melibatkan beberapa operator seperti,
Terkomsel, Telkom, XL, Esia dan Fren yang dapat dilakukan
kapan dan dimana saja melalui ponsel tanpa ada batas batas
waktu selama 24 jam penuh setiap hari.
4.1.3 Struktur Organisasi
Bank Perkreditan Rakyat merupakan bank yang memiliki aktivitas
berupa penyaluran dan menyimpan dana yang lebih sederhana
daripada aktivitas bank umum. Jadi penyusunan organisasinya pun
tidak terlalu rumit dan memiliki susunan tersendiri. Struktur
organisasi BPR Hasa Mitra terdiri dari manajemen tingkat atas dan
bawah. Manajemen tingkat atas terdiri dari Dewan Komisaris,
Direktur Utama, Direktur, Manajer Operasional, Manajer HRD,
Manajer Bisnis dan Pemimpin Cabang Gowa. Sedangkan manajemen
tingkat bawah terdiri dari bagian akuntansi dan personalia, account
officer, administrasi kredit, teller umum, teller tabungan/deposito,
pelayanan nasabah, kepala kas pasar, petugas kas, pesuruh, dan
satpam. BPR Hasa Mitra Adiguna memiliki struktur organisasi yang
jelas untuk pembagian tugas dan untuk lebih jelas susunan organisasi
BPR Hasa Mitra dapat dilihat pada Lampiran 2.
4.2
Analisis Data
Berikut ini adalah analisis CAMEL terhadap BPR Hasa Mitra periode
tahun 2006 sampai dengan tahun 2010 yang digunakan untuk menganalisis
kesehatan BPR tersebut.
52
4.2.1 Analisis terhadap Faktor Permodalan (Capital)
Berdasarkan data neraca BPR Hasa Mitra selama periode tahun
2006-2010 tercatat bahwa nilai ATMR (Aktiva Tertimbang Menurut
Risiko) dari tahun ke tahun semakin meningkat. Pada tahun 2006 total
ATMR yaitu sebesar Rp 12.483.269.732 dan dalam 5 tahun kemudian
yaitu di tahun 2010 meningkat menjadi Rp 135.253.853.433,Peningkatan ATMR ini disebabkan oleh adanya peningkatan jumlah
dana pihak ketiga. Dari sisi modal juga mengalami peningkatan dari
tahun ke tahun yaitu Rp 2.368.424.752 di tahun 2006 dan dalam kurun
5 tahun kemudian yaitu di tahun 2010 BPR Hasa Mitra mampu
mendapatkan modal sebesar Rp 20.963.973.509,- Rasio permodalan
diukur dengan membandingkan antara Rasio Modal terhadap ATMR,
sehingga CAR BPR Hasa Mitra selama tahun 2006-2010 adalah
sebagai berikut :
Tabel 4.1
Perhitungan CAR
Tahun
Total Modal (Rp)
ATMR (Rp)
2006
2.368.424.752
12.483.269.732
2007
3.813.655.762
28.905.412.316
2008
8.188.015.438
58.577.091.201
2009
13.692.491.946
81.161.482.404
2010
20.963.973.509
135.253.853.433
Sumber : Laporan Keuangan BPR Hasa Mitra
CAR (%)
18,97%
13,19%
13,98%
16,87%
15,50%
Rasio CAR BPR Hasa Mitra selama periode tahun 2006-2010
mengalami fluktuasi, dalam artian rasio CAR-nya dari tahun ketahun
mengalami kenaikan dan penurunan. CAR BPR Hasa Mitra per 31
53
Desember 2006 adalah sebesar 18,97% lalu menurun drastis di tahun
2007 menjadi sebesar 13,19%. Pada tahun 2008 CAR BPR Hasa Mitra
mengalami sedikit kenaikan yaitu menjadi sebesar 13,98%. CAR pada
tahun 2009 naik menjadi sebesar 16,87% dan pada tahun 2010 turun
menjadi 15,50%.
Meskipun CAR BPR Hasa Mitra dalam periode 5 tahun tersebut
mengalami fluktuasi tetapi BPR Hasa Mitra tetap mampu menjaga
posisi CAR diatas standar minimum yang ditetapkan Bank Indonesia
yaitu 8%. Berdasarkan kriteria penilaian dimana rasio CAR BPR Hasa
Mitra selama periode 2006-2010 berada diatas 8% maka rasio CAR
BPR Hasa Mitra dapat dikategorikan SEHAT. Dimana semakin besar
rasio CAR (Capital Adequacy Ratio) yang dimiliki oleh bank maka
akan semakin baik hal ini dikarenakan bank mampu menyediakan
modal dalam jumlah yang besar.
Setelah melakukan perhitungan nilai rasio CAR, maka selanjutnya
adalah melakukan analisis nilai kredit rasio Capital Adequecy Ratio
(CAR) pada BPR Hasa Mitra tahun 2006-2010.
Tabel 4.2
Nilai Kredit Faktor CAR
Tahun
CAR (%)
Nilai Kredit
2006
18,97%
190,728
2007
13,19%
132,936
13,98%
140,782
2008
16,87%
169,707
2009
2010
15,50%
155,997
Sumber : Hasil Olahan Data
Nilai
Maksimum
100
100
100
100
100
Bobot
Rasio
CAR
30%
30%
30%
30%
30%
Nilai
Faktor
Kredit
30
30
30
30
30
54
Berdasarkan hasil perhitungan, nilai kredit CAR BPR Hasa Mitra
pada tahun 2006 adalah sebesar 190,728 lalu pada tahun 2007 sebesar
132,936. Di tahun 2008 nilai kredit CAR sebesar 140,782 lalu pada
tahun 2009 sebesar 169,707 dan di tahun 2010 nilai kredit CAR
sebesar 155,997. Oleh karena nilai kredit dibatasi maksimum 100
maka nilai rasio CAR BPR Hasa Mitra pada tahun 2006 hingga 2010
diakui sebagai 100.
4.2.2 Analisis terhadap Faktor Kualitas Aktiva Produktif (Asset
Quality)
Penilaian didasarkan kepada kualitas aktiva yang dimiliki Bank.
Rasio yang diukur ada 2 macam yaitu :
a. Rasio KAP
Rasio Aktiva Produktif Yang Diklasifikasikan
terhadap Aktiva Produktif
APYD menggambarkan Aktiva Produktif yang kurang
lancar, diragukan atau macet. Semakin besar APYD tersebut maka
semakin besar kondisi aktiva produktif yang potensial untuk tidak
dapat ditagih atau macet. Dari hasil perhitungan, APYD BPR Hasa
Mitra dari tahun 2006 hingga tahun 2010 semakin tahun semakin
kecil. APYD pada tahun 2006 sebesar Rp 178.328.000 dan di
tahun 2010 hanya sebesar Rp 34.163.000,- Hal ini mengindikasikan
bahwa kualitas aktiva produktif BPR Hasa Mitra semakin
meningkat. Berikut ini adalah hasil perhitungan Kualitas Aktiva
Produktif (KAP) pada BPR Hasa Mitra tahun 2006-2010:
55
Tabel 4.3
Perhitungan KAP
(dalam ribuan rupiah)
Tahun
2006
2007
2008
2009
2010
APYD (Rp)
178.328
124.422
169.856
109.820
34.163
AKTIVA
PRODUKTIF (Rp)
23.089.545
54.918.873
112.759.172
165.812.437
269.249.148
KAP (%)
0,77%
0,23%
0,15%
0,07%
0,01%
Sumber : Laporan Keuangan BPR Hasa Mitra
Rasio KAP BPR Hasa Mitra pada tahun 2006 adalah
sebesar 0,77% kemudian terus menurun pada tahun-tahun
berikutnya yaitu sebesar 0,23% ditahun 2007, 0,15% ditahun 2008,
0,07% ditahun 2009 dan 0,01% ditahun 2010. Semakin kecilnya
rasio KAP disebabkan karena jumlah APYD yang semakin kecil
dalam artian bahwa dari tahun ke tahun BPR Hasa Mitra semakin
baik dalam mengelola pemberian kreditnya. Selain itu di pengaruhi
juga oleh jumlah Aktiva produktif yang dari tahun ke tahun
semakin meningkat dalam artian bahwa jumlah kredit yang
disalurkan BPR Hasa Mitra dari tahun ke tahun semakin besar.
BPR Hasa Mitra selama periode 2006-2010 mampu
menjaga rasio KAP dibawah 10,35% sehingga berdasarkan kriteria
penilaian rasio KAP BPR Hasa Mitra dapat dikategorikan dalam
kelompok SEHAT. Kecilnya rasio KAP yang diperoleh BPR Hasa
Mitra menunjukkan bahwa BPR memiliki aktiva produktif
bermasalah yang relatif kecil. Karena semakin kecil rasio KAP,
56
maka semakin besar tingkat kemungkinan diterimanya kembali
dana yang ditanamkan.
Setelah melakukan perhitungan nilai rasio KAP, maka
selanjutnya adalah melakukan analisis nilai kredit Kualitas Aktiva
Produktif (KAP) pada BPR Hasa Mitra tahun 2006-2010.
Tabel 4.4
Nilai Kredit Faktor KAP
Tahun
KAP (%)
Nilai Kredit
2006
0,77%
145,867
2007
0,23%
149,467
2008
0,15%
150
2009
0,07%
150,533
2010
0,01%
150,933
Sumber : Hasil Olahan Data
Nilai
Maksimum
Bobot
Rasio
KAP
Nilai
Faktor
Kredit
100
100
100
100
100
25%
25%
25%
25%
25%
25
25
25
25
25
Berdasarkan hasil perhitungan, nilai kredit KAP BPR Hasa
Mitra pada tahun 2006 sebesar 145,867 lalu ditahun 2007 sebesar
149,467. Pada tahun 2008 sebesar 150 lalu pada tahun 2009 sebesar
150,533 dan pada tahun 2010 sebesar 150,933. Oleh karena nilai
kredit dibatasi maksimum 100 maka nilai rasio KAP BPR Hasa
Mitra pada tahun 2006 hingga 2010 diakui sebagai 100.
b. Rasio PPAP
Rasio Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif
terhadap Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif Yang Wajib
Dibentuk.
PPAPYD merupakan penyisihan penghapusan aktiva
produktif yang dibentuk guna menutup risiko kemungkinan
kerugian. Semakin besar PPAP maka modal bank akan semakin
57
kecil karena besarnya PPAP ini dicadangkan dari modal. Berikut
ini adalah hasil perhitungan rasio PPAP pada BPR Hasa Mitra
tahun 2006-2010:
Tabel 4.5
Perhitungan PPAP
(dalam ribuan rupiah)
Tahun
PPAP yang dibentuk
(RP)
PPAPWD (Rp)
2006
204.015
187.077
2007
342.364
342.364
2008
660.273
660.273
2009
923.574
923.574
2010
1.368.793
1.368.793
Sumber : Laporan Keuangan BPR Hasa Mitra
PPAP (%)
109,05%
100,00%
100,00%
100,00%
100,00%
Rasio PPAP BPR Hasa Mitra pada tahun 2006 adalah
sebesar 109,05% lalu ditahun berikutnya yaitu tahun 2007 rasio
PPAPnya sebesar 100% lalu di tahun-tahun berikutnya yaitu di
tahun 2088, 2009 dan di 2010 rasio PPAP tidak mengalami
perubahan yaitu tetap sebesar 100%.
BPR Hasa Mitra selama periode 2006-2010 mampu
menjaga rasio PPAP diatas 81% sehingga berdasarkan kriteria
penilaian rasio PPAP BPR Hasa Mitra dapat dikategorikan dalam
kelompok SEHAT. Hal ini mengindikasikan bahwa BPR Hasa
Mitra mampu menjaga kolektabilitas atau pinjaman yang
disalurkan semakin baik.
Setelah melakukan perhitungan nilai rasio PPAP, maka
selanjutnya adalah melakukan analisis nilai kredit Penyisihan
58
Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) pada BPR Hasa Mitra tahun
2006-2010.
Tabel 4.6
Nilai Kredit Faktor PPAP
Tahun
PPAP (%)
Nilai Kredit
2006
109,05%
110,05
2007
100,00%
101
2008
100,00%
101
2009
100,00%
101
2010
100,00%
101
Sumber : Hasil Olahan Data
Nilai
Maksimum
Bobot
Rasio
PPAP
Nilai
Faktor
Kredit
100
100
100
100
100
5%
5%
5%
5%
5%
5
5
5
5
5
Berdasarkan hasil perhitungan, nilai kredit PPAP BPR Hasa
Mitra pada tahun 2006 sebesar 110,05 lalu ditahun 2007 hingga
2010 nilai kredit rasio PPAP adalah statis sebesar 101. Oleh karena
nilai kredit dibatasi maksimum 100 maka nilai rasio PPAP BPR
Hasa Mitra pada tahun 2006 hingga 2010 diakui sebagai 100.
4.2.3 Analisis terhadap Faktor Manajemen (Management)
Penilaian terhadap faktor manajemen bertujuan untuk mengetahui
sejauh mana kinerja manajemen BPR Hasa Mitra dalam mengelola
kegiatan-kegiatan usahanya sehingga dana yang diterima dapat
disalurkan secara benar dan efisien. Penilaian terhadap faktor
manajemen didasarkan pada Surat Edaran BI No. 30/3/UPPB tanggal
30 April 1997 yang mencakup dua komponen yaitu manajemen umum
dan manajemen risiko. Semakin banyak aspek manajemen umum
maupun manajemen risiko yang dapat dipenuhi oleh BPR maka akan
dapat meningkatkan nilai kredit faktor manajemen. Penilaian faktor
59
manajemen dilakukan dengan cara memberikan kuesioner yang berisi
pertanyaan/pernyataan yang telah ditentukan oleh Bank Indonesia.
Berdasarkan hasil evaluasi atas 25 pertanyaan/pernyataan yang
diberikan kepada direksi BPR Hasa Mitra berkaitan dengan penilaian
manajemen dapat dijelaskan pada tabel berikut ini:
Tabel 4.7
Penilaian Aspek Manajemen
Aspek Manajemen
Jumlah Pertanyaan/
Pernyataan
A. Manajemen Umum
1. Strategi/sasaran
1
2. Struktur
2
3. Sistem
4
4. Kepemimpinan
3
Jumlah A
B. Manajemen Risiko
1. Risiko likuiditas
2
2. Risiko kredit
3
3. Risiko operasional
3
4. Risiko hukum
3
5. Risiko pemilik dan pengurus
4
Jumlah B
Jumlah A+B
25
Sumber: Kuesioner aspek manajemen yang diolah.
Nilai
3
6
16
12
37
8
12
12
12
16
60
97
Secara umum kualitas manajeman BPR Hasa Mitra sudah dalam
keadaan baik. Pelaksanaan manajemen umum maupun manajemen
risiko sudah terlaksana dengan baik. Penilaian manajemen umum
terdiri dari empat aspek yaitu strategi/sasaran, struktur, sistem, dan
kepemimpinan. Dari aspek strategi/sasaran yang dinilai berkaitan
dengan rencana kerja tahunan bank yang digunakan sebagai dasar
acuan kegiatan usaha bank selama satu tahun. Sedangkan struktur
60
yang dinilai berkaitan dengan bagan organisasi yang ada, apakah
sudah mencerminkan seluruh kegiatan bank dan tidak terdapat jabatan
kosong atau perangkapan jabatan yang dapat mengganggu kelancaran
pelaksanaan tugas, serta batasan yang jelas pada tugas dan wewenang
untuk masing-masing karyawan. Dari penelitian diperoleh hasil bahwa
kedua aspek ini berada pada kondisi ANTARA yang menunjukkan
bahwa BPR masih belum melaksanakan aspek ini dengan cukup
maksimal.
Berikutnya untuk aspek sistem yang berkaitan dengan kegiatan
operasional kredit dan pencatatan setiap transaksi berada pada kondisi
BAIK. Hal ini disebabkan oleh semakin canggihnya teknologi
informasi yang digunakan BPR sehingga pencatatan dan penyusunan
laporan telah dapat dilakukan dengan cepat dan efektif. Kemudian
sistem
pengamanan
dokumen
serta
pengawasan
terhadap
pengembangan dan pelaksanaan kegiatan bawahannya berada pada
kondisi yang BAIK. Pimpinan secara rutin melaksanakan koreksi
terhadap karyawan melalui rapat kordinasi yang dilakukan secara rutin
untuk mengevaluasi semua kegiatan dan pengawasan terhadap
pengamanan dokumen.
Dari aspek kepemimpinan yang dilaksanakan oleh BPR Hasa Mitra
yaitu yang berkaitan dengan pengambilan keputusan, komitmen bank
dalam menangani setiap permasalahan, serta tata tertib dan disiplin
kerja direksi dan karyawan berada pada kondisi yang BAIK. Hal ini
61
menunjukkan
bahwa
direksi
BPR
telah
menggunakan
gaya
kepemimpinan yang tepat dalam mengelola organisasi.
Pada manajemen risiko penilaian terdiri dari manajemen risiko
likuiditas, risiko kredit, risiko operasional, risiko hukum, serta risiko
pemilik dan pengurus. Pada aspek risiko likuiditas, BPR Hasa Mitra
berada pada kondisi yang BAIK. Hal ini disebabkan banyaknya
kerjasama BPR dengan bank lain dalam hal penempatan dana bank.
Selain itu BPR juga selalu melaksanakan pemantauan dan pencatatan
tagihan dan kewajiban serta senantiasa memelihara likuiditas dengan
baik.
Manajemen risiko kredit yang berkaitan dengan analisis terhadap
kemampuan
debitur
untuk
membayar
kembali
kewajibannya,
pemantauan terhadap penggunaan kredit, kemampuan dan kepatuhan
debitur dalam memenuhi kewajibannya serta peninjauan, penilaian
dan pengikatan terhadap agunan semuanya berada pada kondisi yang
BAIK. Pada manajemen risiko operasional semua ketagori berada
dalam kondisi BAIK. Hal ini karena BPR Hasa Mitra telah
menerapkan kebijakan pembentukan penyisihan penghapusan piutang
berdasarkan prinsip kehati-hatian dan tidak menerapkan persyaratan
yang lebih ringan kepada pemilik/pengurus bank untuk memperoleh
fasilitas dari bank. Selain itu sistem dan prosedur serta kebijakan
internal BPR telah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan.
62
Pada aspek manajemen risiko hukum telah berada pada kondisi
BAIK. Hal ini karena penggunaan perjanjian kredit telah sesuai
dengan ketentuan yang berlaku, lalu risiko hukum yang berkaitan
dengan persyaratan agunan, penatausahaan blangko bilyet deposito
dan buku tabungan yang belum digunakan(kosong) dan blangko bilyet
deposito yang telah dicairkan dananya serta buku tabungan yang telah
dikembalikan ke bank karena rekeningnya telah ditutup semuanya
juga telah dilaksanakan dengan baik dan sesuai.
Aspek terakhir yang dinilai yaitu manajemen risiko pemilik dan
pengurus yang dilaksanakan pada BPR Hasa Mitra berada pada
kondisi yang BAIK karena tidak adanya campur tangan pemilik bank
terhadap
kegiatan
operasional
sehari-hari
yang
cenderung
menguntungkan kepentingannya sendiri. Selain itu, pemilik bank juga
mempunyai
kemampuan
dan
kemauan
untuk
meningkatkan
permodalan bank sehingga senantiasa memenuhi ketentuan yang
berlaku, direksi juga tidak melakukan hal-hal yang cenderung
menguntungkan diri sendiri, keluarga dan grupnya sehingga dapat
merugikan bank serta fungsi pengawasan oleh dewan komisaris
terhadap pelaksanaan tugas direksi dalam batasan tugas dan
wewenang yang jelas juga telah dilakukan. Penilaian faktor
manajemen secara keseluruhan dapat dilihat pada Lampiran 9.
Setelah melakukan analisa dan perhitungan terhadap kuisioner
aspek manajemen, maka selanjutnya adalah melakukan analisis nilai
63
kredit aspek manajemen pada BPR Hasa Mitra. Karena penilaian
aspek manajemen ini dilakukan pada masa peneliti melakukan
penelitian yaitu di tahun 2012 dan tidak melakukan penilaian aspek
manajemen pada tahun periode 2006-2010 maka peneliti berasumsi
bahwa kondisi hasil penilaian aspek manajemen saat ini sama dengan
kondisi penilaian aspek manajemen pada periode 2006-2010.
Sehingga nilai kredit yang didapatkan BPR Hasa Mitra untuk aspek
manajemen selama periode 2006-2010 yaitu sebagai berikut:
Tabel 4.8
Nilai Kredit Aspek Manajemen
TAHUN
NILAI
NILAI KREDIT
FAKTOR
2006
97
19,4
2007
97
19,4
2008
97
19,4
2009
97
19,4
2010
97
19,4
Sumber : Hasil Olahan Data
BPR Hasa Mitra memperoleh nilai 97 dalam penilaian aspek
manajemen. Berdasarkan kriteria penilaian, maka aspek manajemen
BPR Hasa Mitra berada dalam kondisi SEHAT.
4.2.4 Analisis terhadap Faktor Rentabilitas (Earning)
Rasio rentabilitas dilakukan untuk mengetahui kemampuan bank
dalam mendapatkan keuntungan. Rasio rentabilitas terbagi menjadi 2
yaitu:
1. ROA : membandingkan antara laba dengan total aktiva
64
2. BOPO : membandingkan antara beban operasi dengan pendapatan
operasi.
Berdasarkan neraca dan laporan laba rugi BPR Hasa Mitra selama
periode tahun 2006-2010, laba sebelum pajak dan rata-rata asset BPR
Hasa Mitra terus mengalami peningkatan. Berikut ini adalah hasil
analisis Return On Assets (ROA) pada BPR Hasa Mitra tahun 20062010:
Tabel 4.9
Perhitungan ROA
(dalam ribuan rupiah)
Tahun
Laba Sebelum
Pajak
Rata-rata Assets
(12 Bulan Terakhir)
2006
671.227
15.959.729
2007
2.755.380
39.183.923
2008
6.012.657
94.027.431
2009
7.065.677
143.350.317
2010
10.979.541
215.263.720
Sumber : Laporan Keuangan BPR Hasa Mitra
ROA (%)
4,21%
7,03%
6,39%
4,93%
5,10%
Return On Assets (ROA) BPR Hasa Mitra pada tahun 2006 adalah
sebesar 4,21%. Pada tahun 2007 sebesar 7,03% lalu pada tahun 2008
sebesar 6,39%. ditahun 2009 ROA sebesar 4,93% dan pada tahun
2010 sebesar 5,10%. Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, BPR
Hasa Mitra mampu menjaga ROA tetap berada diatas 1,215%
sehingga berdasarkan kriteria penilaian ROA BPR Hasa Mitra dapat
dikategorikan dalam kelompok SEHAT. Dengan tingginya rasio ROA
ini menunjukkan bahwa BPR Hasa Mitra mampu dengan baik dalam
mengelola asset bank yang dimiliki untuk menghasilkan laba.
65
Setelah melakukan perhitungan nilai rasio ROA, maka selanjutnya
adalah melakukan analisis nilai kredit Return On Assets (ROA) pada
BPR Hasa Mitra tahun 2006-2010.
Tabel 4.10
Nilai Kredit Faktor ROA
Tahun
ROA (%)
Nilai Kredit
2006
4,21%
280,384
2007
7,03%
468,794
2008
6,39%
426,305
2009
4,93%
328,597
2010
5,10%
340,034
Sumber : Hasil Olahan Data
Nilai
Maksimum
Bobot
Rasio
ROA
Nilai
Faktor
Kredit
100
100
100
100
100
5%
5%
5%
5%
5%
5
5
5
5
5
Berdasarkan hasil perhitungan, nilai kredit ROA BPR Hasa Mitra
pada tahun 2006 adalah sebesar 280,384. Pada tahun 2007 nilai
kreditnya sebesar 468,794. Pada tahun 2008 nilai kreditnya sebesar
426,305. Pada tahun 2009 nilai kreditnya sebesar 328,597. Dan pada
tahun 2010 nilai kreditnya sebesar 340,034. Oleh karena nilai kredit
dibatasi maksimum 100 maka nilai rasio ROA BPR Hasa Mitra pada
tahun 2006 hingga 2010 diakui sebagai 100.
Sedangkan hasil analisis Biaya Operasional terhadap Pendapatan
Operasional (BOPO) pada BPR Hasa Mitra tahun 2006-2010 adalah
sebagai berikut:
66
Tabel 4.11
Perhitungan BOPO
(dalam ribuan rupiah)
Tahun
BIAYA
OPERASIONAL
PENDAPATAN
OPERASIONAL
BOPO (%)
2006
2.866.988
3.520.088
2007
5.455.995
8.190.927
2008
12.961.180
18.962.982
2009
20.117.360
27.179.332
2010
26.769.785
37.756.977
Sumber : Laporan Keuangan BPR Hasa Mitra
81,45%
66,61%
68,35%
74,02%
70,90%
BOPO BPR Hasa Mitra pada tahun 2006 adalah sebesar 81,45%.
pada tahun 2007 sebesar 66,61% lalu pada tahun 2008 sebesar
68,35%. Pada tahun 2009 BOPO sebesar 74,02% dan pada tahun 2010
sebesar 70,90%. Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, BPR Hasa
Mitra mampu menjaga BOPO tetap berada dibawah 93,52% sehingga
berdasarkan kriteria penilaian BOPO BPR Hasa Mitra dapat
dikategorikan dalam kelompok SEHAT. Dengan semakin kecilnya
rasio BOPO maka semakin efisien BPR Hasa Mitra dalam melakukan
kegiatan operasionalnya karena biaya yang dikeluarkan lebih kecil
dibandingkan pendapatan yang diterima.
Setelah
melakukan
perhitungan
nilai
rasio
BOPO,
maka
selanjutnya adalah melakukan analisis nilai kredit Biaya Operasional
terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) pada BPR Hasa Mitra
tahun 2006-2010.
67
Tabel 4.12
Nilai Kredit Faktor BOPO
Tahun
BOPO (%)
Nilai Kredit
Nilai
Maksimum
Bobot
Rasio
BOPO
Nilai
Faktor
Kredit
100
100
100
100
100
5%
5%
5%
5%
5%
5
5
5
5
5
2006
81,45%
231,875
2007
66,61%
417,375
2008
68,35%
395,625
2009
74,02%
324,750
2010
70,90%
363,750
Sumber : Hasil Olahan Data
Berdasarkan hasil perhitungan, nilai kredit BOPO BPR Hasa Mitra
pada tahun 2006 adalah sebesar 231,875. Pada tahun 2007 sebesar
417,375 lalu pada tahun 2008 sebesar 395,625. Pada tahun 2009
BOPO BPR Hasa Mitra sebesar 324,75 dan pada tahun 2010 nilai
kredit BOPO sebesar 363,75. Oleh karena nilai kredit dibatasi
maksimum 100 maka nilai rasio BOPO BPR Hasa Mitra pada tahun
2006 hingga 2010 diakui sebagai 100.
4.2.5 Analisis terhadap Faktor Likuiditas (Liquidity)
Likuiditas adalah kemampuan untuk membayar kewajiban
finansial jangka pendek tepat pada waktunya yang ditunjukkan oleh
besar kecilnya aktiva lancar. Penilaian likuiditas dimaksudkan untuk
mengevaluasi kemampuan Bank memelihara tingkat likuiditas yang
memadai dan kecukupan manajemen resiko likuiditas. Penilaian
dalam unsur ini yaitu didasarkan pada dua rasio yaitu:
a. Cash Ratio: perbandingan antara aktiva likuid terhadap hutang
lancar.
68
b. Loan to Deposit Ratio (LDR): perbandingan antara kredit terhadap
dana yang diterima bank.
Berdasarkan laporan keuangan BPR Hasa Mitra, aktiva likuid dari
tahun 2006 hingga tahun 2010 terus mengalami peningkatan. Ini
berbanding lurus dengan kewajiban lancar yang harus segera dibayar
oleh pihak BPR yang selama tahun 2006 hingga 2010 juga semakin
meningkat. Berikut ini adalah hasil analisis Cash Ratio pada BPR
Hasa Mitra tahun 2006-2010:
Tabel 4.13
Perhitungan Cash Ratio
(dalam ribuan rupiah)
Tahun
Aktiva Likuid (Rp)
Hutang Lancar
(Rp)
2006
950.967
20.785.693
2007
8.076.907
45.405.863
2008
6.007.581
57.854.356
2009
17.521.090
104.160.926
2010
37.517.351
166.286.792
Sumber : Laporan Keuangan BPR Hasa Mitra
CASH
RATIO (%)
4,58%
17,79%
10,38%
16,82%
22,56%
Cash Ratio BPR Hasa Mitra pada tahun 2006 adalah sebesar
4,58%. pada tahun 2007 sebesar 17,79% lalu pada tahun 2008 sebesar
10,38%. Pada tahun 2009 Cash Ratio sebesar 16,82% dan pada tahun
2010 sebesar 22,56%. Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, BPR
Hasa Mitra mampu menjaga Cash Ratio tetap berada diatas 4,05%
sehingga berdasarkan kriteria penilaian Cash Ratio BPR Hasa Mitra
dapat dikategorikan dalam kelompok SEHAT.
69
Setelah melakukan perhitungan nilai Cash Ratio, maka selanjutnya
adalah melakukan analisis nilai kredit Cash Ratio pada BPR Hasa
Mitra tahun 2006-2010.
Tabel 4.14
Nilai Kredit Faktor Cash Ratio
Tahun
Cash Ratio
(%)
Nilai Kredit
2006
4,58%
91,502
2007
17,79%
355,765
2008
10,38%
207,679
2009
16,82%
336,423
2010
22,56%
451,237
Sumber : Hasil Olahan Data
Nilai
Maksimum
91,502
100
100
100
100
Bobot
Rasio
Cash Ratio
5%
5%
5%
5%
5%
Nilai
Faktor
Kredit
4,575
5
5
5
5
Berdasarkan hasil perhitungan, nilai kredit Cash Ratio BPR Hasa
Mitra pada tahun 2006 adalah sebesar 91,502. Pada tahun 2007
sebesar 255,765 lalu pada tahun 2008 sebesar 207,679. Pada tahun
2009 BOPO BPR Hasa Mitra sebesar 336,423 dan pada tahun 2010
nilai kredit BOPO sebesar 451,237. Oleh karena nilai kredit dibatasi
maksimum 100 maka nilai rasio BOPO BPR Hasa Mitra pada tahun
2006 hingga 2010 kecuali pada tahun 2006 diakui sebagai 100.
Sedangkan hasil analisis Loan To Deposit Ratio (LDR) pada BPR
Hasa Mitra tahun 2006-2010 adalah sebagai berikut:
Tabel 4.15
Perhitungan LDR
(dalam ribuan rupiah)
Tahun
2006
2007
Kredit (Rp)
18.361.924
48.850.735
Dana yang Diterima
(Rp)
LDR (%)
23.402.418
55.593.850
78,46%
87,87%
70
2008
107.175.893
114.485.008
2009
144.658.278
172.202.055
2010
240.342.494
276.654.983
Sumber : Laporan Keuangan BPR Hasa Mitra
93,62%
84,00%
86,87%
LDR BPR Hasa Mitra pada tahun 2006 adalah sebesar 78,46%.
pada tahun 2007 sebesar 87,87% lalu pada tahun 2008 sebesar
93,62%. Pada tahun 2009 LDR sebesar 84% dan pada tahun 2010
sebesar 86,87%. Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, BPR Hasa
Mitra mampu menjaga LDR tetap berada dibawah 94,75% sehingga
berdasarkan kriteria penilaian LDR BPR Hasa Mitra dapat
dikategorikan dalam kelompok SEHAT.
Setelah melakukan perhitungan nilai LDR, maka selanjutnya
adalah melakukan analisis nilai kredit LDR, pada BPR Hasa Mitra
tahun 2006-2010.
Tabel 4.16
Nilai Kredit Faktor LDR
Tahun
LDR (%)
Nilai Kredit
2006
78,46%
146,16
2007
87,87%
108,52
2008
93,62%
85,52
2009
84,00%
124,00
2010
86,87%
112,52
Sumber : Hasil Olahan Data
Nilai
Maksimum
Bobot
Rasio LDR
Nilai
Faktor
Kredit
100,000
100
85,52
100
100
5%
5%
5%
5%
5%
5
5
4,276
5
5
Berdasarkan hasil perhitungan, nilai kredit LDR BPR Hasa Mitra
pada tahun 2006 adalah sebesar 146,16. Pada tahun 2007 sebesar
108,52 lalu pada tahun 2008 sebesar 85,52. Pada tahun 2009 LDR
BPR Hasa Mitra sebesar 124 dan pada tahun 2010 nilai kredit LDR
71
sebesar 112,52. Oleh karena nilai kredit dibatasi maksimum 100 maka
nilai rasio LDR BPR Hasa Mitra pada tahun 2006 hingga 2010 kecuali
tahun 2008 diakui sebagai 100.
4.3
Pembahasan
Nilai kotor rasio dan bobot yang diberikan menggunakan standar yang
telah ditetapkan oleh Bank Indonesia. Nilai rasio bersih yang merupakan
hasil perkalian nilai rasio kotor dengan bobot akan dijumlahkan dari seluruh
rasio CAMEL dan diperoleh Nilai Bersih Rasio CAMEL. Nilai Rasio
CAMEL ini menunjukkan predikat kesehatan bank tersebut sesuai dengan
standar yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia. Perhitungan nilai bersih
masing-masing rasio CAMEL BPR Hasa Mitra adalah sebagai berikut:
4.3.1 Perhitungan Nilai Bersih Rasio CAMEL BPR Hasa Mitra Tahun
2006
Tabel 4.17
Nilai Bersih Rasio CAMEL Tahun 2006
FAKTOR YANG DINILAI
1. PERMODALAN
CAR
2. KUALITAS AKTIVA PRODUKTIF
a. KAP
b. PPAP
3. MANAJEMEN
M. umum + M. Risiko
4. RENTABILITAS
a. ROA
b. BOPO
5. LIKUIDITAS
a. CASH RATIO
b. LDR
NILAI
KREDIT
RASIO (%)
BOBOT
NILAI
BOBOT
18,97%
100
30%
30,00
0,77%
109,05%
100
100
25%
5%
25,00
5,00
-
97
20%
19,4
4,21%
81,45%
100
100
5%
5%
5,00
5,00
4,58%
78,46%
91,502
100
5%
5%
4,58
5,00
72
Jumlah Nilai Bersih Rasio
CAMEL
98,98
Dari aspek Permodalan, angka Rasio CAR menunjukkan
kemampuan bank untuk menutupi penurunan aktivanya sebagai akibat
dari kerugian-kerugian bank yang disebabkan oleh aktiva yang
berisiko sebesar 18,97% sehingga didapatkan nilai kredit sebesar 100
dan setelah dikalikan dengan bobot rasio CAR sebesar 30% maka nilai
bobot faktor permodalan adalah 30. Dari aspek Kualitas Aktiva
Produktif, angka Rasio KAP menunjukkan aktiva produktif yang
bermasalah pada bank sebesar 0.77% dan angka Rasio PPAP
menunjukkan kemampuan bank dalam mengantisipasi penghapusan
kredit macet sebesar 109,05% sehingga didapatkan nilai kredit KAP
sebesar 100 lalu dikalikan dengan bobot rasio KAP sebesar 25% maka
nilai bobot KAP adalah 25. Dan untuk PPAP diperoleh nilai kredit
sebesar 100 lalu dikalikan dengan bobot rasio PPAP sebesar 5% maka
nilai bobot PPAP adalah 5.
Dari aspek Manajemen, hasil perhitungan manajemen umum
dan manajemen risiko menghasilkan nilai kredit sebesar 97 lalu
dikalikan dengan bobot aspek manajemen sebesar 20% sehingga nilai
bobot yang diperoleh adalah 19,4. Dari aspek Rentabilitas, angka
Rasio ROA menunjukkan kemampuan bank didalam memperoleh laba
dan efisiensi secara keseluruhan sebesar 4,21% dan angka Rasio
BOPO menunjukkan tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam
73
melakukan kegiatan operasionalnya sebesar 81,45%. Dari hasil
tersebut diperoleh nilai kredit untuk ROA sebesar 100 lalu dikalikan
dengan bobot rasio ROA sebesar 5% sehingga diperoleh nilai bobot
ROA sebesar 5. Dan untuk BOPO diperoleh nilai kredit sebesar 100
lalu dikalikan dengan bobot rasio BOPO sebesar 5% maka nilai bobot
BOPO adalah 5.
Dari aspek Likuiditas, angka Rasio Cash Ratio menunjukkan
kemampuan aktiva lancar dalam memenuhi kewajiban lancar yang
segera jatuh tempo sebesar 4,58% dan angka Rasio LDR
menunjukkan kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan
dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang
diberikan sebagai sumber likuditasnya sebesar 78,46%. Dari hasil
tersebut diperoleh nilai kredit untuk Cash Ratio sebesar 91,502 lalu
dikalikan dengan bobot rasio Cash Ratio sebesar 5% sehingga
diperoleh nilai bobot Cash Ratio sebesar 4,58. Dan untuk LDR
diperoleh nilai kredit sebesar 100 lalu dikalikan dengan bobot rasio
LDR sebesar 5% maka nilai bobot LDR adalah 5. Setelah semua nilai
bobot rasio telah dihitung maka akan diperoleh jumlah nilai bersih
rasio CAMEL BPR Hasa Mitra untuk tahun 2006 adalah sebesar
98,98.
74
4.3.2 Perhitungan Nilai Bersih Rasio CAMEL BPR Hasa Mitra Tahun
2007
Tabel 4.18
Nilai Bersih Rasio CAMEL Tahun 2007
FAKTOR YANG DINILAI
1. PERMODALAN
CAR
2. KUALITAS AKTIVA PRODUKTIF
a. KAP
b. PPAP
3. MANAJEMEN
M. umum + M. Risiko
4. RENTABILITAS
a. ROA
b. BOPO
5. LIKUIDITAS
a. CASH RATIO
b. LDR
Jumlah Nilai Bersih Rasio
CAMEL
NILAI
KREDIT
RASIO (%)
BOBOT
NILAI
BOBOT
13,19%
100
30%
30,00
0,23%
100,00%
100
100
25%
5%
25,00
5,00
-
97
20%
19,4
7,03%
66,61%
100
100
5%
5%
5,00
5,00
17,79%
87,87%
100,000
100
5%
5%
5,00
5,00
99,40
Dari aspek Permodalan, angka Rasio CAR menunjukkan
kemampuan bank untuk menutupi penurunan aktivanya sebagai akibat
dari kerugian-kerugian bank yang disebabkan oleh aktiva yang
berisiko sebesar 13,19% sehingga didapatkan nilai kredit sebesar 100
dan setelah dikalikan dengan bobot rasio CAR sebesar 30% maka nilai
bobot faktor permodalan adalah 30. Dari aspek Kualitas Aktiva
Produktif, angka Rasio KAP menunjukkan aktiva produktif yang
bermasalah pada bank sebesar 0.23% dan angka Rasio PPAP
menunjukkan kemampuan bank dalam mengantisipasi penghapusan
75
kredit macet sebesar 100% sehingga didapatkan nilai kredit KAP
sebesar 100 lalu dikalikan dengan bobot rasio KAP sebesar 25% maka
nilai bobot KAP adalah 25. Dan untuk PPAP diperoleh nilai kredit
sebesar 100 lalu dikalikan dengan bobot rasio PPAP sebesar 5% maka
nilai bobot PPAP adalah 5.
Dari aspek Manajemen, hasil perhitungan manajemen umum
dan manajemen risiko menghasilkan nilai kredit sebesar 97 lalu
dikalikan dengan bobot aspek manajemen sebesar 20% sehingga nilai
bobot yang diperoleh adalah 19,4. Dari aspek Rentabilitas, angka
Rasio ROA menunjukkan kemampuan bank didalam memperoleh laba
dan efisiensi secara keseluruhan sebesar 7,03% dan angka Rasio
BOPO menunjukkan tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam
melakukan kegiatan operasionalnya sebesar 66,61%. Dari hasil
tersebut diperoleh nilai kredit untuk ROA sebesar 100 lalu dikalikan
dengan bobot rasio ROA sebesar 5% sehingga diperoleh nilai bobot
ROA sebesar 5. Dan untuk BOPO diperoleh nilai kredit sebesar 100
lalu dikalikan dengan bobot rasio BOPO sebesar 5% maka nilai bobot
BOPO adalah 5.
Dari aspek Likuiditas, angka Rasio Cash Ratio menunjukkan
kemampuan aktiva lancar dalam memenuhi kewajiban lancar yang
segera jatuh tempo sebesar 17,79% dan angka Rasio LDR
menunjukkan kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan
dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang
76
diberikan sebagai sumber likuditasnya sebesar 87,87%. Dari hasil
tersebut diperoleh nilai kredit untuk Cash Ratio sebesar 100 lalu
dikalikan dengan bobot rasio Cash Ratio sebesar 5% sehingga
diperoleh nilai bobot Cash Ratio sebesar 5. Dan untuk LDR diperoleh
nilai kredit sebesar 100 lalu dikalikan dengan bobot rasio LDR sebesar
5% maka nilai bobot LDR adalah 5. Setelah semua nilai bobot rasio
telah dihitung maka akan diperoleh jumlah nilai bersih rasio CAMEL
BPR Hasa Mitra untuk tahun 2007 adalah sebesar 99,40.
4.3.3 Perhitungan Nilai Bersih Rasio CAMEL BPR Hasa Mitra Tahun
2008
Tabel 4.19
Nilai Bersih Rasio CAMEL Tahun 2008
FAKTOR YANG DINILAI
1. PERMODALAN
CAR
2. KUALITAS AKTIVA PRODUKTIF
a. KAP
b. PPAP
3. MANAJEMEN
M. umum + M. Risiko
4. RENTABILITAS
a. ROA
b. BOPO
5. LIKUIDITAS
a. CASH RATIO
b. LDR
Jumlah Nilai Bersih Rasio
CAMEL
NILAI
KREDIT
RASIO (%)
BOBOT
NILAI
BOBOT
13,98%
100
30%
30,00
0,15%
100,00%
100
100
25%
5%
25,00
5,00
-
97
20%
19,4
6,39%
68,35%
100
100
5%
5%
5,00
5,00
10,38%
93,62%
100
85,52
5%
5%
5,00
4,28
98,68
77
Dari aspek Permodalan, angka Rasio CAR menunjukkan
kemampuan bank untuk menutupi penurunan aktivanya sebagai akibat
dari kerugian-kerugian bank yang disebabkan oleh aktiva yang
berisiko sebesar 13,98% sehingga didapatkan nilai kredit sebesar 100
dan setelah dikalikan dengan bobot rasio CAR sebesar 30% maka nilai
bobot faktor permodalan adalah 30. Dari aspek Kualitas Aktiva
Produktif, angka Rasio KAP menunjukkan aktiva produktif yang
bermasalah pada bank sebesar 0.15% dan angka Rasio PPAP
menunjukkan kemampuan bank dalam mengantisipasi penghapusan
kredit macet sebesar 100% sehingga didapatkan nilai kredit KAP
sebesar 100 lalu dikalikan dengan bobot rasio KAP sebesar 25% maka
nilai bobot KAP adalah 25. Dan untuk PPAP diperoleh nilai kredit
sebesar 100 lalu dikalikan dengan bobot rasio PPAP sebesar 5% maka
nilai bobot PPAP adalah 5.
Dari aspek Manajemen, hasil perhitungan manajemen umum
dan manajemen risiko menghasilkan nilai kredit sebesar 97 lalu
dikalikan dengan bobot aspek manajemen sebesar 20% sehingga nilai
bobot yang diperoleh adalah 19,4. Dari aspek Rentabilitas, angka
Rasio ROA menunjukkan kemampuan bank didalam memperoleh laba
dan efisiensi secara keseluruhan sebesar 6,39% dan angka Rasio
BOPO menunjukkan tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam
melakukan kegiatan operasionalnya sebesar 68,35%. Dari hasil
tersebut diperoleh nilai kredit untuk ROA sebesar 100 lalu dikalikan
78
dengan bobot rasio ROA sebesar 5% sehingga diperoleh nilai bobot
ROA sebesar 5. Dan untuk BOPO diperoleh nilai kredit sebesar 100
lalu dikalikan dengan bobot rasio BOPO sebesar 5% maka nilai bobot
BOPO adalah 5.
Dari aspek Likuiditas, angka Rasio Cash Ratio menunjukkan
kemampuan aktiva lancar dalam memenuhi kewajiban lancar yang
segera jatuh tempo sebesar 10,38% dan angka Rasio LDR
menunjukkan kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan
dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang
diberikan sebagai sumber likuditasnya sebesar 93,62%. Dari hasil
tersebut diperoleh nilai kredit untuk Cash Ratio sebesar 100 lalu
dikalikan dengan bobot rasio Cash Ratio sebesar 5% sehingga
diperoleh nilai bobot Cash Ratio sebesar 5. Dan untuk LDR diperoleh
nilai kredit sebesar 85,52 lalu dikalikan dengan bobot rasio LDR
sebesar 5% maka nilai bobot LDR adalah 4,28. Setelah semua nilai
bobot rasio telah dihitung maka akan diperoleh jumlah nilai bersih
rasio CAMEL BPR Hasa Mitra untuk tahun 2008 adalah sebesar
98,68.
79
4.3.4 Perhitungan Nilai Bersih Rasio CAMEL BPR Hasa Mitra Tahun
2009
Tabel 4.20
Nilai Bersih Rasio CAMEL Tahun 2009
FAKTOR YANG DINILAI
1. PERMODALAN
CAR
2. KUALITAS AKTIVA PRODUKTIF
a. KAP
b. PPAP
3. MANAJEMEN
M. umum + M. Risiko
4. RENTABILITAS
a. ROA
b. BOPO
5. LIKUIDITAS
a. CASH RATIO
b. LDR
Jumlah Nilai Bersih Rasio
CAMEL
NILAI
KREDIT
RASIO (%)
BOBOT
NILAI
BOBOT
16,87%
100
30%
30,00
0,07%
100,00%
100
100
25%
5%
25,00
5,00
-
97
20%
19,4
4,93%
74,02%
100
100
5%
5%
5,00
5,00
16,82%
84,00%
100
100
5%
5%
5,00
5,00
99,40
Dari aspek Permodalan, angka Rasio CAR menunjukkan
kemampuan bank untuk menutupi penurunan aktivanya sebagai akibat
dari kerugian-kerugian bank yang disebabkan oleh aktiva yang
berisiko sebesar 16,87% sehingga didapatkan nilai kredit sebesar 100
dan setelah dikalikan dengan bobot rasio CAR sebesar 30% maka nilai
bobot faktor permodalan adalah 30. Dari aspek Kualitas Aktiva
Produktif, angka Rasio KAP menunjukkan aktiva produktif yang
bermasalah pada bank sebesar 0.07% dan angka Rasio PPAP
menunjukkan kemampuan bank dalam mengantisipasi penghapusan
80
kredit macet sebesar 100% sehingga didapatkan nilai kredit KAP
sebesar 100 lalu dikalikan dengan bobot rasio KAP sebesar 25% maka
nilai bobot KAP adalah 25. Dan untuk PPAP diperoleh nilai kredit
sebesar 100 lalu dikalikan dengan bobot rasio PPAP sebesar 5% maka
nilai bobot PPAP adalah 5.
Dari aspek Manajemen, hasil perhitungan manajemen umum
dan manajemen risiko menghasilkan nilai kredit sebesar 97 lalu
dikalikan dengan bobot aspek manajemen sebesar 20% sehingga nilai
bobot yang diperoleh adalah 19,4. Dari aspek Rentabilitas, angka
Rasio ROA menunjukkan kemampuan bank didalam memperoleh laba
dan efisiensi secara keseluruhan sebesar 4,93% dan angka Rasio
BOPO menunjukkan tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam
melakukan kegiatan operasionalnya sebesar 74,02%. Dari hasil
tersebut diperoleh nilai kredit untuk ROA sebesar 100 lalu dikalikan
dengan bobot rasio ROA sebesar 5% sehingga diperoleh nilai bobot
ROA sebesar 5. Dan untuk BOPO diperoleh nilai kredit sebesar 100
lalu dikalikan dengan bobot rasio BOPO sebesar 5% maka nilai bobot
BOPO adalah 5.
Dari aspek Likuiditas, angka Rasio Cash Ratio menunjukkan
kemampuan aktiva lancar dalam memenuhi kewajiban lancar yang
segera jatuh tempo sebesar 16,82% dan angka Rasio LDR
menunjukkan kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan
dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang
81
diberikan sebagai sumber likuditasnya sebesar 84%. Dari hasil
tersebut diperoleh nilai kredit untuk Cash Ratio sebesar 100 lalu
dikalikan dengan bobot rasio Cash Ratio sebesar 5% sehingga
diperoleh nilai bobot Cash Ratio sebesar 5. Dan untuk LDR diperoleh
nilai kredit sebesar 100 lalu dikalikan dengan bobot rasio LDR sebesar
5% maka nilai bobot LDR adalah 5. Setelah semua nilai bobot rasio
telah dihitung maka akan diperoleh jumlah nilai bersih rasio CAMEL
BPR Hasa Mitra untuk tahun 2009 adalah sebesar 99,40.
4.3.5 Perhitungan Nilai Bersih Rasio CAMEL BPR Hasa Mitra Tahun
2010
Tabel 4.21
Nilai Bersih Rasio CAMEL Tahun 2010
FAKTOR YANG DINILAI
1. PERMODALAN
CAR
2. KUALITAS AKTIVA PRODUKTIF
a. KAP
b. PPAP
3. MANAJEMEN
M. umum + M. Risiko
4. RENTABILITAS
a. ROA
b. BOPO
5. LIKUIDITAS
a. CASH RATIO
b. LDR
Jumlah Nilai Bersih Rasio
CAMEL
NILAI
KREDIT
RASIO (%)
BOBOT
NILAI
BOBOT
15,50%
100
30%
30,00
0,01%
100,00%
100
100
25%
5%
25,00
5,00
-
97
20%
19,4
5,10%
70,90%
100
100
5%
5%
5,00
5,00
22,56%
86,87%
100
100
5%
5%
5,00
5,00
99,40
82
Dari aspek Permodalan, angka Rasio CAR menunjukkan
kemampuan bank untuk menutupi penurunan aktivanya sebagai akibat
dari kerugian-kerugian bank yang disebabkan oleh aktiva yang
berisiko sebesar 15,50% sehingga didapatkan nilai kredit sebesar 100
dan setelah dikalikan dengan bobot rasio CAR sebesar 30% maka nilai
bobot faktor permodalan adalah 30. Dari aspek Kualitas Aktiva
Produktif, angka Rasio KAP menunjukkan aktiva produktif yang
bermasalah pada bank sebesar 0.01% dan angka Rasio PPAP
menunjukkan kemampuan bank dalam mengantisipasi penghapusan
kredit macet sebesar 100% sehingga didapatkan nilai kredit KAP
sebesar 100 lalu dikalikan dengan bobot rasio KAP sebesar 25% maka
nilai bobot KAP adalah 25. Dan untuk PPAP diperoleh nilai kredit
sebesar 100 lalu dikalikan dengan bobot rasio PPAP sebesar 5% maka
nilai bobot PPAP adalah 5.
Dari aspek Manajemen, hasil perhitungan manajemen umum
dan manajemen risiko menghasilkan nilai kredit sebesar 97 lalu
dikalikan dengan bobot aspek manajemen sebesar 20% sehingga nilai
bobot yang diperoleh adalah 19,4. Dari aspek Rentabilitas, angka
Rasio ROA menunjukkan kemampuan bank didalam memperoleh laba
dan efisiensi secara keseluruhan sebesar 5,10% dan angka Rasio
BOPO menunjukkan tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam
melakukan kegiatan operasionalnya sebesar 70,90%. Dari hasil
tersebut diperoleh nilai kredit untuk ROA sebesar 100 lalu dikalikan
83
dengan bobot rasio ROA sebesar 5% sehingga diperoleh nilai bobot
ROA sebesar 5. Dan untuk BOPO diperoleh nilai kredit sebesar 100
lalu dikalikan dengan bobot rasio BOPO sebesar 5% maka nilai bobot
BOPO adalah 5.
Dari aspek Likuiditas, angka Rasio Cash Ratio menunjukkan
kemampuan aktiva lancar dalam memenuhi kewajiban lancar yang
segera jatuh tempo sebesar 22,56% dan angka Rasio LDR
menunjukkan kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan
dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang
diberikan sebagai sumber likuditasnya sebesar 86,87%. Dari hasil
tersebut diperoleh nilai kredit untuk Cash Ratio sebesar 100 lalu
dikalikan dengan bobot rasio Cash Ratio sebesar 5% sehingga
diperoleh nilai bobot Cash Ratio sebesar 5. Dan untuk LDR diperoleh
nilai kredit sebesar 100 lalu dikalikan dengan bobot rasio LDR sebesar
5% maka nilai bobot LDR adalah 5. Setelah semua nilai bobot rasio
telah dihitung maka akan diperoleh jumlah nilai bersih rasio CAMEL
BPR Hasa Mitra untuk tahun 2010 adalah sebesar 99,40.
4.4
Penentuan Predikat Kesehatan BPR Hasa Mitra Menurut CAMEL
Tabel 4.22
Predikat Penilaian Tingkat Kesehatan BPR
Nilai kredit
81 - 100
66 - < 81
51 - < 66
0 - < 51
Predikat
Sehat
Cukup sehat
Kurang sehat
Tidak sehat
84
Berdasarkan ketentuan predikat kesehatan tersebut maka predikat
tingkat kesehatan BPR Hasa Mitra selama periode 2006-2010 adalah sebagai
berikut:
Tabel 4.23
Predikat Penilaian Tingkat Kesehatan BPR Hasa Mitra
TAHUN
NILAI CAMEL
PREDIKAT
2006
2007
2008
2009
2010
98,98
99,40
98,68
99,40
99,40
SEHAT
SEHAT
SEHAT
SEHAT
SEHAT
Dari hasil perhitungan nilai bersih masing-masing rasio yang tertera
dalam tabel diatas terlihat penjumlahan nilai bersih keseluruhan aspek
(CAMEL) sebesar 98,98 pada tahun 2006, sebesar 99,40 ditahun 2007,
sebesar 98,68, lalu 98,68 di tahun 2008, sebesar 99,40 di tahun 2009 dan di
tahun 2010 sebesar 99,40. Berdasarkan kriteria penilaian tersebut maka hasil
penilaian tingkat kesehatan BPR Hasa Mitra dengan menggunakan metode
CAMEL dari tahun 2006 hingga 2010 mendapat predikat SEHAT.
85
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis tingkat kesehatan Bank pada BPR Hasa
Mitra selama tahun 2006 sampai dengan tahun 2010, dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
1. Tingkat kesehatan BPR Hasa Mitra periode 2006 sampai dengan 2010
seluruhnya mendapat predikat SEHAT karena nilai kredit CAMEL yang
diperoleh berada diatas 81 (batas minimum sehat) yaitu sebesar 98,98 di
tahun 2006, sebesar 99,40 di tahun 2007, sebesar 98,68 di tahun 2008,
sebesar 99,40 di tahun 2009, dan sebesar 99,40 di tahun 2010.
2. Pada faktor permodalan, berdasarkan Capital Adequacy Ratio (CAR)
BPR Hasa Mitra selama tahun 2006 hingga 2010 berada dalam kategori
SEHAT karena nilai rasio yang diperoleh selalu berada diatas 8%. Pada
Faktor Kualitas Aktiva Produktif, berdasarkan Rasio KAP BPR Hasa
Mitra selama tahun 2006 hingga 2010 berada dalam kategori SEHAT
karena nilai rasio yang diperoleh selalu berada dibawah 10,35% (sesuai
standar Bank Indonesia), lalu berdasarkan Rasio PPAP BPR Hasa Mitra
selama tahun 2006 hingga 2010 berada dalam kategori SEHAT karena
nilai rasio yang diperoleh selalu berada diatas 81%. Pada faktor
manajemen BPR Hasa Mitra dari tahun 2006 hingga 2010 berada pada
kategori SEHAT karena nilai kredit yang diperoleh adalah sebesar 97.
Pada faktor rentabilitas, berdasarkan Rasio ROA BPR Hasa Mitra
86
selama tahun 2006 hingga 2010 berada dalam kategori SEHAT karena
nilai rasio yang diperoleh selalu berada diatas 1,215%, lalu berdasarkan
Rasio BOPO BPR Hasa Mitra selama tahun 2006 hingga 2010 berada
dalam kategori SEHAT karena nilai rasio yang diperoleh selalu berada
dibawah 93,52%. Pada faktor likuiditas, berdasarkan Cash Ratio BPR
Hasa Mitra
selama tahun 2006 hingga 2010 berada dalam kategori
SEHAT karena nilai rasio yang diperoleh selalu berada diatas 4,05%,
lalu berdasarkan Rasio LDR BPR Hasa Mitra selama tahun 2006 hingga
2010 berada dalam kategori SEHAT karena nilai rasio yang diperoleh
selalu berada dibawah 94,75%.
5.2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan tersebut di atas, saran
yang dapat disampaikan adalah:
1. Dalam rangka meningkatkan tingkat kesehatannya, disarankan untuk
BPR Hasa Mitra terus memperkuat kegiatan usahanya agar jumlah aset
yang dimiliki semakin meningkat, jumlah penyaluran dana baik itu dalam
bentuk kredit maupun penempatan di bank lain semakin meningkat, serta
pendapatan operasional dan laba yang diperoleh untuk tahun-tahun
berikutnya semakin meningkat.
2. Hasil dari metode CAMEL ini juga dapat dijadikan acuan untuk memberi
rating bagi perusahaan. Hal ini karena kelima faktor CAMEL tersebut
merupakan faktor dasar untuk mengukur kinerja suatu bank dari segala
aspek.
87
5.3. Keterbatasan Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menemui keterbatasan berupa analisis faktor
manajemen BPR Hasa Mitra. Hal ini karena penilaian aspek manajemen ini
dilakukan pada masa peneliti melakukan penelitian yaitu di tahun 2012 dan
tidak melakukan penilaian aspek manajemen pada tahun periode 2006-2010
maka peneliti berasumsi bahwa kondisi hasil penilaian aspek manajemen
saat ini sama dengan kondisi penilaian aspek manajemen pada periode
2006-2010.
88
DAFTAR PUSTAKA
Anggraeni, Oktafrida. 2011. Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Dengan
Menggunakan Metode Camel Pada PT Bank Pembangunan Daerah Jawa
Tengah Tahun 2006 – 2009. Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas
Diponegoro, Semarang.
Bank Indonesia. 1992. UU No. 7 tahun 1992, tentang Perbankan, Jakarta.
Bank Indonesia. 1998. UU No. 10 tahun 1998, tentang perubahan terhadap UU
No. 7 tahun 1992, Jakarta.
Bank Indonesia. 1997. Keputusan Direksi BI No.30/12/KEP/DIR tanggal 30 April
1997 Tentang Tata Cara Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Perkreditan
Rakyat. Bank Indonesia, Jakarta.
Haryoko, Iwan. 2005. Analisis Tingkat Kesehatan Pada BPR Klepu Mitra Kencana
Di Semarang
Periode Tahun 2001 – 2004. Skripsi. Fakultas Ekonomi
Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta
Kasmir. 2008. Bank Dan Lembaga Keuangan Lainnya (Edisi Revisi). Jakarta:
RajaGrafindo Persada.
Rachmanto, Hernawa. 2006. Analisis Tingkat Kesehatan Bank Syariah Dengan
Menggunakan Metode Camel (Studi Kasus Pada PT Bank Syariah
Mandiri). Skripsi. FE UII, Yogyakarta.
Riyadi, Slamet. 2004. Banking Assets and Liability Management Edisi Kedua.
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.
S.P. Malayu. 2006. Dasar Dasar Perbankan. Jakarta, Bumi Aksara
89
Sunyoto, Danang. 2011. Metodologi Penelitian Untuk Ekonomi. Yogyakarta,
CAPS
Tim Pedoman Akuntansi Bank Perkreditan Rakyat Bank Indonesia. 2010.
Pedoman Akuntansi Bank Perkreditan Rakyat. Jakarta, Ikatan Akuntan
Indonesia (IAI)
Triandaru, S. dan Totok, B. 2006. Bank dan Lembaga Keuangan Lain Edisi 2.
Salemba Empat, Jakarta.
http://www.bi.go.id/ (diakses 29 maret 2012)
http://www.hasamitra.com/ (diakses 29 maret 2012)
http://metrotvnews.com/read/newsvideo/2011/06/01/129348/Sekitar-146-BPRTidak-Sehat/23 (diakses 29 maret 2012)
http://www.hasamitra.com/InfoBank%20%3A%20186%20BPR%20terbaik%202
011 (diakses 29 maret 2012)
LAMPIRAN
NERACA
PT. BANK PERKREDITAN RAKYAT HASA MITRA
Dalam ribuan rupiah
NO
I
II
POS-POS
AKTIVA
1. Kas
2. Antar Bank Aktiva
3 Kredit yang diberikan
4. Penyisihan Penghapusan aktiva Produktif
5. Aktiva Tetap dan Inventaris
a. Inventaris
b. Akumulasi penyusutan inventaris -/6. Aktiva lain-lain
JUMLAH AKTIVA
KEWAJIBAN DAN EKUITAS
1. Kewajiban-kewajiban yang segera dapat dibayar
2. Tabungan
3. Deposito berjangka
4. Simpanan dari Bank lain
5. Pinjaman yang diterima
6. Rupa-rupa Pasiva
7. Ekuitas
a. Modal Dasar
b. Modal yang belum disetor -/c. Saldo laba
d. Cadangan Umum
e. Laba ditahan
f. Laba/ rugi tahun berjalan
JUMLAH PASIVA
Posisi Tanggal
31 Desember
2010
Posisi Tanggal
31 Desember
2009
Posisi Tanggal
31 Desember
2008
Posisi Tanggal
31 Desember
2007
Posisi Tanggal
31 Desember
2006
537.065
38.887.174
240.342.494
(1.368.793)
588.752
27.384.209
144.658.278
(923.574)
346.325
8.261.946
107.175.893
(660.273)
266.507
7.810.950
48.850.735
(342.364)
285.162
5.118.527
18.361.924
(204.015)
1.674.111
(717.980)
6.373.187
285.727.258
1.459.413
(550.919)
2.855.320
175.471.479
713.012
(376.309)
1.395.927
116.856.521
522.675
(202.409)
336.405
57.242.499
266.240
(84.895)
255.118
23.998.061
375.041
35.376.081
130.535.671
1.166.667
88.613.645
5.837.631
679.733
21.488.458
81.992.735
51.871
55.028.370
766.923
502.792
13.329.974
44.021.590
690
48.945.428
261.332
92.335
11.064.838
34.248.690
550
6.466.666
813.140
43.757
3.710.452
17.031.484
152.723
536.032
20.000.000
(14.500.000)
1.274.220
8.639.169
8.409.133
285.727.258
20.000.000
(14.500.000)
1.274.220
3.490.495
5.198.674
175.471.479
20.000.000
(15.000.000)
406.533
49.747
4.338.435
116.856.521
4.000.000
(2.000.000)
523.613
2.032.667
57.242.499
4.000.000
(2.000.000)
(14.770)
538.383
23.998.061
LAPORAN LABA RUGI
PT. BANK PERKREDITAN RAKYAT HASA MITRA
Dalam ribuan rupiah
POS-POS
PENDAPATAN
Pendapatan Operasional
- Bunga
- Provisi dan komisi
- Lainnya
Jumlah Pendapatan Operasional
Pendapatan non operasional
Jumlah Pendapatan
BEBAN
Beban operasional
- Beban Bunga
- Beban Administratif dan Umum
- Beban personalia
- Penyisihan aktiva produktif
- beban operasional lainnya
Jumlah beban operasional
Beban non operasional
Jumlah beban
Laba/rugi sebelum Pajak Penghasilan (PPh)
Pajak Penghasilan
Pajak Tangguhan
Laba/ rugi tahun berjalan
Periode
31 Desember
2010
Periode
31 Desember
2009
Periode
31 Desember
2008
Periode
31 Desember
2007
Periode
31 Desember
2006
37.392.924
343.196
20.857
37.756.977
284.083
38.041.060
25.964.139
1.163.449
51.744
27.179.332
71.511
27.250.843
17.568.152
1.348.172
46.658
18.962.982
76.727
19.039.709
7.474.649
670.405
45.872
8.190.926
34.753
8.225.679
3.219.895
275.127
25.066
3.520.088
21.789
3.541.877
19.250.235
1.886.912
3.385.551
513.912
1.733.175
26.769.785
291.734
27.061.519
10.979.541
(2.570.408)
8.409.133
15.051.555
5.065.805
20.117.360
67.806
20.185.166
7.065.677
(1.882.024)
15.021
5.198.674
9.025.042
677.498
1.728.921
309.426
1.220.293
12.961.180
65.872
13.027.052
6.012.657
(1.687.427)
13.205
4.338.435
3.570.295
1.885.700
5.455.995
14.304
5.470.299
2.755.380
(730.509)
7.796
2.032.667
1.810.780
1.056.208
2.866.988
3.662
2.870.650
671.227
(138.793)
5.949
538.383
KUESIONER PENILAIAN FAKTOR MANAJEMEN BPR HASA MITRA
No.
1
2
DAFTAR PERTANYAAN DAN PERNYATAAN
MANAJEMEN UMUM
A. STRATEGI/SASARAN
1. Rencana kerja tahunan bank digunakan sebagai dasar acuan kegiatan usaha
bank selama satu tahun.
B. STRUKTUR
2. Bagan organisasi yang ada telah mencerminkan seluruh kegiatan bank dan
tidak terdapat jabatan kosong atau perangkapan jabatan yang dapat
mengganggu kelancaran pelaksanaan tugas.
3. Bank memiliki batasan tugas dan masing-masing karyawannya yang
tercermin pada kegiatan wewenang yang jelas untuk operasionalnya.
C. SISTEM
4. Kegiatan operasional pemberian kredit telah dilaksanakan sesuai dengan
sistem dan prosedur tertulis.
5. Pencatatan setiap transaksi dilakukan secara akurat dan laporan keuangan
disusun sesuai dengan standar akuntansi keuangan yang berlaku.
6. Bank mempunyai sistem pengamanan yang baik terhadap semua dokumen
penting.
7. Pimpinan senantiasa melakukan pengawasan terhadap perkembangan dan
pelaksanaan kegiatan bawahannya.
D. KEPEMIMPINAN
8. Pengambilan keputusan-keputusan yang bersifat operasional dilakukan oleh
direksi secara independen
9. Pimpinan bank komit untuk menangani permasalahan bank yang dihadapi
serta senantiasa melakukan langkah-langkah perbaikan yang diperlukan.
10.Direksi dan karyawan memiliki tertib kerja yang meliputi disiplin kerja serta
komitmen dan didukung sarana kerja yang memadai dalam melaksanakan
pekerjaan.
MANAJEMEN RISIKO
A. RISIKO LIKUIDITAS/ LIQUIDITY RISK
11.Bank melakukan pemantauan dan pencatatan tagihan dan kewajiban
12.Bank senantiasa memelihara likuiditas dengan baik yang jatuh tempo untuk
mencegah kemungkinan timbulnya kesulitan likuiditas.
B. RISIKO KREDIT/ CREDIT RISK
13.Dalam memberikan kredit bank melakukan analisis terhadap kemampuan
debitur untuk membayar kembali kewajibannya.
14.Setelah kredit diberikan bank melakukan pemantauan terhadap penggunaan
kredit, serta kemampuan & kepatuhan debitur dalam memenuhi
kewajibannya.
15.Bank melakukan peninjauan, penilaian dan pengikatan terhadap agunan.
C. RISIKO OPERASIONAL
16.Bank menerapkan kebijakan pembentukan penyisihan penghapusan piutang
berdasarkan prinsip kehati-hatian.
17.Bank tidak menerapkan persyaratan yang lebih ringan kepada
pemilik/pengurus bank untuk memperoleh fasilitas dari bank.
18.Pimpinan senantiasa melakukan tindak lanjut secara efektif terhadap
temuan hasil pemeriksaan oleh Bank Indonesia.
0
1 2 3 4
NILAI
D. RISIKO HUKUM/ LEGAL RISK
19.Perjanjian kredit telah sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
20.Bank telah memastikan bahwa agunan yang diterima telah memenuhi
persyaratan ketentuan yang berlaku.
21.Bank menatausahakan secara baik dan aman blangko bilyet deposito dan
buku tabungan yang belum digunakan (kosong), dan blangko bilyet deposito
yang telah dicairkan dananya serta buku tabungan yang telah dikembalikan
ke bank karena rekeningnya telah ditutup.
E. RISIKO PEMILIK DAN PENGURUS/OWNERSHIP AND MANAGERSHIP RISK
22.Pemilik bank tidak mencampuri kegiatan operasional sehari-hari yang
cenderung menguntungkan kepentingan sendiri, keluarga atau grupnya
sehingga merugikan bank.
23.Pemilik bank mempunyai kemampuan dan kemauan untuk meningkatkan
permodalan bank sehingga senantiasa memenuhi ketentuan yang berlaku
24.Direksi bank dalam melaksanakan kegiatan operasional tidak melakukan halhal yang cenderung menguntungkan diri sendiri, keluarga dan grupnya atau
berpotensi merugikan bank.
25.Dewan komisaris melaksanakan fungsi pengawasan terhadap pelaksanaan
tugas direksi dalam batasan tugas dan wewenang yang jelas, yang dilakukan.
JUMLAH NILAI FAKTOR MANAJEMEN
Skala Penilaian :
nilai 0 = kondisi lemah
nilai 1-3 = kondisi antara
nilai 4 = kondisi yang baik
Download