kesukarelaan politik masyarakat kota payakumbuh

advertisement
LAPORAN PENELITIAN
KESUKARELAAN
POLITIK MASYARAKAT
KOTA PAYAKUMBUH
KOMISI PEMILIHAN UMUM
KOTA PAYAKUMBUH
2015
LAPORAN PENELITIAN
KESUKARELAAN POLITIK MASYARAKAT
KOTA PAYAKUMBUH
TIM PENELITI:
Dr. Aidinil Zetra, SIP, MA
Drs. Bakaruddin Rosyidi, MS
Dr. Ferra Yanuar, SSi,MSc
Syaiful Anwar, SE, M.E
Kerjasama:
Komisi Pemilihan Umum
Kota Payakumbuh dengan
Pusat Studi Politik Lokal dan Otonomi Daerah
Universitas Andalas
Laporan Riset Kesukarelaan Politik Masyarakat Kota Payakumbuh 2015
Puji syukur peneliti haturkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmatNya peneliti telah dapat melaksanakan penelitian “Kesukarelaan Politik
Masyarakat Kota Payakumbuh.” Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
tingkat
kesukarelaan
politik
masyarakat
Kota
Payakumbuh
dan
mengidentifikasi berbagai faktor yang mempengaruhi kesukarelaan politik
masyarakat.
Kesukarelaan politik adalah suatu nilai dan praktik politik yang murni.
Kesukarelaan politik sangat penting dalam kehidupan demokrasi. Demokrasi
tidak akan tumbuh dan berkembang dalam satu sistem politik jika
masyarakatnya tidak memiliki kesukarelaan politik. Oleh karena itu,setiap
warga yang terlibat kegiatan politik dan kegiatan-kegiatan voluntarisme, baik
secara individualmaupun komunal, secara sistematik maupun tidak, berskala
besar maupun kecil, maka akan berkontribusi terhadap perkembangan
kehidupan demokrasi.
Kesukarelaan politik juga salah satu nilai enting yang memungkinkan
warga masyarakat hidup secara damai, harmonis, toleran dan saling
bekerjasama dengan rasa kesetiakawanan yang tinggi. Nilai-nilai ini
merupakan
nilai
dasar
untuk
berkembangnya
kehidupan
yang
lebih
demokratis.
Dengan mengetahui peta persoalan kesukarelaan politik masyarakat
diharapkan
program-program
yang
dirumuskan
untuk
pengembangan
kehidupan demokrasi khususnya demokrasi elektoral akan lebih sistematis dan
berorientasi pada pemecahan masalah publik, serta mampu meningkatkan
partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan pemilu.
Kerjasama Polokda Unand dan Komisi Pemilihan Umum Kota Payakumbuh
i
Laporan Riset Kesukarelaan Politik Masyarakat Kota Payakumbuh 2015
Meskipun substansi dan teknis pelaksanaan penelitian ini dilakukan
oleh tim peneliti PusatStudiPolitikLokaldanOtonomi Daerah Universitas
Andalas,namun
keberhasilan
penelitian
ini
sangat
dipengaruhi
oleh
peranbesar Komisi Pemilihan Umum Kota Payakumbuh, Panitia Pemilihan
Kecamatan dan Panitia Pemungutan Suara Kota Payakumbuh yang telah
membiayai secara keseluruhan operasional penelitian ini dan membantu
dalam pengumpulan data penelitian ini. Karena itulah pada kesempatan ini
peneliti mengucapkan terima kasih kepada Ketua dan Komisioner KPU Kota
Payakumbuh, Staf KPU serta Pokja Riset Partisipasi Dalam Pemilu KPU Kota
Payakumbuh. Penghargaan yang sama disampaikan kepada semua pihak yang
telah membantu baik dalam menyediakan data sebagai responden dan
informan serta memberikan informasi maupun fasilitas penelitian. Semoga
kerjasamanya tetap akan terjalin pada masa yang akan datang.
Harapan peneliti semoga hasil penelitian ini bermanfaat menjadi
referensi dalam pengembangan khasanah akademik, masukan bagi KPU dalam
perbaikan manajemen penyelenggaraan Pemilu baik di Kota Payakumbuh
maupun di Daerah lain yang memiliki persoalan yang sama dalam peningkatan
kesukarelaan
politik
masyarakat.
Segala
respon
dan
masukan
akan
bermanfaat bagi peneliti untuk kesempurnaan penelitian ini di masa yang
akan datang.
Terima kasih.
Payakumbuh, Juli 2015
Ketua Peneliti
Dr. Aidinil Zetra, SIP, MA
Kerjasama Polokda Unand dan Komisi Pemilihan Umum Kota Payakumbuh
ii
Laporan Riset Kesukarelaan Politik Masyarakat Kota Payakumbuh 2015
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
Daftar Tabel
i
iii
iv
BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang Masalah
1.2 Perumusan Masalah
1.3 Tujuan
1.4 ManfaatPenelitian
1.5 Dasar Hukum
1
1
3
4
4
4
BAB II
Kerangka Konseptual
2.1 Konsep Kesukarelaan
2.1.1 Pengertian Kesukarelaan
2.2.2 Nilai-nilai Kesukarelaan
2.2 Kesukarelaan Politik
2.3 Ciri Kesukarelaan Politik
2.4 Jenis-Jenis Kesukarelaan Politik
6
6
7
7
10
12
13
BAB III
Metodologi
3.1 PendekatanPenelitian
3.2 Sumber Data
3.2.1 Data Sekunder
3.2.2 Data Primer
3.3 Teknik Pengumpulan Data
3.3.1 Teknik Kuesioner
3.3.2 Teknik FGD
3.3.4 Teknik Dokumenter
3.4 Lokasi Penelitian, Informan dan Responden
3.5 Sampel
3.6 Teknik Pengolahan Data
3.6.1 Metode Pengolahan Data
3.6.2 Perangkat Pengolahan Data
3.6.3 Analisis Data
3.7 Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data
3.7.1 Mendeskripsikan, menginterpretasi, dan mengecek
ulang hasil penelitian
3.7.2 Memisahkan
secara
tegas
antara
deskriptif,
interpretasi dan penilaian hasil penelitian
3.7.3 Memberikan umpan balik (feedback)
15
15
15
16
16
16
17
17
17
17
18
19
20
21
21
21
22
Deskripsi Daerah Penelitian
4.1 Profil Kota Payakumbuh
24
24
BAB IV
Kerjasama Polokda Unand dan Komisi Pemilihan Umum Kota Payakumbuh
22
22
iii
Laporan Riset Kesukarelaan Politik Masyarakat Kota Payakumbuh 2015
4.1.1KondisiGeorafis
4.1.2Wilayah Administratif
BAB V
Kesukarelaan Politik Masyarakat Kota Payakumbuh
5.1 Identitas Responden
5.1.1 Komposisi Responden berdasarkan Umur
5.1.2 Komposisi Responden berdasarkan Jenis Kelamin
5.1.3 Komposisi Responden berdasarkan Desa/Kelurahan
5.1.4 Komposisi Responden berdasarkan Tingkat Pendidikan
5.1.5 Komposisi Responden berdasarkan Agama
5.1.6 Komposisi Responden berdasarkan Jenis Pekerjaan
5.1.7 Komposisi Responden berdasarkan Suku Bangsa
5.1.8 Komposisi Responden berdasarkan Tingkat
Pendapatan
5.2 Pemetaan Partisipasi Memilih Pada Pemilu 2014
5.2.1 Perbedaan Partisipasi Pemilih Menurut Umur
5.2.2 Perbedaan Partisipasi Pemilih Menurut Jenis Kelamin
5.2.3 Perbedaan Partisipasi Pemilih Menurut
Desa/Kelurahan
5.2.4 Perbedaan Partisipasi Pemilih Menurut Tingkat
Pendidikan
5.2.5 Perbedaan Partisipasi Pemilih Menurut Agama
5.2.6 Perbedaan Partisipasi Pemilih Menurut Jenis
Pekerjaan
5.2.7 Perbedaan Partisipasi Pemilih Menurut Tingkat
Pendapatan
5.3 Motivasi Pemilih dalam Pemilu 2014
5.4 Alasan Golput pada Pemilu 2014
5.5 Minat Masyarakat Terhadap Demokrasi Elektoral
5.6 Sikap Masyarakat Terhadap Politik Uang
5.6 Penggunakan Hak Pilih Masyarakat
5.6.1 Kendala dalam Penggunaan Hak Pilih
5.6.2 Penilaian Masyarakat terhadap Pelaksanaan Pemilu
2014
5.6.3 Yang perlu diperbaiki dalam Sosialisasi ke Depan
5.6.4 Jenis Pilkada Yang Diinginkan Warga ke depan
5.6 Kesukarelaan Masyarakat dalam Penyelenggaraan Pemilu
5.6.1 Masalah utama yang sedang dihadapi Masyarakat Kota
Payakumbuh
5.6.2 Hubungan antara Penilaian Masyarakat terhadap
Kinerja Pemerintah dengan Tingkat Kesukarelaan
Politik
5.7 Kesukarelaan Masyarakat dalam Penyelenggaraan Pilkada
Sumbar 2015
5.7.1 Sumber Informasi Politik tentang Penyelenggaraan
Kerjasama Polokda Unand dan Komisi Pemilihan Umum Kota Payakumbuh
24
26
33
33
33
34
34
35
35
36
36
37
37
38
41
41
42
43
43
44
46
47
49
51
53
53
53
54
55
56
57
58
58
58
iv
Laporan Riset Kesukarelaan Politik Masyarakat Kota Payakumbuh 2015
5.8
BAB VI
Pilkada Sumbar 2015
5.7.2 Sumber Informasi Politik tentang Bakal Calon Peserta
Pilkada Sumbar 2015
5.7.3 Yang perlu ditingkatkan dalam Pelaksanaan Pilkada
Sumbar 2015
5.7.4 Tingkat kesediaan masyarakat menjadi voluntir
dalam Pelaksanaan Pilkada Sumbar 2015
Bentuk-Bentuk Kesukarelaan Politik Masyarakat
59
60
60
61
Penutup
63
6.1
6.2
Kesimpulan
Rekomendasi Penelitian
63
65
Daftar Pustaka
69
Kerjasama Polokda Unand dan Komisi Pemilihan Umum Kota Payakumbuh
v
Laporan Riset Kesukarelaan Politik Masyarakat Kota Payakumbuh 2015
DAFTAR TABEL
Tabel 5.1
Komposisi Responden Berdasarkan Umur
33
Tabel 5.2
Komposisi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
34
Tabel 5.3
Komposisi Responden Berdasarkan Kecamatan
34
Tabel 5.4
Komposisi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
35
Tabel 5.5
Komposisi Responden berdasarkan Agam
35
Tabel 5.6
Komposisi Responden berdasarkan Jenis Pekerjaan
36
Tabel 5.7
Komposisi Responden berdasarkan Suku Bangsa
36
Tabel 5.8
Komposisi Responden berdasarkan Pendapatan
37
RumahTangga
Tabel 5.9
Perbedaan Partisipasi Pemilih Menurut Umur
38
Tabel 5.10
Perbedaan Partisipasi Pemilih Menurut Jenis Kelamin
41
Tabel 5.11
Perbedaan Partisipasi Pemilih Menurut Kecamatan
42
Tabel 5.12
Perbedaan Partisipasi Pemilih Menurut Tingkat Pendidikan
43
Tabel 5.13
Perbedaan Partisipasi Pemilih Menurut Jenis Pekerjaan
44
Tabel 5.14
Perbedaan Partisipasi Pemilih Menurut Tingkat Pendapatan
45
Tabel 5.15
Motivasi Pemilih dalam Pemilu 2014
46
Tabel 5.16
Alasan Golput pada Pemilu 2014
49
Tabel 5.17
Perhatian Masyarakat terhadap Perkembangan Pemilu
50
Tabel 5.18
Sikap Masyarakat Terhadap Politik Uang
52
Tabel 5.19
Kendala dalam Pemilu
53
Tabel 5.20
Penilaian Masyarakat terhadap Pelaksanaan Pemilu 2014
53
Tabel 5.21
Aspek Pemilu Yang Perlu Perbaikan
54
Tabel 5.22
Penilaian Masyarakat terhadap Pelaksanaan Sosialisasi
55
Tabel 5.23
Jenis Pilkada Yang Diinginkan Warga ke depan
56
Tabel 5.24
Masalah Sosial Ekonomi Masyarakat
57
Tabel 5.25
Sumber informasi Pilkada
58
Tabel 5.26
Sumber informasi Bakal Calon Pilkada
59
Tabel 5.27
Yang Perlu ditingkat dari Pilkada Sumbar 2015
60
Tabel 5.28
Tingkat Kesukarelaan Masyarakat dalam Pilkada
60
Tabel 5.29
Bentuk-Bentuk Kesukarelaan Politik Masyarakat
62
Kerjasama Polokda Unand dan Komisi Pemilihan Umum Kota Payakumbuh
vi
Laporan Riset Kesukarelaan Politik Masyarakat Kota Payakumbuh 2015
Kerjasama Polokda Unand dan Komisi Pemilihan Umum Kota Payakumbuh
vii
Laporan Riset Kesukarelaan Politik Masyarakat Kota Payakumbuh 2015
1.1 Latar Belakang Masalah
Keruntuhan rezim Orde Baru pada tahun 1998 telah membuka
kesempatan bagi berlangsungnya proses reformasi politik di Indonesia.
Pemerintah telah memberi ruang yang lebih terbuka kepada warga negara
untuk terlibat dalam politik dan pemerintahan. Hal ini ditandai dengan
kelahiran banyak partai politik, kelompok kepentingan, dan kelompok
penekan; kebebasan media; pemilu yang bebas, kompetitif dan jurdil; dan
peningkatan partisipasi politik. Beberapa langkah reformasi yang diambil
antara lain: (1) Perubahan UUD 1945 telah memberikanjaminan hukum bagi
rakyat untuk berpartisipasi lebih luas dalam kehidupan politik; (2)
Perubahan paket UU politik antara lain Undang-Undang tentang Partai
Politik; Undang-Undang tentang Penyelenggara Pemilu; Undang-Undang
tentang Pemilu DPR, DPD, dan DPRD; Undang-Undang tentang Pemilu
Presiden; dan Undang-Undang tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD; (3)
mendorong kembali partisipasi politik rakyat melalui penyelenggaraan
otonomi daerah, dan penglibatan rakyat dalam pemilihan presiden dan
pemilihan kepala daerah secara langsung.
Setelah lebih dari satu setengah dekade dilaksanakan reformasi politik
di Indonesia, harapan untuk mewujudkan kehidupan politik yang demokratis
dan berdampak positif terhadap kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat
ternyata masih jauh dari harapan. Yang muncul adalah paradoks demokrasi
yaitu perbedaan antara janji demokrasi untuk mewujudkan kehidupan yang
Kerjasama Polokda Unand dan Komisi Pemilihan Umum Kota Payakumbuh
1
Laporan Riset Kesukarelaan Politik Masyarakat Kota Payakumbuh 2015
lebih baik dan kekecewaan masyarakat yang muncul dari hasil praktikpraktik demokrasi. Pradoks ini, dalam bahasa Norberto Bobbio, ahli politik
Italia, diistilahkan dengan “the broken promises”, yaitu perbedaan antara
apa yang telah dijanjikan dengan apa yang sebenarnya dapat dihasilkan
(janji yang tidak tertepati) yang kemudian mempengaruhi ekonomi,
kehidupan dan kesejahteraan, dan keamanan masyarakat (warga negara).
Penelitian yang dilakukan Aidinil Zetra dkk, (2010) tentang kinerja
demokrasi di Sumatera Barat menyimpulkan bahwa bangunan demokrasi di
daerah ternyata lemah. Demokrasi tidak memiliki landasan terpentingnya,
yaitu partisipasi dan voluntarisme politik. Meskipun demokrasi prosedural
mengalami berbagai perbaikan seperti kualitas penyelenggaraan pemilu dari
satu pemilu ke pemilu lainnya, kebebasan mendirikan partai politik, dan
hak-hak warga negara untuk berpartisipasi di dalam pemilu melalui jalur non
partai juga dijamin, namun demokratisasi seperti itu ternyata tidak
menjamin terwakilinya kepentingan rakyat di dalam proses-proses politik
yang demokratis. Permasalahan yang sangat kentara
adalah ternyata
demokrasi yang tumbuh adalah demokrasi berbasis politik transaksional.
Popular democracy yang didefinisikan secara mekanik dengan sistem suara
terbanyak akan mempersubur potensi terjadinya vote-buying. Sehingga
hubungan antara wakil rakyat dan konstituen yang diwakilinya bukan
berlandaskan hubungan yang amanah, tetapi lebih pada hubungan jual beli
suara dengan harga yang sangat murah. Akibatnya, di tengah proses
demokratisasi
yang
terus
berlangsung,
banyak
kalangan
justeru
mempertanyakan manfaat dari demokrasi itu sendiri bagi peningkatan
kesejahteraan rakyat. Demokrasi dianggap tidak mampu menghasilkan
kebijakan publik yang memihak kepada kepentingan rakyat. Demokrasi yang
terbentuk adalah demokrasi elitis tanpa memperhatikan keterwakilan
publik.
Begitu
juga
dengan
pemilihan
kepala
daerah
langsung
yang
dilaksanakan sejak tahun 2004 hanya menjadi rutinitas ritual politik saja,
tanpa makna dan belum tentu membawa perubahan mendasar dalam sendiKerjasama Polokda Unand dan Komisi Pemilihan Umum Kota Payakumbuh
2
Laporan Riset Kesukarelaan Politik Masyarakat Kota Payakumbuh 2015
sendi kehidupan sosial politik di daerah. Bahkan bisa juga hanya
mempertegas pandangan masyarakat : pembodohan massal dan pemiskinan
struktural. Masyarakat hanya bisa menjadi komoditas politik
elit
untuk
meraih kekuasaan. Pilkada langsung sebagai jalan untuk masyarakat sipil
dalam kehidupan berpolitik, hanya sekadar “isapan jempol” politik, karena
selama ini partisipasi politik serta perilaku politik masyarakat hanya masih
dalam ruang politik mobilisasi, di mana masyarakat tidak paham makna
politik yang sebenarnya. Dari hal yang demikian kemudian muncul sebuah
wacana kontrak politik yang diharapkan mampu mengutamakan kepentingan
masyarakat.
1.2 Perumusan Masalah
Dampak dari perkembangan politik uang seperti digambarkan di atas
adalah terjadinya politik biaya tinggi yang memberatkan sebagian peserta
pemilu. Peserta pemilu mengeluarkan sejumlah uang untuk mendapatkan
dukungan pemilih, atau pemilih aktif meminta
yang
diberikannya. Fenomena
ini
menjadikan
imbalan
dari
demokrasi
dukungan
kita
tidak
sehat. Riset ini bermaksud mengeksplorasi permasalahan partisipasi politik
warga negara yang difokuskan pada “kesukarelaan politik (political
voluntarism) masyarakat dalam Pemilihan Umum 2014 dan Pilkada Gubernur
Sumatera Barat Tahun 2015 di Kota Payakumbuh.
Kesukarelaan warga dalam politik berpengaruh luas dalam kehidupan
politik.Absennya kesukarelaan warga dapat merusak sendi-sendi demokrasi.
Dalamjangka pendek, biaya politik mahal menjadi risiko yang harus
ditanggungkarena segalanya serba berbayar. Dalam jangka panjang, korupsi
menjadi virus endemik yang pasti menyerang. Sebaliknya, tatanan demokrasi
semakin kuat apabila kesukarelaan warga tumbuh dan hidup didalam
masyarakat. Dari pemilu kepemilu kesukarelaan warga mengalami pasang
surut. Kesukarelaan warga yang kehadirannya ditandai dengan munculnya
relawan dari berbagai kalangan kuat muncul dalam pemilu 2014.
Kerjasama Polokda Unand dan Komisi Pemilihan Umum Kota Payakumbuh
3
Laporan Riset Kesukarelaan Politik Masyarakat Kota Payakumbuh 2015
Pertanyaannya,
apa
faktor
yang
mempengaruhi
munculnya
kesukarelaan politik warga dan faktor apa yang menghambatnya?
Kebijakan apa saja yangdapat ditempuh untuk menumbuhkan dan
memperkuat kesukarelaan warga dalam politik?
1.3. Tujuan
1. Menemukan akar masalah atas persoalan-persoalan yang terkait dengan
partisipasi dan kesukarelaan politik dalam pemilu di Kota Payakumbuh.
2. Merumuskan rekomendasi kebijakan berbasis riset untuk meningkatkan
dan memperkuat partisipasi dan kesukarelaan politik masyarakat Kota
Payakumbuh.
1.4 Manfaat Penelitian
Riset ini sangat penting dan bermanfaat bagi KPU Kota Payakumbuh,
terutama:
1
Untuk
mendapatkan
gambaran
tentang
tingkat
kesadaran
serta
kesukarelaan masyarakat pemilih Kota Payakumbuh;
2
Sebagai acuan penetapan program kerja sosialisasi dalam rangka
peningkatan kualitas kesadaran pemilih;
3
Memberikan masukan dan rekomendasi terhadap segala pihak yang
terlibat dalam pelaksanaan pemilihan kepala daerah secara langsung,
baik
bagi
KPU
Kota
Payakumbuh,
Pemerintah
penyelenggara, maupun kepala daerah
daerah,
yang terpilih
Jajaran
agar tidak
melupakan segala macam janji ataupun kontrak politik yangtelah
di
sepakati dengan masyarakat.
1.4
Dasar Hukum
Dasar hukum diadakan riset ini adalah:
1
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilihan
Umum;
Kerjasama Polokda Unand dan Komisi Pemilihan Umum Kota Payakumbuh
4
Laporan Riset Kesukarelaan Politik Masyarakat Kota Payakumbuh 2015
2
Undang-undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 Tentang
Pemilihan
Gubernur,Bupati,dan
Walikota
Menjadi
Undang-undang
sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 8Tahun 2015;
3
Peraturan KPU Nomor 2 tahun 2015 tentang Tahapan, Program dan
Jadwal Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil
Bupati, dan/atau Walikota dan Wakil Walikota;
4
Peraturan KPU Nomor 5 Tahun 2015 Tentang Sosialisasi dan Partisipasi
Masyarakat dalam Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan
Wakil Bupati dan/atau Walikota dan Wakil Walikota;
5
Surat Edaran KPU RI Nomor 155/KPU/IV/2015 tanggal 6 April 2015 Perihal
Pedoman Riset tentang Partisipasi dalam Pemilu.
Kerjasama Polokda Unand dan Komisi Pemilihan Umum Kota Payakumbuh
5
Laporan Riset Kesukarelaan Politik Masyarakat Kota Payakumbuh 2015
2.1 Konsep Kesukarelaan Politik
Kesukarelaan politik adalah suatu nilai dan praktik politik yang murni.
Kesukarelaan politik sangat penting dalam kehidupan demokrasi. Oleh
karena itu, setiap orang yang terlibat kegiatan politik dan program-program
kesukarelaan, baik secara individu maupun kolektif, baik secara sistematik
maupun tidak, dan baik kontribusinya besar maupun kecil, ia dianggap
sebagai kegiatan dan program yang baik.Kesukarelaan politik juga salah satu
nilai yang dijunjung tinggi yang memungkinkan manusia terus hidup
bermasyarakat dan bekerjasama berdasarkan nilai-nilai kemanusiaan.
Benarkah kesukarelaan politik bangsa Indonesia semakin pudar?
Memang banyak orang yang mengkhawatirkan tentang pudarnya semangat
kesukarelaan politik ini. Namun di beberapa tempat dan kalangan semangat
kesukarelaan ini tampak masih berkembang. Misalnya pada saat bencana
alam masih banyak warga yang secara sukarela membantu baik moril
maupun materil, Namun demikian, hakikat bahwa ikatan pesatuan, tingkat
partisipasi, tradisi bergotong rayong dan praktek bantu-membantu memang
tampak semakin pudar. Di sisi lain masyarakat kita semakin tergoda dan
tergiur dengan aspek kebendaan dan mementingkan kepentingan peribadi.
Keadaan ini tentu tidak bisa dibiarkan. Ia perlu dihadapi, ditangani dan
diperbaiki. Karena itu, semangat kesukarelaan perlu diberikan nafas baru
semangat baru.
Kerjasama Polokda Unand dan Komisi Pemilihan Umum Kota Payakumbuh
6
Laporan Riset Kesukarelaan Politik Masyarakat Kota Payakumbuh 2015
2.1.1 Pengertian Kesukarelaan
Kata “sukarela”, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, berarti
“dengan kehendak sendiri, tidak dipaksa-paksa, tidak dikerahkan dan dengan
rela hati”. Seadangkan kata “kesukarelaan” berarti “sikap sukarela”. Orang
yang
melakukan
“sukarelawan”.Berdasarkan
sesuatu
pengertian
dengan
tersebut,
sukarela
kesukarelaan
disebut
dapat
diartikan sebagai melakukan sesuatu dengan kehendak sendiri, tidak dipaksa
atau dimobilisasi, dengan niat yang ikhlas dan tulus dan dengan tidak
mengharapkan imbalan.
Menurut The Reader’s Digest-Oxford Wordfinder kata “voluntarism”
berarti “the principle of relying on voluntary action rather than compulsion;
the doctrine that the will is a fundamental or dominant factor in the
individual or the universe; the doctrine that the Church or schools should
be independent of the state and supported by voluntary contributions”.
Sedangkan kata “voluntary” berarti “done, acting or able to act of
one’s free will; unpaid work; built, brought about, produced, maintained,
etc., by voluntary action or contribution”. Kata “volunteer” mengacu
kepada “a person who voluntarily undertakes a task or enters a military or
other service, undertakes or offer one’s services, be a volunteer”.
2.1.2 Nilai-Nilai Kesukarelaan
Nilai-nilai kesukarelaan itu sendiri telah ada dalam nilai-nilai budaya
masyarakat baik di Indonesia secara umum maupun dalam masyarakat
Sumatera Barat atau Minangkabau khususnya. Nilai kesukarelaan dalam
budaya bangsa Indonesia antara lain, tercermin dalam budaya “gotong
royong”. Budaya Gotong royong sering dipraktekkan dalam kehidupan
bermasyarakat yang tanggap dan peduli terhadap kepenting bersama,
misalnya bergotong royong dalam membuat tali badar, membangun jalan,
jembatan, mesjid, balai adat, membantu acara perhelatan anggota kaum,
gotong royong turun ke sawah untuk menyemai dan menuai padi, mengurus
Kerjasama Polokda Unand dan Komisi Pemilihan Umum Kota Payakumbuh
7
Laporan Riset Kesukarelaan Politik Masyarakat Kota Payakumbuh 2015
sanak saudara yang sakit dan menyelenggarakan jenazah, pindah rumah dan
sebagainya.
Nilai kesukarelaan yang diwujudkan dalam budaya gotong-royong dan
saling membantu juga terdapat dalam budaya lokal masyarakat Payakumbuh
yang mayoritas bersuku bangsa Minangkabau.Nilai kesukarelaan ini terlihat
dari pepatah Minangkabau yaitu “barek samo dipikua, ringan samo
dijinjiang, hati gajah samo dilapah, hati tungau samo dicacah”: (“berat
sama dipikul, yang ringan sama dijinjing” dan “hati gajah sama dilapah, hati
kuman sama dicecah”.
Konsep gotong-royong di Minangkabau mengakomodir setiap anggota
masyarakat, yaitu dengan memberikan peran kepada semua orang yang
berguna
dalam
kehidupan
masyarakat
seperti
terlihat
dalam
pepatah/Hikayat Malim Deman:
“Nan pakak pambaka mariam, (Yang tuli pembakar meriam)
Nan buto pahambuih lasung, (Yang buta menghembus lesung)
Nan lumpuah paalau ayam, (Yang lumpuh pengalau ayam)
Nan pendek tinjau-meninjau, (Yang pendek tinjau-meninjau)
Nan kurok memikul buluah” (Yang kurap memikul buluh).
Sementara itu, dalam Islam sebagai agama yang dianut oleh mayoritas
masyarakat Kota Payakumbuh juga memberikan petunjuk yang amat
mendukung nilai, sikap dan praktik kesukarelaan. Di antaranya adalah dalam
ayat Al- Qur’an yang mengacu kepada konsep fastabiqul khairatyaitu
berlomba-lombalah berbuat kebaikan (al Maidah:48) dan ayat berikut:
“Mereka beriman kepada Allah dan hari penghabisan, mereka
menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah yang mungkar dan
bersegera kepada mengerjakan berbagai kebaikan; mereka itu
termasuk orang-orang yang shaleh”.(al Imran: 114)
Dalam konteks ini, dasar utama yang menitikberatkan praktek
kesukarelaan dalam Islam adalah dari segi kepentingan seorang Muslim untuk
memelihara hubungan yang dekat dengan Allah SWT. (hablu min Allah), dan
pada waktu yang bersamaan memelihara hubungan antara sesama manusia
(hablu min ‘an nas).
Kerjasama Polokda Unand dan Komisi Pemilihan Umum Kota Payakumbuh
8
Laporan Riset Kesukarelaan Politik Masyarakat Kota Payakumbuh 2015
Di samping itu, agama Islam menekankan pentingnya semangat
pengorbanan (ruh al-tadhhiyyah) karena ia mempunyai nilai yang paling
tinggi di sisi Allah SWT.Hal ini akan semakin jelas jika dilihat dari beberapa
segi lain, misalnya dari segi persaudaraan (ukhuwwah) dan dari segi
pembelaan Islam terhadap golongan yang terpinggirkan (al mustad’afin).
Bagaimanapun, kesukarelaan mungkin mempunyai arti yang berbeda
antar individu, masyarakat, dan zaman yang berbeda. Hal ini disebabkan
karena arti kesukarelaan juga juga dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti
faktor sejarah, politik, ekonomi dan budaya suatu masyarakat. Ada yang
melihat kesukarelaan dalam bentuk “idealisme” atau “altruisme” atau
“goodness of heart” atau “charitable souls”. Ada juga yang menyanjung
kesukarelaan sebagai gerakan yang baik atau positif namun ada juga yang
merasa aneh dengan kesukarelaan.
Kata “kesukarelaan” biasanya digabungkan dengan kata “mengabdi”
atau “bakti” (service). Arti pelayanan juga berbeda-beda antara seseorang
dengan
orang
lain.
Bagi
sebagian
orang,
mungkin
yang
dimaksud
kesukarelaan adalah “satu tradisi atau tanggungjawab agama atau moral”.
Orang lain mungkin melihatnya sebagai “suatu tindakan yang jelas, yang
tidak
sentimental
dan
merupakan
semangat
kesetiakawanan”,atau
melihatnya sebagai “bukan saja kebaikan kemanusiaan, bahkan peluang
untuk belajar tentang kehidupan orang-orang kecil, miskin dan lemah.
Bagaimanapun kesukarelaan dapat dijadikan indikator untuk melihat
sifat-sifat kemanusiaan dalam diri seseorang atau suatu kelompok. Orang
yang sering terlibat dalam kegiatan sukarela akan dilihat sebagai seorang
yang bersifat mulia. Sedangkan orang yang tidak mau berpartisipasi dalam
kegiatan kesukarelaan tentu akan dilihat sebagai seorang yang egois,
mementingkan diri sendiri dan sebagainya.
Kerjasama Polokda Unand dan Komisi Pemilihan Umum Kota Payakumbuh
9
Laporan Riset Kesukarelaan Politik Masyarakat Kota Payakumbuh 2015
2.2 Kesukarelaan Politik
Kesukarelaan politik dapat diartikan sebagai segala tindakan yang
dilakukan warga negara yang terkait dengan kegiatan politik atas kehendak
sendiri, tanpa paksaan atau mobilisasi, dengan niat untuk kemaslatan
masyarakat tanpa mengharapkan imbalan yang bersifat material.
Kesukarelaan
politik
salah
satu
pilar
utama
dari
demokrasi.
Kesukarelaan politik masyarakat berkaitan erat dengan kehidupan demokrasi
demokrasi suatu negara. Dalam negara yang demokratis, kedaulatan
tertinggi berada di tangan rakyat, yang dilaksanakan melalui kegiatan
bersama untuk menetapkan tujuan-tujuan, serta masa depan dan untuk
menentukan
orang-orang
yang
akan
memegang
tampuk pimpinan.
Anggota masyarakat secara langsung memilih wakil-wakil yang akan duduk di
lembaga pemerintahan. Kesukarelaan politik masyarakat sangat penting
menyelenggarakan kekuasaan politik tersebut. Kesukarelaan masyarakat
dalam berpartisipasi dalam kegiatan politik sangat menentukan terhadap
efektif tidaknya kekuasaan oleh rakyat tersebut dijalankan. Teori demokrasi
menyebutkan bahwa masyarakatlah yang paling mengetahui apa yang
mereka kehendaki. Tiada demokrasi tanpa kesukarelaan politik warga, sebab
kesukarelaan politik merupakan esensi partisipasi politik dan partisipasi juga
esensi dari demokrasi. Jadi kesukarelaan politik masyarakat merupakan
indikator utama demokrasi suatu negara.
Asumsi yang mendasari pentingnya kesukarelaan politik masyarakat
dalam kehidupan demokrasi adalah masyarakat adalah pihak yang paling
tahu tentang apa yang mereka butuhkan dalam kehidupan mereka. Karena
keputusan politik yangdibuat dan dilaksanakan oleh pemerintah menyangkut
dan mempengaruhi kehidupan masyarakat maka masyarakat perlu secara
sukarela berpartisipasi dalam menentukan isi keputusan yang mempengaruhi
kehidupan mereka. Kesukarelaan politik ini tidak hanya menyangkut proses
pengambilan keputusan tetapi juga dalam memilih calon pemimpin atau ikut
serta dalam kampanye maupun partai politik yang mereka anggap dapat
memperjuangkan kepentingan mereka.
Kerjasama Polokda Unand dan Komisi Pemilihan Umum Kota Payakumbuh 10
Laporan Riset Kesukarelaan Politik Masyarakat Kota Payakumbuh 2015
Kesukarelaan politikdapat diartikan sebagai aktivitas politik secara
sukarela tanpa paksaan dan mobilisasi dari warga masyarakat melalui mana
mereka mengambil bagian dalam proses pemilihan penguasa dan secara
langsung atau tidak langsung dalam proses pembentukan kebijakan publik.
Menurut Max Weber masyarakat melakukan aktivitas politik karena, pertama
alasan rasional nilai, yaitu alasan yang didasarkan atas penerimaan secara
rasional akan nilai-nilai suatu kelompok. Kedua, alasan emosional afektif,
yaitu alasan didasarkan atas kebencian atau sukarela terhadap suatu ide,
organisasi, partai atau individu. Ketiga, alasan tradisional, yaitu alasan yang
didasarkan atas penerimaan norma tingkah laku individu atau tradisi
tertentu dari suatukelompok sosial. Keempat, alasan rasional instrumental,
yaitu alasan yang didasarkan atas kalkulasi untung rugi secara ekonomi.
Kesukarelaan politik adalah bagian dari partisipasi. Jika partisipasi
politik menurut Huntington dan Joan Nelsen (1994: 5-9) terdiri dari dua
kategori yaitu partisipasi yang dimobilisasikan dan partisipasi yang otonom,
maka kesukarelaan politik adalah partisipasi politik yang otonom.Miriam
Budhiardjo mengatakan partisipasi politik yang otonomi adalah kegiatan
seseorang atau sekelompok orang untuk ikut secara aktif secara sukarela
dalam kehidupan politik yaitu dengan cara memilih pimpinan negara secara
langsung atau tidak langsung, mempengaruhi kebijakan publik. Di antara
kegiatan yang termasuk kesukarelaan politik adalah memberikan suara
dalam pemilihan umum, menghadiri rapat umum, menjadi anggota suatu
partai atau kelompok kepentingan, mengadakan hubungan dengan pejabat
pemerintah atau anggota parlemen. Ramlan Surbakti mendefenisikan
partisipasi politik otonom ini sebagai kegiatan warga negara secara sukarela
tanpa paksaan dalam mempengaruhi proses pembuatan dan pelaksanaan
kebijaksanaan umum dan dalam ikut menentukan pemimpin pemerintahan.
Tumbuh dan berkembangnya berbagai organisasi sukarela dapat
meningkatkan kehisupan demokrasi sebuah negara. Lazimnya di negara yang
pemerintahnya bersifat otokrasi, organisasi sukarela tidak biarkan tumbuh
dan bergerak dengan bebas.
Kerjasama Polokda Unand dan Komisi Pemilihan Umum Kota Payakumbuh 11
Laporan Riset Kesukarelaan Politik Masyarakat Kota Payakumbuh 2015
Kesukarelaan
politik
yang
tinggi
dapat
meningkatkan
tingkat
kesadaran politik masyarakat di sebuah negara. Terutama jika kesukarelaan
politik melibatkan unsur-unsur gerakan
dan perjuangan masyarakat.
Masyarakat yang tidak melek politik atau rendah kesadaran politiknya akan
sulit memahami kesukarelaan politik yang berorientasi advokasi.
Kesukarelaan politik sangat diperlukan dalam proses pembuatan
keputusan secara musyawarah dalam tata kelola (governance) negara.
Musyawarah hanya akan dapat dilakukan jika terdapat suasana politik yang
kondusif, ada kemerdekaan berpikir, ada kebebasan berpendapat dan sikap
terbuka, dan bukan dalam suasana yang takut untuk berbeda pendapat
dengan penguasa.
2.4 Ciri Kesukarelaan Politik
Terdapat tiga ciri utama untuk menentukan kesukarelaan politik masyarakat:
Pertama, aktivitas politik yang dilakukan warga negara tidak
dilakukan untuk tujuan utama yaitu mendapatkan imbalan berupa materil.
Bagaimanapun,
penggantian
(reimbursement)
untuk
sekadar
biaya
transportasi yang diperlukan warga dan sedikit uang saku untuk mengganti
waktu yang seharusnya mereka gunakan untuk menafkahi keluarga, secara
kemanusiaan dapat dibenarkan.
Kedua, kegiatan politik tersebut dilaksanakan secara sukarela yaitu
berdasarkan kerelaan pelaku. Di sini terdapat sedikit wilayah abu-abu,
misalnya dalam kasus dimana perguruan tinggi, sekolah atau organisasi
tertentu
misalnya,
menyelenggarakan
kegiatan
pengabdian
kepada
masyarakat yang relatif memaksa mahasiswanya atau anggotanya untuk ikut
terlibat dalam kegiatan tersebut secara kesukarelaan namun wajib diikuti.
Dan ketiga, kegiatan tersebut hendaklah mendatangkan manfaat
kepada masyarakat dan bukan tujuan utamanya untuk keuntungan relawan
itu sendiri. Meskipun relawan sebanarnya juga mendapatkan manfaat secara
pribadi dari kegiatan itu namun motivasi utamannya bukan untuk itu.
Kerjasama Polokda Unand dan Komisi Pemilihan Umum Kota Payakumbuh 12
Laporan Riset Kesukarelaan Politik Masyarakat Kota Payakumbuh 2015
2.5 Jenis-Jenis Kesukarelaan Politik
Dalam kerangka konsep yang luas ini, dapat diidentifikasi paling
tidak terdapat jenis kegiatan kesukarelaan politik, yaitu:
1. Bantuan Mandiri (self-help atau mutual aid)
Bantuan mandiri merupakan sistem bantuan sosial dan ekonomi yang
utama di kebanyakan negara-negara berkembang. Jenis Kesukarelaan ini
biasanya berawal dari komunikasi informal di antara kelompok keluarga,
kemudian berkembang menjadi kegiatan dan program kesukarelaan
berupa kegiatan sosial dan program-program kebajikan masyarakat yang
lebih formal. Bentuk ini juga memainkan peranan yang penting di
negara-negara industri, terutama memberikan bantuan di bidang
kesehatan dan sosial kemasyarakatan.Banyak organisasi non pemerintah
yang telah didirikan untuk membantu kelompok masyarakat yang
memerlukan.
2. Kegiatan sosial (philanthropy) atau pengabdian kepada masyarakat
Kegiatan sosial atau pengabdian Kepada Masyarakat adalah
berbeda dengan jenis bantuan mandiri karena penerima manfaatnya
bukanlah individu atau anggota kelompok itu sendiri, tetapi adalah pihak
lain. Jenis kesukarelaan ini biasanya terjadi dalam organisasi relawan,
walaupun di sebagian negara terdapat tradisi kesukarelaan yang kuat
dalam sektor publik dan terdapat minat yang semakin meningkat dalam
sektor ekonomi. Di samping itu, terdapat juga tradisi di mana relawan
dikirim ke negara lain untuk menawarkan bantuan pembangunan dan
kemanusiaan. Dalam konteks tertentu, terdapat juga donatur yang
biasanya berasal dari orang kaya dermawan, yang mensedekahkan
hartanya atau secara sukarela untuk keperluan masyarakat yang
memerlukan.
Kerjasama Polokda Unand dan Komisi Pemilihan Umum Kota Payakumbuh 13
Laporan Riset Kesukarelaan Politik Masyarakat Kota Payakumbuh 2015
3. Partisipasi atau kegiatan kewarganegaraan
Partisipasi di sini mengacu kepada peran yang dimainkan oleh
warga negara dalam proses governance yaitu melalui pemberdayaan
(empowerment), konsultansi dan perwakilan. Ia terdapat di seluruh
dunia. Bagaimanapun, ia lebih berkembang di negara-negara yang
mempunyai tradisi kesadaran dan kegiatan kewarganegaraan yang tinggi.
Partisipasi ini telah dijadikan sebagai salah satu prinsip penting dalam
good governance.Belakangan ini, muncul banyak kritik yang melihat
partisipasi
ini
hanyalah
sekadar
tokenisme
atau
cara
untuk
menjustifikasikan keputusan-keputusan yang dibuat oleh pihak-pihak
tertentu.
4. Kegiatan advokasi atau kampanye .
Advokasi atau kampanye adalah suatu kegiatan yang digerakkan
oleh relawan, atau para aktivis, misalnya melobi pemerintah untuk
membuat atau merubah suatu kebijakan publik. Contoh kesukarelaan
yang berbentuk advokasi ini adalah kampanye tentang bahaya dan
penyebaran
HIV/AIDS,
kampanye
tentang
peningkatan
kesadaran
masyarakat tentang hak asasi manusia dan pencemaran lingkungan
hidup, mengaktifkan gerakan pemuda dan wanita dan sebagainya.
Kesukarelaan dalam bentuk advokasi atau kampanye kampanye ini ada
bersifat lokal, nasional, regional maupun global.
Kerjasama Polokda Unand dan Komisi Pemilihan Umum Kota Payakumbuh 14
Laporan Riset Kesukarelaan Politik Masyarakat Kota Payakumbuh 2015
3.1nPendekatan Penelitian
Dengan pertimbangan tujuan, target, subyek dan objek studi yang
ditetapkan, maka penelitian ini menggunakan gabungan pendekatan
kuantitatif dan kualitatif. Pendekatan kuantitatif dilakukan dengan metode
deskriptif survey, sedangkan pendekatan kualitatif
dilakukan dengan
metode deskriptif-interpretafif. Pemilihan salah satu pendekatan yakni
kuantitatif atau kualitatif saja dan memposisikan kedua pendekatan tersebut
secara dikotomis dalam penelitian ini tampaknya tidak memadai untuk
mendekati persoalan kebijakan yang begitu kompleks dan multi dimensional.
Menurut Dedi Supriadi
metode penelitian lebih merupakan alat, bukan
tujuan dalam suatu penelitian. Karena itu menurutnya metode mana yang
digunakan tergantung sifat masalah yang diteliti. Sementara masalah
penelitian ini mencakup dua sifat yang berbeda. Di satu sisi masalah
penelitian ini berada pada level analisis organisasi/lembaga, sedangkan di
sisi lain terdapat pertanyaan penelitian ini yang berada pada level analisis
individual. Sehingga jika dipinjam istilahnya Erna Widodo dan Mukhtar (2000)
penggabungan dua pendekatan ini merupakan prosedur pemecahan masalah
yang paling tepat karena dapat mengungkapkan masalah yang diselidiki
dengan menggambarkan fenomena sosial yang lengkap dengan berbagai
faktor yang melatarinya berdasarkan fakta-fakta yang nampak di lapangan.
3.2 Sumber Data
Sumber data dalam riset ini terdiri dari:
Kerjasama Polokda Unand dan Komisi Pemilihan Umum Kota Payakumbuh 15
Laporan Riset Kesukarelaan Politik Masyarakat Kota Payakumbuh 2015
3.2.1 Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diambil tidak langsung kepada
sumbernya. Rincian data sekunder yang dibutuhkan dalam penelitian ini
adalah:
Dokumen-dokumen yang terkait profil daerah penelitian yaitu Kota
Payakumbuh seperti:
1) Sejarah Kota Payakumbuh.
2) Rencana Strategi (Renstra) (rencana-rencana strategik (strategic
plans), sasaran strategik, inisiatif strategik dan target berjangka
menengah).
3) Dokumen Kota Payakumbuh Dalam angka.
4) Laporan eavaluasi hasil Pemilu 2014.
3.2.2 Data Primer
Data primer adalah data yang diambil langsung oleh peneliti kepada
sumbernya tanpa ada perantara. Rincian data primer yang diperlukan dalam
penelitian ini adalah:
1. Informasi tentang identitas responden
2. Informasi tentang kesukarelaan politik, partisipasi politik, partisipasi
memilih masyarakat dalam pemilu
3. Informasi tentang minat politik, persepsi dan sikap masyarakat pemilih
tentang politik uang dan sebagainya.
4. Informasi yang terkait dengan faktor-faktor penentu politik uang, tingkat
kesukarelaan politik dan sebagainya.
5. Informasi yang terkait dengan pendapat responden terkait kepuasan dan
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Oleh karena pendekatan penelitian ini merupakan gabungan antara
penelitian kuantitatif dan kualitatif maka teknik pengumpulan data
penelitian ini adalah sebagai berikut:
Kerjasama Polokda Unand dan Komisi Pemilihan Umum Kota Payakumbuh 16
Laporan Riset Kesukarelaan Politik Masyarakat Kota Payakumbuh 2015
3.3.1 Teknik Kuesioner
Kuesioner bertujuan untuk mendapatkan data tentang persepsi, opini,
dan sikap masyarakat pemilih terhadap kesukarelaan politik, partisipasi
politik, Perilaku politik uang dan sebagainya
3.3.2 Teknik FGD
FGD
bertujuan
untuk
mendapatkan
informasi
tambahan
dan
pendalaman terhadap temuan yang menonjol dari deskripsi hasil kuesioner.
Melalui FGD dikumpulkan juga informasi tentang pendapat peserta tentang
pejelasan yang dapat diberikan secara kualitatif terhadap hasil penelitian.
Selain itu juga dikumpulan pendapat peserta yang merupakan tokoh
masyarakat
terhadap
upaya-upaya
yang
dapat
dilakukan
dalam
meningkatkan kesukarelaan politik masyarakat.
3.3.3 Teknik Dokumenter
Teknik dokumenter yaitu teknik pengumpulan informasi dengan
mempelajari sumber data tertulis untuk memperoleh data sekunder yang
terkait dengan partisipasi masyarakat dalam pemilu, data data agregat Kota
Payakumbuh seperti data jumlah penduduk, data jumlah pemilih, jumlah
desa dan kelurahan, letak dan kondisi georafis dan sebagainya.
3.4 Lokasi Penelitian, Informan dan Responden
Mengingat banyaknya aspek yang
dikaji dan untuk menjangkau
kedalaman masalah yang dikaji, maka dibutuhkan kesungguhan dalam proses
penelitian mulai dari pengumpulan data sekunder sampai data primer. Oleh
sebab itu riset ini hanya dibatasi di satu lokasi penelitian yaitu Kota
Payakumbuh, Propinsi Sumatera Barat.
Kerjasama Polokda Unand dan Komisi Pemilihan Umum Kota Payakumbuh 17
Laporan Riset Kesukarelaan Politik Masyarakat Kota Payakumbuh 2015
3.5 Sampel
Teknik sampel yang digunakan dalam penelitian ini teknik probability
sampling. Dalam metode probability sampling, seluruh unsur populasi
memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih dalam sampel. Dalam
penelitian ini cara pemilihan sampel dilakukan secara acak (random).
Demikian pula dengan jumlah sampel minimum, dihitung secara matematis
berdasarkan probabilitas sehingga hasil penelitian ini dapat menggambarkan
kondisi populasi sesungguhnya yang akurat. Teknik yang digunakan adalah
dengan Metode Slovin(Sevilla et. al., 1960:182), sebagai berikut:
dimana
n: jumlah sampel
N: jumlah populasi
e: batas toleransi kesalahan (error tolerance)
Berdasarkan metode slovin ini diketahui jumlah polulasi sebanyak 44.843
orang dan batas tolerasi 0,05%, maka diperoleh jumlah sampel sebanyak 396
orang.
Karena penelitian ini akan memetakan kesukarelaan masyarakat di
semua kelurahan maka ditetapkan semua kelurahan sebagai kelurahan
sampel. Pada masing-masing kelurahan kemudian ditetapkan jumlah
responden dengan menggunakan teknik sampel acak bersistem (systematic
random sampling) secara proporsional berdasarkan jumlah penduduk di
Kelurahan. Melalui metode di atas maka diperoleh kerangka sampel Kota
Payakumbuh.
Untuk menetapkan Rumah Tangga Sampel maka jumlah sampel yang
telah ditetapkan untuk tiap-tiap Kelurahan dibagi dengan jumlah RT yang
terpilih secara acak sistematik.
Untuk menentukan responden yang akan diwawancarai di dalam
rumah tangga dilakukan proses pemilihan secara obyektif dengan mengacu
Kerjasama Polokda Unand dan Komisi Pemilihan Umum Kota Payakumbuh 18
Laporan Riset Kesukarelaan Politik Masyarakat Kota Payakumbuh 2015
Kish Gridyang ada pada kuesioner. Kuesioner sebelumnya sudah diberi kode
oleh peneliti menurut pembagian berdasarkan jenis kelamin. Karena jumlah
pemilih Kota Payakumbuh 88.236 pemilih terdiri dari 43.591 (49%) pemilih
laki-laki dan 44.645 (51%) pemilih perempuan maka jumlah kuesioner juga
dibagi berdasarkan proporsi jenis kelamin tersebut. Kuesioner berkode L
untuk responden laki-laki dan kode P untuk perempuan. Enumerator pertama
kali membuat daftar nama anggota keluarga berdasarkan kode kuesioner.
Jika enumerator mendapatkan kuesioner ber-kode L maka urutan dibuat dari
laki-laki yang termuda sampai yang tertua. Sedangkan jika kuesioner
berkode P maka urutan dibuat dari perempuan yang termuda sampai yang
tertua. Tidak semua anggota keluarga memenuhi syarat. Syarat umum yang
harus dipenuhi adalah berusia di atas 17 tahun atau sudah menikah (syarat
peserta pemilu).
Untuk
menentukan
siapa
yang
terpilih
menjadi
responden,
enumerator menarik garis mendatar sejajar dengan nama anggota keluarga
yamg tertulis paling akhir ke kanan. Kemudian ditarik garis tegak dari angka
yang telah diberi tanda pada tabel Kish Grid. Pertemuan antara garis
mendatar dan garis tegak menunjukkan nomor urut anggota keluarga yang
akan menjadi responden.
Contoh Tabel Kish Grid
No
1
2
3
4
5
6
7
8
Nama
Umur
1
1
1
2
3
2
5
4
1
2
1
2
3
4
3
4
6
4
3
1
2
1
3
5
2
3
3
4
1
1
2
1
4
1
7
2
5
1
2
2
2
1
6
5
7
6
1
1
3
3
2
3
7
5
7
1
1
3
2
3
2
2
1
8
1
2
1
4
1
1
1
2
9
1
1
1
1
5
6
3
6
10
1
2
2
3
3
3
5
8
3.6 Teknik Pengolahan Data
Pengolahan dan analisis data dilakukan dengan dua tahapan waktu,
pertama, pada saat bersamaan dengan kegiatan pengumpulan data
berlangsung; dan kedua, dilakukan setelah pengumpulan data berakhir
Kerjasama Polokda Unand dan Komisi Pemilihan Umum Kota Payakumbuh 19
Laporan Riset Kesukarelaan Politik Masyarakat Kota Payakumbuh 2015
(Bogdan & Biklen, 1992). Tahapan pertama dilakukan untuk mencari fokus
serta untuk memperoleh data-data awal dalam pengajuan pertanyaanpertanyaan selama di lapangan. Sedangkan analisis yang kedua berfungsi
untuk mengantisipasi berbagai temuan yang layak dieksplorasi lebih
mendalam setelah data terkumpul. Rangkaian alur ini ditempuh agar analisis
data dapat dilakukan secara komprehensif serta mampu mengaktualisasikan
antara tujuan dan sasaran penelitian dengan berbagai kenyataan yang
berkembang di lapangan.
3.6.1 Metode Pengolahan Data
Data kuantitatif yang sudah terkumpul melalui survey diperiksa
terlebih untuk memastikan data tidak ada yang tercecer atau tidak lengkap
sehingga proses analisa data dapat dilakukan. Data dianalisa secara
deskriptif analitik. Analisa data adalah: proses pengolahan, penyajian,
interpretasi dan analisa data yang diperoleh dari lapangan, dengan tujuan
agar data yang disajikan mempunyai makna, sehingga pembaca dapat
mengetahui hasil penelitian (Martono,2010). Terdapat beberapa tahap yang
peneliti lakukan untuk melakukan analisa data, yaitu :
1) Data coding atau pemberian kode, merupakan suatu proses penyusunan
data mentah secara sistematis ke dalam bentuk yang mudah dibaca oleh
mesin komputer. Dalam proses ini perlu membuat kode.
2) Data entering atau memasukkan data, merupakan proses pemindahan
data yang telah diubah ke dalam kode angka ke dalam komputer.
3) Data cleaning atau pembersihan data, merupakan proses pengecekan
untuk memastikan bahwa seluruh data yang telah dimasukkan ke
komputer sudah sesuai dengan informasi yang sebenarnya.
4) Data Output atau penyajian data, merupakan tahap menyajikan hasil
pengolahan data dengan bentuk yang mudah dibaca dan menarik.
5) Data Analyzing atau analisis data, merupakan tahap akhir dalam
penelitian. Tahap ini mengharuskan peneliti untuk menginterpretasikan
data yang sudah diperoleh selama pengumpulan data di lapangan.
Kerjasama Polokda Unand dan Komisi Pemilihan Umum Kota Payakumbuh 20
Laporan Riset Kesukarelaan Politik Masyarakat Kota Payakumbuh 2015
3.6.2 Perangkat Pengolahan Data
Data entry dan penghitungan hasil survei dilakukan dengan program SPSS
21.0.
3.6.3 Analisa Data
Analisa data menggunakan metode analisis statistik deskripsi dan
analisis statistik inferensial serta melibatkan beberapa analisis univariat
seperti sebaran frekuensi, baik secara angka-angka mutlak maupun secara
persentase, disertai dengan analisis multivariat, seperti analisis korelasi dan
chi square.Analisis statistik yang digunakan adalah analisa statistik deskriptif
seperti modus, median, rata-rata yang disajikan dalam bentuk distribusi
frekuensi dan persentase. Kemudian hasil analisis dijabarkan melalui
penjelasan kalimat secara rinci. Teknik analisis data untuk data kualitatif
yakni data yang diperoleh dari hasil FGD dan dokumentasi digunakan teknik
deskriptif kualitatif. Melalui teknik ini data yang telah dikumpulkan dalam
bentuk transkrip FGD dan catatan lapangan, komentar peneliti, dokumen
berupa Payakumbuh dalam angka, dan sebagainya kemudian diatur,
diurutkan, diorganisasikan, dikode dan dikategorikan ke dalam satu pola,
secara sistematik dan kemudian dinterpretasikan.
3.7mTeknik Pemeriksaan Keabsahan Data
Beberapa hal yang peneliti lakukan untuk menjaga keabsahan data:
3.7.1. Mendeskripsikan, menginterpretasi, dan mengecek ulang hasil
penelitian
Mencatat semua kejadian yang penting secara deskriptif. Kejadian
penting di sini maksudnya adalah semua kejadian yang menggambarkan
kesukarelaan politik, dan partisipasi politik serta partisipasi memilih yang
sesuai dengan kerangka konseptual. Untuk membantu membuat deskripsi
Kerjasama Polokda Unand dan Komisi Pemilihan Umum Kota Payakumbuh 21
Laporan Riset Kesukarelaan Politik Masyarakat Kota Payakumbuh 2015
kejadian-kejadian yang ditemui, peneliti dapat
membuat gambar, foto,
atau video yang menggambarkan kejadian penting tersebut.
Ketika menemui kejadian yang penting, peneliti
mencari berbagai
informasi yang dapat menjelaskan fenomena kesukarelaan politik dari
berbagai prespektif yang ada. Pandangan dari tokoh masyarakat yang
beragam sangat penting dalam rangka untuk memperoleh informasi yang
holistik dan mencari interpretasi yang tepat terhadap fakta yang ditemui.
3.7.2 Memisahkan secara tegas antara deskriptif, interpretasi dan
penilaian hasil penelitian
Peneliti memisahkan dengan tegas mana yang merupakan fakta dan
interpretasi terhadap fakta. Peneliti juga
mencatat tanggapan, masukan
dan saran yang diperoleh dari tokoh masyarakat, anggota dan staf KPU
dalam FGD sebagaimana adanya sesuai dengan bahasa dan kata-kata mereka
sendiri. Sehingga peneliti dapat menangkap nuansa dan konteks yang tepat
dari pernyataan informan. Pemisahan seperti ini penting dan perlu dilakukan
agar interpretasi dan kesimpulan yang dihasilkan dapat diverifikasi.
3.7.3
Memberikan Umpan Balik (feedback)
Peneliti
memberikan
umpan
balik
(feedback)
kepada
tokoh
masyarakat dan komisioner KPU serta staf mengenai temuan dan interpretasi
yang dihasilkan dari serangkaian kegiatan penelitian lapangan yang
dilakukan. Feedback ini penting untuk diberikan di samping sebagai suatu
bentuk laporan dan pertanggung jawaban peneliti terhadap KPU yang
memberikan pekerjaan juga sebagai salah satu cara untuk melakukan
klarifikasi dan verifikasi terhadap temuan, interpretasi, dan kesimpulan yang
dimiliki. Tentunya tidak semua temuan dapat dan perlu disampaikan kepada
mereka. Namun setidaknya temuan awal yang sudah diverifikasi dapat
disampaikan agar mereka dapat memahami apa yang menjadi perhatian
Kerjasama Polokda Unand dan Komisi Pemilihan Umum Kota Payakumbuh 22
Laporan Riset Kesukarelaan Politik Masyarakat Kota Payakumbuh 2015
peneliti dan bagaimana mereka dapat memanfaatkan temuan itu untuk
memperbaiki tata kelola pemilu.
Kerjasama Polokda Unand dan Komisi Pemilihan Umum Kota Payakumbuh 23
Laporan Riset Kesukarelaan Politik Masyarakat Kota Payakumbuh 2015
4.1
Profil Kota Payakumbuh
4.1.1 Kondisi Geografis
Kota Payakumbuh merupakan salah satu dari tujuh Kota di Propinsi
O
Sumatera Barat. Kota ini secara geografi terletak pada posisi 00 171 Lintang
0
Selatan dan 100035’ sampai dengan 100 45’ Bujur Timur. Posisinya tepat di
tengah-tengah Kabupaten Lima puluh Kota. Sehingga seluruh bagian luar kota
berbatasan dengan Kabupaten Limapuluh Kota. Sebelah Utara kota ini
berbatasan dengan Kecamatan Harau dan Kecamatan Payakumbuh. Sebelah
selatan berbatasan dengan Kecamatan Luak dan Kecamatan Situjuh Limo
Nagari. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Payakumbuh dan
Kecamatan Akabiluru. Serta sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan
Luak dan Kecamatan Harau.
Letak Kota Payakumbuh sangat strategis bila dilihat dari segi lalu
lintas angkutan darat antara Propinsi Sumatera Barat dengan Riau. Kota
Payakumbuh merupakan pintu gerbang masuk dari arah Pekanbaru menuju
Kota-kota yang ada di Provinsi Sumatera Barat. Jarak Kota Payakumbuh ke
Kota Pekanbaru 188 km dan dapat di tempuh selama ±4,5 jam perjalanan
dengan angkutan pribadi, sedangkan jarak ke Kota Padang sejauh 124 km,
dapat ditempuh dengan kendaraan pribadi selama ±3 jam
Kota Payakumbuh tercatat memiliki luas wilayah ±80,43Km2 atau
setara dengan 0,19 persen dari luas Propinsi Sumatera Barat. Keadaan
tofografi Kota Payakumbuh bervariasi antara dataran dan perbukitan dengan
ketinggian 514 meter di atas permukaan laut. Perbukitan di Kota
Kerjasama Polokda Unand dan Komisi Pemilihan Umum Kota Payakumbuh 24
Laporan Riset Kesukarelaan Politik Masyarakat Kota Payakumbuh 2015
Payakumbuh
tersebar
di
Kecamatan
Payakumbuh
Barat,
Kecamatan
Payakumbuh Selatan, dan Kecamatan Payakumbuh Timur. Jika dilihat dari
kuantitas
perbukitan
yang
ada,
umumnya
berlokasi
di
Kecamatan
Payakumbuh Barat, yaitu sebanyak 11 bukit, di Kecamatan Payakumbuh
Selatan sebanyak 3 bukit, dan Kecamatan Payakumbuh Timur sebanyak 4
bukit.
Kota
Payakumbuh juga di lalui
oleh beberapa sungai antara lain
Batang Agam panjangnya 15,6 Km, Batang Lampasi panjangnya 11,6 Km.
Batang Agam melalui beberapa kelurahandi Kota Payakumbuh yaitu Balai
Panjang, Pakan Sinayan, Bulakan Balai Kandi, Tanjung Gadang, Balain Nan
Duo, Parik Rantang. Sedangkan Batang Lampasi melalui Kelurahan Koto
Panjang, Sungai Durian, Payonibung, Talawi, Balai Betung, dan Tanjung
Anau.
Ditinjau dari segi penggunaannya, sebagian besar lahan di Kota
Payakumbuh digunakan untuk area persawahan, luasnya mencapai 2751 Haa
tau 34,21 persen dari luas tanah di Kota Payakumbuh.Penggunaan lahan
untuk bangunan dan sekitarnya menempati no 2 terbesar yaitu seluas 2902
Ha atau 36,08 persen. Digunakan untuk Kebun/ Ladang seluas 1456 Ha atau
18,10 persen yang pada umumnya di tanami jagung dan coklat.
Hanya sebagian kecil luas lahan di Kota Payakumbuh yang digunakan
untuk kolam/tebat,hutan rakyat dan padang rumput yaitu masing-masing 14
Ha (0,17 persen), 356 Ha (4,43 persen) dan 11Ha (0,14 persen). Sedangkan
tanah yang dipergunakan selain diatas seluas 553 Ha atau 6,87 persen.
Sebagian besar tanah di Kota Payakumbuh merupakan lahan pertanian yaitu seluas 5.141 Ha. Luas lahan sawah sebesar 2751 Ha dan bukan
sawah seluas 2390 Ha. Jika dirinci
perkecamatan, jumlah tanah sawah dan
bukan sawah di Kecamatan Barat sebesar 529 Ha dan 577 Ha, Kecamatan
Payakumbuh Timur sebesar 663 Ha dan 772 Ha, Kecamatan Payakumbuh
Selatan 378 Ha dan 255 Ha, Kecamatan Payakumbuh Utara 475Ha dan 493
Ha, Kecamatan Lamposi Tigo Nagori 436Ha dan 293 Ha. Di Kota Payakumbuh
Kerjasama Polokda Unand dan Komisi Pemilihan Umum Kota Payakumbuh 25
Laporan Riset Kesukarelaan Politik Masyarakat Kota Payakumbuh 2015
0
suhu udara 26 Celcius dengan kelembaban udara berkisar antar 45 persen
sampai dengan 50 persen. Banyaknya curah hujan tertinggi di Kota
Payakumbuh pada tahun 2013 terjadi pada bulan April yakni sebesar 186 mm.
sedangkan curah hujan paling sedikit terjadi pada bulan Mei 2013 yakni
sekitar 47 mm. Sementara itu jumlah hari hujan paling banyak selama tahun
2013 terjadi padabulan November yaitu selama 10 hari.
4.1.2 Wilayah Administrasi
Sejak dilaksanakan kebijakan otonomi luas tahun 1999, wilayah kerja
administrasi pemerintah terus mengalami perubahan baik tingkat Propinsi,
Kab/Kota, kecamatan maupun kelurahan. Berdasarkan Perda No 12 dan 13
Tahun 2008 jumlah wilayah administrasi tingkat kecamatan di Kota
Payakumbuh mengalami perubahan dari 3 kecamatan menjadi 5 kecamatan
atau terjadi penambahan 2 kecamatan baru, yaitu Kecamatan Payakumbuh
Selatan
dan
Lamposi
Tigo
Nagori.
Kecamatan
Payakumbuh
Selatan
merupakan pemekaran dari Payakumbuh Barat, sedangkan Kecamatan
Lamposi Tigo Nagori merupakan pemekaran dari Payakumbuh Utara.
Jumlah wilayah administrasi tingkat
kelurahan juga mengalami
perubahan, semula 73 kelurahan menjadi 76 kelurahan. Tambahan 3
kelurahan baru tersebut berasal dari kelurahan yang berada di Kec. Lamposi
Tigo Nagori. Kelurahan baru itu adalah Kel. Parik Muko Aia yang merupakan
pemekaran dari Kel.SungaiDurian, kemudian Kel. KotoPanjang Dalam yang
merupakan pemekaran Kel. Koto Panjang, dan terakhir Kel. Padang Sikabu
yang berasal dari Kel. Parambahan
a. Pilkada Kota Payakumbuh
Pilkada terakhir dilaksanakan pada tahun 2012. Pilkada tersebut diikuti oleh
7 pasang calon dengan memperebutkan 51.288 suara sah. Suara-suara ini
tersebar di 76 PPS dan 202 TPS. Jumlah pasangan calon ini menjadi catatan
tersendiri karena merupakan jumlah pasangan calon paling banyak di
Kerjasama Polokda Unand dan Komisi Pemilihan Umum Kota Payakumbuh 26
Laporan Riset Kesukarelaan Politik Masyarakat Kota Payakumbuh 2015
Provinsi Sumatera Barat. Pilkada diikuti oleh tujuh pasangan calon masingmasing Desra.SH – Fitma Indrayani.SH; Ir. H. Mulyadi Afmar – Edwar DF.
S.Sos; Ir. H. Almaisyar, AAAIK. MM - Dedrizal ; H. Samsul Bahri.SH - H.
Weri Yunaldi ; Riza Fahlepi. ST. MT - Drs. Suwandel Muchtar. MM ; Drs. H.
Zainul Jusri Zainuddin – Supardi ; Drs. Nusyirwan Nazar - Chandra Setipon.
A.Md
Hasil penghitungan suara memenangkan pasangan Riza Fahlepi. ST.
MT - Drs Suwandel Muchtar. MM dengan 18.520 suara atau 36,11 peren
suara. Dan di urutan ke dua adalah Ir. H. Almaisyar. AAAIK. MM - Dedrizal,
dengan 22,57 persen suara. Sehingga pilkada dilangsungkan hanya satu
putaran saja.
b.nPemerintahan
Proses
Perencanaan
yang
matang
sangat
diperlukan
dalam
proses
pembangunan, agar pembangunan tersebut dapat berjalan lancar Untuk itu,
pemerintah daerah menyusun angggran pendapatan dan belanja daerah
(APBD)
dalam
rangka
pelaksanaan
pembangunan
daerah.
Realisasi
pendapataan pemerintah Kota Payakumbuh pada tahun 2013 sebesar 542,60
miliyar rupiah yang berasal dari pendapatan asli daerah (PAD) sebesar 54,18
milyar rupiah, pendapatan transfer sebesar ealisasi pendapatan daerah Kota
Payakumbuh ini naik 13,97 persen dibandingkan realisasi pendapatan daerah
tahun
2012.
Sedangkan
realisasi
belanja
daerah
pemerintah
Kota
Payakumbuh tahun 2013 adalah 512,64 miliyar rupiah yang berupa belanja
tidak langsung
sebesar
290,08
miliyar
rupiah
dan belanja
langsung
sebesar 222,76 miliyar rupiah. Realisasi belanja daerah ini naik 9,37 persen
dibandingkan realisasi belanja tahun 2012.
c.nPenduduk
Penduduk mempunyai peranpenting dalam proses pembangunan. Oleh
karena itu, penduduk merupakan salah satu modal dasar pembangunan.
Jumlah penduduk suatu daerah sangat dipengaruhi oleh faktor kelahiran,
Kerjasama Polokda Unand dan Komisi Pemilihan Umum Kota Payakumbuh 27
Laporan Riset Kesukarelaan Politik Masyarakat Kota Payakumbuh 2015
kematian dan migrasi atau perpindahkan penduduk. Jumlah penduduk Kota
Payakumbuh mencapai 123.654 tahun 2013. Perubahan struktur dan
komposisi penduduk Kota Payakumbuh dapat dilihat dari perbandingkan
piramida penduduk Kota Payakumbuh didominasi penduduk usia muda yang
terlihat dari grafik piramida penduduk. Perubahan jumlah penduduk akan
berdampak kepada tingkat kepadatan penduduk. Selama periode 2010-2013,
terlihat kepadatan penduduk Kota Payakumbuh selalu meningkat dari 1.466
jiwa/Km² tahun 2010 menjadi 1.537jiwa/Km² tahun 2013. Artinya, dengan
luas wilayah sekitar 80,43 Km², setiap Km² ditempati sebanyak 1.537 jiwa
tahun
2013.
Dari
Kec.Payakumbuh
5
Barat
Kecamatan
tetap
yang
ada
merupakan
di
Kota
kecamatan
Payakumbuh,
yang
terpadat
penduduknya yaitu 2.469 jiwa/Km² pada tahun 2013. Sedangkan kecamatan
yang paling jarang penduduknya adalah Kecamatan Payakumbuh Selatan
yaitu 712 jiwa/Km².
d.nPertumbuhan Penduduk
Pertumbuhan penduduk selalu cendrung bertambah, sehingga jika tidak
diimbangi dengan persebaran penduduk yang merata dan laju pertumbuhan
yang
terkendali
pertumbuhan
maka
akan
menimbulkan
penduduk
Kota
Payakumbuh sedikit berfluktuasi. Dari 2,00
permasalahan
baru.
Laju
persen pada periode 2012-2013, pada periode 2012-2013 terjadi jumlah
penduduk bertambah dari 122.450 jiwa tahun 2012 menjadi 123.654 jiwa
tahun 2013. Upaya menekan laju pertumbuhan penduduk terus dilakukan
untuk menghindari ancaman ledakan penduduk di Kota Payakumbuh. Selain
itu, dengan laju pertumbuhan penduduk yang terkendali, target untuk
meningkatkan pendidikan, kesehatan serta pendapatan perkapita dapat lebih
mudah direalisasikan Rasio ketergantungan adalah salah satu indicator
kependudukan yang dapat menunjukkan keadaan ekonomi suatu negara.
Semakin tinggi rasio ketergantungan menunjukkan semakin tingginya beban
yang harus ditanggung penduduk yang produktif dan tidak produktif lagi.
Kerjasama Polokda Unand dan Komisi Pemilihan Umum Kota Payakumbuh 28
Laporan Riset Kesukarelaan Politik Masyarakat Kota Payakumbuh 2015
Pada tahun 2013 diperkirakan rasio
ketergantungan penduduk Kota
Payakumbuh mencapai 55, artinya setiap 100 orang yang berusia kerja
mempunyai tanggungan sebanyak 55 orang yang belum produktif dan
dianggap tidak produktif lagi. Rasio jenis kelamin adalah perbandingan antar
jumlah penduduk pria dengan jumlah
penduduk
wanita
pada
suatu
daerah dan pada waktu tertentu. Secara umum jumlah penduduk perempuan
lebih banyak dibandingkan penduduk laki-laki, hal ini akan terlihat dari
rasio jenis kelamin (Sex Ratio) yang kurang dari 100. Pada tahun 2012 sex
ratio penduduk Kota Payakumbuh adalah 98,14 persen, naik menjadi 98,56
persen
tahun
2013
.
Berdasarkan
data
tersebut,
maka
dapat
diinterpretasikan bahwa setiap 100 orang perempuan berbanding laki-laki
sebanyak 99 orang Jumlah rumah tangga di Kota Payakumbuh diperkirakan
29.695 rumah tangga pada tahun 2013,meningkat dibandingkan tahun 2012
yang berjumlah 29,388 rumah tangga. Selama kurun waktu 2010-2013 jumlah
rata-rata anggota rumah tangga berkisar 4 orang, hal ini merupakan salah
satu indikator yang menunjukkan keberhasilan dari program pemerintah
dalam upaya mengendalikan pertumbuhan penduduk melalui program
keluarga be rencana (KB). Tenaga kerja adalah salah satu faktor produksi
turut menentukan tumbuh kembangnya perekonomian masyarakat. Pada
tahun 2013 penduduk usia kerja (15 tahun keatas) di Kota Payakumbuh
tercatat 86.544 jiwa diantaranya sekitar 57,77 persen tergolong angkatan
kerja 28,77 persen termasuk bukan angkatan kerja. Angkatan kerja dapat
diklasifikasikan menjadi penduduk yang bekerja/employed sebesar (62.00
persen) dan mencari kerja/pengangguran/unemployed sebesar (4,75 persen).
Sedangkan penduduk yang bukan angkatan kerja terdiri dari penduduk yang
bersekolah (7,52 persen) dan melakukan kegiatan lainnya (25,72 persen).
Selama kurun waktu 2011-2013 tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK)
berfluktuasi. Pada tahun 2011 sebesar 67,17 persen naik menjadi 68,16
persen. Pada tahun 2013 menjadi 66,76 persen. Namun, bila diklasifikasikan
berdasarkan jenis kelamin, maka TPAK perempuan tahun 2013 tercatat
hanya 51,56 persen jauh tertinggal dibandingkan TPAK laki-laki yang mencapai 82,48 persen. Selain itu semakin meningkatnya persentase penduduk
Kerjasama Polokda Unand dan Komisi Pemilihan Umum Kota Payakumbuh 29
Laporan Riset Kesukarelaan Politik Masyarakat Kota Payakumbuh 2015
yang bekerja menunjukan bahwa angka kesempatan kerja
di
Kota
Payakumbuh semakin baik. Di Kota Payakumbuh angka kesempatan kerja ini
terlihat mengalami fluktuasi. Pada tahun 2011 angka kesempatan kerja
sebesar 93,32 persen turun menjadi 92,58 persen tahun 2012 dan tahun 2013
naik lagi menjadi 92,88 persen.
Pada tahun 2013, penduduk Kota Payakumbuh sebagian besar bekerja
disektor jasa dengan persentase 29,25 persen diikuti sektor perdagangan
sebesar 28,85 persen, sektor pertanian sebesar 19,06 persen dan sektor
lainnya sebesar 15,32 persen. Selama kurun waktu 2010-2013 persentase
penduduk yang bekerja menurut kelompok sektor
berfluktuasi tapi
urutannya tetap sama.Namun pada tahun 2013 persentase penduduk yang
bekerja di sektor jasa mengungguli sektor pedagang dengan selisih 0,4
persen.Pendidikan merupakan salah satu sasaran
untuk
kecerdasan dan keterampilan manusia,sehingga kuantitas
meningkatkan
sumber
daya
manusia sangat tergantung dari kualitas pendidikannya. Indikator rata-rata
lama sekolah menunjukkan rata-rata jumlah tahun yang dihabiskan oleh
penduduk usia 15 tahun keatas untuk menempuh semua jenis pendidikan
formal yang pernah dijalani. Rata-rata lama sekolah penduduk Kota
Payakumbuh pada tahun 2013 adalah 9,91 artinya rata-rata penduduk Kota
Payakumbuh memutuskan sekolah sampai kelas satu SMA. Jika dilihat dari
tingkat pendidikan yang telah ditamatkan pada tahun 2013, sekitar 30,38%
penduduk Kota Payakumbuh yang berumur 10 tahun ke atas telah
menamatkan pendidikan SMA/SMK/MA, angka ini menunjukan kenaikan dari
tahun 2012 yaitu 29,75 %. Sementara itu penduduk yang menamatkan
pendidikan SD/MI 22,72%, SMP/MTs 18,16 %, D1 s/d D3 3,61%, D4/S1 5,76 %
dan S2/S3 0,98 %. Angka ini masih berada diatas angka Sumatera Barat,
kecuali untuk tingkat SD/MI dan SMP/MTs.
Pada jenjang pendidikan SMA di Kota Payakumbuh untuk jumlah
sekolah tetap
28 unit. Terdiri dari 17 unit sekolah negeri dan 11 unit
sekolah swasta. Sekolah Negeri terdiri dari 255 kelas dan 309 rombel
sedangkan pada sekolah swasta dengan 106 kelas dan 97 rombel Jumlah guru
Kerjasama Polokda Unand dan Komisi Pemilihan Umum Kota Payakumbuh 30
Laporan Riset Kesukarelaan Politik Masyarakat Kota Payakumbuh 2015
negeri ada 841 orang turun dari 852 orang tahun 2012. Sementarajumlah
guru pada sekolah swasta 324 orang bertambah dari 271 orang tahun 2012.
Jumlah murid SLTA Negeri bertambah dari 8.840 orang menjadi 9.162 orang.
Pada sekolah swasta mengalami sedikit penurunan dari 2.257 orang menjadi
2.038 orang Secara umum daya tampung ruang kelas untuk jenjang SLTA di
Kota Payakumbuh mendekati ideal yakni untuk SLTA negeri rata-rata
mencapai 33 murid/kelas. Jika dilihat negeri dan swasta, pada sekolah
negeri rasio 1 kelas 38 murid, sedangkan pada sekolah swasta 1 berbanding
22.
Rasio murid terhadap guru pada sekolah swasta juga lebih baik di Kota
Payakumbuh tahun 2012.Jadi ada kecendrungan murid bersekolah disekolah
swasta, mungkin sekolah swasta dipandang menjanjikan kualitas dan fasilitas
serta metode yang lebih baik dibandingkan sekolah negeri. Jumlah
penguruan tinggi yang ada di Kota Payakumbuh tahun 2013 berjumlah
sebanyak 8 perguruan tinggi dengan jumlah mahasiswa 2.978 orang dan staf
pengajar sebanyak 354 orang.
f.nPembangunan Manusia
Pembangunan manusia merupakan kekayaan bangsa sesungguhnya
sehingga pembangunan manusia itu sendiri merupakan studi ilmiah yang
mempelajari proses atas perubahan dan stabilitas dari seluruh jangka waktu
kehidupan
manusia.
Untuk menuju ke titik keseimbangan mutu sumber
daya manusia maka seharusnya pertambahan penduduk secara kuantitas
harus
diikuti
oleh
pembangunan
kualitas
SDM
itu
sendiri.Kemajuan
pembangunan manusia secara umum dapat dilihat dari Indek Pembangunan
Manusia (IPM). IPM merupakan pengukuran perbadingan dari harapan hidup,
melek huruf, pendidikan dan standar hidup untuk semua Negara. IPM
digunakan untuk mengklasifikasikan apakah sebuah negara adalah negara
maju, negara berkembang atau negara terbelakang.
Angka IPM Kota Payakumbuh terus mengalami peningkatan. Pada
tahun 2011 angka IPM Payakumbuh adalah 76.29 meningkat menjadi 76,76
tahun 2012. selanjutnya pada tahun 2013 naik menjadi 76,99. IPM Kota
Kerjasama Polokda Unand dan Komisi Pemilihan Umum Kota Payakumbuh 31
Laporan Riset Kesukarelaan Politik Masyarakat Kota Payakumbuh 2015
Payakumbuh termasuk golongan menengah atas, karena pada golongan 66-80
dan nomor urut ke-4 di Sumbar
Kerjasama Polokda Unand dan Komisi Pemilihan Umum Kota Payakumbuh 32
Laporan Riset Kesukarelaan Politik Masyarakat Kota Payakumbuh 2015
5.1 Identitas Responden
Didalam bagian 5.1 ini akan dijelaskan identitas responden yang
dikategorikan dalam beberapa hal seperti umur, jenis kelamin, sebaran desa
tempat tinggal responden, pendidikan, agama, pekerjaan, suku bangsa dan
rata-rata pendapatan rumah tangga responden. Dengan hal ini akan
memberikan gambaran umum mengenai responden dan mewakili masyarakat
Kota Payakumbuh secara keseluruhan berdasarkan pembagian sampel dari
populasi.
5.1.1 Komposisi Responden berdasarkan Umur
Tabel: 5.1 Komposisi Responden Berdasarkan Umur
Umur
Frekuensi
17-25
93
26-33
53
34-42
87
43-51
74
52-60
50
61-70
20
71-80
8
Total
385
Sumber: Data Primer 2015
%
24,2
13,8
22,6
19,2
13,0
5,2
2,1
100,0
Persentase
Komulatif
24,2
37,9
60,5
79,7
92,7
97,9
100,0
Dalam survei kesukarelaan politik masyarakat di Kota Payakumbuh,
dari 385 responden yang diambil sebagai sampel, sebanyak 24,2 % dikuti oleh
responden yang berumur 17-25 tahun dan posisi kedua dengan rentang umur
34-42 tahun yakni sebanyak 22,6 %. Hal ini menandakan bahwa komposisi
responden dalam rentang umur di dominasi oleh pemilih pemula dan pemilih
muda yakni direntang umur 17-25 tahun.
Kerjasama Polokda Unand dan Komisi Pemilihan Umum Kota Payakumbuh 33
Laporan Riset Kesukarelaan Politik Masyarakat Kota Payakumbuh 2015
5.1.2 Komposisi Responden berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel: 5.2 Komposisi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin
Frekuensi
%
Persentase Komulatif
Laki-laki
190
49,4
49,4
Perempuan
199
50,6
100,0
Total
389
100,0
Sumber : Data Primer 2015
Dalam komposisi jenis kelamin responden, dapat diketahui bahwa
sebanyak 50,6 % survei ini diikuti oleh responden berjenis kelamin
perempuan dan 49,4 % berjenis kelamin laki-laki. Berdasarkan hal tersebut,
terdapat pemerataan/keseimbangan antara responden laki-laki dengan
perempuan dengan selisih perbedaan hanya 1 %.
5.1.3 Komposisi Responden berdasarkan Kecamatan
Tabel: 5.3 Komposisi Responden Berdasarkan Kecamatan
Persentase
Kecamatan
Frekuensi
%
Komulatif
Limposi Tigo Nagari
Payakumbuh Barat
Payakumbuh Selatan
Payakumbuh Timur
Payakumbuh Utara
Total
Sumber : Data Primer 2015
31
154
32
81
95
393
7,9
39,2
8,1
20,6
24,2
100,0
7,9
47,1
55,2
75,8
100,0
Dalam Survei kesukarelaan politik di Kota Payakumbuh, sebanyak 393
responden tersebar di 5 kecamatan di Payakumbuh. Sebaran tersebut paling
tinggi berada di Kecamatan Payakumbuh Barat yakni sebesar 39,2 % atau 154
orang sedangkan posisi terendah di Kecamatan Limposi Tigo Nagari yakni
sebesar 7,9 % atau 31 orang. Persebaran ini didasarkan kepada proposisi
populasi secara keseluruhan.
Kerjasama Polokda Unand dan Komisi Pemilihan Umum Kota Payakumbuh 34
Laporan Riset Kesukarelaan Politik Masyarakat Kota Payakumbuh 2015
5.1.4 Komposisi Responden berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tabel: 5.4 Komposisi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tingkat
Pendidikan
Frekuensi
SD
58
SLTP
56
SLTA
189
D1, D3, D4
19
S1
58
S2 ke atas
6
Total
386
Sumber : Data Primer 2015
%
15,0
14,5
49,0
4,9
15,0
1,6
100,0
Persentase
Komulatif
15,0
29,5
78,5
83,4
98,4
100,0
Berdasarkan komposisi responden menurut tingkat pendidikan,
mayoritas secara umum di ikuti oleh responden berpendidikan SLTA yakni
sebesar 49 % atau 189 orang dari 386 total secara keseluruhan. Posisi
tamatan SD dan S1 mendapat posisi kedua dan SLTP berada pada posisi
ketiga. Secara keseluruhan terdapat 78,5 % responden yang berpendidikan
SLTA ke bawah. Tingkat pendidikan responden tentunya berpengaruh kepada
pengetahuan masyarakat akan politik dan pemilihan umum.
5.1.5 Komposisi Responden berdasarkan Agama
Tabel: 5.5 Komposisi Responden berdasarkan Agama
Agama
Islam
Kristen
Protestan
Total
Sumber : Data Primer 2015
Frekuensi
%
Persentase
Komulatif
385
99,5
99,5
2
0,5
100,0
387
100,0
Berkaitan dengan sebaran kepercayaan yang di anut/agama
responden, dapat diketahui terdapat 2 agama responden yang mengikuti
survei ini yakni Islam dan Kristen Protestan dengan masing-masing 99,5 %
dan 0,5 %.
Kerjasama Polokda Unand dan Komisi Pemilihan Umum Kota Payakumbuh 35
Laporan Riset Kesukarelaan Politik Masyarakat Kota Payakumbuh 2015
5.1.6 Komposisi Responden berdasarkan Jenis Pekerjaan
Tabel: 5.6 Komposisi Responden berdasarkan Jenis Pekerjaan
Frekuensi
%
Persentase
Komulatif
Guru/Dosen
19
5,0
5,0
TNI/Polri
1
0,3
5,2
Pegawai Pemda
Pegawai Swasta
17
4,4
9,7
Wiraswasta Kecil2an
15
44
3,9
11,5
13,6
25,1
Pensiunan
10
2,6
27,7
Ibu Rumah Tangga
Bengkel/Jasa Service
107
27,9
55,6
Petani/Peternak
4
33
1,0
8,6
56,7
65,3
Buruh kasar/Pembantu
18
4,7
70,0
Pedagang warung/kaki lima
Sopir
27
7,0
77,0
Kerja tidak tetap
5
15
1,3
3,9
78,3
82,2
Lain-lain
68
17,8
100,0
Total
383
100,0
Pekerjaan
Sumber : Data Primer 2015
Dari data diatas dapat diketahui bahwa terdapat sebaran beragam
dari pekerjaan responden. Mayoritas/posisi paling besar diikuti oleh
responden yang berkerja sebagai Ibu Rumah Tangga yakni sebesar 107 orang
atau 27,0 %. Berdasarkan hal tersebut, dapat dikatakan bahwa semua tipe
pekerjaan memiliki perwakilan responden/terdapat keterwakilan dalam
survei ini.
5.1.7 Komposisi Responden berdasarkan Suku Bangsa
Tabel: 5.7Komposisi Responden berdasarkan Suku Bangsa
Suku Bangsa
Frekuensi
Minangkabau
373
Jawa
9
Tapanuli
1
Sunda
2
Lainnya
2
Total
387
Sumber : Data Primer 2015
%
96,4
2,3
0,3
0,5
0,5
100,0
Persetase
Komulatif
96,4
98,7
99,0
99,5
100,0
Kerjasama Polokda Unand dan Komisi Pemilihan Umum Kota Payakumbuh 36
Laporan Riset Kesukarelaan Politik Masyarakat Kota Payakumbuh 2015
Berdasarkan komposisi responden dari jenis suku bangsa, dapat
diketahui bahwa mayoritas secara umum diikuti oleh responden bersuku
bangsa Minangkabau yakni sebesar 96,4 %, diikuti posisi kedua oleh suku
bangsa Jawa sebesar 2,3 %. Hal ini menandakan bahwa mayoritas suku
bangsa di Kota Payakumbuh didiami oleh suku bangsa Minangkabau dan
terdapat sidikit Suku Jawa sebagai suku bangsa terbesar kedua.
5.1.8 Komposisi Responden berdasarkan Tingkat Pendapatan
Tabel 5.8 Komposisi Responden berdasarkan Pendapatan RumahTangga
Pendapatan
Frekuensi
%
Persentase
Komulatif
Di bawah 500 ribu
58
16,7
16,7
500 rb - 999 ribu
93
26,7
43,4
1 - 1,499 juta
88
25,3
68,7
1,5 - 1,999 juta
36
10,3
79,0
2 - 2,499 juta
23
6,6
85,6
2.5 - 5 juta
50
14,4
100,0
Total
348
100,0
Sumber : Data Primer 2015
Berkaitan dengan kondisi ekonomi responden, terdapat 26,7 %
responden berpenghasilan sebesar 500 ribu – 999 ribu dan sebesar 25,3 % di
rentang 1 juta - 1,499 juta. Ekonomi berpenghasilan menengah ke bawah
mendominasi dalam survei ini yakni sebesar 79,0 % responden
berpenghasilan <2 Juta.
5.2 Pemetaan Partisipasi Memilih Pada Pemilu
Dalam bagian ini akan ditampilkan data temuan lapangan yang
berkaitan dengan partisipasi pemilih. Tampilan data dalam bagian ini akan
dibandingkan antara identitas responden yang meliputi variabel umur, jenis
kelamin, kecamatan responden, tingkat pendidikan, agama dan pendapatan
dengan variabel partisipasi memilih responden.
Kerjasama Polokda Unand dan Komisi Pemilihan Umum Kota Payakumbuh 37
Laporan Riset Kesukarelaan Politik Masyarakat Kota Payakumbuh 2015
5.2.1 Perbedaan Partisipasi Pemilih Menurut Umur
Tabel 5.9Perbedaan Partisipasi Pemilih Menurut Umur
Umur Responden
Apakah ikut dalam Pemilu 2014
Total
Ya
%
Tidak
%
17-25
26-33
34-42
43-51
52-60
61-70
71-80
Total
78
49
84
72
48
20
8
359
22%
14%
23%
20%
13%
6%
2%
100%
15
4
2
1
2
0
0
24
63%
17%
8%
4%
8%
0%
0%
100%
93
53
86
73
50
20
8
383
Sumber : Data Primer 2015
Dari hasil analisis diperoleh nilaiα= 0 kecil dari 0,05 berarti terdapat
perbedaan partisipasi memilih berdasarkan umur responden. Kelompok umur
dengan prosentase partisipasi tertinggi terdapat pada responden dengan
rentang umur 34 - 42tahun yaitu 84 orang atau 23%, diikuti oleh rentang
umur 17 – 25 tahun yaitu 78 orang atau 22% dari responden yang ikut
memilih. Posisi ketiga yaitu umur 43 – 51 tahun yaitu 72 orang atau 20 %.
Sedangkan persentase pertisipasi memilih terendah berada pada kelompok
umur paling muda yaitu pemilih pemula yaitu 16 orang atau63% responden
yang tidak menggunakan hak suaranya pada pemilu 2014 yang lalu di Kota
Payakumbuh. Hal ini dapat dikatakan bahwa partisipasi memilih yang
terendah lebih didominasi oleh pemilih pemula dan pemilih muda dengan
total responden 19 orang dari 24 orang atau 79% dari responden yang golput.
Temuan ini menjadi tantangan bagi semua kalangan baik para penyelenggara
pemilu, pengurus partai politik, para pendidik, pengurus organisasi
kepemudaan dan Kantor Kesbangpol untuk lebih gencar lagi memberikan
sosialisasi dan pendidikan politik kepada pemilih pemula. Hal ini sangat
penting dilakukan karena keberadaan pemilih pemula dalam pemilihan
umum membawa dampak kepada pemilu itu sendiri disebabkan jumlah
pemilih muda adalah jumlah terbesar dalam rentang umur pemilih di Kota
Payakumbuh. Sehingga dari temuan ini terlihat bahwa pemilih muda adalah
penyumbang angka golput tertinggi yaitu mencapai 63% dari 24 orang
Kerjasama Polokda Unand dan Komisi Pemilihan Umum Kota Payakumbuh 38
Laporan Riset Kesukarelaan Politik Masyarakat Kota Payakumbuh 2015
responden yang golput. Menurut hasil FGD yang dilaksanakan pada tanggal
23 Agustung 2015 bahwa pemilih pemula masih minim pengetahuannya
tentang Pemilu. Selain itu dibutuhkan berbagai upaya untuk menarik simpati
mereka agar mau menggunakan hak pilihnya. Salah seorang peserta FGD juga
mengatakan bahwa tingginya prosentase pemilih pemula kemungkinan juga
disebabkan mereka tidak memiliki informasi yang cukup tentang profil
kandidat atau visi dan misi serta program partai politik.Mereka tidak
semuanya dapat mengikuti kegiatan kampanye yang digelar oleh partai
politik maupun kandidat.Ada di antara mereka yang berdomisi di kota lain
untuk mengikuti pendidikan sehingga tidak kenal dengan kandidat.
Kebanyakan pemilih pemula menurut beberapa informan, tidak tertarik
untuk mengikuti kegiatan politik praktis yang bersifat konvensional. Minat
politik dan partisipasi anak muda ternyata semakin meningkat seiring dengan
pemanfaatan teknologi internet. Mereka lebih tertarik berpartisipasi dalam
politik melalui media sosial seperti facebook, whatsapp group, twitter dan
berbagai situs petisi online yang kini menjadi salah satu tambatan partisipasi
politik anak muda. Mereka lebih mudah menyampaikan keluhan, protes,
tanggapan melalui media ini.
Informan lain menyatakan bahwa partai politik selama ini belum
melakukan sosialisasi yang cukup kepada pemilih pemula. Menurutnya Parpol
seharusnya menjalankan fungsi sosialisasi dan pendidikan politik kepada
masyarakat termasuk golongan muda. Dengan demikian akan tercipta kaderkader partai di kalangan pemilih pemula.
Menanggapi data hasil survei tersebut salah seorang komisoner KPU
Kota Payakumbuh mengatakan bahwa KPU telah melakukan sosialisasi untuk
pemilih pemula yang berada di Payakumbuh dengan gencar dengan beragam
kegiatan sesuai minat dan hobby kaum muda dengan berbagai jenis
sosialisasi. Dalam berbagai kegiatan sosialisasi KPU telah mengajak pemilih
pemula agar aktif menjadi pemilih dalam pemilu. Selain itu KPU juga telah
menggelar seminar/bimtek untuk memberikan pengatahuan kepada pemilih
Kerjasama Polokda Unand dan Komisi Pemilihan Umum Kota Payakumbuh 39
Laporan Riset Kesukarelaan Politik Masyarakat Kota Payakumbuh 2015
pemula tentang pentingnya menggunakan hak pilih dalam Pemilu dengan
menghadirkan narasumber dari kalangan akademisi dan komisioner KPU.
Kegiatan sosialisasi pemilu di Kota Payakumbuh menurut anggota KPU
Payakumbuh devisi sosialisasi sebenarnya sosialisasi pemilu ini telah
dirancang ke dalam 3 tahapan, yaitu periode sebelum pemilu,
periode
pemilu dan periode setelah pemilu. Dengan demikian proses pendidikan
pemilih ini akan terus berjalan walaupun ada dan tidak ada pemilu.
Menurutnya"Tingginya tingkat non voter pemula dalam pemilihan umum
legislatif (Pileg)dan pemilihan presiden (Pilpres) 2014 lalu, lebih disebabkan
masih kurangnya minat pemilih pemula memberikan hak politiknya dengan
datang ke TPS. Meskipun mereka kebanyakan tinggal di Kota lain namun
mereka tetap terdaftar di Kota Payakumbuh. Pada saat pemilu mereka
berhalangan untuk datang. Hal inilah yang sering menyebabkan rendahnya
angka partisipasi memilih kaum muda ini. Beliau mengusulkan ke depan
perlu ditinjau ulang sistem pendataan pemilih bagi warga negara yang masih
terdaftar sebagai warga negara di suatu daerah tetapi berdomisi di daerah
lain.
Peserta FGD lainnya mengusulkan agar ditingkatkan lagi kegiatan yang
lebih menarik bagi pemilih pemula, untuk mengajak mereka menggunakan
hak pilih mereka seperti melalui media sosial atau juga mendatangi para
pemilih pemula ke lokasi sekolah atau kampus mereka.
Terkait dengan upaya meningkatkan partisipasi pemilih ini, KPU Kota
Payakumbuh telah berusaha keras mengantisipasi agar semua masyarakat
yang punya hak pilih dipastikan terdaftar sebagai pemilih.Melalui petugas
kecamatan dan kelurahan, mereka mendatangi rumah-rumah penduduk
untuk mendata penduduk baik yang tinggal di Payakumbuh, maupun yang
sedang merantau.
Selain itu menurut Ketua KPU Kota Payakumbuh, untuk meningkatkan
partisipasi pemilih pemula di Kota Payakumbuh, KPU telah membentuk
Relawan Demokrasi pada tahun 2014 dari berbagai segmen pemilih termasuk
Kerjasama Polokda Unand dan Komisi Pemilihan Umum Kota Payakumbuh 40
Laporan Riset Kesukarelaan Politik Masyarakat Kota Payakumbuh 2015
pemilih pemula. Kebanyakan mereka adalah orang-orang muda yang
bersentuhan langsung dengan masyarakat yang mengetahui karakter segmen
pemilih
pemula
sehingga
dapat
mengajak
anak-anak
menggunakan hak suara pada pemilu. Namun diakui
muda
untuk
bahwa relawan
demokrasi ini belum bekerja secara optimal karena berbagai keterbatasan
yang ada.
5.2.2 Perbedaan Partisipasi Pemilih Menurut Jenis Kelamin
Hasil analisis penelitian ini menemukan ternyata tidak ada perbedaan
partisipasi memilih antara pemilih laki-laki dan perempuan di Kota
Payakumbuh. Hal ini terbukti bahwa α = 0,468 > 0,05 berarti tidak terdapat
perbedaan
partisipasi
memilih
berdasarkan
Jenis
Kelamin.Tabel
5.9
menginformasikan bahwa antara pemilih perempuan dan pemilih laki-laki
memiliki partisipasi politik yang sama dalam pemilihan umum di Kota
Payakumbuh. Tingkat keikusertaan yang diterjemahkan sebagai partisipasi
dalam penelitian ini tidak dipengaruhi oleh faktor jenis kelamin.
Tabel 5.10Perbedaan Partisipasi Pemilih Menurut Jenis Kelamin
Jenis Kelamin
Apakah ikut dalam Pemilu
2014
Ya
Tidak
Total
Laki-laki
170 (91%)
16 (9%)
186 (100%)
Perempuan
187 (96%)
8 (4%)
195 (100%)
Total
357 (94%)
Sumber : Data Primer 2015
24 (6%)
381 (100%)
5.2.3 Perbedaan Partisipasi Pemilih Menurut Kecamatan
Temuan ini juga menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan
partisipasi memilih berdasarkan Kecamatan. Nilaiα = 0.720 > 0,05,berarti
tidak terdapat perbedaan partisipasi memilih berdasarkan kecamatan.Jika
dilihat tingkat partisipasi masyarakat per kecamatan menunjukkan tingkat
Kerjasama Polokda Unand dan Komisi Pemilihan Umum Kota Payakumbuh 41
Laporan Riset Kesukarelaan Politik Masyarakat Kota Payakumbuh 2015
partisipasi yang hampir sama yaitu berkisar antara 91%-97% dan tidak ada
perbedaan yang berarti antar kecamatan di Kota Payakumbuh. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel 5.10. Hal ini dikomentari oleh beberapa
anggota FGD bahwa kondisi kecamatan tempat lokasi penungutan suara di
Kota Payakumbuh hampir tidak ada kendala yang berarti dalam pelaksanaan
pemungutan suara. Hampir semua TPS terletak tidak terlalu jauh dari rumah
penduduk membuat tidak ada perbedaan yang bearti partisipasi memilih
antar kecamatan. Semua pemilih di Kota Payakumbuh telah berumur 17
tahun atau sudah menikah yang berjumlah 88.236 pemilih terdiri dari 43.591
pemilih laki-laki dan 44.645 pemilih perempuan. Pemilih ini tersebar ke 225
TPS yang terletak di 76 kelurahan di 5 kecamatan yang ada.
Tabel 5.11Perbedaan Partisipasi Pemilih Menurut Kecamatan
Kecamatan
Apakah ikut dalam Pemilu 2014
Total
Ya
Tidak
Limposi Tigo Nagari
Payakumbuh Barat
Payakumbuh Selatan
Payakumbuh Timur
Payakumbuh Utara
29
144
30
73
85
2
10
2
7
3
31
154
32
80
88
Total
361
24
385
Sumber : Data Primer 2015α = 0,720 > 0,05 berarti tidak terdapat perbedaan
partisipasi memilih berdasarkan Kecamatan
5.2.4 Perbedaan Partisipasi Pemilih Menurut Tingkat Pendidikan
Temuan penelitian ini juga menunjukkan bahwa tidak terdapat
perbedaan partisipasi memilih berdasarkan Tingkat Pendidikan, dengan nilai
α = 0,501 lebih besar dari 0,05 berarti tidak terdapat perbedaan partisipasi
memilih berdasarkan Tingkat Pendidikan.Dari tabel 5.11 terlihat bahwa
kelompok responden dengan tingkat pendidikan SLTA penyumbang terbesar
pemilih Kota Payakumbuh yaitu 49% dari 384 responden yang menjawab
pertanyaan. Jadi di Kota Payakumbuh tingkat pendidikan seseorang bukanlah
faktor
penentu
dari
tinggi
rendahnya
tingkat
partisipasi
memilih
masyarakat.Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 5.12 berikut:
Kerjasama Polokda Unand dan Komisi Pemilihan Umum Kota Payakumbuh 42
Laporan Riset Kesukarelaan Politik Masyarakat Kota Payakumbuh 2015
Tabel 5.12 Perbedaan Partisipasi Pemilih Menurut Tingkat Pendidikan
Pendidikan
SD
SLTP
SLTA
Apakah ikut dalam Pemilu 2014
Ya
Tidak
56
2
3%
97%
51
4
7%
93%
176
12
6%
94%
Total
58
55
188
D1, D3, D4
16
84%
3
16%
19
S1
55
95%
3
5%
58
S2 ke atas
6
100%
0
0%
6
360
94%
24
6%
384
Total
Sumber : Data Primer 2015
5.2.5 Perbedaan Partisipasi Pemilih Menurut Agama
Berdasarkan data hasil penelitian, dapat diinformasikan bahwa
hampir semua responden beragama Islam dan hanya 2 orang beragama
Kristen Protestan. Oleh karena itu tidak dapat dianalisis hubungan antara
faktor agama responden dengan partisipasi memilihnya. Mengenai rincian
partisipasi memilih berdasarkan agama dapat dilihat pada tabel 5.12 dio
bawah ini:
Tabel 5.12 Perbedaan Partisipasi Pemilih Menurut Agama
Agama
Islam
Kristen Protestan
Total
Apakah ikut dalam Pemilu
2014
Total
Ya
359
Tidak
24
383
2
0
2
361
24
385
Sumber : Data Primer 2015
5.2.6 Perbedaan Partisipasi Pemilih Menurut Jenis Pekerjaan
Berdasarkan data hasil penelitian, terlihat bahwa terdapat perbedaan
partisipasi memilih responden berdasarkan Jenis Pekerjaan denganα = 0,037
lebih kecil dari 0,05 berarti terdapat perbedaan partisipasi memilih
berdasarkan Jenis Pekerjaann namun hubungannya tidak signifikan (Nilai
Koefisien Kontigensinya hanya 0,762 (>0,5). Dengan kata lain, partisipasi
Kerjasama Polokda Unand dan Komisi Pemilihan Umum Kota Payakumbuh 43
Laporan Riset Kesukarelaan Politik Masyarakat Kota Payakumbuh 2015
pemilih di Kota Payakumbuh signifikan dipengaruhi oleh jenis pekerjaan
seseorang.Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 5.13 berikut:
Tabel 5.13: Perbedaan Partisipasi Pemilih Menurut Jenis Pekerjaan
Apakah ikut dalam Pemilu 2014
Pekerjaan
Ya
Tidak
Total
Guru/Dosen
18
1
19
TNI/Polri
1
0
1
Pegawai Pemda
15
2
17
Pegawai Swasta
13
2
15
Wiraswasta Kecil2an
43
1
44
Pensiunan
10
0
10
Ibu Rumah Tangga
104
2
106
Bengkel/Jasa Service
4
0
4
Petani/Peternak
31
1
32
Buruh kasar/Pembantu
16
2
18
Pedagang warung/kaki lima
26
1
27
Sopir
4
1
5
Kerja tidak tetap
11
4
15
Lain-lain
61
7
68
Total
357
24
381
Sumber : Data Primer 2015
5.2.7 Perbedaan Partisipasi Pemilih Menurut Tingkat Pendapatan
Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat pendapatan
seseorang ternyata tidak mempengaruhi partisipasi mereka dalam memilih
dalam pemilu 2014 di Kota Payakumbuh. Tidak ada perbedaan yang
signifikan antara satu jenis pekerjaan tertentu dengan pekerjaan lain dalam
perilaku memilih. Hal ini terlihat dari hasil analisis diperoleh nilai α = 0,180
lebih besar dari 0,05 berarti tidak terdapat perbedaan partisipasi memilih
berdasarkan Pendapatan.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 5.14 berikut:
Kerjasama Polokda Unand dan Komisi Pemilihan Umum Kota Payakumbuh 44
Laporan Riset Kesukarelaan Politik Masyarakat Kota Payakumbuh 2015
Tabel 5.14 Perbedaan Partisipasi Pemilih Menurut Tingkat Pendapatan
Pendapatan
Rumah Tangga
Di bawah 500 ribu
500 rb - 999 ribu
1 juta - 1,499 juta
1,5 juta - 1,999 juta
2 juta - 2,499 juta
2.5 juta - 5 juta
Total
Sumber : Data Primer 2015
Apakah ikut dalam Pemilu 2014
Ya
Tidak
54
4
90
3
82
5
30
5
22
1
49
1
327
19
Total
58
93
87
35
23
50
346
Pada bagian 5.2 ini terdapat beberapa indikator dimana indikator
tersebut dikomparasikan dengan indikator keikut sertaan responden dalam
pemilihan umum. Indikator-indikator yang dipakai tersebut ialah umur, jenis
kelamin, kecamatan, tingkat pendidikan dan pendapatan. Dalam temuan
diatas dapat digeneralisasikan beberapa hal yang berkaitan antar indikator.
Terdapat dua indikator yang mempunyai perbedaan atau pengaruh
dalam keikutsertaan pemilih dalam pemilu yakni indikator umur dan jenis
pekerjaan. Sedangkan keempat indikator lainnya tidak memiliki perbedaan
atau pengaruh yakni jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan tingkat
pendapatan.
Asumsi yang dapat diutarakan ialah indikator umur memiliki
perbedaan didalam setiap kelompok umur terhadap keikutsertaannya dalam
pemilihan umum di Kota Payakumbuh. Masing-masing kelompok umur
memiliki pandangan sendiri terkait dengan pilihannya untuk ikut atau tidak
dalam pemilihan umum. Lebih lanjut, faktor jenis pekerjaan di Kota
Payakumbuh juga memiliki perbedaan dalam pilihan untuk ikut atau tidak
dalam pemilu. Setiap jenis pekerjaan dapat digambarkan mempunyai faktor
sendiri dalam lingkungan pekerjaannya yang berpengaruh terhadap tingkatan
partisipasi mereka dalam pemilu.
Indikator umur dan jenis pekerjaan tentunya dapat dijadikan dasar
dalam mengambil kebijakan oleh pihak terkait untuk meningkatkan
partisipasi di Kota Payakumbuh, karena kedua indikator ini seperti yang
diketahui diatas memiliki perbedaan dalam setiap tingkatan dan pengaruh
Kerjasama Polokda Unand dan Komisi Pemilihan Umum Kota Payakumbuh 45
Laporan Riset Kesukarelaan Politik Masyarakat Kota Payakumbuh 2015
terhadap
partisipasi/keikusertaan masyarakat
dalam
pemilu. Hal
ini
tentunya juga tidak mengabaikan indikator-indikator lainnya yang dalam
penelitian ini tidak memiliki perbedaan/pengaruh.
5.3
Motivasi Pemilih dalam Pemilu 2014
Banyak alasan/motivasi masyarakat untuk ikut memilih dalam pemilu
seperti terlihat dari jawaban responden penelitian ini, yaitu : Motivasi
tertinggi disebabkan oleh rasa kewajiban sebagai warga negara (41,6%),
diikuti oleh karena pemilu merupakan hak warga negara (27,6%) dan diikuti
selanjutnya karena ingin mengubah keadaan negara/daerah (15,7%). Setiap
orang tentunya memiliki motivasi yang berbeda-beda dalam dirinya.
Motivasi berkaitan dengan hal psikologi dalam setiap diri manusia, hal ini
mempunyai korelasi nantinya dengan wujud tindakan yang dapat diartikan
sebagai perilaku. Perilaku dalam masing-masing individulah
yang akan
menentukan keikusertaannya dalam segala hal termasuk pemilu. Apa yang
ditemukan di Kota Payakumbuh tentunya dapat memberikan gambaran
secara
umum
terkait
keikusertaanya dalam
dengan
motivasi
pemilu.Untuk
yang
melatar
belakangi
lebih jelasnya variasi motivasi
responden ikut pemilu dapat dilihat pada tabel 5.15 berikut:
Tabel 5.15: Motivasi Pemilih dalam Pemilu 2014
Persentase
Alasan Ikut Pemilu
Frekuensi %
Komulatif
Mengubah Keadaan Negara
58
15,7
15,7
Kewajiban sebagai Warga Negara
154
41,6
57,3
Hak Warga Negara
102
27,6
84,9
Karena Ingin Mendukung Calon Tertentu
13
3,5
88,4
Ikatan ideologi Parpol
1
0,3
88,6
Saran Kepada Peserta Pemilu Agar rakyat
23
6,2
94,9
mau berpartisipasi dalam pemilu
Karena ada bantuan dana uang
3
0,8
95,7
Karena ada bantuan materil non uang
2
0,5
96,2
Berkaca pada pengalaman pemilu
sebelumnya yang efektif mengubah nasib
4
1,1
97,3
rakyat
Karena tidak efektifnya pemerintahan
7
1,9
99,2
Kerjasama Polokda Unand dan Komisi Pemilihan Umum Kota Payakumbuh 46
Laporan Riset Kesukarelaan Politik Masyarakat Kota Payakumbuh 2015
saat ini
Lainnya
Total
3
370
0,8
100,0
100,0
Sumber : Data Primer 2015
Dari hasil analisis diperoleh fakta bahwa pada tingkat kepercayaan
95% tidak terdapat perbedaan motivasi memilih berdasarkan umur, (α =
0,366), jenis kelamin (α = 0,385) (tingkat hidup(α = 0,392), jenis pekerjaan (α
= 0,54) dan tingkat pendidikan sesorang (α = 0,285). Yang menarik adalah
perbedaan motivasi memilih ditentukan lokasi tempat tinggal (kecamatan) (α
= 0,00),Koefisien Kontigensi 0,421< 0,5,namun perbedaan itu lemah dan
dapat diabaikan. Dari jawaban responden terlihat bahwa hampir tidak ada
perbedaan motivasi memilih masyarakat
Kota Payakumbuh. Motivasi
mayoritas itu di antara mereka yang memilih alah karena alasan normatif
seperti karena kewajiban warga negara (41,6%), karena hak warga negara,
(27,6%) dan karena ingin mengubah keadaan negara yaitu 15,7%.
5.4
Alasan Golput pada Pemilu 2014
Golongan putih (Golput) merupakan salah satu variabel dalam riset
kesukarelaan politik ini. Pertama akan dilihat apa alasan yang melatar
belakangi responden mengambil keputusan untuk golput. Berdasarkan data
yang disajikan pada tabel 5.16 terlihat bahwa terdapat 18,6% responden
yang menjawab “Tidak Sempat Pulang untuk mencoblos”,
11,6% responden
menganggap pemilu bukanlah kewajiban tetapi hak warga negara dan alasan
“Tidak Ada Bantuan Jasa”. Selain itu terdapat 9,3% mengatakan bahwa
mereka memilih Golput karena mempunyai urusan lain yang mereka anggap
lebih penting dari ikut mencoplos dalam pemilu dan alasan tidak terdaftar.
Terdapat juga 7,0% responden mengatakan bahwa mereka tidak percaya
kepada calon atau partai politik.
Setelah dibandingkan dengan beberapa variabel, terdapat perbedaan
alasan golput berdasarkan golongan usia (α= 0,032) dan lokasi tempat
tinggal(Kecamatan) (α = 0,022) Koefisien Kontigensi 0,792>0,5 yang memiliki
Kerjasama Polokda Unand dan Komisi Pemilihan Umum Kota Payakumbuh 47
Laporan Riset Kesukarelaan Politik Masyarakat Kota Payakumbuh 2015
perbedaan yang signifikan. Sedangkan variabel lainnya tidak memiliki
perbedaan dalam perilaku golput.
Secara teoritis, golput merupakan refleksi dari keadaan diri manusia
atas tindakannya. Hal ini tentunya berkaitan dengan kondisi yang terjadi
terus-menurus dalam diri seseorang sehingga melahirkan tindakan untuk
golput. Golput sangat erat kaitannya apatisme sosial. Keberadaan ini
tentunya sangat tidak bagus dalam berkembang nya sebuah demokrasi.
Oleh sebab itu temuan riset ini perlu mendapat perhatian serius dari
para kandidat dan parpol. Kandidiat dan parpol memiliki peran besar dalam
mengembalikan
kepercayaan
masyarakat
terhadap
pemilu
dan
hasil
pemilihan. Adalah percuma dilakukan sosialisasi terus menerus dan dengan
skala luas namun parpol dan politisi tidak berbenah diri dengan cara
memperbaiki kualitas, kapabilitas, dan integritas diri. Peserta FGD
mengusulkan untuk mengatasi hal ini, disarankan ke depan untuk
persyaratan pencalonan anggota legislatif dan pimpinan eksekutif diwajibkan
memiliki standar kompetensi tertentu yang diakuai oleh sebuah lembaga
yang independen dan kredibel. Dengan demikian diharapkan partai politik
akan menjalankan fungsi utamanya yaitu fungsi pendidikan politik dan
rekrutmen politik, yang selama ini nyaris tidak terdengar.
Selanjutnya, temuan data di Kota Payakumbuhini dapat dijadikan
sebagai dasar pijakan bagi KPU untuk melihat permasalahan golput yang
terjadi dan menyusun berbagai program sosialisasi dan pendidikan politik ke
depan.
Kerjasama Polokda Unand dan Komisi Pemilihan Umum Kota Payakumbuh 48
Laporan Riset Kesukarelaan Politik Masyarakat Kota Payakumbuh 2015
Tabel 5.16 Alasan Golput pada Pemilu 2014
Alasan Golput
Tidak akan mengubah negara
Bukan Kewajiban WN tapi Hak
Tdk percaya dg calon/partai
Tidak tahu kualitas calon
Tidak terdaftar dlm Pemilu 2014
Karena ada urusan penting saat itu
Tidak ada bantuan barang/jasa
Karena tidak cukup usia
Pemilu tidak efektif mengubah nasib
rakyat
Tanpa ikut pun calon akan menang
Tidak Sempat Pulang untuk Pemilu
Total
Frekuensi
%
2
5
3
3
4
4
5
4
4,7
11,6
7,0
7,0
9,3
9,3
11,6
9,3
Persentase
Komulatif
4,7
16,3
23,3
30,2
39,5
48,8
60,5
69,8
4
9,3
79,1
1
8
43
2,3
18,6
100,0
81,4
100,0
Sumber : Data Primer 2015
5.5
Minat Masyarakat Terhadap Demokrasi Elektoral
Pada bagian 5.5 ini dijelaskan terkait pandangan masyarakat terhadap
demokrasi elektoral. Data tabel 5.17 menunjukkan hasil analisis tabulasi
silang antara variabel Minat Masyarakat terhadap demokrasi elektoral
dengan variabel utama pada riset ini. Dalam semua variabel, terdapat
perbedaan pandangan masyarakat akan demokrasi elektoral dari semua
indikator yang dipakai.
Dari data di bawah, juga dapat diketahui bahwa mayoritas masyarakat
yaitu 31.2%menyatakan mereka berminat terhadap demokrasi eletoral,
sedangkan kadang-kadang berminat mengikuti perkembangan pemilu baik
aturan maupun dinamika pencalonan kepala daerah sebanyak 44,4% dan
tidak memiliki minat
mengikuti perkembangan demokrasi
elektoral.
sebanyak 24,4%. Secara teoritis, pemilihan umum merupakan sebuah tolak
ukur
utama
dalam
demokrasi
elektoral.
Bagaimana
negara
dapat
menjalankan sistem multi partai yang kompetitif dan hak pilih yang bersifat
universal dalam memilih eksekutif dan legislatif. Penekanan yang paling
penting adalah terkait dengan kontestasi dan partisipasi oleh masyarakat
dalam pemilihan umum.
Kerjasama Polokda Unand dan Komisi Pemilihan Umum Kota Payakumbuh 49
Laporan Riset Kesukarelaan Politik Masyarakat Kota Payakumbuh 2015
Temuan ini merupakan harapan yang baik bagi semua kalangan yang
mendukung berkembangnya demokrasi prosedural di Indonesia. Minat
masyarakat yang masih ada terhadap pemilu harus terus ditingkatkan
meskipun dari temuan sebelumnya menunjukkan bahwa sebagian pemilih
mulai pesimis. Hal ini tentu menjadi tanggungjawab semua pihak termasuk
KPU, Parpol, Lembaga pendidikan, Tokoh masyarakat, pemerintah baik Pusat
maupun Daerah, organisasi masyarakat sipil media massa dan sebagainya.
Dari hasil analisis data dapat diketahui bahwa tinggi rendahnya minat
masyarakat Kota Payakumbuh terhadap perkembangan demikrasi elektoral
atau pemilu di Indonesia ditentukan oleh beberapa faktor yaitu:
1) Tingkat Pendidikan (α = 0,007);
2) Tempat Tinggal (Kecamatan) (α = 0,006);
3) Jenis Pekerjaan (α hitung = 0,075) dengan tingkat kepercayaan 90%),
umur (α = 0,086);
4) Tingkat Pendapatan Ekonomi (α = 0,036)
5) Kondisi Ekonomi (α = 0,005)
Untuk
lebih jelasnya gambaran tentang minat masyarakat Kota
Payakumbuh terhadap perkembangan demokrasi elektoral di Indonesia dan
di daerah dapat dilihat Tabel 5.17 berikut:
Tabel 5.17 Perhatian Masyarakat Terhadap Perkembangan Pemilu
Minat
Masyarakat
Frekuensi
%
Persentase
Komulatif
Ya
120
31.2
31.2
Tidak
94
24.4
55.6
Kadangkadang
171
44.4
100.0
Total
376
100.0
Sumber : Data Primer 2015
Kerjasama Polokda Unand dan Komisi Pemilihan Umum Kota Payakumbuh 50
Laporan Riset Kesukarelaan Politik Masyarakat Kota Payakumbuh 2015
5.6
Sikap Masyarakat Terhadap Politik Uang
Politik uang atau money politics menggambarkan praktik yang
merujuk pada distribusi uang (uang tunai dan terkadang dalam bentuk
barang). Politik uang juga diartikan sebagai suatu bentuk pemberian atau
janji menyuap seseorang baik supaya orang itu tidak menjalankan haknya
untuk memilih maupun supaya ia menjalankan haknya dengan cara tertentu
pada saat pemilihan umum. Pembelian bisa dilakukan menggunakan uang
atau barang. Politik uang adalah sebuah bentuk pelanggaran kampanye.
Politik uang umumnya dilakukan simpatisan, kader atau bahkan pengurus
partai politik menjelang hari H pemilihan umum. Praktik politik uang
dilakukan dengan cara pemberian berbentuk uang, sembako antara lain
beras, minyak dan gula kepada masyarakat dengan tujuan untuk menarik
simpati masyarakat agar mereka memberikan suaranya untuk partai yang
bersangkutan.
Penelitian ini menemukan fakta yang cukup mengagetkan. Terdapat
50,1% responden dapat menerima politik uang. Ada yang mengatakan
“Terima dulu uangnya, soal pilihan urusan nanti” sebanyak 32,2%, terima
uangnya dan mereka akan memilih orangnya sebanyak 7,4% dan terima
uangnya tetapi tidak pilih orangnya yaitu 4,2%. Meskipun terdapat cukup
banyak yang menolak politik uang yaitu 49,9% namun kenyataan ini sangat
memprihatinkan. Jika dibiarkan tentu akan merusak sendi-sendi demokrasi.
Menurut salah seorang peserta FGD politik uang jelas tidak dapat diterima
karena akan merusak hasil pemilu itu sendiri.Menurut beliau para calon
atau Partai tertentu yang menggunakan politik uang untuk mengharapkan
dukungan dalam Pemilu menunjukkan mereka tidak punya kemampuan dan
takut berkompetisi secara jujur. Mereka jelas merendahkan harga diri
rakyat. Beliau menegaskan bahwa politik uang sama dengan sogok.
Informan lain mengatakan bahwa suara dan martabat rakyat seharusnya
bernilai tinggi tidak sekedar puluhan dan ratusan ribu rupiah. Apalagi hanya
sekedar bahan makanan yang tidak sebanding dengan apa yang akan
Kerjasama Polokda Unand dan Komisi Pemilihan Umum Kota Payakumbuh 51
Laporan Riset Kesukarelaan Politik Masyarakat Kota Payakumbuh 2015
didapat selama 5 tahun oleh Calon menduduki kursi yang berhasil direbut
dengan cara ini.
Dalam FGD ini juga salah seorang peserta berpendapat bahwa politik
uang jelas merupakan pembodohan rakyat untuk kepentingan jangka
mereka. Informan mengingatkan bahwa politik uang akan mengakibatkan
kerugian besar bagi rakyat apabila sang politisi itu menang.Ia pasti akan
berusaha
mengmpulkan
uang
sebanyak-banyaknya
melalui
korupsi,
berperilaku tidak adil dan bahkan cenderung mungkin menjadi koersif tanpa
memperhatikan nilai-nilai demokrasi dan kemanusiaan.
Tabel 5.17 Sikap Masyarakat Terhadap Politik Uang
Sikap Masyarakat
Frekuensi
%
Persentase
Komulatif
189
16
49.9
4.2
49.9
54.1
28
7.4
61.5
122
32.2
93.7
5
1.3
95.0
19
379
5.0
100.0
100.0
Menolak krn haram
Terima ttp tidak pilih orangnya
Terima dan akan saya pilih
orangnya
Terima dulu, soal pilihan urusan
nanti
Bersedia ikut membagi2kan
uang/barang nya
Alasan lain
Total
Sumber : Data Primer 2015
Berdarkan hasil analisis diketahui bahwa terdapat beberapa faktor pembeda
yang mempengaruhi Sikap Masyarakat terhadap Politik Uang yaitu:
1. Tingkat Pendapatan Ekonomi (α = 0,016) dan
2. Kondisi Ekonomi keluarga (α = 0,003)
Dari temuan tersebut diketahui bahwa ternyata perilaku politik uang sangat
dipengaruhi oleh dua faktor yaitu tingkat pendapatan ekonomi dan Kondisi
ekonomi keluarga saat pemilu. Semakin rendah tingkat hidup seseorang dan
semakin gawat keadaan ekonomi keluarga pada saat pemilu dilaksanakan
maka semakin rentan mereka terseret ke dalam praktik politik uang.
Kerjasama Polokda Unand dan Komisi Pemilihan Umum Kota Payakumbuh 52
Laporan Riset Kesukarelaan Politik Masyarakat Kota Payakumbuh 2015
5.6 Penggunakan Hak Pilih Masyarakat
Dalam bagian 5.7 ini akan dijelaskan temuan data terkait dengan
kendala masyarakat dalam penggunaan hak pilihnya, penilaian masyarakat
terkait pelaksanaan pemilu dan sosialisasi pemilu serta pandangan
masyarakat terhadap pelakasanaan pemilu kedepan dan jenis pemilu yang
diinginkan masyarakat kedepannya.
5.6.1 Kendala dalam Penggunaan Hak Pilih
Tabel 5.19: Kendala dalam Pemilu
Kendala Ikut Pemilu
Tidak terdaftar
Tidak tahu calon/program
calon
Letak TPS jauh
Lainnya
Sakit
Total
Sumber : Data Primer 2015
Frekuensi
%
Persentase
Komulatif
25
9%
9%
132
45%
54%
23
105
8%
36%
62%
98%
7
2%
100%
292
100%
Berdasarkan data diatas, dapat diketahui bahwa masyarakat
mempunyai kendala dalam hak pilihnya karena permasalahan lainnya karena
hal-hal teknis sedangkan diposisi kedua disebabkan karena tidak tahu
mengenai calon dan program calon sedangkan karena tidak terdaftar, letak
TPS jauh dan sakit hanya sebagian kecil saja.
5.6.2mPenilaian Masyarakat terhadap Pelaksanaan Pemilu 2014
Tabel 5.20: Penilaian Masyarakat terhadap Pelaksanaan Pemilu 2014
Penilaian Masyarakat
Jujur dan adil
Banyak politik uangnya
Banyak kecurangan
Kurang sosialisasi
Total
Sumber : Data Primer 2015
Frekuensi
%
Persentase
Komulatif
195
52.8
52.8
133
36.0
88.9
12
29
3.3
7.9
92.1
100.0
369
100.0
Berdasarkan data diatas, dapat diketahui penilaian masyarakat
terhadap pelaksanaan pemilu 2014 mayoritas masih positif yaitu 52,8%.
Namun masih banyak juga yang berpandangan negatif seperti mengatakan
Kerjasama Polokda Unand dan Komisi Pemilihan Umum Kota Payakumbuh 53
Laporan Riset Kesukarelaan Politik Masyarakat Kota Payakumbuh 2015
pemilu masih diwarnai oleh politik uang (36%), banyak kecurangan (3,3%)
dan kurangnya sosialisasi (7,9%). Ini menjadi perhatian bagi calon dan parpol
yang menjadi peserta pemilu.
5.6.3 Penilaian Masyarakat terhadap Penyelenggaraan Pemilu
Tabel 5.21: Aspek pemilu yang perlu perbaikan
Penilaian Masyarakat
Sosialisasi
Pendataan pemilih
Pembentukan badan penyelenggara
(PPS/KPPS/PPL/Panwascam
Pendaftaran calon
Kampanye
Lainnya
Total
Frekuensi
%
Presentase
Kumulatif
234
26
63.4
7.0
63.4
70.5
7
1.9
72.4
3
51
45
366
0.8
13.8
12.2
100,0
73.2
87.0
100,0
Sumber : Data Primer 2015
Berdasarkan data diatas, dapat diketahui bahwa masyarakat menilai
sosialisasi merupakan aspek utama yang perlu mendapat perhatian (63,4 %).
Sosialisasi tidak hanya dilakukan oleh KPU tetapi juga oleh pemerintah
daerah (Kerbangpol), partai politik dan kandidat yang ikut berkompetisi.
Posisi kedua dengan 13.8 % adalah kampanye aspek yang juga perlu
ditingkatkan. Dengan demikian bukan berarti aspek lain lain dapat
diketepikan.
5.6.3nYang perlu Diperbaiki dalam Sosialisasi ke Depan
Karena sosialisasi merupakan aspek yang menurut masyarakat perlu
ditingkatkan maka perlu dirinci lagi hal-hal yang perlu diperbaiki dari
sosialisasi itu sendiri. Aspek sosialisasi yang perlu diperbaiki menurut
masyarakat adalah semua aspek, karena dinilai masih sedang. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.
Kerjasama Polokda Unand dan Komisi Pemilihan Umum Kota Payakumbuh 54
Laporan Riset Kesukarelaan Politik Masyarakat Kota Payakumbuh 2015
Tabel 5.21: Penilaian Masyarakat terhadap Pelaksanaan Sosialisasi
No
Indikator
1
Informasi mengenai tahapan
dan program Pemilu
2
Tema dan materi tentang
penyelenggaraan Pemilu
3
Pemahaman dan pengetahuan
tentang Pemilu
4
Pemahaman & pengetahuan
tentang tahapan & program
Pemilu
5
Pemahaman & pengetahuan
tentang tata cara penggunaan
hak politik & hak pilih
6
Kesadaran untuk berperan
serta dalam setiap tahapan
pemilu
7
Kesadaran untuk ikut Pemilu
Sumber : Data Primer 2015
Penilaian terhadap Sosialisasi
Rendah: 1-2,3
Sedang: 2,4-3,6
Nilai
Derajat
3,16
Sedang
3,03
Sedang
3,26
Sedang
2,95
Sedang
3,03
Sedang
3,20
Sedang
3,36
Sedang
Tinggi: 3,7-5
5.6.4Jenis Pilkada Yang Diinginkan Warga ke depan
Masyarakat Kota Payakumbuh yang diwakili rasponden penelitian ini
ternyata masih mendukung pelaksanaan pemlihan kepala daerah secara
langsung dibandingkan dengan dipilih oleh DPRD. Hasil survei menunjukkan
bahwa sebanyak 326 responden atau 86 % menyatakan setuju dengan
pemiluka yang dipilih langsung oleh masyarakat dan hanya 7,10 % yang
setujukepala daerahdipilih oleh DPRD serta 6,9 % menyatakan tidak tahu.
Peserta FGD menyatakan tanggapannya tentang hal ini. Menurut
mereka mekanisme pemilihan secara langsung oleh rakyat harus tetap
dipertahankanmeskipun ada beberapa catatan yang harus diperbaiki dari
proses penyelenggaraannya. Kelemahan pilkada harus diperbaiki, antara lain
menurut
informan
adalah
efisiensi
penyelenggaraan
pilkada
perlu
ditingkatkan, politik uang harus benar-benar dihilangkan, sistem rekrutmen
calon kepala daerah harus terbuka dan seleksinya diperketat dengan
Kerjasama Polokda Unand dan Komisi Pemilihan Umum Kota Payakumbuh 55
Laporan Riset Kesukarelaan Politik Masyarakat Kota Payakumbuh 2015
persyaratan tambahan yaitu memiliki standar kompetensi dan standar moral
dan integritas yang diuji oleh lembaga yang benar-benar kredibel. Terakhir
adalah masalah keamanan akibat sengketa pilkada perlu ditingkatkan.
Tabel 5.22: Jenis Pilkada Yang Diinginkan Warga ke depan
Jenis Pilkada
Frekuensi
%
Presentase
Kumulatif
326
86.0
86.0
27
7.1
93.1
26
379
6.9
100.0
100.0
Dipilih langsung oleh rakyat
seperti sekarang
Dipilih oleh DPRD
Tidak tahu
Total
Sumber : Data Primer 2015
5.7 Kesukarelaan Masyarakat dalam Penyelenggaraan Pemilu
Sebagaimana
telah
diuraikan
pada
bab
sebelumnya
bahwa
kesukarelaan politik adalah segala tindakan yang dilakukan warga negara
yang terkait dengan kegiatan politik atas kehendak sendiri, tanpa paksaan
atau
mobilisasi,
dengan
niat
untuk
kemaslatan
masyarakat
tanpa
mengharapkan imbalan yang bersifat material.
Informan peserta FGD penelitian ini mendukung pendapat bahwa
kesukarelaan politik salah satu pilar utama dari demokrasi. Mereka
mengatakan bahwa kesukarelaan politik masyarakat berkaitan erat dengan
maju mundurnya perkembangan demokrasi.
Hambatan yang mempengaruhi kesukarelaan politik masyarakat dapat
berasal dari dalam masyarakat (internal), yaitu kemampuan dan kesediaan
masyarakat untuk berpartisipasi, maupun faktor dari luar masyarakat
(eksternal) yaitu peran aparat dan lembaga formal yang ada. Kemampuan
masyarakat akan berkaitan dengan stratifikasi sosial dalam masyarakat,
adanya 3 komponen di dalamnya, yaitu kelas (ekonomi), status (prestise)
dan kekuasaan. Bagaimana pengaruh kedua faktor ini terhadap kesukarelaan
politik masyarakat di Kota Payakumbuh?
Kerjasama Polokda Unand dan Komisi Pemilihan Umum Kota Payakumbuh 56
Laporan Riset Kesukarelaan Politik Masyarakat Kota Payakumbuh 2015
5.6.1
Masalah utama
Payakumbuh
yang
sedang
dihadapi
Masyarakat
Kota
Keadaan sosial ekonomi masyarakat mempengaruhi tingkat kesukarelaan
politiknya. Masyarakat yang sedang mengalami masalah sosial dan ekonomi
yang hebat tentu kesukarelaan politik nya rendah. Lalu bagaiaman masalah
masyarakat saat ini? Kajian ini menemukan bahwa sebanyak 163 responden
(43%) masyarakat Kota Payakumbuh menyatakan mereka sedang mempunyai
masalah sosial ekonomi yang berat yaitu susahnya mendapatkan lapangan
pekerjaan. Masalah ini banyak kemukakan oleh kalangan muda dan usia
produktif. Sedangkan dan ibu-ibu rumah tangga menjerit dengan masalah
mahalnya harga sembako pada posisi kedua yaitu 101 orang (27%),petani
mengeluhkan masalah kelangkaan pupuk yaitu pada posisi ketiga sebanyak
55 responden atau 14 % (9,3). Hal ini jelas menjadi kendala yang signifikan
dalam menumbuh kembangkan kesukarelaan politik masyarakat di Kota
Payakumbuh. Selain itu terdapat masalah eksternal dimana terdapat
kurangnya kepercayaan terhadap pimpinan daerah sebanyak 47 responden
atau 12%.
Tabel 5.23: Masalah Sosial Ekonomi Masyarakat
Masalah Utama
Kelangkaan pupuk
Mahalnya biaya berobat
Susahnya lapangan pekerjaan
Masalah korupsi/KKN
Kurangnya kepercayaan kepada pimpinan
daerah
Kurangnya rasa aman & rendahnya ketertiban
Kelangkaan air bersih
Terjadinya/ancaman banjir
Sarana/prasarana transportasi
Mahalnya harga sembako
Mahalnya biaya pendidikan
Tidak tegaknya hukum dengan adil
Frekuensi
55
27
163
30
%
14%
7%
43%
8%
47
12%
21
1
6
16
101
45
28
6%
0%
2%
4%
27%
12%
7%
Sumber : Data Primer 2015
Kerjasama Polokda Unand dan Komisi Pemilihan Umum Kota Payakumbuh 57
Laporan Riset Kesukarelaan Politik Masyarakat Kota Payakumbuh 2015
5.6.2
Hubungan antara Penilaian Masyarakat terhadap
Pemerintah dengan Tingkat Kesukarelaan Politik
Kinerja
Berdasarkan hasil uji korelasi Pearson antara pertanyaan “bagaimana
jalannya pelaksanaan pemerintah Payakumbuh saat ini” dengan “peran aktif
masyarakat dalam pemilu”. Hasil korelasi yang bernilai 0,035< 0,05
menandakan
bahwa
terdapat
korelasi
antara
kesukarelaan
politik
masyarakat dalam pemilu dengan kinerja pemerintahan Kota Payakumbuh
saat ini. Semakin positif penilaian masyarakat terhadap kinerja pemerintah
daerah maka akan semakin tinggi tingkat kesukarelaan politik masyarakat.
Dari
temuan
permasalahan
sebelumnya
sosial
menunjukkan
ekonomi
masyarakat
bahwa
dengan
seperti
banyaknya
sulitnya
lapangan
pekerjaan, mahalnya harga pupuk dan sembako serta hilangnya kepercayaan
terhadap pemerintah maka akan sangat mengurangi tingkat kesukarelaan
politik masyarakat.
5.8
Kesukarelaan Masyarakat dalam Penyelenggaraan Pilkada Sumbar
2015
Kesukarelaan politik juga sangat dipengaruhi oleh seberapa tinggi
tingkat pengetahuan masyarakat terhadap permasalahan sosial politik yang
sedang berlangsung. Kesukarelaan masyarakat dalam pemilu juga ditentukan
sejauh mana pengetahuan masyarakat terhadap pemilu, termasuk tujuan,
manfaat, aturan, manajemen, peserta yang bersaing dan sebagainya. Berikut
ini akan diuraikan sumber informasi masyarakat tentang pemilu tersebut.
5.7.1 Sumber Informasi Politik tentang Penyelenggaraan Pilkada Sumbar
2015
Tabel 5.24: Sumber informasi Pilkada
Sumber Informasi
Radio
Koran
TV
Spanduk/Baliho
Website
Pemerintah Kota Payakumbuh
Frekuensi
%
53
118
22
131
9
28
13.9
31.0
5.8
34.4
2.4
7.3
Kerjasama Polokda Unand dan Komisi Pemilihan Umum Kota Payakumbuh 58
Laporan Riset Kesukarelaan Politik Masyarakat Kota Payakumbuh 2015
Sosialisasi langsung oleh calon
Sosialisasi langsung oleh KPU
Teman/tetangga/saudara
Lainnya
Total
Sumber : Data Primer 2015
9
80
7
4
2.4
20
1.8
1.0
Berdasarkan data diatas, dapat diketahui bahwa sebanyak 131
responden atau 34,4% mendapat informasi mengenai penyelengaraan pemilu
dari spanduk atau baliho, posisi kedua dari koran sebanyak 118 orang atau
31% dan 53 orang atau 13,9% dari radio. Inilah media informasi bagi warga
dalam mendapat informasi terkait penyelenggaraan pemilu di Kota
Payakumbuh. Dari temuan tersebut
jelas bahwa masyarakat
hanya
mengetahui informasi tentang Pilkada Sumbar dari baliho yang notabene
sangat minim memberikan informasi kecuali hanya sebatas gambar, dan
tagline calon. Sedangkan informasi yang lebih penting dan mendalam seperti
rekam jejak calon, partai pendukung, tata cara pilkada, dinamika yang
sedang berlangsung tidak mungkin disampaikan melalui baliho.
5.8.2 Sumber Informasi tentang Bakal Calon Peserta Pilkada Sumbar 2015
Tabel 5.25: Sumber informasi Bakal Calon Pilkada
No
Sumber Informasi
1
2
3
4
5
6
Radio
Koran
TV
Spanduk/Baliho
Internet
Sosialisasi langsung oleh
calon
Sumber : Data Primer 2015
Frekuensi
45
88
12
182
38
13
Terkait dengan informasi tentang calon peserta Pilkada Sumbar 2015,
posisi paling tinggi didapat dari spanduk/baliho 182 responden, diikuti koran
88 responden dan radio 45 orang. Hal ini memang tidak jauh berbeda dengan
sumber informasi terkait penyelenggaraan pemilu seperti yang dijelaskan
dalam variabel sebelumnya.
Kerjasama Polokda Unand dan Komisi Pemilihan Umum Kota Payakumbuh 59
Laporan Riset Kesukarelaan Politik Masyarakat Kota Payakumbuh 2015
5.7.3 Yang perlu ditingkatkan dalam Pelaksanaan Pilkada Sumbar 2015
Tabel 5.26: Yang Perlu ditingkat dari Pilkada Pilkada Sumbar 2015
Yang Perlu Ditingkatkan dalam
Pelaksanaan Pilkada
1
Sosialisasi
2
Pendataan pemilih
3
Pembentukan badan penyelenggara
4
Pendaftaran calon
5
Kampanye
6
Pengawasan
Sumber : Data Primer 2015
No
Frekuensi
136
76
34
23
89
130
Berdasarkan data diatas, dapat diketahui bahwa sebanyak 136
responden menyatakan bahwa hal sosialisasi perlu ditingkatkan dalam
pelaksanaan pilkada sumbar tahun 2015 disusul dengan pengawasan
sebanyak 130 orang dan kampanye sebanyak 89 orang. Hal ini tentunya
dapat menjadi pelajaran bagi pengambil kebijakan.
5.7.4 Tingkat kesediaan masyarakat menjadi voluntir dalam Pelaksanaan
Pilkada Sumbar 2015
Tabel 5.27: Tingkat Kesukarelaan Masyarakat dalam Pilkada
Tingkat kesediaan
masyarakat
Ya
Tidak
Tergantung honornya
Belum tahu
Total
Sumber : Data Primer 2015
Frekuensi
%
Persentase
Kumulatif
148
39.4
39.4
115
30.6
69.9
12
3.2
73.1
101
376
26.9
100.0
100.0
Dari data diatas, dapat diketahui bahwa tingkat kesukarelaan politik
masyarakat dalam menjadi volunter dalam pelaksanaan pilkada sebanyak
148 orang atau 39,4% dan yang tidak mau berpartisipasi sebanyak 115 orang
atau 30,6% dari 376 responden. Terdapat 12 orang ataui 73% yang
mengatakan bahwa mereka mau berpartisipasi jika ada honornya. Selain itu
yakni 101 orang atau 26,9% belum bisa memutuskan apakah akan
berpartisipasi atau tidak dalam Pilkada Serentak 2015.
Kerjasama Polokda Unand dan Komisi Pemilihan Umum Kota Payakumbuh 60
Laporan Riset Kesukarelaan Politik Masyarakat Kota Payakumbuh 2015
Didalam bagian 5.9 ini diberikan tampilan data yang berkaitan dengan
kesukarelaan masyarakat dalam pemilu. Terkait informasi mengenai pemilu
dan peserta pilkada tahun 2015, kebanyakan responden mendapatkan
informasi dari spanduk atau baliho. Sedangkan tekait dengan pelaksanaan
pemilu yang perlu diubah terdapat pada permasalahan sosialisasi yang
menurut responden sangat perlu diperbaiki dan terkait dengan kesediaan
masyarakat menjadi voluntir dalam pemilu, terdapat selisih yang kecil
antara bersedia atau tidak.
5.9
Bentuk-Bentuk Kesukarelaan Politik Masyarakat
Berdasarkan temuan tengang bentuk-bentuk kesukarelaan diperoleh
infomasi bahwa 93,9% responden menyatakan tidak berminat menjadi
pemimpim masyarakat baik formal maupun informal atau menjadi pengurus
partai. Sebayak 93,9 % responden menyatakan tidak mau memberikan
sumbangan keuangan kepada parpol ataupun peserta pemilu. Sebanyak
69.8% responden menyatakan tidak berminat menjadi penyelenggara pemilu.
Sebanyak 51,9 % responden menyatakan tidak berminat menghadiri
kampanye pemilu ataupun pilkada. Sebanyak 88,8 % responden menyatakan
tidak berminat hadir dalam rapat/ ulang tahun partai. Sebanyak 94.2 %
responden menyatakan tidak berminat aktif sebagai anggota partai.
Sebanyak 85.4 % responden menyatakan tidak berminat mengajak orang lain
mendukung salah satu partai. Sebanyak 94.2 % responden menyatakan tidak
berminat menjadi anggota kaukus dan menyusun strategi pertemuan.
Sebanyak 88.5 % responden menyatakan tidak meminat mengikuti politik
atau pawai politik. Sebanyak 95.4 % responden menyatakan tidak mau ikut
serta menghubungi pejabat pemerintah atau pimpinan politik. Sebanyak 91.2
% responden menyatakan tidak suka memasang stiker partai/calon tertentu
dikendaraan pribadi. Sebanyak 86.6 % responden menyatakan tidak pernah
melaksanakan diskusi-diskusi politik. Sebanyak 18.9% responden menyatakan
tidak pernah mencoblos dalam pemliu/pilkada dan 70,5% menyatakan selalu
dalam pemilu/pilkada. Sebanyak 82.0% responden menyatakan tidak
Kerjasama Polokda Unand dan Komisi Pemilihan Umum Kota Payakumbuh 61
Laporan Riset Kesukarelaan Politik Masyarakat Kota Payakumbuh 2015
berminat mendukung partai/calon tertentu dalam pemilu/pilkada, 5,9 %
jarang dan 5,2 % kadang-kadang. Secara keseluruhan bentuk dan tingkat
kesukarelaan politik masyarakat Kota Payakumbuh adalah seperti terlihat
pada tabel 5.27 di bawah ini:
Tabel 5.28: Bentuk-Bentuk Kesukarelaan Politik Masyarakat
No
Bentuk Kesukarelaan Politik
Derajat
Nilai
1
Menjadi pemimpin publik atau
pemimpin partai politik
Memberi sumbangan keuangan parpol
atau calon peserta pemilu
Menjadi penyelenggara pemilu
Menghadiri kampanye pemilu/pilkada
Menghadiri Pertemuan Partai
Aktif sebagai anggota partai
Mengajak orang lain mendukung salah
satu partai
Berminat menjadi anggota kaukus dan
menyusun strategi pertemuan
Menghadiri Pertemuan Politik
Menghubungi pejabat pemerintah
atau pimpinan politik
Memasang stiker partai/calon
tertentu di kendaraan pribadi
Melaksanakan diskusi-diskusi politik
Mencoblos dalam pemilu/pilkada
Menyatakan diri mendukung
partai/calon tertentu dlm
pemilu/pilkada
Sangat rendah
1,07
Sangat Rendah
1,05
Sangat
Sangat
Sangat
Sangat
Sangat
Rendah
Rendah
Rendah
Rendah
Rendah
1,37
1,68
1,19
1,16
1,32
Sangat Rendah
1,08
Sangat Rendah
Sangat Rendah
1,19
1,13
Sangat Rendah
1.20
Sangat Rendah
Tinggi
Sangat Rendah
1,19
4,2
1,47
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
Sumber: Data Primer 2015
Dari 14 pertanyaan yang diajukan kepada responden terkait dengan
kesukarelaan
politik
masyarakat,
diketahui
bahwa
rata-rata
tingkat
kesukarelaan politik masyarakat adalah sangat rendah dengan nilai 1,36
dalam skala 5.
Kerjasama Polokda Unand dan Komisi Pemilihan Umum Kota Payakumbuh 62
Laporan Riset Kesukarelaan Politik Masyarakat Kota Payakumbuh 2015
6.1 Kesimpulan
Dalam survei kesukarelaan politik masyarakat Kota Payakumbuh ini
terdapat beberapa hal yang dapat disimpukan ;
Pertama, dari sisi partisipasi masyarakat. Dari hasil survei ini, ditemukan
bahwa tingkat partisipasi masyarakat dalam pemilu tergolong tinggi yakni 94
% atau 359 orang dari 383 responden yang menjawab. Terdapat perbedaan
partisipasi memilih berdasarkan umur responden. Jumlah responden
terbanyak adalah kelompok umur 17 – 25 tahun yaitu 93 orang atau 24% dari
total responden. Partisipasi yang tertinggi adalah responden dengan
golongan umur 34-42.Pemilih muda adalah penyumbang angka golput
tertinggi yaitu mencapai 63 % dari 34 orang responden yang golput.
Terdapat dua variabel yang mempunyai perbedaan atau pengaruh
dalam keikut sertaan pemilih dalam pemilu yakni variabel umur dan jenis
pekerjaan. Sedangkan keempat indikator lainnya tidak memiliki perbedaan
atau
pengaruh
yakni
jenis
kelamin,
tingkat
pendidikandan
tingkat
pendapatan.
Kedua, Motivasi masyarakat berpartisipasi dalam pemilu adalah karena
adanya rasa kewajiban sebagai warga negara (41,6%), anggapan bahwa
pemilu merupakan hak warga negara (27,6%) dan karena ingin mengubah
keadaan negara/daerah (15,7%).Tidak terdapat perbedaan motivasi memilih
berdasarkan umur, jenis kelamin, tingkat hidup, jenis pekerjaandan tingkat
pendidikan seseorang.Terdapat perbedaan motivasi memilih berdasarkan
lokasi tempat tinggal (kecamatan).
Kerjasama Polokda Unand dan Komisi Pemilihan Umum Kota Payakumbuh 63
Laporan Riset Kesukarelaan Politik Masyarakat Kota Payakumbuh 2015
Ketiga, Golongan putih (Golput) merupakan salah satu indikator
kesukarelaan politik. Kebanyakan alasan masyarakat memilih golput adalah
“Tidak Sempat Pulang untuk mencoblos”, “Pemilu bukanlah kewajiban
tetapi hak warga negara” dan “Tidak Ada Bantuan barang/jasa”,“Mempunyai
urusan lain yang lebih penting”, tidak percaya kepada calon atau partai
politik dan karena ada urusan lain yang lebih penting.Faktor-faktor yang
membedakan perilaku golput adalah faktor usia dan lokasi tempat tinggal.
Keempat, terdapat perbedaan pandangan masyarakat akan demokrasi
elektoral
dari semua
indikator yang
dipakai.
Mayoritas masyarakat
mempunyai minat terhadap demokrasi elektoral, walaupun sebagian hanya
kadang-kadang saja mengikuti perkembangan pemilu baik aturan maupun
dinamika pencalonan kepala daerah. Perbedaan minat masyarakat Kota
Payakumbuh terhadap perkembangan demikrasi elektoral atau pemilu di
Indonesia pengaruhi oleh beberapa faktor yaitu tingkat pendidikan, tempat
tinggal (Kecamatan), jenis pekerjaan,tingkat pendapatan ekonomi dan
kondisi ekonomi
Kelima,Setengah responden bersikap menerima politik uang yaitu
50,1%. Terdapat perbedaan sikap di antara masyarakat yang setuju dengan
politik uang yaitu, pertama menerima uangnya, soal pilihan urusan nanti,
kedua menerima uangnya dan akan memilih orangnyadan terima uangnya
tetapi tidak pilih orangnya.Kenyataan ini sangat memprihatinkan karena
dapat merusak sendi-sendi demokrasi. Terdapat beberapa dua faktor
pembeda yang mempengaruhi Sikap Masyarakat terhadap Politik Uang yaitu:
tingkat pendapatan ekonomi dan kondisi ekonomi keluarga.
Keenam, penilaian masyarakat terhadap pelaksanaan pemilu 2014
mayoritas positif 52,8% yaitu mengatakan pemilu masih diwarnai oleh politik
uang, adanya kecurangan dan kurangnya sosialisasi. Ini menjadi perhatian
bagi calon dan parpol yang menjadi peserta pemilu. Hal-hal yang perlu
diperbaiki terkait pelaksanaan pemilu adalah sosialisasi, pendataan pemilih.
Sedangkan aspek-aspek sosialisasi itu sendiri yang perlu ditingkatkan adalah
Kerjasama Polokda Unand dan Komisi Pemilihan Umum Kota Payakumbuh 64
Laporan Riset Kesukarelaan Politik Masyarakat Kota Payakumbuh 2015
semua
sosialisasi
yaitu:
informasi
mengenai
tahapan
dan
program
Pemilu,tema dan materi tentang penyelenggaraan Pemilu,pemahaman dan
pengetahuan tentang Pemilu,pemahaman & pengetahuan tentang tahapan &
program pemilu,pemahaman & pengetahuan tentang tata cara penggunaan
hak politik & hak pilih,kesadaran untuk berperan serta dalam setiap tahapan
pemilu dan kesadaran untuk ikut Pemilu.
Ketujuh, masyarakat Kota Payakumbuh mendukung pelaksanaan
pemilihan kepala daerah secara langsung dibandingkan dengan pemilihan
melalui DPRD.Mekanisme pemilihan secara langsung oleh rakyat harus tetap
dipertahankan meskipun ada beberapa catatan yang harus diperbaiki dari
proses penyelenggaraannya.
Kedelapan, Tingkat kesukarelaan politik masyarakat Payakumbuh
sangat rendah. Hambatan yang mempengaruhi kesukarelaan politik ini
berasal dari dalam masyarakat (internal), yaitu kemampuan dan kesediaan
masyarakat untuk berpartisipasi, dan faktor dari luar masyarakat (eksternal)
yaitu peran aparat dan lembaga formal yang ada. Keadaan sosial ekonomi
masyarakat Payakumbuh mempengaruhi tingkat kesukarelaan politiknya.
Masyarakat Kota Payakumbuh menyatakan mereka sedang mempunyai
masalah sosial ekonomi yang berat yaitu susahnya mendapatkan lapangan
pekerjaan
(43%)
masalah
mahalnya
harga
sembako
(27%),
masalah
kelangkaan pupuk (14 %). Hal ini menjadi kendala yang signifikan dalam
menumbuh
kembangkan
kesukarelaan
politik
masyarakat
di
Kota
Payakumbuh.
6.2nRekomendasi Penelitian
Berdasarkan kesimpulan di atas maka penelitian ini merumuskan
rekomendasi sebagai berikut:
Kerjasama Polokda Unand dan Komisi Pemilihan Umum Kota Payakumbuh 65
Laporan Riset Kesukarelaan Politik Masyarakat Kota Payakumbuh 2015
Pertama, karena tingginya tingkat golput di kalangan pemilih pemula
maka peneliti merekomendasikan bahwa perlu dilakukan pendidikan politik
(civic education) yang terstruktur dan kontinu bagi kaum muda.Pendidikan
politik dapat meningkatkan pengetahuan dan kesadaran politik serta
kebanggaan kaum muda terhadap bangsanya. Dengan demikian diharapkan
terjadi peningkatan partisipasi memilih kaum muda. Selam ini pendidikan
politik bagi kaum muda cendrung diperoleh dari media massa atau media
sosial.Sementara media ini sering hanya menampilkan sisi buruk dari
perilaku elite politik. Hal ini tentu berpengaruh negatif terhadap minat
pemilih pemula terhadap pemilu. Beberapa program yang dapat dibuat
adalah lomba karya tulis tentang pemilu, lomba membuat poster pemilu
atau lomba debat politik yang dilakukan di kalangan pelajar untuk menggali
ekspresi mereka tentang pemilu dan politik. Pemilih pemula sebagian besar
saat ini gemar menggunakan teknologi informasi, misalnya internet ataupun
telepon genggam, dll. Media TI dapat dimanfaatkan untuk menarik atau
memengaruhi mereka agar lebih responsif atau proaktif mengikuti proses
pemilihan. Melalui media ini diharapkan para pemilih pemula dapat
mengetahui apa, siapa, bagaimana, kapan dan dimana pemilihan akan
dilaksanakan.
Kedua, Karena terdapat perbedaan motivasi memilih masyarakat
berdasarkan tingkat hidup, tingkat pendidikan sesorang, umur jenis kelamin,
Lokasi tempat tinggal (Kecamatan), maka disarankan program sosialisasi
pemilu harus disesuaikan dengan target audien sosialisasi itu sendiri. Oleh
karena kegiatan sosialisasi merupakan tanggungjawab semua pihak dalam
konteks kesukarelaan politik maka KPU perlu membangun lebih banyak lagi
jaringan dan kerjasama dengan berbagai pihak
untuk melaksanakan
kegiatan sosialisasi sehingga kegiatan ini semakin luas. Di antara institusi
yang perlu diajak bekerjasama adalah partai politik, sekolah, perguruan
tinggi, lembaga kursus, LSM, organisasi pemuda,pemerintah daerahdan
jajarannya sampai ke kelurahan, media massa, tokoh masyarakat seperti
Kerjasama Polokda Unand dan Komisi Pemilihan Umum Kota Payakumbuh 66
Laporan Riset Kesukarelaan Politik Masyarakat Kota Payakumbuh 2015
ninik mamak, alim ulama, cerdik pandai, bundo kanduang, pemuda dan
sebagainya.
Ketiga, untuk mengurangi angka golongan putih (Golput) hasil kajian
ini menunjukkan bahwa persoalan golput bukan persoalan yang sederhana
hanya sekedar persoalan teknis atau kurangnya sosialisasi tetapi lebih dari
itu, ia
menyangkut persoalan ideologi. Untuk mengurangi golput para
politisi dan pemimpin yang dipilih melalui pemilu harus mampu meyakinkan
pemilih bahwa mereka adalah pemimpin pilihan rakyat yang amanah dan
mampu merubah keadaan negara dan daerah. Karena alasan golput adalah
masyarakat tidak yakin pemilu mampu merubah keadaan. Selain itu alasan
golput adalah masyarakat merasa urusan mereka lebih penting, ini perlu
pendidikan politik untuk menumbuhkan kesadaran masyarat.
Keempat,Karena mayoritas responden menghalakan politik uang
maka ini jelas membutuhkan pendidikan, sosialisasi dan penyadaran tidak
hanya mengangkut aspek pengetahuan tentang pemilu tetapi juga
menyangkut aspek afektif yaitu keyakinan tentang resiko dan dampak
negatif politik uang. Untuk itu diperlukan peran semua pihak seperti
pemimpin agama pemimpin adat, pendidik, pemimpin pemerintahan dan
lain-lain dalm memberikan teladan kepada masyarakat.
Kelima, temuan bahwa tingkat kesukarelaan politik masyarakat
Payakumbuh sangat rendah yang mempengaruhi kesukarelaan politik ini
berasal
dari
dalam
masyarakat
(internal),
dari
luar
masyarakat
(eksternal).Untuk meningkatkan kembali kesukarelaan politik diperlukan
usaha keras dari pemimpin masyarakat baik formal dari pusat sampai ke
kelurahan
nagari
terutama
untuk
memperbaiki
keadaan
ekonomi
masyarakat. Karena keadaan sosial ekonomi masyarakat Payakumbuh ini
mempengaruhi tingkat kesukarelaan politiknya. Perbaikan kondisi ekonomi
ini harus diiringi oleh suatu gerakan bersama untuk menumbuhkan kembali
Kerjasama Polokda Unand dan Komisi Pemilihan Umum Kota Payakumbuh 67
Laporan Riset Kesukarelaan Politik Masyarakat Kota Payakumbuh 2015
semangat kesetiakawanan sosial, semangat berani berkorban, keiklasan,
saling bantu membantu, menggalakkan kegiatan sosial (philanthropy) atau
pengabdian kepada masyarakat, meningkatkan partisipasi politik, kegiatan
advokasi atau kampanye.
Kerjasama Polokda Unand dan Komisi Pemilihan Umum Kota Payakumbuh 68
Laporan Riset Kesukarelaan Politik Masyarakat Kota Payakumbuh 2015
DAFTAR PUSTAKA
Rogin, Michael. 1962. Voluntarism: The Political Functions of an Antipolitical
Doctrine. Industrial and Labor Relations Review,Vol 15. No. 4 (Jul).
pp 521-535
United Nations Volunteers. 1999. Expert Group Meeting on Volunteering and
Social Development. New York. 29-30 November 1999
Wan Ee Lin. 2001. “Why Voluntary Work?”. Rencana di New Straits Times.
Kuala Lumpur: New Straits Times. 23 Mac 2001
Bitti, Mary Teresa. 2007. Is forced volunteering helping anyone? in Financial
Times, 30 April 2007
Macpherson, C.B. 1972. The Real World of Democracy. New York: Oxford
University Press.
TB. Massa Djafar. 2008. Demokratisasi, DPRD, dan penguatan politik lokal.
Jurnal Poelitik Vol1. No.1: 1-12.
Teller, Paul. 2011. Learning To Live With Voluntarism,Synthese 178:49–66
Kerjasama Polokda Unand dan Komisi Pemilihan Umum Kota Payakumbuh 69
Download