LAPORAN PENELITIAN KESUKARELAAN POLITIK MASYARAKAT KOTA PAYAKUMBUH KOMISI PEMILIHAN UMUM KOTA PAYAKUMBUH 2015 LAPORAN PENELITIAN KESUKARELAAN POLITIK MASYARAKAT KOTA PAYAKUMBUH TIM PENELITI: Dr. Aidinil Zetra, SIP, MA Drs. Bakaruddin Rosyidi, MS Dr. Ferra Yanuar, SSi,MSc Syaiful Anwar, SE, M.E Kerjasama: Komisi Pemilihan Umum Kota Payakumbuh dengan Pusat Studi Politik Lokal dan Otonomi Daerah Universitas Andalas Laporan Riset Kesukarelaan Politik Masyarakat Kota Payakumbuh 2015 Puji syukur peneliti haturkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmatNya peneliti telah dapat melaksanakan penelitian “Kesukarelaan Politik Masyarakat Kota Payakumbuh.” Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kesukarelaan politik masyarakat Kota Payakumbuh dan mengidentifikasi berbagai faktor yang mempengaruhi kesukarelaan politik masyarakat. Kesukarelaan politik adalah suatu nilai dan praktik politik yang murni. Kesukarelaan politik sangat penting dalam kehidupan demokrasi. Demokrasi tidak akan tumbuh dan berkembang dalam satu sistem politik jika masyarakatnya tidak memiliki kesukarelaan politik. Oleh karena itu,setiap warga yang terlibat kegiatan politik dan kegiatan-kegiatan voluntarisme, baik secara individualmaupun komunal, secara sistematik maupun tidak, berskala besar maupun kecil, maka akan berkontribusi terhadap perkembangan kehidupan demokrasi. Kesukarelaan politik juga salah satu nilai enting yang memungkinkan warga masyarakat hidup secara damai, harmonis, toleran dan saling bekerjasama dengan rasa kesetiakawanan yang tinggi. Nilai-nilai ini merupakan nilai dasar untuk berkembangnya kehidupan yang lebih demokratis. Dengan mengetahui peta persoalan kesukarelaan politik masyarakat diharapkan program-program yang dirumuskan untuk pengembangan kehidupan demokrasi khususnya demokrasi elektoral akan lebih sistematis dan berorientasi pada pemecahan masalah publik, serta mampu meningkatkan partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan pemilu. Kerjasama Polokda Unand dan Komisi Pemilihan Umum Kota Payakumbuh i Laporan Riset Kesukarelaan Politik Masyarakat Kota Payakumbuh 2015 Meskipun substansi dan teknis pelaksanaan penelitian ini dilakukan oleh tim peneliti PusatStudiPolitikLokaldanOtonomi Daerah Universitas Andalas,namun keberhasilan penelitian ini sangat dipengaruhi oleh peranbesar Komisi Pemilihan Umum Kota Payakumbuh, Panitia Pemilihan Kecamatan dan Panitia Pemungutan Suara Kota Payakumbuh yang telah membiayai secara keseluruhan operasional penelitian ini dan membantu dalam pengumpulan data penelitian ini. Karena itulah pada kesempatan ini peneliti mengucapkan terima kasih kepada Ketua dan Komisioner KPU Kota Payakumbuh, Staf KPU serta Pokja Riset Partisipasi Dalam Pemilu KPU Kota Payakumbuh. Penghargaan yang sama disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu baik dalam menyediakan data sebagai responden dan informan serta memberikan informasi maupun fasilitas penelitian. Semoga kerjasamanya tetap akan terjalin pada masa yang akan datang. Harapan peneliti semoga hasil penelitian ini bermanfaat menjadi referensi dalam pengembangan khasanah akademik, masukan bagi KPU dalam perbaikan manajemen penyelenggaraan Pemilu baik di Kota Payakumbuh maupun di Daerah lain yang memiliki persoalan yang sama dalam peningkatan kesukarelaan politik masyarakat. Segala respon dan masukan akan bermanfaat bagi peneliti untuk kesempurnaan penelitian ini di masa yang akan datang. Terima kasih. Payakumbuh, Juli 2015 Ketua Peneliti Dr. Aidinil Zetra, SIP, MA Kerjasama Polokda Unand dan Komisi Pemilihan Umum Kota Payakumbuh ii Laporan Riset Kesukarelaan Politik Masyarakat Kota Payakumbuh 2015 DAFTAR ISI Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Tabel i iii iv BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah 1.2 Perumusan Masalah 1.3 Tujuan 1.4 ManfaatPenelitian 1.5 Dasar Hukum 1 1 3 4 4 4 BAB II Kerangka Konseptual 2.1 Konsep Kesukarelaan 2.1.1 Pengertian Kesukarelaan 2.2.2 Nilai-nilai Kesukarelaan 2.2 Kesukarelaan Politik 2.3 Ciri Kesukarelaan Politik 2.4 Jenis-Jenis Kesukarelaan Politik 6 6 7 7 10 12 13 BAB III Metodologi 3.1 PendekatanPenelitian 3.2 Sumber Data 3.2.1 Data Sekunder 3.2.2 Data Primer 3.3 Teknik Pengumpulan Data 3.3.1 Teknik Kuesioner 3.3.2 Teknik FGD 3.3.4 Teknik Dokumenter 3.4 Lokasi Penelitian, Informan dan Responden 3.5 Sampel 3.6 Teknik Pengolahan Data 3.6.1 Metode Pengolahan Data 3.6.2 Perangkat Pengolahan Data 3.6.3 Analisis Data 3.7 Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data 3.7.1 Mendeskripsikan, menginterpretasi, dan mengecek ulang hasil penelitian 3.7.2 Memisahkan secara tegas antara deskriptif, interpretasi dan penilaian hasil penelitian 3.7.3 Memberikan umpan balik (feedback) 15 15 15 16 16 16 17 17 17 17 18 19 20 21 21 21 22 Deskripsi Daerah Penelitian 4.1 Profil Kota Payakumbuh 24 24 BAB IV Kerjasama Polokda Unand dan Komisi Pemilihan Umum Kota Payakumbuh 22 22 iii Laporan Riset Kesukarelaan Politik Masyarakat Kota Payakumbuh 2015 4.1.1KondisiGeorafis 4.1.2Wilayah Administratif BAB V Kesukarelaan Politik Masyarakat Kota Payakumbuh 5.1 Identitas Responden 5.1.1 Komposisi Responden berdasarkan Umur 5.1.2 Komposisi Responden berdasarkan Jenis Kelamin 5.1.3 Komposisi Responden berdasarkan Desa/Kelurahan 5.1.4 Komposisi Responden berdasarkan Tingkat Pendidikan 5.1.5 Komposisi Responden berdasarkan Agama 5.1.6 Komposisi Responden berdasarkan Jenis Pekerjaan 5.1.7 Komposisi Responden berdasarkan Suku Bangsa 5.1.8 Komposisi Responden berdasarkan Tingkat Pendapatan 5.2 Pemetaan Partisipasi Memilih Pada Pemilu 2014 5.2.1 Perbedaan Partisipasi Pemilih Menurut Umur 5.2.2 Perbedaan Partisipasi Pemilih Menurut Jenis Kelamin 5.2.3 Perbedaan Partisipasi Pemilih Menurut Desa/Kelurahan 5.2.4 Perbedaan Partisipasi Pemilih Menurut Tingkat Pendidikan 5.2.5 Perbedaan Partisipasi Pemilih Menurut Agama 5.2.6 Perbedaan Partisipasi Pemilih Menurut Jenis Pekerjaan 5.2.7 Perbedaan Partisipasi Pemilih Menurut Tingkat Pendapatan 5.3 Motivasi Pemilih dalam Pemilu 2014 5.4 Alasan Golput pada Pemilu 2014 5.5 Minat Masyarakat Terhadap Demokrasi Elektoral 5.6 Sikap Masyarakat Terhadap Politik Uang 5.6 Penggunakan Hak Pilih Masyarakat 5.6.1 Kendala dalam Penggunaan Hak Pilih 5.6.2 Penilaian Masyarakat terhadap Pelaksanaan Pemilu 2014 5.6.3 Yang perlu diperbaiki dalam Sosialisasi ke Depan 5.6.4 Jenis Pilkada Yang Diinginkan Warga ke depan 5.6 Kesukarelaan Masyarakat dalam Penyelenggaraan Pemilu 5.6.1 Masalah utama yang sedang dihadapi Masyarakat Kota Payakumbuh 5.6.2 Hubungan antara Penilaian Masyarakat terhadap Kinerja Pemerintah dengan Tingkat Kesukarelaan Politik 5.7 Kesukarelaan Masyarakat dalam Penyelenggaraan Pilkada Sumbar 2015 5.7.1 Sumber Informasi Politik tentang Penyelenggaraan Kerjasama Polokda Unand dan Komisi Pemilihan Umum Kota Payakumbuh 24 26 33 33 33 34 34 35 35 36 36 37 37 38 41 41 42 43 43 44 46 47 49 51 53 53 53 54 55 56 57 58 58 58 iv Laporan Riset Kesukarelaan Politik Masyarakat Kota Payakumbuh 2015 5.8 BAB VI Pilkada Sumbar 2015 5.7.2 Sumber Informasi Politik tentang Bakal Calon Peserta Pilkada Sumbar 2015 5.7.3 Yang perlu ditingkatkan dalam Pelaksanaan Pilkada Sumbar 2015 5.7.4 Tingkat kesediaan masyarakat menjadi voluntir dalam Pelaksanaan Pilkada Sumbar 2015 Bentuk-Bentuk Kesukarelaan Politik Masyarakat 59 60 60 61 Penutup 63 6.1 6.2 Kesimpulan Rekomendasi Penelitian 63 65 Daftar Pustaka 69 Kerjasama Polokda Unand dan Komisi Pemilihan Umum Kota Payakumbuh v Laporan Riset Kesukarelaan Politik Masyarakat Kota Payakumbuh 2015 DAFTAR TABEL Tabel 5.1 Komposisi Responden Berdasarkan Umur 33 Tabel 5.2 Komposisi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin 34 Tabel 5.3 Komposisi Responden Berdasarkan Kecamatan 34 Tabel 5.4 Komposisi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan 35 Tabel 5.5 Komposisi Responden berdasarkan Agam 35 Tabel 5.6 Komposisi Responden berdasarkan Jenis Pekerjaan 36 Tabel 5.7 Komposisi Responden berdasarkan Suku Bangsa 36 Tabel 5.8 Komposisi Responden berdasarkan Pendapatan 37 RumahTangga Tabel 5.9 Perbedaan Partisipasi Pemilih Menurut Umur 38 Tabel 5.10 Perbedaan Partisipasi Pemilih Menurut Jenis Kelamin 41 Tabel 5.11 Perbedaan Partisipasi Pemilih Menurut Kecamatan 42 Tabel 5.12 Perbedaan Partisipasi Pemilih Menurut Tingkat Pendidikan 43 Tabel 5.13 Perbedaan Partisipasi Pemilih Menurut Jenis Pekerjaan 44 Tabel 5.14 Perbedaan Partisipasi Pemilih Menurut Tingkat Pendapatan 45 Tabel 5.15 Motivasi Pemilih dalam Pemilu 2014 46 Tabel 5.16 Alasan Golput pada Pemilu 2014 49 Tabel 5.17 Perhatian Masyarakat terhadap Perkembangan Pemilu 50 Tabel 5.18 Sikap Masyarakat Terhadap Politik Uang 52 Tabel 5.19 Kendala dalam Pemilu 53 Tabel 5.20 Penilaian Masyarakat terhadap Pelaksanaan Pemilu 2014 53 Tabel 5.21 Aspek Pemilu Yang Perlu Perbaikan 54 Tabel 5.22 Penilaian Masyarakat terhadap Pelaksanaan Sosialisasi 55 Tabel 5.23 Jenis Pilkada Yang Diinginkan Warga ke depan 56 Tabel 5.24 Masalah Sosial Ekonomi Masyarakat 57 Tabel 5.25 Sumber informasi Pilkada 58 Tabel 5.26 Sumber informasi Bakal Calon Pilkada 59 Tabel 5.27 Yang Perlu ditingkat dari Pilkada Sumbar 2015 60 Tabel 5.28 Tingkat Kesukarelaan Masyarakat dalam Pilkada 60 Tabel 5.29 Bentuk-Bentuk Kesukarelaan Politik Masyarakat 62 Kerjasama Polokda Unand dan Komisi Pemilihan Umum Kota Payakumbuh vi Laporan Riset Kesukarelaan Politik Masyarakat Kota Payakumbuh 2015 Kerjasama Polokda Unand dan Komisi Pemilihan Umum Kota Payakumbuh vii Laporan Riset Kesukarelaan Politik Masyarakat Kota Payakumbuh 2015 1.1 Latar Belakang Masalah Keruntuhan rezim Orde Baru pada tahun 1998 telah membuka kesempatan bagi berlangsungnya proses reformasi politik di Indonesia. Pemerintah telah memberi ruang yang lebih terbuka kepada warga negara untuk terlibat dalam politik dan pemerintahan. Hal ini ditandai dengan kelahiran banyak partai politik, kelompok kepentingan, dan kelompok penekan; kebebasan media; pemilu yang bebas, kompetitif dan jurdil; dan peningkatan partisipasi politik. Beberapa langkah reformasi yang diambil antara lain: (1) Perubahan UUD 1945 telah memberikanjaminan hukum bagi rakyat untuk berpartisipasi lebih luas dalam kehidupan politik; (2) Perubahan paket UU politik antara lain Undang-Undang tentang Partai Politik; Undang-Undang tentang Penyelenggara Pemilu; Undang-Undang tentang Pemilu DPR, DPD, dan DPRD; Undang-Undang tentang Pemilu Presiden; dan Undang-Undang tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD; (3) mendorong kembali partisipasi politik rakyat melalui penyelenggaraan otonomi daerah, dan penglibatan rakyat dalam pemilihan presiden dan pemilihan kepala daerah secara langsung. Setelah lebih dari satu setengah dekade dilaksanakan reformasi politik di Indonesia, harapan untuk mewujudkan kehidupan politik yang demokratis dan berdampak positif terhadap kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat ternyata masih jauh dari harapan. Yang muncul adalah paradoks demokrasi yaitu perbedaan antara janji demokrasi untuk mewujudkan kehidupan yang Kerjasama Polokda Unand dan Komisi Pemilihan Umum Kota Payakumbuh 1 Laporan Riset Kesukarelaan Politik Masyarakat Kota Payakumbuh 2015 lebih baik dan kekecewaan masyarakat yang muncul dari hasil praktikpraktik demokrasi. Pradoks ini, dalam bahasa Norberto Bobbio, ahli politik Italia, diistilahkan dengan “the broken promises”, yaitu perbedaan antara apa yang telah dijanjikan dengan apa yang sebenarnya dapat dihasilkan (janji yang tidak tertepati) yang kemudian mempengaruhi ekonomi, kehidupan dan kesejahteraan, dan keamanan masyarakat (warga negara). Penelitian yang dilakukan Aidinil Zetra dkk, (2010) tentang kinerja demokrasi di Sumatera Barat menyimpulkan bahwa bangunan demokrasi di daerah ternyata lemah. Demokrasi tidak memiliki landasan terpentingnya, yaitu partisipasi dan voluntarisme politik. Meskipun demokrasi prosedural mengalami berbagai perbaikan seperti kualitas penyelenggaraan pemilu dari satu pemilu ke pemilu lainnya, kebebasan mendirikan partai politik, dan hak-hak warga negara untuk berpartisipasi di dalam pemilu melalui jalur non partai juga dijamin, namun demokratisasi seperti itu ternyata tidak menjamin terwakilinya kepentingan rakyat di dalam proses-proses politik yang demokratis. Permasalahan yang sangat kentara adalah ternyata demokrasi yang tumbuh adalah demokrasi berbasis politik transaksional. Popular democracy yang didefinisikan secara mekanik dengan sistem suara terbanyak akan mempersubur potensi terjadinya vote-buying. Sehingga hubungan antara wakil rakyat dan konstituen yang diwakilinya bukan berlandaskan hubungan yang amanah, tetapi lebih pada hubungan jual beli suara dengan harga yang sangat murah. Akibatnya, di tengah proses demokratisasi yang terus berlangsung, banyak kalangan justeru mempertanyakan manfaat dari demokrasi itu sendiri bagi peningkatan kesejahteraan rakyat. Demokrasi dianggap tidak mampu menghasilkan kebijakan publik yang memihak kepada kepentingan rakyat. Demokrasi yang terbentuk adalah demokrasi elitis tanpa memperhatikan keterwakilan publik. Begitu juga dengan pemilihan kepala daerah langsung yang dilaksanakan sejak tahun 2004 hanya menjadi rutinitas ritual politik saja, tanpa makna dan belum tentu membawa perubahan mendasar dalam sendiKerjasama Polokda Unand dan Komisi Pemilihan Umum Kota Payakumbuh 2 Laporan Riset Kesukarelaan Politik Masyarakat Kota Payakumbuh 2015 sendi kehidupan sosial politik di daerah. Bahkan bisa juga hanya mempertegas pandangan masyarakat : pembodohan massal dan pemiskinan struktural. Masyarakat hanya bisa menjadi komoditas politik elit untuk meraih kekuasaan. Pilkada langsung sebagai jalan untuk masyarakat sipil dalam kehidupan berpolitik, hanya sekadar “isapan jempol” politik, karena selama ini partisipasi politik serta perilaku politik masyarakat hanya masih dalam ruang politik mobilisasi, di mana masyarakat tidak paham makna politik yang sebenarnya. Dari hal yang demikian kemudian muncul sebuah wacana kontrak politik yang diharapkan mampu mengutamakan kepentingan masyarakat. 1.2 Perumusan Masalah Dampak dari perkembangan politik uang seperti digambarkan di atas adalah terjadinya politik biaya tinggi yang memberatkan sebagian peserta pemilu. Peserta pemilu mengeluarkan sejumlah uang untuk mendapatkan dukungan pemilih, atau pemilih aktif meminta yang diberikannya. Fenomena ini menjadikan imbalan dari demokrasi dukungan kita tidak sehat. Riset ini bermaksud mengeksplorasi permasalahan partisipasi politik warga negara yang difokuskan pada “kesukarelaan politik (political voluntarism) masyarakat dalam Pemilihan Umum 2014 dan Pilkada Gubernur Sumatera Barat Tahun 2015 di Kota Payakumbuh. Kesukarelaan warga dalam politik berpengaruh luas dalam kehidupan politik.Absennya kesukarelaan warga dapat merusak sendi-sendi demokrasi. Dalamjangka pendek, biaya politik mahal menjadi risiko yang harus ditanggungkarena segalanya serba berbayar. Dalam jangka panjang, korupsi menjadi virus endemik yang pasti menyerang. Sebaliknya, tatanan demokrasi semakin kuat apabila kesukarelaan warga tumbuh dan hidup didalam masyarakat. Dari pemilu kepemilu kesukarelaan warga mengalami pasang surut. Kesukarelaan warga yang kehadirannya ditandai dengan munculnya relawan dari berbagai kalangan kuat muncul dalam pemilu 2014. Kerjasama Polokda Unand dan Komisi Pemilihan Umum Kota Payakumbuh 3 Laporan Riset Kesukarelaan Politik Masyarakat Kota Payakumbuh 2015 Pertanyaannya, apa faktor yang mempengaruhi munculnya kesukarelaan politik warga dan faktor apa yang menghambatnya? Kebijakan apa saja yangdapat ditempuh untuk menumbuhkan dan memperkuat kesukarelaan warga dalam politik? 1.3. Tujuan 1. Menemukan akar masalah atas persoalan-persoalan yang terkait dengan partisipasi dan kesukarelaan politik dalam pemilu di Kota Payakumbuh. 2. Merumuskan rekomendasi kebijakan berbasis riset untuk meningkatkan dan memperkuat partisipasi dan kesukarelaan politik masyarakat Kota Payakumbuh. 1.4 Manfaat Penelitian Riset ini sangat penting dan bermanfaat bagi KPU Kota Payakumbuh, terutama: 1 Untuk mendapatkan gambaran tentang tingkat kesadaran serta kesukarelaan masyarakat pemilih Kota Payakumbuh; 2 Sebagai acuan penetapan program kerja sosialisasi dalam rangka peningkatan kualitas kesadaran pemilih; 3 Memberikan masukan dan rekomendasi terhadap segala pihak yang terlibat dalam pelaksanaan pemilihan kepala daerah secara langsung, baik bagi KPU Kota Payakumbuh, Pemerintah penyelenggara, maupun kepala daerah daerah, yang terpilih Jajaran agar tidak melupakan segala macam janji ataupun kontrak politik yangtelah di sepakati dengan masyarakat. 1.4 Dasar Hukum Dasar hukum diadakan riset ini adalah: 1 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum; Kerjasama Polokda Unand dan Komisi Pemilihan Umum Kota Payakumbuh 4 Laporan Riset Kesukarelaan Politik Masyarakat Kota Payakumbuh 2015 2 Undang-undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Pemilihan Gubernur,Bupati,dan Walikota Menjadi Undang-undang sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 8Tahun 2015; 3 Peraturan KPU Nomor 2 tahun 2015 tentang Tahapan, Program dan Jadwal Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, dan/atau Walikota dan Wakil Walikota; 4 Peraturan KPU Nomor 5 Tahun 2015 Tentang Sosialisasi dan Partisipasi Masyarakat dalam Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati dan/atau Walikota dan Wakil Walikota; 5 Surat Edaran KPU RI Nomor 155/KPU/IV/2015 tanggal 6 April 2015 Perihal Pedoman Riset tentang Partisipasi dalam Pemilu. Kerjasama Polokda Unand dan Komisi Pemilihan Umum Kota Payakumbuh 5 Laporan Riset Kesukarelaan Politik Masyarakat Kota Payakumbuh 2015 2.1 Konsep Kesukarelaan Politik Kesukarelaan politik adalah suatu nilai dan praktik politik yang murni. Kesukarelaan politik sangat penting dalam kehidupan demokrasi. Oleh karena itu, setiap orang yang terlibat kegiatan politik dan program-program kesukarelaan, baik secara individu maupun kolektif, baik secara sistematik maupun tidak, dan baik kontribusinya besar maupun kecil, ia dianggap sebagai kegiatan dan program yang baik.Kesukarelaan politik juga salah satu nilai yang dijunjung tinggi yang memungkinkan manusia terus hidup bermasyarakat dan bekerjasama berdasarkan nilai-nilai kemanusiaan. Benarkah kesukarelaan politik bangsa Indonesia semakin pudar? Memang banyak orang yang mengkhawatirkan tentang pudarnya semangat kesukarelaan politik ini. Namun di beberapa tempat dan kalangan semangat kesukarelaan ini tampak masih berkembang. Misalnya pada saat bencana alam masih banyak warga yang secara sukarela membantu baik moril maupun materil, Namun demikian, hakikat bahwa ikatan pesatuan, tingkat partisipasi, tradisi bergotong rayong dan praktek bantu-membantu memang tampak semakin pudar. Di sisi lain masyarakat kita semakin tergoda dan tergiur dengan aspek kebendaan dan mementingkan kepentingan peribadi. Keadaan ini tentu tidak bisa dibiarkan. Ia perlu dihadapi, ditangani dan diperbaiki. Karena itu, semangat kesukarelaan perlu diberikan nafas baru semangat baru. Kerjasama Polokda Unand dan Komisi Pemilihan Umum Kota Payakumbuh 6 Laporan Riset Kesukarelaan Politik Masyarakat Kota Payakumbuh 2015 2.1.1 Pengertian Kesukarelaan Kata “sukarela”, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, berarti “dengan kehendak sendiri, tidak dipaksa-paksa, tidak dikerahkan dan dengan rela hati”. Seadangkan kata “kesukarelaan” berarti “sikap sukarela”. Orang yang melakukan “sukarelawan”.Berdasarkan sesuatu pengertian dengan tersebut, sukarela kesukarelaan disebut dapat diartikan sebagai melakukan sesuatu dengan kehendak sendiri, tidak dipaksa atau dimobilisasi, dengan niat yang ikhlas dan tulus dan dengan tidak mengharapkan imbalan. Menurut The Reader’s Digest-Oxford Wordfinder kata “voluntarism” berarti “the principle of relying on voluntary action rather than compulsion; the doctrine that the will is a fundamental or dominant factor in the individual or the universe; the doctrine that the Church or schools should be independent of the state and supported by voluntary contributions”. Sedangkan kata “voluntary” berarti “done, acting or able to act of one’s free will; unpaid work; built, brought about, produced, maintained, etc., by voluntary action or contribution”. Kata “volunteer” mengacu kepada “a person who voluntarily undertakes a task or enters a military or other service, undertakes or offer one’s services, be a volunteer”. 2.1.2 Nilai-Nilai Kesukarelaan Nilai-nilai kesukarelaan itu sendiri telah ada dalam nilai-nilai budaya masyarakat baik di Indonesia secara umum maupun dalam masyarakat Sumatera Barat atau Minangkabau khususnya. Nilai kesukarelaan dalam budaya bangsa Indonesia antara lain, tercermin dalam budaya “gotong royong”. Budaya Gotong royong sering dipraktekkan dalam kehidupan bermasyarakat yang tanggap dan peduli terhadap kepenting bersama, misalnya bergotong royong dalam membuat tali badar, membangun jalan, jembatan, mesjid, balai adat, membantu acara perhelatan anggota kaum, gotong royong turun ke sawah untuk menyemai dan menuai padi, mengurus Kerjasama Polokda Unand dan Komisi Pemilihan Umum Kota Payakumbuh 7 Laporan Riset Kesukarelaan Politik Masyarakat Kota Payakumbuh 2015 sanak saudara yang sakit dan menyelenggarakan jenazah, pindah rumah dan sebagainya. Nilai kesukarelaan yang diwujudkan dalam budaya gotong-royong dan saling membantu juga terdapat dalam budaya lokal masyarakat Payakumbuh yang mayoritas bersuku bangsa Minangkabau.Nilai kesukarelaan ini terlihat dari pepatah Minangkabau yaitu “barek samo dipikua, ringan samo dijinjiang, hati gajah samo dilapah, hati tungau samo dicacah”: (“berat sama dipikul, yang ringan sama dijinjing” dan “hati gajah sama dilapah, hati kuman sama dicecah”. Konsep gotong-royong di Minangkabau mengakomodir setiap anggota masyarakat, yaitu dengan memberikan peran kepada semua orang yang berguna dalam kehidupan masyarakat seperti terlihat dalam pepatah/Hikayat Malim Deman: “Nan pakak pambaka mariam, (Yang tuli pembakar meriam) Nan buto pahambuih lasung, (Yang buta menghembus lesung) Nan lumpuah paalau ayam, (Yang lumpuh pengalau ayam) Nan pendek tinjau-meninjau, (Yang pendek tinjau-meninjau) Nan kurok memikul buluah” (Yang kurap memikul buluh). Sementara itu, dalam Islam sebagai agama yang dianut oleh mayoritas masyarakat Kota Payakumbuh juga memberikan petunjuk yang amat mendukung nilai, sikap dan praktik kesukarelaan. Di antaranya adalah dalam ayat Al- Qur’an yang mengacu kepada konsep fastabiqul khairatyaitu berlomba-lombalah berbuat kebaikan (al Maidah:48) dan ayat berikut: “Mereka beriman kepada Allah dan hari penghabisan, mereka menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah yang mungkar dan bersegera kepada mengerjakan berbagai kebaikan; mereka itu termasuk orang-orang yang shaleh”.(al Imran: 114) Dalam konteks ini, dasar utama yang menitikberatkan praktek kesukarelaan dalam Islam adalah dari segi kepentingan seorang Muslim untuk memelihara hubungan yang dekat dengan Allah SWT. (hablu min Allah), dan pada waktu yang bersamaan memelihara hubungan antara sesama manusia (hablu min ‘an nas). Kerjasama Polokda Unand dan Komisi Pemilihan Umum Kota Payakumbuh 8 Laporan Riset Kesukarelaan Politik Masyarakat Kota Payakumbuh 2015 Di samping itu, agama Islam menekankan pentingnya semangat pengorbanan (ruh al-tadhhiyyah) karena ia mempunyai nilai yang paling tinggi di sisi Allah SWT.Hal ini akan semakin jelas jika dilihat dari beberapa segi lain, misalnya dari segi persaudaraan (ukhuwwah) dan dari segi pembelaan Islam terhadap golongan yang terpinggirkan (al mustad’afin). Bagaimanapun, kesukarelaan mungkin mempunyai arti yang berbeda antar individu, masyarakat, dan zaman yang berbeda. Hal ini disebabkan karena arti kesukarelaan juga juga dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti faktor sejarah, politik, ekonomi dan budaya suatu masyarakat. Ada yang melihat kesukarelaan dalam bentuk “idealisme” atau “altruisme” atau “goodness of heart” atau “charitable souls”. Ada juga yang menyanjung kesukarelaan sebagai gerakan yang baik atau positif namun ada juga yang merasa aneh dengan kesukarelaan. Kata “kesukarelaan” biasanya digabungkan dengan kata “mengabdi” atau “bakti” (service). Arti pelayanan juga berbeda-beda antara seseorang dengan orang lain. Bagi sebagian orang, mungkin yang dimaksud kesukarelaan adalah “satu tradisi atau tanggungjawab agama atau moral”. Orang lain mungkin melihatnya sebagai “suatu tindakan yang jelas, yang tidak sentimental dan merupakan semangat kesetiakawanan”,atau melihatnya sebagai “bukan saja kebaikan kemanusiaan, bahkan peluang untuk belajar tentang kehidupan orang-orang kecil, miskin dan lemah. Bagaimanapun kesukarelaan dapat dijadikan indikator untuk melihat sifat-sifat kemanusiaan dalam diri seseorang atau suatu kelompok. Orang yang sering terlibat dalam kegiatan sukarela akan dilihat sebagai seorang yang bersifat mulia. Sedangkan orang yang tidak mau berpartisipasi dalam kegiatan kesukarelaan tentu akan dilihat sebagai seorang yang egois, mementingkan diri sendiri dan sebagainya. Kerjasama Polokda Unand dan Komisi Pemilihan Umum Kota Payakumbuh 9 Laporan Riset Kesukarelaan Politik Masyarakat Kota Payakumbuh 2015 2.2 Kesukarelaan Politik Kesukarelaan politik dapat diartikan sebagai segala tindakan yang dilakukan warga negara yang terkait dengan kegiatan politik atas kehendak sendiri, tanpa paksaan atau mobilisasi, dengan niat untuk kemaslatan masyarakat tanpa mengharapkan imbalan yang bersifat material. Kesukarelaan politik salah satu pilar utama dari demokrasi. Kesukarelaan politik masyarakat berkaitan erat dengan kehidupan demokrasi demokrasi suatu negara. Dalam negara yang demokratis, kedaulatan tertinggi berada di tangan rakyat, yang dilaksanakan melalui kegiatan bersama untuk menetapkan tujuan-tujuan, serta masa depan dan untuk menentukan orang-orang yang akan memegang tampuk pimpinan. Anggota masyarakat secara langsung memilih wakil-wakil yang akan duduk di lembaga pemerintahan. Kesukarelaan politik masyarakat sangat penting menyelenggarakan kekuasaan politik tersebut. Kesukarelaan masyarakat dalam berpartisipasi dalam kegiatan politik sangat menentukan terhadap efektif tidaknya kekuasaan oleh rakyat tersebut dijalankan. Teori demokrasi menyebutkan bahwa masyarakatlah yang paling mengetahui apa yang mereka kehendaki. Tiada demokrasi tanpa kesukarelaan politik warga, sebab kesukarelaan politik merupakan esensi partisipasi politik dan partisipasi juga esensi dari demokrasi. Jadi kesukarelaan politik masyarakat merupakan indikator utama demokrasi suatu negara. Asumsi yang mendasari pentingnya kesukarelaan politik masyarakat dalam kehidupan demokrasi adalah masyarakat adalah pihak yang paling tahu tentang apa yang mereka butuhkan dalam kehidupan mereka. Karena keputusan politik yangdibuat dan dilaksanakan oleh pemerintah menyangkut dan mempengaruhi kehidupan masyarakat maka masyarakat perlu secara sukarela berpartisipasi dalam menentukan isi keputusan yang mempengaruhi kehidupan mereka. Kesukarelaan politik ini tidak hanya menyangkut proses pengambilan keputusan tetapi juga dalam memilih calon pemimpin atau ikut serta dalam kampanye maupun partai politik yang mereka anggap dapat memperjuangkan kepentingan mereka. Kerjasama Polokda Unand dan Komisi Pemilihan Umum Kota Payakumbuh 10 Laporan Riset Kesukarelaan Politik Masyarakat Kota Payakumbuh 2015 Kesukarelaan politikdapat diartikan sebagai aktivitas politik secara sukarela tanpa paksaan dan mobilisasi dari warga masyarakat melalui mana mereka mengambil bagian dalam proses pemilihan penguasa dan secara langsung atau tidak langsung dalam proses pembentukan kebijakan publik. Menurut Max Weber masyarakat melakukan aktivitas politik karena, pertama alasan rasional nilai, yaitu alasan yang didasarkan atas penerimaan secara rasional akan nilai-nilai suatu kelompok. Kedua, alasan emosional afektif, yaitu alasan didasarkan atas kebencian atau sukarela terhadap suatu ide, organisasi, partai atau individu. Ketiga, alasan tradisional, yaitu alasan yang didasarkan atas penerimaan norma tingkah laku individu atau tradisi tertentu dari suatukelompok sosial. Keempat, alasan rasional instrumental, yaitu alasan yang didasarkan atas kalkulasi untung rugi secara ekonomi. Kesukarelaan politik adalah bagian dari partisipasi. Jika partisipasi politik menurut Huntington dan Joan Nelsen (1994: 5-9) terdiri dari dua kategori yaitu partisipasi yang dimobilisasikan dan partisipasi yang otonom, maka kesukarelaan politik adalah partisipasi politik yang otonom.Miriam Budhiardjo mengatakan partisipasi politik yang otonomi adalah kegiatan seseorang atau sekelompok orang untuk ikut secara aktif secara sukarela dalam kehidupan politik yaitu dengan cara memilih pimpinan negara secara langsung atau tidak langsung, mempengaruhi kebijakan publik. Di antara kegiatan yang termasuk kesukarelaan politik adalah memberikan suara dalam pemilihan umum, menghadiri rapat umum, menjadi anggota suatu partai atau kelompok kepentingan, mengadakan hubungan dengan pejabat pemerintah atau anggota parlemen. Ramlan Surbakti mendefenisikan partisipasi politik otonom ini sebagai kegiatan warga negara secara sukarela tanpa paksaan dalam mempengaruhi proses pembuatan dan pelaksanaan kebijaksanaan umum dan dalam ikut menentukan pemimpin pemerintahan. Tumbuh dan berkembangnya berbagai organisasi sukarela dapat meningkatkan kehisupan demokrasi sebuah negara. Lazimnya di negara yang pemerintahnya bersifat otokrasi, organisasi sukarela tidak biarkan tumbuh dan bergerak dengan bebas. Kerjasama Polokda Unand dan Komisi Pemilihan Umum Kota Payakumbuh 11 Laporan Riset Kesukarelaan Politik Masyarakat Kota Payakumbuh 2015 Kesukarelaan politik yang tinggi dapat meningkatkan tingkat kesadaran politik masyarakat di sebuah negara. Terutama jika kesukarelaan politik melibatkan unsur-unsur gerakan dan perjuangan masyarakat. Masyarakat yang tidak melek politik atau rendah kesadaran politiknya akan sulit memahami kesukarelaan politik yang berorientasi advokasi. Kesukarelaan politik sangat diperlukan dalam proses pembuatan keputusan secara musyawarah dalam tata kelola (governance) negara. Musyawarah hanya akan dapat dilakukan jika terdapat suasana politik yang kondusif, ada kemerdekaan berpikir, ada kebebasan berpendapat dan sikap terbuka, dan bukan dalam suasana yang takut untuk berbeda pendapat dengan penguasa. 2.4 Ciri Kesukarelaan Politik Terdapat tiga ciri utama untuk menentukan kesukarelaan politik masyarakat: Pertama, aktivitas politik yang dilakukan warga negara tidak dilakukan untuk tujuan utama yaitu mendapatkan imbalan berupa materil. Bagaimanapun, penggantian (reimbursement) untuk sekadar biaya transportasi yang diperlukan warga dan sedikit uang saku untuk mengganti waktu yang seharusnya mereka gunakan untuk menafkahi keluarga, secara kemanusiaan dapat dibenarkan. Kedua, kegiatan politik tersebut dilaksanakan secara sukarela yaitu berdasarkan kerelaan pelaku. Di sini terdapat sedikit wilayah abu-abu, misalnya dalam kasus dimana perguruan tinggi, sekolah atau organisasi tertentu misalnya, menyelenggarakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang relatif memaksa mahasiswanya atau anggotanya untuk ikut terlibat dalam kegiatan tersebut secara kesukarelaan namun wajib diikuti. Dan ketiga, kegiatan tersebut hendaklah mendatangkan manfaat kepada masyarakat dan bukan tujuan utamanya untuk keuntungan relawan itu sendiri. Meskipun relawan sebanarnya juga mendapatkan manfaat secara pribadi dari kegiatan itu namun motivasi utamannya bukan untuk itu. Kerjasama Polokda Unand dan Komisi Pemilihan Umum Kota Payakumbuh 12 Laporan Riset Kesukarelaan Politik Masyarakat Kota Payakumbuh 2015 2.5 Jenis-Jenis Kesukarelaan Politik Dalam kerangka konsep yang luas ini, dapat diidentifikasi paling tidak terdapat jenis kegiatan kesukarelaan politik, yaitu: 1. Bantuan Mandiri (self-help atau mutual aid) Bantuan mandiri merupakan sistem bantuan sosial dan ekonomi yang utama di kebanyakan negara-negara berkembang. Jenis Kesukarelaan ini biasanya berawal dari komunikasi informal di antara kelompok keluarga, kemudian berkembang menjadi kegiatan dan program kesukarelaan berupa kegiatan sosial dan program-program kebajikan masyarakat yang lebih formal. Bentuk ini juga memainkan peranan yang penting di negara-negara industri, terutama memberikan bantuan di bidang kesehatan dan sosial kemasyarakatan.Banyak organisasi non pemerintah yang telah didirikan untuk membantu kelompok masyarakat yang memerlukan. 2. Kegiatan sosial (philanthropy) atau pengabdian kepada masyarakat Kegiatan sosial atau pengabdian Kepada Masyarakat adalah berbeda dengan jenis bantuan mandiri karena penerima manfaatnya bukanlah individu atau anggota kelompok itu sendiri, tetapi adalah pihak lain. Jenis kesukarelaan ini biasanya terjadi dalam organisasi relawan, walaupun di sebagian negara terdapat tradisi kesukarelaan yang kuat dalam sektor publik dan terdapat minat yang semakin meningkat dalam sektor ekonomi. Di samping itu, terdapat juga tradisi di mana relawan dikirim ke negara lain untuk menawarkan bantuan pembangunan dan kemanusiaan. Dalam konteks tertentu, terdapat juga donatur yang biasanya berasal dari orang kaya dermawan, yang mensedekahkan hartanya atau secara sukarela untuk keperluan masyarakat yang memerlukan. Kerjasama Polokda Unand dan Komisi Pemilihan Umum Kota Payakumbuh 13 Laporan Riset Kesukarelaan Politik Masyarakat Kota Payakumbuh 2015 3. Partisipasi atau kegiatan kewarganegaraan Partisipasi di sini mengacu kepada peran yang dimainkan oleh warga negara dalam proses governance yaitu melalui pemberdayaan (empowerment), konsultansi dan perwakilan. Ia terdapat di seluruh dunia. Bagaimanapun, ia lebih berkembang di negara-negara yang mempunyai tradisi kesadaran dan kegiatan kewarganegaraan yang tinggi. Partisipasi ini telah dijadikan sebagai salah satu prinsip penting dalam good governance.Belakangan ini, muncul banyak kritik yang melihat partisipasi ini hanyalah sekadar tokenisme atau cara untuk menjustifikasikan keputusan-keputusan yang dibuat oleh pihak-pihak tertentu. 4. Kegiatan advokasi atau kampanye . Advokasi atau kampanye adalah suatu kegiatan yang digerakkan oleh relawan, atau para aktivis, misalnya melobi pemerintah untuk membuat atau merubah suatu kebijakan publik. Contoh kesukarelaan yang berbentuk advokasi ini adalah kampanye tentang bahaya dan penyebaran HIV/AIDS, kampanye tentang peningkatan kesadaran masyarakat tentang hak asasi manusia dan pencemaran lingkungan hidup, mengaktifkan gerakan pemuda dan wanita dan sebagainya. Kesukarelaan dalam bentuk advokasi atau kampanye kampanye ini ada bersifat lokal, nasional, regional maupun global. Kerjasama Polokda Unand dan Komisi Pemilihan Umum Kota Payakumbuh 14 Laporan Riset Kesukarelaan Politik Masyarakat Kota Payakumbuh 2015 3.1nPendekatan Penelitian Dengan pertimbangan tujuan, target, subyek dan objek studi yang ditetapkan, maka penelitian ini menggunakan gabungan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Pendekatan kuantitatif dilakukan dengan metode deskriptif survey, sedangkan pendekatan kualitatif dilakukan dengan metode deskriptif-interpretafif. Pemilihan salah satu pendekatan yakni kuantitatif atau kualitatif saja dan memposisikan kedua pendekatan tersebut secara dikotomis dalam penelitian ini tampaknya tidak memadai untuk mendekati persoalan kebijakan yang begitu kompleks dan multi dimensional. Menurut Dedi Supriadi metode penelitian lebih merupakan alat, bukan tujuan dalam suatu penelitian. Karena itu menurutnya metode mana yang digunakan tergantung sifat masalah yang diteliti. Sementara masalah penelitian ini mencakup dua sifat yang berbeda. Di satu sisi masalah penelitian ini berada pada level analisis organisasi/lembaga, sedangkan di sisi lain terdapat pertanyaan penelitian ini yang berada pada level analisis individual. Sehingga jika dipinjam istilahnya Erna Widodo dan Mukhtar (2000) penggabungan dua pendekatan ini merupakan prosedur pemecahan masalah yang paling tepat karena dapat mengungkapkan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan fenomena sosial yang lengkap dengan berbagai faktor yang melatarinya berdasarkan fakta-fakta yang nampak di lapangan. 3.2 Sumber Data Sumber data dalam riset ini terdiri dari: Kerjasama Polokda Unand dan Komisi Pemilihan Umum Kota Payakumbuh 15 Laporan Riset Kesukarelaan Politik Masyarakat Kota Payakumbuh 2015 3.2.1 Data Sekunder Data sekunder adalah data yang diambil tidak langsung kepada sumbernya. Rincian data sekunder yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah: Dokumen-dokumen yang terkait profil daerah penelitian yaitu Kota Payakumbuh seperti: 1) Sejarah Kota Payakumbuh. 2) Rencana Strategi (Renstra) (rencana-rencana strategik (strategic plans), sasaran strategik, inisiatif strategik dan target berjangka menengah). 3) Dokumen Kota Payakumbuh Dalam angka. 4) Laporan eavaluasi hasil Pemilu 2014. 3.2.2 Data Primer Data primer adalah data yang diambil langsung oleh peneliti kepada sumbernya tanpa ada perantara. Rincian data primer yang diperlukan dalam penelitian ini adalah: 1. Informasi tentang identitas responden 2. Informasi tentang kesukarelaan politik, partisipasi politik, partisipasi memilih masyarakat dalam pemilu 3. Informasi tentang minat politik, persepsi dan sikap masyarakat pemilih tentang politik uang dan sebagainya. 4. Informasi yang terkait dengan faktor-faktor penentu politik uang, tingkat kesukarelaan politik dan sebagainya. 5. Informasi yang terkait dengan pendapat responden terkait kepuasan dan 3.3 Teknik Pengumpulan Data Oleh karena pendekatan penelitian ini merupakan gabungan antara penelitian kuantitatif dan kualitatif maka teknik pengumpulan data penelitian ini adalah sebagai berikut: Kerjasama Polokda Unand dan Komisi Pemilihan Umum Kota Payakumbuh 16 Laporan Riset Kesukarelaan Politik Masyarakat Kota Payakumbuh 2015 3.3.1 Teknik Kuesioner Kuesioner bertujuan untuk mendapatkan data tentang persepsi, opini, dan sikap masyarakat pemilih terhadap kesukarelaan politik, partisipasi politik, Perilaku politik uang dan sebagainya 3.3.2 Teknik FGD FGD bertujuan untuk mendapatkan informasi tambahan dan pendalaman terhadap temuan yang menonjol dari deskripsi hasil kuesioner. Melalui FGD dikumpulkan juga informasi tentang pendapat peserta tentang pejelasan yang dapat diberikan secara kualitatif terhadap hasil penelitian. Selain itu juga dikumpulan pendapat peserta yang merupakan tokoh masyarakat terhadap upaya-upaya yang dapat dilakukan dalam meningkatkan kesukarelaan politik masyarakat. 3.3.3 Teknik Dokumenter Teknik dokumenter yaitu teknik pengumpulan informasi dengan mempelajari sumber data tertulis untuk memperoleh data sekunder yang terkait dengan partisipasi masyarakat dalam pemilu, data data agregat Kota Payakumbuh seperti data jumlah penduduk, data jumlah pemilih, jumlah desa dan kelurahan, letak dan kondisi georafis dan sebagainya. 3.4 Lokasi Penelitian, Informan dan Responden Mengingat banyaknya aspek yang dikaji dan untuk menjangkau kedalaman masalah yang dikaji, maka dibutuhkan kesungguhan dalam proses penelitian mulai dari pengumpulan data sekunder sampai data primer. Oleh sebab itu riset ini hanya dibatasi di satu lokasi penelitian yaitu Kota Payakumbuh, Propinsi Sumatera Barat. Kerjasama Polokda Unand dan Komisi Pemilihan Umum Kota Payakumbuh 17 Laporan Riset Kesukarelaan Politik Masyarakat Kota Payakumbuh 2015 3.5 Sampel Teknik sampel yang digunakan dalam penelitian ini teknik probability sampling. Dalam metode probability sampling, seluruh unsur populasi memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih dalam sampel. Dalam penelitian ini cara pemilihan sampel dilakukan secara acak (random). Demikian pula dengan jumlah sampel minimum, dihitung secara matematis berdasarkan probabilitas sehingga hasil penelitian ini dapat menggambarkan kondisi populasi sesungguhnya yang akurat. Teknik yang digunakan adalah dengan Metode Slovin(Sevilla et. al., 1960:182), sebagai berikut: dimana n: jumlah sampel N: jumlah populasi e: batas toleransi kesalahan (error tolerance) Berdasarkan metode slovin ini diketahui jumlah polulasi sebanyak 44.843 orang dan batas tolerasi 0,05%, maka diperoleh jumlah sampel sebanyak 396 orang. Karena penelitian ini akan memetakan kesukarelaan masyarakat di semua kelurahan maka ditetapkan semua kelurahan sebagai kelurahan sampel. Pada masing-masing kelurahan kemudian ditetapkan jumlah responden dengan menggunakan teknik sampel acak bersistem (systematic random sampling) secara proporsional berdasarkan jumlah penduduk di Kelurahan. Melalui metode di atas maka diperoleh kerangka sampel Kota Payakumbuh. Untuk menetapkan Rumah Tangga Sampel maka jumlah sampel yang telah ditetapkan untuk tiap-tiap Kelurahan dibagi dengan jumlah RT yang terpilih secara acak sistematik. Untuk menentukan responden yang akan diwawancarai di dalam rumah tangga dilakukan proses pemilihan secara obyektif dengan mengacu Kerjasama Polokda Unand dan Komisi Pemilihan Umum Kota Payakumbuh 18 Laporan Riset Kesukarelaan Politik Masyarakat Kota Payakumbuh 2015 Kish Gridyang ada pada kuesioner. Kuesioner sebelumnya sudah diberi kode oleh peneliti menurut pembagian berdasarkan jenis kelamin. Karena jumlah pemilih Kota Payakumbuh 88.236 pemilih terdiri dari 43.591 (49%) pemilih laki-laki dan 44.645 (51%) pemilih perempuan maka jumlah kuesioner juga dibagi berdasarkan proporsi jenis kelamin tersebut. Kuesioner berkode L untuk responden laki-laki dan kode P untuk perempuan. Enumerator pertama kali membuat daftar nama anggota keluarga berdasarkan kode kuesioner. Jika enumerator mendapatkan kuesioner ber-kode L maka urutan dibuat dari laki-laki yang termuda sampai yang tertua. Sedangkan jika kuesioner berkode P maka urutan dibuat dari perempuan yang termuda sampai yang tertua. Tidak semua anggota keluarga memenuhi syarat. Syarat umum yang harus dipenuhi adalah berusia di atas 17 tahun atau sudah menikah (syarat peserta pemilu). Untuk menentukan siapa yang terpilih menjadi responden, enumerator menarik garis mendatar sejajar dengan nama anggota keluarga yamg tertulis paling akhir ke kanan. Kemudian ditarik garis tegak dari angka yang telah diberi tanda pada tabel Kish Grid. Pertemuan antara garis mendatar dan garis tegak menunjukkan nomor urut anggota keluarga yang akan menjadi responden. Contoh Tabel Kish Grid No 1 2 3 4 5 6 7 8 Nama Umur 1 1 1 2 3 2 5 4 1 2 1 2 3 4 3 4 6 4 3 1 2 1 3 5 2 3 3 4 1 1 2 1 4 1 7 2 5 1 2 2 2 1 6 5 7 6 1 1 3 3 2 3 7 5 7 1 1 3 2 3 2 2 1 8 1 2 1 4 1 1 1 2 9 1 1 1 1 5 6 3 6 10 1 2 2 3 3 3 5 8 3.6 Teknik Pengolahan Data Pengolahan dan analisis data dilakukan dengan dua tahapan waktu, pertama, pada saat bersamaan dengan kegiatan pengumpulan data berlangsung; dan kedua, dilakukan setelah pengumpulan data berakhir Kerjasama Polokda Unand dan Komisi Pemilihan Umum Kota Payakumbuh 19 Laporan Riset Kesukarelaan Politik Masyarakat Kota Payakumbuh 2015 (Bogdan & Biklen, 1992). Tahapan pertama dilakukan untuk mencari fokus serta untuk memperoleh data-data awal dalam pengajuan pertanyaanpertanyaan selama di lapangan. Sedangkan analisis yang kedua berfungsi untuk mengantisipasi berbagai temuan yang layak dieksplorasi lebih mendalam setelah data terkumpul. Rangkaian alur ini ditempuh agar analisis data dapat dilakukan secara komprehensif serta mampu mengaktualisasikan antara tujuan dan sasaran penelitian dengan berbagai kenyataan yang berkembang di lapangan. 3.6.1 Metode Pengolahan Data Data kuantitatif yang sudah terkumpul melalui survey diperiksa terlebih untuk memastikan data tidak ada yang tercecer atau tidak lengkap sehingga proses analisa data dapat dilakukan. Data dianalisa secara deskriptif analitik. Analisa data adalah: proses pengolahan, penyajian, interpretasi dan analisa data yang diperoleh dari lapangan, dengan tujuan agar data yang disajikan mempunyai makna, sehingga pembaca dapat mengetahui hasil penelitian (Martono,2010). Terdapat beberapa tahap yang peneliti lakukan untuk melakukan analisa data, yaitu : 1) Data coding atau pemberian kode, merupakan suatu proses penyusunan data mentah secara sistematis ke dalam bentuk yang mudah dibaca oleh mesin komputer. Dalam proses ini perlu membuat kode. 2) Data entering atau memasukkan data, merupakan proses pemindahan data yang telah diubah ke dalam kode angka ke dalam komputer. 3) Data cleaning atau pembersihan data, merupakan proses pengecekan untuk memastikan bahwa seluruh data yang telah dimasukkan ke komputer sudah sesuai dengan informasi yang sebenarnya. 4) Data Output atau penyajian data, merupakan tahap menyajikan hasil pengolahan data dengan bentuk yang mudah dibaca dan menarik. 5) Data Analyzing atau analisis data, merupakan tahap akhir dalam penelitian. Tahap ini mengharuskan peneliti untuk menginterpretasikan data yang sudah diperoleh selama pengumpulan data di lapangan. Kerjasama Polokda Unand dan Komisi Pemilihan Umum Kota Payakumbuh 20 Laporan Riset Kesukarelaan Politik Masyarakat Kota Payakumbuh 2015 3.6.2 Perangkat Pengolahan Data Data entry dan penghitungan hasil survei dilakukan dengan program SPSS 21.0. 3.6.3 Analisa Data Analisa data menggunakan metode analisis statistik deskripsi dan analisis statistik inferensial serta melibatkan beberapa analisis univariat seperti sebaran frekuensi, baik secara angka-angka mutlak maupun secara persentase, disertai dengan analisis multivariat, seperti analisis korelasi dan chi square.Analisis statistik yang digunakan adalah analisa statistik deskriptif seperti modus, median, rata-rata yang disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi dan persentase. Kemudian hasil analisis dijabarkan melalui penjelasan kalimat secara rinci. Teknik analisis data untuk data kualitatif yakni data yang diperoleh dari hasil FGD dan dokumentasi digunakan teknik deskriptif kualitatif. Melalui teknik ini data yang telah dikumpulkan dalam bentuk transkrip FGD dan catatan lapangan, komentar peneliti, dokumen berupa Payakumbuh dalam angka, dan sebagainya kemudian diatur, diurutkan, diorganisasikan, dikode dan dikategorikan ke dalam satu pola, secara sistematik dan kemudian dinterpretasikan. 3.7mTeknik Pemeriksaan Keabsahan Data Beberapa hal yang peneliti lakukan untuk menjaga keabsahan data: 3.7.1. Mendeskripsikan, menginterpretasi, dan mengecek ulang hasil penelitian Mencatat semua kejadian yang penting secara deskriptif. Kejadian penting di sini maksudnya adalah semua kejadian yang menggambarkan kesukarelaan politik, dan partisipasi politik serta partisipasi memilih yang sesuai dengan kerangka konseptual. Untuk membantu membuat deskripsi Kerjasama Polokda Unand dan Komisi Pemilihan Umum Kota Payakumbuh 21 Laporan Riset Kesukarelaan Politik Masyarakat Kota Payakumbuh 2015 kejadian-kejadian yang ditemui, peneliti dapat membuat gambar, foto, atau video yang menggambarkan kejadian penting tersebut. Ketika menemui kejadian yang penting, peneliti mencari berbagai informasi yang dapat menjelaskan fenomena kesukarelaan politik dari berbagai prespektif yang ada. Pandangan dari tokoh masyarakat yang beragam sangat penting dalam rangka untuk memperoleh informasi yang holistik dan mencari interpretasi yang tepat terhadap fakta yang ditemui. 3.7.2 Memisahkan secara tegas antara deskriptif, interpretasi dan penilaian hasil penelitian Peneliti memisahkan dengan tegas mana yang merupakan fakta dan interpretasi terhadap fakta. Peneliti juga mencatat tanggapan, masukan dan saran yang diperoleh dari tokoh masyarakat, anggota dan staf KPU dalam FGD sebagaimana adanya sesuai dengan bahasa dan kata-kata mereka sendiri. Sehingga peneliti dapat menangkap nuansa dan konteks yang tepat dari pernyataan informan. Pemisahan seperti ini penting dan perlu dilakukan agar interpretasi dan kesimpulan yang dihasilkan dapat diverifikasi. 3.7.3 Memberikan Umpan Balik (feedback) Peneliti memberikan umpan balik (feedback) kepada tokoh masyarakat dan komisioner KPU serta staf mengenai temuan dan interpretasi yang dihasilkan dari serangkaian kegiatan penelitian lapangan yang dilakukan. Feedback ini penting untuk diberikan di samping sebagai suatu bentuk laporan dan pertanggung jawaban peneliti terhadap KPU yang memberikan pekerjaan juga sebagai salah satu cara untuk melakukan klarifikasi dan verifikasi terhadap temuan, interpretasi, dan kesimpulan yang dimiliki. Tentunya tidak semua temuan dapat dan perlu disampaikan kepada mereka. Namun setidaknya temuan awal yang sudah diverifikasi dapat disampaikan agar mereka dapat memahami apa yang menjadi perhatian Kerjasama Polokda Unand dan Komisi Pemilihan Umum Kota Payakumbuh 22 Laporan Riset Kesukarelaan Politik Masyarakat Kota Payakumbuh 2015 peneliti dan bagaimana mereka dapat memanfaatkan temuan itu untuk memperbaiki tata kelola pemilu. Kerjasama Polokda Unand dan Komisi Pemilihan Umum Kota Payakumbuh 23 Laporan Riset Kesukarelaan Politik Masyarakat Kota Payakumbuh 2015 4.1 Profil Kota Payakumbuh 4.1.1 Kondisi Geografis Kota Payakumbuh merupakan salah satu dari tujuh Kota di Propinsi O Sumatera Barat. Kota ini secara geografi terletak pada posisi 00 171 Lintang 0 Selatan dan 100035’ sampai dengan 100 45’ Bujur Timur. Posisinya tepat di tengah-tengah Kabupaten Lima puluh Kota. Sehingga seluruh bagian luar kota berbatasan dengan Kabupaten Limapuluh Kota. Sebelah Utara kota ini berbatasan dengan Kecamatan Harau dan Kecamatan Payakumbuh. Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Luak dan Kecamatan Situjuh Limo Nagari. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Payakumbuh dan Kecamatan Akabiluru. Serta sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Luak dan Kecamatan Harau. Letak Kota Payakumbuh sangat strategis bila dilihat dari segi lalu lintas angkutan darat antara Propinsi Sumatera Barat dengan Riau. Kota Payakumbuh merupakan pintu gerbang masuk dari arah Pekanbaru menuju Kota-kota yang ada di Provinsi Sumatera Barat. Jarak Kota Payakumbuh ke Kota Pekanbaru 188 km dan dapat di tempuh selama ±4,5 jam perjalanan dengan angkutan pribadi, sedangkan jarak ke Kota Padang sejauh 124 km, dapat ditempuh dengan kendaraan pribadi selama ±3 jam Kota Payakumbuh tercatat memiliki luas wilayah ±80,43Km2 atau setara dengan 0,19 persen dari luas Propinsi Sumatera Barat. Keadaan tofografi Kota Payakumbuh bervariasi antara dataran dan perbukitan dengan ketinggian 514 meter di atas permukaan laut. Perbukitan di Kota Kerjasama Polokda Unand dan Komisi Pemilihan Umum Kota Payakumbuh 24 Laporan Riset Kesukarelaan Politik Masyarakat Kota Payakumbuh 2015 Payakumbuh tersebar di Kecamatan Payakumbuh Barat, Kecamatan Payakumbuh Selatan, dan Kecamatan Payakumbuh Timur. Jika dilihat dari kuantitas perbukitan yang ada, umumnya berlokasi di Kecamatan Payakumbuh Barat, yaitu sebanyak 11 bukit, di Kecamatan Payakumbuh Selatan sebanyak 3 bukit, dan Kecamatan Payakumbuh Timur sebanyak 4 bukit. Kota Payakumbuh juga di lalui oleh beberapa sungai antara lain Batang Agam panjangnya 15,6 Km, Batang Lampasi panjangnya 11,6 Km. Batang Agam melalui beberapa kelurahandi Kota Payakumbuh yaitu Balai Panjang, Pakan Sinayan, Bulakan Balai Kandi, Tanjung Gadang, Balain Nan Duo, Parik Rantang. Sedangkan Batang Lampasi melalui Kelurahan Koto Panjang, Sungai Durian, Payonibung, Talawi, Balai Betung, dan Tanjung Anau. Ditinjau dari segi penggunaannya, sebagian besar lahan di Kota Payakumbuh digunakan untuk area persawahan, luasnya mencapai 2751 Haa tau 34,21 persen dari luas tanah di Kota Payakumbuh.Penggunaan lahan untuk bangunan dan sekitarnya menempati no 2 terbesar yaitu seluas 2902 Ha atau 36,08 persen. Digunakan untuk Kebun/ Ladang seluas 1456 Ha atau 18,10 persen yang pada umumnya di tanami jagung dan coklat. Hanya sebagian kecil luas lahan di Kota Payakumbuh yang digunakan untuk kolam/tebat,hutan rakyat dan padang rumput yaitu masing-masing 14 Ha (0,17 persen), 356 Ha (4,43 persen) dan 11Ha (0,14 persen). Sedangkan tanah yang dipergunakan selain diatas seluas 553 Ha atau 6,87 persen. Sebagian besar tanah di Kota Payakumbuh merupakan lahan pertanian yaitu seluas 5.141 Ha. Luas lahan sawah sebesar 2751 Ha dan bukan sawah seluas 2390 Ha. Jika dirinci perkecamatan, jumlah tanah sawah dan bukan sawah di Kecamatan Barat sebesar 529 Ha dan 577 Ha, Kecamatan Payakumbuh Timur sebesar 663 Ha dan 772 Ha, Kecamatan Payakumbuh Selatan 378 Ha dan 255 Ha, Kecamatan Payakumbuh Utara 475Ha dan 493 Ha, Kecamatan Lamposi Tigo Nagori 436Ha dan 293 Ha. Di Kota Payakumbuh Kerjasama Polokda Unand dan Komisi Pemilihan Umum Kota Payakumbuh 25 Laporan Riset Kesukarelaan Politik Masyarakat Kota Payakumbuh 2015 0 suhu udara 26 Celcius dengan kelembaban udara berkisar antar 45 persen sampai dengan 50 persen. Banyaknya curah hujan tertinggi di Kota Payakumbuh pada tahun 2013 terjadi pada bulan April yakni sebesar 186 mm. sedangkan curah hujan paling sedikit terjadi pada bulan Mei 2013 yakni sekitar 47 mm. Sementara itu jumlah hari hujan paling banyak selama tahun 2013 terjadi padabulan November yaitu selama 10 hari. 4.1.2 Wilayah Administrasi Sejak dilaksanakan kebijakan otonomi luas tahun 1999, wilayah kerja administrasi pemerintah terus mengalami perubahan baik tingkat Propinsi, Kab/Kota, kecamatan maupun kelurahan. Berdasarkan Perda No 12 dan 13 Tahun 2008 jumlah wilayah administrasi tingkat kecamatan di Kota Payakumbuh mengalami perubahan dari 3 kecamatan menjadi 5 kecamatan atau terjadi penambahan 2 kecamatan baru, yaitu Kecamatan Payakumbuh Selatan dan Lamposi Tigo Nagori. Kecamatan Payakumbuh Selatan merupakan pemekaran dari Payakumbuh Barat, sedangkan Kecamatan Lamposi Tigo Nagori merupakan pemekaran dari Payakumbuh Utara. Jumlah wilayah administrasi tingkat kelurahan juga mengalami perubahan, semula 73 kelurahan menjadi 76 kelurahan. Tambahan 3 kelurahan baru tersebut berasal dari kelurahan yang berada di Kec. Lamposi Tigo Nagori. Kelurahan baru itu adalah Kel. Parik Muko Aia yang merupakan pemekaran dari Kel.SungaiDurian, kemudian Kel. KotoPanjang Dalam yang merupakan pemekaran Kel. Koto Panjang, dan terakhir Kel. Padang Sikabu yang berasal dari Kel. Parambahan a. Pilkada Kota Payakumbuh Pilkada terakhir dilaksanakan pada tahun 2012. Pilkada tersebut diikuti oleh 7 pasang calon dengan memperebutkan 51.288 suara sah. Suara-suara ini tersebar di 76 PPS dan 202 TPS. Jumlah pasangan calon ini menjadi catatan tersendiri karena merupakan jumlah pasangan calon paling banyak di Kerjasama Polokda Unand dan Komisi Pemilihan Umum Kota Payakumbuh 26 Laporan Riset Kesukarelaan Politik Masyarakat Kota Payakumbuh 2015 Provinsi Sumatera Barat. Pilkada diikuti oleh tujuh pasangan calon masingmasing Desra.SH – Fitma Indrayani.SH; Ir. H. Mulyadi Afmar – Edwar DF. S.Sos; Ir. H. Almaisyar, AAAIK. MM - Dedrizal ; H. Samsul Bahri.SH - H. Weri Yunaldi ; Riza Fahlepi. ST. MT - Drs. Suwandel Muchtar. MM ; Drs. H. Zainul Jusri Zainuddin – Supardi ; Drs. Nusyirwan Nazar - Chandra Setipon. A.Md Hasil penghitungan suara memenangkan pasangan Riza Fahlepi. ST. MT - Drs Suwandel Muchtar. MM dengan 18.520 suara atau 36,11 peren suara. Dan di urutan ke dua adalah Ir. H. Almaisyar. AAAIK. MM - Dedrizal, dengan 22,57 persen suara. Sehingga pilkada dilangsungkan hanya satu putaran saja. b.nPemerintahan Proses Perencanaan yang matang sangat diperlukan dalam proses pembangunan, agar pembangunan tersebut dapat berjalan lancar Untuk itu, pemerintah daerah menyusun angggran pendapatan dan belanja daerah (APBD) dalam rangka pelaksanaan pembangunan daerah. Realisasi pendapataan pemerintah Kota Payakumbuh pada tahun 2013 sebesar 542,60 miliyar rupiah yang berasal dari pendapatan asli daerah (PAD) sebesar 54,18 milyar rupiah, pendapatan transfer sebesar ealisasi pendapatan daerah Kota Payakumbuh ini naik 13,97 persen dibandingkan realisasi pendapatan daerah tahun 2012. Sedangkan realisasi belanja daerah pemerintah Kota Payakumbuh tahun 2013 adalah 512,64 miliyar rupiah yang berupa belanja tidak langsung sebesar 290,08 miliyar rupiah dan belanja langsung sebesar 222,76 miliyar rupiah. Realisasi belanja daerah ini naik 9,37 persen dibandingkan realisasi belanja tahun 2012. c.nPenduduk Penduduk mempunyai peranpenting dalam proses pembangunan. Oleh karena itu, penduduk merupakan salah satu modal dasar pembangunan. Jumlah penduduk suatu daerah sangat dipengaruhi oleh faktor kelahiran, Kerjasama Polokda Unand dan Komisi Pemilihan Umum Kota Payakumbuh 27 Laporan Riset Kesukarelaan Politik Masyarakat Kota Payakumbuh 2015 kematian dan migrasi atau perpindahkan penduduk. Jumlah penduduk Kota Payakumbuh mencapai 123.654 tahun 2013. Perubahan struktur dan komposisi penduduk Kota Payakumbuh dapat dilihat dari perbandingkan piramida penduduk Kota Payakumbuh didominasi penduduk usia muda yang terlihat dari grafik piramida penduduk. Perubahan jumlah penduduk akan berdampak kepada tingkat kepadatan penduduk. Selama periode 2010-2013, terlihat kepadatan penduduk Kota Payakumbuh selalu meningkat dari 1.466 jiwa/Km² tahun 2010 menjadi 1.537jiwa/Km² tahun 2013. Artinya, dengan luas wilayah sekitar 80,43 Km², setiap Km² ditempati sebanyak 1.537 jiwa tahun 2013. Dari Kec.Payakumbuh 5 Barat Kecamatan tetap yang ada merupakan di Kota kecamatan Payakumbuh, yang terpadat penduduknya yaitu 2.469 jiwa/Km² pada tahun 2013. Sedangkan kecamatan yang paling jarang penduduknya adalah Kecamatan Payakumbuh Selatan yaitu 712 jiwa/Km². d.nPertumbuhan Penduduk Pertumbuhan penduduk selalu cendrung bertambah, sehingga jika tidak diimbangi dengan persebaran penduduk yang merata dan laju pertumbuhan yang terkendali pertumbuhan maka akan menimbulkan penduduk Kota Payakumbuh sedikit berfluktuasi. Dari 2,00 permasalahan baru. Laju persen pada periode 2012-2013, pada periode 2012-2013 terjadi jumlah penduduk bertambah dari 122.450 jiwa tahun 2012 menjadi 123.654 jiwa tahun 2013. Upaya menekan laju pertumbuhan penduduk terus dilakukan untuk menghindari ancaman ledakan penduduk di Kota Payakumbuh. Selain itu, dengan laju pertumbuhan penduduk yang terkendali, target untuk meningkatkan pendidikan, kesehatan serta pendapatan perkapita dapat lebih mudah direalisasikan Rasio ketergantungan adalah salah satu indicator kependudukan yang dapat menunjukkan keadaan ekonomi suatu negara. Semakin tinggi rasio ketergantungan menunjukkan semakin tingginya beban yang harus ditanggung penduduk yang produktif dan tidak produktif lagi. Kerjasama Polokda Unand dan Komisi Pemilihan Umum Kota Payakumbuh 28 Laporan Riset Kesukarelaan Politik Masyarakat Kota Payakumbuh 2015 Pada tahun 2013 diperkirakan rasio ketergantungan penduduk Kota Payakumbuh mencapai 55, artinya setiap 100 orang yang berusia kerja mempunyai tanggungan sebanyak 55 orang yang belum produktif dan dianggap tidak produktif lagi. Rasio jenis kelamin adalah perbandingan antar jumlah penduduk pria dengan jumlah penduduk wanita pada suatu daerah dan pada waktu tertentu. Secara umum jumlah penduduk perempuan lebih banyak dibandingkan penduduk laki-laki, hal ini akan terlihat dari rasio jenis kelamin (Sex Ratio) yang kurang dari 100. Pada tahun 2012 sex ratio penduduk Kota Payakumbuh adalah 98,14 persen, naik menjadi 98,56 persen tahun 2013 . Berdasarkan data tersebut, maka dapat diinterpretasikan bahwa setiap 100 orang perempuan berbanding laki-laki sebanyak 99 orang Jumlah rumah tangga di Kota Payakumbuh diperkirakan 29.695 rumah tangga pada tahun 2013,meningkat dibandingkan tahun 2012 yang berjumlah 29,388 rumah tangga. Selama kurun waktu 2010-2013 jumlah rata-rata anggota rumah tangga berkisar 4 orang, hal ini merupakan salah satu indikator yang menunjukkan keberhasilan dari program pemerintah dalam upaya mengendalikan pertumbuhan penduduk melalui program keluarga be rencana (KB). Tenaga kerja adalah salah satu faktor produksi turut menentukan tumbuh kembangnya perekonomian masyarakat. Pada tahun 2013 penduduk usia kerja (15 tahun keatas) di Kota Payakumbuh tercatat 86.544 jiwa diantaranya sekitar 57,77 persen tergolong angkatan kerja 28,77 persen termasuk bukan angkatan kerja. Angkatan kerja dapat diklasifikasikan menjadi penduduk yang bekerja/employed sebesar (62.00 persen) dan mencari kerja/pengangguran/unemployed sebesar (4,75 persen). Sedangkan penduduk yang bukan angkatan kerja terdiri dari penduduk yang bersekolah (7,52 persen) dan melakukan kegiatan lainnya (25,72 persen). Selama kurun waktu 2011-2013 tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) berfluktuasi. Pada tahun 2011 sebesar 67,17 persen naik menjadi 68,16 persen. Pada tahun 2013 menjadi 66,76 persen. Namun, bila diklasifikasikan berdasarkan jenis kelamin, maka TPAK perempuan tahun 2013 tercatat hanya 51,56 persen jauh tertinggal dibandingkan TPAK laki-laki yang mencapai 82,48 persen. Selain itu semakin meningkatnya persentase penduduk Kerjasama Polokda Unand dan Komisi Pemilihan Umum Kota Payakumbuh 29 Laporan Riset Kesukarelaan Politik Masyarakat Kota Payakumbuh 2015 yang bekerja menunjukan bahwa angka kesempatan kerja di Kota Payakumbuh semakin baik. Di Kota Payakumbuh angka kesempatan kerja ini terlihat mengalami fluktuasi. Pada tahun 2011 angka kesempatan kerja sebesar 93,32 persen turun menjadi 92,58 persen tahun 2012 dan tahun 2013 naik lagi menjadi 92,88 persen. Pada tahun 2013, penduduk Kota Payakumbuh sebagian besar bekerja disektor jasa dengan persentase 29,25 persen diikuti sektor perdagangan sebesar 28,85 persen, sektor pertanian sebesar 19,06 persen dan sektor lainnya sebesar 15,32 persen. Selama kurun waktu 2010-2013 persentase penduduk yang bekerja menurut kelompok sektor berfluktuasi tapi urutannya tetap sama.Namun pada tahun 2013 persentase penduduk yang bekerja di sektor jasa mengungguli sektor pedagang dengan selisih 0,4 persen.Pendidikan merupakan salah satu sasaran untuk kecerdasan dan keterampilan manusia,sehingga kuantitas meningkatkan sumber daya manusia sangat tergantung dari kualitas pendidikannya. Indikator rata-rata lama sekolah menunjukkan rata-rata jumlah tahun yang dihabiskan oleh penduduk usia 15 tahun keatas untuk menempuh semua jenis pendidikan formal yang pernah dijalani. Rata-rata lama sekolah penduduk Kota Payakumbuh pada tahun 2013 adalah 9,91 artinya rata-rata penduduk Kota Payakumbuh memutuskan sekolah sampai kelas satu SMA. Jika dilihat dari tingkat pendidikan yang telah ditamatkan pada tahun 2013, sekitar 30,38% penduduk Kota Payakumbuh yang berumur 10 tahun ke atas telah menamatkan pendidikan SMA/SMK/MA, angka ini menunjukan kenaikan dari tahun 2012 yaitu 29,75 %. Sementara itu penduduk yang menamatkan pendidikan SD/MI 22,72%, SMP/MTs 18,16 %, D1 s/d D3 3,61%, D4/S1 5,76 % dan S2/S3 0,98 %. Angka ini masih berada diatas angka Sumatera Barat, kecuali untuk tingkat SD/MI dan SMP/MTs. Pada jenjang pendidikan SMA di Kota Payakumbuh untuk jumlah sekolah tetap 28 unit. Terdiri dari 17 unit sekolah negeri dan 11 unit sekolah swasta. Sekolah Negeri terdiri dari 255 kelas dan 309 rombel sedangkan pada sekolah swasta dengan 106 kelas dan 97 rombel Jumlah guru Kerjasama Polokda Unand dan Komisi Pemilihan Umum Kota Payakumbuh 30 Laporan Riset Kesukarelaan Politik Masyarakat Kota Payakumbuh 2015 negeri ada 841 orang turun dari 852 orang tahun 2012. Sementarajumlah guru pada sekolah swasta 324 orang bertambah dari 271 orang tahun 2012. Jumlah murid SLTA Negeri bertambah dari 8.840 orang menjadi 9.162 orang. Pada sekolah swasta mengalami sedikit penurunan dari 2.257 orang menjadi 2.038 orang Secara umum daya tampung ruang kelas untuk jenjang SLTA di Kota Payakumbuh mendekati ideal yakni untuk SLTA negeri rata-rata mencapai 33 murid/kelas. Jika dilihat negeri dan swasta, pada sekolah negeri rasio 1 kelas 38 murid, sedangkan pada sekolah swasta 1 berbanding 22. Rasio murid terhadap guru pada sekolah swasta juga lebih baik di Kota Payakumbuh tahun 2012.Jadi ada kecendrungan murid bersekolah disekolah swasta, mungkin sekolah swasta dipandang menjanjikan kualitas dan fasilitas serta metode yang lebih baik dibandingkan sekolah negeri. Jumlah penguruan tinggi yang ada di Kota Payakumbuh tahun 2013 berjumlah sebanyak 8 perguruan tinggi dengan jumlah mahasiswa 2.978 orang dan staf pengajar sebanyak 354 orang. f.nPembangunan Manusia Pembangunan manusia merupakan kekayaan bangsa sesungguhnya sehingga pembangunan manusia itu sendiri merupakan studi ilmiah yang mempelajari proses atas perubahan dan stabilitas dari seluruh jangka waktu kehidupan manusia. Untuk menuju ke titik keseimbangan mutu sumber daya manusia maka seharusnya pertambahan penduduk secara kuantitas harus diikuti oleh pembangunan kualitas SDM itu sendiri.Kemajuan pembangunan manusia secara umum dapat dilihat dari Indek Pembangunan Manusia (IPM). IPM merupakan pengukuran perbadingan dari harapan hidup, melek huruf, pendidikan dan standar hidup untuk semua Negara. IPM digunakan untuk mengklasifikasikan apakah sebuah negara adalah negara maju, negara berkembang atau negara terbelakang. Angka IPM Kota Payakumbuh terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2011 angka IPM Payakumbuh adalah 76.29 meningkat menjadi 76,76 tahun 2012. selanjutnya pada tahun 2013 naik menjadi 76,99. IPM Kota Kerjasama Polokda Unand dan Komisi Pemilihan Umum Kota Payakumbuh 31 Laporan Riset Kesukarelaan Politik Masyarakat Kota Payakumbuh 2015 Payakumbuh termasuk golongan menengah atas, karena pada golongan 66-80 dan nomor urut ke-4 di Sumbar Kerjasama Polokda Unand dan Komisi Pemilihan Umum Kota Payakumbuh 32 Laporan Riset Kesukarelaan Politik Masyarakat Kota Payakumbuh 2015 5.1 Identitas Responden Didalam bagian 5.1 ini akan dijelaskan identitas responden yang dikategorikan dalam beberapa hal seperti umur, jenis kelamin, sebaran desa tempat tinggal responden, pendidikan, agama, pekerjaan, suku bangsa dan rata-rata pendapatan rumah tangga responden. Dengan hal ini akan memberikan gambaran umum mengenai responden dan mewakili masyarakat Kota Payakumbuh secara keseluruhan berdasarkan pembagian sampel dari populasi. 5.1.1 Komposisi Responden berdasarkan Umur Tabel: 5.1 Komposisi Responden Berdasarkan Umur Umur Frekuensi 17-25 93 26-33 53 34-42 87 43-51 74 52-60 50 61-70 20 71-80 8 Total 385 Sumber: Data Primer 2015 % 24,2 13,8 22,6 19,2 13,0 5,2 2,1 100,0 Persentase Komulatif 24,2 37,9 60,5 79,7 92,7 97,9 100,0 Dalam survei kesukarelaan politik masyarakat di Kota Payakumbuh, dari 385 responden yang diambil sebagai sampel, sebanyak 24,2 % dikuti oleh responden yang berumur 17-25 tahun dan posisi kedua dengan rentang umur 34-42 tahun yakni sebanyak 22,6 %. Hal ini menandakan bahwa komposisi responden dalam rentang umur di dominasi oleh pemilih pemula dan pemilih muda yakni direntang umur 17-25 tahun. Kerjasama Polokda Unand dan Komisi Pemilihan Umum Kota Payakumbuh 33 Laporan Riset Kesukarelaan Politik Masyarakat Kota Payakumbuh 2015 5.1.2 Komposisi Responden berdasarkan Jenis Kelamin Tabel: 5.2 Komposisi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Frekuensi % Persentase Komulatif Laki-laki 190 49,4 49,4 Perempuan 199 50,6 100,0 Total 389 100,0 Sumber : Data Primer 2015 Dalam komposisi jenis kelamin responden, dapat diketahui bahwa sebanyak 50,6 % survei ini diikuti oleh responden berjenis kelamin perempuan dan 49,4 % berjenis kelamin laki-laki. Berdasarkan hal tersebut, terdapat pemerataan/keseimbangan antara responden laki-laki dengan perempuan dengan selisih perbedaan hanya 1 %. 5.1.3 Komposisi Responden berdasarkan Kecamatan Tabel: 5.3 Komposisi Responden Berdasarkan Kecamatan Persentase Kecamatan Frekuensi % Komulatif Limposi Tigo Nagari Payakumbuh Barat Payakumbuh Selatan Payakumbuh Timur Payakumbuh Utara Total Sumber : Data Primer 2015 31 154 32 81 95 393 7,9 39,2 8,1 20,6 24,2 100,0 7,9 47,1 55,2 75,8 100,0 Dalam Survei kesukarelaan politik di Kota Payakumbuh, sebanyak 393 responden tersebar di 5 kecamatan di Payakumbuh. Sebaran tersebut paling tinggi berada di Kecamatan Payakumbuh Barat yakni sebesar 39,2 % atau 154 orang sedangkan posisi terendah di Kecamatan Limposi Tigo Nagari yakni sebesar 7,9 % atau 31 orang. Persebaran ini didasarkan kepada proposisi populasi secara keseluruhan. Kerjasama Polokda Unand dan Komisi Pemilihan Umum Kota Payakumbuh 34 Laporan Riset Kesukarelaan Politik Masyarakat Kota Payakumbuh 2015 5.1.4 Komposisi Responden berdasarkan Tingkat Pendidikan Tabel: 5.4 Komposisi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tingkat Pendidikan Frekuensi SD 58 SLTP 56 SLTA 189 D1, D3, D4 19 S1 58 S2 ke atas 6 Total 386 Sumber : Data Primer 2015 % 15,0 14,5 49,0 4,9 15,0 1,6 100,0 Persentase Komulatif 15,0 29,5 78,5 83,4 98,4 100,0 Berdasarkan komposisi responden menurut tingkat pendidikan, mayoritas secara umum di ikuti oleh responden berpendidikan SLTA yakni sebesar 49 % atau 189 orang dari 386 total secara keseluruhan. Posisi tamatan SD dan S1 mendapat posisi kedua dan SLTP berada pada posisi ketiga. Secara keseluruhan terdapat 78,5 % responden yang berpendidikan SLTA ke bawah. Tingkat pendidikan responden tentunya berpengaruh kepada pengetahuan masyarakat akan politik dan pemilihan umum. 5.1.5 Komposisi Responden berdasarkan Agama Tabel: 5.5 Komposisi Responden berdasarkan Agama Agama Islam Kristen Protestan Total Sumber : Data Primer 2015 Frekuensi % Persentase Komulatif 385 99,5 99,5 2 0,5 100,0 387 100,0 Berkaitan dengan sebaran kepercayaan yang di anut/agama responden, dapat diketahui terdapat 2 agama responden yang mengikuti survei ini yakni Islam dan Kristen Protestan dengan masing-masing 99,5 % dan 0,5 %. Kerjasama Polokda Unand dan Komisi Pemilihan Umum Kota Payakumbuh 35 Laporan Riset Kesukarelaan Politik Masyarakat Kota Payakumbuh 2015 5.1.6 Komposisi Responden berdasarkan Jenis Pekerjaan Tabel: 5.6 Komposisi Responden berdasarkan Jenis Pekerjaan Frekuensi % Persentase Komulatif Guru/Dosen 19 5,0 5,0 TNI/Polri 1 0,3 5,2 Pegawai Pemda Pegawai Swasta 17 4,4 9,7 Wiraswasta Kecil2an 15 44 3,9 11,5 13,6 25,1 Pensiunan 10 2,6 27,7 Ibu Rumah Tangga Bengkel/Jasa Service 107 27,9 55,6 Petani/Peternak 4 33 1,0 8,6 56,7 65,3 Buruh kasar/Pembantu 18 4,7 70,0 Pedagang warung/kaki lima Sopir 27 7,0 77,0 Kerja tidak tetap 5 15 1,3 3,9 78,3 82,2 Lain-lain 68 17,8 100,0 Total 383 100,0 Pekerjaan Sumber : Data Primer 2015 Dari data diatas dapat diketahui bahwa terdapat sebaran beragam dari pekerjaan responden. Mayoritas/posisi paling besar diikuti oleh responden yang berkerja sebagai Ibu Rumah Tangga yakni sebesar 107 orang atau 27,0 %. Berdasarkan hal tersebut, dapat dikatakan bahwa semua tipe pekerjaan memiliki perwakilan responden/terdapat keterwakilan dalam survei ini. 5.1.7 Komposisi Responden berdasarkan Suku Bangsa Tabel: 5.7Komposisi Responden berdasarkan Suku Bangsa Suku Bangsa Frekuensi Minangkabau 373 Jawa 9 Tapanuli 1 Sunda 2 Lainnya 2 Total 387 Sumber : Data Primer 2015 % 96,4 2,3 0,3 0,5 0,5 100,0 Persetase Komulatif 96,4 98,7 99,0 99,5 100,0 Kerjasama Polokda Unand dan Komisi Pemilihan Umum Kota Payakumbuh 36 Laporan Riset Kesukarelaan Politik Masyarakat Kota Payakumbuh 2015 Berdasarkan komposisi responden dari jenis suku bangsa, dapat diketahui bahwa mayoritas secara umum diikuti oleh responden bersuku bangsa Minangkabau yakni sebesar 96,4 %, diikuti posisi kedua oleh suku bangsa Jawa sebesar 2,3 %. Hal ini menandakan bahwa mayoritas suku bangsa di Kota Payakumbuh didiami oleh suku bangsa Minangkabau dan terdapat sidikit Suku Jawa sebagai suku bangsa terbesar kedua. 5.1.8 Komposisi Responden berdasarkan Tingkat Pendapatan Tabel 5.8 Komposisi Responden berdasarkan Pendapatan RumahTangga Pendapatan Frekuensi % Persentase Komulatif Di bawah 500 ribu 58 16,7 16,7 500 rb - 999 ribu 93 26,7 43,4 1 - 1,499 juta 88 25,3 68,7 1,5 - 1,999 juta 36 10,3 79,0 2 - 2,499 juta 23 6,6 85,6 2.5 - 5 juta 50 14,4 100,0 Total 348 100,0 Sumber : Data Primer 2015 Berkaitan dengan kondisi ekonomi responden, terdapat 26,7 % responden berpenghasilan sebesar 500 ribu – 999 ribu dan sebesar 25,3 % di rentang 1 juta - 1,499 juta. Ekonomi berpenghasilan menengah ke bawah mendominasi dalam survei ini yakni sebesar 79,0 % responden berpenghasilan <2 Juta. 5.2 Pemetaan Partisipasi Memilih Pada Pemilu Dalam bagian ini akan ditampilkan data temuan lapangan yang berkaitan dengan partisipasi pemilih. Tampilan data dalam bagian ini akan dibandingkan antara identitas responden yang meliputi variabel umur, jenis kelamin, kecamatan responden, tingkat pendidikan, agama dan pendapatan dengan variabel partisipasi memilih responden. Kerjasama Polokda Unand dan Komisi Pemilihan Umum Kota Payakumbuh 37 Laporan Riset Kesukarelaan Politik Masyarakat Kota Payakumbuh 2015 5.2.1 Perbedaan Partisipasi Pemilih Menurut Umur Tabel 5.9Perbedaan Partisipasi Pemilih Menurut Umur Umur Responden Apakah ikut dalam Pemilu 2014 Total Ya % Tidak % 17-25 26-33 34-42 43-51 52-60 61-70 71-80 Total 78 49 84 72 48 20 8 359 22% 14% 23% 20% 13% 6% 2% 100% 15 4 2 1 2 0 0 24 63% 17% 8% 4% 8% 0% 0% 100% 93 53 86 73 50 20 8 383 Sumber : Data Primer 2015 Dari hasil analisis diperoleh nilaiα= 0 kecil dari 0,05 berarti terdapat perbedaan partisipasi memilih berdasarkan umur responden. Kelompok umur dengan prosentase partisipasi tertinggi terdapat pada responden dengan rentang umur 34 - 42tahun yaitu 84 orang atau 23%, diikuti oleh rentang umur 17 – 25 tahun yaitu 78 orang atau 22% dari responden yang ikut memilih. Posisi ketiga yaitu umur 43 – 51 tahun yaitu 72 orang atau 20 %. Sedangkan persentase pertisipasi memilih terendah berada pada kelompok umur paling muda yaitu pemilih pemula yaitu 16 orang atau63% responden yang tidak menggunakan hak suaranya pada pemilu 2014 yang lalu di Kota Payakumbuh. Hal ini dapat dikatakan bahwa partisipasi memilih yang terendah lebih didominasi oleh pemilih pemula dan pemilih muda dengan total responden 19 orang dari 24 orang atau 79% dari responden yang golput. Temuan ini menjadi tantangan bagi semua kalangan baik para penyelenggara pemilu, pengurus partai politik, para pendidik, pengurus organisasi kepemudaan dan Kantor Kesbangpol untuk lebih gencar lagi memberikan sosialisasi dan pendidikan politik kepada pemilih pemula. Hal ini sangat penting dilakukan karena keberadaan pemilih pemula dalam pemilihan umum membawa dampak kepada pemilu itu sendiri disebabkan jumlah pemilih muda adalah jumlah terbesar dalam rentang umur pemilih di Kota Payakumbuh. Sehingga dari temuan ini terlihat bahwa pemilih muda adalah penyumbang angka golput tertinggi yaitu mencapai 63% dari 24 orang Kerjasama Polokda Unand dan Komisi Pemilihan Umum Kota Payakumbuh 38 Laporan Riset Kesukarelaan Politik Masyarakat Kota Payakumbuh 2015 responden yang golput. Menurut hasil FGD yang dilaksanakan pada tanggal 23 Agustung 2015 bahwa pemilih pemula masih minim pengetahuannya tentang Pemilu. Selain itu dibutuhkan berbagai upaya untuk menarik simpati mereka agar mau menggunakan hak pilihnya. Salah seorang peserta FGD juga mengatakan bahwa tingginya prosentase pemilih pemula kemungkinan juga disebabkan mereka tidak memiliki informasi yang cukup tentang profil kandidat atau visi dan misi serta program partai politik.Mereka tidak semuanya dapat mengikuti kegiatan kampanye yang digelar oleh partai politik maupun kandidat.Ada di antara mereka yang berdomisi di kota lain untuk mengikuti pendidikan sehingga tidak kenal dengan kandidat. Kebanyakan pemilih pemula menurut beberapa informan, tidak tertarik untuk mengikuti kegiatan politik praktis yang bersifat konvensional. Minat politik dan partisipasi anak muda ternyata semakin meningkat seiring dengan pemanfaatan teknologi internet. Mereka lebih tertarik berpartisipasi dalam politik melalui media sosial seperti facebook, whatsapp group, twitter dan berbagai situs petisi online yang kini menjadi salah satu tambatan partisipasi politik anak muda. Mereka lebih mudah menyampaikan keluhan, protes, tanggapan melalui media ini. Informan lain menyatakan bahwa partai politik selama ini belum melakukan sosialisasi yang cukup kepada pemilih pemula. Menurutnya Parpol seharusnya menjalankan fungsi sosialisasi dan pendidikan politik kepada masyarakat termasuk golongan muda. Dengan demikian akan tercipta kaderkader partai di kalangan pemilih pemula. Menanggapi data hasil survei tersebut salah seorang komisoner KPU Kota Payakumbuh mengatakan bahwa KPU telah melakukan sosialisasi untuk pemilih pemula yang berada di Payakumbuh dengan gencar dengan beragam kegiatan sesuai minat dan hobby kaum muda dengan berbagai jenis sosialisasi. Dalam berbagai kegiatan sosialisasi KPU telah mengajak pemilih pemula agar aktif menjadi pemilih dalam pemilu. Selain itu KPU juga telah menggelar seminar/bimtek untuk memberikan pengatahuan kepada pemilih Kerjasama Polokda Unand dan Komisi Pemilihan Umum Kota Payakumbuh 39 Laporan Riset Kesukarelaan Politik Masyarakat Kota Payakumbuh 2015 pemula tentang pentingnya menggunakan hak pilih dalam Pemilu dengan menghadirkan narasumber dari kalangan akademisi dan komisioner KPU. Kegiatan sosialisasi pemilu di Kota Payakumbuh menurut anggota KPU Payakumbuh devisi sosialisasi sebenarnya sosialisasi pemilu ini telah dirancang ke dalam 3 tahapan, yaitu periode sebelum pemilu, periode pemilu dan periode setelah pemilu. Dengan demikian proses pendidikan pemilih ini akan terus berjalan walaupun ada dan tidak ada pemilu. Menurutnya"Tingginya tingkat non voter pemula dalam pemilihan umum legislatif (Pileg)dan pemilihan presiden (Pilpres) 2014 lalu, lebih disebabkan masih kurangnya minat pemilih pemula memberikan hak politiknya dengan datang ke TPS. Meskipun mereka kebanyakan tinggal di Kota lain namun mereka tetap terdaftar di Kota Payakumbuh. Pada saat pemilu mereka berhalangan untuk datang. Hal inilah yang sering menyebabkan rendahnya angka partisipasi memilih kaum muda ini. Beliau mengusulkan ke depan perlu ditinjau ulang sistem pendataan pemilih bagi warga negara yang masih terdaftar sebagai warga negara di suatu daerah tetapi berdomisi di daerah lain. Peserta FGD lainnya mengusulkan agar ditingkatkan lagi kegiatan yang lebih menarik bagi pemilih pemula, untuk mengajak mereka menggunakan hak pilih mereka seperti melalui media sosial atau juga mendatangi para pemilih pemula ke lokasi sekolah atau kampus mereka. Terkait dengan upaya meningkatkan partisipasi pemilih ini, KPU Kota Payakumbuh telah berusaha keras mengantisipasi agar semua masyarakat yang punya hak pilih dipastikan terdaftar sebagai pemilih.Melalui petugas kecamatan dan kelurahan, mereka mendatangi rumah-rumah penduduk untuk mendata penduduk baik yang tinggal di Payakumbuh, maupun yang sedang merantau. Selain itu menurut Ketua KPU Kota Payakumbuh, untuk meningkatkan partisipasi pemilih pemula di Kota Payakumbuh, KPU telah membentuk Relawan Demokrasi pada tahun 2014 dari berbagai segmen pemilih termasuk Kerjasama Polokda Unand dan Komisi Pemilihan Umum Kota Payakumbuh 40 Laporan Riset Kesukarelaan Politik Masyarakat Kota Payakumbuh 2015 pemilih pemula. Kebanyakan mereka adalah orang-orang muda yang bersentuhan langsung dengan masyarakat yang mengetahui karakter segmen pemilih pemula sehingga dapat mengajak anak-anak menggunakan hak suara pada pemilu. Namun diakui muda untuk bahwa relawan demokrasi ini belum bekerja secara optimal karena berbagai keterbatasan yang ada. 5.2.2 Perbedaan Partisipasi Pemilih Menurut Jenis Kelamin Hasil analisis penelitian ini menemukan ternyata tidak ada perbedaan partisipasi memilih antara pemilih laki-laki dan perempuan di Kota Payakumbuh. Hal ini terbukti bahwa α = 0,468 > 0,05 berarti tidak terdapat perbedaan partisipasi memilih berdasarkan Jenis Kelamin.Tabel 5.9 menginformasikan bahwa antara pemilih perempuan dan pemilih laki-laki memiliki partisipasi politik yang sama dalam pemilihan umum di Kota Payakumbuh. Tingkat keikusertaan yang diterjemahkan sebagai partisipasi dalam penelitian ini tidak dipengaruhi oleh faktor jenis kelamin. Tabel 5.10Perbedaan Partisipasi Pemilih Menurut Jenis Kelamin Jenis Kelamin Apakah ikut dalam Pemilu 2014 Ya Tidak Total Laki-laki 170 (91%) 16 (9%) 186 (100%) Perempuan 187 (96%) 8 (4%) 195 (100%) Total 357 (94%) Sumber : Data Primer 2015 24 (6%) 381 (100%) 5.2.3 Perbedaan Partisipasi Pemilih Menurut Kecamatan Temuan ini juga menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan partisipasi memilih berdasarkan Kecamatan. Nilaiα = 0.720 > 0,05,berarti tidak terdapat perbedaan partisipasi memilih berdasarkan kecamatan.Jika dilihat tingkat partisipasi masyarakat per kecamatan menunjukkan tingkat Kerjasama Polokda Unand dan Komisi Pemilihan Umum Kota Payakumbuh 41 Laporan Riset Kesukarelaan Politik Masyarakat Kota Payakumbuh 2015 partisipasi yang hampir sama yaitu berkisar antara 91%-97% dan tidak ada perbedaan yang berarti antar kecamatan di Kota Payakumbuh. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 5.10. Hal ini dikomentari oleh beberapa anggota FGD bahwa kondisi kecamatan tempat lokasi penungutan suara di Kota Payakumbuh hampir tidak ada kendala yang berarti dalam pelaksanaan pemungutan suara. Hampir semua TPS terletak tidak terlalu jauh dari rumah penduduk membuat tidak ada perbedaan yang bearti partisipasi memilih antar kecamatan. Semua pemilih di Kota Payakumbuh telah berumur 17 tahun atau sudah menikah yang berjumlah 88.236 pemilih terdiri dari 43.591 pemilih laki-laki dan 44.645 pemilih perempuan. Pemilih ini tersebar ke 225 TPS yang terletak di 76 kelurahan di 5 kecamatan yang ada. Tabel 5.11Perbedaan Partisipasi Pemilih Menurut Kecamatan Kecamatan Apakah ikut dalam Pemilu 2014 Total Ya Tidak Limposi Tigo Nagari Payakumbuh Barat Payakumbuh Selatan Payakumbuh Timur Payakumbuh Utara 29 144 30 73 85 2 10 2 7 3 31 154 32 80 88 Total 361 24 385 Sumber : Data Primer 2015α = 0,720 > 0,05 berarti tidak terdapat perbedaan partisipasi memilih berdasarkan Kecamatan 5.2.4 Perbedaan Partisipasi Pemilih Menurut Tingkat Pendidikan Temuan penelitian ini juga menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan partisipasi memilih berdasarkan Tingkat Pendidikan, dengan nilai α = 0,501 lebih besar dari 0,05 berarti tidak terdapat perbedaan partisipasi memilih berdasarkan Tingkat Pendidikan.Dari tabel 5.11 terlihat bahwa kelompok responden dengan tingkat pendidikan SLTA penyumbang terbesar pemilih Kota Payakumbuh yaitu 49% dari 384 responden yang menjawab pertanyaan. Jadi di Kota Payakumbuh tingkat pendidikan seseorang bukanlah faktor penentu dari tinggi rendahnya tingkat partisipasi memilih masyarakat.Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 5.12 berikut: Kerjasama Polokda Unand dan Komisi Pemilihan Umum Kota Payakumbuh 42 Laporan Riset Kesukarelaan Politik Masyarakat Kota Payakumbuh 2015 Tabel 5.12 Perbedaan Partisipasi Pemilih Menurut Tingkat Pendidikan Pendidikan SD SLTP SLTA Apakah ikut dalam Pemilu 2014 Ya Tidak 56 2 3% 97% 51 4 7% 93% 176 12 6% 94% Total 58 55 188 D1, D3, D4 16 84% 3 16% 19 S1 55 95% 3 5% 58 S2 ke atas 6 100% 0 0% 6 360 94% 24 6% 384 Total Sumber : Data Primer 2015 5.2.5 Perbedaan Partisipasi Pemilih Menurut Agama Berdasarkan data hasil penelitian, dapat diinformasikan bahwa hampir semua responden beragama Islam dan hanya 2 orang beragama Kristen Protestan. Oleh karena itu tidak dapat dianalisis hubungan antara faktor agama responden dengan partisipasi memilihnya. Mengenai rincian partisipasi memilih berdasarkan agama dapat dilihat pada tabel 5.12 dio bawah ini: Tabel 5.12 Perbedaan Partisipasi Pemilih Menurut Agama Agama Islam Kristen Protestan Total Apakah ikut dalam Pemilu 2014 Total Ya 359 Tidak 24 383 2 0 2 361 24 385 Sumber : Data Primer 2015 5.2.6 Perbedaan Partisipasi Pemilih Menurut Jenis Pekerjaan Berdasarkan data hasil penelitian, terlihat bahwa terdapat perbedaan partisipasi memilih responden berdasarkan Jenis Pekerjaan denganα = 0,037 lebih kecil dari 0,05 berarti terdapat perbedaan partisipasi memilih berdasarkan Jenis Pekerjaann namun hubungannya tidak signifikan (Nilai Koefisien Kontigensinya hanya 0,762 (>0,5). Dengan kata lain, partisipasi Kerjasama Polokda Unand dan Komisi Pemilihan Umum Kota Payakumbuh 43 Laporan Riset Kesukarelaan Politik Masyarakat Kota Payakumbuh 2015 pemilih di Kota Payakumbuh signifikan dipengaruhi oleh jenis pekerjaan seseorang.Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 5.13 berikut: Tabel 5.13: Perbedaan Partisipasi Pemilih Menurut Jenis Pekerjaan Apakah ikut dalam Pemilu 2014 Pekerjaan Ya Tidak Total Guru/Dosen 18 1 19 TNI/Polri 1 0 1 Pegawai Pemda 15 2 17 Pegawai Swasta 13 2 15 Wiraswasta Kecil2an 43 1 44 Pensiunan 10 0 10 Ibu Rumah Tangga 104 2 106 Bengkel/Jasa Service 4 0 4 Petani/Peternak 31 1 32 Buruh kasar/Pembantu 16 2 18 Pedagang warung/kaki lima 26 1 27 Sopir 4 1 5 Kerja tidak tetap 11 4 15 Lain-lain 61 7 68 Total 357 24 381 Sumber : Data Primer 2015 5.2.7 Perbedaan Partisipasi Pemilih Menurut Tingkat Pendapatan Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat pendapatan seseorang ternyata tidak mempengaruhi partisipasi mereka dalam memilih dalam pemilu 2014 di Kota Payakumbuh. Tidak ada perbedaan yang signifikan antara satu jenis pekerjaan tertentu dengan pekerjaan lain dalam perilaku memilih. Hal ini terlihat dari hasil analisis diperoleh nilai α = 0,180 lebih besar dari 0,05 berarti tidak terdapat perbedaan partisipasi memilih berdasarkan Pendapatan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 5.14 berikut: Kerjasama Polokda Unand dan Komisi Pemilihan Umum Kota Payakumbuh 44 Laporan Riset Kesukarelaan Politik Masyarakat Kota Payakumbuh 2015 Tabel 5.14 Perbedaan Partisipasi Pemilih Menurut Tingkat Pendapatan Pendapatan Rumah Tangga Di bawah 500 ribu 500 rb - 999 ribu 1 juta - 1,499 juta 1,5 juta - 1,999 juta 2 juta - 2,499 juta 2.5 juta - 5 juta Total Sumber : Data Primer 2015 Apakah ikut dalam Pemilu 2014 Ya Tidak 54 4 90 3 82 5 30 5 22 1 49 1 327 19 Total 58 93 87 35 23 50 346 Pada bagian 5.2 ini terdapat beberapa indikator dimana indikator tersebut dikomparasikan dengan indikator keikut sertaan responden dalam pemilihan umum. Indikator-indikator yang dipakai tersebut ialah umur, jenis kelamin, kecamatan, tingkat pendidikan dan pendapatan. Dalam temuan diatas dapat digeneralisasikan beberapa hal yang berkaitan antar indikator. Terdapat dua indikator yang mempunyai perbedaan atau pengaruh dalam keikutsertaan pemilih dalam pemilu yakni indikator umur dan jenis pekerjaan. Sedangkan keempat indikator lainnya tidak memiliki perbedaan atau pengaruh yakni jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan tingkat pendapatan. Asumsi yang dapat diutarakan ialah indikator umur memiliki perbedaan didalam setiap kelompok umur terhadap keikutsertaannya dalam pemilihan umum di Kota Payakumbuh. Masing-masing kelompok umur memiliki pandangan sendiri terkait dengan pilihannya untuk ikut atau tidak dalam pemilihan umum. Lebih lanjut, faktor jenis pekerjaan di Kota Payakumbuh juga memiliki perbedaan dalam pilihan untuk ikut atau tidak dalam pemilu. Setiap jenis pekerjaan dapat digambarkan mempunyai faktor sendiri dalam lingkungan pekerjaannya yang berpengaruh terhadap tingkatan partisipasi mereka dalam pemilu. Indikator umur dan jenis pekerjaan tentunya dapat dijadikan dasar dalam mengambil kebijakan oleh pihak terkait untuk meningkatkan partisipasi di Kota Payakumbuh, karena kedua indikator ini seperti yang diketahui diatas memiliki perbedaan dalam setiap tingkatan dan pengaruh Kerjasama Polokda Unand dan Komisi Pemilihan Umum Kota Payakumbuh 45 Laporan Riset Kesukarelaan Politik Masyarakat Kota Payakumbuh 2015 terhadap partisipasi/keikusertaan masyarakat dalam pemilu. Hal ini tentunya juga tidak mengabaikan indikator-indikator lainnya yang dalam penelitian ini tidak memiliki perbedaan/pengaruh. 5.3 Motivasi Pemilih dalam Pemilu 2014 Banyak alasan/motivasi masyarakat untuk ikut memilih dalam pemilu seperti terlihat dari jawaban responden penelitian ini, yaitu : Motivasi tertinggi disebabkan oleh rasa kewajiban sebagai warga negara (41,6%), diikuti oleh karena pemilu merupakan hak warga negara (27,6%) dan diikuti selanjutnya karena ingin mengubah keadaan negara/daerah (15,7%). Setiap orang tentunya memiliki motivasi yang berbeda-beda dalam dirinya. Motivasi berkaitan dengan hal psikologi dalam setiap diri manusia, hal ini mempunyai korelasi nantinya dengan wujud tindakan yang dapat diartikan sebagai perilaku. Perilaku dalam masing-masing individulah yang akan menentukan keikusertaannya dalam segala hal termasuk pemilu. Apa yang ditemukan di Kota Payakumbuh tentunya dapat memberikan gambaran secara umum terkait keikusertaanya dalam dengan motivasi pemilu.Untuk yang melatar belakangi lebih jelasnya variasi motivasi responden ikut pemilu dapat dilihat pada tabel 5.15 berikut: Tabel 5.15: Motivasi Pemilih dalam Pemilu 2014 Persentase Alasan Ikut Pemilu Frekuensi % Komulatif Mengubah Keadaan Negara 58 15,7 15,7 Kewajiban sebagai Warga Negara 154 41,6 57,3 Hak Warga Negara 102 27,6 84,9 Karena Ingin Mendukung Calon Tertentu 13 3,5 88,4 Ikatan ideologi Parpol 1 0,3 88,6 Saran Kepada Peserta Pemilu Agar rakyat 23 6,2 94,9 mau berpartisipasi dalam pemilu Karena ada bantuan dana uang 3 0,8 95,7 Karena ada bantuan materil non uang 2 0,5 96,2 Berkaca pada pengalaman pemilu sebelumnya yang efektif mengubah nasib 4 1,1 97,3 rakyat Karena tidak efektifnya pemerintahan 7 1,9 99,2 Kerjasama Polokda Unand dan Komisi Pemilihan Umum Kota Payakumbuh 46 Laporan Riset Kesukarelaan Politik Masyarakat Kota Payakumbuh 2015 saat ini Lainnya Total 3 370 0,8 100,0 100,0 Sumber : Data Primer 2015 Dari hasil analisis diperoleh fakta bahwa pada tingkat kepercayaan 95% tidak terdapat perbedaan motivasi memilih berdasarkan umur, (α = 0,366), jenis kelamin (α = 0,385) (tingkat hidup(α = 0,392), jenis pekerjaan (α = 0,54) dan tingkat pendidikan sesorang (α = 0,285). Yang menarik adalah perbedaan motivasi memilih ditentukan lokasi tempat tinggal (kecamatan) (α = 0,00),Koefisien Kontigensi 0,421< 0,5,namun perbedaan itu lemah dan dapat diabaikan. Dari jawaban responden terlihat bahwa hampir tidak ada perbedaan motivasi memilih masyarakat Kota Payakumbuh. Motivasi mayoritas itu di antara mereka yang memilih alah karena alasan normatif seperti karena kewajiban warga negara (41,6%), karena hak warga negara, (27,6%) dan karena ingin mengubah keadaan negara yaitu 15,7%. 5.4 Alasan Golput pada Pemilu 2014 Golongan putih (Golput) merupakan salah satu variabel dalam riset kesukarelaan politik ini. Pertama akan dilihat apa alasan yang melatar belakangi responden mengambil keputusan untuk golput. Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 5.16 terlihat bahwa terdapat 18,6% responden yang menjawab “Tidak Sempat Pulang untuk mencoblos”, 11,6% responden menganggap pemilu bukanlah kewajiban tetapi hak warga negara dan alasan “Tidak Ada Bantuan Jasa”. Selain itu terdapat 9,3% mengatakan bahwa mereka memilih Golput karena mempunyai urusan lain yang mereka anggap lebih penting dari ikut mencoplos dalam pemilu dan alasan tidak terdaftar. Terdapat juga 7,0% responden mengatakan bahwa mereka tidak percaya kepada calon atau partai politik. Setelah dibandingkan dengan beberapa variabel, terdapat perbedaan alasan golput berdasarkan golongan usia (α= 0,032) dan lokasi tempat tinggal(Kecamatan) (α = 0,022) Koefisien Kontigensi 0,792>0,5 yang memiliki Kerjasama Polokda Unand dan Komisi Pemilihan Umum Kota Payakumbuh 47 Laporan Riset Kesukarelaan Politik Masyarakat Kota Payakumbuh 2015 perbedaan yang signifikan. Sedangkan variabel lainnya tidak memiliki perbedaan dalam perilaku golput. Secara teoritis, golput merupakan refleksi dari keadaan diri manusia atas tindakannya. Hal ini tentunya berkaitan dengan kondisi yang terjadi terus-menurus dalam diri seseorang sehingga melahirkan tindakan untuk golput. Golput sangat erat kaitannya apatisme sosial. Keberadaan ini tentunya sangat tidak bagus dalam berkembang nya sebuah demokrasi. Oleh sebab itu temuan riset ini perlu mendapat perhatian serius dari para kandidat dan parpol. Kandidiat dan parpol memiliki peran besar dalam mengembalikan kepercayaan masyarakat terhadap pemilu dan hasil pemilihan. Adalah percuma dilakukan sosialisasi terus menerus dan dengan skala luas namun parpol dan politisi tidak berbenah diri dengan cara memperbaiki kualitas, kapabilitas, dan integritas diri. Peserta FGD mengusulkan untuk mengatasi hal ini, disarankan ke depan untuk persyaratan pencalonan anggota legislatif dan pimpinan eksekutif diwajibkan memiliki standar kompetensi tertentu yang diakuai oleh sebuah lembaga yang independen dan kredibel. Dengan demikian diharapkan partai politik akan menjalankan fungsi utamanya yaitu fungsi pendidikan politik dan rekrutmen politik, yang selama ini nyaris tidak terdengar. Selanjutnya, temuan data di Kota Payakumbuhini dapat dijadikan sebagai dasar pijakan bagi KPU untuk melihat permasalahan golput yang terjadi dan menyusun berbagai program sosialisasi dan pendidikan politik ke depan. Kerjasama Polokda Unand dan Komisi Pemilihan Umum Kota Payakumbuh 48 Laporan Riset Kesukarelaan Politik Masyarakat Kota Payakumbuh 2015 Tabel 5.16 Alasan Golput pada Pemilu 2014 Alasan Golput Tidak akan mengubah negara Bukan Kewajiban WN tapi Hak Tdk percaya dg calon/partai Tidak tahu kualitas calon Tidak terdaftar dlm Pemilu 2014 Karena ada urusan penting saat itu Tidak ada bantuan barang/jasa Karena tidak cukup usia Pemilu tidak efektif mengubah nasib rakyat Tanpa ikut pun calon akan menang Tidak Sempat Pulang untuk Pemilu Total Frekuensi % 2 5 3 3 4 4 5 4 4,7 11,6 7,0 7,0 9,3 9,3 11,6 9,3 Persentase Komulatif 4,7 16,3 23,3 30,2 39,5 48,8 60,5 69,8 4 9,3 79,1 1 8 43 2,3 18,6 100,0 81,4 100,0 Sumber : Data Primer 2015 5.5 Minat Masyarakat Terhadap Demokrasi Elektoral Pada bagian 5.5 ini dijelaskan terkait pandangan masyarakat terhadap demokrasi elektoral. Data tabel 5.17 menunjukkan hasil analisis tabulasi silang antara variabel Minat Masyarakat terhadap demokrasi elektoral dengan variabel utama pada riset ini. Dalam semua variabel, terdapat perbedaan pandangan masyarakat akan demokrasi elektoral dari semua indikator yang dipakai. Dari data di bawah, juga dapat diketahui bahwa mayoritas masyarakat yaitu 31.2%menyatakan mereka berminat terhadap demokrasi eletoral, sedangkan kadang-kadang berminat mengikuti perkembangan pemilu baik aturan maupun dinamika pencalonan kepala daerah sebanyak 44,4% dan tidak memiliki minat mengikuti perkembangan demokrasi elektoral. sebanyak 24,4%. Secara teoritis, pemilihan umum merupakan sebuah tolak ukur utama dalam demokrasi elektoral. Bagaimana negara dapat menjalankan sistem multi partai yang kompetitif dan hak pilih yang bersifat universal dalam memilih eksekutif dan legislatif. Penekanan yang paling penting adalah terkait dengan kontestasi dan partisipasi oleh masyarakat dalam pemilihan umum. Kerjasama Polokda Unand dan Komisi Pemilihan Umum Kota Payakumbuh 49 Laporan Riset Kesukarelaan Politik Masyarakat Kota Payakumbuh 2015 Temuan ini merupakan harapan yang baik bagi semua kalangan yang mendukung berkembangnya demokrasi prosedural di Indonesia. Minat masyarakat yang masih ada terhadap pemilu harus terus ditingkatkan meskipun dari temuan sebelumnya menunjukkan bahwa sebagian pemilih mulai pesimis. Hal ini tentu menjadi tanggungjawab semua pihak termasuk KPU, Parpol, Lembaga pendidikan, Tokoh masyarakat, pemerintah baik Pusat maupun Daerah, organisasi masyarakat sipil media massa dan sebagainya. Dari hasil analisis data dapat diketahui bahwa tinggi rendahnya minat masyarakat Kota Payakumbuh terhadap perkembangan demikrasi elektoral atau pemilu di Indonesia ditentukan oleh beberapa faktor yaitu: 1) Tingkat Pendidikan (α = 0,007); 2) Tempat Tinggal (Kecamatan) (α = 0,006); 3) Jenis Pekerjaan (α hitung = 0,075) dengan tingkat kepercayaan 90%), umur (α = 0,086); 4) Tingkat Pendapatan Ekonomi (α = 0,036) 5) Kondisi Ekonomi (α = 0,005) Untuk lebih jelasnya gambaran tentang minat masyarakat Kota Payakumbuh terhadap perkembangan demokrasi elektoral di Indonesia dan di daerah dapat dilihat Tabel 5.17 berikut: Tabel 5.17 Perhatian Masyarakat Terhadap Perkembangan Pemilu Minat Masyarakat Frekuensi % Persentase Komulatif Ya 120 31.2 31.2 Tidak 94 24.4 55.6 Kadangkadang 171 44.4 100.0 Total 376 100.0 Sumber : Data Primer 2015 Kerjasama Polokda Unand dan Komisi Pemilihan Umum Kota Payakumbuh 50 Laporan Riset Kesukarelaan Politik Masyarakat Kota Payakumbuh 2015 5.6 Sikap Masyarakat Terhadap Politik Uang Politik uang atau money politics menggambarkan praktik yang merujuk pada distribusi uang (uang tunai dan terkadang dalam bentuk barang). Politik uang juga diartikan sebagai suatu bentuk pemberian atau janji menyuap seseorang baik supaya orang itu tidak menjalankan haknya untuk memilih maupun supaya ia menjalankan haknya dengan cara tertentu pada saat pemilihan umum. Pembelian bisa dilakukan menggunakan uang atau barang. Politik uang adalah sebuah bentuk pelanggaran kampanye. Politik uang umumnya dilakukan simpatisan, kader atau bahkan pengurus partai politik menjelang hari H pemilihan umum. Praktik politik uang dilakukan dengan cara pemberian berbentuk uang, sembako antara lain beras, minyak dan gula kepada masyarakat dengan tujuan untuk menarik simpati masyarakat agar mereka memberikan suaranya untuk partai yang bersangkutan. Penelitian ini menemukan fakta yang cukup mengagetkan. Terdapat 50,1% responden dapat menerima politik uang. Ada yang mengatakan “Terima dulu uangnya, soal pilihan urusan nanti” sebanyak 32,2%, terima uangnya dan mereka akan memilih orangnya sebanyak 7,4% dan terima uangnya tetapi tidak pilih orangnya yaitu 4,2%. Meskipun terdapat cukup banyak yang menolak politik uang yaitu 49,9% namun kenyataan ini sangat memprihatinkan. Jika dibiarkan tentu akan merusak sendi-sendi demokrasi. Menurut salah seorang peserta FGD politik uang jelas tidak dapat diterima karena akan merusak hasil pemilu itu sendiri.Menurut beliau para calon atau Partai tertentu yang menggunakan politik uang untuk mengharapkan dukungan dalam Pemilu menunjukkan mereka tidak punya kemampuan dan takut berkompetisi secara jujur. Mereka jelas merendahkan harga diri rakyat. Beliau menegaskan bahwa politik uang sama dengan sogok. Informan lain mengatakan bahwa suara dan martabat rakyat seharusnya bernilai tinggi tidak sekedar puluhan dan ratusan ribu rupiah. Apalagi hanya sekedar bahan makanan yang tidak sebanding dengan apa yang akan Kerjasama Polokda Unand dan Komisi Pemilihan Umum Kota Payakumbuh 51 Laporan Riset Kesukarelaan Politik Masyarakat Kota Payakumbuh 2015 didapat selama 5 tahun oleh Calon menduduki kursi yang berhasil direbut dengan cara ini. Dalam FGD ini juga salah seorang peserta berpendapat bahwa politik uang jelas merupakan pembodohan rakyat untuk kepentingan jangka mereka. Informan mengingatkan bahwa politik uang akan mengakibatkan kerugian besar bagi rakyat apabila sang politisi itu menang.Ia pasti akan berusaha mengmpulkan uang sebanyak-banyaknya melalui korupsi, berperilaku tidak adil dan bahkan cenderung mungkin menjadi koersif tanpa memperhatikan nilai-nilai demokrasi dan kemanusiaan. Tabel 5.17 Sikap Masyarakat Terhadap Politik Uang Sikap Masyarakat Frekuensi % Persentase Komulatif 189 16 49.9 4.2 49.9 54.1 28 7.4 61.5 122 32.2 93.7 5 1.3 95.0 19 379 5.0 100.0 100.0 Menolak krn haram Terima ttp tidak pilih orangnya Terima dan akan saya pilih orangnya Terima dulu, soal pilihan urusan nanti Bersedia ikut membagi2kan uang/barang nya Alasan lain Total Sumber : Data Primer 2015 Berdarkan hasil analisis diketahui bahwa terdapat beberapa faktor pembeda yang mempengaruhi Sikap Masyarakat terhadap Politik Uang yaitu: 1. Tingkat Pendapatan Ekonomi (α = 0,016) dan 2. Kondisi Ekonomi keluarga (α = 0,003) Dari temuan tersebut diketahui bahwa ternyata perilaku politik uang sangat dipengaruhi oleh dua faktor yaitu tingkat pendapatan ekonomi dan Kondisi ekonomi keluarga saat pemilu. Semakin rendah tingkat hidup seseorang dan semakin gawat keadaan ekonomi keluarga pada saat pemilu dilaksanakan maka semakin rentan mereka terseret ke dalam praktik politik uang. Kerjasama Polokda Unand dan Komisi Pemilihan Umum Kota Payakumbuh 52 Laporan Riset Kesukarelaan Politik Masyarakat Kota Payakumbuh 2015 5.6 Penggunakan Hak Pilih Masyarakat Dalam bagian 5.7 ini akan dijelaskan temuan data terkait dengan kendala masyarakat dalam penggunaan hak pilihnya, penilaian masyarakat terkait pelaksanaan pemilu dan sosialisasi pemilu serta pandangan masyarakat terhadap pelakasanaan pemilu kedepan dan jenis pemilu yang diinginkan masyarakat kedepannya. 5.6.1 Kendala dalam Penggunaan Hak Pilih Tabel 5.19: Kendala dalam Pemilu Kendala Ikut Pemilu Tidak terdaftar Tidak tahu calon/program calon Letak TPS jauh Lainnya Sakit Total Sumber : Data Primer 2015 Frekuensi % Persentase Komulatif 25 9% 9% 132 45% 54% 23 105 8% 36% 62% 98% 7 2% 100% 292 100% Berdasarkan data diatas, dapat diketahui bahwa masyarakat mempunyai kendala dalam hak pilihnya karena permasalahan lainnya karena hal-hal teknis sedangkan diposisi kedua disebabkan karena tidak tahu mengenai calon dan program calon sedangkan karena tidak terdaftar, letak TPS jauh dan sakit hanya sebagian kecil saja. 5.6.2mPenilaian Masyarakat terhadap Pelaksanaan Pemilu 2014 Tabel 5.20: Penilaian Masyarakat terhadap Pelaksanaan Pemilu 2014 Penilaian Masyarakat Jujur dan adil Banyak politik uangnya Banyak kecurangan Kurang sosialisasi Total Sumber : Data Primer 2015 Frekuensi % Persentase Komulatif 195 52.8 52.8 133 36.0 88.9 12 29 3.3 7.9 92.1 100.0 369 100.0 Berdasarkan data diatas, dapat diketahui penilaian masyarakat terhadap pelaksanaan pemilu 2014 mayoritas masih positif yaitu 52,8%. Namun masih banyak juga yang berpandangan negatif seperti mengatakan Kerjasama Polokda Unand dan Komisi Pemilihan Umum Kota Payakumbuh 53 Laporan Riset Kesukarelaan Politik Masyarakat Kota Payakumbuh 2015 pemilu masih diwarnai oleh politik uang (36%), banyak kecurangan (3,3%) dan kurangnya sosialisasi (7,9%). Ini menjadi perhatian bagi calon dan parpol yang menjadi peserta pemilu. 5.6.3 Penilaian Masyarakat terhadap Penyelenggaraan Pemilu Tabel 5.21: Aspek pemilu yang perlu perbaikan Penilaian Masyarakat Sosialisasi Pendataan pemilih Pembentukan badan penyelenggara (PPS/KPPS/PPL/Panwascam Pendaftaran calon Kampanye Lainnya Total Frekuensi % Presentase Kumulatif 234 26 63.4 7.0 63.4 70.5 7 1.9 72.4 3 51 45 366 0.8 13.8 12.2 100,0 73.2 87.0 100,0 Sumber : Data Primer 2015 Berdasarkan data diatas, dapat diketahui bahwa masyarakat menilai sosialisasi merupakan aspek utama yang perlu mendapat perhatian (63,4 %). Sosialisasi tidak hanya dilakukan oleh KPU tetapi juga oleh pemerintah daerah (Kerbangpol), partai politik dan kandidat yang ikut berkompetisi. Posisi kedua dengan 13.8 % adalah kampanye aspek yang juga perlu ditingkatkan. Dengan demikian bukan berarti aspek lain lain dapat diketepikan. 5.6.3nYang perlu Diperbaiki dalam Sosialisasi ke Depan Karena sosialisasi merupakan aspek yang menurut masyarakat perlu ditingkatkan maka perlu dirinci lagi hal-hal yang perlu diperbaiki dari sosialisasi itu sendiri. Aspek sosialisasi yang perlu diperbaiki menurut masyarakat adalah semua aspek, karena dinilai masih sedang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut. Kerjasama Polokda Unand dan Komisi Pemilihan Umum Kota Payakumbuh 54 Laporan Riset Kesukarelaan Politik Masyarakat Kota Payakumbuh 2015 Tabel 5.21: Penilaian Masyarakat terhadap Pelaksanaan Sosialisasi No Indikator 1 Informasi mengenai tahapan dan program Pemilu 2 Tema dan materi tentang penyelenggaraan Pemilu 3 Pemahaman dan pengetahuan tentang Pemilu 4 Pemahaman & pengetahuan tentang tahapan & program Pemilu 5 Pemahaman & pengetahuan tentang tata cara penggunaan hak politik & hak pilih 6 Kesadaran untuk berperan serta dalam setiap tahapan pemilu 7 Kesadaran untuk ikut Pemilu Sumber : Data Primer 2015 Penilaian terhadap Sosialisasi Rendah: 1-2,3 Sedang: 2,4-3,6 Nilai Derajat 3,16 Sedang 3,03 Sedang 3,26 Sedang 2,95 Sedang 3,03 Sedang 3,20 Sedang 3,36 Sedang Tinggi: 3,7-5 5.6.4Jenis Pilkada Yang Diinginkan Warga ke depan Masyarakat Kota Payakumbuh yang diwakili rasponden penelitian ini ternyata masih mendukung pelaksanaan pemlihan kepala daerah secara langsung dibandingkan dengan dipilih oleh DPRD. Hasil survei menunjukkan bahwa sebanyak 326 responden atau 86 % menyatakan setuju dengan pemiluka yang dipilih langsung oleh masyarakat dan hanya 7,10 % yang setujukepala daerahdipilih oleh DPRD serta 6,9 % menyatakan tidak tahu. Peserta FGD menyatakan tanggapannya tentang hal ini. Menurut mereka mekanisme pemilihan secara langsung oleh rakyat harus tetap dipertahankanmeskipun ada beberapa catatan yang harus diperbaiki dari proses penyelenggaraannya. Kelemahan pilkada harus diperbaiki, antara lain menurut informan adalah efisiensi penyelenggaraan pilkada perlu ditingkatkan, politik uang harus benar-benar dihilangkan, sistem rekrutmen calon kepala daerah harus terbuka dan seleksinya diperketat dengan Kerjasama Polokda Unand dan Komisi Pemilihan Umum Kota Payakumbuh 55 Laporan Riset Kesukarelaan Politik Masyarakat Kota Payakumbuh 2015 persyaratan tambahan yaitu memiliki standar kompetensi dan standar moral dan integritas yang diuji oleh lembaga yang benar-benar kredibel. Terakhir adalah masalah keamanan akibat sengketa pilkada perlu ditingkatkan. Tabel 5.22: Jenis Pilkada Yang Diinginkan Warga ke depan Jenis Pilkada Frekuensi % Presentase Kumulatif 326 86.0 86.0 27 7.1 93.1 26 379 6.9 100.0 100.0 Dipilih langsung oleh rakyat seperti sekarang Dipilih oleh DPRD Tidak tahu Total Sumber : Data Primer 2015 5.7 Kesukarelaan Masyarakat dalam Penyelenggaraan Pemilu Sebagaimana telah diuraikan pada bab sebelumnya bahwa kesukarelaan politik adalah segala tindakan yang dilakukan warga negara yang terkait dengan kegiatan politik atas kehendak sendiri, tanpa paksaan atau mobilisasi, dengan niat untuk kemaslatan masyarakat tanpa mengharapkan imbalan yang bersifat material. Informan peserta FGD penelitian ini mendukung pendapat bahwa kesukarelaan politik salah satu pilar utama dari demokrasi. Mereka mengatakan bahwa kesukarelaan politik masyarakat berkaitan erat dengan maju mundurnya perkembangan demokrasi. Hambatan yang mempengaruhi kesukarelaan politik masyarakat dapat berasal dari dalam masyarakat (internal), yaitu kemampuan dan kesediaan masyarakat untuk berpartisipasi, maupun faktor dari luar masyarakat (eksternal) yaitu peran aparat dan lembaga formal yang ada. Kemampuan masyarakat akan berkaitan dengan stratifikasi sosial dalam masyarakat, adanya 3 komponen di dalamnya, yaitu kelas (ekonomi), status (prestise) dan kekuasaan. Bagaimana pengaruh kedua faktor ini terhadap kesukarelaan politik masyarakat di Kota Payakumbuh? Kerjasama Polokda Unand dan Komisi Pemilihan Umum Kota Payakumbuh 56 Laporan Riset Kesukarelaan Politik Masyarakat Kota Payakumbuh 2015 5.6.1 Masalah utama Payakumbuh yang sedang dihadapi Masyarakat Kota Keadaan sosial ekonomi masyarakat mempengaruhi tingkat kesukarelaan politiknya. Masyarakat yang sedang mengalami masalah sosial dan ekonomi yang hebat tentu kesukarelaan politik nya rendah. Lalu bagaiaman masalah masyarakat saat ini? Kajian ini menemukan bahwa sebanyak 163 responden (43%) masyarakat Kota Payakumbuh menyatakan mereka sedang mempunyai masalah sosial ekonomi yang berat yaitu susahnya mendapatkan lapangan pekerjaan. Masalah ini banyak kemukakan oleh kalangan muda dan usia produktif. Sedangkan dan ibu-ibu rumah tangga menjerit dengan masalah mahalnya harga sembako pada posisi kedua yaitu 101 orang (27%),petani mengeluhkan masalah kelangkaan pupuk yaitu pada posisi ketiga sebanyak 55 responden atau 14 % (9,3). Hal ini jelas menjadi kendala yang signifikan dalam menumbuh kembangkan kesukarelaan politik masyarakat di Kota Payakumbuh. Selain itu terdapat masalah eksternal dimana terdapat kurangnya kepercayaan terhadap pimpinan daerah sebanyak 47 responden atau 12%. Tabel 5.23: Masalah Sosial Ekonomi Masyarakat Masalah Utama Kelangkaan pupuk Mahalnya biaya berobat Susahnya lapangan pekerjaan Masalah korupsi/KKN Kurangnya kepercayaan kepada pimpinan daerah Kurangnya rasa aman & rendahnya ketertiban Kelangkaan air bersih Terjadinya/ancaman banjir Sarana/prasarana transportasi Mahalnya harga sembako Mahalnya biaya pendidikan Tidak tegaknya hukum dengan adil Frekuensi 55 27 163 30 % 14% 7% 43% 8% 47 12% 21 1 6 16 101 45 28 6% 0% 2% 4% 27% 12% 7% Sumber : Data Primer 2015 Kerjasama Polokda Unand dan Komisi Pemilihan Umum Kota Payakumbuh 57 Laporan Riset Kesukarelaan Politik Masyarakat Kota Payakumbuh 2015 5.6.2 Hubungan antara Penilaian Masyarakat terhadap Pemerintah dengan Tingkat Kesukarelaan Politik Kinerja Berdasarkan hasil uji korelasi Pearson antara pertanyaan “bagaimana jalannya pelaksanaan pemerintah Payakumbuh saat ini” dengan “peran aktif masyarakat dalam pemilu”. Hasil korelasi yang bernilai 0,035< 0,05 menandakan bahwa terdapat korelasi antara kesukarelaan politik masyarakat dalam pemilu dengan kinerja pemerintahan Kota Payakumbuh saat ini. Semakin positif penilaian masyarakat terhadap kinerja pemerintah daerah maka akan semakin tinggi tingkat kesukarelaan politik masyarakat. Dari temuan permasalahan sebelumnya sosial menunjukkan ekonomi masyarakat bahwa dengan seperti banyaknya sulitnya lapangan pekerjaan, mahalnya harga pupuk dan sembako serta hilangnya kepercayaan terhadap pemerintah maka akan sangat mengurangi tingkat kesukarelaan politik masyarakat. 5.8 Kesukarelaan Masyarakat dalam Penyelenggaraan Pilkada Sumbar 2015 Kesukarelaan politik juga sangat dipengaruhi oleh seberapa tinggi tingkat pengetahuan masyarakat terhadap permasalahan sosial politik yang sedang berlangsung. Kesukarelaan masyarakat dalam pemilu juga ditentukan sejauh mana pengetahuan masyarakat terhadap pemilu, termasuk tujuan, manfaat, aturan, manajemen, peserta yang bersaing dan sebagainya. Berikut ini akan diuraikan sumber informasi masyarakat tentang pemilu tersebut. 5.7.1 Sumber Informasi Politik tentang Penyelenggaraan Pilkada Sumbar 2015 Tabel 5.24: Sumber informasi Pilkada Sumber Informasi Radio Koran TV Spanduk/Baliho Website Pemerintah Kota Payakumbuh Frekuensi % 53 118 22 131 9 28 13.9 31.0 5.8 34.4 2.4 7.3 Kerjasama Polokda Unand dan Komisi Pemilihan Umum Kota Payakumbuh 58 Laporan Riset Kesukarelaan Politik Masyarakat Kota Payakumbuh 2015 Sosialisasi langsung oleh calon Sosialisasi langsung oleh KPU Teman/tetangga/saudara Lainnya Total Sumber : Data Primer 2015 9 80 7 4 2.4 20 1.8 1.0 Berdasarkan data diatas, dapat diketahui bahwa sebanyak 131 responden atau 34,4% mendapat informasi mengenai penyelengaraan pemilu dari spanduk atau baliho, posisi kedua dari koran sebanyak 118 orang atau 31% dan 53 orang atau 13,9% dari radio. Inilah media informasi bagi warga dalam mendapat informasi terkait penyelenggaraan pemilu di Kota Payakumbuh. Dari temuan tersebut jelas bahwa masyarakat hanya mengetahui informasi tentang Pilkada Sumbar dari baliho yang notabene sangat minim memberikan informasi kecuali hanya sebatas gambar, dan tagline calon. Sedangkan informasi yang lebih penting dan mendalam seperti rekam jejak calon, partai pendukung, tata cara pilkada, dinamika yang sedang berlangsung tidak mungkin disampaikan melalui baliho. 5.8.2 Sumber Informasi tentang Bakal Calon Peserta Pilkada Sumbar 2015 Tabel 5.25: Sumber informasi Bakal Calon Pilkada No Sumber Informasi 1 2 3 4 5 6 Radio Koran TV Spanduk/Baliho Internet Sosialisasi langsung oleh calon Sumber : Data Primer 2015 Frekuensi 45 88 12 182 38 13 Terkait dengan informasi tentang calon peserta Pilkada Sumbar 2015, posisi paling tinggi didapat dari spanduk/baliho 182 responden, diikuti koran 88 responden dan radio 45 orang. Hal ini memang tidak jauh berbeda dengan sumber informasi terkait penyelenggaraan pemilu seperti yang dijelaskan dalam variabel sebelumnya. Kerjasama Polokda Unand dan Komisi Pemilihan Umum Kota Payakumbuh 59 Laporan Riset Kesukarelaan Politik Masyarakat Kota Payakumbuh 2015 5.7.3 Yang perlu ditingkatkan dalam Pelaksanaan Pilkada Sumbar 2015 Tabel 5.26: Yang Perlu ditingkat dari Pilkada Pilkada Sumbar 2015 Yang Perlu Ditingkatkan dalam Pelaksanaan Pilkada 1 Sosialisasi 2 Pendataan pemilih 3 Pembentukan badan penyelenggara 4 Pendaftaran calon 5 Kampanye 6 Pengawasan Sumber : Data Primer 2015 No Frekuensi 136 76 34 23 89 130 Berdasarkan data diatas, dapat diketahui bahwa sebanyak 136 responden menyatakan bahwa hal sosialisasi perlu ditingkatkan dalam pelaksanaan pilkada sumbar tahun 2015 disusul dengan pengawasan sebanyak 130 orang dan kampanye sebanyak 89 orang. Hal ini tentunya dapat menjadi pelajaran bagi pengambil kebijakan. 5.7.4 Tingkat kesediaan masyarakat menjadi voluntir dalam Pelaksanaan Pilkada Sumbar 2015 Tabel 5.27: Tingkat Kesukarelaan Masyarakat dalam Pilkada Tingkat kesediaan masyarakat Ya Tidak Tergantung honornya Belum tahu Total Sumber : Data Primer 2015 Frekuensi % Persentase Kumulatif 148 39.4 39.4 115 30.6 69.9 12 3.2 73.1 101 376 26.9 100.0 100.0 Dari data diatas, dapat diketahui bahwa tingkat kesukarelaan politik masyarakat dalam menjadi volunter dalam pelaksanaan pilkada sebanyak 148 orang atau 39,4% dan yang tidak mau berpartisipasi sebanyak 115 orang atau 30,6% dari 376 responden. Terdapat 12 orang ataui 73% yang mengatakan bahwa mereka mau berpartisipasi jika ada honornya. Selain itu yakni 101 orang atau 26,9% belum bisa memutuskan apakah akan berpartisipasi atau tidak dalam Pilkada Serentak 2015. Kerjasama Polokda Unand dan Komisi Pemilihan Umum Kota Payakumbuh 60 Laporan Riset Kesukarelaan Politik Masyarakat Kota Payakumbuh 2015 Didalam bagian 5.9 ini diberikan tampilan data yang berkaitan dengan kesukarelaan masyarakat dalam pemilu. Terkait informasi mengenai pemilu dan peserta pilkada tahun 2015, kebanyakan responden mendapatkan informasi dari spanduk atau baliho. Sedangkan tekait dengan pelaksanaan pemilu yang perlu diubah terdapat pada permasalahan sosialisasi yang menurut responden sangat perlu diperbaiki dan terkait dengan kesediaan masyarakat menjadi voluntir dalam pemilu, terdapat selisih yang kecil antara bersedia atau tidak. 5.9 Bentuk-Bentuk Kesukarelaan Politik Masyarakat Berdasarkan temuan tengang bentuk-bentuk kesukarelaan diperoleh infomasi bahwa 93,9% responden menyatakan tidak berminat menjadi pemimpim masyarakat baik formal maupun informal atau menjadi pengurus partai. Sebayak 93,9 % responden menyatakan tidak mau memberikan sumbangan keuangan kepada parpol ataupun peserta pemilu. Sebanyak 69.8% responden menyatakan tidak berminat menjadi penyelenggara pemilu. Sebanyak 51,9 % responden menyatakan tidak berminat menghadiri kampanye pemilu ataupun pilkada. Sebanyak 88,8 % responden menyatakan tidak berminat hadir dalam rapat/ ulang tahun partai. Sebanyak 94.2 % responden menyatakan tidak berminat aktif sebagai anggota partai. Sebanyak 85.4 % responden menyatakan tidak berminat mengajak orang lain mendukung salah satu partai. Sebanyak 94.2 % responden menyatakan tidak berminat menjadi anggota kaukus dan menyusun strategi pertemuan. Sebanyak 88.5 % responden menyatakan tidak meminat mengikuti politik atau pawai politik. Sebanyak 95.4 % responden menyatakan tidak mau ikut serta menghubungi pejabat pemerintah atau pimpinan politik. Sebanyak 91.2 % responden menyatakan tidak suka memasang stiker partai/calon tertentu dikendaraan pribadi. Sebanyak 86.6 % responden menyatakan tidak pernah melaksanakan diskusi-diskusi politik. Sebanyak 18.9% responden menyatakan tidak pernah mencoblos dalam pemliu/pilkada dan 70,5% menyatakan selalu dalam pemilu/pilkada. Sebanyak 82.0% responden menyatakan tidak Kerjasama Polokda Unand dan Komisi Pemilihan Umum Kota Payakumbuh 61 Laporan Riset Kesukarelaan Politik Masyarakat Kota Payakumbuh 2015 berminat mendukung partai/calon tertentu dalam pemilu/pilkada, 5,9 % jarang dan 5,2 % kadang-kadang. Secara keseluruhan bentuk dan tingkat kesukarelaan politik masyarakat Kota Payakumbuh adalah seperti terlihat pada tabel 5.27 di bawah ini: Tabel 5.28: Bentuk-Bentuk Kesukarelaan Politik Masyarakat No Bentuk Kesukarelaan Politik Derajat Nilai 1 Menjadi pemimpin publik atau pemimpin partai politik Memberi sumbangan keuangan parpol atau calon peserta pemilu Menjadi penyelenggara pemilu Menghadiri kampanye pemilu/pilkada Menghadiri Pertemuan Partai Aktif sebagai anggota partai Mengajak orang lain mendukung salah satu partai Berminat menjadi anggota kaukus dan menyusun strategi pertemuan Menghadiri Pertemuan Politik Menghubungi pejabat pemerintah atau pimpinan politik Memasang stiker partai/calon tertentu di kendaraan pribadi Melaksanakan diskusi-diskusi politik Mencoblos dalam pemilu/pilkada Menyatakan diri mendukung partai/calon tertentu dlm pemilu/pilkada Sangat rendah 1,07 Sangat Rendah 1,05 Sangat Sangat Sangat Sangat Sangat Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah 1,37 1,68 1,19 1,16 1,32 Sangat Rendah 1,08 Sangat Rendah Sangat Rendah 1,19 1,13 Sangat Rendah 1.20 Sangat Rendah Tinggi Sangat Rendah 1,19 4,2 1,47 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 Sumber: Data Primer 2015 Dari 14 pertanyaan yang diajukan kepada responden terkait dengan kesukarelaan politik masyarakat, diketahui bahwa rata-rata tingkat kesukarelaan politik masyarakat adalah sangat rendah dengan nilai 1,36 dalam skala 5. Kerjasama Polokda Unand dan Komisi Pemilihan Umum Kota Payakumbuh 62 Laporan Riset Kesukarelaan Politik Masyarakat Kota Payakumbuh 2015 6.1 Kesimpulan Dalam survei kesukarelaan politik masyarakat Kota Payakumbuh ini terdapat beberapa hal yang dapat disimpukan ; Pertama, dari sisi partisipasi masyarakat. Dari hasil survei ini, ditemukan bahwa tingkat partisipasi masyarakat dalam pemilu tergolong tinggi yakni 94 % atau 359 orang dari 383 responden yang menjawab. Terdapat perbedaan partisipasi memilih berdasarkan umur responden. Jumlah responden terbanyak adalah kelompok umur 17 – 25 tahun yaitu 93 orang atau 24% dari total responden. Partisipasi yang tertinggi adalah responden dengan golongan umur 34-42.Pemilih muda adalah penyumbang angka golput tertinggi yaitu mencapai 63 % dari 34 orang responden yang golput. Terdapat dua variabel yang mempunyai perbedaan atau pengaruh dalam keikut sertaan pemilih dalam pemilu yakni variabel umur dan jenis pekerjaan. Sedangkan keempat indikator lainnya tidak memiliki perbedaan atau pengaruh yakni jenis kelamin, tingkat pendidikandan tingkat pendapatan. Kedua, Motivasi masyarakat berpartisipasi dalam pemilu adalah karena adanya rasa kewajiban sebagai warga negara (41,6%), anggapan bahwa pemilu merupakan hak warga negara (27,6%) dan karena ingin mengubah keadaan negara/daerah (15,7%).Tidak terdapat perbedaan motivasi memilih berdasarkan umur, jenis kelamin, tingkat hidup, jenis pekerjaandan tingkat pendidikan seseorang.Terdapat perbedaan motivasi memilih berdasarkan lokasi tempat tinggal (kecamatan). Kerjasama Polokda Unand dan Komisi Pemilihan Umum Kota Payakumbuh 63 Laporan Riset Kesukarelaan Politik Masyarakat Kota Payakumbuh 2015 Ketiga, Golongan putih (Golput) merupakan salah satu indikator kesukarelaan politik. Kebanyakan alasan masyarakat memilih golput adalah “Tidak Sempat Pulang untuk mencoblos”, “Pemilu bukanlah kewajiban tetapi hak warga negara” dan “Tidak Ada Bantuan barang/jasa”,“Mempunyai urusan lain yang lebih penting”, tidak percaya kepada calon atau partai politik dan karena ada urusan lain yang lebih penting.Faktor-faktor yang membedakan perilaku golput adalah faktor usia dan lokasi tempat tinggal. Keempat, terdapat perbedaan pandangan masyarakat akan demokrasi elektoral dari semua indikator yang dipakai. Mayoritas masyarakat mempunyai minat terhadap demokrasi elektoral, walaupun sebagian hanya kadang-kadang saja mengikuti perkembangan pemilu baik aturan maupun dinamika pencalonan kepala daerah. Perbedaan minat masyarakat Kota Payakumbuh terhadap perkembangan demikrasi elektoral atau pemilu di Indonesia pengaruhi oleh beberapa faktor yaitu tingkat pendidikan, tempat tinggal (Kecamatan), jenis pekerjaan,tingkat pendapatan ekonomi dan kondisi ekonomi Kelima,Setengah responden bersikap menerima politik uang yaitu 50,1%. Terdapat perbedaan sikap di antara masyarakat yang setuju dengan politik uang yaitu, pertama menerima uangnya, soal pilihan urusan nanti, kedua menerima uangnya dan akan memilih orangnyadan terima uangnya tetapi tidak pilih orangnya.Kenyataan ini sangat memprihatinkan karena dapat merusak sendi-sendi demokrasi. Terdapat beberapa dua faktor pembeda yang mempengaruhi Sikap Masyarakat terhadap Politik Uang yaitu: tingkat pendapatan ekonomi dan kondisi ekonomi keluarga. Keenam, penilaian masyarakat terhadap pelaksanaan pemilu 2014 mayoritas positif 52,8% yaitu mengatakan pemilu masih diwarnai oleh politik uang, adanya kecurangan dan kurangnya sosialisasi. Ini menjadi perhatian bagi calon dan parpol yang menjadi peserta pemilu. Hal-hal yang perlu diperbaiki terkait pelaksanaan pemilu adalah sosialisasi, pendataan pemilih. Sedangkan aspek-aspek sosialisasi itu sendiri yang perlu ditingkatkan adalah Kerjasama Polokda Unand dan Komisi Pemilihan Umum Kota Payakumbuh 64 Laporan Riset Kesukarelaan Politik Masyarakat Kota Payakumbuh 2015 semua sosialisasi yaitu: informasi mengenai tahapan dan program Pemilu,tema dan materi tentang penyelenggaraan Pemilu,pemahaman dan pengetahuan tentang Pemilu,pemahaman & pengetahuan tentang tahapan & program pemilu,pemahaman & pengetahuan tentang tata cara penggunaan hak politik & hak pilih,kesadaran untuk berperan serta dalam setiap tahapan pemilu dan kesadaran untuk ikut Pemilu. Ketujuh, masyarakat Kota Payakumbuh mendukung pelaksanaan pemilihan kepala daerah secara langsung dibandingkan dengan pemilihan melalui DPRD.Mekanisme pemilihan secara langsung oleh rakyat harus tetap dipertahankan meskipun ada beberapa catatan yang harus diperbaiki dari proses penyelenggaraannya. Kedelapan, Tingkat kesukarelaan politik masyarakat Payakumbuh sangat rendah. Hambatan yang mempengaruhi kesukarelaan politik ini berasal dari dalam masyarakat (internal), yaitu kemampuan dan kesediaan masyarakat untuk berpartisipasi, dan faktor dari luar masyarakat (eksternal) yaitu peran aparat dan lembaga formal yang ada. Keadaan sosial ekonomi masyarakat Payakumbuh mempengaruhi tingkat kesukarelaan politiknya. Masyarakat Kota Payakumbuh menyatakan mereka sedang mempunyai masalah sosial ekonomi yang berat yaitu susahnya mendapatkan lapangan pekerjaan (43%) masalah mahalnya harga sembako (27%), masalah kelangkaan pupuk (14 %). Hal ini menjadi kendala yang signifikan dalam menumbuh kembangkan kesukarelaan politik masyarakat di Kota Payakumbuh. 6.2nRekomendasi Penelitian Berdasarkan kesimpulan di atas maka penelitian ini merumuskan rekomendasi sebagai berikut: Kerjasama Polokda Unand dan Komisi Pemilihan Umum Kota Payakumbuh 65 Laporan Riset Kesukarelaan Politik Masyarakat Kota Payakumbuh 2015 Pertama, karena tingginya tingkat golput di kalangan pemilih pemula maka peneliti merekomendasikan bahwa perlu dilakukan pendidikan politik (civic education) yang terstruktur dan kontinu bagi kaum muda.Pendidikan politik dapat meningkatkan pengetahuan dan kesadaran politik serta kebanggaan kaum muda terhadap bangsanya. Dengan demikian diharapkan terjadi peningkatan partisipasi memilih kaum muda. Selam ini pendidikan politik bagi kaum muda cendrung diperoleh dari media massa atau media sosial.Sementara media ini sering hanya menampilkan sisi buruk dari perilaku elite politik. Hal ini tentu berpengaruh negatif terhadap minat pemilih pemula terhadap pemilu. Beberapa program yang dapat dibuat adalah lomba karya tulis tentang pemilu, lomba membuat poster pemilu atau lomba debat politik yang dilakukan di kalangan pelajar untuk menggali ekspresi mereka tentang pemilu dan politik. Pemilih pemula sebagian besar saat ini gemar menggunakan teknologi informasi, misalnya internet ataupun telepon genggam, dll. Media TI dapat dimanfaatkan untuk menarik atau memengaruhi mereka agar lebih responsif atau proaktif mengikuti proses pemilihan. Melalui media ini diharapkan para pemilih pemula dapat mengetahui apa, siapa, bagaimana, kapan dan dimana pemilihan akan dilaksanakan. Kedua, Karena terdapat perbedaan motivasi memilih masyarakat berdasarkan tingkat hidup, tingkat pendidikan sesorang, umur jenis kelamin, Lokasi tempat tinggal (Kecamatan), maka disarankan program sosialisasi pemilu harus disesuaikan dengan target audien sosialisasi itu sendiri. Oleh karena kegiatan sosialisasi merupakan tanggungjawab semua pihak dalam konteks kesukarelaan politik maka KPU perlu membangun lebih banyak lagi jaringan dan kerjasama dengan berbagai pihak untuk melaksanakan kegiatan sosialisasi sehingga kegiatan ini semakin luas. Di antara institusi yang perlu diajak bekerjasama adalah partai politik, sekolah, perguruan tinggi, lembaga kursus, LSM, organisasi pemuda,pemerintah daerahdan jajarannya sampai ke kelurahan, media massa, tokoh masyarakat seperti Kerjasama Polokda Unand dan Komisi Pemilihan Umum Kota Payakumbuh 66 Laporan Riset Kesukarelaan Politik Masyarakat Kota Payakumbuh 2015 ninik mamak, alim ulama, cerdik pandai, bundo kanduang, pemuda dan sebagainya. Ketiga, untuk mengurangi angka golongan putih (Golput) hasil kajian ini menunjukkan bahwa persoalan golput bukan persoalan yang sederhana hanya sekedar persoalan teknis atau kurangnya sosialisasi tetapi lebih dari itu, ia menyangkut persoalan ideologi. Untuk mengurangi golput para politisi dan pemimpin yang dipilih melalui pemilu harus mampu meyakinkan pemilih bahwa mereka adalah pemimpin pilihan rakyat yang amanah dan mampu merubah keadaan negara dan daerah. Karena alasan golput adalah masyarakat tidak yakin pemilu mampu merubah keadaan. Selain itu alasan golput adalah masyarakat merasa urusan mereka lebih penting, ini perlu pendidikan politik untuk menumbuhkan kesadaran masyarat. Keempat,Karena mayoritas responden menghalakan politik uang maka ini jelas membutuhkan pendidikan, sosialisasi dan penyadaran tidak hanya mengangkut aspek pengetahuan tentang pemilu tetapi juga menyangkut aspek afektif yaitu keyakinan tentang resiko dan dampak negatif politik uang. Untuk itu diperlukan peran semua pihak seperti pemimpin agama pemimpin adat, pendidik, pemimpin pemerintahan dan lain-lain dalm memberikan teladan kepada masyarakat. Kelima, temuan bahwa tingkat kesukarelaan politik masyarakat Payakumbuh sangat rendah yang mempengaruhi kesukarelaan politik ini berasal dari dalam masyarakat (internal), dari luar masyarakat (eksternal).Untuk meningkatkan kembali kesukarelaan politik diperlukan usaha keras dari pemimpin masyarakat baik formal dari pusat sampai ke kelurahan nagari terutama untuk memperbaiki keadaan ekonomi masyarakat. Karena keadaan sosial ekonomi masyarakat Payakumbuh ini mempengaruhi tingkat kesukarelaan politiknya. Perbaikan kondisi ekonomi ini harus diiringi oleh suatu gerakan bersama untuk menumbuhkan kembali Kerjasama Polokda Unand dan Komisi Pemilihan Umum Kota Payakumbuh 67 Laporan Riset Kesukarelaan Politik Masyarakat Kota Payakumbuh 2015 semangat kesetiakawanan sosial, semangat berani berkorban, keiklasan, saling bantu membantu, menggalakkan kegiatan sosial (philanthropy) atau pengabdian kepada masyarakat, meningkatkan partisipasi politik, kegiatan advokasi atau kampanye. Kerjasama Polokda Unand dan Komisi Pemilihan Umum Kota Payakumbuh 68 Laporan Riset Kesukarelaan Politik Masyarakat Kota Payakumbuh 2015 DAFTAR PUSTAKA Rogin, Michael. 1962. Voluntarism: The Political Functions of an Antipolitical Doctrine. Industrial and Labor Relations Review,Vol 15. No. 4 (Jul). pp 521-535 United Nations Volunteers. 1999. Expert Group Meeting on Volunteering and Social Development. New York. 29-30 November 1999 Wan Ee Lin. 2001. “Why Voluntary Work?”. Rencana di New Straits Times. Kuala Lumpur: New Straits Times. 23 Mac 2001 Bitti, Mary Teresa. 2007. Is forced volunteering helping anyone? in Financial Times, 30 April 2007 Macpherson, C.B. 1972. The Real World of Democracy. New York: Oxford University Press. TB. Massa Djafar. 2008. Demokratisasi, DPRD, dan penguatan politik lokal. Jurnal Poelitik Vol1. No.1: 1-12. Teller, Paul. 2011. Learning To Live With Voluntarism,Synthese 178:49–66 Kerjasama Polokda Unand dan Komisi Pemilihan Umum Kota Payakumbuh 69