PERATURAN DAERAH KOTA PAYAKUMBUH NOMOR 09 TAHUN 2010 TENTANG PEDAGANG KAKI LIMA DAN/ATAU PEDAGANG MALAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PAYAKUMBUH, Menimbang : a. bahwa untuk melakukan suatu kegiatan usaha ekonomi baik sektor formal maupun non formal seperti Pedagang Kaki Lima dan/atau Pedagang Malam adalah hak dari masyarakat dalam rangka memenuhi kebutuhan pokok; b. bahwa guna meningkatkan usaha sektor informal di Daerah, tercakup didalamnya Pedagang Kaki Lima dan/atau Pedagang Malam, perlu memperoleh jaminan termasuk perlindungan, pembinaan dan pengaturan dalam melakukan usahanya agar berdaya guna dan berhasil guna serta meningkatkan kesejahteraan; c. bahwa untuk mengantisipasi terjadinya kesemrawutan atau untuk lebih tertibnya suasana pasar dibutuhkan penataan terhadap Pedagang Kaki Lima dan/atau Pedagang Malam demi terwujudnya Kota Payakumbuh sebagai Kota yang bersih, aman, tertib, indah, anggun dan harmonis; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaskud pada huruf a, huruf b dan huruf c diatas perlu ditetapkan Peraturan Daerah tentang Pedagang Kaki Lima dan/atau Pedagang Malam. Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonom Kota Kecil Dalam Lingkungan Daerah Propinsi Sumatera Tengah jo Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 8 Tahun 1970 tentang Pelaksanaan Pemerintahan Kotamadya Solok dan Payakumbuh (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1956, Nomor 19); 2. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981, tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3209); 3. Undang-undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389); 4. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437), sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 5. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 6. Undang – undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5025); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983, tentang Pelaksanaan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 36, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3258); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1988 tetang Koordinasi Kegiatan Vertikal di Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1988 Nomor 67); 9. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593); 10. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Propinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 11. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 6 Tahun 2003 tentang Pedoman Penyidik Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Pemerintah Daerah; 12. Peraturan Daerah Kota Payakumbuh Nomor 03 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas di Lingkungan Pemerintah Kota Payakumbuh (Lembaran Daerah Kota Payakumbuh Tahun 2008 Nomor 03); Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA PAYAKUMBUH dan WALIKOTA PAYAKUMBUH MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PEDAGANG KAKI LIMA DAN/ATAU PEDAGANG MALAM. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kota Payakumbuh; 2. Pemerintahan Daerah adalah Penyelenggara urusan Pemerintahan oleh Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah menurut azas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 3. Pemerintah Daerah adalah Walikota dan Perangkat Daerah sebagai unsur Penyelenggara Pemerintah Daerah; 4. Walikota adalah Walikota Payakumbuh; 5. Kantor Pengelolaan Pasar adalah Kantor Pengelolaan Pasar Kota Payakumbuh; 6. Pejabat adalah Pegawai yang diberi tugas dan wewenang tertentu di bidang Pedagang Kaki Lima sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku; 7. Pedagang Kaki Lima adalah Pedagang yang melakukan usaha perdagangan non formal dengan menggunakan lahan terbuka dan/atau tertutup, sebagian fasilitas umum yang ditentukan oleh Pemerintah Daerah sebagai tempat kegiatan usahanya baik dengan menggunakan peralatan bergerak atau peralatan bongkar pasang sesuai waktu yang telah ditentukan; 8. Pedagang Malam adalah Pedagang Kaki Lima yang berjualan makanan dan minuman atau lainnya pada malam hari di areal Pasar dan/atau Kawasan Pasar; 9. Tempat Usaha/ Lokasi adalah Tempat-tempat tertentu yang ditempati Pedagang Kaki Lima untuk melakukan usaha dagang dan atau jasa; 10. Jalan adalah Suatu akses dan/atau sarana perhubungan darat dalam bentuk apapun meliputi segala bagian jalan termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas; 11. Bahu Jalan adalah Bagian dari jalan di luar jalur lalu lintas; 12. Trotoar adalah Bahu jalan atau bagian dari jalan yang ditinggikan dengan konstruksi beton yang berfungsi dan/atau khusus diperuntukkan bagi lalu lintas pejalan kaki, kursi roda atau lainnya; 13. Jalur Hijau adalah Jalur tanah terbuka yang meliputi taman, lapangan olah raga, taman monumen yang pengelolaannya dilakukan oleh Pemerintah Daerah; 14. Fasilitas Umum adalah Lahan, bangunan dan peralatan atau perlengkapan yang disediakan oleh Pemerintah Daerah untuk dipergunakan oleh masyarakat secara luas; 15. Kawasan adalah Batas-batas wilayah tertentu sesuai dengan pemanfaatan wilayah tersebut yang dapat digunakan untuk melakukan kegiatan usaha bagi Pedagang Kaki Lima atau Pedagang Malam; 16. Izin adalah Kewenangan atau legalitas yang diberikan oleh Pemerintah Kota; 17. Peralatan Bongkar Pasang adalah Suatu peralatan bagi Pedagang Kaki Lima, disaat mau dipakai peralatan ini bisa dipasang dan disaat selesai menggelar jualannya peralatan ini bisa dibongkar; 18. Limbah Sampah adalah Air yang bercampur dengan sisa-sisa makanan yang digelar pedagang. BAB II TUJUAN DAN FUNGSI Bagian Pertama Tujuan Pasal 2 Tujuan penetapan lokasi Pedagang Kaki Lima dan/atau Pedagang Malam : 1. Pengendalian, pengaturan dan pengawasan terhadap Pedagang Kaki Lima dan /atau Pedagang Malam; 2. Menciptakan keterpaduan, keserasian dan keindahan Kota; 3. Menciptakan hygienis dan sanitasi lingkungan bagi Pedagang Kaki Lima dan /atau Pedagang Malam. Bagian Kedua Fungsi Pasal 3 (1) Fungsi penetapan lokasi Pedagang Kaki Lima dan /atau Pedagang Malam untuk membina, mengatur dan menertibkan Pedagang Kaki Lima dan /atau Pedagang Malam; (2) Untuk menjalankan fungsi Pedagang Kaki Lima dan /atau Pedagang Malam sebagaimana ayat (1) di atas, ditetapkan aturan bagi Pedagang Kaki Lima dan /atau Pedagang Malam sebagai arah penentu kebijakan Pedagang Kaki Lima dan /atau Pedagang Malam. BAB III LOKASI Pasal 4 (1) Kegiatan atau usaha Pedagang Kaki Lima dan/atau Pedagang Malam dapat dilakukan di Daerah atau lokasi yang sudah ditetapkan sebagai berikut : a. Untuk Pedagang Kaki Lima yang berjualan makanan dan minuman serta lainnya yang berjualan di malam hari (Pedagang Malam) ditempatkan sebagai berikut : 1) Lokasi I Di sepanjang jalan Soekarno-Hatta (mulai dari samping SPBU depan Minang Asli Parit Rantang sampai ke Simpang Benteng/Jln. Jenderal Sudirman). Dengan catatan Utara-Selatan dari traffic light/Simpang Kasda dibebaskan dari PKL (Tidak menutup persimpangan jalan). 2) Lokasi II Jln. A. Yani (mulai dari depan Toko Obat Sari Hidayat sampai dengan Simpang Jln. Jeruk Labuah Basilang). 3) Lokasi III Jln. Tan Malaka (mulai dari Simpang Bunian sampai dengan Simpang Napar). b. Pedagang makanan spesifik/tradisional seperti batiah, gelamai, beras rendang, kerupuk sanjai, karak kaliang, paniaram dan sebagainya ditempatkan di : 1) Antara Pertokoan bertingkat di belakang Hizra dengan Blok C dan; 2) Los Canopi Mini/Pelataran eks. Lapangan Parkir Blok Timur Pusat Pertokoan Payakumbuh. c. Pedagang buah-buahan ditempatkan di : 1) Los buah-buahan (Pelataran eks. Lapangan Parkir Blok Timur Pusat Pertokoan Payakumbuh) dan; 2) Jalan Sutan Usman (samping RM Asia Baru/bagi yang tidak tertampung di los buahbuahan pada Blok Timur Pusat Pertokoan Payakumbuh sebanyak 4 pedagang. d. Jualan Assessoris, sandal, sepatu, pakaian wanita dan sebagainya ditempatkan pada : 1) Lokasi I Diseputar pelataran Blok Barat Pusat Pertokoan Payakumbuh dan; 2) Lokasi II Pada palung kaki lima lokasi terminal angkutan kota labuh baru. e. Tukang patri, sol sepatu, service lampu petromax, sepuh emas san sebagainya ditempatkan di pinggir jalan sebelah kiri Toko Mas Rendah. f. Pedagang mingguan dan pakaian bekas serta lainnya (khusus yang berjualan setiap hari Pekan atau hari Minggu) ditempatkan di : 1) Pusat Pertokoan. Jalan Gajah Mada Payakumbuh. 2) Pasar Ibuh a) Pasar Ibuh Barat ditempatkan di : 1. Dimulai dari batas ujung Jembatan Ratapan Ibu sebelah Timur sampai pada batas areal parkir (toko Blok a tahap I). 2. Disekitar/sekeliling pertokoan Pasar Ibuh Barat. 3. Pedagang bibit ikan ditempatkan ditepi sungai batang agam/belakang musholla. b) Pasar Ibuh Timur ditempatkan di : Jalan Jambu sampai batas bengkolan masjid. BAB IV PENGATURAN Pasal 5 Luas tempat usaha bagi Pedagang Kaki Lima dan/atau Pedagang Malam diatur sebagai berikut : 1. Untuk pedagang malam yang menggunakan gerobak dorong dan tidak menggunakan tenda seperti; bakso, martabak manis, putu, air aka, rujak, buah-buahan dan sebagainya diberikan tempat jualan berukuran 2 x 1,75 m. 2. Sedangkan yang berjualan makanan dan minuman yang menggunakan gerobak dan tenda, seperti; martabak mesir, nasi, sate dan pedagang makanan dan minuman lainnya diberi tempat usaha dengan berukuran 3 x 3 m. 3. Kalau pedagang seperti yang tercantum pada point 2 di atas mempergunakan tempat usaha 6 x 4 m, maka mereka harus mengambil tempat 2 (dua) kapling, dan membayar kewajibannya 2 (dua) kali dari yang dibebankan pada pedagang yang memakai tempat sesuai dengan yang diklasifikasikan pada point 2 di atas. 4. Untuk Pedagang Kaki Lima yang berjualan Barang Mudo (sayur-sayuran dan buah-buahan) di Pasar Ibuh diberikan tempat usaha 1,5 x 1,75 m. 5. Untuk Pedagang Kaki Lima yang berada di Pusat Pertokoan diberikan tempat usaha 1,5 x 1,75 m. 6. Khusus untuk Pujasera penempatan akan diatur permeter disesuaikan dengan fungsinya diatur lebih lanjut dengan Peraturan Walikota. 7. Pemakaian tempat usaha tidak boleh melebihi dari ketentuan yang diatur pasal ini. Pasal 6 (1) Khusus untuk Pedagang Malam, pergelaran dagangan mereka dimulai pada jam 16.00 Wib sore, dan berakhir pada jam 05.00 Wib. (2) Setelah kegiatan berakhir pada jam 05.00 Wib pagi sebagaimana dimaksud ayat (1) Pasal ini, seluruh lokasi telah bersih dari peralatan dagang tenda-tenda, gerobak dan peralatan dagangan lainnya. BAB V TATA CARA PENGURUSAN IZIN DAN KETENTUAN LAIN Pasal 7 (1) Dalam menjalankan usaha ditempat usaha sebagaimana dimaksud Pasal 4 Peraturan Daerah ini, harus mendapatkan izin Penggunaan Tempat Usaha dari Kepala Daerah atau Pejabat yang ditunjuk. (2) Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak boleh dipindah tangankan dengan cara apapun dan kepada siapapun tanpa izin dari Walikota dan/atau Pejabat yang ditunjuk. (3) Ketentuan-ketentuan lain untuk mendapatkan izin akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Walikota. (4) Izin Penggunaan Tempat Usaha sebagaimana dimaksud ayat (1) berlaku 1 (satu) tahun dengan ketentuan dapat dicabut dan/atau diperpanjang setelah masa berlakunya berakhir. (5) Pemberian izin sebagaimana dimaksud ayat (1) kepada pemegang izin diberikan tanda bukti yang pelaksanaannya lebih lanjut diatur dengan Peraturan Walikota dan/atau Pejabat yang ditunjuk. BAB VI KEWAJIBAN DAN LARANGAN Pasal 8 (1) Setiap kegiatan usaha Pedagang Kaki Lima dan/atau Pedagang Malam, wajib : a. Memelihara kebersihan, ketertiban dan keindahan pada masing-masing tempat yang diizinkan dan mempunyai tong sampah. b. Pedagang Kaki Lima dan/atau Pedagang Malam yang berjualan makanan dan minuman harus menyediakan : 1) Tempat cuci piring yang higienis (bersih dan sehat) dan memelihara K3 lainnya; 2) Menyediakan tempat limbah dan membuangnya pada tempat pembuangan limbah atau kotoran. (2) Setiap kegiatan usaha Pedagang Kaki Lima dan/atau Pedagang Malam dilarang : a. Pedagang Malam dilarang melakukan kegiatan usaha selain yang tertera pada Pasal 4; b. Melakukan kegiatan usaha dengan mendirikan tempat usaha yang bersifat semi permanen dan/atau permanen; c. Melakukan kegiatan yang menimbulkan dampak negatif terhadap kebersihan, keindahan, ketertiban, keamanan dan kenyamanan kota; d. Melaksanakan kegiatan yang dapat menghambat kelancaran lalu lintas umum, pejalan kaki dan sebagainya; e. Menggunakan lahan dan sarana usaha dagang yang melebihi dari ketentuan yang telah diizinkan oleh Walikota; f. Berpindah tempat dan/atau memindahtangankan izin tanpa sepengetahuan dan seizin Walikota dan/atau Pejabat yang ditunjuk; g. Dilarang berjualan di emperan toko dan/atau di lokasi parkir kecuali pada saat-saat tertentu yang diatur lebih lanjut dengan Peraturan Walikota. h. Menelantarkan dan atau membiarkan tempat kegiatan usaha kosong, tanpa kegiatan secara terus menerus selama 1 (satu) bulan; i. Tempat usaha dijadikan tempat penyimpanan, penimbunan barang, kecuali untuk jenisjenis usaha tertentu yang diatur lebih lanjut dengan Peraturan Walikota; j. Memperdagangkan bahan-bahan yang dilarang oleh Pemerintah berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku; k. Membuang sampah dan limbah ke saluran drainase di lokasi pasar; l. Pedagang kaki lima yang menjual sayuran, ayam, daging, ikan dan sejenisnya dan yang menjual kebutuhan harian dilarang berjualan di Pusat Pertokoan dan sekitarnya. BAB VII PEMBINAAN Pasal 9 (1) Untuk kepentingan pengembangan usaha dan peningkatan kesejahteraan Pedagang Kaki Lima dan/atau Pedagang Malam, Walikota dan/atau Pejabat atau unit kerja yang ditunjuk berkewajiban memberikan pembinaan berupa bimbingan dan penyuluhan secara berkesinambungan. (2) Pembinaan dan penyuluhan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini, disesuaikan dengan Tupoksi dan disinergikan dengan program dan kegiatan SKPD terkait. BAB VIII PENGAWASAN DAN PENERTIBAN Pasal 10 (1) Pengawasan Pedagang Kaki Lima dan/atau Pedagang Malam, dilakukan oleh Petugas yang ditunjuk oleh Walikota; (2) Penertiban Pedagang Kaki Lima dan/atau Pedagang Malam, dilakukan oleh Petugas Keamanan Pasar dan/atau Petugas Polisi Pamong Praja Kota Payakumbuh atau oleh Petugas yang ditunjuk Pemerintah Kota Payakumbuh. Pasal 11 Untuk melaksanakan tugas Penertiban sebagaimana dimaksud Pasal 10 ayat (2) petugas penertiban dapat meminta bantuan kepada petugas keamanan lainnya, dengan seizin dan sepengetahuan Walikota. BAB IX SANKSI Pasal 12 1. Pedagang Kaki Lima dan/atau Pedagang Malam dapat dikenakan sanksi pencabutan izin apabila : a. Pemegang izin melanggar ketentuan yang tercantum dalam surat izin; b. Tempat usaha yang bersangkutan tidak lagi ditetapkan sebagai tempat usaha Pedagang Kaki Lima dan/atau Pedagang Malam; c. Pemegang Izin melanggar ketentuan Pasal 7 Peraturan Daerah ini dan atau tidak mengindahkan ketentuan lainnya; d. Pemegang izin melanggar ketentuan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku yang berkaitan dengan Peraturan Derah ini. 2. Pencabutan izin sebagaimana dimaksud pada angka 1 tidak diberikan ganti rugi. 3. Prosedur pencabutan izin sebagaimana dimaksud ayat (1) adalah : a. Pedagang Kaki Lima dan/atau Pedagang Malam diberikan Surat Peringatan Pertama sampai ketiga oleh Kepala Daerah atau Pejabat yang ditunjuk, yang bentuk dan tatacara diatur dengan Keputusan Walikota; b. Apabila dalam waktu 6 (enam) hari Surat Peringatan Ketiga sebagaimana dimaksud ayat (3) huruf a belum juga dilaksanakan, Walikota dan/atau Pejabat yang ditunjuk dapat melakukan penyitaan dan/atau pembongkaran terhadap barang dagangan dan atau alat yang dipergunakan dan pencabutan izin; c. Dalam hal barang sitaan karena sifatnya cepat berubah, rusak, busuk, dan atau dapat mengganggu lingkungan dan/atau kesehatan, Walikota dan/atau Pejabat yang ditunjuk dapat menghancurkan atau memusnahkannya. BAB X KETENTUAN PENYIDIKAN Pasal 13 (1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah diberi wewenang khusus sebagai Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS), untuk melakukan penyidikan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Daerah ini sesuai dengan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 Tentang Hukum Acara Pidana. (2) Wewenang penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini adalah : a. Menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan atau laporan berkenaan atas tindak pidana agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lengkap dan jelas; b. Meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana; c. Meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan dengan tindak pidana; d. Memeriksa buku-buku, catatan-catatan dan dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana; e. Melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan, pencatatan dan dokumen-dokumen lain, serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut; f. Meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana; g. Menyuruh berhenti, melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang dan atau dokumen yang dibawa sebagaimana dimaksud pada huruf (e); h. Memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana; i. Memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi; j. Menghentikan penyidikan; k. Melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana menurut hukum yang dapat dipertanggungjawabkan; (3) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini memberitahukan dimulainya penyidikan dan penyampaian hasil penyidikannya kepada penuntut umum, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana. BAB XI KETENTUAN PIDANA Pasal 14 (1) Setiap orang atau Badan yang melakukan tindakan yang bertentangan dengan Pasal 7 ayat (1) dan (2), dan Pasal 8, Peraturan Daerah ini diancam dengan pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau denda paling banyak Rp. 5.000.000. (lima juta rupiah). (2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini adalah pelanggaran. (3) Denda sebagaimana dimaksud ayat (1) Pasal ini, berdasarkan putusan hakim disetorkan ke kas daerah. BAB XII KETENTUAN PERALIHAN Pasal 15 Pedagang Kaki Lima dan/atau Pedagang Malam yang telah melakukan usaha ditempat umum sebelum Peraturan Daerah ini diundangkan tetap dapat melaksanakan usahanya dilokasi yang telah ditunjuk berdasarkan peraturan daerah ini dan diberikan hak lebih dahulu untuk memperoleh izin tempat usaha Pedagang Kaki Lima dan/atau Pedagang Malam BAB XIII PENUTUP Pasal 16 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kota Payakumbuh. Ditetapkan di Payakumbuh pada tanggal 29 Desember 2010 WALIKOTA PAYAKUMBUH dto JOSRIZAL ZAIN Diundangkan di Payakumbuh pada tanggal 29 Desember 2010 SEKRETARIS DAERAH KOTA PAYAKUMBUH dto IRWANDI LEMBARAN DAERAH KOTA PAYAKUMBUH TAHUN 2010 NOMOR 09 PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA PAYAKUMBUH NOMOR 09 TAHUN 2010 TENTANG PEDAGANG KAKI LIMA DAN/ATAU PEDAGANG MALAM I. UMUM Peraturan Daerah tentang Pedagang Kaki Lima dan/atau Pedagang Malam ini sangat erat sekali kaitannya dan sejalan dengan Rancangan Peraturan Daerah tentang Kawasan Pasar. Karena pedagang kaki lima, khususnya pedagang kaki lima (yang berjualan makan, minuman dan lainnya) pada malam hari yang menempati lokasi bukan saja diwilayah yang dikelola oleh Kantor Pengelolaan Pasar Kota Payakumbuh akan tetapi diluarnya, atau kawasan diluar wewenang pasar, seperti dipinggir-pinggir jalan Jenderal Sudirman, Jalan Soekarno-Hatta, Jalan A. Yani Payakumbuh dan sebagainya. Sangat banyak sekali persoalan yang menyangkut pedagang kaki lima dan/atau pedagang malam. Persoalan ini tidak saja di Kota Payakumbuh dikota-kota lain pun persoalan pedagang kaki lima merupakan persoalan yang pelik. Ratusan pedagang kaki lima menggantungkan mata pencaharian dikawasan kota Payakumbuh, kalau tidak ditata secara baik maka tidak saja kesembrautan pasar yang akan terjadi tapi juga persoalan lain akan timbul seperti persoalan sesama pedagang. Untuk mengatur dan menata para pedagang kaki lima dan/atau pedagang malam ini akan lebih bersih, tertib, aman, indah sehingga menarik dipandang mata, dan bahkan mampu menjadi daya tarik pariwisata daerah, serta dapat mengintensifkan pemasukan PAD daerah Kota Payakumbuh. Maka oleh sebab itu Peraturan Daerah tentang Pedagang Kaki Lima dan/atau Pedagang Malam Menjadi acuan bagi Instansi Pengelolaan Pasar Kota Payakumbuh dalam melaksanakan tugas-tugas penataan, pengaturan dan penagihan pemungutan retribusi dan sangat penting adalah tidak terjadinya permasalahan antara sesama pedagang. Karena adanya lahan pedagang, mereka merasa diserobot oleh pedagang kaki lima. II. Pasal Demi Pasal Pasal 1 Cukup Jelas Pasal 2 Cukup Jelas Pasal 3 Cukup Jelas Pasal 4 Cukup Jelas Pasal 5 Cukup Jelas Pasal 6 Cukup Jelas Pasal 7 Cukup Jelas Pasal 8 Cukup Jelas Pasal 9 Cukup Jelas Pasal 10 Cukup Jelas Pasal 11 Cukup Jelas Pasal 12 Cukup Jelas Pasal 13 Cukup Jelas Pasal 14 Cukup Jelas Pasal 15 Cukup Jelas Pasal 16 Cukup Jelas TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KOTA PAYAKUMBUH NOMOR 09