pedagang kaki lima dan/atau pedagang malam

advertisement
PERATURAN DAERAH KOTA PAYAKUMBUH
NOMOR 09 TAHUN 2010
TENTANG
PEDAGANG KAKI LIMA DAN/ATAU PEDAGANG MALAM
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
WALIKOTA PAYAKUMBUH,
Menimbang
:
a.
bahwa untuk melakukan suatu kegiatan usaha ekonomi baik sektor formal
maupun non formal seperti Pedagang Kaki Lima dan/atau Pedagang Malam
adalah hak dari masyarakat dalam rangka memenuhi kebutuhan pokok;
b. bahwa guna meningkatkan usaha sektor informal di Daerah, tercakup
didalamnya
Pedagang
Kaki
Lima
dan/atau
Pedagang
Malam,
perlu
memperoleh jaminan termasuk perlindungan, pembinaan dan pengaturan
dalam melakukan usahanya agar berdaya guna dan berhasil guna serta
meningkatkan kesejahteraan;
c.
bahwa untuk mengantisipasi terjadinya kesemrawutan atau untuk lebih
tertibnya suasana pasar dibutuhkan penataan terhadap Pedagang Kaki Lima
dan/atau Pedagang Malam demi terwujudnya Kota Payakumbuh sebagai Kota
yang bersih, aman, tertib, indah, anggun dan harmonis;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaskud pada huruf a, huruf
b dan huruf c diatas perlu ditetapkan Peraturan Daerah tentang Pedagang Kaki
Lima dan/atau Pedagang Malam.
Mengingat
: 1. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonom
Kota Kecil Dalam Lingkungan Daerah Propinsi Sumatera Tengah jo Peraturan
Menteri
Dalam
Negeri
Nomor
8
Tahun
1970
tentang
Pelaksanaan
Pemerintahan Kotamadya Solok dan Payakumbuh (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1956, Nomor 19);
2. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981, tentang Hukum Acara Pidana
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3209);
3. Undang-undang
Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389);
4. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437), sebagaimana telah diubah
beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang
Perubahan Kedua atas Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008
Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);
5. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
Antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4438);
6. Undang – undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 96,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5025);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983, tentang Pelaksanaan Kitab
Undang-Undang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 36, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3258);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1988 tetang Koordinasi Kegiatan
Vertikal di Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1988 Nomor
67);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang
pedoman Pembinaan
dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4593);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan
antara
Pemerintah,
Pemerintahan
Daerah
Propinsi
dan
Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4737);
11.
Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 6 Tahun 2003 tentang Pedoman
Penyidik Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Pemerintah Daerah;
12.
Peraturan Daerah Kota Payakumbuh Nomor
03 Tahun 2008 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Dinas di Lingkungan Pemerintah Kota Payakumbuh
(Lembaran Daerah Kota Payakumbuh Tahun 2008 Nomor 03);
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA PAYAKUMBUH
dan
WALIKOTA PAYAKUMBUH
MEMUTUSKAN :
Menetapkan
:
PERATURAN DAERAH TENTANG PEDAGANG KAKI LIMA
DAN/ATAU
PEDAGANG MALAM.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :
1.
Daerah adalah Kota Payakumbuh;
2.
Pemerintahan Daerah adalah Penyelenggara urusan Pemerintahan oleh Pemerintah Daerah
dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah menurut azas otonomi dan tugas pembantuan dengan
prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
3.
Pemerintah Daerah adalah Walikota dan Perangkat Daerah sebagai unsur Penyelenggara
Pemerintah Daerah;
4.
Walikota adalah Walikota Payakumbuh;
5.
Kantor Pengelolaan Pasar adalah Kantor Pengelolaan Pasar Kota Payakumbuh;
6.
Pejabat adalah Pegawai yang diberi tugas dan wewenang tertentu di bidang Pedagang Kaki
Lima sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku;
7.
Pedagang Kaki Lima adalah Pedagang yang melakukan usaha perdagangan non formal
dengan menggunakan lahan terbuka dan/atau tertutup, sebagian fasilitas umum yang
ditentukan oleh Pemerintah Daerah sebagai tempat kegiatan usahanya baik dengan
menggunakan peralatan bergerak atau peralatan bongkar pasang sesuai waktu yang telah
ditentukan;
8.
Pedagang Malam adalah Pedagang Kaki Lima yang berjualan makanan dan minuman atau
lainnya pada malam hari di areal Pasar dan/atau Kawasan Pasar;
9.
Tempat Usaha/ Lokasi adalah Tempat-tempat tertentu yang ditempati Pedagang Kaki Lima
untuk melakukan usaha dagang dan atau jasa;
10.
Jalan adalah Suatu akses dan/atau sarana perhubungan darat dalam bentuk apapun meliputi
segala bagian jalan termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan
bagi lalu lintas;
11.
Bahu Jalan adalah Bagian dari jalan di luar jalur lalu lintas;
12.
Trotoar adalah Bahu jalan atau bagian dari jalan yang ditinggikan dengan konstruksi beton
yang berfungsi dan/atau khusus diperuntukkan bagi lalu lintas pejalan kaki, kursi roda atau
lainnya;
13.
Jalur Hijau adalah Jalur tanah terbuka yang meliputi taman, lapangan olah raga, taman
monumen yang pengelolaannya dilakukan oleh Pemerintah Daerah;
14.
Fasilitas Umum adalah Lahan, bangunan dan peralatan atau perlengkapan yang disediakan
oleh Pemerintah Daerah untuk dipergunakan oleh masyarakat secara luas;
15.
Kawasan adalah Batas-batas wilayah tertentu sesuai dengan pemanfaatan wilayah tersebut
yang dapat digunakan untuk melakukan kegiatan usaha bagi Pedagang Kaki Lima atau
Pedagang Malam;
16.
Izin adalah Kewenangan atau legalitas yang diberikan oleh Pemerintah Kota;
17.
Peralatan Bongkar Pasang adalah Suatu peralatan bagi Pedagang Kaki Lima, disaat mau
dipakai peralatan ini bisa dipasang dan disaat selesai menggelar jualannya peralatan ini bisa
dibongkar;
18.
Limbah Sampah adalah Air yang bercampur dengan sisa-sisa makanan yang digelar
pedagang.
BAB II
TUJUAN DAN FUNGSI
Bagian Pertama
Tujuan
Pasal 2
Tujuan penetapan lokasi Pedagang Kaki Lima dan/atau Pedagang Malam :
1.
Pengendalian, pengaturan dan pengawasan terhadap Pedagang Kaki Lima dan /atau
Pedagang Malam;
2.
Menciptakan keterpaduan, keserasian dan keindahan Kota;
3.
Menciptakan hygienis dan sanitasi lingkungan bagi Pedagang Kaki Lima dan /atau Pedagang
Malam.
Bagian Kedua
Fungsi
Pasal 3
(1) Fungsi penetapan lokasi Pedagang Kaki Lima dan /atau Pedagang Malam untuk membina,
mengatur dan menertibkan Pedagang Kaki Lima dan /atau Pedagang Malam;
(2) Untuk menjalankan fungsi Pedagang Kaki Lima dan /atau Pedagang Malam sebagaimana
ayat (1) di atas, ditetapkan aturan bagi Pedagang Kaki Lima dan /atau Pedagang Malam
sebagai arah penentu kebijakan Pedagang Kaki Lima dan /atau Pedagang Malam.
BAB III
LOKASI
Pasal 4
(1)
Kegiatan atau usaha Pedagang Kaki Lima dan/atau Pedagang Malam dapat dilakukan di
Daerah atau lokasi yang sudah ditetapkan sebagai berikut :
a.
Untuk Pedagang Kaki Lima yang berjualan makanan dan minuman serta lainnya yang
berjualan di malam hari (Pedagang Malam) ditempatkan sebagai berikut :
1) Lokasi I
Di sepanjang jalan Soekarno-Hatta (mulai dari samping SPBU depan Minang Asli
Parit Rantang sampai ke Simpang Benteng/Jln. Jenderal Sudirman).
Dengan catatan Utara-Selatan dari traffic light/Simpang Kasda dibebaskan dari PKL
(Tidak menutup persimpangan jalan).
2) Lokasi II
Jln. A. Yani (mulai dari depan Toko Obat Sari Hidayat sampai dengan Simpang Jln.
Jeruk Labuah Basilang).
3) Lokasi III
Jln. Tan Malaka (mulai dari Simpang Bunian sampai dengan Simpang Napar).
b.
Pedagang makanan spesifik/tradisional seperti batiah, gelamai, beras rendang, kerupuk
sanjai, karak kaliang, paniaram dan sebagainya ditempatkan di :
1) Antara Pertokoan bertingkat di belakang Hizra dengan Blok C dan;
2) Los Canopi Mini/Pelataran eks. Lapangan Parkir Blok Timur Pusat Pertokoan
Payakumbuh.
c.
Pedagang buah-buahan ditempatkan di :
1) Los buah-buahan (Pelataran eks. Lapangan Parkir Blok Timur Pusat Pertokoan
Payakumbuh) dan;
2) Jalan Sutan Usman (samping RM Asia Baru/bagi yang tidak tertampung di los buahbuahan pada Blok Timur Pusat Pertokoan Payakumbuh sebanyak 4 pedagang.
d.
Jualan Assessoris, sandal, sepatu, pakaian wanita dan sebagainya ditempatkan pada :
1) Lokasi I
Diseputar pelataran Blok Barat Pusat Pertokoan Payakumbuh dan;
2) Lokasi II
Pada palung kaki lima lokasi terminal angkutan kota labuh baru.
e.
Tukang patri, sol sepatu, service lampu petromax, sepuh emas san sebagainya
ditempatkan di pinggir jalan sebelah kiri Toko Mas Rendah.
f.
Pedagang mingguan dan pakaian bekas serta lainnya (khusus yang berjualan setiap hari
Pekan atau hari Minggu) ditempatkan di :
1) Pusat Pertokoan.
Jalan Gajah Mada Payakumbuh.
2) Pasar Ibuh
a) Pasar Ibuh Barat ditempatkan di :
1. Dimulai dari batas ujung Jembatan Ratapan Ibu sebelah Timur sampai pada
batas areal parkir (toko Blok a tahap I).
2. Disekitar/sekeliling pertokoan Pasar Ibuh Barat.
3. Pedagang bibit ikan ditempatkan ditepi sungai batang agam/belakang
musholla.
b) Pasar Ibuh Timur ditempatkan di :
Jalan Jambu sampai batas bengkolan masjid.
BAB IV
PENGATURAN
Pasal 5
Luas tempat usaha bagi Pedagang Kaki Lima dan/atau Pedagang Malam diatur sebagai berikut :
1.
Untuk pedagang malam yang menggunakan gerobak dorong dan tidak menggunakan tenda
seperti; bakso, martabak manis, putu, air aka, rujak, buah-buahan dan sebagainya diberikan
tempat jualan berukuran 2 x 1,75 m.
2.
Sedangkan yang berjualan makanan dan minuman yang menggunakan gerobak dan tenda,
seperti; martabak mesir, nasi, sate dan pedagang makanan dan minuman lainnya diberi tempat
usaha dengan berukuran 3 x 3 m.
3.
Kalau pedagang seperti yang tercantum pada point 2 di atas mempergunakan tempat usaha 6
x 4 m, maka mereka harus mengambil tempat 2 (dua) kapling, dan membayar kewajibannya 2
(dua) kali dari yang dibebankan pada pedagang yang memakai tempat sesuai dengan yang
diklasifikasikan pada point 2 di atas.
4.
Untuk Pedagang Kaki Lima yang berjualan Barang Mudo (sayur-sayuran dan buah-buahan) di
Pasar Ibuh diberikan tempat usaha 1,5 x 1,75 m.
5.
Untuk Pedagang Kaki Lima yang berada di Pusat Pertokoan diberikan tempat usaha 1,5 x 1,75
m.
6.
Khusus untuk Pujasera penempatan akan diatur permeter disesuaikan dengan fungsinya diatur
lebih lanjut dengan Peraturan Walikota.
7.
Pemakaian tempat usaha tidak boleh melebihi dari ketentuan yang diatur pasal ini.
Pasal 6
(1)
Khusus untuk Pedagang Malam, pergelaran dagangan mereka dimulai pada jam 16.00 Wib
sore, dan berakhir pada jam 05.00 Wib.
(2)
Setelah kegiatan berakhir pada jam 05.00 Wib pagi sebagaimana dimaksud ayat (1) Pasal ini,
seluruh lokasi telah bersih dari peralatan dagang tenda-tenda, gerobak dan peralatan
dagangan lainnya.
BAB V
TATA CARA PENGURUSAN IZIN DAN KETENTUAN LAIN
Pasal 7
(1)
Dalam menjalankan usaha ditempat usaha sebagaimana dimaksud Pasal 4 Peraturan Daerah
ini, harus mendapatkan izin Penggunaan Tempat Usaha dari Kepala Daerah atau Pejabat yang
ditunjuk.
(2)
Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak boleh dipindah tangankan dengan cara apapun
dan kepada siapapun tanpa izin dari Walikota dan/atau Pejabat yang ditunjuk.
(3)
Ketentuan-ketentuan lain untuk mendapatkan izin akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan
Walikota.
(4)
Izin Penggunaan Tempat Usaha sebagaimana dimaksud ayat (1) berlaku 1 (satu) tahun
dengan ketentuan dapat dicabut dan/atau diperpanjang setelah masa berlakunya berakhir.
(5)
Pemberian izin sebagaimana dimaksud ayat (1) kepada pemegang izin diberikan tanda bukti
yang pelaksanaannya lebih lanjut diatur dengan Peraturan Walikota dan/atau Pejabat yang
ditunjuk.
BAB VI
KEWAJIBAN DAN LARANGAN
Pasal 8
(1)
Setiap kegiatan usaha Pedagang Kaki Lima dan/atau Pedagang Malam, wajib :
a. Memelihara kebersihan, ketertiban dan keindahan pada masing-masing tempat yang
diizinkan dan mempunyai tong sampah.
b. Pedagang Kaki Lima dan/atau Pedagang Malam yang berjualan makanan dan minuman
harus menyediakan :
1)
Tempat cuci piring yang higienis (bersih dan sehat) dan memelihara K3 lainnya;
2)
Menyediakan tempat limbah dan membuangnya pada tempat pembuangan limbah
atau kotoran.
(2)
Setiap kegiatan usaha Pedagang Kaki Lima dan/atau Pedagang Malam
dilarang :
a.
Pedagang Malam dilarang melakukan kegiatan usaha selain yang tertera pada Pasal 4;
b.
Melakukan kegiatan usaha dengan mendirikan tempat usaha yang bersifat semi
permanen dan/atau permanen;
c.
Melakukan kegiatan yang menimbulkan dampak negatif terhadap kebersihan, keindahan,
ketertiban, keamanan dan kenyamanan kota;
d.
Melaksanakan kegiatan yang dapat menghambat kelancaran lalu lintas umum, pejalan
kaki dan sebagainya;
e.
Menggunakan lahan dan sarana usaha dagang yang melebihi dari ketentuan yang telah
diizinkan oleh Walikota;
f.
Berpindah tempat dan/atau memindahtangankan izin tanpa sepengetahuan dan seizin
Walikota dan/atau Pejabat yang ditunjuk;
g.
Dilarang berjualan di emperan toko dan/atau di lokasi parkir kecuali pada saat-saat
tertentu yang diatur lebih lanjut dengan Peraturan Walikota.
h.
Menelantarkan dan atau membiarkan tempat kegiatan usaha kosong, tanpa kegiatan
secara terus menerus selama 1 (satu) bulan;
i.
Tempat usaha dijadikan tempat penyimpanan, penimbunan barang, kecuali untuk jenisjenis usaha tertentu yang diatur lebih lanjut dengan Peraturan Walikota;
j.
Memperdagangkan bahan-bahan yang dilarang oleh Pemerintah berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku;
k.
Membuang sampah dan limbah ke saluran drainase di lokasi pasar;
l.
Pedagang kaki lima yang menjual sayuran, ayam, daging, ikan dan sejenisnya dan yang
menjual kebutuhan harian dilarang berjualan di Pusat Pertokoan dan sekitarnya.
BAB VII
PEMBINAAN
Pasal 9
(1)
Untuk kepentingan pengembangan usaha dan peningkatan kesejahteraan Pedagang Kaki Lima
dan/atau Pedagang Malam, Walikota dan/atau Pejabat atau unit kerja yang ditunjuk
berkewajiban
memberikan
pembinaan
berupa
bimbingan
dan
penyuluhan
secara
berkesinambungan.
(2)
Pembinaan dan penyuluhan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini, disesuaikan
dengan Tupoksi dan disinergikan dengan program dan kegiatan SKPD terkait.
BAB VIII
PENGAWASAN DAN PENERTIBAN
Pasal 10
(1)
Pengawasan Pedagang Kaki Lima dan/atau Pedagang Malam, dilakukan oleh Petugas yang
ditunjuk oleh Walikota;
(2)
Penertiban Pedagang Kaki Lima dan/atau Pedagang Malam, dilakukan oleh Petugas
Keamanan Pasar dan/atau Petugas Polisi Pamong Praja Kota Payakumbuh atau oleh Petugas
yang ditunjuk Pemerintah Kota Payakumbuh.
Pasal 11
Untuk melaksanakan tugas Penertiban sebagaimana dimaksud Pasal 10 ayat (2) petugas penertiban
dapat meminta bantuan kepada petugas keamanan lainnya, dengan seizin dan sepengetahuan
Walikota.
BAB IX
SANKSI
Pasal 12
1.
Pedagang Kaki Lima dan/atau Pedagang Malam dapat dikenakan sanksi pencabutan izin
apabila :
a.
Pemegang izin melanggar ketentuan yang tercantum dalam surat izin;
b.
Tempat usaha yang bersangkutan tidak lagi ditetapkan sebagai tempat usaha Pedagang
Kaki Lima dan/atau Pedagang Malam;
c.
Pemegang Izin melanggar ketentuan Pasal 7 Peraturan Daerah ini dan atau tidak
mengindahkan ketentuan lainnya;
d.
Pemegang izin melanggar ketentuan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku yang
berkaitan dengan Peraturan Derah ini.
2.
Pencabutan izin sebagaimana dimaksud pada angka 1 tidak diberikan ganti rugi.
3.
Prosedur pencabutan izin sebagaimana dimaksud ayat (1) adalah :
a.
Pedagang Kaki Lima dan/atau Pedagang Malam diberikan Surat Peringatan Pertama
sampai ketiga oleh Kepala Daerah atau Pejabat yang ditunjuk, yang bentuk dan tatacara
diatur dengan Keputusan Walikota;
b.
Apabila dalam waktu 6 (enam) hari Surat Peringatan Ketiga sebagaimana dimaksud ayat
(3) huruf a belum juga dilaksanakan, Walikota dan/atau Pejabat yang ditunjuk dapat
melakukan penyitaan dan/atau pembongkaran terhadap barang dagangan dan atau alat
yang dipergunakan dan pencabutan izin;
c.
Dalam hal barang sitaan karena sifatnya cepat berubah, rusak, busuk, dan atau dapat
mengganggu lingkungan dan/atau kesehatan, Walikota dan/atau Pejabat yang ditunjuk
dapat menghancurkan atau memusnahkannya.
BAB X
KETENTUAN PENYIDIKAN
Pasal 13
(1)
Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah diberi wewenang
khusus sebagai Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS), untuk melakukan penyidikan tindak
pidana sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Daerah ini sesuai dengan Undang-undang
Nomor 8 Tahun 1981 Tentang Hukum Acara Pidana.
(2)
Wewenang penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini adalah :
a.
Menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan atau laporan berkenaan
atas tindak pidana agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lengkap dan jelas;
b.
Meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau badan
tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana;
c.
Meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan dengan
tindak pidana;
d.
Memeriksa buku-buku, catatan-catatan dan dokumen lain berkenaan dengan tindak
pidana;
e.
Melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan, pencatatan dan
dokumen-dokumen lain, serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut;
f.
Meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana;
g.
Menyuruh berhenti, melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat
pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang dan atau dokumen
yang dibawa sebagaimana dimaksud pada huruf (e);
h.
Memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana;
i.
Memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai
tersangka atau
saksi;
j.
Menghentikan penyidikan;
k.
Melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana menurut
hukum yang dapat dipertanggungjawabkan;
(3)
Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini memberitahukan dimulainya
penyidikan dan penyampaian hasil penyidikannya kepada penuntut umum, sesuai dengan
ketentuan yang diatur dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara
Pidana.
BAB XI
KETENTUAN PIDANA
Pasal 14
(1)
Setiap orang atau Badan yang melakukan tindakan yang bertentangan dengan Pasal 7 ayat (1)
dan (2), dan Pasal 8, Peraturan Daerah ini diancam dengan pidana kurungan paling lama 3
(tiga) bulan atau denda paling banyak Rp. 5.000.000. (lima juta rupiah).
(2)
Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini adalah pelanggaran.
(3)
Denda sebagaimana dimaksud ayat (1) Pasal ini, berdasarkan putusan hakim disetorkan ke
kas daerah.
BAB XII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 15
Pedagang Kaki Lima dan/atau Pedagang Malam yang telah melakukan usaha ditempat
umum sebelum Peraturan Daerah ini diundangkan tetap dapat melaksanakan usahanya
dilokasi yang telah ditunjuk berdasarkan peraturan daerah ini dan diberikan hak lebih dahulu
untuk memperoleh izin tempat usaha Pedagang Kaki Lima dan/atau Pedagang Malam
BAB XIII
PENUTUP
Pasal 16
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini
dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kota Payakumbuh.
Ditetapkan di Payakumbuh
pada tanggal 29 Desember 2010
WALIKOTA PAYAKUMBUH
dto
JOSRIZAL ZAIN
Diundangkan di Payakumbuh
pada tanggal 29 Desember 2010
SEKRETARIS DAERAH KOTA PAYAKUMBUH
dto
IRWANDI
LEMBARAN DAERAH KOTA PAYAKUMBUH TAHUN 2010 NOMOR 09
PENJELASAN ATAS
PERATURAN DAERAH KOTA PAYAKUMBUH
NOMOR 09 TAHUN 2010
TENTANG
PEDAGANG KAKI LIMA DAN/ATAU PEDAGANG MALAM
I.
UMUM
Peraturan Daerah tentang Pedagang Kaki Lima dan/atau Pedagang Malam ini sangat erat
sekali kaitannya dan sejalan dengan Rancangan Peraturan Daerah tentang Kawasan Pasar. Karena
pedagang kaki lima, khususnya pedagang kaki lima (yang berjualan makan, minuman dan lainnya)
pada malam hari yang menempati lokasi bukan saja diwilayah yang dikelola oleh Kantor Pengelolaan
Pasar Kota Payakumbuh akan tetapi diluarnya, atau kawasan diluar wewenang pasar, seperti
dipinggir-pinggir jalan Jenderal Sudirman, Jalan Soekarno-Hatta, Jalan A. Yani Payakumbuh dan
sebagainya. Sangat banyak sekali persoalan yang menyangkut pedagang kaki lima dan/atau
pedagang malam. Persoalan ini tidak saja di Kota Payakumbuh dikota-kota lain pun persoalan
pedagang kaki lima merupakan persoalan yang pelik. Ratusan pedagang kaki lima menggantungkan
mata pencaharian dikawasan kota Payakumbuh, kalau tidak ditata secara baik maka tidak saja
kesembrautan pasar yang akan terjadi tapi juga persoalan lain akan timbul seperti persoalan sesama
pedagang.
Untuk mengatur dan menata para pedagang kaki lima dan/atau pedagang malam ini akan
lebih bersih, tertib, aman, indah sehingga menarik dipandang mata, dan bahkan mampu menjadi
daya tarik pariwisata daerah, serta dapat mengintensifkan pemasukan PAD daerah Kota
Payakumbuh. Maka oleh sebab itu Peraturan Daerah tentang Pedagang Kaki Lima dan/atau
Pedagang Malam Menjadi acuan bagi Instansi Pengelolaan Pasar Kota Payakumbuh dalam
melaksanakan tugas-tugas penataan, pengaturan dan penagihan pemungutan retribusi dan sangat
penting adalah tidak terjadinya permasalahan antara sesama pedagang. Karena adanya lahan
pedagang, mereka merasa diserobot oleh pedagang kaki lima.
II. Pasal Demi Pasal
Pasal 1
Cukup Jelas
Pasal 2
Cukup Jelas
Pasal 3
Cukup Jelas
Pasal 4
Cukup Jelas
Pasal 5
Cukup Jelas
Pasal 6
Cukup Jelas
Pasal 7
Cukup Jelas
Pasal 8
Cukup Jelas
Pasal 9
Cukup Jelas
Pasal 10
Cukup Jelas
Pasal 11
Cukup Jelas
Pasal 12
Cukup Jelas
Pasal 13
Cukup Jelas
Pasal 14
Cukup Jelas
Pasal 15
Cukup Jelas
Pasal 16
Cukup Jelas
TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KOTA PAYAKUMBUH NOMOR 09
Download