prosiding seminar nasional kebidanan dan call for paper.27.27

advertisement
HUBUNGAN SENAM NIFAS DENGAN PROSES INVOLUSIO UTERI
DI DESA CANDIREJO
Ari Andayani1), Widayati2), Risma Aliviani3)
Fakulta Kesehatan Universitas Ngudi Waluyo
Email: [email protected]
2)
Fakultas Kesehatan Universitas Ngudi Waluyo
3)
Fakultas Kesehatan Universitas Ngudi Waluyo
1)
ABSTRAK
Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk melihat derajat
kesehatan perempuan dan keberhasilan layanan kesehatan di suatu Negara. Penyebab
Angka kematian Ibu (AKI) tahun 2012 Menurut Depkes paling banyak terjadi pada
saat nifas (49,85%), bersalin (26,26%), hamil (23,89%), Kematian Ibu ini di sebabkan
karena perdarahan ( 38%), eklampsi (24%), infeksi (11%), partus lama (5%), dan
abortus (5%), penyakit penyerta (5%). Senam nifas dapat mempercepat pengembalian
regangan-regangan otot setelah melahirkan jika dilakukan dengan teratur.Tujuan
penelitian untuk mengetahui hubungan senam nifas dengan involutio uterus di Desa
Candirejo Kecamatan Ungaran Kabupaten Semarang. Desain penelitian ini adalah
analitik – cross sectional. Populasi diambil dari semua ibu nifas di Desa Candirejo
Kecamatan Ungaran Kabupaten Semarang. Instrumen adalah lembar observasi.
Variabel Independen adalah senam nifas dan Variabel dependen adalah involutio
uterus. Analisa data dengan uji statistik Chi square. Ibu diharapkan dapat
meningkatkan pengetahuan tentang senam nifas baik melalui media massa maupun
media elektronik sehingga ibu mau ikut serta dalam program senam nifas dalam
rangka mempercepat involusi uterus.
Kata Kunci: Senam nifas, involutio uterus
188 |
PENDAHULUAN
Angka Kematian Ibu (AKI)
merupakan salah satu indikator untuk
melihat derajat kesehatan perempuan dan
keberhasilan layanan kesehatan di suatu
Negara. Angka Kematian Ibu (AKI)
merupakan salah satu target yang telah
ditentukan dalam tujuan pembangunan
Millenium Development Goal (MDG‘s)
yang ke-5 yaitu meningkatkan kesehatan
ibu dimana target yang akan dicapai sampai
tahun 2015 adalah mengurangi sampai 2/3
resiko dari jumlah kematian ibu, (SDKI,
2012). Berdasarkan Survey Demografi
Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012
Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia
sudah mulai turun perlahan yaitu sebesar
102 per 100.000 kelahiran hidup (SDKI,
2012). Angka ini masih cukup tinggi
dibandingkan negara ASEAN lainnya.
Angka
kematian
ibu
Kabupaten
Semarang tahun 2012 sebanyak 11 orang
dari 13.140 Kelahiran Hidup atau sebesar
83.714/100.000
kelahiran
hidup,
mengalami penurunan bila dibandingkan
dengan AKI pada tahun 2011 sebanyak 16
orang dari 12.894 Kelahiran Hidup atau
sebesar 124.08/100.000 kelahiran hidup.
Sebesar 59,63% kematian maternal terjadi
pada waktu nifas, pada waktu hamil sebesar
24,74% dan pada waktu persalinan sebesar
15,63%.
Penyebab
terbanyak
dari
perdarahan post partum tersebut yakni 5060% karena kelemahan atau tidak adanya
kontraksi uterus. Pada masa nifas, alat-alat
genetalia interna maupun eksterna akan
berangsur-angsur pulih kembali seperti
keadaan sebelum hamil. Perubahanperubahan alat-alat genital ini dalam
keseluruhannya
disebut
involusi
(Wiknjosastro, 2005).
Salah satu usaha yang dilakukan untuk
mengembalikan perubahan-perubahan yang
terjadi pada masa hamil, persalinan dengan
melaksanakan senam nifas agar kembali
seperti semula seperti sebelum hamil.
Senam nifas sangat baik dilakukan pada ibu
setelah melahirkan Ibu tidak perlu takut
untuk banyak bergerak, (Bobak, 2005).
Dari hasil studi pendahuluan 1 tahun
terakhir dari bulan Januari 2015 di desa
Candirejo terdapat 10 ibu nifas, dari 10 ibu
nifas yang di temukan peneliti terdapat 7
(70%) ibu yang tidak melakukan senam
nifas, dan 3 (30%) ibu nifas melakukan
senam nifas.
Perdarahan post partum dapat terjadi akibat
kontraksi uterus yang kurang baik dan
uterus yang lembek. Perdarahan ini sering
terjadi terutama pada ibu nifas kurang dari
7 hari. Salah satu cara agar Kontraksi tetap
baik sampai akhir nifas adalah mobilisasi
dan gerakan sederhana seperti senam nifas.
Karena dengan senam nifas maka otot-otot
yang berada pada uterus akan mengalami
kontraksi dan retraksi yang mana dengan
adanya kontraksi ini akan menyebabkan
pembuluh darah pada uterus yang
meregang
dapat
terjepit
sehingga
perdarahan dapat terhindari. Senam nifas
sebaiknya
dilakukan dalam setelah
melahirkan, Lalu secara teratur setiap hari.
Dengan melakukan senam nifas sesegera
mungkin, hasil yang didapat pun
diharapkan
bisa
optimal.
Dalam
pelaksanannya, harus dilakukan secara
bertahap, sistematis, dan kontinyu. Namun
pada sebagaian ibu pasca melahirkan
umumnya takut melakukan banyak
gerakan. Ibu biasanya khawatir gerakan
gerakan
yang
dilakukannya
akan
| 189
menimbulkan
dampak
yang
tidak
diinginkan. (Hamnah, 2003).
Selain itu nilai adat-istiadat masih melekat
pada ibu tersebut, yang mana ibu masih
meyakini apabila setelah bersalin tidak
boleh turun dari tempat tidur. Menurut
sosial budaya yang ada pada masyarakat
perawatan pada masa nifas sangat
konservatif
yaitu
diharuskan
tidur
terlentang selama 40 hari, ibu di anjurkan
untuk menghindari kerja keras agar
kandungan tidak turun. Dari studi
pendahuluan pada ibu post partum tidak
melaksanakan mobilisasi bahkan senam
nifas.Adapun
faktor
ibu
tidak
melaksanakan senam nifas karena ibu
masih letih, nyeri pada daerah jalan lahir,
dan juga ibu menganggap (menurut adatistiadat) pada ibu post partum harus diam di
tempat tidur. Selain itu ibu juga tidak
mengetahui tentang pentingnya senam
nifas, tujuan, Manfaat dan juga cara
pelaksaannya. Pada ibu post partum terjadi
perubahan pada alat kandungan dan juga
banyak otot-otot pada uterus mengalami
peregangan akibat kehamilan.
Pengembalian otot ini sangat penting segera
dilakukan, Salah satu caranya dengan
melakukan senam nifas. Apabila tidak
melaksanakan maka kontraksi otot pada
uterus lambat dan kurang baik. Kontraksi
uterus yang jelek sangat memungkinkan
akan mengalami tombosis, degenerasi pada
uterus dan endometrium yang lambat,
sehingga pembuluh darah menjadi beku dan
bermuara pada bekas implantasi plasenta.
Hal ini juga menyebabkan pengeluaran
lochia yang berjalan lambat sehingga
menyebabkan
masa
nifas
yang
berkepanjangan. (Prawiroharjo, 2006).
190 |
Manfaat senam nifas adalah memulihkan
kembali kekuatan otot dasar panggul,
mengencangkan otot-otot dinding perut dan
perinium, membentuk sikap tubuh yang
baik dan mencegah terjadinya komplikasi.
Komplikasi yang dapat dicegah sedini
mungkin dengan melaksanakan senam nifas
adalah perdarahan post partum. Dengan
senam nifas dapat menurunkan kejadian
perdarahan post partum sebesar 60%
(Anidar, 2008). Saat melaksanakan senam
nifas terjadi kontraksi otot-otot perut yang
akan membantu proses involusi yang mulai
setelah plasenta keluar sampai dengan 6
minggu, (Wiknjosastro, 2005).
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas
maka penulis tertarik untuk mengangkat
masalah tersebut ke dalam penelitian yang
berjudul ―Hubungan Senam Nifas Dengan
Proses involusio Uteri‖ di desa Candirejo
Kecamatan Ungaran, Kabupaten Semarang.
METODE PENELITIAN
Desain penelitian ini menggunakan
metode survey analitik, Pendekatan
penelitian ini menggunakan cara Cross
sectional yaitu suatu penelitian untuk
mempelajari dinamika korelasi antara
faktor-faktor resiko dengan efek, dengan
cara pendekatan, observasi atau subjek
penelitian hanya diobservasi sekali saja dan
pengukuran dilakukan terhadap suatu
karakter atau variabel subjek pada saat
pemeriksaan
(Notoatmodjo,
2010).
Populasi penelitian adalah keseluruhan
obyek penelitian atau obyek yang diteliti
(Notoatmodjo, 2010). Populasi dalam
penelitian ini adalah Ibu nifas primipara
dan multipara di desa Candi rejo
Kecamatan Ungaran Kabupaten Semarang.
Sampel dalam penelitian ini adalah semua
ibu nifas pada bulan Juni 2015 teknik
sampling
yang
digunakan
total
samplingPopulasi
penelitian
adalah
keseluruhan obyek penelitian atau obyek
yang diteliti
(Notoatmodjo, 2010).
Populasi dalam penelitian ini adalah Ibu
nifas primipara dan multipara di desa Candi
rejo Kecamatan Ungaran Kabupaten
Semarang. Sampel dalam penelitian ini
adalah semua ibu nifas pada bulan Juni
2015 teknik sampling yang digunakan total
sampling. Analisis yang digunakan dalam
penelitian ini adalah analisis univariat dan
analisis bivariat.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis univariat digunakan untuk
memberikan gambaran tentang senam nifas
dan kejadian involusio uteri pada ibu nifas
a. Senam Nifas
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Berdasarkan
Pelaksanaan Senam Nifas
Senam
Nifas
Tidak
Teratur
Teratur
Jumlah
Jumlah
Persentase (%)
12
21
36,4
63,6
33
100
Tabel 1 dapat diketahui bahwa sebagian
besar ibu nifas , lebih banyak ibu nifas
melaksanakan senam nifas secara teratur,
yaitu sejumlah 21 orang (63,6%).
Penelitian ini di dukung oleh penelitian
Sukardi (2009) tentang senam Hal ini
menunjukan bahwa belum semua ibu nifas
melakukan senam nifas. Kemungkinan
dikarenakan
ibu
primipara
belum
mempunyai pengalaman, sehingga tidak
melakukan senam nifas secara teratur dan
adanya budaya masyarakat yang melarang
ibu nifas untuk banyak gerak karena akan
memberikan dampak yang kurang baik bagi
ibu. Hal ini di dukung oleh penelitian yang
di lakukan Arista (2011) bahwa banyaknya
ibu nifas yang tidak melakukan senam nifas
karena pengetahuan yang masih rendah
tentang senam nifas dan anggapan
masyarakat senam nifas memberikan
dampak negatif pada ibunifas dan
pengeluaran lokhea, hasil uji hipotesis
menunjukan bahwa ada hubungan antara
senam nifas dengan lama pengeluaran
lokhea. Senam nifas adalah senam yang di
lakukan sejak 6 jam post partum sampai
hari ke tujuh , terdiri dari sederetan gerakan
tubuh yang dilakukan untuk mempercepat
pemulihan keadaan ibu (Hesty, 2009)
b. Kejadian involusio uteri
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Berdasarkan
Kejadian Involusio Uteri pada Ibu Nifas
Kejadian
Involusio
Uteri
Tidak Normal
Normal
Jumlah
Jumlah
Persentase (%)
6
27
33
18,2
81,8
100
Tabel 2 dapat diketahui bahwa sebagian
besar ibu nifas tidak mengalami kejadian
involusio uteri (normal), yaitu sejumlah 27
orang (81,8%).
pada ibu nifas yang senam nifas penuruna
TFU berlangsung lebih cepat dari pada
yang tidak senam. Hal ini disampaikan juga
oleh Anggraini , 2009 bahwa manfaat
senam nifas adalah mempercepat involusi
uteri yang salah satu tandanya yaitu
penurunan TFU. Hal ini didukung oleh
penelian Yuliana Tambunan (2009) tentang
pengaruh ambulasi dini terhadap involusio
uteri di klinik bersalin Khatijah Medan di
dapatkan hasil pada kelompok yang di
lakukan ambulasi dini penurunan TFU nya
lebih cepat dari pada kelompok yang tidak
di lakukan ambulasi dini.
| 191
c. Hubungan Senam nifas dengan proses
involusio Uteri.
Tabel 3. Hubungan antara Senam Nifas
dengan Proses Involusio Uteri
Senam
Nifas
Tidak
Teratur
Teratur
Total
Proses Involusio Uteri
Tidak
Normal Total
p-value
Normal
f % f % F %
5 41,7 7 58,3 12 100 0,016
1 4,8 20 95,2 21 100
6 18,2 27 81,8 33 100
Tabel 3 dapat diketahui bahwa ibu yang
melaksanakan senam nifas secara tidak
teratur yang mengalami proses involusio
uteri tidak normal sejumlah 41,7%,
sedangkan ibu yang melaksanakan senam
nifas secara teratur yang mengalami proses
involusi uteri tidak normal sejumlah 4,8%.
Ini menunjukkan bahwa proses involusio
uteri tidak normal lebih banyak terjadi pada
ibu dengan senam nifas secara tidak teratur
dibandingkan ibu dengan senam nifas
secara teratur.
Hasil uji Chi Square, diperoleh p-value
Fisher Exact sebesar 0,016. Oleh karena pvalue = 0,016 <  (0,05) maka Ho diterima,
ini berarti bahwa ada hubungan yang
signifikan antara senam nifas dengan proses
involusio uteri. Saat masa nifas para ibu di
haruskan untuk melakukan senam nifas
atau senam setelah melahirkan. Senam ini
dilakukan sejak hari pertama setelah
melahirkan hingga hari ketujuh. Dalam
pelaksanannya, harus dilakukan secara
bertahap, sistematis, dan kontinyu. Senam
nifas penting sekali di lakukan oleh ibu
yang
telah
melahirkan
untuk
192 |
mengembalikan kebugaran tubuh pasca
persalinan. Melalui latihan secara teratur,
calon ibu diharapkan dapat lebih tenang
serta siap saat persalinan maupun setelah
proses persalinan. Senam nifas sebaiknya
dilakukan setelah kondisi tubuh benarbenar pulih kembali, dan tidak ada keluhankeluhan ataupun gejala-gejala akibat
kehamilan / persalinan yang lalu.
Sebaiknya dalam melakukan senam nifas
tambahkan jumlah dan variasi latihan yang
dilakukan dengan tetap memperhatikan
kondisi kesehatan ibu. Dalam latihan juga
hendaknya diawali dengan pemanasan dan
lakukan relaksasi setelah melakukan senam
nifas untuk mendapatkan hasil yang lebih
baik. Hasil penelitian juga didapatkan ada 1
responden (4,8%) yang teratur melakukan
senam nifas, akan tetapi involusi uterus
yang dialami tidak normal. Hal ini
disebabkan adanya infeksi pada masa nifas
karena masih adanya sisa jaringan yang
dapat memperlambat proses pengecilan
rahim sehingga dapat menimbulkan
perdarahan pada ibu, juga karena ibu tidak
menyusui bayi dengan alasan ibu bekerja
dan asi tidak keluar. Hal ini juga sesuai
dengan penelitian Purwanti di RSUD dr
Much. Soewandhie Surabaya (2010),
tentang dampak senam nifas terhadap
proses involusio didapatkan p value = 0,004
yang artinya senam nifas mempunyai
dampak terhadap involusio uteri yang di
lihat dari penurunan tinggi fundus uteri dan
pengeluaran lockhea.
KESIMPULAN
a. Senam nifas yang dilakukan ibu di Desa
Candirejo, sebagian besar melakukan
secara teratur (63,6%).
b. Involusi Kecamatan Ungaran Barat,
Kabupaten Semarang uterus pada ibu
nifas di Desa Candirejo sebagian besar
mengalami involusio
uterus yang
normal 27 orang (81,8%).
c. Ada hubungan antara senam nifas
dengan involusio uteri di Desa
Candirejo,
REFERENSI
Ambarwati,
Eny Retna dan Dyah
Wulandari.
2010.
Asuhan
Kebidanan Nifas.Yogyakarta: Mitra
Cendikia.
An yatun. ( 2009 ). Buku Ajar Asuhan
Kebidanan Nifas Normal. Jakarta :
EGC
Bobak, Lowdermilk, Jensen. (2005). Buku
Ajar Keperawatan Maternitas,
EGC. Jakarta.
Badan Pusat Statistik, BKKBN, Depkes,
Survey
Demografi
Kesehatan
Indonesia (SDKI). 2012. Pelayanan
Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta
Dinkes. 2012 Profil Kesehatan Kabupaten
Semarang. Ungaran : Dinas
Kesehatan.
Departemen Kesehatan, 2010, Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas),
Badan
Penelitian
dan
Pengembangan Kesehatan, Jakarta,
Indonesia
Manuaba, Ida Bagus Gde, 2007, Ilmu
Kebidanan
dan
Penyakit
Kandungan
dan
Keluarga
Berencana untuk Bidan, EGC,
Jakarta.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi
Penelitian Kesehatan. Jakarta:
Rineka Cipta.
Prawirohardjo, Sarwono dan Wiknjosastro,
Hanifa. 2009. Ilmu Kebidanan.
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.
Sugiyono. 2010. Statistika untuk penelitian.
Bandung : Alfabeta
Suherni, dkk. 2009. Perawatan Masa Nifas.
Yogyakarta: Fitramaya.
Saleha, Siti, 2009, Asuhan Kebidanan
Pada Masa Nifas, Jakarta, Salemba
Medika
Wiknjasastro. Hanifa . 2005, Ilmu
Kebidanan. YBP-SP. Jakarta
ggraini, Yetty. 2010. Asuhan Kebidanan
Masa Nifas. Yogyakarta : Pustaka
Rihama.
Anidar. (2008). Manfaat Senam Nifas.
http//eprins.undip.ac.id, di akses
tanggal 11 Desember 2013.
| 193
Download