No. 8/35/DASP Jakarta, 22 Desember 2006 SURAT EDARAN Perihal : Warkat Debet dan Dokumen Kliring serta Pencetakannya pada Perusahaan Percetakan Warkat dan Dokumen Kliring (PPWDK) dalam Penyelenggaraan Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia ----------------------------------------------------------------------------------------Sehubungan dengan diberlakukannya Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/18/PBI/2005 tentang Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 65, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4516), dipandang perlu untuk mengatur lebih lanjut mengenai ketentuan yang berkaitan dengan Warkat Debet dan Dokumen Kliring serta pencetakannya pada Perusahaan Percetakan Warkat dan Dokumen Kliring (PPWDK) sebagai berikut. I. PEMBAKUAN WARKAT DEBET DAN DOKUMEN KLIRING Dalam upaya untuk meningkatkan efektivitas, efisiensi, keamanan, dan kemudahan pengawasan dalam penyelenggaraan Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI), perlu dilakukan pembakuan Warkat Debet dan Dokumen Kliring yang digunakan dalam SKNBI. A. Warkat Debet Warkat Debet adalah alat pembayaran bukan tunai yang diperhitungkan atas beban nasabah atau Bank melalui Kliring Debet. 1. Jenis Warkat Debet Jenis Warkat Debet yang dibakukan untuk diperhitungkan dalam SKNBI yaitu: a. Cek adalah cek sebagaimana diatur dalam Kitab UndangUndang Hukum Dagang (KUHD) yang ditarik baik atas beban nasabah Bank atau atas beban bank. b. Bilyet … 2 b. Bilyet Giro adalah bilyet giro sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai Bilyet Giro. c. Wesel adalah wesel sebagaimana diatur dalam KUHD, yang diterbitkan oleh Peserta. d. Nota Debet adalah Warkat Debet yang digunakan untuk menagih dana pada Peserta lain untuk untung nasabah Peserta atau Peserta yang menyampaikan Nota Debet tersebut. Nota Debet yang dikliringkan hendaknya telah diperjanjikan dan dikonfirmasikan terlebih dahulu oleh Peserta yang menyampaikan Nota Debet kepada Peserta yang akan menerima Nota Debet tersebut. e. Warkat Debet lain yang mendapatkan persetujuan Bank Indonesia antara lain adalah voucher perjalanan (traveller’s cheque), voucher untuk deviden (dividend cheque), voucher untuk cinderamata (gift cheque) dan Surat Bukti Penerimaan Transfer (SBPT) yang merupakan surat bukti penerimaan transfer dari luar kota yang dapat ditagihkan kepada Peserta penerima dana transfer melalui penyelenggaraan SKNBI. 2. Spesifikasi Teknis Warkat Debet a. Spesifikasi teknis yang harus dicantumkan dalam Warkat Debet Spesifikasi teknis Warkat Debet yang harus dicantumkan dalam Warkat Debet yang akan digunakan dalam penyelenggaraan SKNBI di Wilayah Kliring On-line Otomasi, Wilayah Kliring Off-line Otomasi dan Wilayah Kliring Offline Manual diatur sebagai berikut: 1) Kertas Kertas yang digunakan harus memenuhi kualitas “The London Clearing Bank’s Paper Specification No. 1” (kertas … 3 (kertas CBS-1), yang sekurang-kurangnya memenuhi standar sebagai berikut: a) berat kertas (gramatur): 95 +/- 5 % g/M2; b) ketebalan: 105 sampai dengan 135 micron; dan c) memuat tanda air (watermark) berupa logo PPWDK. 2) Ukuran Ukuran Warkat Debet yang digunakan harus merupakan ukuran seragam, yaitu panjang 7 (tujuh) inci dan lebar 2 ¾ (dua tiga per empat) inci. 3) Rancang Bangun Pembakuan Warkat Debet tidak dimaksudkan untuk membakukan redaksi yang tercantum dalam Warkat Debet. Namun demikian untuk lebih memudahkan pengenalan dan pemeriksaan Warkat Debet maupun sandi atau informasi yang tercantum di dalamnya maka rancang bangun Warkat Debet diatur sebagai berikut: a) Nama dan Logo Bank Nama dan logo Bank harus dicetak dengan jelas dan/atau lebih besar daripada cetakan lainnya pada Warkat Debet dimaksud dan ditempatkan pada bagian kiri atas Warkat Debet. Pencantuman logo dimaksud tidak berlaku dalam hal Peserta tidak memiliki logo. b) Penulisan Jenis Warkat Debet Jenis Warkat Debet sebagaimana dimaksud dalam angka 1 harus ditulis dalam Bahasa Indonesia dan apabila diperlukan dapat ditambahkan padanan katanya dalam Bahasa Inggris. Tulisan jenis Warkat Debet tersebut harus dicetak dengan jelas dan/atau lebih besar daripada tulisan lain pada redaksi … 4 redaksi Warkat Debet dan ditempatkan pada bagian atas Warkat Debet. c) Penggunaan Bahasa Indonesia pada Redaksi Warkat Debet Redaksi Warkat Debet harus ditulis dalam Bahasa Indonesia dan apabila diperlukan, dapat ditambahkan padanan katanya dalam Bahasa Inggris. d) Nomor Seri Nomor seri yang digunakan sebagai sarana kontrol penggunaan Warkat Debet harus dicantumkan pada bagian kanan atas Warkat Debet. e) Nilai Nominal Ruangan untuk menuliskan nilai nominal dalam angka dan huruf harus cukup luas dan ditempatkan di bagian tengah Warkat Debet, sehingga perbandingan tulisan nilai nominal dalam angka dan huruf pada Warkat Debet dapat terlihat atau terbaca dengan jelas. f) Tempat dan Tanggal Penarikan atau Penerbitan Kolom penulisan tempat dan tanggal penarikan atau penerbitan Warkat Debet harus disediakan pada Warkat Debet. g) Ruangan Tanda Tangan Ruangan untuk tanda tangan dan/atau pencantuman nama jelas penarik atau penerbit Warkat Debet harus disediakan dengan cukup luas serta ditempatkan pada bagian bawah Warkat Debet di atas garis batas clear band. h) Nama … 5 h) Nama PPWDK Nama PPWDK harus dicantumkan secara vertikal pada sisi sebelah kiri atau kanan Warkat Debet, atau secara horisontal di bagian bawah Warkat Debet di atas garis batas clear band. i) Penulisan Peserta Kliring Antar Wilayah Peserta Kliring Antar Wilayah harus menuliskan istilah “Peserta Kliring Antar Wilayah”, “Peserta Kliring Warkat dikliringkan pada Luar Wilayah”, seluruh cabang “Dapat bank di Indonesia”, “Peserta intercity clearing” atau istilah yang sejenis lainnya pada bagian tengah atas Warkat Debet atau pada bagian lain yang masih kosong dan menurut Peserta merupakan tempat yang paling tepat. Contoh penulisan istilah Peserta Kliring Antar Wilayah pada Cek dan Bilyet Giro adalah sebagaimana dimaksud dalam Lampiran 1.a dan Lampiran 1.b. j) Penggunaan Warna yang Kontras Komposisi warna antara latar belakang Warkat Debet dan tulisan pada Warkat Debet yang digunakan pada seluruh penyelenggaraan SKNBI harus cukup kontras, sehingga apabila Warkat Debet diproses oleh mesin baca pilah (reader sorter) di Wilayah Kliring On-line Otomasi dan Wilayah Kliring Off-line Otomasi, tulisan pada hasil salinan (image) Warkat Debet atas Warkat Debet yang sebelumnya telah direkam gambarnya dengan menggunakan mesin baca pilah pada Kliring penyerahan dalam penyelenggaraan SKNBI, dapat dibaca dengan jelas. Dengan demikian … 6 demikian, dalam pemilihan komposisi warna pada latar belakang Warkat Debet, Peserta harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut: (1) menghindari penggunaan warna yang sama atau hampir sama antara latar belakang Warkat Debet dengan warna tulisan pada redaksi Warkat Debet (tidak kontras); (2) khusus untuk tulisan pada redaksi Warkat Debet, hendaknya menggunakan pilihan jenis dan besar huruf yang memadai serta menggunakan pilihan warna tinta yang tegas. 4) Tinta untuk mencetak Magnetic Ink Character Recognition E-13B (MICR) code line pada bagian clear band Warkat Debet, harus menggunakan tinta MICR yang memenuhi standar ISO 1004:1995. Ketentuan ini berlaku untuk Warkat Debet yang digunakan di Wilayah Kliring Online Otomasi dan Wilayah Kliring Off-line Otomasi, termasuk Warkat Debet yang digunakan oleh Peserta Kliring Antar Wilayah. 5) Clear band Clear band adalah ruang kosong dengan ukuran seragam yang terdapat pada bagian bawah Warkat Debet dengan panjang 7 (tujuh) inci dan lebar 5/8 (lima per delapan) inci diukur dari sisi bagian paling bawah Warkat Debet. Ruangan clear band tersebut disediakan khusus untuk pencetakan angka dan simbol MICR code line. 6) Garis batas clear band Pada setiap clear band Warkat Debet sebagaimana dimaksud dalam angka 5) harus terdapat batas clear band dengan bagian lain dari Warkat Debet dimaksud yang … 7 yang dapat berupa garis, huruf mikro (micro text) atau perbedaan warna yang membentuk garis pada posisi 5/8 (lima per delapan) inci dari bagian paling bawah Warkat Debet. 7) Pertinggal Untuk keperluan administrasi atas penarikan atau penerbitan Cek dan Bilyet Giro, pada setiap lembar Cek dan Bilyet Giro harus ditambahkan lembar pertinggal yang ditempatkan pada sebelah kiri atau sebelah atas Warkat Debet dan diadministrasikan di bagian depan/belakang bundel Warkat Debet atau berupa carbonized paper. Dalam hal diperlukan, Peserta dapat menambahkan lembar pertinggal dimaksud pada Warkat Debet selain Cek dan Bilyet Giro. 8) Perforasi Untuk menghindari kerusakan pada waktu pengolahan oleh mesin baca pilah dan/atau MICR encoder/readerencoder, perforasi untuk memisahkan Warkat Debet dengan lembar pertinggal harus ditempatkan pada sebelah kiri atau sebelah atas Warkat Debet. Dalam hal digunakan continuous form, perforasinya disesuaikan dengan kebutuhan dan harus dilakukan secara deep cut. Selain itu lem perekat tidak dapat digunakan pada Warkat Debet, kecuali apabila ditujukan untuk menjilid blanko Warkat Debet yang telah diperforasi. b. Spesifikasi Teknis Warkat Debet yang Dapat Ditambahkan dalam Warkat Debet (bersifat fakultatif) Spesifikasi teknis Warkat Debet yang dapat ditambahkan dalam Warkat Debet yang akan digunakan Peserta, diatur sebagai berikut: 1) Disain … 8 1) Disain Sekuriti pada Latar Belakang Untuk meningkatkan keamanan Warkat Debet dari kemungkinan upaya pemalsuan, disain sekuriti latar belakang Warkat Debet dapat menggunakan satu atau lebih fitur disain sekuriti seperti guillosche, roschette, numismatic (line relief) atau raster sekuriti lain seperti raster anti fotokopi, micro text (huruf mikro), dan/atau hidden image. 2) Personalisasi Nasabah Dalam hal diperlukan personalisasi nasabah pada Cek atau Bilyet Giro, maka pencantuman informasi personalisasi nasabah (nama, alamat, nomor rekening dan/atau identitas lainnya dari nasabah penarik Cek atau Bilyet Giro) dimaksud dapat ditempatkan di sebelah kiri bawah Warkat Debet, sejajar dengan tanda tangan atau di tempat lain yang menurut Peserta merupakan tempat yang paling tepat. Contoh personalisasi nasabah pada Cek dan Bilyet Giro adalah sebagaimana dimaksud dalam Lampiran 2.a dan Lampiran 2.b. 3) Tinta a) Tinta sekuriti untuk latar belakang Warkat Debet Untuk meningkatkan keamanan terhadap kemungkinan adanya upaya pemalsuan, pencetakan latar belakang Warkat Debet dapat menggunakan satu atau lebih tinta sekuriti. Tinta sekuriti yang digunakan dapat merupakan tinta tak tampak (invisible ink) yang akan berpendar apabila disinari dengan cahaya ultra violet, dan/atau tinta tampak (visible ink) yang ditempatkan pada latar belakang Warkat Debet. Lokasi cetakan tinta tak tampak (invisible ink) dapat meliputi: (1) tempat … 9 (1) tempat penulisan tanggal penarikan atau penerbitan Warkat Debet; (2) tempat penulisan angka nominal; (3) tempat penulisan terbilang angka nominal; atau (4) tempat tanda tangan penarik atau penerbit Warkat Debet. b) Tinta penetrasi untuk nomor seri Warkat Debet Untuk meningkatkan keamanan terhadap upaya manipulasi terhadap nomor seri (nomorator) Warkat Debet, maka pencetakan nomor seri (nomorator) Warkat Debet dapat menggunakan tinta penetrasi merah ber-fluorescent hijau atau kuning. c. Contoh rancang bangun Warkat Debet adalah sebagaimana dimaksud dalam Lampiran 3.a sampai dengan Lampiran 3.d dan Lampiran 3.e.1) sampai dengan Lampiran 3.e.4). 3. Sarana Penunjang Warkat Debet Sarana penunjang Warkat Debet berupa stiker hanya dapat digunakan dalam penyelenggaraan SKNBI di Wilayah Kliring Online Otomasi dan Wilayah Kliring Off-line Otomasi. Stiker digunakan untuk mengoreksi kesalahan encode MICR code line pada clear band Warkat Debet, dengan cara menutup informasi MICR code line yang salah secara penuh dengan stiker kosong dan meng-encode kembali informasi MICR code line yang benar di atasnya. Adapun penggunaan stiker harus memenuhi ketentuan sebagai berikut: a. ukuran stiker tidak melebihi ruang clear band dan dengan ketebalan yang memadai sehingga tidak mengganggu pembacaan MICR code line hasil koreksi oleh mesin baca pilah; dan b. stiker … 10 b. stiker tidak diperkenankan digunakan untuk mengoreksi kesalahan encode pada Dokumen Kliring. B. Dokumen Kliring Dokumen Kliring merupakan alat bantu yang berfungsi sebagai dokumen kontrol dalam penyelenggaraan SKNBI. 1. Jenis Dokumen Kliring Jenis Dokumen Kliring yang digunakan dalam kegiatan Kliring Debet adalah sebagai berikut: a. Wilayah Kliring On-line Otomasi adalah: 1) Bukti Penyerahan Warkat Debet pada Kliring Penyerahan (BPWD-Kliring Penyerahan); 2) Bukti Penyerahan Warkat Debet pada Kliring Pengembalian (BPWD-Kliring Pengembalian); b. 3) Lembar Substitusi; 4) Kartu Batch; dan 5) Daftar DKE Yang Ditolak Per Peserta Penerima. Wilayah Kliring Off-line Otomasi adalah: 1) Bukti Penyerahan Warkat Debet pada Kliring pada Kliring Penyerahan (BPWD-Kliring Penyerahan); 2) Bukti Penyerahan Warkat Debet Pengembalian (BPWD-Kliring Pengembalian); 3) Lembar Substitusi; 4) Kartu Batch; 5) Daftar DKE Yang Ditolak Per Peserta Penerima; 6) Bukti Penyerahan Rekaman DKE Debet pada Kliring Penyerahan (BPR-Kliring Penyerahan); dan 7) Bukti Penyerahan Rekaman DKE Debet pada Kliring Pengembalian (BPR-Kliring Pengembalian). c. Wilayah Kliring Off-line Manual 1) Bukti Penyerahan Rekaman DKE Debet pada Kliring Penyerahan (BPR-Kliring Penyerahan); 2) Bukti … 11 2) Bukti Penyerahan Rekaman DKE Debet pada Kliring Pengembalian (BPR-Kliring Pengembalian); 3) Rincian Warkat Debet yang Diserahkan pada Kliring Penyerahan Berdasarkan Peserta Penerima (RWDKliring Penyerahan); 4) Rincian Warkat Debet yang Diserahkan pada Kliring Pengembalian Berdasarkan Peserta Penerima (RWDKliring Pengembalian); dan 5) 2. Daftar DKE Yang Ditolak Per Peserta Penerima. Spesifikasi Teknis Dokumen Kliring Spesifikasi teknis Dokumen Kliring yang akan digunakan dalam penyelenggaraan Kliring Debet diatur sebagai berikut: a. Dokumen Kliring di Wilayah Kliring On-line Otomasi dan Wilayah Kliring Off-line Otomasi 1) Spesifikasi teknis yang harus ada pada BPWD-Kliring Penyerahan, BPWD-Kliring Pengembalian, dan Kartu Batch a) Kertas Kertas yang digunakan harus memenuhi kualitas CBS-1, yang sekurang-kurangnya memenuhi standar sebagai berikut: (1) berat kertas (gramatur): 95 +/- 5 % g/M2; (2) ketebalan: 105 sampai dengan 135 micron; dan (3) memuat tanda air (watermark) berupa logo PPWDK. b) Ukuran Ukuran BPWD-Kliring Penyerahan, BPWD- Kliring Pengembalian, dan Kartu Batch yang digunakan harus merupakan ukuran seragam, yaitu panjang … 12 panjang 7 (tujuh) inci dan lebar 2¾ (dua tiga per empat) inci. c) Rancang Bangun Untuk lebih memudahkan dalam pengenalan dan pemeriksaan sandi atau informasi di dalam BPWDKliring Penyerahan, BPWD-Kliring Pengembalian, dan Kartu Batch, rancang bangun Dokumen Kliring tersebut diatur sebagai berikut: (1) Nama dan Logo Bank Nama dan logo Bank harus dicetak lebih jelas dan/atau lebih besar daripada cetakan lainnya pada BPWD-Kliring Penyerahan, BPWDKliring Pengembalian, dan Kartu Batch dimaksud dan ditempatkan pada bagian kiri atas BPWD-Kliring Penyerahan, BPWDKliring Pengembalian, dan Kartu Batch. Pencantuman logo dimaksud tidak berlaku dalam hal Peserta tidak memiliki logo. (2) Penulisan BPWD-Kliring Penyerahan, BPWD-Kliring Pengembalian, dan Kartu Batch BPWD-Kliring Penyerahan, BPWD-Kliring Pengembalian, dan Kartu Batch harus ditulis dalam Bahasa Indonesia. Tulisan BPWDKliring Penyerahan, BPWD-Kliring Pengembalian, dan Kartu Batch tersebut harus dicetak lebih jelas dan/atau lebih besar daripada tulisan pada redaksi Dokumen Kliring dan ditempatkan pada bagian atas BPWD-Kliring Penyerahan, BPWD-Kliring Pengembalian, dan Kartu Batch. (3) Penggunaan … 13 (3) Penggunaan Bahasa Indonesia pada Redaksi BPWD-Kliring Penyerahan, BPWD-Kliring Pengembalian, dan Kartu Batch Redaksi BPWD-Kliring Penyerahan, BPWDKliring Pengembalian, dan Kartu Batch harus ditulis dalam Bahasa Indonesia. (4) Nomor seri Nomor seri yang digunakan sebagai sarana kontrol penggunaan BPWD-Kliring Penyerahan, BPWD-Kliring Pengembalian, dan Kartu Batch harus dicantumkan pada bagian kanan atas BPWD-Kliring Penyerahan, BPWD-Kliring Pengembalian, dan Kartu Batch dimaksud. (5) Nilai nominal Ruangan untuk menuliskan nilai nominal harus cukup luas yang ditempatkan di bagian kanan BPWD-Kliring BPWD-Kliring Penyerahan Pengembalian, di dan atas ruangan untuk tanda tangan dan pencantuman nama jelas petugas yang menyerahkan, sehingga nilai nominal pada BPWD-Kliring Penyerahan dan BPWD-Kliring Pengembalian dimaksud dapat terlihat atau terbaca dengan jelas. (6) Tempat dan tanggal penerbitan Kolom penulisan tempat dan tanggal penerbitan BPWD-Kliring Penyerahan, dan BPWD-Kliring Pengembalian harus disediakan pada BPWD-Kliring Penyerahan dan BPWD-Kliring Pengembalian. (7) Ruangan … 14 (7) Ruangan tanda tangan Ruangan untuk pencantuman nama tanda tangan dan jelas petugas yang menyerahkan harus disediakan dengan cukup luas serta ditempatkan pada bagian sebelah kanan bawah BPWD-Kliring Penyerahan dan BPWD-Kliring Pengembalian di atas garis batas clear band. d) Tinta Untuk mencetak MICR code line pada bagian clear band BPWD-Kliring Penyerahan, BPWD-Kliring Pengembalian, dan Kartu Batch harus menggunakan tinta MICR yang memenuhi standar ISO 1004:1995. e) Clear band Clear band adalah ruang kosong dengan ukuran seragam yang harus terdapat pada bagian bawah BPWD-Kliring Penyerahan, BPWD-Kliring Pengembalian, dan Kartu Batch dengan panjang 7 (tujuh) inci dan lebar 5/8 (lima per delapan) inci diukur dari sisi bagian paling bawah BPWDKliring Penyerahan, BPWD-Kliring Pengembalian, dan Kartu Batch. Ruangan clear band tersebut disediakan khusus untuk pencetakan angka dan simbol MICR code line untuk diproses dalam penyelenggaraan Kliring Debet di Wilayah Kliring On-line Otomasi dan Wilayah Kliring Off-line Otomasi. f) Garis batas clear band Pada clear band BPWD-Kliring Penyerahan, BPWD-Kliring Pengembalian, dan Kartu Batch sebagaimana … 15 sebagaimana dimaksud dalam huruf e), harus terdapat batas clear band dengan bagian lain dari BPWD-Kliring Penyerahan, BPWD-Kliring Pengembalian, dan Kartu Batch dimaksud yang dapat berupa garis, huruf mikro (micro text) atau perbedaan warna yang membentuk garis pada posisi 5/8 (lima perdelapan) inci dari bagian paling bawah BPWD-Kliring Penyerahan, BPWD-Kliring Pengembalian, dan Kartu Batch. g) Pembedaan warna Untuk membedakan BPWD-Kliring Penyerahan, BPWD-Kliring Pengembalian, dan Kartu Batch dalam pengolahan di Penyelenggara Kliring Lokal (PKL), maka pada bagian paling atas: (1) BPWD-Kliring Penyerahan dan Kartu Batch harus diberi warna hijau; dan (2) BPWD-Kliring Pengembalian harus diberi warna merah, dengan ukuran panjang 7 (tujuh) inci dan lebar 1 (satu) centimeter. 2) Spesifikasi teknis yang dapat ditambahkan pada BPWDKliring Penyerahan, BPWD-Kliring Pengembalian, dan Kartu Batch (bersifat fakultatif) a) Nama PPWDK Nama PPWDK dapat dicantumkan secara vertikal pada sisi sebelah kiri atau kanan BPWD-Kliring Penyerahan, BPWD-Kliring Pengembalian, dan Kartu Batch atau secara horisontal di bagian bawah BPWD-Kliring Penyerahan, BPWD-Kliring Pengembalian, dan Kartu Batch di atas garis batas clear band. b) Disain … 16 b) Disain Sekuriti pada Latar Belakang Untuk meningkatkan keamanan BPWD-Kliring Penyerahan, BPWD-Kliring Pengembalian, dan Kartu Batch dari kemungkinan upaya pemalsuan, disain sekuriti latar belakang BPWD-Kliring Penyerahan, BPWD-Kliring Pengembalian, dan Kartu Batch dapat menggunakan satu atau lebih fitur disain sekuriti seperti guillosche, roschette, numismatic (line relief) atau raster sekuriti lain seperti raster anti fotokopi, micro text (huruf mikro), dan/atau hidden image. c) Tinta (1) Tinta sekuriti untuk mencetak latar belakang BPWD-Kliring Penyerahan, BPWD-Kliring Pengembalian, dan Kartu Batch Untuk meningkatkan keamanan terhadap kemungkinan adanya upaya pemalsuan, pencetakan latar belakang BPWD-Kliring Penyerahan, BPWD-Kliring Pengembalian, dan Kartu Batch dapat menggunakan satu atau lebih tinta sekuriti. Penggunaan tinta sekuriti merupakan tinta tak tampak (invisible ink) yang akan berpendar apabila disinari dengan cahaya ultra violet, dan/atau tinta tampak (visible ink) yang ditempatkan pada latar belakang BPWD-Kliring Penyerahan, BPWD-Kliring Pengembalian, dan Kartu Batch. Lokasi cetakan tinta tak tampak (invisible ink) ditempatkan di bagian Dokumen Kliring yang menurut Peserta paling tepat, kecuali pada bagian clear band. (2) Tinta … 17 (2) Tinta penetrasi untuk nomor seri BPWDKliring Penyerahan, BPWD-Kliring Pengembalian, dan Kartu Batch Untuk meningkatkan keamanan terhadap upaya manipulasi (nomorator) terhadap BPWD-Kliring nomor seri Penyerahan, BPWD-Kliring Pengembalian, dan Kartu Batch maka (nomorator) pencetakan dapat nomor menggunakan seri tinta penetrasi merah ber-fluorescent hijau atau kuning. 3) Lembar Substitusi Lembar Substitusi harus menggunakan kertas HVS minimal 60 g/M2 warna putih, dengan ukuran panjang 7 (tujuh) inci dan lebar 2 ¾ (dua tiga per empat) inci. b. Dokumen Kliring di Wilayah Kliring Off-line Manual Dokumen Kliring di Wilayah Kliring Off-line Manual dibuat sesuai dengan ketentuan Dokumen Kliring dalam ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai SKNBI. c. Contoh rancang bangun Dokumen Kliring sebagaimana dimaksud pada huruf a adalah sebagaimana dimaksud dalam Lampiran 4.a sampai dengan Lampiran 4.f. II. PENCETAKAN DAN PERSETUJUAN PENCETAKAN WARKAT DEBET DAN DOKUMEN KLIRING, SERTA PELAPORAN PENCETAKAN WARKAT DEBET DAN DOKUMEN KLIRING KEPADA BANK INDONESIA A. Pencetakan Warkat Debet dan Dokumen Kliring Pencetakan Warkat Debet dan Dokumen Kliring berupa BPWD-Kliring Penyerahan, BPWD-Kliring Pengembalian, dan Kartu Batch yang digunakan pada Wilayah Kliring On-line Otomasi dan Wilayah Kliring Off-line Otomasi wajib dilakukan oleh Perusahaan Percetakan Dokumen Sekuriti … 18 Sekuriti (PPDS) yang telah memperoleh persetujuan Bank Indonesia sebagai PPWDK. B. Persetujuan Pencetakan Warkat Debet dan/atau Dokumen Kliring oleh Bank Indonesia 1. Peserta wajib memperoleh persetujuan secara tertulis terlebih dahulu dari Bank Indonesia apabila akan melakukan pencetakan Warkat Debet dan/atau Dokumen Kliring berupa BPWD-Kliring Penyerahan, BPWD-Kliring Pengembalian, dan Kartu Batch untuk digunakan dalam penyelenggaraan SKNBI, yang merupakan pencetakan: a. untuk pertama kalinya, termasuk pemesanan baru pada PPWDK yang berbeda; b. untuk perubahan atas disain dan/atau rancang bangun Warkat Debet dan Dokumen Kliring berupa BPWD-Kliring Penyerahan, BPWD-Kliring Pengembalian, dan Kartu Batch yang sebelumnya telah disetujui pencetakan dan penggunaannya oleh Bank Indonesia, antara lain yang meliputi perubahan sebagai berikut: 1) nama Peserta; 2) logo Peserta; 3) redaksi, termasuk tetapi tidak terbatas pada penambahan tulisan “Peserta Kliring Antar Wilayah” sebagaimana dimaksud dalam butir I.A.2.a.3).i); 2. 4) disain gambar latar belakang; 5) komposisi warna; dan/atau 6) disain sekuriti latar belakang. Pengajuan permohonan persetujuan pencetakan secara tertulis sebagaimana dimaksud dalam angka 1, dilakukan oleh: a. Kantor Pusat Bank Konvensional; b. Kantor Pusat Bank yang menjalankan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah; c. Kantor … 19 c. Kantor Cabang dari suatu Bank yang berkedudukan di luar negeri; d. Kantor Cabang Peserta yang berkedudukan di Jakarta berdasarkan surat kuasa dari Kantor Pusat Peserta yang berkedudukan di luar Jakarta; e. Unit Usaha Syariah (UUS) atau Kantor Pusat Bank Konvensional yang membawahi UUS tersebut; atau f. UUS atau Kantor Cabang dari suatu bank yang berkedudukan di luar negeri yang membawahi UUS tersebut. 3. Untuk mencegah adanya duplikasi pengajuan spesimen Warkat Debet dan Dokumen Kliring berupa BPWD-Kliring Penyerahan, BPWD-Kliring Pengembalian, dan Kartu Batch maka Kantor Pusat Peserta yang berkedudukan di luar Jakarta yang telah memberikan surat kuasa kepada Kantor Cabang Peserta yang berkedudukan di Jakarta sebagaimana dimaksud dalam butir 2.d, tidak dapat lagi mengajukan permohonan pencetakan Warkat Debet dan/atau Dokumen Kliring BPWD-Kliring Penyerahan, BPWD-Kliring Pengembalian, dan Kartu Batch kepada Bank Indonesia yang mewilayahi kecuali telah terdapat pencabutan surat kuasa tersebut secara tertulis. 4. Spesimen Cek dan/atau Bilyet Giro Peserta yang sebelumnya telah disetujui pencetakan dan penggunaannya oleh Bank Indonesia dan hanya mengalami perubahan atas rancang bangun Warkat Debet di luar butir 1.b. dan/atau penambahan informasi personalisasi nasabah sebagaimana dimaksud dalam butir I.A.2.b.2), maka Peserta yang bersangkutan dapat langsung melakukan pemesanan dan pencetakan Cek dan/atau Bilyet Giro dimaksud pada PPWDK sesuai dengan kebutuhannya, tanpa perlu memperoleh persetujuan secara tertulis terlebih dahulu dari Bank Indonesia sebagaimana dimaksud dalam angka 1. C. Persyaratan … 20 C. Persyaratan dan Tata Cara Bagi Peserta untuk Memperoleh Persetujuan Pencetakan Warkat Debet dan/atau Dokumen Kliring Untuk memperoleh persetujuan atas pencetakan Warkat Debet dan/atau Dokumen Kliring berupa BPWD-Kliring Penyerahan, BPWD-Kliring Pengembalian, dan Kartu Batch sebagaimana dimaksud dalam butir B.1, Peserta harus melakukan hal-hal sebagai berikut: 1. Menyampaikan surat permohonan persetujuan pencetakan Warkat Debet dan/atau Dokumen Kliring kepada Bank Indonesia yang mewilayahi sesuai contoh dalam Lampiran 5.a, yang sekurangkurangnya memuat informasi sebagai berikut: a. Jenis Warkat Debet dan/atau Dokumen Kliring yang akan dicetak pada PPWDK. Dalam hal jenis Warkat Debet yang akan dicetak tersebut merupakan Warkat Debet lainnya, antara lain voucher perjalanan (traveller’s cheque) dan voucher cinderamata (gift cheque), yang penggunaannya dalam SKNBI belum disetujui oleh Bank Indonesia, maka permohonan persetujuan atas penggunaan Warkat Debet dimaksud untuk dikliringkan harus dinyatakan secara jelas dalam surat permohonan; b. Nama PPWDK yang akan mencetak Warkat Debet dan/atau Dokumen Kliring; dan c. Alamat khusus Peserta untuk penyampaian surat balasan dari Bank Indonesia yang mewilayahi mengenai persetujuan atau penolakan atas permohonan persetujuan pencetakan Warkat Debet dan/atau Dokumen Kliring Peserta, dalam hal alamat khusus Peserta dimaksud berbeda dengan alamat suratmenyurat Peserta yang tercantum dalam header atau footer surat permohonan Peserta. 2. Menyampaikan dokumen-dokumen tertentu sebagai lampiran surat permohonan persetujuan pencetakan Warkat Debet dan/atau Dokumen … 21 Dokumen Kliring sebagaimana dimaksud dalam angka 1, yang terdiri atas: a. spesimen Warkat Debet dan/atau Dokumen Kliring sebanyak 135 (seratus tiga puluh lima) lembar untuk masing-masing jenis Warkat Debet dan/atau Dokumen Kliring yang akan dicetak, dengan ketentuan sebagai berikut: 1) seluruh spesimen Warkat Debet dan/atau Dokumen Kliring harus memenuhi ketentuan spesifikasi teknis Warkat Debet dan/atau Dokumen Kliring sebagaimana dimaksud dalam butir I.A.2 dan butir I.B.2; 2) seluruh spesimen Warkat Debet dan/atau Dokumen Kliring harus dibubuhi tambahan tulisan “spesimen”, ”specimen”, ”speciment”, ”cetak coba” atau tulisan lain yang sejenis, dengan ukuran tulisan yang relatif besar dan menggunakan warna yang terang/jelas. Tulisan tersebut ditulis pada bagian depan Warkat Debet dan/atau Dokumen Kliring, sehingga mudah dibedakan dengan Warkat Debet dan/atau Dokumen Kliring yang bukan merupakan spesimen Warkat Debet dan/atau Dokumen Kliring; 3) seluruh lembar spesimen Warkat Debet harus telah dipisahkan dari lembar pertinggal sebagaimana dimaksud dalam butir I.A.2.a.7); 4) spesimen Warkat Debet harus memenuhi peraturan perundang-undangan yang mengaturnya, khususnya terkait dengan pemenuhan persyaratan formal, serta ketentuan mengenai tata cara penulisan Warkat Debet dan Dokumen Kliring sebagaimana dimaksud dalam angka III; 5) apabila spesimen Warkat Debet dan/atau Dokumen Kliring akan digunakan oleh Peserta di Wilayah Kliring On-line … 22 On-line Otomasi dan Wilayah Kliring Off-line Otomasi maka: a) khusus pada bagian depan dari 5 (lima) lembar spesimen Warkat Debet sebagaimana dimaksud dalam angka 1), dapat ditambahkan informasi dummy dalam bentuk tulisan yang antara lain mencakup nama penerima, jumlah nominal dalam angka dan huruf, tempat dan tanggal penerbitan/penarikan, tanda tangan serta nama jelas penandatangan untuk dilakukan uji perekaman data spesimen Warkat Debet dalam bentuk salinan (image). b) pada clear band spesimen Warkat Debet dan/atau Dokumen Kliring sebagaimana dimaksud dalam angka 1) harus dibubuhi informasi MICR code line guna diuji dengan mesin baca pilah Penyelenggara. c) pencantuman informasi MICR code line sebagaimana dimaksud dalam huruf b) harus dilakukan sesuai dengan tata cara pencantuman MICR code ketentuan line sebagaimana Bank Indonesia diatur yang dalam mengatur mengenai SKNBI dengan pedoman tambahan sebagai berikut: (1) Spesimen Warkat Debet (a) Kolom Nomor Seri diisi dengan data dummy yang bukan angka “000000” (6 (enam) digit); (b) Kolom Sandi Peserta untuk semua jenis Warkat Debet diisi dengan sandi khusus pengujian Warkat Debet dan Dokumen Kliring yaitu 8889993 (7 (tujuh) digit); (c) Kolom … 23 (c) Kolom Nomor Rekening diisi dengan data dummy yang bukan angka “0000000000” (10 (sepuluh) digit); (d) Kolom Sandi Transaksi diisi dengan sandi transaksi yang sesuai dengan jenis Warkat Debet, yaitu: i. 00 sampai dengan 09 untuk Cek (2 (dua) digit); ii. 10 sampai dengan 19 untuk Bilyet Giro (2 (dua) digit); iii. 20 sampai dengan 29 untuk Wesel (2 (dua) digit); iv. 30 sampai dengan 39 untuk Warkat Debet lainnya (2 (dua) digit); v. 40 sampai dengan 49 untuk Nota Debet (2 (dua) digit); (e) Kolom Nilai Nominal diisi dengan data dummy yang bukan angka “00000000000000” (14 (empat belas) digit). Khusus untuk nilai nominal Nota Debet diisi data dummy dengan nilai nominal paling banyak Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah). (2) Spesimen Dokumen Kliring (a) Kolom Nomor Seri diisi dengan data “000888” (6 (enam) digit); (b) Kolom Sandi Peserta diisi dengan tata cara yang berbeda dengan tata cara pengisian Sandi Peserta pada spesimen Warkat Debet, yaitu 3 (tiga) digit pertama … 24 pertama diisi dengan angka “999” dan 4 (empat) digit terakhir diisi dengan angka “9999”. Dengan demikian, kolom Sandi Peserta pada spesimen Dokumen Kliring dimaksud diisi dengan data “999 9999”; (c) Kolom Nomor Rekening tidak perlu dilakukan pengisian (dibiarkan kosong); (d) Kolom Sandi Transaksi, diisi dengan angka “60” (2 (dua) digit) untuk BPWD-Kliring Penyerahan, angka “62” (2 (dua) digit) untuk BPWD-Kliring Pengembalian, dan angka “96” (2 (dua) digit) untuk Kartu Batch; (e) Kolom Nilai Nominal Warkat Debet, diisi dengan data dummy yang bukan angka “00000000000000” (14 (empat belas) digit). b. Surat pernyataan di atas meterai dari PPWDK sesuai contoh dalam Lampiran 5.b, yang menerangkan informasi sebagai berikut: 1) bahwa kertas CBS-1 yang digunakan untuk mencetak Warkat Debet dan Dokumen Kliring, merupakan kertas CBS-1 yang telah diuji di Balai Besar Pulp dan Kertas (BBP&K) serta telah disetujui oleh Bank Indonesia; dan 2) penjelasan atas spesifikasi fitur disain sekuriti pada latar belakang yang digunakan dalam Warkat Debet dan/atau Dokumen Kliring, serta lokasi penempatan fitur disain sekuriti tersebut (apabila ada). c. Surat kuasa dari pimpinan Kantor Pusat Peserta yang berkedudukan di luar Jakarta kepada Kantor Cabang Peserta yang berkedudukan di Jakarta, dalam hal surat permohonan persetujuan … 25 persetujuan diajukan oleh Kantor Cabang Peserta yang berkedudukan di Jakarta sebagaimana dimaksud dalam butir B.2.d. 3. Spesimen Warkat Debet dan/atau Dokumen Kliring sebagaimana dimaksud dalam butir 2.a.1) yang telah diisi informasi MICR code line sebagaimana dimaksud dalam butir 2.a.5).c), harus memenuhi syarat pengujian dengan mesin baca pilah, sebagai berikut: a. tingkat penolakan Warkat Debet dan/atau Dokumen Kliring Kartu Batch paling tinggi sampai dengan 2% (dua perseratus); dan b. salinan (image) spesimen Warkat Debet sebagaimana dimaksud dalam butir 2.a.5).a) yang telah diambil rekaman gambarnya menunjukkan hasil yang baik yaitu tulisan pada salinan (image) Warkat Debet dapat terlihat cukup jelas. D. Persetujuan atau Penolakan Pencetakan dan Penggunaan Warkat Debet dan Dokumen Kliring oleh Bank Indonesia Hasil penelitian dan pengujian terhadap spesimen Warkat Debet dan/atau Dokumen Kliring berupa BPWD-Kliring Penyerahan, BPWD-Kliring Pengembalian, dan Kartu Batch sebagaimana dimaksud dalam huruf C, diberitahukan kepada Peserta yang mengajukan permohonan (Peserta pemohon) sebagaimana dimaksud dalam butir B.2, dengan ketentuan sebagai berikut: 1. Bank Indonesia yang mewilayahi menyampaikan surat pemberitahuan mengenai hasil penelitian dan pengujian spesimen Warkat Debet dan/atau Dokumen Kliring paling lambat 21 (dua puluh satu) hari kerja terhitung sejak surat permohonan persetujuan pencetakan Warkat Debet dan/atau Dokumen Kliring beserta lampirannya sebagaimana dimaksud dalam butir C.1 dan butir C.2 diterima secara lengkap dan benar oleh Bank Indonesia yang mewilayahi. 2. Surat … 26 2. Surat pemberitahuan sebagaimana dimaksud dalam angka 1 dapat berupa: a. Surat persetujuan, dalam hal spesimen Warkat Debet dan/atau Dokumen Kliring yang diteliti dan/atau diuji tersebut telah memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam huruf C. Selanjutnya Bank Indonesia yang mewilayahi menyampaikan surat persetujuan kepada Peserta pemohon yang bersangkutan untuk dapat melakukan pencetakan Warkat Debet dan/atau Dokumen Kliring sesuai kebutuhan untuk dipergunakan dalam kegiatan Kliring, dengan dilampiri sebanyak 3 (tiga) lembar dari masing-masing spesimen Warkat Debet dan/atau Dokumen Kliring sebagaimana dimaksud dalam butir C.2.a. Adapun sebanyak 132 (seratus tiga puluh dua) lembar sisa masing-masing spesimen Warkat Debet dan/atau Dokumen Kliring digunakan oleh Bank Indonesia yang mewilayahi sebagai arsip dan didistribusikan ke seluruh kantor Bank Indonesia dan PKL Selain BI untuk digunakan sebagai arsip. b. Surat penolakan, dalam hal spesimen Warkat Debet dan/atau Dokumen Kliring tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam huruf C.3. Selanjutnya Bank Indonesia yang mewilayahi menyampaikan surat penolakan dan mengembalikan seluruh spesimen Warkat Debet dan/atau Dokumen Kliring dimaksud kepada Peserta pemohon untuk diperbaiki/diperbaharui. Peserta pemohon kemudian dapat menyampaikan kembali surat permohonan kepada Bank Indonesia yang mewilayahi dengan melampirkan spesimen Warkat Debet dan/atau Dokumen Kliring yang telah diperbaiki/diperbaharui; 3. Dalam penyelenggaraan SKNBI, Peserta wajib menggunakan Warkat Debet dan Dokumen Kliring yang dicetak pada PPWDK berdasarkan … 27 berdasarkan surat persetujuan dari Bank Indonesia sebagaimana dimaksud dalam butir 2.a. E. Pelaporan Pencetakan Warkat Debet dan Dokumen Kliring 1. Kantor Pusat Peserta dan Kantor Cabang Peserta dari suatu Bank yang berkedudukan di luar negeri, setiap periode 1 (satu) tahun wajib menyampaikan laporan tahunan tertulis dengan menggunakan surat tertulis kepada Kantor Pusat Bank Indonesia mengenai Warkat Debet dan/atau Dokumen Kliring berupa BPWDKliring Penyerahan, BPWD-Kliring Pengembalian, dan Kartu Batch yang telah dicetak oleh PPWDK (ditandai dengan adanya delivery order dari PPWDK) pada periode 1 (satu) tahun sebelumnya, dengan ketentuan sebagai berikut: a. laporan tahunan wajib memuat: 1) nama Bank; 2) periode laporan; 3) tanggal pemesanan; 4) nama PPWDK; 5) tanggal pengiriman; dan 6) jenis serta jumlah lembar Warkat Debet dan/atau Dokumen Kliring yang telah dicetak oleh PPWDK selama periode 1 (satu) tahun sebelumnya, dengan contoh format sesuai dengan Lampiran 6. b. dalam hal pada kurun waktu 1 (satu) tahun Kantor Pusat Peserta atau Kantor Cabang Peserta dari suatu Bank yang berkedudukan di luar negeri tidak melakukan pencetakan Warkat Debet dan/atau Dokumen Kliring maka Kantor Pusat Peserta atau Kantor Cabang Peserta dari suatu Bank yang berkedudukan di luar negeri yang bersangkutan tetap diwajibkan menyampaikan laporan pencetakan Warkat Debet dan/atau Dokumen Kliring dengan keterangan ‘Nihil’ pada laporan tahunan sesuai dengan format Lampiran 7. c. penyampaian … 28 c. penyampaian laporan tahunan sebagaimana dimaksud dalam angka 1 dilakukan paling lambat pada tanggal 25 Januari tahun berikutnya. Dalam hal tanggal 25 tersebut di atas adalah hari libur maka batas waktu pelaporan tersebut dihitung pada tanggal hari kerja berikutnya. d. penyampaian laporan tersebut ditujukan kepada: Bank Indonesia c.q. Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran, Bagian Pengawasan Sistem Pembayaran, dengan alamat: Bank Indonesia Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran Bagian Pengawasan Sistem Pembayaran Gedung D, Lantai 9 Jl. MH. Thamrin No. 2 Jakarta 10350 2. Dalam hal Kantor Pusat Peserta sebagaimana dimaksud dalam angka 1 berada di luar wilayah kerja Kantor Pusat Bank Indonesia, maka Kantor Pusat Peserta tersebut wajib menyampaikan tembusan surat dan laporan tertulis sebagaimana dimaksud dalam angka 1 kepada kantor Bank Indonesia yang mewilayahi. F. Bank Indonesia yang Mewilayahi Bank Indonesia yang mewilayahi sebagaimana dimaksud dalam butir B.3, butir C.1, huruf D dan butir E.2 adalah: 1. Bank Indonesia c.q. Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran Bagian Pengawasan Sistem Pembayaran (Bagian PwSP), untuk Peserta yang: a. Kantor Pusatnya berkedudukan di wilayah DKI Jakarta, Propinsi Banten, Kabupaten/Kota Bekasi, Kabupaten/Kota Bogor, Kabupaten Karawang, dan Kota Depok; atau b. Kantor Pusatnya berkedudukan di luar wilayah Kantor Pusat Bank Indonesia, namun telah memberikan surat kuasa kepada kantor … 29 kantor cabangnya yang berkedudukan di Jakarta sebagaimana dimaksud dalam butir B.2.d; dengan alamat surat sebagaimana dimaksud dalam butir E.1.d. 2. Kantor Bank Indonesia setempat, untuk Peserta yang Kantor Pusatnya berkedudukan di luar wilayah Kantor Pusat Bank Indonesia sebagaimana dimaksud dalam butir 1.a. G. Ketentuan Khusus mengenai Perubahan Nama Peserta Berkenaan dengan permohonan pencetakan Warkat Debet dan/atau Dokumen Kliring berupa BPWD-Kliring Penyerahan, BPWD-Kliring Pengembalian dan/atau Kartu Batch yang disebabkan oleh adanya perubahan nama Peserta sebagaimana dimaksud dalam butir B.1.b.1), berlaku ketentuan sebagai berikut: 1. Bagi Peserta yang berubah nama baik karena merger, konsolidasi atau karena sebab lainnya, Peserta yang bersangkutan harus memberitahukan perubahan nama tersebut dengan menggunakan surat tertulis kepada Kantor Pusat Bank Indonesia c.q. Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran - Bagian Pengawasan Sistem Pembayaran dengan alamat surat sebagaimana dimaksud dalam butir E.1.d paling lambat 30 (tiga puluh) hari kalender terhitung sejak tanggal perubahan nama Peserta dimaksud disetujui oleh Bank Indonesia. Surat pemberitahuan perubahan nama tersebut memuat informasi sebagai berikut: a. jumlah Warkat Debet dan Dokumen Kliring lama yang masih tersedia pada Peserta; b. perkiraan lamanya waktu untuk menghabiskan persediaan Warkat Debet dan Dokumen Kliring lama sebagaimana dimaksud dalam huruf a; dan c. rencana waktu pencetakan Warkat Debet dan Dokumen Kliring dengan nama Peserta yang baru. 2. Peserta yang berubah nama sebagaimana dimaksud dalam angka 1 harus mengajukan permohonan persetujuan pencetakan Warkat Debet … 30 Debet dan/atau Dokumen Kliring dengan nama Peserta yang baru paling lambat sebelum Warkat Debet dan/atau Dokumen Kliring lama diperkirakan habis, dengan persyaratan dan tata cara pengajuan permohonan persetujuan sebagaimana dimaksud dalam huruf C. 3. Dalam hal Peserta sebagaimana dimaksud dalam angka 1 tidak melakukan pencetakan seluruh Warkat Debet dan/atau Dokumen Kliring dengan nama Peserta yang baru secara sekaligus pada saat yang sama, pengajuan surat permohonan persetujuan pencetakan Warkat Debet dan/atau Dokumen Kliring dimaksud dapat dilakukan lebih dari 1 (satu) kali sesuai dengan jenis Warkat Debet dan/atau Dokumen Kliring yang dicetaknya, dengan tetap memperhatikan ketersediaan Warkat Debet dan/atau Dokumen Kliring sebagaimana dimaksud dalam butir 1.a. 4. Warkat Debet dan/atau Dokumen Kliring dengan nama Peserta yang lama masih dapat dipergunakan dalam penyelenggaraan SKNBI sampai persediaan Warkat Debet dan/atau Dokumen Kliring lama tersebut habis, dengan ketentuan sebagai berikut: a. untuk Warkat Debet dan/atau Dokumen Kliring Peserta lama yang masih terdapat pada tata usaha Peserta, maka Peserta yang bersangkutan harus melakukan hal-hal sebagai berikut: 1) memperhatikan aspek risiko keamanan dan risiko reputasi (corporate image) serta aspek kepercayaan nasabah, terkait dengan rencana penggunaan Warkat Debet dan/atau Dokumen Kliring lama dimaksud; 2) mencoret nama Peserta yang lama dan menambahkan tulisan nama Peserta yang baru dengan menggunakan ketikan, stempel atau dengan cara-cara sejenis lainnya; 3) khusus untuk perubahan nama Peserta yang diikuti dengan perubahan sandi Peserta, maka untuk penyelenggaraan SKNBI di Wilayah Kliring On-line Otomasi … 31 Otomasi dan Wilayah Kliring Off-line Otomasi, dalam hal terdapat Warkat Debet Peserta lama yang kolom sandi Pesertanya telah terlanjur di-encode dengan menggunakan informasi MICR code line Peserta yang lama, maka sandi Peserta lama dalam bentuk MICR code line dimaksud harus disesuaikan menjadi sandi MICR code line Peserta yang baru dengan menggunakan stiker sebagaimana dimaksud dalam butir I.A.3 paling lama dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak tanggal efektif perubahan nama Peserta dikeluarkan Penyelenggara untuk Kantor Pusat Peserta atau Kantor Cabang dari suatu Bank yang kantor pusatnya berkedudukan di luar negeri tersebut. b. Untuk Warkat Debet berupa Cek, Bilyet Giro, Wesel dan Warkat Debet lainnya, antara lain voucher perjalanan (traveller’s cheque), voucher cinderamata (gift cheque) dan SBPT dengan nama Peserta lama yang telah beredar di masyarakat dan perubahan nama Peserta tersebut diikuti pula dengan perubahan sandi Peserta sebagaimana dimaksud dalam butir a.3), maka Peserta penerima yang bermaksud melakukan penagihan Cek, Bilyet Giro dan/atau Warkat Debet lainnya dimaksud dalam penyelenggaraan Kliring Debet, harus menyesuaikan sandi Peserta lama menjadi sandi Peserta baru dengan menggunakan stiker sebagaimana dimaksud dalam butir I.A.3. III. TATA CARA PENULISAN WARKAT DEBET DAN DOKUMEN KLIRING Untuk memperlancar proses penyelenggaraan SKNBI baik di Penyelenggara maupun di Peserta dan menjamin pemenuhan ketentuan hukum yang berlaku atas Warkat Debet yang dikliringkan khususnya untuk Cek, Bilyet Giro, Wesel, dan/atau Warkat Debet lainnya, antara lain voucher perjalanan (traveller’s … 32 (traveller’s cheque), voucher cinderamata (gift cheque) dan SBPT, serta dalam rangka mengurangi risiko pemalsuan Warkat Debet dan Dokumen Kliring berupa BPWD-Kliring Penyerahan, BPWD-Kliring Pengembalian, dan Kartu Batch maka dalam penulisan Warkat Debet dan Dokumen Kliring tersebut perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut: A. Warkat Debet 1. Warkat Debet dinyatakan dalam mata uang Rupiah. 2. Pencantuman nilai nominal Warkat Debet dalam mata uang Rupiah ditulis secara lengkap dengan angka dan huruf dalam Bahasa Indonesia atau Bahasa Inggris. 3. Penulisan nilai nominal dalam angka dan huruf serta pengisian redaksional Warkat Debet dilakukan dengan menggunakan huruf latin, kecuali untuk tanda tangan. 4. Penulisan dan/atau penandatanganan Cek, Bilyet Giro dan/atau Warkat Debet lainnya hendaknya menggunakan alat tulis atau sarana yang: a. tidak menyebabkan kerusakan pada Warkat Debet tersebut dan/atau menyebabkan tulisan dalam Cek dan Bilyet Giro sulit terbaca dengan jelas; dan/atau b. 5. tidak mudah diubah. Tambahan penulisan nilai nominal dengan peralatan apapun yang dimaksudkan untuk memperjelas nilai nominal, baik dalam angka dan huruf, misalnya dengan menggunakan peralatan tertentu seperti cheque-writer (protectograph) dianggap hasilnya bermacam-macam dapat menimbulkan tidak ada, karena penafsiran, misalnya perbedaan penafsiran dalam hal angka dan huruf yang ditulis oleh penarik berbeda dengan cheque-writer (protectograph). 6. Penulisan Cek, Bilyet Giro, dan Warkat Debet lainnya disarankan untuk tidak diperjelas dengan menggunakan fluorescent pen karena akan menimbulkan kesulitan untuk mendeteksi apabila terjadi perubahan penulisan. Di samping itu, penggunaan alat tersebut pada … 33 pada angka Rupiah dapat menimbulkan cahaya sehingga akan menyulitkan penelitian dalam hal terjadi perubahan nilai nominal. Dalam hal masih terdapat Warkat Debet yang menggunakan fluorescent pen maka sebelum Peserta melakukan pembayaran hendaknya terlebih dahulu menghubungi nasabah yang bersangkutan untuk konfirmasi. B. Dokumen Kliring Penulisan Dokumen Kliring pada penyelenggaraan Kliring Debet di Wilayah Kliring On-line Otomasi, Wilayah Kliring Off-line Otomasi dan Wilayah Kliring Off-line Manual mengacu pada cara penulisan Warkat Debet sebagaimana dimaksud dalam huruf A, kecuali butir A.2 dan butir A.3 karena dalam Dokumen Kliring nilai nominal yang ditulis adalah hanya berupa angka saja. IV. PENETAPAN PERUSAHAAN PERCETAKAN WARKAT DEBET DAN DOKUMEN KLIRING PPDS yang bermaksud untuk menjadi PPWDK, harus memenuhi persyaratanpersyaratan tertentu dari Bank Indonesia. A. Persyaratan PPWDK PPDS yang dapat memperoleh persetujuan dari Bank Indonesia untuk melakukan pencetakan Warkat Debet dan Dokumen Kliring berupa BPWD-Kliring Penyerahan, BPWD-Kliring Pengembalian, dan Kartu Batch harus memenuhi sekurang-kurangnya persyaratan-persyaratan sebagai berikut: 1. mempunyai izin operasional yang masih berlaku sebagai PPDS yang dikeluarkan oleh instansi yang berwenang; 2. mempunyai rencana kerja (business plan) terkait dengan pencetakan Warkat Debet dan/atau Dokumen Kliring; 3. mempunyai kertas CBS-1 dengan spesifikasi teknis kertas sebagaimana dimaksud dalam butir I.A.2.a.1) dan butir I.B.2.a.1).a); 4. mempunyai … 34 4. mempunyai laporan hasil uji atas kertas CBS-1 sebagaimana dimaksud dalam angka 3 dari BBP&K; 5. menyediakan mesin disain sekuriti, mesin cetak sekuriti, mesin untuk mencetak informasi MICR code line dan mesin pembaca MICR yang dapat berfungsi dengan baik; dan 6. mampu mencetak seluruh jenis Warkat Debet sebagaimana dimaksud dalam butir I.A.1 dan Dokumen Kliring berupa BPWDKliring Penyerahan, BPWD-Kliring Pengembalian, dan Kartu Batch dengan kertas CBS-1 sebagaimana dimaksud dalam angka 3 dan menggunakan mesin-mesin sebagaimana dimaksud dalam angka 5. B. Tata Cara Pemberian Persetujuan PPWDK 1. Untuk memperoleh persetujuan dari Bank Indonesia agar dapat mencetak Warkat Debet dan/atau Dokumen Kliring berupa BPWDKliring Penyerahan, BPWD-Kliring Pengembalian, dan/atau Kartu Batch, PPDS harus mengajukan surat permohonan menjadi PPWDK secara tertulis kepada Kantor Pusat Bank Indonesia c.q. Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran, Jl. M.H. Thamrin No. 2 - Jakarta 10350, dengan melampirkan dokumen-dokumen sebagai berikut: a. fotokopi izin operasional sebagai PPDS yang masih berlaku dari instansi yang berwenang sebagaimana dimaksud dalam butir A.1, yang telah mendapatkan pernyataan sesuai dengan aslinya dari instansi yang berwenang tersebut atau telah mendapatkan pernyataan dari Notaris bahwa fotokopi izin operasional tersebut sesuai dengan asli dokumen yang diperlihatkan PPDS kepada Notaris; b. fotokopi anggaran dasar PPDS beserta perubahan- perubahannya, yang telah mendapatkan pernyataan dari Notaris bahwa fotokopi anggaran dasar PPDS tersebut sesuai dengan … 35 dengan asli dokumen yang diperlihatkan PPDS kepada Notaris; c. rencana kerja (business plan) yang terkait dengan pencetakan Warkat Debet dan/atau Dokumen Kliring; d. fotokopi laporan hasil uji kertas CBS-1 milik PPDS dari BBP&K sebagaimana dimaksud dalam butir A.4, yang telah mendapatkan pernyataan fotokopi sesuai dengan aslinya dari BBP&K atau Notaris, yang memuat informasi mengenai spesifikasi kertas sebagaimana dimaksud dalam butir I.A.2.a.1) atau butir I.B.2.a.1)a); e. spesimen kertas CBS-1 milik PPDS sebagaimana dimaksud dalam butir A.3 yang telah memiliki laporan hasil uji kertas CBS-1 dari BBP&K sebagaimana dimaksud dalam butir A.4, masing-masing dengan ukuran: 1) 20 (dua puluh) cm x 20 (dua puluh) cm sebanyak 50 (lima puluh) lembar yang pada bagian depannya harus telah diberi stempel atau cetakan nama PPDS yang bersangkutan; dan 2) 7 (tujuh) inci x 2¾ (dua tiga per empat) inci sebanyak 135 (seratus tiga puluh lima) lembar yang pada bagian depannya telah diberi stempel atau cetakan nama PPDS yang bersangkutan dan MICR code line sesuai dengan tata cara pencantuman MICR code line sebagaimana dimaksud dalam butir II.C.2.a.5).c). Khusus untuk pengisian kolom sandi transaksi, PPDS dapat menggunakan salah satu sandi transaksi yang ada, yaitu 00 (Cek), 10 (Bilyet Giro), 20 (Wesel), 30 (Warkat Debet Lainnya) atau 40 (Nota Debet). f. daftar mesin dan/atau peralatan untuk mencetak Warkat Debet dan Dokumen Kliring sebagaimana dimaksud dalam butir A.5 dengan … 36 dengan menyebutkan kapasitas dan status kepemilikan mesin dimaksud; g. Surat Pernyataan yang menyatakan mampu mencetak seluruh jenis Warkat Debet sebagaimana dimaksud dalam butir I.A.1 dan Dokumen Kliring berupa BPWD-Kliring Penyerahan, BPWD-Kliring Pengembalian, dan Kartu Batch dengan kertas CBS-1 sebagaimana dimaksud dalam butir A.3. dengan menggunakan mesin-mesin sebagaimana dimaksud dalam butir A.5. 2. Dalam hal lampiran sebagaimana dimaksud dalam butir 1.a sampai dengan butir 1.g tidak lengkap, Kantor Pusat Bank Indonesia c.q. Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran mengembalikan lampiran tersebut kepada PPDS untuk dilengkapi dan disampaikan kembali kepada Bank Indonesia. 3. Dalam hal lampiran sebagaimana dimaksud dalam butir 1.a sampai dengan butir 1.g diterima secara lengkap, Kantor Pusat Bank Indonesia c.q. Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran melakukan: a. pemeriksaan administratif terhadap kelengkapan dan kesesuaian dokumen-dokumen PPDS sebagaimana dimaksud dalam angka 1; b. pengujian spesimen kertas CBS-1 sebagaimana dimaksud dalam butir 1.e.2) pada mesin baca pilah Bank Indonesia. Spesimen kertas CBS-1 dianggap memenuhi syarat pengujian dengan mesin baca pilah apabila tingkat penolakan (tingkat reject) spesimen kertas CBS-1 paling tinggi sampai dengan 2% (dua perseratus). Dalam hal tingkat penolakan hasil pengujian spesimen kertas CBS-1 dimaksud pada mesin baca pilah menunjukkan tingkat penolakan spesimen yang lebih tinggi dari 2% (dua per seratus), PPDS dimaksud berdasarkan surat pemberitahuan tertulis dari Kantor Pusat Bank Indonesia … 37 Indonesia c.q. Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran dapat diberikan kesempatan untuk menyampaikan kembali spesimen kertas CBS-1 yang telah diperbaiki kepada Kantor Pusat Bank Indonesia c.q. Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran untuk dilakukan pengujian kembali dengan mesin baca pilah; dan c. melakukan pemeriksaan langsung ke PPDS yang bersangkutan untuk melakukan verifikasi atas kebenaran dokumen-dokumen PPDS sebagaimana dimaksud dalam huruf a, apabila spesimen kertas CBS-1 yang disampaikan PPDS telah memenuhi syarat pengujian dengan mesin baca pilah sebagaimana dimaksud dalam huruf b. 4. Dalam hal kegiatan pemeriksaan administratif dokumen, pengujian kertas CBS-1 dan pemeriksaan langsung sebagaimana dimaksud dalam angka 3 telah dilakukan, Bank Indonesia c.q. Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran akan memberikan: a. persetujuan, apabila hasil kegiatan pemeriksaan administrasi dokumen, pengujian kertas CBS-1 dan pemeriksaan langsung sebagaimana dimaksud dalam angka 3 memenuhi keseluruhan persyaratan yang ditetapkan Bank Indonesia; atau b. penolakan, apabila hasil kegiatan pemeriksaan administratif dokumen, pengujian kertas CBS-1 dan/atau pemeriksaan langsung tidak memenuhi salah satu atau lebih persyaratan yang ditetapkan Bank Indonesia. Selanjutnya Kantor Pusat Bank Indonesia c.q. Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran menyampaikan surat penolakan dengan menyebutkan alasan penolakan, dengan disertai pengembalian seluruh lampiran sebagaimana dimaksud dalam angka 1 kepada PPDS yang bersangkutan untuk diperbaiki dan/atau dilengkapi. Berkenaan dengan penolakan dimaksud, PPDS yang bersangkutan dapat mengajukan kembali surat permohonan … 38 permohonan izin operasional beserta lampirannya yang telah diperbaiki dan/atau dilengkapi kepada Kantor Pusat Bank Indonesia c.q. Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran, dengan mengikuti tata cara sebagaimana dimaksud dalam angka 1. 5. Dalam hal surat permohonan sebagaimana dimaksud dalam angka 1 disetujui, maka Kantor Pusat Bank Indonesia c.q. Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran melakukan hal-hal sebagai berikut: a. menerbitkan Keputusan Direktur Akunting dan Sistem Pembayaran yang berisi penetapan PPDS dimaksud sebagai PPWDK; b. menyampaikan surat pemberitahuan penetapan sebagai PPWDK disertai asli keputusan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan mengembalikan 135 (seratus tiga puluh lima) lembar spesimen kertas sebagaimana dimaksud pada butir 1.e.2) kepada PPWDK yang bersangkutan; c. menyampaikan surat pemberitahuan penetapan sebagai PPWDK disertai tembusan keputusan sebagaimana dimaksud dalam huruf a kepada instansi yang berwenang memberikan izin operasional kepada PPDS; d. mengumumkan penetapan PPWDK sebagaimana dimaksud dalam huruf a kepada seluruh Kantor Pusat Peserta, Kantor Cabang Peserta dari Bank yang berkedudukan di luar negeri dan PPWDK lainnya di seluruh Indonesia. 6. Pemberian keputusan persetujuan atau surat penolakan kepada PPDS untuk mencetak Warkat Debet dan/atau Dokumen Kliring sebagaimana dimaksud dalam butir 4.a atau butir 4.b, dilakukan Bank Indonesia paling lambat 30 (tiga puluh) hari kalender sejak tanggal pemeriksaan langsung ke PPDS yang bersangkutan sebagaimana dimaksud dalam butir 3.c. V. KEWAJIBAN … 39 V. KEWAJIBAN PERUSAHAAN PERCETAKAN WARKAT DAN DOKUMEN KLIRING PPWDK mempunyai kewajiban sebagai berikut: 1. menyediakan mesin-mesin yang diperlukan dalam pencetakan Warkat Debet dan/atau Dokumen Kliring sebagaimana dimaksud pada butir IV.A.5; 2. melakukan sendiri segala pekerjaan yang berkaitan dengan pencetakan Warkat Debet dan/atau Dokumen Kliring (prinsip Do It Yourself/Under One Roof), tidak mensubkontrakkan atau mengalihkan pekerjaan pencetakan Warkat Debet dan Dokumen Kliring tersebut kepada PPWDK lain, atau menerima pengalihan pekerjaan dari PPWDK lain; 3. mencetak Warkat Debet dan Dokumen Kliring sesuai dengan spesifikasi teknis yang ditetapkan dalam butir I.A.2 dan butir I.B.2; 4. melakukan pengujian ke BBP&K atas setiap kertas CBS-1 sebagaimana dimaksud dalam butir I.A.2.a.1) dan butir I.B.2.a.1)a) yang akan digunakan untuk mencetak Warkat Debet dan Dokumen Kliring Peserta yang merupakan: a. kertas CBS-1 baru yang akan digunakan untuk mencetak Warkat Debet dan Dokumen Kliring Peserta untuk pertama kalinya; atau b. kertas CBS-1 yang telah disetujui oleh Bank Indonesia tetapi mengalami perubahan atau penggantian yang berupa perubahan atau penggantian: 1) produsen kertas CBS-1; 2) tanda air (water mark) logo PPWDK yang bersangkutan; dan/atau 3) ketentuan Bank Indonesia yang mengubah spesifikasi teknis kertas CBS-1. 5. melaporkan hasil uji kertas CBS-1 yang mengalami perubahan atau penggantian sebagaimana dimaksud dalam butir 4.b yang telah memenuhi standar Bank Indonesia sebagaimana dimaksud dalam butir I.A.2.a.1) atau butir I.B.2.a.1)a) kepada Kantor Pusat Bank Indonesia c.q. Direktorat … 40 Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran dengan menggunakan surat paling lambat 30 (tiga puluh) hari kalender sejak tanggal surat BBP&K kepada PPWDK yang bersangkutan perihal hasil uji kertas CBS-1, dengan melampirkan: a. fotokopi laporan hasil uji kertas CBS-1 baru dari BBP&K, yang telah mendapatkan pernyataan dari Notaris bahwa fotokopi laporan tersebut sesuai dengan dokumen asli yang diperlihatkan kepada Notaris atau yang telah mendapatkan pernyataan sesuai aslinya oleh BBP&K, yang memuat informasi mengenai spesifikasi kertas sebagaimana dimaksud dalam butir I.A.2.a.1) atau butir I.B.2.a.1)a); b. spesimen kertas CBS-1 yang diuji oleh BBP&K sebagaimana dimaksud dalam butir 4.b dan telah memiliki laporan hasil uji kertas CBS-1 sebagaimana dimaksud dalam huruf a, masing-masing dengan ukuran: 1) 20 (dua puluh) cm x 20 (dua puluh) cm sebanyak 50 (lima puluh) lembar yang telah dibubuhi stempel PPWDK; dan 2) 7 (tujuh) inci x 2¾ (dua tiga per empat) inci sebanyak 135 (seratus tiga puluh lima) lembar yang telah dibubuhi stempel PPWDK dan informasi MICR code line sesuai dengan tata cara pencantuman informasi MICR code line sebagaimana dimaksud dalam butir II.C.2.a.5).c), untuk dilakukan pengujian dengan mesin baca pilah oleh Penyelenggara. Spesimen kertas CBS-1 dianggap memenuhi syarat pengujian dengan mesin baca pilah apabila tingkat penolakan (tingkat reject) spesimen kertas CBS-1 paling tinggi sampai dengan 2% (dua perseratus). Dalam hal tingkat penolakan hasil pengujian spesimen kertas CBS-1 dimaksud pada mesin baca pilah menunjukkan tingkat penolakan spesimen yang lebih tinggi dari 2% (dua per seratus), PPWDK dimaksud berdasarkan surat pemberitahuan tertulis dari Kantor Pusat Bank Indonesia c.q. Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran dapat diberikan kesempatan untuk menyampaikan kembali … 41 kembali spesimen kertas CBS-1 yang telah diperbaiki kepada Kantor Pusat Bank Indonesia c.q. Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran untuk dilakukan pengujian dengan mesin baca pilah. 6. melakukan pencetakan Warkat Debet dan/atau Dokumen Kliring Peserta dengan menggunakan kertas CBS-1 sebagaimana dimaksud dalam butir I.A.2.a.1) dan butir I.B.2.a.1)a) yang telah disetujui oleh Bank Indonesia; 7. setiap tahun menyampaikan laporan pencetakan Warkat Debet dan Dokumen Kliring dengan menggunakan surat kepada Kantor Pusat Bank Indonesia mengenai Warkat Debet dan Dokumen Kliring yang telah dicetak dan dikirim oleh PPWDK tersebut kepada Peserta pada periode 1 (satu) tahun sebelumnya, yaitu periode bulan Januari sampai dengan bulan Desember. Laporan tersebut wajib memuat: a. nama Bank; b. periode laporan; c. tanggal pemesanan; d. nama PPWDK; e. tanggal pengiriman; dan f. jenis dan jumlah lembar Warkat Debet dan/atau Dokumen Kliring yang telah dicetak oleh PPWDK selama periode 1 (satu) tahun sebelumnya; dengan contoh format sesuai dengan Lampiran 8; 8. menyampaikan laporan pencetakan Warkat Debet dan Dokumen Kliring dengan keterangan ‘Nihil’ pada laporan sesuai dengan format dalam Lampiran 9, apabila dalam kurun waktu 1 (satu) tahun sebelumnya sebagaimana dimaksud dalam angka 7 tidak terdapat pemesanan/pencetakan Warkat Debet dan/atau Dokumen Kliring; 9. menyampaikan laporan periode 1 (satu) tahun sebelumnya sebagaimana dimaksud pada angka 7 atau angka 8 paling lambat pada tanggal 25 Januari tahun berikutnya. Dalam hal tanggal 25 tersebut di atas adalah hari libur maka batas waktu pelaporan tersebut adalah hari kerja berikutnya; 10. menyampaikan … 42 10. menyampaikan laporan sebagaimana dimaksud pada angka 9 kepada Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran c.q. Bagian Pengawasan Sistem Pembayaran dengan alamat surat sebagaimana dimaksud dalam butir II.E.1.d; 11. menyampaikan fotokopi perubahan anggaran dasar PPWDK dalam hal terdapat perubahan nama, kepemilikan, direksi dan/atau komisaris yang telah dinyatakan sesuai dengan aslinya oleh Notaris, kepada Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran c.q. Bagian Pengawasan Sistem Pembayaran, dengan alamat surat sebagaimana dimaksud dalam butir II.E.1.d; 12. menyampaikan tembusan atau fotokopi ”surat permohonan perpanjangan izin operasional PPDS kepada instansi yang berwenang” dan/atau fotokopi ”surat dalam masa proses” yang diterbitkan oleh instansi yang berwenang tersebut, kepada Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran c.q. Bagian Pengawasan Sistem Pembayaran dengan alamat surat sebagaimana dimaksud dalam butir II.E.1.d; 13. menyampaikan fotokopi perpanjangan izin operasional PPDS dari instansi yang berwenang dengan menggunakan surat kepada Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran c.q. Bagian Pengawasan Sistem Pembayaran dengan alamat surat sebagaimana dimaksud dalam butir II.E.1.d, paling lambat 14 (empat belas) hari kerja sejak dikeluarkan perpanjangan izin operasional dimaksud; 14. dalam hal terdapat perubahan alamat kantor PPWDK, maka PPWDK dimaksud harus memberitahukan perubahan alamat tersebut kepada Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran c.q. Bagian Pengawasan Sistem Pembayaran dengan alamat surat sebagaimana dimaksud dalam butir II.E.1.d. 15. mematuhi peraturan perundang-undangan yang berlaku, antara lain Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen dan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. VI. PENGAWASAN … 43 VI. PENGAWASAN Untuk memastikan kepatuhan terhadap ketentuan Bank Indonesia yang terkait dengan pencetakan Warkat Debet dan Dokumen Kliring, Bank Indonesia melakukan pengawasan secara langsung dan tidak langsung terhadap Peserta dan PPWDK. A. Pengawasan Langsung 1. Dalam pelaksanaan pengawasan secara langsung, Bank Indonesia dapat melakukan sendiri pengawasan secara langsung atau meminta bantuan kepada instansi lain yang mempunyai keahlian dan kompetensi dalam operasional pencetakan dokumen sekuriti. 2. Pengawasan langsung terhadap Peserta, antara lain dapat meliputi: a. pengecekan atas kebenaran laporan yang disampaikan Peserta; b. penelitian terhadap keabsahan perusahaan percetakan yang digunakan untuk mencetak Warkat Debet dan/atau Dokumen Kliring berupa BPWD-Kliring Penyerahan, BPWD-Kliring Pengembalian, dan Kartu Batch Peserta. 3. Pengawasan langsung terhadap PPWDK, antara lain meliputi: a. pengecekan atas kebenaran laporan yang disampaikan PPWDK; b. penelitian terhadap ketersediaan dan kondisi mesin-mesin percetakan Warkat Debet dan Dokumen Kliring berupa BPWD-Kliring Penyerahan, BPWD-Kliring Pengembalian, dan Kartu Batch. B. Pengawasan Tidak Langsung Pengawasan tidak langsung dilakukan dengan cara sebagai berikut: 1. menganalisis laporan-laporan yang disampaikan oleh Peserta dan PPWDK, yang antara lain meliputi ketepatan waktu penyampaian laporan, keakuratan isi laporan dan kesesuaian penggunaan format laporan yang ditetapkan Bank Indonesia; 2. melakukan … 44 2. melakukan pengujian secara sampling terhadap Warkat Debet dan/atau Dokumen Kliring berupa BPWD-Kliring Penyerahan, BPWD-Kliring Pengembalian, dan Kartu Batch Peserta yang: a. memiliki tingkat reject relatif tinggi (di atas 2%); dan/atau b. memiliki indikasi ketidaksesuaian dengan spesifikasi teknis Warkat Debet dan Dokumen Kliring sebagaimana dimaksud dalam butir I.A.2 dan butir I.B.2. VII. TATA CARA PENGENAAN SANKSI KEWAJIBAN MEMBAYAR TERKAIT PENCETAKAN WARKAT DEBET DAN DOKUMEN KLIRING 1. Pengenaan sanksi kewajiban membayar bagi Peserta dilakukan oleh Kantor Pusat Bank Indonesia c.q. Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran dengan cara mendebet rekening giro Kantor Pusat Peserta atau kantor cabang bank dari suatu bank yang kantor pusatnya berkedudukan di luar negeri yang berada di Bank Indonesia. Pelaksanaan pembebanan sanksi kewajiban membayar dimaksud akan diinformasikan kepada Peserta oleh Bank Indonesia melalui surat pemberitahuan pengenaan sanksi administratif. 2. Pengenaan sanksi kewajiban membayar bagi PPWDK dilakukan oleh Kantor Pusat Bank Indonesia c.q. Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran dengan menyampaikan surat pengenaan sanksi kewajiban membayar kepada PPWDK yang bersangkutan yang antara lain berisi informasi jumlah sanksi kewajiban membayar dimaksud dan tata cara pembayarannya kepada Bank Indonesia. VIII. LAIN-LAIN 1. Dalam hal instansi yang berwenang sebagaimana dimaksud dalam butir IV.A.1 mencabut atau tidak memperpanjang izin operasional PPDS maka Keputusan Direktur Akunting dan Sistem Pembayaran yang menetapkan PPDS sebagai PPWDK sebagaimana dimaksud dalam butir IV.B.5 menjadi tidak berlaku. Selanjutnya Kantor Pusat Bank Indonesia c.q. Direktorat … 45 Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran menerbitkan Keputusan Direktur Akunting dan Sistem Pembayaran mengenai pencabutan/penghentian persetujuan PPWDK dan memberitahukannya kepada seluruh Peserta dan PPWDK lainnya dengan menggunakan pengumuman atau sarana lainnya. 2. Pelunasan bea meterai pada Warkat Debet berupa Cek dan Bilyet Giro yang diperhitungkan dalam SKNBI wajib dilakukan dengan cara sebagai berikut: a. untuk Warkat Debet yang digunakan di Wilayah Kliring yang pemilahan Warkat Debetnya dilakukan secara otomasi, termasuk Warkat Kliring Antar Wilayah, pelunasan bea meterai dilakukan dengan cara mencantumkan tanda Bea Meterai Lunas (BML) atau meterai teraan; b. untuk Warkat Debet yang digunakan di Wilayah Kliring yang pemilahan Warkat Debetnya dilakukan secara manual, pelunasan bea meterai dilakukan dengan cara mencantumkan tanda Bea Meterai Lunas (BML), meterai teraan, atau meterai tempel; sesuai dengan peraturan perundang-undangan. 3. Bank-bank di daerah yang tidak terdapat penyelenggaraan Kliring apabila memberikan fasilitas Cek dan Bilyet Giro bagi nasabahnya, pencetakan Cek dan Bilyet Giro tersebut dilakukan sesuai dengan spesifikasi teknis dan ketentuan sebagaimana diatur dalam Surat Edaran ini. Hal ini dilakukan mengingat dengan adanya Kliring Warkat Debet Antar Wilayah, Cek dan Bilyet Giro dimaksud menjadi dapat dikliringkan dalam penyelenggaraan Kliring Debet. 4. Warkat Debet berupa Cek dan Bilyet Giro tidak dapat digunakan untuk sarana penarikan rekening giro dalam mata uang asing, baik dalam mata uang asal maupun konversinya dalam mata uang Rupiah. 5. Penggunaan bahan baku untuk Warkat Debet dan Dokumen Kliring BPWD-Kliring Penyerahan, BPWD-Kliring Pengembalian, dan Kartu Batch diutamakan menggunakan produk dalam negeri, sepanjang spesifikasi … 46 spesifikasi teknis kertasnya memenuhi spesifikasi teknis kertas CBS-1 sebagaimana dimaksud dalam butir I.A.2.a.1) dan butir I.B.2.a.1).a). X. KETENTUAN PERALIHAN Warkat Debet dan Dokumen Kliring berupa Bukti Penyerahan Warkat Debet dan Kartu Batch Warkat Debet lama yang telah memperoleh persetujuan dari Bank Indonesia pada saat diberlakukannya Surat Edaran ini masih dapat dipergunakan dalam penyelenggaraan SKNBI dengan mengacu pada ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai SKNBI. Dengan berlakunya Surat Edaran ini maka Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 6/52/DASP tanggal 31 Desember 2004 perihal Warkat Debet, Dokumen Kliring dan Pencetakannya Pada Perusahaan Percetakan Warkat Debet dan Dokumen Kliring dinyatakan tetap berlaku untuk Wilayah Kliring yang belum mengimplementasikan SKNBI sampai Wilayah Kliring tersebut mengimplementasikan SKNBI, kecuali untuk ketentuan yang berkaitan dengan sanksi. XI. PENUTUP Dengan berlakunya Surat Edaran ini, maka Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 6/52/DASP tanggal 31 Desember 2004 perihal Warkat Debet, Dokumen Kliring dan Pencetakannya Pada Perusahaan Percetakan Warkat dan Dokumen Kliring dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Ketentuan dalam Surat Edaran ini mulai berlaku pada tanggal 2 Januari 2007. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengumuman Surat Edaran ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. Demikian agar Saudara maklum. BANK INDONESIA, EDI SISWANTO DIREKTUR AKUNTING DAN SISTEM PEMBAYARAN