pembuatan model e-voting berbasis web

advertisement
http://www.gangsir.com
PEMBUATAN MODEL E-VOTING BERBASIS WEB
(STUDI KASUS PEMILU LEGISLATIF DAN PRESIDEN
INDONESIA)
TESIS
Karya tulis sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Magister dari
Institut Teknologi Bandung
Oleh
MUHAMMAD SHALAHUDDIN
NIM: 23507023
(Program Magister Informatika)
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2009
http://www.gangsir.com
PEMBUATAN MODEL E-VOTING BERBASIS WEB
(STUDI KASUS PEMILU LEGISLATIF DAN PRESIDEN
INDONESIA)
Oleh
Muhammad Shalahuddin
NIM: 23507023
(Program Magister Informatika)
Institut Teknologi Bandung
Menyetujui
Bandung, 26 Juni 2009
Pembimbing
Dr.Ing.M.Sukrisno Mardiyanto
NIP. 130938170
http://www.gangsir.com
ABSTRAK
PEMBUATAN MODEL E-VOTING BERBASIS WEB
(STUDI KASUS PEMILU LEGISLATIF DAN PRESIDEN
INDONESIA)
Oleh
Muhammad Shalahuddin
NIM : 23507023
(Program Magister Informatika)
Pemilihan umum merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Indonesia sebagai
sebuah negara demokrasi. Pemungutan suara adalah bagian penting dari proses
pemilihan umum. Saat ini proses pemungutan suara di Indonesia masih dilakukan
dengan cara konvensional yaitu menggunakan media kertas suara. Electronic voting
atau biasa disebut e-voting adalah alat proses demokrasi pada masa depan untuk
melakukan proses pemungutan suara dengan memanfaatkan teknologi informasi.
Penelitian tentang e-voting dimulai sejak abad 18, ketika Thomas Alfa Edison
menerima paten tentang “electronic voting device”. Kegiatan penelitian terkait evoting meningkat pesat sejak tahun 1990an sampai sekarang. Saat ini sudah banyak
negara yang memanfaatkan teknologi e-voting, misalnya Brazil, Jepang, Estonia, dan
lain-lain. Ada bermacam-macam teknologi yang digunakan dalam mengembangkan evoting tersebut, misalnya e-voting melalui World Wide Web (WWW). Permasalahan
utama yang dihadapi oleh e-voting sampai saat ini adalah masalah keamanan sehingga
masih banyak negara yang belum memanfaatkan e-voting.
Pembuatan model e-voting pada tesis ini difokuskan pada teknologi berbasis web
karena teknologi tersebut mudah dalam pengaksesannya. Faktor keamanan teknologi
web sekarang ini juga sudah cukup baik. Hal ini terbukti dengan semakin banyaknya
transaksi internet misalnya transaksi keuangan melalui web. Model yang dihasilkan
pada tesis ini diberi nama Web-Vote. Model Web-Vote adalah model e-voting
berbasis web yang terdiri dari empat macam sudut pandang, yaitu sudut pandang
teknologi, hukum, sosial, dan prosedur operasional. Model yang dihasilkan tersebut
bersifat spesifik untuk pemilihan umum di Indonesia. Hasil pengujian membuktikan
bahwa model yang dihasilkan mampu memenuhi persyaratan e-voting yang baik.
Selain model, pada tesis ini juga dilakukan pembuatan prototype. Prototype tersebut
mengimplementasikan regulasi mengenai pemilihan umum legislatif dan pemilihan
umum presiden di Indonesia. Hasil pengujian prototype membuktikan bahwa berjalan
dengan baik dan memenuhi kebutuhan fungsional yang ada.
Kata kunci: pemilihan umum, e-voting, web, model, Web-Vote, prototype.
http://www.gangsir.com
ABSTRACT
MODELING WEB BASED E-VOTING
(CASE STUDY INDONESIAN LEGISLATIVE AND PRESIDENT
ELECTION)
by
Muhammad Shalahuddin
NIM : 23507023
(Informatics Master Program)
Election is unseparate part of Indonesia as democratic nation. Voting is an important
part of election. Nowadays, Indonesia are still using conventional voting model by
paper ballot. Electronic voting or usually called e-voting is the future democratic tools
to execute information technology supported voting process.
Researchs about e-voting have begun since 18th century, when Thomas Alfa Edison
received patent for an “electronic voting device”. Researchs about e-voting increase
rapidly since1990s until now. Nowadays, a lot of countries have already used evoting, for example Brazil, Japan, Estonia, etc. There are kinds of technology that
used in e-voting, for example e-voting over World Wide Web (WWW). The biggest
problem of e-voting is security so many countries not yet using e-voting.
Modeling e-voting in this thesis is focus on a web based technology because that
technology easy to access. Security factor for web based technology is good enough
because nowadays a lot of transactions using internet, for example internet banking.
Model that produced in this thesis is called Web-Vote. Web-Vote model is a web
based e-voting model that consist of four points of view, that is technology, law,
social, and operational procedure. Web-Vote model is a spesific model for election in
Indonesia. Testing result prove that Web-Vote model can fullfil e-voting criterion.
Besides of model, this thesis is also produced prototype. That prototype is implement
regulation of Indonesian legislative and president election. Prototype testing result
proved that prototype run correctly and can fulfill functional requirements.
Keywords: election, e-voting, web, model, Web-Vote, technology, law, social,
operational procedure.
http://www.gangsir.com
PEDOMAN PENGGUNAAN TESIS
Tesis S2 yang tidak dipublikasikan terdaftar dan tersedia di Perpustakaan Institut Teknologi
Bandung, dan terbuka untuk umum dengan ketentuan bahwa hak cipta ada pada pengarang
dengan mengikuti aturan HaKI yang berlaku di Institut Teknologi Bandung. Referensi
kepustakaan diperkenankan dicatat, tetapi pengutipan atau peringkasan hanya dapat
dilakukan seizin pengarang dan harus disertai dengan kebiasaan ilmiah untuk menyebutkan
sumbernya.
Memperbanyak atau menerbitkan sebagian atau seluruh tesis haruslah seizin Direktur
Program Pascasarjana, Institut Teknologi Bandung.
i
http://www.gangsir.com
Tesis ini dipersembahkan kepada Gadiza Mutia S. dan Rosa Ariani S.
ii
http://www.gangsir.com
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur bagi Allah SWT atas rahmat yang dilimpahkan-Nya sehingga Penulis
dapat menyelesaikan pembuatan laporan tesis yang berjudul “Pembuatan Model E-voting
Berbasis Web (Studi Kasus Pemilihan Umum Legislatif dan Presiden Indonesia)”. Tesis ini
disusun sebagai salah satu syarat kelulusan program magister Magister Informatika di
Institut Teknologi Bandung.
Laporan tesis ini tidak akan dapat terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, Penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada nama-nama yang tercantum di
bawah atas bantuan yang diberikan.
1. Bapak M. Sukrisno Mardiyanto selaku dosen pembimbing yang sangat baik hati,
terima kasih atas waktu, tenaga, dan pemikiran yang telah diberikan.
2. Bapak Husni S. Sastramihardja selaku dosen mata kuliah tesis, terima kasih atas
segala kemudahan yang diberikan.
3. Bapak Kridanto Surendro selaku dosen wali, terima kasih sudah menjadi dosen wali
yang baik untuk kami.
4. Bapak Achmad Imam Kristijantoro selaku dosen penguji pada proposal dan sidang
tesis ini, terima kasih atas masukannya dalam penyusunan tesis ini.
5. Ibu Christine Suryadi selaku dosen penguji pada sidang tesis ini, terima kasih atas
masukannya khususnya masukan mengenai perbaikan judul tesis ini.
6. Ibu Ayu Purwarianti selaku dosen penguji pada pra sidang tesis ini, terima kasih
atas saran yang diberikan untuk perbaikan isi tesis ini.
7. Istriku Rosa Ariani Sukamto dan anakku Gadiza Mutia Shalahuddin, terima kasih
atas dukungan moral, bantuan, kerja sama, kasih sayang dan semuanya yang sudah
diberikan padaku.
8. Temanku Andik Taufiq atas segala bantuan moral, material, dan finansial sehingga
tesis ini dapat terselesaikan.
9. Teman-teman seperjuangan angkatan 2007 yang berjuang bersama-sama untuk
menyelesaikan kuliah dan tesis khususnya para pejuang wisuda juli 2009.
10. Bapak Ade Taryat, Ibu Nurhayati, dan seluruh staf Sekolah Teknik Elektro dan
Informatika, Institut Teknologi Bandung lainnya, terima kasih atas segala bantuan
yang telah diberikan.
iii
http://www.gangsir.com
11. Berbagai pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah membantu dalam
pembuatan tesis ini.
Penulis menyadari bahwa tesis ini masih banyak kekurangan tetapi Penulis berharap
semoga Laporan Tesis ini dapat bermanfaat bagi Penulis, pembaca, dan semua pihak yang
terkait. Semoga tesis ini mampu memberikan kontribusi bagi perkembangan ilmu
pengetahuan.
Bandung, 26 Juni 2009
Penulis
iv
http://www.gangsir.com
DAFTAR ISI
ABSTRAK............................................................................................................................ iii
ABSTRACT...........................................................................................................................iv
PEDOMAN PENGGUNAAN TESIS .....................................................................................i
KATA PENGANTAR .......................................................................................................... iii
DAFTAR ISI...........................................................................................................................v
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................................ vii
DAFTAR GAMBAR DAN ILUSTRASI........................................................................... viii
DAFTAR TABEL..................................................................................................................ix
DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN ..............................................................................x
BAB I
PENDAHULUAN ............................................................................................... I-1
I.1
Latar Belakang ......................................................................................................... I-1
I.2
Rumusan Masalah.................................................................................................... I-2
I.3
Tujuan ...................................................................................................................... I-3
I.4
Ruang Lingkup......................................................................................................... I-3
I.5
Metode Penelitian .................................................................................................... I-4
I.6
Sistematika Pembahasan.......................................................................................... I-4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA .....................................................................................II-1
II.1
Demokrasi ...........................................................................................................II-1
II.2
Pemilihan Umum (Pemilu) .................................................................................II-2
II.3
Pemungutan Suara ..............................................................................................II-5
II.4
E-Voting..............................................................................................................II-6
II.4.1
E-Vox..............................................................................................................II-9
II.4.2
e-VOTE.........................................................................................................II-10
II.4.3
MarkPledge ...................................................................................................II-12
II.4.4
Sistem E-Voting Terpusat.............................................................................II-14
II.5
Web ...................................................................................................................II-15
II.5.1
Pengertian Umum Web.................................................................................II-15
II.5.2
Keamanan Web.............................................................................................II-16
BAB III
III.1
ANALISIS .................................................................................................... III-1
Analisis Perbandingan terhadap Sistem Lain ................................................... III-1
v
http://www.gangsir.com
III.2
Analisis Kebutuhan........................................................................................... III-3
III.2.1 Kebutuhan Fungsional .................................................................................. III-4
III.2.2 Kebutuhan Non Fungsional .......................................................................... III-5
III.3
Analisis Proses .................................................................................................. III-6
III.3.1 Aktor ............................................................................................................. III-6
III.3.2 Proses ............................................................................................................ III-7
III.4
Aspek Sistem E-Voting................................................................................... III-10
III.5
Keamanan Sistem E-Voting............................................................................ III-11
BAB IV
MODEL WEB-VOTE .................................................................................. IV-1
IV.1
Model Teknologi Web-Vote ............................................................................. IV-2
IV.2
Model Hukum Web-Vote ................................................................................. IV-4
IV.3
Model Sosial Web-Vote.................................................................................... IV-6
IV.4
Model Prosedur Operasional Web-Vote........................................................... IV-7
BAB V
V.1
PROTOTYPE DAN PENGUJIAN................................................................ V-1
Prototype ............................................................................................................ V-1
V.1.1
Perancangan Kelas ......................................................................................... V-2
V.1.2
Perancangan Basis Data................................................................................. V-3
V.1.3
Perancangan Interaksi Sistem ........................................................................ V-3
V.2
Pengujian............................................................................................................ V-4
V.2.1
Pengujian Prototype ....................................................................................... V-4
V.2.2
Pengujian Model ............................................................................................ V-4
BAB VI
PENUTUP..................................................................................................... VI-1
VI.1
Kesimpulan ....................................................................................................... VI-1
VI.2
Saran ................................................................................................................. VI-1
DAFTAR REFERENSI ....................................................................................................... xii
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................................xiv
vi
http://www.gangsir.com
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A Perbandingan Sistem E-Vox, e-VOTE, MarkPledge, dan Sistem E-Voting
Terpusat.............................................................................................................................. A-1
Lampiran B Diagram Kelas Admin ....................................................................................B-1
Lampiran C Diagram Kelas Includes..................................................................................C-1
Lampiran D Diagram Kelas President ............................................................................... D-1
Lampiran E Diagram Kelas Legislative..............................................................................E-1
Lampiran F Diagram Kelas Result ..................................................................................... F-1
Lampiran G Rancangan Basis Data ................................................................................... G-1
Lampiran H Sitemap .......................................................................................................... H-1
Lampiran I Contoh Antarmuka Pengguna ........................................................................... I-1
Lampiran J Hasil Pengujian Prototype ................................................................................J-1
vii
http://www.gangsir.com
DAFTAR GAMBAR DAN ILUSTRASI
Gambar II-1 Pihak yang terkait Pemilu [19].......................................................................II-5
Gambar II-2 Arsitektur Sistem E-Vox [8] ........................................................................II-10
Gambar II-3 Arsitektur Sistem e-VOTE [7] .....................................................................II-11
Gambar II-4 Arsitektur Sistem MarkPledge [1] ...............................................................II-12
Gambar II-5 Arsitektur Sistem E-voting Terpusat [8] ......................................................II-15
Gambar II-6 Karakteristik Keamanan Sistem...................................................................II-18
Gambar III-1 Use case pemilihan umum.......................................................................... III-7
Gambar III-2 Karakteristik Sistem E-voting................................................................... III-11
Gambar IV-1 Model Umum Web-Vote............................................................................ IV-1
Gambar IV-2 Desain Umum Sistem ................................................................................. IV-2
Gambar IV-3 Desain E-voting Server............................................................................... IV-2
Gambar IV-4 Konversi Sistem.......................................................................................... IV-6
Gambar IV-5 Alur Pelaksanaan Pemungutan Suara......................................................... IV-8
Gambar V-1 Package Sistem Web-Vote ........................................................................... V-2
viii
http://www.gangsir.com
DAFTAR TABEL
Tabel III-1 Deskripsi use case validasi data pemilih ........................................................ III-8
Tabel III-2 Deskripsi use case login ................................................................................. III-8
Tabel III-3 Deskripsi use case memasukkan pilihan ........................................................ III-8
Tabel III-4 Deskripsi use case menjumlahkan pilihan ..................................................... III-9
Tabel III-5 Deskripsi use case melihat hasil pemilihan.................................................... III-9
Tabel III-6 Deskripsi use case logout ............................................................................... III-9
Tabel III-7 Deskripsi use case memantau data pemilih.................................................... III-9
Tabel III-8 Deskripsi use case validasi data hasil perhitungan....................................... III-10
ix
http://www.gangsir.com
DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN
No.
1.
Istilah
Abstain
Penjelasan
Tidak memilih satupun calon yang ada.
2.
Banwaslu
Badan Pengawas Pemilu, yaitu badan yang
ditunjuk pemerintah untuk bertugas melakukan
pengawasan jalannya pemilihan umum.
3.
DPD
Dewan Perwakilan Daerah, yaitu wakil rakyat
yang duduk di lembaga MPR yang bukan berasal
dari partai politik.
4.
DPR
Dewan Perwakilan Rakyat,
legislatif setingkat presiden.
5.
DPRD
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, yaitu lembaga
legislatif setingkat kepala daerah. Untuk kepada
daerah tingkat satu maka disebut DPRD 1 dan
untuk daerah tingkat dua disebut DPRD 2.
6.
KPU
Komisi Pemilihan Umum, yaitu komisi yang
ditunjuk pemerintah sebagai penyelenggara
pemilihan umum.
7.
MPR
Majelis Permusyawaratan Rakyat, yaitu lembaga
pemerintahan tertinggi di Indonesia.
8.
Partai
Sekumpulan orang yang bergabung dalam satu
wadah organisasi politik yang mempunyai
kesamaan visi dan misi mengenai cara pandang
tentang politik dan pemerintahan.
9.
Pemilu
Pemilihan Umum yaitu proses untuk memilih
wakil rakyat maupun kepala negara yang
dilaksanakan setiap lima tahun sekali.
10.
Pemilu legislatif
Pemilihan umum untuk memilih anggota DPR,
DPRD, dan DPD.
11.
Prototype
Sebuah aplikasi yang digunakan untuk
memberikan kemudahan dalam pemahaman
model sistem yang dikembangkan tanpa harus
mengembangkan seluruh sistem yang ada.
x
yaitu
lembaga
http://www.gangsir.com
No.
12.
Istilah
Penjelasan
Republik Indonesia yaitu negara Indonesia yang
dalam tesis ini dijadikan studi kasus untuk
penerapan model sistem yang dikembangkan.
RI
13.
TPS
Tempat Pemungutan Suara, yaitu tempat di mana
masyarakat dapat melakukan proses pemberian
suara. Biasanya sebuah TPS dibangun untuk
mencakup beberapa RT/RW.
14.
Web
Lihat WWW.
15.
Web browser
Aplikasi untuk mengakses halaman web yang
disimpan pada web server.
16.
Web server
Aplikasi yang menyimpan halaman web yang
dapat diakses oleh pengguna menggunakan web
browser.
17.
Web-Vote
Nama model e-voting berbasis web yang
dihasilkan pada tesis ini.
18.
WWW
World Wide Web atau sering juga disebut dengan
web saja yaitu sebuah sistem yang saling terkait
menggunakan dokumen hypertext yang diakses
melalui jaringan internet.
xi
http://www.gangsir.com
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Pemilihan umum merupakan bagian pada suatu proses demokrasi. Indonesia adalah salah
satu negara demokrasi yang melaksanakan pemilihan umum setiap lima tahun sekali. Di
Indonesia, pelaksanaan pemilihan umum dilakukan mulai dari tingkat desa (pemilihan
kepala desa), kota / kabupaten (pemilihan walikota / bupati dan anggota DPRD tingkat 2),
propinsi (pemilihan gubernur dan anggota DPRD 1), sampai tingkat pemerintah pusat
(presiden dan anggota DPR).
Pemilihan umum di Indonesia masih dilakukan secara manual. Warga yang mempunyai hak
pilih datang ke tempat pemungutan suara pada saat hari pemilihan. Mereka kemudian
mencoblos atau mencontreng (√) kertas suara dan kemudian memasukkan ke kotak suara.
Mulai Pemilu Legislatif tahun 2009, proses pemungutan suara dengan cara mencontreng
(√). Setelah proses pemungutan suara selesai, kemudian dilakukan penghitungan suara.
Proses pemungutan dan penghitungan suara secara konvensional tersebut mempunyai
beberapa kelemahan. Berikut ini beberapa kelemahan proses secara konvensional tersebut.
1. Lambatnya proses penghitungan suara. Di Indonesia, proses penghitungan suara
biasanya membutuhkan waktu sampai beberapa minggu.
2. Kurang akuratnya hasil perhitungan suara. Karena proses pemungutan suara
dilakukan dengan pencoblosan kertas suara, sering kali muncul perdebatan
mengenai sah atau tidaknya sebuah kertas suara.
3. Tidak ada salinan terhadap kertas suara. Hal ini menyebabkan jika terjadi kerusakan
terhadap kertas suara, panitia pemilihan umum sudah tidak mempunyai bukti yang
lain.
4. Sulitnya perhitungan kembali jika terjadi ketidakpercayaan terhadap hasil
perhitungan suara.
5. Rawan konflik. Pemilihan umum di Indonesia saat ini sering menimbulkan konflik.
Hal tersebut dipicu adanya ketidakpercayaan terhadap hasil perhitungan suara.
Menurut data pada tahun 2005, dari 226 daerah yang menyelenggarakan pemilihan
kepala daerah terjadi konflik mencapai 20 daerah lebih [15].
I-1
http://www.gangsir.com
6. Besarnya anggaran yang dilalukan untuk melakukan proses pemungutan suara.
Berdasarkan data terakhir KPU (Komisi Pemilihan Umum), yaitu lembaga
pemerintah yang bertugas melakukan pelaksanaan pemiliham umum di Indonesia,
pemerintah telah menyetujui anggaran pemilu mencapai Rp 10,4 triliun untuk
pelaksanaan pemilihan umum tahun 2009 sampai dengan tahun 2014 [14].
Anggaran yang sangat besar tersebut digunakan untuk proses pencetakan kertas
suara, distribusi kertas suara, gaji panitia pengawas, dan lain-lain.
Dengan banyaknya permasalahan tersebut, maka muncullah gagasan untuk melaksanakan
pemilihan umum dengan memanfaatkan perkembangan teknologi yang ada khususnya
teknologi berbasis web. Hal ini juga didukung dengan semakin luasnya jaringan
komunikasi dan biaya komunikasi yang semakin murah. Pada penelitian e-voting ini, solusi
e-voting lebih difokuskan pada pemanfaatan teknologi berbasis web. Teknologi berbasis
web mempunyai kelebihan utama dalam hal kemudahan akses dan biaya yang jauh lebih
murah.
Pemilihan suara secara elektronik dengan memanfaatkan teknologi elektronik (e-voting)
saat ini dapat menjadi salah satu alternatif untuk menggantikan pemilihan umum secara
konvensional yang sekarang ini digunakan. Penelitian mengenai e-voting telah dilakukan
lebih dari 20 tahun. Permasalahan utama yang dihadapi dalam e-voting adalah terkait
dengan faktor keamanan. Sampai saat ini, belum ada solusi lengkap baik secara teori
maupun praktek yang mampu mengatasi permasalahan tersebut [16].
I.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam tesis ini adalah sebagai berikut:
1. Apa syarat e-voting agar mampu digunakan untuk menggantikan pemilihan umum
secara konvensional, misalnya persyaratan mengenai kerahasiaan (privacy),
kejujuran (fairness), dan lain-lain. Hal ini sangat penting karena pemanfaatan
teknologi berbasis web juga memunculkan adanya kelemahan-kelemahan baru. Jika
kelemahan-kelemahan tersebut tidak dapat untuk diatasi maka e-voting tidak akan
memberikan hasil yang lebih baik jika dibandingkan dengan pemilihan secara
konvensional.
I-2
http://www.gangsir.com
2. Bagaimana model e-voting berbasis web yang memenuhi persyaratan e-voting yang
baik serta mampu menutup kelemahan yang muncul pada pemilihan umum
konvensional.
3. Bagaimana membuat prototype yang mampu merepresentasikan model e-voting
yang telah dihasilkan.
4. Bagaimana melakukan pengujian terhadap model e-voting yang telah dibuat.
I.3 Tujuan
Tujuan dari tesis ini adalah membuat model e-voting berbasis web yang memenuhi syarat
agar mampu menggantikan pemilihan umum secara konvensional yang selama ini
digunakan di Indonesia.
I.4 Ruang Lingkup
Ruang lingkup dari tesis ini adalah sebagai berikut:
1. Model e-voting yang dihasilkan adalah e-voting berbasis web dan spesifik untuk
pemilihan umum di Indonesia.
2. Fokus utama dalam tesis ini adalah pada model konseptual e-voting, prototype
hanya digunakan untuk mempermudah dalam pemahaman mengenai model
konseptual. Prototype tersebut juga digunakan untuk melakukan pengujian terhadap
model yang dihasilkan.
3. Prototype menggunakan studi kasus pemilihan umum anggota legislatif (DPR, DPR
tingkat 1, DPRD tingkat 2, dan DPD) serta pemilihan umum presiden.
4. E-voting yang dikembangkan adalah mulai dari tahap pemungutan suara sampai
dengan perhitungan suara. Penelitian terkait tahap pelaksanaan sebelum proses
pemungutan suara misalnya pembuatan DPT (Daftar Pemilih Tetap) dan tahap
setelah perhitungan suara misalnya penentuan pemenang pemilihan umum
dilakukan pada penelitan yang terpisah. Penelitian tersebut dilakukan pada tesis
Iyus Supriadi.
I-3
http://www.gangsir.com
I.5 Metode Penelitian
Tesis yang dilakukan adalah berupa penelitian dan mengimplementasikannya dalam sebuah
program. Metode yang dipergunakan dalam Tesis ini adalah sebagai berikut:
1. Studi literatur yang berkaitan dengan mekanisme e-voting dengan cara mempelajari
sistem e-voting yang telah dikembangkan sebelumnya dan mempelajari penerapan
sistem e-voting yang telah dilakukan pada beberapa negara.
2. Analisis sistem lain yang telah dikembangkan.
3. Analisis hasil penerapan e-voting pada negara lain.
4. Analisis masalah dan kebutuhan e-voting berbasis web.
5. Pembuatan model konseptual e-voting.
6. Pembuatan prototype untuk mengimplementasikan model yang telah dibuat.
7. Pengujian terhadap model secara umum termasuk juga prototype.
8. Perbaikan dan penarikan kesimpulan.
I.6 Sistematika Pembahasan
Laporan tesis ini terdiri dari enam buah bab yaitu bab I Pendahuluan, bab II Tinjauan
Pustaka, bab III Analisis, bab IV Desain Sistem, bab V Implementasi dan Pengujian, serta
bab VI Penutup.
Bab I Pendahuluan berisi penjelasan mengenai latar belakang pemilihan topik tesis,
rumusan masalah tesis, tujuan tesis, ruang lingkup tesis, dan metode penelitian yang
dilakukan selama pembuatan tesis.
Bab II Tinjuan Pustaka berisi penjelasan mengenai demokrasi dan keterkaitannya dengan
voting (pemungutan suara), penerapan e-voting pada beberapa negara dan beberapa contoh
sistem e-voting yang telah dikembangkan sebelumnya, serta teknologi berbasis web yang
dijadikan dasar sistem e-voting.
Bab III Analisis berisi analisis kebutuhan dan syarat e-voting berbasis web. Analisis
kebutuhan tersebut meliputi kebutuhan fungsional dan non fungsional.
I-4
http://www.gangsir.com
Bab IV Model Web-Vote berisi mengenai perancangan model e-voting berbasis web.
Perancangan model tersebut disesuaikan dengan hasil analisis yang telah diperoleh pada
bab sebelumnya.
Bab V Prototype dan Pengujian berisi mengenai rancangan kelas, basis data, dan antar
muka prototype e-voting berbasis web.
Selain itu bab ini juga berisi hasil pengujian
terhadap prototype tersebut dan juga pembuktian terhadap model Web-Vote yang telah
didefinisikan sebelumnya.
Bab VI Penutup berisi kesimpulan dan saran terkait dengan isi tesis ini.
I-5
http://www.gangsir.com
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini akan dibahas tinjauan pustaka terkait dengan e-voting. Pertama, akan
dijelaskan mengenai keterhubungan antara demokrasi (democracy), pemilihan umum
(election), pemungutan suara (voting), dan pemungutan suara berbasis elektronik (e-voting).
Penjelasan mengenai e-voting akan disertai beberapa contoh penelitian terkait e-voting yang
telah dilakukan saat ini. Pada bab ini juga dijelaskan mengenai teknologi web yang menjadi
dasar teknologi e-voting pada tesis ini. Pembahasan mengenai web akan difokuskan pada
faktor keamanan pada teknologi web.
II.1 Demokrasi
Demokrasi (democracy) saat ini dianut oleh banyak negara di dunia karena dianggap
sebagai sebuah tatanan sosio-politik yang ideal [2]. Indonesia adalah salah satu negara
penganut paham demokrasi sesuai dengan pernyataan pada UUD1945 pasal 1 ayat 2 yang
menyatakan bahwa kedaulatan berada di tangan rakyat [17]. Demokrasi berasal bahasa
Yunani yaitu demokratia, demos berarti rakyat (people) dan kratos berarti kekuatan,
kekuasaan (strength, rule) [2]. Konsep demokrasi sebagai sebuah bentuk pemerintahan
telah berkembang sejak jaman Yunani kuno. Pada sekitar abad 5 – 4 sebelum Masehi,
beberapa kota di Yunani, salah satunya adalah Athena, telah menganut bentuk
pemerintahan tersebut.
Demokrasi mempunyai pengertian yang ambigu dan tidak tunggal. Setiap negara
mempunyai karakteristik yang berbeda dalam menerapkan konsep demokrasi. Ada yang
menganut demokrasi liberal, monarkhi konstitusional, demokrasi pancasila, dan sosial
demokrasi. Menurut Amien Rais, mantan ketua MPR RI, sebuah negara disebut sebagai
negara demokrasi jika memenuhi kriteria sebagai berikut.
1. Partisipasi dalam pembuatan keputusan.
2. Persamaan di depan hukum.
3. Distribusi pendapat secara adil.
4. Kesempatan pendidikan yang sama.
II-1
http://www.gangsir.com
5. Empat macam kebebasan, yaitu:
a. Kebebasan mengeluarkan pendapat.
b. Kebebasan persuratkabaran.
c. Kebebasan berkumpul.
d. Kebebasan beragama.
6. Ketersediaan dan keterbukaan informasi.
7. Mengindahkan tata karma politik.
8. Kebebasan individu.
9. Semangat kerja sama.
10. Hak untuk protes [2].
II.2 Pemilihan Umum (Pemilu)
Pemilihan Umum (Pemilu) atau dalam bahasa inggris disebut election adalah cara yang
digunakan untuk mewujudkan partisipasi rakyat dalam pemerintahan sebagai pemegang
kekuasaan tertinggi. Pemilihan umum sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari
suatu negara demokrasi, hampir semua negara demokrasi melaksanakan pemilihan umum.
Pemilihan umum adalah proses pemilihan wakil rakyat di parlemen dan kepala
pemerintahan berdasarkan suara terbanyak. Mantan sekretaris jenderal PBB (Perserikatan
Bangsa-Bangsa) atau UN (United Nations) pernah mengatakan bahwa pemilihan umum
merupakan elemen utama dari demokrasi sebagai sebuah cara masyarakat untuk mengambil
keputusan [10].
Di Indonesia, Pemilu merupakan bagian yang sangat penting dalam kegiatan bernegara.
Peraturan tertinggi mengenai pemilu diatur dalam Undang-Undang Dasar (UUD) 1945
hasil amandemen. Pemilu secara tegas diatur pada UUD 1945 perubahan III, bab VIIB
tentang Pemilihan Umum, pasal 22E. Berikut ini adalah isi pasal tersebut.
1. Pemilihan umum dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan
adil setiap lima tahun sekali.
2. Pemilihan umum diselenggarakan untuk memilih anggota Dewan Perwakilan
Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Presiden dan Wakil Presiden dan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah.
3. Peserta pemilihan umum untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat dan
anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah adalah partai politik.
II-2
http://www.gangsir.com
4. Peserta pemilihan umum untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Daerah adalah
perseorangan.
5. Pemilihan umum diselenggarakan oleh suatu komisi pemilihan umum yang bersifat
nasional, tetap, dan mandiri.
6. Ketentuan lebih lanjut tentang pemilihan umum diatur dengan undang-undang [17].
Pada Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008 Tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan
Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
dinyatakan pemilihan umum secara langsung oleh rakyat merupakan sarana perwujudan
kedaulatan rakyat guna menghasilkan pemerintahan negara yang demokratis berdasarkan
Pancasila dan UUD 1945. Pemilu di Indonesia menganut asas langsung, umum, bebas,
rahasia, jujur, dan adil [18].
Pelaksanaan Pemilu diselenggarakan dalam beberapa tahapan sebagai berikut.
1. Pemutakhiran data pemilih dan penyusunan daftar pemilih.
2. Pendaftaran peserta Pemilu.
3. Penetapan peserta Pemilu.
4. Penetapan jumlah kursi dan penetapan daerah pemilihan.
5. Pencalonan anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota.
6. Masa kampanye.
7. Masa tenang.
8. Pemungutan dan penghitungan suara.
9. Penetapan hasil Pemilu.
10. Pengucapan sumpah / janji anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi, dan DPRD
Kabupaten/Kota [18].
Pelaksanaan pemilihan umum di Indonesia melibatkan beberapa pihak. Gambar II-1
menunjukkan pihak-pihak pihak-pihak yang terkait dengan pelaksanaan pemilihan umum
sesuai dengan Undang-Undang No 22 Tahun 2007 Tentang Penyelenggara Pemilihan
Umum.
Berikut ini adalah penjelasan setiap bagian pada gambar II-1 Pihak yang terkait Pemilu.
1. Komisi Pemilihan Umum (KPU) adalah lembaga penyelenggara Pemilu yang
bersifat nasional, tetap, dan mandiri.
II-3
http://www.gangsir.com
2. KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota adalah penyelenggara Pemilu ditingkat
provinsi dan kabupaten/kota.
3. Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK) adalah panitia yang dibentuk oleh KPU
Kabupaten/Kota untuk menyelenggarakan Pemilu di tingkat kecamatan.
4. Panitia Pemungutan Suara (PPS) adalah panitia yang dibentuk oleh KPU
Kabupaten/Kota untuk menyelenggarakan Pemilu di tingkat desa/kelurahan.
5. Panitia Pemilihan Luar Negeri (PPLN) adalah panitia yang dibentuk oleh KPU
untuk menyelenggarakan Pemilu di luar negeri.
6. Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) adalah kelompok yang
dibentuk oleh PPS untuk menyelenggarakan pemungutan suara di tempat
pemungutan suara.
7. Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara Luar Negeri (KPPSLN) adalah
kelompok yang dibentuk oleh PPLN untuk menyelenggarakan pemungutan suara di
tempat pemungutan suara di luar negeri.
8. Badan Pengawas Pemilu (Banwaslu) adalah badan yang bertugas mengawasi
penyelenggaraan Pemilu di seluruh Indonesia.
9. Panitia Pengawas Pemilu (Panwaslu) Provinsi dan Panwaslu Kabupaten/Kota
adalah panitia yang dibentuk oleh Banwaslu untuk mengawasi penyelenggaran
Pemilu di tingkat provinsi dan kabupaten/kota.
10. Panwaslu Kecamatan adalah panitia yang dibentuk oleh Panwaslu Kabupaten/Kota
untuk mengawasi penyelenggaraan Pemilu di tingkat kecamatan.
11. Pengawas Pemilu Lapangan adalah petugas yang dibentuk oleh Panwaslu
Kecamatan untuk mengawasi penyelenggaraan Pemilu di desa/kelurahan.
12. Pemilih adalah warga negara Indonesia yang telah berusia 17 tahun atau telah /
sudah pernah menikah dan tidak sedang dicabut hak pilihnya.
13. Peserta Pemilu ada beberapa macam.
a. Pada pemilihan anggota DPR, DPRD tingkat 1, dan DPRD tingkat 2 peserta
Pemilu adalah partai politik.
b. Pada Pemilu anggota DPD, peserta Pemilu adalah perorangan.
c. Pada pemilihan presiden / wakil presiden, peserta Pemilu adalah wakil partai
politik.
d. Sedangkan pada pemilihan kepala daerah / wakil kepala daerah, peserta
Pemilu adalah wakil partai politik atau perorangan.
II-4
http://www.gangsir.com
Gambar II-1 Pihak yang terkait Pemilu [19]
II.3 Pemungutan Suara
Pemungutan suara (voting) adalah salah satu tahap pelaksanaan pemilihan umum. Secara
umum, di banyak negara, pemungutan suara dilaksanakan secara rahasia pada tempat yang
khusus dipersiapkan untuk pelaksanaan pemungutan suara. Proses pemungutan suara di
Indonesia masih menggunakan cara manual, yaitu menggunakan kertas suara. Berikut ini
adalah urutan proses pada saat pemungutan suara di Indonesia.
1. Calon pemilih datang ke TPS (Tempat Pemungutan Suara). TPS adalah tempat
melakukan pemungutan suara yang disediakan oleh panitia pemilihan umum.
2. Calon pemilih memberikan kartu pemilih. Kartu pemilih ini digunakan sebagai
tanda bahwa calon pemilih telah terdaftar sebagai calon pemilih.
3. Calon pemilih mengambil kertas suara (ballot) dan kemudian melakukan
pencoblosan di dalam bilik suara.
4. Kertas suara dimasukkan ke dalam kotak suara (ballot box).
5. Salah satu jari pemilih diberi tanda dengan tinta sebagai penanda bahwa pemilih
tersebut telah melakukan pemungutan suara.
II-5
http://www.gangsir.com
6. Setelah waktu untuk memasukkan suara selesai, maka kemudian dilakukan
perhitungan suara.
7. Kertas suara dikeluarkan dari kotak suara dan kemudian dihitung bersama-sama
dengan diawasi oleh saksi dari berbagai pihak antara lain panitia dan perwakilan
partai politik.
8. Hasil perhitungan tersebut kemudian dikirimkan ke kantor KPU untuk dilakukan
rekapitulasi hasil pemungutan suara.
Proses pemungutan suara secara manual menggunakan kertas suara sampai saat ini masih
digunakan di Indonesia dan negara-negara lain yang belum menggunakan sistem e-voting.
Berikut ini adalah beberapa alasan yang mungkin mendasari suatu negara tetap
menggunakan sistem pemungutan suara secara manual.
1. Belum ada sistem e-voting yang keamanannya sudah benar-benar teruji.
2. Tingkat pendidikan masyarakat secara umum masih cukup rendah sehingga
penerapan teknologi baru membutuhkan biaya dan waktu yang cukup besar untuk
melakukan sosialisasi agar masyarakat mampu menggunakannya.
3. Pemerintah perlu melakukan sosialisasi sistem baru agar masyarakat mau
mengadopsi sistem baru.
4. Konversi dari sistem lama (manual) ke sistem baru (e-voting) membutuhkan usaha
yang cukup besar.
Selain beberapa alasan di atas, ada prasangka negatif mengenai keengganan pemerintah
mengadopsi sistem e-voting. Prasangka negatif tersebut khususnya terkait dengan
transparansi atau keterbukaan. Pada beberapa negara dengan tingkat korupsi yang cukup
tinggi seperti Indonesia masalah transparansi merupakan hal yang sering dihindari oleh
para aparat pemerintah yang korup. Mereka tidak senang apabila penggunaan sistem evoting akan menjadikan proses pemilihan umum semakin transparan sehingga kedudukan
mereka di pemerintahan akan terancam.
II.4 E-Voting
Seiring dengan perkembangan jaman, sudah banyak penelitian pemanfaatan elektronik pada
proses pemungutan suara menggantikan proses pemungutan suara secara manual.
Teknologi tersebut disebut e-voting. E-voting adalah proses pemungutan suara yang
II-6
http://www.gangsir.com
memanfaatkan elektronik. Penelitian mengenai e-voting telah berlangsung cukup lama.
Sebagai contoh, pada 1 Juni 1869 Thomas A. Edison menerima paten dari pemerintah
Amerika untuk sebuah “electronic vote recorder” yang akan digunakan pada Kongres,
tetapi teknologi tersebut tidak pernah digunakan karena anggota Kongres belum siap untuk
menggunakannnya [13].
Seiring dengan perkembangan jaman, ada pergeseran makna terkait e-voting. E-voting saat
ini lebih dikhususkan pada pemanfaatan teknologi informasi khususnya jaringan internet
pada pelaksanaan pemungutan suara. Penelitian terkait e-voting yang memanfaatkan
teknologi informasi mulai banyak bermunculan pada tahun 1990an. Pemanfaatan e-voting
sudah mulai dilakukan pada beberapa negara. Berikut ini adalah beberapa contoh negara
yang telah memanfaatkan teknologi e-voting.
1. Brazil
Brazil adalah salah satu negara yang masuk sepuluh besar jumlah penduduk terbesar
di dunia selain Indonesia. Brazil telah mulai memperkenalkan sistem e-voting pada
awal tahun 1990an pada kota-kota dengan penduduk sekitar 200.000 orang.
Kemudian pada tahun 1998, sistem e-voting telah digunakan pada proses pemilihan
umum dengan skala yang lebih tinggi. Pada tahun 2002, lebih dari 100 juta
penduduk Brazil memasukkan suara mereka menggunakan mesin e-voting yang
berjumlah lebih dari 400.000 yang tersebar di seluruh bagian negara [6].
Keberhasilan Brazil tersebut menunjukkan bahwa negara dengan jumlah penduduk
yang sangat besar juga telah mampu memanfaatkan sistem e-voting.
2. Jepang
Jepang mulai memanfaatkan e-voting secara resmi pada tahun 2002 pada
pemerintah lokal kota Niimi. Penggunaan e-voting tersebut cukup sukses karena
diikuti oleh 96% warga kota tersebut dari total 25.000 penduduk kota. Pelaksanaan
e-voting di kota tersebut serupa dengan pelaksanaan e-voting di Brazil dengan
menggunakan mesin e-voting pada setiap TPS [12].
3. Estonia
Estonia adalah sebuah negara di Eropa dengan jumlah penduduk lebih dari satu juta
jiwa. Estonia telah berhasil memanfaatkan teknologi e-voting berbasis internet pada
tahun 2005 pada Pemilu lokal dengan jumlah warga yang memanfaatkan teknologi
tersebut sebanyak 9.317 orang. Pada tahun 2007, Estonia telah menjadi negara
pertama di dunia yang berhasil memanfaatkan teknologi e-voting berbasis internet
II-7
http://www.gangsir.com
untuk melakukan Pemilu secara nasional. Jumlah warga negara yang memanfaatkan
teknologi tersebut adalah 30.275 orang. Pada saat pemanfaatan teknologi e-voting
berbasis internet, pemerintah Estonia juga tempat pemungutan suara (TPS) seperti
biasa. Jadi warga bebas memilih akan melakukan pemungutan suara menggunakan
teknologi e-voting berbasis internet maupun menggunakan TPS.
Selain ketiga negara di atas, sebenarnya masih banyak negara lain yang sudah mulai
memanfaatkan e-voting dalam proses pemungutan suara antara lain India, Irlandia,
Amerika, Perancis, dan lain-lain. Seperti halnya negara Jepang, hampir semua negara
tersebut memanfaatkan teknologi e-voting masih dalam tingkat pemilihan umum lokal,
belum bersifat nasional. Masih ada kekhawatiran yang cukup besar terkait dengan
keamanan sistem e-voting. Brazil dan Estonia adalah contoh negara yang telah berani
memanfaatkan teknologi e-voting untuk pemilihan umum nasional.
Penelitian terkait e-voting masih terus dilakukan sampai sekarang. Ada bermacam-macam
teknologi yang digunakan dalam mengembangkan e-voting tersebut. Berikut ini beberapa
persyaratan yang harus dipenuhi dalam suatu sistem e-voting.
1. Accuracy (akurasi) yaitu ketepatan hasil perhitungan suara. Ketepatan ini meliputi
tidak ada satupun pihak yang diperbolehkan mengubah suara yang telah masuk,
semua suara yang valid dihitung dengan tepat, dan suara yang tidak valid tidak
boleh dihitung.
2. Democracy (demokrasi) yaitu hanya calon pemilih yang memenuhi syarat berhak
untuk memilih dan setiap pemilih hanya berhak untuk memasukkan suaranya satu
kali.
3. Privacy (privasi) yaitu tidak seorang pun yang dapat menghubungkan seseorang
dengan hasil pilihannya.
4. Robustness yaitu tidak ada gangguan yang menghalangi pelaksanaan pemungutan
suara. Jadi aspek ini berkaitan erat dengan aspek security (keamanan).
5. Verifiability yaitu setiap orang dapat membuktikan bahwa tidak ada manipulasi
terhadap hasil perhitungan.
6. Uncoercibility yaitu tidak adanya paksaan kepada pemilih dalam menentukan
pilihannya. Agar tidak terjadi maka pemilih harus tidak dapat membuktikan hasil
pilihannya kepada orang lain (receipt freeness).
II-8
http://www.gangsir.com
7. Fairness yaitu setiap orang tidak dapat mengetahui hasil pemilihan sebelum proses
pemilihan selesai dan dilakukan perhitungan suara.
8. Verifiable participation yaitu mampu membuktikan apakah seseorang telah
melakukan pemungutan suara atau belum [11].
Pada sub bab berikut akan dijelaskan mengenai beberapa contoh penelitian terkait dengan
sistem e-voting.
II.4.1 E-Vox
E-Vox adalah sebuah sistem e-voting yang dikembangkan oleh Mark A. Herschberg pada
tesis yang berjudul Secure Electronic Voting Over the World Wide Web tahun 1997 [8].
Sistem E-Vox mempunyai kelebihan dalam kemudahan akses oleh pemilih. Pemilih hanya
membutuhkan username (identitas pemilih) dan password untuk dapat mengakses sistem
tersebut. Pemilih tidak perlu menggunakan otentikasi lainnya. Penanganan keamanan
sistem ditangani secara internal dan tidak menyulitkan calon pemilih dalam
mengoperasikan sistem tersebut.
Sistem E-Vox secara umum mempunyai desain yang cukup sederhana. Sistem tersebut
terdiri dari empat buah modul utama yaitu counter, administrator, anonymizer, dan voter
applet. Counter digunakan untuk menghitung hasil pemungutan suara. Administrator
memverifikasi data pemilih dan memberikan tanda bahwa surat suara yang telah masuk
tersebut sah. Anonymizer adalah modul yang digunakan untuk menjaga kerahasiaan data
pemilih. Dan terakhir adalah voter applet yang digunakan sebagai antar muka langsung ke
pemilih. Desain proses sistem E-Vox dapat dilihat pada gambar II-2. Berikut ini penjelasan
proses yang dilakukan pada sistem E-Vox tersebut.
1. Pemilih memilih kandidat yang diinginkan yang telah dienkripsi menggunakan
voter applet.
2. Surat suara kemudian dikirimkan ke administrator menggunakan jaringan yang
aman.
3. Administrator memverifikasi bahwa pemilih mempunyai hak untuk memilih.
Administrator kemudian mengirimkan kembali surat suara tersebut ke pemilih
setelah diberi tanda (setelah waktu pemungutan suara selesai, administrator
II-9
http://www.gangsir.com
mempublikasikan daftar nama pemilih, surat suara yang telah dienkripsi, dan tanda
dari administrator).
4. Pemilih memverifikasi tanda dari administrator dan kemudian membuka surat suara
tersebut.
5. Surat suara tersebut kemudian dikirimkan ke anonymous server.
6. Semua surat suara diterima anonymous server sebelum waktu pemungutan suara
selesai.
7. Surat suara yang terkumpul dihitung setelah mengkonfirmasi tanda yang diberikan
oleh administrator.
8. Setelah selesai, counter memberikan tanda bahwa proses telah berhasil dilakukan ke
modul anonymizer dan kemudian diteruskan ke voter applet.
Gambar II-2 Arsitektur Sistem E-Vox [8]
II.4.2 e-VOTE
Sistem e-VOTE adalah sebuah sistem voting berbasis internet. e-VOTE adalah sebuah
proyek yang dilakukan oleh konsursium terdiri dari universitas-universitas dan perusahaanperusahaan IT di Eropa pada tahun 2000. e-VOTE mempunyai tujuan untuk membuat
desain, mengembangkan, dan melakukan validasi sebuah sistem e-voting berbasis internet.
Sistem ini meliputi registrasi pemilih, validasi pemilih, mengumpulkan suara, dan
melakukan perhitungan hasil suara.
II-10
http://www.gangsir.com
Sistem e-VOTE terdiri dari empat macam domain aplikasi yang berbeda yaitu pemilihan
umum, pemilihan pada internal organisasi, referendum, dan jejak pendapat. Setiap domain
aplikasi tersebut mempunyai requirement dan arsitektur sistem yang berbeda-beda. Pada
dokumen tesis ini, sistem e-VOTE yang dibahas hanya pada modul pemilihan umum
karena karakteristiknya paling sesuai dengan model yang dikembangkan pada tesis ini.
Sistem e-VOTE mempunyai kelebihan mengenai banyaknya pilihan arsitektur sistem yang
bisa digunakan. Misalnya, proses penanganan otentikasi calon pemilih ada banyak alternatif
yang bisa digunakan, alternatif tersebut antara lain otentikasi dengan satu password,
otentikasi dengan dua password, otentikasi menggunakan kartu chip, dan lain-lain. Pada
contoh model yang digunakan sebagai perbandingan saat ini adalah salah satu bentuk
umum arsitektur sistem e-VOTE. Gambar II-3 adalah contoh model arsitektur umum sistem
e-VOTE.
Gambar II-3 Arsitektur Sistem e-VOTE [7]
Berikut ini adalah penjelasan setiap komponen dari Gambar II-3 Arsitektur Sistem eVOTE.
1. Web browser adalah aplikasi untuk mengakses web server yang berisi aplikasi evoting. Jadi web browser menjadi suatu e-voting front end yang berinteraksi
langsung dengan pemilih.
2. Web server adalah aplikasi di sisi server yang mengelola aplikasi e-voting yang
akan diakses oleh pemilih menggunakan web browser.
II-11
http://www.gangsir.com
3. Certification Authority (CA) adalah modul yang berfungsi untuk memeriksa apakah
calon pemilih mempunyai hak akses untuk memilih atau tidak.
4. Registration client adalah berisi daftar calon pemilih. Daftar calon pemilih tersebut
akan dimasukkan ke modul CA dan modul Message board untuk membuktikan
apakah calon pemilih yang masuk tersebut telah terdaftar atau belum.
5. Message board adalah bagian server yang berfungsi untuk mengumpulkan dan
menghitung suara yang telah masuk.
6. Tally server adalah bagian server untuk melakukan dekripsi terhadap hasil
pemungutan suara setelah proses pemungutan suara selesai dilakukan.
7. Administrative client adalah komputer client untuk kegiatan administratif yang
hanya digunakan apabila kegiatan administratif tersebut tidak dilakukan otomatis
pada Message board. Kegiatan adminstratif tersebut antara lain perhitungan suara
secara manual, pemeriksaan daftar pemilih, dan pemeriksaan daftar suara yang telah
masuk.
II.4.3 MarkPledge
MarkPledge adalah sistem e-voting yang dikembangkan oleh Andrew Neff sekitar tahun
2000. Secara umum, sistem MarkPledge mempunyai arsitektur seperti pada Gambar II-4.
Gambar II-4 Arsitektur Sistem MarkPledge [1]
Berikut ini adalah penjelasan setiap bagian pada arsitektur sistem MarkPledge sesuai
gambar II-4.
1. Voting Machine adalah mesin yang digunakan untuk melakukan proses pemungutan
suara.
II-12
http://www.gangsir.com
2. Bulletin board adalah modul yang digunakan untuk mengumpulkan data suara yang
telah masuk dan melakukan perhitungan hasil pemungutan suara.
3. Helper adalah bagian yang bertugas memverifikasi surat suara apakah surat suara
yang masuk valid atau tidak.
Berikut ini adalah proses yang terjadi pada saat pelaksanaan pemungutan suara
menggunakan sistem MarkPledge.
1. Pemilih masuk ke bilik pemungutan suara, sebuah tempat yang terjaga privasinya,
dan kemudian mengaktifkan mesin voting (voting machine).
2. Pemilih memasukkan suara pilihannya ke mesin voting.
3. Mesin membuat surat suara dijital berisi hasil pilihan pemilih yang telah dienkripsi.
4. Suara yang masuk akan diverifikasi oleh bagian helper untuk menentukan valid atau
tidaknya surat suara tersebut. Jika surat suara tersebut valid maka proses akan
dilanjutkan ke bagian berikutnya. Dan jika tidak, maka pemilih harus kembali
memasukkan suara pilihannya.
5. Pemilih memasukkan sebuah password yang digunakan untuk membuka surat suara
yang telah dienkripsi.
6. Mesin menampilkan password tersebut dan juga menambahkan data dummy yang
digunakan untuk melindungi privasi pemilih.
7. Suara yang telah ditambahkan data dummy tersebut kemudian dikirimkan ke modul
bulletin board. Modul ini bertugas untuk mengumpulkan surat suara dijital dan
kemudian menghitungnya setelah waktu pemungutan suara berakhir.
8. Mesin mengirimkan surat suara yang telah dienkripsi dan kemudian pemilih
menerima receipt (bukti hasil pilihan) [4].
Pada paper yang ditulis oleh Ben Adida [1] membahas mengenai jaminan terhadap hasil
penghitungan suara pada skema voting system MarkPledge. Salah satu bagian yang sangat
penting pada sebuah sistem pemungutan suara (voting) adalah verifikasi terhadap hasil
pemungutan suara. Ada dua hal yang penting yang harus diverifikasi. Pertama adalah
memastikan bahwa tidak ada manipulasi terhadap pilihan yang sudah masuk pada surat
suara. Dan yang kedua adalah memastikan bahwa surat suara yang masuk dihitung dengan
benar sesuai pilihan yang ada pada surat suara.
II-13
http://www.gangsir.com
Ada dua macam metode yang digunakan dalam memastikan terhadap hasil penghitungan
suara. Metode pertama adalah universal verifiability. Pada metode ini semua orang dapat
memverifikasi bahwa hanya pemilih yang terdaftar yang memasukkan suara dan suara yang
masuk dihitung dengan benar. Setelah semua suara masuk ke bulletin board maka semua
orang dapat memastikan bahwa data orang yang telah memasukkan pilihan sesuai dengan
data suara yang masuk.
Metode kedua adalah ballot casting assurance. Pada metode ini hanya pemilih yang dapat
memverifikasi sendiri bahwa surat suara yang dimasukkan dihitung sesuai dengan pilihan
yang dia masukkan. Cara yang dilakukan adalah pada saat memilih pemilih memperoleh
receipt. Receipt tersebut berisi bukti bahwa suara yang telah dimasukkan tidak dimanipulasi
dan pemilih dapat melakukan pengecekan pada bulletin board.
II.4.4 Sistem E-Voting Terpusat
Sistem E-Voting Terpusat adalah sistem yang dikembangkan oleh Philip Anderson Hutapea
pada tahun 2009 sebagai bagian dari tugas akhir program studi Informatika, Sekolah
Teknik Elektro dan Informatika, Institut Teknologi Bandung [8]. Sistem yang
dikembangkan tersebut membahas lebih mendalam mengenai cara menangani faktor
keamanan data khususnya terkait masalah kerahasiaan data. Metode yang digunakan untuk
mengatasi faktor tersebut adalah dengan melakukan kriptografi. Sistem ini menggunakan
kartu pemilihan, yaitu sebuah kartu kecil yang mempunyai chip memory dan digunakan
sebagai media penyimpanan suara yang dapat digunakan untuk perhitungan suara secara
manual.
Gambar II-5 berisi mengenai arsitektur sistem e-voting terpusat. Berikut ini adalah
penjelasan alur pada skema pelaksanaan sistem e-voting tersebut.
1. Secara umum sistem dibagi menjadi dua bagian utama yaitu sistem yang berada di
TPS (Tempat Pemungutan Suara) dan sistem di KPU (Komisi Pemilihan Umum).
2. Sistem di TPS dibagi menjadi beberapa proses sebagai berikut.
a. Pemilih melakukan pendaftaran ulang pada bagian registrasi di TPS.
b. Pemilih memperoleh kartu suara yang datanya telah dienkripsi dan
kemudian melakukan inisiasi kartu.
c. Sistem melakukan validasi kartu suara yang dimasukkan oleh pemilih.
II-14
http://www.gangsir.com
d. Pemilih melakukan pengisian suara.
e. Sistem menyimpan suara yang masuk.
3. Setelah pelaksanaan pemungutan suara selesai, komputer-komputer yang berada di
TPS akan mengirimkan data suara tersebut ke KPU melalui jaringan komputer yang
aman.
Gambar II-5 Arsitektur Sistem E-voting Terpusat [8]
II.5 Web
II.5.1 Pengertian Umum Web
World Wide Web (WWW) atau biasa disebut web adalah sebuah sistem yang saling terkait
menggunakan dokumen hypertext yang diakses melalui jaringan internet. Sebuah halaman
web yang berisi teks, gambar, video, dan file multimedia lainnya dapat diakses
menggunakan web browser. Web pertama kali muncul pada awal tahun 1991 yang
dikembangkan oleh Tim Berners-Lee. Pada tahun 1993, teknologi web menjadi teknologi
yang bebas digunakan oleh siapa saja tanpa biaya apapun. Hal ini mendorong
perkembangan penggunaan teknologi web dengat sangat pesat.
Dalam pemanfaatan teknologi web tersebut, banyak standar yang digunakan. Berikut ini
adalah beberapa standar yang sangat sering digunakan dalam teknologi web. Selain
beberapa standar di bawah, sebenarnya masih banyak standar lain yang digunakan.
II-15
http://www.gangsir.com
•
HTML (HyperText Markup Language) atau XHTML (eXtended HTML). Standar ini
adalah markup language untuk mendefinisikan struktur dan interpretasi dokumen
hypertext yang dikeluarkan oleh W3C (World Wide Web Consortium) yang
dikepalai oleh Tim Berners-Lee.
•
CSS (Cascading Style Sheets). Standar ini adalah standar stylesheets yang
dikeluarkan oleh W3C untuk mengatur tampilan pada suatu halaman web.
•
URI (Uniform Resource Identifier). Standar ini adalah sebuah sistem umum yang
digunakan untuk mengakses suatu sumber di internet, baik berupa dokumen
hypertext, gambar, atau sumber lainnya. Standar ini dikeluarkan oleh IETF (Internet
Engineering Task Force).
•
HTTP (HyperText Transfer Protocol). Standar ini digunakan untuk memberikan
spesifikasi bagaimana web browser dan server saling mengenali dan berkomunikasi.
Secara umum cara kerja web adalah sebagai berikut.
•
Pertama adalah mengakses suatu halaman web dengan memasukkan URI dari
halaman tersebut pada web browser.
•
Web browser kemudian mengakses web server sesuai dengan URI yang telah
dimasukkan. Jika URI yang dimasukkan tadi masih menggunakan nama web server
(belum menggunakan IP address) maka nama web server tersebut harus diubah
menjadi sebuah IP adress menggunakan DNS (Domain Name System). DNS adalah
sebuah basis data global terdistribusi yang menyimpan data seluruh nama web
server.
•
Setelah permintaan dari web browser sampai ke web server, maka web server
kemudian memberikan balasan sesuai permintaan web browser tersebut dengan
protokol tertentu, misalnya protokol HTTP.
•
Setelah web browser menerima paket yang dikirim oleh web server, maka web
browser kemudian menerjemahkan isi paket tersebut dan menampilkannya ke layar
sesuai dengan spesifikasi paket tersebut.
II.5.2 Keamanan Web
Aspek keamanan (security) merupakan aspek yang sangat penting dalam penggunaan web.
Banyak komputer melakukan akses pada jaringan yang sama menimbulkan kerawanan
II-16
http://www.gangsir.com
dalam pemanfaatan web. Berikut ini adalah beberapa macam serangan terhadap suatu
jaringan internet.
1. Scanning. Pihak yang tidak bertanggung jawab mencoba mempelajari dan
mengenali jaringan dan sistem yang digunakan. Jika mereka telah menguasainya,
maka hal tersebut akan mempermudah mereka dalam merusak sistem.
2. Denial of Service (DoS). Tipe serangan ini dilakukan untuk membuat sistem tidak
mampu memberikan layanan kembali.
3. Sniffing. Serangan ini digunakan untuk mengetahui informasi yang dipertukarkan
antara komputer client dan server.
4. Hijacking. Serangan ini dilakukan dengan cara mengambil alih koneksi yang terjadi
antara komputer client dan server.
5. Physical. Pihak yang tidak bertanggung jawab mencoba melakukan akses secara
langsung pada komputer server.
6. Back door. Tidak ada suatu perangkat lunak yang sempurna, baik sistem operasi,
sistem basis data, maupun sistem yang kita kembangkan. Serangan tipe ini
dilakukan dengan cara menyerang kelemahan-kelemahan sistem tersebut.
7. Social engineering. Serangan cara ini dilakukan dengan cara menyusupkan orangorang agar mempunyai hak akses terhadap sistem tersebut untuk menghancurkan
sistem maupun melakukan pencurian data [5].
Tidak ada sebuah sistem mempunyai tingkat keamanan yang sempurna. Meskipun tingkat
keamanan sistem tidak ada yang sempurna, saat ini telah banyak sistem-sistem yang
memanfaatkan jaringan internet khususnya teknologi web. Pemilihan teknologi web
tersebut karena web mempunyai kelebihan dalam hal kemudahan akses dari mana saja
hanya menggunakan web browser.
Tingkat keamanan sebuah sistem sangat tergantung pada tingkat kepentingan sistem
tersebut, misalnya sistem perbankan dan e-commerce harus mempunyai tingkat keamanan
yang tinggi karena resiko yang dihadapi cukup besar apabila ada penyusup. Demikian juga
dengan sistem e-voting, sistem ini harus mempunyai tingkat keamanan yang tinggi karena
jika sistem ini berhasil ditembus maka akan menimbulkan kerugian yang sangat besar.
Ada banyak cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan keamanan pada sistem. Berikut
ini adalah beberapa cara untuk meingkatkan keamanan sistem.
II-17
http://www.gangsir.com
1. Education. Pembelajaran bagi semua pihak yang terkait baik pengguna, maupun
administrator dengan sistem merupakan hal yang sangat penting. Mereka harus
mengetahui bagaimana cara untuk menjaga keamanan sistem sesuai dengan hak
akses yang mereka miliki terhadap sistem.
2. Application security. Meningkatkan keamanan aplikasi yang digunakan baik sistem
operasi, sistem basis data, dan sistem lainnya. Pemahaman mengenai sistem yang
digunakan merupakan hal yang penting untuk dimiliki agar mampu melakukan
pengamanan dari sudut pandang aplikasi.
3. Phisycal security. Pengamanan dilakukan langsung secara fisik, misalnya
pengamanan pada ruang server dengan penjagaan satpam.
4. Firewall. Pengamanan dilakukan dengan cara mengatur lalu lintas jaringan.
Penggunaan VPN (Virtual Private Network) dapat digunakan untuk membatasi
pihak-pihak yang diperbolehkan untuk mengakses jaringan [5].
Gambar II-6 Karakteristik Keamanan Sistem
Penentuan tingkat keamanan sebuah sistem yang terhubung ke jaringan internet sangat
tergantung pada karakteristik sistem tersebut. Gambar II-6 Karakteristik Keamanan Sistem
II-18
http://www.gangsir.com
menunjukkan karakteristik umum keamanan sistem pada jaringan serta kecenderungan
sistem ISP, militer, dan keuangan terhadap karakteristik tersebut.
Sistem tersebut harus mampu menyeimbangkan antara availability (ketersediaan layanan),
integrity (integritas data), dan confidentiality (kerahasiaan data) sesuai dengan
karakteristiknya [5]. Sebagai contoh sistem pada ISP (Internet Service Provider) akan lebih
fokus pada availability, sistem militer lebih fokus pada confidentiality, dan sistem
keuangan akan lebih fokus pada integrity. Karakteristik sistem tersebut akan mempengaruhi
desain sistem baik dari sudut pandang perangkat keras, perangkat lunak, maupun jaringan.
II-19
http://www.gangsir.com
BAB III
ANALISIS
Bab ini membahas mengenai analisis kebutuhan terkait e-voting. Analisis tersebut meliputi
analisis terhadap sistem lain yang dijadikan sebagai acuan dalam pengembangan model,
analisis kebutuhan baik fungsional maupun non-fungsional, serta analisis mengenai aktor
yang terlibat dalam sistem e-voting. Aktor tersebut akan menjadi acuan dalam pembuatan
diagram use case dari model e-voting yang akan dikembangkan.
III.1 Analisis Perbandingan terhadap Sistem Lain
Pada Bab II.4. E-Voting telah disebutkan beberapa contoh sistem e-voting yang telah
dikembangkan. Pada tesis ini hanya disebutkan empat buah contoh sistem yaitu E-Vox, eVOTE, MarkPledge, dan Sistem E-voting Terpusat. Sebenarnya selain keempat sistem itu
masih banyak lagi sistem e-voting yang telah dikembangkan maupun telah digunakan di
berbagai negara.
Pemilihan ketiga sistem pertama tersebut sebagai tinjauan pustaka dalam tesis ini karena
sistem tersebut mempunyai model yang serupa dan bisa dijadikan acuan dalam pembuatan
model e-voting berbasis web. Sedangkan Sistem E-voting Terpusat dijadikan acuan karena
sistem tersebut merupakan sistem yang telah dikembangkan sebelumnya di ITB (Institut
Teknologi Bandung). Pengembangan model e-voting berbasis web ini diharapkan dapat
memberikan kelanjutan mengenai penelitian sistem e-voting di ITB.
Keempat sistem tersebut mempunyai fokus pembahasan pada hal yang sama yaitu security
(keamanan) dan privacy (kerahasiaan). Kedua hal tersebut merupakan faktor yang sangat
penting agar suatu sistem e-voting dapat berjalan dengan baik dan diterima oleh
masyarakat. Untuk menjaga security dan privacy, keempat sistem tersebut menggunakan
metode yang berbeda-beda.
Pada sistem E-Vox faktor keamanan ditangani oleh sebuah modul bernama Administrator,
Modul tersebut bertugas untuk melakukan validasi terhadap surat suara yang masuk. Jika
surat suara tersebut valid maka Administrator akan memberikan tanda pada surat suara
tersebut sehingga surat suara tersebut bisa masuk proses selanjutnya. Sedangkan untuk
III-1
http://www.gangsir.com
menangani masalah kerahasiaan, E-Vox melakukan penanganan khusus menggunakan
modul Anonymizer. Modul tersebut berfungsi untuk menyamarkan surat suara yang masuk.
Pada sistem e-VOTE, validasi pemilih dilakukan dua kali oleh modul yang berbeda. Modul
tersebut adalah Registration Client dan CA (Certification Authority). Sedangkan masalah
kerahasiaan data, e-VOTE tidak melakukan penanganan secara khusus dengan modul
tersebut. Penanganan kerahasiaan data sudah menjadi bagian yang terintegrasi dalam
modul-modul e-VOTE.
Pada sistem MarkPledge, penanganan faktor keamanan dan kerahasiaan data secara khusus
tidak tampak dalam arsitekturnya. Sistem MarkPledge lebih menekankan pada verifikasi
terhadap hasil perhitungan suara. Pada sistem tersebut, verifikasi perhitungan suara
dilakukan dengan dua macam cara yaitu universal verifiability dan ballot casting
assurance. Universal verifiability adalah verifikasi yang dapat dilakukan oleh semua pihak
yang berkepentingan terhadap hasil suara sedangkan ballot casting assurance adalah
verifikasi hasil perhitungan suara yang dilakukan oleh pemilih (setiap pemilih hanya dapat
melakukan verifikasi terhadap surat suaranya masing-masing).
Pada Sistem E-voting Terpusat, penanganan faktor keamanan dan kerahasiaan data
dilakukan pada modul yang berada di TPS. Sistem ini menggunakan metode batch
processing, data disimpan pada komputer TPS, dan kemudian pada saat penghitungan suara
data tersebut dikirimkan ke komputer KPU. Sistem menggunakan suatu kartu kecil yang
menggunakan chip memory untuk penyimpanan suara. Sistem ini sangat menekankan
mengenai metode kriptografi yang digunakan.
Dari beberapa sudut pandang yang berbeda dapat dibuat kesimpulan bahwa sistem E-Vox
mempunyai kelebihan dalam kejelasan mengenai aliran data antar modul. Selain itu, sistem
ini juga baik dalam menjaga kerahasiaan data hasil pemilihan dengan adanya modul
Anonymizer.
Sistem e-VOTE mempunyai kelebihan dalam kemiripan dengan sistem pemilihan umum
yang berlaku di Indonesia saat ini. Kedua sistem tersebut melibatkan aktor-aktor yang
hampir sama. Selain itu, sistem e-VOTE juga menggunakan teknologi yang sama, yaitu
teknologi web.
III-2
http://www.gangsir.com
Sistem MarkPledge mempunyai kelebihan dalam verifikasi hasil suara. Hal ini sangat
diperlukan agar hasil perhitungan suara dapat diterima oleh semua pihak dan mampu
meminimalisir tindakan anarkis akibat ketidakpuasan terhadap hasil perhitungan suara yang
sering terjadi di Indonesia.
Sedangkan sistem e-voting terpusat secara khusus memfokuskan diri pada penanganan
masalah keamanan. Sistem ini menggunakan kartu dengan chip memory untuk mengatasi
masalah keamanan tersebut. Sistem e-voting terpusat tersebut mempunyai karakteristik
yang cukup berbeda dengan model yang akan dikembangkan pada tesis ini. Pada tesis ini,
model difokuskan pada penggunaan teknologi web sehingga prosesnya bersifat real time,
sedangkan sistem e-voting terpusat bersifat batch processing.
Perbandingan secara lebih jelas dalam bentuk tabel antara sistem E-Vox, sistem e-VOTE,
sistem MarkPledge, dan sistem e-voting terpusat yang dikembangkan oleh Philip Anderson
Hutapea dapat dilihat pada Lampiran A. Perbandingan Sistem E-Vox, e-VOTE,
MarkPledge, dan E-Voting Terpusat.
III.2 Analisis Kebutuhan
Analisis kebutuhan (requirement) sistem e-voting terdiri dari dua tipe kebutuhan yaitu
kebutuhan fungsional dan kebutuhan non fungsional. Secara umum, kebutuhan non
fungsional suatu perangkat lunak terdiri dari empat macam, yaitu:
1. Usability. Usability adalah kebutuhan non fungsional terkait dengan kemudahan
penggunaan sistem atau perangkat lunak oleh user.
2. Reliability. Reliability yaitu kebutuhan terkait kehandalan sistem atau perangkat
lunak termasuk juga faktor keamanan (security) sistem.
3. Portability. Portability adalah kemudahan dalam pengaksesan sistem khususnya
terkait dengan faktor waktu dan lokasi pengaksesan, serta perangkat atau teknologi
yang digunakan untuk mengakses. Perangkat atau teknologi tersebut meliputi
perangkat lunak, perangkat keras, dan perangkat jaringan.
4. Supportability. Supportability adalah kebutuhan terkait dengan dukungan dalam
penggunaan sistem atau perangkat lunak.
III-3
http://www.gangsir.com
Berikut ini adalah kebutuhan (requirement) sistem e-voting baik kebutuhan fungsional
maupun kebutuhan non fungsional. Kebutuhan fungsional dan non fungsional tersebut
harus memenuhi persyaratan e-voting yang disebutkan pada bab II.
III.2.1 Kebutuhan Fungsional
Kebutuhan fungsional sistem e-voting adalah sebagai berikut.
1. FR-01. Sistem harus mampu memfasilitasi proses pemilihan umum di Indonesia
yang terbagi menjadi dua tahap, yaitu pemilihan legislatif (anggota DPR atau
DPRD1 atau DPRD 2 dan anggota DPD) dan pemilihan kepala negara atau kepala
daerah.
2. FR-02. Sistem harus mampu melakukan verifikasi data pemilih (voter) pemilihan
umum dan mencatat status pemilih apakah telah melakukan proses pemungutan
suara atau belum. Sistem harus dapat membuktikan apakah seseorang telah
melakukan proses pemilihan atau belum. Kebutuhan ini harus sesuai dengan
persyaratan verifiable participation.
3. FR-03. Pemilih dapat memasukkan pilihannya ke dalam sistem. Kebutuhan ini
harus memenuhi persyaratan democracy yaitu seorang pemilih hanya berhak
memasukkan suara sebanyak satu kali.
4. FR-04. Sistem harus dapat menjumlahkan hasil pemilihan.
5. FR-05. Sistem harus dapat menampilkan data hasil pemilihan secara detail, tetapi
kerahasisaan pemilih tetap terjaga. Kebutuhan ini harus sesuai dengan persyaratan
privacy yaitu hasil pemungutan suara harus tidak dapat dihubungkan dengan siapa
yang melakukan pemilihan. Selain itu seorang pemilih tidak dapat membuktikan
hasil pilihannya. Kebutuhan ini harus sesuai dengan persyaratan receipt freeness.
6. FR-06. Sistem harus dapat menampilkan rekapitulasi data hasil pemilihan. Data
hasil perhitungan suara harus harus dapat diverifikasi dan dibuktikan bahwa tidak
ada manipulasi terhadap hasil perhitungan suara. Kebutuhan ini sesuai dengan
persyaratan verifiability. Selain itu kebutuhan ini harus sesuai dengan persyaratan
fairness. Setiap orang tidak boleh mengetahui hasil perhitungan suara sebelum
proses pemungutan suara selesai dilakukan.
III-4
http://www.gangsir.com
7. FR-07. Penyelenggara dan pengawas dapat melakukan validasi hasil perhitungan
suara. Validasi tersebut digunakan untuk membuktikan bahwa hasil perhitungan
suara dilakukan dengan tepat atau akurat. Kebutuhan ini harus memenuhi dengan
persyaratan e-voting yaitu accuracy.
III.2.2 Kebutuhan Non Fungsional
Kebutuhan non fungsional sistem e-voting adalah sebagai berikut.
1. Usability
a. NR-01. Sistem e-voting mempunyai tampilan (antarmuka) dan mekanisme
pemungutan suara yang mudah untuk dipahami. Antarmuka dan mekanisme
tersebut harus menyerupai mekanisme pemilihan umum secara konvensional
seperti yang masih berjalan saat ini agar mempermudah proses
pembelajaran. Sebagai perbandingan, pemerintah Indonesia membutuhkan
waktu dan biaya yang tidak sedikit hanya untuk melakukan sosialisasi
perubahan mekanisme pemilihan umum tahun 2009. Pada tahun-tahun
sebelumnya, pemilihan dilakukan dengan cara mencoblos sedangkan pada
tahun 2009 pemilihan dilakukan dengan cara mencontreng (√).
b. NR-02. Memfasilitasi pemilih yang sebenarnya mempunyai hak pilih namun
mempunyai keterbatasan secara fisik.
2. Reliability
a. NR-03. Sistem harus dapat berjalan terus tanpa kegagalan akses selama
proses pemungutan suara sampai dengan perhitungan hasil. Jadi sistem evoting tersebut harus mempunyai perangkat lunak server, perangkat keras
server, perangkat lunak client, perangkat keras client, dan perangkat jaringan
yang handal.
b. NR-04. Aspek keamanan (security) harus terjamin. Keamanan sistem ini
harus mampu menjamin integritas (integrity) dan kerahasiaan (privacy) data.
Selain keamanan data, keamanan server, client, dan jaringan secara fisik
juga harus benar-benar terjaga.
III-5
http://www.gangsir.com
3. Portability
a. NR-05. Sistem dapat diakses dari berbagai lokasi.
b. NR-06. Perangkat client yang digunakan mengakses sistem dapat
bermacam-macam jenis baik dari segi perangkat lunak maupun perangkat
keras yang digunakan.
4. Supportability
a. NR-07. Sistem e-voting harus mempunyai dokumentasi teknis.
b. NR-08. Sistem e-voting harus mempunyai dokumen manual penggunaan.
c. NR-09. Ada dukungan teknis jika diperlukan.
III.3 Analisis Proses
III.3.1 Aktor
Pelaksanaan proses pemungutan suara di Indonesia melibatkan 4 aktor utama. Berikut ini
adalah aktor-aktor yang terlibat dalam pelaksanaan pemungutan suara:
1. Pemilih. Pemilih adalah warga negara Indonesia yang telah mempunyai hak untuk
memilih (berusia 17 tahun ke atas atau telah menikah) dan tidak dicabut hak
pilihnya. Pemilih berkewajiban untuk melakukan proses pemilihan dan berhak
untuk mengetahui bahwa tidak ada manipulasi terhadap hasil pemilihan.
2. Peserta pemilu. Peserta pemilu mempunyai kepentingan agar tidak terjadi
kecurangan yang dapat merugikan mereka. Sesuai penjelasan pada Bab II-2, peserta
pemilu ada tiga macam, antara lain sebagai berikut.
a. Partai politik untuk pemilihan anggota DPR, DPRD tingkat 1, dan DPRD
tingkat 2.
b. Wakil partai atau perseorangan untuk pemilihan presiden dan wakil
presiden.
c. Perseorangan untuk pemilihan anggota DPD.
3. Penyelenggara pemilu. Penyelanggara pemilu di Indonesia dilakukan oleh KPU
maupun elemen-elemen di bawahnya. KPU bertanggung jawab untuk melaksanakan
pelaksanaan pemilu dengan langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil.
4. Pengawas pemilu. Pengawas pemilu di Indonesia dilakukan oleh Banwaslu dan
elemen-elemen di bawahnya. Banwaslu bertanggung jawab untuk melakukan
pengawasan dan validasi agar pelaksanaan pemilihan umum dapat memenuhi asas
pemilihan umum yaitu langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil.
III-6
http://www.gangsir.com
III.3.2 Proses
Berikut ini adalah aktivitas-aktivitas yang terjadi selama pelaksaaan pemungutan suara dan
melibatkan ke empat aktor yang telah disebutkan sebelumnya. Proses-proses tersebut akan
digambarkan keterkaitannya dengan aktor menjadi sebuah diagram use case.
Pada diagram use case di bawah, proses yang ditampilkan hanya proses yang menjadi
bagian dari sistem e-voting sesuai dengan pendefinisian kebutuhan fungsional yang telah
disebutkan pada sub bab III.2.1 Kebutuhan Fungsional.
Sebenarnya proses yang terjadi selama pelaksanaan pemilihan umum masih ada banyak
aktivitas lainnya, tetapi hal tersebut bukan menjadi bagian dari sistem e-voting sehingga
tidak masuk dalam pembahasan.
Gambar III-1 Use case pemilihan umum
III-7
http://www.gangsir.com
Berikut ini adalah penjelasan setiap use case pada gambar III-1 Use Case Pemilihan Umum
di atas. Penjelasan tersebut meliputi kode use case, kebutuhan fungsional yang terkait
dengan use case tersebut, deskripsi use case, dan kemudian kondisi sebelum (precondition)
serta kondisi sesudah (postcondition) proses tersebut dilakukan.
Tabel III-1 Deskripsi use case validasi data pemilih
Atribut
Nama
Kode
Kebutuhan
fungsional
Deskripsi
Keterangan
Validasi data pemilih
UC-01
FR-01, FR-02
Penyelenggara (KPU) melakukan validasi terhadap data pemilih
yang akan ikut serta pemungutan suara.
Precondition Data pemilih telah tersedia.
Postcondition Data pemilih yang akan mengikuti pemungutan suara telah
dinyatakan valid.
Tabel III-2 Deskripsi use case login
Atribut
Nama
Kode
Kebutuhan
fungsional
Deskripsi
Precondition
Postcondition
Keterangan
Login
UC-02
FR-02
Pemilih melakukan login untuk mengakses sistem e-voting.
Data pemilih telah tersedia dan telah dinyatakan valid.
Jika login berhasil maka pemilih berhak mengakses sistem evoting, dan jika gagal maka pemilih tidak diperbolehkan
mengakses sistem e-voting.
Tabel III-3 Deskripsi use case memasukkan pilihan
Atribut
Nama
Kode
Kebutuhan
fungsional
Deskripsi
Precondition
Keterangan
Memasukkan pilihan
UC-03
FR-03
Pemilih memasukkan pilihan sesuai yang diharapkan.
Data peserta (partai atau perseorangan) yang akan dipilih telah
tersedia.
Pemilih telah melakukan login.
Postcondition Data hasil pilihan tersimpan.
III-8
http://www.gangsir.com
Tabel III-4 Deskripsi use case menjumlahkan pilihan
Atribut
Nama
Kode
Kebutuhan
fungsional
Deskripsi
Keterangan
Menjumlahkan pilihan
UC-04
FR-04
Sistem melakukan penjumlahan hasil pilihan yang telah
dimasukkan oleh para pemilih.
Precondition Data hasil pilihan telah dimasukkan oleh para pemilih
Waktu proses pemilihan telah selesai.
Postcondition Proses perhitungan suara telah selesai dilakukan.
Tabel III-5 Deskripsi use case melihat hasil pemilihan
Atribut
Nama
Kode
Kebutuhan
fungsional
Deskripsi
Keterangan
Melihat hasil pemilihan
UC-05
FR-05, FR-06
Pemilih, pengawas, dan peserta dapat melihat atau memantau
hasil perhitungan suara.
Precondition Proses pemilihan telah selesai.
Proses perhitungan suara telah selesai dilakukan.
Postcondition Hasil perhitungan suara ditampilkan.
Tabel III-6 Deskripsi use case logout
Atribut
Nama
Kode
Kebutuhan
fungsional
Deskripsi
Precondition
Postcondition
Keterangan
Logout
UC-06
FR-02
Pemilih melakukan logout setelah selesai memasukkan suara
Pemilih telah melakukan login
Session dihapus
Tabel III-7 Deskripsi use case memantau data pemilih
Atribut
Nama
Kode
Kebutuhan
fungsional
Deskripsi
Keterangan
Memantau data pemilih
UC-07
FR-02
Penyelenggara dapat memantau data para pemilih yang telah
memberikan suaranya.
Precondition Postcondition Jumlah pemilih yang telah melakukan pemungutan suara telah
diketahui.
III-9
http://www.gangsir.com
Tabel III-8 Deskripsi use case validasi data hasil perhitungan
Atribut
Nama
Kode
Kebutuhan
fungsional
Deskripsi
Keterangan
Validasi data hasil perhitungan
UC-08
FR-07
Penyelenggara dan pengawas dapat melakukan validasi terhadap
hasil perhitungan suara
Precondition Proses perhitungan suara telah selesai dilakukan
Postcondition Data hasil perhitungan suara dinyatakan valid
III.4 Aspek Sistem E-Voting
Selain analisis kebutuhan sistem e-voting yang telah dilakukan sebelumnya, ada beberapa
aspek yang harus juga diperhatikan. Aspek ini sangat mempengaruhi pelaksanaan e-voting.
Berikut ini adalah beberapa aspek yang mempengaruhi suatu sistem e-voting dapat berjalan
dengan baik.
1. Teknologi. Aspek teknologi merupakan aspek yang paling menonjol pada sistem evoting jika dibandingkan dengan sistem voting secara manual. Penggunaan
teknologi selain memberikan banyak peluang baru misalnya terkait dengan biaya
yang lebih murah, waktu yang lebih cepat, ketepatan hasil penghitungan suara, dan
lain sebagainya. Selain itu, penggunaan teknologi juga memunculkan ancaman baru
khususnya terkait dengan keamanan data hasil pemilihan. Dengan pemanfaatan
teknologi menunculkan celah-celah keamanan yang jauh lebih besar dibandingkan
dengan pemungutan suara secara manual. Oleh karena itu, banyak penelitian tentang
e-voting yang memfokuskan pada aspek keamanan (security).
2. Hukum. Aspek hukum merupakan faktor yang sangat berpengaruh pada sistem evoting. Sistem e-voting digunakan sebagai perwujudan untuk menegakkan
demokrasi pada suatu negara sehingga penerapannya harus sesuai dengan hukum
yang berlaku. Penerapan sistem e-voting tidak akan berjalan dengan baik apabila
tidak ada penyesuaian hukum yang berlaku dengan sistem e-voting yang akan
diterapkan.
3. Sosial. Aspek sosial sering kali terabaikan dalam pembahasan suatu sistem e-voting.
Padahal, sebuah sistem khususnya terkait dengan teknologi akan berjalan dengan
baik apabila sistem tersebut sesuai dengan kondisi sosial masyarakat yang ada.
Misalnya ada sebuah sistem e-voting yang memenuhi hampir semua persyaratan
yang ada tidak diterima oleh masyarakat karena sistem tersebut mensyaratkan
III-10
http://www.gangsir.com
prosedur pemakaian yang rumit padahal tingkat pendidikan masyarakat masih
cukup rendah. Jadi analisis mengenai syarat apa yang lebih penting bagi masyarakat
tersebut sangat diperlukan agar sistem e-voting dapat diterima dan berjalan dengan
baik.
4. Prosedur operasional. Prosedur operasional merupakan prosedur pengoperasian
sistem e-voting. Prosedur ini meliputi operasi sistem secara manual, proteksi
terhadap sistem secara fisik, dan lain sebagainya.
III.5 Keamanan Sistem E-Voting
Berdasarkan karakteristik keamanan sistem, khususnya sistem berbasis web yang ada pada
sub bab II.5.2 mengenai Keamanan Web, sistem e-voting mempunyai karakteristik yang
sama seperti sistem keuangan seperti yang ditunjukkan pada gambar III-2. Sistem e-voting
mempunyai titik berat keamanan sistem pada bagian integrity (integritas data).
Kecenderungan tersebut karena integritas data pada sistem e-voting merupakan bagian yang
paling penting agar sistem e-voting mampu memberikan hasil sesuai harapan.
Gambar III-2 Karakteristik Sistem E-voting
Berikut ini adalah aspek-aspek yang harus diperhatikan dalam mengelola keamanan sistem
e-voting.
1. Kontrol akses terhadap sistem.
a. Kontrol akses terhadap perangkat lunak termasuk pengelolaan password
untuk mengakses sistem dan sistem operasi.
b. Kontrol akses terhadap perangkat keras.
III-11
http://www.gangsir.com
c. Kontrol akses terhadap jaringan komunikasi.
d. Pengawasan terhadap akses yang diberikan.
2. Keamanan sistem secara fisik.
a. Keamanan lokasi tempat melakukan pemungutan suara.
b. Keamanan lokasi tempat penyimpanan server sistem e-voting.
3. Keamanan perangkat lunak sistem.
a. Keamanan terkait instalasi perangkat lunak dan sistem operasi.
b. Perlindungan dari aplikasi jahat misalnya virus, trojan horse, dll.
c. Keamanan dan integritas data.
4. Keamanan jaringan sistem.
a. Melakukan enkripsi jika memanfaatkan jaringan yang dapat diakses publik.
b. Memanfaatkan jaringan komunikasi yang aman misalnya menggunakan
VPN (Virtual Private Network).
III-12
http://www.gangsir.com
BAB IV
MODEL WEB-VOTE
Bab ini membahas mengenai model sistem e-voting yang memenuhi persyaratan sesuai
dengan hasil analisis pada bab sebelumnya. Pada bab sebelumnya (bab III.4 tentang Aspek
Sistem E-voting) telah disebutkan aspek-aspek yang sangat berpengaruh agar sistem evoting dapat berjalan lancar dan memberikan hasil sesuai yang diharapkan. Aspek tersebut
adalah aspek teknologi, hukum, sosial, dan prosedur operasional. Pada bab ini, model
sistem akan dilakukan dari sudut pandang teknologi, hukum, sosial, dan prosedur
operasional.
Model sistem e-voting yang dikembangkan pada tesis ini diberi nama “Web-Vote”. Model
Web-Vote adalah model e-voting berbasis web untuk memenuhi kebutuhan pemilihan
umum legislatif maupun presiden di Indonesia. Gambar IV-1 menunjukkan gambar model
Web-Vote secara umum. Penjelasan lebih detail setiap bagian pada model Web-Vote dapat
dilihat pada sub bab-sub bab berikutnya.
Gambar IV-1 Model Umum Web-Vote
IV-1
http://www.gangsir.com
IV.1 Model Teknologi Web-Vote
Faktor teknologi adalah faktor yang paling menonjol pada sistem e-voting. Secara umum,
desain sistem e-voting adalah berbasis client dan server seperti pada gambar IV-2 Desain
Umum Sistem karena sistem e-voting ini berbasis web. Sistem e-voting beserta seluruh
datanya di simpan pada komputer server. Kemudian sistem tersebut dapat diakses dari
komputer client dengan menggunakan web browser. Jaringan komunikasi data yang
dilewati antara client dan server harus dipastikan aman misalnya menggunakan VPN
(Virtual Private Network).
Gambar IV-2 Desain Umum Sistem
Pada sistem e-voting berbasis web, bagian yang menonjol adalah pada bagian server. Pada
bagian client, hanya berupa web browser biasa seperti Internet Explorer, Mozilla Firefox,
Opera, Safari, Google Chrome atau web browser lainnya. Sedangkan bagian server,
terdapat beberapa fungsi yang harus ditangani. Pada gambar IV-3 tentang Desain E-voting
Server dapat dilihat desain server sistem e-voting secara lebih detail.
Gambar IV-3 Desain E-voting Server
Berikut ini penjelasan mengenai setiap modul pada gambar IV-3 mengenai desain e-voting
server.
1. Modul Authentication. Modul untuk menangani permintaan login dari komputer
client. Jika data antara username dan password telah sesuai, maka kemudian
IV-2
http://www.gangsir.com
dilakukan pengecekan status pemilih. Jika pemilih sudah melakukan pemungutan
suara maka pemilih tidak berhak mengakses modul selanjutnya.
2. Modul Ballot casting. Modul ini digunakan untuk menangani proses pemungutan
suara. Pemilih (voter) akan memilih peserta (candidate) sesuai yang mereka
inginkan. Hasil pemungutan suara harus melalui modul Anonymizer terlebih dahulu
sebelum data hasil pemilihan disimpan.
3. Modul Anonymizer. Modul ini digunakan untuk menyamarkan data surat suara yang
masuk. Jadi selain pemilih, tidak ada seorangpun yang mengetahui pilihan yang
dimasukkan oleh pemilih. Data surat suara yang telah disamarkan harus tetap valid
dan merepresentasikan hasil pemilihan umum yang benar.
4. Modul Counter. Modul ini digunakan untuk menghitung hasil surat suara yang telah
masuk setelah proses pemungutan suara selesai dilakukan.
Berikut ini penjelasan mengenai setiap basis data pada gambar VI-3 mengenai desain evoting server.
1. Basis data Voter. Basis data ini berisi data pemilih (voter) yang telah dinyatakan
valid dan berhak mengikuti pemilihan umum. Sebelum pelaksanaan pemilihan
umum berlangsung, penyelenggara (KPU) harus memastikan bahwa data yang
disimpan pada basis data voter benar-benar valid. Basis data Voter harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut.
a. Data pemilih valid.
b. Menyimpan data terkait status pemilih apakah telah melakukan proses
pemungutan suara atau belum.
2. Basis data Candidate. Basis data ini berisi data peserta (candidate) pemilihan umum
yang akan dipilih oleh pemilih. Basis data Candidate harus memenuhi persyaratan
sebagai berikut.
a. Berisi data kandidat calon anggota legislatif dan calon presiden.
b. Data kandidat valid.
3. Basis data Voting result. Basis data ini berisi data surat suara yang telah masuk.
Basis data Voting result harus memenuhi persyaratan sebagai berikut.
a. Berisi data detail hasil pemungutan suara.
b. Detail hasil pemungutan suara tidak dapat dihubungkan dengan data
pemilih.
IV-3
http://www.gangsir.com
Berikut ini adalah penjelasan langkah-langkah yang terjadi pada e-voting server.
1. Calon pemilih (voter) melakukan permintaan login dengan memasukkan username
dan password melalui komputer client.
2. Modul Authentication akan memeriksa apakah data username dan password yang
dimasukkan tersebut telah sesuai dengan basis data voter. Jika telah sesuai, maka
pemilih berhak untuk mengakses modul selanjutnya.
3. Pemilih mengakses modul ballot casting untuk memasukkan pilihannya. Modul
ballot casting akan mengambil data peserta pemilihan umum dari basis data
candidate.
4. Setelah
pemilih
menentukan
pilihannya,
maka
modul
anonymizer
akan
menyamarkan data pemilih sehingga tidak dapat ditelusuri pilihan apa yang telah
dimasukkan oleh pemilih tersebut. Modul anonymizer tersebut akan memberikan
receipt (bukti) bahwa pemilih telah memasukkan suaranya. Cara kerja modul
anonymizer adalah modul ini akan memberikan nomor acak dan unik (berbeda
untuk setiap pemilih), dan kemudian nomor tersebut yang akan disimpan ke basis
data voting result beserta pilihannya. Kemudian pemilih memperoleh receipt (bukti)
yang berisi nomor acak tersebut. Jadi ketika proses penghitungan suara telah
dilakukan, pemilih dapat memastikan bahwa suara yang dia masukkan telah benarbenar dihitung dan tidak ada manipulasi terhadap surat suara yang telah masuk.
5. Proses yang terakhir adalah proses perhitungan suara oleh modul counter. Modul ini
akan menghitung suara yang tersimpan dalam basis data voting result setelah
periode pemungutan suara selesai dilakukan.
6. Penyelenggara pemilihan umum (KPU) dan pengawas pemilihan umum (Banwaslu)
harus melakukan validasi data hasil perhitungan suara dengan membandingkan
antara jumlah suara yang telah masuk dengan jumlah pemilih yang telah melakukan
proses pemungutan suara.
IV.2 Model Hukum Web-Vote
Secara umum, model hukum Web-Vote dibagi menjadi dua bagian, yaitu Dasar Hukum dan
Materi Hukum. Dasar hukum berisi sistem e-voting harus mempunyai dasar hukum yang
jelas sehingga hasil yang diperoleh mempunyai kekuatan hukum yang jelas. Sistem evoting minimal diatur oleh peraturan setingkat undang-undang (UU). Jadi hasil pemilihan
umum yang diperoleh dengan sistem e-voting dapat diakui dan digunakan.
IV-4
http://www.gangsir.com
Sedangkan Materi Hukum berisi tentang isi materi hukum terkait sistem e-voting. KPU
sebagai penyelenggara pemilihan umum dan Banwaslu sebagai pengawas pemilihan umum
harus menunjuk masing-masing wakil mereka untuk mengakses sistem e-voting. Sistem evoting hanya boleh diakses oleh perwakilan dari KPU dan pada saat pengaksesan harus
selalu dalam pengawasan perwakilan Banwaslu yang telah ditunjuk.
Berikut ini adalah mekanisme pengaturan akses terhadap komputer server, client, dan
jaringan yang akan digunakan pada pelaksanaan sistem e-voting.
1. Pengaturan hak akses terhadap komputer server e-voting.
a. Komputer server e-voting hanya boleh diakses oleh perwakilan pihak
penyelenggara (KPU).
b. Setiap pengaksesan ke komputer server harus dilakukan pengawasan oleh
pihak pengawas (Banwaslu).
c. Pihak penyelenggara harus melakukan validasi terhadap data pemilih yang
disimpan dalam basis data voter.
d. Sebelum pelaksanaan pemungutan suara, pihak penyelenggara bersama
pihak pengawas harus memastikan bahwa komputer server berjalan dengan
baik dan basis data voting result masih kosong.
2. Pengaturan hak akses terhadap komputer client.
a. Server e-voting hanya dapat diakses oleh komputer client yang telah tersedia
di TPS (Tempat Pemungutan Suara).
b. Sebelum pelaksanaan pemungutan suara, pihak penyelenggara bersama
pihak pengawas harus memastikan bahwa komputer client berjalan dengan
baik dan dapat digunakan untuk mengakses server e-voting.
3. Pengaturan hak akses terhadap jaringan internet.
a. Jaringan internet yang digunakan untuk komunikasi antara komputer server
dan client sistem e-voting harus benar-benar aman.
IV-5
http://www.gangsir.com
IV.3 Model Sosial Web-Vote
Faktor sosial sering kali terlupakan pada desain suatu sistem. Cara konversi sistem dan cara
sosialisasi sering kali kurang diperhatikan pada awal pengembangan sistem. Berikut ini
adalah faktor-faktor sosial yang harus diperhatikan agar sistem e-voting dapat berjalan
dengan baik.
Prosedur pelaksanaan pemilihan umum menggunakan sistem e-voting dibuat serupa dengan
sistem konvensional yang telah dilakukan sebelumnya agar memudahkan masyarakat
dalam belajar dan mengurangi resistensi terhadap sistem yang baru. Kegiatan sosialisasi
sistem baru harus dilakukan ke semua lapisan masyarakat melalui media cetak (surat
kabar), media elektronik (televisi, radio, internet), dan penyuluhan langsung ke masyarakat
melalui perwakilan dari kelurahan, RW (Rukun Warga), atau RT (Rukun Tetangga).
Secara umum, konversi sistem dari sistem lama ke sistem baru ada empat macam metode.
Gambar IV-4 Konversi Sistem menunjukkan perbedaan antara keempat metode tersebut.
Gambar IV-4 Konversi Sistem
Berikut ini adalah penjelasan dari setiap metode tersebut.
1. Konversi hanya dilakukan pada sebagian tempat atau sub organisasi (menggunakan
pilot project atau proyek percontohan) dan dilakukan secara paralel (ada
overlapping antara sistem lama dan sistem baru).
2. Konversi dilakukan pada seluruh bagian organisasi dan dilakukan secara paralel.
IV-6
http://www.gangsir.com
3. Konversi dilakukan pada sebagian tempat atau sub organisasi dan dilakukan secara
langsung. Jadi sistem lama langsung tidak terpakai, digantikan oleh sistem yang
baru.
4. Konversi dilakukan pada seluruh organisasi dan dilakukan secara langsung.
Konversi sistem pemilihan umum dari konvensional ke sistem e-voting sebaiknya
menggunakan metode pertama, yaitu metode yang menggunakan proyek percontohan dan
dilakukan secara paralel. Masyarakat bebas memilih akan menggunakan pemungutan suara
secara konvensional maupun menggunakan sistem e-voting. Jadi masyarakat yang masih
berpendidikan rendah dan kurang mengenal teknologi tidak dipaksakan secara langsung
untuk mengadopsi sistem baru.
Penerapan sistem e-voting di Indonesia pada tahap pertama sebaiknya diprioritaskan pada
masyarakat dengan kriteria sebagai berikut.
•
Pendidikan relatif tinggi, minimal setingkat SLTA (Sekolah Lanjut Tingkat Atas).
•
Tinggal di daerah perkotaan yang mempunyai akses informasi dan khususnya
informasi melalui internet cukup baik.
•
Penguasaan mengenai teknologi informasi khususnya internet cukup baik.
•
Masyarakat yang cukup terbuka dalam menerima hal-hal yang baru khususnya halhal yang berkaitan dengan teknologi baru.
IV.4 Model Prosedur Operasional Web-Vote
Model prosedur operasional sistem adalah desain mengenai cara pengoperasian sistem evoting pada saat proses pemungutan suara. Prosedur pengoperasian sistem e-voting pada
bagain server dan jaringan yang menghubungkan client dengan server sudah cukup
tercakup dalam desain hukum sistem yang telah dijelaskan pada sub bab IV.2 Model
Hukum Sistem. Gambar IV-4 menunjukkan prosedur operasional sistem pada bagian client.
Sistem e-voting berbasis web sebenarnya memungkinkan untuk diakses dari mana saja dan
dengan komputer dengan spesifikasi standar asalkan komputer tersebut mempunyai web
browser. Namun, pada desain prosedur operasional sistem ini hak akses sistem e-voting
dibatasi hanya boleh diakses dari komputer-komputer yang berada di TPS. Cara ini dipilih
IV-7
http://www.gangsir.com
agar teknologi ini bisa diadopsi dengan baik oleh masyarakat dan dengan tingkat resistensi
sekecil mungkin.
Pada perkembangan ke depannya, sistem e-voting berbasis web ini diharapkan dapat
diakses dari mana saja. Hal tersebut mungkin tercapai apabila tingkat pendidikan dan
kesejahteraan penduduk Indonesia sudah cukup tinggi. Dengan tingkat pendidikan dan
kesejahteraan yang tinggi, peluang untuk munculnya praktek jual beli suara dapat
diminimalisir.
Cara adopsi secara bertahap dipilih sesuai dengan pengalaman implementasi sistem evoting yang telah dilakukan oleh negara lain. Negara-negara tersebut rata-rata
membutuhkan dua sampai tiga periode pemilihan umum agar sistem e-voting dapat
diterapkan secara nasional.
Gambar IV-5 Alur Pelaksanaan Pemungutan Suara
Berikut ini adalah alur pergerakan pemilih (voter) pada saat pelaksanaan pemungutan suara
seperti pada Gambar IV-5.
1. Pertama calon pemilih memasuki pintu masuk TPS. Pintu masuk dan pintu keluar
TPS dibedakan, jadi calon pemilih tidak boleh masuk dari pintu keluar. Setelah
memasuki pintu masuk, calon pemilih akan melakukan pendaftaran. Pada bagian
pendaftaran ini akan dilakukan pengecekan apakah calon pemilih tersebut telah
IV-8
http://www.gangsir.com
terdaftar sebagai calon pemilih. Selain itu juga dilakukan pengecekan apakah dia
telah mengikuti pemungutan suara atau belum. Setelah calon pemilih dinyatakan
telah terdaftar dan belum melakukan pemungutan suara maka dia berhak untuk
mengikuti tahap selanjutnya, yaitu tahap pemungutan suara. Dia berhak memilih
untuk melakukan pemungutan suara secara konvensional maupun menggunakan
sistem e-voting.
2. Pelaksanaan pemungutan suara dengan metode konvensional terdiri dari tiga
tahapan yang harus dilalui. Tahapan tersebut adalah sebagai berikut.
a. Pemilih mengambil kertas suara. Pada saat pengambilan kertas suara,
pemilih harus memastikan bahwa kertas suara yang dia ambil dalam kondisi
baik dan tidak cacat.
b. Pemilih melakukan pencoblosan atau pencontrengan pada kertas suara di
dalam bilik suara.
c. Setelah selesai melakukan pencoblosan atau pencontrengan, pemilih
memasukkan kertas suara tersebut ke dalam kotak suara.
3. Pelaksanaan pemungutan suara menggunakan sistem e-voting. Berikut ini tahaptahap yang dilakukan selama mengakses sistem e-voting.
a. Pertama sebelum mengakses sistem e-voting yang ada di server, pemilih
harus memasukkan data username dan password untuk melakukan login.
b. Setelah pemilih berhasil melakukan login, pemilih kemudian memilih calon
anggota legislatif atau partai, calon anggota DPD, atau calon kepala
pemerintahan sesuai dengan pilihannya.
c. Sistem kemudian membangkitkan kode yang unik untuk setiap pemilih
sebagai bukti pemilih telah memasukkan pilihannya. Kode tersebut
digunakan untuk menyamarkan data pilihan yang telah dimasukkan oleh
pemilih.
d. Pemilih kemudian mencatat kode tersebut untuk mengecek apakah hasil
pilihan yang telah dia masukkan telah tersimpan dan tidak ada manipulasi
terhadap hasil pilihan setelah tahap perhitungan hasil suara selesai
dilakukan.
e. Pemilih kemudian menyimpan hasil pilihan tersebut.
4. Setelah pemilih selesai melakukan pemungutan suara baik menggunakan metode
konvensional maupun menggunakan sistem e-voting harus melalui tahap Pencatatan
terlebih dahulu sebelum keluar TPS. Data pemilih akan dicatat telah melakukan
IV-9
http://www.gangsir.com
pemungutan suara sehingga dia tidak akan bisa melakukan pemungutan suara
kembali baik ditempat semula maupun di TPS lainnya. Jari pemilih diberi tanda
dengan tinta, seperti yang telah dilakukan pada pemilu-pemilu sebelumnya di
Indonesia, sebagai tanda bahwa dia telah melakukan proses pemungutan suara.
IV-10
http://www.gangsir.com
BAB V
PROTOTYPE DAN PENGUJIAN
Bab ini membahas mengenai implementasi pembuatan prototype sistem e-voting berbasis
web. Pembuatan prototype berisi dua macam hal yaitu perancangan kelas dan perancangan
interaksi sistem. Pembuatan prototype digunakan untuk mempermudah dalam pemahaman
model yang telah dijelaskan pada bab IV.
Selain itu, bab ini juga berisi pengujian terhadap prototype maupun model sistem yang
telah dihasilkan pada bab IV. Pengujian prototype digunakan untuk membuktikan bahwa
prototype yang dikembangkan telah sesuai dengan hasil analisis kebutuhan fungsional yang
dinyatakan dalam bentuk diagram use case pada bab III. Sedangkan pengujian model
digunakan untuk membuktikan bahwa model yang telah diutarakan pada bab IV sudah
memenuhi kebutuhan fungsional maupun non fungsional hasil analisis pada bab III.
V.1 Prototype
Prototype Web-Vote terdiri dari empat buah modul. Berikut ini adalah modul-modul yang
ada pada prototype dan penjelasan dari setiap modul tersebut.
1. Modul legislative
Modul legislative digunakan untuk melakukan pemungutan suara pada pemilihan
umum legislatif. Pemilihan umum legislatif meliputi pemilihan anggota DPR,
anggota DPRD tingkat 1, anggota DPRD tingkat 2, dan anggota DPD. Modul ini
hanya dapat diakses pada saat pemilihan umum legislatif di TPS-TPS.
2. Modul president
Modul president digunakan untuk melakukan pemungutan suara pada pemilihan
umum presiden dan wakil presiden. Modul ini hanya dapat diakses pada saat
pemilihan umum presiden di TPS-TPS.
3. Modul result
Modul result digunakan untuk melihat hasil perhitungan suara setelah proses
pemungutan suara selesai dilakukan. Modul ini dapat diakses secara bebas oleh
masyarakat melalui jaringan internet.
V-1
http://www.gangsir.com
4. Modul admin
Modul admin adalah modul tambahan yang digunakan oleh panitia di TPS-TPS
untuk mencatat para pemilih yang melakukan pemungutan suara secara
konvensional menggunakan kertas suara. Pencatatan tersebut dimaksudkan untuk
menghindari seseorang melakukan pemungutan suara lebih dari satu kali.
Sedangkan bagi pemilih yang memilih dengan menggunakan e-voting datanya
langsung tercatat dalam sistem. Modul ini hanya boleh diakses oleh panitia
pemilihan umum (anggota KPU di TPS) dan selalu dalam pengawasan anggota
pengawas pemilihan umum (Banwaslu) untuk menghindari praktek kecurangan.
V.1.1 Perancangan Kelas
Sub bab ini berisi rancangan kelas pada prototype sistemWeb-Vote. Rancangan kelas yang
ada pada gambar V-1 merupakan tinjauan logik (logical view). Tinjauan logik bersifat
statik, menggambarkan kelas-kelas konseptual yang membangun sistem dan keterhubungan
antara kelas-kelas konseptual.
Kelas konseptual tersebut dibagi menjadi tiga tipe kelas, yaitu kelas entity, kelas control,
dan kelas boundary. Kelas entity adalah kelas yang hanya mengetahui hal-hal terkait kelas
itu sendiri. Kelas control merupakan kelas yang bertugas melakukan manipulasi terhadap
kelas lain. Sedangkan kelas boundary adalah kelas yang menghubungkan dengan sistem
lain dan termasuk juga menghubungkan dengan tampilan pada layar. Gambar V-1 berisi
paket-paket (packages) yang ada pada sistem Web-Vote.
Gambar V-1 Package Sistem Web-Vote
V-2
http://www.gangsir.com
Berikut ini adalah penjelasan dari setiap package yang ada pada sistem Web-Vote.
1. admin - Package ini berisi kelas-kelas yang menangani modul admin.
2. includes - Package ini digunakan untuk menangani kelas-kelas entity. Kelas-kelas
tersebut bertugas untuk melakukan akses ke basis data dan memanipulasi data pada
basis data
3. president - Package ini digunakan untuk menangani modul president.
4. legislative - Package ini digunakan untuk menangani modul legislative.
5. result - Package ini digunakan untuk menangani modul result.
Detail diagram kelas dari setiap package dapat dilihat pada Lampiran B tentang diagram
kelas admin, lampiran C tentang diagram kelas includes, lampiran D tentang diagram kelas
president, lampiran E tentang diagram kelas legislative, dan lampiran F tentang diagram
kelas result.
V.1.2 Perancangan Basis Data
Sub bab ini berisi rancangan basis data pada prototype sistem Web-Vote. Rancangan basis
data mengacu pada hasil perancangan kelas yang telah didefinisikan sebelumnya.
Perancangan basis data disesuaikan dengan kelas-kelas bertipe entity yang telah
didefinisikan sebelumnya. Perancangan basis data sistem Web-Vote dapat dilihat pada
Lampiran G.
V.1.3 Perancangan Interaksi Sistem
Sub bab ini berisi rancangan interaksi pada prototype sistem Web-Vote. Rancangan
interaksi tersebut terdiri dari dua macam bagian. Pertama adalah perancangan sitemap,
perancangan sitemap digunakan untuk menunjukkan alur interaksi sistem Web-Vote.
Perancangan sitemap sistem Web-Vote dapat dilihat pada Lampiran H. Kedua adalah
perancangan antarmuka, perancangan antarmuka digunakan untuk menunjukkan antarmuka
sistem ke pengguna. Lampiran I berisi beberapa contoh bentuk tampilan atau antarmuka
sistem Web-Vote.
V-3
http://www.gangsir.com
V.2 Pengujian
V.2.1 Pengujian Prototype
Pengujian prototype digunakan untuk membuktikan bahwa prototype yang dikembangkan
telah sesuai dengan hasil analisis kebutuhan fungsional yang dinyatakan dalam bentuk
diagram use case pada bab III. Pengujian prototype dilakukan secara black box testing,
yaitu pengujian fungsional tanpa memperhatikan alur eksekusi program, hanya untuk
membuktikan hasil eksekusi program sesuai dengan harapan. Pengujian tersebut dilakukan
dengan cara membuat test case (kasus uji) sesuai dengan diagram use case. Hasil pengujian
prototype dapat dilihat pada Lampiran J.
V.2.2 Pengujian Model
Pengujian model digunakan untuk membuktikan bahwa model yang telah diutarakan pada
bab IV sudah memenuhi kebutuhan fungsional maupun non fungsional hasil analisis pada
bab III. Berikut ini adalah validasi model terhadap kebutuhan fungsional yang telah
didefinisikan pada bab III.
1. FR-01. Sistem harus mampu memfasilitasi proses pemilihan umum di Indonesia
yang terbagi menjadi dua tahap, yaitu pemilihan legislatif (anggota DPR atau
DPRD1 atau DPRD 2 dan anggota DPD) dan pemilihan kepala negara atau kepala
daerah.
Pembuktian:
Pembuatan modul legislative dan modul president secara terpisah telah
mengakomodasi kebutuhan tersebut. Modul legislative dan modul president hanya
dapat diakses sesuai dengan waktu pemungutan suara masing-masing. Jadi pada
saat pemungutan suara legislative, modul president belum dapat diakses. Begitu
juga sebaliknya, modul legislative sudah tidak dapat diakses kembali pada saat
periode pemungutan suara presiden.
2. FR-02. Sistem harus mampu melakukan verifikasi data pemilih (voter) pemilihan
umum dan mencatat status pemilih apakah telah melakukan proses pemungutan
suara atau belum. Sistem harus dapat membuktikan apakah seseorang telah
melakukan proses pemilihan atau belum. Kebutuhan ini harus sesuai dengan
persyaratan verifiable participation.
Pembuktian:
V-4
http://www.gangsir.com
Pada model ini, verifikasi hanya dilakukan dengan calon pemilih memasukkan data
nomor identitas diri (nomor KTP atau Kartu Tanda Penduduk) dan password. Data
password tersebut diperoleh pada saat pendataan calon pemilih untuk melakukan
pembuatan DPT (Daftar Pemilih Tetap). DPT adalah daftar pemilih tetap yang
berhak melakukan pemilihan umum. Model ini tidak menangani tahapan tersebut.
Jadi dengan mengasumsikan bahwa kerahasiaan data password yang diperoleh
tersebut terjaga dengan baik, maka hanya calon pemilih yang berhak saja yang
dapat mengakses sistem ini.
3. FR-03. Pemilih dapat memasukkan pilihannya ke dalam sistem. Kebutuhan ini
harus memenuhi persyaratan democracy yaitu seorang pemilih hanya berhak
memasukkan suara sebanyak satu kali.
Pembuktian:
Setelah pemilih melakukan pemungutan suara, dia memperoleh kode acak sebagai
tanda terima bahwa pemilih telah melakukan pemungutan suara. Kode tanda terima
tersebut bersifat unik untuk setiap pilihan. Setelah pemilih tersebut selesai
melakukan pemungutan suara, dia dapat melakukan pengecekan apakah suara yang
telah dia masukkan tersebut benar-benar tercatat di sistem dan tidak ada manipulasi
dengan cara memasukkan kode tanda terima yang telah dia peroleh.
Setiap pemilih yang telah melakukan pemungutan suara datanya telah dicatat
sehingga apabila pemilih tersebut mengakses kembali sistem e-voting, dia sudah
tidak boleh memasukkan data kembali. Bagi pemilih yang melakukan pemungutan
suara dengan cara konvensional, setiap akan keluar dari lokasi TPS datanya
langsung dicatat. Jadi setelah pemilih tersebut keluar dari lokasi TPS maka pemilih
tersebut tidak akan diperbolehkan masuk kembali karena pada pintu masuk TPS
dilakukan pemeriksaan, jika seseorang telah melakukan pemungutan suara maka dia
tidak berhak masuk ke lokasi TPS kembali.
4. FR-04. Sistem harus dapat menjumlahkan hasil pemilihan.
Pembuktian:
Setiap suara yang masuk akan dicatat dalam sistem. Suara tersebut kemudian akan
dihitung dan ditampilkan hasil rekapitulasinya. Jadi untuk membuktikan apakah
sistem berhasil dalam menjumlahkan hasil pemilihan maka dapat dilihat pada
pembuktian terkait rekapitulasi data hasil pemilihan.
V-5
http://www.gangsir.com
5. FR-05. Sistem harus dapat menampilkan data hasil pemilihan secara detail, tetapi
kerahasisaan pemilih tetap terjaga. Kebutuhan ini harus sesuai dengan persyaratan
privacy yaitu hasil pemungutan suara harus tidak dapat dihubungkan dengan siapa
yang melakukan pemilihan. Selain itu seorang pemilih tidak dapat membuktikan
hasil pilihannya. Kebutuhan ini harus sesuai dengan persyaratan receipt freeness.
Pembuktian:
Setelah pemilih melakukan pemilihan dan memperoleh nomor tanda terima, nomor
tanda terima tersebut pada basis data tidak mempunyai keterkaitan apapun dengan
identitas pemilih. Jadi setiap orang tidak dapat membuktikan hasil pemilihan
seseorang.
6. FR-06. Sistem harus dapat menampilkan rekapitulasi data hasil pemilihan. Data
hasil perhitungan suara harus harus dapat diverifikasi dan dibuktikan bahwa tidak
ada manipulasi terhadap hasil perhitungan suara. Kebutuhan ini sesuai dengan
persyaratan verifiability. Selain itu kebutuhan ini harus sesuai dengan persyaratan
fairness. Setiap orang tidak boleh mengetahui hasil perhitungan suara sebelum
proses pemungutan suara selesai dilakukan.
Pembuktian:
Rekapitulasi data dapat dibuktikan dengan melihat hasil detail dari data pemilihan
serta dengan membandingkan hasil pemilihan dengan jumlah pemilih yang telah
melakukan proses pemilihan. Jika detail data yang dimunculkan itu valid, dan
jumlah pemilih sesuai dengan data yang masuk maka data hasil rekapitulasi dapat
dianggap valid.
Sistem yang menampilkan rekapitulasi data hanya boleh diakses jika proses
pemungutan suara telah selesai. Pada prototype yang dihasilkan, proses penampilan
rekapitulasi data ditangani oleh modul yang berbeda, sehingga penyelenggara dapat
mengatur waktu kapan modul tersebut dapat diakses.
7. FR-07. Penyelenggara dan pengawas dapat melakukan validasi hasil perhitungan
suara. Validasi tersebut digunakan untuk membuktikan bahwa hasil perhitungan
suara dilakukan dengan tepat atau akurat. Kebutuhan ini harus memenuhi dengan
persyaratan e-voting yaitu accuracy.
Pembuktian:
Penyelenggara dan pengawas dapat memverifikasi data hasil pemungutan suara
dengan cara melakukan pengecekan terhadap detail suara yang masuk serta dengan
V-6
http://www.gangsir.com
membandingkan kesesuaian jumlah data yang masuk dengan jumlah pemilih yang
telah melakukan proses pemilihan.
Berikut ini adalah validasi model terhadap kebutuhan non fungsional yang telah
didefinisikan pada bab III.
1. Usability
a. NR-01. Sistem e-voting mempunyai tampilan (antarmuka) dan mekanisme
pemungutan suara yang mudah untuk dipahami.
Pembuktian:
Tampilan antarmuka pada prototype yang telah dibuat, disesuaikan dengan
tampilan pemungutan suara menggunakan kertas suara. Contoh desain
antarmuka sistem Web-Vote dapat dilihat pada Lampiran I.
b. NR-02. Memfasilitasi pemilih yang sebenarnya mempunyai hak pilih namun
mempunyai keterbatasan secara fisik.
Pembuktian:
Metode pemilihan umum ini masih mengadopsi aturan-aturan yang berlaku
saat jika, jika pemilih mempunyai keterbatasan fisik maka pemilih tersebut
berhak didampingi oleh orang yang dia percayai untuk melakukan proses
pemungutan suara.
2. Reliability
a. NR-03. Sistem harus dapat berjalan terus tanpa kegagalan akses selama
proses pemungutan suara sampai dengan perhitungan hasil.
Pembuktian:
Jika sistem ini digunakan, sistem ini harus menggunakan perangkat keras,
perangkat lunak, dan jaringan yang tingkat kegagalannya mendekati nol.
Selain itu, sistem tersebut juga harus mempunyai sistem cadangan sehingga
jika sistem pertama tidak bisa digunakan, maka sistem cadangan tersebut
langsung menggantikannya.
b. NR-04. Aspek keamanan (security) harus terjamin. Keamanan sistem ini
harus mampu menjamin integritas (integrity) dan kerahasiaan (privacy) data.
Selain keamanan data, keamanan server, client, dan jaringan secara fisik
juga harus benar-benar terjaga.
V-7
http://www.gangsir.com
Pembuktian:
Integritas dan kerahasiaan data dijaga dengan cara membatasi hak akses
terhadap sistem baik secara fisik maupun non fisik dengan mekanisme
pengaturan mengenai hukum dan prosedur kerja sistem yang telah
didefinisikan pada bab IV. Sedangkan dari sudut pandang teknologi,
integritas dan kerahasiaan dijamin dengan pemanfaatan server, clienti, dan
jaringan komunikasi yang aman.
3. Portability
a. NR-05. Sistem dapat diakses dari berbagai lokasi.
Pembuktian:
Sistem Web-Vote dapat diakses dari beberapa macam web browser yang
tersedia di pasaran, misalnya yang telah digunakan pada pengujian adalah
Internet Explorer 7 dan Mozilla Firefox 3. Kedua web browser tersebut
merupakan web browser yang paling umum digunakan di seluruh dunia dan
dapat dijalankan pada komputer dengan spesifikasi standar. Jadi selama
komputer client dapat mengakses jaringan internet dan berhak mengakses
server Web-Vote maka sistem tersebut masih dapat diakses. Tetapi pada
desain Web-Vote ini, sistem ini hanya dapat diakses di KPU-KPU untuk
proses pemilihan umumnya. Sedangkan pada saat melihat hasil perhitungan
suara, sistem ini dapat diakses dari semua lokasi.
b. NR-06. Perangkat client yang digunakan mengakses sistem dapat
bermacam-macam jenis baik dari segi perangkat lunak maupun perangkat
keras yang digunakan.
Pembuktian:
Sistem Web-Vote dapat diakses dari bermacam-macam web browser,
misalnya Internet Explorer 7 dan Mozilla Firefox 3 yang digunakan pada
saat pengujian. Secara umum web browser dapat dijalankan di berbagai
spesifikasi perangkat keras komputer standar dan juga di bermacam-macam
sistem operasi misalnya Windows XP, Windows Vista, MacOS, Linux
Ubuntu, dan lain-lain.
V-8
http://www.gangsir.com
4. Supportability
a. NR-07. Sistem e-voting harus mempunyai dokumentasi teknis.
Pembuktian:
Pada pembuatan model e-voting ini, dokumen teknis masih belum dibuat
karena sistem yang dikembangkan masih bersifat prototype.
b. NR-08. Sistem e-voting harus mempunyai dokumen manual penggunaan.
Pembuktian:
Pada pembuatan model e-voting ini, dokumen manual penggunaan sistem
masih belum dibuat.
c. NR-09. Ada dukungan teknis jika diperlukan.
Pembuktian:
Dukungan
teknis
harus
diberikan
jika
model
ini
benar-benar
diimplementasikan. Tetapi karena hasil akhir dari tesis ini hanya sebuah
model maka hal-hal terkait dukungan teknis masih belum bisa dibuktikan.
V-9
http://www.gangsir.com
BAB VI
PENUTUP
Bab ini berisi kesimpulan mengenai pembuatan model e-voting yang telah dilakukan serta
saran untuk perbaikan dan pengembangan selanjutnya dari model yang telah dihasilkan
tersebut.
VI.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari tesis ini adalah sebagai berikut.
1. Model e-voting yang dihasilkan adalah model yang bersifat spesifik untuk
pemilihan umum di Indonesia. Prototype dibangun berdasarkan ketentuan
pemilihan umum legislatif dan pemilihan umum presiden di Indonesia.
2. Pembuatan
model
sistem
Web-Vote
dilakukan
dengan
cara
melakukan
perbandingan beberapa sistem e-voting yang telah dikembangkan sebelumnya.
Secara umum, sistem Web-Vote harus memenuhi persyaratan terkait accuracy,
democracy, privacy, robustness, verifiablity, uncoercibility, fairness, dan verifiable
participation.
3. Model sistem Web-Vote sudah mencakup semua aspek yang terkait dengan empat
faktor yang mempengaruhi, yaitu faktor teknologi, hukum, sosial, dan prosedur
operasional. Pada penelitian-penelitian lain terkait e-voting, secara umum fokus
pembahasan dititikberatkan pada faktor teknologi.
4. Pengembangan dan pemanfaatan e-voting berbasis web masih jarang jika
dibandingkan dengan sistem e-voting terpusat. Pada sudut pandang prosedur
operasional model Web-Vote, teknologi web masih dimanfaatkan sebagai suatu
sistem e-voting terpusat, yaitu proses pemilihan masih dilaksanakan di TPS-TPS
agar adaptasi masyarakat dengan sistem baru lebih mudah.
VI.2 Saran
Saran yang diberikan dari tesis ini adalah sebagai berikut.
1. Jika model Web-Vote akan digunakan untuk kasus-kasus e-voting yang lain
misalnya pada pemilihan kepala daerah, referendum, dll, maka harus dilakukan
penyesuaian terlebih dahulu khususnya terkait faktor hukum, sosial, dan prosedur
operasional.
VI-1
http://www.gangsir.com
2. Fokus penelitian teknologi e-voting sebaiknya diarahkan ke teknologi berbasis web
karena teknologi tersebut lebih murah dan mudah dalam penerapannya. Dunia
perbankan sudah berhasil menerapkan transaksi keuangan berbasis internet sehingga
secara dari sudut pandang keamanan, teknologi web sudah terbukti cukup handal.
3. Penerapan sistem e-voting sebaiknya mulai diterapkan pada pemilihan umum
daerah sesuai model sosial sistem Web-Vote.
4. Jika sistem e-voting terpusat pada TPS-TPS sudah diterapkan pada masyarakat dan
masyarakat sudah mampu mengadopsi teknologi tersebut, maka penerapan sistem evoting sebaiknya mulai diarahkan kepada akses sistem e-voting secara bebas melalui
jaringan internet. Dengan demikian, keunggulan teknologi web dalam kemudahan
pengaksesan dapat dimanfaatkan secara maksimal.
VI-2
http://www.gangsir.com
DAFTAR REFERENSI
1
Adida, Ben dan C. Andrew Neff (2006) : Ballot Casting Assurance, Massachusetts
Institute of Technology, United States.
2
Arifin, Firdaus (2007) : Demokrasi Konstitusional, Pascasarjana Unpad, Bandung.
3
Benoist, Emmanuel, dkk (2007) : Internet-Voting: Opportunity or Threat for
Democracy, Springer.
4
Carback III, Richard T. (2008) : Security Innovations in the Punchscan Voting
System, University of Maryland.
5
Dunsmore, Bradley, dkk (2001) : Mission Critical Internet Security, Syngress.
6
Filho, Jose Rodrigues, dkk (2007) : E-Voting in Brazil – The Risks to Democracy,
Federal University of Paraiba, Brazil dan Acadia University, Kanada.
7
Grabow, H. (2002) : Consolidated Prototype 1 Documentation, University of Essen.
8
Herschberg, Mark A. (1997) : Secure Electronic Voting Over the World Wide Web,
Massachusetts Institute of Technology, United States.
9
Hutapea, Philip Anderson (2009) : Pembangunan Model “Sistem E-Voting
Terpusat” Studi Kasus: Pemilihan Kepala Daerah Jawa Barat, Program Studi
Informatika, Sekolah Teknik Elektro dan Informatika, Institut Teknologi
Bandung.
10
Krimmer, Robert, dkk (2007) : The Development of Remote E-Voting Around the
World: A Review of Roads and Directions, Springer.
11
Lambrinoudakis, Costas dkk (2002) : Secure Electronic Voting: Trends and
Perspectives, Capabilities and Limitations, Kluwer Academic Publishers.
12
Murata, Takuji, dkk. (2002) : Universal Design for E-Voting System in Japan, The
University of Tokyo, Japan.
13
Rivest, Ronald L. (2000) : Electronic Voting, Massachusetts Institute of
Technology, United States.
14
Rofiuddin (2007) : Sumber Dana Pemilu Nasional dan Daerah Diusulkan Terpisah,
http://www.tempointeraktif.com/hg/nasional/2007/11/09/brk,20071109111175,id.html.
xii
http://www.gangsir.com
15
Rusydi,
Ibnu
(2005)
:
Mendagri
:
KPUD
Sumber
Konflik
Pilkada,
http://www.tempointeractive.com/hg/nasional/2005/06/15/brk,2005061562551,id.html.
16
Taghavi, T. dkk (2007) : A Verifiable Multi Authority E-Voting Scheme for Real
World Environment, Springer.
17
Undang-Undang Dasar Tahun 1945 perubahan IV.
18
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008 Tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan
Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah.
19
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007 Tentang Penyelenggara Pemilihan Umum.
xiii
http://www.gangsir.com
DAFTAR PUSTAKA
1
Ahlir, Si Sinan (2003) : Learning UML, O’Reilly.
2
Benaloh, Josh (2006) : Simple Verifiable Elections, Microsoft Research.
3
Calandrino, Joseph A. dkk. (2007) : Machine-Assisted Election Auditing, Princeton
University, United States.
4
Chonoles, Michael Jesse dan James A. Schardt (2003) : UML 2 for Dummies,
Hungry Minds.
5
Hall, Joseph Lorenzo (2007) : Contractual Barriers to Transparency in Electronic
Voting, University of California, United States.
6
Herrnson, Paul S. dkk. (2006) : The Importance of Usability Testing of Voting
Systems, University of Maryland, United States.
7
Hisamitsu, Hiroki dan Keiji Takeda (2007) : The Security Analysis of e-Voting in
Japan, Springer.
8
Pender, Tom (2003) : UML Bible, John Wiley and Sons.
9
Pieters, Wolter (2006) : Acceptance of Voting Technology: Between Confidence
and Trust, Springer.
10
Pressman, Roger S. (2001) : Software Engineering: A Practitioner's Approach,
McGraw-Hill.
11
Riva, Ben dan Amnon Ta-Shma (2007) : Bare-Handed Electronic Voting with Preprocessing, Tel-Aviv University, Israel.
12
Sandler, Daniel dan Dan S. Wallach (2007) : Casting Votes in the Auditorium, Rice
University, United States.
xiv
http://www.gangsir.com
Lampiran A Perbandingan Sistem E-Vox, e-VOTE, MarkPledge, dan Sistem E-Voting Terpusat
Tabel di bawah berisi perbandingan antara sistem E-Vox, e-VOTE, MarkPledge, dan sistem E-Voting Terpusat.
No.
Kriteria
E-Vox
1. Security (keamanan Security ditangani secara
data) dan privacy spesifik oleh modul
Administrator dan privacy
(kerahasiaan data)
ditangani secara spesifik
oleh modul Anonymizer
e-VOTE
MarkPledge
Ada banyak alternatif, pada Tidak ada modul khusus
yang menangani
contoh model yang diacu,
penanganan dilakukan oleh
modul Registration Client
dan Certification Authority
(CA)
E-Voting Terpusat
Fokus pada faktor
keamanan. Faktor
keamanan ditangani oleh
kelas SymmetricEncryt dan
EnkripKartu
2.
Verifikasi hasil
Tidak ada metode khusus
untuk verifikasi hasil
Tidak ada metode khusus
untuk verifikasi hasil
Menggunakan metode
universal verifiability dan
ballot casting assurance
Tidak ada metode khusus
untuk verifikasi hasil
3.
Pemrosesan data
Real time
Real time
Real time
Batch
4.
Platform
Java applet
Berbasis web
Java applet
Java desktop
5.
Kelebihan
Penanganan security dan
privacy jelas terlihat
Berbasis web, sesuai
dengan model yang akan
dikembangkan
Mempunyai metode
verifikasi data yang bagus
Studi kasus mirip, pemilu
di Indonesia
A-1
http://www.gangsir.com
Lampiran B Diagram Kelas Admin
Lampiran B berisi diagram kelas dari package admin pada prototype Web-Vote yang telah
disebutkan pada bab V. Gambar B-1 adalah gambar diagram kelas yang ada di dalam
package admin pada sistem Web-Vote.
Gambar B - 1 Diagram kelas admin
Penjelasan dari setiap kelas di atas dapat dilihat pada tabel B-1.
Tabel B - 1 Penjelasan diagram kelas admin
No.
1.
Nama Kelas
HalamanLogin
Tipe
Boundary
Deskripsi
Kelas yang bertugas mengelola antarmuka
ke pengguna pada saat menangani proses
login admin.
2.
HalamanUbahStatus
Boundary
Kelas yang bertugas mengelola antarmuka
ke pengguna pada saat admin melakukan
proses mengubah status.
3.
Login
Control
Kelas yang menangani proses login pada
modul admin.
4.
Logout
Control
Kelas yang menangani proses logout pada
modul admin.
5.
UbahStatus
Control
Kelas yang menangani proses pengubahan
status pemilih, dari sebelumnya belum
melakukan proses pemilihan menjadi telah
melakukan proses pemilihan. Pengubahan
status tersebut hanya boleh dilakukan oleh
admin.
B-1
http://www.gangsir.com
Lampiran C Diagram Kelas Includes
Lampiran C berisi diagram kelas dari package includes pada prototype Web-Vote yang
telah disebutkan pada bab V. Gambar C-1 adalah gambar diagram kelas yang ada di dalam
package includes pada sistem Web-Vote.
Gambar C - 1 Diagram kelas includes
Penjelasan dari setiap kelas di atas dapat dilihat pada tabel C-1, C-2, dan C-3.
Tabel C - 1 Penjelasan diagram kelas includes
No.
1.
Nama Kelas
Administrator
Tipe
Entity
Deskripsi
Kelas untuk menangani pengaksesan data
administrator.
2.
Pemilih
Entity
Kelas untuk menangani pengaksesan data
pemilih.
C-1
http://www.gangsir.com
Tabel C - 2 Penjelasan diagram kelas includes (lanjutan)
No.
3.
Nama Kelas
Kota
Tipe
Entity
Deskripsi
Kelas untuk menangani pengaksesan data
kota.
4.
Provinsi
Entity
5.
Partai
Entity
Kelas untuk menangani pengaksesan data
provinsi.
Kelas untuk menangani pengaksesan data
partai.
6.
Capres
Entity
Kelas untuk menangani pengaksesan data
capres (calon presiden).
7.
HasilPresiden
Entity
Kelas untuk menangani pengaksesan dan
penyimpanan data hasil pemilihan presiden.
8.
CalegDPD
Entity
Kelas untuk menangani pengaksesan data
calon anggota DPD.
9.
HasilDPD
Entity
Kelas untuk menangani pengaksesan dan
penyimpanan data hasil pemilihan anggota
DPD.
10.
CalegDPR
Entity
Kelas untuk menangani pengaksesan data
calon anggota DPR.
11.
HasilDPR
Entity
Kelas untuk menangani pengaksesan dan
penyimpanan data hasil pemilihan anggota
DPR.
12.
DapilDPR
Entity
Kelas untuk menangani pengaksesan data
daerah pemilihan DPR.
13.
CalegDPRD1
Entity
Kelas untuk menangani pengaksesan data
calon anggota DPRD tingkat 1.
14.
HasilDPRD1
Entity
Kelas untuk menangani pengaksesan dan
penyimpanan data hasil pemilihan anggota
DPRD tingkat 1.
15.
DapilDPRD1
Entity
Kelas untuk menangani pengaksesan data
daerah pemilihan DPRD tingkat 1.
16.
CalegDPRD2
Entity
Kelas untuk menangani pengaksesan data
calon anggota DPRD tingkat 2.
C-2
http://www.gangsir.com
Tabel C - 3 Penjelasan diagram kelas includes (lanjutan 2)
No.
17.
Nama Kelas
HasilDPRD2
Tipe
Entity
Deskripsi
Kelas untuk menangani pengaksesan dan
penyimpanan data hasil pemilihan anggota
DPRD tingkat 2.
18.
DapilDPRD2
Entity
Kelas untuk menangani pengaksesan data
daerah pemilihan DPRD tingkat 2.
C-3
http://www.gangsir.com
Lampiran D Diagram Kelas President
Lampiran D berisi diagram kelas dari package president pada prototype Web-Vote yang
telah disebutkan pada bab V. Gambar D-1 adalah gambar diagram kelas yang ada di dalam
package president pada sistem Web-Vote.
Gambar D - 1 Diagram kelas president
Penjelasan dari setiap kelas di atas dapat dilihat pada tabel D-1.
Tabel D - 1 Penjelasan diagram kelas president
No.
1.
Nama Kelas
HalamanLogin
Tipe
Boundary
Deskripsi
Kelas yang bertugas mengelola antarmuka
ke pengguna pada saat menangani proses
login calon pemilih pemungutan suara
presiden.
2.
HalamanPresiden
Boundary
Kelas yang bertugas mengelola antarmuka
ke pengguna pada saat pemilih akan
melakukan pemungutan suara calon
presiden.
3.
Login
Control
Kelas yang menangani proses login pada
modul president.
4.
Logout
Control
Kelas yang menangani proses logout pada
modul president.
5.
Presiden
Control
Kelas yang menangani proses pemungutan
suara presiden dan kemudian jika proses
pemungutan suara telah dilakukan maka
kelas ini akan menghasilkan “tanda terima”.
“Tanda terima” tersebut berisi nomor acak
yang digunakan sebagai bukti bahwa
pemilih telah memasukkan suara.
D-1
http://www.gangsir.com
Lampiran E Diagram Kelas Legislative
Lampiran E berisi diagram kelas dari package legislative pada prototype Web-Vote yang
telah disebutkan pada bab V. Gambar E-1 adalah gambar diagram kelas yang ada di dalam
package legislative pada sistem Web-Vote.
Gambar E - 1 Diagram kelas legislative
Penjelasan dari setiap kelas di atas dapat dilihat pada tabel E-1, E-2, dan tabel E-3.
Tabel E - 1 Penjelasan diagram kelas legislative
No.
1.
Nama Kelas
HalamanLogin
Tipe
Boundary
Deskripsi
Kelas yang bertugas mengelola antarmuka
ke pengguna pada saat menangani proses
login calon pemilih pemungutan suara
legislatif (DPR, DPRD tingkat 1, DPRD
tingkat 2, dan DPD).
2.
HalamanDPR
Boundary
Kelas yang bertugas mengelola antarmuka
ke pengguna pada saat pemilih akan
melakukan pemungutan suara calon anggota
DPR.
E-1
http://www.gangsir.com
Tabel E - 2 Penjelasan diagram kelas legislative (lanjutan 1)
No.
3.
Nama Kelas
HalamanDPRD1
Tipe
Boundary
Deskripsi
Kelas yang bertugas mengelola antarmuka
ke pengguna pada saat pemilih akan
melakukan pemungutan suara calon anggota
DPR tingkat 1.
4.
HalamanDPRD2
Boundary
5.
HalamanDPD
Boundary
Kelas yang bertugas mengelola antarmuka
ke pengguna pada saat pemilih akan
melakukan pemungutan suara calon anggota
DPR tingkat 2.
Kelas yang bertugas mengelola antarmuka
ke pengguna pada saat pemilih akan
melakukan pemungutan suara calon anggota
DPD.
6.
Login
Control
Kelas yang menangani proses login pada
modul legislative.
7.
Logout
Control
Kelas yang menangani proses logout pada
modul legislative.
8.
DPR
Control
Kelas yang menangani proses pemungutan
suara anggota DPR dan kemudian jika
proses pemungutan suara telah dilakukan
maka kelas ini akan menghasilkan “tanda
terima”. “Tanda terima” tersebut berisi
nomor acak yang digunakan sebagai bukti
bahwa pemilih telah memasukkan suara.
9.
DPRD1
Control
Kelas yang menangani proses pemungutan
suara anggota DPRD tingkat 1 dan
kemudian jika proses pemungutan suara
telah dilakukan maka kelas ini akan
menghasilkan “tanda terima”. “Tanda
terima” tersebut berisi nomor acak yang
digunakan sebagai bukti bahwa pemilih
telah memasukkan suara.
E-2
http://www.gangsir.com
Tabel E - 3 Penjelasan diagram kelas legislative (lanjutan 2)
No.
10.
Nama Kelas
DPRD2
Tipe
Control
Deskripsi
Kelas yang menangani proses pemungutan
suara anggota DPRD tingkat 2 dan
kemudian jika proses pemungutan suara
telah dilakukan maka kelas ini akan
menghasilkan “tanda terima”. “Tanda
terima” tersebut berisi nomor acak yang
digunakan sebagai bukti bahwa pemilih
telah memasukkan suara.
11.
DPD
Control
Kelas yang menangani proses pemungutan
suara anggota DPD dan kemudian jika
proses pemungutan suara telah dilakukan
maka kelas ini akan menghasilkan “tanda
terima”. “Tanda terima” tersebut berisi
nomor acak yang digunakan sebagai bukti
bahwa pemilih telah memasukkan suara.
E-3
http://www.gangsir.com
Lampiran F Diagram Kelas Result
Lampiran F berisi diagram kelas dari package result pada prototype Web-Vote yang telah
disebutkan pada bab V. Gambar F-1 adalah gambar diagram kelas yang ada di dalam
package result pada sistem Web-Vote.
Gambar F - 1 Diagram kelas result
Penjelasan dari setiap kelas di atas dapat dilihat pada tabel F-1 dan F-2.
Tabel F - 1 Penjelasan diagram kelas result
No.
Nama Kelas
1.
HalamanTandaTerima
Tipe
Boundary
Deskripsi
Kelas yang bertugas mengelola antarmuka
ke pengguna pada saat pemilih akan
melakukan pengecekan apakah tanda terima
yang dimiliki telah dicatat dengan benar di
sistem Web-Vote.
2.
Boundary
Kelas yang bertugas mengelola antarmuka
ke pengguna pada saat pemilih akan melihat
hasil pemilihan umum baik legislatif
maupun presiden.
HalamanHasilPemilu
F-1
http://www.gangsir.com
Tabel F - 2 Penjelasan diagram kelas result (lanjutan)
No.
Nama Kelas
3.
HalamanDaftarPemilih
Tipe
Boundary
Deskripsi
Kelas yang bertugas mengelola antarmuka
ke pengguna saat pengguna akan melihat
daftar siapa saja pemilih yang telah
melakukan proses pemungutan suara.
4.
CekTandaTerima
Control
Kelas yang menangani proses pengecekan
tanda terima apakah tanda terima tersebut
telah dicatat dengan benar atau belum
5.
HasilDPR
Control
Kelas yang menangani proses menampilkan
data hasil pemilihan anggota DPR. Kelas ini
dapat menampilkan data rekapitulasi
maupun data rincian.
6.
HasilDPRD1
Control
Kelas yang menangani proses menampilkan
data hasil pemilihan anggota DPRD tingkat
1. Kelas ini dapat menampilkan data
rekapitulasi maupun data rincian.
7.
HasilDPRD2
Control
Kelas yang menangani proses menampilkan
data hasil pemilihan anggota DPRD tingkat
2. Kelas ini dapat menampilkan data
rekapitulasi maupun data rincian.
8.
HasilDPD
Control
Kelas yang menangani proses menampilkan
data hasil pemilihan anggota DPD. Kelas ini
dapat menampilkan data rekapitulasi
maupun data rincian.
9.
HasilPresiden
Control
Kelas yang menangani proses menampilkan
data hasil pemilihan presiden. Kelas ini
dapat menampilkan data rekapitulasi
maupun data rincian.
10.
DaftarPemilih
Control
Kelas yang menangani proses menampilkan
daftar pemilih yang telah terdaftar termasuk
status pemilih tersebut apakah telah
melakukan proses pemilihan atau belum.
F-2
http://www.gangsir.com
Lampiran G Rancangan Basis Data
Lampiran G berisi hasil perancangan basis data sistem Web-Vote beserta penjelasan dari
setiap bagian pada diagram tersebut. Perancangan basis data tersebut digambarkan dalam
bentuk CDM (Conceptual Data Model). Gambar G-1 menunjukkan CDM sistem Web-Vote
secara umum. Atribut yang digambarkan pada gambar G-1 hanya atribut yang merupakan
primary key untuk mempermudah dalam pembacaan diagram.
Gambar G - 1 CDM Sistem Web-Vote
Penjelasan dari setiap tabel pada gambar G-1 beserta seluruh atribut lainnya dapat dilihat
pada tabel G-1 sampai dengan tabel G-3.
G-1
http://www.gangsir.com
Tabel G - 1 Penjelasan CDM Sistem Web-Vote
No.
1.
Tabel
administrator
username (pk)
password
Deskripsi
Tabel yang menyimpan data username dan password
administrator yang berhak untuk mengubah status
pemilih secara manual.
2.
caleg_dpd
id_caleg_dpd (pk)
nama_caleg_dpd
id_provinsi (fk)
Tabel yang menyimpan data calon anggota DPD. Tabel
ini terkait dengan tabel provinsi karena setiap calon
anggota DPD harus berkaitan dengan daerah pemilihan
tertentu. Daerah pemilihan anggota DPD langsung
terkait dengan provinsi karena pembagian daerah
pemilihan anggota DPD sesuai dengan pembagian
provinsi di Indonesia.
3.
caleg_dpr
id_caleg_dpr(pk)
nama_caleg_dpr
id_dapil_dpr (fk)
id_partai (fk)
Tabel yang menyimpan data calon anggota DPR. Tabel
ini berkaitan dengan daerah pemilihan anggota DPR
dan asal partai calon anggota DPR
4.
caleg_dprd1
id_caleg_dprd1(pk)
nama_caleg_dprd1
id_dapil_dprd1 (fk)
id_partai (fk)
Tabel yang menyimpan data calon anggota DPRD
tingkat 1. Tabel ini berkaitan dengan daerah pemilihan
anggota DPRD tingkat 1 dan asal partai calon anggota
DPRD tingkat 1.
5.
caleg_dprd2
id_caleg_dprd2(pk)
nama_caleg_dprd2
id_dapil_dprd2 (fk)
id_partai (fk)
Tabel yang menyimpan data calon anggota DPRD
tingkat 2. Tabel ini berkaitan dengan daerah pemilihan
anggota DPRD tingkat 2 dan asal partai calon anggota
DPRD tingkat 2.
6.
capres
id_capres (pk)
nama_capres
nama_cawapres
Tabel yang menyimpan data nama calon presiden dan
wakil presiden.
7.
dapil_dpr
id_dapil_dpr (pk)
nama_dapil_dpr
Tabel yang menyimpan data daerah pemilihan anggota
DPR.
8.
dapil_dprd1
id_dapil_dprd1 (pk)
nama_dapil_dprd1
id_provinsi (fk)
Tabel yang menyimpan data daerah pemilihan anggota
DPRD tingkat 1.
G-2
http://www.gangsir.com
Tabel G - 2 Penjelasan CDM Sistem Web-Vote (Lanjutan 1)
No.
9.
Tabel
dapil_dprd2
id_dapil_dprd2 (pk)
nama_dapil_dprd2
id_kota (fk)
Deskripsi
Tabel yang menyimpan data daerah pemilihan anggota
DPRD tingkat 2.
10.
hasil_dpd
tdterima_dpd (pk)
id_caleg_dpd (fk)
Tabel yang berisi hasil pemilihan anggota DPD.
Primary key dari tabel ini adalah kode acak yang
dibangkitkan sebagai bukti tanda terima yang diperoleh
pemilih.
11.
hasil_dpr
tdterima_dpr (pk)
id_caleg_dpr (fk)
Tabel yang berisi hasil pemilihan anggota DPR.
Primary key dari tabel ini adalah kode acak yang
dibangkitkan sebagai bukti tanda terima yang diperoleh
pemilih.
12.
hasil_dprd1
tdterima_dprd1 (pk)
id_caleg_dprd1 (fk)
Tabel yang berisi hasil pemilihan anggota DPRD
tingkat 1. Primary key dari tabel ini adalah kode acak
yang dibangkitkan sebagai bukti tanda terima yang
diperoleh pemilih.
13.
hasil_dprd2
tdterima_dprd2 (pk)
id_caleg_dprd2 (fk)
Tabel yang berisi hasil pemilihan anggota DPRD
tingkat 2. Primary key dari tabel ini adalah kode acak
yang dibangkitkan sebagai bukti tanda terima yang
diperoleh pemilih.
14.
hasil_presiden
tdterima_presiden (pk)
id_capres (fk)
Tabel yang berisi hasil pemilihan presiden. Primary key
dari tabel ini adalah kode acak yang dibangkitkan
sebagai bukti tanda terima yang diperoleh pemilih.
15.
kota
id_kota (pk)
nama_kota
id_provinsi (fk)
Tabel yang berisi data kota di Indonesia
16.
partai
id_partai (pk)
nama_partai
Tabel yang berisi data partai peserta pemilihan umum di
Indonesia.
G-3
http://www.gangsir.com
Tabel G - 3 Penjelasan CDM Sistem Web-Vote (Lanjutan 2)
No.
17.
Tabel
pemilih
id_pemilih (pk)
nama_pemilih
id_provinsi (fk)
id_kota (fk)
id_dapil_dpr (fk)
id_dapil_dprd1 (fk)
id_dapil_dprd2 (fk)
status
Deskripsi
Tabel yang berisi data pemilih tetap. Pada tabel ini juga
berisi mengenai status pemilihan, apakah sudah
melakukan pemungutan suara atau belum. Tabel ini
juga terkait dengan kota, provinsi, daerah pemilihan
anggota DPR, daerah pemilihan anggota DPRD tingkat
1, dan daerah pemilihan anggota DPRD tingkat 2 sesuai
dengan wilayah pemilihan calon pemilih.
18.
provinsi
id_provinsi
nama_provinsi
Tabel yang berisi data provinsi di Indonesia.
G-4
http://www.gangsir.com
Lampiran H Sitemap
Lampiran H berisi gambar sitemap sistem Web-Vote beserta penjelasan dari setiap bagian
pada sitemap tersebut. Gambar H-1 menunjukkan sitemap sistem Web-Vote secara umum.
Gambar H - 2 Sitemap Web-Vote
H-1
http://www.gangsir.com
Berikut ini adalah penjelasan dari setiap bagian yang ada pada gambar sitemap Web-Vote
pada gambar H-1.
1. Modul legislative: bagian untuk menangani proses pemilihan anggota DPR, anggota
DPRD tingkat 1, anggota DPRD tingkat 2, dan anggota DPD.
2. Modul president: bagian untuk menangani proses pemilihan presiden.
3. Modul result: bagian untuk menangani pengaksesan daftar pemilih, daftar hasil, dan
penanganan proses untuk mengecek tanda terima.
4. Modul admin: bagian untuk menangani perubahan status pemilih.
5. Pemilihan anggota DPR: bagian untuk menangani proses pemilihan anggota DPR
termasuk juga membangkitkan kode tanda terima.
6. Pemilihan anggota DPR tingkat 1: bagian untuk menangani proses pemilihan anggota
DPRD tingkat 1 termasuk juga membangkitkan kode tanda terima.
7. Pemilihan anggota DPR tingkat 2: bagian untuk menangani proses pemilihan anggota
DPRD tingkat 2 termasuk juga membangkitkan kode tanda terima.
8. Pemilihan anggota DPD: bagian untuk menangani proses pemilihan anggota DPD
termasuk juga membangkitkan kode tanda terima.
9. Pemilihan presiden: bagian untuk menangani proses pemilihan presiden termasuk juga
membangkitkan kode tanda terima.
10. Daftar pemilih: bagian untuk menampilkan daftar pemilih beserta status pemilihan
(sudah memilih atau belum memilih).
11. Daftar hasil: bagian untuk menampilkan daftar hasil pemilihan umum.
12. Hasil pemilihan anggota DPR: bagian untuk menampilkan daftar hasil pemilihan
anggota DPR dalam bentuk rinci maupun rekapitulasi.
13. Hasil pemilihan anggota DPRD tingkat 1: bagian untuk menampilkan daftar hasil
pemilihan anggota DPRD tingkat 1 dalam bentuk rinci maupun rekapitulasi.
14. Hasil pemilihan anggota DPRD tingkat 2: bagian untuk menampilkan daftar hasil
pemilihan anggota DPRD tingkat 2 dalam bentuk rinci maupun rekapitulasi.
15. Hasil pemilihan anggota DPD: bagian untuk menampilkan daftar hasil pemilihan
anggota DPD dalam bentuk rinci maupun rekapitulasi.
16. Hasil pemilihan anggota presiden: bagian untuk menampilkan daftar hasil pemilihan
presiden dalam bentuk rinci maupun rekapitulasi.
H-2
http://www.gangsir.com
17. Cek tanda terima: bagian untuk mengecek apakah hasil pilihan yang dimasukkan sesuai
dengan hasil pilihan yang dicatat oleh sistem.
18. Ubah status pemilih: bagian untuk mengubah status pemilih yang telah melakukan
proses pemungutan suara secara konvensional menggunakan kertas suara.
H-3
http://www.gangsir.com
Lampiran I Contoh Antarmuka Pengguna
Lampiran I berisi beberapa contoh antarmuka pengguna prototype sistem Web-Vote.
Contoh antarmuka ini digunakan untuk memberikan gambaran bagaimana pengguna
berinteraksi dengan sistem Web-Vote.
Gambar I-1 menunjukkan contoh tampilan untuk pemilihan anggota DPR. Model tampilan
ini dibuat menyerupai dengan tampilan pada kertas suara meskipun cara interaksinya
sedikit berbeda. Jika pada kertas suara memilih dengan mencontreng, maka pada Web-Vote
dengan memilih radio button dan kemudian menekan tombol “pilih” atau dengan menekan
tombol “abstain” jika tidak memilih sama sekali. Model pemilihan untuk pemilihan anggota
DPRD tingkat 1 dan anggota DPRD tingkat 2 tampilannya sama seperti gambar di bawah.
Sedangkan untuk pemilihan anggota DPD sedikit berbeda karena pada anggota DPD tidak
terdapat gambar partai politik.
Gambar I - 1 Antarmuka pemilihan anggota DPR
Gambar I-2 adalah tampilan untuk pemilihan presiden. Tampilannya juga dibuat
menyerupai tampilan pada kertas suara. Cara pemilihannya juga sama seperti pada
pemilihan anggota DPR, yaitu dengan memilih radio button kemudian menekan tombol
“pilih” atau menekan tombol “abstain” jika tidak memilih sama sekali.
I-1
http://www.gangsir.com
Gambar I - 2 Antarmuka pemilihan presiden
Gambar I-3 adalah tampilan konfirmasi bahwa hasil pilihan akan disimpan. Halaman ini
juga menampilkan kode tanda terima yang dibangkitkan secara acak sebagai bukti bahwa
pemilih telah melakukan proses pemilihan. Kode ini bisa digunakan untuk melakukan
pengecekan apakah pilihan yang dimasukkan dicatat dengan benar oleh sistem.
Gambar I - 3 Antarmuka konfirmasi hasil pilihan
Gambar I-4 adalah gambar yang menunjukkan hasil pemilihan umum. Antarmuka hasil
pemilihan anggota DPR, pemilihan anggota DPRD tingkat 1, pemilihan anggota DPRD
tingkat 2, pemilihan anggota DPD, dan pemilihan presiden mempunyai bentuk yang sama.
Pada contoh tersebut yang diambil adalah hasil rekapitulasi pemilihan umum untuk anggota
I-2
http://www.gangsir.com
DPRD tingkat 2. Jika pengguna ingin melihat hasil detail pilihan yang berisi seluruh kode
tanda terima yang telah melakukan pilihan dapat dilakukan dengan cara mengakses
hyperlink yang ada pada bagian total suara. Contoh tampilan detail hasil pemilihan umum
dapat dilihat pada gambar I-5.
Gambar I - 4 Antarmuka rekapitulasi hasil pemilihan umum
Gambar I - 5 Antarmuka detail hasil pemilihan umum
I-3
http://www.gangsir.com
Lampiran J Hasil Pengujian Prototype
Lampiran J berisi hasil pengujian terhadap prototype. Pengujian tersebut dilakukan dengan cara membuat test case (kasus uji) sesuai dengan
diagram use case pada bab III. Tabel J-1 dan tabel J-2 berisi hasil pengujian tersebut.
Tabel J - 1 Hasil pengujian prototype
No.
1.
Kasus uji
Use case terkait
Pemilih
melakukan
proses UC-01, UC-02, UC-03,
pemilihan anggota legislatif
UC-06
Hasil yang diharapkan
Status
• Pemilih hanya berhak memasukkan data sesuai dengan Lolos
daerah pilihan pemilih.
• Pemilih berhasil melakukan pemilihan anggota DPR,
DPRD tingkat 1, DPRD tingkat 2, dan DPD.
• Pemilih memperoleh kode tanda terima sebagai bukti
pemilih telah melakukan proses pemungutan suara
legislatif.
2.
Pemilih
melakukan
pemilihan presiden
Lolos
• Pemilih berhasil melakukan pemilihan presiden.
• Pemilih memperoleh kode tanda terima sebagai bukti
pemilih telah melakukan proses pemungutan suara
presiden.
3.
Pemilih melakukan pengecekan UC-05, UC-08
tanda terima pemilihan anggota
legislatif
Sistem menampilkan data hasil pilihan secara detail yang Lolos
berisi daerah pilihan pemilih serta kandidat calon anggota
legislatif yang dipilih.
4.
Pemilih melakukan pengecekan UC-05, UC-08
tanda terima pemilihan presiden
Sistem menampilkan data hasil pilihan kandidat calon Lolos
presiden yang dipilih.
proses UC-01, UC-02, UC-03,
UC-06
J-1
http://www.gangsir.com
Tabel J - 2 Hasil pengujian prototype (lanjutan)
No.
5.
Kasus uji
Use case terkait
Panitia (KPU) melihat daftar UC-01, UC-07
pemilih
Hasil yang diharapkan
Status
Sistem menampilkan data seluruh pemilih yang telah Lolos
terdaftar termasuk data status pemilih tersebut apakah telah
melakukan proses pemungutan suara atau belum.
6.
Pemilih melihat rekapitulasi hasil UC-04, UC-05, UC-08
pemungutan
suara
anggota
legislatif
Sistem menampilkan data rekapitulasi hasil perhitungan Lolos
suara pemilihan anggota legislatif (DPR, DPRD tingkat 1,
DPRD tingkat 2, dan DPD) sesuai dengan kategori.
7.
Pemilih melihat rekapitulasi hasil UC-04, UC-05, UC-08
pemungutan suara presiden
Sistem menampilkan data rekapitulasi hasil perhitungan Lolos
suara pemilihan presiden.
8.
Pemilih melihat detail hasil UC-04, UC-05, UC-08
pemungutan
suara
anggota
legislatif
Sistem menampilkan semua kode tanda terima yang memilih Lolos
kandidat calon anggota legislatif (DPR, DPRD tingkat 1,
DPRD tingkat 2, dan DPD) yang bersangkutan.
9.
Pemilih melihat detail hasil UC-04, UC-05, UC-08
pemungutan suara presiden
Sistem menampilkan semua kode tanda terima yang memilih Lolos
kandidat calon presiden yang bersangkutan.
10.
Admin mengubah status pemilih
Status pemilih berhasil diubah menjadi sudah melakukan Lolos
proses pemungutan suara.
UC-01
J-2
Download