salinan peraturan menteri pendidikan nasional republik

advertisement
SALINAN
PERATURAN
MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 10 TAHUN 2008
TENTANG
PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN
DANA ALOKASI KHUSUS (DAK) BIDANG PENDIDIKAN
TAHUN ANGGARAN 2008
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL,
Menimbang
:
a. bahwa upaya peningkatan aksesibilitas dan peningkatan mutu
pendidikan merupakan salah satu prioritas pembangunan nasional
saat ini, sehingga perlu mendorong Pemerintah Kabupaten/Kota
melakukan tindakan nyata dalam mewujudkan peningkatan akses
masyarakat terhadap pendidikan yang lebih berkualitas;
b. bahwa untuk membantu Pemerintah Kabupaten/Kota mewujudkan
peningkatan akses masyarakat terhadap pendidikan yang lebih
berkualitas, Pemerintah mengalokasikan Dana Alokasi Khusus
Bidang Pendidikan Tahun 2008;
c. bahwa dalam rangka pemanfaatan Dana Alokasi Khusus Bidang
Pendidikan Tahun 2008, perlu menetapkan Petunjuk Teknis
Pelaksanaan Dana Alokasi Khusus (DAK) Bidang Pendidikan
dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik
Indonesia;
Mengingat
:
1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);
2. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4301);
www.bphn.go.id
3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor
125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4437) sebagaimana telah diubah dengan UU Nomor 8 Tahun 2005
tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti UndangUndang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan Atas UndangUndang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
Menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4548);
4. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);
5. Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2007 tentang Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2008
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 133,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4778);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4578);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana
Perimbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005
Nomor 137, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4575;
8. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman
Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor
165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4593;
9. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan
Barang Milik Negara/Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2006 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4609;
10. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kepada Pemerintah,
Laporan Keterangan Kepala Daerah Kepada Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah, dan Informasi Laporan Penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah Kepada Masyarakat (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 19, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4693;
2
www.bphn.go.id
11. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian
Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah
Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737;
12. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi
Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4741;
13. Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan,
Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Negara Republik Indonesia sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Presiden Nomor 94 Tahun 2006;
14. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 80 Tahun 2003
tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003
Nomor 120, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4330) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir
dengan Peraturan Presiden Nomor 95 Tahun 2007;
15 Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 187/M Tahun
2004 mengenai Pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan
Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 77/P Tahun 2007;
MEMUTUSKAN:
Menetapkan :
PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL TENTANG
PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN DANA ALOKASI KHUSUS
(DAK) BIDANG PENDIDIKAN TAHUN ANGGARAN 2008.
Pasal 1
Dana alokasi khusus (DAK) bidang pendidikan tahun anggaran 2008 dilaksanakan
sesuai dengan petunjuk teknis sebagaimana tercantum dalam Lampiran I Peraturan
ini.
Pasal 2
Kabupaten/Kota penerima dana alokasi khusus (DAK) bidang pendidikan tahun
anggaran 2008, sebagaimana tercantum dalam Lampiran II Peraturan ini.
3
www.bphn.go.id
Pasal 3
Pelaksanaan dana alokasi khusus bidang pendidikan tahun anggaran 2008 mentaati
kesepakatan bersama pembiayaan pendidikan antara Menteri Pendidikan Nasional
dengan para Gubernur dan Bupati/Walikota sebagaimana tercantum dalam
Lampiran III Peraturan Menteri ini.
Pasal 4
Tata cara pelaksanaan dana alokasi khusus bidang pendidikan tahun anggaran
2008 akan diatur lebih lanjut dalam Surat Edaran Direktur Jenderal Manajemen
Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional.
Pasal 5
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 9 April 2008
MENTERI PENDIDIKAN
NASIONAL,
TTD.
BAMBANG SUDIBYO
Salinan sesuai dengan aslinya.
Biro Hukum dan Organisasi
Departemen Pendidikan Nasional,
Kepala Bagian Penyusunan Rancangan Peraturan
Perundang-undangan dan Bantuan Hukum I,
TTD.
Muslikh, S.H.
NIP 131479478
4
www.bphn.go.id
SALINAN
LAMPIRAN I
PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL
NOMOR 10 TAHUN 2008 TANGGAL 9 APRIL 2008
PETUNJUK TEKNIS
PELAKSANAAN DANA ALOKASI KHUSUS (DAK) BIDANG PENDIDIKAN
TAHUN ANGGARAN 2008
I. KETENTUAN UMUM
Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional ini yang dimaksud dengan Dana
Alokasi Khusus yang selanjutnya disebut DAK adalah dana yang bersumber dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang dialokasikan kepada
daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu pendanaan kegiatan khusus
yang merupakan bagian dari program prioritas nasional dan merupakan urusan
daerah.
DAK bidang pendidikan dialokasikan untuk menunjang pelaksanaan Wajib
Belajar (Wajar) Pendidikan Dasar 9 (sembilan) tahun yang bermutu. Kegiatannya
diarahkan untuk rehabilitasi ruang kelas dan pembangunan atau rehabilitasi
perpustakaan sekolah dasar.
Alokasi DAK bidang pendidikan untuk Tahun Anggaran 2008 ditetapkan sebesar
Rp. 7.015.420.000.000,- (Tujuh triliun lima belas milyar empat ratus dua puluh
juta rupiah).
II. KEBIJAKAN PENGGUNAAN DAK MELALUI PEMBERIAN HIBAH/BLOCK
GRANT/SUBSIDI KE SEKOLAH
A. Landasan Hukum:
1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, Bab XIII, Bagian Keempat, Pasal 49 ayat 3, menyatakan: ”Dana
pendidikan dari Pemerintah dan Pemerintah Daerah untuk satuan
pendidikan diberikan dalam bentuk hibah sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.”
2. Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman
Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah yang telah beberapa
kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2006:
a. Pasal 6 huruf b, menyatakan :
”Pelaksanaan pengadaan barang/jasa pemerintah dilakukan dengan
cara swakelola”.
b. Pasal 39 ayat (1), menyatakan :
”Swakelola adalah pelaksanaan pekerjaan yang direncanakan,
dikerjakan, dan diawasi sendiri”.
c.
Penjelasan Pasal 1 angka 1, menyatakan :
”Yang dimaksud dengan dilaksanakan secara swakelola adalah:
5
www.bphn.go.id
1). Dilaksanakan sendiri secara langsung oleh instansi penanggung
jawab anggaran;
2). Institusi pemerintah penerima kuasa dari penanggung jawab
anggaran, misalnya: perguruan tinggi negeri atau lembaga
penelitian/ilmiah pemerintah;
3). Kelompok masyarakat penerima hibah dari penanggung jawab
anggaran”.
d.
Lampiran I Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003, Bab III
Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Dengan Swakelola, A.
Ketentuan Umum, angka 2.c menyatakan: ”Swakelola oleh penerima
hibah adalah pekerjaan yang perencanaan, pelaksanaan, dan
pengawasannya dilakukan oleh penerima hibah (kelompok
masyarakat, LSM, komite sekolah/pendidikan, lembaga pendidikan
swasta/lembaga penelitian/ilmiah non badan usaha dan lembaga lain
yang ditetapkan oleh pemerintah) dengan sasaran ditentukan oleh
instansi pemberi hibah.”
3. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2005 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Tahun 2004 – 2009:
a. Bagian IV Bab 27.C Arah Kebijakan Nomor 19 menyatakan:
”Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pembangunan
pendidikan
termasuk
dalam
pembiayaan
pendidikan,
penyelenggaraan pendidikan berbasis masyarakat serta dalam
peningkatan mutu layanan pendidikan yang meliputi perencanaan,
pengawasan, dan evaluasi program pendidikan.”
b. Bagian IV Bab 27 huruf D Program-Program Pembangunan Nomor
2.1, menyatakan: ”Penyediaan sarana dan prasarana pendidikan yang
berkualitas termasuk pembangunan unit sekolah baru (USB), ruang
kelas baru (RKB), laboratorium, perpustakaan, buku pelajaran dan
peralatan peraga pendidikan, yang disertai dengan penyediaan
pendidik dan tenaga kependidikan secara lebih merata, bermutu, tepat
lokasi, terutama untuk daerah pedesaan, wilayah terpencil dan
kepulauan, disertai rehabilitasi dan revitalisasi sarana dan prasarana
yang rusak termasuk yang berada di wilayah konflik dan bencana
alam, serta penyediaan biaya operasional pendidikan secara
memadai, dan/atau subsidi/hibah dalam bentuk block grant atau
imbal swadaya bagi satuan pendidikan dasar untuk
meningkatkan mutu pelayanan pendidikan.”
4. Rencana Kerja Pemerintah (RKP) 2008
Memperluas akses pendidikan dasar bermutu yang lebih merata dengan
memberikan perhatian yang lebih besar pada penduduk miskin,
masyarakat yang tinggal di wilayah pedesaan, daerah tertinggal dan
terpencil, daerah konflik, wilayah kepulauan, dan masyarakat yang
memiliki kebutuhan khusus antara lain melalui pembangunan dan
rehabilitasi sarana, prasarana, dan fasilitas pendidikan.
6
www.bphn.go.id
B. Tujuan dan Manfaat:
Penetapan kebijakan penggunaan DAK melalui subsidi ke sekolah didasarkan
pula atas pertimbangan adanya manfaat-manfaat sebagai berikut:
1. DAK dapat mewujudkan pengelolaan pendidikan yang transparan,
profesional, dan akuntabel;
2. DAK dapat mewujudkan pelibatan masyarakat secara aktif dalam
kegiatan pendidikan;
3. DAK dapat mendorong adanya pengawasan langsung dari masyarakat;
4. DAK dapat menggerakkan roda perekonomian masyarakat bawah melalui
jalur pendidikan.
III.
KRITERIA PENGALOKASIAN DAK 2008
Kriteria pengalokasian DAK 2008 meliputi:
IV.
A.
Kriteria umum, ditetapkan dengan mempertimbangkan kemampuan
keuangan daerah. Kriteria umum dihitung dengan melihat kemampuan
APBD untuk kebutuhan-kebutuhan dalam rangka pembangunan daerah
yang dicerminkan dari penerimaan umum APBD dikurangi belanja
pegawai.
B.
Kriteria khusus, ditetapkan dengan memperhatikan peraturan
perundang-undangan dan karakteristik daerah, yaitu:
1. seluruh kabupaten/kota di Provinsi Papua, Papua Barat dan daerah
tertinggal/terpencil;
2. karakteristik wilayah: daerah pesisir dan kepulauan, daerah perbatasan
dengan negara lain, daerah rawan banjir/longsor, daerah yang masuk
kategori ketahanan pangan, dan daerah pariwisata.
C.
Kriteria teknis, yaitu jumlah SD/SDLB dan MI yang mengalami
kerusakan berat dan sedang, serta Indek Kemahalan Konstruksi (IKK)
Kabupaten/kota yang diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS)
ARAH KEBIJAKAN DAK DAN KEBIJAKAN DAK BIDANG PENDIDIKAN
TAHUN 2008
A. Arah Kebijakan DAK Tahun 2008
Arah kebijakan DAK Tahun 2008 adalah sebagai berikut :
1. membantu daerah-daerah dengan kemampuan fiskal rendah atau di
bawah rata-rata nasional
2. menunjang percepatan pembangunan sarana dan prasarana di
wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil, perbatasan, tertinggal/terpencil,
7
www.bphn.go.id
rawan banjir dan longsor kategori daerah ketahanan pangan dan
daerah pariwisata;
3. mendorong peningkatan produktivitas, perluasan kesempatan kerja,
dan diversifikasi ekonomi;
4. meningkatkan akses penduduk miskin terhadap pelayanan dasar
melalui kegiatan khusus di bidang pendidikan, kesehatan dan
infrastruktur;
5. menjaga dan meningkatkan kualitas lingkungan hidup;
6. meningkatkan keterpaduan dan sinkronisasi kegiatan yang didanai
DAK dengan anggaran KL serta kegiatan yang didanai dari APBD;
7. peningkatan prasarana pemerintahan daerah yang terkena dampak
pemekaran;
8. mengalihkan secara bertahap dana dekonsentrasi dan tugas
pembantuan yang digunakan untuk mendanai kegiatan-kegiatan yang
telah menjadi urusan daerah ke DAK.
9. Program DAK bidang pendidikan difokuskan pada kabupaten/kota
yang masih memiliki ruang kelas rusak.
B. Kebijakan DAK Bidang Pendidikan Tahun 2008
1.
DAK bidang pendidikan dialokasikan untuk menunjang program wajib
belajar pendidikan dasar 9 (sembilan) tahun yang bermutu.
Kebijakannya diarahkan untuk penuntasan rehabilitasi ruang kelas
sekolah yang ditargetkan tuntas pada tahun 2008.
2.
Kegiatan DAK bidang pendidikan tahun 2008 diarahkan untuk
rehabilitasi gedung sekolah/ruang kelas dan pembangunan/ rehabilitasi
ruang serta penyediaan sarana belajar/perpustakaan.
3.
Sasaran sekolah DAK bidang pendidikan tahun 2008 meliputi
SD/SDLB, MI/Salafiyah dan sekolah-sekolah setara SD berbasis
keagamaan penyelenggara program wajib belajar pendidikan dasar
baik negeri maupun swasta.
4.
Pengalokasian dana per sekolah dilakukan berdasarkan indek
kemahalan konstruksi (IKK) Kabupaten/Kota setempat.
5.
DAK bidang pendidikan dilaksanakan secara swakelola dengan
melibatkan partisipasi komite sekolah dan masyarakat di sekitar
sekolah sebagai bagian integral dari sistem manajemen berbasis
sekolah.
8
www.bphn.go.id
6.
Pengadaan peralatan pendidikan dan bahan ajar seyogianya
merupakan alat dan bahan ajar yang telah mendapat pengesahan dari
pemerintah.
7.
Untuk mencapai target penuntasan rehabilitasi gedung sekolah pada
tahun 2008, Kabupaten/Kota penerima DAK diwajibkan menyediakan
dana pendamping dengan besaran sesuai dengan MoU/kesepakatan
bersama pembiayaan pendidikan antara Menteri Pendidikan Nasional
dengan para Gubernur dan Bupati/Walikota
V. PENYALURAN DAN PELAKSANAAN DAK BIDANG PENDIDIKAN
Penyaluran Dana
DAK disalurkan dengan cara pemindahbukuan dari Rekening Kas Umum
Negara (Pemerintah Pusat c.q Departemen Keuangan) ke Rekening Kas
Umum Daerah (Kabupaten/Kota).
Mekanisme dan tata cara mengenai penyaluran DAK bidang pendidikan
dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Penyaluran dana diberikan secara penuh/utuh baik dari kas umum negara
ke kas umum daerah maupun dari kas umum daerah ke rekening sekolah.
Kewajiban pajak atas penggunaan DAK diselesaikan oleh sekolah penerima
DAK sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pelaksanaan DAK
Pelaksanaan kegiatan yang dibiayai DAK bidang pendidikan harus selesai
paling lambat pada tanggal 31 Desember 2008. Hasil dari kegiatan yang
didanai DAK bidang pendidikan harus sudah dapat dimanfaatkan pada akhir
tahun anggaran 2008.
VI. PENGGUNAAN DAK BIDANG PENDIDIKAN
A. Kategori I Rehabilitasi
1.
Penggunaan DAK bidang pendidikan kategori I diperuntukkan bagi
kabupaten/kota yang masih memerlukan program rehabilitasi sekolah
yaitu yang kondisi ruang kelasnya masih banyak mengalami rusak
berat. Kegiatannya yaitu untuk merehabilitasi fisik sekolah mencakup:
rehabilitasi gedung sekolah/ruang kelas, pengadaan/rehabilitasi
sumber dan sanitasi air bersih serta kamar mandi dan WC,
pengadaan/perbaikan
meubelair
ruang
kelas,
dan
pembangunan/rehabilitasi rumah dinas penjaga/guru/kepala sekolah.
9
www.bphn.go.id
2.
Alokasi dana per sekolah sebesar Rp. 250.000.000,00 (dua ratus lima
puluh ribu rupiah) di kalikan dengan IKK kabupaten/kota yang
bersangkutan. Dana ini minimal untuk merehabilitasi 5 (lima) ruang
kelas
3. Pendanaan kegiatan pada poin 2 di atas bersumber: (1) DAK (APBN)
sebesar 90% dari alokasi per sekolah; (2) Kabupaten/kota (APBD)
sebesar minimal 10% dari alokasi persekolah. Dana pendamping
Kabupaten/kota dapat menyesuaikan dengan kebutuhan rehabilitasi di
tingkat sekolah.
4.
Dalam memenuhi butir 3, Kabupaten/Kota sekaligus mentaati
kesepakatan bersama pembiayaan pendidikan antara Menteri
Pendidikan Nasional dengan para Gubernur dan Bupati/Walikota
sebagaimana tercantum dalam Lampiran III Peraturan Menteri ini.
B. Kategori II: Rehabilitasi dan Peningkatan Mutu
1. Penggunaan DAK bidang pendidikan kategori II diperuntukkan bagi
Kabupaten/Kota yang memerlukan program rehabilitasi sekolah
dan peningkatan mutu yaitu yang kondisi ruang kelasnya mengalami
rusak sedang. Kegiatannya meliputi 2 (dua) komponen:
a. merehabilitasi fisik sekolah mencakup: rehabilitasi gedung
sekolah/ruang kelas, pengadaan/rehabilitasi sumber dan sanitasi air
bersih serta kamar mandi dan WC, pengadaan/perbaikan meubelair
ruang kelas, dan pembangunan/rehabilitasi rumah dinas
penjaga/guru/kepala sekolah;
b. menyediakan sarana pendidikan dan sarana perpustakaan
mencakup: alat peraga dan Kit multimedia interaktif, buku
pengayaan, buku referensi, mesin ketik, dan alat teknologi informasi
dan komunikasi (TIK).
2. Bila terdapat sisa dana dari Komponen 1(a) diatas, sekolah dapat
menggunakan sisa dana tersebut untuk merenovasi/membangun
satu ruang kelas yang digunakan sebagai TK-SD Satu Atap dan/atau
penataan lingkungan sekolah (misalnya: pembangunan pagar dan
pintu gerbang, taman, paving block halaman sekolah, tiang
bendera).
3. Sekolah penerima DAK diwajibkan melaksanakan semua komponen
kegiatan di atas sebagai satu kesatuan yang utuh.
4. Proporsi dana antara komponen a (rehabilitasi fisik sekolah) dan
komponen b (Penyediaan sarana
pendidikan dan sarana
perpustakaan) ditetapkan 65 : 35. Hal ini berlaku bagi Kabupaten/Kota
dengan indek kemahalan konstruksi (IKK) = 1 dimana alokasi dana per
sekolahnya ditetapkan sebesar Rp. 250.000.000,00 (dua ratus lima
puluh juta rupiah) terdiri dari dana yang berasal dari APBN dan APBD.
Khusus untuk komponen a (rehabilitasi fisik sekolah), alokasi dana
per sekolah disesuaikan dengan IKK kabupaten/kota.
10
www.bphn.go.id
5. Pendanaan komponen kegiatan pada poin 3 di atas bersumber : (1) DAK
(APBN) sebesar 90% dari alokasi per sekolah; (2) Kabupaten/kota
(APBD) sebesar minimal 10% dari alokasi per sekolah.
6. Dalam memenuhi butir 5, Kabupaten/Kota sekaligus mentaati
kesepakatan bersama pembiayaan pendidikan antara Menteri
Pendidikan Nasional dengan para Gubernur dan Bupati/Walikota
sebagaimana tercantum dalam Lampiran III Peraturan Menteri ini.
C. Kategori III: Peningkatan Mutu
1. Penggunaan DAK bidang pendidikan kategori III diperuntukkan bagi
Kabupaten/Kota atau sekolah yang sudah tidak memerlukan lagi
program rehabilitasi sekolah. Kegiatannya meliputi 2 (dua) komponen:
a. membangun ruang perpustakaan dan mengadakan meubiler
perpustakaan;
b. pengadaan sarana pendidikan dan sarana perpustakaan mencakup:
pengadaan alat peraga dan Kit multimedia interaktif, buku
pengayaan, buku referensi, dan alat teknologi informasi dan
komunikasi (TIK) serta alat elektronika.
2. Sekolah penerima DAK diwajibkan melaksanakan semua komponen
kegiatan di atas sebagai satu kesatuan yang utuh.
3. Proporsi dana antara komponen 1a (membangun ruang
perpustakaan dan pengadaan meubelair) dan komponen 1b
(Penyediaan sarana
pendidikan dan sarana perpustakaan)
ditetapkan 35 : 65. Hal ini berlaku bagi Kabupaten/Kota dengan indek
kemahalan konstruksi (IKK) = 1. Alokasi dana per sekolah ditetapkan
sebesar Rp. 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah) terdiri dari
dana yang berasal dari APBN dan APBD. Khusus untuk komponen 1a
(membangun ruang perpustakaan dan pengadaan meubelair),
alokasi dana per sekolah disesuaikan dengan IKK kabupaten/kota.
4. Pendanaan komponen kegiatan pada poin 3 di atas berasal dari sumber,
yaitu : (1) DAK (APBN) sebesar 90% dari alokasi per sekolah; (2)
Kabupaten/kota (APBD) sebesar minimal 10% dari alokasi per sekolah.
Kegiatan-kegiatan yang tidak dapat dibiayai DAK bidang pendidikan
meliputi:
1. administrasi kegiatan;
2. penyiapan kegiatan fisik;
3. penelitian;
4. pelatihan;
5. perjalanan pegawai daerah;
6. lain-lain biaya umum sejenis.
Kegiatan-kegiatan yang tidak dapat dibiayai DAK tersebut pembiayaannya
dibebankan kepada biaya umum yang disediakan melalui APBD.
11
www.bphn.go.id
VII TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB
A. Pemerintah Provinsi
1. Pemerintah Provinsi wajib menyediakan dana pendamping dengan
besaran sesuai kesepakatan bersama pembiayaan pendidikan antara
Menteri Pendidikan Nasional dengan para Gubernur dan Bupati/Walikota
sebagaimana tercantum dalam Lampiran III Peraturan Menteri ini
sehingga penyelesaian ruang kelas rusak benar-benar dapat dituntaskan
pada tahun 2008.
2. Mengkoordinasikan sosialisasi pelaksanaan DAK di provinsi bagi
kabupaten/kota sebagai tindak lanjut sosialisasi di tingkat pusat dengan
mengundang nara sumber dari institusi yang relevan.
3. Melaksanakan pengawasan, supervisi, dan monitoring serta penilaian
terhadap pelaksanaan DAK di kabupaten/kota.
4. Melaksanakan pemetaan sekolah (school mapping) terhadap sebaran
lokasi dan alokasi setiap kabupaten/kota.
5. Melakukan evaluasi pelaksanaan DAK selama 3 (tiga) tahun berjalan
(2005, 2006, dan 2007) serta menyusun perencanaan alokasi biaya untuk
menyelesaikan sisa gedung sekolah/ruang kelas SD/SDLB dan
MI/salafiyah yang belum dapat diselesaikan tahun 2008 dan
mensinergikan program DAK dengan pelaksanaan kesepakatan bersama
pembiayaan pendidikan antara Menteri Pendidikan Nasional dengan para
Gubernur dan Bupati/Walikota sebagaimana tercantum dalam Lampiran
III Peraturan Menteri ini.
6. Melaporkan hasil penilaian monitoring dan evaluasi kepada Direktur
Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, u.p. Direktur
Pembinaan Taman Kanak-kanak dan Sekolah Dasar.
7. Bagi provinsi yang mampu, kontribusi dana pendamping dapat
ditingkatkan dari berbagai sumber (APBD provinsi, APBD Kabupaten/Kota
dan masyarakat industri).
B. Pemerintah Kabupaten/Kota
1. Pemerintah Kabupaten/Kota wajib menyediakan dana pendamping yang
dianggarkan dalam APBD dengan besaran sesuai kesepakatan bersama
pembiayaan pendidikan antara Menteri Pendidikan Nasional dengan para
Gubernur dan Bupati/Walikota sebagaimana tercantum dalam Lampiran
III Peraturan Menteri ini sehingga penyelesaian ruang kelas rusak benarbenar dapat dituntaskan pada tahun 2008.
2. Pemerintah Kabupaten/Kota juga diwajibkan menyediakan dana untuk
biaya umum seperti perencanaan, sosialisasi, pengawasan dan biaya
12
www.bphn.go.id
operasional lainnya yang tidak diperbolehkan dibiayai oleh DAK bidang
pendidikan.
3. Besaran dana pendamping dan biaya umum harus dicantumkan dalam
Rencana Kerja dan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (RKASKPD) dan Dokumen Pelaksana Anggaran Satuan Kerja Perangkat
Daerah (DPA-SKPD). DPA-SKPD memuat rincian kegiatan yang akan
dibiayai DAK sesuai dengan penggunaan yang telah ditetapkan serta
rencana biaya yang bersumber dari DAK dan dana pendamping.
4. Menetapkan nama-nama sekolah/madrasah penerima DAK tahun 2008
dalam Surat Keputusan Bupati/Walikota dan salinannya disampaikan
kepada Direktur Pembinaan TK dan SD Ditjen Manajemen Pendidikan
Dasar dan Menengah Depdiknas.
5. Kabupaten/kota membentuk (a) tim konsultan pendamping untuk
pelaksanaan rehabilitasi ruang kelas dan pengadaan meubelair, (b) tim
seleksi dan pengawasan untuk pengadaan komponen peningkatan mutu.
6. Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan DAK di Kabupaten/Kota dan
menyalurkan DAK bidang pendidikan ke sekolah penerima DAK
7. Menyampaikan laporan triwulanan yang memuat laporan pelaksanaan
kegiatan dan penggunaan dana DAK.
8. Melakukan evaluasi pelaksanaan DAK selama 3 (tiga) tahun berjalan
(2005, 2006, dan 2007) serta menyusun perencanaan alokasi biaya untuk
menyelesaikan sisa gedung sekolah/ruang kelas SD/SDLB dan
MI/salafiyah yang belum dapat diselesaikan untuk tahun 2008.
C. Dinas Pendidikan dan Kantor Departemen Agama Kabupaten/Kota
Dinas Pendidikan dan Kantor Departemen Agama bersama dengan Dewan
Pendidikan Kabupaten/Kota mempunyai tugas utama sebagai berikut:
1. membentuk tim teknis yang terdiri dari unsur subdin sarana
pendidikan/subdin TK dan SD Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota sebagai
leading sector, dibantu oleh tenaga Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
jurusan bangunan (bila ada), dan staf teknis yang kompeten untuk
melakukan survey dan pemetaan sekolah/madrasah yang mengalami
kerusakan;
2. membuat rencana alokasi jumlah sekolah/madrasah yang akan menerima
DAK per kecamatan, selanjutnya melakukan seleksi sekolah-sekolah
calon penerima DAK. Seleksi sekolah penerima DAK diutamakan yang
mengalami kerusakan berat dan terletak di wilayah tertinggal/terpencil;
3. mengusulkan nama-nama sekolah/madrasah calon penerima DAK tahun
2007 kepada Bupati/Walikota;
13
www.bphn.go.id
4. mensosialisasikan pelaksanaan program DAK kepada Kepala
Sekolah/Madrasah dan Komite Sekolah/Majelis Madrasah penerima DAK;
5. memantau/mengawasi pelaksanaan program DAK.
D. Kepala Sekolah/Madrasah
1. Kepala Sekolah/Madrasah bertanggung jawab terhadap pelaksanaan
program Dana Alokasi Khusus di tingkat sekolah. Dalam menjalankan
tugasnya kepala sekolah bersama – sama dengan komite sekolah/majelis
madrasah.
2. Sekolah wajib membayar pajak atas penggunaan Dana Alokasi Khusus
sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku.
E. Komite Sekolah/Majelis Madrasah
Komite sekolah/majelis madrasah melakukan tugas dan fungsi sesuai dengan
Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 044/U/2002 tentang Dewan
Pendidikan dan Komite Sekolah, yaitu : (a) sebagai pemberi pertimbangan
(advisory agency) dalam penentuan dan pelaksanaan kebijakan pendidikan;
(b) sebagai pendukung (supporting agency), baik yang berwujud finansial,
pemikiran maupun tenaga dalam penyelenggaraan pendidikan; (c) sebagai
pengontrol (controlling agency) dalam rangka transparansi dan akuntabilitas
penyelenggaraan dan keluaran pendidikan; dan (d) sebagai mediator antara
pemerintah (eksekutif) dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (legislatif)
dengan masyarakat.
VIII Pelaporan, Pengawasan, dan Sanksi
A. Pelaporan
Kepala Sekolah/Madrasah menyampaikan laporan pelaksanaan dan
penggunaan DAK kepada Bupati/Walikota u.p. Kepala Dinas Pendidikan/
Kantor Departemen Agama Kabupaten/Kota. Selanjutnya Bupati/Walikota
menyampaikan laporan triwulan kepada Menteri Pendidikan Nasional c.q.
Direktur Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah dengan
tembusan kepada:
1. Gubernur u.p. Kepala Dinas Pendidikan Provinsi setempat.
2. Sekretaris Jenderal Depdiknas u.p Kepala Biro Perencanaan dan
Kerjasama Luar Negeri serta Kepala Biro Keuangan Depdiknas;
3. Direktur Pembinaan Taman Kanak-Kanak dan Sekolah Dasar;
B. Pengawasan
Pengawasan fungsional/pemeriksaan tentang pelaksanaan kegiatan dan
administrasi keuangan DAK bidang pendidikan dilaksanakan oleh
Inspektorat Jenderal Departemen Pendidikan Nasional dan Inspektorat
Daerah. Pengawasan fungsional/pemeriksaan oleh Inspektorat Jenderal
dilakukan berbasis sampel.
14
www.bphn.go.id
C. Sanksi
Setiap orang atau sekelompok orang di setiap tingkat pelaksana
(kabupaten/kota, sekolah, masyarakat) yang melakukan tindakan
penyalahgunaan dan/atau penyimpangan pelaksanaan kegiatan dan
administrasi keuangan sebagaimana tertuang dalam petunjuk teknis ini
akan ditindak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Sanksi Kepada Pengelola/Kepala Sekolah/Masyarakat:
1. sanksi administratif diberikan apabila pengelola/kepala sekolah
melakukan pelanggaran administrasi;
2. sanksi hukum oleh aparat penegak hukum diberikan apabila
pengelola/kepala sekolah/komite sekolah/masyarakat melakukan
pelanggaran hukum.
Sanksi Kepada Kab/Kota:
1. Pengelola DAK kabupaten/kota yang melakukan penyimpangan dalam
penyaluran dan penggunaan DAK akan ditindak menurut peraturan
perundang-undangan yang berlaku;
2. Pemerintah kabupaten/kota yang melakukan kegiatannya tidak
berpedoman pada petunjuk teknis ini, dipandang sebagai
penyimpangan yang dapat dikenai sangksi hukum oleh aparat hukum
terkait.
IX KETENTUAN LAIN-LAIN
Dalam hal terjadi bencana alam, Pemerintah kabupaten/kota dapat
mengusulkan kegiatan-kegiatan di luar yang telah diatur dalam Petunjuk Teknis.
Mekanisme pengajuan usulan kegiatan tersebut adalah sebagai berikut:
1. pemerintah kabupaten/kota mengajukan usulan perubahan kegiatan kepada
Menteri Pendidikan Nasional dengan tembusan Direktur Jenderal Manajemen
Pendidikan Dasar dan Menengah c.q. Direktur Pembinaan Taman KanakKanak dan Sekolah Dasar;
2. berdasarkan pertimbangan Direktur Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar
dan Menengah c.q. Direktur Pembinaan Taman Kanak-Kanak dan Sekolah
Dasar, Menteri Pendidikan Nasional memberikan surat rekomendasi kepada
Menteri Keuangan untuk melakukan perubahan kegiatan tersebut;
3. persetujuan Menteri Pendidikan Nasional dan Menteri Keuangan disampaikan
kepada Daerah yang bersangkutan.
MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL,
TTD.
BAMBANG SUDIBYO
15
www.bphn.go.id
Salinan sesuai dengan aslinya.
Biro Hukum dan Organisasi
Departemen Pendidikan Nasional,
Kepala Bagian Penyusunan Rancangan Peraturan
Perundang-undangan dan Bantuan Hukum I,
TTD.
Muslikh, S.H.
NIP 131479478
16
www.bphn.go.id
SALINAN
LAMPIRAN II PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL
NOMOR 10 TAHUN 2008 TANGGAL 9 APRIL 2008
KABUPATEN/KOTA PENERIMA DANA ALOKASI KHUSUS (DAK)
BIDANG PENDIDIKAN TAHUN ANGGARAN 2008
No
I
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
II
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
Nama Daerah
Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam
Kab. Aceh Barat
Kab. Aceh Besar
Kab. Aceh Selatan
Kab. Aceh Singkil
Kab. Aceh Tengah
Kab. Aceh Tenggara
Kab. Aceh Timur
Kab. Aceh Utara
Kab. Bireuen
Kab. Aceh Pidie
Kab. Simeulue
Kota Banda Aceh
Kota Sabang
Kota Langsa
Kota Lhokseumawe
Kab. Nagan Raya
Kab. Aceh Jaya
Kab. Aceh Barat Daya
Kab. Gayo Lues
Kab. Aceh Tamiang
Kab. Bener Meriah
Provinsi Sumatera Utara
Kab. Asahan
Kab. Dairi
Kab. Deli Serdang
Kab. Tanah Karo
Kab. Labuhan Batu
Kab. Langkat
Kab. Mandailing Natal
Kab. Nias
Kab. Simalungun
Kab. Tapanuli Selatan
Kab. Tapanuli Tengah
Kab. Tapanuli Utara
17
Bidang Pendidikan
( Rp. Miliar)
293.508
14.352
14.731
14.199
14.690
14.343
12.893
15.073
14.385
14.620
18.620
16.898
15.814
14.125
12.138
11.714
13.560
12.207
12.597
10.468
12.768
13.313
446.571
31.161
15.740
38.295
17.438
10.712
24.243
15.221
26.795
36.296
16.076
16.266
21.449
www.bphn.go.id
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
III
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
IV
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
Kab. Toba Samosir
Kota Binjai
Kota Medan
Kota Pematang Siantar
Kota Sibolga
Kota Tanjung Balai
Kota Tebing Tinggi
Kota Padang Sidempuan
Kab. Pakpak Bharat
Kab. Nias Selatan
Kab. Humbang Hasundutan
Kab. Serdang Berdagai
Kab. Samosir
Provinsi Sumatera Barat
Kab. Limapuluh Kota
Kab. Agam
Kab. Kepulauan Mentawai
Kab. Padang Pariaman
Kab. Pasaman
Kab. Pesisir Selatan
Kab. Sawahlunto Sijunjung
Kab. Solok
Kab. Tanah Datar
Kota Bukit Tinggi
Kota Padang Panjang
Kota Padang
Kota Payakumbuh
Kota Sawahlunto
Kota Solok
Kota Pariaman
Kab. Pasaman Barat
Kab. Dharmasraya
Kab. Solok Selatan
Provinsi Riau
Kab. Bengkalis
Kab. Indragiri Hilir
Kab. Indragiri Hulu
Kab. Kampar
Kab. Kuantan Singingi
Kab. Pelalawan
Kab. Rokan Hilir
Kab. Rokan Hulu
Kab. Siak
Kota Dumai
17.767
10.603
12.703
12.763
12.694
12.118
11.421
11.045
12.834
15.854
12.960
17.438
16.679
290.374
20.956
19.283
13.780
20.937
17.698
20.440
13.480
18.163
17.183
12.120
10.929
16.213
10.624
11.896
11.954
12.381
15.791
13.187
13.359
58.997
2.407
2.663
2.427
2.431
14.740
2.234
11.224
14.122
2.173
2.241
18
www.bphn.go.id
80
V
82
83
84
85
86
87
VI
89
90
91
92
93
94
95
96
97
98
VII
100
101
102
103
104
105
106
107
108
109
110
111
112
113
VIII
115
116
117
118
119
120
121
IX
123
Kota Pekanbaru
Provinsi Riau Kepulauan
Kab. Bintan
Kab. Natuna
Kab. Karimun
Kota Batam
Kota Tanjung Pinang
Kab. Lingga
Provinsi Jambi
Kab. Batanghari
Kab. Bungo
Kab. Kerinci
Kab. Merangin
Kab. Muaro Jambi
Kab. Sarolangun
Kab. Tanjung Jabung Barat
Kab. Tanjung Jabung Timur
Kab. Tebo
Kota Jambi
Provinsi Sumatera Selatan
Kab. Lahat
Kab. Musi Banyuasin
Kab. Musi Rawas
Kab. Muara Enim
Kab. Ogan Komering Ilir
Kab. Ogan Komering Ulu
Kota Palembang
Kota Pagar Alam
Kota Lubuk Linggau
Kota Prabumulih
Kab. Banyuasin
Kab. Ogan Ilir
Kab. OKU Timur
Kab. OKU Selatan
Provinsi Bangka Belitung
Kab. Bangka
Kab. Belitung
Kota Pangkal Pinang
Kab. Bangka Selatan
Kab. Bangka Tengah
Kab. Bangka Barat
Kab. Belitung Timur
Provinsi Bengkulu
Kab. Bengkulu Selatan
2.335
41.395
2.433
10.864
5.602
2.320
9.747
10.429
123.973
12.843
11.601
17.495
12.929
12.764
13.329
2.509
12.959
13.430
14.114
187.262
18.292
14.251
21.752
2.642
21.723
15.911
2.569
10.752
9.843
13.102
16.703
12.235
16.457
11.030
100.570
19.194
13.792
14.308
12.692
13.179
14.505
12.900
144.131
20.166
19
www.bphn.go.id
124
125
126
127
128
129
130
131
X
133
134
135
136
137
138
139
140
141
142
XI
XII
145
146
147
148
149
150
151
152
153
154
155
156
157
158
159
160
161
162
163
164
165
166
167
Kab. Bengkulu Utara
Kab. Rejang Lebong
Kota Bengkulu
Kab. Kaur
Kab. Seluma
Kab. Mukomuko
Kab. Lebong
Kab. Kepahiang
Provinsi Lampung
Kab. Lampung Barat
Kab. Lampung Selatan
Kab. Lampung Tengah
Kab. Lampung Utara
Kab. Lampung Timur
Kab. Tanggamus
Kab. Tulang Bawang
Kab. Way Kanan
Kota Bandar Lampung
Kota Metro
Provinsi DKI Jakarta
Provinsi Jawa Barat
Kab. Bandung
Kab. Bekasi
Kab. Bogor
Kab. Ciamis
Kab. Cianjur
Kab. Cirebon
Kab. Garut
Kab. Indramayu
Kab. Karawang
Kab. Kuningan
Kab. Majalengka
Kab. Purwakarta
Kab. Subang
Kab. Sukabumi
Kab. Sumedang
Kab. Tasikmalaya
Kota Bandung
Kota Bekasi
Kota Bogor
Kota Cirebon
Kota Depok
Kota Sukabumi
Kota Cimahi
19.906
15.439
15.013
14.341
14.655
12.959
13.183
18.469
201.151
16.540
32.403
21.322
23.869
29.060
22.433
14.013
14.774
16.135
10.602
0,000
445.878
3.672
2.653
3.193
52.750
47.170
2.753
51.948
2.834
2.632
30.487
18.271
17.112
35.618
50.365
18.050
31.417
2.488
2.301
5.962
12.595
2.375
10.747
10.273
20
www.bphn.go.id
168
169
XIII
171
172
173
174
175
176
XIV
178
179
180
181
182
183
184
185
186
187
188
189
190
191
192
193
194
195
196
197
198
199
200
201
202
203
204
205
206
207
208
209
210
211
Kota Tasikmalaya
Kota Banjar
Provinsi Banten
Kab. Lebak
Kab. Pandeglang
Kab. Serang
Kab. Tangerang
Kota Cilegon
Kota Tangerang
Provinsi Jawa Tengah
Kab. Banjarnegara
Kab. Banyumas
Kab. Batang
Kab. Blora
Kab. Boyolali
Kab. Brebes
Kab. Cilacap
Kab. Demak
Kab. Grobogan
Kab. Jepara
Kab. Karanganyar
Kab. Kebumen
Kab. Kendal
Kab. Klaten
Kab. Kudus
Kab. Magelang
Kab. Pati
Kab. Pekalongan
Kab. Pemalang
Kab. Purbalingga
Kab. Purworejo
Kab. Rembang
Kab. Semarang
Kab. Sragen
Kab. Sukoharjo
Kab. Tegal
Kab. Temanggung
Kab. Wonogiri
Kab. Wonosobo
Kota Magelang
Kota Pekalongan
Kota Salatiga
Kota Semarang
Kota Surakarta
13.540
14.672
103.663
27.133
21.388
25.961
21.659
5.219
2.303
694.606
28.952
2.785
21.714
29.612
27.792
2.891
38.145
24.963
2.870
24.901
22.783
28.344
26.037
26.670
19.328
20.761
31.505
23.307
2.659
22.373
23.138
20.398
22.298
20.789
20.568
16.378
16.754
30.921
23.675
10.470
13.801
10.629
10.764
12.877
21
www.bphn.go.id
212
XV
214
215
216
217
218
XVI
220
221
222
223
224
225
226
227
228
229
230
231
232
233
234
235
236
237
238
239
240
241
242
243
244
245
246
247
248
249
250
251
252
253
254
255
Kota Tegal
Provinsi DI Yogyakarta
Kab. Bantul
Kab. Gunung Kidul
Kab. Kulon Progo
Kab. Sleman
Kota Yogyakarta
Provinsi Jawa Timur
Kab. Bangkalan
Kab. Banyuwangi
Kab. Blitar
Kab. Bojonegoro
Kab. Bondowoso
Kab. Gresik
Kab. Jember
Kab. Jombang
Kab. Kediri
Kab. Lamongan
Kab. Lumajang
Kab. Madiun
Kab. Magetan
Kab. Malang
Kab. Mojokerto
Kab. Nganjuk
Kab. Ngawi
Kab. Pacitan
Kab. Pamekasan
Kab. Pasuruan
Kab. Ponorogo
Kab. Probolinggo
Kab. Sampang
Kab. Sidoarjo
Kab. Situbondo
Kab. Sumenep
Kab. Trenggalek
Kab. Tuban
Kab. Tulungagung
Kota Blitar
Kota Kediri
Kota Madiun
Kota Malang
Kota Mojokerto
Kota Pasuruan
Kota Probolinggo
12.754
76.618
19.689
23.694
18.178
2.598
12.459
718.087
24.426
26.335
29.418
2.758
13.433
11.931
27.665
14.508
2.709
35.190
18.415
18.409
21.017
45.252
25.914
30.205
25.088
23.493
27.976
37.506
28.447
17.896
29.827
2.484
18.280
2.778
24.143
10.986
26.301
12.294
8.245
9.855
11.789
10.249
16.912
11.711
22
www.bphn.go.id
256
257
XVII
259
260
261
262
263
264
265
266
267
268
269
270
XVIII
272
273
274
275
276
277
278
279
280
281
282
283
284
285
XIX
287
288
289
290
291
292
293
294
295
296
297
298
299
Kota Surabaya
Kota Batu
Provinsi Kalimantan Barat
Kab. Bengkayang
Kab. Landak
Kab. Kapuas Hulu
Kab. Ketapang
Kab. Pontianak
Kab. Sambas
Kab. Sanggau
Kab. Sintang
Kota Pontianak
Kota Singkawang
Kab. Sekadau
Kab. Melawi
Provinsi Kalimantan Tengah
Kab. Barito Selatan
Kab. Barito Utara
Kab. Kapuas
Kab. Kotawaringin Barat
Kab. Kotawaringin Timur
Kota Palangkaraya
Kab. Barito Timur
Kab. Murung Raya
Kab. Pulang Pisau
Kab. Gunung Mas
Kab. Lamandau
Kab. Sukamara
Kab. Katingan
Kab. Seruyan
Provinsi Kalimantan Selatan
Kab. Banjar
Kab. Barito Kuala
Kab. Hulu Sungai Selatan
Kab. Hulu Sungai Tengah
Kab. Hulu Sungai Utara
Kab. Kota Baru
Kab. Tabalong
Kab. Tanah Laut
Kab. Tapin
Kota Banjar Baru
Kota Banjarmasin
Kab. Balangan
Kab. Tanah Bumbu
2.455
11.787
217.375
15.499
17.839
21.419
18.683
22.951
19.207
23.390
19.445
15.727
15.257
14.483
13.475
183.213
13.826
12.949
20.179
16.860
7.404
15.813
12.306
8.201
14.454
12.435
10.964
12.041
13.001
12.780
190.633
22.963
21.040
18.972
20.155
13.905
7.187
8.060
7.296
13.167
11.753
20.428
13.208
12.499
23
www.bphn.go.id
XX
301
302
303
304
305
306
307
308
309
310
311
312
313
XXI
315
316
317
318
319
320
321
322
323
XXII
325
326
327
328
329
XXIII
331
332
333
334
335
336
337
338
339
340
XXIV
342
343
Provinsi Kalimantan Timur
Kab. Berau
Kab. Bulungan
Kab. Kutai Kartanegara
Kab. Kutai Barat
Kab. Kutai Timur
Kab. Malinau
Kab. Nunukan
Kab. Pasir
Kota Balikpapan
Kota Bontang
Kota Samarinda
Kota Tarakan
Kab. Penajam Paser Utara
Provinsi Sulawesi Utara
Kab. Bolaang Mongondow
Kab. Minahasa
Kab. Sangihe
Kota Bitung
Kota Manado
Kab. Kepulauan Talaud
Kab. Minahasa Selatan
Kota Tomohon
Kab. Minahasa Utara
Provinsi Gorontalo
Kab. Boalemo
Kab. Gorontalo
Kota Gorontalo
Kab. Pohuwato
Kab. Bone Bolango
Provinsi Sulawesi Tengah
Kab. Banggai
Kab. Banggai Kepulauan
Kab. Buol
Kab. Toli-Toli
Kab. Donggala
Kab. Morowali
Kab. Poso
Kota Palu
Kab. Parigi Moutong
Kab. Tojo Una Una
Provinsi Sulawesi Selatan
Kab. Bantaeng
Kab. Barru
72.490
2.365
2.327
2.433
15.344
10.879
12.105
13.601
2.351
2.206
2.233
2.296
2.156
2.194
184.260
22.227
21.624
26.973
13.627
16.255
18.617
19.709
21.603
23.625
73.986
13.726
17.578
14.659
13.511
14.512
166.312
18.913
17.632
13.027
15.039
23.952
16.022
15.158
14.258
17.988
14.323
399.754
14.100
15.104
24
www.bphn.go.id
344
345
346
347
348
349
350
351
352
353
354
355
356
357
358
359
360
361
362
363
364
XXV
366
367
368
369
370
XXVI
372
373
374
375
376
377
378
379
380
381
XXVII
383
384
385
386
387
Kab. Bone
Kab. Bulukumba
Kab. Enrekang
Kab. G o w a
Kab. Jeneponto
Kab. Luwu
Kab. Luwu Utara
Kab. M a r o s
Kab. Pangkajene Kepulauan
Kab. Pinrang
Kab. Selayar
Kab. Sidenreng Rappang
Kab. Sinjai
Kab. Soppeng
Kab. Takalar
Kab. Tana Toraja
Kab. Wajo
Kota Pare-pare
Kota Makassar
Kota Palopo
Kab. Luwu Timur
Provinsi Sulawesi Barat
Kab. Majene
Kab. Mamuju
Kab. Polewali Mandar
Kab. Mamasa
Kab. Mamuju Utara
Provinsi Sulawesi Tenggara
Kab. Buton
Kab. Konawe
Kab. Kolaka
Kab. Muna
Kota Kendari
Kota Bau-bau
Kab. Konawe Selatan
Kab. Bombana
Kab. Wakatobi
Kab. Kolaka Utara
Provinsi Bali
Kab. Badung
Kab. Bangli
Kab. Buleleng
Kab. Gianyar
Kab. Jembrana
28.328
19.548
14.656
21.154
14.364
19.150
17.482
18.096
19.200
18.409
14.849
16.484
20.560
15.709
16.982
22.226
22.674
13.563
8.999
12.110
16.007
77.123
14.455
19.761
16.791
12.285
13.831
184.428
21.417
19.590
16.735
23.110
15.356
13.845
21.391
16.261
23.590
13.133
137.771
12.134
13.595
19.870
18.826
16.015
25
www.bphn.go.id
388
389
390
391
XXVIII
393
394
395
396
397
398
399
400
401
XXIX
403
404
405
406
407
408
409
410
411
412
413
414
415
416
417
418
XXX
420
421
422
423
424
425
426
427
XXXI
429
430
431
Kab. Karangasem
Kab. Klungkung
Kab. Tabanan
Kota Denpasar
Provinsi Nusa Tenggara Barat
Kab. Bima
Kab. Dompu
Kab. Lombok Barat
Kab. Lombok Tengah
Kab. Lombok Timur
Kab. Sumbawa
Kota Mataram
Kota Bima
Kab. Sumbawa Barat
Provinsi Nusa Tenggara Timur
Kab. Alor
Kab. Belu
Kab. Ende
Kab. Flores Timur
Kab. Kupang
Kab. Lembata
Kab. Manggarai
Kab. Ngada
Kab. Sikka
Kab. Sumba Barat
Kab. Sumba Timur
Kab. Timor Tengah Selatan
Kab. Timor Tengah Utara
Kota Kupang
Kab. Rote Ndao
Kab. Manggarai Barat
Provinsi Maluku
Kab. Maluku Tenggara Barat
Kab. Maluku Tengah
Kab. Maluku Tenggara
Kab. Pulau Buru
Kota Ambon
Kab. Seram Bagian Barat
Kab. Seram Bagian Timur
Kab. Kepulauan Aru
Provinsi Maluku Utara
Kab. Halmahera Tengah
Kab. Halmahera Barat
Kota Ternate
26
19.340
14.686
17.608
5.697
163.605
19.909
14.579
19.499
24.406
25.266
19.815
14.856
12.577
12.698
292.718
16.799
16.092
19.060
20.568
21.930
16.982
25.049
19.754
18.284
17.289
16.701
21.675
17.346
13.639
15.105
16.445
131.302
15.880
21.216
14.213
12.613
15.120
23.441
13.842
14.977
119.586
16.758
14.275
14.702
www.bphn.go.id
432
433
434
435
436
XXXII
438
439
440
441
442
443
444
445
446
447
448
449
450
451
452
453
454
455
456
457
XXXIII
459
460
461
462
463
464
465
466
467
468
469
470
471
472
473
474
475
Kab. Halmahera Timur
Kota Tidore Kepulauan
Kab. Kepulauan Sula
Kab. Halmahera Selatan
Kab. Halmahera Utara
Provinsi Papua
Kab. Biak Numfor
Kab. Jayapura
Kab. Jayawijaya
Kab. Merauke
Kab. Mimika
Kab. Nabire
Kab. Paniai
Kab. Puncak Jaya
Kab. Yapen Waropen
Kota Jayapura
Kab. Sarmi
Kab. Keerom
Kab. Yahukimo
Kab. Pegunungan Bintang
Kab. Tolikara
Kab. Boven Digoel
Kab. Mappi
Kab. Asmat
Kab. Waropen
Kab. Supiori
Provinsi Papua Barat
Kab. Sorong
Kab. Manokwari
Kab. Fak Fak
Kota Sorong
Kab. Sorong Selatan
Kab. Raja Ampat
Kab. Teluk Bintuni
Kab. Teluk Wondama
Kab. Kaimana
Kab. Pidie Jaya
Kota Subulussalam
Kab. Batu Bara
Kab. Empat Lawang
Kab. Bandung Barat
Kab. Kayong Utara
Kab. Konawe Utara
Kab. Buton Utara
13.317
14.545
14.858
14.563
16.568
306.641
20.150
14.430
20.534
17.476
13.912
12.793
11.172
13.577
15.168
19.145
11.504
16.189
13.023
15.959
14.709
14.594
13.592
16.197
13.818
18.699
187.439
12.338
15.367
12.152
13.914
14.143
17.481
11.796
15.207
12.619
3.485
3.426
6.327
3.241
0,000
3.210
3.845
3.643
27
www.bphn.go.id
476
477
478
479
480
481
482
483
484
Kab. Kep. Siau Tagulandang Biaro
Kota Kotamobagu
Kab. Bolaang Mongondow Utara
Kab. Minahasa Tenggara
Kab. Gorontalo Utara
Kab. Nagekeo
Kab. Sumba Barat Daya
Kab. Sumba Tengah
Kab. Memberamo Raya
7.022
3.670
4.018
3.508
2.995
4.065
3.898
3.329
2.740
7.015.420
MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL,
TTD.
BAMBANG SUDIBYO
Salinan sesuai dengan aslinya.
Biro Hukum dan Organisasi
Departemen Pendidikan Nasional,
Kepala Bagian Penyusunan Rancangan Peraturan
Perundang-undangan dan Bantuan Hukum I,
Muslikh, S.H.
NIP 131479478
28
www.bphn.go.id
SALINAN
LAMPIRAN III PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL
NOMOR 10 TAHUN 2008 TANGGAL 9 APRIL 2008
KESEPAKATAN BERSAMA PEMBIAYAAN PENDIDIKAN ANTARA MENTERI,
GUBERNUR DAN BUPATI/WALIKOTA
Daftar Pembagian Beban Pendanaan Rehabilitasi antara Depdiknas, Pemerintah
Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota
Klik disini
29
www.bphn.go.id
Download