ruu prakarsa pemerintah dalam prolegnas ruu prioritas

advertisement
RUU PRAKARSA PEMERINTAH DALAM PROLEGNAS RUU PRIORITAS TAHUN 2016 YANG BELUM SELESAI DIBAHAS
(LUNCURAN)
NO.
JUDUL RUU
1.
RUU tentang Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
2.
RUU tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan
Negara Bukan Pajak
RUU tentang Kekarantinaan Kesehatan
3.
4.
6.
RUU tentang Perubahan Kelima Atas UU Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum Dan
Tata Cara Perpajakan
RUU tentang Perubahan atas UU Nomor 15 Tahun 2003 tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2002 tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Terorisme menjadi Undang-Undang.
RUU tentang Penyelenggaraan Pemilihan Umum
7.
RUU tentang Kepalangmerahan
8.
RUU tentang Perubahan atas UU Nomor 18 Tahun 2002 tentang Sistem Nasional Penelitian,
Pengembangan, dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
RUU tentang Bea Materai
5.
9.
PEMRAKARSA
Kementerian Hukum dan HAM
Kementerian Keuangan
Kementerian Kesehatan
Kementerian Keuangan
Kementerian Hukum dan HAM
Kementerian Dalam Negeri
Kementerian Hukum dan HAM
Kementerian Riset, Teknologi dan
Pendidikan Tinggi
Kementerian Keuangan
10.
RUU tentang Perubahan atas UU Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan
Kementerian Hukum dan HAM
11.
12.
RUU tentang Narkotika dan Psikotropika
RUU tentang Perubahan atas UU Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi
Kementerian Hukum dan HAM
Kementerian Hukum dan HAM
KETERANGAN










Prolegnas RUU Prioritas Tahun 2015 dan 2016
Pembahasan Tingkat I di Komisi III DPR
Prolegnas RUU Prioritas Tahun 2015 dan 2016
Pembahasan Tingkat I di Komisi XI DPR
Prolegnas RUU Prioritas Tahun 2015 dan 2016
Pembahasan Tingkat I di Baleg
Prolegnas RUU Prioritas Tahun 2015 dan 2016
Persiapan Pembahasan Tingkat I di Komisi XI DPR
Prolegnas RUU Prioritas Tahun 2016
Pembahasan Tingkat I di Pansus DPR







Prolegnas RUU Prioritas Tahun 2016
Sudah disampaikan kepada DPR
Prolegnas RUU Prioritas Tahun 2016 perubahan
Sudah disampaikan kepada DPR
Prolegnas RUU Prioritas Tahun 2016
Sudah disampaikan kepada Presiden
Prolegnas RUU Prioritas Tahun 2015 perubahan
dan 2016 perubahan
Sudah disampaikan kepada Presiden
Prolegnas RUU Prioritas Tahun 2016 perubahan
Sudah disampaikan kepada Presiden
Prolegnas RUU Prioritas Tahun 2016 perubahan
Prolegnas RUU Prioritas Tahun 2016 perubahan





Prolegnas RUU Prioritas Tahun 2017_Usulan Pemerintah| 1
RUU USULAN BARU PEMERINTAH
NO.
1.
JUDUL RUU
RUU tentang Hubungan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Daerah
(Mengganti UU No. 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah
Pusat dan Daerah)
PEMRAKARSA
Kementerian Keuangan
MATERI YANG DIATUR
KETERANGAN
a. Latar belakang dan tujuan penyusunan RUU:
1. Beberapa kelemahan dalam implementasi desentralisasi fiskal
seperti:
a. Masih terdapat ketimpangan fiskal antar daerah;
b. Kualitas pelayanan publik masih belum memadai;
c. Terdapat ketimpangan pelayanan publik antar daerah;
d. Kualitas belanja daerah masih rendah.
2. Beberapa ketentuan mengenai sumber-sumber keuangan
daerah belum diatur dalam UU Perimbangan:
a. UU No. 39 Tahun 2007 tentang Cukai mengatur Dana Bagi
Hasil Cukai Tembakau;
b. UU No. 28 Tahun 2009 tentang PDRD, mengalihkan jenis
pajak pusat yang sebelumnya dibagihasilkan yaitu BPHTB,
PBB Perdesaan dan Perkotaan menjadi pajak daerah;
c. UU APBN menetapkan berbagai jenis dana alokasi ke daerah
(selain DBH, DAU, DAK), seperti Dana BOS, Tunjangan Guru,
Dana Insentif Daerah;
d. UU No. 21 Tahun 2001 dan UU No. 11 Tahun 2006 tentang
Otonomi Khusus yang mengatur dana otonomi khusus.





Prolegnas RUU Prioritas Tahun 2015
Prolegnas usulan perubahan 2016
Sudah ada NA
Sudah ada Draft RUU
Proses PAK baru dengan adanya
perubahan substansi
Tujuan Penyusunan:
1. Penyesuaian dengan UU No. 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah, mengingat substansi kedua UU
tersebut sangat terkait erat.
2. Isu pokok yang memerlukan adanya perbaikan kebijakan
melalui Revisi UU No. 33 Tahun 2004 adalah:
1) Pengendalian pemekaran daerah:
2) Perbaikan pengelolaan keuangan dan kontrol belanja
daerah:
3) Peningkatan kualitas SDM pengelola keuangan daerah:
4) Reformulasi sumber pendanaan daerah:
Prolegnas RUU Prioritas Tahun 2017_Usulan Pemerintah| 2
NO.
JUDUL RUU
PEMRAKARSA
MATERI YANG DIATUR
KETERANGAN
5) Surveillance kinerja keuangan daerah
6) Monitoring dan evaluasi kinerja Pemerintah Daerah oleh
Pemerintah Pusat, khususnya dalam hal keuangan
b. Sasaran yang ingin diwujudkan:
- Tersusunnya
peraturan
perundang-undangan
tentang
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah yang lebih sederhana dan komprehensif
(mengakomodir pengaturan dalam UU lain dan mengurangi PP
yang sifatnya normatif).
- Terwujudnya acuan hukum tentang Perimbangan Keuangan
antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah yang jelas,
tegas, dan aplikatif.
- Terwujudnya kepastian hukum pendanaan bagi daerah.
- Terlaksananya pengelolaan sumber daya penyelenggara
pelayanan publik yang efektif, tepat guna dan tepat sasaran
- Terwujudnya pengawasan dalam penyelenggaraan pelayanan
publik
- Terwujudnya peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan
pelayanan publik
c. Jangkauan dan arah pengaturan:
- Pemberian sumber keuangan negara kepada Pemerintahan
Daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi di dasarkan
atas pembagian urusan (money follows function);
- pemberian kewenangan yang lebih besar dalam pengenaan
pajak dan retribusi dan melakukan pinjaman.;
- Pengaturan mengenai dana perimbangan harus sesuai standar
pelayanan minimum (SPM);
- Pengaturan mengenai pengelolaan keuangan daerah harus
mengikuti prinsip-prinsip pengelolaan keuangan yang baik
seperti transparan, akuntabel, efisien dan efektif dan sejalan
dengan pengaturan keuangan negara.
Prolegnas RUU Prioritas Tahun 2017_Usulan Pemerintah| 3
NO.
2.
JUDUL RUU
RUU tentang Perubahan Harga Rupiah
PEMRAKARSA
MATERI YANG DIATUR
KETERANGAN
Kementerian Keuangan
a. Latar belakang dan tujuan penyusunan RUU:
Pada saat ini rupiah memiliki jumlah digit yang dinilai terlalu
banyak, sehingga menyebabkan inefisiensi dalam transaksi
ekonomi maupun dalam hal pencatatan perbukuan, yang
memerlukan sebuah kebijakan melalui penyerdehanaan jumlah
digit pada denominasi uang rupiah tanpa mengurangi nilai
tukarnya, harga maupun nilai Rupiah terhadap harga barang
dan/atau jasa;





Sudah ada NA
Sudah selesai Penyelarasan NA
Sudah ada Draft RUU
Sudah selesai PAK
Sudah selesai Harmonisasi
b. Sasaran yang ingin diwujudkan:
- Undang-Undang tentang Perubahan Harga Rupiah akan
menjangkau dan mengikat seluruh lapisan masyarakat terkait
dengan penyederhanaan jumlah digit uang dan kewajiban atau
larangan yang harus dipatuhi.Dapat menjadi suatu cara untuk
meningkatkan kepercayaan terhadap mata uang rupiah;
- Mendorong kredibilitas dengan negara lainnya, khususnya di
kawasan Asia, terkait dengan nilai rupiah;
- Mencegah terjadinya kendala teknis akibat jumlah digit yang
besar;
- Dapat menjadi kebijakan untuk mengantisipasi permasalahan
akibat nilai transaksi yang melampaui jumlah digit yang dapat
ditolerir oleh infrastruktur sistem pembayaran dan sistem
pencatatan transaksi, dan
Meningkatkan efisiensi transaksi perekonomian.
c. Jangkauan dan arah pengaturan:
- Menyusun kebijakan yang mendukung efisiensi perekonomian
untuk meningkatkan daya saing nasional dalam rangka
mewujudkan cita-cita luhur bangsa menuju masyarakat adil
dan makmur sesuai Pancasila dan UUD 1945.
- Memberikan dasar hukum pengaturan untuk penyebutan
rupiah dalam harga atau nilai barang dan/atau jasa; pencatatan
transaksi;
peraturan
perundang-undangan;
keputusan
pengadilan; perjanjian, surat berharga; akta; dokumen
Prolegnas RUU Prioritas Tahun 2017_Usulan Pemerintah| 4
NO.
3.
JUDUL RUU
RUU tentang Lembaga Pembiayaan
Pembangunan Indonesia
PEMRAKARSA
Kementerian Keuangan
MATERI YANG DIATUR
KETERANGAN
keuangan; bukti pembayaran dan dokumen lainnya.
a. Latar Belakang dan Tujuang Penyusunan RUU:
Untuk mempercepat pembangunan infrastruktur dan industri
jangka panjang tidak dapat selalu bergantung APBN, karena
keterbatasan APBN yang sangat tergantung pada pendapatan
pajak. Kondisi infrastruktur indonesia yang rendah tidak terlepas
dari masalah pendanaan. Berdasarkan proyeksi Bappenas untuk
Rencana Pemerintah Jangka Menengah 2015-2019, kebutuhan
pendanaan infrastruktur Indonesia mencapai Rp. 5.519 triliun.
Realitanya, belanja infrastruktur Pemerintah Indonesia setiap
tahun rata-rata hanya mencapai 3-4% dari total Growth Domestic
Bruto (GDP), dan masih bergantung pada dana APBN dan APBD,
sedangkan peran swasta belum signifikan. Sebagai contoh, belanja
infrastruktur dari APBN pada tahun 2013 hanya berkisar 2,3% dari
GDP atau sebesar Rp203 triliun. Sedangkan pembiayaan
infrastruktur yang bersumber dari APBD sebesar Rp96 triliun,
BUMN sebesar Rp77 triliun, dan dari sektor swasta hanya Rp60
triliun. Secara keseluruhan total anggaran untuk pembiayaan
infrastruktur dari berbagai sumber pendanaan APBN, APBD,
BUMN, dan swasta (perbankan dan non perbankan) adalah sebesar
4,72% dari GDP atau sebesar Rp438 triliun. Kondisi ini masih jauh
dari yang diharapkan
Tantangan yang dihadapi dalam pembiayaan infrastruktur di
Indonesia tidak terlepas dari karakteristik investasi di sektor
infrastruktur, yaitu: (1). Proyek infrastruktur yang sifatnya jangka
panjang (long term loan) antara 10 sampai dengan 40 tahun,
sehingga perlu pertimbangan yang sangat mendalam bagi
investor/financier untuk melakukan investasi di sektor
infrastruktur; (2). Risiko yang lebih tinggi (high risk) dibandingkan
investasi lainnya dan risiko yang berada di luar kendali investor
seperti kegagalan konstruksi; (3). Rendahnya internal rate of return
(IRR) dimana umumnya tarif ditentukan oleh pemerintah sehingga
minat investor untuk berinvestasi rendah; (4). Kebutuhan
pendanaan atas suatu proyek yang besar (capital intensive)






Prolegnas usulan perubahan 2016
Sudah ada NA
Sudah selesai Penyelarasan NA
Sudah ada Draft RUU
Sudah selesai PAK
Proses Harmonisasi
Prolegnas RUU Prioritas Tahun 2017_Usulan Pemerintah| 5
NO.
JUDUL RUU
PEMRAKARSA
MATERI YANG DIATUR
KETERANGAN
sehingga kesulitan dalam mencari investor untuk pembiayaan
proyek dan juga dukungan modal dari pemerintah terkendala dari
keterbatasan kapasitas fiskal pada APBN atau APBD.
b. Sasaran yang ingin diwujudkan:
- Adanya kejelasan dukungan permodalan, penjaminan serta
fasilitas lainnya yang diberikan pemerintah, khususnya
pembiayaan di sektor-sektor dimana lembaga keuangan bank
dan bukan bank tidak dapat melakukan pembiayaan.
- Membentuk sebuah lembaga pembiayaan yang mampu
mengatasi hambatan-hambatan dalam pembangunan nasional,
terutama pada sektor infrastruktur dan industri, antara lain:
 mengurangi exposure/beban yang harus ditanggung APBN
dalam mencapai tujuan pembangunan nasional; dan
 menjadi katalisator pembiayaan pembangunan, sehingga
menarik minat lembaga keuangan lainnya untuk
memberikan pembiayaan pada pembangunan nasional.
c. Jangkauan dan Arah Pengaturan:
- Subyek pembiayaan dari LPPI akan menjangkau pembiayaan
terhadap badan usaha, pelaku usaha, pemerintah daerah, yang
fokus dalam pembangunan infrastruktur dan industri.
- Pada sisi sektoral, pengaturan dalam Undang-Undang ini akan
mencakup pembiayaan terhadap infrastruktur dan industri di
berbagai sektor. Sektor-sektor pada bidang infrastruktur
terkait, antara lain infrastruktur transportasi, jalan,
infrastruktur ketenagalistrikan, infrastruktur air minum dan
infrastruktur pengolahan persampahan. Sektor-sektor pada
bidang industri terkait, antara lain Industri Pangan, Industri
Farmasi, Kosmetik, dan Alat Kesehatan, Industri Tekstil, Kulit,
Alas Kaki, dan Aneka dan Industri Alat Transportasi
4.
RUU tentang Pemasyarakatan
Kementerian Hukum dan
a. Latar belakang dan tujuan penyusunan RUU;
- Adanya perluasan peran dan tanggung jawab Direktorat
 Sudah ada NA
Prolegnas RUU Prioritas Tahun 2017_Usulan Pemerintah| 6
NO.
JUDUL RUU
PEMRAKARSA
HAM
MATERI YANG DIATUR
KETERANGAN
Jenderal Pemasyarakatan yang sebelumnya peran dan tanggung
jawabnya terbatas pada lembaga pemasyarakatan, kemudian
bergeser mengelola lembaga-lembaga baru yang merupakan
perintah dari KUHAP seperti Lembaga Rutan, lembaga Rupbasan
dan Lembaga Bapas yang bergerak sejak tahap pra adjudikasi
hingga purna adjudikasi, dimana lembaga-lembaga tersebut
memiliki tujuan, daya kerja dan pengorganisasian sendiri yang
berbeda dengan lembaga pemasyarakatan. Mengingat lembagalembaga baru ini tidak berada dibawah lembaga
pemasyarakatan karena memiliki tujuan, daya kerja dan
organisasi yang berbeda.
- Dengan adanya sub-sub system tersebut, yang sudah berperan
mulai dari pra adjudikasi, adjudikasi dan purna adjudikasi,
mengakibatkant perubahan atas definisi sistem pemasyaraktan.
 Sudah ada Draft RUU
 Sudah selesai PAK
 Proses Harmonisasi
b. Sasaran yang ingin diwujudkan;
- Mewujudkan penegasan kewajiban negara dalam
memenuhi,menghormati dan melindungi.
- Menegaskan kedudukan pemasyarakatan dalam Sistem
Peradilan Pidana Terpadu/Criminal Justice System (Posisi
pemasyarakatan tidak hanya diakhir, tetapi dimulai dari fase
pra adjudikasi, adjudikasi dan purna adjudikasi)
- Menegaskan pemasyarakatan sebagai satu kesatuan sistem.
- Menjamin efektif dan efisien dalam pelaksanaan tugasnya.
c. Jangkauan dan arah pengaturan:
Dalam UU No. 12 Tahun 1995, pemasyaraktan hanya diartikan
terbatas pada lembaga pemasyarakatan yang berada pada fase
terakhir (post adjudikasi) dari proses penegakan hukum namun
dengan kedudukan pemasyarakatan sebagai bagian yang integral
dari sistem peradilan Pidana maka akan menemui perluasan peran
dan tanggungjawab. Oleh karena itu subsistem pemasyarakatan
sebagai salah satu subsistem dalam peradilan pidana dimulai dari
Pra adjudikasi, adjudikasi dan purna adjudikasi. Pada awalnya
Prolegnas RUU Prioritas Tahun 2017_Usulan Pemerintah| 7
NO.
JUDUL RUU
PEMRAKARSA
MATERI YANG DIATUR
KETERANGAN
hanya mengatur Lapas dan Bapas sekarang meluas hingga
Rupbasan, Rutan.
5.
RUU tentang Pembatasan Transaksi Uang
Kartal
Kementerian Hukum dan
HAM
a. Latar Belakang Penyusunan
Perkembangan tranaksi modern menghendaki adanya transaksi
lebih cepat, pengurangan penggunaan uang kartal, dan
memudahkan pelacakan kembali atas suatu transaksi dengan
akurat.




Sudah ada NA
Sudah ada Draft RUU
Sudah selesai PAK
Sudah selesai Harmonisasi
b. Sasaran
Terwujudnya transaksi keuangan yang lebih efisien, aman,
cepat, modern dan tercatat dalam sistem keuangan dan sistem
pembayaran serta mendorong terwujudnya less cash society.
Pengaturan tersebut juga akan bermanfaat untuk mempersempit
ruang gerak penggunaan transaksi tunai untuk mencegah
pencucian uang hasil tindak pidana, misalnya korupsi, narkoba dan
lain sebagainya.
6.
RUU tentang Perubahan atas UndangUndang Nomor 5 Tahun 1990 tentang
Konservasi SDA Hayati dan Ekosistem
Kementerian Lingkungan
Hidup dan Kehutanan
c. Arah dan Jangkauan
Seluruh transaksi yang dilakukan setiap orang atau badan
hukum di dalam dan dari wilayah Indonesia. Pengecualian
diberikan terhadap transaksi tunai yang berdasarkan APBN
dan/atau APBD serta transaksi yang bersifat intensive cash.
Adapun arah pengaturannya adalah penguatan kerangka hukum,
peningkatan pengawasan di sektor keuangan, untuk mewujudkan
efisiensi transaksi serta membangun rezim anti pencucian uang
yang efektif.
a. Latar Belakang dan Tujuang Penyusunan RUU:
 Prolegnas usulan perubahan 2016
Penyelenggaraan perlindungan hutan dan konservasi alam  Sudah ada NA
bertujuan untuk menjaga kawasan hutan dan lingkungannya agar  Sudah ada Draft awal RUU (Belum PAK)
fungsi lindung, fungsi konservasi, dan fungsi produksi, tercapai
secara optimal dan lestari. Sebagai kawasan yang berperan
sebagai pertahanan terakhir pelestarian biodiversitas dan
ekosistem di Indonesia, kawasan konservasi atau KPH-Konservasi
Prolegnas RUU Prioritas Tahun 2017_Usulan Pemerintah| 8
NO.
JUDUL RUU
PEMRAKARSA
MATERI YANG DIATUR
KETERANGAN
merupakan kawasan dimana fungsi 3P
Pemanfaatan dan Pengawetan) diprioritaskan.
(Perlindungan,
b. Sasaran yang ingin diwujudkan:
- Meningkatkan kualitas fungsi dan kelestarian hutan konservasi
serta keanekaragaman hayati di dalamnya.
- Meningkatkan 10% jumlah populasi dari 25 species terancam
punah dengan tahun dasar 2013.
- Terbentuknya KPHK sebanyak 50 unit.
- Meningkatkan kesadaran masyarakat akan nilai-nilai
keekonomian KEHATI.
- Menyempurnakan panduan mengenai langkah-langkah untuk
pengelolaan dan pemanfaatan KEHATI secara berkelanjutan.
- Meningkatnya kapasitas sumber daya manusia dalam
pemanfaatan keekonomian keanekaragaman hayati (KEHATI)
dan jasa lingkungan secara berkelanjutan untuk sumber bahan
baku dari sandang pangan, papan, obat-obatan, kosmetik,
energi alternatif, dan ekowisata.
- Termanfaatkannya produk hasil keanekaragaman hayati dan
jasa lingkungan secara optimal, adil, dan lestari bagi
kesejahteraan masyarakat.
- Terwujudnya peluang untuk pengembangan dan pemanfaatan
teknologi pada kegiatan konservasi dan pemanfaatan
keanekaragaman hayati dan jasa lingkungan
secara
berkelanjutan.
- Meningkatnya jumlah kerja sama jasa lingkungan untuk
meningkatkan nilai transaksi dan penerimaan negara dari
pemanfaatan jasa lingkungan kawasan hutan khususnya dari
jasa lingkungan air, karbon, pariwisata alam, dan
bioprospecting untuk produksi obat-obatan, kosmetika dan
bahan makanan
- Meningkatnya Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) dari
ekspor tanaman dan satwa liar serta bioprospecting.
Prolegnas RUU Prioritas Tahun 2017_Usulan Pemerintah| 9
NO.
JUDUL RUU
PEMRAKARSA
MATERI YANG DIATUR
KETERANGAN
c. Jangkauan dan Arah Pengaturan:
- memberikan kewenangan dan keleluasan bagi pengelola
kawasan Hutan Konservasi di tingkat tapak untuk melindungi
kawasan Hutan Konservasi, meningkatkan kualitas habitat
Hutan Konservasi, mengawetkan spesies serta sumber daya
genetik dan mendorong terselenggaranya pemanfaatan jasa
lingkungan Hutan Konservasi sehingga dapat memberikan
manfaat ekonomi bagi masyarakat sekitar dan di dalam
kawasan Hutan Konservasi.
- Selain itu disempurnakan dengan memasukkan beberapa
aturan prinsip dimana kebijakan pengelolaan kawasan
konservasi harus memberikan ruang pada keterlibatan
Pemerintah Daerah secara lebih substantif, dan peran
Pemerintah Pusat diarahkan sebagai fasilitator
- peran serta masyarakat yang genuine, akses informasi,
pengakuan dan jaminan atas hak-hak masyarakat adat dan
masyarakat lokal, pengakuan dan penghargaan terhadap
institusi-institusi lokal dan pelibatan institusi tersebut di dalam
pengelolaan kawasan konservasi, serta penegakan hukum.
7.
RUU tentang Perubahan atas UndangUndang Nomor 37 Tahun 1999 tentang
Hubungan Luar Negeri
Kementerian Luar Negeri a. Latar belakang dan tujuan penyusunan RUU:
Ketentuan yang terdapat dalam Undang-Undang Hubungan
Luar Negeri sudah tidak sesuai dengan kondisi saat ini, mengingat
banyak hal yang belum diatur, susunan ketentuan yang tidak
teratur dan perlu penjelasan lebih lanjut.
b. Sasaran yang ingin diwujudkan:
Menyempurnakan beberapa pasal dalam Undang-Undang
Hubungan Luar Negeri yang seringkali menjadi persoalan dalam
pelaksanaan, seperti:
1. Definisi “hubungan luar negeri” yang terlampau luas dan
definisi “politik luar negeri” yang sempit;
2. Organisasi, tata kerja dan struktur Perwakilan Republik
Indonesia;
Prolegnas RUU Prioritas Tahun 2017_Usulan Pemerintah| 10
NO.
JUDUL RUU
PEMRAKARSA
MATERI YANG DIATUR
KETERANGAN
3. Mekanisme keanggotaan Indonesia dalam organisasi
internasional;
4. Pengaturan pengiriman pasukan pemeliharaan perdamaian;
5. Pengaturan pendirian lembaga kebudayaan, lembaga
persahabatan, badan promosi dan lembaga atau badan
Indonesia;
6. Ruang lingkup “kekebalan”, “hak istimewa” dan
“pembebasan”;
7. Perlindungan Warga Negara Indonesia;
8. Pengaturan fungsi kekonsuleran;
9. Pengaturan mengenai pengangkatan Duta Besar; dan
10. Status Pejabat Dinas Luar Negeri dalam tataran sistem
kepegawaian pemerintah.
c. Jangkauan dan Arah Pengaturan:
1. Redefinisi “hubungan luar negeri”;
2. Pengaturan yang jelas mengenai tugas, pokok dan fungsi
perwakilan Republik Indonesia di luar negeri;
3. Kewenangan Kementerian Luar Negeri dan Kementerian
Dalam Negeri dalam pelaksanaan hubungan luar negeri oleh
daerah;
4. Mekanisme keanggotaan Indonesia dalam organisasi
internasional;
5. Mekanisme keanggotaan Indonesia dalam organisasi
internasional;
6. Pengaturan pengiriman pasukan pemeliharaan perdamaian;
7. Pengaturan pendirian lembaga kebudayaan, lembaga
persahabatan, badan promosi dan lembaga atau badan
Indonesia;
8. Pengaturan mengenai “kekebalan”, “hak istimewa” dan
“pembebasan”;
9. Perlindungan Warga Negara Indonesia di luar negeri;
10. Pengaturan fungsi kekonsuleran;
11. Pengaturan mengenai pengangkatan Duta Besar; dan
Prolegnas RUU Prioritas Tahun 2017_Usulan Pemerintah| 11
NO.
8.
JUDUL RUU
RUU tentang Rahasia negara
PEMRAKARSA
Kementerian Pertahanan
MATERI YANG DIATUR
12. Status Pejabat Dinas Luar Negeri dalam tataran sistem
kepegawaian pemerintah
13. Penanganan sengketa hukum yang melibatkan Pemerintah
Indonesia di lembaga peradilan asing maupun internasional;
dan
14. Peranan dan penyelenggaraan kerja sama teknis sebagai tool
of foreign policy.
a. Latar belakang dan tujuan penyusunan RUU:
Dengan mempertimbangkan hak asasi setiap orang untuk
memperoleh dan menyampaikan informasi, maka RUU tentang
Rahasia Negara membatasi jenis rahasia negara dalam bidangbidang tertentu, sehingga pejabat publik tidak dapat menetapkan
sendiri rahasia tanpa berdasarkan ketentuan undang-undang.
Pembatasan jenis rahasia negara dengan aturan yang lebih ketat
dan penetapan jadwal retensi rahasia negara yang diselaraskan
dengan ketentuan yang berlaku diberbagai negara dimaksudkan
untuk mewujudkan efisiensi pengelolaan rahasia negara dan
meringankan tugas dan tanggung jawab pejabat publik.
KETERANGAN






Prolegnas usulan perubahan 2016
Sudah ada NA
Sudah selesai Penyelarasan NA
Sudah ada Draft RUU
Sudah selesai PAK
Selesai Harmonisasi
b. Sasaran yang ingin diwujudkan:
Tersusunnya pengaturan tentang Rahasia Negara yang
komprehensif, kejelasan dan ketegasan, batasan antara mana
yang menjadi domain publik dan mana yang harus dirahasiakan
demi kepentingan bangsa. Kepastian hukum tersebut juga berarti
memperkecil/mempersempit daerah abu-abu (grey area) antara
informasi publik dan rahasia.
c. Jangkauan dan arah pengaturan:
- Memberikan kepastian dan kejelasan dalam menentukan
informasi yang rahasia atau informasi yang bukan rahasia;
- Memberikan perlakuan dantindakan yang sama atas suatu
informasi berdasarkan kesepakatan antara negara dan
masyarakat;
Prolegnas RUU Prioritas Tahun 2017_Usulan Pemerintah| 12
NO.
9.
JUDUL RUU
RUU tentang Pengelolaan Sumber Daya
Nasional Untuk Pertahanan
PEMRAKARSA
Kementerian Pertahanan
MATERI YANG DIATUR
- Pertimbangan-pertimbangan dalam menentukan suatu
kerahasiaan berfokus pada akibat yang ditimbulkan apabila
Rahasia Negara tersebut bocor;
a. Latar Belakang
Permasalahan pertahanan sangat kompleks sehingga
penyelesaiannya tidak hanya bertumpu pada kementerian yang
menangani pertahanan saja, melainkan juga tanggung jawab
seluruh instansi terkait, baik instansi pemerintah maupun
nonpemerintah.
KETERANGAN





Sudah ada NA
Sudah selesai Penyelarasan NA
Sudah ada Draft RUU
Sudah selesai PAK
Proses Harmonisasi





Prolegnas usulan perubahan 2016
Sudah ada NA
Sudah ada Draft RUU
Sudah selesai PAK
Sudah selesai Harmonisasi
b. Sasaran yang ingin diwujudkan :
Terwujudnya pelaksanaan penyelenggaraan pertahanan negara
sesuai dengan aturan hukum internasional yang berkaitan dengan
prinsip pembedaan perlakuan terhadap kombatan dan
nonkombatan, serta untuk penyederhanaan pengorganisasian
upaya bela negara.
c. Jangkauan dan arah Pengaturan
10.
RUU tentang Desain Industri
Kementerian Hukum dan
HAM
- Keikutsertaan warga negara dalam upaya bela negara
- Sumber Daya Alam, Sumber Daya Buatan, sarana dan
prasaranan nasional, baik sebagai komponen cadangan maupun
komponen pendukung.
a. Latar belakang dan tujuan penyusunan RUU:
- Menyesuaikan lebih lanjut terhadap perjanjian internasional
yang telah diratifikasi dan perjanjian internasional lainnya yang
akan diratifikasi (Hague Agreement);
- Menyesuaikan dengan perkembangan di tingkat internasional
yang dapat diterapkan di Indonesia;
- Mengatasi kendala dalam pelaksanaan.
b. Sasaran yang ingin diwujudkan:
-
untuk memajukan industri di Indonesia yang mampu bersaing
baik dalam lingkup perdagangan nasional maupun
Prolegnas RUU Prioritas Tahun 2017_Usulan Pemerintah| 13
NO.
JUDUL RUU
PEMRAKARSA
MATERI YANG DIATUR
KETERANGAN
internasional.
- agar tujuan ini dapat tercapai, maka perlu diciptakan iklim yang
mendorong kreasi dan inovasi masyarakat di bidang Desain
Industri sebagai bagian dari sistem Hak Kekayaan Intelektual;
- Peningkatan Perlindungan terhadap Pemegang Hak Desain
Industri;
- Terbentuknya UU tentang Desain Industri yang sesuai dengan
perkembangan kebutuhan hukum dalam masyarakat dan
standar internasional.
c. Jangkauan dan arah pengaturan:
-
-
-
pengaturan mengenai definisi Desain Industri agar lebih
sederhana dan jelas;
penyempurnaan lingkup kreasi yang dapat dimintakan
perlindungan;
penyempurnaan pengaturan pengertian sama atau mirip
dengan pembanding yang sudah ada;
penyempurnaan pengaturan mengenai lingkup pemegang hak;
penambahan pengaturan mengenai kriteria pelanggaran hak;
penyempurnaan pengaturan pembatasan lingkup Desain
Industri;
penambahan ketentuan yang mengakomodasikan mekanisme
pengajuan permohonan pendaftaran Desain Industri di tingkat
internasional;
penambahan ketentuan yang memungkinkan penambahan
jangka waktu perlindungan;
pengaturan mengenai Pemeriksaan Pendahuluan Desain
Industri yang mencakup pemeriksaaan yang berkaitan dengan
ketertiban umum dan moralitas, fungsi teknis (engineering
design), kemudahan kreasi, dan Desain Industri yang telah
diajukan;
pengaturan mengenai mekanisme pengajuan keberatan
terhadap penolakan atau pendaftaran hak Desain Industri
melalui Majelis Banding;
Prolegnas RUU Prioritas Tahun 2017_Usulan Pemerintah| 14
NO.
JUDUL RUU
PEMRAKARSA
MATERI YANG DIATUR
KETERANGAN
-
11.
RUU tentang Bahan Kimia
Kementerian
Perindustrian
pengaturan mengenai pembatasan hak untuk mencegah
kemungkinan timbulnya konflik antara pemegang hak Desain
Industri dengan pemegang HKI lainnya;
- penyempurnaan pengaturan mengenai penetapan sementara
dengan memasukkan hukum acara.
a. Latar belakang dan tujuan penyusunan RUU:
Latar Belakang:
- Bahan kimia merupakan bahan strategis, memiliki nilai tambah
dan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
- Pengelolaan dan penggunaan bahan kimia yang salah (misuse)
serta penyalahgunaan bahan kimia (abuse) berisiko terhadap
keselamatan dan keamanan.
- Pengaturan tentang pengelolaan bahan kimia selama ini
tersebar dalam berbagai instrumen hukum.
- Harmonisasi simbol/label dan pengelolaan bahan kimia pada
setiap simpul daur hidup sesuai kaidah Internasional (GHS &
SAICM).
- Amanah DPR RI agar RUU Bahan Kimia masuk dalam “Prolegnas
2010-2014”.






Prolegnas usulan perubahan 2016
Sudah ada NA
Sudah selesai Penyelarasan NA
Sudah ada Draft RUU
Sudah selesai PAK
Sudah selesai Harmonisasi
Tujuan Pembentukan:
- Mewujudkan sistem klasifikasi dan komunikasi Bahan Kimia
secara harmonis.
- Mengoptimalkan nilai tambah Bahan Kimia.
- Mencegah dan mereduksi risiko.
- Mewujudkan industri kimia hijau, berdaya saing, dan
berkesinambungan.
b. Sasaran yang ingin diwujudkan:
- Pengaturan tentang Pengelolaan bahan kimia dimaksudkan
pula untuk mendorong terciptanya program hilirisasi industri
kimia baik bahan kimia yang bersumber terbarukan maupun
tidak terbarukan, sebagaimana dituangkan dalam program
Prolegnas RUU Prioritas Tahun 2017_Usulan Pemerintah| 15
NO.
JUDUL RUU
PEMRAKARSA
MATERI YANG DIATUR
KETERANGAN
MP3EI (Master Plan Percepatan dan Perluasan Pembangunan
Ekonomi Indonesia).
- Mendorong penguasaan Riset dan Teknologi untuk
meningkatkan nilai tambah produk kimia dan daya saing
industri serta mewujudkan industri hijau yang berkelanjutan.
c. Jangkauan dan arah pengaturan:
12.
RUU tentang Perlindungan Data Pribadi
Kementerian Komunikasi
dan Informatika
a.
-
-
-
- Sistem klasifikasi, komunikasi bahaya dan risiko, serta kemasan
bahan kimia.
- Pengelolaan bahan kimia pada setiap simpul daur hidup.
- Keselamatan dan keamanan kimia pada setiap simpul daur
hidup.
- Kewenangan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.
- Riset dan pengembangan.
Latar Belakang dan Tujuan Penyusunan RUU :
Data pribadi merupakan hak dasar manusia yang harus
dilindungi keberadaannya (Pasal 28G ayat (1) UUD NRI Tahun
1945). Perlindungan data pribadi di sektor keuangan, sektor
telekomunikasi, pendidikan, kesehatan, dan demografis yang
memadai akan mampu memberikan kepercayaan masyarakat
terkait pengelolaan data dan informasi pribadi tanpa takut
disalahgunakan atau dilanggar haknya
Tidak adanya suatu UU yang secara komprehensif mengatur
mengenai privasi atas data pribadi, sedangkan perlindungan
privasi lainnya sudah tersebar dalam berbagai Peraturan
perundang-undangan.
Kurangnya kesadaran masyarakat akan arti pentingnya
melindungi privasi.




Sudah ada NA
Sudah ada Draft RUU
Sudah selesai PAK
Proses Harmonisasi
b. Sasaran yang ingin diwujudkan :
Memberikan dasar hukum bagi pemerintah, masyarakat dan
pelaku usaha terkait perlindungan data pribadi warga negara.
c. Jangkauan dan Arah Pengaturan :
Prolegnas RUU Prioritas Tahun 2017_Usulan Pemerintah| 16
NO.
13.
JUDUL RUU
RUU tentang Pajak Penghasilan
PEMRAKARSA
Kementerian Keuangan
MATERI YANG DIATUR
- Definisi yang jelas mengenai data pribadi,
- Prinsip-prinsip Perlindungan Data dan Informasi Pribadi,
- Pengecualian Terhadap Perlindungan Data dan Informasi
Pribadi,
- Hak-hak Pemilik Data dan Informasi Pribadi,
- Kewajiban Pengelola Data dan Informasi Pribadi,
- Komisi Perlindungan Data dan Informasi Pribadi,
- Perbuatan yang dilarang, Transfer data dan Informasi Pribadi,
(Kerjasama Internasional), (Ketentuan denda dan pidana),
(Ketentuan Penutup)
a. Latar belakang dan tujuan penyusunan RUU:
Pertumbuhan perekonomian domestik dan ekonomi global
telah memicu beberapa perubahan yang cukup signifikan dalam
perekonomian Indonesia. Perubahan ekonomi domestik dapat
diklasifikasikan menjadi dua bagian besar yaitu: (1) perubahan
yang disebabkan oleh pembentukan entitas baru berdasarkan
undang-undang dan perubahan yang disebabkan oleh
perkembangan transaksi ekonomi. Perubahan yang disebabkan
oleh pembentukan badan/entitas baru berdasarkan undangundang misalnya pembentukan Otoritas Jasa Keuangan, Badan
Layanan Umum, Badan Usaha Milik Desa, Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial. Perubahan yang disebabkan oleh perkembangan
transaksi ekonomi misalnya on-line transaction, e-money. Halhal tersebut merupakan hal baru yang selama ini belum
diakomodasi dalam peraturan perpajakan Indonesia, khususnya
instrumen pajak penghasilan. (2). Perubahan perekonomian
domestik apabila tidak disikapi dengan perubahan peraturan,
baik terkait subjek pajak akibat terbentuknya entitas-entitas
baru maupun objek pajaknya terkait perkembangan transaksi
baru, dapat menyebabkan loss penerimaan pajak yang pada
akhirnya menyebabkan tax ratio Indonesia tetap rendah.
KETERANGAN
 Prolegnas usulan perubahan 2016
 Sudah ada NA
 Sudah ada Draft RUU
b. Sasaran yang ingin diwujudkan:
Dalam rangka menyesuaikan dengan kebutuhan, situasi dan
Prolegnas RUU Prioritas Tahun 2017_Usulan Pemerintah| 17
NO.
JUDUL RUU
PEMRAKARSA
MATERI YANG DIATUR
KETERANGAN
kondisi masyarakat serta untuk mewujudkan sistem perpajakan di
bidang Pajak Penghasilan yang harmonis agar dapat lebih
memberikan keadilan, kepastian hukum dan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat perlu dilakukan penyempurnaan
terhadap Undang-Undang Pajak Penghasilan yang berlaku saat ini.
14.
RUU tentang Pajak Pertambahan Nilai dan
Penjualan Barang Mewah
Kementerian Keuangan
c. Jangkauan dan Arah pengaturan
Secara garis besar beberapa muatan pengaturan dalam
Undang-Undang Pajak Penghasilan perlu diharmonisasikan antara
lain mengenai definisi, subjek pajak, objek pajak, tarif pajak,
konsep biaya, dan hal-hal yang terkait dengan perpajakan
internasional (khususnya terkait General Anti Avoidance Rules dan
Specific Anti Avoidance Rules).
 Prolegnas usulan perubahan 2016
a. Latar Belakang
Dalam memenuhi target penerimaan PPN di masa yang akan  Sudah ada NA
datang, Pemerintah akan menghadapi tantangan-tantangan yang  Sudah ada Draft RUU
tidak ringan. Selain karena tingginya angka penerimaan yang
hendak dicapai, pengenaan PPN juga sangat dipengaruhi oleh
perkembangan kegiatan bisnis baik regional maupun
internasional. Perkembangan ekonomi global yang sangat pesat
telah menghilangkan batas-batas yuridiksi yang sebelumnya
menjadi penghambat dalam transaksi bisnis antar negara. Selain
itu, penggunaan dan perkembangan e-commerce telah
menciptakan jenis dan pola transaksi baru yang sama sekali
berbeda dengan jenis dan pola yang ada sebelumnya. Lebih lanjut,
hal lain yang juga harus mendapatkan perhatian yang besar
adalah penerapan prinsip-prinsip pemungutan pajak yang baik
yang mengedepankan keadilan, kepastian hukum, dan
kesederhanaan.
b. Sasaran yang ingin diwujudkan :
- Terwujudnya VAT Efficiency Ratio yang optimal dalam rangka
menunjang penerimaan negara dari sektor pajak.
Prolegnas RUU Prioritas Tahun 2017_Usulan Pemerintah| 18
NO.
JUDUL RUU
PEMRAKARSA
MATERI YANG DIATUR
KETERANGAN
- Terwujudnya sistem administrasi PPN yang handal, terpercaya,
efektif, dan efisien dengan menggunakan teknologi informasi
terkini.
- Terwujudnya
peraturan
PPN
yang
mengakomodasi
perkembangan transaksi global, teknologi terkini, dan keadilan
atas hak dan kewajiban Wajib Pajak.
c. Jangkauan dan arah Pengaturan
- Penyempurnaan terkait Pengusaha Kena Pajak.
- Penyempurnaan terkait objek Pajak Pertambahan Nilai.
Penyempurnaan terkait Objek PPN dilakukan dengan cara:
 penyederhanaan objek PPN;
 perluasan objek PPN: penegasan atas objek PPN terkait
transaksi jasa keuangan;
 penyempurnaan lainnya terkait dengan objek PPN
 Penyempurnaan terkait tarif Pajak Pertambahan Nilai
 Penyempurnaan terkait Faktur Pajak
 Penyempurnaan terkait mekanisme Pajak Pertambahan
Nilai lainnya
Prolegnas RUU Prioritas Tahun 2017_Usulan Pemerintah| 19
RUU YANG AKAN DIUSULKAN KE DALAM PROLEGNAS JANGKA MENENGAH 2015-2019
NO.
1.
JUDUL RUU
PEMRAKARSA
RUU tentang Perubahan atas UndangUndang Nomor 14 Tahun 2005 tentang
Guru dan Dosen
Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan
MATERI YANG DIATUR
KETERANGAN
 Diluar Prolegnas jangka Menengah
2015-2019
Berakhirnya masa transisi 10 (sepuluh) tahun dalam pemenuhan
kualifikasi akademik dan sertifikat pendidik bagi guru dan dosen  Sudah ada NA
yang diamanatkan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang  Sudah ada draft RUU
Guru dan Dosen akan menyebabkan banyaknya jabatan guru dan
dosen berakhir dan/atau dialihungsikan ke dalam jabatan lain.
Selain itu, kebijakan dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005
tentang Guru dan Dosen seperti : peningkatan kualifikasi akademik
guru dan dosen, kebiakan mengenai sertifikasi guru, pengangkatan
guru dan dosen, peningkatan profesionalisme guru melalui
reformasi tunangan profesi, beban kerja guru, hari guru, dan
organisasi profesi dirasakn tidak lagi sesuai dengan tuntutan
pendidikan yang berkualitas.
a. Latar Belakang
b. Sasaran yang ingin diwujudkan :
Menjamin perluasan dan pemerataan akses, peningkatan mutu
dan relevansi, serta tata pemerintahan yang baik dan akuntabilitas
pendidikan yang mampu menghadapi tantangan sesuai dengan
tuntutan perubahan kehidupan local, nasional, dan global perlu
dilakukan pemberdayaan dan peningkatan mutu guru dan dosen
serta terencana, terarah, dan berkesinambungan.
c. Jangkauan dan arah Pengaturan
- Sertifikat pendidik
- tanggung awab Pemerintah dan pemerintah daerah, tunjangan
profesi, beban kerja hari guru nasional, organisasi profesi guru,
dan masa transisi pemenuhan kualifikasi akademik dan sertifikasi
pendidik.
Prolegnas RUU Prioritas Tahun 2017_Usulan Pemerintah| 20
NO.
2.
JUDUL RUU
RUU tentang Ketenaganukliran
PEMRAKARSA
Kementerian Riset,
Teknologi dan Pendidikan
Tinggi
MATERI YANG DIATUR
KETERANGAN
 Diluar Prolegnas jangka Menengah
2015-2019
Perjalanan Undang Undang Nomor 10 Tahun 1997 tentang
Ketenaganukliran selama 20 (dua puluh) tahun, masih diliputi  Sudah ada NA
dengan beberapa permasalahan antara lain belum secara  Sudah ada draft RUU
menyeluruh mengatur siklus ketenaganukliran, kebutuhan
perlindungan kepada masyarakat, dan potensi keadian terkait
keselamatan dan keamanan nuklir. Dalam kaitannya dengan
keamanan nuklir, sebagian besar dunia internasional
a. Latar Belakang
b. Sasaran yang ingin diwujudkan
Terwujudnya kesejahteraan dan kemakmuran rakyat serta
tercapainya kemampuan penguasaan teknologi nuklir.
c. Jangkauan dan arah Pengaturan
3.
RUU tentang Sanitasi
Kementerian Pekerjaan
Umum dan Perumahan
Rakyat
Mempertegas
dan memberikan kejelasan dalam hal
kewenangan penelitian dan pengembangan serta pemanfaaran dan
pengawasan, sekaligus mengoptimalkan pengawasan yang
ditujukan untuk lebih meningkatkan keselamatan nuklir.
 Diluar Prolegnas jangka Menengah
a. Latar Belakang
2015-2019
Belum optimalnya pelayanan Sanitasi di Indonesia, hal ini
tercermin dari peringkat Indonesia yang berada di urutan ke 6  Sudah ada NA
dari 9 negara di Asia Tenggara (Sumber: Data BAPPENAS Tahun  Sudah ada Draft RUU
2005), Pelayanan Sanitasi yang belum optimal tersebut berdampak
terhadap kerugian ekonomi yang di perkirakan sekitar 42,3 (Empat
Puluh Dua Koma Tiga) Triliun/tahun atau 2% (Dua Persen) dari
Gross Domestic Product (GDP) (Sumber: Studi ADB tahun 2008).
Berdasarkan kondisi tersebut maka perlu peraturan perundangundangan yang mengatur mengenai pengelolaan air limbah
domestik dan drainase untuk meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat, kualitas lingkungan hidup dan kesejahteraan
masyarakat.
Prolegnas RUU Prioritas Tahun 2017_Usulan Pemerintah| 21
NO.
JUDUL RUU
PEMRAKARSA
MATERI YANG DIATUR
KETERANGAN
b. Sasaran yang ingin diwujudkan
- Pengelolaan Air Limbah Domestik:
 meningkatkan akses masyarakat terhadap sarana sanitasi
yang baik;
 mengendalikan kualitas air limbah sebelum dibuang ke
lingkungan dengan cara:
 tidak membuang air limbah langsung ke lingkungan; dan
 tidak mencampur air limbah dan air hujan.
 mengembangkan potensi pemanfaatan air limbah domestik.
-
Penyelenggaraan Sistem Drainase:
 meningkatkan kondisi sumber daya air baik dari segi
kuantitas dan kualitas;
 mengurangi wilayah perkotaan yang mengalami genangan
baik sementara maupun permanen ditinjau dari sisi
frekuensi, luasan, lama, maupun kedalaman genangannya;
 menjaga kualitas lingkungan hidup; dan
 meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
c. Jangkauan dan arah Pengaturan
RUU tentang Sanitasi mengatur mengenai pengelolaan air
limbah domestik dan drainase untuk meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat, kualitas lingkungan hidup dan
kesejahteraan masyarakat.
- Ruang Lingkup:
 Penyelenggaraan
sistem
pengelolaan
air
limbah
permukiman;
 penyelenggaraan sistem drainase;
 tugas dan wewenang;
 kerjasama dan kemitraan;
 pembiayaan;
 insentif dan disinsentif;
 hak dan kewajiban;
Prolegnas RUU Prioritas Tahun 2017_Usulan Pemerintah| 22
NO.
JUDUL RUU
PEMRAKARSA
MATERI YANG DIATUR
KETERANGAN
 peran serta masyarakat; dan
 ketentuan pidana.
-
Objek yang diatur:
 air limbah domestik
 drainase.
Prolegnas RUU Prioritas Tahun 2017_Usulan Pemerintah| 23
Download