PEMFC - ETD UGM

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Proton Exchange Membrane Fuel Cell (PEMFC) adalah alat pengkonversi
energi yang berpotensi sebagai pembangkit energi alternatif di masa depan.
Dalam sistem PEMFC energi kimia suatu bahan bakar diubah menjadi energi
listrik melalui proses elektrokimia tanpa menghasilkan emisi gas rumah kaca.
(Rohendi dan Yuliar, 2010).
Mesin pembangkit energi konvensional pada
umumnya dibagi menjadi dua yaitu mesin pembangkit energi tidak bergerak
(stationer) dan mesin pembangkit energi bergerak (mobile).
energi stationer contohnya adalah genset.
Mesin pembangkit
Sedangkan mesin pembangkit energi
mobile contohnya adalah pada mesin kalor yang ada pada kendaraan bermotor.
Mesin pembangkit energi yang digunakan hingga saat ini pada umumnya
menganut sistem Carnot yang bekerja sesuai dengan hukum termodinamika I dan
II.
Contoh mesin pembangkit energi yang dapat mewakili mesin kalor adalah
turbin Pembangkit Listrik Tenaga Uap Air atau biasa disingkat dengan PLTU.
Pada mesin pembangkit energi konvensional dalam proses operasinya
bahan bakar dikonversi menjadi panas kemudian diubah menjadi energi kinetik
dan diubah kembali menjadi energi listrik.
akan
menghasilkan
efisiensi
termal
Pada umumnya mesin Carnot hanya
sekitar
60%
jika
dihitung
dengan
menggunakan rumus efisiensi reversibel, akan tetapi aktualnya hanya akan
menghasilkan efisiensi termal sekitar 40% (Sudjito dkk., 2016).
Ditinjau dari
1
kualitas energi yang dihasilkan, sebuah mesin kalor Carnot jika menerima panas
dari sebuah sumber pada temperatur 925 K hanya akan mengubah 67,2% menjadi
kerja dan 32,8% sisanya hanya akan dibuang ke sink sebesar 303 K, akan tetapi
kemungkinan
masih
dapat
mengalami
penurunan
efisiensi
termal
apabila
temperatur sumber divariasikan dengan temperatur sink yang dijaga konstan.
Sebagai salah satu contoh apabila suplai panas dari temperatur sumber sebesar
500 K (jika dibandingkan dengan 925 K) maka efisiensi termal yang dihasilkan
hanya akan bernilai sebesar 39,4% dan jika temperatur sumber yang diberikan
sebesar 350 K maka hanya akan dihasilkan fraksi panas yang dikonversi sebesar
13,4%.
Pada sistem fuel cell energi kimia diubah langsung menjadi energi listrik
sehingga efisiensi energi yang dihasilkan akan lebih besar dibandingkan dengan
mesin Carnot.
Efisiensi yang digunakan secara luas dari sebuah mesin fuel cell
didasarkan pada perubahan energi bebas standar untuk reaksi setiap sel, di mana
hasil air pada kondisi standar (298 K) dan tekanan 1 atm, energi termal (ΔH) pada
hidrogen dan oksigen sebesar 285,8 kJ/mol dan energi yang dikonversi menjadi
kerja sebesar 237,1 kJ/mol sehingga efisiensi termal fuel cell berbahan bakar
hidrogen dan oksigen murni pada kondisi operasi ideal reversibel sebesar 83%.
Berbagai penelitian terkait dengan teknologi pembangkit energi ramah
lingkungan telah banyak dikembangkan dengan memanfaatkan sumber energi
terbarukan diantaranya adalah pemanfaatan energi matahari (solar energy), angin
(wind), panas bumi (geothermal) dan hydroelectric.
Pengembangan teknologi
sebagai mesin pembangkit energi ramah lingkungan saat ini tidak terlepas dari
2
beberapa persyaratan agar dapat bersaing dengan teknologi konvensional berbasis
bahan bakar fosil.
Beberapa persyaratan yang harus dipenuhi agar dapat bersaing
dengan teknologi pembangkit energi konvensional diantaranya adalah dapat
beroperasi pada suhu/temperatur yang rendah (low operating temperature),
menghasilkan kerapatan energi yang besar (high
density energy),
dapat
dioperasikan dengan cepat (rapid start-up), memiliki bentuk yang sederhana
sehingga penggunaanya dapat disesuaikan dengan tingkat kebutuhan (modular
design), bersifat fleksibel (dari beberapa watt hingga kilowatt) dan menghasilkan
emisi yang ramah terhadap lingkungan.
Penelitian lebih lanjut juga telah
dilakukan untuk meningkatkan kinerja dari PEMFC dan menurunkan biaya
produksi pembuatan PEMFC diantaranya adalah pembuatan Membrane Electrode
Assembly (MEA) yang terdiri dari beberapa bagian penyusun diantaranya adalah
Proton Exchange Membrane, Catalyst Layer (anoda dan katoda) dan Diffusion
Layer (Irmawati, dkk., 2013).
Pada penelitian ini akan dilakukan proses pembuatan catalyst layer
sebagai salah satu bagian dari Membrane Electrode Assembly (MEA) dengan
menggunakan metode Homogeneous Deposition-Ethylene Glicol. Catalyst Layer
memiliki peranan yang sangat penting karena akan berhubungan secara langsung
dengan arus yang akan dihasilkan dari sistem PEMFC tersebut.
Material
penyusun Catalyst Layer terdiri dari material pengemban katalis dan katalis
logam.
Katalis logam memiliki peranan yang cukup penting pada proses katalitik
baik reaksi Hydrogen Oxidation Reaction (HOR) maupun Oxygen Reduction
Reaction (ORR) (Wittkopf, et al., 2014).
Katalis logam yang digunakan pada
3
material penyusun Catalyst Layer tersebut biasanya menggunakan logam yang
harganya cukup mahal dan jumlahnya terbatas di alam seperti logam platina (Pt)
dan paladium (Pd), sehingga hal ini masih menjadi fokus penelitian dan terus
dikembangkan sebagai salah satu strategi untuk menghasilkan elektrokatalis
dengan luas permukaan yang tinggi sehingga dapat meningkatkan aktivitas
katalitik serta efisiensi yang tinggi dalam proses penggunaanya (Fang, et.al.,
2009) karena kemampuan suatu katalis logam sangat dipengaruhi oleh ukuran
partikel, distribusi dan luas permukaan pengemban (Lu, et.al., 2005).
Permasalahan
mengenai
penggunaan
katalis
logam
yang
jumlahnya
terbatas tanpa mengurangi kemampuan aktivitas katalitiknya dapat dilakukan
dengan menggunakan suatu pengemban katalis yang memiliki sifat yang stabil
terhadap termal dan reaksi kimia (Chorkendorff dan Niemantsverdriet, 2003).
Material pengemban katalis yang telah diteliti oleh beberapa peneliti sebelumnya
dalam pembuatan elektrokatalis untuk fuell cell adalah silika-karbon mesopori
(Tang, et.al., 2008), carbon-black Vulcan XC-72R (VC) (Fang, et.al., 2009) dan
carbon nanofibers (CNFs) (Wang, et.al., 2015).
Carbon-black jenis Vulcan-
Carbon memiliki luas permukaan spesifik yang cukup tinggi yaitu sebesar 250
m2 .g-1 dan memiliki distribusi pori yang seragam dengan pori berukuran mikro
(Rolison, 2003; Güvenatama, et.al., 2012).
Akan tetapi karbon jenis tersebut
masih memiliki beberapa keterbatasan diantaranya adalah proses mass transport
molecule yang sangat lambat yang disebabkan karena ukuran pori yang terlalu
kecil,
nilai konduktivitas yang rendah, dan rusaknya struktur pori akibat
kurangnya ketahanan karbon jenis ini terhadap kondisi operasi dari Proton
4
Exchange Membrane Fuel Cell (PEMFC) sehingga berpotensi menjebak dan
menonaktifkan kinerja dari nanopartikel Pt.
Penggunaan material pengemban katalis yang berbeda dapat menghasilkan
ukuran dan distribusi katalis logam yang berbeda pula (Soboleva, et.al., 2010).
Penggunaan material pengemban katalis yang berbeda dapat menghasilkan ukuran
dan distribusi katalis logam yang berbeda akan mempengaruhi aktivitas katalis
logam terhadap kinerja dari PEMFC.
pengemban katalis
sudah banyak
Penggunaan karbon sebagai material
dilakukan akan tetapi penelitian tentang
penggunaan karbon yang terbuat dari polimer sintetis hasil pirolisis resin fenolik
pada proses pembuatan elektrokatalis untuk aplikasi PEMFC belum pernah
dilakukan sebelumnya.
Karbon sintetik yang disintesis dengan menggunakan
resin fenolik memiliki banyak kelebihan diantaranya adalah struktur serta ukuran
pori dapat diatur sesuai dengan fungsi dan kegunaanya.
Proses deposisi serta distribusi katalis logam pada permukaan pori karbon
dilakukan dengan metode Homogeneous Deposition-Ethylene Glychol (HD-EG).
Metode HD-EG merupakan proses distribusi katalis logam melalui deposisi logam
nanopartikel dengan menggunakan urea sebagai supporting agent dan ethylene
glicol sebagai agen pereduksi.
dikembangkan
hingga
saat
Dari beberapa penelitian yang telah banyak
ini
metode
HD-EG
telah
terbukti
mampu
menghasilkan distribusi katalis logam nanopartikel pada permukaan material
pengemban dengan sangat baik dibandingkan dengan metode lain seperti reduksi
NaBH4 dan Microwave-assited EG karena metode HD-EG dapat menghasilkan
5
ukuran partikel dan distribusi logam sebagai katalis yang seragam (Fang, et.al.,
2009).
1.2. Keaslian Penelitian
Pada penelitian ini dilakukan pembuatan Membrane Electrode Assembly
(MEA) dengan menggunakan metode HD-EG.
Dalam proses pembuatan katalis
sangat penting untuk mengetahui dan mengontrol ukuran serta distribusi katalis
berupa logam nanopartikel yang akan dideposisikan ke dalam karbon hasil
pirolisis resin fenolik sebagai pengemban katalis agar dapat menghasilkan katalis
yang dapat bekerja secara optimal. Metode HD-EG merupakan salah satu metode
pembuatan katalis MEA yang sangat efisien untuk diaplikasikan dalam proses
pembentukan katalis logam nanopartikel dan keseragaman distribusi nanopartikel
(NPs).
Kinerja suatu elektrokatalis sangat bergantung pada tingkat kekuatan
material pengemban katalis terhadap reaksi kimia dan kondisi lingkungan (Zhang,
et.al., 2013).
Desain material sebagai pengemban katalis memainkan peranan
yang sangat penting dalam menentukan kinerja dari elektrokatalitik secara
keseluruhan.
Keberhasilan dalam proses desain pembuatan pengemban katalis
akan dapat menghasilkan suatu elektrokatalis yang dapat bekerja secara optimal
(Joo, et.al., 2001; Balgis, et.al., 2012; Balgis, et.al., 2013).
Pengemban katalis
yang biasa digunakan dalam pembuatan elektrokatalis adalah karbon karena
karbon memiliki kelebihan yaitu stabil terhadap thermal dan reaksi kimia
(Chorkendorff dan Niemantsverdriet, 2003).
Hingga saat ini beberapa jenis
pengemban katalis dari jenis karbon telah banyak dikembangkan seperti karbon
6
sintetis dengan menggunakan senyawa organik sebagai template sehingga ukuran
dan morfologinya dapat dikontrol dengan mudah sesuai yang diharapkan (Wang,
et.al., 2006; Liang, et.al., 2006; Hu, et.al., 2010; Inagaki, et.al., 2011 dan Yoo,
2012), akan tetapi penggunaan karbon yang terbuat dari resin fenolik hasil
pirolisis sebagai pengemban katalis logam untuk PEMFC belum pernah diteliti
sebelumnya.
Karbon yang terbuat dari resin fenolik disintesis dengan senyawa
resorcinol, phenol dan formaldehyde sebagai reagen pembentuk polimer karbon
(Ariyanto, 2010).
Parameter luas permukaan katalis logam juga sangat penting dalam kajian
mengenai pembuatan MEA dengan menggunakan material pengemban katalis
berupa karbon sintetis yang disintesis melalui reaksi polimerisasi antara resocinol,
phenol, ethylene glycol, t-butyl phenol dan formaldehyde.
Pemilihan metode
distribusi dan deposisi katalis logam nanopartikel pada permukaan pengemban
katalis memiliki peranan yang sangat penting karena akan menghasilkan material
katalis yang memiliki ukuran partikel yang kecil dengan ukuran dan distribusi
homogen.
Desain rekayasa material untuk mendapatkan katalis yang berukuran
nanopartikel bulat sempurna biasa dilakukan dengan menggunakan metode spraypyrolysis (Xue, et.al., 2005), akan tetapi metode tersebut membutuhkan biaya
operasional yang cukup mahal dan membutuhkan kondisi yang cukup ekstrim
yaitu dibutuhkan tekanan dan suhu yang tinggi dalam membentuk elektrokatalis.
Metode lain yang tidak membutuhkan biaya dan kondisi yang ekstrim dalam
proses sintesisnya adalah proses deposisi secara merata pada permukaan material
pengemban katalis dengan menggunakan agen pereduksi ethylene glicol yang
7
biasa disebut dengan HD-EG.
Metode HD-EG dapat menghasilkan distribusi
nanopartikel yang merata serta ukuran yang seragam (Fang, et.al., 2009).
Sehingga dalam penelitian ini digunakan metode HD-EG dalam proses deposisi
katalis logam nanopartikel pada permukaan pengemban katalis.
Pengemban
katalis
berupa
konduktivitas yang relatif kecil.
karbon
sintetik
biasanya
Sifat tersebut dipengaruhi oleh struktur dan
derajat keteraturan kristal dari material pengemban katalis.
katalis
yang
dapat
memiliki nilai
menghantarkan
Struktur material
(mengalirkan) elektron memiliki kriteria
tertentu di antaranya adalah material berlapis, material yang memiliki elektron
valensi yang tidak berpasangan yang dapat bergerak bebas pada kisi kristal serta
harus memiliki nilai band gap (Eg/ jarak antar pita valensi) yang tidak begitu
besar (sekitar 1 eV) sehingga memungkinkan elektron yang tidak berpasangan
pada pita valensi bergerak ke pita konduksi hal inilah yang menyebabkan elektron
dapat bergerak dan menghasilkan listrik (West, 1984). Selain itu sifat konduktif
dari material pengemban katalis, juga dipengaruhi oleh keteraturan struktur
kristal.
Semakin teratur bentuk kristalnya maka transfer elektron pada catalyst
layer juga akan semakin cepat karena apabila struktur kristal teratur maka elektron
akan dapat bergerak secara teratur pula sehingga keteraturan kristal dari
elektrokatalis juga sangat mempengaruhi proses transfer elektron.
Untuk meningkatkan nilai konduktivitas karbon sintetik dapat dilakukan
dengan menambahkan grafit.
Grafit merupakan material yang memiliki nilai
konduktivitas yang besar dibandingkan dengan karbon.
Penggunaan grafit
sebagai pengemban katalis telah dilakukan oleh Lu, et.al. (2005) akan tetapi
8
distribusi ukuran logam nanopartikel terbatas disebabkan karena luas permukaan
dari grafit yang cukup rendah.
Oleh karena itu dalam penelitian ini digunakan
pengemban katalis karbon yang terbuat dari resin fenolik yang akan ditambahkan
dengan grafit pada berbagai variasi berat untuk meningkatkan nilai konduktivitas
dari elektrokatalis sehingga diharapkan dapat meningkatkan kinerja elektrokatalis
pada PEMFC.
1.3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan elektrokatalis yang memiliki
kinerja yang baik dan dapat mengurangi jumlah penggunaan logam katalis dengan
memanfaatkan
luas
permukaan
spesifik,
mengkaji sifat
konduktivitas
dan
keanekaragaman struktural dari karbon sintesis yang terbuat dari resin fenolik
sebagai material pengemban katalis untuk aplikasi PEM Fuel Cell.
Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk :
1. Mempelajari/mengkaji pengaruh karbon hasil pirolisis resin fenolik yaitu
Resorcinol Phenol Formaldehyde (RPF_Carbon), Resorcinol Tersier Butyl
Phenol
Formaldehyde
Formaldehyde
Ethylene
(RTBPF_Carbon)
Glycol
dan
Resorcinol
(RPFEG_Carbon)
sebagai
Phenol
material
pengemban katalis pada Fuel Cell jenis Proton Exchange Membrane Fuel
Cell (PEMFC).
2. Mempelajari pengaruh luas permukaan internal dan eksternal dari berbagai
jenis karbon resin fenolik sebagai material pengemban katalis logam
terhadap distribusi partikel logam katalis.
9
3. Mempelajari kinerja PEMFC melalui reaksi katalitik elektrokatalis beberapa
jenis logam dengan material pengemban katalis berupa karbon hasil pirolisis
resin fenolik untuk aplikasi PEMFC.
4. Mengetahui pengaruh penambahan grafit sebagai conductivity agent pada
elektrokatalis PEMFC dengan penggunaan karbon hasil pirolisis resin
fenolik sebagai material pengemban katalis terhadap kinerja PEM Fuel Cell.
1.4. Manfaat Penelitian
1. Bagi bidang ilmu pengetahuan diharapkan penelitian ini dapat mengetahui
pengaruh kondisi proses dan aktifitas karbon sintesis yang terbuat dari resin
fenolik sebagai pengemban katalis terhadap kemampuan aktivitas katalitik
pada
Membrane
Electrode
Assembly
(MEA)
pada
PEMFC
dengan
menggunakan metode Homogeneous Deposition-Ethylene Glycol (HD-EG).
2. Bagi bangsa dan negara, penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan
ilmu pengetahuan dalam proses pengembangan fuel cell sebagai energi
alternatif terbarukan yang menjanjikan di masa depan.
10
Download