BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kanker payudara adalah keganasan neoplasma primer yang berasal dari
jaringan payudara selain yang berasal dari jaringan ikat di sekitar payudara.
Kanker payudara bisa berasal dari jaringan duktus maupun lobus payudara
(American Cancer Society, 2013).
Kanker payudara masih merupakan masalah kesehatan utama di dunia
(Burstein et al., 2008). Di Indonesia, menurut riset data kesehatan (risdakes) tahun
2007, kanker payudara menempati tempat tertinggi keganasan pada perempuan,
diikuti oleh kanker leher rahim dengan angka kematian yang cukup besar
(Anonim, 2013).
Terapi pada kanker payudara tergantung pada stadium kanker payudara.
Selain pembedahan, diberikan radioterapi dengan atau tanpa kemoterapi. Terapi
pembedahan dapat dilakukan dengan mastektomi radikal, modified radical
mastectomy atau breast conservation therapy (Van de Velde, 1996; ).
Pemeriksaan dengan Immunohistochemistry (IHC) digunakan untuk
menguji status reseptor estrogen (Estrogen Receptor, ER) pada penderita kanker
payudara. Penderita kanker payudara dengan ER positif diprediksi akan lebih
berespon terhadap terapi tamoxifen (Harvey et al., 1999).
Tamoxifen merupakan kompleks Selective Estrogen Reseptor Modulators
(SERMs) yang bekerja secara spesifik pada jaringan target. Tamoxifen merupakan
1
2
agen anti steroid yang telah digunakan sebagai terapi ajuvan post operasi pada
kanker payudara. Tamoxifen cukup diterima baik oleh tubuh terutama pada
penggunaan 10 mg 2x/hari (Floren et al., 1998). Sebagai terapi ajuvan, tamoxifen
pada umumnya diberikan selama kurun waktu 5 tahun. Tamoxifen dan metabolit
aktifnya, 4-hydroxytamoxifen, secara kompetitif menghambat ikatan estradiol
pada ikatannya di reseptor estrogen (ER) dalam mekanisme dose-dependent
(Rennie et al., 2004).
Beberapa efek samping didapatkan pada penggunaan tamoxifen, terutama
pada
penggunaan
>
1
tahun,
yaitu
timbulnya
kanker
endometrium,
hipertrigliseridemia, penyakit hepar dan fatty liver (Floren et al., 1998; Nguyen et
al., 2001). Fatty liver yang diinduksi oleh pemberian tamoxifen masuk dalam
kelompok non alcoholic fatty liver disease (NAFLD). NAFLD merupakan kondisi
di mana terjadi akumulasi lemak dalam hepar yang tidak disebabkan oleh
konsumsi alkohol (Chalasani et al., 2012; Dabhi et al., 2008).
Borges et al. (2011) menyatakan bahwa spektral Doppler vena hepatica kanan
pada pasien dengan NAFLD menggambarkan adanya penurunan vascular
compliance akibat infiltrasi lemak. Vena hepatica akan mengalami penurunan
pulsatilitas pada kondisi adanya infiltrasi lemak. Hal inimengakibatkan pola
gelombang normal vena hepatica yang berbentuk trifasik akan berubah menjadi
bifasik atau bahkan monofasik.
Ultrasonografi (USG) merupakan metode pencitraan yang paling banyak
digunakan untuk diagnosis dan evaluasi fatty liver atau steatosis hepar.
Ultrasonografi tidak invasif, mudah diperoleh, dan biayanya terjangkau (Ozkol et
3
al., 2010; Borges et al., 2011). Ultrasonografi hepar untuk mendeteksi fatty liver
mempunyai sensitivitas 82% sampai 89% dan spesifitas 93% (Bayard et al.,
2006).
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan tersebut di atas, dapat
diringkas beberapa hal sebagai berikut : Penderita kanker payudara dengan
reseptor estrogen (ER) (+) diprediksi akan lebih berespon terhadap terapi
tamoxifen. Penggunaan tamoxifen > 1 tahun diketahui memberikan efek samping,
salah satunya fatty liver. Ultrasonografi (USG) merupakan metode pencitraan
yang paling banyak digunakan untuk diagnosis dan evaluasi fatty liver, dengan
sensitivitas dan spesifisitas yang cukup tinggi.
Belum ditemukan adanya penelitian di Indonesia yang dipublikasikan
mengenai efek samping terjadinya fatty liver pada kanker payudara yang diberi
terapi tamoxifen. Berdasarkan permasalahan tersebut, penelitian ini akan
difokuskan pada perbandingan kejadian fatty liver antara penderita kanker
payudara dengan terapi tamoxifen dan tanpa terapi tamoxifen.
C. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, memberikan dasar bagi
peneliti untuk merumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut : apakah
terdapat perbedaan kejadian fatty liver memakai pemeriksaan USG, baik derajat
fatty liver maupun spektral vena hepatica, pada penderita kanker payudara yang
mendapat terapi tamoxifen dengan yang tidak mendapat terapi tamoxifen serta
4
apakah terdapat perbedaan antara derajat fatty liver dengan gambaran spektral
vena hepatica ?
D. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan kejadian fatty liver, baik
derajat fatty liver maupun gambaran spektral vena hepatica serta hubungan
keduanya, pada penderita kanker payudara yang mendapat terapi tamoxifen
dengan yang tidak mendapat terapi tamoxifen.
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan akan :
1. Bermanfaat secara teoritis untuk mengetahui efek pemberian tamoxifen
terhadap kejadian fatty liver pada penderita kanker payudara .
2. Bermanfaat secara praktis bagi pelayanan rumah sakit dalam penegakan
diagnosis fatty liver pada penderita kanker payudara.
3. Secara medis menunjukkan pentingnya pemeriksaan USG hepar dan spektral
vena hepatica untuk mengetahui terjadinya fatty liver sebagai efek samping
pemberian tamoxifen pada penderita kanker payudara.
4. Bermanfaat bagi pendidikan, melatih cara berpikir dan melakukan penelitian,
serta menambah khasanah ilmu pengetahuan.
5. Bermanfaat bagi penelitian selanjutnya, sebagai dasar teori atau sumber
pustaka.
F. Keaslian Penelitian
Penelitian yang meneliti efek pemberian tamoxifen dengan kejadian fatty
liver pada penderita kanker payudara
menurut sepengetahuan penulis belum
5
pernah dilakukan di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Penelitian Nemoto et al
(2002) meneliti 56 perempuan premenopaus yang mendapat terapi tamoxifen dan
meneliti adanya steatosis hepatis masif. Nguyen (2001) meneliti hubungan
penggunaan tamoxifen, lemak hati dan distribusi lemak tubuh pada penderita
kanker payudara. Beberapa penelitian mengenai pemeriksaan hubungan antara
kejadian fatty liver dan pemberian tamoxifen pada penderita kanker payudara
yang dapat digunakan sebagai acuan pustaka, di antaranya dapat dilihat pada tabel
1.
Tabel 1. Penelitian mengenai kejadian fatty liver dan pemberian tamoxifen pada
penderita kanker payudara
Peneliti, Tempat
Subyek
Topik
Hasil
tahun
Nemoto Nankoku 56
Faktor
resiko 19 dari 56 subyek
et
al., , Jepang perempuan perkembangan
pengguna tamoxifen
2002
premenoupa steatosis hepatis mengalami
hepatic
us
yang masif
pada steatosis.
Tidak
mendapat
perempuan
terdapat
perbedaan
terapi
premenoupaus
yang bermakna antara
tamoxifen
yang
mendapat berat badan dengan
terapi tamoxifen
hepatic steatosis dan
non hepatic steatosis.
Nguyen Brooklyn 32
Hubungan
Pengguna tamoxifen
et
al., ,
New pengguna
penggunaan
mempunyai
lebih
2001
York
tamoxifen
tamoxifen, lemak banyak jaringan lemak
dengan 39 hati dan distribusi viseral dan lemak hati
kontrol
lemak tubuh pada dibandingkan
pada
penderita kanker kontrol.
payudara
Murata
Nankoku 38 penderita Distribusi
Biopsi lebih baik
et
al., , Jepang kanker
infiltrasi
lemak dilakukan pada lobus
2003
payudara
untuk mendeteksi kanan hepar karena
yang
tempat
yang merupakan
tempat
mendapat
paling pas untuk dengan
infiltrasi
tamoxifen
biopsi pada non lemak yang lebih
alcoholic
banyak
steatohepatitis
yang
diinduksi
oleh tamoxifen
6
Lee et Seoul,
al., 2010 Korea
6 ekor tikus
yang
diinduksi
tamoxifen
Mengetahui
mekanisme
terjadinya fatty
liver
pada
induksi
tamoxifen
Tamoxifen merepresi
5α-dihydrotestosterone
yang
mengaktivasi
reseptor androgen dan
fungsi
transaktivasi
RORα1, HNF4α, and
NR2F1
Download