BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Sebelumnya Pada penelitian sebelumnya, peneliti mengambil contoh skripsi Adhika Pertiwi wisuda (2012) yang berjudul “Pemahaman Jurnalis Mengenai Konsep Jurnalisme Bencana”. Berdasarkan penelitian tersebut diketahui bahwa jurnalis sudah memahami konsep jurnalisme bencana meski tidak menyeluruh. Pemahaman jurnalis diukur dari kemampuan jurnalis untuk menerjemahkan, menginterpretasi dan menyimpulkan prinsip-prinsip dalam jurnalisme bencana. Jurnalis memahami prinsip-prinsip peliputan dalam peristiwa bencana. Jurnalis memahami prinsip-prinsip peliputan dalam peristiwa bencana, yaitu prinsip akurasi, pemberian porsi pemberitaan untuk menampung suara korban, mengangkat aspek human element, dan pemberitaan mengenai sisi lain peristiwa bencana. Peneliti terdahulu ini memiliki konteks atau jenis yang sama dengan penelitian yang penulis lakukan yaitu pemahaman. Perbedaannya terletak pada teori dan objek penelitian. Teori yang digunakan pada penelitian terdahulu adalah teori konsep diri dan objek penelitian terdahulu adalah para jurnalis bencana dari media cetak, media televisi dan media online. Sedangkan teori yang digunakan pada penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah teori kepribadian implisit dan teori penetrasi sosial dan objek penelitian yang dilakukan. 9 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 10 Penelitian selanjutnya adalah skripsi berjudul Fotografi Jurnalistik sebagai Media Komunikasi Dakwah oleh Achmad Baihaki Lutfi dari Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta yang mengambil penelitian dalam Koran Merapi Yogyakarta. Hasilnya, penelitian bagaimana teknik fotografi jurnalistik di Koran Merapi dalam menyampaikan suatu pesan kepada pembaca. Hasilnya, fotografi jurnalistik Koran Merapi memuat beberapa kasus kriminal yang sering terjadi di masyarakat, mulai dari pencurian, penikaman, perampokan, pembunuhan, dan sebagainya. Foto-foto tersebut tidak sedikitpun mengesankan kesedihan, apalagi menularkan kengerian agar pembaca mengingat bahwa kejahatan selalu dekat dengan masyarakat. Bahkan, kehadiran Koran Merapi dengan berbagai berita krimnalnya masyarakat dapat mengetahui modusmodus operandinya. 2.2 Media Massa 2.2.1 Pengertian Media Massa McLuhan mengungkapkan pengertian media massa sebagai suatu jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak tersebar, heterogen, dan anonim melewati media cetak atau elektronik. Sehingga pesan informasi yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat. Pengertian “dapat” di sini menekankan pada pengertian bahwa jumlah sebenarnya penerima pesan informasi melalui media massa pada saat tertentu tidak lah esensial. Yang penting ialah “The communicator is a social organization”.7 7 Cangara, Hafied. 2007. Pengantar Ilmu Komunikasi. PT. Raja Grafindo Persada. Hal 126. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 11 Media massa memberikan informasi dan membantu masyarakat mengetahui secara jelas tentang dunia sekelilingnya kemudia menyimpannya dalam ingatan masyarakat. Media massa berguna sebagai pengawas bagi masyarakat untuk mengajukan perbandingan dari apa yang kita lihat dan dengar tentang dunia lain di luar lingkungan masyarakat hidup. Media massa sejak awal sebenarnya melakukan tugas kemudian membagi informasi yang diinginkan oleh masyarakat umum. Manfaat media massa adalah : 1. Menjangkau suatu khalayak yang luas dan cepat 2. Menciptakan pengetahuan dan menyebarluaskan informasi 3. Mengarahkan perubahan pada sikap yang dianut Onong Uchjana Effendy dalam bukunya Ilmu Komunikasi Teori dan Praktik : “Media massa memiliki kemampuan yang efektif untuk menyebarkan informasi karena dapat diterima oleh komunikan dalam jumlah relative banyak”. 2.2.2 Karakteristik Media Massa Media massa sebagai alat penyampaian pesan yang digunakan oleh komunikator dalam proses komunikasi massa juga memiliki karakteristik. Berikut karakteristik media massa : 1. Bersifat melembaga, artinya pihak yang mengelola media dari banyak orang, yakni mulai dari pengumpulan, pengelolaan, sampai pada penyajian informasi. 2. Bersifat satu arah, artinya komunikasi yang dilakukan kurang memungkinkan terjadinya dialog antara pengirim dan penerima pesan. Walaupun ada umpan http://digilib.mercubuana.ac.id/ 12 baliknya atau interaksinya, biasanya tertunda atau memerlukan waktu yang lama. 3. Meluas dan serentak, artinya dapat mengatasi rintangan waktu dan jarak, karena ia memiliki kecepatan bergerak secara simultan, dimana informasi yang disampaikan diterima oleh khalayak banyak secara bersamaan. 4. Memakai peralatan teknis atau mekanis seperti radio, televisi, surat kabar, dan semacamnya. 5. Bersifat terbuka, artinya pesannya dapat diterima oleh siapa saja dan dimana saja tanpa mengenal usia, jenis kelamin dan suku bangsa. 8 2.2.3 Fungsi Komunikasi Massa Fungsi komunikasi massa secara umum menurut effendy9. Fungsi Informasi, fungsi informasi ini diartikan bahwa media massa adalah penyebar informasi bagi pembaca, pendengar atau pemirsa. Berbagai informasi dibutuhkan oleh khalayak media massa yang bersangkutan sesuai dengan kepentingannya. Khalayak sebagai makhluk sosial akan selalu merasa haus akan informasi yang terjadi. Sebagian informasi didapat bukan dari sekolah, atau tempat bekerja, melainkan dari mereka. Kita belajar musik, politik, ekonomi, hukum, seni, sosiologi, psikologi, komunikasi, dan hal lain dari media. Kita belajar keterampilan menggunakan komputer, memasak, menjahit, dan lain sebagainya dari media. Kita mengenal tempat-tempat bersejarah yang ada didunia juga dari 8 Cangara, Hafied. 2009. Pengantar Ilmu Komunikasi Edisi Revisi. Jakarta: Raja Grafindo. 2009, hal 126. 9 Effendy, Onong Uchjana. 2007. Ilmu Komunikasi (Teori dan Praktek). Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Hal 18. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 13 media elektronik ( terutama film ) dan media cetak yaitu buku-buku sejarah. Khalayak media massa berlangganan surat kabar, majalah, mendengarkana radio siaran atau menonton televisi karena mereka ingin mendapatkan informasi tentang peristiwa yang terjadi dimuka bumi, gagasan atau pikiran orang lain, apa yang dilakukan, diucapkan atau dilihat orang lain. 2.3 Jurnalistik Jurnalistik adalah istilah yang berasal dari bahasa Belanda Journalistiek, dan dalam bahasa Inggris Juornalistic atau journalism, yang bersumber pada perkataan journal sebagai terjemahan dari bahasa latin djurnal, yang berarti “harian” atau “setiap hari”. Secara gamblang jurnalistik didefinisikan sebagai keterampilan atau kegiatan mengolah bahan berita mulai dari peliputan sampai kepada penyusunan yang layak disebarluaskan kepada masyarkat. F. Fraser Bond dalam An Indtroduction to Journalism menulis : Jurnalistik adalah segala bentuk yang membuat berita dan ulasan mengenai berita sampai pada kelompok pemerhati. Sedangkan Adinegoro menegaskan, Jurnalisitik adalah semacam kepandaian mengarang yang memberi pekabaran pada masyarakat dengan selekas-lekasnya agar tersiar seluas-luasnya.10 Dilihat dari segi bentuk dan pengelolaanya, jurnalistik dibagi ke dalam empat bagian dasar: 1. Jurnalistik media cetak 10 Sumadiria, Haris. 2006. Bahasa Jurnalistik, Panduan Praktis Penulis dan Jurnalis. Jakarta: Simbiosa Rektama Media. Hal 3. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 14 Jurnalistik media cetak dipengaruhi oleh dua faktor, yakni faktor verbal dan visual. Verbal, sangat menekankan pada kemampuan kita memilih dan menyusun kata dalam rangkaian kalimat dan paragraph yang efektif dan komunikatif. Visual, menunjuk pada kemampuan kita dalam menata, menempatkan, mendesain tata letak atau hal-hal yang menyangkut segi perwajahan. 2. Jurnalistik media elektronik auditif Jurnalistik media elektronik auditif atau jurnalistik radio siaran, lebih banyak dipengaruhi dimensi verbal, teknologikal, dan fiskal. Verbal, berhubungan dengan kemampuan menyusun kata, kalimat, dan paragraph. Teknologikal berkaitan dengan tekonologi yang memungkinkan daya pancar radio dapat ditangkap dengan jelas dan jernih.Fisikal erat kaitannya degan tingkat kesehatan fisik dan kemampuan pendengaran khalayak. 3. Jurnalistik media elektronik audiovisual Jurnalistik ini merupakan gabungan dari segi verbal, visual, teknologikal, dan dimensi dramatikal. Dramatikal berarti bersinggungan dengan aspek serta nilai drmatik yang dihasilkan oleh rangkaian gambar yang dihasilkan secara simultan. Aspek dramatik televisi inilah yang tidak dipunyai media massa radio dan surat kabar. 4. Jurnalistik Online Jurnalistik Online adalah proses penulisan dan penyebaran berita melalui internet, jurnalisme di Web, yang dianggap sebagai media berita dalam arti bahwa website memungkinkan adanya posting berita dan informasi. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 15 2.4 Jurnalistik Online Jurnalistik online sebagai “jurnalistik generasi baru” atau “jurnalistik generasi ketiga” setelah jurnalistik cetak. Jurnalistik yang tersaji di media cetak (koran, majalah) dan jurnalistik elektronik (radio, televisi). Media publikasi jurnalistik online pun, yakni media online, disebut “new media” (media baru), setelah media cetak dan media elektronik. Sebagai jurnalstik generasi baru, jurnalistik online memiliki karakteristik tersendiri. Gaya penulisannya pun baru pula, tidak seperti jurnalistik cetak dan elektronik. Kebaruan gaya penulisan jurnalistik online muncul terutama karena karakteristik media online yang “to scan, not to read” (dipindai, bukan dibaca).11 Perubahan gaya penulisan itu lalu memunculkan teknik baru penulisan karya jurnalistik, yaitu online news writing, penulisan berita online, antara lain tidak adanya “indent” (lekuk) di alinea, harus adanya spasi antar alinea, batasan maksimum baris dalam alinea (maksimum lima baris per alinea), dan naskah yang maksimal setengah (50%) panjang naskah media cetak, plus “penyesuaian” dengan mesin pencari (search engine) terutama Google karena umumnya pembaca mencari data dan berita melalui mesin pencari. Perubahan penting lainnya, dengan kehadiran jurnalistik online dan media online, berita pun menjadi “gratis”. Orang tidak lagi perlu berlangganan koran atau majalah untuk mendapatakan informasi terkini, juga tidak perlu menunggu hari rabu (besok) untuk mngetahui peristiwa hari ini. 11 Asep Syamsul ,M. Romli. 2012. Jurnalistik Online: Panduan Mengelola Media Online. Bandung: Nuansa Cendikia. Hal 95. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 16 Seiring dengan perkembangan zaman dan IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi), Liputan 6 tetap berusaha menjadi up to date. Hal ini ditunjukkan dengan dibentuknya situs web berita. Liputan6.com adalah suatu terobosan yang dimiliki oleh Liputan 6 dalam menghadapi perkembangan IPTEK masa kini. Di zaman internet seperti ini, Liputan6.com memberikan angin segar bagi para penikmat berita yang super sibuk sehingga tidak bisa melihat berita di TV. Sebagai media massa online Liputan6.com yang merupakan perusahaan milik KMKOnline yang tergabung pada EMTEK grup, turut memberikan informasi serta gambaran situasi dan kondisi yang ada di masyarakat hingga petinggi negara di Indonesia bahkan hingga mancanegara. Melalui tampilantampilan menarik yang ada dalam bentuk media online tersebut, dapat dijadikan sebagai media komunikasi sehingga masyarakat dapat mengerti pesan yang ada dalam gambar tersebut. 2.4.1 Karakteristik Jurnalistik Online Mengutip dari buku Jurnalistik Online, karya ASM Romli disana disebutkan karakteristik jurnalistik online menurut Mike Ward dan James C. Foust. Berikut ini adalah karakteristik jurnalistik online menurut Mike Ward :12 a. Immediacy: kesegeraan atau kecepatan penyampaian informasi. b. Multiple Pagination: bisa berupa ratusan page (halaman), terkait satu sama lain, juga bisa dibuka tersendiri (new tab/ new window) 12 Asep Syamsul, M. Romli. 2012. Jurnalistik Online: Panduan Mengelola Media Online. Bandung: Nuansa Cendikia. Hal 105. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 17 c. Multimedia: menyajikan gabungan teks, gambar, audio, video, dan grafis sekaligus. d. Flexibility Delivery Platform: wartawan bisa menulis berita kapan saja dan dimana saja. e. Archieving: terarsipkan, dapat dikelompokkan berdasarkan kategori (rubrik) atau kata kunci, juga tersimpan lama yang dapat diakses kapanpun. f. Relationship with reader: kontak atau interaksi dengan pembaca dapat "langsung" saat itu juga melalui kolom komentar dan lain-lain. Menurut James C.Foust dalam Online Journalism: Principle and Practices of News for The Web (2005):13 a. Audience Control: audiens atau pembaca dapat lebih leluasa dalam memilih berita yang mereka sukai hanya dengan menggerakkan jari, mouse, atau cursor dan mengklik link judul yang dikehendaki. b. Nonlienarity: tiap berita yang disampaikan dapat berdiri sendiri atau tidak berurutan. c. Storage and Retrieval: berita atau informasi tersimpan atau terarsipkan dan diakses kembali dengan mudah kapan saja. d. Unlimited Space: memungkinkan jumlah berita jauh lebih lengkap ketimbang media lainnya. e. Immediacy: kesegaran, cepat, dan langsung. 13 James C. Foust. 2005. Online Journalism. Principles and Practices of News for The Web. Holcomb: Hathaway Publisher. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 18 f. Multimedia Capability: bisa menyertakan teks, suara, gambar,video, dan komponen lain di dalam berita. g. Interactivity: memungkinkan adanya peningkatan partisipasi pembaca seperti penyediaan kolom komentar dan fasilitas share ke media sosialumumnya facebook dan twitter. 2.5. Jenis-jenis Foto Memotret adalah proses kreatifitas yang tidak hanya sekedar membidik obyek yang akan kita rekam dan kemudian menekan tombol shutter pada kamera. Dalam menciptakan sebuah karya foto kita harus mempunyai ide (konsep) yang matang agar tidak mengalami kesulitan dilapangan dan yang tidak kalah pentingnya adalah memahami tentang komposisi, ketajaman dan pencahayaan (teknis). Mengetahui jenis-jenis foto bertujuan sebagai referensi lebih jauh lagi dalam memperdalam pengetahuan dunia fotografi. Jenis-jenis foto disini hanya sebagai pengelompokan secara garis besar, yang membantu mempermudah kita dalam memahami sebuah karya fotografi, dan ini bukan sebagai penggolongan yang paten untuk menghasilkan karya foto. Foto Manusia Foto manusia adalah semua foto yang obyek utamanya manusia, baik anak-anak sampai orang tua. Unsur utama dalam foto ini adalah manusia, yang http://digilib.mercubuana.ac.id/ 19 dapat menawarkan nilai dan daya tarik untuk divisualisasikan. Foto ini dibagi lagi menjadi beberapa kategori yaitu : - Portrait Portrait adalah foto yang menampilkan ekspresi dan karakter manusia dalam kesehariannya. Karakter manusia yang berbeda-beda akan menawarkan image tersendiri dalam membuat foto portrait. Tantangan dalam membuat foto portrait adalah dapat menangkap ekspresi obyek (mimic, tatapan, kerut wajah) yang mampu memberikan kesan emosional dan menciptakan karakter seseorang. - Human Interest Human Interest dalam karya fotografi adalah menggambarkan kehidupan manusia atau interaksi manusia dalam kehidupan sehari-hari serta ekspresi emosional yang memperlihatkan manusia dengan masalah kehidupannya, yang mana kesemuanya itu membawa rasa ketertarikan dan rasa simpati bagi para orang yang menikmati foto tersebut. - Stage Photography Stage Photography adalah semua foto yang menampilkan aktivitas/gaya hidup manusia yang merupakan bagian dari budaya dan dunia entertainment untuk dieksploitasi dan menjadi bahan yang menarik untuk divisualisasikan. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 20 - Sport Foto olahraga adalah jenis foto yang menangkap aksi menarik dan spektakuler dalam event dan pertandingan olah raga. Jenis foto ini membutuhkan kecermatan dan kecepatan seorang fotografer dalam menangkap momen terbaik. Nature Foto Dalam jenis foto nature obyek utamanya adalah benda dan makhluk hidup alami (natural) seperti hewan, tumbuhan, gunung, hutan dan lain-lain. - Foto Flora Jenis foto dengan obyek utama tanaman dan tumbuhan dikenal dengan jenis foto flora. Berbagai jenis tumbuhan dengan segala keanekaragamannya menawarkan nilai keindahan dan daya tarik untuk direkam dengan kamera. - Foto Fauna Foto fauna adalah jenis foto dengan berbagai jenis binatang sebagai obyek utama. Foto ini menampilkan daya tarik dunia binatang dalam aktifitas dan interaksinya. - Landscape Foto Landscape Foto adalah jenis foto yang begitu popular seperti halnya foto manusia. landscape foto merupakan foto bentangan alam yang terdiri dari unsur langit, daratan dan air, sedangkan manusia, hewan, dan tumbuhan hanya sebagai http://digilib.mercubuana.ac.id/ 21 unsur pendukung dalam foto ini. Ekspresi alam serta cuaca menjadi moment utama dalam menilai keberhasilan membuat landscape foto.. FOTO ARSITEKTUR Kemanapun anda pergi akan menjumpai bangunan-bangunan dalam berbagai ukuran, bentuk, warna dan desain. Dalam jenis foto ini menampilkan keindahan suatu bangunan baik dari segi sejarah, budaya, desain dan konstruksinya. Memotret suatu bangunan dari berbagai sisi dan menemukan nilai keindahannya menjadi sangat penting dalam membuat foto ini. Foto arsitektur ini tak lepas dari hebohnya dunia arsitektur dan teknik sipil sehingga jenis foto ini menjadi cukup penting peranannya. STILL LIFE FOTO Foto still life adalah menciptakan sebuah gambar dari benda atau obyek mati. Membuat gambar dari benda mati menjadi hal yang menarik dan tampak “hidup”, komunikatif, ekspresif dan mengandung pesan yang akan disampaikan merupakan bagian yang paling penting dalam penciptaan karya foto ini. Foto still life bukan sekadar menyalin atau memindahkan objek ke dalam film dengan cara seadanya, karena bila seperti itu yang dilakukan, namanya adalah mendokumentasikan. Jenis foto ini merupakan jenis foto yang menantang dalam menguji kreatifitas, imajinasi, dan kemampuan teknis. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 22 FOTO JURNALISTIK Foto jurnalistik adalah foto yang digunakan untuk kepentingan pers atau kepentingan informasi. Dalam penyampaian pesannya, harus terdapat caption (tulisan yang menerangkan isi foto) sebagai bagian dari penyajian jenis foto ini. Jenis foto ini sering kita jumpai dalam media massa (Koran, majalah, bulletin, dll). 2.5 Foto Jurnalistik 2.5.1 Tinjauan Tentang Foto Jurnalistik a. Pengertian dan sejarah fotografi Fotografi secara singkat didefinisikan sebagai ilmu melukis dengan menggunakan cahaya. Fotografi konvensional menggunakan film atau melukis dengan cahaya pada permukaan film.Istilahnya adalah membakar secara permanen film tersebut dengan menggunakan cahaya dengan intensitas tertentu.Intensitas cahaya yang masuk megenai film atau CCD/ CMOS pada kamera digital harus tepat. Pencahayaan berlebihan akan menyebabkan hasil foto washed-out (lazim disebut over exposure/ OE) dan pencahayaan kurang akan menyebabkan hasil foto gelap (lazim disebut under exposure/ UE) .14 Kemajuan teknologi memang memacu fotografi secara sangat cepat, jika dulu kamera sebesar mesin jahit hanya bisa menghasilkan gambar yang tidak terlalu tajam, kini kamera digital yang hanya sebesar dompet mampu membuat foto yang sangat tajam dalam ukuran sebesar koran. Di samping itu, fotografi juga ikut ambil bagian dalam penyebaran penerangan .Bahkan, penipuan dalam 14 Ed Zoelverdi. 1985. Mat Kodak: Melihat untuk Berjuta Mata, Jakarta: Gramedia. Hal 21. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 23 mengelabui orang dengan informasi palsu. Fotografi mampu dengan cepat mengingatkan orang akan masa lampaunya dan sarana souvenir serta kenangkenangan yang tersebar luas. Sebelum masuknya teknologi fotografi dalam dunia jurnalistik atau membawa foto ke dalam proses cetak surat kabar, foto mula-mula disalin ke dalam gambar tangan. Surat kabar pertama yang memuat gambar tangan sebagai berita adalah The Daily Graphic pada tanggal 16 April 1877.15 Gambar berita pertama dalam surat kabar itu adalah sebuah peristiwa kebakaran. Kemudian pada tahun 1880, ditemukan proses cetak yang disebut dangan half tone yang memungkinkan foto bisa di bawa ke dalam surat kabar.16 Foto pertama di surat kabar adalah foto tambang pengeboran minyak Shantytown yang muncul di Surat Kabar New York Daily Graphic di Amerika Serikat tanggal 4 maret 1880 foto itu adalah karya Henry J Newton. Sebenarnya, banyak cabang kemajuan fotografi yang terjadi, tetapi banyak yang mati di tengah jalan. Foto Polaroid yang ditemukan Edwin land, umpamanya, pasti sudah tidak dilirik orang lagi, karena foto digital yang nyaris langsung jadi kini lebih diminati banyak orang. Selain itu temuan seperti format film APSS (tahun 1996) yang langsung “mati suri” karena teknologi digital langsung masuk menggeser semuanya. 17 Tidak ada penemuan ilmiah yang dilakukan oleh seseorang secara sendirian tanpa ada petunjuk dari orang-orang sebelumnya seperti Daguerre 15 Ed Zoelverdi. Ibid. Hal. 33. Audy, Mirza Alwi. 2004. Foto Jurnalistik, Metode Memotret dan Mengirim Foto ke Media Massa. Jakarta: Bumi Aksara. Hal 3. 17 Ed Zoelverdi. Op.Cit., hal 33. 16 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 24 “kamera obscura” contohnya.Alat serupa dengan kamera tetapi tanpa film ini, telah dikemukakan orang 8 abad sebelum Daguerre. Di abad ke 16, Girolamo Cardano membuat langkah menempatkan lensa di muka.Ini merupakan langkah penting menuju lahirnya kamera modern. Tetapi bayangan yang dihasilkan tidak tahan lama sehingga sulitlah itu dianggap sebuah fotografi.18 Penemuan pemula lainnya adalah Johann Schulze pada tahun 1727, yang menemukan bahwa garam perak sangat sensitif terhadap cahaya. Meski begitu, dia menggunakan penemuan ini untuk membuat gambar sementara. Jadi, Schulze tidak mempunyai gambaran bagaimana cara untuk meneruskan gagasannya.19 Peneliti terdahulu yang mendekati karya Daguerre adalah Niepceyang kemudian menjadi patner Daguerre.Sekitar tahun 1829 Niepce menemukan bahwa batuan tebal hitam dari Judea, sejenis aspal, sangat peka terhadap cahaya.Dengan menggabungkan benda peka cahaya dengan “kamera obscura”. Niepce berhasil membuat foto pertama di dunia pada tahun 1826. Atas dasar itu, beberapa orang menganggap Niepce-lah yang layak sebagai penemu fotografi.20 Tetapi sistem fotografi Niepce sepenuhnya tidak praktis karena memerlukan tidak kurang dari delapan jam untuk pengambilannya dan itu pun hanya mengasilkan gambar yang buram.21 Foto jurnalistik muncul dan berkembang di dunia sudah lama sekali tetapi lain halnya dengan di Indonesia terjadi pada detik-detik ketika bangsa ini berhasil 18 Ibid.,hal 28. Ray Bachtiar Darajat. 2001. Memotret dengan Kamera Lubang Jarum, Jakarta: Puspa Swara. Hal 34. 20 Ibid.,hal 37. 21 Daryanto. 2001. Teknik Fotografi. Semarang : Aneka Ilmu. Hal iii. 19 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 25 melepaskan diri dari penjajahan. Alex Mendur (1907-1984) yang bekerja sebagai kepala foto kantor berita Jepang Domei dan adiknya sendiri Frans Soemanto Mendur (1913-1971), mengabadikan peristiwa pembacaan Teks Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia dengan kamera Leica. Dan pada saat itulah pada pukul 10 pagi tanggal 17Agustus 1945 foto jurnalis Indonesia itu lahir.22 b. Foto dalam dunia jurnalistik Definisi foto jurnalistik dapat diketahui dengan menyimpulkan ciri-ciri yang melekat pada foto yang dihasilkan, ciri-ciri foto jurnalis yakni : 1). Memiliki nilai berita atau menjadi berita itu sendiri 2). Melengkapi suatu berita / artikel 3). Dimuat dalam suatu media.23 Sebuah foto dapat berdiri sendiri, tapi jurnalistik tanpa foto rasanya kurang lengkap, mengapa foto begitu penting, karena foto merupakan salah satu media visual untuk merekam/mengabadikan atau memceritakan suatu peristiwa.24 Semua foto pada dasarnya adalah dokumentasi dan foto jurnalistik adalah bagian dari foto dokumentasi, perbedaan foto jurnalistik adalah terletak pada pilihan, membuat foto jurnalistik berarti memilih foto mana yang cocok. (misalnya di dalam peristiwa rapat paripurna dimulai dengan sambutan Presiden Republik Indonesia Ir. Joko Widodo hingga berlangsungnya rapat tersebut sampai selesai, tapi seorang wartawan foto hanya mengambil yang menarik, apakah publik figure atau pada saat penandatangan perjanjian antara Presiden Republik 22 Ed Zoelverdi, Op., Cit., Hal 36-38. Audy, Mirza Alwi, Op.Cit., Hal 167. 24 Seno Gumira Ajidarma. 2005. Kisah Mata: Fotografi antara Dua Subjek Perbincangan, Yogyakarta: Galang Press. Hal 72. 23 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 26 Indonesia dengan ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat, kan menarik). 25 Hal lain yang membedakan antara foto dokumentasi dengan foto jurnalistik hanya terbatas pada apakah foto itu dipublikasikan (media massa) atau tidak. Nilai suatu foto ditentukan oleh beberapa unsur, yaitu : aktualisasi, berhubungan dengan berita, kejadian luar biasa, promosi, kepentingan, hukum interes, dan universal.26 Foto jurnalistik terbagi menjadi beberapa bagian, diantaranya yaitu : 1) Spot news : foto-foto insidential/ tanpa perencanaan. (misalnya: foto bencana, kerusuhan, kecelakaan). Fotografi jenis ini merupakan fotografi yang sangat memiliki nilai berita. Kendati hasilnya tidak terlalu artistik spot news amat layak dipublikasikan . 2) General news : foto yang terencana (misalnya, foto Sidang Umum MPR, foto olahraga, foto upacara peringatan kemerdekaan). Fotografi jenis ini umumnya menghadirkan keseragaman pada sebagian besar media massa karena sifatnya yang direncanakan . 3) Foto feature : foto untuk mendukung suatu artikel 4) Esai foto : kumpulan beberapa foto yang dapat bercerita. Secara umum, esai foto tidak jauh berbeda dengan esai tulisan, yang dimaksud esai foto adalah laporan yang mengandung opini dari suatu sudut pandang, namun tidak bertujuan memiliki penyelesaian atas peristiwa yang diangkat tersebut.27 25 Sugiarto, Atok. 2005. Paparazzi, Memahami Fotografi Kewartawanan. Jakarta: Gramedia Pustaka. Hal 46. 26 Audy Mirza Alwi, Op.Cit., Hal 3-5. 27 Ed Zoelvardi, Op.Cit., Hal 45-47. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 27 c. Fungsi foto dalam berita media Foto yang mengandung nilai jurnalistik umumnya memiliki fungsi sebagai pelengkap kandungan isi berita. Dikatakan pelengkap karena fotografi ditampilkan hanya untuk mendukung kebenaran isi berita. Ketika ilmu semiotik berkembang di Eropa tahun 1970-an foto tidak lagi hanya sebagai pelengkap beritaitu sendiri.Fotografi dengan dirinya sendiri mampu bertutur dan berbicara tentang representasi terhadap yang ditampilkan.28 Fungsi foto jurnalistik St. Sunardi adalah sebagai representasi dari berita tulisan atau berita verbal. Foto tidak lagi hanya dianggapsebagai pelengkap, namun foto justru dapat menjadi berita utamanya dan tulisan yang melengkapi berita foto tersebut. Hal ini banyak dikembangkan oleh media cetak saat ini, umumnya media cetak mengkhususkan rubrik berita foto, rubrik ini memuat rangkaian foto-foto yang dijelaskan dengan tulisan yang panjang. Foto yang menjadi berita utama juga dapat dilihat pada tabloid-tabloid olah raga. Segmen pembaca yang jelas, memudahkan pengelola tabloid olah raga memaksimalkan fotografi sebagai kekuatan berita.29 Dalam situs berita online cara dan kedalama melihat foto terkait dengan situs berita online sebagai bisnis media. Foto akan dilirik sejauh ia membantu untuk menghubungkan hidup dengan dunia lewat berita. Bhartez yang dikutip Sunardi, membagi fungsi foto dalam jurnalisme ke dalam lima fungsi yaitu to 28 29 Sunardi. 2002. Semiotik Negativa. Yogyakarta: kanal. Hal 123-124. Ibid.,Hal 135. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 28 Inform, to signify, to paint, to suprise, dan to waken desire.30 Sunardi menambahkan fungsi fotografi dalam berita, yaitu to entertain.Namun fungsi ini masih melebur dalam fungsi lainnya. Berikut penjelasan kelima fungsi foto dalam jurnalisme, yaitu : 1) To inform Fungsi foto dalam to inform yakni menyangkut kecenderungan media cetak terhadap kekuatan teks berita yang lebih kuat dalam sebuah foto. Foto menginformasikan apa yang tertangkap dalam gambar. Komposisi, symbol dan ikon yang terdapat dalam fotografi berfungsi menginformasikan sesuatu yang sejalan dengan teks berita, jadi foto menguatkan berita.Hal ini yang dominan ditemukan dalam media cetak di Indonesia. 2) To signify Fungsi foto sebagai to signify, berarti foto terhadap sesuatu menandakan tentang realitas yang terdapat dalam fotografi tersebut.Fungsi ini mempertegas fotografi sebagai representasi dari realitas yang ada. 3) To point Fungsi to paint menyangkut foto sebagai media untuk mengembangkan teks berita dari kemungkinan lemahnya kekuatan teks dalam hal ini berlaku apa yang dikatakan oleh Sontag, ia pernah merumuskan kekuatan foto yang menggugah analisis pembaca sontag menulis, gambarannya saja sperti itu apalagi kenyataannya. 30 Ibid.,Hal 144. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 29 4) To surprise Fungsi to surprise, foto dapat mengagetkan pembaca dengan pesan yang ditampilkan mislanya, foto mengenai robohnya menara kembar WTC tahun 2001. Foto mengagetkan pembaca dengan komposisi yang ditampilkan oleh foto, dalam hal ini teks hanya pelengkap saja. 5) To waken desire Fungsi to waken desire adalah foto dapat menimbulkan gairah dan efek akibat melihatnya hal inipun dinilai barthez bahwa fotografi lebih kuat daripada teks berita.31 2.5.2. Foto Jurnalistik Sebagai Media Komunikasi Kehidupan manusia tidak akan lepas dari proses komunikasi. Proses interaksi sosial pada dasarnya adalah sesuatu proses komunikasi, yakni proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seorang komunikator kepada komunikan dalam wujud symbol. Pikiran berupa gagasan, inspirasi, opini, dan lain-lain yang muncul dari benak komunikator. Perasaan berupa keyakinan, kepastian, keraguraguan, kekhawatiran, kemarahan, keberanian, kegairahan, dan sebagainya yang tumbuh dari lubuk hati. Komunikasi sendiri dalam bahasa Inggris dikenal dengan communication, berasal dari bahasa latin communitio, dan bersumber dari kata communis yang berarti sama. Sama disini maksudnya adalah sama makna. Unsur-unsur dalam 31 Ibid.,Hal 144-147. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 30 komunikasi adalah sumber, pesan, saluran, dan penerima serta effect yang ditimbulkan.32 Media komunikasi adalah alat bantu yang digunakan dalam penyampaian pesan-pesan sosial. Komunikasi merupakan proses yang melibatkan banyak komponen. Elemenny antara lain: source (sumber), messege (pesan), channel (media), receiver (penerima). Dalam proses komunikasi, sumber memproduksi pesan melalui media yang telah dipilih untuk mengirim pesan pada penerima, dimana pesan yang dikirim berdasarkan tujuan tertentu. Kadang penerima tidak memberikan respon yang dapat diamati sumber, atau sumber tidak dapat mengamati penerima.Respon dari penerima kesumber disebut feedback (umpan balik). a. Penentuan dalam penyajian foto Tiap juru foto professional atau amatir pada dasarnya mempunyai dua pendekata dalam pengambilan foto. Yang pertama yaitu pendekatan obyektif, dimana juru foto berusaha dengan sabar untuk menyajikan foto menurut kenyataan, tanpa mengungkapkan kecenderungan atau pendapat pribadinya. Kedua pendekatan subyektif ialah cara mengabadikan foto, dimana juru foto dengan sengaja berusaha mengungkapkan perasaannya terhadap apa yang dilihatnya. Di sini, imajinasi yang murni dan pengetahuan mengenai subyeklah yang sangat penting.33 Menurut Andreas Feninger dalam bukunya “The Complete Photographer” pembuatan foto yang lebih baik merupakan proses yang agak rumit, karena 32 33 Onong Uchana Efendi, Op.Cit., Hal 39. Nuryanto, Op.Cit., Hal 22. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 31 menyangkut perpaduan antara lima factor yang pokok yaitu : sifat subyek, pribadi juru foto, konsep juru foto mengenai subyek, pelaksanaan teknik pemotretan dan publik yang dituju.34 b. Menciptakan komposisi dalam foto Komposisi berhubungan erat dengan perangkaian unsur-unsur dalam foto, sehingga design yang dicapai tampak enak dipandang. Wartawan yang dapat menggunakan teknik komposisi dengan baik akan membantu pusat visualnya menjadi lebih jelas. Posisi dari obyek utama, garis horizon, daerah gambar yang terang dan gelap, penerapan design atau bentuk diagonal, zig-zag dan lain-lain. Harus dapat dikontrol dengan baik oleh pemotret untuk penyajian yang sebaik-baiknya, bila subyek sudah tersusun, ia harus memikirkan keseluruhan isi dari gambar, dengan menentukan apa yang harus dibuang dan apa yang perlu ditambahkan. Komposisi merupakan “way of seeing” yang paling kuat. Dan ini terletak pada persepsi dan imajinasi seorang pemotret, yaitu bagaimana ia melihat sekelilingnya. Tergantung kemampuan seleksinya suatu komposisi yang efektif akan dapat diwujudkan. c. Make up dalam foto jurnalistik Kedudukan foto atau gambar di dalam make up sangat penting. Disamping fungsinya untuk memperindah halaman. Banyak surat kabar, majalah, media online yang hanya memuat gambar di halaman satu saja, sedangkan halamanhalaman selanjutnya dibiarkan kosong, sehingga nampak terlalu dingin. Make up 34 Feininger, Andreas. 1996. Unsur Utama Fotografi. Semarang: Daharza Prize. Hal 10-16. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 32 yang baik adalah menggunakan foto atau gambar di setiap halaman atau artikel pada sebuah media online. Make up mempunyai empat tujuan pokok yaitu : 1. Untuk memudahkan pembacanya dan memberikan berita kepada pembaca. 2. Memilihkan berita, sehingga para pembaca dengan selayang pandang saja dapat mengetahui berita apa yang terpenting pada waktu bersangkutan, 3. Memperlihatkan daya penarik dan gairah halaman pada surat kabar, dan 4. Menggunakan typography yang lengkap menciptakan suatu kepribadian sendiri dari media online itu masing-masing. d. Kedudukan gambar atau foto dalam media online35 1) Gambar atau foto memiliki daya kekuatan dalam dua segi, yaitu segi daya penariknya dan segi pentingnya gambar atau foto itu dimuat, yaitu sama halnya dengan kedudukan judul berita yang dimuat dengan baik. 2) Ada kecenderungan untuk menggunakan gambar atau foto sebagai pemisah antara dua berita terhangat yang ditempatkan paling atas. 3) Gambar atau foto juga merupakan penolong media online dari kesuraman bentuk atau rias muka, sehingga dengan memuatkan gambar atau foto maka konten dalam media online akan terlihat lebih segar dan menarik. 4) Gambar atau foto juga membantu menciptakan hubungan atau petunjuk pandangan mata pembaca. 35 Ibid.,Hal 30-31. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 33 5) Secara sederhana proses komunikasi foto jurnalistik dipahami sebagai proses penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan dengan menggunakan tanda-tanda atau lambang itu sehingga foto jurnalistik merupakan salah satu media komunikan visual. Komunikasi yang terdapat pada foto jurnalistik tidaklah sesederhana sebagai suatu pengiriman pesan saja, namun komunikan juga merupakan produksi dan merupakan maknamakna yang terdapat pada foto jurnalistik itu sendiri. Komunikasi visual sekarang ini menjadi keseharian dari kehidupan manusia, bahkan tanpa disadari, selalu dihadapkan dengan visual yang merupakan simbol atau lambang yang terdapat pesan di dalamnya. Foto jurnalistik merupakan bentuk komunikasi lain pada masyarakat, karena proses komunikasi itu sendiri adalah proses penyampaian pesan melalui media tertentu. Tujuan yang hakiki, kebanyakan orang memotret sesuatu karena ingin fotonya dilihat orang lain. Melalui foto seseorang ingin atau terpaksa menjelaskan, mendidik atau menghibur, mengubah, atau mengungkapkan kepada orang lain. Foto jurnalistik adalah sarana juru foto, seperti kata-kata ia adalah sarana bagi seorang penulis untuk mengungkapkan apa yang diinginkannya. 36 Pesan-pesan yang disampaikan dalam sebuah foto melalui media visual yaitu foto jurnalistik yang dikonstruksikan melalui bahasa-bahasa dan konvensi pengambilan sebuah gambar seperti teknik pengambilan gambar, editing. Foto 36 Feininger, Andreas. Op.Cit. Hal 10. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 34 jurnalistik menyajikan gambar dari realitas masyarakat, namun tentu saja hal ini dilakukan secara selektif. 2.6 Teknik Foto Jurnalistik 2.6.1 Teknik Dasar Foto Untuk menghasilkan gambar yang berkualitas dan memiliki nilai seni, seorang fotografer harus menguasai paling tidak teknik-teknik dasar menggunakan kamera DSLR. Teknik-teknik dasar tersebut adalah komposisi objek yang baik, pencahayaan yang seimbang dan fokus yang tajam.37 Untuk melatih itu semua tentu diperlukan jam terbang yang tinggi dalam memotret, karena insting/kepekaan kita akan semakin terasah, apalagi terkait dengan komposisi gambar seorang fotografer harus mempunyai naluri seni yang tinggi agar menghasilkan gambar tajam dan sebuah gambar yang bisa bercerita. Komposisi bukan saja objek yang mempunyai susunan bagus melainkan juga angle atau sudut pandang yang baik juga dimana fotografer mampu menemukan titik yang terbaik. Waktu pengambilan gambar bisa dilakukan kapanpun, baik siang, malam atau petang dengan mempertimbangkan pencahayaan, kondisi tempat pemotretan dan menguasai penggunaan berbagai aksesori kamera untuk mendapatkan gambar yang kita inginkan. Setiap kamera pasti memiliki karakteristik sendiri-sendiri, oleh karena itu penting sekali bagi seorang fotografer menguasai spesifikasi kamera yang mereka miliki. Disinilah pentingnya peran buku panduan bawaan yang didalamnya 37 Hamzah Sulaiman, Amir. 1982. Teknik Kamar Gelap untuk Fotografi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Hal 78. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 35 terdapat cara pemasangan komponen, cara merawat kamera serta cara mengoperasikannya. 1. White Balance Untuk melakukan pengaturan white balance memerlukan benda berwarna putih, bisa menggunakan kertas, baju ataupun dinding. Menggunakan kertas pada bidang tertentu, gunakan pencahayaan yang sedang (tidak kurang atau kelebihan), gunakan manual fokus dan usahakan seluruh frame foto terisi dengan kertas tersebut.Pengaturan white balance bisa dengan menggunakan skala kelvin atau dengan gambar-gambar untuk menyatakan suhu pencahayaan pada ruangan. Gambar2.1 Berikut adalah tabel Skala Kelvin Penjelasan Skala Kelvin Dari Skala Kelvin diatas menunjukkan bahwa 1.000 kelvin berwarna merah dan 10.000kelvin berwarna langit biru, hal ini menunjukkan bahwa apabila http://digilib.mercubuana.ac.id/ 36 settingan kelvin kita terlalu tinggi akan berwarna kekuningan, dan apabila settingan kelvin kita terlalu rendah akan berwarna kebiruan. Aturlah skala kelvin sesuai gambar diatas, hasil foto haruslah tampak netral, yakni tidak kekuningan atau kebiruan.38 2. Fokus Pengaturan fokus secara manual dapat dilakukan dengan cara menggeser ke mode Manual(M) panel fokus yang ada di lensa. Dengan begitu fokus dapat kita atur ketajamannya secara manual dengan cara memutar ring fokus pada lensa.Gunakan mode auto apabila tidak ingin repot mengaturnya, fokus akan bergerak otomatis untuk menyesuaikan zoom. Gambar 2.2 Beberapa teknik pengambilan gambar yang berkaitan dengan jarak adalah Extreme Long Shot (pandangan sangat luas), Long Shot (pandangan lebih dekat dari ELS), Medium Long Shot (manusia dari lutut sampai kepala), Medium Shot (objek diatas pinggang sampai kepala), Medium Close Up (objek manusia dari 38 Hamzah Sulaiman, Amir. 1982. Teknik Kamar Gelap untuk Fotografi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Hal 90. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 37 dada sampai kepala), Close Up (wajah), Big Close Up (hidung/mata), Extreme Close Up (pori-pori kulit) yang mempunyai detail sangat jelas. 3. Diafragma Gambar 2.3 Diafragma disimbolkan dengan f yakni pengaturan bukaan lensa, seperti kita lihat pada gambar disamping, semakin kecil nilai f nya maka semakin besar bukaan lensanya. Angka f yang kecil (bukaan besar) akan menyebabkan Depth of Field(DOF)/area tajam lebar meliputi objek utama dan background akan nampak jelas, sedangkan semakin besar pengaturan f (bukaan kecil) Depth of Field akan sempit yakni objek didepan jelas, sedangkan objek dibelakang/backgorund buram. Ukuran f sendiri terdiri dari f/1,4 (yang terkecil) hingga f/16 (yang terbesar). Diaframa termasuk 1 dari 3 komponen eksposur yang sangat bermanfaat mengatur intensitas cahaya yang masuk ke lensa. 4. Shuter Speed Shutter speed adalah pengaturan kecepatan buka dan tutup rana atau jendela kamera. Pengaturan shuter speed adalah dalam satuan detik misalnya 1/125 atau 1/1000, jadi Semakin besar angka satuannya misal 1/1000 maka semakin cepat pula waktu buka dan tutup rana/ jendela sehingga cahaya yang http://digilib.mercubuana.ac.id/ 38 masuk ke image sensor lebih sedikit. Sebaliknya apabila angka satuannya semakin kecil misal 1/125 maka semakin lama pula kecepatan buka dan tutup rana/jendela kamera sehingga cahaya yang masuk ke image. 5. ISO ISO merupakan tingkat kesensitifan sensor kamera. Semakin tinggi ISO maka semakin sensitif pula sensor sehingga gambar yang dihasilkan akan memiliki lebih banyak cahaya, sebaliknya semakin rendah settingan ISO maka semakin minim pula cahaya yang masuk ke sensor kamera. Semakin rendah ISO semakin rendah pula noise, sebaliknya semakin tinggi ISO maka semakin tinggi pula noisenya. Fotografer harus menemukan setting ISO yang pas untuk kamera, ISO tinggi biasanya digunakan saat malam hari atau saat cahaya benar benar minim.Agar gambar yang dihasilkan maksimal gunakanlah ISO 100 dan naikkan hanya jika memang dibutuhkan. Ingat, menaikkan ISO juga berarti menaikkan Noise. 6. Komposisi Komposisi merupakan hal terakhir dalam fotografi.Komposisi merupakan elemen penyusun gambar. Komposisi ada 2 yakni komposisi yang tidak dapat diubah seperti posisi gunung, laut awan dll, serta komposisi yang bisa diubah seperti subjek yang bisa bergeser atau benda-benda mati yang bisa kita susun sesuka hati. Setelah tentang aspek teknis setting kamera dan pencahayaan maka komposisi akan sangat berperan dalam menghasilkan gambar yang lebih baik. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 39 Komposisi merupakan topik yang sangat luas dan tidak akan cukup dibahas dalam satu buku sekalipun, namun dalam kesempatan ini kita akan membahas kulit luarnya saja. Hal pertama yang kita lakukan adalah memilih subjek atau fokus utama dalam suatu gambar. Sangat penting mendapatkan titik ini, dan berfikir cara mengolahnya apakah ditampilkan lebih menonjol dari area lain atau sama tajamnya dengan area lain. Pengaturan ini perlu dipelajari lebih lanjut dalam depth of field. Setelah mendapatkan subjek maka perlu memilih orientasi apa yang akan digunakan apakah orientasi vertical (meninggi) atau orientasi horizontal(melebar) yang juga perlu dipelajari dalam artikel tersendiri. Beberapa komposisi yang terbukti efektif antara lain : a. Fill the frame Yakni mengisi frame denga subjek atau objek utama, menghilangkan halhal yang tidak perlu atau tidak memiliki hubungan dengan fokus utama. Kita bisa menggunakan lensa zoom atau bergerak mendekat agat frame terpenuhi dengan subjek. b. Rule of third Dengan membagi viewfinder menjadi 9 bagian sama besar dan meletakkan subjek utama antara 4 titik pertemuan garis tersebut akan menghasilkan gambar yang lebih sedap dipandang mata.39 39 Hamzah Sulaiman, Amir. 1982. Teknik Kamar Gelap untuk Fotografi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Hal 98. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 40 2.6.2 Peran Foto Jurnalistik Wilson Hick dalam bukunya Word and Picture memberi batasan fotografi jurnalistik adalah media komunikasi verbal dan visual yang hadir bersamaan.Sedangkan Soelarko mendefinisikan foto jurnalistik sebagai foto berita atau bisa juga disebut sebagai sebuah berita yang disajikan dalam bentuk foto. Sementara itu Oscar Motuloh, fotografer senior Biro Foto LKBN Antara Jakarta menyebut foto jurnalistik adalah medium sajian untuk menyampaikan baragam bukti visual atas suatu peristiwa pada suatu masyarakt seluas-luasnya, bahkan hingga kerak dibalik peristiwa tersebut, tentu dalam waktu yang sesungkat-singkatnya. Dilihat dari beberapa pengertian yang ada maka foto jurnalistik dapat disebut sebagai suatu sajian dalam bentuk foto akan sebuah peristiwa yang terjadi, di mana peristiwa tersebut berkaitan dengan aspek kehidupan manusia dan disampaikan guna kepentingan manusia itu sendiri. Kepentingan manusia dalam hal ini berupa kebutuhan akan informasi atau juga berita yang terjadi di seluruh belahan bumi ini. Syarat umum untuk membuat foto berita dengan baik adalah, memiliki pengetahuan konspesional, mempersoalkan isi (picture content, news content). Selain itu, memiliki keterampilan teknis yaitu mempersoalkan penyajian teknis yang matang secara fotografi. Foto-foto yang dimuat dalam media memang tidak selalu menggambarkan suatu peristiwa atau berita (news photo), melainkan bisa juga bersifat ilustratif, yaitu bisa berdiri sendiri atau menyertai suatu artikel, termasuk di dalamnya http://digilib.mercubuana.ac.id/ 41 adalah foto-foto yang bersifat „human interest‟ (menarik perhatian dan membangkitkan kesan). Suatu foto memang tidak bisa melukiskan keterangan-keterangan verbal yang diperoleh wartawan di lapangan, tapi dengan kemampuan visualisasi yang disuguhkan, sebuah foto bisa mengungkapkan pandangan mata yang sulit untuk dilukiskan dengan kata-kata.Berbeda dengan berita tulis di mana wartawan bisa secara tidak sengaja memasukkan subjektivitas yang bisa memengaruhi opini. Dengan foto akan memperkecil subjektivitas tersebut, kepada pembaca disuguhkan secara visual apa adanya. Pembaca akan memberi penafsiran terhadap foto tersebut; yang tentu saja satu dengan lainnya bisa berbeda. Maka tidaklah salah ungkapan “one picture is worth one thousand words” 2.7 Elemen Jurnalistik Bill Kovach dan Tom Rosenstiel, merumuskan prinsip-prinsip itu dalam Sembilan Elemen Jurnalisme. Kesembilan elemen tersebut adalah:40 1. Kewajiban pertama jurnalisme adalah pada kebenaran Kewajiban para jurnalis adalah menyampaikan kebenaran, sehingga masyarakat bisa memperoleh informasi yang mereka butuhkan untuk berdaulat.Bentuk “kebenaran jurnalistik” yang ingin dicapai ini bukan sekadar akurasi, namun merupakan bentuk kebenaran yang praktis dan fungsional.Ini bukan kebenaran mutlak atau filosofis. Tetapi, merupakan suatu proses menyortir Rosenstiel, Tom. Bill Kovach. 2001. The Elements of Journalism, What Newspeople Should Know and the Public Should Expect. New York: Crown Publishers. 40 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 42 (sorting-out) yang berkembang antara cerita awal, dan interaksi antara publik, sumber berita (newsmaker), dan jurnalis dalam waktu tertentu. Prinsip pertama jurnalisme pengejaran kebenaran, yang tanpa dilandasi kepentingan tertentu (disinterested pursuit of truth)adalah yang paling membedakannya dari bentuk komunikasi lain. Contoh kebenaran fungsional, misalnya, polisi menangkap tersangka koruptor berdasarkan fakta yang diperoleh.Lalu kejaksaan membuat tuntutan dan tersangka itu diadili. Sesudah proses pengadilan, hakim memvonis, tersangka itu bersalah atau tidak-bersalah. Apakah si tersangka yang divonis itu mutlak bersalah atau mutlak tidak-bersalah? Kita memang tak bisa mencapai suatu kebenaran mutlak. Tetapi masyarakat kita, dalam konteks sosial yang ada, menerima proses pengadilan serta vonis bersalah atau tidak bersalah tersebut, karena memang hal itu diperlukan dan bisa dipraktikkan. Jurnalisme juga bekerja seperti itu. 2. Loyalitas pertama jurnalisme adalah kepada warga (citizens) Organisasi pemberitaan dituntut melayani berbagai kepentingan konstituennya: lembaga komunitas, kelompok kepentingan lokal, perusahaan induk, pemilik saham, pengiklan, dan banyak kepentingan lain. Semua itu harus dipertimbangkan oleh organisasi pemberitaan yang sukses.Namun, kesetiaan pertama harus diberikan kepada warga (citizens).Ini adalah implikasi dari perjanjian dengan publik. Komitmen kepada warga bukanlah egoisme profesional.Kesetiaan pada warga ini adalah makna dari independensi jurnalistik.Independensi adalah bebas dari semua kewajiban, kecuali kesetiaan terhadap kepentingan publik. Jadi, http://digilib.mercubuana.ac.id/ 43 jurnalis yang mengumpulkan berita tidak sama dengan karyawan perusahaan biasa, yang harus mendahulukan kepentingan majikannya. Jurnalis memiliki kewajiban sosial, yang dapat mengalahkan kepentingan langsung majikannya pada waktu-waktu tertentu, dan kewajiban ini justru adalah sumber keberhasilan finansial majikan mereka. 3. Esensi jurnalisme adalah disiplin verifikasi Membedakan antara jurnalisme dengan hiburan (entertainment), propaganda, fiksi, atau seni, adalah disiplin verifikasi. Hiburan –dan saudara sepupunya “infotainment” berfokus pada apa yang paling bisa memancing perhatian. Propaganda akan menyeleksi fakta atau merekayasa fakta, demi tujuan sebenarnya, yaitu persuasi dan manipulasi. Sedangkan jurnalisme berfokus utama pada apa yang terjadi, seperti apa adanya. Disiplin verifikasi tercermin dalam praktik-praktik seperti mencari saksisaksi peristiwa, membuka sebanyak mungkin sumber berita, dan meminta komentar dari banyak pihak. Disiplin verifikasi berfokus untuk menceritakan apa yang terjadi sebenar-benarnya. Dalam kaitan dengan apa yang sering disebut sebagai “obyektivitas” dalam jurnalisme, maka yang obyektif sebenarnya bukanlah jurnalisnya, tetapi metode yang digunakannya dalam meliput berita. Ada sejumlah prinsip intelektual dalam ilmu peliputan: a. Jangan menambah-nambahkan sesuatu yang tidak ada b. Jangan mengecoh audiens c. Bersikaplah transparan sedapat mungkin tentang motif dan metode Anda http://digilib.mercubuana.ac.id/ 44 d. Lebih mengandalkan pada liputan orisinal yang dilakukan sendiri e. Bersikap rendah hati, tidak menganggap diri paling tahu. 4. Jurnalis harus tetap independen dari pihak yang mereka liput Jurnalis harus tetap independen dari faksi-faksi. Independensi semangat dan pikiran harus dijaga wartawan yang bekerja di ranah opini, kritik, dan komentar. Jadi, yang harus lebih dipentingkan adalah independensi, bukan netralitas.Jurnalis yang menulis tajuk rencana atau opini, tidak bersikap netral. Namun, ia harus independen, dan kredibilitasnya terletak pada dedikasinya pada akurasi, verifikasi, kepentingan publik yang lebih besar, dan hasrat untuk memberi informasi. Adalah penting untuk menjaga semacam jarak personal, agar jurnalis dapat melihat segala sesuatu dengan jelas dan membuat penilaian independen.Sekarang ada kecenderungan media untuk menerapkan ketentuan “jarak” yang lebih ketat pada jurnalisnya. Misalnya, mereka tidak boleh menjadi pengurus parpol atau konsultan politik politisi tertentu. Independensi dari faksi bukan berarti membantah adanya pengaruh pengalaman atau latar belakang si jurnalis, seperti dari segi ras, agama, ideologi, pendidikan, status sosial-ekonomi, dan gender. Namun, pengaruh itu tidak boleh menjadi nomor satu.Peran sebagai jurnalislah yang harus didahulukan. 5. Jurnalis harus melayani sebagai pemantau independen terhadap kekuasaan Jurnalis harus bertindak sebagai pemantau independen terhadap kekuasaan. Wartawan tak sekedar memantau pemerintahan, tetapi semua lembaga http://digilib.mercubuana.ac.id/ 45 kuat di masyarakat. Pers percaya dapat mengawasi dan mendorong para pemimpin agar mereka tidak melakukan hal-hal buruk, yaitu hal-hal yang tidak boleh mereka lakukan sebagai pejabat publik atau pihak yang menangani urusan publik. Jurnalis juga mengangkat suara pihak-pihak yang lemah, yang tak mampu bersuara sendiri. Prinsip pemantauan ini sering disalah pahami, bahkan oleh kalangan jurnalis sendiri, dengan mengartikannya sebagai “mengganggu pihak yang menikmati kenyamanan.” Prinsip pemantauan juga terancam oleh praktik penerapan yang berlebihan, atau “pengawasan” yang lebih bertujuan untuk memuaskan hasrat audiens pada sensasi, ketimbang untuk benar-benar melayani kepentingan umum. Namun, yang mungkin lebih berbahaya, adalah ancaman dari jenis baru konglomerasi korporasi, yang secara efektif mungkin menghancurkan independensi, yang mutlak dibutuhkan oleh pers untuk mewujudkan peran pemantauan mereka. 6. Jurnalisme harus menyediakan forum bagi kritik maupun komentar Apapun media yang digunakan, jurnalisme haruslah berfungsi menciptakan forum di mana publik diingatkan pada masalah-masalah yang benarbenar penting, sehingga mendorong warga untuk membuat penilaian dan mengambil sikap. Maka, jurnalisme harus menyediakan sebuah forum untuk kritik dan kompromi publik.Demokrasi pada akhirnya dibentuk atas kompromi. Forum ini dibangun berdasarkan prinsip-prinsip yang sama sebagaimana halnya dalam http://digilib.mercubuana.ac.id/ 46 jurnalisme, yaitu: kejujuran, fakta, dan verifikasi. Forum yang tidak berlandaskan pada fakta akan gagal memberi informasi pada publik. Sebuah perdebatan yang melibatkan prasangka dan dugaan semata hanya akan mengipas kemarahan dan emosi warga. Perdebatan yang hanya mengangkat sisi-sisi ekstrem dari opini yang berkembang, tidaklah melayani publik tetapi sebaliknya justru mengabaikan publik.Yang tak kalah penting, forum ini harus mencakup seluruh bagian dari komunitas, bukan kalangan ekonomi kuat saja atau bagian demografis yang menarik sebagai sasaran iklan. 7. Jurnalisme harus berupaya membuat hal yang penting itu menarik dan relevan. Tugas jurnalis adalah menemukan cara untuk membuat hal-hal yang penting menjadi menarik dan relevan untuk dibaca, didengar atau ditonton.Untuk setiap naskah berita, jurnalis harus menemukan campuran yang tepat antara yang serius dan yang kurang-serius, dalam pemberitaan hari mana pun. Singkatnya, jurnalis harus memiliki tujuan yang jelas, yaitu menyediakan informasi yang dibutuhkan orang untuk memahami dunia, dan membuatnya bermakna, relevan, dan memikat.Dalam hal ini, terkadang ada godaan ke arah infotainment dan sensasionalisme. 8. Jurnalis harus menjaga agar beritanya komprehensif dan proporsional Jurnalisme itu seperti pembuatan peta modern.Ia menciptakan peta navigasi bagi warga untuk berlayar di dalam masyarakat.Maka jurnalis juga harus menjadikan berita yang dibuatnya proporsional dan komprehensif. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 47 Dengan mengumpamakan jurnalisme sebagai pembuatan peta, kita melihat bahwa proporsi dan komprehensivitas adalah kunci akurasi.Kita juga terbantu dalam memahami lebih baik ide keanekaragaman dalam berita. 9. Jurnalis memiliki kewajiban untuk mengikuti suara nurani mereka Setiap jurnalis, dari redaksi hingga dewan direksi, harus memiliki rasa etika dan tanggung jawab personal, atau sebuah panduan moral. Terlebih lagi, mereka punya tanggung jawab untuk menyuarakan sekuat-kuatnya nurani mereka dan membiarkan yang lain melakukan hal yang serupa. Agar hal ini bisa terwujud, keterbukaan redaksi adalah hal yang penting untuk memenuhi semua prinsip jurnalistik. Gampangnya mereka yang bekerja di organisasi berita harus mengakui adanya kewajiban pribadi untuk bersikap beda atau menentang redaktur, pemilik, pengiklan, dan bahkan warga serta otoritas mapan, jika keadilan(fairness)dan akurasi mengharuskan mereka berbuat begitu. Dalam kaitan itu, pemilik media juga dituntut untuk melakukan hal yang sama. Organisasi pemberitaan, bahkan terlebih lagi dunia media yang terkonglomerasi dewasa ini, atau perusahaan induk mereka, perlu membangun budaya yang memupuk tanggung jawab individual.Para manajer juga harus bersedia mendengarkan, bukan cuma mengelola problem dan keprihatinan para jurnalisnya. Dalam perkembangan berikutnya, Bill Kovach dan Tom Rosenstiel menambahkan elemen ke-10. Yaitu: 10. Warga juga memiliki hak dan tanggung jawab dalam hal-hal yang terkait dengan berita. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 48 Elemen terbaru ini muncul dengan perkembangan teknologi informasi, khususnya internet. Warga bukan lagi sekadar konsumen pasif dari media, tetapi mereka juga menciptakan media sendiri.Ini terlihat dari munculnya blog, jurnalisme online, jurnalisme warga (citizen journalism), jurnalisme komunitas (community journalism) dan media alternatif.Warga dapat menyumbangkan pemikiran, opini, berita, dan sebagainya, dan dengan demikian juga mendorong perkembangan jurnalisme. http://digilib.mercubuana.ac.id/