JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1-5 1 PEMANFAATAN SUPLEMEN VITAMIN C SEBAGAI INHIBITOR KOROSI PADA BAJA API 5L GRADE B DALAM MEDIA 3.5% NaCl DAN 0.1 M HCl Abdur Rozak, Budi Agung Kurniawan Jurusan Teknik Material & Metalurgi, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia e-mail: [email protected] Abstrak - Kandungan antioksidan pada suplemen vitamin c yaitu asam askorbat dapat dikembangkan sebagai inhibitor untuk menghambat laju korosi di lingkungan 3.5% NaCl dan 0.1 M HCl. Dalam penelitian ini digunakan variasi media elektrolit inhibitor pada asam askorbat 100 ppm, 150 ppm, 200 ppm di 3.5% NaCl dan variasi konsentrasi pada media 0.1 M HCl adalah 100 ppm, 150 ppm, 200 ppm. Untuk mengetahui kandungan senyawa dalam suplemen vitamin c tersebut dilakukan pengujian HPLC. Laju korosi diperoleh dengan metode polarisasi. Dalam pengujian High Performance Liquid Chromatography diketahui bahwa pada suplemen vitamin c mengandung senyawa asam askorbat sebanyak 24.04%. Sedangkan dengan pengujian polarisasi diketahui bahwa dengan penambahan asam askorbat di 3.5% NaCl 100 ppm dapat menurunkan laju korosi hingga menjadi 0.17981 mpy sehingga efisiensi inhibitor meningkat menjadi 78%. Sedangkan pada penambahan asam askorbat dalam 0.1 M HCl laju korosi menurun menjadi 10,197 mpy. Efisiensi inhibitor pun ikut meningkat menjadi 58% di konsentrasi 200 ppm. Keyword : Antioksidan, inhibitor korosi, Asam Askorbat I. PENDAHULUAN D alam industri minyak dan gas, korosi pada alat-alat industri dianggap berbahaya bukan hanya terhadap industri itu sendiri, tetapi juga terhadap lingkungannya, antara lain dapat menyebabkan kehilangan bahan-bahan industri yang berbahaya, terhentinya proses secara tidak terduga, gangguan keamanan dan keselamatan kerja, serta pencemaran lingkungan. Langkah langkah pencegahan untuk mengatasi persoalan ini telah banyak dilakukan namum korosi masih dapat terjadi.[1] Sangat penting untuk diingat bahwa korosi tidak bisa dihentikan. Laju korosi bisa dikurangi atau diminimalkan, tetapi pengurangan laju korosi jarang mencapai nol.[2] Pada umumnya, inhibitor yang digunakan adalah inhibitor sintetis, inhibitor ini dirasa efektif dalam melindungi logam terhadap korosi [3], akan tetapi memiliki efek negatif yang cukup membahayakan lingkungan dan juga kesehatan manusia serta harganya kurang ekonomis [4]. Oleh karena itu dilakukanlah penelitian tentang pemanfaatan bahan alam sebagai inhibitor organik (green inhibitor) [5]. Green inhibitor corrosion merupakan zat yang biodegradable, tidak memiliki kandungan logam berat atau senyawa yang bersifat racun sehingga tidak membahayakan kesehatan manusia serta ramah terhadap lingkungan.[6] II. METODE PENELITIAN A. Preparasi Suplemen Vitamin C sebagai inhibitor Menggunakan Vitacimin sebagai inhibitor untuk perlindungan korosi preparasi yang harus dilakukan adalah hanya digerus hingga menjadi serbuk. Untuk penelitian kali menggunakan 3 konsentrasi inhibitor dan untuk penambahan inhibitor vitamin c sesuai tabel dibawah Tabel 1. Penambahan inhibitor dalam media 3.5% NaCl dan 0.1 M HCl No Konsentrasi (ppm) 1 2 3 100 150 200 Penambahan Inhibitor (gram) Media Media NaCl HCl 0.413 0.396 0.619 0.594 0.825 0.793 B. Preparasi Spesimen Material yang digunakan pada penelitian ini adalah API 5L Gr B. Material yang diuji dibentuk menjadi elektroda untuk pengujian menggunakan potensiostat.Spesimen akan dibubut dan dipotong sampai ø 10 mm dan tebal 5mm. Potongan material tersebut selanjutnya disambung dengan kawat tembaga pada salah satu sisinya (panjang ±20 cm). Agar kawat tembaga tidak terekspos lingkungan maka kawat tembaga perlu dibungkus dengan selang plastik. Setelah kawat tembaga tersambung dilakukan moulding pada benda uji dengan resin epoksi, dengan sisi yang yang tidak tersambung kawat tembaga terekspos pada lingkungan, permukaaan benda uji yang terekspos dengan lingkungan dihaluskan dengan kertas gosok sampai dengan grade 800, sehingga permukaan benda uji yang rata dan halus. C. Pembuatan Larutan Larutan induk media korosif 3,5%, dibuat dengan cara melarutkan 35,24 gram natrium klorida dalam 1000 ml aquades dan untuk asam klorida 32% Diukur sebanyak 9.83 mL Dimasukkan dalam beaker glass ukuran 1000 mL kemudian diencerkan dengan mengguanakan aquades hingga JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1-5 tanda batas 100 mL. Kemudian ditambahkan suplemen vitamin c 100 ppm, 150 ppm, 200 ppm. Begitu juga pada vitamin c murni adalah 100 ppm, 150ppm, 200 ppm. 2 B. Pengujian Tafel Pada 3.5% NaCl Penghambatan laju reaksi korosi dalam larutan NaCl 3,5% dengan suplemen vitamin c dan vitamin c murni dapat dilihat dari gambar 1 dan 2 D. Pengujian Tafel Metode polarisasi potensiodinamik pada penelitian kali ini menggunakan 3 elektrode dalam labu silinder yang berisi 1000 ml elektrolit tanpa penambahan inhibitor dan dengan ditambahkan inhibitor. Grafit digunakan sebagai counter electrode sedangkan pada reference electrode digunakan Saturated Colomel Electrode (SCE) dengan scan rate 10 mV/s Start Potensial -3omV dan Finish Potensial +30mV. E. Pengujian X-Ray Diffraction XRD merupakan salah satu alat pengujian material yang biasanya digunakan untuk identifikasi unsur atau senyawa (analisis kualitatif) dan penentuan komposisi (analisis kuantitatif). Pengujian XRD memanfaatkan difraksi dari sinar-X. Generator tegangan tinggi berfungsi sebagai pembangkit daya sumber sinar-X pada bagian x-ray tube. Sampel berbentuk diletakkan diatas wadah yang dapat diatur posisinya. Lalu berkas sinar-X ditembak ke sampel dan didifraksikan oleh sampel, masuk ke alat pencacah. Intensitas difraksi sinar-X ditangkap oleh detektor dan diterjemahkan dalam bentuk kurva. Gambar 1. Grafik Tafel Suplemen Vitamin C pada 3.5% NaCl F. Pengujian Visual Test Sebelum perendaman masing-masing sampel diamplas secara manual dengan menggunakan kertas amplas dimulai grit 80, 100, 150, 240. Hal ini dilakukan untuk menghilangkan lapisan yang berwarna abu-abu kehitaman atau oksida yang ada dipermukaan. III. HASIL & DISKUSI A. Pengujian High Performance Liquid chromatography Untuk mengetahui massa vitamin c yang terkandung dalam suplemen vitamin c, dilakukan pengujian High Performance Liquid chromatography. hasil uji HPLC tersebut didapat kadar vitamin c dalam suplemen vitamin c dalam inhibitor seperti yang ditunjukkan pada tabel 2 Tabel 2. Kadar Vitamin C dalam Suplemen Vitamin C Standar Sampel Penimbangan 11.41 14.65 Volume ad 10.0 10.0 Konsentrasi 1140.0 1465.0 Konsentrasi yang 114.10 146.50 di inject Area 10988512 3443124 Kadar Ascorbic Acid dalam 35.75 Sampel (mg) Kadar Ascorbic Acid dalam 24.40% sampel (%) Pada pengujian High Performance Liquid chromatography diatas menghasilkan bahwa kadar vitamin c dalam 1 mg obat suplemen vitamin c terdapat 0.244 mg vitamin c. Gambar 2. Grafik Tafel Vitamin C Murni pada 3.5% NaCl Dari gambar 1 dan 2 terlihat bahwa laju reaksi korosi baja dalam larutan natrium klorida 3,5 % dapat menghambat laju reaksi korosi baja sampai pada tingkat tertentu. Dari penelitian inhibitor suplemen vitamin c tidak jauh berbeda dengan inhibitor vitamin c murni, efektivitas menurun ketika melebihi konsentrasi diatas 100 ppm. Untuk konsentrasi 200 ppm ini tidak dianjurkan karena tidak sesuai dengan fungsi inhibitor yaitu menurunkan laju korosi. Inhibitor suplemen vitamin c maupun vitamin c murni memiliki konsentrasi optimal pada 100 ppm. Asam akorbat bersifat sangat stabil diudara tetapi dalam larutan asam askorbat askn cenderung tidak stabil dan akan berdekomposisi menjadi dehydroascorbic acid (DAA). Senyawa dehydroascorbic acid (DAA) inilah yang akan teradsorpsi pada permukaan logam membentuk lapisan pelindung tipis atau lapisan pasif. Sifat dari dehydroascorbic acid sangat reaktif jika pH diatas 4, sehingga dehydroascorbic acid atau asam dehidroaskorbat ini bereaksi dengan air dan membentuk asam diketogulionic (C6H8O7). [7] JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1-5 3 Gambar 3. Perbandingan Laju Korosi Inhibitor Suplemen Vitamin C dan Vitamin C Murni Gambar 6. Perbandingan Laju Korosi Inhibitor Suplemen Vitamin C dan Vitamin C Murni Inhibitor suplemen vitamin c dalam 3.5% NaCl laju korosi turun hingga 0.2086 mpy untuk konsentrasi 100 ppm, untuk konsentrasi diatas 100 ppm efektivitas menurun (150 ppm efektivitasnya 68% dan untuk 200 ppm 20%) lebih baik daripada inhibitor vitamin c murni. Untuk inhibitor suplemen vitamin c dan vitamin c murni paling efisien pada konsentrasi 200 ppm. Larutan 0.1 M HCl memiliki pH 1 pada asam dehidroaskorbat tidak begitu reaktif [7], sehingga asam dehidroaskorbat dapat bereaksi dengan baja API 5L Grade B dengan baik dan sedikit terbentuk asam diketogulionic. C. Pengujian Tafel Pada 0.1 M HCl Pengujian polarisasi ini dalam lingkungan 0.1 M HCl D. Pengujian X-Ray Diffraction dengan penambahan inhibitor Suplemen Vitamin C dan vitamin c murni, didapatkan gambar sebagai berikut : Gambar 4. Grafik Tafel Suplemen Vitamin C pada 0.1 M HCl Gambar 7. Difraktogram logam dengan inhibitor suplemen vitamin C Gambar 5. Grafik Tafel Vitamin C Murni pada 0.1 M HCl Untuk media 0.1 M HCl efisiensi inhibitor suplemen vitamin c dan vitamin c murni tidak jauh berbeda, meningkatnya efisiensi seiringi dengan penambahan konsentrasi inhibitor. Dalam media 3.5% NaCl pengujian X-Ray Diffraction ini menunjukkan Analisis menggunakan difraksi sinar-X membuktikkan bahwa adanya lapisan pasif asam askorbat menurunkan intensitas sinar yang diserap oleh logam. Pada logam yang tidak dilapisi, sinar yang diserap oleh logam lebih banyak. Sehingga intensitasnya tinggi. Sedangkan pada logam yang dilapisi asam askorbat, sinar yang diserap oleh logam lebih sedikit, sehingga intensitasnya lebih rendah. Akan tetapi lapisan tersebut tidak mempengaruhi komposisi logam yang bersangkutan. Hal ini dapat dilihat dari puncak pada difraktogram. Puncak-puncak ini adalah fase logam dengan matriks dominan unsur Fe yang merupakan komposisi terbesar dalam sampel. Gambar 7. diatas menunjukan hasil XRD plat API 5L Grade B yang direndam 0.1 M HCl selama satu hari.setelah dilakukan analisa terdapat 3 senyawa yaitu senyawa Fe, senyawa Fe2O3 dan senyawa Fe2C6H11O6. E. Pengujian Visual Test Penelitian ini dilakukan dengan menambahkan inhibitor suplemen vitamin c. Penambahan suplemen vitamin c dalam media 3.5 % NaCl dengan konsentrasi 100 ppm, 150 ppm dan 200 ppm menyebabkan perubahan warna pada larutan JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1-5 4 yang berwarna awal bening menjadi berwarna kuning. Setelah perendaman beberapa hari, warna pada larutan tersebut mulai berubah. Warna pada larutan dengan penambahan inhibitor yang awalnya berwarna kuning menjadi kuning kecoklatan, sedangkan pada larutan tanpa penambahan inhibitor yang awalnya bening berubah menjadi kuning kecoklatan dan terdapat endapan. Pada larutan 0.1 M HCl tanpa pemberian inhibitor dan dengan pemberian inhibitor tidak merubah warna larutan awal yaitu berwarna bening dan tidak terdapat endapan pada semua larutan dengan inhibitor dan tanpa inhibitor. Gambar 10. Hasil Uji Immersion 150 ppm dalam media 3.5% NaCl dalam 9 hari Gambar 8. Hasil Uji Immerison tanpa inhibitor 3.5% NaCl dalam 9 hari Gambar 11. Hasil Uji Immersion 200 ppm dalam media 3.5% NaCl dalam 9 hari Gambar 9. Hasil Uji Immersion 100 ppm dalam media 3.5% NaCl dalam 9 hari Gambar 12. Hasil Uji Immerison tanpa inhibitor 0.1 M HCl dalam 9 hari JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1-5 5 100 ppm. Untuk larutan 0.1 M HCl tanpa penambahan inhibitor pada hari ke-1 sama dengan hari ke-5 pada konsentrasi 100 ppm, hari ke 7 untuk konsentrasi 150 ppm dan hari ke-13 pada konsentrasi 200 ppm. Awalnya, pada permukaan sampel ini, terdapat lapisan berwarna abu-abu kehitaman yang menutupi seluruh permukaan sampel. Oleh karena itu, untuk menghilangkan sampel tersebut, sebelum perendaman masing-masing sampel diamplas secara manual dengan menggunakan kertas amplas dimulai grit 80, 100, 150, 240. Hal ini dilakukan untuk menghilangkan lapisan yang berwarna abu-abu kehitaman atau oksida yang ada dipermukaan. IV. KESIMPULAN Gambar 13. Hasil Uji Immersion 100 ppm dalam media 0.1 M HCl dalam 9 hari Suplemen vitamin c dapat menghambat laju reaksi korosi dalam larutan NaCl 3,5% dan 0.1 M HCl. Efisiensi inhibisi Suplemen vitamin c di media 3.5% NaCl mencapai maksimum hingga 78% pada 100 ppm karena asam askorbat kurang stabil pH diatas 4, sedangkan efisiensi inhibisi suplemen vitamin c dalam 0.1 M HCl mencapai maksimum hingga 58% pada 200 ppm. DAFTAR PUSTAKA Gambar 14. Hasil Uji Immersion 150 ppm dalam media 0.1 M HCl dalam 9 hari Gambar 15. Hasil Uji Immersion 100 ppm dalam media 0.1 M HCl dalam 9 hari Pada gambar diatas menjelaskan kondisi sampel tanpa pemberian inhibitor dan dengan pemberian inhibitor. Pada larutan 3.5% NaCl tanpa penambahan inhibitor di hari ke-1 sama dengan hari ke-4 untuk konsentrasi 200 ppm, hari ke-7 untuk konsentrasi 150 ppm dan hari ke-11 untuk konsentrasi [1] Subekti, T. Siagian, Korosi Pada Pipa Aliran Gas Bumi oleh Kondensat yang Mengandung NaCl dan Bikarbonat, Korosi dan Material, INDOCOR 2 (3). [2] Petersen P., The Use of Corrosion Inhibitor in The Refining Industry, in: Corrosion96-NACE, NACE International, 1996. [3] V. Sastri, Corrosion Inhibitors; Principles and Application, JohnWilley & Son Inc, New York, 1998. [4] T. Soejono, et al, Pengaruh Lingkungan Terhadap Efisiensi Inhibisi Asam Askorbat (Vitamin C) pada Laju Korosi Tembaga, in: eJurnal Petra, 1996.Rahayu K. Pengaruh buah mengkudu sebagai green inhibitor corrosion pada baja karbon di lingkungan 3.5% NaCl [5] Ebenso, N. Eddy, A. Odiongenyi, Corrosion inhibitive properties and adsorption behaviour of ethanol extract of piper guinensis as a green corrosion inhibitor for mild steel in H2SO4, African Journal of Pure and Applied Chemistry 2 (11) (2008) 107–115. [5] S. Umoren, I. Obot, E. Ebenso, N. Obi-Egbedi, The Inhibition of aluminium corrosion in hydrochloric acid solution by exudate gum from Raphia hookeri, Desalination 247 (1–3) (2009) 561–572. doi:10.1016/j.desal.2008.09.005. URL http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0011916409005360 [6] Sekine, I., Corrosion Inhibition of Steels by Organic Inhibities, Japan : Industrial Technology Development Institute Department of Scienceand Technology, 1994. [7] Robin Harris J. 1996. Ascorbic Acid: Biochemistry and Biochemical Cell Biology Volume 25 dari Subcellular biochemistry