PROGRAM STUDI GEOFISIKA JURUSAN FISIKA, FAKULTAS MIPA UNIVERSITAS GADJAH MADA FISIKA GUNUNG API “Man and Volcanoes : The Benefits” A. Pendahuluan Jika pada pertemuan sebelumnya hampir semua kelompok membahas mengenai bahaya, ancaman, dan dampak yang negatif dari adanya gunung api. Namun, pada kesempatan kali ini akan dibahas mengenai manfaat atau dampak positif dari adanya gunung api. Berikut adalah outline yang akan dibahas pada kesempatan kali ini: Gunungapi & Sistem Geothermal (Volcano and geothermal systems) Gunungapi dan Tempat Pengendapan Bijih (Volcano – hosted of ore deposits) Pemanfaatan material erupsi gunungapi dalam bidang industri (Industrial uses of volcanic materials) B. Gunungapi & Sistem Geothermal (Volcano and geothermal systems) Pendahuluan Tidak perlu jauh – jauh ke beberapa negara di dunia, tempat tinggal kita yaitu di Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang mempunyai banyak gunung api. Oleh karena itu dengan adanya banyak gunung api di Indonesia menjadikan negara ini kaya akan sumber panas bumi (geothermal). Geothermal energy adalah energi yang tersimpan dalam bentuk air panas atau uap pada kondisi tertentu pada kedalaman beberapa kilometer di dalam kerak bumi. Sedangkan geothermal area adalah suatu daerah dipermukaan bumi dalam batas tertentu dimana terdapat energi panas bumi dalam suatu kondisi hidrologi – batuan tertentu atau disebut dengan sistem panas bumi. Sistem Panas Bumi Geothermal system atau sistem panas bumi adalah sebuah terminologi yang digunakan untuk berbagai hal tentang sistem air – batuan dalam temperature tinggi. Terminologi tersebut berkaitan dengan penggunaan khususnya pemanfaatan sumber panas tadi. Penggunaan energi tadi dapat berupa penggunaan langsung dari air atau uap yang mengalir ke permukaan bumi atau melalui pemboran. Contohnya penggunaan dalam industri proses, wisata atau diubah menjadi tenaga listrik. Syarat sistem panas bumi sendiri terdiri dari : Sumber Panas Sumber panas bumi dapat berupa magma ataupun intrusi Recharge Water Supply air untuk melakukan proses ulang Batuan Reservoir Batuan tempat dimana menyimpan sumber fluida Lapisan Penudung Batuan penutup dari batuan reservoar Struktur Geologi Biasanya berupa rekahan – rekahan yang membantu tempat keluarnya sumber potensi panas bumi Sistem panas bumi berasosiasi dengan 2 hal yaitu : Gerakan lempeng tektonik Gerakan lempeng tektonik sendiri di bagi menjadi tiga macam, yaitu : konvergen. gerakan ini juga di bagi lagi menjadi tiga: Subduksi, disebabkan adanya pertemuan antara dua lempeng yang berbeda, yaitu lempeng samudra dan lempeng benua. karena adanya perbedaan massa lempeng, salah satu lempeng akhirnya menunjang kedalam, lempeng yang menunjam kedalam adalah lempeng samudra karena lempeng ini mempunyai massa yang lebih kecil di bandingkan lempeng benua, akibat dari penunjaman ini menyebabkan lempengnya meleleh(melting) sehingga sumber panas akan semakin dekat dengan permukaan bumi. subduksi ini sebagai penyebab munculnya gunung berapi aktif. contoh geothermal yang berasosiasi dengan subduksi adalah di kamojang jabar. Koalisi, yaitu pertemuan antara lempeng benua dengan lempeng benua yang mempunyai massa sama, akibat dari koalisi akan memunculkan adanya pegunungan lipatan seperti di himalaya. contoh nya di lapangan panas bumi Yangbajing. Lempeng samudra dengan lempeng samudra. akibat dari peristiwa ini adalah munculnya kepulauan vulkanik di lautan, misal kan sebagai contoh di hawai Gambar 1 : syarat sistem panas bumi Divergen, adalah pemekaran atau pemisahan lempeng atau benua, karena adanya pemisahan lapisan penutup ini menyebabkan sumber panas bumi semakin dekat dengan permukaan bumi.contohnya di iceland. Transform atau persimpangan yang menimbulkan suatu patahan, yang menimbulkan horst dan graben. contohnya di sarulla, sumatra utara. Stratigrafi. Merupakan geothermal di cekungan sedimen karena adanya pelapisan yang semakin tebal di atas menyebabkan lapisan paling bawah mengalami tekanan tertinggi dan akhirnya dapat mengeluarkan sumber panas. sering di kenal dengan istilah geopressure geothermal. Berdasarkan Simplified Classification by Ellis & Mahon, 1997, sistem panasbumi dibagi menjadi dua bagian yaitu : Sistem siklus Sistem storage Dalam pembahasan kali ini hanya dibatasi pada sistem siklus saja karena sistem storage berkaitan dengan sistem penyimpanan cekungan pada sedimen, bukan berkaitan dengan gunung api. Sistem siklus ini cenderung adanya presipitasi di daerah tangkapan dan mengalir kebawah dikontrol oleh struktur geologi. Banyak mata air panas, namun jarang mencapai titik didih. Adapun sistem siklus yang akan dibahas disini adalah Sistem suhu tinggi berasosiasi dengan volkanisme. Sistem ini cenderung berkaitan dengan daerah pusat erupsi andesitik, densitik, riolitik dibandingkan basaltik (McNitt, 1970). Sirkulasi sistem geothermal pada bagian dangkal terjadi jika suhu turun dekat permukaan dengan tekanan rendah dan tercampur dengan air dari permukaan. Ke arah permukaan terbentuk mata air panas atau fumarol dan air tanah – uap panas. Disini terdapat juga batas udara, air dan uap pada level tekanan tertentu. Pemanasan air biasanya dari magma atau intrusi melalui batuan beku dan melalui rekahan. Elder (1965) menjelaskan kemungkinan adanya konveksi pada bodi magma sehingga panas terpelihara. Suatu sistem panas bumi berasosiasi dengan gunung api biasanya : Sublimasi sulfur masif Kadang kadang mengeluarkan steam dan SO2 Discharge kondensat asam Kemudian ciri khas dari sistem panas bumi yang berasosiasi dengan gunung api adalah sebagai berikut : Memiliki suhu yang tinggi Memiliki kandungan gas magmatik yang tinggi Memiliki permeabilitas yang relatif kecil Contoh daerah sistem geothermal yang langsung terbentuk dengan gunung api yaitu kawah Kamojang, Dieng, Muaralaboh, Lahendong, G. Talang. Gambar 2 : sistem panas bumi berasosiasi dengan gunung api Pemanfaatan Langsung Proses industri Pertanian Contohnya adalah pada PLTP Darajat yang berdampingan dengan hutan lindung dan pertanian yang dikelola oleh masyarakat Peternakan/Perikanan Peternakan udang darat yang mempergunakan sisa fluida dari PLTP Wairaki untuk menghangatkan air kolam (Selandia Baru) Tempat pariwisata (pemandian air panas) Contohnya adalah tempat wisata Maribaya di sebelah utara Kota Bandung dan tempat wisata Cibolang yang terletak di kawasan perkebunan teh PTP VIII Malabar Pangalengan. Pemanas/pendingin ruangan Gambar 3 : pemanfaatan pada industry Gambar 4 : pemanfaatan pada bidang peternakan Gambar 5 : pemanfaatan wisata C. Gunungapi dan Tempat Pengendapan Bijih (Volcano – hosted of ore deposits) Proses volkanisme mempunyai peranan dalam pembentukan dan menjadi induk dari sebuah bijih (ore) mineral seperti Emas, Timbal, Aluminium, Intan, Tembaga, Seng. Mineral-mineral tersebut sangat berguna dalam kehidupan sehari-hari. Alumunium Bijih Aluminium atau Bauksit biasanya terdapat pada batuan basalt. Aluminium memiliki sifat yang mudah menghantarkan panas (konduktif) sehingga logam olahannya banyak dimanfaatkan dalam berbagai bidang. Diamond Diamond atau intan merupakan mineral yang memiliki kekerasan paling tinggi dalam skala Mohs. Dimanfaatkan dalam melakukan drilling sebagai mata bor dan sebagai perhiasan. Intan terbentuk di dalam mantle pada tipe magma langka yang disebut Kimberlite dan tererupsi melalui diatreme. Kimberlite kaya akan gas, terdapat pada batuan beku ultrabasa yang terdiri dari mineral olivine, phlogopite, diopside, serpentine, calcite, kandungan mineral yang bersifat minor seperti apatite, magnetite, chromite, garnet, dan intan itu sendiri. Sumber dari magma kimberlite diperkirakan pada kedalaman 200 km, lebih dalam daripada sumber magma pada umumnya. Pada kedalaman 200 km, tekanan 60000 kali lebih besar daripada permukaan bumi dan temperaturnya mencapai 1500 C. Magma kimberlite kaya akan CO2 dan air. Magma kimberlite muncul sebagai suatu intrusi. Pemberian nama kimberlite diasosiasikan dengan batu yang mengandung intan di daerah Kimberley, Afrika Selatan Emas Emas sendiri berasosiasi dengan 3 hal yaitu : Greenstone belts Greenstone belts terdapat di Australia, Afrika Selatan, dan Kanada. Merupakan sekuen volcanic-sedimentary yang terdiri dari batuan ultrabasa, dolerite, basalt, chert, batupasir, shale, dan tuff. Sekuen sangat kompleks karena telah mengalami metamorfisme, lipatan, patahan, dan terkena sesar geser. Emas terbentuk disepanjang ujung dari greenstone belts yang berasosiasi dengan struktur geologi. Induk batuannya adalah basalt yang telah teralterasi dan fractured. Emas termobilisasi oleh larutan hidrotermal saat terjadi metamorfisme regional. Larutan ini kemungkinan hanya mengandung sedikit emas, namun larutan ini dapat mempresipitasi emas pada suatu kondisi kimia tertentu. Deposit emas sendiri biasanya dalam bentuk urat kurasa yang mengandung emas didalamnya. Gambar 6 : pembentukan greenstone belts Phorpyry Deposit Emas ditemukan juga dalam suatu bijih yang berasosiasi dengan porfiritik. Porfiritik adalah suatu tekstur batuan beku yang memiliki fenokris dan groundmass. Deposit ini terbentuk dibawah tipe gunungapi stratovolcano dan berasosiasi dengan zona subduksi. Diperlukan banyak batu yang ditambang agar mendapatkan emas. Epithermal Deposit Pembentukan mineral deposit yang berasosiasi dengan hot water disebut epithermal. Terbentuk pada kedalaman 1 km dengan temperatur 50-200 C, magma yang dangkal menjadi sumber panasnya. Hot water yang naik membawa emas yang telah terlarutkan, ini membuat emas mengalami presipitasi. Boiling zone ini yang dijadikan target dari eksplorasi mineral Nikel Nikel biasanya ditambang pada greenstone belt yang biasanya berada pada gunung api purba. Biasanya tambang nikel berasosiasi dengan aliran lava ultrabasa yang biasanya disebut komatites. Didalam komatites ini biasanya mengandung banyak mineral olivin dan terbentuk dari pelelehan mantle. Tekstur komatites sendiri bisa dibilang unix yaitu spinifex, yaitu tekstur dimana mineral terbentuk tumbuh memanjang bersifat intergrowth of long. Gambar 7 : kenampakan tekstur komatites Gambar 8 : Cross-section of a typical komatiite lava flow. Simplified from Hill and others, 1989 Base Metal Berkaitan erat dengan VMS (Volcanogenic Massive Sulfida), dimana merupakan jenis logam sulfida deposit bijih, terutama Cu-Zn-Pb yang berhubungan dengan gunung berapi terkait dengan proses hidrotermal di lingkungan bawah laut. Deposit dari VMS biasanya berupa akumulasi berlapis mineral sulfida, yang mengendap dari cairan hidrotermal dibawah dasar laut dalam berbagai pengaturan geologi dan terbentuknya hingga sekarang. VMS biasanya identik dengan belerang sehingga biasa disebut Black Smoker. Cadangan bijih gunung api telah menjadi sokongan ekonomi bagi beberapa Negara selama seribu tahun. 3 tipe karakteristik cadangan dikenal dari mid-ocean ridge (MOR) saat ini. Tipe pertama adalah tipe kaya besi dan manggan. Tipe kedua hanya kaya manggan dan tipe ketiga kaya akan sulfide dan sedikit manggan. Tipe pertama, tipe paling banyak dijumpai biasanya membentuk cadangan di dasar laut sedimen diatas kerak gunung api. Tipe ketiga adalah tipe yang paling spektakular karena ini terbentuk melalui cerobong air panas , disebut black smoker, mid-ocean ridge atau gunung bawah laut aktif. Black smoker pertama kali ditemukan di tebing timur pasifik pada tahun 1977. Ekspedisi selam “Alvin” menemukan banyak cerobong bulat dengan tinggi 10 m dan lebar 4 m, sekitar 1000km utara dari pegunungan Galapagos. Itu tidak hanya sepenuhnya terdiri dari mineral besi tapi juga mengeluarkan air panas hidrotermal ke dalam air laut yang dingin. Di tempat keluar air panas, awan padat dari Kristal gelap sulfide, mineral bijih, terutama besi, seng, dan tembaga sulfide terbentuk. Itu adalah alas an penamaan lubang itu “black smoker”. Gambar 9 : black smooker kaya barite putih keluar dari katup di cekungan Lau Awal tahun 1970an, ilmuwan menyadari bahwa nilai pengukuran aliran panas sepanjang mid-ocean ridge lebih rendah daripada yang diperkirakan. Hipotesisnya adalah dasar laut turun kebawah kerak di atas daerah kemudian melapisi lagi setelah dipanaskan di pusat magma. Awalnya, air laut dingin tidak hanya terpanaskan ketika berputar dekat kantung magma panas, tapi juga menjadi asam, dan berubah menjadi solusi hidrotermal sampai panas 350o ketika kembali ke dasar laut. Panas dan asam mengkaratkan seluruh batuan, yang mana mereka terangkat dan menjadi kaya akan elemen seperti seng dan tembaga. Pada kasus cerobong, solusi panas cepat mendingin, menjadi jenuh, dan mengendapkan mineral bijih, terutama sulfide. Lubang geothermal di dasar laut adalah tempat keluarnya air panas. Sulfida padat terbentuk pertama, dimana solusi hidrotermal miskin Cu, Ni, Cd, Zn, Hg, S, Se, Cr dan U. Sedimen yang kaya akan besi dan manggan terbentuk di tempat bersuhu rendah. Tidak semua cadangan bijih hidrotermal bias dijelaskan dengan reaksi panas magma dan air dan air luar. Di masa depan, penambangan sulfide padat yang terbentuk sepanjang mid-ocean ridge dengan laju penyebaran sedang sampai cepat, sangat diragukan. Tidak hanya dari segi harga pasar logam, tapi juga dari segi hukum nasional yang kompleks. Selain itu, juga dampak lingkungan yang besar dan kerja keras yang ekstra dari para penambang dasar laut. D. Pemanfaatan material erupsi gunungapi dalam bidang industri (Industrial uses of volcanic materials) Material hasil erupsi gunungapi memiliki potensi untuk dimanfaatkan dalam bidang industri. Dibagi menjadi dua macam yaitu : Volcanic soil (Tanah Vulkanik) Tanah vulkanik adalah tanah yang terbentuk dari material-material erupsi gunungapi. Material-material erupsi tersebut mengalami pelapukan sehingga menjadi tanah yang subur. Namun, apakah semua area di sekitar gunungapi dapat berpotensi untuk menjadi tanah vulkanik? Saat mengunjungi Hawaii, terdapat perbedaan kenampakan yang mencolok antara daerah Kona dan Hilo. Di daerah sebelah sisi selatan Kilauea merupakan lava gurun pasir yang kering. Di Islandia, dimana sebagia besar wilayahnya adalah daerah vulkanis serta memiliki curah hujan yang tinggi, namun tanah vulkanik di Islandia tidak dapat terbentuk. Hal ini terjadi karena kondisi yang terlalu dingin untuk pembantukan tanah secara kimia maupun biologi. Ketika sebuah gunung api meletus, ia akan memuntahkan aneka partikel yang panas ke udara. Salah satu material yang dikeluarkan gunung api adalah abu vulkanis. Ketika pertama kali muncul, abu yang sangat panas dan pekat ini bisa membahayakan. Namun, begitu kondisi mendingin, abu yang melapisi permukaan tanah tersebut bisa meningkatkan kesuburan tanah. Beberapa kondisi yang membuat material vulkanik khususnya abu vulkanik menjadi bahan tanah vulkanik yang subur adalah sebagai berikut: Partikel abu vulkanik bersifat porous. Memiliki sifat porous membuat partikel abu vulkanik mampu menangkap air sehingga mampu mempertahankan kelembaban tanah lebih lama serta menyalurkan air ke akar-akar tanaman lebih lambat. Hal ini menguntungkan untuk daerah yang kering. Abu vulkanik kaya akan unsur hara. Abu vulkanik mengandung S, Mg serta K yang sanga berperan penting untuk metabolism perkembangan tumbuhan. Sifat glass abu vulkanik. Abu vulkanik mengandung gelas-gelas vulkanik yang jika mengalami pelapukan akan membentuk mineral alofan. Mineral alofan adalah mineral liat tanah yang paling reaktif. Sedangkan gelas vulkanik terbentuk karena magma runcing yang tidak sempat mengkristal sehingga bentuknya menjadi serpihanserpihan. Mineral alofan tersebut akan mengikat bahan organic sehingga tanah menjadi subur. Sehingga, apabila semua syarat terpenuhi, yaitu iklim hangat, curah hujan memadai serta material vulkanik cukup maka daerah tersebut berpotensial sebagai tanah vulkanik yang subur. Contohnya adalah di Indonesia, Filipina serta Amerika Latin. Raw Material Suatu gunungapi yang mengalami erupsi akan mengeluarkan material dari dalambumi (lava). Peristiwa keluarnya magma dari perut bumi tersebut biasanya disertai pula dengan dikeluarkannya material - material lain hasil erupsi seperti batuan beku hasil erupsi (pumice (batuapung), basal, scoria, obsidian), tuff, ignimbrite, zeolite, dan lain sebagainya dengan berbagai ukuran dari ukuran bomb, block, hingga lapilli), abu vulkanik, awan panas, pyroclast (jika erupsi bersifat efusif) yang kemudian menghasilkan endapan – endapan vulkanik pada daerah di sekitar gunung api tersebut dan daerah yang terkena aliran erupsi tersebut. Gambar 10 : Ladang padi di Lereng Gunung Merapi Material hasil erupsi gunung api dan endapan vulkanik yang dihasilkan dapat dimanfaatkan secara langsung dan memiliki potensi untuk dimanfaatkan dalam bidang industri. Pemanfaatan material ini seringkali berkaitan dengan bidang industri, diantaranya digunakan sebagai bahan konstruksi dan bahan campuran semen dalam industri bangunan, pembuatan perkakas, tambang, dan lain sebagainya. Pumice merupakan material yang mudah ditambang, material konstruksi yang bagus. Pumice dicampur dengan semen yang digunakan sebagai bahan bangunan. Pasir sebagai material erupsi yang paling besar jumlahnya, ditambang dan dijadikan material bangunan. Ignimbrite digunakan sebagai bahan baku utama dalam industri pahat. Selain itu, ignimbrite yang sudah terpadatkan dapat dijadikan sebagai bahan bangunan dan juga sebagai bahan dinding ornamen. Gambar 11 : penambangan pumice Gambar 12 : pemanfaatan ignimbrites Zeolit digunakan sebagai bahan tambang. Obsidian di beberapa negara digunakan sebagai bahan pembuat pisau bedah. Obsidian juga dapat dimanfaatkan sebagai perhiasan, contohnya di Mexico dan Georgia. Pada zaman dahulu (purba), obsidian juga sering digunakan sebagai alat potong atau ujung tombak dalam berburu karena sudutnya yang tajam. Basal, scoria, dan batuan bekulainnya (andesit, granit, dan lain sebagainya) sering digunakan dalam industri pahat juga dalam pembuatan perkakas (misal: cobek dan lain sebagainya). Gambar 13 : obsidian Gambar 14 : penggunaan obsidian Gambar 15 : pemanfaatan basal - scoria Gambar16 : pemanfaatan basal – scoria Tuff yang mengandung zeolite bila dihancurkan dapat menghasilkan semen berkualitas tinggi. Blue basalt berbutir halus digunakan sebagai bahan pembentuk lantai. Selain kegunaan material - material tersebut dalam bidang industri, manfaat lain yang dapa diambil dari hasil erupsi adalah meningkatnya kesuburan tanah di area sekitar gunung api tersebut. DAFTAR PUSTAKA Santoso, Djoko Prof. Dr. Ir. M.Sc. Volkanologi dan Eksplorasi Geothermal. Bandung : Institute Teknologi Bandung Schmincke, Hans – Ulrich. 2004. Volkanism. Verlag Berlin Heidellberg : Springer WN, Sintia. 2010. Handout Eksplorasi Panas Bumi. Yogyakarta : Laboratorium Geofisika Program Studi Geofisika Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Gadjah Mada LAMPIRAN Pada lampiran ini akan di lampirkan beberapa hasil diskusi dalam kelas. Adapun berikut hasil diskusi : 1. Fransiska Atika Indriyani : kenapa sistem panas bumi berasosiasi dengan gunung api cenderung berkaitan dengan daerah pusat erupsi andesitik, densitik, riolitik dibandingkan basaltik? Jawab : Agung Dwi Alfianto : karena gunung api terbentuk di daerah kerak benua hasil dari proses subduksi antara kerak samudera dan kerak benua. Kerak samudera yang bersifat basaltik menabrak kerak benua pada kedalaman tertentu akan mengalami partial melting kemudian magma yang dihasilkan keluar melalui rekahan – rekahan kerak benua yang lebih bersifat intermdiet – asam. Oleh karena itu yang dihasilkan adalah bersifat intermediet – asam Gambar 17 : kenampakan sistem tektonik (Agung Dwi Alfianto, 2012) 2. Fransiska Atika Indriyani : apa yang dimaksud lingkungan dangkal pada pernyataan “Sirkulasi sistem geothermal pada bagian dangkal terjadi jika suhu turun dekat permukaan dengan tekanan rendah dan tercampur dengan air dari permukaan” ? Jawab : Fajar Tasrik Akbar dan Agung Dwi Alfianto : dangkal dalam proses geothermal ini bukan berarti dekat dengan permukaan. Namun beberapa kilometer di bawah permukaan bumi. 3. Fittra Irwandhono : menurut kelompok kalian apakah energi panas bumi mampu berkembang di Indonesia? Apa pendapat kalian? Jawab : Fajar Tasrik Akbar : mampu, karena Indonesia menyumbang banyak potensi geothermal yang ada di dunia. 15 sumur yang sudah produksi pada tahun 2008 saja bisa menduduki peringkat 3 dunia. Apa lagi bila mampu memproduksi beberapa sumur lagi. Hanya saja memang banyak perusahaan yang belum berani melakukan invest karena proses kembali yang cukup lama.