BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Pengertian Tinjauan Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007:1198) menyatakan bahwa pengertian tinjauan yaitu hasil meninjau pandangan, pendapat (sesudah menyelidiki, mempelajari), perbuatan meninjau. 2.2 Pengertian Biaya dan Beban Menurut Mulyadi (2009:12) menyatakan bahwa pengertian biaya dalam arti luas adalah: “Biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu.” Menurut Carter dan Usry (2006:29) menyatakan bahwa: “Biaya sebagai nilai tukar, pengeluaran, pengorbanan untuk memperoleh manfaat.” Dari definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa biaya itu sesuatu yang berkaitan dengan pengorbanan yang dilakukan untuk memperoleh manfaat yang dihasilkannya. Sementara menurut Mursyidi (2008:14) menyatakan bahwa pengertian biaya (cost) sebagai berikut: “Sebagai suatu pengorbanan yang dapat mengurangi kas atau harta lainnya untuk mencapai tujuan, baik yang dapat dibebankan pada saat ini maupun pada saat yang akan datang .” 7 Selama ini banyak pihak yang mendefinisikan biaya sebagai beban, padahal kenyataannya antara biaya (cost) dan beban (expense) memiliki pengertian yang berbeda. Untuk lebih jelasnya di bawah ini akan dikemukakan pendapat para ahli mengenai pengertian beban (expense). Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dalam Standar Akuntansi Keuangan (2007:14) : “Definisi beban mencakupi baik kerugian maupun beban yang timbul dalam pelaksanaan aktivitas perusahaan yang biasa. Beban yang timbul dalam pelaksanaan aktivitas perusahaan biasa meliputi, misalnya beban pokok penjualan, gaji dan penyusutan. Beban tersebut biasanya berbentuk arus keluar atau berkurangnya asset seperti kas (setara kas), persediaan, dan aset tetap.” Menurut Armanto (2005:10) berpendapat bahwa: “Beban didefinisikan sebagai arus keluar aktiva (asset) terhadap penghasilan karena perusahaan menggunakan sumber daya ekonomi yang ada.” Sementara Matz, Usry, dan Hammer (2000:19-20) berpendapat bahwa: “Beban didefinisikan sebagai arus keluar barang dan jasa, yang akan dibebankan pada atau ditandingkan (matched) dengan pendapatan (revenue) untuk menentukan laba (income).” Sementara itu Bastian Bustami dan Nurlela (2007:4) memberikan definisi: “Beban atau expense adalah biaya yang telah memberikan manfaat dan sekarang telah habis.” Berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa antara biaya dan beban itu mempunyai pengertian yang berbeda. Biaya adalah suatu pengorbanan atau pengeluaran sumber-sumber ekonomi yang dapat diukur dengan nilai uang untuk mencapai tujuan tertentu, sedangkan beban adalah pengorbanan 8 atau pengeluaran dari sumber-sumber ekonomi yang dapat diukur dengan nilai uang untuk merealisasikan jumlah pendapatan pada suatu periode akuntansi. Beban merupakan bagian dari biaya yang sudah habis dan telah menghasilkan pendapatan. Jadi perbedaan yang mendasar antara biaya dan beban terletak pada jangka manfaat. 2.3 Pengertian Akuntansi Biaya Menurut Pearson (2009:30) mengenai cost accounting ialah: “Measures, analyzes, and reports financial and non financial information relating to the costs of acquiring or using resources in an organization.” Menurut Alan Jayaatmaja (2006:1) pengertian akuntansi biaya adalah: “Proses pencatatan, penggolongan, peringkasan dan penyajian biaya pembuatan dan penjualan produk atau jasa dengan cara tertentu serta penafsiran terhadapnya.” Dari definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa akuntansi biaya memerlukan pemahaman tentang konsep, klasifikasi biaya dan aplikasinya dalam suatu produk atau jasa yang terkandung di dalamnya. 2.3.1 Peranan Akuntansi Biaya Menurut Bambang Hariadi (2002:12) mengenai peranan akuntansi biaya dalam akuntansi keuangan berfungsi: “Memberikan informasi mengenai berapa biaya yang benar-benar terjadi di masa lalu dan menjadi beban sesungguhnya masing-masing bagian atau obyek biaya. Sementara itu, akuntansi biaya dalam akuntansi manajemen berfungsi memberikan informasi mengenai taksiran biaya yang akan terjadi dan yang sedang terjadi agar manajemen dapat segera bertindak jika terjadi penyimpangan.” Menurut Carter dan Usry (2004:11) mengenai peranan biaya yaitu: “Akuntansi biaya melengkapi manajemen dengan alat yang diperlukan untuk aktivitas-aktivitas perencanaan dan pengendalian, memperbaiki kualitas dan efisiensi, serta membuat keputusan-keputusan yang bersifat rutin maupun strategis.” 9 Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa peranan akuntansi biaya ini sangat diperlukan dalam menunjang aktivitas dari perusahaan dalam menentukan suatu keputusan yang akan diambil dimana keputusan tersebut mendukung sistem dan aktivitas yang dipakai oleh perusahaan tersebut. 2.4 Penggolongan Biaya Menurut Mulyadi (2009:13-16) terdapat berbagai macam cara penggolongan biaya yaitu: 3. Penggolongan Biaya Menurut Objek Pengeluaran Dalam cara penggolongan ini, nama objek pengeluaran merupakan dasar penggolongan biaya. Misalnya nama objek adalah bahan bakar, maka semua pengeluaran yang berhubungan dengan bahan bakar disebut “biaya bahan bakar”. 4. Penggolongan Biaya Menurut Fungsi Pokok dalam Perusahaan Dalam perusahaan industri, ada tiga fungsi pokok yaitu, fungsi produksi, fungsi pemasaran, dan fungsi administrasi dan umum. Oleh karena itu dalam perusahaan industri, biaya dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok: 4. Biaya produksi merupakan biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produk barang jadi yang siap untuk dijual. 5. Biaya pemasaran merupakan biaya yang terjadi untuk melaksanakan kegiatan pemasaran produk. 6. Biaya administrasi dan umum merupakan biaya-biaya untuk mengkoordinasikan kegiatan produksi dan pemasaran produk. 5. Penggolongan Biaya Menurut Hubungan Biaya dengan Sesuatu yang Dibiayai Sesuatu yang dibiayai dapat berupa produk atau departemen. Dalam hubungannya dengan sesuatu yang dibiayai, biaya dapat dikelompokkan menjadi dua golongan: 2 Biaya langsung adalah biaya yang terjadi, yaitu penyebab satu-satunya adalah karena adanya sesuatu yang dibiayai. Jika sesuatu yang dibiayai tersebut tidak ada, maka biaya langsung ini tidak akan terjadi. Dengan 10 demikian biaya langsung akan mudah diidentifikasikan dengan sesuatu yang dibiayai. 3 Biaya tidak langsung adalah biaya yang terjadi tidak hanya disebabkan oleh sesuatu yang dibiayai. Biaya tidak langsung dalam hubungannya dengan produk disebut dengan istilah biaya produksi tidak langsung atau biaya overhead pabrik (factory overhead costs). Biaya ini tidak mudah diidentifikasikan dengan produk tertentu. 6. Penggolongan Biaya Menurut Perilakunya dan Hubungannya dengan Perubahan Volume Aktivitas Dalam hubungannya dengan perubahan volume aktivitas, biaya dapat digolongkan menjadi: 3. Biaya variabel adalah biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan. 4. Biaya semi variabel adalah biaya yang tidak berubah tidak sebanding dengan perubahan volume kegiatan. 5. Biaya semi fixed adalah biaya yang tetap untuk tingkat volume kegiatan tertentu dan berubah dengan jumlah yang konstan pada volume produksi tertentu. 6. Biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya totalnya tetap dalam kisar volume kegiatan tertentu. 7. Penggolongan Biaya Atas Dasar Jangka Waktu dan Manfaatnya. Atas dasar jangka waktu dan manfaatnya, biaya dapat dibagi menjadi dua: 3. Pengeluaran modal (capital expenditures) adalah biaya yang mempunyai manfaat lebih dari satu periode akuntansi (biasanya periode akuntansi adalah satu tahun kalender). Pengeluaran modal ini pada saat terjadinya dibebankan sebagai cost aktiva, dan dibebankan dalam tahun-tahun yang menikmati manfaatnya dengan cara di depresiasi, di amortisasi atau di deplesi. 4. Pengeluaran pendapatan (revenue expenditures) adalah biaya yang hanya mempunyai manfaat daalm periode akuntansi terjadinya pengeluaran tersebut. Pada saat terjadinya, pengeluaran pendapatan ini dibebankan 11 sebagai biaya dan dipertemukan dengan pendapatan yang diperoleh dari pengeluaran biaya tersebut. Sedangkan menurut Carter dan Usry (2006:40-47) biaya diklasifikasikan sebagai berikut: 1. Biaya dalam hubungannya dengan produk a. Biaya manufaktur disebut biaya produksi atau biaya pabrik yang biasanya didefinisikan sebagai jumlah dari tiga elemen biaya yaitu bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, dan overhead pabrik. Bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung, keduanya disebut biaya utama (prime cost). Tenaga kerja langsung dan overhead pabrik, keduanya disebut (biaya konversi). b. Beban komersial terdiri atas dua klasifikasi besar, yaitu: 1) Beban pemasaran dimulai dari titik dimana biaya manufaktur berakhir. Yaitu, ketika proses manufaktur selesai dan produk ada dalam kondisi siap dijual. Beban pemasaran termasuk beban promosi, beban penjualan dan pengiriman. 2) Beban administratif termasuk beban yang terjadi dalam mengarahkan dan mengendalikan organisasi. Tidak semua beban tersebut dialokasikan sebagai beban administratif. 2. Biaya dalam hubungannya dengan volume produksi a. Biaya variabel. Jumlah total biaya variabel berubah secara proporsional terhadap perubahan aktivitas dalam rentang yang relevan (relevant range). Dengan kata lain, biaya variabel menunjukkan jumlah per unit yang relatif konstan dengan berubahnya aktivitas dalam rentang yang relevan. Biaya variabel biasanya dapat dibebankan ke dapertemen operasi dengan cukup mudah dan akurat, dan dapat dikendalikan oleh supervisor pada tingkat operasi tertentu. b. Biaya tetap. Biaya tetap bersifat konstan secara total dalam rentang yang relevan. Dengan kata lain, biaya tetap per unit semakin kecil sering dengan meningkatnya aktivitas dalam rentang yang relevan. Tanggung jawab pengendalian untuk biaya tetap biasanya berada pada tingkat manajemen 12 menengah atau manajemen eksekutif dibandingkan dengan supervisor operasi. c. Biaya semi variabel adalah beberapa jenis biaya memiliki elemen biaya tetap dan biaya variabel. 3. Biaya dalam hubungannya dengan departemen produksi atau segmen lain. a. Biaya langsung departemen adalah suatu biaya dapat ditelusuri ke suatu departemen di mana biaya tersebut berasal. b. Biaya tidak langsung departemen adalah suatu biaya digunakan bersama oleh beberapa departemen yang memperoleh manfaat dari biaya tersebut. 4. Biaya dalam hubungannya dengan periode akuntansi a. Pengeluaran modal ditujukan untuk memberikan manfaat di masa depan dan dilaporkan sebagai aktiva. b. Pengeluaran pendapatan memberikan manfaat untuk periode sekarang dan dilaporkan sebagai beban. 5. Biaya dalam hubungannya dengan suatu keputusan, tindakan, atau evaluasi Ketika suatu pilihan harus dibuat di antara tindakan-tindakan atau alternatifalternatif yang mungkin dilakukan adalah penting untuk mengidentifikasikan biaya (dan pendapatan, pengurangan biaya, dan penghematan) yang relevan terhadap pilihan tersebut. Biaya diferensial adalah salah satu nama dari biaya relevan untuk suatu pilihan diantara biaya alternatif. Biaya diferensial sering sekali disebut biaya marginal atau biaya inkremental. Menurut Sunarto (2003:5-6) biaya produksi terdiri atas: 1. Menurut unsur atau komponen biaya a. Biaya bahan baku atau bahan langsung. Biaya ini timbul karena pemakaian bahan. Biaya bahan baku merupakan harga pokok bahan yang dipakai dalam produksi untuk membuat barang. Biaya bahan baku merupakan bagian dari harga pokok barang jadi yang akan dibuat . b. Biaya tenaga kerja langsung. Biaya ini timbul karena pemakaian tenaga kerja yang dipergunakan untuk mengolah bahan menjadi barang jadi. 13 Biaya tenaga kerja langsung merupakan gaji dan upah yang diberikan tenaga kerja yang terlibat langsung dalam pengolahan barang. c. Biaya overhead pabrik. Biaya ini timbul terutama karena pemakaian fasilitas untuk mengolah barang berupa mesin, alat-alat, tempat kerja dan kemudahan lain. Daalm kenyataannya dan sesuai dengan label biaya tersebut, kemudian biaya overhead pabrik adalah semua biaya bahan baku dan tenaga kerja langsung. 2. Menurut perilakunya terhadap volume a. Biaya tetap (fixed cost). Biaya tetap merupakan biaya yang mempunyai tingkah laku tetap, tidak berubah terhadap perubahan volume kegiatan. Biaya tetap tidak berubah meskipun kegiatan produksi berubah. b. Biaya variabel (variable cost). Biaya variabel merupakan biaya yang mempunyai tingkah laku berubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan produksi. Setiap perubahan volume kegiatan produksi maka akan ditanggapi dengan perubahan biaya variabel dengan jumlah yang sebanding dengan perubahan volume kegiatan produksi tersebut. 3. Menurut kedekatannya dengan produk a. Biaya langsung. Biaya ini disebut biaya langsung apabila dapat ditelusuri pada barang jadi, mudah dilacak. b. Biaya tidak langsung. Merupakan biaya yang tidak dapat ditelusuri pada barang jadi. 4. Klasifikasi menurut kegiatan produksi Klasifikasi ini, mungkin akan berbeda-beda untuk beberapa perusahaan karena situasi produksi. Salah satu contoh dari klasifikasi ini misalnya: a. Biaya design b. Biaya pengolahan c. Biaya pengawasan mutu d. Biaya pengepakan Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa dalam hal ini biaya-biaya yang berkaitan dalam penggolongan biaya ini yaitu biaya produksi, pemasaran, variable, tetap, administrasi dan umum, langsung dan tidak langsung, semi 14 variable, namun penggolongan tersebut dibedakan berdasarkan fungsinya masingmasing. 2.5 Harga Pokok Produksi 2.5.1 Pengertian Harga Pokok Menurut Pearson (2009:62) dalam menentukan harga pokok hal yang lebih utama didahulukan yaitu: 1. Manufacturing sector companies, purchase materials and components and convert them into various finished goods. Examples are automotive companies, cellular phone producers, food processing companies, and textile companies. 2. Merchandising sector companies, purchase and then sell tangible products without changing their basic form. This sector includes companies engaged in retailing (such as bookstores or department stores), distribution, or wholesaling. 3. Service sector companies, provide services (intangible products) for example, legal advice or audits to their customer. Example are law firms, accounting firms, banks, mutual fund companies, insurance companies, transportation companies, advertising agencies, radio and television stations, internet based companies such as internet service providers, travel agencies and brokerage firms. Maka dalam hal ini harga pokok menurut Bastian Bustami dan Nurlela (2007:60) yaitu: “Harga pokok produksi adalah kumpulan biaya produksi yang terdiri dari bahan baku langsung, tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik ditambah persediaan produk dalam proses awal dan dikurang persediaan produk dalam proses akhir.” Menurut Mursyidi (2008:14) pengertian harga pokok adalah “Biaya yang telah terjadi (expired cost) yang belum dibebankan atau dikurangkan dari penghasilan.” Dari pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa harga pokok merupakan sekumpulan dari berbagai jenis biaya-biaya yang dimana mendukung kegiatan dari perusahaannya. 15 2.5.2 Unsur-unsur Harga Pokok Menurut Sunarto (2003:5) biaya-biaya yang menjadi unsur harga pokok sebagai berikut: 1. Biaya bahan baku atau bahan langsung. Biaya ini timbul karena pemakaian bahan. Biaya bahan baku merupakan harga pokok bahan yang dipakai dalam produksi untuk membuat barang. Biaya bahan baku merupakan bagian dari harga pokok barang jadi yang akan dibuat. 2. Biaya tenaga kerja langsung. Biaya ini timbul karena pemakaian tenaga kerja yang dipergunakan untuk mengolah bahan menjadi barang jadi. Biaya tenaga kerja langsung merupakan gaji dan upah yang diberikan tenaga kerja yang terlibat langsung dalam pengolahan barang. 3. Biaya overhead pabrik. Biaya ini timbul terutama karena pemakaian fasilitas untuk mengolah barang berupa mesin, alat-alat, tempat kerja dan kemudahan lain. Dalam kenyataannya dan sesuai dengan label biaya tersebut, kemudian biaya overhead pabrik adalah semua biaya bahan baku dan tenaga kerja langsung. Menurut Alan Jayaatmaja (2006:9) mengenai unsur biaya produksi ada tiga hal yaitu: 1. Biaya bahan baku adalah bahan baku yang dipergunakan dalam proses produksi pada periode yang bersangkutan. Untuk menghitung biaya bahan baku atau bahan baku yang dipergunakan di dalam proses produksi, adalah sebagai berikut: persediaan bahan baku awal periode ditambah pembelian bersih dikurangi persediaan bahan baku akhir periode. 2. Biaya tenaga kerja langsung adalah gaji atau upah dari tenaga kerja atau pekerja yang jasanya diperhitungkan langsung dengan produk yang dihasilkan. Sedangkan biaya tenaga kerja tidak langsung adalah gaji atau upah yang dibayarkan kepada pekerja yang secara tidak langsung terlibat dalam pengolahan bahan baku menjadi produk selesai. Biaya tersebut harus dipisahkan dengan biaya tenaga kerja langsung, masuk ke biaya overhead pabrik. 16 3. Biaya overhead pabrik adalah semua jenis biaya, kecuali biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung, yang diperlukan dalam produksi. Misalnya: biaya bahan pembantu, biaya tenaga kerja tidak langsung, biaya listrik pabrik, biaya reparasi dan pemeliharaan mesin pabrik, penyusutan mesin produksi, penyusutan bangunan pabrik dan sebagainya. Dari penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa unsur-unsur harga pokok yang terkait itu ada tiga yaitu biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik. 2.6 Metode Penentuan Harga Pokok Menurut Bastian Bustami dan Nurlela (2007:48) mengenai penentuan harga pokok adalah bagaimana memperhitungkan biaya kepada suatu produk atau pesanan atau jasa, yang dapat dilakukan dengan cara memasukkan seluruh biaya variable saja. Menurut Mulyadi (2009:17-22) dalam menentukan unsur-unsur biaya ke dalam kos produksi terdapat dua pendekatan: 1. Full Costing Full costing merupakan penentuan harga pokok produk yang memperhitungkan semua unsur biaya produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik yang bersifat variable (variable cost) maupun sifat tetap (fixed cost). Dengan kata lain, biaya yang melekat pada produk jadi maupun persediaan barang dalam proses itu akan terdiri dari : Laporan Rugi-Laba dengan Pendekatan Full Costing Pendapatan penjualan Rp. xxx Kos penjualan: Persediaan awal produk jadi Rp. xxx Kos produksi: Persediaan awal produk dalam proses 17 Rp. xxx Biaya produksi: Biaya bahan baku Rp. xxx Biaya tenaga kerja langsung Rp. xxx Biaya overhead pabrik Rp. xxx + Rp. xxx + Rp. xxx Persediaan akhir produk dalam proses Rp. xxx - Kos produksi Rp. xxx + Kos produk yang tersedia untuk dijual Rp. xxx Persediaan akhir produk jadi Rp. xxx - Kos penjualan Rp. xxx - Laba bruto Rp. xxx Biaya usaha: Biaya administrasi dan umum Rp. xxx Biaya pemasaran Rp. xxx + Rp. xxx - Laba bersih usaha Rp. xxx Pendapatan di luar usaha Rp. xxx Biaya di luar usaha Rp. xxx Rp. xxx - Laba bersih sebelum pajak Rp. xxx Pajak penghasilan 35% Rp. xxx - Laba bersih setelah pajak Rp. xxx Harga pokok produksi yang dihitung dengan pendekatan full costing terdiri dari unsur harga pokok produksi (biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead pabrik variable dan biaya overhead pabrik tetap) ditambah dengan biaya non produksi (biaya pemasaran, biaya administrasi dan umum). 18 2. Variable Costing Variable costing merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang hanya memperhitungkan biaya produksi yang berperilaku variable ke dalam harga pokok produksi yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik variable. Dengan demikian harga pokok produksi menurut metode variable costing terdiri dari unsur biaya produksi berikut ini: Laporan Rugi-Laba dengan Pendekatan Variable Costing Pendapatan penjualan Rp.xxx Biaya variable Kos penjualan variable: Persediaan awal produk jadi Rp.xxx Kos produksi variable: Persediaan awal produk dalam proses Rp.xxx Biaya produksi variable: Biaya bahan baku Rp.xxx Biaya tenaga kerja langsung Rp.xxx Biaya overhead pabrik variable Rp.xxx + Rp.xxx + Rp.xxx Persediaan akhir produk dalam proses Rp.xxx - Kos produksi variable Rp.xxx + Kos produksi yang tersedia untuk dijual Rp.xxx Persediaan akhir produk jadi Rp.xxx - Kos penjualan variable Rp.xxx Biaya administrasi dan umum variable Rp.xxx Biaya pemasaran variable Rp.xxx + Total biaya variable Rp.xxx - Laba kontribusi Rp.xxx 19 Biaya tetap: Biaya overhead pabrik tetap Rp.xxx Biaya administrasi dan umum tetap Rp.xxx Biaya pemasaran tetap Rp.xxx + Total biaya tetap Rp.xxx - Laba bersih Rp.xxx Harga pokok produk yang dihitung dengan pendekatan variable costing terdiri dari unsur harga pokok produksi variable (biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead pabrik variable) ditambah dengan biaya non produksi variable (biaya pemasaran variabel dan biaya administrasi dan umum variable) dan biaya tetap (biaya overhead pabrik tetap, biaya pemasaran tetap dan biaya administrasi dan umum tetap. 3. Activity base costing Menurut Mursyidi (2008:25) klasifikasi biaya ini dihubungkan dengan jenis, kegiatan yang menimbulkan biaya. Hal ini sangat diperlukan dalam rangka perhitungan biaya berdasarkan aktivitas (activity base costing). Dalam satu jalur produksi terdapat beberapa aktivitas misalnya: persiapan produksi, pemotongan, peleburan, pencetakan, perakitan, penyelesaian, pengepakan, dan pengapaian, maka jenis-jenis biaya akan diklasifikasikan berdasarkan aktivitas tersebut. Menurut Horngren, Foster, Datar (2000:140) bahwa: “Activity based costing (ABC) system refine costing systems by focusing on individual activities as the fundamental cost object. An activity is an event, task, or unit of work with a specified purpose; for example; design products, setting of machines, operating machines, and distributing products. ABC systems calculate the costs of individual activities and assign cost to cost objects such as products and services on the basis of the activities undertaken to produce each product or service. 20 2.6.1 Dasar Jurnal pada Siklus Akuntansi Biaya Menurut Bastian Bustami dan Nurlela (2007:55-57) dasar jurnal pada siklus akuntansi biaya dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Jurnal Bahan Baku Langsung dan Bahan Penolong − Pencatatan pembelian bahan baku Bahan baku xxx Hutang xxx (Jurnal untuk mencatat pembelian bahan baku secara kredit). Bahan baku xxx Kas xxx (Jurnal untuk mencatat pembelian bahan baku secara tunai). − Pencatatan pembelian bahan penolong Bahan penolong xxx Hutang xxx (Jurnal untuk mencatat pembelian bahan penolong secara kredit) Bahan penolong xxx Kas xxx (Jurnal untuk mencatat pembelian bahan penolong secara tunai) − Jurnal Gabungan Bahan xxx Hutang xxx (Jurnal untuk mencatat bahan baku dan bahan penolong secara kredit). Bahan xxx Kas xxx (Jurnal untuk mencatat bahan baku dan bahan penolong secara tunai). − Jurnal Pemakaian Bahan Baku Produk dalam proses bahan baku xxx Persediaan bahan baku (Jurnal untuk mencatat pemakaian bahan baku). 21 xxx − Jurnal Pemakaian Bahan Penolong BOP Pengendali xxx Bahan penolong xxx (Jurnal untuk mencatat pemakaian bahan penolong). 2. Jurnal Tenaga Kerja Langsung − Jurnal Pencatatan Tenaga Kerja Terutang oleh Perusahaan Beban gaji dan upah xxx Gaji dan upah terutang xxx (Jurnal untuk mencatat gaji dan upah yang belum dibayar oleh perusahaan atau gaji yang masih terutang). − Pencatatan Distribusi Biaya Tenaga Kerja PDP – TKL xxx BOP Pengendali xxx Beban pemasaran xxx Beban administrasi xxx Beban gaji dan upah xxx (Jurnal untuk mencatat pemakaian tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik sesungguhnya dan biaya lain). 3. Jurnal Biaya Overhead Pabrik − Pencatatan pemakaian BOP PDP – BOP xxx Bahan penolong xxx Tenaga kerja tidak langsung xxx Biaya penyusutan xxx BOP lain-lain xxx (Jurnal untuk mencatat pemakaian biaya overhead pabrik). − Jurnal Biaya Overhead Sesungguhnya BOP Pengendali xxx Akumulasi penyusutan mesin xxx Asuransi biaya dimuka xxx Kas xxx 22 − Jurnal menutup BOP dibebankan ke rekening BOP Sesungguhnya BOP dibebankan xxx BOP pengendali xxx 4. Jurnal Harga Pokok Produksi Selesai Produk selesai xxx PDP- BBL xxx PDP- TKL xxx PDP- BOP xxx (Jurnal untuk mencatat harga pokok produk selesai yang dipindahkan ke gudang). 5. Jurnal Harga Pokok Produk Dalam Proses Persediaan PDP xxx PDP- BBL xxx PDP- TKL xxx PDP- BOP xxx (Jurnal untuk mencatat harga pokok persediaan produk dalam proses). 6. Jurnal Harga Pokok Penjualan Harga pokok penjualan xxx Produk selesai xxx (Jurnal untuk mencatat produk selesai yang terjual). 7. Jurnal Penjualan − Pencatatan penjualan tunai Kas xxx Penjualan xxx (Mencatat penjualan produk selesai secara tunai). − Pencatatan penjualan kredit Piutang xxx Penjualan xxx (Jurnal untuk mencatat penjualan produk selesai secara kredit). 23 Keterangan : PDP : Produk Dalam Proses BBL : Bahan Baku langsung TKL : Tenaga Kerja langsung BOP : Biaya overhead pabrik 2.7 Metode Pengumpulan Harga Pokok Produksi Menurut Mursyidi (2008:28) dalam suatu proses produksi terdapat elemen biaya, yaitu biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik. Biaya-biaya ini dikumpulkan menjadi satu sebagai biaya produksi. Pengumpulan biaya (cost accumulation) produksi tersebut bergantung pada cara berproduksi: 1. Perusahaan yang memproduksi suatu produk berdasarkan pesanan (order) akan melaksanakan kegiatannya setelah pesanan diterima, misalnya perusahaan percetakan, furniture, dan galangan kapal. Perusahaan ini akan mengumpulkan biaya produksinya sesuai dengan pesanan yang diterimanya, dengan kata lain mengumpulkan biaya produksi untuk setiap jenis pesanan. Cara ini disebut dengan pengumpulan biaya produksi berdasarkan pesanan (job order costing). 2. Ada pula perusahaan yang memproduksi produknya berdasarkan produksi massa, melakukan pengolahan produknya secara kontinyu/terus menerus dalam rangka memenuhi permintaan pasar atau persediaan di gudang. Misalnya perusahaan tekstil, sepatu, makanan dan minuman. Dalam perusahaan ini biaya produksi dikumpulkan secara periodik (harian, mingguan, atau bulanan) untuk departemen produksi. 3. Dalam suatu perusahaan industri terkadang menggunakan kedua cara tersebut untuk menghasilkan produknya. Misalnya perusahaan otomotif (mobil), satu pihak melakukan pengumpulan biaya produksi untuk setiap pemesanan, jika produk yang akan dihasilkannya berdasarkan spesifikasi dari pemesan (misalnya mobil anti peluru), di pihak lain ia memproduksi mobil secara massal untuk dipasarkan memenuhi kepentingan umum walaupun tidak ada pesanan. 24 4. Perusahaan yang memiliki jarak waktu yang relatif pendek (hanya sesaat) antara pembelian bahan baku, proses produksi dan penjualan produk yang dihasilkannya sehingga untuk memungkinkan tidak materilnya persediaan bahan, barang dalam proses, dan barang jadi pada akhir periode, yang sering disebut Just In Time (JIT), maka pengumpulan biaya produksi dapat dilakukan dengan pendekatan yang dinamakan back flush costing/back flush accounting. Dalam pendekatan ini pembelian bahan baku tidak dicatat dalam akun tersendiri, melainkan langsung dicatat dalam rekening Raw In Process (RIP) dan pembebanan biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik dicatat langsung pada akun harga pokok penjualan. 5. Ada perusahaan yang memiliki teknologi tinggi, di mana biaya tenaga kerja langsung relatif kecil karena sebagian besar kegiatan manusia dijalankan dengan mesin atau robot. Menurut Carter dan Usry (2006:109-111) pada dasarnya ada dua sistem pengumpulan harga pokok produksi yaitu: 1. Sistem perhitungan biaya berdasarkan pesanan (job order costing) Biaya ini diakumulasikan untuk setiap batch, lot atau pesanan pelanggan. Dalam perhitungan biaya berdasarkan pesanan (job order costing) akan lebih praktis mengidentifikasikan secara fisik setiap pesanan yang diproduksi dan membebankan setiap pesanan dengan paling tidak beberapa elemen biayanya. Ketika suatu pesanan diproduksi sejumlah tertentu untuk persediaan, perhitungan biaya berdasarkan pesanan memungkinkan perhitungan biaya per unit. Karena biaya diakumulasikan saat pesanan melalui proses produksi, biaya ini dapat dibandingkan dengan estimasi yang dibuat pada saat pesanan diterima. 2. Sistem perhitungan biaya berdasarkan proses (process costing) Perhitungan biaya berdasarkan proses (process costing) mengakumulasikan biaya berdasarkan proses produksi atau berdasarkan departemen. Departemen bisa saja ada dalam perhitungan biaya berdasarkan pesanan atau perhitungan biaya berdasarkan proses, tetapi perbedaan penting bahwa departemen 25 merupakan fokus dari penelusuran biaya dalam perhitungan biaya berdasarkan proses, dalam perhitungan biaya berdasarkan pesanan, batch, atau lot merupakan fokus dari penelusuran biaya. Perhitungan biaya berdasarkan proses mengakumulasikan semua biaya operasi suatu proses untuk suatu periode waktu dan kemudian membagi biaya tersebut dengan jumlah unit produk yang telah melewati proses selama periode tersebut, hasilnya adalah biaya per unit. Menurut Susty Ambarriani (2001:552) ada dua sistem pengumpulan harga yaitu: 1. Penentuan biaya berdasarkan pesanan (job costing) Merupakan sistem penentuan biaya produk yang mengakumulasikan dan membebankan biaya ke pesanan tertentu. Biasanya digunakan oleh perusahaan yang mempunyai variasi produk atau jasa yang luas atau banyak. Karena setiap produk atau jasa bisa saja membutuhkan operasi yang berbeda-beda, maka cara terbaik untuk menentukan biaya produk atau jasa adalah mengakumulasikan biaya sesuai dengan pesanan atau batch. Oleh karena itu, penentuan biaya produk atau jasa berdasarkan pesanan diperoleh melalui pengumpulan dan pembebanan biaya ke pesanan tertentu atau pesanan pelanggan individual untuk satu atau lebih produk. 2. Penentuan biaya berdasarkan proses (process costing) Mengakumulasikan biaya produk atau jasa berdasarkan proses atau departemen dan kemudian membebankan biaya tersebut ke sejumlah besar produk yang hampir identik. Perusahaan yang secara terus menerus memproduksi satu atau beberapa produk atau jasa yang homogen menggunakan sistem penentuan biaya berdasarkan pesanan (process costing). Dalam sistem penentuan biaya berdasarkan proses (process costing), biaya produk atau jasa diakumulasikan berdasarkan proses atau departemen dan bukan berdasarkan produk seperti yang dilakukan dalam sistem penentuan biaya berdasarkan pesanan (job costing). 26 Menurut Susty Ambarriani (2001:553) bahwa perbedaan antara sistem biaya pesanan (job costing) dengan sistem biaya proses (process accounting) yaitu: 1. Sistem biaya pesanan (job costing): − Biaya diakumulasikan berdasarkan biaya − Produk dan jasa berbeda-beda − Biaya per unit dihitung dengan cara membagi biaya pesanan total dengan unit produk atau jasa yang diproduksi. Penghitungan biaya per unit dilakukan pada saat pesanan telah selesai. 2. Sistem biaya proses (process costing): − Biaya diakumulasikan berdasarkan proses atau departemen − Produk atau jasa homogen diproduksi secara masal − Biaya per unit dihitung dengan cara membagi biaya proses total dalam suatu periode dengan unit produk atau jasa yang dihasilkan. Penghitungan biaya per unit dilakukan pada setiap akhir periode Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa sistem pengumpulan harga dapat dibedakan dengan dua cara dengan berdasarkan pesanan atau proses. Maka dari kedua alternatif ini akan dipilih mana yang akan dipakai oleh perusahaan yang dapat menunjang aktivitas perusahaan tersebut. 2.8 Sistem Biaya Berdasarkan Aktivitas (Activity Base Costing) Hal yang dilakukan yaitu menurut Hansen dan Mowen (2004:153-) dalam perhitungan biaya produk berdasarkan aktivitas pertama-tama menelusuri biaya aktivitas dan kemudian produk. Asumsi yang mendasari adalah bahwa aktivitas-aktivitas memakai sumber-sumber daya dan produk, sebagai gantinya, memakai aktivitas. Activity base cost ini memiliki dua tahap proses yaitu: 1. Penelusuran Langsung 2. Penelusuran Penggerak (menekankan hubungan sebab akibat) 27 Menurut Sulastiningsih dan Zulkifli (1999:22-23) Activity bases costing sistem timbul sebagai akibat dari kebutuhan manajemen akan informasi akuntansi yang mampu mencerminkan konsumsi sumberdaya dalam berbagai aktivitas untuk menghasilkan produk. Kebutuhan akan informasi biaya yang akurat tersebut disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut: a. Persaingan global (global competition) yang dihadapi perusahaan manufaktur memaksa manajemen untuk mencari berbagai alternative pembuatan produk yang cost effective. Untuk dapat menghasilkan produk dengan biaya efisien, manajemen harus mengidentifikasikan value added activities dan non value added activities. Dengan demikian manajemen manajemen memerlukan informasi biaya yang mencerminkan konsumsi sumberdaya dalam berbagai aktivitas untuk menghasilkan produk. b. Penggunaan teknologi maju dalam pembuatan produk (advanced manufacturing technology) menyebabkan proporsi biaya overhead pabrik dalam product cost menjadi dominan. Di samping itu sebagian besar biaya overhead pabrik dalam perusahaan yang berteknologi maju merupakan sunk cost, seperti biaya depresiasi pabrik. c. Untuk dapat memenangkan persaingan dalam kompetisi global, perusahaan manufaktur harus menerapkan market driven strategy. Untuk penerapan strategi ini, manajemen harus senantiasa melakukan perbaikan berkelanjutan terhadap aktivitas-aktivitas yang digunakan untuk membuat produk. Untuk memantau dampak dari perbaikan berkelanjutan manajemen memerlukan informasi yang akurat mengenai pengorbanan sumberdaya dalam berbagai aktivitas pembuatan produk. d. Market driven strategy menuntut manajemen untuk inovatif. Dengan inovasi yang dilakukan, product life cycle menjadi semakin pendek. Informasi tentang product life cycle sangat bermanfaat sebagai dasar peluncuran produk baru dan penghentian produksi produk tertentu. e. Pemanfaatan teknologi komputer dalam pengolahan data akuntansi memungkinkan dilakukannya pengolahan berbagai informasi biaya yang sangat bermanfaat dengan cukup akurat. 28 Activity base costing systems dapat merefleksikan hakekat ekonomi dari produksi, sehingga dapat memberikan bimbingan yang lebih baik kepada manajer dalam pembuatan keputusan, seperti penetapan harga, pengelolaan hubungan dengan pelanggan, kombinasi produk, rancangan produk dan aktivitas perbaikan proses. Menurut Mulyadi (2001:59) dalam biaya penuh (full cost) ada empat kelompok aktivitas, yaitu: 1. Aktivitas mempertahankan fasilitas (facility sustaining activities) 2. Aktivitas mempertahankan produk (product sustaining activities) 3. Aktivitas yang bersangkutan dengan batch produk (batch related activities) 4. Aktivitas yang bersangkutan dengan unit yang dihasilkan (unit level activities) Sedangkan menurut Carter dan Usry (2006:497) ada empat aktivitas yaitu: 1. Tingkat unit Biaya tingkat unit (unit level cost) adalah biaya yang meningkat saat satu unit produksi. Biaya ini adalah satu-satunya biaya yang selalu dapat dibebankan secara akurat proporsional terhadap volume. 2. Tingkat batch Biaya tingkat batch (batch level cost) adalah biaya yang disebabkan oleh jumlah batch yang diproduksi dan dijual. 3. Tingkat produk Biaya tingkat produk (product level cost) adalah biaya yang terjadi untuk mendukung sejumlah produk yang berbeda yang dihasilkan. Biaya tersebut tidak harus dipengaruhi oleh produksi dan penjualan satu batch atau satu unit lebih banyak. 4. Tingkat pabrik Beberapa tingkat biaya dan pemicu dapat terjadi di atas tingkat produk. Hal ini termasuk tingkat lini produk, tingkat proses, tingkat departemen, dan tingkat pabrik. ABC mengakui hanya salah satu dari kategori-kategori tersebut yaitu tingkat pabrik. Biaya tingkat pabrik (plant level product) adalah memelihara kapastitas di lokasi produksi. 29 Tingkat dan contoh dari aktivitas, biaya, dan pemicu aktivitas: Unit Contoh Aktivitas Pemotongan Penyolderan Pengecatan Penjadwalan Persiapan Pencampuran Perakitan Pemindahan Pengepakan Contoh Biaya Bagian dari listrik Batch Jam tenaga kerja langsung Jam mesin Pendesainan Pengembangan Pembuatan prototipe Periklanan Pabrik Pemanasan Penerangan Pendinginan Penyediaan keamanan - - Pergudangan Gaji pegawai yang melakukan penjadwalan, persiapan atau penanganan bahan baku Gaji designer dan programmer Penyusutan - Biaya iklan Asuransi - Biaya paten Pajak bangunan Jumlah batch Jumlah produk Persiapan pergerakan bahan baku atau pesanan produksi - Perubahan desain atau jam desain Luas ruang yang ditempati dalam satuan meter persegi - Bahan baku tidak langsung Contoh Pemicu Aktivitas Unit atau pon output Produk - - Sumber : Carter dan Usry (2006:497) Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa sistem biaya berdasarkan aktivitas ini sangat mempengaruhi dalam kegiatan produksi, karena untuk menentukan harga pokok juga harus memakai sistem biaya ini. 30 2.9 Laba Menurut Kieso, Weygandt, Warfield (2007:40) pengertian laba atau keuntungan ialah kenaikan ekuitas (aktiva bersih) sebuah perusahaan yang ditimbulkan oleh transaksi peripheral atau insidentil dan dari semua transaksi serta kejadian lainnya dan situasi yang mempengaruhi perusahaan selama suatu periode kecuali yang berasal dari pendapatan atau investasi oleh pemilik. Menurut Carter dan Usry (2006:15) mengatakan bahwa penentuan laba yaitu: “Biaya dan laba dapat dilaporkan atas segmen dari perusahaan atau untuk keseluruhan perusahaan, bergantung pada kebutuhan manajemen dan pelaporan eksternal.” Menurut Horngren (2000:72) mengenai macam-macam laba ada dua hal yaitu: 1. Laba operasi (operating income) adalah pendapatan operasi untuk satu periode akuntansi dikurangi seluruh biaya operasi, mencakup harga pokok penjualan Laba Operasi = Pendapatan Operasi – Biaya Operasi 2. Laba bersih (net income) adalah laba operasi ditambah pendapatan non operasi (seperti pendapatan bunga) dikurangi biaya non operasi (seperti biaya bunga) dikurangi pajak penghasilan badan. Untuk penyederhanaan, diasumsikan bahwa pendapatan dan biaya non operasi adalah nol. Jadi, laba bersih dihitung sebagai berikut: Laba Bersih = Laba Operasi – Pajak Penghasilan Badan Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa laba memiliki peranan yang penting karena dengan laba maka perusahaan dapat menunjukkan kinerja perusahaan pada periode tertentu. Dengan memiliki laba yang tinggi maka identiknya perusahaan memiliki kinerja yang bagus. 31