Bab 2 - Widyatama Repository

advertisement
BAB II
BAHAN RUJUKAN
2.1
Pengertian Tinjauan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007:1198) menyatakan
bahwa pengertian tinjauan yaitu hasil meninjau pandangan, pendapat (sesudah
menyelidiki, mempelajari), perbuatan meninjau.
2.2
Pengertian Biaya dan Beban
Menurut Mulyadi (2009:12) menyatakan bahwa pengertian biaya dalam
arti luas adalah:
“Biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam
satuan uang, yang telah terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk
tujuan tertentu.”
Menurut Carter dan Usry (2006:29) menyatakan bahwa:
“Biaya sebagai nilai tukar, pengeluaran, pengorbanan untuk memperoleh
manfaat.”
Dari definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa biaya itu sesuatu
yang berkaitan dengan pengorbanan yang dilakukan untuk memperoleh manfaat
yang dihasilkannya.
Sementara menurut Mursyidi (2008:14) menyatakan bahwa pengertian
biaya (cost) sebagai berikut:
“Sebagai suatu pengorbanan yang dapat mengurangi kas atau harta lainnya
untuk mencapai tujuan, baik yang dapat dibebankan pada saat ini maupun
pada saat yang akan datang .”
7
Selama ini banyak pihak yang mendefinisikan biaya sebagai beban,
padahal kenyataannya antara biaya (cost) dan beban (expense) memiliki
pengertian yang berbeda.
Untuk lebih jelasnya di bawah ini akan dikemukakan pendapat para ahli
mengenai pengertian beban (expense).
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dalam Standar Akuntansi Keuangan
(2007:14) :
“Definisi beban mencakupi baik kerugian maupun beban yang timbul
dalam pelaksanaan aktivitas perusahaan yang biasa. Beban yang timbul
dalam pelaksanaan aktivitas perusahaan biasa meliputi, misalnya beban
pokok penjualan, gaji dan penyusutan. Beban tersebut biasanya berbentuk
arus keluar atau berkurangnya asset seperti kas (setara kas), persediaan,
dan aset tetap.”
Menurut Armanto (2005:10) berpendapat bahwa:
“Beban didefinisikan sebagai arus keluar aktiva (asset) terhadap
penghasilan karena perusahaan menggunakan sumber daya ekonomi yang
ada.”
Sementara Matz, Usry, dan Hammer (2000:19-20) berpendapat bahwa:
“Beban didefinisikan sebagai arus keluar barang dan jasa, yang akan
dibebankan pada atau ditandingkan (matched) dengan pendapatan
(revenue) untuk menentukan laba (income).”
Sementara itu Bastian Bustami dan Nurlela (2007:4) memberikan
definisi:
“Beban atau expense adalah biaya yang telah memberikan manfaat dan
sekarang telah habis.”
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa antara
biaya dan beban itu mempunyai pengertian yang berbeda. Biaya adalah suatu
pengorbanan atau pengeluaran sumber-sumber ekonomi yang dapat diukur dengan
nilai uang untuk mencapai tujuan tertentu, sedangkan beban adalah pengorbanan
8
atau pengeluaran dari sumber-sumber ekonomi yang dapat diukur dengan nilai
uang untuk merealisasikan jumlah pendapatan pada suatu periode akuntansi.
Beban merupakan bagian dari biaya yang sudah habis dan telah
menghasilkan pendapatan. Jadi perbedaan yang mendasar antara biaya dan beban
terletak pada jangka manfaat.
2.3
Pengertian Akuntansi Biaya
Menurut Pearson (2009:30) mengenai cost accounting ialah:
“Measures, analyzes, and reports financial and non financial information
relating to the costs of acquiring or using resources in an organization.”
Menurut Alan Jayaatmaja (2006:1) pengertian akuntansi biaya adalah:
“Proses pencatatan, penggolongan, peringkasan dan penyajian biaya
pembuatan dan penjualan produk atau jasa dengan cara tertentu serta
penafsiran terhadapnya.”
Dari definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa akuntansi biaya
memerlukan pemahaman tentang konsep, klasifikasi biaya dan aplikasinya dalam
suatu produk atau jasa yang terkandung di dalamnya.
2.3.1 Peranan Akuntansi Biaya
Menurut Bambang Hariadi (2002:12) mengenai peranan akuntansi biaya
dalam akuntansi keuangan berfungsi:
“Memberikan informasi mengenai berapa biaya yang benar-benar terjadi
di masa lalu dan menjadi beban sesungguhnya masing-masing bagian atau
obyek biaya. Sementara itu, akuntansi biaya dalam akuntansi manajemen
berfungsi memberikan informasi mengenai taksiran biaya yang akan
terjadi dan yang sedang terjadi agar manajemen dapat segera bertindak jika
terjadi penyimpangan.”
Menurut Carter dan Usry (2004:11) mengenai peranan biaya yaitu:
“Akuntansi biaya melengkapi manajemen dengan alat yang diperlukan
untuk aktivitas-aktivitas perencanaan dan pengendalian, memperbaiki
kualitas dan efisiensi, serta membuat keputusan-keputusan yang bersifat
rutin maupun strategis.”
9
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa peranan akuntansi biaya ini
sangat diperlukan dalam menunjang aktivitas dari perusahaan dalam menentukan
suatu keputusan yang akan diambil dimana keputusan tersebut mendukung sistem
dan aktivitas yang dipakai oleh perusahaan tersebut.
2.4
Penggolongan Biaya
Menurut
Mulyadi
(2009:13-16)
terdapat
berbagai
macam
cara
penggolongan biaya yaitu:
3. Penggolongan Biaya Menurut Objek Pengeluaran
Dalam cara penggolongan ini, nama objek pengeluaran merupakan dasar
penggolongan biaya. Misalnya nama objek adalah bahan bakar, maka semua
pengeluaran yang berhubungan dengan bahan bakar disebut “biaya bahan
bakar”.
4. Penggolongan Biaya Menurut Fungsi Pokok dalam Perusahaan
Dalam perusahaan industri, ada tiga fungsi pokok yaitu, fungsi produksi,
fungsi pemasaran, dan fungsi administrasi dan umum. Oleh karena itu dalam
perusahaan industri, biaya dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok:
4. Biaya produksi merupakan biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku
menjadi produk barang jadi yang siap untuk dijual.
5. Biaya pemasaran merupakan biaya yang terjadi untuk melaksanakan
kegiatan pemasaran produk.
6. Biaya
administrasi
dan
umum
merupakan
biaya-biaya
untuk
mengkoordinasikan kegiatan produksi dan pemasaran produk.
5. Penggolongan Biaya Menurut Hubungan Biaya dengan Sesuatu yang Dibiayai
Sesuatu yang dibiayai dapat berupa produk atau departemen. Dalam
hubungannya dengan sesuatu yang dibiayai, biaya dapat dikelompokkan
menjadi dua golongan:
2
Biaya langsung adalah biaya yang terjadi, yaitu penyebab satu-satunya
adalah karena adanya sesuatu yang dibiayai. Jika sesuatu yang dibiayai
tersebut tidak ada, maka biaya langsung ini tidak akan terjadi. Dengan
10
demikian biaya langsung akan mudah diidentifikasikan dengan sesuatu
yang dibiayai.
3
Biaya tidak langsung adalah biaya yang terjadi tidak hanya disebabkan
oleh sesuatu yang dibiayai. Biaya tidak langsung dalam hubungannya
dengan produk disebut dengan istilah biaya produksi tidak langsung atau
biaya overhead pabrik (factory overhead costs). Biaya ini tidak mudah
diidentifikasikan dengan produk tertentu.
6. Penggolongan Biaya Menurut Perilakunya dan Hubungannya dengan
Perubahan Volume Aktivitas
Dalam hubungannya dengan perubahan volume aktivitas, biaya dapat
digolongkan menjadi:
3. Biaya variabel adalah biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding
dengan perubahan volume kegiatan.
4. Biaya semi variabel adalah biaya yang tidak berubah tidak sebanding
dengan perubahan volume kegiatan.
5. Biaya semi fixed adalah biaya yang tetap untuk tingkat volume kegiatan
tertentu dan berubah dengan jumlah yang konstan pada volume produksi
tertentu.
6. Biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya totalnya tetap dalam kisar
volume kegiatan tertentu.
7. Penggolongan Biaya Atas Dasar Jangka Waktu dan Manfaatnya.
Atas dasar jangka waktu dan manfaatnya, biaya dapat dibagi menjadi dua:
3. Pengeluaran modal (capital expenditures) adalah biaya yang mempunyai
manfaat lebih dari satu periode akuntansi (biasanya periode akuntansi
adalah satu tahun kalender). Pengeluaran modal ini pada saat terjadinya
dibebankan sebagai cost aktiva, dan dibebankan dalam tahun-tahun yang
menikmati manfaatnya dengan cara di depresiasi, di amortisasi atau di
deplesi.
4. Pengeluaran pendapatan (revenue expenditures) adalah biaya yang hanya
mempunyai manfaat daalm periode akuntansi terjadinya pengeluaran
tersebut. Pada saat terjadinya, pengeluaran pendapatan ini dibebankan
11
sebagai biaya dan dipertemukan dengan pendapatan yang diperoleh dari
pengeluaran biaya tersebut.
Sedangkan menurut Carter dan Usry (2006:40-47) biaya diklasifikasikan
sebagai berikut:
1. Biaya dalam hubungannya dengan produk
a. Biaya manufaktur disebut biaya produksi atau biaya pabrik yang biasanya
didefinisikan sebagai jumlah dari tiga elemen biaya yaitu bahan baku
langsung, tenaga kerja langsung, dan overhead pabrik. Bahan baku
langsung dan tenaga kerja langsung, keduanya disebut biaya utama (prime
cost). Tenaga kerja langsung dan overhead pabrik, keduanya disebut
(biaya konversi).
b. Beban komersial terdiri atas dua klasifikasi besar, yaitu:
1) Beban pemasaran dimulai dari titik dimana biaya manufaktur berakhir.
Yaitu, ketika proses manufaktur selesai dan produk ada dalam kondisi
siap dijual. Beban pemasaran termasuk beban promosi, beban
penjualan dan pengiriman.
2) Beban administratif termasuk beban yang terjadi dalam mengarahkan
dan
mengendalikan
organisasi.
Tidak
semua
beban
tersebut
dialokasikan sebagai beban administratif.
2. Biaya dalam hubungannya dengan volume produksi
a. Biaya variabel. Jumlah total biaya variabel berubah secara proporsional
terhadap perubahan aktivitas dalam rentang yang relevan (relevant range).
Dengan kata lain, biaya variabel menunjukkan jumlah per unit yang relatif
konstan dengan berubahnya aktivitas dalam rentang yang relevan. Biaya
variabel biasanya dapat dibebankan ke dapertemen operasi dengan cukup
mudah dan akurat, dan dapat dikendalikan oleh supervisor pada tingkat
operasi tertentu.
b. Biaya tetap. Biaya tetap bersifat konstan secara total dalam rentang yang
relevan. Dengan kata lain, biaya tetap per unit semakin kecil sering dengan
meningkatnya aktivitas dalam rentang yang relevan. Tanggung jawab
pengendalian untuk biaya tetap biasanya berada pada tingkat manajemen
12
menengah atau manajemen eksekutif dibandingkan dengan supervisor
operasi.
c. Biaya semi variabel adalah beberapa jenis biaya memiliki elemen biaya
tetap dan biaya variabel.
3. Biaya dalam hubungannya dengan departemen produksi atau segmen lain.
a. Biaya langsung departemen adalah suatu biaya dapat ditelusuri ke suatu
departemen di mana biaya tersebut berasal.
b. Biaya tidak langsung departemen adalah suatu biaya digunakan bersama
oleh beberapa departemen yang memperoleh manfaat dari biaya tersebut.
4. Biaya dalam hubungannya dengan periode akuntansi
a. Pengeluaran modal ditujukan untuk memberikan manfaat di masa depan
dan dilaporkan sebagai aktiva.
b. Pengeluaran pendapatan memberikan manfaat untuk periode sekarang dan
dilaporkan sebagai beban.
5. Biaya dalam hubungannya dengan suatu keputusan, tindakan, atau evaluasi
Ketika suatu pilihan harus dibuat di antara tindakan-tindakan atau alternatifalternatif yang mungkin dilakukan adalah penting untuk mengidentifikasikan
biaya (dan pendapatan, pengurangan biaya, dan penghematan) yang relevan
terhadap pilihan tersebut. Biaya diferensial adalah salah satu nama dari biaya
relevan untuk suatu pilihan diantara biaya alternatif. Biaya diferensial sering
sekali disebut biaya marginal atau biaya inkremental.
Menurut Sunarto (2003:5-6) biaya produksi terdiri atas:
1. Menurut unsur atau komponen biaya
a. Biaya bahan baku atau bahan langsung. Biaya ini timbul karena pemakaian
bahan. Biaya bahan baku merupakan harga pokok bahan yang dipakai
dalam produksi untuk membuat barang. Biaya bahan baku merupakan
bagian dari harga pokok barang jadi yang akan dibuat .
b. Biaya tenaga kerja langsung. Biaya ini timbul karena pemakaian tenaga
kerja yang dipergunakan untuk mengolah bahan menjadi barang jadi.
13
Biaya tenaga kerja langsung merupakan gaji dan upah yang diberikan
tenaga kerja yang terlibat langsung dalam pengolahan barang.
c. Biaya overhead pabrik. Biaya ini timbul terutama karena pemakaian
fasilitas untuk mengolah barang berupa mesin, alat-alat, tempat kerja dan
kemudahan lain. Daalm kenyataannya dan sesuai dengan label biaya
tersebut, kemudian biaya overhead pabrik adalah semua biaya bahan baku
dan tenaga kerja langsung.
2. Menurut perilakunya terhadap volume
a. Biaya tetap (fixed cost). Biaya tetap merupakan biaya yang mempunyai
tingkah laku tetap, tidak berubah terhadap perubahan volume kegiatan.
Biaya tetap tidak berubah meskipun kegiatan produksi berubah.
b. Biaya variabel (variable cost). Biaya variabel merupakan biaya yang
mempunyai tingkah laku berubah sebanding dengan perubahan volume
kegiatan produksi. Setiap perubahan volume kegiatan produksi maka akan
ditanggapi dengan perubahan biaya variabel dengan jumlah yang
sebanding dengan perubahan volume kegiatan produksi tersebut.
3. Menurut kedekatannya dengan produk
a. Biaya langsung. Biaya ini disebut biaya langsung apabila dapat ditelusuri
pada barang jadi, mudah dilacak.
b. Biaya tidak langsung. Merupakan biaya yang tidak dapat ditelusuri pada
barang jadi.
4. Klasifikasi menurut kegiatan produksi
Klasifikasi ini, mungkin akan berbeda-beda untuk beberapa perusahaan karena
situasi produksi. Salah satu contoh dari klasifikasi ini misalnya:
a. Biaya design
b. Biaya pengolahan
c. Biaya pengawasan mutu
d. Biaya pengepakan
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa dalam hal ini biaya-biaya
yang berkaitan dalam penggolongan biaya ini yaitu biaya produksi, pemasaran,
variable, tetap, administrasi dan umum, langsung dan tidak langsung, semi
14
variable, namun penggolongan tersebut dibedakan berdasarkan fungsinya masingmasing.
2.5
Harga Pokok Produksi
2.5.1 Pengertian Harga Pokok
Menurut Pearson (2009:62) dalam menentukan harga pokok hal yang
lebih utama didahulukan yaitu:
1. Manufacturing sector companies, purchase materials and components
and convert them into various finished goods. Examples are
automotive companies, cellular phone producers, food processing
companies, and textile companies.
2. Merchandising sector companies, purchase and then sell tangible
products without changing their basic form. This sector includes
companies engaged in retailing (such as bookstores or department
stores), distribution, or wholesaling.
3. Service sector companies, provide services (intangible products) for
example, legal advice or audits to their customer. Example are law
firms, accounting firms, banks, mutual fund companies, insurance
companies, transportation companies, advertising agencies, radio and
television stations, internet based companies such as internet service
providers, travel agencies and brokerage firms.
Maka dalam hal ini harga pokok menurut Bastian Bustami dan Nurlela
(2007:60) yaitu:
“Harga pokok produksi adalah kumpulan biaya produksi yang terdiri dari
bahan baku langsung, tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik
ditambah persediaan produk dalam proses awal dan dikurang persediaan
produk dalam proses akhir.”
Menurut Mursyidi (2008:14) pengertian harga pokok adalah
“Biaya yang telah terjadi (expired cost) yang belum dibebankan atau
dikurangkan dari penghasilan.”
Dari pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa harga pokok
merupakan sekumpulan dari berbagai jenis biaya-biaya yang dimana mendukung
kegiatan dari perusahaannya.
15
2.5.2 Unsur-unsur Harga Pokok
Menurut Sunarto (2003:5) biaya-biaya yang menjadi unsur harga pokok
sebagai berikut:
1. Biaya bahan baku atau bahan langsung. Biaya ini timbul karena pemakaian
bahan. Biaya bahan baku merupakan harga pokok bahan yang dipakai dalam
produksi untuk membuat barang. Biaya bahan baku merupakan bagian dari
harga pokok barang jadi yang akan dibuat.
2. Biaya tenaga kerja langsung. Biaya ini timbul karena pemakaian tenaga kerja
yang dipergunakan untuk mengolah bahan menjadi barang jadi. Biaya tenaga
kerja langsung merupakan gaji dan upah yang diberikan tenaga kerja yang
terlibat langsung dalam pengolahan barang.
3. Biaya overhead pabrik. Biaya ini timbul terutama karena pemakaian fasilitas
untuk mengolah barang berupa mesin, alat-alat, tempat kerja dan kemudahan
lain. Dalam kenyataannya dan sesuai dengan label biaya tersebut, kemudian
biaya overhead pabrik adalah semua biaya bahan baku dan tenaga kerja
langsung.
Menurut Alan Jayaatmaja (2006:9) mengenai unsur biaya produksi ada
tiga hal yaitu:
1. Biaya bahan baku adalah bahan baku yang dipergunakan dalam proses
produksi pada periode yang bersangkutan. Untuk menghitung biaya bahan
baku atau bahan baku yang dipergunakan di dalam proses produksi, adalah
sebagai berikut: persediaan bahan baku awal periode ditambah pembelian
bersih dikurangi persediaan bahan baku akhir periode.
2. Biaya tenaga kerja langsung adalah gaji atau upah dari tenaga kerja atau
pekerja yang jasanya diperhitungkan langsung dengan produk yang dihasilkan.
Sedangkan biaya tenaga kerja tidak langsung adalah gaji atau upah yang
dibayarkan kepada pekerja yang secara tidak langsung terlibat dalam
pengolahan bahan baku menjadi produk selesai. Biaya tersebut harus
dipisahkan dengan biaya tenaga kerja langsung, masuk ke biaya overhead
pabrik.
16
3. Biaya overhead pabrik adalah semua jenis biaya, kecuali biaya bahan baku
dan biaya tenaga kerja langsung, yang diperlukan dalam produksi. Misalnya:
biaya bahan pembantu, biaya tenaga kerja tidak langsung, biaya listrik pabrik,
biaya reparasi dan pemeliharaan mesin pabrik, penyusutan mesin produksi,
penyusutan bangunan pabrik dan sebagainya.
Dari penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa unsur-unsur harga
pokok yang terkait itu ada tiga yaitu biaya bahan baku, biaya tenaga kerja
langsung, dan biaya overhead pabrik.
2.6
Metode Penentuan Harga Pokok
Menurut Bastian Bustami dan Nurlela (2007:48) mengenai penentuan
harga pokok adalah bagaimana memperhitungkan biaya kepada suatu produk atau
pesanan atau jasa, yang dapat dilakukan dengan cara memasukkan seluruh biaya
variable saja.
Menurut Mulyadi (2009:17-22) dalam menentukan unsur-unsur biaya ke
dalam kos produksi terdapat dua pendekatan:
1. Full Costing
Full
costing
merupakan
penentuan
harga
pokok
produk
yang
memperhitungkan semua unsur biaya produksi, yang terdiri dari biaya bahan
baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik yang bersifat
variable (variable cost) maupun sifat tetap (fixed cost). Dengan kata lain,
biaya yang melekat pada produk jadi maupun persediaan barang dalam proses
itu akan terdiri dari :
Laporan Rugi-Laba dengan Pendekatan Full Costing
Pendapatan penjualan
Rp. xxx
Kos penjualan:
Persediaan awal produk jadi
Rp. xxx
Kos produksi:
Persediaan awal produk dalam proses
17
Rp. xxx
Biaya produksi:
Biaya bahan baku
Rp. xxx
Biaya tenaga kerja langsung
Rp. xxx
Biaya overhead pabrik
Rp. xxx +
Rp. xxx +
Rp. xxx
Persediaan akhir produk dalam proses
Rp. xxx -
Kos produksi
Rp. xxx +
Kos produk yang tersedia untuk dijual
Rp. xxx
Persediaan akhir produk jadi
Rp. xxx -
Kos penjualan
Rp. xxx -
Laba bruto
Rp. xxx
Biaya usaha:
Biaya administrasi dan umum
Rp. xxx
Biaya pemasaran
Rp. xxx +
Rp. xxx -
Laba bersih usaha
Rp. xxx
Pendapatan di luar usaha
Rp. xxx
Biaya di luar usaha
Rp. xxx Rp. xxx -
Laba bersih sebelum pajak
Rp. xxx
Pajak penghasilan 35%
Rp. xxx -
Laba bersih setelah pajak
Rp. xxx
Harga pokok produksi yang dihitung dengan pendekatan full costing terdiri
dari unsur harga pokok produksi (biaya bahan baku, biaya tenaga kerja
langsung, biaya overhead pabrik variable dan biaya overhead pabrik tetap)
ditambah dengan biaya non produksi (biaya pemasaran, biaya administrasi dan
umum).
18
2. Variable Costing
Variable costing merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang
hanya memperhitungkan biaya produksi yang berperilaku variable ke dalam
harga pokok produksi yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja
langsung, dan biaya overhead pabrik variable. Dengan demikian harga pokok
produksi menurut metode variable costing terdiri dari unsur biaya produksi
berikut ini:
Laporan Rugi-Laba dengan Pendekatan Variable Costing
Pendapatan penjualan
Rp.xxx
Biaya variable
Kos penjualan variable:
Persediaan awal produk jadi
Rp.xxx
Kos produksi variable:
Persediaan awal produk dalam proses
Rp.xxx
Biaya produksi variable:
Biaya bahan baku
Rp.xxx
Biaya tenaga kerja langsung
Rp.xxx
Biaya overhead pabrik variable
Rp.xxx +
Rp.xxx +
Rp.xxx
Persediaan akhir produk dalam proses
Rp.xxx -
Kos produksi variable
Rp.xxx +
Kos produksi yang tersedia untuk dijual
Rp.xxx
Persediaan akhir produk jadi
Rp.xxx -
Kos penjualan variable
Rp.xxx
Biaya administrasi dan umum variable
Rp.xxx
Biaya pemasaran variable
Rp.xxx +
Total biaya variable
Rp.xxx -
Laba kontribusi
Rp.xxx
19
Biaya tetap:
Biaya overhead pabrik tetap
Rp.xxx
Biaya administrasi dan umum tetap
Rp.xxx
Biaya pemasaran tetap
Rp.xxx +
Total biaya tetap
Rp.xxx -
Laba bersih
Rp.xxx
Harga pokok produk yang dihitung dengan pendekatan variable costing terdiri
dari unsur harga pokok produksi variable (biaya bahan baku, biaya tenaga
kerja langsung, biaya overhead pabrik variable) ditambah dengan biaya non
produksi variable (biaya pemasaran variabel dan biaya administrasi dan umum
variable) dan biaya tetap (biaya overhead pabrik tetap, biaya pemasaran tetap
dan biaya administrasi dan umum tetap.
3. Activity base costing
Menurut Mursyidi (2008:25) klasifikasi biaya ini dihubungkan dengan jenis,
kegiatan yang menimbulkan biaya. Hal ini sangat diperlukan dalam rangka
perhitungan biaya berdasarkan aktivitas (activity base costing). Dalam satu
jalur produksi terdapat beberapa aktivitas misalnya: persiapan produksi,
pemotongan, peleburan, pencetakan, perakitan, penyelesaian, pengepakan, dan
pengapaian, maka jenis-jenis biaya akan diklasifikasikan berdasarkan aktivitas
tersebut.
Menurut Horngren, Foster, Datar (2000:140) bahwa:
“Activity based costing (ABC) system refine costing systems by focusing on
individual activities as the fundamental cost object. An activity is an event,
task, or unit of work with a specified purpose; for example; design
products, setting of machines, operating machines, and distributing
products. ABC systems calculate the costs of individual activities and
assign cost to cost objects such as products and services on the basis of the
activities undertaken to produce each product or service.
20
2.6.1 Dasar Jurnal pada Siklus Akuntansi Biaya
Menurut Bastian Bustami dan Nurlela (2007:55-57) dasar jurnal pada
siklus akuntansi biaya dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Jurnal Bahan Baku Langsung dan Bahan Penolong
− Pencatatan pembelian bahan baku
Bahan baku
xxx
Hutang
xxx
(Jurnal untuk mencatat pembelian bahan baku secara kredit).
Bahan baku
xxx
Kas
xxx
(Jurnal untuk mencatat pembelian bahan baku secara tunai).
− Pencatatan pembelian bahan penolong
Bahan penolong
xxx
Hutang
xxx
(Jurnal untuk mencatat pembelian bahan penolong secara kredit)
Bahan penolong
xxx
Kas
xxx
(Jurnal untuk mencatat pembelian bahan penolong secara tunai)
− Jurnal Gabungan
Bahan
xxx
Hutang
xxx
(Jurnal untuk mencatat bahan baku dan bahan penolong secara kredit).
Bahan
xxx
Kas
xxx
(Jurnal untuk mencatat bahan baku dan bahan penolong secara tunai).
− Jurnal Pemakaian Bahan Baku
Produk dalam proses bahan baku
xxx
Persediaan bahan baku
(Jurnal untuk mencatat pemakaian bahan baku).
21
xxx
− Jurnal Pemakaian Bahan Penolong
BOP Pengendali
xxx
Bahan penolong
xxx
(Jurnal untuk mencatat pemakaian bahan penolong).
2. Jurnal Tenaga Kerja Langsung
− Jurnal Pencatatan Tenaga Kerja Terutang oleh Perusahaan
Beban gaji dan upah
xxx
Gaji dan upah terutang
xxx
(Jurnal untuk mencatat gaji dan upah yang belum dibayar oleh perusahaan
atau gaji yang masih terutang).
− Pencatatan Distribusi Biaya Tenaga Kerja
PDP – TKL
xxx
BOP Pengendali
xxx
Beban pemasaran
xxx
Beban administrasi
xxx
Beban gaji dan upah
xxx
(Jurnal untuk mencatat pemakaian tenaga kerja langsung dan biaya
overhead pabrik sesungguhnya dan biaya lain).
3. Jurnal Biaya Overhead Pabrik
− Pencatatan pemakaian BOP
PDP – BOP
xxx
Bahan penolong
xxx
Tenaga kerja tidak langsung
xxx
Biaya penyusutan
xxx
BOP lain-lain
xxx
(Jurnal untuk mencatat pemakaian biaya overhead pabrik).
− Jurnal Biaya Overhead Sesungguhnya
BOP Pengendali
xxx
Akumulasi penyusutan mesin
xxx
Asuransi biaya dimuka
xxx
Kas
xxx
22
− Jurnal menutup BOP dibebankan ke rekening BOP Sesungguhnya
BOP dibebankan
xxx
BOP pengendali
xxx
4. Jurnal Harga Pokok Produksi Selesai
Produk selesai
xxx
PDP- BBL
xxx
PDP- TKL
xxx
PDP- BOP
xxx
(Jurnal untuk mencatat harga pokok produk selesai yang dipindahkan ke
gudang).
5. Jurnal Harga Pokok Produk Dalam Proses
Persediaan PDP
xxx
PDP- BBL
xxx
PDP- TKL
xxx
PDP- BOP
xxx
(Jurnal untuk mencatat harga pokok persediaan produk dalam proses).
6. Jurnal Harga Pokok Penjualan
Harga pokok penjualan
xxx
Produk selesai
xxx
(Jurnal untuk mencatat produk selesai yang terjual).
7. Jurnal Penjualan
− Pencatatan penjualan tunai
Kas
xxx
Penjualan
xxx
(Mencatat penjualan produk selesai secara tunai).
− Pencatatan penjualan kredit
Piutang
xxx
Penjualan
xxx
(Jurnal untuk mencatat penjualan produk selesai secara kredit).
23
Keterangan :
PDP : Produk Dalam Proses
BBL : Bahan Baku langsung
TKL : Tenaga Kerja langsung
BOP : Biaya overhead pabrik
2.7
Metode Pengumpulan Harga Pokok Produksi
Menurut Mursyidi (2008:28) dalam suatu proses produksi terdapat elemen
biaya, yaitu biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik.
Biaya-biaya ini dikumpulkan menjadi satu sebagai biaya produksi. Pengumpulan
biaya (cost accumulation) produksi tersebut bergantung pada cara berproduksi:
1. Perusahaan yang memproduksi suatu produk berdasarkan pesanan (order)
akan
melaksanakan kegiatannya
setelah pesanan diterima,
misalnya
perusahaan percetakan, furniture, dan galangan kapal. Perusahaan ini akan
mengumpulkan biaya produksinya sesuai dengan pesanan yang diterimanya,
dengan kata lain mengumpulkan biaya produksi untuk setiap jenis pesanan.
Cara ini disebut dengan pengumpulan biaya produksi berdasarkan pesanan
(job order costing).
2. Ada pula perusahaan yang memproduksi produknya berdasarkan produksi
massa, melakukan pengolahan produknya secara kontinyu/terus menerus
dalam rangka memenuhi permintaan pasar atau persediaan di gudang.
Misalnya perusahaan tekstil, sepatu, makanan dan minuman. Dalam
perusahaan ini biaya produksi dikumpulkan secara periodik (harian,
mingguan, atau bulanan) untuk departemen produksi.
3. Dalam suatu perusahaan industri terkadang menggunakan kedua cara tersebut
untuk menghasilkan produknya. Misalnya perusahaan otomotif (mobil), satu
pihak melakukan pengumpulan biaya produksi untuk setiap pemesanan, jika
produk yang akan dihasilkannya berdasarkan spesifikasi dari pemesan
(misalnya mobil anti peluru), di pihak lain ia memproduksi mobil secara
massal untuk dipasarkan memenuhi kepentingan umum walaupun tidak ada
pesanan.
24
4. Perusahaan yang memiliki jarak waktu yang relatif pendek (hanya sesaat)
antara pembelian bahan baku, proses produksi dan penjualan produk yang
dihasilkannya sehingga untuk memungkinkan tidak materilnya persediaan
bahan, barang dalam proses, dan barang jadi pada akhir periode, yang sering
disebut Just In Time (JIT), maka pengumpulan biaya produksi dapat dilakukan
dengan pendekatan yang dinamakan back flush costing/back flush accounting.
Dalam pendekatan ini pembelian bahan baku tidak dicatat dalam akun
tersendiri, melainkan langsung dicatat dalam rekening Raw In Process (RIP)
dan pembebanan biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik dicatat
langsung pada akun harga pokok penjualan.
5. Ada perusahaan yang memiliki teknologi tinggi, di mana biaya tenaga kerja
langsung relatif kecil karena sebagian besar kegiatan manusia dijalankan
dengan mesin atau robot.
Menurut Carter dan Usry (2006:109-111) pada dasarnya ada dua sistem
pengumpulan harga pokok produksi yaitu:
1. Sistem perhitungan biaya berdasarkan pesanan (job order costing)
Biaya ini diakumulasikan untuk setiap batch, lot atau pesanan pelanggan.
Dalam perhitungan biaya berdasarkan pesanan (job order costing) akan lebih
praktis mengidentifikasikan secara fisik setiap pesanan yang diproduksi dan
membebankan setiap pesanan dengan paling tidak beberapa elemen biayanya.
Ketika suatu pesanan diproduksi sejumlah tertentu untuk persediaan,
perhitungan biaya berdasarkan pesanan memungkinkan perhitungan biaya per
unit. Karena biaya diakumulasikan saat pesanan melalui proses produksi,
biaya ini dapat dibandingkan dengan estimasi yang dibuat pada saat pesanan
diterima.
2. Sistem perhitungan biaya berdasarkan proses (process costing)
Perhitungan biaya berdasarkan proses (process costing) mengakumulasikan
biaya berdasarkan proses produksi atau berdasarkan departemen. Departemen
bisa saja ada dalam perhitungan biaya berdasarkan pesanan atau perhitungan
biaya berdasarkan proses, tetapi perbedaan penting bahwa departemen
25
merupakan fokus dari penelusuran biaya dalam perhitungan biaya berdasarkan
proses, dalam perhitungan biaya berdasarkan pesanan, batch, atau lot
merupakan fokus dari penelusuran biaya. Perhitungan biaya berdasarkan
proses mengakumulasikan semua biaya operasi suatu proses untuk suatu
periode waktu dan kemudian membagi biaya tersebut dengan jumlah unit
produk yang telah melewati proses selama periode tersebut, hasilnya adalah
biaya per unit.
Menurut Susty Ambarriani (2001:552) ada dua sistem pengumpulan
harga yaitu:
1. Penentuan biaya berdasarkan pesanan (job costing)
Merupakan sistem penentuan biaya produk yang mengakumulasikan dan
membebankan biaya ke pesanan tertentu. Biasanya digunakan oleh perusahaan
yang mempunyai variasi produk atau jasa yang luas atau banyak. Karena
setiap produk atau jasa bisa saja membutuhkan operasi yang berbeda-beda,
maka cara terbaik untuk menentukan biaya produk atau jasa adalah
mengakumulasikan biaya sesuai dengan pesanan atau batch. Oleh karena itu,
penentuan biaya produk atau jasa berdasarkan pesanan diperoleh melalui
pengumpulan dan pembebanan biaya ke pesanan tertentu atau pesanan
pelanggan individual untuk satu atau lebih produk.
2. Penentuan biaya berdasarkan proses (process costing)
Mengakumulasikan biaya produk atau jasa berdasarkan proses atau
departemen dan kemudian membebankan biaya tersebut ke sejumlah besar
produk yang hampir identik. Perusahaan yang secara terus menerus
memproduksi satu atau beberapa produk atau jasa yang homogen
menggunakan sistem penentuan biaya berdasarkan pesanan (process costing).
Dalam sistem penentuan biaya berdasarkan proses (process costing), biaya
produk atau jasa diakumulasikan berdasarkan proses atau departemen dan
bukan berdasarkan produk seperti yang dilakukan dalam sistem penentuan
biaya berdasarkan pesanan (job costing).
26
Menurut Susty Ambarriani (2001:553) bahwa perbedaan antara sistem
biaya pesanan (job costing) dengan sistem biaya proses (process accounting)
yaitu:
1. Sistem biaya pesanan (job costing):
− Biaya diakumulasikan berdasarkan biaya
− Produk dan jasa berbeda-beda
− Biaya per unit dihitung dengan cara membagi biaya pesanan total dengan
unit produk atau jasa yang diproduksi. Penghitungan biaya per unit
dilakukan pada saat pesanan telah selesai.
2. Sistem biaya proses (process costing):
− Biaya diakumulasikan berdasarkan proses atau departemen
− Produk atau jasa homogen diproduksi secara masal
− Biaya per unit dihitung dengan cara membagi biaya proses total dalam
suatu periode dengan unit produk atau jasa yang dihasilkan. Penghitungan
biaya per unit dilakukan pada setiap akhir periode
Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa sistem pengumpulan
harga dapat dibedakan dengan dua cara dengan berdasarkan pesanan atau proses.
Maka dari kedua alternatif ini akan dipilih mana yang akan dipakai oleh
perusahaan yang dapat menunjang aktivitas perusahaan tersebut.
2.8
Sistem Biaya Berdasarkan Aktivitas (Activity Base Costing)
Hal yang dilakukan yaitu menurut Hansen dan Mowen (2004:153-)
dalam perhitungan biaya produk berdasarkan aktivitas pertama-tama menelusuri
biaya aktivitas dan kemudian produk. Asumsi yang mendasari adalah bahwa
aktivitas-aktivitas memakai sumber-sumber daya dan produk, sebagai gantinya,
memakai aktivitas.
Activity base cost ini memiliki dua tahap proses yaitu:
1. Penelusuran Langsung
2. Penelusuran Penggerak (menekankan hubungan sebab akibat)
27
Menurut Sulastiningsih dan Zulkifli (1999:22-23) Activity bases costing
sistem timbul sebagai akibat dari kebutuhan manajemen akan informasi akuntansi
yang mampu mencerminkan konsumsi sumberdaya dalam berbagai aktivitas
untuk menghasilkan produk. Kebutuhan akan informasi biaya yang akurat tersebut
disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut:
a. Persaingan global (global competition) yang dihadapi perusahaan manufaktur
memaksa manajemen untuk mencari berbagai alternative pembuatan produk
yang cost effective. Untuk dapat menghasilkan produk dengan biaya efisien,
manajemen harus mengidentifikasikan value added activities dan non value
added activities. Dengan demikian manajemen manajemen memerlukan
informasi biaya yang mencerminkan konsumsi sumberdaya dalam berbagai
aktivitas untuk menghasilkan produk.
b. Penggunaan
teknologi
maju
dalam
pembuatan
produk
(advanced
manufacturing technology) menyebabkan proporsi biaya overhead pabrik
dalam product cost menjadi dominan. Di samping itu sebagian besar biaya
overhead pabrik dalam perusahaan yang berteknologi maju merupakan sunk
cost, seperti biaya depresiasi pabrik.
c. Untuk dapat memenangkan persaingan dalam kompetisi global, perusahaan
manufaktur harus menerapkan market driven strategy. Untuk penerapan
strategi ini, manajemen harus senantiasa melakukan perbaikan berkelanjutan
terhadap aktivitas-aktivitas yang digunakan untuk membuat produk. Untuk
memantau dampak dari perbaikan berkelanjutan manajemen memerlukan
informasi yang akurat mengenai pengorbanan sumberdaya dalam berbagai
aktivitas pembuatan produk.
d. Market driven strategy menuntut manajemen untuk inovatif. Dengan inovasi
yang dilakukan, product life cycle menjadi semakin pendek. Informasi tentang
product life cycle sangat bermanfaat sebagai dasar peluncuran produk baru
dan penghentian produksi produk tertentu.
e. Pemanfaatan
teknologi
komputer
dalam
pengolahan
data
akuntansi
memungkinkan dilakukannya pengolahan berbagai informasi biaya yang
sangat bermanfaat dengan cukup akurat.
28
Activity base costing systems dapat merefleksikan hakekat ekonomi dari
produksi, sehingga dapat memberikan bimbingan yang lebih baik kepada manajer
dalam pembuatan keputusan, seperti penetapan harga, pengelolaan hubungan
dengan pelanggan, kombinasi produk, rancangan produk dan aktivitas perbaikan
proses.
Menurut Mulyadi (2001:59) dalam biaya penuh (full cost) ada empat
kelompok aktivitas, yaitu:
1. Aktivitas mempertahankan fasilitas (facility sustaining activities)
2. Aktivitas mempertahankan produk (product sustaining activities)
3. Aktivitas yang bersangkutan dengan batch produk (batch related activities)
4. Aktivitas yang bersangkutan dengan unit yang dihasilkan (unit level activities)
Sedangkan menurut Carter dan Usry (2006:497) ada empat aktivitas yaitu:
1. Tingkat unit
Biaya tingkat unit (unit level cost) adalah biaya yang meningkat saat satu unit
produksi. Biaya ini adalah satu-satunya biaya yang selalu dapat dibebankan
secara akurat proporsional terhadap volume.
2. Tingkat batch
Biaya tingkat batch (batch level cost) adalah biaya yang disebabkan oleh
jumlah batch yang diproduksi dan dijual.
3. Tingkat produk
Biaya tingkat produk (product level cost) adalah biaya yang terjadi untuk
mendukung sejumlah produk yang berbeda yang dihasilkan. Biaya tersebut
tidak harus dipengaruhi oleh produksi dan penjualan satu batch atau satu unit
lebih banyak.
4. Tingkat pabrik
Beberapa tingkat biaya dan pemicu dapat terjadi di atas tingkat produk. Hal ini
termasuk tingkat lini produk, tingkat proses, tingkat departemen, dan tingkat
pabrik. ABC mengakui hanya salah satu dari kategori-kategori tersebut yaitu
tingkat pabrik. Biaya tingkat pabrik (plant level product) adalah memelihara
kapastitas di lokasi produksi.
29
Tingkat dan contoh dari aktivitas, biaya, dan pemicu aktivitas:
Unit
Contoh Aktivitas
Pemotongan
Penyolderan
Pengecatan
Penjadwalan
Persiapan
Pencampuran
Perakitan
Pemindahan
Pengepakan
Contoh Biaya
Bagian dari listrik
Batch
Jam tenaga kerja langsung
Jam mesin
Pendesainan
Pengembangan
Pembuatan
prototipe
Periklanan
Pabrik
Pemanasan
Penerangan
Pendinginan
Penyediaan
keamanan
-
-
Pergudangan
Gaji pegawai
yang
melakukan
penjadwalan,
persiapan atau
penanganan
bahan baku
Gaji designer
dan
programmer
Penyusutan
-
Biaya iklan
Asuransi
-
Biaya paten
Pajak
bangunan
Jumlah batch
Jumlah produk
Persiapan
pergerakan
bahan baku
atau pesanan
produksi
-
Perubahan
desain atau
jam desain
Luas ruang
yang ditempati
dalam satuan
meter persegi
-
Bahan baku tidak langsung
Contoh Pemicu Aktivitas
Unit atau pon output
Produk
-
-
Sumber : Carter dan Usry (2006:497)
Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa sistem biaya
berdasarkan aktivitas ini sangat mempengaruhi dalam kegiatan produksi, karena
untuk menentukan harga pokok juga harus memakai sistem biaya ini.
30
2.9
Laba
Menurut Kieso, Weygandt, Warfield (2007:40) pengertian laba atau
keuntungan ialah kenaikan ekuitas (aktiva bersih) sebuah perusahaan yang
ditimbulkan oleh transaksi peripheral atau insidentil dan dari semua transaksi
serta kejadian lainnya dan situasi yang mempengaruhi perusahaan selama suatu
periode kecuali yang berasal dari pendapatan atau investasi oleh pemilik.
Menurut Carter dan Usry (2006:15) mengatakan bahwa penentuan laba
yaitu:
“Biaya dan laba dapat dilaporkan atas segmen dari perusahaan atau untuk
keseluruhan perusahaan, bergantung pada kebutuhan manajemen dan
pelaporan eksternal.”
Menurut Horngren (2000:72) mengenai macam-macam laba ada dua hal
yaitu:
1. Laba operasi (operating income) adalah pendapatan operasi untuk satu periode
akuntansi dikurangi seluruh biaya operasi, mencakup harga pokok penjualan
Laba Operasi = Pendapatan Operasi – Biaya Operasi
2. Laba bersih (net income) adalah laba operasi ditambah pendapatan non operasi
(seperti pendapatan bunga) dikurangi biaya non operasi (seperti biaya bunga)
dikurangi pajak penghasilan badan. Untuk penyederhanaan, diasumsikan
bahwa pendapatan dan biaya non operasi adalah nol. Jadi, laba bersih dihitung
sebagai berikut:
Laba Bersih = Laba Operasi – Pajak Penghasilan Badan
Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa laba memiliki peranan
yang penting karena dengan laba maka perusahaan dapat menunjukkan kinerja
perusahaan pada periode tertentu. Dengan memiliki laba yang tinggi maka
identiknya perusahaan memiliki kinerja yang bagus.
31
Download