pengaruh model think pair share dengan menggunakan peta

advertisement
PENGARUH MODEL THINK PAIR SHARE DENGAN MENGGUNAKAN PETA
KONSEP TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR KOGNITIF
SISWA KELAS VII SMP NEGERI 2 GERUNG
TAHUN PELAJARAN 2013/2014
Diniyati, Taufik Samsuri, Bq.Mirawati
Program Studi Pendidikan Biologi FPMIPA IKIP Mataram
Email: [email protected]
ABSTRAK : Berbagai model pembelajaran yang berorientasi pada aktivitas siswa saat ini telah
banyak dikemukakan. Salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas
pelajaran termasuk pelajaran biologi, ialah guru biologi harus menerapkan strategi, metode dan
model pembelajaran yang bervariasi dan tepat, serta memicu siswa untuk berpikir. Tujuan
penelitian ini untuk mengetahui pengaruh model Think Pair Share dengan menggunakan Peta
konsep terhadap aktivitas dan hasil belajar kognitif siswa. Penelitian dilaksanakan di SMP
Negeri 2 Gerung tahun pelajaran 2013/2014. Jenis penelitian adalah Quasi Ekperimental Design
dengan menggunakan rancangan Nonequivalent Control Group Design dengan menggunakan
satu kelas kontrol dan satu kelas eksperimen. Teknik pengambilan sampel menggunakan
Purposive Sampling. Data aktivitas yang telah dikumpulkan dianalisis secara deskriptif dengan
persentase, sedangkan untuk pengujian hipotesis hasil belajar dianalisis menggunakan uji
Anacova. Dari hasil analisis aktivitas belajar kelas kontrol menunjukkan bahwa persentase
aktivitas pada pertemuan I kategori cukup aktif (59,52%) dan pada pertemuan II dikategorikan
aktif (64,28%), sedangkan aktivitas belajar kelas eksperimen pada pertemuan I kategori aktif
(69,05%) dan pada pertemuan II dikategorikan aktif pula (78,57%). Berdasarkan hasil penelitian
pengaruh model Think Pair Share dengan menggunakan Peta konsep menunjukan Fhitung sebesar
9,44 > Ftabel 4,03, sehingga hasil penelitian ini dinyatakan signifikan. Maka dapat disimpulkan
bahwa ada pengaruh penerapan model Think Pair Share dengan menggunakan Peta konsep
terhadap aktivitas dan hasil belajar kognitif siswa.
Kata kunci: Model Think Pair Share, Peta konsep, Aktivitas, Hasil Belajar Kognitif
ABSTRACT : This study is aimed at finding out the influence of think pair share model by
applying Map Concept towards students study activity and cognitive study achievement of the
VII class at SMPN 2 Gerung in academic year 20l3l/20l4. The study was belongs to quasi
experiment design with nonequivalent control group design that consist of one control group
and one experiment group. The sampling technique used in this study was purposive sampling.
The data of students' activity analyzed descriptively with the percentage, while for tesing the
hypothesis of students study achievement, it analyzed with anacova test. After the calculation it
found that the students study activity score of the control group was 59.52% which categorized
into quite active in the first meeting, while in the second meeting was 64.28% wich categorized
into active. Moreover the students' activity score of experiment group was 69.05% in the first
meeting which categorized into active and 78.57% in the second meeting which categorized
into active. From the data above it found that the t-count score wis 9.44. While, the t-table score
was 4.03. So, the data showed that the t-count was greater than the t-table (9.44>4.03). Finally,
it can concluded that, there was a significant influence of think pair share model by applying
Map Concept towards students study activity and cognitive study achievement of the VII class
at SMPN 2 Gerung in academic year 2013/20l4.
Key Words: Think Pair Share Model, Map Concept.
1
PENDAHULUAN
Peningkatan mutu pendidikan merupakan prioritas utama dalam penyelenggaraan
pendidikan. Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan Nasional telah berupaya meningkatkan
mutu pendidikan melalui penyelenggaraan pendidikan yang berkualitas, diantaranya dengan
melakukan perbaikan sistem pendidikan di daerah, penyempurnaan kurikulum, peningkatan
profesinalisme guru, khususnya pada mata pelajaran biologi, pengadaan buku mata pelajaran,
perbaikan sarana dan prasarana serta peningkatan kemampuan mengajar guru dengan
menerapkan variasi strategi serta model-model pembelajaran yang menuntut siswa belajar lebih
aktif. (Depdiknas, 2001).
Dalam Undang-undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen menjelaskan tentang
kemampuan guru mengelola pembelajaran peserta didik. Hal ini menandakan dalam peranannya
sebagai seorang pendidik, guru harus memiliki pengetahuan dan kecakapan dalam suatu tindakan
pengelolaan kelas yang maksimal sehingga diharapkan terjadinya proses belajar mengajar yang
efektif. Pengelolaan disini dapat dimulai dari perencanaan, proses dan ditutup dengan evaluasi
pembelajaran. Perencanaan dapat berupa sebuah rangkaian acara yang telah di set sedemikian
rupa demi terlaksananya tujuan. Proses sendiri merupakan tahap pelaksanaan program yang telah
disusun. Pada tahap ini disamping pengetahuan teori belajar mengajar, pengetahuan tentang
siswa, diperlukan pula kemahiran dan keterampilan teknik belajar, misalnya: prinsip-prinsip
mengajar, penggunaan alat bantu pengajaran, penggunaan metode mengajar, dan keterampilan
menilai hasil belajar siswa. Penilaian proses belajar mengajar dilaksanakan untuk mengetahui
keberhasilan perencanaan kegiatan belajar mengajar yang telah disusun dan dilaksanakan
(Cahyotomo, 2013).
Dalam konteks peningkatan mutu pendidikan termasuk mutu pembelajaran, diperlukan peran
seorang guru. Tanpa peran aktif guru, kebijakan peningkatan kualitas pendidik dan mutu
pembelajaran di kelas, atau semodern apa pun sebuah kurikulum dan perencanaan strategis
pendidikan yang dirancang tidak akan membuahkan hasil optimal. Pernyataan ini menyiratkan
bahwa pendidikan yang baik dan unggul tetap akan tergantung pada kondisi mutu guru. Agar
dapat mengajar efektif, guru harus meningkatkan kesempatan belajar bagi siswa (kuantitas) dan
meningkatkan kualitas mengajarnya. Kesempatan belajar siswa dapat ditingkatkan dengan cara
melibatkan siswa secara aktif dalam belajar. Hal ini berarti kesempatan belajar makin banyak
dan optimal serta guru menunjukkan keseriusan saat mengajar sehingga dapat membangkitkan
minat siswa untuk belajar (Usman, 2010).
Berbagai model pembelajaran yang berorientasi pada aktivitas siswa saat ini telah banyak
dikemukakan. Salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas pelajaran
termasuk pelajaran biologi, ialah guru biologi harus menerapkan strategi, metode dan model
pembelajaran yang bervariasi dan tepat, serta memicu siswa untuk berpikir. Salah satu model
yang dapat digunakan untuk meningkatkan aktivitas belajar adalah model Think Pair Share
(TPS). Model Pembelajaran TPS atau berpikir berpasangan berbagi, merupakan jenis
pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. TPS
merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas. Dengan
asumsi bahwa semua resitasi atau diskusi membutuhkan pengaturan untuk mengendalikan kelas
secara keseluruhan, dan prosedur yang digunakan dalam TPS dapat memberi siswa lebih banyak
waktu berpikir, untuk merespon dan saling membantu (Handayani, 2012). Arvidiana (2012)
dalam penelitiannya menyatakan bahwa penerapan model kooperatif tipe TPS dapat
meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa. Hal ini, dapat dilihat dari peningkatan
persentase ketuntasan klaksikal dari siklus I sebesar 83% menjadi 87% pada siklus II.
Pemilihan model pembelajaran dan penggunaan media yang tepat merupakan salah satu
upaya untuk menarik perhatian siswa sehingga siswa dapat belajar dengan baik dan dapat
bermakna bagi siswa itu sendiri. Penggunaan peta konsep pada pembelajaran biologi merupakan
salah satu alternative yang dapat mendorong siswa untuk aktif dalam pembelajaran. Peta konsep
dapat berperan sebagai media pengajaran yang baik dan menarik dikarenakan peta konsep dapat
menyederhanakan materi pelajaran yang kompleks sehingga memudahkan siswa dalam
2
menerima dan memahami prinsip-prinsip dari suatu materi pelajaran sehingga terjadi belajar
bermakna dalam struktur kognitif siswa. Rezeki, dkk (2011) menyatakan bahwa penggunaan
peta konsep dapat meningkatkan pemahaman siswa. Hal ini dapat dilihat dari meningkatnya
ketuntasan belajar siswa dari siklus I ke siklus II sebesar 81,82% menjadi 93,94%. Selain itu,
aktivitas siswa dalam pembelajaran juga meningkat dan respon siswa terhadap proses
pembelajaran menggunakan peta konsep menyatakan 84,85% menyenangkan.
Dari hasil observasi awal di kelas VII SMP Negeri 2 Gerung, diperoleh informasi bahwa
nilai rata-rata ulangan semester ganjil 2013/2014 untuk pelajaran IPA biologi dapat dilihat pada
Tabel 1.
Tabel 1. Nilai rata-rata hasil ulangan IPA Biologi semester ganjil 2013/2014
NO.
KELAS
JUMLAH SISWA
NILAI RATA-RATA
1.
VII A
26
61,81
2.
VII B
26
61,19
3.
VII C
26
60,92
4.
VII D
24
64,04
Sumber: Arsip Guru Mata Pelajaran IPA Biologi SMPN 2 Gerung.
Rendahnya perolehan rata-rata hasil belajar IPA biologi disebabkan oleh beberapa faktor,
salah satunya adalah guru masih menerapkan metode konvensional (ceramah, diskusi dan Tanyajawab) yang bersifat monoton dan kurang variatif. Peran guru lebih dominan dalam proses
belajar mengajar sehingga partisipasi, aktivitas, dan motivsi siswa masih kurang. Padahal dalam
proses pembelajaran biologi siswa dituntut untuk lebih aktif dalam pembelajaran, sehingga siswa
mampu memahami materi pembelajaran dengan baik.
Ditinjau dari penggunaan metode konvensional, perhatian siswa pada pelajaran kurang
terfokus. Maka dari itu, model TPS dengan menggunakan peta konsep pada pembelajaran biologi
merupakan salah satu alternative yang dapat mendorong siswa untuk aktif dalam pembelajaran,
yang menekankan pada pemahaman konsep-konsep biologi dengan menghubungkan konsepkonsep yang sudah ada, dan memberi kesempatan pada siswa untuk mengemukakan pendapat
mengenai objek biologi yang dipelajari dan meningkatkan kemampuan siswa dalam mengingat
suatu informasi serta siswa dapat belajar dari siswa lain dan saling menyampaikan idenya untuk
di diskusikan sebelum disampaikan di depan kelas. Oleh karena itu, penggunaan model TPS
dengan menggunakan peta konsep diharapkan dapat berpengaruh terhadap aktivitas dan hasil
belajar siswa.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti mengadakan penelitian dengan judul “Pengaruh
model Think Pair Share dengan menggunakan Peta konsep terhadap aktivitas dan hasil belajar
kognitif siswa kelas VII SMP Negeri 2 Gerung tahun pelajaran 2013/2014”.
KAJIAN LITERATUR
TPS merupakan model pembelajaran yang menggunakan teknik sederhana namun
menghasilkan keuntungan yang besar. TPS dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam
mengingat suatu informasi dan seorang siswa juga dapat belajar dari siswa lain serta saling
menyampaikan idenya untuk di diskusikan sebelum disampaikan di depan kelas. Selain itu, TPS
juga dapat memperbaiki rasa percaya diri dan semua siswa diberi kesempatan berpartisipasi
dalam kelas.
Langkah-langkah atau sintak dasar dalam TPS Menurut Suprijono (2009); 1) Tahap pertama
”Thinking”, pembelajaran ini diawali dengan guru mengajukan pertanyaan atau isu terkait
dengan pelajaran untuk dipikirkan oleh peserta didik. Guru memberi kesempatan kepada peserta
didik memikirkan jawabannya., 2) Selanjutnya ”Pairing”, pada tahap ini guru meminta peserta
didik berpasang-pasangan. Guru memberi kesempatan kepada pasangan tersebut untuk
berdiskusi. Diharapkan diskusi tersebut dapat memperdalam makna dari jawaban yang telah
dipikirkan melalui intersubjektif dengan pasangannya, 3) Hasil diskusi intersubjektif ditiap-tiap
pasangan, hasilnya dibicarakan dengan pasangan seluruh kelas. Tahap ini dikenal dengan
3
”Sharing”. Dalam kegiatan ini diharapkan terjadi tanya jawab yang mendorong pada
pengonstruksian pengetahuan secara integratif. Peserta didik dapat menemukan struktur dari
pengetahuan yang dipelajarinya.
Peta konsep merupakan gambaran konsep-konsep yang saling berhubungan yang didalamnya
terdapat konsep utama dan konsep pelengkap. Konsep pelengkap tersebut diasosiasikan dengan
konsep utama sehingga membentuk satu kesatuan konsep yang saling berhubungan. Konsep
utama dan konsep pelengkap diperoleh dari bahan bacaan materi tertentu atau juga dapat
diperoleh dan dibangun dari pengalaman-pengalaman dimasa lampau yang memberi nilai
tambah kebermaknaan dari informasi yang baru (Suparno, 2000 dalam Rahayu, 2011).
Dalam pembuatan peta konsep, ada bebrapa langkah yang harus diperhatikan. Langkahlangkah membuat peta konsep menurut Dahar (2001 dalam Ambara, 2012); 1) Memilih suatu
bacaan dari buku pelajaran, 2) Menentukan konsep-konsep yang relavan, 3) Mengurutkan
konsep-konsep itu dari yang paling inklusif ke yang paling tidak inklusif atau contoh-contoh, 4)
Menyusun konsep-konsep itu di atas kertas mulai dengan konsep yang paling inklusif di puncak
ke konsep yang paling tidak inklusif, dan 5) Menghubungkan konsep-konsep itu dengan kata
atau kata-kata penghubung.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian eksperimen. Menurut Sugiyono
(2012) “Penelitian eksperimen dapat diartikan sebagai metode Penelitian yang digunakan untuk
mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan”.
Dalam Penelitian ini desain eksperimen yang digunakan adalah Quasi eksperimen. Quasi
eksperimen merupakan desain pengembangan dari True experimental design. Pendekatan yang
dilakukan pada penelitian ini ada dua yaitu; 1) Pendekatan kualitatif adalah suatu pendekatan
yang dilakukan oleh peneliti dalam bentuk kalimat, dan data yang mendalam yang mengandung
makna yang sebenarnya. Pendekatan kualitatif untuk menganalisis hasil observasi aktivitas dan
observasi keterlaksanaan rencana pelaksanaan pembelajaran, 2) Pendekatan kuantitatif yaitu
data penelitian berupa angka-angka dan analisis yang menggunakan statistik. Pendekatan
kuantitatif digunakan untuk menganalisis tes hasil belajar siswa.
Rancangan yang digunakan yaitu Nonequivalent Control Group design. Rancangan
penelitian ini hampir sama dengan Pretest-Postest Control Group design, hanya pada rancangan
Penelitian ini kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol tidak dipilih secara random
(Sugiyono, 2012). Desain penelitian yang dimaksud dapat dilihat pada Tabel 2, sebagai berikut:
Tabel 2. Rancangan penelitian Nonequivalent Control Group design
PrePosKelompok
Perlakuan
test
test
Eksperimen
O1
X1
O2
Kontrol
O3
X2
O4
(Sumber: Sugiyono, 2012).
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII SMPN 2 Gerung tahun
pelajaran 2013/2014 yang terdiri dari 4 kelas. Sampel yang digunakan adalah kelas VIIB sebagai
kelompok kontrol dan VIIC sebagai kelompok eksperimen. Kedua kelas ini dipilih sebagai
sampel karena memiliki jumlah siswa yang sama, dan nilai rata-rata ujian semester ganjil yang
mendekati atau hampir sama dibandingkan kelas yang lain. Berdasarkan nilai rata-rata kelas
dimana yang tertinggi ada pada kelas VIIB sebagai kelompok kontrol dan nilai rata-rata yang
rendah pada kelas VIIC sebagai kelompok eksperimen. Adapun Teknik Sampling yang
digunakan dalam penelitian ini adalah purposive Sampling. Purposive sampling merupakan
teknik sampling yang digunakan untuk menentukan sampel bila pengambilan subyek bukan
didasarkan atas strata, random, atau daerah tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu
(Arikunto, 2002).
4
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi dan tes
dengan instrumen penelitian berupa lembar observasi dan lembar tes. Pada penelitian ini lembar
observasi digunakan untuk megumpulkan data tentang segala sesuatu yang terjadi selama
berlangsungnya penelitian melalui model pembelajaran TPS dengan menggunakan Peta konsep,
antara lain proses belajar mengajar dan aktivitas belajar. Hal ini bertujuan untuk mengetahui
sejauh mana penerapan model pembelajaran TPS menggunakan peta konsep dan aktivitas belajar
siswa selama proses pembelajaran. Obervasi dilakukan dengan menggunakan lembar observasi
aktivitas siswa.
Lembar obervasi aktivitas siswa merupakan lembar yang berisi pedoman dalam
melaksanakan pengamatan aktivitas belajar siswa pada saat pembelajaran didalam kelas dan
kelompok dan lembar keterlaksanaan RPP yang diisi oleh observer selama proses belajar
mengajar berlangsung, sedangkan instrumen tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah soal
tes hasil belajar. Dimana tes hasil belajar digunakan untuk menggali ketuntasan belajar siswa.
Tes hasil belajar berbentuk piliha ganda (Multiple Choice) dengan jumlah tes adalah 20 soal
yang telah diuji validitasnya.
Berdasarkan hasil dari uji validitas terdapat 40 soal yang divalidasi diperoleh 16 soal yang
valid dan 29 soal yang tidak valid, nilai r pada tabel product moment pada taraf signifikan 5%
yaitu sebesar 0,444, dan dipakai 20 soal (16 soal valid dan 4 soal tidak valid) pada saat pretest
dan posttest, sedangkan berdasarkan hasil uji reabilitasnya diketahui bahwa nilai reliabilitas soal
sebesar 0,464 sedangkan nilai rtabel pada taraf signifikan 5% dengan jumlah butir soal 45 yaitu
0,444. Karena rhitung > rtabel maka butir soal dikatakan reliabel dan soal dapat dikriteriakan
sedang.
Data hasil belajar akan diolah menggunakan pengolahan data kuantitatif yaitu pengolahan
data berbentuk angka bilangan menggunakan analisis statistic, kemudian data hasil aktivitas
siswa dan keterlaksanaan rencana pelaksanaan pembelajaran menggunakan pendekatan kualitatif
atau dalam bentuk kalimat. Data aktivitas yang telah dikumpulkan dianalisis secara deskriptif
dengan persentase, sedangkan untuk pengujian hipotesis hasil belajar dianalisis menggunakan
uji Anacova.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada siswa kelas VIIB (kelas kontrol)
dan kelas VIIC (kelas eksperimen) SMP Negeri 2 Gerung, diperoleh data hasil observasi
keterlaksanaan pembelajaran dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel.3 Data hasil observasi keterlaksanaan pembelajaran.
Eksperimen
Kontrol
No.
Aspek
I
II
I
II
Jumlah langkah Keterlaksanaan
1.
18
19
15
16
Pembelajaran
2. Jumlah langkah yang terlaksana
16
19
13
15
3.
Jumlah langkah yang tidak terlaksana
4.
5.
Rata-rata keterlaksanaan
Persentase Keterlaksanaan
2
0
17,5
88,89%
100 %
Sangat
Sangat
6. Kategori
Baik
Baik
Sumber: Perhitungan data Keterlaksanaan Pembelajaran.
2
1
14
81,25%
Sangat
Baik
93,75%
Sangat
Baik
Berdasarkan Tabel 3 di atas memperlihatkan hasil observasi keterlaksanaan
pembelajaran yaitu pada kelas eksperimen diperoleh rata-rata keterlaksanaan sebesar 17,5
dengan persentase keterlaksanaan pembelajaran pada pertemuan I sebesar 88,89%
5
dikategorikan sangat baik, dan meningkat pada pertemuan II menjadi 100% dengan
kategori sangat baik. Selanjutnya pada kelas kontrol diperoleh rata-rata keterlaksanaan
sebesar 14, dengan persentase keterlaksanaan pada pertemuan I sebesar 81,25%
dikategorikan sangat baik, dan meningkat pada pertemuan II menjadi 93,75% dengan
kategori sangat baik.
Berdasarkan data aktivitas belajar siswa diperoleh dari hasil observasi aktivitas belajar
siswa setelah di lakukan analisis data aktivitas belajar pada kelas kelas eksperimen dan
kelas kontrol, maka diperoleh persentase aktivitas belajar siswa pada kedua kelas dapat
dilihat pada Tabel 4, di bawah ini:
1.
2.
Tabel 4 Hasil Observasi Aktivitas Belajar siswa kelas VIIB dan VIIC
Eksperimen
Kontrol
Aspek
I
II
I
II
Jumlah indicator
7
7
7
7
Jumlah deskriptor yang di amati
21
21
21
21
3.
4.
5.
6.
Skor tertinggi
Skor terendah
Rata-rata aktivitas
Persentase Keterlaksanaan.
7.
Kategori
No.
4
1
4
2
4
1
62
4
2
52
69,05%
78,57%
Aktif
Aktif
59,52%
Cukup
Aktif
64,28%
Aktif
Sumber: Perhitungan data Observasi aktivitas belajar siswa.
Berdasarka Tabel 4, di atas memperlihatkan bahwa hasil persentase aktivitas belajar
siswa pada kelas eksperimen berbeda dengan kelas kontrol. Kelas eksperimen yang
diterapkan dengan model TPS menggunakan peta konsep diperoleh rata-rata aktivitas
sebesar 62, dengan persentase aktivitas belajar pada I pertama sebesar 69,05%
dikategorikan aktif, dan pada pertemuan II persentase aktivitas belajar sebesar 78,57%
dengan kategori aktif, sedangkan pada kelas kontrol diperoleh rata-rata aktivitas sebesar
52, dengan persentase aktivitas belajar pada pertemuan I sebesar 59,52% yang termasuk
dalam katagori cukup aktif dan pada pertemuan II aktivitas belajar siswa meningkat
menjadi 64,28% yang termasuk dalam kategori aktif.
Berdasarkan hasil pre-test dan post-test siswa kelas VIIB (kelas kontrol) dan kelas VIIC
(kelas eksperimen) SMP Negeri 2 Gerung, diperoleh data hasil belajar siswa dapat dilihat
pada Tabel 5, di bawah ini :
Tabel 5. Data hasil belajar IPA Biologi siswa.
Jumlah
Nilai
Nilai
Kelompok
siswa
tertinggi
terendah
Pretest
70
15
Eksperimen
26
Postest
100
55
Pretest
60
15
Kontrol
26
Postest
95
60
Sumber: Hasil perhitungan data Pretest-Postest IPA Biologi.
Rata-rata
36,15
77,11
36,34
73,65
Berdasarkan Tabel 5, di atas memperlihatkan hasil analisis data pre-test pada kedua
kelas yaitu kelas eksperimen dengan jumlah siswa 26 orang diperoleh nilai tertinggi adalah
70 dan nilai terendah 15 dengan nilai rata-rata 36,15. Kemudian pada kelas kontrol dengan
jumlah siswa yang sama diperoleh nilai tertinggi 60 dan nilai terendah 15 sehingga
didapatkan nilai rata-rata sebesar 36,34. Selanjutnya hasil posttest (tes akhir) yang
6
dilakukan oleh kedua kelas yaitu kelas eksperimen dengan jumlah siswa 26 siswa diperoleh
nilai tertinggi 100 dan nilai terendah 55 dengan nilai rata-rata 77,11. Kemudian pada kelas
kontrol dengan jumlah siswa yang sama diperoleh nilai tertinggi 95 dan nilai terendah 60
dengan nilai rata-rata 73,65.
Selanjutnya berdasarkan data hasil belajar siswa pada kelas eksperimen dan kelas
kontrol maka dilakukan uji hipotesis dengan menggunakan rumus uji anacova. Dari hasil
perhitungan diperoleh Fhitung (F rasio) sebesar 9,44 dan Ftabel sebesar 4,03 dengan dk
(derajat kebebasan) = 52 pada taraf signifikan 5%. Karena Fhitung > Ftabel maka hipotesis nol
(Ho) ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) diterima. Hal ini menunjukan bahwa model Think
Pair Share dengan menggunakan Peta konsep berpengaruh terhadap hasil belajar kognitif
siswa kelas VII SMP Negeri 2 Gerung tahun pelajaran 2013/2014.
Setelah dilakukan uji statistik terhadap hasil pretest dan posttest dari masing-masing
kelompok kelas, baik itu kelas eksperimen maupun kelas kontrol dengan menganalisis data
keterlaksanaan pembelajaran, data aktivitas belajar siswa, dan uji hipotesis, sehingga
diperoleh hasil yaitu pada lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran oleh guru dengan
indikator keterlaksanaan pembelajaran yang terlaksana seperti yang terlihat pada Tabel 4.1
bahwa pada kelas eksperimen diperoleh rata-rata keterlaksanaan sebesar 17,5 dengan
persentase keterlaksanaan pembelajaran pertemuan I sebesar 88,89% dikategorikan sangat
baik, dan pada pertemuan II diperoleh persentase keterlaksanaan pembelajaran sebesar 100%
dengan kategori sangat baik pula.
Selanjutnya pada kelas kontrol diperoleh rata-rata keterlaksanaan sebesar 14, dengan
persentase keterlaksanaan pembelajaran pada pertemuan I sebesar 81,25% yang
dikategorikan sangat baik dan pada pertemuan II dengan kategori yang sama yaitu sangat
baik, diperoleh persentase keterlaksanaan sebesar 93,75%.
Kemudian dari lembar observasi aktivitas belajar siswa terdapat 7 indikator aktivitas
belajar siswa yang diamati, baik pada kelas eksperimen maupun pada kelas kontrol. Seperti
yang terlihat pada Tabel 4.2 bahwa skor untuk masing-masing indikator berkisar antara 1
sampai dengan 4. Skor tertinggi pada kelas eksperimen pertemuan I adalah 4 dan skor
terendah 1, sehingga diperoleh persentase aktivitas belajar sebesar 69,05% dengan kategori
aktif, sedangkan pada pertemuan II skor teringgi adalah 4 dan skor terendah 2, sehingga
diperoleh persentase aktivitas belajar siswa sebesar 78,57% yang dikategorikan aktif, dengan
perolahan rata-rata aktivitas pertemuan I dan II sebesar 62. Kemudian skor tertinggi pada
kelas kontrol pertemuan I adalah 4 dan skor terendah 1, sehingga diperoleh persentase
aktivitas belajar sebesar 59,52% dengan kategori cukup aktif, sedangkan skor tertinggi pada
pertemuan II adalah 4 dan skor terendah 2, sehingga diperoleh persentase aktivitas belajar
sebesar 64,28% yang dikategorikan aktif, dengan perolehan rata-rata aktivitas pertemuan I
dan II sebasar 52.
Perbedaan perolehan rata-rata dan persentase aktivitas belajar siswa pada kelas kontrol
dan kelas eksperimen disebabkan karena perhatian siswa terhadap metode dan model
pembelajaran yang diterapkan sangat berpengaruh terhadap aktivitas belajar siswa. Sardiman
(2012) menyatakan “bahwa dalam belajar sangat diperlukan adanya aktivitas. Tanpa
aktivitas, proses belajar tidak mungkin berlangsung dengan baik. Itulah sebabnya Helen
Parkhusrt menegaskan bahwa ruang kelas harus diubah/diatur sedemikian rupa menjadi
laboratorium pendidikan yang mendorong anak didik bekerja sendiri. Sedangkan J. Dewey
menganjurkan pengembangan metode-metode proyek, roblem solving, yang merangsang
anak didik untuk melakukan kegiatan (Sardiman, 2012).
Seperti yang telah terlihat pada hasil analisis data aktivitas belajar siswa, bahwa kelas
eksperimen yang diajarakan dengan model TPS menggunakan Peta konsep memperoleh ratarata aktivitas belajar lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol yang diajarakan dengan
metode konvensional. Adanya perbedaan perolehan rata-rata aktivitas belajar siswa pada
kelas eksperimen maupun pada kelas kontrol tersebut menunjukkan bahwa model TPS
7
dengan menggunakan Peta konsep berpengaruh dan cukup efektif meningkatkan aktivitas
belajar siswa. Pernyataan ini sesuai dengan hasil Penelitian Ririn Parlina (2010) yang
menyatakan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif model Think-Pair-Share
(TPS) dapat meningkatkan aktivitas dan penguasaan materi akuntasi. Hal ini dilihat dari ratarata persentase aktivitas siswa pada siklus I sebesar 65,61% dan terus meningkat menjadi
83,49% di siklus II. Hal serupa juga dinyatakan oleh Ayu Kardiasih, I Wyn Suwatra, dan Ni
Kt.Suarni (2013), bahwa penggunaan strategi think pair share (TPS) dapat meningkatkan
aktivitas, hal ini dapat dilihat dari rata-rata skor aktivitas belajar siswa pada siklus I
pertemuan pertama 5,17 meningkat pada pertemuan kedua 7,78. Siklus II pertemuan pertama
8,02 meningkat pada pertemuan kedua sebesar 10,29.
Berdsarakan analisis hasil belajar siswa, seperti yang terlihat pada Tabel 3.3 diperoleh
nilai rata-rata pre-test kelas kontrol sebesar 36,34 dan kelas eksperimen diperoleh nilai ratarata sebesar 36,15. Sedangkan hasil pos-test pada kelas kontrol diperoleh nilai rata-rata 73,65
dan kelas eksperimen diperolaeh rata-rata 77,11.
Perhitungan tidak hanya dapat dilihat dari hasil rata-rata tersebut, namun lebih akurat lagi
data di analisis dengan rumus anacova sebagai uji hipotesis. Berdasarakan hasil uji hipotesis
dengan rumus anakova maka diperoleh nilai Fhitung > Ftabel pada taraf signifikan 5%, dimana
nilai Fhitung atau F rasio adalah 9,44 dan nilai Ftabel adalah 4,03. Berarti Hipotesis nol (Ho)
ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) diterima. Hal ini sesuai dengan Penelitian Giyastutik
(2008) yang menyatakan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif Think-Pair-Share dapat
meningkatkan hasil belajar biologi. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata pencapaian kognitif
pada siklus I sebesar 72,13% dan pada siklus II sebesar 80,46%. Hal serupa juga dinyatakan
oleh Widianingsih (2009). Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan metode
pemberian tugas peta konsep dapat meningkatkan minat dan prestasi belajar IPA biologi
siswa pada pokok bahasan klasifikasi mahluk hidup. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata
peningkatan prestasi hasil belajar penguasaan konsep siklus I sebesar 65,4 dan pada siklus II
meningkat menjadi 73,77.
Penerapan model TPS dengan menggunakan Peta konsep dapat mendorong siswa untuk
berfikir mandiri, aktif dalam pembelajaran, bekerja sama, dan dapat menumbuhkan
kesadaran siswa untuk belajar. Dengan penerapan model TPS menggunkan Peta konsep pada
kelas eksperimen siswa lebih aktif dibandingkan dengan kelas kontrol. Sehingga dapat
dikatakan ada pengaruh penerapan model TPS dengan menggunakan Peta Konsep terhadap
Aktivitas dan Hasil belajar kognitif siswa kelas VII SMP Negeri 2 Gerung tahun pelajaran
2013/2014.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan dalam penelitian ini, dapat diambil kesimpulan bahwa
ada pengaruh model Think Pair Share dengan mengunakan Peta Konsep terhadap aktivitas
dan hasil belajar kognitif siswa kelas VII SMP Negeri 2 Gerung tahun pelajaran 2013/2014.
Hal ini dapat dilihat dari rata-rata skor aktivitas belajar siswa pada kelas eksperimen sebesar
62, sedangkan pada kelas kontrol sebesar 52. Berdasarkan hasil uji hipotesis atau uji anakova
yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh harga Fhitung = 9,44 > Ftabel = 4,03 pada taraf
siginifikan 5% dengan dk = 52. Dengan demikian bahwa Ha diterima dan Ho ditolak.
DAFTAR PUSTAKA
Ambara, A.P. 2012. Perbandingan Hasil Belajar Biologi Menggunakan Metode Peta Konsep
Dengan Metode Diskusi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 3 Praya Barat Tahun
Pelajaran 2012/2012. Skripsi. Mataram: IKIP Mataram
Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek Edisi Revisi V. Jakarta:
Rineka Cipta
8
Arvidiana, Y. 2012. Penerapan Model Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) Untuk
Meningkatkan Aktivitas dan Prestasi Belajar Peserta Didik Kelas VIII MTs NW Puyung
Materi Pokok Faktorisasi Suku Aljabar Tahun Pelajaran 2011/212. Skripsi. Mataram:
IKIP Mataram
Cahyotomo, A. 2013. Pengembangan Kompetensi SDM Kependidikan.
Sumber: wordpress.com. Download Pada Tanggal 18 April 2014
Depdiknas. 2001. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah. Jakarta: Ditjen Dikdasmen
Depdiknas
Giyastutik. 2009. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Think Pair Share Untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas VII A SMP Negeri 3 Karanganyar Tahun Pelajaran
2007/2008. Skripsi. Surakarta: Universitas Sebelas Maret
Handayani, D. 2012. Think Pair Share (TPS). Sumber: Blogspot.com. Download Pada Tanggal 8
Maret 2014
Kardiasih, A, Suwatra, I.W dan Suarni, N.K. 2012. Implementasi Strategi TPS dalam
Pembelajaran IPA Dengan Menggunakan Peta Konsep Sebagai Upaya Meningkatkan
Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Kelas V. Jurnal. Singaraja: Universitas Pendidikan
Ganesha
Parlina, R. 2010. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model Think Pair Share Untuk
Meningkatkan Aktivitas dan Penguasaan Materi Akutansi Siswa Kelas X Jurusan Akutansi
SMK Muhammadiyah Cawas Kabupaten Klaten. Skripsi. Surakarta: Universitas Sebelas
Maret
Rahayu, A.A. 2011. Penggunaan Peta Konsep Untuk Mengatasi Miskonsepsi Siswa pada
Konsep Jaringan Tumbuhan. Skripsi. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah
Rezeki, A, Arsyad, S.W, dan Aminidin, P.P. 2011. Penggunaan Peta Konsep Untuk
Meningkatkan Pemahaman Siswa Kelas X.1 SMA Negeri 8 Banjarmasin Pada Konsep
Hewan Invertebrata. Jurnal Vol VI. Banjarmasin: Wahana-Bio
Sardiman. 2012. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: Afabeta
Usman, U. 2010. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Rosda Karya
Widianingsih. 2009. Penerapan Metode Pemberian Tugas Dengan Peta Konsep Sebagai Upaya
Meningkatkan Minat dan Prestasi Belajar IPA Biologi Pokok Bahasan Klasifikasi Makhluk
Hidup Siswa Kelas VII B SMP N 3 Godean Tahun Ajaran 2008/2009. Skripsi. Yogyakarta:
UIN Sunan Kalija
9
Download