PENGGUNAAN SILICONE NIPPLE DENGAN KEJADIAN NIPPLE

advertisement
PENGGUNAAN SILICONE NIPPLE DENGAN KEJADIAN NIPPLE
CONVUSION PADA BAYI USIA 1-5 BULAN
Ihda Mauliyah*, Nawang Indah PS**
ABSTRAK
Bingung puting banyak terjadi pada bayi yang menggunakan susu botol atau silicone nipple,
namun dalam kenyataannya banyak orang tua yang menggunakan silicone nipple untuk
menenangkan bayi saat rewel, dimana pendapat atau persepsi ibu dan masyarakat yang salah
atau tidak benar tentang hal ini. Hal tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor misalnya:
tingkat pengetahuan, umur, pendidikan, dan oleh pekerjaan. Survey awal menunjukkan masih
terdapat bayi yang mengalami binggung puting. Tujuan Penelitian ini untuk mengetahui
hubungan penggunaan silicone niple dengan kejadian bingung puting pada bayi usia 1-5
bulan.
Penelitian ini menggunakan desain analitik korelasional dengan pendekatan cross sectional
dengan mengambil sampel secara Simple Random Sampling.Dengan jumlah responden 40.
Variabel dalam penelitian ini adalah penggunaan silicone niple adalah sebagai variabel
independent dan kejadian bingung puting pada bayi sebagai variabel dependent.
Hasil penelitian menunjukkan bayi yang menggunakan silicone niple dengan kejadian
bingung puting yaitu sejumlah (73,03 % ) da yang tidak bingung puting kurang dari sebagian
(26,3%).
Dengan menggunakan uji chi-square hasil analisis data dengan bantuan SPSS versi 11,5
didapatkan p = 0,008 dimana p < 0,05. Berarti H1 diterima artinya ada hubungan
penggunaan silicone nippledengan kejadian bingung puting pada bayi usia 1-5 bulan di Desa
Mudung Kecamatan Kepohbaru Kabupaten Bojonegoro.
Melihat dari hasil kesimpulan diatas diupayakan jangan biarkan pemakaian silicone nipple
menjadi kebiasaan untuk menenangkan bayi saat rewel.
Memberikan penyuluhan pada Ibu balita tentang kerugian dari penggunaan silicone nipple
dan meningkatkan pemberian ASI eksklusif.
Kata Kunci: Silicone nipple, Nipple Convusion
Pendahuluan
ASI di pandang lebih unggul
dibandingkan susu formula untuk bayi
normal kenyataannya
bayi yang
mendapat atau di beri susu formula
sejak lahir. Pada perubahan sosial dan
budaya dapat mendorong pemberian
susu formula karena mereka bekerja di
luar rumah.
Banyak Ibu malas
menyusui bayinya sedangkan yang
lain percaya bahwa menyusui akan
membatasi aktivitasnya.
Mereka takut gagal dalam
menyusui sebab ASInya tidak keluar
dan bahkan ada yang mempercayai
bahwa dengan
menyusui akan
merusak keindahan bentuk payudara
ibu. Apapun alasannya, ASI masih
lebih baik dari pada susu buatan sebab
kandungn nutrisi dalam ASI sudah
sesuai
dengan
kebutuhan
bayi
Penggunaan Silicone Nipple Dengan Kejadian Nipple Convusion Pada Bayi Usia 1-5 Bulan
dibandingkan dengan susu formula
(Bahrman, 2000).
Dewasa
ini
di
Indonesia
keberadaan ASI banyak diganti susu
botol, pengaruh kemajuan teknologi
dan perubahan sosial budaya juga
mengakibatkan
banyak
ibu
di
perkotaan umumnya bekerja di luar
rumah makin meningkat. Ibu golongan
ini menganggap lebih praktis membeli
dan mamberikan susu botol dari pada
menyusui, semakin meningkatnya
jumlah
angkatan
kerja
wanita
diberbagai sektor sehingga semakin
banyak ibu harus meninggalkan
bayinya sebelum berusia 4 bulan
setelah cuti bersalin (Amanda Tasya,
2009).
Memberi
makanan
buatan
(artificial feeding) dapat di lakukan
apabila pada kondisi ibu dengan
penyakit jantung yang berat, ibu
dengan penyakit jiwa, abses mamae,
kanker payudara, lepra, produksi ASI
sangat kurang atau tidak ada, atau ibu
tidak bersedia untuk menyusui oleh
karena takut kehilangan daya tarik atau
karena
bekerja
di
luar
rumah(Sarwono, 2002).
Bayi yang menyusu kemudian di
berikan
silicone
nipple
sering
mengalami
kebingungan,
karena
anatomi puting susu dan silicone
nipple sangat lain, pada menyusu Ibu
bayi harus menghisap dengan cukup
kuat, pada silicone nipple hisapannya
ringan. Hal ini menyebabkan bayi
malas menyusu pada ibunya. Dapat
pula terjadi pada puting susu yang rata.
Pada keadaan ini bayi tidak berhasil
menangkap puting untuk dihisap,
sehingga
tidak suka menyusu.
SURYA
Pengobatan dapat dengan jalan
menghindari
pemakaian
silicone
nipple. Bila di perlukan pengganti ASI
pakailah sendok atau pipet untuk
memberikan ASI (Sarwono, 2005).
Rekomendasi WHO dalam 10
langkah sukses menyusui, juga
melarang pemakaian silicone nipple
atau dot pada bayi. Berdasarkan survey
demografi kesehatan Indonesia (SDKI)
2002, bingung puting banyak terjadi
pada bayi yang menggunakan susu
botol atau dot dikarenakan pemberian
ASI pada bayi umur kurang 2 bulan.
Meningkatnya pemberian susu botol
disebabkan antar lain kondisi yang
kurang memadai bagi para ibu bekerja
yang mendapatkan cuti melahirkan
terlalu singkat (Amanda Tasya, 2009)
Berdasarkan
data
yang
diperoleh dari register bidan di BPS
Ny. Rini Dwi Astutik melalui survey
awal bulan Maret 2011. Jumlah ibu
yang memiliki bayi usia 1-5 bulan di
Desa Mudung, Kecamatan Kepohbaru,
Kabupaten Bojonegoro sebanyak 26
bayi, di dapatkan hasil bahwa 23 bayi
(89%) yang mengalami bingung puting
dan 3 bayi (11%) tidak mengalami
bingung puting. bingung puting
Kepohbaru, Kab. Bojonegoro.
Berdasarkan masalah tersebut
ada
beberapa
faktor
yang
mempengaruhi masih adanya Bayi
yang mengalami bingung puting
meliputi : 1) penggunaan silicone
nipple, hal ini dapat menyebabkan bayi
mengalami bingung puting dan
mengganggu kelancaran
proses
menyusui. Jangan kenalkan silicone
nipple sebelum bayi memiliki pola
menyusu yang stabil; 2) Pemberian
2
Vol.03, No.XIX, September 2014
Penggunaan Silicone Nipple Dengan Kejadian Nipple Convusion Pada Bayi Usia 1-5 Bulan
40 responden dan sampel sejumlah 37
responden.
susu formula, ini bisa semakin
menghambat
proses
menyusui
selanjutnya karena saat diperkenalkan
dengan payudara Ibu bayi akan
mengalami bingung puting; 3)
Pemberian ASI prah dengan dot, ini
menjadikan bayi bingung ketika Ibu
kembali menyusui langsung.
Dampak
dari
penggunaan
silicone nipple ini dapat mengganggu
proses menyusui,
membuat bayi
mengalami
ketergantungan,
Meningkatkan resiko bayi terkena
infeksi
telinga,
mengganggu
pertumbuhan dan struktur gigi geligi
anak.
Upaya untuk mencegah kejadian
tersebut dalam penggunaan silicone
nipple, jangan biarkan pemakaian
silicone nipple menjadi kebiasaan,
batasi penggunaan silicone nipple
hanya pada saat penting selama bayi
mengalami kolik atau hanya untuk
menenangkan, tunggu sampai bayi
perlu silicone nipple, jangan secara
otomatis memberikan silicone nipple
kepadanya. Peran keluarga, orang tua
dan
tenaga
kesehatan
sangat
dibutuhkan dalam hal ini.
Berdasarkan latar belakang
yang telah di uraikan maka peneliti
tertarik mengambil judul ”Hubungan
Penggunaan silicone nipple dengan
Kejadian bingung Puting pada bayi
usia 1-5 bulan di Desa Mudung
Kecamatan Kepohbaru Kabupaten
Bojonegoro”.
Hasil Penelitian
Data Umum
1) Usia
Tabel 1 Distribusi
Responden
Berdasarkan Usia di Desa
Mudung
Kecamatan
Kepohbaru
kabupaten
Bojonegoro Tahun 2011.
Usia
∑
(%)
1
2
3
<20 Tahun
21-35 Tahun
>35 Tahun
Jumlah
1
31
8
40
2,5
77,5
20
100
Berdasarkan tabel 1 dapat
diketahui bahwa sebagian besar
(77,5%) Responden berusia 21-35
Tahun dan kurang dari sebagian
(2,5%) responden yang berusia <20
Tahun.
2) Pendidikan
Tabel 2 Distribusi
Responden
Berdasarkan
Pendidikan
di
Desa
Mudung
Kecamatan
Kepohbaru
kabupaten
Bojonegoro
Tahun 2011.
No
1
2
3
Metodologi Penelitian
Pada penelitian menggunakan
simple random sampling, jumlah populasi
SURYA
No
3
Pendidika
n
SD
SMP
SMA
Jumlah
∑
(%)
6
28
6
40
15
70
15
100
Berdasarkan tabel 2 dapat
diketahui bahwa sebagian besar (70%)
pendidikan responden adalah SMP,
Vol.03, No.XIX, September 2014
Penggunaan Silicone Nipple Dengan Kejadian Nipple Convusion Pada Bayi Usia 1-5 Bulan
dan kurang dari sebagian (15%)
pendidikan responden adalah SD dan
SMA.
3) Pekerjaan
Tabel 3 Distribusi
responden
Berdasarkan Pekerjaan Di
Desa Mudung Kecamatan
Kepohbaru
Kabupaten
Bojonegoro Tahun 2011.
No
Pekerjaan
∑
No
1
2
∑
(%)
26
14
40
65
35
100
Berdasarkan tabel 4 dapat
diketahui bahwa lebih dari sebagian
(65%) bayi menggunakan silicone
nipple.
(%)
Tabel 5 Kejadian bingung puting pada
bayi usia 1-5 bulan di Desa
Mudung
Kecamatan
Keponbaru
Kabupaten
Bojonegoro Tahun 2011.
1
2
3
Tidak bekerja 4
10
Tani
20
50
Swasta
13
32,5
/Wiraswasta
4
PNS
3
7,5
Jumlah
40
100
Berdasarkan tabel 3 dapat
diketahui bahwa sebagian (50%)
pekerjaan responden adalah petani, dan
kurang dari sebagian (7,5%) adalah
PNS.
No
1
2
Data Khusus
Data khusus dalam penelitian ini
adalah penggunaan silicone nipple
pada bayi usia 1-5 bulan, kejadian
bingung puting pada bayi usia 1-5
bulan
dan
hubungan
antara
penggunaan silicone nipple dengan
kejadian bingung puting pada bayi usia
1-5 bulan.
1. Penggunaan silicone nipple pada
bayi usia 1-5 bulan
Tabel 4 Distribusi Berdasarkan
penggunaan silicone nipple
pada bayi usia 1-5 bulan du
Desa Mudung Kecamatan
Kepohbaru
Kabupaten
Bojonegoro Tahun 2011.
SURYA
Penggunaan
silicone nipple
Ya
Tidak
Jumlah
Kejadian
Bingung
Puting
Ya
Tidak
Jumlah
∑
(%)
23
17
40
57,5
42,5
100
Berdasarkan tabel 5 dapat
diketahui bahwa lebih dari sebagian
bayi (57,5%) mengalami kejadian
bingung puting.
2. Tabulasi Tabel silang Berdasarkan
penggunaan silicone nipple dengan
kejadian bingung puting pada bayi
usia 1-5 bulan.
Tabel
4
6
Distribusi
Frekuensi
Hubungan penggunaan
silicone nipple dengan
kejadian bingung puting
pada bayi usia 1-5 bulan.
Vol.03, No.XIX, September 2014
Penggunaan Silicone Nipple Dengan Kejadian Nipple Convusion Pada Bayi Usia 1-5 Bulan
NO Silicone Bingung
nipple
puting
∑
∑
1
Ya
19
7
2
tidak
4
10
23
17
penggunaan silicone nipple. Hal ini
kemungkinan
disebabkan
oleh
beberapa faktor antara lain usia ibu,
pendidikan, pekerjaan.
Tabel 1 menunjukkan bahwa
sebagian besar ibu berada pada usia
21-35 tahun. Hal ini menunjukkan
bahwa sebagian besar ibu sudah
memiliki
tingkat
kedewasaaan
berdasarkan usia. Menurut Nursalam
(2003) Usia adalah umur individu yang
terhitung mulai saat dilahirkan sampai
berulang tahun. Semakin cukup umur,
tingkat kematangan dan kekuatan
seseorang akan lebih matang dalam
berfikir dan bekerja.
Pernyataan tersebut diatas
dapat dibenarkan dengan teori yang
disampaikan Wahid dkk (2007) yang
menyebutkan
bahwa
dengan
bertambahnya umur seseorang akan
terjadi perubahan pada aspek fisik dan
psikolog (mental), perubahan pada
fisik terjadi akibat pematangan fungsi
organ dan pada aspek psikologis atau
mental taraf berfikir seseorang
semakin matang dan dewasa, matang
dalam berfikir dan bekerja. Pada
rentang usia 21-35 tahun ini
kemungkinan pengalaman terhadap
aplikasi sehari-hari cukup, ibu yang
masih muda cenderung langsung
menerima informasi baru begitu saja
tanpa didasari pengetahuan yang
cukup. Dan juga dibenarkan dengan
teori
yang
disampaikan
oleh
Notoatmojo (2003) yang menyebutkan
bahwa pengalaman merupakan sumber
pengetahuan atau pengalaman itu
merupakan
suatu
cara
untuk
memperoleh kebenaran pengetahuan,
oleh sebab itu pengalaman pribadi pun
Jumlah
∑
26
14
40
Berdasarkan tabel 6 dapat
diketahui
bahwa
bayi
yang
menggunakan silicone niple dengan
kejadian bingung
puting yaitu
sebagian besar (73,03%) dan yang
tidak menggunakan silicone nipple
dengan kejadian bingung puting yaitu
kurang dari sebagian(28,6%)
Pembahasan
Tabel 4 menunjukkan bahwa dari
Hasil penelitian di Ds. Mudung Kec.
Kepohbaru
Kab.
Bojonegoro
menunjukan bahwa lebih dari sebagian
bayi menggunakan silicone nipple.
Penggunaan silicone nipple merupakan
penggunaan alat yang bentuknya
menyerupai dot bayi. Menurut Hariyati
(2009) pengggunaan silicone nipple
pada bayi dapat mengganggu proses
menyusui, membuat bayi mengalami
ketergantungan, meningkatkan bayi
terkena infeksi telinga, mengganggu
pertumbuhan dan struktur gigi geligi
anak, tidak
adanya
jaminan
kebersihan pada silicone nipple yang
terjatuh, kotor, dan tidak higienis dan
menyebabkan
masuknya
bibit
penyakit ketubuh anak.
Penggunaan silicone nipple atau
tidak pada bayi tergantung dari
berbagai faktor yaitu adanya pendapat
atau persepsi Ibu, masyarakat yang
salah atau tidak benar tentang
SURYA
5
Vol.03, No.XIX, September 2014
Penggunaan Silicone Nipple Dengan Kejadian Nipple Convusion Pada Bayi Usia 1-5 Bulan
dapat digunakan sebagai upaya untuk
memperoleh pengetahuan, namun
tidak semua pengalaman pribadi dapat
menuntun seseorang untuk menarik
kesimpulan dengan lancar hal ini
diperlukan berfikir kritis dan logis.
Pada usia ini merupakan usia
yang aktif dalam menerima informasi
baik itu informasi
yang diterima
secara langsung maupun dari berbagai
media cetak ataupun media elektronik,
karena pada masa ini merupakan usia
dewasa muda dan usia produktif
dimana
belum
terjadi
proses
degenerasi dan daya ingat terhadap
informasi yang diterima, sehingga dari
berbagai informasi yang diterima akan
lebih mudah diingat dan difahami,
dari pengetahuan yang diterima
dengan baik tersebut dapat terwujud
atau tercapainya pengetahuan yang
tinggi, seperti halnya pengetahuan
seorang ibu bayi tentang penggunaan
silicone nipple. Pengetahuan ibu yang
cukup tinggi tentang penggunaan
silicone nipple
pada bayi akan
membuat Ibu lebih memberikan ASI
eksklusif dan tidak memberikan
silicone nipple pada bayi .
Sebagian kecil usia Ibu < 20
tahun, pada rentang usia < 20 tahun ini
kemungkinan pengalaman terhadap
aplikasi sehari-hari masih kurang, ibu
yang masih muda cenderung langsung
menerima informasi baru begitu saja
tanpa didasari pengetahuan yang
cukup. Pada masa ini merupakan usia
muda, belum terjadi perubahan pada
fisik akibat belum terjadi pematangan
fungsi organ dan pada aspek psikologis
atau mental taraf berfikir seseorang
belum dewasa.
SURYA
Dapat disimpulkan menurut
pendapat Nursalam (2003) yang
menyebutkan bahwa semakin cukup
umur, tingkat kematangan dan
kekuatan seseorang akan lebih matang
dalam berfikir dan bekerja sehingga
dapat lebih mudah menerima berbagai
informasi.
Tabel 2 menunjukkan bahwa
sebagian besar
ibu berpendidikan
SMP. tingkat pendidikan menurut
Soekidjo Notoatmodjo
(2003)
pendidikan sebagai segala upaya yang
direncanakan untuk mempengaruhi
orang lain baik individu, kelompok
atau masyarakat sehingga mereka
melakukan apa yang diharapkan oleh
pelaku
pendidikan.
Pendidikan
menengah akan berpengaruh pada
orang tua untuk menyerap informasi
yang diterima, dengan pendidikan
SMP, informasi atau pengetahuan akan
kurang bisa diterima atau bila diterima
sangat sederhana dan terbatas yang
pada akhirnya orang tua belum mampu
mengaplikasikan
informasi
atau
pengetahuan yang dimilikinya.
Pendidikan responden yang
kurang mempengaruhi penggunaan
silicone nipple dan ibu tidak
memberikan ASI eksklusif pada bayi.
Dengan Pendidikan yang kurang, Ibu
belum
mampu
mengaplikasikan
pengetahuan yang dimiliki, sehingga
ibu lebih memberikan silicone nipple
pada bayi.
Sebagian kecil pendidikan Ibu
adalah SMA pendidikan tersebut
sangat mempengaruhi orang tua
dengan pengetahuan yang tinggi atau
cukup maka orang tua akan lebih
mudah menerima ataupun memilih
6
Vol.03, No.XIX, September 2014
Penggunaan Silicone Nipple Dengan Kejadian Nipple Convusion Pada Bayi Usia 1-5 Bulan
informasi
yang positif tentang
penggunaan silicone nipple pada
bayi mereka. Pendidikan Ibu yang
tinggi akan membuat Ibu lebih selektif
dalam pemberian silicone nipple.
Tabel 3 dapat diketahui bahwa
sebagian Ibu bekerja sebagai petani.
Menurut
(Wahid,
dkk.
2007)
lingkungan
pekerjaan
dapat
menjadikan seseorang memperoleh
pengalaman dan pengetahuan baik
secara langsung maupun tidak
langsung, dimana mereka akan
mendapatkan banyak informasi. Begitu
pula sebaliknya orang yang tidak
bekerja atau bekerja sebagai petani
akan memperoleh pengetahuan kurang,
karena petani merupakan lingkungan
pekerjaan dengan pendidikan rendah
dan tidak dikelilingi oleh orang-orang
yang intelektual. Menurut (Mirza,
2008) apabila ditempat kerja seseorang
akan dikelilingi oleh orang-orang yang
intelektual
maka
pengetahuan
seseorang akan lebih luas dan
informasi yang diperoleh akan
beragam.
Dalam penelitian ini terdapat
kesesuaian dengan teori
bahwa
lingkungan di tempat kerja dapat
mempengaruhi
pengetahuan
dan
perilaku seseorang, dan begitu juga
sebaliknya bahwa seseorang yang
tidak bekerja atau bekerja sebagai
petani cenderung kurang mengerti
tentang penggunaan silicone nipple,
tapi
dapat
ditunjang
dengan
konseling dari petugas kesehatan.
SURYA
1. Kejadian bingung puting pada
bayi usia 1-5 bulan di Desa
Mudung Kecamatan Kepohbaru
Kabupaten Bojonegoro.
Pada tabel 5 menunjukkan
sebagian
besar bayi
mengalami
kejadian bingung puting dan kurang
dari sebagian bayi tidak mengalami
bingung puting. Fenomena tersebut
diatas didukung dari hasil karakteristik
ibu pada tabel 1 menunjukkan bahwa
sebagian besar Ibu berumur 21-35
tahun. Hal ini dapat dipengaruhi oleh
usia Ibu. Menurut (Nursalam dan Siti
Pariani, 2001) yang menyebutkan
bahwa semakin cukup umur seseorang
tingkat kematangan
dan kekuatan
orang tersebut akan lebih matang
dalam berfikir dan bekerja. Pada usia
ini juga terjadi peralihan dari masa
remaja ke masa dewasa sehingga
perkembangan fikiran mereka masih
labil dan belum dapat menentukan
keputusan
sendiri,
mereka
membutuhkan orang-orang disekitar
mereka
untuk
mendukung
keputusannya termasuk dalam hal
tidak memberikan silicone nipple pada
bayi sehingga tidak terjadi bingung
puting. Sebagian kecil usia Ibu < 20
tahun, pada rentang usia < 20 tahun ini
kemungkinan pengalaman terhadap
aplikasi sehari-hari masih kurang, ibu
yang masih muda cenderung langsung
menerima informasi baru begitu saja
tanpa didasari pengetahuan yang
cukup. Pada masa ini merupakan usia
muda, belum terjadi perubahan pada
fisik akibat belum terjadi pematangan
fungsi organ dan pada aspek psikologis
7
Vol.03, No.XIX, September 2014
Penggunaan Silicone Nipple Dengan Kejadian Nipple Convusion Pada Bayi Usia 1-5 Bulan
atau mental taraf berfikir seseorang
belum dewasa..
Dibenarkan
dengan
teori
(Murkof et al, 2009) pemberian susu
formula
pasca melahirkan,
penggunaan silicone nipple, pemberian
ASI
prah
dengan
dot
akan
menghambat
proses
menyusui
selanjutnya karena saat diperkenalkan
dengan payudara Ibu bayi akan
mengalami bingung puting. Jangan
kenalkan silicone nipple sebelum bayi
memiliki pola menyusu yang stabil,
yang biasanya dicapai setelah usia 1
bulan. Tujuannya agar lebih dulu
menguasai teknik menyusui. Menurut
(IDAI, 2009) bingung puting pada bayi
yang menyusu pada Ibu bergantian
dengan penggunaan silicone nipple
sering mengalami kebingungan, karena
anatomi puting susu dengan silicone
nipple sangat lain.
Penggunaan silicone nipple ini
mengakibatkan
bayi
mengalami
bingung puting maka jangan kenalkan
bayi pada silicone nipple, kemudian
kalau bisa stop penggunaan silicone
nipple.
nipple dengan kejadian bingung puting
pada bayi usia 1-5 bulan di Desa
Mudung
Kecamatan
Kepohbaru
Kabupaten Bojonegoro Tahun 2011.
Tabel 6 Tabel silang diatas
menunjukkan bahwa lebih dari
sebagian bayi yang menggunakan
Silicone nipple mengalami kejadian
bingung puting. Dari data penelitian
didapatkan
bahwa
bayi
yang
menggunakan
silicone
niple
mengalami kejadian bingung puting
dan bayi yang tidak menggunakan
silicone nipple tidak mengalami
kejadian bingung puting.
Bingung puting merupakan
masalah menyusui yang timbul karena
bayi yang masih terlalu kecil
mengalami
kebingungan
antara
menghisap puting dengan penggunaan
silicone nipple. Sampai bayi usia 5
minggu, atau 5 bulan, bisa terjadi
bingung puting. Bingung putting
terjadi jika ibu yang biasa memberi
ASI lewat payudara, lalu bayi
diberikan silicone nipple maka ketika
akan diberikan ASI lewat payudara
lagi bayi kemungkinan menolaknya.
Ini lantaran, anatomi puting susu dan
silicone nipple berbeda (Murkof et al,
2009). Penggunaan silicone nipple
dapat mengganggu proses menyusui.
Pemberian silicone nipple terlalu dini
membuat bayi mengalami “Bingung
Puting” ( Hariyati, 2009). Jangan
kenalkan silicone nipple sebelum bayi
memiliki pola menyusu yang stabil,
yang biasanya dicapai setelah usia 1
bulan. Tujuannya agar lebuh dulu
menguasai teknik menyusui (Murkof
et al, 2009).
2. Hubungan penggunaan silicone
nipple dengan kejadian bingung
puting pada bayi usia 1-5 bulan
di Desa Mudung Kecamatan
Kepohbaru
Kabupaten
Bojonegoro.
Hasil perhitungan dengan
menggunakan uji Chi square hasil
analisis data dengan bantuan SPSS
versi 11,5 hasil dari Chi square
didapatkan nilai p = 0,008 dimana p <
0,05 maka H1 diterima yaitu terdapat
hubungan antara penggunaan silicone
SURYA
8
Vol.03, No.XIX, September 2014
Penggunaan Silicone Nipple Dengan Kejadian Nipple Convusion Pada Bayi Usia 1-5 Bulan
Selain
usia,
pendidikan,
pekerjaan Ibu bisa dipengaruhi oleh
faktor-faktor
lain
antara
lain
lingkungan, sosial budaya dan persepsi
ibu.
Dalam penelitian ini peneliti
menyadari masih banyak keterbatasan
yang disebabkan peneliti mengalami
kesulitan dengan memenuhi jumlah
literatur dan penyusunan masih kurang
sempurna. Disamping itu, pengambilan
sampel hanya dilakukan satu kali tanpa
adanya observasi lebih lanjut dan
waktu penelitian juga terbatas, maka
hasil penelitian ini kurang sempurna
dan kurang memuaskan.
2. Saran
1) Bagi ibu bayi
Diharapkan ibu lebih memberi
ASI
eksklusif
dan
tidak
memberikan silicone nipple pada
bayi
2) Bagi tenaga Kesehatan
Perlunya peningkatan penyuluhan
atau memberikan informasi pada
setiap ibu bayi bahwa penggunaan
Silicone
nipple
akan
mengakibatkan bingung puting
pada bayi.
3) Bagi Peneliti yang akan datang
Hasil
penelitian
ini
dapat
digunakan sebagai bahan untuk
penelitian
berikutnya
yang
berkaitan
dengan
kejadian
bingung puting dan hendaknya
penelitian
dilakukan
dengan
jumlah sampel yang lebih besar
serta mampu mengembangkan
variabel-variabel yang belum
diteliti.
4) Bagi Peneliti
Diharapkan
dengan
hasil
penelitian ini peneliti mampu
menerapkan
ilmu
yang
terkandung didalamnya dalam
tatanan nyata yang ada di
lapangan.
5) Bagi institusi pendidikan
Hasil
penelitian
ini
dapat
dijadikan sebagai bahan evaluasi
mahasiswa
dalam
mengaplikasikan teori penelitian.
PENUTUP
1. Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan
pembahasan, maka dapat
disimpulkan sebagai berikut :
1) Lebih dari Sebagian bayi
mengunakan silicone nipple di
Desa
Mudung
Kecamatan
Kepohbaru
Kabupaten
Bojonegoro Tahun 2011.
2) Lebih dari sebagian bayi
mengalami bingung puting di
Desa
Mudung
Kecamatan
Kepohbaru
Kabupaten
Bojonegoro Tahun 2011.
3) Terdapat hubungan antara
penggunaan
silicone
nipple
dengan kejadian bingung puting
pada pada bayi usia 1-5 bulan di
Desa
Mudung
Kecamatan
Kepohbaru
Kabupaten
Bojonegoro Tahun 2011.
SURYA
9
Vol.03, No.XIX, September 2014
Penggunaan Silicone Nipple Dengan Kejadian Nipple Convusion Pada Bayi Usia 1-5 Bulan
Mansyur, (2008). Mother Child,
http://www.kompas.com.
Diakses tanggal 28 Mei 2011
DAFTAR PUSTAKA
Akre James,
(2001). Pemberian
Makanan untuk Bayi, Jakarta :
Bina Rupa Aksara
Moh. Nazir,
(2005).
Metode
Penelitian Kesehatan. Jakarta Rienika
Cipta
Amanda Tasya, (2009) Indonesia dan
ASI,
http://www.erebaru.net.
Diakses tanggal 22 februari
2011
Barbara, (2004). Asuhan Kebidanan
Bayi Baru Lahir, Jakarta : EGC
Bahrman, (2000). Ilmu Kesehatan
Anak, Jakarta : BGC
Murkof,et al (2009). Bingung Puting,
http://www.wikipedia.com.
Diakses tanggal 27 februari
2011
Notoatmodjo,
Soekidjo.
(2002).
Metode Penelitian Kesehatan.
Jakarta: PT. Rieneka Cipta
FK.UI, (2002). Ilmu Kesehatan Anak
, Jakarta : EGC Hanifa
Winkjosastro, (2005). Ilmu
Kebidanan,
Jakarta
Bina
Pustaka
Notoatmodjo,
Soekidjo.
(2005).
Pendidikan
dan
Perilaku
Kesehatan. Jakarta: Rieneka
Cipta
Hariyati,
(2009).
Baby
Huki,
http://www.parentsguide.co.id.
Diakses tanggal 28
mei 2011
Nursalam, (2001). Pendekatan Praktek
Metodelogi Riset Keperawatan.
Edisi I. Jakarta: Sagung Sita
Hellen Varney, (2007).
Asuhan
Kebidanan, Jakarta : EGC
Nursalam, (2003). Konsep dan
Penerapan
Metodelogi
Penelitian Ilmu Keperawatan.
Surabaya: Salemba Medika
Hidayat, A. Azis Alimul. (2007).
Metode Penelitian Kebidanan
dan Teknik Analisis. Jakarta:
Salemba Medika
Nursalam dan Siti Pariani (2001).
Pendekatan
praktek
dan
metode
penelitian
Ilmu
keperawatan . Jakarta : EGC
Hubertin, (2002). Konsep penerapan
ASI eksklusif, Jakarta : EGC
IDAI,
Sarwono, ( 2005). Ilmu kebidanan,
Jakarta : Bina pustaka
Wahid dkk (2007). Promosi kesehatan.
Yogyakarta : Graha Ilmu
(2009). Bingung Puting,
http://www.wikipedia.com.
Diakses tanggal 27
Februari 2011
SURYA
10
Vol.03, No.XIX, September 2014
Download