bab ii pembelajaran akhlak dengan pengkajian kitab al

advertisement
19
BAB II
PEMBELAJARAN AKHLAK DENGAN PENGKAJIAN KITAB AL-AKHLAQU
LIL BANIN DI MADRASAH DINIYAH WUSTHA
A. PEMBELAJARAN AKHLAK DENGAN PENGKAJIAN KITAB ALAKHLAQU LIL BANIN
1. Pengertian akhlak dan Pembelajaran Akhlak
Akhlak menurut bahasa berarti tingkah laku, perangai atau tabiat.
Sedangkan menurut istilah adalah pengetahuan yang menjelaskan tentang
baik dan buruk, mengatur pergaulan manusia dan menentukan tujuan akhir
dari usaha dan pekerjaan. Dari sudut kebiasaan, akhlak berasal dari bahasa
Arab yaitu isim masdar (bentuk infenitif) dari kata “akhlaqa, yukhliqu,
ikhlaqon, sesuai dengan timbangan (wazan) tsulatsi mazid af’ala, yuf’ilu,
if’alan yang berarti al-sajiyah (perangai), ath-thabiah (kelakuan, tabiat,
watak asar), al-‘adat (kebiasaan, kelaziman), al-maru’ah (peradaban yang
baik), dan al-din (agama).1
Kata akhlak lebih luas artinya daripada moral atau etika yang sering
dipakai dalam bahasa Indonesia sebab akhlak meliputi segi-segi kejiwaan
dari tingkah laku lahiriyah dan batiniyah seseorang.2
Adapun pengertian akhlak menurut ulama akhlak, antara lain sebagai
berikut:
1
Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1998), hlm. 7
2
Yatimin Abdullah, Studi Akhlak Dalam Perspektif Al-Quran, (Jakarta: Amzah, 2007), hlm. 11-12
19
20
a. Menurut Ibnu Athir: “Hakikat makna khuluq itu ialah gambaran batin
manusia yang tepat (yaitu jiwa dan sifat-sifatnya), sedang kholqu
merupakan gambaran bentuk luarnya (raut muka, warna kulit, tinggi
rendahnya tubuh dan batin sebgaianya)”.
b. Menurut Ibnu Maskawaih: “akhlak adalah keadan jiwa seseorang yang
mendorong manusia untuk berbuat tanpa melalui pertimbangan dan
pikiran terlebih dahulu”.
c. Menurut Al-Ghazali: “akhlak adalah suatu sifat yang tertanam dalam
jiwa yang dripadanya timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah, dengan
tidak memerlukan pertimbangan pikiran (lebih dahulu) ”.
Dari beberapa pengertian tersebut diatas, dapatlah dimengerti bahwa
akhlak adalah tabiat atau sifat seseorang, yakni keadaan jiwa yang telah
terlatih, sehingga dalam jiwa tersebut benar-benar telah melekat sifat-sifat
yang melahirkan perbuatan-perbuatan dengan mudah dan spontan tanpa
dipikirkan dan diangan-angan lagi.3
Pelaksanaan pembelajaran adalah berlangsungnya proses interaksi
siswa dengan guru pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran pada
dasarnya intervensi atau suatu rekayasa yang diupayakan untuk membantu
peserta didik agar dapat tumbuh berkembang sesuai dengan maksud dan
tujuan penciptaannya. Pembelajaran juga merupakan usaha sadar dan
sengaja yang dilakukan secara sistematis untuk mencapai tujuan tertentu
3
A. Mustofa, Opcit, hlm. 12-15
21
sesuai dengan tujuan pendidikan. Dengan demikian tujuan pembelajaran
dilukiskan sebagai upaya-upaya guru yang tujuannya membentuk siswa
untuk belajar.
Pengajaran akhlak berarti pengajaran dalam bentuk batin seseorang
yang kelihatan
pada
tindak
tanduknya
(tingkah
lakunya).
Dalam
pelaksanaannya, pengajaran ini berarti proses kegiatan belajar mengajar
dalam mencapai tujuan supaya yang diajar berakhlak baik.
Hakikat pembelajaran akhlak adalah inti pendidikan semua jenis
pendidikan karena ia mengarahkan pada terciptanya perilaku lahir dan batin
manusia sehingga menjadi manusia seimbang dalam arti terhadap dirinya
maupun terhadap luar dirinya.
Dari berbagai pengertian di atas maka dapat diambil suatu
kesimpulan bahwa pembelajaran akhlak mengandung arti pengajaran yang
membicarakan tentang nilai suatu perbuatan baik atau buruk, yang
dengannya diharapkan tumbuh suatu keyakinan yang tidak dicampuri
keragu-raguan serta perbuatannya dapat dikontrol oleh ajaran agama.
Pendidikan sangat besar pengaruhnya terhadap akhlak seseorang.
Berbagai ilmu diperkenalkan agar peserta didik memahaminya dan dapat
melakukan suatu perubahan pada dirinya. Pembelajaran akhlak sangat
strategis untuk diberikan agar peserta didik dapat bertingkah laku, bersikap
terhadap sesamanya dan penciptanya (Tuhan) dengan baik.4
4
Mustofa, Ibid, hlm. 109
22
2. Fungsi dan Tujuan Pembelajaran Akhlak
Mengenai fungsi pembelajaran akhlak antara lain sebagai berikut:
a. Penanaman nilai ajaran Islam sebagai pedoman mencapai kebahagiaan
hidup di dunia dan akhirat.
b. Perbaikan kesalahan-kesalahan, kelemahan-kelemahan peserta didik
dalam keyakinan, pengamalan ajaran agama Islam dalam kehidupan
sehari-hari.
c. Pencegahan peserata didik dari hal-hal negatif dari lingkungannya atau
dari budaya asing yang akan dihadapinya sehari-hari.
d. Penyesuaian mental peserta didik terhadap lingkungan fisik dan sosial
melalui akhlak.
Intinya pembelajaran akhlak berfungsi memberikan kemampuan dan
keterampilan dasar kepada peserta didik untuk meningkatkan pengetahuan,
pemahaman, penghayatan, pengalaman akhlak Islami dan nilai-nilai
keteladanan dalam kehidupan sehari-hari, sebagai pengamalan nilai-nilai
keimanan dan ketakwaan.
Adapun tujuan dari pembelajaran akhlak antara lain:
a. Terwujudnya sikap batin yang mampu mendorong secara spontan untuk
melahirkan perbuatan bernilai baik sehingga tercapai kesempurnaan dan
memperoleh kebahagiaan yang sempurna.5
5
Abdullah, http://pembelajaran–akhlak/wordpress.com/2008/04/22/ diakses: Selasa
Desember 2014
30
23
b. Pembelajaran akhlak bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan
pesrta didik yang diwujudkan dalam akhlaknya yang terpuji melalui
pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, serta pengalaman
tentang akhlak Islam, sehingga menjadi manusia muslim yang terus
berkembang dan meningkat kualitas keimanan dan ketaqwaannya kepada
Allah
SWT,
serta
berakhlak
mulia
dalam
kehidupan
pribadi,
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat melanjutkan
pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
3. Metode Pembelajaran Akhlak
Metode, dalam bahasa Arab, dikenal dengan istilah thariqah yang
berarti langkah-langkah strategis dipersiapkan untuk melakukan suatu
pekerjaan. Bila dihubungkan dengan pendidikan, maka strategis tersebut
haruslah dalam diwujudkan dalam proses pendidikan, dalam rangka
pengembangan sikap mental dan kepribadian agar peserta didik menerima
pelajaran dengan mudah, efektif dan mudah dicerna dengan baik.6
Beberapa metode dalam pembelajaran akhlak antara lain:
1. Metode Pemahaman
Metode ini menuntut pemahaman anak didik terhadap apa yang
telah disampaikan. Berikut ini jenis metode tersebut:
a. Penggunaan akal (rasio)
6
H. Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), hlm. 155
24
Dalam metode ini manusia dianjurkan agar mengfungsikan
akal secara optimal untuk mencari kebenaran sehingga ia dapat
mengoptimalisasikan logika untuk kebenaran dan kesalahan serta
untuk membedakan antara yang haq dan yang bathil yang sematamata didasarkan pada kajian empirik dan bukan taklid buta.7
b. Metode tamtsil
Metode ini digunakan untuk memudahkan dalam menjelaskan
sesuatu yang immateri dengan cara yang mudah dengan memberikan
tamtsil (perumpamaan) agar mudah dicerna oleh rasio. Metode ini
banyak digunakan oleh ahli ilmu eksakta, karena ilmu tersebut hanya
bisa dipahami dengan menggunakan bantuan analogi untuk mencapai
objek yang ingi dicapai. Analogi dari alam indrawi untuk mengetahui
di luar jangkauan indra itulah yang dikehendaki dengan tamtsil.8
2. Metode Penyadaran
Metode ini dikonsentrasikan untuk memberikan kesadaran
terhadap anak didik dalam menyerap nilai-nilai pendidikan melalui halhal berikut:
a. Amar ma’ruf nahi munkar, memesan kebaikan, kesabaran dan
kedamaian
7
Moh. Haitami Salim dan Syamsul Kurniawan, Studi Ilmu Pendidikan Islam, (Jogjakarta: Ar-Ruz
Media, 2012), hlm. 216-217
8
Moh. Haitami Salim dan Syamsul Kurniawan, Ibid, hlm. 219-220
25
Setiap manusia diharapkan saling pesan-memesan dalam
kerangka meniti kebaikan dalam kehidupan. Jika kita menganggap
diri kita pengajar dan juga belajar, antara yang satu dengan yang lain
tidak akan merasa lebih, yang kecil belajar dari yang besar dan yang
besar mengajar yang kecil. Metode ini mencakup nilai demokrasi
dalam pendidikan. Bukanlah hal yang aib jika pendidik mendengar
dan melaksanakan pendapat peserta didik, karena hakikat dari
pendidikan adalah mengkaji, mencari, menyuruh kebajikan, dan
melarang kemungkaran. Oleh sebab itu, peringatan dibutuhkan
semua pihak, baik pendidik, maupun peserta didik.
b. Memberi mau’izhah dan nasihat
Secara umum Al-Qur‟an adalah mau’izhah bagi orang
mukmin. Al-Qur‟an menjelaskan bahwa ia adalah mau’izhah bagi
orang mukmin. Ia juga menjabarkan bahwa mau’izhah kadangkadang juga bersumber dari para pemimpin, orang tua, Nabi, Rasul,
bahkan juga dari orang yang lebih kecil, seperti mau’izhah Nabi
Ibrahim kepada orang tuanya. Jika demikian, maka mau’izhah yang
ada dalam Al-Qur‟an memberikan wacana besar terhadap pendidikan
Islam.
c. Pemberian ganjaran dan hukuman
Dalam pendidikan Islam, hukuman dan prestasi didasarkan
atas penyelewengan dan kepatuhan. Hukuman dilakukan untuk
26
meluruskan perilaku ketika cara lain tidak dapat memberikan
pengaruh. Cara ini diharapkan dapat memberikan bentuk moral yang
baik terhadap peserta didik. Al-Qur‟an mengisyaratkan bahwa
sebelum menjatuhi hukuman atau memberikan pujian terlebih dahulu
memberikan peringatan, karena jika tujuan akhir hukuman untuk
memperbaiki kesalahan peserta didik, sebagai wasilah-nya adalah
dengan menjanjikan kesenangan (targhib) agar melaksanakan
anjuran, menjanjikan ancaman (tarhib) agar meninggalkan larangan,
memberi nasihat untuk meninggalkan kealpaan, dan lain-lain.
Al-Qur‟an dalam memberikan ganjaran sesuai dengan
kemaslahatan kehidupan. Tetapi, dalam memberikan hukuman
dipilihkan yang paling ringan. Jika kesalahan tersebut ternyata
terulang lagi, hukumannya disesuaikan dengan kondisi untuk
menjadikan manusia dapat memperbaiki kesalahan bukan merasakan
pahit dan beratnya hukuman.
d. Penyadaran bertahap
Kebiasaan
mempunyai
pengaruh
yang
besar
dalam
kehidupan, baik positif, maupun negatif. Kebaikan yang positif
sangat membantu dalam membentuk kepribadian. Demikian juga
kebiasaan yang kurang baik sangat dominan dalam menggagalkan
nilai-nilai yang ditanamkan. Untuk menanamkan kebiasaan yang
baik, Al-Qur‟an menganjurkan untuk menyenangi lebih dahulu,
27
kemudian baru mempelajari, dan setelah itu baru berusaha
melaksanakannya dalam kehidupan. Akhirnya kebiasaan yang
dilakukan berdasarkan keyakinan agama tersebut berubah menjadi
aktivitas rutin yang ringan.
e. Pengendalian nafsu
Manusia terdiri dari unsur jasmani dan ruhani, jasmani
potensinya bersumber dari makanan yang kemudian disalurkan untuk
melakukan aktivitas, baik positif, maupun negatif. Al-Qur‟an
mengarahkan manusia agar memanfaatkan potensi tersebut untuk
kegiatan yang bernilai positif.
3. Metode Praktik („amaliah)
Dari pemahaman akan muncul kesadaran, dan keasadaran
menjadi landasan dalam bermoral. Metode ini merupakan hasil dari
kedua metode sebelumnya, dan diantara metode ini antara lain:
a. Penugasan
Al-Qur‟an
menganjurkan
agar
perbuatan
didasari
pengetahuan, sehingga perilaku manusia adalah perilaku yang dapat
dipraktikkan secara langsung sesama orang lain. Keteraturan
hubungan manusia dengan lingkungan, toleransi terhadap sesamanya
serta pengorbanan sosial membutuhkan latihan yang rutin. Oleh
karena itu, orang yang masuk Islam disyaratkan mengucapkan
syahadat sebagai simbol yang akan dipraktikkan dalam kehidupan
28
yang akan dilambangkan dengan rukun Islam, seperti sholat, zakat,
puasa dan haji yang kesemuanya mengandung pendidikan ruhani,
pendidikan intelektual, pendidikan jasmani, dan pendidikan toleransi
serta pendidikan jihad, yaitu perpaduan antara teori dan praktik, ia
bukan sekadar peperangan, tetapi lebih ditekankan pada bagaimana
manguasai lawan tanpa kekerasan.
b. Keteladanan
Keteladanan adalah suatu yang dipraktikkan, diamalkan
bukan
hanya
dikhutbhkan,
diperjuangkan,
diwujudkan,
dan
dibuktikan. Oleh karena itu, keteladanan menjadi perisai budaya yang
sangat tajam yang bisa mengubah sesuatu secara cepat dan efektif.9
Jika ajaran Islam membawa tujuan yang jelas, selazimnya
kehidupan orang Islam terisi dengan langkah yang konkret sehingga
orang lain tertarik. Pengaruh yang dominan dalam pendidikan adalah
melalui contoh untuk dipraktikkan yang membentuk perkembangan
jiwa peserta didik. Al-Qur‟an sangat memperhatikan metode ini
untuk mengarahkan perjalanan kehidupan manusia.
Metode praktik (‘amaly) digunakan tidak hanya dalam masalah
keterampilan, tetapi juga untuk menanamkan nilai kepada peserta didik,
sehingga tujuan yang diharapkan adalah membentuk manusia yang ‘abid,
9
Jamal Ma’mur Asmani, Tips Menjadi Guru Inspiratif, Kreatif, dan Inovatif, (Jogjakarta: Diva
Press, 2011), hlm. 79
29
saleh, yang mapu mengendalikan kehidupan bukan tertindas oleh
penghidupan.10
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembelajaran
Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kegiatan proses
sistem pembelajaran, diantaranya faktor guru, faktor siswa, sarana dan
prasarana, serta faktor lingkungan.
1. Faktor Guru
Guru adalah komponen yang sangat menentukan dalam
implementasi suatu strategi pembelajaran. Tanpa guru bagaimanapun
bagus dan idealnya suatu strategi, maka strategi itu tidak mungkin bisa
diaplikasikan.11 Guru memegang peranan yang penting bagi keberhasilan
belajar siswa, karena peran guru tak akan bisa digantikan dalam proses
pembelajaran. Adapun peran guru adalah sebagai pengajar yang ahli,
motivator, mengelola siswa dan lingkungan belajar, sebagai sosok yang
mempengaruhi anak didik,memberikan nasihat pada anak didik, dan
mempermudah anak didik dalam belajar.
2. Faktor Siswa
Siswa adalah organisme yang unik yang berkembang sesuai
dengan
tahap
perkembangannya.
Perkembangan
anak
adalah
perkembangan seluruh aspek kepribadiannya, akan tetapi tempo dan
10
Moh. Haitami Salim dan Syamsul Kurniawan, Opcit, hlm. 225-233
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana
Prenada Media Group, 2007), hlm. 52
11
30
irama perkembangan masing-masing anak pada setiap aspek tidak selalu
sama. Proses pembelajaran dapat dipengaruhi oleh perkembangan anak
yang tidak sama itu, disamping karakteristik lain yang melekat pada diri
anak. Aspek latar belakang meliputi jenis kelamin siswa, tempat
kelahiran, tingkat sosial ekonomi, dari keluarga yang bagaimana siswa
berasal, dan lain-lain; sedangkan dilihat dari sifat yang dimiliki siswa
meliputi kemampuan dasar, pengetahuan dan sikap, sikap dan
penampilan siswa di dalam kelas juga merupakan aspek lain yang bisa
mempengaruhi proses pembelajaran seperti siswa yang aktif, siswa yang
pendiam, tidak sedikit juga ditemukan siswa yang memiliki motivasi
yang rendah dalam belajar.
3. Faktor Sarana dan Prasarana
Sarana adalah segala sesuatu yang mendukung secara langsung
terhadap kelancaran proses pembelajaran, misalnya media pembelajaran,
alat-alat pembelajaran, perlengkapan sekolah, dan lain sebagainya;
sedangkan prasarana adalah segala sesuatu yang secara tidak langsung
dapat mendukung keberhasilan proses pembelajaran, misalnya jalan
menuju sekolah, penerangan sekolah, kamar kecil, dan lain sebagainya.
Kelengkapan sarana dan prasarana akan membantu guru dalam
penyelenggaraan proses pembelajaran; dengan demikian sarana dan
prasarana merupakan komponen penting yang dapat mempengaruhi
proses pembelajaran.
31
4. Faktor Lingkungan
Dilihat dari dimensi lingkungan ada dua faktor yang dapat
mempengaruhi proses pembelajaran, yaitu faktor organisasi kelas dan
faktor iklim sosial-psikologis.
1. Faktor organisasi kelas
Faktor organisasi kelas yang didalamnya meliputi jumlah
siswa dalam satu kelas merupakan aspek penting yang bisa
mempengaruhi proses pembelajaran. Organisasi kelas yang terlalu
besar akan kurang efektif untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Kelompok belajar yang besar dalam satu kelas berkecenderungan
sumber daya kelompok akan bertambah luas sesuai dengan jumlah
siswa, sehingga waktu yang tersedia akan semakin sempit; kelompok
belajar akan kurang mampu memanfatkan dan menggunakan semua
sumber daya yang ada; kepuasan belajar setiap siswa akan cenderung
menurun; banyak siswa yang enggan berpartisipasi aktif dalam setiap
kegiatan kelompok.
2. Faktor iklim sosial-psikologis
Iklim sosial-psikolgis secara internal adalah hubungan antara
orang yang terlibat dalam lingkungan sekolah, misalnya iklim sosial
antara siswa dengan siswa, antara siswa dengan guru, antara guru
dengan guru, bahkan antara guru dengan pemimpin sekolah. Iklim
sosial psikologis eksternal adalah keharmonisan hubungan antara
32
pihak sekolah dengan dunia luar, misalnya hubungan sekolah dengan
orang tua siswa, hubungan sekolah dengan lembaga-lembaga
masyarakat, dan lain sebagainya. Sekolah yang mempunyai
hubungan baik secara internal dan eksternal akan menambah
kelancaran program-program sekolah, sehingga upaya-upaya sekolah
dalam meningkatkan kualitas pembelajaran akan mendapat dukungan
dari pihak lain.12
B. MEDIA PEMBELAJARAN
1. Pengertian Media Pembelajaran
Media berasal dari bahasa latin dan bentuk jamak dari medium,
secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Secara istilah media berarti
penggunaan alat yang berupa benda untuk membantu proses penyampaian
pesan.13
Sedangkan dalam bukunya Usman Basyirudin yang berjudul Media
Pembelajaran, bahwa pengertian media ialah sesuatu yang bersifat
menyalurkan pesan dapat merangsang pikiran, perasaan, dan kemauan
audien (siswa) sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar pada
dirinya.14
12
Wina Sanjaya, Ibid, hlm. 52-57
H. Ramayulis, Opcit, hlm. 180-181
14
M. Basyiruddin Usman, Media Pembelajaran, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), hlm. 11
13
33
Kitab Al-Akhlaqu Lil Banin adalah media tulis yang dijadikan
sebagai sarana yang digunakan dalam proses pembelajaran akhlak. Kitab ini
berisikan berbagai materi tentang akhlak yang dikaitkan juga dengan kisahkisah teladan yang ada didalamnya.
2. Macam-Macam Media Pembelajaran
Para ahli telah mengklasifikasikan alat/media pembelajaran kepada
dua bagian, yaitu alat pembelajaran bersifat benda (materil) dan alat
pembelajaran yang bukan benda (non materil).
1. Alat/ Media Pembelajaran yang Bersifat Benda
Menurut Zakiyah Darajat, alat/media pembelajaran yang berupa
benda adalah:
a. Media tulis, Seperti: Al-Qur‟an, Hadist, Tauhid, fiqih, Sejarah.
b. Benda-benda, alam Seperti: hewan, manusia, tumbuh-tumbuhan dsb.
c. Gambar-gambar yang dirancang seperti grafik
d. Gambar yang diproyeksikan , seperti: vidio, transparan.
e. Audio recording (Alat untuk didengar), seperti: kaset, tape radio.
Disamping media visual dan media auditif seperti diatas, media
audio visual merupakan media yang berhubungan dengan indra
pendengaran dan indra penglihatan sekaligus, seperti: TV dan Vidio.
Selain media yang digambarkan diatas, media proyeksi visual,
dimana pesan yang kan disampaikan harus diproyeksikan dengan
proyektor, media ini cukup mahal. Yang termasuk media ini adalah film
34
bingkai, suatu film transparan yang biasanya dibungkus bingkai,
kemudian film bingkai, dimana gambar dalam film bingkai berurutan
yang merupakan satu kesatuan, seterusnya transparan (overhead
transparancy), dan yang terakhir adalah mikrofis, dimana film transparan
berisikan lambang-lambang visual yang kecil yang tidak bisa dilihat
dengan mata telanjang.
2. Alat Pemebelajaran yang Bukan Benda
a. Keteladanan
Keteladan pendidik merupakan alat pendidikan yang sangat
penting, bahkan yang paling utama. Seorang guru harus selalu
mencerminkan akhlak yang mulia dimanapun ia berada, baik di
sekolah, di keluarga, maupun di lingkungan masyarakat. Oleh karena
sifat-sifat guru dapat dijadikan sebagai teladan bagi murid, maka
dalam hal ini posisi guru sebagai alat yakni alat yang ditiru oleh
murid.
b. Perintah dan Larangan
Perintah adalah suatu keharusan untuk
berbuat
atau
melakukan sesuatu yang bermanfaat. Dalam memberikan perintah
terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu: (1) jangan
memberikan perintah kecuali karena diperlukan. (2) hendaknya
perintah itu dengan ketetapan hati dan niat yang baik. (3) jangan
memerintahkan kedua
kalinya jika perintah pertama belum
35
dilaksanakan. (4) perintah hendaknya benar-benar dipertimbangkan
akan akibatnya. (5) perintah hendaknya bersifat umum, bukan
bersifat khusus.
Sedangkan larangan adalah suatu keharusan untuk tidak
melakukan sesuatu yang merugikan. Misalnya larangan untuk
bercakap-cakap dengan suara besar, larangan melakukan perbuatan
tidak baik, larangan bergaul dengan orang-orang asusila, dsb.
Biasanya larangan ini disertai dengan sangsinya. Namun demikian
bagi pendidik maupun bagi orang tua, hendaknya melarang anak itu
sesekali saja, sebab anak yang selalu dilarang dalam segala perbuatan
dan
permainannya
sejak
kecil,
akan
dapat
menghambat
perkembangan dirinya.
c. Ganjaran dan hukuman
Ganjaran adalah sesuatu yang menyenangkan yang dijadikan
sebagai hadiah bagi anak yang berprestasi baik dalam belajar, dalam
sikap prilaku. Yang terpenting dalam ganjaran hanya hasil yang
dicapai seorang anak, dan dengan hasil tersebut pendidikan dapat
membentuk kata hati dan kemauan yang lebih baik dan lebih keras
pada anak itu.
36
Hukuman adalah tindakan yang dijatuhkan kepada anak
secara sadar dan sengaja sehingga menimbulkan nestapa, sehingga
anak akan menjadi sadar dan berjanji tidak akan mengulanginya.15
3. Prinsip dan Dasar Pertimbangan Pemilihan Media Pembelajaran.
Dalam kaitannya dengan usaha menciptakan suasana yang kondusif
itu, alat/media pendidikan atau pengajaran mempunyai peranan yang sangat
penting. Sebab alat/media merupakan sarana yang membantu proses
pembelajaran terutama yang berkaitan dengan indera pendengaran dan
penglihatan. Adanya alat/media bahkan dapat mempercepat proses
pembelajaran murid karena dapat membuat pemahaman murid lebih cepat
pula.16
Ada beberapa pertimbangan yang perlu diperhatikan dalam memilih
media, yaitu antara lain:
a. Media yang dipilih hendaknya selaras dan menunjang tujuan
pembelajaran yang telah diterapkan.
b. Aspek materi menjadi pertimbangan yang dianggap penting dalam
memilih media.
c. Kondisi peserta didik dari segi subjek belajar menjadi perhatian yang
serius bagi guru dalam memilih media yang sesuai dengan kondisi anak.
Faktor umur, intelegensi, latar belakang pendidikan, budaya dan
15
16
H. Ramayulis, Opcit, hlm. 182-189
H. Ramayulis, Opcit, hlm. 179-180
37
lingkungan anak menjadi titik perhatian dan pertimbangan dalam
memilih media pengajaran.
d. Ketersediaan media sekolah atau memungkinkan bagi guru mendesain
sendiri media yang akan digunakan merupakan hal yang perlu menjadi
pertimbangan seorang guru.
e. Media yang dipilih seharusnya dapat menjelaskan apa yang akan
disampaikan kepada audien (peserta didik) secara tepat dan berhasil,
dengan kata lain tujuan yang ditetapkan dapat dicapai secara optimal.
f. Biaya yang akan dikeluarkan dalam pemenfaatan media harus seimbang
dengan hasil yang akan dicapai.17
4. Nilai dan Manfaat Media Pembelajaran
Media pembelajaran dapat mempertinggi proses belajar siswa dalam
pengajaran yang pada gilirannya diharapkan dapat mempertinggi hasil
belajar yang dicapainya. Ada beberapa alasan mengapa media pengajaran
dapat mempertinggi proses belajar siswa.
Alasan pertama berkenaan dengan manfaat media pengajaran dalam
proses belajar siswa antara lain:
1. Pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat
menumbuhkan motivasi belajar.
17
Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2009) hlm. 15-16
38
2. Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih
dipahami oleh para siswa, dan memungkinkan siswa menguasai tujuan
pengajaran lebih baik.
3. Metode mengajar akan lebih bervariasi, sehingga siswa tidak bosan dan
guru tidak kehabisan tenaga, apalagi bila guru mengajar untuk setiap jam
pelajaran.
4. Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar mengajar, sebab tidak
hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti
mengamati, melakukan, mendemonstrasikan dan lain-lain.
Alasan kedua adalah berkenaan dengan taraf berpikir siswa. Taraf
berpikir manusia mengikuti tahap perkembangan dimulai dari berpikir
kongkret menuju ke berpikir abstrak, dimulai dari berpikir sederhana menuju
ke berpikir kompleks.18
5. Fungsi dan Tujuan Media Pembelajaran
a. Fungsi Media Pembelajaran
1) Media pembelajaran dapat memperjelas penyajian pesan dan
informasi sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan proses
dan hasil belajar.
2) Media pembelajaran dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian
anak sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar, interaksi lebih
langsung antara siswa dan lingkungannya, dan kemungkinan siswa
18
Nana Sudjana, dan Ahmad Rivai, Media Pengajaran, (Bandung: Sinar Baru Algensindo Offset,
2010), hlm. 2-3
39
untuk belajar sendiri-sendiri sesuai dengan kemampuan dan
minatnya.
3) Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang dan
waktu.
4) Media pembelajaran dapat memberikan kesamaan pengalaman
kepada siswa tentang peristiwa-peristiwa dilingkungan mereka.19
5) Menangkap suatu objek atau peristiwa-peristiwa tertentu.
Peristiwa-peristiwa penting atau objek yang langka dapat diabadikan
dengan foto, film atau direkam melalui video/audio, kemudian
peristiwa itu dapat disimpan dan dapat digunakan manakala
diperlukan.
6) Memanipulasikan keadaan, peristiwa atau objek tertentu.
Melalui media pembelajaran, guru dapat menyajikan bahan pelajaran
yang bersifat abstrak menjadi konkret sehingga mudah dipahami dan
dapat menghilangkan verbalisme.
7) Menambah gairah dan motivasi belajar peserta didik.
Penggunaan media dapat menambah motivasi belajar peserta didik
terhadap materi pembelajaran dapat lebih meningkat.20
b. Tujuan Media Pembelajaran
Tujuan media pembelajaran yaitu:
1. Mempermudah proses pembelajaran di kelas
19
20
Azhar Arsyad, Opcit, hlm. 26-27
Wina Sanjaya, Opcit, hlm. 170-171
40
2. Meningkatkan efesiensi proses pembelajaran
3. Menjaga relevansi antara materi dengan tujuan belajar
4. Membantu konsentrasi pembelajar dalam proses pembelajaran.21
C. MADRASAH DINIYAH
1. Pengertian dan Sejarah Madrasah Diniyah
Madrasah diniyah ialah lembaga pendidikan pengajaran agama Islam
secara klasikal yang berfungsi terutama untuk memenuhi hasrat orang tua
(masyarakat) yang menginginkan anak-anaknya yang bersekolah di sekolahsekolah untuk mendapat pendidikan agama Islam yang lebih baik.22
Sejarah perkembangan madrasah diniyah tidak terlepas dengan
sejarah berdirinya pondok pesantren, madrasah diniyah juga berkembang
dari bentuknya yang sederhana yaitu, pengajian di masjid-masjid, langgar
dan surau. Berasal dari bentuknya yang sederhana ini berkembang menjadi
pondok pesantren. Persinggungannya dengan sistem madrasah ini pada
mulanya hanya mengajarkan ilmu-ilmu agama dan bahasa arab. Dalam
perkembangan selanjutnya, pada sebagian madrasah diberikan mata
pelajaran umum, dan sebagian lainnya tetap mengkhususkan diri hanya
mengajarkan ilmu-ilmu agama dan bahasa arab. Madrasah yang hanya
mengajarkan ilmu-ilmu agama inilah yang dikenal dengan madrasah diniyah.
21
http://www.academia.edu/7899082/Tugas_Makalah_Media_pembelajaran_PENGERTIAN_TUJ
UAN_MAMFAAT_dan_FUNGSI_MEDIA_PEMBELAJARAN di akses tanggal 13-01-2015
22
Rochidin Wahab, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, (Bandung: Alfabeta, 2004), hlm. 207208
41
Menurut Direktorat Pendidikan Keagamaan dan Pondok Pesantren,
jumlah madrasah diniyah diseluruh tanah air cukup besar. Pada tahun 2001
madrasah diniyah awaliyah 1.298 buah, madrasah diniyah wustha 842 buah
dan madrasah diniyah ulya 538 buah.
Dari sumber yang sama, total
kelembagaan madrasah diniyah hingga tahun 2001 mencapai 19.014 buah.
Sementara siswa yang tercatat mencapai: 2.376.910 orang, terdiri dari lakilaki: 1.183.952 orang dan perempuan: 1.102.230 orang. Sementara guru
yang mengajar di madasah diniyah sebanyak: 71.714 orang. Data ini
menunjukan bahwa madrasah diniyah masih lekat dengan muslim Indonesia.
Ini sekaligus mendorong Kementrian Agama untuk terus berupaya
meningkatkan peran dan fungsi lembaga madrasah diniyah ini.23
Tumbuhnya madrasah diniyah dilatar belakangi oleh keresahan
sebagian orang tua siswa di sekolah umum yang merasakan bahwa
pendidikan agama yang diterima anaknya disekolah umum belum memadai
untuk mengantarkan anaknya dapat melaksanakan ajaran agama Islam sesuai
yang diharapkan. Inilah antara lain, sebabnya muncul berbagai nama yang
dialamatkan kepada lembaga madrasah diniyah ini seperti sekolah mengaji,
sekolah sore, dan berbagai istilah-istilah lokal lainnya.24
2. Jenjang Pendidikan Madrasah Diniyah
23
Choirul Fuad Yusuf, dkk, Inovasi Pendidikan dan Keagamaan, (Puslitbang Pendidikan dan
Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Departemen Agama RI, 2006), hlm. 273-274
24
Choirul Fuad Yusuf, Ibid, 313
42
Jenjang pendidikan madrasah diniyah dapat dibagi kepada 3
tingkatan, yaitu:
1. Madrasah Diniyah Awaliyah
Madrasah diniyah awaliyah merupakan madrasah tingkat
pertama, lama belajar 2 tahun dari kelas 1 sampai dengan kelas 11
dengan sistem semester, jumlah jam mata pelajaran sebanyak 18 jam
dalam seminggu, setiap jam pelajaran 45 menit.
2. Madrasah Diniyah Wustha
Madrasah diniyah wustha merupakan madrasah diniyah tinkat
tengah, lama belajar 2 tahun dari kelas 1 sampai dengan kelas 11 dengan
sistem semester, jumlah jam mata pelajaran sebanyak 18 jam dalam
seminggu, setiap jam mata pelajaran 45 menit.
3. Madrasah Diniyah Ulya
Madrasah diniyah ulya merupakan madrasah diniyah tingkat atas,
lama belajar 2 tahun dari kelas 1 sampai dengan kelas 11 dengan sistem
semester jumlah jam mata pelajaran sebanyak 18 jam dalam seminggu,
setiap jam pelajaran 45 menit.25
3. Kurikulum Madrasah Diniyah
a. Pengertian Kurikulum
Secara etimologis kurikulum berasal dari bahasa Yunani, yaitu
curir yang artinya pelari atau curere yang berarti tempat berpacu. Jadi
25
Rochidin Wahab, Loc cit, hlm. 208
43
istilah kurikulum berasal dari dunia olahraga pada zaman Romawi Kuno
yang mengandung pengertian suatu jarak yang harus ditempuh oleh
pelari dari garis start sampai garis finish.26 Dalam bahasa Arab, kata
kurikulum bisa diungkapkan dengan manhaj yang berarti jalan yang
terang yang dilalui oleh manusia pada berbagai bidang kehidupan.
Sementara arti manhaj kurikulum dalam pendidikan Islam sebagaimana
yang terdapat dalam kamus adalah seperangkat perencanaan dan media
yang dijadikan acuan oleh lembaga pendidikan dalam mewujudkan
tujuan-tujuan pendidikan.
Dalam UU RI Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan
Nasional dalam pasal 1 ayat 19 dinyatakan bahwa yang dimaksud dengan
kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan
isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan
kegiatan
pembelajaran
untuk
mencapai
tujuan
pendidikan tertentu.
Adapun yang menjadi pokok dari materi kurikulum pendidikan
Islam adalah bahan-bahan, aktivitas dan pengalaman yang mengandung
unsur ketauhidan. Tujuan yang akan dicapai dari kurikulum pendidikan
Islam
adalah membentuk
anak didik berakhlak mulia, dalam
hubungannya dengan hakikat penciptaan manusia. Sehubungan dengan
kurikulum pendidikan Islam, dalam penafsiran luas, kurikulumnya berisi
26
hlm. 1
Subandijah, Pengembangan Inovasi dan Kurikulum, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996),
44
materi untuk pendidikan seumur hidup (Long life education), sesuai
dengan hadis “Tuntutlah ilmu dari buaian hingga liang kubur”.27
Untuk memudahkan pelaksanaan kurikulum madrasah diniyah,
seorang guru perlu menyusun suatu program pengajaran yang disebut
satuan pelajaran. Adapun kerangka satuan pelajaran tersebut adalah
sebagai berikut:
a. Mata pelajaran (apa)?
b. Pokok bahasan (mengenai apa)?
c. Sub pokok bahasan (mengenai apa)?
d. Kelas (berapa)?
e. Catur wulan/ semester (ke berapa)?
f. Waktu (berapa jam pelajaran untuk menyelesaikan pokok atau sub
pokok bahasan tersebut)?28
b. Struktur Program Kurikulum Madrasah Diniyah
1) Program pendidikan madrasah diniyah awaliyah terdiri dari enam
mata pelajaran, yaitu:
a) Al-Qur‟an Hadist terdiri dari empat sub mata pelajaran: AlQur‟an, Al-Hadist, Tarjamah, Tajwid.
b) Aqidah Akhlak
c) Ibadah Syariah
27
Abdullah Idi, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik, (Jogjakarta: Ar-ruzz Media, 2013),
hlm. 62
28
Rochidin Wahab, ibid, hlm. 211
45
d) Tarikh Islam
e) Bahasa Arab
f) Praktek Ibadah
Waktu yang diperlukan setiap minggu adalah 18 jam pelajaran x
40 menit = 720 menit. menggunakan sistem catur wulan yaitu
belajar rata-rata selama 72 hari belajar efektif.
2) Program pendidikan diniyah wustha, terdiri dari enam mata
pelajaran, yaitu:
a) Al-Qur‟an Hadist, terdiri dari tiga sub mata pelajaran, yaitu: AlQur‟an, Tafsir-Tarjamah, Al-Hadist.
b) Aqidah Akhlak
c) Syariah
d) Tarikh Islam
e) Bahasa Arab
f) Praktek Ibadah
Waktu yang diperlukan setiap minggu adalah 18 jam pelajaran x
45 menit = 810 menit. menggunakan sistem semester, yaitu
belajar rata-rata selama 120 hari belajar efektif.
3) Program pendidikan madrasah diniyah ulya, terdiri dari tujuh mata
pelajaran, yaitu:
a) Al-Qur‟an- Ilmu Tafsir
b) Tafsir- Ilmu Tafsir
46
c) Hadist- Ilmu Hadist
d) Akhlak- Ilmu Tauhid
e) Syariah, terdiri dari dua sub mata pelajaran, yaitu Fiqih, Ushul
Fiqih, Tarikh Tasyri.
f) Sejarah Kebudayaan Islam
g) Perbandingan Agama
h) Bahasa Arab
i) Praktek Ibadah
Waktu yang diperlukan setiap minggu adalah 18 jam pelajaran x
45 menit = 810 menit. menggunakan sistem semester, yaitu
belajar rata-rata selama 120 hari belajar efektif.29
29
Rochidin Wahab, Opcit, hlm. 213-215
Download