IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor dan di Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan dengan sengaja (purposive) dengan beberapa pertimbangan. Pertimbangan pertama adalah Kecamatan Cibinong merupakan Kecamatan di Kabupaten Bogor yang dicanangkan dalam program one village one product (OVOP) pada tahun 2009 untuk mengembangkan komoditas ikan hias. Pertimbangan kedua adalah Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor sebagai SKPD Prioritas untuk mewujudkan visi dan misi Kabupaten Bogor di bidang peternakan dan perikanan khususnya komoditas ikan hias air tawar. Selain itu, terdapat beberapa lembaga penunjang yang penting untuk pengembangan ikan hias terdapat di wilayah Kecamatan Cibinong seperti eksportir ikan hias, dan Pusat Pengembangan dan Pemasaran (RAISER) Ikan Hias di bawah Departemen Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia. Proses pengambilan data dalam penelitian ini dilakukan pada bulan April hingga Juni 2010. 4.2. Metode Pengambilan Sampel Metode pengambilan sampel dilakukan dengan sengaja (purposive) yang terdiri dari : 1. Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor yang terdiri dari Bidang Perikanan, Bidang Bina Usaha, Bidang Kesehatan Hewan dan Penyakit Ikan, serta Sekretariat dengan pertimbangan sebagai pihak yang lebih mengetahui perkembangan ikan hias dan sebagai penyusun dan menetapkan kebijakan yang berkaitan dengan pengembangan ikan hias di seluruh wilayah Kabupaten Bogor, 2. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Bogor yang diwakili Bidang Sosial Ekonomi terutama Sub Bidang Ekonomi karena secara umum sebagai pihak yang merencanakan dan menyusun kegiatan pembangunan di Kabupaten Bogor khususnya arahan kebijakan yang berkaitan dengan pengembangan ikan hias, 38 3. Ketua Himpunan Pembudidaya Ikan Hias (Himbudias) baik di tingkat Kabupaten maupun tingkat Kecamatan sebagai sebuah lembaga yang menghimpun para petani ikan hias, 4. Ketua Kelompok Tani (Poktan) Ikan Hias dalam wilayah Kecamatan Cibinong yang merupakan anggota dari Himbudias dengan pertimbangan bahwa Poktan merupakan organisasi yang langsung berangotakan para petani ikan hias yang secara langsung terlibat dalam usaha pembudidayaan ikan hias. 5. Pedagang pengumpul, pengusaha, maupun eksportir ikan hias baik yang berada di dalam maupun di luar wilayah Kecamatan Cibinong dengan alasan sebagai subsistem hilir dari sistem agribisnis ikan hias di Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor. 6. Kepala Pusat Pengembangan dan Pemasaran (RAISER) Ikan Hias sebagai lembaga bentukan Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) untuk mengembangkan dan memasarkan ikan hias dengan lingkup nasional. 4.3. Metode Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara dan pengisian kuesioner oleh responden, serta pengamatan langsung untuk mendapatkan informasi dan gambaran umum mengenai hal-hal yang berhubungan dengan penelitian. Selain itu untuk mendapatkan informasi mengenai faktor-faktor internal dan faktorfaktor eksternal Disnakkan yang dapat mempengaruhi pengembangan agribisnis ikan hias air tawar di Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor. Teknik wawancara yang dilakukan dengan menggunakan daftar pertanyaan atau kuesioner yang telah disediakan yang bertujuan untuk memperoleh informasi dan masukan tentang kendala dan upaya yang harus dilakukan dalam pengembangan agribisnis ikan hias di Kabupaten Bogor. Data sekunder yang dikumpulkan yaitu data produksi perikanan, data persentase pencapaian produksi perikanan terutama ikan hias, data RTP ikan hias, data sumber daya alam dan manusia sektor perikanan di Kabupaten Bogor, data gambaran umum Kecamatan Cibinong dan Kabupaten Bogor, dan data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Bogor. Data tersebut diperoleh dari 39 berbagai instansi seperti Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor, Bappeda Kabupaten Bogor, Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor, Profil tiap kelompok tani di Kecamatan Cibinong, instansi-instansi terkait dalam pengembangan agribisnis ikan hias Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor, serta jaringan internet. 4.4. Metode Pengolahan Data Pengolahan data dilakukan selama dan setelah pengumpulan data di lapang (data primer). Data yang diolah berasal dari data primer dan sekunder. Pengolahan data dilakukan dengan bantuan program Microsoft Excel dan kalkulator. Penelitian ini dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif. Analisis data yang dilakukan meliputi tahap pemasukan data, transfer data, editing data, pengolahan data, dan interpretasi data. Analisis dalam penelitian meliputi analisis kondisi internal dan eksternal serta analisis SWOT untuk menghasilkan alternatifalternatif strategi Disnakkan. 4.5. Tahap Perumusan Strategi Perumusan strategi Disnakkan dalam mengembangkan sistem agribisnis ikan hias di Kecamatan Cibinong dilakukan melalui dua tahap, yaitu tahap input (input stage) dan tahap pencocokan (matching stage). Tahap input adalah menyimpulkan informasi dasar yang diperlukan untuk merumuskan strategi dengan menggunakan analisis kondisi internal dan eksternal. Informasi dasar ini diperoleh dari data primer dan data sekunder. Tahap pencocokan merupakan tahapan merumuskan strategi, tahap kedua ini menggunakan matriks SWOT. A. Tahap Input (Input Stage) 1. Analisis Kondisi Internal dan Eksternal Analisis Kondisi internal digunakan untuk mengidentifikasi faktor lingkungan internal dan mengukur sejauh mana dampak dan signifikansi kekuatan dan kelemahan yang dimiliki Disnakkan, sedangkan analisis kondisi eksternal digunakan untuk mengidentifikasi faktor lingkungan eksternal dan mengukur sejauh mana dampak dan signifikansi peluang dan ancaman yang dihadapi oleh 40 Disnakkan dalam mengembangkan sistem agribisnis ikan hias air tawar di Kecamatan Cibinong. Tahap-tahap yang dilakukan untuk mengidentifikasi faktor-faktor kunci dalam analisis kondisi internal dan eksternal Disnakkan sebagai berikut : a. Identifikasi Faktor-Faktor Internal dan Eksternal Organisasi/Disnakkan Langkah awal yang dilakukan adalah mengidentifikasi faktor internal, yaitu mendaftar semua kekuatan dan kelemahan yang dimiliki Disnakkan. Daftarkan kekuatan terlebih dahulu, baru kemudian kelemahan Disnakkan. Identifikasi faktor eksternal Disnakkan dengan melakukan pendaftaran semua peluang dan ancaman Disnakkan. Pengidentifikasian ini berdasarkan data yang berasal dari Pusat Pengembangan dan Pemasaran Ikan Hias (Raiser) Cibinong, Himbudias tingkat Kabupaten Bogor dan Kecamatan Cibinong, petani ikan hias, pedagang dan eksportir ikan hias, serta institusi penelitian lainnya di luar lingkup wilayah Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor. Sedangkan untuk unit analisis yang berasal dari internal terdiri dari data yang berasal dari Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor. Setelah peluang, ancaman, kekuatan dan kelemahan teridentifikasi, kemudian daftarkan peluang terlebih dahulu, baru kemudian ancaman daerah serta kekuatan kemudian kelemahan. Daftar harus spesifik dengan mengunakan persentase, rasio atau angka perbandingan. Hasil kedua identifikasi faktor-faktor di atas menjadi faktor penentu eksternal dan internal yang selanjutnya akan diberi bobot. b. Penentuan Bobot Variabel Pemberian bobot setiap faktor dengan skala mulai dari 0,0 (tidak penting) sampai 1,0 (paling penting). Pemberian bobot ini berdasarkan pengaruh faktorfaktor tersebut terhadap Disnakkan dalam mengembangkan sistem agribisnis ikan hias air tawar di Kecamatan Cibinong. Jumlah bobot yang diberikan harus sama dengan satu. Penentuan bobot akan dilakukan dengan cara mengajukan identifikasi faktor strategis internal dan eksternal tersebut kepada responden dengan menggunakan metode ”paired comparasion”. Metode ini digunakan untuk memberikan penilaian terhadap bobot setiap faktor penentu internal. Setiap 41 variabel digunakan skala 1, 2, dan 3 untuk menentukan bobot. Skala yang digunakan untuk menentukan bobot adalah : 1 = Jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal 2 = Jika indikator horizontal sama penting daripada indikator vertikal 3 = Jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal Bentuk penilaian pembobotan dapat dilihat pada Tabel 4 dan 5. Cara membaca perbandingan dimulai dari variabel baris (indikator vertikal) dibandingkan dengan variabel kolom (indikator horizontal) dan harus konsisten. Tabel 4. Penilaian Bobot Faktor Strategis Internal Disnakkan Faktor Internal Strategis A B C D ...... A Total Xi B C D ...... N Σ Xi Total i=1 Sumber : David, 2009 Tabel 5. Penilaian Bobot Faktor Strategis Eksternal Disnakkan Faktor Eksternal Strategis A A B C D ...... Total Xi B C D ...... N Total Σ Xi i=1 Sumber : David, 2009 Menurut Kinnear dalam Karo-Karo (2006), bobot setiap variabel diperoleh menentukan nilai setiap variabel terhadap jumlah nilai keseluruhan variabel dengan mengunakan rumus : 42 αi = Xi N Σ Xi i=1 Dimana, αi = Bobot Variabel ke-i n = Jumlah data Xi = Nilai Variabel x ke-i i = 1, 2, 3,..., n B. Tahap Pencocokan (Matching Stage) dengan Analisis Matriks SWOT Matriks SWOT dibentuk berdasarkan faktor-faktor strategis eksternal dan internal. Matriks SWOT merupakan alat pencocokan yang penting untuk membantu pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya untuk mengembangkan empat tipe strategi, yang meliputi (1) strategi SO yaitu strategi yang menggunakan kekuatan internal untuk memanfaatkan peluang eksternal, (2) strategi WO yaitu strategi yang bertujuan untuk memperbaiki kelemahan internal dengan memanfaatkan peluang eksternal, (3) strategi ST yaitu strategi yang menggunakan kekuatan internal untuk menghindari pengaruh dan ancaman eksternal, serta (4) strategi WT merupakan strategi yang diarahkan untuk mengurangi kelemahan internal dan menghindari ancaman lingkungan. Analisis SWOT mengasumsikan bahwa suatu strategi yang efektif adalah strategi yang memaksimalkan kekuatan dan peluang, serta meminimalkan kelemahan dan ancaman. Matriks SWOT terdiri dari sembilan sel, yaitu empat sel faktor (S,W,O dan T), empat sel alternatif strategi dan satu sel kosong (Tabel 6). Menurut David (2009), terdapat empat langkah dalam membentuk sebuah matriks SWOT : 1. Mencocokkan kekuatan internal dengan peluang eksternal, kemudian catat hasilnya pada sel strategi SO. 2. Mencocokkan kelemahan internal dengan peluang eksternal, kemudian catat hasilnya pada sel strategi WO. 3. Mencocokkan kekuatan internal dengan ancaman eksternal, kemudian catat hasilnya pada sel strategi ST. 43 4. Mencocokkan kelemahan internal dengan ancaman eksternal, kemudian catat hasilnya pada sel strategi WT. Tabel 6. Matriks SWOT Opportunities (O) Daftar Peluang 1. ..... 2. ..... Threats (T) Daftar Ancaman 1. ..... 2. ..... Strenght (S) Daftar Kekuatan 1. ..... 2. ..... Strategi SO Gunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang Weakness (W) Daftar Kelemahan 1. ..... 2. ..... Strategi WO Atasi kelemahan dengan memanfaatkan peluang Strategi ST Strategi WT Gunakan kekuatan untuk Minimalkan kelemahan menghindari ancaman dan hindari ancaman Sumber : David (2009) 4.6. Definisi Operasional Beberapa variabel yang digunakan untuk mengidentifikasi strategi pengembangan sistem agribisnis ikan hias air tawar antara lain : 1. Ikan hias adalah jenis ikan yang menimbulkan aspek estetika atau keindahan bagi pemiliknya. Ikan tersebut tidak dikonsumsi dan biasanya menjadi salah satu ornamen di ruangan. Ikan hias dalam penelitian ini hanya membahas ikan hias air tawar saja karena letak Kabupaten Bogor yang tidak memiliki wilayah lautan. 2. Produksi ikan hias adalah total produksi ikan hias di Kecamatan Cibinong maupun Kabupaten Bogor yang dinyatakan dalam Ribuan Ekor (RE). 3. Luas areal perikanan adalah luas sejumlah areal (kolam, empang, karamba, akuarium, atau lahan) yang dijadikan sebagai tempat pembudidayaan dan penyimpanan ikan hias yang dimiliki setiap petani ikan hias atau secara keseluruhan untuk wilayah Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor. 4. Produktivitas ikan hias adalah jumlah anakan atau telur yang dihasilkan oleh satu ekor induk dalam sebuah wadah penyimpanan yang siap jual. 5. Petani ikan hias adalah orang yang membudidayakan ikan hias untuk kemudian dijual kepada pedagang atau langsung kepada konsumen. 44 6. Harga jual petani adalah harga ikan hias per ekor yang diterima oleh petani dalam satuan Rp/ekor. 7. Sistem agribisnis adalah keseluruhan aspek dalam suatu sistem yang terdiri dari subsistem agribisnis hulu, subsistem agribisnis budidaya, subsistem agribisnis hilir (pengolahan dan pemasaran), dan subsistem jasa penunjang (pendidikan, permodalan, riset dan pengembangan serta kebijakan). 8. Pertanian secara umum adalah pengertian pertanian yang mencakup sektor pertanian, perikanan, peternakan, dan kehutanan. Sedangkan pertanian secara khusus berarti pertanian dalam konteks budidaya dan bercocok tanam. 9. Lingkungan internal merupakan seluruh keadaan yang berada di dalam lingkup administrasi dan kewenangan Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor khususnya di wilayah Kecamatan Cibinong yang dapat mempengaruhi pengembangan sistem agribisnis ikan hias seperti keadaan fisik, sumber daya manusia, produksi ikan hias, serta manajemen dan pemasaran ikan hias. Lingkungan ini diidentifikasi menjadi kelemahan dan kekuatan yang dimiliki oleh wilayah atau daerah Kecamatan Cibinong dalam pengembangan sistem agribisnis ikan hias air tawar. 10. Lingkungan eksternal merupakan seluruh keadaan yang ada di luar aturan administrasi dan kewenangan Dinas Peternakan dan Perikanan, khususnya di wilayah Kecamatan Cibinong yang dapat mempengaruhi pengembangan sistem agribisnis ikan hias seperti keadaan sosial ekonomi, sosial budaya, politik, demografi, hukum pemerintah, perbankan, dan teknologi. Lingkungan ini diidentifikasi menjadi peluang dan ancaman yang akan mempengaruhi pengembangan sistem agribisnis ikan hias air tawar di Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor. 11. Kekuatan adalah bagian lingkungan internal yang berasal dari Disnakkan yang dapat dimanfaatkan dan ditingkatkan untuk pengembangan sistem agribisnis ikan hias air tawar di Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor. 12. Kelemahan adalah bagian lingkungan internal yang berasal dari Disnakkan yang dapat menghambat pengembangan sistem agribisnis ikan hias air tawar di Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor. 45 13. Peluang adalah bagian lingkungan eksternal di luar Disnakkan yang dapat dimanfaatkan dan ditingkatkan untuk pengembangan sistem agribisnis ikan hias air tawar di Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor. 14. Ancaman adalah bagian lingkungan eksternal di luar Disnakkan yang dapat menghambat pengembangan sistem agribisnis ikan hias air tawar di Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor. 46