pengaruh kemampuan komunikasi matematis

advertisement
PENGARUH KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS
TERHADAP PEMAHAMAN KONSEPTUAL MATEMATIS
SISWA PADA BANGUN RUANG DI SMP
Eviana, Sugiatno, Hamdani
Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Untan
Email : [email protected]
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah kemampuan
komunikasi matematis siswa berpengaruh terhadap pemahaman konseptual
matematis siswa. Bentuk penelitian yang digunakan adalah penelitian korelasi.
Sampel dalam penelitian ini adalah 42 siswa kelas VIII. Hasil analisis data
menunjukkan bahwa kemampuan komunikasi matematis berpengaruh terhadap
pemahaman konseptual matematis siswa dengan masing-masing tingkat
kemampuan pada siswa yang berusia 13 sampai 14 tahun dalam materi bangun
ruang dengan kategori rendah. Terdapat kesenjangan yang terjadi antara data
yang diperoleh dan hasil perhitungan korelasi Product Moment. Hal tersebut
diduga bahwa komponen soal tes yang digunakan dalam penelitian ini kurang
efisien. Selain itu peneliti juga menduga bahwa penyebab kesenjangan yang
terjadi antara data yang diperoleh dan hasil perhitungan korelasi Product Moment
yaitu kecilnya jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini.
Kata kunci : Kemampuan Komunikasi Matematis, Pemahaman Konseptual
Matematis
Abstract: This research aims to find out whether the mathematical
communication ability students effect on conceptual understanding students. The
form used is the research of the correlation studies. The sample in this research is
the 42 students of class VIII. The result analysis of data show that the
mathematical communication ability influence on conceptual understanding
students mathematical with each level of ability in students aged 13 to 14 years in
the material solids with a low category. There is a gap between the data obtained
and the calculation of correlation Product Moment. It is alleged that the
components of the test questions used in this research are less efficient. In
addition, researchers also suspect that the cause of the gap between the data
obtained and the calculation of correlation Product Moment that small amount of
samples used in this research.
Keywords: Mathematical Communication Ability, Mathematical Conceptual
Understanding
1
Assessment of Educational Progress (NAEP) telah menjelaskan bahwa
National
ada dua dimensi utama (standar isi dan kemampuan matematis) dan satu
dimensi yang mencakup dua dimensi utama (daya matematis) yang menjadi tolak
ukur dalam penilaian matematika. Kemampuan matematis merupakan salah satu
dimensi utama yang memiliki unsur-unsur pengetahuan prosedural, pemahaman
konseptual, dan pemecahan masalah. Ketiga unsur tersebut merupakan
kemampuan-kemampuan yang harus dikuasai oleh siswa, karena dengan
menguasai ketiga kemampuan tersebut diharapkan siswa dapat menyelesaikan
permasalahan-permasalahan yang terkait tentang matematika dengan baik
(Neidorf, Binkley, Gattis dan Nohara, 2006: 9).
Tetapi pada kenyataannya proses pembelajaran yang terjadi tidaklah
demikian, ketiga kemampuan dari dimensi kemampuan matematika belum
dikuasai dengan baik oleh siswa. Buktinya masih banyak siswa yang memiliki
nilai dibawah standar kriteria ketuntasan minimal (KKM), hal tersebut
mengindikasikan bahwa pemahaman konseptual matematis masih kurang dikuasai
oleh siswa. Dari laporan hasil sekolah UN SMP Negeri 14 Pontianak tahun ajaran
2011/2012 dapat disimpulkan bahwa masih cukup banyak siswa yang memiliki
nilai ujian matematika yang di bawah 5,00.
Selain itu, laporan nilai rata-rata ulangan akhir semester genap tahun
pelajaran 2011/2012 menunjukkan bahwa nilai rata-rata ulangan akhir mata
pelajaran matematika kelas VII dan VIII adalah 37,30 dan 43,08. Berdasarkan
hasil wawancara kepada guru mata pelajaran matematika hal tersebut dikarenakan
oleh masih kurangnya pemahaman konseptual matematis yang dikuasai oleh
siswa SMP Negeri 14 Pontianak pada materi semester genap. Jika ditinjau dari
data daya serap persentase penguasaan materi siswa SMP Negeri 14 Pontianak
terhadap hasil sekolah UN tahun pelajaran 2009/2010 didapat bahwa sebagian
besar materi yang kurang dikuasai oleh siswa adalah materi bangun ruang.
Beberapa kemungkinan penyebab kurangnya pemahaman konseptual
matematis siswa yaitu karena mereka sulit untuk mengungkapkan atau
menjelaskan penyelesaian masalah dari masalah matematika yang mereka hadapi.
Untuk dapat mengungkapkan atau menjelaskan penyelesaian masalah dari
masalah matematika yang mereka hadapi diperlukanlah penguasaan komunikasi
matematis yang baik, salah satunya dapat mengungkapkan ide-ide mereka dengan
berbagai representasi. National Council of Teacher of Mathematics (NCTM) telah
menjelaskan bahwa komunikasi adalah cara berbagi ide dan mengklarifikasi
pemahaman. Melalui komunikasi, ide-ide menjadi objek refleksi, perbaikan,
diskusi, dan perubahan. Proses komunikasi juga membantu membangun makna
dan ketetapan untuk ide-ide serta mempublikasikannya. Ketika siswa ditantang
untuk berpikir dan memberikan alasan tentang matematika serta untuk
mengkomunikasikan hasil pemikiran mereka kepada orang lain secara lisan atau
tertulis, mereka belajar untuk menjelas dan meyakinkan. Mendengarkan
penjelasan dari orang lain memberikan kesempatan bagi siswa untuk
mengembangkan pemahaman mereka sendiri (NCTM, 2000: 60).
Berdasarkan hasil prariset yang dilakukan oleh peneliti pada hari Kamis,
tanggal 7 Maret 2013 di SMP Negeri 14 Pontianak kepada enam siswa kelas IX
yang telah dipilih berdasarkan tingkat kemampuan atas, menengah dan sedang
2
mengenai kubus dan balok. Dari hasil prariset yang telah dilakukan, dapat dilihat
bahwa lima siswa yang memiliki skor tes kemampuan komunikasi matematis
yang kurang juga memiliki skor tes pemahaman konseptual matematis yang
kurang.
Berbagai data yang diperoleh telah memberikan informasi bahwa masih
kurangnya kemampuan komunikasi matematis dan pemahaman konseptual
matematis siswa saat proses pembelajaran matematika materi bangun ruang
berlangsung. Serta ada keterkaitan antara kemampuan komunikasi matematis
siswa dan pemahaman konseptual matematis siswa pada setiap tingkat
kemampuan siswa.
Apabila kondisi demikian terus berlanjut, maka akan berdampak buruk
terhadap kualitas pembelajaran siswa di SMP, khususnya SMP Negeri 14
Pontianak. Simbol-simbol dalam pembelajaran matematika akan menjadi hal yang
terabaikan jika hal tersebut terjadi secara terus menerus. Salah satu pemecahan
masalah dari beberapa masalah yang telah dikemukakan yaitu dengan melihat
pengaruh kemampuan komunikasi matematis siswa terhadap pemahaman
konseptual matematis siswa. Dengan mengetahui hal tersebut, dapat dipastikan
apakah kemampuan komunikasi matematis berpengaruh terhadap pemahaman
konseptual matematis atau tidak. Jika hal demikian berpengaruh, maka untuk
meningkatkan pemahaman konseptual matematis dapat dilakukan dengan
meningkatkan persentase kemampuan komunikasi matematis siswa di dalam
kelas. Salah satu pertimbangan dilakukan penelitian ini dikarenakan belum adanya
penelitian yang sejenis, serta ingin meningkatkan pemahaman konseptual
matematis siswa melalui kemampuan komunikasi matematis siswa menggunakan
multi representasi, seperti yang dikemukakan oleh Walle, Karp, dan Bay-William
(2010: 4) yang menyatakan bahwa belajar untuk berkomunikasi dalam
matematika mendorong interaksi dan eksplorasi ide-ide dalam kelas ketika siswa
belajar dalam lingkungan yang aktif, lingkungan verbal. Tidak ada cara yang lebih
baik untuk mendalami atau memperkuat ide selain mengartikulasikannya kepada
orang lain.
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan, peneliti tertarik melakukan
penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh kemampuan komunikasi
matematis terhadap pemahaman konseptual matematis siswa yang dikaji menurut
tingkat kemampuan siswa dalam materi bangun ruang di kelas VIII SMP Negeri
14 Pontianak. Serta mengkonfirmasi untuk menjelaskan bahwa kemampuan
komunikasi matematis siswa berpengaruh terhadap pemahaman konseptual
matematis siswa.
METODE
Metode yang digunakan untuk melihat pengaruh kemampuan komunikas
matematis terhadap pemahaman konseptual matematis adalah metode deskriptif,
jenis penelitian yang sesuai dengan penelitian ini adalah penelitian korelasi.
Penelitian korelasi digunakan karena mempelajari hubungan dua variabel atau
lebih, yakni sejauh mana variasi dalam satu variabel berhubungan dengan variasi
dalam variabel lain (Trianto, 2011: 201).
3
Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII G SMPN 14
Pontianak dan sudah mempelajari materi kubus dan balok. Pengambilan sampel
dalam penelitian ini menggunakan teknik sampel random atau sampel acak. Untuk
memperdalam penelitian, peneliti melakukan
melakukan wawancara dengan tiga siswa yang
dipilih menggunakan teknik sampling bertujuan (purposive
(purposive sampling
sampling). Peneliti
menggunakan teknik sampling bertujuan (purposive
(purposive sampling
sampling), karena
pengambilan sampel yang dilakukan dengan memilih secara sengaja
menyesuaikan dengan tujuan penelitian (Purwanto, 2011: 75), yaitu berdasarkan
hasil tes kemampuan komunikasi matematis. Ketiga siswa tersebut yaitu NA,
VIA, dan DR. Berdasarkan tujuan penelitian maka yang menjadi objek penelitian
dalam penelitian ini adalah kemampuan komunikasi
komunikasi matematis dan pemahaman
konseptual matematis siswa pada materi bangun ruang. Tahapan yang dilakukan
dalam penelitian ini dapat dilihat sebagai berikut.
Persiapan
• Melakukan pra riset dan wawancara dengan guru matematika yang
mengajar .
• Menyiapkan instrumen penelitian, melakukan validasi terhadap instrumen
penelitian, merevisi instrumen penelitian berdasarkan hasil validasi.
• Melakukan uji coba soal, menganalisis data hasil uji coba, melakukan revisi
instrumen penelitian berdasarkan hasil uji coba.
Pelaksanaan
• Memberikan tes pemahaman konseptual matematis dan tes kemampuan
komunikasi matematis.
• Mengoreksi hasil pekerjaan siswa, penskoran, dan menganalisis dengan
teknik analisis data yang sesuai.
• Mewawancarai siswa yang dianggap representatif dalam menjawab tes
kemampuan komunikasi matematis, yakni siswa yang menjawab dengan
menggunakan 3 jenis representasi, 2 jenis representasi, dan 1 jenis
representasi.
• Mengolah data.
Analisis Data
• Menganalisis data hasil penelitian.
penelitian
• Mendeskripsikan hasil pengolahan dan menyimpulkan sebagai jawaban
dari masalah dalam penelitian ini.
• Menyusun laporan penelitian.
Bagan 1 Tahapan Penelitian
4
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada 42 siswa kelas VIII G di SMP Negeri 14
Pontianak. Ada 3 soal yang digunakan untuk mengungkapkan pemahaman
konseptual matematis siswa,
siswa dengan jumlah soal 3 soal berbentuk essay dengan
tiap soal memiliki 4 pertanyaan.
pertanyaan Dan ada 3 soal yang digunakan untuk
mengungkapkan kemampuan komunikasi matematis siswa,
siswa dengan jumlah soal 3
soal berbentuk essay.
essay Perolehan tes pemahaman konseptual matematis dan tes
kemampuan komunikasi matematis dapat dilihat dari sajian berikut yang ditinjau
berdasarkan tingkat kemampuan siswa (atas, menengah dan bawah)
bawah).
32
35
Jumlah Siswa
30
24
25
18
20
15
10
5
6
4
0
0
Pemahaman Konseptual
Matematis
Tingkat Kemampuan
Atas
Tingkat Kemampuan
Menengah
Tingkat Kemampuan
Bawah
Kemampuan Komunikasi
Matematis
Jenis Tes
Bagan 2 Hasil Tes Siswa Berdasarkan Tingkat Kemampuan Siswa
Berdasarkan bagan
ba
2 jumlah siswa dalam tingkat kemampuan menengah
pada jenis tes pemahaman konseptual matematis lebih banyak dibandingkan
dengan tingkat kemampuan atas dan tingkat kemampuan bawah. Sedangkan pada
jenis tes kemampuan komunikasi matematis, tingkat kemampuan ata
atas dan
menengah lebih mendominasi. Dari penjabaran dua jenis tes tersebut terlihat
bahwa masih ada beberapa siswa yang lemah dalam pemahaman konseptual
matematis, dan hampir seluruh siswa memiliki kemampuan komunikasi
matematis yang baik.
Untuk mengetahui secara
s
mendalam
endalam mengenai kemampuan komunikasi
matematis siswa dalam materi kubus dan balok, maka dilakukan wawancara pada
sampel penelitian. Wawancara dilakukan terhadap 3 siswa
siswa. Hal tersebut
dikarenakan
ikarenakan jumlah representasi yang digunakan oleh semua siswa ddalam
menjawab tes kemampuan komunikasi matematis hanya satu jenis representasi,
yaitu jawaban dengan sajian kata-kata/istilah.
kata kata/istilah. Siswa yang dipilih berkode: NA,
VIA, dan DR.
Karena wawancara yang dilakukan bertujuan
tujuan untuk menggungkapkan
kemampuan komunikasi matematis siswa, maka pertayaan-pertanyaan
pertanyaan yang
diwawancarakan kepada siswa mengenai soal tes kemampuan komunikasi
5
matematis yang telah diberikan sebelumnya. Hasil wawancara ini akan dijadikan
sebagai data untuk mengetahui kemampuan komunikasi matematis yang dimiliki
oleh siswa. Berdasarkan hasil jawaban siswa saat wawancara, kemampuan
komunikasi matematis lisan siswa dapat dilihat pada tabel 1 berikut.
Tabel 1
Hasil Wawancara Tes Kemampuan Komunikasi Matematis Lisan
No.
Siswa
1.
2.
3.
NA
VIA
DR
Nomor Soal
1
2
3
3
3
3
3
3
3
2
3
3
Jumlah
Skor
Tingkat
Kemampuan
9
9
8
Atas
Atas
Atas
Dari tabel 1 dapat dilihat bahwa rata-rata tingkat kemampuan komunikasi
matematis lisan siswa tergolong tinggi (atas). Temuan penelitian dari pemaparan
tabel 1 dapat dirangkum menjadi beberapa point yaitu sebagai berikut: (1)
Sebagian besar siswa memahami pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada
mereka, hanya saja mereka belum dapat mengekspresikan ide-ide matematika
yang mereka miliki kedalam bentuk lisan/kata-kata. (2) Dari tiga soal yag
diajukan pada tiap siswa, terlihat bahwa dengan menggunakan wawancara siswa
lebih banyak mengungkapkan ide-ide matematika mereka yang belum terungkap
dalam tes tertulis yang telah diberikan sebelumnya.
Untuk mengetahui kebenaran dari dugaan peneliti dalam penelitian ini
dilakukanlah pengujian hipotesis. Hipotesis diuji kebenarannya berdasarkan hasil
pengolahan data yang dilakukan oleh peneliti secara kuantitatif. Dari hasil
perhitungan dengan menggunakan rumus korelasi Product Moment dapat
diketahui bahwa koefisien korelasi antara kemampuan komunikasi matematis dan
pemahaman konseptual matematis adalah 0,320.
Berdasarkan hasil r hitung korelasi antara kemampuan komunikasi
matematis dan pemahaman konseptual matematis adalah 0,320 lebih besar dari r
tabel 0,304 dengan taraf signifikansi 5% dan db = 40, maka hipotesis alternatif
(H ) disetujui atau diterima. Berarti memang benar antara kemampuan
komunikasi matematis dan pemahaman konsepual matematis terdapat korelasi
positif yang signifikan yang dikaji menurut tingkat kemampuan siswa pada materi
bangun ruang di kelas VIII SMP Negeri 14 Pontianak. Dengan demikian terbukti
bahwa kemampuan komunikasi matematis memberikan pengaruh terhadap
pemahaman konseptual matematis siswa dengan masing-masing tingkat
kemampuan dalam materi bangun ruang di kelas VIII SMP Negeri 14 Pontianak.
Pembahasan
Berdasarkan tujuan penelitian maka dilakukan pengujian hipotesis untuk
menjawab rumusan masalah dalam penelitian ini. Hasil pengujian hipotesis
didapat bahwa kemampuan komunikasi matematis memberikan pengaruh
6
terhadap pemahaman konseptual matematis siswa dengan masing-masing tingkat
kemampuan dalam materi bangun ruang di kelas VIII SMP Negeri 14 Pontianak.
Setelah dilakukan perhitungan koefisien determinasi diketahui bahwa kemampuan
komunikasi matematis siswa berkontribusi terhadap pemahaman konseptual
matematis siswa sebesar 10,24%. Walaupun dengan kontribusi yang rendah, tetapi
secara tidak langsung pemahaman konseptual matematis siswa dapat dibangun
melalui pengembangan kemampuan komunikasi matematis yang dimiliki oleh
siswa. Peristiwa demikian juga ditemukan oleh Cotton (2008), dalam temuannya
ia mengatakan bahwa, “students constructed heir own mathematical meaning by
orally presenting their mathematical thinking and solutions to homework
problems, as well as explaining and justifying their mathematical understanding
in a writing journal”.
Yang artinya siswa dapat membangun sendiri pemahaman matematis
mereka secara lisan saat menyajikan pemikiran matematis dan solusi untuk
masalah pekerjaan rumah, serta menjelaskan dan meyakinkan pemahaman
matematis mereka dalam sebuah jurnal yang mereka tulis. Begitu pula dengan
yang dikemukakan oleh New York State Board (NYS Board, 2005) bahwa siswa
akan mendapatkan pemahaman matematika yang lebih baik dan memiliki ingatan
lebih lama tentang pengetahuan matematika saat mereka memecahkan masalah,
memberikan alasan matematis, membuktikan hubungan matematika,
berpartisipasi dalam wacana matematika (komunikasi matematis), membuat
koneksi matematika, dan model yang mewakili ide-ide dan matematika dalam
berbagai cara (NYS Board, 2005: 2).
Peristiwa demikian dapat dilihat dari data yang telah disajikan
sebelumnya, terlihat bahwa ada 21% siswa yang memiliki nilai tes pemahaman
konseptual matematis paling tinggi dengan skor 4. Dari tiga jenis representasi
yang diberikan oleh peneliti, sebagian besar siswa terlihat kesulitan saat
menjawab pertanyaan soal yang menggunakan sajian cerita kontekstual. Dan
sebagian besar siswa terlihat tidak memiliki kesulitan saat menjawab pertanyaan
yang menggunakan sajian gambar. Ketiga sajian yang diberikan oleh peneliti
menjurus pada satu jawaban yang sama, tetapi diantara ketiga sajian tersebut
hanya sajian gambar yang dapat dipahami dengan baik oleh siswa.
Melihat peristiwa yang demikian, terdapat kemungkinan bahwa kesulitan
siswa selama ini disebabkan oleh proses pembelajaran yang dialami siswa.
Kurangnya penggunaan berbagai jenis representasi saat melakukan komunikasi
matematis dalam proses pemahaman konseptual matematis siswa selama ini
diduga sebagai faktor utama penyebab kesulitan siswa. Peristiwa diperkuat
dengan temuan Ratih (2012), ia menjelaskan bahwa sajian komunikasi matematis
dengan menggunakan gambar lebih banyak dimuat dalam buku-buku teks yang
biasa digunakan namun beberapa buku teks kurang memberikan sajian soal cerita
pada penyajian materi pelajaran.
Pernyataan demikian diperkuat dengan data hasil tes kemampuan
komunikasi matematis siswa. Ada 26% siswa yang mendapat perolehan skor
paling rendah 9, dan hanya ada 2% siswa yang mendapat skor 4. Dari jawaban
yang diberikan oleh siswa, terlihat jelas bahwa dengan mengkomunikasikan ide
7
matematis mereka melalui tulisan secara tidak langsung siswa mengembangkan
ide-ide matematis yang ada dalam diri mereka sendiri. Hal tersebut juga
diungkapkan oleh NCTM (2000) Ketika siswa ditantang untuk berpikir dan
memberikan alasan tentang matematika serta untuk mengkomunikasikan hasil
pemikiran mereka kepada orang lain secara lisan atau tertulis, mereka belajar
untuk menjelas dan meyakinkan. Mendengarkan penjelasan dari orang lain
memberikan kesempatan bagi siswa untuk mengembangkan pemahaman mereka
sendiri (NCTM, 2000: 60).
Peristiwa demikian kemudian didukung oleh hasil wawancara yang
dilakukan peneliti dengan tiga orang siswa. Saat dilakukan wawancara, siswa
diminta untuk menjelaskan kembali alasan jawaban mereka menggunakan tiga
sajian yaitu sajian gambar, kata-kata/istilah dan simbol. Semakin banyak siswa
mengkomunikasikan ide-ide matematis mereka secara lisan menggunakan
berbagai representasi maka semakin kuat pemahaman konseptual yang dimiliki
oleh siswa. Hal demikian juga diungkapkan oleh Kartini (2009) bahwa
representasi matematis adalah ungkapan-ungkapan dari ide-ide matematika
(masalah, penyataan, definisi, dan lain lain) yang digunakan untuk
memperlihatkan (mengkomunikasikan) hasil kerjanya dengan cara tertentu (cara
konvensional atau tidak konvensional) sebagai hasil interprestasi dari pikirannya
(Kartini, 2009: 364-365). Pernyataan tersebut didasari dari mampunya siswa
meyakinkan konsep-konsep matematis yang ada dalam diri mereka selama
wawancara berlangsung.
Dari seluruh data yang ada telah menujukkan bahwa kemampuan
komunikasi matematis dapat mempengaruhi pemahaman konseptual matematis.
Namun saat dilakukan perhitungan korelasi Product Moment didapatkan hasil
korelasi sebesar 0,320. Hasil korelasi tersebut menunjukkan bahwa kemampuan
komunikasi matematis tidak begitu berpengaruh terhadap pemahaman konseptual
matematis. Kemungkinan kesenjangan yang terjadi antara data yang diperoleh
dan hasil perhitungan korelasi Product Moment karena faktor soal kemampuan
komunikasi matematis dan soal pemahaman konseptual matematis. Diduga bahwa
komponen soal tes yang digunakan dalam penelitian ini kurang efisien.
Soal tes kemampuan komunikasi matematis yang digunakan dalam
penelitian ini dirancang peneliti menggunakan indikator dan materi yang sama
dengan soal tes pemahaman konseptual matematis. Kedua jenis tes tersebut hanya
dibedakan berdasarkan aspek daya matematisnya saja. Sebagai contoh soal pada
nomor satu, baik dalam tes pemahaman konseptual matematis maupun tes
kemampuan komunikasi matematis materi yang dibahas adalah mengenai
diagonal ruang balok. Hanya saja pada tes kemampuan komunikasi matematis
siswa dituntut untuk dapat menjelaskan alasan mengapa suatu garis dapat disebut
diagonal ruang dari soal yang menggunakan sajian gambar. Sedangkan pada tes
pemahaman konseptual matematis, siswa dituntut untuk dapat menjawab empat
pertanyaan yang di tiap butir pertanyaan disajikan menggunakan tiga sajian yang
berbeda dengan jawaban yang sama. Selain itu peneliti juga menduga bahwa
kesenjangan yang terjadi antara data yang diperoleh dan hasil perhitungan korelasi
Product Moment disebabkan oleh kecilnya jumlah sampel yang digunakan dalam
penelitian ini.
8
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan, diperoleh
kesimpulan bahwa kemampuan komunikasi matematis memberikan pengaruh
terhadap pemahaman konseptual matematis siswa dengan masing-masing tingkat
kemampuan pada siswa yang berusia 13 sampai 14 tahun dalam materi bangun
ruang di SMP Negeri 14 Pontianak.
Saran
Beberapa saran yang dapat disampaikan berdasarkan hasil pada penelitian
ini sebagai berikut: (1) Saat diadakan penelitian sebaiknya peneliti bekerjasama
dengan guru mata pelajaran yang mengajar pada kelas yang akan digunakan untuk
keperluan penelitian. Hal demikian bertujuan agar siswa benar-benar siap dalam
menyelesaikan tes yang diberikan peneliti. (2) Perlu diadakannya pemilihan waktu
yang tepat dalam melakukan wawancara, agar saat melakukan wawancara siswa
lebih dapat berkonsentrasi dengan pertanyaan-pertanyaan yang diberikan oleh
peneliti. (3) Perlu diadakannya penelitian lebih lanjut terhadap pengaruh faktor
gender dalam kemampuan komunikasi matematis.
DAFTAR RUJUKAN
Cotton, Kimberly Hirschfeld. 2008. Mathematical Communication, Conceptual
Understanding, and Students' Attitudes Toward Mathematics. Jurnal pada
In partial fulfillment of the MAT Degree Department of Mathematics
Universitas Nebraska-Lincoln: tidak diterbitkan
Kartini. 2009. Peranan Representasi dalam Pembelajaran Matematika. Prosiding
dari Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika Jurusan
Pendidikan Matematika FMIPA UNY: 361-372
NCTM. (2000). Principles and Standards for School Mathematics. USA: The
National Council of Teachers of Mathematics, Inc
Neidorf, T. S., Binkley, M., Gattis, K., dan Nohara, D. (2006). Comparing
Mathematics Content in the National Assessment of Educational Progress
(NAEP), Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS),
and Program for International Student Assessment (PISA) 2003
Assessments (NCES 2006-029). U.S. Department of Education.
Washington, DC: National Center for Education Statistics
NYS
Board. 2005. Mathematics core curriculum MST Standard 3
Prekindergarten-Grade 12 Revised March 2005. New York: The
University of The State of New York
Purwanto. 2011. Statistik untuk Penelitian. Surakarta: Pustaka Pelajar
9
Susilowati, Ratih. (2012). Ragam Sajian Buku Teks Matematika Kelas X SMA
Materi Trigonometri. Skripsi pada FKIP Universitas Tanjungpura: tidak
diterbitkan
Trianto. 2011. Pengantar Penelitian Pendidikan bagi Profesi Kependidikan dan
Tenaga Kependidikan. Surabaya: Kencana
10
Download