klasifikasi perjanjian - Materi Kuliah FH Universitas Brawijaya

advertisement
12/03/2017
PENGERTIAN PERJANJIAN
Pasal 1313 ayat (1) KUH Perdata menyebutkan bahwa
perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu
orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu
orang lain atau lebih.
Dari Pasal tersebut, dapat diketahui bahwa suatu
perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seorang
berjanji kepada orang lain atau dimana dua orang atau
lebih saling berjanji untuk melaksanakan suatu hal. Dari
peristiwa tersebut timbul suatu hubungan antara dua
orang atau lebih yang dinamakan perikatan. Dengan
demikian, perjanjian merupakan sumber terpenting
yang melahirkan perikatan. (R.Soeroso, Perjanjian Di Bawah Tangan
KLASIFIKASI PERJANJIAN
KELOMPOK I
DWI AYU RACHMAWATI
(166010200111038)
(01)
FANNY LANDRIANI ROSSA
(166010200111039)
(02)
ARLITA SHINTA LARASATI
(166010200111050)
(12)
ARUM DEWI AZIZAH S.
(166010200111063)
(24)
GIBTHA WILDA PERMATASARI
(166010200111073)
(30)
(Pedoman Praktis Pembuatan dan Aplikasi Hukum), Sinar Grafika, 2011, hlm 3-4)
1
UNSUR-UNSUR DALAM PERJANJIAN
1.
ASAS-ASAS PERJANJIAN
Unsur Esensialia
Unsur esensialia dalam perjanjian mewakili ketentuan-ketentuan
berupa prestasi-prestasi yang wajib dilakukan oleh salah satu atau
lebih pihak, yang mencerminkan sifat dari perjanjian tersebut, yang
membedakannya secara prinsip dari jenis lainnya. ( Kartini Muljadi &
Gunawan Widjaja, Perikatan yang Lahir dari Perjanjian, Rajagrafindo Persada, Jakarta:2002,
hlm 85)
2.
Unsur Naturalia
Unsur naturalia adalah yang telah diatur dalam undang-undang.
Dengan demikian apabila tidak diatur oleh para pihak dalam
perjanjian maka undang-undanglah yang mengaturnya. Jadi unsur
naturalia merupakan unsur yang selalu dianggap ada dalam
perjanjian. ( R.Soeroso, Perjanjian Dibawah Tangan, Sinar Grafika, Jakarta:2010, hlm 17)
3.
2
Unsur Aksidentalia
1. Asas
Kebebasan
Berkontrak
(Pasal
1338
KUHPerdata)
2. Asas Konsensualisme (Pasal 1320 KUHPerdata)
3. Asas Kepribadian (Pasal 1315KUHPerdata)
4. Asas Keseimbangan
5. Asas Kepastian Hukum (Pasal 1388 ayat (1)
KUHPerdata)
6. Asas Moral (Pasal 1354 & 1339 KUHPerdata)
7. Asas Kepatutan (Pasal 1339 KUHPerdata). (I Ketut Oka
Setiawan, Hukum Perikatan, Sinar Grafika, Jakarta:2016, hlm 47-48 )
Unsur aksidentalia adalah unsur yang nanti ada atau mengikat para
pihak jika para pihak memperjanjikannya.
3
4
12/03/2017
AKIBAT SUATU PERJANJIAN
SYARAT SAHNYA PERJANJIAN
Syarat sah suatu perjanjian berdasarkan Pasal 1320 KUH Perdata ada 4 (empat),
yaitu:
1)Adanya kesepakatan dari para pihak;
2)Cakap untuk membuat suatu perjanjian;
3)Mengenai suatu hal tertentu;
4)Suatu sebab yang halal.
Dua syarat yang pertama dinamakan syarat-syarat subyektif, karena mengenai
orang-orangnya atau subyeknya yang mengadakan perjanjian, sedangkan dua syarat
yang terakhir dinamakan syarat-syarat obyektif karena mengenai perjanjian sendiri
atau obyek dari perbuatan hukum yang dilakukan itu. (Subekti, Hukum Perjanjian, PT
Intermasa, Jakarta, 2005, hlm 17)
Apabila syarat subyektif dalam suatu perjanjian tidak terpenuhi, maka
perjanjiannya dapat dimintakan pembatalan (canceling) oleh salah satu pihak. Pihak
ini adalah pihak yang tidak cakap menurut hukum (orang tua atau walinya, ataupun
ia sendiri apabila ia sudah menjadi cakap), dan pihak yang memberikan
perizinannya atau menyetujui perjanjian itu secara tidak bebas). Apabila syarat
obyektif dalam suatu perjanjian tidak terpenuhi,maka perjanjiannya adalah batal
demi hukum. Dalam hal yang demikian, secara yuridis dari semula tidak ada suatu
perjanjian dan tidak ada pula suatu perikatan antara orang-orang yang bermaksud
membuat perjanjian itu. (Subekti, Hukum Perjanjian, PT Intermasa, Jakarta, 2005, hlm 22)
1. Berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya
(Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata), asas janji itu mengikat.
2. Suatu perjanjian hanya berlaku antara pihak yang membuatnya
(Pasal 1340 KUH Perdata) dan perjanjian dapat mengikat pihak
ketiga apabila telah diperjanjikan sebelumnya (Pasal 1317 KUH
Perdata).
3. Konsekuensinya para pihak dalam perjanjian tidak dapat secara
sepihak menarik diri dari akibat-akibat perjanjian yang dibuat oleh
mereka (Pasal 1338 ayat (2) KUH Perdata).
4. Perjanjian dapat diakhiri secara sepihak jika ada alasan-alasan yang
oleh undang-undang dinyatakan cukup untuk itu (Pasal 1338 ayat
(2) KUH Perdata), yaitu seperti termuat dalam Pasal 1571, Pasal
1649, Pasal 1813 KUH Perdata.
5. Dalam pelaksanaan suatu perjanjian harus dilaksanakan dengan
iktikad baik (Pasal 1338 ayat (3) KUH Perdata). (R.Soeroso, Perjanjian Di
Bawah Tangan (Pedoman Praktis Pembuatan dan Aplikasi Hukum), Sinar Grafika, 2011, hlm
19-21)
5
6
• Contoh Perjanjian sepihak Yang Dibuat Oleh Notaris
adalah hibah tanah:
PERJANJIAN BERDASAR PRESTASINYA
1. PERJANJIAN SEPIHAK ATAU CUMA CUMA
Pengertian
Perjanjian sepihak adalah perjanjian yang menimbulkan kewajiban pada satu
pihak saja, sedang pihak lainnya hanya ada hak saja. Perjanjian Cuma-Cuma adalah
suatu perjanjian dengan mana pihak yang satu memberikan suatu keuntungan kepada
pihak lain tanpa menerima manfaat bagi dirinya sendiri. (Purwahid Patrik, Dasar-Dasar
Hukum Perikatan, Mandar Maju, Bandung, hlm. 18). Secara garis besar perjanjian sepihak dan
perjanjian Cuma-Cuma mempunyai pengertian yang sama.
Syarat sahnya perjanjian
Syarat-syarat sahnya perjanjian sepihak atau cuma-Cuma mengacu pada Pasal
1320 KUHPerdata
Namun secara khusus akibat hukum bagi para pihak dalam perjanjian sepihak adalah
: Hanya satu pihak saja yang mempunyai kewajiban untuk memenuhi prestasi pihak
lainnya tidak mempunyai kewajiban untuk memenuhi kontrak prestasi karena hanya
sepihak saja. Misalnya perjanjian hibah. Dalam hibah ini kewajiban hanya ada pada
orang yang menghibahkan yaitu memberikan barang yang dihibahkan sedangkan
penerima hibah tidak mempunyai kewajiban apapun. Penerima hibah hanya berhak
menerima barang yang dihibahkan tanpa berkewajiban apapun kepada orang yang
menghibahkan.
7
8
12/03/2017
2. PERJANJIAN TIMBAL BALIK
Pengertian
Perjanjian timbal balik adalah perjanjian yang menimbulkan
kewajiban-kewajiban pada kedua belah pihak dan hak serta
kewajibannya itu mempunyai hubungan satu dengan yang lain.
(Purwahid Patrik, Dasar-Dasar Hukum Perikatan, Mandar Maju,
Bandung, hlm. 18)
Syarat-syarat Sahnya
Secara umum syarat-syarat perjanjian timbal balik mengacu pada
Pasal 1320 KUHPerdata
Namun secara khusus akibat hukum bagi para pihak dalam
perjanjian timbal balik adalah : Salah satu pihak harus melaksanakan
prestasi dan pihak lainnya harus melaksanakan kontra prestasi. Kedua
belah pihak masing-masing harus memenuhi kewajibankewajibannya. Misalnya dalam perjanjian jual beli, pihak penjual
mempunyai kewajiban pokok menyerahkan barang yang dijualnya,
dipihak lain pembeli mempunyai kewajiban untuk membayar harga
yang telah disepakati.
Contoh Perjanjian Timbal Balik Yang Dibuat Oleh Notaris
adalah perjanjian jual beli :
9
PERJANJIAN BERDASAR WAKTU TERJADINYA
1. PERJANJIAN RIIL
Pengertian
Perjanjian rill adalah perjanjian yang hanya berlaku sesudah terjadi
penyerahan barang. (I Ketut Oka setiawan: 2016) Perjanjian ini tidak hanya mensyaratkan
kata sepakat, tetapi juga sekaligus penyerahan objek perjanjian riil, penyerahan
barang bukanlah prestasi, melainkan unsur tidak terpisahkan dari perjanjian riil.
10
Contoh Perjanjian Riil Yang dibuat oleh
Notaris
(Herlien Budiono: 2014)
Syarat-syarat sahnya perjanjian
Syarat-syarat sahnya perjanjian rill mengacu pada Pasal 1320 KUHPerdata,
perjanjian ini berlaku ketika ada PENYERAHAN obyek.
Akibat Hukum Perjanjian Riil
Mengikat para pihak, hal ini merupakan asas umum hukum kontrak dalam
ketentuan Pasal 1315 KUHPerdata jo. Pasal 1340 KUHPerdata yang menetapkan
bahwa suatu perjanjian hanya berlaku antara pihak yang membuatnya.
Akibat hukum perjanjian riil apabila kesepakatan tidak terpenuhi maka
perjanjian tersebut dapat dibatalkan, selain itu perlu adanya penyerahan (Levering)
atas obyek yang diperjanjikan sehingga apabila obyek tersebut tidak diserahkan
kepada pihak lain yag bersama-sama membuat suatu perjanjian maka perjanjian
11
batal demi hukum
12
12/03/2017
- Berdasarkan contoh diatas, perjanjian penitipan
barang (*mobil) terjadi apabila seseorang menerima
sesuatu barang dari orang lain dengan syarat bahwa ia
menyimpan dan mengembalikannya dalam wujud
asalnya (Pasal 1694 KUHPerdata) . Perjanjian ini akan
terbentuk ketika barang telah diserahkan (Pasal 1697
KUHPerdata).
- Dalam akta tersebut setelah komparisi ditegaskan
adanya penyerahan barangnya yaitu obyek yang
diperjanjikan, frasa tersebut merupakan unsur dari
perjanjian riil.
- Penyerahan obyek perjanjian termasuk unsur
essensialia dari Perjanjian Penitipan Barang.
13
Contoh Perjanjian Konsensuil yang Dibuat Oleh Notaris
2.PERJANJIAN KONSENSUIL
Pengertian
Perjanjian konsensuil adalah perjanjian yang dilakukan oleh dua pihak
atau lebih, di mana bila telah mencapai persesuaian (persetujuan)
kehendak untuk mengadakan perikatan. (I Ketut Oka Setiawan:2016)
Berdasarkan Pasal 1338 KUHPerdata perjanjian mempunyai kekuatan
mengikat bagi para pihak bagaikan Undang-Undang. Salah satu asas
hukum umum dalam perjanjian bahwa terbentuknya perikatan cukup
dengan adanya kata sepakat. (Herlien Budiono:2014)
Syarat sahnya perjanjian konsensuil mengacu pada Pasal 1320
KUHPerdata
Akibat Hukum Perjanjian Konsensuil
Perjanjian konsensuil adalah perjanjian yang diawali dengan kesepakatan
kedua belah pihak yang melakukan perjanjian tersebut. Apabila syarat
kesepakatan sebagai syarat utama tidak terpenuhi maka perjanjian
tersebut Dapat Dibatalkan.
Apabila para pihak telah sepakat untuk melakukan perjanjian maka para
pihak harus memenuhi kewajibannya masing-masing, dan mendapat
haknya masing-masing sesuai hal yang diperjanjikan serta Mengikat para
pihak layaknya Undang-Undang
14
• Berdasarkan contoh tersebut dalam akta sewa menyewa, yang artinya
para pihak yang menyewakan sepakat untuk melakukan perjanjian sewa
menyewa dengan pihak penyewa.
• Para pihak sepakat membuat perjanjian dalam bentuk akta otentik di
notaris
• Frasa “perjanjian sewa menyewa ini telah dilakukan dan diterima dengan
penetapan-penetapan dan ketentuan-ketentuan” , maka para pihak
telah sepakat menundukan diri terhadap perjanjian tersebut
15
16
12/03/2017
3.PERJANJIAN FORMIL
a. Pengertian
Perjanjian formil adalah suatu perjanjian yang tidak hanya
harus memenuhi asas konsensus, tetapi juga harus
dituangkan dalam suatu bentuk tertentu yang telah
ditentukan oleh undang-undang atau harus disertai dengan
formalitas tertentu (I Ketut Oka Setiawan, Hukum Perikatan, Sinar Grafika,
Jakarta:2016, hlm 54 )
b. Syarat-syarat sah dari Perjanjian Formil mengacu pada Pasal
1320 KUHPerdata
c. Contoh :
Contoh dari Perjanjian formil adalah perjanjian yang harus
dibuat dalam bentuk autentik misal perjanjian kuasa
pembebanan hak tanggungan, pembebanan jaminan fidusia,
hibah bangunan, perjanjian kawin, pendirian perseroan
terbatas, perjanjian perdamaian.
17
18
Contoh perjanjian bernama
PERJANJIAN BERDASAR PENGATURANNYA
1. Di dalam Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata
Perjanjian bernama
Pengertian
Perjanjian bernama (perjanjian nominaat) perjanjian yang diatur secara
khusus oleh undang-undang. (Simanjuntak, Pokok-pokok Hukum Perdata
Indonesia, PT. Penerbit Djambatan, Jakarta, 2008, hlm. 336)
Syarat sahnya perjanjian bermana mengacu pada Pasal 1320
KUHPerdata
Contohnya:
perjanjian jual-beli ( pasal 1457 KUHPerdata) , perjanjian tukar menukar (
Pasal 1541 KUHPerdata ), perjanjian sewa-menyewa ( Pasal 1548
KUHPerdata), Perjanjian kerja ( Pasal 1601 KUHPerdata), Persekutuan (
Pasal 1618 KUHPerdata), Hibah ( Pasal 1666 KUHPerdata)
19
20
12/03/2017
2. Di Luar Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH
Perdata)
Contoh Perjanjian Tidak Bernama :
Perjanjian Tidak Bernama/Perjanjian di luar KUH Perdata
a. Pengertian
Perjanjian tidak bernama adalah perjanjian yang tidak diatur
secara khusus dalam KUH Perdata atau perjanjian yang diatur di
luar KUH Perdata (Herlien Budiono, Ajaran Umum Hukum Perjanjian dan
Penerapannya di Bidang Kenotariatan, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, 2014, hlm 36)
b. Syarat-Syarat Sahnya
Syarat sah perjanjian tidak bernama mengacu pada Pasal
1320 KUH Perdata sebagaimana tercantum dalam Pasal 1319
KUH Perdata “semua persetujuan, baik yang mempunyai
nama khusus maupun yang tidak dikenal dengan suatu nama
tertentu, tunduk pada peraturan umum yang termuat dalam
bab ini dan bab yang lain”.
Contoh perjanjian tidak bernama yang disusun oleh Notaris
adalah leasing (sewa guna usaha), perjanjian kredit, dan
perjanjian jaminan fidusia.
21
22
3. Perjanjian Campuran
Pengertian
Perjanjian Campuran adalah sering kali kita menemukan suatu perjanjian
yang mengombinasikan ketentuan- ketentuan dari dua atau lebih
perjanjian bernama yang berbeda-beda. .(Herlien Budiono, Ajaran umum hukum
perjanjian dan penerapannya di bidang kenotariatan, citra aditya bakti, bandung, 2014, hlm 40)
Syarat sahnya perjanjian campuran mengacu pada Pasal 1320
KUHPerdata
Contoh
Perjajian pondokan (rumah kos), perjanjian sewa beli
23
24
12/03/2017
Daftar Pertanyaan
Daftar Pustaka
1.Apa bedanya antara sewa beli dengan jual beli angsuran? (Himawan
Sutanto, NIM. 166010200111048, Absen : 10)
Herlien Budiono, 2014, Ajaran Umum Hukum Perjanjian dan Penerapannya
di Bidang Kenotariatan, PT Citra Aditya Bakti, Bandung.
Herlien Budiono, 2014, Dasar Teknik Pembuatan Akta Notaris, PT Citra
Aditya Bakti, Bandung.
I Ketut Oka Setiawan, 2016, Hukum Perikatan, Sinar Grafika, Jakarta Timur.
Kartini Muljadi & Gunawan Widjaja,2002, Perikatan Yang Lahir dari
Perjanjian, Rajagrafindo, Jakarta.
Qirom
syamsudi,
Pokok-Pokok
Hukum
Perjanjian
beserta
Perkembangannya, liberty, Yogyakarta
R.Soeroso, 2011, Perjanjian Di Bawah Tangan (Pedoman Praktis Pembuatan
dan Aplikasi Hukum), Sinar Grafika.
Subekti, Aneka Perjanjian (cetakan kesepuluh), citra aditya bakti, Bandung
Subekti , 2002, Hukum Perjanjian, Intermasa, Jakarta
Subekti, 2011, Pokok-Pokok Hukum Perdata, Intermasa, Jakarta
25
Daftar Jawaban
1.
Sewa beli adalah suatu macam jual beli percampuran dengan sewa-menyewa,bisa
dikategorikan juga sebagai salah satu bagian dari perjanjian jual beli angsuran, namun
terdapat beberapa perbedaan, yaitu dari :
-pengalihan hak milik atas obyek dan hakekat pembayaran
-jika jual beli angsuran barang sudah diserahkan kepada pembeli namun kedudukan
pembeli
lebih lemah karena terdapat bunga yang harus dibayarkan
-jika sewa beli penyewa beli kedudukannya memikul resiko atas barang meskipun
barang hak miliknya belum beralih kepada si penyewa beli
(Fanny Landriani Rossa, NIM. 166010200111039, Absen : 2)
2. Asas keseimbangan ini adaalah asas yang menghendaki dan melaksanakan perjanjian itu,
asas ini merupakan kelanjutan dari asas persamaan. Contohnya seperti kreditur mempunyai
kekuatan untuk menuntut prestasi jika diperlukan dapat menuntut pelunasan prestasi
melalui kekayaan debitur, namun kreditur memikul beban untuk melaksanakan perjanjia itu
dengan itikad baik, sehingga kedudukan kreditur da debitur seimbang. Asas ini tidak dapat
diterapkan pada semua perjanjian misalnya pada perjanjian hibah karena sifatnya
merupakan perjanjian sepihak. (Arlita Shinta Larasati, NIM. 16601020011150, Absen : 12)
3. Pemberi dan penerima jaminan fidusia adalah subjek jaminan fidusia, secara eksplisit tidak
diatur dalam Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia apakah subjek
jaminan fidusia tersebut dipengaruhi oleh kewarganegaraan seseorang atau tidak. Jadi tidak
ada larangan apakah warga negara asing memberi dan menerima jaminan fidusia. Orang
asing diperbolehkan menjadi pemberi dan penerima jaminan fidusia. (Dwi Ayu Rachmawati,
NIM. 166010200111038 , Absen : 1)
27
2.Apa maksud dari asas keseimbangan? (Adhisti Friska Paramita, NIM.
166010200111055, Absen : 16 )
3.Apakah orang asing dapat memberi dan menerima jaminan fidusia?
(Angelica Saulina, NIM. 166010200111062 , Absen : 23)
4.Apa yang dimaksud dengan perjanjian pemondokan (kos-kosan)? (Andi
Moh Era Wirambara, NIM. 166010200111074, Absen : 31)
5.Apakah hibah dapat ditarik kembali? (Pertanyaan dari Ibu Afifah)
26
4. Perjanjian pondokan (rumah kos) termasuk perjanjian campuran karena
didalamnya memuat ketentuan-ketentuan tentang perjanjian sewa (kamar), jual
beli (bila berikut menyediakan makan), dan perjanjian untuk melakukan
pekerjaan . Disebut perjanjian campuran karena didalamnya terdapat dua unsur
perjanjian yaitu perjanjian sewa kamar kos dan jual beli apabila menyediakan
makanan. (Arum Dewi Azizah Salsabila, NIM. 166010200111063, Absen : 24)
5. Hibah tidak dapat ditarik kembali, berdasarkan Pasal 1666 KUHPerdata yang
menyatakan bahwa “Hibah adalah suatu perjanjian dengan mana si penghibah,
di waktu hidupnya, dengan Cuma-Cuma dan dengan tidak dapat ditarik kembali,
menyerahkan sesuatu benda guna keperluan si penerima hibah yang menerima
penyerahan itu” Selain itu, Pasal 1688 KUHPerdata memperjelas bahwa “Suatu
hibah tidak dapat ditarik kembali maupun dihapuskan karenanya , melainkan
dalam hal-hal yang berikut:
1). Karena tidak dipenuhi syarat-syarat dengan mana penghibahan telah
dilakukan;
2). Jika si penerima hibah telah bersalah melakukan atau membantu melakukan
kejahatan yang bertujuann mengambil jiwa si penghibah atau suatu kejahatan
lain terhadap si penghibah;
3). Jika ia menolak memberikan tunjangan nafkah kepada si penghibah, setelah
orang ini jatuh dalam kemiskinan.
Maka dari itu, Hibah tidak dapat ditarik kembali oleh pemberi hibah. (Gibtha
28
Wilda Permatasari, NIM. 166010200111073, Absen : 30)
Download