hukum kontrak - WordPress.com

advertisement
HUKUM KONTRAK
M. YUSRIZAL ADI S,SH.MH
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MEDAN AREA
MEDAN
2016
ISTILAH DAN PENGERTIAN HUKUM KONTRAK
• Hukum kontrak merupakan bagian dari hukum perikatan, sebagian
kalangan ahli hukum menempatakan sebagian dari hukum perjanjian
karena kontrak sendiri ditempatkan sebagai perjanjian tertulis, tetapi
sebagaian ahli ingin membedakan antara hukum kontrak dan hukum
hukum perjanjian
• Pembagian hukum kontrak dan hukum perjanjian tidak dikenal dalam
KUHPerdata/BW
• Di dalam KUHPerdata hanya dikenal perikatan yang lahir dari undangundang
• Perikatan bersumber dari perjanjian dan undang-undang, perikatan
yang bersumber dari undang-undang dibagi dua, yaitu dari undangundang saja dan dari undang-undang karena perbuatan manusia.
Selanjutnya, perikatan yang lahir dari undang-undang karena
perbuatan manusia dibagai dua, yaitu perbuatan sesuai hukum dan
perbuatan yang melanggar hukum
• Kontrak atau perjanjian merupakan sebuah peristiwa hukum dimana
seorang berjanji kepada orang lain atau orang saling berjanji untuk
melakukan atau tidak melakukan sesuatu
• Seorang berjanji kepada orang lain, kontrak tersebut di istilahkan
kontrak sepihak, hanya seorang yang wajib menyerahkan sesuatu
kepada orang lain,sedangkan orang yang menerima penyerahan itu
tidak memberikan sesuatu ( balasan)/ kontra prestasi atau sesuatu
yang diterimanya
• Dalam hukum kontrak biasanya para pihak saling berlawanan
misalnya perjajian jual beli, pihak pertama menginginkan barang dan
pihak lain menginginkan uang. Tetapi juga dalam kontrak terdapat
pihak yang tidak saling berlawanan melakukan sesuatu, misalnya
perjianjian pendirian Perseroan Terbatas (PT) dimana semua pihak
memiliki kehendak yang sama.
• Kontrak merupakan suatu peristiwa yang konkret yang daapt
diamati,baik itu kontrak yang dilakukan secara tertulis maupun tidak
tertulis. Hal ini berbeda dengan perikatan yang tidak konkret, tetapi
abstrak tidak dapat diamati karena perikatan itu hanya merupakan
akibat dari adanya kontrak/perjajian tersebut yang menyebabkan
orang atau para pihak terikat untuk memenuhi apa yang dijanjikan
ISTILAH KONTRAK
• Istilah kontrak di Indonesia yang berasal dari istilah Belanda
sebagai sumber aslinya, yaitu verbintenis dan overeenkomst,
Masih menjadi perdebatan karena masing-masing ahli
hukum perdata Indonesia itu mempunyai argumentasi
sendiri dan keahlian yang berbeda
• Menurut Lawrence M. Friedman
“ kontrak adalah seperangkat hukum yang hanya mengatur
aspek tertentu dari pasar dan mengatur jenis perjanjian
tertentu;”
• Pengertian lain dari kontrak menurut Charles L Knapp dan
Nathan M. Crystal adalah: ”Contract is an agreement
between two or more persons- not merely a share belief,
but common understanding as to something that is to be
done in the future by one or both of them”.
Artinya bahwa
“kontrak adalah suatu persetujuan antara dua orang atau
lebih, tidak hanya memberikan kepercayaan tetapi secara
bersama-sama saling pengertian untuk melakukan sesuatu
pada masa mendatang oleh seseorang atau keduanya dari
mereka.”
• Menurut Michael D. Bayles
“kontrak adalah aturan hukum yang berkaitan dengan
pelaksanaan perjanjian atau persetujuan”
• Menurut Van Dunne
“kontrak adalah suatu hubungan hukum antara dua (2) pihak
atau lebih berdasarkan kata sepakat untuk menimbulkan
hukum”
• Menurut Pasal 1313 KUH-Perdata Indonesia
“perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang
atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih
lainnya.”
• Dalam Black’s Law dictionary
“kontrak diartikan sebagai suatu perjanjian antara dua
orang atau lebih yang menciptakan kewajiban untuk
berbuat atau tidak berbuat suatu hal yang khusus. “
Contract: An agreement between two or more
persons which creates an obligation to do or not to do
a peculiar thing. Its essentials are competent parties,
subject matter, a legal consideration, mutuality of
agreement, and mutuality of obligation.”
SEJARAH HUKUM KONTRAK
• Hukum Kontrak sudah dikenal mulai dari kode Hammurabi hingga
dalam hukum Romawi, sistem hukum di negara- negara yang berlaku
tradisi hukum Eropa Kontinental, termasuk Belanda dan karenanya
juga Indonesia, mempunyai dasar yang berinduk pada hukum
Romawi, termasuk Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang di
dalamnya terdapat banyak pasal yang mengatur tentang kontrak.
Dalam dunia internasional tidak ada Undang-Undang seperti Kitab
Undang- Undang Hukum Perdata yang mengatur mengenai perjanjian
atau kontrak, namun terdapat konvensi- konvensi seperti Konvensi
Wina 1969, Konvensi Den Haag, dan sebagainya
• Di Indonesia sendiri, kontrak berkembang baik di dalam hukum adat,
hukum tanah, keluarga dan perkawinan, tentang hibah, tentang
wasiat, tentang utang piutang, pinjam meminjam, tukar menukar, jual
beli, atau jaminan benda bergerak.
• Berbeda dengan kontrak internasional yang bersifat dinamis,
perkembangannya tidak lepas dari perkembangan umat manusia
dengan aktivitas perdagangannya yang secara garis besar ditandai
dengan empat bentuk perkembangan kontrak
1. Hukum Kontrak Internasional yang terwujud dalam Lex
Mercatoria Lex Mercatoria atau hukum para pedagang adalah
aturan-aturan hukum yang dibuat oleh para pedagang dan untuk
para pedagang. Lembaga hukum yang tumbuh karena adanya
kebutuhan para pedagang guna menuangkan kesepakatan yang
telah dicapai antara mereka.
2. Hukum Kontrak Internasional dalam Hukum Nasional Dengan
adanya aturan- aturan yang dibuat sendiri oleh para pedagang guna
kepentingan mereka, pemerintah yang merasa perlu mengatur hal
ini pada abad ke- 19 Negara-Negara mulai menyusun hukum
kontrak dalam sistem hukum nasionalnya dan diundangkan dalam
suatu kitab undang- undang. Di Indonesia, seperti yang diketahui
dimuat dalam buku II dari BW yang diadopsi dari Belanda.
3. Hukum Kontrak Internasional dalam Bentuk Kontrak Baku Setelah
berakhirnya Perang Dunia II, para pedagang yang memilik usaha
dagang yang membentuk suatu organisasi para pedagang. Organisasi
dagang ini bertujuan memfasilitasi dan memperlancar usaha dagang
mereka, salah satunya dengan memperkenalkan bentuk- bentuk
kontrak baku atau standar. Dalam perkembangannya kontrak baku
mendapat pro dan kontra tentang pemakaiannya, di suatu sisi
dipandang menyimpang dari prinsip kebebasan berkontrak karena
umumnya telah dibuat telah dibuat secara sepihak oleh salah satu
pihak dahulu. Di sisi sebaliknya bentuk kontrak ini dirasa bermanfaat
karena mempersingkat waktu yang dibutuhkan untuk formalitas
penutupan dari negosiasi transaksi- transaksi dagang.
4. Hukum Kontrak Internasional dan Perjanjian
Internasional Pada tahap ini lahir lah perjanjianperjanjian internasional yang dibentuk oleh negara
ataupun lembaga- lembaga, diantaranya memuat
aturan- aturan harmonisasi berbagai hukum kontrak
nasional. Selain itu juga mengatur mengenai kebiasaan
internasional, yang disebut- sebut sebagai New Lex
Mercatoria
5. Hukum Kontrak dalam dunia Maya Globalisasi dalam bidang
perdagangan didukung dengan perkembangan teknologi mendorong
terciptanya sistem transaksi baru dalam hal perdagangan, dengan
menggunakan internet sebagai penghubung sarana perdagangan,
dengan menggunakan internet sebagai penghubung yang tidak harus
dilakukan secara konvensional lagi, Transaksi, kesepakatan kontrak,
termasuk penyelesaian sengketanya dapat dilakukan melalui teknologi
informasi yaitu internet. Untuk itu dibentuklah lembaga- lembaga yang
mengatur masalah transaksi melalui teknologi informasi, diantaranya
UNCITRAL (United Nation Commission on International Trade Law) yang
berhasil merumuskan aturan hukum yakni UNCITRAL Model Law on
Electronic Commerce tahun 1996 dan United Nations Convention on the
Use of Electric Communications in International Contract.
LAHIRNYA KONTRAK
Mengenai ketentuan tentang kontrak telah diatur di dalam Buku III KUH
Perdata yang berkaitan dengan Perikatan. Perkataan perikatan
(verbintenis) mempunyai arti yang lebih luas dari perkataan perjanjian.
Dalam Buku III juga diatur tentang hubungan hukum yang sama sekali
sekali tidak bersumber kepada suatu persetujuan atau perjanjian. Pada
umumnya Buku III mengatur tentang perikatan-perikatan yang timbul
dari persetujuan atau perjanjian. Istlah Hukum Perikatan, terdiri dari
dua golongan besar, yaitu, hukum perikatan yang berasal dari undangundang dan hukum perikatan yang berasal dari perjanjian
• Istilah kontrak berasal dari bahasa Inggris, yaitu contract,
sementara dalam bahasa Belanda disebut dengan,
overeenkomst yang diterjemahkan dengan istilah perjanjian
sebagaimana yang disebutkan dalam pasal 1313
KUHPerdata. Sedangkan istilah kontrak dalam bahasa
Indonesia sudah lama ada dan bukanlah merupakan istilah
yang asing, seperti istilah kontrak kerja, buruh kontrak, atau
juga istilah kebebasan berkontrak.
• Kontrak adalah suatu kesepakatan yang diperjanjikan
(promissory agreement) diantara dua atau lebih pihak yang
dapat menimbulkan atau menghilangkan hubungan hukum.
• Perbedaan pengertian antara kontrak dengan
perjanjian dapat dilihat dari bentuk dibuatnya
suatu perjanjian, dimana tidak semua perjanjian
dibuat secara tertulis, karena perjanjian dapat
berupa lisan maupun tulisan, sehingga perjanjian
yang dibuat secara tertulis disebut kontrak.
Kontrak dalam pelaksanaan selalu dibuat dalam
keadaan tertulis, dan harus memenuhi syaratsyarat sahnya suatu perjanjian. Dan syaratsayarat sahnya perjanjian juga berlaku dalam
membuatan kontrak.
ASAS-ASAS HUKUM KONTRAK
1. ASAS KONSENSUALISME
diartikan sebagai apabila terjadi kesepakatan antara para pihak
bahwa lahirnya kontrak, walaupun kontrak itu belum dilaksanakan pada
saat itu.
Hal ini berarti bahwa dengan tercapainya kesepakatan oleh para pihak
melahirkan hak dan kewajiban bagi para pihak.
Asas konsensualisme itu tidak berlaku pada semua jenis kontrak, hanya
berlaku pada kontrak konsensual sedangkan pada kontrak formal dan
kontrak riel tidak berlaku
2. ASAS KEBEBASAN BERKONTRAK
Asas kebebasan berkontrak memberikan jaminan bahwa para
pihak dapat melakukan perjanjian untuk menjadi aturan
hukum bagi para pihak.
Hal ini didasakan pada Pasal 1338 Ayat (1) BW yang
menjelaskan bahwa semua perjanjian yang dibuat secara sah
berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang
membuatnya.
Demikian juga dengan dasar pada Pasal 1320 BW yang
menerangkan tentang syarat sahnya perjanjian
• Kebebasan berkontrak memberikan jaminan kebebebasan
kepada seseorang untuk secara bebasa dalam beberapa hal
yang berkaitan dengan perjanjian, diantaranya :
a. Bebas menentukan apakah ia akan melakukan
perjanjian atau tidak;
b. Bebas menentukan dengan siapa ia akan melakukan
perjanjian;
c. Bebas menentukan isi atau klausul perjanjian;
d. Bebas menentukan bentuk perjanjian;
e. Kebebasan lain yang tidak bertentangan dengan
undang-undang
3. ASAS MENGIKATNYA KONTRAK ( PACTA SUN SERVANDA)
Setiap orang yang membuat kontrak, terikat untuk memenuhi
kewajiban dalam kontrak tersebut, karena kontrak tersebut
mengandung janji-janji yang harus dipenuhi, dan janji tersebut
mengikat para pihak sebagaimana mengikatnya undangundang.
Hal ini didasarkan pada Pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata yang
menentukan bahwa
“semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku
sebagai undang bagi mereka yang membuatnya”
4. ASAS ITIKAD BAIK
Dasar pelaksanaan asas itikad baik diatur dalam Pasal 1338 ayat (3)
bahwa :
“ perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik”.
Menurut Arres H.R. di Belanda, memberikan peranan tertinggi
terhadap itikad baik dalam tahap praperjanjian bahkan kesesatan
ditempatkan di bawah asas itikad baik, bukan lagi pada teori kehendak.
Begitu pentingnya itikad baik sehingga dalam perundingan, kedua
belah pihak akah berhadapn dalam suatu hubungan hukum khusus
yang dikuasi oleh iktikad baik dan hubungan khusus ini membawa
akibat lebih lanjut bahwa kedua belah pihak harus bertindak mengingat
kepentingan-kepentingan yang wajar dari pihak lain.
PARA PIHAK DALAM KONTRAK
• Pada dasarnya setiap orang dapat melakukan kontrak dengan siapa
saja yang dikehendaki sepanjang orang tersebut tidak dilarang oleh
undang-undang untuk melakukan kontrak
• Pihak dalam kontrak dapat berupa orang perorangan maupun badan
usaha baik yang berbadan hukum atau tidak berbadan hukum
• Dalam berkontrak, pihak-pihak yang terlibat dalam kontrak tersebut
dapat bertindak untuk kepentingan dan atas namanya sendiri, namun
dapt pula bertindak atas nama sendiri untuk kepentingan orang lain
bahkan dapat bertindak untuk kepentingan dan atas nama orang lain.
Para pihak dalam pembentukan kontrak
a. Dalam hal seseorang melakukan kontrak dengan bertindak dan atas
namanya sendiri adalah jika orang itu berkepentingan sendiri dalam
membuat kontrak, dan cakap untuk membuat kontrak tsb;
b. Seseorang bertindak atas namanya sendiri, namun untuk kepentingan
orang lain jika ia merupakan seorang yang bertindak atau melakukan
kontrak untuk kepentingan anak yang dibawah perwaliannya;
c. Seorang yang bertindak untuk dan atas nama orang lain jika ia seorang
pemegang kuasa dari orang lain untuk melakukan kontrak
d. Dalam hal badan usaha, yang bukan badan hukum, maka yang mewakili
badan usaha tersebut tergantung dari bentuk badan usahanya. Kalau
yang merupakan pihak adalah persekutuan firma (fa) secara hukum
setiap anggota sekutu berhak mewakili firma tersebut, kecuali jika para
sekutu itu sendiri mentukan lain, sedangkan pada Persekutuan
komanditer (CV) yang mewakili adalah para sekutu pengurusnya.
• Apabila yang melakukan kontrak adalah badan hukum, yang mewakilii
adalah siapa yang ditentukan dalam undang-undang untuk mewakili
badan hukum tersebut atau siapa yang ditentukan dalam anggaran
dasar badan hukum tersebut.
• Dalam melakukan kontrak seseorang dilarang untuk membebani
kewajiban pada pihak ketiga dalam kontrak yang dibuatnya, namun
tidak dilarang untuk memberikan hak pada pihak ketiga dalam
kontrak tersebut.
misalnya : A meninjam uang kpd si B, dan menyatakan bahwa
hutang tersebut akan dibayar oleh C, hal itu dilarang, tetapi sebaliknya,
yang dibolehkan adalah, bahwa A meminjam uang kepada si B, dan Si A
menyatakan kpd Si B, bahwa pembayaran hutang tersebut diberikan
saja kepada si C.
Para pihak selain yang digolongkan diatas, terdapat pihak lain yang
dalam kontrak sesuai dengan hubungan hukum yang ada, yakni:
a. Pelaku usaha
b. Konsumen
c. Non profesional
LAHIRNYA KONTRAK
• Secara Umum, kontrak lahir pada saat tercapainya
kesepakatan para pihak menganai hal yang pokok atau unsur
esensial dari kontrak tersebut.
• Misalnya, dalam kontrak jual beli telah tercapai kesepakatan
tentang barang dan harga, lahirnya kontrak, sedangkan halhal yang tidak diperjanjikan oleh para pihak akan diatur oleh
undang-undang.
SYARAT SAHNYA KONTRAK
• Berdasarkan Pasal 1320 KUHPerdata (BW), syarat sahnya kontrak
adalah:
a. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya;
b. Kecapakan untuk membuat suatu perikatan;
c. Suatu hal tertentu dan
d. Suatu sebab yang halal
KESEPAKATAN
• Kesepakatan merupakan unsur yang mutlak untuk terjadinya suaut
kontrak, kesepakatan ini dapat terjadi dengan berbagai cara, namun
yang paling penting adalah adanay penawaran dan penerimaan atas
penawaran tersebut
• Cara terjadinya kesepakatan, misalnya:
a. Dengan cara tertulis; ( jual beli tanah)
b. Dengan cara lisan; ( perjanjian jual beli barang ditoko)
c. Dengan symbol-symbol tertentu; ( perjanjian jual beli nasi soto,
narkobat)
d. Dengan berdiam diri ( perjanjian menaiki angkutan umum)
• Cacat kesepakatan dapat terjadi karena terjadinya hal-hal
diantaranya:
1. Kekhilafan atau kesesatan;
2. Paksaan;
3. Penipuan;
4. Penyalahgunaan keadaan
Cacat kesepakatan 1-3 diatur dalam KUHPerdata, sedangkan yang ke 4
lahir karena keadaan dan perkembangan hukum kontrak.
Pasal 1321 menyatakan bahwa “ tiada kesepakatan yang sah apabila
sepakat itu diberikan karena kekhilafan, atau diperolehnya dengan
paksaan atau penipuan”
• Pasal 1449 KUHPerdata (BW), menyatakan bahwa :
“ perikatan yang dibuat dengan paksaan, kehilafan atau penipuan ,
menerbitkan suatu tuntutan untuk membatalkannya”
Kehilafan dalam arti bahwa terjadi jika salah satu pihak keliru tentang apa
yang diperjanjikan, namun pihak lain membiarkan pihak tersebut dalam
keadaan keliru
Paksaan terjadi jika salah satu pihak memberikan kesepakatannya karena
keadaan tertekan /dipaksa
Penipuan, terjadi jika salah satu pihak secara aktif mempengaruhi pihak lain
sehingga pihak yang dipengaruhi menyerahkan sesuatu atau melepaskan
sesuatu
Penyalahgunaan keadaan terjadi jika pihak yang memiliki posisi kuat dari segi
ekonomi maupun psikologi menyalahgunaan kaeadaan.
KECAKAPAN
• Untuk mengadakan kontrak, para pihak harus cakap, namun
dapat saja terjadi bahwa salah satu pihak tidak cakap
menurut hukum.
• Cakap menurut hukum berusia 21 tahun dan atau menikah,
dan berusia 21 tahun lebih
• Seseorang dianggap tidak cakap apabila:
a. Belum berusia 21 tahun, dan belum menika
b. Berusia 21 tahun tetapi gelap mata, sakit ingatan dan boros
• Menurut Pasal 1330, menentukan bahwa orang yang
tidak cakap, diatnaranya;
a. orang-orang yang belum dewasa;
b. Merka yang ditaruh di bawah pengampuan
HAL TERTENTU
• Dalam suatu kontrak / perjanjian harus jelas dan ditentuan oleh para
pihak, objek perjanjian tersebut dapat beruapa barang dan jasa,
namun dapat juga berisi tidak berbuat sesuatu.
• Dalam BW / KUHperdata, pada hukum nya bahwa prestasi adalah;
a. Menyerahkan / memberikan sesuatu
b. Berbuat sesuatu
c. Tidak berbuat sesuau
SEBAB YANG HALAL
• Pada pembuatan kontrak, isi dari kontrak tersebut tidak bertentangan
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
UNSUR-UNSUR KONTRAK
• UNSUR ESENSIALI
unsur yang harus ada dalam suatu kontrak karena tanpa adanya
kesepaktan tetang unsur esesnsial maka tidak akan kontrak.
UNSUR NATURALIA
Unsur tidak di atur daam undang-undang sehingga apabila tidak diatur
oleh para pihak, undang-undang mengatur kepentingan
UNSUR AKSIDENTALIA
Unsur yang mengikatkan antra para pihak jika para pihak
memperjanjikannya
Download