UNIVERSITAS INDONESIA PENERAPAN BIAYA STANDAR PRODUK IOL PT ROHTO LABORATORIES INDONESIA LAPORAN MAGANG ISNI ASYSYIFA’UL KHUSNA 1106136441 FAKULTAS EKONOMI PROGRAM STUDI EKSTENSI AKUNTANSI SALEMBA JULI 2013 Penerapan biaya ..., Iani Asysfa'ul, FE UI, 2013 UNIVERSITAS INDONESIA PENERAPAN BIAYA STANDAR PRODUK IOL PT ROHTO LABORATORIES INDONESIA LAPORAN MAGANG Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana ISNI ASYSYIFA’UL KHUSNA 1106136441 PROGRAM EKSTENSI PROGRAM STUDI AKUNTANSI SALEMBA JULI 2013 ii Penerapan biaya ..., Iani Asysfa'ul, FE UI, 2013 Penerapan biaya ..., Iani Asysfa'ul, FE UI, 2013 Penerapan biaya ..., Iani Asysfa'ul, FE UI, 2013 Penerapan biaya ..., Iani Asysfa'ul, FE UI, 2013 KATA PENGANTAR Puji syukur saya panjatkan kepada Allah Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan laporan magang ini yang berjudul Penerapan Biaya Standar PT Rohto Laboratories Indonesia. Penyusunan laporan magang ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana pada Program Ekstensi Akuntansi Universitas Indonesia. Laporan magang ini merupakan laporan dari pengalaman penulis selama mengikuti program magang di perusahaan PT Rohto Laboratories Indonesia. Penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang sudah banyak membantu dalam menyelesaikan laporan akhir ini, baik secara moril maupun materil, diantaranya: 1. Para Pembimbing Sri Nurhayati SE., MM selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktunya dalam memberikan bimbingan dan juga ilmu yang diberikan selama proses penyusunan laporan magang ini. Juga kepada dosen penguji yang telah memberikan kritik membangun dan ilmu singkat selama proses sidang kepada penulis. Keluarga besar PT Rohto Laboratories Indonesaia yang telah memberikan pengalaman dan ilmu selama tiga bulan dalam periode magang. Terutama untuk Pak Cahyo yang banyak memberikan informasi dan masukan yang sangat membantu untuk penulisan laporan magang. 2. Keluarga Papa, Mama yang memberikan support tidak langsung dalam pembuatan laporan magang ini. Terutama untuk papa yang setiap hari rela jemput Isni yang kuliah malem selama 2 taun padahal pasti capek banget :‟) vi Penerapan biaya ..., Iani Asysfa'ul, FE UI, 2013 Hilman yang memberikan tamparan kata-kata kalo mba Isni lagi main, nonton tv, leyeh-leyeh. Mba Gita, Mas Vq yang sebenernya gak ngapa-ngapain sih tapi pasti gerah ngeliat kapan lulusnya ini anak begadang mulu gak lulus-lusus. Navita dan Al yang setia setiap saat ngeganggu tantenya lagi bikin laporan entah laptop dimatiin, teriak-teriak, nyanyi-nyanyi bikin tante gemes dan yang pasti bikin tante males kuliah maunya main sama Al Nav. 3. Rekan-rekan Teman seperjuangan tugas akhir Ajeng Harna Tyasti, Florensia Riama Situmorang. yang sama-sama berjuang menyelesaikan tugas akhir dengan sama-sama panikan. Seluruh keluarga besar Ekstensi 2011 (Vidya, Imas, Deta, Rinda, Willy dkk) yang telah memberikan pembelajaran dan gossip-gossip terhangat selama dikampus. Kepada Jojo Jojil yang terabaikan selama penulisan laporan magang. Penulis menyadari bahwa laporan magang ini tidak lepas dari kekurangan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Akhir kata penulis berharap laporan magang ini dapat memberikan manfaat dan sumbangan pengetahuan bagi pihak-pihak yang membutuhkan. Jakarta, 08 Juli 2013 Isni Asysyifa‟ul Khusna vii Penerapan biaya ..., Iani Asysfa'ul, FE UI, 2013 Penerapan biaya ..., Iani Asysfa'ul, FE UI, 2013 ABSTRAK : Isni Asysyifa‟ul Khusna Nama Program Studi : Ekstensi Akuntansi Judul : Penerapan Biaya Standar Produk IOL PT Rohto Laboratories Indonesia Laporan magang ini mendeskripsikan penerapan biaya standar salah satu produk PT. Rohto Laboratories Indonesia yaitu IOL (Intra Ocular Lens). Lensa IOL adalah lensa buatan yang dapat ditanam di mata untuk mengobati katarak atau myopia. Pembahasan penerapan biaya standar dilakukan pada setiap komponen biaya produksi yaitu biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik. Kesimpulan dari laporan ini, bahwa dasar penerapan biaya standar sudah sesuai dengan teori yang ada pada, namun terjadi simplifikasi dalam proses lensa unsterile yang mengakibatkan perhitungan biaya standar untuk produk IOL menjadi terlalu tinggi. Kata kunci : Biaya standar, biaya standar bahan baku, biaya standar tenaga kerja, biaya standar overhead pabrik ix Penerapan biaya ..., Iani Asysfa'ul, FE UI, 2013 ABSTRACT Name : Isni Asysyifa‟ul Khusna Study Program: Extension of Accounting Title : The Implementation of Standard Cost IOL Product in PT Rohto Laboratories Indonesia This internship describes the implementation of standard costs in one of PT Rohto Laboratories Indonesia‟s product which is IOL (Intra Ocular Lens). IOL is a lens replication that can be implant in the eyes to curing „katarak‟ or myopia. Discussion of the application standard cost is implemented in each component on the production cost, which is direct material cost, labor cost, and factory overhead cost. The conclusion of this report is the basic of implementation standard cost are accordance with the theory. However, there is a simplification in unsterile lens process that impact on the standard cost calculation become too high Keywords: Standard cost, standard cost of raw material, cost of labor standard, standard factory overhead cost x Penerapan biaya ..., Iani Asysfa'ul, FE UI, 2013 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL……………………………………………………………… i TANDA PERSETUJUAN LAPORAN AKHIR MAGANG……………………... ii HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS…………………………….…… iii HALAMAN PENGESAHAN……………………………………………………. . vi KATA PENGANTAR…………………………………………………………….. v HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR…………………… vii ABSTRAK………………………………………………………………………… viii ABSTRACT………………………………………………………………………. ix DAFTAR ISI……………………………………………………………………… x DAFTAR GAMBAR………………………………………………………….….. xiii DAFTAR TABEL………………………………………………………………… xiv BAB 1 PENDAHULUAN.................................................................................... 1.1 Latar Belakang Magang................................................................ 1.2 Tujuan Penulisan Laporan Magang............................................... 1.3 Manfaat Pelaksanaan Program Magang........................................ 1.4 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Magang….................................. Aktifitas Magang............................................................................ 1.5 1.6 Latar Belakang Tema..................................................................... 1.7 Ruang Lingkup Penulisan…………….......................................... 1.8 Sistematika Penulisan………………………………………......... 1 1 2 2 3 3 3 4 5 BAB 2 LANDASAN TEORI…………………………….................................... 2.1. Pengertian Biaya dan Akuntansi Biaya…………………….….... 2.2 Istilah Umum dalam Akuntansi Biaya……................................... 2.3 Klasifikasi Biaya............................................................................ 2.3.1 Biaya dalam Hubungannya dengan Produk……………………... 2.3.2 Biaya dalam Hubungannya dengan Volume Produksi…………... 2.4 Sistem Perhitungan Biaya……...................................................... 2.4.1 Job Costing System……………………………………………… 2.4.2 Process Costing System…………………………………………. 2.4.3 Operating Costing System……………………………………….. 2.5 Metode Pengukuran Biaya............................................................. Standard Cost................................................................................. 2.6 2.6.1 Manfaat Standard Cost…………………………………………… 2.6.2 Jenis Biaya Standar………………………………………….......... 2.6.3 Penentuan Biaya Standar pada Biaya Produksi………………….. 2.6.3.1 Biaya Standar Bahan Baku………………………………………. 2.6.3.2 Biaya Standar Tenaga Kerja Langsung……………….…………. 7 7 7 9 10 11 12 12 12 14 15 17 17 18 19 20 21 xi Penerapan biaya ..., Iani Asysfa'ul, FE UI, 2013 2.6.3.3 Biaya Standar Overhead Pabrik……………………………......... 2.7 Faktor dalam Pemilihan Tarif Overhead Pabrik....…………........ 2.7.1 Penentuan Cost Allocation Base…………………………………. 2.7.2 Pemilihan Tingkat Aktifitas ………................................................ 2.7.3 Memasukan atau Mengeluarkan Biaya Overhead Tetap………... 2.7.4 Menggunakan Plantwide Rate atau Several Rate……………...... 22 22 23 23 25 28 BAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN................................................ 3.1 Gambaran Umum PT Rohto Laboratories Indonesia…………….. 3.2 Struktur Organisasi Perusahaan …………………………………. 3.3 Produk PT Rohto Laboratories Indonesia………………………... 26 26 28 30 BAB 4 PEMBAHASAN & ANALISIS………………………………………… Deskripsi Produk IOL..................................................................... 4.1. 4.2. Proses Produksi............................................................................... 4.2.1 Cutting (Pemotongan)……………………………………………. 4.2.2 Polishing (Pemolesan)……………………………………………. 4.2.3 Sterilization (Sterilisasi).................................................................. 4.2.4 Labeling / Sealing (Pemberian Label / Penyegelan)…………...... . 4.2.5 Packing (Pengemasan)………………………………………….... Penerapan Biaya Standar pada Produk IOL……………………… 4.3 4.3.1 Penggunaan Sistem Exact dalam Penentuan Biaya Standar…….. 4.3.2 Biaya Bahan Baku……………………………………………….. 4.3.3 Biaya Tenaga Kerja....................................................................... 4.3.4 Overhead Pabrik............................................................ ................ Perhitungan Biaya Standar………………………………………. 4.4 4.4.1 Penyusunan Target Produksi…………………………………….. 4.4.2 Perhitungan Standar Biaya Bahan Baku………………………… 4.4.3 Perhitungan Standar Biaya Tenaga Kerja dan Overhead Pabrik… 4.4.3.1 Penyusunan Anggaran………........................................................ 4.4.3.2 Perhitungan Total Standar Penggunaan Jam Tenaga Kerja dan Jam Mesin………………………………………………………... 4.4.3.3 Perhitungan Rate Tenaga Kerja dan Overhead Pabrik………....... 4.4.4 Standar Biaya Produk per Unit Lensa…………………………… 4.4.4.1 Proses Produksi Lensa Unsterile………………………………… 4.4.4.2 Proses Sterilisasi Lensa………………………………………….. 4.4.4.3 Proses Finished Goods ………………………………………….. 4.5 Analisis........................................................................................... 4.5.1 Analisis Perhitungan Standar Biaya Bahan Baku……………….. 4.5.2 Analisis Perhitungan Standar Biaya Tenaga Kerja & Overhead Pabrik…………………………………………………………….. 4.5.3 Analisis Pengembangan Cost Center………………………..…… 32 33 33 34 36 36 36 37 37 39 40 41 44 47 47 48 49 50 xii Penerapan biaya ..., Iani Asysfa'ul, FE UI, 2013 50 52 53 53 54 55 56 57 57 58 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN................................................................ 60 5.1. Kesimpulan..................................................................................... 60 5.2. Saran............................................................................................... 61 DAFTAR REFERENSI………………………………………………………..... xiii Penerapan biaya ..., Iani Asysfa'ul, FE UI, 2013 62 DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Aliran Produk Berurutan……………………………………................ 13 Gambar 2.2 Aliran Produk Paralel……………………………………..................... 14 Gambar 2.3 Aliran Produk Selektif…………………………………….................... 15 Gambar 3.1 Peta Penyebaran PT Rohto Laboratories Indonesia…………………... 30 Gambar 3.2 Struktur Organisasi Perusahaan………………………………………. 31 Gambar 3.3 Struktur Organisasi Pabrik IOL……………………………………….. 32 Gambar 4.3 Proses Produksi……………………………………………………….. 41 xiv Penerapan biaya ..., Iani Asysfa'ul, FE UI, 2013 DAFTAR TABEL Tabel 4.1 Target Produksi 2013…………………………………………........ 51 Tabel 4.2 Daftar Standar Harga & Kuantitas Penggunaan Bahan Baku Proses Lensa Unsterile…………………………………………………….. 52 Tabel 4.3 Daftar Standar Harga & Kuantitas Penggunaan Bahan Baku Proses Lensa Sterilisasi…………………………………………………….. 52 Tabel 4.2 Daftar Standar Harga & Kuantitas Penggunaan Bahan Baku Proses Lensa Finished Goods……………………………………………… 53 Tabel 4.5 Anggaran Pabrik IOL Tahun 2013…………………………………. 54 Tabel 4.6 Perhitungan Total Standar Jam Tenaga Kerja Langsung dan Jam Mesin……………………………………………………………….. 54 xv Penerapan biaya ..., Iani Asysfa'ul, FE UI, 2013 BAB 1 PENDAHULUAN Pada bab pendahuluan ini, penulis akan menjabarkan apa yang menjadi latar belakang tujuan dan manfaat program magang Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Selanjutnya, penulis memberikan gambaran umum mengenai waktu dan tempat penulis melaksanakan program magang dan aktifitas yang penulis lakukan selama menjadi peserta magang. Sehubungan dengan tema yang penulis angkat pada laporan magang, pada bab ini akan dijelaskan apa yang melatarbelakangi penulis memilih tema biaya standar, ruang lingkup penulisan dan juga sistematika penulisan laporan magang. 1.1 Latar Belakang Magang Universitas Indonesia dituntut untuk menghasilkan lulusan yang tidak hanya memiliki kemampuan akademis dan teoritis yang baik, namun juga memiliki kemampuan teknis yang memadai, sehingga dapat bersaing di dalam dunia kerja. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia merupakan salah satu lembaga pendidikan yang bertujuan menghasilkan lulusan yang berkualitas dan akan selalu berusaha untuk memenuhi tuntutan dunia kerja. Departemen FEUI memberikan alternatif tugas akhir untuk kelulusan mahasiswa S1 ekstensi berupa program magang. Program magang merupakan mata kuliah akhir selain skripsi. Program ini dimaksudkan untuk menerapkan program link & match bagi mahasiswa agar ilmu yang telah dipelajarinya menjadi tepat guna di tempat kerja pada masa mendatang dengan memberi kesempatan dalam mengaplikasikan teori dan ilmu pengetahuan yang diperoleh di bangku kuliah kedalam dunia kerja. Mahasiswa juga dapat memperoleh pengetahuan non teknis yang tidak didapatkan di bangku kuliah. Pengetahuan non teknis diperoleh antara lain berasal dari praktek kerja yang ada didalam dunia kerja, bagaimana mengembangkan kemampuan dalam memecahkan masalah dengan segala keterbatasan waktu, biaya dan hambatan lainnya. Disamping itu mahasiswa juga belajar dalam berinteraksi dengan sesama 1 Universitas Indonesia Penerapan biaya ..., Iani Asysfa'ul, FE UI, 2013 2 rekan kerja ataupun atasan. Oleh karena itu, dengan adanya program magang ini, diharapkan dapat memberikan keseimbangan bagi mahasiswa dalam mengaplikasikan ilmu yang mereka peroleh selama kuliah dan memberikan ilmu tambahan bagi mahasiswa dalam menghadapi dunia kerja yang sesungguhnya. 1.2 Tujuan Penulisan Laporan Magang Selain sebagai dokumentasi dari kegiatan yang dilaksanakan penulis sewaktu melaksanakan program magang, tujuan penulisan laporan magang ini adalah sebagai berikut: 1. Sebagai salah satu syarat kelulusan dari progam Ekstensi FEUI 2. Sebagai salah satu komponen penilaian dari progam Ekstensi FEUI 3. Sebagai kontribusi kepada Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia dan perusahaan tempat penulis melakukan kegiatan magang 4. Sebagai referensi pengetahuan bagi mahasiswa yang akan mengambil program magang, khususnya untuk mahasiswa yang ingin mengetahui salah satu contoh perhitungan biaya standar cost. 5. Untuk mengetahui perhitungan standar biaya yang dijadikan pedoman dalam memproduksi produk IOL. 1.3 Manfaat Pelaksanaan Program Magang Program magang juga memiliki berbagai manfaat dari berbagai sisi sebagai berikut: Sisi universitas: - Terjalinnya kerjasama secara bilateral antara perusahaan dengan Universitas; Universitas dapat meningkatkan kualitas lulusannya. Sisi perusahaan: - Terjalin kerjasana antara Universitas dengan perusahaan. Secara tidak langsung, perusahaan dapat dikenal; - Perusahaan mendapat bantuan tenaga kerja dari peserta dengan biaya yang efisien Penerapan biaya ..., Iani Asysfa'ul, FE UI, 2013 Universitas Indonesia 3 Sisi peserta magang: - Menerapkan ilmu yang didapat selam perkuliahaan terutama terkait dengan Akuntasi Biaya & Akuntansi Keuangan. - Mendapat pengalaman di dunia kerja. - Mengasah kemampuan non akademis seperti kemampuan beradaptasi, komunikasi dan tanggung jawab. 1.4 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Magang Penulis melaksanakan program magang di PT Rohto Laboratories Indonesia sebagai staf di departmen Finance and Accounting yang berada di Gedung Resona Perdania di Jalan Jend.Sudirman Kav. 40-41 Jakarta 10210. Periode magang dilaksanakan selama 3 bulan, terhitung sejak 26 Desember 2012 sampai dengan 28 Maret 2013. 1.5 Aktifitas Magang Penulis ditempatkan pada bagian Finance and Accounting, dan kegiatan yang penulis lakukan selama periode magang adalah sebagai berikut: - Melakukan Stock Opname di salah satu gudang - Melakukan Rekonsiliasi Bank - Membantu dalam pembuatan budget 2013-2015 - Membantu dalam proses update forecast sales - Merapihkan voucher cash disbursement dan petty cash pabrik - Membuat tamplate perhitungan Bill Of Material dalam format excel - Melakukan cek payable voucher dan petty cash pabrik 1.6 Latar Belakang Tema Dalam menghadapi era globalisasi saat ini, suatu perusahaan dihadapkan pada persaingan yang semakin luas dan global, dimana tingkat persaingat tidak hanya terjadi pada perusahaan yang ada di dalam negeri saja, tetapi meluas hingga persaingan dari perusahaan yang ada di negara-negara lain. Perusahaan dituntut untuk terus bertahan dan jika memungkinkan perusahaan harus semakin maju dalam persaingan tersebut. Salah satu kriteria perusahaan yang mampu bertahan Penerapan biaya ..., Iani Asysfa'ul, FE UI, 2013 Universitas Indonesia 4 adalah perusahaan yang dapat mengelola biaya secara efisien dan memiliki keunggulan kompetitif. Salah satu tindakan yang dilakukan perusahaan untuk dapat mengelola biaya secara efisien adalah dengan memperbaiki proses produksi melalui penyempurnaan pengendalian biaya pada tahap proses produksi. Penghematan terhadap biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik dapat mengakibatkan rendahnya biaya produksi sehingga biaya lebih efisien dan efektif. Dengan adanya standard cost (biaya standar), dapat memberikan pedoman kepada manajemen berapa biaya seharusnya untuk melaksanakan kegiatan tertentu sehingga memungkinkan mereka melakukan pengurangan biaya dengan cara perbaikan metode produksi, pemilihan tenaga kerja, dan kegiatan lainnya. Dengan hal tersebut, memungkinkan perusahaan untuk dapat bersaing dengan perusahaan lainnya. Pemakaian biaya standar ini tidak hanya diterapkan di negara Amerika Serikat saja melainkan sudah menyebar luas ke negara-negara lainnya. Dengan diterapkannya biaya standar di perusahaan tempat penulis melakukan kegiatan magang, maka penulis tertarik untuk dapat menjadikan perhitungan biaya standar pada PT Rohto Laboratories Indonesia sebagai tema dari penulisan laporan magang. 1.7 Ruang Lingkup Penulisan Secara garis besar PT Rohto Laboratories Indonesia membagi produknya kedalam dua jenis katgori, yaitu produk CHC (Customer Health Care) dan produk IOL (Intraocular Lens). Dikarenakan penugasan penulis ditempat magang sebagian besar terpusat kepada produk-produk IOL dan juga kelengkapan dokumen pendukung ada pada produk IOL. Maka laporan magang ini hanya memperhitungkan biaya standar untuk produk IOL. Ragamnya produk IOL menyebabkan contoh ilustrasi penulisan laporan ini hanya menggunakan salah satu produk IOL dimana pada praktiknya tidak terdapat perbedaan signifikan dalam metode perhitungan produk IOL satu dengan yang lainnya. Perbedaan hanya pada penggunaan bahan baku yang berdampak pada komposisi pembebanan jam tenaga kerja dan jam penggunaan mesin. Penerapan biaya ..., Iani Asysfa'ul, FE UI, 2013 Universitas Indonesia 5 Penulis juga menjaga kerahasiaan data dan informasi PT Rohto Laboratories Indonesia dengan menyamarkan nama bahan baku, dan harga yang digunakan untuk perhitungan biaya standar. 1.8 Sistematika Penulisan Sistematika yang digunakan penulis dalam laporan magang ini adalah: Bab 1 Pendahuluan Pada bab pendahuluan ini, penulis akan menjabarkan apa yang menjadi latar belakang, tujuan dan manfaat program magang di FEUI. Selanjutnya gambaran umum mengenai waktu dan tempat penulis melaksanakan program magang dan aktifitas yang penulis laksanakan selama menjadi peserta magang, serta latar belakang tema yang diangkat pada penulisan laporan magang diikuti oleh ruang lingkup penulisan dan sistematika penulisan. Bab 2 LandasanTeori Pada bab ini membahas teori-teori akuntansi biaya mengenai biaya standar yang terkait pada perhitungan biaya standar yang dilakukan di tempat penulis melakukan kegiatan magang. Bab 3 Gambaran Umum Tempat Magang Bab ini menjelaskan profil tempat penulis melaksanakan kegiatan magang yang dimulai dari sejarah pendirian, produk-produk yang dihasilkan, serta struktur organisasi dan juga sejumlah produk yang dihasilkan oleh PT Rohto Laboratories Indonesia. Bab 4 Pembahasan & Analisis Pada bab ini akan penulis akan menjelaskan secara spesifik mengenai tema yang penulis angkat dalam penulisan laporan magang ini yaitu penerapan biaya standar pada PT Rohto Laboratories Indonesia. Pembahasan pada bab ini dimulai dari gambaran deskripsi produk, proses produksi produk, lalu penerapan perhitungan biaya standar, komponen-komponen apa yang dibebankan kedalam Penerapan biaya ..., Iani Asysfa'ul, FE UI, 2013 Universitas Indonesia 6 perhitungan biaya produk, dan juga contoh perhitungan biaya standar pada salah satu produk. Pada akhir bab ini, penulis melakukan analisis sehubungan dengan penerapan standar biaya yang diterapkan. Bab 5 Kesimpulan Pada bab ini, penulis mambahas kesimpulan yang dapat diambil selama melakukan program magang, berikut dengan saran yang dapat dijadikan masukan yang membangun bagi perusahaan tempat penulis melaksanakan magang. Penerapan biaya ..., Iani Asysfa'ul, FE UI, 2013 Universitas Indonesia BAB 2 LANDASAN TEORI Pada awal bab ini, penulis membahas teori dasar akuntansi biaya dimulai dari pengertian biaya dan istilah-istilah umum yang digunakan dalam akuntansi biaya. Selanjutnya adalah penjabaran klasifikasi & sistem kalkulasi biaya kemudian, metode pengukuran biaya dan terakhir adalah teori-teori mengenai penetapan biaya standar. Dalam teori biaya standar diawali dengan pembahasan manfaat, dan jenis-jenis biaya standar. Kemudian teori penentuan biaya standar pada masing-masing biaya produksi dan terakhir adalah faktor-faktor dalam penentuan tarif (rate) overhead pabrik. 2.1 Pengertian Biaya dan Akuntansi Biaya Menurut Hongren (2012) biaya adalah sumber daya yang dikorbankan atau dilepaskan untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Akuntansi biaya adalah proses mengukur, menganalisis, dan melaporkan informasi keuangan dan non-keuangan yang terkait dengan biaya yang digunakan untuk mendapatkan dan menggunakan sumber daya dalam sebuah organisasi. Senada dengan Horngren, menurut Carter dan Usry (2006), biaya didefinisikan sebagai nilai tukar, pengeluaran, pengorbanan untuk memperoleh manfaat sedangkan akuntansi biaya adalah penghitungan biaya dengan tujuan untuk aktivitas perencanaan dan pengendalian, perbaikkan kualitas dan efisiensi, serta pembuatan keputusan yang bersifat rutin maupun strategis. 2.2 Istilah Umum dalam Akuntansi Biaya Berikut ini adalah istilah-istilah yang sering digunakan pada akuntansi biaya: Cost Object (Objek Biaya) Cost object menurut Carter dan Usry (2006) adalah suatu item atau aktivitas yang biayanya diakumulasi dan diukur. Salah satu objek biaya yang umum adalah dalam sistem akuntansi perusahaan adalah barang dan jasa. Contoh cost object adalah responsibility center yaitu sebuah bagian, segment, atau sub unit dari sebuah organisasi dimana manager dari bagian tersebut 7 Penerapan biaya ..., Iani Asysfa'ul, FE UI, 2013 Universitas Indonesia 8 bertanggung jawab atas aktivitas-aktivitas tertentu. Sebagai contoh adalah responsibility center dari divisi sales and marketing (Horngren, 2005). Direct Cost (Biaya Langsung) Biaya langsung adalah biaya yang berkaitan dengan objek biaya tertentu dan dengan mudah dapat ditelusuri ke objek biaya tersebut dengan cara yang layak secara ekonomi (cost effective) Sebagai contoh dalam pembuatan minuman bersoda Pepsi-Cola, biaya yang dikeluarkan untuk pembelian botol adalah biaya langsung bagi minuman tersebut dikarenakan biaya pembelian botol merupakan biaya yang dapat dengan mudah ditelusuri atau diidentifikasi. Pembebanan biaya pada biaya langsung ke objek biaya dikenal dengan istilah cost tracing (Horngren, 2005). Indirect Cost (Biaya tidak Langsung) Biaya tidak langsung adalah biaya yang terkait dengan cost object namun tidak bisa dilacak ke cost object tersebut dengan cara yang ekonomis (cost effective) (Horngren, 2012). Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi klasifikasi biaya menjadi biaya langsung dan tidak langsung, diantaranya adalah: 1. Tingkat materialitas dari biaya tersebut Semakin kecil jumlah dari suatu biaya, semakin tidak material biaya tersebut, sehingga akan semakin sulit untuk melacak biaya tersebut untu dihubungkan pada suatu cost object. 2. Ketersediaan teknologi untuk mengumpulkan informasi Perkembangan dari teknologi untuk mengumpulkan informasi semakin meningkatkan pertimbangan untuk mengklasifikasikan biaya sebagai biaya langsung. 3. Desain dari operasi Penglasifikasian biaya sebagai biaya langsung akan lebih mdah apabila ofasilitas maupun peralatan perusahaan yang digunakan secara eksklusif untuk cost object tertentu. Penerapan biaya ..., Iani Asysfa'ul, FE UI, 2013 Universitas Indonesia 9 Sebagai contoh adalah gaji petugas keamanan yang mengawasi pembuatan beberapa produk minuman yang dilakukan dalam satu pabrik. Gaji keamanan merupakan biaya tidak langsung dikarenakan petugas keamanan tersebut juga mengawasai pembuatan produk-produk lain. Istilah cost allocation digunakan untuk menggambarkan pembebanan biaya tidak langsung ke objek biaya. Cost Driver Cost Driver adalah sebuah variable yang mempengaruhi biaya dalam suatu periode waktu tertentu sebagai contoh adalah tingkat aktivitas atau volume produksi (Horngren, 2005) Dengan kata lain, terdapat hubungan sebab akibat antara tingkat aktivitas atau volume produksi dengan perubahanya jumlah biaya. Cost Pool Cost Pool adalah pengelompokan dari beberapa jenis individual cost. Jenis cost pool bervariasi mulai dari biaya general saperti semua biaya yang dikeluarkan pabrik sampai biaya khusus seperti biaya-biaya operasi mesin pemotong metal (Horngren, 2005). Product Cost (Biaya Produk) Biaya produk adalah jumlah biaya yang dibebankan ke suatu produk untuk tujuan tertentu (Horngren, 2005). 2.3 Klasifikasi Biaya Menurut Carter dan Usry (2006) klasifikasi yang paling umum digunakan didasarkan pada hubungan antara biaya dengan berikut ini: 1. Produk 2. Volume produksi 3. Departemen, proses, pusat biaya atau subdivisi lain dari manufaktur 4. Periode akuntansi 5. Suatu keputusan, tindakan atau evaluasi Penerapan biaya ..., Iani Asysfa'ul, FE UI, 2013 Universitas Indonesia 10 Sehubungan dengan tema penulisan laporan magang ini, maka penulis akan membahas secara mendetail pada klasifikasi biaya berdasarkan hubungannya dengan produk, volume produksi, dan departmen. 2.3.1 Biaya dalam Hubungannya dengan Produk Klasifikasi biaya dan beban dapat dimulai dengan menghubungkan biaya ke tahap yang berbeda dalam operasi suatu bisnis. Dalam lingkungan manufaktur, total biaya operasi terdiri dari dua elemen yaitu biaya manufaktur dan beban komersial (Carter dan Usry, 2006). a. Biaya Manufaktur Biaya manufaktur disebut biaya produksi atau biaya pabrik dan didefinisikan sebagai jumlah dari tiga elemen biaya yaitu biaya bahan baku langsung, biaya tenaga langsung dan biaya overhead pabrik. Bahan Baku Langsung Biaya ini terdiri dari semua bahan baku utama dari suatu produk dan dapat ditelusuri langsung dalam perhitungan biaya produk. Kemudahan dalam penelusuran item bahan baku ke produk jadi merupakan pertimbangan utama dalam mengklasifikasikan biaya sebagai bahan baku langsung. Contoh dari bahan baku langsung adalah penggunaan kain dalam pembuatan baju. Biaya Tenaga Kerja Langsung Biaya ini meliputi biaya tenaga kerja yang digunakan untuk mengubah bahan baku langsung menjadi produk dan dapat ditelusuri dengan cara yang ekonomis ke produk tertentu. Sebagai contoh dari biaya ini adalah biaya gaji atau upah yang dibayarkan untuk pekerja bagian perakitan. Biaya Overhead Pabrik Biaya ini terdiri dari semua biaya manufaktur yang tidak dapat ditelusuri secara langsung ke suatu produk (selain dari biaya bahan baku langsung dan biaya tenaga kerja langsung). Contoh biaya overhead pabrik adalah biaya depresiasi bangunan pabrik dan biaya listrik. Penerapan biaya ..., Iani Asysfa'ul, FE UI, 2013 Universitas Indonesia 11 b. Beban Komersial Beban komersial terdiri atas dua klasifikasi besar yaitu beban pemasaran dan beban administratif. Beban pemasaran dimulai ketika proses manufaktur selesai dan produk dalam kondisi siapa untuk dijual. Sementara untuk beban administratif adalah beban-beban yang terjadi dalam mengendalikan organisasi, tidak semua beban tersebut dialokasikan sebagai beban administratif, sebagai contoh adalah gaji dari wakil presiden direktur yang bertanggung jawab atas proses manufaktur dapat dianggap sebagai biaya manufaktur. 2.3.2 Biaya dalam Hubungannya dengan Volume Produksi Suatu kecenderungan suatu biaya untuk berubah secara proporsional atau pun relatif konstan (tetap) terhadap perubahan yang terjadi dalam volume produksi atau output produksi merupakan hal yang harus dipertimbangkan dalam mengendalikan biaya (Carter dan Usry, 2006). a. Biaya Variabel Biaya variabel adalah biaya yang berubah secara proporsional terhadap adanya perubahan aktivitas dalam rentan yang relevan. Biaya variabel menunjukan jumlah per unit yang relatif konstan dengan berubahnya aktivitas dalam rentan yang relevan. Sebagai contoh adalah biaya pembelian 60 buah gagang pintu dengan harga Rp 20.000,00 per unit untuk pembuatan 60 unit pintu. Dengan kata lain total biaya pembelian gagang pintu adalah sebesar Rp. 1.200.000,00. b. Biaya Tetap Biaya tetap merupakan biaya konstan (tidak berpengaruh terhadap aktivitas yang dilakukan) dalam rentan yang relevan. Sebagai contoh adalah biaya sewa gudang sebesar Rp. 100.000.000 per tahun yang dapat menampung 1.000.000 unit produk. Biaya tersebut tidak akan berubah selama perusahaan tidak menyimpan produknya lebih dari kapasitas gedung tersebut. 2.4 Sistem Perhitungan Biaya Horngren (2012) menggunakan dua jenis dasar sistem perhitungan biaya yaitu Job Costing System dan Process Costing System. Namun terdapat sistem Penerapan biaya ..., Iani Asysfa'ul, FE UI, 2013 Universitas Indonesia 12 perhitungan tambahan yang merupakan perpaduan dari keduanya, yaitu Operating Costing. Ketiga sistem perhitungan biaya ini dapat digunakan perusahaan sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik dari perusahaan. 2.4.1 Job Costing System Pada sistem ini, cost object adalah unit atau multiunit dari produk atau jasa dalam satu pekerjaan (job). Setiap job menggunakan sumber daya yang berbeda. Sebagai contoh adalah perusahaan pembuat mesin atau alat berat khusus yang menghasilkan produk berdasarkan keinginan pembeli (berdasarkan pemesanan) dan tidak diproduksi secara masal (Hongren, 2012). Carter dan Usry (2006) menyebutkan bahwa dalam perhitungan ini biaya diakumulasikan untuk setiap batch, lot, atau pesanan pelanggan. Ketika suatu job atau pesanan diproduksi dalam jumlah tertentu, perhitungan ini memungkinkan perhitungan biaya per unit. 2.4.2 Process Costing System Menurut Horngren (2012) pada sistem ini, objek biaya adalah unit produk atau jasa yang identik atau serupa dalam jumlah yang besar. Dalam cakupan sistem ini, setiap unit menerima jumlah biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead yang sama. Carter & Usry (2006) berpendapat bahwa kriteria utama untuk menggunakan perhitungan biaya berdasarkan proses adalah identifikasi atas suatu unit bisnis yang memproduksi hanya satu jenis produk. Sistem perhitungan ini mengakumulasikan biaya bahan baku, tenaga kerja, dan overhead pabrik dibebankan ke cost center. Biaya yang dibebankan ke setiap unit ditentukan dengan membagi total biaya yang dibebankan ke cost center dengan total unit yang diproduksi. Umumnya biaya-biaya tersebut dibebankan ke departemen produksi, namun jika departemen diorganisasi menjadi dua pusat biaya atau lebih, process costing system dapat tetap digunakan, selama unit-unit produk yang dihasilkan dalam cost center tersebut bersifat homogen. Carter & Usry juga mendefinisikan suatu produk dapat berpindah di pabrik dengan berbagai cara, tiga bentuk aliran produksi fisik yang berhubungan dengan Penerapan biaya ..., Iani Asysfa'ul, FE UI, 2013 Universitas Indonesia 13 perhitungan biaya berdasarkan proses adalah secara berurutan (sequential), pararel, dan selektif dengan penjelasan sebagai berikut: a. Aliran Produk Berurutan (Sequential Product Flow) Dalam aliran produk berurutan, setiap produk diproses dalam urutan langkah-langkah yang sama. Dalam suatu perusahaan dengan tiga departemen yaitu pemotongan, perakitan, dan pengepakan diilustrasikan sebagai berikut: Gambar 2.1 Aliran Produk Berurutan Departemen Pemotongan Departemen Perakitan Departemen Pengepakan Barang Jadi Pemrosesan dimulai di departemen pemotongan, selanjutnya pekerjaan berpindah ke Departemen Perakitan & Pengepakan sampai kemudian unit telah selesai diproduksi dan menjadi barang jadi. b. Aliran Produk Paralel (Parallel Product Flow) Dalam aliran produk paralel, bagian tertentu dari pekerjaan dilakukan secara simultan dan kemudian disatukan pada proses-proses final untuk diselesaikan dan ditransfer ke barang jadi. Berikut adalah ilustrasi dari aliran produk paralel: Gambar 2.2 Aliran Produk Paralel Departemen Pemotongan Departemen Pengamplasan Departemen Perakitan & Pengecatan Departemen Peleburan Barang Jadi Departemen Percetakan Penerapan biaya ..., Iani Asysfa'ul, FE UI, 2013 Universitas Indonesia 14 Pemrosesan dengan bahan baku kayu dimulai di Departemen Pemotongan, secara simultan pemrosesan untuk bagian-bagian dari logam dimulai di Departemen Peleburan. Pekerjaan yang telah selesai pada Departemen Pemotongan kemudian ditransfer ke Departemen Pengamplasan dan pekerjaan yang telah selesai di Departemen Peleburan di transfer ke Departemen Percetakan. Setelah itu pekerjaan yang telah selesai di Departemen Pengamplasan maupun di Departemen Percetakan, keduanya ditranfer ke Departemen yang sama yaitu Departemen Perakitan dan Pengecatan sampai pada akirnya menjadi barang jadi. c. Aliran Produk Selektif (Selective Product Flow) Dalam aliran produk selektif, produk berpindah dari departemendepartemen berbeda dalam suatu pabrik, tergantung pada produk final apa yang akan dihasilkan. 2.4.3 Operating Costing System Menurut Horngren (2012) sistem perhitungan biaya harus dirancang agar sesuai dengan karakteristik khusus dengan karakteristik khusus dari sistem produksi yang berbeda-beda. Sistem perhitungan biaya juga tidak selalu dapat dimasukan dalam kategori job order costing atau process costing. Terdapat sistem yang memadukan karakteristik dari job costing system dan process costing system yaitu sistem perhitungan biaya hibrid (hybrid costing system). Produsen berbagai produk yang sangat terstandarisasi sebagai contoh produsen televisi, dan mesin elektronik lainnya cenderung menggunakan sistem hybrid costing. Salah satu jenis hybrid costing yang paling umum digunakan adalah Operation Costing. Operation adalah metode atau teknik terstandarisasi yang dilakukan secara berulang, sering kali atas bahan yang berbeda, yang menghasilkan barang jadi yang juga berbeda. Berbagai operation biasanya dilakukan dalam sebuah departemen. Sebagai contoh adalah penjait pakaian mungkin menjalankan operasi pemotongan dan operasi pembordiran dalam satu departemen. Sistem perhitungan ini merupakan digunakan pada batch produk yang serupa tetapi tidak identik. Setiap batch produk sering kali merupakan variasi dari Penerapan biaya ..., Iani Asysfa'ul, FE UI, 2013 Universitas Indonesia 15 satu desain dan dibuat melalui serangkaian operasi, tetapi tiap batch tidak perlu melalui operasi yang sama seperti batch lainnya. 2.5 Metode Pengukuran Biaya Terdapat tiga metode pengukuran biaya dengan penjelasan sebagai berikut: a. Actual Costing Horngren 2012 mendeskripsikan actual costing adalah sistem yang menelusuri biaya langsung ke objek biaya dengan memakai tarif biaya langsung aktual dikalikan dengan jumlah aktual input biaya langsung. Sistem ini mengalokasikan biaya tidak langsung berdasarkan tarif biaya tidak langsung aktual dikalikan jumlah aktual. Berikut adalah kalkulasi pada biaya aktual: Biaya Langsung = tarif biaya langsung aktual X kuantitas aktual input biaya langsung Biaya Overhead = tarif biaya tidak langsung aktual X kuantitas aktual dasar alokasi biaya Dengan penggunaan biaya aktual untuk perhitungan biaya overhead dapat menimbulkan permasalahan diantaranya adalah: 1. Biaya produksi suatu produk didapat dengan waktu yang lama Perusahaan harus menunggu sampai akhir tahun untuk mengetahui total biaya overhead pada tahun tersebut, karena biaya overhead sepanjang tahun merupakan milik unit yang diproduksi sepanjang tahun tersebut. Sementara itu, perusahaan juga memerlukan informasi biaya per unit sepanjang tahun, informasi ini dibutuhkan secara tepat waktu baik untuk laporan keuangan intern maupun untuk penetapan harga. 2. Biaya suatu produk dapat berfluktuatif Apabila periode perhitungan dipersingkat, misalnya perhitungan dilakukan untuk setiap minggu atau bulanan, hal ini akan menimbulkan biaya per unit yang berfluktuasi, dikarenakan adanya pengaruh pola musiman tehadap jumlah biaya overhead dan juga adanya kemungkinan tingkat produksi yang berfluktuatif. Sebagai contoh apabila perhitungan dilakukan pada tiap bulan, maka permasalahan yang ada pada jumlah biaya overhead adalah tingginya tarif overhead dikarenakan terdapat biaya pengeluaran THR Penerapan biaya ..., Iani Asysfa'ul, FE UI, 2013 Universitas Indonesia 16 untuk buruh pabrik sementara biaya ini tidak terjadi pada bulan lainnya. Contoh permasalahan lain sehubungan dengan tingkat produksi perusahaan yang memiliki jadwal produksi yang tinggi pada bulan tertentu, maka bulan tersebut memiliki penggunaan jam mesin yang tinggi sehingga tarif alokasi perjam pun mengalami perbedaan dari bulan lainnya. b. Normal Costing Normal costing adalah metode penentuan biaya yang menelusuri biaya langsung ke objek biaya dengan menggunakan tarif biaya langsung aktual, dikalikan dengan kuantitas aktual dari input biaya langsung, dan mengalokasikan biaya tidak langsung berdasarkan tarif biaya tidak langsung yang dianggarkan dikali dengan kuantitas aktual dari dasar alokasi biaya (Horngren, 2012) Berikut adalah gambaran perhitungannya: Biaya Langsung = Tarif biaya langsung aktual X kuantitas aktual input biaya langsung Biaya Tidak Langsung = Tarif biaya tidak langsung X kuantitas aktual dasar alokasi biaya yang dianggarkan Perbedaan antara sistem biaya normal dan kalkulasi biaya aktual hanya terletak pada tarif yang digunakan untuk perhitungan biaya tidak langsung. Dimana tarif yang digunakan untuk menghitung biaya tidak langsung adalah dengan menggunakan tarif yang dianggarkan. c. Standard Costing (Perhitungan Biaya Standar) Perhitungan biaya standar adalah sistem perhitungan biaya yang digunakan untuk menelusuri biaya langsung ke output yang dihasilkan dengan cara mengalikan harga standar dengan kuantitas input standar yang dikeluarkan untuk output aktual yang dihasilkan dan mengalokasikan biaya overhead atas dasar tarif biaya overhead standar dikalikan kuantitas standar dari dasar alokasi yang dikeluarkan untuk output aktual dikalikan kuantitas standar dari dasar alokasi yang dikeluarkan untuk output aktual yang dihasilkan (Horngren, 2012) Penerapan biaya ..., Iani Asysfa'ul, FE UI, 2013 Universitas Indonesia 17 Biaya Langsung = Harga standar X Kuantitas input standar untuk output aktual Biaya Overhead = Tarif biaya overhead standar X Kuantitas standar untuk output aktual Lebih lanjut perhitungan ini akan menjadi pokok pembahasan dalam penulisan laporan ini. 2.6 Standard Cost (Biaya Standar) Pengertian biaya standar menurut Carter dan Usry (2006) adalah biaya yang telah ditentukan sebelumnya untuk memproduksi satu unit atau sejumlah produk selama suatu periode tertentu. Biaya ini direncanakan untuk suatu produk dalam kondisi operasi sekarang atau yang diantisipasi. 2.6.1 Manfaat Standard Costing Menurut Carter dan Usry, (2006) kegunaan dari biaya standar digunakan adalah untuk: 1. Menetapkan anggaran Dengan biaya standar, diharapkan dapat menetapkan anggaran produksi yang mana dengan adanya anggaran produksi maka fungsi perencanaan produksi dapat dilakukan. Secara nyata anggaran produksi merupakan suatu rencana produksi yang disusun berdasarkan rencana penjualan aktual. 2. Mengendalikan biaya dengan cara memotivasi karyawan dan mengukur efisiensi operasi Keefektifan pengendalian biaya sangat tergantung pada pengetahuan mengenai biaya yang diduga akan dikeluarkan. Standar berlaku sebagai tolak ukur yang menggerakan perhatian kita pada variasi-variasi biaya. Dengan kesadaran pentingnya pengukuran biaya ini, maka perusahaan akan cenderung untuk menghemat biaya dan meningkatkan efisiensi pada semua fase/tahapan bisnis. 3. Menyederhanakan prosedur perhitungan biaya dan mempercepat laporan biaya Dengan adanya standard costing dalam catatan akuntansi dapat meningkatkan efisiensi dan akurasi dalam pekerjaan operasional. Sistem Penerapan biaya ..., Iani Asysfa'ul, FE UI, 2013 Universitas Indonesia 18 biaya standar disertai dengan standarisasi produksi, jadi ketika pesanan untuk suaru komponen dikirim ke bagian produksi, dan dengan adanya standar yang telah ditetapkan, maka proses produksi menjadi lebih terstandarisasi sehingga pekerjaan klerikal menurun. 4. Memudahkan perhitungan biaya ke persediaan bahan baku, barang dalam proses, dan barang jadi Dengan arsip biaya standar yang lengkap, dirinci untuk setiap komponen dan operasi, dapat menyederhanakan pembebanan biaya ke persediaan bahan baku, barang dalam proses dan barang jadi dengan cara mengalikan kuantitas dari setiap produk dipersediaan dengan harga standar per unit keemudian ditotalkan seluruh biaya dari setiap produk. 5. Memberikan dasar bagi penetapan tender dan kontrak dan menetapkan harga jual Menghitung biaya yang terjadi untuk suatu kontrak akan lebih mudah dan andal jika mengggunakan biaya standar atau, jika akan memproduksi suatu produk yang unik, menggunakan biaya standar untuk menghitung biaya dari operasi produksi yang dibutuhkan. 2.6.2 Jenis Biaya Standar Carter dan Usry, (2006), menjabarkan jenis-jenis biaya standar yang dapat dibagi menjadi dua bagian utama , yaitu standar dasar dan standar yang berlaku (current standard). Standar dasar adalah tolak ukur yang digunakan untuk membandingkan kinerja yang diharapkan dengan kinerja aktual. Standar ini serupa dengan angka indeks yang digunakan untuk mengukur semua hasil yang diperoleh. Standar yang berlaku terbagi menjadi tiga jenis yaitu standar aktual yang diperkirakan (expected actual standard), standar normal (normal standard), dan standar teoritis (theoretical standar). Berikut ini adalah pembahasan dari setiap jenis standar aktual: 1. Expected Actual Standard Penerapan biaya ..., Iani Asysfa'ul, FE UI, 2013 Universitas Indonesia 19 Standar ini mencerminkan tingkat aktivitas dan efisiensi yang diperkirakan. Standar ini merupakan estimasi yang cukup wajar atau mendekati dengan hasil aktual. 2. Normal Standard Standar normal adalah standar yang mencerminkan tingkat aktivitas dan efisiensi normal. Standar ini mencerminkan hasil yang menantang namun dapat dicapai. 3. Theoritical Standar Theoritical Standar merupakan standar yang mencerminkan tingkat aktivitas dan efisiensi yang maksimum atau ideal. Standar ini lebih merupakan target yang dituju dan bukan kinerja yang dapat dicapai sekarang. Dalam kasus-kasus lain, standar ditetapkan berdasarkan pada tingkat ratarata hasil aktual dari tahun-tahun sebelumnya atau dapat juga ditetapkan oleh insinyur industrial berdasarkan studi atas komponen produk, operasi produk, serta pengambilan sampel, dan partisipasi dari individu-individu yang kinerjanya diukur oleh standar. 2.6.3 Penentuan Biaya Standar pada Biaya Produksi Pada sub bab ini akan dibahas bagaimana menentukan biaya standar untuk setiap elemen biaya produksi, Seperti yang telah dibahas pada sub bab sebelumnya terdapat tiga elemen biaya produksi yaitu sebagai berikut: 1. Biaya standar bahan baku 2. Biaya standar tenaga kerja langsung 3. Biaya standar overhead 2.6.3.1 Biaya Standar Bahan Baku (Standard Material Cost) Penerapan biaya ..., Iani Asysfa'ul, FE UI, 2013 Universitas Indonesia 20 Menurut Carter dan Usry (2006), terdapat dua jenis standar yang harus disusun untuk biaya bahan langsung yaitu standar harga bahan baku dan standar kuantitas bahan baku yang akan dibahas lebih detail pada poin berikut ini: a. Standar Harga Bahan Baku Standar harga bahan baku ditentukan berdasarkan harga belinya. Harga inilah yang akan digunakan sebagai biaya standar. Namun dalam penerapannya, hal ini merupakan hal yang sulit, dikarenakan harga beli bahan baku lebih dikendalikan oleh faktor-faktor eksternal daripada oleh manajemen. Harga yang dipilih sebaiknya mencerminkan harga pasar sekarang dan standar sebaiknya direvisi pada tanggal persediaan atau ketika harga pasar dari bahan baku yang penting berubah. Biasanya, harga ditentukan diawal periode akuntansi dan digunakan selama periode tersebut. Menurut Mulyadi (2000) penentuan standar harga bahan baku dapat berupa: Harga yang diperkirakan akan berlaku dimasa yang akan datang, biasanya dalam jangka waktu satu tahun Harga yang berlaku pada saar penyusunan standar Harga yang diperkirakan merupakan harga normal dalam jangka panjang b. Standar Kuantitas Pemakaian Bahan Baku Carter dan Usry (2006) menjelaskan standar kuantitas bahan baku adalah kuantitas yang dibutuhkan untuk memproduksi satu unit produksi. Standar ini pada umumnya dikembangkan berdasarkan spesifikasi bahan yang berasal dari insinyur atau desainer. Mulyadi (2000) menjelaskan bahwa penentuan kuantitas standar bahan baku dimulai dari penetapan spesifikasi produk, baik mengenai ukuran, bentuk, warna, karakteristik pengolahan produk, maupun mutunya. Dari spesifikasi tersebut kemudian dibuat kartu bahan baku yang berisi spesifikasi dan jumlah tiaptiap jenis bahan baku yang akan diolah menjadi produk selesai. Kuantitas bahan baku dapat ditentukan dengan: Penyelidikan teknis Analisis catatan masa lalu dalam bentuk: Penerapan biaya ..., Iani Asysfa'ul, FE UI, 2013 Universitas Indonesia 21 - Menghitung rata-rata pemakaian bahan baku untuk produk / pekerjaan dalam periode masa lalu - Menghitung rata-rata pemakaian bahan baku dalam pelaksanaan pekerjaan yang paling baik dan paling buruk dimasa lalu - Menghitung rata-rata pemakaian bahan baku dalam pelaksanaan pekerjaan paling baik 2.6.3.2 Biaya Standar Tenaga Kerja Langsung Carter & Usry (2006) juga menyebutkan dua standar juga harus ditetapkan untuk biaya tenaga kerja langsung, yaitu: a. Standar Tarif Standar tarif (gaji atau upah) didasarkan pada perjanjian atau kontrak kolektif yang menentukan upah per jam, tarif per unit dan bonus. Tanpa adanya kontrak dengan serikat kerja maka standar tarif ditentukan oleh upah disetujui. Untuk memastikan keadilan dalam tarif yang dibayarkan untuk setiap kegiatan operasi yang dilakukan, maka digunakan rating pekerjaan. Menurut Mulyadi (2000) untuk menentukan tarif standar dapat ditentukan dengan dasar sebagai berikut: Perjanjian dengan organisasi karyawan Data upah masa lalu (rata-rata hitung, rata-rata tertimbang atau median dari upah karyawan masa lalu) b. Perhitungan tarif upah dalam keadaan operasi normal Standar Jam Kerja Carter dan Usry, 2006 berpendapat bahwa dalam menentukan standar jam kerja, diperlukan studi untuk mengukur keahlian rata-rata pekerja dalam melakukan pekerjaannya. Standar jam kerja harus memperhitungkan hal-hal lain dari pekerja diantaranya adalah dampak kelelahan, waktu pekerja untuk kebutuhan pribadi, dan penundaan diluar kendali pekerja. Mulyadi 2000 menjelaskan untuk penentuan standar jam kerja adalah sebagai berikut: Penerapan biaya ..., Iani Asysfa'ul, FE UI, 2013 Universitas Indonesia 22 Menghitung rata-rata jam kerja yang dikonsumsi dalam suatu pekerjaan dari kartu harga pokok periode tahun lalu Membuat “test-run” operasi dibawah keadaan normal yang diharapkan Mengadakan penyelidikan gerak dan waktu dari berbagai kerja karyawan dibawah keadaan nyata yang diharapkan. Mengadakan taksiran yang wajar yang didasarkan pada pengalaman dari pengetahuan operasi produksi dan produk. 2.6.3.3 Biaya Standar Overhead Pabrik (Standard Production Overhead Costs) Prosedur untuk menetapkan dan menggunakan tarif overhead pabrik dilakukan dengan membuat anggaran overhead pabrik dengan cara mengestimasi biaya-biaya yang diperkirakan akan terjadi di setiap departmen atau cost center pada tingkat aktivitas tertentu yang telah ditentukan sebelumnya. Kemudian anggaran tersebut dialokasikan ke departemen pengguna berdasarkan jumlah standar cost allocation base yang dianggarkan. Carter dan Usry (2006) menyebutkan bahwa penetapan tarif overhead pabrik yang telah ditentukan sebelumnya (predetermine overhead) memungkinkan alokasi yang konsisten dan wajar untuk setiap unit produk baik untuk Job Costing System maupun Process Costing System. Senada dengan Carter dan Usry, menurut Mulyadi dalam menetapkan standar biaya overhead pabrik dihitung dengan membagi jumlah biaya overhead pabrik yang dianggarkan pada kapasitas normal dengan jam kerja standar (jam tenaga kerja langsung atau jumlah jam penggunaan mesin). 2.7 Faktor dalam Pemilihan Tarif Overhead Pabrik Carter dan Usry (2006) menyebutkan bahwa paling tidak terdapat lima faktor yang mempengaruhi pemilihan tarif overhead. Namun, terkait dengan tema yang penulis angkat pada laporan magang ini, penulis hanya akan membahas empat faktor. Berikut ini adalah ketiga faktor tersebut. 2.7.1 Penentuan cost alloction base Penerapan biaya ..., Iani Asysfa'ul, FE UI, 2013 Universitas Indonesia 23 Tujuan utama dalam pemilihan cost allocation base adalah untuk memastikan pembebanan overhead dalam proporsi yang wajar terhadap sumber daya pabrik tidak langsung yang digunakan oleh produk. Biasanya dasar ini sebaiknya berhubungan erat dengan fungsi yang diwakili oleh biaya overhead. Tujuan kedua dalam pemilihan cost allocation base adalah meminimalkan biaya dan usaha klerikal. Jika terdapat opsi cost allocation base yang menghasilkan pembebanan overhead pabrik yang hampir sama ke setiap produk, maka dasar yang paling sederhana dan paling mudah diukur yang sebaliknya digunakan. Jika overhead hampir seluruhnya berorientasi pada tenga kerja, dan didominasi oleh biaya seperti supervisi dan tunjangan, maka dasar yang sesuai mungkin digunakan adalah jam tenaga kerja langsung. Metode ini memerlukan akumulasi jam tenaga kerja langsung per pesanan atau produk. Penggunaan dasar jam tenaga kerja langsung dapat dibenarkan apabila terdapat hubungan yang kuat antara jam tenaga kerja langsung dan overhead pabrik. Jika item-item overhead sebagian besar berorientasi pada teknologi, yang diakibatkan oleh kepemilikan dan operasi dari mesin, maka dasar jam kerja mesin mungkin adalah yang paling sesuai dijadikan cost allocation base. Ketika mesin digunakan secara ekstensif, maka jam mesin mungkin merupakan dasar yang paling sesuai untuk pembebanan overhead. Jam mesin mungkin merupakan dasar yang paling wajat digunakan apabila biaya overhead pabrik sebagian besar berkaitan dengan teknologi seperti depresiasi, pemeliharaan dan listrik. Penggunaan jam mesin ,memerlukan tambahan pekerjaan klerikal apabila pabrik tidak terkomputerisasi. 2.7.2 Pemilihan Tingkat Aktifitas Dalam menghitung tarif overhead, sebagian besar bergantung pada tingkat ektivitas yang dipilih. Numerator dari tarif overhad adalah estimasi biaya overhead adalah untuk tingkat aktivitas tertentu, dengan denominatornya adalah estimasi dasar alokasi pada tingkat aktivitas yang sama. Biaya overhead terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Semakin tinggi tingkat aktivitas, maka semakin rendah tarif overhead atas bagian dari biaya tetap. Bagian variable dari tarif cenderung tetap konstan pada tingkat aktivitas yang berbeda dalam rentan yang relevan. Penerapan biaya ..., Iani Asysfa'ul, FE UI, 2013 Universitas Indonesia 24 Berikut adalah beberapa kapasitas yang dijabarkan oleh Carter dan Usry (2006): Kapasitas Teoritis: kapasitas ini adalah kapasitas untuk memproduksi pada kecepatan penuh tanpa interupsi. Hal ini dapat dicapai apabila pabrik atau departemen memproduksi pada tingkat 100% produksi. Kapasitas Praktis: Kapasitas ini memberikan kelonggaran untuk interupsi yang tidak dapat dihindari sebagai contoh adanya pemeliharaan, perbaikan, kegagalan, bahan baku yang tidak memuaskan, ketidakhadiran pekerja. Faktor-foktor ini mengurangi tingkat kapasitas teoritis menjadi tingkat kapasitas praktis. Kapasitas praktis berada pada kirasan 75%-85% kapasitas teoritis. Kapasitas Aktual yang Diperkirakan: kapasitas ini mengacu pada julah output yang diperkirakan akan diproduksi selama periode tersebut. Kapasitas Normal: adalah kapasitas yang mengacu pada aktivitas ratarata selama suatu periode yang cukum lama untuk meratakan frekuensi. Konsep ini menstabilisasi suatu tarif overhead yang berfluktuasi saat fasilitas dipergunakan dalam tingkatan yang berbeda dalam periode yang berbeda. 2.7.3 Memasukan atau Mengeluarkan Biaya Overhead Tetap Biasanya akuntansi biaya membebankan biaya pabrik baik biaya tetap maupun variabel dimasukan dalam tarif overhead pabrik untuk dibebankan ke output dari suatu periode. Pendekatan seperti ini disebut absorbtion costing atau full costing. Sedangkan direct costing atau variable costing hanya biaya overhead pabrik varibel yang dimasukan dalam tarif overhead pabrik. Untuk biaya tetap dari overhead pabrik tidak menjadi biaya produk, melainkan diperlakukan sebagai beban periodik. 2.7.4 Menggunakan Plantwide Rate atau Several Rate Penerapan biaya ..., Iani Asysfa'ul, FE UI, 2013 Universitas Indonesia 25 Carter & Usry (2006) mendefinisikan salah satu faktor yang mempengaruhi pemilihan tarif alokasi overhead adalah pertimbangan menggunakan plantwide rate (tarif tunggal) atau menggunakan several rate (beberapa tarif). Plantwide rate (Tarif Tunggal) Tarif overhead tunggal tingkat pabrik, membebankan semua pesanan dengan jumlah rata-rata dari biaya overhead per unit allocation base. Dengan penerapan ini, tarif yang dihasilkan mungkin dapat terlalu tinggi atau terlalu rendah untuk produk tertentu, terutama untuk produk yang melibatkan hanya satu atau sedikit departemen (Carter & Usry 2006). Departemental Rates atau Several Rate Departementalisasi dari overhead pabrik berarti membagi pabrik ke dalam segmen-segmen yang disebut departemen, kemana biaya overhead tersebut dibebankan. Untuk tujuan akuntansi, pembagian suatu pabrik ke departemendepartemen yang terpisah menyediakan perhitungan biaya produksi yang lebih baik dan meningkatkan pengendalian yang bertanggung jawab atas biaya overhead tersebut. Penerapan biaya ..., Iani Asysfa'ul, FE UI, 2013 Universitas Indonesia BAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN Bab ini menjelaskan gambaran umum perusahaan tempat penulis melaksanakan kegiatan magang yang dimulai dari sejarah pendirian, struktur organisasi dan juga sejumlah produk yang dihasilkan oleh PT Rohto Laboratories Indonesia. 3.1 Gambaran Umum PT Rohto Laboratories Indonesia PT Rohto Laboratories Indonesia merupakan perusahaan multinasional yang merupakan salah satu anak perusahaan dari ROHTO Pharmaceuticals Co., Ltd., yang berpusat di Osaka, Jepang dan telah berusia lebih dari 100 tahun serta tercatat di Japan Stock Exchange. ROHTO Pharmaceuticals Co., Ltd melalui anak perusahaannya yaitu Mentholatum Co. Inc., yang berpusat di New York, USA membuat produk-produk bidang perawatan kesehatan konsumen (Consumer Health Care). Mentholatum Co Inc, (USA) didirikan pada tahun 1889 oleh Mr. Albert Alexander Hydedi Wichita, Kansas. Pada awalnya mengembangkan “Mentholatum Ointment” yang dapat mengobati rasa nyeri, gatal dan demam. Kemudian Mentholatum berkomitmen berkembang menjadi obat yang digunakan di seluruh benua Amerika, Kanada, United Kingdom, Hongkong, Negara ASEAN dan negara-negara lainnya serta mendirikan pabrik lainnya di luar Amerika dan Jepang. Berikut ini adalah grup perusahaan ROHTO Pharmaceutical., Co., Ltd., Osaka Japan dan Mentholatum Co., Inc (USA) dengan peta penyerbarannya: 1. Mentholatum (Asia Pasific) Ltd., (Hongkong) 2. Mentholatum (Zongshan) Pharmaceutical Co.Ltd., (China) 3. Mentholatum Australia Pty. Ltd 4. Mentholatum Company of Canada, Limited 5. Mentholatum Company Ltd. (UK) 6. Mentholatum Taiwan Ltd. 7. Mentholatum (Nigeria) Ltd. 8. Mentholatum South Africa (Pty.) Ltd. 26 Penerapan biaya ..., Iani Asysfa'ul, FE UI, 2013 Universitas Indonesia 27 9. Mentholatum de Mexico, S.A deC.V 10.Rohto-Mentholatum Thailand Ltd. 11. Rohto-Mentholatum (Malaysia) SDN BHD 12. Rohto Laboratories Indonesia 13. Mentholatum Korea 14. Mentholatum Pharmaceutical India Private Ltd. 15. Mentholatum Co. Ltd., (Scotland) 16. Rohto-Mentholatum (Vietnam) Co. Ltd. Gambar 3.1 Peta Penyebaran PT Rohto Laboratories Indonesia Sepanjang rentang 100 tahun kemudian, Mentholatum Co, Inc (USA) juga memproduksi produk-produk obat-obatan (health care), perawatan kulit (skin care), perawatan bibir (lip care), perawatan rambut (hair care) dan sebagainya yang dapat dijual bebas (tanpa resep dokter). Pada tahun 1996, PT Rohto Laboratories Indonesia berdiri. Kantor pusat berada di Gedung Bank Resona Perdania Lt. 7 Jl. Jend. Sudirman Kav. 40-41 Jakarta 10210. Aktifitas produksi perusahaan adalah memproduksi produk yang dibagi menjadi dua kelompok besar yaitu produk CHC (Customer Health Care) Penerapan biaya ..., Iani Asysfa'ul, FE UI, 2013 Universitas Indonesia 28 yang terdiri dari produk perawatan mata, bibir, rambut dan kulit, dan juga memproduksi produk IOL (Intra Ocular Lens) yang merupakan produk yang akan dibahas pada laporan magang ini, dan akan dibahas lebih mendalam pada bab selanjutnya. Pabrik berada di Jl. Raya Cimareme No.203 Padalarang Cimahi 40552Indonesia. Dengan 4 gudang yang berada di Bandung, Jakarta, Buaran dan Tangerang. Sampai dengan saat ini, telah mempekerjakan kurang lebih 150 pegawai. 3.2 Struktur Organisasi Perusahaan Berikut ini adalah gambaran umum struktur organisasi perusahaan dan struktur organisasi yang ada pada pabrik IOL: Gambar 3.2 Struktur Organisasi Perusahaan Board of Directors Finance & Accounting Department Quality Control Department Logistic Department Research & Development Department Factory GA & HRD Production Planning & Inventory Control Medical Device Department Engineering & Maintenance Departmnt International Department Customer Health Care Department Product Development & Regulatory Affair Production Department IOL CHC Dalam menjalankan kegiatan magang, penulis ditempatkan dalam Department finance & accounting, dipimpin oleh seorang manager yang memiliki dua staf koordinator. Koordinator pertama adalah koordinator General Accounting dan koordinator kedua adalah koordinator Finance Transaction fungsi dari Penerapan biaya ..., Iani Asysfa'ul, FE UI, 2013 Universitas Indonesia 29 koordinator adalah melakukan pemeriksaan atau transaksi rutin yang dikerjakan oleh para stafnya. Untuk Quality Control (QC), Research & Development (R & D), Production Planning & Inventory Control (PPIC) dan Engineering & Maintenance Departement, masing-masing memiliki manajer yang bekerja untuk pabrik IOL & CHC. Namun tenaga kerja atau buruh yang terlibat langsung dalam proses produksi memiliki pemisahaan tugas untuk pabrik IOL atau pabrikCHC. PT Rohto Laboratories Indonesia memproduksi produknya di pabrik yang berada di Jl. Raya Cimareme No.203 Padalarang Cimahi 40552- Indonesia. Pabrik perusahaan terbagi menjadi dua, yaitu pabrik untuk produk-produk CHC dan pabrik IOL. Berikut ini adalah struktur organisasi yang ada di Pabrik IOL: Gambar 3.3 Struktur Organisasi Pabrik IOL R & D (Research and Development) bertugas melakukan inovasi, pengembangan agar produk dapat terus berkembang. R & D juga bertanggung jawab terhadap sejumlah dana tertentu yang telah dianggarkan perusahaan untuk melakukan riset dan pengembangan produk. Manajer R & D membawahi dua pabrik. Yaitu pabrik IOL & CHC PPIC (Product Planning and Inventory Control) bertugas untuk membuat jadwal perencanaan produksi, bahan baku yang akan digunakan untuk produksi, Penerapan biaya ..., Iani Asysfa'ul, FE UI, 2013 Universitas Indonesia 30 melakukan perencanaan pembelian material, mengatur jadwal atau permintaan pembelian bahan baku, dan juga melakukan monitoring inventory. Production Department adalah departmen yang memproduksi produk IOL. Fungsi yang ada dalam departemen ini dibagi berdasarkan proses produksi produk IOL diantaranya adalah proses cutting (pemotongan), polishing (pemolesan), sterilization (sterilisasi),dan juga packing (pengepakan). Selain itu dalam department ini juga terdapat production staff dan maintenance. Production staff bertugas sebagai administrator dari data proses produksi kedalam sistem. Sedangkan maintenance staff bertugas melakukan perawatan dan perbaikan mesin. QC (Quality Control) Department. Bertugas mengawasi tahapan-tahapan produksi yang memerlukan pengawasan standarisasi kualitas produk agar sesuai dengan spesifikasi dan standar kelayakan produk, sehingga mencegah adanya kerusakan barang dalam proses produksi dan produk yang dihasilkan sesuai dengan standard mutu yang ditetapkan. 3.3 Produk- Produk PT Rohto Laboratories Indonesia Secara umum, perusahaan membagi dua produknya yaitu produk IOL dan CHC. Total keseluruhan produk yang dihasilkan oleh perusahaan kurang lebih terdiri dari 200 jenis, yang sebagian besar jenis berasal dari produk CHC. Produk CHC terdiri dari berbagai jenis peruntukan dengan berbagai brand. Untuk pembahasan produk IOL yang berkaitan erat dengan judul laporan magang ini, akan dijelaskan lebih mendalam pada bab 4. Berikut ini adalah contoh produk IOL dan CHC yang dihasikan: - Produk IOL: Neo Eye Aspheric Lens Neo Eye Intra Ocular Lens Neo Eye Foldable Lens Penerapan biaya ..., Iani Asysfa'ul, FE UI, 2013 Universitas Indonesia 31 - Produk CHC: a. Eye Care Obat Mata Rohto Rohto Tear Rohto Cool b. Lip Care Lip Ice Lip Ice Sheer Color Lip On Lip c. Hair Care Selsun Double Impact Selsun Blue d. Skin Care Hadalabo Acnes Foaming Wash Beauty Mask Pore Refining Mask OXY Perfect Wash Skin Aqua UV Mild Milk Face on Face Two Way Cake Creamy Pink e. Health Care Fever Path Cherry Chest Rub Penerapan biaya ..., Iani Asysfa'ul, FE UI, 2013 Universitas Indonesia BAB 4 PEMBAHASAN & ANALISIS Inti bab ini adalah menjelaskan perhitungan biaya standar yang dipakai oleh PT Rohto Laboratories Indonesia. Pada awal bab, penulis akan mendeskripsikan produk IOL, beserta proses produksi yang dilakukan sampai produk tersebut siap untuk dijual. Setelah itu menjabarkan komponen biaya apa saja yang dibebankan kepada produk serta bagaimana praktik perhitungan biaya standar produk IOL dan dilanjutkan dengan analisis. Dikarenakan beragamnya produk IOL, maka sesuai dengan ruang lingkup pada penulisan laporan magang ini, ilustrasi perhitungan hanya menggunakan salah satu produk IOL yaitu Neo Eye Foldable Lens RF-31PL. 4.1 Deskripsi Produk IOL Produk IOL (Intra Ocular Lens) merupakan produk berupa lensa buatan yang dapat ditanam di mata untuk mengobati katarak atau myopia. Produk IOL dapat mengganti fungsi lensa mata secara permanen yang diangkat pada waktu operasi katarak. Produk IOL dipasarkan dengan brand “Neo Eye”. Produk IOL ini dijual didalam negri dan diekspor untuk memenuhi kebutuhan rumah sakit, dokter atau klinik, dan juga lembaga-lembaga sosial. Semua jenis produk berada di bawah pengawasan standar ISO 9001 & ISO 13485. ISO 9001 menetapkan persyaratan untuk Quality Management System (QMS) di mana organisasi perlu menunjukkan kemampuannya untuk secara konsisten menyediakan produk yang memenuhi persyaratan pelanggan dan persyaratan hukum dan peraturan yang berlaku, dan bertujuan untuk meningkatkan kepuasan pelanggan melalui penerapan sistem yang efektif, termasuk proses perbaikan berkesinambungan dari sistem dan jaminan kesesuaian dengan pelanggan dan persyaratan hukum dan peraturan yang berlaku. "ISO 9001", http://www.iso.org/iso/catalogue_detail?csnumber=46486 (14 Juni. 2013). ISO 13485 merupakan persyaratan untuk Quality di mana organisasi perlu menunjukkan kemampuannya untuk menyediakan perangkat medis dan jasa terkait yang secara konsisten memenuhi persyaratan pelanggan dan peraturan 32 Penerapan biaya ..., Iani Asysfa'ul, FE UI, 2013 Universitas Indonesia 33 yang berlaku untuk perangkat medis dan jasa terkait. "ISO 13485", http://www.iso.org/iso/home/store/catalogue_tc/catalogue_detail.htm?csnumber= 36786, (1 Mei. 2013). Dalam hal ini, perusahaan telah memiliki kedua standar tersebut dengan memiliki sertifikasi yang diterbitkan oleh lembaga internasional dibawah lisensi dari jerman yaitu TUV. PT Rohto Laboratories Indonesia memiliki tiga jenis produk IOL. Berikut adalah produk IOL: 1. Neo Eye Aspheric Lens 2. Neo Eye Intra Ocular Lens 3. Neo Eye Foldable Lens Perbedaan dari masing-masing jenis produk terletak pada penggunaan jenis bahan baku, bahan baku utama dalam produk IOL adalah lensa Aspheric, PMMA dan lensa foldable. Produk Neo Eye Aspheric Lens dibuat dengan menggunakan bahan baku lensa Aspheric, untuk Neo Eye Intra Ocular Lens menggunakan lensa Polymethylmethacrylate (PMMA) dan untuk Neo Eye Foldable Lens, menggunakan lensa foldable. Setiap jenis produk IOL juga dapat terdiri dari berbagai model, perbedaan model ini terletak pada spesifikasi detail lensa yang mengakomodasi berbagai kebutuhan dari pengguna. Sebagai contoh untuk produk Neo Eye Intra Ocular Lens memiliki model RE-01, RE-03PH, RE-05, dan RE-06F untuk masingmasing model terdapat perbedaan dari aspek teknis lensa yaitu optic diameter, diopter Range dan AC Depth. 4.2 Proses Produksi Secara garis besar, tidak terdapat perbedaan dalam proses produksi produk IOL. Semua jenis produk IOL memiliki proses yang sama. Perbedaan antar jenis produk IOL terletak pada penggunaan bahan baku utama (raw material) dan proses polishing (pemolesan). Penerapan biaya ..., Iani Asysfa'ul, FE UI, 2013 Universitas Indonesia 34 Berikut adalah gambaran dari proses produsi IOL: Gambar 4.1 Proses Umum Produksi IOL Cutting Polishing Final Inspection Unsterile Sterilization Final Inspection Sterilization Labeling & Sealing Packing Sumber: Quality Manual IOL Product (telah diolah) Berdasarkan gambar tersebut, untuk membuat produk IOL, melalui tahapan Cutting, Polishing, Final Inspection Unsterill, Sterilization, Final Inspection Sterilization, Labeling & Order Preparation, dan Packing Process. 4.2.1 Cutting (Pemotongan) Dalam proses ini dilakukan pemotongan bahan baku utama.Proses pemotongan dilakukan secara bertahap yaitu dengan proses pemotongan bahan baku berupa sheet menjadi strip, selanjutnya strip dipotong menjadi button dan terakhir button dipotong menghasilkan lensa. Penerapan biaya ..., Iani Asysfa'ul, FE UI, 2013 Universitas Indonesia 35 Berikut adalah alur proses pemotongan bahan baku: Gambar 4.2 Pengolahan bahan baku dalam proses pemotongan Mengambil Bahan Baku (sheet) Memotong Sheet Menjadi Strip Memotong Strip menjadi Button Melakukan Pemotongan Button menjadi Lensa Mengirim Lensa ke Polishing Sumber: Procedute Manual - Cutting IOL Product Bahan baku PMMA / Foldable / Aspheric yang masih berupa lembaran besar (sheet) dipotong menjadi beberapa lembaran yang ukurannya lebih kecil (strip) setelah itu dilakukan kembali dengan memotong strip tersebut menjadi button. Proses pemotongan terakhir adalah dengan memotong button sehingga menghasilkan lensa. Pada proses pemotongan button untuk menjadi lensa, memerlukan pemeriksaan terhadap ketebalan lensa, optic diameter, dan resolusi lensa. Mesin yang digunakan untuk setiap tahapan pemotongan menggunakan mesin pemotong. Sementara untuk buruh / personil yang dilibatkan dalam proses ini adalah personel bagian pemotongan produk IOL dengan personel quality control. Personel quality control bertugas melakukan pemeriksaan lensa. Sementara buruh bekerja sebagai operator mesin dan juga melakukan perhitungan manual dan pemeriksaan general terhadap lensa. Penerapan biaya ..., Iani Asysfa'ul, FE UI, 2013 Universitas Indonesia 36 4.2.2 Polishing (Pemolesan) Polishing adalah proses memoles / mengasah lensa yang telah dipotong menjadi lensa yang sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan untuk masingmasing produk. Proses ini dimulai dari penerimaan lensa yang telah selesai dipotong. Selanjutnya, buruh pemolesan melakukan pemeriksaan untuk memastikan identitas lensa yang diterima dari personel pemotongan. Setelah dilakukan pengecekan identitas lensa, maka buruh pemolesan melakukan pencucian primer agar lensa siap untuk dipoles. Proses pemolesan merupakan proses penting dalam produk IOL, untuk lensa foldable proses pemolesan dilakukan selama kurang lebih 36 jam. Dalam satu kali proses pemolesan, kapasitas mesin pemolesan dapat memuat kurang lebih sebanyak 2000 lensa. Setelah pemolesan selesai, personil quality control melakukan pemeriksaan menggunakan mesin khusus untuk melakukan pemeriksaan kualitas dan spesifikasi lensa yang diproduksi. 4.2.3 Sterilization (Sterilisasi) Proses selanjutnya adalah melakukan sterilisasi lensa yang telah selesai dipoles. Proses ini merupakan tanggung jawab dari personel sterilisasi. Proses sterilisasi dilakukan oleh mesin khusus. Proses ini dimulai dari mempersiapkan mesin sterilisasi beserta inkubator dan AC sehari sebelum melakukan proses sterilisasi. Setelah itu, lensa disusun kedalam tray beserta dengan kit sterilisasi. Kapasitas maksimal mesin dalam satu kali proses adalah 200 lensa. Pada tahap ini selain buruh sterilisasi, quality control juga dilibatkan dalam proses ini, quality control bertugas melakukan pemeriksaan terhadap proses sterilisasi agar sesuai dengan prosedur. Setelah lensa selesai dilakukan sterilisasi, maka selanjutnya lensa dikirim ke bagian inventory untuk dilakukan proses pengemasan. 4.2.4 Labeling / Sealing (Pemberian Label / Penyegelan) Setelah dilakukan sterilisasi, buruh pengepakan mempersiapkan label dan mengisi labeling / sealing log book yang berisi informasi label yang akan diberikan ke lensa. Lensa yang akan diberikan label diletakan pada lens holder Penerapan biaya ..., Iani Asysfa'ul, FE UI, 2013 Universitas Indonesia 37 dengan posisi yang benar kemudian dilakukan penempelan label pada masingmasing lensa. Setelah melakukan proses penempelan label pada lensa, maka proses selanjutnya yaitu melakukan penyegelan. Buruh pengepakan juga melakukan pemeriksaan dan perhitungan terhadap lensa yg telah disegel. Setelah proses ini selesai maka lensa yang telah melalui proses label & sealing dikirimkan ke bagian persediaan. Proses ini merupakan kegiatan dan tanggung jawab dari buruh pengemasan yang terlibat dalam kegiatan dalam pemberian label dan penyegelan lensa dengan kriteria kerja tidak terjadi kesalahan penempelan lebel pada lensa. 4.2.5 Packing (Pengemasan) Proses ini merupakan akhir dari proses produksi IOL. Proses ini adalah melakukan pengemasan sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan. Proses ini dimulai dari penerimaan lensa yang akan dikemas, kemudian mempersiapkan bahan-bahan yang akan digunakan dalam pengemasan lensa. Selanjutnya, melakukan pengemasan sesuai spesifikasi pengemasan serta melakukan pemeriksaan terhadap lensa yang telah selesai dikemas. Keseluruhan proses ini dilakukan oleh buruh pengemasan. 4.3 Penerapan Biaya Standar pada Produk IOL Dalam perhitungan biaya standar, metode perhitungan biaya produksi dengan menggunakan operating costing system. Dikarenakan secara umum proses pada lensa dilakukan secara identik, namun komposisi penggunaan bahan baku, jam tenaga kerja maupun jam mesin berbeda. Dalam perhitungan biaya standar untuk produk IOL, menggunakan data yang ada pada Bill of Material (BOM). BOM merupakan informasi mengenai komponen bahan baku dan cara pengerjaan suatu produk untuk menghasilkan produk per batch produksi. Data ini dibuat berdasarkan spesifikasi masingmasing produk dan pengalaman dari bagian produksi untuk menghasilkan produk IOL dengan mutu yang baik. Informasi dalam BOM berupa rincian dari komponen biaya-biaya yang dibebankan dalam satu batch produksi yaitu komponen bahan baku langsung, Penerapan biaya ..., Iani Asysfa'ul, FE UI, 2013 Universitas Indonesia 38 tenaga kerja langsung, dan overhead pabrik. Pada tiap komponen biaya terdapat klasifikasi biaya berdasarkan pada volume kegiatan, yaitu biaya variabel dan biaya tetap. Dimana biaya variabel adalah biaya yang digunakan, bergantung pada jumlah unit yang diproduksi dalam satu batch. Sedangkan biaya tetap adalah biaya yang tidak dipengaruhi oleh jumlah unit yang diproduksi dalam batch. Dalam penerapan biaya standar bahan baku, perusahaan menetapkan standar harga bahan baku berdasarkan harga beli terakhir pada tahun lalu dan untuk standar kuantitas bahan baku mengacu pada data yang ada pada BOM. Sementara untuk biaya tenaga kerja dan overhead pabrik, perusahaan menggunakan anggaran biaya tenaga kerja dan anggaran overhead pabrik yang akan dialokasikan berdasarkan anggaran penggunaan masing-masing dasar alokasinya. Untuk biaya overhead pabrik menggunakan dasar alokasi penggunaan jam mesin dan untuk biaya tenaga kerja menggunakan jam kerja. Perusahaan hanya menggunakan satu rate untuk mengalokasikan biaya-biaya yang ada pada masing-masing cost center. Cost center yang dimiliki pabrik IOL adalah cost center labor IOL dan cost center overhead pabrik IOL. Proses produksi, dibagi menjadi tiga kelompok besar proses produksi berdasarkan produk yang dihasilkan.Dibawah ini adalah gambaran pembagian proses produksinya: Gambar 4.3 Proses Produksi Penerapan biaya ..., Iani Asysfa'ul, FE UI, 2013 Universitas Indonesia 39 Unsterile lens process adalah gabungan dari proses pemotongan, pemolesan dan pemeriksaan akhir lensa unsterile dengan produk akhir berupa lensa unsterile. Pada proses selanjutnya lensa unsterile dilakukan proses ke dua yaitu sterilization process. Hasil akhir dari proses ini adalah lensa yang telah tersterilisasi dan siap untuk dilakukan proses terakhir yaitu finished goods process. Proses ini merupaan proses pengepakan yang merupakan proses akhir dari produk IOL. Proses pengepakan menghasilkan produk IOL yang siap untuk dijual (finished goods). 4.3.1 Penggunaan Sistem Exact dalam Penentuan Biaya Standar Perhitungan biaya standar dilakukan setiap awal tahun yang dilakukan oleh sistem exact. Dengan sistem exact perusahaan dapat melakukan perhitungan biaya standar secara terkomputerisasi berdasarkan pada masing-masing jenis produk. Sistem exact merupakan sistem akuntansi yang digunakan perusahaan. Selain digunakan untuk akuntansi, sistem ini juga digunakan sebagai sistem proses produksi yang dapat melakukan perhitungan biaya produksi perusahaan, menyimpan informasi persediaan barang jadi dan informasi bahan baku berupa tanggal pembelian, harga, jumlah barang yang tersisa digudang. Selain informasi persediaan barang jadi dan bahan baku, sistem exact juga memiliki juga memiliki informasi dua cost center yang terdapat pada pabrik IOL, yaitu cost center untuk biaya labor IOL dan overhead pabrik IOL. Cost center labor IOL merupakan pengelompokan biaya-biaya yang dikeluarkan perusahaan sehubungan dengan biaya yang dikeluarkan untuk tenaga kerja pabrik IOL. Sedangkan cost center overhead pabrik IOL mengelompokan biaya-biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan sehubungan dengan biaya tidak langsung yang terjadi akibat dari kegiatan produksi pabrik IOL. Sehubungan dengan penentuan biaya standar, sistem ini juga dilengkapi dengan adanya penyimpanan data BOM. Data BOM berisikan rincian dari komponen-komponen biaya yang diperlukan untuk menghasilkan produk per batch produksi yaitu komponen biaya bahan baku langsung, tenaga kerja dan overhead pabrik. Penerapan biaya ..., Iani Asysfa'ul, FE UI, 2013 Universitas Indonesia 40 4.3.2 Biaya Bahan Baku a) Komponen Bahan Baku: Dalam Proses Lensa Unsterile : Bahan baku utama yang digunakan adalah lensa foldable dengan bahan baku langsung lainnya seperti optical wax, bahan A, B, C, D, dan F. Bahan lensa foldable, optic wax, dan bahan A merupakan bahan yang digunakan dalam proses pemotongan, bahan lainnya yaitu bahan B, C, D dan F merupakan bahan baku yang digunakan untuk proses pemolesan. Keseluruhan bahan baku tersebut merupakan komponen bahan variabel sehingga penggunaan bahan baku bergantung pada jumlah kuantitas unit yang ingin diproduksi. Dalam Proses Sterilization: Bahan baku pada proses ini berasal dari proses sebelumnya yaitu lensa unsterile dan juga kit sterilisasi. Kit sterilisasi merupakan komponen bahan baku tetap dimana penggunaan bahan baku ini tidak dipengaruhi oleh banyaknya lensa yang diproses. Dalam Proses Finished Goods: Bahan baku pada proses ini berasal dari proses sebelumnya yaitu lensa yang telah disterilisasi. Untuk proses Labeling / Sealing bahan baku yang digunakan adalah Package Label Foldable Print Colour & bahan F. Komponen lainnya yaitu bahan A, B, C, dan D merupakan komponen bahan untuk proses pengepakan. Keseluruhan bahan baku merupakan bahan baku variabel. b) Biaya Standar Bahan Baku Untuk masing-masing proses produksi, penerapan biaya standar untuk bahan baku dilakukan dengan hal yang sama yaitu menentukan dua jenis standar yaitu standar harga bahan baku dan standar kuantitas pemakaian bahan baku. 1. Standar Harga Bahan Baku Langsung Untuk perhitungan biaya standar, harga bahan yang digunakan dalam perhitungan adalah harga beli terakhir tahun lalu (pembelian Penerapan biaya ..., Iani Asysfa'ul, FE UI, 2013 Universitas Indonesia 41 terakhir pada tahun 2012). Sistem exact menyimpan data pembelian bahan produksi, hal ini dapat mempermudah perhitungan biaya standar. 2. Standar Kuantitas Pemakaian Bahan Baku Prosedur penyusunan kuantitas bahan baku mengacu kepada data yang ada pada BOM dengan penyesuaian kuantitas bahan baku untuk proses lensa unsterile yang dilakukan penambahan sebesar 20%. Dengan demikian perhitungan total biaya standar bahan baku adalah sebagai berikut: Total Biaya Standar = ∑ (Standar Harga Bahan Baku X Standar Penggunaan Bahan Bahan Baku Baku) 4.3.3 Biaya Tenaga Kerja a) Komponen Biaya Tenaga Kerja: Komponen biaya yang dibebankan pada tenaga kerja langsung adalah biaya yang ada pada cost center labor IOL. Biaya yang ada pada cost center tersebut antara lain adalah: 1. Biaya Upah & Gaji Biaya ini merupakan biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk menggaji kurang lebih sebanyak 60 buruh yang secara khusus bekerja dan terlibat langsung dalam proses produksi IOL / buruh pabrik. Sehingga dalam proses produksi produk IOL, buruh pabrik yang dipekerjakan adalah buruh yang secara khusus hanya terlibat dalam proses produksi IOL saja (tidak bekerja untuk departmen produksi CHC). Buruh tersebut ditempatkan berdasarkan proses-proses produksi produk IOL. Upah dan gaji yang ada pada cost center ini adalah upah gaji buruh dan quality control produksi IOL dari masing-masing proses produksi pemotongan, pemolesan, sterilisasi, pemberian label dan pengepakan. 2. Biaya THR & Bonus THR dan Bonus adalah tambahan gaji yang diberikan kepada buruh setahun sekali pada akhir tahun sebesar satu bulan gaji pokok. Penerapan biaya ..., Iani Asysfa'ul, FE UI, 2013 Universitas Indonesia 42 3. Biaya Overtime / Lembur Biaya ini diberikan kepada buruh sebagai upah dikarenakan bekerja melebihi dari jam kerja yang seharusnya. 4. Biaya Tunjangan Kesehatan Tunjangan ini merupakan biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk mengganti biaya dokter, obat dan biaya rumah sakit bagi buruh & personel pabrik. Untuk yang sudah menikah, maka penggantian biaya juga berlaku untuk istri dan dua orang anak. Karyawan harus memberikan kuitansi asli dari pembayaran. 5. Biaya Jamsostek THT Tunjangan ini merupakan biaya yang dikeluarkan perusahaan sehubungan dengan perlindungan yang yang ditawarkan bersifat untuk menjamin adanya keamanan dan kepastian terhadap risiko-risiko sosial ekonomi, diberikan atas penanggungan biaya jamsostek oleh perusahaan sebesar 2% dari gaji karyawan. 6. Biaya Jaminan Keselamatan Kerja (JKK) dan Jaminan Kematian (JKM) JKK & JKM merupakan biaya / iuran yang dibayarkan perusahaan kepada JAMSOSTEK sebagai jaminan dan kompensasi bagi tenaga kerja yang mengalami kecelakaan atau kematian. 7. Biaya Tunjangan Transport Biaya tunjangan transport diberikan oleh perusahaan untuk para pekerjanya. Tunjangan ini merupakan tunjangan tidak tetap bagi karyawannya karena perhitungannya berdasarkan pada kehadiran. 8. Incentive Biaya ini diberikan kepada khusus kepada buruh yang memiliki performa kerja yang bagus dengan standar kecepatan diatas standar. Penerapan biaya ..., Iani Asysfa'ul, FE UI, 2013 Universitas Indonesia 43 b) Alokasi Biaya Tenaga Kerja 1. Standar Tarif (Rate) Standar tarif yang digunakan untuk penetapan harga standar adalah anggaran untuk cost center labor IOL. Perhitungan anggaran menggunakan jumlah biaya yang terjadi pada cost center tahun lalu (2012), kemudian anggaran tahun lalu dilakukan penyesuaian untuk kondisi yang akan datang (2013) dengan berbagai pertimbangan diantaranya adalah penyesuaian dikarenakan adanya perubahan target produksi tahun ini, inflasi, perubahan terhadap kenaikan beban rutin (perubahaan tarif dasar listrik atau perubahan terhadap iuran JHT/JKK/JKM), penghematan yang dapat dilakukan, dan masih banyak lagi. Penyusunan anggaran dilakukan melalui rapat dengan seluruh departemen terkait diantanya adalah departemen Finance & Accounting, Marketing, Production, Research & Development, Production Planning & Inventory Control. Anggaran yang telah disetujui oleh direktur utama perusahaan akan dibagi dengan dasar alokasi direct labor yaitu total standar jam tenaga kerja pabrik IOL. Dengan demikian didapatkan rumus sebagai berikut: Rate Tenaga Kerja Langsung = Anggaran Biaya Tenaga Kerja Langsung Total Standar Jam Tenaga Kerja Penggunaan rate tersebut digunakan untuk perhitungan biaya berdasarkan penggunaan jam kerja pada masing-masing proses produksi. o Dalam Proses Lensa Unsterile : Jam kerja yang diperhitungkan pada proses ini adalah tenaga kerja buruh pemotongan, buruh pemolesan dan personil quality control untuk inspeksi akhir. o Dalam Proses Sterilization: Jam kerja buruh yang diperhitungkan pada proses ini adalah tenaga kerja untuk sterilisasi dan juga personel quality control untuk inspeksi akhir dari sterilisasi. Penerapan biaya ..., Iani Asysfa'ul, FE UI, 2013 Universitas Indonesia 44 o Dalam Proses Finished Goods Biaya tenaga kerja yang dibebankan pada proses ini adalah tenaga kerja untuk proses pemberian label dan pengepakan produk. 2. Standar Jam Tenaga Kerja Penyusunan standar jam tenaga kerja juga mengacu kepada data yang ada pada BOM dengan tambahan jam tenaga kerja sebesar 20% untuk proses lensa unsterile. 4.3.4 Overhead pabrik a) Komponen Biaya Overhead Pabrik: Komponen biaya overhead pabrik adalah biaya yang ada pada cost center overhead pabrik IOL. Biaya yang ada pada cost center tersebut antara lain adalah sebagai berikut: 1. Biaya Gaji Karyawan Biaya ini merupakan biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk membayar gaji karyawan pabrik IOL yang tidak terlibat langsung dalam proses produksi barang diantarannya adalah karyawan untuk departemen R & D, PPIC, production staff, dan juga gaji untuk petugas kebersihan dan keamanan pabrik. Selain itu dalam biaya ini juga terdapat alokasi sebesar 30% untuk gaji manager bagian QC, R&D, PPIC, Engineering & Maintenance, dan Production Department. Sementara 70% gaji manajer sisanya dialokaskan kepada overhead pabrik CHC dikarenakan satu orang manajer departemen tersebut juga bekerja untuk pabrik CHC. 2. Biaya THR THR adalah tambahan gaji yang diberikan kepada karyawan setahun sekali pada akhir tahun sebesar satu bulan gaji pokok. 3. Bonus Biaya ini dikeluarkan oleh perusahaan sebagai tambahan gaji yang diberikan setiap enam bulan sekali berdasarkan performance setiap karyawannya. Penerapan biaya ..., Iani Asysfa'ul, FE UI, 2013 Universitas Indonesia 45 4. Biaya Tunjangan Jabatan Biaya ini merupakan penghasilan tambahan yang diberikan oleh perusahaan untuk pegawai yang memiliki jabatan. 5. Pesangon Penghasilan yang diterima pegawai tetap sehubungan dengan berakhirnya masa kerja atau terjadi pemutusan. 6. Depresiasi (Penyusutan) Depresiasi merupakan biaya yang dibebabkan terkait dengan dimilikinya aset pabrik IOL berupa bangunan pabrik, peralatan pabrik, dan tujuh mesin-mesin produksi yakni mesin pemotong, pemoles, sterilisasi, pemberi label, pengepakan dan dua mesin inspekasi akhir. 7. Biaya perjalanan (Traveling Expense) Biaya perjalannan merupakan biaya yang dikeluarkan apabila terdapat karyawan yang melakukan bisnis trip dalam kota, luar kota maupun luar negri. 8. Katering Biaya ini adalah biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk makanan siang para karyawannya. 9. Biaya perawatan dan perbaikan mesin dan peralatan Biaya ini adalah biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan perawatan & perbaikan mesin-mesin yang dimiliki perusahaan. Untuk biaya perbaikan mesin & peralatan biaya ini termasuk biaya yang digunakan untuk pembelian sparepart mesin yang rusak. 10. Biaya Oprasional Biaya oprasional meliputi pada biaya yang dikeluarkan untuk listrik, telepon dan air. Penerapan biaya ..., Iani Asysfa'ul, FE UI, 2013 Universitas Indonesia 46 b) Alokasi Overhead Pabrik Perhitungan biaya standar yang digunakan untuk overhead pabrik adalah sama seperti perhitungan pada tenaga kerja langsung. Namun, untuk overhead pabrik menggunakan dasar alokasi jam mesin. Berikut ini adalah dua aspek yang digunakan dalam menetapkan, biaya standar. 1. Standar rate overhead pabrik Standar rate yang digunakan untuk penetapan harga standar adalah anggaran untuk cost center overhead pabrik IOL yang dihitung berdasarkan pada biaya aktual cost center tahun lalu yang telah dilakukan penyesuaian. Setelah didapat jumlah anggaran, maka dibagi dengan total standar penggunaan jam mesin pabrik IOL. Rate Overhead Pabrik = Anggaran Biaya Overhead Pabrik Total Pemakaian Jam Kerja Mesin Rate Overhead Pabrik, digunakan untuk perhitungan biaya berdasarkan penggunaan jam mesin pada masing-masing proses produksi o Dalam proses Lensa Unsterile : Jam mesin yang diperhitungkan pada proses lensa unsterile adalah jam penggunaan mesin pemotong, mesin pemoles dan mesin inspeksi akhir. Dengan pengklasifikasian biaya mesin pemoles adalah biaya tetap, sementara untuk mesin lainnya yaitu mesin pemotong dan mesin inspeksi akhir merupakan biaya variabel. Kategori biaya tetap untuk mesin pemoles dikarenakan dalam satu kali proses mesin pemolesan memiliki kapasitas maksimum 2000 lensa. Sedangkan pada pemotongan dapat menghasilkan maksimal 50 lensa (dengan asumsi tidak terdapat lensa yang rusak). Hal ini menyebabkan berapapun lensa yang dihasilkan pada proses pemotongan, maka proses pemolesan tetap menggunakan 36 jam yang sama. Penerapan biaya ..., Iani Asysfa'ul, FE UI, 2013 Universitas Indonesia 47 o Dalam proses Sterilization: Jam mesin yang diperhitungkan pada proses ini adalah jam mesin untuk penggunaan mesin sterilisasi. Sama hal nya dengan mesin pemolesan, penggunaan mesin sterilisai juga diklasifikasikan kedalam biaya tetap o Dalam proses Finished Goods Jam mesin yang diperhitungkan pada proses ini adalah jam mesin dari penggunaan mesin pemberian label dan pengepakan. 2. Standar jam mesin Standar overhead pabrik menggunakan dasar alokasi berupa jam mesin yang ada pada BOM dengan tambahan jam tenaga kerja sebesar 20% untuk proses lensa unsterile. 4.4 Perhitungan Biaya Standar Dalam simulasi perhitungan, penulis akan mensimulasikan perhitungan pada salah satu produk IOL yaitu Neo Eye Foldable Lens (RF-31PL). Perhitungan ini tidak menggunakan data yang sebenarnya dikarenakan kerahasiaan perusahaan. 4.4.1 Penyusunan Target Produksi Perhitungan biaya standar diawali dengan penyusunan target produksi yang ditetapkan pada tahun 2013. Penyusunan target produksi yang dikelompokan berdasarkan bahan baku utama produk IOL adalah sebagai berikut: Tabel 4.1 Target Produksi 2013 Production Target Q Target Produksi 2013 PMMA Lenses 450,000 Foldable Lenses 135,000 Aspheric Lenses 75,000 Total Production Target 660,000 Penerapan biaya ..., Iani Asysfa'ul, FE UI, 2013 Universitas Indonesia 48 Penyusunan target produksi tersebut dilakukan oleh beberapa departemen terkait diantaranya departemen Marketing Medical Device, Finance & Accounting dan juga PPIC untuk pabrik IOL. 4.4.2 Perhitungan Biaya Standar Bahan Baku Seperti yang telah disebutkan pada sub bab sebelumnya, dalam melakukan perhitungan biaya standar bahan baku dilakukan penentuan dua jenis standar yaitu standar harga baku dan juga standar kuantitas pemakaian bahan baku. Standar harga bahan baku menggunakan harga beli terakhir pada tahun 2012. Harga tersebut dapat diambil dari program exact yang juga menyimpan informasi mengenai data pembelian bahan baku berupa harga beli per unit, supplier, dan tanggal pembelian terakhir. Sementara untuk penentuan standar pemakaian bahan baku berpedoman pada data BOM yang ada pada masingmasing proses. Berikut adalah standar kuantitas bahan baku dan standar pemakaian bahan baku untuk setiap proses produk Neo Eye Foldable Lens RF31PL: Tabel 4.2 Daftar Standar Harga & Kuantitas Penggunan Bahan Baku Proses Lensa Unsterile Standar Harga & Kuantitas Bahan Baku Dalam Proses Lensa Unsterile untuk 40 Unit Lensa Standar Nama Bahan Baku Benz Foldable Material Optical Wax Harga per Unit (Rp) 13,538 553,696 Kuantitas 50 pcs 0.0435 kg A 1,028 1.3 g B 2,400 50 pcs C 18,490 50 pcs D 3,794 50 pcs E 5,014 50 pcs F 88 50 pcs Penerapan biaya ..., Iani Asysfa'ul, FE UI, 2013 Universitas Indonesia 49 Tabel 4.3 Daftar Standar Harga & standar kuantitas Penggunan Bahan Baku Proses Sterilisasi Standar Harga & Kuantitas Bahan Baku Dalam Proses Sterilisasi untuk 200 Unit lensa Standar Nama Bahan Baku Harga per Unit (Rp) Kuantitas RF-31PL (Unsterile) 63,827 200 pcs BI for Steam Sterilization 48,000 1 pcs Tabel 4.4 Daftar Standar Harga & Kuantitas Penggunaan Bahan Baku Proses Finished Goods Standar Harga & Kuantitas Bahan Baku Dalam Proses Finish Goods untuk 50 Unit lensa Standar Nama Bahan Baku Harga per Unit (Rp) RF-31PL (Sterile) Kuantitas 93,871 50 pcs 1,830 25 pcs A 150 50 pcs B 280 50 pcs C 2,240 50 pcs D 17,250 1 pcs E 120 50 pcs F 140 50 pcs Package Label Foldable Print Colour 4.4.3 Perhitungan Biaya Standar Tenaga Kerja dan Overhead Pabrik Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya pada bab ini, perusahaan menggunakan anggaran biaya tenaga kerja dan total standar penggunaan jam tenaga kerja pabrik IOL tahun 2013 untuk melakukan perhitungan rate tenaga kerja sehingga dapat mengalokasikan biaya tenaga kerja berdasarkan pada penggunaan standar jam tenaga kerja suatu produk. Sementara untuk biaya overhead pabrik, perusahaan menggunakan anggaran overhead pabrik dan total standar penggunaan jam mesin tahun 2013 untuk melakukan perhitungan rate overhead pabrik Penerapan biaya ..., Iani Asysfa'ul, FE UI, 2013 sehingga dapat Universitas Indonesia 50 mengalokasikan biaya overhead pabrik berdasarkan penggunaan standar jam mesin suatu produk 4.4.3.1 Penyusunan Anggaran Penyusunan anggaran untuk biaya tenaga kerja dan overhead pabrik dilakukan dengan melakukan penyesuaian biaya yang ada pada dua cost center yang ada pada pabrik IOL yaitu cost center labor IOL dan overhead IOL. Penyusunan anggaran dilakukan berdasarkan pada pengeluaran yang benar-benar terjadi pada tahun 2012 kemudian dilakukan penyesuaian-penyesuaian dengan berbagai pertimbangan seperti yang telah dijelaskan pada sub bab sebelumnya. Berikut adalah anggaran pada dua cost center untuk tahun 2013: Tabel 4.5 Anggaran Pabrik IOL Tahun 2013 Total Anggaran Pabrik IOL Cost Center Anggaran Direct Labor Rp. Factory Overhead Rp. 9.504.843.000,00 4.195.278.000,00 4.4.3.2 Perhitungan Total Standar Penggunaan Jam Tenaga Kerja dan Jam Mesin Setelah dilakukannya penyusunan anggaran, selanjutnya adalah melakukan perhitungan total jam tenaga kerja dan jam mesin yang digunakan pada tahun produksi 2013. Berikut ini adalah perhitungannya: Tabel 4.6 Perhitungan Total Standar Jam Tanaga Kerja Langsung dan Jam Mesin Target Produksi 2013 Q Target Produksi 2013 PMMA Lenses 450,000 Foldable Lenses 135,000 Aspheric Lenses 75,000 TOTAL 660,000 PRODUCTION TARGET Standar Penggunaan per Unit Unsterile lens Sterilization Finish Goods Jam Jam Jam Tenaga Jam Tenaga Jam Tenaga Jam Kerja Mesin Kerja Mesin Kerja Mesin 0.325 0.175 0.077 0.095 0.130 0.020 0.719 1.219 0.015 0.015 0.130 0.020 0.513 0.213 0.009 0.072 0.130 0.020 Total Jam Tenaga Kerja 239,417 116,606 48,840 404,863 Penggunaan standar tersebut dikalikan target produksi pabik IOL sehingga menghasilkan total standar penggunaan jam tenaga kerja dan jam mesin untuk tahun 2013. Penerapan biaya ..., Iani Asysfa'ul, FE UI, 2013 Universitas Indonesia Jam Mesin 130,417 169,256 22,818 322,491 51 Berikut ini adalah detail perhitung standar jam tenaga kerja dan jam mesin per unit dalam setiap proses: a. Proses Lensa Unsterile: Pada proses ini, perusahaan mengestimasi 20% unit mengalami kerusakan sehingga dari satu batch produksi yaitu sebanyak 50 lensa hanya 40 lensa yang diestimasikan memenuhi kualifikasi. Kerusakan dianggap merupakan kerusakan normal dikarenakan pada proses pemotongan dengan menggunaan mesin pemotong yang memerlukan keakuratan ekstra yang pada praktiknya rata-rata pabrik hanya dapat menghasilkan 80% lensa yang memenuhi kualifikasi. Sehingga dalam perhitungan standar jam kerja tenaga kerja dan jam mesin dikalikan 100/80. Sehingga untuk menghasilkan 40 lensa, penggunaan jam tenaga kerja & jam mesin sebagai berikut: Penggunaan Jam Mesin Penggunaan Jam Tenaga Kerja: - Buruh Pemotongan - Buruh Pemolesan - Busuh Pemeriksaan Akhir Total Penggunaan/batch 11 - Mesin Pemotongan 4 - Mesin Pemolesan - Mesin Pemeriksaan 8 23 b. 36 1 Akhir Total Penggunaan/batch Standar jam tenaga kerja per unit adalah : (23 jam X 100/80) / 40 unit = 0.719 Standar jam mesin per unit adalah 2 : (39 jam X 100/80) / 40 unit = 1.219 Proses Sterilisasi: Dalam satu batch produksi pada proses ini, lensa yang dapat disterilisasi sebanyak 200 lensa. Tidak seperti proses lensa unsterile, proses ini tidak mengestimasikan terjadinya kesalahan dalam pengerjaannya, sehingga produk yang dihasilkan dalam proses ini 100% unit barang dapat diproses dengan hasil Penerapan biaya ..., Iani Asysfa'ul, FE UI, 2013 Universitas Indonesia 39 52 baik. Berikut ini merupakan penggunaan jam tenaga kerja & jam mesin dalam proses sterilisasi: Penggunaan Jam Tenaga Kerja: - Penggunaan Jam Mesin Buruh Sterilisasi 2 - - Buruh Pemeriksaan Akhir Mesin Sterilisasi 3 1 Total Penggunaan/batch 3 Total Penggunaan/batch Standar jam tenaga kerja per unit adalah : 3 jam / 200 unit = 0.015 Standar jam mesin per unit adalah : 3 jam / 200 unit = 0.015 c. Proses Finish Goods 3 Sama hal nya dengan proses sterilisasi, dalam proses finish goods, satu batch produksi diestimasikan menghasilkan 100% unit barang dengan kondisi baik. Pada proses ini, lensa yang dapat diproses sebanyak 50 lensa dengan penggunaan jam tenaga kerja & jam mesin sebagai berikut: Penggunaan Jam Tenaga Kerja: - Buruh Labeling - Buruh Pengepakan Total Penggunaan/batch Penggunaan Jam Mesin 2.5 - Mesin Labeling 0.5 4 - Mesin Pengepakan 0.5 6.4 Total Penggunaan/batch Standar jam tenaga kerja per unit adalah : 6.4 jam / 50 unit = 0.13 Standar jam mesin per unit adalah : 1 jam / 50 unit = 0.02 4.4.3.3 Perhitungan Rate Tenaga Kerja dan Overhead Pabrik Berdasarkan anggaran dan total standar penggunaan jam tenaga kerja dan jam mesin, maka perhitungan rate untuk alokasi biaya tenaga kerja dan overhead pabrik dapat dilakukan. Penerapan biaya ..., Iani Asysfa'ul, FE UI, 2013 Universitas Indonesia 1 53 Berikut adalah perhitungannya: Rate Tenaga Kerja Langsung = Anggaran Tenaga Kerja Langsung Total Standar Jam Tenaga Kerja = Rp 4.195.278.000,00 404.863 Jam = Rate Overhead Pabrik = Rp 10,362 Anggaran Overhead Pabrik Total Pemakaian Jam Kerja Mesin = Rp 9.504.843.000,00 322,491 = Rp 29,473 Setelah dilakukan perhitungan rate, maka proses selanjutnya adalah dengan melakukan perhitungan untuk produk IOL berdasarkan masing-masing prosesnya. 4.4.4 Biaya Standar Produk per Unit Lensa Neo Eye Foldable Lens RF- 31PL Berikut ini adalah perhitungan biaya standar untuk lensa Neo Eye Foldable Lens RF-31PL yang dihitung berdasarkan pada setiap tahapan proses produksi. 4.4.4.1 Proses Produksi Lensa Unsterile Proses ini merupakan proses pengolahan bahan baku dengan proses cutting dan polishing sehingga menghasilkan lensa unsterile. Dalam satu batch produksi, bahan baku yang digunakan adalah bahan baku untuk 50 lensa. Namun berdasarkan pengalaman dari bagian produksi, proses ini sebesar 20% mengalami kerusakan dalam proses pemotongan sehingga total lensa yang dihasilkan pada proses ini diestimasikan hanya 40 unit lensa. Penerapan biaya ..., Iani Asysfa'ul, FE UI, 2013 Universitas Indonesia 54 Berikut adalah perhitungannya: 1. Biaya Standar Bahan Baku Langsung Item Description Quantity Item Benz Foldable Material 50 Item Optical Wax 0.04 kg Item A 1.3 g Item B 50 Item C Item D Item Item Rate Fixed Variable Total 13,538 0. 676,900. 676,900. 553,696 0. 24,086. 24,086. 1,028 0. 1,336. 1,336. pcs 2,400 0. 120,000. 120,000. 50 pcs 18,490 0. 924,500. 924,500. 50 pcs 3,794 0. 189,700. 189,700. E 50 pcs 5,014 0. 250,700. 250,700. F 50 pcs 88 0. 4,400. 4,400. 0. 2,191,622. 2,191,622. Fixed Variable Total 0. 113,984. 113,984. 0. 41,449. 41,449. 0. 82,898. 82,898. 238,331. Variable 238,331. Total pcs Total 2. Biaya Standar Tenaga Kerja Langsung Labor hours Description Quantity Labor hours Labor Hours of IOL Cutting 11 manhour Labor hours Labor Hours of IOL Polishing 4 manhour Labor hours Labor Hours of IOL Final Inspection 8 manhour Total hours Labor Description Quantity Rate 0. Fixed Labor hours Labor Hours of IOL Cutting 11 113,984. 113,984. Labor Hours of IOL Polishing Description 4 manhour Quantity 10,362 10,362 Rate 10,362 0. Labor hours Machines 0. Fixed 41,449. Variable 41,449. Total 3. Biaya Overhead Labor hours Standar Labor Hours of IOL FinalPabrik Inspection Machines Machine Hours of IOL Cutting Total Rate manhour 8 manhour 2 hour hour Machines Machine Hours of IOL Polishing 36 Machines Machines Machine Hours of IOL Final Inspection Description 1 hour Quantity Total Machines Machine Hours of IOL Cutting 2 hour Machines Machine Hours of IOL Polishing 36 hour Machines Machine Hours of IOL Final Inspection 1 hour 10,362 10,362 10,362 29,473 29,473 29,473 Rate 29,473 29,473 29,473 Total 0. 0. 82,898. 58,946. 0. Fixed 29,473. Variable 29,473. Total 1,061,036. 0. 88,420. 58,946. 1,149,455. 58,946. 1,061,036. 0. 1,061,036. 0. 29,473. 29,473. 1,061,036. 88,420. 1,149,455. 1,061,036. Fixed Variable Total 0. 2,191,622. 2,191,622. Item Labor hours Machines 0. 238,331. 238,331. 1,061,036. 88,420. 1,149,455. 0. 0. 0. Extra charges Margin Total Total(Per unit) 0. 0. 0. 0. 1,061,036. 2,518,373. 3,579,409. 26,526. 62,959. 89,485. Berdasarkan perhitungan diatas, maka didapatkan total perhitungan untuk proses lensa unsterile sebanyak 40 lensa adalah sebesar total biaya yang digunakan adalah sebesar Rp. 3.579.409,00 dengan biaya yang dibebankan untuk satu buah lensa unsterile sebesar Rp. 89.485, 00. Biaya tersebut akan digunakan pada perhitungan biaya pada proses sterilisasi. Penerapan biaya ..., Iani Asysfa'ul, FE UI, 2013 58,946. 238,331. 4. Total Biaya Proses Lensa Unsterile Total costs 82,898. 0. Universitas Indonesia 238,331. 1,061,036. 55 4.4.4.2 Proses Strilisasi lensa Proses ini bertujuan untuk mensterilkan lensa yang telah dihasilkan. Dalam satu kali proses, lensa yang dapat sebanyak 200 lensa. Berikut ini adalah standar biaya pada proses sterilisasi: 1. Biaya Standar Bahan Baku Bahan baku yang terlibat pada proses ini adalah lensa unsterile yang dihasilkan oleh proses sebelumnya yaitu lensa unsterill dengan biaya per unit sebesar 89.485,00 ditambah dengan kit sterilisasi yang dimasukan dalam klasifikasi biaya tetap. Dengan perhitungan sebagai Item Description Quantity Item RF-31PL (Unsterile) 200 pcs 89,485 Item Rate BI for Steam Sterilization (Self Contained BI) 1 pcs 48,000 Total 2. Quantity Labor hours Labor Hours of IOL Sterilization 2 manhour Labor hours Rate Labor Hours of IOL Final Inspection 1 manhour 10,362 10,362 Total Fixed Variable Total 0. 17,897,044. 17,897,044. 48,000. 0. 48,000. 48,000. 17,897,044. 17,945,044. Fixed Variable Total 0. 20,724. 20,724. 0. 10,362. 10,362. 0. 31,087. 31,087. Biaya Standar Overhead Pabrik Machines Description Quantity Machines Machine Hours of IOL Sterilization 3 Rate hour 29,473 Total 4. berikut: Biaya Standar Tenaga Kerja Langsung Labor hours Description 3. Rp. Fixed Variable Total 88,420. 0. 88,420. 88,420. 0. 88,420. Total Biaya Proses Sterilisasi Total costs Item Labor hours Fixed Variable Total 48,000. 17,897,044. 17,945,044. 0. 31,087. 31,087. 88,420. 0. 88,420. Extra charges 0. 0. 0. Margin 0. 0. 0. 136,420. 17,928,131. 18,064,551. 682. 89,641. 90,323. Machines Total Total(Per unit) Berdasarkan perhitungan diatas, maka didapatkan total biaya produksi satu lensa setelah melalui proses sterilisasi sebesar Rp 90.323,00. Lensa yang telah tersterilisasi selanjutnya akan digunakan pada proses selanjutnya. Penerapan biaya ..., Iani Asysfa'ul, FE UI, 2013 Universitas Indonesia 56 4.4.4.3 Finished Goods Process Proses ini merupakan proses akhir dalam kegiatan produksi, kegiatan utama proses ini adalah memberikan label dan mengemas lensa yang telah melalui proses sterilisasi. Dalam satu kali proses, proses ini dapat menghasilkan lensa yang siap dijual sebanyak 50 buah. 1. Biaya Standar Tenaga Kerja Langsung Item Description Quantity Fixed Variable Total Item RF-31PL (Sterile) 50 pcs Rate 90,323 0. 4,516,138. 4,516,138. Item Package Label Foldable Print Colour 25 pcs 1,830 0. 45,750. 45,750. Item A 50 pcs 150 0. 7,500. 7,500. Item B 50 pcs 280 0. 14,000. 14,000. Item C 50 pcs 2,240 0. 112,000. 112,000. Item D 1 pcs 17,250 0. 17,250. 17,250. Item E 50 pcs 120 0. 6,000. 6,000. Item F 50 pcs 140 0. 7,000. 7,000. 0. 4,725,638. 4,725,638. Fixed Variable Total 0. 25,906. 25,906. Total 2. Biaya Standar Tenaga Kerja Langsung Labor hours Description Quantity Labor hours Labor Hours of IOL Labeling 2.5 manhour Rate 10,362 Labor hours Labor Hours of IOL Packing 4 manhour 10,362 0. 41,449. 41,449. 0. 67,354. 67,354. Fixed Variable Total 0. 14,737. 14,737. Total 3. Biaya Standar Overhead Pabrik Machines Description Quantity Machines Machine Hours of IOL Labeling 0.5 hour Rate 29,473 Machines Machine Hours of IOL Packing 0.5 hour 29,473 Total 0. 14,737. 14,737. 0. 29,473. 29,473. Berdasarkan perhitungan diatas, maka didapatkan total biaya produksi pada satu kali proses finished goods sebanyak 50 lensa adalah sebesar Rp 96.449,00. Berikut adalah ringkasan perhitungannya: Total costs Fixed Variable Total Item 0. 4,725,638. 4,725,638. Labor hours 0. 67,354. 67,354. Machines 0. 29,473. 29,473. Extra charges 0. 0. 0. Margin 0. 0. 0. Total 0. 4,822,465. 4,822,465. Total(Per unit) 0. 96,449. 96,449. Penerapan biaya ..., Iani Asysfa'ul, FE UI, 2013 Universitas Indonesia 57 Proses ini merupakan proses akhir, maka penetapan biaya standar untuk salah satu produk IOL, yaitu produk Neo Eye Foldable Lens adalah sebesar Rp 96.449,00. 4.5 Analisis 4.5.1 Analisis Perhitungan Biaya Standar Bahan Baku Standar harga bahan baku menggunakan harga terakhir pembelian pada tahun sebelumnya. Harga terakhir pembelian pada tahun sebelumnya merupakan harga pasar pada saat penyusunan biaya standar. Apabila terdapat perubahan signifikan terhadap harga bahan baku, perusahaan melakukan perhitungan ulang atau revisi terhadap biaya standarnya. Dengan demikian penulis berpendapat bahwa standar harga bahan baku yang dipakai oleh perusahaan cukup relevan. Untuk standar kuantitas bahan baku menggunakan data BOM yang dibuat berdasarkan pengalaman departemen produksi untuk memproduksi lensa sesuai dengan standar mutu yang telah ditetapkan. Dengan demikian penetapan standar kuantitas bahan baku dengan menggunakan BOM telah menggunakan data yang memadai. Estimasi 20% kerusakan bahan baku dalam proses lensa unsterile menyebabkan biaya standar pada proses ini menjadi terlalu tinggi, dikarenakan proses lensa unsterile merupakan gabungan dari proses pemotongan, proses pemolesan dan inspeksi akhir. Sementara kerusakan bahan baku terjadi pada proses pemotongan saja, oleh sebab itu seharusnya 20% penambahan bahan bahan baku hanya dilakukan pada bahan baku yang digunakan pada proses pemotongan yaitu lensa foldable, optic wax, dan bahan A. 4.5.2 Analisis Perhitungan Biaya Standar Tenaga Kerja & Overhead Pabrik Biaya tenaga kerja pada perusahaan telah memperhatikan ketentuan pemerintah dengan membayar gaji mengikuti upah minimum regional Penerapan biaya ..., Iani Asysfa'ul, FE UI, 2013 Universitas Indonesia 58 yang telah ditetapkan. Selain itu perusahaan juga memberikan berbagai tunjangan untuk pekerja IOL. Dalam pengalokasian biaya tenaga kerja dan overhead pabrik pada produk yang dihasilkan, perusahaan menggunakan rate atau tarif yang ditetapkan terlebih dahulu. Untuk biaya tenaga kerja, dasar alokasi menggunakan jam tenaga kerja sedangkan untuk biaya overhead pabrik menggunakan jam mesin. Pemilihan cost allocation base, Masing-masing jenis produk menggunakan jam tenaga kerja dan jam mesin yang berbeda-beda. Standar jam tenaga kerja dan jam mesin pada proses lensa unsterile yang dilakukan dengan memberikan toleransi 20% dengan mengalikan standar jam dengan 100/80. Toleransi ini diberikan dikarenakan adanya pertimbangan pada proses pemotongan memerlukan akurasi yang tepat. Hal ini mengakibatkan biaya standar menjadi terlalu tinggi dikarenakan pada proses tersebut tenaga kerja maupun mesin yang digunakan untuk proses polising dan inspeksi akhir tidak diperlukan penambahan jam karena kerusakan yang terjadi hanya berhubungan dengan proses pemotongan saja. Pada proses pemolesan, kapasitas maksimal mesin dalam satu kali proses dapat mencapai 2000 lensa dan biaya yang terjadi pada proses tersebut diklasifikasikan sebagai biaya tetap. Sedangkan dalam satu batch lensa unsterile hanya memproses 50 lensa dan perhitungan biaya standar mengacu pada data BOM yaitu 50 lensa, sehingga biaya yang dibebankan menjadi terlalu tinggi karena pada praktiknya, proses pemolesan dilakukan setiap batchnya kurang lebih untuk 1500 lensa. Biaya standar untuk lensa unsterile akan menjadi lebih akurat apabila perhitungan biaya standar dipisahkan untuk proses pemolesan dan proses pemotongan. 4.5.3 Analisis Pengembangan Cost Center Cost Center yang ada pada saat ini terdiri dari cost center tenaga kerja dan overhead pabrik. Namun dalam biaya overhead pabrik terdapat biaya terkait Penerapan biaya ..., Iani Asysfa'ul, FE UI, 2013 Universitas Indonesia 59 dengan gaji manajer dan gaji ini dialokasikan 30% untuk pabrik IOL dan 70% untuk pabrik CHC. Saat ini perusahaan sedang melakukan pengembangan dengan akan dibuatnya cost center tambahan untuk biaya gaji para manajer pabrik. Cost center tersebut menggunakan cost allocation base jam mesin pabrik IOL dan CHC. Dengan demikian, perhitungan akan menjadi lebih akurat karena pembebanan biaya kepada pabrik bergantung pada konsumsi jam mesin. Penerapan biaya ..., Iani Asysfa'ul, FE UI, 2013 Universitas Indonesia BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini berisi kesimpulan dan saran atas penerapan biaya standar untuk PT Rohto Laboratories Indonesia yang dikerjakan oleh penulis selama melakukan program magang. 5.1 Kesimpulan Berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan pada bab empat, maka penulis mengambil kesimpulan bahwa penerapan biaya standar pada PT Rohto Laboratories Indonesia pada dasarnya sudah memadai namun terjadi simplifikasi dalam proses lensa unsterile sehingga perlu dilakukan perbaikan agar penerapan standard cost menjadi lebih relevan dan akurat. Simplifikasi terjadi pada proses untuk menghasilkan lensa unsterile yang merupakan gabungan dari proses pemotongan, pemolesan dan inspeksi akhir dimana untuk proses pemotongan dan pemolesan memiliki karakteristik yang sangat berbeda. Sedangkan untuk perhitungan biaya standar dijadikan dalam satu gabungan proses menghasilkan lensa unsterile. Hal tersebut mengakibatkan biaya standar menjadi terlalu tinggi. Beberapa penyebab perbedaan karakteristik pada kedua proses tersebut tercermin dari kedua poin berikut ini: Pada proses pemotongan terdapat kerusakan normal (normal spoilage) yang tidak bisa dihindari, sehingga memerlukan penggunaan bahan baku, jam tenaga kerja dan jam mesin tambahan. Sementara hal tersebut tidak terjadi pada proses pemolesan. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya pada bab 4, pengklasifikasian biaya overhead untuk proses pemolesan adalah tetap dikarenakan satu kali proses pemolesan memerlukan waktu 36 jam dengan kapasitas maksimal proses 2000 lensa. Sementara untuk biaya pada proses pemotongan, biaya diklasifikasikan sebagai biaya variabel. Namun perhitungan biaya standar mengacu kepada BOM 62 Universitas Indonesia Penerapan biaya ..., Iani Asysfa'ul, FE UI, 2013 61 dimana proses pemotongan dan pemolesan dimasukan kedalam satu kesatuan proses yang hanya dapat menghasilkan 50 lensa. 5.2 Saran Kepada Perusahaan Sebaiknya dalam perhitungan biaya standar proses lensa unsterile dipisahakan menjadi standar biaya proses pemotongan dan standar biaya proses pemolesan. Sehingga dapat menghasilkan hasil perhitungan biaya standar menjadi lebih akurat. Universitas Indonesia Penerapan biaya ..., Iani Asysfa'ul, FE UI, 2013 DAFTAR REFERENSI Carter, W.K & Usry, M.F. (2006). Cost Accounting: Planning and Control. California: South-Western College Publishing. Data BOM Produk IOL PT Rohto Laboratories Indonesia Horgren, C.T., Datar, S. M., & Foster, G. (2012). Cost Accounting; A Managerial Emphisis. New Jersey; Prentice-Hall International, Inc. Hansen, D. R., & Mowen, M. M. (2007). Managerial Accounting. California: South-Western College Publishing. http://www.iso.org/iso/home/store/catalogue_tc/catalogue_detail.htm ?csnumber=36786 http://www.iso.org/iso/catalogue_detail?csnumber=46486 Mulyadi, Akuntansi Biaya, Yogyakarta: STIE YKPN, 1991. 62 Universitas Indonesia Penerapan biaya ..., Iani Asysfa'ul, FE UI, 2013