I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit

advertisement
I.
A.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Penyakit-penyakit dalam kelompok degeneratif dan metabolik adalah dua
kelompok penyakit yang banyak diderita oleh manusia. Beberapa diantaranya
mempunyai resiko kematian yang tinggi, seperti jantung, diabetes dan stroke.
Penyakit degeneratif adalah penyakit yang mengiringi proses penuaan dan
penyakit metabolik termasuk kelompok penyakit medis yang berkaitan dengan
produksi energi di dalam sel manusia. Kebanyakan penyakit metabolik adalah
penyakit genetik atau penyakit keturunan, meski sebagian di antaranya
disebabkan makanan, racun, infeksi, dan sebagainya. Stimulan terjangkitnya dua
kelompok penyakit ini adalah gaya hidup yang kurang sehat dan pola makan
yang salah. Dampak dari kedua penyakit ini, diantaranya dapat meningkatkan
penyakit
penyerta,
memendekkan
usia
harapan
hidup
dan
hilangnya
produktivitas pada usia produktif. Sampai saat ini terapi yang memuaskan untuk
kedua penyakit ini belum didapat.
Indonesia memiliki lebih kurang 30.000 species tumbuhan, dimana 940
species di antaranya termasuk tumbuhan berkhasiat obat (Pramono, 2002). Dari
jumlah tersebut, 180 jenis telah dimanfaatkan oleh industri jamu tradisional.
Kenyataan tersebut menunjukkan masih terbukanya peluang untuk menggali dan
mengembangkan jenis tumbuhan obat potensial lainnya khususnya tumbuhan
yang memiliki khasiat obat untuk mengurangi resiko terjangkit penyakit
degeneratif dan metabolik. Penggunaan tumbuhan ini diyakini telah dilakukan
secara tradisional namun tidak terdokumentasi secara baik.
Beberapa
diantaranya bahkan disampaikan secara turun temurun dengan menggunakan
bahasa verbal. Kenyataan tersebut juga menunjukkan potensi Indonesia yang
sangat besar sebagai pasar obat herbal dan fitofarmaka. Materi tumbuhan ini
umumnya bersumber dari hutan atau sebagian kecil telah dibudidayakan sebagai
apotek hidup dihalaman perkarangan.
B.
Rumusan Masalah
Merujuk pada data tutupan lahan tahun 1985 dan 2011, pulau Sumatera
telah kehilangan lebih dari 50% tutupan hutannya. Di Sumatera Bagian Selatan,
1
jumlah luas tutupan hutan alam tersisa sebesar 3,5 juta ha, 43%-nya berada di
Kawasan
Konservasi.
Berkurangnya
jumlah
hutan
telah
mengakibatkan
berkurangnya habitat tumbuh tumbuhan hutan, termasuk didalamnya tumbuhan
berkhasiat obat.
Gambar 1. Tutupan hutan tahun 1985 dan 2011 (Rain Forest, 2015)
Berkurang jumlah luas hutan dan dokumentasi tentang jenis, penggunaan
dan manfaat obat yang minim menyebabkan potensi dan pengetahuan tentang
tumbuhan berkhasiat obat generatif dan metabolik ini menurun dan terancam
punah.
Upaya pendokumentasian jenis dan manfaat dan penelitian lanjutan
tentang kandungan bahan aktif dan pemanfaatan secara medical maupun upaya
budidaya dan pengembangan terhadap beberapa jenis unggulannya perlu
dilakukan.
Berikut pada Gambar 2 ditampilkan pohon masalah yang meng-gambarkan
kebutuhan IPTEK berkenaan dengan Tumbuhan berkhasiat Obat Degenatif dan
Metabolik di Sumatera Bagian Selatan. Selanjutnya Tumbuhan berkhasiat Obat
Degeneratif dan Metabolik disingkat dengan TODM.
2
Gambar 2. Konsep berpikir dalam merumuskan kebutuhan IPTEK berkenaan dg
TODM (pohon masalah)
Berdasarkan kebutuhan tersebut, berikut pada Gambar 3 ditampilkan
pohon solusi sebagai konsep berpikir untuk merumuskan tujuan, sasaran,
kegiatan dan luaran serta dampak dari RPPI Penelitian Tumbuhan berkhasiat
Obat Degenatif dan Metabolik di Sumatera Bagian Selatan.
3
Gambar 3.
C.
Konsep berpikir dalam merumuskan tujuan, sasaran dan luaran
penelitian TODM (pohon solusi)
Tujuan dan Sasaran
Penelitian ini dilaksanakan selama 5 tahun dengan tujuan menyediakan
Paket IPTEK Potensi dan Pemanfaatan Tumbuhan Hutan berkhasiat obat
Degeneratif dan Metabolik (TODM) di Sumatera Bagian Selatan.
Tujuan ini
mengantarkan pada tiga sasaran penelitian, antara lain :
1.
Tersedianya informasi dan pengetahuan tentang ekologi dan potensi TODM
di Sumatera Bagian Selatan
2.
Tersedianya IPTEK Budidaya dan Pengembangan 5 TODM Unggulan
Sumatera Bagian Selatan
3.
Tersedianya informasi dan pengetahuan tentang nilai sosial-budaya
(etnobotani), ekonomi dan peningkatan nilai tambah TODM di Sumatera
bagian Selatan
Penelitian yang bersifat integratif dan multiyears ini melingkupi beberapa
bidang keilmuan dan mencakup keterwakilan site di lima wilayah propinsi di
Sumatera Bagian Selatan, yaitu Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu, Lampung
4
dan Bangka Belitung.
Untuk pencapaian tujuan akhir, telah disusun secara
sistematis tujuan tahunan. Tujuan tahun 2015 adalah sebagai berikut :
a.
Menyediakan informasi dan pengetahuan tentang jenis-jenis TODM, ekologi
dan wilayah sebarannya di Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu, Lampung
dan Bangka Belitung
b.
Menyediakan informasi dan pengetahuan kearifan lokal dalam pengelolaan,
pemanfaatan dan upaya budidaya secara tradisional-lokal TODM di Jambi,
Sumatera Selatan, Bengkulu, Lampung dan Bangka Belitung
c.
Menyediakan
data
dan
informasi
potensi
TODM
terkoleksi
secara
laboratorium (uji fitokimia)
d.
Menyediakan data dan informasi koleksi jenis dan teknik perbanyakan TODM
prioritas.
D.
Luaran
1.
Daftar jenis TODM di Sumbagsel berikut database ekologi, potensi dan
sebarannya di Sumbagsel.
2.
Informasi dan pengetahuan kearifan lokal dalam pengelolaan, penggunaan
dan upaya budidaya secara lokal TODM di Sumbagsel.
3.
Data dan informasi fitokimia TODM terkoleksi di Sumbagsel.
4.
Data dan informasi koleksi tanaman hidup dan teknik perbanyakan TODM
prioritas.
E.
Manfaat dan Dampak
Semua luaran akan dipublikasikan dalam beberapa outcome, diantaranya
jurnal, info teknis, prosiding dan buku. Informasi dan pengetahuan yang
disampaikan diharapkan memberi manfaat dan dampak:
1.
Memberikan kontribusi dalam upaya pembukuan pengetahuan tentang
kekayaan dan pemanfaatan tradisional tumbuhan obat di Indonesia,
2.
Menjadi sumber rujukan dalam upaya konservasi jenis, pengembangan
farmasi bersumber herbal dan etnobotani TODM, khususnya di sub
regional Sumatera bagian Selatan
3.
Manfaat dan dampak yang disasar adalah mem-populerkan penggunaan
obat herbal dari jenis temuan yang potensial dari aspek medik, budidaya
dan ekonomi.
5
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tumbuhan Obat
Menurut Hamid et al (1991) dalam Putro (2008), tumbuhan obat adalah
semua tumbuhan, baik yang sudah ataupun yang belum dibudidayakan yang
dapat digunakan sebagai obat, berkisar dari yang terlihat mata hingga yang
nampak dibawah mikroskop. Menurut Zuhud et al (1994) dalam Putro (2008),
tumbuhan obat adalah seluruh species tumbuhan obat yang diketahui atau
dipercaya mempunyai khasiat obat yang dikelompokkan menjadi:
1. Tumbuhan obat tradisional, yaitu species tumbuhan obat yang diketahui atau
dipercaya oleh masyarakat mampunyai khasiat obat dan telah digunakan
sebagai bahan baku obat tradisional
2.
Tumbuhan obat modern, yaitu species tumbuhan yang secara ilmiah telah
dibuktikan mengandung senyawa atau bahan bioaktif yang berkhasiat obat
dan penggunaannya dapat dipertanggungjawabkan secara medis
3.
Tumbuhan obat potensial, yaitu species tumbuhan obat yang diduga
mengandung senyawa atau bahan aktif yang berkhasiat obat, tetapi belum
dibuktikan secara ilmiah atau media atau penggunaannya sebagai obat
tradisional sulit ditelusuri
Sedangkan Departemen Kesehatan RI mendefenisikan tanaman obat
Indonesia
seperti
yang
tercantum
dalam
SK
Menkes
No.
149/SK/Menkes/IV/1978, yaitu :
1.
Tanaman atau bagian tanaman yang digunakan sebagai bahan obat
tradisional atau jamu.
2.
Tanaman atau bagian tanaman yang digunakan sebagai bahan pemula
bahan baku obat (precursor).
3.
Tanaman atau bagian tanaman yang diekstraksi dan ekstrak tanaman
tersebut digunakan sebagai obat.
Sejalan dengan perkembangan industri jamu, obat herbal, fitofarmaka
dan kosmetika tradisional juga mendorong berkembangnya budidaya tanaman
obat di Indonesia. Selama ini upaya penyediaan bahan baku untuk industri obat
tradisional sebagian besar berasal dari tumbuh-tumbuhan yang tumbuh di alam
liar atau dibudidayakan dalam skala kecil di lingkungan sekitar rumah dengan
6
kuantitas dan kualitas yang kurang memadai. Maka perlu dikembangkan aspek
budidaya yang sesuai dengan standart bahan baku obat tradisional.
Penggunaan bahan alam sebagai obat cenderung mengalami peningkatan
dengan
adanya
isu
back
to
nature
dan
krisis
berkepanjangan
yang
mengakibatkan turunnya daya beli masyarakat terhadap obat-obat modern yang
relatif lebih mahal harganya. Obat bahan alam juga dianggap hampir tidak
memiliki efek samping yang membahayakan, tidak seperti obat kimia, misalnya
antioksidan sintetis yang dapat menimbulkan penyakit kanker (Barus, 2009).
Pendapat itu belum tentu benar karena untuk mengetahui manfaat dan efek
samping obat tersebut secara pasti perlu dilakukan penelitian dan uji praklinis
dan uji klinis.
Obat bahan alam Indonesia dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu jamu
yang merupakan ramuan tradisional yang belum teruji secara klinis, obat herbal
yaitu obat bahan alam yang sudah melewati tahap uji praklinis, sedangkan
fitofarmaka adalah obat bahan alam yang sudah melewati uji praklinis dan klinis
(SK Kepala BPOM No. HK.00.05.4.2411 tanggal 17 Mei 2004).
Penyebaran informasi mengenai hasil penelitian dan uji yang telah
dilakukan terhadap obat bahan alam harus menjadi perhatian bagi semua pihak
karena menyangkut faktor keamanan penggunaan obat tersebut. Beberapa hal
yang perlu diketahui sebelum menggunakan obat bahan alam adalah keunggulan
dan kelemahan obat tradisional dan tanaman obat.
Keunggulan obat bahan alam antara lain :
1.
Efek samping obat tradisional relatif lebih kecil bila digunakan secara benar
dan tepat, baik tepat takaran, waktu penggunaan, cara penggunaan,
ketepatan pemilihan bahan, dan ketepatan pemilihan obat tradisional atau
ramuan tanaman obat untuk indikasi tertentu.
2.
Adanya
efek
komplementer
dan
atau
sinergisme
dalam
ramuan
obat/komponen bioaktif tanaman obat. Dalam suatu ramuan obat tradisional
umumnya terdiri dari beberapa jenis tanaman obat yang memiliki efek saling
mendukung satu sama lain untuk mencapai efektivitas pengobatan.
Formulasi dan komposisi ramuan tersebut dibuat setepat mungkin agar tidak
menimbulkan efek kontradiksi, bahkan harus dipilih jenis ramuan yang saling
menunjang terhadap suatu efek yang dikehendaki.
7
3.
Pada satu tanaman bisa memiliki lebih dari satu efek farmakologi. Zat aktif
pada tanaman obat umumnya dalam bentuk metabolit sekunder, sedangkan
satu tanaman bisa menghasilkan beberapa metabolit sekunder, sehingga
memungkinkan tanaman tersebut memiliki lebih dari satu efek farmakologi.
4.
Obat tradisional lebih sesuai untuk penyakit-penyakit metabolik dan
degeneratif. Untuk mengobati penyakit-penyakit tersebut diperlukan waktu
lama sehingga penggunaan obat alam lebih tepat karena efek sampingnya
relatif lebih kecil.
Di samping keunggulannya, obat bahan alam juga memiliki beberapa
kelemahan yang juga merupakan kendala dalam pengembangan obat tradisional
antara lain : efek farmakologisnya lemah, bahan baku belum terstandar dan
bersifat higroskopis serta volumines, belum dilakukan uji klinik dan mudah
tercemar berbagai mikroorganisme.
Upaya-upaya pengembangan obat tradisional dapat ditempuh dengan
berbagai cara dengan pendekatan-pendekatan tertentu, sehingga ditemukan
bentuk obat tradisional yang telah teruji khasiat dan keamanannya, bisa
dipertanggungjawabkan secara ilmiah serta memenuhi indikasi medis, yaitu
kelompok obat
fitoterapi
atau
fitofarmaka.
Untuk mendapatkan
produk
fitofarmaka harus melalui beberapa tahap (uji farmakologi, toksisitas dan uji
klinik) hingga bisa menjawab dan mengatasi kelemahan tersebut.
B. Penyakit Degeneratif Metabolik
Penyakit metabolik (Ingg: metabolic disorder) adalah penyakit medis yang
berkaitan dengan produksi energi di dalam sel manusia (atau hewan).
Kebanyakan
penyakit
metabolik
adalah
penyakit
genetik
atau
penyakit
keturunan, meski sebagian di antaranya disebabkan makanan, racun, infeksi, dan
sebagainya. Penyakit metabolik genetik dikenal juga dengan sebutan gangguan
metabolisme sejak lahir. Beberapa contoh penyakit yang termasuk penyakit
metabolik antara lain diabetes (kencing manis), hiperlipidemia (kolesterol tinggi),
asam urat, batu ginjal, hepatitis dan hipertensi.
Penyakit degeneratif adalah penyakit yang mengiringi proses penuaan.
Ada sekitar 50 penyakit degeneratif, diantaranya penyakit jantung, diabetes,
stroke dan osteoporosis, rematik (radang persendian), asma (sesak nafas), ulser
(tukak lambung), haemorrhoid (ambein/wasir) dan pikun (lost of memory).
8
Sebagian besar tumbuhan telah banyak menarik perhatian para ilmuan
untuk diteliti manfaatnya untuk pengobatan berbagai penyakit matabolik dan
degeneratif, salah satu contoh dari kelompok penyakit ini yang sangat populer
adalah penyakit diabetes (kencing manis). Penyakit ini menempati urutan ke
empat dalam prioritas penelitian penyakit degeneratif secara nasional (Rimbawan
dan Siagian, 2004).
Selama ini pengobatan penyakit diabetes menggunakan obat oral atau
suntikan insulin, namun obat oral ini kebanyakan memberikan efek samping yang
tidak diinginkan. Oleh sebab itu para ahli mulai mengembangkan sistem
pengobatan tradisional yang relatif aman. Namun pengobatan tradisional dengan
menggunakan tanaman obat kadang hanya berdasarkan pengalaman atau secara
empiris saja, belum didukung dengan adanya penelitian, uji klinis dan
farmakologinya, misalnya krambilan (Biophytum sensitivum), untuk obat darah
tinggi, suruhan (Peperomia pellusida) untuk obat asam urat, petut kuda
(stachypheta jamaicensis) untuk obat darah tinggi, putri malu (Mimosa pudica)
untuk obat asma, dandang gendis (Borreria laevis) untuk obat ginjal dan kencing
batu, daun ungu (Graptophyllum pictum) untuk obat ambeian (Hadi, 2013).
Selain jenis-jenis tumbuhan tersebut yang secara tradisional sudah
dimanfaatkan masyarakat,
masih banyak lagi jenis-jenis tumbuhan yang
memiliki potensi sebagai bahan obat yang belum diteliti.
C. Senyawa atau bahan aktif
Senyawa aktif atau bahan aktif merupakan senyawa atau bahan yang
mempunyai aktivitas biologi terhadap organisme lain atau pada organisme yang
menghasilkan senyawa tersebut. Pengetahuan tentang bahan aktif yang
dikandung tumbuhan akan mempermudah untuk mempelajari cara kerja secara
fisiologis dan farmakologis obat tradisional tersebut dalam tubuh. Bahan aktif
yang terkandung dalam masing-masing tumbuhan banyak ragamnya dan dapat
dikelompokkan, diantaranya adalah (Soedibyo, 1998):
1. Musilago (Lendir)
Musilago terdapat pada banyak tanaman, bahan ini berasal dari
polisakarida. Musilago dengan air membentuk masa kental seperti “jelly”.
Musilago dapat melapisi dinding bagian dalam saluran pencernaan dan
9
melindungi dari iritasi, keasaman dan peradangan. Musilago dapat bermanfaat
untuk melapisi dan melindungi dinding bagian dalam tenggorok, saluran kencing,
dan lain-lain. Contoh: camcao.
2. Tanin
Tanin terdapat dalam bagian tanaman tertentu, seperti daun, buah, kulit
kayu, dan batang. Pada buah yang muda sering terdapat tanin, kadar tanin
menurun sejalan dengan menuanya buah. Tanin dapat dibedakan menjadi dua
kelompok, yaitu: 1) Katekol, contoh: Gambir, dan 2) Pirogalotanin, contoh:
Majakan. Tanin banyak dimanfaatkan sebagai obat keputihan, peradangan dan
untuk melangsingkan tubuh serta diabetes. Kulit delima putih, majakan, gambir
dan serbuk biji alpokat merupakan contoh bahan baku yang mengandung tanin.
3. Flavonoid
Flavonoid banyak terdapat pada tumbuhan. Selain berguna sebagai
antiradang, zat ini terutama berguna dalam menjaga kesehatan. Rutin
merupakan flavonoid yang banyak terdapat pada tanaman jeruk nipis, jeruk
lemon dan bayam duri. Rutin bermanfaat untuk memperkuat dinding kapiler.
4. Glukosilinat
Glukosilinat terdapat pada tumbuhan yang termasuk dalam kelompok
bumbu. Glukosilinat mempunyai efek iritasi pada kulit menyebabkan radang dan
lepuh. Param yang mengandung zat ini digunakan untuk menghilangkan rasa
nyeri dan untuk meningkatkan peredaran darah sehingga sumbatan pada saluran
darah dapat disingkitkan dan aliran darah diperlancar. Glukosilinat dapat juga
mengurangi fungsi dari tiroid. Zat ini terdapat pada tanaman sunapis alba dan
lobak
5.
Glikosida Jantung
Glikosida jantung jarang digunakan untuk jamu karena beracun. Pada
saat ini banyak dibutuhkan obat jantung, maka tanaman yang mengandung zat
aktif glikosida jantung banyak diteliti. Sebagai contoh digutalis yang langsung
berfungsi sebagai pada jantung memberi kekuatan bila jantung melemah.
Glikosida jantung biasanya mempunyai sifat peluruh air seni (diuretik) yang
berakibat menurunkan tekanan darah dan mengobati bengkak. Tanaman jure
10
yang tumbuh di Indonesia belum banyak dimanfaatkan
6.
Glikosida Sianogen
Dalam dosis berlebihan glikosida ini beracun karena mengandung ikatan
sianida. Dalam dosis kecil zat ini mempunyai sifar sebagai sedatif dan sebagai
relaksan jantung dan otot. Sengitan mengandung glikosida sianogen dan sering
untuk pengobatan masuk angin (batuk). Singkong gendruwo yang pernah
digunakan untuk obat kanker kemungkinan mengandung zat ini.
7.
Vitamin
Vitamin merupakan zat esensial yang diperlukan tubuh manusia.
Kekurangan vitamin akan mengganggu kesehatan. Vitamin sangat diperlukan
oleh tubuh karena zat ini merupakan katalis dari suatu proses. Vitamin dari
bahan alam terdapat pada sayuran, buah-buahan, biji padi-padian, dan lain-lain.
Vitamin ada beberapa macam, yaitu: vitamin A, B, C, D, E, F, K dan P.
D. Domestikasi dan Budidaya
Domestikasi merupakan pengadopsian tumbuhan dan hewan dari
kehidupan liar ke dalam lingkungan kehidupan sehari-hari manusia. Tumbuhan
dikatakan telah terdomestikasi apabila sejumlah penampilannya mengalami
perubahan, misalnya perilaku, siklus hidup, dan penampakan luarnya akibat
pemuliaan selektif yang dilakukan oleh manusia selama beberapa generasi.
Proses domestikasi tanaman berjalan lambat dan manusia secara tidak sengaja
mengubah beberapa ciri fisik sehingga membuat tanaman semakin sesuai
dengan penanganan yang dilakukan manusia.
Domestikasi sebagai proses perkembangan organisme yang dikontrol
manusia,
oleh
Evans
(1996)
dinyatakan
mencakup
perubahan
genetik
(tumbuhan) yang berlangsung sinambung semenjak dibudidayakan. Dengan
demikian, domestikasi berkaitan dengan seleksi dan manajemen oleh manusia,
dan tidak hanya sekedar pemeliharaan saja. Spesies eksotik – organisme yang
dipindahkan dari habitat aslinya ke wadah budidaya, karakteristik genetiknya
terubah dengan maksud tertentu, atau sebaliknya, melalui sembarang pikatan
pemeliharaan, seleksi dan manajemen genetik (Pullin, 1994). Dalam hal ini,
mendomestikasi adalah menaturalisasikan biota ke kondisi manusia dengan
segala kebutuhan dan kapasitasnya.
11
Dalam domestikasi tanaman, Evans (1996) mengungkapkan secara luas
berbagai perubahan yang terjadi pada penampilan tumbuhan, mulai dari yang
menyangkut retensi benih hingga ke isi DNA. Demikian halnya perubahan bentuk
dan
ukuran
pada
sejumlah
tanaman,
serta
laju
perkembangan
dan
pertumbuhannya. Lebih dari pada itu, sejumlah tumbuhan yang didomestikasi
ternyata kehilangan substansi racun sebagai unsur proteksi alaminya terhadap
hama dan penyakit. Tampaknya, perubahan-perubahan ini terpaut dengan
penimbulan (mengefisiensi) dan penenggelaman (mendefesiensi) satu atau lebih
unsur genetik seturut dengan faktor lingkungan budidaya yang dikenakan. Hal
yang kemudian membuka peluang ke modifikasi genetik ini, antara lain ditandai
ketika tanaman tebu Saccharum officinarum disilangkan dengan S. spontaneum
yang memiliki gen yang tahan atas penyakit sereh yang mewabah pada 1880.
E. Hasil-hasil Penelitian
Hasil-hasil penelitian mengenai tumbuhan obat sudah banyak dilakukan,
khususnya tumbuhan obat yang berkhasiat untuk penyakit degeneratif dan
metabolik. Beberapa diantaranya adalah:
1. Beberapa tanaman yang telah dikaji secara ilmiah potensinya sebagai obat
penyakit
degeneratif
dan
metabolik,
diantaranya
kunyit
( Curcuma
domestica), tebu (Sacharum sp.) (Pramono dan Katno, 2002), keji beling
(Strobilanthus crispus), kumis kucing (Orthosiphon stamineus) , daun
kecubung (Datura metel), biji alpokat (Persea americana), mahkota dewa
(Phaleria macrocarpa), slederi (Apium graveolens) (Dalimartha, 2005)
2. Jenis tumbuhan obat ini prospektif untuk fitofarmaka (Katno dan Pramono,
2012). Hasil penelitian setiawan (2008) dan Hayashi (2001), menunjukkan
bahwa kulit batang bungur dan daun bungur mengandung senyawa aktif
yang berkhasiat dapat menurunkan kadar gula darah. Monica (2006) juga
melaporkan bahwa biji alpokat mengandung senyawa tanin yang berfungsi
sebagai astringent yang dapat menurunkan kadar gula dalam darah.
3. Daun belimbing wuluh juga potensial untuk digunakan sebagai obat diabetes
karena hasil laporan Sa‟adah (2010) menunjukkan bahwa daun belimbing
wuluh yang dilarutkan dengan pelarut aseton positif mengandung tanin.
Hasil penelitian sebelumnya yang telah dilakukan Asmaliyah et al. (2009;
2010) di Sumatera Bagian Selatan menunjukkan terdapat sekitar 265 jenis
12
tumbuhan obat yang telah dimanfaatkan masyarakat sebagai obat degeneratif
dan metabolik secara tradisional. Sebagian besar dari jenis tumbuhan ini telah
dikaji secara ilmiah potensinya sebagai tumbuhan obat, misalnya kulit manggis,
mengkudu, sirsak dan sebagainya, namun potensinya untuk obat penyakit
degeneratif dan metabolik masih sedikit. Selain itu diduga masih banyak lagi
jenis tumbuhan obat yang berkhasiat untuk mengobati penyakit degeneratif dan
metabolik yang belum tergali potensinya di Sumatera Bagian Selatan.
III. METODOLOGI
A. Pendekatan/Kerangka Pemikiran
Pendekatan kegiatan penelitian ini dilapangan dilakukan dengan metode
survei
dan
eksplorasi
di
Sumbagsel, sedangkan
kegiatan
penelitian
di
laboratorium dilakukan dengan pendekatan uji fitokimia.
B. Ruang Lingkup Kegiatan
Ruang lingkup kegiatan penelitian ini pada tahun anggaran 2015 adalah:
1) kegiatan survei dan eksplorasi jenis-jenis tumbuhan berkhasiat obat
degeneratif dan metabolik di Sumbagsel, 2) kajian kearifan lokal di Sumbagsel,
3) Uji fitokimia di Laboratorium, 4) Pengumpulan materi bahan tanaman untuk
pengujian di Laboratorium dan pengumpulan materi sampel tanaman berupa
anakan, biji (buah) atau stek untuk koleksi jenis TODM prioritas.
C. Bahan dan Peralatan
Bahan dan digunakan dalam penelitian ini adalah pelarut organik
(metanol, dll), air, alkohol, NH4Cl, NaOH, HCl, FeCl2, Anhidrida Asetat, kertas
saring, pereaksi meyer, pereaksi dragondrof, pereaksi liberman, pereaksi wagner,
aluminium foil, kertas karton, polybag, pasir, tanah, pupuk, plastik wrap, kertas
koran, paranet, cocopeat, kantong plastik besar, kain hitam, Rootone F, dll.
Sedangkan alat yang digunakan adalah gunting stek, kuas, hand sprayer, ice
box, timbangan, tampah, blender, parang, saringan,
13
D. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di beberapa desa yang termasuk dalam
wilayah propinsi Sumatera Selatan, Jambi, Bengkulu, Lampung dan Bangka
Belitung, yaitu:
Tabel
No.
1.
2.
1.
Lokasi Penelitian Pengembangan Tumbuhan
Degeneratif Metabolik di Sub Region Sumbagsel
Provinsi
Sumatera
Selatan
Jambi
Kabupaten
1. Ogan
Komering
Ulu (OKU)
2. Empat
Lawang
1. Tanjung
Jabung
Timur
Kecamatan
1. Lengkiti
1. Tebing
Tinggi
1. Berbak
2. Nipah
panjang
3.
4.
5.
Bengkulu
Bangka Belitung
Lampung
1. Bengkulu
Tengah
1. Taba
Penanjung
1. Bangka
Barat
2. Karang
tinggi
3. Ponduk
Kubang
1. Simpang
Tritip
1. Pesisir Barat
2. Jebus
1. Pesisir
tengah
2. Ulu krui
Berkhasiat
Obat
Desa/Kelurahan
1. Tanjung
lengkayap
2. Tanjung
Agung
3. Way Heling
4. Pagar Dewa
1. Taba
1. Simpang
2. Sungai
rambut
3. Telago limo
1. Simpang
datuk
2. Nipah
panjang 2
1. Penum
2. Rindu hati
1. Baru
1. Baturaja
1. Bukit terak
2. Kundi
1. Limbung
1. Pahmungan
1. Sukaraja
1. Provinsi Sumatera Selatan
Lokasi penelitian yang dilakukan di wilayah Provinsi Sumatera Selatan
termasuk wilayah Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) dan Kabupaten Empat
Lawang.
14
1.1. Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU)
a.
Kondisi Geografis dan Administratif
Berdasarkan Buku Putih Sanitasi Komering Ulu (2013), Kabupaten Ogan
Komering Ulu merupakan satu dari 15 Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi
Sumatera Selatan, dengan luas wilayah 361.760 Hektar. Dilihat dari sisi
geografisnya kabupaten ini terletak antara 103⁰40‟ Bujur Timur sampai dengan
104⁰33 Bujur Timur dan antara 3⁰45‟ sampai dengan 4⁰55‟Lintang Selatan.
Adapun secara administrasi wilayah Kabupaten Ogan Komering Ulu memiliki
batas-batas sebagai berikut: sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan,
Rambang Lubai, Kabupaten Muara Enim dan Kecamatan Muara Kuang,
Kabupaten Ogan Ilir; sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Martapura
dan Kecamatan Madang Suku II, Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur; sebelah
selatan berbatasan dengan Kecamatan Simpang dan Kecamatan Buay Pemaca,
Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan; sebelah barat berbatasan dengan
Kecamatan Simpang dan Kecamatan Buay Pemaca, Kabupaten Ogan Komering
Ulu Selatan.
Kabupaten Ogan Komering Ulu Tahun 2013 terdiri dari 12 kecamatan dan
143 desa dan 14 Kelurahan, dengan kecamatan terluas adalah Kecamatan
Lengkiti dengan luas wilayah 700,00Km² atau 19,35 % dari total luas wilayah
kabupaten, sementara itu Kecamatan Lubuk Raja memiliki luas wilayah terkecil
diantara kecamatan lainnya dengan luas 94,79Km² atau hanya 2,62 % dari luas
total wilayah Kabupaten
Lokasi penelitian untuk kegiatan penelitian Pengembangan Tumbuhan
Berkhasiat Obat Degeneratif Dan Metabolik Di Sub Regional Sumatera Bagian
Selatan dilakukan di beberapa desa yang termasuk wilayah Kecamatan Lengkiti,
yaitu desa Tanjung Lengkayap, Tanjung Agung, Way Heling dan Pagar Dewa.
b. Topografi dan Kemiringan Lereng
Keadaan topografi dan ketinggian wilayah Kabupaten Ogan komering Ulu
berkisar antara 0 – 1.000 meter lebih di atas permukaan laut. Hal ini dimaklumi
karena Kabupaten Ogan Komering Ulu masih terletak di jalur Bukit Barisan
wilayah bagian selatan. Kabupaten Ogan Komering Ulu mempunyai iklim trofis
dan basah dengan temperatur bervariasi antara 22 „ C – 31 „ C,
daerah
mempunyai temperatur rendah adalah Kecamatan Peninjauan.
15
Berdasarkan ketinggian dari permukaan laut, wilayah Kabupaten Ogan
Komering Ulu secara garis besar dapat digolongkan atas daerah-daerah. Untuk
wilayah kecamatan Lengkiti terdapat di ketinggian 500 – 1000 m dari permukaan
laut dan diatas 1000 m dpl. Bentuk wilayah Kecamatan Lengkiti bervariasi dari
datar sampai bergunung-gunung dari 0 - 2 % hingga di atas 40 %. sebagian
daerah di Kabupaten Ogan Komering Ulu
merupakan daerah yang termasuk
kawasan lindung, dimana kawasan dengan fungsi lindung tersebut memiliki
potensi untuk perlindungan, pengawetan, konservasi dan pelestarian
c.
Iklim dan Tutupan Lahan
Secara umum, Kabupaten Ogan Komering Ulu beriklim tropis dan basah
dengan temperature bervariasii antara 22ºC sampai dengan 31ºC. Semakin ke
arah utara temperatur udaranya semakin tinggi (semakin panas). Kabupaten
Ogan Komering Ulu termasuk daerah yang bercurah hujan tinggi. Menurut
pengukur curah hujan yang berada dikecamatan Baturaja Timur, pada tahun
2011 curah hujan bervariasi antara 22 mm sampai dengan 400 mm, dengan hari
hujan terbanyak (puncak musim penghujan) pada bulan Desember tahun 2011
yaitu sebanyak 18 hari hujan, sedangkan hari hujan paling sedikit pada bulan
Agustus yang hanya terjadi 2 hari hujan.
Luas total Kabupaten Ogan Komering Ulu adalah sekitar 361.760 Hektar.
Dari total luas tersebut sekitar 36,91 persennya berupa hutan belukar, 25,48
persen diusahakan untuk perkebunan rakyat, perkebunan besar maupun
perkebunan rakyat dengan komoditi unggulan seperti kelapa sawit, karet, kopi,
dan tanaman tahunan lainnya, dengan penyebaran hampir merata di seluruh
wilayah kabupaten.
d. Demografi
Penyebaran penduduk Kabupaten Ogan Komering Ulu di 12 Kecamatan
yang ada tidak merata. Hal ini disebabkan karena sebagian besar penduduk lebih
memilih tinggal di kecamatan yang potensial secara ekonomi dan memiliki
fasilitas umum dan sosial yang lebih lengkap dibandingkan kecamatan lainnya
yang masih tertinggal. Kecamatan Baturaja Timur sebagai ibu kota Kabupaten
Ogan Komering Ulu mempunyai jumlah penduduk terbesar yaitu 94.191 jiwa
(28,18 persen), sedangkan jumlah penduduk terkecil berada di Kecamatan Muara
Jaya yaitu hanya sebanyak 6 680 jiwa (2,00 persen). Jumlah penduduk yang
16
berada di Kecamatan Lengkiti sebanyak 25.695 jiwa (7,59 persen) dengan
kepadatan rata-rata 37 jiwa per km2 (Badan Pusat Statistik, 2012).
1.2.
a.
Kabupaten Empat Lawang
Kondisi Geografis, Administratif dan Fisik
Berdasarkan Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Empat lawang (2011),
luas daerah Empat Lawang ± 2.256,44 Km² yang terdiri dari 8 (Delapan
Kecamatan ) yang terletak antara 3˚25 – 4˚15‟ Lintang Selatan dan 102˚37‟ –
103˚45‟ Bujur Timur. Kabupaten Empat Lawang Merupakan Kabupaten
pemekaran dari kabupaten lahat yang dibentuk dengan UU No. 1 Tahun 2007
Tentang Pembentukan Kabupaten Empat Lawang Provinsi Sumatera Selatan.
Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Musi Rawas; sebelah Selatan
dengan Kabupaten Lahat dan Kabupaten Bengkulu Selatan Provinsi Bengkulu;
sebelah Timur dengan Kabupaten Lahat; sebelah Barat dengan Kabupaten
Rejang Lebong Provinsi Bengkulu.
Kabupaten Empat Lawang memiliki luas wilayah 2.256,44 km², secara
administratif terdiri dari 8 Kecamatan, 154 desa, 2 desa persiapan dan 2
Kelurahan. Kecamatan dengan luas wilayah terbesar adalah Tebing Tinggi, yakni
590,93 km² atau 26,19% dari total wilayah. Sementara kecamatan dengan luas
wilayah terkecil adalah Kecamatan Talang Padang, dengan luas wilayah 140,90
km² atau 6,24% dari total wilayah. Lokasi penelitian untuk kegiatan penelitian ini
dilakukan di desa Taba yang termasuk wilayah Kecamatan Tebing Tinggi.
Kabupaten Empat Lawang beriklim tropis basah dengan curah hujan
antara 97 – 386 mm/hari sepanjang tahun. Curah hujan bervariasi dengan Bulan
November sebagai bulan dengan curah hujan terbesar, sedangkan pada Bulan
Juni merupakan bulan dengan curah hujan terendah sepanjang tahun. Suhu
udara di Kabupaten Empat Lawang berkisar 30,47º C – 32,16º C. Pada bulanbulan tertentu, seperti Bulan April, suhu udara minimum mencapai rata-rata
22,7º C. Sedang pada Bulan Januari, suhu udara maksimum bisa mencapai 37,1º
C. Kelembaban udara di wilayah Kabupaten Empat Lawang berkisar antara 66,85
– 90,20 R.h. Kelembaban terendah terjadi pada Bulan Desember, sementara
kelembaban udara tertinggi terjadi pada Bulan Agustus.
Wilayah Kabupaten Empat Lawang merupakan daerah dengan ketinggian
antara 71 hingga 2.750 meter diatas permukaan laut. Kecamatan tebing tinggi
17
merupakan kecamatan dengan wilayah paling rendah dengan ketinggian sampai
dengan 576 meter. Sedangkan berdasarkan kelerangannya agak curam/sedang
(5% – 15%), landai/datar (2% – 5%) sangat curam (>40%), berat/Curam (15%
– 40%). Jenis tanah didominasi jenis tanah Litosol Tanah yang cocok untuk
tanaman rumput-rumputan sehingga potensial untuk pengembangan ternak.
b. Demografi
Kabupaten Empat Lawang memiliki luas wilayah 2.256,44 km², serta
secara administratif terdiri dari 8 Kecamatan, 154 desa, 2 desa persiapan dan 2
Kelurahan.
Berdasarkan data hasil sensus penduduk 2010 jumlah penduduk
221.176 orang yang terdiri dari 113.364 orang laki-laki dan 107.812 orang
perempuan (sex rasio). Maka kepadatan penduduk rata 151 orang/km. Jumlah
penduduk terbanyak berada pada kecamatan Pendopo ( 47.639 orang dan
kepadatan 165 km). Sebaliknya jumlah penduduk yang terkecil berada di
kecamatan Tebing Tinggi (55.639 orang dan kepadatan penduduk 94,21 km).
Laju pertumbuhan penduduk kabupaten empat yang paling terendah adalah
kecamatan tebing tinggi.
2. Provinsi Jambi
Lokasi penelitian yang dilakukan di wilayah Provinsi Jambi
termasuk
wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Timur, yang terdiri dari 2 Kecamatan (Berbak
dan Nipah Panjang), dan 5 desa/kelurahan (Simpang, Simpang datuk, Sungai
rambat, Nipah panjang, Telago limo).
2.1. Kabupaten Tanjung Jabung Timur
a. Kondisi Geografis, Administratif dan Fisik
Kabupaten Tanjung Jabung Timur dengan ibukota Muara Sabak
merupakan salah satu kabupaten baru dari 9 kabupaten di Provinsi Jambi.
Kabupaten Tanjung Jabung Timur terbentuk sebagai daerah pemekaran baru
berdasarkan Undang-Undang Nomor 54 tahun 1999. Kabupaten Tanjung Jabung
Timur merupakan wilayah pemekaran dari Kabupaten Tanjung Jabung yang
terbagi menjadi Kabupaten Tanjung Jabung Timur dan Kabupaten Tanjung
Jabung Barat. Kabupaten Tanjung Jabung Timur secara geografis terletak pada
0°53‟ - 1°41‟ LS dan 103°23 - 104°31 BT dengan luas 5.445 Km² dengan
ketinggian ibukota-ibukota kecamatan dalam Kabupaten Tanjung Jabung Timur
berkisar antara 1-5 m dpl. Batas geografi : sebelah utara Laut Cina Selatan;
sebelah selatan Kabupaten Muaro Jambi dan Provinsi Sumatra Selatan; sebelah
18
barat Kabupaten Tanjung Jabung Barat dan Muaro Jambi; sebelah timur Laut
Cina Selatan. Secara administratif Kabupaten Tanjung Jabung Timur dengan
Ibukota Muaro Sabak terdiri dari 11 Kecamatan, 73 Desa dan 20 Kelurahan.
Kabupaten Tanjung Jabung Timur secara administrasi terbagi menjadi 11
kecamatan dengan total seluruh wilayah 5.445 Km2. Kecamatan yang memiliki
luas paling besar adalah Kecamatan Sadu yaitu 1.821,2 Km2 dan yang paling
kecil adalah Kecamatan Kuala Jambi yaitu 120,25 Km2.
Kecamatan Berbak
mempunyai luas wilayah 19,446 km2 dan Kecamatan Nipah panjang mempunyai
luas wilayah 23,470 km2.
Wilayah di Kab Tanjung Jabung Timur sepanjang tahun 2011 mempunyai
curah hujan tahunan sekitar 2231 mm, dimana 4 bulan basah, 8 bulan kering.
Rata-rata curah hujan bulan basah 179 – 279 mm dan bulan kering 71 – 103
mm. Curah hujan terbanyak di tahun 2011 yaitu pada bulan desember 2011
sekitar 352 mm. Sebaliknya curah hujan terendah terjadi pada bulan mei yaitu
sektar 123 mm.
Bentuk wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Timur, termasuk Berbak dan
Nipah Panjang merupakan dataran landai. Wilayah ini merupakan cekungan yang
membentuk rawa belakang yang jenuh air sehingga air tidak dapat menembus
tanah atau mengalir sebagai run off, sehingga air terjebak berupa rawa. Air
permukaan di Kabupaten Tanjung Jabung Timur menjadi masalah terutama pada
musim penghujan yang menggenangi areal permukiman dan lahan pertanian.
b. Demografi
Jumlah penduduk Kabupaten Tanjung Jabung Timur pada tahun 2011
tercatat sebesar 210.420 jiwa terdiri atas 102.303 jiwa perempuan dan 108.117
jiwa laki-laki yang tersebar di 11 kecamatan. Total jumlah penduduk terbanyak
terdapat di Kecamatan Muara Sabak Timur, Mendahara dan Nipah Panjang,
sementara jumlah penduduk paling sedikit ditemukan di Kecamatan Berbak
Kabupaten Tanjung Jabung Timur. Proporsi penduduk laki-laki dan perempuan
pada setiap wilayah kecamatan relatif berimbang, namun pada sebagian besar
kecamatan, jumlah penduduk laki-laki sedikit melebihi jumlah penduduk
perempuan. Kecenderungan ini berkatian langsung dengan karakteristik angka
harapan hidup kaum laki-laki yang umumnya lebih tingi daripada kaum
perempuan.
19
Variasi jumlah penduduk pada setiap kecamatan dan variasi luas
wilayahnya menyebabkan terjadinya ketimpangan kepadatan penduduk antar
kecamatan dengan kepadatan tertinggi ditemukan di Kecamatan Kuala Jambi
diikuti Kecamatan Nipah Panjang, sementara kecamatan dengan kepadatan
terendah adalah Kecamatan Sadu dan Kecamatan Mendahara. Secara rata-rata
tingkat kepadatan penduduk adalah sebesar 37,70 jiwa per Km persegi.
3. Provinsi Bengkulu
Lokasi penelitian yang dilakukan di wilayah Provinsi Bengkulu termasuk
dalam wilayah Kabupaten Bengkulu Tengah, Kecamatan Taba Penanjung, yaitu
desa Penum dan desa Rindu hati.
3.1. Kabupaten Bengkulu Tengah
a.
Kondisi Geografis, Administratif dan Fisik
Berdasarkan Buku Putih Sanitasi Kabupaten Bengkulu Tengah (2012),
Luas Kabupaten Bengkulu Tengah adalah 1.223,94 Km2 yang terdiri dari 10
Kecamatan, 112 Desa Definitif, 1 Kelurahan, dan 30 Desa Persiapan. Luas
wilayah kecamatan Taba Penanjung adalah 148,48 Km2 (12,12%). Kondisi
geografisnya sebagian besar merupakan dataran dengan ketinggian 0-150 m dpl,
sedangkan dibagian timur topografinya berbukit-bukit dengan ketinggihan 541 m
dpl. Kabupaten Bengkulu Tengah berbatasan dengan: sebelah Utara dengan
Kabupaten Bengkulu Utara; sebelah Selatan dengan Kab. Seluma; Sebelah Timur
dengan Kabupaten Kepahiang; Sebelah Barat dengan Samudera Hindia.
b. Tanah dan Iklim
Jenis tanah yang dominan di wilayah kabupaten Bengkulu Tengah adalah
asosiasi latosol dan andosol. Letak geografis Kabupaten Bengkulu Tengah sangat
berpengaruh terhadap kondisi cuacanya. Sebagian wilayah berada di pesisir
Samudera Hindia yang memiliki putaran angin yang kuat, dan sebagian lagi
merupakan daratan dengan topografi wilayah yang berbukit. Seperti daerah lain
di Provinsi Bengkulu, di Kabupaten Bengkulu Tengah juga sering terjadi hujan.
Meskipun termasuk musim kemarau, hujan tetap turun meskipun dengan
intensitas yang jarang.
Di kabupaten Bengkulu Tengah terdapat 3 pos pemantau hujan. Selama
tahun 2011, di pos Taba Penanjung, jumlah hari hujan sebanyak 150 kali;
Intensitas hari hujan yang paling sering terjadi di bulan April, yaitu 18 hari.
Puncak musim kemarau di Kabupaten Bengkulu Tengah terjadi di Bulan Agustus,
20
jumlah hari hujan di bulan ini hanya 6 hari di pos Taba Penanjung. Curah hujan
yang paling tinggi terjadi di bulan Desember, yaitu 420 mm di Taba Penanjung.
Curah hujan terendah terjadi di Bulan Agustus, yaitu 148 mm di Taba Penanjung.
c.
Demografi
Sebagaimana kondisi kependudukan di Indonesia pada umumnya, di
Kabupaten Bengkulu Tengah juga menunjukkkan pola piramida penduduk muda,
artinya, penduduk berusia muda lebih besar daripada penduduk usia tua. Hal ini
berkaitan dengan masih tingginya angka kelahiran dan kecilnya angka kematian
bayi dan penduduk usia muda. Jumlah penduduk terbanyak berada di Kecamatan
Pondok Kelapa. Hal ini dikarenakan kecamatan ini merupakan tempat tujuan
transmigrasi pada era Orde Baru. Ribuan keluarga dari Pulau Jawa telah
bermukim selama puluhan tahun di kecamatan ini. Luas wilayah Kecamatan Taba
Penanjung adalah 148,38 Km2, jumlah penduduk 10,991 dengan kepadatan
penduduk 74,07 Km2. Dari 10,991 jumlah penduduk, sebanyak 5,709 adalah
jumlah laki-laki dan sebanyak 5,282 adalah jumlah perempuan.
4. Provinsi Bangka Belitung
Lokasi penelitian yang dilakukan di wilayah Provinsi Bangka Belitung
termasuk dalam wilayah Kabupaten Bangka Barat, Kecamatan Simpang Tritip
dan Jebus, yaitu desa Bukit Terak, desa Kundi dan desa Limbung.
a. Kondisi Geografis, Administratif dan Fisik
Letak geografis Kabupaten Bangka Barat di antara : 105 o 00‟ – 106o 00‟
BT dan
01o 00‟ – 02o 10‟ LS, dengan batas wilayah: sebelah utara: Laut
Natuna; sebelah timur: Kabupaten Bangka; sebelah selatan: Selat Bangka dan
Kabupaten Bangka; dan sebelah barat: Selat Bangka.
Kabupaten Bangka Barat terdiri atas 6 (enam) Kecamatan, yaitu:
Muntok, Simpang teritip, Kelapa, Jebus, Parit tiga, dan Tempilang. Luas wilayah
daratan berdasarkan RPJP Kabupaten Bangka Barat adalah sekitar 2.979,71
km², atau 297.971 Ha; dan wilayah laut kewenangan sekitar 1.541,29 km² atau
154.129 Ha (yaitu selebar 4 mil-laut dari garis/batas terluar pantai). Sementara
berdasarkan data dari Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2003 luas wilayah
Kabupaten Bangka Barat adalah sekitar 2.820,61 km² atau 282.061 Ha. Dengan
acuan peta digital Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang dipakai dalam
penyusunan RTRW Kabupaten Bangka Barat ini, diperoleh perhitungan luas
21
wilayah secara digitasi yaitu 2.855,3346 km² atau 285.533,46 Ha, dan luas
wilayah laut kewenangan 2.018,6815 km² atau 201.868,15 Ha.
Kondisi topografi dan morfologi di Kabupaten Bangka Barat sangat
bervariasi. Puncak tertinggi adalah Gunung Menumbing yang terletak di
Kecamatan Muntok dengan ketinggian sekitar 445 meter di atas permukaan laut
(dpl). Bukit-bukit lainnya relatif lebih rendah dari Gunung Menumbing tersebut,
namun merupakan puncak relatif bagi area di sekitarnya, ketinggiannya
ketinggiannya bervariasi antara 150 meter sampai 200 meter.
Kabupaten Bangka Barat memiliki iklim tropis tipe A dengan variasi curah
hujan antara 11,8 hingga 370,3 mm per bulan. Untuk tahun 2009, dengan curah
hujan terendah pada bulan September. Suhu rata-rata berdasarkan data dari
Stasiun Meteorologi dan Geofisika Pangkalpinang menunjukan variasi antara 25,7
hingga 29,0 derajat Celcius. Sedangkan kelembaban udara bervariasi antara
66,0% hingga 83,6% pada tahun 2009 (Bangka Barat Dalam Angka, 2010).
b. Demografi
Pertumbuhan penduduk di Kabupaten Bangka Barat selalu mengalami
peningkatan setiap tahunnya, berdasarkan data dari Dinas Kependudukan dan
Pencatatan Sipil Kabupaten Bangka Barat jumlah penduduk pada tahun 2011
mengalami peningkatan sebesar 6% dibandingkan dengan tahun 2010. Jumlah
penduduk tahun 2011 di kabupaten bangka barat sebanyak 157,934 jiwa dengan
jumlah kepala keluarga (KK) sebanyak 41,439. Kecamatan Muntok mempunyai
jumlah penduduk yang paling tinggi di kabupaten Bangka Barat yaitu sebanyak
50,188 jiwa dengan jumlah KK sebanyak 15.684, sedangkan Kecamatan Jebus
mempunyai jumlah penduduk yang paling rendah yaitu sebanyak 19,772 jiwa
dengan jumlah KK sebanyak 4,588.
5. Provinsi Lampung
Lokasi penelitian yang dilakukan di wilayah Provinsi Lampung termasuk
dalam wilayah Kabupaten Pesisir Barat, Kecamatan Pesisir Tengah, yaitu desa
Pahmungan dan Kecamatan Ulu Krui, yaitu desa Sukaraja
5.1. Kabupaten Pesisir Barat
a.
Kondisi Geografis, Administratif dan Kondisi Fisik
Berdasarkan Buku Putih Sanitasi (2012), Kabupaten Pesisir Barat dengan
ibukota Krui adalah salah satu dari Lima belas kabupaten/kota di wilayah Provinsi
Lampung. Kabupaten ini dibentuk berdasarkan Undang-Undang No. 22 Tahun
22
2012 (Lembaran Negara Nomor 231, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5364)
tentang Pembentukan Daerah Otonomi Baru (DOB) Kabupaten Pesisir Barat
Provinsi Lampung tertanggal 16 November 2012 dan diundangkan pada tanggal
17 November 2012, dengan batas: sebelah utara berbatasan dengan desa Ujung
Rembun, desa Pancur Mas, desa Sukabanjar Kecamatan Lumbok Seminung; desa
Kubu Prahu Kecamatan Balik Bukit; desa Kutabesi, desa Sukabumi Kecamatan
Batu Brak; desa Sukamarga, desa Ringinsari, desa Sumber Agung, desa
Tuguratu, desa Banding Agung Kecamatan Suoh; desa Hantatai, desa
Tembelang, desa Gunung Ratu Kecamatan Bandar Negeri Suoh Kabupaten
Lampung Barat; desa Gunung Doh Kecamatan Bandar Negeri Semuong; desa
Ngarit, desa Rejosari, desa Petekayu, desa Sirna galih Kecamatan Ulu Belu; desa
Datar Lebuay Kecamatan Naningan Kabupaten Pesisir Barat; desa Way Beluah
dan desa Melaya Kecamatan Banding Agung Kabupaten Ogan Komering Ulu
Selatan Provinsi Sumatera Selatan; sebelah timur berbatasan dengan Desa
Tampang Tua Kecamatan Pematang Sawa; desa Sedayu, Desa Sidomulyo
Kecamatan Semaka Kabupaten Pesisir Barat; sebelah selatan berbatasan dengan
Samudera Hindia; dan sebelah barat berbatasan dengan Desa Tebing Rambutan
Kecamatan Nasal Kabupaten Kaur Provinsi Bengkulu.
Wilayah Kabupaten Pesisir Barat memiliki luas ± 2.907,23 Km2 atau
8,39% dari Luas Wilayah Provinsi Lampung, dengan mata pencaharian pokok
sebagian besar penduduknya sebagai petani dan nelayan. Secara geografis letak
Kabupaten Pesisir Barat pada koordinat : 4º, 40', 0" -6º, 0', 0" Lintang Selatan
dan 103º, 30', 0" -104º , 50', 0" Bujur Timur.
Secara Topografi Kabupaten Pesisir Barat dibagi menjadi 3 (tiga) unit
topografi yakni: a. Daerah dataran rendah (ketinggian 0 sampai 600 meter dari
permukaan laut); b. Daerah berbukit (ketinggian 600 sampai 1.000 meter dari
permukaan laut); c. Daerah pegunungan (Daerah ketinggian 1.000 sampai
dengan 2.000 meter dari permukaan laut). Keadaan wilayah sepanjang Pantai
Pesisir Barat umumnya datar sampai berombak dengan kemiringan berkisar 3%
sampai 5%. Di bagian Barat Laut Kabupaten Pesisir Barat terdapat gununggunung dan bukit, yaitu Gunung Pugung (1.964 m), Gunung Sebayan (1.744 m),
Gunung Telalawan (1.753 m) dan Gunung Tampak Tunggak (1.744 m).
Menurut Oldeman, Irsal L Darwis (1979), akibat pengaruh dari rantai
pegunungan Bukit Barisan, maka Pesisir Barat memiliki 2 (dua) zone iklim yaitu:
23
1. Zone A (Jumlah bulan basah > 9 Bulan) terdapat di bagian barat Taman Bukit
Barisan Selatan Termasuk Krui dan Bintuhan; 2. Zone BL (Jumlah bulan basah 7
- 9 bulan) terdapat di bagian timur Taman Nasional Bukit Barisan Selatan.
Berdasarkan curah hujan dari Lembaga Meteorologi dan Geofisika, curah hujan
Pesisir Barat berkisar antara 2.500 - 3.000 milimeter setahun.
Pesisir Barat merupakan hasil pemekaran Kabupaten Lampung Barat,
yang disahkan pada tanggal 25 Okober 2012. Wilayah Kabupaten Pesisir Barat
secara administratif terdiri dari 11 kecamatan dengan 116 desa (di Pesisir Barat
disebut Pekon) dan 2 Kelurahan, dengan jumlah penduduk sebesar ± 136.370
jiwa. Dilihat dari luas wilayah kecamatan Bengkunat Belimbing merupakan
kecamatan terluas di kabupaten Pesisir Barat dengan luas wilayah 97.122ha atau
32,69% dari luas total Kabupaten Pesisir Barat. Sedangkan untuk luas wilayah
kecamatan terkecil adalah kecamatan Krui Selatan dengan luas wilayah 3.625Ha
atau 1,26% dari luas total wilayah Kabupaten Pesisir Barat.
b. Demografi
Jumlah penduduk di kabupaten Pesisir Barat tahun 2012 sebanyak
144.773 jiwa dengan jumlah KK sebanyak 36.192 dengan kepadatan penduduk
987,3 jiwa per Km2. Jumlah penduduk paling tinggi dikabupaten Pesisir Barat
adalah di Kecamatan Bengkunat Belimbing sebanyak 24.009 jiwa dengan jumlah
KK sebanyak 6.002 dan kepadatan penduduk 25,2 per Km2, sedangkan yang
paling rendah adalah di Kecamatan Pulau pisang dengan jumlah penduduk
sebanyak 1.343 jiwa dengan 336 KK dan kepadatan penduduk sebanyak 30,8
jiwa per Km2
E.
Pelaksanaan Penelitian
1.
Survey dan Eksplorasi Jenis Jenis TODM
Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui sebaran, ekologi dan potensi
tumbuhan obat di Sumatera Bagian Selatan. Sebelum kegiatan ini dilakukan
sebagai acuan akan dilakukan screening data jenis tumbuhan obat yang terdapat
di Sumatera Bagian Selatan (berupa hasil-hasil penelitian dan sumber pustaka
lainnya). Kegiatan ini dilakukan dengan metode survei dan eksplorasi, meliputi
deskripsi ekologi, koleksi herbarium dan identifikasi jenis. Survey dan eksplorasi
dilakukan diberbagai habitat asli di propinsi Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu,
Lampung dan Bangka Belitung.
Data dan informasi tersebut akan digunakan
24
sebagai dasar untuk penyusunan peta sebaran dan potensi jenis-jenis tumbuhan
obat degeneratif dan metabolik di Sumatera Bagian Selatan.
2.
Kajian Kearifan Lokal
Kajian kearifan lokal meliputi kegiatan pengumpulan data dan informasi
pengelolaan habitat, pengetahuan pemanfaatan/penggunaan tanaman untuk
obat dan bentuk budidaya dan penangkaran tanaman yang dilakukan secara
tradisonal oleh masyarakat lokal. Kegiatan ini dilakukan di lokasi yang dipilih
secara sistematis berdasarkan data hasil survey dan eksplorasi. Metode yang
digunakan meliputi :
1.
Wawancara
Teknik wawancara dilakukan untuk menggali informasi sebanyak mungkin
pengetahuan masyarakat lokal (indigenous local knowledge) mengenai interaksi
yang pernah dan tetap mereka lakukan terhadap jenis-jenis tumbuhan yang ada
di sekitarnya. Sumber informasi utama di masyarakat etnis adalah orang-orang
yang ditunjuk sebagai dukun, pemuka adat, kepala kampung, generasi muda,
ibu-ibu, dan mereka yang dianggap masyarakat memiliki pemahaman lebih
terhadap keberadaan dan manfaat tumbuhan berguna tersebut. Variabel yang
dipakai sebagai kunci pertanyaan dalam wawancara adalah nama lokal jenis,
kegunaan, cara pemakaian, dan keberadaan jenis tersebut di sekitar desa/
pemukiman/ kawasan hutan tempat tinggal masyarakat.
2.
Teknik Observasi Lapang
Observasi lapang digunakan sebagai teknik triangulasi bersama masyarakat
untuk memverifikasi data dan informasi yang sebelumnya telah diperoleh melalui
wawancara dan menggali lebih banyak lagi data dan informasi manfaat jenis
tumbuhan yang ditemui di lapang. Areal sasaran observasi lapang adalah wilayah
yang biasa didatangi masyarakat untuk mendapatkan jenis objek penelitian.
Selama kegiatan observasi lapang berlangsung dilakukan pula kegiatan
pengumpulan spesimen setiap jenis tumbuhan untuk keperluan identifikasi dan
pengumpulan biomassa jenis tertentu yang dipandang memiliki potensi besar
sebagai tanaman obat.
25
3.
Uji Laboratorium
Uji laboratorium bertujuan untuk mengetahui kandungan bahan aktif dari
tumbuhan obat. Berdasarkan bahan aktif tersebut dapat diketahui potensi
tumbuhan
obat
sebagai
obat
penyakit
degeneratif
dan
metabolik.
Uji
laboratorium yang dilakukan antara lain:
Uji Fitokimia
Pengujian
fitokimia
secara
kualitatif
dilakukan
untuk
kandungan metabolit sekunder di dalam suatu tumbuhan.
mengetahui
Kegiatan ini akan
dilakukan di Laboratorium Pusat Studi Biofarmaka IPB, Bogor.
1.
Preparasi Sampel
Untuk uji fitokimia, bahan tanaman dibuat dalam bentuk bubuk dan
ekstrak. Bahan tanaman yang dibuat dalam bentuk bubuk yang digunakan
adalah bagian tanaman yang segar dan kering. Untuk sampel segar, sampel
dicuci dan dipotong-potong kecil kemudian dihancurkan. Untuk sampel kering,
sampel dicuci kemudian dikeringanginkan selama 1 minggu, setelah itu sampel
diblender hingga halus, lalu disaring dengan ayakan 65 mesh
Pembuatan ekstrak atau ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi
bertingkat yang dimulai dengan pelarut non polar (n-heksan), semi polar (etil
asetat) dan polar (metanol). Sebanyak 200 g serbuk sampel ditimbang, lalu
ditambahkan pelarut sebanyak 1-2 liter, kemudian didiamkan minimal selama 24
jam. Setelah itu campuran tersebut disaring dan selanjutnya dievaporator untuk
mendapatkan ekstrak kasar n-heksan, etil asetat dan metanol.
2.
Skrining Fitokimia
a. Uji Alkaloid
Uji alkaloid dilakukan menurut Douglas et al.(Sangi et al., 2008). Sampel
bagian tanaman yang sudah halus halus sebanyak 4 g ditambahkan kloroform
secukupnya, selanjutnya ditambahkan 10 mL amoniak dan 10 mL kloroform.
Kemudian larutan disaring ke dalam tabung reaksi dan filtrat ditambahkan 10
tetes H2SO4 2N. Campuran dikocok dengan teratur, dibiarkan beberapa menit
sampai terbentuk 2 lapisan. Lapisan atas dipindahkan ke dalam tiga tabung
reaksi masing-masing sebanyak 1 mL. Kemudian masing-masing tabung tersebut
26
ditambahkan beberapa tetes pereaksi Mayer, Wagner dan Dragendorff. Apabila
terbentuk endapan menunjukan bahwa sampel tersebut mengandung alkaloid,
dengan pereaksi Mayer memberikan endapan putih, dengan pereaksi Wagner
memberikan endapan berwarna coklat dan pereaksi Dragendorff memberikan
endapan berwarna jingga.
b. Uji Triterpenoid dan Steroid
Uji triterpenoid dan steroid dilakukan menurut Briggs (Sangi et al., 2008).
Sampel bagian tanaman halus sebanyak 50-100 mg ditambahkan asam asetat
glasial sampai semua sampel terendam, dibiarkan selama 15 menit kemudian 6
tetes larutan dipindahkan ke dalam tabung reaksi dan ditambahkan 2-3 tetes
asam sulfat pekat. Adanya triterpenoid ditunjukkan dengan terjadinya warna
merah, jingga atau ungu, sedangkan steroida ditunjukkan dengan terbentuknya
warna biru
c. Uji Tanin
Uji tanin dilakukan menurut Miranda (Sangi et al., 2008). Sampel bagian
tanaman halus sebanyak 20 mg ditambah etanol sampai sampel terendam
semuanya. Kemudian ditambahkan 2-3 tetes larutan FeCl3 1%. Hasil positif
ditunjukkan dengan terbentuknya warna hitam kebiruan atau hijau.
d. Uji Flavonoid
Uji flavonoid dilakukan menurut Cai (Sangi et al., 2008). Sampel bagian
tanaman halus sebanyak 200 mg diekstrak dengan 5 mL etanol dan dipanaskan
selama lima menit di dalam tabung reaksi. Selanjutnya ditambah beberapa tetes
HCL pekat. Kemudian ditambahkan 0,2 g bubuk Mg. Hasil positif ditunjukkan
dengan timbulnya warna merah tua selama3 menit.
e. Uji Saponin
Uji saponin dilakukan menurut Simes et al.(Sangi et al., 2008). Sampel biji
buah alpukat halus sebanyak 2 g dimasukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian
ditambahkan akuades hingga seluruh sampel terendam, dididihkan selama 2-3
menit, dan selanjutnya didinginkan, kemudian dikocok kuat-kuat. Hasil positif
ditunjukkan dengan terbentuknya buih yang stabil.
27
Konsentrasi
relatif
dari
hasl
uji
fitokimia
ditentukan
dengan
membandingkan hasil dengan standar. Konsentrasi relatif yang ada, dinotasi
dengan
tanda
(++++)
menunjukkan
konsentrasi
tinggi
sekali,
(+++)
konsnetrasi tinggi, (++) konsentrasi rendah, (+) konsentrasi rendah sekali, dan
(-) menunjukkan tidak terdeteksi.
4.
Koleksi Tumbuhan Berkhasiat Obat Untuk Penyakit Degeneratif
dan Metabolik (TODM) Prioritas
Berdasarkan data dan informasi dari kegiatan poin A, B, C dan D, maka
ditentukan beberapa jenis tanaman obat yang diprioritaskan untuk dilakukan
kegiatan domestikasi. Tahap awal dari kegiatan domestikasi adalah mengenal
cara-cara ataupun teknik perbanyakan yang umum dilakukan pada jenis yang
bersangkutan. Teknik perbanyakan bisa dilakukan melalui benih (generatif),
vegetatif ataupun melalui umbi. Teknik perbanyakan yang dipilih haruslah
mempunyai indikator utama mempunyai tingkat keberhasilan yang tinggi dan
bisa dilakukan dalam skala massal.
TODM
survey dan eksplorasi
Tanaman Lengkap
Umbi
TODM Prioritas
Buah, biji
Bagian vegetatif
Gambar 4.
Koleksi dari berbagai daerah,
sebagai tan. induk
Perbanyakan massal
masing-masing induk
Alur kegiatan tahap awal domestikasi berupa koleksi dan
perbanyakan TODM prioritas
Pada saat dilakukan kegiatan survey dan eksplorasi jenis-jenis tanaman
TODM, sekaligus dilakukan pengambilan sampel tanaman TODM dari masingmasing lokasi survey sebagai bahan koleksi jenis TODM. Koleksi jenis TODM
prioritas dari masing-masing daerah dipisahkan secara individu dan diberikan
28
identitas label sesuai dengan lokasi pengambilan sampel. Identitas label lokasi
individu ini nantinya akan sangat berguna sebagai deteksi lokasi pengambilan
sampel, bilamana nantinya dibutuhkan pengambilan sampel yang sama maka
akan sangat memudahkan bagi pengambilan sampel ulang.
Sampel tanaman dalam bentuk tanaman lengkap (batang, akar) ataupun
dalam bentuk umbi (seperti tanaman empon-empon) bisa langsung dilakukan
penanaman dalam polybag berukuran besar. Sampel tanaman yang mempunyai
buah ataupun biji, maka bisa langsung dilakukan penaburan benih dalam media
tabur dan bilamana kecambah sudah baik bisa langsung dipindahkan dalam
polybag. Sedangkan sampel tanaman yang mempunyai kendala bilamana
dilakukan pengambilan buah, biji, tanaman lengkap ataupun umbinya; maka
dilakukan pengambilan bagian tanaman yang dimungkinkan nantinya bisa
dikembangkan secara vegetatif misalnya dalam bentuk batang, cabang yang bisa
digunakan sebagai bahan stek batang ataupun stek pucuk. Hasil pembiakan
vegetatif yang berhasil membentuk perakaran dan hidup, bisa langsung
dipindahkan dalam polybag. Pembuatan koleksi tanaman melalui teknik
pembiakan apapun (penanaman tanaman langsung, umbi, biji, stek) harus tetap
mempertahankan identitas individu masing-masing tanaman.
Koleksi jenis TODM dari berbagai lokasi tersebut yang dipapankan dalam
polybag besar bertujuan sebagai materi jenis TODM sebagai bahan indukan
untuk kegiatan tahap selanjutnya. Penanaman dalam polybag besar ditujukan
agar tanaman dapat tumbuh dan berkembang dengan baik dan mampu dengan
cepat untuk memproduksi bagian-bagian tanaman sebagai bahan perbanyakan.
Bilamana bagian-bagian tanaman untuk re-produksi tersebut sudah terbentuk,
maka dilakukan penggandaan dari masing-masing individu indukan TODM sesuai
dengan teknik perbanyakan yang telah dikuasai. Hasil perbanyakan massal dari
setiap individu tanaman ini nantinya di gunakan sebagai bahan pembuatan uji
lapang (penanaman) pada periode tahun berikutnya.
29
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Survey dan Eksplorasi Jenis Jenis TODM
Berdasarkan hasil wawancara, survei dan eksplorasi serta hasil analisis
data yang diperoleh dari beberapa desa yang terdapat di berbagai provinsi di
wilayah Sumatera Bagian Selatan ditemukan sebanyak 392 jenis tumbuhan yang
telah dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai obat.
Dari 392 jenis tumbuhan
obat tersebut, sebanyak 238 jenis dimanfaatkan sebagai obat degeneratif
metabolik. Rincian jumlah jenis tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai obat
degeneratif metabolik pada setiap Provinsi dapat dilihat pada Tabel 2, sedangkan
rincian nama jenis tumbuhan obat tersebut pada setiap lokasi penelitian (Desa,
Kecamatan, Kabupaten, Provinsi) dapat dilihat pada Lampiran 1.
Tabel 2. Jumlah jenis tumbuhan obat yang telah dimanfaatkan masyarakat pada
setiap lokasi penelitian (Provinsi) di SumBagSel
No.
1.
2.
3.
4.
5.
Lokasi Penelitian
(Provinsi)
Sumatera Selatan
Jambi
Bengkulu
Bangka Belitung
Lampung
Total
Jumlah
Jenis
Tumbuhan Obat
91
67
66
97
71
392
Jumlah
TODM
70
44
40
44
40
238
Jenis
Dari total keseluruhan jenis tumbuhan obat yang diperoleh (Lampiran 1),
sebagian besar merupakan jenis tumbuhan obat yang sudah umum dikenal dan
digunakan
sebagai
obat
tradisional,
diantaranya
temu-temuan,
bawang
merah/putih, sirih, brotowali, sambiloto, salam, meniran, pegagan, alpokat dan
mengkudu. Sebagian lagi adalah jenis-jenis yang sudah dikenal secara umum
tetapi kemungkinan manfaatnya belum diketahui secara luas, misalnya berenuk,
sukun, kapok randu, bayam duri, kecubung, cengkeh, lada dan pacar kayu.
Sebagian lagi sekitar 45 jenis adalah jenis-jenis yang belum begitu dikenal dan
belum diketahui manfaatnya sebagai obat, diantaranya akar sembilan lapis, kayu
heling, kayu salai, kalas/bait kalas, cimurai, linsuh, kumbahuong, kayu lobang
dan jelekuk. Diduga jenis tumbuhan yang belum begitu dikenal ini merupakan
jenis lokal atau endemik setempat atau tempat hidupnya spesifik, karena
cenderung tidak ditemukan di lokasi lain.
30
Sebagian besar jenis tumbuhan obat yang diperoleh sudah teridentifikasi,
baik melalui penelusuran pustaka, maupun hasil identifikasi dari LIPI-Bogor dan
Balai Besar Dipterocarpa-Samarinda, sedangkan hasil identifikasi dari Pusat
Penelitian dan Pengembangan Hutan-Bogor sampai saat ini belum keluar. Hasil
identifikasi dari LIPI dan Balai Besar Dipterocarpa terhadap jenis-jenis yang
belum diketahui nama ilmiahnya (belum teridentifkasi) disebabkan karena materi
herbariumnya rusak berat.
Berdasarkan hasil wawancara dengan berbagai nara sumber, yaitu dukun
(pengobat tradisional), kuncen (penjaga kuburan), masyarakat umum yang
mempunyai pengetahuan tentang obat tradisional dan masyarakat umum yang
menjadi pasien, jenis penyakit yang umum pengobatannya menggunakan
tumbuhan adalah jenis penyakit ringan, diantaranya sakit perut, masuk angin,
sakit kepala, cacar, panas, diare, sakit kulit, sakit mata dan sakit kulit. Pada
umumnya masyarakat akan langsung datang ke dukun untuk pengobatan jenis
penyakit ringan tersebut. Sebaliknya untuk pengobatan penyakit degeneratif
metabolik ini masih jarang menggunakan tumbuhan obat, sebagian besar
masyarakat menggunakan obat modern (obat kimia), namun apabila penyakit
tersebut tidak juga sembuh, barulah mereka datang kedukun sebagai
pengobatan alternatif.
B. Pengetahuan Lokal Dan Kearifan Tentang Pengobatan Berbasis
Tumbuhan
1.
Pengobatan Tradisional Suku Daya dan Suku Saling di Sumatera
Selatan
Suku Daya adalah suatu komunitas masyarakat yang menetap di pinggir
aliran sungai Ogan di kabupaten Ogan Komering Ulu. Populasi suku Daya ini
diperkirakan telah mencapai lebih dari 50.000 orang, yang tersebar di beberapa
tempat di provinsi Sumatra Selatan hingga ke wilayah provinsi Lampung.
Masyarakat suku Daya berbicara dalam bahasa Daya, yang mana bahasa
ini termasuk dalam dialek bahasa Melayu, yang sering disebut juga sebagai
dialek Daya. Tidak diketahui apakah orang Daya ini memiliki bahasa sendiri selain
bahasa Melayu yang digunakan sekarang ini. Mengingat bahwa suku Daya ini
adalah
penduduk asli
wilayah
ini, dan
tergolong ke
dalam kelompok
31
protomalayan, mereka telah ada sebelum kehadiran orang-orang Melayu di
wilayah ini.
1.1. Suku Daya
Penelitian mengenai pengobatan tradisional di suku Daya, dilakukan di
kecamatan Lengkiti kabupaten Ogan Komering Ulu. Penentuan lokasi ini
didasarkan atas pertimbangan bahwa di wilayah tersebut masih banyak didiami
suku Daya asli, selain itu wilayahnya juga berbatasan langsung dengan hutan
lindung. Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak dinas kehutanan setempat
dan dari pihak desa, ada beberapa pengobat tradisional, tetapi kebanyakan
hanya tukang urut tulang bukan pengobatan menggunakan tumbuhan obat. Ada
beberapa narasumber yang direncanakan ditemui tetapi hanya ada 2 pengobat
tradisional (Battra) yang memenuhi syarat dan menggunakan tumbuhan obat di
wilayah tersebut yang bisa ditemui. Data narasumber Battra disajikan pada Tabel
3.
Tabel 3. Data narasumber pengobat tradisional suku Daya
No
Nama
Jenis
Kelamin
Perempuan
Alamat
Keterangan
Cik Mas
Umur
(Thn)
63
1
Ds.
Tanjung
Lengakap
Tarmizi
54
Laki-laki
Ds.
Tanjung
Agung
Mulai Praktek tahun
1985,
banyak
menanam
tumbuhan
obat
Lebih dikenal sebagai
tukang urut atau ahli
tulang
2
Dalam kaitannya dengan masalah kesehatan, masyarakat suku Daya saat
ini telah menggunakan obat-obatan sintetik (modern). Karena wilayah yang
menjadi tempat tinggalnya saat ini telah banyak fasilitas-fasilitas kesehatan
seperti puskemas dan polindes serta tenaga kesehatan yang memadahi seperti
dokter, bidan, mantri dan perawat. Seseorang dikatakan dalam keadaan sakit
jika ada sesuatu yang dideritanya sehingga dia tidak dapat beraktivitas seharihari seperti biasanya. Seseorang yang sakit biasanya berobat ke bidan atau
dokter terdekat terlebih dahulu untuk mendapatkan kesembuhan akan tetapi jika
belum sembuh-sembuh mereka mulai mencari pengobatan alternatif ke Battra.
Orang daya menyebut obat tradisional dengan sebutan “Obat Ungga‟an”
atau
Obat
Kampung.
Seorang
Battra
biasanya
mendapat
pengetahuan
pengobatan berasal dari orang tuanya ataupun dari mimpi yang mereka sebut
32
sebagai “wahyu”. Mereka biasanya mendapat wahyu dari “beliau”
1
setelah
melakukan sholat Tahajud di malam hari. Dalam melakukan pengobatan
biasanya seorang Battra mengawali dengan bacaan Basmalah dan ditambah
“jampi” yang berasal dari ayat-ayat Al Qur‟an dan bahasa lokal. Jampi tidak bisa
beliau berikan kepada sembarang orang.
Obat tradisional yang digunakan adalah tumbuhan yang berasal dari
hutan dan kebun disekitar mereka. Jenis-jenis tumbuhan yang masih banyak
dijumpai biasanya langsung diambil di hutan tetapi untuk jenis yang mulai sulit
ditemukan, mereka mulai menanamnya dikebunnya seperti yang dilakukan oleh
ibu Cik Mas, seorang Battra asli suku Daya dari desa Tanjung Lengkayap.
Tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai obat umumnya terdapat di pekarangan
rumah, kebun karet dan semak belukar. Keadaan ini sesuai dengan hasil
penelitian
Hariyadi,
(2011)
bahwa
jenis-jenis
tumbuhan
yang
banyak
dimanfaatkan sebagai tumbuhan obat bukanlah berasal dari hutan alam,
melainkan dari ekosistem yang sudah banyak mendapat sentuhan manusia
(human made ecosystem), khsusunya semak belukar dan kawasan
Ibu Cik Mas telah memulai praktek pengobatan mulai tahun 1985.
Pengobatan yang dilakukan beliau secara umum ada 2 macam yaitu obat dari
dalam yaitu yang diminum dan obat dari luar yaitu untuk mandi yang mereka
sebut “mandian”. Untuk mandian dia selalu menambahkan sedikit beras dalam
air rebusan bahan obat tradisional hal ini filosofinya adalah bahwa semua urusan
sakit itu pulangnya ke beras atau makan.
Demikian juga dengan Pak Tarmizi, seorang Battra dari Tanjung Agung
yang telah melakukan pengobatan dari 10 tahun yang lalu. Ia selalu mengawali
pengobatannya dengan bacaan Basmalah. Dia mendapat ilmu pengobatan dari
orang tuanya terutama ibunya yang sudah berumur 100an tahun. Dia lebih
dikenal sebagai tukang urut atau ahli tulang. Doa yang digunakan untuk segala
macam penyakit sama yaitu 3 doa segala penyakit : Bismilah, Fatihah dan
Sholawat Nabi. Sama halnya dengan ibu Cik Mas, Pak Tarmizi juga menggunakan
tumbuhan obat yang masih ada disekitar rumah, dan ada juga yang di tanam
dipekarangan. Obat yang digunakan ada obat dalam yang diminum dan obat luar
1 Ibu Cik Mas seorang Battra menyebut wahyu itu berasal dari “beliau” dan peneliti tidak bisa mengartikannya
bahwa beliau yang dia sebut itu sebagai Tuhan
33
baik yang dimandikan dan di balurkan. Biasanya dalam setiap ramuan yang
digunakan , ia selalu menambahkan bagian akar dari tumbuhan tersebut. Hal ini
mengandung makna bahwa membuang penyakit itu harus dari akar-akarnya.
Dan yang berbeda dari pengobatan beliau ini adalah dia selalu menambahkan
madu dalam setiap resep obat yang diminum.
1.2. Suku Saling
Suku saling juga salah satu suku asli sumatera selatan yang berdiam di
sekitar daerah aliran Sungai Saling. Daerah adat mereka yang disebut Marga
Saling, berada dalam wilayah Kecamatan Saling kabupaten Empat Lawang,
Provinsi Sumatera Selatan. Tidak ada catatan yang pasti tentang jumlah warga
masyarakat ini. Bahasa Saling termasuk kelompok bahasa Melayu, tetapi dengan
dialek dan ciri-ciri yang khas
Pemilihan suku saling sebagai obyek kajian tumbuhan obat ini adalah
didasarkan dari informasi bahwa di daerah saling ini jaman dahulu masih terkenal
menggunakan racun dari tumbuh-tumbuhan. Dari informasi tersebut maka
diharapkan akan didapatkan pula banyak infomasi mengenai menggunaan
tumbuhan untuk pengobatan. Ada beberapa Battra yang berhasil diwawancari
sebagai narasumber (Tabel 4).
Tabel 4. Data narasumber pengobat tradisional suku Saling
No
65
2
Nurhimah
(bu Nol)
Jimat Ali
Jenis
Kelamin
Permepuan
42
Laki-laki
Ds. Taba
3
Ependi
55
Laki-Laki
Ds. Taba
4
Hamdani
49
Laki-Laki
Ds. Taba
Pengobatan tradisional di suku Saling saat
1
Nama
Umur
(Thn)
Alamat
Ds. Taba
Keterangan
Banyak
informasi
tumbuhan obat
Banyak
pakai
jampian
Tahun 90-an mulai
mengobati
ini diposisikan sebagai
pengobatan alternatif. Karena sebagian besar yang telah melakukan praktek
pengobatan tradisional telah melakukan pengobatan medis terlebih dahulu.
Mereka menyebutnya sebagai “Ubat Ula‟an” atau obat dusun. Seseorang yang
sakit biasa telah melakukan pengobatan secara medis baik ke dokter maupun
bidan terdekat tetapi sudah tidak sembuh maka mereka melanjutkan dengan
pengobatan tradisional. Di daerah kajian yaitu di Desa Taba Kecamatan Saling,
secara umum ada 2 macam Battra, yaitu Battra yang menggunakan obat
34
tradisional baik dari tumbuhan dan Battra yang tidak menggunakan tumbuhan
sebagai obat tetapi menggunakan “terawangan” dan meditasi. Dari Battra yang
menggunakan tumbuhan untuk pengobatan dapat diketahui beberapa jenis
tumbuhan
yang bisa
digunakan
untuk pengobatan
penyakit
khususnya
degeneratif dan metabolik.
Battra yang menggunakan tumbuhan sebagai obat biasanya mendapat
bahan tanaman dari hutan dan lingkungan sekitarnya. Sama halnya dengan suku
Daya, pengobatan disini juga menggunakan obat dari dalam dan luar, demikian
juga dengan doa yang digunakan. Mereka mengistilahkan doa itu sebagai
“bisikan”. Bisikan yang digunakan selalu diawali dengan bacaan Basmallah,
mereka yakin bahwa segala macam penyakit dan penyembuhan itu berasal dari
Tuhan dan pengobatan itu hanya caranya saja. Setelah membaca basmalah
diteruskan dengan bisikan yang menggunakan bahasa Saling.
2. Pengobatan Tradisional Masyarakat Sekitar Taman Nasional Berbak
Berdasarkan sejarah asal usulnya, masyarakat desa di sekitar kawasan TN
Berbak dapat dibagi menjadi 2 tipe yaitu tipe desa yang dibangun secara mandiri
oleh kelompok masyarakat pendatang tahun 1960-an yang sebagian besar
berada di daerah pesisir dan desa yang dibangun secara mandiri oleh kelompok
masyarkat asli sejak jaman penjajahan Belanda maupun sebelumnya yang
berada di sekitar sungai dan daratan. Pada daerah pesisir, masyarakat
didominasi oleh suku bugis sehingga kehidupan sosialnyapun banyak dipengaruhi
oleh adat dan istiadat bugis. Sedangkan pada daerah sungai dan daratan
didominasi oleh suku melayu Jambi dengan pola social dan adat istiadat
melayunya.
Masyarakat di daerah pesisir umumnya adalah petani dengan komoditas
kelapa, pinang dan padi serat disela-sela kegiatan bertani mereka mencari ikan di
laut dan muara sungai. Berbeda pada daerah sungai dan darat, komoditas utama
pertanian mereka adalah tanaman semusim, seperti pada, jagung, kedelai dan
umbi-umbian
sedangkan
komoditas
tahunan
hanya
sebagai
sampingan.
Masyarakat di daerah sungai biasanya mengisi waktu luangnya sengan berbagai
kegiatan, seperti mencari ikan, mencari burung, mencari kayu. Selain bertani,
masyarakat di kedua daerah ini juga membangun rumah-rumah wallet bagi
mereka yang mempunyai modal lebih besar.
35
2.1. Suku Melayu Jambi
Suku melayu Jambi banyak tinggal di daerah sungai dan daratan. Lokasi
yang menjadi focus penelitian adalah di sekitar Resort Simpang dan Resort
Sungai Rambut BTN Berbak. Secara umum pengobatan tradisional orang melayu
yang tinggal di sekitar TN Berbak ada 2 macam, yaitu pengobatan dengan
menggunakan
tumbuhan
obat
dan
pengobatan
yang
hanya
dengan
menggunakan “jampi”. Ada beberapa pengobat tradisional (Battra) yang
diwawancarai baik yang hanya menggunakan jampi maupun yang berbasis
tumbuhan obat. Battra yang telah diwawancarai disajikan pada Tabel 5 berikut
ini
Tabel 5. Pengobat Tradisional Suku Melayu Jambi sekitar TN Berbak
No
Nama
1
Yakup
Umur
(Thn)
63
Suku
Alamat
Melayu
Kel.
Simpang
2
Sopyan
56
Melayu
3
Arba‟i
73
Melayu
4
Katemin
5
Muh. Yusuf
90-an
Melayu
6
Jani
62
Melayu
Jawa
Keterangan
Hanya
menggunakan
jampi,
tidak
banyak
informasi
mengenai
tumbuhan obat yang
digunakan
Kel.
Pengobatan
berbasis
Simpang
tumbuhan obat
Kel.
Pengobatan
berbasis
Simpang
tumbuhan obat
Kel.
Tukang
urut,
tidak
Simpang
menggunakan tumbuhan
obat
Ds. Telago Pengobatan
berbasis
Limo
tumbuhan obat
Ds. Sungai Pengobatan untuk anak
Rambut
dan
ibu
setelah
melahirkan
Status pengobatan tradisional pada masyarakat suku melayu di lokasi
penelitian ini adalah sebagai pengobatan alternatif. Orang yang sakit biasanya
selalu datang ke pengobatan medis terlebih dahulu baik ke bidan, mantri
maupun ke dokter di puskesmas terdekat. Mengingat bahwa lokasi tersebut
sudah ada puskesmas. Apabila pengobatan secara medis masih belum sembuh,
baru beralih mendatangi para Battra untuk mendapatkan pengobatan secara
tradisional. Para Battra biasanya mendapat pengetahuan pengobatan tradisional
berasal dari orang tua atau nenek moyangnya. Orang melayu mengistilahkan
“Berlayar sambil berdandan” yang berarti mereka mendapat pengetahuan
36
pengobatan “tanpa sengaja”. Sambil membantu oarng tuanya mengobati mereka
mendapat pengetahuan.
Pengobatan yang dilakukan oleh para Battra ada yang masuk akal ada
juga yang tidak masuk pada logika peneliti karena lebih bersifat mistik. Peneliti
lebih focus pada pengobatan yang masuk akal dengan menggunakan tumbuhan
obat. Pada dasarnya masyarakat melayu adalah beragama Islam maka untuk
melengkapi pengobatannya para Battra juga menggunakan do‟a-do‟a yang
mereka sebut “Jampi” yang berasal dari Al-Quran dan juga bahasa Melayu.
Jampian dimulai dengan membaca Basmallah terus sholawat Nabi dan suratsuart pendek dalam Al-Quran baru diikuti dengan jampian bahasa melayu.
Mereka selalu percaya bahwa semua penyakit datangnya dari yang Maha Kuasa,
pengobatan hanya merupakan cara untuk mendapatkan kesembuhan.
2.2. Suku Bugis Jambi
Suku Bugis Jambi banyak tinggal di daerah dekat dengan pesisir dan
muara sungai. Pengobatan tradisional orang Bugis Jambi ini merupakan
pengobatan secara turun menurun yang dibawa langsung dari nenek moyang
aslinya dari Bugis Sulawesi. Hanya sedikit nara sumber Battra yang yang masih
ada di desa dan berhasil ditemui karena banyak yang sudah meninggal dan tidak
ada penerusnya. Sama seperti di suku Melayu, pengobatan tradisional di suku
Bugis juga merupakan pengobatan alternative karena sekarang sudah banyak
pengobatan medis, jadi orang sakit terlebih dahulu berobat ke medis apabila
tidak sembuh baru melakukan pengobatan altenatif baik yang berbasis tumbuhan
obat maupun yang menggunakan mistis (jampian saja). Battra yang masih hidup
sampai sekarang juga memposisikan pengobatan tradisional sebagai pengobatan
alternative karena mereka juga kalau sakit berobat ke medis dahulu. Mereka
menilai bahwa pengobatan tradisional khususnya yang menggunakan tumbuhan
obat sudah kuno dan tidak efektif lagi karena sumber tumbuhannya sudah jarang
dan kalaupun ada lokasinya di hutan yang jauh. Mereka lebih memillih
melakukan pengobatan medis terlebih dahulu karena dekat dan mudah, tinggal
datang ke bidan, mantri maupun dokter di puskesmas mereka langsung
mendapatkan pengobatan. Beberapa Nara sumber Battra yang berhasil ditemui
adalah sebagai berikut (Tabel 6).
37
Tabel 6. Pengobat Tradisional Suku Bugis Jambi sekitar TN Berbak
No
Nama
1
H. Tagik
2
Siti Aminah 56
(Nama
Bugis:
Dadda)
H.
Daeng 90
Pasambu
3
Umur
(Thn)
80-an
Suku
Alamat
Bugis
Bone
Bugis
Bone
Kel. Nipah Tidak banyak informasi
Panjang 2
Kel. Nipah Lebih dikenal sebagai
Panjang 2
Dukun
Beranak,
pengobatan
berbasis
tumbuhan obat
Kel.
Battra terkenal jaman
Simpang
dahulu tetapi kondisinya
Datuk
sudah agak pikun jadi
tidak banyak informasi
Bugis
Wajo
Sengkang
Keterangan
Dasar pengobatan masyarakat suku Bugis Jambi adalah secara Islam,
karena mereka beragama islam. Sama halnya dengan orang melayu, orang Bugis
juga mengistilahkan do‟a-do‟a untuk mengobati dengan sebutan “Jampi”. Jampi
yang dibacakan saat mengobati diawali dengan membaca “Basmalah” terus surat
pendak biasanya membaca surat Al-Kautsar terus dilanjut dengan jampian
bahasa Bugis. Jampian dalam bahasa bugis biasanya didapatkan berasal dari
mimpi.
3. Pengobatan Tradisional Masyarakat Suku Rejang dan Suku Lembak
di Bengkulu Tengah
3.1. Suku Rejang
Mayoritas Suku Rejang berada di kabupaten Rejang Lebong, kabupaten
Kepahiang, kabupaten Bengkulu Utara, kabupaten Bengkulu Tengah, dan
kabupaten Lebong. Suku ini mempunyai keyakinan dan ketaatan mereka
terhadap adat-istiadat yang berlaku sejak dahulu kala. Karena mayoritas suku
Rejang masih mempertahankan kebudayaan mereka, tidak heran jika hukum
adat yang berupa denda dan cuci kampung masih dipertahankan hingga
sekarang. Dikarenakan kesesuaian tradisi Rejang dengan ajaran Islam, suku
Rejang telah mengubah kepercayaan terdahulu mereka ke ajaran agama Islam.
Hingga saat ini, budaya mereka juga identik dengan nuansa Islam.
Masyarakat suku rejang hidup dari pertanian di sawah dan ladang,
mereka menanam padi, sayur-sayuran dan buah-buahan. Tanah mereka juga
subur untuk kopi, teh, lada dan sebagainya. Dulu masyarakat ini lebih
mengutamakan mata pencaharian pertanian perladangan terbang bakar dan
berpindah-pindah. Pada zaman sekarang, sudah banyak putra-putri suku Rejang
38
telah menempuh pendidikan tinggi seperti ilmu pendidikan keguruan, ilmu
kesehatan, ilmu hukum, ilmu ekonomi, sastra, dan lain-lain. Banyak yang telah
menekuni profesi sebagai pegawai negeri, pejabat teras, dokter, pegawai swasta,
pengacara, polisi, dan berbagai profesi yang memiliki kehormatan menurut
masyarakat modern pada era sekarang ini.
Terkait
dengan
pengobatan
tradisional,
suku
Rejang
saat
ini
menempatkan pengobatan tradisional sebagai pengobatan alternatif karena
mereka sudah banyak menggunakan pengobatan medis. Pengobatan tradisional
yang masih ada saat ini terbagi menjadi 2 macam, yaitu pengobatan dengan
berbasis tumbuhan dan pengobatan hanya menggunakan air putih yang telah
diberikan “bacaan” (do‟a). Dasar pengobatan tradisonal suku Rejang adalah
secara Islam mengingat tradisi mereka semua bernuansa Islam. Doa yang
diberikan saat pengobatan adalah Do‟a Nurbuat dilanjutkan Surat Al-Fatihah dan
Sholawat Nabi baru dilanjutkan dengan bacaan menggunakan bahasa lokal.
Pengetahuan
mengenai
pengobatan
tradisional
didapatkan
secara
turun
temurun. Biasanya mereka mendapatkaan ilmu pengobatan berasal dari mimpi
yang dikasih “punyang” (nenek moyang).
Menurut salah satu nara sumber yang diwawancarai, dia menyebut
pengobatan tradisional sebagai “Ubat Sudee” (Obat Dusun). Pengobatan yang
berbasis tumbuhan secara umum ada 2 macam yaitu ramuan diminum dan
ramuan yang dipakai untuk mandi. Penggunaan tumbuhan sebagai obat sudah
mulai jarang seiring dengan semakin berkembangnya pengobatan medis. Selain
itu keberadaan tumbuhan yang berkasiat sebagai obat sudah mulai sedikit dan
jarang ditemukan disekitar kampung. Apabila mereka membutuhkan tumbuhan
obat mereka mencari di hutan, kebun-kebun yang lokasinya jauh dari kampung.
Sehingga ada beberapa jenis tumbuhan obat yang di kembangkan di kebun
mereka. Ada petuah bijak yang didapatkan dari salah satu nara sumber terkait
dengan sulitnya mencari tumbuhan obat ini, yaitu dengan pepatah “Naik tebing
bungo kedarat, Tejuk Bungo Belatan putih, Biar badan sampai melarat, Asal
dapat sekendak hati”. Untuk mendapatkan sesuatu yang dinginkan (tumbuhan
obat)
harus
penuh
perjuangan.
Beberapa
nara
sumber
yang
berhasil
diwawancarai disajikan pada Tabel 7 berikut.
39
Tabel 7. Pengobat Tradisional Suku Rejang di Bengkulu Tengah
No
Nama
Umur
(Thn)
50-an
1
Eli Armada
2
Herman
Hamid
56
3
Lely
Kusyanti
31
4
Raliyana
62
Suku
Rejang
Alamat
Dusun Baru 1
Kec.
Karang
Tinggi
Orang tua Ds.
Penum
campuran Kec.
Taba
besemah
Penanjung
dan lama
tinggal di
Rejang
Rejang
Ds.
Penum
Kec.
Taba
Penanjung
Rejang
Keterangan
Hanya menggunakan
jampi dan air
Banyak
menggunakan mistis
ada sebagia yang
berbasis tumbuhan
obat
Istri
dari
Pak
Herman hamid yang
telah
banyak
mengetahui banyak
tentang pengobatan
dengan
menggunakan
tumbuhan
Ds. Rindu Hati Pengobatan berbasis
Kec.
Taba tumbuhan obat yang
Penanjung
merupakan
penduduk
asli
setempat
3.2. Suku Lembak
Suku bangsa Lembak berdiam di Kabupaten Bengkulu Utara, Kabupaten
Rejang Lebong, Kabupaten Bengkulu Tengah dan Kotamadya Bengkulu. Jumlah
populasinya sekitar 100.000 jiwa dan mungkin lebih. Suku Lembak adalah
pemeluk agama Islam sehingga budayanya banyak bernuansakan Islam,
disamping itu masih ada pengaruh dari kebudayaan lainnya. Dari sisi adatistiadat antara Melayu Bengkulu dan suku Lembak ada terdapat kesamaan
sehingga secara garis besar, kebudayaan Melayu mendominasi kebudayaan suku
Lembak. Mata pencaharian utama suku Lembak adalah sebagai petani sebagian
lain bekerja sebagai pedagang, tukang kayu dan sebagainya. Pekerjaan bertani
umumnya masih dikerjakan secara gotong-royong dan bermusim.
Penelitian dilakukan di kabupaten Bengkulu Utara yang merupakan salah
satu tempat tinggal masyarakat suku Lembak. Seperti halnya dengan suku
Rejang, suku ini juga menempatkan pengobatan tradisional hanya sebagai
pengobatan altenatif. Mereka lebih memilih pengobatan secara medis terlebih
dahulu dalam penyembuhan penyakit dibandingkan dengan dengan pengobatan
40
tradisional. Pengobatan tradisional masyarakat yang ada sampai saat ini ada 2
macam, yaitu pengobatan yang berbasis tumbuhan dan pengobatan hanya
menggunakan “Ucap” (do‟a) dengan media air. Ilmu pengobatan tradisional
diperoleh secara turun temurun dari orang tua mereka. Biasanya mereka
mendapatkan cara dan bahan pengobatan berasal dari mimpi dan ilham yang di
dapatkan setelah berdoa setelah sembahyang (Sholat). Karena agama suku
Lembak adalah Islam, maka pengobatan tradisional yang mereka jalankan saat
ini adalah berdasarkan Islam. Dalam pelakukan pengobatan mereka selalu di
awali dengan membaca Basmalah dilanjutkan dengan shahadat terus Ucap
dengan bahasa setempat dan diakhiri dengan penutup. Adapun beberapa Nara
sumber Battra yang berhasil ditemui adalah sebagai berikut
Tabel 8. Pengobat Tradisional Suku Lembak di Bengkulu Tengah
No
Nama
Suku
Alamat
Keterangan
Supeni
Umur
(Thn)
865
1
Lembak
Merupakan Imam masjid
setempat.
Pengobatan
banyak
menggunakan
tumbuhan
2
Kasam
57
Lembak
3
Syamsuri
62
Lembak
Ds.
Baturaja
Kec.
Pondok
Kubang
Ds.
Baturaja
Kec.
Pondok
Kubang
Ds.
Baturaja
Kec.
Pondok
Kubang
Dikenal
dengan
pengobatan pake Uceup
(jampi).
Banyak
informasi
tumbuhan obat.
4. Obat Tradisional Masyarakat Melayu di Bangka Barat.
Suku dan etnis penduduk Kabupaten Bangka Barat terdiri dari suku
melayu, keturunan Tionghoa, Jawa, Arab Melayu, Palembang, Bugis dan Batak.
Agama yang dipeluk oleh penduduk adalah Agama Islam (90.61 %), Budha
(5.56 %), Kong Fu Cu (1,67 %), Kristen (1.56 %), Katholik (0,56 %) dan Hindu
(0,03
%).
Mata
pencaharian
penduduk
tersebar
di
berbagai
kegiatan
perkebunan, pertanian, perikanan, kelautan, pertambangan, perdagangan
barang dan jasa, serta pegawai negeri, BUMN dan swasta. Hasil pertanian
masyarakat di kabupaten ini adalah Sahang (Lada), sebagian karet dan sawit.
41
Lokasi penelitian dipilih berdasarkan informasi dari Kepala KPHP Rambat
Menduyung yaitu di kecamatan Teritip dan kecamatan Jebus. Di kedua daerah
tersebut masih banyak masyarakat yang mengenal tumbuh-tumbuhan yang
bermanfaat sebagai obat tradisional. Di kecamatan Simpang Teritip, penelitian
difokuskan di desa Bukit Terak, Desa Kundi, dan desa Air Menduyung. Penduduk
asli yang ada wilayah ini adalah Suku Melayu Jerieng yang beragama islam.
Beberapa data narasumber disajikan dalam Tabel 9.
Tabel 9. Nara Sumber yang diwawancarai di Kec. Simp. Teritip
No
Nama
1
Cik Aminah
Umur
(Thn)
67
2
Hendri
36
3
Saidi
Asal)
4
Rohati
(Ki 65
51
Suku
Pendidikan
Melayu
Tidak
Sekolah
Melayu
Jerieng
Melayu
Jerieng
SMP
Melayu
Jerieng
Tidak
pernah
Sekolah
Yane
Tidak
Sekolah
Keterangan
Keturunan dari orang
Yane belajar pengobatan
dari mertuanya oaring
Melayu Jerieng
Anak ke-4 dari Cik
Aminah
Lebih dikenal sebagai
pembuat gelas yang
terbuat
dari
kayu
Marpule (Pasak Bumi)
Sering membantu proses
melahirkan. Belajar dari
ibu mertua seoarang
Dukun Bayi kampong,
sedangkan ilmu tentang
pengobatan
dari
kakeknya
Semua nara sumber yang diwawancarai, menggunakan tumbuhan
sebagai dasar pengobatannya. Mereka menyebut pengobatan tradisional sebagai
“Ubat Kampung”. Tumbuhan yang digunakan berasal dari kebun-kebun dan
hutan yang ada disekitar desa mereka. Ada sebagian tumbuhan yang mulai
dikembangkan disekitar rumah akan tetapi banyak yang mati karena kemarau
panjang.
Selain di kecamatan Simpang Teritip, penelitian juga dilakukan di
kecamatan
Jebus.
Jebus adalah
sebuah kecamatan di Kabupaten
Bangka
Barat, Kepulauan Bangka Belitung. Kecamatan ini adalah salah satu kawasan
produsen timah di Kepulauan Bangka Belitung. Ibukotanya adalah kota Jebus
yang berjarak 60 km dari Muntok, ibukota kabupatenBangka Barat. Wilayah
kecamatan jebus berbatasan langsung dengan wilayah Kecamatan Belinyu. Suku
42
bangsa yang mendiami Kecamatan Jebus adalah warga Melayu dan Tionghoa.
Sektor ekonomi utamanya adalah pertanian, pertambangan dan perdagangan.
Berdasarkan informasi dari Kepala KPH Rambat Menduyung kabupaten Bangka
Barat, lokasi yang dipilih adalah desa Limbung, karena di desa ini masih banyak
warga yang menggunakan tumbuhan sebagai dasar pengobatan. Ada beberapa
nara sumber yang yang diwawancarai, disajikan dalam Table 10.
Tabel 10. Nara Sumber yang diwawancarai di desa Limbung Kec. Jebus
No
Nama
Suku
Pendidikan
Keterangan
Halimah
Umur
(Thn)
76
1
Melayu
Bangka
Lulus SR
2
Juhri
44
Lulus SD
3
Ibu Rusia
53
4
Wahar
53
Melayu
Bangka
Melayu
Bangka
Melayu
Bangka
Sudah
banyak
lupa,
karena pikun dan ilang
penglihatan
Banyak
belajar
dari
orang tua
Tidak
Sekolah
Tidak
Sekolah
Suami dari ibu Rusia
Saat ini, pengobatan tradisional dengan berbasis tumbuhan sudah jarang
lagi digunakan seiring dengan semakin berkembangnya pengobatan modern.
Orang lebih dahulu melakukan pengobatan secara medis ke dokter, bidan
ataupun ke pusat pelayanan kesehatan sebelum melakukan pengobatan
tradisional menggunakan tumbuhan. Akan tetapi nari nara sumber yang
diwawancarai menyebutkan bahwa apabila mereka sudah menggunakan
pengobatan secara tradisional menggunakan tumbuhan obat maka jangan
dicampur dengan obat yang laen. Demikian juga dengan ramuan tumbuhan obat
yang sudah diberikan harus sesuai dengan petunjuk, jangan meracik dan
mencampur sendiri, karena kalau tidak benar bisa keracunan.
Dasar pengobatan tradisional adalah secara islami, karena mayoritas
masyarakat di wilayah ini beragama Islam. Selain menggunakan ramuan-ramuan
tumbuhan yang ada disekitar tempat tinggal mereka, pengobat juga memberikan
do‟a-do‟a yang berasal dari ayat-ayat Al-Quran dan juga bahasa local setempat.
Terkait dengan pengetahuan tentang tumbuhan yang berkasiat obat, masyarakat
melayu yang ada di kabupaten Bangka Barat banyak yang mengetahui jenisjenisnya meskipun mereka sendiri sudah mulai jarang menggunakan karena
keberadaan tumbuhan tersebut yang sudah mulai jarang. Pada dasarnya
masyarakat kepulauan memang sangat terbuka dengan pada pendatang dan
43
masayrakt di luar wilayahnya. Sehingga selain nara sumber yang berhasil
diwawancarai, sebagian masyarakat di wilayah ini juga sangat terbuka untuk
berbagi pengetahuan mengenai jeni-jenis tumbuhan yang berkasiat obat.
5. Obat Tradisional Suku Lampung Pesisir
Lokasi penelitian dipilih berdasarkan informasi dari Dinas Kehutanan dan
Perkebunan Kabupaten Pesisir Barat yaitu di pekon (desa) Pahmungan
kecamatan Pesisir Tengah-Krui dan dan pekon Sukaraja kecamatan Ulu Krui. Di
kedua daerah tersebut masih banyak masyarakat yang mengenal tumbuhtumbuhan yang bermanfaat sebagai obat tradisional. Penduduk asli yang ada
wilayah ini menyebut mereka adalah Suku Lampung Pesisir yang beragama
islam. Suku Lampung Pesisir adalah masyarakat pendatang dari Muara Dua
Sumatera
Selatan,
mereka
mendatangi
wilayah
Pekon
membuat
satu
perkampungan di sana pada tahun 1870. pada awal kedatangan mereka, hutan
di wilayah Pekon masih asli. Untuk menunjang hidupnya, masyarakat membuka
hutan untuk berkebun ladang dan menanam padi sawah, setelah itu sambil
menunggu panen padi mereka menanam kopi, diselang dengan tanaman damar
dan buah-buahan (durian, duku, petai, jengkol)(Forum Komunikasi Kehutanan
Masyarakat (FKKM), 2002). Mengingat lokasi masyarakat yang dekat dengan
hutan dan mereka jauh dari pusat kesehatan pada jaman dahulu, maka mereka
banyak menngunakan tumbuhan untuk pengobatan berbagai macam penyakit.
Sampai saat ini masih ada beberapa masyarakat khusunya generasi tua yang
masih menggunakannya. Beberapa data narasumber yang dijadikan informan
mengenai penggunaan tumbuhan sebagai obat disajikan dalam Tabel 11.
Masyarakat Lampung Pesisir menyebut pengobatan tradisional sebagai
“Ubat Dukun Kampung”. Tumbuhan yang digunakan berasal dari kebun-kebun
campuran yang mereka sebut “Repong” dan hutan alam “Pulan” yang ada
disekitar desa mereka. Pengetahuan mengenai jenis dan cara pengobatan yang
menggunakan tumbuhan obat mereka dapatkan secara turun temurun dari orang
tua mereka. Bagian tumbuhan yang mereka gunakan sebagaian besar besar
adalah daun akan tetapi ada juga yang memakai batang, kulit kayu, buah dan
bayit. Bayit merupakan bahasa lokal setempat untuk menyebutkan tumbuhan
yang berhabitus Liana.
44
Tabel 11. Nara Sumber yang diwawancarai di Pekon Pahmungan dan Pekon
Sukaraja
No
Nama
1
Sahyar
Umur
(Thn)
65
2
Irwansyah
42
3
Mad Rasyid
45
4
Johan Basri
67
5
M. Toyip
-
Asal
Pendidikan
Pekon
Tidak
Pahmungan Sekolah
Pekon
Pahmungan
Pekon
Pahmungan
Pekon
Sukaraja
SMA
Pekon
Sukaraja
-
Tidak Lulus
SD
Tarbiyah
Islamiyah
Keterangan
Seringan
dijadikan
narasumber
untuk
berbagai
macam
penelitian
Anak dari Pak Sahyar
Pendamping
di
lapangan
Pengobat
tradisional
yang masih praktek
sampai saat ini dari
tahun 1975
Pendamping Lapangan
Kondisi pengobatan tradisional dengan tumbuhan sekarang sudah mulai
ditinggalkan karena semakin berkembangnya pengobatan sintetik. Masyarakat
lebih memilih menggunakan pengobatan sintetik terlebih karena cepat dan
mudah didapat. Akan tetapi apabila penyakit mereka tidak sembuh dengan obat
modern maka mereka memilih pengobatan tradisional dengan tumbuhan obat.
Secara umum cara pengobatan dengan tumbuhan obat oleh masyarakat
ada 2 macam, yaitu obat dalam dengan cara diminum, dan obat luar yaitu
dengan cara dimandikan dan di tempel. Jumlah daun ataupun buah yang
digunkanan untuk mengobati penyakit biasanya ganjil (3,5,7,9), dan berdasarkan
wawancara dengan narasumber mereka tidak dapat menjelaskan, mereka hanya
mengikuti cara orang tua terdahulu.
Selain menggunakan tumbuhan sebagai
dasar pengobatan mereka juga melengkapi pengobatan mereka dengan do‟a
yang mereka sebut “Memang”. Doa mereka berasal dari potongan ayat suci AlQuran dan bahasa lokal setempat.
C. Uji Fitokimia
Pengujian fitokimia dilakukan di Pusat Studi Biofarmaka IPB Bogor. Hasil
uji fitokimia yang disajikan pada tabel berikut ini adalah jenis-jenis tumbuhan
yang secara tradisional telah dimanfaatkan masyarakat dari berbagai suku di
wilayah Provinsi Sumatera Selatan, Jambi dan Bengkulu. Hasil uji fitokimia dari
jenis-jenis tumbuhan yang telah dimanfaatkan masyarakat dari berbagai suku di
45
wilayah Provinsi Bangka Belitung dan Lampung belum disajikan, karena sampai
laporan ini dibuat masih dalam tahap pengujian di Pusat Studi Biofarmaka IPB,
Bogor.
Tabel 12. Hasil Uji Fitokimia Tumbuhan obat dari Provinsi Sumatera Selatan
No.
Nama lokal
1
1
2
Kembang
sepatu/raya
(bunga) -Pagar Dewa
Kembang
sepatu/raya
(daun) --Taba
Kembang
sepatu (daun)
– Sido
makmur
Kanidae -Taba
Heling (kulit
kayu)
Ruk duruk
(daun) -Tanjung
lengkayap
Gajah duduk –
Tanjung
lengkayap
Belimbing
wuluh (daun)
– Tanjung
lengkayap
Sembilan lapis
(akar) --Taba
Angit-angit
(daun) –
Tanjung
agung
Angit-angit
(daun) –
Tanjung
lengkayap
Kertau (daun)
– Tanjung
agung
Behau laut
(daun) – Taba
salung
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
Kandungan senyawa
Flavonoid
Alkaloid
Tanin
Saponin
Quinon
Steroid
Triterpenoid
3
+
4
-
5
+++
6
++
7
-
8
+++
9
-
++
-
+++
+
-
+++
-
+
-
+++
+
-
++
-
+
-
++
+
-
+++
-
+
-
+++
++
-
-
+
+
-
+
+
-
+++
-
+
-
++
-
-
+++
-
+++
-
+++
+++
-
+++
-
+++
-
++
+
-
+++
-
+++
-
+++
+++
-
+++
-
+
-
+++
+
-
+++
-
+
-
-
+
-
++
-
+
-
+
++
-
+++
-
46
1
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
2
Ketepeng
(daun) –
Tanjung
lengkayap
Tabu (klt kayu)
– Tanjung
lengkayap
Kemuning
(daun) –
Tanjung
lengkayap
Serbebak (akar)
– Tanjung
lengkayap
Pisang mas
(daun)
Tapal kuda
(seluruh bag) –
Tanjung agung
Balik angin
(daun) –
Tanjung
lengkayap
Akar kuing
(daun) –
Tanjung
lengkayap
Jengkol (daun)
– Taba
Kula-kula
pedang (daun)
– Tanjung
lengkayap
Cempiring
(daun) –
Tanjung agung
Pung kapung
(daun) –
Tanjung
lengkayap
Pung
kapung/kapung
(daun) -- Taba
Salimundi
(akar) – Taba
Tebu limutan
(daun) –
Tanjung
lengkayap
3
+++
4
-
5
+++
6
++
7
-
8
+++
9
-
-
-
+++
+++
-
-
+
+++
-
+++
++
-
+++
-
+
-
-
++
-
-
++
+++
-
+
++
++
-
+++
+
-
++
+++
-
++
-
+
-
++
+
-
+++
-
-
-
+++
++
-
++
-
+++
-
+++
+++
-
++
-
++
-
++
++
-
++
-
++
-
+++
+++
-
++
-
++
-
+++
+++
-
+++
-
+++
-
+++
+++
-
+++
-
+
-
+
++
-
++
-
+++
-
++
++
-
+++
-
47
Tabel 13. Hasil Uji Fitokimia Tumbuhan Obat dari Provinsi Jambi
No.
Nama lokal
1
Kelulut
(daun)
Bungur (cbg)
Bungur
(daun)
Temahang
Pinang (akar
gantung)
Pecah beling
Kelebuk
(daun)
Kelebuk
(buah)
Piandang
(daun)
Piandang
(kayu)
Piandang (klt
btg)
Sakkak
(tangkai)
Sakkak
(daun)
Sakkak
(tanduk btg)
Pung kapung
(daun)
Amplas
kijang
(daun)
Ampalas
kijang (btg)
Akar kecapi
(daun)
Sembung
nyawa
Bintaro
Asam susur
Puding hati
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
Kandungan senyawa
Flavonoid
Alkaloid
Tanin
Saponin
Quinon
Steroid
Triterpenoid
++
-
-
+
-
+++
-
+++
+++
-
+++
+++
+
+++
-
++
+++
-
+++
++
-
+++
++
+
++
-
+++
++
-
+++
++
-
+++
+++
+++
+++
-
+++
+++
-
+++
-
+++
++
-
+
++
+
-
-
++
-
+++
-
+++
-
+
+
-
++
-
++
-
-
++
-
-
+
-
-
-
++
-
-
+
+++
-
++
+++
-
+++
-
+++
-
+++
++
-
+++
+
+++
-
+++
+++
-
+++
-
++
-
+++
++
-
+++
-
-
-
+
++
-
++
-
++
-
+++
+
-
+++
-
+++
-
+++
+++
-
+
-
++
++
+++
-
++
+++
+++
+++
++
+++
-
+++
+++
++
++
48
Tabel 14. Hasil Uji Fitokimia Tumbuhan Obat dari Provinsi Bengkulu
No.
Nama lokal
1
1
2
Sebebew
(daun) –
Rindu hati
Buluh
betung
(daun) –
Batu raja
Puding
abang
(daun) –
Rindu hati
Ukam gajah
(daun) –
Batu raja
Pung
kapung
(daun) –
Rindu hati
Tebu
(batang) –
Penum taba
penanjung
Tebu
(daun) –
Penum taba
penanjung
Bungo
merah
(seluruh
bgn) –
Rindu hati
Saloloe
(kulit) –
Batu raja
Saloloe
(daun) –
Batu raja
Saloloe
(kayu) –
Batu raja
Selada
darat
(seluruh
bgn) –
Rindu hati
Cabe
mesang
(daun) –
Rindu hati
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
Kandungan senyawa
Flavonoid
3
Alkaloid
4
Tanin
5
Saponin
6
Quinon
7
Steroid
8
Triterpenoid
9
+++
-
+++
+++
-
+++
-
++
-
+
+++
-
+++
-
+++
-
+++
+++
-
+++
-
+++
-
+++
+++
-
++
-
+++
-
+++
+++
-
+++
-
-
-
-
+
-
+
+
+++
-
++
+++
-
++
-
+++
-
++
+++
-
+++
-
+++
-
+++
+++
++
+
++
+++
-
+++
+++
-
++
+
++
-
++
+++
-
-
+
++
-
++
++
-
++
+
+++
-
+++
+++
-
+++
-
49
1
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
2
Dukut
sembuo –
Rindu hati
Rembigo
(daun) –
Rindu hati
Laketau
(daun) –
Batu raja
Kiyo serai
(daun) –
Rindu hati
Kayu
belalang
(daun) –
Batu raja
Amplas
kijang
(daun) –
Rindu hati
Amplas
kijang (btg)
– Rindu
hati
Kijo biing
kuning
(kayu) –
Rindu hati
Prokale/hun
ji merah
(daun) –
Batu raja
Kedu-uk
(daun) –
Penum taba
penanjung
3
++
4
-
5
-
6
+++
7
-
8
++
9
-
+++
-
+
+++
-
+++
-
+++
-
+++
+
-
++
-
+++
-
+++
+++
-
+++
-
+++
-
+++
+++
-
+++
-
+++
-
+++
+++
-
+++
-
++
-
+++
++
-
++
+
++
-
+
++
-
++
-
+++
-
+++
+++
-
+++
-
+++
-
+++
++
-
++
-
Tabel 12, 13 dan 14 menunjukkan bahwa potensi jenis-jenis tumbuhan
obat yang terdapat di sub region Sumatera Bagian Selatan (Sumatera Sealatan,
Jambi dan Bengkulu) sangat besar untuk dikembangkan sebagai obat herbal dan
pasar obat herbal untuk penyakit degeneratif metabolik. Hal ini terlihat dari
tingginya kandungan tanin, saponin dan flavonoid pada sebagian besar jenis
tumbuhan yang diperoleh dari lokasi penelitian. Tanin merupakan adalah
senyawa polifenol yang memiliki berat molekul cukup tinggi (lebih dari 1000) dan
dapat membentuk kompleks dengan protein. Tanin terdapat luas dalam
tumbuhan berpembuluh, dalam angoispermae terdapat khusus dalam jaringan
kayu. Tanin memiliki aktivitas bilogis yang kompleks, diantaranya untuk
pengobatan penyakit metabolik (Harborne, 1987). Hasil penelitian Kakuda et al.
50
(1996) dan Hayashi et al. (2002) dalam Puspitasari (2014) menunjukkan adanya
kandungan tanin atau ellagitanin (tanin terhidrolisis) pada tanaman bungur yang
berfungsi menurunkan kadar gula dalam darah, menurunkan tekanan darah dan
dapat menurunkan kolesterol pada mencit dan manusia.
Hal ini juga mengindikasikan bahwa pemanfaatan jenis-jenis tumbuhan
obat tersebut oleh masyarakat lokal memang karena potensi kandungan bahan
aktifnya sebagai obat bukan karena sugesti, oleh karena itu pamanfaatan jenisjenis tumbuhan tersebut sampai saat ini masih digunakan. Beberapa dari jenisjenis tumbuhan obat tersebut merupakan jenis-jenis tumbuhan obat yang sudah
dikenal dan banyak dimanfaatkan masyarakat secara luas dan hasil-hasil
penelitian terhadap potensinya sebagai obat penyakit degeneratif metabolik
sudah banyak dipublikasikan. Contoh jenis-jenis tersebut diantaranya adalah
bungur, kemuning, belimbing wuluh, sambung nyawa, puding abang, pecah
beling dan keduuk.
Bungur (Lagerstroemia speciosa), merupakan tumbuhan dari kelompok
famili Myrtales yang mempunyai khasiat sebagai antidiabektika, yang dapat
menurunkan kadar gula dalam darah dan menurunkan kadar kolesterol pada
mencit dan manusia (Puspitasari, 2014). Hasil uji fitokimia menunjukkan dalam
daun
bungur
terkandung senyawa
kimia
tanin, flavonoid dan
(Dalimartha, 2003). Hasil studi ekstrak etanol daun kemuning
saponin
(Murraya
paniculata) pada tikus diabetes yang diinduksikan menunjukkan penurunan yang
nyata terhadap glukosa darah, kolesterol dan trigliseride darah (Avilia, 2014).
Hasil uji fitokimia menunjukkan adanya kandungan senyawa aktif tanin, saponin,
flavonoid, alkaloid dan glikosida pada daun kemuning. Ekstrak daun kemuning
juga bisa berfungsi sebagai anti rematik.
Sebagian besar dari jenis-jenis yang diperoleh dari sub region Sumatera
Bagian Selatan ini diduga belum banyak dikenal oleh masyarakat secara luas,
misalnya kayu saloloe, kio/kayu serai, kayu belalang dan ampleas kijang. Oleh
karena itu jenis-jenis tumbuhan obat potensial tersebut yang akan diprioritaskan
untuk diteliti dan dikembangkan lebih lanjut terhadap potensi, budidaya dan
pasarnya.
51
D. Koleksi Tumbuhan Berkhasiat Obat Untuk Penyakit Degeneratif dan
Metabolik (TODM) Prioritas
Pengambilan sampel tanaman TODM telah dillakukan pada masing-masing
lokasi survey sebagai bahan koleksi jenis TODM. Sampel tanaman yang diambil
dari kegiatan ini berupa tanaman lengkap (anakan), buah, biji, umbi, batang dan
cabang. Bentuk tanaman yang paling banyak diambil adalah dalam bentuk
tanaman lengkap (anakan), umbi, batang dan cabang yang bisa digunakan
sebagai bahan stek batang atau stek cabang atau stek pucuk. Sampel tanaman
dalam bentuk tanaman lengkap (anakan) ataupun dalam bentuk umbi (seperti
tanaman
empon-empon) langsung dilakukan
penanaman dalam polybag
berukuran besar. Sedangkan stek batang atau stek cabang/pucuk ditanam
dahulu di dalam sungkup sampai tanaman berakar.
Setelah tanaman
membentuk perakaran dan hidup, langsung dipindahkan dalam polybag besar.
Penanaman dalam polybag besar ditujukan agar tanaman dapat tumbuh dan
berkembang dengan baik dan mampu dengan cepat untuk memproduksi bagianbagian tanaman sebagai bahan perbanyakan. Saat ini jumlah koleksi jenis yang
ada di persemaian berjumlah 41 jenis dengan jumlah tanaman sebanyak 238
bibit yang sebagian besar diperoleh dari perbanyakan umbi dan cabutan
(anakan).
V. KESIMPULAN
1.
Ada sebanyak 238 jenis tumbuhan obat untuk bergam penyakit degeneratif
metabolik yang ditemukan di lima wilayah Provinsi di
Sumatera Bagian
Selatan, yaitu Jambi, Bengkulu, Bangka Belitung dan Lampung.
2.
Pengetahuan lokal dan kearifan tentang pengobatan yang berbasisi
tumbuhan diperoleh battra (pengobat tradisional) dari turun temurun dan
mimpi yang disebut wahyu.
3.
Saat ini posisi pengobatan tradisional adalah sebagai pengobatan alternatif,
yang dilakukankan dengan 2 cara pengobatan, yaitu untuk obat dalam dan
obat luar berupa mandian, yang biasanya diawali dengan membaca
Basmalah dan ditambah jampi yang berasal dari ayat-ayat AlQuran dan
bahasa lokal
52
4.
Potensi tumbuhan obat yang terdapat di lima wilayah Provinsi di Sumbagsel
sangat besar untuk dikembangkan sebagai bahan baku obat herbal
5.
Sampai saat ini jumlah jenis tumbuhan obat yang terkoleksi sebanyak 41
jenis dengan jumlah tanaman sebanyak 238 bibit, yang sebagian besar
diperoleh melalui cabutan (anakan).
DAFTAR PUSTAKA
Asmaliyah, N. Herdiana, E.E. Hadi dan I.Muslimim. 2009. Potensi Biofarmaka Di
Sumatera Selatan. Laporan Hasil Penelitian Program Insentif Riset Dasar
Tahun I (2009) Balai Penelitian Kehutanan Palembang.
Asmaliyah, N. Herdiana, E.E. Hadi dan I.Muslimim. 2010. Potensi Biofarmaka Di
Sumatera Selatan. Laporan Hasil Penelitian Program Insentif Riset Dasar
Tahun II (2010) Balai Penelitian Kehutanan Palembang
Avilia, K.R. 2014. Efek ekstrak etanol daun kemuning (Murray paniculata
(L).Jack
terhadap
kadar
trigliserida
tikus
wistar
jantan.
www.repository.maranatha.edu. Tanggal akses 19 Desember 2015.
Evans, L.T. 1996. Crops Evolution, Adaptation, and Yield. Combridge Univ. Press.
Forum
Komunikasi Kehutanan Masyarakat. 2002. Studi Kolaborasi:
PengelolaanRepong Damar Krui – Lampung Barat, Bandar Lampung:
Syafa‟at Advertising bekerjasama dengan Forum Komunikasi Kehutanan
Masyarakat (FKKM)
Harborne, J.B. 1987. Metode fitokimia. Institut Teknologi Bandung. Bandung.
Hartati, S. 2011. Gulma dan Rempah Berkhasiat Obat. PT. Penerbit IPB Press.
Hadi, E.E.W. 2013. Tumbuhan Bawah Dominan Penghasil Bahan Obat Herbal
Pada Sistem Agroforestri.
Tesis. Program Pasca Sarjana Fakulats
Kehutanan UGM, Yogyakarta.
Hariyadi B. 2011. Obat Rajo Obat Ditawar : Tumbuhan Obat dan Pengobatan
Tradisional Masyarakat Serampas – Jambi. Biospecies 4(2): 29 – 34.
Makalalag, A. 2011. Skrining Fitokimia dan Uji Toksisitas Akut Ekstrak Etanol
Daun Turi (Sesbania Grandiflora Pers). [Sripsi]. UNSRAT, Manado.2011
Pullin, R.S.V. 1994. Exotic Species and Genetically Modified Organisms in
Aquaculture and Enchanced Fisheries : ICLARM‟s Position. NAGA, the
ICLARM Quarterly. 17(4): 19 – 24.
53
Puspitasari, I. 2014. Potensi bungur sebagai herbal antidiaktika. Tribun Yoga,
23 November 2014. www.farmasi.ugm.ac.id. Tanggal akses 19 Desember
2015.
Pramono, E.
2002. Perkembangan dan prospek industri obat tradisional
Indonesia. Prosiding Seminar Nasional “TUMBUHAN OBAT INDONESIA
XXI” tanggal 27 – 28 Maret 2002. Fakultas Farmasi Universitas Surabaya.
Surabaya.
Pramono, E dan S. Katno. 2002. Tingkat manfaat dan keamanan tanaman obat
dan obat tradisional. Balai Penelitian Tanaman Obat Tawangmangu,
Fakultas Farmasi, UGM.
Pujiasmanto, B. 2009. Strategi pengembangan budidaya tumbuhan obat dalam
menunjang pertanian berkelanjutan. Pidato Pengukuhan Guru Besar Ilmu
Agronomi Fakultas Pertanian UNS-Surakarta. Di akses tanggal 13 Januari
2015.
Rimbawan dan A. Siagian. 2004. Indeks Glikemik Pangan, Cara mudah memilih
pangan yang menyehatkan. Penebar Swadaya, jakarta.
Sangi, M.; Runtuwene, M.R.J.; Simbala, H.E.I. dan Makang, V.M.A. Analisis
Fitokimia Tumbuhan Obat di Kabupaten Minahasa Utara.Chemistry
Progress, 47-53.
54
Lampiran 1. Jenis Tumbuhan Yang Telah Dimanfaatkan Oleh Masyarakat Sebagai Obat Degeneratif Metabolik Pada Setiap
Lokasi Penelitian Di wilayah Sumatera Bagian Selatan
Lokasi : Provinsi Sumatera Selatan
Species
Allium sativum
4
Alliaceae
5
Herba
Bagian
yang
digunakan
6
Umbi
Belimbing
tunjuk/wuluh
Averrhoa bilimbi
Oxsalidaceae
Pohon
Daun
Darah
tinggi
3.
Balik angin
Pipturus sp.
Urticaceae
Pohon
Daun
Rematik,
Asam urat
4.
Kula-kula
pedang/simbar
Gajah duduk
Asplenium nidus
Filicea/
Polypodiaceae
Leguminoceae
Herba
menempel
Herba
Daun
Rematik,
asam urat
Rematik,
asam urat
Rematik,
asam urat
No.
1
1.
Lokal
2
Bawang putih
2.
5.
Famili
Ilmiah
3
Crotalaria incana
Habitus
L.
6.
Cimurai
Herba
menjalar
Seluruh bgn
tanaman
Daun
Penyakit
7
Darah
tinggi,
jantung
Cara
Pengelolaan
8
Langsung dimakan, sebaiknya
dimakan sebelum makan: Dosis
1 siung sekali makan, intensitas
3 kali/hari. Sebelum dimakan
dijampi dulu
Daun direbus sampai mendidih,
kemudian air rebusan diminum
dan dimandikan
Daun balik angin dicampur daun
kula2, daun gajah duduk, daun
cimurai masing2 1 lembar
direbus dengan air. Kemudian
airnya diminum sedikit, sisanya
dimandikan. Dosis 1-2 kali/hari
selama 3 hari (diminum). Untuk
dimadikan ditambah 1 lembar
daun belimbing wuluh + beras
(3 butir)
Idem
Nara
Sumber
9
Cik
Mas
(Pengobat
tradisional)
Idem
Idem
55
1
7.
2
Manggis
8.
Gerunggang
9.
Akar
tebas
kuing
Ketepeng
10.
11.
Akar
sipik
12.
Pinang
batang
3
4
Clusiaceae
5
Pohon
6
Kulit buah
7
Diabetes
Rubiaceae
Pohon
Kulit batang
Lever, sakit
kuning
Akar
Senna alata/
Cassia alata
Fabaceae
Semak
menjalar
Perdu
Lever, sakit
kuning
Magh,
lambung
Tetracera sp.
Dilleniaceae
Semak
menjalar
Batang
Batu ginjal,
kencing
batu
Areca catechu
Arecaceae
Pohon
Buah
Ambeian
Garcinia
mangostana
Pertusadina
eurhynca
Daun
8
Kulit manggis dicampur sarang
semut direbus sampai mendidih
kemudian airnya diminum
Kulit
batang
gerunggang
dicampur akar tebas kuing yang
sebelum direbus dipukul dulu
sampai keluar warna kuning,
kemudian
air
rebusannya
diminum
Idem
9
Daun ketepeng kering/segar
sebanyak 7 lembar direbus,
kemudian airnya diminum atau
dipepes (daun muda) kemudian
dimakan. Dosis 1-3 kali/hari
selama 1-3 hari
Batang ditetep/dipotong sore
hari, airnya ditampung dalam
botol, pagi harinya diambil dan
langsung diminum. Dosis 1 botol
aqua bisa diminum 1 kali atau
untuk
beberapa
kali
dan
sebelum diminum dijampi dulu
Buah pinang sebanyak 3 buah
dibelah, diambil isinya, dicampur
dengan batang serbabak direbus
dgn air sampai mendidih,
kemudian airnya diminum
56
1
13.
14.
2
Akar
serbabak/akar
sebakbak
Kemuning
3
4
Leguminosae
5
Semak
menjalar
6
Batang
7
Ambeian
Murraya
paniculata
Rutaceae
Pohon
Daun
Asma,
sesak nafas
15.
Sirih
Piper betle
Piperaceae
Herba
menjalar
Air batang
Asma,
sesak nafas
16.
Jahe merah
Zingiber officinale
Zingiberaceae
Semak
Umbi/
rimpang
Stroke
17.
Jeringau
Acorus calamus
Zingiberacea
Terna
stroke
18.
Bangle
Zingiber
cossumunar
Zingiberaceae
Semak
Stroke
Idem
19.
Kertau
Malvaceae
Pohon
Umbi/
rimpang
Umbi/
rimpang
Daun
Daun kemuning ditambah daun
pinang direbus + beras, kmdn
air rebusannya diminum
Batang sirih ditetep sore hari
kemudian airnya ditampung
dalam botol aqua, pagi harinya
diambil dan airnya langsung
diminum. Sebelum diminum
airnya dijampi dulu
Umbi jahe merah, jeringau,
banglei diparut, dimasak dengan
minyak
sedikit,
kemudian
diparamkan kebagian yg sakit.
Sebelum diparamkan dijampi
dulu. Dosis setiap hari. Selain
diparamkan bisa juga untuk urut
Idem
Darah
tinggi
Daun
kertau
sebanyak
1
genggam ditambah 1,5 gelas air
direbus sampai airnya 1 gelas ±
10-15 menit, air rebusannya lalu
diminum. Dosis 1 kali/hari.
Setelah 1 jam diminum lihat dulu
hasilnya/perubahannya.
Kalau
sdh turun hentikan.
Spatholobus
ferrugianus
8
Idem
9
Tarmiji
57
1
20.
2
Kembang
darah tinggi
Widelia biflora
3
4
Compositae
5
Herba
6
Bunga
7
Darah
tinggi
21.
Wortel
Daucus carota
Apiaceae
Terna
Buah
Jantung,
angin
duduk
22.
Tapal Kuda
Centella
Umbelliferae/
Apiaceae
Terna/
Herba
Seluruh bgn
tanaman
Rematik,
asam urat
L. Urban
asiatica
8
3 buah bunga kembang darah
tinggi
langsung
dimakan.
Sebelum dimakan, minum air
putih dulu. Doanya membaca
basmalah, Al-Fatihah, Sholawat
nabi
Buah wortel sebanyak 3 ons
diparut, kmd diperas, airnya
minimal ¾ gelas ditambah madu
2 sendok makan, kemudian
diminum setelah bagun tidur
pagi sebelum gosok gigi selama
7 hari (1 minggu)
Tapal kuda (1 genggam), daun
sambiloto 7 lembar, akar pasak
bumi 1 ruas jari dan 1 buah
perlako direbus dengan 1,5
gelas air. Stlh air tinggal 1 gelas
diangkat dan diminum (untuk
rematik ringan). Untuk rematik
berat, utk mandian yaitu daun
jeruk nipis sebanyak 1 genggam
+ batang lada yang menjalar
ditanah sebanyak 3 batang
(panjang ± 40cm) + kayu busuk
(bandotan) 3 rumpun + jabung
besar (umbi batang) 1 buah (±
2 liter air) direbus sore hari, pagi
baru digunakan dalam keadaan
hangat2 kuku kaki direndam dan
dibalurkan kebgn yang sakit
9
58
1
23.
2
Sambiloto
24.
Pasak bumi
25.
Perlako/
Kapulaga
Ruk duruk/
Senduduk
26.
27.
Kayu Heling
28.
Kayu Lampas/
Tembesu
3
Andrographis
paniculata
Eurycoma
longifolia
Amomum sp.
Melastoma
malabatrichum
Fagraea fragrans
4
Acanthaceae
Simaroubaceae
5
Terna
tegak
Pohon
Zingiberaceae
Semak
Melastomaceae
Perdu
Loganiaceae
6
Daun
Akar
Umbi/
rimpang
Akar
7
Rematik,
asam urat
Rematik,
asam urat
Rematik,
asam urat
Ambeian
Pohon
Kulit ari bgn
dalam
Ambeian
Pohon
Daun
Kencing
manis
8
Idem
9
Idem
Idem
Akar senduduk sebanyak 1
genggam direbus dengan air
sebanyak 4 gelas, direbus
sampai menurun 3 gelas, kmdn
diminum pagi, siang dan sore
hari masing-masing 1 gelas
(untuk obat dalam)
Utk obat luar: kulit batang luar
dikelupas, kerok kulit ari
sebanyak 1 sendok makan,
ditaruh dikain, kmd diikatkan ke
bgn kasir. Digunakan malam
hari. Pantangan: jgn makan
terong, makan pedas, minyak,
daging, ikan laut/asin
Daun lampas 1 genggam direbus
dalam air sebanyak 4 liter.
Direbus sampai menjadi 3 gelas.
Diminum 3 kali/hari (pagi, siang,
sore) msg2 1 gelas. Akan lebih
baik kalau ditambah batang dan
akar lampas sedikit
59
1
29.
2
Kecubung
Datura metel
30.
3
4
Solanaceae
5
Perdu
6
Bunga
7
Asma,
sesak nafas
Kumis kucing
Orthosiphon
aristatus
Lamiaceae/
Labiatae
Terna
tegak
Seluruh bgn
tanaman
Batu ginjal,
kencing
batu
31.
Keji baling
Strobilanthus
crispus
Acanthaceae
Semak
Seluruh bgn
tanaman
32.
Tomat ceper/
Tomat dusun
Lycopersicum sp.
Solanaceae
Herba
Buah
Batu ginjal,
kencing
manis
Sakit
kuning
33.
Bambu kuning
Bambusa sp.
Graminae
Pohon
Anakan/
rebung
Sakit
kuning
8
Bunga sebanyak 5 kuntum (utk
anak2) dan 7 kuntum (dewasa)
+ air hangat kuku sebanyak ¾
gelas, diremas + madu (2
sendok makan), kmd diminum.
Utk obat luar/balur: daun sirih
diusap2 dikasih minyak kayu
putih , kmd ditempelkan kebagn
yg sakit. Pantangan: jgn makan
es, jgn kena air hujan
Slrh bgn tanaman kumis kucing,
keji beling, tapal kuda (1
genggam), daun sambiloto (12
lembar), akar pasak bumi
(sebesar ibu jari) direbus dgn air
(4 gelas), dididihkan (3 gelas),
diangkat, diminum utk 3 kali
minum (pagi, siang, sore) msg2
1 gelas. Waktu diminum dapat
dicampur dgn madu 2 sendok
makan
Idem
9
Sebanyak 7 buah tomat lokal
dimakan langsung selama ± 1
minggu
Rebung direbus dengan air ± 11,5 gelas diminum per hari
60
1
34.
2
3
Delima
Punica spp.
35.
Penyambung
nyawa
Gynura
procumbens
36.
Peladang
merah/Dang
radang
Coleus
scutellarioides
L.
4
Lythraceae
5
Perdu
Buah
6
Asteraceae
Herba
Daun
Sakit
pinggang
Labiatae/
Lamiaceae
Terna
Daun
Semak
menjalar
Akar
Ambeian,
disentri,
berak2,
sariawan
Sakit
kuning,
lever
Sakit
kuning
Benth
37.
Akar kuing
38.
Jinten hitam
Nigella sativa
Rununculaceae
Terna
Buah/biji
39.
Gadung
Dioscorea sp.
Dioscoreceae
40.
Kapuk randu
Ceiba pentandra
Malvaceae
Herba
menjalar
Pohon
Umbi/
rimpang
Daun
7
Kolesterol
Sakit
kuning
Sakit
kuning,
lever
8
1 buah delima besar atau 3
buah delima kecil yang sudah
tua tp belum matang (slrh bgn
buah) di jus, kmd diminum.
Dosis: 1 kali/hari selama 7
minggu
7 lembar daun penyambung
nyawa dimasukkan/dicelupkan
kedalam gelas yang ada airnya,
kmd airnya diminum, daunnya
dimakan
Daun peladang merah sebanyak
1 genggam direbus dalam air (2
gelas), dimasak dan setelah
tersisa 1 gelas, diminum
Akar kuning direbus, diminum
dan dioelskan keseluruh tubuh
9
Gimbarudin
Jinten hitam dan umbi gadung
ditumbuk
halus,
kemudian
dioleskan keseluruh tubuh pada
waktu
malam
hari
utk
mengeluarkan keringat
Idem
7 tangkai daun kapuk randu (1
genggam) ditumbuk mhalus,
kmd dioleskan keseluruh tubuh
61
1
41.
2
Bemban
burung
42.
Gundang seru
Akar
43.
Dadap
tergantung
Kayu siamang
Akar
Loranthus sp.
47.
Bemban
burung akar
Benalu
dirambutan
Bulu abang
Daun
akar
Daun
kecil
Akar
48.
Lada
Piper ningrum
44.
45.
46.
3
Donax
canniformis
4
Maranthaceae
5
Terna
6
7
Kencing
manis
Akar
Kulit kayu
Loranthaceae
Piperaceae
Perdu
Biji
dan
yg
Kencing
manis
Kencing
manis
Kencing
manis
Kencing
manis
Kencing
manis
Kencing
manis
Asam urat
8
Akar (bemban burung, gundang
seru, dadap tergantung), kulit
kayu siamang, daun dan akar
bemban burung akar, daun
benalu yg kecil, akar bulu abang
dibakar
,
ditumbuk,
kmd
dibalurkan keseluruh tubuh. Utk
diminum: Semua bahan direbus
+ pati laos + gula merah +
jintan hitam
Idem
9
idem
Idem
Idem
Idem
idem
40 biji atau sebanyak 1 sendok
teh + 1 telur kuning ayam
kampung + 1 sendok makan
manis madu + 1 genggam beras
+ 2 buah kencur diminum 1 hari
sekali sebanyak 1 gelas. Untuk
ditempel:
62
1
49.
2
Lidah buaya
50.
Sedingin
51.
52.
3
4
Liliaceae
5
Semak
Daun
Crassulaceae
Semak
Daun
Cabe
Kalanchoe
pinnata L.
Capsicum spp.
Solanaceae
Terna
Daun
Kates
Carica papaya
caricaceae
Perdu
Buah
Aloe vera
6
7
Asam urat
Pendingin
jantung/Paru2
Asam urat
Lambung,
magh
Sesak nafas
53.
Asam jawa
Tamarindus
indica L.
Caesalpinaceae/
Leguminosae
Pohon
Buah
Ginjal
Sesak nafas
54.
Pisang
Musa sp.
Musaceae
Semak
Buah
Sesak nafas
8
1 lembar daun lidah buaya dan
1 lembar daun sedingin +
kapur sirih + garam sebuku),
ditumbuk
kemudian
ditempelkan di tempat yg
bengkak
Idem
9
7 pucuk daun cabe dihaluskan,
kmd ditempelkan kebagian yg
sakit pada malam hari sebelum
tidur
Buah kates muda diparut, kmd
diperas sampai 1 gelas. Lalu
diminum utk 3 kali
Buah kates dikasih air 1 gelas,
lalu
diminum.
Sebelum
diminum dijampi dulu
Asam jawa seharga 500 rupiah
dikasih air 1 gelas, lalu
diminum. Sebelum diminum
dijampi dulu
Asam jawa seharga 500 rupiah
+ 1 buah kates muda + 3 buah
pisang, ditumbuk dihaluskan,
diremas, disaring dimasukkan
dalam 1 gelas air untuk
diminum 3 kali/hari (pagi,
siang, sore)
Idem
Jimat dan
Nur himah
63
1
55,
2
Kelapa muda
56.
Kenidae
57.
Tuba api
58.
Boding abang
59.
Setati
60.
Bunga
kembang raya
Akar sembilan
lapis
61.
3
Cocos nucifera
Bridelia
tomentosa Blume
4
Euphorbiaceae
Graptophyllum
pictum
Wedelia montana
Acanthaceae
Hibiscus
sinensis
Malvaceae
Bl.
rosa
5
Pohon
6
Air kelapa
7
Gejala ginjal
Pohon
Daun
Sakit kuning
Daun
Lever, magh
kembung
Daun
Lever, magh,
kembung
Lever, magh,
kembung
Lever, magh,
kembung
Ambeian,
kencing darah
Perdu
Compositae
Daun
Perdu
Daun
Perdu
Akar
dan
pucuk daun
8
Air
kelapa
diminum,
sebelumnya
dijampi
dulu.
Dosis:1 kelapa muda untuk 3
kali minum (pagi, siang, sore)
Daun kenidae 1 genggam + air
2 gelas, direbus jadi 1 gelas,
lalu diminum utk 2-3 kali.
Selain utk diminum juga bisa
sbg obat tetes mata
Daun (tuba api, boding abang,
setati,
kembang
raya)
dicincang, dihaluskan + kapur
sirih, lalu ditempelkan di bgn yg
sakit. Setelah itu dikunci
sebagai ucapan terima kasih,
tujuannya agar penyakitnya
tidak kambuh lagi
Idem
9
Idem
Idem
Akar sembilan lapis direndam
dalam air sebanyak 1 gelas,
kemudian diminum untuk 3 kali
64
1
62.
2
Mengkudu
3
Morinda citrifolia
4
Rubiaceae
5
Pohon
Pohon
Daun
Lever,
nafas
sesak
Lever,
nafas
Lever,
nafas
sesak
8
24 buah dan daun mengkudu
dicampur dalam air sebanyak 2
gelas, direbus jadi 1 gelas, lalu
diminum. Dosis: 1 gelas/hari
selama 3 hari
Daun (kapung, jengkol, kabay,
medang tanduk) dicincang +
tanah
pematang
tebat
(pembatas sawah) ditempelkan
kebagian yg sakit
Idem
sesak
Idem
sesak
idem
L.
63.
Kapung
64.
jengkol
65.
Kabau
66.
Medang
tanduk
Nangka
67.
68.
Jeruk
limau
urut/jeruk
purut
6
Buah
daun
dan
7
Darah tinggi
Pithecolobium
lobatum
Archidendron
microcarpum
Benth.
Alseodapne sp.
Leguminosae/
Fabaceae
Fabaceae
Pohon
Daun
Pohon
Daun
Lauraceae
Pohon
Daun
Artocarpus
integra Merr.
Moraceae
Pohon
Pucuk daun
Lever,
nafas
Ginjal
Citrus hystrix
Rutaceae
Perdu
Pucuk daun
Darah tinggi
9
7-9 pucuk daun nagka diremas
+ grama secukupnya, lalu
dibalurkan kebagian pinggang
yg sakit. Pantangan: jgn makan
tempoyak
7-9 pucuk daun jeruk purut
direbus pada malam hari,
kemudian dimandikan pada
pagi harinya
65
1
69.
Kunyit
2
Curcuma
domestica val.
3
70.
Serai
Cymbopogon
citratus
4
Zingiberaceae
5
Semak
Umbi
6
Poaceae
Graminae
Batang
7
Kencing
manis
Asam
urat,
rematik
8
Kunyit sebesar 1 jari diparut,
diperas + setetes madu, kmd
diminum.
Pantangan:
jgn
makan penyedap rasa, jgn
makan nanas
Serai sebanyak 3 buah ditutus,
dibakar dan masih angat2 kuku
ditempelkan di bagian yg
sakit/bengkak
9
66
Lokasi : Provinsi Jambi
Species
No.
1
1.
Lokal
2
Brotowali
2.
Sambiloto
3.
Kencur
4.
5.
Famili
Ilmiah
3
Habitus
Bagian
yang
digunakan
6
Batang
4
Menispermeaceae
5
Semak,
terna
tegak
Andrographis
panniculata
Kaempferia
galanga L.
Acanthaceae
Daun
Zingiberaceae
Terna
tegak
Semak
Jeringau
Acorus
L.
Araceae
Terna
Rimpang
Bangle
Zingiber
purpureum Roxb.
Zingiberaceae
Herba
Rimpang
Tinospora
tuberculata L.B
calamus
Rimpang
Penyakit
7
Kencing
manis
Kencing
manis
Rematik,
asam urat,
ngilu2
Rematik,
asam urat,
ngilu2
Rematik,
asam urat,
ngilu2
Cara
Pengelolaan
8
3 lembar daun sambiloti dan 1
jari brotowali dipotong2, direbus
dgn air 6 gelas, dimasak jadi 5,5
gelas, dinginkan, kmd minum
sebanyak ½ gelas dan intensitas
2 kali sehari (pagi dan malam)
sampai 15 hari
Nara
Sumber
9
Pak
Sofyan
Idem
1 kelingking kencur, jeringau,
bangle + beras (1/3 gelas yg
sudah direndam), digiling diatas
bangku/batu gilingan sampai
halus + air jampea (dipuasai)
kmd dioleskan/dibalurkan ke bgn
yg sakit.
Utk diminum: 3 lembar daun
sirih direbus dalam 2 gelas air,
dididihkan sampai 1,5 gelas,d
diminum utk 3 kali
Idem
Idem
67
1
6.
Sirih
Piper betle L.
7.
Kulit manis
8.
9.
Lada
Cengkeh
10.
Seledri/daun
sop
Manggis
11.
2
3
4
Piperaceae
5
Perdu
Daun
Cinnamomum
verum L.
Lauraceae
Pohon
Kulit batang
7
Rematik,
asam
urat,
ngilu2
Stroke
Piper ningrum L.
Syzigium
aromaticum L.
Apium graveolens
Piperaceae
Myrtaceae
Herba
Pohon
Buah
Bunga
Stroke
Stroke
Kulit batang kulit manis, biji
lada, bunga cengkeh, daun
seledri/daun sop + beras (1/3
gelas yg sudah direndam)
digiling sampai halus + air
jampea, lalu dioleskan ke bgn yg
sakit. Utk diurut ditambah laos
dan minyak tanah.
Terakhir: klu belum sembuh jg
beli anak ayam ½ kg ,
disembelih, dikuliti, dimasak dgn
kulit manis 1 jari. Lada 7 butir,
cengkeh 3 batang, daun sop 1
batang + garam kasar 3 butir,
dibersihkan, direbus dalam 3
gelas air yg mendidih dan
menyusut sampai ayamnya bisa
dimakan
idem
Idem
Apiaceae/
Umbelliferae
Clusiaceae/
Guttiferae
Semak
Daun
Stroke
Idem
Pohon
Kulit batang
dalam
yg
manis
Ambeian,
wasir
L.
Garcinia
mangostana L.
6
8
Idem
9
Kulit batang manis dikerok,
direbus dalam 2 gelas air sampai
mendidih, stlh dingin diminum.
Dosis: 3 kali/hari (untuk 2 gelas)
68
1
12.
2
Mengkudu
Morinda citrifolia
3
4
Rubiaceae
5
Pohon
6
Daun muda
7
Magh,
lambung
13.
Kates/Pepaya
Carica papaya L.
Caricaceae
Perdu
Daun muda
14.
Cepluk‟an/
daun
letap
letup
Physalis
Solanaceae
Terna
Seluruh
bgn
tanaman
Magh,
lambung
Darah tinggi
15.
Lalang/Alang2
Imperata
cylindrica
Poaceae/
Graminae
Terna
Akar
16
Kumis kucing
Daun
Pinang
Lamiaceae/
Labiatae
Arecaceae
Semak
17.
Orthosiphon
aristatus B.
Areca catechu
Pohon
18.
Cabe rawit
Capsicum annum
Solanaceae
Terna
Akar diatas
tanah (yg
tidak
menyentuh
tanah)
Buah
L.
L.
L.
minima
8
Daun
mengkudu
muda
dilayurkan di api, kemudian
ditempelkan kebagian yg sakit
Langsung dimakan
Darah tinggi,
darah kotor,
sakit
pinggang,
melancarkan
kencing,
gejala
kencing
Idem
Seluruh
bagian
tanaman
cepluk‟an + 3 gelas air, irebus,
dinginkan, kmd diminum utk 1
hari saja. Setelah turun jgn lagi
diminum
Akar
alang2
dikumpulkan
sebesar jempol dengan oanjang
sejengkal + daun kumis kucing
1 tangkai + 1 lenjer akar pinang
ditutus, direbus dalam 5 gelas
air, didihkan, diminum utk 2
hari. 1 hari 3 kali (pagi, siang,
malam)
Idem
Idem
Idem
Angin duduk
1 buah cabe rawit dioleskan
keseluruh bagian yang sakit
sampai terasa panas, kalau
sudah kentut berarti sembuh
9
69
1
19.
2
Ati-ati
3
Coleus
scutellaroides
L.
4
Labiatae/
Lamiaceae
5
Terna
Daun
6
Asteraceae
Pohon
Daun
Pohon
kecil
Akar,
batang
Benth.
20.
Sambung
nyawa
Gynura
procumbens
Miq
(B)
7
Sakit perut,
magh,
kembung
Darah tinggi
21.
Medang
pergam
22.
Kelulut/
Pulutan
Urena lobata
Malvaceae
Perdu/
herba
Daun
Ambeian
23.
Pelago/
Kapulaga
Amomum
compactum
Zingiberaceae
Semak
Buah
Diabetes
Bawang putih
Allium sativum L.
Liliaceae/
Amaryllidaceae
Herba
Umbi
Darah tinggi
24.
Sesak nafas
Soland ex Maton
8
Daun diremas-reams + gambir
dioelskan keperut yang sakit
9
10-15 daun sambung nyawa
direbus dalam 1-2 liter air,
setelah dingin baru diminum.
Intensitas minum 2 gelas/hari
(diminum pagi atau malam)
Akar dan batang direbus,
didinginkan kemudian diminum
1-2 kali/hari sebanyak 1 gelas
Daun
kelulut
sebanyak
2
genggam ditumbuk/diremas +
gambir 1 ruas + air 1 gelas,
disaring kemudian air perasan
diminum
Buah pelago ditumbuk sampai
halus, kmd sebanyak ½-1
sendok diseduh dalam air panas
sebanyak 1 gelas. Dosis: 3
kali/hari sesudah makan. Doa:
Bismillah, 2 kalimat syahadat,
surat Al-Fatihah, Surat Al-Fil,
surat Al-kautsar
1 ons bawang putih dan 1 ons
kencur,
dibakar,
kmd
dimasukkan kedalam air kmd
diminum 3-4 hari. 1 hari 3 kali
Pak Yakub
70
1
25.
2
Puding ati
3
26.
Api-api
(benalu)
Daun
Lever (perut
besar)
27.
Jeruk timun
Daun
Ambeian,
Mejan
28.
Ampelas
kijang
Pohon
Akar
Kencing batu
29.
Rambutan
Nephelium
lappaceum L.
Sapindaceae
Pohon
Daun pucuk
Berak darah,
mejan.
ambeian
30.
Temulawak
Curcuma
xanthorrhiza
Zingiberaceae
Semak
Rimpang
Sakit kuning
Solanaceae
Perdu
Buah
Sakit kuning
Graptophyllum
Pictum L. Griff
4
Acanthaceae
5
Perdu
6
Daun
7
Lambung, ulu
hati
Roxb.
31.
Tomat
Solanum
lycopersicum
8
3-4 lembar daun puding ati + 7
butir lada, ditumbuk halus, kmd
dimasukkan air 1 gelas, lalu
diminum 3 kali/hari
Daun api-api 1 genggam direbus
+ perasan kunyit yg sudah
dibakar, kmd dimnum setiap
malam
Daun jeruk timun 1 genggam
diremas, dimasukkan kedalam
air 1 gelas, kmd diminum untuk
2-3 kali
Akar ampelas kijang dipotong2,
kmd arnya ditampung, dilakukan
pagi hari, didiamkan kmd
diambil besok harinya, lalu
diminum
Daun pucul rambutan yg agak
tua diremas2, dikasih air masak
dingin sedikit, lalu disaring, baru
diminum
Rimpang temulawak sebanyak 1
genggam diblender dgn 3 gelas
air. Ramuan dibuat untuk 3 hari,
jadi setiap hari minum 1 gelas.
Tomat 3 buah + gula putih
diblender dgn 3 gelas air.
Ramuan dibuat untuk 3 hari.
Jadi setiap hari diminum 1 gelas
9
Pak
Katemin
71
1
32.
2
Kacang hijau
Vigna radiata (L)
3
4
Fabaceae
5
Palawija
6
Biji
7
Sakit kuning
33.
Jambu biji
Psidium guajava
Myrtaceae
Pohon
Daun muda
Sakit kuning
Melastoma
malabatrichum
Physalis angulata
Melastomaceae
Semak
Daun pucuk
Sakit kuning
Solanaceae
Herba
Seluruh
bgn
tanaman
Drynaria
separsisora
Polypodiaceae
Epifit
Magh, sakit
pinggang,
melancarkan
kencing
Diabetes
Magh, sakit
perut
R.
L.
34.
Senduduk
35.
Ciplukan
36.
37.
Tebu hutan
Sakak
Batang
Batang
8
Kacang hijau sebanyak ¼ kg +
gula aren + air 4 gelas, direbus
jadikan 3 gelas, kmd diminum
utk 3 hari. Jadi setiap hari
diminum 1 gelas
Utk anak: Kunyit 1 buku + 3
pucuk daun jambu + 3 daun
pucuk senduduk digiling + air
hangat ¼ gelas diminum utk 3
kali.
Utk dewasa: ¼ gelas diminum
utk 1 kali
idem
9
Slrh bgn tanaman ciplukan,
daun pecah beling, daun dan
batang kumis kucing direbus,
didinginkan kemd diminum
Batang sakak dan rimpang
kencur diparut, diperas, disaring
airnya diminum 2 kali sehari
(pagi dan malam)
Siti
Aminah
dan
pak
haji Tagak
72
1
38.
2
Kunir/Kunyit
3
4
Zingiberaceea
5
Semak
6
Rimpang
7
Tumor/daging
menumpang
39.
Kemiri
Aleurites
moluccana
Myristica fragrans
Euphorbiaceae
Pohon
Buah
Myristiaceae
Pohon
Buah
Tumor/daging
menumpang
Asam urat
40.
Pala
41.
Belimbing
wuluh
Averrhoa bilimbi
Oxsalidaceae
Pohon
Daun
Darah tinggi
42.
Jeruk nipis
Citrus aurantifolia
Rutaceae
Perdu
Buah
Asam urat
43.
Laos
Alpinia galanga
Zingiberaceae
Semak
Rimpang
Asam urat
Curcuma
domestica Val.
8
Batang sakak (20 cm) + 3 mato
kunyit + 1 buah kemiri + 1 liter
air, diperas, dubuang airnya utk
diminum.
Selain
diminum
sebagian kecil ditempelkan di
bagian yang ada tumor.
Dosis: 2 kali/hari (pagi dan
petang)
Doa/Jampi: Bismillah, Surat AlKausar.
Idem
Pala 10 biji + kulit kayu manis
30 cm + sahang 7 biji, digiling
halus + minyak sayur 1 kg,
digongseng,
dimakan
pagi
setelah makan
Daun kumis kucing, daun
belimbing wuluh, daun pecah
beling direbus dalam 1 liter air
jadi 1 gelas, setelah dingin baru
diminum. Dosis:1-2 kali/hari
Buah jeruk nipis dicampur kapur
sirih,
kemudian
dioelskan
kebagian yang sakit
Laos diparut, masukkan dalam
wadah dicampur minyak tanah
kemudian dibalurkan ke bagian
yg sakit
9
M. Yusuf
73
1
44.
2
Kayu
keras
utk arang
3
4
5
6
Kayu
7
Sakit kuning,
kencing batu
8
Arang
sebelum
padam,
dipatahkan kemudian digerus
atau digiling, diaduk dengan air
panas + garam 3 butir. Diaduk
dengan air panas + garam 3
butir, sisanya dibakar lagi,
kemudian diminum
9
74
Lokasi : Provinsi Bengkulu
Species
Famili
No.
1
1.
Lokal
2
Rumput
Teberau
Ilmiah
3
2.
Nanas
Ananas
3.
Belimbing
wuluh
Averrhoa bilimbi
L.Merr
comosus
4
Habitus
5
Herba
Bagian
yang
digunakan
6
Batang
Penyakit
7
Diabetes
Bromeliaceae
Herba
Buah
½
matang
Kencing
batu, ginjal
Oxalidaceae
Pohon
Akar,
batang,
daun, buah
Darah tinggi
Cara
Pengelolaan
8
Batang dipotong kecil2, sebanyak
1/3 dari dandang, dicuci bersih,
direbus + gula aren (merahj) 1
tempurung + air sedandang.
Selama
pengobatan
minum
ramuan ini sebgi pengganti
minum
air
putih.
Sebelum
diminum baca basmalah, Surat AlFatihah, sholawat nabi, ayat
nurbuwat
Nanas dipotong sebesar 3 jari dari
atas, diparut, diperas, campur
tawas
sayur
seujung
jari
kelingking,
lalu
diminum.
Diminum 2 kali/hari (pagi dan
malam). Doa:Basmallah, 2 kalimat
syahadat, Shalawat nabi
Akar sepanjang 15 cm (2 buah),
daun segenggam, kulit batang
sebesar 2 jari, buah 1, direbus
dengan 3 gelas air, jadikan 2
gelas, kmd diminum 1 kali minum
1 gelas. Jadi kalau 2 gelas utk 2
kali minum
Nara
Sumber
9
Herman
Hamid
75
4.
1
2
Belimbing manis
5.
Temulawak
6.
3
4
Oxalidaceae
5
Pohon
6
Buah
7
Jantung,
hati
Curcuma
xanthorrhiza
Zingiberaceae
Terna
Rimpang
Lever
Kunyit
Curcuma longa L./
Zingiberaceae
Terna
Rimpang
Lever
7.
Kunyit putih
Curcuma alba
Zingiberaceae
Terna
Rimpang
Kolesterol,
luka
8.
Nangka belanda/
Sirsak
Annona muricata L.
Annonaceae
Pohon
Daun
Asam
urat,
pegal linu
Averrhoa carambola
C. domestica
8
3-4 buah diperas, airnya
sebanyak 1 gelas langsung
diminum. Dosis: 1 kali/hari,
diminum
selama
3
hari.
Sebelum
diminum
baca
Basmallah
Rimpang temulawak dan kunyit
sebesar 1 ruas jari, diparut,
airnya ditambah madu, kmd
diminum. Dosis: 3 kali/hari
Idem
9
Utk kolestrerol: umbi langsung
dimakan. Utk luka: kunyit outih
diparut, kmd ditempel di luka
Daun sirsak + Batu es 1 kg
dipecah2 + minyak tanah (1/2
l) + garam segenggam. Semua
bahan dimasukkan kedalam
baskom,
kmd
kaki
kita
dimasukkan kedalam baskom
tersebut sambil mengoles2kan
kekaki sambil baca Basmallah
76
2
Sirih merah
Piper ornatum
4
Piperaceae
5
9.
1
3
6
Daun
7
Kanker
payudara
10.
Mengkudu
Morinda citrifolia
Rubiaceae
Pohon
Buah
Euphorbiaceae
Perdu
Umbi
Kanker
payudara
Magh,
lambung
11.
Ubi kayu
Manihot esculenta
12.
Seletupan
Physalis angulata
Solanaceae
Herba
Akar
Magh,
lambung
13.
Sirih biasa
Piper betle
Piperaceae
Merambat
Akar
Kates lanang
Carica papaya
Caricaceae
Pohon
Akar
Magh,
lambung
Magh,
lambung
14.
8
Hari I: Daun sirih merah (3
lembar)
dikunyah
sampai
halus, ditelan pake air + air
mengkudu, hari II daun sirih
merah 5 lembar, hari III 7
lembar dan seterusnya +
sangobion. Air mengkudu: 3
buah mengkudu diiris, direbus
dgn air 3 gelas jadikan 1 gelas
Idem
9
Belum kronis: Ubi kayu sebesar
1 jari dimakan mentah2,
sebelum makan pagi
Sudah kronis: akar Seletupan
+ akar sirih biasa + akar kates
lanang sebanyak segenggam
kecil, direbus + air 1,5 gelas,
jadikan 1 gelas, kmd diminum.
Dosis: satu kali minum ½
gelas, jadi utl 1 gelas buat 2
kali minum
Idem
Idem
77
1
15.
2
Selada darat
Peperomia pellucida
3
4
Piperaceae
16.
Sarang semut
Myrmecodia sp.
Rubuaceae
Epifit
17.
Timun
Cucumis sativus
Cucurbitaceae
Herba
L. Kunth
5
6
Slrh bgn
tanaman
7
Stroke
Batang
bgn
bawah
Buah
Stroke
Batu
empedu
8
Utk minum: selada darat (1
genggam) + kunyit putih
(sebesar jempol) + sarang
semut
(sebesar
tatakan
gelas), direbus dgn 2 gelas
air, jadikan 1 gelas, diminum
beberapa kali saja
Utk diurut: Arak putih
(sebotol limun) + ragi utk
pembuat tempe (2 keping),
ditumbuk halus, diperam
dalam tanah 2 hari 2 malam,
kmd diurutkan dikaki atau
ditempat yg tdk dapat
digerakkan
Idem
9
1 buah
timun
ukuran
sedang, dibuang bijinya +
gula batu )sebesar ujung
jari), dimasukkan kedalam
gelas,
diaduk/dikocok2
sampai keluar airnya, lalu
airnya diminum
78
1
18.
Pinang
2
Areca catechu
3
4
Arecaceae
5
Pohon
6
Umbut
7
Mata
rabun
19.
Serai
Cymbopogon
citratus
Alpinia galanga
Poaceae
Zingiberaceae
Rumputrumputan
Terna
Rimpang,
batang
Rimpang
Syzygium
polyanthum
Persea americana
Myrthaceae
Pohon
Daun
Lauraceae
Pohon
Daun
Mata
rabun
Mata
rabun
Mata
rabun
Darah
tinggi
20.
Kuning raje/Laos
21.
Salam
22.
Jambu
mentega/Alpokat
23.
Kio/kayu
kuning
Semak
Daun,
batang,
akar
Asam urat
24.
Pisang sebatu/
pisang kepok
Terna
Tunggul
busuk
Kencing
manis,
kencing
kuning,
sakit
pinggang
Biing
Musa paradisiaca
Musaceae
8
Umbut
pinang
+
Umbi/batang serai + Umbi
lengkuas + Umbi kunyit +
daun salam (msg2 bahan ½
ruas jari, direbus malam
hari, esok hari baru diminum
atau ramuan tersebut dibuat
sayur kemd dimakan
Idem
9
Raliyana
Idem
Idem
5 lembar daun alpokat + air,
diremas, air perasannya
sebanyak ½ gelas + garam
sedikit, kdm diminum
Daun, batang dan daun kayu
biing
kuning
+
air,
direbus/dimasak
pada
malam hari, esok hari (pagi
hari) baru diminum
Tunggul busuk dicincang +
puding abang + daun
segutu
+
air
beras
diwadahkan di daun pisang
kmd diletakkan di kain, lalu
diletakkan dibagian bawah
perut
79
1
25.
2
Puding abang
3
26.
27.
Segutu
Rebigo
28.
Kapur sirih
29.
Dukut belando/
Bandotan
Ageratum
conyzoides
Asteraceae
Herba
30.
Sebubeu
Eupatorium
odoratum
Asteraceae
Semak
Daun
Magh,
lambung
31.
Cabe mesang
Mikania mucronata
Menjalar
Daun
Mata
rabun
Graptophyllum
pictum (Griff)
Calotropis gigantea
4
Acanthaceae
5
Perdu
6
Daun
7
Idem
Asclepisdaceae
Semak
daun
Daun
Idem
Asma,
sesak
nafas
Kapur
sirih
yg
kering
Slrh bgn
tanaman
Idem
Angin
duduk
(sakit
dada)
8
Idem
9
Idem
Masukkan daun rebigo yg sdh
diiris2 kedalam kerak nasi yang
sudah ada airnya + kapur sirih
kering, diwadahkan didaun
pisang, kmd letakkan dalam
kain, lalu ditempelkan dibagian
dada (diatas perut)
Idem
Seluruh bagian tanaman dukut
belando
diremas
dalam
tempurunh + minyak tanah
(sebasahnya), dihangatkan, kmd
diurutkan kedada yg sakit
Daun sebebeu (segenggam) +
garam lanang sedikit + air ½
geals, diremas, disaring, lalu
airnya
diminum.
Dosis:
3
kali/hari (pagi, siang, malam).
Doanya:
Audzubillahhiminasyaitonnirhozi
m, basmalah, 2 kalimat syahadat
Daun mikania diremas2 + air,
lalu ditetskan kemata
80
1
32.
2
Kecubung
33.
Kayu belalang
34.
Puguk kuning
35.
Temu kunyit
36.
Petai
37.
Langsat
38.
Durian
3
Datura metel L.
Boesenbergia
pandurata R.
Parkia
speciosa
Hassk.
Lansium
domesticum C.
Durio zibethinus
4
Solanaceae
5
Perdu
6
Daun
7
Ambeian
Pohon
Daun
Pegal
linu
Daun,
batang
Sakit
kuning
Sakit
kuning
Idem
Zingiberacea
Semak
Daun
Mimosaceae/
Leguminosae
Meliaceae
Pohon
Malvaceae
Pohon
Kulit
batang
Kulit
batang
Kulit
batang
Pohon
8
Oleskan
minyak
sayur
keseluruh permukaan daun
kecubung,
lalu
oleskan
kuning telur, kmd tempelkan
kedubur
Daun kayu belalang sebanyak
1 genggam + 3 gelas air,
direbus jadi 1 gelas, kdm
diminum
1 batang puguk kuning + 3
lembar
daun
temu
+
sekeping kulit batang petai,
durian,
langsat,
direbus
dalam 3 gelas air, jadikan 1
gelas (sore hari), kdm
diminum esok hari (pagi)
Idem
9
Supeni,
Kasam,
Syamsuri
Idem
Idem
Idem
Idem
Idem
81
1
39.
2
Cabe merah
40.
Kayu Salului
3
Capsicum annum
4
Solanaceae
5
Terna
6
Buah
7
Angin
duduk,
saki
tpinggang
Pohon
Kulit
batang
dan
isinya
Ambeian,
guam
8
Cabe dibelah,kmd diputer2 di
minyak
sayur
yg
sdh
diletakkan di piring dan
ditambah
garam
sambil
dijampi, lalu cabe dioelsoleskan di bagian yg sakit,
ketika sdh selesai, cabe
ditarik atau seperti dicabut
Kayu salului dibuat 2 potong
(msg2
panjangnya
1
jengkal). 1 potong direbus
dgn 3 gelas air, jadikan 2
gelas, lalu diminum setiap
kali minum. 1 potong lagi
untuk dioelskan dgn cara
batang diasah, kmd diambil
dan
dioleskan/ditambalkan
pake bulu ayam ke dubur
9
82
Lokasi :Provinsi Bangka Belitung
Species
No.
1
1.
2.
3.
Lokal
2
Buluh kuning
Batang
Merkeli
Pinang
4.
Limau
krames/
lemon
5.
Sirih
6.
Mangkokan
Famili
Ilmiah
3
Bambusa sp.
4
Poaceae
Salacia sp.
Celastraceae
Areca catechu
Arecaceae
Habitus
5
Pohon
Bagian
yang
digunakan
6
Rebung
Penyakit
7
Sakit kuning
Akar
Sakit kuning
Pohon
Buah
Asam urat,
rematik
Pohon
Buah
Asam urat,
rematik
Piper betle
Piperaceae
menjalar
Daun
Asma, sesak
nafas
Polyscias sp.
Araliaceae
Semak
Daun
Angin duduk
Cara
Pengelolaan
8
Rebung
sepanjang
20
cm
dipotong2, kdm dikeringkan +
akar merkeli (1/2 ons) dipotong2
dan dikeringkan, kmd direbus dgn
3 gelas, jadi 2 gelas, diminum.
Dosis: 2 kali/hari sebanyak 1
gelas setiap minum sesudah
makan
Idem
Nara
Sumber
9
Aminah
1 buah pinang + garam dimakan,
selama 3 hari 3 malam, di urut
kemudian
dipukul2
dengan
parang sakti
1 buah limau krames diperas
ditambah air 3 timba kemudian
dipakai mandi selama 3 hari 3
malam
7 lembar daun sirih ditumbuk + 3
sendok air, diperas, disaring
kemudian diminum (Baca kulhu
3x)
7 lembar daun + 3 sdm air,
ditumbuk,
peras
kemudian
disaring dan diminum 2x sehari
(pagi-sore)
83
1
7.
8.
2
Kembang
janggut
kucing
Mengkudu
3
Morinda
L.
citrifolia
4
5
Rubiaceae
Pohon
6
Seluruh
bgn
tanaman
Bauh dan
daun
7
Sakit kencing
Darah tinggi
9.
Medang
sahang/
Medang sang
Neo-litsea sp.
Lauraceae
Pohon
Akar
Tejalet,
Wasir,
ambeian
10.
Kunyit
Curcuma
domestica Val.
Zingiberaceae
Semak
Rimpang
Ulu hati
11.
Lalang
Imperata
cylindrica
Graminae
Rumput
Akar
Sakit kuning
12.
13.
Keliang
Kelapa
Cocos nucifera
Palmae
Pohon
Buah
Air kelapa,
akar
Sakit kuning
Sakit
kencing,
sakit
pinggang
14.
Mentimun
Cucumis sativus
Cucurbitaceae
Menjalar
Buah
Stroke
8
Ambil segenggam direbus dengan
3 gelas air menjadi 2 gelas,
diminum 2x sehari
1 buah yang sudah tua direbus +
7 lembar daun, rebus dengan 4
gelas air menjadi 2 gelas,
kemudian diminum 3x sehari
Segenggam
akar
dicincang
kemudian dikeringkan, direbus
dengan 3 gelas air
+ garam
sedikit, menjadi 2 gelas, diminum
3x sehari. (Mengambil bahan nya
pada saat bulan purnama)
3 cm umbi kunyit ditumbuk,
ditambah air kemudian diperas,
kemudian diminum 2x sehari
Akar lalang seikat (diameter 5 cm)
+ buah keliang direbus dengan air
(sekaleng susu), diminum 3x
sehari selama 3 hari 3 malam
Idem
Buah kelapa dibakar kemudian
airnya diminum
Akar kelapa yang menghadap
timur diambil secukupnya, direbus
kemudian diminum
Dimakan langsung
9
Saidi
84
1
2
3
4
5
6
7
15.
Gelibek/takil
Akar
Asam urat
16.
Kadur/bunga
bakung
Daun
Tejalet/wasir
/ambeain
17.
Kelingkak
Daun
Magh
18.
19.
Rukam
Sagu/rumbia
20.
Mahuni/
Mahkota
dewa
21.
Temulawak
22.
23.
Jahe
Merkelai
24.
Pandan besar
Callicarpa
longifolia
Verbenaceae
Arecaceae
Pohon
Pohon
Buah
Buah
Magh
Magh
Phaleria
macrocarpa
Thymelaeaceae
Pohon
Buah
Darah tinggi
Curcuma
xanthorrhiza
Zingiber officinale
Zingiberaceae
Terna
Rimpang
Darah tinggi
Zingiberaceae
Terna
Rimpang
Akar
Darah tinggi
Sakit kuning
Pandanus sp.
Pandanaceae
Pohon/
perdu
Akar
Sakit kuning
Metroxylon
sagu
8
Akar ± 10 cm + sejengkal akar
gelibek/ tempurung takil + 10 cm
akar medang sang, semua
dicincang, basah/kering kemudian
direbus dengan air 1 liter sampai
mendidih, kemudian diminum 3x
sehari sampai sembuh
Daun di diang/ di panaskan
kemudian
dipasang
seperti
pembalut, sehari ganti
Daun diremas + air, kemudian
disaring dan diminum
Langsung dimakan
Langsung dimakan
9
Rottb.
Buah mahuni + umbi temulawak
+ umbi jahe diiris tipis, dijemur,
kemudian direbut + gula kabung,
diminum 2x sehari
Idem
Rohati
Idem
Akar merkelai + akar pandan
besar
diiris
tipis,
disangrai
kemudian ditumbuk. Direbus +
gula batu, untuk minuman seharihari
Idem
85
1
2
3
4
5
6
7
25.
Nangka
Artocarpus
heterophyllus
Moraceae
Pohon
Calon buah
Magh
26.
Pengelas
Musaenda sp.
Rubiaceae
Pohon
Akar
Asam urat,
ngilu sendi
27.
28.
29.
Medang sasa
Menameng
Capai/
sembung
Euphorbiaceae
Pohon
Pohon
Akar
Akar
Daun
Idem
Idem
Asma
30.
31.
32.
Serai betawi/
Serai wangi
Lengkuas
Kumis kucing
33.
Simpur
Blumea
balsamifera
Asteraceae
Cymbopogon
nardus
Alpinia galanga
Orthosiphon
aristatus
Dillenia sp.
Poaceae
Rumput
Daun
Asma
Zingiberaceae
Lamiaceae
Semak
Perdu
Rimpang
Bunga
Asma
Batu ginjal
Dilleniaceae
Pohon
Daun muda
Darah tinggi
8
Buah rumbia + alung2 nangka
(calon buah nangka yang tidak
jadi) di iris tipis, kemudian direbus
+ gula sedikit dan diminum
Akar pengelas + akar medang
sasa + akar medang sang + akar
menameng,
semua
bahan
dicincang,
dijemur
kemudian
direbus dengan air 2 gelas
menjadi 1 gelas diminum 3x
sehari
Idem
Idem
Daun capai + daun serai betawi
dan umbi lengkuas direbus,
diminum. Sisanya untuk mandi
Idem
Idem
Direbus dengan 2 gelas air
menjadi 1 gelas air, diminum
3 lembar daun dicuci, kemudian
direbus dengan 1 gelas menjadi
1/2 gelas, diminum 3x sehari
9
Halimah
Ibu Rusia
86
1
2
3
4
5
6
7
34.
Kesarek
Spatholobus
ferrugineus
Leguminosae
Pohon
Batang
Sakit tulang/
ngilu
35.
Pelempang
hitam
Mensirak
Ciret
Adinandra
dumosa
Ilex cimosa
Syzygium
lineatum
Theaceae
Pohon
Akar
Idem
8
Batang kesarek + akar pelempang
hitam + akar mensirak + akar
ciret + akar netaniek + akar puleh
+ batang bintik tatok + batang
reradek
dicincang
kemudian
dijemur, direbus 2x mendidih,
disaring kemudian diminum
Idem
Aquifoliaceae
Myrtaceae
Pohon
Pohon
Akar
Akar
Idem
Idem
Idem
Idem
Eurycoma sp.
Simaroubaceae
Pohon
Pohon
Akar
Akar
Idem
Idem
Idem
Idem
Pohon
Pohon
Batang
Batang
Daun
Idem
Idem
Idem
Idem
36.
37.
38.
39.
40.
41.
42.
Netaniek
Puleh/Pasak
bumi
Tatok
Reradek
Rerubek
9
87
Lokasi :Provinsi Lampung
Species
No.
1
1.
2.
Lokal
2
Raremis/
Meniran
Alang-alang
Famili
Ilmiah
3
Phyllanthus
urinaria
Imperata
cylindrica
Areca catechu
Persea americana
Peronema
canescens
Habitus
Bagian
yang
digunakan
6
Seluruh
bgn
tanaman
Penyakit
Cara
4
Phyllanthaceae
5
Semak
Graminae
Rumput
Akar
Idem
Pengelolaan
8
Akar alang-alang+akar enau+akar
pinang+seluruh bagian raremis +
kumis kucing + daun jambu
pokat, semua direbus dengan air
secukupnya,
sampai
airnya
mengental,
setelah
dingin
diminum
Idem
Arecaceae
Lauraceae
Verbenaceae
Pohon
Pohon
Pohon
Akar
daun
Daun
Idem
Idem
Idem
Idem
Idem
Idem
Air sadapan
Liver
Air sadapan tambesi disadap,
diminum
2-3x
sehari.
Kulit
ari+lendir
digunakan
untuk
tampalan
Daging buah berenuk diambil
untuk tampalan
5-7 helai (ganjil) daun salam
direbus dengan 3 gelas air
menjadi 1 gelas air, diminum saat
dibutuhkan saja
Segenggam daun rambutan +
garam,
direbus
kemudian
diminum
7
Ginjal,
kencing batu
3.
4.
5.
Pinang
Jambu pokat
Sungkai
6.
Tambesi
7.
Berenuk
Crescentia cujete
Bignoniaceae
Pohon
Buah
Liver
8.
Salam
Syzygium
polyanthum
Myrtaceae
Pohon
Daun
Darah tinggi
9.
Rambutan
Nephelium
lappaceum
Sapindaceae
Pohon
Daun
Darah tinggi
Nara
Sumber
9
Sahyar
88
1
10.
Sukun
Artocarpus altilis
4
Moraceae
5
Pohon
6
Daun
11.
Petai cina
Leucaena glauca
Fabaceae/
Leguminosae
Pohon
Buah/biji
12.
Kunyit
Curcuma longa
Zingiberaceae
Semak
13.
Seruni/
Tembelek‟an
Lantana camara
Verbenaceae
Semak
Rimpang/
umbi
Daun
14.
Kapas/kapok
randu
Ceiba pentandra
Malvaceae
Pohon
Daun
Asma
15.
Bayam duri
Amaranthus
spinosus
Amaranthaceae
Semak
Seluruh
bgn
tanaman
Ambeian
16.
Sirih/cambai
Piper betle
Piperaceae
Menjalar
Daun
Katarak
17.
Kalas/Bait
kalas
Kayu salai
Merambat
Air sadapan
Liver
Pohon
Kulit
batang
Magh
Benalu
Seluruh
bgn
tanaman
Kanker
18.
19.
2
Mendalu/
Benalu jeruk
nipis
3
7
Kencing
manis/
diabetes
Kencing
manis/
Diabetes
Magh
Magh
8
5-7 helai daun direbus dengan 3
gelas air, biarkan mendidih
sampai airnya sisa 1 gelas, minum
Buah/biji
disangrai,
dapat
dimakan langsung atau dibuat
bubuk kopi
Umbi
dipanggang,
kemudian
diparut, diperas airnya diminum
Daun
seruni+air,
diperas
kemudian
diminum
air
perasannya
Daun diberi air sedikit, diremasremas,
kemudian
diperas
airnya+madu, diminum
9
3-5 batang dengan seluruh
bagian nya+3 gelas air direbus
kemudian diminum 3x1 sehari
Untuk mencuci mata, daun
direndam dalam air
Air sadapan kalas+air sadapan
tambesi diminum
1 jengkal kulit batang direbus
dengan 3 gelas air menjadi 1
gelas, diminum
Seluruh bagian direbus kemudian
diminum
89
1
2
3
4
5
6
7
20.
Kecubung
putih
Datura metel
Solanaceae
Semak
Daun
Sakit tulang
21.
Capa/Capo
Blumea
balsamifera
Asteraceae
Perdu
Daun
Rematik
22.
Petai
Parkia speciosa
Pohon
Waru
Hibiscus tiliaceus
Kulit
batang
Daun
Diabetes
23.
Fabaceae/
Leguminosae
Malvaceae
24.
Pegaga/
Pegagan
Centella asiatica
Umbellifera/
Apiaceae
Herba
merambat
Daun
Jantung
25.
Linsuh
Pohon
Buah
Darah tinggi
26.
Hamelor/kayu
demam
Brea javanica
Simaraubaceae
Pohon
Buah yg
sdh masak
Diabetes
27.
Lengkuas
Alpinia galanga
Zingiberaceae
Semak
Rimpang/
umbi
Asam urat
Pohon
Ginjal/batu
ginjal
8
5-7
helai
daun
diremasremas+minyak tanah kemudian
dibalurkan ke badan yang sakit
Bata dipanaskan, kemudian daun
capo tusuk diatasnya, kemudian
kaki diinjakkan ke daun yang
panas tsb
Kulit batang direbus, airnya
diminum
7 lembar daun waru + air
diremas+gula batu, kemudian
diminum 5 hari tiap pagi
Segenggam daun diremas dengan
sedikit air menjadi 1 gelas kental,
coba dulu selama 3 hari (pagi dan
sore), diminum sampai sembuh
Buah linsuh diiris2, direbus
secukupnya dengan 3 gelas air,
menjadi 1 gelas, diminum 2x
sehari (misal jam 10, sore setelah
makan)
Buah disangrai, dijadikan bubuk,
masukkan dalam kapsul, minum
langsung dimakan buahnya (± 9
biji)
Umbi lengkuas, umbi jahe merah,
umbi bawang merah, bunga
cengkeh, buah lada,
Semua
bahan digiling halus, dipipis
kemudian digosok
9
Johan
basri
90
1
28.
2
Jahe merah
29.
Bawang
merah
Cengkeh
30.
31.
32.
Sahang/
merica
Jukuk
tumpang
Zingiber officinale
3
4
Zingiberaceae
5
Herba
7
Asam urat
8
Idem
Herba
6
Rimpang/
umbi
Umbi
Allium cepa L.
Amaryllidaceae
Asam urat
Idem
Syzygium
aromaticum
Piper ningrum
Myrtaceae
Pohon
Bunga
Asam urat
Idem
Piperaceae
Merambat
Buah/biji
Asam urat
Idem
Seluruh
bgn
tanaman
Umbut/
bonggol
Asam urat
Buah tua
Rematik,
stroke
Daun
Liver
Daun
Daun
Liver
Liver
33.
Pisang
menggala
Musa sp.
Musaceae
Pohon
34.
Jeruk nipis
Citrus aurantifolia
Rutaceae
Pohon
35.
Kumbahuong
36.
37.
Pacing
Bunga cocor
bebek
Costus speciosus
Kalanchoe pinnata
Zingiberaceae
Crasullaceae
Herba
Herba
Asma
Langsung
dibersihkan
dimakan
9
setelah
Ambil
bonggol
pisang,
diparut+kuning
telur
ayam
kampung, minum 3 pagi
Utk rematik: Buah jeruk nipis
direbus
utuh,
dipotongpotong+kapur sirih, saat hangat
digosok (sesuai kebutuhan)
Utk stroke: Diurut, kemudian
digosok dengan minyak untuk
rematik
Daun kumbahuong + daun pacing
+daun bunga cocor bebek, slrh
bgn tanaman tahiangin, semua
digiling halus, ditampal di bagian
liver. Untuk minumnya air cangkir
kelapa hijau langsung diminum
Idem
Idem
91
1
38.
2
Tahiangin
3
39.
Pacar kayu
Lawsonia inermis
40.
Tuba
kapahyang
4
Lythraceae
5
Pohon
Merambat
6
Seluruh
bgn
tanaman
Daun
Kulit
batang
7
Liver
8
Idem
Sakit tulang,
osteoporosis
Daun pacar kayu+sarang angkutangkut, digiling halus dicampur
air+nasi (kira-kira sudah basah)
kemudian
dipipih,
angkat,
hangat2 ditempelkan ke bagian
yang sakit
Kulit batang tuba kepahyang
(bagian
yang
lunak)+batang
pacing
diperas
kemudian
diteteskan di mata
Mata
9
92
Download