I. A. PENDAHULUAN Latar Belakang Penyakit-penyakit dalam kelompok degeneratif dan metabolik adalah dua kelompok penyakit yang banyak diderita oleh manusia. Beberapa diantaranya mempunyai resiko kematian yang tinggi, seperti jantung, diabetes dan stroke. Penyakit degeneratif adalah penyakit yang mengiringi proses penuaan dan penyakit metabolik termasuk kelompok penyakit medis yang berkaitan dengan produksi energi di dalam sel manusia. Kebanyakan penyakit metabolik adalah penyakit genetik atau penyakit keturunan, meski sebagian di antaranya disebabkan makanan, racun, infeksi, dan sebagainya. Stimulan terjangkitnya dua kelompok penyakit ini adalah gaya hidup yang kurang sehat dan pola makan yang salah. Dampak dari kedua penyakit ini, diantaranya dapat meningkatkan penyakit penyerta, memendekkan usia harapan hidup dan hilangnya produktivitas pada usia produktif. Sampai saat ini terapi yang memuaskan untuk kedua penyakit ini belum didapat. Indonesia memiliki lebih kurang 30.000 species tumbuhan, dimana 940 species di antaranya termasuk tumbuhan berkhasiat obat (Pramono, 2002). Dari jumlah tersebut, 180 jenis telah dimanfaatkan oleh industri jamu tradisional. Kenyataan tersebut menunjukkan masih terbukanya peluang untuk menggali dan mengembangkan jenis tumbuhan obat potensial lainnya khususnya tumbuhan yang memiliki khasiat obat untuk mengurangi resiko terjangkit penyakit degeneratif dan metabolik. Penggunaan tumbuhan ini diyakini telah dilakukan secara tradisional namun tidak terdokumentasi secara baik. Beberapa diantaranya bahkan disampaikan secara turun temurun dengan menggunakan bahasa verbal. Kenyataan tersebut juga menunjukkan potensi Indonesia yang sangat besar sebagai pasar obat herbal dan fitofarmaka. Materi tumbuhan ini umumnya bersumber dari hutan atau sebagian kecil telah dibudidayakan sebagai apotek hidup dihalaman perkarangan. B. Rumusan Masalah Merujuk pada data tutupan lahan tahun 1985 dan 2011, pulau Sumatera telah kehilangan lebih dari 50% tutupan hutannya. Di Sumatera Bagian Selatan, 1 jumlah luas tutupan hutan alam tersisa sebesar 3,5 juta ha, 43%-nya berada di Kawasan Konservasi. Berkurangnya jumlah hutan telah mengakibatkan berkurangnya habitat tumbuh tumbuhan hutan, termasuk didalamnya tumbuhan berkhasiat obat. Gambar 1. Tutupan hutan tahun 1985 dan 2011 (Rain Forest, 2015) Berkurang jumlah luas hutan dan dokumentasi tentang jenis, penggunaan dan manfaat obat yang minim menyebabkan potensi dan pengetahuan tentang tumbuhan berkhasiat obat generatif dan metabolik ini menurun dan terancam punah. Upaya pendokumentasian jenis dan manfaat dan penelitian lanjutan tentang kandungan bahan aktif dan pemanfaatan secara medical maupun upaya budidaya dan pengembangan terhadap beberapa jenis unggulannya perlu dilakukan. Berikut pada Gambar 2 ditampilkan pohon masalah yang meng-gambarkan kebutuhan IPTEK berkenaan dengan Tumbuhan berkhasiat Obat Degenatif dan Metabolik di Sumatera Bagian Selatan. Selanjutnya Tumbuhan berkhasiat Obat Degeneratif dan Metabolik disingkat dengan TODM. 2 Gambar 2. Konsep berpikir dalam merumuskan kebutuhan IPTEK berkenaan dg TODM (pohon masalah) Berdasarkan kebutuhan tersebut, berikut pada Gambar 3 ditampilkan pohon solusi sebagai konsep berpikir untuk merumuskan tujuan, sasaran, kegiatan dan luaran serta dampak dari RPPI Penelitian Tumbuhan berkhasiat Obat Degenatif dan Metabolik di Sumatera Bagian Selatan. 3 Gambar 3. C. Konsep berpikir dalam merumuskan tujuan, sasaran dan luaran penelitian TODM (pohon solusi) Tujuan dan Sasaran Penelitian ini dilaksanakan selama 5 tahun dengan tujuan menyediakan Paket IPTEK Potensi dan Pemanfaatan Tumbuhan Hutan berkhasiat obat Degeneratif dan Metabolik (TODM) di Sumatera Bagian Selatan. Tujuan ini mengantarkan pada tiga sasaran penelitian, antara lain : 1. Tersedianya informasi dan pengetahuan tentang ekologi dan potensi TODM di Sumatera Bagian Selatan 2. Tersedianya IPTEK Budidaya dan Pengembangan 5 TODM Unggulan Sumatera Bagian Selatan 3. Tersedianya informasi dan pengetahuan tentang nilai sosial-budaya (etnobotani), ekonomi dan peningkatan nilai tambah TODM di Sumatera bagian Selatan Penelitian yang bersifat integratif dan multiyears ini melingkupi beberapa bidang keilmuan dan mencakup keterwakilan site di lima wilayah propinsi di Sumatera Bagian Selatan, yaitu Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu, Lampung 4 dan Bangka Belitung. Untuk pencapaian tujuan akhir, telah disusun secara sistematis tujuan tahunan. Tujuan tahun 2015 adalah sebagai berikut : a. Menyediakan informasi dan pengetahuan tentang jenis-jenis TODM, ekologi dan wilayah sebarannya di Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu, Lampung dan Bangka Belitung b. Menyediakan informasi dan pengetahuan kearifan lokal dalam pengelolaan, pemanfaatan dan upaya budidaya secara tradisional-lokal TODM di Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu, Lampung dan Bangka Belitung c. Menyediakan data dan informasi potensi TODM terkoleksi secara laboratorium (uji fitokimia) d. Menyediakan data dan informasi koleksi jenis dan teknik perbanyakan TODM prioritas. D. Luaran 1. Daftar jenis TODM di Sumbagsel berikut database ekologi, potensi dan sebarannya di Sumbagsel. 2. Informasi dan pengetahuan kearifan lokal dalam pengelolaan, penggunaan dan upaya budidaya secara lokal TODM di Sumbagsel. 3. Data dan informasi fitokimia TODM terkoleksi di Sumbagsel. 4. Data dan informasi koleksi tanaman hidup dan teknik perbanyakan TODM prioritas. E. Manfaat dan Dampak Semua luaran akan dipublikasikan dalam beberapa outcome, diantaranya jurnal, info teknis, prosiding dan buku. Informasi dan pengetahuan yang disampaikan diharapkan memberi manfaat dan dampak: 1. Memberikan kontribusi dalam upaya pembukuan pengetahuan tentang kekayaan dan pemanfaatan tradisional tumbuhan obat di Indonesia, 2. Menjadi sumber rujukan dalam upaya konservasi jenis, pengembangan farmasi bersumber herbal dan etnobotani TODM, khususnya di sub regional Sumatera bagian Selatan 3. Manfaat dan dampak yang disasar adalah mem-populerkan penggunaan obat herbal dari jenis temuan yang potensial dari aspek medik, budidaya dan ekonomi. 5 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tumbuhan Obat Menurut Hamid et al (1991) dalam Putro (2008), tumbuhan obat adalah semua tumbuhan, baik yang sudah ataupun yang belum dibudidayakan yang dapat digunakan sebagai obat, berkisar dari yang terlihat mata hingga yang nampak dibawah mikroskop. Menurut Zuhud et al (1994) dalam Putro (2008), tumbuhan obat adalah seluruh species tumbuhan obat yang diketahui atau dipercaya mempunyai khasiat obat yang dikelompokkan menjadi: 1. Tumbuhan obat tradisional, yaitu species tumbuhan obat yang diketahui atau dipercaya oleh masyarakat mampunyai khasiat obat dan telah digunakan sebagai bahan baku obat tradisional 2. Tumbuhan obat modern, yaitu species tumbuhan yang secara ilmiah telah dibuktikan mengandung senyawa atau bahan bioaktif yang berkhasiat obat dan penggunaannya dapat dipertanggungjawabkan secara medis 3. Tumbuhan obat potensial, yaitu species tumbuhan obat yang diduga mengandung senyawa atau bahan aktif yang berkhasiat obat, tetapi belum dibuktikan secara ilmiah atau media atau penggunaannya sebagai obat tradisional sulit ditelusuri Sedangkan Departemen Kesehatan RI mendefenisikan tanaman obat Indonesia seperti yang tercantum dalam SK Menkes No. 149/SK/Menkes/IV/1978, yaitu : 1. Tanaman atau bagian tanaman yang digunakan sebagai bahan obat tradisional atau jamu. 2. Tanaman atau bagian tanaman yang digunakan sebagai bahan pemula bahan baku obat (precursor). 3. Tanaman atau bagian tanaman yang diekstraksi dan ekstrak tanaman tersebut digunakan sebagai obat. Sejalan dengan perkembangan industri jamu, obat herbal, fitofarmaka dan kosmetika tradisional juga mendorong berkembangnya budidaya tanaman obat di Indonesia. Selama ini upaya penyediaan bahan baku untuk industri obat tradisional sebagian besar berasal dari tumbuh-tumbuhan yang tumbuh di alam liar atau dibudidayakan dalam skala kecil di lingkungan sekitar rumah dengan 6 kuantitas dan kualitas yang kurang memadai. Maka perlu dikembangkan aspek budidaya yang sesuai dengan standart bahan baku obat tradisional. Penggunaan bahan alam sebagai obat cenderung mengalami peningkatan dengan adanya isu back to nature dan krisis berkepanjangan yang mengakibatkan turunnya daya beli masyarakat terhadap obat-obat modern yang relatif lebih mahal harganya. Obat bahan alam juga dianggap hampir tidak memiliki efek samping yang membahayakan, tidak seperti obat kimia, misalnya antioksidan sintetis yang dapat menimbulkan penyakit kanker (Barus, 2009). Pendapat itu belum tentu benar karena untuk mengetahui manfaat dan efek samping obat tersebut secara pasti perlu dilakukan penelitian dan uji praklinis dan uji klinis. Obat bahan alam Indonesia dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu jamu yang merupakan ramuan tradisional yang belum teruji secara klinis, obat herbal yaitu obat bahan alam yang sudah melewati tahap uji praklinis, sedangkan fitofarmaka adalah obat bahan alam yang sudah melewati uji praklinis dan klinis (SK Kepala BPOM No. HK.00.05.4.2411 tanggal 17 Mei 2004). Penyebaran informasi mengenai hasil penelitian dan uji yang telah dilakukan terhadap obat bahan alam harus menjadi perhatian bagi semua pihak karena menyangkut faktor keamanan penggunaan obat tersebut. Beberapa hal yang perlu diketahui sebelum menggunakan obat bahan alam adalah keunggulan dan kelemahan obat tradisional dan tanaman obat. Keunggulan obat bahan alam antara lain : 1. Efek samping obat tradisional relatif lebih kecil bila digunakan secara benar dan tepat, baik tepat takaran, waktu penggunaan, cara penggunaan, ketepatan pemilihan bahan, dan ketepatan pemilihan obat tradisional atau ramuan tanaman obat untuk indikasi tertentu. 2. Adanya efek komplementer dan atau sinergisme dalam ramuan obat/komponen bioaktif tanaman obat. Dalam suatu ramuan obat tradisional umumnya terdiri dari beberapa jenis tanaman obat yang memiliki efek saling mendukung satu sama lain untuk mencapai efektivitas pengobatan. Formulasi dan komposisi ramuan tersebut dibuat setepat mungkin agar tidak menimbulkan efek kontradiksi, bahkan harus dipilih jenis ramuan yang saling menunjang terhadap suatu efek yang dikehendaki. 7 3. Pada satu tanaman bisa memiliki lebih dari satu efek farmakologi. Zat aktif pada tanaman obat umumnya dalam bentuk metabolit sekunder, sedangkan satu tanaman bisa menghasilkan beberapa metabolit sekunder, sehingga memungkinkan tanaman tersebut memiliki lebih dari satu efek farmakologi. 4. Obat tradisional lebih sesuai untuk penyakit-penyakit metabolik dan degeneratif. Untuk mengobati penyakit-penyakit tersebut diperlukan waktu lama sehingga penggunaan obat alam lebih tepat karena efek sampingnya relatif lebih kecil. Di samping keunggulannya, obat bahan alam juga memiliki beberapa kelemahan yang juga merupakan kendala dalam pengembangan obat tradisional antara lain : efek farmakologisnya lemah, bahan baku belum terstandar dan bersifat higroskopis serta volumines, belum dilakukan uji klinik dan mudah tercemar berbagai mikroorganisme. Upaya-upaya pengembangan obat tradisional dapat ditempuh dengan berbagai cara dengan pendekatan-pendekatan tertentu, sehingga ditemukan bentuk obat tradisional yang telah teruji khasiat dan keamanannya, bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah serta memenuhi indikasi medis, yaitu kelompok obat fitoterapi atau fitofarmaka. Untuk mendapatkan produk fitofarmaka harus melalui beberapa tahap (uji farmakologi, toksisitas dan uji klinik) hingga bisa menjawab dan mengatasi kelemahan tersebut. B. Penyakit Degeneratif Metabolik Penyakit metabolik (Ingg: metabolic disorder) adalah penyakit medis yang berkaitan dengan produksi energi di dalam sel manusia (atau hewan). Kebanyakan penyakit metabolik adalah penyakit genetik atau penyakit keturunan, meski sebagian di antaranya disebabkan makanan, racun, infeksi, dan sebagainya. Penyakit metabolik genetik dikenal juga dengan sebutan gangguan metabolisme sejak lahir. Beberapa contoh penyakit yang termasuk penyakit metabolik antara lain diabetes (kencing manis), hiperlipidemia (kolesterol tinggi), asam urat, batu ginjal, hepatitis dan hipertensi. Penyakit degeneratif adalah penyakit yang mengiringi proses penuaan. Ada sekitar 50 penyakit degeneratif, diantaranya penyakit jantung, diabetes, stroke dan osteoporosis, rematik (radang persendian), asma (sesak nafas), ulser (tukak lambung), haemorrhoid (ambein/wasir) dan pikun (lost of memory). 8 Sebagian besar tumbuhan telah banyak menarik perhatian para ilmuan untuk diteliti manfaatnya untuk pengobatan berbagai penyakit matabolik dan degeneratif, salah satu contoh dari kelompok penyakit ini yang sangat populer adalah penyakit diabetes (kencing manis). Penyakit ini menempati urutan ke empat dalam prioritas penelitian penyakit degeneratif secara nasional (Rimbawan dan Siagian, 2004). Selama ini pengobatan penyakit diabetes menggunakan obat oral atau suntikan insulin, namun obat oral ini kebanyakan memberikan efek samping yang tidak diinginkan. Oleh sebab itu para ahli mulai mengembangkan sistem pengobatan tradisional yang relatif aman. Namun pengobatan tradisional dengan menggunakan tanaman obat kadang hanya berdasarkan pengalaman atau secara empiris saja, belum didukung dengan adanya penelitian, uji klinis dan farmakologinya, misalnya krambilan (Biophytum sensitivum), untuk obat darah tinggi, suruhan (Peperomia pellusida) untuk obat asam urat, petut kuda (stachypheta jamaicensis) untuk obat darah tinggi, putri malu (Mimosa pudica) untuk obat asma, dandang gendis (Borreria laevis) untuk obat ginjal dan kencing batu, daun ungu (Graptophyllum pictum) untuk obat ambeian (Hadi, 2013). Selain jenis-jenis tumbuhan tersebut yang secara tradisional sudah dimanfaatkan masyarakat, masih banyak lagi jenis-jenis tumbuhan yang memiliki potensi sebagai bahan obat yang belum diteliti. C. Senyawa atau bahan aktif Senyawa aktif atau bahan aktif merupakan senyawa atau bahan yang mempunyai aktivitas biologi terhadap organisme lain atau pada organisme yang menghasilkan senyawa tersebut. Pengetahuan tentang bahan aktif yang dikandung tumbuhan akan mempermudah untuk mempelajari cara kerja secara fisiologis dan farmakologis obat tradisional tersebut dalam tubuh. Bahan aktif yang terkandung dalam masing-masing tumbuhan banyak ragamnya dan dapat dikelompokkan, diantaranya adalah (Soedibyo, 1998): 1. Musilago (Lendir) Musilago terdapat pada banyak tanaman, bahan ini berasal dari polisakarida. Musilago dengan air membentuk masa kental seperti “jelly”. Musilago dapat melapisi dinding bagian dalam saluran pencernaan dan 9 melindungi dari iritasi, keasaman dan peradangan. Musilago dapat bermanfaat untuk melapisi dan melindungi dinding bagian dalam tenggorok, saluran kencing, dan lain-lain. Contoh: camcao. 2. Tanin Tanin terdapat dalam bagian tanaman tertentu, seperti daun, buah, kulit kayu, dan batang. Pada buah yang muda sering terdapat tanin, kadar tanin menurun sejalan dengan menuanya buah. Tanin dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu: 1) Katekol, contoh: Gambir, dan 2) Pirogalotanin, contoh: Majakan. Tanin banyak dimanfaatkan sebagai obat keputihan, peradangan dan untuk melangsingkan tubuh serta diabetes. Kulit delima putih, majakan, gambir dan serbuk biji alpokat merupakan contoh bahan baku yang mengandung tanin. 3. Flavonoid Flavonoid banyak terdapat pada tumbuhan. Selain berguna sebagai antiradang, zat ini terutama berguna dalam menjaga kesehatan. Rutin merupakan flavonoid yang banyak terdapat pada tanaman jeruk nipis, jeruk lemon dan bayam duri. Rutin bermanfaat untuk memperkuat dinding kapiler. 4. Glukosilinat Glukosilinat terdapat pada tumbuhan yang termasuk dalam kelompok bumbu. Glukosilinat mempunyai efek iritasi pada kulit menyebabkan radang dan lepuh. Param yang mengandung zat ini digunakan untuk menghilangkan rasa nyeri dan untuk meningkatkan peredaran darah sehingga sumbatan pada saluran darah dapat disingkitkan dan aliran darah diperlancar. Glukosilinat dapat juga mengurangi fungsi dari tiroid. Zat ini terdapat pada tanaman sunapis alba dan lobak 5. Glikosida Jantung Glikosida jantung jarang digunakan untuk jamu karena beracun. Pada saat ini banyak dibutuhkan obat jantung, maka tanaman yang mengandung zat aktif glikosida jantung banyak diteliti. Sebagai contoh digutalis yang langsung berfungsi sebagai pada jantung memberi kekuatan bila jantung melemah. Glikosida jantung biasanya mempunyai sifat peluruh air seni (diuretik) yang berakibat menurunkan tekanan darah dan mengobati bengkak. Tanaman jure 10 yang tumbuh di Indonesia belum banyak dimanfaatkan 6. Glikosida Sianogen Dalam dosis berlebihan glikosida ini beracun karena mengandung ikatan sianida. Dalam dosis kecil zat ini mempunyai sifar sebagai sedatif dan sebagai relaksan jantung dan otot. Sengitan mengandung glikosida sianogen dan sering untuk pengobatan masuk angin (batuk). Singkong gendruwo yang pernah digunakan untuk obat kanker kemungkinan mengandung zat ini. 7. Vitamin Vitamin merupakan zat esensial yang diperlukan tubuh manusia. Kekurangan vitamin akan mengganggu kesehatan. Vitamin sangat diperlukan oleh tubuh karena zat ini merupakan katalis dari suatu proses. Vitamin dari bahan alam terdapat pada sayuran, buah-buahan, biji padi-padian, dan lain-lain. Vitamin ada beberapa macam, yaitu: vitamin A, B, C, D, E, F, K dan P. D. Domestikasi dan Budidaya Domestikasi merupakan pengadopsian tumbuhan dan hewan dari kehidupan liar ke dalam lingkungan kehidupan sehari-hari manusia. Tumbuhan dikatakan telah terdomestikasi apabila sejumlah penampilannya mengalami perubahan, misalnya perilaku, siklus hidup, dan penampakan luarnya akibat pemuliaan selektif yang dilakukan oleh manusia selama beberapa generasi. Proses domestikasi tanaman berjalan lambat dan manusia secara tidak sengaja mengubah beberapa ciri fisik sehingga membuat tanaman semakin sesuai dengan penanganan yang dilakukan manusia. Domestikasi sebagai proses perkembangan organisme yang dikontrol manusia, oleh Evans (1996) dinyatakan mencakup perubahan genetik (tumbuhan) yang berlangsung sinambung semenjak dibudidayakan. Dengan demikian, domestikasi berkaitan dengan seleksi dan manajemen oleh manusia, dan tidak hanya sekedar pemeliharaan saja. Spesies eksotik – organisme yang dipindahkan dari habitat aslinya ke wadah budidaya, karakteristik genetiknya terubah dengan maksud tertentu, atau sebaliknya, melalui sembarang pikatan pemeliharaan, seleksi dan manajemen genetik (Pullin, 1994). Dalam hal ini, mendomestikasi adalah menaturalisasikan biota ke kondisi manusia dengan segala kebutuhan dan kapasitasnya. 11 Dalam domestikasi tanaman, Evans (1996) mengungkapkan secara luas berbagai perubahan yang terjadi pada penampilan tumbuhan, mulai dari yang menyangkut retensi benih hingga ke isi DNA. Demikian halnya perubahan bentuk dan ukuran pada sejumlah tanaman, serta laju perkembangan dan pertumbuhannya. Lebih dari pada itu, sejumlah tumbuhan yang didomestikasi ternyata kehilangan substansi racun sebagai unsur proteksi alaminya terhadap hama dan penyakit. Tampaknya, perubahan-perubahan ini terpaut dengan penimbulan (mengefisiensi) dan penenggelaman (mendefesiensi) satu atau lebih unsur genetik seturut dengan faktor lingkungan budidaya yang dikenakan. Hal yang kemudian membuka peluang ke modifikasi genetik ini, antara lain ditandai ketika tanaman tebu Saccharum officinarum disilangkan dengan S. spontaneum yang memiliki gen yang tahan atas penyakit sereh yang mewabah pada 1880. E. Hasil-hasil Penelitian Hasil-hasil penelitian mengenai tumbuhan obat sudah banyak dilakukan, khususnya tumbuhan obat yang berkhasiat untuk penyakit degeneratif dan metabolik. Beberapa diantaranya adalah: 1. Beberapa tanaman yang telah dikaji secara ilmiah potensinya sebagai obat penyakit degeneratif dan metabolik, diantaranya kunyit ( Curcuma domestica), tebu (Sacharum sp.) (Pramono dan Katno, 2002), keji beling (Strobilanthus crispus), kumis kucing (Orthosiphon stamineus) , daun kecubung (Datura metel), biji alpokat (Persea americana), mahkota dewa (Phaleria macrocarpa), slederi (Apium graveolens) (Dalimartha, 2005) 2. Jenis tumbuhan obat ini prospektif untuk fitofarmaka (Katno dan Pramono, 2012). Hasil penelitian setiawan (2008) dan Hayashi (2001), menunjukkan bahwa kulit batang bungur dan daun bungur mengandung senyawa aktif yang berkhasiat dapat menurunkan kadar gula darah. Monica (2006) juga melaporkan bahwa biji alpokat mengandung senyawa tanin yang berfungsi sebagai astringent yang dapat menurunkan kadar gula dalam darah. 3. Daun belimbing wuluh juga potensial untuk digunakan sebagai obat diabetes karena hasil laporan Sa‟adah (2010) menunjukkan bahwa daun belimbing wuluh yang dilarutkan dengan pelarut aseton positif mengandung tanin. Hasil penelitian sebelumnya yang telah dilakukan Asmaliyah et al. (2009; 2010) di Sumatera Bagian Selatan menunjukkan terdapat sekitar 265 jenis 12 tumbuhan obat yang telah dimanfaatkan masyarakat sebagai obat degeneratif dan metabolik secara tradisional. Sebagian besar dari jenis tumbuhan ini telah dikaji secara ilmiah potensinya sebagai tumbuhan obat, misalnya kulit manggis, mengkudu, sirsak dan sebagainya, namun potensinya untuk obat penyakit degeneratif dan metabolik masih sedikit. Selain itu diduga masih banyak lagi jenis tumbuhan obat yang berkhasiat untuk mengobati penyakit degeneratif dan metabolik yang belum tergali potensinya di Sumatera Bagian Selatan. III. METODOLOGI A. Pendekatan/Kerangka Pemikiran Pendekatan kegiatan penelitian ini dilapangan dilakukan dengan metode survei dan eksplorasi di Sumbagsel, sedangkan kegiatan penelitian di laboratorium dilakukan dengan pendekatan uji fitokimia. B. Ruang Lingkup Kegiatan Ruang lingkup kegiatan penelitian ini pada tahun anggaran 2015 adalah: 1) kegiatan survei dan eksplorasi jenis-jenis tumbuhan berkhasiat obat degeneratif dan metabolik di Sumbagsel, 2) kajian kearifan lokal di Sumbagsel, 3) Uji fitokimia di Laboratorium, 4) Pengumpulan materi bahan tanaman untuk pengujian di Laboratorium dan pengumpulan materi sampel tanaman berupa anakan, biji (buah) atau stek untuk koleksi jenis TODM prioritas. C. Bahan dan Peralatan Bahan dan digunakan dalam penelitian ini adalah pelarut organik (metanol, dll), air, alkohol, NH4Cl, NaOH, HCl, FeCl2, Anhidrida Asetat, kertas saring, pereaksi meyer, pereaksi dragondrof, pereaksi liberman, pereaksi wagner, aluminium foil, kertas karton, polybag, pasir, tanah, pupuk, plastik wrap, kertas koran, paranet, cocopeat, kantong plastik besar, kain hitam, Rootone F, dll. Sedangkan alat yang digunakan adalah gunting stek, kuas, hand sprayer, ice box, timbangan, tampah, blender, parang, saringan, 13 D. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian dilakukan di beberapa desa yang termasuk dalam wilayah propinsi Sumatera Selatan, Jambi, Bengkulu, Lampung dan Bangka Belitung, yaitu: Tabel No. 1. 2. 1. Lokasi Penelitian Pengembangan Tumbuhan Degeneratif Metabolik di Sub Region Sumbagsel Provinsi Sumatera Selatan Jambi Kabupaten 1. Ogan Komering Ulu (OKU) 2. Empat Lawang 1. Tanjung Jabung Timur Kecamatan 1. Lengkiti 1. Tebing Tinggi 1. Berbak 2. Nipah panjang 3. 4. 5. Bengkulu Bangka Belitung Lampung 1. Bengkulu Tengah 1. Taba Penanjung 1. Bangka Barat 2. Karang tinggi 3. Ponduk Kubang 1. Simpang Tritip 1. Pesisir Barat 2. Jebus 1. Pesisir tengah 2. Ulu krui Berkhasiat Obat Desa/Kelurahan 1. Tanjung lengkayap 2. Tanjung Agung 3. Way Heling 4. Pagar Dewa 1. Taba 1. Simpang 2. Sungai rambut 3. Telago limo 1. Simpang datuk 2. Nipah panjang 2 1. Penum 2. Rindu hati 1. Baru 1. Baturaja 1. Bukit terak 2. Kundi 1. Limbung 1. Pahmungan 1. Sukaraja 1. Provinsi Sumatera Selatan Lokasi penelitian yang dilakukan di wilayah Provinsi Sumatera Selatan termasuk wilayah Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) dan Kabupaten Empat Lawang. 14 1.1. Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) a. Kondisi Geografis dan Administratif Berdasarkan Buku Putih Sanitasi Komering Ulu (2013), Kabupaten Ogan Komering Ulu merupakan satu dari 15 Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi Sumatera Selatan, dengan luas wilayah 361.760 Hektar. Dilihat dari sisi geografisnya kabupaten ini terletak antara 103⁰40‟ Bujur Timur sampai dengan 104⁰33 Bujur Timur dan antara 3⁰45‟ sampai dengan 4⁰55‟Lintang Selatan. Adapun secara administrasi wilayah Kabupaten Ogan Komering Ulu memiliki batas-batas sebagai berikut: sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan, Rambang Lubai, Kabupaten Muara Enim dan Kecamatan Muara Kuang, Kabupaten Ogan Ilir; sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Martapura dan Kecamatan Madang Suku II, Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur; sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Simpang dan Kecamatan Buay Pemaca, Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan; sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Simpang dan Kecamatan Buay Pemaca, Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan. Kabupaten Ogan Komering Ulu Tahun 2013 terdiri dari 12 kecamatan dan 143 desa dan 14 Kelurahan, dengan kecamatan terluas adalah Kecamatan Lengkiti dengan luas wilayah 700,00Km² atau 19,35 % dari total luas wilayah kabupaten, sementara itu Kecamatan Lubuk Raja memiliki luas wilayah terkecil diantara kecamatan lainnya dengan luas 94,79Km² atau hanya 2,62 % dari luas total wilayah Kabupaten Lokasi penelitian untuk kegiatan penelitian Pengembangan Tumbuhan Berkhasiat Obat Degeneratif Dan Metabolik Di Sub Regional Sumatera Bagian Selatan dilakukan di beberapa desa yang termasuk wilayah Kecamatan Lengkiti, yaitu desa Tanjung Lengkayap, Tanjung Agung, Way Heling dan Pagar Dewa. b. Topografi dan Kemiringan Lereng Keadaan topografi dan ketinggian wilayah Kabupaten Ogan komering Ulu berkisar antara 0 – 1.000 meter lebih di atas permukaan laut. Hal ini dimaklumi karena Kabupaten Ogan Komering Ulu masih terletak di jalur Bukit Barisan wilayah bagian selatan. Kabupaten Ogan Komering Ulu mempunyai iklim trofis dan basah dengan temperatur bervariasi antara 22 „ C – 31 „ C, daerah mempunyai temperatur rendah adalah Kecamatan Peninjauan. 15 Berdasarkan ketinggian dari permukaan laut, wilayah Kabupaten Ogan Komering Ulu secara garis besar dapat digolongkan atas daerah-daerah. Untuk wilayah kecamatan Lengkiti terdapat di ketinggian 500 – 1000 m dari permukaan laut dan diatas 1000 m dpl. Bentuk wilayah Kecamatan Lengkiti bervariasi dari datar sampai bergunung-gunung dari 0 - 2 % hingga di atas 40 %. sebagian daerah di Kabupaten Ogan Komering Ulu merupakan daerah yang termasuk kawasan lindung, dimana kawasan dengan fungsi lindung tersebut memiliki potensi untuk perlindungan, pengawetan, konservasi dan pelestarian c. Iklim dan Tutupan Lahan Secara umum, Kabupaten Ogan Komering Ulu beriklim tropis dan basah dengan temperature bervariasii antara 22ºC sampai dengan 31ºC. Semakin ke arah utara temperatur udaranya semakin tinggi (semakin panas). Kabupaten Ogan Komering Ulu termasuk daerah yang bercurah hujan tinggi. Menurut pengukur curah hujan yang berada dikecamatan Baturaja Timur, pada tahun 2011 curah hujan bervariasi antara 22 mm sampai dengan 400 mm, dengan hari hujan terbanyak (puncak musim penghujan) pada bulan Desember tahun 2011 yaitu sebanyak 18 hari hujan, sedangkan hari hujan paling sedikit pada bulan Agustus yang hanya terjadi 2 hari hujan. Luas total Kabupaten Ogan Komering Ulu adalah sekitar 361.760 Hektar. Dari total luas tersebut sekitar 36,91 persennya berupa hutan belukar, 25,48 persen diusahakan untuk perkebunan rakyat, perkebunan besar maupun perkebunan rakyat dengan komoditi unggulan seperti kelapa sawit, karet, kopi, dan tanaman tahunan lainnya, dengan penyebaran hampir merata di seluruh wilayah kabupaten. d. Demografi Penyebaran penduduk Kabupaten Ogan Komering Ulu di 12 Kecamatan yang ada tidak merata. Hal ini disebabkan karena sebagian besar penduduk lebih memilih tinggal di kecamatan yang potensial secara ekonomi dan memiliki fasilitas umum dan sosial yang lebih lengkap dibandingkan kecamatan lainnya yang masih tertinggal. Kecamatan Baturaja Timur sebagai ibu kota Kabupaten Ogan Komering Ulu mempunyai jumlah penduduk terbesar yaitu 94.191 jiwa (28,18 persen), sedangkan jumlah penduduk terkecil berada di Kecamatan Muara Jaya yaitu hanya sebanyak 6 680 jiwa (2,00 persen). Jumlah penduduk yang 16 berada di Kecamatan Lengkiti sebanyak 25.695 jiwa (7,59 persen) dengan kepadatan rata-rata 37 jiwa per km2 (Badan Pusat Statistik, 2012). 1.2. a. Kabupaten Empat Lawang Kondisi Geografis, Administratif dan Fisik Berdasarkan Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Empat lawang (2011), luas daerah Empat Lawang ± 2.256,44 Km² yang terdiri dari 8 (Delapan Kecamatan ) yang terletak antara 3˚25 – 4˚15‟ Lintang Selatan dan 102˚37‟ – 103˚45‟ Bujur Timur. Kabupaten Empat Lawang Merupakan Kabupaten pemekaran dari kabupaten lahat yang dibentuk dengan UU No. 1 Tahun 2007 Tentang Pembentukan Kabupaten Empat Lawang Provinsi Sumatera Selatan. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Musi Rawas; sebelah Selatan dengan Kabupaten Lahat dan Kabupaten Bengkulu Selatan Provinsi Bengkulu; sebelah Timur dengan Kabupaten Lahat; sebelah Barat dengan Kabupaten Rejang Lebong Provinsi Bengkulu. Kabupaten Empat Lawang memiliki luas wilayah 2.256,44 km², secara administratif terdiri dari 8 Kecamatan, 154 desa, 2 desa persiapan dan 2 Kelurahan. Kecamatan dengan luas wilayah terbesar adalah Tebing Tinggi, yakni 590,93 km² atau 26,19% dari total wilayah. Sementara kecamatan dengan luas wilayah terkecil adalah Kecamatan Talang Padang, dengan luas wilayah 140,90 km² atau 6,24% dari total wilayah. Lokasi penelitian untuk kegiatan penelitian ini dilakukan di desa Taba yang termasuk wilayah Kecamatan Tebing Tinggi. Kabupaten Empat Lawang beriklim tropis basah dengan curah hujan antara 97 – 386 mm/hari sepanjang tahun. Curah hujan bervariasi dengan Bulan November sebagai bulan dengan curah hujan terbesar, sedangkan pada Bulan Juni merupakan bulan dengan curah hujan terendah sepanjang tahun. Suhu udara di Kabupaten Empat Lawang berkisar 30,47º C – 32,16º C. Pada bulanbulan tertentu, seperti Bulan April, suhu udara minimum mencapai rata-rata 22,7º C. Sedang pada Bulan Januari, suhu udara maksimum bisa mencapai 37,1º C. Kelembaban udara di wilayah Kabupaten Empat Lawang berkisar antara 66,85 – 90,20 R.h. Kelembaban terendah terjadi pada Bulan Desember, sementara kelembaban udara tertinggi terjadi pada Bulan Agustus. Wilayah Kabupaten Empat Lawang merupakan daerah dengan ketinggian antara 71 hingga 2.750 meter diatas permukaan laut. Kecamatan tebing tinggi 17 merupakan kecamatan dengan wilayah paling rendah dengan ketinggian sampai dengan 576 meter. Sedangkan berdasarkan kelerangannya agak curam/sedang (5% – 15%), landai/datar (2% – 5%) sangat curam (>40%), berat/Curam (15% – 40%). Jenis tanah didominasi jenis tanah Litosol Tanah yang cocok untuk tanaman rumput-rumputan sehingga potensial untuk pengembangan ternak. b. Demografi Kabupaten Empat Lawang memiliki luas wilayah 2.256,44 km², serta secara administratif terdiri dari 8 Kecamatan, 154 desa, 2 desa persiapan dan 2 Kelurahan. Berdasarkan data hasil sensus penduduk 2010 jumlah penduduk 221.176 orang yang terdiri dari 113.364 orang laki-laki dan 107.812 orang perempuan (sex rasio). Maka kepadatan penduduk rata 151 orang/km. Jumlah penduduk terbanyak berada pada kecamatan Pendopo ( 47.639 orang dan kepadatan 165 km). Sebaliknya jumlah penduduk yang terkecil berada di kecamatan Tebing Tinggi (55.639 orang dan kepadatan penduduk 94,21 km). Laju pertumbuhan penduduk kabupaten empat yang paling terendah adalah kecamatan tebing tinggi. 2. Provinsi Jambi Lokasi penelitian yang dilakukan di wilayah Provinsi Jambi termasuk wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Timur, yang terdiri dari 2 Kecamatan (Berbak dan Nipah Panjang), dan 5 desa/kelurahan (Simpang, Simpang datuk, Sungai rambat, Nipah panjang, Telago limo). 2.1. Kabupaten Tanjung Jabung Timur a. Kondisi Geografis, Administratif dan Fisik Kabupaten Tanjung Jabung Timur dengan ibukota Muara Sabak merupakan salah satu kabupaten baru dari 9 kabupaten di Provinsi Jambi. Kabupaten Tanjung Jabung Timur terbentuk sebagai daerah pemekaran baru berdasarkan Undang-Undang Nomor 54 tahun 1999. Kabupaten Tanjung Jabung Timur merupakan wilayah pemekaran dari Kabupaten Tanjung Jabung yang terbagi menjadi Kabupaten Tanjung Jabung Timur dan Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Kabupaten Tanjung Jabung Timur secara geografis terletak pada 0°53‟ - 1°41‟ LS dan 103°23 - 104°31 BT dengan luas 5.445 Km² dengan ketinggian ibukota-ibukota kecamatan dalam Kabupaten Tanjung Jabung Timur berkisar antara 1-5 m dpl. Batas geografi : sebelah utara Laut Cina Selatan; sebelah selatan Kabupaten Muaro Jambi dan Provinsi Sumatra Selatan; sebelah 18 barat Kabupaten Tanjung Jabung Barat dan Muaro Jambi; sebelah timur Laut Cina Selatan. Secara administratif Kabupaten Tanjung Jabung Timur dengan Ibukota Muaro Sabak terdiri dari 11 Kecamatan, 73 Desa dan 20 Kelurahan. Kabupaten Tanjung Jabung Timur secara administrasi terbagi menjadi 11 kecamatan dengan total seluruh wilayah 5.445 Km2. Kecamatan yang memiliki luas paling besar adalah Kecamatan Sadu yaitu 1.821,2 Km2 dan yang paling kecil adalah Kecamatan Kuala Jambi yaitu 120,25 Km2. Kecamatan Berbak mempunyai luas wilayah 19,446 km2 dan Kecamatan Nipah panjang mempunyai luas wilayah 23,470 km2. Wilayah di Kab Tanjung Jabung Timur sepanjang tahun 2011 mempunyai curah hujan tahunan sekitar 2231 mm, dimana 4 bulan basah, 8 bulan kering. Rata-rata curah hujan bulan basah 179 – 279 mm dan bulan kering 71 – 103 mm. Curah hujan terbanyak di tahun 2011 yaitu pada bulan desember 2011 sekitar 352 mm. Sebaliknya curah hujan terendah terjadi pada bulan mei yaitu sektar 123 mm. Bentuk wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Timur, termasuk Berbak dan Nipah Panjang merupakan dataran landai. Wilayah ini merupakan cekungan yang membentuk rawa belakang yang jenuh air sehingga air tidak dapat menembus tanah atau mengalir sebagai run off, sehingga air terjebak berupa rawa. Air permukaan di Kabupaten Tanjung Jabung Timur menjadi masalah terutama pada musim penghujan yang menggenangi areal permukiman dan lahan pertanian. b. Demografi Jumlah penduduk Kabupaten Tanjung Jabung Timur pada tahun 2011 tercatat sebesar 210.420 jiwa terdiri atas 102.303 jiwa perempuan dan 108.117 jiwa laki-laki yang tersebar di 11 kecamatan. Total jumlah penduduk terbanyak terdapat di Kecamatan Muara Sabak Timur, Mendahara dan Nipah Panjang, sementara jumlah penduduk paling sedikit ditemukan di Kecamatan Berbak Kabupaten Tanjung Jabung Timur. Proporsi penduduk laki-laki dan perempuan pada setiap wilayah kecamatan relatif berimbang, namun pada sebagian besar kecamatan, jumlah penduduk laki-laki sedikit melebihi jumlah penduduk perempuan. Kecenderungan ini berkatian langsung dengan karakteristik angka harapan hidup kaum laki-laki yang umumnya lebih tingi daripada kaum perempuan. 19 Variasi jumlah penduduk pada setiap kecamatan dan variasi luas wilayahnya menyebabkan terjadinya ketimpangan kepadatan penduduk antar kecamatan dengan kepadatan tertinggi ditemukan di Kecamatan Kuala Jambi diikuti Kecamatan Nipah Panjang, sementara kecamatan dengan kepadatan terendah adalah Kecamatan Sadu dan Kecamatan Mendahara. Secara rata-rata tingkat kepadatan penduduk adalah sebesar 37,70 jiwa per Km persegi. 3. Provinsi Bengkulu Lokasi penelitian yang dilakukan di wilayah Provinsi Bengkulu termasuk dalam wilayah Kabupaten Bengkulu Tengah, Kecamatan Taba Penanjung, yaitu desa Penum dan desa Rindu hati. 3.1. Kabupaten Bengkulu Tengah a. Kondisi Geografis, Administratif dan Fisik Berdasarkan Buku Putih Sanitasi Kabupaten Bengkulu Tengah (2012), Luas Kabupaten Bengkulu Tengah adalah 1.223,94 Km2 yang terdiri dari 10 Kecamatan, 112 Desa Definitif, 1 Kelurahan, dan 30 Desa Persiapan. Luas wilayah kecamatan Taba Penanjung adalah 148,48 Km2 (12,12%). Kondisi geografisnya sebagian besar merupakan dataran dengan ketinggian 0-150 m dpl, sedangkan dibagian timur topografinya berbukit-bukit dengan ketinggihan 541 m dpl. Kabupaten Bengkulu Tengah berbatasan dengan: sebelah Utara dengan Kabupaten Bengkulu Utara; sebelah Selatan dengan Kab. Seluma; Sebelah Timur dengan Kabupaten Kepahiang; Sebelah Barat dengan Samudera Hindia. b. Tanah dan Iklim Jenis tanah yang dominan di wilayah kabupaten Bengkulu Tengah adalah asosiasi latosol dan andosol. Letak geografis Kabupaten Bengkulu Tengah sangat berpengaruh terhadap kondisi cuacanya. Sebagian wilayah berada di pesisir Samudera Hindia yang memiliki putaran angin yang kuat, dan sebagian lagi merupakan daratan dengan topografi wilayah yang berbukit. Seperti daerah lain di Provinsi Bengkulu, di Kabupaten Bengkulu Tengah juga sering terjadi hujan. Meskipun termasuk musim kemarau, hujan tetap turun meskipun dengan intensitas yang jarang. Di kabupaten Bengkulu Tengah terdapat 3 pos pemantau hujan. Selama tahun 2011, di pos Taba Penanjung, jumlah hari hujan sebanyak 150 kali; Intensitas hari hujan yang paling sering terjadi di bulan April, yaitu 18 hari. Puncak musim kemarau di Kabupaten Bengkulu Tengah terjadi di Bulan Agustus, 20 jumlah hari hujan di bulan ini hanya 6 hari di pos Taba Penanjung. Curah hujan yang paling tinggi terjadi di bulan Desember, yaitu 420 mm di Taba Penanjung. Curah hujan terendah terjadi di Bulan Agustus, yaitu 148 mm di Taba Penanjung. c. Demografi Sebagaimana kondisi kependudukan di Indonesia pada umumnya, di Kabupaten Bengkulu Tengah juga menunjukkkan pola piramida penduduk muda, artinya, penduduk berusia muda lebih besar daripada penduduk usia tua. Hal ini berkaitan dengan masih tingginya angka kelahiran dan kecilnya angka kematian bayi dan penduduk usia muda. Jumlah penduduk terbanyak berada di Kecamatan Pondok Kelapa. Hal ini dikarenakan kecamatan ini merupakan tempat tujuan transmigrasi pada era Orde Baru. Ribuan keluarga dari Pulau Jawa telah bermukim selama puluhan tahun di kecamatan ini. Luas wilayah Kecamatan Taba Penanjung adalah 148,38 Km2, jumlah penduduk 10,991 dengan kepadatan penduduk 74,07 Km2. Dari 10,991 jumlah penduduk, sebanyak 5,709 adalah jumlah laki-laki dan sebanyak 5,282 adalah jumlah perempuan. 4. Provinsi Bangka Belitung Lokasi penelitian yang dilakukan di wilayah Provinsi Bangka Belitung termasuk dalam wilayah Kabupaten Bangka Barat, Kecamatan Simpang Tritip dan Jebus, yaitu desa Bukit Terak, desa Kundi dan desa Limbung. a. Kondisi Geografis, Administratif dan Fisik Letak geografis Kabupaten Bangka Barat di antara : 105 o 00‟ – 106o 00‟ BT dan 01o 00‟ – 02o 10‟ LS, dengan batas wilayah: sebelah utara: Laut Natuna; sebelah timur: Kabupaten Bangka; sebelah selatan: Selat Bangka dan Kabupaten Bangka; dan sebelah barat: Selat Bangka. Kabupaten Bangka Barat terdiri atas 6 (enam) Kecamatan, yaitu: Muntok, Simpang teritip, Kelapa, Jebus, Parit tiga, dan Tempilang. Luas wilayah daratan berdasarkan RPJP Kabupaten Bangka Barat adalah sekitar 2.979,71 km², atau 297.971 Ha; dan wilayah laut kewenangan sekitar 1.541,29 km² atau 154.129 Ha (yaitu selebar 4 mil-laut dari garis/batas terluar pantai). Sementara berdasarkan data dari Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2003 luas wilayah Kabupaten Bangka Barat adalah sekitar 2.820,61 km² atau 282.061 Ha. Dengan acuan peta digital Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang dipakai dalam penyusunan RTRW Kabupaten Bangka Barat ini, diperoleh perhitungan luas 21 wilayah secara digitasi yaitu 2.855,3346 km² atau 285.533,46 Ha, dan luas wilayah laut kewenangan 2.018,6815 km² atau 201.868,15 Ha. Kondisi topografi dan morfologi di Kabupaten Bangka Barat sangat bervariasi. Puncak tertinggi adalah Gunung Menumbing yang terletak di Kecamatan Muntok dengan ketinggian sekitar 445 meter di atas permukaan laut (dpl). Bukit-bukit lainnya relatif lebih rendah dari Gunung Menumbing tersebut, namun merupakan puncak relatif bagi area di sekitarnya, ketinggiannya ketinggiannya bervariasi antara 150 meter sampai 200 meter. Kabupaten Bangka Barat memiliki iklim tropis tipe A dengan variasi curah hujan antara 11,8 hingga 370,3 mm per bulan. Untuk tahun 2009, dengan curah hujan terendah pada bulan September. Suhu rata-rata berdasarkan data dari Stasiun Meteorologi dan Geofisika Pangkalpinang menunjukan variasi antara 25,7 hingga 29,0 derajat Celcius. Sedangkan kelembaban udara bervariasi antara 66,0% hingga 83,6% pada tahun 2009 (Bangka Barat Dalam Angka, 2010). b. Demografi Pertumbuhan penduduk di Kabupaten Bangka Barat selalu mengalami peningkatan setiap tahunnya, berdasarkan data dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Bangka Barat jumlah penduduk pada tahun 2011 mengalami peningkatan sebesar 6% dibandingkan dengan tahun 2010. Jumlah penduduk tahun 2011 di kabupaten bangka barat sebanyak 157,934 jiwa dengan jumlah kepala keluarga (KK) sebanyak 41,439. Kecamatan Muntok mempunyai jumlah penduduk yang paling tinggi di kabupaten Bangka Barat yaitu sebanyak 50,188 jiwa dengan jumlah KK sebanyak 15.684, sedangkan Kecamatan Jebus mempunyai jumlah penduduk yang paling rendah yaitu sebanyak 19,772 jiwa dengan jumlah KK sebanyak 4,588. 5. Provinsi Lampung Lokasi penelitian yang dilakukan di wilayah Provinsi Lampung termasuk dalam wilayah Kabupaten Pesisir Barat, Kecamatan Pesisir Tengah, yaitu desa Pahmungan dan Kecamatan Ulu Krui, yaitu desa Sukaraja 5.1. Kabupaten Pesisir Barat a. Kondisi Geografis, Administratif dan Kondisi Fisik Berdasarkan Buku Putih Sanitasi (2012), Kabupaten Pesisir Barat dengan ibukota Krui adalah salah satu dari Lima belas kabupaten/kota di wilayah Provinsi Lampung. Kabupaten ini dibentuk berdasarkan Undang-Undang No. 22 Tahun 22 2012 (Lembaran Negara Nomor 231, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5364) tentang Pembentukan Daerah Otonomi Baru (DOB) Kabupaten Pesisir Barat Provinsi Lampung tertanggal 16 November 2012 dan diundangkan pada tanggal 17 November 2012, dengan batas: sebelah utara berbatasan dengan desa Ujung Rembun, desa Pancur Mas, desa Sukabanjar Kecamatan Lumbok Seminung; desa Kubu Prahu Kecamatan Balik Bukit; desa Kutabesi, desa Sukabumi Kecamatan Batu Brak; desa Sukamarga, desa Ringinsari, desa Sumber Agung, desa Tuguratu, desa Banding Agung Kecamatan Suoh; desa Hantatai, desa Tembelang, desa Gunung Ratu Kecamatan Bandar Negeri Suoh Kabupaten Lampung Barat; desa Gunung Doh Kecamatan Bandar Negeri Semuong; desa Ngarit, desa Rejosari, desa Petekayu, desa Sirna galih Kecamatan Ulu Belu; desa Datar Lebuay Kecamatan Naningan Kabupaten Pesisir Barat; desa Way Beluah dan desa Melaya Kecamatan Banding Agung Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan Provinsi Sumatera Selatan; sebelah timur berbatasan dengan Desa Tampang Tua Kecamatan Pematang Sawa; desa Sedayu, Desa Sidomulyo Kecamatan Semaka Kabupaten Pesisir Barat; sebelah selatan berbatasan dengan Samudera Hindia; dan sebelah barat berbatasan dengan Desa Tebing Rambutan Kecamatan Nasal Kabupaten Kaur Provinsi Bengkulu. Wilayah Kabupaten Pesisir Barat memiliki luas ± 2.907,23 Km2 atau 8,39% dari Luas Wilayah Provinsi Lampung, dengan mata pencaharian pokok sebagian besar penduduknya sebagai petani dan nelayan. Secara geografis letak Kabupaten Pesisir Barat pada koordinat : 4º, 40', 0" -6º, 0', 0" Lintang Selatan dan 103º, 30', 0" -104º , 50', 0" Bujur Timur. Secara Topografi Kabupaten Pesisir Barat dibagi menjadi 3 (tiga) unit topografi yakni: a. Daerah dataran rendah (ketinggian 0 sampai 600 meter dari permukaan laut); b. Daerah berbukit (ketinggian 600 sampai 1.000 meter dari permukaan laut); c. Daerah pegunungan (Daerah ketinggian 1.000 sampai dengan 2.000 meter dari permukaan laut). Keadaan wilayah sepanjang Pantai Pesisir Barat umumnya datar sampai berombak dengan kemiringan berkisar 3% sampai 5%. Di bagian Barat Laut Kabupaten Pesisir Barat terdapat gununggunung dan bukit, yaitu Gunung Pugung (1.964 m), Gunung Sebayan (1.744 m), Gunung Telalawan (1.753 m) dan Gunung Tampak Tunggak (1.744 m). Menurut Oldeman, Irsal L Darwis (1979), akibat pengaruh dari rantai pegunungan Bukit Barisan, maka Pesisir Barat memiliki 2 (dua) zone iklim yaitu: 23 1. Zone A (Jumlah bulan basah > 9 Bulan) terdapat di bagian barat Taman Bukit Barisan Selatan Termasuk Krui dan Bintuhan; 2. Zone BL (Jumlah bulan basah 7 - 9 bulan) terdapat di bagian timur Taman Nasional Bukit Barisan Selatan. Berdasarkan curah hujan dari Lembaga Meteorologi dan Geofisika, curah hujan Pesisir Barat berkisar antara 2.500 - 3.000 milimeter setahun. Pesisir Barat merupakan hasil pemekaran Kabupaten Lampung Barat, yang disahkan pada tanggal 25 Okober 2012. Wilayah Kabupaten Pesisir Barat secara administratif terdiri dari 11 kecamatan dengan 116 desa (di Pesisir Barat disebut Pekon) dan 2 Kelurahan, dengan jumlah penduduk sebesar ± 136.370 jiwa. Dilihat dari luas wilayah kecamatan Bengkunat Belimbing merupakan kecamatan terluas di kabupaten Pesisir Barat dengan luas wilayah 97.122ha atau 32,69% dari luas total Kabupaten Pesisir Barat. Sedangkan untuk luas wilayah kecamatan terkecil adalah kecamatan Krui Selatan dengan luas wilayah 3.625Ha atau 1,26% dari luas total wilayah Kabupaten Pesisir Barat. b. Demografi Jumlah penduduk di kabupaten Pesisir Barat tahun 2012 sebanyak 144.773 jiwa dengan jumlah KK sebanyak 36.192 dengan kepadatan penduduk 987,3 jiwa per Km2. Jumlah penduduk paling tinggi dikabupaten Pesisir Barat adalah di Kecamatan Bengkunat Belimbing sebanyak 24.009 jiwa dengan jumlah KK sebanyak 6.002 dan kepadatan penduduk 25,2 per Km2, sedangkan yang paling rendah adalah di Kecamatan Pulau pisang dengan jumlah penduduk sebanyak 1.343 jiwa dengan 336 KK dan kepadatan penduduk sebanyak 30,8 jiwa per Km2 E. Pelaksanaan Penelitian 1. Survey dan Eksplorasi Jenis Jenis TODM Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui sebaran, ekologi dan potensi tumbuhan obat di Sumatera Bagian Selatan. Sebelum kegiatan ini dilakukan sebagai acuan akan dilakukan screening data jenis tumbuhan obat yang terdapat di Sumatera Bagian Selatan (berupa hasil-hasil penelitian dan sumber pustaka lainnya). Kegiatan ini dilakukan dengan metode survei dan eksplorasi, meliputi deskripsi ekologi, koleksi herbarium dan identifikasi jenis. Survey dan eksplorasi dilakukan diberbagai habitat asli di propinsi Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu, Lampung dan Bangka Belitung. Data dan informasi tersebut akan digunakan 24 sebagai dasar untuk penyusunan peta sebaran dan potensi jenis-jenis tumbuhan obat degeneratif dan metabolik di Sumatera Bagian Selatan. 2. Kajian Kearifan Lokal Kajian kearifan lokal meliputi kegiatan pengumpulan data dan informasi pengelolaan habitat, pengetahuan pemanfaatan/penggunaan tanaman untuk obat dan bentuk budidaya dan penangkaran tanaman yang dilakukan secara tradisonal oleh masyarakat lokal. Kegiatan ini dilakukan di lokasi yang dipilih secara sistematis berdasarkan data hasil survey dan eksplorasi. Metode yang digunakan meliputi : 1. Wawancara Teknik wawancara dilakukan untuk menggali informasi sebanyak mungkin pengetahuan masyarakat lokal (indigenous local knowledge) mengenai interaksi yang pernah dan tetap mereka lakukan terhadap jenis-jenis tumbuhan yang ada di sekitarnya. Sumber informasi utama di masyarakat etnis adalah orang-orang yang ditunjuk sebagai dukun, pemuka adat, kepala kampung, generasi muda, ibu-ibu, dan mereka yang dianggap masyarakat memiliki pemahaman lebih terhadap keberadaan dan manfaat tumbuhan berguna tersebut. Variabel yang dipakai sebagai kunci pertanyaan dalam wawancara adalah nama lokal jenis, kegunaan, cara pemakaian, dan keberadaan jenis tersebut di sekitar desa/ pemukiman/ kawasan hutan tempat tinggal masyarakat. 2. Teknik Observasi Lapang Observasi lapang digunakan sebagai teknik triangulasi bersama masyarakat untuk memverifikasi data dan informasi yang sebelumnya telah diperoleh melalui wawancara dan menggali lebih banyak lagi data dan informasi manfaat jenis tumbuhan yang ditemui di lapang. Areal sasaran observasi lapang adalah wilayah yang biasa didatangi masyarakat untuk mendapatkan jenis objek penelitian. Selama kegiatan observasi lapang berlangsung dilakukan pula kegiatan pengumpulan spesimen setiap jenis tumbuhan untuk keperluan identifikasi dan pengumpulan biomassa jenis tertentu yang dipandang memiliki potensi besar sebagai tanaman obat. 25 3. Uji Laboratorium Uji laboratorium bertujuan untuk mengetahui kandungan bahan aktif dari tumbuhan obat. Berdasarkan bahan aktif tersebut dapat diketahui potensi tumbuhan obat sebagai obat penyakit degeneratif dan metabolik. Uji laboratorium yang dilakukan antara lain: Uji Fitokimia Pengujian fitokimia secara kualitatif dilakukan untuk kandungan metabolit sekunder di dalam suatu tumbuhan. mengetahui Kegiatan ini akan dilakukan di Laboratorium Pusat Studi Biofarmaka IPB, Bogor. 1. Preparasi Sampel Untuk uji fitokimia, bahan tanaman dibuat dalam bentuk bubuk dan ekstrak. Bahan tanaman yang dibuat dalam bentuk bubuk yang digunakan adalah bagian tanaman yang segar dan kering. Untuk sampel segar, sampel dicuci dan dipotong-potong kecil kemudian dihancurkan. Untuk sampel kering, sampel dicuci kemudian dikeringanginkan selama 1 minggu, setelah itu sampel diblender hingga halus, lalu disaring dengan ayakan 65 mesh Pembuatan ekstrak atau ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi bertingkat yang dimulai dengan pelarut non polar (n-heksan), semi polar (etil asetat) dan polar (metanol). Sebanyak 200 g serbuk sampel ditimbang, lalu ditambahkan pelarut sebanyak 1-2 liter, kemudian didiamkan minimal selama 24 jam. Setelah itu campuran tersebut disaring dan selanjutnya dievaporator untuk mendapatkan ekstrak kasar n-heksan, etil asetat dan metanol. 2. Skrining Fitokimia a. Uji Alkaloid Uji alkaloid dilakukan menurut Douglas et al.(Sangi et al., 2008). Sampel bagian tanaman yang sudah halus halus sebanyak 4 g ditambahkan kloroform secukupnya, selanjutnya ditambahkan 10 mL amoniak dan 10 mL kloroform. Kemudian larutan disaring ke dalam tabung reaksi dan filtrat ditambahkan 10 tetes H2SO4 2N. Campuran dikocok dengan teratur, dibiarkan beberapa menit sampai terbentuk 2 lapisan. Lapisan atas dipindahkan ke dalam tiga tabung reaksi masing-masing sebanyak 1 mL. Kemudian masing-masing tabung tersebut 26 ditambahkan beberapa tetes pereaksi Mayer, Wagner dan Dragendorff. Apabila terbentuk endapan menunjukan bahwa sampel tersebut mengandung alkaloid, dengan pereaksi Mayer memberikan endapan putih, dengan pereaksi Wagner memberikan endapan berwarna coklat dan pereaksi Dragendorff memberikan endapan berwarna jingga. b. Uji Triterpenoid dan Steroid Uji triterpenoid dan steroid dilakukan menurut Briggs (Sangi et al., 2008). Sampel bagian tanaman halus sebanyak 50-100 mg ditambahkan asam asetat glasial sampai semua sampel terendam, dibiarkan selama 15 menit kemudian 6 tetes larutan dipindahkan ke dalam tabung reaksi dan ditambahkan 2-3 tetes asam sulfat pekat. Adanya triterpenoid ditunjukkan dengan terjadinya warna merah, jingga atau ungu, sedangkan steroida ditunjukkan dengan terbentuknya warna biru c. Uji Tanin Uji tanin dilakukan menurut Miranda (Sangi et al., 2008). Sampel bagian tanaman halus sebanyak 20 mg ditambah etanol sampai sampel terendam semuanya. Kemudian ditambahkan 2-3 tetes larutan FeCl3 1%. Hasil positif ditunjukkan dengan terbentuknya warna hitam kebiruan atau hijau. d. Uji Flavonoid Uji flavonoid dilakukan menurut Cai (Sangi et al., 2008). Sampel bagian tanaman halus sebanyak 200 mg diekstrak dengan 5 mL etanol dan dipanaskan selama lima menit di dalam tabung reaksi. Selanjutnya ditambah beberapa tetes HCL pekat. Kemudian ditambahkan 0,2 g bubuk Mg. Hasil positif ditunjukkan dengan timbulnya warna merah tua selama3 menit. e. Uji Saponin Uji saponin dilakukan menurut Simes et al.(Sangi et al., 2008). Sampel biji buah alpukat halus sebanyak 2 g dimasukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian ditambahkan akuades hingga seluruh sampel terendam, dididihkan selama 2-3 menit, dan selanjutnya didinginkan, kemudian dikocok kuat-kuat. Hasil positif ditunjukkan dengan terbentuknya buih yang stabil. 27 Konsentrasi relatif dari hasl uji fitokimia ditentukan dengan membandingkan hasil dengan standar. Konsentrasi relatif yang ada, dinotasi dengan tanda (++++) menunjukkan konsentrasi tinggi sekali, (+++) konsnetrasi tinggi, (++) konsentrasi rendah, (+) konsentrasi rendah sekali, dan (-) menunjukkan tidak terdeteksi. 4. Koleksi Tumbuhan Berkhasiat Obat Untuk Penyakit Degeneratif dan Metabolik (TODM) Prioritas Berdasarkan data dan informasi dari kegiatan poin A, B, C dan D, maka ditentukan beberapa jenis tanaman obat yang diprioritaskan untuk dilakukan kegiatan domestikasi. Tahap awal dari kegiatan domestikasi adalah mengenal cara-cara ataupun teknik perbanyakan yang umum dilakukan pada jenis yang bersangkutan. Teknik perbanyakan bisa dilakukan melalui benih (generatif), vegetatif ataupun melalui umbi. Teknik perbanyakan yang dipilih haruslah mempunyai indikator utama mempunyai tingkat keberhasilan yang tinggi dan bisa dilakukan dalam skala massal. TODM survey dan eksplorasi Tanaman Lengkap Umbi TODM Prioritas Buah, biji Bagian vegetatif Gambar 4. Koleksi dari berbagai daerah, sebagai tan. induk Perbanyakan massal masing-masing induk Alur kegiatan tahap awal domestikasi berupa koleksi dan perbanyakan TODM prioritas Pada saat dilakukan kegiatan survey dan eksplorasi jenis-jenis tanaman TODM, sekaligus dilakukan pengambilan sampel tanaman TODM dari masingmasing lokasi survey sebagai bahan koleksi jenis TODM. Koleksi jenis TODM prioritas dari masing-masing daerah dipisahkan secara individu dan diberikan 28 identitas label sesuai dengan lokasi pengambilan sampel. Identitas label lokasi individu ini nantinya akan sangat berguna sebagai deteksi lokasi pengambilan sampel, bilamana nantinya dibutuhkan pengambilan sampel yang sama maka akan sangat memudahkan bagi pengambilan sampel ulang. Sampel tanaman dalam bentuk tanaman lengkap (batang, akar) ataupun dalam bentuk umbi (seperti tanaman empon-empon) bisa langsung dilakukan penanaman dalam polybag berukuran besar. Sampel tanaman yang mempunyai buah ataupun biji, maka bisa langsung dilakukan penaburan benih dalam media tabur dan bilamana kecambah sudah baik bisa langsung dipindahkan dalam polybag. Sedangkan sampel tanaman yang mempunyai kendala bilamana dilakukan pengambilan buah, biji, tanaman lengkap ataupun umbinya; maka dilakukan pengambilan bagian tanaman yang dimungkinkan nantinya bisa dikembangkan secara vegetatif misalnya dalam bentuk batang, cabang yang bisa digunakan sebagai bahan stek batang ataupun stek pucuk. Hasil pembiakan vegetatif yang berhasil membentuk perakaran dan hidup, bisa langsung dipindahkan dalam polybag. Pembuatan koleksi tanaman melalui teknik pembiakan apapun (penanaman tanaman langsung, umbi, biji, stek) harus tetap mempertahankan identitas individu masing-masing tanaman. Koleksi jenis TODM dari berbagai lokasi tersebut yang dipapankan dalam polybag besar bertujuan sebagai materi jenis TODM sebagai bahan indukan untuk kegiatan tahap selanjutnya. Penanaman dalam polybag besar ditujukan agar tanaman dapat tumbuh dan berkembang dengan baik dan mampu dengan cepat untuk memproduksi bagian-bagian tanaman sebagai bahan perbanyakan. Bilamana bagian-bagian tanaman untuk re-produksi tersebut sudah terbentuk, maka dilakukan penggandaan dari masing-masing individu indukan TODM sesuai dengan teknik perbanyakan yang telah dikuasai. Hasil perbanyakan massal dari setiap individu tanaman ini nantinya di gunakan sebagai bahan pembuatan uji lapang (penanaman) pada periode tahun berikutnya. 29 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Survey dan Eksplorasi Jenis Jenis TODM Berdasarkan hasil wawancara, survei dan eksplorasi serta hasil analisis data yang diperoleh dari beberapa desa yang terdapat di berbagai provinsi di wilayah Sumatera Bagian Selatan ditemukan sebanyak 392 jenis tumbuhan yang telah dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai obat. Dari 392 jenis tumbuhan obat tersebut, sebanyak 238 jenis dimanfaatkan sebagai obat degeneratif metabolik. Rincian jumlah jenis tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai obat degeneratif metabolik pada setiap Provinsi dapat dilihat pada Tabel 2, sedangkan rincian nama jenis tumbuhan obat tersebut pada setiap lokasi penelitian (Desa, Kecamatan, Kabupaten, Provinsi) dapat dilihat pada Lampiran 1. Tabel 2. Jumlah jenis tumbuhan obat yang telah dimanfaatkan masyarakat pada setiap lokasi penelitian (Provinsi) di SumBagSel No. 1. 2. 3. 4. 5. Lokasi Penelitian (Provinsi) Sumatera Selatan Jambi Bengkulu Bangka Belitung Lampung Total Jumlah Jenis Tumbuhan Obat 91 67 66 97 71 392 Jumlah TODM 70 44 40 44 40 238 Jenis Dari total keseluruhan jenis tumbuhan obat yang diperoleh (Lampiran 1), sebagian besar merupakan jenis tumbuhan obat yang sudah umum dikenal dan digunakan sebagai obat tradisional, diantaranya temu-temuan, bawang merah/putih, sirih, brotowali, sambiloto, salam, meniran, pegagan, alpokat dan mengkudu. Sebagian lagi adalah jenis-jenis yang sudah dikenal secara umum tetapi kemungkinan manfaatnya belum diketahui secara luas, misalnya berenuk, sukun, kapok randu, bayam duri, kecubung, cengkeh, lada dan pacar kayu. Sebagian lagi sekitar 45 jenis adalah jenis-jenis yang belum begitu dikenal dan belum diketahui manfaatnya sebagai obat, diantaranya akar sembilan lapis, kayu heling, kayu salai, kalas/bait kalas, cimurai, linsuh, kumbahuong, kayu lobang dan jelekuk. Diduga jenis tumbuhan yang belum begitu dikenal ini merupakan jenis lokal atau endemik setempat atau tempat hidupnya spesifik, karena cenderung tidak ditemukan di lokasi lain. 30 Sebagian besar jenis tumbuhan obat yang diperoleh sudah teridentifikasi, baik melalui penelusuran pustaka, maupun hasil identifikasi dari LIPI-Bogor dan Balai Besar Dipterocarpa-Samarinda, sedangkan hasil identifikasi dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan-Bogor sampai saat ini belum keluar. Hasil identifikasi dari LIPI dan Balai Besar Dipterocarpa terhadap jenis-jenis yang belum diketahui nama ilmiahnya (belum teridentifkasi) disebabkan karena materi herbariumnya rusak berat. Berdasarkan hasil wawancara dengan berbagai nara sumber, yaitu dukun (pengobat tradisional), kuncen (penjaga kuburan), masyarakat umum yang mempunyai pengetahuan tentang obat tradisional dan masyarakat umum yang menjadi pasien, jenis penyakit yang umum pengobatannya menggunakan tumbuhan adalah jenis penyakit ringan, diantaranya sakit perut, masuk angin, sakit kepala, cacar, panas, diare, sakit kulit, sakit mata dan sakit kulit. Pada umumnya masyarakat akan langsung datang ke dukun untuk pengobatan jenis penyakit ringan tersebut. Sebaliknya untuk pengobatan penyakit degeneratif metabolik ini masih jarang menggunakan tumbuhan obat, sebagian besar masyarakat menggunakan obat modern (obat kimia), namun apabila penyakit tersebut tidak juga sembuh, barulah mereka datang kedukun sebagai pengobatan alternatif. B. Pengetahuan Lokal Dan Kearifan Tentang Pengobatan Berbasis Tumbuhan 1. Pengobatan Tradisional Suku Daya dan Suku Saling di Sumatera Selatan Suku Daya adalah suatu komunitas masyarakat yang menetap di pinggir aliran sungai Ogan di kabupaten Ogan Komering Ulu. Populasi suku Daya ini diperkirakan telah mencapai lebih dari 50.000 orang, yang tersebar di beberapa tempat di provinsi Sumatra Selatan hingga ke wilayah provinsi Lampung. Masyarakat suku Daya berbicara dalam bahasa Daya, yang mana bahasa ini termasuk dalam dialek bahasa Melayu, yang sering disebut juga sebagai dialek Daya. Tidak diketahui apakah orang Daya ini memiliki bahasa sendiri selain bahasa Melayu yang digunakan sekarang ini. Mengingat bahwa suku Daya ini adalah penduduk asli wilayah ini, dan tergolong ke dalam kelompok 31 protomalayan, mereka telah ada sebelum kehadiran orang-orang Melayu di wilayah ini. 1.1. Suku Daya Penelitian mengenai pengobatan tradisional di suku Daya, dilakukan di kecamatan Lengkiti kabupaten Ogan Komering Ulu. Penentuan lokasi ini didasarkan atas pertimbangan bahwa di wilayah tersebut masih banyak didiami suku Daya asli, selain itu wilayahnya juga berbatasan langsung dengan hutan lindung. Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak dinas kehutanan setempat dan dari pihak desa, ada beberapa pengobat tradisional, tetapi kebanyakan hanya tukang urut tulang bukan pengobatan menggunakan tumbuhan obat. Ada beberapa narasumber yang direncanakan ditemui tetapi hanya ada 2 pengobat tradisional (Battra) yang memenuhi syarat dan menggunakan tumbuhan obat di wilayah tersebut yang bisa ditemui. Data narasumber Battra disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Data narasumber pengobat tradisional suku Daya No Nama Jenis Kelamin Perempuan Alamat Keterangan Cik Mas Umur (Thn) 63 1 Ds. Tanjung Lengakap Tarmizi 54 Laki-laki Ds. Tanjung Agung Mulai Praktek tahun 1985, banyak menanam tumbuhan obat Lebih dikenal sebagai tukang urut atau ahli tulang 2 Dalam kaitannya dengan masalah kesehatan, masyarakat suku Daya saat ini telah menggunakan obat-obatan sintetik (modern). Karena wilayah yang menjadi tempat tinggalnya saat ini telah banyak fasilitas-fasilitas kesehatan seperti puskemas dan polindes serta tenaga kesehatan yang memadahi seperti dokter, bidan, mantri dan perawat. Seseorang dikatakan dalam keadaan sakit jika ada sesuatu yang dideritanya sehingga dia tidak dapat beraktivitas seharihari seperti biasanya. Seseorang yang sakit biasanya berobat ke bidan atau dokter terdekat terlebih dahulu untuk mendapatkan kesembuhan akan tetapi jika belum sembuh-sembuh mereka mulai mencari pengobatan alternatif ke Battra. Orang daya menyebut obat tradisional dengan sebutan “Obat Ungga‟an” atau Obat Kampung. Seorang Battra biasanya mendapat pengetahuan pengobatan berasal dari orang tuanya ataupun dari mimpi yang mereka sebut 32 sebagai “wahyu”. Mereka biasanya mendapat wahyu dari “beliau” 1 setelah melakukan sholat Tahajud di malam hari. Dalam melakukan pengobatan biasanya seorang Battra mengawali dengan bacaan Basmalah dan ditambah “jampi” yang berasal dari ayat-ayat Al Qur‟an dan bahasa lokal. Jampi tidak bisa beliau berikan kepada sembarang orang. Obat tradisional yang digunakan adalah tumbuhan yang berasal dari hutan dan kebun disekitar mereka. Jenis-jenis tumbuhan yang masih banyak dijumpai biasanya langsung diambil di hutan tetapi untuk jenis yang mulai sulit ditemukan, mereka mulai menanamnya dikebunnya seperti yang dilakukan oleh ibu Cik Mas, seorang Battra asli suku Daya dari desa Tanjung Lengkayap. Tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai obat umumnya terdapat di pekarangan rumah, kebun karet dan semak belukar. Keadaan ini sesuai dengan hasil penelitian Hariyadi, (2011) bahwa jenis-jenis tumbuhan yang banyak dimanfaatkan sebagai tumbuhan obat bukanlah berasal dari hutan alam, melainkan dari ekosistem yang sudah banyak mendapat sentuhan manusia (human made ecosystem), khsusunya semak belukar dan kawasan Ibu Cik Mas telah memulai praktek pengobatan mulai tahun 1985. Pengobatan yang dilakukan beliau secara umum ada 2 macam yaitu obat dari dalam yaitu yang diminum dan obat dari luar yaitu untuk mandi yang mereka sebut “mandian”. Untuk mandian dia selalu menambahkan sedikit beras dalam air rebusan bahan obat tradisional hal ini filosofinya adalah bahwa semua urusan sakit itu pulangnya ke beras atau makan. Demikian juga dengan Pak Tarmizi, seorang Battra dari Tanjung Agung yang telah melakukan pengobatan dari 10 tahun yang lalu. Ia selalu mengawali pengobatannya dengan bacaan Basmalah. Dia mendapat ilmu pengobatan dari orang tuanya terutama ibunya yang sudah berumur 100an tahun. Dia lebih dikenal sebagai tukang urut atau ahli tulang. Doa yang digunakan untuk segala macam penyakit sama yaitu 3 doa segala penyakit : Bismilah, Fatihah dan Sholawat Nabi. Sama halnya dengan ibu Cik Mas, Pak Tarmizi juga menggunakan tumbuhan obat yang masih ada disekitar rumah, dan ada juga yang di tanam dipekarangan. Obat yang digunakan ada obat dalam yang diminum dan obat luar 1 Ibu Cik Mas seorang Battra menyebut wahyu itu berasal dari “beliau” dan peneliti tidak bisa mengartikannya bahwa beliau yang dia sebut itu sebagai Tuhan 33 baik yang dimandikan dan di balurkan. Biasanya dalam setiap ramuan yang digunakan , ia selalu menambahkan bagian akar dari tumbuhan tersebut. Hal ini mengandung makna bahwa membuang penyakit itu harus dari akar-akarnya. Dan yang berbeda dari pengobatan beliau ini adalah dia selalu menambahkan madu dalam setiap resep obat yang diminum. 1.2. Suku Saling Suku saling juga salah satu suku asli sumatera selatan yang berdiam di sekitar daerah aliran Sungai Saling. Daerah adat mereka yang disebut Marga Saling, berada dalam wilayah Kecamatan Saling kabupaten Empat Lawang, Provinsi Sumatera Selatan. Tidak ada catatan yang pasti tentang jumlah warga masyarakat ini. Bahasa Saling termasuk kelompok bahasa Melayu, tetapi dengan dialek dan ciri-ciri yang khas Pemilihan suku saling sebagai obyek kajian tumbuhan obat ini adalah didasarkan dari informasi bahwa di daerah saling ini jaman dahulu masih terkenal menggunakan racun dari tumbuh-tumbuhan. Dari informasi tersebut maka diharapkan akan didapatkan pula banyak infomasi mengenai menggunaan tumbuhan untuk pengobatan. Ada beberapa Battra yang berhasil diwawancari sebagai narasumber (Tabel 4). Tabel 4. Data narasumber pengobat tradisional suku Saling No 65 2 Nurhimah (bu Nol) Jimat Ali Jenis Kelamin Permepuan 42 Laki-laki Ds. Taba 3 Ependi 55 Laki-Laki Ds. Taba 4 Hamdani 49 Laki-Laki Ds. Taba Pengobatan tradisional di suku Saling saat 1 Nama Umur (Thn) Alamat Ds. Taba Keterangan Banyak informasi tumbuhan obat Banyak pakai jampian Tahun 90-an mulai mengobati ini diposisikan sebagai pengobatan alternatif. Karena sebagian besar yang telah melakukan praktek pengobatan tradisional telah melakukan pengobatan medis terlebih dahulu. Mereka menyebutnya sebagai “Ubat Ula‟an” atau obat dusun. Seseorang yang sakit biasa telah melakukan pengobatan secara medis baik ke dokter maupun bidan terdekat tetapi sudah tidak sembuh maka mereka melanjutkan dengan pengobatan tradisional. Di daerah kajian yaitu di Desa Taba Kecamatan Saling, secara umum ada 2 macam Battra, yaitu Battra yang menggunakan obat 34 tradisional baik dari tumbuhan dan Battra yang tidak menggunakan tumbuhan sebagai obat tetapi menggunakan “terawangan” dan meditasi. Dari Battra yang menggunakan tumbuhan untuk pengobatan dapat diketahui beberapa jenis tumbuhan yang bisa digunakan untuk pengobatan penyakit khususnya degeneratif dan metabolik. Battra yang menggunakan tumbuhan sebagai obat biasanya mendapat bahan tanaman dari hutan dan lingkungan sekitarnya. Sama halnya dengan suku Daya, pengobatan disini juga menggunakan obat dari dalam dan luar, demikian juga dengan doa yang digunakan. Mereka mengistilahkan doa itu sebagai “bisikan”. Bisikan yang digunakan selalu diawali dengan bacaan Basmallah, mereka yakin bahwa segala macam penyakit dan penyembuhan itu berasal dari Tuhan dan pengobatan itu hanya caranya saja. Setelah membaca basmalah diteruskan dengan bisikan yang menggunakan bahasa Saling. 2. Pengobatan Tradisional Masyarakat Sekitar Taman Nasional Berbak Berdasarkan sejarah asal usulnya, masyarakat desa di sekitar kawasan TN Berbak dapat dibagi menjadi 2 tipe yaitu tipe desa yang dibangun secara mandiri oleh kelompok masyarakat pendatang tahun 1960-an yang sebagian besar berada di daerah pesisir dan desa yang dibangun secara mandiri oleh kelompok masyarkat asli sejak jaman penjajahan Belanda maupun sebelumnya yang berada di sekitar sungai dan daratan. Pada daerah pesisir, masyarakat didominasi oleh suku bugis sehingga kehidupan sosialnyapun banyak dipengaruhi oleh adat dan istiadat bugis. Sedangkan pada daerah sungai dan daratan didominasi oleh suku melayu Jambi dengan pola social dan adat istiadat melayunya. Masyarakat di daerah pesisir umumnya adalah petani dengan komoditas kelapa, pinang dan padi serat disela-sela kegiatan bertani mereka mencari ikan di laut dan muara sungai. Berbeda pada daerah sungai dan darat, komoditas utama pertanian mereka adalah tanaman semusim, seperti pada, jagung, kedelai dan umbi-umbian sedangkan komoditas tahunan hanya sebagai sampingan. Masyarakat di daerah sungai biasanya mengisi waktu luangnya sengan berbagai kegiatan, seperti mencari ikan, mencari burung, mencari kayu. Selain bertani, masyarakat di kedua daerah ini juga membangun rumah-rumah wallet bagi mereka yang mempunyai modal lebih besar. 35 2.1. Suku Melayu Jambi Suku melayu Jambi banyak tinggal di daerah sungai dan daratan. Lokasi yang menjadi focus penelitian adalah di sekitar Resort Simpang dan Resort Sungai Rambut BTN Berbak. Secara umum pengobatan tradisional orang melayu yang tinggal di sekitar TN Berbak ada 2 macam, yaitu pengobatan dengan menggunakan tumbuhan obat dan pengobatan yang hanya dengan menggunakan “jampi”. Ada beberapa pengobat tradisional (Battra) yang diwawancarai baik yang hanya menggunakan jampi maupun yang berbasis tumbuhan obat. Battra yang telah diwawancarai disajikan pada Tabel 5 berikut ini Tabel 5. Pengobat Tradisional Suku Melayu Jambi sekitar TN Berbak No Nama 1 Yakup Umur (Thn) 63 Suku Alamat Melayu Kel. Simpang 2 Sopyan 56 Melayu 3 Arba‟i 73 Melayu 4 Katemin 5 Muh. Yusuf 90-an Melayu 6 Jani 62 Melayu Jawa Keterangan Hanya menggunakan jampi, tidak banyak informasi mengenai tumbuhan obat yang digunakan Kel. Pengobatan berbasis Simpang tumbuhan obat Kel. Pengobatan berbasis Simpang tumbuhan obat Kel. Tukang urut, tidak Simpang menggunakan tumbuhan obat Ds. Telago Pengobatan berbasis Limo tumbuhan obat Ds. Sungai Pengobatan untuk anak Rambut dan ibu setelah melahirkan Status pengobatan tradisional pada masyarakat suku melayu di lokasi penelitian ini adalah sebagai pengobatan alternatif. Orang yang sakit biasanya selalu datang ke pengobatan medis terlebih dahulu baik ke bidan, mantri maupun ke dokter di puskesmas terdekat. Mengingat bahwa lokasi tersebut sudah ada puskesmas. Apabila pengobatan secara medis masih belum sembuh, baru beralih mendatangi para Battra untuk mendapatkan pengobatan secara tradisional. Para Battra biasanya mendapat pengetahuan pengobatan tradisional berasal dari orang tua atau nenek moyangnya. Orang melayu mengistilahkan “Berlayar sambil berdandan” yang berarti mereka mendapat pengetahuan 36 pengobatan “tanpa sengaja”. Sambil membantu oarng tuanya mengobati mereka mendapat pengetahuan. Pengobatan yang dilakukan oleh para Battra ada yang masuk akal ada juga yang tidak masuk pada logika peneliti karena lebih bersifat mistik. Peneliti lebih focus pada pengobatan yang masuk akal dengan menggunakan tumbuhan obat. Pada dasarnya masyarakat melayu adalah beragama Islam maka untuk melengkapi pengobatannya para Battra juga menggunakan do‟a-do‟a yang mereka sebut “Jampi” yang berasal dari Al-Quran dan juga bahasa Melayu. Jampian dimulai dengan membaca Basmallah terus sholawat Nabi dan suratsuart pendek dalam Al-Quran baru diikuti dengan jampian bahasa melayu. Mereka selalu percaya bahwa semua penyakit datangnya dari yang Maha Kuasa, pengobatan hanya merupakan cara untuk mendapatkan kesembuhan. 2.2. Suku Bugis Jambi Suku Bugis Jambi banyak tinggal di daerah dekat dengan pesisir dan muara sungai. Pengobatan tradisional orang Bugis Jambi ini merupakan pengobatan secara turun menurun yang dibawa langsung dari nenek moyang aslinya dari Bugis Sulawesi. Hanya sedikit nara sumber Battra yang yang masih ada di desa dan berhasil ditemui karena banyak yang sudah meninggal dan tidak ada penerusnya. Sama seperti di suku Melayu, pengobatan tradisional di suku Bugis juga merupakan pengobatan alternative karena sekarang sudah banyak pengobatan medis, jadi orang sakit terlebih dahulu berobat ke medis apabila tidak sembuh baru melakukan pengobatan altenatif baik yang berbasis tumbuhan obat maupun yang menggunakan mistis (jampian saja). Battra yang masih hidup sampai sekarang juga memposisikan pengobatan tradisional sebagai pengobatan alternative karena mereka juga kalau sakit berobat ke medis dahulu. Mereka menilai bahwa pengobatan tradisional khususnya yang menggunakan tumbuhan obat sudah kuno dan tidak efektif lagi karena sumber tumbuhannya sudah jarang dan kalaupun ada lokasinya di hutan yang jauh. Mereka lebih memillih melakukan pengobatan medis terlebih dahulu karena dekat dan mudah, tinggal datang ke bidan, mantri maupun dokter di puskesmas mereka langsung mendapatkan pengobatan. Beberapa Nara sumber Battra yang berhasil ditemui adalah sebagai berikut (Tabel 6). 37 Tabel 6. Pengobat Tradisional Suku Bugis Jambi sekitar TN Berbak No Nama 1 H. Tagik 2 Siti Aminah 56 (Nama Bugis: Dadda) H. Daeng 90 Pasambu 3 Umur (Thn) 80-an Suku Alamat Bugis Bone Bugis Bone Kel. Nipah Tidak banyak informasi Panjang 2 Kel. Nipah Lebih dikenal sebagai Panjang 2 Dukun Beranak, pengobatan berbasis tumbuhan obat Kel. Battra terkenal jaman Simpang dahulu tetapi kondisinya Datuk sudah agak pikun jadi tidak banyak informasi Bugis Wajo Sengkang Keterangan Dasar pengobatan masyarakat suku Bugis Jambi adalah secara Islam, karena mereka beragama islam. Sama halnya dengan orang melayu, orang Bugis juga mengistilahkan do‟a-do‟a untuk mengobati dengan sebutan “Jampi”. Jampi yang dibacakan saat mengobati diawali dengan membaca “Basmalah” terus surat pendak biasanya membaca surat Al-Kautsar terus dilanjut dengan jampian bahasa Bugis. Jampian dalam bahasa bugis biasanya didapatkan berasal dari mimpi. 3. Pengobatan Tradisional Masyarakat Suku Rejang dan Suku Lembak di Bengkulu Tengah 3.1. Suku Rejang Mayoritas Suku Rejang berada di kabupaten Rejang Lebong, kabupaten Kepahiang, kabupaten Bengkulu Utara, kabupaten Bengkulu Tengah, dan kabupaten Lebong. Suku ini mempunyai keyakinan dan ketaatan mereka terhadap adat-istiadat yang berlaku sejak dahulu kala. Karena mayoritas suku Rejang masih mempertahankan kebudayaan mereka, tidak heran jika hukum adat yang berupa denda dan cuci kampung masih dipertahankan hingga sekarang. Dikarenakan kesesuaian tradisi Rejang dengan ajaran Islam, suku Rejang telah mengubah kepercayaan terdahulu mereka ke ajaran agama Islam. Hingga saat ini, budaya mereka juga identik dengan nuansa Islam. Masyarakat suku rejang hidup dari pertanian di sawah dan ladang, mereka menanam padi, sayur-sayuran dan buah-buahan. Tanah mereka juga subur untuk kopi, teh, lada dan sebagainya. Dulu masyarakat ini lebih mengutamakan mata pencaharian pertanian perladangan terbang bakar dan berpindah-pindah. Pada zaman sekarang, sudah banyak putra-putri suku Rejang 38 telah menempuh pendidikan tinggi seperti ilmu pendidikan keguruan, ilmu kesehatan, ilmu hukum, ilmu ekonomi, sastra, dan lain-lain. Banyak yang telah menekuni profesi sebagai pegawai negeri, pejabat teras, dokter, pegawai swasta, pengacara, polisi, dan berbagai profesi yang memiliki kehormatan menurut masyarakat modern pada era sekarang ini. Terkait dengan pengobatan tradisional, suku Rejang saat ini menempatkan pengobatan tradisional sebagai pengobatan alternatif karena mereka sudah banyak menggunakan pengobatan medis. Pengobatan tradisional yang masih ada saat ini terbagi menjadi 2 macam, yaitu pengobatan dengan berbasis tumbuhan dan pengobatan hanya menggunakan air putih yang telah diberikan “bacaan” (do‟a). Dasar pengobatan tradisonal suku Rejang adalah secara Islam mengingat tradisi mereka semua bernuansa Islam. Doa yang diberikan saat pengobatan adalah Do‟a Nurbuat dilanjutkan Surat Al-Fatihah dan Sholawat Nabi baru dilanjutkan dengan bacaan menggunakan bahasa lokal. Pengetahuan mengenai pengobatan tradisional didapatkan secara turun temurun. Biasanya mereka mendapatkaan ilmu pengobatan berasal dari mimpi yang dikasih “punyang” (nenek moyang). Menurut salah satu nara sumber yang diwawancarai, dia menyebut pengobatan tradisional sebagai “Ubat Sudee” (Obat Dusun). Pengobatan yang berbasis tumbuhan secara umum ada 2 macam yaitu ramuan diminum dan ramuan yang dipakai untuk mandi. Penggunaan tumbuhan sebagai obat sudah mulai jarang seiring dengan semakin berkembangnya pengobatan medis. Selain itu keberadaan tumbuhan yang berkasiat sebagai obat sudah mulai sedikit dan jarang ditemukan disekitar kampung. Apabila mereka membutuhkan tumbuhan obat mereka mencari di hutan, kebun-kebun yang lokasinya jauh dari kampung. Sehingga ada beberapa jenis tumbuhan obat yang di kembangkan di kebun mereka. Ada petuah bijak yang didapatkan dari salah satu nara sumber terkait dengan sulitnya mencari tumbuhan obat ini, yaitu dengan pepatah “Naik tebing bungo kedarat, Tejuk Bungo Belatan putih, Biar badan sampai melarat, Asal dapat sekendak hati”. Untuk mendapatkan sesuatu yang dinginkan (tumbuhan obat) harus penuh perjuangan. Beberapa nara sumber yang berhasil diwawancarai disajikan pada Tabel 7 berikut. 39 Tabel 7. Pengobat Tradisional Suku Rejang di Bengkulu Tengah No Nama Umur (Thn) 50-an 1 Eli Armada 2 Herman Hamid 56 3 Lely Kusyanti 31 4 Raliyana 62 Suku Rejang Alamat Dusun Baru 1 Kec. Karang Tinggi Orang tua Ds. Penum campuran Kec. Taba besemah Penanjung dan lama tinggal di Rejang Rejang Ds. Penum Kec. Taba Penanjung Rejang Keterangan Hanya menggunakan jampi dan air Banyak menggunakan mistis ada sebagia yang berbasis tumbuhan obat Istri dari Pak Herman hamid yang telah banyak mengetahui banyak tentang pengobatan dengan menggunakan tumbuhan Ds. Rindu Hati Pengobatan berbasis Kec. Taba tumbuhan obat yang Penanjung merupakan penduduk asli setempat 3.2. Suku Lembak Suku bangsa Lembak berdiam di Kabupaten Bengkulu Utara, Kabupaten Rejang Lebong, Kabupaten Bengkulu Tengah dan Kotamadya Bengkulu. Jumlah populasinya sekitar 100.000 jiwa dan mungkin lebih. Suku Lembak adalah pemeluk agama Islam sehingga budayanya banyak bernuansakan Islam, disamping itu masih ada pengaruh dari kebudayaan lainnya. Dari sisi adatistiadat antara Melayu Bengkulu dan suku Lembak ada terdapat kesamaan sehingga secara garis besar, kebudayaan Melayu mendominasi kebudayaan suku Lembak. Mata pencaharian utama suku Lembak adalah sebagai petani sebagian lain bekerja sebagai pedagang, tukang kayu dan sebagainya. Pekerjaan bertani umumnya masih dikerjakan secara gotong-royong dan bermusim. Penelitian dilakukan di kabupaten Bengkulu Utara yang merupakan salah satu tempat tinggal masyarakat suku Lembak. Seperti halnya dengan suku Rejang, suku ini juga menempatkan pengobatan tradisional hanya sebagai pengobatan altenatif. Mereka lebih memilih pengobatan secara medis terlebih dahulu dalam penyembuhan penyakit dibandingkan dengan dengan pengobatan 40 tradisional. Pengobatan tradisional masyarakat yang ada sampai saat ini ada 2 macam, yaitu pengobatan yang berbasis tumbuhan dan pengobatan hanya menggunakan “Ucap” (do‟a) dengan media air. Ilmu pengobatan tradisional diperoleh secara turun temurun dari orang tua mereka. Biasanya mereka mendapatkan cara dan bahan pengobatan berasal dari mimpi dan ilham yang di dapatkan setelah berdoa setelah sembahyang (Sholat). Karena agama suku Lembak adalah Islam, maka pengobatan tradisional yang mereka jalankan saat ini adalah berdasarkan Islam. Dalam pelakukan pengobatan mereka selalu di awali dengan membaca Basmalah dilanjutkan dengan shahadat terus Ucap dengan bahasa setempat dan diakhiri dengan penutup. Adapun beberapa Nara sumber Battra yang berhasil ditemui adalah sebagai berikut Tabel 8. Pengobat Tradisional Suku Lembak di Bengkulu Tengah No Nama Suku Alamat Keterangan Supeni Umur (Thn) 865 1 Lembak Merupakan Imam masjid setempat. Pengobatan banyak menggunakan tumbuhan 2 Kasam 57 Lembak 3 Syamsuri 62 Lembak Ds. Baturaja Kec. Pondok Kubang Ds. Baturaja Kec. Pondok Kubang Ds. Baturaja Kec. Pondok Kubang Dikenal dengan pengobatan pake Uceup (jampi). Banyak informasi tumbuhan obat. 4. Obat Tradisional Masyarakat Melayu di Bangka Barat. Suku dan etnis penduduk Kabupaten Bangka Barat terdiri dari suku melayu, keturunan Tionghoa, Jawa, Arab Melayu, Palembang, Bugis dan Batak. Agama yang dipeluk oleh penduduk adalah Agama Islam (90.61 %), Budha (5.56 %), Kong Fu Cu (1,67 %), Kristen (1.56 %), Katholik (0,56 %) dan Hindu (0,03 %). Mata pencaharian penduduk tersebar di berbagai kegiatan perkebunan, pertanian, perikanan, kelautan, pertambangan, perdagangan barang dan jasa, serta pegawai negeri, BUMN dan swasta. Hasil pertanian masyarakat di kabupaten ini adalah Sahang (Lada), sebagian karet dan sawit. 41 Lokasi penelitian dipilih berdasarkan informasi dari Kepala KPHP Rambat Menduyung yaitu di kecamatan Teritip dan kecamatan Jebus. Di kedua daerah tersebut masih banyak masyarakat yang mengenal tumbuh-tumbuhan yang bermanfaat sebagai obat tradisional. Di kecamatan Simpang Teritip, penelitian difokuskan di desa Bukit Terak, Desa Kundi, dan desa Air Menduyung. Penduduk asli yang ada wilayah ini adalah Suku Melayu Jerieng yang beragama islam. Beberapa data narasumber disajikan dalam Tabel 9. Tabel 9. Nara Sumber yang diwawancarai di Kec. Simp. Teritip No Nama 1 Cik Aminah Umur (Thn) 67 2 Hendri 36 3 Saidi Asal) 4 Rohati (Ki 65 51 Suku Pendidikan Melayu Tidak Sekolah Melayu Jerieng Melayu Jerieng SMP Melayu Jerieng Tidak pernah Sekolah Yane Tidak Sekolah Keterangan Keturunan dari orang Yane belajar pengobatan dari mertuanya oaring Melayu Jerieng Anak ke-4 dari Cik Aminah Lebih dikenal sebagai pembuat gelas yang terbuat dari kayu Marpule (Pasak Bumi) Sering membantu proses melahirkan. Belajar dari ibu mertua seoarang Dukun Bayi kampong, sedangkan ilmu tentang pengobatan dari kakeknya Semua nara sumber yang diwawancarai, menggunakan tumbuhan sebagai dasar pengobatannya. Mereka menyebut pengobatan tradisional sebagai “Ubat Kampung”. Tumbuhan yang digunakan berasal dari kebun-kebun dan hutan yang ada disekitar desa mereka. Ada sebagian tumbuhan yang mulai dikembangkan disekitar rumah akan tetapi banyak yang mati karena kemarau panjang. Selain di kecamatan Simpang Teritip, penelitian juga dilakukan di kecamatan Jebus. Jebus adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Bangka Barat, Kepulauan Bangka Belitung. Kecamatan ini adalah salah satu kawasan produsen timah di Kepulauan Bangka Belitung. Ibukotanya adalah kota Jebus yang berjarak 60 km dari Muntok, ibukota kabupatenBangka Barat. Wilayah kecamatan jebus berbatasan langsung dengan wilayah Kecamatan Belinyu. Suku 42 bangsa yang mendiami Kecamatan Jebus adalah warga Melayu dan Tionghoa. Sektor ekonomi utamanya adalah pertanian, pertambangan dan perdagangan. Berdasarkan informasi dari Kepala KPH Rambat Menduyung kabupaten Bangka Barat, lokasi yang dipilih adalah desa Limbung, karena di desa ini masih banyak warga yang menggunakan tumbuhan sebagai dasar pengobatan. Ada beberapa nara sumber yang yang diwawancarai, disajikan dalam Table 10. Tabel 10. Nara Sumber yang diwawancarai di desa Limbung Kec. Jebus No Nama Suku Pendidikan Keterangan Halimah Umur (Thn) 76 1 Melayu Bangka Lulus SR 2 Juhri 44 Lulus SD 3 Ibu Rusia 53 4 Wahar 53 Melayu Bangka Melayu Bangka Melayu Bangka Sudah banyak lupa, karena pikun dan ilang penglihatan Banyak belajar dari orang tua Tidak Sekolah Tidak Sekolah Suami dari ibu Rusia Saat ini, pengobatan tradisional dengan berbasis tumbuhan sudah jarang lagi digunakan seiring dengan semakin berkembangnya pengobatan modern. Orang lebih dahulu melakukan pengobatan secara medis ke dokter, bidan ataupun ke pusat pelayanan kesehatan sebelum melakukan pengobatan tradisional menggunakan tumbuhan. Akan tetapi nari nara sumber yang diwawancarai menyebutkan bahwa apabila mereka sudah menggunakan pengobatan secara tradisional menggunakan tumbuhan obat maka jangan dicampur dengan obat yang laen. Demikian juga dengan ramuan tumbuhan obat yang sudah diberikan harus sesuai dengan petunjuk, jangan meracik dan mencampur sendiri, karena kalau tidak benar bisa keracunan. Dasar pengobatan tradisional adalah secara islami, karena mayoritas masyarakat di wilayah ini beragama Islam. Selain menggunakan ramuan-ramuan tumbuhan yang ada disekitar tempat tinggal mereka, pengobat juga memberikan do‟a-do‟a yang berasal dari ayat-ayat Al-Quran dan juga bahasa local setempat. Terkait dengan pengetahuan tentang tumbuhan yang berkasiat obat, masyarakat melayu yang ada di kabupaten Bangka Barat banyak yang mengetahui jenisjenisnya meskipun mereka sendiri sudah mulai jarang menggunakan karena keberadaan tumbuhan tersebut yang sudah mulai jarang. Pada dasarnya masyarakat kepulauan memang sangat terbuka dengan pada pendatang dan 43 masayrakt di luar wilayahnya. Sehingga selain nara sumber yang berhasil diwawancarai, sebagian masyarakat di wilayah ini juga sangat terbuka untuk berbagi pengetahuan mengenai jeni-jenis tumbuhan yang berkasiat obat. 5. Obat Tradisional Suku Lampung Pesisir Lokasi penelitian dipilih berdasarkan informasi dari Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Pesisir Barat yaitu di pekon (desa) Pahmungan kecamatan Pesisir Tengah-Krui dan dan pekon Sukaraja kecamatan Ulu Krui. Di kedua daerah tersebut masih banyak masyarakat yang mengenal tumbuhtumbuhan yang bermanfaat sebagai obat tradisional. Penduduk asli yang ada wilayah ini menyebut mereka adalah Suku Lampung Pesisir yang beragama islam. Suku Lampung Pesisir adalah masyarakat pendatang dari Muara Dua Sumatera Selatan, mereka mendatangi wilayah Pekon membuat satu perkampungan di sana pada tahun 1870. pada awal kedatangan mereka, hutan di wilayah Pekon masih asli. Untuk menunjang hidupnya, masyarakat membuka hutan untuk berkebun ladang dan menanam padi sawah, setelah itu sambil menunggu panen padi mereka menanam kopi, diselang dengan tanaman damar dan buah-buahan (durian, duku, petai, jengkol)(Forum Komunikasi Kehutanan Masyarakat (FKKM), 2002). Mengingat lokasi masyarakat yang dekat dengan hutan dan mereka jauh dari pusat kesehatan pada jaman dahulu, maka mereka banyak menngunakan tumbuhan untuk pengobatan berbagai macam penyakit. Sampai saat ini masih ada beberapa masyarakat khusunya generasi tua yang masih menggunakannya. Beberapa data narasumber yang dijadikan informan mengenai penggunaan tumbuhan sebagai obat disajikan dalam Tabel 11. Masyarakat Lampung Pesisir menyebut pengobatan tradisional sebagai “Ubat Dukun Kampung”. Tumbuhan yang digunakan berasal dari kebun-kebun campuran yang mereka sebut “Repong” dan hutan alam “Pulan” yang ada disekitar desa mereka. Pengetahuan mengenai jenis dan cara pengobatan yang menggunakan tumbuhan obat mereka dapatkan secara turun temurun dari orang tua mereka. Bagian tumbuhan yang mereka gunakan sebagaian besar besar adalah daun akan tetapi ada juga yang memakai batang, kulit kayu, buah dan bayit. Bayit merupakan bahasa lokal setempat untuk menyebutkan tumbuhan yang berhabitus Liana. 44 Tabel 11. Nara Sumber yang diwawancarai di Pekon Pahmungan dan Pekon Sukaraja No Nama 1 Sahyar Umur (Thn) 65 2 Irwansyah 42 3 Mad Rasyid 45 4 Johan Basri 67 5 M. Toyip - Asal Pendidikan Pekon Tidak Pahmungan Sekolah Pekon Pahmungan Pekon Pahmungan Pekon Sukaraja SMA Pekon Sukaraja - Tidak Lulus SD Tarbiyah Islamiyah Keterangan Seringan dijadikan narasumber untuk berbagai macam penelitian Anak dari Pak Sahyar Pendamping di lapangan Pengobat tradisional yang masih praktek sampai saat ini dari tahun 1975 Pendamping Lapangan Kondisi pengobatan tradisional dengan tumbuhan sekarang sudah mulai ditinggalkan karena semakin berkembangnya pengobatan sintetik. Masyarakat lebih memilih menggunakan pengobatan sintetik terlebih karena cepat dan mudah didapat. Akan tetapi apabila penyakit mereka tidak sembuh dengan obat modern maka mereka memilih pengobatan tradisional dengan tumbuhan obat. Secara umum cara pengobatan dengan tumbuhan obat oleh masyarakat ada 2 macam, yaitu obat dalam dengan cara diminum, dan obat luar yaitu dengan cara dimandikan dan di tempel. Jumlah daun ataupun buah yang digunkanan untuk mengobati penyakit biasanya ganjil (3,5,7,9), dan berdasarkan wawancara dengan narasumber mereka tidak dapat menjelaskan, mereka hanya mengikuti cara orang tua terdahulu. Selain menggunakan tumbuhan sebagai dasar pengobatan mereka juga melengkapi pengobatan mereka dengan do‟a yang mereka sebut “Memang”. Doa mereka berasal dari potongan ayat suci AlQuran dan bahasa lokal setempat. C. Uji Fitokimia Pengujian fitokimia dilakukan di Pusat Studi Biofarmaka IPB Bogor. Hasil uji fitokimia yang disajikan pada tabel berikut ini adalah jenis-jenis tumbuhan yang secara tradisional telah dimanfaatkan masyarakat dari berbagai suku di wilayah Provinsi Sumatera Selatan, Jambi dan Bengkulu. Hasil uji fitokimia dari jenis-jenis tumbuhan yang telah dimanfaatkan masyarakat dari berbagai suku di 45 wilayah Provinsi Bangka Belitung dan Lampung belum disajikan, karena sampai laporan ini dibuat masih dalam tahap pengujian di Pusat Studi Biofarmaka IPB, Bogor. Tabel 12. Hasil Uji Fitokimia Tumbuhan obat dari Provinsi Sumatera Selatan No. Nama lokal 1 1 2 Kembang sepatu/raya (bunga) -Pagar Dewa Kembang sepatu/raya (daun) --Taba Kembang sepatu (daun) – Sido makmur Kanidae -Taba Heling (kulit kayu) Ruk duruk (daun) -Tanjung lengkayap Gajah duduk – Tanjung lengkayap Belimbing wuluh (daun) – Tanjung lengkayap Sembilan lapis (akar) --Taba Angit-angit (daun) – Tanjung agung Angit-angit (daun) – Tanjung lengkayap Kertau (daun) – Tanjung agung Behau laut (daun) – Taba salung 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Kandungan senyawa Flavonoid Alkaloid Tanin Saponin Quinon Steroid Triterpenoid 3 + 4 - 5 +++ 6 ++ 7 - 8 +++ 9 - ++ - +++ + - +++ - + - +++ + - ++ - + - ++ + - +++ - + - +++ ++ - - + + - + + - +++ - + - ++ - - +++ - +++ - +++ +++ - +++ - +++ - ++ + - +++ - +++ - +++ +++ - +++ - + - +++ + - +++ - + - - + - ++ - + - + ++ - +++ - 46 1 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 2 Ketepeng (daun) – Tanjung lengkayap Tabu (klt kayu) – Tanjung lengkayap Kemuning (daun) – Tanjung lengkayap Serbebak (akar) – Tanjung lengkayap Pisang mas (daun) Tapal kuda (seluruh bag) – Tanjung agung Balik angin (daun) – Tanjung lengkayap Akar kuing (daun) – Tanjung lengkayap Jengkol (daun) – Taba Kula-kula pedang (daun) – Tanjung lengkayap Cempiring (daun) – Tanjung agung Pung kapung (daun) – Tanjung lengkayap Pung kapung/kapung (daun) -- Taba Salimundi (akar) – Taba Tebu limutan (daun) – Tanjung lengkayap 3 +++ 4 - 5 +++ 6 ++ 7 - 8 +++ 9 - - - +++ +++ - - + +++ - +++ ++ - +++ - + - - ++ - - ++ +++ - + ++ ++ - +++ + - ++ +++ - ++ - + - ++ + - +++ - - - +++ ++ - ++ - +++ - +++ +++ - ++ - ++ - ++ ++ - ++ - ++ - +++ +++ - ++ - ++ - +++ +++ - +++ - +++ - +++ +++ - +++ - + - + ++ - ++ - +++ - ++ ++ - +++ - 47 Tabel 13. Hasil Uji Fitokimia Tumbuhan Obat dari Provinsi Jambi No. Nama lokal 1 Kelulut (daun) Bungur (cbg) Bungur (daun) Temahang Pinang (akar gantung) Pecah beling Kelebuk (daun) Kelebuk (buah) Piandang (daun) Piandang (kayu) Piandang (klt btg) Sakkak (tangkai) Sakkak (daun) Sakkak (tanduk btg) Pung kapung (daun) Amplas kijang (daun) Ampalas kijang (btg) Akar kecapi (daun) Sembung nyawa Bintaro Asam susur Puding hati 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 Kandungan senyawa Flavonoid Alkaloid Tanin Saponin Quinon Steroid Triterpenoid ++ - - + - +++ - +++ +++ - +++ +++ + +++ - ++ +++ - +++ ++ - +++ ++ + ++ - +++ ++ - +++ ++ - +++ +++ +++ +++ - +++ +++ - +++ - +++ ++ - + ++ + - - ++ - +++ - +++ - + + - ++ - ++ - - ++ - - + - - - ++ - - + +++ - ++ +++ - +++ - +++ - +++ ++ - +++ + +++ - +++ +++ - +++ - ++ - +++ ++ - +++ - - - + ++ - ++ - ++ - +++ + - +++ - +++ - +++ +++ - + - ++ ++ +++ - ++ +++ +++ +++ ++ +++ - +++ +++ ++ ++ 48 Tabel 14. Hasil Uji Fitokimia Tumbuhan Obat dari Provinsi Bengkulu No. Nama lokal 1 1 2 Sebebew (daun) – Rindu hati Buluh betung (daun) – Batu raja Puding abang (daun) – Rindu hati Ukam gajah (daun) – Batu raja Pung kapung (daun) – Rindu hati Tebu (batang) – Penum taba penanjung Tebu (daun) – Penum taba penanjung Bungo merah (seluruh bgn) – Rindu hati Saloloe (kulit) – Batu raja Saloloe (daun) – Batu raja Saloloe (kayu) – Batu raja Selada darat (seluruh bgn) – Rindu hati Cabe mesang (daun) – Rindu hati 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Kandungan senyawa Flavonoid 3 Alkaloid 4 Tanin 5 Saponin 6 Quinon 7 Steroid 8 Triterpenoid 9 +++ - +++ +++ - +++ - ++ - + +++ - +++ - +++ - +++ +++ - +++ - +++ - +++ +++ - ++ - +++ - +++ +++ - +++ - - - - + - + + +++ - ++ +++ - ++ - +++ - ++ +++ - +++ - +++ - +++ +++ ++ + ++ +++ - +++ +++ - ++ + ++ - ++ +++ - - + ++ - ++ ++ - ++ + +++ - +++ +++ - +++ - 49 1 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 2 Dukut sembuo – Rindu hati Rembigo (daun) – Rindu hati Laketau (daun) – Batu raja Kiyo serai (daun) – Rindu hati Kayu belalang (daun) – Batu raja Amplas kijang (daun) – Rindu hati Amplas kijang (btg) – Rindu hati Kijo biing kuning (kayu) – Rindu hati Prokale/hun ji merah (daun) – Batu raja Kedu-uk (daun) – Penum taba penanjung 3 ++ 4 - 5 - 6 +++ 7 - 8 ++ 9 - +++ - + +++ - +++ - +++ - +++ + - ++ - +++ - +++ +++ - +++ - +++ - +++ +++ - +++ - +++ - +++ +++ - +++ - ++ - +++ ++ - ++ + ++ - + ++ - ++ - +++ - +++ +++ - +++ - +++ - +++ ++ - ++ - Tabel 12, 13 dan 14 menunjukkan bahwa potensi jenis-jenis tumbuhan obat yang terdapat di sub region Sumatera Bagian Selatan (Sumatera Sealatan, Jambi dan Bengkulu) sangat besar untuk dikembangkan sebagai obat herbal dan pasar obat herbal untuk penyakit degeneratif metabolik. Hal ini terlihat dari tingginya kandungan tanin, saponin dan flavonoid pada sebagian besar jenis tumbuhan yang diperoleh dari lokasi penelitian. Tanin merupakan adalah senyawa polifenol yang memiliki berat molekul cukup tinggi (lebih dari 1000) dan dapat membentuk kompleks dengan protein. Tanin terdapat luas dalam tumbuhan berpembuluh, dalam angoispermae terdapat khusus dalam jaringan kayu. Tanin memiliki aktivitas bilogis yang kompleks, diantaranya untuk pengobatan penyakit metabolik (Harborne, 1987). Hasil penelitian Kakuda et al. 50 (1996) dan Hayashi et al. (2002) dalam Puspitasari (2014) menunjukkan adanya kandungan tanin atau ellagitanin (tanin terhidrolisis) pada tanaman bungur yang berfungsi menurunkan kadar gula dalam darah, menurunkan tekanan darah dan dapat menurunkan kolesterol pada mencit dan manusia. Hal ini juga mengindikasikan bahwa pemanfaatan jenis-jenis tumbuhan obat tersebut oleh masyarakat lokal memang karena potensi kandungan bahan aktifnya sebagai obat bukan karena sugesti, oleh karena itu pamanfaatan jenisjenis tumbuhan tersebut sampai saat ini masih digunakan. Beberapa dari jenisjenis tumbuhan obat tersebut merupakan jenis-jenis tumbuhan obat yang sudah dikenal dan banyak dimanfaatkan masyarakat secara luas dan hasil-hasil penelitian terhadap potensinya sebagai obat penyakit degeneratif metabolik sudah banyak dipublikasikan. Contoh jenis-jenis tersebut diantaranya adalah bungur, kemuning, belimbing wuluh, sambung nyawa, puding abang, pecah beling dan keduuk. Bungur (Lagerstroemia speciosa), merupakan tumbuhan dari kelompok famili Myrtales yang mempunyai khasiat sebagai antidiabektika, yang dapat menurunkan kadar gula dalam darah dan menurunkan kadar kolesterol pada mencit dan manusia (Puspitasari, 2014). Hasil uji fitokimia menunjukkan dalam daun bungur terkandung senyawa kimia tanin, flavonoid dan (Dalimartha, 2003). Hasil studi ekstrak etanol daun kemuning saponin (Murraya paniculata) pada tikus diabetes yang diinduksikan menunjukkan penurunan yang nyata terhadap glukosa darah, kolesterol dan trigliseride darah (Avilia, 2014). Hasil uji fitokimia menunjukkan adanya kandungan senyawa aktif tanin, saponin, flavonoid, alkaloid dan glikosida pada daun kemuning. Ekstrak daun kemuning juga bisa berfungsi sebagai anti rematik. Sebagian besar dari jenis-jenis yang diperoleh dari sub region Sumatera Bagian Selatan ini diduga belum banyak dikenal oleh masyarakat secara luas, misalnya kayu saloloe, kio/kayu serai, kayu belalang dan ampleas kijang. Oleh karena itu jenis-jenis tumbuhan obat potensial tersebut yang akan diprioritaskan untuk diteliti dan dikembangkan lebih lanjut terhadap potensi, budidaya dan pasarnya. 51 D. Koleksi Tumbuhan Berkhasiat Obat Untuk Penyakit Degeneratif dan Metabolik (TODM) Prioritas Pengambilan sampel tanaman TODM telah dillakukan pada masing-masing lokasi survey sebagai bahan koleksi jenis TODM. Sampel tanaman yang diambil dari kegiatan ini berupa tanaman lengkap (anakan), buah, biji, umbi, batang dan cabang. Bentuk tanaman yang paling banyak diambil adalah dalam bentuk tanaman lengkap (anakan), umbi, batang dan cabang yang bisa digunakan sebagai bahan stek batang atau stek cabang atau stek pucuk. Sampel tanaman dalam bentuk tanaman lengkap (anakan) ataupun dalam bentuk umbi (seperti tanaman empon-empon) langsung dilakukan penanaman dalam polybag berukuran besar. Sedangkan stek batang atau stek cabang/pucuk ditanam dahulu di dalam sungkup sampai tanaman berakar. Setelah tanaman membentuk perakaran dan hidup, langsung dipindahkan dalam polybag besar. Penanaman dalam polybag besar ditujukan agar tanaman dapat tumbuh dan berkembang dengan baik dan mampu dengan cepat untuk memproduksi bagianbagian tanaman sebagai bahan perbanyakan. Saat ini jumlah koleksi jenis yang ada di persemaian berjumlah 41 jenis dengan jumlah tanaman sebanyak 238 bibit yang sebagian besar diperoleh dari perbanyakan umbi dan cabutan (anakan). V. KESIMPULAN 1. Ada sebanyak 238 jenis tumbuhan obat untuk bergam penyakit degeneratif metabolik yang ditemukan di lima wilayah Provinsi di Sumatera Bagian Selatan, yaitu Jambi, Bengkulu, Bangka Belitung dan Lampung. 2. Pengetahuan lokal dan kearifan tentang pengobatan yang berbasisi tumbuhan diperoleh battra (pengobat tradisional) dari turun temurun dan mimpi yang disebut wahyu. 3. Saat ini posisi pengobatan tradisional adalah sebagai pengobatan alternatif, yang dilakukankan dengan 2 cara pengobatan, yaitu untuk obat dalam dan obat luar berupa mandian, yang biasanya diawali dengan membaca Basmalah dan ditambah jampi yang berasal dari ayat-ayat AlQuran dan bahasa lokal 52 4. Potensi tumbuhan obat yang terdapat di lima wilayah Provinsi di Sumbagsel sangat besar untuk dikembangkan sebagai bahan baku obat herbal 5. Sampai saat ini jumlah jenis tumbuhan obat yang terkoleksi sebanyak 41 jenis dengan jumlah tanaman sebanyak 238 bibit, yang sebagian besar diperoleh melalui cabutan (anakan). DAFTAR PUSTAKA Asmaliyah, N. Herdiana, E.E. Hadi dan I.Muslimim. 2009. Potensi Biofarmaka Di Sumatera Selatan. Laporan Hasil Penelitian Program Insentif Riset Dasar Tahun I (2009) Balai Penelitian Kehutanan Palembang. Asmaliyah, N. Herdiana, E.E. Hadi dan I.Muslimim. 2010. Potensi Biofarmaka Di Sumatera Selatan. Laporan Hasil Penelitian Program Insentif Riset Dasar Tahun II (2010) Balai Penelitian Kehutanan Palembang Avilia, K.R. 2014. Efek ekstrak etanol daun kemuning (Murray paniculata (L).Jack terhadap kadar trigliserida tikus wistar jantan. www.repository.maranatha.edu. Tanggal akses 19 Desember 2015. Evans, L.T. 1996. Crops Evolution, Adaptation, and Yield. Combridge Univ. Press. Forum Komunikasi Kehutanan Masyarakat. 2002. Studi Kolaborasi: PengelolaanRepong Damar Krui – Lampung Barat, Bandar Lampung: Syafa‟at Advertising bekerjasama dengan Forum Komunikasi Kehutanan Masyarakat (FKKM) Harborne, J.B. 1987. Metode fitokimia. Institut Teknologi Bandung. Bandung. Hartati, S. 2011. Gulma dan Rempah Berkhasiat Obat. PT. Penerbit IPB Press. Hadi, E.E.W. 2013. Tumbuhan Bawah Dominan Penghasil Bahan Obat Herbal Pada Sistem Agroforestri. Tesis. Program Pasca Sarjana Fakulats Kehutanan UGM, Yogyakarta. Hariyadi B. 2011. Obat Rajo Obat Ditawar : Tumbuhan Obat dan Pengobatan Tradisional Masyarakat Serampas – Jambi. Biospecies 4(2): 29 – 34. Makalalag, A. 2011. Skrining Fitokimia dan Uji Toksisitas Akut Ekstrak Etanol Daun Turi (Sesbania Grandiflora Pers). [Sripsi]. UNSRAT, Manado.2011 Pullin, R.S.V. 1994. Exotic Species and Genetically Modified Organisms in Aquaculture and Enchanced Fisheries : ICLARM‟s Position. NAGA, the ICLARM Quarterly. 17(4): 19 – 24. 53 Puspitasari, I. 2014. Potensi bungur sebagai herbal antidiaktika. Tribun Yoga, 23 November 2014. www.farmasi.ugm.ac.id. Tanggal akses 19 Desember 2015. Pramono, E. 2002. Perkembangan dan prospek industri obat tradisional Indonesia. Prosiding Seminar Nasional “TUMBUHAN OBAT INDONESIA XXI” tanggal 27 – 28 Maret 2002. Fakultas Farmasi Universitas Surabaya. Surabaya. Pramono, E dan S. Katno. 2002. Tingkat manfaat dan keamanan tanaman obat dan obat tradisional. Balai Penelitian Tanaman Obat Tawangmangu, Fakultas Farmasi, UGM. Pujiasmanto, B. 2009. Strategi pengembangan budidaya tumbuhan obat dalam menunjang pertanian berkelanjutan. Pidato Pengukuhan Guru Besar Ilmu Agronomi Fakultas Pertanian UNS-Surakarta. Di akses tanggal 13 Januari 2015. Rimbawan dan A. Siagian. 2004. Indeks Glikemik Pangan, Cara mudah memilih pangan yang menyehatkan. Penebar Swadaya, jakarta. Sangi, M.; Runtuwene, M.R.J.; Simbala, H.E.I. dan Makang, V.M.A. Analisis Fitokimia Tumbuhan Obat di Kabupaten Minahasa Utara.Chemistry Progress, 47-53. 54 Lampiran 1. Jenis Tumbuhan Yang Telah Dimanfaatkan Oleh Masyarakat Sebagai Obat Degeneratif Metabolik Pada Setiap Lokasi Penelitian Di wilayah Sumatera Bagian Selatan Lokasi : Provinsi Sumatera Selatan Species Allium sativum 4 Alliaceae 5 Herba Bagian yang digunakan 6 Umbi Belimbing tunjuk/wuluh Averrhoa bilimbi Oxsalidaceae Pohon Daun Darah tinggi 3. Balik angin Pipturus sp. Urticaceae Pohon Daun Rematik, Asam urat 4. Kula-kula pedang/simbar Gajah duduk Asplenium nidus Filicea/ Polypodiaceae Leguminoceae Herba menempel Herba Daun Rematik, asam urat Rematik, asam urat Rematik, asam urat No. 1 1. Lokal 2 Bawang putih 2. 5. Famili Ilmiah 3 Crotalaria incana Habitus L. 6. Cimurai Herba menjalar Seluruh bgn tanaman Daun Penyakit 7 Darah tinggi, jantung Cara Pengelolaan 8 Langsung dimakan, sebaiknya dimakan sebelum makan: Dosis 1 siung sekali makan, intensitas 3 kali/hari. Sebelum dimakan dijampi dulu Daun direbus sampai mendidih, kemudian air rebusan diminum dan dimandikan Daun balik angin dicampur daun kula2, daun gajah duduk, daun cimurai masing2 1 lembar direbus dengan air. Kemudian airnya diminum sedikit, sisanya dimandikan. Dosis 1-2 kali/hari selama 3 hari (diminum). Untuk dimadikan ditambah 1 lembar daun belimbing wuluh + beras (3 butir) Idem Nara Sumber 9 Cik Mas (Pengobat tradisional) Idem Idem 55 1 7. 2 Manggis 8. Gerunggang 9. Akar tebas kuing Ketepeng 10. 11. Akar sipik 12. Pinang batang 3 4 Clusiaceae 5 Pohon 6 Kulit buah 7 Diabetes Rubiaceae Pohon Kulit batang Lever, sakit kuning Akar Senna alata/ Cassia alata Fabaceae Semak menjalar Perdu Lever, sakit kuning Magh, lambung Tetracera sp. Dilleniaceae Semak menjalar Batang Batu ginjal, kencing batu Areca catechu Arecaceae Pohon Buah Ambeian Garcinia mangostana Pertusadina eurhynca Daun 8 Kulit manggis dicampur sarang semut direbus sampai mendidih kemudian airnya diminum Kulit batang gerunggang dicampur akar tebas kuing yang sebelum direbus dipukul dulu sampai keluar warna kuning, kemudian air rebusannya diminum Idem 9 Daun ketepeng kering/segar sebanyak 7 lembar direbus, kemudian airnya diminum atau dipepes (daun muda) kemudian dimakan. Dosis 1-3 kali/hari selama 1-3 hari Batang ditetep/dipotong sore hari, airnya ditampung dalam botol, pagi harinya diambil dan langsung diminum. Dosis 1 botol aqua bisa diminum 1 kali atau untuk beberapa kali dan sebelum diminum dijampi dulu Buah pinang sebanyak 3 buah dibelah, diambil isinya, dicampur dengan batang serbabak direbus dgn air sampai mendidih, kemudian airnya diminum 56 1 13. 14. 2 Akar serbabak/akar sebakbak Kemuning 3 4 Leguminosae 5 Semak menjalar 6 Batang 7 Ambeian Murraya paniculata Rutaceae Pohon Daun Asma, sesak nafas 15. Sirih Piper betle Piperaceae Herba menjalar Air batang Asma, sesak nafas 16. Jahe merah Zingiber officinale Zingiberaceae Semak Umbi/ rimpang Stroke 17. Jeringau Acorus calamus Zingiberacea Terna stroke 18. Bangle Zingiber cossumunar Zingiberaceae Semak Stroke Idem 19. Kertau Malvaceae Pohon Umbi/ rimpang Umbi/ rimpang Daun Daun kemuning ditambah daun pinang direbus + beras, kmdn air rebusannya diminum Batang sirih ditetep sore hari kemudian airnya ditampung dalam botol aqua, pagi harinya diambil dan airnya langsung diminum. Sebelum diminum airnya dijampi dulu Umbi jahe merah, jeringau, banglei diparut, dimasak dengan minyak sedikit, kemudian diparamkan kebagian yg sakit. Sebelum diparamkan dijampi dulu. Dosis setiap hari. Selain diparamkan bisa juga untuk urut Idem Darah tinggi Daun kertau sebanyak 1 genggam ditambah 1,5 gelas air direbus sampai airnya 1 gelas ± 10-15 menit, air rebusannya lalu diminum. Dosis 1 kali/hari. Setelah 1 jam diminum lihat dulu hasilnya/perubahannya. Kalau sdh turun hentikan. Spatholobus ferrugianus 8 Idem 9 Tarmiji 57 1 20. 2 Kembang darah tinggi Widelia biflora 3 4 Compositae 5 Herba 6 Bunga 7 Darah tinggi 21. Wortel Daucus carota Apiaceae Terna Buah Jantung, angin duduk 22. Tapal Kuda Centella Umbelliferae/ Apiaceae Terna/ Herba Seluruh bgn tanaman Rematik, asam urat L. Urban asiatica 8 3 buah bunga kembang darah tinggi langsung dimakan. Sebelum dimakan, minum air putih dulu. Doanya membaca basmalah, Al-Fatihah, Sholawat nabi Buah wortel sebanyak 3 ons diparut, kmd diperas, airnya minimal ¾ gelas ditambah madu 2 sendok makan, kemudian diminum setelah bagun tidur pagi sebelum gosok gigi selama 7 hari (1 minggu) Tapal kuda (1 genggam), daun sambiloto 7 lembar, akar pasak bumi 1 ruas jari dan 1 buah perlako direbus dengan 1,5 gelas air. Stlh air tinggal 1 gelas diangkat dan diminum (untuk rematik ringan). Untuk rematik berat, utk mandian yaitu daun jeruk nipis sebanyak 1 genggam + batang lada yang menjalar ditanah sebanyak 3 batang (panjang ± 40cm) + kayu busuk (bandotan) 3 rumpun + jabung besar (umbi batang) 1 buah (± 2 liter air) direbus sore hari, pagi baru digunakan dalam keadaan hangat2 kuku kaki direndam dan dibalurkan kebgn yang sakit 9 58 1 23. 2 Sambiloto 24. Pasak bumi 25. Perlako/ Kapulaga Ruk duruk/ Senduduk 26. 27. Kayu Heling 28. Kayu Lampas/ Tembesu 3 Andrographis paniculata Eurycoma longifolia Amomum sp. Melastoma malabatrichum Fagraea fragrans 4 Acanthaceae Simaroubaceae 5 Terna tegak Pohon Zingiberaceae Semak Melastomaceae Perdu Loganiaceae 6 Daun Akar Umbi/ rimpang Akar 7 Rematik, asam urat Rematik, asam urat Rematik, asam urat Ambeian Pohon Kulit ari bgn dalam Ambeian Pohon Daun Kencing manis 8 Idem 9 Idem Idem Akar senduduk sebanyak 1 genggam direbus dengan air sebanyak 4 gelas, direbus sampai menurun 3 gelas, kmdn diminum pagi, siang dan sore hari masing-masing 1 gelas (untuk obat dalam) Utk obat luar: kulit batang luar dikelupas, kerok kulit ari sebanyak 1 sendok makan, ditaruh dikain, kmd diikatkan ke bgn kasir. Digunakan malam hari. Pantangan: jgn makan terong, makan pedas, minyak, daging, ikan laut/asin Daun lampas 1 genggam direbus dalam air sebanyak 4 liter. Direbus sampai menjadi 3 gelas. Diminum 3 kali/hari (pagi, siang, sore) msg2 1 gelas. Akan lebih baik kalau ditambah batang dan akar lampas sedikit 59 1 29. 2 Kecubung Datura metel 30. 3 4 Solanaceae 5 Perdu 6 Bunga 7 Asma, sesak nafas Kumis kucing Orthosiphon aristatus Lamiaceae/ Labiatae Terna tegak Seluruh bgn tanaman Batu ginjal, kencing batu 31. Keji baling Strobilanthus crispus Acanthaceae Semak Seluruh bgn tanaman 32. Tomat ceper/ Tomat dusun Lycopersicum sp. Solanaceae Herba Buah Batu ginjal, kencing manis Sakit kuning 33. Bambu kuning Bambusa sp. Graminae Pohon Anakan/ rebung Sakit kuning 8 Bunga sebanyak 5 kuntum (utk anak2) dan 7 kuntum (dewasa) + air hangat kuku sebanyak ¾ gelas, diremas + madu (2 sendok makan), kmd diminum. Utk obat luar/balur: daun sirih diusap2 dikasih minyak kayu putih , kmd ditempelkan kebagn yg sakit. Pantangan: jgn makan es, jgn kena air hujan Slrh bgn tanaman kumis kucing, keji beling, tapal kuda (1 genggam), daun sambiloto (12 lembar), akar pasak bumi (sebesar ibu jari) direbus dgn air (4 gelas), dididihkan (3 gelas), diangkat, diminum utk 3 kali minum (pagi, siang, sore) msg2 1 gelas. Waktu diminum dapat dicampur dgn madu 2 sendok makan Idem 9 Sebanyak 7 buah tomat lokal dimakan langsung selama ± 1 minggu Rebung direbus dengan air ± 11,5 gelas diminum per hari 60 1 34. 2 3 Delima Punica spp. 35. Penyambung nyawa Gynura procumbens 36. Peladang merah/Dang radang Coleus scutellarioides L. 4 Lythraceae 5 Perdu Buah 6 Asteraceae Herba Daun Sakit pinggang Labiatae/ Lamiaceae Terna Daun Semak menjalar Akar Ambeian, disentri, berak2, sariawan Sakit kuning, lever Sakit kuning Benth 37. Akar kuing 38. Jinten hitam Nigella sativa Rununculaceae Terna Buah/biji 39. Gadung Dioscorea sp. Dioscoreceae 40. Kapuk randu Ceiba pentandra Malvaceae Herba menjalar Pohon Umbi/ rimpang Daun 7 Kolesterol Sakit kuning Sakit kuning, lever 8 1 buah delima besar atau 3 buah delima kecil yang sudah tua tp belum matang (slrh bgn buah) di jus, kmd diminum. Dosis: 1 kali/hari selama 7 minggu 7 lembar daun penyambung nyawa dimasukkan/dicelupkan kedalam gelas yang ada airnya, kmd airnya diminum, daunnya dimakan Daun peladang merah sebanyak 1 genggam direbus dalam air (2 gelas), dimasak dan setelah tersisa 1 gelas, diminum Akar kuning direbus, diminum dan dioelskan keseluruh tubuh 9 Gimbarudin Jinten hitam dan umbi gadung ditumbuk halus, kemudian dioleskan keseluruh tubuh pada waktu malam hari utk mengeluarkan keringat Idem 7 tangkai daun kapuk randu (1 genggam) ditumbuk mhalus, kmd dioleskan keseluruh tubuh 61 1 41. 2 Bemban burung 42. Gundang seru Akar 43. Dadap tergantung Kayu siamang Akar Loranthus sp. 47. Bemban burung akar Benalu dirambutan Bulu abang Daun akar Daun kecil Akar 48. Lada Piper ningrum 44. 45. 46. 3 Donax canniformis 4 Maranthaceae 5 Terna 6 7 Kencing manis Akar Kulit kayu Loranthaceae Piperaceae Perdu Biji dan yg Kencing manis Kencing manis Kencing manis Kencing manis Kencing manis Kencing manis Asam urat 8 Akar (bemban burung, gundang seru, dadap tergantung), kulit kayu siamang, daun dan akar bemban burung akar, daun benalu yg kecil, akar bulu abang dibakar , ditumbuk, kmd dibalurkan keseluruh tubuh. Utk diminum: Semua bahan direbus + pati laos + gula merah + jintan hitam Idem 9 idem Idem Idem Idem idem 40 biji atau sebanyak 1 sendok teh + 1 telur kuning ayam kampung + 1 sendok makan manis madu + 1 genggam beras + 2 buah kencur diminum 1 hari sekali sebanyak 1 gelas. Untuk ditempel: 62 1 49. 2 Lidah buaya 50. Sedingin 51. 52. 3 4 Liliaceae 5 Semak Daun Crassulaceae Semak Daun Cabe Kalanchoe pinnata L. Capsicum spp. Solanaceae Terna Daun Kates Carica papaya caricaceae Perdu Buah Aloe vera 6 7 Asam urat Pendingin jantung/Paru2 Asam urat Lambung, magh Sesak nafas 53. Asam jawa Tamarindus indica L. Caesalpinaceae/ Leguminosae Pohon Buah Ginjal Sesak nafas 54. Pisang Musa sp. Musaceae Semak Buah Sesak nafas 8 1 lembar daun lidah buaya dan 1 lembar daun sedingin + kapur sirih + garam sebuku), ditumbuk kemudian ditempelkan di tempat yg bengkak Idem 9 7 pucuk daun cabe dihaluskan, kmd ditempelkan kebagian yg sakit pada malam hari sebelum tidur Buah kates muda diparut, kmd diperas sampai 1 gelas. Lalu diminum utk 3 kali Buah kates dikasih air 1 gelas, lalu diminum. Sebelum diminum dijampi dulu Asam jawa seharga 500 rupiah dikasih air 1 gelas, lalu diminum. Sebelum diminum dijampi dulu Asam jawa seharga 500 rupiah + 1 buah kates muda + 3 buah pisang, ditumbuk dihaluskan, diremas, disaring dimasukkan dalam 1 gelas air untuk diminum 3 kali/hari (pagi, siang, sore) Idem Jimat dan Nur himah 63 1 55, 2 Kelapa muda 56. Kenidae 57. Tuba api 58. Boding abang 59. Setati 60. Bunga kembang raya Akar sembilan lapis 61. 3 Cocos nucifera Bridelia tomentosa Blume 4 Euphorbiaceae Graptophyllum pictum Wedelia montana Acanthaceae Hibiscus sinensis Malvaceae Bl. rosa 5 Pohon 6 Air kelapa 7 Gejala ginjal Pohon Daun Sakit kuning Daun Lever, magh kembung Daun Lever, magh, kembung Lever, magh, kembung Lever, magh, kembung Ambeian, kencing darah Perdu Compositae Daun Perdu Daun Perdu Akar dan pucuk daun 8 Air kelapa diminum, sebelumnya dijampi dulu. Dosis:1 kelapa muda untuk 3 kali minum (pagi, siang, sore) Daun kenidae 1 genggam + air 2 gelas, direbus jadi 1 gelas, lalu diminum utk 2-3 kali. Selain utk diminum juga bisa sbg obat tetes mata Daun (tuba api, boding abang, setati, kembang raya) dicincang, dihaluskan + kapur sirih, lalu ditempelkan di bgn yg sakit. Setelah itu dikunci sebagai ucapan terima kasih, tujuannya agar penyakitnya tidak kambuh lagi Idem 9 Idem Idem Akar sembilan lapis direndam dalam air sebanyak 1 gelas, kemudian diminum untuk 3 kali 64 1 62. 2 Mengkudu 3 Morinda citrifolia 4 Rubiaceae 5 Pohon Pohon Daun Lever, nafas sesak Lever, nafas Lever, nafas sesak 8 24 buah dan daun mengkudu dicampur dalam air sebanyak 2 gelas, direbus jadi 1 gelas, lalu diminum. Dosis: 1 gelas/hari selama 3 hari Daun (kapung, jengkol, kabay, medang tanduk) dicincang + tanah pematang tebat (pembatas sawah) ditempelkan kebagian yg sakit Idem sesak Idem sesak idem L. 63. Kapung 64. jengkol 65. Kabau 66. Medang tanduk Nangka 67. 68. Jeruk limau urut/jeruk purut 6 Buah daun dan 7 Darah tinggi Pithecolobium lobatum Archidendron microcarpum Benth. Alseodapne sp. Leguminosae/ Fabaceae Fabaceae Pohon Daun Pohon Daun Lauraceae Pohon Daun Artocarpus integra Merr. Moraceae Pohon Pucuk daun Lever, nafas Ginjal Citrus hystrix Rutaceae Perdu Pucuk daun Darah tinggi 9 7-9 pucuk daun nagka diremas + grama secukupnya, lalu dibalurkan kebagian pinggang yg sakit. Pantangan: jgn makan tempoyak 7-9 pucuk daun jeruk purut direbus pada malam hari, kemudian dimandikan pada pagi harinya 65 1 69. Kunyit 2 Curcuma domestica val. 3 70. Serai Cymbopogon citratus 4 Zingiberaceae 5 Semak Umbi 6 Poaceae Graminae Batang 7 Kencing manis Asam urat, rematik 8 Kunyit sebesar 1 jari diparut, diperas + setetes madu, kmd diminum. Pantangan: jgn makan penyedap rasa, jgn makan nanas Serai sebanyak 3 buah ditutus, dibakar dan masih angat2 kuku ditempelkan di bagian yg sakit/bengkak 9 66 Lokasi : Provinsi Jambi Species No. 1 1. Lokal 2 Brotowali 2. Sambiloto 3. Kencur 4. 5. Famili Ilmiah 3 Habitus Bagian yang digunakan 6 Batang 4 Menispermeaceae 5 Semak, terna tegak Andrographis panniculata Kaempferia galanga L. Acanthaceae Daun Zingiberaceae Terna tegak Semak Jeringau Acorus L. Araceae Terna Rimpang Bangle Zingiber purpureum Roxb. Zingiberaceae Herba Rimpang Tinospora tuberculata L.B calamus Rimpang Penyakit 7 Kencing manis Kencing manis Rematik, asam urat, ngilu2 Rematik, asam urat, ngilu2 Rematik, asam urat, ngilu2 Cara Pengelolaan 8 3 lembar daun sambiloti dan 1 jari brotowali dipotong2, direbus dgn air 6 gelas, dimasak jadi 5,5 gelas, dinginkan, kmd minum sebanyak ½ gelas dan intensitas 2 kali sehari (pagi dan malam) sampai 15 hari Nara Sumber 9 Pak Sofyan Idem 1 kelingking kencur, jeringau, bangle + beras (1/3 gelas yg sudah direndam), digiling diatas bangku/batu gilingan sampai halus + air jampea (dipuasai) kmd dioleskan/dibalurkan ke bgn yg sakit. Utk diminum: 3 lembar daun sirih direbus dalam 2 gelas air, dididihkan sampai 1,5 gelas,d diminum utk 3 kali Idem Idem 67 1 6. Sirih Piper betle L. 7. Kulit manis 8. 9. Lada Cengkeh 10. Seledri/daun sop Manggis 11. 2 3 4 Piperaceae 5 Perdu Daun Cinnamomum verum L. Lauraceae Pohon Kulit batang 7 Rematik, asam urat, ngilu2 Stroke Piper ningrum L. Syzigium aromaticum L. Apium graveolens Piperaceae Myrtaceae Herba Pohon Buah Bunga Stroke Stroke Kulit batang kulit manis, biji lada, bunga cengkeh, daun seledri/daun sop + beras (1/3 gelas yg sudah direndam) digiling sampai halus + air jampea, lalu dioleskan ke bgn yg sakit. Utk diurut ditambah laos dan minyak tanah. Terakhir: klu belum sembuh jg beli anak ayam ½ kg , disembelih, dikuliti, dimasak dgn kulit manis 1 jari. Lada 7 butir, cengkeh 3 batang, daun sop 1 batang + garam kasar 3 butir, dibersihkan, direbus dalam 3 gelas air yg mendidih dan menyusut sampai ayamnya bisa dimakan idem Idem Apiaceae/ Umbelliferae Clusiaceae/ Guttiferae Semak Daun Stroke Idem Pohon Kulit batang dalam yg manis Ambeian, wasir L. Garcinia mangostana L. 6 8 Idem 9 Kulit batang manis dikerok, direbus dalam 2 gelas air sampai mendidih, stlh dingin diminum. Dosis: 3 kali/hari (untuk 2 gelas) 68 1 12. 2 Mengkudu Morinda citrifolia 3 4 Rubiaceae 5 Pohon 6 Daun muda 7 Magh, lambung 13. Kates/Pepaya Carica papaya L. Caricaceae Perdu Daun muda 14. Cepluk‟an/ daun letap letup Physalis Solanaceae Terna Seluruh bgn tanaman Magh, lambung Darah tinggi 15. Lalang/Alang2 Imperata cylindrica Poaceae/ Graminae Terna Akar 16 Kumis kucing Daun Pinang Lamiaceae/ Labiatae Arecaceae Semak 17. Orthosiphon aristatus B. Areca catechu Pohon 18. Cabe rawit Capsicum annum Solanaceae Terna Akar diatas tanah (yg tidak menyentuh tanah) Buah L. L. L. minima 8 Daun mengkudu muda dilayurkan di api, kemudian ditempelkan kebagian yg sakit Langsung dimakan Darah tinggi, darah kotor, sakit pinggang, melancarkan kencing, gejala kencing Idem Seluruh bagian tanaman cepluk‟an + 3 gelas air, irebus, dinginkan, kmd diminum utk 1 hari saja. Setelah turun jgn lagi diminum Akar alang2 dikumpulkan sebesar jempol dengan oanjang sejengkal + daun kumis kucing 1 tangkai + 1 lenjer akar pinang ditutus, direbus dalam 5 gelas air, didihkan, diminum utk 2 hari. 1 hari 3 kali (pagi, siang, malam) Idem Idem Idem Angin duduk 1 buah cabe rawit dioleskan keseluruh bagian yang sakit sampai terasa panas, kalau sudah kentut berarti sembuh 9 69 1 19. 2 Ati-ati 3 Coleus scutellaroides L. 4 Labiatae/ Lamiaceae 5 Terna Daun 6 Asteraceae Pohon Daun Pohon kecil Akar, batang Benth. 20. Sambung nyawa Gynura procumbens Miq (B) 7 Sakit perut, magh, kembung Darah tinggi 21. Medang pergam 22. Kelulut/ Pulutan Urena lobata Malvaceae Perdu/ herba Daun Ambeian 23. Pelago/ Kapulaga Amomum compactum Zingiberaceae Semak Buah Diabetes Bawang putih Allium sativum L. Liliaceae/ Amaryllidaceae Herba Umbi Darah tinggi 24. Sesak nafas Soland ex Maton 8 Daun diremas-reams + gambir dioelskan keperut yang sakit 9 10-15 daun sambung nyawa direbus dalam 1-2 liter air, setelah dingin baru diminum. Intensitas minum 2 gelas/hari (diminum pagi atau malam) Akar dan batang direbus, didinginkan kemudian diminum 1-2 kali/hari sebanyak 1 gelas Daun kelulut sebanyak 2 genggam ditumbuk/diremas + gambir 1 ruas + air 1 gelas, disaring kemudian air perasan diminum Buah pelago ditumbuk sampai halus, kmd sebanyak ½-1 sendok diseduh dalam air panas sebanyak 1 gelas. Dosis: 3 kali/hari sesudah makan. Doa: Bismillah, 2 kalimat syahadat, surat Al-Fatihah, Surat Al-Fil, surat Al-kautsar 1 ons bawang putih dan 1 ons kencur, dibakar, kmd dimasukkan kedalam air kmd diminum 3-4 hari. 1 hari 3 kali Pak Yakub 70 1 25. 2 Puding ati 3 26. Api-api (benalu) Daun Lever (perut besar) 27. Jeruk timun Daun Ambeian, Mejan 28. Ampelas kijang Pohon Akar Kencing batu 29. Rambutan Nephelium lappaceum L. Sapindaceae Pohon Daun pucuk Berak darah, mejan. ambeian 30. Temulawak Curcuma xanthorrhiza Zingiberaceae Semak Rimpang Sakit kuning Solanaceae Perdu Buah Sakit kuning Graptophyllum Pictum L. Griff 4 Acanthaceae 5 Perdu 6 Daun 7 Lambung, ulu hati Roxb. 31. Tomat Solanum lycopersicum 8 3-4 lembar daun puding ati + 7 butir lada, ditumbuk halus, kmd dimasukkan air 1 gelas, lalu diminum 3 kali/hari Daun api-api 1 genggam direbus + perasan kunyit yg sudah dibakar, kmd dimnum setiap malam Daun jeruk timun 1 genggam diremas, dimasukkan kedalam air 1 gelas, kmd diminum untuk 2-3 kali Akar ampelas kijang dipotong2, kmd arnya ditampung, dilakukan pagi hari, didiamkan kmd diambil besok harinya, lalu diminum Daun pucul rambutan yg agak tua diremas2, dikasih air masak dingin sedikit, lalu disaring, baru diminum Rimpang temulawak sebanyak 1 genggam diblender dgn 3 gelas air. Ramuan dibuat untuk 3 hari, jadi setiap hari minum 1 gelas. Tomat 3 buah + gula putih diblender dgn 3 gelas air. Ramuan dibuat untuk 3 hari. Jadi setiap hari diminum 1 gelas 9 Pak Katemin 71 1 32. 2 Kacang hijau Vigna radiata (L) 3 4 Fabaceae 5 Palawija 6 Biji 7 Sakit kuning 33. Jambu biji Psidium guajava Myrtaceae Pohon Daun muda Sakit kuning Melastoma malabatrichum Physalis angulata Melastomaceae Semak Daun pucuk Sakit kuning Solanaceae Herba Seluruh bgn tanaman Drynaria separsisora Polypodiaceae Epifit Magh, sakit pinggang, melancarkan kencing Diabetes Magh, sakit perut R. L. 34. Senduduk 35. Ciplukan 36. 37. Tebu hutan Sakak Batang Batang 8 Kacang hijau sebanyak ¼ kg + gula aren + air 4 gelas, direbus jadikan 3 gelas, kmd diminum utk 3 hari. Jadi setiap hari diminum 1 gelas Utk anak: Kunyit 1 buku + 3 pucuk daun jambu + 3 daun pucuk senduduk digiling + air hangat ¼ gelas diminum utk 3 kali. Utk dewasa: ¼ gelas diminum utk 1 kali idem 9 Slrh bgn tanaman ciplukan, daun pecah beling, daun dan batang kumis kucing direbus, didinginkan kemd diminum Batang sakak dan rimpang kencur diparut, diperas, disaring airnya diminum 2 kali sehari (pagi dan malam) Siti Aminah dan pak haji Tagak 72 1 38. 2 Kunir/Kunyit 3 4 Zingiberaceea 5 Semak 6 Rimpang 7 Tumor/daging menumpang 39. Kemiri Aleurites moluccana Myristica fragrans Euphorbiaceae Pohon Buah Myristiaceae Pohon Buah Tumor/daging menumpang Asam urat 40. Pala 41. Belimbing wuluh Averrhoa bilimbi Oxsalidaceae Pohon Daun Darah tinggi 42. Jeruk nipis Citrus aurantifolia Rutaceae Perdu Buah Asam urat 43. Laos Alpinia galanga Zingiberaceae Semak Rimpang Asam urat Curcuma domestica Val. 8 Batang sakak (20 cm) + 3 mato kunyit + 1 buah kemiri + 1 liter air, diperas, dubuang airnya utk diminum. Selain diminum sebagian kecil ditempelkan di bagian yang ada tumor. Dosis: 2 kali/hari (pagi dan petang) Doa/Jampi: Bismillah, Surat AlKausar. Idem Pala 10 biji + kulit kayu manis 30 cm + sahang 7 biji, digiling halus + minyak sayur 1 kg, digongseng, dimakan pagi setelah makan Daun kumis kucing, daun belimbing wuluh, daun pecah beling direbus dalam 1 liter air jadi 1 gelas, setelah dingin baru diminum. Dosis:1-2 kali/hari Buah jeruk nipis dicampur kapur sirih, kemudian dioelskan kebagian yang sakit Laos diparut, masukkan dalam wadah dicampur minyak tanah kemudian dibalurkan ke bagian yg sakit 9 M. Yusuf 73 1 44. 2 Kayu keras utk arang 3 4 5 6 Kayu 7 Sakit kuning, kencing batu 8 Arang sebelum padam, dipatahkan kemudian digerus atau digiling, diaduk dengan air panas + garam 3 butir. Diaduk dengan air panas + garam 3 butir, sisanya dibakar lagi, kemudian diminum 9 74 Lokasi : Provinsi Bengkulu Species Famili No. 1 1. Lokal 2 Rumput Teberau Ilmiah 3 2. Nanas Ananas 3. Belimbing wuluh Averrhoa bilimbi L.Merr comosus 4 Habitus 5 Herba Bagian yang digunakan 6 Batang Penyakit 7 Diabetes Bromeliaceae Herba Buah ½ matang Kencing batu, ginjal Oxalidaceae Pohon Akar, batang, daun, buah Darah tinggi Cara Pengelolaan 8 Batang dipotong kecil2, sebanyak 1/3 dari dandang, dicuci bersih, direbus + gula aren (merahj) 1 tempurung + air sedandang. Selama pengobatan minum ramuan ini sebgi pengganti minum air putih. Sebelum diminum baca basmalah, Surat AlFatihah, sholawat nabi, ayat nurbuwat Nanas dipotong sebesar 3 jari dari atas, diparut, diperas, campur tawas sayur seujung jari kelingking, lalu diminum. Diminum 2 kali/hari (pagi dan malam). Doa:Basmallah, 2 kalimat syahadat, Shalawat nabi Akar sepanjang 15 cm (2 buah), daun segenggam, kulit batang sebesar 2 jari, buah 1, direbus dengan 3 gelas air, jadikan 2 gelas, kmd diminum 1 kali minum 1 gelas. Jadi kalau 2 gelas utk 2 kali minum Nara Sumber 9 Herman Hamid 75 4. 1 2 Belimbing manis 5. Temulawak 6. 3 4 Oxalidaceae 5 Pohon 6 Buah 7 Jantung, hati Curcuma xanthorrhiza Zingiberaceae Terna Rimpang Lever Kunyit Curcuma longa L./ Zingiberaceae Terna Rimpang Lever 7. Kunyit putih Curcuma alba Zingiberaceae Terna Rimpang Kolesterol, luka 8. Nangka belanda/ Sirsak Annona muricata L. Annonaceae Pohon Daun Asam urat, pegal linu Averrhoa carambola C. domestica 8 3-4 buah diperas, airnya sebanyak 1 gelas langsung diminum. Dosis: 1 kali/hari, diminum selama 3 hari. Sebelum diminum baca Basmallah Rimpang temulawak dan kunyit sebesar 1 ruas jari, diparut, airnya ditambah madu, kmd diminum. Dosis: 3 kali/hari Idem 9 Utk kolestrerol: umbi langsung dimakan. Utk luka: kunyit outih diparut, kmd ditempel di luka Daun sirsak + Batu es 1 kg dipecah2 + minyak tanah (1/2 l) + garam segenggam. Semua bahan dimasukkan kedalam baskom, kmd kaki kita dimasukkan kedalam baskom tersebut sambil mengoles2kan kekaki sambil baca Basmallah 76 2 Sirih merah Piper ornatum 4 Piperaceae 5 9. 1 3 6 Daun 7 Kanker payudara 10. Mengkudu Morinda citrifolia Rubiaceae Pohon Buah Euphorbiaceae Perdu Umbi Kanker payudara Magh, lambung 11. Ubi kayu Manihot esculenta 12. Seletupan Physalis angulata Solanaceae Herba Akar Magh, lambung 13. Sirih biasa Piper betle Piperaceae Merambat Akar Kates lanang Carica papaya Caricaceae Pohon Akar Magh, lambung Magh, lambung 14. 8 Hari I: Daun sirih merah (3 lembar) dikunyah sampai halus, ditelan pake air + air mengkudu, hari II daun sirih merah 5 lembar, hari III 7 lembar dan seterusnya + sangobion. Air mengkudu: 3 buah mengkudu diiris, direbus dgn air 3 gelas jadikan 1 gelas Idem 9 Belum kronis: Ubi kayu sebesar 1 jari dimakan mentah2, sebelum makan pagi Sudah kronis: akar Seletupan + akar sirih biasa + akar kates lanang sebanyak segenggam kecil, direbus + air 1,5 gelas, jadikan 1 gelas, kmd diminum. Dosis: satu kali minum ½ gelas, jadi utl 1 gelas buat 2 kali minum Idem Idem 77 1 15. 2 Selada darat Peperomia pellucida 3 4 Piperaceae 16. Sarang semut Myrmecodia sp. Rubuaceae Epifit 17. Timun Cucumis sativus Cucurbitaceae Herba L. Kunth 5 6 Slrh bgn tanaman 7 Stroke Batang bgn bawah Buah Stroke Batu empedu 8 Utk minum: selada darat (1 genggam) + kunyit putih (sebesar jempol) + sarang semut (sebesar tatakan gelas), direbus dgn 2 gelas air, jadikan 1 gelas, diminum beberapa kali saja Utk diurut: Arak putih (sebotol limun) + ragi utk pembuat tempe (2 keping), ditumbuk halus, diperam dalam tanah 2 hari 2 malam, kmd diurutkan dikaki atau ditempat yg tdk dapat digerakkan Idem 9 1 buah timun ukuran sedang, dibuang bijinya + gula batu )sebesar ujung jari), dimasukkan kedalam gelas, diaduk/dikocok2 sampai keluar airnya, lalu airnya diminum 78 1 18. Pinang 2 Areca catechu 3 4 Arecaceae 5 Pohon 6 Umbut 7 Mata rabun 19. Serai Cymbopogon citratus Alpinia galanga Poaceae Zingiberaceae Rumputrumputan Terna Rimpang, batang Rimpang Syzygium polyanthum Persea americana Myrthaceae Pohon Daun Lauraceae Pohon Daun Mata rabun Mata rabun Mata rabun Darah tinggi 20. Kuning raje/Laos 21. Salam 22. Jambu mentega/Alpokat 23. Kio/kayu kuning Semak Daun, batang, akar Asam urat 24. Pisang sebatu/ pisang kepok Terna Tunggul busuk Kencing manis, kencing kuning, sakit pinggang Biing Musa paradisiaca Musaceae 8 Umbut pinang + Umbi/batang serai + Umbi lengkuas + Umbi kunyit + daun salam (msg2 bahan ½ ruas jari, direbus malam hari, esok hari baru diminum atau ramuan tersebut dibuat sayur kemd dimakan Idem 9 Raliyana Idem Idem 5 lembar daun alpokat + air, diremas, air perasannya sebanyak ½ gelas + garam sedikit, kdm diminum Daun, batang dan daun kayu biing kuning + air, direbus/dimasak pada malam hari, esok hari (pagi hari) baru diminum Tunggul busuk dicincang + puding abang + daun segutu + air beras diwadahkan di daun pisang kmd diletakkan di kain, lalu diletakkan dibagian bawah perut 79 1 25. 2 Puding abang 3 26. 27. Segutu Rebigo 28. Kapur sirih 29. Dukut belando/ Bandotan Ageratum conyzoides Asteraceae Herba 30. Sebubeu Eupatorium odoratum Asteraceae Semak Daun Magh, lambung 31. Cabe mesang Mikania mucronata Menjalar Daun Mata rabun Graptophyllum pictum (Griff) Calotropis gigantea 4 Acanthaceae 5 Perdu 6 Daun 7 Idem Asclepisdaceae Semak daun Daun Idem Asma, sesak nafas Kapur sirih yg kering Slrh bgn tanaman Idem Angin duduk (sakit dada) 8 Idem 9 Idem Masukkan daun rebigo yg sdh diiris2 kedalam kerak nasi yang sudah ada airnya + kapur sirih kering, diwadahkan didaun pisang, kmd letakkan dalam kain, lalu ditempelkan dibagian dada (diatas perut) Idem Seluruh bagian tanaman dukut belando diremas dalam tempurunh + minyak tanah (sebasahnya), dihangatkan, kmd diurutkan kedada yg sakit Daun sebebeu (segenggam) + garam lanang sedikit + air ½ geals, diremas, disaring, lalu airnya diminum. Dosis: 3 kali/hari (pagi, siang, malam). Doanya: Audzubillahhiminasyaitonnirhozi m, basmalah, 2 kalimat syahadat Daun mikania diremas2 + air, lalu ditetskan kemata 80 1 32. 2 Kecubung 33. Kayu belalang 34. Puguk kuning 35. Temu kunyit 36. Petai 37. Langsat 38. Durian 3 Datura metel L. Boesenbergia pandurata R. Parkia speciosa Hassk. Lansium domesticum C. Durio zibethinus 4 Solanaceae 5 Perdu 6 Daun 7 Ambeian Pohon Daun Pegal linu Daun, batang Sakit kuning Sakit kuning Idem Zingiberacea Semak Daun Mimosaceae/ Leguminosae Meliaceae Pohon Malvaceae Pohon Kulit batang Kulit batang Kulit batang Pohon 8 Oleskan minyak sayur keseluruh permukaan daun kecubung, lalu oleskan kuning telur, kmd tempelkan kedubur Daun kayu belalang sebanyak 1 genggam + 3 gelas air, direbus jadi 1 gelas, kdm diminum 1 batang puguk kuning + 3 lembar daun temu + sekeping kulit batang petai, durian, langsat, direbus dalam 3 gelas air, jadikan 1 gelas (sore hari), kdm diminum esok hari (pagi) Idem 9 Supeni, Kasam, Syamsuri Idem Idem Idem Idem Idem 81 1 39. 2 Cabe merah 40. Kayu Salului 3 Capsicum annum 4 Solanaceae 5 Terna 6 Buah 7 Angin duduk, saki tpinggang Pohon Kulit batang dan isinya Ambeian, guam 8 Cabe dibelah,kmd diputer2 di minyak sayur yg sdh diletakkan di piring dan ditambah garam sambil dijampi, lalu cabe dioelsoleskan di bagian yg sakit, ketika sdh selesai, cabe ditarik atau seperti dicabut Kayu salului dibuat 2 potong (msg2 panjangnya 1 jengkal). 1 potong direbus dgn 3 gelas air, jadikan 2 gelas, lalu diminum setiap kali minum. 1 potong lagi untuk dioelskan dgn cara batang diasah, kmd diambil dan dioleskan/ditambalkan pake bulu ayam ke dubur 9 82 Lokasi :Provinsi Bangka Belitung Species No. 1 1. 2. 3. Lokal 2 Buluh kuning Batang Merkeli Pinang 4. Limau krames/ lemon 5. Sirih 6. Mangkokan Famili Ilmiah 3 Bambusa sp. 4 Poaceae Salacia sp. Celastraceae Areca catechu Arecaceae Habitus 5 Pohon Bagian yang digunakan 6 Rebung Penyakit 7 Sakit kuning Akar Sakit kuning Pohon Buah Asam urat, rematik Pohon Buah Asam urat, rematik Piper betle Piperaceae menjalar Daun Asma, sesak nafas Polyscias sp. Araliaceae Semak Daun Angin duduk Cara Pengelolaan 8 Rebung sepanjang 20 cm dipotong2, kdm dikeringkan + akar merkeli (1/2 ons) dipotong2 dan dikeringkan, kmd direbus dgn 3 gelas, jadi 2 gelas, diminum. Dosis: 2 kali/hari sebanyak 1 gelas setiap minum sesudah makan Idem Nara Sumber 9 Aminah 1 buah pinang + garam dimakan, selama 3 hari 3 malam, di urut kemudian dipukul2 dengan parang sakti 1 buah limau krames diperas ditambah air 3 timba kemudian dipakai mandi selama 3 hari 3 malam 7 lembar daun sirih ditumbuk + 3 sendok air, diperas, disaring kemudian diminum (Baca kulhu 3x) 7 lembar daun + 3 sdm air, ditumbuk, peras kemudian disaring dan diminum 2x sehari (pagi-sore) 83 1 7. 8. 2 Kembang janggut kucing Mengkudu 3 Morinda L. citrifolia 4 5 Rubiaceae Pohon 6 Seluruh bgn tanaman Bauh dan daun 7 Sakit kencing Darah tinggi 9. Medang sahang/ Medang sang Neo-litsea sp. Lauraceae Pohon Akar Tejalet, Wasir, ambeian 10. Kunyit Curcuma domestica Val. Zingiberaceae Semak Rimpang Ulu hati 11. Lalang Imperata cylindrica Graminae Rumput Akar Sakit kuning 12. 13. Keliang Kelapa Cocos nucifera Palmae Pohon Buah Air kelapa, akar Sakit kuning Sakit kencing, sakit pinggang 14. Mentimun Cucumis sativus Cucurbitaceae Menjalar Buah Stroke 8 Ambil segenggam direbus dengan 3 gelas air menjadi 2 gelas, diminum 2x sehari 1 buah yang sudah tua direbus + 7 lembar daun, rebus dengan 4 gelas air menjadi 2 gelas, kemudian diminum 3x sehari Segenggam akar dicincang kemudian dikeringkan, direbus dengan 3 gelas air + garam sedikit, menjadi 2 gelas, diminum 3x sehari. (Mengambil bahan nya pada saat bulan purnama) 3 cm umbi kunyit ditumbuk, ditambah air kemudian diperas, kemudian diminum 2x sehari Akar lalang seikat (diameter 5 cm) + buah keliang direbus dengan air (sekaleng susu), diminum 3x sehari selama 3 hari 3 malam Idem Buah kelapa dibakar kemudian airnya diminum Akar kelapa yang menghadap timur diambil secukupnya, direbus kemudian diminum Dimakan langsung 9 Saidi 84 1 2 3 4 5 6 7 15. Gelibek/takil Akar Asam urat 16. Kadur/bunga bakung Daun Tejalet/wasir /ambeain 17. Kelingkak Daun Magh 18. 19. Rukam Sagu/rumbia 20. Mahuni/ Mahkota dewa 21. Temulawak 22. 23. Jahe Merkelai 24. Pandan besar Callicarpa longifolia Verbenaceae Arecaceae Pohon Pohon Buah Buah Magh Magh Phaleria macrocarpa Thymelaeaceae Pohon Buah Darah tinggi Curcuma xanthorrhiza Zingiber officinale Zingiberaceae Terna Rimpang Darah tinggi Zingiberaceae Terna Rimpang Akar Darah tinggi Sakit kuning Pandanus sp. Pandanaceae Pohon/ perdu Akar Sakit kuning Metroxylon sagu 8 Akar ± 10 cm + sejengkal akar gelibek/ tempurung takil + 10 cm akar medang sang, semua dicincang, basah/kering kemudian direbus dengan air 1 liter sampai mendidih, kemudian diminum 3x sehari sampai sembuh Daun di diang/ di panaskan kemudian dipasang seperti pembalut, sehari ganti Daun diremas + air, kemudian disaring dan diminum Langsung dimakan Langsung dimakan 9 Rottb. Buah mahuni + umbi temulawak + umbi jahe diiris tipis, dijemur, kemudian direbut + gula kabung, diminum 2x sehari Idem Rohati Idem Akar merkelai + akar pandan besar diiris tipis, disangrai kemudian ditumbuk. Direbus + gula batu, untuk minuman seharihari Idem 85 1 2 3 4 5 6 7 25. Nangka Artocarpus heterophyllus Moraceae Pohon Calon buah Magh 26. Pengelas Musaenda sp. Rubiaceae Pohon Akar Asam urat, ngilu sendi 27. 28. 29. Medang sasa Menameng Capai/ sembung Euphorbiaceae Pohon Pohon Akar Akar Daun Idem Idem Asma 30. 31. 32. Serai betawi/ Serai wangi Lengkuas Kumis kucing 33. Simpur Blumea balsamifera Asteraceae Cymbopogon nardus Alpinia galanga Orthosiphon aristatus Dillenia sp. Poaceae Rumput Daun Asma Zingiberaceae Lamiaceae Semak Perdu Rimpang Bunga Asma Batu ginjal Dilleniaceae Pohon Daun muda Darah tinggi 8 Buah rumbia + alung2 nangka (calon buah nangka yang tidak jadi) di iris tipis, kemudian direbus + gula sedikit dan diminum Akar pengelas + akar medang sasa + akar medang sang + akar menameng, semua bahan dicincang, dijemur kemudian direbus dengan air 2 gelas menjadi 1 gelas diminum 3x sehari Idem Idem Daun capai + daun serai betawi dan umbi lengkuas direbus, diminum. Sisanya untuk mandi Idem Idem Direbus dengan 2 gelas air menjadi 1 gelas air, diminum 3 lembar daun dicuci, kemudian direbus dengan 1 gelas menjadi 1/2 gelas, diminum 3x sehari 9 Halimah Ibu Rusia 86 1 2 3 4 5 6 7 34. Kesarek Spatholobus ferrugineus Leguminosae Pohon Batang Sakit tulang/ ngilu 35. Pelempang hitam Mensirak Ciret Adinandra dumosa Ilex cimosa Syzygium lineatum Theaceae Pohon Akar Idem 8 Batang kesarek + akar pelempang hitam + akar mensirak + akar ciret + akar netaniek + akar puleh + batang bintik tatok + batang reradek dicincang kemudian dijemur, direbus 2x mendidih, disaring kemudian diminum Idem Aquifoliaceae Myrtaceae Pohon Pohon Akar Akar Idem Idem Idem Idem Eurycoma sp. Simaroubaceae Pohon Pohon Akar Akar Idem Idem Idem Idem Pohon Pohon Batang Batang Daun Idem Idem Idem Idem 36. 37. 38. 39. 40. 41. 42. Netaniek Puleh/Pasak bumi Tatok Reradek Rerubek 9 87 Lokasi :Provinsi Lampung Species No. 1 1. 2. Lokal 2 Raremis/ Meniran Alang-alang Famili Ilmiah 3 Phyllanthus urinaria Imperata cylindrica Areca catechu Persea americana Peronema canescens Habitus Bagian yang digunakan 6 Seluruh bgn tanaman Penyakit Cara 4 Phyllanthaceae 5 Semak Graminae Rumput Akar Idem Pengelolaan 8 Akar alang-alang+akar enau+akar pinang+seluruh bagian raremis + kumis kucing + daun jambu pokat, semua direbus dengan air secukupnya, sampai airnya mengental, setelah dingin diminum Idem Arecaceae Lauraceae Verbenaceae Pohon Pohon Pohon Akar daun Daun Idem Idem Idem Idem Idem Idem Air sadapan Liver Air sadapan tambesi disadap, diminum 2-3x sehari. Kulit ari+lendir digunakan untuk tampalan Daging buah berenuk diambil untuk tampalan 5-7 helai (ganjil) daun salam direbus dengan 3 gelas air menjadi 1 gelas air, diminum saat dibutuhkan saja Segenggam daun rambutan + garam, direbus kemudian diminum 7 Ginjal, kencing batu 3. 4. 5. Pinang Jambu pokat Sungkai 6. Tambesi 7. Berenuk Crescentia cujete Bignoniaceae Pohon Buah Liver 8. Salam Syzygium polyanthum Myrtaceae Pohon Daun Darah tinggi 9. Rambutan Nephelium lappaceum Sapindaceae Pohon Daun Darah tinggi Nara Sumber 9 Sahyar 88 1 10. Sukun Artocarpus altilis 4 Moraceae 5 Pohon 6 Daun 11. Petai cina Leucaena glauca Fabaceae/ Leguminosae Pohon Buah/biji 12. Kunyit Curcuma longa Zingiberaceae Semak 13. Seruni/ Tembelek‟an Lantana camara Verbenaceae Semak Rimpang/ umbi Daun 14. Kapas/kapok randu Ceiba pentandra Malvaceae Pohon Daun Asma 15. Bayam duri Amaranthus spinosus Amaranthaceae Semak Seluruh bgn tanaman Ambeian 16. Sirih/cambai Piper betle Piperaceae Menjalar Daun Katarak 17. Kalas/Bait kalas Kayu salai Merambat Air sadapan Liver Pohon Kulit batang Magh Benalu Seluruh bgn tanaman Kanker 18. 19. 2 Mendalu/ Benalu jeruk nipis 3 7 Kencing manis/ diabetes Kencing manis/ Diabetes Magh Magh 8 5-7 helai daun direbus dengan 3 gelas air, biarkan mendidih sampai airnya sisa 1 gelas, minum Buah/biji disangrai, dapat dimakan langsung atau dibuat bubuk kopi Umbi dipanggang, kemudian diparut, diperas airnya diminum Daun seruni+air, diperas kemudian diminum air perasannya Daun diberi air sedikit, diremasremas, kemudian diperas airnya+madu, diminum 9 3-5 batang dengan seluruh bagian nya+3 gelas air direbus kemudian diminum 3x1 sehari Untuk mencuci mata, daun direndam dalam air Air sadapan kalas+air sadapan tambesi diminum 1 jengkal kulit batang direbus dengan 3 gelas air menjadi 1 gelas, diminum Seluruh bagian direbus kemudian diminum 89 1 2 3 4 5 6 7 20. Kecubung putih Datura metel Solanaceae Semak Daun Sakit tulang 21. Capa/Capo Blumea balsamifera Asteraceae Perdu Daun Rematik 22. Petai Parkia speciosa Pohon Waru Hibiscus tiliaceus Kulit batang Daun Diabetes 23. Fabaceae/ Leguminosae Malvaceae 24. Pegaga/ Pegagan Centella asiatica Umbellifera/ Apiaceae Herba merambat Daun Jantung 25. Linsuh Pohon Buah Darah tinggi 26. Hamelor/kayu demam Brea javanica Simaraubaceae Pohon Buah yg sdh masak Diabetes 27. Lengkuas Alpinia galanga Zingiberaceae Semak Rimpang/ umbi Asam urat Pohon Ginjal/batu ginjal 8 5-7 helai daun diremasremas+minyak tanah kemudian dibalurkan ke badan yang sakit Bata dipanaskan, kemudian daun capo tusuk diatasnya, kemudian kaki diinjakkan ke daun yang panas tsb Kulit batang direbus, airnya diminum 7 lembar daun waru + air diremas+gula batu, kemudian diminum 5 hari tiap pagi Segenggam daun diremas dengan sedikit air menjadi 1 gelas kental, coba dulu selama 3 hari (pagi dan sore), diminum sampai sembuh Buah linsuh diiris2, direbus secukupnya dengan 3 gelas air, menjadi 1 gelas, diminum 2x sehari (misal jam 10, sore setelah makan) Buah disangrai, dijadikan bubuk, masukkan dalam kapsul, minum langsung dimakan buahnya (± 9 biji) Umbi lengkuas, umbi jahe merah, umbi bawang merah, bunga cengkeh, buah lada, Semua bahan digiling halus, dipipis kemudian digosok 9 Johan basri 90 1 28. 2 Jahe merah 29. Bawang merah Cengkeh 30. 31. 32. Sahang/ merica Jukuk tumpang Zingiber officinale 3 4 Zingiberaceae 5 Herba 7 Asam urat 8 Idem Herba 6 Rimpang/ umbi Umbi Allium cepa L. Amaryllidaceae Asam urat Idem Syzygium aromaticum Piper ningrum Myrtaceae Pohon Bunga Asam urat Idem Piperaceae Merambat Buah/biji Asam urat Idem Seluruh bgn tanaman Umbut/ bonggol Asam urat Buah tua Rematik, stroke Daun Liver Daun Daun Liver Liver 33. Pisang menggala Musa sp. Musaceae Pohon 34. Jeruk nipis Citrus aurantifolia Rutaceae Pohon 35. Kumbahuong 36. 37. Pacing Bunga cocor bebek Costus speciosus Kalanchoe pinnata Zingiberaceae Crasullaceae Herba Herba Asma Langsung dibersihkan dimakan 9 setelah Ambil bonggol pisang, diparut+kuning telur ayam kampung, minum 3 pagi Utk rematik: Buah jeruk nipis direbus utuh, dipotongpotong+kapur sirih, saat hangat digosok (sesuai kebutuhan) Utk stroke: Diurut, kemudian digosok dengan minyak untuk rematik Daun kumbahuong + daun pacing +daun bunga cocor bebek, slrh bgn tanaman tahiangin, semua digiling halus, ditampal di bagian liver. Untuk minumnya air cangkir kelapa hijau langsung diminum Idem Idem 91 1 38. 2 Tahiangin 3 39. Pacar kayu Lawsonia inermis 40. Tuba kapahyang 4 Lythraceae 5 Pohon Merambat 6 Seluruh bgn tanaman Daun Kulit batang 7 Liver 8 Idem Sakit tulang, osteoporosis Daun pacar kayu+sarang angkutangkut, digiling halus dicampur air+nasi (kira-kira sudah basah) kemudian dipipih, angkat, hangat2 ditempelkan ke bagian yang sakit Kulit batang tuba kepahyang (bagian yang lunak)+batang pacing diperas kemudian diteteskan di mata Mata 9 92