1 ARTIKEL ILMIAH PERANAN GAMELAN SEBAGAI

advertisement
ARTIKEL ILMIAH
PERANAN GAMELAN SEBAGAI PENGIRING WAYANG KULIT DI GROUP
KRIDO LARAS KOTA MEDAN
Helen Kurnia Sitinjak
Abstract
This study aims to determine the development the role gamelan as accompainist
wayang kulit di Group Krido Laras Kota Medan. Method in this study uses a
qualitative description of the method in which the data is examined through interviews,
data collection in the form books, scientific papers, and electronic materials based on
topics of research material. The study chose location at Sanggar Musik Campursari
Group Krido Laras di Jalan Bromo No. 26 Kota Medan. The population in this study
were taken 1 dalang, 3 pesinden dan 13 music performer and informants related to
being this research study.
After analysis, it was found that results of Group Krido Laras was esthabilised in 2000.
The Group Krido Laras one music group that still maintains the traditional gamelan
musical instruments as accompaniment shadow puppets. The Group Krido Laras in the
city of Medan actually exist and still active to perform a shadow puppet performances
accompanied by gamelan. In this case the Group Krido Laras is taken as the study
sample for this thesis because this group is a group whose that still maintains gamelan
as accompanist shadow puppets in the city of Medan.
Keyword : The Role Gamelan as an Accompanist Shadow Puppets in
Group Krido Laras Medan City.
I.
PENDAHULUAN
Wayang kulit adalah seni tradisional Indonesia yang terutama berkembang di
Jawa. Dalam pertunjukkan wayang kulit digunakan seperangkat gamelan sebagai
pengiring yang mempunyai fungsi dan peran masing–masing. Gamelan lengkap dengan
penabuhnya yang biasa disebut niyaga serta wayang kulit merupakan satu unsur pokok
yang tidak dapat dipisahkan, karena wayang merupakan alat peraga (simbolisme
manusia) maka gamelan merupakan perlambang irama hidup atau situasi dan kondisi
yang selalu mengiringi setiap kehidupan di atas jagad raya termasuk didalam situasi
yang menyenangkan, sedih, haus, lapar dan keperluan lainnya. Gending (lagu) gamelan
ada patokannya tersendiri sesuai kebutuhan adegannya situasi seperti apa dan
bagaimana dibunyikan atas dasar kode kata-kata dari dalang. Instrumen musik yang
1
digunakan dalam mengiringi pertunjukan wayang secara lengkap adalah gamelan pelog
dan slendro.
Gamelan dapat dimainkan sebagai sebuah pertunjukkan musik tersendiri
maupun pengiring tarian atau seni pertunjukkan seperti wayang kulit dan ketoprak.
Sebagai sebuah pertunjukkan tersendiri, musik gamelan biasanya dipadukan dengan
suara para penyanyi (penyanyi pria disebut wiraswara dan penyanyi wanita disebut
waranggana). Dalam pagelaran wayang kulit niyaga harus mahir memainkan dan
menghafal puluhan hingga ratusan gending (lagu).
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peranan gamelan sebagai
pengiring wayang kulit, untuk mengetahui alat musik gamelan yang digunakan sebagai
pengiring wayang kulit, untuk mengetahui penyajian musik gamelan sebagai pengiring
wayang kulit dan untuk mengetahui penghambat gamelan sebagai pengiring dalam
wayang kulit di Group Krido Laras kota Medan.
a. Pengertian Peranan Gamelan
Pengertian
peranan
pengertian
menurut
http://artikata.com/arti-373678-
peranan.html yang di unduh pada tanggal 06 Juni 2013 bahwa peranan mempunyai arti
(1) peran. (2) suatu yang jadi bagian atau yang memegang pimpinan yang terutama
(dalam terjadinya suatu hal atau peristiwa). Maksudnya adalah peranan merupakan
suatu hal yang memiliki fungsi penting dan memegang kendali dalam suatu kegiatan.
Dalam hal ini, gamelanlah yang memegang peranan penting dan memiliki fungsi
penting dalam terlaksananya pertunjukkan wayang kulit di Group Krido Laras kota
Medan.
II.
PEMBAHASAN
a. Letak Geografis Kota Medan
Kota Medan adalah ibu kota provinsi Sumatera Utara. Kota ini merupakan kota
terbesar di Pulau Sumatera. Kota Medan memiliki luas 26.510 hektar (265,10 km²) atau
3,6% dari keseluruhan wilayah Sumatera Utara dengan batas-batas sebagai berikut :
1. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang
2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang
3. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang
4. Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Malaka
2
b. Sejarah Group Krido Laras Kota Medan
Group Krido Laras yang terletak di Jalan Bromo No.26 Medan didirikan oleh
Bapak Sunardi Rediguno pada tahun 2000. Pada awalnya kegiatan Group Krido Laras
hanya untuk tempat berkumpulnya pemusik dan sebagai sarana latihan antara Bapak
Sunardi Redigino dan teman-temannya yang aktif dalam Paguyuban Warga Yogyakarta.
Bapak Sunardi Rediguno lahir pada 24 Januari 1950 dan sudah menjadi dalang sejak
umur 12 tahun. Bapak Sunardi Rediguno menjadi seorang dalang belajar secara
autodidak karena Bapak Sunardi Rediguno juga merupakan berasal dari keluarga yang
secara turun-temurun sudah berprofesi sebagai dalang.
Awal pertunjukkan perdana Group Krido Laras terjadi pada tahun 2002, seorang
mantan Ketua DPRD propinsi Sumatera Utara yaitu Bapak Mudyono mengadakan acara
pesta perkawinan anaknya, Bapak Mudyono yang juga merupakan anggota Paguyuban
Yogyakarta meminta Group Krido Laras mengisi acara musik di acara pesta perkawinan
tersebut. Group Krido Laras sukses dalam pentas perdana di depan umum karena tamutamu yang hadir senang dan merasa tertarik dengan pertunjukkan musik gamelan,
dimana seperangkat alat musik gamelan yang digabung dengan alat musik modern
seperti bass, drum, gitar dan keyboard.
Sejak saat itu Group Krido Laras mulai dikenal dan berkembang dikalangan
masyarakat walaupun masih banyak saja masyarakat yang mencibir keberadaan Group
Krido Laras karena menyamakan Group Krido Laras dengan grup musik dangdut yang
lagi popular pada saat itu, hal ini dapat dimaklumi karena pada tahun 2002 grup musik
yang terkenal adalah grup musik Mak Lampir dengan image penyanyi yang berpakaian
seksi. Tetapi hal itu tidak membuat Bapak Sunardi Rediguno mundur dan menyerah,
beliau membuktikan bahwa Group Krido Laras mempunyai sikap yang sopan, tidak
minum-minuman keras serta berpakaian yang sopan. Dimana penyanyi wanita memakai
kebaya serta pemusik memakai pakaian adat Jawa. Hal ini juga sesuai dengan arti dari
nama Krido Laras yaitu Krido artinya kerja sedangkan Laras artinya serasi.
c. Peranan Gamelan Sebagai Pengiring Wayang Kulit Di Group Krido Laras
Group Krido Laras masih menggunakan alat musik gamelan lengkap dalam
semua kegiatan pertunjukkan seperti : pertunjukkan musik campursari, pertunjukkan
untuk mengisi acara perkawinan dan pertunjukkan wayang kulit. Bapak Sunardi
Rediguno mengatakan walaupun ribet dan repot selalu membawa alat musik gamelan
3
lengkap pada saat semua kegiatan pertunjukkan tetapi Sanggar Musik Campursari
Krido Laras tetap pada prinsip utama dari awal berdirinya Sanggar Musik Campursari
ini yang masih mempertahankan menggunakan alat musik gamelan lengkap dalam
semua pertunjukkan.
Pada masa sekarang ini banyak sanggar musik yang serupa dengan Sanggar
Musik Campursari Krido Laras tetapi yang membuat Sanggar Musik Campursari Krido
Laras berbeda dengan sanggar musik yang ada di Sumatera Utara khususnya Kota
Medan adalah Sanggar Musik Campursari Krido Laras masih menggunakan alat musik
gamelan lengkap sedangkan sanggar musik yang lain kebanyakan sudah menggunakan
keyboard dengan sistem digital yang sebelumnnya dalam keyboard system digital
tersebut sudah disimpan gending-gending gamelan lengkap disertai nyanyian para
waranggana (penyanyi wanita) dan wiraswara (penyanyi pria) yang biasa dimainkan
dalam pertunjukkan wayang kulit ataupun pertunjukkan lainnya.
Group Krido Laras masih mengandalkan gamelan sebagai alat musik utama buat
sanggar musik mereka terutama dalam pertunjukkan wayang kulit yang diiringi oleh
gamelan. Peranan gamelan sebagai pengiring wayang kulit dalam Group Krido Laras
tidak bisa digantikan dengan alat musik yang lain, karenanya sampai saat ini banyak
permintaan kepada Group Krido Laras untuk melakukan pertunjukkan wayang kulit
dalam berbagai acara. Selain itu juga peranan gamelan sebagai pengiring wayang kulit
di Group Krido Laras juga untuk menambah suasana agar para penonton yang
menonton wayang kulit yang di pertunjukkan oleh Group Krido Laras merasa seolaholah berada di Pulau Jawa yang sangat kental dengan tradisi Jawanya sehingga
terkadang para penonton tidak sadar bahwa mereka menonton wayang kulit di Kota
Medan.
d. Alat Musik Gamelan Yang Digunakan Serta Fungsinya Sebagai Pengiring
Wayang Kulit Di Group Krido Laras Kota Medan
Sanggar Musik Campursari Krido Laras memiliki alat musik gamelan sendiri
seperti seperangkat gamelan pelog dan seperangkat gamelan slendro yang lengkap yang
berada di rumah pemilik sanggar. Peralatan musik ini diletakkan di sebuah ruangan
yang berada tepat di ruang tengah rumah Ki Sunardi Rediguno, dan ruangan ini juga
digunakan sebagai tempat latihan bermain gamelan secara bersama-sama. Penggunaan
gamelandalam pagelaran wayang kulit sangat tergantung kebutuhan artinya tidak setiap
gending harus melibatkan seluruh alat yang ada karena terkadang untuk suatu gending
4
hanya membutuhkan beberapa macam alat saja tetapi tidak jarang pula melibatkan
berbagai macam alat yang ada walaupun tidak dari awal hingga akhir. Ada alat yang
dibunyikan pada awal suatu gending ada juga untuk akhir keduanya atau disela-selanya.
Sanggar Musik Campursari Krido Laras memiliki seperangkat alat musik gamelan
antara lain adalah:
1. Rebab fungsinya sebagai pengarah irama
2. Bonang fungsinya sebagai patokan tempo atau irama
3. Kendang fungsinya mengendalikan tempo, irama dan juga menghentikan sebuah
gending
4. Seruling fungsinya sebagai penghias gending pokok
5. Gambang fungsinya sebagai penghias dan pengisi gending pokok dengan berbagai
variasi
6. Gender fungsinya sebagai penghias gending pokok sama dengan gambang
7. Gong fungsinya sebagai pemain irama dan juga penentu batas-batas antara
gending yang satu dengan gending yang lain.
8. Kempul fungsinya sebagai pengisi irama dalam gending
9. Saron fungsinya pengisi melodi utama dalam gending
10. Slenthem fungsinya sama seperti saron sebagai pengisi melodi utama dalam
gending
11. Siter fungsinya pengisi variasi utama dalam gending
12. Ketuk fungsinya memainkan irama dasar
13. Kenong fungsinya sama seperti ketuk yaitu memainkan irama dasar
e. Penyajian Musik Gamelan Sebagai Pengiring Wayang Kulit Di Group
Krido Laras Kota Medan
Pertunjukkan wayang kulit dalam satu lakon yang diiringi oleh gamelan
biasanya lama pertunjukkan sekitar 7- 8 jam atau yang biasa disebut semalam suntuk.
Namun zaman sekarang ini pertunjukkan wayang kulit sudah jarang dilakukan semalam
suntuk dikarenakan oleh beberapa faktor salah satunya untuk menghemat waktu.
Wayang kulit yang sekarang sering dipertunjukkan biasanya lama pertunjukkan
minimal 30 menit maksimal 60 menit atau lebih, wayang kulit itu biasanya disebut
wayangan padat. Biasanya untuk satu pagelaran wayang kulit terdiri dari 3 babak yaitu
Babak I dari mulai hingga gara-gara menggunakan patet 6 (nem), babak II adegan gara-
5
gara menggunakan patet 9 (sanga) dan babak III dari selesainya gara-gara hingga tancep
kayon yang menggunakan patet manyura.
BABAK I
Sebelum pagelaran wayang kulit di mulai, di tengah-tengah layar (kelir)
tertancap gunungan di atas debog (batang pohon pisang) disini dimaksudkan belum
adanya kelahiran makhluk hidup. Kemudian sebelum babak I dimulai terlebih dahulu
dibunyikan rangkaian gending sebagai pengantar yang dibuka oleh anggota Group
Krido Laras selaku niyaga alat musik gamelan. Irama yang terdengar pertama kali
adalah irama ritme dari niyaga yang memainkan kendang sebagai pembawa irama dan
tempo gending dalam gending pengantar yang akan diikuti oleh niyaga alat musik
lainnya. Gending pengantar ini juga merupakan pernyataan bahwa pertunjukkan wayang
akan segera dimulai, jika gending pengantar sudah selesai selanjutnya Bapak Sunardi
Rediguno selaku dalang naik kepanggung pagelaran wayang kulit.
Babak I dalang menceritakan judul pertunjukkan wayang kulit yang
dimainkannya berjudul “Lakon Ciptoning”. Babak I dalang menceritakan bahwa praja
raksasa yang bernama Niwoto Kawoco ingin mempunyai istri bidadari yang bernama
Batari Sukrobo. Lalu praja raksasa Niwoto Kawoco mengutus patihnya Mamang Wurko
untuk naik ke khayangan tempat dimana para dewa dan bidadari tersebut tinggal, tetapi
patih Mamang Wurko tidak diperbolehkan masuk ke khayangan oleh para dewa tersebut
akibatnya terjadilah perang antara Mamang Wurko dan para dewa. Perang itu lalu
dimenangkan oleh patih Mamang Wurko. Kemudian para dewa meminta agar diberikan
waktu supaya para dewa itu sendiri yang akan mengantar patih Mamang Wurko masuk
kedalam khayangan, tetapi para dewa ternyata menipu patih Mamang Wurko. Hal itu
mereka lakukan karena mereka ingin mengulur waktu agar dapat mencari lawan yang
seimbang untuk melawan patih Mamang Wurko. Dalam babak I ini gending yang
dimainkan oleh para niyaga adalah Sampak Pucuk. Gending ini adalah gending gubahan
Bapak Sunardi Rediguno.
BABAK II
Saat para niyaga mulai memainkan gamelan dalang juga bersiap-siap untuk
memasukkan tokoh wayang yang akan dimasukkan pada babak II. Babak II adalah inti
cerita dari pertunjukkan wayang. Sebelum dalang memasukkan tokoh wayang pada
babak II dalang kembali menceritakan cerita yang aka nada dalam babak II diiringi
6
dengan permainan alat musik gender, seperangkat saron, kenong dan ketuk. Setelah
selesai dalang menceritakan dalang kemudian mengetok kotak yang disamping
sebanyak 3 kali kemudian semua perangkat alat musik gamelan dimainkan bersama.
Iringan gamelan masih berkumandang dalang mulai memasukkan tokoh wayang untuk
babak II dan tempo iringan gamelan semakin cepat ketika dalang memberi kode pada
para niyaga. Saat dalang selesai memasukkan tokoh wayang dalang mengetuk kotak
kembali sebanyak 5 kali dan permainan gamelan berhenti, babak II dimulai dengan
nyanyian suluk dalang dan kemudian dalang mulai berdialog kembali.
Babak II cerita kemudian berlanjut, saat para dewa sibuk mencari lawan yang
tangguh untuk melawan patih Mamang Wurko ternyata praja raksasa Niwoto Kawoco
mengetahui rencana para dewa. Kemudian ada seorang dewa bernama Kerata Rupa
yang menyamar sebagai manusia biasa untuk melawan Ciptoning, karena sebelumnya
Ciptoning sudah berhasil melawan patih Mamang Wurko itulah sebabnya patih
Mamang Wurko berubah menjadi babi. Kerata Rupa mengatakan kepada Ciptoning
bahwa Kerata Rupa tidak percaya kalau Ciptoninglah yang mengalahkan patih Mamang
Wurko sehingga Kerata Rupa menantang Ciptoning untuk melawannya. Dalam
perkelahian tersebut Ciptoning kalah tetapi dewa Kerata Rupa malah memberi senjata
sakti kepada Ciptoning untuk melawan praja raksasa Niwoto Kawoco. Senjata sakti
tersebut terletak dalam diri Ciptoning. Babak II diiringi oleh gending Srepeg Pucung
dan Ayak-Ayakan Kanti.
BABAK III
Saat gamelan dimainkan dalang juga bersiap-siap mengambil tokoh wayang
yang akan dimainkan pada babak III. Dalang mulai menyanyikan suluk dalang yang
diiringi oleh gender setelah selesai menyanyikan suluk dalang, dalang kembali
berdialog. Babak III akhir dari pertunjukkan wayang kulit tersebut cerita kemudian
dilanjutkan kembali. Kemudian bidadari Batari Sukrobo mendatangi praja raksasa
Niwoto Kawoco dan mengatakan kamu itu siapa? Seperti apa kekuatanmu makanya
kamu berani-berani menantang para dewa?. Batari Sukrobo berniat untuk mengetahui
kelemahan praja raksasa Niwoto Kawoco tetapi praja raksasa tidak ingin
memberitahukannya tetapi Batari Sukrobo tetap merayu praja raksasa Niwoto Kawoco,
akhirnya Niwoto Kawoco memberitahukan kepada Batari Sukrobo apa kelemahannya.
Kelemahan Niwoto Kawoco terletak didalam mulutnya, setelah Batari Sukrobo
mengetahui kelemahan Niwoto Kawoco kemudian Batari Sukrobo memberitahukan hal
7
tersebut kepada Ciptoning dan diketahui oleh Niwoto Kawoco akhirnya terjadilah
perkelahian antara Ciptoning dan Niwoto Kawoco. Perkelahian tersebut dimenangkan
oleh Ciptoning. Pada babak III gending yang dimainkan adalah gending Sampak
Menyura.
f. Faktor Penghambat Gamelan Sebagai Pengiring Wayang Kulit Di Group
Krido Laras Kota Medan
Faktor yang menjadi penghambat gamelan sebagai pengiring dalam wayang
kulit di Group Krido Laras Kota Medan adalah karena kemajuan teknologi yang
mengganti peranan gamelan sebagai pengiring wayang kulit dengan alat musik yang
lebih modern yaitu keyboard yang menggunakan disc atau kaset yang sebelumnya
dalam kaset atau disc tersebut sudah tersimpan beberapa macam gending gamelan yang
biasa digunakan untuk mengiringi wayang kulit. Oleh karena kemajuan teknologi
tersebut banyak masyarakat lebih memilih menggunakan keyboard untuk mengiringi
wayang kulit daripada menggunakan perangkat gamelan lengkap selain lebih praktis
biaya yang dikeluarkan jauh lebih murah daripada menggunakan perangkat gamelan
lengkap.
Hal tersebut membuat semakin berkurangnya para pemain gamelan karena
kemajuan teknologi secara tidak langsung sudah memusnahkan para pemain gamelan
akibatnya tidak ada lagi para pemain gamelan yang berusia muda. Kurangnya minat
para remaja atau usia muda untuk mempelajari gamelan juga menjadi salah satu faktor
penghambat gamelan sebagai pengiring wayang kulit karena para remaja atau usia lebih
mementingkan yang praktis menggunakan keyboard daripada yang merepotkan harus
belajar gamelan lagi.
III. Penutup
Dari hasil pembahasan mengenai peranan gamelan sebagai pengiring wayang kulit
di Group Krido Laras, dapat ditarik kesimpulan antara lain:
1. Peranan gamelan sebagai pengiring wayang kulit di Group Krido Laras
membuat Sanggar Musik Campursri Krido Laras ini menjadi sanggar musik
yang lain daripada yang lain karena Group Krido Laras masih mempertahankan
penggunaan alat musik gamelan secara lengkap untuk mengiringi suatu
pagelaran wayang kulit.
2. Alat musik gamelan yang digunakan Group Krido Laras tergolong lengkap
untuk mengiringi suatu pagelaran wayang kulit. Fungsi alat musik tersebut juga
8
bervariasi sehingga menjadikan pagelaran wayang kulit tersebut menjadi sangat
lengkap jadi apabila menonton pagelaran wayang kulit yang dipertunjukkan oleh
Group krido Laras seolah-olah para penonton berada di pulau Jawa.
3. Pagelaran wayang kulit pada zaman sekarang ini tidak lagi dilakukan semalam
suntuk tetapi berdasarkan permintaan. Pagelaran wayang seperti itu disebut
pagelaran wayangan padat tetapi walaupun begitu alat musik gamelan yang
dipakai sama juga dengan alat musik gamelan yang digunakan untuk mengiringi
wayang semalam suntuk perbedaannya hanya terletak
pada gending yang
dimainkan dan cerita yang dilakonkan. Pada wayangan padat gending-gending
yang dipakai hanya sebagian saja sesuai dengan kesepakatan antara Ki Sunardi
Rediguno dan anggota Group Krido Laras pada saat latihan.
4. Faktor yang menjadi penghambat gamelan sebagai pengiring wayang kulit
adalah karena kemajuan teknolgi yang menggantikan peranan perangkat
gamelan dengan alat musik yang lebih modern yaitu keyboard sehingga
membuat alat musik gamelan menghilang secara perlahan-lahan
5. Faktor yang dialami para pemain gamelan (niyaga) adalah karena tidak adanya
regenerasi pemain niyaga yang mengakibatkan semakin sedikit jumlahnya
pemain gamelan (niyaga) yang disebabkan kurangnya minat para remaja untuk
mempelajari alat musik gamelan tersebut.
9
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2006.
Jakarta: Bina Aksara
Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Bungin, Burhan. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rajagrafindo Persada
Djohan. 2005. Psikologi Musik. Yogyakarta: Buku Baik
Djelantik, A.A.M. 1999. Estetika: Sebuah Pengantar. Bandung: Masyarakat Seni
Pertunjukkan Indonesia
Handayani, Putri. 2012. “Peranan Musik pada Resepsi Pernikahan Etnis Jawa di Desa
Dalu Sepuluh B Kecamatan Tanjung Morawa Medan Kajian Terhadap Bentuk dan
Fungsi.”. Skripsi. Medan: Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan
Hurd, Michael. 1979. The Oxford Illustrated Dictionary of Music. Wellington: Oxford
University Press
Ilyas Noor, Muhammad., B.A. Sofyan Naparin., HS, M. Noor. 1987. Buku Seni Suara
Dan Teori Musik Praktis. Jakarta: Pustaka Pedoman
Kesuma, Handi. 2009. “Keberadaan Kelompok Musik Campursari pada Lembaga Pusat
Pengembangan Kebudayaan Jawa di Medan”. Skripsi. Medan: Fakultas Bahasa dan
Seni Universitas Negeri Medan
Luckman Sinar, Tengku. 2007. Pengantar Etnomusikologi dan Tarian Melayu.
Serdang-Medan: Yayasan Kesultanan
Purba, Suhendro. 2013. “Keberadaan Musik Gamelan Jawa di Kelurahan Aek Kanopan
Kabupaten Labuhan Batu Utara”. Skripsi. Medan: Fakultas Bahasa dan Seni
Universitas Negeri Medan
Rustopo.1980. Pengetahuan Membuat Gamelan. Surakarta: Proyek Pengembangan IKI
Sub Bagian Proyek ASKI Surakarta
Sugiyono.2008.Metode Penelitian. Jakarta : Bumi Aksara
Surjodiningrat Wasisto, M.Sc., P.J. Sudarjana,Ir., Adhisusanto, M.Sc. 1969.
Penyelidikan dalam Pengukuran Nada Gamelan – Gamelan Jawa Terkemuka di
Yogyakarta dan Surakarta. Yogyakarta: Laboratorium Akustik
Surjodiningrat, Wasisto., Sudarjana P.J., Susanto, Adhi. 1969. Tone Measurements Of
Outstanding Javanese Gamelans In Yogyakarta and Surakarta. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press
Utomo, Sari. 2009. “Keberadaan kegiatan Latihan Gamelan Manula (Manusia Lanjut
Usia) di Keluarga Besar Daerah Istimewa Yogyakarta Medan Helvetia Sumatera
Utara”. Skripsi. Medan: Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan
Yudoyono, Bambang. 1984. Gamelan Jawa: Awal Mula, Makna dan Masa Depannya.
Jakarta: PT.Karya Unipress
Wasisto Surjodiningrat, R.M. 1996. An Introduction To Javanese Gamelan Music.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
10
http://artikata.com/arti-331055-iring.html Diakses pada tanggal 06 Juni 2013
http://artikata.com/arti-341706-musik.html Diakses pada tanggal 08 Juni 2013
http://artikata.com/arti-376343-penyajian.html Diakses pada tanggal 06 Juni 2013
http://artikata.com/arti-373678-peranan.html Diakses pada tanggal 06 Juni 2013
http://carapedia.com/pengertian_definisi_musik_info2091.html Diakses pada tanggal 01
Mei 2013
http://denbagusduwe.blogspot.com/2013/03/seni-musik_1.html Diakses pada tanggal 04 Juni
2013
http://lorongteatersubang.blogspot.com/2012/12/drama-menurut-herman-j-waluyo-kataini.html Diakses pada tanggal 04 Juni 2013
http://lintang-lawu.blogspot.com/ Diakses 05 Juli 2013
http://id.wikipedia.org/wiki/Wayang_kulit Diakses pada tanggal 16 Mei 2013
http://www.phyruhize.com/2012/07/mengenal-jenis-jenis-alat-musik.html Diakses pada
tanggal 04 Juni 2013
http://yusranita.wordpress.com/west-sumatera-tourist-event/mudik-2010/ Diakses pada
tanggal 30 Juli 2013
11
Download