File - Badan Kesejahteraan Keluarga, Pemberdayaan

advertisement
BUKU PEGANGAN KADER BKR

BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL
DIREKTORAT BINA KETAHANAN REMAJA
JAKARTA 2013
i
Buku Pegangan Kader BKR
Tentang Delapan Fungsi Keluarga
Diterbitkan oleh :
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Hak Cipta @2013
Direktorat Bina Ketahanan Remaja
Cetakan Pertama
Disusun oleh :
Indra Wirdhana, SH, MM
Drs. M. Edi Muin, M.Si
Witri Windrawati, SE
Andi Hendardi, SH
Alifah Nuranti, S.Psi, MPH
Didik Trihantoro, S.Si, MAPS
Antonius Angkawijaya, S.Psi, MM
Ade Isyanah, S.Pd, MSR
Dra. Robertha Suparyati, MM
Khaeri Marifah, S.Psi
Irmiyanti Kusumastuti, SE, MA
Retnoningsih Suharno, S.Pd
Soetriningsih, S.Sos, M.Si
Ahmad Zuhdi, S.Sos, MPH
Drs. Eddy Setiadi
Priyo Susilo, Amd
ISBN 978-602-8068-70-3
BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL
DIREKTORAT BINA KETAHANAN REMAJA
Jl. Permata No. 1 Halim Perdana Kusuma – Jakarta Timur
Telp/fax : (021) 8009029, 8008548
http://ceria.bkkbn.go.id
ii
KATA SAMBUTAN
Dalam
rangka
mewujudkan
misi
Pembangunan
Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, yakni
mewujudkan
pembangunan
yang
berwawasan
kependudukan dan mewujudkan keluarga kecil bahagia
sejahtera, maka salah satu strateginya adalah meningkatkan
ketahanan dan kesejahteraan keluarga melalui pembinaan
keluarga. Dalam UU No 52 Tahun 2009 tentang
Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga,
yang mendefinisikan keluarga sebagai unit terkecil dalam
masyarakat yang terdiri dari suami istri, atau suami istri dan
anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya. Oleh
karena itu keluarga dituntut untuk aktif dan berperan dalam
mengawal proses perkembangan dan pertumbuhan
anaknya.
Berdasarkan pemikiran di atas, maka penanaman nilai-nilai
moral dalam keluarga melalui penanaman delapan fungsi
keluarga sangatlah penting. Sosok orang tua sebagai
penanggung jawab utama dalam menanamkan nilai-nilai
yang paling mendasar sebelum anak masuk pada fase
perkembangan dan pertumbuhan serta komunitas
berikutnya, sehingga perlu disusun buku Pegangan Kader BKR
tentang Delapan Fungsi Keluarga.
iii
Semoga buku ini dapat bermanfaat dalam membina remaja,
melalui penanaman dan penerapan nilai-nilai dalam delapan
fungsi keluarga. Akhirnya kepada semua pihak yang telah
memberikan kontribusi dalam penyusunan buku ini, kami
ucapkan terima kasih. Semoga Tuhan senantiasa
melimpahkan Taufik dan rahmatnya kepada kita semua.
Amin.
Jakarta, Maret 2013
Deputi Bidang Keluarga Sejahtera
dan Pemberdayaan Keluarga
Dr. Sudibyo Alimoeso, MA
iv
KATA PENGANTAR
Berbagai upaya telah dilakukan untuk merespon masalah
remaja, salah satunya melalui program Generasi Berencana
(GenRe). Pendekatan program GenRe adalah melalui
kelompok Bina Keluarga Remaja (BKR). Kegiatan Bina
Keluarga Remaja (BKR) bertujuan untuk meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan orangtua atau keluarga lain
dalam pembinaan tumbuh kembang remaja. Dengan adanya
kegiatan BKR, orangtua diharapkan memiliki pengetahuan
dan dapat menyampaikan pengetahuan yang mereka miliki
serta menanamkan nilai-nilai dalam delapan fungsi keluarga.
Pentingnya peran dan fungsi keluarga, menjadikan keluarga
sebagai lembaga pertama dalam kehidupan anak, tempat
anak belajar dan berperan sebagai makhluk sosial. Sekaitan
hal tersebut di atas, maka disusunlah buku Pegangan Kader
BKR tentang Delapan Fungsi Keluarga.
Buku ini ditujukan kepada para kader BKR dan orangtua
sebagai bahan bacaan dalam memperkaya pengetahuan dan
informasi tentang Delapan Fungsi Keluarga. Fungsi-fungsi
yang ada pada Delapan Fungsi Keluarga menjadi prasayarat ,
acuan dan pola hidup setiap keluarga dalam rangka
terwujudnya keluarga sejahtera dan berkualitas. BKKBN
membagi fungsi keluarga, menjadi 8 fungsi yaitu fungsi
v
agama, sosial budaya, cinta kasih, melindungi, reproduksi,
sosialisasi dan pendidikan, ekonomi, dan pembinaan
lingkungan.
Akhirnya kepada semua pihak yang turut berpartisipasi
dalam penyusunan buku ini, kami ucapkan terima kasih dan
penghargaan yang setinggi - tingginya.
Jakarta, Maret 2013
Direktur Bina Ketahanan Remaja
Indra Wirdhana, SH, MM
vi
DAFTAR ISI
Kata Sambutan ...........................................................
iii
Kata Pengantar ..........................................................
v
Daftar Isi .....................................................................
vii
Bab I : PENDAHULUAN ..............................................
1
A. Pengertian Keluarga .............................................................
1
B. Tugas Utama Keluarga . .......................................................
2
C. Fungsi Keluarga......................................................................
3
Bab II : DELAPAN FUNGSI KELUARGA ......................
5
A. Fungsi Agama ....................................................................
5
B.
Fungsi Sosial Budaya ........................................................
14
C. Fungsi Cinta Kasih .............................................................
28
D. Fungsi Perlindungan . ......................................................
53
E.
Fungsi Reproduksi .............................................................
63
F.
Fungsi Sosialisasi Pendidikan ........................................
69
G. Fungsi Ekonomi .................................................................
78
H. Fungsi Lingkungan ...........................................................
82
Bab III : PENUTUP .......................................................
89
Daftar Pustaka ...........................................................
91
vii
viii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pengertian Keluarga
Keluarga merupakan lembaga pertama dalam kehidupan anak,
tempat anak belajar dan berperan sebagai makhluk sosial.
Keluarga juga merupakan satu-satunya lembaga sosial yang
diberikan tanggung jawab untuk mengubah suatu organisme
biologis menjadi manusia. Dalam keluarga umumnya anak
melakukan interaksi yang intim. Pada saat sebuah lembaga
mulai membentuk kepribadian seseorang dalam hal-hal
penting, keluarganya tentu lebih banyak berperan dalam
persoalan perubahan itu, dengan mengajarkan berbagai
kemampuan dan menjalankan banyak fungsi-fungsi sosialnya
(Sayyid: 2007).
Keluarga adalah sekumpulan orang yang dihubungkan oleh
ikatan perkawinan, adopsi, kelahiran yang bertujuan
menciptakan dan mempertahankan budaya yang umum,
meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional dan
sosial dari tiap anggota keluarga (Duval, 1972 dalam Setiadi
2008). Menurut Slameto (2006) keluarga adalah lembaga
pendidikan yang pertama dan utama bagi anak-anaknya baik
pendidikan bangsa, dunia, dan negara sehingga cara orang tua
mendidik anak-anaknya akan berpengaruh terhadap belajar.
Sedangkan menurut Mubarak, dkk (2009) keluarga merupakan
1
perkumpulan dua atau lebih individu yang diikat oleh
hubungan darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap
anggota keluarga selalu berinteraksi satu dengan yang lain.
Indonesia telah merumuskan pengertian keluarga seperti yang
dicantumkan dalam UU No 52 Tahun 2009 tentang
Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga,
yang mendefinisikan keluarga sebagai unit terkecil dalam
masyarakat yang terdiri dari suami istri, atau suami, istri dan
anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya.
B. Tugas Utama Keluarga
Tugas utama keluarga adalah memenuhi kebutuhan jasmani,
rohani, dan sosial anggota keluarganya. Yang mencakup
pemeliharaan dan perawatan anak-anak, membimbing
perkembangan kepribadian anak-anaknya dan memenuhi
emosional anggota keluarganya.
Keluarga sebagai sebuah sistem sosial mempunyai tugas atau
fungsi agar sistem tersebut berjalan. Tugas tersebut berkaitan
dengan pencapaian tujuan, integrasi dan solidaritas, serta pola
kesinambungan atau pemeliharaan keluarga.
Resolusi Majelis Umum PBB menguraikan fungsi-fungsi utama
keluarga adalah : “Keluarga sebagai wahana untuk mendidik,
mengasuh dan sosialisasi anak, mengembangkan kemampuan
seluruh anggotanya agar dapat menjalankan fungsinya di
masyarakat dengan baik, serta memberikan kepuasan dan
lingkungan sosial yang sehat guna tercapainya keluarga
sejahtera” (Megawangi, 1994). Agar fungsi keluarga berada
2
pada kondisi optimal, perlu peningkatan fungsionalisasi dan
struktur yang jelas, yaitu suatu rangkaian peran dimana sistem
sosial dibangun.
C. Fungsi Keluarga
Keluarga Sejahtera merupakan dambaan dan harapan dari
setiap keluarga. Untuk mencapai kondisi tersebut bukan suatu
yang tidak mungkin terjadi, apabila setiap keluarga
menerapkan fungsi-fungsi yang seharusnya berjalan di dalam
kehidupan keluarga. Fungsi yang dimaksud tersebut dikenal
sebagai “ Delapan Fungsi Keluarga.”
Delapan fungsi keluarga adalah fungsi-fungsi yang menjadi
prasayarat , acuan dan pola hidup setiap keluarga dalam
rangka terwujudnya keluarga sejahtera dan berkualitas. BKKBN
membagi fungsi keluarga, menjadi 8 fungsi yaitu fungsi
agama, sosial budaya, cinta kasih, melindungi, reproduksi,
sosialisasi dan pendidikan, ekonomi, dan pembinaan
lingkungan.
3
4
BAB II
DELAPAN FUNGSI KELUARGA
Setiap fungsi dalam delapan fungsi keluarga mempunyai makna
masing-masing dan mempunyai peran penting dalam kehidupan
keluarga. Delapan fungsi keluarga ini diharapkan bukan hanya
sebagai simbol belaka, tetapi dapat menjadikan pijakan dan
tuntunan keluarga dalam menjalani roda kehidupannya. Adapun
pembahasan mengenai masing-masing fungsi keluarga dalam
delapan fungsi keluarga, adalah sebagai berikut :
A. Fungsi Agama
1. Pengertian Fungsi Agama
Agama adalah kebutuhan dasar bagi setiap manusia yang
ada sejak dalam kandungan. Keluarga adalah tempat
pertama seorang remaja mengenal agama. Keluarga juga
menanamkan dan menumbuhkan serta mengembangkan
nilai-nilai agama, sehingga remaja menjadi manusia yang
berakhlak baik dan bertaqwa. Setiap manusia mempunyai
kewajiban yang berbeda. Kewajiban tersebut disesuaikan
berdasarkan umur dan profesinya. Karena itu penting bagi
masing-masing individu untuk mengetahui dan sadar
dengan tanggung jawab yang dipikulnya, termasuk dengan
pengetahuan akan eksistensinya sebagai manusia yang
dicipta oleh yang Maha Pencipta.
5
Manusia pada hakekatnya diciptakan tak lain adalah untuk
menyembah kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena itu
sangat pantaslah sekiranya setiap langkah yang akan dituju
oleh setiap manusia hanyalah mengharap atas ridho dari
Allah SWT. Dalam hidup perjalanan setiap manusia
sesungguhnya tak lepas dari sekedar menjalani sebuah
skenario yang telah digariskan oleh yang Maha mengatur,
sehingga masing-masing orang satu sama lain baik rezeki,
musibah dan takdir pasti tidak akan sama, karena disitulah
letak kerahasiaan dari Sang Pencipta.
2. Nilai-Nilai dalam Fungsi Agama
Dalam fungsi agama, terdapat 12 nilai dasar yang mesti
dipahami dan ditanamkan dalam keluarga. Dua belas nilai
dasar tersebut diantaranya:
6
a.
Iman, yang dimaksud dengan iman yaitu mempercayai
akan adanya Allah SWT, Tuhan YME, mengamalkan
segala ajaranNya.
b.
Taqwa, yang dimaksud dengan taqwa adalah
mengamalkan segala sesuatu yang diperintahkan dan
menghindari segala yang dilarang Allah SWT.
c.
Kejujuran, yang dimaksud dengan kejujuran yaitu
menyampaikan apa adanya.
d.
Tenggang rasa ditandai dengan adanya kesadaran
bahwa setiap orang berbeda dalam sifat dan
karakternya.
e.
Rajin, maksudnya menyediakan waktu dan tenaga
untuk menyelesaikan tugasnya dengan berusaha
untuk mendapatkan hasil yang terbaik.
f.
Kesalehan, maksudnya adalah memiliki nilai moral
yang tinggi dengan melakukan sesuatu yang benar
secara konsisten.
g.
Ketaatan, maksudnya dengan segera dan senang hati
melaksremajaan apa yang menjadi tugas dan
tanggung jawabnya.
h.
Suka membantu, memiliki kebiasaan menolong dan
membantu orang lain tanpa mengharapkan imbalan.
i.
Disiplin, maksudnya menepati waktu, mematuhi
aturan yang telah disepakati.
j.
Sopan santun, maksudnya adalah seseorang yang
berperilaku sesuai dengan norma-norma dan nilai-nilai
agama.
k.
Sabar dan Ikhlas, maksudnya kemampuan seseorang
untuk menahan diri dalam menginginkan sesuatu serta
dalam menghadapi suatu kesulitan.
l.
Kasih sayang, merupakan ungkapan perasaan dengan
penuh perhatian, kesadaran dan kecintaan terhadap
seseorang.
3. Penerapan Fungsi Agama dalam Keluarga
a. Iman
Menanamkan keimanan kepada remaja berhubungan
dengan kemampuan orangtua dalam memberikan
7
nilai-nilai keagamaan agar dapat menjalankan ajaran
agamanya. Misalnya:
1) Membiasakan menjalankan ibadah secara bersama
dengan keluarga, baik di rumah maupun di tempat
ibadah.
2) Bersyukur atas anugerah Tuhan YME.
3) Sabar ketika mendapat musibah.
4) Memberikan bahan bacaan dan pengetahuan
tentang keagamaan
b. Taqwa
Ketaqwaan adalah buah dari keimanan yang harus
tercermin dalam sikap dan perilaku sehari-hari, baik
dirumah maupun di masyarakat. Orangtua sebaiknya
menunjukkan prilaku ketaqwaan kepada anak.
Misalnya, dengan menjalankan ibadah shalat, puasa.
c. Kejujuran
Kejujuran perlu ditanamkan oleh orangtua terhadap
anak remajanya, baik dalam keluarga maupun
dimasyarakat. Hilangnya kejujuran akan menimbulkan
saling curiga sehingga akan membuat hidup tidak
tentram. Menanamkan kejujuran dalam kehidupan
keluarga, berkaitan dengan kemampuan orangtua dan
remaja untuk mengatakan yang sebenarnya terjadi dan
mendorong orang lain untuk berbuat hal serupa.
Orangtua dapat menanamkan
remajanya dengan cara :
8
kejujuran
pada
1) Berlaku jujur dalam setiap ucapan dan tindakannya.
2) Berbuat jujur terhadap siapapun.
3) Mengemukakan manfaat berlaku jujur.
4) Memberi contoh atau teladan orang yang selalu
berlaku jujur.
5) Memperhatikan raut muka ketika berbicara dengan
remajanya untuk menunjukkan rasa percaya
orangtua kepada anaknya.
d. Tenggang rasa
Sikap tenggang rasa dapat tercermin dari kerukunan
hidup beragama, yakni dengan saling menghormati
dan memahami perasaan orang lain. Orangtua dapat
menerapkan nilai moral tenggang rasa dalam fungsi
agama dicerminkan melalui saling menghargai dan
menghormati agama atau kepercayaan orang lain
dalam menjalankan ibadahnya. Misalnya pada saat
bulan Ramadhan, tidak makan atau minum dihadapan
orang menjalankan ibadah puasa, menjaga kerukunan
antar umat beragama, bersikap sopan dan berbudi
luhur terhadap pemeluk agama lain.
e. Rajin
Ciri orang yang rajin adalah selalu melaksanakan tugas
dengan baik dan benar, menyediakan waktu untuk
menyelesaikan tugas, dan bertanggungjawab terhadap
pekerjaan. Kewajiban orang tua untuk senantiasa
memotivasi remaja rajin menjalankan kewajiban dan
9
tanggung jawabnya, misalnya dalam melaksanakan
ibadah pengajian atau kebaktian.
f.
Kesalehan
Dalam Fungsi Agama, kesalehan merupakan nilai moral
tertinggi yang dimiliki seseorang. Dengan demikian,
orang tua perlu memperhatikan dan menanamkannya
nilai-nilai agama kepada remaja. Menanamkan
kesalehan dalam kehidupan berkeluarga melalui fungsi
agama dapat dilakukan dengan menjaga diri dari
prilaku yang tidak baik. Cara penerapan yang dilakukan
orangtua adalah dengan memberikan teladan dan
mengingatkan:
a. Menjalankan ibadah dan berbuat baik kepada
sesama
b. Menjauhi hal yang dilarang agama seperti tidak
menyakiti hati orang lain, tidak berburuk sangka,
dan tidak iri terhadap keberhasilan orang lain.
g. Ketaatan
Taat adalah melaksanakan tugas dan tanggungjawab
dengan ikhlas. Ketaatan merupakan sikap terpuji dan
pencerminan dari orang yang mempunyai moral dan
akhlak yang mulia. Sebaiknya orangtua menanamkan
sifat ketaatan ini sejak dini, dan dimulai dari keluarga.
Ketaatan dalam kehidupan keluarga, tercermin dalam
menjalankan kewajiban agama, mengikuti aturan,
melaksanakan pekerjaan dengan tanggung jawab dan
ikhlas.
10
Dalam menerapkan ketaatan kepada remaja, orangtua
perlu memperhatikan:
1) Menjalankan
ibadah
sebagai
kewajibannya kepada Tuhan YME;
pelaksanaan
2) Mempunyai kesadaran sendiri untuk menyelesaian
dengan segera tugas-tugas rumah maupun
sekolah.
h. Suka membantu
Membantu atau menolong orang lain yang dilandasi
dengan keikhlasan merupakan perbuatan yang sangat
disukai oleh Tuhan YME. Menanamkan perilaku suka
menolong dalam kehidupan keluarga melalui fungsi
agama, berhubungan dengan kamauan orangtua dan
remaja untuk selalu siap mengulurkan tangan
membantu orang lain tanpa pamrih.
Untuk menanamkan perilaku suka menolong , dapat
dilakukan
orangtua
dengan
memberikan
contoh/teladan. Misalnya, dengan membantu kesulitan
atau permasalahan yang dihadapi tetangga, teman,
atau anggota keluarga lain. Ajaklah remaja untuk
senantiasa ringan tangan jika ada teman atau anggota
keluarga lain membutuhkan bantuan.
i.
Disiplin
Disiplin adalah mematuhi aturan agama yang berlaku
dan harus tertanam dalam pribadi setiap orang. Setiap
anggota keluarga sebaiknya menjadi orang yang
disiplin. Penerapan perilaku disiplin beragama
11
berhubungan dengan ketepatan dan keteraturan
dalam memanfaatkan waktu, dan tidak melanggar
aturan. Perilaku tersebut terlihat dari contoh berikut.
1) Melaksanakan ibadah tepat waktu
2) Selalu menepati janji
3) Mengikuti aturan-aturan yang telah ditetapkan
j.
Sopan santun
Sikap sopan santun sebaiknya diajarkan oleh orangtua
kepada remaja mulai dari kebiasaan di rumah. Sikap
sopan anak bagaimanapun adalah cerminan orang tua.
Sopan satun merupakan kepentingan bersama agar
setiap orang dapat hidup berdampingan dan
bermasayarakat. Sopan santun juga merefleksikan
kepribadian yang penuh cinta dan tenggang rasa,
contoh norma sopan santun
1) hormat menghormati
2) ajarkan bertutur kata sopan sejak dini
3) mengucapkan salam ketika bertemu dan saat
berpamitan
k.
Sabar dan Ikhlas
Sabar adalah kuatan jiwa dalam menahan diri yang
didalamnya meliputi ketabahan, keuletan, ketahanan
menghadapi tantangan, ancaman dan hambatan
untuk mewujudkan apa yang kita inginkan. Sikap sabar
12
ini mesti ditanamkan oleh orangtua kepada remaja dan
dimulai dari rumah.
Penanaman sikap sabar dalam kehidupan keluarga,
berkenaan dengan kemampuan orangtua dan remaja
dalam menahan diri/bersikap tenang ketika
menginginkan sesuatu dan ketika menghadapi
kesulitan, tidak cepat puas dan tidak mudah marah.
Contoh perilaku sabar:
1) Mampu menguasai nafsu amarah dalam diri
2) Tidak tergesa-gesa dalam menjalankan ibadah
3) Sabar dalam mewujudkan keinginan
4) Sabar dalam pergaulan
l.
Kasih sayang
Kasih sayang adalah bentuk ungkapan perasaan
(dengan sepenuh perhatian), kesadaran, dan kecintaan
terhadap seseorang. Semua agama mengajarkan
kepada umatnya supaya memounyai rasa kasih sayang
terhadap semua orang. Pepatah agama mengatakan:
“kasihilah orang lain seperti kamu mengasihi dirimu
sendiri”. Ungkapan itu memberi arti bahwa rasa kasih
sayang merupakan kebutuhan setiap orang.
Setiap orang memerlukan kasih sayang dari orang lain.
Mereka memerlukan kasih sayang dari orangtua dan
orang-orang di sekelilingnya dengan tulus dan ikhlas.
Menanamkan kasih sayang dalam kehidupan keluarga,
13
berhubungan dengan kemampuan orangtua dengan
cara:
1) Memberikan perhatian penuh secara tulus dan
ikhlas terhadap kesulitan dan permasalahan yang
dihadapi anak remaja
2) Tidak bersikap kasar, dan mengingatkan anak
bahwa sikap kasar tidak boleh dilakukan oleh siapa
saja dan kepada siapapun.
B.
Fungsi Sosial Budaya
1. Pengertian
Fungsi sosial budaya mempunyai makna bahwa keluarga
adalah wahana pertama dan utama dalam pembinaan
dan penanaman nilai-nilai luhur budaya yang selama ini
menjadi panutan dalam tata kehidupan. Dengan
penerapan fungsi sosial budaya dalam keluarga, nilai
luhur yang selama ini sudah menjadi panutan dalam
kehidupan bangsa tetap dapat dipertahankan dan
dipelihara.
Perkembangan sosial budaya dalam masyarakat telah
mengalami banyak perubahan, dimana nilai-nilai sosial
dan budaya yang dianut sudah semakin bebas, dan
menyebabkan kurang dipegangnya lagi aturan-aturan
dalam masyarakat. Penanaman nilai-nilai sosial budaya
juga dimulai dari keluarga, karena keluarga merupakan
lingkungan sosial yang pertama sekali dikenal oleh anak.
14
Di dalam keluarga inilah pertama sekali mulai
terbentuknya penanaman nilai sosial budaya yang
diajarkan melalui contoh perilaku orangtuanya. Adanya
interaksi di dalam lingkungan keluarga antara satu
anggota dengan anggota lainnya akan menyadarkan
anak bahwa mereka berfungsi sebagai individu dan
mahluk sosial. Sebagai mahluk sosial ia belajar
menyesuaikan diri dengan kehidupan bersama, yaitu
saling tolong menolong dan mempelajari adat istiadat
yang berlaku disekitarnya. Melalui orangtualah anak
belajar untuk menjalankan peran yang nantinya
diharapkan di masyarakat.
2. Nilai-nilai dalam Fungsi Sosial Budaya
Nilai-nilai dalam fungsi sosial budaya yang dapat
ditanamkan didalam lingkungan keluarga antara lain :
a. Toleransi dan saling menghargai
Toleransi bisa diartikan sebagai sikap menghargai
pendirian yang berbeda atau bertentangan dengan
pendirian kita sendiri. Sikap toleransi ini bisa
ditanamkan kepada anak-anak sejak kecil, karena
pada usia anak mereka masih lebih bersifat
egosentris, dimana anak menganggap bahwa dirinya
adalah segalanya, yang membuat mereka sulit
berbagi atau belum bersedia bermain dengan orang
lain. Mereka juga sangat sensitif akan sesuatu yang
berbeda yang ada di sekitarnya dan sering kali
15
mereka menolak dengan tegas perbedaan tersebut.
Hal inilah yang membuat mereka seolah kejam dan
tidak punya toleransi.
Disinilah
peran
penting
orangtua
dalam
menanamkan nilai toleransi kepada anaknya.
Terutama, menstimulasi anak agar dia siap menerima
keberadaan orang lain. Secara bersamaan, juga
menanamkan karakter toleran terhadap orang lain
yang berbeda dari dirinya. Orangtua harus mulai
memperkenalkan toleransi dan perbedaan bukanlah
sesuatu yang menakutkan, buruk atau harus
dihindari pada mereka. Dan jangan lupa, kita sebagai
orangtua harus menjaga sikap di hadapan mereka
dengan tidak melontarkan kata-kata atau tindakan
yang menolak perbedaan. Kadang kala, disadari atau
tidak, kita melontarkan kata-kata yang tidak enak
didengar mengenai perbedaan yang ada di sekitar
kita seperti perbedaan suku, agama atau adat
istiadat, bahkan bersikap sinis pada perbedaan
tersebut. Sungguh, semua tindakan kita akan
direkam tanpa sensor oleh anak. Jika kita tidak
menjaga sikap dan tidak memberi bimbingan lebih
lanjut, mereka akan kehilangan sikap toleransi pada
sesamanya.
b. Gotong Royong
Gotong royong adalah melaksanakan pekerjaan
secara bersama-sama yang dilandasi dengan
kesukarelaan dan kekeluargaan. Membangkitkan jiwa
16
gotong royong dalam kehidupan keluarga berkaitan
dengan kesediaan orang tua dan anak-anak untuk
saling menolong dan tanpa pamrih dalam melakukan
pekerjaan.
Selain dapat menciptakan hubungan sesama yang
positif, tolong menolong juga memberikan pengaruh
positif bagi orang yang melakukannya. Orang yang
suka menolong, akan membuat jiwanya lebih positif,
jiwanya lebih besar, dan seringkali lebih bahagia.
Itulah kenapa kita semua perlu menanamkan jiwa
yang suka menolong pada anak-anak kita. Cara yang
paling sederhana dan punya efek yang luar biasa
adalah dengan memperagakan aktivitas kita yang
suka menolong orang lain juga.
c. Sopan Santun
Semua orangtua tentu berharap anak mereka
bersikap sopan dan santun. Namun, budi pekerti atau
tata krama yang baik tidak bisa muncul begitu saja.
Anak perlu mendapat pengajaran bagaimana
bersikap sopan dan santun. Memang, tidak mudah
menerapkan sopan santun pada anak. Tetapi jika
orangtua berhasil mengajarkan sopan santun pada
anaknya, si kecil akan tumbuh menjadi seseorang
yang berperilaku baik di sepanjang hidupnya.
Meskipun, tidak dapat dipungkiri bahwa lingkungan
di luar rumah juga memiliki peran yang sangat besar
pada pembentukan perilaku yang sopan dan santun
ini.
17
Sopan santun ini dipelajari anak melalui teladan atau
contoh dari orangtuanya, dimana diantara ayah dan
ibu atau keluarga yg ikut tinggal dalam rumah belajar
untuk saling menghormati dan bersikap lemah
lembut satu dengan yang lain.
d. Kebersamaan dan kerukunan
Keluarga adalah tempat dimana seseorang dapat
merasakan kebahagian atau kesedihan dalam dunia
ini. Dalam keluarga kita tumbuh dan belajar tentang
nilai-nilai kehidupan. Dengan keluarga pula kita
berbagi suka duka kehidupan dan bahu membahu
menghadapi berbagai masalah yang terjadi.
Orangtua seharusnya mengajarkan kebersamaan
kepada anak bukan malahan sibuk dengan bisnis dan
menitipkan anak kepada kakek atau nenek atau
bahkan pembantu. Kebersamaan sangatlah penting
dan tidak bernilai harganya. Kebersamaan orangtua
dan anak tidak akan tergantikan dengan
kebersamaan lainnya. Tidak ada yang lebih indah lagi
selain melihat kekompakan ayah, ibu dan anak-anak.
Orangtua harus selalu menanamkannya sedari anak
kecil.
e. Kepedulian
Peduli
artinya menanggapi
perasaan
dan
pengalaman orang lain. Ciri-ciri kepedulian sosial
budaya yaitu upaya menghargai dan menghormati
adat istiadat setempat. Setiap orang lahir disertai
18
sifat/watak/karakter dan kepribadian yang berbeda.
Begitupun dalam hidup di masyarakat akan diwarnai
oleh sosial, budaya dan adat yang berbeda setiap
anggota keluarga semestinya mempunyai sikap
kepedulian terhadap masalah sosial, budaya dan
adat yang berbeda dimana saja berada.
Sikap peduli dapat diawali oleh orangtua dalam
keluarga
terhadap
anak-anaknya
dengan
memelihara, menghargai dan menghormati adat
istiadat, sifat dan watak seseorang. Kepedulian
diantara sesama anggota keluarga atau masyarakat
akan membangkitkan rasa kekeluargaan serta
kesetiakawanan. Menumbuhkan sikap peduli dalam
kehidupan keluarga, melalui fungsi sosial budaya,
berkenaan dengan bimbingan orangtua terhadap
anak-anaknya untuk melestarikan adat istiadat dan
menghargai serta menghormati sosial budaya orang
lain.
f.
Cinta Tanah Air atau Nasionalisme
Rasa cinta tanah air atau nasionalisme dapat dicirikan
dengan kemampuan seseorang untuk menghargai
nilai–nilai sejarah kepahlawanan, mencintai produk
sendiri, menyadari adanya pengaruh global terhadap
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Saat ini jiwa kebangsaan kita dirasakan bukan mulai
pudar lagi tapi justru semakin pudar setelah arus
globalisasi informasi dan teknologi semakin kuat
merasuk ke dalam keluarga. Hal ini sebagai
19
tantangan kita selaku orangtua untuk menanamkan
kembali jiwa kebangsaan ini terhadap anak-anak.
Menanamkan jiwa kebangsaan dalam kehidupan
keluarg, melalui Fungsi Sosial Budaya, berhubungan
dengan kemampuan orangtua dan anak-anak untuk
menghargai nilai-nilai sejarah kepahlawanan,
menyintai produksi dalam negeri dan menyadari
adanya pengaruh globalisasi terhadap kehidupan.
3. Penerapan Fungsi Sosial Budaya dalam Keluarga
Penerapan nilai-nilai dalam fungsi sosial budaya yang
dapat ditanamkan didalam lingkungan keluarga antara
lain :
a. Toleransi dan saling menghargai
Cara-cara menanamkan toleransi yang bisa dilakukan
adalah :
1) Orangtua dapat mengajarkan toleransi dengan
memberikan contoh-contoh dengan cara mereka
sendiri. Membicarakan tentang toleransi dan
sikap menghargai akan membantu anak
memahami nilai apa yang ingin Anda tanamkan
pada diri mereka.
2) Hati-hati jika membicarakan kebiasaan orangorang yang berbeda dengan orangtua. Meskipun
hanya candaan, ini akan terserap pada pikiran
anak dan dapat mempengaruhi sikapnya.
20
3) Carilah komunitas yang beragam. Berilah
kesempatan anak untuk bermain dan beraktivitas
dengan orang lain yang berbeda dengan diri
mereka. Misalnya ketika memilih sekolah, tempat
berlibur, atau penitipan anak, carilah tempat
yang populasinya beragam.
4) Ketika mengetahui anak menolak pertemanan
dengan berdasarkan alasan perbedaan warna
kulit, tidak cantik/tampan, agama, status sosial,
atau bahkan karena ada kekurangan (tuna daksa
atau tuna grahita) pada teman barunya, maka
segeralah untuk memberi pemahaman yang
lebih lanjut.
b. Gotong Royong
Cara menanamkan nilai-nilai gotong royong antara
lain :
1)
Interaksi ibu dan ayah dalam melaksanakan
kegiatan sehari-hari dapat dijadikan sebagai
teladan bagi anak-anaknya, misalnya ketika sang
ibu menyediakan minum untuk ayahnya
sedangkan sang ayah membantu ibu
memperbaiki kompor yang rusak. Anak-anak
akan mencontoh sikap saling menolong tersebut
ketika mereka sedang berinteraksi dengan anakanak lain atau interaksi kakak-beradik.
2)
Mendukung inisiatif anggota keluarga termasuk
anak untuk menolong orang lain. Misalnya
21
mendukung inisiatifnya untuk terlibat dalam
kegiatan sekolah yang tujuannya untuk tolongmenolong atau menolong orang lain yang
sedang terkena musibah.
3)
Memberikan contoh menolong orang yang
sedang kesusahan, seperti membagi makanan,
menyisihkan sebagian harta yang kita punya
untuk orang yang kurang mampu, meringankan
kesulitan keluarga atau orang lain, dan masih
banyak lagi.
c. Sopan Santun
Cara-cara
keluarga:
menanamkan
sopan
santun
dalam
1) Berikan contoh dalam kehidupan sehari-hari
Anak adalah peniru paling ulung. Bahkan, saat
masih belum dapat berbicara pun, anak sudah
bisa menirukan perbuatan yang kita lakukan.
Meskipun dalam "bahasa dan bentuk" yang lain.
Sangatlah
tepat
ungkapan
“anak-anak
mendengar tidak dengan telinga, melainkan
dengan matanya” Itu artinya, orangtua harus
menjadi contoh nyata bagaimana bersikap sopan
dan santun.
2) Ajarkan 3 kata penting
"Terima kasih", "Tolong", dan "Maaf" adalah 3 kata
penting yang sebaiknya diajarkan sejak anak
lahir. Ucapkanlah kata "Tolong" jika ingin
22
meminta bantuan kepada siapa saja. Ucapkan
"Terima kasih" bila si anak melakukan sesuatu
untuk orangtua, dan jangan segan berkata "Maaf"
jika orangtua berbuat salah. Dengan demikian
anak akan mengetahui bahwa dirinya dihargai
dan ia pun akan terbiasa menghargai orang lain.
3) Latihan sambil bermain
Mungkin orangtua sudah berusaha mengajarkan
sopan santun pada anak. Tapi bisa saja ketika
anak berhadapan dengan orang lain ia
melakukan perbuatan yang kurang santun.
Jangan menyerah. Cobalah melatih sikap sopan
santun dengan mengajak anak bermain peran.
Coba minta anak menjadi tamu dan orangtua
tuan rumahnya. Lakukan juga peran sebaliknya.
Berperanlah sebagai tuan rumah yang sopan dan
minta si Nk berperan sebagai tamu yang sopan.
Biasanya, saat berperan anak akan menjadi
"aktor" yang baik sehingga ia akan melakukan
skenario yang sudah disepakati. Saat anak
bersikap santun dalam peran yang dimainkannya
pujilah perbuatannya. Tunjukkan bahwa
orangtua sangat menghargai sikap positif ini.
4) Harus konsisten
Anak sering lupa bagaimana bersikap baik,
sehingga sangat wajar bila ia tiba-tiba melakukan
tindakan kurang sopan. Jangan langsung
23
memarahinya. Tapi ingatkan dia bahwa tindakan
tersebut tidak sopan. Beri peringatan dengan
cara yang menyenangkan. Misalnya, "Wah,
karena terlalu haus, jagoan Bunda lupa bilang
terima kasih ya..."
Untuk membentuk sikap yang sopan dan santun
orangtua harus konsisten dan jangan bersikap
permisif atau memaklumi dengan alasan apapun.
Bila anak melakukan tindakan yang tidak sopan,
ingatkan lagi, lagi dan lagi.
5) Jangan dijadikan lelucon
Sikap yang kurang sopan bukan lelucon atau
bahan guyonan. Jangan menertawakan anak saat
ia melakukan tindakan yang tidak santun. Bila
orangtua atau anggota lain melakukannya, anak
akan berpikir perbuatannya lucu, wajar dan
benar. Ini akan membuat anak semakin sulit
memahami makna sopan santun, apalagi
mempraktekkannya.
6) Tunjukkan perhatian
Anak sering melakukan tindakan yang tidak
santun hanya untuk menarik perhatian
orangtuanya. Karena itu, sebaiknya sesibuk
apapun orangtua di meja makan, bersama tamu
atau dengan pekerjaan, berikan perhatian pada
anak. Berikan pujian jika anak menunjukkan
perilaku yang sopan dan santun.
24
d. Kebersamaan dan kerukunan
Cara menanamkan nilai-nilai kebersamaan antara
lain:
1) Pertama, bisa dimulai dari dalam rumah.
Orangtua harus menerapkan waktu makan
bersama dengan anak setiap pagi dan malam
hari. Dari sini anak anda akan selalu merasakan
indahnya waktu makan bersama ayah dan
ibunya.
2) Biasakan selalu mempunyai waktu luang pada
saat anak belajar. Ayah dan ibu bisa bersamasama membantu dan menunggui anak ketika
anak sedang belajar. Anak akan merasakan
kebahagiaan
karena
orangtua
selalu
mendukungnya,
3) Sebagai orangtua bisa membiasakan komunikasi
dengan anak. Komunikasi bisa menjalin
kebersamaan. Biasakan untuk mengobrol setiap
sore atau setelah anak pulang sekolah tentang
semua kegiatannya disekolah.
4) Biasakan anak menonton televisi bersama
orangtuanya
diruang
keluarga.
Jangan
meletakkan televisi dikamar tidur mereka karena
akan membuat mereka lebih senang berdiam
dikamar.
5) Lakukan kegiatan-kegiatan didalam rumah
bersama misalnya membetulkan mobil digarasi
25
bersama anak atau memasak didapur dengan
bantuan anak. Ini akan membuat kebersamaan
semakin terjalin.
6) Orangtua bisa merencanakan berlibur bersama.
Liburan adalah saat-saat yang penting untuk
menjalin kebersamaan dengan anak anda.
7) Orangtua bisa mengajak anak untuk melakukan
beberapa aktifitas olahraga setiap minggu
bersama misalnya bermain basket, bersepeda,
atau aktifitas lain. Kegiatan tersebut akan diingat
oleh anak sampai anak dewasa.
e. Kepedulian
Cara menanamkan nilai-nilai kepedulian antara lain :
1) Menerapkan sikap peduli terhadap anak-anak
dimulai oleh orangtua, bisa dengan cara
penteladanan. Orangtua, apakah ayah atau ibu
mungkin berbeda hobi, berlainan sifat dan watak.
Adanya perbedaan kita harus saling menghargai
dan menghormati.
2) Mungkin kita mempunyai dua orang anak, yang
satu hobi nyanyi pop indonesia, dan satunya lagi
nyanyi pop jawa. Keduanya tiba-tiba saling
mengejek disebabkan perbedaan hobi. Kita
dapat membicarakan masalah itu dengan
melibatkan kedua anak-anak kita, agar mengerti
perbedaan hobi dan menghargai keberadaannya.
26
3) Bisa juga kita mengajak anak-anak ketempat
rekreasi cagar budaya, tempat kesenian atau seni
patung, misalnya di Taman Mini Indonesia Indah
atau tempat lainnya yang dekat. Di tempat itu
orangtua dapat menunjukkan berbagai kesenian,
adat dan budaya yang beragam yang saling
berdampingan.
f.
Kebangsaan
Cara-cara menanamkan nilai-nilai kebangsaan antara
lain:
1) Tanamkan sikap “Aku Bangga Jadi Orang
Indonesia”.
2) Mengajarkan bahasa Indonesia yang baik dan
benar dirumah, selain juga bahasa asing lainnya.
3) Membeli dan menggunakan produk dalam
negeri, kalau ada buatan masyarakat sekitar.
4) Menceritakan kepahlawanan atau cerita rakyat
daerah.
5) Mengikuti atau menghadiri upaya bendera
peringatan hari kemerdekaan 17 Agustusan atau
hari-hari besar nasional lainnya.
6) Mengenalkan dan menyanyikan lagu-lagu
kebangsaan, seperti Garuda Pancasila, Padamu
Negeri, Halo-halo Bandung dan sebagainya.
7) Mengunjungi tempat-tempat bersejarah atau
mengikuti upacara ziarah ke makam pahlawan.
27
Menanamkan jiwa kebangsaan juga dilakukan
dengan membandingkan sifat, watak, sosial dan
budaya bangsa lain yang berbeda. Orangtua dapat
menceritakan
dari
segi
keunggulan
dan
kelemahannya, sehingga dapat menggugah anakanaknya untuk tetap memiliki jiwa kebangsaan yang
baik. Penanaman nilai-nilai kebangsaan sangat
penting untuk menghindari konflik antar umat
beragama.
C.
Fungsi Cinta Kasih
1. Pengertian Fungsi Cinta Kasih
Salah satu kebutuhan dasar manusia adalah kebutuhan
akan kasih sayang. Kasih sayang merupakan komponen
dasar yang utama dalam proses pembentukan karakter
atau akhlak anak. Dengan cinta dan kasih sayang suasana
rumah akan menjadi tempat yang sangat menyenangkan
bagi anak dan seluruh penghuninya. Sehingga rumah
menjadi tempat tinggal dan berkumpulnya seluruh
kegembiraan, kedamaian dan kesopanan. Rumah yang
dipenuhi dengan sinar cinta dan kasih sayang akan
menjadi tempat kejujuran dan segala sifat kebaikan dan
kebahagiaan tinggal. Bahkan ada istilah yang
mengatakan bahwa “rumahku istanaku”.
Anak akan belajar mengasihi apabila di rumah kedua
orangtuanya hidup dalam suasana penuh cinta kasih
sayang. Dengan pelajaran cinta kasih yang diterimanya di
28
rumah anak akan menjadi anak yang lembut dan
penurut. Apabila anak dibesarkan dalam suasana rumah
yang penuh dengan kebencian dan kedengkian akan
melahirkan watak yang gampang tersinggung dan cepat
marah, hidupnya akan selalu dipenuhi oleh rasa dendam
yang pada akhirnya akan merugikan anak itu sendiri
dimasa dewasanya.
Fungsi cinta kasih mempunyai makna bahwa keluarga
harus menjadi tempat untuk menciptakan suasana cinta
dan kasih sayang dalam kehidupan berkeluarga,
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
2. Nilai-nilai dasar
Dalam menanamkan nilai-nilai cinta kasih dalam
keluarga, maka ada beberapa hal yang harus diajarkan
dalam keluarga, antara lain :
a. Empati
Empati adalah merupakan kepekaan seseorang
dalam memahami dan mengerti perasaan orang lain.
Kita mungkin sering mendengarkan kata-kata
“empati” ini diucapkan oleh orang lain, bahkan oleh
diri kita sendiri, tetapi apakah kita sendiri sudah
pernah menerapkan empati dalam perilaku kita
sehari-hari? Apalagi bila kita sedang berhadapan
dengan pasangan atau anak-anak kita. Empati erat
berhubungan dengan perilaku moral. Empati adalah
suatu perasaan yang mendorong seseorang untuk
29
bertindak peduli, meskipun secara rasional tidak
diperlukan. Anak yang tidak dapat mengembangkan
kemampuan berempati akan menjadi orang yang tak
peduli dan tak menyadari akibat perilaku mereka
pada orang lain.
Kemampuan berempati tidak didapatkan secara
otomatis, tetapi harus dipelajari. Disinilah peran
orangtua sangat diharapkan untuk dapat melatih
kemampuan emosi anak dan memberikan contoh
kepada anak untuk dapat berempati kepada orang
lain. Jika orangtua dapat mengembangkan sikap
empati anak-anak, maka mereka akan membangun
kekuatan batin yang akan melindungi mereka dari
pengaruh luar dalam pengambilan keputusan yang
tepat.
b. Keakraban
Keakraban dapat diartikan sebagai hubungan yang
dilandasi oleh rasa kebersamaam dan kedekatan
perasaan. Ciri-ciri keakraban ini tidak hanya dilihat
dari kebersamaan (kedekatan secara fisik) tetapi
dapat dilihat dari adanya saling memberi perhatian,
dapat
menikmati
kebersamaan,
mempunyai
keperdulian serta memiliki rasa persahabatan
(kedekatan secara emosi).
Kepedulian terhadap setiap anggota keluarga
menjadi suatu keharusan dalam sebuah keluarga.
Seperti apa pun sikap seorang anggota keluarga, ia
patut mendapatkan kepedulian dari anggota yang
30
lain. Karena itu, peranan orangtua sangat penting
dalam membangun kepedulian ini. Seorang anak
yang sejak kecil diajari untuk peduli terhadap
anggota keluarganya akan memberi perhatian yang
besar kepada sesamanya.
c. Keadilan
Adil
dalam
pengertian
sederhana
adalah
menempatkan segala sesuatu sesuai dengan potensi
dan kapasitasnya. Dalam keluarga, keadilan harus
ada dan ditanamkan sejak usia dini. Kita tidak bisa
melakukan sesuatu secara adil tanpa memahami
potensi dan kapasitas yang ada pada anak-anak.
Perbedaan perlu dipahami untuk membuat
perlakuan
yang
diberikan
sesuai
dengan
kapasitasnya. Orangtua tidak menjadi seorang
pemberi dan anak sebagai penerima. Lebih dari itu
ada proses saling memahami, sehingga pemberian
dan penerimaan adalah bagian dari peran dan fungsi
orangtua dan anak yang memiliki hak dan
kewajibannya masing-masing, baik yang sudah
menjadi norma maupun kesepakatan. Orang adil
dapat dicirikan dengan kemampuan seseorang untuk
memperlakukan orang lain secara wajar seperti kita
ingin diperlakukan oleh orang lain, berpihak pada
kebenaran dan tidak pilih kasih terhadap orang lain.
d. Pemaaf
Pemaaf adalah dapat menerima kesalahan orang lain
tanpa perasaan dendam. Namun mengakui
31
kesalahan dan berani meminta maaf lebih utama.
Meminta maaf dan memberi maaf adalah sebuah
keterampilan sosial dan emosional yang perlu
diajarkan sejak dini, karena sangat berperan dalam
membentuk kepribadian yang positif. Apabila anak
tidak diajarkan sejak dini, maka anak akan menjadi
anak yang egois. Jika hal tersebut terjadi pada anak,
kelak ia akan menemui kesulitan dalam
berkomunikasi, berinteraksi dan bersosialisasi. Hal ini
juga membuat sportivitas anak tidak berkembang.
Sportivitas yang rendah akan merugikan anak karena
dia akan dicap negatif dan dijauhi teman-temannya.
e. Kesetiaan
Setiap anggota keluarga semestinya mempunyai
sikap setia terhadap keluarga, teman dan kelompok
sesuai dengan kesepakatan bersama tanpa adanya
saling mengkhianati. Melalui kesetiaan dapat
melahirkan kekuatan untuk menghadapi masalah
yang selalu menghadang dihadapan kita. Orang tua
bersama anak-anak dan anggota masyarakat lainnya
sebaiknya membangun rasa kesetiakawanan.
Penumbuhan sikap setia dalam kehidupan keluarga,
melalui fungsi cinta kasih, berkenaan dengan
bimbingan orangtua dan anak-anak untuk
membangun kesetian dalam keluarga, bersama
teman anak-anak dan orang lain dalam lingkungan
masyarakat.
32
f.
Suka Menolong
Suka menolong adalah kebiasaan untuk menolong
dan membantu orang lain. Tolong menolong yang
dilandasi cinta kasih merupakan bagian dari
kebersamaan yang dapat menjalin kerukunan dan
kedamaian. Menumbuhkan sifat suka menolong
dalam kehidupan keluarga, berhubungan dengan
kemauan orangtua dan anak-anaknya untuk selalu
siap mengulurkan tangan dalam membantu orang
lain dan selalu mencari kesempatan ingin
memberikan sumbangan. Dimulai dengan kebiasaan
dalam keluarga, dimana ayah bisa membantu ibu
untuk mengerjakan pekerjaan-pekerjaan rumah,
seperti mengepel rumah, mencuci piring, dan
sebagainya.
g. Tanggungjawab
Rasa bertanggung jawab bukan sikap bawaan dari
lahir yang sudah ada pada setiap individu, tetapi
merupakan sikap yang butuh pembiasaan dan
pengajaran. Untuk membuat seseorang anak
memiliki sikap bertanggung jawab, perlu peran
orang lain untuk membiasakannya bertanggung
jawab sedini mungkin mulai dari hal-hal yang kecil.
Untuk memulai hal tersebut, anak membutuhkan
contoh dan arahan dari lingkungan terdekatnya,
terutama orangtua.
33
3. Penerapan Fungsi Cinta Kasih dalam Keluarga
a. Empati
Cara-cara mengajarkan anak-anak untuk melakukan
empati :
1) Ajarkan anak-anak untuk mengikuti hati nurani.
Jika dalam hati merasa bersalah, berarti itu tidak
baik untuk siapa pun. Hal ini membantu mereka
menjaga motivasi mereka tulus dan murni. Kita
dapat membantu mereka untuk memahami hal
ini dengan lebih baik, yaitu dengan membahas
tentang apa yang memotivasi kita untuk
melakukan sesuatu, bagaimana sebuah tindakan
dapat bermanfaat bagi kita maupun orang lain
dan tidak merugikan siapapun.
2) Ciptakan hubungan terbuka antara Anda dan
anak-anak sehingga mereka tak ragu bercerita
tentang pengalaman positif maupun negatif
mereka. Tunjukkan perhatian atas cerita mereka
dan berikan respon yang menunjukkan bahwa
Anda peduli pada mereka. Dari kebiasaan ini,
anak akan belajar mendengarkan, peduli, bahkan
membantu orang lain.
3) Ajak dan biasakan anak untuk melakukan sesuatu
bagi orang lain yang membutuhkan. Memberi
sedekah pada fakir miskin, memberikan buku dan
mainannya yang tak lagi digunakan ke anak
yatim, atau memberi sumbangan pada korban
34
banjir. Melakukan tindakan menolong mudah
dilakukan, baik di sekolah, dalam keluarga atau di
masyarakat, namun yang perlu ditekankan adalah
agar anak berpikir tentang kemalangan orangorang yang mereka bantu. Ketika mereka
melakukannya, mereka dapat mengerti tentang
bagaimana rasanya jika berada dalam posisi
tersebut.
4) Sebagai orangtua, kita dapat mencoba untuk
mengembangkan empati anak-anak dengan
dialog. Beberapa contoh berikut:
a)
Ketika anak-anak kita berhadapan dengan
orang yang tidak mereka suka atau
bertentangan dengan mereka, bantulah
mereka untuk mencoba menemukan
sesuatu yang baik dari orang tersebut sekecil
apapun.
b)
Mintalah
anak-anak
secara
mental
menempatkan dirinya dalam posisi musuh
mereka atau mengajak mereka untuk
melihat pengalaman yang telah terjadi
sebelumnya dengan posisi yang berbalik.
c)
Ketika kita marah kepada seseorang, kita
sering salah berasumsi orang itu akan
melakukan sesuatu secara sengaja untuk
menyakiti kita. Tetapi biasanya apa yang
mereka lakukan berbeda dengan apa yang
kita pikirkan. Kita dapat membantu anak-
35
anak kita untuk menemukan niat baik dari
orang yang tidak mereka sukai.
d)
Ekspresikan empati kita sendiri, misalnya,
"Bapak sangat lelah setelah pulang dari
bekerja, pasti Bapak akan merasa jauh lebih
baik jika ada seseorang yang membawakan
minuman dan surat kabar." Setelah itu, kita
dapat membantu mereka melihat efek yang
kuat dari empati mereka: "Kamu lihat, kan?
Bapak senang sekali karena ada seseorang
yang
meluangkan
waktunya
untuk
membuat Bapak merasa nyaman. Bapak
merasa sangat dicintai."
5) Bermain role play juga dapat membantu
menyampaikan ‘pesan’ tentang empati pada
anak-anak. Jika mereka bercerita atau
menghadapi masalah dengan temannya
misalnya, bimbing mereka untuk mencari tahu
apa yang menjadi penyebab temannya
melakukan hal yang tak disukainya.
6) Mengajar Anak Empati Dengan Tidak Mencela
Orang Yang Lemah. Entah itu membudaya atau
naluri, tapi pada umumnya orang mencela yang
lemah. Mungkin orang yang tampak aneh di
kerumunan, orangtua yang berjalan pelan,
seseorang yang gagap pada waktu wawancara tv,
atau seorang teman yang kegemukan.
36
b. Keakraban
Menerapkan sikap keakraban dari orangtua terhadap
anak-anak agar menjadi kepribadian dilakukan
dengan keteladanan, keterlibatan, penguatan, dan
kerjasama dengan cara antara lain :
1)
Membiasakan untuk makan bersama dengan
keluarga juga merupakan salah satu cara untuk
membina keakraban di dalam keluarga.
2)
Mengajak teman-teman anak untuk makan
bersama di rumah kita
3)
Mengajak anak-anak untuk liburan bersama
orangtua, dimana orangtua juga ikut terlibat
dalam permainan dengan anak-anak, tidak
hanya menemani secara fisik.
c. Keadilan
Cara menanamkan nilai-nilai keadilan pada anakanak dengan cara :
1)
Membagi tugas pekerjaan rumah pada anakanak secara merata, dengan melihat potensi
dan kapasitasnya masing-masing.
2)
Tidak membedakan perlakuan terhadap anakanak, kalau ada yang berbuat salah untuk
diberikan teguran, sedangkan yang berbuat
baik berilah pujian.
3)
Memberikan kesempatan yang sama bagi anakanak untuk mendapatkan pendidikan dan
pemenuhan gizi pada anak.
37
d. Pemaaf
Dapat mengakui dan menerima kesalahan diri sendiri
dan menerima kesalahan orang lain tanpa
menyimpan dendam bukanlah hal yang mudah
dilakukan oleh orangtua apalagi oleh anak-anak,
tetapi dapat kita tanamkan kepada anak-anak
melalui dengan cara :
1) Beri Contoh. Kebiasaan kita minta maaf setelah
melakukan kesalahan adalah hal yang sangat efektif
untuk dijadikan pelajaran oleh anak. Dia akan melihat
dan mempelajari bahwa bila seseorang berlaku salah
maka ia harus minta maaf. Jika hal ini sering
dilihatnya, akan lebih mudah meminta anak untuk
belajar minta maaf. Bukankah anak mudah sekali
belajar dari lingkungannya? Jadi, jangan sungkan
minta maaf pada anak bila kita melakukan kesalahan,
begitu juga sebaliknya apabila anak meminta maaf
maka orangtua juga langsung memaafkan anak.
2) Pembiasaan. Setelah anak dapat meminta maaf atas
kesalahannya, kita perlu membiasakannya agar anak
menjelma menjadi anak yang memiliki etika moral
yang baik. Caranya, ketika anak lupa minta maaf
setelah
melakukan
kesalahan,
kita
harus
mengingatkannya, “Kakak, ayo minta maaf ke
temanmu. Kamu kan sudah merusak mainannya!”
Pembiasaan seperti ini akan membuat anak tahu apa
yang harus dilakukannya ketika dia melakukan
kesalahan.
38
3) Ketika ada seseorang yang membuat kita marah,
contohkan sikap tenang dan berorientasi pada
penyelesaian masalah. Biasakan membicarakan
masalah yang timbul, misalnya jika ada perbedaan
pendapat antara ayah dan ibu,jangan segan meminta
maaf secara terbuka. Ketika telah memaafkan,
lanjutkan kehidupan dan tidak mengungkit lagi
kesalahan orang tersebut. Begitu pula ke-tika anak
yang berbuat kesalahan, contohkan bagaimana
orangtua dapat memaafkannya. Dengan melihat
contoh, anak akan belajar bagaimana mengatasi
masalah dengan cara positif dan akhirnya akan
mengaplikasikan dalam kehidupannya sehari-hari.
4) Mengajarkan anak untuk bicara kepada orang yang
membuatnya sakit hati untuk memberitahukan
bahwa perkataan atau tindakan orang tersebut telah
menyakitinya.
5) Beri kesempatan pada anak untuk mengungkapkan
masalahnya. Galilah dari diri anak apa yang
membuatnya tidak mau/menolak meminta maaf.
Orangtua harus bersikap netral, tidak berpihak
kepada pelaku ataupun korban. Jika berpihak,
dikhawatirkan pemulihan hubungan keduanya akan
semakin sulit.
6) Tidak memaksa anak meminta maaf dan memaafkan.
Sering dijumpai orangtua yang memaksa anaknya
untuk minta maaf, ” Ayo,kamu minta maaf sekarang
sama adik!” Sebetulnya, cara seperti ini tidak benar
dan dapat menekan anak. Semakin dipaksa untuk
39
meminta maaf, semakin sulit bagi anak untuk
melakukannya. Karena paksaan merupakan sesuatu
yang tidak menyenangkan maka hal itu tak akan
diulangi lagi. Atau, kalaupun mau, anak akan
meminta maaf dengan terpaksa, tidak tulus.
7) Tumbuhkan empati pada anak. Cara terbaik dengan
menumbuhkan empatinya. “Kamu sudah memukul
adik seperti itu. Coba, kamu pikirkan kalau kamu
yang diperlukan seperti itu, bagaimana rasanya?”
Mungkin anak tidak akan langsung menjawab atau
berkomentar saat itu juga dengan mengatakan,
“Tidak enak”, misalnya. Tapi setidaknya anak tahu,
perbuatan telah membuat orang lain menderita,
terganggu, atau tersakiti. Orangtua harus bisa
memahami, perbuatannya itu tidak baik. Dia juga
harus merasakan apa yang orang lain rasakan. Anak
harus melihat dampak yang dia lakukan pada anak
lain, bagaimana perasaan orang tersebut, dan
sebagainya.
8) Berikan dorongan. Contoh, “Ibu akan senang kalau
kamu mendengarkan keluhan orang lain dan kamu
mau mengubah perilakumu. Ibu berharap kamu juga
bisa meminta maaf atas perbuatan yang sudah kamu
lakukan pada temanmu.” Harapan semacam ini tidak
memberi kesan memaksa dan sok berkuasa,
melainkan mengajari anak untuk bersikap terbuka
dan membuatnya berpikir. Apalagi di usia ini anak
sudah bisa diajak berpikir mengenai konsekuensi.
40
9) Kenalkan aneka cara meminta maaf. Ada berbagai
cara meminta maaf, baik secara langsung maupun
tidak. Ada yang lewat salaman tangan, rangkulan,
sentuhan, dan cara lainnya, atau yang terbaru
dengan SMS, e-mail, chat, komentar maaf di jejaring
sosial seperti Facebook, Friendster, dan lain-lain.
Anak tahu mana yang paling tepat dan cocok.
Biasanya dengan dibebaskan mengemukakan
pendapatnya, anak akan menemukan banyak ide.
Kecuali jika anak memang tak tahu caranya, maka
orangtua mempunyai kesempatan untuk memberi
masukan.
10) Beri toleransi waktu. Hindari menyuruh anak
meminta maaf di saat itu juga. Orangtua memang
harus menunggu hingga anak mau melakukannya
dengan tulus tanpa terpaksa. Selanjutnya, jika anak
sudah siap, orangtua bisa menjadi perantara,
membantu anak untuk meminta maaf dan
mendamaikan kedua anak yang berseteru.
11) Dorong anak untuk memaafkan dan berbuat baik
pada orang yang berbuat salah padanya. Ini mungkin
paling sulit dilakukan dan terkesan tidak masuk akal
bagi anak. Beritahu dasar pemikirannya, orang yang
menyakiti orang lain adalah orang yang mengalami
penderitaan di dalam dirinya. Karena itu, justru patut
dikasihani dengan harapan kebaikan dapat
mengubah keburukan dalam diri orang itu.
41
Beberapa manfaat apabila kita mengajarkan anak
meminta maaf dan memaafkan :
a) Belajar Etika Moral. Ada anak yang tidak sadar
kalau dirinya melakukan kesalahan. Dia akan cuek
dan tak peduli terhadap kesalahannya. Mungkin
karena dia tak mendapat pengarahan bagaimana
menyikapi kesalahannya sehingga secara etika
dan moral, anak akan dicap negatif. Nah, bila kita
mengajarkan minta maaf saat melakukan
kesalahan, maka anak belajar etika dan moral
yang positif. Dengan begitu di dalam pergaulan
pun kepribadian anak akan lebih positif.
b) Introspeksi
dan
Mengakui
Kesalahan.
Mengajarkan minta maaf dan memaafkan juga
memberikan pemahaman kepada anak mengenai
konsep salah dan benar dalam berhubungan
dengan orang lain. Umpama, anak memukul
temannya karena tak dipinjamkan mainan. Ini
adalah tindakan keliru sehingga kita meminta
anak untuk minta maaf pada temannya. Saat
memberikan arahan inilah, anak akan tahu bahwa
tindakannya salah. Kelak, anak akan lebih mudah
untuk tidak membuat kesalahan.
c) Lebih Realistis. Mudah minta maaf dan
memaafkan akan menumbuhkan jiwa yang lebih
realistis. Dia mampu menerima diri sendiri
maupun orang lain dengan kelebihan dan
kekurangannya. Secara emosional anak tumbuh
42
lebih kuat dan sehat. Selain itu, jiwa
sportivitasnya pun lebih terasah karena mudah
menerima kelebihan dan kekurangan tersebut.
d) Menghargai Orang Lain. Dengan meminta
maaf, anak pun belajar menghargai orang lain.
Dia juga belajar bahwa dalam berperilaku tak
boleh
semaunya
tetapi
harus
pula
memperhatikan orang-orang di sekelilingnya.
e) Lebih Peka. Anakjuga lebih peka/sensitif
terhadap situasi dan lingkungan sosial. Dia jadi
lebih berhati-hati melakukan sesuatu karena tak
mau melakukan kesalahan.
f) Kemampuan Berkomunikasi. Saat meminta
maaf, anak berkomunikasi dengan orang lain.
Tidak semua bisa dengan lancar melakukannya
tetapi banyak yang harus dituntun. Nah, di saat
inilah anak sedang meningkatkan kemampuan
berkomunikasinya karena meminta maaf
terkadang sangat sulit dilakukan.
g) Tidak Pendendam. Dengan meminta maaf anak
pun belajar bagaimana memaafkan orang lain.
Dari sinilah anak akan tahu bahwa bila kita atau
orang lain melakukan kesalahan maka kesalahan
tersebut harus diperbaiki sehingga tak ada kesan
dendam yang muncul pada diri anak.
e. Kesetiaan
Penerapan nilai-nilai kesetiaan dalam keluarga :
43
1) Penerapan sikap setia terhadap anak-anak
dimulai oleh orangtua dengan penteladanan,
keterlibatan,
penguatan,
kerjasama
dan
membahas kembali hal-hal yang berkaitan
dengan sikap setia dengan anak merupakan cara
terbaik.
2) Kita sebagai orangtua harus mendorong anakanak kita agar berlaku setia kepada temannya,
dan selalu menepati janji.
3) Kita harus mengawali dengan memberi contoh
perilaku setia kepada keluarga, sehingga menjadi
panutan yang baik bagi anak-anak kita untuk
bersikap setia yang dilandasi cinta kasih antar
sesama.
f.
Suka Menolong
Cara menanamkan nilai-nilai suka menolong pada
anak dapat dilakukan dengan cara:
1) Berikan anak pekerjaan rumah tangga sehari-hari
a)
44
Lakukan pembagian tugas tanpa tekanan,
mulai dengan mendaftar pekerjaan yang
sesuai usia anak. Misalnya, memasukkan baju
kotor ke tempatnya, membereskan tempat
tidur, menjemur handuk, menyapu dan
lainnya. Buatlah aturan karena anak biasanya
menolak,
misalnya
anak-anak
boleh
mengerjakan
lainnya
jika
sudah
menyelesaikan tugas.
b)
Hindari menghukum anak jika tidak
mengerjakan tugasnya, karena hukuman
akan menumbuhkan rasa kesal dan marah.
Hal ini akan mengurangi keinginan anak
untuk menolong. Maka, berikan konsekuensi
saja, misalnya karena lupa membereskan
tempat tidur saat bangun pagi. Maka anak
tidak boleh melakukan kegiatan yang
disukainya pada sore hari.
2) Gunakan jadwal untuk mengingatkan tugas anak
Anak tidak akan belajar mandiri jika selalu
dicereweti, tapi akan mengerjakan sesuatu jika
diperintah. Untuk itu, gunakan formulir berisi
pekerjaan yang harus diselesaikan anak, beri
tanda atau gambar bintang jika anak telah
menyelesaikan tugas. Anak harus melapor pada
orangtua untuk diparaf. Setelah itu, anak boleh
bermain, perlu diingat Jika anak telah
menyelesaikan tugasnya, maka anak boleh
bermain atau mengerjakan sesuatu yang
disukainya.
3) Pantau prestasi kerja anak dan beri penghargaan
yang sesuai
a)
Mengingatkan anak tentang tugasnya,
hanya akan membuatnya tergantung. Maka,
biarkan anak menerima konsekuensi akan
perbuatannya, anak biasanya akan lebih
konsekuen untuk mengerjakan tugasnya.
45
Selanjutnya jika anak mengerjakan tugasnya
dengan baik, pujilah usahanya agar anak
belajar mengulang tingkah laku positif itu.
Dari pada sekadar mengatakan anak baik
atau anak buruk.
b)
Misalnya. “ ade, pinter, Ya..... Telah
membereskan kamarnya pagi ini. Bunda
lihat, kamarnya sudah disapu dan dipel,
baunya harum lagi, nyaman sekali kamarmu.
Ada baiknya, jika kardus mainan dikolong
tempat tidur dikeluarkan agar tak jadi sarang
nyamuk.” Dengan teknik ini, akan
menyadarkan anak bahwa dirinya telah
mengalami kemajuan kualitas kerjanya.
4) Berikan teladan sikap suka menolong pada anak
Anak yang melihat orangtuanya membukakan
pintu dan memberi kesempatan orang lain
masuk terlebih dahulu, akan cenderung meniru
tingkah laku orangtuanya itu, maka dari mulut si
kecil akan mudah meluncurkan kalimat, “terima
kasih, ayah telah membukakan pintu untuk
bunda. Ayah telah menolong bunda. “
selanjutnya, anak akan meniru sikap ayahnya
untuk selalu membukakan pintu untuk ibunya
atau jika ada tamu.
5) Libatkan anak pada kegiatan sosial
Anak-anak yang dilibatkan pada kegiatan panti
asuhan atau panti werda akan belajar, betapa
46
para penghuni panti berterima kasih pada
orang yang melayaninya, sehingga timbul
kepuasan yang membahagiakan.
g. Tanggungjawab
Untuk mendidik anak Anda agar bertanggung jawab
sejak dini, ada beberapa cara yang bisa dilakukan
antara lain :
1) Berlatih menjalankan tugas
Berikan anak Anda tugas-tugas ringan sesuai
dengan umurnya seperti berpakaian atau
menyelesaikan PR, hal ini akan membantunya
lebih
mandiri.
Namun
begitu,
jangan
membebaninya terlalu banyak pekerjaan serta
lihat kondisi atau suasana hatinya, karena dapat
menurunkan motivasi dan target yang ingin
dicapainya. Selain itu, biarkan anak untuk
menyelesaikan tugas dengan caranya sendiri.
Orangtua hanya bertugas mengarahkan. Namun
jika tugas yang Anda berikan tidak dapat
diselesaikan,
bantulah
anak
sesuai
kebutuhannya.
2) Beri sedikit tanggung jawab
Awal yang paling baik untuk mendidik tanggung
jawab pada anak adalah pada umur 3 tahun.
Pada umur itu, sang anak telah bisa memahami
perkataan orangtua. Sebagai awal, kita dapat
mendidiknya dengan cara menyuruhnya untuk
47
menyimpan kembali mainan
digunakannya ke tempat semula.
yang
telah
3) Biarkan sang anak mengambil keputusan
Saat anak Anda menghadapi beberapa pilihan,
biarkan dia memilih apa yang dia mau.
Membiarkan anak untuk mengambil keputusan
sendiri tanpa paksaan maupun pengaruh dari
Anda akan mengajarinya rasa tanggung jawab
sekaligus membuatnya mandiri. Anak juga akan
mendapatkan konsekuensi dari apa yang
dipilihnya, baik maupun buruk.
4) Beri contoh yang baik
Hati-hati berperilaku di hadapan anak Anda,
karena anak adalah peniru nomor satu. Jika ingin
mendidik anak untuk bertanggung jawab, maka
berilah contoh perbuatan orangtua yang
bertanggung jawab karena anak akan menilai
dan meniru dari contoh yang diberikan oleh
orangtuanya sebagai orang terdekat. Jika
orangtua berjanji pada si kecil, jangan lupa untuk
menepatinya. Jangan karena anak masih kecil
lantas menganggap janji orangtua tidak perlu
ditepati, padahal anak akan belajar dari situ.
5) Ajari mengelola keuangan
Untuk mengajari anak bertanggung jawab
terhadap hartanya dengan membiarkannya
mengelola keuangannya sendiri, dapat mulai
48
dilakukan saat anak Anda memasuki usia sekolah.
Caranya, Anda bisa menambah uang sakunya
dan menyuruhnya menabung jika anak Anda
menginginkan suatu barang. Jika memang
"tabungan" anak Anda ada hasilnya, Anda bisa
menambahnya untuk membeli barang yang
diinginkan sebagai hadiah. Atau bisa juga
dengan memberikan sekaligus uang jajan selama
satu minggu dan membiarkan anak Anda
mengaturnya sendiri. Jika sebelum satu minggu
telah habis, jangan tambah lagi uang jajannya
agar anak Anda berpikir sehingga bisa lebih bijak
dalam menghabiskan uangnya untuk jajan.
6) Gunakan cerita
Banyak buku cerita anak yang mengandung
pesan-pesan positif yang salah satunya
mengenai tanggung jawab. Carilah cerita seperti
itu, kemudian bacakan pada anak di sela-sela
waktu luang. Pilihlah cerita yang ringan dengan
gambar yang menarik agar anak antusias,
sekaligus beri penjelasan tentang makna
tanggung jawab yang terkandung dalam cerita
tersebut.
7) Jelaskan dampak bertanggung jawab
Berikan penjelasan pada anak bahwa dengan
bertanggung jawab akan berpengaruh kepada
orang-orang lain di sekitarnya, bukan hanya
49
untuk dirinya sendiri. Saat dibagi tugas untuk
tugas kelompok di sekolah misalnya, jika ada
salah seorang yang tidak mengerjakan maka
akan berpengaruh buruk dan menjatuhkan nilai
anggota kelompok lain yang telah mengerjakan
tugasnya. Dengan demikian, anak akan memiliki
kesadaran dari diri sendiri untuk bertanggung
jawab, tidak hanya karena ada suruhan dari
orang lain.
Tidak sedikit orangtua yang salah menerapkan
rasa cinta dan kasih sayang dalam keluarganya.
Tatapan mata penuh cinta kasih, belaian dan
perbuatan serta obrolan dirumah memang perlu
dan mutlak dilakukan, tapi kebanyakan orangtua
lupa bahwa cinta dan kasih sayang tersebut
membutuhkan penegasan dan kepastian yang
tegas. Rasa cinta dan kasih sayang itu harus
diucapkan dengan kata-kata yang mendidik,
sehingga anak mengerti dan memahami bahwa
dirinya adalah bagian dari keluarganya. Anak
akan memahami dan menyadari bahwa dia juga
mempunyai
hak
dan
kewajiban
serta
tanggungjawab dalam keluarga, sama seperti
anggota keluarga lainnya.
Memberikan pengertian dengan bahasa cinta
yang jelas dan beradab akan membuat anak
tumbuh menjadi anak yang lembut dan penuh
50
tanggungjawab. Anak akan mudah memahami
lingkungannya dan enak diajak berkomunikasi,
sehingga pada akhirnya setelah dia dewasa kelak
dia akan tumbuh menjadi manusia yang
keberadaanya diakui sebagai pemberi dan
penebar kasih sayang yang jadi panutan bagi
sesamanya
Cara terbaik mengajarkan cinta dan kasih sayang
kepada anak disamping selalu memenuhi rumah
dengan aura cinta dan kasih sayang yang
nyaman adalah dengan memberi kesempatan
kepada anak untuk melihat rasa cinta dan kasih
sayang yang manis yang diberikan orangtua
mereka terhadap nenek dan kakek mereka.
Dengan cara itu anak akan terbimbing jiwanya
untuk mengikuti rasa cinta dan manisnya kasih
sayang yang diberikan dan diperlihatkan
orangtuanya terhadap ibu bapak mereka.
Dapat dikatakan bahwa fungsi ini sangat
berperan penting dalam kehidupan keluarga.
Karena fungsi inilah yang dapat membuat
seorang individu nyaman terhadap keluarga dan
membentuk individu tersebut menjadi baik.
Mengapa saya mengatakan seperti itu?
Kebanyakan orangtua jaman sekarang sangat
sibuk dengan urusan mencari nafkah. Walaupun
itu merupakan salah satu fungsi keluarga yang
51
lain, apabila tidak diseimbangkan, fungsi
tersebut menjadi tidak ada nilainya. Biasanya
orangtua tersebut merasa apabila dapat
memberikan apa yang anak mau, itu merupakan
sebuah rasa kasih sayang terhadap sang anak.
Padahal rasa kasih sayang bukan hanya berupa
materi. Bahkan sebuah cinta kasih dapat
dikatakan lebih mahal dari semua materi
tersebut.
Seorang individu (anak), lebih membutuhkan
perhatian yang lebih (berupa cinta kasih) dalam
kehidupannya. Karena disetiap perkembangannya, sang anak pasti membutuhkan perhatian
yang berbeda dari figur orangtua. Apabila kedua
orangtua memberikan cinta kasih yang memang
seharusnya anak itu dapatkan, anak itu akan
merasa bahwa dia mempunyai ‘makna’ lahir
didunia ini. Dia akan berusaha untuk menjadi
lebih baik dan lebih baik lagi. Tetapi apabila
orangtua tidak memberikan rasa cinta kasih
tersebut, banyak sekali penyimpangan yang akan
terjadi. Biasanya anak akan terjerumus pada
pergaulan bebas, penggunaan narkotika,
tindakan kriminal, bahkan penyimpangan
seksual. Karena anak tersebut pasti merasa
bahwa mereka tidak mendapatkan apa yang
seharusnya mereka dapatkan.
52
D. Fungsi Perlindungan
1. Pengertian Fungsi Perlindungan
Sesuai dengan amanah Undang-Undang No 52 Tahun
2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan
Pembangunan Keluarga bahwa pembangunan keluarga
bertujuan untuk meningkatkan kualitas keluarga agar
dapat timbul rasa aman, tenteram dan masa depan yang
lebih baik dalam mewujudkan kesejahteraan lahir dan
kebahagiaan batin. Keluarga sebagai unit terkecil dari
sistem sosial adalah tempat bernaung atau berlindung
bagi seluruh anggotanya. Jika keluarga berfungsi dengan
baik sudah semestinya keluarga akan mampu
memberikan fungsi perlindungan bagi anggotanya.
Undang-Undang no. 23 tahun 2002 Bab I Pasal 1 butir 12
yang menyebutkan bahwa Hak anak adalah bagian dari
hak asasi manusia yang wajib dijamin, dilindungi dan
dipenuhi oleh orang tua, keluarga, masyarakat,
pemerintah dan negara. Perlindungan tersebut meliputi
aspek fisik, mental, spiritual dan sosial. Pada prinsipnya,
anak-anak memeiliki hak atas perlindungan dari kedua
orang tuanya.
Keluarga mempunyai fungsi sebagai tempat berlindung
bagi anggota keluarganya. Artinya bahwa keluarga
menjadi pelindung yang pertama dan utama dalam
memberikan kebenaran dan keteladanan kepada anak
dan keturunannya. Dalam hal ini dimaksudkan bahwa
keluarga harus memberikan rasa aman, tenang dan
tenteram bagi anggota keluarganya.
53
Perlindungan identik dengan suatu keadaan dimana
obyek adalah dalam keadaan yang lemah dan
memerlukan pembelaan. Dalam konteksanya dengan
kehidupan berkeluarga dan bermasyarakat, perempuan
dan anak - anak dianggap sebagai anggota kelompok
masyarakat yang relatif lebih lemah dan tersubordinasi.
Mereka, terutama anak-anak menjadi sangat rentan
terhadap kekerasan dan kontrol dari orang dewasa.
Untuk melaksanakan fungsi perlindungan dalam proses
tumbuh kembang anak, orangtua seyogyanya
melaksanakan perannya dengan sabar, pemaaf, dan
dapat menciptakan suasana aman dan damai. Anak-anak
harus diasuh dalam perlindungan orang tua karena
fungsi keluarga adalah melindungi. Ayah bertanggung
jawab untuk memberikan perlindungan bagi seluruh
anggota keluarga dengan mencukupi kebutuhan dasar
seluruh anggota keluarga.
2. Nilai – Nilai Fungsi Perlindungan
Dalam fungsi perlindungan terdapat 5 (lima) nilai dasar
yang mesti dipahami dan ditanamkan dalam keluarga.
Kelima nilai dasar tersebut diantaranya :
a.
Aman
Perasaan aman dalam hidup merupakan kebutuhan
bagi setiap anggota keluarga. Orang tua, anak-anak,
dan anggota keluarga lainnya membutuhkan rasa
aman untuk meraih keberhasilan hidup. Dalam
54
kehidupan berkeluarga, penumbuhan rasa aman
berperan penting melalui fungsi perlindungan. Hal
ini berkaitan dengan adanya kewajiban orang tua
memberikan perlindungan terhadap anak-anak
dengan menciptakan rasa aman dalam segala aspek
kehidupan. Anak-anak yang tumbuh dengan rasa
aman diharapkan dapat berkembang secara baik.
b.
Pemaaf
Pemaaf adalah sifat terpuji yang diajarkan oleh
setiap agama. Keluarga berperan membentuk
manusia pemaaf terhadap segala kesalahan atau
kekhilafan orang lain. Orang tua mampu
menunjukkan sifat pemaaf melalui perilaku seharihari yang dapat ditiru oleh anak. Pada dasarnya
setiap orang membutuhkan rasa maaf dari orang
lain ketika melakukan kesalahan. Orang tua yang
pemaaf memberikan ciri dalam perilakunya dengan
menjauhkan anak-anak dari rasa dendam terhadap
orang lain, serta mampu menunjukkan kesalahan
seseorang dan diri sendiri dengan selalu
memperbaikinya.
c.
Tanggap
Manusia tanggap adalah manusis yang mampu
mengetahui dan menyadari sesuatu yang akan
membahayakan atau menghawatirkan. Sebagai
orang tua perilaku tanggap dapat ditunjukkkan pada
sikap dan perasaan kepada anak-anak. Anak-anak
diajarkan untuk mengetahui keadaan yang
55
membahayakan dirinya, keadaan yang biasa, situasi
mencurigakan dan menggembirakan. Setiap orang
membutuhkan perhatian dari orang lain sehingga
didalam keluarga diharapkan setiap orang tua
mampu menanggapi perasaan dan permasalahan
yang dihadapi oleh anak-anaknya, kemudian orang
tua
mampu
membantu
menyelesaikan
permasalahan anak dengan melihat potensi anak
dan keluarga. Permasalahan yang dapat dipecahkan
bersama-sama didalam satu keluarga memberikan
kesempatan bagi anak-anak untuk berlapang dada
dan terlatih tanggap terhadap lingkungannya.
d.
Tabah
Setiap orang idealnya diharapkan memupuk sifat
tabah agar mampu mengendalikan diri dan
membangkitkan semangat ketika menghadapi
masalah atau mendapatkan keberuntungan.
Penumbuhan sifat tabah dalam kehidupan keluarga
berkaitan dengan kewajiban orang tua untuk
menunjukkan pengendalian diri atau kesabaran
dalam menghadapi situasi apapun. Orang tua yang
tabah dapat mendorong, memberikan semangat
kepada anak-anaknya untuk menjalani kehidupan
dengan segala permasalahannya.
e.
Peduli
Upaya untuk memelihara, melindungi lingkungan
dari kerusakan dapat diawali oleh orang tua dalam
keluarga. Dengan adanya kepedulian diantara
56
sesama anggota keluarga atau masyarakat akan
terjalin rasa persaudaraan yang erat. Hilangnya rasa
kepedulian dapat menimbulkan kecurigaan antar
sesama. Penumbuhan sikap peduli ini sangat
penting untuk menghindari berbagai konflik antar
sesama. Orang tua menjadi panutan dalam
menumbuhkan rasa kepedulian atau solidaritas anak
dengan lingkungannya.
3. Penerapan Fungsi Perlindungan dalam Keluarga
Fungsi perlindungan dalam keluarga melibatkan
kewajiban orang tua untuk menjamin masa depan anakanak. Orang tua memiliki tanggung jawab dalam
menjamin diterapkannya fungsi perlindungan dalam
keluarga yang meliputi :
a. Aman
Perkembangan zaman kearah globalisasi
telah
memunculkan berbagai permasalahan terkait dengan
mulai hilangnya rasa aman baik didalam sebuah
keluarga mauapun dilingkungan masyarakat. Adapun
beberapa kasus yang marak saat ini antara lain :
Menurut data KPAI, jumlah kasus kekerasan terhadap
anak pada 2012 meningkat hingga mencapai 2.275
kasus yang terbagi dalam sembilan bidang
perlindungan anak. Kesembilan bidang perlindungan
anak itu, antara lain pendidikan, kesehatan, hak sipil
57
dan kebebasan, agama dan budaya, sosial dan
perlindungan khusus anak dalam bencana alam,
keluarga dan pengasuhan alternatif, perlindungan
anak berhadapan degan hukum (ABH) dan kekerasan,
perlindungan dari narkotika, psikotropika dan zat
adiktif (napza) dan pornografi, perlindungan dari
‘trafficking’ dan eksploitasi.
Keluarga menjadi sumber pemecahan masalahmasalah diatas. Fungsi perlindungan menjadi tolak
ukur dalam penanganan hilangnya rasa aman anak
dalam keluarga. Orang tua dapat menerapkan
perilaku kekerasan antara lain : membentak, memaki,
mengancam, menakut-nakuti yang pada dasarnya
membuat anak-anak merasa tidak aman. Berbagai
perilaku kekerasan telah mengakibatkan hilangnya
rasa tentram, damai, nyaman dan suka cita. Dalam
jangka waktu tertentu anak yang dibesarkan dalam
perilaku kekerasan akan tumbuh menjadi pribadi yang
pemberontak.
b. Pemaaf
Perselisihan yang sering terjadi antara anggota
keluarga (ayah - ibu, kakak-adik), banyak disebabkan
oleh sikap egois dan tak mau mengalah. Sering kali
orang tua mengatakan seorang kakak harus lebih
mengalah dari adiknya. Kebiasaan berselisih pada
anak seharusnya dapat ditangkap oleh orang tua
sebagai cara untuk saling memaafkan.
58
Dari sejak dini, orang tua bisa nyampaikan bahwa
kemarahan tidak menunjukkan suatu kekuatan
sebaliknya sikap pemaaf tidak identik dengan
kelemahan. Dengan kata lain anak-anak yang terbiasa
memaafkan kesalahan orang lain bukan berarti lemah,
namun kekuatan sejati akan nampak pada
kemampuan anak untuk menahan amarah. Anak perlu
ditanamkan
bahwa
menjadi
pemaaf
akan
memperoleh banyak teman, disukai guru, orang tua
dan teman sepermainan. Orang tua wajib mendorong
anak yang bertengkar untuk saling berjabat tangan
dan saling memaafkan, karena pada dasarnya tidak
ada yang menang atau kalah, benar atau salah.
Orangtua pernah melakukan kesalahan berkaitan
dengan anak-anak kita sehingga orangtua dapat
meminta maaf kepada anak-anak tanpa ada rasa malu,
jatuh gengsi, atau sok tahu. Melalui cara ini, orangtua
memberikan contoh sekaligus melibatkan anak-anak
dalam proses pemaafan sebagai penguatan
tumbuhnya sifat pemaaf.
c. Tanggap
Kasus bunuh diri pada anak dan remaja merupakan
kasus yang paling sering terjadi akhir-akhir ini. Salah
satunya kasus bunuh diri yang dilakukan oleh
heryanto anak berusia 9 tahun di indramayu dengan
cara menggantung diri di tralis jendela kamarnya,
penyebabnya sepele hanya karena perbedaan jumlah
tabungan antara dia dengan kakaknya. Selain itu,
59
kasus yang dialami seorang anak di Serang berusia 8
tahun yang nekat bunuh diri dengan cara meminum
racun serangga dengan penyebab karena depresi,
minder
berkepanjangan karena drop out dari
sekolahnya.
Pada kenyataannya banyak orangtua yang belum
paham tentang perkembangan jiwa anak, banyak
yang menganggap bahwa anak tidak mungkin
mengalami stres seperti yang dialami orang dewasa.
Anak dianggap sebagai anak kecil yang tidak
mengerti sehingga tidak mungkin mengalami stres,
padahal anak sedang berfikir untuk mengambil jalan
pintas dengan bunuh diri tanpa mengetahui efek
yang akan timbul.
Orang tua wajib mengetahui permasalahan anakanaknya secara menyeluruh. Ketika anak-anak
menghadapi berbagai masalah pribadi diharapkan
orangtua memiliki perhatian khusus terhadap anak
dari ekspresi wajah anak yang ditampilkan (kusam,
cemberut, kecewa, sedih, menangis). Selaku orang tua
kita harus tanggap atas keadaan anak dengan ikut
bersama menyelesaikan permasalahan. Adapun cara
orang tua melibatkan diri terhadap masalah anak
dengan bertanya, memancing anak bercerita
sehingga anak dapat mengungkapkan perasaannya.
Apabila permasalahan sudah diketahui maka orang
tua memberikan alternative pemecahan masalah
melalui saran yg mungkin dapat dilakukan anak sesuai
kondisinya masing-masing.
60
d. Tabah
Jumlah anak berkebutuhan khusus di Indonesia terus
meningkat jumlahnya. Pada Hari Autis Sedunia yang
jatuh pada 8 April diketahui bahwa prevalensi anak
berkebutuhan khusus saat ini mencapai 10 anak dari
100 anak. Berdasarkan data ini menunjukkan 10
persen populasi anak-anak adalah anak berkebutuhan
khusus dan mereka harus mendapatkan pelayanan
khusus.
Anak adalah anugerah bagi setiap orang tua, tetapi
beberapa orang tua mendapatkan cobaan dengan
memiliki anak yang memiliki kebutuhan khusus. Anak
berkebutuhan khusus memiliki perbedaan dengan
anak pada umumnya sehingga orang tua dituntut
untuk menunjukkan sikap tabah. Anak-anak ini
membutuhkan penguatan dan bantuan dalam
pertumbuhannya. Mengajar anak berkebutuhan
khusus bukannya perkara mudah, terutama bagi
orang tua yang belum berpengalaman.
Orang tua dituntut sangat sabar dalam menangani
anak-anak kebutuhan khusus agar memberikan efek
positif bagi anak untuk tumbuh dengan rasa percaya
diri. Orang tua harus menanamkan sikap tabah
kepada anak meski memiliki kekurangan tertentu,
anak tidak boleh merasa rendah diri, malah justru
membuatnya
termotivasi
dengan
merubah
kekurangan menjadi kelebihan.
61
e. Peduli
Hal yang menarik yang dapat kita dengar di banyak
tempat adalah mulai muncul gerakan peduli sesama.
Gerakan itu di antaranya didorong oleh semangat
beragama. Mereka merasa terpangil untuk peduli dan
memperhatikan terhadap mereka yang lemah.
Gerakan itu bentuknya macam-macam. Misalnya,
dalam bidang pendidikan ada sekelompok orang
yang memberikan pelayanan terhadap mereka yang
tidak mampu mengenyam pendidikan dengan
mendirikan sekolah gratis, memberi beasiswa dan
aneka rupa lainnya. Sayangnya gerakan peduli seperti
itu masih dilakukan oleh sebagian orang yang
jumlahnya belum terlalu banyak. Masih banyak orang
yang baru
merasa
puas tatkala berhasil
mengumpulkan harta untuk kepentingan dirinya
sendiri dan keluarganya. Sebaliknya, belum banyak
orang yang memandang bahwa kepuasan juga bisa
diperoleh dari kegiatan memberi atau peduli terhadap
sesama.
Orang tua dapat meningkatkan rasa peduli kepada
anak melalui kebiasaan seperti saling memberi,
berbagi, menjaga, mengerti dan saling menyayangi.
Orang tua mampu menumbuhkan kepedulian dengan
mencontohkan hal-hal positif akan manfaat peduli
pada sesama yaitu dapat mengurangi sifat egois,
merasakan penderitaan orang lain, mengurangi
beban penderitaan orang lain, membuat orang lain
menjadi bahagia, menciptakan hubungan yang
harmonis dan memiliki tingkat sosial yang tinggi.
62
E.
Fungsi Reproduksi
1. Pengertian Fungsi Reproduksi
Salah satu tujuan perkawinan adalah melestarikan
keturunan, karena itu pengembangan keturunan
menjadi tuntunan fitrah manusia. Tidak mendapat
keturunan bagi suatu keluarga akan mengurangi
kebahagiaan bahkan menjadi sebab penderitaan batin
bagi keluarga. Artinya adalah untuk mempertahankan
generasi dan menjaga kelangsungan keluarga, bukan
hanya mengembangkan keturunan tetapi juga
merupakan tempat mengembangkan fungsi reproduksi
secara universal (menyeluruh) diantaranya seksualitas
yang sehat dan berkualitas, pendidikan seksualitas bagi
anak dan yang lainnya. Bagi keluarga, fungsi ini sangat
penting untuk mengatur reproduksi sehat dan
terencana sehingga anak-anak yang dilahirkan menjadi
generasi penerus yang berkualitas.
Dewasa ini tanyangan tv dan film bioskop yang berbau
seksualitas semakin marak, sebagian besar anak
memperoleh informasi tentang seksualitas melalui
media yang terkadang menjadi sumber informasi yang
tidak mendidik atau menyesatkan. Peran orang tua
menjadi penting untuk menjelaskan hal-hal yang ingin
anak-anak ketahui yang berkaitkan dengan informasi
tentang seksualitas dari berbagai sumber baik yang
dapat dipercaya maupun yang tidak.
63
Anak belajar mengenai masalah seksualitas dari orang
tua yang mereka kenal dan percayai sehingga anak akan
belajar mengenai nilai-nilai dan cinta yang berkaitan
dengan fakta-fakta yang ada. Harapannya anak tersebu
tidak akan melakukan hubungan seksual sebelum
waktunya
dan
akan
menjadi
orang
yang
bertanggungjawab. Selain itu, anak mampu memiliki
keteguhan
untuk
berkata
“tidak”
terhadap
godaan/gangguan dalam melakukan hubungan seksual
pranikah.
2. Nilai-nilai Fungsi Reproduksi
Untuk mengatasi hal tersebut diatas perlu adanya
penanaman 3 nilai dasar yang harus dipahami dalam
fungsi reproduksi diantaranya adalah tanggung jawab,
sehat, dan teguh.
a. Tanggung jawab
Bertanggungjawab merupakan sikap yang baik bagi
setiap anggota keluarga. Tanggungjawab adalah
kemampuan seseorang untuk mengetahui serta
melakukan apa yang jadi tugasnya. Pemupukan
sikap bertanggung jawab pada fungsi reproduksi
adalah kemampuan orang tua menerapkan perilaku
seksual yang tidak lagi dianggap tabu saat ini
dibicara secara bijaksana kepada anak-anak dengan
tujuan anak dapat mengetahui sekaligus
64
bertanggungjawab atas segala akibat dan kaitannya
dengan seksualitas.
b. Sehat
Sehat dimaksudkan untuk keadaan sehat secara fisik,
fungsi dan system reproduksi serta rohani/
emosional, orang yang sehat dalam fungsi reproduksi
dicirikan dengan kemampuan seseorang menjaga
kebersihan dan kesehatan reproduksinya. Orang
sehat dalam fungsi reproduksi dapat berarti
kemampuan seseorang dalam menjaga kebersihan
dan kesehatan reproduksinya, terbebas dari
berbagai penyakit yang berhubungan dengan fisik,
fungsi, dan sistem reproduksi yang tidak memiliki
kelainan secara mental atau jiwa dalam menjalankan
fungsi reproduksi.
c. Teguh
Teguh dimaksudkan untuk keteguhan dalam fungsi
reproduksi yaitu kemampuan seseorang mampu
menjaga kesucian organ reproduksinya sebelum
menikah. Keteguhan ini erat dengan sikap tegas
seseorang yang harus ditanamkan orang tua pada
anak-anaknya, antara lain menjaga kesucian organ
reproduksi dengan tidak melakukan hubungan
seksual sebelum nikah, menghindari pelecehan
seksual.
65
3. Penerapan Fungsi Reproduksi
a. Tanggung jawab
Survei Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia
(SKRRI) tahun 2007 mengungkapkan bahwa remaja
berusia kurang dari sama dengan 19 tahun yang
belum menikah dan memiliki pengalaman seks
sebesar 3,6%. Remaja melakukan hubungan seksual
pertama kali sebelum menikah dengan beberapa
alasan, diantaranya untuk perempuan alasan
tertinggi adalah karena terjadi begitu saja (38,4%);
dipaksa oleh pasangannya (21,2%). Sedangkan pada
lelaki, alasan tertinggi ialah karena ingin tahu
(51,3%); karena terjadi begitu saja (25,8%). Hal ini
menunjukkan bahwa masih kurangnya tanggung
jawab yang dimiliki oleh kalangan remaja tentang
kesehatan reproduksi. Maka dari itu peran orang tua
sangat penting dalam membimbing anak-anaknya
untuk memberikan pengetahuan tentang kesehatan
reproduksi sejak dini.
Sikap bertanggung jawab orang tua yang berkaitan
dengan pendidikan seks dapat dilakukan dengan
cara memberikan penjelasan tentang perbedaan
jenis kelamin, ciri-ciri anatomi reproduksi remaja,
resiko kehidupan seks pranikah, prilaku seksual
menyimpang,
kehamilan
diluar
pernikahan.
Pengetahuan tersebut dapat menajadi dasar orang
tua untuk menanamkan sifat bertanggung jawab
terhadap fungsio reproduksi sejak dini.
66
b. Sehat
Pembicaraan tentang kesehatan reproduksi masih
dianggap sebagai suatu hal yang tabu, apalagi
dibicarakan dengan remaja. Orang tua merasa
khawatir akan memicu putra-putrinya untuk
melakukan hal-hal yang dianggap tabu tersebut.
Padahal, keinginan untuk tahu dan mencoba
sesuatu yang baru itu akan selalu ada pada karakter
remaja. Pada saat itulah fungsi orang tua
membimbing putra-putrinya agar tidak salah arah.
Tentunya dengan cara memberikan penjelasan yang
benar dan jelas kepada mereka.
Anak-anak terlebih lagi anak perempuan perlu
diperkenalkan sejak dini tentang fungsi dan cara
merawat organ reproduksinya. Mulai dari menjaga
kebersihan organ, misalnya cebok sehabis âpipisâ�
untuk menghindari jangan sampai terserang
penyakit. Itu adalah bentuk kecil peran orangtua
dalam mengajarkan kesehatan reproduksi kepada
anaknya.
Ketika anak beranjak remaja, sudah saatnya para
orangtua mulai terbuka berbicara tentang
permasalahan yang sensitif ini. Diskusikan dengan
anak resiko-resiko yang akan muncul apabila tidak
bisa menjaga organ reproduksinya. Berikan
kepercayaan dan tanggung jawab kepada anak
untuk dapat menilai sendiri atas apa yang dilakukan.
Dan luangkan waktu untuk anak bertanya.
67
Menjaga kesehatan reproduksi dapat dicontohkan
melalui bimbingan orangtua kepada anak-anaknya,
melibatkan dan bekerjasama dengan anak-anak
dalam membersihkan kamar mandi, menjaga
kebersihan diri, serta melindungi kesehatan
reproduksi merupakan awal dari bimbingan
orangtua kepada anak-anaknya dalam menerapkan
nilai sehat reproduksi pada keluarga.
c. Teguh
Hasil jajak pendapat diberikan redaksi cekau.com
kepada 100 orang pria. Hasilnya mengejutkan,
bahwa para lelaki menerima ‘tidak perawan’ itu lebih
dikarenakan
‘kasihan’
melihat
pasangannya
menderita. Apalagi soal hubungan intim yang
dilakukan calon istrinya dengan mantan pacarnya,
selalu terbayang dibenaknya sang calon suami.
Ada dua permasalahan terkait status perawan atau
tidak perawan seorang wanita, yang dinilai oleh
lelaki. Pertama, tidak perawan disebabkan atau
perlakukan perkosaan (dengan pemaksaan), atau
kedua, tidak perawan karena perbuatan dirinya
sendiri alias dilakukan suka sama suka.
Saat ini banyak kasus pemerkosaan pada anak
remaja tetapi banyak juga anak balita menjadi
korban, karena itu orang tua perlu waspada menjaga
anak-anaknya
melalui
pengasuhan
dengan
menggunakan baju yang pantas dan tidak
mengundang pelecehan seksual. sebaiknya orang
68
tua memberikan bimbingan dengan rambu-rambu
yang menjadi larangan hubungan seksual sebelum
menikah, penjelasan tentang pacaran dan batasbatas normal kesopanan, penyakit kelamin,
pencegahan diri dari pergaulan bebas.
F.
Fungsi Sosialisasi Pendidikan
1. Pengertian
Fungsi sosialisasi adalah membina sosialisasi pada anak,
membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan
tingkat
perkembangan
masing-masing
dan
meneruskan nilai-nilai budaya (Mubarak, dkk 2009).
Fungsi sosialisasi adalah fungsi yang mengembangkan
proses interaksi dalam keluarga yang dimulai sejak lahir
dan keluarga merupakan tempat individu untuk belajar
bersosialisasi (Setiawati, 2008).
Salah satu fungsi keluarga adalah fungsi pendidikan
dimana hal ini terkait dengan pendidikan anak secara
khusus dan pembinaan anggota keluarga pada
umumnya. Ki Hajar Dewantara menyebutkan bahwa
“keluarga adalah pusat pendidikan yang utama dan
pertama bagi anak”. Dengan adanya fungsi pendidikan
ini otomatis keluarga menjadi sentra dan lingkungan
pendidikan bagi setiap anggota keluarga. Pendidikan
dalam keluarga dapat dimulai dengan memberikan
keteladanan dari perilaku orangtua sehari-hari. Hal ini
akan menjadi wahana pendidikan moral dan ahlak bagi
69
anak, karena anak akan mengikuti apa yang
orangtuanya lakukan, bukan yang orangtuanya
katakan. Ia melihat perbuatan kita, bukan mendengar
apa yang kita nasihatkan.
Pendidikan dalam keluarga tidak hanya tentang
bagaimana meningkatkan fungsi kognitif atau
mencerdaskan anak saja, tetapi juga membentuk
karakter. Anak perlu diajari untuk membedakan mana
yang salah dan yang benar, mana yang hak dan mana
yang bathil, serta bagaimana agar tetap hidup benar di
lingkungan yang salah. Apalagi jangka waktu yang
diperlukan untuk membentuk karakter itu sangat
terbatas. Kita hanya bisa melakukannya saat anak balita
hingga mencapai usia remaja. Lewat dari itu maka akan
sulit untuk mengubah perilakunya. Sehingga lebih sulit
untuk
mengajarkan
dan
melatih
kejujuran
dibandingkan dengan mengajarkan ilmu pengetahuan.
2. Nilai-Nilai Fungsi Sosialisasi dan Pendidikan
Yang termasuk nilai-nilai moral dalam fungsi sosialisasi
dan pendidikan adalah percaya diri, luwes, bangga, rajin,
kreatif, bertanggungjawab dan kerjasama.
a. Percaya diri
Percaya diri dalam fungsi sosialisasi dan pendidikan
adalah kebebasan berbuat secara mandiri dengan
mempertimbangkan serta memutuskan sesuatu
sendiri, tanpa bergantung pada orang lain. Percaya
70
diri dapat dicirikan dengan orang yang tidak rendah
diri sekaligus berani mengungkapkan kemampuan
dirinya.
b. Luwes
Luwes dalam fungsi sosialisasi dan pendidikan
adalah mudah menyesuaikan diri dengan situasi dan
kondisi. Orang luwes dapat dicirikan dengan mudah
menerima pendapat orang lain serta dapat bergaul
dengan siapa saja.
c. Bangga
Bangga dalam fungsi sosialisasi pendidikan yaitu
perasaan senang yang dimiliki, ketika selesai
melaksanakan tugas/pekerjaan yang menantang
atau berhasil meraih sesuatu yang diinginkan. Orang
bangga dapat dicirikan dengan kesenangan
seseorang setelah berhasil mencapai sesuatu yang
diinginkan. Sikap bangga seyogyanya ditanamkan
sejak dini oleh orang tua agar anak dapat
menghargai dirinya sendiri.
d. Rajin
Rajin dalam fungsi sosialisasi pendidikan adalah
menyediakan
waktu
dan
tenaga
untuk
menyelesaikan tugasnya dengan berusaha untuk
mendapatkan hasil yang maksimal. Orang rajin
dicirikan dengan selalu menyediakan waktu, tanpa
mengenal menyerah serta mempunyai cita-cita.
Kadang kala kita merasa anak-anak malas belajar.
71
Padahal sebenarnya, anak-anak bukan malas belajar
melainkan hanya tidak berminat pada bidang
pelajarannya. Bahkan bisa jadi kitalah yang telah
memaksanya untuk mempelajari bidang yang bukan
menjadi minat dan bakat terbesarnya.
e. Kreatif
Kreatif dalam fungsi sosialisasi pendidikan adalah
mendapatkan banyak cara untuk melakukan
sesuatu. Orang kreatif dapat dicirikan dengan selalu
banyak ide/gagasan dalam melakukan sesuatu, tidak
pernah berhenti untuk berbuat sesuatu yang lebih
baik.
f. Tanggung jawab
Tanggungjawab dalam fungsi sosialisasi pendidikan
maksudnya mengetahui serta melakukan apa yang
menjadi tugasnya. Orang bertanggung jawab dapat
dicirikan dengan mengetahui apa yang menjadi
tugasnya
dan
mengerti
bagaimana
cara
melaksanakannya.
g. Kerjasama
Kerjasama dalam fungsi sosialisasi pendidikan
maksudnya melakukan sesuatu pekerjaan secara
bersama-sama. Kerjasama dapat dicirikan dengan
kemampuan seseorang untuk saling menolong, suka
kerja kelompok, setia kawan dan ada pembagian
tugas dengan orang lain.
72
3. Penerapan Fungsi Sosialisasi dan Pendidikan
Dalam fungsi sosialisasi dan pendidikan, terdapat 7
(tujuh) nilai dasar yang mesti dipahami dan ditanamkan
dalam keluarga. Ketujuh nilai dasar tersebut
diantaranya:
a. Percaya diri
Penanaman sifat percaya diri pada anak dan remaja,
seperti kata-kata dalam sebuah tayangan iklan
ditelevisi, yaitu “PD aja lagi” adalah ungkapan yang
menunjukkan berani tampil. Rasa percaya diri yang
dimiliki seseorang merupakan sifat yang melekat
pada dirinya. Sifat tersebut tidak datang secara tibatiba, melainkan harus ditanamkan oleh orangtua
sejak kecil. Orang tua dapat menerapkan sifat
percaya diri terhadap anak dan remaja tanpa
membedakan jenis kelamin, diantaranya dengan
cara :
1) Memuji setiap usaha kecil yang dilakukannya
meskipun terlihat sepele, misalnya saat anak
berhasil mewarnai gambar meskipun warnanya
tampak tidak beraturan.
2) Tetap tersenyum jika anak gagal melakukan
sesuatu. Jangan lupa untuk memberikan
semangat kepada anak untuk mencoba lagi di
lain kesempatan.
3) Beri tanggapan secara antusias jika anak sedang
bercerita atau menjelaskan sesuatu.
73
4) Lebih banyak bertanya dan mendengarkan
daripada mengajari. Misalnya saat anak keliru
saat belajar urutan angka, cukup katakan, “Eh,
tadi sehabis angka lima berapa ya? Enam atau
delapan ya? Mama lupa (padahal maksudnya
agar anak memperbaiki). Yuk, kita ulangi lagi.”
5) Menjadi contoh teladan anak dengan tampil
percaya diri di depan umum. Karena banyak
anak yang kurang percaya diri karena ibunya
sendiri juga tidak percaya diri.
6) Memberi kesempatan kepada anak perempuan
dan laki-laki untuk melakukan semua kegiatan
yang bermanfaat.
7) Menyarankan
agar
bergabung
dengan
kelompok-kelompok lain yang anggotanya tidak
hanya terdiri dari satu jenis kelamin tertentu
sebagai ajang untuk belajar berani tampil beda.
8) Mendorong agar berani tampil percaya diri
dalam setiap kesempatan.
9) Memberikan peran yang jelas kepada anak dan
remaja ketika ada acara-acara seremonial atau
acara lain di rumah atau di masyarakat.
10) Memberi kesempatan kepada anak untuk
menyatakan diri secara leluasa, mandiri dalam
mengambil keputusan dengan pertimbangan
sendiri tanpa tergantung pada orang lain.
74
b. Luwes
Menerapkan sikap luwes dalam keluarga dapat
dilakukan dengan cara :
1) Melibatkan anak-anak dalam komunikasi di
antara anggota keluarga.
2) Mendorong dan membiasakan anak bermain
dan bergaul dengan temannya sejak usia balita.
3) Menyarankan anak remaja agar mengikuti
kegiatan belajar dalam kelompok, untuk melatih
mereka agar mau bersikap mendengarkan atau
menghargai pendapat orang lain.
4) Memberikan bimbingan kepada anak yang
memiliki rasa rendah diri dan hanya mau bergaul
dengan teman tertentu.
c. Bangga
Cara menerapkan rasa kebanggaan dalam keluarga
dengan membiasakan anak untuk:
1) Selalu mengucap syukur dalam melaksanakan
tugas.
2) Menghargai keberhasilan anak.
3) Memberikan pujian dan penghargaan.
4) Menghargai dirinya sendiri.
d. Rajin
Orangtua dapat menumbuhkan sikap rajin dengan
memberikan
peneladanan.
Orangtua
harus
75
menunjukkan perilaku rajin pada anak-anaknya
misalnya:
1) Melaksanakan ibadah tepat waktu.
2) Mengajak anak-anak mengerjakan tugas di
rumah secara bersama-sama.
3) Bangun tidur pagi tepat waktu subuh.
4) Berdoa terlebih dahulu sebelum melaksanakan
aktifitas
5) Belajar melaksanakan tugas-tugas
mengerjakan PR, dan lain-lain.
sekolah,
6) Melakukan tugas-tugas di rumah sebelum pergi
ke sekolah.
7) Rajin berolahraga setiap pagi hari selama
beberapa menit.
e. Kreatif
Penerapan nilai kreatif dalam keluarga melalui fingsi
sosialisasi dan pendidikan, berkaitan dengan
kemampuan orang tua dalam membimbing anakanaknya agar melakukan kegiatan yang dapat
menghasilkan karya-karya baru dan bermanfaat bagi
dirinya sendiri maupun bagi orang lain. Contoh
penerapan sikap kreatif dapat dilakukan orangtua
dengan memberikan peneladanan dan dengan
melibatkan anak dalam sebuah pekerjaan, misalnya:
76
1) Mengajak anak membuat kerajinan dari barang
bekas.
2) Membuat variasi berbagai menu masakan.
3) Membuat vas bunga dari kaleng bekas atau
tanah liat.
4) Bersama
orangtua
membuat
makanan
tradisional, misalnya dari bahan singkong.
f.
Tanggung jawab
Cara menerapkan nilai tanggungjawab kepada anak,
antara lain dengan:
1) Memberikan tugas kepada anak-anak sesuai
dengan kemampuan dan jenis pekerjaan.
2) Memberikan kebebasan kepada anak untuk
menyusun jadwal kegiatan harian (kapan
mereka belajar dan menyelesaikan tugas-tugas
dirumah,
kapan
bermain,
bagaimana
menyelesaikan tugas dll)
3) Menerapkan
aturan
agar
anak
menyimpan/mengembalikan benda-benda ke
tempat semula.
g. Kerjasama
Menumbuhkan sikap kerjasama dalam keluarga
melalui fungsi sosialisasi dan pendidikan
berhubungan dengan kesediaan orang tua dan
anak-anak untuk saling menolong, kerja kelompok,
77
setiakawan, dan adanya pembagian tugas yang
jelas. Sebagai contohnya, sikap kerjasama dalam
keluarga dapat dilakukan dengan mengajak anak:
1) Bersama-sama membersihkan rumah
2) Bersama-sama menata ruang keluarga
3) Membersihkan jalan
4) Perkumpulan remaja, karang taruna
5) Menyelesaikan tugas bersama dalam suatu tim
kerja
G.
Fungsi Ekonomi
1. Pengertian Fungsi Ekonomi
Keluarga
dalam
fungsi
ekonomi bermakna
bahwa keluarga
sebagai
tempat membina
dan
menanamkan nilai-nilai keuangan keluarga dan
perencanaan keuangan keluarga sehingga terwujud
keluarga sejahtera. Diharapkan setiap keluarga memiliki
kecakapan dalam hal keuangan atau disebut kecerdasan
finansial. Tidak hanya orangtua, remaja pun harus
memilikinya. Membangun sikap dan kebiasaan positif
remaja dalam hal finansial harus menjadi perhatian
utama orangtua saat ini.
Untuk membentuk remaja menjadi pribadi yang jujur,
disiplin, peduli, bertanggungjawab dan memiliki jiwa
kewirausahaan ternyata bisa dilakukan dengan cara
78
mengajarkan remaja tentang nilai uang. Dalam belajar
mengelola keuangan tidak bisa dilakukan remaja dengan
sendirinya. Orangtua harus mengajarkannya dengan cara
memberi contoh. Oleh karena itu, orangtua harus lebih
dulu memahami cara mengelola keuangan yang benar.
Bukan menanamkan kebiasaan menabung atau
berhemat saja, tetapi yang lebih penting adalah
mengajarkan remaja cara mengambil keputusan yang
tepat dalam hal keuangannya, serta sumber
mendapatkan uang yang halal. Dengan demikian, remaja
memiliki tanggung jawab dalam pengelolaan
keuangannya.
Perencanaan keuangan merupakan proses pengaturan
dan perencanaan keuangan pribadi untuk mencapai
tujuan keuangan, baik jangka pendek, menengah
maupun panjang. Sedangkan cerdas finansial dapat
diartikan kemampuan seseorang dalam mengambil
keputusan atas keuangannya.
2. Nilai-nilai dalam Fungsi Ekonomi
a. Hemat
Hemat dalam fungsi ekonomi adalah kemampuan
seseorang belaku berhati-hati dalam membelanjakan
dan mempergunakan uang. Orang hemat dapat
dicirikan bila membelanjakan uang tidak boros, tidak
memaksakan diri, dan menyesuaikan segala
sesuatunya dengan kemampuan dan kebutuhan.
79
b. Teliti
Teliti dalam fungsi ekonomi adalah kemampuan
seseorang berlaku cermat, seksama dan hati-hati
dalam segala hal. Orang yang teliti dicirikan dengan
memperhitungkan untung rugi, menghindari dan
memperkecil kesalahan.
c. Disiplin
Disiplin dalam fungsi ekonomi adalah menepati
waktu, mematuhi aturan kesepakatan yang berlaku.
Orang disiplin dapat dicirikan dengan kemampuan
melaksanakan tugas atau pekerjaan sesuai waktu,
mentaati aturan-aturan yang disepakati bersama
dalam berusaha.
d. Peduli
Peduli dalam fungsi ekonomi dimaksudkan untuk
menanggapi perasaan dan pengalaman orang lain.
Orang peduli ekonomi dicirikan dengan upaya
membantu orang lain yang memerlukan dan kurang
mampu secara ekonomis.
e. Ulet
Ulet dalam fungsi ekonomi adalah kemauan keras
seseorang dalam berusaha mencapai tujuan, citacita, keberhasilan dan keberuntungan. Orang ulet
dapat dicirikan dengan berusaha tanpa kenal
menyerah atau putus asa dalam meraih
keberuntungan dan selalu mencoba lagi bila
mengalami kegagalan.
80
3. Penerapan Fungsi Ekonomi dalam Keluarga
a. Hemat
Orang tua dapat memberikan teladan dan
melibatkan remaja agar bijak dalam mengeluarkan
uang, menyesuaikan segala sesuatunya dengan
kemampuan dan kebutuhan keungan yang dimiliki
dan menyisihkan uang saku untuk ditabung.
b. Teliti
Dalam perencanaan keuangan remaja harus
memperhitungkan keuntungan dan kerugian yang
dilakukannya, sehingga dapat menghindari atau
memperkecil terjadinya kesalahan. Orang tua dapat
menerapkan ketelitian pada remaja dengan cara
memastikan membayar barang yang dibeli sesuai
dengan harga yang seharusnya.
c. Disiplin
Pengeloaan
kebutuhan
keuangan
keluarga
sebaiknya
didiskusikan
bersama
dengan
mempertimbangkan kemampuan ekonomi keluarga,
keperluan biaya hidup dan yang lainnya sehingga
remaja mengerti dan mau ikut terbiasa disiplin dalam
penggunaan anggaran keluarga. Penerapan disiplin
terkait dengan nilai ekonomi, orang tua dapat
mengajarkan anak untuk rajin menabung sebagai
latihan disiplin untuk memenuhi kebutuhan pribadi
contoh : keperluan pendidikan dan kebutuhan sosial
lainnya pada remaja.
81
d. Peduli
Menumbuhkan sikap peduli dalam kehidupan
keluarga
dalam
fungsi
ekonomi,
dengan
menanamkan kepada remaja untuk membantu
saudara, teman atau tetangga yang memerlukan
bantuan ekonomi karena ketidak mampuannya.
Misalnya dengan membantu korban bencana alam
degan menyisihkan sebagian uang saku atau
tabungannnya.
e. Ulet
Kemauan keras sesorang dalam usahanya dalam
mencapai tujuan, cita-cita, keberhasilan atau
keberuntungan. Menanamkan sikap ulet pada remaja
dapat dilakukan melalui :
a. Membersarkan hati ketika remaja meghadapi
kegagalan dan mendorong mereka untuk
mencoba lagi.
b. Selalu mengingatkan agar tidak cepat putus asa
dalam mecapai tujuan
c. Pantang menyerah dalam mengalami kegagalan
H. Fungsi Lingkungan
1. Pengertian Fungsi Lingkungan
Kemampuan keluarga dalam pelestarian lingkungan
merupakan langkah yang positif. Penempatan diri untuk
82
keluarga sejahtera dalam lingkungan hidup yang dinamis
secara serasi, selaras dan seimbang. Lingkungan
merupakan bagian dari kehidupan manusia. Lingkungan
menyediakan sumber daya alam bagi manusia berupa
sumber makanan dan bahan baku industri serta tempat
untuk tinggal. Lingkungan memberikan sarana untuk
berinteraksi dengan sesama. Terjaganya lingkungan
menjadikan kualitas hidup manusia lebih baik. Melihat
pentingnya fungsi lingkungan bagi manusia, maka
dibutuhkan pengelolaan yang baik untuk menjaga
lingkungan.
Namun pada kenyataannya, saat ini telah terjadi
kemerosotan kualitas lingkungan hidup. Salah satu faktor
penyebabnya adalah kegiatan manusia yang mencemari
lingkungan hidup dan mengeksploitasi sumber daya alam.
Pemanfaatan sumber daya alam tanpa memperhatikan
daya dukung lingkungan dan fungsi ekologi telah merusak
kelestarian lingkungan. Penanaman nilai fungsi lingkungan
seharusnya dilakukan sejak dini, agar remaja memiliki
pemahaman tentang lingkungan hidup, sehingga mereka
dapat berperilaku peduli terhadap lingkungan. Tujuan
pendidikan lingkungan hidup sejak usia dini bukanlah
sekedar mempelajari permasalahan lingkungan hidup,
tetapi harus dapat mendorong remaja agar memiliki sikap
dan perilaku peduli pada lingkungan.
83
2. Nilai-Nilai dalam Fungsi Lingkungan
a. Bersih
Bersih maksudnya suatu keadaan lingkungan yang
bebas dari kotoran, sampah dan polusi. Orang bersih
dalam lingkungan dapat bercirikan dengan selalu
menjaga diri dan lingkungannya tetap bersih.
b. Disiplin
Disiplin disini maksudnya mematuhi aturan dan
kesepakatan yang berlaku. Orang disiplin dapat
dicirikan dengan kemampuan mentaati rambu-rambu
yang berlaku, tidak merusak lingkungan dan selalu
menjaga fasilitas umum.
c. Pengelolaan
Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997
tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup disebutkan
bahwa pelestarian fungsi lingkungan hidup adalah
rangkaian upaya untuk memelihara kelangsungan
daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup.
Untuk pelestarian fungsi lingkungan hidup maka
dilakukan upaya terpadu dalam pengelolaan
lingkungan hidup yang meliputi kebijaksanaan
penataan,
pemanfaatan,
pengembangan,
pemeliharaan,
pemulihan,
pengawasan,
dan
pengendalian.
84
d. Pelestarian
Manusia bersama lingkungan hidupnya berada dalam
suatu ekosistem. Kedudukan manusia di dalam
kesatuan ekosistem adalah sebagai bagian penting
yang tidak mungkin dipisahkan, karena itu
kelangsungan hidup manusia tergantung pula pada
kelestarian ekosistemnya. Agar kelestarian ekosistem
tersebut dapat terjamin, maka manusia harus menjaga
keserasian hubungan timbal balik antara manusia
dengan lingkungannya. Jika keserasian hubungan
manusia dengan lingkungannya terganggu, maka
terganggu pula kesejahteraannya. Jadi manusia dan
lingkungannya merupakan ikatan yang tidak dapat
dipisahkan, karena kedua hal tersebut saling
mempengaruhi
3. Penerapan Fungsi Lingkungan
a. Bersih
Orang tua hendaknya dapat menunjukan dan
membimbing seluruh anggota keluarganya untuk
berprilaku bersih dalam segala hal. Penerapan perilaku
hidup bersih diantaranya dengan cara:
1) Membiasakan remaja menjaga kebersihan diri,
misalnya mandi sehari 2 x, rajin mengganti
pembalut pada saat menstruasi.
85
2) Membiasakan remaja menjaga kebersihan
lingkungan, misalnya menjaga kebersihan kamar,
ruang belajar, lingkungan rumah dan sekitarnya.
b. Disiplin
Penerapan disiplin dalam fungsi lingkungan dapat
dilakukan orang tua dengan cara memberikan
bimbingan untuk disiplin dalam pemeliharaan
lingkungan. Penrapan perilaku disiplin diantaranya:
membuang sampah pada tempatnya, membiasakan
hemat energi, air dan bahan bakar minyak (BBM).
c. Pengelolaan
Soerjani (1987) menyatakan bahwa ada tiga upaya
pengelolaan lingkungan hidup yang harus dijalankan
secara seimbang, yaitu :
1) Upaya teknologi
Orang tua harus dapat mengarahkan remaja agar
bijak
memanfaatkan
teknologi.
Contoh:
menggunakan peralatan elektronik (Komputer,
laptop, HP dan lainnya) sesuai kebutuhan.
2) Upaya tingkah laku atau sikap
Orang tua mampu mengajak remaja turut serta
dalam pengelolaan lingkungan hidup yang baik,
seperti berpartisispasi dalam penanaman pohon,
86
memelihara tanaman baik di lingkungan sekolah
maupun rumah.
3) Upaya untuk memahami dan menerima fenomena
alam yang terjadi karena dampak interaksi
manusia dengan lingkungannya
Kepedulian yang rendah terhadap kelestarian
lingkungan, misalnya pemakaian deterjen untuk
mencuci tanpa mempertimbangkan akibatnya
pada lingkungan dan kebiasaan merokok di
tempat umum, asapnya mengganggu kesehatan
orang lain. Kurangnya pengetahuan tentang
keseimbangan dan fungsi ekosistem, misalnya
meminimalis penggunaan produk dari bahan
plastik dan pendidikan serta sosialisasi pada
remaja tentang konsep 3 (tiga) R yaitu reuse,
reduce, recycle.
d. Pelestarian
Meningkatkan kepedulian dan pengetahuan terhadap
pelestarian lingkungan dengan mendorong remaja
agar memiliki sikap dan perilaku peduli pada
lingkungan. Seperti mencegah pencemaran pada
lingkungan, turut berpartisipasi dalam pelestaian
tumbuhan,
hewan,
biota
laut,
reboisasi,
mensuksukseskan program penanaman sejuta pohon.
87
88
BAB III
PENUTUP
Dalam rangka menjadikan keluarga sebagai wahana pertama dan
utama dalam pembangunan bangsa, maka peran dan
tanggungjawab orangtua menjadi sangat penting dalam upaya
mewujudkan pembangunan keluarga yang berkulitas. Keluarga
yang mempunyai remaja memerlukan perhatian dan penanganan
terutama dalam meningkatkan pengetahuan dan keterampilan,
sehingga mampu melakukan pembinaan dengan baik dan benar
terhadap anak remajanya sebagai generasi pelanjut yang
berperilaku sehat, bertanggung jawab, berakhlaq, dan berkualitas
serta produktif.
Untuk meningkatkan kemampuan dan pemahaman keluarga
tentang 8 fungsi keluarga, maka disusunlah Buku Delapan Fungsi
Keluarga ini. Buku ini berisikan tentang pengertian masing-masing
fungsi keluarga, nilai-nilai yang terkandung pada masing-masing
fungsi keluarga, serta penerapan masing-masing fungsi keluarga.
Buku ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan bacaan bagi
orang tua yang memiliki remaja, kader BKR, pengelola BKR,
pengelola program GenRe, remaja dan masyarakat peduli remaja,
dalam upaya membina remaja.
89
90
DAFTAR PUSTAKA
1. BKKBN - Direktorat Remaja dan Perlindungan Hak-Hak
Reproduksi. Keterampilan Hidup (Life Skills). Jakarta, 2010.
2. BKKBN - Direktorat Remaja dan Perlindungan Hak-Hak
Reproduksi. Pendewasaan Usia Perkawinan. Jakarta, 2010.
3. BKKBN - Direktorat Remaja dan Perlindungan Hak-Hak
Reproduksi. Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja.
Jakarta, 2010.
4. BKKBN. Bahan Ajar : Nilai-nilai Moral melalui 8 Fungsi Keluarga.
Jakarta, 2006.
5. Bobbi De Porter. Mengatasi 7 Masalah Terbesar Remaja:
Panduan bagi Orang Tua. Jakarta, 2007.
6. Sugiri Syarief. Menggapai Keluarga Berkualitas dan Sakinah.
Jakarta, 2007.
7. BKKBN - Direktorat Bina Ketahanan Remaja. Materi Pegangan
Kader tentang Bimbingan dan Pembinaan Keluarga Remaja.
Jakarta, 2012.
91
Download