TINGKAT ANEMIA PADA IBU HAMIL TM III DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA NEONATORUM Endang Buda Setyowati* *Akademi Kebidanan Griya Husada, Jl.Dukuh Pakis Baru II no. 110 Surabaya Email : [email protected] ABSTRAK Pendahuluan : Asfiksia adalah suatu kondisi di mana bayi tidak dapat bernapas secara spontan dan teratur segera setelah lahir yang disertai dengan hipoksia yang progresif, penimbunan CO2, dan asisdosis. Di RSUD Gambiran kediri kejadian asfiksia neonatorum tahun 2013 periode Oktober – Desember sebesar 74 bayi (37,37%) sedangkan pada tahun 2014 periode Januari-Februari sebesar 78 bayi (40,20 %). Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan tingkat anemia pada ibu hamil TM III dengan kejadian asfiksia neonatorum Di RSUD Dr. Muh Soewandhie Surabaya Tahun 2014. Metode : Pada penelitian yaitu analitik korelasional jenis case control dengan data sekunder. Populasi penelitian sebesar 221 ibu bersalin dan besar sampelnya 141 orang yang dipilih secara systematic random sampling. Hasil penelitian dibuat tabel frekuensi, tabulasi silang dan dianalisis menggunakan uji Spearman roh dengan α = 0,05. Hasil : Hasil penelitian didapatkan tingkat anemia sebagian besar adalah anemia ringan sebesar 78 (55,3%) dan kejadian asfiksia neonatorum hampir setengahnya adalah asfiksia sedang sebesar 67 (47,5%). Hasil uji Spearman roh bahwa nilai ρ value sebesar 0,04 dengan nilai α 0,05 maka ρ value < α sehingga Ho ditolak dan H1 diterima artinya ada hubungan tingkat anemia dengan kejadian asfiksia neonaturunm Di RSUD Dr. Muh Soewandhie Surabaya Tahun 2014, serta didapatkan nilai r : 0,175 artinya kekuatan korelasi sangat rendah dan arah kolerasi menujukan nilai positif sehingga semakin berat anemia maka semakin berat kejadian asfiksia neonaturum Di RSUD Dr. Muh Soewandhie Surabaya Tahun 2014. Diskusi : RSUD Dr. Muh Soewandhie Surabaya Tahun 2014 . Peran petugas kesehatan dalam mengatasi masalah ini yaitu dengan pemeriksaan kehamilan secara berkala dan peningkatan pelayanan kegawatdaruratan. Kata Kunci : Anemia, Asfiksia Neonatorum, Kehamilan, Neonatus PENDAHULUAN Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah penyelenggaraan upaya kesehatan untuk mencapai kemampuan untuk kehidupan sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Perkembangan derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat dari kejadian kematian dan kesakitan dalam masyarakat dari waktu ke waktu. Disamping itu kejadian kematian juga dapat digunakan sebagai indikator dalam penilaian keberhasilan pelayanan kesehatan dan program pembangunan kesehatan lainnya (Saifuddin, 2007). Menurut Word Health Organization (WHO) setiap tahun sekitar 3% (3,6 juta) dari 120 bayi lahir mengalami asfiksia dan hampir 1 juta bayi meninggal. Di Indonesia, dari seluruh kematian bayi sebanyak 57% meninggal. Penyebab kematian bayi baru lahir di Indonesia adalah bayi baru lahir rendah (29%), asfiksia (27%), trauma lahir , tetanus neonatorum, infeksi lain dan kelainan neonatal (Wiknjosastro, 2008). Asfiksia adalah suatu kondisi dimana bayi tidak dapat bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir yang disertai dengan hipoksia yang progresif, penimbunan CO2 dan asidosis. Secara umum, asfiksia disebabkan adanya gangguan pertukaran gas atau pengangkutan oksigen dari ibu ke janin pada masa kehamilan, persalinan atau segera setelah lahir. Penyebab kegagalan pernapasan pada bayi yaitu hipoksia ibu, usia ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun, gravida empat atau lebih, penyakit pembuluh darah, plasenta tipis, plasenta kecil, solusio plasenta, perdarahan plasenta, prematur, Intrauterine Growth Restriction (IUGR), gemeli, tali pusat menumbung, kelainan kongenital, partus lama, partus tindakan (Wahyuni, 2011). Di Jawa Timur penyebab kematian neonatal adalah BBLR (38,03%), asfiksia (27,38%), trauma lahir (9,10%), infeksi 58 (3,70%), tetanus neonaturum (10,08%), dan lain-lain (18,38%) (Dinkes Jawa Timur, 2012). Berdasarkan survey awal yang dilakukan peneliti Di RSUD Dr. Muh Soewandhie terdapat kejadian asfiksia neonaturum tahun 2013 periode Oktober – Desember sebesar 74 bayi (37,37%) sedangkan pada tahun 2014 periode Januari-Februari sebesar 78 bayi (40,20 %). Berdasarkan data tersebut menunjukkan masih tingginya kejadian asfiksia neonatorum di Di RSUD Dr. Muh Soewandhie Surabaya. Faktor penyebab asfiksia menurut Barbara Straight (2007) adalah faktor ibu (amnionitis, anemia, diabetes, hipertensi, obatobatan, infeksi), faktor uterus (persalinan lama, presentasi abnormal), faktor plasenta (plasenta previa, solusio plasenta, insufisiensi plasenta), faktor umbilikal (prolaps tali pusat, lilitan tali pusat), faktor janin (disporposi sefalopelvis, kelainan konginetal, kesulitan kelahiran). Dampak mikro dari asfiksia neonatorum pada bayi yaitu berupa gagal nafas dan dapat menyebabkan suplai O2 ke tubuh menjadi terhambat sehingga dapat menyebabkan koma, walaupun sadar dari koma bayi akan mengalami cacat otak. Dampak makro dapat menimbulkan perdarahan otak, gangguan tumbuh kembang, cacat seumur hidup seperti buta, tuli, cacat otak dan kematian (Safrina, 2011). Dalam hal ini upaya yang dapat dilakukan yaitu penatalaksanaan atau pendeteksian sedini mungkin dengan cara antenatal care secara teratur. Asfiksia neonatorum yang disebabkan oleh ketuban pecah dini dan preeklamsia dapat berdampak buruk apabila penanganan bayi tidak dilakukan secara sempurna. Upaya resusitasi dengan mempertahankan jalan nafas agar tetap baik, sehingga proses oksigenasi cukup dan sirkulasi darah tetap baik. Berdasarkan fenomena tentang masih tingginya angka kejadian asfiksia neonatorum Di RSUD Dr. Muh Soewandhie Kota Surabaya Tahun 2014 yang dapat mengakibatkan perdarahan otak, gangguan tumbuh kembang hingga kematian. Berdasarkan data Di RSUD Dr. Muh Soewandhie Kota Surabaya, masalah tentang hubungan tingkat anemia pada ibu hamil TM III dengan kejadian asfiksia neonatrorum Di RSUD Dr. Muh Soewandhie Kota Surabaya Tahun 2014 belum pernah dilakukan penelitian sehingga memenuhi kaidah orginalitas tema penelitian. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan tingkat anemia pada ibu hamil TM III dengan kejadian asfiksia neonatrorum Di RSUD Dr. Muh Soewandhie Kota Surabaya tahun 2014 METODE PENELITIAN penelitian ini yaitu berdasarkan lingkup penelitian termasuk jenis penelitian inferensial kuantitatif. Berdasarkan tempat penelitian termasuk jenis penelitian lapangan. Berdasarkan waktu pengumpulan data termasuk jenis rancangan penelitian case control. Berdasarkan ada tidaknya perlakuan termasuk jenis expost facto. Berdasarkan cara pengumpulan data termasuk jenis survey. Berdasarkan tujuan penelitian termasuk jenis analitik korelasional. Berdasarkan sumber data termasuk jenis data sekunder Penelitian ini semua ibu melahirkan pada bulan Maret – Juni 2014 di RSUD Dr. Muh Soewandi Kota Surabaya yang Berjumlah 221 Orang HASIL PENELITIAN Umur Ibu Bersalin Tabel 1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Berdasarkan umur Ibu di RSUD Dr. Mug Soewandi surabaya Tahun 2014 Umur (tahun) <20 dan >35 20-35 >35 Jumlah Frekuensi Persentase (%) 20 65 56 141 14,2 46,1 49,7 100 (Sumber : Rekam Medik tahun 2014) Berdasarkan tabel diatas dapat diinterpretasikan bahwa umur ibu hampir setengahnya adalah 20-35 tahun sebanyak 65 (46,1%) responden. Karakteristik Berdasarkan Pendidikan ibu Tabel 2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Berdasarkan Pendidikan Ibu di RSUD Dr. Muh Soewandhie Surabaya Tahun 2014 Pekerjaan Dasar Menengah Tinggi Jumlah Frekuensi 33 62 46 141 Persentase 23,4 44,0 32,6 100 (Sumber : Rekam Medik Tahun 2014) 59 Berdasarkan tabel diatas dapat diinterpretasikan bahwa pendidikan ibu hampir setengah adalah pendidikan menengah sebanyak 62 (44,0%) responden. Karakteristik Berdasarkan Pekerjaan ibu Tabel 3 Distribusi Frekuensi Karakteristik Berdasarkan Pekerjaan Ibu di RSUD Dr. Muh Soewandhie Surabaya Tahun 2014 Pekerjaan IRT Buruh Swasta PNS Jumlah Frekuensi 42 37 33 29 141 Tabel 5 Data Berdasarkan Anemia di RSUD Dr. Muh Soewandhie Surabaya Tahun 2014 Kejadian Anemia Tidak Anemia Anemia Ringan Anemia Sedang Anemia Berat Jumlah Berdasarkan data pada tabel 5 dapat diinterpretasikan bahwa sebagian besar mengalami anemia ringan sebesar 78 (55,3%) responden. Data Berdasarkan kejadian Asfiksia Neonatorum di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Gambiran Kota Kediri. Tabel 6 Data Berdasarkan kejadian Asfiksia Neonatorum di RSUD Dr. Muh Soewandhie Surabaya Tahun 2014 Berdasarkan tabel diatas dapat diinterpretasikan bahwa pekerjaan ibu hampir setengah adalah pekerjaan IRT sebanyak 42 (29,8%) responden. Karakteristik Berdasarkan Paritas ibu Tabel 4 Distribusi Frekuensi Karakteristik Berdasarkan Paritas Ibu di RSUD Dr. Muh Soewandhie Surabaya Tahun 2014 Frekuensi 61 51 29 141 Persentase 15,6 55,3 27,7 1,4 100 (Sumber : Rekam Medik Tahun 2014) Persentase 29,8 26,2 23,4 20,6 100 (Sumber : Rekam Medik ruang Teratai Tahun 2014) Pekerjaan Primipara Multipara Grandemultipara Jumlah Frekuensi 22 78 39 2 141 Kejadian Asfiksia Tidak asfiksia Asfiksia Ringan Asfiksia sedang Asfiksia berat Jumlah Persentase 43,3 36,2 20,6 100 Frekuensi Persentase 21 39 67 14 141 14,9 27,7 47,5 9,9 100 (Sumber : Rekam Medik Tahun 2014) Berdasarkan data pada tabel 6 dapat diinterpretasikan bahwa kejadian asfiksia neonatorum hampir setengahnya yaitu asfiksia (Sumber : Rekam Medik Tahun 2014) sedang yaitu sebanyak 67 (47,5%) responden. Data berdasarkan Anemia pada Ibu Hamil Hubungan Tingkat Anemia pada Ibu TM III di RSUD Dr. Muh Soewandhie Hamil TM III dengan Kejadian Asfiksia Surabaya Tahun 2014 Neonatorum di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr. Soewandhie Surabaya Tabel 7 Hubungan Tingkat Anemia pada Ibu Hamil TM III dengan Kejadian Asfiksia Neonatorum di RSUD dr. Muh soewandi Surabaya Tahun 2014 Anemia Tidak Asfiksia % Asfiksia ringan Asfiksia Neonaturum % Asfiksia % sedang Jumlah Asfiksia berat % Tidak Anemia 8 5,7 9 6,4 5 3,5 0 0,0 22 Anemia ringan 11 7,8 10 7,1 50 35,5 7 5,0 78 Anemia sedang 2 1,4 20 14,2 11 7,8 6 4,3 39 Anemia berat 0 0,0 Jumlah 21 P = 0,04 α= 0,05 ( Sumber : Rekam Medik Tahun 2014) 0 39 0,0 1 67 0,7 1 14 0,7 2 141 Dari tabel 7 dapat diinterpretasikan bahwa anemia ringan pada ibu hamil TM III yang melahirkan bayi dengan asfiksia sedang sebesar 50 (35,5%) responden. r : 0,175 Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan menggunakan uji spearman rho diperoleh nilai ρ value sebesar 0,04 dengan nilai α 0,05, maka ρ value < α sehingga Ho 60 ditolak dan H1 diterima artinya ada hubungan tingkat anemia dengan kejadian asfiksia neonaturunm di RSUD Dr. Muh Soewandhie Surabaya Tahun 2014, serta didapatkan nilai r : 0,175 artinya kekuatan korelasi sangat rendah dan arah kolerasi menujukan nilai positif sehingga semakin berat anemia maka semakin berat kejadian asfiksia neonaturum di RSUD Dr. Muh Soewandhie Surabaya Tahun 2014. PEMBAHASAN Kejadian anemia pada ibu hamil TM III di RSUD Dr. Muh Soewandhie Surabaya Tahun 2014. Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan dari 141 responden di RSUD Dr. Muh Soewandhie Surabaya Tahun 2014, yang mengalami anemia ringan sebesar 78 (55,3%) responden. Anemia adalah kondisi dimana sel darah merah menurun atau menurunnya hemoglobin, sehingga kapasitas daya angkut oksigen untuk kebutuhan organ–organ vital pada ibu dan janin menjadi berkurang (Varney, 2007). Fetus yang sedang membesar di dalam uterus ibu hamil mempunyai dua kebutuhan yang sangat penting dan harus dipenuhi, yaitu bekalan oksigen dan nutrient serta pembuangan sisa– sisa metabolisme. Jika kebutuhan ini tidak dapat dipenuhi, maka fetus akan menghadapi masalah bahkan kematian. Terjadinya anemia gizi pada ibu hamil dapat berawal dari seorang ibu yang dilahirkan oleh ibu penderita anemia gizi, yang selama masa pertumbuhan hingga kehamilannya tidak mendapat sumber zat gizi yang cukup, maupun pelayanan kesehatan yang mungkin diperlukannya. Sehingga dia selalu menderita anemia gizi. Alasan lain adalah adanya kehamilan yang berulang dan dalam selang waktu yang relatif singkat, sehingga cadangan zat besi ibu seakan dikuras guna memenuhi kebutuhan janin atau akibat perdarahan pada waktu bersalin. Keadaan terakhir tersebut akan semakin parah apabila masih ditambah dengan adanya pantangan terhadap beberapa jenis makanan, terutama yang kaya akan zat besi selama kehamilan (Manuaba, 2010). Menurut Winkjosastro (2009) penyebab anemia tersering adalah defesiensi zat nutrisi. Seringkali defesiensinya bersifat multipel dengan manifestasi klinik yang disertai infeksi, gizi buruk atau kelainan herediter seperti hemoglobinopati. Namun penyebab mendasar anemia nutrisional meliputi asupan yang tidak cukup, absorbsi yang tidak adekuat, bertambahnya zat gizi yang hilang, kebutuhan yang berlebihan, dan kurangnya utilisasi nutrisi hemopoietik. Sekitar 75% anemia dalam kehamilan disebabkan oleh defesiensi besi. Penyebab tersering kedua adalah anemia megaloblastik yang dapat disebabkan oleh defesiensi asam folat dan defesiensi vitamin B12. Penyebab anemia lainnya yang jarang ditemui antara lain adalah hemoglobinopati, proses inflamasi, toksisitas zat kimia dan keganasan. Sehingga opini tersebut adanya potensi ibu hamil mengalami anemia pada masa kehamilan dan perlunya asupan nutrisi terutama yang mengandung zat besi serta tidak ada kesenjangan antara teori dengan fakta yang ada. Kejadian Asfiksia Neonatorum di RSUD Dr. Muh Soewandhie Surabaya Tahun 2014 Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan dari 141 responden di RSUD Dr. Muh Soewandhie Surabaya Tahun 2014, respon den dengan kejadian asfiksia neonatorum hampir setengahnya yaitu asfiksia sedang yaitu sebanyak 65 (46,1%) responden dan asfiksia ringan yaitu sebanyak 41(29,1%) responden sedangkan sebagian kecil yaitu asfiksia berat yaitu sebanyak 14 (9,9%) responden. Asfiksia Neonatorum adalah keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernafas secara spontan dan teratur setelah lahir. Hal ini disebabkan oleh hipoksia janin dalam uterus dan hipoksia ini berhubungan dengan faktor yang timbul dalam kehamilan, persalinan, atau segera setelah bayi lahir (Sarwono, 2009). Dari data diatas dapat diketahui bahwa asfiksia neonatorum dapat terjadi selama kehamilan, pada proses persalinan dan melahirkan atau periode segera setelah lahir. Janin sangat bergantung pada pertukaran plasenta untuk oksigen, asupan nutrisi dan pembuangan produksi sehingga gangguan pada aliran darah umbilical maupun plasenta hampir selalu menyebabkan asfiksia. Sebagian besar pengetahuan mengenai respons terhadap asfiksia akut pada janin dan bayi baru lahir berasal dari penelitian hewan. Dengan pembatasan tertentu, hal ini memberi gambaran jelas tentang proses asfiksia pada manusia dan juga dasar logis untuk resusitasi neonatus. Gangguan suplai darah teroksigenasi 61 melalui vena umbilikalis dapat terjadi pada saat antepartum, intrapartum, dan tentunya pascapartum pada saat tali pusat dipotong. Hal ini diikiuti oleh serangkaian kejadian berikut yang diperkirakan ketika asfiksia berat menurut Drew, dkk (2009). Awalnya hanya sedikit napas. Sedikit napas ini dimaksudkan untuk mengembangkan paru, tetapi bila paru mengembang saat kepala masih di jalan lahir atau bila paru tidak mengembang karena suatu hal, aktivitas singkat ini akan diikuti oleh henti napas komplet. Kejadian ini disebut apnea primer. Setelah waktu yang singkat, lama asfiksia tidak dikaji dalam situasi klinis karena dilakukan tindakan resusitasi yang sesuai sehingga usaha bernapas otomatis dimulai. Hal ini hanya akan membantu dalam waktu singkat, kemudian jika paru mengembang, secara bertahap terjadi penurunan kekuatan dan frekuensi pernapasan. Selanjutnya bayi akan memasuki periode apnea terminal. Kecuali dilakukan resusitasi yang tepat, pemulihan dari keadaan terminal ini tidak akan terjadi. Frekuensi jantung menurun selama apnea primer dan akhirnya turundi bawah 100 kali/menit, yang dikenal secara internasional sebagai titik aksi resusitasi. Frekuensi jantung sedikit meningkat pada saat bayi berhenti bernapas terengah-engah, tetapi bersama dengan menurun dan berhentinya napas terengah-engah bayi, frekuensi jantung terus berkurang. Keadaan asam basa semakin memburuk, metabolisme selular gagal, dan jantung pun berhenti. Keadaan ini akan terjadi dalam waktu yang cukup lama. Selama apnea primer, tekanan darah meningkat bersama dengan pelepasan katekolamin dan zat kimia stress lainnya. Walaupun demikian tekanan darah yang terkait erat dengan frekuensi jantung, mengalami penurunan tajam selama apnea terminal. Volume sekuncup pada neonatus tetap dan curah jantung ditentukan hampir sepenuhnya oleh frekuensi jantung. Terjadi penurunan pH (power of Hidrogen) yang hampir linear sejak awitan asfiksia. Hal ini disebabkan oleh penumpukan asam laktat dan asam lainnya yang diproduksi oleh glikolisis anaerob pada jaringan yang mengalami hipoksia. Adanya hubungan yang buruk antara pH (power of Hidrogen) arteri umbilical, keadaan klinis bayi pada saat itu, dan prognosis jangka panjang. Apnea primer dan apnea terminal mungkin tidak selalu dapat dibedakan. Pada umumnya, bradikardia berat dan kondisi syok memperburuk apnea terminal. Faktor yang turut mempengaruhi asfiksia neonatorum adalah paritas ibu. Berdasarkan kharakteristik paritas 1 beresiko karena ibu belum siap secara medis (organ reproduksi) maupun secara mental. Primiparity merupakan faktor resiko yang mempunyai hubungan yang kuat terhadap mortalitas asfiksia, sedangkan. Keadaan tersebut memberikan predisposisi untuk terjadi perdarahan, plasenta previa, rupture uteri, solutio plasenta yang dapat berakhir dengan terjadinya asfiksia bayi baru lahir. Akibat asfiksia neonatorum akan bertambah buruk apabila penanganan tidak dilakukan secara sempurna. Tindakan yang akan dikerjakan pada bayi bertujuan mempertahankan kelangsungan hidupnya dan membatasi gejala lanjut yang mungkin timbul (Prawirohardjo, 2008). Menurut hasil penelitian tersebut potensi bayi mengalami asfiksia semakin bertambah dan pencegahan dapat dilakukan sedini mungkin serta tidak ada kesenjangan teori dan fakta yang ada. Hubungan tingkat Anemia pada ibu hamil TM III dengan Kejadian Asfiksia Neonatorum di Dr. Muh Soewandhie Surabaya Berdasarkan tabel 7 menunjukan ibu hamil TM III yang mengalami anemia ringan melahirkan bayi asfiksia sebesar 35,5 %. Hubungan ini diperkuat dengan hasil analisa menggunakan spearman rho dimana diperoleh nilai ρ value sebesar 0,04 (α=0,05) serta kekuatan korelasinya sangat rendah dan arah korelasinya positif yang artinya semakin tinggi kejadian anemia, semakin tinggi juga kejadian asfiksia neonatorum sehingga disimpulkan bahwa terdapat hubungan tingkat anemia pada ibu hamil TM III dengan kejadian asfiksia neonatorum pada bayi baru lahir. Dalam hal ini, tidak terjadi kesenjangan antara teori dengan kenyataan yang terjadi di lapangan. Anemia adalah kondisi dimana sel darah merah menurun atau menurunnya hemoglobin, sehingga kapasitas daya angkut oksigen untuk kebutuhan organ–organ vital pada ibu dan janin menjadi berkurang (Varney, 2007). Fetus yang sedang membesar di dalam uterus ibu hamil mempunyai dua kebutuhan yang sangat penting dan harus dipenuhi, yaitu bekalan 62 oksigen dan nutrient serta pembuangan sisa– sisa metabolisme. Jika kebutuhan ini tidak dapat dipenuhi, maka fetus akan menghadapi masalah bahkan kematianDengan demikian jelaslah bahwa ibu hamil dengan anemia akan memengaruhi kondisi bayinya dan akan rentan mengalami asfiksia neonatorum. Asfiksia neonatorum ini dapat mendatangkan kematian dimana menurut berbagai penelitian 27% bayi meninggal akibat asfiksia neonatorum (Winkjosastro, 2008). Menurut hasil penelitian di atas bahwa hampir setengahnya responden mengalami kejadian anemia yang menyebabkan kejadian asfiksia neonatorum. Dari hasil penelitian di atas sesuai dengan teori bahwa yang berpotensi mengalami asfiksia neonatorum adalah pada ibu hamil TM III dengan anemia. Untuk pencegahan terjadinya komplikasi asfiksia neonatorum, perlu dilakukan Ante Natal Care (ANC) yang komprehensif dan berkualitas dan pertolongan persalinan dilakukan sesuai standar Asuhan Persalinan Normal (APN) dengan harapan angka kematian ibu diminimalkan. Demi mewujudkan rendahnya angka kematian akibat asfiksia neonatorum kerja sama antara keluarga, pemerintah, tenaga medis dan pemerhati kesehatan seperti institusi kesehatan dan LSM perlu ditingkatkan. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Tingkat anemia pada ibu hamil di Dr. Muh Soewandhie Surabaya Tahun 2014 sebagian besar mengalami anemia sedang . Kejadian asfiksia neonatorum di Dr. Muh Soewandhie Surabaya tahun 2014 hampir setengahnya adalah asfiksia sedang. Ada hubungan, dengan kekuatan sangat rendah dan arah kekuatan positif antara tingkat anemia pada ibu hamil TM III dengan kejadian asfiksia neonatorum di Dr. Muh Soewandhie Surabaya tahun 2014. Saran Diharapkan dapat melakukan peningkatan pelayanan kegawatdaruratan sehingga bayi yang mengalami asfiksia neonatorum dapat ditangani secara cepat, sehingga tidak terjadi kematian pada ibu akibat asfiksia neonatorum yang dapat menimbulkan bahaya perdarahan KEPUSTAKAAN Arikunto, Suharsini.2010. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta .Bobak, Irene M. 2009. Buku Ajar Keperawatan Maternitas Jakarta : EGC. Budianto, Didik. 2012 Metode Penelitian. Surabaya : DepKes RI. Depkes RI. 2008. Assuhan Persalinan Normal. Jakarta : JNPK-KR Drew, D., Jevon, P dan Raby, M. 2008.Resusitasi Bayi Baru Lahir Seri Praktik Kebidanan. Jakarta : EGC. Gunatmaningsih, D. 2007. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada remaja putri di SMA Negeri. Bogor: Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. . Varney, Helen. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta : EGC Hidayat, A. Aziz Alimul. 2009. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : Salemba Medika. Irawan, Nungki Kusuma. 2011. Menumpas Penyakit Dengan Darah Tali Pusat. Jakarta : Berlian Medika Kusmiyati, Yuni. 2009. Perawatan Ibu Hamil. Yogyakarta : Fitramaya Manuaba, Ida Bagus . 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC. Prawirohardjo, Sarwono. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBPSP Profil Kesehatan Jawa Timur. 2012. Diakses tanggal 22 Januari 2014, jam 19.30 WIB. Proverawati, Atikah. 2009. Buku Ajar Gizi Kebidanan. Yogyakarta : Nuha Medika Purwitasari, Vita. 2009. Buku Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta : Depkes RI Saifuddin, Abdul Bari. 2007. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta :YBP-SP. Simkin, Penny. 2007. Panduan Lengkap Kehamilan, Melahirkan dan Bayi. Jakarta : Arceon Straight, Barbara. 2007. Keperawatan Ibu dan Bayi Baru Lahir. Jakarta : EGC Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta : EGC. Nursalam dan Pariani. 2008. Pendekatan Praktis Metodologi Riset 63 Keperawatan. Jakarta :Sagung Seto. Wahyuni, Sari. 2011. Asuhan Neonatus, Bayi, dan Balita Penuntun Belajar Prakti kKlinik. Jakarta : EGC Winjosastro, Gulardi, 2008. Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal Asuhan (Asuhan Esensial, Pencegahan dan Penanggulangan Segera Komplikasi Persalinan dan Bayi Baru Lahir). Jakarta :Jaringan-Kesehatan Reproduksi Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Winkjosastro, Hanifa. 2008. Ilmu Bedah Kebidanan. Jakarta :Yayasan Pustaka Sarwono Prawihardjo. 64