149 pengaruh durasi dan tahapan pelaksanaan inisiasi menyusu

advertisement
Majalah Kesehatan FKUB
Vol 4, No 3, September 2017
PENGARUH DURASI DAN TAHAPAN PELAKSANAAN INISIASI MENYUSU DINI (IMD)
TERHADAP KEBERHASILAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DALAM 1 BULAN PERTAMA
Ni Luh Putu Herli Mastuti*, Yuseva Sariati*, Putri Fathma*
Abstrak
Untuk menekan angka kematian bayi maka beberapa tindakan perlu ditingkatkan, seperti
pemberian ASI eksklusif. Salah satu indikator yang menunjang keberhasilan pemberian ASI eksklusif
adalah dengan memulai menyusu dalam waktu 1 jam setelah lahir atau Inisiasi Menyusu Dini (IMD). Pada
penelitian ini ingin dibandingkan pengaruh durasi pelaksanaan IMD dengan tahapan pelaksanaan IMD
terhadap keberhasilan pemberian ASI eksklusif dalam 1 bulan pertama di Puskemas Cluwak. Desain
penelitian yang digunakan adalah observasional analitik dengan pendekatan studi kohort. Sampel yang
digunakan adalah seluruh bayi baru lahir sebanyak 61 bayi. Data berasal dari observasi langsung
pelaksanaan IMD dari kelahiran bayi sampai menyusu pertama selesai, dan pemberian ASI eksklusif
setiap minggunya selama 1 bulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keberhasilan pemberian ASI
eksklusif dalam 1 bulan pertama dipengaruhi oleh durasi pelaksanaan IMD (p = 0,001), sedangkan
tahapan IMD tidak mempengaruhi keberhasilan pemberian ASI (p = 0,114). Penelitian di Puskemas
Cluwak ini menyimpulkan bahwa keberhasilan pemberian ASI eksklusif dalam 1 bulan pertama lebih
dipengaruhi oleh durasi pelaksanaan IMD daripada tahapan IMD.
Kata kunci: ASI eksklusif, durasi, tahapan, inisiasi menyusu dini (IMD)
EFFECT OF DURATION AND STAGES OF EARLY BREASTFEEDING TO PROMOTE
EXCLUSIVE BREASTFEEDING WITHIN THE FIRST MONTH OF BIRTH
Abstract
In order to reduce infant mortality rate some activities need to be improved, such as exclusive
breastfeeding. One of the indicators on promoting exclusive breastfeeding is early breastfeeding initiation
within 1 hour after birth. This study was aimed to compare the effect of duration and stages of early
breastfeeding initiation to encourage exclusive breastfeeding within the first month in Public Health Care
of Cluwak. The research design used was observational analytic with cohort study approach. The
samples used were 61 newborn babies. The data were obtained from observation of early breastfeeding
initiation from the baby birth until the first suckling is completed, and exclusive breastfeeding in every
week for 1 month. The results showed that the success of exclusive breastfeeding in the first month was
influenced by the duration of IMD implementation (p = 0.001), while the IMD stage did not affect the
success of breastfeeding (p = 0.114). The research at Cluwak Public Health Care concludes that the
success of exclusive breastfeeding within the first month is more affected by the duration of IMD than IMD
stages.
Keywords: duration, early breastfeeding initiation, exclusive breastfeeding, stages
* Program Studi S1 Kebidanan FK UB

E-mail: [email protected], [email protected]
149
Mastuti NLPH, et al.
Pengaruh Durasi dan Tahapan Pelaksanaan …..
Pendahuluan
Peraturan
Pemerintah
Republik
Indonesia Nomor 33 Tahun 2012
menyebutkan bahwa IMD terhadap bayi
yang baru lahir kepada ibunya paling singkat
selama satu jam dengan cara meletakkan
bayi secara tengkurap di dada atau perut ibu
sehingga kulit bayi melekat pada kulit ibu.
Inisiasi menyusi dini dalam 30 menit pertama
kelahiran merupakan salah satu dari sepuluh
langkah menuju keberhasilan menyusui
yang berdasarkan Inisiatif Rumah Sakit
Sayang Bayi (Baby Friendly Hospital
Initiative: BFHI) tahun 1992, yang tertuang
dalam langkah keempat, yaitu “membantu
ibu mulai menyusui dalam 30 menit setelah
bayi lahir” dengan mempergunakan
kemampuan “ajaib” bayi untuk memulai
menyusu dengan bayi merangkak di dada
ibu (breast crawl). Pada tahun 2006, BFHI
merevisi penjelasan langkah keempat
menjadi “Letakan bayi dalam posisi
tengkurap di dada ibu, kontak kulit ke kulit
dengan ibu segera setelah lahir paling
sedikit selama satu jam dan dorong ibu
mengenali tanda-tanda bayi siap menyusu,
dan bila perlu tawarkan bantuan”. Dalam
langkah ini yang diutamakan adalah kontak
kulit ke kulit dan kesiapan bayi.4,5
Menurut hasil penelitian Amin (2014)
menyatakan bahwa keberhasilan menyusu
pada dua bulan pertama sangat dipengaruhi
oleh pelaksanaan IMD.6 Pada dasarnya
praktik pemberian ASI pada bayi dipengaruhi
oleh gaya hidup. Sekitar 60% ibu
memberikan ASI setelah melahirkan, namun
berhenti dalam minggu pertama. Pemberian
ASI walau untuk 1 bulan, merupakan awal
yang sempurna bagi bayi untuk memulai
kehidupannya.7 Tingkat kegagalan terendah
saat pemberian ASI eksklusif terjadi pada
satu bulan pertama. Sedangkan tingkat
kegagalan akan semakin tinggi jika
pemberiaan ASI eksklusif melebihi satu
bulan pertama.8
Banyak faktor yang mempengaruhi
keberhasilan pemberian ASI eksklusif, salah
Saat ini Angka Kematian Bayi (AKB)
masih merupakan permasalahan kesehatan
utama di Indoneisa, meskipun menurut
Survei Demografi Kesehatan Indonesia
(SKDI) tahun 2012 terdapat penurunan
kematian bayi tahun 2003 sampai 2012 yaitu
dari 35 menjadi 32 per 1.000 kelahiran
hidup. Air Susu Ibu (ASI) merupakan
makanan paling baik untuk bayi yang
mengandung semua jenis bahan untuk
pertumbuhan dan perkembangannya secara
optimal sesuai dengan usia bayi. Indonesia
berada di peringkat 49 dari 51 negara, yaitu
dengan angka cakupan pemberian ASI
eksklusif hanya sebesar 27,5% dari
laporan World
Breastfeeding
Trends
Initiative tahun 2012. Diperlukan peranan
terhadap upaya kunci seperti ASI Eksklusif
atau imunisasi dasar untuk menekan
kematian bayi.1
Beberapa upaya penurunan AKB masih
mempunyai cakupan yang rendah, antara
lain cakupan Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
sebesar 28%, pelayanan kesehatan
neonatal pertama (K1) 71%, dan
perlindungan tetanus neonatorum sebesar
79%. Peningkatan IMD menjadi 34,5% per
tahun (2013) dari 29,3% per tahun (2010).
Persentase proses mulai mendapat ASI
antara 1–6 jam sebesar 35,2%. Bayi yang
mulai mendapat ASI kurang dari 1 jam
pertama hanya sebesar 37,4%.2
Berdasarkan data yang diperoleh dari
Profil Kesehatan tahun 2013, terdapat
peningkatan tahun 2012 dengan cakupan
pemberian ASI eksklusif sebesar 54,34%.
Cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi
usia 0-6 bulan di Propinsi Jawa Tengah
tahun 2013 hanya 58,4%. Cakupan ASI
eksklusif di Kabupaten Pati tahun 2015
sebesar 68,56%. Angka ini belum memenuhi
target yaitu 80% dari Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia.3
150
Majalah Kesehatan FKUB
Vol 4, No 3, September 2017
satunya adalah pelaksanaan IMD. Penelitian
ini bertujuan untuk melihat faktor durasi IMD
atau pelaksanaan tahapan tahapan IMD
yang lebih mempengaruhi keberhasilan
pemberian ASI ekslusif dalam 1 bulan
pertama di Puskesmas Cluwak Kabupaten
Pati Jawa Tengah.
untuk pemantauan menyusui di Australia.
Pengumpulan data dengan observasi
langsung pelaksanaan IMD dari kelahiran
bayi sampai menyusu pertama selesai, dan
pemberian ASI Eksklusif setiap minggu
selama 1 bulan. Pelaksanaan IMD dikatakan
berhasil jika lama IMD ≥60 menit atau bayi
melampaui semua tahapan IMD, meliputi 5
tahap yaitu: (a) Dalam 30 menit pertama:
istirahat keadaan siaga, sekali-sekali melihat
ibunya, menyesuaikan dengan lingkungan,
(b) Antara 30–40 menit: mengeluarkan
suara, memasukkan tangan ke mulut,
gerakan menghisap, (c) Mengeluarkan air
liur; (d) Bergerak ke arah payudara (areola
sebagai sasaran) dengan kaki menekan
perut ibu, menjilat-jilat kulit ibu, sampai di
ujung tulang dada, bayi menghentakhentakan kepala ke dada ibu, menoleh ke
kanan kiri, menyentuh puting susu dengan
tangannya, dan (e) Menemukan, menjilat,
mengulum puting, membuka mulut lebar dan
melekat dengan baik.9
Penilaian pemberian ASI eksklusif
setiap harinya dilihat dari lembar observasi
yang diberikan kepada ibu serta obeservasi
langsung oleh peneliti setiap minggu selama
1 bulan.
Analisis data untuk mengetahui
pengaruh
durasi
dan
tahap-tahap
pelaksanaan IMD terhadap pemberian ASI
eksklusif selama 1 bulan pertama
menggunakan Fisher’s Exact Test dengan
interval kepercayaan sebesar 95% (α =
0,05).
Bahan dan Metode
Penelitian ini mengunakan desain
observasional analitic, dengan pendekatan
studi kohort dan pemilihan sampel dengan
menggunakan metode purposive sampling.
Penelitian ini melibatkan 61 bayi baru lahir
yang memenuhi kriteria inklusi yaitu: (a) Bayi
lahir cukup bulan (aterm) yaitu bayi yang
lahir setelah 37 minggu gestasi hingga 42
minggu gestasi, (b) Nafas spontan dan
teratur, (c) Frekuensi jantung lebih dari 120
kali per menit, (d) Frekuensi pernapasan 4060 kali per menit, (e) Berat badan lahir bayi
2500-4000 gram, (f) Orang tua memberikan
ijin untuk dilakukan penelitian pada bayinya.
Kriteria eksklusi meliputi: (a) Bayi kedinginan
(hipotermia) yaitu suhu bayi <36,5 oC, (b) Ibu
dengan komplikasi (perdarahan post
partum/hemorrhage post partum (HPP),
preeklamsia/eklamsia).
Pengukuran variabel independen, yaitu
pelaksanaan IMD meliputi durasi dan
tahapan
IMD menggunakan lembar
observasi durasi IMD dari World Health
Organization (WHO) dan tahapan IMD dari
Departemen Kesehatan RI tahun 2008.
Pada pengukuran variabel dependen
(keberhasilan ASI eksklusif selama 1 bulan
pertama) menggunakan lembar observasi
pemberian ASI eksklusif dari sistem nasional
151
Mastuti NLPH, et al.
Pengaruh Durasi dan Tahapan Pelaksanaan …..
Hasil
Tabel 1. Karakteristik dasar responden
Karakteristik Responden
Umur Ibu (tahun)
17-25
26-35
36-45
Jumlah
Pendidikan Ibu
SD
SMP
SMA
PT (PerguruanTinggi)
Jumlah
Pekerjaan Ibu
Pedagang
Buruh/tani
Wiraswasta
IRT (Ibu Rumah Tangga)
Jumlah
Berdasarkan
hasil
penelitian
menunjukkan bahwa sebanyak 31 orang
(50,8%) ibu berusia antara 17-25 tahun.
Pendidikan ibu sebagian besar adalah
N
%
31
25
5
61
50,8
41,1
8,1
100
2
14
40
5
61
3,3
23
65,6
8,1
100
4
5
7
45
6,6
8,2
11,4
73,8
61
100
tamat SMA sebanyak 40 orang (65,6%).
Pekerjaan ibu sebagai ibu rumah tangga
sebanyak 45 orang (73,8%), dan hanya 4
orang (6,6%) yang bekerja sebagai
pedagang.
Tabel 2. Karakteristik khusus responden
Karakteristik Responden
Rata-rata ± SD
Berat Badan Bayi (gram)
Lama IMD (menit)
Tahapan IMD (menit)
Tahap 1
Tahap 2
Tahap 3
Tahap 4
Tahap 5
3190,1 ± 361,803
60,1 ± 11,080
12,08 ± 9,178
18,52 ± 7,586
9,67 ± 6,607
10,31 ± 10,067
2,44 ± 5,789
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
rata- rata berat badan bayi yang dilahirkan
adalah 3,190 gram. Selain itu, diketahui
bahwa durasi IMD rata-rata 60,1±11,080
menit, yang menunjukkan bahwa sebagian
besar responden melakukan IMD lebih
atau sama dengan 60 menit (85,33%).
Namun, hasil durasi masing-masing tahap
IMD berbeda dengan yang disebutkan
dalam Direktorat Jenderal Bina Kesehatan
Masyarakat
Departemen
Kesehatan
Republik Indonesia (2008)9, yaitu tahap 1
dalam 30 menit pertama: istirahat keadaan
siaga, sekali-sekali melihat ibunya,
menyesuaikan
dengan
lingkungan,
selanjutnya tahap 2 antara 30 – 40 menit:
mengeluarkan suara, memasuk kan tangan
ke mulut, gerakan menghisap. Pada
penelitian ini menunjukkan bahwa tahap
pertama hanya selama 12,08 menit (12,08
± 9,178) dan tahap kedua selama 18,52
menit (18,52 ± 7,586).
152
Majalah Kesehatan FKUB
Vol 4, No 3, September 2017
Tabel 3. Keberhasilan pemberian ASI eksklusif dalam 1 bulan pertama
Karakteristik Responden
Durasi pelaksanaan IMD
Kurang dari 60 menit
Lebih dari atau sama dengan 60 menit
Jumlah
Tahapan IMD
Tahapan 1
Tahapan 2
Tahapan 3
Tahapan 4
Tahapan 5
Jumlah
Keberhasilan ASI Eksklusif selama 1 Bulan
Pertama
Tidak ASI Eksklusif
ASI Eksklusif
Jumlah
Keberhasilan ASI Eksklusif Tiap Minggu
s/d Minggu ke-1
s/d Minggu ke-2
s/d Minggu ke-3
s/d Minggu ke-4
Jumlah
Penelitian
menunjukkan
bahwa
sebagian besar responden melakukan IMD
lebih dari atau sama dengan selama 60
menit (88,53%), sedangkan yang mencapai
semua tahapan IMD hanya 11 responden
(18,05%) dan bayi yang tidak mendapatkan
ASI eksklusif selama 1 bulan pertama
adalah sebanyak 10 responden (16,4%).
N
%
7
54
61
11,47
88,53
100
0
2
21
27
11
61
0
3,27
34,42
44,26
18,05
100
10
51
61
16,4
83,6
100
54
51
51
51
61
88,5
83,6
83,6
83,6
100
Selain itu, juga diketahui terjadi penurunan
keberhasilan pemberian ASI eksklusif tiap
minggu, yang dimulai pada minggu kedua
sampai dengan minggu keempat, yaitu
sebanyak 51 responden (83,6%) yang
memberikan ASI eksklusif selama 1 bulan
pertama.
Tabel 4. Pengaruh durasi dan tahapan IMD terhadap keberhasilan ASI eksklusif
dalam 1 bulan pertama
ASI eksklusif selama
1 bulan pertama
Tidak
Ya
Durasi IMD
Tahap IMD
<60 menit
≥60 menit
Terlampaui
Tidak terlampaui
5
5
0
10
Penelitian
menunjukkan
bahwa
sebagian besar bayi yang mengalami IMD
selama lebih atau sama dengan 60 menit
berhasil dalam pemberian ASI eksklusif
selama 1 bulan pertama (80,32%),
sedangkan berdasarkan uji Fisher’s Exact
2
49
11
40
Nilai p
Total
7
54
11
50
0,001
0,114
menunjukkan bahwa durasi pelaksanaan
IMD lebih mempengaruhi dibandingkan
tahapan IMD untuk keberhasilan ASI
eksklusif dalam 1 bulan pertama (p =
0,001; p = 0,114).
153
Mastuti NLPH, et al.
Pengaruh Durasi dan Tahapan Pelaksanaan …..
Tabel 5. Pengaruh tahapan IMD terhadap keberhasilan pemberian ASI eksklusif dalam 1 bulan
pertama
Tahapan IMD
Tahapan 1 IMD
Tidak
Ya
Tahapan 2 IMD
Tidak
Ya
Tahapan 3 IMD*
Tidak
Ya
Tahapan 4 IMD*
Tidak
Ya
Tahapan 5 IMD*
Tidak
Ya
ASI eksklusif selama
1 bulan pertama
Tidak
Ya
Nilai p
(*)
Relative Risk
0
10
0
51
-
-
0
10
0
51
-
-
2
8
0
51
0,025
7,375
8
2
15
36
0,004
9,600
9
1
41
10
0,673
2,195
Tabel 5 semakin memperkuat hasil
bahwa pelaksanaan tahapan IMD tidak
memberikan pengaruh yang bermakna
terhadap keberhasilan pemberian ASI
eksklusif dalam 1 bulan pertama.
keberhasilan pelaksanaan inisiasi dan
durasi menyusui. Hal yang paling penting
dalam memulai kegiatan menyusui segera
setelah proses kelahiran terjadi adalah
kontak kulit ke kulit antara bayi baru lahir
dan ibunya.12
Pendidikan
memiliki
hubungan
dengan pengetahuan seseorang yang
berpengaruh pada pembentukan perilaku
khususnya perilaku kesehatan. Semakin
tinggi pendidikan seseorang, maka akan
semakin mudah menerima informasi
sehingga bertambah banyak pengetahuan
yang
dimiliki.
Orang
tua
yang
pendidikannya tinggi dan baik maka dapat
menerima segala informasi dari luar
terutama tentang cara mengatur dan
mengasuh anak yang baik, menjaga
kesehatan
anak,
pendidikan
dan
13
sebagainya.
Wanita yang memiliki
pendidikan rendah, hampir 50% cenderung
tidak memulai IMD dibandingkan dengan
wanita dengan pendidikan tinggi.14, 15
Bayi baru lahir dengan berat badan
rendah cenderung tidak behasil melampaui
tahapan IMD secara keseluruhan. Terdapat
2 responden yang hanya melampaui
sampai tahapan 2 IMD yaitu berat badan
bayi baru lahir 2500 gram dan 2600 gram.
Keberhasilan bayi yang melampaui sampai
tahapan 5 IMD sebanyak 11 responden
Pembahasan
Karakteristik Responden:
Banyak faktor yang mempengaruhi
keberhasil pemberian ASI eksklusif, salah
satunya adalah usia ibu. Penelitian yang
dilakukan oleh Chaves, Lamouiner dan
Cesar (2007), wanita yang tergolong
dewasa akan lebih lama untuk menyusui
karena pengalaman dan pengetahuaan
tentang ASI lebih banyak .10
Pada penelitian ini didapatkan
sebagian besar usia orangtua anak adalah
remaja akhir dalam rentang 17–25 tahun
yaitu sebanyak 31 orang
(50,8%),
sedangkan dalam rentang 26-35 tahun
sebanyak 25 orang (41,1%). Usia tersebut
termasuk dewasa awal dan dewasa akhir.
Keberhasilan menyusui eksklusif
pada ibu primipara dipengaruhi oleh
lamanya menyusui saat melakukan IMD.6
Terdapat pengaruh yang signifikan pada
pendidikan dan status sosial ekonomi ibu
dengan pelaksanaan IMD.11 Rendahnya
tingkat
pendidikan,
menurukan
154
Majalah Kesehatan FKUB
Vol 4, No 3, September 2017
dengan rentang berat badan antara 3000–
3600 gram. Penelitian yang dilakukan oleh
Chaves et.al., tahun (2007)10 menyatakan
bahwa variabel yang berhubungan dengan
durasi pemberian ASI eksklusif salah
satunya adalah berat badan lahir rendah
<2500 gram (p = 0,019). Bayi baru lahir
dengan berat badan rendah lebih berisiko
untuk
mengalami
keterlambatan
16
menyusu. Hal tersebut disebabkan oleh
kemampuan menyusu yang belum
berkembang baik reflek hisap maupun
menelan, selain kemungkinan komplikasi
yang terjadi Karena berat badan yang
rendah.
Hal ini mendorong untuk dilakukan
peningkatan
kemampuan
tenaga
kesehatan dalam pemberian nutrisi yaitu
ASI terutama pada bayi bayi prematur
maupun BBLR.17 Penelitian yang dilakukan
di Ghana pada tahun 2015 oleh Brefo dan
Arthur didapatkan 39,94% melakukan IMD
segera setelah lahir, sebanyak 43,43 %
pelaksanaan IMD dilakukan satu jam
setelah lahir, sedangkan 16,63% dilakukan
sehari setelah bayi lahir.18 Pelaksanaan
IMD dilakukan minimal dalam 1 jam
pertama, dengan membiarkan bayi
menyusu sesegera mungkin setelah bayi
lahir terutama dalam 1 jam pertama,
karena bayi baru lahir sangat aktif dan
tanggap dalam 1 jam pertama dan setelah
itu akan mengantuk dan tertidur.5 Dalam
memulai kegiatan menyusui segera setelah
proses kelahiran, yang terpenting adalah
kontak kulit ke kulit antara bayi baru lahir
dan ibunya. Penelitian ini menunjukkan
rata-rata pelaksanaan IMD adalah 60,1
menit. Menunda pelaksanaan IMD dapat
meningkatkan kemungkinan untuk ibu
menyusui parsial atau tidak ASI eksklusif.17
Menurut Bregman et al., (2004) bahwa
kontak kulit bayi ke ibu setelah lahir dapat
menstimulasi secara spesifik pada otak
yaitu pada bagian penciuman. Stimulasi ini
memicu perilaku pada bayi yang disebut
ikatan antara ibu dan bayi. Perilaku penting
tersebut dapat mengatur otak untuk
menyusu secara optimal.19
Pengaruh Pelaksanaan IMD terhadap
Pemberian ASI Eksklusif dalam 1 Bulan
Pertama:
Pada Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 33 Tahun 2012 tertulis
bahwa ASI eksklusif adalah ASI yang
diberikan kepada bayi sejak dilahirkan
selama 6 (enam) bulan, tanpa
menambahkan
dan/atau
mengganti
dengan makanan atau minuman lain.20
Setiap ibu yang melahirkan harus
memberikan ASI eksklusif kepada bayinya.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Profil
Kesehatan
tahun
2013,
terdapat
peningkatan pada tahun 2012 dengan
cakupan pemberian ASI eksklusif sebesar
54,34%. Angka ini belum memenuhi target
yaitu 80% dari Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia, sehingga diperlukan
upaya lebih dalam meningkatkan cakupan
ASI eksklusif melalui pelaksanaan IMD.21
Penelitian ini menunjukkan bahwa
keberhasilan pemberian ASI eksklusif
dalam 1 bulan pertama lebih dipengaruhi
oleh durasi pelaksanaan IMD (p = 0,001)
dibandingkan dengan tahapan IMD (p =
0,114). Hal ini menunjukkan bahwa dalam
melaksanakan IMD lebih menekankan
durasi, tanpa melihat apakah bayi akan
melalui kelima tahapan IMD. Sesuai
dengan tujuan IMD adalah kontak kulit ke
kulit antara bayi dan ibu sehingga
didapatkan manfaat yang besar bagi bayi,
terutama yang berhubungan dengan
pemberian ASI dan bounding attachment.
Meskipun secara umum tahapan
pelaksanaan IMD tidak berpengaruh
secara bermakna, namun diperoleh data
bahwa bayi yang berhasil melampaui
tahapan keempat IMD mempunyai peluang
berhasil dalam pemberian ASI eksklusif
lebih besar dibandingkan yang tidak
melampauinya. Namun, hal ini tidak terjadi
pada tahapan kelima (p = 0,673).
Beberapa alasan ibu menghentikan
pemberian ASI eksklusif pada penelitian ini
antara lain: (1) lecet pada putting yang
disebabkan karena posisi dan perlekatan
155
Mastuti NLPH, et al.
Pengaruh Durasi dan Tahapan Pelaksanaan …..
yang tidak benar, (2) anggapan bahwa
produksi ASI kurang; (3) bayi terlanjur
diberikan susu formula.
5.
Kesimpulan
Penelitian ini menyimpulkan bahwa
pemberian ASI eksklusif di Puskesmas
Cluwak selama bulan September –
November 2016 dilakukan oleh 51
responden (83,6%). Sebagian besar
pelaksanaan IMD dilakukan lebih atau
sama dengan 60 menit (88,53%). Namun,
terjadi penurunan pada pemberian ASI
eksklusif tiap minggu selama satu bulan
pertama. Keberhasilan pemberian ASI
eksklusif dalam 1 bulan pertama lebih
dipengaruhi oleh durasi pelaksanaan IMD
dibandingkan dengan tahapan IMD.
6.
7.
8.
Saran
Pada penelitian selanjutnya dillakukan
waktu pengamatan lebih lama yaitu sampai
6 bulan pemberian ASI eksklusif.
9.
Daftar Pustaka
1.
2.
3.
4.
(BKKBN-BPS-Kemenkes)
Badan
Kependudukan
dan
Keluarga
Berencana Nasional-Badan Pusat
Statistik- Kementerian Kesehatan.
Survey Demografi dan Kesehatan
Indonesia 2012. Jakarta. 2012.
(Balitbangkes) Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan. Riset
Kesehatan
Dasar.
Jakarta:
Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia. 2013.
(Dinkes) Dinas Kesehatan. Laporan
Cakupan Kapsul Vitamin A dan ASI
Eksklusif Propinsi Jawa Tengah. Pati.
2015.
Kementrian
Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan Anak
Republik
Indonesia.
Peraturan
Menteri Negara Pemberdayaan dan
Perlindungan
Anak
Republik
10.
11.
12.
13.
156
Indonesia Nomor 03 tahun 2010.
Jakarta. 2010.
Yohmi E. Inisiasi Menyusu Dini. Di
dalam: Suradi R, Hegar B, Partiwi
IGA, Marzuki ANS, Ananta Y (Editor).
Jakarta: Ikatan Dokter Anak. 2010.
Amin W. Analisis Faktor Sosial Ibu
yang
Mempengaruhi
terhadap
Keberhasilan Menyusui pada dua
bulan Pertama di Rumah Sakit
Khusus Daerah Ibu dan Anak Pertiwi
Makasar. (Tesis). Tidak diterbitkan.
Malang:
Fakultas
Kedokteran
Universitas Brawijaya. 2014.
Meadow SR, Newell SJ. Lecture
Notes:
Pediatrika.
Hartini
K,
Rachmawati
DA
(Penerjemah).
Jakarta: PT Gelora Aksara Pratama.
2003.
Inoue M, Binns CW, Otsuka K, Jimba
M, Matsubara M. Infant Feeding
Practtices and Breastfeeding Duration
in Japan: A Review. International
Breastfeeding Journal. 2012; 7:15.
Departemen Kesehatan RI. Paket
Modul Kegiatan: Inisiasi Menyusu Dini
(IMD) dan ASI Eksklusif 6 Bulan.
Jakarta: Departemen Kesehatan.
2008.
Chaves RG, Lamouiner JA, Cesar
CC. Factor Associated with Duration
of Breastfeeding. J Pediatr. 2007;
3:83.
Himani, Kaur K, Kumar P. Effect of
Initiation of Breastfeeding within One
Hour of the Delivery on “MaternalInfant Bonding”. Nursing and
Midwifery Research Journal. 2011;
3:7.
Partiwi IGA. Revitalisasi Rumah Sakit
Sayang Ibu. Suradi R, Hegar B,
Partiwi IGA, Marzuki ANS, Ananta Y
(Editor). Jakarta: Ikatan Dokter Anak.
2010.
Soetjiningsih, Ranuh IGNG (Editor).
Faktor–faktor yang Mempengaruhi
Tumbuh Kembang. Di dalam: Tumbuh
Kembang Anak. Edisi ke-2. Jakarta:
EGC. 2013.
Majalah Kesehatan FKUB
Vol 4, No 3, September 2017
14. Sandor M, Dalal K. Influencing Factor
on Time of Breastfeeding Initiating
among a National Representative
Sample of Woman in India. Health.
2013; 2169-2180.
15. Himani., Kaur K, Kumar P. Effect of
Initiation of Breastfeeding within One
Hour of the Delivery on “MaternalInfant Bonding”. Nursing and
Midwifery Research Jourmal. 2011;
3:7.
16. Khanal V, Scoot JA, Lee AH,
Karkee R,
Binns CW. Factor
Associated with Early Initiation of
Breastfeeding in Western Nepal.
International Journal of Environmental
Research and Public Health. 2015;
1660-4601.
17. Patel A, Bucher S, Pusdekar Y,
Esamai F, et al. Rates and
Determinants of Early Initiation of
Breastfeeding
and
Exclusive
Breastfeeding at 42 Days Postnatal in
Six
Low and
Middle-Income
Countries: A Prospective Cohort
Study. Reproductive Health. 2015;
12:S10.
18. Brefo RF and Arthur E. Effect of
Timely Initiation of Breastfeeding on
Child Health in Ghana. Health
Economics Review. 2015; 5:8.
19. Bregman NJ, Linley LL, Fawcus SR.
Randomized Controlled Trial of SkinTo-Skin Contact from Birth Versus
Conventional
Incubator
for
Physiological Stabilization in 1200 to
2199 Gram Newborns. Acta
Paediatrics. 2004; 93:779-785.
20. (Kemenkes
RI)
Kementerian
Kesehatan
Republik
Indonesia.
Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 33 Tahun 2012
tentang Pemberian Air Susu
Eksklusif. Jakarta. 2012
21. (Kemenkes
RI)
Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia. Profil
Kesehatan Indonesia 2012. Jakarta.
2013.
157
Download