pengaruh pemberian alat bantu ketaatan dan informasi saat home

advertisement
PENGARUH PEMBERIAN ALAT BANTU KETAATAN DAN INFORMASI
SAAT HOME VISIT PADA PERILAKU PASIEN ISPA PUSKESMAS
KALIBAWANG PERIODE JUNI – JULI 2010
(Kajian terhadap Antibiotik)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm)
Program Studi Ilmu Farmasi
Oleh:
Maria Yesia Dianing Winasthi
NIM : 078114079
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2010
PENGARUH PEMBERIAN ALAT BANTU KETAATAN DAN INFORMASI
SAAT HOME VISIT PADA PERILAKU PASIEN ISPA PUSKESMAS
KALIBAWANG PERIODE JUNI – JULI 2010
(Kajian terhadap Antibiotik)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm)
Program Studi Ilmu Farmasi
Diajukan oleh:
Maria Yesia Dianing Winasthi
NIM : 078114079
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2010
i
Persetujuan Untuk Skripsi
PENGARUH PEMBERIAN ALAT BANTU KETAATAN DAN INFORMASI
SAAT HOME VISIT PADA PERILAKU PASIEN ISPA PUSKESMAS
KALIBAWANG PERIODE JUNI – JULI 2010
(Kajian terhadap Antibiotik)
Yang diajukan oleh :
Maria Yesia Dianing Winasthi
NIM : 078114079
telah disetujui oleh
Pembimbing Utama
(dr. Luciana Kuswibawati, M. Kes.)
tanggal ………………
ii
Pengesahan Skripsi Berjudul
PENGARUH PEMBERIAN ALAT BANTU KETAATAN DAN INFORMASI
SAAT HOME VISIT PADA PERILAKU PASIEN ISPA PUSKESMAS
KALIBAWANG PERIODE JUNI – JULI 2010
(Kajian terhadap Antibiotik)
oleh :
Maria Yesia Dianing Winasthi
NIM : 078114079
Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma
pada tanggal:
……………….
Mengetahui
Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma
Dekan
Ipang Djunarko,M.Sc., Apt.
Pembimbing Utama
(dr. Luciana Kuswibawati, M.Kes.)
Panitia penguji:
Tanda tangan
1. dr. Luciana Kuswibawati, M.Kes.
…………….
2. Ipang Djunarko,M.Sc., Apt.
…………….
3. Maria Wisnu Donowati, M.Si.,Apt.
…………….
iii
Kupersembahkan skripsi ini untuk:
Lord Jesus
that gave me every amazing things in the world
Sabeh, Mami & Dheo for love, care, pray, and sacrifices ♥♥♥
Insan for luv n happiness ^^
Almamater
iv
vv
vi
vi
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada TuhanYang Maha Esa atas berkat, rahmat
dan bimbingan yang telah Ia berikan sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan
skripsi yang berjudul “Pengaruh Pemberian Alat Bantu Ketaatan Dan Informasi
Saat Home Visit Pada Perilaku Pasien Ispa Puskesmas Kalibawang Periode Juni
– Juli 2010 (Kajian Terhadap Antibiotik)” ini dengan baik sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) pada Fakultas Farmasi,
Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa keberhasilan penulisan skripsi ini tidak lepas dari
bantuan dan dukungan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak
langsung yang berupa materil, moral, maupun spiritual. Oleh karena itu, penulis
menghaturkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Kepala Puskesmas Kalibawang yang telah memberikan ijin menggunakan
Puskesmas Kalibawang sebagai tempat untuk menjalankan penelitian.
2. Ipang Djunarko, M,Sc., Apt. Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma
serta pejabatnya.
3. dr. Luciana Kuswibawati, MKes. sebagai dosen pembimbing atas bimbingan,
arahan, saran, serta dukungan yang telah diberikan selama penyusunan skripsi
ini.
vii
4. Maria Wisnu Donowati, M.Si.,Apt. yang telah bersedia menjadi dosen penguji
serta yang telah memberikan saran dan masukan yang berharga dalam proses
penyusunan skripsi ini.
5. Ipang Djunarko, M,Sc., Apt. Yang selaku dosen penguji yang telah memberikan
saran dan masukan serta arahan yang berharga dalam proses penyusunan skripsi
ini.
6. Mbak Nana selaku asisten apoteker di Puskesmas Kalibawang yang telah
bersedia untuk diwawancarai dan banyak membantu peneliti selama penelitian.
7. Pak Kukuh dan seluruh petugas khususnya di Instalasi Farmasi Puskesmas
Kalibawang yang tak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu dan
memberikan saran serta arahan kepada peneliti.
8. Seluruh responden yang mengerti pentingnya arti jawaban kuisioner yang
diberikan yang telah mengijinkan dan membantu peneliti dalam pengambilan
data.
9. Bapak FX. Supardi dan Ibu FR. Sri Kuntari selaku orangtua penulis yang tak
pernah lelah untuk mendukung penulis melalui kasih sayang, doa-doa tulus, dan
pengorbanan kepada penulis.
10. Fabianus Dewanto Winantyo yang telah memberikan semangat dan motivasi
kepada penulis.
11. Semua keluarga besar dari Semarang dan Kalibawang atas doa dan segala bentuk
dukungan kepada penulis.
viii
12. Insan Darmawan yang bersedia memberikan dukungan dan perhatian dalam
menyusun skripsi ini.
13. Sisca, Mbak Del, Lina, Angel dan teman-teman semuanya di wisma Rosari yang
telah membantu dan menyemangati penulis dalam penyusunan skripsi ini.
14. Teman-teman 12 Dewi (Yossy, Sano, Gendut, si Cantik, Baim, Mami Dewi,
Ciscus, Cilik, Paul Long, Inong, Tante Sasa) yang telah membantu peneliti dalam
penelitian serta bersama-sama dalam suka dan duka bersama-sama dalam skripsi.
15. Teman-teman angkatan 2007 baik FKK maupun FST yang telah memberikan
semangat kepada peneliti dalam penyusunan skripsi ini.
16. Pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu
penulis dalam menyusun skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa tidak ada yang sempurna dalam kehidupan ini. Oleh
karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran agar skripsi ini dapat
menjadi lebih baik. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat
unuk menambah pengetahuan.
Penulis
Maria Yesia Dianing Winasthi
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................ii
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ....................................................................iv
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ..........................................v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ........................................................vi
PRAKATA.....................................................................................................vii
DAFTAR ISI..................................................................................................x
DAFTAR TABEL..........................................................................................xii
DAFTAR GAMBAR .....................................................................................xiii
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................xiv
INTISARI.......................................................................................................xviii
ABSTRACT...................................................................................................xix
BAB I PENGANTAR ....................................................................................1
A. Latar Belakang………………………………………………………1
1. Permasalahan………………………………………………...2
2. Keaslian penelitian…………………………………………..3
3. Manfaat penelitian……………………………………...…...4
B. Tujuan Penelitian…………………………………………………….4
x
BAB II PENELAAHAN PUSTAKA..............................................................6
A. Medication Error ……………………………………………………6
B. Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)…………………………… 7
C. Pharmaceutical Care………………………………………...............11
D. Ketaatan Pasien (Patient Compliance).................................................12
E. Informasi……………………………………………………………..18
F. Edukasi……………………………………………………................ 19
G. Perilaku…………………………………………………….................19
H. Kuisioner……………………………………………………………..24
I. Landasan Teori……………………………………………………… 24
J. Hipotesis…………………………………………………………….. 26
BAB III METODE PENELITIAN.................................................................27
A. Jenis dan rancangan penelitian………………………………………27
B. Variabel Penelitian…………………………………………………..27
C. Definisi Operasional………………………………………………....28
D. Subjek Penelitian…………………………………………………….30
E. Bahan Penelitian……………………………………………………..32
F. Tempat dan Waktu Penelitian……………………………………….33
G. Instrumen Penelitian…………………………………………………33
H. Tata Cara Pelaksanaan Penelitian…………………………………….34
1. Tahap persiapan……………………………………………... 34
2. Tahap pengambilan data……………………………………. 35
xi
3. Tahap pengolahan data……………………………………... 38
I. Analisis Data………………………………………………………… 39
J. Kesulitan Penelitian…………………………………………………. 40
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN…………………………………… . 43
A. Profil Pasien ISPA Rawat Jalan di Puskesmas Kalibawang Periode
Juni-Juli 2010........................................................................................ 43
B. Pengaruh Pemberian Informasi dan Alat Bantu Ketaatan Terhadap
Perilaku (Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan) Pasien ISPA
di Puskesmas Kalibawang.................................................................... 46
1. Pengaruh Pemberian Informasi Terhadap Perilaku
(Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan) Pasien ISPA
di Puskesmas Kalibawang........................................................ 46
2. Pengaruh Pemberian Alat Bantu Ketaatan Terhadap Profil
Ketaatan Minum Obat (antibiotik) Pasien ISPA di Puskesmas
Kalibawang…………………………………………………....64
C. Rangkuman Pembahasan..................................................................... 68
BAB V PENUTUP……………....................................................................... 72
A. Kesimpulan……………………………………………………………72
B. Saran…………………………………………………………………..73
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 74
xii
DAFTAR TABEL
Tabel I.
Fase-Fase Kejadian Medication Error (National Coordinating
Council for Medication Error Reporting and Prevention, 1998)…...... 5
Tabel II.
Tingkat pengetahuan yang tercakup di dalam domain kognitif
(Notoatmodjo, 2003)……………………………………………… ..... 21
Tabel III.
Tabel IV.
Bentuk Rancangan Non-Equivalent Control Group ................... …….27
Tabel Pembagian Jenis Pertanyaan (Favorable atau
Unfavorable) Pada Setiap Bagian Pertanyaan Perilaku Pasien
(Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan) ..................................................... 35
Tabel V.
Tabel Hasil Uji Normalitas One Sample Kolmogorov-Smirnov
Terhadap Data Kuisioner Pasien ISPA Rawat Jalan Puskesmas
Kalibawang Periode Juni-Juli 2010.............................................. …….48
Tabel VI.
Tabel Hasil Uji Paired sampel T-Test Terhadap Perbedaan
Perilaku Kelompok Kontrol Pasien ISPA Rawat Jalan Puskesmas
Kalibawang Periode Juni-Juli 2010....................................................... 49
Tabel VII. Tabel Hasil Uji Paired sampel T-Test Terhadap Perbedaan
Perilaku Kelompok Perlakuan Pasien ISPA Rawat Jalan
Puskesmas Kalibawang Periode Juni-Juli 2010 .................................... 49
Tabel VIII. Tabel Hasil Uji Paired sampel T-Test Terhadap Perbedaan Perilaku
(Pengetahuan) Kelompok Kontrol Pasien ISPA Rawat Jalan
Puskesmas Kalibawang Periode Juni-Juli 2010 .................................... 52
Tabel IX. Tabel Hasil Uji Paired sampel T-Test Terhadap Perbedaan Perilaku
xiii
(Pengetahuan) Kelompok Perlakuan Pasien ISPA Rawat Jalan
Puskesmas Kalibawang Periode Juni-Juli 2010 .................................... 53
Tabel X.
Tabel Hasil Uji Paired sampel T-Test Terhadap Perbedaan Perilaku
(Sikap) Kelompok Kontrol Pasien ISPA Rawat Jalan Puskesmas
Kalibawang Periode Juni-Juli 2010....................................................... 55
Tabel XI.
Tabel Hasil Uji Paired sampel T-Test Terhadap Perbedaan Perilaku
(Sikap) Kelompok Perlakuan Pasien ISPA Rawat Jalan Puskesmas
Kalibawang Periode Juni-Juli 2010....................................................... 56
Tabel XII. Tabel Hasil Uji Paired sampel T-Test Terhadap Perbedaan Perilaku
(Tindakan) Kelompok Kontrol Pasien ISPA Rawat Jalan Puskesmas
Kalibawang Periode Juni-Juli 2010....................................................... 58
Tabel XIII. Tabel Hasil Uji Paired sampel T-Test Terhadap Perbedaan Perilaku
(Tindakan) Kelompok Perlakuan Pasien ISPA Rawat Jalan Puskesmas
Kalibawang Periode Juni-Juli 2010....................................................... 59
Tabel XIV. Tabel Hasil Uji Independent Samples Test Terhadap Perbedaan Nilai
Pretest Kelompok Kontrol vs Kelompok Perlakuan Pasien ISPA Rawat
Jalan Puskesmas Kalibawang Periode Juni-Juli 2010 ........................... 62
Tabel XV. Tabel Hasil Uji Independent Samples Test Terhadap Perbedaan Nilai
Posttest Kelompok Kontrol vs Kelompok Perlakuan Pasien ISPA Rawat
Jalan Puskesmas Kalibawang Periode Juni-Juli 2010 ........................... 63
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.
Sistem Respirasi Pada Manusia (kiri) dan Struktur Alveolus
(kanan)………………………………………………………….9
Gambar 2.
Hubungan Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Sebelum
dan Setelah Diberikan Informasi Disertai Pemberian
Alat Bantu Terhadap Peningkatan Pengetahuan, Sikap,
dan Tindakan............................................................................... 25
Gambar 3.
Skema Pembagian Kelompok Kontrol Dan Perlakuan
Untuk Melihat Pengaruh Pemberian Informasi Dan Alat
Bantu Ketaatan Terhadap Perilaku Pasien Puskesmas
Kalibawang Periode Juni-Juli 2010 ............................................ 32
Gambar 4. Alat Bantu Ketaatan Kelompok Perlakuan Pasien ISPA
Puskesmas Kalibawang Periode Juni-Juli 2010 ........................... 33
Gambar 5.
Perbandingan Jumlah Responden Pria dan Wanita..................... 43
Gambar 6.
Perbandingan Jumlah Responden Berdasarkan Pendidikan
Terakhir ....................................................................................... 44
Gambar 7.
Perbandingan Jumlah Responden Berdasarkan Pekerjaan.......... 44
Gambar 8.
Perbandingan Nilai Perilaku Antara Pretest Dan Posttest
Kelompok Kontrol ...................................................................... 51
Gambar 9.
Perbandingan Nilai Perilaku Antara Pretest Dan Posttest
Kelompok Perlakuan................................................................... 51
xv
Gambar 10. Perbandingan Nilai Perilaku Bagian Pengetahuan Antara Pretest
Dan Posttest Kelompok Kontrol................................................... 54
Gambar 11. Perbandingan Nilai Perilaku Bagian Pengetahuan Antara Pretest
Dan Posttest Kelompok Perlakuan ............................................... 55
Gambar 12. Perbandingan Nilai Perilaku Bagian Sikap Antara Pretest Dan
Posttest Kelompok Kontrol .......................................................... 57
Gambar 13. Perbandingan Nilai Perilaku Bagian Sikap Antara Pretest Dan
Posttest Kelompok Perlakuan....................................................... 58
Gambar 14. Perbandingan Nilai Perilaku Bagian Tindakan Antara Pretest
Posttest Kelompok Kontrol .......................................................... 60
Gambar 15. Perbandingan Nilai Perilaku Bagian Tindakan Antara Pretest
Dan Posttest Kelompok Perlakuan ............................................... 61
Gambar 16. Grafik Hasil Uji Z-Test Two Sample Pengaruh Pemberian
Alat Bantu Ketaatan Terhadap Profil Ketaatan Pasien ISPA
Puskesmas Kalibawang Periode Juni-Juli 2010.......................... 64
Gambar 17. Perbandingan Pendapat Bermanfaat Atau Tidaknya Alat Bantu
Ketaatan Terhadap Responden Pada Kelompok Perlakuan ......... 66
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Informed Consent ........................................................................ 77
Lampiran 2. Surat Pernyataan Kesediaan Menjadi Pengawas Responden
Penelitian ...................................................................................... 80
Lampiran 3. Panduan Wawancara.................................................................... 81
Lampiran 4. Kuisioner ..................................................................................... 83
Lampiran 5. Output SPSS versi 16 for Windows Uji Validitas dan
Realibilitas Kuisioner ................................................................. 84
Lampiran 6. Output SPSS versi 16 for Windows Uji Normalitas
Kormogorov-Smirnov ................................................................. 87
Lampiran 7. Output SPSS versi 16 for Windows Uji Paired T-Test
Perilaku Kelompok Kontrol ....................................................... 90
Lampiran 8. Output SPSS versi 16 for Windows Uji Paired T-Test
Perilaku Kelompok Perlakuan .................................................... 90
Lampiran 9. Output SPSS versi 16 for Windows Uji Paired T-Test
Kelompok Kontrol Bagian Sikap................................................ 91
Lampiran 10. Output SPSS versi 16 for Windows Uji Paired T-Test
Kelompok Perlakuan Bagian Sikap ............................................ 91
Lampiran 11. Output SPSS versi 16 for Windows Uji Paired T-Test
Kelompok Kontrol Bagian Tindakan.......................................... 93
Lampiran 12. Output SPSS versi 16 for Windows Uji Paired T-Test
Kelompok Perlakuan Bagian Tindakan ...................................... 94
xvii
Lampiran 13. Output SPSS versi 16 for Windows Uji Paired T-Test
Kelompok Kontrol Bagian Pengetahuan .................................... 95
Lampiran 14. Output SPSS versi 16 for Windows Uji Paired T-Test
Kelompok Perlakuan Bagian Pengetahuan................................. 96
Lampiran 15. Uji Z-Test................................................................................... 97
Lampiran 16. Output SPSS versi 16 for Windows Uji Independent Samples
Test Terhadap Pretest Kelompok Kontrol vs Kelompok
Perlakuan ................................................................................... 98
Lampiran 17. Output SPSS versi 16 for Windows Uji Independent Samples
Test Terhadap Posttest Kelompok Kontrol vs Kelompok
Perlakuan ................................................................................... 99
xviii
INTISARI
Berdasarkan data di USA, medication error (kesalahan dalam pengobatan) di
RS terjadi pada satu dari 200 pasien. Sementara di Indonesia sendiri medication
error di ICU mencapai 96% sedangkan di Puskesmas sebesar 80% (Rosyidah,
2009). Tingginya tingkat medication error ini menuntut seorang farmasis untuk
memberikan pelayanan kefarmasian yang lebih baik sehingga diharapkan dapat
menurunkan kejadian medication error selama pengobatan. Tujuan dari penelitian
ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian alat bantu ketaatan dan informasi
obat terhadap perilaku pasien ISPA Puskesmas Kalibawang periode Juni-Juli 2010
(kajian terhadap antibiotik).
Penelitian ini termasuk eksperimental semu dengan rancangan non-equivalent
control group. Analisis hasil untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan perilaku
akibat pemberian informasi antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan
dilakukan dengan uji Paired T-test. Analisis hasil untuk mengetahui ada tidaknya
perbedaan nilai pretest dan posttest antara kelompok kontrol vs kelompok perlakuan
digunakan uji Independent Salmples Test sedangkan uji statistik yang dilakukan
untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan ketaatan antara kelompok kontrol dan
perlakuan dilakukan dengan menggunakan Z-test.
Dari hasil uji Paired T-test diketahui adanya perbedaan perilaku baik
pengetahuan, sikap maupun tindakan antara pasien ISPA yang diberi informasi dan
pasien ISPA yang tidak diberi informasi. Berdasar hasil uji Independent Samples
Test diketahui adanya perbedaan pada nilai posttest dan tidak terdapat perbedaan pada
nilai pretest antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan sedangkan dari uji Ztest didapatkan Zhit sebesar -1,845 yang berada di critical area. Hal ini
menunjukkan ketaatan pasien ISPA di Puskesmas Kalibawang antara pasien ISPA
yang mendapatkan alat bantu ketaatan dan informasi obat berbeda dengan profil
ketaatan pasien ISPA yang tidak mendapatkan alat bantu ketaatan dan informasi obat.
Kata kunci
: informasi, alat bantu ketaatan, perilaku pasien
xix
ABSTRACT
Based on the data in USA, medication error happened in hospital was occurred
to 1 of 200 patients. However, in Indonesia, medication error that happens in ICU
reaches 96% in percentage and about 80% in the public health center/local
government clinic (Rosyidah, 2009). The high percentages of medication error insist
pharmacists to give better pharmaceutical service so that the medical error
percentage happening in medical treatment can be reduced. The study aims to
examine the effects of obedience aid procurement and knowledge related to
medicine to develop Acute Respiratory Infections (ARI) patient attitude of
Kalibawang public health center in June-July 2010 period.
This research is including to a semi experimental research with non-equivalent
control group design. The data analysis used to examine whether the patient attitude
sustain developed progress due to information given to both control group and
experimental group. The data is gathered using Paired T-test. Analysis to determine
whether there are differences in values between the pretest and posttest control
group vs. experimental group is used to Independent Samples Test the whereas, Ztest is employed to examine whether the obedience of control group and
experimental group experiences progress after obedience aid procurement or not.
From the Paired T-test result, the researcher can identify that there are
differences between control and experimental group attitude (behaviour, knowledge
and action). Based on test results of independent testing sample test showed the
difference in value between posttest and pretest there was no difference in values
between control and experiment group. While, from the Z-test result the researcher
obtains the number of Z hit as big as -1,845 in critical area. It means there are
differences between control and experimental group in their attitude in consuming
the medicine especially antibiotic.
Keywords
: information, obedience aid, patient attitude
xx
BAB I
PENGANTAR
A.
Latar Belakang
Berdasarkan hasil cohort study oleh Kozer, et al (2005) yang melibatkan 1532
peresepan pasien anak-anak di Intensive Care Unit (ICU) 12 Rumah Sakit di Amerika
yang disampling secara random, diketahui sekitar 14% di antaranya mengalami
Medication Error (ME) yang terinci menjadi prescribing error (10.1%) dan drug
administration error (3,9%). Atas dasar ini farmasis dituntut untuk memberikan
pelayanan yang lebih baik guna mengurangi angka kejadian ME. Perubahan orientasi
obat menjadi orientasi pada pasien (pharmaceutical care) menuntut seorang farmasis
untuk memiliki bekal pengetahuan dan ketrampilan yang lebih baik.
Ada beberapa sebab terjadinya Medication Error yaitu kesalahan dalam
komunikasi, kurangnya distribusi obat, kesalahan dosis, adanya masalah terkait obat
dan penyampaian obat, ketidaktepatan dalam administrasi obat, serta kurangnya
pengetahuan pasien (Cohen, 1991).
Pengatasan terhadap kejadian ME dapat dilakukan dengan pelayanan
kefarmasian yang berorientasi pada pasien. Pelayanan yang berorientasi pada pasien
ini menuntut seorang farmasis untuk dapat melakukan pelayanan kefarmasian
terhadap pasien secara lebih baik sehingga diharapkan mampu meminimalkan
terjadinya ME. Pelayanan kepada pasien ini meliputi komunikasi dengan pasien,
pemberian informasi obat pada pasien serta monitoring penggunaan obat kepada
pasien. Orientasi menjadi pharmaceutical care ini sekaligus meminimalkan kejadian
1
2
Medication Error yang sering terjadi dalam instansi kesehatan, dengan kata lain
meminimalkan kejadian ME yang erat hubungannya dengan DRP (Drug Related
Problems). Menurut Buck (1999), ME yang terjadi pada fase apapun tentu akan
merugikan pasien dan dapat menyebabkan kegagalan terapi, bahkan kejadian ME ini
dapat menimbulkan efek obat yang tidak diharapkan bagi pasien.
Karena kejadian ME yang cukup tinggi seperti uraian di atas, maka perlu
adanya penelitian mengenai pengaruh pemberian informasi dan alat bantu ketaatan
terhadap perilaku pasien yang pada akhirnya diusulkan menjadi suatu judul Pengaruh
Pemberian Informasi dan Alat Bantu Ketaatan terhadap Perilaku Pasien ISPA
Puskesmas Kalibawang Periode Juni – Juli 2010 (Kajian terhadap Antibiotik).
Penelitian dengan judul Pengaruh Pemberian Informasi Dan Alat Bantu
Ketaatan terhadap Perilaku Pasien ISPA Puskesmas Kalibawang Periode Juni – Juli
2010 (Kajian terhadap Antibiotik) ini dilakukan di Puskesmas dengan alasan
tingginya angka kejadian medication error di Puskesmas di Indonesia, yaitu sebesar
80% (Rosyidah, 2009). Penelitian dilakukan di daerah Kalibawang dengan penyakit
ISPA karena data tertinggi kunjungan pasien di Puskesmas Kalibawang adalah pasien
ISPA.
Pemilihan ISPA dipilih karena penghentian pemberian obat sebelum
waktunya, pada umumnya terjadi pada penggunaan antibiotik (Siregar, 2006).
1.
Permasalahan
Masalah yang ada dalam penelitian ini adalah :
3
a. bagaimana profil pasien ISPA rawat jalan di Puskesmas Kalibawang
periode Juni-Juli 2010?
b. adakah perbedaan perilaku (pengetahuan, sikap, dan tindakan) dan ketaatan
minum obat (antibiotik) pasien ISPA di Puskesmas Kalibawang pada
pasien ISPA yang mendapatkan alat bantu ketaatan dan informasi obat dan
yang tidak mendapatkan alat bantu ketaatan dan informasi obat?
c. Apakah pemberian alat bantu ketaatan dan informasi obat saat home visit
menyebabkan perbedaan perilaku terhadap pasien ISPA Puskesmas
Kalibawang periode Juni-Juli 2010 yang menerima alat bantu ketaatan dan
informasi obat dan yang tidak menerima alat bantu ketaatan dan informasi
obat?
2.
Keaslian penelitian
Penelitian dengan tema ” Pengaruh Pemberian Informasi Dan Alat Bantu
Ketaatan Terhadap Perilaku Pasien ISPA Puskesmas Kalibawang Periode Juni –
Juli 2010 kajian terhadap antibiotik)” belum ditemukan penelitian terkait
ketaatan pasien yang diberi informasi versus informasi plus alat bantu oleh
peneliti lain di wilayah yang sama.
Penelitian sejenis berjudul ”Pengaruh
Pemberian Alat Bantu Ketaatan dan Informasi Terhadap Perilaku (Pengetahuan,
Sikap, dan Tindakan) Pasien Rawat Jalan RS Panti Rini Yogyakarta Periode
Juni – Juli 2009 Serta Kepuasan Pasien” telah dilakukan oleh Dewi
Prasetyaningrum pada tahun 2009 dengan jenis penyakit, tempat, kajian dan
4
cara analisis data yang berbeda yaitu penyakit ISPA di Puskesmas Kalibawang
periode Juni-Juli 2010 dengan kajian terhadap antibiotik dan cara analisis
Paired T-test, T-test, serta Z-test.
3.
Manfaat penelitian
Manfaat praktis
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk mengetahui pengaruh
pemberian alat bantu ketaatan terhadap perubahan perilaku pasien ISPA
Puskesmas Kalibawang periode Juni-Juli 2010 terhadap alat bantu dan
informasi yang diberikan serta untuk mengetahui profil ketaatan pasien ISPA
masyarakat Kalibawang, Kulon Progo, DIY serta dapat mendukung
peningkatan kualitas kesehatan masyarakat dengan meningkatkan mutu dan
kualitas pelayanan obat dalam masyarakat
khususnya di Puskesmas
Kalibawang.
B.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. mengetahui profil pasien ISPA rawat jalan di Puskesmas Kalibawang periode
Juni-Juli 2010.
2. mengetahui perbedaan perilaku (pengetahuan, sikap, dan tindakan) dan ketaatan
minum obat (antibiotik) pasien ISPA di Puskesmas Kalibawang antara pasien
5
ISPA baik yang mendapatkan alat bantu ketaatan dan informasi obat maupun
pasien ISPA yang tidak mendapatkan alat bantu ketaatan dan informasi obat.
3. mengetahui ada tidaknya perbedaan perbedaan perilaku pasien ISPA Puskesmas
Kalibawang periode Juni-Juli 2010 akibat pemberian alat bantu ketaatan dan
informasi obat saat home visit.
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A.
Berdasar
Surat
Medication Error
Keputusan
Menteri
Kesehatan
RI
Nomor
1027/MENKES/SK/IX/2004 Medication Error adalah kejadian yang merugikan
pasien, yang diakibatkan karena pemakaian obat selama dalam penanganan
tenaga kesehatan, yang sebetulnya dapat dicegah. Kejadian ME dibagi dalam 4
fase, yaitu fase prescribing, fase transcribing, fase dispensing dan fase
administration oleh pasien.
Tabel I. Fase-Fase Kejadian Medication Error (National Coordinating
Council for Medication Error Reporting and Prevention, 1998)
FASE
Prescribing
DEFINISI
Error yang
terjadi pada fase
penulisan resep
Transcribing
Error yang
terjadi saat
pembacaan
resep untuk
proses
dispensing
Error yang
terjadi pada saat
penyiapan
hingga
penyerahan
resep oleh
petugas apotek
Error yang
terjadi pada
proses
penggunaan
obat.
Dispensing
Administration
KETERANGAN
Obat yang diresepkan tidak tepat indikasi, tidak
tepat pasien atau kontraindikasi, tidak tepat obat
atau ada obat yang tidak ada indikasinya, tidak
tepat dosis dan aturan pakai
Salah membaca resep karena tulisan yang tidak
jelas, misalnya Losec® (omeprazole) dibaca
Lasix® (furosemide), aturan pakai 2 kali sehari 1
tablet terbaca 3 kali sehari 1 tablet. Salah dalam
menterjemahkan order pembuatan resep dan
signature juga dapat terjadi pada fase ini
Salah dalam mengambil obat dari rak
penyimpanan karena kemasan atau nama obat
yang mirip atau dapat pula terjadi karena
berdekatan letaknya. Selain itu, salah dalam
menghitung jumlah tablet yang akan diracik,
ataupun salah dalam pemberian informasi
Fase ini dapat melibatkan petugas apotek dan
pasien atau keluarganya pasien. Misalnya salah
menggunakan supositoria yang seharusnya
melalui dubur tapi dimakan dengan bubur, salah
waktu minum obatnya seharusnya 1 jam sebelum
makan tetapi diminum bersama makan.
6
7
Seorang pasien dapat melakukan beberapa cara untuk mengurangi
kemungkinan terjadinya Medication Error selama pengobatan.
Pemberian
informasi pada pasien adalah hal yang dapat membantu meningkatkan
keamanan dalam minum obat serta mencegah terjadinya Medication Error pada
fase administration (Cohen, 1999).
Dari fase-fase Medication Error tersebut, dapat dikemukakan bahwa
faktor penyebabnya dapat berupa : 1) komunikasi yang buruk baik secara
tertulis
dalam bentuk kertas resep maupun secara lisan (antara pasien,
dokter dan apoteker), 2) sistem distribusi obat yang kurang mendukung
(sistem komputerisasi, sistem penyimpanan
obat, dan lain sebagainya), 3)
sumber daya manusia (kurang pengetahuan, pekerjaan yang berlebihan, dan
lain-lain), 4) edukasi kepada pasien kurang, 5) peran pasien dan keluarganya
kurang (Cohen, 1991).
B.
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)
1. Definisi
Menurut DepKes RI (2005) istilah Infeksi Saluran Pernafasan Akut
(ISPA) mengandung 3 unsur, yaitu infeksi; saluran pernapasan; dan akut.
Pengertian atau batasan masing-masing unsur adalah sebagai berikut ini.
8
a. Yang dimaskud dengan infeksi adalah masuknya kuman atau
mikroorganisme ke dalam tubuh manusia dan berkembang biak
sehingga menimbulkan gejala penyakit (DepKes.RI, 2005).
b. Yang dimaksud dengan saluran pernafasan adalah organ mulai dari
hidung hingga alveoli beserta organ adneksanya seperti sinus-sinus,
rongga telinga tengah dan pleura.
Dengan demikian ISPA secara
anatomis mencakup saluran pernafasan bagian atas, bawah (termasuk
jaringan paru-paru) dan organ adneksa saluran pernapasan (DepKes.RI,
2005).
c. Yang dimaksud dengan infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung
sampai dengan 14 hari. Batas 14 hari ini diambil untuk menunjukkan
proses akut meskipun untuk beberapa penyakit yang dapat digolongkan
dalam ISPA proses ini dapat berlangsung lebih dari 14 hari (DepKes.RI,
2005).
Saluran pernapasan pada manusia adalah alat-alat tubuh yang
digunakan untuk bernapas, yaitu mulai dari hidung, hulu kerongkongan,
tenggorokan, batang tenggorokan sampai paru-paru (DepKes.RI, 2005).
9
Gambar 1. Sistem Respirasi Pada Manusia (kiri) dan Struktur
Alveolus (kanan)
Berdasarkan data di USA, medication error (kesalahan dalam
pengobatan) di RS terjadi satu di antara 200 pasien. Sementara di Indonesia
sendiri medication error di ICU mencapai 96% dan puskesmas 80%
(Rosyidah, 2009).
Di pelayanan kesehatan primer (Puskesmas), studi tentang medication
error sangat jarang dilakukan, padahal jika diamati secara lebih mendalam
di arean inilah biasanya medication error berpotensi untuk terjadi karena
pelayanan kesehatan primer umumnya tidak hanya melibatkan dokter tetapi
juga perawat, bidan, dan petugas obat yang sebagian besar tidak memiliki
10
kompetensi memadai dalam penatalaksanaan pasien, khususnya dalam hal
peresepan obat (Dwiprahasto, 2006).
Berdasarkan data penggunaan obat ISPA yang dikumpulkan secara
retrospektif dari 20 Puskesmas yang terdapat di 5 kabupaten/kota di
Provinsi Kalimantan Timur diketahui bahwa 2.585 resep menunjukkan 90%
diantaranya tidak lengkap atau mengalami medication error. Bentuk
medication error yang paling sering dijumpai adalah pemilihan obat keliru,
cara pemberian obat yang keliru, frekuensi pemberian keliru, dan sediaan
keliru (Dwiprahasto, 2006).
Secara umum terdapat 3 faktor resiko terjadinya ISPA yaitu faktor
lingkungan, faktor individu, serta faktor perilaku. Yang dimaksud dengan
faktor lingkungan meliputi pencemaran udara dalam rumah, ventilasi rumah,
serta kepadatan hunian rumah. Faktor individu meliputi umur dan BBLR
(Berat Badan Lahir Rendah) artinya bayi yang lahir dengan berat badan
kurang dari 2500 gram sedangkan yang dimaksud dengan faktor perilaku
adalah peran aktif keluarga atau masyarakat dalam menangani ISPA
(Darmawan, 2008).
2. Klasifikasi
Secara umum, Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) dibagi ke
dalam 2 kelompok yakni Infeksi Saluran Pernapasan Atas dan Infeksi
Saluran Pernapasan Bawah.
Infeksi Saluran Pernapasan Atas meliputi
11
Rinitis
Akut;
Faringitis
Akut;
Tonsilitis
Akut;
Epiglotitis
Akut;
Laringotrakeo-Bronkitis Akut; Otitis Media Akut; Sinusitis Akut; serta
Rinitis, Tonsilitis, Faringitis, Laringitis Difteri sedangkan Infeksi Saluran
Pernapasan Bawah meliputi Bronkitis Akut dan Pneumonia (Darmawan,
2008).
C.
Pharmaceutical Care
Pharmaceutical care atau asuhan kefarmasian adalah suatu bentuk
pelayanan
dan
tanggung
jawab
langsung
profesi
apoteker
yang
berpusat/berorientasi kepada pasien. Salah satu bentuk Pharmaceutical Care
adalah pelayanan residensial (Home visit) dalam hal ini Apoteker sebagai
care giver diharapkan juga dapat melakukan pelayanan kefarmasian yang
bersifat kunjungan rumah, khususnya untuk kelompok lansia dan pasien
dengan pengobatan penyakit kronis lainnya. Untuk aktivitas ini apoteker harus
membuat catatan berupa catatan pengobatan (medication record) (Anonim,
2004).
Pharmaceutical care dilakukan dengan memikul tanggung jawab atas
kebutuhan obat individu pasien dan diselenggarakan berdasarkan komitmen
tanggung jawab tersebut. Tanggung jawab tersebut dapat dikelompokkan
menjadi 2 bagian, yaitu:
1. menjamin semua terapi yang diterima oleh individu pasien sesuai
(appropriate), paling efektif (the most effective possible), paling aman (the
12
safest available), dan praktis (convenient enough to be taken as indicated)
(Cipolle, Morley, and Strand, 2004).
2. mengidentifikasi,
memecahkan,
dan
mencegah
permasalahan
yang
berhubungan dengan terapi obat yang menghambat pelaksanaan tanggung
yang pertama (Cipolle, et al, 2004).
Selama proses Pharmaceutical care, Farmasis dapat melakukan
pengambilan keputusan secara rasional yang disebut Pharmacotherapy
Workup dengan tujuan untuk membuat suatu penilaian tentang kebutuhan obat
pasien,
mengidentifikasi
Drug
Therapy
Problem
(DTP),
membuat
perencanaan pengobatan, dan mengadakan evaluasi untuk memastikan bahwa
semua obat yang digunakan efektif dan aman untuk terapi (Cipolle, et al,
2004).
Dengan adanya Pharmaceutical care, diharapkan dapat meningkatkan
kesadaran pasien akan efek samping yang merugikan dari obat serta dapat
mencegah timbulnya Drug Therapy Problem (DTP).
D.
Ketaatan pasien (Patient Compliance)
Ketaatan terhadap aturan pengobatan dapat didefinisikan sebagai tingkat
ketepatan perilaku seorang individu dengan nasihat medis atau kesehatan.
Ketaatan ini mencakup beberapa perlakuan khusus, seperti: istirahat; diet;
berapa lama obat tersebut harus dikonsumsi; bagaimana cara menggunakannya;
kapan waktu penggunaan yang tepat; kapan obat harus dihentikan; kapan harus
13
mengunjungi dokter lagi dan lain-lain. Pengertian lain menyatakan bahwa
ketaaan adalah istilah medis yang digunakan untuk menyatakan derajat tertentu,
yang menggambarkan seberapa besar pasien mematuhi nasihat medis atau
medical advice secara benar (Anonim, 1999).
Ketidaktaatan dapat didefinisikan sebagai ketidakmampuan pasien atau
keengganan pasien untuk mengkonsumsi obat yang diresepkan sesuai
petunjuk petugas klinis agar mematuhi indikasi, kemanjuran atau efikasi dan
mampu mencapai outcomes tanpa efek yang merugikan. Ketidaktaatan bukan
semata-mata karena kesalahan pasien, namun dapat pula berasal dari dokter,
apoteker, perawat maupun tenaga medis yang lain (Siregar, 2006).
Ketidaktaatan pasien dapat terjadi karena pasien tidak mengerti
instruksi, pasien lebih senang tidak menerima obat, pasien lupa minum obat,
pasien tidak dapat menggunakan obat dengan benar, obat tidak tersedia untuk
pasien (Cipolle, et al, 2004).
Ketaatan (compliance; adherence) merupakan suatu kondisi tingkat
kepatuhan pasien dalam melaksanakan segala instruksi pengobatannya.
Ketidaktaatan dapat mengakibatkan kesalahan medikasi. Empat jenis
ketidaktaatan mencakup beberapa situasi antara lain:
a. pasien gagal mendapatkan medikasi. Beberapa pasien tidak menebus resep
obat karena tidak merasa memerlukan obat atau tidak menghendaki
mengambilnya. Beberapa pasien tidak menebus obat karena tidak mampu
menanggung biaya obat.
14
b. pasien gagal melakukan medikasi sesuai dengan yang diresepkan. Hal ini
meliputi dosis yang salah, pengaturan waktu atau urutan pemberian yang
tidak tepat, frekuensi pemberian yang keliru, cara atau teknik pemberian
yang salah, dan penggunaan medikasi untuk tujuan yang keliru.
c. pasien menghentikan medikasi secara dini. Pasien menganggap bahwa
pengobatan tidak lagi diperlukan karena obat sudah habis atau karena telah
terjadi kemajuan pada gejala.
d. pasien atau orang lain menggunakan medikasi secara tidak tepat. Sebagai
contoh, pasien berbagi medikasi dengan orang lain karena satu atau berbagai
alasan (Katzung, 2004).
Situasi yang paling umum berkaitan dengan ketidaktaatan pada terapi obat
meliputi:
a. kegagalan menebus resep, penjelasan yang paling umum untuk tidak
menebus resep obatnya ialah karena pasien tidak merasa memerlukan obat
atau tidak menghendaki mengambilnya. Ada pula pasien tidak menebus
resepnya karena tidak mampu membelinya,
b. melalaikan dosis,
c. kesalahan dosis,
d. kesalahan dalam waktu pemberian atau konsumsi obat, dapat mencakup
situasi yang obatnya dikonsumsi tidak tepat dikaitkan dengan waktu makan,
15
e. penghentian pemberian obat sebelum waktunya, pada umumnya terjadi pada
penggunaan antibiotik (Siregar, 2006).
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap ketaatan pasien antara lain:
a. karakteristik pasien
Karakteristik pasien yang berpengaruh terhadap ketaatan pengobatan
antara lain adalah umur, jenis kelamin, ras, kepribadian (seperti
ketidakpercayaan), respon terhadap penyakit atau pengobatan atau pemberi
resep, status sosioekonomi, ada tidaknya pengawas minum obat, dan tipe
penyakit (Anonim, 2007).
b. status pengobatan
Pengaruh status pengobatan terhadap ketaatan dilihat dari ada tidaknya
pihak yang berperan sebagai pengawas atau pengingat pasien untuk minum
obat. Berdasarkan penelitian, pada pasien yang memiliki pengawas untuk
mengingatkan minum obat, ketaatan yang diperoleh >80%, sedangkan pada
pasien yang tidak memiliki pengawas untuk mengingatkan minum obat dan
rendahnya pengontrolan, ketaatan yang diperoleh <50% (Anonim, 2007).
c. karakter obat
Karakter dari segi obat yang kemungkinan berpengaruh terhadap
ketaaatan penggunaan obat antara lain yaitu: jumlah dari obat yang diterima,
kesamaan rupa dari obat yang diterima, jumlah dosis per hari, dan timbulnya
kejadian efek samping (Anonim, 2007).
d. gambaran klinis dari penyakit
16
Beberapa hal yang berpengaruh terhadap ketaaatan pengobatan dari segi
gambaran klinis penyakit antara lain: penyakit kronis, adanya pencegahan
dan pengobatan yang diterima bersamaan, ada tidaknya gejala penyakit, dan
akibat dari penundaan penghentian terapi (Anonim, 2007).
e. pengalaman tenaga kesehatan
Pengalaman tenaga kesehatan juga menentukan tingkat ketaatan
pengobatan, antara lain dari segi pemberi resep, farmasis, dan perawat; tidak
adanya tanggapan terhadap ketidaktaatan; adanya hubungan yang erat
dengan pasien, kepercayaan dalam pemberian pengobatan; serta informasi
yang diberikan kepada pasien (Anonim, 2007).
Banyak
hal
yang
mempengaruhi
tidak
dilaksanakannya
patient
compliance antara lain rasa takut akan ketergantungan obat, obat dihentikan
sebelum waktunya, harga obat mahal, resep hanya ditebus sebagian, atau
pengobatan dihentikan ketika gejala sudah hilang, menganggap penyakit sudah
sembuh sehingga obat dihentikan, terapi butuh waktu lama, pasien tidak
mengerti dan menjadi bosan, jenis dan waktu penggunaan obat macam-macam,
membingungkan atau lupa, tidak mendapat penjelasan apa yang akan terjadi,
takut untuk melanjutkan pengobatan (Anonim, 1999).
Sebuah penelitian yang dilakukan di Turki pada tahun 2002 menyebutkan
bahwa ada beberapa alasan ketidaktaatan pasien dalam pengobatan, antara lain
lupa minum obat (63,41%), minum obat hanya ketika merasa tidak enak
17
(12,20%), tidak mau mengkonsumsi obat (12,20%), dan pernah mengalami
kejadian efek samping (9,76%) (Anonim, 2007).
Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi ketidaktaatan
penggunaan obat, yaitu: (1) bertanya kepada pasien apakah ada kesulitan untuk
memakai obat, atau untuk mengikuti petunjuk-petunjuk pemakaian; (2)
pengamatan terhadap sisa obat, cara ini sangat mudah dilakukan terutama untuk
obat-obat yang gampang dihitung, misalnya tablet dan sirup, sedangkan untuk
jenis aerosol mungkin sulit; (3) penilaian terhadap efek farmakologik yaitu
dengan melihat apakah obat yang diberikan bermanfaat atau tidak (beberapa
obat mudah dicek karena mempunyai hubungan yang kuat antara dosis dengan
timbulnya respons farmakologik); (4) pengukuran kadar obat, cara ini lebih
pasti namun memerlukan biaya karena pengukuran kadar secara kuatitatif harus
dilakukan di laboratorium (Reid, Rubin, dan Whiting, 1985).
Untuk meningkatkan ketaatan pasien dapat dilakukan upaya-upaya antara
lain identifikasi faktor risiko, pengembangan rencana pengobatan, alat bantu
kepatuhan, pemantauan terapi, komunikasi yang baik antara apoteker dengan
pasien.
Dalam banyak hal, ketidaktaatan akan mengakibatkan penggunaan
suatu obat yang kurang. Dengan cara demikian, pasien kehilangan manfaat
terapi yang diharapkan dan kemungkinan mengakibatkan kondisi yang diobati
secara bertahap menjadi buruk (Siregar, 2006).
Tujuh belas penelitian tentang ketaatan menyatakan bahwa efek samping
pengobatan merupakan ancaman bagi ketaatan pasien. Di negara Jerman, hal
18
kedua yang menjadi penyebab ketidaktaatan pengobatan antihipertensi adalah
efek samping pengobatan. Dampak dari efek samping ini dalam hubungannya
dengan ketaatan mungkin dapat dijelaskan melalui perasaan tidak nyaman,
ketidakpercayaan terhadap efektifitas pengobatan, dan penurunan kepercayaan
terhadap dokter. Oleh karena itu, efek samping yang dialami pasien dalam
pengobatan juga dapat berpengaruh terhadap ketaatan (Jin, Sklar, Oh, Li, 2008).
E.
Informasi
Informasi adalah data yang penting yang memberikan pengetahuan yang
berguna (Terry, 1962). Definisi lain mengatakan bahwa informasi merupakan
fungsi
penting
untuk
membantu
mengurangi
rasa
cemas
seseorang
(Notoatmodjo, 2005).
Informasi ini merupakan suatu hal yang sangat penting ditekankan supaya
tujuan pengobatan dapat sampai pada sasarannya. Hal ini karena banyaknya
kasus yang terjadi pada pasien yang berkaitan dengan masalah pemakaian obat
akibat kurangnya informasi tentang obat yang diminumnya.
F. Edukasi
Edukasi adalah upaya yang dilakukan agar masyarakat berperilaku atau
mengadopsi perilaku kesehatan dengan cara persuasi, bujukan, himbauan,
ajakan, memberikan informasi, memberikan kesadaran, dan sebagainya melalui
kegiatan yang disebut pendidikan atau penyuluhan kesehatan.
Pendidikan
19
kesehatan sendiri pada hakikatnya adalah suatu kegiatan atau usaha
menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok, atau individu.
Dengan adanya pesan tersebut diharapkan dapat memperoleh pengetahuan
tentang kesehatan yang lebih baik. Pengetahuan tersebut akhirnya dapat
berpengaruh terhadap perilaku individu (Notoatmodjo, 2003).
G. Perilaku
Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah respon seseorang (organisme)
terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan
kesehatan, makanan, serta lingkungan. Batasan ini mempunyai dua unsur
pokok, yakni respon dan stimulus atau perangsangan. Respon atau reaksi
manusia, baik bersifat pasif (pengetahuan, persepsi, dan sikap), maupun bersifat
aktif (tindakan yang nyata atau practice); sedangkan stimulus atau rangsangan
di sini terdiri dari empat unsur pokok, yakni sakit dan penyakit, sistem
pelayanan kesehatan, dan lingkungan (Notoatmodjo, 2003).
Menurut Notoatmodjo (2003), sebelum orang berperilaku baru, di dalam
diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yaitu:
a. awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti
mengetahui stimulus atau obyek terlebih dahulu.
b. interest, yakni orang mulai tertarik kepada stimulus.
20
c. evaluation, yakni mempertimbangkan baik dan tidaknya stimulus tersebut
bagi dirinya, hal ini menunjukkan sikap responden yang lebih baik lagi.
d. trial, yakni orang telah mulai mencoba perilaku baru.
e. adoption, yakni subyek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,
kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.
Faktor lingkungan serta
pengalaman masa lalu sangat mempengaruhi individu dalam kehidupan.
Lingkungan dan pengalaman ini kemudian akan menentukan perilaku
individu tersebut yang nantinya perilaku ini dapat dijabarkan dalam 3
bagian yaitu pengetahuan, sikap serta tindakan.
1) Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan
terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan
manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2003).
21
Tabel II. Tingkat pengetahuan yang tercakup di dalam domain
kognitif (Notoatmodjo, 2003)
TINGKATAN
KETERANGAN
I
Tahu diartikan sebagai kemampuan untuk
tahu (know)
mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya.
II
Memahami diartikan sebagai kemampuan
memahami
untuk menjelaskan secara benar tentang obyek
(comprehension)
yang diketahui dan dapat menginterpretasikan
materi tersebut secara benar.
III
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk
aplikasi (application) menggunakan materi yang telah dipelajari pada
situasi atau kondisi yang sebenarnya (missal :
penggunaan hukum-hukum, rumus, metode,
prinsip, dalam konteks atau situasi yang lain).
IV
Analisis merupakan kemampuan untuk
analisis (analysis)
menjabarkan materi atau suatu obyek ke dalam
komponen-komponen, tetapi masih di dalam
satu struktur organisasi, dan masih ada
kaitannya satu sama lain.
V
Sintesis menunjuk pada suatu kemampuan
sintesis (synthesis)
untuk meletakkan atau menghubungkan
bagian-bagian di dalam suatu bentuk
keseluruhan yang baru. Secara definitif,
sintesis adalah suatu kemampuan untuk
menyusun formulasi baru dari formulasiformulasi yang ada.
VI
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk
evaluasi (evaluation) melakukan justifikasi atau penilaian terhadap
suatu materi atau obyek.
2) Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari
seseorang terhadap suatu stimulus atau obyek. Dapat dikatakan sikap
adalah penilaian (bisa berupa pendapat) seseorang terhadap stimulus
22
atau obyek (dalam hal ini adalah masalah kesehatan, termasuk penyakit).
Setelah orang tersebut mengalami stimulus atau obyek, proses
selanjutnya akan menilai atau bersikap terhadap stimulus atau obyek
kesehatan di mana indikator untuk sikap kesehatan sejalan dengan
pengetahuan kesehatan (Notoatmodjo, 2003).
Sikap terdiri dari berbagai tingkatan yakni:
a) menerima (receiving)
b) merespon (responding)
c) menghargai (valuing)
d) bertanggung jawab (responsible) (Notoatmodjo, 2003).
Pernyataan sikap mungkin berisi atau mengatakan hal-hal yang
positif mengenai obyek sikap, yaitu kalimatnya bersifat mendukung atau
memihak pada obyek sikap. Pernyataan ini disebut dengan pernyataan
yang favourable. Sebaliknya pernyataan sikap mungkin pula berisi halhal negatif mengenai obyek sikap yang bersifat tidak mendukung
maupun kontra terhadap obyek sikap. Pernyataan seperti ini disebut
dengan pernyataan yang unfavourabel.
Pengukuran sikap dapat dilakukan dengan menilai pernyataan sikap
seseorang yang dapat dilakukan secara langsung ataupun tidak langsung.
Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat/ pernyataan
responden terhadap suatu obyek. Secara tidak langsung dapat dilakukan
23
dengan pernyataan-pernyataan hipotesis kemudian ditanyakan pendapat
responden melalui kuisioner (Notoatmodjo, 2003).
3) Tindakan
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt
behaviour). Untuk mewujudkan sikap menjadi perbuatan nyata
diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan,
antara lain adalah fasilitas. Selain itu, diperlukan juga faktor dukungan
dari pihak lain (Notoatmodjo, 2003).
Tindakan mempunyai beberapa tingkatan, yaitu persepsi, respon
terpimpin, mekanisme, dan adopsi (Notoatmodjo, 2003).
a. Persepsi (perception), mengenal dan memilih berbagai obyek yang
sehubungan dengan tindakan yang diambil.
b. Respon terpimpin (guided response), dapat melakukan sesuai dengan
urutan yang benar dan sesuai dengan contoh adalah indikator
tindakan yang kedua.
c. Mekanisme (mechanism), apabila seseorang telah dapat melakukan
sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu yang sudah
merupakan kebiasaan, maka sudah mencapai tindakan tingkat tiga.
d. Adopsi
(adoption),
merupakan
suatu
tindakan
yang
sudah
berkembang dengan baik. Artinya tindakan tersebut sudah
dimodifikasi tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut.
24
H.
Kuisioner
Kuisioner merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti
tahu pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari
responden yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan
maupun pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Selain itu,
kuisioner juga cocok digunakan bila jumlah responden cukup besar dan tersebar
di wilayah yang luas. Kuisioner dapat berupa pertanyaan/pernyataan tertutup
atau terbuka, dapat diberikan kepada responden secara langsung atau tidak
langsung (dikirim melalui pos atau internet) (Sugiyono, 2008).
I.
Landasan Teori
Perilaku pasien dalam menggunakan obat selama pengobatan sangat
berpengaruh terhadap keberhasilan suatu terapi. Hal ini sangat dipengaruhi oleh
komunikasi, informasi dan edukasi yang diterima oleh pasien, oleh karena itu
diperlukan interaksi yang baik antara pasien dan tenaga kesehatan, dalam hal ini
adalah Pemberi Layanan Obat dan Kesehatan. Penggunaan obat oleh pasien
bergantung dari informasi yang diperoleh, terkadang pasien tidak menggunakan
obat secara tepat karena kurangnya informasi referensi tertulis maupun dari
tenaga kesehatan yang bertanggung jawab terhadap pemahamannya akan
penggunaan obat yang benar.
Farmasis merupakan
tenaga kesehatan
yang bertanggung jawab
memberikan informasi obat kepada pasien. Pemberian informasi oleh farmasis
25
dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu informasi verbal, demonstrasi
dengan alat visual, multimedia, maupun dengan form kepatuhan.
Pemberian informasi disertai alat bantu ketaatan berupa kotak obat dan
label kepatuhan akan lebih mempermudah pemberian informasi dan
meningkatkan pemahaman pasien tentang penggunaan obat yang tepat.
Pemberian alat bantu ketaatan lebih melibatkan banyak indera sehingga pasien
lebih mudah mengingat informasi yang diberikan. Dengan label kepatuhan,
pasien akan lebih mudah mengingat penggunaan obat yang teratur dan benar,
alat bantu berupa kotak obat akan membantu pasien untuk lebih taat dalam
menggunakan obat. Dengan demikian alat bantu akan meningkatkan ketaatan
dan dampak terapi, selain itu akan mengurangi biaya terapi serta meningkatkan
kualitas hidup pasien.
Kerangka Konsep
Pengetahuan,
Sikap, dan
tindakan
Informasi +
Alat Bantu
Peningkatan
pengetahuan,
sikap, dan
tindakan
Gambar 2. Hubungan Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Sebelum dan
Setelah Diberikan Informasi Disertai Pemberian Alat Bantu
Terhadap Peningkatan Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan
26
J. Hipotesis
Adanya perbedaan perilaku dan ketaatan minum obat setelah pemberian
alat bantu ketaatan dan informasi saat home visit terhadap pasien ISPA
Puskesmas Kalibawang periode Juni-Juli 2010.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Desain atau rancangan penelitian eksperimen ini termasuk dalam penelitian
eksperimental semu dengan rancangan eksperimental semu non-equivalent control
group (Notoatmodjo, 2005).
Penelitian ini mengambil tempat di masyarakat, oleh karenanya penelitian ini
merupakan penelitian lapangan atau komunitas.
Dalam pengambilan sampel, teknik sampling yang digunakan adalah teknik non
random sampling atau non probability yaitu quota sampling.
Data yang diambil merupakan data hasil perbandingan antara kelompok
perlakuan dan kelompok kontrol. Proses pengambilan data melalui kunjungan ke
rumah pasien (home visit) (Notoatmodjo, 2005).
Tabel III. Bentuk Rancangan Non-Equivalent Control Group
Pretest
Perlakuan
T1
X
Kelompok eksperimen
T1
Kelompok kontrol
Keterangan :
T1
: Pengukuran pertama (pretest)
T2
: Pengukuran kedua (posttest)
X
: Perlakuan atau eksperimen (Notoatmodjo, 2005).
B. Variabel Penelitian
Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah:
27
Posttest
T2
T2
28
1. Variabel bebas (independent) dalam penelitian ini adalah pemberian informasi
dan pemberian alat bantu.
2. Variabel tergantung (dependent) dalam penelitian ini adalah perilaku yang
meliputi pengetahuan, sikap, dan tindakan pada pasien ISPA Puskesmas
Kalibawang periode Juni-Juli 2010.
C. Definisi Operasional
1.
Kriteria inklusi subyek uji adalah pasien ISPA rawat jalan di Puskesmas
Kalibawang yang didiagnosis ISPA pada periode Juni-Juli 2010 yang meliputi:
pasien yang datang untuk berobat ketika ada keluhan tertentu seperti rasa sakit
saat menelan, batuk, pusing dan demam dengan kategori usia dewasa (17
hingga 65 tahun) yang menderita Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) yang
menerima obat dalam bentuk sediaan padat, dimana obat yang diuji adalah obat
yang tidak bersifat simptomatik (dalam hal ini antibiotik).
Pasien yang
merupakan subyek uji adalah pasien yang bersedia bekerja sama berdasarkan
persetujuan dengan peneliti dan menandatangani Informed Consent.
2.
Obat yang dibandingkan ketaatannya adalah obat-obat non simtomatis yaitu
antibiotik.
3.
Informasi yaitu keterangan umum tentang obat dan cara penggunaannya yang
disampaikan oleh petugas ruang obat Puskesmas Kalibawang periode Juni-Juli
2010 yang dapat mendukung tercapainya tujuan pengobatan meliputi waktu dan
cara penggunaan obat.
29
4.
Informasi tambahan yang diberikan kepada pasien kelompok perlakuan saat
home visit yaitu informasi tambahan mengenai nama obat, indikasi obat, waktu
dan cara penggunaan obat, serta efek samping yang mungkin terjadi selama
pengobatan.
5.
Alat bantu ketaatan berupa kotak obat yang bersekat 7 di mana tiap sekat dibagi
lagi menjadi 3 untuk mengingatkan pasien dalam meminum obat saat pagi,
siang dan malam setiap harinya. Kotak obat disertai dengan kartu pengingat
yang digunakan selama penelitian untuk tujuan meningkatkan ketaatan pasien
dalam pengobatan.
6.
Pengetahuan merupakan hal-hal umum tentang obat dan cara penggunaan obat
yang diketahui oleh pasien ISPA Puskesmas Kalibawang periode Juni-Juli
2010.
7.
Sikap merupakan pendapat pasien ISPA Puskesmas Kalibawang periode JuniJuli 2010 tentang hal-hal umum tentang obat dan cara penggunaannya.
8.
Tindakan merupakan hal-hal yang dilakukan pasien yang berkaitan dengan obat
dan cara penggunaan obat.
9.
Yang dimaksud pasien yang taat adalah apabila tidak memiliki sisa obat di hari
terakhir terapi pengobatan. Jumlah pasien yang taat dihitung dengan melihat
ada tidaknya sisa obat pada hari terakhir terapi. Pasien yang tidak memiliki sisa
obat merupakan pasien yang taat, sedangkan pasien yang memiliki sisa obat
merupakan pasien yang tidak taat, dengan catatan bukan obat simptomatis.
Obat yang bersifat simptomatis tidak dihitung dalam penelitian ini. Perbedaan
30
10.
ini akan menjadi pembanding yang menggambarkan persentase jumlah pasien
yang taat dan pasien yang tidak taat antara kelompok kontrol dan kelompok
perlakuan.
D. Subyek Penelitian
Subyek uji dibagi menjadi 2 kelompok yang totalnya berjumlah 64 pasien.
Pembagian kelompok penelitian menjadi kelompok perlakuan dan kelompok kontrol
(tanpa perlakuan). Pasien yang menjadi subyek uji pada kelompok kontrol berjumlah
32 dan kelompok perlakuan berjumlah 32 orang.
Cara pengambilan sampel menurut Notoatmodjo, 2005:
n = ___N___
1 + N (d2)
 n = ____178____
1 + 178 (0.12)
 n = 64 orang
Keterangan : n : jumlah sampel
N : jumlah populasi
d : derajat kepercayaan
Jumlah populasi pasien dengan penyakit ISPA di puskesmas Kalibawang
periode Januari – Februari 2010 adalah 185 dan 172 orang. Berdasarkan data tersebut
dapat diketahui rata-rata jumlah pasien ISPA di Puskesmas Kalibawang sehingga
dapat diketahui jumlah sampel yang harus diambil. Rata-rata pasien ISPA per bulan
adalah 178 orang.
31
Kelompok perlakuan yaitu kelompok yang diberikan informasi tambahan dan
alat bantu ketaatan minum obat yang berupa kotak obat dan kartu pengingat berupa
daftar tabel. Sedangkan kelompok kontrol yaitu kelompok yang hanya diberikan
informasi umum dari petugas apotek saja. Pada kelompok perlakuan, kotak obat
yang diberikan merupakan kotak obat bersekat 7, yang masing-masing sekat diberi
sekat lagi sebanyak 3 yang akan memudahkan serta membantu mengingat pasien
untuk mengkonsumsi obat setiap pagi, siang dan malam hari.
Pemilihan responden dengan kategori umur dewasa dimaksudkan agar saat
pretest dan posttest serta pemberian informasi, data yang didapat murni dari
responden,bukan didapat dari orang lain.
Selain itu pembatasan responden yakni
kategori dewasa saja diasumsikan bahwa semua responden memiliki karakteristik
yang sama sehingga akan memudahkan dalam pemberian perlakuan jalannya
penelitian. Selama berjalannya penelitian tidak ada responden yang mengundurkan
diri ataupun dikeluarkan dalam penelitian ini.
32
Pasien Puskesmas Kalibawang
Periode Juni-Juli 2010
KRITERIA INKLUSI
Kelompok Perlakuan
Kelompok Kontrol
Diberi alat ketaatan minum
obat
Tidak diberi alat ketaatan
minum obat
HOME VISIT + informasi
HOME VISIT
evaluasi perbedaan perilaku pasien ISPA
Puskesmas Kalibawang Periode Juni-Juli
2010 pasien yang diberi informasi dan alat
bantu ketaatan vs pasien yang tidak diberi
informasi dan alat bantu ketaatan
Gambar 3. Skema Pembagian Kelompok Kontrol Dan Perlakuan Untuk Melihat
Pengaruh Pemberian Informasi Dan Alat Bantu Ketaatan Terhadap
Perilaku Pasien ISPA Puskesmas Kalibawang Periode Juni-Juli 2010
E. Bahan Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar resep pasien ISPA
rawat jalan atau pasien ISPA yang datang untuk berobat ketika ada keluhan tertentu
Puskesmas Kalibawang periode Juni-Juli 2010. Data hasil home visit pasien
Puskesmas Kalibawang periode Juni-Juli 2010 yang dilakukan minimal tiga kali baik
untuk kelompok perlakuan maupun kelompok kontrol dengan tujuan membantu
memberikan gambaran ketaatan pasien dalam menggunakan obat.
33
F. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini mengambil tempat di Puskesmas Kalibawang khususnya di
Ruang obat dan ruang tunggu pengambilan resep dan dilanjutkan di rumah pasien
dengan tujuan (home visit). Waktu penelitian dilakukan setiap hari Senin hingga
Jumat pukuk 08.00-12.00. Penelitian dilakukan mulai tanggal 14 Juni hingga 24 Juli
2010 sedangkan waktu home visit dilakukan berdasarkan pada hari pertama, kedua
dan hari terakhir pengobatan dengan waktu yang disesuaikan dengan responden
dalam penelitian..
G. Instrumen Penelitian
Gambar 4. Alat Bantu Ketaatan Kelompok Perlakuan Pasien ISPA Puskesmas
Kalibawang Periode Juni-Juli 2010
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini meliputi kotak obat beserta
kartu pengingat yang dirancang sendiri oleh peneliti; dan kuisioner yang berisi daftar
pertanyaan
yang akan
diajukan
pasien
untuk
mengukur
tingkat
perilaku
(pengetahuan, sikap dan tindakan) pasien, serta panduan wawancara terstruktur.
34
H. Tata Cara Pelaksanaan Penelitian
Tata cara pelaksanaan penelitian ini terdiri dari beberapa proses yang
dilakukan untuk mengetahui Pengaruh Pemberian Informasi dan Alat Bantu Ketaatan
terhadap Perilaku Pasien ISPA Puskesmas Kalibawang Periode Juni–Juli 2010, yaitu
persiapan; pengambilan data; dan pengolahan data.
1.
Persiapan
Persiapan merupakan tahap awal penelitian yang meliputi pengurusan
perijinan penelitian, survey tempat, pembuatan alat bantu ketaatan, Informed
Consent dan pembuatan kuisioner, serta panduan wawancara.
Pengurusan
perijinan untuk pengambilan data dan penelitian ke Dinas Kesehatan Kabupaten
Kulon Progo dan Puskesmas Kalibawang mengenai apa saja yang akan
dilakukan dalam penelitian, yaitu ijin untuk melihat data resep di ruang obat,
penetapan subyek uji, dan kriteria inklusi dalam penelitian.
Pembuatan alat bantu ketaatan minum obat berupa kotak obat beserta
kartu yang diharapkan dapat membantu pasien dalam mengingat dan taat untuk
meminum obat.
Pembuatan kuisioner dan informed consent yang dimaksudkan untuk
membantu menggambarkan perilaku yang meliputi pengetahuan, sikap, dan
tindakan pasien ISPA Puskesmas Kalibawang selama penelitian. Kuisioner yang
dibuat harus dapat mewakili perilaku pasien (pengetahuan, sikap dan tindakan)
yang sebelumnya divalidasi secara komputerisasi. Sebelumnya kuisioner
diujikan pada 20 orang di kampung Paingan, Maguwoharjo yang memiliki
35
kriteria yang menyerupai subyek uji, yaitu kategori usia dewasa (17 hingga 65
tahun) untuk melihat apakah kuisioner valid dan reliable atau tidak. Informed
consent dibuat agar menjadi bukti bahwa subyek uji telah resmi bersedia menjadi
bagian dari penelitian.
Kuisioner berisi 12 pertanyaan yang mencakup sikap, tindakan dan
pengetahuan subyek uji serta dibedakan menurut jenis pertanyaannya.
Tabel IV. Tabel Pembagian Jenis Pertanyaan (Favorable atau Unfavorable)
Pada Setiap Bagian Pertanyaan Perilaku Pasien (Pengetahuan,
Sikap, dan
Tindakan)
Jenis pertanyaan
Variabel
No pertanyaan
Favorable
Unfavorable
Sikap
1, 2, 3
1, 2, 3
Tindakan
4, 5, 6, 7
4, 6, 7
5
Pengetahuan
8, 9, 10, 11, 12
10, 12
8, 9, 11
Sistem penilaian dibagi menjadi dua cara yaitu pernyataan favorable dan
unfavorable. Penilaian untuk pernyataan yang favorable adalah SS = 4, S = 3, TS
= 2, STS = 1 sedangkan untuk pernyataan yang unfavorable adalah SS = 1, S =
2, TS = 3, STS = 4.
2.
Tahap Pengambilan Data
Penelitian ini terdiri dari 2 bagian. Bagian pertama berisi ada tidaknya
perbedaan
akibat
pengaruh
pemberian
informasi
terhadap
perubahan
pengetahuan, sikap, dan tindakan antara pasien ISPA rawat jalan Puskesmas
Kalibawang Periode Juni-Juli 2010 yang diberi informasi dan pasien ISPA rawat
36
jalan Puskesmas Kalibawang Periode Juni-Juli 2010 yang tidak diberi informasi.
Bagian kedua berisi ada tidaknya perbedaan pengaruh pemberian alat bantu
ketaatan terhadap perubahan pengetahuan, sikap, dan tindakan antara pasien
ISPA rawat jalan Puskesmas Kalibawang Periode Juni-Juli 2010 yang diberi
kotak obat dan pasien ISPA rawat jalan Puskesmas Kalibawang Periode Juni-Juli
2010 yang tidak diberi kotak obat.
Penelitian ini dilakukan dengan membandingkan dua kelompok, yaitu:
kelompok perlakuan dan kelompok kontrol.
Profil pasien ISPA rawat jalan
Puskesmas Kalibawang yang menerima obat periode Juni-Juli 2010 meliputi
profil pasien berdasarkan kelompok jenis kelamin, pendidikan terakhir serta
jenis pekerjaan. Berdasarkan jenis kelamin dikelompokkan menjadi laki-laki dan
perempuan, berdasarkan pendidikan terakhir dikelompokkan menjadi tidak
sekolah, SD, SMP, SMA, dan PT sedangkan berdasarkan pekerjaaan
dikelompokkan menjadi tidak bekerja, buruh, pegawai swasta, dan PNS.
Pada penelitian ini diharapkan kondisi awal penelitian antara kelompok
perlakuan dan kelompok kontrol sama agar perbedaan ketaatan benar-benar
dipengaruhi oleh perbedaan perlakuan yang diberikan selama penelitian. Untuk
mendapatkan kondisi awal yang sama, maka umur responden dibatasi dalam
tingkat dewasa yaitu antara umur 17 tahun hingga 65 tahun yang diasumsikan
kondisinya sama.
Pada tahap pengambilan data, pengambilan data dimulai tanggal 14 Juni
2010. Cara untuk menetapkan subyek uji adalah pada minggu ganjil (minggu
37
pertama, ketiga dan kelima) pengambilan data, subyek uji yang dikumpulkan
adalah subyek uji untuk kelompok perlakuan. Sedangkan pada minggu genap
(minggu kedua, keempat dan keenam) pengambilan data, subyek uji yang
dikumpulkan adalah subyek uji untuk kelompok kontrol. Adanya aturan main
ini diharapkan subyek uji yang digunakan adalah subyek uji yang memiliki
persebaran merata.
Pengambilan data dilakukan di 2 tempat yaitu di Ruang obat dan ruang
tunggu pengambilan resep. Pengambilan data di Ruang obat dengan tujuan
skrining resep. Apabila resep sesuai dengan kriteria, maka pasien yang berada di
ruang tunggu selanjutnya diminta untuk ikut serta dalam penelitian. Pasien yang
bersedia menjadi subyek uji, selanjutnya dibagi menjadi kelompok kontrol dan
kelompok perlakuan ditetapkan berdasarkan minggu pengambilan subyek uji.
Kelompok kontrol hanya diberi informasi umum dari petugas instalasi apotek
saja, sedangkan untuk kelompok perlakuan diberikan informasi tambahan dan
alat bantu ketaatan minum obat beserta kartu pengingat didalamnya. Selanjutnya
peneliti akan menatakan obat yang telah diresepkan ke dalam kotak obat dan
meminta subyek uji untuk mencentang kolom pada kartu pengingat setiap
meminum obat, sehingga akan membantu pasien untuk mengingat apakah obat
sudah diminum atau belum.
Dalam penelitian, semua pasien yang menjadi
subyek uji wajib mengisi kuisioner yang akan dihitung sebagai nilai pretestposttest.
38
Kemudian dilakukan kunjungan ke rumah pasien (home visit) dilakunan
terhadap semua subyek uji baik kelompok kontrol maupun kelompok perlakuan.
Ketaatan pasien dalam minum obat diamati dengan cara menghitung jumlah obat
diakhir jangka waktu pengobatan.
Setiap kali home visit, juga dilakukan
wawancara terhadap pasien (kelompok perlakuan dan kelompok kontrol) tentang
pengetahuan, sikap, dan tindakan pasien terhadap informasi penggunaan obat.
Sedangkan saat home visit terakhir, dilakukan posttest dengan meminta subyek
uji untuk mengisi lembar kuisioner yang sama saat pretest yang hasilnya akan
menjadi data pembanding dengan nilai pretest yang akan menjadi gambaran
hasil perilaku ketaatan pasien dalam meminum.
3.
Tahap Pengolahan Data
Pada tahap pengolahan data ini, data diperoleh dari kuisioner (pretest,
posttest).
Pretest dilakukan untuk mengetahui perilaku yang meliputi
pengetahuan, sikap dan tindakan subyek uji sebelum perkaluan (perilaku awal).
Pretest diberikan kepada semua subyek uji sebelum dilakukan pemberian
informasi dan alat bantu (bagi kelompok perlakuan) maupun pemberian
informasi saja (bagi kelompok kontrol).
Posttest dilakukan saat home visit
terakhir kepada semua subyek uji penelitian. Posttest terhadap kelompok
perlakuan dan kontrol bertujuan untuk mengetahui pengetahuan, sikap dan
tindakan subyek uji setelah menerima informasi umum penggunaan obat,
pemberian alat bantu (kotak obat dan kartu pengingat), dan home visit (bagi
kelompok perlakuan). Wawancara yang dilakukan terhadap
subyek uji
39
dilakukan untuk membantu saat pemberian informasi dan untuk mengetahui
perubahan perilaku pasien serta alasan pasien terhadap segala bentuk
ketidaktaatan dalam meminum obat.
I. Analisis Data
Analisis data dilakukan untuk mengetahui apakah pemberian informasi dan
alat bantu berpengaruh terhadap perilaku pasien atau tidak selain itu analisa data juga
digunakan untuk melihat ada tidaknya perbedaan baseline pasien ISPA Puskesmas
Kalibawang periode Juni-Juli 2010. Analisis data untuk mengetahui ada tidaknya
pengaruh pemberian informasi terhadap perilaku (sikap, pengetahuan serta tindakan)
dilakukan secara statistik menggunakan secara statistik dengan Paired T-test. Analisis
data dilakukan dengan melihat selisih mean (nilai rata-rata) pretest-posttest pada
setiap bagian pertanyaan perilaku (pengetahuan, sikap, dan tindakan) kelompok
kontrol dan kelompok perlakuan.
Selisih mean antara kelompok kontrol dan
kelompok perlakuan pada setiap bagian pertanyaan (pengetahuan, sikap, dan
tindakan) menunjukkan
pengaruh pemberian informasi terhadap perubahan
pengetahuan, sikap, dan tindakan subyek uji. Selain itu, digunakan analisa data
Independent Samples Test untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan baseline pasien
ISPA Puskesmas Kalibawang periode Juni-Juli 2010.
Untuk mengetahui ada
tidaknya perbedaan baseline ini dapat dilihat dengan membandingkan nilai pretest
dan posttest antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan. Uji Independent
40
Samples Test ini perlu dilakukan untuk membuktikan bahwa baseline profil ISPA
Puskesmas Kalibawang periode Juni-Juli 2010 adalah sama.
Sedangkan analisa data untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan ketaatan
pasien dalam minum obat antara pasien kelompok kontrol dan pasien kelompok
perlakuan dilakukan dengan menghitung sisa obat (antibiotik) dan diuji statistik
menggunakan Z-Test (two samples). alasan mengapa digunakan uji statistic Z-test
adalah karena uji Z-test digunakan untuk melihat ada tidaknya perbedaan antara 2
kelompok yang memiliki karakteristik pembeda yang sama. Perbedaan yang diamati
didalam penelitian ini adalah ketaatan dalam minum obat (antibiotik) dan pembeda
dalam penelitian ini adalah jumlah pasien yang tidak taat minum obat (antibiotik).
Taraf kepercayaan yang digunakan adalah 90% (p>0,1) untuk menjamin
keakuratan data yang diperoleh. Sebenarnya dalam suatu penelitian sosial, taraf
kepercayaan 90% sudah dapat digunakan karena dalam penelitian sosial terdapat
berbagai faktor yang tidak dapat dikontrol satu per satu oleh peneliti. Apabila
digunakan taraf kepercayaan yang lebih tinggi dikhawatirkan data yang diperoleh
tidak masuk dalan range pada taraf kepercayaan karena variansi data yang tinggi.
J. Kesulitan Penelitian
Dalam pelaksanaan penelitian ini, peneliti menemukan beberapa kesulitan
baik pada tahap persiapan, pengambilan data, maupun pengolahan data. Pada tahap
persiapan, kesulitan yang ditemui adalah belum adanya gambaran mengenai cara
perijinan ke Dinas Kesehatan dan Puskesmas. Kesulitan ini dapat diatasi dengan
41
berdiskusi bersama Kepala Puskesmas mengenai bagaimana perijinan untuk
pengambilan data di Puskesmas.
Sebelum penelitian berlangsung, peneliti
melakukan pengamatan dengan melihat keadaan di Ruang obat dan ruang periksa, hal
ini dilakukan untuk memberikan gambaran agar tidak menghambat jalannya
penelitian. Peneliti juga meminta kerjasama seluruh karyawan khususnya di ruang
obat dan dokter di ruang periksa.
Kerjasama dengan dokter dikarenakan dalam
penulisan resep dokter sering tidak menuliskan diagnosa dan langsung meresepkan
obat.
Pada saat awal pengambilan data, masalah yang timbul adalah peneliti
kesulitan dalam menyampaikan kepada pasien mengenai penelitian ini dan bagaimana
cara untuk mengajak pasien untuk mau berperan serta menjadi responden dalam
penelitian ini.
Masalah lain yang timbul saat pengambilan sampel adalah sulit
berkomunikasi dengan responden, karena banyak responden yang tidak bisa
berbahasa Indonesia, sehingga harus dibacakan dalam bahasa jawa.
Masalah yang paling berat adalah saat home visit dimana peneliti harus
berkunjung ke rumah pasien. Masalah yang dihadapi saat home visit adalah sulitnya
mencari alamat responden. Namun masalah ini dapat diatasi karena orang tua pasien
juga tinggal di daerah setempat, sehingga mayoritas responden kenal dengan orang
tua peneliti.
Pada tahap pengolahan data, kesulitan yang muncul adalah kesulitan
menentukan cara pengolahan data dan literaturnya.
Tetapi hal ini dapat diatasi
dengan bertanya pada kakak angkatan dengan penelitian sejenis, meminjam buku dari
42
fakultas lain yang menggunakan ilmu statistika, membaca kembali materi kuliah
statistika untuk menentukan uji yang digunakan, serta bertanya pada yang lebih ahli
mengenai statistika.
Masalah lain terkait dengan jalannya penelitian ini adalah peneliti tidak
melihat kesesuaian dosis antibiotika untuk pasien ISPA Puskesmas Kalibawang
Periode Juni-Juli 2010 sehingga hal ini menjadi salah satu kelemahan dalam
penelitian ini.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Profil Pasien ISPA Rawat Jalan Di Puskesmas Kalibawang Periode Juni
JuniJuli 2010
Jumlah responden dalam penelitian ini sebanyak 64 responden. Dari jumlah
tersebut kemudian akan dibagi kedalam 2 kelompok sesuai dengan rancangan
penelitian. 2 kelompok tersebut adalah kelompok kontrol dan kelompok perlakuan.
Dalam penelitian ini terd
terdapat
apat 36 responden pria dan 28 responden perempuan
yang dijabarkan menjadi 19 responden pria dan 13 responden wanita dalam kelompok
kontrol dan 17 responden pria dan 15 responden wanita dalam kelompok perlakuan.
Pengelompokan
engelompokan jenis kelamin responden dilakukan
dilakukan dengan menghitung frekuensi dan
presentase yang terjadi selama penelitian.
PRIA
36 orang
WANITA
28 orang
56%
44%
Gambar 5. Perbandingan Jumlah Responden Pria dan Wanita Pasien ISPA
Rawat Jalan di Puskesmas Kalibawang Periode Juni-Juli
Juni
2010
Apabila dilihat dari pendidikan terakhirnya, dapat
dapat diketahui mayoritas tingkat
pendidikan terakhir responden adalah SMP. Hal ini menunjukkan tingkat pendidikan
masyarakatnya cukup rendah. Tingkat pendidikan sangat berpengaruh terhadap
43
44
kesehatan seseorang. Seseorang dengan tingkat pendidikan yang tinggi umumnya
memiliki informasi yang luas juga, dari informasi yang ia ketahui tersebut maka ia
akan semakin tahu mana yang baik dan mana yang buruk bagi dirinya dengan kata
lain ia akan tahu mana yang terbaik untuk kesehatannya, begitu pula sebaliknya.
Orang yang mempunyai pendidikan yang lebih tinggi akan cenderung memperoleh
memper
cakupan informasi dan pengetahuan yang lebih mudah daripada orang yang memiliki
pendidikan yang lebih rendah. Diharapkan orang yang mempunyai pendidikan tinggi
dapat menunjukkan semakin banyaknya informasi yang dimilikinya, yang nantinya
akan memberikan
an pengaruh positif pada perilaku ketaatan dalam mengkonsumsi obat
obat.
PERGURUAN TINGGI
9 orang
14%
30%
SMA
19 orang
TIDAK SEKOLAH
12% 8 orang
13%
SD
8 orang
31%
SMP
20 orang
Gambar 6. Perbandingan Jumlah Responden Berdasarkan Pendidikan
Terakhir Pasien ISPA Rawat Jalan Puskesmas Kalibawang Periode
Juni-Juli
Juli 2010
Apabila dilihat dari sisi pekerjaannya, dapat
dapat diketahui mayoritas responden
bekerja sebagai buruh. Lingkungan pekerjaan merupakan salah satu hal yang
mempengaruhi kesehatan seseorang.
Apabila seseorang bekerja di tempat yang
45
rawan terhadap penyakit maka tentu saja akan berdampak besar bagi kesehatannya.
kesehata
Dari data yang diperoleh dapat dilihat dengan jelas jumlah pasien yang pekerjaannya
sebagai buruh lebih banyak dibandingkan yang pekerjaannya sebagai pegawai. Hal
ini dikarenakan buruh tani bekerja di ladang yang sehari-hari
sehari hari berhubungan langsung
dengan
ngan pestisida, debu dan berbagai sumber penyakit dalam jumlah yang lebih
banyak dibandingkan pekerjaaan di dalam ruangan, disamping itu pekerjaan buruh
merupakan pekerjaan yang membutuhkan tenaga yang besar sehingga rawan bagi
kesehatan.
swasta
1 orang
2%
9%
PNS 12%
8 orang
22%
tidak bekerja
14 orang
wiraswasta
6 orang
14%
pelajar
9 orang
41%
Buruh
26 orang
Gambar 7. Perbandingan
andingan Jumlah Responden Berdasarkan Pekerjaan Pasien
ISPA Rawat Jalan Puskesmas Kalibawang Periode Juni-Juli
Juni
2010
Pekerjaan seseorang merupakan salah satu aspek sosial yang mendukung
manusia dalam pemenuhan dan pergaulan dalam kehidupan sehari-hari.
sehari
Pekerjaan
yang dimiliki seseorang akan menentukan tingkat ekonomi dan status sosial
seseorang di masyarakat. Pekerjaan tidak berhubungan langsung dengan ketaatan
46
dalam ketaatan minum obat, namun dalam penelitian ini data pekerjaan digunakan
sebagai data pelengkap karakteristik saja. Data di atas menunjukkan bahwa sebagian
besar responden yang menderita ISPA merupakan seseorang buruh. Seseorang yang
pekerjaannya kurang mapan cenderung akan mempunyai kesulitan dalam pemenuhan
kebutuhan ekonomi. Mereka akan cenderung memenuhi kebutuhan hidupnya dengan
seadanya saja dan cenderung kurang memperhatikan kebutuhan kesehatan dan gizi.
B. Pengaruh Pemberian Informasi dan Alat Bantu Ketaatan
Terhadap Perilaku (Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan) Pasien ISPA
Di Puskesmas Kalibawang
1. Pengaruh Pemberian Informasi Terhadap Perilaku (Pengetahuan, Sikap,
dan Tindakan) Pasien ISPA Di Puskesmas Kalibawang
Sebelum dilakukan uji statistik terhadap perubahan perilaku (pengetahuan,
sikap, dan tindakan) pasien rawat jalan Puskesmas Kalibawang Periode Juni-Juli
2010 dilakukan dahulu uji reabilitas dan validitas terhadap 20 orang dengan
kriteria yang sama dengan kriteria yang akan diuji nantinya.
Koefisien reliabilitas dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan
program komputer dengan analisis reliabilitas yang menggunakan koefisien
Alpha Cronbach. Jika nilai Alpha Cronbach >0,60, maka dikatakan reliabel
(Mario, 2006). Nilai koefisien reliabilitas dalam penelitian ini adalah 0,669.
47
Dengan taraf kepercayaan 90%, 12 item pertanyaan dalam kuisioner yang
disajikan dalam penelitian ini dinyatakan valid dan reliabel.
Pengujian pengaruh pemberian informasi terhadap perubahan perilaku
(pengetahuan, sikap, dan tindakan) pasien ISPA rawat jalan Puskesmas
Kalibawang Periode Juni-Juli 2010 secara statistik dilakukan dengan uji T
berpasangan (Paired T-test). Analisis data secara deskriptif dilakukan dengan
memprosentasekan selisih nilai rata-rata (mean) pretest-posttest antara kelompok
kontrol dan perlakuan.
Uji T merupakan statistik parametrik. Salah satu syarat statistik parametrik
adalah memiliki distribusi data yang normal. Maka berdasarkan hal tersebut,
sebelum melakukan uji T diperlukan uji normalitas data. Dalam penelitian ini,
pengujian normalitas data dilakukan dengan one sample Kolmogorov-Smirnov
(jumlah sampel>50). Jika data tidak normal, dilakukan normalisasi sebaran data,
lalu diuji kembali dengan uji normalitas Kolmogorov-Smirnov. Data dikatakan
normal jika angka signifikansi p<0,1 (taraf kepercayaan 90%). Jika sebaran data
normal, dilanjutkan dengan Paired T-Test. Jika sebaran data tidak normal,
dilanjutkan dengan uji non-parametrik, yakni uji Wilcoxon sebagai kompensasi
dari Paired T-test. Dikatakan terdapat perbedaan yang signifikan bila dari uji
tersebut didapatkan angka signifikansi p<0,1 (taraf kepercayaan 90%).
48
Tabel V. Tabel Hasil Uji Normalitas One Sample Kolmogorov-Smirnov
Terhadap Data Kuisioner Pasien ISPA Rawat Jalan Puskesmas
Kalibawang Periode Juni-Juli 2010
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
K.pre
N
K.post
P.pre
P.post
32
32
32
32
7.1816
7.1750
7.7091
9.1000
.51809
.62733
.67121
.63143
Absolute
.136
.151
.138
.125
Positive
.136
.151
.138
.085
Negative
-.093
-.110
-.094
-.125
Kolmogorov-Smirnov Z
.769
.852
.782
.709
Asymp. Sig. (2-tailed)
.596
.463
.574
.695
Normal Parameters
a
Mean
Std. Deviation
Most Extreme Differences
a. Test distribution is Normal.
Berdasarkan table hasil uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov terhadap data
kuisioner pasien ISPA rawat jalan Puskesmas Kalibawang periode Juni-Juli 2010
diketahui bahwa distribusi data adalah normal sehingga pada pengujian pengaruh
pengetahuan pasien terhadap ketaatan minum obat ini dilakukan menggunakan
uji statistik Paired T-Test dengan taraf kepercayaan 90% (α = 0,1).
49
Tabel VI. Tabel Hasil Uji Paired sampel T-Test Terhadap Perbedaan
Perilaku Kelompok Kontrol Pasien ISPA Rawat Jalan Puskesmas
Kalibawang Periode Juni-Juli 2010
Paired Samples Test
Paired Differences
90%
Confidence
Interval of the
Std.
Std.
Mean
Pair 1
K.gab.pre K.gab.post
-.15625
Difference
Error
Sig. (2-
Deviation Mean
Lower
Upper
t
df tailed)
2.51588 .44475 -.91033 .59783 -.351 31
.728
Tabel VII. Tabel Hasil Uji Paired sampel T-Test Terhadap Perbedaan
Perilaku Kelompok Perlakuan Pasien ISPA Rawat Jalan
Puskesmas Kalibawang Periode Juni-Juli 2010
Paired Samples Test
Paired Differences
90% Confidence
Interval of the
Std.
Std.
Sig.
Difference
Deviatio Error
Mean
Pair 1
P.gab.pre P.gab.post
n
Mean
(2Lower
Upper
t
df tailed)
-7.96875 2.50785 .44333 -8.72042 -7.21708 -17.975 31
.000
Dari hasil perhitungan uji statistik Paired T-Test terhadap kelompok kontrol
pasien ISPA rawat jalan Puskesmas Kalibawang periode Juni-Juli 2010 (tabel
VI), didapatkan nilai Signifikasi sebesar 0,728. Nilai yang terhitung ini lebih
besar daripada Signifikasi (0,1), sehingga dapat dikatakan tidak ada perbedaan
50
pengaruh yang signifikan dalam pemberian informasi terhadap perubahan
perilaku untuk kelompok kontrol. Sedangkan dari hasil perhitungan uji statistik
Paired T-Test terhadap kelompok perlakuan pasien ISPA rawat jalan Puskesmas
Kalibawang periode Juni-Juli 2010 (tabel VII), didapatkan nilai Signifikasi
sebesar 0,000. Nilai yang terhitung ini lebih kecil daripada Signifikasi (0,1),
sehingga dapat dikatakan ada perbedaan pengaruh yang signifikan dalam
pemberian informasi terhadap perubahan perilaku untuk kelompok perlakuan
dengan kata lain terdapat peningkatan informasi pada kelompok perlakuan.
Untuk mengetahui pengaruh pemberian informasi terhadap perubahan
pengetahuan, sikap, dan tindakan pasien rawat jalan Puskesmas Kalibawang
Periode Juni-Juli 2010, perlu diketahui penjabaran mengenai ada tidaknya
peningkatan yang signifikan antara pretest dan posttest pada masing-masing
bagian pertanyaan (pengetahuan, sikap, dan tindakan) untuk kelompok kontrol
dan perlakuan. Ada tidaknya peningkatan yang signifikan antara pretest dan
posttest pada masing-masing bagian pertanyaan (pengetahuan, sikap, dan
tindakan) untuk kelompok kontrol dan perlakuan secara statistik dapat diketahui
melalui uji T berpasangan (Paired T-test) dan secara deskriptif dengan melihat
selisih rata-rata (mean) nilai pada setiap bagian pertanyaan (pengetahuan, sikap,
dan tindakan).
51
Nilai maksimal kuisioner untuk mengetahui perilaku pasien adalah 48.
Peningkatan nilai perilaku antara pretest dan posttest kelompok kontrol dan
perlakuan dapat dilihat melalui diagram berikut:
48
44
40
36
32
28
24
20
16
12
8
4
0
Perilaku-pre-(K)
Perilaku-post-(K)
Gambar 8. Perbandingan Nilai Perilaku Antara Pretest Dan Posttest
Kelompok Kontrol
48
44
40
36
32
28
24
20
16
12
8
4
0
Perilaku-pre-(P)
Perilaku-post-(P)
Gambar 9. Perbandingan Nilai Perilaku Antara Pretest Dan Posttest
Kelompok Perlakuan
52
a. Pengetahuan
Tingkat pengetahuan pasien diduga mempunyai pengaruh terhadap
ketaatan pengobatan. Semakin tinggi tingkat pengetahuan seseorang
diharapkan semakin baik penerimaan informasi tentang pengobatan
penyakitnya sehingga akan semakin teratur proses pengobatan dan
penyembuhan.
Tabel VIII. Tabel Hasil Uji Paired sampel T-Test Terhadap Perbedaan
Perilaku (Pengetahuan) Kelompok Kontrol Pasien ISPA
Rawat Jalan Puskesmas Kalibawang Periode Juni-Juli 2010
Paired Samples Test
Paired Differences
90%
Confidence
Interval of the
Std.
Std.
Mean
Pair 1
K.peng.pre K.peng.post
-.06250
Difference
Error
Deviation Mean
Sig. (2Lower
Upper
t
df
1.18967 .21031 -.41908 .29408 -.297 31
tailed)
.768
Berdasarkan data uji statistik Paired T-Test terhadap pengetahuan
kelompok kontrol pasien ISPA rawat jalan Puskesmas Kalibawang periode
Juni-Juli 2010 (tabel VIII) dapat dilihat angka signifikasi nya > 0,1 (0.768)
yang berarti bahwa tidak adanya peningkatan yang signifikan antara pretest
dan posttest pada pertanyaan untuk bagian pengetahuan, dengan kata lain
tidak ada perbedaan pengaruh pemberian informasi yang signifikan terhadap
53
perubahan pengetahuan pasien rawat jalan Puskesmas Kalibawang Periode
Juni-Juli 2010.
Tidak adanya perbedaan dalam hal sikap ini dikarenakan pasien tidak
mendapatkan informasi tambahan tentang obat sehingga dalam menjawab
kuisioner tidak terdapat adanya peningkatan informasi yang signifikan.
Tabel IX. Tabel Hasil Uji Paired sampel T-Test Terhadap Perbedaan
Perilaku (Pengetahuan) Kelompok Perlakuan Pasien ISPA
Rawat Jalan Puskesmas Kalibawang Periode Juni-Juli
2010
Paired Samples Test
Paired Differences
90% Confidence
Interval of the
Std.
Std.
Sig.
Difference
Deviatio Error
Mean
Pair 1
P.peng.pre P.peng.post
n
Mean
(2Lower
Upper
t
df tailed)
-3.90625 1.92370 .34006 -4.48284 -3.32966 -11.487 31
.000
Berdasarkan data uji statistik Paired T-Test terhadap pengetahuan
kelompok perlakuan pasien ISPA rawat jalan Puskesmas Kalibawang periode
Juni-Juli 2010 (tabel IX) dapat dilihat angka signifikasi nya < 0,1 (0.000)
yang berarti bahwa terdapat adanya peningkatan yang signifikan antara
pretest dan posttest pada pertanyaan untuk bagian pengetahuan, atau dengan
kata lain terdapat perbedaan pengaruh pemberian informasi yang signifikan
terhadap perubahan pengetahuan pasien rawat jalan Puskesmas Kalibawang
Periode Juni-Juli 2010.
54
Peningkatan ini dapat dikarenakan oleh beberapa faktor yaitu adanya
informasi yang diberikan oleh peneliti, serta homecare yang dilakukan oleh
peneliti. Faktor lain yang dapat mempengaruhi pengetahuan yang diterima
responden adalah tingkat intelektual masing-masing responden serta
konsentrasi saat menerima informasi.
Dalam kuisioner, jumlah pertanyaan untuk bagian pengetahuan adalah 5,
sehingga nilai maksimal bagian ini adalah 20.
Peningkatan nilai perilaku
bagian pengetahuan antara pretest dan posttest kelompok kontrol dan
perlakuan dapat dilihat melalui diagram berikut:
20
18
16
14
12
10
8
6
4
2
0
Pengetahuan-pre-(K)
Pengetahuan-post-(K)
Gambar 10. Perbandingan Nilai Perilaku Bagian Pengetahuan Antara
Pretest Dan Posttest Kelompok Kontrol
55
20
18
16
14
12
10
8
6
4
2
0
Pengetahuan-pre-(P)
Pengetahuan-post-(P)
Gambar 11. Perbandingan Nilai Perilaku Bagian Pengetahuan Antara
Pretest Dan Posttest Kelompok Perlakuan
b. Sikap
Tabel X. Tabel Hasil Uji Paired sampel T-Test Terhadap Perbedaan
Perilaku (Sikap) Kelompok Kontrol Pasien ISPA Rawat
Jalan Puskesmas Kalibawang Periode Juni-Juli 2010
Paired Samples Test
Paired Differences
90%
Confidence
Interval of the
Std.
Std.
Sig.
Difference
Deviatio Error
Mean
Pair 1
K.sikap.pre K.sikap.post
n
Mean
(2Lower
Upper
t
df tailed)
-.03125 1.09203 .19305 -.35856 .29606 -.162 31
.872
Berdasarkan data uji statistik Paired T-Test terhadap sikap kelompok
kontrol pasien ISPA rawat jalan Puskesmas Kalibawang periode Juni-Juli
2010 (tabel X) dapat dilihat angka signifikasi nya > 0,1 (0,872) yang berarti
bahwa tidak adanya peningkatan yang signifikan antara pretest dan posttest
56
pada pertanyaan untuk bagian sikap, dengan kata lain tidak ada perbedaan
pengaruh pemberian informasi yang signifikan terhadap perubahan sikap
pasien rawat jalan Puskesmas Kalibawang Periode Juni-Juli 2010.
Tidak adanya perbedaan dalam hal sikap ini dikarenakan pasien tidak
mendapatkan informasi tambahan tentang obat sehingga dalam menjawab
kuisioner tidak terdapat adanya peningkatan informasi yang signifikan.
Tabel XI. Tabel Hasil Uji Paired sampel T-Test Terhadap Perbedaan
Perilaku (Sikap) Kelompok Perlakuan Pasien ISPA Rawat
Jalan Puskesmas Kalibawang Periode Juni-Juli 2010
Paired Samples Test
Paired Differences
90% Confidence
Interval of the
Std.
Std.
Sig.
Difference
Deviati Error
Mean
Pair 1
on
Mean
(2Lower
Upper
t
df tailed)
P.sikap.pre P.sikap.post
-1.46875 .94985 .16791 -1.75345 -1.18405 -8.747 31
.000
Berdasarkan data uji statistik Paired T-Test terhadap sikap kelompok
perlakuan pasien ISPA rawat jalan Puskesmas Kalibawang periode Juni-Juli
2010 (tabel XI) dapat dilihat angka signifikasinya < 0,1 (0.000) yang berarti
bahwa terdapat adanya peningkatan yang signifikan antara pretest dan
posttest pada pertanyaan untuk bagian sikap, atau dengan kata lain terdapat
perbedaan pengaruh pemberian informasi yang signifikan terhadap
57
perubahan sikap pasien rawat jalan Puskesmas Kalibawang Periode Juni-Juli
2010.
Peningkatan ini dapat dikarenakan oleh beberapa faktor yaitu adanya
informasi yang diberikan oleh peneliti, serta home visit yang dilakukan oleh
peneliti. Selain itu beberapa faktor yang mempengaruhi sikap responden
antara lain respon dalam menerima informasi, serta pemahaman mengenai
informasi yang diberikan.
Dalam kuisioner, jumlah pertanyaan untuk bagian sikap adalah 3,
sehingga nilai maksimal bagian ini adalah 12.
Peningkatan nilai perilaku
bagian sikap antara pretest dan posttest kelompok kontrol dan perlakuan
dapat dilihat melalui diagram berikut:
12
10
8
6
4
2
0
Sikap-pre-(K)
Sikap-post-(K)
Gambar 12. Perbandingan Nilai Perilaku Bagian Sikap Antara Pretest
Dan Posttest Kelompok Kontrol
58
12
10
8
6
4
2
0
Sikap-pre-(P)
Sikap-post-(P)
Gambar 13. Perbandingan Nilai Perilaku Bagian Sikap Antara Pretest
Dan Posttest Kelompok Perlakuan
c. Tindakan
Tabel XII. Tabel Hasil Uji Paired sampel T-Test Terhadap Perbedaan
Perilaku (Tindakan) Kelompok Kontrol Pasien ISPA Rawat
Jalan Puskesmas Kalibawang Periode Juni-Juli 2010
Paired Samples Test
Paired Differences
90%
Confidence
Interval of the
Std.
Std.
Sig.
Difference
Deviatio Error
Mean
Pair 1
K.tind.pre - K.tind.post
n
Mean
(2Lower
Upper
t
df tailed)
-.15625 1.62856 .28789 -.64438 .33188 -.543 31
.591
Berdasarkan data uji statistik Paired T-Test terhadap tindakan kelompok
kontrol pasien ISPA rawat jalan Puskesmas Kalibawang periode Juni-Juli
2010 (tabel XII) dapat dilihat angka signifikasinya > 0,1 (0.591) hal ini
menunjukkan tidak adanya peningkatan yang signifikan antara pretest dan
59
posttest pada pertanyaan untuk bagian tindakan, atau dengan kata lain tidak
ada perbedaan pengaruh pemberian informasi yang signifikan terhadap
perubahan tindakan pasien rawat jalan Puskesmas Kalibawang Periode JuniJuli 2010.
Tidak adanya perbedaan dalam hal sikap ini dikarenakan pasien tidak
mendapatkan informasi tambahan tentang obat sehingga dalam menjawab
kuisioner tidak terdapat adanya peningkatan informasi yang signifikan.
Tabel XIII. Tabel Hasil Uji Paired sampel T-Test Terhadap Perbedaan
Perilaku (Tindakan) Kelompok Perlakuan Pasien ISPA
Rawat Jalan Puskesmas Kalibawang Periode Juni-Juli 2010
Paired Samples Test
Paired Differences
90% Confidence
Interval of the
Std.
Std.
Sig.
Difference
Deviatio Error
Mean
Pair 1
P.tind.pre P.tind.post
n
Mean
(2Lower
Upper
t
df tailed)
-2.62500 1.40850 .24899 -3.04717 -2.20283 -10.543 31
.000
Berdasarkan data uji statistik Paired T-Test terhadap tindakan kelompok
perlakuan pasien ISPA rawat jalan Puskesmas Kalibawang periode Juni-Juli
2010 (tabel XIII) dapat dilihat angka signifikasinya < 0,1 (0.000) yang
berarti bahwa terdapat adanya peningkatan yang signifikan antara pretest dan
posttest pada pertanyaan untuk bagian tindakan, atau dengan kata lain
terdapat perbedaan pengaruh pemberian informasi yang signifikan terhadap
60
perubahan tindakan pasien rawat jalan Puskesmas Kalibawang Periode JuniJuli 2010.
Peningkatan ini dapat dikarenakan oleh beberapa faktor yaitu adanya
informasi yang diberikan oleh peneliti, serta home visit yang dilakukan oleh
peneliti. Adapun faktor lain yang menyebabkan perubahan tindakan adalah
tingkat pengetahuan, pemahaman dalam menangkap suatu informasi, serta
kesadaran dan kemauan untuk bertindak.
Dalam kuisioner, jumlah pertanyaan untuk bagian tindakan adalah 4,
sehingga nilai maksimal bagian ini adalah 16.
Peningkatan nilai perilaku
bagian tindakan antara pretest dan posttest kelompok kontrol dan perlakuan
dapat dilihat melalui diagram berikut:
16
14
12
10
8
6
4
2
0
Tindakan-pre-(K)
Tindakan-post-(K)
Gambar 14. Perbandingan Nilai Perilaku Bagian Tindakan Antara
Pretest Dan Posttest Kelompok Kontrol
61
16
14
12
10
8
6
4
2
0
Tindakan-pre-(P)
Tindakan-post-(P)
Gambar 15. Perbandingan Nilai Perilaku Bagian Tindakan Antara
Pretest Dan Posttest Kelompok Perlakuan
Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan perilaku dilihat dari hasil
pretest antara kelompok kontrol dan perlakuan serta hasil posttest antara
kelompok kontrol dan perlakuan, maka perlu dilakukan uji Independen Ttest.
Hasil pretest dan posttest pada kelompok kontrol dan perlakuan
dikatakan berbeda apabila didapatkan nilai sig.(2 tailed) <0,1.
62
Tabel XIV. Tabel Hasil Uji Independent Samples Test Terhadap
Perbedaan Nilai Pretest Kelompok Kontrol vs Kelompok
Perlakuan Pasien ISPA Rawat Jalan Puskesmas
Kalibawang Periode Juni-Juli 2010
Independent Samples Test
Levene's Test
for Equality of
Variances
t-test for Equality of Means
90% Confidence
Interval of the
Mean
Sig. (2- Differenc Std. Error
F
Sig.
t
df
tailed)
e
Difference Lower
perilak Equal variances
Upper
1.029
u
Difference
.314
.360
62
.720
.25000
.69520
assumed
1.41085
.91085
Equal variances
.360 59.634
.720
.25000
.69520
not assumed
1.41155
.91155
Berdasarkan hasil uji independent samples test terhadap perbedaan nilai
pretest kelompok kontrol vs kelompok perlakuan pasien ispa rawat jalan
Puskesmas Kalibawang periode Juni-Juli 2010 didapatkan nilai sig.(2 tailed)
sebesar 0,720. Nilai ini melebihi >0,1 sehingga dapat dikatakan bahwa tidak
terdapat perbedaan yang bermakna antara nilai pretest kelompok kontrol dan
kelompok perlakuan pasien
ISPA rawat jalan Puskesmas Kalibawang
periode Juni-Juli 2010 sehingga dapat disimpulkan bahwa pemberian alat
bantu ketaatan dan informasi obat saat home visit tidak menyebabkan
perbedaan perilaku terhadap pasien ISPA Puskesmas Kalibawang periode
Juni-Juli 2010 yang menerima alat bantu ketaatan dan informasi obat dan
yang tidak menerima alat bantu ketaatan dan informasi obat.
63
Tabel XV. Tabel Hasil Uji Independent Samples Test Terhadap
Perbedaan Nilai Posttest Kelompok Kontrol vs Kelompok
Perlakuan Pasien ISPA Rawat Jalan Puskesmas
Kalibawang Periode Juni-Juli 2010
Independent Samples Test
Levene's
Test for
Equality of
Variances
t-test for Equality of Means
90% Confidence
Interval of the
Sig. (2-
F
perilaku
Sig.
t
df
Mean
Std. Error
tailed) Difference Difference
Difference
Lower
Upper
Equal variances
.049
.826
-12.486
62
.000
-9.40625
.75333 -10.66417 -8.14833
-12.486 61.972
.000
-9.40625
.75333 -10.66418 -8.14832
assumed
Equal variances
not assumed
Berdasarkan hasil uji independent samples test terhadap perbedaan nilai
posttest kelompok kontrol vs kelompok perlakuan pasien ispa rawat jalan
Puskesmas Kalibawang periode Juni-Juli 2010 didapatkan nilai sig.(2 tailed)
sebesar 0,720. Nilai sig.(2 tailed ) ini <0,1 sehingga dapat dikatakan bahwa
terdapat perbedaan yang bermakna antara nilai posttest kelompok kontrol
dan kelompok perlakuan pasien ISPA rawat jalan Puskesmas Kalibawang
periode Juni-Juli 2010 sehingga dapat disimpulkan bahwa pemberian alat
bantu ketaatan dan informasi obat saat home visit menyebabkan perbedaan
perilaku terhadap pasien ISPA Puskesmas Kalibawang periode Juni-Juli
64
2010 yang menerima alat bantu ketaatan dan informasi obat dan yang tidak
menerima alat bantu ketaatan dan informasi obat.
2.
Pengaruh Pemberian Alat Bantu Ketaatan Terhadap Profil Ketaatan
Minum Obat (antibiotik) Pasien ISPA Di Puskesmas Kalibawang Periode
Juni-Juli 2010
Taat atau tidaknya responden dalam minum obat dapat dilihat dari jumlah
sisa obatnya. Perhitungan sisa obat dilakukan untuk obat-obat non simptomatis,
dalam kasus ini adalah antibiotik.
Gambar 16. Grafik Hasil Uji Z-Test Two Sample Pengaruh Pemberian Alat
Bantu Ketaatan Terhadap Profil Ketaatan Pasien ISPA
Puskesmas Kalibawang Periode Juni-Juli 2010
Dalam Z-Test untuk mengetahui profil ketaatan yang dilakukan baik
pada kelompok kontrol maupun kelompok perlakuan, ditarik 2 hipotesis yaitu Hi
yaitu Profil ketaatan pasien ISPA di Puskesmas Kalibawang antara pasien ISPA
65
yang mendapatkan alat bantu ketaatan dan informasi obat berbeda dengan profil
ketaatan pasien ISPA yang tidak mendapatkan alat bantu ketaatan dan informasi
obat dan Hnull yaitu Profil ketaatan pasien ISPA di Puskesmas Kalibawang
antara pasien ISPA yang mendapatkan alat bantu ketaatan dan informasi obat
tidak berbeda dengan profil ketaatan pasien ISPA yang tidak mendapatkan alat
bantu ketaatan dan informasi obat. Dalam uji Z, perhitungan nilai Zhitung
dilakukan untuk mengetahui hipotesis mana yang benar dengan melihat nilai
Zhitungnya, apakah berada di range atau di critical area. Apabila nilai Zhitung
berada di dalam range berarti Hnull diterima, sedangkan apabila nilai Zhitung
berada di critical area berarti Hnull ditolak dan Hi diterima. Hipotesis yang
diterima akan menjadi kesimpulan atau hasil akhirnya.
Berdasarkan
grafik Z-Test di atas diketahui nilai Zhitungnya adalah
1,845 sedangkan nilai standar distribusi normal untuk derajat kepercayaan 90%
dalam uji Z ini adalah 1,645. Nilai Zhitung yang didapat berdasarkan grafik
berada di luar range atau di critical area. Hal ini berarti bahwa Hnull ditolak dan
Hi diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa profil ketaatan pasien ISPA di
Puskesmas Kalibawang antara pasien ISPA yang mendapatkan alat bantu
ketaatan dan informasi obat berbeda dengan profil ketaatan pasien ISPA yang
tidak mendapatkan alat bantu ketaatan dan informasi obat.
Berdasarkan hasil uji Z-Test ini, dapat dikatakan semakin tinggi tingkat
pengetahuan responden, maka ketaatan minum obat yang dimiliki responden
66
juga semakin tinggi. Adanya pengaruh tingkat pengetahuan terhadap ketaatan
dapat disebabkan karena semakin tinggi pengetahuan dan pemahaman seseorang
terhadap sesuatu hal maka semakin banyak cakupan informasi yang diperoleh
responden terutama tentang penyakit ISPA dan pengobatannya.
pengobat
Banyaknya
cakupan informasi yang diperoleh responden diharapkan sikap dan tindakan
responden untuk taat dalam mengkonsumsi obat juga semakin baik.
bermanfaat
tidak bermanfaat
Gambar 17. Perbandingan Pendapat Bermanfaat Atau Tidaknya Alat
Bantu Ketaatan Terhadap Responden Pada Kelompok
Perlakuan
Berdasarkan data pada gambar 17 diketahui sebanyak 32 orang pada
kelompok perlakuan berpendapat bahwa alat bantu ketaatan bermanfaat dalam
meningkatkan ketaatan minum obat selama pengobatan dan hanya 2 orang saja
yang berpendapat bahwa
bah
kotak obat tidak bermanfaat dengan alasan
membingungkan dan lebih merepotkan.
Banyaknya jumlah responden yang
menyatakan bahwa dengan adanya alat bantu ketaatan membantu dalam minum
67
obat (bermanfaat) sekaligus menjadi faktor pendukung keberhasilan dalam
penelitian.
Faktor-faktor yang menyebabkan perubahan sikap meliputi faktor intern
dan faktor ekstern. Dalam hal ini, diharapkan dengan adanya faktor ekstern
(pemberian alat bantu ketaatan dan informasi) yang diberikan kepada kelompok
perlakuan terjadi peningkatan sikap pada kelompok perlakuan dibandingkan
dengan kelompok kontrol yang tidak diberi faktor ekstern (pemberian alat bantu
ketaatan dan informasi).
Berdasar hasil penelitian untuk melihat perbedaan perilaku dan ketaatan
diketahui bahwa terdapat perbedaan antara kelompok kontrol dan perlakuan.
Hal ini berarti pemberian alat bantu ketaatan dan informasi berpengaruh terhadap
peningkatan tindakan pasien rawat jalan Puskesmas Kalibawang Periode JuniJuli 2010.
Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa pasien yang
diberikan informasi dan alat bantu ketaatan lebih taat daripada pasien yang
hanya diberikan informasi saja. Alat bantu ketaatan yang digunakan pada
kelompok perlakuan dapat membantu meningkatkan ketaatan.
68
C. Rangkuman Pembahasan
Profil pasien rawat jalan yang menggunakan obat ISPA di Puskesmas
Kalibawang Periode Juni-Juli 2010 dibagi dalam dua kelompok yaitu kelompok
perlakuan dan kelompok kontrol.
Jumlah sisa obat ISPA (antibiotik) dihari terakhir pengobatan digunakan
untuk menghitung profil ketaatan pasien. Dari hasil uji statistik Paired T-Test untuk
mengetahui ada tidaknya peningkatan yang signifikan antara pretest dan posttest pada
masing-masing bagian pertanyaan (pengetahuan, sikap, dan tindakan) untuk
kelompok kontrol dan perlakuan yang akan menentukan ada tidaknya pengaruh
pemberian informasi terhadap perubahan perilaku (pengetahuan, sikap, dan tindakan)
pasien ISPA rawat jalan Puskesmas Kalibawang Periode Juni-Juli 2010 diperoleh
nilai p=0,728 untuk kelompok kontrol dan nilai p=0.000 untuk kelompok perlakuan.
Dari nilai ini dapat dikihat bahwa nilai p untuk kelompok perlakuan > 0. 1 dan nilai p
untuk kelompok perlakuan < 0.1 sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat adanya
perbedaan perilaku yang signifikan antara kelompok kontrol dan kelompok
perlakuan. Pada kelompok kontrol tidak terdapat perbedaan pengaruh pemberian
informasi yang signifikan terhadap perubahan perilaku (pengetahuan, sikap, dan
tindakan) pasien rawat jalan Puskesmas Kalibawang Periode Juni-Juli 2010,
sedangkan pada kelompok perlakuan
terdapat perbedaan pengaruh pemberian
informasi yang signifikan terhadap perubahan perilaku (pengetahuan, sikap, dan
tindakan) pasien rawat jalan Puskesmas Kalibawang Periode Juni-Juli 2010.
69
Hasil ini dijabarkan lagi menjadi 3 bagian dalam perilaku yakni sikap,
tindakan, serta pengetahun. Dari hasil uji statistik Paired T-Test untuk bagian sikap
dapat disimpulkan bahwa terdapat adanya perbedaan sikap yang signifikan antara
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan dalam hal pengaruh pemberian informasi.
Pada kelompok kontrol tidak terdapat perbedaan pengaruh pemberian informasi yang
signifikan terhadap perubahan sikap pasien rawat jalan Puskesmas Kalibawang
Periode Juni-Juli 2010, sedangkan pada kelompok perlakuan terdapat perbedaan
pengaruh pemberian informasi yang signifikan terhadap perubahan sikap pasien
rawat jalan Puskesmas Kalibawang Periode Juni-Juli 2010.
Dari hasil uji statistik Paired T-Test untuk bagian tindakan dapat disimpulkan
bahwa terdapat adanya perbedaan tindakan yang signifikan antara kelompok kontrol
dan kelompok perlakuan dalam hal pengaruh pemberian informasi. Pada kelompok
kontrol tidak terdapat perbedaan pengaruh pemberian informasi yang signifikan
terhadap perubahan tindakan pasien rawat jalan Puskesmas Kalibawang Periode JuniJuli 2010, sedangkan pada kelompok perlakuan
terdapat perbedaan pengaruh
pemberian informasi yang signifikan terhadap perubahan tindakan pasien rawat jalan
Puskesmas Kalibawang Periode Juni-Juli 2010.
Dari hasil uji statistik Paired T-Test untuk bagian pengetahuan dapat
disimpulkan bahwa terdapat adanya perbedaan pengetahuan yang signifikan antara
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan dalam hal pengaruh pemberian informasi.
Pada kelompok kontrol tidak terdapat perbedaan pengaruh pemberian informasi yang
70
signifikan terhadap perubahan pengetahuan pasien ISPA rawat jalan Puskesmas
Kalibawang Periode Juni-Juli 2010, sedangkan pada kelompok perlakuan terdapat
perbedaan pengaruh pemberian informasi yang signifikan terhadap perubahan
pengetahuan pasien rawat jalan Puskesmas Kalibawang Periode Juni-Juli 2010.
Berdasarkan hasil stastistik Independent Samples Test terhadap nilai pretest
dan posttest antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan, diketahui bahwa tidak
terdapat adanya perbedaan yang signifikan pada uji Independent Samples Test
terhadap nilai pretest.
Hal ini dapat dilihat dari nilai Sig.(2 tailed) yang >0,1,
sehingga dapat disimpulkan bahwa pemberian alat bantu ketaatan dan informasi obat
saat home visit tidak menyebabkan perbedaan perilaku terhadap pasien ISPA
Puskesmas Kalibawang periode Juni-Juli 2010 yang menerima alat bantu ketaatan
dan informasi obat dan yang tidak menerima alat bantu ketaatan dan informasi obat.
Sedangkan pada hasil stastistik Independent Samples Test terhadap nilai posttest
antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan, diketahui nilai Sig.(2 tailed) yang
<0,1, sehingga dapat disimpulkan bahwa pemberian alat bantu ketaatan dan informasi
obat saat home visit menyebabkan perbedaan perilaku terhadap pasien ISPA
Puskesmas Kalibawang periode Juni-Juli 2010 yang menerima alat bantu ketaatan
dan informasi obat dan yang tidak menerima alat bantu ketaatan dan informasi obat.
Berdasarkan grafik Z-Test dapat disimpulkan bahwa profil Profil ketaatan
pasien ISPA di Puskesmas Kalibawang antara pasien ISPA yang mendapatkan alat
71
bantu ketaatan dan informasi obat tidak berbeda dengan profil ketaatan pasien ISPA
yang tidak mendapatkan alat bantu ketaatan dan informasi obat.
Dari keseluruhan data yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa baseline
pasien ISPA Puskesmas Kalibawang periode Juni-Juli 2010 adalah sama serta
terdapat adanya perbedaan ketaatan antara kelompok perlakuan dan kontrol. Pasien
yang mendapat informasi plus alat bantu lebih taat daripada pasien yang hanya
mendapat informasi saja.
Kesimpulannya yaitu pada pasien ISPA rawat jalan Puskesmas Kalibawang
periode Juni-Juli 2010 dengan baseline yang sama, kelompok perlakuan memiliki
dampak terapi yang lebih baik setelah dilakukan terapi, dibandingkan dengan
kelompok kontrol. Hal ini dapat dikarenakan adanya alat bantu ketaatan yang
diberikan pada kelompok perlakuan sehingga dapat meningkatkan ketaatan pasien
dalam minum obat.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Profil pasien ISPA rawat jalan di Puskesmas Kalibawang periode Juni-Juli 2010:
a.
jenis kelamin.
Jenis kelamin responden dalam penelitian ini terdiri dari 56% pria (36 orang)
dan 44% wanita (28 orang).
b. pendidikan terakhir.
Mayoritas pendidikan terakhir responden dalam penelitian ini adalah lulusan
SMP yaitu sebesar 31%.
c. jenis pekerjaan.
Mayoritas pekerjaan responden dalam penelitian ini adalah sebagai buruh tani
yaitu sebesar 41%.
2. Ada perbedaan tingkat perilaku (pengetahuan, sikap, dan tindakan) pasien ISPA
di Puskesmas Kalibawang periode Juni-Juli 2010 antara pasien ISPA yang
mendapatkan alat bantu ketaatan dan informasi obat versus pasien ISPA yang
tidak mendapatkan alat bantu ketaatan dan informasi obat, yaitu pasien ISPA
yang mendapatkan alat bantu ketaatan dan informasi obat memiliki profil ketaatan
minum obat (antibiotik) yang lebih tinggi dibanding pasien ISPA yang tidak
mendapatkan alat bantu ketaatan dan informasi obat.
72
73
3. Adanya perbedaan perilaku pasien ISPA Puskesmas Kalibawang periode Juni-Juli
2010 pada pasien yang diberi alat bantu ketaatan dan informasi obat dengan
pasien yang tidak diberi alat bantu ketaata dan informasi obat.
B. Saran
Hal-hal yang dapat disarankan bagi penelitian ini adalah sebagai berikut ini.
1. Diharapkan dengan adanya data penelitian ini dapat diterapkan pemberian
informasi dan alat bantu ketaatan di berbagai Puskesmas dan Rumah Sakit untuk
meningkatkan profil ketaatan minum obat pasien di Indonesia.
2. Disarankan adanya penelitian selanjutnya yang terkait dengan penelitian ini di
Puskesmas yang berbeda atau periode yang berbeda dengan kajian yang berbeda
sebagai perbandingan.
3. Perlu dilakukan pemberian tes uji kebohongan pada setiap responden pada akhir
penelitian untuk menjamin bahwa obat yang habis benar-benar habis karena
diminum,bukan dibuang.
4. Perlu dilakukan analisa kesesuaian dosis antibiotika pasien untuk mengetahui
apakah dosis dan lama penggunaan obat sedah sesuai atau belum.
74
DAFTAR PUSTAKA
Anonim,
1999,
Patient
Compliance
(Ketaatan
Pasien),
http://home.pacific.net.id/piko/artikel04.html, diakses tanggal 15 Maret 2010
Anonim, 2007, Patient Compliance, http://www.unisanet.unisa.edu.au/07262/complian.pdf, diakses tanggal 7 april 2010
Anonim,
2009,
Saluran
Pernapasan,
http://nursingbegin.com/wpcontent/uploads/2009/07/respirasi1.jpg, diakses tanggal 11 April 2010
Buck, L.M., 1999, Preventing Medication Error in Children, in Pediatric
Pharmacotherapy, A Monthly Review for Health care Professionals of the
Children’s Medical Center, Vol. 5 Number 10, Oct.
Cohen, M.R., 1991, Causes of Medication Error, in: Cohen. M.R., (Ed), Medication
Error, American Pharmaceutical Association, Washington, DC
Cohen, M.R., 1999, Medication Errors, the American Pharmaceutical Association,
N.W., Washington, DC
Cipolle, R.J,. Morley, P.C., and Strand, L.M., 2004, Pharmaceutical Care Practice:
The Clinician’s Guide, Second Edition, 2, 40, 178-188, McGraw-Hill
Companies, USA
Darmawan A. B, Croup (Laringotracheobronchitis), CDK 163/ vol 35 no.4/ JuliAgustus 2008 : 185-189
DepKes, 2005, Pharmaceutical Care Untuk Infeksi Saluran Pernapasan, DepKes.RI,
Jakarta
Dwiprahasto, I., 2006, Intervensi Pelatihan Untuk Meminimalkan Risiko Medication
Error
Dipusat
Pelayanan
Kesehatan
Primer,
http://ilib.ugm.ac.id/jurnal/detail.php?dataId=5603, diakses tanggal 11 Januari 2011
Jin, J., Sklar, G.E., Oh, V.M.S., and Li, S.C., 2008, Faktors Affecting Therapeutic
Compliance:
A
Teview
from
the
Patient’s
Perspective,
http://www.pubmedcentral.nih.gov/articlerender.fcgi?artid=2503662, diakses
tanggal 7 April 2010
75
Katzung, B,G., 1998, Farmakologi Dasar dan Klinik, Edisi VI, EGC, Jakarta
KepMenKes Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004, Standar Pelayanan Kefarmasian
di Apotek, Departemen Kesehatan RI, Jakarta
Kozer, E. et al, 2005, Variables Associated With Medication Errors in Pediatric
Emergency Medicine, Pediatrics, American Academy of Pediatrics, March 4,
p.737-743
Mario, T. M., 2006, SPSS Untuk Paramedis, 55-111, Ardana Media, Jakarta
NCCCMERP,
1998,
Taxonomy
of
Medication
Errors,
http://www.NCCMERP/pdf/taxo2001-07-31, diakses tanggal 8 Maret 2010
Notoatmodjo, S., 2003, Metodologi Penelitian Kesehatan, PT Rineka Cipta, Jakarta
Notoatmodjo S., 2005, Metodologi Penelitian Kesehatan, edisi revisi, 79-92,116134,162-170, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta
Reid, J.L., Rubin, P.C, dan Whiting, B., 1985, Lecture Notes on Clinical
Pharmacology, 2nd edition, Blackwell Scientific Publications, Oxford
Rosyidah, I., 2009, Medication Error Pada Bangsal Dengan Sistem UDD (Unit Dose
Dispensing) dan Non UDD di Rumah Sakit Umum PKU Muhammadiyah
Yogyakarta,
http://docs.google.com/viewer?a=v&q=cache:xY9TLNQC_o4J:etd.eprints.ums.
ac.id/3308/1/K100040105.pdf+angka+kejadian+medication+error+di+puskesm
as+di+indonesia+pdf&hl=id&gl=id&pid=bl&srcid=ADGEESi_Z2pa9_kSWStpe5U4E4oMsoajD5LuLoPpXWf3sGJPZLswed7PBX2HbOOJzOvbve56nWerz
9DJzqsPF8zVi3lu9QkE41lccx2qhTXBLstKuriAeBxCu88zZ3TtDvoC8Cwl9q&sig=AHIEtbQwp7PZSWd8jCMiy5ybXnsySOVxA, diakses tanggal 11 Januari 2011
Siregar, J., 2006, Farmasi Klinik Teori dan Penerapan, 310, EGC, Jakarta
Sugiyono, 2008, Statistik untuk Penelitian, CV Alfabeta, Bandung
Terry G. R., 1962, Office Management and Control, Fourth Edition, Richard D. Irwin
Inc., Homewood, Ilinois, 1962, p. 21
Yegenoglu, S., Wertheimer, A.L., dan Dubin, W.R., 2002, Demographical Factors
Affecting Patient Compliance (Adherence) to Medications In An Outpatient
Psychiatric Clinic: A Preliminary Study, http://fabad.org/pdf/volum28/-
76
issue2/FABAD2003j.Pharm.Sci.,28,77-84,2003.pdf, diakses tanggal 11 Januari
2011
LAMPIRAN
77
LAMPIRAN
Lampiran 1. Informed Consent
KERJASAMA FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA
DENGAN PUSKESMAS KALIBAWANG
Pengaruh Pemberian Informasi Dan Alat Bantu Ketaatan Terhadap Perilaku
Pasien Ispa Puskesmas Kalibawang Periode Juni – Juli 2010
(Kajian Terhadap Antibiotik)
Peneliti dari Fakultas Farmasi Sanata Dharma bekerja sama dengan
Puskesmas Kalibawang melakukan penelitian untuk mengetahui bagaimana respon
pasien pada Pengaruh Pemberian Informasi dan Alat Bantu Ketaatan Terhadap
Perilaku Pasien ISPA Puskesmas Kalibawang Periode Juni – Juli 2010.
Anda merupakan pasien ISPA Puskesmas Kalibawang periode Juni-Juli 2010,
oleh karena itu diminta ikut serta dalam penelitian ini.
Bila bersedia ikut, peneliti akan melakukan wawancara kepada anda seputar
penggunaan obat yang anda terima melalui kunjungan ke rumah anda. Pada saat
kunjungan akan dilakukan wawancara dan beberapa tes lain bila diperlukan. Datadata yang didapatkan dari proses tersebut akan digunakan sebagai data penelitian.
Anda bebas menolak ikut dalam penelitian ini. Bila anda telah memutuskan
untuk ikut, anda juga bebas untuk mengundurkan diri setiap saat.
78
Semua data penelitian ini akan diperlakukan secara rahasia sehingga tidak
memungkinkan orang lain menghubungkannya dengan anda.
Selama anda ikut dalam penelitian, setiap informasi baru yang dapat
mempengaruhi pertimbangan anda untuk terus ikut atau berhenti dari penelitian ini
akan segera disampaikan kepada anda.
Bila anda tidak mentaati instruksi yang diberikan oleh para peneliti, anda
dapat dikeluarkan setiap saat dari penelitian ini.
Anda diberi kesempatan untuk menanyakan semua hal yang belum jelas
sehubungan dengan penelitian ini kepada tim peneliti.
79
Surat pernyataan kesediaan sebagai Responden penelitian
Bahwa saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama
:
Umur
:
Jenis Kelamin :
Pekerjaan
:
Alamat
:
No telp/HP
:
Menyatakan kesanggupan sebagai responden dalam penelitian yang berjudul
"PENGARUH PEMBERIAN INFORMASI DAN ALAT BANTU KETAATAN
TERHADAP PERILAKU PASIEN ISPA PUSKESMAS KALIBAWANG
PERIODE JUNI – JULI 2010".
Semua penjelasan diatas telah disampaikan
kepada saya. Saya mengerti bahwa bila masih memerlukan penjelasan, saya akan
mendapat jawaban dari tim peneliti.
Demikian surat pernyataan kesanggupan saya sebagai responden dalam
penelitian ini.
Yogyakarta,
Mengetahui
Saksi
(
Responden/pasien
)
(
)
80
Lampiran 2. Surat Pernyataan Kesediaan Menjadi Pengawas Responden
Penelitian
Bersama ini saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama
:
Umur
:
Jenis Kelamin :
Pekerjaan
:
Alamat
:
No telp/HP
:
Menyatakan bahwa saya bersedia menjadi pengawas responden selama masa
pengobatan didalam penelitian yang berjudul "PENGARUH PEMBERIAN
INFORMASI DAN ALAT BANTU KETAATAN TERHADAP PASIEN ISPA
PUSKESMAS KALIBAWANG PERIODE JUNI – JULI 2010". Saya bersedia
untuk mengawasi responden guna meminimalkan kebohongan.
Demikian surat pernyataan kesanggupan saya sebagai pengawas responden
dalam penelitian ini.
Yogyakarta,
, 2010
Mengetahui
Saksi
(
Responden/pasien
)
(
,
Pengawas
)
(
)
81
Lampiran 3. Panduan Wawancara
Anda dimohon untuk menjawab pertanyaan di bawah ini dengan mengisi atau
memberi tanda silang (X) pada jawaban yang sesuai
1. Nama
:
2. Alamat
:
3. Umur
:
4. Jenis Kelamin
:
5. Pendidikan terakhir :
a. Tidak ada
b. SD
c. SLTP
d. SMA
e. Perguruan tinggi
6. Pekerjaan
:
a. Pegawai Negeri Sipil/TNI/POLRI
b. Pegawai Swasta
c. Wiraswasta/Pedagang
d. Petani/Buruh
e. Lainnya (sebutkan) ........................
7. Penghasilan
:
a. ≤ Rp 500.000
b. > Rp 500.000 – Rp 1.000.000
c. > Rp 1.000.000 – Rp 2.000.000
d. > Rp 2.000.000 – Rp 5.000.000
e. > Rp 5.000.000
82
Pretest:
1. Jelaskan kembali cara pakai obat anda!
2. Apakah pernah salah minum obat?
Ceritakan kapan dan bagaimana?
Penyebabnya?
Pengatasannya?
3. Paling sering tahu cara pakai obat dari siapa? Dokter/Petugas Apotek?
Selanjutnya, bagi kelompok perlakuan, dijelaskan:
Kita ingin memberikan alat bantu ketaatan, jelaskan cara pakai alatnya!
Postest:
1. Jelaskan kembali cara pakai obat anda!
2. Khusus kelompok perlakuan:
Bagaimana tanggapan anda tentang alat bantu ketaatan?
Apakah bermanfaat/tidak?
83
Lampiran 4. Kuisioner
Berilah tanda silang (X) pada jawaban yang anda anggap paling sesuai dengan
keadaan anda sebenarnya.
Keterangan: SS
= Sangat Setuju
S
= Setuju
TS
= Tidak Setuju
STS
= Sangat Tidak Setuju
No
Pernyataan
Saya yakin jika saya minum obat sesuai dengan aturan
1.
maka manfaat obat lebih besar
Menurut saya membaca informasi pada label/etiket hanya
2.
membuang0buang waktu saja
Sakit saya akan cepat sembuh jika saya minum obat dua
3.
kali lebih banyak dari aturan pakai
Saya akan minum obat sesuai perintah, meskipun saya tidak
4.
suka minum obat
Saya mengubah aturan minum obat sesuai dengan dosis
5. yang saya butuhkan tanpa bertanya dengan Dokter atau
Apoteker
6. Saya membaca aturan pakai sebelum minum obat
7. Saya berusaha tidak lupa minum obat
8. Antibiotik tidak perlu diminum sampai habis
9. Semua jenis obat harus diminum sampai habis
Obat yang diresepkan oleh Dokter, jika tidak diminum
10. sesuai aturan pakai akan menimbulkan dampak yang
merugikan
Obat yang aturan minumnya sebelum makan berarti obat
11.
tersebut harus diminum sesaat sebelum makan
Saya berhak bertanya sejeas-jelasnya pada petugas tentang
12.
obat saya
Jawaban
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
SS
SS
SS
S
S
S
S
TS
TS
TS
TS
STS
STS
STS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
84
Lampiran 5. Output SPSS versi 16 for Windows
Uji Validitas dan Realibilitas Kuisioner
Case Processing Summary
N
Cases
Valid
Excluded
%
20
100.0
0
.0
20
100.0
a
Total
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha Based on
Cronbach's
Standardized
Alpha
Items
.669
N of Items
.652
12
85
Item Statistics
Mean
Std. Deviation
N
item1
3.3000
.47016
20
item2
3.3500
.48936
20
item3
3.5500
.51042
20
item4
2.9000
.30779
20
item5
3.4000
.59824
20
item6
3.3000
.47016
20
item7
2.8500
.58714
20
item8
2.9000
.71818
20
item9
2.9500
.51042
20
item10
2.8000
.41039
20
item11
3.2000
.52315
20
item12
3.4000
.50262
20
Summary Item Statistics
Maximum /
Mean
Item Means
3.158
Minimum
2.800
Maximum
3.550
Range
.750
Minimum
1.268
Variance
.068
N of Items
12
86
Item-Total Statistics
Cronbach's
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance if Corrected Item- Squared Multiple
Item Deleted
Total Correlation
Correlation
Alpha if Item
Deleted
item1
34.6000
7.095
.395
.911
.636
item2
34.5500
6.261
.737
.817
.578
item3
34.3500
6.871
.439
.946
.628
item4
35.0000
8.947
-.400
.896
.717
item5
34.5000
7.421
.161
.702
.677
item6
34.6000
6.779
.533
.972
.615
item7
35.0500
6.682
.421
.706
.628
item8
35.0000
7.474
.080
.948
.703
item9
34.9500
7.945
.035
.686
.692
item10
35.1000
7.779
.156
.788
.670
item11
34.7000
6.853
.430
.875
.629
item12
34.5000
6.158
.760
.982
.572
87
Lampiran 6. Output SPSS versi 16 for Windows
Uji Normalitas Kormogorov-Smirnov
NPAR TESTS
/K-S(NORMAL)=K.pre K.post
/MISSING ANALYSIS.
NPar Tests
[DataSet0]
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
K.pre
N
Normal Parametersa Mean
Std. Deviation
K.post
32
32
7.1816
7.1750
.51809
.62733
Most Extreme
Absolute
.136
.151
Differences
Positive
.136
.151
Negative
-.093
-.110
Kolmogorov-Smirnov Z
.769
.852
Asymp. Sig. (2-tailed)
.596
.463
a. Test distribution is Normal.
NPAR TESTS
/K-S(NORMAL)=K.pre K.post P.pre P.post
/MISSING ANALYSIS.
NPar Tests
[DataSet0]
88
NPAR TESTS
/K-S(NORMAL)=P.pre P.post
/MISSING ANALYSIS.
NPar Tests
[DataSet0]
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
P.pre
N
a
Normal Parameters
P.post
32
32
Mean
7.7091
9.1000
Std. Deviation
.67121
.63143
Most Extreme
Absolute
.138
.125
Differences
Positive
.138
.085
Negative
-.094
-.125
Kolmogorov-Smirnov Z
.782
.709
Asymp. Sig. (2-tailed)
.574
.695
a. Test distribution is Normal.
89
Lampiran 7. Output SPSS versi 16 for Windows Uji Paired T-Test Perilaku
Kelompok Kontrol
T-TEST PAIRS=K.pre WITH K.post (PAIRED)
/CRITERIA=CI(.9900)
/MISSING=ANALYSIS.
T-Test
[DataSet0]
Paired Samples Statistics
Mean
Pair 1
N
Std. Deviation
Std. Error Mean
K.pre
7.1816
32
.51809
.09159
K.post
7.1750
32
.62733
.11090
Paired Samples Correlations
N
Pair 1
K.gab.pre & K.gab.post
Correlation
32
Sig.
.638
.000
Paired Samples Test
Paired Differences
90% Confidence
Interval of the
Mean
Pair 1
K.gab.pre K.gab.post
-.15625
Std.
Std. Error
Deviation
Mean
2.51588
.44475
Difference
Lower
-.91033
Upper
t
df Sig. (2-tailed)
.59783 -.351 31
.728
90
Lampiran 8. Output SPSS versi 16 for Windows Uji Paired T-Test Perilaku
Kelompok Perlakuan
T-TEST PAIRS=P.pre WITH P.post (PAIRED)
/CRITERIA=CI(.9900)
/MISSING=ANALYSIS.
T-Test
[DataSet0]
Paired Samples Statistics
Mean
Pair 1
N
Std. Deviation
Std. Error Mean
P.gab.pre
35.6562
32
2.57293
.45483
P.gab.post
43.6250
32
2.97028
.52508
Paired Samples Correlations
N
Pair 1
P.gab.pre & P.gab.post
Correlation
32
.599
Sig.
.000
Paired Samples Test
Paired Differences
90% Confidence
Interval of the
Mean
Pair 1
P.gab.pre P.gab.post
-7.96875
Std.
Std. Error
Deviation
Mean
2.50785
Difference
Lower
Upper
t
.44333 -8.72042 -7.21708 -17.975
df
31
Sig. (2-tailed)
.000
91
Lampiran 9. Output SPSS versi 16 for Windows Uji Paired T-Test Kelompok
Kontrol Bagian Sikap
[DataSet0]
Paired Samples Statistics
Mean
Pair 1
N
Std. Deviation
Std. Error Mean
K.sikap.pre
8.9375
32
.94826
.16763
K.sikap.post
8.9688
32
.99950
.17669
Paired Samples Correlations
N
Pair 1
K.sikap.pre & K.sikap.post
Correlation
32
Sig.
.372
.036
Paired Samples Test
Paired Differences
90% Confidence
Interval of the
Mean
Pair 1
K.sikap.pre K.sikap.post
-.03125
Std.
Std. Error
Deviation
Mean
1.09203
.19305
Difference
Lower
-.35856
Upper
.29606
t
df Sig. (2-tailed)
-.162 31
.872
92
Lampiran 10. Output SPSS versi 16 for Windows Uji Paired T-Test Kelompok
Perlakuan Bagian Sikap
[DataSet0]
Paired Samples Statistics
Mean
Pair 1
N
Std. Deviation
Std. Error Mean
P.sikap.pre
9.7188
32
1.17045
.20691
P.sikap.post
11.1875
32
.93109
.16460
Paired Samples Correlations
N
Pair 1
P.sikap.pre & P.sikap.post
Correlation
32
Sig.
.612
.000
Paired Samples Test
Paired Differences
90% Confidence
Interval of the
Mean
Pair 1
P.sikap.pre P.sikap.post
-1.46875
Std.
Std. Error
Deviation
Mean
.94985
Difference
Lower
Upper
t
df Sig. (2-tailed)
.16791 -1.75345 -1.18405 -8.747 31
.000
93
Lampiran 11. Output SPSS versi 16 for Windows Uji Paired T-Test Kelompok
Kontrol Bagian Tindakan
[DataSet0]
Paired Samples Statistics
Mean
Pair 1
N
Std. Deviation
Std. Error Mean
K.tind.pre
11.2812
32
1.44209
.25493
K.tind.post
11.4375
32
1.66438
.29422
Paired Samples Correlations
N
Pair 1
K.tind.pre & K.tind.post
Correlation
32
Sig.
.458
.008
Paired Samples Test
Paired Differences
90% Confidence
Interval of the
Mean
Pair 1
K.tind.pre K.tind.post
-.15625
Std.
Std. Error
Deviation
Mean
1.62856
.28789
Difference
Lower
-.64438
Upper
.33188
t
df Sig. (2-tailed)
-.543 31
.591
94
Lampiran 12. Output SPSS versi 16 for Windows Uji Paired T-Test Kelompok
Perlakuan Bagian Tindakan
[DataSet0]
Paired Samples Statistics
Mean
Pair 1
N
Std. Deviation
Std. Error Mean
P.tind.pre
11.6875
32
1.69320
.29932
P.tind.post
14.3125
32
1.20315
.21269
Paired Samples Correlations
N
Pair 1
P.tind.pre & P.tind.post
Correlation
32
Sig.
.572
.001
Paired Samples Test
Paired Differences
90% Confidence
Interval of the
Mean
Pair 1
P.tind.pre P.tind.post
-2.62500
Std.
Std. Error
Deviation
Mean
1.40850
Difference
Lower
.24899 -3.04717
Upper
t
-2.20283 -10.543
df
31
Sig. (2-tailed)
.000
95
Lampiran 13. Output SPSS versi 16 for Windows Uji Paired T-Test Kelompok
Kontrol Bagian Pengetahuan
[DataSet0]
Paired Samples Statistics
Mean
Pair 1
N
Std. Deviation
Std. Error Mean
K.peng.pre
13.6250
32
1.43122
.25301
K.peng.post
13.6875
32
1.55413
.27473
Paired Samples Correlations
N
Pair 1
K.peng.pre & K.peng.post
Correlation
32
Sig.
.685
.000
Paired Samples Test
Paired Differences
90% Confidence
Interval of the
Mean
Pair 1
K.peng.pre K.peng.post
-.06250
Std.
Std. Error
Deviation
Mean
1.18967
Difference
Lower
.21031 -.41908
Upper
.29408
t
-.297
df
31
Sig. (2-tailed)
.768
96
Lampiran 14. Output SPSS versi 16 for Windows Uji Paired T-Test Kelompok
Perlakuan Bagian Pengetahuan
[DataSet0]
Paired Samples Statistics
Mean
Pair 1
N
Std. Deviation
Std. Error Mean
P.peng.pre
14.2500
32
1.39122
.24593
P.peng.post
18.1562
32
1.37041
.24226
Paired Samples Correlations
N
Pair 1
P.peng.pre & P.peng.post
Correlation
32
Sig.
.030
.872
Paired Samples Test
Paired Differences
90% Confidence
Interval of the
Mean
Pair 1
P.peng.pre P.peng.post
-3.90625
Std.
Std. Error
Deviation
Mean
1.92370
.34006
Difference
Lower
Upper
t
-4.48284
-3.32966 -11.487
df
31
Sig. (2-tailed)
.000
97
Lampiran 15. Uji Z-Test
No
Kelompok
1 Kontrol
2 Perlakuan
Jumlah pasien yang
tidak taat minum obat
7
2
Pa =
Pb =
Hi : Kepatuhan minum obat antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan
berbeda
Hnull : Kepatuhan obat antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan tidak
berbeda
 Po =
.
.
Po =
Po = 0,14
 Z hit =
,
Z hit =
Z hit =
(
,
√ ,
,
,
,
,
,
Z hit = -1,845
 Kepercayaan 90%= +1,645
)
,
(
,
)
98
Grafik Z-test:

Kesimpulan = Hnull ditolak, jadi Kepatuhan minum obat antara kelompok
kontrol dan kelompok perlakuan berbeda
Lampiran 16. Output SPSS versi 16 for Windows Uji Independent Samples Test
Terhadap Pretest Kelompok Kontrol vs Kelompok Perlakuan
Group Statistics
perilaku
kelas
N
Mean
Std. Deviation Std. Error Mean
1
32
34.4688
2.48848
.43991
2
32
34.2188
3.04519
.53832
99
Independent Samples Test
Levene's Test
for Equality of
Variances
t-test for Equality of Means
90% Confidence
Sig.
(2-
F
Sig.
t
df
tailed)
Interval of the
Mean
Differenc Std. Error
e
Difference
Difference Lower
Upper
perilak Equal variances
1.029
u
.314
.360
62
.720
.25000
.69520 -.91085
1.41085
.360 59.634
.720
.25000
.69520 -.91155
1.41155
assumed
Equal variances
not assumed
Lampiran 17. Output SPSS versi 16 for Windows Uji Independent Samples Test
Terhadap Posttest Kelompok Kontrol vs Kelompok Perlakuan
Group Statistics
perilaku
kelas
N
Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
1
32
34.2188
3.04519
.53832
2
32
43.6250
2.98112
.52699
100
Independent Samples Test
Levene's Test
for Equality of
Variances
t-test for Equality of Means
90% Confidence
Interval of the
Sig. (2-
perilaku
Mean
F
Sig.
t
df
tailed)
.049
.826
-12.486
62
.000
-9.40625
.000
-9.40625
Std. Error
Difference Difference
Difference
Lower
Upper
.75333
-10.66417
-8.14833
.75333
-10.66418
-8.14832
Equal variances
assumed
Equal variances
-12.486 61.972
not assumed
101
BIOGRAFI PENULIS
Maria Yesia Dianing Winasthi dilahirkan di
Magelang pada tanggal 04 Juni 1989. Anak
kedua pasangan Franciscus Xaverius Supardi
dan Francisca Romana Srikuntari ini menempuh
pendidikan di TK Ade Irma Suryani tahun
1993-1995, SD Pierre A. Tendean (Kartika XV4) tahun 1995-2001, SLTP Negeri 2 Magelang
tahun 2001-2004, SMU Santa Maria Yogyakarta tahun 2004-2007. Pada tahun 2007
melanjutkan pendidikan di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Selama menempuh pendidikan di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, penulis
aktif dalam kegiatan kemahasiswaan UKF Herbal Garden Team (HGT). Penulis juga
pernah mengikuti kegiatan PKM dengan judul Pengembangan Teh Anggrek
Arundina Graminifolia sebagai Peluruh Batu Ginjal serta mengikuti PM dengan judul
Penyuluhan Penyakit Malaria di Bantaran Sungai Code.
Download