LAPORAN ANALISIS HUBUNGAN PERDAGANGAN INDONESIA DENGAN SELATAN-SELATAN Cover source : unep.org, aiddata.org, and chronicle.co.zw PUSAT KEBIJAKAN PERDAGANGAN LUAR NEGERI BADAN PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN KEBIJAKAN PERDAGANGAN KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2015 ANALISIS HUBUNGAN PERDAGANGAN INDONESIA DENGAN SELATAN SELATAN PUSAT KEBIJAKAN PERDAGANGAN LUAR NEGERI BADAN PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN KEBIJAKAN PERDAGANGAN KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2015 1 DAFTAR ISI DAFTAR ISI ....................................................................................................................... ii DAFTAR TABEL ...............................................................................................................iv KATA PENGANTAR..........................................................................................................v ABSTRAK ..........................................................................................................................vi I. PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang.......................................................................................... 1 1.2 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 3 1.3 Manfaat Penelitian .................................................................................... 3 1.4 Ruang Lingkup.......................................................................................... 3 II. METODOLOGI PENELITIAN .................................................................................... 4 2.1. Jenis dan Sumber Data ........................................................................... 4 2.2. Model Gravity........................................................................................... 4 III. GAMBARAN MAKROEKONOMI NEGARA SELATAN SELATAN .................... 9 3.1 Indikator Ekonomi Negara Selatan Selatan di Kawasan Asia ............... 10 3.2 Indikator Ekonomi Negara Selatan Selatan di Kawasan Afrika (Sub Sahara)................................................................................................ 13 3.3 Indikator Ekonomi Negara Selatan Selatan Kawasan Amerika ............ 16 IV. ANALISIS KINERJA PERDAGANGAN NEGARA SELATAN SELATAN ........ 20 4.1 Kinerja Perdagangan Negara Selatan Selatan di Kawasan Asia dengan Dunia ................................................................................................... 21 4.2 Kinerja Perdagangan Negara Selatan Selatan di Kawasan Afrika (Sub Sahara) dengan Dunia......................................................................... 23 4.3 Kinerja Perdagangan Negara Selatan Selatan di Kawasan Amerika dengan Dunia ...................................................................................... 25 V. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NILAI IMPOR PRODUKI MANUFAKTUR NEGARA SELATAN SELATAN DARI INDONESIA ............... 27 5.1. Determinan Impor Produk Negara Selatan Selatan Kawasan Asia dari Indonesia ............................................................................................. 28 Puskadaglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan ii 5.2. Determinan Impor Produk Negara Selatan Selatan Kawasan Afrika (Sub Sahara) dari Indonesia ........................................................................ 30 5.3. Determinan Impor Produk Negara Selatan Selatan Kawasan Amerika dari Indonesia ...................................................................................... 34 5.4 Hambatan dalam memasuki pasar ekspor Selatan Selatan ................. 38 VI. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ................................................................... 41 6.1. Kesimpulan ............................................................................................ 41 6.2 Rekomendasi .......................................................................................... 42 DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 44 Puskadaglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan iii DAFTAR TABEL Tabel 3.1. Rata-rata Nilai Indikator Ekonomi Negara Selatan Selatan di Kawasan Asia (2010-2013) ................................................... 11 Tabel 3.2. Pertumbuhan Indikator Ekonomi Negara Selatan Selatan di Kawasan Asia Periode 2010-2013 (Persen) ......................... 12 Tabel 3.3. Rata-rata Nilai Indikator Ekonomi Negara Selatan Selatan di Kawasan Afrika (Sub Sahara)(2010-2013)............................ 14 Tabel 3. 4. Pertumbuhan Indikator Ekonomi Negara Selatan Selatan di Kawasan Afrika (Sub Sahara) Periode 2010-2013 (Persen) . 15 Tabel 3.5. Rata-rata Nilai Indikator Ekonomi Negara di Kawasan Amerika Selatan (2010-2013).............................................................. 17 Tabel 3.6. Pertumbuhan Indikator Ekonomi Negara Selatan Selatan di Kawasan Amerika Periode 2010-2013 (Persen) ................... 18 Tabel 4. 1. Rata-rata Nilai Neraca Perdagangan Negara Kawasan Asia Selatan ke Dunia 2010-2013 ................................................. 22 Tabel 4.2. Rata-rata Nilai Neraca Perdagangan Negara Kawasan Afrika ke Dunia ..................................................................................... 24 Tabel 4.3. Rata-rata Nilai Neraca Perdagangan Negara Selatan Selatan Kawasan Amerika ke Dunia .................................................. 26 Tabel 5.1 Koefisien Variabel Penduga Permintaan Impor NegaraSelatan Selatan Kawasan Asiadari Indonesia .................................... 28 Tabel 5.2 Koefisien Variabel Penduga Impor Selatan Selatan Kawasan Afrika (Sub Sahara) dari Indonesia ....................................... 31 Tabel 5.3 Koefisien Variabel Penduga Impor Selatan Selatan Kawasan Amerika dariIndonesia........................................................... 34 Puskadaglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan iv KATA PENGANTAR Analisis singkat mengenai hubungan perdagangan Indonesia dengan Selatan Selatan ini merupakan kajian jangka pendek yang telah menjadi salah satu kegiatan pada Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Perdagangan (BP2KP). Fokus analisis ini adalah untuk mengidentifikasi potensi perdagangan dan faktor-faktor yang mempengaruhi perdagangan Indonesia dengan negara Selatan Selatan. Selama ini perdagangan Indonesia dengan kawasan lain, khususnya Afrika masih sangat terbatas. Di sisi lain Indonesia mengalami defisit neraca perdagangan dengan kawasan Asia. Performa ekspor non migas ke Selatan Selatan baik di kawasan Asia, Amerika dan Afrika sangat penting bagi Indonesia, namun ekspor masih didominasi produk primer. Indonesia seharusnya bisa memaksimalkan pemasaran produk manufaktur terutama ke negara Selatan Selatan. Berdasarkan hal tersebut, maka Pusat Kebijakan Perdagangan Luar Negeri, BP2KP melakukan Analisis Hubungan Perdagangan Indonesia dengan Selatan Selatan. Hasil analisis ini diharapkan dapat menjadi acuan dalam upaya meningkatkan kinerja ekspor Indonesia, khususnya ke negara Selatan Selatan. Akhirnya, kami menyadari bahwa laporan hasil analisis singkat ini masih terdapat banyak kekurangan. Kami sangat berterimakasih kepada semua pihak atas segala masukan dan sarannya demi kesempurnaan laporan ini. Jakarta, September 2015 Tim Analisis Puskadaglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan v ABSTRAK Kajian ini bertujuan untuk mengidentifikasi potensi perdagangan di negara anggota Selatan-Selatan, menganalisis faktor yang mempengaruhi perdagangan produk manufaktur di negara tersebut dengan analisis model graviti, serta menyusun rekomendasi kebijakan dalam rangka meningkatkan ekspor produk manufaktur Indonesia ke Selatan-Selatan. Hasil analisis menunjukkan bahwa negara-negara di kawasan Selatan-Selatan memiliki potensi yang cukup tinggi bagi Indonesia karena permintaan negara-negara di kawasan tersebut masih tinggi sementara ekspor Indonesia ke negaranegara tersebut relatif masih rendah. Analisis gravity model menunjukkan bahwa PDB elastis terhadap impor produk tekstil, otomotif, dan produk kimia di pasar Amerika Selatan dan Asia; serta produk kimia, kertas dan elektronik di pasar Afrika. Jarak ekonomi berpengaruh positif terhadap impor produk manufaktur, kecuali otomotif dan alas kaki di pasar Amerika Selatan serta tekstil dan mesin di Afrika. Populasi berpengaruh positif terhadap impor otomotif, alas kaki dan elektronik di pasar Amerika Selatan; produk otomotif dan produk kimia di pasar Asia serta produk kimia dan produk kertas di pasar Afrika. Sementara nilai tukar negara mitra berpengaruh positif terhadap impor produk manufaktur kecuali produk elektronik dan produk kimia di pasar Asia; produk kimia, kertas dan elektronik di pasar Afrika. Untuk meningkatkan ekspor Indonesia ke Selatan-Selatan, maka direkomendasikan antara lain: intensifikasi pameran misi dagang; pendirian bank ekspor impor; pembentukan kelompok kerja untuk mengatasi hambatan ekspor; dan kerjasama pembangunan melalui bantuan teknik. ABSTRACT This study aims to identify the potential trade South-South member countries, analyze factors that affect trade of manufactured products in the South-South with gravity model approach, and to develop policy recommendations in order to increase Indonesia‘s manufacturing exports to the South-South. The analysis showed that the South-South region has considerable potential for Indonesia due to its high import growth from the world while Indonesia’s export to the Souh-South is still relatively low. Analysis of gravity model shows that PDB elastic on Indonesia’s exports of textile products, automotive, and chemical products in South America and Asia; chemical products, paper and electronics in Africa. Economic distance positively influences South south’s import of manufactured products, except automotive and footwear in America as well as textiles and machinery in Africa. Population has positive effect on imports of automotive, footwear and electronics in South America; automotive products and chemical products in Asia as well as chemical products and paper products in Africa. While the exchange rate has positive influence on the import of manufactured products except electronic products and chemical products in Asia; chemical products, paper and electronics in Africa. Several recommendations for increasing exports to the South South are the intensification of exhibition trade mission and the establishment of export-import bank,the establishment of a working group to overcometrade barrier, and development cooperation between Indonesia and the South South through technical assistance. Puskadaglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan vi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang South-South cooperation (SSC), dibentuk oleh negara-negara yang tidak termasuk kedalam negara industri atau negara maju, maupun negara sosialis. Escobar (2011) menyebut sebagai negara dunia ketiga (third world). Meskipun anggotanya berasal dari kawasan negara yang berbeda (Asia, Afrika, Amerika, Eropa), namun mempunyai banyak kesamaan. Kebanyakan negara Selatan Selatan merupakan negara yang sedang membangun setelah mengalami penjajahan, menerima imbas akibat perang dingin komunis dengan negara industri. Persamaan kepentingandan saling menguntungkanseperti Gerakan non-blok, G-77 merupakan cikal bakal terbentuknya SSC (Gurria, 2010). Disebut South-South cooperation, karena posisi negara-negara berkembang yang menjadi anggotanya, semula hanya negara berkembang di wilayah selatan. Kini negara-negara pecahan Uni Soviet juga masuk sebagai anggota South-South (David 2010). Nama SouthSouth masih dianggap relevan karena negara-negara eks Soviet tersebut posisinya di bagian selatan, yaitu Eropa Selatan. Gerakan Non Blok dan G77 yang semula untuk kepentingan politik dan collective bargaining, kemudian berkembang pada kepentingan ekonomi (new international economic order). Sehingga ada dua pilar kerjasama dalam SSC. Pertama kerjasama ekonomi terutama pada aliran perdagangan, investasi asing dantransfer teknologi diantara negara berkembang, termasuk menghilangkan diskriminasi kelembagaan dan kebijakan. Kedua, bantuan teknis terutama dalam hal capacity building dari segi teknis melalui training, pertukaran expert dan berbagi pengalaman dan know-how (OECD/WTO,2009), serta bentuk pertukaran lainnya yang menjadikan negaraSouth-South semakin terintegrasi (Jha & McCawley, 2012). 1 Pertumbuhan perdagangan antara negara berkembang dengan South-South lebih tinggi dibandingkan perdagangan antara negara berkembang dengan negara kaya, North-South (The Economist, 2013). Perdagangan antara Afrika dengan BRICS (Brazil, Russia, India, China,and South Africa) tumbuh cepat, melebihi perdagangan antar negara-negara BRICS (Freemantle & Stevens,2013). Strategi Brazil dengan menempatkan 37 duta besar yang tersebar di seluruh Afrika, mampumeningkatkan nilai perdagangan ke Afrika dari USD 4 miliar pada tahun 2000, menjadi USD 28 miliar pada tahun 2012 (Stuenkel, 2013). Kerjasama perdagangan antar Selatan Selatan, menyebabkan terjadinya divergency perkembangan ekonomi antara negara-negara anggotanya (Malhotra, 2008), dimana beberapa negara ekonominya tumbuh cepat menjadi middle income dan emerging countries, lainnya tetap sebagai negara berkembang. Negara middle income dan emerging countries dapat memanfaatkan peluang kerjasama perdagangan, hingga mengalami pertumbuhan ekonomi 5% sampai 10% (JICA, 2012) seperti negara-negara BRICS (Brazil, Russia, India, China/R.R. Tiongkok, and South Africa), beberapa negara ASEAN serta negara-negara Arab. Salah keuntungan satu dari fokus Pemerintah kerjasama Indonesia Selatan Selatan agar mendapatkan adalah dengan mengoptimalkan ekspor ke negara anggota Selatan Selatan, mengingat tujuan ekspor Indonesia masih didominasi kenegara mitra dagang tradisionalseperti Amerika Serikat, Jepang, dan Eropa. Pemerintah harus cermat dalam melihat potensi ekonomi anggota Selatan Selatan, sehingga dapat dilakukan pemetaan atau analisis terhadap komoditi-komoditi unggulan ekspor Indonesia ke negara anggota Selatan Selatan. Informasi tentang potensi ekspor Indonesia ke negara Selatan Selatan serta faktorfaktor yang mempengaruhi ekspor komoditas unggulan Indonesia ke negara Selatan Selatan penting untuk menyusun rekomendasi pengembangan ekspor yang efektif. Puskadaglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan 2 1.2 Tujuan Penelitian Berdasarkan uraian tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Mengidentifikasi potensi perdagangan di negara anggota Selatan Selatan. 2. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi nilai Impor produki manufaktur negara Selatan Selatan dari Indonesia. 3. Menyusun rekomendasi kebijakan dalam rangka meningkatkan ekspor Indonesia ke Selatan Selatan. 1.3 Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini sebagai berikut; 1. Sumber informasi ilmiah dan salah satu referensi bagi pemerintah dalam perumusanan kebijakan, khususnya terkait rencana pengembangan pasar ke negara anggota Selatan Selatan. 2. Referensi pemilihan produk ekspor ke negara anggota Selatan Selatanbagi pelaku usaha. 3. Sumber informasi ilmiah yang dapat memperluas pengetahuan pembaca, serta dapat dijadikan acuan bagi penelitian selanjutnya. 1.4 Ruang Lingkup Analisis mengenai hubungan perdagangan Indonesia dengan Selatan Selatan dibatasi pada 25 negara Selatan Selatan dengan PDB terbesar di setiap kawasan, yaitu kawasan Amerika, kawasan Asia dan kawasan Afrika (Sub Sahara). Sementara itu, komoditi yang dianalisis dibatasi pada 5 kelompok komoditi ekspor Indonesia tebesar di masingmasing kawasan. Puskadaglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan 3 II. METODOLOGI PENELITIAN 2.1. Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari berbagai sumber yaitu WITS, BPS, ITC, Cepii, IMF dan World Bank selama periode 2009-2014. Adapun data sekunder yang digunakan yaitu GDP negara mitra dagang, populasi negara mitra dagang, nilai tukar riil, dan jarak geografi. Negara mitra dagang yang dianalisis adalah 25 negara di masing-masing kawasan yaitu Asia, Amerika dan Afrika. Negara-negara tersebut merupakan negara mitra dagang utama Indonesia di Kawasan Selatan Selatan di Asia, Amerika, dan Afrika. Untuk setiap kawasan, dilakukan analisis faktor-faktor yang mempengaruhi nilai Impor produk manufaktur negara Selatan Selatan dari Indonesia seperti produk tekstil, produk kimia, produk alas kaki, produk otomotif, produk kertas, produk mesin. Nilai impor didekati dari nilai ekspor Indonesia ke kawasan tersebut (mirror). Data sekunder yang digunakan merupakan data panel dengan cross section-nya adalah negara mitra dagang. Semua data ditransformasi dalam bentuk logaritma natural untuk memudahkan interpretasi hasil yang bisa dinyatakan dalam bentuk persentase. Pemilihan negara dari setiap kawasan dilakukan berdasarkan nilai Gross Domestic Products (PDB) terbesar. Sedangkan pemilihan kelompok produk manufaktur berdasarkan pada nilai ekspor tertinggi Indonesia pada tahun 2014. 2.2. Model Gravity Teori model Gravity berasal dari hukum tarik menarik gravitasi yang dikemukakan oleh Isaac Newton yang menyatakan bahwa kedua benda yang memiliki massa akan saling tarik menarik. Besarnya daya tarikmenarik dirumuskan sebagai berikut: Puskadaglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan 4 πΉ=πΊ π1 π2 (2.1) π Dimana: F = besarnya daya tarik menarik antara kedua benda πΊ = konstanta gravitasi π1 dan π2 = massa dari benda 1 dan benda 2 π = jarak antara benda 1 dan benda 2 Teori tersebut dapat diterapkan dalam konsep perdagangan internasional dengan mengganti π1 dan π2 dengan PDB dari negara 1 dan negara 2, F dengan total perdagangan antara kedua negara, dan r dengan jarak antara kedua negara. Jarak geografi antar Negara merupakan bilangan konstanta (jaraknya tetap). Agar bisa digunakan sebagai variable, maka jarak geografi ditransformasi menjadi jarak ekonomi (d: economic distance). Persamaan interaksi perdagangan antar Negara menjadi (Bhattacharyya dan Banerjee 2006): π=π π1 π2 π (2.2) Dimana: T = Total perdagangan antara kedua negara π = konstanta π1 dan π2 = PDB dari negara 1 dan negara 2 π = jarak antara negara 1 dan negara 2 Untuk melakukan estimasi persamaan tersebut, digunakan data panel yang terdiri dari kombinasi antara data deret waktu dan cross- Puskadaglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan 5 section. Nilai PDB dan jarak ditransformasi dalambentuk logaritma natural (ln) agar, bisa langsung diperoleh koefisien elastisitas (ο’). Dengan melakukan logaritma pada persamaan 2.2, diperoleh: ππ π1ππ‘ = πΌ + π½1 ln π1π‘ + π½2 ln πππ‘ + π½3 ππ π1π + π1ππ‘ (2.3) Untuk melakukan analisis secara lebih mendalam, biasanya ada variabel-variabel lain yang dimasukkan ke dalam model gravity selain PDB dan jarak, yaitu populasi yang mengukur besarnya pasar dan nilai tukar. Dengan demikian, bentuk persamaan model gravity yang dianalisis pada kajian ini sebagai berikut: πππ£πππ’π_πππ ππππ,π‘ = π + πππππππππ π‘πππππ,π‘ + πππππππ,π‘ + πππππππ,π‘ + πππππ₯πππ‘ππ,π‘ + ππππ (2.4) Dimana: πππ£πππ’π_πππ ππππ,π‘ =Nilai ekspor Indonesia untuk 5 produk yang dianalisis (mencerminkan nilai impor negara mitra dagang) ππππππππ π‘πππππ,π‘ = Jarak ekonomi ππππππ,π‘ = PDB negara mitra dagang ππππππ,π‘ = Populasi negara mitra dagang ππππ₯πππ‘ππ,π‘ = Nilai tukar riil negara mitra dagang terhadap USD π=negara mitra dagang Indonesia di Kawasan Selatan Selatan; π‘= periode waktu Jarak ekonomi yang digunakan dalam penelitian ini dihitung menggunakan rumus: ππππππ π‘ππππ = ππππππππππππππ πΊπ·ππ⁄ πππ‘πππΊπ·π Puskadaglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan (2.5) 6 Dimana: ππππππππππππππ = Jarak antara dua ibukota negara yaitu Jakarta dan Ibukota masing-masing negara mitra dagang di Kawasan Selatan Selatan πΊπ·ππ = PDB negara mitra dagang πππ‘πππΊπ·π = Total PDB 25 negara mitra dagang di tiap kawasan. Sedangkan nilai tukar riil yang digunakan dihitung dengan cara: π₯πππ‘π = πππ‘π π’πππ πππππππ πππ· π πΆππΌπ΄ππππππ πππππππ‘ πΆππΌπππ‘ππππππππ (2.6) Dimana: CPI Amerika Serikat = Tingkat inflasi di Amerika Serikat CPI mitra dagang = Tingkat inflasi di negara mitra dagang Jika exchange rate mata uang negara tujuan ekspor terhadap USD semakin tinggi maka terjadi depresiasi mata uang negara tersebut yang menyebabkan harga barang-barang impor termasuk dari Indonesia semakin mahal sehingga permintaan impor berkurang. Sebaliknya jika terjadi apresiasi mata uang negara tujuan ekspor terhadap USD, harga barang-barang impor semakin murah dan permintaan impor meningkat. Oleh karena itu hubungan antara exchange rate dengan barang-barang impor secara umum diduga negatif. Selanjutnya untuk menghasilkan model yang efisien, tidak bias, dan konsisten, maka dilakukan pendeteksian terhadap pelanggaran atau gangguan asumsi dasar model ekonometrika, berupa gangguan antar waktu (time-related disturbance), gangguan antar individu atau dalam kasus ini pasangan negara (cross sectional disturbance), dan gangguan Puskadaglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan 7 pengaruh keduanya. Pengujian yang dilakukan menyangkut uji multikolinearitas, autokorelasi, dan heteroskedastisitas. Puskadaglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan 8 III. GAMBARAN MAKROEKONOMI NEGARA SELATAN SELATAN Gambaran makroekonomi yang dibahas adalah PDB total, PDB perkapita serta pertumbuhannya. Selain itu juga dibahas tentang jarak ekonomi dan jumlah penduduk, yang diduga berpengaruh terhadap ekspor. PDB total suatu negara menunjukkan daya beli produk impor. Makin tinggi PDB total potensi membeli produk impor semakin tinggi. Namun PDB total yang tinggi memiliki dua kemungkinan. Kemungkinan pertama, pendapatan per kapita tinggi dengan jumlah penduduk sedikit, seperti Negara Brunai. Kemungkinan kedua, jumlah penduduk besar dengan pendapatan per kapita kecil, misalnya Pakistan. Kedua kemungkinan tersebut memiliki konsenkwensi yang berbeda terhadap produk yang potensial untuk diekspor. Hukum Engle (Nicholson, 2002) menyatakan bahwa bagian pendapatan yang digunakan untuk belanja makanan cenderung menurun jika pendapatannya meningkat. Berdasarkan pernyataan tersebut maka, semakin tinggi pendapatan per kapita konsumsi produk makanan semakin berkurang. Jika produk yang di ekspor adalah produk non pangan, maka Negara tujuan ekspor yang menjadi target adalah negara dengan pendapatan per kapita tinggi. Sebaliknya untuk produk makanan, tujuan ekspor yang relatif potensial adalah negara dengan pendapatan perkapita relatif rendah. Prinsip hukum gravitasi Newton yang memperhitungkan jarak geografi dan ukuran fisik (masa) antara dua objek, dapat menjelaskan hubungan perdagangan antar dua negara. Makin jauh jarak antara dua negara, makin mahal biaya transportasi barang, maka intensitas perdagangan makin kecil. Namun jika dayabeli negara tujuan ekspor Puskadaglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan 9 tinggi (dicerminkan oleh PDB), permintaan impor juga makin besar, sehingga biaya transportasi terkompensasi oleh volume perdagangan yang besar. Oleh karena itu penggunaan variabel jarak geografi harus dibobot dengan PDB, menjadi jarak ekonomi (economic distance), untuk menentukan besarnya permintaan impor (persamaan 2.5). Negara yang dianalisis 25 negara dipilih berdasarkan kelengkapan data serta memiliki PDB terbesar tahun 2013, di masing-masing kawasan. Berikut adalah deskripsi indikator makro ekonomi negara kawasan Selatan Selatan. 3.1 Indikator Ekonomi Negara Selatan Selatan di Kawasan Asia Negara Selatan Selatan di kawasan Asia yang dipilih memiliki PDB rata-rata (tahun 2010-2013) lebih dari USD 15 juta. PDB tertinggi sebesar USD 7.680,54 juta dicapai oleh Negara R.R. Tiongkok, dan terendah USD 15,53 juta dicapai oleh negara Brunai Darusalam. Meskipun PDB Brunai Darusalam terendah, jumlah penduduk Brunai Darusalam juga paling sedikit. Sehingga jika dilihat dari PDB per kapita, Brunai Darusalam masuk dalam urutan ke-5 terbesar setelah Qatar, Singapura, Kuwait dan Uni Emirat Arab. Tabel 3.1. menunjukkan rata-rata PDB periode tahun 20102013 negara Selatan Selatan di kawasan Asia. Jarak geografi merefleksikan biaya transportasi untuk perdagangan. Namun jika dibobot dengan share PDB terhadap total PDB kawasan, disebut dengan jarak ekonomi, yang menunjukan kemampuan ekonomi negara menutupi biaya transportasi. Pada kenyataannya, jarak bukan satu-satunya penentu biaya transportasi. Keberadaan pelabuhan negara tujuan, serta baik/buruknya pelayanan di pelabuhan turut mempengaruhi biaya transportasi secara keseluruhan. Puskadaglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan 10 Tabel 3.1. Rata-rata Nilai Indikator Ekonomi Negara Selatan Selatan di Kawasan Asia (2010-2013) NO NEGARA PDB total (Billion USD) PDB per capita (USD) Jarak ekonomi Populasi (juta) 1 R.R. Tiongkok 7.680,54 5.695,22 4.961,97 1.347,48 2 India 1.815,61 1.477,08 937,62 1.228,90 3 Indonesia 825,05 3.360,77 - 245,30 4 669,68 23.837,63 217,62 28,03 5 Saudi Arabia United Arab Emirates 352,04 39.077,21 39,83 8,98 6 Thailand 354,45 5.313,38 226,46 66,69 7 Iran, Islamic Rep. 455,66 6.005,60 172,92 75,94 8 Malaysia 288,88 9.950,09 158,65 29,00 9 Singapore 273,83 52.157,50 161,40 5,24 10 Philippines 236,51 2.461,67 129,51 95,90 11 Pakistan 211,86 1.190,83 103,90 177,65 12 Iraq 192,41 5.954,08 73,97 32,18 13 Qatar 172,11 86.721,56 14,81 1,97 14 Kuwait 154,83 48.405,21 42,85 3,18 15 Viet nam 144,67 1,635,60 74,18 88,31 16 Bangladesh 131,82 856,05 63,72 153,82 17 Oman 71,33 22.305,17 11,85 3,19 18 Sri Lanka 58,83 2,859,33 26,14 20,58 19 Lebanon 41,41 9.398,15 9,52 4,40 20 Yemen, Rep, 32,22 1.365,55 7,21 23,58 21 Jordan 29,99 4.789,77 7,38 6,25 22 Bahrain 29,60 22.760,24 1,94 1,30 23 Afghanistan 18,66 631,88 7,72 29,47 24 Nepal 18,34 670,77 9,91 27,32 25 Brunai Darussalam 15,53 37.907,55 8,44 0,41 Sumber : IMF, World Bank, CEPII (2015) Berdasarkan data pada Tabel 3.1, terlihat bahwa jarak ekonomi Indonesia ke Negara-negara yang termasuk ke dalam kawasan Selatan Selatan Asia, yang terbesar adalah ke negara R.R. Tiongkok, yaitu sebesar 4.961,97. Sementara itu, jarak ekonomi dari Indonesia ke Bahrain merupakan yang terkecil, yaitu sebesar 1,94. Hal ini menunjukkan bahwa jarak ekonomi Indonesia-R.R. Tiongkok yang tinggi berimplikasi pada Puskadaglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan 11 tingginya biaya transportasi, sebaliknya jarak ekonomi Indonesia-Bahrain yang rendah menunjukkan rendahnya biaya transportasi. Disamping ukuran ekonomi negara tujuan ekspor, dinamika ekonomi juga sangat penting untuk mengetahui potensi impor suatu negara. Pertumbuhan PDB total dan PDB perkapita dan pertumbuhan populasi penduduk merupakan potensi untuk pengembangan ekspor. Tabel 3.2 menunjukkan perkembangan indikator ekonomi negara Selatan Selatan di kawasan Asia. Tabel 3.2. Pertumbuhan Indikator Ekonomi Negara Selatan Selatan di Kawasan Asia Periode 2010-2013 (Persen) No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 NEGARA R.R. Tiongkok India Indonesia Saudi Arabia United Arab Emirates Thailand Iran, Islamic Rep. Malaysia Singapore Philippines Pakistan Iraq Qatar Kuwait Vietnam Bangladesh Oman Sri Lanka Lebanon Yemen, Rep, Jordan Bahrain Afghanistan Nepal Brunai Darussalam PDB total 55,81 9,76 22,44 42,07 40,65 21.43 -12.70 26.51 26.02 36.31 31.11 65.56 62.43 52,33 47,84 30,11 35,84 35,54 16,69 13,26 27,45 27,91 27,44 20,63 30,25 PDB per capita 53,55 5,68 17,94 34,33 27,04 20.33 -16.06 20.38 18.49 29.46 24.64 53.40 31,05 35,28 43,26 25,57 4,81 36,66 13,39 5,63 19,28 20,17 18,45 16,51 24,88 Populasi 1,47 3,86 3,82 5,76 10,72 0.92 4.01 5.10 6.35 5.30 5.19 7.93 23,94 12,60 3,19 3,62 29,60 -0,82 2,91 7,22 6,85 6,44 7,58 3,54 4,30 Sumber: IMF, World Bank, CEPII (2015) Puskadaglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan 12 Pertumbuhan PDB periode tahun 2010-2013, tertinggi terjadi di Iraq yang mencapai 65,56%. Sebaliknya di Iran pada periode yang sama terjadi penurunan PDB sebesar -12,7%. Meskipun PDB Iran termasuk tinggi (Tabel 3.1) yaitu USD 455,66 juta, namun penurunan PDB yang terjadi perlu mendapat perhatian khusus, karena akan berdampak pada kemampuan mengimpor produk manufaktur termasuk impor dari Indonesia. Negara Selatan Selatan di kawasan Asia yang masuk dalam 5 besar Negara dengan pertumbuhan PDB total tertinggi adalah Iraq, Qatar, R.R. Tiongkok, Kuwait dan Vietnam. Iraq, R.R. Tiongkok, Vietnam dan Kuwait juga masuk dalam 5 besar negara dengan pertumbuhan PDB per kapita tertinggi. Sri Lanka melengkapi 5 besar Negara dengan pertumbuhan PDB per kapita tertinggi di kawasan Asia. 3.2 Indikator Ekonomi Negara Selatan Selatan di Kawasan Afrika (Sub Sahara) Dua puluh lima negara di Afrika yang termasuk dalam kawasan Selatan Selatan yang dipilih dalam analisis memiliki PDB rata-rata (tahun 2010-2013) lebih dari USD 12 miliar. Pada Tabel 3.3 terlihat bahwa negara yang memiliki rata-rata nilai PDB tertinggi adalah Nigeria, dengan nilai USD 441,40 miliar. Selain itu, negara tersebut juga memiliki jumlah populasi yang paling tinggi, yaitu sebesar 166,6 juta orang. Sementara itu, negara yang memiliki PDB terendah, yaitu sebesar USD 12,30 miliar adalah Chad. Tabel 3.3 menujukkan bahwa jarak ekonomi Indonesia ke kawasan Afrika yang termasuk ke dalam kawasan Selatan Selatan yang terbesar yaitu 4.961,97 adalah ke negara Nigeria. Sementara itu, jarak ekonomi dari Indonesia ke Mozambik merupakan yang terkecil, yaitu sebesar 53,66. Hal ini menunjukkan bahwa biaya transportasi Indonesia-Nigeria lebih tinggi daripada biaya transportasi Indonesia-Mozambik. Puskadaglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan 13 Tabel 3.3. Rata-rata Nilai Indikator Ekonomi Negara Selatan Selatan di Kawasan Afrika (Sub Sahara) (2010-2013) NO PDB total (Billion USD) NEGARA PDB per capita (USD) Jarak ekonomi Populasi (juta org) 1 Nigeria 441,40 2.641,57 2427,30 166,59 2 Afrika Selatan 388,85 7.487,34 1.642,13 51,96 3 Mesir 247,42 3.086,65 1.084,84 80,06 4 Aljazair 193,70 5.072,92 1.106,00 38,13 5 Angola 106,53 5.175,26 533,75 20,51 6 Maroko 97,43 2.964,86 601,00 32,31 7 Libya 66,38 10.832,10 338,75 6,12 8 Sudan 65,67 1.627,05 275,13 36,81 9 Kenya 46,88 1.096,83 177,84 42,62 10 Ghana 40,40 1.605,97 236,21 25,09 11 Ethiopia 38,18 419,58 142,14 90,58 12 Tunisia 45,65 4.257,84 246,50 10,72 13 Tanzania 36,65 798,91 140,60 47,09 14 Congo, Dem. Rep. 27,35 420,26 127,36 64,84 15 Pantai Gading 27,11 1.378,79 166,30 19,63 16 Kamerun 26,56 1.237,66 138,49 21,43 17 Zambia 23,94 1.722,66 100,63 13,87 18 Uganda 21,47 598,58 92,26 35,77 19 Gabon 17,64 10.913,67 92,20 1,61 20 Mozambik 13,50 540,32 53,66 24,90 21 Equatorial Guinea 14,85 20.396,97 79,20 0,73 22 Senegal 14,05 1.037,93 95,50 13,54 23 Botswana 14,61 7.320,99 63,24 2,00 24 Congo, Rep. 13,55 3.163,81 66,67 4,28 25 Chad 12,30 1.001,14 61,05 12,27 Sumber : IMF, World Bank, CEPII (2015) Tabel 3.4 menunjukkan pertumbuhan indikator ekonomi negara Selatan Selatan di kawasan Afrika. Pertumbuhan PDB dan PDB per kapita tertinggi selama 2010-2013 dialami oleh negara Ethiopia dengan nilai masing-masing sebesar 58,77% dan 46,95%. Sebaliknya, negara yang mengalami pertumbuhan negatif pada PDB dan PDB per kapita masingmasing sebesar 2,48% dan 6,82% selama periode tersebut adalah Afrika Selatan. Penurunan tersebut perlu mendapat perhatian khusus, mengingat Puskadaglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan 14 Afrika Selatan merupakan salah satu pasar ekspor utama Indonesia di kawasan Afrika. Tabel 3. 4. Pertumbuhan Indikator Ekonomi Negara Selatan Selatan di Kawasan Afrika (Sub Sahara) Periode 2010-2013 (Persen) No NEGARA PDB total PDB per capita Populasi 1 Nigeria 41,39 30,06 8,71 2 Afrika Selatan -2,48 -6,82 4,66 3 Mesir 24.25 18.22 5.10 4 Aljazair 30.38 23.25 5.79 5 Angola 50.57 37.09 9.83 6 Maroko 14.39 9.56 4.32 7 Libya -0.74 -3.32 2.66 8 Sudan 1.42 21,80 6,49 9 Kenya 38,11 27,38 8,42 10 Ghana 49,61 40,13 6,77 11 Ethiopia 58,77 46,95 8,04 12 Tunisia 5,78 2,48 3,22 13 Tanzania 41,17 28,93 9,52 14 Congo, Dem, Rep. 51.61 39.66 8.56 15 Pantai Gading 24.82 16.59 7.06 16 Kamerun 25.17 16.00 7.90 17 Zambia 32.35 20.32 10.00 18 Uganda 31.37 18.82 10.57 19 Gabon 32.77 23,59 7,42 20 Mozambik 53,76 42,65 7,79 21 Equatorial Guinea 34,51 23,70 8,74 22 Senegal 14,38 4,81 9,13 7,55 4,79 2,63 24 Congo, Rep, 17,31 8,45 8,17 25 Chad 26,80 15,88 9,42 23 Botswana Sumber : IMF, World Bank, CEPII (2015) Puskadaglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan 15 Negara-negara di kawasan Afrika yang masuk dalam 5 besar negara dengan pertumbuhan PDB dan PDB per kapita tertinggi adalah Ethiopia, Mozambik, Republik Demokratik Kongo, Angola, dan Ghana. 3.3 Indikator Ekonomi Negara Selatan Selatan Kawasan Amerika Negara yang dipilih di kawasan Amerika yang termasuk dalam kawasan Selatan Selatan untuk analisis ini berjumlah sebesar 25 negara dengan nilai PDB rata-rata selama tahun 2010-2013 lebih dari USD 1 miliar. Rata-ata nilai indikator ekonomi negara-negara terpilih yang disajikan pada Tabel 3.5 menunjukkan bahwa negara yang memiliki ratarata nilai PDB tertinggi adalah Brazil, dengan nilai sebesar USD 2.278,5 miliar. Selain itu, jumlah populasi paling tinggi, sebesar 197,79 juta orang, juga terjadi di Brazil. Sementara itu, negara yang dengan PDB dan populasi terendah, masing-masing sebesar USD 1,52 miliar dan 0,32 juta jiwa, adalah Belize. Bila dilihat berdasarkan jarak ekonomi pada Tabel 3.5, jarak antara Indonesia-Brazil dan jarak antara Indonesia-Cape Verde masing-masing merupakan yang tertinggi dan terendah di antara dua puluh lima negara yang terpilih. Jarak ekonomi antara Indonesia dengan Brazil mencapai 8.749,94 sementara jarak antara Indonesia dengan Cape Verde hanya sebesar 4,03. Puskadaglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan 16 Tabel 3.5. Rata-rata Nilai Indikator Ekonomi Negara di Kawasan Amerika Selatan (2010-2013) NO NEGARA 1 Brazil 2 PDB total (Billion USD) PDB per capita (USD) Jarak ekonomi Populasi (juta org) 2.278,55 11.520,63 8.749,94 197,79 Argentina 558,37 13.637,30 1.902,23 40,91 3 Venezuela 382,46 12.857,65 1.163,70 29,73 4 Colombia 342,79 7.224,63 1.505,85 47,39 5 Chile 253,03 14.542,63 876,16 17,39 6 Peru 178,52 5.980,01 712,31 29,81 7 Ecuador 82,73 5.373,80 351,35 15,37 8 RepublikDominik 58,17 5.693,78 242,45 10,21 9 Uruguay 47,96 14.142,51 160,96 3,39 10 Guatemala 48,29 3.235,36 192,44 14,90 11 Costa Rica 43,13 9.026,14 179,38 4,77 12 Panama 35,67 9.437,09 144,03 3,77 13 Bolivia 25,31 2.424,40 96,60 10,41 14 24,68 3.714,98 87,33 6,63 15 Paraguay Trinidad and Tobago 23,13 17.321,72 100,85 1,33 16 El Salvador 23,16 3.687,65 93,40 6,28 17 Honduras 17,67 2.246,44 71,54 7,86 18 Jamaica 14,21 5.254,37 58,86 2,70 19 Nicaragua 10,18 1.709,79 40,84 5,95 20 Haiti 7,62 753,46 31,60 10,11 21 Bahamas 8,12 22.000,06 32,42 0,37 22 Suriname 4,78 8.968,69 18,70 0,53 23 Guyana 2,67 3.364,00 10,88 0,79 24 Cape Verde 1,79 3.634,06 4,03 0,49 25 Belize 1,52 4.744,88 6,08 0,32 Sumber: IMF, World Bank, CEPII (2015) Tabel 3.6 menyajikan pertumbuhan indikator ekonomi negara Selatan Selatan di kawasan Amerika. Negara dengan pertumbuhan PDB tertinggi, mencapai 55,73%, selama 2010-2013 adalah Bolivia. Tidak hanya pertumbuhan PDB yang tinggi, pertumbuhan PDB per kapita negara tersebut juga merupakan yang tertinggi di antara dua puluh lima negara terpilih, yaitu sebesar 48,22%. Sementara itu, pertumbuhan PDB Puskadaglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan 17 dan PDB terendah selama periode 2010-2013 masing-masing adalah Brazil dan Bahamas. Tabel 3.6. Pertumbuhan Indikator Ekonomi Negara Selatan Selatan di Kawasan Amerika Periode 2010-2013 (Persen) No NEGARA 1 Brazil 2 PDB total (Billion USD) PDB per capita (USD) Populasi (juta org) 4,79 2,09 2,64 Argentina 31,81 28,40 2,66 3 Venezuela 11,30 6,31 4,69 4 Colombia 31,84 26,72 4,04 5 Chili 27,45 24,05 2,73 6 Peru 36,24 31,25 3,80 7 Ecuador 35,82 29,46 4,91 8 RepublikDominik 15,31 11,02 3,86 9 Uruguay 43,28 41,80 1,04 10 Guatemala 30,14 20,66 7,86 11 Costa Rica 36,70 31,02 4,34 12 Panama 48,01 40,89 5,06 13 Bolivia 55,73 48,22 5,07 14 Paraguay 44,83 37,53 5,30 15 Trinidad and Tobago 18,70 17,55 0,98 16 El Salvador 13,26 11,08 1,97 17 Honduras 17,11 10,22 6,25 18 Jamaica 8,55 7,60 0,89 19 Nicaragua 25,93 20,58 4,44 20 Haiti 27,74 22,52 4,25 21 Bahamas 6,45 1,69 4,68 22 Suriname 21,30 18,08 2,73 23 Guyana 32,35 30,12 1,72 24 Cape Verde 12,92 10,37 2,32 25 Belize 16,26 8,10 7,55 Sumber : IMF, World Bank, CEPII (2015) Negara Selatan Selatan di kawasan Amerika yang masuk dalam 5 besar negara dengan pertumbuhan PDB tertinggi adalah Bolivia, Panama, Paraguay, Uruguay, dan Costa Rica. Sementara itu, 5 besar negara Puskadaglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan 18 dengan pertumbuhan PDB per kapita tertinggi adalah Bolivia, Uruguay, Panama, Paraguay, dan Peru. Puskadaglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan 19 IV. ANALISIS KINERJA PERDAGANGAN NEGARA SELATAN SELATAN Kinerja perdagangan antar negara Selatan Selatan menunjukkan potensi ekspor serta peluang kerjasama Indonesia dengan negara-negara di kawasan tersebut masih bisa terus ditingkatkan. Pada bab ini dibahas tentang kinerja perdagangan Indonesia dengan negara di Selatan Selatan di tiga (3) kawasan yaitu Asia, Amerika, dan Afrika (Sub Sahara). Ekspor Indonesia ke negara Selatan Selatan didominasi oleh sektor non migas. Pada tahun 2014 ekspor ke negara Selatan Selatan mencapai USD 6,2 miliar, terdiri dari ekspor non migas sebesar USD 6,2 miliar sementara ekspor migas sebesar USD 0,8 juta. Sebaliknya, impor Indonesia dari negara Selatan Selatan didominasi oleh sektor migas. Pada tahun 2014, impor dari negara Selatan Selatan mencapai USD 5,5 miliar, terdiri dari impor migas sebesar USD 4,0 miliar dan impor non migas sebesar USD 1,5 miliar (BPS, 2015). Selama 2010-2014 neraca perdagangan migas Indonesia dengan negara Selatan Selatan mengalami defisit, sementara neraca perdagangan non migas mengalami surplus. Tahun 2014, neraca perdagangan Indonesia surplus USD 774,2 juta, terdiri dari defisit perdagangan migas sebesar USD 4,0 miliar dan surplus perdagangan non migas sebesar USD 4,8 miliar. Pada tahun 2014, negara terbesar penyumbang surplus perdagangan total Indonesia dengan Selatan Selatan antara lain Mesir dan Djibouti, sedangkan penyumbang defisit perdagangan terbesar antara lain Nigeria, Pantai Gading, dan Aljazair (BPS, 2015). Sementara itu, negara penyumbang surplus perdagangan non migas Indonesia dengan negara Selatan Selatan antara lain Mesir, Djibouti, dan Nigeria, sedangkan penyumbang defisit perdagangan non migas terbesar antara lain Pantai Gading, Maroko, Burkina Faso, dan Mali. Negara tujuan utama ekspor non migas Indonesia ke negara Selatan Puskadaglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan 20 Selatan pada tahun 2014 antara lain negara Selatan Selatan, Mesir, dan Nigeria (BPS, 2015). Target ekspor 2019 untuk negara Selatan Selatan sebesar USD 17,3 miliar. Target terbesar ditujukan untuk negara Afrika Selatan (USD 4,5 miliar), Mesir (USD 3,6 miliar) dan Nigeria (USD 1,7 miliar). Ekspor produk Manufaktur Indonesia ke negara Selatan Selatan pada tahun 2014 sebesar USD 2,7 miliar (pangsa 27,9%) dan produk Primer sebesar USD 3,5 miliar (pangsa 36,1%). Ekspor produk Manufaktur didominasi oleh Produk kimia dengan pangsa 6,8% dan Unclassified Manufacture dengan pangsa 6,4%. Sementara itu, produk Primer didominasi oleh CPO dan Turunannya dengan pangsa 29,3%. 4.1 Kinerja Perdagangan Negara Selatan Selatan di Kawasan Asia dengan Dunia Perdagangan negara Selatan Selatan dengan dunia, menunjukkan potensi negara tersebut untuk melakukan perdagangan dengan Indonesia. Nilai impor negara Selatan Selatan dari dunia menunjukkan kemampuan negara tersebut menyerap produk ekspor dari negara lain termasuk Indonesia. Tabel 4.1 menunjukkan bahwa rata-rata nilai perdagangan periode 2010-2013 antar negara-negara Asia Selatan sangat beragam. Ekspor terendah sebesar USD 0,43 miliar dilakukan oleh Afganistan dan tertinggi USD 1.933,49 miliar dilakukan oleh R.R. Tiongkok. Demikian juga untuk impor terendah sebesar USD 3,38 miliar dilakukan oleh Brunei dan tertinggi USD 1.726,90 miliar dilakukan oleh R.R. Tiongkok. Tabel 4.1 menunjukkan bahwa rata-rata nilai perdagangan periode 2010-2013 antar negara Selatan Selatan di kawasan Asia sangat beragam. Ekspor terendah sebesar USD 0,43 miliar dilakukan oleh Afganistan dan tertinggi USD 1.933,49 miliar dilakukan oleh R.R. Tiongkok. Demikian juga untuk impor terendah sebesar USD 3,38 miliar dilakukan oleh Brunei dan tertinggi USD 1.726,90 miliar dilakukan oleh R.R. Tiongkok. Puskadaglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan 21 Tabel 4. 1. NO Rata-rata Nilai Neraca Perdagangan Negara Selatan Selatan Kawasan Asia ke Dunia 2010-2013 Negara 1 R.R. Tiongkok 2 Ekspor ke Dunia (USD Miliar) Impor dari Dunia (USD Miliar) Neraca Perdagangan (USD Miliar) Impor dari Indonesia (USD Miliar) Pangsa Impor dari Indonesia (%) 1.933,49 1.726,90 206,59 28.87 1.80 India 287,02 441,86 -154,85 13.18 2.97 3 4 Indonesia Arab Saudi 183,46 344,91 172,85 139,44 10,61 205,47 1.60 1.14 5 Uni Emirat Arab 209,02 203,93 5,09 1.63 1.10 6 Thailand 220,55 227,29 -6,74 7.30 3.24 7 Rep Iran 90,72 55,57 35,15 0.05 0.03 8 Malaysia 220,39 188,54 31,84 9.89 5.28 9 Singapore 395,00 357,33 37,68 18.89 5.29 10 Philippines 51,38 63,15 -11,77 2.71 4.28 11 Pakistan 24,12 42,18 -18,05 1.04 2.45 12 Iraq 77,53 34,34 43,19 0.07 0.22 13 Qatar 115,04 24,72 90,32 0.04 0.55 14 Kuwait 98,52 26,09 72,43 0.05 0.72 15 Vietnam 103,93 109,35 -5,42 2.19 2.03 16 Bangladesh 25,40 34,47 -9,07 1.00 5.87 17 Oman 45,64 26,52 19,12 0.10 0.62 18 Sri Lanka 9,42 16,97 -7,54 0.35 2.06 19 Lebanon 4,23 20,13 -15,90 0.08 0.42 20 Rep. Yaman 6,89 10,96 -4,06 0.12 1.03 21 Jordan 7,70 18,95 -11,26 0.12 0.62 22 Bahrain 16,30 18,47 -2,17 0.06 0.34 23 24 Afghanistan Nepal Brunai Darussalam 0,43 0,88 6,58 5,88 -6,15 -5,00 0.02 0.12 0.31 2.10 11,61 3,38 8,23 0.06 3.32 25 Sumber: WITS, diolah (2015) Baik ekspor maupun impor, R.R. Tiongkok merupakan yang tertinggi di kawasan Asia selama kurun waktu 2010-2013. Nilai perdagangan R.R. Tiongkok dengan dunia nilainya 10 kali lipat perdagangan Indonesia dengan dunia. Ekspor tertinggi kedua oleh Singapura, dan impor oleh India. Neraca perdagangan surplus tertinggi diperoleh R.R. Tiongkok dan Saudi Arabia (masing-masing sekitar USD 206 dan USD 205 miliar), Puskadaglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan 22 sebaliknya defisit tertinggi dialami oleh India (defisit sebesar -154,85 miliar). Kinerja perdagangan Indonesia dengan dunia mengalami surplus sebesar USD 10,61 miliar, masih jauh dibawah R.R. Tiongkok. Negara Selatan Selatan memiliki potensi dan peluang sebagai mitra dagang Indonesia untuk produk manufaktur. Negara yang potensial adalah negara yang saat ini telah menjadi tujuan ekspor Indonesia. Sedangkan negara yang memiliki peluang adalah negara yang dengan nilai impor dari dunia tinggi, namun impor dari Indonesia masih relatif rendah. Negara Selatan Selatan di Asia yang potensial adalah R. R. Tiongkok, India, Thailand, Malaysia, dan Singapura. Sedangkan negara yang berpeluang adalah Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Filipina, Pakistan dan Vietnam. 4.2 Kinerja Perdagangan Negara Selatan Selatan di Kawasan Afrika (Sub Sahara) dengan Dunia Tabel 4.2 menunjukkan bahwa rata-rata nilai perdagangan periode 2010-2013 antar negara Selatan Selatan di kawasan Afrika dengan dunia sangat beragam. Negara dengan ekspor terendah adalah Uganda dengan nilai rata-rata sebesar USD 2,14 miliar selama 2010-2013. Sementara itu, ekspor Nigeria merupakan yang tertinggi dengan nilai rata-rata ekspor sebesar USD 111,48 miliar. Di sisi lain, negara yang melakukan impor terendah di kawasan tersebut adalah Chad. Nilai rata-rata impor Chad seama 2010-2013 hanya sebesar USD 1,02 miliar. Sedangkan impor tertinggi dilakukan oleh negara Afrika Selatan dengan nilai rata-rata mencapai USD 98,31 miliar selama 2010-2013 (Tabel 4.2). Rata-rata perdagangan 25 negara Selatan Selatan di kawasan Afrika dengan dunia selama 2010-2013 mengalami surplus sebesar USD 78,2 miliar. Surplus tertinggi disumbang oleh negara Nigeria, dengan ratarata surplus perdagangan mencapai USD 64,31 miliar selama periode Puskadaglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan 23 tersebut. Surplus tersebut bahkan lebih besar dari surplus perdagangan Indonesia dengan dunia yang mencapai USD 10,61 miliar. Sementara itu, negara dengan defisit perdagangan terbesar adalah Mesir, dengan ratarata defisit perdagangan mencapai USD 33,9 miliar (Tabel 4.2). Tabel 4.2. Rata-rata Nilai Neraca Perdagangan Negara Selatan Selatan Kawasan Afrika ke Dunia NO NEGARA 1 Nigeria 2 Ekspor ke Dunia (USD Miliar) Impor dari Dunia (USD Miliar) Neraca Perdagangan (USD Miliar) Impor dari Indonesia (USD Miliar) Pangsa Impor dari Indonesia (%) 111,48 47,17 64,31 0.10 0.23 Afrika Selatan 96,14 98,31 -2,17 0.85 0.87 3 Mesir 29,03 62,95 -33,93 0.78 1.23 4 Aljazair 67,09 48,37 18,71 0.25 0.53 5 Angola 66,49 19,16 47,33 0.14 0.74 6 Maroko 20,70 42,40 -21,71 0.11 0.25 7 Libya 38,98 17,16 21,82 0.03 0.15 8 Sudan 7,75 9,38 -1,63 0.04 0.56 9 Kenya 4,14 10,88 -6,74 0.22 3.00 10 Ghana 12,95 11,76 1,19 0.12 1.05 11 Ethiopia 2,98 11,08 -8,10 0.25 2.13 12 Tunisia 17,09 23,73 -6,64 0.10 0.40 13 4,69 10,86 -6,17 0.19 1.75 14 Tanzania Congo, Dem. Rep. 6,77 5,65 1,12 0.03 0.44 15 Pantai Gading 11,07 9,21 1,86 0.07 0.74 16 Kamerun 3,83 6,09 -2,26 0.03 0.62 17 Zambia 9,04 7,87 1,17 0.03 0.30 18 Uganda 2,14 5,54 -3,40 0.19 3.32 19 Gabon 9,50 3,49 6,01 0.01 0.29 20 3,34 6,54 -3,20 0.03 0.65 21 Mozambik Equatorial Guinea 13,23 3,48 9,75 0.00 0.13 22 Senegal 2,48 5,95 -3,47 0.02 0.39 23 Botswana 6,03 7,10 -1,07 0.00 0.01 24 Congo, Rep. 9,66 6,78 2,88 0.02 0.31 25 Chad 3,38 1,02 2,36 0.00 0.10 Sumber: WITS, diolah(2015) Puskadaglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan 24 Berdasarkan kriteria negara yang potensial adalah negara yang saat ini telah menjadi tujuan ekspor Indonesia, maka negara Selatan Selatan di Afrika yang potensial adalah Nigeria, Mesir, Aljazair, Angola, Sudan. Sementara Afrika Selatan, Maroko, Sudan, Kenya, Tunisia, dan Ghana adalah negara yang memiliki peluang bekerjasama dengan Indonesia karena nilai impor dari dunia tinggi, namun impor dari Indonesia masih relatif rendah. 4.3 Kinerja Perdagangan Negara Selatan Selatan di Kawasan Amerika dengan Dunia Tabel 4.3 juga menunjukkan bahwa rata-rata nilai perdagangan periode 2010-2013 antara negara Selatan Selatan di kawasan Amerika dengan dunia juga sangat beragam. Berdasarkan data tersebut, nilai ekspor Brazil ke dunia jauh lebih tinggi dibandingkan 24 negara lainnya. Nilai rata-rata ekspor Brazil selama 2010-2013 dengan dunia mencapai USD 234,54 miliar. Sementara itu, negara dengan nilai rata-rata ekspor terendah selama periode tersebut, yaitu sebesar USD 0,06 miliar, adalah negara Cape Verde. Bila dilihat dari sisi impor, Brazil juga merupakan negara dengan nilai impor terbesar dari dunia, dengan rata-rata impor dari dunia mencapai USD 217,37 miliar selama 2010-2013. Selan itu Cape Verde juga merupakan negara dengan nilai rata-rata impor terendah yaitu sebesar USD 0,79 miliar (Tabel 4.3). Rata-rata perdagangan 25 negara Selatan Selatan di kawasan Amerika dengan dunia selama 2010-2013 mengalami surplus sebesar USD 22,23 miliar. Surplus tertinggi disumbang oleh negara Venezuela, dengan rata-rata surplus perdagangan mencapai USD 38,99 miliar selama 2010-2013. Surplus tersebut juga lebih besar dari surplus perdagangan Indonesia dengan dunia yang mencapai USD 10,61 miliar. Sementara itu, negara dengan defisit perdagangan terbesar adalah Republik Dominika, dengan rata-rata defisit perdagangan mencapai USD 10,64 miliar. Negara Puskadaglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan 25 Selatan Selatan di Amerika yang potensial adalah Brazil, Argentina, Kolombia, Chile dan Peru. Negara yang berpeluang adalah Venezuela, Ekuador, Guatemala, Costa Rica dan Panama (Tabel 4.3). Tabel 4.3. Rata-rata Nilai Neraca Perdagangan Negara Selatan Selatan Kawasan Amerika ke Dunia NO Negara Ekspor ke Dunia (USD Miliar) Impor dari Dunia (USD Miliar) Neraca Perdagangan (USD Miliar) Impor dari Indonesia (USD Miliar) Pangsa Impor dari Indonesia (%) 234,54 217,37 17,17 1.69 0.79 1 Brazil 2 Argentina 77,45 68,32 9,13 0.35 0.52 3 Venezuela 85,26 46,27 38,99 0.10 0.23 4 Colombia 53,97 53,21 0,76 0.20 0.38 5 Chile 76,80 73,29 3,51 0.22 0.31 6 Peru 42,16 38,35 3,81 0.20 0.51 7 Ekuador 22,16 24,28 -2,12 0.07 0.30 8 RepublikDominik 6,50 17,14 -10,64 0.03 0.17 9 Uruguay 8,10 10,66 -2,56 0.04 0.35 10 Guatemala 9,70 16,23 -6,53 0.03 0.15 11 Costa Rica 10,50 17,17 -6,67 0.02 0.12 12 Panama 6,80 16,05 -9,24 0.07 0.40 13 Bolivia 10,03 7,87 2,16 0.03 0.32 14 7,74 11,52 -3,78 0.02 0.18 15 Paraguay Trinidad and Tobago 17,37 6,75 10,62 0.01 6.45 16 El Salvador 5,16 9,86 -4,70 0.02 0.19 17 Honduras 3,81 8,17 -4,36 0.01 0.75 18 Jamaika 1,56 6,11 -4,56 0.01 0.22 19 Nicaragua 3,32 5,19 -1,87 0.01 0.17 20 Haiti 0,90 3,50 -2,60 0.04 1.13 21 Bahamas 0,75 3,32 -2,57 0.00 0.01 22 Suriname 1,70 1,59 0,12 0.00 0.20 23 Guyana 1,09 1,72 -0,63 0.00 0.10 24 Cape Verde 0,06 0,79 -0,73 0.00 0.14 25 Belize 0,36 0,84 -0,48 0.00 0.08 Sumber : WITS, diolah(2015) Puskadaglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan 26 V. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NILAI IMPOR PRODUKI MANUFAKTUR NEGARA SELATAN SELATAN DARI INDONESIA Lima besar produk ekspor unggulan Indonesia ke negara Selatan Selatan kawasan Amerika, Asia dan Afrika beberapa ada yang sama. Produk elektronik, kimia, tekstil menjadi produk ekspor unggulan di tiga kawasan yang diteliti. Otomotif menjadi produk unggulan di kawasan Amerika dan Asia. Mesin-mesin menjadi produk unggulan di kawasan Asia dan Afrika. Alas kaki menjadi produk unggulan di kawasan Amerika dan kertas menjadi produk unggulan di kawasan Afrika (Sub Sahara). Determinan impor negara di kawasan Selatan Selatan dari Indonesia dianalisis menggunakan metode analisis data panel statis dengan model gravity. Spesifikasi model gravity yang digunakan didasarkan pada teori permintaan. Berdasarkan penelitian Baier dan Bergstrand (2007), perdagangan antar Negara dipengaruhi oleh ukuran ekonomi dan jarak antar negara. Sementara itu, Ibrahim (2012) secara empiris mengkonfirmasi bahwa ada hubungan yang signifikan antara nilai ekspor dengan PDB mitra dagang dan nilai tukar riil. Perumusan model ini digunakan untuk menganalisis determinan ekonomi dan non ekonomi lainnya dalam rentang waktu 2009-2013. Variabel dependent yang digunakan adalah nilai impor produk manufaktur Selatan Selatan dari Indonesia, sementara itu variabel independent yang digunakan adalah populasi negara tujuan ekspor (LNPOP), PDB riil negara tujuan ekspor (LNPDB), jarak ekonomi antara ibukota negara (LNECODISTANCE), dan nilai tukar riil (LNXRATE). Determinan yang mempengaruhi impor produk berbeda antar kawasan. Tingkat keakuratan gravity model untuk menduga nilai ekspor, ditunjukkan oleh nilai R2 (koefisien regresi) yang nilainya berkisar antara 0 Puskadaglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan 27 sampai 1. Makin besar nilai R2 tingkat ketepatan model untuk menduga makin tinggi. 5.1. Determinan Impor Produk Negara Selatan Selatan Kawasan Asia dari Indonesia Hasil analisis model gravity lima produk terbesar ke ke negara Selatan Selatan di kawasan Asia memiliki nilai R2 yang tinggi. Nilai R2 terkecil pada Produk kimia yaitu 0,96. Nilai R2 tersebut menunjukkan bahwa nilai impor produk kimia 96% dapat dijelaskan oleh variable dalam model. Sisanya sebesar 4% dijelaskan oleh variable di luar model. Nilai R2 terbesar dihasilkan pada model penduga nilai impor elektronik, otomotif dan produk tekstil yaitu sebesar 0,99 yang artinya hanya 1% perilaku impor elektronik, otomotif dan produk tekstil yang tidak dapat diduga dengan model gravity yang dihasilkan (Tabel 5.1). Tabel 5.1 Koefisien Variabel Penduga Permintaan Impor Negara Selatan Selatan Kawasan Asia dari Indonesia Komoditi LNPDB LNECODIS TANCE Elektronik 0,95* 1,48* Produk Kimia 1,16* 0,83* Otomotif 2,62* 1,19* Produk Tekstil 1,14* Mesin-mesin 0,82* LNPOP LNXRAT E R2 -0,72* 0,99 0,28 -1,15* 0,96 4,56* 0,84* 0,99 0,58* 0,42* 0,99 0,18 0,76 0,98 Keterangan: *) signifikan pada taraf nyata 5% PDB Riil Hasil analisis pada model penduga nilai impor lima produk unggulan Selatan Selatan di kawasan Asia dari Indonesia (Elektronik, Produk kimia, Otomotif, Produk Tekstil, Mesin-mesin), variabel ln PDB (Gross Domestic Product), seluruhnya berpengaruh nyata dengan nilai koefisien positif (Tabel 5.1). Artinya semakin tinggi pendapatan negara importir di kawasan tersebut, impor terhadap 5 produk unggulan dari Indonesia semakin tinggi. Puskadaglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan 28 Pengaruh perubahan terbesar LNPDB terhadap nilai impor terjadi pada produk otomotif dengan nilai elastisitas 2,62. Impor produk kimia dan produk tekstil, juga elastis terhadap PDB, dengan nilai elastisitas masingmasing 1,16 dan 1,14. Permintaan impor produk otomotif, produk kimia dan produk tekstil, bersifat elastis terhadap pendapatan negara Selatan Selatan di kawasan tersebut. Jika pendapatan negara importir naik 1%, maka permintaan ekspor terhadap produk otomotif, produk kimia dan produk tekstil meningkat masing-masing sebesar 2,6%; 1,4% dan 1,2%. Sementara itu elastisitas PDB terhadap elektronik dan mesin-mesin kurang dari 1, atau tidak elastis. PDB menjadi salah satu indikator untuk melihat daya beli masyarakat suatu negara. Jarak Ekonomi (ECODIST) Sementara dari sisi jarak ekonomi, hasil analisis impor negara Selatan Selatan kawasan Asia dari Indonesia menunjukkan bahwa jarak ekonomi berpengaruh signifikan dan nyata terhadap nilai impor elektronik dan otomotif, sedangkan pada produk kimia, produk tekstil dan mesinmesin jarak ekonomi tidak berpengaruh pada nilai impor. Kelima produk impor negara Selatan Selatan kawasan Asia dari Indonesia menunjukkan pengaruh yang positif antara jarak ekonomi dengan nilai impor. Artinya semakin jauh jarak ekonomi, nilai impor makin tinggi. Hasil ini diduga dipengaruhi oleh tingkat populasi negara-negara di kawasan tersebut yang cukup tinggi dan lokasi negara tersebut dengan Indonesia yang samasama berada di Asia sehingga biaya impor akan lebih efisien jika dilakukan dalam skala yang besar. Populasi (POP) Hasil analisis impor otomotif dan produk kimia menunjukkan pengaruh yang positif terhadap tingkat populasi. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan jumlah populasi secara nyata dan signifikan akan mempengaruhi ekspor dengan hubungan yang positif. Puskadaglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan 29 Nilai Tukar Riil (RER) Terjadinya depresiasi nilai mata uang negara importir menyebabkan harga barang dari Indonesia di luar negeri seolah-olah menjadi lebih mahal. Namun pada kenyataannya hal tersebut belum tentu berpengaruh negatif terhadap nilai impor. Pada hasil gravity model terlihat bahwa depresiasi nilai tukar mata uang negara tujuan akan menyebabkan impor produk otomotif, produk tekstil dan mesin-mesin negara Selatan Selatan kawasan Asia mengalami peningkatan. Namun variabel RER pada otomotif, produk tekstil dan mesin-mesin memiliki nilai koefisien kurang dari satu (tidak elastis). Sementara itu, nilai impor pada produk elektronik dan produk kimia menunjukkan hubungan yang negatif dengan nilai tukar, hal ini diduga kedua produk tersebut merupakan kebutuhan sekunder sehingga ketika terjadi depresiasi mereka mengurangi impornya. Nilai variabel nilai RER produk kimia sebesar -1,15 mengindikasikan bahwa jika terjadi depresiasi nilai mata uang negara tersebut terhadap dolar sebesar 1 persen, maka permintaan imporproduk kimia akan turun sebesar 1,15 persen. 5.2. Determinan Impor Produk Negara Selatan Selatan Kawasan Afrika (Sub Sahara) dari Indonesia Tidak berbeda jauh dengan hasil pada impor negara Selatan Selatan kawasan Asia, gravity model negara Selatan Selatan kawasan Afrika juga memiliki nilai R2 yang tinggi. Nilai R2 terkecil pada Produk elektronik yaitu 0,88. Nilai R2 tersebut menunjukkan bahwa nilai impor produk elektronik 88% dapat dijelaskan oleh variabel dalam model. Sisanya sebesar 12% dijelaskan oleh variable di luar model. Nilai R2 terbesar dihasilkan pada model penduga nilai impor produk tekstil dan kertas yaitu sebesar 0,99 yang artinya hanya 1% perilaku impor produk tekstil dan kertas yang tidak dapat diduga dengan model gravity yang dihasilkan (Tabel 5.2). Puskadaglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan 30 Tabel 5.2 Koefisien Variabel Penduga Impor Selatan Selatan Kawasan Afrika (Sub Sahara) dari Indonesia Komoditi LNPDB LNECODIS TANCE Produk Kimia 2,03* 1,64* Tekstil 0,33 -0,58** Kertas 2,80* 1,40* Elektronik 5,25* 3,37** Mesin-mesin -1,10* -2,21* LNPOP 0,27 LNXRAT R2 E -0,55 0,98 2,86 0,99 1,08 -8,56* 0,99 -0,52 -13,79** 0,88 3,19* 0,92 Keterangan: *) signifikan pada taraf nyata 5% **) signifikan pada taraf nyata 10% Dari lima produk utama manufaktur yang diimpor negara Selatan Selatan kawasan Afrika dari Indonesia menunjukkan hasil yang bervariasi, terutama dari sisi pengaruh nilai tikar (RER). Berikut uraian hasil analisis model gravity untuk produk impor negara Selatan Selatan di kawasan Afrika dari Indonesia. PDB Riil Hasil analisis pada model penduga nilai impor lima produk manufaktur (produk kimia, produk tekstil, kertas, elektronik dan mesinmesin), variable ln PDB (gross domestic product), seluruhnya berpengaruh nyata kecuali untuk produk tekstil. PDB tidak bepengaruh terhadap impor produk tekstil. PDB memiliki pengaruh positif terhadap impor Negara Selatan Selatan di kawasan Afrika, kecuali untuk produk mesin-mesin (Tabel 5.2). Nilai koefisien PDB riil positif artinya semakin tinggi pendapatan negara importir di kawasan Afrika, impor terhadap produkproduk unggulan ekspor dari Indonesia semakin tinggi. Impor mesin-mesin berhubungan negatif dengan PDB. tinggi PDB, impor mesin dari Indonesia semakin berkurang. Semakin Diduga, semakin tinggi PDB, cenderung akan mengimpor mesin dari Negara lain yang kualitasnya lebih baik. Puskadaglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan 31 Pengaruh perubahan terbesar LNPDB terhadap nilai impor terjadi pada produk elektronik dengan nilai elastisitas 5,25. Impor kertas dan produk kimia, juga elastis terhadap PDB, dengan nilai elastisitas masingmasing 2,80 dan 2,03. Permintaan impor produk elektronik, kertas dan produk kimia bersifat elastis terhadap pendapatan negara Selatan Selatan kawasan Afrika. Jika pendapatan negara-negara tersebut naik 1%, maka permintaan impor produk elektronik, kertas dan produk kimia meningkat masing-masing sebesar 5,25%; 2,80% dan 2,03%. Sementara itu elastisitas PDB terhadap produk tekstil kurang dari 1 yang berarti tidak elastis terhadap nilai impornya. Jarak Ekonomi (ECODIST) Hasil analisis impor negara Selatan Selatan kawasan Afrika dari Indonesia menunjukkan bahwa jarak ekonomiberpengaruh signifikan terhadap impor semua produk manufaktur yang dianalisis. Jarak ekonomi berpengaruh negatif terhadap nilai impor produk mesin-mesin dan tekstil di negara kawasan tersebut. Hasil ini sesuai dengan hipotesa, makin jauh jarak ekonomi biaya transportasi makin tinggi sehingga impor semakin berkurang. Pada produk elektronik, kimia dan produk kertas, jarak ekonomi berpengaruh positif. Artinya semakin jauh jarak ekonomi, nilai impor makin tinggi. Diduga impor bahan kimia memerlukan izin khusus dari negara importir. Disamping itu transportasi bahan kimia dilakukan dengan kapal/vessel khusus. Sehingga impor bahan kimia dalam jumlah yang besar ke negara-negara yang jaraknya relatif jauh. Demikian juga untuk produk elektronik dan kertas, diduga kedua produk ini memiliki daya saing yang baik dan terjangkau di kawasan tersebut. Populasi (POP) Hasil analisis menunjukkan bahwa variable populasi tidak berpengaruh terhadap impor produk manufakture yang dianalisis ke Puskadaglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan 32 kawasan Afrika. Oleh karena itu variabel populasi tidak menjadi pertimbangan dalam mengekspor produk manufaktur dari Indonesia Nilai Tukar Riil (RER) Hasil analisis menunjukkan bahwa depresiasi nilai tukar mata uang negara importir tidak berpengaruh terhadap impor produk kimia negara Selatan Selatan kawasan Afrika dari Indonesia. Depresiasi nilai tukar secara nyata menyebabkan impor produk elektronik dan kertas dinegara Selatan Selatan kawasan Afrika menurun dengan elastisitas masingmasing sebesar -8,56 dan -13,79. Artinya, jika terjadi depresiasi nilai mata uang negara mitra dagang terhadap dolar sebesar 1 persen, maka volume impor produk kertas dan elektronikdari Indonesia akan menurun sebesar 8,56% dan 13,79%. Depresiasi nilai tukar menyebabkan harga produk semakin mahal, sehingga impor berkurang. Variabel nilai tukar riil pada impor produk tekstil dan mesin-mesin memiliki nilai koefisien lebih besar dari satu masing-masing sebesar 2,86 dan 3,19. Jika terjadi depresiasi nilai mata uang negara mitra dagang terhadap dolar sebesar 1%, maka volume impor produk tekstil dan mesinmesindari Indonesiaakan meningkat sebesar 2,86% dan 3,19%. Hasil analisis tidak sesuai dengan hipotesis. Produk tekstil merupakan produk fashion dan kebutuhan seharihari. Selama memiliki daya beli, impor produk tekstil oleh Negara Selatan Selatan di Afrika akan selalu meningkat. Ekspor mesin-mesin Indonesia ke Negara-negara anggota Selatan Selatan di Afrika, berdasarkan informasi dari FGD terungkap bahwa mesin yang di ekspor umumnya mesin-mesin pertanian. Sebelum melakukan ekspor, pemerintah Indonesia memberi bantuan mesin (seperti mesin traktor), yang diikuti dengan pendampingan oleh para ahli. contoh pemerintah Indonesia telah mengirimkan para Sebagai ahli dan memberikan bantuan peralatan mesin pertanian berupa hand tractor sejak Puskadaglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan 33 tahun 1995 sampai dengan 2014 (total sebanyak 25 buah) dan 1 unit pompa air yang merupakan realisasi kerjasama bilateral Tanzania dengan Indonesia di bidang pertanian dan komitmen pemerintah mendukung peningkatan produktifitas pangan di Tanzania. untuk Setelah diberikan bimbingan teknis dan pendampingan terhadap penggunaan mesin-mesin pertanian, permintaan impor mesin dari Indonesia meningkat, karena menjadi kebutuhan petani meskipun nilai tukar Negara negara anggota Selatan Selatan kawasan Afrika terdepresiasi. 5.3. Determinan Impor Produk Negara Selatan Selatan Kawasan Amerika dari Indonesia Secara umum model gravity yang dihasilkan memiliki tingkat ketepatan tinggi yang dicerminkan oleh nilai R2 diatas 0,85. Nilai R2 terkecil 0,87 yaitu pada model otomotif. Nilai R2 tersebut menunjukkan bahwa nilai impor otomotif 87% dapat dijelaskan oleh variabel dalam model. Sisanya sebesar 13% dijelaskan oleh variabel di luar model. Nilai R2 terbesar pada model penduga nilai impor TPT, yaitu sebesar 0,99 yang berarti hanya 1% perilaku ekspor produk kimia tidak dapat diduga dengan model gravity yang dihasilkan (Tabel 5.3). Tabel 5.3 Koefisien Variabel Penduga Impor Selatan Selatan Kawasan Amerika dariIndonesia LNECODIS LNXRAT R2 Komoditi LNPDB Produk tekstil 0,52* 0,65* 2,72* 0,02 0,99 Otomotif 2,73* -1,24** 5,19* 0,67** 0,87 Alas kaki 3,20* -0,72 -11,46** 2,79* 0,93 Elektronik 0,76** -1,27* 2,31 1,55* 0,88 Produk kimia 2,32* 1,64* 0,99* 0,94 TANCE LNPOP E Keterangan: *) signifikan pada taraf nyata 5% **) 10% signifikan pada taraf nyata 10% Puskadaglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan 34 PDB Riil Hasil analisis pada model penduga nilai impor lima produk manufaktur (TPT, otomotif, alas kaki, elektronik dan produk kimia), variabel ln PDB (Gross Domestic Product), seluruhnya berpengaruh nyata dengan nilai koefisien positif (Tabel 5.3). Artinya semakin tinggi pendapatan negara Selatan Selatan di kawasan Amerika, impor terhadap 5 produk unggulan ekspor dari Indonesia semakin tinggi. Pengaruh perubahan terbesar LNPDB terhadap nilai impor terjadi pada produk alas kakidengan nilai elastisitas 3,20. Impor produk kimia dan produk otomotif, juga elastis terhadap PDB, dengan nilai elastisitas masing-masing 2,3 dan 2,7. Permintaan impor alas kaki, produk kimia dan otomotif, bersifat elastis terhadap pendapatan negara importir. Jika pendapatan negara importir naik 1%, maka permintaan alas kaki, produk kimia dan otomotif meningkat masing-masing sebesar 3,2%; 2,3% dan 2,7%. Sementara itu elastisitas PDB terhadap produk tekstil dan elektronik kurang dari 1, atau tidak elastis.PDB suatu negara merupakan salah satu indikator ukuran (size negara), yang menunjukkan daya beli masyarakat suatu negara. Jarak Ekonomi (ECODIST) Salvatore (1993) menyebutkan bahwa adanya biaya transportasi berdampak pada penurunan volume ekspor. Biaya transportasi akan mendorong tingkat harga yang diterima oleh konsumen di negara importir menjadi lebih mahal. Semakin jauh jarak antara negara pengekspor dan negara pengimpor, maka akan menyebabkan biaya transportasi semakin mahal. Harga yang tinggi akan menyebabkan daya saing produk menjadi turun, sehingga jumlah komoditi yang diminta juga mengalami penurunan. Penelitian yang dilakukan Gul dan Yasin (2011) serta Disder dan Head Puskadaglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan 35 (2006) menunjukkan bahwa variabel jarak ekonomi dan nilai ekspor memiliki hubungan yang negatif. Hasil analisis impor negara Selatan Selatan di kawasan Amerika dari Indonesia menunjukkan bahwa jarak ekonomiberpengaruh signifikan dan nyata terhadap nilai ekspor otomotif, elektronik dan produk kimia, namun tidak berpengaruh pada ekspor produk alas kaki. Pada produk otomotif, dan elektronik, jarak ekonomi berpengaruh negatif terhadap nilai impor. Hasil ini sesuai dengan hipotesa, makin jauh jarak ekonomi biaya transportasi makin tinggi sehingga impor semakin berkurang. Pada produk TPT dan kimia, jarak ekonomi berpengaruh positif. Artinya semakin jauh jarak ekonomi, nilai impor makin tinggi. Diduga ekspor bahan kimia memerlukan izin khusus negara importir. Disamping itu transportasi bahan kimia dilakukan dengan kapal/vessel khusus. Sehingga ekspor bahan kimia dalam jumlah yang besar ke negara-negara importir spesifik yang jaraknya relatif jauh. Sementara itu, produk TPT berkaitan dengan kebutuhan fashion antar negara yang memiliki selera berbeda. Tidak semua negara di kawasan Amerika memiliki ketertarikan yang sama terhadap produk TPT Indonesia. Populasi (POP) Populasi penduduk negara importir dapat mempengaruhi ekspor dari dua sisi yaitu dari segi penawaran maupun permintaan. Pada sisi penawaran, pertambahan jumlah populasi dapat memenuhi kebutuhan tenaga kerja untuk sektor-sektor tertentu yang membutuhkan tenaga manusia dalam melakukan kegiatan produksi. Sementara itu pada sisi permintaan, pertumbuhan populasi akan dapat mendorong peningkatan konsumsi baik terhadap komoditi dalam negeri maupun luar negeri. Oleh karena itu, pertambahan penduduk akan mendorong peningkatan jumlah barang impor yang diminta. Puskadaglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan 36 Hasil analisis impor produk TPT dan otomotif menunjukkan hal yang sesuai dengan teori tersebut, dimana variabel jumlah populasi secara nyata dan signifikan mempengaruhi impor dengan hubungan yang positif. Namun pada impor produk alas kaki, dengan variabel populasi penduduk negara importir memiliki hubungan negatif. Alas kaki yang diekspor Indonesia memiliki spesifikasi khusus, yaitu dominan untuk orang dewasa. negara Selatan Selatan di kawasan Amerika dengan populasi penduduk tinggi, umumnya struktur penduduk didominasi oleh usia muda yang tidak memerlukan jenis alas kaki yang di ekspor dari Indonesia. Nilai Tukar Riil (RER) Nilai tukar riil menyatakan tingkat dimana pelaku ekonomi dapat memperdagangkan barang-barang dari suatu negara dari (dan ke) negara lain. Nilai tukar riil juga disebut terms of trade (Mankiw 2007). Pada analisis ini nilai tukar yang digunakan dalam mata uang negara mitra terhadap USD. Dengan demikian, apabila hasil estimasi menunjukkan tanda positif, diartikan bahwa kondisi tersebut adalah depresiasi. Begitu pula sebaliknya, tanda negatif menunjukkan terjadinya apresiasi. Sementara itu, penelitian yang dilakukan oleh Ginting (2013) menunjukkan bahwa apresiasi nilai rupiah akan menurunkan ekspor produk Indonesia, atau sebaliknya depresiasi nilai rupiah terhadap dolar akan dapat meningkatkan ekspor dari Indonesia. Krugman (2012) juga menyebutkan bahwa pelemahan nilai mata uang rupiah terhadap mata uang asing (depresiasi nilai tukar) akan berdampak pada peningkatan volume ekspor. Depresiasi mata uang membuat harga barang ekspor Indonesia di tingkat internasional seolah-olah menjadi lebih murah. Sebagaimana hukum permintaan, penurunan harga akan direspon oleh peningkatan jumlah barang yang diminta (dengan asumsi barang tersebut adalah barang normal dan cateris paribus). Ketika harga yang diterima oleh importir seolah-olah lebih murah, maka jumlah barang ekspor yang diminta Puskadaglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan 37 menjadi lebih tinggi. Namun dalam kondisi nyata, pengaruh perubahan nilai tukar dapat memberikan pengaruh yang berbeda-beda. Hasil analisis menunjukkan bahwa depresiasi nilai tukar mata uang negara mitra akan menyebabkan impor negara Selatan Selatan kawasan Amerika untuk semua produk yang dianalisis meningkat. Namun pada produk TPT tidak berpengaruh nyata. Lima produk impor Negara anggota Selatan Selatan kawasan Amerika dari Indonesia merupakan kebutuhan sehari-hari yang daya substitusinya rendah sehingga meskipun terjadi depresiasi nilai tukar mitra terhadap USD permintaan tetap tinggi. Sedangkan pada produk kimia, pengaruh nilai tukar yang tidak elastis terhadap ekspor, karena permintaan negara importir yang relatif stabil. Penggunaan produk kimia umumnya sebagai tambahan dan penggunaannya relatif sedikituntuk memproduksi produk manufaktur turunannya. Sehingga permintaan produk kimia negara importir tergantung dari produksi produk turunannya. Meskipun terjadi depresiasi permintaan tetap tinggi. 5.4 Hambatan dalam memasuki pasar ekspor Selatan Selatan Pertumbuhan ekonomi yang relatif tinggi di Negara anggota kerjasama Selatan Selatan, belum banyak dimanfaatkan oleh Negara anggotanya termasuk Indonesia. Dari hasil survei ke beberapa eksportir di Palembang, Bandung dan Jogjakarta serta hasil diskusi terbatas dengan staff Kementrian Luar Negeri diperoleh informasi tentang beberapa hambatan dalam meningkatkan ekspor ke kawasan Selatan Selatan. 1. Ketatnya regulasi (policy barrier) di negara tujuan ekspor, terutama untuk produk obat-obatan. 2. Kurangnya informasi mengenai regulasi di negara tujuan ekspor. Puskadaglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan 38 3. Dokumentasi ekspor yang rumit dan detail. 4. Kurangnya pengetahuan mengenai peluang, riset, dan informasi pasar. 5. Kurangnya informasi spesifik mengenai agen dan distributor/pembeli. 6. Kurangnya pengetahuan mengenai harga produk. 7. Masalah bahasa untuk komunikasi dengan agen, yaitu Bahasa Inggris dan Portugis. 8. Permintaan impor dari India dan Afrika Selatan cenderung berfluktuatif dan tidak konsisten jumlah permintaan setiap tahunnya. 9. Hambatan proteksi sangat ketat khususnya di negara Selatan Selatankawasan Amerika dan Afrika dibandingkan dengan kawasan lainnya. 10. Masih sulit bersaing dengan negara pesaing yang sudah menguasai pasar Selatan Selatan, yaitu RRT dan Vietnam. 11. Kekhawatiran terhadap sistem pembayaran terutama dari negara kawasan Afrika, karena belum ada bank ekspor-impor. 12. Teknologi transportasi relatif rendah, kalah dengan Negara kompetiror. Sebagai ilustrasi biaya transportasi ke Amerika Latin mencapai USD600 per container, lebih tinggi dibandingkan Malaysia yang hanya USD415. Jika dibandingkan dengan kerjasama regional lainnya, intra regional trade Selatan Selatan masih rendah, bahkan diantara anggotanya masih saling berkompetisi. Padahal ASEAN+3 intra regional trade sebesar mencapai 60%, dan intra regional trade Eropa mencapai 75%. Capaian yang tinggi di Eropa tersebut karena kerjasama Eropa menggunakan strategi comprehensive regional integration, jadi tidak hanya di bidang Puskadaglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan 39 perdagangan.Bimbingan teknis dan bantuan mesin yang sudah diinisiasi pemerintah Indonesia ke beberapa Negara di Afrika, merupakan salah satu jalan menuju comprehensive regional integration yang bisa di replikasi ke Negara Negara anggota Selatan Selatan kawasan Amerika dan dan Asia. Misi dagang ke Selatan Selatan perlu lebih ditingkatkan. Selama ini misi dagang lebih terkonsentrasi di Negara-negara tradisionil. Perlu ada kerjasama Kementerian Perdagangan dengan Duta Besar di tiap Negara untuk terkait dengan market intelegent, display centre dan sebagainya. Puskadaglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan 40 VI. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1. Kesimpulan 1. Negara Selatan Selatan yang berpotensi dan berpeluang untuk ditingkatkan ekspornya dibedakan berdasarkan kawasan, sebagai berikut: - Asia: Negara potensial adalah RR Tiongkok, India, Thailand, Malaysia, dan Singapura. Negara yang berpeluang adalah Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Filipina, Pakistan dan Vietnam - Sub-Sahara: Negara potensial adalah Nigeria, Mesir, Aljazair, Angola, Sudan. Negara yang berpeluang adalah Afrika Selatan, Maroko, Sudan, Kenya Tunisia, dan Ghana. - Amerika: Negara potensial adalah Brazil, Argentina, Kolombia, Chile dan Peru. Negara yang berpeluang adalah Venezuela, Ekuador, Guatemala, Costa Rica dan Panama. 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi perdagangan di negara Selatan Selatan adalah: - Produk Domestik Bruto (PDB): berpengaruh positif terhadap impor seluruh produk elektronik yang diteliti, kecuali untuk impor mesin di kawasan Sub Sahara (Afrika). Faktor PDB elastis terhadap impor produk tekstil, otomotif, dan Kimia di pasar kawasan Amerika dan Asia; serta produk kimia, kertas dan elektronik di pasar Sub-Sahara (Afrika). - Faktor jarak ekonomi (economic distance), berpengaruh positif terhadap impor produk manufaktur, kecuali untuk impor Otomotif dan alas kaki (di pasar Amerika), tekstil dan mesin di Sub Sahara. - Faktor populasi penduduk negara tujuan dengan terhadap impor komoditi manufaktur: berpengaruh positif dan elastis terhadap impor otomotif, alas kaki dan elektronik di pasar Puskadaglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan 41 Amerika; berpengaruh positif dan elastis untuk produk otomotif, dan tidak elastis untuk produk kimia di pasar Asia; berpengaruh positif tidak elastis untuk produk kimia dan elatsis untuk produk kertas, serta berpengaruh negatif tidak elastis pada produk elektronik di pasar Afrika. - Nilai tukar rupiah (exchange rate) berpengaruh positif terhadap impor produk manufaktur kecuali untuk impor produk elektronik dan kimia di pasar Asia; produk kimia, kertas dan elektronik di pasar Sub Sahara (Afrika). - Di negara Selatan Selatan kawasan Asia, faktor nilai tukar riil negatif untuk impor produk kimia dan elektronik. - Di negara Selatan Selatan kawasan Afrika, faktor PDB berpengaruh negatif untuk impor mesin-mesin. Faktor jarak negatif terhadap ekspor tekstil dan mesin-mesin. Faktor populasi berpengaruh negatif untuk impor elektronik, sedangkan nilai tukar negatif terhadap impor produk kimia, kertas dan elektronik. - Di negara Selatan Selatan kawasan Amerika,faktor jarak berpengaruh negatif terhadap impor produk otomotif, alas kaki, elektronik, sedangkan faktor populasi negatif terhadap impor alas kaki. 6.2 Rekomendasi Hasil analisis menunjukkan bahwa secara umum PDB dan populasi berkorelasi positif terhadap nilai impor manufaktur. Hal ini mengindikasikan bahwa negara Selatan Selatan yang akan dijadikan sasaran ekspor, harus yang memiliki PDB dan populasi penduduk yang relatif tinggi. Pemilihan kriteria ini agar pengembangan ekspor ke negara Selatan Selatan bisa efektif. Kerjasama perdagangan, dilakukan sebagai bagian kerjasama yang komprehensif dengan kementerian teknis (comprehensive regional integration). Puskadaglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan 42 Disamping kerjasama ekonomi juga ada kerjasama dalam bidang sosial dan politik. Comprehensive regional integration sangat diperlukan karena negara anggota Selatan Selatan, adalah negara berkembang yang menerapkan tariff barrier dan policy barrier yang relatif tinggi. Ekspor produk mesin ke Afrika seperti traktor pertanian, yang sebelumnya diawali dengan kerjasama pembangunan (cooperation development), patut dijadikan contoh untuk menyasar pasar tujuan ekspor baru di kawasan Selatan Selatan. Cara lain adalah dengan memberi bantuan untuk meningkatkan daya beli (purchasing power) masyarakat, seperti yang dilakukan oleh Jerman ketika ingin membuka pasar ke Perancis. Pameran misi dagang ke Selatan Selatan perlu diintensifkan. Selama ini pameran dagang lebih banyak dilakukan di negara tradisonal, seperti Amerika Serikat, Jepang dan Eropa. Selain itu perlu didirikan bank export-import (Exim bank) yang bisa menjangkau ke negara Selatan Selatan di Afrika untuk mempermudah proses pembayaran. Pembentukan Kelompok kerja (Pokja) terutama untuk membuka pasar ke Afrika juga dibutuhkan karena dengan pertumbuhan ekonomi terbesar kedua di dunia, Afrika merupakan potensi pasar baru (Afrika rising, benua masa depan). Pokja tersebut untuk menangani hambatan perdagangan Indonesia ke negara Selatan Selatan di kawasan Afrika. Puskadaglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan 43 DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik (BPS). Data Ekspor Impor Indonesia. 2015. Baier SL dan Bergstrand JH. 2007. Do free trade agreements actually increase members’ international trade? Journal of International Economics 71 pp. 72-95. Baltagi, BH. 2007. Econometric analysis of panel data. (3rd Edition). West Sussex (GB): John Wiley & Sons, Ltd. Bhattacharyya and Banerjee. 2006. Does the Gravity Model Explain India’s Direction of Trade? Indian Institute of Management. Ahmedabad, India CEPII. International Data Geodistance. 2015. Diunduh dari http://www.cepii.fr/cepii/en/bdd_modele/bdd.asp. Disder AC dan Head K. 2006.The Puzzling Persistence of the Distance Effect on Bilateral Trade. Escobar, A. 2011. Encountering Development: The Making and Unmaking of the Third World. Princeton University Press. New Jersey, USA. Freemantle S., Stevens J. 2013. BRICS-Africa trade update. Africa | EM10 & Africa 08 October 2013, pp. 1-9. Ginting AM. 2013. Pengaruh Nilai Tukar terhadap Ekspor Indonesia. Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan. Vol. 7 No.1, Juli 2013. Jakarta: Kementerian Perdagangan. Gul N, Yasin HM. 2011.The Trade Potential of Pakistan: An Application of the Gravity Model. The Lahore Journal of Economics16:1 (Summer 2011): pp. 23-62. Puskadaglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan 44 Head K., Mayer T. 2013. Gravity equations: Workhorse, Toolkit and Cookbook. Sciences Po Economics Discussion Papers. 2013-02. Ibrahim, M.A. 2012. Merchandise Export Demand Function For Egypt: A Panel Data Analysis. Applied Econometrics and International Development. 12(1): pp. 107-116. International Monetary Fund (IMF). International Macroeconomic Data. 2015. International Trade Center (ITC). 2015.Diunduh dari: http://www.trademap.org/Index.aspx. Jha S., McCawley P. 2011. South–South Economic Linkages: An Overview. ADB Economics Working Paper Series No. 270. Krugman PR, Obstfeld M, Melitz. 2012. International Economics, Theoryand Policy, Ninth Edition. NJ (US): Addison-Wesley Publising Company. Mankiw NG. 2007. Teori Makroekonomi. Edisi Kelima. Jakarta (ID): Erlangga. Nicholson W. 2012.Teori Mikroekonomi: Prinsip Dasar dan Perluasan Jilid 1. Edisi 5.Terjemahan. Jakarta (ID): Binarupa Aksara. Salvatore D. 1993. International Economics 4th Edition. New York (US): Macmillan Publishing Company. Stuenkel, Oliver. 2013. The Financial Crisis, Contested Legitimacy, and the Genesis of Intra-BRICS Cooperation. Global Governance: A Review of Multilateralism and International Organizations: OctoberDecember 2013, Vol. 19, No. 4, pp. 611-630. World Bank. World Development Indicators. 2015. Diunduh dari http://data.worldbank.org/. Puskadaglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan 45 WITS (World Integrated Trade Solution). International Trade Data. Diunduh dari https://wits.worldbank.org. Puskadaglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan 46