BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

advertisement
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Setiap
manusia
selalu
memiliki
motivasi.
Motivasi
tersebut
berhubugan erat dengan tujuan yang diharapkan. Dengan adanya motivasi,
manusia dapat terdorong untuk mewujudkan harapan yang ada dalam dirinya.
Hal tersebut dengan pendapat dari Suharsimi yang mengutip teori lama dalam
bukunya yang menjelaskan bahwa motivasi merupakan suatu usaha untuk
memenuhi kebutuhan1. Oleh karena itu motivasi diperlukan oleh seseorang
dalam segala bidangnya. Begitu juga dengan proses pembelajaran di sekolah.
Dalam kegiatan pembelajaran, salah satu subjek yang memiliki
motivasi adalah siswa. Siswa yang mempunyai motivasi tinggi dari belajar,
tentu akan membuatnya semakin giat belajar. Begitu pula sebailiknya, jika
seorang siswa tidak mempunyai motivasi, maka siswa akan acuh terhadap apa
yang disampaikan oleh guru. Motivasi itulah yang dapat mempengaruhi tinggi
rendahnya prestasi belajar siswa.
Motivasi yang dimiliki siswa dalam belajar sangat beragam, sesuai
pendapat dari Sardingan yang menyebutkan bahwa motivasi siswa untuk
1
Suharsimi, Menejemen Pengajaran, (Jakarta :RINEKA CIPTA, 1993), Halaman : 67
2
belajar antara lain adalah untuk mengetahui apa yang akan dipelajari mengapa
hal tersebut patut dipelajari2. Namun kenyataanya banyak siswa yang tidak
memiliki motivasi sesuai dengan pendapat tersebut. Sebagaian besar motivasi
siswa belajar di sekolah hanyalah sebagai formalitas dan kewajiban harian
karena takut orang tuanya marah jika ia tidak sekolah. Oleh karena itu,
motivasi siswa yang sesungguhnya adalah untuk mengetahui ilmu
pengetahuan baru berubah menjadi kewajiban untuk sekedar hadir dalam
kegiatan pembelajaran. Ketika sampai disekolah, siswa lebih banyak bermain
dengan teman-temannya, tidak memperhatikan penjelasan dari guru serta
sebagian siswa tidak betah duduk berlama-lamaan di dalam kelas, karena
merasa kegiatan belajar di dalam kelas terasa membosankan. Hal itulah yang
menunjukkan bahwa siswa tidak mempunyai motivasi dalam belajar.
Usaha untuk menumbuhkan motivasi dalam diri siswa perlu adanya
kesadaran dalam diri siswa dan dorongan dari orang-orang disekitarnya untuk
mengembangkan motivasi tersebut. Peran orang tua dan guru sangat
diperlukan untuk membangkitkan motivasi belajar siswa. Berdasarkan kondisi
yang ada di sekolah MI As-shibyan Dampaan Cerme Gresik khususnya di
kelas IV sebagian besar siswanya kurang memiliki motivasi belajar guna
meningkatkan prestasinya. Kegiatan pembelajaran di dalam kelas jiga bersifat
2
Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2011),
hal : 40
3
pasif, hanya mengajarkan soal-soal di buku paket atau LKS (lembar kerja
siswa)3.
Khususnya dalam pembajaran bahasa Indonesia. Pada hakikatnya
pembelajaran ini memiliki peran sentral dan perkembangan intelektual, sosial,
dan emosional siswa dan merupakan penunjang keberhasilan dalam
mempelajari semua bidang studi4. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia,
siswa diajarkan keterampilan-keterampilan berbahasa, diantaranya adalah
keterampilan membaca, menulis, dan berbicara. Salah satu keterampilan yang
perlu dipelajari terlebih dahulu adalah membaca. Pada dasarnya penguasaan
keterampilan mengajar sangatlah diperlukan dalam kehidupan modern saat
ini, namun kenyataannya keterampilan membaca di sekolah kurang mendapat
respon positif dari siswa. Siswa cenderung malas membaca buku dan selalu
sering menanyakan jawaban dari soal yang ada di LKS kepada guru5, pada
materi membaca pantun. Dalam kompetensi dasar membaca pantun, banyak
siswa yang kurang tertarik pada materi tersebut. Hal ini menyebabkan
sebagian besar siswa memperolah nilai di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM). Nilai KKM yang ditetapkan di sekolah tersebut pada pembelajaran
bahasa Indonesia 73, akan tetapi nilai rata-rata kelas yang diperoleh hanyalah
3
Berdasarkan hasil observasi penelitian pra siklus di sekolah MI As-shibyn Dampaan Cerme Gresik.
Sk-Kd Permendiknas.
5
Ibu Anis Guru kelas IV Mi As-shibyan, hasil wawancara pra siklus. 1 April 2014
4
4
65.616. Hal tersebut menunjukkan kalau nilai siswa sangat jauh dari standart
nilai yang seharusnya diperoleh.
Dengan adanya permasalahan tersebut, idealnya perlu sesuatu inovasi
baru dalam proses belajar mengajar. Dalam hal ini peneliti akan menggunakan
media DOMINO PANTUN untuk mengatasi permasalahan motivasi belajar
siswa, khususnya pada materi membaca dan membuat pantun. Dengan
menggunakan domino pantun tersebut siswa sangat senang dan bersemangat
dengan mengerjakan latihan. Dengan menggunakan media domino pantun
siswa akan lebih aktif dan paham dalam pembelajaran dengan mengurutkan
kartu domino sesuai dengan sajak pantun. Berdasarkan uraian diatas, maka
peneliti
mengadakan
penelitian
dengan
judul
“PENINGKATAN
MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS IV PADA MATA PELAJARAN
BAHASA
INDONESIA
MATERI
PANTUN
DENGAN
MEDIA
DOMINO PANTUN DI MI AS-SHIBYAN DAMPAAN CERME
GRESIK”.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan permasalahan diatas, maka masalah yang dapat dirumuskan
adalah :
6
Daftar nilai dari Guru (pra siklus).
5
1. Bagaimana implementasi media domino pantun guna meningkatkan
motivasi belajar siswa dan pemahaman pada materi pantun di kelas IV Mi
As-shibyan Dampaan Cerme Gresik ?
2. Bagaimana peningkatan motivasi belajar siswa kelas IV Mi As-shibyan
Dampaan Cerme Gresik setelah domino pantun diimplementasikan?
C. TINDAKAN YANG DIPILIH
Pada keterampila membaca pantun, sebagian besar siswa merasa tidak
memahami materi pantun dan tidak percaya diri saat mebaca di depan kelas.
Hal tersebut mungkin dikarenakan siswa kurang mempunyai motivasi.
Dengan adanya permasalahan tersebut, maka tindakan yang akan dilakukan
oleh peneliti adalah menciptakan inovasi baru dalam kegiatan pembelajaran
yang dapat meningkatkan motivasi belajar siswa, khususnya dalam materi
membaca dan membuat pantun. Dalam kegiatan pembealajaran ini, bentuk
motivasi yang diberikan berupa media domino pantun.
Dengan penerapan media domino pantun diharapkan siswa dapat
termotivasi dan memahami materi pantun. Siswa akan mengurutkan pantun
sesuai dengan sajak pantun. Tindakan ini dirasakan sangat baik bagi siswa
yang berkarakteristik masih suka bermain dalam bentuk kartu domino.
D. TUJUAN PENELITIAN
6
Penelitian ini dilakukan dengan maksud meningkatkan motivasi belajar
siswa kelas IV Mi As-shibyan Dampaan Cerme Gresik, dan secara khusus
tujuan dilakukannya penelitian ini adalah ;
1. Untuk mengetahui bagaimana implementasi media domino pantun guna
meningkatkan motivasi belajar siswa dan pemahaman pada materi pantun
di kelas IV Mi As-shibyan Dampaan Cerme Gresik.
2. Untuk mengetahui peningkatan motivasi belajar siswa kelas IV Mi Asshibyan
Dampaan
Cerme
Gresik
setelah
domino
pantun
diimplementasikan.
E. LINGKUP PENELITIAN
Supaya peneliti dapat terfokus dan mendapatkan hasil penelitian yang
akurat maka penulis memberikan batas pengkajian sebagai berikut :
1. Ruang lingkup masalah yang diteliti adalah :
Peningkatan motivasi membaca dan membuat pantun, diterapkan untuk
dapat mengetahui kemampuan membaca dan membuat pantun serta
mengetahui motivasi belajar siswa di dalam kelas. Pelaksanaannya dengan
menggunakan media domino pantun.
2. Lingkup objek penelitian adalah :
Objek penelitian ini adalah siswa kelas
IV Mi As-shibyan Dampaan
Cerme Gresikpada semester genap tahun ajaran 2013-2014 dengan jumlah
siswa 20 laki-laki dan 6 perempuan.
7
F. MANFAAT PENELITIAN
Berdasarkan tujuan penelitian diatas maka manfaat penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Bagi guru
Diharapkan dapat membantu dan menambah inspirasi guru dalam
meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa dikelas.
2. Bagisiswa
Dengan adanya penelitian ini, siswa diharapkan lebih termotivasi dalam
mengikuti pembelajaran di kelas, khususnya pada pembelajaran bahasa
Indonesia materi membaca dan membuat pantun, sehingga prestasi
belajarnya dapat meningkat.
3. Bagi sekolah
Penggunaan media domino pantun diharapkan dapat membantu siswa
dalam meningkakan motivasi dan pemahaman belajar siswa dengan
variasi pembelajaran yang berbeda, sehingga menghasilkan siswa lulusan
yang bermutu dan berguna bagi nusa dan bangsa.
8
BAB II
KAJIAN TEORI
A. MOTIVASI
1. PENGERTIAN MOTIVASI
Motivasi berasal dari kata motif yang berarti “dorongan” atau
“rangsangan” atau “daya penggerak” yang ada dalam diri seseorang yang
,menyebabkan seseorang melakukan tindakan atau aktifitas7. Suharsimi
Arikunto berpendapat, bahwa motivasi seseorang akan meningkat apabila
terlihat hubungan antara kegiatan yang dilakukan dengan tujuan yang akan
dicapai8. Dari pengertian tersebut, dapat diketahui, bahwa seseorang akan
melakukan suatu perbuatan jika di dalam dirinya terdapat daya penggerak
untuk mewujudkan apa yang Ia inginkan, hal itu yang disebut motivasi.
Motivasi sangat beragam, salah satunya motivasi pada ranah
pembelajaran. Menurut pendapat Sardiman, motivasi belajar adalah
keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan
kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan
yang memberikan arahan pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang
dikehendaki oleh subjek belajar dapat tercapai9. Hal tersebut sejalan
dengan pendapat Tadjab, yang menjelaskan bahwa motivasi belajar adalah
7
Eliza Heri Julianti, ET.AL., Pendidikan Kesehatan Gigi, (Jakarta : EGC, 2011), hlm : 40.
Suharsimi Arikunto, 1993, Menejemen Pengajaran. hlm : 62.
9
Sardiman A, M, 20015. Interaksi, hlm :75
8
9
keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan
kegiatan belajar, menjamin kelangsungan kegiatan belajar itu demi
mencapai suatu tujuan10.
Secara
lebih
sederhana,
pengertian
motivasi
belajar,
yang
diungkapkan oleh Hamzah dalam ranah pembelajaran, motivasi diartikan
sebagai sebuah dorongan internal dan eksternal bagi siswa-siswa yang
sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku11. Dari beberapa
definisi tersebut, penelitidapat menyimpulkan bahwa motivasi belajar
merupakan suatu daya penggerak dari dalam diri siswa unuk mencapai
tujuan pembelajaran yang telah dikehendakinya.
2. INDIKATOR MOTIVASI BELAJAR
Untuk mengukur motivasi belajar, diperlukan indikator sebagai acuan
pencapaiannya. Dalam penelitian ini, penliti mengacu pada indikator.
Motivasi belajar menurut Hamzah B. Uno, berikut ini adalah indikator
yang dapat digunaka untuk melihat adanya motiasi belajar siswa antara
lain12 :
a. Adanya hasrat dan keinginan berhasil
b. Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar
c. Adanya harapan dan cita-cota masa depan
d. Adanya penghargaan dalam belajar
10
Tadjab MA, Ilmu Pendididkan, (Surabaya : Karya Abditama, 1994), hlm : 102
Hamzah B. Uno. Teori Motivasi dan Pengukurannya, (Jakarat: Bumi Aksara, 2007), hlm 23
12
Hamzah B. Uno, Teori Motivasi dan Pengukurannya, (Jakarat: Bumi Aksara, 2007), hlm : 23
11
10
e. Adanya keinginan yang menarik dalam belajar
f. Adanya lingkungan belajar yang kondusif
3. JENIS-JENIS MOTIVASI
Jenis-jenis motivasi sangat beragam, jika dilihat dari berbagai sudut
pandang. Sardiman mengatakan bahwa motivasi itu sangat bervariasi,
antara lain :
a. Motivasi dilihat dari dasar pembentukannya
1) Motif-motif bawaan adalah motif yang dibawa sejak lahir
2) Motif-motif yang dipelajari artinya motif yang timbul karena
dipelajari
b. Motivasi menurut pembagian dari Woodworth dan Marquis dalam
Sardiman antara lain :
1) Motif atau kebutuhan organis misalnya, kebutuhan minum,
makan, bernafas, seksual, dan lain-lain.
2) Motif-motif darurat misalnya, menyelamatkan diri, dorongan
untuk membalas, dan sebagainya.
c. Motivasi jasmani dan rohani
1) Motivasi jasmani seperti, rileks, insting otomatis, nafas dan
sebagainya
2) Motivasi rohani, seperti kemauan atau minat
d. Motivasi instrinsik dan ekstrinsik
11
1) Motivasi instrinsik adalah motif-motif yang terjadi aktif atau
berfungsi tidak perlu diransang dari luar, karena dalam diri setiap
individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu.
2) Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi
karena adanya peransang dari luar13.
4. CARA MEMBERI MOTIVASI
Ada banyak hal yang dapat dilakukan untuk meningkatkan motivasi pada
diri siswa di sekolah, beberapa cara tersebut diantaranya adalah :
a. Memberi angka
b. Hadiah
c. Pujian
d. Gerakan tubuh
e. Memberi tugas
f. Memberikan ulangan
g. Mengetahui hasil
h. Hukuman14
5. TEKNIK MEMBERI MOTIVASI
Menutrut Hamzah B. Uno terdapat beberapa teknik untuk memeberi
motivasi dalam pembelajaran, yaitu :
a. Pernyataan penghargaan secara verbal
13
Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2011),
hal : 89
14
Syaiful Bahdjamarah, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 1996), hal : 168
12
b. Menggunakan nilai ulangan sebagai pemacu keberhasilan
c. Menimbulkan rasa ingin tahu
d. Memunculkan sesuatu yang tidak diduga oleh siswa
e. Menjadikan tahap dini dalam belajar mudah bagi siswa
f. Menggunakan materi yang dikenal siswa sebagai contoh dalam belajar
g. Menggunakan kaitan yang unik dan tak terduga untuk menerapkan suatu
konsep dan prinsip yang telah dipahami
h. Menuntut siswa untuk menggunakan hal-hal yang dipelajari sebelumnya
i. Menggunakan simulasi dan permainan
j. Memberi
kesempatan
kepada
siswa
untuk
memperlihatkan
kemahirannya di depan umum
k. Mengurangi akibat yang tidak menyenangkan dan keterlibatan siswa
dalam kegiatan belajar
l. Memperjelas tujuan belajar yang hendak dicapai
m. Memberitahukan hasil kerja yang dicapai
n. Membuat suasana persaingan yang sehat di antara siswa
o. Mengembangkan persaingan dengan diri sendiri15
6. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MOTIVASI BELAJAR
Dalam aktifitas belajar, seorang individu memerlukan suatu dorongan
atau motivasi sehingga sesuatu yang diinginkan dapat tercapai. Dalam hal
ini ada beberapa factor yang memengaruhi motivasi belajar, antara lain :
15
Hamzah B. Uno. Teori Motivasi dan Pengukurannya, (Jakarat: Bumi Aksara, 2007), hlm 34
13
a. Factor individual
Seperti: kematangan atau pertumbuhan, kecerdasan, latihan, motivasi,
dan factor pribadi
b. Factor social
Seperti: keluarga atau keadaan rumah tangga, guru, dan cara
mengajarnya, alat-alat dalam belajar, dan motivasi social.16
Selain itu, motivasi belajar juga dapat timbul karena factor
intrinsic dan ekstrinsik “
1) Factor intrinsik
a) Hasrat dan keinginan berhasil dan dorongan kebutuhan belajar
b) Harapan akan cita-cita
2) Factor ekstrinsik
a) Adanya penghargaan
b) Lingkungan belajar yang kondusif
c) Kegiatan belajar yang menarik17
7. PERAN MOTIVASI DALAM BELAJAR DAN PEMBELAJARAN
Motivasi memiliki banyak peran dalam kegiatan pembelajaran. Peranperan tersebut antara lain :
a. Menentukan hal-hal yang dapat dijadikan penguat belajar
b. Memperjelas tujuan belajar yang hendak dicapai
16
Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya,
2002), hal : 102
17
Hamzah B. Uno. Teori Motivasi dan Pengukurannya, (Jakarat: Bumi Aksara, 2007), hlm 23
14
c. Menentukan ketekunan belajar18
8. CIRI-CIRI MOTIVASI BELAJAR
Siswa yang memiliki motivasi belajar yang tinggi mempunyai
beberapa ciri, antara lain :
a. Tertarik kepada guru, artinya tidak membenci atau bersikap acuh tak
acuh
b. Tertarik pada mata pelajaran yang diajarkan
c. Mempunyai antusias yang tinggi serta mengendalikan perhatiannya
terutama kepada guru
d. Ingin selalu bergabung dalam kelompok kelas
e. Ingin identitas dirinya diakui orang lain
f. Tindakan, kebiasaan dan moralnya selalu dalam control diri
g. Selalu mengingat pelajaran dan mempelajarinya kembali
h. Selalu terkontrol oleh lingkungan19
B. MEMBACA DAN MEMBUAT PANTUN
1. PANTUN
Kata pantun mengandung arti sebagai, seperti, ibarat, umpama,
ataulaksana. Sebagai contoh kita sering mendengar ucapan-ucapan
“Sepantun labah-labah, meramu dalam badan sendiri”. Kata sepantun
dalam susunan kalimat di atas mengandung arti sama dengan semua yang
18
19
Hamzah B. Uno….hal : 27
Ali Imron, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta : Pustaka Jaya, 1996), hal : 88
15
diungkapkan di depan20. Pantun merupakan satu di antara sekian banyak
genre kesusastraan yang lahir dan berkembang di nusantara. Pada mulanya,
istilah pantun ini berasal dari bahasa Minangkabau “patuntun” yang berarti
penuntun. Namun ternyata, istilah pantun ini pun dikenal juga di kalangan
masyarakat Jawa, Sunda, Batak, dan Melayu.Dalam masyarakat Jawa,
pantun dikenal dengan istilah “parikan.” Dalam masyarakat Sunda dikenal
dengan sebutan “paparikan”. Sementara masyarakat Batak mengenal
pantun dengan istilah “umpasa” (dibaca uppasa). Masih tentang pantun,
dalam bahasa Melayu, pantun dikenal dengan istilah “quatrain”.21
Pantun adalah sebuah karya sastra lama yang terikat oleh aturan
jumlah bait, baris, dan rima akhir. Menurut Waluyo, pantun digunakan
untuk mencurahkan isi hati seseorang.Dalam pengertian umum, pantun
merupakan salah satu bentuk sastra rakyat yang menyuarakan nilai-nilai
dan kritik budaya masyarakat. Pantun adalah puisi asli Indonesia. Orang
yang pertama kali membentangkan pikiran dari hal pantun Indonesia ini
adalah H.C. Klinkert dalam tahun 1868. Karangannya bernama “De
pantuns of minnenzangen der Maleier”. Sesudah itu datang Prof.
Pijnapple; juga beliau memaparkan pikirannya dari hal ini dalam tahun
1883. Pantun tepat untuk suasana tertentu, seperti halnya juga karya seni
lainnya hanya tepat untuk suasana tertentu pula.
20
21
Nursisto, Ikhtisar Kesusastraan Indonesia, (Yogyakarta : Adicita Karya Nusa, 2000), hal : 11
Mafrukhi, dkk, Kompetensi Berbahasa Indonesia Jilid 3,(Jakarta: Erlangga, 2006).
16
Menurut Surana, pantun ialah bentuk puisi lama yang terdiri atas 4
larik sebait berima silang (a b a b). Larik I dan II disebut sampiran, yaitu
bagian objektif. Biasanya berupa lukisan alam atau apa saja yang dapat
diambil sebagai kiasan. Larik III dan IV dinamakan isi, bagian subjektif.
Sama halnya dengan karmina, setiap larik terdiri atas 4 perkataan. Jumlah
suku kata setiap larik antara 8-12. Namun, dalam buku Bahan Ajar Sastra
Rakyat mengatakan bahwa. Pantun adalah puisi melayu tradisional yang
paling popular dan sering dibincangkan. Pantun adalah ciptaan asli orang
Melayu; bukan saduran atau penyesuaian dari puisi-puisi jawa, India, cina
dan sebagainya. kata pantun mengandung arti sebagai, seperti, ibarat,
umpama, atau laksana.Sedangkan dalam Kamus Istilah Sastra, menjelaskan
bahwa pantun adalah Puisi Indonesia (Melayu), tiap bait (kuplet) biasa
terdiri atas empat baris yang bersajak (a-b-a-b) tiap larik biasanya
berjumlah empat kata; baris pertama dan baris kedua biasanya tumpuan
(sampiran) saja dan baris ketiga dan keempat merupakan isi; setiap baris
terdiri dari 8-12 suku kata; merupakan peribahasa sindiran; jawab (pada
tuduhan dan sebagainya).
1.1 Sejarah Pantun
Pada mulanya pantun merupakan senandung atau puisi rakyat
yang dinyanyikan. Pantun pertama kali muncul dalam Sejarah Melayu
dan hikayat-hikayat popular yang sezaman dan disisipkan dalam
syair-syair seperti Syair Ken Tambuhan. Pantun dianggap sebagai
17
bentuk karma dari kata Jawa Parik yang berarti pari, artinya
paribahasa atau peribahasa dalam bahasa Melayu. Arti ini juga
berdekatan dengan umpama atau seloka yang berasal dari India. Dr. R.
Brandstetter mengatakan bahwa kata pantun berasal dari akar kata tun,
yang terdapat dalam berbagai bahasa Nusantara, misalnya dalam
bahasa Pampanga, tuntun yang berarti teratur, dalam bahasa Tagalog
ada tonton yang berarti bercakap menurut aturan tertentu; dalam
bahasa Jawa kuno, tuntun yang berarti benang atau atuntun yang
berarti teratur dan matuntun yang berarti memimpin; dalam bahasa
Toba pula ada kata pantun yang berarti kesopanan, kehormatan.
Van Ophuysen dalam Hamidy menduga pantun itu berasal dari
bahasa daun-daun, setelah dia melihat ende-ende Mandailing dengan
mempergunakan daun-daun untuk menulis surat-menyurat dalam
percintaan. Menurut kebiasaan orang Melayu di Sibolga dijumpainya
kebiasaan seorang suami memberikan ikan belanak kepada istrinya,
dengan harapan agar istrinya itu beranak. Sedangkan R. J. Wilkinson
dan R. O. Winsted dalam Hamidy menyatakan keberatan mengenai
asal mula pantun seperti dugaan Ophuysen itu. Dalam bukunya
“Malay Literature” pertama terbit tahun 1907, Wilkinson malah balik
bertanya, „tidakkah hal itu harus dianggap sebaliknya?‟. Jadi bukan
pantun yang berasal dari bahasa daun-daun, tetapi bahasa daundaunlah yang berasal dari pantun.
18
1.2 Ciri-ciri Pantun
Abdul Rani mengatakan bahwa ciri-ciri pantun sebagai berikut:
1.
Terdiri atas empat baris.
2.
Tiap baris terdiri atas 9 sampai 10 suku kata.
3.
Dua baris pertama disebut sampiran dan dua baris berikutnya
berisi maksud si pemantun. Bagian ini disebut isi pantun.
4.
Pantun mementingkan rima akhir dan rumus rima itu disebut
dengan abjad /ab-ab/. Maksudnya, bunyi akhir baris pertama sama
dengan bunyi akhir baris ketiga dan baris kedua sama dengan baris
keempat.
Lain halnya menurut Harun Mat Piah dalam Bahan Ajar Sastra
Rakyat, membagikan ciri-ciri pantun menjadi dua aspek, yaitu
aspek luaran dan dalaman. Aspek luaran adalah dari segi struktur
dan ciri-ciri visual22 yaitu:
1.
Terdiri dari rangkap-rangkap yang berasingan. Setiap rangkap
terjadi dari baris-baris yang sejajar dan berpasangan seperti 2,4,6,8
dan seterusnya. Rangkap yang paling umum adalah empat baris.
22
Harun Mat Piah, Sastra Indonesia, (Jakarta : Elmustian, 1989), hal :70-71
19
2.
Setiap baris mengandung empat kata dasar, dengan jumlah suku
kata antara 8 hingga 10.
3.
Adanya klimaks yaitu perpanjangan atau kelebihan jumlah unit
suku kata atau perkataan pada kuplet maksud.
4.
Setiap stanza terbagi kepada dua unit yaitu pembayang dan
maksud.
5.
Mempunyai skema rima ujung yang tetap: a-b – a-b, dengan
sedikit variasi a-a-a-a.
6.
Setiap stanza pantun adalah satu keseluruhan mengandung sifat
fikiran yang bulat dan lengkap.
Ciri-ciri dalamannya adalah:
1.
Penggunaan lambang-lambang tertentu mengikuti tanggapan dan
pandangan dunia masyarakat.
2.
Adanya perhubungan makna antara pasangan pembayang dengan
pasangan maksud, sama ada secara kongkrit atau abstrak atau
melalui lambang-lambang.
Sedangkan menurut Suroto, ciri-ciri pantun sebagai berikut:
1.
Pantun tersusun atas empat baris dalam tiap baitnya.
20
2.
Baris pertama dan baris kedua berupa sampiran.
3.
Baris ketiga dan keempat merupakan isi/ maksud yang hendak
disampaikan.
4.
Jumlah suku kata dalam tiap baitnya rata-rata berkisar delapan
sampai dua belas.
1.3 Syarat-syarat Pantun
Menurut Effendy, syarat-syarat dalam pantun adalah:
a.
Tiap bait terdiri dari empat baris
b. Tiap baris terdiri dari empat atau lima kata atau terdiri dari delapan
atau sepuluh suku kata
c.
Sajaknya bersilih dua-dua: a-b-a-b. dapat juga bersajak a-a-a-a.
d. Sajaknya dapat berupa sajak paruh atau sajak penuh
e.
Dua baris pertama tanpa isi disebut sampiran, dua baris terakhir
merupakan isi dari pantun itu23.
1.4 Jenis-jenis Pantun
Suroto membagi pantun menjadi dua bagian yaitu:
23
a.
Menurut isinya:

Pantun anak-anak, biasanya berisi permainan.

Pantun muda mudi, biasanya berisi percintaan.
Nursisto, Ikhtisar Kesusastraan Indonesia, (Jakarta : Adicita Karya Nusa, 2000), hlm:11.
21

Pantun orang tua, biasanya berisi nasihat atau petuah. Itulah
sebabnya, pantun ini disebut juga pantun nasihat.

Pantun jenaka, biasanya berisi sindiran sebagai bahan kelakar.

Pantun teka-teki
b.
Menurut bentuknya atau susunannya:

pantun berkait, yaitu pantun yang selalu berkaitan antara bait satu
dengan bait kedua, bait kedua dengan bait ketiga dan seterusnya.
Adapun susunan kaitannya adalah baris kedua bait pertama
menjadi baris pertama pada bait kedua, baris keempat bait pertama
dijadikan baris ketiga pada bait kedua dan seterusnya.

Pantun kilat, sering disebut juga karmina, ialah pantun yang
terdiri atas dua baris, baris pertama merupakan sampiran sedang
baris kedua merupakan isi. Sebenarnya asal mula pantun ini juga
terdiri atas empat baris, tetapi karena barisnya pendek-pendek
maka seolah-olah kedua baris pertama diucapkan sebagai sebuah
kalimat, demikian pula kedua baris yang terakhir.
Sedangkan Nursisto, dalam bukunya ikhtisar Kesusastraan
Indonesia pantun dibagi menjadi:
a) Berdasarkan isinya, pantun dibagi atas:
a.
Pantun kanak-kanak
22

Pantun bersukacita

Pantun berdukacita
b. Pantun muda


Pantun nasib atau pantun dagang


Pantun perhubungan
-
Pantun perkenalan
-
Pantun berkasih-kasihan
-
Pantun perceraian
-
Pantn beriba hati


Pantun jenaka


Pantun teka-teki
c.
Pantun tua

 
Pantun adat

 
Pantun agama

 
Pantun nasihat24
b) Berdasarkan banyaknya baris tiap bait dibagi menjadi:
24


Pantun dua seuntai atau pantun kilat


Pantun empat seuntai atau pantun empat serangkum
Nursisto, Ikhtisar Kesusastraan Indonesia, (Jakarta : Adicita Karya Nusa, 2000), hlm:12.
23


Pantun enam seuntai atau delapan seuntai, atau pantun enam
serangkum, delapan serangkum (talibun).
Menurut Effendi (1983:29), pantun dapat dibagi menurut jenis
dan isinya yaitu:
1. pantun anak-anak, berdasarkan isinya dapat dibedakan menjadi:
a.
pantun bersukacita
b. pantun berdukacita
c.
pantun jenaka atau pantun teka-teki
2. pantun orang muda, berdasarkan isinya dapat dibedakan menjadi:
a.
pantun dagang atau pantun nasib
b. pantun perkenalan
c.
pantun berkasih-kasihan
d. pantun perceraian
e.
pantun beribahati
3. pantun orang tua, berdasarkan isinya data dibedakan menjadi:
a.
pantun nasihat
b. pantun adat
c.
pantun agama
Tetapi, Abdul Rani mengklasifikasikan pantun berdasarkan
isinya sebagai berikut:
24
1) Pantun Anak-Anak
a) Pantun anak-anak jenaka
b) Pantun anak kedukaan
c) Pantun anak teka-teki
2) Pantun Muda-Mudi
a) Pantun muda mudi kejenakaan
b) Pantun muda-mudi dagang
c) Pantun muda-mudi cinta kasih
d) Pantun muda-mudi ejekan
3) Pantun Tua
a) Pantun tua kiasan
b) Pantun tua nasihat
c) Pantun tua adat
d) Pantun tua agama
e) Pantun tua dagang
Contoh pantun
1.
Pantun muda mudi
Contoh: Tanam melati di rama-rama
Ubur-ubur sampingan dua
Sehidup semati kita bersama
25
Satu kubur kelak berdua
2. Pantun teka-teki
Contoh: Kalau puan puan perana
Ambil gelas di dalam peti
Kalaup uan bijak laksana
Binatang apa tanduk di kaki
3. Pantun jenaka
Contoh : Anak rusa di rumpun salak
Patah tanduknya ditimpa genta
Riuh kerbau tergelak-gelak
Melihat beruk berkacamata
4.
Pantun berdukacita
Contoh: Ke balai membawa labu
Labu amanat dari situnggal
Orang memakai baju baru
Hamba menjerumat baju bertambal
5.
Pantun perkenalan
Contoh: Sekuntum bunga dalam padi
26
Ambil batang cabut uratnya
Tuan sepantun langit setinggi
Bolehkah berlindung di bawahnya?
6.
Pantun perceraian
Contoh :
Pucuk pauh selara pauh
Pandan di rimba diladungkan
Adik jauh kakanda jauh
Kalau rindu sama menungkan
7.
Pantun nasib atau pantun dagang
Contoh : Unggas undan si raja burung
Terbang ke desa suka menanti
Wahai badan apalah untung
Senantiaa bersusah hati
8.
Pantun agama
Contoh :
Kemumu di dalam semak
Jatuh melayang selaranya
Walauilmu tinggi tegak
Tidak sembahyang apa gunanya
9.
Pantun nasehat
27
Contoh :
Pinang muda dibelah dua
Anak burung mati diranggah
Dari muda sampai ke tua
Ajaran baik jangan diubah
10. Pantun adat
Contoh :
Pohon nangka berbuah lebat
Bilalah masak harum juga
Berumpun pusaka berupa adat
Daerah berluhak alam beraja
11. Pantun kepahlawanan
Contoh :
Kalau orang menjaring ungka
Rebung seiris akan pengukusnya
Kalau arang tercorong kemuka
Ujung keris akan penghapusnya
12. Pantun Pengiring Lagu
Pantun dapat digunakan dalam nyanyian, diantaranya adalah:
Ayam jago jangan diadu
Kalau diadu jenggernya merah
Baju ijo jangan diganggu
Kalau diganggu yang punya marah25
25
Widjoko dan Endang Hidayat,Teori dan Sejarah Sastra Indonesia,. (Bandung: UPI PRESS, 2007)
28
Pantun telah mengalami berbagai macam perkembangan
hingga tercipta bentukan baru dari pantun, seperti karmina,
seloka(pantun berkait) dan talibun. Karmina merupakan bentukan atau
versi baru dari pantun yang lebih ringkas karena hanya terdiri atas 2
baris, sedangkan talibun adalah versi panjang dari pantun yang terdiri
atas 6 baris atau lebih. Namun seloka, talibun, dan karmina bukan
pantun tetapi termasuk ke dalam puisi lama seperti halnya pantun.
a.
Seloka (Pantun Berkait)
Seloka adalah pantun berkait yang tidak cukup dengan satu
bait saja sebab pantun berkait merupakan jalinan atas beberapa
bait.
Ciri-ciri Seloka:
1. Baris kedua dan keempat pada bait pertama dipakai sebagai
baris pertama dan ketiga bait kedua.
2. Baris kedua dan keempat pada bait kedua dipakai sebagai
baris pertama dan ketiga bait ketiga dan seterusnya
Contoh :
Lurus jalan ke Payakumbuh,
Kayu jati bertimbal jalan
Di mana hati tak kan rusuh,
29
Ibu mati bapak berjalan
Kayu jati bertimbal jalan,
Turun angin patahlah dahan
Ibu mati bapak berjalan,
Ke mana untung diserahkan
b. Talibun
Talibun adalah pantun jumlah barisnya lebih dari empat
baris, tetapi harus genap misalnya 6, 8, 10 dan seterusnya.
-
Jika satu bait berisi enam baris, susunannya tiga sampiran dan
tiga isi.
-
Jika satu bait berisi delapan baris, susunannya empat
sampiran dan empat isi.
Jadi :
Apabila enam baris sajaknya a – b – c – a – b – c.
Bila terdiri dari delapan baris, sajaknya a – b – c – d – a – b –
c–d
Contoh :
Kalau anak pergi ke pekan
Yu beli belanak pun beli sampiran
Ikan panjang beli dahulu
Kalau anak pergi berjalan
30
Ibu cari sanak pun cari isi
Induk semang cari dahulu
c.
Pantun Kilat ( Karmina )
Ciri-cirinya :
a.
Setiap bait terdiri dari 2 baris
b. Baris pertama merupakan sampiran
c.
Baris kedua merupakan isi
d. Bersajak a – a
e.
Setiap baris terdiri dari 8 – 12 suku kata
Contoh :
Dahulu parang, sekarang besi (a)
Dahulu sayang sekarang benci (a)
2. KETERAMPILAN MEMBACA
a. Pengertian Membaca
Pengertian membaca menurut Miles A Tingker dan Contasc,
membaca melibatkan proses identifikasi dan proses mengingat suatu
bahan
bacaan
yang
disajikan
sebagai
rangsangan
untuk
membangkitkan pengalaman dan membentuk pengertian baru melalui
konsep-konsep
yang
relevan
yang
telah
dimiliki
oleh
31
pembaca26.Membaca merupakan proses pengolahan bacaan secara
kritis
kreatif
dengan
tujuan
memperoleh
pemahaman
secara
menyeluruh tentang suatu bacaan, serta penilaian terhadap keadaan,
nilai, dan dampak bacaan. Kegiatan membaca merupakan aktifitas
mental memahami apa yang disampaikan penulis melalui teks atau
bacaan.
Membaca juga sebagai salah satu pembelajaran keterampilan
berbahasa yang menggunakan pendekatan sesuai rambu–rambu
pembelajaran dalam kurikulum. Membaca pada hakikatnya adalah
suatu yang rumit melibatkan banyak hal, tidak hanya sekedar
melafalkan tulisan, tetapi juga melibatkan aktivitas visual, berpikir,
psikolinguistik, dan metakognitif. Sebagai proses visual membaca
merupakan proses menerjemahkan simbol tulis ( huruf ) kedalam kata
– kata lisan.Sebagai suatu proses berpikir, membaca mencakup
aktifitas pengenalan kata, pemahaman literal, interprestasi, membaca
kritis, dan pemahaman kreatif. Pengenalan kata biasa berupa aktifitas
membaca kata-kata dengan menggunakan kamus27. Jadi, Membaca
merupakan suatu proses pengolahan bacaan atau teks yang bertujuan
untuk menggali informasi yang terdapat dalam teks dan melibatkan
komponen kebahasaan, gagasan, nada dan gaya serta yang termasuk
26
Darmiyati, Zuchdi, Strategi Meningkatkan Kemampuan Membaca, (Yogyakarta : UNY Press, 2007),
hal:22
27
Farida Rahim, Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar, (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2011), hal : 2
32
dalam kategori konteks, dan komponen konteks yang berada diluar
komponen kebahasaan.
b. Manfaat Membaca
1.
Melatih kemampuan berpikir
Otak ibarat sebuah pedang, semakin diasah akan semakin tajam.
Kebalikannya jika tidak diasah, juga akan tumpul. Apakah alat
yang efektif untuk mengasah otak? jawabannya adalah membaca.
Menurut Astri Novia, pilihlah satu jenis buku yang Anda sukai,
apakah literature klasik, fiksi ilmiah, atau buku pengembangan
diri. Dengan cara ini otak akan bertambah kuat. Bacalah buku
sebanyak mungkin. Menurut para ahli, keuntungan dari membaca
buku dapat memberikan dampak yang menyenangkan bagi otak
kita. Membaca juga membantu meningkatkan keahlian kognitif
dan meningkatkan perbendaharaan kosakata.
2.
Meningkatkan Pemahaman
Contoh nyata dari manfaat ini banyak dirasakan oleh siswa
maupun mahasiswa. Di mana membaca dapat meningkatkan
pemahaman dan memori, yang semula tidak mereka mengerti
menjadi lebih jelas setalah membaca. Logika sederhana saja, tidak
mungkin siswa atau mahasiswa memahami materi pelajaran/kuliah
33
kalau mereka tidak membaca. Dari sini jelas bahwa membaca
sangat berperan dalam membantu seseorang untuk meningkatkan
pemahamannya terhadap suatu bahan/materi yang dipelajari.
3.
Menambah wawasan dan ilmu pengetahuan
Manfaat yang satu ini mungkin sudah sering kita dengar semenjak
kita masih kecil. Kita pasti ingat berapa kali guru-guru kita
mengingatkan bahwa membaca adalah satu sarana untuk
membuka cakrawala dunia. Dengan memiliki banyak wawasan
dan ilmu pengetahuan, kita akan lebih percaya diri dalam menatap
dunia. Mampu menyesuaikan diri dalam berbagai pergaulan dan
tetap bisa servive dalam menghadapi gejolak zaman.
4.
Mengasah kemampuan menulis
Selain menambah wawasan dan ilmu pengetahuan, memebaca
juga bisa mengasah kemampuan menulis Anda. Selain karena
wawasan Anda untuk bahan menulis semakin luas, Anda juga bisa
mempelajari gaya-gaya menulis orang lain dengan membaca
tulisannya. Lewat membaca Anda bisa mendapatkan kekayaan ide
yang melimpah untuk menulis.
5.
Mendukung kemampuan berbicara di depan umum
34
Membaca adalah aktivitas yang akan membuka cakrawala dan
pengatahuan anda terhadap dunia. Terbatasnya jangkauan diri kita
terhadap peristiwa-peristiwa di dunia, hanya bisa dijangkau
dengan membaca. Selain mendapatkan informasi tentang berbagai
peristiwa, membaca juga mampu meningkatkan pola pikir,
kreativitas dan kemampuan verbal, karena membaca akan
memperkaya kosa kata dan kekuatan kata-kata. Meningkatnya
pola pikir, kreativitas dan kemampuan verbal akan sangat
mendukung dalam meningkatkan kemampuan berbicara di depan
umum.
6.
Meningkatkan Konsentrasi
Orang yang suka membaca akan memiliki otak yang lebih
konsentrasi dan fokus. Karena fokus ini, pembaca akan memiliki
kemampuan untuk memiliki perhatian penuh dan praktis dalam
kehidupan. Ini juga mengembangkan keterampilan objektivitas
dan pengambilan keputusan.
7.
Menjauhkan risiko penyakit Alzheimer
Membaca benar-benar dapat langsung meningkatkan daya ikat
otak. Ketika membaca, otak akan dirangsang dan stimulasi
35
(rangsangan) secara teratur dapat membantu mencegah gangguan
pada otak termasuk penyakit Alzheimer. Penelitian telah
menunjukkan bahwa latihan otak seperti membaca buku atau
majalah, bermain teka-teki silang, Sudoku, dan lain-lain dapat
menunda atau mencegah kehilangan memori. Menurut para
peneliti, kegiatan ini merangsang sel-sel otak dapat terhubung dan
tumbuh.
8.
Sarana Refleksi dan Pengembangan Diri
Kita dapat mengetahui pemikiran seorang pengusaha atau seorang
trainer tanpa kita harus menjadi pengusaha atau trainer. Artinya
kita bisa mempelajari bagaimana cara orang lain dalam
mengembangkan diri. Ini penting bagi kita sebagai bahan
pertimbangan atau pembanding sebelum kita melakukan suatu hal.
9.
Membaca merupakan proses mental secara aktif
Tidak seperti duduk di depan sebuah kotak idiot (TV, Plasystation,
dll), membaca membuat Anda menggunakan otak Anda. Ketika
membaca, Anda akan dipaksa untuk memikirkan banyak hal yang
Anda belum mengetahuinya. Dalam proses ini, Anda akan
36
menggunakan sel abu-abu otak Anda untuk berfikir dan menjadi
semakin pintar.
10. Membaca akan meningkatkan kosakata AndaAnda dapat belajar
bagaimana mengira suatu makna dari suatu kata (yang belum
Anda ketahui) dengan membaca konteks dari kata-kata lainnya di
sebuah
kalimat.
Buku,
terutama
yang
menantang,
akan
menampakkan kepada Anda begitu banyak kata yang mungkin
sebaliknya belum Anda ketahui.
11. Membangun kepercayaan diri
Semakin banyak yang Anda baca, semakin banyak pengetahuan
yang Anda dapatkan. Dengan bertambahnya pengetahuan, akan
semakin membangun kepercayaan diri. Jadi hal ini merupakan
reaksi berantai. Karena Anda adalah seorang pembaca yang baik,
orang-orang akan mencari Anda untuk mencari suatu jawaban.
Perasaan Anda terhadap diri Anda sendiri akan semakin baik.
(Namun ingat, ikhlas tetap merupakan jalan untuk mencapai
kesuksesan, dan berhati-hatilah dari sikap merasa bangga diri.
Bersyukurlah selalu kepada Allah atas secuil pengetahuan yang
Anda miliki).
37
12. Meningkatkan memori
Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa jika Anda tidak
menggunakan memori anda, Anda bisa kehilangannya. Teka-teki
silang adalah salah satu contoh permainan kata yang dapat
mencegah penyakit Alzheimer. Membaca, walaupun bukan sebuah
permainan, akan membantu Anda meregangkan “otot” memori
Anda dengan cara yang sama. Membaca itu memerlukan ingatan
terhadap detail, fakta dan gambar pada suatu literatur, alur, tema
atau karakter cerita.
13. Meningkatkan kedisplinan
Mencari waktu untuk membaca adalah sesuatu yang kita sudah
mengetahuinya untuk dilakukan. Namun, siapa yang membuat
jadwal untuk membaca buku setiap harinya? Hanya sedikit sekali.
Karena itulah, menambahkan aktivitas membaca buku ke dalam
jadwal harian Anda dan berpegang dengan jadwal tersebut akan
meningkatkan kedisiplinan.
14. Meningkatkan kretivitas
Membaca tentang keanekaragaman kehidupan dan membuka diri
Anda terhadap ide dan informasi baru akan membantu
38
perkembangan sisi kreatif otak Anda, karena otak Anda akan
menyerap inovasi tersebut ke dalam proses berfikir Anda.
15. Mengurangi kebosanan
Salah satu kebiasaan yang saya miliki adalah, apabila saya merasa
bosan, maka saya akan mengambil buku dan mulai membacanya.
Apa yang saya temukan dengan berpegang kepada kebiasaan ini
adalah, saya menjadi semakin tertarik dengan suatu bahasan buku
dan saya sudah tidak bosan lagi. Maksud saya, jika Anda merasa
bosan, Anda akan merasa lebih baik dengan membaca buku yang
bagus, bukan? Jika Anda ingin memecahkan rasa malas yang
monoton, dan kehidupan yang tidak kreatif dan membosankan,
maka pergi dan ambillah satu buku yang menarik. Bukalah
halaman-halamannya dan jelajahi dunia baru yang penuh dengan
informasi dan kecerdasan.
c. Pinsip-prinsip Membaca Pemahaman
Beberapa penelitian memperlihatkan bahwa banyak factor yang
memengaruhi keberhasilan membaca. Menurut McLaughlin dan Allen,
prinsip-prinsip membaca yang didasarkan pada penelitian yang paling
memengaruhi pemahaman membaca ialah seperti yang dikemukakan
berikut ini:
39
1.
Pemehaman merupakan proses konstruktivis social.
2.
Keseimbangan kemahiraksaraan adalah kerangka kerja kurikulum
yang membantu perkembangan pemahaman.
3.
Guru membaca yang professional (unggul) memengaruhi belajar
siswa.
4.
Pembaca yang baik memegang peranan yang strategis dan
berperan aktif dalam proses membaca.
5.
Membaca hendaknya terjadi dalam konteks yang bermakna.
6.
Siswa menemukan manfaat membaca yang berasal dari berbagai
teks dari berbagai tingkat kelas.
7.
Perkembangan
kosakata
dan
pembelajaran
memengaruhi
factor
pada
perkembangan membaca.
8.
Pengikutsertaan
adalah
suatu
kunci
proses
pemahaman.
9.
Strategi dan keterampilan membaca bisa diajarkan.
10. Asesmen yang dinamis menginformasikan pembelajaran membaca
pemahaman28.
d. Tujuan Membaca
Tujuan membaca mencakup :
28
1.
Kesenangan
2.
Menyempurnakan membaca nyaring
Farida Rahim, Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar, (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2011), hal : 4
40
3.
Menggunakan strategi tertentu
4.
Memperbaharui pengetahuannya tentang suatu topic
5.
Mengaitkan informasi baru dengan informasi yang telah
diketahuinya
6.
Memperoleh informasi untuk laporan lisan atau tertulis
7.
Mengkonfirmasikan atau menolak prediksi
8.
Menampilkan suatu eksperimen atau mengaplikasikan informasi
yang diperoleh dari suatu teks dalam beberapa cara lain dan
mempelajari tentang struktur teks.
9.
Menjawab pertanyaan-pertanyaan yang spesifik29
e. Komponen Kegiatan Membaca
Pada dasarnya kegiatan membaca terdiri atas dua bagian, yaitu proses
dan produk. Proses membaca mencakup 9 aspek untuk menghasilkan
produk.
1.
Proses Membaca
Membaca
merupakan
proses
yang
kompleks.
Proses
ini
melibatkan sejumlah kegiatan fisik dan mental. Proses membaca
terdiri atas sembilan aspek, yaitu sensori, perseptual, urutan,
pengalaman, pikiran, pembelajaran, asosiasi, sikap dan gagasan.
2.
29
Produk Membaca
Farida Rahim, Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar, (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2011), hal : 11
41
Produk membaca merupakan komunikasi daripemikiran dan emosi
antara penulis dan pembaca. Komunikasi juga bisa terjadi dari
konstruksipembaca melalui integrasi pengetahuan yang telah
dimiliki pembaca dengan informasi yang disajikan dalam teks.
Komunikasi dalam membaca tergantung pada pemahaman yang
dipengaruhi oleh seluruh aspek proses membaca.
3. MEMBACA PANTUN
Seperti yang kita sedia maklum, pantun biasanya dilafazkan mengikut
sebutan, intonasi dan irama yang biasa didengar. Pengkaji pantun
berpendapat pantun tidak mempunyai irama lagu yang khusus, sebaliknya
pantun dibaca secara bebas, tetapi mengikut intonasi yang tertentu. Sebagai
puisi asli melayu, pantun wujud sejak berzaman-zaman, iaitu sejak zaman
masyarakat melayu belum tahu menulis dan membaca.
Pantun merupakan sejenis puisi tradisional masyarakat melayu yang
dicipta sebagai suatu bentuk pengucapan untuk menyampaikan fikiran dan
perasaan terhadap seseorang atau mengenai sesuatu perkara, di samping
bertujuan untuk menyindir, berjenaka, memberikan nasihat, sebagai
selingan atau penyedap cakap dalam ucapan atau untuk bersuka-suka
sahaja. Tanpa kita sedari, sebenarnya pantun boleh dan telahpun dilagukan
mengikut irama dan lagu yang tersendiri dalam pelbagai lagu-lagu klasik
mahupun lagu-lagu moden masa kini. Antaranya, seperti dalam lagu
42
Gurindam Jiwa, Joget Pahang dan Kelip Kelip Ku Sangka Api yang tertera
di bawah. Lagu Malek Ridzuan :
Kelip Kelip Ku Sangka Api
Tiap hari melintas di sini
Kuharapkan dapat memandang mu
Sayangnya engkau persis tak peduli
Akulah seorang merindu
Jeling jeling kau tidak berpaling
Senyum diberi tiada balasan
Sikapmu sayang membuatku rungsing
Ku turut hati merana badan
Berakit berakitlah ke hulu
Berenang renang ku ketepian
Bersakit biarku sakit dahulu
Bersenang denganmu kemudian
Kelip kelip ku sangkakan api
Sinar mentari membawa cahaya
Kau hilang ghaib sangkaku kau benci
Kiranya sengaja nak menduga
4. MEMBUAT PANTUN
43
Untuk menulis pantun, hal yang harus diperhatikan ialah membuat
topik atau tema terlebih dahulu, sama halnya jika hendak membuat
karangan yang lain. Tema dalam penulisan pantun sangat penting sekali,
karena dengan tema pantun-pantun yang dibuat oleh siswa akan lebih
terarah kepada sesuatu maksud yang diharapkan. Dan juga tidak akan
merebak kemana-mana, yang akhirnya dapat mendatangkan masalah.
Memang diakui, adanya sedikit pengekangan kreativitas bagi siswa dalam
menulis pantun, jika menggunakan tema yang sempit. Oleh karena itu, guru
harus lebih bijaksana dalam memilih tema yang didalamnya dapat
mengandung atau mencakup berbagai permasalahan keseharian. Tema
yang cocok diberikan dalam proses pembelajaran misalnya saja berkaitan
dengan masalah politik, sosial budaya, percintaan, dan kehidupan keluraga.
Misalnya, tema tentang sosial budaya dengan mengambil topik soal
kebersihan kota atau masalah sampah. Hal pertama yang harus dilakukan
ialah membuat isinya terlebih dahulu. Untuk membuat isi harus diingat
bahwa pantun terdiri atas empat baris. Dua baris pertama sampiran, dan
dua baris berikutnya ialah isi. Jadi, soal sampah tersebut dapat disusun
dalam dua baris kalimat, yang setiap baris kalimatnya terdiri atas empat
perkataan dan berkisar antara 8 sampai 12 suku kata.
Kemungkinan jika dibuatkan kalimat biasa, boleh jadi kalimatnya
cukup panjang. Misalnya: ”Dikota yang semakin ramai dan berkembang
ini, ternyata mempunyai masalah lain yang sangat terkait dengan masalah
44
kesehatan warganya, yaitu sampah yang berserakan di mana-mana . . . dan
seterusnya.”
Pengertian dari kalimat di atas mungkin bisa lebih panjang, namun hal
tersebut dapat diringkas dalam dua baris kalimat isi sebagai berikut.
Jika sampah dibiarkan berserak,
penyakit diundang, masalah datang.
Disinilah kelebihan pantun, dapat meringkas kalimat yang panjang,
tanpa harus kehilangan makna atau arti sebuah kalimat yang ditulis
panjang-panjang.
Jika isi pantun sudah didapatkan, langkah selanjutnya ialah membuat
sampirannya. Walau kata kedua dari suku akhir baris isi pertama dan kedua
diberi tanda tebal. Namun jangan hal itu yang menjadi perhatian, tapi justru
yang harus diperhatikan ialah pada suku akhir dari kata keempat baris
pertama dan kedua, yaitu rak dan tang, sebab yang hendak dicari ialah
sajaknya atau persamaan bunyi.
Sebuah pantun yang baik, suku akhir kata kedua sampiran pertama
bersajak dengan suku akhir kata kedua dari isi yang pertama. Apalagi suku
akhir kata keempat dari sampiran pertama seharusnya bersajak dengan
suku akhir kata keempat isi pertama, karena disinilah nilai persajakan
dalam pantun itu yaitu baris pertama sama dengan baris ketiga dan baris
kedua sama dengan baris keempat.
45
Tetapi kalau dibuat sekaligus, takut terlalu sulit menyusunnya.
Memang tidak sedikit kata-kata yang bersuku akhir pah, misalnya pelepah,
sampah, nipah, tempah, terompah, dan sebagainya. Begitupun suku kata
yang akhirannya dang, misalnya udang, sedang, ladang, kandang, bidang,
tendang, dan sebagainya. Kalaupun sulit untuk mencari kata yang bersuku
akhir pah, masih ada jalan lain yaitu dengan membuang huruf p nya, dan
mengambil ah nya saja. Begitupun dengan dang, buang huruf d nya,
sehingga yang tertinggal hanya ang nya. Tapi jangan sampai dibuang a nya
juga, sehingga hanya tinggal ng nya saja karena hal tersebut dapat
menghilangkan sajaknya. Begitupun untuk suku akhir dari kata rak dan
tang yang menjadi tujuan.
Kata yang bersuku akhir rak dan tang dalam kosa kata bahasa
Indonesia cukup banyak, misalnya untuk kata rak, yaitu kerak, jarak,
marak, serak, gerak, merak, arak, dan sebagainya. Sedangkan untuk kata
tang, yaitu hutang, pantang, batang, petang, lantang, dan sebagainya.
Sekarang baru membuat sampiran pertama dan kedua dengan mencari
kalimat yang suku akhir kata keempatnya adalah rak dan tang. Misalnya:
Cantik sungguh si burung merak,
terbang rendah di waktu petang.
Kemudian antara sampiran dan isi baru disatukan menjadi;
Cantik sungguh si burung merak,
terbang rendah di waktu petang.
46
Jika sampah dibiarkan berserak,
penyakit diundang, masalah datang.
Jika menginginkan suku akhir kata kedua baris pertama dengan suku
akhir kata kedua dari baris ketiga bersajak juga. Begitupun dengan suku
akhir kata kedua baris kedua dengan suku akhir kata kedua baris keempat
bersajak agar terlihat lebih indah bunyinya, maka sampirannya harus
diubah, menjadi;
Daun nipah jangan diarak,
bawa ke ladang di waktu petang.
Jika sampah dibiarkan berserak,
penyakit diundang, masalah datang.
C. MEDIA
1. Pengertian Media
Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari
kata medium yang secara harfiah berarti pengantara atau pengantar.
Media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepenerima
pesan (Sadiman dkk,1990:13)
47
Media pembelajaran sebagai sarana untuk memberikan pengalaman
belajar. Media menurut Gagne, dinyatakan sebagai komponen sumber
belajar yang dapat merangsang siswa-siswi untuk belajar.30
Media pembelajaran merupakan bagian integral dari keseluruhan
situasi belajar mengajar. Hal ini berarti media pembelajaran merupakan
salah satu komponen yang harus dikembangkan oleh guru dalam proses
belajar mengajar, karena peranannya sangat penting sebagai alat bantu
untuk menciptakan proses belajar mengajar secara efektif (Sudjana,
1989:99)
2. Jenis Media
Secara umum media pengajaran dapat dibagi menjadi empat jenis,
yaitu
a. Media yang dapat dilihat, seperti film, gambar, grafik, peta,
poster, globe, dan papan tulis
b. Media yang dapat didengar dan dapat dilihat, seperti radio,
rekaman pada tape recorder
c. Media yang dapat dilihat dan dapat didengar, seperti film, TV,
model, koleksi diaroma
d. Dramatisasi, seperti pantomim, permainan, sosio drama, dan
demontrasi ( disarikan dari Oemar, 1989:46).
3. Manfaat Media
30
Buku Ajar PGMI Perencanaan Pembelajaran, paket 9 hlm 8
48
Dalam pengajaran, media memiliki beberapa manfaat antara lain
sebagai berikut:
a. Meletakkan dasar-dasar yang konkret untuk berfikir sehingga
mengurangi verbalisme
b. Memperbesar perhatian siswa
c. Meletakkan dasar dasar yang penting untuk perkembangan
belajar, sehingga membuat pelajaran lebih mantap; memberikan
pengalaman yang nyata yang dapat menumbukan kegiatan
berusaha sendiri dikalangan siswa
d. Membantu
tumbuhnya
pengertian
sehingga
membantu
perkembangan kemampuan siswa
e. Memberikan
pengalaman-pengalaman
yang
tidak
mudah
diperoleh dengan cara lain serta membantu perkembangannya
efisien dan lebih mendalam serta keragaman yang lebih banyak
(dalam Oemar, 1989:15)
4. Tujuan Media
Tujuan utama penggunaaan media pembelajaran bahasa ialah agar
pesan atau informasi yang dikomunikasikan terserbut dapat diserap
sebanyak-banyaknya oleh siswa sebagai penerima informasi. Penggunaan
media dalam berbagai bentuk pada umumnya dianggap bermanfaat dalam
pembelajaran bahasa secara umum dan dalam pembelajaran bahasa Jawa
pada khususnya. Media yang canggih dan mahal tidak selalu dan belum
49
tentu efektif. Yang penting adalah bagaimana alat atau media itu dapat
menarik perhatian para pelajar dan dapat mempertinggi motivasi mereka
untuk belajar bahasa Jawa pada umumnya dan belajar menulis huruf Jawa
pada khususnya. Dari penjelasan di atas penulis menyimpulkan media
pengajaran adalah sebagai salah satu upaya untuk mempertinggi proses
interaksi guru dengan siswa dan interaksi siswa dengan lingkungannya.
Oleh sebab itu fungsi utama media pengajaran adalah sebagai alat bantu
mengajar,
yaitu
penunjang
penggunaan
metode
mengajar
yang
dipergunakan guru. Penggunaan media pengajaran diharapkan dapat
mempertinggi kualitas proses belajar mengajar yang pada akhirnya dapat
mempengaruhi kualitas hasil belajar siswa.
D. DOMINO PANTUN
Domino Pantun atau kartu domino pantun adalah sebuah alat peraga
atau media yang digunakan untuk proses belajar mengajar dalam rangka
mempermudah atau memperjelas penyampaian materi pembelajaran. Kartu
sebagai alat peraga praktik yang berfungsi untuk mempermudah siswa dalam
pemahaman suatu konsep sehingga hasil prestasi, pembelajaran lebih
menyenangkan dan lebih efektif serta aktif. Domino pantun yang digunakan
dalam penelitian ini adalah kartu yang didalamnya terdapat tulisan-tulisan
pantun. Kartu ini terbuat dari kertas tebal atau kertas karton berbentuk persegi
panjang dengan ukuran 7 cm x 4 cm yang ditempel dengan kertas lipat
berwarna. Di kertas lipat ditempeli tulisan pantun yang terpencar tiap baitnya,
50
jadi tiap kartu domino terdapat 1 baris yang ditulis dengan warna yang
berbeda. Kemudian baliknya dibentuk seperti kartu domino dan diberi warna
merah. Kartu ini di buat untuk beberapa kelompok dalam kelas. Kartu domino
yang terdapat satu baris pantun itu di susun sendiri oleh siswa dengan kartu
domino yang sesuai dengan sajak baris pantun. Baris pantun tersebut
merupakan penerapan dari penulisan pantun yang telah diterangkan oleh guru.
Adapun mengajarannya dengan dikelompokkan dan berdiskusi seperti
bermain domino.
E. DASAR PEMILIHAN MEDIA DOMINO PANTUN SEBAGAI ALAT
PEMBELAJARAN MEMBUAT DAN MEMBACA PANTUN
Menurut Rohani sumber belajar hendaknya memiliki kriteria31:
1. ekonomis
2. praktis dan sederhana
3. mudah diperoleh
4. bersifat fleksibel
Menurut Muryati (2002:28) sebagai alat peraga kartu mempunyai
kelebihan sebagai berikut.
1. Kartu dapat mengkongkritkan konsep yang abstrak
2. Kartu dapat menimbulkan persepsi yang sama pada siswa-siswa yang
mempunyai latar belakang yang berbeda-beda sehingga dapat
mengurangi terjadinya salah komunikasi
31
Buku Ajar PGMI Perencanaan Pembelajaran, paket 9, hlm. 9
51
3. Melalui
penggunaaan
kartu
interaksi
langsung
terjadinya
dalam
pengajaran,
dengan
siswa
meningkatkan
sehingga
dapat
membangkitkan minat siswa dalam belajar. Minat yang besar akan
membangkitkan motivasi yang tinggi
4. Kartu dapat mengarahkan perhatian siswa kepada satu titik fokus
5. Memungkinkan terjadinya interaksi langsung antara guru dengan
siswa, sehingga pesan yang disampaikan guru dapat diterima baik
oleh siswa
Sedangkan dalam penelitian ini menggunakan kartu yang dibuat dengan
bentuk domino. Kartu domino yang terdapat gambar bulat-bulat merah
digunakan sebagai petunjuk untuk memilih siapa yang duluan membacakan isi
baris pantunnya, kemudian diteruskan oleh yang lainnya sesuai sajak pantun.
Dengan cara ini diharapkan dapat menarik minat siswa terhadap pembuatan
dan pembacaan pantun serta dapat mengurangi kejenuhan siswa terhadap
materi pantun. Siswa yang tadinya kurang tertarik pada pelajaran membuat
dan membaca pantun akan bertambah bersemangat dan menambah minat
untuk mempelajari pantun.
Berdasarkan uraian di atas peneliti mengambil kesimpulan dengan
menggunaan
media
pembelajaran pantun
domino
pantunbertuliskan
baris
pantun
dalam
merupakan suatu usaha untuk memotivasi siswa
sehingga dapat membangkitkan minat siswa dalam membuat dan membaca
pantun. Kartu domino pantun dipakai sebagai alat pembelajaran karena dirasa
52
media inimerupakan media yang digemari siswa karena mudah dalam
penggunaanya dan alat atau media yang ekonomis dalam arti realita murah,
yakni secara mininal biaya yang dikeluarkan. Bahan-bahan yang digunakan
untuk membuat kartu ini dapat memanfaatkan yang ada di sekitar siswa. Kartu
domino pantun ini tergolong praktis artinya tidak memerlukan pelayanan dan
pengadaan sampingan yang sulit dan langka, sederhana artinya tidak
memerlukan pelayanan khusus yang mensyaratkan keterampilan yang rumit
dan kompleks dalam pemanfaatannya. Kartu ini merupakan salah satu sumber
belajar yang dapat diperoleh di sekitar lingkungan siswa berada. Selain itu,
juga memiliki sifat fleksibel artinya bahwa sumber belajar ini dapat
dimanfaatkan untuk berbagai tujuan instruksional dan dapat dipertahankan
dalam berbagai situasi dan pengaruh.
Sesuai dengan pertimbangan di atas peneliti memilih media kartu sebagai
salah satu media yang dianggap dapat memotivasi siswa dalam membuat dan
membacapantun di kelas IVMi As-shibyan Dampaan Cerme Gresik.
F. PEMBELAJARAN MEMBUAT DAN MEMBACA PANTUN DENGAN
MEDIA DOMINO PANTUN
Dalam pembelajaran membuat dan membaca pantun dengan media
domino pantun pertama-tama siswa diperkenalkan pantun dan contoh pantun.
Setelah siswa mengenal pantun, siswa mulai membaca contoh-contoh pantun.
Karena tidak sempurna dalam pembacaannya, maka siswa diperkenalkan
dengan sebuah media domino pantun. Siswa dibagi beberapa kelompok,
53
dengan rincian stiap kelompok terdiri dari 4 siswa. Setiap kelompok diberi 4
domino pantun. Mereka berdiskusi bersama-sama memecahkan masalah yang
diberikan oleh guru, yaitu menyusun pantun secara urut sesuai sajak pantun.
mereka dapat memahami mana yang sampiran dan mana yang termauk isi
setelah dijelaskan oleh guru. Setelah sudah tersusun, setiap siswa
membacakan pantun sesuai kelompoknya secara bergantian dan menjelaskan
termasuk pantun apa. Kemudian, siswa diminta oleh guru untuk membuat
pantun bebas sesuai sajak dari setiap pantun di kelompok masing-masing.
Dengan begitu mereka akan termotivasi dan lebih semangat dalam
pembelajaran pantun. Karena dengan domino pantun, mereka lebih faham dan
senang dalam membuat pantun. bisa belajar sambil bermain media domino
pantun. Setelah selesai membuat pantun, pantun setiap siswa ditukarkan
dengan teman sekelompoknya . kemudian, mereka saling bergantian dalam
membacakan pantun di depan kelas. Dengan begitu siswa akan diajarkan lebih
percaya diri ketika maju ke depan kelas.
G. KERANGKA BERFIKIR
Siswa kelas IV Mi As-shibyan Dampaan Cerme Gresik memiliki
kemampuan membaca dan menulis pantun kurang maksimal. Kesulitan
membuat pantun dikarenakan para siswa kurang mengenal pantun. Selain itu
minat siswa terhadap pelajaran bahasa Indonesia khususnya menulis pantun
masih kurang. Karena menulis pantun menjadi salah satu kompetensi yang
54
harus dicapai dalam pembelajaran bahasa Indonesia maka kesulitan-kesulitan
tersebut harus segera diatasi. Melihat kondisi siswa kelasIV Mi As-shibyan,
maka salah satu media yang diharapkan dapat meningkatkan motivasi
belajarmembaca dan membuat pantunadalah dengan media domino pantun.
Media domino pantun yang disajikan dalam pembelajaran dapat digunakan
sebagai sumber belajar dan dapat juga sebagai hiburan penghilang rasa
tegang, jenuh dan penat ketika belajar bahasa Indonesia. Oleh karena itu, guru
perlu mengarahkan siswa membaca dan membuat pantun melalui kartu
domino dengan tingkat pemahamann mereka dan disesuaikan dengan karakter
siswa sehingga media domino pantun dapat bermanfaat bagi mereka.
Ada keterkaitan antara media domino pantun dengan peningkatan
motivasi belajar membaca dan menulis pantun. Media kartu disajikan kepada
siswa dapat menumbuhkan rasa senang, aktif dan membentuk kebiasaan siswa
memahami pantun yang dibacanya. Pemahaman isi itu sangat penting untuk
dapat mengungkapkan isiyang terkandung dalam pantun. Kartu yang disajikan
dalam pembelajaran membaca dan membuat pantun dapat menuntun siswa
memahami isi tulisan. Hal ini terjadi karena dengan menulis melalui kartu
akan merangsang pikiran siswa untuk mengingat cara menulis pantun dengan
sajak yang berbeda dan mengungkapkannya kembali sajak pantun dalam kartu
dengan pantun yang baru.
Oleh karena penyajian media domino pantun dapat merangsang minat
baca dan
tulis serta meningkatkan rasa ingin tahu siswa akan isi yang
55
dibacanya, maka diharapkan penyajian media domino pantun dapat
mempermudah siswa untuk membaca dan membuat pantun serta memahami
isi pantun menjadi lebih baik. Pemahaman akan isi pantun bertambah lebih
baik menandakan adanya peningkatan motivasi belajar membaca dan menulis
pantun.
H. HIPOTESIS TINDAKAN
Berdasarkan landasan teori dan kerangka berfikir yang ada, hipotesis
tindakan pada penelitian ini adalah jika siswa diberi proses pembelajaran
dengan media post card untuk meningkatkan minat belajar menulis huruf
aksara Jawa siswa dapat meningkat.
BAB III
PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS
A. METODE PENELITIAN
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis penelitian tindakan.
Jenis penelitian tindakan yang dilakukan adalah penelitian tindakan kelas atau
biasanya disebut PTK. PTK yang dilakukan oleh peneliti, dilaksanakan
dengan cara mengamati proses pembelajaran di dalam kelas. Subjek yang di
amati dalam penelitian ini adalah guru dan siswa. Hal yang diamati adalah
56
semua akivitas yang dilakuakan oleh guru dan siswa selama proses
pembelajaran berlangsung.
Suharsimi berpendapat bahwa, penelitian tindakan kelas berasal dari
penggabungan tiga kata yatu: 1. Penelitian, 2. Tindakan, 3. Kelas, peneitian
tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar
berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah
kelas secara bersamaan.32 Berdasarkan definisi tersebut, dapat dipahami
bahwa penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru
atau peneliti di suatu ruang kelas untuk meningkatan proses pembelajaran.
Dengan adanya peningkatan proses pembelajaran, diharapkan adanya
perubahan kegiatan pembelajaran yang biasa saja menjadi pembelajaran yang
lebih bermakna dan lebih baik dari kegiatan pembelajaran sebelumnya.
1.
Ciri-ciri penelitian tindakan kelas
Penelitian tindakan kelas memiliki tiga ciri pokok. Seperti
yang dituliskan oleh Suharsimi Ari Kunto. Ciri-ciri tersebut adalah :
a. Inkuiri
reflektif,
yaitu
permasalahan
dalam
PTK
merupakan
permasalahan yang riil dalam proses pembelajaran di dalam kelas.
b. Kooperatif, yaitu adanya kerjasama antara peneliti dengan guru kelas
atau antara guru kelas dengan pihak-pihak yang mengadakan
perbaikan dalam proses pembelajaran.
32
Suharsimi,DKK, Penelitian Tindakan Kelas. (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), hlm:3
57
c. Reflektif, yaitu penelitian bersifat berkelanjutan nuntuk mengetahui
kemajuan atau peningkatan dari pelaksanaan tindakan yang dilakukan
dan melakukan perbaikan pada siklus selanjutnya33
PTK ni menggunaka model penelitian tindakan dari Kurf
Lewin, yang berbentuk spiral dari siklus I ke siklus II. Dan setiap silus,
kegiatan yang dilakukan meliputi planning (rencana), action (tindakan),
observation (pengematan), reflection (refleksi). Sebelum masuk pada
siklus I dilakukan tindakan pendahuluan yangberupa identifikasi
permasalahan yang ada34. Alur siklus PTK menurut Kurf Lewin,
dijelaskan pada gambar berikut ini
Identifikasi
maslah
perencanaan
Refleksi
Tindakan
Siklus 1
33
34
Suharsimi Ari Kunto, penelitian tindakan kelas….hlm : 110
Enelitian tindakan kelas. Surabaya ; kampus PGMI, 2007. HLM : 5.12
58
observasi
Perencanaan
ulang
Siklus II
Dst….
B. SETTING PENELITIAN
a.
Setting
Setting dalam penelitian ini meliputi tempat, waktu dan siklus penelitian
PTK :

Tempat penelitian
Tempat pelaksanaan penelitian ini, dilaksanakan di kelas IV Mi
As-shibyan Dampaaan Cerme Gresik dalam mata pelajaran bahasa
Indonesia.

Waktu penelitian
59
Waktu penelitian ini akan dilaksanakan pada semester genap,
yaitu pada bulan April 2013 semester genap pada tahun ajaran
2013-2014

Siklus PTK
penelitian tindakan kelas ini dilakukan 2 siklus, guna melihat
penerapan media domino pantun, dalam upaya peningkatan
motivasi belajar bahasa Indonesia materi pantun. Setiap siklus
dilaksanakan
mengikuti
prosedur
perencanaan,
tindakan,
pengamatan dan refleksi.
b.
Karakterisrik Subjek Penelitian
Subjek penelitianyang akan dianalaisis adalah “siswa kelas IV Mi Asshibyan, dengan jumlah siswa 20 laki-laki dan 6 perempuan”.
Penelitian ini dilakukan karena banyak siswa yang kurang memiliki
motivasi belajar di dalam kelas dan masih banyak siswa yang tidak
percaya diri saat membaca pantun. Selain itu, media domino pantun juga
belum pernah dilakukan oleh guru di sekolah tersebut. sehingga peneliti
beharap dengan adanya media domino pantun dapat meningkatkan
motivasi belajar siswa.
C. VARIABEL PENELITIAN
Variabel-variabel menjadi pusat PTK ini adalah variabel yang
penerapannya menggunakan media domino untuk meningkatkan motivasi
60
belajar siswa dalam membacakan pantun pada mata pelajaran bahasa
Indonesia
a. Variable input : semua siswa klas IV Mi As-shibyan Dampaan
Cerme Gresik
b. Variable proses : media domino pantun
c. Variable output : motivasi belajar siswa dalam membaca dan
membuat pantun
D. RENCANA TINDAKAN
Penelitian ini menggunakanjenis penelitian tindakan kelas (PTK),
bentuk kajiannya yaitu untuk memperbaikai kondisi pembelajatran yang
dilakukam secara berkesinambungan. Dalam PTK terdapat beberapa tindakan
adapun rencana tindakan yang akan dilakukan dalam penelitian ini adlah :
1.
Rencana penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti akanmenggunakan tindakan dengan
menerapkan media domino pantun pada siswa kels IV di Mi As-shibyan
Dampaan Cerme Gresik, dengan harapan setelah diterapkannya media
domino pantun, akan menjadi peningkatan motivasi belajar pada diri
siswa. Dalam pelaksanaan penelitian keegiatan yang akan dilakukan
antara lain ;
a. Persiapan pelaksanaan ptk
1. Meminta izin kepada kepala sekolah untuk melaksanakan PTK
61
2. Melakukan konsolidasi dengan guru tentang tata cara pelaksanaan
penelitian
2.
Pelaksanaan penelitian
Sesuai dengan metode penelitian yang dipilih, yaitu penelitian
tindakan kelas (PTK), maka penelitian ini menggunakan model penelitian
menurut Kurt Lewin. Model penelitian ini berbentuk spiral yang terdiri
dari 2 siklus, dengan rincian setiap siklus terdiri dari 4 langkah pokok,
yaitu : perencanaan, pelaksa naan, pengamatan dan refleksi. Pelaksanaan
penelitian ini diawali dengan mengidentifikasi masalah. Identifikasi
masalah dilakukan peneliti dengan melakukan wawancara guru tentang
permasalahan yang ada dalam pembelajaran. Setelah mengidentifikasi
masalah, bahwa langkah selanjutnya dilakukan adalah tahap penelitian.
Setiap siklus dalam penelitian ini dilaksanakan dalam 1 pertemuan, yang
dijelaskan sebagi berikut :
a. Perencanaan,
peneliti
menyiapkan
segala
komponen
dalam
dilakukan
adalah
pelaksanaan penelitian.
b. Tindakan,
pada
tahap
ini
kegiatan
yang
melaksanakan tindakan yang telah dirumuskan pada RPP.
c. Pengamatan, mengamati tindakan dan melihat hasil atau dampak dari
tindakan yang telah dilakukan.
d. Melakukan refleksi, dengan mengkaji dan mengevaluais hasil
penelitian
62
Penelitian ini akan dijelaskan dalam uraian rencana tindakan
sebagai berikut:
Berdasarkan model PTK menurut Kurt Lewin sebelum melaksankan
siklus I, dilakukan pengidentifikasian masalah yang terjadi dalam
pembelajaran. Pengidentifikasian maslah dilakukan peneliti dengan
melakukan wawancara dengan guru (pra siklus) dan mencari data
pendukung dari hasil wawancara yang dilakukan. Dari hasil wawancara
dengan guru (pra siklus), peneliti menemukan masalah tentang rendahnya
motivasi belajar siswa pada mata pelajaran bahasa Indonesia khususnya
materi pantun. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka peneliti
kemudian menganalisa masalah dan mencari alternative pemecahan
masalah guna diterapkan dalam pelaksanaan siklus. Penelitian ini
diterapkan dalam 2 siklus dengan rincian kegiatan sebagai berikut :
SIKLUS I
a. Perencanaan
b. Pelaksanaan Tindakan
c. Pengamatan
d. Refleksi
SIKLUS II
1.
Perencanaan
63
2.
Pelaksanaan tindakan
3.
Pengamatan
4.
Refleksi
3. PENGUMPULAN DATA
a. Jenis data dan Sumber data
1. Jenis data
Adapun data yang akan di ambil dalam penelitian ini meliputi 2 mcam:

Data kualititatif
Gambaran umum tentang PTK, materi yang disampaikan dalam
PTK

Data kuantitatif
Nilai hasil tes dan angket motivasi siswa terhadap proses
pembelajran
2. Sumber data

Sumber data primer: guru, siswa, dan hasil penelitian

Sumber sekunder: hasil banyaknya pantun yang dihasilkan
b. Teknik pengumpulan data
Dalam hal ini, peneliti menggunakan beberapa metode
untukmenggali informasi yang dibutuhkan. Metode yang dipakai
peneliti untukmendapatkan informasi tersebut antara lain sebagai
berikut:
64
a) Dokumentasi
b) Wawancara
c) Pengamatan (observasi)
d) Performance
c. Instrument pengumpulan data
Instrument merupakan serangkaian alat yang digunakan dalam suatu
penelitian. Instrument tersebut berguna untuk melaporkan data yang
digunakan selama proses pengumpulan data. Sesuai dengan teknik
pengumpulan data yang telah dijelaskan di atas.
4. INDIKATOR KEBERHASILAN
Untuk menentukan keberhasilan dari penelitian ini apabila adanya
peningkatan motivasi belajar dan keaktifan siswa dalam pembelajaran bahasa
Indonesia dengan menggunakan media domino pantun,
maka dinyatakan
siswa telah termotivasi dan aktif dalam pembelajaran. Sehingga siswa lebih
mudah dan paham dalam materi pantun mata pelajaran Bahasa Indonesia.
5. TIM PENELITI
Dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini, peneliti sebagai guru
berkolaboratif dengan Ibu Anis, S.Pd selaku mapel bahasa Indonesia kelas IV
MiAs-shibyan Dampaan Cerme Gresik Tahun Pelajaran 2013-2014.
65
Download