1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Setiap manusia selalu memiliki motivasi. Motivasi tersebut berhubugan erat dengan tujuan yang diharapkan. Dengan adanya motivasi, manusia dapat terdorong untuk mewujudkan harapan yang ada dalam dirinya. Hal tersebut dengan pendapat dari Suharsimi yang mengutip teori lama dalam bukunya yang menjelaskan bahwa motivasi merupakan suatu usaha untuk memenuhi kebutuhan1. Oleh karena itu motivasi diperlukan oleh seseorang dalam segala bidangnya. Begitu juga dengan proses pembelajaran di sekolah. Dalam kegiatan pembelajaran, salah satu subjek yang memiliki motivasi adalah siswa. Siswa yang mempunyai motivasi tinggi dari belajar, tentu akan membuatnya semakin giat belajar. Begitu pula sebailiknya, jika seorang siswa tidak mempunyai motivasi, maka siswa akan acuh terhadap apa yang disampaikan oleh guru. Motivasi itulah yang dapat mempengaruhi tinggi rendahnya prestasi belajar siswa. Motivasi yang dimiliki siswa dalam belajar sangat beragam, sesuai pendapat dari Sardingan yang menyebutkan bahwa motivasi siswa untuk 1 Suharsimi, Menejemen Pengajaran, (Jakarta :RINEKA CIPTA, 1993), Halaman : 67 2 belajar antara lain adalah untuk mengetahui apa yang akan dipelajari mengapa hal tersebut patut dipelajari2. Namun kenyataanya banyak siswa yang tidak memiliki motivasi sesuai dengan pendapat tersebut. Sebagaian besar motivasi siswa belajar di sekolah hanyalah sebagai formalitas dan kewajiban harian karena takut orang tuanya marah jika ia tidak sekolah. Oleh karena itu, motivasi siswa yang sesungguhnya adalah untuk mengetahui ilmu pengetahuan baru berubah menjadi kewajiban untuk sekedar hadir dalam kegiatan pembelajaran. Ketika sampai disekolah, siswa lebih banyak bermain dengan teman-temannya, tidak memperhatikan penjelasan dari guru serta sebagian siswa tidak betah duduk berlama-lamaan di dalam kelas, karena merasa kegiatan belajar di dalam kelas terasa membosankan. Hal itulah yang menunjukkan bahwa siswa tidak mempunyai motivasi dalam belajar. Usaha untuk menumbuhkan motivasi dalam diri siswa perlu adanya kesadaran dalam diri siswa dan dorongan dari orang-orang disekitarnya untuk mengembangkan motivasi tersebut. Peran orang tua dan guru sangat diperlukan untuk membangkitkan motivasi belajar siswa. Berdasarkan kondisi yang ada di sekolah MI As-shibyan Dampaan Cerme Gresik khususnya di kelas IV sebagian besar siswanya kurang memiliki motivasi belajar guna meningkatkan prestasinya. Kegiatan pembelajaran di dalam kelas jiga bersifat 2 Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2011), hal : 40 3 pasif, hanya mengajarkan soal-soal di buku paket atau LKS (lembar kerja siswa)3. Khususnya dalam pembajaran bahasa Indonesia. Pada hakikatnya pembelajaran ini memiliki peran sentral dan perkembangan intelektual, sosial, dan emosional siswa dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi4. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia, siswa diajarkan keterampilan-keterampilan berbahasa, diantaranya adalah keterampilan membaca, menulis, dan berbicara. Salah satu keterampilan yang perlu dipelajari terlebih dahulu adalah membaca. Pada dasarnya penguasaan keterampilan mengajar sangatlah diperlukan dalam kehidupan modern saat ini, namun kenyataannya keterampilan membaca di sekolah kurang mendapat respon positif dari siswa. Siswa cenderung malas membaca buku dan selalu sering menanyakan jawaban dari soal yang ada di LKS kepada guru5, pada materi membaca pantun. Dalam kompetensi dasar membaca pantun, banyak siswa yang kurang tertarik pada materi tersebut. Hal ini menyebabkan sebagian besar siswa memperolah nilai di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Nilai KKM yang ditetapkan di sekolah tersebut pada pembelajaran bahasa Indonesia 73, akan tetapi nilai rata-rata kelas yang diperoleh hanyalah 3 Berdasarkan hasil observasi penelitian pra siklus di sekolah MI As-shibyn Dampaan Cerme Gresik. Sk-Kd Permendiknas. 5 Ibu Anis Guru kelas IV Mi As-shibyan, hasil wawancara pra siklus. 1 April 2014 4 4 65.616. Hal tersebut menunjukkan kalau nilai siswa sangat jauh dari standart nilai yang seharusnya diperoleh. Dengan adanya permasalahan tersebut, idealnya perlu sesuatu inovasi baru dalam proses belajar mengajar. Dalam hal ini peneliti akan menggunakan media DOMINO PANTUN untuk mengatasi permasalahan motivasi belajar siswa, khususnya pada materi membaca dan membuat pantun. Dengan menggunakan domino pantun tersebut siswa sangat senang dan bersemangat dengan mengerjakan latihan. Dengan menggunakan media domino pantun siswa akan lebih aktif dan paham dalam pembelajaran dengan mengurutkan kartu domino sesuai dengan sajak pantun. Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti mengadakan penelitian dengan judul “PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS IV PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA MATERI PANTUN DENGAN MEDIA DOMINO PANTUN DI MI AS-SHIBYAN DAMPAAN CERME GRESIK”. B. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan permasalahan diatas, maka masalah yang dapat dirumuskan adalah : 6 Daftar nilai dari Guru (pra siklus). 5 1. Bagaimana implementasi media domino pantun guna meningkatkan motivasi belajar siswa dan pemahaman pada materi pantun di kelas IV Mi As-shibyan Dampaan Cerme Gresik ? 2. Bagaimana peningkatan motivasi belajar siswa kelas IV Mi As-shibyan Dampaan Cerme Gresik setelah domino pantun diimplementasikan? C. TINDAKAN YANG DIPILIH Pada keterampila membaca pantun, sebagian besar siswa merasa tidak memahami materi pantun dan tidak percaya diri saat mebaca di depan kelas. Hal tersebut mungkin dikarenakan siswa kurang mempunyai motivasi. Dengan adanya permasalahan tersebut, maka tindakan yang akan dilakukan oleh peneliti adalah menciptakan inovasi baru dalam kegiatan pembelajaran yang dapat meningkatkan motivasi belajar siswa, khususnya dalam materi membaca dan membuat pantun. Dalam kegiatan pembealajaran ini, bentuk motivasi yang diberikan berupa media domino pantun. Dengan penerapan media domino pantun diharapkan siswa dapat termotivasi dan memahami materi pantun. Siswa akan mengurutkan pantun sesuai dengan sajak pantun. Tindakan ini dirasakan sangat baik bagi siswa yang berkarakteristik masih suka bermain dalam bentuk kartu domino. D. TUJUAN PENELITIAN 6 Penelitian ini dilakukan dengan maksud meningkatkan motivasi belajar siswa kelas IV Mi As-shibyan Dampaan Cerme Gresik, dan secara khusus tujuan dilakukannya penelitian ini adalah ; 1. Untuk mengetahui bagaimana implementasi media domino pantun guna meningkatkan motivasi belajar siswa dan pemahaman pada materi pantun di kelas IV Mi As-shibyan Dampaan Cerme Gresik. 2. Untuk mengetahui peningkatan motivasi belajar siswa kelas IV Mi Asshibyan Dampaan Cerme Gresik setelah domino pantun diimplementasikan. E. LINGKUP PENELITIAN Supaya peneliti dapat terfokus dan mendapatkan hasil penelitian yang akurat maka penulis memberikan batas pengkajian sebagai berikut : 1. Ruang lingkup masalah yang diteliti adalah : Peningkatan motivasi membaca dan membuat pantun, diterapkan untuk dapat mengetahui kemampuan membaca dan membuat pantun serta mengetahui motivasi belajar siswa di dalam kelas. Pelaksanaannya dengan menggunakan media domino pantun. 2. Lingkup objek penelitian adalah : Objek penelitian ini adalah siswa kelas IV Mi As-shibyan Dampaan Cerme Gresikpada semester genap tahun ajaran 2013-2014 dengan jumlah siswa 20 laki-laki dan 6 perempuan. 7 F. MANFAAT PENELITIAN Berdasarkan tujuan penelitian diatas maka manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagi guru Diharapkan dapat membantu dan menambah inspirasi guru dalam meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa dikelas. 2. Bagisiswa Dengan adanya penelitian ini, siswa diharapkan lebih termotivasi dalam mengikuti pembelajaran di kelas, khususnya pada pembelajaran bahasa Indonesia materi membaca dan membuat pantun, sehingga prestasi belajarnya dapat meningkat. 3. Bagi sekolah Penggunaan media domino pantun diharapkan dapat membantu siswa dalam meningkakan motivasi dan pemahaman belajar siswa dengan variasi pembelajaran yang berbeda, sehingga menghasilkan siswa lulusan yang bermutu dan berguna bagi nusa dan bangsa. 8 BAB II KAJIAN TEORI A. MOTIVASI 1. PENGERTIAN MOTIVASI Motivasi berasal dari kata motif yang berarti “dorongan” atau “rangsangan” atau “daya penggerak” yang ada dalam diri seseorang yang ,menyebabkan seseorang melakukan tindakan atau aktifitas7. Suharsimi Arikunto berpendapat, bahwa motivasi seseorang akan meningkat apabila terlihat hubungan antara kegiatan yang dilakukan dengan tujuan yang akan dicapai8. Dari pengertian tersebut, dapat diketahui, bahwa seseorang akan melakukan suatu perbuatan jika di dalam dirinya terdapat daya penggerak untuk mewujudkan apa yang Ia inginkan, hal itu yang disebut motivasi. Motivasi sangat beragam, salah satunya motivasi pada ranah pembelajaran. Menurut pendapat Sardiman, motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arahan pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar dapat tercapai9. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Tadjab, yang menjelaskan bahwa motivasi belajar adalah 7 Eliza Heri Julianti, ET.AL., Pendidikan Kesehatan Gigi, (Jakarta : EGC, 2011), hlm : 40. Suharsimi Arikunto, 1993, Menejemen Pengajaran. hlm : 62. 9 Sardiman A, M, 20015. Interaksi, hlm :75 8 9 keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan kegiatan belajar itu demi mencapai suatu tujuan10. Secara lebih sederhana, pengertian motivasi belajar, yang diungkapkan oleh Hamzah dalam ranah pembelajaran, motivasi diartikan sebagai sebuah dorongan internal dan eksternal bagi siswa-siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku11. Dari beberapa definisi tersebut, penelitidapat menyimpulkan bahwa motivasi belajar merupakan suatu daya penggerak dari dalam diri siswa unuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dikehendakinya. 2. INDIKATOR MOTIVASI BELAJAR Untuk mengukur motivasi belajar, diperlukan indikator sebagai acuan pencapaiannya. Dalam penelitian ini, penliti mengacu pada indikator. Motivasi belajar menurut Hamzah B. Uno, berikut ini adalah indikator yang dapat digunaka untuk melihat adanya motiasi belajar siswa antara lain12 : a. Adanya hasrat dan keinginan berhasil b. Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar c. Adanya harapan dan cita-cota masa depan d. Adanya penghargaan dalam belajar 10 Tadjab MA, Ilmu Pendididkan, (Surabaya : Karya Abditama, 1994), hlm : 102 Hamzah B. Uno. Teori Motivasi dan Pengukurannya, (Jakarat: Bumi Aksara, 2007), hlm 23 12 Hamzah B. Uno, Teori Motivasi dan Pengukurannya, (Jakarat: Bumi Aksara, 2007), hlm : 23 11 10 e. Adanya keinginan yang menarik dalam belajar f. Adanya lingkungan belajar yang kondusif 3. JENIS-JENIS MOTIVASI Jenis-jenis motivasi sangat beragam, jika dilihat dari berbagai sudut pandang. Sardiman mengatakan bahwa motivasi itu sangat bervariasi, antara lain : a. Motivasi dilihat dari dasar pembentukannya 1) Motif-motif bawaan adalah motif yang dibawa sejak lahir 2) Motif-motif yang dipelajari artinya motif yang timbul karena dipelajari b. Motivasi menurut pembagian dari Woodworth dan Marquis dalam Sardiman antara lain : 1) Motif atau kebutuhan organis misalnya, kebutuhan minum, makan, bernafas, seksual, dan lain-lain. 2) Motif-motif darurat misalnya, menyelamatkan diri, dorongan untuk membalas, dan sebagainya. c. Motivasi jasmani dan rohani 1) Motivasi jasmani seperti, rileks, insting otomatis, nafas dan sebagainya 2) Motivasi rohani, seperti kemauan atau minat d. Motivasi instrinsik dan ekstrinsik 11 1) Motivasi instrinsik adalah motif-motif yang terjadi aktif atau berfungsi tidak perlu diransang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. 2) Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi karena adanya peransang dari luar13. 4. CARA MEMBERI MOTIVASI Ada banyak hal yang dapat dilakukan untuk meningkatkan motivasi pada diri siswa di sekolah, beberapa cara tersebut diantaranya adalah : a. Memberi angka b. Hadiah c. Pujian d. Gerakan tubuh e. Memberi tugas f. Memberikan ulangan g. Mengetahui hasil h. Hukuman14 5. TEKNIK MEMBERI MOTIVASI Menutrut Hamzah B. Uno terdapat beberapa teknik untuk memeberi motivasi dalam pembelajaran, yaitu : a. Pernyataan penghargaan secara verbal 13 Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2011), hal : 89 14 Syaiful Bahdjamarah, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 1996), hal : 168 12 b. Menggunakan nilai ulangan sebagai pemacu keberhasilan c. Menimbulkan rasa ingin tahu d. Memunculkan sesuatu yang tidak diduga oleh siswa e. Menjadikan tahap dini dalam belajar mudah bagi siswa f. Menggunakan materi yang dikenal siswa sebagai contoh dalam belajar g. Menggunakan kaitan yang unik dan tak terduga untuk menerapkan suatu konsep dan prinsip yang telah dipahami h. Menuntut siswa untuk menggunakan hal-hal yang dipelajari sebelumnya i. Menggunakan simulasi dan permainan j. Memberi kesempatan kepada siswa untuk memperlihatkan kemahirannya di depan umum k. Mengurangi akibat yang tidak menyenangkan dan keterlibatan siswa dalam kegiatan belajar l. Memperjelas tujuan belajar yang hendak dicapai m. Memberitahukan hasil kerja yang dicapai n. Membuat suasana persaingan yang sehat di antara siswa o. Mengembangkan persaingan dengan diri sendiri15 6. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MOTIVASI BELAJAR Dalam aktifitas belajar, seorang individu memerlukan suatu dorongan atau motivasi sehingga sesuatu yang diinginkan dapat tercapai. Dalam hal ini ada beberapa factor yang memengaruhi motivasi belajar, antara lain : 15 Hamzah B. Uno. Teori Motivasi dan Pengukurannya, (Jakarat: Bumi Aksara, 2007), hlm 34 13 a. Factor individual Seperti: kematangan atau pertumbuhan, kecerdasan, latihan, motivasi, dan factor pribadi b. Factor social Seperti: keluarga atau keadaan rumah tangga, guru, dan cara mengajarnya, alat-alat dalam belajar, dan motivasi social.16 Selain itu, motivasi belajar juga dapat timbul karena factor intrinsic dan ekstrinsik “ 1) Factor intrinsik a) Hasrat dan keinginan berhasil dan dorongan kebutuhan belajar b) Harapan akan cita-cita 2) Factor ekstrinsik a) Adanya penghargaan b) Lingkungan belajar yang kondusif c) Kegiatan belajar yang menarik17 7. PERAN MOTIVASI DALAM BELAJAR DAN PEMBELAJARAN Motivasi memiliki banyak peran dalam kegiatan pembelajaran. Peranperan tersebut antara lain : a. Menentukan hal-hal yang dapat dijadikan penguat belajar b. Memperjelas tujuan belajar yang hendak dicapai 16 Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2002), hal : 102 17 Hamzah B. Uno. Teori Motivasi dan Pengukurannya, (Jakarat: Bumi Aksara, 2007), hlm 23 14 c. Menentukan ketekunan belajar18 8. CIRI-CIRI MOTIVASI BELAJAR Siswa yang memiliki motivasi belajar yang tinggi mempunyai beberapa ciri, antara lain : a. Tertarik kepada guru, artinya tidak membenci atau bersikap acuh tak acuh b. Tertarik pada mata pelajaran yang diajarkan c. Mempunyai antusias yang tinggi serta mengendalikan perhatiannya terutama kepada guru d. Ingin selalu bergabung dalam kelompok kelas e. Ingin identitas dirinya diakui orang lain f. Tindakan, kebiasaan dan moralnya selalu dalam control diri g. Selalu mengingat pelajaran dan mempelajarinya kembali h. Selalu terkontrol oleh lingkungan19 B. MEMBACA DAN MEMBUAT PANTUN 1. PANTUN Kata pantun mengandung arti sebagai, seperti, ibarat, umpama, ataulaksana. Sebagai contoh kita sering mendengar ucapan-ucapan “Sepantun labah-labah, meramu dalam badan sendiri”. Kata sepantun dalam susunan kalimat di atas mengandung arti sama dengan semua yang 18 19 Hamzah B. Uno….hal : 27 Ali Imron, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta : Pustaka Jaya, 1996), hal : 88 15 diungkapkan di depan20. Pantun merupakan satu di antara sekian banyak genre kesusastraan yang lahir dan berkembang di nusantara. Pada mulanya, istilah pantun ini berasal dari bahasa Minangkabau “patuntun” yang berarti penuntun. Namun ternyata, istilah pantun ini pun dikenal juga di kalangan masyarakat Jawa, Sunda, Batak, dan Melayu.Dalam masyarakat Jawa, pantun dikenal dengan istilah “parikan.” Dalam masyarakat Sunda dikenal dengan sebutan “paparikan”. Sementara masyarakat Batak mengenal pantun dengan istilah “umpasa” (dibaca uppasa). Masih tentang pantun, dalam bahasa Melayu, pantun dikenal dengan istilah “quatrain”.21 Pantun adalah sebuah karya sastra lama yang terikat oleh aturan jumlah bait, baris, dan rima akhir. Menurut Waluyo, pantun digunakan untuk mencurahkan isi hati seseorang.Dalam pengertian umum, pantun merupakan salah satu bentuk sastra rakyat yang menyuarakan nilai-nilai dan kritik budaya masyarakat. Pantun adalah puisi asli Indonesia. Orang yang pertama kali membentangkan pikiran dari hal pantun Indonesia ini adalah H.C. Klinkert dalam tahun 1868. Karangannya bernama “De pantuns of minnenzangen der Maleier”. Sesudah itu datang Prof. Pijnapple; juga beliau memaparkan pikirannya dari hal ini dalam tahun 1883. Pantun tepat untuk suasana tertentu, seperti halnya juga karya seni lainnya hanya tepat untuk suasana tertentu pula. 20 21 Nursisto, Ikhtisar Kesusastraan Indonesia, (Yogyakarta : Adicita Karya Nusa, 2000), hal : 11 Mafrukhi, dkk, Kompetensi Berbahasa Indonesia Jilid 3,(Jakarta: Erlangga, 2006). 16 Menurut Surana, pantun ialah bentuk puisi lama yang terdiri atas 4 larik sebait berima silang (a b a b). Larik I dan II disebut sampiran, yaitu bagian objektif. Biasanya berupa lukisan alam atau apa saja yang dapat diambil sebagai kiasan. Larik III dan IV dinamakan isi, bagian subjektif. Sama halnya dengan karmina, setiap larik terdiri atas 4 perkataan. Jumlah suku kata setiap larik antara 8-12. Namun, dalam buku Bahan Ajar Sastra Rakyat mengatakan bahwa. Pantun adalah puisi melayu tradisional yang paling popular dan sering dibincangkan. Pantun adalah ciptaan asli orang Melayu; bukan saduran atau penyesuaian dari puisi-puisi jawa, India, cina dan sebagainya. kata pantun mengandung arti sebagai, seperti, ibarat, umpama, atau laksana.Sedangkan dalam Kamus Istilah Sastra, menjelaskan bahwa pantun adalah Puisi Indonesia (Melayu), tiap bait (kuplet) biasa terdiri atas empat baris yang bersajak (a-b-a-b) tiap larik biasanya berjumlah empat kata; baris pertama dan baris kedua biasanya tumpuan (sampiran) saja dan baris ketiga dan keempat merupakan isi; setiap baris terdiri dari 8-12 suku kata; merupakan peribahasa sindiran; jawab (pada tuduhan dan sebagainya). 1.1 Sejarah Pantun Pada mulanya pantun merupakan senandung atau puisi rakyat yang dinyanyikan. Pantun pertama kali muncul dalam Sejarah Melayu dan hikayat-hikayat popular yang sezaman dan disisipkan dalam syair-syair seperti Syair Ken Tambuhan. Pantun dianggap sebagai 17 bentuk karma dari kata Jawa Parik yang berarti pari, artinya paribahasa atau peribahasa dalam bahasa Melayu. Arti ini juga berdekatan dengan umpama atau seloka yang berasal dari India. Dr. R. Brandstetter mengatakan bahwa kata pantun berasal dari akar kata tun, yang terdapat dalam berbagai bahasa Nusantara, misalnya dalam bahasa Pampanga, tuntun yang berarti teratur, dalam bahasa Tagalog ada tonton yang berarti bercakap menurut aturan tertentu; dalam bahasa Jawa kuno, tuntun yang berarti benang atau atuntun yang berarti teratur dan matuntun yang berarti memimpin; dalam bahasa Toba pula ada kata pantun yang berarti kesopanan, kehormatan. Van Ophuysen dalam Hamidy menduga pantun itu berasal dari bahasa daun-daun, setelah dia melihat ende-ende Mandailing dengan mempergunakan daun-daun untuk menulis surat-menyurat dalam percintaan. Menurut kebiasaan orang Melayu di Sibolga dijumpainya kebiasaan seorang suami memberikan ikan belanak kepada istrinya, dengan harapan agar istrinya itu beranak. Sedangkan R. J. Wilkinson dan R. O. Winsted dalam Hamidy menyatakan keberatan mengenai asal mula pantun seperti dugaan Ophuysen itu. Dalam bukunya “Malay Literature” pertama terbit tahun 1907, Wilkinson malah balik bertanya, „tidakkah hal itu harus dianggap sebaliknya?‟. Jadi bukan pantun yang berasal dari bahasa daun-daun, tetapi bahasa daundaunlah yang berasal dari pantun. 18 1.2 Ciri-ciri Pantun Abdul Rani mengatakan bahwa ciri-ciri pantun sebagai berikut: 1. Terdiri atas empat baris. 2. Tiap baris terdiri atas 9 sampai 10 suku kata. 3. Dua baris pertama disebut sampiran dan dua baris berikutnya berisi maksud si pemantun. Bagian ini disebut isi pantun. 4. Pantun mementingkan rima akhir dan rumus rima itu disebut dengan abjad /ab-ab/. Maksudnya, bunyi akhir baris pertama sama dengan bunyi akhir baris ketiga dan baris kedua sama dengan baris keempat. Lain halnya menurut Harun Mat Piah dalam Bahan Ajar Sastra Rakyat, membagikan ciri-ciri pantun menjadi dua aspek, yaitu aspek luaran dan dalaman. Aspek luaran adalah dari segi struktur dan ciri-ciri visual22 yaitu: 1. Terdiri dari rangkap-rangkap yang berasingan. Setiap rangkap terjadi dari baris-baris yang sejajar dan berpasangan seperti 2,4,6,8 dan seterusnya. Rangkap yang paling umum adalah empat baris. 22 Harun Mat Piah, Sastra Indonesia, (Jakarta : Elmustian, 1989), hal :70-71 19 2. Setiap baris mengandung empat kata dasar, dengan jumlah suku kata antara 8 hingga 10. 3. Adanya klimaks yaitu perpanjangan atau kelebihan jumlah unit suku kata atau perkataan pada kuplet maksud. 4. Setiap stanza terbagi kepada dua unit yaitu pembayang dan maksud. 5. Mempunyai skema rima ujung yang tetap: a-b – a-b, dengan sedikit variasi a-a-a-a. 6. Setiap stanza pantun adalah satu keseluruhan mengandung sifat fikiran yang bulat dan lengkap. Ciri-ciri dalamannya adalah: 1. Penggunaan lambang-lambang tertentu mengikuti tanggapan dan pandangan dunia masyarakat. 2. Adanya perhubungan makna antara pasangan pembayang dengan pasangan maksud, sama ada secara kongkrit atau abstrak atau melalui lambang-lambang. Sedangkan menurut Suroto, ciri-ciri pantun sebagai berikut: 1. Pantun tersusun atas empat baris dalam tiap baitnya. 20 2. Baris pertama dan baris kedua berupa sampiran. 3. Baris ketiga dan keempat merupakan isi/ maksud yang hendak disampaikan. 4. Jumlah suku kata dalam tiap baitnya rata-rata berkisar delapan sampai dua belas. 1.3 Syarat-syarat Pantun Menurut Effendy, syarat-syarat dalam pantun adalah: a. Tiap bait terdiri dari empat baris b. Tiap baris terdiri dari empat atau lima kata atau terdiri dari delapan atau sepuluh suku kata c. Sajaknya bersilih dua-dua: a-b-a-b. dapat juga bersajak a-a-a-a. d. Sajaknya dapat berupa sajak paruh atau sajak penuh e. Dua baris pertama tanpa isi disebut sampiran, dua baris terakhir merupakan isi dari pantun itu23. 1.4 Jenis-jenis Pantun Suroto membagi pantun menjadi dua bagian yaitu: 23 a. Menurut isinya: Pantun anak-anak, biasanya berisi permainan. Pantun muda mudi, biasanya berisi percintaan. Nursisto, Ikhtisar Kesusastraan Indonesia, (Jakarta : Adicita Karya Nusa, 2000), hlm:11. 21 Pantun orang tua, biasanya berisi nasihat atau petuah. Itulah sebabnya, pantun ini disebut juga pantun nasihat. Pantun jenaka, biasanya berisi sindiran sebagai bahan kelakar. Pantun teka-teki b. Menurut bentuknya atau susunannya: pantun berkait, yaitu pantun yang selalu berkaitan antara bait satu dengan bait kedua, bait kedua dengan bait ketiga dan seterusnya. Adapun susunan kaitannya adalah baris kedua bait pertama menjadi baris pertama pada bait kedua, baris keempat bait pertama dijadikan baris ketiga pada bait kedua dan seterusnya. Pantun kilat, sering disebut juga karmina, ialah pantun yang terdiri atas dua baris, baris pertama merupakan sampiran sedang baris kedua merupakan isi. Sebenarnya asal mula pantun ini juga terdiri atas empat baris, tetapi karena barisnya pendek-pendek maka seolah-olah kedua baris pertama diucapkan sebagai sebuah kalimat, demikian pula kedua baris yang terakhir. Sedangkan Nursisto, dalam bukunya ikhtisar Kesusastraan Indonesia pantun dibagi menjadi: a) Berdasarkan isinya, pantun dibagi atas: a. Pantun kanak-kanak 22 Pantun bersukacita Pantun berdukacita b. Pantun muda Pantun nasib atau pantun dagang Pantun perhubungan - Pantun perkenalan - Pantun berkasih-kasihan - Pantun perceraian - Pantn beriba hati Pantun jenaka Pantun teka-teki c. Pantun tua Pantun adat Pantun agama Pantun nasihat24 b) Berdasarkan banyaknya baris tiap bait dibagi menjadi: 24 Pantun dua seuntai atau pantun kilat Pantun empat seuntai atau pantun empat serangkum Nursisto, Ikhtisar Kesusastraan Indonesia, (Jakarta : Adicita Karya Nusa, 2000), hlm:12. 23 Pantun enam seuntai atau delapan seuntai, atau pantun enam serangkum, delapan serangkum (talibun). Menurut Effendi (1983:29), pantun dapat dibagi menurut jenis dan isinya yaitu: 1. pantun anak-anak, berdasarkan isinya dapat dibedakan menjadi: a. pantun bersukacita b. pantun berdukacita c. pantun jenaka atau pantun teka-teki 2. pantun orang muda, berdasarkan isinya dapat dibedakan menjadi: a. pantun dagang atau pantun nasib b. pantun perkenalan c. pantun berkasih-kasihan d. pantun perceraian e. pantun beribahati 3. pantun orang tua, berdasarkan isinya data dibedakan menjadi: a. pantun nasihat b. pantun adat c. pantun agama Tetapi, Abdul Rani mengklasifikasikan pantun berdasarkan isinya sebagai berikut: 24 1) Pantun Anak-Anak a) Pantun anak-anak jenaka b) Pantun anak kedukaan c) Pantun anak teka-teki 2) Pantun Muda-Mudi a) Pantun muda mudi kejenakaan b) Pantun muda-mudi dagang c) Pantun muda-mudi cinta kasih d) Pantun muda-mudi ejekan 3) Pantun Tua a) Pantun tua kiasan b) Pantun tua nasihat c) Pantun tua adat d) Pantun tua agama e) Pantun tua dagang Contoh pantun 1. Pantun muda mudi Contoh: Tanam melati di rama-rama Ubur-ubur sampingan dua Sehidup semati kita bersama 25 Satu kubur kelak berdua 2. Pantun teka-teki Contoh: Kalau puan puan perana Ambil gelas di dalam peti Kalaup uan bijak laksana Binatang apa tanduk di kaki 3. Pantun jenaka Contoh : Anak rusa di rumpun salak Patah tanduknya ditimpa genta Riuh kerbau tergelak-gelak Melihat beruk berkacamata 4. Pantun berdukacita Contoh: Ke balai membawa labu Labu amanat dari situnggal Orang memakai baju baru Hamba menjerumat baju bertambal 5. Pantun perkenalan Contoh: Sekuntum bunga dalam padi 26 Ambil batang cabut uratnya Tuan sepantun langit setinggi Bolehkah berlindung di bawahnya? 6. Pantun perceraian Contoh : Pucuk pauh selara pauh Pandan di rimba diladungkan Adik jauh kakanda jauh Kalau rindu sama menungkan 7. Pantun nasib atau pantun dagang Contoh : Unggas undan si raja burung Terbang ke desa suka menanti Wahai badan apalah untung Senantiaa bersusah hati 8. Pantun agama Contoh : Kemumu di dalam semak Jatuh melayang selaranya Walauilmu tinggi tegak Tidak sembahyang apa gunanya 9. Pantun nasehat 27 Contoh : Pinang muda dibelah dua Anak burung mati diranggah Dari muda sampai ke tua Ajaran baik jangan diubah 10. Pantun adat Contoh : Pohon nangka berbuah lebat Bilalah masak harum juga Berumpun pusaka berupa adat Daerah berluhak alam beraja 11. Pantun kepahlawanan Contoh : Kalau orang menjaring ungka Rebung seiris akan pengukusnya Kalau arang tercorong kemuka Ujung keris akan penghapusnya 12. Pantun Pengiring Lagu Pantun dapat digunakan dalam nyanyian, diantaranya adalah: Ayam jago jangan diadu Kalau diadu jenggernya merah Baju ijo jangan diganggu Kalau diganggu yang punya marah25 25 Widjoko dan Endang Hidayat,Teori dan Sejarah Sastra Indonesia,. (Bandung: UPI PRESS, 2007) 28 Pantun telah mengalami berbagai macam perkembangan hingga tercipta bentukan baru dari pantun, seperti karmina, seloka(pantun berkait) dan talibun. Karmina merupakan bentukan atau versi baru dari pantun yang lebih ringkas karena hanya terdiri atas 2 baris, sedangkan talibun adalah versi panjang dari pantun yang terdiri atas 6 baris atau lebih. Namun seloka, talibun, dan karmina bukan pantun tetapi termasuk ke dalam puisi lama seperti halnya pantun. a. Seloka (Pantun Berkait) Seloka adalah pantun berkait yang tidak cukup dengan satu bait saja sebab pantun berkait merupakan jalinan atas beberapa bait. Ciri-ciri Seloka: 1. Baris kedua dan keempat pada bait pertama dipakai sebagai baris pertama dan ketiga bait kedua. 2. Baris kedua dan keempat pada bait kedua dipakai sebagai baris pertama dan ketiga bait ketiga dan seterusnya Contoh : Lurus jalan ke Payakumbuh, Kayu jati bertimbal jalan Di mana hati tak kan rusuh, 29 Ibu mati bapak berjalan Kayu jati bertimbal jalan, Turun angin patahlah dahan Ibu mati bapak berjalan, Ke mana untung diserahkan b. Talibun Talibun adalah pantun jumlah barisnya lebih dari empat baris, tetapi harus genap misalnya 6, 8, 10 dan seterusnya. - Jika satu bait berisi enam baris, susunannya tiga sampiran dan tiga isi. - Jika satu bait berisi delapan baris, susunannya empat sampiran dan empat isi. Jadi : Apabila enam baris sajaknya a – b – c – a – b – c. Bila terdiri dari delapan baris, sajaknya a – b – c – d – a – b – c–d Contoh : Kalau anak pergi ke pekan Yu beli belanak pun beli sampiran Ikan panjang beli dahulu Kalau anak pergi berjalan 30 Ibu cari sanak pun cari isi Induk semang cari dahulu c. Pantun Kilat ( Karmina ) Ciri-cirinya : a. Setiap bait terdiri dari 2 baris b. Baris pertama merupakan sampiran c. Baris kedua merupakan isi d. Bersajak a – a e. Setiap baris terdiri dari 8 – 12 suku kata Contoh : Dahulu parang, sekarang besi (a) Dahulu sayang sekarang benci (a) 2. KETERAMPILAN MEMBACA a. Pengertian Membaca Pengertian membaca menurut Miles A Tingker dan Contasc, membaca melibatkan proses identifikasi dan proses mengingat suatu bahan bacaan yang disajikan sebagai rangsangan untuk membangkitkan pengalaman dan membentuk pengertian baru melalui konsep-konsep yang relevan yang telah dimiliki oleh 31 pembaca26.Membaca merupakan proses pengolahan bacaan secara kritis kreatif dengan tujuan memperoleh pemahaman secara menyeluruh tentang suatu bacaan, serta penilaian terhadap keadaan, nilai, dan dampak bacaan. Kegiatan membaca merupakan aktifitas mental memahami apa yang disampaikan penulis melalui teks atau bacaan. Membaca juga sebagai salah satu pembelajaran keterampilan berbahasa yang menggunakan pendekatan sesuai rambu–rambu pembelajaran dalam kurikulum. Membaca pada hakikatnya adalah suatu yang rumit melibatkan banyak hal, tidak hanya sekedar melafalkan tulisan, tetapi juga melibatkan aktivitas visual, berpikir, psikolinguistik, dan metakognitif. Sebagai proses visual membaca merupakan proses menerjemahkan simbol tulis ( huruf ) kedalam kata – kata lisan.Sebagai suatu proses berpikir, membaca mencakup aktifitas pengenalan kata, pemahaman literal, interprestasi, membaca kritis, dan pemahaman kreatif. Pengenalan kata biasa berupa aktifitas membaca kata-kata dengan menggunakan kamus27. Jadi, Membaca merupakan suatu proses pengolahan bacaan atau teks yang bertujuan untuk menggali informasi yang terdapat dalam teks dan melibatkan komponen kebahasaan, gagasan, nada dan gaya serta yang termasuk 26 Darmiyati, Zuchdi, Strategi Meningkatkan Kemampuan Membaca, (Yogyakarta : UNY Press, 2007), hal:22 27 Farida Rahim, Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar, (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2011), hal : 2 32 dalam kategori konteks, dan komponen konteks yang berada diluar komponen kebahasaan. b. Manfaat Membaca 1. Melatih kemampuan berpikir Otak ibarat sebuah pedang, semakin diasah akan semakin tajam. Kebalikannya jika tidak diasah, juga akan tumpul. Apakah alat yang efektif untuk mengasah otak? jawabannya adalah membaca. Menurut Astri Novia, pilihlah satu jenis buku yang Anda sukai, apakah literature klasik, fiksi ilmiah, atau buku pengembangan diri. Dengan cara ini otak akan bertambah kuat. Bacalah buku sebanyak mungkin. Menurut para ahli, keuntungan dari membaca buku dapat memberikan dampak yang menyenangkan bagi otak kita. Membaca juga membantu meningkatkan keahlian kognitif dan meningkatkan perbendaharaan kosakata. 2. Meningkatkan Pemahaman Contoh nyata dari manfaat ini banyak dirasakan oleh siswa maupun mahasiswa. Di mana membaca dapat meningkatkan pemahaman dan memori, yang semula tidak mereka mengerti menjadi lebih jelas setalah membaca. Logika sederhana saja, tidak mungkin siswa atau mahasiswa memahami materi pelajaran/kuliah 33 kalau mereka tidak membaca. Dari sini jelas bahwa membaca sangat berperan dalam membantu seseorang untuk meningkatkan pemahamannya terhadap suatu bahan/materi yang dipelajari. 3. Menambah wawasan dan ilmu pengetahuan Manfaat yang satu ini mungkin sudah sering kita dengar semenjak kita masih kecil. Kita pasti ingat berapa kali guru-guru kita mengingatkan bahwa membaca adalah satu sarana untuk membuka cakrawala dunia. Dengan memiliki banyak wawasan dan ilmu pengetahuan, kita akan lebih percaya diri dalam menatap dunia. Mampu menyesuaikan diri dalam berbagai pergaulan dan tetap bisa servive dalam menghadapi gejolak zaman. 4. Mengasah kemampuan menulis Selain menambah wawasan dan ilmu pengetahuan, memebaca juga bisa mengasah kemampuan menulis Anda. Selain karena wawasan Anda untuk bahan menulis semakin luas, Anda juga bisa mempelajari gaya-gaya menulis orang lain dengan membaca tulisannya. Lewat membaca Anda bisa mendapatkan kekayaan ide yang melimpah untuk menulis. 5. Mendukung kemampuan berbicara di depan umum 34 Membaca adalah aktivitas yang akan membuka cakrawala dan pengatahuan anda terhadap dunia. Terbatasnya jangkauan diri kita terhadap peristiwa-peristiwa di dunia, hanya bisa dijangkau dengan membaca. Selain mendapatkan informasi tentang berbagai peristiwa, membaca juga mampu meningkatkan pola pikir, kreativitas dan kemampuan verbal, karena membaca akan memperkaya kosa kata dan kekuatan kata-kata. Meningkatnya pola pikir, kreativitas dan kemampuan verbal akan sangat mendukung dalam meningkatkan kemampuan berbicara di depan umum. 6. Meningkatkan Konsentrasi Orang yang suka membaca akan memiliki otak yang lebih konsentrasi dan fokus. Karena fokus ini, pembaca akan memiliki kemampuan untuk memiliki perhatian penuh dan praktis dalam kehidupan. Ini juga mengembangkan keterampilan objektivitas dan pengambilan keputusan. 7. Menjauhkan risiko penyakit Alzheimer Membaca benar-benar dapat langsung meningkatkan daya ikat otak. Ketika membaca, otak akan dirangsang dan stimulasi 35 (rangsangan) secara teratur dapat membantu mencegah gangguan pada otak termasuk penyakit Alzheimer. Penelitian telah menunjukkan bahwa latihan otak seperti membaca buku atau majalah, bermain teka-teki silang, Sudoku, dan lain-lain dapat menunda atau mencegah kehilangan memori. Menurut para peneliti, kegiatan ini merangsang sel-sel otak dapat terhubung dan tumbuh. 8. Sarana Refleksi dan Pengembangan Diri Kita dapat mengetahui pemikiran seorang pengusaha atau seorang trainer tanpa kita harus menjadi pengusaha atau trainer. Artinya kita bisa mempelajari bagaimana cara orang lain dalam mengembangkan diri. Ini penting bagi kita sebagai bahan pertimbangan atau pembanding sebelum kita melakukan suatu hal. 9. Membaca merupakan proses mental secara aktif Tidak seperti duduk di depan sebuah kotak idiot (TV, Plasystation, dll), membaca membuat Anda menggunakan otak Anda. Ketika membaca, Anda akan dipaksa untuk memikirkan banyak hal yang Anda belum mengetahuinya. Dalam proses ini, Anda akan 36 menggunakan sel abu-abu otak Anda untuk berfikir dan menjadi semakin pintar. 10. Membaca akan meningkatkan kosakata AndaAnda dapat belajar bagaimana mengira suatu makna dari suatu kata (yang belum Anda ketahui) dengan membaca konteks dari kata-kata lainnya di sebuah kalimat. Buku, terutama yang menantang, akan menampakkan kepada Anda begitu banyak kata yang mungkin sebaliknya belum Anda ketahui. 11. Membangun kepercayaan diri Semakin banyak yang Anda baca, semakin banyak pengetahuan yang Anda dapatkan. Dengan bertambahnya pengetahuan, akan semakin membangun kepercayaan diri. Jadi hal ini merupakan reaksi berantai. Karena Anda adalah seorang pembaca yang baik, orang-orang akan mencari Anda untuk mencari suatu jawaban. Perasaan Anda terhadap diri Anda sendiri akan semakin baik. (Namun ingat, ikhlas tetap merupakan jalan untuk mencapai kesuksesan, dan berhati-hatilah dari sikap merasa bangga diri. Bersyukurlah selalu kepada Allah atas secuil pengetahuan yang Anda miliki). 37 12. Meningkatkan memori Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa jika Anda tidak menggunakan memori anda, Anda bisa kehilangannya. Teka-teki silang adalah salah satu contoh permainan kata yang dapat mencegah penyakit Alzheimer. Membaca, walaupun bukan sebuah permainan, akan membantu Anda meregangkan “otot” memori Anda dengan cara yang sama. Membaca itu memerlukan ingatan terhadap detail, fakta dan gambar pada suatu literatur, alur, tema atau karakter cerita. 13. Meningkatkan kedisplinan Mencari waktu untuk membaca adalah sesuatu yang kita sudah mengetahuinya untuk dilakukan. Namun, siapa yang membuat jadwal untuk membaca buku setiap harinya? Hanya sedikit sekali. Karena itulah, menambahkan aktivitas membaca buku ke dalam jadwal harian Anda dan berpegang dengan jadwal tersebut akan meningkatkan kedisiplinan. 14. Meningkatkan kretivitas Membaca tentang keanekaragaman kehidupan dan membuka diri Anda terhadap ide dan informasi baru akan membantu 38 perkembangan sisi kreatif otak Anda, karena otak Anda akan menyerap inovasi tersebut ke dalam proses berfikir Anda. 15. Mengurangi kebosanan Salah satu kebiasaan yang saya miliki adalah, apabila saya merasa bosan, maka saya akan mengambil buku dan mulai membacanya. Apa yang saya temukan dengan berpegang kepada kebiasaan ini adalah, saya menjadi semakin tertarik dengan suatu bahasan buku dan saya sudah tidak bosan lagi. Maksud saya, jika Anda merasa bosan, Anda akan merasa lebih baik dengan membaca buku yang bagus, bukan? Jika Anda ingin memecahkan rasa malas yang monoton, dan kehidupan yang tidak kreatif dan membosankan, maka pergi dan ambillah satu buku yang menarik. Bukalah halaman-halamannya dan jelajahi dunia baru yang penuh dengan informasi dan kecerdasan. c. Pinsip-prinsip Membaca Pemahaman Beberapa penelitian memperlihatkan bahwa banyak factor yang memengaruhi keberhasilan membaca. Menurut McLaughlin dan Allen, prinsip-prinsip membaca yang didasarkan pada penelitian yang paling memengaruhi pemahaman membaca ialah seperti yang dikemukakan berikut ini: 39 1. Pemehaman merupakan proses konstruktivis social. 2. Keseimbangan kemahiraksaraan adalah kerangka kerja kurikulum yang membantu perkembangan pemahaman. 3. Guru membaca yang professional (unggul) memengaruhi belajar siswa. 4. Pembaca yang baik memegang peranan yang strategis dan berperan aktif dalam proses membaca. 5. Membaca hendaknya terjadi dalam konteks yang bermakna. 6. Siswa menemukan manfaat membaca yang berasal dari berbagai teks dari berbagai tingkat kelas. 7. Perkembangan kosakata dan pembelajaran memengaruhi factor pada perkembangan membaca. 8. Pengikutsertaan adalah suatu kunci proses pemahaman. 9. Strategi dan keterampilan membaca bisa diajarkan. 10. Asesmen yang dinamis menginformasikan pembelajaran membaca pemahaman28. d. Tujuan Membaca Tujuan membaca mencakup : 28 1. Kesenangan 2. Menyempurnakan membaca nyaring Farida Rahim, Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar, (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2011), hal : 4 40 3. Menggunakan strategi tertentu 4. Memperbaharui pengetahuannya tentang suatu topic 5. Mengaitkan informasi baru dengan informasi yang telah diketahuinya 6. Memperoleh informasi untuk laporan lisan atau tertulis 7. Mengkonfirmasikan atau menolak prediksi 8. Menampilkan suatu eksperimen atau mengaplikasikan informasi yang diperoleh dari suatu teks dalam beberapa cara lain dan mempelajari tentang struktur teks. 9. Menjawab pertanyaan-pertanyaan yang spesifik29 e. Komponen Kegiatan Membaca Pada dasarnya kegiatan membaca terdiri atas dua bagian, yaitu proses dan produk. Proses membaca mencakup 9 aspek untuk menghasilkan produk. 1. Proses Membaca Membaca merupakan proses yang kompleks. Proses ini melibatkan sejumlah kegiatan fisik dan mental. Proses membaca terdiri atas sembilan aspek, yaitu sensori, perseptual, urutan, pengalaman, pikiran, pembelajaran, asosiasi, sikap dan gagasan. 2. 29 Produk Membaca Farida Rahim, Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar, (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2011), hal : 11 41 Produk membaca merupakan komunikasi daripemikiran dan emosi antara penulis dan pembaca. Komunikasi juga bisa terjadi dari konstruksipembaca melalui integrasi pengetahuan yang telah dimiliki pembaca dengan informasi yang disajikan dalam teks. Komunikasi dalam membaca tergantung pada pemahaman yang dipengaruhi oleh seluruh aspek proses membaca. 3. MEMBACA PANTUN Seperti yang kita sedia maklum, pantun biasanya dilafazkan mengikut sebutan, intonasi dan irama yang biasa didengar. Pengkaji pantun berpendapat pantun tidak mempunyai irama lagu yang khusus, sebaliknya pantun dibaca secara bebas, tetapi mengikut intonasi yang tertentu. Sebagai puisi asli melayu, pantun wujud sejak berzaman-zaman, iaitu sejak zaman masyarakat melayu belum tahu menulis dan membaca. Pantun merupakan sejenis puisi tradisional masyarakat melayu yang dicipta sebagai suatu bentuk pengucapan untuk menyampaikan fikiran dan perasaan terhadap seseorang atau mengenai sesuatu perkara, di samping bertujuan untuk menyindir, berjenaka, memberikan nasihat, sebagai selingan atau penyedap cakap dalam ucapan atau untuk bersuka-suka sahaja. Tanpa kita sedari, sebenarnya pantun boleh dan telahpun dilagukan mengikut irama dan lagu yang tersendiri dalam pelbagai lagu-lagu klasik mahupun lagu-lagu moden masa kini. Antaranya, seperti dalam lagu 42 Gurindam Jiwa, Joget Pahang dan Kelip Kelip Ku Sangka Api yang tertera di bawah. Lagu Malek Ridzuan : Kelip Kelip Ku Sangka Api Tiap hari melintas di sini Kuharapkan dapat memandang mu Sayangnya engkau persis tak peduli Akulah seorang merindu Jeling jeling kau tidak berpaling Senyum diberi tiada balasan Sikapmu sayang membuatku rungsing Ku turut hati merana badan Berakit berakitlah ke hulu Berenang renang ku ketepian Bersakit biarku sakit dahulu Bersenang denganmu kemudian Kelip kelip ku sangkakan api Sinar mentari membawa cahaya Kau hilang ghaib sangkaku kau benci Kiranya sengaja nak menduga 4. MEMBUAT PANTUN 43 Untuk menulis pantun, hal yang harus diperhatikan ialah membuat topik atau tema terlebih dahulu, sama halnya jika hendak membuat karangan yang lain. Tema dalam penulisan pantun sangat penting sekali, karena dengan tema pantun-pantun yang dibuat oleh siswa akan lebih terarah kepada sesuatu maksud yang diharapkan. Dan juga tidak akan merebak kemana-mana, yang akhirnya dapat mendatangkan masalah. Memang diakui, adanya sedikit pengekangan kreativitas bagi siswa dalam menulis pantun, jika menggunakan tema yang sempit. Oleh karena itu, guru harus lebih bijaksana dalam memilih tema yang didalamnya dapat mengandung atau mencakup berbagai permasalahan keseharian. Tema yang cocok diberikan dalam proses pembelajaran misalnya saja berkaitan dengan masalah politik, sosial budaya, percintaan, dan kehidupan keluraga. Misalnya, tema tentang sosial budaya dengan mengambil topik soal kebersihan kota atau masalah sampah. Hal pertama yang harus dilakukan ialah membuat isinya terlebih dahulu. Untuk membuat isi harus diingat bahwa pantun terdiri atas empat baris. Dua baris pertama sampiran, dan dua baris berikutnya ialah isi. Jadi, soal sampah tersebut dapat disusun dalam dua baris kalimat, yang setiap baris kalimatnya terdiri atas empat perkataan dan berkisar antara 8 sampai 12 suku kata. Kemungkinan jika dibuatkan kalimat biasa, boleh jadi kalimatnya cukup panjang. Misalnya: ”Dikota yang semakin ramai dan berkembang ini, ternyata mempunyai masalah lain yang sangat terkait dengan masalah 44 kesehatan warganya, yaitu sampah yang berserakan di mana-mana . . . dan seterusnya.” Pengertian dari kalimat di atas mungkin bisa lebih panjang, namun hal tersebut dapat diringkas dalam dua baris kalimat isi sebagai berikut. Jika sampah dibiarkan berserak, penyakit diundang, masalah datang. Disinilah kelebihan pantun, dapat meringkas kalimat yang panjang, tanpa harus kehilangan makna atau arti sebuah kalimat yang ditulis panjang-panjang. Jika isi pantun sudah didapatkan, langkah selanjutnya ialah membuat sampirannya. Walau kata kedua dari suku akhir baris isi pertama dan kedua diberi tanda tebal. Namun jangan hal itu yang menjadi perhatian, tapi justru yang harus diperhatikan ialah pada suku akhir dari kata keempat baris pertama dan kedua, yaitu rak dan tang, sebab yang hendak dicari ialah sajaknya atau persamaan bunyi. Sebuah pantun yang baik, suku akhir kata kedua sampiran pertama bersajak dengan suku akhir kata kedua dari isi yang pertama. Apalagi suku akhir kata keempat dari sampiran pertama seharusnya bersajak dengan suku akhir kata keempat isi pertama, karena disinilah nilai persajakan dalam pantun itu yaitu baris pertama sama dengan baris ketiga dan baris kedua sama dengan baris keempat. 45 Tetapi kalau dibuat sekaligus, takut terlalu sulit menyusunnya. Memang tidak sedikit kata-kata yang bersuku akhir pah, misalnya pelepah, sampah, nipah, tempah, terompah, dan sebagainya. Begitupun suku kata yang akhirannya dang, misalnya udang, sedang, ladang, kandang, bidang, tendang, dan sebagainya. Kalaupun sulit untuk mencari kata yang bersuku akhir pah, masih ada jalan lain yaitu dengan membuang huruf p nya, dan mengambil ah nya saja. Begitupun dengan dang, buang huruf d nya, sehingga yang tertinggal hanya ang nya. Tapi jangan sampai dibuang a nya juga, sehingga hanya tinggal ng nya saja karena hal tersebut dapat menghilangkan sajaknya. Begitupun untuk suku akhir dari kata rak dan tang yang menjadi tujuan. Kata yang bersuku akhir rak dan tang dalam kosa kata bahasa Indonesia cukup banyak, misalnya untuk kata rak, yaitu kerak, jarak, marak, serak, gerak, merak, arak, dan sebagainya. Sedangkan untuk kata tang, yaitu hutang, pantang, batang, petang, lantang, dan sebagainya. Sekarang baru membuat sampiran pertama dan kedua dengan mencari kalimat yang suku akhir kata keempatnya adalah rak dan tang. Misalnya: Cantik sungguh si burung merak, terbang rendah di waktu petang. Kemudian antara sampiran dan isi baru disatukan menjadi; Cantik sungguh si burung merak, terbang rendah di waktu petang. 46 Jika sampah dibiarkan berserak, penyakit diundang, masalah datang. Jika menginginkan suku akhir kata kedua baris pertama dengan suku akhir kata kedua dari baris ketiga bersajak juga. Begitupun dengan suku akhir kata kedua baris kedua dengan suku akhir kata kedua baris keempat bersajak agar terlihat lebih indah bunyinya, maka sampirannya harus diubah, menjadi; Daun nipah jangan diarak, bawa ke ladang di waktu petang. Jika sampah dibiarkan berserak, penyakit diundang, masalah datang. C. MEDIA 1. Pengertian Media Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti pengantara atau pengantar. Media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepenerima pesan (Sadiman dkk,1990:13) 47 Media pembelajaran sebagai sarana untuk memberikan pengalaman belajar. Media menurut Gagne, dinyatakan sebagai komponen sumber belajar yang dapat merangsang siswa-siswi untuk belajar.30 Media pembelajaran merupakan bagian integral dari keseluruhan situasi belajar mengajar. Hal ini berarti media pembelajaran merupakan salah satu komponen yang harus dikembangkan oleh guru dalam proses belajar mengajar, karena peranannya sangat penting sebagai alat bantu untuk menciptakan proses belajar mengajar secara efektif (Sudjana, 1989:99) 2. Jenis Media Secara umum media pengajaran dapat dibagi menjadi empat jenis, yaitu a. Media yang dapat dilihat, seperti film, gambar, grafik, peta, poster, globe, dan papan tulis b. Media yang dapat didengar dan dapat dilihat, seperti radio, rekaman pada tape recorder c. Media yang dapat dilihat dan dapat didengar, seperti film, TV, model, koleksi diaroma d. Dramatisasi, seperti pantomim, permainan, sosio drama, dan demontrasi ( disarikan dari Oemar, 1989:46). 3. Manfaat Media 30 Buku Ajar PGMI Perencanaan Pembelajaran, paket 9 hlm 8 48 Dalam pengajaran, media memiliki beberapa manfaat antara lain sebagai berikut: a. Meletakkan dasar-dasar yang konkret untuk berfikir sehingga mengurangi verbalisme b. Memperbesar perhatian siswa c. Meletakkan dasar dasar yang penting untuk perkembangan belajar, sehingga membuat pelajaran lebih mantap; memberikan pengalaman yang nyata yang dapat menumbukan kegiatan berusaha sendiri dikalangan siswa d. Membantu tumbuhnya pengertian sehingga membantu perkembangan kemampuan siswa e. Memberikan pengalaman-pengalaman yang tidak mudah diperoleh dengan cara lain serta membantu perkembangannya efisien dan lebih mendalam serta keragaman yang lebih banyak (dalam Oemar, 1989:15) 4. Tujuan Media Tujuan utama penggunaaan media pembelajaran bahasa ialah agar pesan atau informasi yang dikomunikasikan terserbut dapat diserap sebanyak-banyaknya oleh siswa sebagai penerima informasi. Penggunaan media dalam berbagai bentuk pada umumnya dianggap bermanfaat dalam pembelajaran bahasa secara umum dan dalam pembelajaran bahasa Jawa pada khususnya. Media yang canggih dan mahal tidak selalu dan belum 49 tentu efektif. Yang penting adalah bagaimana alat atau media itu dapat menarik perhatian para pelajar dan dapat mempertinggi motivasi mereka untuk belajar bahasa Jawa pada umumnya dan belajar menulis huruf Jawa pada khususnya. Dari penjelasan di atas penulis menyimpulkan media pengajaran adalah sebagai salah satu upaya untuk mempertinggi proses interaksi guru dengan siswa dan interaksi siswa dengan lingkungannya. Oleh sebab itu fungsi utama media pengajaran adalah sebagai alat bantu mengajar, yaitu penunjang penggunaan metode mengajar yang dipergunakan guru. Penggunaan media pengajaran diharapkan dapat mempertinggi kualitas proses belajar mengajar yang pada akhirnya dapat mempengaruhi kualitas hasil belajar siswa. D. DOMINO PANTUN Domino Pantun atau kartu domino pantun adalah sebuah alat peraga atau media yang digunakan untuk proses belajar mengajar dalam rangka mempermudah atau memperjelas penyampaian materi pembelajaran. Kartu sebagai alat peraga praktik yang berfungsi untuk mempermudah siswa dalam pemahaman suatu konsep sehingga hasil prestasi, pembelajaran lebih menyenangkan dan lebih efektif serta aktif. Domino pantun yang digunakan dalam penelitian ini adalah kartu yang didalamnya terdapat tulisan-tulisan pantun. Kartu ini terbuat dari kertas tebal atau kertas karton berbentuk persegi panjang dengan ukuran 7 cm x 4 cm yang ditempel dengan kertas lipat berwarna. Di kertas lipat ditempeli tulisan pantun yang terpencar tiap baitnya, 50 jadi tiap kartu domino terdapat 1 baris yang ditulis dengan warna yang berbeda. Kemudian baliknya dibentuk seperti kartu domino dan diberi warna merah. Kartu ini di buat untuk beberapa kelompok dalam kelas. Kartu domino yang terdapat satu baris pantun itu di susun sendiri oleh siswa dengan kartu domino yang sesuai dengan sajak baris pantun. Baris pantun tersebut merupakan penerapan dari penulisan pantun yang telah diterangkan oleh guru. Adapun mengajarannya dengan dikelompokkan dan berdiskusi seperti bermain domino. E. DASAR PEMILIHAN MEDIA DOMINO PANTUN SEBAGAI ALAT PEMBELAJARAN MEMBUAT DAN MEMBACA PANTUN Menurut Rohani sumber belajar hendaknya memiliki kriteria31: 1. ekonomis 2. praktis dan sederhana 3. mudah diperoleh 4. bersifat fleksibel Menurut Muryati (2002:28) sebagai alat peraga kartu mempunyai kelebihan sebagai berikut. 1. Kartu dapat mengkongkritkan konsep yang abstrak 2. Kartu dapat menimbulkan persepsi yang sama pada siswa-siswa yang mempunyai latar belakang yang berbeda-beda sehingga dapat mengurangi terjadinya salah komunikasi 31 Buku Ajar PGMI Perencanaan Pembelajaran, paket 9, hlm. 9 51 3. Melalui penggunaaan kartu interaksi langsung terjadinya dalam pengajaran, dengan siswa meningkatkan sehingga dapat membangkitkan minat siswa dalam belajar. Minat yang besar akan membangkitkan motivasi yang tinggi 4. Kartu dapat mengarahkan perhatian siswa kepada satu titik fokus 5. Memungkinkan terjadinya interaksi langsung antara guru dengan siswa, sehingga pesan yang disampaikan guru dapat diterima baik oleh siswa Sedangkan dalam penelitian ini menggunakan kartu yang dibuat dengan bentuk domino. Kartu domino yang terdapat gambar bulat-bulat merah digunakan sebagai petunjuk untuk memilih siapa yang duluan membacakan isi baris pantunnya, kemudian diteruskan oleh yang lainnya sesuai sajak pantun. Dengan cara ini diharapkan dapat menarik minat siswa terhadap pembuatan dan pembacaan pantun serta dapat mengurangi kejenuhan siswa terhadap materi pantun. Siswa yang tadinya kurang tertarik pada pelajaran membuat dan membaca pantun akan bertambah bersemangat dan menambah minat untuk mempelajari pantun. Berdasarkan uraian di atas peneliti mengambil kesimpulan dengan menggunaan media pembelajaran pantun domino pantunbertuliskan baris pantun dalam merupakan suatu usaha untuk memotivasi siswa sehingga dapat membangkitkan minat siswa dalam membuat dan membaca pantun. Kartu domino pantun dipakai sebagai alat pembelajaran karena dirasa 52 media inimerupakan media yang digemari siswa karena mudah dalam penggunaanya dan alat atau media yang ekonomis dalam arti realita murah, yakni secara mininal biaya yang dikeluarkan. Bahan-bahan yang digunakan untuk membuat kartu ini dapat memanfaatkan yang ada di sekitar siswa. Kartu domino pantun ini tergolong praktis artinya tidak memerlukan pelayanan dan pengadaan sampingan yang sulit dan langka, sederhana artinya tidak memerlukan pelayanan khusus yang mensyaratkan keterampilan yang rumit dan kompleks dalam pemanfaatannya. Kartu ini merupakan salah satu sumber belajar yang dapat diperoleh di sekitar lingkungan siswa berada. Selain itu, juga memiliki sifat fleksibel artinya bahwa sumber belajar ini dapat dimanfaatkan untuk berbagai tujuan instruksional dan dapat dipertahankan dalam berbagai situasi dan pengaruh. Sesuai dengan pertimbangan di atas peneliti memilih media kartu sebagai salah satu media yang dianggap dapat memotivasi siswa dalam membuat dan membacapantun di kelas IVMi As-shibyan Dampaan Cerme Gresik. F. PEMBELAJARAN MEMBUAT DAN MEMBACA PANTUN DENGAN MEDIA DOMINO PANTUN Dalam pembelajaran membuat dan membaca pantun dengan media domino pantun pertama-tama siswa diperkenalkan pantun dan contoh pantun. Setelah siswa mengenal pantun, siswa mulai membaca contoh-contoh pantun. Karena tidak sempurna dalam pembacaannya, maka siswa diperkenalkan dengan sebuah media domino pantun. Siswa dibagi beberapa kelompok, 53 dengan rincian stiap kelompok terdiri dari 4 siswa. Setiap kelompok diberi 4 domino pantun. Mereka berdiskusi bersama-sama memecahkan masalah yang diberikan oleh guru, yaitu menyusun pantun secara urut sesuai sajak pantun. mereka dapat memahami mana yang sampiran dan mana yang termauk isi setelah dijelaskan oleh guru. Setelah sudah tersusun, setiap siswa membacakan pantun sesuai kelompoknya secara bergantian dan menjelaskan termasuk pantun apa. Kemudian, siswa diminta oleh guru untuk membuat pantun bebas sesuai sajak dari setiap pantun di kelompok masing-masing. Dengan begitu mereka akan termotivasi dan lebih semangat dalam pembelajaran pantun. Karena dengan domino pantun, mereka lebih faham dan senang dalam membuat pantun. bisa belajar sambil bermain media domino pantun. Setelah selesai membuat pantun, pantun setiap siswa ditukarkan dengan teman sekelompoknya . kemudian, mereka saling bergantian dalam membacakan pantun di depan kelas. Dengan begitu siswa akan diajarkan lebih percaya diri ketika maju ke depan kelas. G. KERANGKA BERFIKIR Siswa kelas IV Mi As-shibyan Dampaan Cerme Gresik memiliki kemampuan membaca dan menulis pantun kurang maksimal. Kesulitan membuat pantun dikarenakan para siswa kurang mengenal pantun. Selain itu minat siswa terhadap pelajaran bahasa Indonesia khususnya menulis pantun masih kurang. Karena menulis pantun menjadi salah satu kompetensi yang 54 harus dicapai dalam pembelajaran bahasa Indonesia maka kesulitan-kesulitan tersebut harus segera diatasi. Melihat kondisi siswa kelasIV Mi As-shibyan, maka salah satu media yang diharapkan dapat meningkatkan motivasi belajarmembaca dan membuat pantunadalah dengan media domino pantun. Media domino pantun yang disajikan dalam pembelajaran dapat digunakan sebagai sumber belajar dan dapat juga sebagai hiburan penghilang rasa tegang, jenuh dan penat ketika belajar bahasa Indonesia. Oleh karena itu, guru perlu mengarahkan siswa membaca dan membuat pantun melalui kartu domino dengan tingkat pemahamann mereka dan disesuaikan dengan karakter siswa sehingga media domino pantun dapat bermanfaat bagi mereka. Ada keterkaitan antara media domino pantun dengan peningkatan motivasi belajar membaca dan menulis pantun. Media kartu disajikan kepada siswa dapat menumbuhkan rasa senang, aktif dan membentuk kebiasaan siswa memahami pantun yang dibacanya. Pemahaman isi itu sangat penting untuk dapat mengungkapkan isiyang terkandung dalam pantun. Kartu yang disajikan dalam pembelajaran membaca dan membuat pantun dapat menuntun siswa memahami isi tulisan. Hal ini terjadi karena dengan menulis melalui kartu akan merangsang pikiran siswa untuk mengingat cara menulis pantun dengan sajak yang berbeda dan mengungkapkannya kembali sajak pantun dalam kartu dengan pantun yang baru. Oleh karena penyajian media domino pantun dapat merangsang minat baca dan tulis serta meningkatkan rasa ingin tahu siswa akan isi yang 55 dibacanya, maka diharapkan penyajian media domino pantun dapat mempermudah siswa untuk membaca dan membuat pantun serta memahami isi pantun menjadi lebih baik. Pemahaman akan isi pantun bertambah lebih baik menandakan adanya peningkatan motivasi belajar membaca dan menulis pantun. H. HIPOTESIS TINDAKAN Berdasarkan landasan teori dan kerangka berfikir yang ada, hipotesis tindakan pada penelitian ini adalah jika siswa diberi proses pembelajaran dengan media post card untuk meningkatkan minat belajar menulis huruf aksara Jawa siswa dapat meningkat. BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS A. METODE PENELITIAN Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis penelitian tindakan. Jenis penelitian tindakan yang dilakukan adalah penelitian tindakan kelas atau biasanya disebut PTK. PTK yang dilakukan oleh peneliti, dilaksanakan dengan cara mengamati proses pembelajaran di dalam kelas. Subjek yang di amati dalam penelitian ini adalah guru dan siswa. Hal yang diamati adalah 56 semua akivitas yang dilakuakan oleh guru dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Suharsimi berpendapat bahwa, penelitian tindakan kelas berasal dari penggabungan tiga kata yatu: 1. Penelitian, 2. Tindakan, 3. Kelas, peneitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersamaan.32 Berdasarkan definisi tersebut, dapat dipahami bahwa penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru atau peneliti di suatu ruang kelas untuk meningkatan proses pembelajaran. Dengan adanya peningkatan proses pembelajaran, diharapkan adanya perubahan kegiatan pembelajaran yang biasa saja menjadi pembelajaran yang lebih bermakna dan lebih baik dari kegiatan pembelajaran sebelumnya. 1. Ciri-ciri penelitian tindakan kelas Penelitian tindakan kelas memiliki tiga ciri pokok. Seperti yang dituliskan oleh Suharsimi Ari Kunto. Ciri-ciri tersebut adalah : a. Inkuiri reflektif, yaitu permasalahan dalam PTK merupakan permasalahan yang riil dalam proses pembelajaran di dalam kelas. b. Kooperatif, yaitu adanya kerjasama antara peneliti dengan guru kelas atau antara guru kelas dengan pihak-pihak yang mengadakan perbaikan dalam proses pembelajaran. 32 Suharsimi,DKK, Penelitian Tindakan Kelas. (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), hlm:3 57 c. Reflektif, yaitu penelitian bersifat berkelanjutan nuntuk mengetahui kemajuan atau peningkatan dari pelaksanaan tindakan yang dilakukan dan melakukan perbaikan pada siklus selanjutnya33 PTK ni menggunaka model penelitian tindakan dari Kurf Lewin, yang berbentuk spiral dari siklus I ke siklus II. Dan setiap silus, kegiatan yang dilakukan meliputi planning (rencana), action (tindakan), observation (pengematan), reflection (refleksi). Sebelum masuk pada siklus I dilakukan tindakan pendahuluan yangberupa identifikasi permasalahan yang ada34. Alur siklus PTK menurut Kurf Lewin, dijelaskan pada gambar berikut ini Identifikasi maslah perencanaan Refleksi Tindakan Siklus 1 33 34 Suharsimi Ari Kunto, penelitian tindakan kelas….hlm : 110 Enelitian tindakan kelas. Surabaya ; kampus PGMI, 2007. HLM : 5.12 58 observasi Perencanaan ulang Siklus II Dst…. B. SETTING PENELITIAN a. Setting Setting dalam penelitian ini meliputi tempat, waktu dan siklus penelitian PTK : Tempat penelitian Tempat pelaksanaan penelitian ini, dilaksanakan di kelas IV Mi As-shibyan Dampaaan Cerme Gresik dalam mata pelajaran bahasa Indonesia. Waktu penelitian 59 Waktu penelitian ini akan dilaksanakan pada semester genap, yaitu pada bulan April 2013 semester genap pada tahun ajaran 2013-2014 Siklus PTK penelitian tindakan kelas ini dilakukan 2 siklus, guna melihat penerapan media domino pantun, dalam upaya peningkatan motivasi belajar bahasa Indonesia materi pantun. Setiap siklus dilaksanakan mengikuti prosedur perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi. b. Karakterisrik Subjek Penelitian Subjek penelitianyang akan dianalaisis adalah “siswa kelas IV Mi Asshibyan, dengan jumlah siswa 20 laki-laki dan 6 perempuan”. Penelitian ini dilakukan karena banyak siswa yang kurang memiliki motivasi belajar di dalam kelas dan masih banyak siswa yang tidak percaya diri saat membaca pantun. Selain itu, media domino pantun juga belum pernah dilakukan oleh guru di sekolah tersebut. sehingga peneliti beharap dengan adanya media domino pantun dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. C. VARIABEL PENELITIAN Variabel-variabel menjadi pusat PTK ini adalah variabel yang penerapannya menggunakan media domino untuk meningkatkan motivasi 60 belajar siswa dalam membacakan pantun pada mata pelajaran bahasa Indonesia a. Variable input : semua siswa klas IV Mi As-shibyan Dampaan Cerme Gresik b. Variable proses : media domino pantun c. Variable output : motivasi belajar siswa dalam membaca dan membuat pantun D. RENCANA TINDAKAN Penelitian ini menggunakanjenis penelitian tindakan kelas (PTK), bentuk kajiannya yaitu untuk memperbaikai kondisi pembelajatran yang dilakukam secara berkesinambungan. Dalam PTK terdapat beberapa tindakan adapun rencana tindakan yang akan dilakukan dalam penelitian ini adlah : 1. Rencana penelitian Dalam penelitian ini, peneliti akanmenggunakan tindakan dengan menerapkan media domino pantun pada siswa kels IV di Mi As-shibyan Dampaan Cerme Gresik, dengan harapan setelah diterapkannya media domino pantun, akan menjadi peningkatan motivasi belajar pada diri siswa. Dalam pelaksanaan penelitian keegiatan yang akan dilakukan antara lain ; a. Persiapan pelaksanaan ptk 1. Meminta izin kepada kepala sekolah untuk melaksanakan PTK 61 2. Melakukan konsolidasi dengan guru tentang tata cara pelaksanaan penelitian 2. Pelaksanaan penelitian Sesuai dengan metode penelitian yang dipilih, yaitu penelitian tindakan kelas (PTK), maka penelitian ini menggunakan model penelitian menurut Kurt Lewin. Model penelitian ini berbentuk spiral yang terdiri dari 2 siklus, dengan rincian setiap siklus terdiri dari 4 langkah pokok, yaitu : perencanaan, pelaksa naan, pengamatan dan refleksi. Pelaksanaan penelitian ini diawali dengan mengidentifikasi masalah. Identifikasi masalah dilakukan peneliti dengan melakukan wawancara guru tentang permasalahan yang ada dalam pembelajaran. Setelah mengidentifikasi masalah, bahwa langkah selanjutnya dilakukan adalah tahap penelitian. Setiap siklus dalam penelitian ini dilaksanakan dalam 1 pertemuan, yang dijelaskan sebagi berikut : a. Perencanaan, peneliti menyiapkan segala komponen dalam dilakukan adalah pelaksanaan penelitian. b. Tindakan, pada tahap ini kegiatan yang melaksanakan tindakan yang telah dirumuskan pada RPP. c. Pengamatan, mengamati tindakan dan melihat hasil atau dampak dari tindakan yang telah dilakukan. d. Melakukan refleksi, dengan mengkaji dan mengevaluais hasil penelitian 62 Penelitian ini akan dijelaskan dalam uraian rencana tindakan sebagai berikut: Berdasarkan model PTK menurut Kurt Lewin sebelum melaksankan siklus I, dilakukan pengidentifikasian masalah yang terjadi dalam pembelajaran. Pengidentifikasian maslah dilakukan peneliti dengan melakukan wawancara dengan guru (pra siklus) dan mencari data pendukung dari hasil wawancara yang dilakukan. Dari hasil wawancara dengan guru (pra siklus), peneliti menemukan masalah tentang rendahnya motivasi belajar siswa pada mata pelajaran bahasa Indonesia khususnya materi pantun. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka peneliti kemudian menganalisa masalah dan mencari alternative pemecahan masalah guna diterapkan dalam pelaksanaan siklus. Penelitian ini diterapkan dalam 2 siklus dengan rincian kegiatan sebagai berikut : SIKLUS I a. Perencanaan b. Pelaksanaan Tindakan c. Pengamatan d. Refleksi SIKLUS II 1. Perencanaan 63 2. Pelaksanaan tindakan 3. Pengamatan 4. Refleksi 3. PENGUMPULAN DATA a. Jenis data dan Sumber data 1. Jenis data Adapun data yang akan di ambil dalam penelitian ini meliputi 2 mcam: Data kualititatif Gambaran umum tentang PTK, materi yang disampaikan dalam PTK Data kuantitatif Nilai hasil tes dan angket motivasi siswa terhadap proses pembelajran 2. Sumber data Sumber data primer: guru, siswa, dan hasil penelitian Sumber sekunder: hasil banyaknya pantun yang dihasilkan b. Teknik pengumpulan data Dalam hal ini, peneliti menggunakan beberapa metode untukmenggali informasi yang dibutuhkan. Metode yang dipakai peneliti untukmendapatkan informasi tersebut antara lain sebagai berikut: 64 a) Dokumentasi b) Wawancara c) Pengamatan (observasi) d) Performance c. Instrument pengumpulan data Instrument merupakan serangkaian alat yang digunakan dalam suatu penelitian. Instrument tersebut berguna untuk melaporkan data yang digunakan selama proses pengumpulan data. Sesuai dengan teknik pengumpulan data yang telah dijelaskan di atas. 4. INDIKATOR KEBERHASILAN Untuk menentukan keberhasilan dari penelitian ini apabila adanya peningkatan motivasi belajar dan keaktifan siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia dengan menggunakan media domino pantun, maka dinyatakan siswa telah termotivasi dan aktif dalam pembelajaran. Sehingga siswa lebih mudah dan paham dalam materi pantun mata pelajaran Bahasa Indonesia. 5. TIM PENELITI Dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini, peneliti sebagai guru berkolaboratif dengan Ibu Anis, S.Pd selaku mapel bahasa Indonesia kelas IV MiAs-shibyan Dampaan Cerme Gresik Tahun Pelajaran 2013-2014. 65